Anda di halaman 1dari 145

PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MEMBENTUK

KARAKTER PESERTA DIDIK DI SEKOLAH


MENENGAH PERTAMA NEGERI 1
MUARO JAMBI

SKRIPSI

SADAR NILAWATI
NIM. 201172401

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
PERAN PEMBINA PRAMUKA DALAM MEMBENTUK
KARAKTER PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI
MUARO JAMBI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna


Memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

SADAR NILAWATI
NIM. 201172401

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

‫ٱّللَ َوٱ ْليَ ْو َم‬ َ ‫سنَة ِّل َمن ك‬


َ ‫َان يَ ْر ُجوا‬ َ ‫س َوة َح‬ْ ُ ‫ٱّللِّ أ‬ ُ ‫َان لَ ُك ْم فِّى َر‬
َ ‫سو ِّل‬ َ ‫لَقَ ْد ك‬
َ ‫اخ َر َوذَك ََر‬
ً ِّ‫ٱّللَ َكث‬
‫يرا‬ ِّ ‫ْٱل َء‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (Q.S Al-Azhab: 21) (Anonim, 2012: 379).

vi
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Sujud syukur kepada Allah SWT., Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
atas segala yang telah terjadi dimuka bumi ini karena ridho-Nya yang telah
memberikan kemudahan disetiap kesulitan yang menghampiri, sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


Ayahandaku Subeni. A dan ibundaku tercinta Romianah
Untuk cinta, kasih sayang, do’a dan motivasi yang tak ada henti-hentinya
diberikan selama ini, terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan.
Untuk kakak dan adik-adik ku tersayang yaitu Rekson Patela, S. Hum,
Julian Elita dan Yuni Rodear terimakasih atas do’a, canda tawa dan support
yang telah kalian berikan selama ini.

Teman-teman seperjuangan skripsi Sheila Hariry, Nandita Ayu dan Rahmat


Kriswandi yang selalu mensupport, mendengarkan keluh kesah, mendo’akan dan
selalu membantu saya selama proses pembuatan skripsi ini hingga selesai.

Semoga persahabatan yang terjalin sekarang ini kekal abadi hingga Jannah,
Aamiin Allahuma Aamiin

‫س َن ا ْل َج َزاء‬
َ ‫َج َزا ُك ُم للاُ َخ ْي ًرا َكثِّ ْي ًرا َو َج َزا ُك ُم للاُ ا َ ْح‬

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


Swt., yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Pembina Pramuka dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw, yang
membawa risalah pencerahan bagi umat manusia.
Penulisan skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph.D., selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Risnita, M. Pd selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Najmul Hayat, M.
Pd. I selaku Wakil Dekan II dan Ibu Dr. Yusria, M. Ag., selaku Wakil
Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Habib Muhammad, S.Ag, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Bapak Drs. H. Kasful Anwar, M.Ag., sebagai pembimbing I yang telah

viii
banyak membantu dan memberikan arahan serta masukan dalam
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Ely Surayya, M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan arahan serta masukan dalam perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya
dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam atas ilmu dan pendidikan yang
telah Bapak dan Ibu berikan.
9. Para karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Ibu Erma Dewita, S.Pd., selaku kepala Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi.
11. Bapak Kori Kurniawan, S.Pd., selaku Pembina Pramuka Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
12. Teman-teman Bodoamat Squad yang selalu berbagi pengalaman,
motivasi, suka dan duka serta selalu memberikan dukungan spesial dan
sabar dalam mendengar keluh kesah selama perkuliahan ini.
13. Teman-teman mahasiswa seperjuangan angkatan 2017, khususnya
sahabat-sahabat lokal PAI G yang banyak memberikan saran dan
motivasi, terimakasih atas dukungannya selama ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran ilmiah yang sangat dapat
membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal semua pihak
yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, 04 April 2021

Sadar Nilawati
20117240

ix
ABSTRAK

Nama : Sadar Nilawati


Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi

Skripsi ini membahas Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk


Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi,
tujuannya adalah untuk mengetahui peran pembina pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi,
mengetahui kendala pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi dan untuk mengetahui upaya
pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data-data yang terkumpul
dianalisis secara kualitatif dengan skema koleksi data yaitu, reduksi data,
penyajian data (display data), dan penarikan kesimpulan (conclusion). Hasil dari
penelitian ini yaitu pramuka sangat berperan penting dalam pembentukan karakter
peserta didik dengan tidak meninggalkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Karena kurangnya minat pada diri peserta didik sehingga pembina melakukan
strategi dengan menerapkan prinsip belajar sambil bermain yang akan membantu
memotivasi peserta didik. Kemudian upaya dari kepala sekolah dan pembina
selain memotivasi peserta didik juga mengupayakan memberikan arahan,
pembiasaan dan keteladanan yang dapat di contoh oleh peserta didik dan
dilengkapi dengan fasilitas yang cukup serta kepala sekolah melakukan
monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ekstrakurikuler sangatlah berperan penting dalam membentuk karakter peserta
didik.

Kata Kunci: Peran Pramuka, Membentuk Karakter

x
ABSTRACT

Name : Sadar Nilawati


Study Program : Islamic Education
Title : The Role of Scout Coaches in Shaping the Character of
Students in Junior High School 1 Muaro Jambi

This thesis discusses The Role of Scouts Coaches in Shaping the Character
in Muaro Jambi 1 State Junior High School, the aim is to determine the role of
scouts coaches in shaping the character of students in Muaro Jambi 1 State Junior
High School, knowing the obstacles scout coaches in shaping the character of
students in schools Middle Junior High School 1 Muaro Jambi and to find out the
efforts of scout coaches in shaping the character of students at Muaro Jambi 1
State Junior High School.
This research is a qualitative research with data collection methods in the
form of observation, interviews, and documentation. The collected data is
analyzed qualitatively with a data collection scheme, namely, data reduction, data
display, and conclusion. The results of this study indicate that scouts play an
important role in shaping the character of students by not leaving the values of
Islamic religious education. Due to the lack of interest in students, the coach
undertakes a strategy by applying the principles of learning while playing which
will help motivate students. Then the efforts of the school principal and supervisor
in addition to motivating students also strive to provide direction, habituation and
exemplary that can be exemplified by students and equipped with sufficient
facilities and the principal conducts monitoring and evaluation. Based on these
results, it can be concluded that extracurricular activities are very important in
shaping the character of students.

Keywords: Scout Role, Shape Character

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


NOTA DINAS ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii
ABSTRAK ..................................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Peran Pramuka ................................................................................................... 10
1. Pengertian Peran ........................................................................................... 10
B. Gerakan Pramuka ............................................................................................... 11
1. Sejarah Pramuka ........................................................................................... 11
2. Pengertian Gerakan Pramuka ....................................................................... 13
a. Tujuan Gerakan Pramuka ....................................................................... 13
b. Prinsip Dasar Metodik Kepramukaan .................................................... 14
c. Pramuka Penggalang .............................................................................. 17
d. Fungsi Pramuka ...................................................................................... 23
C. Pendidikan Karakter ........................................................................................... 23
1. Pengertian Pendidikan .................................................................................. 23
2. Pendidikan Karakter ..................................................................................... 25
a. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................. 25
b. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ...................................................... 33
c. Nilai-nilai Pembentuk Karakter .............................................................. 36
d. Pilar-pilar Pendidikan Karakter .............................................................. 37
e. Tujuan dan Fungsi Karakter ................................................................... 41
f. Kegiatan Ko-Kurikuler atau Ekstrakurikuler ......................................... 46
g. Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak dan Moral ........................ 46

xii
D. Studi Relevan ..................................................................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Desain Penelitian ..................................................................... 59
B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................................. 60
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................................ 61
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 63
E. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 66
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................. 68

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. Temuan Umum ................................................................................................... 71
1. Profile Sekolah ............................................................................................. 71
2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Muaro Jambi .................................................. 72
3. Struktur Organisasi ...................................................................................... 72
4. Pendidik dan Peserta Didik .......................................................................... 75
a. Keadaan Pendidik ................................................................................... 75
b. Peserta Didik .......................................................................................... 80
5. Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................................................... 81
B. Temuan Khusus .................................................................................................. 85
1. Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi .................................... 86
2. Kendala Pembina dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi .................................................. 93
3. Upaya Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi .................................... 97

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 109
B. Saran ................................................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 112


LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Identitas SMP Negeri 1 Muaro Jambi .............................................................. 71


Tabel 1.2 : Daftar Nama-nama Guru SMP Negeri 1 Muaro Jambi ................................... 76
Tabel 1.3 : Daftar Keadaan Peserta Didik SMP Negeri 1 Muaro Jambi ............................ 81
Tabel 1.4 : Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Muaro Jambi ......................................... 84

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Muaro Jambi ............................................ xv

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Perintah Riset
Lampiran II : Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran III : Jadwal Penelitian
Lampiran IV : Dokumentasi Penelitian

xvi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dalam pengertian dibagi menjadi dua macam, pertama
pengertian yang luas meliputi hampir semua hal aktivitas manusia dari
yang paling sederhana. Kedua pengertian yang sempit, hanya meliputi
aktivitas manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya sebagai individu
dan masyarakat (Kompri, 2019: 1).
Pendidikan merupakan salah satu dari sekian banyak yang tidak bisa
terpisahkan dari kehidupan manusia. Di sisi lain pendidikan juga
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peran pokok dalam
mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda dimasa yang akan
datang. Maka dari itu, dengan dilaksanakannya proses pendidikan,
manusia akan mampu mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional yang berbunyi :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses-proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Anonim, 2003: 2).

Pendidikan Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk


membentuk peserta didik agar memiliki keseimbangan jasmani dan rohani,
serta memiliki iman, ilmu dan amal sekaligus. Di dalam pendidikan Islam
terdapat proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya
(akhlaknya), mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan
lisan maupun tulisan (Gunawan, 2014: 10).
Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

1
2

si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik


menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Jadi pendidikan pada dasarnya memberikan sumbangan pada semua
bidang pertumbuhan individu dalam pertumbuhan jasmani dari struktur
fungsional, ia juga menumbuhkan kesediaan, begitu juga memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, sikap yang betul memperbolehkannya
mencapai kesatuan jasmani yang mantap. Untuk itu paling tidak memuat
lima unsur dalam proses pendidikan yaitu usaha (kegiatan), usaha itu
bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara
sadar, ada pendidik, atau pembimbing, atau penolong, ada yang di didik
atau si terdidik, bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan, dan dalam
usaha itu tentu ada alat-alat.
Pendidikan Islam itu berusaha mengembangkan aspek-aspek
individualitas, sosialitas, moralitas maupun aspek religious, sehingga
nantinya akan tercapai kehidupan yang harmonis, seimbang antara
kebutuhan fisik material dengan kebutuhan mentah spiritual dan antara
duniawiyah dan ukhrawiyah. Pendidikan dalam pelaksanaannya selama ini
dikenal sebagai usaha yang berbentuk bimbingan terhadap anak didik guna
mengantarkan anak ke arah pencapaian cita-cita tertentu dan proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Di antara solusi yang
perlu diperhitungkan dan diupayakan dalam membentuk kepribadian dan
perubahan tingkah laku adalah melalui pendidikan agama baik secara
formal di sekolah maupun secara nonformal. Hal ini sesuai dengan tujuan
Pendidikan Agama Islam yakni “…meningkatkan keimanan, penghayatan
dan pengamalan peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”
(Kompri, 2019: 2).
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu program pendidikan
yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di
kelas maupun diluar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran
3

(Syarifuddin, 2017: 15). Pendidikan Agama Islam diselenggarakan di


lembaga atau sekolah bertujuan untuk menumbuh kembangkan keimanan
dan ketaqwaan serta akhlak mulia peserta didik. Pendidikan agama Islam
merupakan usaha yang berupa pengajaran, bimbingan, dan asuhan agar
kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,
baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Sehingga dalam proses
pembentukan karakter juga terdapat nilai-nilai ajaran Islam yang selalu
ditumbuh kembangkan dalam diri manusia (peserta didik).
Dalam ranah sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan tidak akan
terlepas dari pelaksanaan kurikulum di Indonesia. Kurikulum yang
digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan kurikulum yang berdasarkan pada kompetensi dan karakter.
Terdapat empat kompetensi inti pada kurikulum 2013, yaitu sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi ini
menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu,
proses pembelajaran harus mengintegrasikan keempat kompetensi ini yang
dapat menjadikan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah
berakhir (never ending proces), sehinngga dapat menghasilkan kualitas
yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok manusia
masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa serta Pancasila.
Pendidikan merupakan upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik
lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban
manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan ; anjuran
atau arahan untuk anak duduk lebih baik, tidak berteriak-teriak agar tidak
mengganggu orang lain, bersih badan, rapi pakaian, hormat pada orang
yang lebih tua dan menyayangi yang muda, saling peduli dan lain
4

sebagainya merupakan salah satu contoh proses pendidikan (Sujana, 2019:


29).
Pendidikan religiusitas mengandung arti pendidikan yang tidak
sebatas mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama yang dianutnya,
melainkan juga mengajarkannya penghayatan visi kemanusiaan ajaran
agama tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghadapi era globalisasi.
Maka dari itu, pendidikan agama di Indonesia setidaknya mempunyai dua
fungsi. Fungsi pertama adalah mendukung kebutuhan agama para peserta
didik untuk memperkuat keimanan mereka. Dalam hal ini, pendidikan
agama berarti tersedianya pelajaran agama sesuai dengan agama masing-
masing peserta didik. Fungsi keduanya adalah untuk meningkatkan sikap
saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda, kerukunan antar-
agama, dan persatuan dan kesatuan nasional (Arif, 2012: 10).
Pembentukan watak atau karakter tentunya harus dimulai dari
pribadi/ diri sendiri, dalam keluarga (sebagai sel inti bangsa) terutama
orang tua sebagai pendidiknya. Pembentukan karakter merupakan “mega
proyek” yang sungguh tidak mudah, membutuhkan usaha, dan energi yang
tidak sedikit. Dibutuhkan komitmen, ketekunan, proses, metode, waktu,
dan yang terpenting adalah keteladanan. Masalah keteladanan ini menjadi
barang langka pada masa kini dan tentu sangat dibutuhkan dalam sebuah
bangsa yang sedang mengalami krisis kepercayaan multidimensional.
pendidikan karakter sangat erat berkaitan dengan pendidikan Islam,
bahwasanya kekayaan pendidikan Islam dengan ajaran initinya tentang
moral akan sangat menarik untuk dijadikan content dari konsep pendidikan
karakter. Namun demikian, pada tataran operasional, pendidikan Islam
belum mampu mengolah content ini menjadi materi yang menarik dengan
metode dan teknik yang efektif (Ainissyifa, 2014: 3).
Begitu pentingnya pendidikan karakter ini sehingga Allah SWT.
Mengutus Nabi Muhammad SAW. ke dunia ini untuk menyempurnakan
karakter (akhlak) umat-Nya, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat
Al-Ahzab ayat 21:
5

‫ٱَّللَ َو ْٱل َي ْو َم‬ َ ‫ٱَّللِ أُس َْوة ٌ َح‬


‫سنَةٌ ِل َمن َكانَ َي ْر ُجوا ه‬ ‫سو ِل ه‬ ُ ‫لهقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم ِفى َر‬
ً ‫ٱَّللَ َك ِث‬
‫يرا‬ ِ ‫ْٱل َء‬
‫اخ َر َوذَ َك َر ه‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (Q.S Al-Ahzab: 21) (Anonim, 2012: 379).

Pada ayat di atas dijelaskan bahwasanya Rasulullah merupakan


suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap Rahmat Allah dan
pada saat kedatangan hari kiamat orang-orang tersebut banyak menyebut
Allah. Maka, karakter (akhlak) yang mulia dapat di contoh dari
Rasullullah dan dapat di terapkan pada peserta didik agar dapat
meneladani sikap Rasulullah tersebut yang bisa di terapkan melalui peran
pramuka karena dalam pramuka terdapat semboyan Gerakan Pramuka
yaitu Tri Satya dan Dasa Dharma dimana Dasa Dharma pertama yaitu
“Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Dari point tersebut berarti dalam
Kepramukaan sangat menjunjung tinggi ketakwaan kepada Tuhan dan dari
ayat diatas dapat mencontoh diri Rasulullah Saw untuk menerapkan
karakter yang baik.
Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam menunjang
pengetahuan siswa baik dalam ilmu bidang umum maupun agama. Dan
seperti kegiatan agama sangat mendukung dalam membentuk kepribadian
agama seseorang dan juga melatih peserta didik untuk mengerti dan
memahami dari isi dan kandungan ayat-ayat Alqur’an dan hadits-hadits,
dengan demikian kegiatan ekstrakulikuler khususnya dalam bidang agama
memberi pengaruh sangat positif bagi siswa dalam tingkah laku sehari-hari
dan juga dalam menunjang prestasi siswa. Gerakan pramuka adalah
organisasi pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan bagi kaum muda. Gerakan Pramuka hadir sebagai alat untuk
pembentukan karakter yang berbentuk kegiatan pendidikan nonformal di
sekolah. Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan yang bersifat nonformal berusaha
6

membantu pemerintah dan masyarakat dalam membangun bangsa dan


negara. Hal ini dapat dilihat dari prinsip dasar metodik pendidikan
Pramuka yang tercantum dalam Dasa Dharma Pramuka (Woro dan
Marzuki, 2016: 61).
Hasil dari sebuah pengamatan awal di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi, maka peneliti menemukan bahwa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 01 Muaro Jambi, kegiatan Pramuka yang
dilaksanakan mendapat respon baik dari sekolah dan peserta didik,
sehingga akan memudahkan penulis untuk meneliti peran pembina
pramuka dalam membentuk karakter peserta didik. Jika diperhatikan
kegiatan ini sangat berperan dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi melalui kegiatan
kepramukaan, seperti karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri
dan tanggung jawab.
Selanjutnya, peneliti jug menemukan bahwa di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi terdapat kendala yang dihadapi pembina
pramuka dalam membentuk karakter pesereta didik yang religius, jujur,
toleransi, disiplin, mandiri dan tanggung jawab. Kendalanya adalah
ditemukan bahwa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi,
peserta didiknya masih banyak yang kurang berminat dalam mengikuti
kegiatan latihan rutin pramuka, walaupun kegiatan ekstrakurikuler
pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi dan bisa membentuk karakter pesert didik.
Dari latar belakang masalah diatas tersebut maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul : “Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.”

B. Fokus Penelitian
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh
peneliti maka penelitian ini dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan
7

membentuk karakter peserta didik yang religius, jujur, toleransi, disiplin,


mandiri dan tanggung jawab melalui peran pembina pramuka di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi pada peserta didik kelas VIII C
yang berjumlah 29 siswa.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pembina pramuka dalam membentuk karakter
peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi?
2. Apa kendala Pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta
didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi?
3. Bagaimana upaya pembina pramuka dalam membentuk karakter
peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara Umum tujuan penelitian yang peneliti lakukan adalah
untuk mengetahui, menemukan dan mengembangkan realita yang
terjadi dilapangan. Diantara tujuan penelitiannya adalah :
a. Untuk mengetahui peran pembina pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi.
b. Untuk mengetahui kendala Pembina pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi.
c. Untuk mengetahui upaya Pembina pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara :
a. Secara Teoritis
8

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang peran


pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
2) Hasil penelitian ini merupakan informasi yang bermanfaat
untuk menambah koleksi pustaka yang ada di Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang dapat digunakan
sebagai sumber referensi bagi peneliti atau mahasiswa lain.
3) Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bhan referensi
untuk penelitian selanjutnyta dengan masalah yang sejenis.
b. Praktis
1) Bagi Sekolah
Dapat bermanfaat untuk mewujudkan sekolah yang
menciptakan siswa atau peserta didik yang memiliki karakter
yang baik.
2) Bagi Guru atau Pendidik
Dapat memudahkan guru atau pendidik dalam proses
pembelajaran denan menghsilkan peserta didik yang memiliki
karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri dan
tanggung jawab.
3) Bagi Peserta Didik
Untuk menjadikan peserta didik memiliki karakter yang
baik melalui peran pembina pramuka.
4) Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S1) Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Pramuka
1. Pengertian Peran
Peran merupakan suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya di masyarakat.
Posisi ini merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang
dalam suatu sistem sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah perangkat
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang
berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan, menurut C.P.Chaplin,
peran adalah fungsi individu atau peranannya dalam satu kelompok
atau institusi. Menurutnya, peran juga merupakan fungsi atau tingkah
laku yang diharapkan ada pada individu atau yang menjadi ciri atau
sifat dari dirinya. Peran adalah aspek dinamis kedudukan (status),
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Putri, 2016: 34).
Dalam psikologi sosial menurut Arthur dan Emily, peran pada
umumnya mengacu kepada pola perilaku apapun yang melibatkan hak,
kewajiban dan tugas tertentu yang diharapkan dari seseorang, dapat
dilatih dan diperkuat untuk ditampilkan di dalam situasi sosial tertentu.
Dalam melakukan perannya seseorang dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Dengan demikian,
peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Faozan,
2013: 11).
Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
yang harus dilakukan oleh pembina pramuka dan majelis pembimbing
dalam membentuk karakter anggota pramuka.

9
10

B. Gerakan Pramuka
1. Sejarah Pramuka
Berbicara mengenai gerakan pramuka tidak akan lepas dari pada
sejarah pendiri dari gerakan kepanduan itu sendiri. Lort Robert
Sthephenson Smyth Boden Powell Of Gilwell yang pertama kali
memperkenalkan gerakan kepanduan. Dia adalah seorang tentara
Inggris, lahir di London tanggal 22 Februari tahun 1857. Sejak
dibentuknya organisasi kepanduan oleh Boden Powell di Inggris,
banyak sekali negara-negara lain yang mendirikan organisasi
kepanduan di negaranya masing-masing seperti di negara Netherland,
Amerika Serikat pada tahun 1910. Dan sampai saat ini organisasi
kepanduan sudah berkembang dilebih dari 140 negara di seluruh dunia
termasuk salah satunya adalah Indonesia (Zainul, 2016: 18).
Di Indonesia sendiri sejarah gerakan pramuka tidak terlepas dari
gagasan Boden Powell yang cepat menyebar melalui buku Scouting
For Boys hingga Hindia-Belanda (Indonesia) yang saat itu sebagai
jajahan Belanda. Berdirilah organisasi kepanduan yang merupakan
cabang dari gerakan kepanduan dari negara Belanda yang kemudian
berkembang dan mandiri dengan nama Nederlands Indische
Padvinders Vereniging (NIPV). Melihat dan memperhatikan gerakan
kepanduan tersebut,maka tokoh-tokoh kebangsaan berniat mendirikan
Pavinders untuk anak bangsa dan kemudian berdirilah JPO (Javanese
Padvinders Organisatie) disusul dengan Taruna Kembang, Padvinders
Muhammadiyah yang kemudian menjadi Hizbul Wathan atau HW.
Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Para anggota pergerakan
kepramukaan di Indonesia ikut serta dalam masa perjuangan bersenjata
untuk mempertahankan negeri tercinta. Setelah para pejuang Indonesia
berhasil menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan, Pandu
Rakyat Indonesia kembali mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada
tanggal 20-22 Januari 1950. Hasil kongres tersebut memutuskan untuk
menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan pada golongan
11

khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-


masing. Terbukalah kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan
lagi satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia. Pada tanggal
16 September 1951, diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia
(IPINDO) sebagai suatu federasi kesatuan gerakan pramuka. Dua
tahun kemudian, IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan
sedunia. Selain IPINDO, berdiri pula dua federasi yang dikhususkan
untuk organisasi puteri, yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri
Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri
Indonesia). Menyadari kelemahan yang ada, maka ketiga federasi
tersebut (IPINDO, PKPI, dan POPPINDO) membentuk organisasi
gabungan yang bernama PERKINDO (Persatuan Kepanduan
Indonesia) (Zainul, 2016: 25).
Pada perkembangannya, Kepanduan Indonesia terpecah menjadi
100 organisasi yang tergabung dalam PERKINDO. Saat itu jumlah
perkumpulan kepramukaan di Indonesia tidak sepadan dengan jumlah
seluruh anggota perkumpulan tersebut. Selain itu, masih adanya rasa
golongan yang tinggi membuat PERKINDO lemah. Beberapa
kelemahan tersebut dikhawatirkan akan membuat PERKINDO
dimanfaatkan oleh gerakan komunis untuk membentuk gerakan Pionir
Muda seperti yang terdapat di negara-negara komunis. Untuk
mencegah hal tersebut, pada 9 Maret 1961, Presiden / Mandataris
MPRS mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan
Indonesia, bertempat di Istana Negara. Presiden Soeharto
mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui,
metode dan aktivitas pendidikan harus diganti. Seluruh organisasi
kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut PRAMUKA.
Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi
Djojo Martono (Menteri Sosial).
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961. Gerakan pramuka
12

secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada


tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibu kota Jakarta, tapi juga
ditempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota
Gerakan Pramuka mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai
pembangunan dan defile di depan presiden dan berkeliling Jakarta.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan
sebagai Hari Pramuka yang setiap tahun diperingati oleh seluruh
jajaran dan anggota Gerakan Pramuka (Zainul, 2016: 36).
2. Pengertian Gerakan Pramuka
Pramuka adalah anggota gerakan pramuka yang terdiri dari
anggota muda, yaitu peserta didik siaga, andalan, pembantu andalan,
anggota mabi, dan staf karyawan kwartir. Pendidikan kepramukaan
adalah nama kegiatan anggota gerakan pramuka. Gerakan pramuka
adalah nama organisasi pendidikan diluar sekolah dan di luar keluarga
yang menggunakan prinsip dasar pendidikan kepramukaan dan metode
pendidikan kepramukaan (AD-ART Gerakan Pramuka Nomor 11
Tahun 2013).
a. Tujuan Gerakan Pramuka
Tujuan gerakan pramuka adalah terwujudnya kaum muda
Indonesia menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia,
berkepribadian, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup, dan
patuh terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tugas pokok
gerakan pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan bagi kaum muda Indonesia agar menjadi generasi
yang lebih baik. Sedangkan fungsi gerakan pramuka adalah sebagai
lembaga pendidikan nonformal sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan kaum muda (Taubah dan Uswatun, 2018: 339).
(UU Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka).
1) Menjadi manusia berkepribadian dan berwatak luhur serta:
a) Tinggi Mental, moral budi pekerti, dan kuat keyakinan
agamanya
13

b) Tinggi kecerdasan dan keterampilannya


c) Kuat dan sehat fisiknya
2) Menjadi warga negara Indonesia yang berpancasila, setia, dan
patuh kepada negara kesatuan republik Indonesia, sehingga
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna yang
sanggup dan mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa
dan negara serta mampu membentuk manusia yang baik dan
membentuk warga negara atau masyarakat yang baik. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia No 12 tahun 2010 pasal 4,
tujuan gerakan pramuka adalah gerakan pramuka bertujuan
untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian
yang beriman, bertaqwa, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan pancasila,
serta melestarikan lingkungan hidup (Anonim, 2011: 5).
b. Prinsip Dasar Metodik Kepramukaan
Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari lembaga
pendidikan lain, yang dengan kepentingan, kebutuhan, situasi, dan
kondisi masyarakat. Prinsip dasar kepramukaan adalah asas
mendasar yang menjadi dasar dalam berfikir dan bertindak dalam
upaya membina watak peserta didik.
1) Prinsip dasar kepramukaan mencakup:
a) Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan
alam seisinya
c) Peduli terhadap diri pribadinya
d) Taat kepada kode kehormatan pramuka
2) Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif
melalui:
a) Pengalaman kode kehormatan pramuka
14

Kehormatan adalah suatu norma atau ukuran


kesadaran mengenai akhlak (budi dan perbuatan baik) yang
tersimpan didalam hati seseorang sebagai akibat karena
orang tersebut tahu akan harga dirinya. Kode kehormatan
pramuka adalah norma dalam kehidupan dan penghidupan
para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran,
norma, atau standar tingkah laku kepramukaan seorang
pramuka Indonesia. Kode kehormatan terdiri dari janji
Satya Dharma Pramuka.
b) Belajar Sambil Melakukan
Belajar sambil melakukan dilaksanakan melalui
praktik secara praktis sebanyak mungkin dan mengarahkan
perhatian peserta didik untuk melakukan kegiatan nyata,
serta merangsang rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang
baru dan keinginan untuk berpartisipasi dalam segala hal.
c) Sistem kelompok
Sistem berkelompok dilaksanakan agar peserta
didik memperoleh kesempatan belajar memimpin dan
dipimpin dalam berorganisasi, memikul tanggung jawab,
mengatur diri, menempatkan diri, bekerjasama dalam
kerukunan.

d) Kegiatan yang menantang


Kegiatan yang menantang akan memberikan
stimulus dan rangsangan kepada anggota gerakan pramuka
serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan
anggota dewasa.
e) Kegiatan dialam terbuka
15

Kegiatan dialam terbuka memberikan pengalaman


adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam
dengan kebutuhan untuk melestarikannya. Selain itu untuk
mengembangkan suatu sikap bertanggung jawab akan masa
depan yang menghormati keseimbangan alam.
f) Sistem tanda kecakapan
Tanda kecakapan merupakan tanda yang
menunjukkan kecakapan dan keterampilan tertentu yang
dimiliki oleh peserta didik. Tanda kecakapan bertujuan
untuk mendorong dan merangsang peserta didik agar selalu
berusaha memperoleh kecakapan dan keterampilan.
Adapun tanda kecakapan yang disediakan untuk peserta
didik adalah Tanda Kecakapan Umum (TKU), Tanda
Kecakapan Khusus (TKK), dan Tanda Pramuka Garuda
(TPG).
g) Sistem satuan terpisah antara putra dan putri
Sistem satuan terpisah dimaksudkan agar proses
pendidikan bagi masing-masing peserta didik menjadi lebih
intensif dan efektif, karena kegiatan untuk putra tidak sama
dengan kegiatan untuk putri.
h) Kiasan Dasar
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan dikemas
dengan menggunakan Kiasan Dasar yang bersumber dari
sejarah perjuangan dan budaya bangsa (Zainul, 2016: 44).
i) Sistem Among
Sistem among adalah sistem pendidikan yang
dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada
peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak leluasa
tanpa paksaan dengan maksud untuk memberikan rasa
percaya diri. Sistem Among mewajibkan pembina pramuka
menggunakan prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
16

1) Ing Ngarso Sungtulodo (didepan menjadi teladan)


2) Ing Madya Mangunkarsa (ditengah membangun
kemauan)
3) Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan
dan motivasi)
c. Pramuka Penggalang
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama pendidikan
organisasi nonformal yang menyelenggarakan pendidikan
kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka”
merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti
orang muda yang suka berkarya. Pramuka merupakan sebutan bagi
anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10
tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-
20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota
yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps
Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis
Pembimbing.
Sistem pendidikan untuk tahapan Pramuka Penggalang
diatur dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat
Kecakapan Khusus (SKK) serta Pramuka Garuda. Dengan sistem
ini peserta didik dibawa setingkat demi setingkat menuju tujuan
Gerakan Pramuka. Pramuka Penggalang, untuk usia 11 sampai 15
tahun atau tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) terdiri dari:
1) Penggalang Ramu
2) Penggalang Rakit
3) Penggalang Terap (Zainul, 2016: 68).
Sejak Penggalang Rakit seorang Pramuka dapat mencapai
SKK sesuai pilihannya. Apabila telah mencapai Penggalang Terap
dan memenuhi persyaratan tertentu dapat mencapai penggalang
Garuda. Pramuka penggalang merupakan penggolongan sekaligus
17

sebutan bagi anggota pramuka yang telah berusia antara 11 hingga


15 tahun. Seorang pramuka resmi menjadi penggalang selain telah
menginjak usia 11 tahun juga telah menyelesaikan syarat-syarat
Kecakapan Umum Pramuka penggalang tingkat ramu serta
mengucapkan Trisatya pada upacara pelantikan yang dipimpin oleh
pembinanya. Meskipun telah berusia 11 tahun namun belum
menyelesaikan SKU Penggalang Ramu, Pramuka tersebut disebut
sebagai Tamu Penggalang (Zainul, 2016: 134).
Pramuka penggalang diorganisasikan dalam kelompok atau
satuan secara berjenjang. Satuan terkecil pramuka penggalang
disebut ‘regu’ yang terdiri atas 5-10 anggota. Regu putra dinamai
dengan menggunakan nama hewan atau alat-alat yang berguna
seperti Regu Rajawali, Regu Harimau atau Regu Traktor.
Sedangkan regu putri dinamai dengan nama tumbuhan atau bunga
semisal regu melati, regu kenanga, atau regu mawar. Setiap regu
dipimpin oleh pemimpin regu yang disingkat ‘Pinru’ dan dibantu
seorang wakil yang dinamai Wakil Pemimpin Regu atau disingkat
‘Wapinru’. Pinru mempunyai hak dan kewajiban antara lain:
membantu Pembina dalam melatih anggota regunya, merencanakan
kegiatan bagi regunya, memilih wakil Pemimpin regu, menjadi
anggota Dewan Penggalang, serta memilih Pemimpin Regu Utama
(Pratama). Empat regu dihimpun dalam satuan yang lebih besar
yang dinamakan ‘pasukan’. Pasukan dipimpin oleh seorang
Pemimpin Regu Utama atau disebut Pratama.
Dalam pasukan juga dibentuk ‘Dewan Pasukan
Penggalang’ atau ‘Dewan Penggalang’. Dewan ini bertugas
mengurus dan mengatur kegiatan-kegiatan Pasukan Penggalang
serta mengurusi tata tertib dan tata usaha Pasukan. Dewan
Penggalang beranggotakan semua Pemimpin Regu dan Wakil
Pemimpin Regu dalam sebuah Pasukan yang diketuai oleh
Pratama. Sedangkan Pembina dan Pembantu Pembina bertindak
18

sebagai penasihat dan pembimbing namun mempunyai hak untuk


mengambil keputusan akhir (Zainul, 2016: 137).
1) Sifat-sifat dasar pramuka penggalang
a) Sebagian sifat-sifat siaga masih terbawa
b) Senang bergerak dan mengembara
c) Usil, lincah, dan senang mencoba-coba hal baru
d) Mulai menyukai atau ingin dekat dengan lawan jenis
e) Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan
f) Suara sudah mulai pecah/parau bagi penggalang putra
2) Kegiatan-kegiatan pramuka penggalang
a) Gladian pemimpin regu dan satuan
b) Jambore
c) Lomba Tingkat
d) Kemah Bakti Pramuka Penggalang
e) Jelajah alam
f) Permainan penggalang
3) Materi pokok kepramukaan penggalang
a) Upacara penggalang
b) Sandi lanjutan
c) Kompas dan peta
d) Pionering
e) Baris-berbaris
f) Menaksir tinggi, kecepatan arus sungai, dan menaksir lebar
g) Mempelajari cuaca
h) Mendirikan berbagai jenis tenda
i) Permainan penggalang
j) Senam dan olahraga untuk penggalang
k) Lagu-lagu dan tarian untuk penggalang
l) Hiking, climbing, dan exploring / mengenal alam bagi
penggalang
m) Kepemimpinan penggalang
19

n) Pertemuan penggalang
o) Pengisian SKU, SKK, dan SPG penggalang
4) Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam Dasa Dharma
a) Taqwa kepada Tuhan yang maha Esa
(1) Menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing
(2) Mengawali dan mengakhiri setiap kegiatan kegiatan
dengan do’a
(3) Menyelenggarakan ceramah keagamaan
b) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
(1) Menanamkan pengertian dan kesadaran lingkungan
dalam setiap kegiatan kepramukaan
(2) Memupuk rasa toleransi dengan jalan menghormati
orang lain meskipun tidak sebangsa dan seagama
(3) Apapun yang kita kenal dan kita dekati lambat laun
akan timbul rasa cinta dan kasih sayang dan rasa inilah
yang menggugah rasa dekat dengan Khaliq karena tidak
terhalang dengan rasa benci, marah, dan sifat yang tidak
terpuji
c) Patriot yang sopan dan ksatria
(1) Menghormati dan memahami serta menghayati
lambang Negara, Bendera Sang Merah Putih, dan lagu
kebangsaan Indonesia Raya
(2) Mencintai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, seperti
gotong royong, ramah tamah, religious, dll
(3) Mencintai, menghayati, dan mengamalkan pancasila
(4) Mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi
(5) Hormat kepada orang tua, guru, dan pemimpin
(6) Membiasakan diri untuk berani mengakui kesalahan
d) Patuh dan suka bermusyawarah
20

(1) Membiasakan diri untuk menepati janji, mematuhi


peraturan baik yang ditetapkan di gugus depan, sekolah,
maupun perundang-undangan
(2) Belajar mendengar pendapat orang lain
(3) Membiasakan untuk merumuskan kesepakatan dengan
memperhatikan kepentingan orang banyak
(4) Membiasakan diri untuk bermusyawarah sebelum
melaksanakan suatu kegiatan
e) Rela menolong dan tabah
(1) Membiasakan diri untuk menolong orang tanpa diminta
(2) Membantu menyeberangkan jalan untuk wanita, orang
tua
(3) Memberi tempat di tempat umum kepada wanita, orang
tua
(4) Membiasakan secara bertahap mengatasi maslah dalam
kehidupan sehari-hari di rumah dan masyarakat

f) Rajin terampil dan gembira


(1) Membiasakan untuk menyusun jawal sehari-hari
(2) Mengatur kegiatan dengan menyesuaikan kegiatan di
sekolah
(3) Bernyanyi dalam setiap melakukan usaha
(4) Berusaha bekerja dengan rencana
(5) Memilih suatu keahlian yang sesuai dengan bakat
(6) Menyelenggarakan diskusi untuk belajar
g) Hemat cermat dan bersahaja
(1) Menggunakan waktu dengan tepat
(2) Bertindak dengan teliti pada waktu yang tepat
(3) Sadar akan dirinya sebagai pribadi
(4) Berpakaian yang sederhana tanpa berhias berlebihan
21

(5) Meneliti sebelum berbuat sesuatu agar terjadi ketetapan


hati dalam pelaksanaannya
h) Disiplin berani dan setia
(1) Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri
(2) Menaati undang-undang dan peraturan pemerintah
(3) Belajar untuk menilai kenyataan, bukti, dan kebenaran
sesuatu informasi
(4) Patuh dengan pertimbangan dan keyakinan
i) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
(1) Selalu menjalankan tugas dan kewajiban dengan penuh
rasa tanggung jawab
(2) Tidak akan mengelakkan tanggung jawab dengan
sesuatu alas an yang dicari-cari
(3) Dapat dipercaya atas kata-katanya, perbuatannya, dan
sebagainya, baik di rumah, di sekolah, maupun dimana
saja dia berada
(4) Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan
(5) Selalu menyumbangkan pikirannya yang baik, tidak
berprasangka buruk, dan tidak mempunyai sikap tercela
(6) Selalu berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga untuk
mengendalikan diri terhadap ucapan dan perkataan yang
tidak pentas
(7) Menjadi contoh pribadi dalam segala tindak tanduk dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar
kehidupan masyarakat dan agama.
d. Fungsi Pamuka
Seperti yang tertuang pada Anggaran Dasar (AD) Gerakan
Pramuka Hasil Musyawarah Nasional 2011, pada BAB II Pasal 5
menjelaskan fungsi gerakan pramuka, yaitu:
“Gerakan Pramuka berfungsi sebagai penyelenggara
pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga
sebagai wadah pembinaan serta pengembangan kaum muda
22

dilandasi sistem among, prinsip dasar dan metode


kepramukaan” (Zainul, 2016: 41).

Dari penjelasan mengenai fungsi Pramuka maka dapat


dipahami bahwa Gerakan Pramuka berfungsi sebagai wadah
pembinaan bagi peserta didik melalui sistem kepramukaan, untuk
sikap kemandirian serta wawasan pengetahuan peserta didik.
C. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah sarana untuk mengadakan
perubahan secara mendasar, dengan membawa perubahan individu
sampai ke akar-akarnya, karena dengan pendidikan dapat merobohkan
tumpukan pasir jahiliyah (kebodohan). Pendidikan merupakan sarana
paling utama untuk membesarkan, mendorong, dan mengembangkan
warga negara untuk memiliki keadaban. Pendidikan bukan hanya
sekedar pengembangan intelektualitas manusia, artinya tidak hanya
meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia itu sendiri. Pendidikan bertujuan untuk
menjadikan manusia tetap tumbuh sebagai makhluk berakal-budi
utama sebagaimana jati dirinya.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu
usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya
bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
baik dimasa depan. Keberlangsunngan itu ditandai oleh pewarisan
budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh
karena itu, pendidikan adalah proses pengembangan budaya dan
karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan
bangsa di masa mendatang. Pendidikan bukan sekedar melahirkan
orang cerdas otak dan keahliannya, tetapi juga mulia kepribadian dan
tindakannya. Idealnya pendidikan harus melahirkan orang yang
terampil keahliannya, cerdas intelektualnya, dan mulia akhlaknya
23

sehingga menjadi sosok insan kamil atau manusia paripurna sesuai


dengan derajat kemanusiaan yang fitri.
Pada konsep Islam, definisi pendidikan sering di sebut
dengan berbagai istilah, yakni al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan
al-riyadhah. Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda-
beda, hal ini dikarenakan perbedaan konteks kalimatnya dalam
penggunaan istilah tersebut. Akan tetapi dalam keadaan tertentu,
semua istilah itu memiliki makna yang sama, yakni pendidikan
(Gunawan, 2014: 1). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha atau proses mengubah tingkah laku individu
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut
dilakukan dengan cara pendidikan. Dengan proses tersebut,
diharapkan akan terbentuk individu yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
Pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencakup
semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman,
kecakapan serta keterampilan pada generasi selanjutnya, sebagai usaha
untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka
baik jasmani maupun rohani. Definisi pendidikan yang diungkapkan
diatas adalah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) definisi
pendidikan secara luas yang mana pendidikan berlaku untuk semua
orang dan dapat bahkan lingkungan. (2) definisi pendidikan secara
sempit yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk anak dan hanya
dilakukan oleh lembaga atau institusi khusus dalam rangka
mengantarkan kepada masa kedewasaan. Namun dari perbedaan
tersebut ada kesamaan tujuan, yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan
nilai yang tinggi (Kurniawan, 2017: 27).
2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
24

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada


suatu system yang melandasi sikap, pemikiran, dan perilaku yang
ditampilkan. Memahami sejarah pendidikan karakter tentunya
sama tuanya dengan sejarah pendidikan. Pencetus pendidikan
karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses
pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW forester (1869-
1966). Walaupun begitu, lebih dari itu marilah kita lihat peran
Socrates, Plato dan Kong Fu-tze. Howard mencatat, pada abad 18
dan 19 pendidikan karakter mulai dipandang sebagai tujuan utama
pendidikan. Namun disekolah-sekolah umum, dukungan untuk
pendidikan moral berkurang dan menyusut. Perubahan-perubahan
ini seringkali berhubungan dengan kejadian-kejadian bersejarah
dan gerakan-gerakan politik. Sejarah pendidikan moral atau
karakter dapat ditelusuri dari keterkaitannya dengan
kewarnegaraan (CITIZENSHIP). Kewarganegaraan merupakan
wujud loyalitas akhir dari setiap manusia modern. Di Indonesia,
dalam zaman pra-kemerdekaan yang dikenal adalah pendidikan
atau pengajaran budi pekerti yang menanamkan pada peserta didik
asas-asas moral, etika dan etiket yang melandasi sikap dan tingkah
laku dalam pergaulan sehari hari.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,
yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga
aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif, jadi yang
diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan
pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan
pengetahuan saja. Hal ini karena pendidikan karakter terkait erat
dengan nilai dan norma. Oleh karena itu, harus juga melibatkan
aspek perasaan. Dalam pendidikan karakter, anak didik memang
sengaja dibangun karakternya agar mempunyai nilai-nilai kebaikan
sekaligus mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
25

kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, sesama manusia,


lingkungan sekitar, bangsa, negara, maupun hubungan
Internasional sebagai sesama penduduk dunia (Azzet).
Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ‘’to
mark’’ (memandai) dan memfokuskan pada bagaimana
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau
perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku
tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang
memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur,
dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki
karakter baik/mulia. Istilah karakter berkaitan erat dengan
personality (kepribadian) seseorang, sehingga dia bisa disebut
orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya
sesuai dengan etika atau kaidah moral. Sementara itu, istilah
karakter yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah
Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat
tajam atau membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991)
adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang
melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Aristoles berpendapat bahwa karakter ini erat
kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam
tingkah laku. Definisi pendidikan karakter merupakan upaya-upaya
yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata kerama, budaya, dan adat istiadat (Gunawan,
26

2012: 28). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) karakter


memiliki arti tabiat; sifa-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dalam kajian
psikologi, character berarti gabungan segala sifat kejiwaan yang
membedakan seseorang dengan lainnya. Selain itu, secara
psikologis karakter juga dapat dipandang sebagai kesatuan seluruh
ciri/sifat yg menunjukkan hakikat seseorang (Narwanti, 2011: 2).
Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari
bahasa latin kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa
Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat
tajam dan membuat dalam. Sementara menurut istilah
(terminologis) ‘karakter’ diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.
Secara harfiah ‘karakter’ adalah kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhal atau budi pekerti individu yang merupakan
kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain.
Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-
sifat kewajiban, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain, tabiat, watak.

Terdapat beberapa pengertian tentang karakter,


sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tadrikotun Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivation), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari
bahasa Yunani yang berarti tomark atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
2) Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama
dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
27

karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan (Gunawan, 2012: 2).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-


nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil.dalam pendidikan karakter
di sekolah, semua kompenen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaaan
sekolah, pelaksanaan aktifitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakuka guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik.
Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan berbagai
hal terkait lainnya (Narwanti, 2011: 15).
Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada
individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter itu
adalah landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan
merupakan pula perekat budaya. Karakter secara kebahasaan ialah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat atau watak (Departemen
28

Pendidikan Nasional, 1997: 444). Kata karakter dipungut dari


bahasa Inggris character, artinya watak, sifat, peran, huruf,
sedangkan characteristic artinya sifat yang khas. Karakter telah
menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa Inggris
(character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani charassein yang
artinya “mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan’’
sehingga dalam makna terminologi, karakter atau watak
“merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat
tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang
yang satu dengan yang lain’’. Karakter merupakan “kumpulan dari
tingkah laku baik dari seorang anak manusia, tingkah laku ini
merupakan perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi,
dan tugasnya mengemban amanah dan tanggung jawab’’.
Menurut Kemendiknas bahwa karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat
kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh
karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
melalui pengembangan karakter individu seseorang (Nashir, 2013:
10). Karena sering dikaitkan dengan kepribadian, sehingga
pembentukan karakter juga dihubungkan dengan pembentukan
kepribadian. Istilah “kepribadian’’ (personality) berasal dari kata
latin ‘’persona’’ yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka
yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang
dimaksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi
seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana
seseorang tampak pada orang lain.
29

Pendidikan karakter berasal dari dua suku kata yang


berbeda yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini mempunyai
makna sendiri-sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja,
sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses
pendidikan tersebut, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter
yang baik. Jadi Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi pengetahuan, kesadaran, tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut kesemuanya itu melalui metode pembiasaan,
keteladanan, dan pengajaran sehingga bisa tertanam dalam benak
peserta didik. Antara pendidikan akhlak dan pendidikan karakter
mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karakter.
Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan Timur dan Islam,
sedangkan pendiidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, bukan
alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataannya kedua konsep ini
memiliki ruang untuk saling mengisi (Kurniasih dan Berlin, 2017:
8).
Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk
membimbing seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu
memfilter pengaruh yang tidak baik. Kebijakan pemerintah melalui
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai pendidikan
karakter dalam Kurikulum 2013 perlu disambut gembira dan
didukung semua pihak. Pendidikan karakter merupakan pendidikan
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan
(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketidak aspek ini maka pendidikan karakter
tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan. Pendidikan karakter bukan hanya
penting, tetapi mutlak dilakukan oleh setiap bangsa jika ingin
menjadi bangsa yang beradap. Banyak fakta membuktikan bahwa
bangsa-bangsa yang maju bukan disebabkan bangsa tersebut
30

memiliki sumber daya alam yang berlimpah, melainkan bangsa


yang memiliki karakter unggul seperti kejujuran, kerja keras,
tanggung jawab, dan lainnya. Adanya pendidikan karakter ini
adalah bentuk nyata dari upaya yang terencana untuk menjadikan
peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, dimana
tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan disekolah melalui
pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan (Kurniasih dan
Berlin, 2017: 22).
Upaya pembentukan karakter bangsa melalui mata
pelajaran berlabel pancasila ini terus dilakukan dengan pendekatan
indoktrinasi sampai pada awal tahun dasawarsa 90-an. Seiring
dengan menggemanya reformasi, sekitar tahun 2000 digulirkanlah
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang membidani lahirnya
pelajaran budi pekerti. Kemudian pendidikan karakter menjadi
tema peringatan hari pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2011.
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) memberi tema
’’Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa (Raih
Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti )’’. Adapun pendidikan
karakter di beberapa negara dimulai sejak pendidikan dasar, seperti
di Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Korea. Implementasi
pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis betul-betul
memiliki efek positif dalam pencapainya. Pemerintah di Amerika
sangat mendukung program pendidikan karakter yang diterapkan
sejak pendidikan dasar (Narwanti, 2011: 11).
Di negara Cina, dalam program reformasi pendidikan yang
diinginkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit
diungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter. Program
pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina
31

yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas.


Agenda utama bangsa Indonesia mendatang adalah melakukan
restorasi keberadaban bangsa melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang dapat dimaknai sebagai sebuah proses
pananaman nilai untuk membantu siswa menjadi cerdas dan baik
(smart and good) pada tiga aspek yang meliputi lognitif (head),
afektif (heart), psikomotorik (hand).
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan
perasaannya. Mengingat pentingnya pendidikan budaya dan
karakter bangsa tersebut,maka konsep pendidikan karakter harus
menjadi ruh dari pembangunan bangsa dan negara kita. Untuk itu,
maka konsep besar pendidikan karakter harus segera dirumuskan
menjadi program dan kegiatan yang operasional untuk dapat
dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mulai saat
ini dan masa depan (Narwanti, 2011: 14). Diantara karakter baik
yang hendaknya dibangun dalam kepribadian anak didik adalah
bisa bertanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, menepati janji,
ramah, peduli kepada orang lain, percaya diri, pekerja keras,
bersemangat, tekun, tak mudah putus asa, bisa berfikir secara
rasional, dan kritis, kreatif dan inovatif, dinamis, bersahaja, rendah
hati, tidak sombong, sabra, cinta ilmu dan kebenaran, rela
berkorban, hati-hati, bisa mengendalikan diri, tidak mudah
32

terpengaruh oleh informasi yang buruk, mempunyai inisiatif, setia,


menghargai waktu, dan bisa bersikap adil (Azzet, 2014: 29).
b. Prinsip-prinsip pendidikan karakter
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan
lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa
prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas memberikan
rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter
yang efektif sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya
mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif
untuk membangun karakter;
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
5) Memeberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan perilaku yang baik;
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta
didik;
8) Memfungsikan selurug staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan
setia pada nilai dasar yang sama;
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangung inisiatif pendidikan karakter;
10) Memfungsiakan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun karakter;
11) Mengevaluasi karakter sekolah, fugsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manivestasi karakter positif dalam
kehidupan peserta didik.
33

Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan


oleh kemendiknas tersebut, Dasyim Budimansyah berpendapat
bahwa program pendidikan karakter disekolah perlu dikembangkan
dengan berlandaskan pada prinsi-prinsip sebagai berikut:
1) Pendidikan karakter disekolah harus dilaksanakan secara
berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa
proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses
yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah
higga mereka lulus sekolah ada suatu satuan pendidikan.
2) Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua
mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan
budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa
dilakukan denga mengintegrasikan dalam seluruh mata
pelajaran, dalam kegiatan kurikuler mata pelajaran, sehingga
semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nialai-
nilai karakter tersebut. Pengembangan nilai-nilai karakter juga
dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik
melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti
kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.
3) Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk
pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata
pelajaran. Kecyali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (
yang didalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan
dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing),
dan akhirnya membiasakan (habit).
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif
(active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning).
Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter
dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru
menerapkan prinsip ‘’tutwuri handayani’’ dalam setiap perilaku
yang ditunjukkan oleh agama (Gunawan, 2012: 36).
34

Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada


individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter itu
adalah landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan
merupakan pula perekat budaya. Ada beberapa hal nilai pembentuk
(integritas) karakter yang utuh yaitu menghargai, berkreasi,
memiliki keimanan, memiliki dasar keilmuan, melakukan sintesa
dan melakukan sintesa dan melakukan sesuai etika. Selain itu juga
pada dasarnya pendidikan karakter itu bersifat ubiquitous, karena
pertama melekat kepada pola asuh dalam sebuah keluarga. Kedua
tidak pada prosesnya harus mengalami proses pembelajaran di
sekolah. Ketiga setelah melalui proses pertama bahkan kedua baru
bisa terbentuk pendidikan karakter pada masyarakat bahkan
pemerintahan.
c. Nilai-nilai pembentuk karakter
1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
4) Disiplin
5) Kerja keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis
9) Rasa ingin tau
10) Semangat kebangsaan
11) Cinta Tanah Air
12) Menghargai Prestasi
13) Bersahabat/komunikatif
14) Cinta Damai
15) Gemar Membaca
16) Peduli Lingkungan
17) Peduli sosial
35

18) Tanggung Jawab (Narwanti, 2011: 25).

Pendidikan nilai karakter sangat penting dengan beberapa alasan:


(a) Karakter adalah bagian esensial manusia dan karenanya
dididikkan,
(b) Saat ini karakter generasi muda mengalami erosi, pudar, dan
kering beradaannya,
(c) Terjadi kehidupan yang semua diukur dengan menghalalkan
segala cara dalam mencapai tujuan,
(d) Karakter menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan
bangsa Indonesia.
d. Pilar-pilar pendidikan karakter
Menurut Suyanto, setidaknya terdapat Sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal sebagai
berikut:
1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2) Kemandirian dan tanggung jawab
3) Kejujuran dan amanah
4) Hormat dan santun
5) Dermawan, suka menolong dan kerja sama
6) Percaya diri dan kerja keras
7) Kepemimpinan dan keadilan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, kedamaian dan kesatuan

Apabila kesembilan pilar karakter tersebut benar-benar


dipahami, dirasakan kebaikan dan perlunya dalam kehidupan, dan
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, inilah sesungguhnya
pendidikan karakter yang diharapkan. Sebagaimana pilar karakter
yang pertama, yakni cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. Pilar
ini adalah yang paling penting dalam kehidupan manusia. Apabila
seseorang bisa mencintai Tuhannya, kehidupannya akan penuh
36

dengan kebaikan. Apabila, cinta kepada Tuhan ini juga


disempurnakan dengan mencintai ciptaan-Nya. Ciptaan tuhan
adalah seluruh alam semesta dan isinya. Dengan demikian,
mencintai ciptaan-Nya berarti mencintai sesame manusia, hewan,
tetumbuhan, atau seluruh alam ini. Orang yang mempunyai
karakter demikian akan berusaha berperilaku penuh cinta dan
kebaikan. Bila demikian adanya, betapa indahnya hidup ini.
Pilar yang kedua adalah kemandirian dan tanggung jawab.
Setelah mencintai Tuhan dan ciptaan-Nya, karakter mulia yang
harus dibangun adalah kemandirian dan tanggung jawab. Banyak
sekali orang melakukan perbuatan tidak menyenangkan orang lain,
bahkan merugikan banyak pihak karena seseorang tidak punyai
sifat kemandirian. Demikian pula dengan tanggung jawab.
Sungguh, inilah hal mendasar yang harus dimiliki setiap manusia.
Tanpa tanggung jawab, manusia tak lebih hanyalah sosok yang
tidak berguna akal sehatnya. Oleh karena itu, setiap orang harus
mempunyai rasa tanggung jawab ini minimal bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Setelah seseorang mempunyai jiwa
kemandirian dan bertanggung jawab, pilar karakter yang harus
dibangun dalam diri anak didik adalah kejujuran dan sekaligus
berjiwa amanah. Kejujuran dan berjiwa amanah ini adalah kunci
sukses seseorang dalam menjalin hubungan dengan siapa pun.
Barangsiapa yang mengabaikan kejujuran, apalagi tidak berjiwa
amanah, akan ditinggalkan atau tidak disukai oleh sahabat dan
kenalannya. Tidak hanya akan gagal dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, orang-orang yang tidak jujur dan amanah juga
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain
(Azzet, 2014: 30-31).
Pilar karakter yang keempat adalah hormat dan sntun.
Inilah karakter penting yang harus ada dalam diri manusia agar
dapat menjalin keja sama dalam kehidupan yang damai dan
37

menyenangkan. Manusia yang tidak mempunyai rasa hormat dan


sopan santun, tentu akan sulit menjalin hubungan dalam pergaulan.
Orang yang demikian akan dijauhi oleh orang lain karena dinilai
angkuh dan sombong. Oleh karena itu, pendidikan perlu
membangun karakter anak didiknya agar mempunyai sifat hormat
dan santun dalam pergaulan. Dengan demikian, mereka akan
menjadi pribadi-pribadi yang menyenangkan. Pilar karekter kelima
yang harus dibangun dalam pendidikan adalah dermawan, duka
menolong, dan kerja sama. Karakter dermawan dan suka menolong
adalah kemuliaan yang ada dalam diri manusia. Hanya orang-orang
berjiwa besar yang mempunyai sifat bisa dermawan dan suka
meolong. Sifat ini tidak mengharuskan seseorang untuk menjadi
kaya terlebih dahulu baru bisa dermawan dan suka menolong.
Orang yang tidak kaya pun bisa mempunyai sifat yang mulia ini.
Apabila orang belum kaya, namun mempunyai sifat dermawan dan
suka menolong, ia memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuannya.
Pilar karakter keenam yang harus dibangun adalah percaya
diri dan pekerja keras. Inilah hal yang sangat penting agar
seseorang dapat memperoleh apa yang diinginkan, mencapai segala
sesuatu yang menjadi impiannya, atau meraih cita-cita yang mulia
dalam kehidupan ini. Tanpa mempunyai kepercayaan diri yang
kuat, seseorang akan mudah ragu-ragu dalam melangkah. Inilah
penyakit hati yang sering membuat seseorang gagal dalam setiap
usaha yang dilakukannya atau bahkan seseorang tak pernah jadi
melangkah karena selalu saja disergap keraguan. Dengan demikian,
karakter percaya diri harus dibangun dalam diri anak didik
semenjak dini. Agar kepercayaan diri yang dimiliki oleh anak didik
semakin memperkuat karakter sebagai insan sukses, perlu
dibangun bersama dengan karakter sebagai pribadi yang bekerja
keras. Dengan demikian, dengan dua karakter tersebut, anak didik
38

akan menjadi pribadi yang tangguh dan tak mudah menyerah


dalam setiap melakukan sebuah usaha di kehidupan ini.
Pilar karakter yang ketujuh adalah kepemimpinan dan
keailan. Setiap manusia pasti akan menjadi pemimpin entah itu
menjadi pemimpin bagi keluarga, anak-anaknya, lingkungan
tampat tinggal, negara, perusahaan, kelompok, organisasi, atau
bahkan pemimpin bagi dirinya. Oleh karena itu, setiap ank didik
harus dibangun kepribadiannya agar mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik sudah tentu harus juga mempunyai
karakter yang bisa bersikap adil. Tanpa keadilan, seorang
pemimpin akan berbuat dzalim. Sungguh, perbuatan zalim adalah
termasuk keburukan yang harus semaksimal mungkin dihindari
oleh orang yang terdidik. Pilar karakter yang kedelapan adalah baik
dan rendah hati. Inilah hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap
orng-orang yang terdidik, yakni memiliki karakter baik dan rendah
hati. Apabila orang-orang yang terdidik tidak mempunyai karakter
yang baik dan rendah hati, akan banyak kerusakan terjadi di muka
bumi ini. Tiadanya karakter rendah hati juga akan melahirkan
orang-orang yang pongah atau sombong.
Pilar karakter yang kesembilan adalah toleransi, kedamaian,
dan kesatuan. Inilah hal yang sangat penting untuk membangun
kehidupan bersama yang damai dan menyenangkan. Sungguh, pilar
karakter yang kesembilan ini penting sekali, apalagi bila akhir-
akhir ini kita memerhatikan kekerasan yang sering terjadi di negri
ini. Kesembilan pilar karakter tersebut hendaknya menjadi dasar
pendidikan karakter sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut
para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age). Banyak
penelitian membuktikan bahwa pada usia ini sangat menentukan
kemampuan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara optimal. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi
39

ketika anak berusia empat tahun. Dengan memperhatikan hasil


penelitian ini, di samping pendidikan sekolah yang berkewajiban
dalam membangun karakter yang baik pada diri anak didik,
orangtua juga sama sekali tidak boleh melepaskan begitu saja
pendidikan kepala sekolah. Orangtua justru mempunyai kewajiban
yang utama dalam hal ini (Azzet, 2014: 35).
Dengan demikian, pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada semua yang
terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai
pengetahuan, kesadaran, daan tindakan dalam melaksanakan nilai-
nilai tersebut. Semua warga sekolah yang terlibat dalam
pengembangan karakter yang baik ini sesungguhnya dalam rangka
membangun karakter anak didik. Hal ini penting agar anak didik
menemukan contoh dan lingkungan yang kondusif dengan karakter
baik yang sedang dibangun dalam kepribadiannya.
e. Tujuan dan Fungsi Karakter
1) Tujuan Karakter
Pada dasarnya Pendidikan Karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang,
sesuai standard kompetensi lulusan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Pada 2 Mei 2010, bertepatan dengan peringatan Hari
Pendidikan Nasional, merupakan momentum adanya penegasan
kembali pembentukan karakter dalam sistem pendidikan
ditanah air dengan mengusang tema, ‘’Pendidikan Karakter
40

untuk Membangun Peradaban Bangsa’’. Salah satu makna


penting dari tema ini, bahwa pembangunan karakter dan
pendidikan karakter; merupakan suatu keharusan, karena
pendidikan tidak hanya mengantarkan anak bangsa menjadi
cerdas tetapi juga mempunyai budi pekrti dan sopan santun,
sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat pada
umumnya. Terkait dengan kurikulum 2013 untuk tujuan
pengembangan pendidikan karakter, tentu sejatinya tidak hanya
menegaskan pentingnya pendidikan karakter, atau tidak cukup
hanya dinyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan
keharusan. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standard
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang
banyak dibicarakan dikalangan pendidik. Pendidikan karakter
diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM), karena turut menentukan
kemajuan suatu bangsa. Terkait dengan perlunya pendidikan
karakter, adalah Thomas Lickona (seorang professor
pendidikan dari Cortland University) menungkapkan bahwa
ada sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, tetapi harus
diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang
kehancuran. 10 tanda zaman itu adalah:
(a) Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja / masyarakat;
(b) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak
baku;
(c) Pengaruh per-group (geng) dalam tindak kekerasan,
menguat;
41

(d) Meningkatnya perilaku merusak didri, seperti penggunaan


narkoba; alkohol dan seks bebas;
(e) Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(f) Menurutya etos kerja;
(g) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(h) Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok;
(i) Membudayanya kebohongan/ketidak jujuran, dan
(j) Adanya rasa saling curiga dan kebencian.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal
materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan
karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat
baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, kesatria; malu berbuat
curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya
kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih
secara serius dan proposional agar mencapai bentuk dan
kekuatan yang ideal. Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompotitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, beriorentasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pancasila. Agama dalam kehidupan pemeluknya merupakan
ajaran yang mendasar yang menjadi pandangan atau pedoman
hidup.
Dalam menjalani kehidupan didunia ini agama memiliki
posisi dan peranan yang sangat penting. Agama dapat berfungsi
sebagai faktor motivasi (pendorong untuk bertindak yang
benar, baik, etis, dan maslahat), profetik (menjadi risalah yang
menunjukkan arah kehidupan), kritik (menyuruh pada yang
ma’ruf dam mencegah dari munkar), kreatif (mengarah amal
atau tindakan yang menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan
42

orang lain), integratif (menyatukan elemen-elemen yang rusak


dalam manusia dan masyarakat untuk menjadi lebih baik),
sublimatif (memberikan proses penyucian diri dalam
kehidupan), dan liberatif (membebaskan manusia dari berbagai
belenggu kehidupan). Manusia yang tidak memiliki pandangan
hidup, lebih-lebih yang bersumber pada agama, ibarat orang
buta yang berjalan ditengah kegelapan dan keramaian: tidak
tahu dari mana dia datang, mau apa dia didunia, dan kemana
tujuan hidup yang hakiki (Nashir, 2013: 23). Antara pendidikan
akhlak dan pendidikan karakter mempunyai orientasi yang
sama, yaitu pembentukan karakter.
Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan Timur
dan Islam, sedangkan pendiidikan karakter terkesan Barat dan
sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan. Pada
kenyataannya kedua konsep ini memiliki ruang untuk saling
mengisi (Kurniasih dan Berlin, 2017: 8). Pendidikan karakter
pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pancasila. Menurut presiden Susilo Bambang Yudhoyono lima
hal dasar yang menjadi tujuan gerarakan Nasional pendidikan
Karakter. Gerakan tersebut diharapkan menciptakan manusia
Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yag mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang,sesuai standard kompetensi
lulusan.Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
43

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan


pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari hari (Narwanti, 2011:
17).
2) Fungsi Karakter

Pendidikan karakter berfungsi: (1) mengembangkan


potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku
baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur; dan (3) meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
pemerintah, dunia usaha, dan media massa. Dalam perspektif
Islam, pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada
sejak islam diturunkan didunia; seiring dengan diutusnya nabi
Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan
akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung
sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek
keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak (Mulyasa,
2016: 5).
f. Kegiatan Ko-Kurikuler atau Ekstrakurikuler
Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajara diluar
kelas yang terkait langsung dengan suatu materi dari suatu mata
pelajaran, seperti kegiatan dokter kecil , palang merah remaja.
Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang menguatkan
kegiatan intrakurikuler adalah sesuai dengan minat dan bakat siswa
yang dilakukan dibawah bimbingan guru atau pelatih atau
melibatkan orang tua dan masyarakat seperti kegiatan keagamaan,
pramuka, PMR, paskibra, kesenian, bahasa dan sastra, KIR,
44

jurnalistik, olahraga dan sebagainya. Selain itu ada pula kegiatan


non-kurikuler dan pembiasaan pendidikan karakter disekolah
seperti memulai hari dengan upacara bendera (Senin), apel,
menyaikan lagu Indonesia raya, lagu nasional, dan berdoa bersama.
Membaca buku-buku non pelajaran tentang PBP, cerita rakyat yang
dilakukan 15 menit sebelum memulai pelajaran. Untuk kegiatan
yang terakhir ialah kegiatan pendidikan karakter bersama orang tua
dirumah, dan dilakukan pada sabtu-minggu. Yaitu saat siswa
berinteraksi bersama orang tua, lingkungan dan sesama (Kurniasih
dan Berlin, 2017: 97).
g. Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak dan Moral
Akhlak berasal dari bahasa Arab yakni khulqun yang
menurut Loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persuaian dengan
perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan
dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. Dengan demikian, Akhlak adalah pembahasan tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah
perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan
yang buruk atau perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk
atau berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah
laku,kemudian memberikan hukum kepada perbuatan tersebut,
yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.
Adapun moral berasal dari bahasa latin yakni ‘mores’ kata
jamak dari ‘mos’ yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa
Indonesia moral diartikan dengan susila. Moral ialah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia yang baik
dan yang wajar. Istilah moral senantiasa mengacu kepada baik
buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.inti pembicaraan
tentang moral adalah berkaitan dengan bidang kehidupan manusia
dinilai dari baik buruknya perbuatan selaku manusia.norma moral
45

dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya


sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia. Dari
pengertian ketiga istilah tersebut, dapat dilihat persamaan
ketiganya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hokum
atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau
buruk. Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tigal hal:
1) Objek: yaitu perbuatan manusia
2) Ukuran:yaitu baik dan buruk
3) Tujuan:membentuk kpribadian manusia

Adapun perbedaan ketiganya terletak pada:


1) Sumber atau acuan:
(a) Moral bersumber dari norma atau adat istiadat
(b) Akhlak bersumber dari wahyu
(c) Karakter bersumber dari penyadaran dan kepribadian
2) Sifat pemikiran
(a) Moral bersifat empiris
(b) Akhlak merupakan perpaduan antara wahyu dan akal
(c) Karakter merupakan perpaduan akal,kesadaran dan
kepribadian
3) Prosedur munculnya peran
(a) Moral muncul karena pertimbangan suasana
(b) Akhlak muncul secara spontan atau tanpa pertimbangan
(c) Karakter proses dan bisa mengalami perubahan (Marwanti,
2011: 5).
3. Peserta Didik

Dalam masyarakat,ada beberapa istilah yang digunakan untuk


menyebut peserta didik, seperti siswa, murid, santri, pelajar,
mahasiswa, dan sebagainya. Istilah siswa, murid, dan pelajar,
umumnya digunakan untuk menyatakan peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar sampai sekolah menengah. Sementara bagi peserta
46

didik pada tingkat pendidikan tinggi atau akademi,disebut mahasiswa.


Istilah santri digunakan untuk mengatakan peserta didik yang
menuntut ilmu di pondok pesantren. Peserta didik adalah tiap orang
atau sekelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.Dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bab 1 pasal 1 ayat 4, dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan
sebagai anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik
maupun psikologis yang memerlukan orang lain untuk menjadi
dewasa.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa peserta
didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan
atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain. Untuk
menentukan jenis peserta didik maka tidak dapat terlepas dari jenis-
jenis atau bentuk-bentuk pendidikan. Secara umum, bentuk pendidikan
dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah dan oendidikan luar
sekolah. Pendidikan sekolah merupakan pendidikan formal. Sementara
pendidikan luar sekolah mengambil bentuk dalam pendidikan informal
(lingkungan keluarga) dan pendidikan nonformal (lingkungan
masyarakat). Murid adalah peserta didik di sekolah, anak kandung
adalah peserta didik di lingkungan keluarga, dan anak-anak penduduk
adalah peserta didik dari masyarakat sekitarnya (Kurniawan, 2017:
53).
4. Kurikulum Pendidikan Karakter

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang


artinya pelari atau curere yang bearti tempat berpacu. Istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno yang
47

mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari


dari garis start sampai garis finish. Saat ini istilah kurikulum lebih
lazim digunakan pada lingkungan pendidikan formal, yaitu sekolah
daripada di lingkungan pendidikan informal (keluarga), atau di
lingkungan pendidikan nonformal (masyarakat), untuk menyebut
seluruh program pendidikan yang di dalamnya tercakup masalah-
masalah metode, tujuan, tingkat pengajaran, materi pelajaran setiap
tahun ajaran, topik-topik pelajaran, serta aktivitas yang dilakukan
setiap peserta didik pada setiap materi pelajaran. Dalam UU RI Nomor
20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 1
ayat 19 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah
seperangkap rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
menyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib
bangsa kita dikemudian hari. Karakter peserta didik yang terbentuk
sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa ini
dikemudian hari. Karakter peserta didik akan terbentuk dengan baik
manakala dakam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup
ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa. Peserta didik adalah
pribadi yang mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan iramanya masing-masing (Kurniawan, 2017:
105).
Berikut merupakan penjelasan tentang strategi internalisasi
karakter pada peserta didik di lingkungan sekolah.
1) Religius

Sikap dan perilaku religius merupakan sikap dan perilaku


yang dengan hal-hal spiritual. Seseorang disebut religius ketika ia
merasa perlu dan berusaha mendekatkan dirinya dengan Tuhan
48

(sebagai penciptanya) dan patuh melaksanakn ajaran agama yang


dianutnya.
2) Jujur

Salah satu bentuk program yang dapat dilakukan oleh


sekolah untuk menumbuhkan kejujuran pada peserta didik, yaitu
dengan membuat kantin jujur. Kantin jujur adalah ruang tempat
menjual minuman dan makanan di sekolah kepada peserta didik
dengan tujuan untuk melatih kejujuran para peserta didik dalam
membayar makanan yang mereka ambil. Hal ini kemudian menjadi
salah satu indikator dalam menilai kejujuran dari siswa sekolah.
Berbicara “kejujuran” seperti halnya berbicara tentang “keikhlasan
dan kesabaran”. Kata kata ini mudah untuk diucapkan, tetapi dalam
pelaksanaan praktiknya butuh “kesadaran”. Dengan
penyelenggaraan kantin jujur di sekolah ini diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran pesert didik untuk berperilaku jujur,
menanamkan nilai-nilai kemandirian kepada peserta didik, serta
melatih peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma, tata
tertib, dan ketentuan yang berlaku, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
3) Toleransi

Beberapa poin yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam


membentuk sikap toleransi pada peserta didik, sebagai berikut:
a) Memperhatikan ranah efektif

Mengubah orientasi pembelanjaran dengan memberikan


perhatian lebih pada ranah efektif. Pendidikan yang selama ini
hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tentu tidak dapat
diandalkan untuk membentuk kepribadian peserta didik yang
mencerminkan sikap toleransi terhadap sesama.
b) Keteladanan Guru
49

Guru sebagai contoh teladan bagi peserta didik dengan


demikian harus menata ulang tutur kata dan tingkah lakunya di
hadapan peserta didik agar dapat memberikan penguatan positif
terhadap pembentukan kepribadian peserta didik. Apabila guru
mampu bertoleransi dengan baik, peserta didik juga akan
melakukan hal serupa.
c) Pembiasaan terhadap perbedaan

Membiasakan peserta didik menghargai perbedaan.


Sikap toleransi terhadap sesama tidak muncul begitu saja,
tetapi dibentuk melalui sebuah proses panjang. Oleh Karena
itu, guru harus menempatkan peserta didik pada kondisi yang
menghadirkan banyak perbedaan-perbedaan. Pada kondisi
demikan guru dapat melatih peserta didik agar bisa menghargai
setiap perbedaan yang ada. Sebagai contoh sederhan guru dapat
memberikan sebuah permasalahan untuk diselesaikan secara
berkelompok. Guru kemudian mengadu pendapat antara
kelompok satu dengan kelompok yang lain. Dengan perbedaan
pendapat tersebut, peserta didik dilatih untuk tetap saling
menghormati dan menghargai dengan sesame temannya.
d) Melatih Heterogenitas dalam Kelompok

Membuat kelompok-kelompok belajar heterogen.


Dalam kegiatan pembelajaran guru sering membagi peserta
didik dalam kelompok-kelompok belajar. Dengan
berkelompok, peserta diharapkan dapat saling bekerja sama dan
bertukar pikiran dalam mempelajari suatu materi.
4) Disiplin

Kedisiplinan adalah cermin kehidupan suatu masyarakat


atau bangsa. Maknanya dari gambaran tingkat kedisplinan suatu
bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi
50

rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Cerminan kedisiplinan


mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada
sekolah-sekolah yang kurang disiplin. Disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, dan ketertiban.
5) Kerja Keras

Peserta didik perlu diajarkan mengenai pentingnya kerja


keras. Kerja keras adalah prilaku yang menunjukan upaya
sesungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kerja
keras juga dapat didefinisikan semangat pantang menyerah diikuti
kenyakinan yang kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-
citanya. Nilai ini sangat dibutuhkan oleh manusia agar selalu
memilki semangat yang besar dan tidak mudah putus asa dalam
mencapai cita-citanya.
6) Kreatif

Kreatif adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan


suatu yang baru, sebagai kemmapuan untun memberikan gagasan-
gagasan baru yang dapat diterapkan dalam memcahkan masalah,
atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru
antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Kretatif dapat juga
didefinisikan sebagai cara berfikir dan melakukan suatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari suatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri

Didalam suatu proses pembelajaran peserta didik


hendaknya dapat diarahkan agar menjadi peserta didik yang
mandiri. Yang dimaksud dengan mandiri disini adalah suatu sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
51

menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis

Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak


yang menilai secara sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.

9) Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu pada setiap orang amatlah penting. Untuk


itu, guru seharusnya bisa memupuk sifat ini pada peserta didik
guna merangsang kreativitas dimasa depannya.
10) Semangat Kebangsaan

Setiap warga Negara dari suatu Negara , sudah tentu


memiliki keterikatan emosiaonal dengan Negara yang
berkesangkutan sebagai wujud rasa bangga dan memiliki bangsa
dan negaranya. Perasaan bangga dan memiliki terhadap bangsanya,
akan mampu melahirkan sikap rela berkorban untuk memperoleh
dan mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatan negara. Hal ini
merupakan bentuk keterikatan pada tanah air, adat istiadat leluhur,
serta penguasa setempat yang menghiasi rakyat atau warga
setempat sejak lama atau disebut dengan’’ semangat kebangsaan’’.
Semangat kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak, dan
berwawasan yang menepatkan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air

Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan rasa memiliki,


rasa menghargai, rasa menghormati, dan loyalitas dimiliki oleh
setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari
perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah
airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
52

mencitai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan


melestarikan alam dan lingkungan.
12) Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi apapun alasannya tetap penting, karna


itu jangan sampai sekolah yang ingin mendiidk peserta didk untuk
berprestasi, yang artinya juga bersaing sebagai pemenang, sekolah
justru memilih mengarahkan peserta didiknya untuk menjauhkan
diri dari prestasi.
13) Bersahabat/Komunikatif

Dalam menanamkan pendidikan karakter bagi peseta didik


adanya bentuk keteladanan dan pembiasaan. Secara psikologis
perkembangan pesrta didik dalam proses pembelajaran, dipengaruhi
dari apa yang mereka ingat dan meniru apa yang mereka lihat. Guru
hendaknya memberi contoh yang baik kepada peserta didiknyamaksud
memberi contoh bukan sekedar menjelaskan melainkan prilaku guru
harus mencerminkan sikap-sikap yang baik. Hal sederhana yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini misalnya dengan membiasakan untuk
menyapa atau mengucapkan salam (bagi yang beragama isalam) ketika
bertemu dengan peserta didik. Hal ini membuat peserta didik terbiasa
dengan sikap bersahabat guru-guru mereka, selajutnya menjadikan
guru-guru mereka sebagai contoh atau model bagi mereka dalam
bersikap dan berprilaku.
14) Cinta Damai

Sekolah sebagai pendidikan formal yang memiliki sistem


tersetruktur, kepemimpinan yang terorgaisasi, dan waktu pembelajaran
yang sistematis, semestinya memang dapat menjadi tempat
membentuk karakter peserta didik yang cinta damai.
15) Gemar membaca

Harus diakui bahwa faktor buku berpengaruh terhadap


53

minat baca siswa. Banyak koleksi buku dan selalu ada yang baru
menjadi perangsang bagi siswa untuk mau membaca.
16) Peduli lingkungan

Kepedulian peserta didik pada lingkungan dapat dibentuk


melalui budaya yasekolah yang kondusif. Budaya sekolah yang
kondusif seperti yang penulis paparkan sebelumnya adalah
keseluruhan latar fisik lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim
sekolah yang scara prodiktif mampu memberikan pengalaman baik
tumbuh kembangnya karakter peserta didik seperti yang
diharapkan.
17) Peduli Sosial

Kepedulian social saat ini tidak banyak dilakukan oleh


banyak orang. Banyakk yang merasakan sedikit orang yang peduli
pada sesama yang cenderung menjadi seorang individualistis yang
mementingkan diri sendiri. Kepedulian sosial adalah sebuah
tindakan, bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Tindakan
peduli tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar tapi
ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun. Memiliki jiwa
kepedulian social sangat penting bagi setiap orang, begitu juga
pentingnya bagi seorang peserta didik.
18) Tanggung Jawab

Mengajari peserta didik tanggung jawab adalah hal yang


tidak mudah untuk dilakukan oleh guru manapun. Namun, hal itu
sangat penting dilakukan karena pentingnya bagi seorang sifat dan
sikap ini dalam menjalani kehidupannya. Karena pentingnya sifat
tanggung jawab pada diri seorang maka sifat tersebut penting
untuk ditanamkan sejak dini pada peserta didik dilingkungan
sekolah. Agar guru dapat mengajari tanggung jawabsecara lebih
efektif dan efisien kepada peserta didiknya (Kurniawan, 2017:
54

158).
D. Studi Relevan
Peneliti ingin menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
mana terkait dengan fokus atau tema penelitian ini, diantaranya adalah:
mengenai struktur cerita atau kisah, persamaan dan perbedaan. Bagian ini
berisi hasil kajian (review) dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang diajukan peneliti.
Dengan adanya kajian hasil penelitian relevan ini penelitian seseorang
dapat diketahui keasliannya. Setelah penulis melakukan tinjauan di
Perpustakaan Utama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis tidak
menemukan judul skripsi yang sama dengan yang penulis kaji. Penulis
menemukan beberapa judul yang hampir sama. Maka untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencontek, plagiat, manipulasi hasil
karya orang lain, penulis perlu mempertegas perbedaan diantara masing-
masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Kegiatan
Kepramukaan Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di MTs Negeri
2 Muaro Jambi. Skripsi ini disusun oleh Setio Adi Pratama, mahasiswa
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tahun
2020. Penelitian Setio Adi Pratama lebih memfokuskan dalam membahas
tentang internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada kegiatan
kepramukaan dalam membentuk karakter. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Persamaan penelitian Setio Adi Pratama dengan
penelitian ini terletak pada pembentukan karakter melalui kepramukaan,
namun perbedaannya yaitu penelitian Setio Adi Pratama lebih
memfokuskan pada Internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada
kegiatan kepramukaan dalam membentuk karakter, sedangkan penelitian
ini memfokuskan pada peran pramuka dalam membentuk karakter peserta
didik.
55

2. Penerapan Nilai Karakter Melalui Pelajaran Pendidikan Agama Islam di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Batang Hari. Skripsi ini disusun
oleh Zulpahran Ria, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi pada tahun 2017. Penelitian Zulpahran Ria lebih
memfokuskan dalam membahas tentang penerapan nilai karakter melalui
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Persamaan penelitian Zulpahran Ria dengan penelitian ini
terletak pada pembahasan karakter, namun perbedaannya yaitu penelitian
Zulpahran Ria lebih memfokuskan pada penerapan nilai karakter melalui
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sedangkan penelitian ini
memfokuskan pada peran pramuka dalam membentuk karakter peserta
didik.
3. Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa di
Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota Jambi. Skripsi ini disusun
oleh Baharuddin, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi pada tahun 2017. Penelitian Baharuddin lebih
memfokuskan dalam membahas tentang upaya guru akidah akhlak dalam
pembentukan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Persamaan penelitian Baharuddin dengan penelitian ini terletak pada
pembentukan karakter, namun perbedaannya yaitu penelitian Baharuddin
lebih memfokuskan pada upaya guru akidah akhlak dalam pemebentukan
karakter, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada peran pramuka
dalam membentuk karakter peserta didik.
56

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2017: 6). Penelitian ini berbentuk deskriptif
kualitatif yang dilihat dari sudut pandang pendidikan dengan mengkaji
tentang peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik,
disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis karena
secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat
ukur tertentu.
Pendekatan kualitatif (naturalistik) merupakan pendekatan
penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh berhubungan dengan obyek yang diteliti bagi menjawab
permasalahan untuk mendapat data-data kemudian dianalisis dan
mendapat kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi yang
tertentu. Paradigma penelitian kualitatif juga dapat digunakan dalam
penelitian sosial dan lain-lain sebagainya (Iskandar, 2008: 17).
Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya,
mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang berhubungan
dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba memahami menggali
pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapatkan informasi atau
data yang diperlukan.
Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat
gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran

56
57

peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal. Studi kualitatif


dengan pendekatan naturalistik menurut pengumpulan data pada
setting yang alamiah. Berdasarkan konsep kerja tersebut, peneliti
mengupayakan agar kehadiran peneliti tidak merubah situasi dan
perilaku orang yang diteliti.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: Tempat Penelitian,
dan waktu penelitian. Sebagai berikut:
a) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
b) Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester Genap, Tahun
Ajaran 2020/2021. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi sebagai tempat
penelitian didasarkan atas pemikiran bahwa tempat tersebut
adanya kasus tersebut.
Adapun alasan praktis pemilihan lokasi tersebut juga
didasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dari
segi tenaga maupun efisiensi waktu.
2) Situasi sosial sebelum mendapatkan izin formal, peneliti
telah mengadakan komunikasi informal dengan pihak
kepala Sekolah, pembina pramuka yang bersangkutan dan
pihak-pihak terkait, sehingga dapat izin secara formal.
Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dari
segi tenaga maupun efisiensi waktu.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dilingkungan Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi, yang dijadikan subjek penelitian adalah :
58

a. Pembina pramuka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1


Muaro Jambi
b. Peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi. Peserta didik kelas VIII yang mengikuti ekstrakulikuler
pramuka berjumlah 145 orang.
Penentuan subjek didasarkan dengan tekhnik Purposive
Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sample
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017: 219).
Dalam bahasa sederhana Purposive Sampling itu dapat dikatakan
secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti
orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik,
ciri, kriteria) sampel.
Penelitian ini menggunakan data berupa informan utama
dari pembina pramuka dan peserta didik Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi sebagai informasi tambahan yang
mendukung kajian penelitian. Subjek dalam penelitian ini sebagian
didatangi dan diwawancarai, sebagian lagi didatangi untuk diamati
atau diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk
penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara
dengan data yang diperoleh melalui observasi dengan teknik
triangulasi, sehingga data dan informasi sampai pada titik jenuh.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017:
225). Data primer adalah data yang diambil dari sumber data
secara langsung oleh peneliti melalui wawancara dan observasi
terhadap informan penelitian. Sedangkan menurut Lofland
bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
59

seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong, 2017: 157).


Data diambil dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi kepada narasumber yang menguasai
permasalahan, dalam penelitian ini adalah data tentang peran
pramuka dalam membentuk karakter khususnya mengenai :
1) Peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
2) Kendala yang dihadapi oleh Pembina pramuka dalam
membentuk karakter peserta didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
3) Upaya Pembina pramuka dalam membentuk karakter
peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua.
Adapun data yang dimaksudkan adalah dokumen-dokumen
sekolah, literatur, maupun informasi terkait penelitian, maka
data tersebut adalah data sekunder data pendukung penelitian.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil
mengenai gambaran umum mengenai Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, sebagai berikut :
1) Profile Sekolah
2) Visi dan Misi
3) Struktur Organisasi
4) Keadaan Pendidik dan Peserta Didik
5) Keadaan Sarana dan Prasarana
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
60

lain. Untuk mendapatkan data dan informasi maka informan


dalam penelitian ini ditentukan secara purposive atau sengaja
dimana informan telah ditetapkan sebelumnya. Informan adalah
orang yang memberikan informasi. Istilah “informan” ini
banyak digunakan dalam penelitian kualitatif (Arikunto, 2010:
188).
Sumber data disini merupakan subjek dari mana data
dapat diperoleh, sumber data dapat berupa orang, proses
dokumentasi, foto kegiatan, arsip dokumentasi yang
berhubungan dengan peran organisasi pramuka dalam
membentuk karakter peserta didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, sumber data dalam penelitian
ini adalah :
a) Pembina Pramuka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi
b) Peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mendapatkan data yang sesuai dengan topik
pembahasan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah ketika peneliti langsung turun ke
lapangan untuk mengamati perilaku dan aktitivitas individu-
individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti
merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun
semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang memang ingin diketahui oleh peneliti) dan aktivitas-aktivitas
di lokasi penelitian (Creswell, 2016: 254).
Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama
penulis berada dilokasi penelitian. Metode observasi yang
61

digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipan,


yang mana peneliti melibatkan diri secara langsung dalam
lingkungan penelitian mengenai peran pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi, khususnya mengenai:
a) Peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
b) Kendala yang dihadapi oleh Pembina pramuka dalam
membentuk karakter peserta didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
c) Upaya Pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta
didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara atau dengan tanya jawab secara langsung.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
(pewawancara) mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, juga
menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan
tersebut telah dibahas atau ditanyakan (Afifuddin dan Beni, 2012:
131).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewee) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2017: 186). Teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara semi-sruktur
(semistructure interviewee). Tujuan dari wawancara semi-struktur
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
62

idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu


mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan
oleh informan (Sugiyono, 2017: 233).
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi
yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan
dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu
kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan
kepercayaan sebagai landasan utama dalam proses memahami.
Seseorang dapat melihat wawancara sebagai serangkaian langkah
dalam suatu prosedur (Creswell, 2015: 227).
Wawancara tidak terstruktur digunakan sebagai instrumen
pelengkap observasi untuk mengumpulkan data di lapangan
tentang peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, khususnya
data tentang :
a. Peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
b. Kendala yang dihadapi oleh Pembina pramuka dalam
membentuk karakter peserta didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
c. Upaya Pembina pramuka dalam membentuk karakter peserta
didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (Life histories), cerita,
biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
63

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan


wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2017: 240).
Dokumentasi penulis gunakan sebagai instrumen utama
untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan
gambaran umum Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi Seperti :
a. Histori dan Geografis
b. Struktur Organisasi
c. Keadaan guru dan siswa/i
d. Keadaan lingkungan madrasah
e. Dokumen yang bersangkutan
E. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses pengurutan data, penyusunan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan deskriptif dasar (Emzir, 2015: 174).
Analisis data menurut adalah upaya yang dilakukan dengan cara
mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola,
menemukan apa yang paling penting dan yang dipelajari, dan
memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
2017: 248).
Analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data
yang terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar peneliti,
gambar, foto, dokumrn, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya
(Afifuddin dan Beni, 2012: 145). Analisis tersebut terdiri dari tiga
yang saling berinteraksi, yaitu, (1) Reduksi Data (data reduction), (2)
Penyajian Data (data display), (3) Penarikan Kesimpulan (conclusion),
berikut penjelasannya :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Mereduksi data
64

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan


pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,
2017: 247). Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud
menyisihkan data/informasi yang tidak relevan. Masalah
pembentukan karakter peserta didik melalui peran pramuka diambil
melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa
disajikan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penyajian data, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut
(Sugiyono, 2017: 249). Penyajian data dilakukan untuk
mempermudah peneliti untuk dapat mendeskripsikan data sehingga
akan lebih mudah dipahami mengenai masalah pembentukan
karakter peserta didik melalui peran pramuka yang telah direduksi
melalui bab-bab yang sudah tersedia.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya
(Sugiyono, 2017: 252). Pada penelitian ini, kesimpulan awal yang
dikemukakan oleh peneliti akan didukung olah data-data yang
diperoleh peneliti di lapangan. Jawaban dari hasil penelitian akan
65

memberikan penjelasan dan kesimpulan atas permasalahan


penelitian yang diteliti dalam penelitian ini mengenai masalah
peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam
penelitian dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain:
melakukan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
triangulasi data. Berikut penjelasannya :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan yang dikumpulkan melalui teknik
ini (Moleong, 2017: 327). Peneliti akan berusaha meningkatkan
frekuensi kehadiran dilokasi penelitian dengan mengunjungi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi agar peneliti
dapat menyelesaikan aktivitas pembina pramuka terkait peran
pramuka dalam membentuk karakter peserta didik.
2. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang
berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini secara
terperinci. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
masalah yang menonjol dalam penelitian dan berusaha mencari
solusinya dengan berpedoman pada literatur yang ada misalnya,
peran pramuka dalam membentuk karakter peserta didik.
3. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.
Jadi dalam hal ini, mengecek sumber data yang diperoleh di
lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini
66

menggunakan triangulasi data dengan sumber yakni


membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
b. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
c. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang didepan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
d. Membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dari
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya dan
pemerintah
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang dikaitkan.
Triangulasi data dengan metode menurut Patton adalah:
pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode yang sama.
Triangulasi data dengan pendidik memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil kerja
seorang analisis dengan analisis lainnya. Sedangkan, triangulasi
data dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
induktif dan logika (Moleong, 2017: 331).
Berdasarkan teknik triangulasi data tersebut diatas, maka
maksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang
diperoleh di lapangan peran pramuka dalam membentuk karakter
peserta didik dari sumber observasi, wawancara maupun melalui
67

dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawabkan keseluruhan


data yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
68

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
1. Profile Sekolah

Sejarah singkat dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro


Jambi merupakan sesuatu yang tak terpisahkan tentang keberadaan
lembaga pendidikan di Desa Simpang Sungai Duren Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.
Tabel 1.1
Identitas SMP Negeri 1 Muaro Jambi
Nama Sekolah SMPN 1 MUARO JAMBI

Nama Kepala Sekolah Erma Dewita, S.Pd

Status Sekolah Negeri

No. Statistika Sekolah 201100903001

NPSN 10502804

Akreditasi Sekolah B

Alamat Lengkap Sekolah Jambi - Muaro Bulian km 17, Simpang

Sungai Duren, Kec. Jambi Luar Kota, Kab.

Muaro Jambi, Prov. Jambi

No. Telepon Sekolah 2147483647

Kode Pos 36361

Struktur Kurikulum K13

Tahun Berdiri 1981

Tipe Sekolah A/A1/A2/A3/B/B1/B2/C/C1/C2

SK. Pendirian Sekolah 14-07-1981

68
69

Web http://smpn1muarojambi.sch.com

E-mail junai47@yahoo.com

smpn1muarojambi@yahoo.co.id

(Dokumentasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi)

2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Muaro Jambi


a. Visi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
SMPN 1 Muaro Jambi adalah “Berprestasi, Disiplin, dan Berbudi
Luhur”.
b. Misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan bimbingan sehingga
siswa mampu berkembang secara optimal dengan potensi yang
dimiliki
2. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram dan
terpadu
3. Menetapkan disiplin dalam belajar, tertib bertingkah laku
4. Meningkatkan keimanan, budi luhur dalam kehidupan warga
sekolah.
3. Struktur Organisasi
Organisasi adalah merupakan suatu cara dalam mengatur tugas
dan tanggung jawab dalam rangka untuk mencapai hasil dari kegiatan
yang di lakukan bersama-sama dalam upaya untuk menuju
keberhasilan dari suatu kegiatan yang di lakukan. Dalam upaya untuk
mencapai keberhasilan dan tujuan yang ingin di capai dalam suatu
kegiatan dalam bentuk apapun, perlu di susun tugas dan tanggung
jawab dari setiap personil yang tergabung dalam suatu organisasi
sesuai dengan struktur organisasi yang telah di susun. Melalui struktur
organisasi itulah maka dapat di lihat tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang di bebankan sesuai dengan beban kerja yang ada dalam
organisasi tersebut.
70

Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan seorang


pemimpin atau kepala dalam melakukan pengawasan, mengkoordinir,
dan pengambilan keputusan yang di perlukan dalam organisasi
tersebut. Dengan adanya struktur organisasi maka kita bisa melihat
pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda
bisa dikoordinisasikan dengan baik. Selain itu, dengan adanya struktur
tersebut maka kita bisa mengetahui beberapa spesialisasi dari sebuah
pekerjaan, saluran perintah, maupun penyampaian laporan. Kemudian
dengan terorganisasinya suatu organisasi yang di jalankan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
suatu organisasi yang di pimpin. Organisasi yang baik dan teratur
merupakan ujung tombak dan keberhasilan suatu kegiatan. Jika dalam
suatu sekolah tidak memiliki komponen penting dalam struktur
organisasi tersebut, bisa jadi akan mengalami gangguan kedepannya,
salah satunya dalam hal alur manajemen dan pengelolaan.
Dalam penjelasan struktur tersebut terdapat hubungan antar
komponen dan posisi yang ada didalamnya, dan semua komponen
tersebut mengalami saling ketergantungan. Artinya, masing-masing
komponen di dalamnya akan saling mempengaruhi yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada sebuah organisasi secara keseluruhan. Struktur
tersebut merupakan komponen penting yang harus ada dalam
organisasi yang memuat terkait pembagian tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Sebagai contoh, untuk menghindari adanya tumpang
tindih suatu wewenang dan tanggung jawab perorangan. Setiap
anggota dalam organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Tumpang tindih wewenang dapat menjadi masalah serius
dalam sebuah struktur organisasi, misalnya dalam sebuah sekolah
memiliki 2 pemimpin sekaligus dapat menyebabkan adanya
kebingungan dalam hal pengambilan keputusan cepat. Idealnya
memang seharusnya hanya satu pemimpin saja.
71

Dalam rangka mengarahkan para pegawainya, setiap orang


membutuhkan apa yang disebut organisasi. Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-
hubungan diantara fungsi-fungsi, tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Untuk mengetahui
lebih jelasnya mengenai struktur organisasi yang ada pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, dapat di lihat melalui
struktur organisasi di bawah ini:
Gambar I
Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Muaro Jambi

(Dokumentasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro


Jambi)
4. Pendidik dan Peserta Didik
a. Keadaan Pendidik
Tenaga pengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi mempunyai tugas utama dalam mengelola pelajaran
untuk disampaikan kepada peserta didik. Selain itu guru-guru di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi juga harus
menjalankan tugas piket dan sebagai wali kelas. Ketentuan yang
72

menunjukkan bahwa tenaga dalam satu lembaga pendidikan harus


mempunyai ijazah guru untuk menjadi tenaga pengajar. Majelis
guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi terbagi
menurut bidang studi masing-masing. Guru mempunyai tanggung
jawab atas kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga
dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berpotensi bagi
pembangunan, karena keberhasilan proses belajar mengajar terletak
pada peran dan tugas guru dalam melaksanakan tanggung
jawabnya
Pendidik adalah pelaksana dan pengembang program
kegiatan dalam proses belajar mengajar. Seorang pendidik
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membina dan
mengembangkan anak-anak didiknya. Dari segi sumberdaya
mengajar mereka rata-rata mempunyai kualifikasi sebagai
pendidik, baik dari lembaga pendidikan umum maupun dari
pendidikan agama. Dengan demikian sumber daya mengajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi telah
mempunyai persyaratan baik dari segi pendidikan umum maupun
pendidikan agama adapun nama-nama guru di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi sebagai berikut:

Tabel 1.2
Daftar Nama-nama Guru SMP Negeri 1 Muaro Jambi

Sertifikasi
Mata Tugas Jumlah
No Nama/NIP Tida
Pelajaran Tambahan Jam Ya
k
ERMA DEWITA, S.Pd
1 Kepala
NIP. 19661231 199203 2
Sekolah √
037
IDRIYARDI, S.Pd Ilmu
Waka Bidang
2 NIP. 19651215 198811 1 Pengetahuan
Kurikulum
15 √
001 Alam
CICI KURNIASIH, S.Pd Bahasa Waka Bidang
3
NIP. 19690228 199403 2 Inggris Kesiswaan
12 √
73

005

ELFI DARFIANA, S.Ag Pendidikan


Waka bidang
4 NIP. 19740910 200801 2 Kewarganega
Sarpras
24 √
003 raan
Drs. ISHAK
Bahasa
5 NIP. 19661218 199512 1
Indonesia
24 √
001
NUGROHO ASMARA,
Ilmu
S.Pd
6
NIP. 19671216 199010 1
Pengetahuan 25 √
Alam
001
WILBARHOV SINAGA,
Ilmu
S.Pd
7
NIP. 19690910 199803 1
Pengetahuan Pembina Osis 24 √
Sosial
006
TRISONTA, S.Pd
Kepala
8 NIP. 19650402 198703 1 Matematika
Perpustakaan
5 √
011
RAMA EVA FITRIYENI,
S.Pd
9
NIP. 19721030 199903 2
Matematika 25 √
001
Ilmu
SUSI, S.Pd
Pengetahuan
10 NIP. 19691019 200312 2
Alam +
24 √
005
Prakarya
FRENNY MARVIL, S.Pd Bahasa
11
19770302 200312 2 006 Inggris
24 √
UMI KAROMAH, S.Pd
12 NIP. 19691114 199203 2 Matematika 25 √
003
Hj. ARYANI, S.Pd Pendidikan
13 NIP. 19631231 198503 2 Kewarganega 24 √
062 raan
Dra. ZURMAINI
Bahasa
14 NIP. 19630518 199903 2
Indonesia
24 √
001
SITI JERNIMAH
SITOMPUL, S.Pd Bahasa
15
NIP. 19640324 199203 2 Inggris
24 √
002
Dra. YENISMA ERFITA Ilmu
16 NIP. 19660616 200501 2 Pengetahuan 24 √
005 Sosial
74

HENA ANDRIYANA, Ilmu


S.Si Pengetahuan
17
NIP. 19820224 200903 2 Alam +
12 √
006 Prakarya
YULIEN, S.Pd
Bahasa
18 NIP. 19640719 199401 2
Indonesia
16 √
002
EDISON, S.Pd Ilmu
19 NIP. 19651231 198812 1 Pengetahuan 25 √
009 Sosial
Ir. PRETTY
Ilmu
HASMININGSIH
20
NIP. 19631229 200701 2
Pengetahuan 24 √
Alam
006
SYAMSIAH, S.Ag
Pendidikan
21 NIP. 19750402 200701 2
Agama Islam
24 √
007
MAYLISANELTY,
TIK + 12 +
S.Kom Operator
22
NIP. 19840505 201001 2
Bimbingan
Sekolah
160 √
Konseling Siswa
018
BOBBY HARYANTO,
S.Pd
23
NIP. 19860603 200804 1
Penjaskes 18 √
001
RIYANI, S.Pd
Bahasa
24 NIP. 19680825 200801 2
Indonesia
24 √
003
Seni Budaya
RINA YUNITA, S.S
+
25 NIP. 19860613 201001 2
B. Inggris +
8+6+3 √
016
PAI
GANDA SWANDANA,
S.Sn
26
NIP. 19831012 201903 1
Seni Budaya 15 √
001
FINA SANIATI, S.Pd
PKN +
NIP. 18891204 201903 2
Prakarya
12 √
003
SUMARLINAH, S.Pd
28 NIP. 19620515 198302 2 Matematika 25 √
003
Drs. WASDERIL
Bimbingan 181
29 NIP. 19621023 198902 1
Konseling Siswa √
002
75

ANTON TIRANO, S.Pd


Bimbingan 137
30 NIP. 19810228 200501 1
Konseling Siswa √
002
SUKIMAN, S.Ag
Pendidikan
31 NIP. 19610120 199603 1
Agama Islam
24 √
003
Ilmu
ROSITANUR, S.Pd Kepala
32
NIP.
Pengetahuan
Laboratorium
16 √
Alam
KORI KURNIAWAN,
Seni Budaya Pembina
33 S.Pd
+ Penjaskes Pramuka
6 √
NIP.
ROBI MAHENDRI, S.Pd Seni Budaya 4 + 145
34
NIP. + BK Siswa √
PUSPITA SARI, S.Pd
35
NIP.
Prakarya 6 √
RIA IRAWATI, S.Pd Bahasa
36
NIP. Indonesia
6 √
AHMAD, S.Pd
37
NIP.
Penjaskes 12 √
MARENTI WIDYA
Pembina
38 SARI, S.Pd Penjaskes
Pramuka
18 √
NIP.
SUKIRMAN
Koordinator
39 NIP. 19630405 198301 1 Tata Usaha
Tata Usaha √
009
ITA ROYANI, S.Ag
40 NIP. 19750420 200701 2 Tata Usaha √
005
RATNI
41 NIP. 19721204 200604 2 Tata Usaha √
006
SURATMAN
42 NIP. 19641013 198811 1 Tata Usaha √
001
ELMAN RUSDI
43 NIP. 19630822 198601 1 Tata Usaha √
004
JENI SIMARE, S.Pd
44
NIP.
Tata Usaha √
SURYATI, S.Pd
45 Tata Usaha √
NIP.
(Dokumentasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi)
76

b. Peserta Didik
Peserta didik adalah makhluk individual. Peserta didik
adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang
khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Peserta
didik merupakan seseorang yang menerima pengaruh dari seorang
pendidik dalam proses pembelajaran dan merupakan faktor yang
tidak dapat dipisahkan, karena tanpa adanya siswa maka
pembelajaran tidak dapat terlaksana. Begitu pentingnya keberadaan
siswa sebagai penerus generasi bangsa dan negara. Perkembangan
dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah
lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri
dipengaruhi lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan
orang lain disekitarnya. Dan dengan alam lingkungan hidup
lainnya, itulah sebabnya anak sebagai mahluk individual suatu
waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam
lingkup kehidupan sosial di masyarakat.
Proses pembelajaran di lingkungan lembaga pendidikan
formal adalah pendidik dan peserta didik. Tanpa adanya kedua
unsur tersebut, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan
terlaksana dengan baik. Demikian halnya dengan proses
pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi, peserta didik juga dipandang sebagai objek dalam
pembelajaran itu sendiri, sehingga ada hubungan interaksi
pendidika dan peserta didik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Dalam pengamatan saya selama berada di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, saya melihat adanya
suatu hubungan baik dalam menjalankan kerja sama, contohnya
dalam bidang akademisi peserta didik sangat disiplin serta taat
pada tata tertib yang di berlakukan oleh pihak sekolah, bahkan
dalam bidang keorganisasian peserta didik yang terdapat di
77

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi sangat aktif


dan boleh saya bahasakan hampir semua peserta didik yang
memilki potensi atau bakat dapat disalurkan melalui kegiatan
ekstra maupun intra sekolah seperti Pramuka, DrumBand, PMR,
OSIS, Olahraga dan lain sebagainya. Adapun jumlah peserta didik
yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi baik dari kelas VII – Kelas IX adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3
Daftar Keadaan Peserta didik SMP Negeri 1 Muaro Jambi

No Kelas Jumlah Jumlah Total

1 VII 137
2 VIII 145 463 Orang
3 IX 181

5. Keadaan Sarana dan Prasarana


Unsur sarana dan prasarana membantu kegiatan administrasi
pendidikan di sekolah dengan jalan menyediakan layanan penunjang
bagi terselanggaranya kegiatan belajar- mengajar di sekolah.
a. Ruang Perkantoran
Ruang perkantoran baik untuk kepala sekolah, TU maupun
majelis guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
tergolong dalam keadaan baik. Semua guru mempunyai meja kerja
masing-masing dan satu ruangan dengan guru yang lainnya
sehingga satu guru dengan guru yang lain bisa saling membantu
dan berinteraksi dengan baik.
b. Ruang Kelas
Ruang kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi dalam kondisi baik, meskipun ada beberapa ruang kelas
yang tergolong sempit. Letak ruang kelas satu sama lain saling
78

berdekatan sehingga peserta didik kelas yang satu dengan yang


lainnya dapat saling berinteraksi dengan baik.
c. Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai peranan yang besar dalam
menciptakan peserta didik yang cerdas dan mampu berfikir maju.
Perpustakaan mempunyai peranan vital dalam menciptakan
semangat membaca dalam diri seorang anak didik. Kelengkapan
buku-buku dan bahab-bahan yang ada dalam perpustakaan menjadi
penting untuk diperhatikan. Sumber-sumber informasi terbaru juga
penting untuk dihadirkan diperpustakaan untuk memberikan
informasi aktual pada perserta didik sehingga perserta didik
menjadi orang yang cepat tanggap dan memahami kondisi
sosialnya.
Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
mempunyai satu buah perpustakaan yang besar yang berisikan
berbagai buku bacaan, buku reverensi, dan sumber-sumber
informasi terbaru seperti majalah dan Koran harian. Namun jika
kita perhatikan lebih jauh untuk buku-buku yang ada di
perpustakaan ini merupakan buku-buku lama yang jarang lagi
dingunakan oleh para pendidik maupun kurikulum sekolah
sehingga siswa diharuskan membeli buku yang baru, karena yang
tersedia diperpustakaan tidak layak digunakan.
d. Sarana Olahraga
Sarana olahraga terutama lapangan olah raga di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi bisa dikatakan sangat
kurang. Hal ini dikarenakan luas sekolah yang tidak
memungkinkan untuk mengadakan lapangan olahraga. Sehingga
jika ingin mengadakan olah raga bola kaki, volli bal dan lain
sebagainya, guru olahraga harus membawa siswanya ke lapangan
sebelah sekolah. Ini tentunnya sangat menggangu efektifitas
79

pembelajaran olahraga banyak waktu yang tersisa untuk menuju


lapangan tempat pelaksanaan olahraga.
e. Ruang Kegiatan Kesiswaan
Ruang kegiatan kesiswaan seperti ruang OSIS, ruang UKS
dan ruang Pramuka yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Muaro Jambi bisa dikategorikan dalam keadaan baik.
f. Laboratorium Komputer
Laboratorium Komputer merupakan salah satu sarana
penting, yang harus ada di setiap instansi pendidikan guna
menunjang keterampilan peserta didik sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi mempunyai
laboratorium yang bisa dikatakan baik dan lengkap. Karena sudah
dilengkapi fasilitas internet sehingga para peserta didik dapat
mengakses informasi pendidikan lewat internet secara teratur yang
didampingi oleh guru yang bersangkutan.
g. Sarana Ibadah
Mayoritas peserta didik Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Muaro Jambi adalah beragama Islam, sehingga pihak sekolah
memprioritaskan pembangunan sarana ibadah untuk para muslimin
dan muslimat. Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi untuk bangunan masjidnya tergolong bagus. Sedangkan
untuk sarana peribadatan agama lain selain agama Islam tidak ada,
namun setiap pemeluk agama diberikan waktu dan kebebasan
dalam menjalankan ibadah agamanya sesuai dengan ajarannya
masing-masing.
h. Kantin
Kantin di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi bisa dikatakan lengkap. Bangunan untuk kantin pun tertata
dengan rapi dan berada dalam satu tempat. Sehingga tidak
mengganggu kegiatan proses belajar mengajar. Di kantin peserta
80

didik dapat menikmati berbagai jenis makanan dengan harga yang


standar.
i. WC
Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
terdapat 4 WC umum untuk para peserta didik dalam kondisi baik
sehingga peserta didik dapat menggunakannya setiap waktu.

Tabel 1.4
Sarana dan Prasarana SMP N 1 Muaro Jambi
PERALATAN
No Nama Ruang Jumlah Tidak
Lengkap Tidak Ada
Lengkap
1. Ruang Kelas 16 √
2. Lab IPA 1 √
3. Lab Kimia √
4. Lab Fisika √
5. Lab Biologi √
6. Lab Bahasa √
7. Lab IPS √
8. Lab Komputer 1 √
Ruang √
9. 1
Perpustakaan
Ruang Kepala √
10. 1
Sekolah
11. Ruang Guru 1 √
Ruang Tata √
12. 1
Usaha
81

B. Temuan Khusus
Penelitian ini adalah tentang peran pramuka dalam membentuk
karakter peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi, adapun hasil temuan yang berkenaan dengan penelitian ini disusun
berdasarkan hasil observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan
peneliti selama berada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi, kemudian berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh
peneliti terhadap informan melalui kegiatan wawancara yang dilakukan
terhadap pihak terkait yaitu Pembina Pramuka dan siswa-siswi kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi.
Setelah data terkumpul dengan menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi, peneliti dapat menganalisis hasil penelitian
menggunakan metode kualitatif deskriptif, artinya peneliti akan
menggambarkan, menguraikan, dan menginterprestasikan data-data yang
telah dikumpulkan sehingga akan memperoleh gambaran secara umum
dan menyeluruh tentang yang sebenarnya. Pengamatan peneliti terhadap
Peran Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik sebagai berikut:
1. Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan kepala Sekolah


Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yang bernama ibuk Erma
Dewita, beliau mengatakan:
“Pramuka sangat berperan penting dalam pembentukan karakter,
karena pramuka kan memang wadah pembinaan karakter. Tidak
hanya peserta didik tetapi pelatih, pembina dan semua elemen
pramuka pun harus belajar dan punya karakter yang baik untuk
dirinya dan jadi contoh di masyarakat. Sudah pasti peserta didik
yang mengikuti pramuka adalah peserta didik yang mandiri dan
peserta didik yang mandiri itu sudah pasti aktif, kreatif dan dapat
menjadi pemimpin serta yang pasti tingkah lakunya juga sopan.
Gerakan pramuka bagus dalam pembentukan karakter peserta
didik, karena tujuan pramuka yaitu untuk melatih potensi
intelektual, spiritual maupun fisik. Nah, kegiatan pramuka kan
juga menanamkan beberapa prinsip diantaranya, taat kepada
82

Tuhan Yang Maha Esa, rasa peduli akan tanah air dan sesama
manusia atau sebagai makhluk sosial, rasa tanggung jawab, patuh
dan taat atas kode etik pramuka (dasa dharma). Dari hal
tersebutlah nantinya akan membentuk karakter peserta didik
secara alamiah. (Wawancara, 25 Januari 2021).

Berdasarkan hasil observasi, kepala sekolah sangat mendukung


pelaksanaan kegiatan kepramukan di sekolah atau diluar lingkungan
sekolah berdasarkan hasil wawancara diatas. Karena kepala sekolah
menganggap bahwa kegiatan kepramukaan sangat berperan penting
baik di sekolah maupun di luar sekolah dan juga pada kegiatan
pramuka terdapat banyak manfaat yang terkandung didalamnya seperti
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang didasari oleh
pembinaan yang tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan (Observasi,
25 Januari 2021).
Berdasarkan pengamatan peneliti, dapat diketahui bahwa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi tidak
meninggalkan nilai-nilai Islam dalam setiap kegiatannya. Termasuk
dalam kegiatan kepramukaan. Sehingga Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi merupakan sekolah yang melakukan
internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada kegiatan
kepramukaan. Ini dikarenakan ada persamaan yang mendasar antara
Pendidikan Agama Islam dengan pendidikan kepramukaan. Persamaan
tersebut terletak pada tujuan atau visi dari keduanya, tujuan akhir dari
Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi yang luhur
(berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran agama Islam
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan tujuan ini
sejalan dengan tujuan kegiatan kepramukaan yang membina manusia
untuk berkepribadian dan berwatak luhur sebagaimana yang tertuang
pada UU No. 12 tahun 2010 pasal 4 (Observasi, 25 Januari 2021).
Kode etik sebagai landasan gerakan pramuka untuk mencapai
tujuan kepramukaan, sejalan dan saling berkaitan dengan nilai-nilai
83

yang ada pada Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hasil wawancara


peneliti dengan pembina pramuka yang bernama kak Kori Kurniawan
beliau mengatakan:
“Peserta didiknya tidak semuanya selalu hadir tapi sebagian
besar yang datang ya lumayan berperan aktif dan pas latihan
digabung dari kelas VII, VIII dan kelas IX tapi kalau untuk
pembagian materi dibedakan antara kelas VII, VIII dan kelas
IX serta dibantu juga dengan para pelatih” (Wawancara, 25
Januari 2021).
Berdasarkan hasil observasi bahwa antara peserta didik,
pembina, dan pelatih pramuka sangat berkesinambungan, karena jika
salah satunya saja tidak ada maka tidak akan lengkap (Observasi, 25
Januari 2021).
Berdasarkan pengamatan peneliti keterangan yang diberikan
oleh kak Kori Kurniawan, kehadiran peserta didik tidak pernah selalu
lengkap bahkan setiap kelas baik dari kelas VII, VIII dan IX pasti
selalu ada yang tidak hadir dari masing-masing kelas, tetapi itu tidak
menutup kemungkinan bahwa peserta didik yang hadir pada kegiatan
latihan rutin ekstrakurikuler pramuka juga ikut berperan aktif pada
kegiatan latihan rutin ekstrakurikuler pramuka, karena antara peserta
didik, pembina dan pelatih pramuka saling berkesinambungan dan jika
salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada maka tidak akan
berjalan dengan sempurna (Observasi, 25 Januari 2021).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan dengan peserta
didik kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
yang bernama Maulana Sidik, beliau mengatakan:
“Pembina pramuka sudah memberikan contoh karakter yang
baik, misalnya seperti pada waktu shalat Pembina dan pelatih
pramuka mengajak peserta didik yang beragama Islam untuk
menunaikannya, hanya saja saya pribadi terkadang masih suka
bermalas-malasan dalam menunaikannya” (Wawancara, 29
Januari 2021).
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh salah satu peserta
didik yang bernama Nabila Dwityas Avianty:
84

“Pembina dan pelatih pramuka sering mengajak dan


mengarahkan kami para peserta didik untuk segera
menunaikan ibadah shalat, namun kami sering menundanya
hingga akhirnya lupa dan latihan pun telah selesai”
(Wawancara, 29 Januari 2021).
Adapun Rosalinda Sinurat dan Keken Nova menjelaskan
bahwa:
“Bagi kami yang bukan beragama Islam, sembari menunggu
waktu Ishoma (Istirahat, Shalat, Makan) selesai, kami
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan apa saja yang tidak
melanggar peraturan namun tetap berada di dalam lingkungan
sekolah” (Wawancara, 29 Januari 2021).
Pada tanggal 29 Januari, peneliti melakukan observasi
berdasarkan dari hasil wawancara diatas bahwa Pembina dan pelatih
pramuka sudah memberikan contoh karakter yang baik bagi peserta
didiknya yang sebenarnya sangat amat harus untuk dicontoh oleh
perserta didik dimana pembina dan pelatih pramuka mengajak dan
mengarahkan peserta didik yang beragama Islam untuk menunaikan
ibadah shalat, sedangkan yang bukan beragama Islam diperbolehkan
untuk melakukan aktivitas apa saja selagi tidak melanggar peraturan
dan masih berada dalam lingkungan sekolah (Observasi, 29 Januari
2021).
Kemudian ditambahkan lagi oleh salah satu peserta didik kelas
VIII, yaitu Hotmaria Trilena:
“Benar yang dikatakan oleh Rosalinda Sinurat dan Keken
Nova, kami yang bukan beragama Islam diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan apa saja asalkan tetap berada di dalam
lingkungan sekolah” (Wawancara, 29 Januari 2021).
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat pembina dan
pelatih pramuka sudah memberikan contoh karakter yang baik untuk
ditiru oleh para peserta didik dan sikap sekaligus pembina
mengajarkan tentang toleransi umat beragama dengan tetap mematuhi
peraturan yang telah dibuat (Observasi, 29 Januari 2021).
Hasil pengamatan peneliti pada tanggal 29 Januari 2021,
pembina pramuka dan pelatih sudah memberikan contoh karakter
yang baik dan sekaligus mengajarkan mengenai toleransi antar umat
85

beragama kepada para peserta didik sehingga peserta didik juga


menerapkan apa yang telah diajarkan oleh pembina dan pelatih
pramuka (Observasi, 29 Januari 2021).
Ibuk Erma Dewita selaku Kepala Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi mengatakan bahwa:
“Ilmu pramuka itu banyak hubungannya dengan ilmu formal
yang diajarkan di sekolah, jadi butuh penerapan ilmu tersebut
salah satunya adalah dengan penyelenggaraan kegiatan
pramuka di sekolah-sekolah, kalaupun bisa di kurikulum kan
sangat setuju kalau pramuka di masukkan jadi mata pelajaran.
Karena jika pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah,
peserta didik yang tidak terlalu berminat mengikuti
ekstrakurikuler pramuka datang latihan rutin hanya karena
terpaksa dan akan berpengaruh pada peserta didik yang lain
sehingga untuk melihat peserta didik yang mahir dan memang
berniat serius mengikuti ekstrakurikuler pramuka jadi sedikit
susah, tetapi ekstrakurikuler pramuka memang seharusnya ada
disetiap sekolah karena dengan adanya ekstrakurikuler
pramuka dapat membantu para guru dalam membentuk
karakter mandiri dan disiplin dari peserta didik” (Wawancara,
04 Februari 2021).

Berdasarkan pandangan kepala sekolah, dari hasil observasi


menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang
dilaksankan di setiap sekolah memberikan dampak positif bagi para
guru dan bagi peserta didik itu sendiri dalam pembentukan karakter
(Observasi, 04 Februari 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dapat di ketahui bahwa
kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang merupakan salah satu
ekstrakurikuler wajib yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Muaro Jambi dimana kegiatan tersebut mendapat respon yang
sangat baik dari pihak sekolah terutama kepala sekolah.
Ekstrakurikuler pramuka juga dapat membantu para guru dalam
membentuk karakter peserta didik misalnya peserta didik menjadi
lebih disiplin waktu dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas”
(Observasi, 04 Februari 2021).
86

Kak Kori Kurniawan juga mengatakan bahwa:


“Sangat setuju jika pramuka berperan sebagai wadah dalam
pembentukan karakter peserta didik, karena dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka disana menunjukkan karakter seorang
pemimpin dan juga membentuk akhlak yang baik, jadi itulah
saya mengatakan sangat setuju sebagai pendidikan karakter.
Jika kita menerapkan dasa dharma, ibaratnya kita sudah bisa
menjalani hidup karena dalam dasa dharma sudah mencakup
segala aspek perbuatan yang baik untuk dijadikan prinsip
hidup. Pramuka merupakan wadah yang mana peserta didik
bisa mendapatkan suatu pembelajaran ataupun pengalaman
yang tidak akan mereka dapatkan pada saat jam pelajaran
sekolah” (Wawancara, 12 Februari 2021).
Berdasarkan hasil observasi bahwa ekstrakurikuler pramuka
mempunyai peran sebagai wadah dalam pembentukan karakter peserta
didik, dimana dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka menunjukkan
karakter seorang pemimpin dan dapat membentuk akhlak yang baik
dengan landasan dasa dharma pramuka (Observasi, 12 Februari 2021).
Berdasarkan pengamatan peneliti keterangan yang diberikan
oleh kak Kori Kurniawan, kegiatan ekstrakurikuler pramuka
merupakan sebagai wadah dalam pembentukan karakter peserta didik,
dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka juga dapat membentuk
peserta didik memiliki karakter sebagai seorang pemimpin dan juga
dapat membentuk akhlak yang baik bagi peserta didik. Landasan yang
dipakai yaitu kode etik gerakan pramuka yakni dasa dharma pramuka
yang mana jika dalam hidup menerapkan dasa dharma maka karakter
yang terbentuk akan sangat amat baik bagi yang menerapkan dan
menjadikannya sebagai prinsip dalam hidup (Observasi, 12 Februari
2021).
Bunga Winda Retno Safitri salah satu peserta didik kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi mengatakan
bahwa:

“Banyak sekali yang diajarkan oleh pembina dan pelatih


pramuka, diantaranya Baris-berbaris, sandi, tali-temali,
87

semaphore, morse, pioneering, sejarah pramuka dan dasa


dharma serta try satya. Ikut ekstrakurikuler pramuka sangatlah
mengasyikkan dan saya juga banyak mendapatkan pelajaran
yang tidak saya dapatkan ketika belajar di kelas pada saat jam
sekolah” (Wawancara, 17 Februari 2021).

Putri Amelia juga membenarkan pernyataan dari Bunga Winda


Retno Safitri dan Putri Amelia menambahkan pendapatnya:
“Materi yang diajarkan kepada kami para peserta didik
sangatlah beragam sehingga kami menjadi tidak bosan
mengikuti latihan rutin ekstrakurikuler pramuka” (Wawancara,
17 Februari 2021).

Hasil observasi dari wawancara dengan Bunga Winda Retno


Safitri dan Putri Amelia pada tanggal 17 Februari 2021 bahwa materi
yang diberikan secara teori dan juga praktek maka peserta didik akan
lebih mudah untuk mengerti apa yang telah diajarkan oleh pembina
dan pelatih pramuka juga lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak
akan jenuh atau bosan dan latihan rutin ekstrakurikuler pramuka pun
jadi lebih mengasyikkan dan tidak monoton sehingga peserta didik
menjadi lebih bersemangat mengikuti kegiatan latihan rutin
ekstrakurikuler pramuka yang diadakan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi (Observasi, 17 Februari 2021).
Sherin Indah Maharani mengatakan bahwa”
“Alhamdulillah saya sudah menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan Alhamdulillah saya tidak pernah terlambat
datang kesekolah dan saya juga tidak pernah bolos ketika jam
pelajaran sekolah sedang berlangsung” (Wawancara, 19
Februari 2021).

Kemudian ditambahkan lagi oleh peserta didik yang bernama


Rizta Dwi Riani, ia mengatakan bahwa”
“Saya juga tidak pernah terlambat datang kesekolah, hanya
saja pernah sekali hampir terlambat tapi Alhamdulillah pak
satpam baru mau menutup gerbang sekolah dan kalau untuk
bolos di jam pelajaran Alhamdulillah tidak pernah sama
sekali” (Wawancara, 19 Februari 2021).
88

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat berada di Sekolah


Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi melihat bahwa pada
tanggal 19 Februari itu memang tidak ada peserta didik yang terlambat
datang kesekolah dan gerbang sekolah pun di jaga oleh satpam yang
bekerja disekolah tersebut (Observasi, 19 Februari 2021).

2. Kendala Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta


Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
Pada 23 Februari peneliti melakukan wawancara dengan
kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yakni Ibuk
Erma Dewita, beliau mengatakan bahwa:
“Melihat perbedaan tingkah laku peserta didik yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka bisa dengan melihat dari
kehadiran peserta didik di sekolah dan melihat keaktifannya
serta ketekunan dari setiap individu. Biasanya peserta didik
yang memang bersungguh-sungguh akan terbentuk karakter
mandiri dan akan terlihat lebih sopan. Peserta didik yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka juga biasanya
lebih disiplin dan tentunya memiliki bakat menjadi seorang
pemimpin misalnya pada saat upacara bendera yang dilakukan
setiap hari senin, mereka akan lebih berani jika diminta
menjadi pemimpin upacara” (Wawancara, 23 Februari 2021).
Kemudian ditambahkan dengan Kak Kori selaku pembina
pramuka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi:
“Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka biasanya lebih terlihat disiplin dan terlihat lebih
antusias ketika dipanggil dan jika dimintai pertolongan lebih
cepat responnya. Jadi mereka yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler memang berbeda dari yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Biasanya peserta didik
yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan
terlihat lebih cuek dengan orang lain dan pada kegiatan
sekolah misalnya dalam kegiatan senam ataupun gotong
royong disekolah peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler ia malah lebih cuek dibandingkan dengan yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disekolah” (Wawancara, 26
Februari 2021).
Hasil wawancara dengan ibuk Erma Dewita dan pak Kori
89

Kurniawan, hasil observasi peneliti yaitu peserta didik yang mengikuti


kegiatan ekstrakurikuler disekolah dengan yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler disekolah terlihat perbedaannya (Observasi,
26 Februari 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa peserta didik
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler disekolah terutama
ekstrakurikuler pramuka dengan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
disekolah terlihat jelas perbedaannya yakni peserta didik yang
mengikuti terlihat lebih disiplin serta lebih cepat respon atau sikap
antusiasnya lebih tinggi terhadap orang lain, sedangkan peserta didik
yang tidak mengikuti sama sekali ekstrakurikuler disekolah terlihat
lebih acuh tak acuh terhadap sesuatu, misalnya seperti yang telah
diungkapkan oleh Kak Kori Kurniawan yakni pada saat kegiatan
senam dan gotong royong yang diadakan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi (Observasi, 26 Februari 2021).
Pada tanggal 01 Maret 2021 peneliti melakukan wawancara
dengan peserta didik kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi yang bernama Indah Gustine M, beliau mengatakan:
“Hambatan saya selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka itu kadang karena lupa kalau ada latihan dan juga
karena tidak ada yang mengantar ke sekolah” (Wawancara, 02
Maret 2021).

M. Ibnu Rasyid Araazzak juga mengungkapkan hambatannya


selama mengikuti kegiatan latihan rutin ekstrakurikuler pramuka.
“Hambatannya yaitu karena saya tidak ada kendaraan jadi tidak
bisa pergi ke sekolah untuk latihan ekstrakurikuler pramuka”
(Wawancara, 02 Maret 2021).

Hambatan yang sama juga di sampaikan oleh M. Ridho


Syaputra, peserta didik kelas VIII.
“Hambatan saya juga karena tidak ada kendaraan, karena
kendaraan di rumah cuma ada satu dan itupun di pakai Ayah
saya kerja” (Wawancara, 02 Maret 2021).
90

Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh Syahrul Rozi,


peserta didik kelas VIII.
“Yang jadi hambatan saya karena tidak ada kendaraan dan tidak
ada yang mengantar juga, jadi kalau ada teman yang jemput
baru saya pergi latihan ekstrakurikuler pramuka” (Wawancara,
02 Maret 2021).

Hasil wawancara dengan beberapa siswi kelas VIII Sekolah


Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yang bernama, Alisha
Yulian Dini, Yuni Rodear, Dwi Ramaranti dan Riri Liyani, mereka
berempat (4) mengatakan hambatannya yang sama yaitu:
“Kalau mau latihan ekstrakurikuler pramuka itu kadang malas
datang ke sekolah lagi soalnya kadang jadwal latihan itu jam-
jam nya tidur siang jadi malas kalau mau keluar rumah lagi
apalagi temen deket kadang tidak hadir juga jadi tambah malas
untuk berangkat latihan ekstrakurikuler pramuka” (Wawancara,
02 Maret 2021).
Berdasarkan hasil observasi dilihat dari kegiatan kepramukaan
yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi, yang menjadi hambatan dari beberapa peserta didik selama
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka yaitu ada pada diri peserta
didik tersebut dan juga pada pihak keluarga karena tidak ada
kendaraan dan juga karena tidak ada yang mengantarkan untuk pergi
latihan pramuka jadi tidak bisa mengikuti kegiatan rutinan
ekstrakurikuler pramuka (Observasi, 02 Maret 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat berada di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, niat pada diri
peserta didik serta peran dari keluarga merupakan komponen penting
dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka, oleh karena itu apabila niat
sudah ada dan dibantu dengan peran dari keluarga maka kegiatan
latihan rutin ekstrakurikuler pramuka akan berjalan dengan lancar
(Observasi, 02 Maret 2021).
Kak Kori Kurniawan mengatakan:
91

“Kendala yang dihadapi dalam membentuk karakter peserta


didik melalui peran pramuka yaitu ada pada diri peserta didik
sendiri yakni minat pada diri peserta didik tersebut. Mereka
sudah banyak yang kecanduan dengan teknologi zaman
sekarang salah satunya yaitu Handphone (Hp). Peserta didik
laki-laki sudah begitu banyak yang kecanduan dengan game
online dan terkadang jika ditanya mengapa tidak datang latihan
rutin ekstrakurikuler pramuka dan ada yang menjawab sedang
menonton dirumah dan ada yang jawab main game online.
Tetapi jika ditanya mereka menjawab dengan jujur kepada
saya. Biasanya pada hari sabtu itu disebut dengan hari
pengadilan dimana peserta didik yang tidak hadir dikumpulkan
setelah kegiatan senam pagi untuk dimintai keterangan
mengapa mereka tidak datang latihan rutin ekstrakurikuler
pramuka” (Wawancara, 05 Maret 2021).

Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai jawaban hasil


wawancara dengan Kak Kori Kurniawan pada 05 Maret 2021, yang
menjadi kendala pembina dalam membentuk karakter peserta didik
melalui peran pramuka yakni ada pada diri peserta didik itu sendiri,
dimana kurangnya minat dari peserta didik untuk mengikuti latihan
rutin kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Karena mereka sudah begitu
banyak yang kecanduan dengan teknologi zaman sekarang terutama
pada peserta didik laki-laki yang sudah banyak kecanduan dengan
aplikasi game online sehingga membuat mereka menjadi malas untuk
berangkat latihan rutin ekstrakurikuler pramuka yang merupakan
ekstrakurikuler wajib di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi (Observasi, 05 Maret 2021).

3. Upaya Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta


Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
Upaya Pendidikan Agama Islam pada Kegiatan Kepramukaan dan
Pelaksanaan kegiatan kepramukaan tidak lepas dari sebuah metode atau
strategi yang digunakan. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan oleh
Pembina dewasa sesuai dengan metode kepramukaan yang telah
92

ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan


Pramuka.
Metode kepramukaan merupakan cara memberikan pendidikan
kepada peserta didik melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan dan
menantang, sesuai dengan kondisi, situasi, dan kegiatan peserta didik.
Upaya dalam kepramukaan harus dilakukan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi suatu kegiatan.
Pada tanggal 07 Maret 2021 peneliti melakukan wawancara dengan
Kak Kori Kurniawan, beliau mengungkapkan:
“Upaya yang sudah kami lakukan dalam memanfaatkan kegiatan
ekstrakurikuler pramuka sebagai pembentukan karakter peserta
didik yaitu mengajarkan peserta didik tentang tanggung jawab
dimana jika peserta didik tidak dapat mengikuti kegiatan latihan
rutin maka peserta didik tersebut bersedia menerima sanksi
hukuman dengan begitu sebagai penerapan bentuk tanggung jawab
dari peserta didik tersebut. Selanjutnya ada karakter disiplin,
dimana jika peserta didik terlambat datang kegiatan latihan rutin
pramuka akan diberi sanksi sesuai kesepakatan bersama diawal,
misalnya salah satu sanksi nya dengan membersihkan sampah dan
kami dari pihak sekolah tidak memberikan sanksi yang
mengeluarkan biaya dan memberatkan peserta didik dan orang tua
dari para peserta didik” (Wawancara, 07 Maret 2021).

Berdasarkan hasil observasi peneliti berdasarkan hasil wawancara


dengan Kak Kori Kurniawan yakni pembina pramuka memanfaatkan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan menerapkan karakter
bertanggung jawab dan karakter disiplin kepada peserta didik dengan
memberikan sanksi hukuman kepada peserta didik jika melanggar
peraturan (Observasi, 07 Maret 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa pembina menerapkan
karakter bertanggung jawab dan karakter disiplin dalam memanfaatkan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang ada di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi. Apabila peserta didik melanggar peraturan yang
telah dibuat sesuai kesepakatan awal maka peserta didik siap untuk
diberikan sanksi hukuman. Misalnya, seperti membersihkan sampah yang
93

ada di lingkungan sekolah. Pihak sekolah tidak akan memberikan sanksi


hukuman berupa uang yang dapat memberatkan peserta didik dan para
orang tua dari peserta didik (Observasi, 07 Maret 2021).
Peneliti melakukan wawancara dengan Yuni Rodear salah satu
peserta didik kelas VIII Sekolah Menengah pertama Negeri 1 Muaro Jambi
pada tanggal 10 Maret 2021, ia mengungkapkan pendapatnya yaitu:
“Manfaat yang telah saya dapat selama mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi ada banyak diantaranya menjadi lebih disiplin,
terampil dan kreatif, bertanggung jawab dan lebih sopan dalam
menghargai orang yang lebih tua dari kita” (Wawancara, 10 Maret
2021).

Kemudian Rizta Dwi Riani juga menambahkan pendapatnya, ia


mengatakan:
“Hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Yuni Rodear, hanya
saja saya menambahkan manfaat selama mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka yakni kita menjadi lebih mengenal dan
menyatu dengan alam dan pastinya menambah banyak teman baru
jika sedang mengikuti kegiatan kemah diluar sekolah”
(Wawancara, 10 Maret 2021).
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang peserta
didik Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yang bernama
Sherin Indah Maharani yakni:
“Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah
banyak manfaat yang didapatkan terutama untuk diri sendiri yakni
menambahkan jawaban dari kedua teman saya, kita bisa menjadi
disiplin waktu dan lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin,
misalnya ketika berangkat sekolah tidak pernah terlambat”
(Wawancara, 10 Maret 2021).
Riri Liyani juga mengungkapkan pendapatnya mengenai manfaat
selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yakni:
“Saya mendapatkan begitu banyak manfaat namun tidak semuanya
bisa saya ungkapkan satu persatu, beberapa diantaranya yaitu saya
bisa mendapatkan ilmu yang tidak bisa saya dapatkan pada saat
belajar di jam sekolah, menjadi lebih disiplin dan juga bisa
mengetahui mengenai sejarah pramuka” (Wawancara, 10 Maret
94

2021).

Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai hasil wawancara


dengan beberapa peserta didik Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi yakni begitu banyak manfaat yang didapatkan peserta didik
selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka disekolah (Observasi,
10 Maret 2021).
Kemudian hasil dari pengamatan peneliti bahwa di dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka begitu banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh
para peserta didik yang pastinya sangat berguna di kehidupan peserta
didik. peneliti merangkum beberapa manfaat yang telah disebutkan oleh
beberapa peserta didik diantaranya yaitu peserta didik menjadi lebih
disiplin, terampil, kreatif, bertanggung jawab, sopan, mengenal alam
sekitar, mendapatkan teman baru dan pastinya mengetahui sejarah
pramuka (Observasi, 10 Maret 2021).
Pada tanggal 13 Maret 2021, peneliti melakukan wawancara
kembali dengan Kak Kori Kurniawan mengenai upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam membentuk karakter peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka, beliau mengungkapkan:
“Upaya dari kami dalam memotivasi peserta didik menggunakan
strategi dengan membuat game-game kecil atau permainan dan
perbanyak di lapangan daripada di dalam ruangan, karena kalau
banyak di dalam ruangan peserta didik akan suntuk dan cepat
bosan, jadi kami lebih memilih di lapangan dengan menerapkan
prinsip belajar sambil bermain. Selanjutnya kami memberikan
sanksi dengan alasan karena untuk mendidik perlu ada ketegasan,
kalau kita tidak tegas dan tidak ada sanksi maka peserta didik tidak
mau disiplin. Karena dalam usia mereka sekarang itu masih dalam
tahap pembentukan, berbeda dengan orang dewasa, kalau orang
dewasa cukup diberitahu saja mereka sudah bisa paham”
(Wawancara, 13 Maret 2021).

Berdasrkan hasil observasi pada tanggal 13 Maret 2021 yakni


upaya yang dilakukan pembina agar mampu mengatasi kendala dalam
membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka yakni dengan memotivasi dengan menggunakan strategi dan
95

menerapkan prinsip belajar sambil bermain dan memberikan sanksi


kepada peserta didik yang melanggar peraturan yang telah dibuat dan
disepakati bersama diawal (Observasi, 13 Maret 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti mengenai jawaban dari Kak
Kori Kurniawan bahwa upaya dari pembina untuk mengatasi kendala
dalam membentuk karakter peserta didik dengan melakukan beberapa
upaya diantaranya, pembina memotivasi peserta didik dengan
menggunakan strateri yang menerapkan prinsip belajar sambil bermain
sehingga peserta didik lebih menjadi bersemangat dalam mengikuti
kegiatan latihan rutin ekstrakurikuler pramuka. Kemudian pembina juga
memberikan sanksi kepada peserta didik yang melanggar peraturan yang
telah disepakati antara pembina dan peserta didik. Karena Kak Kori
Kurniawan mengatakan bahwa perlu ada ketegasan dalam membentuk
karakter peserta didik sebab peserta didik golongan penggalang itu masih
dalam tahap pembentukan karakter dan berbeda dengan orang dewasa
yang mana dengan diberitahu saja mereka sudah paham (Observasi, 13
Maret 2021).
Setelah memaparkan hasil penelitian, peneliti bermaksud
menganalisis hasil temuan data-data di lapangan yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti, baik data yang terkait dengan hasil observasi,
wawancara, maupun dokumentasi, kesemuanya akan didiskusikan dengan
berbagai referensi secara dialektik. Artinya, peneliti akan menghubungkan
antara data temuan di lapangan yang telah dihimpun dengan seperangkat
teori terkait yang tersedia pada kajian teori. Adapun bagian-bagian yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
Pendidikan kepramukaan seharusnya tidak hanya memberikan
pendidikan berupa pengetahuan saja, melainkan juga harus dapat
membentuk karakter peserta didik. Membentuk karakter peserta didik
tidaklah mudah dan semerta-merta diajarkan secara terpisah, tetapi harus
menjadi satu kesatuan dalam setiap tindak tanduk peserta didik, guru,
maupun pembina di sekolah. Jika dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan
96

agama Islam, seluruh isi dasa dharma mengandung nilai-nilai keislaman.


Nilai-nilai pendidikan Agama Islam mencakup nilai akidah, ibadah, dan
akhlak yang terdapat dalam dasa dharma, hendaknya dilakukan dengan
memberikan pengertian melalui pertimbangan akalnya, menumbuhkan
semangat melalui pertimbangan rasa, dan membulatkan tekad untuk
melaksanakannya.
Sedangkan dalam hal ibadah, peserta didik dapat dibiasakan Selalu
sholat lima waktu secara berjamaah, dzikir, melaksanakan bakti sosial
sebagai sarana untuk melakukan ibadah dalam hablum minannas
disamping pelaksanaan ibadah dalam bentuk hablum minallah.
Aspek akal meliputi bagaimana manusia menggunakan akalnya
untuk melakukakn segala sesuatu. Dalam kegiatan kepramukaan, tentunya
aspek akal ini selalu digunakan seperti penggunaan akal pada materi
seperti semaphore, morse, pengetahuan sejarah kepramukaan dan materi
keterampilan lain yang ada di dalam pramuka.
Adapun aspek karakter yang dikembangkan oleh Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi jika dikaitkan dengan isi dasa
dharma dan nilai-nilai pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut :
Sikap spiritual ini sesuai dengan dasa dharma yang pertama, yaitu
Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga sesuai dengan nilai-nilai
pendidikan agama Islam. salah satu ayat yang mendorong untuk memiliki
taqwa adalah Q.S Ali Imran ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Kerja sama diidentikkan dengan sikap saling tolong menolong. Ini


sejalan dengan isi dasa dharma nomor lima, yaitu rela menolong dan
tabah. Tentunya dalam Islam juga diajarkan untuk saling tolong menolong
dalam hal kebaikan sebagaimana yang ada pada Q.S Al-Ma’idah ayat 2 :
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.”
97

Rajin merupakan pengamalan dasa dharma yang ke enam, yaiu


rajin, terampil dan gembira. Perintah untuk rajin dan selalu bekerja keras
sejalan dengan ajaran Islam untuk selalu bekerja keras untuk mencapai
sesuatu. Adapun dalil tentang kerja keras terdapat pada Q.S. At-taubah
105:
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.”

Rukun merupakan implikasi dari dasa dharma yang kedua, yaitu


cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. dengan sikap saling
mengasihi diantara manusia, maka akan muncul sikap rukun dan toleransi.
Hal ini sejalan dengan misi Islam sebagai rahmatan lil Alamin. Adapun
dalil yang mendorong untuk berperilaku rukun adalah Q.S Ali Imran ayat
103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai.”

Disiplin merupakan pengamalan dasa darma yang ke delapan, yaitu


disiplin, berani dan setia. Dalam ajaran Islam, banyak ayat al-qur’an yang
menerangkan tentang disiplin dalam artian ketaatan pada peraturan yang
ditetapkan, antara lain Q.S. An-Nisa’ ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu.”

Berdasarkan analisis data observasi dan wawancara diperoleh hasil


bahwa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi dalam
pembentukan karakter dilakukan berdasarkan dasa dharma pramuka yang
dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam proses
kegiatan kepramukaan. Strategi internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
Islam pada kegiatan kepramukaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
98

Muaro Jambi dalam rangka membentuk karakter peserta didik dilakukan


dengan berpedoman pada prinsip dasar dan metode kepramukaan.
Pelaksanaan metode kepramukaan tentunya harus dilakukan
dengan cara memberikan pendidikan kepada peserta didik melalui kegiatan
yang menarik, menyenangkan, dan menantang, sesuai dengan kondisi,
situasi, dan kegiatan peserta didik. Selain itu, dalam pelaksanaan metode
kepramukaan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi juga
memasukkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kegiatan
kepramukaan.
Pembentukan karakter tidak hanya dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam atau pembina pramuka saja, namun semua unsur harus
bersinergi untuk bersama-sama menciptakan suasana untuk membentuk
karakter peserta didik. Termasuk juga kepala sekolah yang dalam hal ini
berperan sebagai Kamabigus di dalam gerakan pramuka. Dalam perannya
sebagai Kamabigus, strategi yang dilakukan kepala Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Muaro Jambi antara lain memberikan fasilitas yang baik,
membuat kebijakan, dan melakukan monitoring serta evaluasi. Adapun
strategi yang dilakukan oleh pembina pramuka untuk menginternalisasikan
nilai-nilai pendidikan agama Islam sehingga dapat membentuk karakter
peserta didik adalah sebagai berikut.
Dalam upacara pembukaan diselipkan nilai-nilai pendidikan agama
Islam, yaitu berdo’a sebelum melaksanakan kegiatan. Ini merupakan
penanaman nilai akidah kepada peserta didik untuk selalu menyandarkan
aktivitasnya hanya pada Allah. Selain itu, berdo’a juga merupakan ibadah
seorang hamba kepada Allah SWT.
Kegiatan kepramukaan berupa pemberian materi di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi dilakukan melalui beberapa
tahap, yaitu breafing yang bagus, pendampingan dalam pelaksanaan,
kemudian refleksi. Sebelum memberikan tugas kepada peserta didik,
pembina selalu memberikan breafing atau arahan agar peserta didik dapat
menjalankan tugas dengan baik. Kemudian pembina melakukan
99

pendampingan terkait pengerjaan tugas yang dilakukan oleh peserta didik.


Setelah itu Pembina bertanya kepada peserta didik tentang pelajaran apa
yang bisa diambil dari kegiatan yang dilakukan. Sebagai contoh adalah
pada materi pioneering. Sebelum peserta didik diberi tugas untuk
mendirikan pioneering kaki tiga, pembina memberikan contoh pembuatan
pioneering yang bagus dan kuat. Pembina menjelaskan simpul apa saja
yang digunakan beserta masing-masing fungsinya. Kemudian setiap regu
diberi kesempatan untuk belajar membuat pioneering seperti yang telah
dicontohkan oleh pembina. Pembina melakukan pendampingan dengan
menyebar ke setiap regu. Setelah itu pembina memberikan tantangan
kepada peserta didik untuk membuat pioneering dalam waktu lima menit.
Masing-masing regu berkompetisi untuk dapat menyelesaikan tantangan
yang diberikan oleh pembina. Setelah semuanya selesai, pembina
melakukan refleksi terkait karakter yang dipelajari dari pembuatan
pioneering selama lima menit. Karakter tersebut antara lain kerjasama,
kerukunan, kerja keras, dan kedisiplinan.
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di atas terdapat
pada bagian refleksi, yaitu dimasukkannya nilai akhlak atau karakter pada
peserta didik. Kerjasama, kerukunan, kerja keras, dan kedisiplinan
merupakan karakter yang sejalan dengan dasa dharma dan nilai-nilai Islam
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sama dengan upacara pembukaan, dalam upacara penutupan
diselipkan nilai-nilai pendidikan agama Islam, yaitu berdo’a setelah
melaksanakan kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan dalam upacara
penutupan juga mengandung nilai-nilai pendidikan agama Islam, yaitu
akidah dan ibadah. Selain itu, pembina selalu memberikan nasihat atau
pesan kepada peserta didik terkait pesan moral yang harus diterapkan oleh
peserta didik di setiap tindak tanduk kehidupannya.
Berdasarkan analisis data observasi wawancara diperoleh
implementasi karakter spiritual dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
100

Berdasarkan hasil data diketahui proses penanaman karakter


spiritual dilakukan dengan cara pembiasaan dan arahan, namun kurang
dalam hal keteladanan. Peserta didik selalu dihimbau untuk melaksanakan
kegiatan spiritual seperti berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan
kegiatan, shalat berjamaah dan melakukan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan
dalam beberapa waktu guru pendidikan agama Islam ikut terjun langsung
membina anak-anak dalam kegiatan kepramukaan.
Penanaman karakter semacam ini berhasil diterapkan di sekolah,
namun setelah diteliti ada beberapa peserta didik yang tidak melakukan
shalat di rumah. Setelah peneliti mencari penyebabnya, ternyata faktor
yang mempengaruhinya adalah rendahnya keteladanan, baik dari pembina
pramuka maupun orang tua di rumah. Selain itu, teknologi seperti HP dan
TV juga menjadi faktor rendahnya karakter spiritual peserta didik.
Berdasarkan analisis data observasi wawancara diperoleh
implementasi karakter kerja sama dalam kegiatan kepramukaan.
Berdasarkan hasil data diketahui proses penanaman karakter kerja
sama dilakukan dengan cara pembiasaan dan motivasi atau dorongan.
Peserta didik diberikan tugas secara kelompok menjadikan peserta didik
belajar berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat
mengembangkan sikap kerja sama.
Berdasarkan analisis data observasi wawancara diperoleh
implementasi karakter rajin dan kerja keras dalam kegiatan kepramukaan.
Berdasarkan hasil data diketahui proses penanaman karakter rajin
dan kerja keras dilakukan dengan cara pembiasaan dan arahan. Peserta
didik selalu dilibatkan dalam mengerjakan tugas kelompok. Dalam hal ini
peserta didik difasilitasi untuk mengerahkan kemampuannya dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan diberikannya tugas kelompok,
dapat mengembangkan karakter kerja keras peserta didik untuk
mempersembahkan karya terbaiknya.
Berdasarkan analisis data observasi wawancara diperoleh
implementasi karakter rukun dalam kegiatan kepramukaan.
101

Berdasarkan hasil data diketahui proses penanaman karakter rukun


dilakukan dengan cara keteladanan, pembiasaan dan arahan. Pembina
pramuka memberi materi tentang kerukunan, utamanya dengan orang yang
berbeda agama atau berbeda kelompok dengannya. Dengan cara seperti ini
maka akan timbul rasa toleransi antar sesama. Selain itu teladan dari
seorang pembina juga menjadi faktor keberhasilan internalisasi nilai
karakter pada peserta didik. Dalam hal kerukunan, pembina Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi dapat memberikan teladan yang
baik untuk hidup rukun kepada peserta didik.
Berdasarkan analisis data observasi wawancara diperoleh
implementasi karakter disiplin dalam kegiatan kepramukaan.
Berdasarkan hasil data diketahui proses penanaman karakter
spiritual dilakukan dengan cara pembiasaan dan arahan, namun kurang
dalam hal keteladanan. Pembiasaan untuk selalu datang tepat waktu ketika
latihan pramuka, memakai seragam pramuka yang lengkap, melaksanakan
tugas dengan tepat waktu merupakan indikator yang biasa digunakan
pembina pramuka dalam mengembangkan sikap disiplin peserta didik.
Beberapa materi kepamukaan seperti PBB dan upacara juga mengandung
unsur unsur kedisiplinan. Namun karena faktor keteladan pembina yang
kurang menunjukkan sikap disiplin, menjadikan peserta didik cenderung
meniru dalam kehidupannya sehari-hari.
Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam proses
internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada kegiatan
kepramukaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
menggunakan beberapa model internalisasi sebagaimana pada teori
internalisasi dalam buku Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Adapun
model internalisasi yang digunakan dalam membentuk karakter Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi antara lain, teladan,
pembiasaan, arahan dan motivasi. Dengan ketiga model internalisasi nilai
pendidikan agama Islam pada kegiatan kepramukaan yang dilakukan oleh
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi tersebut, sebenarnya
102

sudah mampu menanamkan karakter yang baik pada diri peserta didik.
Namun peneliti menemukan bahwa ada beberapa peserta didik yang belum
mempunyai karakter sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah maupun
gerakan pramuka.
Dari paparan data yang telah dikemukakan di atas, peneliti
menganalisis faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan tersebut.
Faktor tersebut adalah kurangnya sosok yang dapat dijadikan model dalam
tindak tanduk perbuatan serta penggunaan teknologi yang tidak tepat.
Karena karakter merupakan perilaku (behavior), bukan pengetahuan
sehingga untuk dapat diinternalisasikan oleh peserta didik, maka harus
diteladankan bukan diajarkan.
Dari pemaparan di atas, diketahui bahwa keteladanan yang
dilakukan oleh para Pembina Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi maupun dari beberapa orang tua peserta didik kurang maksimal.
Dalam buku Kursus mahir Dasar juga dijelaskan bahwa porsi
paling besar dalam menerapkan sistem among pada fase penggalang
adalah ing madya mangun karsa (disamping membangun kemauan).
Namun demikian, tidak meninggalkan sistem among yang lain, yaitu ing
ngarsa dang thulada (didepan menjadi teladan) dan tut wuri handayani (di
belakang memberi kekuatan atau dorongan dan pengaruh baik).
Dalam semua golongan, baik siaga, penggalang, penegak, maupun
pandega, pembina berperan sebagai pemberi contoh dan teladan tentang
perilaku, pengamalan nilai-nilai satya dan dharma pramuka. Dengan
kurangnya keteladanan yang ditunjukkan oleh pembina pramuka, maka
tahap strategi pendidikan karakter hanya akan sampai pada moral knowing
atau tahap pengetahuan tentang karakter yang baik dan pentingnya
memiliki karakter yang baik, atau mungkin hanya sampai pada tahap
moral feeling atau menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-
nilai akhlak mulia, tanpa menumbuhkan moral doing yaitu
mempraktekkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
103

Selain kurangnya model keteladanan pada beberapa aspek, faktor


lain yang mendukung adalah penggunaan teknologi yang tidak tepat. Tidak
adanya arahan untuk penggunaan teknologi dengan benar mengakibatkan
timbulnya dampak negatif. Mereka terlalu asyik bermain HP sampai lupa
waktu dan lupa apa yang harus dikerjakan atau yang sudah menjadi
kewajibannya. Karena sudah terlalu kecanduan dengan teknologi zaman
sekarang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian yang penulis paparkan dalam
skripsi yang berjudul Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yakni pramuka
sangat berperan penting dalam pembentukan karakter bagi peserta
didik dan tidak meninggalkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
Adapun karakter yang dikembangkan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Muaro Jambi adalah karakter religius, jujur, toleransi,
disiplin, mandiri dan tanggung jawab.
2. Kendala Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yakni ada pada
diri peserta didik tersebut karena kurangnya minat dari peserta didik
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang merupakan
ekstrakurikuler wajib disekolah karena pengaruh teknologi zaman
sekarang terutama game online dan TV. Pembina melakukan
pemanggilan kepada peserta didik yang melanggar aturan dan
kemudian diberikan sanksi hukuman sesuai dengan kesepakatan diawal
antara pembina dan peserta didik.
3. Upaya Pembina Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi yakni Pembina
pramuka melakukan arahan, motivasi, pembiasaan dan keteladanan
dengan menerapkan prinsip belajar sambil bermain. Dengan kegiatan
yang menyenangkan akan dengan mudah melakukan internalisasi pada
diri peserta didik sehingga dapat menanamkan karakter sebagaimana
yang diharapkan. Adapun strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk

104
mendukung kegiatan ekstrakurikuler pramuka yakni dengan
memberikan fasilitas yang cukup, memonitoring dan mengevaluasi.

B. Saran
Berdasarkan uraian dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang
peneliti identifikasi dari berbagai pihak yang diharapkan dapat menjadi
masukan dalam penelitian selanjutnya, sehingga menghasilkan penelitian
yang lebih sempurna lagi sesuai sasaran penelitian, diantaranya adalah:
1. Kepada kepala sekolah hendaknya selalu mendampingi peserta didik
ketika sedang berkegiatan pramuka karena itu akan merangsang
peserta didik agar lebih giat dalam melaksanakan kegiatan
kepramukaan dan secara tidak langsung jika sedang berkegiatan
kepramukaan dan kepala sekolah mendampingi akan memberikan
stimulus serta memicu semangat peserta didik yang mengikuti kegiatan
kepramukaan sehingga peserta didik mampu memberikan yang terbaik
untuk diri sendiri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi.
2. Kepada pembina pramuka hendaknya dapat menjadi teladan yang baik
bagi peserta didik dikarenakan pembina pramuka adalah orang yang
dekat dengan peserta didik sehingga menjadi model bagi peserta didik
untuk berbuat dan berperilaku. Karena dengan kepramukaan
diharapkan mampu melakukan peningkatan karakter peserta didik
kearah yang lebih baik.
3. Kepada orang tua hendaknya juga membantu dalam pembentukan
karakter peserta didik ke arah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
seorang anak lebih banyak waktu berada di rumah, sehingga
diharapkan peran orang tua di samping memantau perkembangan
kognitif anak juga menjadi teladan untuk perkembangan karakter anak.
4. Kepada gugusdepan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi hendaknya berupaya mengembangkan pelatihan kepramukaan
dan melengkapi atribut kepramukaan untuk menyongsong menjdi
gugusdepan percontohan dari semua gugusdepan yang ada di Muaro
Jambi. Pada dasarnya gugusdepan akan terlihat baik apabila terjalinnya
silaturahmi semua warga sekolah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Alqur’an Terjemah. 2012. Departemen Agama RI. Bandung: CV. Darus
Sunnah
----------, UU Nomor 12 Tahun 2010. 2015. Tentang Gerakan pramuka. Jakarta:
PT. Pustaka Tunasmedia
----------, UU RI Pendidikan Nasional. 2003. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta: Fokus Media
AD-ART Gerakan Pramuka. 2013. Nomor 11 Tahun 2013. Jakarta: Pustaka
Tunasmedia
Afifudin, Beni Ahmad Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.
Pustaka Setia
Ainissyifa, Hilda. 2014. Pendidikan Karakter dalam Persfektif Pendidikan Islam.
Jurnal Pendidikan Universitas Garut. 8 (1)
Arif, Muhammad. 2012. Pendidikan Agama Islam Inklusif-Multikultural. Jurnal
Pendidikan Islam. 1 (1)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2014. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih di antara
Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Creswell, John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Emzir, 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Faozan, Akhmad. 2013. Implementasi Good Corporate Governance dan Peran
Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam. 7 (1)
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta
Gunawan, Heru. 2014. Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

107
Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press)
Kompri. 2019. Pendidikan Islam di Era Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2017. Pendidikan Karakter Internalisasi dan
Metode Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Kata Pena
Kurniawan, Syamsul. 2017. Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasinya
secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, &
Masyarakat. Malang: Ar-Ruzz Media
Lickona, Thomas. 2014. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media
Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyasa. 2016. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti
Media
Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan.
Yogyakarta: Multi Presindo
Putri, Maslekah Pratama. 2016. Peran Komisi Pemilihan Umum dalam Sosialisasi
Pemilu sebagai Upaya untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat.
Jurnal Ilmu Komunikasi. 4 (1)
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sujana, I Wayan Cong. 2019. Fungsi & Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal
pendidikan. 4 (1)
Syarifuddin. 2017. Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti. Yogyakarta: Deepublish
Taubah, Mufatihatut dan Uswatun Chasanah. 2018. Peranan Gerakan Pramuka
dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme di Madrasah Ibtidaiyah (Studi
Kasus di MIN Kudus Tahun Pelajaran 2017/2018). Elementary: Islamic
Teacher Journal. 6 (2)
Woro, Sri dan Marzuki. 2016. Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam
Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Peserta Didik di SMP Negeri 2
Windusari Magelang. Jurnal Pendidikan Karakter. 4 (1)
Zainul. 2016. Buku Pintar Pramuka. Jakarta: Duta Prestasi
110
Lampiran I
Lampiran II
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

Judul Skripsi: PERAN PRAMUKA DALAM MEMBENTUK KARAKTER


PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 MUARO JAMBI

A. WAWANCARA
1. Kepala Sekolah
a. Bagaimana Peran Pramuka dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi?
b. Bagaimana tanggapan ibuk tentang ekstrakurikuler pramuka?
c. Bagaimana perbedaan tingkah laku peserta didik yang mengikuti
kegiatan kepramukaan dengan yang tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka?

2. Pembina Pramuka
a. Apakah peserta didik selalu hadir dan berperan aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler pramuka?
b. Apakah kakak setuju bahwa pramuka berperan sebagai wadah
dalam pembentukan karakter peserta didik? Jika setuju, mengapa
harus ekstrakurikuler pramuka?
Jika tidak setuju, apakah alasannya?
c. Bagaimana perbedaan tingkah laku peserta didik yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan yang tidak mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka?
d. Apa saja kendala yang kakak hadapi dalam membentuk karakter
peserta didik melalui peran pramuka?
e. Apa upaya yang sudah kakak lakukan dalam memanfaatkan
kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai proses pembentukan
karakter peserta didik?
f. Adakah upaya yang kakak lakukan agar kakak mampu mengatasi
kendala dalam membentuk karakter peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka?

3. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi


Kelas VIII
a. Apa saja yang menjadi hambatan peserta didik selama mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka?
b. Apakah pembina pramuka sudah memberikan contoh karakter
yang baik kepada peserta didik?
c. Apa saja yang diajarkan pembina pramuka ketika
berlangsungnya kegiatan ekstrakurikuler pramuka?
d. Apakah materi yang diajarkan pembina pramuka sudah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya berlaku disiplin
disekolah, tidak telat datang kesekolah dan tidak bolos ketika
belajar dikelas?
e. Apa manfaat yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler pramuka?

B. DOKUMENTASI
1. Visi dan Misi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
2. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro
Jambi
3. Gedung Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Muaro Jambi
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Muaro Jambi
DAFTAR RESPONDEN

NO NAMA KETERANGAN
1 Erma Dewita, S.Pd Kepala Sekolah
2 Kori Kurniawan, S.Pd Pembina Pramuka
DAFTAR INFORMAN

NO NAMA KETERANGAN
1 Erma Dewita, S.Pd Kepala Sekolah
2 Kori Kurniawan, S.Pd Pembina Pramuka
3 M. Ibnu Rasyid Araazzak Peserta Didik
4 M. Ridho Syaputra Peserta Didik
5 Maulana Sidik Peserta Didik
6 Syahrul Rozi Peserta Didik
7 Bunga Winda Retno Safitri Peserta Didik
8 Nabila Dwityas Avianty Peserta Didik
9 Sherin Indah Maharani Peserta Didik
10 Alisha Yulian Dini Peserta Didik
11 Indah Gustine M Peserta Didik
12 Rizta Dwi Riani Peserta Didik
13 Dwi Ramaranti Peserta Didik
14 Putri Amelia Peserta Didik
15 Yuni Rodear Peserta Didik
16 Riri Liyani Peserta Didik
17 Rosalinda Sinurat Peserta Didik
18 Hotmaria Trilena Peserta Didik
19 Keken Nova Peserta Didik
Lampiran III
JADWAL PENELITIAN
NO Kegiatan Maret Juli 2020 September Januari Februari Maret April
2020 2020 2021 2021 2021 2021

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan 
Judul

2 Pembuatan 
Proposal

3 Pengajuan 
DP

4 Seminar 
Proposal

5 Perbaikan 
Proposal

6 Izin Riset 

7 Pelaksanaan 
Riset

8 Penyusunan   
Data

9 Sidang 
Munaqosah
Lampiran IV
DOKUMENTASI PENELITIAN

Logo Sekolah dan Gerbang SMP Negeri 1 Muaro Jambi


Halaman SMP Negeri 1 Muaro jambi
Pembina Pramuka Putra dan Putri bersama Kepala Sekolah
Wawancara bersama Pembina Pramuka
Wawancara bersama Pembina dan Pelatih Pramuka
Wawancara bersama Peserta Didik
Wawancara bersama Peserta Didik
Wawancara bersama Peserta Didik
Kegiatan Latihan Rutin Ekstrakurikuler Pramuka
Dokumentasi Tugas Video Peserta Didik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)

Nama : Sadar Nilawati


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tgl Lahir : Lubuk Mandarsah, 27 April 1999
Alamat : Desa Sungai Duren, Perumahan Amanah Sejahtera 1, blok
A No.15, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
E-mail : sadarnilawati99@gmail.com
No Kontak : 0823-5887-6135

Pengalaman- Pengalaman Pendidikan Formal


1. SD/MI : SDN 166/VIII Pelayang Tebat : 2011
2. SMP/MTs : SMPN 32 Kabupaten Tebo : 2014
3. SMA/MA : SMAN 11 Kota Jambi : 2017
4. Perguruan Tinggi : UIN STS Jambi : 2021

Pendidikan Non Formal


1. Anggota Racana UIN STS Jambi : 2017
2. KMD (Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar) : 2018
3. BPH Racana Bidang Penelitian & Evaluasi (LITEV) : 2019
4. BPH Racana Bidang Penelitian & Evaluasi (LITEV) : 2021

Motto Hidup:
Miliki hati yang tak pernah membenci
Sabar yang tak berujung, Ikhlas yang tak meminta balas
Serta senyum yang tak pernah hilang 
I

Anda mungkin juga menyukai