SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh:
NURUL AKHSAN
NIM. 2102I44
Assalamu’alaikum Warahmatullah.
Dengan ini saya mohon kiranya naskah skipsi tersebut dapat segera
dimunaqasahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah
Pembimbing I Pembimbing II
ii
DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYSRI’AH
Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
28 Februari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI)
tahun akademik 2007/2008.
Penguji I Penguji II
iii
DEKLARASI
bahan rujukan.
Semarang,
Deklarator,
Nurul Akhsan
iv
Motto
Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) 4 (#þθèùu‘$yètGÏ9
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1989,
hlm. 412
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul “ Studi Analisis Nasionalisme Islam Menurut
Pemikiran Haji Agus Salim”. Ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada IAIN (Institut Agama Islam
Negeri) Walisongo Semarang.
vii
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Johan Arifin, M.M., sebagai dosen wali, yang selalu menjadi tempat
curhat penulis dan selalu memberikan motivasi selama proses penelitian.
8. Para dosen dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang yang membekali berbagai pengetahuan sehingga mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Engkalulah pahlawan tanpa tanda jasa.
9. Segenap karyawan di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membantu secara administrasi dalam proses penyusunan
skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu terima kasih atas semua cinta, dukungan dan do’a yang engkau
berikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakak-kakaku serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan motifasi
dalam menyelesaikan studi.
12. Teman-teman seperjuangan (anak-anak angkatan 2002 khusunya paket SJB),
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, mencari data
serta referensi untuk membantu mempermudah dalam menyelesaikan skripsi
ini.
13. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Allah Swt senantiasa melipat gandakan balasan atas amal baik
mereka dengan rahmat dan nikmat-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf jika ada kata-
kata yang kurang berkenan dan semoga tulisan ini bisa memberi manfaat bagi
semua. Amien.
Semarang ,
Penulis,
Nurul Akhsan
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAJI AGUS SALIM
TENTANG KONSEP NASIONALISME
A. Analisis Pemikiran Haji Agus Salim Tentang Nasionalisme...... 51
B. Analisis Latar Belakang Pemikiran Haji Agus Salim Tentang
Nasionalisme ............................................................................... 57
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 62
B. Saran-saran ................................................................................. 63
C. Penutup ....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Nasionalisme berasal dari kata Nation (bangsa) and Isme (aliran) yang
kelompok yang berbeda. Dan yang paling utama sekaligus sensitif adalah suku
dan bahasa. Kesadaran itu lahir dari kehendak bersama untuk membebaskan
1
Mangadar Situmorang, Nasionalisme Berarti Membebaskan, Kompas, 20 Mei 2005
2
Perbedaan inilah yang kemudian menjadikan adanya tarik ulur saat mendefinisikan
tentang nasionalisme. termasuk perbedaan kelompok agamawan dalam memahami konsep ini.
Ibid.
1
2
diri dari belenggu penjajahan dan kolonialisme yang tidak sesuai dengan
dasar dan landasan kuat untuk menyatukan dan meleburkan diri dengan penuh
bernegara ini tercermin secara nyata dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 yang
Indonesia sebelumnya yang masih bersifat sektarian, saat itu pulalah mereka
nasional yang mulai mengembangkan sayapnya pada awal abad 20, dimana
3
Mohamad Sidky Daeng Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia,
Jakarta: PT. Gunung Agung, 1985, Cet. Ke-3, hlm. 112-115.
3
Saat ini paham nasionalisme sudah mulai banyak diminati oleh banyak
martabat, dan merampas kemerdekaan mereka. Bukan hanya itu, barat juga
Haji Agus Salim dikenal sebagai seorang ulama, diplomat dan penulis
yang bebas mendengarkan suara hati nuraninya, baik dalam kiprah sosial,
nasionalisme dalam arti yang semata-mata berpatokan pada bangsa dalam arti
yang sempit dan bukan pula golongan orang tertentu melainkan nasionalisme
4
G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 I Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati,
Yogyakarta: Kanisius, 1991. hlm 28.
4
tempat menyembah.5
tidak berlebih-lebihan dan yang tidak membahayakan rakyat, seperti yang ada
manusia kepada berhala “tanah air”. Hal tersebut dapat mendekatkan kepada
kita menghamba dan membudak kepada Ibu Dewi yang menjadi tanah air kita
karena airnya yang kita minum dan nasinya yang kita makan. Atas dasar
perhubungan yang karena benda dunia dan rupa dunia belaka tidaklah akan
kesempurnaan.7
suatu kepercayaan akan diri, rasa yang mana perlu sekali untuk
5
Panitia Buku Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim, Jakarta: Sinar Harapan, 1984
hlm. 349.
6
Ibid. hlm. 348.
7
Ibid.
5
mengalahkan.8
secara kultural, ekonomis, politik yuridis antara yang nasionalis dan yang
B. Rumusan Masalah
8
Ibid. hlm. 4
9
Ibid. hlm. 160
6
D. Telaah Pustaka
Salim telah merangsang minat yang sangat tinggi dikalangan intelektual dan
peneliti, baik dari kalangan Islam maupun non Islam, untuk melakukan
dan mengkaji pemikiran Haji Agus Salim, namun hal itu tidak terfokus pada
konsep Nasionalisme.
St. Sularto Editorial dalam buku yang berjudul Haji Agus Salim (1884-
1954) Tentang Perang, Jihad dan Pluralisme. Di dalam buku ini membahas
pemikiran Haji Agus Salim diantaranya yaitu tentang Jihad, karena jihad
dalamnya juga menyinggung tentang nasionalisme, hanya saja dalam buku ini
Selain itu juga Salichin Salam dalam bukunya yang berjudul Haji Agus
Salim (Hidup dan Perjuangan), di dalam buku ini membahas tentang sejarah
pemikiran politik Haji Agus Salim. Dalam buku yang berjudul Riwayat Hidup
dan perjuangan (Haji Agus Salim). karya Sutrisno Kutojo dan Mardanas
Safwan. Dalam buku ini membahas tentang semasa hidup Haji Agus Salim
mulai masih anak-anak sampai meninggalnya Haji Agus Salim, selain itu
dalam buku ini juga membahas tentang perjuangan dan pergerakan dalam
membahas tentang keluarga Haji Agus Salim baik dalam mengajar anak-
proklamasi.
Selain itu ada juga karya yang berbentuk skripsi yang membahas
10
Muhammad Roem, Manusia Dalam Kemelut Sejarah,ed. Taufik Abdullah, Jakarta:
LP3ES, 1988.
8
Dewantara.11
dalam bukunya yang berjudul Haji Agus Salim (1884-1954) Tentang Perang,
kepada khalayak.
negara yang merdeka harus adanya persatuan dan kesatuan. Walaupun Haji
bernegara.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Penelitian ini juga
11
Abdul Majid, Studi Analisis Terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang
Nasionalisme, Fakultas Ushuludin IAIN Walisanga Semarang.
9
penelitian seseorang.12
2. Sumber Data
Sumber data primer ini penulis gunakan sebagai bahan rujukan dan
primernya adalah buku yang berjudul: Seratus Tahun Haji Agus Salim,
skripsi ini yang berupa buku-buku atau sumber lain yang relevan
3. Analisis Data
12
Anton Bakker, Metode-metode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984, hlm. 136.
10
a. Metode Analisis
1. Analisis Deskripsi
mengkaji data yang diteliti. Dari hasil analisis isi ini diharapkan
akan dibahas di dalam Bab II, Bab III dan menganalisis Bab IV.
2. Analisis Wacana
13
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993,
hlm. 71
14
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 60.
15
Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
1992, hlm. 210.
16
Noeng Muhajir, MetodologiPenelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin, 1996, hlm.
51.
11
mendasar bahasa itu tidak stabil, makna tidak pernah bisa tetap
secara permanen.18
17
Marianne W. Jorgense dan Louise J. Phillips, Analisis Wacana: Teori dan Metode,
Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 1.
18
Ibid., hlm. 11.
19
Ibid,
12
pemikiran Haji Agus Salim, yang meliputi: Riwayat Hidup Haji Agus
Terhadap Pemikiran Haji Agus Salim tentang Nasionalisme Islam. Bab ini
Nasionalisme.
Agus Salim dan yang melatar belakangi tentang konsep Nasionalisme Haji
A. Pengertian Nasionalisme
yang berarti bangsa dan isme adalah paham, kalau digabungkan arti dari
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah
dan adat-istiadat.
diantaranya:
1
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1996, hlm. 610.
2
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakata: Lembaga Kebudayaan
Nusantara (LPKN), 2006, hlm. 703.
3
Hans Kohn, Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya, Jakarta: PT. Pembangunan, 1984, hlm.
11.
14
15
bahwa:
kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta
bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan
yang bersangkutan.6
4
Nazaruddin Sjamsuddin, (ed.), Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek,
Jakarta: CV. Rajawali, 1988, Cet. 1, hlm. 37.
5
Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam, (ttp., t.p., t.t.), hlm. 137.
6
Depatemenen Pendidikan RI, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 11, Jakarta: PT.
Cipta Adi Pustaka, 1990, Cet. 1, hlm. 31.
7
Sartono Kartodirjo, Multidimensi Pembangunan Bangsa Etos Nasionalisme dan Negara
Kesatuan, Yogyakarta: Kanisius, 1999, Cet. Ke-1, hlm. 60.
16
keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan dan satu bangsa. 8
nasionalisme dalam arti yang semata-mata berpatokan pada bangsa dalam arti
yang sempit dan bukan pula golongan orang tertentu melainkan nasionalisme
tempat menyembah.9
sepenanggungan dalam mengahdapi masa lalu dan masa kini serta kesamaan
yang pluralis.
sebagai berikut:
a. Persatuan
8
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta, Panitia: Penerbit Di Bawah
Bendera Revolusi, 1963, hlm 3.
9
Panitia Buku Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim, Jakarta: Sinar Harapan, 1984
hlm. 348.
17
dan memelihara semua yang ada di atas tanah airnya. sehingga muncul
pertama.10
b. Pembebasan
bagi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam sebuah tatanan negara,
c. Patriotisme
10
Ibid, hlm. 19.
11
Hans Kohn, Op. Cit, hlm. 22.
12
Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. cit.,
hlm. 737.
18
kesatuan bangsa.
tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang
13
Lyman Tower Sargent, Contemporary Political Ideologies, terj. Henry Sitanggang,
”Ideologi-ideologi Politik Kontemporer”, Jakarta: Erlangga, 1987, hlm. 19.
14
YB. Mangunwijaya, “Republik Sekarang Sudah Berubah Jauh”, dalam Eko Prasetyo,
(eds), Nasionalisme, Refleksi Kritis Kaum Ilmuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-1,
hlm. 125
15
Soekarno, Op. cit., hlm. 76.
19
B. Perkembangan Nasionalisme
nasionalisme sangat terkait dengan bangsa. Selain dari bahasa Inggris, nation
juga diambil melalui bahasa perancis dari bahasa Latin natio yang berakar
dalam nasci yang juga baru mincul dalam kosa kata klasik yang cenderung
bermakna jelek untuk ras, suku atau bibit manusia yang dianggap tidak
adalah famplet yang ditulis oleh pastur Sieyes dan Deklarasi Hak Asasi
Manusia dan Warga Negara yang disusun pada saat Revolusi Prancis pada
1789. Sejak itulah istilah “nasionalisme” mulai muncul untuk merujuk pada
daya hidup kekuasaan rakyat baru yang di Prancis ternyata tidak hanya
sanggup untuk menumbangkan raja tetapi kerajaan itu sendiri. Juga bukan
16
Lazuardi Adi Sage, Sebuah Catatan Sudut Pandang Siswono Tentang Nasionalisme
Dan Islam, Jakarta: Citra Media, 1996, hlm. 64.
17
Roger Griffin, “Nasionalisme” dalam Roger Eatwell dan Anthony Right (ed), Ideologi
Politik Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2004, hlm. 210.
18
Ibid.
20
sekedar koloni yang melepaskan diri melainkan di salah satu negara absolut
politik kemakmuran. 20
dan teritorial tentang tanah dan penguasanya. Sementara ide baru tentang
bangsa kemudian mengubah konsepsi tentang ini. Sejak abad ke-19, bangsa
negara-bangsa.21
negara diartikan pada fungsi pemberian tatanan sipil, barang-barang fiktif dan
manusia yaang memiliki budaya yang sama dan mungkin juga ras dan warisan
19
Ibid, hlm. 211.
20
Eko Presetyo et. al, Nasionalisme: Refleksi Kritis Kaum Ilmuwan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996, hlm. 4.
21
M. Ruslin Karim, Negara: Suatu Analisis Mengenai Pengertian Asal-Usul dan Fungsi,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997, hlm. 7.
22
Ibid, hlm. 8.
21
yang sama, serta biasanya hidup dalam satu kawasan.23 Dengan demikian,
dilihat dari sisi kemunculannya, maka bangsa itu lebih dahulu muncul dari
pada negara. 24
Hubungan atau dialektika antara negara dan bangsa bisa dilihat dalam
empat bentuk.25 Pertama, bangsa negara seperti Jepang. Tujuan negara adalah
Ketiga, “part-nation state”, yaitu satu bangsa yang di bagi menjadi dua
atau lebih negara dimana penduduknya berasal dari bangsa yang sama seperti
Cina dan Korea dan Keempat, “multi nation-state”, yang terdiri dari beberapa
dan imperial.
23
Ibid.
24
Disini bisa di contohkan bahwa dari sebuah bangsa muncul negara seperti dalam kasus
Jerman, Jepang, Cina dan lainnya. Ada juga bangsa yang tidak memiliki negara seperti kurds,
Palestina dan Armenia. Ada juga yang terlebih dari satu negara seperti Korea, Jerman, Irlandia dan
Cina. Di samping itu ada juga negara-negara yang terdiri dari bangsa-bangsa seperti India, Nigeria
dan Inggris.
25
Lihat dalam M. Rusli Karim, Op.cit., hlm. 9.
22
hubungkan dengan agresifitas dan militerisme, pada akhir abad ke-19, begitu
hanya bisa dinikmati pertama kali dalam suatu masyarakat sipil tertentu
orientasi kultural dan karena sering kali muncul dalam tindakan politik.
26
Ibid, hlm.14.
27
Roger Griffin, Op. cit., hlm. 214.
28
Ibid.
23
Indonesia lebih dari hanya sekedar sisi politik dan etnik, tetapi juga religius.29
Tetapi inter-relasi di antara ketiganya tetap bias bermuara pada kebaikan atau
sekitar setengah abad kemudian. Walaupun dengan tumpahan darah atau siksa
batin dan raga, tekad untuk memerdekakan bangsa dari belenggu penjajahan
ketika pada 20 Mei 1908 ketika Budi Utomo didirikan. Atau tanggal 28
29
Mangadar Situmorang, Nasionalisme Berarti Membebaskan, Kompas, 20 Mei 2005.
30
Dua raksasa di lingkungan gerakan-gerakan Islam, yaitu Muhammadiyah dan NU,
memimpin kesadaran berbangsa melalui jaringan pendidikan yang mereka buat. Walaupun
Muhammadiyah merintis pendidikan yang “lebih banyak” mengacu hal-hal duniawi, seperti
penguasaan pengetahuan umum, dan NU mengacu kepada pengetahuan agama, namun keduanya
sangat dipengaruhi oleh apa yang berkemang di lingkungan gerakan nasionalis. Nasionalisme
dalam arti menolak penjajahan, berarti pencarian jati diri sejarah masa lampau diri sendiri.
24
Oktober 1928 yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
menyatukan diri dalam satu bangsa: Indonesia (1928). Itu pulalah yang
menjadi unsur utama dari pendirian bangsa Indonesia yang berbentuk Negara
nasinalisme.31
Jong Celebes, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra Bon, Pemuda Sunda dan
perjuangan kemerdekaan.
31
Laode Ida, Primordialisme, “Nasionalisme dan Kemerdekaan” Imam Anshari Shaleh
dan Jazim Hamidi, Memerdekakan Indonesia Kembali, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004, hlm. 40.
32
Selain organisasi kedaerahan Ida juga menyebut bahwa organisasi keagamaan memiliki
andil dalam memberi semangat nasionalisme baik dalam perjuangan menuju kemerdekaan maupun
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nu, Muhammadiah, Sarekat Islam dengan
pendekatan keagamaannya melakukan penyadaran secara langsung pada masyarakat akan
keberadaan kaum penjajah walaupun yang tampak di permukaan hanyalah aktivitas keagaman
saja, organisasi ini saling mendukung dengan organ lain yang nasionalis seperti Budi Utomo dan
Sarekat Islam. Ibid, hlm. 41.
25
Lanjut Kahin Agama Islam bukan hanya suatu ikatan biasa. Ini benar-
dalam organisasi non agama serta nasionalis muslim.36 Dalam sejarah setelah
33
George Mc Turnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, terj. Nin Bakdi
Soemanto, “Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia”.
Solo: UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm.50.
34
Ibid.,
35
Selain berkembangnya agama Islam, faktor integrasi penting lainnya adalah
perkembangan bahasa persatuan Hindia Kuno, bahasa Melayu Pasar menjadi suatu bahasa
nasional. Bahasa ini memasuki pasar dan membantu aliran Islam mematahkan kecenderungan
orang Indonesia memiiki nasionalsime yang picik. Sampai suatu batas yang penting tertentu ini
terjadi karena orang Belanda sering memakai bahsa Melayu dalam kalangan pemerintah.
Sementara orang Belanda bersikeras bahwa gengsi orang Belanda dan rasa rendah diri orang
Indonesia dapat dipelihara dengan sebaik-baiknya dengan melarang orang Indonesia bicara dalam
bahasa Belanda denagan seseorang Belanda. Ibid, hlm.50-51.
36
Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi),
Jakarta: Rineka Cipta, 2001, hlm. 26-27
26
masih bertahan. Dan itu tercermin dalam Soekarno dan M. Natsir tentang
dasar negara.
adalah negara dimana terdapat berbagai kelompok yang berbeda. Dan yang
suku (etnik) dengan segala keunikan budaya dan bahasanya. Meskipun Jawa
adalah etnik mayoritas (sekitar 42 persen) dan budaya yang dominan, nilai-
sebab nasionalsime yang berbasis pada etnik seperti itu akan mengancam
kesatuan nasional.
27
masing-masing.
Tetapi patut di ingat bahwa bangsa dan negara yang bertumpu pada
bersifat politik (dan otoriter) bukan hanya bisa runtuh tetapi juga mengancam
di Indonesia.
28
tujuan bersama.
Islam tidak melarang ummatnya untuk mencintai bangsa dan tanah air.
mempertahankan kokohnya suatu negara dari ancaman negara lain yang ingin
kesatuan bangsa dengan jalan cinta bangsa dan tanah air. Dan persatuan
adalah merupakan faktor yang dapat menumbuhkan potensi kekuatan fisik dan
imperialisme.
29
Bila dilihat dari pernyataan diatas Islam tidak melarang untuk cinta
terhadap tanah air, bahkan tatkala Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah
karena itu nabipun cinta kepada tanah air dan bangsa”.37 Dan juga Rasulullah
SAW pernah bersabda ‘mencintai negara adalah sebagian daripada iman’. Ini
dalam Islam.
tercermin dalam firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩⊇⊂∪ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ)
atau sekuler yang serang menyerang diantara bangsa yang satu dengan bangsa
yang lain. Contohnya yaitu Amerika yang menyerang ke Irak itu berarti secara
37
Saiful Akmal, Islam Dan Nasionalisme dalam http : // saiful 82 akmal. multiply. com/
journal/ item/52
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1989,
hlm. 412
30
sendiri.
Nabi dan Umat Islam mengalami perobahan yang besar. di Madinah mereka
mempunyai kedudukan yang baik dan segera merupakan umat yang kuat dan
memiliki tingkat rivalitas yang relative tinggi, dengan demikian maka Nabi
agama.
jamaah Islam. Kedua, menciptakan rasa persaudaraan nyata dan efektif antara
orang-orang Islam Mekkah dan Madinah, yaitu setiap dua orang bersaudara
itu beliau menyiapkan perjanjian tertulis atau piagam yang menekankan pada
persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam kehidupan sosial politik
bagi Nabi untuk menengahi dan memutuskan segala perbedaan pendapat dan
31
Negara tidak dapat tegak berdiri, karena persatuan adalah tali yang kuat untuk
mencapai perjuangan.39
Manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka mau tidak mau harus hidup
bahkan persatuan telah difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an surat Ali
÷Λä⎢Ζä. øŒÎ) öΝä3ø‹n=tæ «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρãä.øŒ$#uρ 4 (#θè%§xs? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7pt¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ
z⎯ÏiΒ ;οtøãm $xx© 4’n?tã ÷Λä⎢Ζä.uρ $ZΡ≡uθ÷zÎ) ÿ⎯ϵÏFuΚ÷èÏΖÎ/ Λä⎢óst7ô¹r'sù öΝä3Î/θè=è% t⎦÷⎫t/ y#©9r'sù [™!#y‰ôãr&
∩⊇⊃⊂∪ tβρ߉tGöκsE ÷/ä3ª=yès9 ⎯ϵÏG≈tƒ#u™ öΝä3s9 ª!$# ß⎦Îi⎫t6ムy7Ï9≡x‹x. 3 $pκ÷]ÏiΒ Νä.x‹s)Ρr'sù Í‘$¨Ζ9$#
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu mendahului (masa jahiliah) bermusuh-musuhan. Maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)40
dan di akhirat inilah yang sudah disia-siakan ummat manusia dari dulu sampai
39
http :// www .wawasandigital. com/index. php? Option = com_content & task = view &
id = 7348 & Itemid=62
40
Departemen Agama RI, Op. cit.,hlm. 50
32
persatuan nasionalisme.
supaya negaranya aman dan damai, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 126:
ô⎯tΒ ÏN≡tyϑ¨V9$# z⎯ÏΒ …ã&s#÷δr& ø−ã—ö‘$#uρ $YΖÏΒ#u™ #µ$s#t/ #x‹≈yδ ö≅yèô_$# Éb>u‘ ÞΟ↵Ïδ≡tö/Î) tΑ$s% øŒÎ)uρ
4’n<Î) ÿ…çν”sÜôÊr& §ΝèO Wξ‹Î=s% …çµãèÏnGtΒé'sù txx. ⎯tΒuρ tΑ$s% ( ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ Νåκ÷]ÏΒ z⎯tΒ#u™
Dan cinta kepada Negara adalah sebagian dari pada iman. Dengan
setiap warga Negara tidak dapat dipisahkan dari negaranya, maju mundurnya
Negara berarti maju mundurnya diri sendiri. Dan dari itu wajib menjaga
kerugian bangsa.
41
Ibid, hlm, 15
33
BAB III
Haji Agus Salim yang hidup pada tahun 1884 M dan wafat tahun 1954
madrasah.
Setelah mencapai umur 7 tahun, maka Haji Agus Salim mulai sekolah,
Karena ayah Haji Agus Salim sebagai ambtenar maupun sebagai bangsawan
berada disekolah Haji Agus Salim tidak mengalami kesulitan karena memang
Haji Agus Salim anak yang cerdas. Selain ia mengikuti pelajaran sekolah, Haji
1
Delier Noer, The Modernist Muslim Movemen in Indonesia 1900-1942, Kuala Lumpur:
Oxfood University Prees, 1973, hlm. 110.
2
Shalikin Salam, Haji Agus Salim Hidup dan Perjuangan, Jakarta: Djaya Murni, 1961,
hkm. 9.
32
33
pengaruh lingkungan.3
School), Haji Agus Salim belajar di sekolah HBS selama 5 tahun. Selama
belajar di HBS hasil yang dicapai Haji Agus Salim tidaklah mengecewakan
banyak guru yang simpatik dengan Haji Agus Salim, bahkan ada yang
berniat untuk bekerja dan pada tahun 1906 M ia diangkat menjadi konsultan
dengan pamannya yang bernama Ahmad Khatib yang sudah dahulu menetap
Salim lebih giat belajar agama dengan pamannya karena ditanah air
Selain memperdalam ilmu agama Islam, Haji Agus Salim juga banyak
3
Suhatno dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Haji Agus Salim dan
Muhammad Husni Thamrin, Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1995, hlm.10.
4
Ibid., hlm. 11.
34
Islamisme.
pemerintah kolonial Belanda. Hal inilah yang menjadikan Haji Agus Salim
Jiwa Haji Agus Salim yang masih membara tidak puas dengan keadaan
sangat istimewa karena selain mengajar pendidikan umum dan agama, ia juga
rendah diri dan dapat memberi kesan bahwa orang-orang bumi putera tetap
kegiatannya di tanah Jawa. Pertama-tama yang dituju adalah kota hujan yakni
kota Bogor dan tidak lama kemudian ia pindah ke Jakarta. Setelah di Jakarta ia
5
Ibid., hlm. 14.
6
Ibid.
35
itu ia tercatat sebagai redaktur majalah Neraca dibawah asuhan Abdul Muis,
Islam (SI). Itu adalah pengalamannya yang pertama dalam dunia politik.
Sarekat Islam pada mulanya bernama Sarekat Dagang Islam. Perkumpulan itu
diperkuat dengan tampilnya Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Dalam tempo
yang singkat SI mendapat kemajuan yang pesat, bukan hanya di Jawa rakyat
di Sumatra.8
anggota pimpinan.
sejalan ini antara Haji Agus Salim dan HOS. Cokroaminoto menerbitkan
majalah yang bernama Fajar Asia terbit di Cirebon, ini terjadi tahun 1927 M.
7
Sutrisno Kutojo, Riwayat Hidup dan Perjuangan Haji Agus Salim, Jakarta: Mutiara,
1978, hlm. 33.
8
Ibid.
36
majalah inilah yang sering untuk menuangkan ide-ide baik Haji Agus Salim
maupun HOS. Cokroaminoto. Dan pada tanggal 26 Juli Haji Agus Salim
sehingga ia mempunyai peranan yang sangat banyak. Pada tahuh 1921 Haji
Islam membentuk suatu Majlis Ulama, hal ini baru berhasil pada konggres
maka pada tahun 1933 SI berubah menjadi PSII (Partai Sarekat Islam
Haji Agus Salim terpilih menjadi anggota dewan partai PSII, karena terjadi
perselisihan dengan partai, maka pada tahun 1936 Haji Agus Salim keluar dari
PSII, dan dalam hal ini ia mendirikan partai baru. Partai itu bernama partai
“Penyadar”, dan pada tahun 1940 Haji Agus Salim non aktif dalam partai.10
9
Delier Noer, Op. cit., hlm. 274.
10
Solikhin Salam, Op. cit., hlm. 64.
37
yang salah satu tugasnya adalah menghaluskan susunan bahasa Indonesia dari
Hatta II ia selalu menduduki jabatan menteri, dan pada bulan Maret 1947 ia
Bangsa-Bangsa.12
Hatta serta para pemuka lainnya ditawan oleh Belanda dan dibuang ke Prapat
dan kemudian dipindahkan ke pulau Bangka dan pada akhirnya pada tanggal 6
Salim, dan sesudah lepas dari bidang politik ia menekuni bidang pendidikan,
11
Ibid., hlm. 66.
12
Ibid., hlm. 68.
38
Pada tanggal 26 Nopember 1953, ia pulang ke tanah air, dan tepat pada
tanggal 5 Oktober 1954 ia masih sempat merayakan hari ulang tahun yang ke-
70. dan sepulang dari Amerika menurut rencana akan mengajar di PTAIN
Haji Agus Salim senang sekali menulis. Banyak benar buku dan
itu dimajalah, bentuk buku maupun risalah yang terbawa oleh sifat-sifat Haji
Agus Salim yang genial.14 Maka karangan ia kebanyakan belum ada yang
dipandang sebagi karya baku. Kebanyakan karya Haji Agus Salim berupa
risalah pendek yang isinya membahas masalah berbagai segi dan bidang
tahun Haji Agus Salim ke-70 hanya terdiri dari yang barbahasa Indonesia.
1. Politik
13
Hasan Sadli, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ikhiar Baru, 1983, hlm. 114.
14
Sutrisno kutojo, Op. cit. hlm. 72.
39
f. Lahirnya tipis isinya dalam (dimuat dalam surat kabar Neraca, Kamis
1919).
Pergerakan Penyedar).
2. Agama
e. Cerita Isro’ dan Mi’roj Nabi Muhammad SAW (Buku cerita Isro’ dan
f. Hukum yang lima (Buku Hukum yang lima didalam agama Islam,
3. Kebudayaan
4. Filsafat
Haji Agus Salim dikenal sebagai seorang ulama, diplomat dan penulis
yang bebas mendengarkan suara hati nuraninya, baik dalam kiprah sossial,
15
Suhatno dkk.,Op. cit., hlm. 81-83.
41
Haji Agus Salim mulai masuk dalam kancah pergerakan politik saat ia
di Solo pada tahun 1911. Apakah tujuan SI?. Pertama ialah untuk memajukan
dan Abdul Muis. Dalam tempo yang singkat SI mendapat kemajuan yang
memberikan arah dan tujuan yang tegas kepada perjuangan rakyat Indonesia.
16
Muhammad Roem, Manusia Dalam Kemelut Sejarah, ed. Taufik Abdullah, Jakarta:
LP3ES, Hlm. 120.
42
SI mempunyai cita-cita kebangsaan yang bercorak Islam. Pada suatu hari Haji
Karena itu pada tahun 1917 diterbitkan "Harian Neraca". Haji Agus
Melalui harian itu rakyat dapat mengetahui pergerakan kebangsaan kita untuk
merebut kemerdekaan. Selain itu Haji Agus Salim juga menjadi pemimpin
redaksi bahasa Melayu pada Komisi Bacaan Rakyat di Balai Pustaka, Jakarta.
rakyat Indonesia.
Pada tahun 1919 Haji Agus Salim menjadi ketua redaksi surat kabar
dan perjuangan SI makin gemilang. Haji Agus Salim tidak hanya memimpin
partai dan surat kabar, tetapi juga memimpin perserikatan kaum karyawan.
Pada tahun 1919 Haji Agus Salim diangkat menjadi sekretaris persatuan kaum
buruh. Hampir seluruh segi dari perjuangan dimasuki oleh Haji Agus Salim.18
Pada tahun 1921, Haji Agus Salim diutus oleh Sarekat Islam untuk
duduk dalam Dewan Rakyat atau Volksraad. Di sini Haji Agus Salim bukan
hanya berjuang untuk Sarekat Islam, tetapi juga untuk seluruh bangsa
17
Sutrisno kutojo, Op. cit. hlm.34.
18
Ibid.
43
HOS Cokroaminoto mendirikan surat kabar "Fajar Asia". Surat kabar ini
sangat berpengaruh. Tidak hanya dibaca oleh bangsa kita di Indonesia, tetapi
juga oleh banyak orang di luar negeri, terutama di negara-negara Islam: Surat
kabar Fajar Asia berjiwa kebangsaan. Harian ini sangat berjasa dalam
Sumpah Pemuda ini merupakan saat yang penting dalam perjuangan kita. Para
perjuangan hangsa.
sebelumnya tidak dikenal di luar negeri, sekarang telah mulai dikenal orang.
mulai dihargai orang. Rakyat Indonesia tidak kalah, bahkan dapat menyamai
Haji Agus Salim tidak memakai baju jas dan dasi, tetapi berpakaian baju teluk
19
Suhatno dkk, Op. cit. hlm. 41.
44
"Inilah kepribadian Indonesia". Kemudian Agus Salim pergi lagi ke Swiss dan
Negeri Belanda. Kali ini ia pergi sebagai wartawan dan pemimpin surat kabar
Fajar Asia.20
1930 H. Agus Salim telah dihargai dan mendapat sambutan dari orang-orang
di Eropa. Para wartawan dan pemimpin Eropah telah mengenal Haji Agus
orang terhadap diri kita, disebabkan tindakan kita yang berguna. Tindakan kita
pemimpin dari bangsa yang terjajah, telah berhasil secara setapak demi
bangsa lain.
Indonesia pada waktu itu. Dari tahun 1932-1936 Haji Agus Salim membuka
"Kantor Biro Penerangan Umum" untuk membantu rakyat biasa. Rakyat biasa
yang sering dirugikan harus dibantu. Haji Agus Salim dengan penuh
20
Ibid., hlm. 16.
45
dilindungi haknya.21
Haji Agus Salim tidak giat lagi dalam lapangan pergerakan. ia banyak
muka corong radio PPKK dan Niron mengenai berbagai hal, misalnya tentang
Belanda, Haji Agus Salim tetap tidak mau bekerja pada pemerintah Hindia
mula tidak mengikuti kegiatan apa-apa. Bagi Haji Agus Salim penjajahan
tidak percaya. Penjajahan Jepang malahan akan lebih kejam dari Belanda.
Karena itu ia diam di rumah saja dan tidak ikut bekerja pada Jepang. Dalam
masa pendudukan Jepang ini Haji Agus Salim mencari nafkah dengan
berdagang arang. Sungguh sulit hidupnya pada zaman itu. Bayangkanlah, pada
masa itu semua serba mahal, karena sedang ada perang. Barang-barang
industri dari luar negeri tidak bisa diimpor. Hasil bumi juga sedikit, karena
Salim tetap bergembira dan tabah. Haji Agus Salim tidak segan melakukan
21
Salikin Salam, Op. cit. hlm. 75.
46
pekerjaan apa saja, asal halal dan tidak melanggar agama. Tetapi pemimpin-
pemimpin Indonesia lainnya seperti Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera
Tidak ada harapan untuk bergerak seperti dulu lagi atau orang harus bergerak
pula harus diingat, pada zaman pendudukan Jepang, Haji Agus Salim sudah
Akhirnya Haji Agus Salim menerima buah pikiran itu. Haji Agus
Salim rela bekerja sama dengan Jepang untuk perjuangan rakyat Indonesia.
Kemudian bersama-sama dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, Haji Agus
Salim ikut memimpin Pusat Tenaga Rakya (PUTERA) dan duduk dalam
22
Ibid., hlm. 79.
47
panitia kecil PPKI bersama Prof. Soepomo dan Prof. Husein Djajadiningrat.
rencana Undang-undang Dasar Negara kita. Haji Agus Salim ikut memikirkan
Haji Agus Salim di pemerintahan, mulai dari kabinet Syahrir sampai dengan
kabinet Hatta II ia selalu menduduki jabatan menteri, dan pada bulan maret
$uΖ−/u‘ ÇΠ§ysßϑø9$# y7ÏF÷t/ y‰ΨÏã ?íö‘y— “ÏŒ Îöxî >Š#uθÎ/ ©ÉL−ƒÍh‘èŒ ⎯ÏΒ àMΖs3ó™r& þ’ÎoΤÎ) !$uΖ−/§‘
z⎯ÏiΒ Νßγø%ã—ö‘$#uρ öΝÍκös9Î) ü“ÈθöκsE Ĩ$¨Ζ9$# š∅ÏiΒ Zοy‰Ï↔øùr& ö≅yèô_$$sù nο4θn=¢Á9$# (#θßϑ‹É)ã‹Ï9
23
Muhammad Roem, Op. cit., hlm.129.
24
Panitia Buku Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim, Jakarta: Sinar Harapan, 1984
hlm. 349.
48
diatas ialah:
1. Apakah yang dimaksud tanah air dalam surat Ibrahim, adalah akan
Dengan jalan supaya manusia ingat kepada Tuhan dan selalu berbakti
maka cinta mereka kepada tanah airnya dengan cintanya seperti tiap-tiap
3. Hendaklah manusia itu cinta kepada tanah air dan agama karena Allah
tanah air hendaklah menuju kepada tujuan karena Allah, supaya kita tidak
25
Departemen Agama RI, Op. cit.,hlm.207
26
Panitia Buku Peringatan, Op. cit., hlm. 349.
49
menyimpang dari jalan hak, keadilan dan keutamaan, karena dorongan hawa
nafsu.
bangsa-bangsa.27
nasionalisme dalam arti yang semata-mata berpatokan pada bangsa dalam arti
yang sempit dan bukan pula golongan orang tertentu melainkan nasionalisme
tempat menyembah.28
tidak berlebih-lebihan dan yang tidak membahayakan rakyat, seperti yang ada
masalah kepercayaan terhadap Tuhan atau masalah agama tidak diatur dalam
kebebasan untuk memeluk agama atau tidak memeluk agama, ini berarti
27
Ibid. hlm. 480.
28
Ibid. hlm. 348.
50
manusia kepada berhala “tanah air”. Hal tersebut dapat mendekatkan kepada
kita menghamba dan membudak kepada Ibu Dewi yang menjadi tanah air kita
karena airnya yang kita minum dan nasinya yang kita makan. Atas dasar
perhubungan yang karena benda dunia dan rupa dunia belaka tidaklah akan
kesempurnaan.30
hilang dan kita juga akan terhindar dari acara-acara atau bentuk-bentuk
yaitu berfikir duniawi saja padahal hidup kita yang lebih lama dan yang lebih
dan persamaan, agar kita bisa saling bekerja bersama-sama dan tidak saling
29
Ibid.
30
Ibid. hlm. 348
51
Allah.31 Maka untuk menghindari dan mengulangi supaya tidak terlalu jauh
harus bertolak dari niat lillahi ta’ala.32 Cinta bangsa dan tanah air karena
lillahi ta’ala. Karena Allah Ta’ala inilah yang menjadi niat utama manusia
Allah dan Lillahi Ta’ala adalah niat utama untuk mencapai tujuan.33
pada al-Qur’an (surat Ibrahim ayat 37), ini yang membedakan pemikiran
sepertujuh rambut pun tak menghalngi dan merintangi kejadian dan kemajuan
persatuan manusia dikuasai oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT dengan
31
Ibid. hlm. 357.
32
Lilahi Ta’ala disini ada dua kriteria, Pertama. Lillahi Ta’ala jangan gentar atau lengah
karena sesuatu sebab yang dari pada dunia, dan Kedua. Lillahi Ta’ala supaya hak dan keutamaan
belaka yang menjadi ukuran dan tujuan.
33
Ibid. hlm. 358.
52
NASIONALISME ISLAM
Setalah penulis memaparkan dalam bab II dan bab III, maka penulis
mendapatkan tokoh, baik itu tokoh nasional maupun tokoh pejuang Islam,
Banyak pecinta tanah air dengan cita-cita besar mempertahankan agama dari
tatanan yang tertib dan teratur. Pluralitas yang ada memang sudah menjadi
realitas yang tidak dapat ditolak. Karena seperti dicermati oleh ilmuwan
itu adalah baik tetapi kalau terlalu menyimpang itu dapat berbahaya. Pada
mengembangkan rasa cinta tanah air, akan tetapi semua ini perlu dilaksanakan
51
52
pengabdian dan ibadah kepada Tuhan Yang Esa. Seluruh hidup kita, seluruh
perbuatan kita, seluruh langkah kita, dan seluruh mati kita adalah bagi Allah
semata. 1
yang telah ditaklukan oleh kaum muslimin pertama kemudian direbut oleh
non muslim.
geografis. Menurut al-Banna, setiap jengkal di bumi ini, dimana diatasnya ada
1
Delier Noer, Pengantar Kepemikiran Politik, Jakarta: Rajawali, 1983, hlm. 275.
2
Utsman Abdul mu’iz Ruslan, At-Tarbiyah As-siyasah ’Inda Jamaah Al-Ikhwan Al-
Muslimin, terj. Salafuddin Abu Sayyid, ”Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin”, Solo: Era
Intermedia, 2000, hlm. 348-349.
53
seorang muslim yang mengucapkan kata Laa Ilaaha Illallah, maka itulah
pada iman bahkan Islam sepertujuh rambut pun tak menghalngi dan
yang sempit dan berbahaya, tetapi yang menuntun kepada sosialisme Islam
Maha Kuasa, Allah SWT dengan lantaran (melalui) utusanNya yaitu Nabi
Muhammad SAW.4
kepada tanah air dan bangsa tidak sama seperti yang ada di Barat yaitu yang
dan menjalankan hidupnya sebagai suatu bukti kecintaan terhadap bangsa dan
tanah air.5 Kecintaan terhadap bangsa dan tanah air merupakan alat untuk
mengusir penjajah dan bukan untuk membenci Negara lain, ingin hidup
3
Hasan Al-Banna, Majmu’ah Rasail al-Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna, Terj. Anis
Matta, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin I, Surakarta: Era Intermadia, 2006, hlm. 38.
4
Delier Noer, The Modernist Muslim Movemen in Indonesia 1900-1942, Kuala Lumpur:
Oxfood University Prees, 1973,, hlm. 268.
5
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jilid I, Jakarta: Panitia Penerbit di Bawah
Bendera Revolusi, 1963, hlm. 112.
54
atau melarat.6 Bagi seorang nasionalis harus mencintai ibu Indonesia dan
harus mengabdi sepenuhnya kepadanya. Jadi bagi Soekarno cinta tanah air dan
bangsa mempunyai nilai utama dan yang lain tampaknya mempunyai nilai
Bukanlah saja sebagai abdi atau hamba dari pada tanah tumpah darah
kita, akan tetapi kita jugalah merasa menjadi abdi dan hamba Asia,
abdi dan hamba kaum sengsara, abdi dan kaum dunia.8
menyebutkan:
absah dan lebih-lebih lagi yang demokratis, memerlukan ikutan bersama yang
antara lain kesetiaan dasar, suatu komitmen kepada sesuatu yang lebih hangat
dalam bentuk jiwa dari pada sekedar seperangkat prosedur dan yang
barangkali lebih kuat dari pada nilai-nilai demokrasi tentang kemerdekaan dan
6
Nazaruddin Sjamsuddin (ed), Soekarno, Pemikiran Politik Kenyataan Praktek, Jakarta:
CV. Rajawali, 1988, hlm. 44.
7
Delier Noer, Op. cit., hlm. 112.
8
Ibid, hlm 168.
9
Soekarno, Op. cit., hlm. 110.
55
memperhinakan dan merusak tanah air orang lain, dengan tidak mengingati
kebebasan dari penguasa asing atau campur tangan dunia luar dan
tujuan yang harus dicapai yaitu persatuan bangsa untuk menghindari serang
Salim terletak pada pondasi berfikir Haji Agus Salim yang terkadang
12
Decki Natalis Pigay BIK, Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politi Di Papua,
Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 2000, hlm. 67-68.
57
dan juga mengurangi bakti manusia kepada Tuhan, tetapi disisi lain Haji Agus
rasa cinta tanah air, akan tetapi semua ini perlu dilaksanakan dalam kerangka
tujuan perjuangan yang lebih agung, rela dan berkorban serta mengabdi
kepada Allah dan Lillahi Ta’ala adalah niat utama untuk mencapai tujuan.
Karena Allah Ta’ala inilah yang menjadi niat utama manusia bersikap untuk
Nasionalisme
Dengan melihat sosio kultural bangsa Indonesia pada saat itu yang
disebabkan karena bangsa lain tertarik terhadap bangsa Indonesia yang kaya
kan bahan tambang serta tersedianya buruh yang murah upahnya, dan letak
sebab itu mendorong Haji Agus Salim berfikir tentang nasionalisme demi
Agus Salim ditinjau dari Islam menunjukkan bahwa ide dasar pemikirannya
58
kedaulatan suatu bangsa dan negara dari tangan penjajah. Ini menunjukkan
bahwa ideologi yang dipegang Haji Agus Salim adalah nasionalisme atau
cinta tanah air, karena Haji Agus Salim ingin membebaskan warga negara dari
tenteram dan dami ini sesuai dengan al-Qur’an dalam surat al-Hujurat ayat: 9,
yang berbunyi:
’n?tã $yϑßγ1y‰÷nÎ) ôMtót/ .βÎ*sù ( $yϑåκs]÷t/ (#θßsÎ=ô¹r'sù (#θè=tGtGø%$# t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# z⎯ÏΒ Èβ$tGxÍ←!$sÛ βÎ)uρ
$yϑåκs]÷t/ (#θßsÎ=ô¹r'sù ôNu™!$sù βÎ*sù 4 «!$# ÌøΒr& #’n<Î) u™þ’Å∀s? 4©®Lym ©Èöö7s? ©ÉL©9$# (#θè=ÏG≈s)sù 3“t÷zW{$#
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra, 1989,
hlm. 846
14
Solikhin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Jakarta: Gunung Agung, 1982, hlm. 47.
59
sebagai kawasan yang penting karena memiliki kekayaan bahan mentah yang
berlimpah, terdapat tenaga buruh yang murah serta mempunyai letak yang
terhadap penjajahan tersebut. Bentuk dan tujuan gerakan di negara jajahan itu
hampir selalu searah dan mengalami perkembangan yang relatif sama.16 Hal
itu mungkin disebabkan oleh nasib mereka yang sama-sama tertekan dan
tertindas.
Jawaharlal Nehru, Rabindranath Tagor, Mahatma Gandi, Dr. Sun Yat Sen dan
politik devide et impera sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para pemuda
15
Hardi, Api Nasionalisme, Cuplikan Pengalaman, Jakarta: Gunung Agung, 1983, hlm.
9.
16
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, Cet. Ke-
1, hlm. 6.
60
Indonesia) yang memberontak pada tahun 1926 dan 1927 terhadap Pemerintah
Hindia Belanda telah dikebiri sama sekali sehingga tidak berdaya. Organisasi
Politik dan Sosial Islam yang pernah jaya dimasa Sarikat Islam dengan para
negara pada saat itu, yang pada akhirnya berbagai gerakan masyarakat
Dan sekaligus dinyanyikan untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya yang
diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman.19 Ikrar para pemuda Indonesia itu
menunjukkan suatu kebesaran jiwa yang lahir secara spontan, tanpa paksaan
pada umumnya, haji agus salim telah banyak menelurkan beberapa pemikiran
17
W.H. Frederick dan S. Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum dan Sesudah
Revolusi, Jakarta: LP3ES, 1982, hlm. 430-431.
18
Mohamad Sidky Daeng Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia,
Jakarta: PT. Gunung Agung, 1985, Cet. 3, hlm. 112-115
19
Ibid., hlm. 116.
61
SWT. Sebagai suatu ikatan dalam kesatuan konsep ummatan wahidah Ini
berarti bahwa loyalitas pokok individu ialah pada ummah bukan pada negara.
÷Λä⎢Ζä. øŒÎ) öΝä3ø‹n=tæ «!$# |Myϑ÷èÏΡ (#ρãä.øŒ$#uρ 4 (#θè%§xs? Ÿωuρ $Yè‹Ïϑy_ «!$# È≅ö7pt¿2 (#θßϑÅÁtGôã$#uρ
z⎯ÏiΒ ;οtøãm $xx© 4’n?tã ÷Λä⎢Ζä.uρ $ZΡ≡uθ÷zÎ) ÿ⎯ϵÏFuΚ÷èÏΖÎ/ Λä⎢óst7ô¹r'sù öΝä3Î/θè=è% t⎦÷⎫t/ y#©9r'sù [™!#y‰ôãr&
∩⊇⊃⊂∪ tβρ߉tGöκsE ÷/ä3ª=yès9 ⎯ϵÏG≈tƒ#u™ öΝä3s9 ª!$# ß⎦Îi⎫t6ムy7Ï9≡x‹x. 3 $pκ÷]ÏiΒ Νä.x‹s)Ρr'sù Í‘$¨Ζ9$#
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)20
suatu susunan dan usaha persatuan yang harus dikerjakan rakyat secara terus-
20
Depag. RI, Op. Cit, hlm. 50
21
Soekarno, Op. Cit., hlm. 4.
62
kebutuhan akan ikatan kesatuan dalam bentuk hasrat dan keinginan hidup
yang menafikan terhadap asas kelompok kultur, agama, atau suku bangsa
justru menjadi satu policy yang didasarkan atas kekuatan dan ambisi pribadi
22
Endah Dwi Pratiwi (ed.), Soekarno, Indonesia Menggugat, Yogyakarta: Yayasan Untuk
Indonesia, 2001, hlm. 211.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada kerangka ibadah kepada Allah SWT yang dilandasi dengan rasa tulus
62
63
bangsa yang pada saat itu sangat memprihatinkan, karena keadaan bangsa
bangsa tetapi malah diambil oleh negara lain dan juga tenaga warga negara
B. Saran-saran
2. Sikap yang nasionalisme harus selalu ditanamkan dalam diri kita sebagai
keutuhan bangsa.
C. Penutup
berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan skripsi ini masih tidak
keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari
berbagai pihak demi perbaikan yang akan membangun skripsi ini untuk
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
Akmal, Saiful, Islam Dan Nasionalisme dalam http : // saiful 82 akmal. multiply.
com/ journal/ item/52
Bik, Decki Natalis Pigay, Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik Di
Papua, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002.
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakata: Lembaga Kebudayaan
Nusantara (LPKN), 2006.
Departemen Pendidikan RI, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 11, Jakarta: PT.
Cipta Adi Pustaka, 1990.
Griffin, Roger, “Nasionalisme” dalam Roger Eatwell dan Anthony Right (ed),
Ideologi Politik Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2004.
Http :// www .wawasandigital. com/index. php? Option = com_content & task =
view & id = 7348 & Itemid=62
Kutojo, Sutrisno, Riwayat Hidup dan Perjuangan Haji Agus Salim, Jakarta:
Mutiara, 1978.
Madjid, Nurcholis, Suatu Tatanan Islam Terhadap Masa Depan Politik Indonesia,
Jakarta: Prisma Ekstra, 1984.
Mahfud, Moh. MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi),
Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Panitia Buku Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim, Jakarta: Sinar Harapan,
1984.
Phillips, Marianne W. Jorgense dan Louise J., Analisis Wacana: Teori dan
Metode, Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Salam, Shalikin, Haji Agus Salim Hidup dan Perjuangan, Jakarta: Djaya Murni,
1961.
Sevilla, Consuelo G., dkk, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993.
Soeroto, W.H. Frederick dan S., Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum dan
Sesudah Revolusi, Jakarta: LP3ES, 1982.
Suhatno dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Haji Agus Salim dan
Muhammad Husni Thamrin, Jakarta: CV. Dwi Jaya Karya, 1995.
Sargent, Lyman Tower, Contemporary Political Ideologies, terj. Henry
Sitanggang, ”Ideologi-ideologi Politik Kontemporer”, Jakarta: Erlangga,
1987.
Demikian riwayat hidup ini saya buat, yang ditulis dengan sebenar-benarnya.
Nurul Akhsan