Anda di halaman 1dari 110

STUDI TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK DI DESA SUNGAI


PINANG KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Fakultas Dakwah

Oleh
ROSUNNAH
NIM : UB 150122

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MOTO

           

          

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka dan bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai allah terhadap
apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At- Tahrim:6).1

Imam Ghazali mengatakan: “Ketahuilah, bahwasanya mendidik anak


merupakan perkara yang penting dan fundamental. Anak adalah amanah bagi
kedua orang tuanya. Hatinya merupakan mutiara yang suci, berharga, dan
masih kosong dari segala ukiran dan gambaran (pengaruh luar). Hati seorang
anak siap meniru siap menerima segala bentuk ukiran yang diukirkan
padanya. Jika hatinya dipalingkan pada sesuatu, maka niscaya dia akan
berpaling (condong) padanya.2

1
Anoname, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahanya,(Bandung: Kementerian Agama
RI., 2011), hal. 243
2
Muhammad Husain, Agar Anak Mandiri, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2007), hal.9

v
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan/fenomena yang terjadi di Desa


Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin. Hal yang di latar
belakangi oleh cara pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Ada orangtua yang
keras dalam mendidik anaknya, memaksa anaknya untuk berbuat sempurna
dengan gaya pengasuhan yang otoriter, setiap pola asuh yang diterapakan akan
berdampak kepada kemanadirian anak, hal inilah yang melatar belakangi peneliti
untuk melakukan penelitian ini.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif-deskriptif


eksplanatoris, dengan menekankan pada sumber data lapangan sebagai data
primer, serta literatur sebagai sumber kedua sekunder. teknik pengumpulan data
menggunakan teknik obsesi, wawancara dan dokumentasi dengan teknik analisis
data reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan
kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa: pertama, bentuk-bentuk pola


asuh orangtua, orangtua bersikap tidak peduli, orangtua memberikan kebebasan
kepada anak, orangtua tidak menerapkan hukuman. Kedua, dampak pola asuh
yang salah di berikan orangtua, bersikap implusif dan agresif, suka memberontak,
kurang memiliki rasa percaya diri,. Ketiga, kendala orangtua dalam memberikan
pola asuh yang baik terhadap anak, terbatasnya pengetahuan orangtua, pendidikan
yang terbatas, pergaulan bebas.

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata satu (S1) Shalawat
beserta salam tidak lupa pula kukirimkan kepada junjunganku Muhammad
Rasulullah Saw
Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada:
Ayahku Tercinta Ali Imran (Alm) Dan Ibundaku Tersayang Zurni mungkin
terimakasih saja tidak cukup untuk membalas semua yang ibu lakukan untuk
Saya sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan saya di UIN STS JAMBI. Ibu
adalah satu-satunya cahaya bagi saya setelah ayah pergi selama 20 tahun lalu
Ibu berusaha menjadi ibu terbaiak dan juga ayah terbaik bagi saya, terimakasih
ibuk.
Dan Kupersembahkan Juga Untuk Kakakku Supri Dewita Dan Kasmawati
Dan Adikku Tersayang M. Tohirin Dan Ibuk Suwaibatul Aslamiahyang Tidak
Pernah Lelah Untuk Mengulurkan Tangannya, acik yang selalu membantu baik
motivasi ketika orang lain menjatuhkan saya, dan juga materil yang selalu acik
bantu untuk saya, Sehingga Saya Bisa Merasakan Pendidikan Dan Pengalaman
Seperti Mereka Yang Mempunyai Orangtua Yang utuh terimkasih Atas Do’a Yang
Telah Kalian Berikan Kepada Saya Sehingga Saya Bisa Menyelesaikan (S1) Di
Uin Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Berbagai Rintangan Dan Kesulitan Yang Saya Hadapitetapi Hal Itu Tidak
Membuat Saya Patah Semangat. Karena Balas Dendam Terbaik Adalah
Kesukesan Yang Hakiki.Dukungan Orang Tua Dan Orang-Orang Terdekat Lah
Yang Selalu Memotivasi Saya Untuk Terus Melangkah Dan Maju Menuju Ke
Sebuah Perubahan

Terimaksih Yang Sebesar-Besarnya Kepada Ibuku Dan Acik Yang Telah Banyak
Berjasa Kepada Saya. Jasamu Yang Sungguh Begitu Besar Dan Tak Akan Pernah
Mampu Saya Balas Tapi Saya Berusaha Membuatmu Bangga Dan Bahagia.
Buat Teman-Teman Sohibati Jannah Yang Selalu Memberikan Saya Motivasi.
Dan Teman-Teman Seperjuangan Khususnya Bimbingan Penyuluhan Islam.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul
“Studi Tentang Pola Asuh Orang Tua Dan Dampaknya Terhadap
Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sungai Pinang Kecamtan Sungai
Manau Kabupaten Merangin.” Kemudian shalawat dan salam semoga tetap
telimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang teelah
membimbing umatnya kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya
dalam wujud Imam, Islam dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan.
Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendaptkan
arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun
materi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Samsu, S.Ag,M.Pd.I.,Ph.D selaku pembimbing I dan Bapak Edy
Kusnadi, S.Ag.,M.Phil selaku pembimbing II yang telah membantu dan
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. M. Rusdy. M.Pd selaku dosen pembimbing Akademik.
3. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd. selaku ketua prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI) dan Ibu Neneng Hasanah, S.Ag., M.Pd. selaku sektetaris prodi
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
4. Bapak Samsu S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum. selaku wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah UIN STR Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan. MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA. Ph.D. sebagai Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M,Pd
sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, perencanaan dan
Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadillah M.Pd. Sebagai Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN STS Jambi.
8. Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi Beserta Stafnya dan serta Kepala
Perpustakaan Daerah Jambi.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
10.Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

viii
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI).
Peneliti juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna yang
disebabkan dari keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan saran dan kritik dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembacanya. Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah
SWT membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Jambi, Maret 2019


Penulis

ROSUNNAH
NIM:UB150122

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... …....i


NOTA DINAS ................................................................................................. …...ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................ …..iii
PENGESAHAN .............................................................................................. …..iv
MOTTO .......................................................................................................... …...v
ABSTRAK ...................................................................................................... …..vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ….vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. …..viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... …...x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ….xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... …...1
B. Permasalahan.......................................................................... …...4
C. Batasan Masalah..................................................................... …...4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... …...4
E. Kerangka Teori....................................................................... …...5
F. Metode Penelitian................................................................... ….16
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ ….21
H. Studi Relevan ......................................................................... ….23

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Kedudukan dan Dasar Hukum ............................................... ….27
B. Letak Geografis Desa ............................................................. ….27
C. Visi dan Misi Desa ................................................................. ….28
D. Keadaan Sosial Desa Sungai Pinang ...................................... ….29
E. Struktur Organisasi dan Kepengeurusan ................................ ….34

BAB III KENDALA ORANGTUA DALAM MEMBERIKAN POLA


ASUH YANG BAIK TERHADAP ANAK DI DESA SUNGAI
PINANG KECAMATAN SUNGAI MANAU
A. Terbatasnya Pengetahuan Orangtua……………………………36
B. Pendidikan yang Terbatas………………………………………37
C. Pergaulan Bebas……………………………………………........41

BAB IV BENTUK-BENTUK DAN DAMPAK POLA ASUH YANG


DIBERIKAN ORANGTUA DI DESA SUNGAI PINANG
KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN MERANGIN
A. Bersikap Tidak Peduli ............................................................ ….45
B. Memberikan Kebebasan Kepada Anak .................................. ….49
C. Tidak Menerapkan Hukuman…………….………………….....52
D. Bersikap Impulsif dan Agresif………………………………….54
E. Suka Memberontak ................................................................ ….57
F. Kurang Memiliki Rasa Percaya Diri ...................................... ….61

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………67
B. Implikasi Penelitian …….……………………………………….68
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klafikasi Penduduk………………………………………………..30


Tabel 2. 2. Keadaan Mata Pencarian Penduduk…………………………........30
Tabel 2.3. Keadaan Tingkat Pendidikan Masyaraakat………………………..31
Tabel 2. 4. Keadaan Agama Masyarakat……………………………………...33
Tabel 2. 5. Keadaan Tempat Beribadah……………………………………....33
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Hurlock bahwa perlakuan orangtua akan mempengaruhi sikap anak
dan perilaku anak karena sikap orangtua sangat menentukan hubungan keluarga
sebab hubungan yang terbentuk akan cenderung bertahan. Hendaknya orangtua
juga bisa memahami anak-anak mereka dengan baik dan lebih mengenali sikap
dan bakat anak-anaknya yang unik, orangtua sangat di butuhkan dalam membantu
anak-anak mereka dalam mengembangkan dan membina kepribadiannya tanpa
memaksa anak-anak menjadi orang lain.1 Berkomunikasi pada anak sebaiknya
tidak mengeluarkan kata-kata kotor dan juga mengancam dan menghakimi tetapi
dengan perkataan yang mengasihi atau memberi motivasi supaya anak mencapai
keberhasilan dalam pembentukan karakter anak. Adapun salah satu upaya yang di
lakukan untuk membentuk karakter yang baik yakni dengan pendampingan
orangtua yang berbentuk pola asuh.
Pola asuh yang di gunakan orangtua dalam mendidik anak bermacam-
macam, setiap orangtua mempunyai style sendiri yang unik, perlu di pahami
bahwa anakpun tumbuh dan bekembang secara bertahap. Berapa hal yang sangat
penting ditanamkan sejak dini kepada anak adalah pendidikan keimanan,
pendidikan untuk membiasakan beribadah, pendidikan akhlaq, dan pendidikan
emosional. Dan mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada anak karena sangat
berguna bagi kehidupan anak di masa yang akan datang, untuk menanamkan nilai-
nilai perlu secara bertahap dan dengan kesabaran. Perkembangan anak sangat di
pengaruhi banyak hal salah satunya adalah lingkungan dan pola asuh orang tau
dalam mendidik anak, tanpa pemberian kasih sayang yang baik maka potensi anak
tidak akan mampu berkembang secara baik, kasih sayang orangtua sangat

1
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014

1
2

mempengaruhi kecerdasan anak terutama terutama ketika anak memasuki usia


emas mereka interaksi yang baik antara orangtua dengan anak akan mampu
mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak.2
Menurut Islam pola asuh yang Qur’ani, yang telah di jelaskan dalam Al
Qur’an, seperti pola asuh luqman kepada anaknya, merawat mendidik, mengasuh
anak seperti merawat tanaman. Jika pupuknya baik, maka akan baik tumbuhnya.
Begitupun dengan mendidik anak jika dipupuk dengan kalimat-kalimat thayyibah,
kasih sayang, dan akhlak yang baik, maka anak tumbuh dan berkembang dengan
baik. “pendidikan Qur’ani” menurut Hasan Basri Tanjung. Orangtua adalah guru
utama dan keluarga sebagai sekolah pertama untuk melahirkan generasi terbaik.3

         
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengajarkan amal shaleh
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (Q.S. Al Bayyinah :7).4

Al Quran mengingatkan umat islam agar tidak meninggalkan generasi yang


lemah.

           

   


Artinya: “Dan hendaklah takut kepada allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka-merka yang lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S. An Nisa : 9).

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas

2
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014
3
Anonim, Al-Qur’an, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI.,
2007), 598.
4
Anonim, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, 598.
3

sumber manusia dan generasi muda penerus perjuangan cita-cita bangsa dimasa
yang akan datang nantinya, oleh karena itu anak harus dijaga dan dilindungi dari
perbuatan buruk atau sebagai korban dari perbuatan buruk seseorang yang
berakibat pada perilaku anak dalam perkembangannya.
Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan dan
pola asuh orang tua, pola asuh orangtua disini sangat penting diperhatikan karena
banyak dari pola asuh yang salah dan berdampak buruk pada perilaku anak, seperti
membiarkan anak bekerja dimasa sekolah, sehingga karena terlalu asik bekerja
anak menjadi lupa belajar bahkan harus putus sekolah, orangtua yang permisif,
membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. kurang kontrol terhadap anak yang
menggunakan teknologi canggih seperti handphone dan teman bermain sehingga
anak mengalami kemerosotan jiwa sosial karena lebih peduli game dari pada orang
dilingkungannya.5
Hal ini, sebagaimana yang peneliti temukan pada observasi di Desa Sungai
Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, bahwa masih banyak
anak-anak pada usia pertumbuhan dan perkembangan anak-anak berperilaku
membangkang pada orangtua seperti melawan perkataan orang tua, berkata kotor,
tidak patuh pada orangtua dan bahkan melakukan hal-hal yang salah lainya.6
Sebagai mana yang terlihat pada saat peneliti obsevasi di temukan anak-anak yang
menjawab omongan orangtua dengan keras dan itu di anggap hal biasa oleh anak
karena sering di lakukannya dan orangtua pun juga seperti itu, sebuah
pemandangan yang sangat miris sekali.7

5
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014
6
Observasi Langsung Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin
Kamis, 22 Februari 2018
7
Supri Dewita, Wawancara Bersama Orangtua Kamis 22 Februari 2018
4

Melihat realitas ini, penting kemudian dipahami pola asuh orangtua yang
baik dilakukan seharusnya, untuk menimbulkan dampak yang baik pula, oleh
karena itu studi tentang pola asuh orangtua dan dampaknya terhadap
perkembangan perilaku anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin ini penting untuk dijadikan bahan kajian, peneliti melihat
bahwa pola asuh dan perilaku harus dilihat sejak dini.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran dan teori diatas, dapat peneliti
tegaskan suatu pokok masalah yaitu, bagaimana pola asuh anak yang di berikan
orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau? Untuk menjelaskan
pokok masalah ini, peneliti merincikan dalam beberapa rumusan masalah dibawah
ini:
1. Apa saja bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan
Sungai Manau?
2. Apa kendala orangtua dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di
Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau?
3. Bagaimana dampak pola asuh yang salah di berikan orangtua di Desa Sungai
Pinang Kecematan Sungai Manau?

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya studi tentang pola asuh terhadap anak, seperti


pengaruh pola asuh, implikasi pola asuh orangtua dan sebagainya, di sini penulis
membatasi penelitian di dua titik fokus yaitu penelitian ini hanya memfokuskan
pada pola asuh orangtua terhadap anak dan perkembangan perilaku anak di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau.
5

D. Tujuan penelitian
Penelitian ini, secara umum diupayakan untuk mengetahui Studi Tentang
Pola Asuh Orangtua Dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di
Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin? Sedangkan
secara khusus, penelitian ini di tunjukan untuk.
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau?
2. Untuk mengetahui kendala orangtua dalam memberikan pola asuh yang baik
terhadap anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau?
3. Untuk mengetahui dampak pola asuh yang salah di berikan orangtua di Desa
Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau?
Lebih jauh, penelitan ini juga diharapakan dapat mencapai kegunaan yang
bersifat teoritis dan juga praktis, yaitu:
1. Memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Fakultas dakwah
terutama jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
2. Memberikan informasi bagi peneliti mengenai tentang pola asuh orangtua
terhadap perkebangan perilaku anak di desa sungai pinang kecamatan sungai
manau kabupaten merangin.
3. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat dibidang
psikologi, sosiologi, ilmu sosial dan bimbingan penyuluhan yang bekerja di
dinas sosial dan panti-panti sosial maupun pengembangan kemasyarakatan
seperti LSM.
6

E. Landasan teori
Penelitian ini diikat oleh teori yang mengasumsikan adanya Studi tentang
pola asuh orangtua dan dampaknya terhadap perkembangan perilaku anak di desa
sungai pinang kecamatan sungai manau kabupaten merangin. Hal ini dapat dilihat
dalam diagram berikut:
1. Pola asuh
a. Pengertian pola asuh
Dalam kamus besar bahasa indonesia pola asuh berarti corak, model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki
arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,
melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelengarakan)
suatu badaMenurut pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata.8
Pola asuh dalam pandangan singgih D Gunarsa adalah sebagai gambaran
yang di pakai orangtua untuk mengasuh, merawat, menjaga dan mendidik anak.
Sedangkan menurut Chabib Thoha pola asuh adalah suatu cara terbaik yang
dapat di tempuh orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa
tanggung jawab kepada anakn atau lembaga.
Pola asuh orangtua adalah suatu keseluruhan interaksi orangtua dan anak,
di mana orangtua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah
tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi
orangtua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan
optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat,
dan berorientasi untuk sukses.9 Tipe-tipe pola asuh
1) Gaya pelatih emosi (coaching)
Pola asuh orangtua yang berperan membantu anak untuk menangani
emosi terutama emosi negatif sebagai kesempatan untuk menciptakan

8
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014), 23
9
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, 35
7

keakraban tanpa kehilangan kesabaran. Dalam hal ini gaya pelatihan emosi
sangat berkaitan dengan kepercayaan orangtua terhadap anak untuk mengatur
emosi dan menyelesaikan suatu masalah sehingga orangtua bersedia
meluangkan waktu saat anak sedih, marah dan takut serta mengajarkan cara
mengungkapkan emosi yang dapat diterima orang lain.
2) Gaya pengabai emosi (dismissing parenting style)
Pola asuh orangtua tidak mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk
mengatasi emosi anak dan percaya bahwa emosi negatif sebagai cerminan
buruknya keterampilan pengasuhan. Orangtua tipe ini menganggap bahwa anak
terlalu cengeng saat anak sedih sehingga orangtua tidak menyelesaikan masalah
anak dan beranggapan bahwa emosi anak akan hilang dengan sendirinya.
3) Gaya pendisiplinan
Dalam gaya pendisiplinan terhadap para ahli berpendapat dan atas jenis
pola asuh, diantaranya: Elizabeth B Hurluck, sebagai ahli psikologi
perkembangan mengatakan bahwa ada 3 pola asuh, yaitu: Pola asuh Otoriter,
Pola asuh Demokratis, dan Pola asuh Laisses Fire.10
1) Pola asuh otoriter (Aothoritarian parenting).
Pola asuh otoriter adalah pola asuh orangtua yang lebih mengutamakan
membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Cirri-ciri pola asuh
otoriter sebagai berikut:
1. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.
2. Pengontrolan orangtua terhadap perilaku anak sangat ketat.
3. Anak hampir tidak pernah member pujian.
4. Orangtua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah.
Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter:

10
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok Gramedia,
2014), Hal 12
8

(a) Mudah tersinggung


(b)Penakut
(c) Pemurung dan merasa tidak bahagia
(d)Mudah terpengaruh
(e) Mudah stress
(f) Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas
(g)Tidak bersahabat
b) Pola asuh permisif (permissive parenting)
Pola asuh permisif adalah pola asuh orangtua pada anak dalam rangka
membentuk kepribadian dengan cara memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Adapun kecenderungan
orangtua tidak menegur atau memperingatkan apabila anak sedang dalam
bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Sifat
sikap dimiliki orangtua adalah hangat sehingga sering kali disukai oleh
anak.11 Cirri-ciri pola asuh permisif sebagai berikut:
(1)Orangtua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak
diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya
sendiri.
(2)Orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan
dorongan atau keinginannya.
(3)Orangtua kurang menerapkan hukuman pada anak bahkan hampir tidak
menggunakan hukuman.
Dampak pola asuh permisif sebagai berikut:
(a) Bersikap implusif dan agresif.
(b)Suka memberontak.
(c) Kurang memiliki rasa percaya diri

11
Ibid.,14
9

(d)Suka mendominasi
(e) Tidak jelas arah hidupnya
(f) Prestasinya rendah
c) Pola asuh demokratis (Authoritative parenting)
Pola asuh demoratis adalah pala asuh orangtua yang menerapkan
perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan
cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau
pemikiran-pemikiran.12 Cirri-ciri pola asuh demokrasi sebagai berikut:
(1)Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan control
internal.
(2)Anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut di libatkan dalam
mengambi keputusan.
(3)Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.
(4)Memrioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
(5)Bersikap realitas terhadap kemampuan anak, tidak beharap yang
berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
(6)Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan.
(7)Pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Dampak pola asuh demokrasi sebagai berikut:
(a) Memiliki rasa percaya diri.
(b)Bersikap bersahabat.
(c) Mampu mengendalikan diri.
(d)Bersikap sopan.
(e) Mau kerja sama.
(f) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

12
Ibid., 16
10

(g)Mempunyai tujuan atau arahan hidup yang jelas.


(h)Berorientasi terhadap prestasi.
a. Faktor yang mempengaruhi pola asuh
1) Tingkat pendidikan orang tau yang kurang. Orangtua yang memiliki wawasan
kurang baik maka pola asuh yang di berikan kepada anak juga kurang baik. Hal
ini dikarenakan pendidikan akan mempengaruhi kesiapan orangtua dalam
menjalankan pengasuhan.13
2) Usia menikah orangtua yang terlalu muda. Orangtua yang menikah terlalu
muda tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan
kekuatan fisik dan psikososial. Kebanyakan orangtua yang menikah muda
masih terpengaruh oleh emosi dan egois masing-masing. Dari segi fisik mereka
bisa saja siap tetapi dari segi psikososial belum tentu siap. Psikososial yang
matang akan mempengaruhi bagaimana mereka akan menerapkan pola asuh
pada anak nantinya,
3) Pekerjaan orang tua. Hal tersebut yang menyebabkan orangtua salah mengasuh
anak. Orangtua yang terlalu sibuk bekerja akan kurang mendapatkan waktu
bersama anak-anaknya, jadi mereka tidak hanya memberikan materi saja
kepada anak-anaknya dan memberikan kebabasan tanpa adanya pengontrolan
dari orangtua sehingga menyebabkan anak-anak mereka dalam pergaulan14
b. Orangtua dan anak
1) Pengertian orang tua
Orangtua adalah pengertian dari seseorang yang melahirkan kita,
orangtua biologis. Namun orangtua tidak selalu dalam pengertian yang
melahirkan. Orangtua juga bisa terdefinisikan terhadap orangtua yang telah
memberikan arti kehidupan bagi kita. Orangtua adalah orang yang telah
mengasihi kita, memelihara kita sedari kecil. Bahkan walaupun bukan yang

13
Al. Tridhonantho,20
Erika Untari Dewi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua Pada Waria Di
14

Kembang Kuning Surabaya” jurnal hal. 7


11

melahirkan kita ke dunia, namun mereka yang memberikan kasih sayang adalah
orang tua.15Dalam kehidupan, kadang terjadi yang tidak sesuai kita harapkan,
misalnya sepasang suami istri yang tidak bisa melahirkan anak, atau juga
banyak dari orang-orang yang mengetahui bahwa ia ternyata anak adopsi, ini
adalah bagian kisah hidup tersulit saat kita mengetahuinya.
Orangtua memiliki peran penting dan trategis dalam menentukan kearah
mana dan kepribadian anak yang bagaimana akan dibentuk, dalam konteks
pedagogis, tidak dibenarkan orangtua membiarkan anak tumbuh dan
berkembang tanpa bimbingan dan pengawasan. Bimbingan diperlukan untuk
memberikan arahan yang jelas dan meluruskan kesalahan sikap dan perilaku
anak kejalan yang lurus. Meskipun pengawasan melekat tidak selalu dilakukan
dan tidak mungkin untuk selalu mengikuti dan mendampingi anak, tapi
pengawasan sampai batas-batas tertentu masih dibutuhkan agar sikap dan
perilaku anak terkendali dengan baik. Sikap antisipatif orangtua terhadap anak
ini penting dilakukan secara terus menerus, terutama untuk mengantisipasi
kebiasaan negatif anak. Upaya antisipatif orang tua untuk meredam dan
menghilangkan kebiasaan anak secara berangsur-angsur adalah dengan cara
membina kerukunan pergaulan anak dengan saudaranya dan teman sebaya,
tidak membeda-bedakan masalah agama, status, jasmani, dan suku bangsa,
menemani anak dan membatasi menonton tv, menemani dan membimbing anak
waktu belajar, membatasi membaca komik dan larangan keras membaca buku
porno, majalah porno, novel porno atau melihat sesuatu yang bernuansa
pornografi, pornoaksi, pornowicara, mengantisipasi dan mengawasi keterliban
pada obat terlarang seperti narkoba, ekstasi dan sejenisnya.16
b) Pengertian anak
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan

15
Al. Tridhonantho, 21-25
16
Ibid, 40
12

anak-anak atau juvenile, adalah seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan
belum dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian
yang sering kali dijadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang
anak.
Secara kodrati, hidup berumah tangga adalah dambaan setiap orang
meskipun secara realitas masih ada yang membujang, keinginan untuk
mempunyai anak adalah dambaan setiap orangtua. Karena belum juga punya
anak, berbagai usaha dilakukan meski terkadang harus bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahagia rasanya ketika usaha itu berhasil diwujudkan. Itulah
anak, buah perpaduan cinta dan kasih sayang sepasang suami-istri. Dalam
Islam, anak tidak hanya diakui sebagai amanah Allah, tetapi juga sebagai
harapan (dambaan, penyejuk mata, dan hiasan dunia).17
1) Anak sebagai Amanah Allah
           

          

Artinya: Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? (QS. An-Nahl (16): 72).
Dalam islam anak sangat diperhatikan. Islam tidak membenarkan
memperlakukan anak dengan menyianyiakannya meskipun ia lahir tanpa ayah
karena kasus pemerkosaan. Pada hakikatnya anak adalah amanah dari Allah.
Amanah artinya kepercayaan. Jadi, anak adalah kepercayaan yang diberikan
oleh Allah kepada kedua orangtua yang dititipi untuk melaksanakan tugas-tugas
dari pemberi amanah.

17
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orangtua Dan Komunikasi Dalam Keluarga: (Jakarta:
Rineka Cipta, 2014), 27.
13

Proses amanah Allah kepada kedua orangtua adalah semenjak anak masih
janin, lahir, dan menjelang dewasa, bahkan menjelang mampu beristri bagi
anak lelaki, atau bersuami bagi anak perempuan. Amanah berakhir ketika anak
sudah kawin atau berkeluarga. Karena perkawinan, maka suami bertanggung
jawab terhadap istrinya, dan tanggung jawab anak perempuan yang telah
dikawini berpindah dari orangtua kepada suaminya. Tidak dibenarkan orangtua
terllu campur tangan terhadap rumah tangga anak karena posisi dan kedudukan
orangtua adalah pihak ketiga meskipun dalam perspektif sosiologis posisi
orangtua masih termasuk wilayah extended family (konsep keluarga
diperluas).18
c. Perilaku
1) Pengertian perilaku
Pengertian perilaku tidak dapat dilepaskan dari kaitannya dengan sikap.
Sebaliknya dapat dikemukakan bahwa sikap berkaitan dengan tujuan
memahami kecenderungan-kecenderungan perilaku. Menurut Gunarsa
menyatakan bahwa : “Perilaku adalah segala sesuatu atau tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai tata/cara yang ada dalam suatu kelompok”. 19
Teori beh
aviorisme analisis hanya dilakukan pada perilaku yang tampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
Belajar artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek,
rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandan individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.

18
Ibid, 28.
19
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi:(Bandung ; PT REMAJA ROSDAKARYA 2007),
46
14

Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini,
timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini
adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh
adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Dalam teori behaviorisme terdapat juga beberapa prinsip – prinsip yaitu : objek
psikologi adalah tingkah laku, semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada
refleks, mementingkan pembentukan kebiasaan. Lingkungan sungguh dapat
mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan
dan perilaku adalah sebagai berikut : 20
a) Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku – lingkungan fisik dapat
membatasi apa yang dilakukan manusia.
b) Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku – lingkungan fisik
dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak.
c) Lingkungan membentuk kepribadian.
d) Lingkungan akan mempengaruhi citra diri
2) Bentuk-bentuk perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :

20
Ibid 45
15

a) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk


terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap
yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek.
3) Macam-macam perilaku
Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” menjadi
dua, yaitu:
1) Perlaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior”
atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. 21
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior”.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) Merupakan faktor yang
terwujud dalam kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan juga variasi demografi,
seperti : status, umur, jenis kelamin dan susunan. Faktor ini bersifat dari dalam
diri individu tersebut.
a) Pengetahuan

21
Ibid, 43
16

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Di dalam diri orang terebut terjadi proses yang berurutan, yaitu
:22
1. Awarenes (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. . Evaluation (menimbang-nimbang) Menimbang-nimbang terhadap baik
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi
4. Trial Subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesua apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
d. Keyakinan
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar
atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk
mengungkapkan atau mensyaratkan keyakinan agar terjadi perubahan
perilaku.
1) Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam

22
Ibid, 44
17

2) Orang tersebut harus merasakan potensi keserius kondisi itu dalam


bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk bekerja, dan
kesulitan ekonomi.
3) Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan harus yakin
bahwa menfaat yang berasal dari perilaku sehat melebihi pengeluaran
yang harus dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanan serta berada dalam
kapasitas jangkauannya.
4) Harus ada “isyarat kunci yang bertindak” atau sesuatu kekuatan pencetus
yang membuat orang itu merasa perlu mengambil keputusan tindakan.
5) Nilai Secara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat
dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang
menyangkut kesehatan merupakan satu dari dilema dan tantangan penting
bagi para penyelenggara pendidikan kesehatan.23
6) Sikap Kata paling samar namun paling sering digunakan di dalam kamus
ilmu-limu perilaku. Sikap merupakan kecenderungan jiwa atau perasaan
yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari objek, atau situasi

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji persoalan dalam penelitian ini akan digunakan
pendekatan penelitian kualitatif-deskriptif, yang meminjam istilah Kriek dan
Miller merupakan tradisi penelitian ilmu pengetahuan sosial bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasan yang berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasa dan peristilahan yang digunakan.24 Karena itu dalam
pemahaman Bogdan dan Biklen, data yang dihasilkan dalam penelitian

23
Ibid,44-33
24
Ibid.,16-17
18

kualitatif adalah data diamati. Inilah yang menjadi penyebab studi kualitatif
diistilahkan Inquiry research naturalistik research.25
2. Setting dan subjek penelitian
a. Setting Penelitian
Setting dalam hal ini adalah lokasi tempat penelitian lapangan
dilakukan. Pemilihan setting harus disertai pertimbangan tertentu, misalnya
pertimbangan rasional, praktis, ataupun ekonomis.26 Peneliti mengambil
lokasi penelitian Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin ini penulis pilih sebagai setting penelitian, yaitu karena
berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti menemukan sesuatu yang
sangat unik dan menarik.
Terlebih lagi alasan yang paling mendasar kenapa peneliti ingin
sekali melakukan penelitian Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Manau Kabupaten Merangin ini adalah kerana satu hal yaitu persoalan pola
asuh orangtua dan perkembangan perilaku anak belum mendapat perhatian
mendalam bagi kebanyakan masyarakat.Terlebih lagi tempatnya yang
strategis dan ekonomis membuat penulis bisa mengunjungi setiap waktu,
sehingga peneliti bisa mendapatkan data yang lebih akurat.
b. Subjek Penelitian
Subjek adalah responden dan imforman yang akan diminta keterangan.
Pemilihan subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang baik adalah subjek
yang lama terlibat aktif dalam medan dan aktivitas yang diteliti, cukup
mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang
akan diteliti, serta memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi
secara benar kepada peneliti.27 Dalam menentukan subjek penelitian ini
penulis menggunakan Tekhnik pengambilan sampel, yaitu menggunakan

25
Ibid.,115-16
26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, 219-220
27
Deddy Mulyana , Metodologi Penelitian kualitatif, (bandung : 2013), Hal 16
19

tekhnik purposive sampling yaitu tekhnik pengambilan sumber data dengan


pertimbangan tertentu. pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.28
Dalam penelitian ini orangtua adalah sebagai subjek paling penting untuk
memberikan informasi yang penulis harapkan, sedangkan anak dan
komponen lain hanya menjadi faktor pendukung untuk menguji validitas
data dan menjadi perbandingan antara jawaban orangtua dan realita yang
ada.
3. Setting dan subjek penelitian
a. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/
peristiwa, dan dokumentasi. (1) Sumber data berbentuk perkataan maupun
tindakan sumber data orang yaitu sumber data yang bisa memberikan data
berupa jawaban lisan melalui wawancara.29(2) Sumber data
suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam
(suasana).30Meliputi ruangan, suasana, dan proses. Sumber data tersebut
merupakan objek yang akan diobservasi. Sumber data dokumenter atau
berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung
dengan masalah yang diteliti.31
4. Jenis data
a. Data primer

28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, 218-219.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta:Bumi Aksara,1989), 114-115.
30
Arikunto, Prosedur Penelitian, 114.
31
Matthew B. Miles dan A Michael Guberman, Qualitative Data Analysis (a source Book of
new Methoids (Beverly Hills: Sage Publications, 1984), 21-24.
20

Data primer merupakan sumber data penelitian yang dikumpulkan dan


diolah suatu organisasi atau perorangan dari objeknya.32 Data primer dari
penelitian ini adalah dari hasil wawancara langsung penulis bersama
beberapa orangtua di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal, skripsi, buku-buku,
dokumen-dokumen, brosur dan struktur, laporan tahunan dan di. Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, dan studi
relevan lainnya.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku.33
b. Wawancara Semiterstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana fihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,

32
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alvabeta, 2008), 102.
33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015),
145.
21

peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukan
oleh imforman.34

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, beruba catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Agenda
ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang
diteliti.35
d. Studi literatur
Menggunakan bahan-bahan referensi atau kajian pustaka, meliputi buku-
buku, brosur, sturuktur organisasi dan data dari internet yang sesuai dengan
masalah yang dikaji.
6. Tehknik Analisis Data
Tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik analisis data di
lapangan model Miles dan Huberman yaitu analisis dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang
dianggap kredibel. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclution
drawing/Verifecation.36
Langkah analisis ini sebagai berikut:

34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 233.
35
Arikunto, Prosedur Penelitian, 188
36
Sugiono, Op. Cit., 246.
22

a. Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,


memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data (data display) yaitu penyajian data berupa narasi
pengungkapan secara tertulis agar alur kronologis peristiwa dapat
mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dibalik peristiwa tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi-conclusion) yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan selama penelitian berlangsung. Makna yang muncul harus
selalu duji kebenaran dan kesesuaiannya melalui proses pemeriksaan
keabsahan data sehingga validitasnya terjamin.37

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan dapat
dipercaya (reliable), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak sengaja.
Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai bawaan
dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti
37
Ibid, 264
23

sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja,
akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan
sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat
menyenangkan peneliti,38 ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh
memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi, perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motivasi
untuk menjalin hubungan baik yang saling mempercayai antara responden
sebagai objek penelitian dengan peneliti.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci. dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan
dalam upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan
terfokus pada objek penelitian.
Permasalahan dan fokus penelitian. Hal ini diharapkan pula dapat
mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan peneliti
untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan
responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta,
menipu, dan berpura-pura.39
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai data yang diperoleh dari berbagai informan.

38
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,1996), 6
39
Ibid., 23.
24

Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam


penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode,
penyidik, dan teori.
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat realibilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Yaitu dengan cara-cara sebagai berikut;
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
Membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (publik) dengan
apa yang dikatakan di ruang pribadi (privat); Membandingkan apa yang
dikatakan informan pada suatu waktu penelitian tertentu dengan apa yang
dikatakan sepanjang waktu penelitian; Membandingkan keadaan dan perspektif
seorang informan dengan berbagai atau pandangan informan lainnya, seperti
dosen, mahasiswa, atau pimpinan prodi; Membandingkan hasil wawancara
dengan isi dokumen terkait.40
Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan
data dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang
diperoleh melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang
dapat dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Trianggulasi dengan penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil daya yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil
penyelidikan pengamat lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila penelitian
dilakukan dalam suatu kelompok, di mana masing-masing peneliti kemudian
membandingkan hasil penelitiannya.41 Trianggulasi dengan teori, yaitu
pengecekan keabsahan data melalui perbandingan dua atau lebih teori yang

40
Ibid., 32
41
Ibid.,34
25

berbicara tentang hal sama, dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan


banding tentang suatu hal yang diteliti.42 Penerapan teknik tersebut, dapat
dilakukan dengan memasukkan teori-teori pembanding untuk memperkaya dan
membandingkan penjelasan pada teori utama yang digunakan dalam penelitian.
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima
benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan.
Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sambungan,
masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan
data.

H. Studi Relevan
Kajian dan penelitian study tentang pola asuh orangtua dan dampaknya
terhadap perkembangan perilaku anak sudah banyak di lakukan. Berdasarkan
penelusuran penulisan terdapat beberapa karya yang membicarakan tentang pola
asuh orangtua dan dampaknya tehadap perkembangan perilaku anak di antaranya
karya. Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian
Belajar Anak Di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang Kabupaten
Tebo.43Karya ini membicarakan tentang dampak pola asuh permisif orangtua
terhadap kemandirian anak di desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang
Kabupaten Tebo. Ada juga skripsi yang ditulis oleh Darmawati, Pola Asuh
Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di Desa Rantau
Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo. Dalam karya tersebut di jelaskan
tentang pola asuh komunikasi orangtua terhadap penyimpangan perilaku anak di

42
Ibid 117
43
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar Anak Di
Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang Kabupaten Tebo.( Jambi: Skripsi BPI UIN STS
Jambi).
26

Desa Rantau Api Kecamatan Ilir Kabupaten Tebo.44 Dan ada juga skripsi, Raina
Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di Desa
Mendalo Indah Provinsi Jambi. Skripsi ini bebicara mengenai dampak pola asuh
orangtua tunggal terhadap perilaku anak di Desa Mendalo Indah Provinsi Jambi.45
Disamping itu ada juga Skripsi, Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola
Asuh Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Mi Negeri Sindutan
Temon Kulon Progo. Karya ini berbica tentang hubungan pola asuh orangtua
dengan motivasi belajar siswa kelas v mi negeri sindutan temon kulon progo.46
Sebagai terlihat di studi relavan ini bahwa belum ada di antara kajian yang
membahas tentang Study Pola Asuh Orangtua Dan Dampaknya Terhadap
Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau
Kabupaten Merangin, karya-karya diatas adalah berbeda dengan karya yang
sedang penulis rampungkan. Dan tidak ada kesamaan tempat dan judul sejauh ini
penulis telusuri mungkin ada diluar sana yang membahas tentang judul yang sama
sejauh ini belum penulis temukan.Sehingga dapat ditegaskan bahwa akan banyak
perbedaan yang terjadi pada kurun 2018 hingga kini. Melihat adanya perbedaan
setting, tentu saja penelitian yang dihasilkan akan berbeda.

44
Darmawati, Pola Asuh Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak Di
Desa Rantau Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo (Jambi :Skripsi BPI IAIN STS Jambi).
45
Raina Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di Desa
Mendalo Indah Provinsi Jambi.( Jambi :Skripsi BPI IAIN STS Jambi)
46
Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa
Kelas V Mi Negeri Sindutan Temon Kulon Progo.(Yogyakarta: Skripsi BKI UIN Sunan Kalijaga
2012)
27
27

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kedudukan dan Dasar Hukum


Menurut data yang peneliti dapatkan Desa Sungai Pinang terbentuk
berdasarkan adanya pendatang yang disebut oleh masyarakat sungai pinang induk
nan barapek, induk nan barampek datang ke Sungai Pinang dengan maksud
bergembala kerbau dan menikah dengan kepalak dusun jadi itu lah yang disebut
masyarakat Sungai Pinang Keturunan Minang, waktu pemilik kerbau induk nan
barampek balik kepadang tinggal seekor kerbau mereka di dusun tingga, kebau itu
deberinama bujang singek tempat makannya dilubuk singek, tempat berendam
lubukyo, waktu orang tuo kepalak dusun meninggal kebau itu berbaring sendiri
minta di sembelih darah sebelihan bujang singek jatuh keair hilang lenyap darah
itu timbul di lubuk cemedak, itu awal di sebut lubuk ponyok, kepalak kerbau
bujang singek itu yang menjadi pusako Desa Sungai Pinang, setiap ada bencana
selisih paham antara masyarakat Desa Sungai Pinang tanduk kerbau bujang singek
bergerak sendiri, orang tuo kepalak dusun semasa hidup menguburkan emas setaka
yang samapai sekarang masyarakat Sungai Pinang tidak tau dimana kubur emas
setaka peninggalan orang tuo kepalak dusun, metempat makan kerbau disebut
mudek singek tempat berendamnya diberinama lubukyo.1

B. Letak Geografis
Secara umum Desa Sungai Pinang merupakan salaah satu desa yang berada
di wilayah Kecamatan Sungai Manau, yang terletak di pinggir sungai dan hutan
(lahan dataran tinggigi), Geografis Desa Sungai Pinang dapat dilihat dari uraian
dibawah ini, luas tanah daerah dan kondisi Geografis Desa Sungai Pinang adalah
dengan batas-batasan sebagai berikut.

1
Ahmad Zakaria Sahmin Orang Tertua Wawancara Dengan Penelit 18 Desember 2018. Dusun
Masjid Desa Sungai Pinang, Catatan Peneliti..

27
28

1. Luas wilayah nya ±4.750 hektar dan berbatas dengan bukit the aka:
a. Sebelah utara berbatas Dengan Desa Palipan
b. Sebelah selatan berbatas dengan dengan Desa Tiangko
c. Sebelah utara berbatas dengan gunung nagan Desa Kampong Bukit Perentak
d. Sebelah timur berbatas dengan sungai serik
2. Kondisi geografisnya adalah sebagai berikut:
a. Ketinggian tanah dari permukaan sungai 100-1.000 M dpl
b. Banyaknya curah hujan 2000-2500 mm/tahun
c. Fotografis daerah ini: dataran rendah dan beriklim trofis
d. Suhu udara daerah ini rata-rata ±26-27 derajat selsius
3. Orbitasi (jarak desa dari pusat pemerintahan desa/kelurahan) yaitu
a. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan :17 KM
b. Jarak dari pusat ibu kota kabupaten :25 KM
c. Jarak dari pusat ibu kota provinsi :400KM2

C. Visi dan Misi Desa Sungai Pinang


1. Visi desa Sungai Pinang
Melayani masyarakat sungai pinang secara menyeluruh menuju
perubahan demi terwujudnya desa yang maju, mandiri, sehat dan sejahtera di
bawah ridho allah swt.
Sehat : masyarakat yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu
pertanian, perkebunan agar setara dengan desa yang lain.
Mandiri :masyarakat yang mampu mewujudkan kehidupan yang
mengandalkan pada ekonomi, budaya, adat istiadat, politik yang
membangun kekuatan dan kemampuan bersama.
Maju : masyarakat yang mampu mewujudkan kondisi sehat lahir batin.

2
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018.
29

Sejahtera : memberikan dan menciptakan keterbukaan/transparan terhadap


masyarakat di bidang ekonomi,program dan membangun dalam Desa
Sungai Pinang.
2. Misi desa Sungai Pinang
a. Mengoptimalkan kinerja perangkat desa secara memaksimalkan sesuai tugas
pokok dan fungsi perangkat desa demi tercapainya pelayanan yang baik bagi
masyarakat.
b. Meningkatkan kerjasama pemerintahan desa dalam bidang pertanian di Desa
Sungai Pinang.
c. Melaksanakan koordinasi antara mitra kerja.
d. Meningkatkan kapasitas kelembagaan yang ada di Desa Sungai Pinang.
e. Meningkatkan pendidikan agama
f. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sungai Pinang dengan
melibatakan secara langsung dalam berbagai bentuk kegiatan dalam
pembangunan.
h. Melaksanakan kegiatan pembangunan yang jujur, baik dan transparan dan
dapat dipertanggung jawabkan.3

D. Keadaan Sosial Desa Sungai Pinang


1. Keadaan penduduk dan mata pencarian
a. Keadaan penduduk
Desa Sungai Pinang terdiri dari tiga dusun yang didiami oleh berbagai
suku bangsa: suku melayu, suku jawa dan lain-lain kebanyakan dari
penduduk adalah penduduk asli.

3
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018.
30

Tabel 2.1. Klasifikasi Penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang menurut
jenis kelamin

No Nama dusun LK PR JUMLAH


1. Dusun masjid 118 107 225

2. Keadaan mata pencarian


Seperti yang telah penulis uraikan diatas, bahwa penduduk Desa Sungai
Pinang terdiri dari bebagai suku bangsa dan sudah barang tentu mata
pencariannya pun berbeda-beda pula, maka dari itu untuk lebih jelasnya dapat
di lihat dari table dibawah ini.

Tabel 2.2. Keadaan mata pencarian penduduk Dusun Masjid Desa Sungai
Pinang

No Jenis mata pencarian Jumlah


1. Petani 34 orang
2. Wiraswasta 13 orang
3. Pegawai negeri sipil 8 orang
4. Mahasiswa/pelajar 69 orang

Dari jumlah keadaan mata pencarian penduduk Dusun Masjid Desa


Sungai Pinang pada tabel 2 tersebut di atas diambil dari usia penduduk yang
berumur 17 tahun ke atas, kecuali apabila mereka berkeluarga (menikah)
sedangkan penduduk yang belum bekerja pada umumnya, masih belajar baik itu
di bangku TK, SD/MI, SMP/MTS, SMU/SMA dan perguruan tiggi termasuk
pula didalamnya anak-anak yang belum sekolah.4
3. Keadaan pendidikan dan agama
a. Keadaan pendidikan
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia pada
umumnya dan masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang khususnya,
maka pendidikan agama islam mempunyai peranan yang penting dalam

4
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 2018
31

kehidupan sehari-hari untuk membentuk manusia yang beraqidah,dan


berakhlak mulia, dan miningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat dibidang
keagamaan, sihingga dengan adanya pendidikan akan dapat membuka
wawasan dan pikiran masyarakat baik langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang.
Tingkat pendidikan suatu daerah dan wilayah mencerminkan pola dan
taraf berfikir. Hal juga mempengaruhi proses pembangunan suatu bangsa dan
masyarakat. Sehingga dapat dikataakan semakin tinggi pendidikan suatau
masyarakat, maka semakin maju dan berkembang pula masyarakat tersebut dan
akan mudah menerima hasil pembangunan.
Dusun Masjid Desa Sungai Pinang pada dasarnya pendidikan telah
menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga sampai saat ini bisa dikatakan bahwa
yang buta hiruf latin dan huruf AL-QUR’AN untuk generasi 30 tahun kebawah
tidak ada lagi. Hal merupakan hasil nyata dari kehadiran lembaga pendidikan
yang ada di Desa Sungai Pinang . untuk lebih jelasnya berikut ini dapat penulis
uraikan tingkat pendidikan masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang pada
tabel di bawah ini:5

Tabel 2.3. Keadaan tingkat pendidikan masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai
Pinang

No Tingkat pendidikan Jumlah


1. Belum sekolah 28 orang
2. Buta huruf 18 orang
3. Tidak tamat SD 78 orang
4. Tamat SD/sederajat 17 orang
5. Tamat SMP/sederajat 35 orang
6. Tamat SMA/ sederajat 41 orang
7. Perguruan tinggi 22 orang

5
Ahmad Zakaria Sahmin, Imam Masjid Desa Sungai Pinang, Wawan Cara Dengan Peneliti, 18
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
32

Untuk penduduk yang buta huruf ini karena penduduk yang berusia 30
tahun ke atas yang belum mendapat kesempatakan untuk mempelajari kejar
paket A atau pemberantasan buta huruf yang di berikan pemerintah. Misalnya
untuk apa sekolah lagi kita sudah tua, biarkan yang muda saja, alasan mereka
ini sesuai dengan pendapat salah seorang guru sekolah dasar mengatakan.
“penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang ini masih ada yang tidak
mau diajarkan membaca dan menulis, mengurus rumah tangga bagi wanita dan
ada juga yang masih malu untuk belajar karena sudah tua”.
“sedangkan yang tidak tamat ini adalah usia pendidikan mereka sudah
lewat. Kebanyakan dari mereka ini sudah dewasa yang dahulu masih
terpengaruh oleh paham tradisional, yang dahulu mengatakan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi toh guru sudah banyak, dokter sudah banyak polisi
banyak, untuk apa sekolah ujung-ujungnya menjadi ibu rumah tangga saja.
Lebih baik bekerja membantu orangtua dikebun, dapat uang kalau sekolah
menghabiskan uang orangtua saja”.6
b. Keadaan agama
Berdasarkan penelitian bahwasanya penduduk dusun masjid desa sungai
pinang mayoritas adalah penduduk islam, sedangkan yang menganut agama
lain seperti Kristen mereka adalah pendatang dari daerah lain. Khususnya
mereka bekerja di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang, namun pada dasarnya
penduduk asli yang ada di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang beragama islam
seluruhnya.
Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang keadaan agama penduduk
Dusun Masjid Desa Sungai Pinang, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

6
Zurni orang tertua wawancara dengan peneliti, 19 desember 2018. Dusun masjid desa sungai
pinang cacatan penulis.
33

Tabel 2.4. Keadaan agama masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang.

No agama Jumlah Keterangan


1. Islam 223 orang Penduduk asli
2. Kristen 2 orang Pendatang
3. Budha - -
Jumlah 225 orang

Dalam hal tentang pengelaman agama yang ada di Dusun Masjid Desa
Sungai Pinang menurut data yang peneliti peroleh cukup baik, hal ini dapat di
lihat dalam kegiatan peringatan hari besar islam (PHBI), seperti peringatan
isra’dan mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, dimana masyarakat Dusun
Masjid Desa Sungai Pinang tidak pernah ketinggalan untuk slalu
memperingatinya baik di masjid, di langgar-langgar maupun di sekolah-sekolah
yang ada di Desa Sungai Pinang dan setiap ada acara PHBI di masjid maupun
di langgar-langgar insya allah akan penuh oleh jama’auntuk mendengar hikmah
dari acara PHBI yang di selenggarakan tersebut. Menurut keterangan dari tokoh
masyakrakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang bahwasanya “kegiatan
peringatan hari besar islam di Dusun Masjid Desa Sungai Pinang telah menjadi
adat kebiasaan bagi penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang itu sendiri”.7
Dusun Masjid Desa Sungai Pinang ini juga memiliki tempat peribadahan
yang dibangun atas swadaya masyarakat sebagai sarana menjalanakan ibadah
adapun tempat peribadahan tersebut terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.5 Keadaan tempat peribadahan Dusun Masjid Desa Sungai Pinang

No Tempat beribadah jumlah


1. Masjid 2 buah
2. Langgar 3 buah
3. Gereja -

7
Ahmad Zakaria Sahmin, Imam Masjid Desa Sungai Pinang, Wawan Cara Dengan Peneliti, 18
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
34

Berdasarkan tabel tersebut di atas Dusun Masjid Desa Sungai Pinang


memiliki lima peribadahan yang jumlahnya lima buah terdiri dari 2 masjid satu
masjid terletak di dusun talang dan satu lagi dusun masjid, 3 langgar yang mana
2 langgar di dusun talang 1 langgar di dusun muaro sipin, semuanya maasih di
pergunakan oleh masyarkat dalam beribadah. Sedangkan tempat peribadatan
agama lain belum terdapat di desa ini dan hal ini member gambaran bahwa
masyarakat Desa Sungai Pinang merupakan masyarakat yang agamis, di
samping itu juga dikarenakan agama lain pemeluknya masih sedikit
jumlahnya.8
c. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi masyarakat Dusun Masjid Desa Sungai Pinang
secara umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya
jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan
tersebut pada umumnya belum dapat di pastikan bersumber dari hasil usaha
yang di lakukan bisa juga peroleh dari pinjaman modal dari pemerintah.
Penduduk Dusun Masjid Desa Sungai Pinang masih banyak yang tidak
memiliki usaha atau mata pencarian tetap, hal ini dapat di indikasi bahwa
masyarakat Dusun Masjid Desa Sungaai Pinang belum terbebas dari
kemiskinan.

E. Struktur organisasi dan kepengurusan


Dusun Masjid Desa Sungai Pinang kecamtan Sungai Manau Kabupaten
Merangin, penduduknya seperti yang telah peneliti uraikan diatas yang terdiri dari
berbagai suku bangsa kegiatan sehari-hari tidak lagi memandang kesukaan mereka
sehingga dalam pemerintahannya terdapat pula orang-orang yang bukan dari
penduduk asli. Hal ini dimaksudkan agar dapat bekerja sama bahu-membahu
dalam membangun desa, sebagai mana pepatah mengatakan “ Berat sama dipikul

8
Dokumen kantor desa sungai pinang,19 desember 2018
35

ringan sama dijinjing” artinya harus bekerja sama, saling gotong royong dalaam
bekerja sehari-hari, misalnya gotong royong membersihkan jalan, membersihkan
masjid dan lain sebagainya. Adapun struktur pemerintahan Desa Sungai Pinang
dapat dilihat di lampiran berikut.
1. Kepala Desa
a. Melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam tugas dan fungsi
Desa Sungai Pinang.
b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh bagian, bidang dan kelompok
jabatan fungsional.
2. Bendahara Desa
a. Kaur pembangunan
b. Kaur umum
c. Kasi kesejahteraan
3. Sekretaris Desa
a. Kadus Muaro Sipin
b. Kadus Dusun Masjid
c. Kadus Talang Ujung 9

9
Dokumen Kantor Desa Sungai Pinang 20 Desember 2018
36

BAB III
KENDALA ORANGTUA DALAM MEMBERIKAN POLA ASUH YANG
BAIK TERHADAP ANAK DI DESA SUNGAI PINANG
KECAMATAN SUNGAI MANAU

A. Orangtua dalam Memberikan Pola Asuh yang Baik Terhadap Anak di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau

Mendidik anak menjadi pribadi yang mandiri bukanlah hal yang mudah,
terutama untuk anak yang masih dalam masa usia pra sekolah. 1 Di tambah lagi
dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh orangtua membuat orangtua
terkadang merasa kuwalahan, adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh
orangtua diantaranya sebagai berikut:
1. Terbatasnya Pengetahuan Orangtua
Orangtua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
anak akan lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu orangtua
akan lebih mampu mengatasi tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan normal
anak. Dalam pengasuhan anak sangat penting sekali pengetahuan dan pengalaman
untuk mendidik dan mengasuh anak. Orangtua adalah pendidik yang utama dan
pertama, namun bila orangtua tidak memiliki pengetahuan yang baik akan
berdampak pada perkembangan anak Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama bapak zul karnaini selaku Sekretaris Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:

“[K]endala yang sering terjadi disini tu kemampuan orangtua terbatas, orangtua


itu sering gak peduli dengan pergaulan yang dilakukan oleh anak-anaknya, jadi
perkembangan zaman juga sudah semakin maju di tambah lagi tidak di iringi
dengan kemampuan mereka, sehingga kemampuan orangtua tidak bisa

1
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian Belajar
Anak”,(Skripsi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ushuluddin Iniversitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2017), Hal 54.

36
37

mensetarakan dengan pergaulan zaman sekarang akhirnya ya anak-anak tidak


nurut dengan apa yang di sampaikan oleh orangtua.”2

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya pengetahuan


orangtua sehingga, kemajuan zaman sudah semakin canggih sehingga orangtua
tidak bisa mensetarakan dengan pergaulan anak-anaknya, akhirnya anak-anak
menjadi pembangkang tidak mengikuti perkataan orangtua anak-anak bebas
melakukan apa saja sesuka hatinya tanpa kontrol orangtua. Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama samsul bahrun selaku kadus di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[O]rang disini itu banyak yang gak tau nah cara mendidik anak karena
mereka itu gak sekolah, mereka itu rata-rata tamat SD saja maklum lah orang
dulukan mereka memang gak tau cara mendidik anak yang betul itu seperti apa
lagi sekarang apa-apa susah di sini, mau hidup aja harus kerja banting tulang,
jadi orangtua itu sibuk bekerja gak ada lagi waktu mendidik anak jadi
pengetahuan mereka hanya kerja dan kerja, sehingga pengetahuan mereka
terbatas dalam mendidik anak jadi harapan kami sebagai perangkat desa betapa
pentingnya sosialisai orangtua dalam mendidik anak dengan cara kami
mengadakan rapat, dari rapat itu kami memberikan arahan kepada masing-
masing kadus, nanti dari kadus bisa member tahu kepada kk-kk didusun
mereka masing-masing.”3

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa pengetahuan orangtua


yang terbatas mengakibat kepada perkembangan anak-anak mereka, pendidikan
orangtua yang sangat minim sehingga tidak mempunyai pengetahuan dalam
mendidik anak-anak mereka di tambah lagi orangtua hanya di sibukan dengan
kerja dan kerja sehingga tidak ada waktu untuk anak-anak mereka.
2. Pendidikan yang Terbatas
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Keyakinan-keyakinan pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya
memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak.

2
Zul Karnaini, Sekretaris Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
3
Samsul Bahrun, Kadus Dusun Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 20 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
38

Maka pendidikan adalah hal yang terbesar yang selalu diutamakan oleh para
orangtua, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereaka sejak dini.
Namun, dari sekian banyak faktor itu penyebab utamanya adalah karena
kurangnya pendidikan agama dan hilangnya keteladan yang baik dari orangtua
dalam keluarga. Orangtua terlalu memperhatikan kesejahteraan materi anak,
sementara santapan rohani anak berdasarkan prinsip-prinsip agama, etika dan
sopan santun terabaikan. Tidak sedikit orangtua ditemukan orangtua yang merasa
yang mersa bangga kepada anaknya, karena anaknya memperlihatkan prestasi
belajar yang tinggi dalam mata pelajaran matematika, fisika, kimia, atau bahasa
inggiris. Sebaliknya, tidak jarang ditemukan orangtua yang menunjukan sikap
biasa-biasa saja atau tidak merasa sedih ketika melihat ketika melihat nilai
pelajaran agama anaknya rendah.4
Orangtua seperti yang disebutkan di atas adalah orangtua yang merugi
sebagaimana yang Allah swt. Firmankan dalam Al- Qur’an:

             

       


Artinya: Katakanlah “Sesungguhnya orang-orang yang merugi adalah mereka
yang merugikan diri mereka dan keluarga mereka pada hari kiamat.
Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Az-Zumar:15)5

Bila dikaji lebih jauh lagi, ternyata kesalahan orangtua dalam mendidik anak
cukup banyak. Misalnya memakai cara-cara yang tidak bijaksana. Orangtua
menganggap bahwa memarahi, menghardik, mencela, atau memberikan hukuman
fisik sekehendak hati, adalah bentuk dari pendidikan anak, padahal hal itu

4
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 32
5
Anonim, Al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahanya,(Bandung: Kementerian Agama RI., 2011),
231
39

merupakan kesalahan yang besar. Sebenarnya mendidik anak tidak hanya cukup
bermodalkan materi watak kebapakan dan keibuan tanpa dukungan dengan
kemampuan bagaimana cara-cara mendidik anak yang baik. 6
Banyak orangtua mengalami kesulitan memahami perilaku anak-anak
mereka yang kerap tampak tidak logis dan tidak masuk akal. Seorang anak laki-
laki yang berkelahi dengan adik perempuanya mungkin dimarahi, dihukum, atau
dicabut hak istimewanya seperti menonton televisi, uang saku, atau pesiar khusus,
namun ia akan terus berkelahi dengan adik perempuanya. Perbedaan besar di
antara anak-anak di dalam keluarga yang sama adalah satu lagi sumber lain dari
kebingungan bagi kebanyakan orangtua.
Untuk memahami anak dan membantu perkembangan fisik, intelektual,
sosial, dan emosional mereka, orangtua harus mempunyai pengetahuan tentang
perilaku manusia sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
anak-anak mereka dan dapat berperilaku dengan cara-cara yang dirancang untuk
menstimulasi perkembangan mereka.7 Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara berasama M. Amri selaku bendahara di Desa Sungai Pinang, sebagai
berikut:
“[D]isini masih dusun dan masih jauh dari kota, jauh dari pendidikan yang
bagus, rata-rata anak-anak disini itu nikahnya cepat karena mereka masih
berpikir untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya juga dirumah,
pendidikan itu mereka rasa gak begitu penting karena yang di pentingkan itu
adalah mencari uang, karena mereka mikir dengan mencari uang mereka bisa
bertahan hidup ya pendidikan di nomor dua kan buat mereka, jadi karena
pendidikan mereka yang terbatas sehingga untuk mengasuh anak saja gak tau
coba kalau mereka itu sekolah terus juga belajar bagaimana mendidik anak
yang baik maka anaknya tidak terlalu bermasalah.”8

6
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 32-33
7
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 12
8
M Amri, Sekretaris Desa Sungai Pinang, Wawancara Denga Penulis, 23 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
40

Dari hasil wawancara di atas dapat di cermati bahwa pendidikan orangtua


yang terbatas di tambah lagi akses desa kekota itu jauh, faktor ekonomi, sehingga
pendidikan yang dimiliki orangtau hanya seadanya sudah tamat SMP aja
alhamdulilah, jadi mereka tidak mengetahuai cara mendidik anak yang baik itu
bagaimana sehingga anak-anak mereka sangat sulit untuk diberi masukan yang
baik. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Fahrudin selaku
kaur umum di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya akui sebagai perangkat desa saya aja alhamdulilah punya pendidikan
itu saja saya masih masih merasa kurang dan tidak cukup, bukannya saya
membandingkan dangan yang gak sekolah tapi saya rasa kerena pendidikan
alhamdulilah tau cara mendidik anak seperti apa saya tau pergaulan zaman
sekarang yang merajalela di dunia anak-anak itu seperti apa, kita bisa lihat
perkembangan zaman, perkembangan informasi sehingga kita mendidik
anakpun dengan perkembangan zaman, zaman sekarang gak bisa lagi kita main
pukul, kalau main pukulan nanti KDRT, kita masuk penjara untuk itu
pendidikannya itu harus ditingkatkan.”9

Dari hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa di dalama mendidik anak
itu orangtua harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, pengalaman sehingga
orangtua bisa mensetarakan dengan perkembangan zaman yang semakin maju,
agar anak-anak bisa mendapatkan perhatian dan pendidikan lebih dari orangtua.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Kartini selaku orangtua
di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya mendidik anak dengan cara saya sendiri, dan saya sering kali merasa
kuwalahan dalam mendidik anak sendiri, saya kuwalahan dengan tingkah laku
anak saya yang terlalu nakal dan ingin menang sendiri, mungkin karena
keterbatasan pengalaman dalam mendidik anak saya.”10

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa betapa pentingnya


pendidikan bagi perkembangan perilaku anak agar orangtua tidak merasa
kuwalahan dalam mendidiknya anak-anak mereka, karena dengan seiring

9
Fahrudin, Kaur Pembinaan Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 25 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
10
Kartini, Oaringtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 23 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41

perkembangan zaman anak-anak akan semakin membutuhkan bimbingan


orangtuanya agar tidak salah melangkah.
3. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah suatu perilaku menyimpang yang melewati batas
kewajiban, tuntutan, syarat dan perasaan malu. Anak yang diberikan kebebasan
melakukan apa yang ia inginkan, maka anak akan kesulitan mengontrol dirinya.
Kalau sejak kecil anak tidak pernah diberikan peraturan. Maka anak akan
berkembang menjadi pelanggar norma dan peraturan. Akan selalu bertindak
tergesa-gesa, tanpa memikirkan dampaknya. Dan sampai terjerumus kedalam
pergaulan bebas. Anak akan merasa dirinya tidak pernah di perhatikan oleh
orangtuanya sehingga anak bertindak tanpa memikirkan dampak dari
perbuatannya.
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik maupun psikis. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri
secara emosional dari orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang
baru sebagai dewasa, namun tidak semua remaja mengalami perubahan itu
secara baik, ada yang mengarah pada perubahan yang baik dan juga yang
mengarah pada perubahan yang buruk dan menjerumuskan dirinya sendiri.11
Anak akan tumbuh menjadi remaja yang tidak terkontrol. Anak memiliki
kesempatan untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan bebas
yang pada akhirnya merugikan pihak anak dan orangtua. Anak akan memiliki
kemampuan komunikasi yang buruk. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Nur Aini selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai
berikut:
“[S]aya memang terlalu sibuk dengan urusan saya, tanpa saya sadari kalau anak
saya terjerumus kejalan yang tidak baik karena kurangnya perhatian dari saya.
Saya merasa menyesal karena perbuatan saya sendiri anak saya menjadi begitu

11
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan,(Bandung: Refika Aditama 2009). Hal 28
42

karena mungkin merasa kecewa dengan orangtuanya yang tidak pernah


memikirkannya. Anak saya mencari ketenangan diluar tanpa saya sadari. Ini
semua memang kesalahan terbesar yang saya lakukan.”12

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa betapa pentingnya


kepedulian orangtua terhadap anaknya, sebagai orangtua anak harus diperhatikan,
mau kemana pergi anak, orangtua harus bertanya kepada anak biar anak merasa
bahwa mereka dibutuhkan dan diperhatikan, supaya anak merasa orangtua peduli
terhadapnya dan supaya anak tidak merasa dibiarkan mau kemana, sama siapa,
karena orangtuanya perduli terhadapnya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Nadia Zahra selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai
berikut:
“[S]aya begini karena saya merasa orangtua tidak memperhatikan saya,
orangtua saya tidak pernah melarang saya mau kemanapun dan apapun yang
saya lakukan orangtua mana pernah nanya. Saya begini mungkin orangtua saya
senang, melihat saya terjerumus dalam hal yang tidak baik itu semuanya salah
orangtua saya. Yang tidak pernah ada waktu untuk saya, tidak pernah
memberikan anaknya perhatian.”13

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa betapa pentingnya


perhatian orangtua bagi pertumbuhan anak, jadi orangtua harus meluangkan
waktunya untuk anak-anak mereka agar anaknya tidak mencari perhatian diluar
rumah, anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang orangtua agar
mereka tidak terjerumus kedalam sebuah pergaulan yang sangat merusak akhlak
dan moral anak.
Pergaulan bebas dimana ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi
pembentukan pribadi seseorang. Keyakinan dan pemikiran dan perilaku ayah ibu
dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan

12
Nur Aini, Orantua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
13
Nadia Zahra, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
43

perilaku anak, kareana kepribadian manusa muncul berupa lukisan-lukisan pada


berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Dalam keluarga orangtua bertanggung jawab memberikan pendidikan
kepada anaknya dengan pendidikan yang baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan
spiritual yang luhur. Namun sayangnya, tidak semua orangtua dapat
melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di masyarakat sering ditemukan anak-
anak nakal dengan sikap dan perilaku jahil yang tidak hanya terlibat dalam
perkelahian, tetapi juga terlibat dalam pergaulan bebas, perjudian, pencurian,
narkoba, dan sebagainya.
Masalah perilaku seksual anak misalnya, terutama remaja yang berpacaran,
tidak hanya ditemukan di masa lalu, sekarang juga masih ditemukan dalam
pergaulan antara remaja. Sepertinya merupakan hal biasa bagi para remaja. ironis
memang, tetapi inilah kenyataan objektif dalam kehidupan kalangan remaja. Tentu
saja masalah ini tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi
penyebabnya, antara lain karena keluarga yang broken home, kurangnya
pendidikan agama, miskinnya pendidikan akhlak, atau karena kesalahan dalam
memilih teman.14Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama bapak
Sabri selaku Kepala Desa Di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
‘[U]ntuk sekarang anak-anak disini mereka itu sudah aneh-anehlah
pergaulanya, disini banyak yang menikah di usia muda, kenapa kerana mereka
itu sudah berperilaku seperti anak-anak di luar negeri sana, diluar sana
kehidupan bebas disinikan desa yang beradab tapi karena pergaulan dari HP
yang terutama skarang ya HP lah mereka sekarang disibukan dengan bermain
HP, anak-anak yang kecil-kecil itu seharusnya sore-sore harus sekolah
madrasah, mengaji karena sibuk bermaian HP, meraka jadi lupa dan jarang
mengaji, main geme di HP itu banyak iklan-iklan tu terkadang banyaknya yang
gak cukup bahan lah, bajunya kebalik lah, sehingga anak-anak disini udah
terpengaruhi oleh gambar-gambar seperti itu sehingga ketika bergaul mereka
sudah layaknya seperti orangtua, makanya banyak yang menikah muda disini,

14
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 31
44

ada yang kebablasan dan ada juga yang memang faktor ekonomi jadi karena
pergaulan ini yang menyebabkan meraka susah diatur.”15

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa betapa pentingnya


pengetahuan dan pendidikan, agar tidak membuat anak-anak salah dalam
mengikuti perkembangan zaman, karena pengetahuan orangtua yang kurang
membuat anak-anak mereka menjadi bebas dalam bergaul dan mengikuti
perkembangan zaman yang salah, jadi pendidikan dan pengetahuan orangtua
dalam mendidik anak itu sangat penting. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Diyut selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai
berikut:
“[S]aya sadar selama ini saya terlalu memberikan kebebasan kepada anak saya,
sebenarnya saya juga tidak mau anak seperti ini tapi ini mungkin karena saya
dan ayahnya terlalu sibuk dengan perkerjaan kami masing-masing makanya
saya membiarkan anak saya dengan siapa dia mau bergaul, saya sadar selama
ini saya tidak memberikan perhatian kepada anak saya.”16

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua yang terlalu
member kebebasan kepada anak dan tidak pernah peduli dengan anak mereka,
orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka tanpa mengetahui bahwa anak
juga membutuhkan orangtuanya, orangtua yang kurang perhatian sehingga anak-
anak mereka bebas bergaul dengan siapa saja.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala orangtua
dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di Desa Sungai Pinang
Kecamatan Sungai Manau, diantaranya; terbatasnya pengetahuan orangtua, di
mana pengelaman yang terbatas dalam mendidik anak, pendidikan yang terbatas,
dimana orangtua yang tidak sekolah tidak mengerti secara penuh cara mendidik
anak dan pergaulan bebas, di mana anak sering terpengaruh oleh dunia luar dan
bebas.

15
Sabri, Kepala Desa Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 18 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
16
Diyut, Orangtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 22 Sember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
45

BAB IV
BENTUK-BENTUK POLA ASUH ORANGTUA
DI DESA SUNGAI PINANG

A. Bentuk-Bentuk Pola Asuh Orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan


Sungai Manau

1. Orangtua Bersikap Tidak Peduli


Segala hal yang terjadi pada anak akan selalu menjadi tanggung jawab
orangtuanya, termasuk keluhan dan rasa tidak nyaman yang mungkin coba
ditunjukannya. Pada titik ini hal yang perlu dipertanyakan adalah pola asuh yang
kita terapkan kepada mereka. Sudah menjadi kewajiban orangtua untuk segala
kebutuhannya, baik itu fisik atau psikis. Orangtua bersikap acceptance tinggi
namun kontrolnya rendah, anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat
berbuat sekehendaknya sendiri. Orangtua sadar akan tanggung jawab mereka
membesarkan anak, tetapi banyak yang masih berpegang pada metode yang
tradisional dan tidak efektif. Akibatnya, banyak orangtua merasa frustasi dan kalah
ketika metode ini tidak manjur dan dengan demikian suatu lingkaran setan pun
terbentuk. Digerakkan oleh perasaan bertanggung jawab, orangtua tidak dapat
mentoleransi kekalahan di dalam bidang ini yang bagi banyak orangtua adalah
tugas mereka yang terpenting. Mereka menjadi takut akan kemungkinan akibat
tragis yang mungkin terjadi jika mereka tidak dapat mengendalikan anak-anak
mereka. 1
Oleh karena itu, mereka menuntut penerimaan yang patuh akan permintaan
mereka untuk apa yang mereka anggap sebagai perilaku yang benar. Orangtua
tidak sadar bahwa mereka bertindak bukan demi kepentingan anak, melainkan
demi kepentingan wewenang mereka sendiri yang sudah hancur. Jadi, sementara
mereaka meningkatkan tuntutan akan kepatuhan, anak-anak meningkatkan

1
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal. 4

45
46

pemberontakan dan tantangan mereka.2 Sebagaimana dapat dilihat dari hasil


wawancara bersama kepala desa Bapak Sabri selaku kepala desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[O]rangtua di sini itu kurang mengontrol anak-anak mereka, karena mereka itu
sibuk kerja di tambang emas, kadang masuk hutan seharian, sehingga mereka
tidak ada mengontrol anak mereka, maka anak mereka menjadi nakal karena
kurang perhatian orangtua.”3

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian


orangtua menyebabkan anak menjadi nakal, sehinga orangtua perlu memberikan
perhatian pada anaknya, agar anak-anak mereka tidak mengalami kemerosotan
dalam perilaku maupun prestasi. Ketika hamil praktis seorang ibu kurang
memperhatikan anak-anaknya yang lain. Sebuah peran ini bisa diambil alih oleh
ayah. Ayah dapat menjaga anak-anak ini untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
dan mengarahkan meraka supaya menerima anggota yang baru. Bittman dan Zalk
menemukan lebih dari 34 persen kaum ayah menghabiskan waktunya bermaian
bersama anak-anak selama istrinya hamil.
Keterlibatan ayah lebih menonjol pada masa ini dibandingkan sebelumnya.
Cecily Legg, Ivan Sherick, dan William Wadland meneliti bagaimana reaksi anak
terhadap adiknya yang baru lahir. Mereka menemukan sejumlah reaksi negatif.
Anak-anak mengungkapkan rasa tidak senang karena sikecil buang air kecil
sembarangan, menangis di waktu malam, dan botol susu yang berserakan. Mereka
jijik melihat isap ibu jari dan lainnya. Di ungkapkan pula dalam penelitian ini,
masa kehamilan semakin meningkat keterlibatan ayah mengasuh anak-anak yang
sudah besar. Berkurangnya perhatian ibu terhadapa anak lain terutama ibu lebih
memikirkan janin dalam kandungannya.4 Sebagaimana dapat itu semakin dilihat

2
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal. 4
3
Sabri, Kepala Desa Sungai Pinang, Wawancara dengan Peneliti, 16 Desember 2018,
Kecamatan Sungi Manau, Kabupaten, Rekaman Audio.
4
Save M. Dagum, Psikologi Keluarg,(Jakarta: Renika Cipta, 2013) Hal. 27
47

dari hasil wawancara bersama bapak sekdes, bapak Zul Karnaini selaku sekretaris
Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[O]rangtua di sini kebanyakan tidak mengetahui tentang anak mereka mulai
dari anak-anak bangun tidur sampai sore, orangtua entah dimana, anak-anak
entah dimana bahkan bebas bermain dimana saja terkadang anak-anak mereka
bermain di air orangtua tidak peduli tentang keberadaan anaknya.”5

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian


orangtua menyebabkan anak menjadi nakal, dan bebas bermain dimana saja dan
melakuakan apa saja tanpa kontrol orangtua karena kurang nya perhatian dari
orangtua di sana membuat anak-anak mereka menjadi bebas. Sebagaimna dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Hendra selaku orangtua di Desa Sungai
Pinang sebagai berikut:
“[A]nak- anak saya memiliki sifat yang susah di atur sering kali membangkang
dengan perkataan saya dan suka berkata kasar, kotor dan sering kali melawan,
dikarenakan rumah tangga kami sering mengalami masalah anak saya yang
tadinya masih membutuhkan kasih sayang ayahnya sedangkan ayahnya tidak
peduli dengan saya dan anak-anak terkadang pulang terkadang tidak ayahnya
sibuk dengan wanita simpanannya.”6

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian


dan kontrol orangtua membuat perilaku anak menjadi nakal dan tidak sopan
kepada orangtua dan ditambah lagi masalah rumah tangga orangtua yang tidak lagi
harmonis hingga anak-anak mereka menjadi korbannya. Sebagaimana dapat dilihat
dari hasil wawancara bersama Muhammad Robil selaku anak di desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[Y]a saya tidak pernah peduli dengan perkataan orangtua saya karena mereka
hanya sibuk dengan masalah mereka saja, mereka bahkan tidak peduli tentang
saya, saya hanya di rawat ibu sedangkan ayah sering tidak pulang kerumah
hanya sibuk dengan dirinya sendiri tidak memikirkan kami.” 7
5
Zul Karnaini, Sekdes Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 17 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
6
Hendra, Orangtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti 22 Desember 2018,
Kecamtan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
7
Muhammad Robil, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 22 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
48

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian


dan kasih sayang dari orangtua membuat anak menjadi pembangkan di tambah
dengan masalah yang dihadapi orangtua, mendidik anak tidak cukup dengan
materi saja tapi harus diiringi dengan kehangatan dalam kelurga dan kasih sayang
kedua orangtua. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu
Asmawati selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya mendidik anak saya agak keras, karena saya tidak mau anak saya
terjebak dalam hal-hal yang buruk. Saya tidak memperbolehkan anak saya
begaul dengan sembarang teman apa lagi dengan teman-teman yang nakal,
kalau ada waktu libur saya tidak memperbolehkan anak saya bermain tapi saya
mengajak anak saya bermain ketempat yang bisa bermain sambil belajar.”8

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua melarang


anakya untuk bemain dengan sembarang teman, apa lagi dengan teman-teman
yang nakal tapi orangtua lebih mengajarkan kepada anak bemain sambil belajar
agar anaknya tidak terpengaruh dengan bergaulan teman-temannya. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Lucki Firmansyah selaku anak di Desa
Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya emang agak keras sama saya, tapi itu semua demi kebaikan saya
juga, ibu mendidik saya sangat keras ibu melarang saya untuk bermain sama
teman-teman yang agak nakal, malah ibu sering mengajak saya bermaian
ketempat-tempat yang ada pelajarannya.”9

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua mendidiknya


anaknya dan mengekang agar anaknya tidak terjerumus kejalan yang salah
orangtua mengajarkan kepada anak tentang apa yang salah dan apa yang benar
karena didikan itu untuk anaknya juga agar lebih baik kedepannya.

8
Asmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 22 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
9
Lucki Firmansyah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 22 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
49

2. Orangtua Memberikan Kebebasan Kepada Anak


Anak yang diberi kebebasan dan ketertiban diabaikan hasilnya akan
mendatangkan mala petaka, karena kekacauan dan anarki mencirikan rumah,
sekolah dan masyarakat. Dengan mempunyai kebutuhan yang kuat untuk menjadi
orangtau yang baik, maka harus memandang perilaku anak yang tidak bertanggung
jawab sebagai bukti bahawa mereaka gagal sebagai orangtua. Sebagai akibatnya,
meraka melibatkan diri dalam lebih banayak tanggung jawab anak seperti
berperilaku, berpakaian, pekerjaan rumah, memberesakan sesuatu dan makan.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Khoiriah selaku
orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya memberikan kebebasan kepada anak-anak saya dan tidak ada larangan
untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan, saya tidak ingin melarang-
melarang anak saya dan nanti dia malah melakukan hal-hal yang tidak-tidak, ya
jadi saya memberikan kepercayaan penuh kepada anak-anak saya.”10

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua di sana tidak
pernah memberikan larangan dan memberikan kebebasan kepada anak-anak
mereka untuk melakukan apa saja yang di ingin kan anak-anaknya, mereka
beranggapan dengan memberikan kebebasan anak mereka tidak melakukan hal
yang aneh-aneh padahal anak-anak masih membutuhkan kontrol orangtua.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Rehan Andika selaku
anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya tidak pernah melarang-melarang saya dan memberikan kebebasan
kepada saya, setiap apa saja yang ingin saya lakukan yang penting saya masih
melakukan hal yang masih di jalan yang benar, saya diberi kepecayaan penuh
sama ibu saya, hal ini membuat saya bebas dalam mengikuti segala kegiatan.”11

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua di desa ini
memberikan kebebasan kepada anak untuk mengambil tindakan sendiri tanpa ada

10
Khoiriah, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
11
Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
50

dorongan apa pun dari orangtua selagi hal-hal yang dilakukan masih di jalan yang
positif. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Kasmawati
selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya itu tidak pernah mau belajar di rumah selepas pulang sekolah
ganti baju lanjut bermain karena kurangnya perhatian orangtua, saya kurang
memberikan perhatian kepada anak, itu sebabnya anak saya tidak mau belajar,
anak saya merasa orangtua saya tidak pernah menyuruh saya belajar ya buat apa
saya harus belajar, karena saya tidak pernah mengajarkan kenapa harus belajar
itu yang membuat anak saya seperti ini.”12

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian


dan kontrol orangtua untuk mengajarkan apa manfaat dari belajar itu, dan apa
untungnya bagi anak tersebut, maka itulah yang membuat anak tidak ingin belajar
karena orangtua tidak pernah mencontohkannya. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersama Mardani Putra selaku anak di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau belajar karena ibu saya tidak pernah mengajarkan apa
pentingnya belajar itu, dan ibu saya juga tidak pernah menyuruh saya untuk
belajar, malah orangtua saya sibuk dengan pekerjaannya tanpa mau tau anaknya
udah belajar apa belum, udah makan apa belum, saya tidak pernah merasakan
perhatian dari orangtua saya, saya rasa orangtua saya tidak sayang kepada
saya.”13
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya perhatian
dan bimbingan dari orangtua menyebabkan anak menjadi tidak terarah dan malas
untuk belajar karena kesibukan orangtua anak menjadi terabaikan,bahkan tidak
pernah mencontohkan apa pentingnya belajar bagi anak tersebut. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Helmawati selaku orangtua di Desa
Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya tidak mau belajar karena kurangnya perhatian dari orangtuanya,
saya sendiri kurang memberikan perhatian kepada anak-anak saya, menjadikan
anak saya tidak mau belajar kenapa saya harus belajar, belajar itukan harus dari

12
Kasmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
13
Mardani, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekamana Audio.
51

orangtua dulu, orangtuanya saya tidak pernah mengajarkannya kenapa harus


belajar hal itu lah yang membuat anak-anak saya menjadi pemalas pelajar.”14

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua sangat kurang
sekali perhatian kepada anak bahkan orangtua tidak pernah memberikan
pengajaran kepada anak betapa pentingnya belajar itu untuk kelangsungan
hidupnya, karena kebiasaan yang diterapkan orangtua tidak peduli terhadap
pendidikan anak jadi harap maklum jika mempunyai anak yang tidak ingin belajar
sukanya bermain sesuka hatinya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara
bersama Rio Kurniawan selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau belajar, kenapa saya harus belajar orangtua saya saja sibuk
dengan pekerjaannya tanpa mau tau anaknya udah belajar apa belum, udah
makan apa belum, saya sendiri tidak pernah merasakan perhatian dari orangtua
saya, saya merasa orangtua saya tidak sayang kepada saya, malah nenek saya
yang sangat menyayangi saya, yang selalu perhatian ke saya.” 15

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa anak sangat


membutuhkan perhatian dari orangtua, bagi orangtua luangkanlah waktu untuk
anak-anak, orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya akan membuat
hubungan semakin jauh antara anak dan orangtua. Anak merasa dia tidak
diperhatikan buat apa anak belajar tanpa adanya dorongan orangtua, anak yang
pintar berawal dari orangtua yang memberikan perhatian kepada anak begitu pula
anak akan malas belajar karena dia merasa orangtuanya tidak perduli dengan
anaknya. Anak akan mau belajar jika orangtuanya memberikan perhatian lebih
kepadanya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Supri Dewita
selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya mendidik anak saya dengan didikan dirumah, sebelum anak saya pergi
kesekolah saya mengantarkan anak saya terlebih dahulu supaya anak saya bisa
menilai ibunya juga memberikan didikan duluan dari pada guru di sekolah, dan

14
Helmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Bersama Peneliti, 25 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
15
Rio Kurniawa, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 25 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
52

saya selalu mengatakan kepada anak saya kalau belajar itu bukan hanya di
sekolah belajar itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.”16

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua sudah


menerpkan pembelajaran pagi sebelum mengantar anaknya kesekolah dan belajar
bukan hanya di sekolah saja tapi dimana dan kapan saja bisa belajar agar anak-
anaknya bisa mengerti sebelum guru memberikan pelajaran orangtuanya terlebih
dahulu mengajarkannya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
M. Akbar selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya memberikan contoh bahwa betapa pentingnya belajar itu, sebelum
ibu mengantarkan saya kesekolah ibu sudah dulu mengajarkan saya bahwa
belajar itu tidak hanya di bangku sekolah dan bersama guru saja akan tetapi
belajar itu bisa di lakukakan dimana saja dan kapan saja”.17

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa dengan mencontohkan


dan memberi pemahaman secara perlahan kepada anaknya, maka anak bisa
menilai orangtuanya bahwa betapa berartinya sebuah keberhasilan seorang anak
bagi orangtuanya dan anak bisa mengerti tentang nilai seorang ibu dimatanya.
3. Orangtua Tidak Menerapkan Hukuman
Rendahnya perhatian dan hukuman yang dijadikan pelajaran bagi anak
membuat anak bersikap tidak dengan aturan yang benar, untuk itu orangtua perlu
melakukan peraturan dan menerapkan hukuman apabila anak yang telah
melakukan kesalahan sehingga mereka dapat menjadikan pelajaran dikemudian
hari. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Roslaini selaku
orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya sangat nakal dan tidak mau ikut aturan orangtua, apa yang dia
inginkan harus segera kami turuti jika tidak saya sendiri yang akan di sakitinya,
bahkan dia juga suka memukul dan berkata kotor kepada saya jika keinginan
nya tidak saya kasih, tetapi saya tidak pernah memarahinya saya tidak pernah

16
Supri Dewita, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancar Dengan Peneliti, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
17
M Akbar, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti,27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
53

menghukumnya. Karena saya tidak tega untuk memarahinya apa lagi


memukulnya dia adalah anak pertama saya.”18

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya penerapan


kedisiplinan kepada anak sehingga anak menjadi pemberontak dan tidak
mempunyai rasa hormat kepada orangtua sendiri karena naluri seorang ibu tidak
tega ingin menyakiti anaknya sehingga anak menjadi seperti itu. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama M. Wirdan selaku anak di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau ikuti aturan ibu saya karena ibu gak pernah memarahi saya,
apapun yang saya lakukan ibu tetap saja tersenyum dengan tingkah laku yang
saya perbuat, karena saya sudah mengetahui rahasia ibu yang tidak bisa
memarahi saya, ibu sangat sayang kepada saya jadi jika saya melakukan
kesalahan apapun ibu tidak akan memarahi saya apa lagi memukul saya.”19

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya ketegasan


dari orangtua hingga membuat anak menjadi tidak takut kepada orangtua sendiri
dan tidak pernah mau mendengarkan perkataan orangtua di sebabkan si anak
sudah mengetahui belang orangtua yang tidak akan tega menyakiti anaknya.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Nurjanah selaku
orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak pernah menerapkan hukuman untuk anak saya, anak saya
melakukan apa saja yang dia ingin lakukan selagi apa yang di lakukannya
masih di jalur yang aman dan tidak melenceng kemana-mana, saya tidak mau
menerapakan hukuman kepada anak saya, karena anak saya itu adalah anak
satu- satunya saya.”20

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kurangnya ilmu


pengetahuan tentang mendidik anak jadi orangtua tidak pernah menerapkan
hukuman kepada anak, dan di tambah lagi si anak adalah anak satu-satunya yang
18
Roslaini, Orangtua, Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 19 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
19
M Wirdan, anak Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 19 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Auodio.
20
Nurjanah, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
54

menjadi anak kesayang padahal itu sudah salah mendidik anak. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Intan Nopita Sari selaku anak di Desa
Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya tidak pernah memberikan hukuman kepada saya, selagi apa yang
saya lakukan masih di jalan yang benar di tambah lagi saya adalah anak satu-
satunya ibu saya, jadi ibu tidak pernah memarahi saya dan selalu tersenyum
saja terhadap apa yang saya lakukan , ditambah lagi saya anak satu-satunya.”21

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak


menerapkan peraturan dan hukuman apapun kepada anak, anaknya bebas
melakukan apa saja yang dia ingin selama apa yang dilakukan masih pada jalur
yang benar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pola
asuh orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau, diantaranya
orangtua bersikap tidak peduli, dimana orangatua sibuk untuk mencari nafkah dan
keuangan keluarga, orangtua memberikan kebebasan kepada anak, di mana
orangtua tidak mengatur waktu anak bermain dan juga bergaul dan orangtua tidak
menerapkan hukuman, dimana orangtua tidak memberikan hukuman sekalipun
anaknya melakukan kesalahan.

B. Dampak Pola Asuh yang Salah diberikan Orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau

1. Bersikap Impulsif dan Agresif


Bertindak impulsif adalah suatu tindakan yang didasari dengan adanya
dorongan untuk mengekspresikan keinginan. Bertindak impulsif juga berarti
bertindak tanpa berpikir atau memikirkan tindakan itu terlebih dahulu. Anak yang
diberi kebebasan melakukan apa yang ia mau, maka akan kesulitan mengontrol
dirinya. Kalau sejak kecil anak tidak pernah diberi peraturan. Maka anak akan

21
Intan Nopi Tasari, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 19 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
55

berkembang menjadi pelanggar norma dan peraturan. Akan selalu bertindak


tergesa-gesa, tanpa memikirkan dampaknya22..
Orangtua sebaiknya cermat mengamati bahasa tubuh anak. Misalnya ketika
ia memukul teman bermainnya, tanyakan apa yang tengah ia rasakan dan ia
kehendaki. Mungkin tindakan memukul itu merupakan sebuah pernyataan “ jangan
ganggu saya” rasa marah, sedih, kecewa atau kesal normal dihadapi siapa saja,
hanya saja perasaan itu tidak harus dimanifestasikan dengan tindakan fisik yang
agresif. Ada baiknya orangtua mengajarkan bagaimana cara marah yang baik pada
anak-anaknya. “kamu boleh marah, tapi tidak boleh membahayakan orang lain.”
Tetapi tentu saja, pertama-tama anda mesti tahu perasaan si kecil saat mereka
berlaku agresif. Ini merupakan bagian dari kecerdasan emosi.
Intinya dari kecerdasan emosi adalah pengenalan dan penerimaan emosi diri
sendiri, pengenalan dan penerimaan lingkungan. “bagaimana menyatukannya agar
menjadi kerja sama yang baik, label nakal yang diberikan lingkungan di mana
anak itu tinggal akan membuat anak tersebut terkucil. Menurut Henny ini
konsekuensi anak yang membuat lingkunganya tidak nyaman. “ini yang harus
dicegah orangtuanya, karena kita tidak menyalahkan lingkungannya.
Yang bisa kita lakukan saat anak kita dijauhi, karena dianggap nakal adalah
memberi kesempatan anak untuk bergaul dengan lingkungannya, dengan catatan di
bawah pengawasan orangtua. “ sehingga kita bisa dengan jelas langsung memberi
teguran. Misalnya saat tangannya sudah diangkat hendak memukul temannya,
tanyakan apa yang ia mau katakan.23. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Zarmaili selaku ketua Karang Taruna di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[A]nak-anak disini seperti apa yang saya lihat suka memberontak dan suka
melawan perkataan orangtua tidak patuh dengan orangtua, manja, dan tidak

22
Elisiti J.( Ed), Spiritual Parenting,(Curiosita:2004), Hal 60
23
Elisiti J.( Ed), Spiritual Parenting,(Curiosita:2004), Hal 61.
56

mandiri masih bergantung pada orangtua, itu disebabkan orangtua mereka


terlalu memanjakan si anak apa yang mereka inginkan selalu di dapat.”24

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak


menerapkan peraturan kepada anak terlalu memanjakan anak-anak mereka apa-
apa yang di pinta anak selalu di beri, itu yang mengakibatkan anak menjadi
agresif, manja, tidak mandiri. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara
bersama ibu Sarmiyati selaku orangtua di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya itu tidak patuh dengan orangtua, anak saya selalu merasa dia
berkuasa dan kurang mampu mengontrol dirinya, bahkan kurang percaya diri,
manja selalu mau menang sendiri, bermain sesuka hatinya saja, karena saya
selalu memanjakan dia apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan itu di
kerenakan dia anak bungsu saya dan anak cowok satu-satunya saya.”25

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak


menerapkan peraturan dan hukuman apapun kepada anak-anak mereka, anaknya
bebas melakukan apa saja yang dia inginkan selama apa yang dilakukan masih
pada jalur yang benar. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
M. Daffa selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[I]bu saya terlalu menjakan saya selalu memberikan apa yang saya ingikan dan
ibu tidak pernah memarahi saya, sehingga saya menjadi anak yang manja tidak
bisa mandiri, agresif, selalu ingin menang sendiri, nakal karena saya sudah tau
apa yang saya ingin ibu tidak akan melarang ibu pasti akan memberikan
keinginan saya.”26

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak


menerapkan peraturan dan tidak pernah bersikap tegas kepada anak hingga anak
menjadi agresif, manja, tidak mandiri, bahkan selalu ingin menang sendiri dan
tidak ingin mendengarkan saran orang lain.

24
Zarmaili, Ketua Karang Taruna Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 28
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
25
Sarmiyati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
26
M Dafpa, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
57

2. Suka Memberontak
Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam bersikap dan
berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Anak adalah
seorang peniru yang sejati meniru kebiasaan orangtua adalah suatu hal yang sering
anak lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin
melakukan apa yang orangtua lakukan.27 Orangtua dan anak adalah satu ikatan
dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan
keabadian. Tak seorang pun dapat mencerai beraikannya ikatan itu dalam bentuk
hubungan emosional antara anak dan orangtua yang tercermin dalam perilaku,
meskipun suatu saat misalnya, ayah dan ibu mereka sudah bercerai karena suatu
sebab, tetapi hubungan emosional antara orangtua dan anak tidak pernah terhapus.
Sejahat-jahat ayah adalah tetap orangtua yang harus dihormati. Lebih-lebih lagi
terhadap ibu yang telah melahirkan dan membesarkan. Bahkan dalam perbedaan
keyakinan agama sekalipun antara orangtua dan anak, maka seorang anak
diwajibkan menghormati orangtua sampai kapanpun.Sebagaimana dapat dilihat
dari hasil wawancara bersama bapak Anto selaku orangtua di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[S]aya tidak terlalu banyak bertanya kepada anak saya karena saya tidak mau
membuat anak saya kesal terhadap saya lalu memberontak dan melawan kepada
saya, saya bertanya itu pun kalau saya merasa perlu sama anak saya, bukan
maksud saya tidak peduli atau tidak perhatian kepada anak saya, tapi saya tidak
mau anak saya menggap saya orangtua yang terlalu cerewet terhadapnya.”28

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak banyak
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak karena orangtua takut jika
mereka banyak bertanya kepada anaknya akan menimbulkan masalah pada
anaknya, orangtua tidak ingin anak-anaknya menjadi pemberontak dan membuat
anaknya kesal jika dia banyak bertanya kepada anaknya. Sebagaimana dapat

27
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 24-25
28
Anto, Orangtua, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
58

dilihat dari hasil wawancara bersama Ropi Andika selaku anak di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[O]rangtua saya emang tidak terlalu banyak bertanya kepada saya, kalau
orangtua saya bertanyapun itu pasti mereka lagi ada perlu. Mungkin orangtua
saya seperti itu karena mereka tidak ingin membuat saya kesal dan
memberontak atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mengganggu saya atau
yang saya tidak suka atas pertanyaan itu, sehingga orangtua saya sangat jarang
sekali bertanya kepada saya.”29

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua tidak terlalu
banyak bertanya terhadap anak membuat anak tidak mersa kesal terhadap
orangtuanya, bukan berarti orangtua yang tidak peduli akan tetapi orangtua tidak
ingin anaknya menjadi seorang pemberontak, karena terkadang itu seorang anak
tidak ingin dihujani dengan berbagai pertanyaan yang memancing emosinya.
Orangtua boleh saja bertanya kepada anaknya tapi biarkan anak mersa nyaman
dahulu. Setelah itu orantua bisa bertanya kepada anaknya.
Setiap orangtua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan,
dan mendidiknya. Seorang ibu yang melahirkan anak tanpa ayah pun memiliki
naluri untuk memelihara, membesarkan, dan mendidiknya, meski terkadang harus
menanggung beban malu yang berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah
satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap dan perilaku anak dalam menjaga
nama baik keluarga. Lewat sikap dan perilaku anak nama baik keluarga
dipertaruhkan.
Orangtua dan anak dalam keluarga memiliki kedudukan yang berbeda.
Dalam pandangan orangtua, anak adalah buah hati dan tumpuan di masa depan
yang harus dipelihara dan dididiknya agar menjadi anak yang cerdas. Itulah sifat
fitrah orangtua. Sedangkan sifat-sifat fitrah orangtua yang lainya, seperti
diungkapkan oleh M. Thalib adalah senang mempunyai anak, senang anak-
anaknya salih, berusaha menempatkan anak di tempat yang baik, sedih melihat

29
Ropi Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 26 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
59

anaknya lemah atau hidup miskin, memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya,
lebih memikirkan keselamatan anak dari pada dirinya pada saat terjadi bencana,
senang mempunyai anak yang bisa dibanggakan, cenderung lebih mencintai anak
tertentu, menghendaki anaknya berbakti kepadanya bersabar menghadapi perilaku
buruk anaknya. Sedangkan menurut tipe-tipe orangtua menurut M. Thalib adalah
penyantun dan pengayom, berwibawa dan pemurah kepada istri, lemah lembut,
dermawan, emosional, mau menang sendiri dan kejam.30
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan
moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundental dalam
bertingkah laku sosial. Seorang anak hanya mampu berperilaku sosial dalam
situasi sosial tertentu secara memadai apabila menguasai pemikiran normal
perilaku moral yang diperlukan untuk situasi sosial tersebut.31Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Eva selaku orangtua di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[A]nak saya suka melawan tidak mau mendengarkan perkataan orangtua, suka
kebut-kebutan di jalan, pergi pulang malam dia terlalu sibuk bermotoran
dengan kawan-kawannya, jika di kasih tau malah marah kembali ke saya
terkadang dia dengar nasehat saya tapi itu waktu duduk saja berapa waktu
kemudian kembali lagi, tingkat kesopananya kurang, mungkin itu semua terjadi
karena saya dan ayahnya sibuk bekerja dia hanya tinggal sendiri, saya pergi
bekeja dari dia masih tidur hingga dia tidur lagi.”32

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa anak-anak kurang


mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, anak-anak sudah
kehilangan contoh teladan dari orangtua hingga anak mengalami krisis
keteladanan, dikarenakan orangtua yang sibuk dengan dirinya sendiri, karena
orangtua sibuk bekerja. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama
Rafika selaku anak di desa sungai pinang, sebagai berikut:

30
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam Keluarga, (PRINEKA
CIPTA, Jakarta, 2004), 27-28
31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015). Hal 38
32
Eva, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
60

“[S]aya suka memberontak kepada orangtua saya di karenakan mereka terlalu


sibuk dengan diri mereka sendiri tanpa memikirkan saya, mereka sibuk bekerja
dari pagi hingga malam, mereka tidak memberikan teladan untuk saya, saya
tidak hanya butuh uang saya juga butuh perhatian dari mereka sama seperti
orang lain.”33

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa anak-anak kurang


mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua, sehingga anak menjadi
pemberontak sering kebutan dijalanan, ketahuilah bahwa anak-anak tidak hanya
membutuhkan materi saja akan tetapi mendambakan didikan serta teladan dari
orangtuanya. Pentingnya memandang perilaku didalam konteks sosial keluarga
juga menyiratkan bahwa semua usaha korektif oleh orangtua dalam hubungannya
dengan anak harus dijalankan di dalam lingkungan yang diberikan oleh
keseluruhan keluarga. Kesalahan besar yang dibuat oleh orangtua adalah
menghadapi anak secara terisolasi, di dalam situasi satu lawan satu. Sebagai
contoh, jika seorang anak sangat sulit dalam hal ia sering berkelahi, menolak untuk
makan, atau menolak mengerjakan apa yang diminta, kebanyakan orangtua akan
bicara kepada anak tentang perilaku yang buruk ini, mengusahakan kepastian
sehubungan dengan perbaikan masa datang, atau menggunakan hukuman.
Kenyataan bahwa perilaku bermakna di dalam latar keluarga menyiratkan bahwa
perilaku ini hanya dapat dikembangkan atau dikoreksi di dalam latar yang sama.
Dengan mengamati anak dalam hubungan mereka dengan anggota lain
dalam keluarga, kita dapat mulai mengerti tujuan perilaku mereka dan dapat
mempertimbangkan cara-cara di mana anggota keluarga dapat mulai mengubah
perilaku anak dengan mengubah perilaku mereka sendiri.34 Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama ibu Suwai selaku guru di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:

33
Rafika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 29 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
34
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 14-15
61

“[A]nak-anak disini bebas bergaul dengan siapa saja tidak ada batasan bahkan
anak kecil bergaul dengan teman yang lebih besar atau yang membawa dampak
buruk bagi anak, namun orangtua biasa saja bisa dikatakan tidak membatasi
pergaulan anak-anak mereka dengan siapa saja, jadi tidak heran jika anak
menjadi seorang pembangkang suka melawan dikarenakan mereka bebas
berteman dengan siapa saja, karena anak-anak itu adalah seorang peniru yang
sejati apa yang dia dapat dari lingkungan bermainnya itu lah yang akan
dilakukannya dirumah.”35

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa lingkungan dimana


tempat tinggal mereka akan mempengaruhi perkembangan perilaku anak, teman-
teman bermainnya juga turut andil dalam proses pembentukan jati diri mereka, apa
bila lingkungan sekitar buruk, maka jangan heran apa bila anak-anak anda bisa
mengucapakan sumpah serapah semua kata-kata kotor terucap dari mulut anak,
karena disini dibutuhkan batasan dari orangtua.
3. Kurang Memiliki Rasa Percaya Diri
Anak yang serba dilayani, akan membentuk anak yang manja dan tidak
mandiri. Hingga membuat anak lumpuh secara imajiner. Sehingga anak tidak
berdaya membantu dirinya sendiri. Terbiasa semuanya dilakukan oleh orangtua.
Tidak diajak bepikir dan berdiskusi. Padahal anak punya akal dan mampu untuk
berpikir. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Rifatul Husna
selaku anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya sudah terbiasa pada orangtua saya, orangtua saya selalu membantu
kesulitan saya, hal ini membuat saya tidak bisa mengembangkan kemampuan
saya, orangtua saya selalu melarang saya kalau saya mau pergi main, padahal
dengan tidak tergantungnya saya pada orangtua hal ini bisa membuat saya
menjadi mandiri tanpa bantuan dari orangtua atau orang lain. Tapi kadang saya
merasa malu sama teman-teman kalau saya selalu di bantu sama orangtua
padahal saya mampu untuk melakukannya tapi orangtua saya tidak
membolehkan kalau saya bertindak tanpa bantuan dari mereka.”36

35
Suwai, Guru Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Peneliti, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
36
Rifatul Husna, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengsan Peneliti, 29 Desember
2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
62

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa betapa pentingnya


sebagai orangtua harus mengarahkan dan memberikan pengajaran yang bisa
membuat anak menjadi mandiri tanpa anak tergantung pada orangtua ataupun
orang lain, bukan malah orangtua yang melarang anak untuk menjadi mandiri,
anak yang mandiri akan menjadi anak yang sukses tanpa minta bantuan dari orang
lain.
Dalam upaya mereka untuk mendapatkan tempat di dalam keluarga, anak-
anak menjumpai banyak kesulitan. Usaha awal mereka untuk mencapai,
menyumbang, dan bekerja sama kerap di hambat oleh orangtua, dan anak-anak
mulai kehilangan kepercayaan akan kemampuan mereka menanggulangi tuntutan
situasi. Seorang anak berusia tiga tahun yang menawarkan untuk membereskan
piring dari atas meja, membantu membuka pesan, atau membelikan sesuatu akan
sering mendapatkan bahwa tawarannya ditolak oleh orangtua atas dasar, “terlalu
kecil”, “terlalu berat”, “terlalu lambat”, ketika seorang gadis cilik berusaha
mengeluarkan telur dari karton, ia diberitahu: “oh, jangan sayang, kamu terlalu
kecil dan telurnya mungkin pecah.” Apa yang sebenarnya dikatakan adalah ini dan
insiden yang serupa adalah: “kamu sekarang masih belum cukup baik. Jika kamu
sudah lebih besar, lebih kuat, lebih cepat, dan lebih pandai, saat itulah kamu cukup
baik. 37
Anak-anak mengetahui bahwa mereka lebih kecil, kurang kompeten, dan
kurang kuat dibandingkan orang dewasa, tetapi yang benar-benar penting adalah
tafsiran akan pengalaman mereka dengan faktor-faktor ini ketika dibandingkan
dengan orang dewasa lain dan saudara kandung. Jika upaya awal mereka untuk
memberikan bantuan di dalam kegiatan rutin rumah tidak cukup baik dan bahwa
mereka tidak dapat diterima di dalam keluarga melalui perilaku yang berguna.
Akibatnya perkembangan minat sosial mereka terhambat, dan perasaan inferioritas
mulai muncul dalam bentuk perilaku yang tidak memuaskan dan tidak dapat

37
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 33
63

diterima. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Riski selaku
anak di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak memiliki rasa percaya diri kak, saya sangat susah sekali untuk
beradaptasi dengan teman baru saya, saya takut untuk mengeluarkan pendapat
saya, jangankan mau berpendapat mau ngobrol saja saya takut, saya takut
teman-teman saya tidak menerima saya untuk berteman dengan mereka, jadi
saya lebih suka bermain sendiri saya tidak ingin untuk keluar rumah jika tidak
bersama orangtua saya, itu di karenakan orangtua saya selalu mengancam saya,
saya tidak boleh melakukan ini itu sendirian orangtua saya selalu melarang apa
yang saya lakukan, selalu mengancam takut ini takut itu lah.”38

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa anak-anak di besarkan


dengan segala macam ancaman sehingga membuat anak takut untuk melakukan
tindakan tanpa orangtua, anak-anak selalu bergantung pada orangtua mereka
enggan untuk berkomunikasi dengan teman-teman seusianya dikarenakan terlalu
banyak ancaman dari orangtua, sehingga anak menjadi tertutup dan tidak memiliki
rasa percaya diri.
Terlalu sering kita mengesankan anak-anak dengan keefisienan kita,kukatan,
kecepatan, ukuran, dan kemampuan kita sendiri Sebagaimna dapat dilihat dari.
Seorang anak laki-laki mungkin berkutat selama sepuluh menit untuk mengikat tali
sepatunya, suatu tugas yang dikerjakan oleh ibu yang tidak sabar hanya dalam
waktu tiga detik. Ranjang yang di rapikan secara buruk yang memerlukan banyak
waktu dan tenaga oleh seorang anak “ diperbaiki” oleh ayah dalam bebrapa detik
saja. Anak-anak yang kurang ahli dalam keterampilan makan akan mendapatkan
tugas tersebut diambil dari mereka, anak yang tidak dapat berpakaian dengan rapi
akan dibantu berpakaian oleh orangtua. Kita mengambil alih tanggung jawab
anak-anak kita dan mengesankan mereka dengan ketidak mampuan mereka. Kita
menolak menerima anak sebagaimana adanya, tetapi secara bersyarat untuk

38
Riski, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
64

menjadi lebih baik. Janji masa datang “nanti” , ” lebih besar”, “ lebih tua”, dan
“lebih kuat” adalah sumber hambatan universal bagi anak-anak.39
Rumah adalah lingkungan belajar dimana anak-anak harus menguasai
banyak keterampilan. Banyak dari keterampilan ini diajarakan secara kebetulan
dan tidak memadai. Bahkan di antara orangtua yang benar-benar berusaha secara
cermat meneruskan keterampilan, ada banyak yang menolak untuk menerima
tingkat prestasi anak yang sekarang karena mereka merasa bahwa penerimaan
seperti ini akan menghambat anak untuk memperbaiki diri.
Dari sudut pandang anak, tidak ada yang pernah menjadi cukup baik karena
sesuatu selalu dapat menjadi lebih menghadapi tanggung jawab yang lebih besar
untuk berpakaian, makan, berlatih buang air, perawatan pribadi, bermain,
berbicara dan berhubungan dengan anak-anak lain. Mereka menjadi berkecil hati
melalui pengalaman mereka dirumah yang telah mengesankan mereka dengan
ketidak mampuan, kekurangan, dan ketidak sempurnaan40. Sebagaimana dapat
dilihat hasil wawancara bersama Afifah selaku anak di Desa Sungai Pinang,
sebagai berikut:
“[S]aya sering merasa cemas dan takut jika saya melakukan sesuatu, saya selalu
merasa bahwa saya ini tidak mampu melakukan sesuatu tanpa saya mencobanya
terlebih dahulu, sebelum mencobanya saya sudah merasa saya akan gagal dan
saya tidak mampu melakukannya.”41

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua yang terlalu
sering melarang anak-anak mereka akan membuat anak merasa tanpa anak tersebut
melakukan nya terlebih dahulu anak sudah merasa dirinya akana gagal hal ini
dilakukan oleh orangtua pada saat anak masih kecil orangtua selalu melarang anak
untuk mencoba untuk berbuat sesuatu.

39
Ibid.,33
40
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto Dengan Judul
Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat: Binarupa Aksara, 1993), Hal 33-34
41
Afifah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember
2018,Kecamatan,Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
65

Di dalam masyarakat yang kompetitif, banyak orangtua ingin menjadi


orangtua “super.” Mereka menghendaki anak-anak mereka mempunyai masa
kanak-kanak yang bahagia dan mereka memberikan segalanya. Anak-anak
mengembangkan gagasan bahwa mereka mereka diterima hanya jika mereka
menjadi pusat dari keluarga dan bahwa mereka segera mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Ini bukanlah manusia yang bahagia dan konstruktif karena
pemecahan rill dalam hidup adalah dengan memberi, bekerja untuk orang lain,
memberikan sumbangan kepada kelompok dan bekerja sama. Anak yang manja,
ketika berada diluar lingkungan yang memanjakan, merasa diri mereka terus
terancam dan bertindak seolah-olah mereka berada di sebuaah Negara yang
bermusuhan.
Dari berbagai sumber hambatan ini, anak mengembangkan perasaan
inferioritas yang mendorong mereka mungusahakan sisi kehidupan yang “tidak
berguna.” Takut pada kekalahan pada sisi kehidupan yang berguna, dorongan
dasar anak untuk berpartisipasi, menghadapi masalah dan kesulitan hidup,
dibelokkan dan tujuan mereka sekarang menjadi tujuan yang berpusat kepada diri,
peningkatan diri, dan superioritas kepribadian atas orang lain. Semua perlakuan
buruk anak disebabkan oleh hilangnya kepercayaan diri, suatu perasaan inferioritas
yang diakibatkan oleh tindakan yang mengecilkan hati. 42
Kegagalan manusia bukanlah penyebab inferioritas, melainkan konsekuensi
dari perasaan seperti ini. Teknik yang tidak efektif dalam menjadi orangtua,
penolakan kita untuk menerima anak sebagaimana adanya, tindakan kita
membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain, dan kekhawatiran kita
yang terus menerus untuk mengoreksi perilaku yang tidak semestinya
menyebabkan banyak anak menyerah dalam keputusan. Alih menghadapi masalah
persahabatan, sekolah, pekerjaan, dan persoalan seksual dengan percaya diri,
berpaling pada perilaku yang tidak dapat diterima dengan kepercayaan mereka

42
Ibid., 35-36.
66

bahwa ini akan memberi mereka perasaan penting dan dimiliki.43 Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Susi selaku anak di Desa Sungai
Pinang, sebagai berikut:
“[S]aya tidak mau sekolah karena saya malu dengan teman-teman saya mereka
semua normal bisa melakukan ini itu, sedangkan saya tidak bisa apa-apa, saya
tidak bisa membaca bahkan menulis, di tambah lagi teman-teman selalu
membuli saya mereka selalu mengganggu saya, akhirnya orangtua saya tidak
memperbolehkan saya bersekolah lagi, saya juga sering mengganggu teman
yang sedang belajar, saya mengganggu makanan mereka tapi bukan karena saya
lapar tapi saya ingin mencari perhatian mereka saja.”44

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa orangtua malu dengan
kondisi anaknya, akhirnya orangtua memutuskan untuk memberentikan anaknya
sekolah karena malu dengan kondisi anak yang cacat sekaligus tidak mau melihat
anaknya di buli sama teman-teman di sekolah, di tambah lagi anak tersebut suka
menggangu teman-teman, suka mengganggu makanan teman.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak pola asuh yang
salah di berikan orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai Manau,
diantaranya; bersikap impulsif dan agresif, di mana anak tidak mengerti dampak
dari perbuatannya karena ingin dipandang lebih dan arogan, suka memberontak,
dimana anak melawan dan membalas dengan suara tinggi dan kurang memiliki
rasa percaya diri, dimana anak tidak berani untuk mengemukakan pendapat di
depan orang lain.

43
Ibid., 36.
44
Susi, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27 Desember 2018,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
67

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait pola asuh orangtua dan dampaknya
terhadap perkembangan perilaku anak di Desa Sungai Pinang Kecamatan Sungai
Manau Kabupaten Merangin, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk-bentuk pola asuh orangtua di Desa Sungai Pinang Kecematan Sungai
Manau, diantaranya orangtua bersikap tidak peduli, dimana orangatua sibuk
untuk mencari nafkah dan keuangan keluarga, orangtua memberikan kebebasan
kepada anak, di mana orangtua tidak mengatur waktu anak bermain dan juga
bergaul dan orangtua tidak menerapkan hukuman, dimana orangtua tidak
memberikan hukuman sekalipun anaknya melakukan kesalahan.
2. Dampak pola asuh yang salah diberikan orangtua di Desa Sungai Pinang
Kecematan Sungai Manau, diantaranya; bersikap implusif dan agresif, di mana
anak tidak mengerti dampak dari perbuatannya karena ingin dipandang lebih
dan arogan, suka memberontak, diamna anak melawan dan membalas dengan
suara tinggi dan kurang memiliki rasa percaya diri, di mana anak tidak berani
untuk mengemukakan pendapat di depan orang lain.
3. Kendala orang dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau, diantaranya; terbatasnya
pengetahuan orangtua, di mana pengelaman yang terbatas dalam mendidik
anak, pendidikan yang terbatas, dimana di mana orangtua yang tidak sekolah
tidak mengerti secara penuh cara mendidik anak dan pergaualan bebas, di mana
anak sering terpengaruh oleh dunia luar dan bebas.

67
68

A. Saran-saran
1. Seharusnya anak harus berfikir sebelum melakukan sesuatu perbuatan ingat
apa yang dilakukan akan berdampak pada diri sendiri. Dan ingat apa yang
selalu yang orangtua katakan karena orangtua selalu sayang pada anaknya.
Walaupun sesiunbuk apapun orangtua pasti akan mempedulikan anaknya.
2. Kepada orangtua untuk lebih banyak memperhatikan setiap perkembangan
anaknya. Berikan kasih sayang dan perhatian kepada anak. Bagaimana selayak
sebagai orangtua terhadap anaknya. Dan selalu mengontrol setiap kegiatan anak
diluar baik saat anak bermain sama teman-temanya. Maupun kegiatan dari
sekolah. Agar tetap mengetahui segala kegiatan anak.

B. Kata Penutup
Alhamdulilah wasyukurila. Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah
SWT, berkat nikmat kesehatan dan karunia ilmu pengetahuan, yang telah
menuntut kehidupan kita tetap pada jalanya. Akhirnya karya tulis berupa skripsi
ini selesai walaupun kadungannya sanagat sederhana dan isinya masih banyak
yang kurang untuk dipahami, namun demikian kemampuan penulis yang bisa
terjangkau.
Untuk menuju kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, dengan penuh
iklas dan pengharapan dari semua pihak. Agar dapat memberikan masukan berupa
kritikan dan saran, supaya skripsi ini bisa lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

A. Karya Ilmiah

Anonim, Al-Qur’an, Al – Qur’an Dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen


Agama RI., 2007)
Al. Tridhonantho, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis,(Jakarta: Kelompok
Gramedia, 2014
Elisiti J.( Ed), Spiritual Parenting,Curiosita:2004.
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama
2009.
K. Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial Bandung:Mandar Maju, 1990.
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996.
Matthew B. Miles dan A Michael Guberman, Qualitative Data Analysis (a source
Book of new Methoids (Beverly Hills: Sage Publications, 1984
Maurice Balson, Becomingbetter Parent,(Dialihkan Bahasa Oleh Budiyanto
Dengan Judul Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik), (Jakarta Barat:
Binarupa Aksara, 1993.
Michael Quinn Patton, Qualitative Data Analysis: A source of New Methods
(Beverly Hill: Sage Publications,1986.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
RC. Bogdan dan Biklen, Quantitative Research and Introduction to Theory and
Method, London:Allyn and Bacon, 1992.
Save M. Dagum, Psikologi Keluarg,Jakarta: Renika Cipta, 2013.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2015.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta:Bumi Aksara,1989.
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam
Keluarga, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam
Keluarga, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2014.
Tim Penerjemah dan penafsiran al-Qur’an, al – Qur’an dan Terjemahannya,
Jakarta: Departemen Agama RI., 2007.
B. Jurnal

Erika Untari Dewi,“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua


Pada Waria Di Kembang Kuning Surabaya” jurnal

C. Skripsi
Darmawati, Pola Asuh Komunikasi Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku
Anak Di Desa Rantau Api Kecamatantengah Ilir Kabupaten Tebo (jambi
:Skripsi BPI iain sts jambi
Devi Lestari, Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kemandirian
Belajar Anak Di Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pulau Temiang
Kabupaten Tebo.( jambi: Skripsi BPI uin sts jambi).
Raina Harni, Dampak Pola Asuh Orangtua Tunggal Terhadap Perilaku Anak Di
Desa Mendalo Indah Provinsi Jambi.( jambi :Skripsi BPI iain sts jambi)
Siti Tsaniyatul Hidayah, Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Motivasi
Belajar Siswa Kelas V Mi Negeri Sindutan Temon Kulon
Progo.(Yogyakarta: skripsi bki uin sunan kalijaga 2012)

D. Wawancara

1. Orangtua

Ahmad zakaria sahmin orang tertua wawancara dengan penulis 18 desember


2018. Dusun Masjid Desa Sungai Pinang, catatan penulis.
M Amri, Sekretaris Desa Sungai Pinang, Wawancara Denga Penulis, 23
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Anto, Orangtua, Wawancara Dengan Penulis, 26 Desember 2018, Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio
Asmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 22
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Diyut, Orangtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 22
Sember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Eva, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Fahrudin, Kaur Pembinaan Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan
Penulis, 25 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio
Helmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Bersama Penulis 25
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Hendra, Orangtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis 22
Desember 2018, Kecamtan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Kartini, Oaringtua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 23
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Kasmawati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 26
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Khoiriah, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis 25
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Nur Aini, Orantua Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Nurjanah, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Roslaini, Orangtua, Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Samsul Bahrun, Kadus Dusun Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 20
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Sarmiyati, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Sobri, Kepala Desa Sungai Pinang, Wawancara dengan Penulis, 16 Desember
2018, Kecamatan Sungi Manau, Kabupaten, Rekaman Audio.
Supri Dewita, Orangtua Desa Sungai Pinang, Wawancar Dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Suwai, Guru Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Zarmaili, Ketua Karang Taruna Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan
Penulis, 28 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
Zul Karnaini, Sekdes Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 17
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
2. Anak

Afifah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27


Desember 2018,Kecamatan,Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 25
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Intan Nopi Tasari, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis,
19 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Lucki Firmansyah, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan
Penulis, 22 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
M. Akbar, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis,27
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
M. Daffa, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
M. Wirdan, anak Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 19
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Auodio.
Mardani, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 26
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekamana Audio.
Muhammad Robil, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan
Penulis, 22 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
Nadia Zahra, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Rafika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Rifatul Husna, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengsan Penulis, 29
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Rio Kurniawan, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis,
25 Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio
Riski, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Ropi Andika, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 26
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Susi, Anak Di Desa Sungai Pinang, Wawancara Dengan Penulis, 27
Desember 2018, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA

No Jenis Data Metode Sumber Data


1. Sejarah desa Wawancara Kepala desa dan orang
sungai pinang Dokumentasi tertua di desa
Arsip sekretaris desa
2. Visi Dan Misi Wawancara Kepala desa
desa sungai Dokumentasi Arsif sekretaris desa
pinang
3. Letak geografis Kepala desa
desa sungai Dokumentasi
pinang Arsif sekretaris desa
4. Keadaan sosil Dokumentasi Kepala desa
Wawancara Arsif sekretaris desa

A. Butir-butir Wawancara
No Objek wawancara Sumber data dan Subtansi
Wawancara
1. Kepala desa - bagaimana sejarah desa sungai pinang
– bagaimana pertumbuhan penduduk
desa sungai pinang
-berapa jumlah RT desa sungai pinang

2. Kepala dusun - berapa berapa penduduk dusun masjid


desa sungai pinang
- bagaimana perkembangan anak di
dusun masjid desa sungai pinang
-berapa jumlah kk dusun masjid desa
sungai pinang
3. Orang tua - apa pola asuh yang diterapkan di
keluarga
- bagaiman perilaku anak dalam
menetapkan pola asuh
- apa kendala dalam mengasuh anak
- apakah anak melakukan
penyimpangan/kenaklan diluar rumah

4. Anak -pola asuh apa yang diterapkan orang


tua.
- apakah nyaman dengan pola asuh
yang diterapkan orang tua
- apakah kesibukan orang tua
mengurangi waktu bersama anak
- apakah orang tua memberikan
perhatian disela-sela kesibukan
Wawancara bersama Bapak Sabri selaku Pimpinan Atau Kepala Desa di Desa
Sungai Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.

Minggu, 16 Desember 2018

Peneliti : Untuk yang pertama, mengenai pendapatan ekonomi masyarakat


di desa sungai pinang ini pak, dan bagaimana perkembangan
penduduk disini, didikan seperti apa yang di berikan oleh orang tua
disini, bagaimana pendapat bapak tentang pendidikan akhlak,
moral atau tingkah laku anak- anak di desa ini?

Narasumber : pendaptan masyarakat sini sangat minim mereka bekerja dari pagi
hingga malam kadang membawa hasil yang lebih terkadang ya
hanya cukup untuk makanan sehari-hari saja, kepada kesalamatan
mereka dan ada juga yang bekerja menjadi petani.

Perkembangan masyarakat disini sangat terbelakang dikarenakan


pendidikan yang sangat minim, karena faktor ekonomi, dan
jangkauan yang terlalu jauh dari jaringan sosial, setiap info apapun
masyarakat disini selalu ketinggalan apalagi di tambah dengan
dunia yang sudah semakin modern, di tambah lagi masyarakat
disini tidak memikirkan pendidikan kebanyakan masyarakat disini
hanya bersekolah sebatas SMA, SMP, bahkan ada yang hanya
sebatas SD, faktor orangtua mereka yang kurang mampu di tambah
lagi pepatah warisan nenek moyang yang slalu jadi pegangan dan
alasan mereka untuk tidak bersekolah, “untuk apa sekolah toh guru
banyak, doter banyak, polisi pun banyak” “ untuk apa sekolah
tinggi-tinggi pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga juga”,
mereaka tidak memikirkan keadaan yang akan datang, kebanyakan
anak-anak remaja masyarakat disini ya bisa dikatakan nikah muda
kareana pengalaman orangtua yang sedikit ekonomi pun tidak
mendukung, apalagi pergaulan bebas sudah semakin menjadi-jadi.

Orangtua disini sangat kurang pengontrolannya kepada anak-anak


mereka di karena kan kesibukan orangtua bekerja dari pagi hingga
malam, sehingga orantua tidak ada waktu untuk mengontrol anak-
anak mereka, maka ahklak, moral anak-anak mereka sangat kurang,
terkadang kebut-kebutan dijalanan, suka melawan perkataan
orangtua berperilaku sesuka hatinya saja.

Peneliti : kalau soal pergaulan anak-anak disini pak bagaimana?

Narasumber : iya, untuk sekarang anak-anak disini mereka sudah aneh-aneh


mereka bebas bermaian kemana dengan bahkan orangtua ada yang
tidak mengetahui bahwa pergaulan anak-anak mereka itu salah,
bahkan ada yang tau malah biasa saja, ya mereka hanya mengangap
itu hanya perubahan zaman yang sudah semakin modern, orangtua
terlalu memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka bahkan
tidak ada kontrol lagi dari orangtua, anak-anak disini banyak yang
menikah di usia yang sangat muda seharusnya mereka harus
sekolah, ya itu tadi tidak ada lagi perhatian dari orangtua mereka
pengalam orantua yang kurang dalam mendidik anak, mereka tidak
tau dunia luar itu sudah menyerang kehidupan anak-anak mereka,
skarang perilaku anak-anak disini tidak ada bedanya dengan anak-
anak diluarsana, diluarsana kehidupan yang bebas, sedangkan
disinikan desa kehidupan yang sangat beradap tapi karena
pergaulan yang mereka dapat dari HP, bahkan anak-anak yang
sangat kecilpun sudah dibiarkan bermain HP, bahkan seharusnya
mereka harus sekolah, mengaji, karena kesibukan bermain HP,
game apa lagi game di HP itu banyak iklan-iklan yang tidak
mendidik, sehingga dari situlah anak-anak menjadi terpengaruh
oleh gambar-gambar seperti itu, sehingga ketika bergaul dengan
teman-temanya mereka sudah layaknya seperti orantua, makanya
banyak yang menikah di usia muda disini, ada yang kebabblasan
dan ada juga yang memang faktor ekonomi.

Para orangtua disini sangat membutuhkan suatu kelompok yang


dimana disitu bisa di bacarakan bagaimana seharusnya menjadi
orangtua yang baik bagi anak-anak mereka, agar anak-anak mereka
tidak terus-terusan mengalami masalah yang sama, cara mendidik
anak yang baik itu seperti apa karena pengalaman mereka selaku
orantua itu sangat sedikit.
Wawancara bersama Bapak Zulkarnaini Selaku Perangkat Desa Di Desa Sungai
Pinang Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin

Senin, 17 Desember 2018

Peneliti :untuk yang pertama, bagaimana pak pendapat bapak tentang anak-
anak Di Desa Sungai Pinang ini pak, dan bagaimana pendapat
bapak tentang cara orangtua disini mendidik anak mereka pak?

Narasumber : iya, menurut apa yang saya lihat dan yang saya rasakan, anak-
anak disini itu sangat memprihatiakan baik tentang moral etika,
ahklak maupun didikan dari orangtua sangat kerang sekali, sudah di
sekolah terkadang tidak, ya kareana hidup sesukanya tidak ada
bimbingan dari orantua, ditambah lagi orantua yang selalu tidak
ada waktu untuk menemani anaknya, bahkan mengajak anak
mereka berbicara saja jarang sehingga anak berbuat sesuka hati,
kenapa tidak kerena orantua yang disibukkan dengan pekerjaan
terkadang pergi anak-anak mereak yang masih tidur, pulang dari
bekerja orantuanya lagi capek gimana ada waktu untuk anak, untk
menanyakan kabar anak, kesulitan apa saja yang dialaminya
seharian, bahkan anak-anak disini sopan santunnya kurang, tidak
pernah mau mendengakan perkataan yang baik dari orang lain
selalu membangkang, di kasih tau yang baik malah melawan,
bahkan anak SD saja ada yang sudah merokok, kebutan tidak tau
arah.

Orangtua disini kebanyakan tidak mengetahui tentang anak-anak


mereka apa saja yang dilakukan anak-anak mereka, orantua entah
dimana anak pun entah dimana bahkan mereka membebaskan
anak-anak mereka bergaul dengan siapa dan kemana saja, asala ada
nyawa aja anak-anak mereka, soal pergaulan orangtua tidak
perduli, jika oran lain beri tahu tentang anaknya malah orantua nya
yang kembali musuhi orang itu, tidak terima dan tidak percaya
dengan apa yang orang liat, mereaka lebih percaya dengan
anaknya. Ya faktor pengalaman, orantua yang menjadi korban
anak-anak mereka sebab anak sudah mengetahui kalau dia berbuat
salah pun orantuanya tidak akan memarahinya.

Peneliti : Apa saja kendala- kendala yang di alami disini pak?

Narasumber : iya, kendala yang saat ini dialami ya itu tadi, yang sering terjadi
disni itu masalah pengalaman dan kemampuan orangtua yang
terbatas, apa lagi orantua terlalu tidak peduli dengan pergaulan
yang dilakukan anak-anak mereka, di tambah lagi perkembangan
zaman yang sudah semakin maju apa lagi di tambah dengan tidak
di iringi dengan kemampuan mereka, sehingga kemampuan orantua
tidak bisa mensetarakan dengan pergaulan pada zaman sekarang
akhirnya anak-anak tidak nurut dengan apa yang disampaikan oleh
orangtua. Orangtua banyak yang tidak mengetahui cara mendidika
anak yang benar itu seperti apa ya itu dikeranakan oleh pengalaman
tadi kareana orangtua yang menikah diusia yang mudah juga.
Wawancara bersama Ibu Sarmiyati selaku orangtua Di Desa Sungai Pinang,
Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.

Sabtu, 29 Desember 2018

Peneliti : untuk yang pertama, bagamana cara ibuk mendidik anak ibuk, apa
saja masalah yang ibu alami dalam mendidik anak ibuk, apa saja
yang ibu lakukan jika anak ibuk melakukan kesalahan?

Narasumber : saya mendidik anak saya seperti apa orantua saya dahulu
mendidik saya, ya tapi saya dahulu mengikuti semua perkataan
saya tetapi anak saya tidak pernah mau mendengarkan perkataan
saya, maunya saya marah-marah dulu, memukul dulu baru mau
berubah, itupun tidak berubah lama berubahnya hanya sebentar
nanti ngulang lagi, di tambah lagi saya yang sangat sedikit waktu
untuk di rumah, terkadang kalau saya marahi anak saya ayahnya
malah balik marah kesaya bahkan saya pernah pulang kerumah
orangtua saya di karenakan saya marahi anak saya yang sangat
nakal tidak mau ikut aturan selalu membangkang suami saya malah
membela anak saya dan akhirnya saja yang jadi marahan dengan
suami saya, dia sangat tidak suka anaknya dimarahi saya atau orang
lain meskipun anak saya itu salah dan akhirnya jika orang lain
menceritakan tingkah laku anak saya diluar rumah ayahnya malah
marah dengan orang itu tidak pernah terima dengan perkataan
orang lain dan tidak boleh orang lain menyalahkan anak saya. Anak
saya tidak pernah patuh dengan orangtua, akibat selalu dimenangin
ayahnya anak saya menjadi anak yang besar kepala dia selalu
merasa dia yang berkuasa jika dia melakukan kesalahan
orangtuanya tidak akan marah, anak saya tidak bisa mengontrol
dirinya, dia selalu memukul temannya dan selalu ingin menang
sendiri, bermain sesuka hati saja tidak mau mendengarkan nasehat
orang lain dia hanya merasa dirinya yang selalu benar.

Semenjak ayahnya selalu marah jika anak nya dimarahi saya tidak
pernah memarahi bahkan saya tidak pernah menerapkan hukuman
jika dia melakukan kesalahan, saya memberikan kebebasan
kepadanya untuk melakukan apa saja. Apa lagi ditambah dengan
pengalaman saya yang sangat sedikit tentang mendidik anak,
apalagi di zaman yang sudah serba canggih ini saya sangat
ketinggalan jauh sekali.
Wawancara bersama M Dafpa selaku anak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin

Selasa, 29 Desember 2018

Peneliti : dek kata ibu adek tidak pernah mau menurut sama ibumu kenapa,
mungkin adek bisa cerita ke kakak?

Narasumber : iya, kenapa tidak saya seperti itu orangtua saya selalu sibuk dan
tidak permemperhatikan saya, kehidupan saya di saya orantua di
orangtua, di tambah lagi ayah selalu membela saya, memanjakan
saya selalu memberikan apa yang saya inginkan tidak pernah
menghukum saya sehingga saya menjadi anak yang manja, tidak
mandiri, agresif, dan saya selalu ingin menang sendiri itu karena
saya sudah terbiasa dengan orangtua saya jadi saya terbawa
kelingkungan, bahkan saya sering memukuli adik sepupu saya
jahili dia karena saya tau jika bibik saya marah kepada saya
orangtua saya akan membela saya, orantua saya tidak pernah
melarang saya apapun itu selalu diikutinya.

Orangtua saya hanya sibuk bekerja dan kerja, mereka lebih


mementingkan uang dari pada nanya tentang saya apa yng saya
lakukan kemana saja saya seharian, makanya saya bebas ngapain
saja, ditambah lagi lingkungan saya sudah semakina maju, dan
teman-teman saya juga beperilaku seperti saya yaw ajar saja saya
seperti itu minta perhatian dari orang lain.
Wawancara bersama Riski selaku anak Di Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Sungai Manau ,Kabupaten Merangin.

Selasa 18 Desember 2018

Peneliti : dek apakah benar adek tidak berani berbicara di depan orang
banyak? Apa yang membuat adek seperti itu?

Narasumber : iya benar kak saya tidak berani mengemukan pendapat saya
didepan umum, saya gugup sebelum saya mengemukan pendapat
saya, didepan orang banyak saya hanya diam dan tidak pernah
memberikan saran atau pendapat saya takut pendapat saya tidak
diterima oleh orang lain, saya selalu merasa diri saya terlalu banyak
kekurangan, saya tidak mengerti apa-apa, saya minder kak dengan
teman-teman saya, mereka berani untuk berbicara di depan orang
banyak sedangkan saya membayangkan ingin bicara depan umum
saja, keringat dinginnya mulai muncul, gemetar.

Ini semua disebabkan oleh orangtua saya yang selalu melarang ini
itu, mereka selalu ikut andil dalam apa yang saya kerjakan
sehingga saya tidak bisa melakukannya sendiri, apa yang saya
inginkan mereka selalu memberikannya, mereka tidak pernah
percaya untuk melepaskan saya melakukannya sendirian sehingga
saya menjadi takut dan terbiasa dengan perlakuan orangtua saya.
Wawancara bersama Rafika selaku anak Di Desa Sungai Pinang, Kecamatan
Sungai Manau, Kabupaten Merangin.

Selasa, 29 Desember 2019

Peneliti : dek, dari informasi yang saya dapat dari orangtua adek, bahwa
adek itu suka memberontak, suka melawan orangtua, terus apakah
benar? Kenapa adek melakukan hal itu kepada orangtua?

Narasumber : iya, seperti apa yang kakak lihat dan kakak dengar dari cerita
orangtua saya kak, memang saya suka memberontak, suka
melawan dan menjawab perkataan orantua saya, abisnya orantua
saya tidak peduli dengan saya mereka hanya sibuk dengan
pekerjaannya, mereka pikir dengan memberikan saya materil tanpa
memberikan perhatian dan kasih sayang itu cukup mungkin kak,
sehingga saya mencari perhatian diluar rumah saya kebutan
sepanjang jalan, saya ganti ganti knalpot motor saya, saya kebutan
sesuka hati saya, dan saya pulang larut jarang pulang kerumah.
Bahkan sering orangtua marah-marah kepada saya, pada saat
mereka cemahin saya terkadang saya jawab kadang saya pergi
tinggalkan mereka yang lagi ngoceh marah.

Saya selalu merasa orangtua tidak sayang pada saya kak makanya
saya seperti itu, abisnya mereka hanya sibuk dengan pekerjaan
mereka tanpa memikirkan anaknya bagaimana, saya butuh
perhatian dari orangtua bukan hanya materi saja kak.
Kantor Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Keadaan Masjid Desa Sungai Pinang, Kampung Masjid, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin.

Keadaan ekonomi Desa Sungai Pinang, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Wawancara bersama bapak sabri selaku kepala desa di desa sungai pinang

Wawancara bersama perangkat desa sungai pinang


wawancara bersama bapak fahrudin selaku kaur umum di desa sungai pinang

Wawancara bersama datuk ahmad zakaria sahmin orang tertua di desa sungai pinang
Fhoto bersama ibu ismawati selaku orangtua di desa sungai pinang

Fhoto bersama riski selaku anak di desa sungai pinang


Fhoto anak-anak yang bebas bermain tanpa kontrol orang tua
Fhoto ibu piah selaku orangtua di desa sungai pinang

Fhoto bersama salah satu ibu yang buta huruf di desa sungai pinang
Fhoto anak yang putus sekolah karena malu terlahir ABK

Fhoto bersama dila selaku anak di desa sungai pinang


JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, adapun tentang tahapan dan rentang waktu penelitian dapat dilihat di bagan
berikut:

Jun Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan Draf
1 x x x x
Proposal
Konsultasi dg Ka.
Jur/Prodi dan
2 x x x
lainnya utk fokus
penelitian
3 Revisi Draf Proposal x x
Proses Seminar
4
Proposal x
Revisi Draf Proposal
5 x
Setelah Seminar
Konsultasi dgn
6 x
Pembimbing
7 Koleksi Data x x x x
Analisa dan
8 Penulisan Draf Awal x x x x x x
Skripsi
Draf Awal dibaca x
9
Pembimbing
10 Revisi Draf Awal x
Draf Dua Dibaca x
11
Pembimbing
12 Refisi Draf Dua x
Draf Dua Revisi x
13
Dibaca Pembimbing
14 Penulisan Draf Akhir x
Draf Akhir Dibaca x
15
Pembimbing
16 Ujian Munaqashah x
Revisi Skripsi
17 Setelah Ujian x
Munaqashah
18 Mengikuti Wisuda

Perlu dijelaskan bahwa jadwal ini tidak bersifat mengikat karena boleh jadi salah satu tahapan berlangsung lebih cepat atau lebih lama.Selain
itu, boleh jadi pula ada tahapan yang berlangsung bersamaan dengan tahapan lain, artinya penjadwalan kan berlangsung secara kondisional.
CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Rosunnah
Tempat & Tgl. Lahir : Sei Pinang 06 Oktober 1996
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Lintas Merangin Kerinci, Desa
Sungai Pinang, Kecamatan Sungai
Manau, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambi.

B. Riwayat Pendidikan
S1 : 2015
MA SUNGAI MANAU : 2012
SMP NEGERI SATU ATAP 11 MERANGIN : 2009
SD NEGERI 57 SUNGAI PINANG : 2003

Anda mungkin juga menyukai