Anda di halaman 1dari 206

POLA PIKIR SANTRI

TERHADAP ORIENTASI KARIER


(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh:

AISHA MIRANI WARDANI


NIM. 11114125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫ث‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫ص ْخ َر ٍة أَ ْو فِي ان‬
َ ‫س َم‬ َ ‫يَا بُىَ َّي إِوَّ َها إِنْ تَ ُك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍت ِمهْ َخ ْرد ٍَل فَتَ ُكهْ فِي‬

َّ َّ‫َّللاُ إِن‬
‫َّللاَ نَ ِطيفٌ َخ ِبي ٌر‬ ِ ْ‫ض يَأ‬
َّ ‫ث بِ َها‬ ِ ‫أَ ْو فِي ْاْلَ ْر‬

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

(QS. Luqman: 16).

vi
PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis

persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa

membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan

rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan

do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi

menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya.

2. Adikku tercinta Anggita Septia Ningrum, yang telah bersedia membantu dalam

perihal apapun, serta sudah banyak merepotkan.

3. Seluruh keluarga besar alm. Mbah Amat Samsuri terkhusus mbah Juwariyah

dan keluarga besar alm. Mbah Prayit yang selalu mensuport, dan mendo‟akan

dalam segala hal demi terwujudnya cita-cita.

vii
KATA PENGANTAR

‫بسم َّللا انرحمه انرحيم‬

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nati-nantikan

syafaatnya di yaumil qiyamah.

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka penulis membuat karya

ilmiah dengan bentuk skripsi dengan judul “Pola Pikir Santri Terhadap

Orientasi Karier (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan

Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)“ Selesainya skripsi ini tidak

semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait

yang telah membantu baik material maupun spiritual, oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

viii
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar

membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis dalam

menempuh pendidikan ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Ulfah Susilowati, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik terimakasih

atas bimbingannya pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi

yang telah membantu memberikan kelancaran dalam proses pembuatan

skripsi.

7. Bapak Kyai Haji Bachrodin selaku Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-

Iman Sumowono yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

8. Para pendidik di Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono yang telah berkenan

menjadi informan, serta seluruh santri yang telah berkenan untuk menjadi

subjek penelitian.

9. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa

membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan

rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan

do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi

menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya.

10. Mbok Riyami yang telah membantu merawat saya sedari kecil.

11. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si yang telah sabar

membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya dalam

menempuh pendidikan ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

ix
12. Keluarga PPL (Sami, Aripin, Lukman, Irvan, Tina, Hindun, Waled, Afra,

Bella) canda, tawa, kebahagiaan, kesedihan kehangatan pertemanan yang

tulus, sukses buat kita semua.

13. Muhammad Khoironi yang selalu memberikan semangat untuk menjalani

kuliah, dll., sukses selalu untuk kita, semoga selalu di beri kelancaran dan

keberkahan.

14. Dayah, Mbak Laela, Ririn, Dyah Jiddan, Uus, Mele, Ifa, Isna, Umik, Duo

Wulan, Ayu Tyas, Dewi Ina, Kiki, Izza, Ulin Niam, dll. yang tidak bisa di

sebutkan satu persatu terimakasih sudah bersedia menerima, mendengarkan,

terimakasih telah menjadi penghibur, semoga silaturahim kita akan tetap

baik, semoga keberkahan selalu menyertai kalian, sukses buat kita semua.

15. Rekan KKN posko 50 Ds. Ngrembes Kec. Kemusu Kab. Boyolali terimakasih

sudah menjadi rekan yang baik dan asik selama penugasan yang diberikan

oleh kampus. Sukses selalu untuk kita.

16. Teman-teman mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PAI terutama

angkatan 2014 yang tak henti-hentinya saling suport.

17. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang

tidak bisa disebut satu persatu.

Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali do‟a kepada Allah

SWT, semoga amal sholih Bapak, Ibu, teman-teman dan semua pihak yang

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini diterima di sisi Allah SWT

dan mendapatkan balasan yang mulia di sisi-Nya Amin.

x
Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa banyak

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas

segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya

hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang

tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri

dan para pembaca pada umumnya. Amin ya robbal Alamin.

Salatiga, 10 September 2018

Penulis

Aisha Mirani Wardani

NIM. 11114125

xi
ABSTRAK

Wardani Mirani, Aisha. 2018. Pola Pikir Santri Terhadap Orientasi Karier (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Hj. Lilik Sriyanti,
M. Si.
Kata Kunci: Pola Pikir; Orientasi Karier; Bimbingan dan Konseling Karier;
Pondok Pesantren

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pikir santri terhadap


orientasi karier. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1)
Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi
karier. 2) Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan remaja. 3)
Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok
pesantren Al-Iman.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan
bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang
diperoleh dari informan yaitu pengasuh pondok dan para pendidik, dan subjek
dalam penelitian ini adalah santri remaja pada usia 16 sampai 21 tahun yang
hanya melanjutkan pendidikan informal di pondok pesantren Al-Iman.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pikir santri terhadap orientasi
karier di pondok pesantren Al-Iman menunjukan bahwa adanya: (1) Motivasi
yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman:
tidak dapat meraih cita-cita, faktor ekonomi, tidak ingin merepotkan orang tua,
dorongan dari orang tua, faktor internal, faktor lingkungan masyarakat, mengikuti
teman sebaya, pergaulan juga terjaga, ingin lebih mendalami ilmu agama, adanya
pembekalan keterampilan. (2) Pola pikir yang terbentuk pada santri dalam
menghadapi orientasi karier: Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil, berserah diri
kepada Allah, bekerja sampingan di pabrik, berwirausaha, mencari pengalaman di
perkebunan, mengikuti amanat suami, belum mempunyai orientasi karier. (3)
Faktor yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan remaja: faktor pendidik,
faktor dari masyarakat atau lingkungan tempat tinggal, faktor dari seluruh anggota
keluarga inti maupun keluarga besar, faktor keterampilan santri, bakat, faktor
keyakinan.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO ........................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...............................................................v

MOTTO ................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Fokus Penelitian ........................................................................................4

C. Rumusan Masalah .....................................................................................5

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................5

E. Manfaat Penelitian......................................................................................6

F. Penegasan Istilah ........................................................................................7


G. Sistematika Penulisan ................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Pikir .................................................................................................9

B. Orientasi Karir .......................................................................................11

1. Pengertian Orientasi Karir .................................................................11

2. Perkembangan Karir .........................................................................16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir .................22

4. Hambatan Pengembangan Karir ........................................................27

5. Bimbingan dan Konseling Karir ........................................................29

C. Pondok Pesantren ..................................................................................36

1. Ciri-Ciri Umum Pondok Pesantren ...................................................36

2. Sistem Pengajaran .............................................................................39

3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren ....................................................44

4. Peran Pesantren .................................................................................46

5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat.......................49

D. Motivasi ................................................................................................53

E. Kajian Pustaka ......................................................................................54

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................58

C. Sumber Data ..........................................................................................59

D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................60

E. Analisis Data .........................................................................................62

xiv
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................64

G. Tahap-tahap Penelitian.................................................................65

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data ..........................................................................................67

1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ...........................................67

2. Pola Pikir Santri terhadap Orientasi Karier ......................................67

a. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di

Pondok Pesantren Al-Iman ..........................................................78

b. Pola Pikir Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier .................87

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan

Remaja ...................................................................................................97

C. Analisis Data .......................................................................................104

1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu

di Pondok Pesantren Al-Iman................................................105

2. Pola Pikir yang Terbentuk pada Santri dalam Menghadapi

Orientasi Karier .....................................................................112

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di

Kalangan Remaja ..................................................................120

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................125

B. Saran ...........................................................................................126

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
RIWAYAT HIDUP PENULIS

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data santri Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 ..............................68

Tabel 4.2 Data pengurus Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 .......................69

Tabel 4.3 Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018 ............................................................................................................69

Tabel 4.4 Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018 ............................................................................................................72

Tabel 4.5 Jadwal kegiatan Pondok Pesantren Al-Iman ..........................................75

Tabel 4.6 Kurikulum Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun Ajaran 1439/1440 .......................................................................................76

Tabel 4.7 Jadwal Pelajaran Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al Iman Tahun
Ajaran 1439-1440...................................................................................................77

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Verbatim Wawancara

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era sekarang ini perkembangan sumber daya manusia sangat

penting bagi kemajuan di masa yang akan datang. Maka dari itu motivasi

untuk mencapai sumber daya yang berkualitas seseorang harus membekali

diri dengan pendidikan dan keterampilan. Dengan adanya motivasi juga

harus disejajarkan dengan pola pikir yang harus bisa mendorong imajinasi

dan kreativitas untuk berkembang. Pola pikir pikir sangat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di

lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan

menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi

dirinya.

Bagi kebanyakan orang karier adalah hal yang sangat penting bagi

kehidupan, dengan karier yang sedang digeluti maka akan menunjang

proses dalam kehidupan. Menentukan minat sejak dini merupakan salah

satu alasan dalam pemilihan karier sesorang agar di masa yang akan

datang dapat menekuni karier dengan matang yang melibatkan komitmen

jangka panjang. Maka menyiapkan diri untuk mengambil keputusan

memilih karier sangat dibutuhkan mulai sejak dini atau dari usia remaja.

1
Kehidupan di pesantren, terdapat santri yang hanya mengenyam

pendidikan di pesantren, dan ada yang mengenyam pendidikan formal

maupun informal agar mendapat ilmu dunia dan akhirat, agar seimbang

dalam menuntut ilmu. Di pondok pesantren Al-Iman ini, pondok pesantren

yang mengajarkan kitab-kitab dan al-Quran, terdapat santriwan dan

santriwati yang hanya mengenyam pendidikan informal atau hanya

mengikuti pendidikan di pesantren saja. Ketika sudah lulus Madrasah

Aliyah atau SMA mereka di pesantren hanya mengikuti kegiatan

pendidikan informal saja tidak melanjutkan pendidikan formal. Namun

para santriwati di sini diajarkan untuk bewirausaha dengan berdagang di

pasar untuk membantu koperasi pondok al-Iman itu sendiri.

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia

yang sangat berkualitas dan multitalent. Peningkatan sumber daya manusia

merupakan salah satu syarat yang sangat mutlak untuk menjadikan suatu

bangsa menjadi lebih berkembang. Salah satu fasilitas untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama sangat kuat, sangat

penting dan berhubungan dalam membentuk suatu generasi.

Pengaruh globlalisasi sebenarnya semua harus memiliki

pengetahuan yang lebih tentang teknologi namun apakah santri-santri di

pondok pesantren tersebut sudah memadai. Persaingan di era sekarang ini

2
semakin ketat dengan perkembangan teknologi yang belum santri miliki.

Orientasi karier sangat dipengaruhi oleh pengetahuan teknologi.

Peneliti di sini memilih untuk penelitian di pondok pesantren al-

Iman karena pada observasi awal yang telah diadakan, masih banyak

santri-santri yang hanya mengikuti kegiatan pondok yang masih terbatas

dalam ruang lingkup keagamaan dalam kata lain tidak masuk dalam

sekolah formal, motivasinya masih minim mengenai pengembangan

karier, santri yang hanya mengikuti pelajaran kitab tidak terlalu

memikirkan masa depan kariernya karena mereka memiliki dasar rejeki

sudah ada yang mengatur jadi yang perlu dilakukan yang sudah ada di

depan mereka dan sudah pasrah kepada Allah mengenai karier di masa

depan yang akan dijalankan. Hikmah yang dapat mereka ambil dari belajar

kitab adalah hidupnya lebih teratur karena sudah lebih mengerti tentang

Islam dan memiliki pedoman, selain itu juga dapat memutuskan hal-hal

yang baik mengerti mana yang benar dan salah.

Maka dari itu peneliti memberikan alasan mengapa memilih tempat

di pondok pesantren Al-Iman , dari segi santri-santrinya yang hanya

mengenyam ilmu di pondok dan tidak bersekolah di sekolah formal yang

mana sangat diperlukan pada era globalisasi. Bagaimana para santriwan

dan santriwati dapat mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi

sekarang ini yang sangat membutuhkan sumber daya manusia yang sangat

berkualitas. Bagaimana para santriwan dan santriwati dapat membangun

3
masa depannya, dan bagaimana kreatifitas didapatkan oleh para santriwan

dan santriwati. Bagaimana cara para santriwan dan santriwati ketika sudah

lulus dari pondok harus dapat menghidupi dirinya yang didapatkan

kemampuan sendiri.

Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pendidikan anak yang hanya menuntut ilmu di pesantren

terhadap orientasi karier anak didik yang akan dilakukan di masa depan

ketika sudah lulus dari pondok pesantren. Dengan melatar belakangi hal-

hal di atas maka dalam penelitian ini peneliti memberi judul: POLA

PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di

Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang Tahun 2018).

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pendidikan santri

yang telah tamat belajar 6-9 tahun namun hanya melanjutkan hanya

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, untuk membangun dan

mengembangkan orientasi karier setelah lulus dari pondok pesantren.

4
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, di sini

peneliti menarik kesimpulan tentang rumusan permasalahan yakni:

1 Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di

pondok pesantren Al-Iman ?

2 Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi

orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok

pesantren ?

3 Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier dikalangan remaja,

khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui motivasi santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok

pesantren Al-Iman

2. Mengetahui pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi

orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok

pesantren.

3. Mengtahui faktor yang mempengaruhi orientasi karier dikalangan

remaja, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren

5
E. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat dipetik dari perhatian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ataupun

evaluasi bagi pembimbing maupun pendidikan yang berkewajiban

meningkatkan dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada peserta

didik.

2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pada ranah

pendidikan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sumber daya

manusia di era globalisasi, sebagai berikut:

a. Bagi Pembaca

Di sini peneliti berharap dapat memberikan refernsi baru bagi para

pembaca bahwa sebenarnya mengikuti sekolah informal dan sekolah

formal itu sangat penting dalam era globalisasi seperti sekarang ini.

b. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kesan

baik dan memberikan wawasan baru tentang adanya pembelajaran

pendidikan karakter melalui pendidikan pondok pesantren.

6
F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dan agar mendapatkan

kejelasan tentang judul penelitian, kiranya penulis perlu memberikan

batasan dan penegasan mengenai istilah dalam judul:

1. Pola Pikir

Pola pikir juga dikenal dengan istilah mindset, adalah cara otak dan

akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat

kesimpulan terhadap informasi yang masuk ke indra kita. Pola pikir itu

untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi

keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan

kita. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman

dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Pola pikir yang sudah teruji

dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014:38-

39).

2. Orientasi Karier

Definisi dari orientasi adalah menitik beratkan pandangan.

Sedangkan Karier adalah realitas objektif dan subjektif. Setiap posisi

memerlukan keterampilan-keterampilan, minat-minat, dan nilai-nilai. Dari

uraian tersebut orientasi karier dapat diartikan sebagai suatu pandangan

yang menitikberatkan pada karier atau pekerjaan yang tersedia bagi

7
seseorang, rencana untuk mengambil keputusan mengenai keinginan untuk

menekuni suatu pekerjaan.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka akan

dikemukakan sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II adalah kajian pustaka, yang berisi tentang landasan teori

penjelasan karier dan penjelasan pondok pesantren, kajian penelitian

terdahulu.

3. Bab III adalah metode penelitian yang meliputi pendekatan dan Jenis

Penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, sumber data,

prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan

data.

4. Bab IV adalah paparan data dan analisis data. analisis dan pembahasan

yang meliputi deskripsi data, analisis data, pembahasan.

5. Bab V adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pola Pikir

Pola pikir dikenal juga dengan istilah mindset adalah cara otak dan

akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat

kesimpulan terhadap informasi yan masuk melalui indra kita. Pola pikir itu

sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai

yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas

memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan

pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini

kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014: 38).

Pola pikir terbagi antara objektif dan subjektif. Pola pikir objektif

itu berawal dari pertimbangan yang memedulikan semua segi dan semua

pihak yang dengan sendirinya akan menarik partisipasi lingkungan dan

sekaligus juga merupakan pola pikir yang terhormat dimata lingkungan.

Sedangkan pola pikir subjektif yang berawal dari yang menguntungkan

diri pribadi tanpa memperdulikan kepentingan dan hak orang lain (Suit,

2006: 78).

Pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan

bidang tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita

sebagai penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap

pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan

9
suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang

muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan (Yunus, 2014: 39).

Sumber utama pola pikir seseorang berawal dari orang tua yang

mengasuh dan mendidik. Pola pikir yang diturunkan dari orang tua

berkembang karena pengaruh lingkungan sosial, keluarga dekat, sekolah

teman, bacaan dan media massa. Interaksi antara potensi bawaan dan

pengaruh lingkungan inilah yang membentuk pola pikir dan karakter setiap

orang, kemudian pola pikir inilah yang menentukan perkembangan

kesuksesan seseorang. Kunci dari segala kesuksesan adalah berpikir

positif, kesungguhan, keuletan kesabaran, tidak mudah menyerah dan

fokus pada sasaran yang ingin dicapai (Yunus, 2014: 38-43).

Hal yang sejajar dengan pola pikir yaitu sikap mental dan psikologi

perkembangan. Definisi psikologi perkembangan menrut Desmita (2014:

4) yang mengkaji perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental

manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari rasa konsepsi hingga

meninggal dunia. Semantara itu, menurut Kartono (dalam Ahmadi, 2005:

3) psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak

sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa.

Berbeda dengan Encyclopedia International (dalam Ahmadi,

2005: 4) yang mengungkapkan bahwa psikologi perkembangan adalah

suatu cabang dari psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang

perilaku anak. Secara historis titik berat pembahasannya pada

10
penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan

menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks. Sedangkan,

menurut Monks, dkk (1992: 3-4) psikologi pekermbangan lebih

mempersoalkan faktor-faktor yang umum yang mempengaruhi proses

perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi yang khas itu, dengan

menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.

Dari uraian di atas dapat diartikan psikologi perkembangan

merupakan suatu cabang dari psikologi umum yang membahas tentang

aktivitas mental dan tingkah laku seseorang selama hidupnya.

B. Orientasi Karier

1. Pengertian Orientasi Karier

Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah karier. Salah

satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Healy (dalam

Thayeb, 1992: 36) “Karier diciptakan kuncinya adalah pemahaman,

determinasi, dan kemampuan. Setiap orang, kecuali yang cacat berat,

memiliki banyak alternatif. Karier adalah realitas objektif dan subjektif.

Setiap posisi mempunyai kewajiban-kewajiban dan hak-hak, dan pilihan-

pilihan masa depan terbuka atau tertutup. Posisi itu memerlukan

keterampilan-keterampilan, minat-minat, dan nilai-nilai. Pada saat yang

sama, karyawan dalam suatu posisi menghasilkan pikiran-pikiran,

perasaan-perasaan, dan aspirasi-aspirasi pribadi. Kedua aspek karier itu

penting dalam memahami perilaku seseorang.

11
Karier adalah pekerjaan dari hasil pelatihan dan atau pendidikan

yang ingin dilakukan orang dalam waktu lama. Pengertian karier tersebut

diperkuat oleh Collin yang menyatakan, antara lain individual work

histories, sequences of and patterns in occupations and work positions,

and upward progress in an occupation or in life generally. Intinya, karier

merupakan riwayat pekerjaan seseorang, serangkaian dan pola dalam

pekerjaan dan posisi pekerjaan, serta kemajuan dalam pekerjaan atau

dalam kehidupan(Kaswan, 2014: 15).

Selain pengertian di atas, Menurut pandangan Noe ada empat

makna yang berbeda yang dapat diterapkan pada konsep karier; (1) karier

sebagai kemajuan, karier menunjukan kemajuan dan kesuksesan seseorang

yang meningkat atau keatas dalam pekerjaan atau organisasi; (2) karier

sebagai profesi, karier terjadi hanya dalam pekerjaan tertentu dimana

terdapat pola kemajuan yang jelas; (3) karier dapat dianggap sebagai

serangkaian pekerjaan sepanjang hidup, menurut definisi ini setiap orang

memiliki karier; (4) karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait

dengan perannya sepanjang hidup. Karier menggambarkan bagaimana

seseorang mengalami serangkaian pekerjaan dan penugasan dalam sejarah

pekerjaannya (Kaswan, 2014: 15).

Dalam hal ini, Greenhaus (dalam Kaswan, 2014: 15-16)

menyatakan karier adalah pola pengalaman yang terkait dengan pekerjaan,

misalnya: posisi pekerjaan, kewajiban pekerjaan, keputusan dan

12
interprestasi subjektif mengenai peristiwa yang berkaitan dengan

pekerjaan dan aktivitas sepanjang rentang masa hidup seseorang.

Sedangkan, menurut Bernardin dan Russel (dalam Kaswan, 2014:

15-16) karier merupakan persepsi pribadi sikap dan perilaku seseorang

yang terkait dengan aktivitas dan pengalaman pekerjaan dalam rentang

hidup seseorang.

Kata karier dapat ditinjau dari sejumlah perspektif yang berbeda.

Dari segi karier objektif, karier merupakan serangkaian posisi yang

diduduki oleh seseorang selama hidupnya. Dari sudut pandang lain, karier

subjektif terdiri atas perasaan kemana yang harus dituju seseorang dalam

kehidupan kerjanya, seperti sikap, nilai, dan harapan seseorang. Kedua

sudut pandang tersebut berfokus pada individu dan berasumsi bahwa orang

memiliki kendali atas nasibnya dan mereka dapat memanfaatkan

kesempatan untuk memaksimalkan kesuksesan dan kepuasan yang berasal

dari karier. oleh karena itu, pengembangan karier amat diperlukan

(Kaswan, 2014: 15-16).

Karier merupakan konsep penting dalam beberapa wilayah praktik.

Dalam bimbingan dan konseling karier, pilihan dan pengembangan karier

dimaknai menurut bagaimana orang bisa sesuai dengan masyarakat dan

memenuhi dirinya dengan memasuki pekerjaan yang tepat dan

mengembangkan pekerjaannya lebih lanjut melalui pekerjaan (Kaswan,

2014: 13).

13
Karier pada dasarnya adalah suatu respons yang terhadap

kebutuhan untuk bekerja. Kebutuhan untuk bekerja atau menghasilkan

barang-barang dan jasa-jasa adalah suatu kebutuhan alami dan sosial: umat

manusia secara alami harus mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa dari

orang lain agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan

keberadaan masyarakat-masyarakat sebagian karena anggota-anggotanya

yakin bahwa masyarakat memperluas dan menjamin tersedianya barang

dan jasa.

Dari segi ekonomi, tersedianya sumber-sumber termasuk bahan

mentah, modal, teknologi, dan penawaran dan permintaan akan barang dan

jasa tertentu mempengaruhi apa yang dapat dihasilkan dan bagaimana

memproduksinya. Dari segi sosiologis, keberadaan lembaga-lembaga

mempengaruhi sifat pekerjaan dan karier-karier secara langsung dan tidak

langsung. Lembaga-lembaga masyarakat menetapkan peranan-peranan dan

posisi-posisi, dengan demikian membatasi bagaimana seseorang dapat

bertindak dalam suatu karier tertentu. Keluarga adalah lembaga yang pada

umumnya mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh keturunannya.

Secara psikologis, kemampuan-kemampuan, nilai-nilai, pengalaman-

pengalaman, dan kapasitas seseorang untuk mengetahui dan merenungkan

diri dan dunia, mempengaruhi pekerjaan yang ia akan kerjakan. Yang

paling penting ialah bahwa tanpa adanya tujuan-tujuan, apakah itu

hedonistik, estetik, atau alturuistik, sudah pasti bakat-bakat manusia akan

14
terbengkalai. Dan tanpa adanya kesempatan-kesempatan untuk belajar dan

melatihnya, kemampuan-kemampuan itu tidak akan muncul.

Konsep karier berarti keyakinan bahwa terdapat konsistensi dalam

hubungan seseorang dengan pekerjaan selama hidup. Kesinambungan dan

koherensi sepanjang hidup berasal dari fakta-fakta bahwa orang-orang

mencari dan mengulangi yang sudah lazim, bahwa sistem-sistem

pendidikan dan pekerjaan kita mendorong spesialisasi, bahwa banyak

okupasi dan posisi latihan yang memiliki syarat-syarat yang sama:

mengikuti petunjuk-petunjuk tertulis dan lisan, mengikuti daftar waktu

kegiatan, pergi dan pulang kerja, bekerja sama dan menerima saling

ketergantungan. Dari perspektif seperti itu, karier menjadi jalur

pengembangan diri dan mengambil konotasi positif dari vokasi (Thayeb,

1992: 38-39).

Mengekspresikan diri melalui suatu karier adalah suatu usaha yang

menantang, karena menuntut upaya kewaspadaan, dan adaptabilitas yang

terus menerus. Orang-orang dapat memilih kemampuan-kemampuan dan

minat-minat yang mereka bina dan memanfaatkan pada pekerjaan,

sekalipun di sekitarnya memberikan kendala terhadap taraf perkembangan

seperti itu. Orang-orang cacat, korban diskriminasi, atau yang berasal dari

keluarga-keluarga dan masyarakat-masyarakat yang kurang

menguntungkan harus berjuang lebih gigih demi karier-kariernya. Dengan

demikian, karier merefleksikan kapasitas manusia untuk menghadapi dan

15
menguasai kesengsaraan dan bukan makin menambah keparahan (Thayeb,

1992: 35).

Sementara itu orientasi yang dimaksudkan adalah pusat perhatian

atau titik berat pandangan (Prayitno dan Amti, 2013:234). Istilah orientasi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam

https://kbbi.web.id/orientasi) didefinisikan sebagai peninjauan untuk

menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan

benar, pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Berdasarkan definisi karier dan orientasi tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa orientasi karier memiliki pengertian berupa pandangan

atau perhatian yang terfokus kepada pemilihan karier. Artinya yaitu

orientasi karier kecenderungan seseorang dalam menentukan pilihan karier

yang mendukung dan tersedia baginya.

2. Perkembangan Karier

Perkembangan karier adalah suatu proses yang terikat secara sosial,

artinya perkembangan ini ikut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,

kondisi ekonomi, kondisi geografis, suatu kesukuan, status jenis kelamin,

dan status kelompok sosial. Gabungan dari semua hal tersebut akan

mempengaruhi nilai-nilai, sikap pandangan, konstelasi kemampuan yang

dikembangkan dan dimiliki oleh seseorang, segala harapan yang

dipertaruhkan terhadap peranannya dalam dunia kerja, serta

16
kemungkinan/kesempatan yang terbuka baginya untuk memegang jabatan

tertentu (Winkel dan Hastuti, 2006: 646).

Teori perkembangan karier menurut Super (dalam Rahma, 2010:

35) teori ini dasarnya bahwa kerja itu perwujudan konsep diri artinya

orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menetapkan konsep diri itu

dengan memilih pekerjaan. Teori perkembangan memandang bahwa

pilihan karier bukanlah peristiwa yang sekali dalam seumur hidup karena

konsep diri orang itu berubah-ubah melalui tahap-tahap kemunduran.

Tahap eksplorasi selanjutnya terbagi atas fase-fase fantasi, tentatif dan

realistik, sedangkan tahap pembentukkan terbagi atas fase uji coba dan

keadaan mantap. Selain hal tersebut pola karier orang tua atau tingkat

pekerjaan yang dicapai ditentukan oleh taraf sosial ekonomi orang tuanya,

kemampuan mental, ciri-ciri kepribadian, minat, nilai-nilai, tersedianya

kesempatan.

Konstruk pengembangan karier dalah mengenai apa yang paling

baik dari pengalaman organisasi dan srangkaian pekerjaan untuk

mengembangkan, memotivasi, dan memelihara pegawai dan investasi

yang personal dalam keterampilan yang perlu mereka lakukan (Kaswan,

2014: 14).

Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase

perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada

masa-masa tertentu. Menurut Comenius (dalam Desmita, 2014: 23)

17
membagi fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki

anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di

sekolah. Pembagian fase perkembangan tersebut adalah:

a. 0-6 tahun= sekolah ibu,merupakan masa mengembangkan alat-alat

indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya

di lingkungan rumah tangga.

b. 6-12 tahun= sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak

mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah

rendah.

c. 12-18 tahun= masa mengembangkan daya pikirnya di bawah

pendidikan sekolah menengah.

d. 18-24 tahun= sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa

mengembangkan kemauannya memilih suatu lapangan hidup.

Tugas perkembangan Vokasional menurut Super, tugas

perkembangan vokasional menurut tahap kristalisasi pada umur 14-18

tahun, karakteristik umum suatu periode proses kognitif merumuskan

suatu tujuan karier yang bersifat umum melalui sumber kesadaran,

kemungkinan, minat, nilai-nilai, dan perencanaan untuk memilih pekerjaan

yang disukai. Tugas perkembangan vokasional tahap spesifikasi pada

umur 18-21 tahun, karakteristik umum suatu periode melangkah dari

pilihan pekerjaan tentatif terhadap pilihan pekerjaan yang spesifik. Tugas

perkembangan vokasional tahap implementasi pada umur 21-24 tahun,

karakteristik umum suatu periode melangkah dari pilihan pekerjaan


18
tentatif terhadap pilihan pekerjaan yang spesifik. Tugas perkembangan

vokasional tahap stabilisasi pada umur 24-35 tahun, karakteristik umum

suatu periode mempertegas atau memperkuat suatu pilihan karier dengan

pengalaman kerja nyata dan menggunakan bakat dengan menunjukkan

pilihan karier sebagai suatu pilihan yang tepat. Tugas perkembangan

vokasional tahap konsolidasi pada umur 35 lebih tahun, karakteristik

umum suatu periode pemantapan dalam suatu karier dengan promosi

jabatan, status dan kedudukan yang lebih tinggi (dalam Rahma, 2010: 36).

Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 633) mengembangkan

konsep kematangan vokasional (career maturity, vocational maturity),

yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.

Indikasi yang relevan bagi kematangan vokasional adalah, kemampuan

untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta

kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus

dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri

dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut

pada tahap masing-masing tahap perkembangan vokasional, lebih-lebih

selama masa remaja dan masa dewasa muda.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa konsep diri

merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pekerjaan. Selain

konsep diri, latar belakang karier orang tua dan psikologis juga

mendukung untuk dapat tercapainya suatu pilihan pekerjaan.


19
Tahap perkembangan orientasi karier tidak dapat dilepaskan dari

proses perkembangan karier itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh

Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 632), meliputi beberapa tahapan

sebagai berikut:

a. Fase pengembangan (Growth)

Dari saat lahir sampai umur lebih kurang umur 15 tahun, anak

mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat,

dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur

gambaran diri (self-concept structure).

b. Fase Eksplorasi (Exploration)

Dari umur 15-24 tahun, orang muda memikirkan berbagai alternatif

jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

c. Fase Pemantapan (Establishment)

Dari umur 25-44 tahun, bercirikan usaha tekun memantapkan diri

melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.

d. Fase Pembinaan (Maintenance)

Dari umur 45-64 tahun, orang yang sudah dewasa menyesuaikan

diri dalam penghayatan jabatannya.

e. Fase Kemunduran (Decline)

Bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola

hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Proses perkembangan karier Menurut teori Ginzberg (dalam

Rahma, 2010: 37) berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang,
20
dan melalui fase-fase perkembangan tertentu mengikuti irama kronologis

manusia meliputi: fase fantasi yang mencakup usia sampai kira-kira

sepuluh atau dua belas tahun ciri utama dari fase ini adalah dalam memilih

pekerjaan anak bersifat sembarangan artinya asal pilih saja. Fase tentatif

mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18 tahun, yang memiliki ciri bahwa

pilihan karier orang mengalami perkembangan yaitu timbulnya minat

terhadap apa yang disukai, mampu secara aspiratif terhadap pekerjaan,

nilai kehidupan yang dicita-citakan dan perpaduan di antaranya sehingga

tergambar profil kematangan diri. Fase ini meliputi empat tahap yaitu

minat, kapasitas (kemampuan), nilai, dan transisi. Fase realistis masa anak

mengikuti kuliah atau bekerja, pada fase ini anak melakukan eksplorasi

dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya

dalam kaitannya dengan sebenarnya, pada fase ini pula anak memiliki

kemampuan menilai dan mempertimbangkan dua atau lebih alternatif

pekerjaan secara mantap dalam memilih dan mengambil keputusan tentang

pekerjaan tertentu.

Perbedaan teori ini tentu menimbulkan perbedaan persepsi yang

akan membuat adanya perbedaan pada karakteristik persepsi yang

dihasilkan. Teori yang dihasilkan oleh Super latar belakang karier orang

tua ikut menentukan pemilihan karier anak, selain itu juga ekonomi orang

tua dan mental anak tersebut dan Super menjelaskan secara mendetail

menurut umur yang sudah dikelompok-kelompokkan dalam beberapa

tahap. Berbeda halnya dengan teori yang dijelaskan oleh Ginzberg. Teori

21
Ginzberg menjelaskan perkembangan karier anak lebih meluas, meskipun

fase-fasenya tetap sama pada umumnya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karier

Menurut Winkel (dalam Rahma, 2010: 44) faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan karier di antaranya faktor internal dan

eksternal, keduanya saling berinteraksi dan berpengaruh secara positif

terhadap pilihan karier dan perkembangan karier, yang merupakan suatu

proses bercirikan suatu perubahan, yang berlangsung secara bertahap dan

terjadi pergeseran yang berlingkup luas kepada yang spesifik, dan terjadi

akibat interaksi yag positif antara faktor-faktor internal dalam diri individu

dan faktor eksternal di luar individu.

Keberhasilan kerja merupakan keadaan yang diinginkan oleh

semua orang dalam kehidupannya. Keberhasilan kerja untuk tiap-tiap

orang tidaklah sama ukurannya, tetapi secara umum dapat dikatakan,

bahwa seseorang cenderung memperoleh keberhasilan dalam pekerjaannya

apabila pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dapat

memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis

(Kartono, 1991: 21-22).

a. Faktor Internal

Beberapa faktor internal menurut Rahma (2010: 44-46)

membentuk keunikan kepribadian individu di antaranya sebagai berikut:

22
1) Taraf intelegensi, merupakan kemampuan siswa untuk mencapai

prestasi-prestasi yang memiliki peranan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk melakukan penyesuaian dalam

rangka mencapai tujuan itu, untuk menilai keadaan diri secara kritis dan

objektif.

2) Keterampilan dan kecakapan, dalam menjalankan proses inilah yang

memperlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam

usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu meniru-meniru, karena hanya

melihat banyak orang yang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam

bidang.

3) Bakat khusus, merupakan kemampuan yang menonjol yang dimiliki

seseorang dalam suatu bidang kognitif, bidang keterampilan, bidang

kesenian.

4) Minat, merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang

untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam berbagai kegiatan dalam bidang tertentu.

5) Motivasi, untuk mencapai keberhasilan kerja perlu adanya motif-motif

sebagai berikut: motif untuk kreatif cenderung mencari sesuatu yang

baru, motif mencari efisiensi mencakup efisiensi kerja dan waktu, motif

mencapai sesuatu untuk bisa mencapai jenjang karier yang lebih tinggi

juga mencari dan menambah keterampilan guna meraih pekerjaan yang

lebih baik, motif bekerja adanya kesadaran bahwa orang harus bekerja

untuk hidup.

23
6) Sifat-sifat kepribadian, sifat merupakan ciri-ciri kepribadian yang

memiliki kecenderungan dan memberikan corak pada seseorang.

7) Nilai-nilai kehidupan, merupakan beberapa konsep ideal yang diterima

seseorang dan dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup. Nilai-

nilai sangat berpengaruh dan membentuk gaya hidup seseorang.

8) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang pekerjaan

dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki

oleh siswa.

9) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri yang dimiliki seseorang seperti tinggi

badan, berat badan, jenis kelamin, dalam bidang pekerjaan tertentu

mempersyaratkan keadaan jasmani berkaitan dengan ciri-ciri fisik

seseorang.

10) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja, jika pekerjaan seseorang sudah

merupakan cita-cita dan tujuan yang sesuai dengan sistem nilainya,

maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai

dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi

kesuksesan kerjanya (Kartono, 1991: 26-27).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada di

luar diri seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung

dengan diri seseorang. Perkembangan karier berlangsung di dalam ruang

lingkup pilihan karier, dapat menjadi perubahan pada faktor eksternal

meskipun tidak dalam gradasi yang sama pada masing-masing faktor.

24
Faktor eksternal antara lain: status sosial ekonomi keluarga, prestasi

akademik siswa, pendidikan sekolah, lingkungan, tuntutan yang melekat

pada masing-masing jabatan dan pada setiap progam studi atau latihan

(Rahma, 2010: 46).

1) Lingkungan keluarga (rumah), anggota keluarga yang mendorong dan

mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan spritual

untuk berhasilnya seseorang dalam kariernya.

2) Lingkungan tempat bekerja, situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan

diri pekerja tentu saja situasi yang menyenangkan akan mendorong

seseorang untuk bekerja dengan senang dan giat. Sebaliknya, tidak

jarang timbul kekecewaan dan kegagalan yang diderita pekerja karena

terdapat ketegangan di dalam lingkungan kerja. (Kartono, 1991: 27-29).

3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda

dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh terhadap

pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga,

yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak

4) Status sosial-ekonomi keluarga yang tingkat pendidikan orang tua,

tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu,

daerah tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi

dalam status sosial-ekonomi keluarganya. Status ini ikut menentukan

tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan

pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih

sesuai dengan status sosial tertentu.

25
5) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti. Orang

tua dan saudara menyatakan segala harapan mereka serta

mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan

dan pekerjaan.

6) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan

kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar

mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya

status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak

laki-laki atau anak perempuan.

7) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan

variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan

sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan

meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang

timbul bila terdengar keluhan-keluhan (Winkel dan Hastuti, 2006: 653-

655).

Dari uraian di atas faktor faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan karier adalah dari faktor internal yang artinya dari dalam

kepribadian individu itu sendiri dan faktor eksternal yang mempengaruhi

secara langsung maupun tidak langsung dengan diri seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,

keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga

oleh lingkungannya dimana ia berada. Keberhasilan membutuhkan usaha

yang keras dan kemauan yang kuat. Kegagalan dalam mencapai


26
keberhasilan kerja tidak semata-mata disebabkan oleh kepandaian ilmu

tetapi juga disebabkan oleh banyak hal yang lain. Untuk dapat berhasil

dengan baik, seseorang perlu memiliki juga rasa kepercayaan diri sendiri

agar dapat bekerja dengan tekun serta menguatamakan kesibukan yang

bermanfaat. Pekerjaan akan lebih berarti bila dapat melihat dan

menemukan passion-nya. Di samping itu perasaan senang dan bahagia

menolongnya untuk bekerja lebih gairah dan giat untuk mencapai

keberhasilan (Kartono, 1991: 30).

4. Hambatan Pengembangan Karier

Masalah karier adalah masalah yang dialami oleh individu dalam

merencanakan, mengarahkan dan mengambil keputusan mengenai masa

depannya. Masalah karier timbul dari terhambatnya berbagai faktor-faktor,

dapat faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu

ada tidaknya dorongan atau keinginan individu dalam meraih cita-cita dan

minat terhadap suatu pekerjaan dan dari luar yaitu pengetahuan individu

mengenai pekerjaan (Rahma, 2010:47).

Menurut A Mahmud Hana (dalam Rahma, 2010: 48) yang

dimaksud dengan masalah karier adalah masalah yang ditimbulkan dalam

pekerjaan yang berhubungan dengan keberhasilan dan penyesuaian diri

pada pekerjaan. Masalah karier bisa muncul dari terhambatnya berbagai

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karier. Di antaranya sebagai

berikut: terhambatnya atau kurang jelasnya cita-cita karier individu,

27
kurang pengetahuan awa mengenai seluk-beluk atau kondisi suatu

pekerjaan dan masa depan.

Faktor-faktor penyebab timbulnya masalah-masalah

pengembangan karier. Faktor penyebab itu bisa berasal dari individu itu

sendiri maupun dari luar individu. Seorang individu sangat diharapkan

mempunyai pengetahuan mengenai dirinya sendiri terutama

kemampuannya secara mendalam, individu juga dituntut untuk mampu

memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu seorang individu harus aktif

mencari informasi tentang dirinya sendiri. Kebutuhan mengenai informasi

diri ini sangat penting dan berpengaruh dalam pemilihan masa depan dan

pekerjaannya nanti.

Menurut Utoyo dengan mengetahui dirinya sendiri kemampuannya

dan arah kebutuhan-kebutuhannya individu akan berada dalam posisi

untuk mempetimbangkan alternatif-alternatif yang akan datang, dan

mengerti tujuan-tujuan pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya (Utoyo,

1989). Sedangkan pemicu yang lain bisa dikelompokkan dalam dua

kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.

a. Pemicu atau penyebab timbulnya masalah yang termasuk dalam

kelompok primer ialah: a) orang tua yang kurang mendukung dalam

proses pengembangan karier siswa, menurut Mappiare remaja ingin

bebas, menentukan tujuan hidupnya sendiri sementara orang tua masih

tidak melepaskannya sebab belum cukup untuk diberi kebebasan. b)

kondisi sosial ekonomi orang tua.

28
b. Pemicu atau penyebab timbulnya masalah yang termasuk dalam

kelompok sekunder ialah: a) masyarakat yang kurang mendukung

proses pemilihan karier siswa, dalam kehidupan bermasyarakat

pandangan masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap anggota

masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat itu terdapat nilai-

nilai yang secara subjektif dibuat dan disetujui. b) pola pergaulan

individu itu sendiri, nilai-nilai yang diberikan oleh kelompok teman ini

merupakan suatu pengaruh yang kuat terhadap sikap dan reaksi seorang

individu (Rahma, 2010: 52-55).

5. Bimbingan dan Konseling Karier

a. Pengertian Bimbingan Karier

Moegidadi (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 29) mengemukakan

pendapat mengenai definisi bimbingan: yaitu bimbingan dapat berarti (1)

suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengetahuan,

pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara

pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami

dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang

dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada

individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menentukan

tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka

dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana

mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan

kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan

29
pemahaman tentang dirinya dan lingkungan memilih, menentukan dan

menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari

lingkungan. Selanjutnya, menurut Rochman Natawidjaja (dalam Winkel

dan Hastuti, 2006: 29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu

tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri

dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga

serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan

hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah bimbingan

karier. Salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Winkel dan

Hastuti (2006: 114) yang mendefinisikan bimbingan karier ialah

bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam

memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali

diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri

dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

Sementara itu, menurut Yusuf (2008: 11) bimbingan karier yaitu

untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan

pemecahan masalah-masalah karier seperti: pemahaman terhadap jabatan

dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,

pemahaman kondisi lingkungan, perncanaan pengembangan karier,

penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karier yang

dihadapi.

30
Bimbingan karier menurut Mattari (dalam Sukardi, 1983: 29)

mengandung konsep yang lebih luas. Bila bimbingan jabatan menekankan

pada keputusan yang sangat menentukan pekerjaan tertentu, bimbingan

karier menitik beratkan kepada perencanaan kepada perencanaan

kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan

lingkungannya agar dia memperoleh pandangan lebih luas mengenai

pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakan dalam

masyarakat.

Sedangkan menurut Super (dalam Sukardi, 1983: 30), mengartikan

vocational guidance (bimbingan karier) sebagai suatu proses membantu

pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri

serta peranannya dalam dunia kerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier

merupakan upaya untuk membantu individu dalam menentukan pandangan

karier untuk pilihan jabatan, mengenal dunia kerja, mengembangkan masa

depan sesuai yang diharapkan.

Implikasi utama bimbingan dan konseling komprehensif adalah

penerapannya pada berbagai jenis populasi. Bentuk-bentuk tradisional dari

bimbingan vokasional pada umumnya difokuskan pada remaja dan pada

umumnya dilaksanakan di sekolah.

Menurut Thayeb (1992: 21) Bimbingan karier bukanlah sesuatu

yang rutin, tetapi suatu tugas yang mudah dilaksanakan dalam keadaan-

keadaan yang memadai. Walaupun perubahan-perubahan karier bukanlah


31
fenomena baru pada umur-umur tiga puluh, empat puluh atau lima puluh,

frekuensinya kian meningkat. Beberapa di antaranya terjadi karena

ketidakpuasan kerja. Ada juga terjadi akibat dari meningkatnya

pengenalan diri dan kesadaran akan pilihan-pilihan. Ada pula yang

berkaitan dengan pengembangan suatu gaya hidup yang membawa

individu ke arah yang berbeda dengan pilihannya semula.

Alasan perlunya layanan informasi di sekolah pertama, revolusi

teknologi yang dewasa ini sedang berlangsung menimbulkan revolusi pula

dalam bidang industri, ekonomi, dan dunia pekerjaan. Sekolah

mempersiapkan tenaga kerja untuk masyarakat. Dunia pekerjaan semakin

luas dan kompleks, sedang pilihan semakin banyak, dan alternatifnya pun

semakin luas. Pemilihan jenis pekerjaan tidak bisa lepas dari masalah

persekolahan. Masing-masing jenis sekolahan secara otomatis

menyalurkan siswanya kepada jenis pekerjaan tertentu, dan sebaiknya ada

pertemuan antara bekal yang diberikan sekolah dengan kemampuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang yang dituju siswa.

Tugas seorang konselor untuk mengumpulkan dan menyampaikan

informasi tertentu ini. Layanan ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa

maupun bagi orang tua siswa dalam rangka pemilihan jurusan studi

lanjutan, ataupun dalam usaha memilih pekerjaan yang tepat (Kartono,

1991: 2-3).

Alasan kedua dari perlunya layanan informasi di sekolah lanjutan

ialah, Alasan pertama bersifat eksternal karena sumber persoalannya


32
berasal dari dunia luar dirinya yakni dari lingkungan, maka dasar kedua ini

bersifat intern masalahnya berasal dari dalam diri. Keduanya sama-sama

memberikan pengaruh yang kuat pada pengambilan keputusan (Kartono,

1991: 4).

b. Tujuan Bimbingan Karier

Secara umum tujuan bimbingan karier ialah membantu siswa dalam

pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan,

perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada

karier dan cara hidup yang akan memberi rasa kepuasan karena sesuai,

serasi dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Tujuan bimbingan

karier menurut Yusuf (2008: 15-16) adalah sebagai berikut.

1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait

dengan pekerjaan.

2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja

dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal

bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan

cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang

dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan

kesejahteraan kerja.

4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang

kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang

33
sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial

ekonomi.

5) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderung arah karier.

6) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau

kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan

dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat

dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena

itu, setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam

bidang pekerjaan apa dia mampu, apakah dia berminat terhadap

pekerjaan tersebut.

c. Metode dalam Bimbingan Karier

1 Informasi tentang pribadi

Siswa perlu diberikan informasi tentang pribadinya untuk

mencapai salah satu tujuan dari bimbingan karier yaitu agar siswa

memahami dirinya sendiri. Informasi yang tepat tentang pribadinya yang

ada kaitannya dengan masalah pekerjaan perlu sekali dimiliki, dan juga

dapat membantu siswa dalam mengadakan pengarahan diri secara tepat

pula.

2 Informasi Jabatan (Karier)

Informasi jabatan atau karier adalah berupa salah satu alat untuk

membantu siswa memahami dunia kerja, petugas bimbingan, konselor

sekolah/pendidikan, atau guru-guru memerlukan informasi yang cukup

34
memadai guna menyusun dan melaksanakan progam bimbingan karier

(Sukardi, 1983: 38).

d. Karakteristik Anak Usia Remaja

Masa remaja diperinci lagi atas beberapa masa, yaitu: (1) Masa

remaja awal atau masa pra remaja berlangsung hanya dalam waktu yang

relatif singkat ditandai oleh sifat-sifat negatif remaja. (2) Masa remaja

mendewa-dewakan sebagai gejala remaja, proses terbentuknya hidup atau

pandangan hidup atau cita-cita hidup dipandang sebagai penemuan nilai-

nilai hidup di dalam eksplorasi si remaja. (3) Masa remaja Akhir, remaja

dapat menentukan sistem nilai yang diikutinya dapat menentukan

pendirian hidupnya (Ahmadi, 2005: 42-45).

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa

kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja

sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja

ditandai dengan sejumlah karakteristik penting menurut Desmita (2014:

37), yaitu:

1) Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya.

2) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita

dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara

efektif.

4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

35
5) Memilih mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat

dan kemampuannya.

6) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup

berkeluarga dan memiliki anak.

7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan sebagai warga negara.

8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman

dalam bertingkah laku.

10) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiusitas.

C. Pondok Pesantren

1. Ciri-ciri Umum Pondok Pesantren

Menurut Undang-undang Depag RI Pasal I Pondok pesantren

adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis

pendidikan lainnya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007: 2).

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2003: 1) Pondok

pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai

kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan

kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik

pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap, di lingkungan


36
pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pondok pesantren

adalah suatu komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama

sejumlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan

mengikat diri dengan kiyai untuk hidup bersama dengan standard moral

tertentu, membentuk kultur atau budaya tersendiri. Sebuah pondok

pesantren minimal ada kiyai, masjid, asrama, pengajian kitab kuning atau

naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman. Dalam perkembangan

selanjutnya, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan

tuntutan dinamika masyarakat tersebut, beberapa pondok pesantren

menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal) (Departemen Agama

Republik Indonesia, 2003: 1-2).

Menurut Mastuhu (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) berpendapat

pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam (tafaquh

fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai

pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Sedangkan menurut Rofiq (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) pondok

pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional untuk mempelajari,

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.

Pondok pesantren, selain menyelenggarakan fungsi sebagai tempat

untuk mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu penegetahuan

agama Islam (tafaqquh fid-din), dan juga menjalankan fungsi sebagai

37
pusat pengembangan masyarakat dan pusat pemberdayaan sumber daya

manusia. Tafaqquh fid-din dalam pengertian terbatas dapat diartikan

sebagai upaya memperdalam ilmu-ilmu keislaman melalui kitab-kitab

klasik atau modern bahasa Arab (kitab al-Qadimah dan al-„Ashriyyah).

Melalui upaya tafaqquh fid-din inilah lahir ulama dan kyai yang menjadi

pemimpin agama dan pimpinan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih

luas, tafaqquh fid-din tidak hanya berarti mendalami ilmu semata, tetapi

juga mengamalkan dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat

pada semua lapisannya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003:

88) .

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pondok

pesantren adalah suatu tempat dimana untuk mempelajari, memahami,

mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan

menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun

2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan paragraf tiga

pasal 26, pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan

menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia,

serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan,

dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam

(mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang memiliki

keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di

masyarakat. Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara


38
terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi. Peserta

didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang

ilmu agama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi

pendidik mata pelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan yang memerlukan, setelah menempuh uji kompetensi

sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Departemen Agama

Republik Indonesia, 2007: 16).

Tujuan utama pondok pesantren adalah (1) menyiapkan santri

mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau dikenal dengan

tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan

turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, (2) dakwah menyebarkan

agama Islam, (3) benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak, (4)

berupaya meningkatkan perkembangan masyarakat diberbagai sektor

kehidupan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 9).

2. Sistem pengajaran

Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan

ulama yang menganut faham Syafi'iyah, merupakan satu-satunya

pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan

utama pengajaran ini ialah untuk untuk mendidik calon-calon ulama. Para

santri yang tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek (misalnya

kurang dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai

39
tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan

keagamaan. Meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan

pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam

pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap

diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren

mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat

digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan shorof (morfologi); 2.

Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika,

dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah Pengajaran kitab-

kitab klasik (Dhofier, 1983: 50).

Sistem pengajaran sistem individual dalam sistem pendidikan

Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian

kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an. Metode

utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan

atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok

murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam

dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan

membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata

atau buah pikiran yang sulit (Dhofier, 1983: 28).

Selanjutnya dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya

sangat berbeda dari sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus
40
mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas

musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk

tanya-jawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa

Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji

keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam

kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap kyai, para siswa biasanya

menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan

menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari

masalah yang disodorkan oleh kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan

diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk

menyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi (Dhofier, 1983: 31).

Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok

pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di

madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen

Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan

formal lain diselenggarakan oleh pondok pesantren selain madrasah dan

skolah, kurikulu disusun oleh penyelenggara atau pondok pesantren yang

bersangkutan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31).

Kurikulum pada pesantren salafiyah disebut manhaj, yang dapat

diartikan sebgai arah pembelajaran tertentu. Manhaj pada pondok

pesantren salafiyah ini berupa funun kitab-kitab yang diajarkan para santri.

Dalam pembelajaran yang diberikan kepada santrinya, pondok pesantren

yang menggunakan manhaj dalam bentuk jenis-jenis kitab tertentu dalam


41
cabang ilmu tertentu. Kitab ini harus dipelajari sampai tuntas, sebelum

dapat naik jenjang ke kita lain yang lebih tinggi tingkat kesukarannya

(Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31-32).

Kompetensi standar bagi tamatan pondok pesantren adalah

kemampuan menguasai (memahami, menghayati, mengamalkan, dan

mengajarakan) isi kitab tertentu yang telah ditetapkan. Kompetensi standar

tersebut Tercermin pada penguasaan kitab-kitab secara graduatif,

berurutan dari yang ringan sampai yang berat,dari yang mudah ke kitab

yang lebih sukar. Kitab yang digunakan disebut dengan kitab kuning (kitab

salaf). Pada umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas kertas yang

bewarna kuning (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 32).

Dalam tradisi intelektual Islam, penyebutan istilah kitab karya

ilmiah para ulama itu dibedakan berdasarkan kurun waktu atau format

penulisannya. Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al kutub al-

qadimah), sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al kutub

al-ashriyyah). Pengajaran kitab-kitab ini, meskipun berjenjang, materi

yang diajarkan kadang-kadang beruang-ulang. Penjenjangan dimaksudkan

untuk pendalaman dan perluasan, sehingga penguasaan santri terhadap

isi/materi menjadi semakin mantap. (Departemen Agama Republik

Indonesia, 2003: 32).

Kurikulum yang berkembang di pesantren selama ini menunjukkan

prinsip yang tetap, yaitu: pertama, kurikulum ditujukan untuk mencetak

ulama dikemudian hari. Di dalamnya terdapat paket mata pelajaran,

42
pengalaman, dan kesempatan yang harus ditempuh oleh santri. Kedua,

struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam

segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan

kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan ini bersifat

menyeluruh, menyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas,

pemberian kesempatan dan tanggung jawab yang dipandang memadai bagi

lahirnya lulusan yang dapat mengembangnkan diri.

Ketiga, secara keseluruhan kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap

santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya, paling

tidak separuh muatan kurikulum dapat dirancang oleh santri sendiri.

Kurikulum yang diterapkan tidak mengarah pada spesialisasi tertentu di

luar penguasaan pengetahuan keagamaan. Menurut Wahid (dalam Nafi‟,

dkk, 2007: 86) sifatnya lebih menekankan pada pembinaan pribadi dengan

sikap hidup yang utuh telah menciptakan tenaga kerja untuk lapangan-

lapangan kerja yang tidak direncanakan sebelumnya. Penyampaian

materinya dikontekstualisasikan dengan kehidupan konkret di sekitarnya.

Dapat dilihat dari contoh yang diangkat dalam pengajian kitab kuning

yang sering dikonfrimasikan atau dikonfrontasikan dengan peristiwa yang

dialami kalangan santri sendiri. Kurikulum pesantren adalah kehidupan

yang ada dalam pesantren itu sendiri. Penciptaan suasana dialogis antara

aspek teoritis dan pengalaman nyata di masyarakat memasukkan pesantren

ke dalam pergumulan praksis bagi kehidupan para santri. Melalui

pendidikan semacam itu, pesantren memiliki peluang untuk mengetahui

43
potensi, kekuatan, kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh pesantren

sendiri. Pada gilirannya, pesantren mencoba melakukan pembenahan atas

kekuarangan yang ada, dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

3. Elemen-elemen Pondok Pesantren

Pondok, masjid, santri pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai

merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa

suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki lima

elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren (Dhofier,

1983: 44).

a. Pondok, sebuah pesantren pada dasarnya adalahsebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan

belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan

sebutan kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam

lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga

menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan

kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.

b. Masjid, kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi

pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan

Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan

Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al-Qubba didirikan dekat

Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam sistem

pesantren. Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus

tradisi ini. Para kyai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan

44
menganggap masjid sebagai tempat paling tepat untuk menanamkan

disiplin para murid dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima

waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang

lain.

c. Santri, tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri: 1) Santri mukim

yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di

pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang

memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-

hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda

tentang kitab-kitab dasar dan menengah. 2). Santri kalong yaitu murid-

murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang

biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya

di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri.

d. Kyai, merupakan elemen yang paling essensial dari suatu pesantren. Ia

seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa

pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada

kemampuan pribadi kyainya. Para kyai dengan kelebihan

pengetahuannya dalam Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang

senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga

dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak

terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa

hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk-bentuk

45
pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah atau surban

(Dhofier, 1983: 55-56).

4. Peran Pesantren

Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga

pendidikan. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa

pula menjadi lembaga keilmuan , kepelatihan, dan pemberdayaan

masyarakat. Keberhasilan membangun integrasi dengan masyarakat

barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan

simpul budaya (Nafi‟, dkk, 2007: 11).

a. Lembaga pendidikan

Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren

tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti

luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat.

Tidak semua pesantren menyelenggarakan madrsah, sekolah, dan kursus

seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluarnya.

Keteraturan pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang

bahannya diatur sesuai urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan itu

ditetapkan secara turun temurun membentuk tradisi kurikuler yang terlihat

dari segi standar-standar isi, kualifikasi pengajar, dan santri lulusannya.

Pesantren menjadikan sosoknya sebagai lembaga pendidikan

umum, dalam artian bukan kejuruan. Jalur kejuruan dipandang sebagai

bukan pilihan yang tepat bagi pesantren. Meningkatnya tuntutan

keekonomian mendorong pesantren membuka jalur kejurusan, yang

46
umumnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

menghendaki kesegaraan terserap di lapangan kerja (Nafi‟, dkk, 2007: 12-

14).

b. Lembaga keilmuan

Pola lembaga pendidikan membuka peluang bagi pesantren untuk

menghadirkan diri sebagai lembaga keilmuan. Modusnya adalah kitab-

kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren

lainnya. Luas sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dipilih dari

banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya (Nafi‟, dkk, 2007: 14-

15).

c. Lembaga pelatihan

Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola

kebutuhan diri santri sendiri. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya

masih dibimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu

mengurus dirinya sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik,

maka santri akan menjalankan pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi

komunitas aktif dalam rombongan belajarnya. Pelatihan-pelatihan itu bisa

berlanjut hingga santri dapat menjadi dirinya sendiri (Nafi‟, dkk, 2007: 16-

17).

d. Lembaga pemberdayaan masyarakat

Kebesaran pesantren akan terwujud bersamaan dengan

meningkatnya kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan progamnya di

masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk memahami

47
watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat melalui pesantren menjadi menarik, karena

berlangsung dalam ketenangan dan sekaligus kekritisan. Tenang, karena

perubahan gradual sudah menjadi wataknya. Kritis, karena pesantren

sudah terbiasa mempersoalkan segi-segi dasariah dari praktik hidup

disekelilingnya. Faktor pendukung ketenangan dan kekritisan itu adalah

peran pokok pesantren sebagai lembaga pendidikan, yang kemudian

ditopang dengan perannya sebagai lembaga keilmuan. Lembaga

bimbingan keagamaan, dan lembaga pelatihan.

Menurut Ahmad Mahmudi (dalam Nafi‟, dkk, 2007: 17-20) prinsip

yang perlu diperhatikan untuk pemberdayaan masyarakat adalah:

pendekatan untuk meningkatkan kehidupan sosial dengan cara

mengubahnya dan kerjasama untuk perubahan. Dengan perspektif itu,

maka pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pesantren tidak

menggurui, melainkan menemani masyarakat untuk memaknai

tindakannya. Pengetahuan ini akan menjadi bahan bagi masyarakat dan

pesantren untuk membenahi diri.

e. Lembaga bimbingan keagamaan

Pesantren di tempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan

keagamaan oleh masyarakat pendukungnya. Setidaknya pesantren menjadi

tempat bertanya masyarakat dalam hal keagamaan. Di beberapa daerah,

identifikasi lulusan pesantren pertama kali adalah kemampuannya menjadi

48
pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat

lain yang berkaitan dengan keilmuan, dan lain-lain (Nafi‟, dkk, 2007: 20).

f. Simpul budaya

Pesantren berada di tataran pandangan hidup dan penguatan nilai-

nilai luhur menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di

daerah pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren selalu kritis

sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya.

Pesantren hadir sebagai sebuah sub kultur, budaya sandingan, yang bisa

selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip

syariat (Nafi‟, dkk, 2007: 27).

5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat

a. Peranan Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan

Masyarakat

Pondok pesantren sangat bisa diharapkan memainkan peranan

pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif, di antaranya;

pondok pesantren menjadi saran bagi pengembangan potensi dan

pemberdayaan umat, seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah

Islamiyah. peranan mobilisasi masyarakat dalam perkembangan santri,

bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlak

dan budi pekerti yang baik. Sebagai peranan sumber daya manusia,

pondok pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas

magang di beberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan

dilakukan di pondok pesantren. Pondok pesantren dilahirkan untuk

49
memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat

yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui

transformasi nilai yang ditawarkan. Pondok pesantren juga

mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan

pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat.

Penyelenggaraan unit usaha dan pengembangan keterampilan di

pondok pesantren, untuk menunjang santri memiliki keterampilan selain

pendidikan agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan

pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri sebelum santri itu

terjun ketengah-tengah masyarakat sebenarnya. Guna menunjang

suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk

pihak pondok pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di

tengah-tengah masyarakat ini merupakan potensi yang dimiliki oleh

pondok pesantren secara historis dan tradisi. Perkenalan atau persentuhan

dunia pondok pesantren dengan berbagai bidang keterampilan dan usaha

pemberdayaan masyarakat sangatlah menguntungkan dan amat strategis

(Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 92-95).

b. Peran Kemasyarakatan Pesantren

Pesantren selain dikenal debagai lembaga pendidikan Islam, juga

menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan. Orientasi kemasyarakatan

pesantren secara tradisional sudah wujud jauh sebelum pesantren dikenal

oleh banyak cendekiawan. Bentuk kemasyarakatn tradisional yang

dimaksud seperti pelayanan pengobatan. Selain itu juga berbagai kegiatan

50
yang umumnya berbentuk pelayanan konsultasi kerohanian untuk masalah

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, motivasi kegiatan kemasyarakatan

dari pesantren secara tradisional justru untuk kepentingan pesantren

sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan-kegiatan

kemasyarakata tersebut menemukan bentuk motivasinya atas dasar agama

(Oepen, 1988: 149).

c. Pesantren dan Peluangnya di Masa Mendatang

Peluang bagi pesantren untuk merumuskan kembali dalam rangka

memberi makna terhadap keseluruhan gerakan pengembangan

masyarakat. Peluang-peluang tersebut adalah sebagai berikut;

pengalaman bekerja sama dengan pesantren selama ini mengajarkan

pada Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)

selaku mitra pesantren dalam pengembangan masyarakat perlu

memfasilitasi terumuskannya dimensi etis atau etika pengembangan

yang dilakukan oleh pesantren berdasar nilai-nilai yang dimiliki,

perlunya pengintegrasian progam lembaga-lembaga pengembangan

masyarakat pesantren (BPPM) dengan maysrakat, kontradiksi antara

gagasan demokratisasi dan pikiran community development di

masyarakat dengan kenyataan keseharian yang berlaku di pesantren

juga menjadi pokok pemikiran BPPM ( Balai Pengkajian dan

Pengembangan Masyarakat) (Oepen, 1988: 157-158).

51
d. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat

Pesantren dengan karakteristik demikian secara internal

berkewajiban melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, dan secara

eksternal telah berupaya membangun jaringan dengan Non

Governmental Organization (NGO). Peran internal dan eksternal

pesantren tersebut, biasanya diaktualisasikan dalam sebuahlembaga

Biro Pengembangan Masyarakat (BPM).

Dalam konteks pengembangan ekonomi umat, pesantren di

samping berperan sebagai agent of social change, sekaligus sebagai

pelopor kebangkitan ekonomi umat. Hal ini terlihat setidaknya bagi

komunitas pesantren dan masyarakat sekitarnya, dengan dibentuknya

Kelompok Wirausaha Bersama (KWUB) antar pesantren maupun antar

pesantren dengan masyarakat, dan pembentukan Forum Komunikasi

Pengembangan Ekonomi Kerakyatan (FKPEK). Di sisi lain optimalisasi

potensi dan peran pesantren tersebut akan menyebabkan pesantren

dapat memainkan “peran legilasi” dengan cara memberikan masukan-

masukan konstrutif untuk pertimbangan lesgislatif daerah dalam

perumusan dan penyusunan kebijakan publik daerah (Halim, dkk, 2005:

208-209).

D. Motivasi

Motivasi belajar dari bahasa latin yaitu “motif” yang berarti

dorongan dan “asi” yang berati usaha. Secara istilah motivasi merupakan

daya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bisa juga diartikan

52
motivasi sebagai keadaan internal organisme yang mendorong untuk

berbuat sesuatu (Tea, 2009: 204). Bagi santri, motivasi sangat penting

untuk menggerakkan perilaku positif sehingga mampu mengahadapi

segala tuntutan, kesulitan, serta resiko studinya.

Menurut Schunk motivasi adalah suatu proses dipertahankannya

aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan (Schunk, 2012:6).

Motivasi juga bertujuan memberikan daya penggerak dan arah bagi

tindakan. Motivasi menuntut dilakukannya aktivitas fisik atau pun mental.

Aktivitas fisik memerlukan usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang

dapat diamati. Aktivitas mental mencakup berbagai tindakan kognitif

secara perencanaan, penghafalan, pengorganisasian, pemonitoran,

pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan penilaian kemajuan.

Aktivitas yang termotivasi, dan juga dipertahankan. Mengawali

pencapaian sebuah tujuan merupakan proses penting dan sering kali sulit,

karena proses ini melibatkan pembentukan sebuah komitmen dan

pelaksanaan langkah pertama (Schunk, 2012: 7).

Sementara itu, menurut Hamzah (2011: 3) motivasi merupakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan menurut Donald (dalam Humalik, 1995: 106), motivasi adalah

suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

53
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian

motivasi adalah suatu penggerak yang wajib diadakan agar memicu

semangat seseorang untuk dapat mengejar cita-cita dan keinginan yang

diimpikan.

E. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,

melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis

lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu

penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk

memudahkasn pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang

digunakan dari perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti

yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut

ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa

dengan skripsi ini:

1. Skripsi yang ditulis oleh Afifah, Fakultas Psikologi, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yang berjudul “Pengaruh

Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan dalam Area

Pekerjaan pada Remaja”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang

penulis teliti terletak pada objek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini

objek penelitiannya adalah area pekerja pada remaja. Sedangkan

persamaan skripsi penulis dengan skripsi ini terletak pada fokus

penelitiannya yaitu sama-sama mengkaji orientasi masa depan dalam area

pekerjaan.

54
2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa yang ditulis oleh Pajri Amirullah dan Hasbi Ali

Prodi PPKn, FKIP, Universitas Syiah Kuala Aceh 2016 yang berjudul

“Motivasi Santri Melanjutkan Pendidikan ke Pesantren Darussalam

Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan”. Perbedaan jurnal ini

dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subjek penelitiannya yaitu

dalam skripsi ini subjek penelitiannya adalah motivasi santri. Sedangkan

persamaan skripsi penulis dengan jurnal ini terletak pada fokus

penelitiannya yaitu sama sama mengkaji tentang melanjutkan pendidikan

ke pesantren.

3. Skripsi yang ditulis oleh Dian Febriana, Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

2013 yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier

Para Santri Remaja di Pondok Pesantren Ali Maksum Yogyakarta”.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada

subjek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini subjek penelitiannya adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier. Sedangkan persamaan

skripsi penulis dengan jurnal ini terletak pada fokus penelitiannya yaitu

sama sama mengakji tentang orientasi karier para santri pondok pesantren.

Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

penulis hanya menemukan dua penelitian dengan fokus yang sama yaitu

sama-sama membahas tentang orientasi karier masa depan. Adapun dua

penelitian lainnya juga memiliki persamaan dengan penelitian penulis

yaitu terletak pada obyek penelitian yang sama-sama mengkaji tentang

55
santri di pesantren . Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat

perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada pendekatan

penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif serta obyek

yang dikaji oleh penulis yaitu santri di pondok pesantren dan subjeknya

yaitu orientasi karier masa depan.

56
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2017: 9) metode kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metodologi penelitian jenis

studi kasus (case study), yang merupakan salah satu dari sekian teknik

analisis yang dapat digunakan. Jadi keberadaannya bisa digandengkan

dengan teknik lainnya. Studi kasus adalah peneliti perlu mengembangkan

kategori-kategori yang ketat dan cermat untuk mengungkap kasus menjadi

suatu pelajaran berharga bagi usaha reflikasi hasilnya (Satori, dkk, 2017:

205-207).

Laporan penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan

gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan mengkaji

permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada

situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan

57
permasalahan orientasi karier pada santri. Melalui penelitian deskritif ini

peneliti bermaksud untuk mengetahui. Pola pikir santri tehadap orientasi

karier di pondok pesantren Al-Iman Sumowono.

Penelitian ini mengamati para santri yang hanya mengenyam

pendidikan informal, hanya mengikuti kegiatan pembelajaran di pondok

pesantren. Para santri yang akan diteliti berumur 16-21 tahun berjumlah

kurang lebih 40 orang, yang akan menjadi informan yaitu beberapa orang

di antara para santri yang dapat memberikan informasi dan dapat

berargumentasi yang menjadi santri di pondok pesantren Al-Iman desa

Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pondok pesantren Al-Iman desa

Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Adapun peneliti

memilih lokasi di pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono kecamatan

Sumowono kabupaten Semarang ini karena fenomena di tempat ini belum

pernah diteliti sebelumnya mengenai orientasi karier oleh peneliti sehingga

peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.

Letak dan keadaan geografis desa Sumowono merupakan

kecamatan paling barat di kabupaten Semarang berbatasan dengan

kabupaten Kendal dan kabupaten Temanggung yang secara geografis

berada di 7° 13' 20" Lintang Selatan dan 110° 19' 16" Bujur Timur.

Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis. Penulis memilih lokasi

ini karena di daerah ini terdapat banyak santri yang hanya mengikuti

58
pendidikan informal tidak hanya karena faktor dana, tetapi juga faktor-

faktor tertentu.

C. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017: 225). Kata-kata atau tindakan

merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan

mewawancarai.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara

langsung tentang pola pikir santri terhadap orientasi karier. Adapun

sumber data primer langsung peneliti dapatkan dari pada santriwan dan

santriwati di pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono kecamatan

Sumowono kabupaten Semarang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan sumber data yang tidak langsusng

memberikan data kepada pengumpul data, data yang didapat dari orang

lain atau dokumen sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya

(Sugiyono, 2017: 225).

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk membuktikan

pernyataan dari santri dan untuk memperkuat hasil wawancara dari

santriwan dan santriwati di pondok pesantren Al-Iman melengkapi

59
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan pengasuh

utama pondok pesantren Al-Iman, dan para staf pengajar.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

teknik yaitu:

1. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2017: 231)

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

Dalam metode ini penulis menggunakan teknik wawancara

dilakukan secara mendalam menggunakan metode wawancara semi-

struktur (Semistructure Interview) dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawawancara ini

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Teknik

wawancara yang digunakan ini peneliti perlu mendengarkan secara teliti

dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2017:

233).

Wawancara diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan

yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu para

santri, pengasuh pondok, para staf pengajar di pondok pesantren Al-Iman.

60
2. Observasi

Observasi menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2017: 226)

merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat

bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.

Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian

pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan

pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif

dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

3. Dokumentasi

Menurut Bogdan (dalam dalam Sugiyono, 2017: 240) tradisi

penelitian kualitatif, frase dokumen pribadi digunakan secara luas untuk

merujuk pada narasi orang pertama yang dihasilkan oleh seorang individu

yang menggambarkan tindakan, pengalaman, dan keyakinannya sendiri.

Sejumlah fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan pendidikan keterampilan

seperti bantu-bantu keluarga pengasuh pondok, memasak, berdagang di

pasar, keterampilan pertanian, keterampilan pertukangan sesuai jadwal

yang diterapkan di dalam pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono

kecamatan Sumowono kabupaten Semarang.

Dokumen yang dimaksud adalah data pondok pesantren Al-Iman

yang berbentuk catatan baik yang berbentuk catatan dalam kertas maupun

61
elektronik seperti agenda pondok, jurnal tahunan, jadwal kegiatan di

pondok pesantren, kurikulum pendidikan di pondok pesantren, tata tertib

di pondok pesantren.

E. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017: 244) Analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang

dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan

pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola

induktif. Analisis data kualitatif bersifat induktif menurut Sugiyono (2017:

245) yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan

berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-

ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada prinsipnya

dilakukan secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki

lapangan, memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

62
lapangan. Proses analisis data selama di lapangan, di sini penulis

menggunakan model Milles dan Huberman yang terdiri atas: data

reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification yang

dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya menjadi

jenuh (Satori, dkk, 2017: 218).

a. Reduksi data (Reduction) yaitu Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya.

b. Penyajian data (data display) yaitu peneliti menyajikan semua data

yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.

teknik penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

c. Verifikasi data yaitu kesimpulan yang dikemukakan, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan kesimpulan yang

d. dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

didasarkan atas jumlah kriteria tertentu (Moleong, 2009: 324-325). Ada

empat kriteria yang digunakan , yaitu: derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian

(confirmability). Penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria derajat

63
kepercayaan (credibility) kriteria ini mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Satori, dkk, 2017: 167).

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam

penelitian ini, adalah dengan menggunakan triangulasi data. Triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang

lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2009: 330).

Ada tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu ada

triangulasi dari sumber atau informan, triangulasi dari teknik pengumpulan

data, dan triangulasi waktu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis

menggunakan triangulasi sumber, adalah mencari data dari sumber yang

beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu melakukan

eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber (Satori,

dkk, 2017: 170).

Penelitian ini, menggunakan triangulasi data yang dilakukan

dengan cara, pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan dari pengasuh

pondok, para pengajar, dan santri. Data dari para narasumber tersebut

dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, dan mana

yang berbeda, dan mana yang lebih spesifik dari para sumber data tersebut.

Data yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan para sumber


64
data tersebut. Triangulasi dengan sumber data, peneliti menggali data dari

pengasuh pondok, melebar ke para pengajar, dan santri.

G. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan

laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi

lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi

fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan pola pikir santri terhadap orientasi karier di pondok pesantren Al-

Iman desa Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Data

yang telah ada tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh

melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang pola

pikir santri terhadap orientasi karier di pondok pesantren Al-Iman desa

Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Kemudian

65
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang

diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara

mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga

data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna

data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks

penelitian yang sedang diteliti.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi, kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna

data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir

melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

66
BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Iman
Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Al-Iman yang

beralamatkan di Karangwetan RT 01 RW 04 desa Sumowono kecamatan

Sumowono kabupaten Kab. Semarang. Secara geografis pondok pesantren

ini terletak di bagian utara kecamatan Sumowono dengan jarak kurang

lebih satu kilometer dari kantor Kecamatan Sumowono. Adapun batasan-

batasan pondok pesantren Al-Iman sebagai berikut:

a. Sebelah utara : berbatasan dengan desa Bumen

b. Sebelah selatan : berbatasan dengan desa Lanjan.

c. Sebelah timur : berbatasan dengan desa Jubelan

d. Sebelah barat : berbatasan dengan desa Mendongan

Oleh karena itu letak pondok pesantren Al-Iman berada di tengah-

tengah kecamatan Sumowono.

b. Profil Pondok Pesantren Al-Iman

Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1970 M/1340 H dengan

KH. Bahrodin sebagai pengasuh pondok pesantren. Luas tanah pondok

pesantren Al-Iman yaitu kurang lebih 2000m2 dengan bangunan seluas

kurang lebih 1000m2.

67
c. Sarana dan Prasarana

Seperti pada umumnya pada pondok pesantren, pondok pesantren

Al-Iman juga memiliki 2 gedung yang letaknya berdekatan dalam satu

komplek, dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang kegiatan belajar

mengajar seperti, 7 ruang belajar, ruang pengurus pondok pesantren,

kamar tidur bagi para santri, perpustakaan, masjid, tempat memasak,

tempat MCK, tempat parkir, dan gudang.

d. Pengurus dan Santri Pesantren Al-Iman

Sebagian besar santri pondok pesantren Al-Iman berasal dari

wilayah kecamatan Bedono dan sebagian lainnya berasal dari kecamatan

Kaloran, kecamatan Sumowono, dan kecamatan Bandungan, kecamatan

Limbangan, kecamatan Ambarawaarawa dan sekitar kecamatan

Kandangan. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah penduduk yang

mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, serabutan, dan wirausaha.

Adapun data santri yang terdaftar di Pondok Pesantren Al-Iman dapat

dilihat dalam tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Data Santri Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 52

2 Perempuan 41

68
Jumlah tersebut merupakan data keseluruhan santri di pondok

pesantren Al-Iman secara umum. Adapun untuk membedakan antara santri

biasa dan pengurus, maka dapat dlihat dalam tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Data Pengurus Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun 2018

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 16

2 Perempuan 14

Berikut adalah data base santri dan wali santri di pondok pesantren

Al-Iman:

Tabel 4.3

Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren

Al-Iman tahun 2018

NO. NAMA SANTRI WALI SANTRI ALAMAT

1. Abi Arif Rohman Bp. A. Rohman Demak

2. Irkham Bp. Muhlisin Bandungan Kab. Semarang

3. M. Fatih H. Latif Bp. Anshori Sumowono Kab. Semarang

4. M. Wahyu Qodri Bp. Turwito Ambarawa Kab. Semarang

5. Ahmad Busyairi Bp. Muslim Ambarawa Kab. Semarang

69
6. Ali Maksum Bp. Silowantoko Bengkulu Utara

7. Miftah Choirul A. Bp. Suyatno Limbangan Kendal

8. Muhamad Fu‟adi Bp. Sumarno Sumowono Kab. Semarang

9. M.Abdul Latif Bp. Sarju (alm) Sumowono Kab. Semarang

10. M. Wifqi Ma‟arif Bp. M. Sahuri Sumowono Kab. Semarang

11. Muh Hasyim Bp. Nurdi Bedono Kab. Semarang

12. Nur Cholis Bp. M. Shodiq Sumowono Kab. Semarang

13. Sofyan Asrof Bp. Ngadi Bedono Kab. Semarang

14. Amin Choirudin Bp. Dediyono Sumowono Kab. Semarang

15. Fatchur N.Rochim Bp. Parsudi Bandungan Kab. Semarang

16. Khoiri Bp. Mujamak Bandungan Kab. Semarang

17. M. Miftachul M. Bp. M. Machsun Kaloran Temanggung

18. M.Yahya A. Najib Bp. Siyono Sumowono Kab. Semarang

19. Mashuri S Bp. Sulimen Bedono Kab. Semarang

20. Yasin Bp. Choerodin Kaloran Temanggung

21. Ahmad Syarif M L Bp. Mahfud Bawen Kab. Semarang

22. Adi Choirul Anam Bp. Sholeh Bandungan Kab. Semarang

23. Azam Masrur Rozi Bp. H. Tauhid Bandungan Kab. Semarang

24. Heru Cakra A. H. Bp. Kemad Bandungan Kab. Semarang

25. Khoerul Mustofa Bp. Salim Sumowono Kab. Semarang

26. M. Izul Maskur Bp. M. Mahsun Kaloran Temanggung

27. M. Sobirin Bp. Siyono. Sumowono Kab. Semarang

28. Mustofa Bisri Bp. Alwi Rois Sumowono Kab. Semarang

29. Nahru Choiri Z. Bp. Ngadian Limbangan Kendal

30. Rafif Ardani Bp. Tri Ananto Bandungan Kab. Semarang

31. A. Khanif Muslih Bp. Nasikin Limbangan Kendal

70
32. M. Affan Arrodli Bp. Mundhirin Bandungan Kab. Semarang

33. M. Ulil Albab A. Bp. Ramidi Bandungan Kab. Semarang

34. Miftachul Huda Bp. Supriyono Sumowono Kab. Semarang

35. Muhammad Tarzi Bp. Sulaiman Sumowono Kab. Semarang

36. Mujib Kana Al J. Bp. Mukhit Sumowono Kab. Semarang

37. Rizal Kholis A. Bp. Supriyadi Limbangan Kendal

38. Andri Kurniawan Bp. Nurkholis Kaloran Temanggung

39. Ihwan Zaenal Abidin Bp. Ismail Sumowono Kab. Semarang

40. M. Khahbib
Bp. Pariyono Bandungan Kab. Semarang
Khasbullah

41. Danang Alfian Bp. Mujiyanto Kandangan Temanggung

42. Wiji Tri Atmaja Bp. Adi Kusmanto Jambu Kab. Semarang

43. Surahman Ibu Suyatmi Bandungan Kab. Semarang

44. M. Rifqi Afandi Bp. Mustofak Bandungan Kab. Semarang

45. Rizky Choirul Aziz Bp Ngateman Jambu Kab. Semarang

46. Danang Abi Irawan Bp. Suprapto Bandungan Kab. Semarang

47. Arifin Bp. Ngadiono Sumowono Kab. Semarang

48. Abdul Hariyanto Bp. Agus Supriyanto Pedurungan Semarang

49. M. Wisnu Bayu Aji Bp. Fauzan Asmu‟i Jambu Kab. Semarang

50. M. Angga Saputra Bp. Budi Katonsari

51. Anang Makruf Bp. Khumaedi Limbangan Kendal

52. Syukuriah Bp. Yamdin Jambu Kab. Semarang

71
Tabel 4.4

Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren

Al-Iman Tahun 2018

NO. NAMA SANTRI WALI SANTRI ALAMAT

1. Dewi Utari Bp. Juliyanto Bedono Kab. Semarang

2. Ika Ilsa Fitria Bp. Sulistiyo Kaloran Temanggung

3. Ita Dewi Ningtyas Bp. Nur Hamim Sumowono Kab. Semarang

4. Nissa Nur Azizah Bp. Estiyo Sumowono Kab. Semarang

5. Nur Afifah Bp. A Nawawi Kaloran Temanggung

6. Nurul Aini Bp. Zainal Arifin Bandungan Kab. Semarang

7. Rahma Khoirunisa Bp. Edi Nur C Kuwarasan Kab. Semarang

8. Rani Kusrini Bp. Sahroni (alm) Bandungsn Kab. Semarang

9. Rena Maharani Bp. Mulanto Limbangan Kendal

10. Siti Suryati Bp. Qoyum Bergas Kidul Kab. Semarang

11. Zuliyawati Bp. H. Riyanto Bandungan Kab. Semarang

12. Chamilatul Chusna Bp. Nur Yaqin Bandungan Kab. Semarang

13. Halimatus Sakdiyah Bp. Juroni Bandungan Kab. Semarang

14. Iin Suryana Bp. Shamsu R. Ambarawa Kab. Semarang

15. Navilatus Sa‟adah Bp. Muslimin Bandungan Kab. Semarang

16. Novi Rahmawati Bp. Nur Rohim Bandungan Kab. Semarang

17. Zulfatul Fauziah Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang

18. Fitri Andaryani Bp. Tumari Bandungan Kab. Semarang

19. Kamalia Fathin M Bp. Machfudh Genting Kab. Semarang

20. Kholifatun Nisa Bp. Girin Limbangan Kendal

72
21. Mifta Dini Aulia Bp. Sunyoto Ambarawa Kab. Semarang

22. Ani Muhayatun Bp. Widiyanto Bedono Kab. Semarang

23. Anil Ma‟rifah Bp. Muntholip Sumowono Kab. Semarang

24. Ika Nurul Hidayah Bp. Tasrikun Kandangan Temanggung

25. Indah Syarifah Bp. Muslim Ambarawa Kab. Semarang

26. Kuku Wahana Bp. Abdul Basith Bedono Kab. Semarang

27. Nurul Anisah Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang

28. Umi Lailatul N. A. Bp. M. Solikhun Mijen Kab. Semarang

29. Vina Rohmatul U. Bp. Mulyono Sumowono Kab. Semarang

30. Azifah Bp. Asromin Bedono Kab. Semarang

31. Kholfi Nafia Bp. Harun Sumowono Kab. Semarang

32. Luluk Zulfiana Bp. Muhromin Limbangan Kendal

33. Rifngatin Khoiroh Bp. Nur Da‟im Bedono Kab. Semarang

34. Rosyida Nur A. Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang

35. Uzlifati Rofiqoh Bp. Rohman Kandangan Temanggung

36. Vika Oktaviani Bp. Kaeroni Limb. Kendal

37. Lailatun Nasichah Bp. Budi Praminto Sumowono Kab. Semarang

38. Lulu Zulfa A. Bp. Abdul Q. A. B. Limbangan Kendal

39. Nihayatul Malika Bp. Suharno (alm) Limbangan Kendal

40. Nur Alfiyatur R. Bp. M. Sahuri Sumowono Kab. Semarang

41. Rina Bp. Surawan (alm) Bandungan Kab. Semarang

42. Rizka Rahmaniati Bp. Wahyudi Sumowono Kab. Semarang

43. Revana Salsabila Bp. Mustakim Bandungan Kab. Semarang

44. Sinta Permata N. Bp. Sunanto Jambu Kab. Semarang

45. Lailatun Nadira Bp. Komyanto Jambu Kab. Semarang

46. Yuni Nur R. Bp. Komyanto Jambu Kab. Semarang

73
47. Ike Wahyu S. Bp. Lasemin Sumowono Kab. Semarang

48. Vina Lailatul M. Bp. Shodiq S. Jambu Kab. Semarang

49. Isna Amelia Bp. M. Rifa‟i Bandungan Kab. Semarang

50. Faza Futikhatur R. Bp. Faizin Bandungan Kab. Semarang

51. Nadia Rahmawati Bp. Nasikin Limbangan Kendal

52. Astutiningtyas Bp. Triyanto Sumowono Kab. Semarang

53. Lu‟lu‟ Nuraini Bp. M. Dahroji Sumowono Kab. Semarang

54. Verawati Bp. Sujar Bandungan Kab. Semarang

55. Elvi Bp. Jumari Bandungan Kab. Semarang

56. Inez Prastyawati Bp. Eko Yuliyanto Jambu Kab. Semarang

57. Nadin Najwa K. Bp. Nurul Khafidin Bandungan Kab. Semarang

58. Laili Safrina Bp. Munadi Limbangan Kendal

e. Progam Pengajaran dan Pembinaan di Pesantren Al-Iman

Pondok pesantren Al-Iman merupakan pondok pesantren salaf

yang menerapkan sistem pengajaran sistem individual dalam sistem

pendidikan Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam

pengajian kepada murid-murid. Dan metode utama sistem pengajaran di

lingkungan pesantren ini ialah sistem bandongan. Program pembiasaannya

yaitu antara lain, sorogan, bersih-bersih lingkungan pondok, dan sholat

fardhu berjamaah, mengaji kitab kuning, dan mengaji sesuai dengan

kelasnya masing-masing sekolah pondok juga bertaraf-taraf terdapat kelas

Ibtida‟, kelas wustho, dan aliyah pondok, pengajaran kitab-kitab Islam

klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok

berupa: 1. Nahwu dan shorof (morfologi); 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist;


74
5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang-cabang lain

seperti tarikh dan balaghah Pengajaran kitab-kitab klasik

.Pondok pesantren Al-Iman juga menyelenggarakan keterampilan

berupa pertanian, pertukangan, dan berdagang yang dilakukan dengan

praktek secara langsung. Pertanian yang langsung mengolah lahan sawah

milik pondok yang dibimbing oleh pengasuh pondok, keterampilan

pertukangan dibimbing oleh alumni, dan berdagang yang langsung praktek

menjaga toko kebutuhan mengaji di pasar desa. Selain itu juga ada

kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kamis malam jumat setelah shalat

asar yaitu dziarah kubur, khitobah, dzibaan, dan mujahadah dalailul

khoirot.

f. Jadwal Pondok Pesantren Al-Iman

Dalam melaksakan kegiatan sehari-hari tentunya perlu adanya

pengaturan waktu yang baku selama 24 jam agar dapat memudahkan para

santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, maka di bawah ini

runtutan jadwal kegiatan pondok pesantren Al-Iman, pembagian

kurikulum pondok pesantren Al-Iman tahun Ajaran 1439/1440, dan jadwal

pelajaran madrasah diniyyah pondok pesantren Al-Iman tahun pelajaran

1438-1439 H, sebagai berikut:

Tabel 4.5

Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Al-Iman

NO. WAKTU KEGIATAN KET.

1. 03: 30 Bangun tidur

75
2. 04: 00 Sholat subuh berjamaah

3. 04: 30 Ngaji

4. 05: 30 Piket, persiapan sekolah

5. 06: 45 Sekolah formal

6. 07: 30 Pengajian tafsir jalalain

7. 09: 00 Ekstrakurikuler

8. 13: 30 Sholat dhuhur berjamaah, istirahat,


makan siang

9. 14: 00 Ngaji

10. 15: 30 Sholat asar berjamaah dan ndarus

11. 16: 00 Madrasah sore

12. 17: 00 Belajar bersama

13. 17: 45 Sholat maghrib berjamaah, ngaji


sorogan, sholat isya berjamaah

14. 19: 45 Madrasah malam

15. 22: 00 Makan malam

16. 23: 00 Tidur

Tabel 4.6

Kurikulum Pondok Pesantren Al-Iman Tahun Ajaran 1439/1440

NO. TANGGAL BULAN KET.

1. 15 Syawal Masuk madrasah

2. 24 Syawal Halal Bi Halal

3. 10-12 Dzulhijjah Libur idul adha

4. 14 Muharrom Khaoul

5. 1-6 Rabiul Awal Imtihan nifsu sanah

76
6. 7-12 Rabiul Awal Pekan madaris

7. 13-19 Rabiul Awal Libur nifsu sanah

8. 20 Rabiul Awal Masuk madrasah akhir


sanah

9. 1-10 Rajab Kholwat

10. 11 Rajab Khataman

11. 12-15 Rajab Libur Pesantren

12. 16 Rajab Masuk madrasah

13. 4-11 Sya‟ban Itihan akhir sanah

14. 11-14 Sya‟ban Pekan madaris

15. 15 Sya‟ban Pembagian raport

16. 15-30 Sya‟ban Libur akhir sanah

17. 1-21 Ramadhan Pasan

18. 21 Ramadhan Libur panjang

Tabel 4.7

Jadwal Pelajaran Madrasah Diniyyah Pondok Pesantren Al-Iman

Tahun Ajaran 1439-1440 H

NO HARI JAM KELAS


AL 1 AL 2 AL 3 AL I AL II AL III AL
ULAA WUST WUSTHO WUSTHO ULYA ULYA ULYA
HO

1. Sabtu I Akhlak Nahwu Shorof Shorof Nahwu Arudl Tafsir

II Tajwid Tarikh Tauhid Fiqh Tafsir Tafsir

2. Ahad I Al- Nahwu I‟lal Akhlak Nahwu Nahwu Mantiq


Qur‟an

II Fiqh Bahasa Tarikh Tauhid Tafsir Hadist

77
Arab

3. Senin I Nahwu Al- Nahwu I‟lal Hadist Nahwu Balaghoh


Qur‟an

II Tarikh Akhlak Fiqh Ushul Tajwid Fiqh


Fiqh

4. Selasa I Al- Fiqh Nahwu Nahwu Nahwu Faroidl Fiqh


Qur‟an

II Tauhid Khot Tajwid Hadist Ilmu Tafsir


Tafsir

5. Rabu I Nahwu Nahwu Shorof Nahwu Fiqh Tauhid Tasawwuf

II B. Arab Tajwid Akhlak Tarikh Tauhid Tasawwuf

6. Kamis I Pra- Al- Nahwu Nahwu Shorof Nahwu Hadist


Ibadah Qur‟an

II Khot Tauhid Hadist Hadist Ushul Mustolah


Fiqh Hadist

2. Pola Pikir Santri terhadap Orientasi Karier

a. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di

Pondok Pesantren Al-Iman

Hasil yang didapat oleh peneliti ketika mengadakan wawancara

dengan beberapa narasumber, yang menyebabkan santri lebih memilih

menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman, dari hasil penelitian yang

peneliti peroleh bahwa santri yang hanya melanjutkan pendidikan di

pondok pesantren pada usia 16-21 tahun yang disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu dari faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor lingkungan

masyarakat dan faktor kepribadian, sebagai berikut.

78
1) Tidak dapat meraih cita-cita

Berikut ini adalah ingin mengejar cita-cita namun terbentur biaya.

Hal ini di kuatkan oleh hasil wawancara RN santriwati pondok pesantren

Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 14.03 WIB di pondok

pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“aku dulu pas ijek jaman-jamane sekolah mbak, aku pengen banget
dadi dokter. Trus pas aku wes gak sekolah kan wes gak enek
harapan. Paleng sok nek mondok, dulu kan aku ngremehke mondok
mbak aku ki mikire ki la mondok ki dadi opo, kan ndewe ra ndue
kerjo, trus pokok e aku pengen mengejar aku pengen dadi dokter
nah ndelalah biaya dadi dokter kan ora sitek. Njuk aku neng kene
ngaji enek kitab tibyan kan tentang dokter-dokter la ndelalah teng
perpustkaan pondok enten nganu ilmu dokter ngunu tapi kan
menurut Nabi riyen wes seneng moco-moco kui njur yo mikir e
enggak jadi dokter buat umat ki bisa jadi dokter bagi keluarga
sendiri lah”.

2) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang menjadi penyebab santri yang hanya

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Berikut ini juga adalah hasil

wawancara dengan MN santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari

Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di pondok pesantren Al-Iman,

sebagai berikut:

“ya dari dorongan orang tua, terus mboten enten arto damel
neruske. ”.

Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MC santriwan

pondok pesantren Al-Iman, tentang keinginan orang tua dan keinginan

pribadi tidak sinkron, wawancara pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 11.55

WIB di kantor sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

79
“ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua, orang
tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya”.

Jadi, faktor yang menjadi penyebab santri hanya melanjutkan

pendidikan di pondok pesantren Al-Iman adalah faktor biaya yang dapat

memberatkan, jika menuntut ilmu di pesantren bersamaan dengan sekolah

formal.

3) Tidak ingin merepotkan orang tua

Hal ini sesuai wawancara dengan santriwati LN di pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul 13.55 WIB

di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

“kasian orang tua mbak (sambil tertawa) biaya, nggeh kan mboten
sekedik to”.

Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“nggeh kersane mboten ngrepotke wong tuo, ajeng nerusake teng


pondok mawon”.

4) Dorongan dari orang tua

Faktor kedua yang dapat menjadi penyebab santri hanya

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren adalah faktor keluarga,

seperti dukungan dari orang tua. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara

dengan VK santriwati pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis

05/08/2018 Pukul 13.30 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai

berikut:

80
“enggeh mendukung, ajeng kerjo mboten angsal kok. Ken
ngrampungke pondok riyen”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan NL santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul 13.30 WIB

di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

“mendukung sepenuhnya nek niku, tapi timbangane sekolah ngono


mending ngaji, daripada sekolah tapi rak ngaji, mending ngaji wae
rasah sekolah rapopo, seng penting wes tau SMA”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan MH

santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul

10.30 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”Yang pertama itu keinginan orang tua, disuruh orang tua itu lo
mbak, kalau sekolahnya tidak terlalu mendukung sih mbak, malah
disuruh melanjutkan lagi tapi melanjutkan di pondok pesantren
saja”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan NR santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.36 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”malah mendukungnya di pondoknya saja daripada sekolah,


karena ya kira-kira yang penting untuk di masyarakat itu ya di
pondok”.

Demikian juga berikut ini adalah paparan dari hasil wawancara

dengan SF santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis

09/08/2018 Pukul 14.25 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai

berikut:

”sangat mendukung, bersyukur malah mbak”.

81
Jadi, faktor dukungan keluarga yang menjadi penyebab santri

bersemangat untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren,

agar dapat lebih mendalami ilmu agama dan dapat dijadikan sumber

pegangan, mengerti tentang ilmu agama terutama oleh kedua orang tua.

5) Faktor Internal

Faktor internal yang timbul dari pemikiran santri sendiri yang dapat

menjadi penyebab santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok

pesantren. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan NR santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.36 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“karena kalau mondok dibarengi dengan sekolah umum itu


pemikirannya tidak begitu kuat, jadi pengennya mondok tok. Lebih
mementingkan salah satunya saja”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan LK santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48

WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“nggeh mboten nopo-nopo srek teng pondok mawon. pertamane


pengen sekolah, neng nganu nopo njur kon mondok njuk mboten
sios sekolah mawon sisan, sakniki njuk malah terbiasa mpun
mboten kepengen maleh”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan UM

santriwati pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul

13.03 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

“nggeh pengene ki melanjutkan maleh ngoten lo, tapi kulo ne


mboten purun”.

82
Jadi, faktor pribadi atau keinginan dari diri sendiri yang menjadi

penyebab santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren.

6) Faktor lingkungan masyarakat

Faktor lingkungan yang mendukung juga dapat menjadi penyebab

santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren salah

satunya adalah lingkungan tempat tinggal yang mayoritas santri. Hal ini

dikuatkan oleh hasil wawancara dengan CH santriwan pondok pesantren

Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.10 WIB di aula pondok

pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“Memang saya di rumah itu berada di lingkungan kalangan santri-


santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja”.

7) Mengikuti teman sebaya

Faktor mengikuti teman ini karena termotivasi dengan temannya.

Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan VK santriwati pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.30 WIB di

pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”rencang SMP ne kulo nggeh mriki, njur pengen mriki ngoten”.

8) Pergaulan terjaga

Faktor pergaulan terjaga artinya pergaulannya tidak sembarangan

seperti yang ada di luar pondok pesantren, tidak ada peraturan yang

mengembangkan kepribadian unggah-ungguh seseorang. Hal ini dikuatkan

oleh hasil wawancara dengan LK santriwati pondok pesantren Al-Iman,

83
pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48 WIB di pondok pesantren Al-

Iman, sebagai berikut:

“opo yo, kan nganu, nek teng pondok kan pergaulane kan lebih
ketat keagamaan sedangkan teng luar kan mesti kecampur werno-
werno hanggeh sae teng pondok e mawon”.

9) Mendalami ilmu agama

Hasil penelitian yang peneliti peroleh, bahwa santri yang lebih

memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman karena adanya

dukungan selain dari orang tua juga terdapat dukungan dari dalam

pondok sendiri untuk mengaji kitab-kitab dengan cara bertaraf-taraf

sesuai kemampuan. Al-Iman adalah pondok salaf yang pengajarannya

menggunakan metode clasiccal atau sorogan dengan bacaan kitab-kitab

seperti kitab tafsir, kelas al-ula menggunakan alala‟, kitab awam. Kelas

al-wustho menggunakan kitab ta‟lim muta‟alim, immriti, jurumiyah,

shorof. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan dengan Bapak

Faqih, sebagai tenaga pengajar di pondok pesantren Al-Iman pada hari

Kamis tanggal 9/082018 Pukul 10.00 WIB di kantor kepala sekolah

MTs Darussalam, sebagai berikut:

“Insyallah ada, kecuali materi yang kita sampaikan tekstual itu


kita selingi dengan materi skill yang dimiliki para santri, malah
langsung ke praktek di antaranya yang bakat ketukang langsung
praktek ada bimbingan dari tukang yang sudah terjun ke
masyarakat terus nanti sebagian santri mengikuti. Yang di sawah
oleh pengasuh utama ikut ke sawah, kemudian yang punya minat
dagang juga sebagian ada yang langsung praktek berjualan di
pasar berikut cara pembukuannya”.

84
Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Kyai Bachrodin di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul

13.10 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“ya kalau di pondok itu adanya ngaji, ya ngaji al-Qur‟an dan


kitab-kitab. Di samping sekolahkan nah santri mengaji, ngajinya
dengan cara sorogan dan ada sekolahan pondok tidak sekolah
umum, kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf ada Ibtida‟, ada
wustho, dan aliyah pondok, kita menganjurkan santri-santri agar
bisa, jadi dengan sekolah di pondok juga ada yang sekolah umum
di MTs, MA Candi dan SMK Bawen jadi terserah mau sekolah
dimana saja”.

Berikut ini hasil wawancara dengan santriwati AM di pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.13

WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“kitab tafsir, nek seng kelas al-ula seng tasih andap-andapkan


taseh alala‟, kitab awam niko. Nduwure maleh al-wustho nggeh
ta‟lim muta‟alim, immriti, jurumiyah niko nggehan shorof”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan LK santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48

WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,


memperbaiki diri sendiri dulu, karena sudah nggak betah sekolah
mbak, daripada diterus-terusin malah tambah bubrah ya mending
keluar sekalian saja”.

Dengan demikian, para santri sudah dibekali ilmu agama yang

sangat lengkap dengan adanya kelas-kelas untuk membagi tiap-tiap

tingkatan kitabnya menjadikan santri lebih paham karena diajarkan mulai

dari dasar, tentang syariat-syariat Islam dari hal yang paling ringan hingga

yang terberat.
85
10) Adanya pembekalan keterampilan

Selain dukungan dari orang tua juga terdapat dukungan dari dalam

pondok pesantren sendiri dengan tersedianya fasilitas yang sudah

disediakan seperti adanya keterampilan pertukangan, perdagangan,

pertanian. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan Bapak Kyai

Bachrodin di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal

09/08/2018 pukul 13.10 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai

berikut:

”iya to, seperti pertukangan ada, pertanian di sawah ya ada, di


sini juga ada perdagangan di pasar jadi perdagangan bisa jualan
bisa mandiri nantinya. Nah yang ingin nukang biar dipertukangan.
Ini to pondok membuat sendiri dengan santri-santrinya lagi
bongkar yang sebelah sana (sambil nunjuk ke arah yang sedang di
renovasi) bongkarin sendiri, nukangin sendiri”.
Demikian hasil wawancara dengan MN santriwan pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di

pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“kalo kerja kan nggak mesti harus lulus sekolah tinggi-tinggi kan
bisa, seperti jadi tani kan yang penting belajar terus. Di pondok
kan nggeh enten belajar tani, pertukangan kan nggeh enten, nekuni
niku. keterampilan saking pondok, nggeh teng masyarakat saget
digunakke”.

Dukungan adanya keterampilan pertukangan,pertanian,

perdagangan untuk santri-santri yang hanya mengenyam pendidikan di

pondok pesantren sangat bermanfaat untuk dijadikan bekal masa depan

ketika sudah lulus dari pondok pesantren Al-Iman.

Dengan demikian, motivasi penyebab santri untuk tetap

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Al-Iman, disebabkan oleh


86
beberapa hal sebagai berikut: (1) Tidak dapat meraih cita-cita; (2) Faktor

ekonomi; (3) Tidak ingin merepotkan orang tua; (4) Dorongan dari orang

tua; (5) Faktor internal; (6) Faktor lingkungan masyarakat; (7) Mengikuti

teman sebaya; (8) Pergaulan terjaga; (9) Mendalami ilmu agama; (10)

Adanya pembekalan keterampilan.

b. Pola Pikir Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier

Hasil yang didapat oleh peneliti ketika mengadakan wawancara

dengan beberapa narasumber, yaitu beberapa tenaga pengajar di pondok

pesantren Al-Iman. Para tenaga pengajar dalam membentuk pola pikir

santri dalam menghadapi orientasi karier terbagi dalam beberapa macam,

sebagai berikut.

1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil

Pengajar mendidik santrinya mengajarkan untuk berusaha dalam

mendapatkan sesuatu, karena selama ada usaha maka pasti akan ada jalan

untuk mendapatkan rezeki dari Allah. Hal ini didukung oleh hasil

wawancara tentang usaha dengan Ustadz Faqih, sebagai tenaga pengajar di

pondok pesantren Al-Iman pada hari Kamis tanggal 9/08/2018 Pukul 10.00

WIB di kantor kepala sekolah MTs Darussalam, sebagai berikut:

“Kalau di pesantren salaf itu yang ditekankan adalah selama ada


usaha maka kita yakin pasti ada jalan yang namanya rezeki itu
semua minta kepada yang maha kuasa. Santri salaf itu berpedoman
yang penting kita mau berusaha ada istilah yang merupakan sabda
Rasulullah “jadi kalau tangan kita mau bergerak maka Insyallah
Allah menurunkan rezeki dengan pergerakan itu. Cuman memang
tidak ada spesifikasi yang khusus untuk itu makanya membekali
santri kaitannya dengan teori. Santri yang ada yang sudah-sudah

87
itu mereka membekali diri dengan langsung praktek dari apa yang
sudah ada tinggal mengikuti”.

Di dalam pondok pesantren diajarkan harus selalu untuk

mujahadah di samping berkewajiban belajar, karena kalau hanya belajar

tanpa dibarengi dengan berdoa atau mujahadah sama saja tidak ada

artinya. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan Bapak Kyai

Bachrodin, sebagai pengasuh utama Pondok Pesantren Al-Iman pada hari

Kamis tanggal 9/082018 Pukul 13.10 WIB di tempat istirahat pengasuh

pondok Al-Iman, sebagai berikut:

“Pokoknya ya harus belajar yang sebetul-betulnya, santri itu yang


penting harus belajar di samping belajar diadakan mujahadah
setiap hari kamis. Jadi di samping kita belajar dan nderes al-
Qur‟an maupun kitab-kitab yang harus dipelajari itu harus ada
mujahadahnya kalau tidak ada mujahadahnya sama saja nol tidak
ada apa-apanya kalau santri memang harus seperti itu beda kalau
dengan anak sekolah. Kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf
ada Ibtida‟, ada wustho, dan aliyah pondok”.

Berikut ini sebagai pernyataan santri santriwati RN, di pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 14.03

WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan. heeh sih di dalam


hidup memang kita harus berusaha, cuma kan nek aku pribadi kan,
nek aku we rung arep omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok
sesok. Saiki yo saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng
pondok wes seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes
mantep diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-mugo
wae”.
2) Berserah diri kepada Allah

Sebelum menjalani pendidikan di pondok pesantren sebagian santri

memang memiliki pandangan dan rencana untuk masa depan namun ketika

sudah menjalani kehidupan di pondok pola pikir menjadi berubah, karena


88
para tenaga pengajar memberi masukan agar berserah diri kepada Allah.

Sekolah umum sangat berbeda dengan di pondok pesantren, karena di

pondok pesantren santri-santri tidak di ajarkan untuk memikirkan karier di

masa depan. Hal ini didukung oleh paparan dari hasil wawancara dengan

Ustadz Yasin kepala madrasah pondok pesantren Al-Iman pada hari selasa

tanggal 23/08/2018 pukul 13.30 WIB di rumah Ustadz Yasin, sebagai

berikut:

“Kalau di pondok dengan sekolah umum itu berbeda sekali. karna


di sini sudah mendidik dari awal, ngaji dan sekolah jangan hanya
berniat mau menjadi apa. Itu yang sudah dididik sekarang ya
waktunya ngaji dan sekolah niatnya mencari ilmu masalah akan
menjadi apa besok yang menjadikan ya gusti Allah”.

Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan

NL sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu

tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL

membantu berjualan, sebagai berikut:

“Kan nek pas sekolah ke pikiranne pengen dadi kui, pengen dadi
kae ngoten lah begitu mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking
omongane-omongane guru niku to, njuk dadi pola pikir e kulo ke
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke sesok, saiki
teko lakoni ngoten niku saiki ke”.

Berikut ini juga paparan dari hasil wawancara dengan santriwati

LK pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.48 WIB di pondok

pesantren, sebagai berikut:

“nek pak yasin ke sok sanjang ngene opo, “sak iki ke ojo ngoyak
dunyomu, seng penteng ke teko lakoni ojo sok ngrusohi gaweane
gusti Allah” ngoten niku tekoan. Trus nek cita-citakan tergantung
kaleh Allah niku wau, nek cita-cita ki ndewe mboten saget ngarani
nopo “aku cita-citane dadi ngene menowone gusti Allah ngersakke,
misal aku cita-citane pengen dadi dokter, teko-teko gusti Allah
89
ngresakke kulo dadi guru” ngoten kan mboten ngertos, teko opo
seng ono dilakoni”.

Hal ini juga serupa dengan hasil paparan wawancara yang

dituturkan oleh santriwati IN pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul

14.10 WIB di pondok pesantren, sebagai berikut:

”Ambokno dewe ki mondok tok ke ojo minder karo wong seng do


sekolah tekan duwur-duwur soale dewe mondok kan Insyallah
saget ngimbangi kaleh seng do sekolah-sekolah ngoten”.

Demikian dari hasil wawancara dengan santriwan MC di pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul 11.55 WIB

di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu sih


mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada pandangan.
Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan “rasah mikir sesok
arep dadi opo” jadi sudah terngiang seperti menjadi pedoman.
Yang penting ada tapi besok. setiap ngaji dengan mbah yai dikasih
motivasi “sudah tidak usah bingung mikir” nah seperti itu to mbak
jadi akhirnya tidak punya pandangan kedepannya meskipun akan
jadi kepala keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada
seperti itu, positif thinking-nya”.

Pola pikir yang terbentuk pada santri disebabkan oleh penanaman

motivasi yang menjelaskan tentang menjalankan sesuatu yang sudah ada

sekarang untuk ditekuni, untuk bersikap qona‟ah, menela‟ah kitab yang

sudah dijabarkan penjelasannya dan selalu mujahadah (berdoa), motivasi

yang telah berikan oleh para pendidik di pondok pesantren.

Jadi, pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi

orientasi karier yang telah ditanamkan adalah harus optimis dan berpikir

positif terhadap apa yang telah diusahakan, menjalankan sesuatu dengan

keyakinan bahwa pasti ada jalannya untuk menempuh hidup di masa


90
depan, dan usaha harus disertai dengan selalu berdoa. Sehingga ketika

menuntut ilmu di pondok pesantren maka santri harus fokus terhadap

apapun yang sedang dipelajarinya di pondok pesantren, dan di samping itu

juga harus selalu menggali pengetahuan dari kitab yang telah diajarkan

dan membaca Al-Qur‟an.

3) Bekerja sampingan di pabrik

Demikian juga yang ingin bekerja di pabrik kuningan, berikut hasil

paparan wawancara yang sesuai, dengan MH sebagai santriwan pondok

pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018 pukul 14.36 WIB di aula

pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“kalau nyambi sih tukang mbak, mungkin. Ya bisa kerja di pabrik-


pabrik wilayah bedono kan juga ada pabrik-pabrik milik desa-desa
kan seperti pabrik kuningan untuk kaligrafi. Jadi masuk kerjanya
kan nggak terus menerus seminggu tiga kali empat kali kan bisa
nah yang lain hari bisa nyambi ke kebun”.

4) Berwirausaha

Para santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok

pesantren termotivasi ingin menjadi pedagang atau berwirausaha,

mendirikan usaha sendiri merupakan salah satu harapan santri dalam

merencanakan orientasi karier, karena selama menuntut ilmu di pesantren

mereka diajarkan cara berdagang maka dari itu orientasi karier setelah

keluar dari pondok ingin berdagang/berwirausaha. Hal ini diperkuat oleh

hasil wawancara dengan santriwati LK pada hari Minggu tanggal

05/08/2018 pukul 13.48 WIB di Pondok Pesantren, sebagai berikut:

“pengen mempunyai toko sendiri sih. biar seperti Rasulullah,


berdagang dan berdakwah. pengennya ya tidak kerja tapi
91
mengerjakan orang, seperti ngebosi, membuka usaha tidak hanya
untuk kita namun juga untuk orang lain, berguna untuk masyarakat
sekitar”.

Hal berikut ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara

dengan RN santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu

tanggal 05/08/2018 pukul 14.03 WIB di pondok pesantren Al-Iman,

sebagai berikut:

”Aku pengenne kui mbk yo pengen ndue usaha dewe lah yo


maksute nggawe-gawe opo ngono aku pernah ndue angen-angen
aku ki sok pengen ngedekake opo ngono mbuh butik mbuh toko opo
ngono lo mbak tapi ki pegawene mbakyu ku wae. Meskipun dadi
wong wedok tapi ki yo iso karo ngewangi bojone”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul

13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”ingin berwirausaha nggeh saget, online nggeh saget to”


Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati VK di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul

13.30 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”pengen dodolan kiyambak”.


Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan santriwati

NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018 pukul 14.35 di pasar desa

Sumowono, sebagai berikut:

“Kalau itu pengennya mempunyai usaha gitu mbak, Cuma kalau


anak lulusan pondok itu diambil manfaatnya,biasanya disuruh
ngajar tpa atau tpq. ya pengennya kalau kerja tidak harus yang
jauh-jauh, kalau bisa ya buka usaha sendiri. Jadi, nanti di samping
kerja nanti bisa mengambil alih bagian rumah, jadi tidak kaya di
92
pabrik nantikan berangkatnya pagi pulangnya malam, nanti
kerjaan rumah tetap ibuknya yang ngurus”.

Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan santriwati

santriwati LN di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal

08/08/2018 pukul 13.55 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

”ya pernah terlintas sedikit-sedikit tapi ya belum tau besok”.

5) Mencari pengalaman dibidang perkebunan

Terdapat santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok

pesantren ingin mencari pengetahuan di luar jawa untuk dijadikan

pengalaman. Hal ini didukung hasil wawancara dengan MH, sebagai

santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal

23/08/2018 pukul 13.45 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“kalau sudah lulus dari pondok ingin memiliki pengalaman kerja


di luar jawa, cari pengalaman kerja di daerah lain lah”.
6) Mengikuti amanat Suami

Terdapat santriwati yang orientasi kariernya menurut dengan suami

saja karena ridho istri terdapat dalam diri suami, jika sudah memiliki

suami. Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan

NL sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu

tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL

membantu berjualan, sebagai berikut:

“kalau untuk saat ini mungkin belum ada, belum kepikiran, ya


mungkin besok kalau sudah di rumah mungkin nurut. Kan katanya
kalau istri harus nurut dengan suaminya, nah kalau misal sekarang
sudah ngrancang ingin jadi ini itu nanti kalau sudah punya suami
suaminya tidak setuju atau ditentang kan sama saja dosa, ya sudah
tinggal nurut saja”.
93
7) Belum mempunyai orientasi karier

Hasil penelitian yang penelitian peroleh, bahwa terdapat santri

yang belum memiliki orientasi karier,karena pola pikirnya mengalir saja.

hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan santriwan MC di pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul 11.55 WIB

di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu sih


mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada pandangan.
Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan “rasah mikir sesok
arep dadi opo” jadi sudah terngiang seperti menjadi pedoman.
Yang penting ada tapi besok. setiap ngaji dengan mbah yai dikasih
motivasi “sudah tidak usah bingung mikir” nah seperti itu to mbak
jadi akhirnya tidak punya pandangan kedepannya meskipun akan
jadi kepala keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada
seperti itu, positif thinking-nya”.

Berikut ini hasil wawancara dengan santriwati NL pada hari Rabu

tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL

membantu berjualan, sebagai berikut:

“nek pandangan pekerjaan e ke nek kulo yakin wae sesok tetep


angsal pekerjaan”.

Bagi santri yang hanya lulus MTs atau Smp rata-rata memang

belum memiliki pandangan karier meskipun sudah berusia 17 tahun keatas,

Hal ini sesuai paparan dari hasil wawancara dengan santriwati LN di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul

13.55 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

94
”belum terfikirkan sampai segitu mbak, jalani apa yang ada dulu
mbak”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan UM santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul 13.03 WIB

di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

” dereng kelihatan”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan VK santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 05/08/2018 Pukul 13.30 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“mboten ngertos ngenjeng dados nopo. sak kersane gusti Allah


”.

Demikian juga hasil wawancara dengan MY santriwan pondok

pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.50 WIB di

pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“ya paling ya kalau di sini sedang ada pembangunan ya ditukang,


belum pernah kerja di luar jadi belum ada pengalaman mbak. Jadi
besok kalo di rumah ya belum ada pandangan”.

Rata-rata santri meskipun telah lulus MTs maupun MA yang sudah

berusia 16 tahun keatas tapi belum memiliki orientasi karier, karena belum

adanya pengalaman maupun rencana-rencana yang dijadikan pandangan

karier dan telah tertanam dalam pikiran mereka bahwa segala sesuatu yang

ada sekarang harus dijalani dan ditekuni dengan sebaik mungkin, dan

percaya saja kepada Allah dan percaya pada setiap segala usaha pasti

besok mendapatkan balasan yang terbaik.

95
Pandangan karier santri untuk memenuhi kebutuhan hidup dari

hasil penelitian yang peneliti lakukan, sebagian besar para santri pondok

pesantren Al-Iman dilihat dari segi gender untuk perempuan lebih berserah

diri kepada Allah karena berfikiran lebih baik mentaati peraturan agama

walaupun sebagian sudah ada yang memiliki rancangan kedepan tapi

mereka lebih memilih taat kepada syariat-syariat agama. Sedangkan, laki-

laki lebih realistis karena mungkin adanya naluri mempunyai rasa

tanggung jawab setelah menjadi kepala keluarga, karena lebih melihat ke

perspektif sosial yang ada di lingkungannya. Secara umum dalam ruang

lingkup yang luas para santri sebenarnya mereka mempunyai banyak

pandangan karena adanya dorongan keterampilan, pandangan mereka tidak

jauh dari keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan.

Dengan demikian, para santri mempunyai pandangan karier lebih

banyak karena memang sudah didukung dari dalam pondoknya dengan

adanya keterampilan-keterampilan yang menyebabkan keinginannya

banyak. Jadi santri masih bingung saat mereka belum lulus dari pondok

pesantren, dan mungkin dapat mereka simpulkan pada saat mereka sudah

lulus dari pondok. Mereka akan memilih salah satu dari pilihannya itu

karena di lingkungan tempat tinggalnya pasti ada salah satu yang

mendukung kariernya. Maka nanti suatu saat mereka akan mengetahui

orientasi karier yang sudah direncanakannya karena sudah mendapatkan

keterampilan dan hanya tinggal memilih dan mengembangkan

keterampilan dalam lingkungannya yang lebih mendukung.

96
Jadi kesimpulan dari orientasi karier santri ada beberapa macam,

sebagagai berikut: 1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil; 2) berserah

diri; 3) ingin bekerja sampingan di pabrik 4) berwirausaha ; 5) mencari

pengalaman dibidang perkebunan; 6) mengikuti amanat suami; 7) belum

mempunyai orientasi karier.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan

Remaja

Hasil penelitian yang peneliti peroleh, bahwa santri yang hanya

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren pada usia 16-21 tahun yang

disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal

peneliti dapat menjabarkan seperti taraf intelegensi, keterampilan, bakat,

minat, motivasi dan pengetahuan, dll. Faktor eksternal seperti lingkungan

masyarakat dan pengaruh dari seluruh anggota keluarga inti maupun

keluarga besar.

Faktor eksternal yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan

santri terbagi dalam beberapa macam, sebagai berikut.

1) Faktor pendidik

Faktor keadaan juga mempengaruhi orientasi karier para santri di

pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok pesantren

dianjurkan untuk tidak mencari pekerjaan yang di luar aturan pondok,

karena sebagai alumni pondok pesantren harusnya mengamalkan yang

sudah didapat dari pesantren. Hal ini didukung hasil wawancara dengan
97
santriwati LK pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.48 WIB

di pondok pesantren, sebagai berikut:

“nggeh ngaji niku,njur nek misale mpun wangsul kan di kursuske


njur mbuka teng griyo ngoten lho. Dadi mboten keluar masuk
keluar masuk mboten kulo seng medal, neng wong-wong seng
mlebet ngoten”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul

13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut

“nggeh, saget ngabdi riyen, tapi nek boyong mboten angsal nek
kok kerjo nopo-nopo kudune mondok maleh nopo rabi niku hehe
(sembari malu-malu) , nek kerjo kan mangkeh kenal dunia luar
maleh mbak”.
Demikian juga berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara

dengan santriwati NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018 pukul 14.35 di

pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

“nggeh mpun bola-bali diomongi to nek misale bali mondok ki


rasah kerjo, nek arep kerjo yo paleng seng taseh iso jogo nek aku
ki cah pondok ngoten niku lo, nek misale mlebet pabrik kan tetep
kudu ngagem celana lanek mpun ngagem celana kan tetep mpun
bedo meneh. Nek kulo ki maksute seng maleh ngoten niku ke mpun
terpengaruh cuman kulo yakin to nek setiap orang tetep enten sisi
positif e kaleh negatif e nah mungkin neng jerone ke iseh ”aku ki
wes tau mondok dadi aku ki raoleh ngisen-ngisenke cuman kan
secara fisik ndeknen ki tetep pakaiane pakaian cah kerjo, tur
meneh keadaan keluargane seng memaksa njuk ndeknen ne ngoten
niku, maksute demi mak‟e pok pak‟ e aku tak kerjo ngoten niku.
Tapi mboten sepenuhnya ilang kan, aku wes tau mondok, mosok yo
aku arep ngene-ngene kulo percoyo tetepan nek rencang-rencang
niku ra klakon ngoten. Terpengaruhe nggeh mungkin niku kan nek
mpun teng ndalem tetep gocekane hp mungkin damel kerjo kan
enten sak niki kan online-online ngoten niku dadi yo enten benere
nggeh enten mbotene”.

2) Faktor masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal


98
Faktor lingkungan mempengaruhi seseorang menjadi termotivasi

berminat ingin berkarier menjadi seperti yang ada di lingkungan tempat

tinggalnya. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan CH sebagai

santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018 pukul

14.10 WIB di Aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“Kalau tempat tinggal saya rata-rata pekerjaannya sebagai


petani, orang tua dan kakak saya juga petani, sehingga orang tua
saya juga mempunyai toko jual pupuk dan benih seperti itu”.
Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan MH,

sebagai santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal

23/08/2018 pukul 13.45 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“biasanya kalau di daerah saya sih keluar jawa sih mbak, kan di
sana sudah ada kenalan orang jadi nanti dimasukkan ke PT sawit
atau pengepul karet kan bisa”.
3) Faktor dari seluruh anggota keluarga inti maupun keluarga besar

Faktor ini sangat mempengaruhi orientasi karier santri, karena

orientasi itu tumbuh dari lingkungan keluarga yang selalu mendidik dan

mengajarkan hal-hal yang dilakukan sehari-sehari, jadi pola pikir juga

mengikuti yang sedang terjadi di lingkungan. Hal ini dikuatkan oleh hasil

wawancara dengan santriwan CH, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018

pukul 14.10 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”saya kan dilahirkan dari keluarga petani, mungkin saya lebih


memilih jalur yang sama dengan orang tua, ya meneruskan
pertanian saja. Tapi itu nanti taninya multi, jadi berdasarkan
sesuai perkembangan zaman. yang pertama mungkin saya bisa
praktekan ya pertanian karena di sini juga dipelajari, yang kedua
mungkin pertukangan bisa. Karena sekarang kan banyak yang
bangun kalau di desa itu mbak, karena jaman modern banyak yang
99
rumahnya direnovasi nah mungkin nanti dari sini ikut latihan
pertukangan mungkin nanti dimasyarakat bisa diterapkan gitu.
petani yang mengandalkan multifungsi, seperti nanti sawah diberi
kandang bawahnya diberi kolam lele, nanti kan jadi bisa membuat
pupuk sendiri, lalu lelenya dapat hasil sendiri, lalu sapi perahnya
dapat dijadikan sampingan pekerjaan”.
Berikut ini adalah paparan dari hasil wawancara dengan NL,

sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman pada hari Rabu tanggal

08/08/2018 pukul 13.30 WIB di Pasar desa Sumowono tempat NL

membantu berjualan, sebagai berikut:

“pandangane ke malah mboten pareng kerjo jane ki, dadi nek


misal e wangsul yo paleng ngko ewang-ewang neng omah opo yo,
tani opo nopo ngoten, nggeh ngewangi mak e nggeh saget njait
ngoten niku, mak e nggeh mpun jait dadi mboten terlalu mikir arep
kerjo seng nandi-nandi nek misale saget njait ditekuni niku mpun
enten mesinne ngoten, dadi turene mak e niku “wes rasah kerjo
sesok ajar njait wae neruske we‟e mak e ngoten”.
Hal ini juga serupa dengan paparan dari wawancara dengan MC,

sebagai santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal

09/08/2018 pukul 11.55 WIB di ruang sekretariat pondok pesantren Al-

Iman, sebagai berikut:

“lingkungan sekitar saya kerjanya di pabrik dekat juga dengan


pekebunan , ada yang kerja serabutan, kalau bapak saya bekerja
serabutan apa yang bisa dilakuin ya ditekuni. Kalau ibu saya guru
tk di dekat rumah saya meskipun daerah saya itu sedikit pelosok ya
tetap dijalani saja kan kasihan kalau tidak ada yang mau mengajar
anak-anak kecil di daerah saya”.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwan MC di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul

11.55 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

100
“kalau aku pengen menjadi guru malah menjadi guru RA heheh..
terus kan orang tua tidak suka “guru agama atau apa gitu” nah
seperti itu”.

Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

”kalau saya mungkin nerusin perjuangan orang tua, penjual bakso


disambi di perkebunan kan bisa”.
Faktor internal yang menjadi pengaruh orientasi karier pada santri,

karena faktor ini tumbuh dari dalam diri seseorang itu sendiri. Faktor

internal yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan santri pondok

pesantren Al-Iman terbagi dalam beberapa macam, sebagai berikut.

4) Faktor keterampilan yang dimiliki santri

Bekerja di bagian pertanian dan pertukangan merupakan salah satu

harapan santri dalam merencanakan orientasi karier, karena selama

menuntut ilmu di pesantren mereka diajarkan cara bertani dan bertukang,

maka dari itu orientasi karier setelah keluar dari pondok ingin mendalami

pertanian. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan SA santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.25 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“mungkin petani karena di rumah banyak yang petani, tapi di sini


kadang mbangun kadang ke sawah kalau mau.”.

101
Berikut adalah hasil paparan wawancara yang sesuai, dengan NR

sebagai santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018

pukul 14.36 WIB di aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“ingin menjadi petani”.

Hal ini juga sesuai dengan paparan dari wawancara dengan, dengan

MH sebagai santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis

09/08/2018 pukul 10.30 WIB di aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai

berikut:

“tani sama pertukangan juga bisa, kan rata-rata orang desa sih mbak.
kan di rumah bertani to mbak, jadi mungkin menjadi petani yang sukses
minimal bisa memakmurkan keluarga sendirilah”.

Bekerja di bagian pertukangan merupakan salah satu harapan santri

dalam merencanakan orientasi karier, karena selama menuntut ilmu di

pesantren mereka diajarkan cara bertani maka dari itu orientasi karier

setelah keluar dari pondok ingin mendalami pertukangan. Hal ini diperkuat

oleh hasil wawancara dengan MN santriwan pondok pesantren Al-Iman,

pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di pondok pesantren Al-

Iman, sebagai berikut:

“bakate nggeh nukang niku, seng ajeng dikembangkan nggeh


nukang. Dadi tukang bangunan”.
5) Mengembangkan bakat

Hal berikut ini menurut bakat para santri pondok pesantren Al-

Iman, hal ini didukung hasil wawancara dengan MC, sebagai santriwan di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul

102
11.55 WIB di ruang sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai

berikut:

”yang pengen dikembangkan secara umum ya mbak, dari semua


yang sudah saya lakukan di sini itu sepertinya saya punya bakat
mengajar, seperti bakat penyampaian materi terutama kepada
anak-anak kecil kan lebih asik. Tapi setengah tidak didukung
walaupun pedidikan tapi tidak sepenuhnya di dukung”.

6) Faktor keyakinan

Para santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok

pesantren ingin mengamalkan nilai kehidupan seperti membagikan ilmu

yang telah didapatkan dari pondok pesantren. Hal ini didukung hasil

wawancara dengan santriwati NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018

pukul 14.35 di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:

“kalau itu pengennya mempunyai usaha gitu mbak, Cuma kalau


anak lulusan pondok itu diambil manfaatnya,biasanya disuruh
ngajar tpa atau tpq. Pokoknya yang banyak manfaatnya”.

Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan VK santriwati

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu, 08/08/2018 Pukul 14.10

WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“paleng nggeh teng griyo nganu mulang madrasah ngoten pengen


ngajar teng TPA. niku seng mpun dadi pandangane kulo, agar
dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat di pondok”.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul

13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“nggeh guru TPQ”.

103
Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan

pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB

di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:

“ya mungkin mengembangkan ngaji dulu mbak kayaknya, kan di


rumah ada TPQ kan sudah ,mengajar anak-anak TPA, kan
sebenarnya sudah disuruh untuk ngajar, untuk membantu
mengajar, udah banyak, kan waktunya sekarang masih di pondok
nah sedangkan pulang pun jarang atau cuma sebentar”.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier santri-santri

di pondok pesantren Al-Iman terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu:

Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1) Faktor pendidik; (2)

Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal; (3) Pengaruh dari

keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor internal terbagi

menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan yang dimiliki

santri; (2) Mengembangkan bakat; (3) Faktor keyakinan.

B. Analisis Data

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis ketika

melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Iman melalui metode

wawancara, metode observasi di lapangan dan pada informasi yaitu santri,

dan pengasuh utama dan para tenaga pengajar maka penulis dapat

menganalisis hal-hal apa saja yang terkait dengan pola pikir santri terhadap

orientasi karier (studi kasus santri pondok pesantren Al-Iman Sumowono).

Kemudian setelah penulis melakukan wawancara langsung dengan

beberapa santri, pengasuh utama dan para tenaga pengajar di pondok


104
pesantren Al-Iman Sumowono, maka penulis menemukan beberapa hal

sebagai berikut ini.

1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di

Pondok Pesantren Al-Iman

Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir

yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia

16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono rata-rata motivasi

santri yang menyebabkan memilih menuntut ilmu di pondok pesantren

adalah di sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: (1) tidak dapat

meraih cita-cita; (2) faktor ekonomi; (3) tidak ingin merepotkan orang tua;

(4) dorongan dari orang tua; (5) faktor internal; (6) faktor lingkungan

masyarakat; (7) mengikuti teman sebaya; (8) pergaulan terjaga; (9) ingin

mendalami ilmu agama; (10) adanya pembekalan keterampilan.

1) Tidak dapat meraih cita-cita

Menurut Kurniawati (dalam Sidik, 2013: 24) pendidikan

merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa

setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk

selalu berkembang di dalamnya, pendidikan tidak akan ada habisnya.

Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan

kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.

Kita dididik menjadi orang yang berguna baik bagi negara, nusa dan

bangsa. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan


105
keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal),

dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan Informal

adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari

dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati. Proses

pendidikan ini berlangsung seumur hidup. Sehingga peranan keluarga itu

sangat penting bagi anak terutama orang tua. Orang tua mendidik anaknya

dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak

ada habisnya dan terhitung nilainya. Orang tua mengajarkan kepada kita

hal-hal yang baik misalnya, bagaimana kita bersikap sopan-santun

terhadap orang lain, menghormati sesama, dan berbagi dengan mereka

yang kekurangan.

Menurut Setyawan (dalam Sidik, 2013: 24) pada masa sekarang ini

pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang

peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam

pendidikan setinggi mungkin, tetapi di sisi lain ada sebagian masyarakat

yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat

dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga

anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar

namun pada akhirnya putus sekolah juga.

Yang mempengaruhi pendidikan anak yang timbul dari faktor

eksternal menurut Setiani (dalam Sidik, 2013: 24) merupakan faktor paling

besar pengaruhnya adalah faktor ekonomi. Biaya pendidikan yang cukup

mahal dirasakan tidak mampu untuk mereka menyekolahkan anak-

106
anaknya, berbagai bantuan beasiswa seperti BOS dan BSM pun belum

cukup membantu.

2) Faktor ekonomi

Status sosial-ekonomi keluarga yang tingkat pendidikan orang tua,

tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah

tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status

sosial-ekonomi keluarganya. Status ini ikut menentukan tingkat

pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci

bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status

sosial tertentu (Rahma, 2010: 46). Teori tersebut mendukung hasil

wawancara dengan MC sebagai berikut:

“ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua, orang
tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya”.

3) Tidak ingin merepotkan orang tua

Menurut Ali (2008: 118) cara orang tua mengasuh atau mendidik

anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, orang tua

yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat

mendorong kelancaran perkembangan anak. Namun orang tua yang sering

mengeluarkan kata-kata “jangan” tanpa disertai dengan penjelasan yang

rasional akan menghambat perkembangan anak.

Hal tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Hurlock

(1990: 203) orang tua memiliki nilai budaya yang terbaik dalam

memperlakukan anaknya yaitu dengan cara demokratis, karena pola ini

107
orang tua memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap

aktifitas dan kebutuhan anak. Terutamayang berhubungan dengan studi

dan pergaulan, baik itu dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.

4) Dorongan dari orang tua

Sebagai pihak yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak,

orang tua sepantasnya selalu mendampingi anak dalam belajar. Menurut

Revaldi (2010: 57) orang tua dituntut agar memperhatikan dan mengawasi

perkembangan belajar anak sehingga dapat mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang diperoleh anak. Agar anak selalu bersemangat dalam

belajar dan meraih prestasi, orang tua perlu memberi dorongan dan

motivasi kepada anak. orang tua dapat memotivasi anak dengan berbagai

cara agar mereka bergairah dalam belajar. Dorongan atau perhatian yang

diberikan orang tua kepada anak menjadi suatu penyemangat bagi anak

sehingga ia merasa bahwa kehidupannya sangat berharga. Oleh sebab itu,

anak akan berupaya untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam

belajar dan meraih prestasi sehingga membuat kedua orang tuanya senang

terhadap dirinya. Beberapa ahli pendidikan Islam menyebutkan bahwa

peran dan tanggung jawab orang tua tidak hanya sebatas mempersiapkan

pendidikan yang baik bagi anak. Akan tetapi orang tua bertanggung jawab

untuk menyiapkan masa depan yang baik bagi anak melalui proses

pemberian bimbingan dan pengajaran islami.

Teori tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh

Sudiyono (2009: 190) pendidikan terhadap anak meliputi berbagai segi

108
kehidupan anak. Oleh sebab itu, sebagai orang tua yang baik dan sesuai

dengan tuntunan Islam, sudah sepantasnya orang tualah yang mendidik

dan mengawasi tumbuh kembang anak hingga mencapai masa dewasa.

5) Faktor internal

Faktor yang mendorong anak untuk lebih memilih melanjutkan

pendidikan di pondok pesantren dari segi faktor internal menurut Setiani

(dalam Sidik, 2013: 24) merupakan faktor yang datangnya berasal dari diri

anak itu sendiri, seperti anak yang malas berangkat sekolah karena tidak

memiliki minat dalam pendidikan.

Teori tersebut sesuai hasil wawancara dengan santriwati UM,

sebagai berikut:

“nggeh pengene ki melanjutkan maleh ngoten lo, tapi kulo ne


mboten purun”.

6) Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat terdapat beragam persepsi, yang sejalan

dengan pikiran maupun tidak. Beragamnya berbagai culture di masyarakat

juga mengakibatkan adanya motivasi agar bisa seperti yang ada di

masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhib (2016: 25)

yang menjelaskan Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Hal ini didukung hasil

wawancara dengan santriwan CH sebagai berikut:

“Memang saya di rumah itu berada di lingkungan kalangan santri-


santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja”.

109
Hasil wawancara tersebut telah menjelaskan bahwa santriwan CH

telah mengikuti jejak yang ada di lingkungan sekitarnya.

7) Mengikuti teman sebaya

Menurut Hurlock (dalam Enung Fatimah, 2006: 145) kelompok

teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar

untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya.

Bersama kelompok teman sebaya remaja belajar untuk saling menghargai,

bertoleransi, dan bertanggung jawab. Dapat disimpulkan bahwa kelompok

sebaya merupakan lingkungan sosial tempat berinteraksi dimana

anggotanya memiliki kesamaan usia, selain itu anggotanya juga memiliki

persamaan sekolah, hobi, minat, status sosial, ekonomi, dan sebagainya.

Teori tersebut mendukung hasil wawancara yang dinyatakan oleh

santriwati VK, sebagai berikut:

”rencang SMP ne kulo nggeh mriki, njur pengen mriki ngoten”.

8) Pergaulan terjaga

Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi

dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan

yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia

yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sangat langka, jika ada

orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah

manusia.

110
Seperti halnya diungkapkan dalam Q.S Al-Hujurat yaitu:

‫ارفُىا ۚ إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم‬ ُ ‫اس إِوَّا َخهَ ْقىَا ُك ْم ِمهْ َر َك ٍر َوأُ ْوثَ ٰى َو َج َع ْهىَا ُك ْم‬
َ ‫ش ُعىبًا َوقَبَائِ َم نِتَ َع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها انى‬

َّ َّ‫َّللاِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِن‬


﴾٣١ ﴿ ‫َّللاَ َعهِي ٌم َخبِي ٌر‬ َّ ‫ِع ْى َذ‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

9) Mendalami ilmu agama

Santri yang ingin mendalami ilmu agama karena kemauan yang

timbul dari dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhib (2016:

25) yang menjabarkan motivasi ini terbagi menjadi jasmaniah dan

rohaniah. Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu.

Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Hal ini

mendukung hasil wawancara dengan santriwati LK sebagai berikut:

”prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,


memperbaiki diri sendiri dulu, karena sudah nggak betah sekolah
mbak, daripada diterus-terusin malah tambah bubrah ya mending
keluar sekalian saja”.

Hasil wawancara tersebut termasuk pada motivasi rohaniah yang

berdasar pada kemauan. Hal ini juga didukung oleh motivasi intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.


111
10) Adanya pembekalan keterampilan

Pondok pesantren Al-Iman santri-santrinya telah dibekali dengan

keterampilan-keterampilan yang diupayakan dapat menjadi bekal ketika

mereka lulus dari pondok pesantren. Hal ini sejalan dengan penelitian

Muhib (2016: 25) yang menjabarkan teori motif-motif yang dipelajari,

maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Hal ini

didukung oleh wawancara dengan santreiwan MN sebagai berikut:

“kalo kerja kan nggak mesti harus lulus sekolah tinggi-tinggi kan
bisa, seperti jadi tani kan yang penting belajar terus. Di pondok
kan nggeh enten belajar tani, pertukangan kan nggeh enten, nekuni
niku. keterampilan saking pondok, nggeh teng masyarakat saget
digunakke”.

Hasil wawancara tersebut dapat menimbulkan motif yang dipelajari

pada santri karena di pondok pesantren Al-Iman sudah diberi bekal

keterampilan maka dapat dipelajari dan di jadikan motivasi.

2. Pola Pikir yang Terbentuk pada Santri dalam Menghadapi Orientasi

Karier

Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir

yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia

16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono di sebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor pendidikan dan nilai-nilai yang dianut di

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yunus (2014: 38) bahwa

pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan nilai-nilai

yang dianut di lingkungannya, pengalaman. Meskipun demikian, setiap

112
orang orang bebas memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang

akan dijadikan pegangan bagi dirinya.

Selain nilai-nilai yang dianut di lingkungan, terdapat pengaruh dari

pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan bidang

tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita sebagai

penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap pikiran

menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat.

1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil

Di dalam al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa Allah akan membalas

perbuatan seseorang sekecil apapun itu, Allah ta‟ala berfirman:

ِ ‫ث أَ ْو فِي ْاْلَ ْر‬


‫ض‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ص ْخ َر ٍة أَ ْو فِي ان‬
َ ‫س َم‬ َ ‫يَا بُىَ َّي إِوَّ َها إِن تَ ُك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍت ِّمهْ َخ ْرد ٍَل فَتَ ُكه فِي‬

َّ َّ‫َّللاُ إِن‬
ٌ﴾٣١﴿‫َّللاَ نَ ِطيفٌ َخبِي ٌر‬ ِ ْ‫يَأ‬
َّ ‫ث بِ َها‬

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman:

16).

Juga serupa dengan ayat,

َ ‫﴾ٌ َو َمهْ يَ ْع َم ْم ِم ْثقَا َل َر َّر ٍة‬٧﴿ ُ‫فَ َمهْ يَ ْع َم ْم ِم ْثقَا َل َر َّر ٍة َخ ْي ًرا يَ َري‬
ٌ﴾٨ ﴿ ُ‫ش ًّرا يَ َري‬

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,

niscaya dia akan melihat (balasan)nya (7) Dan barangsiapa yang


113
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat

(balasan)nya pula (8)”. (QS. Az Zalzalah: 7-8).

Ayat tersebut mendukung hasil temuan dari hasil wawancara

dengan ustadz Faqih sebagai berikut:

“Kalau di pesantren salaf itu yang ditekankan adalah selama ada


usaha maka kita yakin pasti ada jalan yang namanya rezeki itu
semua minta kepada yang maha kuasa. Santri salaf itu berpedoman
yang penting kita mau berusaha ada istilah yang merupakan sabda
Rasulullah “jadi kalau tangan kita mau bergerak maka Insyallah
Allah menurunkan rezeki dengan pergerakan itu. Cuman memang
tidak ada spesifikasi yang khusus untuk itu makanya membekali
santri kaitannya dengan teori. Santri yang ada yang sudah-sudah
itu mereka membekali diri dengan langsung praktek dari apa yang
sudah ada tinggal mengikuti”.

Hal ini sesuai paparan hasil wawancara dengan santriwati RN

sebagai berikut:

“Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan. heeh sih di dalam


hidup memang kita harus berusaha, cuma kan nek aku pribadi kan,
nek aku we rung arep omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok
sesok. Saiki yo saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng
pondok wes seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes
mantep diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-mugo
wae”.

2) Berserah diri

Pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan

bidang tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita

sebagai penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap

pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan

suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang

muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan (Yunus, 2014: 39). Teori ini
114
mendukung hasil temuan dari hasil wawancara dengan ustadz Yasin

sebagai berikut:

“Kalau di pondok dengan sekolah umum itu berbeda sekali. karna


di sini sudah mendidik dari awal, ngaji dan sekolah jangan hanya
berniat mau menjadi apa. Itu yang sudah dididik sekarang ya
waktunya ngaji dan sekolah niatnya mencari ilmu masalah akan
menjadi apa besok yang menjadikan ya gusti Allah”.

Paparan tersebut menjelaskan bahwa setiap pikiran menjadi penyebab, dan

setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat.

Menurut Yunus ( 2014: 38-43) sumber utama pola pikir seseorang

berawal dari orang tua yang mengasuh dan mendidik. Pola pikir yang

diturunkan dari orang tua berkembang karena pengaruh lingkungan sosial,

keluarga dekat, sekolah teman, bacaan dan media massa. Interaksi antara

potensi bawaan dan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk pola

pikir dan karakter setiap orang, kemudian pola pikir inilah yang

menentukan perkembangan kesuksesan seseorang. Teori ini mendukung

hasil temuan dari hasil wawancara dengan santriwati NL sebagai berikut:

“Kan nek pas sekolah ke pikiranne pengen dadi kui, pengen dadi
kae ngoten lah begitu mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke sesok, saiki
teko lakoni ngoten niku saiki ke”.
Hasil wawancara dengann santriwati NL menjelaskan agar berserah

diri kepada Allah. Allah ta‟ala berfirman:

ْ ‫ب ان سَّ مَ ا َو ا ث ِ َو ْاْل َ ْر ض ِ َو إ ِ ن َ ي ْ ً ِ ي ُ ْر َج ع ُ ْاْل َ ْم ُر ك ُ ه ُّ ً ُ ف َ ا‬


ْ‫ع ب ُ ذْ ي ُ َو ت َ َى كَّ م‬ َ ِ ‫ّلِل‬
ُ ْ‫غ ي‬ َّ ِ ‫َو‬

﴾ ٢١ ٣ ﴿ ‫ع مَّ ا ت َ عْ مَ ه ُ ى َن‬ َ ُّ ‫ع ه َ ي ْ ً ِ ۚ َو َم ا َر ب‬
َ ‫ك ب ِ غ َ ا ف ِ ٍم‬ َ

“Dan milik Allah lah seluruh rahasia langit dan bumi, dan kepada-

Nya segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan

115
bertawakkallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa

yang kamu kerjakan”. (Q.S Hud: 123)

Melihat teori dan hasil lapangan maka hasil penelitian beberapa

temuan di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar santri memiliki

rasa berserah diri, sesuatu yang sedang dijalani sekarang harus ditekuni

sebaik mungkin masalah setelah lulus dapat bekarier itu biar Allah yang

menentukan, dan itu yang menyebabkan santri-santri tidak begitu ingin

merencanakan tentang karier. Dan asupan motivasi dari para pengajar

sangatlah berperan penting bagi santri agar lebih fokus menuntut ilmu

ketika berada di pondok pesantren.

3) Bekerja sampingan di pabrik

Faktor ini merujuk pada pengetahuan yang telah dikemukakan oleh

Rahma (2010: 44-46), pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki tentang

bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja

yang dimiliki oleh siswa. Teori tersebut mendukung hasil wawancara

dengan santriwan MH sebagai berikut:

“Ya bisa kerja di pabrik-pabrik wilayah bedono kan juga ada


pabrik-pabrik milik desa-desa kan seperti pabrik kuningan untuk
kaligrafi. Jadi masuk kerjanya kan nggak terus menerus seminggu
tiga kali empat kali kan bisa nah yang lain hari bisa nyambi ke
kebun”.

Hal ini disejalan dengan teori Kaswan (2014: 15) yang

mendefinisikan karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait

116
dengan perannya sepanjang hidup. Karier menggambarkan bagaimana

seseorang mengalami serangkaian pekerjaan dan penugasan dalam sejarah

pekerjaannya.

4) Berwirausaha

Berwirausaha merujuk kepada teori keterampilan dan kecakapan

menurut Rahma (2010: 44-46), karena dalam menjalankan proses inilah

yang memperlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam

usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu meniru-meniru, karena hanya

melihat banyak orang yang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam

bidang. Teori ini sejalan dengan Greenhaus (dalam Kaswan, 2014: 15-16)

yang menyatakan karier adalah pola pengalaman yang terkait dengan

pekerjaan, misalnya: posisi pekerjaan, kewajiban pekerjaan, keputusan dan

interprestasi subjektif mengenai peristiwa yang berkaitan dengan

pekerjaan dan aktivitas sepanjang rentang masa hidup seseorang.

Berwirausaha merupakan pola pengalaman yang dimiliki oleh

santri-santri karena di pondok pesantren telah diajarkan mengenai

keterampilan berdagang tersebut.

5) Mencari pengalaman di perkebunan

perkembangan karier Menurut teori Ginzberg (dalam Rahma,

2010: 37) berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang, dan

melalui fase-fase perkembangan tertentu mengikuti irama kronologis

manusia meliputi Fase tentatif mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18

tahun, yang memiliki ciri bahwa pilihan karier orang mengalami

117
perkembangan yaitu timbulnya minat terhadap apa yang disukai, mampu

secara aspiratif terhadap pekerjaan, nilai kehidupan yang dicita-citakan

dan perpaduan di antaranya sehingga tergambar profil kematangan diri.

Teori tersebut didukung oleh teori Kaswan (2014: 15) yang

mendefinisikan karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait

dengan perannya sepanjang hidup.

6) Mengikuti amanat suami

Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan

suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya

karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur

nikmat klik https://muslim.or.id/9109-taati-suamimu-surga-bagimu.html

di akses pada tanggal 10 September 2018. Dari Abu Hurairah

radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

“Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang

lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada

suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para

suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata,

“hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani).

7) Belum mempunyai orientasi karier

Rata-rata santri meskipun telah lulus MTs maupun MA yang sudah

berusia 16 tahun keatas tapi belum memiliki orientasi karier, karena belum

adanya pengalaman maupun rencana-rencana yang dijadikan pandangan

karier dan telah tertanam dalam pikiran mereka bahwa segala sesuatu yang

118
ada sekarang harus dijalani dan ditekuni dengan sebaik mungkin, dan

percaya saja kepada Allah dan percaya pada setiap segala usaha pasti

besok mendapatkan balasan yang terbaik. Secara umum dalam ruang

lingkup yang luas para santri sebenarnya mereka mempunyai banyak

pandangan karena adanya dorongan keterampilan, pandangan mereka

tidak jauh dari keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan.

Menurut Comenius (dalam Desmita, 2014: 23) fase perkembangan

berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia

dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah pada usia 18-24 tahun

adalah sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa

mengembangkan kemauannya memilih suatu lapangan hidup. Teori ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Super (dalam Winkel dan

Hastuti, 2006: 632) tahap perkembangan orientasi karier tidak dapat

dilepaskan dari proses perkembangan karier itu sendiri, pada Fase

Eksplorasi (Exploration) dari umur 15-24 tahun, orang muda memikirkan

berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang

mengikat. Teori ini mendukung hasil temuan dari hasil wawancara dengan

santriwan MY sebagai berikut:

“ya paling ya kalau di sini sedang ada pembangunan ya ditukang,


belum pernah kerja di luar jadi belum ada pengalaman mbak. Jadi
besok kalo di rumah ya belum ada pandangan”.

Dengan demikian, para santri mempunyai pandangan karier lebih

banyak karena memang sudah didukung dari dalam pondoknya dengan

adanya keterampilan-keterampilan yang menyebabkan keinginannya

119
banyak. Jadi santri masih bingung saat mereka belum lulus dari pondok

pesantren, dan mungkin dapat mereka simpulkan pada saat mereka sudah

lulus dari pondok. Mereka akan memilih salah satu dari pilihannya itu

karena di lingkungan tempat tinggalnya pasti ada salah satu yang

mendukung kariernya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan

Remaja

Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir

yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia

16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal

terbagi menjadi tiga yaitu: Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1)

Faktor pendidik; (2) Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal;

(3) Pengaruh dari keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor

internal terbagi menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan

yang dimiliki santri; (2) Mengembangkan bakat; (3) Faktor keyakinan.

Sebelum mendapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

orientasi karier santri yang lebih rinci, peneliti perlu menggali orientasi

karier santri dengan adanya bimbingan karier agar mendapat jawaban dari

narasumber yang lebih rinci dan detail. Hal ini terbukti dengan temuan

banyaknya pernyataan yang menyebabkan adanya pilihan orientasi karier

menurut pandangan dalam diri mereka.

120
Menurut Yusuf (2008: 11) bimbingan karier yaitu untuk

membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan

masalah-masalah karier seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-

tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi

lingkungan, perncanaan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan

pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi. Teori ini sejalan

dengan teori yang dikemukakan oleh Super (dalam Sukardi, 1983: 30),

yang mengartikan vocational guidance (bimbingan karier) sebagai suatu

proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan

gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.

Berikut ini pengertian faktor eksternal menurut Rahma (2010: 46)

Faktor eksternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada di luar diri

seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan diri

seseorang. Dalam penelitian ini terdapat tiga faktor eksternal yaitu: Faktor

eksternal terbagi menjadi tiga yaitu. (1) Faktor pendidik. (2) Masyarakat

atau lingkungan sekitar tempat tinggal. (3) Pengaruh dari keluarga besar

maupun inti.

1) Faktor pendidik

Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah

karena manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan

untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat

dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang

121
memungkinkan untuk diberikan pendidikan (Sayuti). Teori tersebut

didukung oleh teori Rahma (2010: 46) Pendidikan sekolah, yaitu

pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf

petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang

terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan,

dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan .

2) Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal

Faktor masyarakat sekitar tempat tinggal ikut berpengaruh pada

orientasi karier remaja dalam membentuk pola pikir. Faktor masyarakat

menurut Winkel dan Hastuti (2006: 653-655) Lingkungan sosial-budaya

dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan

berpengaruh terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh

oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak.

Teori ini juga mendukung teori yang menyatakan pergaulan dengan

teman-teman sebaya (Winkel dan Hastuti 2006: 653-655), yaitu beraneka

pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam

pergaulan sehari-hari.

3) Pengaruh dari keluarga besar maupun inti

Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti

menurut Winkel dan Hastuti (2006: 653-655) orang tua dan saudara

menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan

dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan. Teori tersebut


122
mendukung hasil temuan yang telah didapatkan di lapangan, didukung

oleh hasil wawancara dengan santriwan CH sebagai berikut:

”saya kan dilahirkan dari keluarga petani, mungkin saya lebih


memilih jalur yang sama dengan orang tua, ya meneruskan
pertanian saja.
Lahir dari keluarga yang mempunyai latar belakang sebagai petani

maka orientasi karier pada santri CH dapat memilih sebagai petani.

4) Faktor keterampilan yang dimiliki santri

Faktor keterampilan tersebut merupakan penjabaran dari teori

minat terhadap suatu hal yang telah biasa di lakukan. Hal ini di dukung

oleh teori minat, yang telah di kemukakan oleh Rahma (2010: 44-46)

minat merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang untuk

merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam berbagai kegiatan dalam bidang tertentu.

Keterampilan dan kecakapan menurut Rahma (2010: 44-46), dalam

menjalankan proses inilah yang memperlukan keterampilan dan

kecakapan. Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu

meniru-meniru, karena hanya melihat banyak orang yang berhasil dalam

hidupnya diberbagai macam bidang.

5) Mengembangkan bakat

Menurut Rahma (2010: 44-46) Bakat khusus, merupakan

kemampuan yang menonjol yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang

123
kognitif, bidang keterampilan, bidang kesenian. Teori ini mendukung hasil

wawancara dengan santriwan MC sebagai berikut:

”yang pengen dikembangkan secara umum ya mbak, dari semua


yang sudah saya lakukan di sini itu sepertinya saya punya bakat
mengajar, seperti bakat penyampaian materi terutama kepada
anak-anak kecil kan lebih asik. Tapi setengah tidak didukung
walaupun pedidikan tapi tidak sepenuhnya didukung”.

6) Faktor keyakinan

Menurut Rahma (2010: 44-46) Nilai-nilai kehidupan, merupakan

beberapa konsep ideal yang diterima seseorang dan dijadikan sebagai

pedoman atau pegangan hidup. Nilai-nilai sangat berpengaruh dan

membentuk gaya hidup seseorang. Hal ini didukung oleh hasil wawancara

dengan santriwati VK sebagai berikut:

“paleng nggeh teng griyo nganu mulang madrasah ngoten pengen


ngajar teng TPA. niku seng mpun dadi pandangane kulo, agar
dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat di pondok”.

Nilai-nilai tentang kehidupan dan ilmu-ilmu yang telah mereka

terima ketika di pesantren dapat dibagikan dengan orang-orang di sekitar

mereka sebagai ladang sedekah untuk dirinya sendiri.

124
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada

rumusan masalah yang telah ditetapkan serta berdasarkan analisis data

yang diuraikan secara deskriptif pada BAB IV, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu Di

Pondok Pesantren Al-Iman

Dengan demikian, motivasi penyebab santri untuk tetap

melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Al-Iman, di sebabkan oleh

beberapa hal sebagai berikut: (1) tidak dapat meraih cita-cita; (2) faktor

ekonomi; (3) tidak ingin merepotkan orang tua; (4) dorongan dari orang

tua; (5) faktor internal; (6) faktor lingkungan masyarakat; (7) mengikuti

teman sebaya; (8) pergaulan juga terjaga; (9) ingin lebih mendalami ilmu

agama; (10) adanya pembekalan keterampilan.

2. Pola Pikir Yang Terbentuk Pada Santri Dalam Menghadapi Orientasi

Karier

Pola pikir yang membentuk orientasi karier santri-santri di pondok

pesantren Al-Iman bermacam-macam pilihannya sebagai bentuk alternatif

pilihan karier, namun belum memiliki keputusan untuk menentukan karier.

Jadi, orientasi karier santri ada beberapa macam, sebagagai berikut: 1)

keyakinan setiap usaha pasti ada hasil; 2) berserah diri; 3) bekerja

125
sampingan di pabrik; 4) berwirausaha; 5) mencari pengalaman di bidang

perkebunan; 6) mengikuti amanat suami; 7) belum ada orientasi karier.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan

Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier santri-santri di

pondok pesantren Al-Iman terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu:

Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1) faktor pendidik; (2)

masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal; (3) pengaruh dari

keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor internal terbagi

menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan yang dimiliki

santri; (2) bakat; (3) faktor keyakinan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka dapat penulis

kemukakan saran kepada:

1. Santri di Pondok Pesantren Al-Iman

a. Lebih banyak memperdalam keterampilan, minat dan bakat agar

dapat berguna di masa depan terutama setelah lulus dari pondok

pesantren Al-Iman.

b. Lebih banyak mempelajari dan memahami hal-hal tentang cara

membentuk pandangan masa depan, seperti karier.

126
2. Para Pengajar di Pondok Pesantren Al-Iman

a. Lebih realistis untuk menghadapi masa depan agar dapat membekali

para santri-santrinya dalam memberi pandangan untuk masa depan.

b. Mengadakan praktek keterampilan lebih terbuka, jadi para santri

dapat mengeksplorasi kegiatan di luar pondok, namun tetap bisa

menuntut ilmu di pondok agar para santri yang sudah berusia diatas

20 tahun dapat memiliki pengalaman.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya, terimakasih atas semua pihak yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

127
DAFTAR PUSTAKA

Afifah. 2011. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan

dalam Area Pekerjaan pada Remaja. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah.

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ: Emotional Spiritual Question berdasarkan 6

Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Widya Persada

Ahmadi, Abu., dan Sholeh Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Almasdi, dan Suit Yusuf. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber

Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Amirullah, Pajri., dan Hasbi Ali. 2016. Motivasi Santri Melanjutkan Pendidikan

ke Pesantren Darussalam Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh

Selatan. Jurnal. Aceh: Universitas Syiah Kuala Aceh.

Departemen Agama Republik Indonesia. 2003. Tentang Pondok Pesantren dan

Madrasah Diniyah. Jakarta.

_________. 2007. Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama Dan Pendidikan Keagamaan. Jakarta.

Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya.
Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup

Kyai.

Febriana, Dian. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karir Para

Santri Remaja di Pondok Pesantren Ali Maksum Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Halim, A. dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Hamzah. 2011.Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Humalik, Oemar. 1995.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara.

Kartono, Kartini. 1991. Menyiapkan dan Memandu Karir. Jakarta Utara: CV.

Rajawali.

Komariah, Aan., dan Satori, Djam‟an. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Marinhu, Muhammad Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir.

Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Monks, FJ. dkk. 1992. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mutohar, Ahmad. 2013. Modernisasi Pendidikan Islam & Pesantren. Jember:

Stain Jember Press.


Nafi‟, M. Dian. dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: ITD.

Nasir, Ridlwan. 2005 Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Oepen, Manfred. dkk. 1987. Dinamika Pesantren Kumpulan Makalah Seminar

Internasional “The Role of Pesantren in Education an Community

Development in Indonesia”. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan

Pesantren dan Masyarakat (P3M).

“Orientasi”. 2018. Diakses dari https://id.wiktionary.org/wiki/orientasi. pada

tanggal 29 Agustus 2018 .

Prayitno., dan Amti Erman. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Rahma, Ulifa. 2010. Bimbingan Karir Siswa. Malang: Uin-Maliki Press.

Revaldi, Aischa. 2010. Memilih Sekolah Untuk Anak. Jakarta: Inti Medina.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Schunk H. Dale, dkk. 2012. Motivasi dalam Pendidikan, Teori, Penelitian dan

Aplikasi. Cetakan ke-I. Jakarta Barat: PT Indeks.

Sidik, Sahabudin. dkk. 2013. Motivasi Menentukan Dan Meraih Cita-Cita Bagi

Remaja. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 2 (No. 1): 24.

Sudiyono, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.


Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Cet. ke-20. Bandung: Alfabeta.

________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

________. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.

Surabaya: Usaha Nasional.

Tea, Taufik. 2009. Inspiring Teaching, Mendidik Penuh Inspirasi. Jakarta: Gema

Insani.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan

Agama Dan Pendidikan Keagamaan.

Uno, Hamzah B, 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara).

Winkel, W.S dan Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yunus, M. S.B. 2014. Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa

Batas. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.


Yusuf, Syamsu. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Zurinal Z, Dr. Hj., Wahdi Sayuti, S.Ag. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar &

Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta : Lembaga Peneliti

Uin Jakarta Dan Uin Jakarta Press.


LAMPIRAN- LAMPIRAN
CATATAN LAPANGAN

NO Tanggal Kegiatan

1 17 Juli 2018 Melakukan observasi pertama.

2 02 s.d 29 Agustus Menyerahkan surat ijin penelitian dari kampus

3 05 Agustus 2018 Mencari daftar santri yang dibutuhkan.

4 05 Agustus 2018 Wawancara dengan santriwati AM, VK, LK,

RN. Wawancara dilakukan di pondok pesantren


Pukul 13.13 s.d
Al-Iman dan melakukan observasi.
15.35

5 08 Agustus 2018 Wawancara dengan santriwati UM, NL, LN, IN

dan warga tetangga pondok pesantren Al-Iman.


Pukul 13.03 s.d
Wawancara dilakukan di pasar desa
14.30
Sumowono.

6 09 Agustus 2018 Wawancara dengan santriwan MH, MC, MN,

MY, CH, FS, NR, pengasuh utama Bapak Kyai


Pukul 10.30 s.d
Bachrodin dan tenaga pengajar Bapak Nur
15.50
Faqih. Wawancara dilakukan di pondok

pesantren Al-Iman.

7 23 Agustus 2018 Wawancara dengan pengasuh utama Bapak

Pukul 12.45 s.d Kyai Bachrodin, tenaga pengajar Bapak Yasin,


15.10 santriwan MH, MN, dan santriwati NL, VK,

LK. Wawancara dilakukan di pondok pesantren

Al-Iman dan di pasar desa Sumowono.

8 12 September 2018 Meminta surat bukti benar-benar telah melakukan

penelitian di pondok pesantren Al-Iman Desa

Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang.
PEDOMAN WAWANCARA

A. Daftar pertanyaan wawancara dengan santri

1. Motivasi apa yang membuat anda ingin belajar di pondok pesantren ?


apa karena disuruh orang tua atau karena keinginan sendiri ?

2. Apa yang menjadi prinsip hidup anda sehingga mau melanjutkan


pendidikan di pondok pesantren saja,dan tidak bersekolah di sekolah
formal ?

3. Apakah orang tua anda mendukung ketika anda hanya akan menempuh
pembelajaran di pesantren saja ?

4. Motivasi apa yang dapat anda ambil dari ustad dan ustdzah anda ketika
pembelajaran, sehingga anda yakin mencari ilmu di pesantren ?

5. Pengetahuan apa saja yang dapat diambil ketika belajar di pesantren ini
?

6. Apa yang anda cita-citakan sesungguhnya yang benar-benar ingin anda


capai ?

7. Kira-kira bakat atau kecenderungan apa yang anda miliki dan ingin
anda tekuni di dunia kerja ?

8. Bagaimana pandangan pekerjaan anda setelah mencari ilmu dari sini ?

9. Ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok nanti ? jarak dekat ingin
menjadi apa ?

10. ingin memiliki penghasilan berapa ?

11. Dari mondok ini sudah mendapat bekal belum untuk bekerja ?
12. Contoh apa yang ingin diterapkan ketika sudah lulus dari pondok
pesantren ?

13. Setelah lulus mau mengembangkan apa yang sudah di dapat dari sini
misalnya?

B. Daftar pertanyaan wawancara dengan pengurus pondok pesantren


Al-Iman
1. Untuk santri dan santriwati yang hanya mengenyam pendidikan pondok
setelah lulus dari MA atau MTS, apakah ada praktik-praktik atau teori
yang dapat membentuk karier untuk masa depannya ?

2. Pendidikan apa yang diterapkan dipondok ini agar para santri dan
santriwati disini usia sekolah yang hanya mondok dapat mengejar
karier yang dicita-citakannya ?

3. Jika hanya belajar kitab dan al-Quran saja, bagaimana orientasi masa
depan untuk dapat menghidupi dirinya, setelah lulus dari sini ?

4. Motivasi atau nasihat apa yang diberikan untuk santri yang dapat
membentuk pola pikir santri agar dapat membangun masa depan
mereka ketika sudah lulus dari pondok ?

5. Kira-kira usaha apa yang dapat membentuk karier santri dan santriwati
dimasa depan ketika sudah lulus dari pondok ?

6. apakah ada bidang untuk minat bakat siswa yang dapat menunjang
masa depannya ketika telah lulus dari pondok ? dalam arti kayak ada
ekstrakurikuler menjait walaupun dia juga bisa mengajar ngaji tapi dia
juga bisa bisnis menjait, apakah ada pelatihan-pelatihan untuk
mengembangkan bakat misalnya kayak tadi menjait, otomotif, tata boga
dll, jadi santri-santri tidak berpacu pada keagamaan saja tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari jadikan untuk aplikasi dimasyarakat juga
didapatkannya.
7. Kreatifitas apa saja yang dapat membentuk karier santri ?

8. Bagaimana pengembangan karier santri untuk orientasi masa depan ?

9. Sudah berapa tahun pondok ini berdiri ?

10. Sudah berapa tahun meluluskan santri-santri pondok ?

11. Adakah alumni dari sini yang sudah sukses ?

12. Apakah masih ada hubungan dengan alumni-alumni pesantren atau


masih bersilaturahmi ?

13. Kemudian rata-rata alumni itu bekerja sebagai apa ? apakah ada yang
ikut mendirikan pondok juga ? atau menjadi pengajar ?

C. Daftar pertanyaan wawancara dengan tetangga sekitar pondok


1. Jika sedang ada acara rutinan misal yasinan RT, apakah dari santri
pondok ada yang mewakili untuk menghadiri acara tersebut ?
2. Kadang apakah meminta tolong santri pondok untuk membetulkan
rumah ?
3. Apakah anak sering srawung dengan masyarakat sekitar ?
VERBATIM WAWANCARA

Informan : Bapak Kyai Bachrodin


Jabatan : Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-Iman
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Agustus 2018
Tempat : Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono
Pukul : 13.10
Informan : MB

Keterangan : 1. MB adalah Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-Iman

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Person Tanja Jawab Kode

Peneliti mulai tahun berapa pondok pesantren ini didirikan Sejarah Pondok
?
“berdirinya pondok Al-Iman tahun 70, dulu
Informan namanya ”Bustanul Thalibin” tapi lalu di ganti
menjadi “Al-Iman”.
kenapa diganti menjadi Al-Iman ?
Peneliti
“ya biar tetap imannya, kalau Bustanul Thalibin
Informan kan cuma kebonane nggolek ilmu. Diganti biar
santri-santri itu imannya tetap”.

Peneliti disini kan banyak niku mbah santri yang hanya keterampilan di
menuntut ilmu di pondok saja, tidak di sambi pondok pesantren
dengan sekolah umum apakah ada praktik yang
dapat membentuk karier untuk masa depan santri-
santri tersebut mbah ?
“iya to, seperti pertukangan ada, pertanian di
Informan sawah ya ada, disini juga ada perdagangan di
pasar jadi perdagangan bisa jualan bisa mandiri
nantinya. Nah yang ingin nukang biar di
pertukangan. Ini to pondok membuat sendiri
dengan santri-santrinya lagi bongkar yang sebelah
sana (sambil nunjuk ke arah yang sedang di
renovasi) bongkarin sendiri, nukangin sendiri.
Sebenarnya, di pondok sudah ada koperasi tapi
juga mau mendirikan koperasi pondok di warung
pasar tapi dengan pak bupatinya belum dikasih
kan bisa jadi besar koperasinya begitu”.

Peneliti pendidikan apa yang diterapkan agar santriwan pendidikan yang


dan santriwati dapat mengejar karier yang dicita- diterapkan
citakannya ?
Informan “ya kalau di pondok itu adanya ngaji, ya ngaji al-
Qur‟an dan kitab-kitab. Disamping sekolahkan
nah santri mengaji, ngajinya dengan cara sorogan
dan ada sekolahan pondok tidak sekolah umum,
kita menganjurkan santri-santri agar bisa, jadi
dengan sekolah di pondok juga ada yang sekolah
umum di Mts, MA Candi dan SMK Bawen jadi
terserah mau sekolah dimana saja”.

Peneliti Motivasi atau nasehat untuk santri, yang dapat Kewajiban


membentuk pola pikir santri agar santri dapat mujahadah
membangun masa depannya masing-masing ?
“Pokoknya ya harus belajar yang sebetul-betulnya,
santri itu yang penting harus belajar disamping
Informan
belajar diadakan mujahadah setiap hari kamis. Jadi
disamping kita belajar dan nderes al-Qur‟an
maupun kitab-kitab yang harus dipelajari itu harus
ada mujahadahnya kalau tidak ada mujahadahnya
sama saja nol tidak ada apa-apanya kalau santri
memang harus seperti itu beda kalau dengan anak
sekolah. Kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf
ada Ibtida‟, ada wustho, dan aliyah pondok”.

Peneliti santri yang hanya menuntut ilmu di pondok diberi Pembekalan


masukan atau nasehat apa agar dapat keterampilan
mengembangkan karier untuk orientasi masa
depan ?
Informan “ya itu, di adakan keterampilan pertukangan,
pertanian, perdagangan untuk masa depannya.
Yang pulang belum tentu menjadi semua, kadang
ada juga orang tani pertanian, pertukangan
alhamdulillah bisa nukang, lalu di ajari
perdagangan penjual di pasar. Lalu tiap malam
jumat diadakan khitobah, pidato kali aja besok
menjadi pendakwah dapat menyampaikan dakwah
disamping dakwah agama bisa disampaikan
penjelasan untuk masa depan misalnya. kamu
jurusannya apa ?

Peneliti PAI mbah Motivasi

Informan “Kamu juga harus bisa itu menyampaikan materi


(dakwah) jadi meskipin sudah kuliah nanti bisa
saja masa depannya berbeda dengan jurusannya,
jadi harus dipelajari semuanya tidak hanya itu,
apapun dipelajari entah nanti yang akan apa yang
di praktekkan, kadang yang di pelajari berbeda
dengan masa depannya makanya kalau bisa di
pelajari semua. Makanya kalau tarbiyah juga
harus bisa memberi penjelasan, harus bisa pidato,
namanya tarbiyah itu memberi penjelasan-
penjelasan. Memberi penjelasan tidak hanya satu
jadi semua di pelajari. Jadi disini juga tidak hanya
mengajarkan ngaji, tapi juga pertanian itu seperti
ini, pertanian dengan sosial, kesehatan, lalu ilmu
tata negara, harus dimengerti. Ilmu sosial, ilmu
politik dan ilmu perjuangan. Jadi nanti apa yang
ditekuni tapi untuk menerangkan harus bisa itu
jadi tidak hanya yang ditekuni apa, namun semua
ilmu harus bisa. Misalnya ngatur PKK harus bisa
itu, itu ilmu perjuangan, ilmu pertanian nanem
cabai di pot itu sudah termasuk pertanian. Lima
fungsi menurut pak dirman: nasionalis, perjuangan
agamis, kemasyarakatan, hidup harus
bermasyarakat dimanapun. Orang Indonesia
masyarakatnya bermacam-macam suku kadang
dimana-mana ada muhammadiyah, NU biarkan
saja tapi pokoknya pedomannya dalam
kemasyarakatan harus rukun”.

Peneliti motivasi yang ditekankan untuk santri ? Pembekalan


motivasi
“harus ditekankan memang, yang pertama harus
nderes dengan belajar. Harus dipahami, jadi orang
Informan ngaji itu setelahnya harus muni (berbicara).
sekolah kui kudu iso muni, nek wes iso muni lagi
dipahami, diyakini, dilakoni. Yakin atau belum
kalau sudah yakin baru dijalankan. Ngaji dengan
sekolah itu maknanya sama belajar hanya saja
kalau ngaji hanya khusus untuk agama kalau
sekolah itu umum begitu. Harus tekun juga, kuliah
kalau tidak tekun, tidak bakal sampai (tekan). Di
dasari dengan tekun mesti tekan, tapi kalau tidak
ditekuni ora tekan, memakai imdab imdab itu
teken, harus teken, tekun, tekan. Meskipun orang
itu buta tapi memakai teken (tongkat) mlaku bisa
sampai, nah kamu juga harus teken belajar itu
pakai kitabnya apa bukunya apa itu yang ditekuni.
Kalau tidak punya teken tidak bisa, tekenne
dicekeli seng tenanan di tekuni tenan Insyallah
bisa sampai. Tapi kalau tidak ada tekennya,
tekenne opo ? belajar bukunya kalau sekolah itu
tekennya buku, kalau ngaji tekennya apa ? kitab.
Angger teken, ditekuni, Insyallah tekan. Kamu
kalau ada teken tapi tidak di tekuni tidak di
pelajari ya sama saja tidak sampai. la iya itu,
Angger teken, ditekuni, Insyallah tekan cita-
citamu. Jadi harus punya cita-cita. Nah itu harus
ditekuni “cita-cita sehingga memelukan gunung”.

Peneliti Apakah masih ada hubungan dengan alumni- Silaturahmi


alumni pesantren atau masih bersilaturahmi ?

Informan “Masih, karena diadakan pertemuan sebulan sekali


untuk alumni. Untuk rabu legi itu untuk alumni
putri. Lalu untuk alumni putra itu hari ahad
pahing”.
Peneliti Lalu bagaimana kondisi kehidupan para alumni Motiivasi agar
Qona‟ah
“Ya sederhana, yang penting cukup, rejekinya
Informan yang penting cukup. Tidak masalah kaya, kalau
kaya belum pasti cukup, tapi kalau cukup
Insyallah sugeh. Kalau cukup itu semua bisa
meratani, seperti rukun tetangga, kemasyarakatan,
undangan itu namanya cukup. Tapi kalau kaya
hanya kaya saja terkadang tidak mengaji, yang
pokok itu cukup seperti ibadah bisa, rukun
tetangga bisa seperti itu namanya cukup.
Terkadang kaya tapi ya tidak bisa mengaji itu
namanya tidak cukup”.

VERBATIM WAWANCARA
Informan : Choeri (CH)
Jabatan : Santri, Lulusan SMK Muhammadiyah Sumowono
Hari/Tanggal : Kamis, 09/08/2018
Tempat : Aula Pondok Pesantren Al-Iman
Pukul : 14.10 WIB
Informan : CH

Keterangan : 1. CH adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Person Tanya Jawab Kode

Peneliti Motivasi apa yang membuat sampeyan mondok Motivasi


disini ? masuk pondok
pesantren
Karena disini banyak pelajaran yang membahas
Informan tentang ilmu fiqh dan ilmu alat yang meliputi
maksud, i‟rab, nahwu, dan dorongan dari diri
sendiri.

Peneliti bagaimana tanggapan orang tua anda ketika anda Dukungan


ingin masuk pondok, apakah mendukung ? orang tua

Alhamdulillah, mendukung. Memang saya

Informan dirumah itu berada di lingkungan kalangan santri-


santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja.

Peneliti lalu apa yang menjadi prinsip hidupnya sampeyan Prinsip hidup
sehingga mau nyambi menuntut ilmu di pondok

pertama, hidup kan tidak hanya sekali ya mbak,


Informan kan maksutnya ada kehidupan yang lebih kekal
besok, disaat mengerti seperti itu saya cukup
prihatin karena pergaulan terlalu bebas artinya
minum-minuman keras sudah marak di desa, jadi
dalam menghadapi era globalisasi itu harus di
dampingi dengan ilmu pengetahuan syariat Islam.

Peneliti apakah orang tua mendukung ketika anda hanya Kendala di


meneruskan di pondok saja, tidak melanjutkan di pondok
pendidikan formal ?

awalnya tidak mendukung, sebab kakak saya


sudah di pondok lama juga. Ya rencananya kakak
Informan
saya biarkan mondok yang lama lalu nanti biar
adiknya sekolah yang tinggi sambil mondok, tapi
saya juga masih kasihan dengan orang tua jane
SMK ya tidak begitu niat, karena dari pergaulan
di smk tidak begitu baik.

Peneliti kan sampeyan sudah berkali-kali mengikuti kelas Faktor


dalam pelajaran, nah apakah ada motivasi yang pendidik
dipetik dari ustad/ustadzah disini atau belum ?

Motivasi yang dapat saya ambil itu mengenai


kesopanan, dapat bersikap sopan kepada yang
Informan
lebih tua, lalu kalau ada pembahasan yang belum
paham tinggal tanya tidak usah malu-malu.

Peneliti lalu pengetahuan apa saja yang telah anda ambil Ilmu dari
saat mondok di pesantren ini ? Pondok

yang pertama ya ilmu fiqh mbak berdasarkan

Informan ahlussunnah wal jama‟ah, ilmu alat seperti ilmu


nahwu, shorof, ilmu tassawuf, balaghoh.

Peneliti terus misalnya disini ada kelas keterampilan Kelas


seperti komputer atau otomotif, untuk keterampilan

mengembangkan minat dan bakat apakah


sampeyan setuju ?

ya setuju mbak, soalnya menghadapi jaman era


modernisasi tidak cukup hanya memakai ilmu
Informan agama saja, jadi biar nanti imtab dan iptek agar
nanti menguasai standar, kan sekarang jaman
semakin modern jadi perlu penambahan seperti itu
jadi tidak hanya belajar masalah agama saja tapi
ya dunia bisa di pelajari seperti itu.

Peneliti apa cita-cita yang sebenarnya dalam diri Cita-cita santri


sampeyan, dan ingin anda capai ?

cita-cita saya nggak terlalu spesial sih mbak,

Informan cuma menurut saya lebih menjadi orang yang


lebih bermanfaat di masyarakat dari pada
mengedepankan masalah profesi.

Peneliti lalu kira-kira bakat khusus apa yang sebenarnya Bakat


sampeyan miliki dan benar-benar ingin di
kembangkan ?

saya kan di lahirkan dari keluarga petani,


mungkin saya lebih memilih jalur yang sama
dengan orang tua, ya meneruskan pertanian saja.
Informan Tapi itu nanti taninya multi, jadi berdasarkan
sesuai perkembangan zaman.

Peneliti bagaimana karier anda jika sudah menjadi kepala Orientasi


keluarga kan biasanya menjadi tulang punggung, Karier
lalu bagaimana karier anda ?

mencukupi keluarga dengan memanfaatkan hasil


bumi seperti pertanian itu, dari hasil petani sayur
Informan
maka nanti Insyallah bisa untuk mencukupi
kebutuhan keluarga.
VERBATIM WAWANCARA

Informan : Miftah Choirul Anwar (MC)


Jabatan : Santri Senior/Tenaga Pengajar, lulus dari MA Al-bidayah Candi
Hari/Tanggal : Kamis, 09/08/2018
Tempat : Ruang Sekretariat pondok pesantren Al-Iman
Pukul : 11.55 WIB
Informan : MC

Keterangan : 1. MC adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Person Tanja Jawab Kode

Peneliti motivasi apa yang membuat anda ingin belajar di pondok Motivasi
pesantren ? masuk pondok
awal-awalnya pengen mondok itu gara-gara pas kecil
Informan sering diajak orang tua untuk bertemu guru di pondoknya,
lalu pengen di panggil “kang” awalnya seperti anak-anak
pondok pada umumnya. Terus semakin lama-lama jiwa
nasionalisme-nya itu keluar nah kepengen mengeluarkan
nama pondok ini gitu. Semakin lama-lama juga ingin
memperlihatkan nama pondok ini karena biasanya alumni
pondok sini itu dikenal sebagai ringan tangan dalam segala
hal.

Peneliti apa yang menjadi prinsip hidup anda sehingga anda mau Motivasi
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren ? melanjutkan di
pondok
ya intinya gini mbak, kalau kita mengejar agama maka
Informan dunianya akan mengikuti dengan sendirinya. Nah
prinsipnya seperti itu.
Peneliti lalu kenapa tidak meneruskan di sekolah umum ? Kendala faktor
ekonomi
Informan ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua,
orang tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya.

Peneliti sudah mendaftar di universitas ? Faktor


keluarga
Informan lalu orang tua bilang “kok jurusannya seperti itu, menjadi
guru saja”.
lalu dianjurkan untuk mondok saja seperti itu ?
Peneliti
tadinya kan di pondok sampai MA, pas sudah kuliah masih
Informan mondok disini. 5 hari kuliah terus jum‟at, sabtu, ahad
disini. Lalu akhirnya orang tua menanyakan “jurusane kok
koyo ngono, mbok ganti seng guru”, kalau aku pengen
menjadi guru malah menjadi guru RA heheh.. terus kan
orang tua tidak suka “guru agama atau apa gitu” nah
seperti itu.

Peneliti apakah orang tua mendukung jika hanya menuntut ilmu di `dukungan
pondok pesantren ? orang tua
ya lebih mendukung daripada sekolah saja.
Informan

Peneliti tapi masih ingatkah mengenai motivasi yang diberikan dari Faktor
ustad atau ustadzah disini ? pendidik
masih sih mbak, banyak. Kadang-kadangkan kebanyakan
Informan itu kesimpulannya positif thinking dan mengenai optimis.

tentang hal apa ?

Peneliti kebanyakan ya tentang prinsip hidup, lalu masalah


keluarga, pokoknya untuk lebih berpikir mengenai positif
thinking dan mengenai optimis itu saja.
Informan sehingga anda yakin mencari ilmu di pondok saja ?

iya.

Peneliti lalu kecenderungan apa yang dimiliki yang benar-benar Faktor


ditekuni di dunia kerja ? pendidik

Informan rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu


sih mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada
pandangan. Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan
“rasah mikir sesok arep dadi opo” jadi sudah terngiang
seperti menjadi pedoman. Yang penting ada tapi besok

Peneliti lalu anda kan mesti nanti akan menjadi kepala keluarga Berserah diri
gitu, lalu jika tidak meneruskan pendidikan di sekolah
formal, bagaimana pandangan karier anda ?
pas awal-awal bingung sih mbak besok mau jadi apa ya,
lalu di motivasi oleh-oleh orang-orang rumah yang sudah
Informan
pada sukses “yang kuliah saja sulit mencari kerja apalagi
yang tidak kuliah” lalu saya kan punya semangat kuliah,
terus pada saat sudah putus kuliah bingung mau ngapain
ya, besok anak istri mau di kasih makan apa, kan setiap
ngaji dengan mbah yai dikasih motivasi “sudah tidak usah
bingung mikir” nah seperti itu to mbak jadi akhirnya tidak
punya pandangan kedepannya meskipun akan jadi kepala
keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada seperti
itu, positif thinking-nya.

Peneliti lalu disinikan memang pondok salaf yang belajar kitab Faktor
saja, apakah itu dapat membangun masa depan anda yang pendidik
tentag pekerjaan ?
santri kan tidak di ajari untuk kedepannya mau bagaimana
begitu,, tapi diajari untuk beradaptasi kan mbak, ya jadi
Informan
besok kedepannya gimana gitu jadinya begitu ya intinya
sudah ada jalannya. Kadang itu alumni-alumni balik ke
pondok untuk belajar dengan adek kelasnya. Contohnya
ada alumni membuka jasa pembuatan undangan, akhirnya
balik kepondok lagi tanya-tanya dengan yang lebih paham
lalu nanti balik lagi. Terkesan menjaga silaturahmi dengan
adek-adek kelasnya, jadi infonya balik ke pondok lagi.
Tidak ada rencana khusus untuk kedepannya mau menjadi
apa, sambil berjalan sambil tanya-tanya dengan adaptasi.
VERBATIM WAWANCARA

Informan : Mashuri Suyanto (MH)


Jabatan : Santriwan, Lulus smp-sekolah putusan SMK
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Agustus 2018
Tempat : Ruang Sekretariat pondok pesantren Al-Iman
Pukul : 10.30 WIB
Informan : MH

Keterangan : 1. Santriwan, Lulus smp-sekolah putusan SMK


2. Peneliti (P)
3. Informan (I)

Person Tanja Jawab Kode

Peneliti motivasi apa yang membuat anda itu masuk pondok ? Motivasi masuk
pondok
Informan apa ya mbak, nggak ada motivasi sih. Yang pertama itu
keinginan orang tua, disuruh orang tua itu lo mbak
Peneliti kan jane sekolah SMK bareng mondok, la kenapa kok Mendalami ilmu
lebih memilih menuntut ilmu di pondok ? agam

yang ingin belajar agama aja to mbak, dari kecil nggak


Informan
ada yang ngajari pendidikan agama.
Peneliti apa yang menjadi prinsip atau pegangan anda sehingga Ingin
mau elanjutkan pendidikan di pondok pesantren saja ? mendalami
agama
prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,
Informan
memperbaiki diri sendiri dulu.
Peneliti la kalau alasannya berhenti sekolah itu apa mas ? Dukungan orang
tua
Informan ya karena sudah nggak betah aja mbak, daripada diterus-
terusin malah tambah bubrah ya mending keluar sekalian
saja.
Peneliti lalu apakah orang tua anda mendukung ketika sampeyan
niku hanya belajar di pondok, sedangkan sudah smk kelas
2, kan jane eman-eman ngoten ?
kalau sekolahnya tidak terlalu mendukung sih mbak,
Informan
malah di suruh melanjutkan lagi tapi melanjutkan di
pondok pesantren saja.
Peneliti lalu pengetahuan apa saja yang telah ada ambil dari Pengetahuan
pondok pesantren ? pengetahuan agama atau tentang dari pondok
pesantren
keterampilan ?
pengetahuan agama sih banyak ya mbak, kalau untuk
Informan keterampilan tukang ada, listrik juga lumayan. Banyak

sih mbak kalau untuk keterampilan tapi untuk ilmu agama


ya sedikit-sedikit.
Peneliti terus kalau disini itu ada kelas keterampilan untuk Keterampilan
mengembangkan minat dan bakat contoh komputer atau
otomotif , apakah sampeyan niku setuju ?

Informan setuju sih mbak, alasannya karena menambah


keterampilan.
Peneliti apa yang anda cita-citakan sesungguhnya yang benar- Belum ada
benar ingin anda capai ? orientasi karir

sekarang cita-citanya jadi orang aja (sambil senyum-


Informan senyum) ya jadi orang yang bener aja.

Peneliti la kalau untuk pengetahuan dari sini yang ingin Belum ada
dikembangkan di rumah gitu, setelah lulus dari pondok ? orientasi karir

Informan
belum ada pandangan sih mbak,
Peneliti kecenderungan/keterampilan yang anda miliki dan ingin Belum ada
anda kembangkan di dunia kerja ? yang benar-benar anda orientasi karir
miliki dan anda tekuni di dunia kerja ?

Informan
kalau pandangan kedepan belum ada sih mbak.
Peneliti kira-kira keterampilan apa yang anda dapat praktekan di Faktor
rumah, yang akan dijadikan pekerjaan anda ? lingkungan
sekitar
Informan
tani sama pertukangan juga bisa, kan rata-rata orang desa
sih mbak.
Peneliti ketika sudah lulus dari pondok ini anda ingin menjadi apa Ingin mencari
? pengalam

kalau setelah lulus pondok ini mau mencari pengalaman


Informan
dulu diluar. Cari pengalaman-pengalaman kerja gitu.
Peneliti dados nopo wae ngoten ?
Informan biasanya kalau luar jawa kan sales, terus bekerja di
kebun. Yang ingin mencoba saja.
Peneliti bagaimana jika keinginan anda yang bekerja diluar jawa Faktor keluarga
itu tidak di dukung oleh orang tua ?
kalau tidak didukung oleh orang tua ya gagal to mbak
Informan
atau mungkin cari yang lain ?
Peneliti ya mungkin mencari yang lain kan doa orang tua kan bisa
Informan terkabul, harus nurut sama orang tua saja.

Peneliti ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok nanti ? jarak Lingkungan
dekat ingin menjadi apa ? misal dalam jangka waktu 1 masyarakt
sekitar tempat
atau 2 tahun sampai 5 tahun ? kan disini sudah ada
tinggal
keterampilan-keterampilan lalu ingin mengembangkan
yang apa ?

menekuni tani mbak, yang mesti tani niku. biasanya kalau


Informan di daerah saya sih keluar jawa sih mbak, kan disana sudah

ada kenalan orang jadi nanti di masukkan ke PT sawit


atau pengepul karet kan bisa. (lingkungan)

Peneliti nanti setelah menikah pasti kan kebutuhannya tambah Orientasi


banyak, untuk menghidupi istri dan anak. Lalu kira-kira penghasilan
pandangan apa yang dapat dikerjakan ?

Informan kalau saya di kebun sih mbak penghasilan bisa 1 bulan


sekali, penghasilannya sudah lumayan lah mbak. Kalau
punya saya Cengkeh dan kopi.

Peneliti bisa menyambi pekerjaan seperti apa menurut anda ? Orientasi karir
yang dari sini bisa dikembangkan ?

Informan kalau nyambi sih tukang mbak, mungkin. Ya bisa kerja di


pabrik-pabrik wilayah bedono kan juga ada pabrik-pabrik
milik desa-desa kan seperti pabrik kuningan untuk
kaligrafi. Jadi masuk kerjanya kan nggak terus menerus
seminggu tiga kali empat kali kan bisa nah yang lain hari
bisa nyambi ke kebun.

Peneliti lalu untuk kebutuhan seperti kendaraan apakah penting, Kebutuhan


apakah ingin memiliki sendiri ?

Informan kendaraan sangat penting mbak untuk sekarang ini,


setidaknya per orang kan memiliki motor sendiri. Kalau
keinginan ya pasti ingin memiliki sendiri. Kalau dari hasil
sendiri kan bisa lebih enak, dari pada di beliin oleh orang
tua.
Peneliti
lalu contoh awal dari usaha itu apa ?
Informan
kalau usaha awal ya nabung dulu sih mbak dari kerja
serabutan, nabung buat beli kendaraan kalau udah ya baru
nyari kerjaan yang netap.
Peneliti kalau untuk kebutuhan sehari-hari seperti jajan sendiri, Kebutuhan
atau untuk keperluan mendadak, kalau misalnya sudah hidup
lulus dari sini kan pasti nggak minta dari orang tua, lalu
bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu ?

mungkin kalau ada acara mendadak, kalau sudah kerja ya


Informan
mungkin bisa ambil dari tabungan sendiri, kalau
perharinya kan bisa di atur sendiri pengeluarannya
berapa,

Peneliti itu untuk jangka pendek satu tahun dua tahun Orientasi karir
jangka panjang
Informan iya, kalau jangka panjangnya kan di rumah sudah ada

Peneliti brati setelah ini harus mempunyai pandangan harus Faktor


menjadi apa gitu, lalu contoh apa yang ingin diterapkan keyakinan
ketika sudah lulus dari pondok pesantren, setelah dari sini
mau mengembangkan jadi apa yang sudah dapat dari
sini?

ya mungkin mengembangkan ngaji dulu mbak kayaknya,


Informan kan dirumah ada TPQ kan sudah ,mengajar anak-anak

TPA, kan sebenarnya sudah di suruh untuk ngajar, untuk


membantu mengajar, udah banyak, kan waktunya
sekarang masih di pondok nah sedangkan pulang pun
jarang atau cuma sebentar. Kalau pulang sebulan sekali
toh itu kalau ada waktu sempet, kadang libur aja tidak
pulang. Disini juga sedang ada banyak kerjaan seperti
nukang dan membuat dekorasi itu untuk pengajian atau
yang lain-lain.
VERBATIM WAWANCARA

Informan : Nurul Anisa (NL)


Jabatan : Santriwati, lulus dari MA Al-bidayah Candi
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Agustus 2018
Tempat : Pasar desa Sumowono
Pukul : 13.30 WIB
Informan : NL

Keterangan : 1. NL adalah Santriwati, Lulusan MA Al-bidayah Candi

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Person Tanja Jawab Kode

Peneliti pertama-tama motivasi apa yang membuat sampeyan Motivasi masuk


ingin belajar di pondok ? pondok
motivasine nopo yo mbak yo, nek maune ki ra karepku
Informan dewe og. Mau ne ke dikon corone kan wong tuo ne mikir
mungkin “lho cah gede og raiso ngaji” lha njuk di
pondokke
Peneliti
berarti dikon pertamane ?
Informan maune kan “setahun jajal nek ra krasan muliho, tapi

nek setahun wes krasan karepmu arep mondok neh opo


ora, terserah” njur bar setaun niku tawani “arep bali
pora, yowes ndue niat dewe” selot ngroso bodho ngono
lah njur purun ngaji tekan saiki.

Peneliti apa sih yang menjadi prinsip sampeyan dadine purun Alasan
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, tidak melanjutkan
bersekolah di sekolah umum ? pendidikan di
Informan yo intine pengen dadi menungso seng apek neh, nek pondok pesantren
misale arep ngoyak sekolah e terus kan ngko nek ngaji
ne malah raiso la ngoten niku lho kadang-kadang seng
marai mikire kepengen sekolah.

Peneliti kok mboten di barengi kaleh sekolah umum ? Alasan tidak


melanjutkan
Informan nek seng mboten pareng kui ki mergane adekku kan 3 to sekolah formal
mbak, lha ngko nek mbakyune kudu ngene ngko adine
yo kudu melu ngoten, dadi saiki lebih ke ngalah sek
wae. Dadi sesok nek enten seng arep neruske men adek-
adek e wae dadine mbakyune keri rapopo.

Peneliti apakah orang tua anda mendukung jika sampeyan niku Dukungan orang
hanya meneruskan mencari ilmu di pondok pesantren ? tua

mendukung sepenuhnya nek niku, tapi timbangane


sekolah ngono mending ngaji, daripada sekolah tapi rak
Informan
ngaji, mending ngaji wae rasah sekolah rapopo, seng
penting wes tau SMA. (sambil disambil melayani
pembeli)

Peneliti dalam artian nopo mawon ? Contoh dukungan


orang tua
Informan misal nek ajeng ngaos niku ke teko ya yo “yo kono teko
mangkat”. Neng mpun nate njaluk sekolah yo mboten
pareng. Neng saiki kan mpun gede dadi ne nek arep
njaluk, mungkin muni kan meh rampung la pengen
pindah nopo pripun ngono mpun mboten dituruti.

Peneliti hla trus pripun ? Contoh lain dari


dukungan orang
Informan nggeh kon neng kene sak rampunge, nek meh wangsul tua
yo lek wangsul wae nek sakniki.

Peneliti niki kan enten progam seng 7 tahun niku, lanjuk pean Orientasi setelah
kurang pirang tahun maleh ? lulus madrasah
niki Insyallah nek ngaos e seng progam 7 tahun ki garek pondok

Informan iki, tinggal tahun ini. Dadi tahun ngenjeng nek mpun
rampung nggeh paleng mengabdi.

Peneliti trus biasane nek teng kelas niku kan ustad ustadzah e Motivasi pendidik
maringi motivasi ngoten, la biasane niku tentang nopo?

nek niku ki nganu kadang-kadang ki iso ngepas karo


opo seng dirasakke sehari-hari ngoten lho mbak, misal
Informan
e nek sesama santri kan kadang-kadang enten cekcok
ngoten niku lha paleng ngko dikei motivasi, neng ngko
iso pas misale “ojo dumeh” tapi kan ngko seng
nglakoni tetep kroso “oh iyo aku ngene”, la ngoten niku
lho maksute. Dadi ke motivasi ne mboten terlalu kathah
cuman langsung iso dirasakke. Misal ke “yo ngaji kudu
tekan mati, ngaji ke rano wisse ngene-ngene” pok pie
nah njur ngko dikei motivasi tenitang misal e “yo nek
wong nggolek ilmu ki ora bakal sesuk ki ora ndue rejeki
pok pie” lhah ngoten niku lho dadikan ngajine lueh
tenang nah ngoten niku lho. Dadi selain ngaji ndewe
opo yo ndue impian seng iso di nganu nek wes iso metu
seko pondok ngono lho.

Peneliti iso dibayangke ngoten, dadine ndue pandangan ngoten. Pengetahuan yang
Trus pengetahuan apa saja yang dapat diambil ketika telah di ambil di
pondok pesantren
belajar di pondok ?

nek pengetahuan e yo otomatis tetep berkaitan dengan


Informan
keagamaan nggeh, kadang ilmu fiqh, njur mangkeh
tajiwd e nek pas moco qur‟an barang tetep bedo to nek
kaleh seng mboten ngaos. Njur selain ilmu agama
nggeh kadang-kadang enten ilmu pengetahuan liane to
nggeh kadang-kadang sejarah nggeh mlebet. Nek sak
niki kan enten ustad-ustad e seng taseh nem dadine
kaleh brosing ngoten niku lho, dadine nek ngajar kaleh
di selingi nopo nek kaleh cah sekolah, nggeh mangkeh
kadang-kadang caran menyampaikan kaleh di campuri
tentang ipa opo ips di kaitkan kaleh pembelajarane.

Peneliti apakah anda setuju, jika terdapat kelas keterampilan di Adanya kelas
pondok untuk mengembangkan minat dan bakat ? keterampilan

setuju banget, nek cah putra no duko. Nek cah putri ki


misal e njait po nopo ngoten, kan njur saget nambah
Informan
keterampilan ndamel syal pok nopo ngoten. Kan njur
disela-sela waktu kan njur enten waktu kosong e nah
dadi di waktu kosong ki njur enten kegiatan ngoten lo
mboten njur mung gogokan mung opo ngoten. Malah
stuju jane kulo.

Peneliti nek mondok tok niki ndak saget damel pegangan masa Setelah lulus
depan mu untuk mencari pekerjaan ngoten ? pondok dapat di
gunakan untuk
nggeh nek mondok-mondok tok, nggeh yo Insyallah mencari pekerjaan
saget lah kan nek mondok kan mboten njur ora ngaji tok
Informan
ngoten lho dadi kadang awak dewe iso ngambil
pelajaran di luar ngaji misale pas karo koncone
kumpul-kumpul, njuk ngko koncone ngene siji ngene siji
ngene. Sesok ngadepi wong seng kongono alah wes
biasa neng pondok ngono. Trus kados teng peken ngeten
niki kan njuk diwarai dodol njuk sesok kan neng omah
yo iso. Enten seng dijak i teng saben sesok isonan. Lah
ngoten niku dadi mondok ki mboten kok ngaji kitab tok
mbendino njur deres mbendino kan mboten ngoten,
nggeh enten kegiatan ngeten niki seng sesok saget gawe
pengalaman nek mpun teng ngomah ngoten.
Peneliti brati teng mriki niku mpun enten keterampilane nggeh, Berserah diri
trus apa yang sampeyan cita-citakan yang ingin benar-
benar di gapai ?

nek jane waune ke nganu mbak, pengen nek mboten


Informan
ngajar ki kaleh pengene dadi dokter riyen tapi, nek sak
niki mbuh sesok arep dadi opo yo sak kersane ngoten
pikirane njuran. Kan nek pas sekolah ke pikiranne
pengen dadi kui, pengen dadi kae ngoten lah begitu
mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking omongane-
omongane guru niku to, njuk dadi pola pikir e kulo ke
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke
sesok, saiki teko lakoni ngoten niku saiki ke.

Peneliti dadi kados koyo qona‟ah ngoten. Lanek


seng Cita-cita yang
kepinginane dados nopo ngoten, enten banget seng ingin di capai
ingin dicapai ?

mboten si nak sak niki mpunnan nek yo saiki ke pengene


Informan
seng tak olehke teng pondok saget tak manfaatke
ngenjeng teng omah ngoten niku tok.
Peneliti
saget diamalke ngoten ngoten nggeh.

nggeh, dadikan pie yo koyo dene nek kulo wes oleh kok
eman-eman men nek nganu kulo dewe seng iso
Informan ngrasakke hasile, lha dadike nek iso yo kui mau sesok
nek iso yo mugo-mugo manfaat ngoten lah.

Peneliti lalu kira-kira bakat atau kecenderungan apa yang anda


miliki ?

nek kulo ki opo yo, nek jare konco-konco ki nganu nek


teng seni niku mboten rodo ketok. Jane nek tak tekuni
Informan
mungkin tapi kan saiki njur wes males ketanggok
werno-werno niku. Dadi nek pengen yo teko utek dewe
ngono tangane.

Peneliti kan turene pean wau pengen ngajar, kira-kira dapat Kendala orientasi
dijadikan untuk masa depan e sampeyan nopo mboten ? karir
pengen menjadi pengajar nopo mboten ?

nek saiki mboten lah, isen namatke rencang-rencang do


Informan
ngajar ngoten niku to. Wingi ki sempat enten tawaran
ken ngajar teng tk kaleh teng sd cuman wes isin ndisek
rasido, minder.

nganu yae kurang pelatihanne yae. Nek teng pondok


Peneliti ngoten enten mimpin yasinan tapi dijadwal ngoten ?

nggeh enten.

nggeh niku damel latian to mbak jane.

hanggeh jane, tapi nek ngomong kaleh cah pondok njuk


Informan kaleh rencang umum ke to mbak rasane bedo mbak, kan

riyen pas MA mpun pernah to di warai nek pas pramuka


nek ndukung koncone seng neng ngarep yo iso, tapi nek
kulo teng ngarep dereng iso malah wagu ngno kagok
arep ngomong opo

Peneliti nggeh nek pertamane nggeh kados ngoten niku to, tapi Berserah diri
sui-sui nggeh mboten. Lalu selanjutnya mbak,
bagaimana pandangan pekerjaan anda setelah mencari
ilmu disini ?

nek pandangan pekerjaan e ke nek kulo yakin wae sesok


Informan
tetep angsal pekerjaan
Peneliti
bakale angsal pekerjaan seng penak

nggeh mugi-mugi seng penak (lalu melayani pembeli


lagi), pripun yo pandangane ke malah mboten pareng

Informan kerjo jane ki, dadi nek misal e wangsul yo paleng ngko
ewang-ewang neng omah opo yo, tani opo nopo ngoten,
nggeh ngewangi mak e nggeh saget njait ngoten niku,
mak e nggeh mpun jait dadi mboten terlalu mikir arep
kerjo

seng nandi-nandi nek misale saget njait ditekuni niku


mpun enten mesinne ngoten, dadi turene mak e niku
“wes rasah kerjo sesok ajar njait wae neruske we‟e mak
e ngoten.

Peneliti kan enten rencange njenengan seng misal kerja nopo Faktor pendidik
diluar ngoten mboten angsal to kaleh pondok e, gara-
garane ndak terpengaruh dunia luar, la niku sampean
mengambil hikmah dari kata-katane ustadte njenengan
tentang niku ?

nggeh mpun bola-bali di omongi to nek misale bali


Informan mondok ki rasah kerjo, nek arep kerjo yo paleng seng
taseh iso jogo nek aku ki cah pondok ngoten niku lo, nek
misale mlebet pabrik kan tetep kudu ngagem celana
lanek mpun ngagem celana kan tetep mpun bedo meneh.
Nek kulo ki maksute seng maleh ngoten niku ke mpun
terpengaruh cuman kulo yakin to nek setiap orang tetep
enten sisi positif e kaleh negatif e nah mungkin neng
jerone ke iseh ”aku ki wes tau mondok dadi aku ki
raoleh ngisen-ngisenke cuman kan secara fisik ndeknen
ki tetep pakaiane pakaian cah kerjo, tur meneh keadaan
keluargane seng memaksa njuk ndeknen ne ngoten niku,
maksute demi mak‟e pok pak‟ e aku tak kerjo ngoten
niku. Tapi mboten sepenuhnya ilang kan, aku wes tau
mondok, mosok yo aku arep ngene-ngene kulo percoyo
tetepan nek rencang-rencang niku ra klakon ngoten.
Terpengaruhe nggeh mungkin niku kan nek mpun teng
ndalem tetep gocekane hp mungkin damel kerjo kan
enten sak niki kan online-online ngoten niku dadi yo
enten benere nggeh enten mbotene.

Peneliti apa yang kamu harapkan dari mencari ilmu di pondok ?


ingin mendapatkan apa ?

biar bisa mendapat ilmu yang bermanfaat, lalu

Informan kedepannya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari


yang kemaren-kemaren.

Peneliti brati cita-citanya seperti itu, kalau untuk cita-cita jangka Ingin menurut
panjang ? saja dengan suami

Informan kalau untuk saat ini mungkin belum ada, belum


kepikiran, ya mungkin besok kalau sudah di rumah
mungkin nurut. Kan katanya kalau istri harus nurut
dengan suaminya, nah kalau misal sekarang sudah
ngrancang ingin jadi ini itu nanti kalau sudah punya
suami suaminya tidak setuju atau ditentang kan sama
saja dosa, ya sudah tinggal nurut saja.

Peneliti lalu ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok untuk Ingin segera
jarak dekat ini. mempunyai jodoh

wanita solehah, mendapat jodoh, sekarang pikirannya

Informan sudah tidak akan kerja, sekolah,yang penting setelah


pulang dari mondok itu dapat suami katanya biar tidak
biying

lalu kalau langsung menikah kan juga pasti langsung


Peneliti membutuhkan biaya, la dari mana mendapatkannya gitu
?

kalau sebelum menikahkan biaya di tanggung orang tua,

Informan heheh setelah menikah ya mencari rezeki bersama,


membuka usaha bersama, entah ke sawah atau nanti
suami mempunyai usaha apa seperti itu, jadi seperti
merintis usaha bareng mulai dari awal

Peneliti kan kalau sudah lulus kita kan sudah 20 tahun keatas, Kebutuhan hidup
lalu misalnya meminta saku orang tua terus kan nggak
enak istilahnya lalu bagaimana upaya anda untuk
memenuhi kebutuhan hidup sendiri, misal untuk jajan
sendiri, misal untuk make up atau perawatan seperti itu

maksutnya kalau sekarang gitu atau setelah keluar dari


Informan pondok ?, yaitu kalau misalnya saking kepepet kok

misalnya setelah lulus pondok belum langsung


mendapat suami gitu ya maksimal ya kerja membantu
orang tua, lalu kok misalnya belum punya uang ya make
up nya tinggal dulu nggak usah make up an. iya harus
bisa memilih yang penting-penting dulu, yang primer,
tersier, sekunder.

Peneliti lalu misalnya kalau ada dua hal yang harus berbarengan
dan kepepet dan tidak bisa ditinggalkan seperti itu

pas nggak punya uang seperti itu mbak, ya kepepetnya


Informan minta orang tua, jadi orang tua itu nggak bakal pengen
melihat anaknya gimana-gimana seperti itu nggak tegel,
cuman yaitu yang nrima ya nggak enak orang sudah
besar kok masih minta.
Peneliti lalu setelah ini kan ingin menikah, nah biaya menikah
perlu atau tidak, lalu bagaimana jika langsung
mempunyai anak bagaimana cara menghidupinya ?

Informan kalau untuk menikah kan pasti tetap ada biayanya to,
nah kalau anak pondok biasanya punya tabungan seperti
itu, biasanya menyisihkan uang entah itu untuk apa tapi
memang suatu saat memang ada gunanya gitu to, lalu
kalau masalah biaya yang besar kan tetap sudah di
pikirkan oleh yang ada di rumah, jadi kalau misalnya
ada, ya ngundang-ngundang temannya, kalau tidak ya
yang peting secukupnya saja yang penting mengambil
baiknya saja. Tapi untuk anak kalau belum bisa mencari
penghasilan ya jangan sampe punya dulu. Minimal ya
persiapan dulu sebelumnya punya anak, kan kalau sudah
punya anak kan tetap langsung kebutuhannya banyak
jadinya ya ngumpul-ngumpulin dulu kalau belum
mempunyai uang yang agak cukup, tidak usah terburu-
buru.

Peneliti lalu untuk penghasilan ingin memiliki penghasilan Penghasilan


berapa, misal untuk sebulan ?

Informan kalau pengen ya jelas pengennya yang banyak, ya


pengennya cukup syukur-syukur sisa mbak

Peneliti cukup itu untuk apa saja ?

Informan gini ya cukup, misal untuk beli beras ya uangnya cukup,

mau beli bedak cukup, terus kalau misal sedang banyak


undangan itu ya cukup, ya seperti itu pengennya tidak
terlalu katah. Yang penting kalau pas butuh ya ada, jadi
tidak harus utang-utang uang.
Peneliti lalu bagaimana keyakinan anda terhadap apa yang ingin Faktor keyakinan
di capai ? yakin bagaimana untuk mendapatkannya ?

ya yakin, ya Insyallah ya yakin, masalahnya pikirannya

Informan anak pondok dengan anak sekolah-sekolah umum itu


berbeda meskipun sedikit, kalau anak sekolah
pengennya ini itu. Tapi kalau anak pondok itu mikirnya
Allah yang maha Melihat yang lebih tau jadi kita mau
ngelakuin apa saja itu boleh dalam angan-angan cuman
tidak terlalu berharap atas apa yang kita inginkan, misal
nanti kecewanya ya mbak kadang-kadagng aku inginnya
seperti ini sudah dalam angan-angan dari kemarin-
kemarin ternyata hasilnya berbeda. Jadi semua ya nurut
maunya Allah seperti apa, jadi setiap pertanyaan kalau
sedang dirumah misalnya “mbak kamu ki kenapa to kok
mondok saja, mbok kerja kasihan itu orang tuanya
memberi uang terus” ya tidak apa-apa sekarang mondok
besok kalau memang di ijinkan ya pasti Allah memberi
jalan ada rezeki.

Peneliti lalu berarti pandangannya anda ingin membuka usaha Faktor


membuat roti Lingkungan
keluarga
Informan ya kalau selain roti ya apa yang lain, bisa melanjutkan
menjaitnya ibuk saya.

Peneliti lalu tadi kan ingin memiliki hasil berapa kan yang Banyak bersyukur
penting cukup lalu bagaimana cara meraihnya ?

yang penting itu harus banyak bersyukurnya kalau itu,

Informan kalau mempunyai penghasilan yang cukup harus banyak


bersyukurnya. Kan pengalaman buruh dengan pegawai.
Buruh gajinya sedikit tapikan bisa bersyukur terus jadi
bisa seneng terus bisa beli ya Alhamdulillah kalau tidak
bisa ya beli yang lain yang cukup uangnya, tapi kan
pegawai-pegawai yang gajinya besar kan biasanya
pengennya lebih besar maksutnya tidak seperti yang
gajinya kecil seperti itu, jadi gaji berapa pun kalau tidak
di syukuri ya tetap tidak cukup-cukup ya memang harus
banyak bersyukurnya saja.

Peneliti jadi untuk kategori cukup itu bisa dilihat dari Banyak bersyukur
pandangannya sendiri-sendiri gitu ya ?

iya, misal seperti yang gajinya besar pun kalau lihat

Informan yang bawahnya tetap Alhamdulillah punya gaji segini


dari pada yang lain. Kalau yang kecil ya tidak mandang
yang lebih keatas, jadi bersyukurnya Alhamdulillah saya
mendapat pekerjaan terus bisa mendapat uang dari pada
yang nganggur tidak bisa mendapatkan uang harusnya
seperti itu.

Peneliti iya, lalu dari mondok ini kalian sudah mendapatkan Bekal santri
bekal apa untuk bekerja ? kalau cowok kan sudah ada
seperti bertukang atau bertani lalu kalau cewek kan
berdagang kan misal hanya ini-ini saja mbak nisa mbak
luluk mbak ika mbak lutfi dan mbak ika yang di
koperasi.

sebetulnya sih sudah di modali banyak, kalau mau


Informan punya laundryan sudah pada bisa nyuci sendiri-sendiri
setiap hari, bisa memasak, momong ya sudah pada bisa,
tapi yang penting sudah di bekali bisa ngomong dalam
artian bisa gampang berbaur dengan orang itukan
sebagai modal dasar kalau orang pendiem tetep susah
untuk mencari kerja jadi kalau berani bertanya ya kan
sama aja berani ngomongnya, tapi kalau diam saja di
rumah tetap ada yang ikut memperhatikan

Peneliti lalu contoh apa yang dapat diterapkan ketika sudah lulus Penerapan
dari pondok pesantren ? keterampilan

yang ada di masyarakat itu yang ingin menerapkan cara

Informan kekeluargaannya, kan kalau di pondok tetep jadi satu


maksutnya deket ya tinggal deket gitu. Tapi kalau di
masyarakat ya pengennya tinggal seperti itu di
selesaikan bersama-sama kalau misal ada masalah
secara musyawarah.

lalu yang lain, nilai-nilai yang dapat diterapkan atau


keterampilannya ?

paling pengennya mulai dari diri sendiri dulu, solat


jamaahnya bisa istiqomah, solat malamnya, ndarus al-
Qur‟an tidak ditinggalkan kan pasti kalau sudah di
rumah pasti sibuk sendiri, jadi ngurusin diri sendiri dulu
lalu nanti kalau sudah bisa ngajak dari sedikit-sedikit
dari satu-satu.
VERBATIM WAWANCARA

Informan : Rosida Nur Atika (RN)

Jabatan : Santri, Lulusan MA Al-bidayah Candi

Hari/Tanggal : Minggu, 05/08/2018

Tempat : Pondok Pesantren Al-Iman


Pukul : 14.03 WIB
Informan : RN
Keterangan : 1. RN adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi

2. Peneliti (P)

3. Informan (I)

Person Tanja Jawab Kode

Peneliti langsung pertanyaan mawon nggeh mbak, motivasi apa Motivasi masuk
yang membuat sampeyan ingin belajar disini ? pondok

Informan motivasi saya hanya satu, saya pengen membahagiakan


kedua orang tua saya.

Peneliti teng mriki disuruh atau keinginan sendiri ?

dulu ki pernah dikon, mpun mangkat njuk mboten kraos,


Informan trus seiring berjalannya waktu ki mikir dewe neng omah

ki yo podo wae arek ngopo, njur balek omah boyong,


terus nembe setaun langsung mbalek mondok mriki maleh,
njuk krasan. nek teng pesantren nggak ada kemauan kan
podo wae to mbak.
Peneliti nggeh sih, apa manfaat mondok untuk sampean ? Manfaat di
pondok
Informan pie yo, pokokmen ki wes ayem lah mbak nek mpun teng
pondok, nek aku pribadi.

Peneliti ayem dalam hal nopo ngoten ?


Informan mergane kan nek neng pondok kan wes dilatih yo ono
pidato yo wis dilatih dadine ngko nek neng omah ono
kegiatan koyok pengajian ngono kan kadang sok di
dadekke mc, po kon dadi panitia po kon qiro‟ ngono
mbarang kan iso. Mesti seng diandelke kan seko cah
pondok.
Peneliti nek menurute sampeyan mondok ki untuk siapa ? untuk Kegunaan
sampeyan, opo untuk orang tua ngoten, dadiki gen orang mengenyam
pendidikan di
tua ne seneng opo pie ?
pondok

Informan oyo hoo, pertama untuk diri sendiri ndisek maksute kan

pengen memperbaiki diri ndisik to, pie yo, yo saya sendiri


ke merasa pokok e ke yo mahluk paleng hina lah trus
ingin memperbaiki diri. Penting kan nek awak e dewe wes
apek kan njur koyo orang tua katut dadi apek.

Peneliti apa saja yang telah dipelajari dipondok ? Pendidikan di


pondok
Informan Fiqh, terus pasolatan, nahwu, shorof, i‟lal,faro‟it, banyak
sekali.
Peneliti nek tentang keterampilane ngoten ? misal dagang nopo- Keterampilan di
nopo ngoten ? pondok

dagang kulo nggeh pernah njogo teng koperasi, pertanian


Informan
nggeh angger enten waktu selo ngoten niku cok ngewangi
abah teng saben, matun onclang.
Peneliti trus sampeyan kan hanya mondok teng mriki, nek misal Keterampilan
teng mriki enten kelas keterampilan ngoten sampeyan dengan
dukungan orang
setuju nopo mboten, damel mengembangkan minat dan
tua
bakat, contohe seperti kelas komputer, menjait, otomotif.

Informan setuju banget, malah pengen mbak ono ngono-ngono kui.


Kan podo wae nek mboten sekolah kan bisa dibilang
waktune lebih banyak untuk istirahat to. Aku ke nganu bar
lulus MA mak e akon kon kursus to mbak, ndelalah seng
arep dikursusi ki malah wonge kerjo.
Peneliti teng sumowono mriki nggeh an ? kursus nopo mbak ?

Informan nggeh, kursus bordir. Mak e ngekon ngen iso bordir


ngono.
Peneliti menurut sampeyan kegunaan belajar kitab niku untuk Manfaat belajar
nopo ? kitab

Informan
untuk memahami, mempermudah ndewe... di al-Qur‟an ki
wes ono sandangane cuma ki men ngerti alesane nopo kok
diwoco ngono, yo men ngerti artine mbarang.
Peneliti la nopo motivasine sampeyan kok mboten neruske kuliah Dukungan
nopo ? orang tua

pie yo mbak yo, pas mbien lulus e MA to kan di tawani


Informan
pak‟e “arep neruske sekolah opo arep neruske ngaji”.
Pernah terlintas arep neruske kuliah trus sambi ngaji kan
rencange kathah to seng kados ngoten tapi ke orang tua
kon mileh salah satu. Aku memberatkan ngaji, lakan aku
mikire sekolah gawe bekal teng dunyo yo mbak yo, podo
dene nggolek pekerjaan yo nggolek pengalaman juga sih.
Tapi kan nek ngaji kan, tur neh belum melihat sok ki neng
akhirat kepie dadine kan ngko mikire nek raiso opo-opo
urung ngrasani, nek neng dunyo kan paling yo ngene ngko
ngoleh kerjo ngko bar kerjo gajian. Tapi kan nek neng
akhirat kita belum tau, nek ngaji kan yo ra ketang setitik
pie yo, yo ngerti sitek-sitek lah.

Peneliti trus kepentingan atau hikmah apa yang dapat diambil jika Hikmah belajar
hanya belajar dari kitab untuk cita-cita, dan masa depan kitab
kariermu ?
banyak hikmah, terutama aku paleng suka nek ngaji
Informan nganu mbak, ngaji hadist. Mergane ngko seng diceritakan

kan dari sejarah, truskan biasane kan menceritakan yo


perilakune kanjeng Rasul gek pas ada masalah karo Siti
Aisyah, gek pas Siti Aisyah entuk musibah kan di
ceritakan kan kita mesti iso mengambil hikmah seko
hadist, kan mesti diceritakan alesane. Trus enek dewi
sopo ngono kui ki di fitnah, la cara menghadapi fitnah e
kui ngene-ngene ngono lho mbak dadine ki iso gawe
contoh/patokan kan malah cerita seko Rasul-Rasul kui.

Peneliti bagaimana sampeyan niku mengolah masa depan mu, Berserah diri
coro dene di kembangkene ki pie ngono lho. Jika hanya
belajar dari kitab-kitab saja tidak diimbangi dengan
keterampilan ?
Informan

Peneliti Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan.


iya sih, tapikan nek kita rak berusaha kan yo tetep ngono-
ngono wae kan ?
Informan
heeh sih di dalam hidup memang kita harus berusaha,
cuma kan nek aku pribadi kan, nek aku we rung arep
omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok sesok. Saiki yo
saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng pondok wes
seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes mantep
diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-
mugo wae.
Peneliti trus lanek prinsipe sampeyan, sehingga sampeyan ki ingin Ingin
melanjutkan pendidikan di pondok saja, mboten teng membahagiakan
orang tua
sekolah umum ? disek ki pie arahane seko wong tuo kok
mung pengen mondok tok ora karo sekolah ngono?
pie yo, aku ki pernah menemukan sesuatu, ndelalah aku
Informan kan gek noto lemari to mbak trus ki mamakku ki ndue
koyo buku pribadi ngono kuilo, lakan nek diary mesti
ditanggali to mbak yo aku rasopan sih lancang juga, yo
intine mak e curhat opo ki anak-anak e kon mondok
rasane ki wes abot pisah karo anak e cuma kan anak-anak
e pengen dadi wong seng apek. Njur ket kui kan aku mikir
yo jebulane rasane yo podolah anak e adoh koh makne we
wes pie ngono yo mbak, njuk bar kui ki pas kiriman ki
nganu, pas aku ijek MA ndelalah kan nek MA gek nakal-
nakal e to mbak la njur mak e ki ngirim tapi ki ra ketemu
aku, njuk ngekek‟i surat intine ki anak-anak e mak‟e seng
iso bahagiake mak e, nek anak-anak e mak e raiso ngaji ki
njuk se arep dadi cekelane mak e ki sopo ngono.
Peneliti apa yang sampeyan cita-citakan sesungguhnya yang Kendala faktor
benar-benar ingin anda capai ? ekonomi

cita-cita tentang opo ? karier ? asline ?


Informan

Peneliti nggeh, pandangane saiki, pie sih nek sampean mung


mondok tok ora di barengi karo sekolah umum mau lo.

aku dulu pas ijek jaman-jamane sekolah mbak, aku


Informan
pengen banget dadi dokter. Trus pas aku wes gak sekolah
kan wes gak enek harapan. Paleng sok nek mondok, dulu
kan aku ngremehke mondok mbak aku ki mikire ki la
mondok ki dadi opo, kan ndewe ra ndue kerjo, trus pokok
e aku pengen mengejar aku pengen dadi dokter nah
ndelalah biaya dadi dokter kan ora sitek. Njuk aku neng
kene ngaji enek kitab tibyan kan tentang dokter-dokter la
ndelalah teng perpustkaan pondok enten nganu ilmu
dokter ngunu tapi kan menurut Nabi riyen wes seneng
moco-moco kui njur yo mikir e enggak jadi dokter buat
umat ki bisa jadi dokter bagi keluarga sendiri lah.
Peneliti la misal nek koyo saiki, mpun mboten sekolah ngeten trus Ingin
pandangane ke depan ingin dados nopo ? berwirausaha

aku ki yo kui pengen ngedekake yo mboh toko, yo mbuh


Informan apa ngono. Pengen buka usaha dewe lah. Meskipun dadi

wong wedok tapi ki yo iso karo ngewangi bojone.

Peneliti trus kira-kira bakat khusus apa yang ingin anda Bakat
kembangkan ?
aku malah kui pengen ngembangke bakat musik
Informan

Peneliti nggeh rebana niku o, dados vokal


Informan aku rebana i malah nyekel terbang, tapi nek pas cah putra
enek halangan ngono kae, ngko kan terbangan nggak ada
cah putra kadang aku kon nyekel bass bisa, tapi nek neng
omah aku kon ngevocal i kan neng larangan kan yo enek
rebananan to mbak mesti kon vokal.
DOKUMENTASI

Mencari data santriwan dan santriwati yang hanya lulus MTs dan MA

Jadwal Pelajaran Madrasah Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono

Wawancara dengan santriwati VK dan AM


Wawancara dengan santri wati LK dan RN

Wawancara dengan santriwati LN dan IN

Wawancara dengan Ustadz Faqih dan Bapak Kyai Bachrodin


Wawancara dengan santriwan MH dan CH

Wawancara dengan Santriwan MC dan NC

Wawancara dengan Santriwan MN dengan MY


Wawancara di toko milik pondok pesantren Al-Iman dan Bapak Kyai Bachrodin

sedang mengelola hasil pertanian dengan para santriwati


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Aisha Mirani Wardani


2. NIM : 111-14-125
3. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 09 Juni 1996
4. Alamat : Ds. Nyampuran RT 03 RW 01
Kec. Sumowono Kab. Semarang
5. No WA : 085741414752
6. Alamat Email : myracute20@gmail.com
7. Riwayat Pendidikan :
a. TK Pertiwi Lanjan Tahun 2000 – 2002
b. SDN 01 Sumowono Tahun 2002 – 2008
c. SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah Pekalongan Tahun 2008 – 2011
d. MAN Salatiga Tahun 2011 – 2014
e. IAIN Salatiga Tahun 2014 – 2018

Anda mungkin juga menyukai