SKRIPSI
Oleh
ROSUNNAH
NIM : UB 150122
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka dan bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai allah terhadap
apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At- Tahrim:6).1
1
Anoname, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahanya,(Bandung: Kementerian Agama
RI., 2011), hal. 243
2
Muhammad Husain, Agar Anak Mandiri, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2007), hal.9
v
ABSTRAK
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata satu (S1) Shalawat
beserta salam tidak lupa pula kukirimkan kepada junjunganku Muhammad
Rasulullah Saw
Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada:
Ayahku Tercinta Ali Imran (Alm) Dan Ibundaku Tersayang Zurni mungkin
terimakasih saja tidak cukup untuk membalas semua yang ibu lakukan untuk
Saya sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan saya di UIN STS JAMBI. Ibu
adalah satu-satunya cahaya bagi saya setelah ayah pergi selama 20 tahun lalu
Ibu berusaha menjadi ibu terbaiak dan juga ayah terbaik bagi saya, terimakasih
ibuk.
Dan Kupersembahkan Juga Untuk Kakakku Supri Dewita Dan Kasmawati
Dan Adikku Tersayang M. Tohirin Dan Ibuk Suwaibatul Aslamiahyang Tidak
Pernah Lelah Untuk Mengulurkan Tangannya, acik yang selalu membantu baik
motivasi ketika orang lain menjatuhkan saya, dan juga materil yang selalu acik
bantu untuk saya, Sehingga Saya Bisa Merasakan Pendidikan Dan Pengalaman
Seperti Mereka Yang Mempunyai Orangtua Yang utuh terimkasih Atas Do’a Yang
Telah Kalian Berikan Kepada Saya Sehingga Saya Bisa Menyelesaikan (S1) Di
Uin Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Berbagai Rintangan Dan Kesulitan Yang Saya Hadapitetapi Hal Itu Tidak
Membuat Saya Patah Semangat. Karena Balas Dendam Terbaik Adalah
Kesukesan Yang Hakiki.Dukungan Orang Tua Dan Orang-Orang Terdekat Lah
Yang Selalu Memotivasi Saya Untuk Terus Melangkah Dan Maju Menuju Ke
Sebuah Perubahan
Terimaksih Yang Sebesar-Besarnya Kepada Ibuku Dan Acik Yang Telah Banyak
Berjasa Kepada Saya. Jasamu Yang Sungguh Begitu Besar Dan Tak Akan Pernah
Mampu Saya Balas Tapi Saya Berusaha Membuatmu Bangga Dan Bahagia.
Buat Teman-Teman Sohibati Jannah Yang Selalu Memberikan Saya Motivasi.
Dan Teman-Teman Seperjuangan Khususnya Bimbingan Penyuluhan Islam.
vii
KATA PENGANTAR
viii
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI).
Peneliti juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna yang
disebabkan dari keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan saran dan kritik dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembacanya. Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah
SWT membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
ROSUNNAH
NIM:UB150122
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... …...1
B. Permasalahan.......................................................................... …...4
C. Batasan Masalah..................................................................... …...4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... …...4
E. Kerangka Teori....................................................................... …...5
F. Metode Penelitian................................................................... ….16
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ ….21
H. Studi Relevan ......................................................................... ….23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………67
B. Implikasi Penelitian …….……………………………………….68
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014
1
2
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal shaleh
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (Q.S. Al Bayyinah :7).4
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas
2
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014
3
Anonim, Al-Qur’an, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI.,
2007), 598.
4
Anonim, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, 598.
3
sumber manusia dan generasi muda penerus perjuangan cita-cita bangsa dimasa
yang akan datang nantinya, oleh karena itu anak harus dijaga dan dilindungi dari
perbuatan buruk atau sebagai korban dari perbuatan buruk seseorang yang
berakibat pada perilaku anak dalam perkembangannya.
Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan dan
pola asuh orang tua, pola asuh orangtua disini sangat penting diperhatikan karena
banyak dari pola asuh yang salah dan berdampak buruk pada perilaku anak, seperti
membiarkan anak bekerja dimasa sekolah, sehingga karena terlalu asik bekerja
anak menjadi lupa belajar bahkan harus putus sekolah, orangtua yang permisif,
membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. kurang kontrol terhadap anak yang
menggunakan teknologi canggih seperti handphone dan teman bermain sehingga
anak mengalami kemerosotan jiwa sosial karena lebih peduli game dari pada orang
dilingkungannya.5
Hal ini, sebagaimana yang peneliti temukan pada observasi di Desa Sungai
Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, bahwa masih banyak
anak-anak pada usia pertumbuhan dan perkembangan anak-anak berperilaku
membangkang pada orangtua seperti melawan perkataan orang tua, berkata kotor,
tidak patuh pada orangtua dan bahkan melakukan hal-hal yang salah lainya.6
Sebagai mana yang terlihat pada saat peneliti obsevasi di temukan anak-anak yang
menjawab omongan orangtua dengan keras dan itu di anggap hal biasa oleh anak
karena sering di lakukannya dan orangtua pun juga seperti itu, sebuah
pemandangan yang sangat miris sekali.7
5
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014
6
Observasi Langsung Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin
Kamis, 22 Februari 2018
7
Supri Dewita, Wawancara Bersama Orangtua Kamis 22 Februari 2018
4
Melihat realitas ini, penting kemudian dipahami pola asuh orangtua yang
baik dilakukan seharusnya, untuk menimbulkan dampak yang baik pula, oleh
karena itu studi tentang pola asuh orangtua dan dampaknya terhadap
perkembangan perilaku anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin ini penting untuk dijadikan bahan kajian, peneliti melihat
bahwa pola asuh dan perilaku harus dilihat sejak dini.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran dan teori diatas, dapat peneliti
tegaskan suatu pokok masalah yaitu, bagaimana pola asuh anak yang di berikan
orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau? Untuk menjelaskan
pokok masalah ini, peneliti merincikan dalam beberapa rumusan masalah dibawah
ini:
1. Apa saja bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan
Sungai Manau?
2. Apa kendala orangtua dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di
Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau?
3. Bagaimana dampak pola asuh yang salah di berikan orangtua di Desa Sungai
Pinang Kecematan Sungai Manau?
C. Batasan Masalah
D. Tujuan penelitian
Penelitian ini, secara umum diupayakan untuk mengetahui Studi Tentang
Pola Asuh Orangtua Dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di
Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin? Sedangkan
secara khusus, penelitian ini di tunjukan untuk.
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau?
2. Untuk mengetahui kendala orangtua dalam memberikan pola asuh yang baik
terhadap anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau?
3. Untuk mengetahui dampak pola asuh yang salah di berikan orangtua di Desa
Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau?
Lebih jauh, penelitan ini juga diharapakan dapat mencapai kegunaan yang
bersifat teoritis dan juga praktis, yaitu:
1. Memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Fakultas dakwah
terutama jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
2. Memberikan informasi bagi peneliti mengenai tentang pola asuh orangtua
terhadap perkebangan perilaku anak di desa sungai pinang kecamatan sungai
manau kabupaten merangin.
3. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat dibidang
psikologi, sosiologi, ilmu sosial dan bimbingan penyuluhan yang bekerja di
dinas sosial dan panti-panti sosial maupun pengembangan kemasyarakatan
seperti LSM.
6
E. Landasan teori
Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya Studi tentang
pola asuh orangtua dan dampaknya terhadap perkembangan perilaku anak di desa
sungai pinang kecamatan sungai manau kabupaten merangin. Hal ini dapat dilihat
dalam diagram berikut:
1. Pola asuh
a. Pengertian pola asuh
Dalam kamus besar bahasa indonesia pola asuh berarti corak, model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki
arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,
melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelengarakan)
suatu badaMenurut pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata.8
Pola asuh dalam pandangan singgih D Gunarsa adalah sebagai gambaran
yang di pakai orangtua untuk mengasuh, merawat, menjaga dan mendidik anak.
Sedangkan menurut Chabib Thoha pola asuh adalah suatu cara terbaik yang
dapat di tempuh orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa
tanggung jawab kepada anakn atau lembaga.
Pola asuh orangtua adalah suatu keseluruhan interaksi orangtua dan anak,
di mana orangtua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah
tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi
orangtua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan
optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat,
dan berorientasi untuk sukses.9 Tipe-tipe pola asuh
1) Gaya pelatih emosi (coaching)
Pola asuh orangtua yang berperan membantu anak untuk menangani
emosi terutama emosi negatif sebagai kesempatan untuk menciptakan
8
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014), 23
9
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, 35
7
keakraban tanpa kehilangan kesabaran. Dalam hal ini gaya pelatihan emosi
sangat berkaitan dengan kepercayaan orangtua terhadap anak untuk mengatur
emosi dan menyelesaikan suatu masalah sehingga orangtua bersedia
meluangkan waktu saat anak sedih, marah dan takut serta mengajarkan cara
mengungkapkan emosi yang dapat diterima orang lain.
2) Gaya pengabai emosi (dismissing parenting style)
Pola asuh orangtua tidak mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk
mengatasi emosi anak dan percaya bahwa emosi negatif sebagai cerminan
buruknya keterampilan pengasuhan. Orangtua tipe ini menganggap bahwa anak
terlalu cengeng saat anak sedih sehingga orangtua tidak menyelesaikan masalah
anak dan beranggapan bahwa emosi anak akan hilang dengan sendirinya.
3) Gaya pendisiplinan
Dalam gaya pendisiplinan terhadap para ahli berpendapat dan atas jenis
pola asuh, diantaranya: Elizabeth B Hurluck, sebagai ahli psikologi
perkembangan mengatakan bahwa ada 3 pola asuh, yaitu: Pola asuh Otoriter,
Pola asuh Demokratis, dan Pola asuh Laisses Fire.10
1) Pola asuh otoriter (Aothoritarian parenting).
Pola asuh otoriter adalah pola asuh orangtua yang lebih mengutamakan
membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Cirri-ciri pola asuh
otoriter sebagai berikut:
1. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.
2. Pengontrolan orangtua terhadap perilaku anak sangat ketat.
3. Anak hampir tidak pernah member pujian.
4. Orangtua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah.
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter:
10
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014), Hal 12
8
11
Ibid.,14
9
(d)Suka mendominasi
(e) Tidak jelas arah hidupnya
(f) Prestasinya rendah
c) Pola asuh demokratis (Authoritative parenting)
Pola asuh demoratis adalah pala asuh orangtua yang menerapkan
perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan
cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau
pemikiran-pemikiran.12 Cirri-ciri pola asuh demokrasi sebagai berikut:
(1)Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan control
internal.
(2)Anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut di libatkan dalam
mengambi keputusan.
(3)Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.
(4)Memrioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
(5)Bersikap realitas terhadap kemampuan anak, tidak beharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
(6)Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan.
(7)Pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Dampak pola asuh demokrasi sebagai berikut:
(a) Memiliki rasa percaya diri.
(b)Bersikap bersahabat.
(c) Mampu mengendalikan diri.
(d)Bersikap sopan.
(e) Mau kerja sama.
(f) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
12
Ibid., 16
10
13
Al. Tridhonantho,20
Erika Untari Dewi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua Pada Waria Di
14
melahirkan kita ke dunia, namun mereka yang memberikan kasih sayang adalah
orang tua.15Dalam kehidupan, kadang terjadi yang tidak sesuai kita harapkan,
misalnya sepasang suami istri yang tidak bisa melahirkan anak, atau juga
banyak dari orang-orang yang mengetahui bahwa ia ternyata anak adopsi, ini
adalah bagian kisah hidup tersulit saat kita mengetahuinya.
Orangtua memiliki peran penting dan trategis dalam menentukan kearah
mana dan kepribadian anak yang bagaimana akan dibentuk, dalam konteks
pedagogis, tidak dibenarkan orangtua membiarkan anak tumbuh dan
berkembang tanpa bimbingan dan pengawasan. Bimbingan diperlukan untuk
memberikan arahan yang jelas dan meluruskan kesalahan sikap dan perilaku
anak kejalan yang lurus. Meskipun pengawasan melekat tidak selalu dilakukan
dan tidak mungkin untuk selalu mengikuti dan mendampingi anak, tapi
pengawasan sampai batas-batas tertentu masih dibutuhkan agar sikap dan
perilaku anak terkendali dengan baik. Sikap antisipatif orangtua terhadap anak
ini penting dilakukan secara terus menerus, terutama untuk mengantisipasi
kebiasaan negatif anak. Upaya antisipatif orang tua untuk meredam dan
menghilangkan kebiasaan anak secara berangsur-angsur adalah dengan cara
membina kerukunan pergaulan anak dengan saudaranya dan teman sebaya,
tidak membeda-bedakan masalah agama, status, jasmani, dan suku bangsa,
menemani anak dan membatasi menonton tv, menemani dan membimbing anak
waktu belajar, membatasi membaca komik dan larangan keras membaca buku
porno, majalah porno, novel porno atau melihat sesuatu yang bernuansa
pornografi, pornoaksi, pornowicara, mengantisipasi dan mengawasi keterliban
pada obat terlarang seperti narkoba, ekstasi dan sejenisnya.16
b) Pengertian anak
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan
15
Al. Tridhonantho, 21-25
16
Ibid, 40
12
anak-anak atau juvenile, adalah seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan
belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian
yang sering kali dijadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang
anak.
Secara kodrati, hidup berumah tangga adalah dambaan setiap orang
meskipun secara realitas masih ada yang membujang, keinginan untuk
mempunyai anak adalah dambaan setiap orangtua. Karena belum juga punya
anak, berbagai usaha dilakukan meski terkadang harus bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahagia rasanya ketika usaha itu berhasil diwujudkan. Itulah
anak, buah perpaduan cinta dan kasih sayang sepasang suami-istri. Dalam
Islam, anak tidak hanya diakui sebagai amanah Allah, tetapi juga sebagai
harapan (dambaan, penyejuk mata, dan hiasan dunia).17
1) Anak sebagai Amanah Allah
Artinya: Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? (QS. An-Nahl (16): 72).
Dalam islam anak sangat diperhatikan. Islam tidak membenarkan
memperlakukan anak dengan menyianyiakannya meskipun ia lahir tanpa ayah
karena kasus pemerkosaan. Pada hakikatnya anak adalah amanah dari Allah.
Amanah artinya kepercayaan. Jadi, anak adalah kepercayaan yang diberikan
oleh Allah kepada kedua orangtua yang dititipi untuk melaksanakan tugas-tugas
dari pemberi amanah.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orangtua Dan Komunikasi Dalam Keluarga: (Jakarta:
Rineka Cipta, 2014), 27.
13
Proses amanah Allah kepada kedua orangtua adalah semenjak anak masih
janin, lahir, dan menjelang dewasa, bahkan menjelang mampu beristri bagi
anak lelaki, atau bersuami bagi anak perempuan. Amanah berakhir ketika anak
sudah kawin atau berkeluarga. Karena perkawinan, maka suami bertanggung
jawab terhadap istrinya, dan tanggung jawab anak perempuan yang telah
dikawini berpindah dari orangtua kepada suaminya. Tidak dibenarkan orangtua
terllu campur tangan terhadap rumah tangga anak karena posisi dan kedudukan
orangtua adalah pihak ketiga meskipun dalam perspektif sosiologis posisi
orangtua masih termasuk wilayah extended family (konsep keluarga
diperluas).18
c. Perilaku
1) Pengertian perilaku
Pengertian perilaku tidak dapat dilepaskan dari kaitannya dengan sikap.
Sebaliknya dapat dikemukakan bahwa sikap berkaitan dengan tujuan
memahami kecenderungan-kecenderungan perilaku. Menurut Gunarsa
menyatakan bahwa : “Perilaku adalah segala sesuatu atau tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai tata/cara yang ada dalam suatu kelompok”. 19
Teori beh
aviorisme analisis hanya dilakukan pada perilaku yang tampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Belajar artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek,
rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandan individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
18
Ibid, 28.
19
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi:(Bandung ; PT REMAJA ROSDAKARYA 2007),
46
14
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini,
timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini
adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh
adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Dalam teori behaviorisme terdapat juga beberapa prinsip – prinsip yaitu : objek
psikologi adalah tingkah laku, semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada
refleks, mementingkan pembentukan kebiasaan. Lingkungan sungguh dapat
mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan
dan perilaku adalah sebagai berikut : 20
a) Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku – lingkungan fisik dapat
membatasi apa yang dilakukan manusia.
b) Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku – lingkungan fisik
dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak.
c) Lingkungan membentuk kepribadian.
d) Lingkungan akan mempengaruhi citra diri
2) Bentuk-bentuk perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
20
Ibid 45
15
21
Ibid, 43
16
22
Ibid, 44
17
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji persoalan dalam penelitian ini akan digunakan
pendekatan penelitian kualitatif-deskriptif, yang meminjam istilah Kriek dan
Miller merupakan tradisi penelitian ilmu pengetahuan sosial bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasan yang berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasa dan peristilahan yang digunakan.24 Karena itu dalam
pemahaman Bogdan dan Biklen, data yang dihasilkan dalam penelitian
23
Ibid,44-33
24
Ibid.,16-17
18
kualitatif adalah data diamati. Inilah yang menjadi penyebab studi kualitatif
diistilahkan Inquiry research naturalistik research.25
2. Setting dan subjek penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dalam hal ini adalah lokasi tempat penelitian lapangan
dilakukan. Pemilihan setting harus disertai pertimbangan tertentu, misalnya
pertimbangan rasional, praktis, ataupun ekonomis.26 Peneliti mengambil
lokasi penelitian Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin ini penulis pilih sebagai setting penelitian, yaitu karena
berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti menemukan sesuatu yang
sangat unik dan menarik.
Terlebih lagi alasan yang paling mendasar kenapa peneliti ingin
sekali melakukan penelitian Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Manau Kabupaten Merangin ini adalah kerana satu hal yaitu persoalan pola
asuh orangtua dan perkembangan perilaku anak belum mendapat perhatian
mendalam bagi kebanyakan masyarakat.Terlebih lagi tempatnya yang
strategis dan ekonomis membuat penulis bisa mengunjungi setiap waktu,
sehingga peneliti bisa mendapatkan data yang lebih akurat.
b. Subjek Penelitian
Subjek adalah responden dan imforman yang akan diminta keterangan.
Pemilihan subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang baik adalah subjek
yang lama terlibat aktif dalam medan dan aktivitas yang diteliti, cukup
mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang
akan diteliti, serta memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi
secara benar kepada peneliti.27 Dalam menentukan subjek penelitian ini
penulis menggunakan Tekhnik pengambilan sampel, yaitu menggunakan
25
Ibid.,115-16
26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, 219-220
27
Deddy Mulyana , Metodologi Penelitian kualitatif, (bandung : 2013), Hal 16
19
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, 218-219.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta:Bumi Aksara,1989), 114-115.
30
Arikunto, Prosedur Penelitian, 114.
31
Matthew B. Miles dan A Michael Guberman, Qualitative Data Analysis (a source Book of
new Methoids (Beverly Hills: Sage Publications, 1984), 21-24.
20
32
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alvabeta, 2008), 102.
33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015),
145.
21
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukan
oleh imforman.34
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, beruba catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Agenda
ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang
diteliti.35
d. Studi literatur
Menggunakan bahan-bahan referensi atau kajian pustaka, meliputi buku-
buku, brosur, sturuktur organisasi dan data dari internet yang sesuai dengan
masalah yang dikaji.
6. Tehknik Analisis Data
Tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik analisis data di
lapangan model Miles dan Huberman yaitu analisis dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang
dianggap kredibel. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclution
drawing/Verifecation.36
Langkah analisis ini sebagai berikut:
34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 233.
35
Arikunto, Prosedur Penelitian, 188
36
Sugiono, Op. Cit., 246.
22
sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja,
akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan
sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat
menyenangkan peneliti,38 ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh
memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi, perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motivasi
untuk menjalin hubungan baik yang saling mempercayai antara responden
sebagai objek penelitian dengan peneliti.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci. dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan
dalam upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan
terfokus pada objek penelitian.
Permasalahan dan fokus penelitian. Hal ini diharapkan pula dapat
mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan peneliti
untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan
responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta,
menipu, dan berpura-pura.39
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai data yang diperoleh dari berbagai informan.
38
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,1996), 6
39
Ibid., 23.
24
40
Ibid., 32
41
Ibid.,34
25
H. Studi Relevan
Kajian dan penelitian study tentang pola asuh orangtua dan dampaknya
terhadap perkembangan perilaku anak sudah banyak di lakukan. Berdasarkan
penelusuran penulisan terdapat beberapa karya yang membicarakan tentang pola
asuh orangtua dan dampaknya tehadap perkembangan perilaku anak di antaranya
karya. Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian
Belajar Anak Di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang Kabupaten
Tebo.43Karya ini membicarakan tentang dampak pola asuh permisif orangtua
terhadap kemandirian anak di desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang
Kabupaten Tebo. Ada juga skripsi yang ditulis oleh Darmawati, Pola Asuh
Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di Desa Rantau
Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo. Dalam karya tersebut di jelaskan
tentang pola asuh komunikasi orangtua terhadap penyimpangan perilaku anak di
42
Ibid 117
43
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Anak Di
Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang Kabupaten Tebo.( Jambi: Skripsi BPI UIN STS
Jambi).
26
Desa Rantau Api Kecamatan Ilir Kabupaten Tebo.44 Dan ada juga skripsi, Raina
Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di Desa
Mendalo Indah Provinsi Jambi. Skripsi ini bebicara mengenai dampak pola asuh
orangtua tunggal terhadap perilaku anak di Desa Mendalo Indah Provinsi Jambi.45
Disamping itu ada juga Skripsi, Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola
Asuh Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Mi Negeri Sindutan
Temon Kulon Progo. Karya ini berbica tentang hubungan pola asuh orangtua
dengan motivasi belajar siswa kelas v mi negeri sindutan temon kulon progo.46
Sebagai terlihat di studi relavan ini bahwa belum ada di antara kajian yang
membahas tentang Study Pola Asuh Orangtua Dan Dampaknya Terhadap
Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin, karya-karya diatas adalah berbeda dengan karya yang
sedang penulis rampungkan. Dan tidak ada kesamaan tempat dan judul sejauh ini
penulis telusuri mungkin ada diluar sana yang membahas tentang judul yang sama
sejauh ini belum penulis temukan.Sehingga dapat ditegaskan bahwa akan banyak
perbedaan yang terjadi pada kurun 2018 hingga kini. Melihat adanya perbedaan
setting, tentu saja penelitian yang dihasilkan akan berbeda.
44
Darmawati, Pola Asuh Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di
Desa Rantau Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo (Jambi :Skripsi BPI IAIN STS Jambi).
45
Raina Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di Desa
Mendalo Indah Provinsi Jambi.( Jambi :Skripsi BPI IAIN STS Jambi)
46
Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa
Kelas V Mi Negeri Sindutan Temon Kulon Progo.(Yogyakarta: Skripsi BKI UIN Sunan Kalijaga
2012)
27
27
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
B. Letak Geografis
Secara umum Desa Sungai Pinang merupakan salaah satu desa yang berada
di wilayah Kecamatan Sungai Manau, yang terletak di pinggir sungai dan hutan
(lahan dataran tinggigi), Geografis Desa Sungai Pinang dapat dilihat dari uraian
dibawah ini, luas tanah daerah dan kondisi Geografis Desa Sungai Pinang adalah
dengan batas-batasan sebagai berikut.
1
Ahmad Zakaria Sahmin Orang Tertua Wawancara Dengan Penelit 18 Desember 2018. Dusun
Masjid Desa Sungai Pinang, Catatan Peneliti..
27
28
1. Luas wilayah nya ±4.750 hektar dan berbatas dengan bukit the aka:
a. Sebelah utara berbatas Dengan Desa Palipan
b. Sebelah selatan berbatas dengan dengan Desa Tiangko
c. Sebelah utara berbatas dengan gunung nagan Desa Kampong Bukit Perentak
d. Sebelah timur berbatas dengan sungai serik
2. Kondisi geografisnya adalah sebagai berikut:
a. Ketinggian tanah dari permukaan sungai 100-1.000 M dpl
b. Banyaknya curah hujan 2000-2500 mm/tahun
c. Fotografis daerah ini: dataran rendah dan beriklim trofis
d. Suhu udara daerah ini rata-rata ±26-27 derajat selsius
3. Orbitasi (jarak desa dari pusat pemerintahan desa/kelurahan) yaitu
a. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan :17 KM
b. Jarak dari pusat ibu kota kabupaten :25 KM
c. Jarak dari pusat ibu kota provinsi :400KM2
2
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018.
29
3
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018.
30
Tabel 2.1. Klasifikasi Penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang menurut
jenis kelamin
Tabel 2.2. Keadaan mata pencarian penduduk Dusun Masjid Desa Sungai
Pinang
4
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018
31
Tabel 2.3. Keadaan tingkat pendidikan masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai
Pinang
5
Ahmad Zakaria Sahmin, Imam Masjid Desa Sungai Pinang, Wawan Cara Dengan Peneliti, 18
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
32
Untuk penduduk yang buta huruf ini karena penduduk yang berusia 30
tahun ke atas yang belum mendapat kesempatakan untuk mempelajari kejar
paket A atau pemberantasan buta huruf yang di berikan pemerintah. Misalnya
untuk apa sekolah lagi kita sudah tua, biarkan yang muda saja, alasan mereka
ini sesuai dengan pendapat salah seorang guru sekolah dasar mengatakan.
“penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang ini masih ada yang tidak
mau diajarkan membaca dan menulis, mengurus rumah tangga bagi wanita dan
ada juga yang masih malu untuk belajar karena sudah tua”.
“sedangkan yang tidak tamat ini adalah usia pendidikan mereka sudah
lewat. Kebanyakan dari mereka ini sudah dewasa yang dahulu masih
terpengaruh oleh paham tradisional, yang dahulu mengatakan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi toh guru sudah banyak, dokter sudah banyak polisi
banyak, untuk apa sekolah ujung-ujungnya menjadi ibu rumah tangga saja.
Lebih baik bekerja membantu orangtua dikebun, dapat uang kalau sekolah
menghabiskan uang orangtua saja”.6
b. Keadaan agama
Berdasarkan penelitian bahwasanya penduduk dusun masjid desa sungai
pinang mayoritas adalah penduduk islam, sedangkan yang menganut agama
lain seperti Kristen mereka adalah pendatang dari daerah lain. Khususnya
mereka bekerja di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang, namun pada dasarnya
penduduk asli yang ada di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang beragama islam
seluruhnya.
Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang keadaan agama penduduk
Dusun Masjid Desa Sungai Pinang, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
6
Zurni orang tertua wawancara dengan peneliti, 19 desember 2018. Dusun masjid desa sungai
pinang cacatan penulis.
33
Tabel 2.4. Keadaan agama masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang.
Dalam hal tentang pengelaman agama yang ada di Dusun Masjid Desa
Sungai Pinang menurut data yang peneliti peroleh cukup baik, hal ini dapat di
lihat dalam kegiatan peringatan hari besar islam (PHBI), seperti peringatan
isra’dan mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, dimana masyarakat Dusun
Masjid Desa Sungai Pinang tidak pernah ketinggalan untuk slalu
memperingatinya baik di masjid, di langgar-langgar maupun di sekolah-sekolah
yang ada di Desa Sungai Pinang dan setiap ada acara PHBI di masjid maupun
di langgar-langgar insya allah akan penuh oleh jama’auntuk mendengar hikmah
dari acara PHBI yang di selenggarakan tersebut. Menurut keterangan dari tokoh
masyakrakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang bahwasanya “kegiatan
peringatan hari besar islam di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang telah menjadi
adat kebiasaan bagi penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang itu sendiri”.7
Dusun Masjid Desa Sungai Pinang ini juga memiliki tempat peribadahan
yang dibangun atas swadaya masyarakat sebagai sarana menjalanakan ibadah
adapun tempat peribadahan tersebut terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.5 Keadaan tempat peribadahan Dusun Masjid Desa Sungai Pinang
7
Ahmad Zakaria Sahmin, Imam Masjid Desa Sungai Pinang, Wawan Cara Dengan Peneliti, 18
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
34
8
Dokumen kantor desa sungai pinang,19 desember 2018
35
ringan sama dijinjing” artinya harus bekerja sama, saling gotong royong dalaam
bekerja sehari-hari, misalnya gotong royong membersihkan jalan, membersihkan
masjid dan lain sebagainya. Adapun struktur pemerintahan Desa Sungai Pinang
dapat dilihat di lampiran berikut.
1. Kepala Desa
a. Melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam tugas dan fungsi
Desa Sungai Pinang.
b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh bagian, bidang dan kelompok
jabatan fungsional.
2. Bendahara Desa
a. Kaur pembangunan
b. Kaur umum
c. Kasi kesejahteraan
3. Sekretaris Desa
a. Kadus Muaro Sipin
b. Kadus Dusun Masjid
c. Kadus Talang Ujung 9
9
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 20 Desember 2018
36
BAB III
KENDALA ORANGTUA DALAM MEMBERIKAN POLA ASUH YANG
BAIK TERHADAP ANAK DI DESA SUNGAI PINANG
KECAMATAN SUNGAI MANAU
A. Orangtua dalam Memberikan Pola Asuh yang Baik Terhadap Anak di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Mendidik anak menjadi pribadi yang mandiri bukanlah hal yang mudah,
terutama untuk anak yang masih dalam masa usia pra sekolah. 1 Di tambah lagi
dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh orangtua membuat orangtua
terkadang merasa kuwalahan, adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh
orangtua diantaranya sebagai berikut:
1. Terbatasnya Pengetahuan Orangtua
Orangtua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
anak akan lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu orangtua
akan lebih mampu mengatasi tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan normal
anak. Dalam pengasuhan anak sangat penting sekali pengetahuan dan pengalaman
untuk mendidik dan mengasuh anak. Orangtua adalah pendidik yang utama dan
pertama, namun bila orangtua tidak memiliki pengetahuan yang baik akan
berdampak pada perkembangan anak Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama bapak zul karnaini selaku Sekretaris Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
1
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar
Anak”,(Skripsi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ushuluddin Iniversitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2017), Hal 54.
36
37
2
Zul Karnaini, Sekretaris Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
3
Samsul Bahrun, Kadus Dusun Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 20 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
38
Maka pendidikan adalah hal yang terbesar yang selalu diutamakan oleh para
orangtua, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereaka sejak dini.
Namun, dari sekian banyak faktor itu penyebab utamanya adalah karena
kurangnya pendidikan agama dan hilangnya keteladan yang baik dari orangtua
dalam keluarga. Orangtua terlalu memperhatikan kesejahteraan materi anak,
sementara santapan rohani anak berdasarkan prinsip-prinsip agama, etika dan
sopan santun terabaikan. Tidak sedikit orangtua ditemukan orangtua yang merasa
yang mersa bangga kepada anaknya, karena anaknya memperlihatkan prestasi
belajar yang tinggi dalam mata pelajaran matematika, fisika, kimia, atau bahasa
inggiris. Sebaliknya, tidak jarang ditemukan orangtua yang menunjukan sikap
biasa-biasa saja atau tidak merasa sedih ketika melihat ketika melihat nilai
pelajaran agama anaknya rendah.4
Orangtua seperti yang disebutkan di atas adalah orangtua yang merugi
sebagaimana yang Allah swt. Firmankan dalam Al- Qur’an:
Bila dikaji lebih jauh lagi, ternyata kesalahan orangtua dalam mendidik anak
cukup banyak. Misalnya memakai cara-cara yang tidak bijaksana. Orangtua
menganggap bahwa memarahi, menghardik, mencela, atau memberikan hukuman
fisik sekehendak hati, adalah bentuk dari pendidikan anak, padahal hal itu
4
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 32
5
Anonim, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahanya,(Bandung: Kementerian Agama RI., 2011),
231
39
merupakan kesalahan yang besar. Sebenarnya mendidik anak tidak hanya cukup
bermodalkan materi watak kebapakan dan keibuan tanpa dukungan dengan
kemampuan bagaimana cara-cara mendidik anak yang baik. 6
Banyak orangtua mengalami kesulitan memahami perilaku anak-anak
mereka yang kerap tampak tidak logis dan tidak masuk akal. Seorang anak laki-
laki yang berkelahi dengan adik perempuanya mungkin dimarahi, dihukum, atau
dicabut hak istimewanya seperti menonton televisi, uang saku, atau pesiar khusus,
namun ia akan terus berkelahi dengan adik perempuanya. Perbedaan besar di
antara anak-anak di dalam keluarga yang sama adalah satu lagi sumber lain dari
kebingungan bagi kebanyakan orangtua.
Untuk memahami anak dan membantu perkembangan fisik, intelektual,
sosial, dan emosional mereka, orangtua harus mempunyai pengetahuan tentang
perilaku manusia sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
anak-anak mereka dan dapat berperilaku dengan cara-cara yang dirancang untuk
menstimulasi perkembangan mereka.7 Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara berasama M. Amri selaku bendahara di Desa Sungai Pinang, sebagai
berikut:
“[D]isini masih dusun dan masih jauh dari kota, jauh dari pendidikan yang
bagus, rata-rata anak-anak disini itu nikahnya cepat karena mereka masih
berpikir untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya juga dirumah,
pendidikan itu mereka rasa gak begitu penting karena yang di pentingkan itu
adalah mencari uang, karena mereka mikir dengan mencari uang mereka bisa
bertahan hidup ya pendidikan di nomor dua kan buat mereka, jadi karena
pendidikan mereka yang terbatas sehingga untuk mengasuh anak saja gak tau
coba kalau mereka itu sekolah terus juga belajar bagaimana mendidik anak
yang baik maka anaknya tidak terlalu bermasalah.”8
6
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 32-33
7
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 12
8
M Amri, Sekretaris Desa Sungai Pinang, Wawancara Denga Penulis, 23 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
40
Dari hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa di dalama mendidik anak
itu orangtua harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, pengalaman sehingga
orangtua bisa mensetarakan dengan perkembangan zaman yang semakin maju,
agar anak-anak bisa mendapatkan perhatian dan pendidikan lebih dari orangtua.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Kartini selaku orangtua
di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya mendidik anak dengan cara saya sendiri, dan saya sering kali merasa
kuwalahan dalam mendidik anak sendiri, saya kuwalahan dengan tingkah laku
anak saya yang terlalu nakal dan ingin menang sendiri, mungkin karena
keterbatasan pengalaman dalam mendidik anak saya.”10
9
Fahrudin, Kaur Pembinaan Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 25 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
10
Kartini, Oaringtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 23 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41
11
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan,(Bandung: Refika Aditama 2009). Hal 28
42
12
Nur Aini, Orantua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
13
Nadia Zahra, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
43
14
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 31
44
ada yang kebablasan dan ada juga yang memang faktor ekonomi jadi karena
pergaulan ini yang menyebabkan meraka susah diatur.”15
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua yang terlalu
member kebebasan kepada anak dan tidak pernah peduli dengan anak mereka,
orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka tanpa mengetahui bahwa anak
juga membutuhkan orangtuanya, orangtua yang kurang perhatian sehingga anak-
anak mereka bebas bergaul dengan siapa saja.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala orangtua
dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di Desa Sungai Pinang
Kecamatan Sungai Manau, diantaranya; terbatasnya pengetahuan orangtua, di
mana pengelaman yang terbatas dalam mendidik anak, pendidikan yang terbatas,
dimana orangtua yang tidak sekolah tidak mengerti secara penuh cara mendidik
anak dan pergaulan bebas, di mana anak sering terpengaruh oleh dunia luar dan
bebas.
15
Sabri, Kepala Desa Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 18 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
16
Diyut, Orangtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 22 Sember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
45
BAB IV
BENTUK-BENTUK POLA ASUH ORANGTUA
DI DESA SUNGAI PINANG
1
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal. 4
45
46
2
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal. 4
3
Sabri, Kepala Desa Sungai Pinang, Wawancara dengan Peneliti, 16 Desember 2018,
Kecamatan Sungi Manau, Kabupaten, Rekaman Audio.
4
Save M. Dagum, Psikologi Keluarg,(Jakarta: Renika Cipta, 2013) Hal. 27
47
dari hasil wawancara bersama bapak sekdes, bapak Zul Karnaini selaku sekretaris
Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[O]rangtua di sini kebanyakan tidak mengetahui tentang anak mereka mulai
dari anak-anak bangun tidur sampai sore, orangtua entah dimana, anak-anak
entah dimana bahkan bebas bermain dimana saja terkadang anak-anak mereka
bermain di air orangtua tidak peduli tentang keberadaan anaknya.”5
8
Asmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 22 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
9
Lucki Firmansyah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 22 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
49
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua di sana tidak
pernah memberikan larangan dan memberikan kebebasan kepada anak-anak
mereka untuk melakukan apa saja yang di ingin kan anak-anaknya, mereka
beranggapan dengan memberikan kebebasan anak mereka tidak melakukan hal
yang aneh-aneh padahal anak-anak masih membutuhkan kontrol orangtua.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Rehan Andika selaku
anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya tidak pernah melarang-melarang saya dan memberikan kebebasan
kepada saya, setiap apa saja yang ingin saya lakukan yang penting saya masih
melakukan hal yang masih di jalan yang benar, saya diberi kepecayaan penuh
sama ibu saya, hal ini membuat saya bebas dalam mengikuti segala kegiatan.”11
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua di desa ini
memberikan kebebasan kepada anak untuk mengambil tindakan sendiri tanpa ada
10
Khoiriah, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
11
Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
50
dorongan apa pun dari orangtua selagi hal-hal yang dilakukan masih di jalan yang
positif. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Kasmawati
selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya itu tidak pernah mau belajar di rumah selepas pulang sekolah
ganti baju lanjut bermain karena kurangnya perhatian orangtua, saya kurang
memberikan perhatian kepada anak, itu sebabnya anak saya tidak mau belajar,
anak saya merasa orangtua saya tidak pernah menyuruh saya belajar ya buat apa
saya harus belajar, karena saya tidak pernah mengajarkan kenapa harus belajar
itu yang membuat anak saya seperti ini.”12
12
Kasmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
13
Mardani, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekamana Audio.
51
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua sangat kurang
sekali perhatian kepada anak bahkan orangtua tidak pernah memberikan
pengajaran kepada anak betapa pentingnya belajar itu untuk kelangsungan
hidupnya, karena kebiasaan yang diterapkan orangtua tidak peduli terhadap
pendidikan anak jadi harap maklum jika mempunyai anak yang tidak ingin belajar
sukanya bermain sesuka hatinya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara
bersama Rio Kurniawan selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau belajar, kenapa saya harus belajar orangtua saya saja sibuk
dengan pekerjaannya tanpa mau tau anaknya udah belajar apa belum, udah
makan apa belum, saya sendiri tidak pernah merasakan perhatian dari orangtua
saya, saya merasa orangtua saya tidak sayang kepada saya, malah nenek saya
yang sangat menyayangi saya, yang selalu perhatian ke saya.” 15
14
Helmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Bersama Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
15
Rio Kurniawa, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
52
saya selalu mengatakan kepada anak saya kalau belajar itu bukan hanya di
sekolah belajar itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.”16
16
Supri Dewita, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancar Dengan Peneliti, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
17
M Akbar, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti,27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
53
menjadi anak kesayang padahal itu sudah salah mendidik anak. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Intan Nopita Sari selaku anak di Desa
Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya tidak pernah memberikan hukuman kepada saya, selagi apa yang
saya lakukan masih di jalan yang benar di tambah lagi saya adalah anak satu-
satunya ibu saya, jadi ibu tidak pernah memarahi saya dan selalu tersenyum
saja terhadap apa yang saya lakukan , ditambah lagi saya anak satu-satunya.”21
B. Dampak Pola Asuh yang Salah diberikan Orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau
21
Intan Nopi Tasari, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 19 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
55
22
Elisiti J.( Ed), Spiritual Parenting,(Curiosita:2004), Hal 60
23
Elisiti J.( Ed), Spiritual Parenting,(Curiosita:2004), Hal 61.
56
24
Zarmaili, Ketua Karang Taruna Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 28
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
25
Sarmiyati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
26
M Dafpa, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
57
2. Suka Memberontak
Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam bersikap dan
berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Anak adalah
seorang peniru yang sejati meniru kebiasaan orangtua adalah suatu hal yang sering
anak lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin
melakukan apa yang orangtua lakukan.27 Orangtua dan anak adalah satu ikatan
dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan
keabadian. Tak seorang pun dapat mencerai beraikannya ikatan itu dalam bentuk
hubungan emosional antara anak dan orangtua yang tercermin dalam perilaku,
meskipun suatu saat misalnya, ayah dan ibu mereka sudah bercerai karena suatu
sebab, tetapi hubungan emosional antara orangtua dan anak tidak pernah terhapus.
Sejahat-jahat ayah adalah tetap orangtua yang harus dihormati. Lebih-lebih lagi
terhadap ibu yang telah melahirkan dan membesarkan. Bahkan dalam perbedaan
keyakinan agama sekalipun antara orangtua dan anak, maka seorang anak
diwajibkan menghormati orangtua sampai kapanpun.Sebagaimana dapat dilihat
dari hasil wawancara bersama bapak Anto selaku orangtua di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[S]aya tidak terlalu banyak bertanya kepada anak saya karena saya tidak mau
membuat anak saya kesal terhadap saya lalu memberontak dan melawan kepada
saya, saya bertanya itu pun kalau saya merasa perlu sama anak saya, bukan
maksud saya tidak peduli atau tidak perhatian kepada anak saya, tapi saya tidak
mau anak saya menggap saya orangtua yang terlalu cerewet terhadapnya.”28
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak banyak
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak karena orangtua takut jika
mereka banyak bertanya kepada anaknya akan menimbulkan masalah pada
anaknya, orangtua tidak ingin anak-anaknya menjadi pemberontak dan membuat
anaknya kesal jika dia banyak bertanya kepada anaknya. Sebagaimana dapat
27
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 24-25
28
Anto, Orangtua, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
58
dilihat dari hasil wawancara bersama Ropi Andika selaku anak di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[O]rangtua saya emang tidak terlalu banyak bertanya kepada saya, kalau
orangtua saya bertanyapun itu pasti mereka lagi ada perlu. Mungkin orangtua
saya seperti itu karena mereka tidak ingin membuat saya kesal dan
memberontak atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mengganggu saya atau
yang saya tidak suka atas pertanyaan itu, sehingga orangtua saya sangat jarang
sekali bertanya kepada saya.”29
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak terlalu
banyak bertanya terhadap anak membuat anak tidak mersa kesal terhadap
orangtuanya, bukan berarti orangtua yang tidak peduli akan tetapi orangtua tidak
ingin anaknya menjadi seorang pemberontak, karena terkadang itu seorang anak
tidak ingin dihujani dengan berbagai pertanyaan yang memancing emosinya.
Orangtua boleh saja bertanya kepada anaknya tapi biarkan anak mersa nyaman
dahulu. Setelah itu orantua bisa bertanya kepada anaknya.
Setiap orangtua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan,
dan mendidiknya. Seorang ibu yang melahirkan anak tanpa ayah pun memiliki
naluri untuk memelihara, membesarkan, dan mendidiknya, meski terkadang harus
menanggung beban malu yang berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah
satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap dan perilaku anak dalam menjaga
nama baik keluarga. Lewat sikap dan perilaku anak nama baik keluarga
dipertaruhkan.
Orangtua dan anak dalam keluarga memiliki kedudukan yang berbeda.
Dalam pandangan orangtua, anak adalah buah hati dan tumpuan di masa depan
yang harus dipelihara dan dididiknya agar menjadi anak yang cerdas. Itulah sifat
fitrah orangtua. Sedangkan sifat-sifat fitrah orangtua yang lainya, seperti
diungkapkan oleh M. Thalib adalah senang mempunyai anak, senang anak-
anaknya salih, berusaha menempatkan anak di tempat yang baik, sedih melihat
29
Ropi Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
59
anaknya lemah atau hidup miskin, memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya,
lebih memikirkan keselamatan anak dari pada dirinya pada saat terjadi bencana,
senang mempunyai anak yang bisa dibanggakan, cenderung lebih mencintai anak
tertentu, menghendaki anaknya berbakti kepadanya bersabar menghadapi perilaku
buruk anaknya. Sedangkan menurut tipe-tipe orangtua menurut M. Thalib adalah
penyantun dan pengayom, berwibawa dan pemurah kepada istri, lemah lembut,
dermawan, emosional, mau menang sendiri dan kejam.30
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan
moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundental dalam
bertingkah laku sosial. Seorang anak hanya mampu berperilaku sosial dalam
situasi sosial tertentu secara memadai apabila menguasai pemikiran normal
perilaku moral yang diperlukan untuk situasi sosial tersebut.31Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Eva selaku orangtua di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya suka melawan tidak mau mendengarkan perkataan orangtua, suka
kebut-kebutan di jalan, pergi pulang malam dia terlalu sibuk bermotoran
dengan kawan-kawannya, jika di kasih tau malah marah kembali ke saya
terkadang dia dengar nasehat saya tapi itu waktu duduk saja berapa waktu
kemudian kembali lagi, tingkat kesopananya kurang, mungkin itu semua terjadi
karena saya dan ayahnya sibuk bekerja dia hanya tinggal sendiri, saya pergi
bekeja dari dia masih tidur hingga dia tidur lagi.”32
30
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 27-28
31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015). Hal 38
32
Eva, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
60
33
Rafika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
34
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 14-15
61
“[A]nak-anak disini bebas bergaul dengan siapa saja tidak ada batasan bahkan
anak kecil bergaul dengan teman yang lebih besar atau yang membawa dampak
buruk bagi anak, namun orangtua biasa saja bisa dikatakan tidak membatasi
pergaulan anak-anak mereka dengan siapa saja, jadi tidak heran jika anak
menjadi seorang pembangkang suka melawan dikarenakan mereka bebas
berteman dengan siapa saja, karena anak-anak itu adalah seorang peniru yang
sejati apa yang dia dapat dari lingkungan bermainnya itu lah yang akan
dilakukannya dirumah.”35
35
Suwai, Guru Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
36
Rifatul Husna, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengsan Peneliti, 29 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
62
37
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 33
63
diterima. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Riski selaku
anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak memiliki rasa percaya diri kak, saya sangat susah sekali untuk
beradaptasi dengan teman baru saya, saya takut untuk mengeluarkan pendapat
saya, jangankan mau berpendapat mau ngobrol saja saya takut, saya takut
teman-teman saya tidak menerima saya untuk berteman dengan mereka, jadi
saya lebih suka bermain sendiri saya tidak ingin untuk keluar rumah jika tidak
bersama orangtua saya, itu di karenakan orangtua saya selalu mengancam saya,
saya tidak boleh melakukan ini itu sendirian orangtua saya selalu melarang apa
yang saya lakukan, selalu mengancam takut ini takut itu lah.”38
38
Riski, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
64
menjadi lebih baik. Janji masa datang “nanti” , ” lebih besar”, “ lebih tua”, dan
“lebih kuat” adalah sumber hambatan universal bagi anak-anak.39
Rumah adalah lingkungan belajar dimana anak-anak harus menguasai
banyak keterampilan. Banyak dari keterampilan ini diajarakan secara kebetulan
dan tidak memadai. Bahkan di antara orangtua yang benar-benar berusaha secara
cermat meneruskan keterampilan, ada banyak yang menolak untuk menerima
tingkat prestasi anak yang sekarang karena mereka merasa bahwa penerimaan
seperti ini akan menghambat anak untuk memperbaiki diri.
Dari sudut pandang anak, tidak ada yang pernah menjadi cukup baik karena
sesuatu selalu dapat menjadi lebih menghadapi tanggung jawab yang lebih besar
untuk berpakaian, makan, berlatih buang air, perawatan pribadi, bermain,
berbicara dan berhubungan dengan anak-anak lain. Mereka menjadi berkecil hati
melalui pengalaman mereka dirumah yang telah mengesankan mereka dengan
ketidak mampuan, kekurangan, dan ketidak sempurnaan40. Sebagaimana dapat
dilihat hasil wawancara bersama Afifah selaku anak di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[S]aya sering merasa cemas dan takut jika saya melakukan sesuatu, saya selalu
merasa bahwa saya ini tidak mampu melakukan sesuatu tanpa saya mencobanya
terlebih dahulu, sebelum mencobanya saya sudah merasa saya akan gagal dan
saya tidak mampu melakukannya.”41
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua yang terlalu
sering melarang anak-anak mereka akan membuat anak merasa tanpa anak tersebut
melakukan nya terlebih dahulu anak sudah merasa dirinya akana gagal hal ini
dilakukan oleh orangtua pada saat anak masih kecil orangtua selalu melarang anak
untuk mencoba untuk berbuat sesuatu.
39
Ibid.,33
40
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 33-34
41
Afifah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember
2018,Kecamatan,Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
65
42
Ibid., 35-36.
66
bahwa ini akan memberi mereka perasaan penting dan dimiliki.43 Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Susi selaku anak di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau sekolah karena saya malu dengan teman-teman saya mereka
semua normal bisa melakukan ini itu, sedangkan saya tidak bisa apa-apa, saya
tidak bisa membaca bahkan menulis, di tambah lagi teman-teman selalu
membuli saya mereka selalu mengganggu saya, akhirnya orangtua saya tidak
memperbolehkan saya bersekolah lagi, saya juga sering mengganggu teman
yang sedang belajar, saya mengganggu makanan mereka tapi bukan karena saya
lapar tapi saya ingin mencari perhatian mereka saja.”44
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua malu dengan
kondisi anaknya, akhirnya orangtua memutuskan untuk memberentikan anaknya
sekolah karena malu dengan kondisi anak yang cacat sekaligus tidak mau melihat
anaknya di buli sama teman-teman di sekolah, di tambah lagi anak tersebut suka
menggangu teman-teman, suka mengganggu makanan teman.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak pola asuh yang
salah di berikan orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau,
diantaranya; bersikap impulsif dan agresif, di mana anak tidak mengerti dampak
dari perbuatannya karena ingin dipandang lebih dan arogan, suka memberontak,
dimana anak melawan dan membalas dengan suara tinggi dan kurang memiliki
rasa percaya diri, dimana anak tidak berani untuk mengemukakan pendapat di
depan orang lain.
43
Ibid., 36.
44
Susi, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait pola asuh orangtua dan dampaknya
terhadap perkembangan perilaku anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Manau Kabupaten Merangin, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai
Manau, diantaranya orangtua bersikap tidak peduli, dimana orangatua sibuk
untuk mencari nafkah dan keuangan keluarga, orangtua memberikan kebebasan
kepada anak, di mana orangtua tidak mengatur waktu anak bermain dan juga
bergaul dan orangtua tidak menerapkan hukuman, dimana orangtua tidak
memberikan hukuman sekalipun anaknya melakukan kesalahan.
2. Dampak pola asuh yang salah diberikan orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau, diantaranya; bersikap implusif dan agresif, di mana
anak tidak mengerti dampak dari perbuatannya karena ingin dipandang lebih
dan arogan, suka memberontak, diamna anak melawan dan membalas dengan
suara tinggi dan kurang memiliki rasa percaya diri, di mana anak tidak berani
untuk mengemukakan pendapat di depan orang lain.
3. Kendala orang dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau, diantaranya; terbatasnya
pengetahuan orangtua, di mana pengelaman yang terbatas dalam mendidik
anak, pendidikan yang terbatas, dimana di mana orangtua yang tidak sekolah
tidak mengerti secara penuh cara mendidik anak dan pergaualan bebas, di mana
anak sering terpengaruh oleh dunia luar dan bebas.
67
68
A. Saran-saran
1. Seharusnya anak harus berfikir sebelum melakukan sesuatu perbuatan ingat
apa yang dilakukan akan berdampak pada diri sendiri. Dan ingat apa yang
selalu yang orangtua katakan karena orangtua selalu sayang pada anaknya.
Walaupun sesiunbuk apapun orangtua pasti akan mempedulikan anaknya.
2. Kepada orangtua untuk lebih banyak memperhatikan setiap perkembangan
anaknya. Berikan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Bagaimana selayak
sebagai orangtua terhadap anaknya. Dan selalu mengontrol setiap kegiatan anak
diluar baik saat anak bermain sama teman-temanya. Maupun kegiatan dari
sekolah. Agar tetap mengetahui segala kegiatan anak.
B. Kata Penutup
Alhamdulilah wasyukurila. Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah
SWT, berkat nikmat kesehatan dan karunia ilmu pengetahuan, yang telah
menuntut kehidupan kita tetap pada jalanya. Akhirnya karya tulis berupa skripsi
ini selesai walaupun kadungannya sanagat sederhana dan isinya masih banyak
yang kurang untuk dipahami, namun demikian kemampuan penulis yang bisa
terjangkau.
Untuk menuju kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, dengan penuh
iklas dan pengharapan dari semua pihak. Agar dapat memberikan masukan berupa
kritikan dan saran, supaya skripsi ini bisa lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karya Ilmiah
C. Skripsi
Darmawati, Pola Asuh Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku
Anak Di Desa Rantau Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo (jambi
:Skripsi BPI iain sts jambi
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian
Belajar Anak Di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang
Kabupaten Tebo.( jambi: Skripsi BPI uin sts jambi).
Raina Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di
Desa Mendalo Indah Provinsi Jambi.( jambi :Skripsi BPI iain sts jambi)
Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Motivasi
Belajar Siswa Kelas V Mi Negeri Sindutan Temon Kulon
Progo.(Yogyakarta: skripsi bki uin sunan kalijaga 2012)
D. Wawancara
1. Orangtua
A. Butir-butir Wawancara
No Objek wawancara Sumber data dan Subtansi
Wawancara
1. Kepala desa - bagaimana sejarah desa sungai pinang
– bagaimana pertumbuhan penduduk
desa sungai pinang
-berapa jumlah RT desa sungai pinang
Narasumber : pendaptan masyarakat sini sangat minim mereka bekerja dari pagi
hingga malam kadang membawa hasil yang lebih terkadang ya
hanya cukup untuk makanan sehari-hari saja, kepada kesalamatan
mereka dan ada juga yang bekerja menjadi petani.
Peneliti :untuk yang pertama, bagaimana pak pendapat bapak tentang anak-
anak Di Desa Sungai Pinang ini pak, dan bagaimana pendapat
bapak tentang cara orangtua disini mendidik anak mereka pak?
Narasumber : iya, menurut apa yang saya lihat dan yang saya rasakan, anak-
anak disini itu sangat memprihatiakan baik tentang moral etika,
ahklak maupun didikan dari orangtua sangat kerang sekali, sudah di
sekolah terkadang tidak, ya kareana hidup sesukanya tidak ada
bimbingan dari orantua, ditambah lagi orantua yang selalu tidak
ada waktu untuk menemani anaknya, bahkan mengajak anak
mereka berbicara saja jarang sehingga anak berbuat sesuka hati,
kenapa tidak kerena orantua yang disibukkan dengan pekerjaan
terkadang pergi anak-anak mereak yang masih tidur, pulang dari
bekerja orantuanya lagi capek gimana ada waktu untuk anak, untk
menanyakan kabar anak, kesulitan apa saja yang dialaminya
seharian, bahkan anak-anak disini sopan santunnya kurang, tidak
pernah mau mendengakan perkataan yang baik dari orang lain
selalu membangkang, di kasih tau yang baik malah melawan,
bahkan anak SD saja ada yang sudah merokok, kebutan tidak tau
arah.
Narasumber : iya, kendala yang saat ini dialami ya itu tadi, yang sering terjadi
disni itu masalah pengalaman dan kemampuan orangtua yang
terbatas, apa lagi orantua terlalu tidak peduli dengan pergaulan
yang dilakukan anak-anak mereka, di tambah lagi perkembangan
zaman yang sudah semakin maju apa lagi di tambah dengan tidak
di iringi dengan kemampuan mereka, sehingga kemampuan orantua
tidak bisa mensetarakan dengan pergaulan pada zaman sekarang
akhirnya anak-anak tidak nurut dengan apa yang disampaikan oleh
orangtua. Orangtua banyak yang tidak mengetahui cara mendidika
anak yang benar itu seperti apa ya itu dikeranakan oleh pengalaman
tadi kareana orangtua yang menikah diusia yang mudah juga.
Wawancara bersama Ibu Sarmiyati selaku orangtua Di Desa Sungai Pinang,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Peneliti : untuk yang pertama, bagamana cara ibuk mendidik anak ibuk, apa
saja masalah yang ibu alami dalam mendidik anak ibuk, apa saja
yang ibu lakukan jika anak ibuk melakukan kesalahan?
Narasumber : saya mendidik anak saya seperti apa orantua saya dahulu
mendidik saya, ya tapi saya dahulu mengikuti semua perkataan
saya tetapi anak saya tidak pernah mau mendengarkan perkataan
saya, maunya saya marah-marah dulu, memukul dulu baru mau
berubah, itupun tidak berubah lama berubahnya hanya sebentar
nanti ngulang lagi, di tambah lagi saya yang sangat sedikit waktu
untuk di rumah, terkadang kalau saya marahi anak saya ayahnya
malah balik marah kesaya bahkan saya pernah pulang kerumah
orangtua saya di karenakan saya marahi anak saya yang sangat
nakal tidak mau ikut aturan selalu membangkang suami saya malah
membela anak saya dan akhirnya saja yang jadi marahan dengan
suami saya, dia sangat tidak suka anaknya dimarahi saya atau orang
lain meskipun anak saya itu salah dan akhirnya jika orang lain
menceritakan tingkah laku anak saya diluar rumah ayahnya malah
marah dengan orang itu tidak pernah terima dengan perkataan
orang lain dan tidak boleh orang lain menyalahkan anak saya. Anak
saya tidak pernah patuh dengan orangtua, akibat selalu dimenangin
ayahnya anak saya menjadi anak yang besar kepala dia selalu
merasa dia yang berkuasa jika dia melakukan kesalahan
orangtuanya tidak akan marah, anak saya tidak bisa mengontrol
dirinya, dia selalu memukul temannya dan selalu ingin menang
sendiri, bermain sesuka hati saja tidak mau mendengarkan nasehat
orang lain dia hanya merasa dirinya yang selalu benar.
Semenjak ayahnya selalu marah jika anak nya dimarahi saya tidak
pernah memarahi bahkan saya tidak pernah menerapkan hukuman
jika dia melakukan kesalahan, saya memberikan kebebasan
kepadanya untuk melakukan apa saja. Apa lagi ditambah dengan
pengalaman saya yang sangat sedikit tentang mendidik anak,
apalagi di zaman yang sudah serba canggih ini saya sangat
ketinggalan jauh sekali.
Wawancara bersama M Dafpa selaku anak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin
Peneliti : dek kata ibu adek tidak pernah mau menurut sama ibumu kenapa,
mungkin adek bisa cerita ke kakak?
Narasumber : iya, kenapa tidak saya seperti itu orangtua saya selalu sibuk dan
tidak permemperhatikan saya, kehidupan saya di saya orantua di
orangtua, di tambah lagi ayah selalu membela saya, memanjakan
saya selalu memberikan apa yang saya inginkan tidak pernah
menghukum saya sehingga saya menjadi anak yang manja, tidak
mandiri, agresif, dan saya selalu ingin menang sendiri itu karena
saya sudah terbiasa dengan orangtua saya jadi saya terbawa
kelingkungan, bahkan saya sering memukuli adik sepupu saya
jahili dia karena saya tau jika bibik saya marah kepada saya
orangtua saya akan membela saya, orantua saya tidak pernah
melarang saya apapun itu selalu diikutinya.
Peneliti : dek apakah benar adek tidak berani berbicara di depan orang
banyak? Apa yang membuat adek seperti itu?
Narasumber : iya benar kak saya tidak berani mengemukan pendapat saya
didepan umum, saya gugup sebelum saya mengemukan pendapat
saya, didepan orang banyak saya hanya diam dan tidak pernah
memberikan saran atau pendapat saya takut pendapat saya tidak
diterima oleh orang lain, saya selalu merasa diri saya terlalu banyak
kekurangan, saya tidak mengerti apa-apa, saya minder kak dengan
teman-teman saya, mereka berani untuk berbicara di depan orang
banyak sedangkan saya membayangkan ingin bicara depan umum
saja, keringat dinginnya mulai muncul, gemetar.
Ini semua disebabkan oleh orangtua saya yang selalu melarang ini
itu, mereka selalu ikut andil dalam apa yang saya kerjakan
sehingga saya tidak bisa melakukannya sendiri, apa yang saya
inginkan mereka selalu memberikannya, mereka tidak pernah
percaya untuk melepaskan saya melakukannya sendirian sehingga
saya menjadi takut dan terbiasa dengan perlakuan orangtua saya.
Wawancara bersama Rafika selaku anak Di Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Peneliti : dek, dari informasi yang saya dapat dari orangtua adek, bahwa
adek itu suka memberontak, suka melawan orangtua, terus apakah
benar? Kenapa adek melakukan hal itu kepada orangtua?
Narasumber : iya, seperti apa yang kakak lihat dan kakak dengar dari cerita
orangtua saya kak, memang saya suka memberontak, suka
melawan dan menjawab perkataan orantua saya, abisnya orantua
saya tidak peduli dengan saya mereka hanya sibuk dengan
pekerjaannya, mereka pikir dengan memberikan saya materil tanpa
memberikan perhatian dan kasih sayang itu cukup mungkin kak,
sehingga saya mencari perhatian diluar rumah saya kebutan
sepanjang jalan, saya ganti ganti knalpot motor saya, saya kebutan
sesuka hati saya, dan saya pulang larut jarang pulang kerumah.
Bahkan sering orangtua marah-marah kepada saya, pada saat
mereka cemahin saya terkadang saya jawab kadang saya pergi
tinggalkan mereka yang lagi ngoceh marah.
Saya selalu merasa orangtua tidak sayang pada saya kak makanya
saya seperti itu, abisnya mereka hanya sibuk dengan pekerjaan
mereka tanpa memikirkan anaknya bagaimana, saya butuh
perhatian dari orangtua bukan hanya materi saja kak.
Kantor Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Keadaan Masjid Desa Sungai Pinang, Kampung Masjid, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin.
Keadaan ekonomi Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Wawancara bersama bapak sabri selaku kepala desa di desa sungai pinang
Wawancara bersama datuk ahmad zakaria sahmin orang tertua di desa sungai pinang
Fhoto bersama ibu ismawati selaku orangtua di desa sungai pinang
Fhoto bersama salah satu ibu yang buta huruf di desa sungai pinang
Fhoto anak yang putus sekolah karena malu terlahir ABK
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, adapun tentang tahapan dan rentang waktu penelitian dapat dilihat di bagan
berikut:
Jun Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan Draf
1 x x x x
Proposal
Konsultasi dg Ka.
Jur/Prodi dan
2 x x x
lainnya utk fokus
penelitian
3 Revisi Draf Proposal x x
Proses Seminar
4
Proposal x
Revisi Draf Proposal
5 x
Setelah Seminar
Konsultasi dgn
6 x
Pembimbing
7 Koleksi Data x x x x
Analisa dan
8 Penulisan Draf Awal x x x x x x
Skripsi
Draf Awal dibaca x
9
Pembimbing
10 Revisi Draf Awal x
Draf Dua Dibaca x
11
Pembimbing
12 Refisi Draf Dua x
Draf Dua Revisi x
13
Dibaca Pembimbing
14 Penulisan Draf Akhir x
Draf Akhir Dibaca x
15
Pembimbing
16 Ujian Munaqashah x
Revisi Skripsi
17 Setelah Ujian x
Munaqashah
18 Mengikuti Wisuda
Perlu dijelaskan bahwa jadwal ini tidak bersifat mengikat karena boleh jadi salah satu tahapan berlangsung lebih cepat atau lebih lama.Selain
itu, boleh jadi pula ada tahapan yang berlangsung bersamaan dengan tahapan lain, artinya penjadwalan kan berlangsung secara kondisional.
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Rosunnah
Tempat & Tgl. Lahir : Sei Pinang 06 Oktober 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Lintas Merangin Kerinci, Desa
Sungai Pinang, Kecamatan Sungai
Manau, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi.
B. Riwayat Pendidikan
S1 : 2015
MA SUNGAI MANAU : 2012
SMP NEGERI SATU ATAP 11 MERANGIN : 2009
SD NEGERI 57 SUNGAI PINANG : 2003