Anda di halaman 1dari 141

PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR

MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH


PELAJAR ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Maulidya Yolanda
NIM. 23010150034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

i
ii
PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR
MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH
PELAJAR ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Maulidya Yolanda
NIM. 23010150034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

iii
iv
v
vi
MOTTO

Hiduplah Sebagaimana Semaumu, Tetapi Ingat, Bahwa Engkau


Akan Mati, dan Cintailah Siapa yang Engkau Sukai, Namun
Ingat, Engkau Akan Berpisah Dengannya. Dan Berbuatlah
Seperti yang Engkau Kehendaki, Namun Ingat, Engkau Pasti
akan Menerima Balasannya Nanti.

(Imam Ghazali)

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan

untuk :

1. Kedua orangtuaku tercinta, Mulyadi dan Siti Musawaroh yang telah

memberikan kasih sayang, ketulusan dan pengorbanan dalam mendidik dan

membesarkanku dengan tiada putus iringan doa dan restunya.

2. Adik-adiku tersayang Nadin Jazila dan Mahira Hasna Nabila.

3. Seluruh keluarga besar Nenekku Surti yang telah memberikan dukungan moril

maupun meteril.

4. Orang spesial dan sahabat-sahabat terbaikku, Miftah Ilham, Nabila Nurul

Fauziyah, Erika Khusnul Nurdiyanti.

5. Keluarga Besar Pelajar Islam Indoensia Jawa Tengah, kanda yunda, teman-

teman Pengurus Wilayah dan Pengurus Derah yang telah membantu dalam

melancarkan proses penyelesaian skripsi ini. Dengan mereka saya belajar arti

pejuangan dan pengorbanan sesungguhnya.

6. Kepada Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

sabar dalam membimbing dan mendorong semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga Besar Gerakan Juma’at Berbagi Salatiga dan Rumah Tahfidz Nuryani

Sugito yang selalu memberikan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi

ini.

viii
8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Himpuanan Mahasiswa Islam Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo, LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga, Remaja

Karang Taruna Tri mulya Desa Nogosari, Coffe Backspace Salatiga, PPL

SMKN 1 Tengaran 2018, KKN Posko 15 Panimbo Kedungjati 2019,

Mahasiswa/i PAI IAIN Salatiga Angkatan 2015 yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu dan kenangan bersama kalian menjadi pengalaman indah

yang tidak akan terlupakan.

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem

Kaderisasi Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Jawa Tengah”.

Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Agung

Muhammmad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. .selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI)

4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

membantu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd, selaku dosen pembimbing akademik, yang

telah membimbing dan mengarahkan dengan sabar dan ikhlas.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis.

x
7. Kedua orang tuaku, adikku Nadin Jazila dan Mahira Hasna Nabila, serta

keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara moril

maupun materil kepada penulis.

8. Teman-teman Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII),

Keluarga Besar (KB) PII, serta sahabat-sahabat PII se-Jawa Tengah yang

telah membantu, memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat Gerakan Jum’at Berbagi (GJB) Salatiga yang telah

memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi kepada

penulis.

11. Semua pihak yang telah ikhlas dalam memberikan bantuan baik sacara

moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimaksih penulis sampaikan, Penulis hanya bisa berdoa

kepada Allah SWT, semoga segala amal kebaikan yang tercurahkan kepada penulis

diridhoi Allah SWT dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan. Besar harapan penulis atas semua

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumya.

Amin…

Salatiga, 24 Juli 2019

Penulis

xi
ABSTRAK

Yolanda, Maulidya. 2019. “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui


Sistem Kaderisasi Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah”. Skripsi.
Program studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing; Drs.
Bahroni, M.Pd.
Kata Kuncci : Pendidikan Karakter, Kepemimpinan, Kaderisasi

Tujuan penelitian dalam skripsi ada tiga yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan


proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII
Jawa Tengah. 2) Untuk mendeskripsikan faktor pendukung proses pendidikan
karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah. 3)
Untuk mendeskripsikan faktor penghambat proses pendidikan karakter
kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang berdasarkan studi
lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer
yaitu data atau informasi yang ada di lapangan dan sekunder yaitu data atau
informasi pelengkap atau penguat hasil penemuan di lapangan. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data dilakukan dengan tiga komponen utama yaitu reduksi data,
penyajian data dan pemeriksaan data. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW
PII Jawa Tengah yang disebut dengan Ta’dib secara Nasional, dilakukan dengan
sistem training, kursus, dan ta’lim. . Inti pokok kaderisasi terdapat di tiga tingkatan
training yaitu BATRA, INTRA, dan ADVANCE, sedangkan kursus dan ta’lim
sebagai pendukung dan pelengkap. Kegiatan-kegiatan dalam sistem kaderisasi
tersebutlah yang mendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar di
PII. Kedua, faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah yaitu, PII merupakan organisasi
independent, dan menerima semua kalangan pelajar Muslim, PII di dukung oleh
pemerintah dan masyarakat secara umum, metode pembelajaran yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi peserta. Ketiga, faktor penghambat proses pendidikan
karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah
yaitu masih kurangnya loyalitas kader dalam berproses di PII, minimnya kuantitas
dan kulitas instruktur di PW, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

ABSTRAK .................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

E. Penegasan Istilah ........................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori ........................................................................... 12

xiii
1. Pendidikan Karakter Kepemimpinan .................................... 12

2. Organisasi Kepelajaran ........................................................ 18

3. Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar dalam

Organisasi Kepelajaran ........................................................ 20

B. Kajian Pustaka ............................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................. 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 25

C. Sumber Data ............................................................................... 26

D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 26

E. Analisis Data .............................................................................. 28

F. Pengecekan Keabsahan Data....................................................... 30

G. Tahap-tahap Penelitian................................................................ 31

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) .......................... 33

1. Sejarah berdirnya PII ........................................................... 33

2. Tujuan Berdirinya PII .......................................................... 37

3. Fungsi dan Peran PII ............................................................ 41

4. Sejarah Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) .................. 45

B. Gambaran Kaderisasi PW PII Jateng .......................................... 52

1. Visi dan Misi PW PII Jateng Periode 2019-2021 ................... 52

2. Struktur Organisasi PW PII Jateng Periode 2019-2021 .......... 54

xiv
3. Pola Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng Periode 2019-

2021 ..................................................................................... 55

C. Paparan dan Analisis Data ....................................................... 59

1. Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui

Sistem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah .............................. 59

2. Faktor Pendukung Proses Pendidikan Karakter

Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII

Jawa Tengah ........................................................................ 66

3. Faktor Penghambat Proses Pendidikan Karakter

Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII

Jawa Tengah ........................................................................ 70

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 74

A. Kesimpulan ................................................................................ 74

B. Saran .......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Badan Induk PW PII Jateng Periode 2019-2021

2. Tabel 2 : Badan Otonom PII Wati PW PII Jateng Periode 2019-2021

3. Tabel 3 : Badan Otonom Brigade PW PII Jateng Periode 2019-2021

4. Tabel 4 : Program Umum Bidang Kaderisasi Periode 2019-2021

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Nilai SKK

2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

3. Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian

4. Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

5. Lampiran 5 Trankip Wawancara dengan Narasumber

6. Lampiran 6 Silabus Training

7. Lampiran 7 Foto-foto Hasil Penelitian

8. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakter merupakan suatu hal yang penting dalam aspek kehidupan

membangun suatu bangsa. Karakter menjadi salah saru syarat penting dalam

menjaga, mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa yang

berakhlak mulia, beradab dan bermartabat. Keberhasilan suatu bangsa dalam

memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber

daya alam, akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusianya. Sehingga bangsa yang besar dan maju dapat dilihat dari kualitas

atau karakter bangsa (manusia) itu sendiri.

Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini cenderung

mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar

dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti

kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius, sedikit demi sedikit mulai

tergerus oleh budaya asing yang cenderung materialis, hedonis, dan

individualis, sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting

jika bertentangan dengan tujuan yang ingin diperoleh.

Pendidikan merupakan usaha strategis dalam mencapai pembangunan

karakter. Karena hakikatnya pendidikan adalah penyebaran dan penanaman

nilai-nilai kehidupan dan moralitas. Pendidikan merupakan sebuah proses

pengembangan sumberdaya manusia agar memperoleh kemampuan sosial dan

perkembangan individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara

1
individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya (Idris, 1987: 7).

Lebih dari itu pendidikan merupakan proses ”memanusiakan manusia” di mana

manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain, alam dan

lingkungan budayanya (Driyarkara, 1980: 8).

Keluarnya undang-undang tentang sistem pendidikan nasional

(sisdiknas), yakni UU no. 20 tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan

tujuan pendidikan nasional kita. Pada pasal 3 UU ini ditegaskan, pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mnadiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Zuchdi, dkk, 2013 : 15).

Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini di mana terjadinya degradasi

moral baik dari kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa , masyarakat umum,

masyarakat terpelajar hingga petinggi Negara (wakil rakyat) yang sudah

menjadi makanan sehari-hari pemberitaan di media masa di mana sering kita

lihat dan mendengar berita-berita di televisi yang memberitakan kasus korupsi

yang merambat disetiap lini instansi pemerintahan, swasta, dan sebagainya.

Seperti yang dilansir oleh Detik News (19/12/2018) kata Wakil Ketua KPK

Saut Situmorang “secara total, pada tahun 2018, KPK melakukan 157 kegiatan

penyelidikan, 178 penyidikan, dan 128 kegiatan penuntutan, baik kasus baru

maupun sisa peneganan perkara pada tahun sebelumnya. Sementara, data

2
penanganan perkara berdasarkan tingkat jabatan, mengungkapkan ada 91

perkara yang melibatkan anggota DPR/DPRD dan 50 perkara melibatkan

swasta serta 28 perkara melibatkan kepala daerah (29 kepala daerah aktif dan

2 mantan kepala daerah). Selain itu, terdapat 20 perkara lainnya yang

melibatkan pejabat eselon I hingga IV," papar Saut. Selain itu yang sedang

maraknya dewasa ini adalah penyebaran hoax (berita bohong) yang menjadi

virus dan bertebaran dimana-mana seiring maraknya penggunaan media sosial

di Indonesia, yang dengan mudahnya diakses dan disebarkan oleh berbagai

kalangan.

Pada kalangan pelajar saat ini, banyaknya kasus kekerasan antar pelajar

salah satunya seperti yang dilansir oleh media (Kompas : 2019) mengenai

kasus pengeroyokan terhadap siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat, pada

Rabu (10/4/2019) dimana ketika tersangka masih berusia 17 tahun. Selain itu

hilangnya rasa hormat siswa terhadap guru dan orang tua, sex bebas, minum

minuman keras, tawuran dan lain-lainnya hampir disetiap saat terjadi

diberbagai tempat yang disertai anarkhis dan bahkan menimbulkan korban

jiwa. Merebaknya peredaran video dan tingkahlaku pornografi yang kian

menghawatirkan, menjauhkan pergaulan dikalangan remaja dari norma-norma

agama dan sosial yang berlaku.

Faktor penyebab kerusakan moral adalah kurang maksimalnya transfer

of value (pendidikan karakter) di sekolah. Menurt para ahli pengembangan

pendidikan karakter dibagi menjadi empat pilar, yakni kegiatan belajar

mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya

3
satuan pendidikan formal dan non formal kegiatan kurikuler atau

ektrakurikuler serta kegiatan di rumah dan masyarakat .

Oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter terutama kepada

generasi muda, dalam hal ini pelajar yang merupakan agent of change dan

agent of control social sebagai penerus bangsa, dalam mempimpin dan

menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena pelajar hari ini adalah

pemimpin dimasa yang akan datang (Student Today Leader Tomorrow), di

mana masa depan bangsa berada ditangan-tangan pemuda saat ini. maka

pentingnya penanaman pendidikan karakter pelajar dalam hal ini karakter

kepemimpinan.

Membicarakan mengenai kepemimpinan, dalam Islam kepemimpinan

sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Manusia diamanahi Allah Swt. untuk

menjadi khalifah di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya

sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta, sekaligus sebagai hamba Allah

yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya

di jalan-Nya. Sabda Rasulullah “setiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap

pemimpin diminta pertanggung jawabannya” (Sutikno, 2014 : 85). Hal

demikian difirmankan Allah Swt dalam sebuah ayat:

ً‫ض َخ ِليفَة‬ ْ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي َجا ِع ٌل فِي‬


ِ ‫األر‬
Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"...(QS.

Al-Baqarah [2] : 3)

4
Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan organisasi pelajar

tertua di Indonesia yang lahir pada tanggal 4 Mei 1997 yaitu dua tahun setelah

Indonesia merdeka memiliki tujuan yaitu “kesempurnaan pendidikan dan

kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan

ummat manusia” lihat (Konstitusi PII, Falsafah Gerakan) PII yang

berkonsentrasi dalam hal pendidikan dan kebudayaan berupaya dalam aktivitas

organisasinya mencetak pelajar-pelajar yang memiliki karakter kepemimpinan

Islam melalui sistem pengkaderannya. Kepemimpinan dalam hal ini bukan

berarti kepemimpinan untuk memimpin anggota atau bawahannya, namun

yang utama dapat memimpin diri sendiri dalam mengedalikan dirinya baik

dalam lingkungan keluarga, maupun masyarakat.

PII merupakan organisasi kader, yang terus melakukan sistem

pengkaderan secara rutin dan berkala. Menurut Hanan (2006 : 13) kaderisasi

merupakan kebulatan proses yang mengarah pada terciptanya kader-kader atau

anggota inti organisasi yang berlangsung mulai dari rekrutmen anggota,

pembinaan hingga pelaksanaan berbagai tugas, atau dalam bentuk seluruh

kegiatan PII yang dikenal dengan sebutan organisasi kader, sekaligus sebagai

organisasi massa. Proses kaderisasi tersebut berperan penting dalam

membangun pemikiran, sikap dan tindakan organisasi yang tidak terlepas dari

motivasi berdirinya PII, dengan bermotivasi ke-Islam-an dan kebangsaan.

Adanya motivasi tersebut maka tercipta tujuan yang dicita-citakan dalam

pendirian PII.

5
Dalam Falsafah Gerakan PII dijelaskan “Sosok ideal kader PII merupakan

profil kader yang merupakan konstruksi ideal sifat dan kinerja yang harus

dimiliki oleh seseorang kader sehingga dianggap mampu menunaikan tugas

dan amanah transformasi misi PII sesuai dengan cita-cita profetik pandangan

dunia Islam.” Adapaun sifat kader PII meiputi : pertama, Muslim, yaitu

memiliki sikap ketundukan hanya kepada Allah saja dalam arti konsepsi dan

cara pandang, sikap dan aktualisasi berada dalam garis bimbingan dan ridho

Allah Swt. Kedua, Cendikia (cerdas), yaitu upaya meneladani sifat fathanah

nabi, sehingga memiliki wawasan dan antisipasi yang luas serta kerangka

metodologi yang kuat sehingga dapat menangkap dan memahami keberanian,

mengkonseptualisasi dan mengaktualisasikannya secara komprehensif. Ketiga,

Pemimpin, yaitu memiliki sikap dan kemampuan sebagai seorang pemimpin

yang berani dan bertanggung jawab, yang mampu mengambil keputusan secara

tepat dan menggelola potensi lingkungannnya menjadi sesuatu yang bernilai

dalam aktualisasi ke-khalifahan-nya.

Guna mewujudkan cita-cita dari tujuan PII, maka dilakukan usaha dalam

proses kaderisasi dengan cara mendidik, mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan, serta mencetak kader-kader pemimpin dengan memiliki

pandangan islami. Dalam hierarki sistem kaderisasi PII, dikatakan kader PII

ketika telah mengikuti jenjang training dasar yaitu LBT (Leadership Basic

Trainig), tingkat selanjutnya yaitu LIT (Leadership Intermediate Training),

dan tingkat akhir yaitu LAT (Leadership Advanced Training). Khususnya di

Jawa Tengah, Pegurus Wilayah (PW) PII menyelenggarakan kegitan LBT dan

6
LIT diselenggarakan secara bersamaan yang terdiri dari pelajar-pelajar dari

tingkat SMP hingga SMA, baik sekolah umum, swasta, maupun pondok

pesantrean yang berasal dari berbagai kota atau kabupaten se-Jawa Tengah.

Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan

menganalisis mengenai “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar

melalui Sistem Kaderisasi Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia

Jawa Tengah”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpin pelajar melalui sistem

kaderisasi PW PII Jawa Tengah?

2. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar

melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah?

3. Apa faktor penghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar

melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar

melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung proses pendidikan karakter

kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah.

7
3. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat proses pendidikan karakter

kepemimpinan pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

dalam mengembangkan wacana keilmuan pendidikan Islam khususnya

mengenai pendidikan karakter kepemimpinan serta menambah bahan

pustaka bagi Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Praktik

1) Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan dan sumber referensi

bagi peneliti, segenap aktivitas pengurus PII, pelajar, mahasiswa, dan

masyarakat umumnya dalam hal menanamkan pendidikan karakter

kepemimpinan pelajar.

2) Sebagai bahan acuan dokumentasi bagi pendidikan Islam, dan

menjadi masukan untuk lembaga agar mempunyai pandangan yang

luas terhadap ilmu pengetahuan.

E. Penegasan Istilah

1. Pendidikan karakter kepemimpinan pelajar

Menurut Aunillah Nurla Isla (2011: 18), pendidikan karakter adalah

sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik

yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad

serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik

8
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun

bangsa, sehingga akan terwujud Insan Kamil.

Selain itu dari pendapat Ratna Megawangi dalam Dharma (2012: 5),

pendidikan karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan kemudian mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap lingkungannya.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan

menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.(Sutikno, 2014 : 16).

Rivai dalam Tanjung (2017 :50) menjelaskan kepemimpinan adalah proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan

budayanya. Kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan

berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan

pengaruh yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat

struktur, serta memfasilitasi dan aktivitas hubungan di dalam kelompok.

Pelajar secara luas diartikan orang yang terlibat dalam proses

pendidikan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang hayat. Sedangkan

secara sempit diartikan siswa yang belajar di sekolah dari tingakat sekolah

menengah sampai atas. PII mendefinisikan “pelajar” dalam arti yang luas

dan longgar, mengacu kepada pengertian bahwa belajar itu sepanjang

hayat.

9
Pendidikan karakter kepemimpinan pelajar yang di maksud adalah

proses penanaman nilai-nilai dan sifat kepemimpinan yang terdiri dari

komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan

dan tindakan yang melekat menjadi sebuah karakter pada pelajar.

2. Sistem Kaderisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat

unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu

totalitas. Jogianto (2005 : 2 ) memaknai sistem sebagai kumpulan dari

elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan satu kesatuan yang

nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang yang nyata ada dan terjadi.

Kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting

dalam organissasi (Al-Barry dan Yacub, 2003 : 349). Sedangkan

pengkaderan (kaderisasi) adalah proses mempersiapkan seseorang untuk

menjadi penerus dimasa depan, yang akan memikul tanggung jawab

penting di lingkungan organisasi (Latifah, 2011 : 21).

Sistem kaderisasi diartikan sebagai unsur-unsur atau komponen yang

saling berkaitan untuk mencapai tujuan secara bertahap yang

memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal,

kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga kader dapat membantu

orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan

mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang

diidealkan, nilai-nilai yang diyakini serta misi perjuangan yang diemban.

10
F. Sistematika Penulisan

Dalam tulisan ilmiah unsur yang paling penting adalah bagaimana tulisan

ini disusun dengan sistematis dan mempunyai hubungan antara masalah yang

di atas dengan di bawahnya. Sistematika isi penelitian yang telah

dideskripsikan dalam skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, terdiri dari landasan teori yaitu tiga sub

pembahasan meliputi;Pendidikan Karakter Kepemimpinan, organisasi

kepelajaran dan pendidikan karakter kepemimpinan dalam organisasi

kepelajaran. dan kajian pustaka.

Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini membahas; Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data,

Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IV Paparan dan Analisis Data, meliputi; Sejarah, Tujuan dan Fungsi

PII, Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem

kaderisasi PW PII Jawa Tengah, Faktor pendukung dan penghambat proses

pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII

Jawa Tengah.

BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan dan Saran yang menjadi akhir

dalam penelitian skripsi ini.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter Kepemimpinan

a) Pengertian Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada anak,

sehingga anak mampu mengeluarkan potensi yang berada dalam

dirinya untuk keberlangsungan hidupnya dikemudian hari

(Helmawati, 2017: 12). Sedangkan kata karakter dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain.

Pendidikan hakikatnya adalah pembentukan karakter pada

manusia. Tafsir (2008) dalam Helmawati (2017: 13) menguraikan

bahwa orang Yunani kuno menentukan tiga syarat untuk disebut

manusia. Tiga syarat tersebut yaitu memiliki kemampuan

mengendalikan diri, cinta tanah air, dan berpengetahuan. Semua

syarat itu adalah karakter yang harus dimiliki manusia.

Thomas Lickona dalam Samani dan Hariyanto (2014: 44),

Thomas berpendapat pendidikan karakter adalah upaya yang

sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan

bertindak dengan landaan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana

12
didefinisikan sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk

memperbaiki karakter siswa.

Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang

menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang

mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta

adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujudnya insan kamil.

Dalam Islam, untuk mewujudkan insan kamil salah satunya

adalah menjalankan tugas (amanah) dan fungsi manusia sebagai

khalifah (pemimpin) dimuka bumi. Menurut Usman (2013),

Menjalankan proses pendidikan karakter kepemimpinan salah satunya

adalah dengan memberikan keteladanan. Keteladanan adalah ucapan,

tulisan, bahasa tubuh, sikap, dan tindakan positif yang dapat dicontoh

oleh orang lain. Dalam Islam, sosok yang menjadi teladan terbaik

sepanjang masa yaitu terdapat pada pribadi Rasulullah Saw yang

menjadi uswatun hasanah bagi umat manusia yang terangkum dalam

4 karakter yaitu : Shiddiq, Amanah. Fathonah dan Tablig ynag

disingkat SHAF.

Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Rivai dalam

Tanjung (2017 :50) adalah proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

13
Menurut Kadarusman (2012) dalam Yudiaatmaja (2013 :29-30)

kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1) Self Leadership; (2)

Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self

Leadership adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal

menjalani hidup. Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain.

Sedangkan Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader

(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung

jawab kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya,

kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan konsekuensi

dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk

membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya

hingga menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational

leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh

organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu memahami

nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi

pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan

dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi

untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa

berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun

internasional.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seorang pemimpin

dengan segala kemampuannya dapat menetapkan kebijakan,

14
mengarahkan bawahannya, membimbing, mempengaruhi,

memotivasi, menggerakkan baik secara individu maupun secara

kelompok terhadap pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diambil pengertian

bahwa pendidikan karakter kepemimpinan adalah proses penanaman

nilai-nilai karakter dalam memimpin baik terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain atau kelompok sehingga terciptanya

nilai-nilai kebaikan baik hubungannya terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, dan sesama makhluk.

b) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional termuat dalam (UU No.

20 Tahun 2003, Pasal 3). yaitu pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa (Helmawati (2017: 17). Tujuan pendidikan nasional itu sendiri

pada hakikatnya ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung

jawab (Helmawati (2017: 19).

Menurut Zubaedi (2013: 138), prinsip yang digunakan dalam

pengembangan pendidikan karakter adalah:

15
a. Berkelanjutan: mengandung makna bahwa proses pengembangan

nilai- nilai karakter merupakan proses yang tiada henti dimulai

dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan

pendidikan bahkan sampai terjun ke masyarakat.

b. Melalui semua mata pelajaran: pengembangan diri dan budaya

sekolah, serta muatan lokal.

c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan.

Satu hal yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar

dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah

kognitif, efektif, dan psikomotorik.

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didiksecara aktif dan

menyenangkan.

Menurut Dharma (2012: 9) tujuan pendidikan karakter adalah

sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana

nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

karakter secara bersama.

16
Tujuan pendidikan karakter yang lain sesuai dengan arahan

Kemendiknas mengenai pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik

sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa;

2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang

terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya

bangsa yang religius;

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa;

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia

yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta 20 dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan

penuh kekuatan (dignity) (Kemendiknas, 2010: 7).

Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 9), tujuan pendidikan

karakter adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan

yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar

kompetisi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan

karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri

17
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter

dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-hari.

Jadi, Jika dianalisis inti dari tujuan pendidikan nasional adalah

pembentukan karakater (akhlak). Sosok karakter yang dapat dijadikan

contoh sepanjang masa adalah karakter Rasulullah Saw. Rasulullah

merupakan teladan dan contoh akhlak mulia yang semuanya

merupakan sifat-sifat yang diajarkan oleh Allah Swt. terutama

karakter kepemimpinan Rasulullah yang sepatutnya dijadikan contoh

oleh kita sebagai manusia yang diamanahi sebagai khalifah di muka

bumi. Adapun sifat-sifat yang dapat diterapkan sebagai karakter

manusia sebenarnya merupakan sebagian kecil karakter atau sifat-sifat

yang dimiliki Allah dalam asma’ul husna.

2. Organisasi Kepelajaran

Organisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

susunan atau kesatuan dari berbagai bagian (orang dan sebagainya)

sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Organisasi adalah sebuah

wadah tempat berkumpulnya orang-orang sebagai anggota organisasi

tersebut yang memiliki kepentingan dadn tujuan ynag sama, dengan

tugas pokok, fungsi, peran, dan tnaggung jawab yang jelas, yang

mematuhi segala aturan dan mengikuti tata cara dan prosedur yang

berlaku, dan menerrima, memahami, dan melaksanakan nilai-nilai/

18
norma-norma/tradisi bersama secara konsisten, untuk pemecah

permasalahan dan pencapaian tujuan organisasi (yasin, 2012 : 7).

Organisasi kepelajaran adalah sekumpulan pelajar yang berada

dalam satu wadah organisasi yang memiliki peran, tugas, dan

tanggung jawab dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Organisasi pelajar terbagi menjadi dua yaitu organisasi yang berada

di dalam lingkup sekolah (intra sekolah) dan organisasi yang berada

di luar sekolah (ekstra sekolah). Organisasi yang intra sekolah

merupakan organisasi yang berada dalam wewenang pihak sekolah,

sedangkan organisasi ekstra sekolah merupakan organisasi yang

berlatar belakang kepelajaran yang berdirinya di luar wewenang pihak

sekolah (independen). Organisasi pelajar intra sekolah contohnya

yaitu OSIS (Organisasi Intra Sekolah), sedangkan organisasi pelajar

ekstra sekolah yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), IPM

(Ikatan Pelajar Muhammadiyah), dan PII yang akan peneliti kaji

dalam penelitian ini.

3. Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar dalam Organisasi

Kepelajaran

Banyak pihak yang berusaha dan mengupayakan untuk

membentuk karakter terutama kepemimpinan terhadap pelajar. Tidak

hanya di sekolah di mana guru yang menjadi peran penting dalam

menanamkan pendidikan karakter pelajar, di luar sekolah pun perlu

didukung oleh berbagai pihak dalam menguatkan karakter pelajar agar

19
memiliki nilai sikap, tingkah laku, dan kepribadian yang baik. Oleh

karena itu banyak komunitas pelajar maupun organisasi yang

terbentuk dengan upaya mewadahi aktivitas pelajar dalam

mengembangkan potensi dirinya terutama bakat kepemimpinanya.

Karena hakikatnya manusia diciptakan membawa tabiat sebagai

seorang pemimpin dimuka bumi ini. Pemimpin dalam hal ini tidak

hanya pemimpin secara universal namun juga secara nafsi atau diri

sendiri.

Selain itu, tugas sebagai khalifah (pemimpin) sendiri adalah

amanah yang Allah turunkan sebagai misi yang harus dilaksanakan

oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam sebuah

ayat :

‫ض َو ْال ِجبَا ِل فَأ َ َبيْنَ أَ ْن‬


ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫ضنَا األ َمانَةَ َعلَى ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ْ ‫ِإنَّا َع َر‬

‫ظلُو ًما َج ُهوال‬ َ ‫يَ ْح ِم ْلنَ َها َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها اإل ْن‬
َ َ‫سانُ إِنَّهُ َكان‬

Artinya:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada

langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk

memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

dipikullah amanat itu oleh manusia…..”.(QS. Al-Ahzab [33] : 72).

Dalam sebuah hadits dijelaskan pula mengenai hakikat manusia

sebagi pemimpin, di mana dalam sabda Rasulullah Saw : “setiap kamu

adalah pemimpin dan dimintai tanggung jawab atas

kepemimpinannya” (HR. al-Bukhari)

20
Tugas kepemimpinan yang diamanahkan oleh Allah Swt kepada

manusia akan berjalan dengan baik jika dilandaskan dengan karakter

yang berpedoman dengan sumber yang kuat dan sangat kokoh yaitu

Al-Quran dan Hadits yang merupakan pedoman hidup sepanjang

masa.

Sebagaimana halnya sekolah memperoleh lebih banyak

keberhasilan dengan pendidikan karakter ketika para siswa memegang

peran kepemimpinan, inisiatif komunitas (organisasi) juga lebih

efektif ketika orang-orang muda menjadi kontributor dari pada

sekedar menjadi resipien atau penerima (Lickona, 2016 : 335). Oleh

karena itu, pendidikan karakter kepemimpinan dalam organisasi

pelajar merupakan cara dan upaya secara berkelanjutan membentuk

karakter pelajar dengan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan

organisasi yaitu tidak lain mejadikan karakter kader dalam organisasi

tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Contoh Organisasi-organisasi pelajar intra mupun ekstra sekolah

yang memiliki usaha dalam membentuk karakter kepemimpinan

seperti yang telah disebutkan dalam point sebelumnya yaitu,

organisasi OSIS dengan melaksanakan kegiatan yang berhubungan

dengan pendidikan karakter kepemimpinan yaitu kegiatan LDK

(Latihan Dasar Kepemimpinan) yang diikuti oleh pengurus-pengurus

OSIS. Selanjutnya organisasi ekstra sekolah yaitu IPNU dengan

kegiatan yang mendukung pendidikan karakter kepemimpinan seperti

21
yang telah diteliti oleh Muta’ali (2017) adalah MAKESTA (masa

kesetiaan anggota), LAKMUD (latihan kader muda), dan LDK

(Latihan Dasar Kepemimpinan). Proses pendidikan karakter pada

kegiatan-kegiatan tersebut sebagai upaya pembentuk dan internalisasi

karakter kepemimpinan kepada pelajar dengan pembeerian materi

yang sesuai dalam proses kegiatan tersebut.

B. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran kepustakaan terhadap hasil-hasil penelitian

khususnya skripsi yang berkaitan dengan pendidikan karakter kepemimpinan

dan kaderisasi PII, berikut adalah beberapa penelitian terdahulu:

1. Rouf Muta’ali (IAIN Purwokerto tahun 2017)

Judul penelitian “Pendidikan Karakter Kepemimpinan Remaja dalam

Organisasi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan

Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) Pimpinan Cabang Padamara Kab.

Purbalingga”. Penelitian ini menjelaskan proses pendidikan karakter

kepemimpinan remaja dalam organisasi IPNU-IPPNU pimpinan anak

cabang Padamara Kab. Purbalingga. Adapun yang membedakan penelitian

ini dengan dengan penelitian penulis yaitu dari dari sisi subjek penelitian.

Yang menjadi subjek yaitu pengurus Organisasi IPNU-IPPNU Pimpinan

Cabang Padamara Kab. Purbalingga. Sedangkan penelitian yang penulis

lakukan yaitu kepada pengurus dan alumni PW PII Jawa Tengah sebagai

objek penelitian yang terlibat dalam proses pengkaderan.

2. Fitri Nur Hidayat (IAIN Purwokerto tahun 2018)

22
Judul penelitian”Pendidikan Karakter Kepempimpinan melalui

Kegiatan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Sampang Kabupaten Cilacap

Taun Ajaran 2017/2018”. Penelitian ini menjelaskan proses dan hasil

pendidikaan karakter kepemimpinan yang digunakan dalam kegiatan

kepramukaan di SMP Negeri 1 Sampang. Adapun yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu dari sisi objek penelitian.

Yang menjadi objek dalam penelitian yaitu kegiatan kepramukaan di SMP

Negeri 1 Sampang. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu

sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah sebagai objek penelitian.

3. Ahmad Kasogi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017)

Judul penelitian “Modernisasi Sistem Pengkaderan Pelajar Islam

Indonesia”. Penelitian ini menjelaskan tentang modernisasi sistem

pengakaderan Pelajar Islam Indonesia sebagai organisasi berbasis massa

pelajar islam melalui jejaring PII. Yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah teori penelitian. Penelitian ini menggunakan teori

perubahan sosial modern, birokrasi dan manajement. Sedangkan penelitian

penulis menggunakan teori-teori pendidikan sebagai acuan penelitian.

4. Abdullah (UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2017)

Judul penelitian “Implementasi Pendidikan Karakter pada OSIS SMP

NEGERI 1 Karangbinangun Lamongan. Penelitian ini menjelaskan

tentang implementasi pendidikan karakter pada OSIS SMPN 1

Karangbinangun Lamongan meliputi pelakasanaan pendidikan karakter,

nilai-nilai karakter yang diberikan kepada siswa anggota OSIS, dan

23
evaluasi pendidikan karakter. Yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian penulis yaitu dari subjek penelitiannnya. Penelitian ini

mengambil subjek penelitian yaitu pengurus OSIS (organisasi intra

sekolah), sedangkan penelitian penulis mengambil pengurus organisasi PII

(organisasi ektra sekolah) sebagai subjek penelitian. Selain itu penelitian

ini mengembil objek penelitian yaitu implementasi pendidikan karakter

secara umum, sedangkan penelitian penulis mengambil objek penelitian

yaitu pendidikan karakter kepemimpinan.

5. Shandi Irawan (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011)

Judul Penelitian “Pengembangan Bakat Kepemimpinan Siswa

Melalui Kegiatan OSIS di SMAN 4 Depok”. Penelitian ini menjelaskan

tentang proses kegiatan OSIS di SMAN 4 Depok dalam mengembangkan

bakat kepemimpinan siswa. Yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah

pengurus OSIS SMAN 4 Depok, sedangkan subjek penelitian penulis

adalah PW PII Jawa Tengah.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti

berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena

dalam suatu keadaan alamiah (Moelong, 2008: 26). Peneliti terjun ke lapangan

penelitian yaitu PW PII Jawa Tengah untuk mengamati aktifitas yang

berhubungan dengan karakter kepemimpinan pelajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moelong (2008:

6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan. Lokasi penelitian

berada di Sekretariat PW PII Jawa Tengah, jl. Dorang 86, Semarang.

Peneliti juga melakukan penelitian langsung di lokasi Training yang

berlokasi di SMP Ihsaniyah Tegal. Jl. Sumbodro no. 14 Tegal, Slerok,

Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.

25
2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 19 Mei 2019 sampai

selesai.

C. Sumber Data

Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu:

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik, atau perilaku yang dilakuan oleh

subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 22). Sumber data langsung

yang peneliti dapatkan melaui wawancara kepada pengurus maupun

anggota (kader) serta alumni (Keluarga Besar PII Jateng) Pelajar Islam

Indonesia Wilayah Jawa Tengah terkait proses pendidikan karakter

kepemimpinan melaui kaderisasi PW PII Jawa Tengah .

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen grafis (label, catatan, notulen rapat, sms, dan lain-lain), foto-foto,

film, rekaman video , dan benda-benda yang dapat memperkaya data

primer (Arikunto, 2010: 22). Peneliti menggunakan data sekunder ini

untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan

melalui wawancara.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:

26
1. Observasi

Supranto (2003: 85) mengemukakan bahwa observasi atau disebut

juga pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek dengan menggunakan segala indera dan dilakukan tanpa

mengajukan pertanyaan. Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud

metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui

pengamatan panca indra yang kemudian diadakan pencatatan-pencatatan.

Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di

lapangan, terutama data tentang:

2. Wawancara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wawancara dimaknai

sebagai tanya jawab peneliti dengan narasumber (2007:1270). Menurut

Supranto (2003:85) wawancara adalah tanya jawab antara petugas dengan

responden yang berupa percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka

dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa

mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber yaitu diantaranya adalah

Pengurus, anggota (kader) serta alumni (keluarga besar) PII Jawa Tengah.

Peneliti menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait pendidikan

27
karakter kepemimpinan pelajar dalam kaderisasi PII, serta faktor

pendukung dan penghambatnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai ha-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Peneliti

mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitiaan

berupa foto terkait proses kaderisasi PW PII Jawa Tengah, pedoman

kaderisasi, dan pada saat proses wawancara terhadap narasumber.

E. Analisis Data

Menurut Moleong (2009: 280) analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam penelitian kualitatif data

dianalisis secara berkelanjutan, terus menerus selama proses penelitian

berjalan. Analisis data Dalam Penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu

reduksi data, Display (penyajian) data, dan verifikasi (Bungin, 2011 : 1444).

1. Reduksi Data

Proses ini seorang peneliti perlu melakukan telaah awal terhadap

data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan pengujian data

dalam kaitannya dengan aspek fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti

coba menyusun data lapangan, membuat rangkuman atau ringkasan,

28
memasukkannya ke dalam klasifikasi dan kategorisasi yang sesuai dengan

fokus atau aspek fokus. Dari proses inilah peneliti dapat memastikan mana

data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau tidak terkait dengan

penelitian yang dilakukan. Identifikasi satuan unit. Pada mulanya

diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan

dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus masalah

penelitian. Sesudah satuan diperoleh langkah berikutnya memberikan kode

disetiap satuan supaya dapat ditelusuri datanya dan berasal dari sumber

yang jelas. (Moleong, 2010: 228).

2. Display Data

Upaya menyajikan atau memaparkan data sebagai sebuah langkah

kerja analisis, display data dapat di maknai sebagai upaya

menampilkan, memaparkan dan meyajikan secara jelas data-data yang

dihasilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan semacamnya.

3. Verifikasi data

Tahap ini peneliti melakukan konfirmasi dalam rangka

mempertajam data dan memperjelas pemahaman dan tafsiran yang telah

dibuat sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir penelitian (Ibrahim,

2015: 110).

29
Analisis data di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengumpulan Penyajian
data Data

Reduksi Simpulan:
data verifikasi

Gambar 1.1. Proses Analisis Data

F. Pengecekan Keabsahan Data

Moleong (2009:324) menjelaskan bahwa pemeriksaan keabsahan data

didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan

teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan

datanya dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan/keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui

diskusi, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota

(Moleong, 2009: 328-338)

Kriteria kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan

teknik auditing. Yaitu untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data.

Demikian halnya dalam penelitian ini, dari berbagai teknik yang ada, peneliti

cenderung menggunakan teknik keajegan/ketekuan pengamatan,karena lebih

30
sesuai dengan kondisi dan dirasa lebih efektif untuk membuktikan kepastian

data.

Yaitu dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri, mencari

tema atau penjelasan pembanding atau penyaing, membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara dari

beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya,

diskusi dengan teman-teman sejawat.

G. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, Lexy J. Moleong (2009:127-148) menyebutkan ada

beberapa tahapan penelitian, yaitu:

1. Tahap pra lapangan

a. Memilih lapangan, yaitu PW PII Jawa Tengah.

b. Mengurus perijinan, secara informal (Sekretariat PW PII Jawa

Tengah).

c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan

PW PII Jawa Tengah.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Mengadakan observasi langsung terhadap PW PII Jawa Tengah dalam

aktifitas pengakaderannya, pelaksanaan Pendidikan Karakter

Kepemimpinan Pelajar, dengan melibatkan beberapa informan untuk

memperoleh data.

b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena proses

kaderisasi dan wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan.

31
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang diperoleh.

32
BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pelajar Islam Indonesia (PII)

1. Sejarah Berdirinya PII

Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan organisasi pelajar tertua yang

lahir setelah kemerdekaan Indonesia, bergerak di bidang social-pendidikan

dan dakwah. PII didirikan di Yogyakarta tanggal 4 Mei 1947 (Hanan, 2006

: 5). Latar belakang lahirnya organisasi PII adalah pengaruh social politik

yang ditimbulkan oleh kekuasaan pemerintah kolonial Belanda dan Jepang

serta faktor internal umat Islam di Indonesia. Penjajahan Belanda yang

bercokol demikian lama hingga lebih dari tiga ratus lima puluh tahun di

Indonesia memiliki kebijakan khusus yang berkenaan dengan Islam.

Belanda menyadari sepenuhnya bahwa mayoritas penduduk Indonesia

beragama Islam dan berarti pengaruh Islam merupakan variabel yang tidak

dapat diabaikan. Suminto menyimpulkan bahwa Belanda melakukan tiga

jenis kebijakan politik terhadap Islam. Pertama, kebijakan netral terhadap

agama. Kedua, politik asosiasi kebudayaan. Ketiga, memberikan

perhatiansecara khusus dan serius pada perkembangan paham tarekat dan

pan-Islamisme. Diantara kebijakan-kebijakan kolonial tersebut

mempunyaibidang fokus masing-masing, dan yang terasa sampai pada

tataran pelajarialah kebijakan politik asosiasi. Inti politik ini menghendaki

agar dibidang kemasyarakatan Bumiputra menyesuaikan diri dengan

33
kebudayaan Belanda. Jalan yang ditempuh adalah melalui asosiasi dan

pemanfaatan adat serta asosiasi pendidikan.

Menurut Adaby Darban dalam Hanan (2006 : 50), inti kebijakan

pemerintah kolonial Belanda adalah melakukan usaha-usaha untuk

menghalangi perkembangan dan kebangkitan agama Islam dengan cara

yang halus. Kebijakan ini ditempuh dengan melakukan beberapa hal yaitu,

pertama, kristening Politik, yaitu suatu usaha untuk melemahkan kekuatan

Bumiputra dengan jalan memasukkan pengaruh agama lain di tanah

jajahan. Kedua, politik asosisasi, yaitu politik untuk menghubungkan

dunia Barat dan Timur.

Politik asosiasi sendiri dilaksanakan dengan mengambil sebagian dari

Bumiputra untuk dididik dengan kehidupan dan gaya budaya Barat.

Melalui politik ini, Belanda berusaha menjauhkan kaum muslimin dengan

ajaran Islam melalui pendidikan Barat. Akibatnya, banyak perbedaan sikap

dan pandangan antara pelajar Islam yang berpendidikan Barat dengan

pelajar yang tidak mengalami pendidikan Barat. Dunia pelajar di Indonesia

demikian juga menjadi dualisme pendidikan, yang penuh dengan didikan

Barat dan yang lain penuh dengan didikan agama (Thamrin dan Ma’roov,

1998 : 24). Kelompok yang mendapat pendidikan dari kolonial dengan

pengaruh budaya Barat selanjutnya akan dijadikan sebagai pegawai

pemerintahan atau orang-orang yang memegang kekuasaan guna

membantu pemerintah kolonial. Tokoh utama politik asosiasi ini adalah

Christian Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang faham

34
agama Islam. Melalui pendidikan, para pelajar diupayakan untuk mulai

jauh dari ajaran agama mereka dan dijauhkan dari nilai-nilai patriotisme

dan lebih mencintai segala hal yang berbau dan berpola Barat.

Demikianlah cara Belanda menundukkan kaum Bumiputra yang mayoritas

umat Islam Indonesia( Hanan, 2006 : 51).

Pengaruh dari kebijakan-kebijakan kolonial yang berdapak pada

pendidikan di Indonesia hingga awal kemerdekaan, yaitu terjadinya jurang

pemisah antara pendidikan umum dan pendidikan Islam (pondok

pesantren). Inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong lahirnya

organisasi PII yaitu adanya dualisme sistem pendidikan di kalangan umat

Islam di Indonesia yang merupakan warisan dari kolonialisme Belanda,

yaitu adanya orientasi yang berbeda antara sekolah umum dan pondok

pesanten, sekolah umum berorientasi ke dunia sementara pondok

pesantren berorientasi ke akhirat. Akibatnya, pelajar Islam menjadi

terpecah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan.

Pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan

tradisional, mereka menjulukinya dengan sebutan “santri kolot” atau santri

teklekan sementara Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum

merupakan sistem pendidikan orang kafir, karena produk kolonial

Belanda, dan menjuluki mereka dengan sebutan “pelajar kafir” (Arsip PB

PII 1982 : 3).

Yoesdi Ghozali merupakan salah satu pendiri PII ketika itu, pada

tanggal 25 Februari 1947 sedang ber’itikaf di Masjid Besar Kauman,

35
Yogyakarta. Dalam fikirannya terlintas gagasan untuk membentuk suatu

organisasi bagi para pelajar Islam yang saat itu belum terkoordinasi.

Gagasan tersebut kemudian disampaikannya dalam pertemuan di gedung

SMP Negeri 2 Sekodiningratan bersama teman-temanya yaitu Anton

Timur Djaelani, Amin Syahri, Ibrahim Zarkasyi, dan Norsyaf. Mereka

yang hadir seluruhnya sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam

yang kemdian diberi nama Pelajar Islam Indonesia (PII). Meskipun

organisasi ini bernama pelajar, namun yang berhimpun di dalamnya tidak

hanya pelajar dalam arti formal. Di PII juga akan ditemui mahasiswa

(sarjana dan pascasarjana), juga pemuda-pemuda yang sudah bekerja. Hal

ini tidaklah mengherankan mengingat PII mendefinisikan “pelajar” dalam

arti yang luas dan longgar, mengacu kepada pengertian bahwa belajar itu

sepanjang hayat (Hanan, 2006 : 5-6).

Selanjutnya, dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)

yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret hingga 1 April 1947, Yoesdi

Ghozali mengemukakan gagasan tersebut kepada para peserta Kongres.

Walaupun ada proses perdebatan karena perbedaan pandangan dalam

Kongres tersebut, akhirnya lebih banyak peserta yang menyetujui ide ini.

Oleh karena itu kongree kemudian memutuskan untuk melepas GPII sayap

pelajar guna bergabung ke organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk.

Kemudian utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah diminta

untuk ikut mendukung dan memperlancar berdirinya organisasi khusus

pelajar Islam itu (Hanan, 2006 : 57).

36
Guna menindaklanjuti keputusan Kongres tersebut, maka pada hari

Ahad tanggal 4 Mei 1947 digelar petemuan di kantor GPII, jalan

Margomulyo No. 8 Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut hadir Anton

Timur Djaelani dan Amir Syahri mewakili GPII sayap pelajar yang siap

untuk dilebur dalam organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Disana

hadir Yoesdi Ghozali, Ibrahim Zarkasyi, dan wakil-wakil organisasi

pelajar Islam lokal yang telah ada. Mereka adalah Yahya Ubeid dari

Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari

Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PARKISEM) Surakarta,

serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam

Indonesia (PPII) Yogyakarta. Dalam pertemuan yang dipimpin oleh

Yoesdi Ghozali itulah diputuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam

Indonesia (PII), tepatnya pada pukul 10.00 WIB tanggal 4 Mei 1947

(Hanan, 2006 : 57-58).

2. Tujuan Berdirinya PII

Motivasi pertama yang melandasi pendirian PII adalah motivasi

yang berasal atau bertitik tolak dari ajaran agama. Ayat al-Qur’an yang

menjadi rujukan motivasi ini adalah surat Ali Imran (3) ayat 104

ِ ‫عونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُر‬


َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْد‬
َ‫َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”(Q.S Ali Imran /3 : 104)

37
Makna ayat di atas memberi isyarat agar ada di antara sekelompok

orang (organisasi) Islam yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah

kemungkaran. Motivasi ini sangat mempengaruhi kepribadian kader-kader

PII pada umumnya. Segenap warga PII berkeyakinan bahwa eksistensi

organisasi bukanlah sekedar memenuhi social need, melainkan merupakan

perangkat fardhu kifayah (kewajiban secara kelompok) dalam rangka

mengembangkan dakwah Islam (Hanan, 2006 : 7-8).

Dilatarbelakangi keadaan bangsa sebelum kemerdekaan, pendiriaan

PII dimotivasi oleh dua hal. Pertama, motivasi ke-Islaman. Kedua,

motivasi kebangsaan. Kebijakan politik Belanda dan Jepang terhadap

umat Islam dan bangsa Indonesia sangat berpengaruh terhadap generasi

muda, utamanya para pelajar. Akibat Politik-asosiasi, banyak pelajar yang

mendapat pendidikan kurikulum dari Belanda, tidak sedikit pelajar yang

meniru pola hidup maupun budaya Barat seperti terlihat pada cara

berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku sehari-hari. Umumnya

pandangan dan rasa keagamaan pun menipis seiring dengan perubahan

cara berfikir dan cara menyikapi agama. Bagi mereka, hidup haruslah

diorientasikan pada dunia, bukan pada Tuhan (agama) yang hanya

berorientasi pada akhirat (Hanan, 2006 : 54-55).

Kondisi di atas mulai menimbulkan dikotomi dalam dunia

pendidikan sekaligus memunculkan jurang pemisah antara pelajar hasil

pendidikan umum (Barat) dengan pelajar hasil didikan pesantren. Keadaan

seperti ini tentu saja akan mengancam pekembangan bangsa dan umat

38
Islam kedepan. Oleh karena itu, dicarilah jalan untuk mempertemukan dan

menyatukan kedua kutub pelajar tersebut agar terjalin keharmonisan

antara keduanya sesama mulim. Hal inilah yang menjadi salah satu latar

belakang pendirian organisasi PII (Hanan, 2006 : 55).

Sementara motivasi kebangsaan muncul dari keprihatinan para

pendiri PII terhadap nasib bangsa Indonesia yang baru saja terlepas dari

penjajahan yang sangat lama. Dalam jangka pendek maupun panjang,

menurut mereka, bangsa ini perlu sebuah wadah yang dapat menjadi

penjaga keutuhannya sekaligus penyedia kader-kader pengganti para

pimpinannya (Hanan, 2006 : 57).

PII sebagai organisasi berbasis Pelajar yang konsern terhadap

pendidikan dan dakwah, serta kebudayaan, menggariskan tujuan

organisasinya, yaitu : “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang

sesuai dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”

(Falsafah Gerakan PII).

Awal mulanya, tujuan PII adalah “kesempurnaan pendidikan dan

pengajaran bagi seluruh anggotanya”. Dalam Kongres I PII, pada tanggal

14 hingga 16 Jui 1947 di Solo, tujuan tersebut diperluas menjadi

“Kesempurnaan pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan Islam bagi

Republik Indonesia”. Pada akhirnya, tujuan tersebut semakin universal

dengan perubahan lagi pada kongres VII tahun 1958 di Palembang,

menjadi “Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan

Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”. Rumusan tujuan

39
PII hasil kongres VII tersebut yang digunakan sampai saat ini,

sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) PII Bab IV pasal 4

(PB PII Dokumen Sejarah PII, 2010 : 2).

Pilihan PII pada pendidikan dan kebudayaan ini menjadi pilihan

yang tepat dan strategis, karena tidak mungkin terwujud masyarakat Islam

tanpa melalui proses pendidikan dan kebudayaan yang didasari oleh nilai-

nilai Islam itu sendiri. Lebih jauhnya, tidak akan mungkin terwujud suatu

cita-cita profetik kemasyarakatan Islam yaitu khairu ummah (umat

terbaik) atau baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur tanpa didahului

upaya untuk melakukan transformasi masyarakat dengan nilai-nilai Islam.

Dan upaya ini meniscayakan suatu proses pendidikan dan kebudayaan.

Pelajar Islam Indonesia mempunyai cita-cita dalam hal kebudayaan

yang sesuai dengan Islam. Selaku pelajar Islam yang penuh rasa tanggung

jawab terhadap AllahSWT dan terhadap masyarakat, maka Pelajar Islam

Indonesia wajib menaruh perhatian sepenuh-penuhnya terhadap soal-soal

itu. Tidak pada tempatnya pelajar yang berpengetahuan tinggi dan

berperasaan agama yang luhur dengan tiada sadar dan serampangan

menghadapi soal-soal kebubudayaan. Kurang pantas kiranya jika kita suka

meniru bentuk-bentuk kebudayaan dengan tiada menghiraukan pribadi

kita, bahkan bertentangan dengan tuntunan Islam. Sebaliknya juga tidak

pada tempatnya, jika kita dengan tiada pertimbangan yang telitidan lugas

memberi cap ”haram” terhadap suatu bentuk kebudayaan dengan begitu

40
saja. Padahal, kita belum mampu memberikan suatu yang lebih baik

daripada itu dalam lapangan kebudayaan kepada masyarakat ramai.

3. Fungsi dan Peran Pelajar Islam Indonesia (PII)

Awal mula orientasi berdirinya PII bersifat jangka panjang yaitu di

bidang pendidikan dan kebudayaan. Namun, segera setelah berdirinya

organisasi ini menghadapi kenyataan lain. Bersama komponen umat Islam

dan bangsa Indonesia lainnya PII harus ikut terjun kedalam refolusi fisik

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dua tahun setelah

Indonesia merdeka, kembali harus menghadapi penjajahan Belanda.

Selang beberapa hari setelah Kongres I PII digelar, terjadi agresi militer

Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Akibatnya, PB PII tidak dapat

melanjutkan konsolidasi kepengurusannya. Ketua umum PB PII Noorsyaf

serta pengurus-pengurus PII yang lain pulang ke kampung halaman

masing-masing untuk bergerilya. Anggota-anggota PII pun banyak yang

bergabung ke Tentara Republik Indonesia (TNI), Hizbullah, Sabilillah,

Tentara Pelajar, Mujahidin, Angkatan perang sabil dan sebagainya. Semua

itu dimaksud untuk membantu perjuangan mengusir tentara Belanda

(Hanan, 2006 : 60-61).

Pengakuan atas peran PII antara lain tercermin dalam amanat

almarhum Jendral Sudirman (Panglima Besar Angkatan Perang RI) pada

resepsi Hari Bangkit (HARBA) I PII, tanggal 4 Mei 1948:

…saya ucapkan banyak-banyak terimaksih kepada anak-anakku


PII, sebab saya tahu bahwa telah banyak korban yang telah
diberikan oleh PII kepada negara…

41
Teruskanlah perjuanganmu, hai anak-anakku Pelajar Islam Indonesia.

Negara kita adalah negara baru, didalamnya penuh onak dan duri,

kesukaran dan rintangan banyak kita hadapi, Negara membutuhkan

pengorbanan pemuda dan segenap bangsa Indonesia.

Menurut Hanan (2006 : 6-7) pada masa Orde Lama, PII menunjukan

diri sebagai organisasi yang kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah.

Salah satu puncaknya adalah penolakan PII terhadap konsep Nasakom

(Nasional, Agama, Komunis) yang dicetuskan oleh Soekarno. Pada masa

kelahiran Orde Baru, PII mempunyai andil besar dengan memelopori

berdirinya Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) yang

bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya behasil menumbangkan

Orde Lama.

Kepeloporan PII dalam kebangkitan KAPPI, suatu pilihan dan

jawaban yang tepat, dua peristiwa kudeta PKI di Madiun, 19 September

1948, menjadikan gugurnya Komandan Brigade PII Madiun,

Soerjosoegito, dan adanya peristiwa Kanigoro, Mental Training PII

menjadi korban sasaran aksi sepihak PKI, 13 Januari 1965, Rabu Kliwon,

9 Ramadhan 1384. Dengan adanya kedua peristiwa ini, dapat dipastikan

PII mengambil inisiatif melakukan perlawanan aktif terhadap PKI sudah

kudeta G 30 S PKI (Suryanegara 2017: 443-444).

Ketua umum KAPPI ketika itu adalah Muhammad Husnie Thamrin.

Peran PII ini diakui pula oleh Presiden Soeharto dalam sambutannya pada

42
peringatan Isra’ Mi’raj yang diselenggarakan PB PII di Jakarta, tanggal 13

September 1966:

…saya mengenal PII sebagai satu organisasi pelajar yang saat-


saat tenangnya dibutuhkan oleh bangsa dan revolusi, selalu
tergolong yang pertama-tama tampil kedepan dengan semangat
juang dan berkorban yang tinggi disertai rasa tanggungjawab
yang besar. Indonesia pada waktu sekarang tidaklah hanya
membutuhkan warga negara yang cerdas otaknya dan kuat
badannya, tetapi yang lebih daripada itu ialah kita membutuhkan
warga negara yang mempunyai i’tikad baik, mau bekerja sungguh-
sungguh, jujur, dan tinggi mentalnya. Kami yakin, dengan agama
Islam sebagai dasar dan titik tolak pemikiran, maka PII tentu akan
merupakan potensi yang ampuh dalam mengamankan Pancasila
dalam usahanya menyelamatkan revolusi dan menegakkan
keadilan dan kebenaran…

Ungkapan Presiden Soeharto di atas, disamping mengakui dan

mengharapkan peran PII, juga menunjukkan adanya kesesuaian misi PII

(dengan asas Islam-nya) dengan Orde Baru (dengan asas Pancasila-nya)

(Hanan, 2006 : 7).

PII sebagai organisasi mempunyai fungsi dan kemanfaatan bagi

kader-kadernya dalam beraktifitas dan beraktualisasi di dalamnya. Fungsi

dan kemanfaatan tersebut dikenal dengan Catur Bakti PII yang meliputi:

PII sebagai tempat berlatih, wahana penghantar sukses studi, wadah

pembentukan pribadi muslim, dan alat perjuangan (Falsafah gerakan PII).

a. PII sebagai Tempat Berlatih

PII merupakan tempat dimana para kadernya mengembangkan

potensi diri sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Potensi

kepemimpinan, kesenian dan kebudayaan kader-kader Pelajar Islam

Indonesia (PII) diwadahi dan dikembangkan melalui berbagai

43
program. Di Pelajar Islam Indonesia (PII), kader dan anggota dilatih

untuk mengembangkan daya nalar, tanggungjawab dan kepedulian

terhadap permasalahan-permasalahan sosial

b. PII sebagai Wahana Penghantar Sukses Studi

Sebagai organisasi pelajar, kader dan anggota PII berstatus

pelajar formal yang masih studi pada sekolah-sekolah lanjutan,

menengah maupun perguruan tinggi serta pelajar-pelajar yang belajar

secara informal. Persinggungan PII dengan lembaga-lembaga

pendidikan formal (sekolah) mengharuskan PII tidak boleh abai

terhadap kesuksesan studi seseorang.

c. PII sebagai Wadah Pembentukan Pribadi Muslim

Sebagai organisasi yang berasaskan Islam yang meyakini bahwa

nilai-nilai Islam adalah satu-satunya nilai yang benar dan wajib untuk

diimplementasikan dalam segenap aspek hidup, PII harus mampu

menjadi wadah pembinaan dan pembentukan kepribadian muslim

pada setiap kader dan anggotanya.

d. PII sebagai Alat Perjuangan.

PII sebagai gerakan pendidikan, kebudayaan dan dakwah Islam

memiliki visi dan misi untuk diperjuangkan. Rumusan tujuan PII

berupa “kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai

dengan Islam bagi segenap rakyat Indonesia dan umat manusia”

mensyaratkan adanya upaya yang sungguh-sungguh tiada henti agar

tujuan tersebut sedikit demi sedikit dapat dicapai.

44
4. Sejarah Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pedoman kaderisasi PII yaitu Ta’dib mengalami proses penyesuaian dan

penyempurnaan secara bertahap. Sejarah PII telah mengungkap betapa

perjalanan wacana (diskursus) tentang pendidikan (khususnya berkenaan

dengan pendidikan Islam) telah mendapat perhatian yang sangat serius yang

ditunjukkan dengan dinamika konsepsi pendidikan PII yang diterapkan dalam

aksi kaderisasinya. Sistem kaderisasi PII terus mengalami penyempurnaan

sejalan dengan perkembangan wacana pendidikan Islam itu sendiri yang

disesuaikan dengan perspektif kekinian dan mendepan namun dengan tanpa

melepaskan dari akar kesejarahannya terutama cita-cita dan tujuan PII itu

sendiri (PB PII Sejarah kaderisasi PII, 2013: 1).

Ta’dib menjadi pedoman kaderisasi PII secara Nasional digunakan oleh

berbagai wilayah dalam penyelenggaraan kaderisasi termasuk Wilayah PII

Jawa Tengah. Adapun tahapan-tahapan yang telah dilakukan dalam proses

penyempurnaan Ta’dib yaitu :

a. Tahap Perintisan (1952-1958)

Kaderisasi PII pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 Juni

1952 dengan nama Latihan Kader. Pelaksanaannya belum dirancang

secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku.

Instruktur (pemateri) dicari sesaat sebelum jadwal kegiatan dilakukan.

Prawoto Mangkusasmito dan Mohammad Roem sebagai pimpinan puncak

Masyumi waktu itu berkesempatan menyampaikan pemateri. Kehadiran

dua tokoh ini membawa konsekuensi tersendiri dalam perkembangan dan

45
warna peran PII di kemudian hari. Secara periodik pasca penyelenggaran

Latihan Kader dilakukan penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan

dan perkembangan tantangan yang dihadapi PII dan masyarakat secara

umum (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII)

b. Tahap Identifikasi dan Perumusan (1958-1963)

Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan Seminar Latihan

Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan

sistem dan metode dilakukan oleh sebuah Tim Perumus yang terdiri dari

Mukti Ali (mantan Menteri Agama), Hariri Hadi (Pengurus Perguruan

Islam Al-Azhar/mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Yacob (mantan

pejabat Deperin). Penyusunan sistem dan metode ini banyak dipengaruhi

oleh pengalaman mengikuti Youth Leaders Training dan Student Work

Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode Dynamic Group sebagai

metode utama. Rumusan dari Tim Perumus itu kemudian diseminarkan

dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan Kepemimpinan.

Selanjutnya rumusan ini disyahkan pada Konbes V tanggal 28 Desember

1958 - 2 Januari 1959 di Madiun .

Pada tahun 1961 diselenggarakan seminar yang menghasilkan

Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus dihasilkan pula Sistem

dan Metode Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) sebagai konsep

pembinaan dan latihan kepemudaan. Dalam kedua sistem tersebut terdapat

penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting

adalah terjadinya pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental

46
change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi

pembentukan sikap mental (mental attitude) yang Islami (Ta’dib, Sejarah

Kaderisasi PII).

c. Masa Kristalisasi (1963-1979)

Masa ini merupakan usaha menyempurnakan sistem dan metode

pelaksanaan kaderisasi sebelumnya dengan sistem dan metode di atas

berlangsung. Maka secara berurutan diselenggarakan seminar

Perkampungan Kerja Pelajar (PKP) di Cipasir, Cicalengka, April 1963

menghasilkan Sistem dan Metode PKP yang disempurnakan, seminar

Mental Trainig di Rancaekek, Bandung, Juni 1963 menghasilkan sistem

dan Metode Mental Training yang disempurnakan, dan Seminar

Leadership Training di Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan Sistem

dan Metode Leadership Training yang disempurnakan serta Pedoman

Kader yang berisi; Dasar Pembentukan Kader, Pengertian, Fungsi dan

Status, Kepribadian, Hak dan Kewajiban, serta Tingkat dan Atribut Kader

(Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).

Kebutuhan akan penyempurnaan konsep kaderisasi terus dilakukan

dan mendesak. Hal ini disebabkan oleh perkembangan serta perubahan

tantangan yang dihadapi PII berlangsung demikian cepat. Untuk maksud

tersebut PB PII menyelenggarakan Musyawarah Kader dan Coaching

Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967.

Disamping untuk penyempurnaan sistem dan metode, MUKACI juga

47
berfungsi untuk mengantisipasi problem aktual yang dihadapi PII pada

saat itu.

d. Masa Konsolidasi (1979-1985)

Pada masa ini diselenggarakan Pekan Orientasi Instruktur Nasional

(POIN) di Cibubur, Jakarta, April 1979. Pengurus Besar PII membentuk

Tim Perumus yang terdiri dari Mohammad Jauhari, Hazim Abdullah

Umar, Taufiq Dahlan dan Masyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan

rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan. Tim Perumus berhasil

menyempurnakan dan sekaligus melakukan kajian-kajian teoritik tentang

Sistem dan Metode Training PII (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).

Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis besar

keputusan berupa:

1) Fungsi Training, mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal

yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kaderisasi informal

berupa program-program PII lainnya.

2) Karakteristik Kader dan Orientasi Training, dalam proses kaderisasi

kader akan mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan serta kesiapan.

Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab

tantangan dan memecahkan problem PII dan ummat Islam sehingga

bisa menjaga misi dan eksistensi PII. Adapaun dalam 8 orientasi

(kecenderungan) dan selanjutnya akan menjadi orientasi training PII,

Kedelapan orientasi tersebut adalah :

1) Problem Ideologi

48
2) Problem Kepemimpinan

3) Problem Pendidikan

4) Problem Sosial

5) Problem Keadministrasian (organisasi)

6) Problem Ke-PII-an

7) Problem Sikap dan Tingkah Laku

8) Problem Cara Berfikir

3) Penyempurnaan tujuan dan penjenjangan training, dengan

memfokuskan training pada masalah Kepemimpinan yang ditopang

dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample

masyarakat desa) dan masalah pendidikan agama Islam (dengan

sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih). Adapun Tujuan

masing-masing jenis training adalah:

1) Leadership Basic Training

Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem

organisasi PII tingkat lokal maupun regional dan mampu

memahami problem PII dan ummat Islam tingkat nasional.

2) Leadership Advanced Training

Terbentuknya kader PII yang menjawab tantangan dan problem

organisasi PII dan ummat Islam tingkat regional maupun

nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat

Islam dalam dunia internasional.

3) Mental Training (Mentra)

49
Terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran

Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi ummat Islam

Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah Swt. dan

perkembangan syiar Islam

4) Perkampungan Kerja Pelajar (PKP)

Terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan

mempelopori masyarakat untuk menjawab tantangan dan

problem kemasyarakatan ke arah terwujudnya desa sejahtera

yang diridhoi Allah Swt. (qaryah thayyibah wa rabbun ghafur).

4) Pengembangan Metode dan Teknik Training, dalam rangka

penajaman dan pendalaman pemahaman terhadap hasil POIN 1979

dan upaya tindak lanjutnya kamudian diselenggarakan Coaching

Intruktur Nasional (CIN) di Jakarta 1982 yang telah menghasilkan:

1) Keseragaman pemahaman dan pendalaman metode Group

Dynamic.

2) Perumusan silabus training.

3) Perlunya penyempurnaan silabus training.

e. Masa Resistensi (1985-1991)

50
Masa ini, PB PII merumuskan konsep pembinaan Sebelas Bintang Satu

Matahari Plus Rembulan pada akhir tahun 1985. Lewat paket ini dikenal

bentuk pembinaan melalui:

1. Training Konvensional yang terdiri dari : LBT, Mentra, PKP dan

LAT

2. Training Alternatif yang terdiri dari Bimbingan Keilmuan dan

Kepelajaran I (BKK I) / Forum Pacu Study (Forpadi), BKK II, BKK

III, Studi Islam Awal Mula (SIAM) I, SIAM II, SIAM III, Latihan

Hubungan Manusia (LHM) I, LHM II)

3. Training Khusus yang terdiri dari Training Tingkat Dasar (TTD) dan

Training Tingkat Lanjut (TTL) PII Wati serta Latihan Brigade

Tingkat Dasar (LBTD) dan Latihan Brigade Tingkat Lanjut (LBTL).

Selain itu, dilkasanakan pula sosialisasai program pembinaan kader

pasca training berupa Gerakan Usrah dan Gerakan Amal Shaleh (GAS).

Gerakan Usrah mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan

pemahaman tentang nilai-nilai diniyah. Sedangkan GAS dititik beratkan

pada upaya pembudayaan sikap hidup muslim sehari-hari (Ta’dib, Sejarah

Kaderisasi PII).

f. Masa Rekonstruksi (1991-1996)

Pada masa ini, dilkukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan

kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN ‘79 dan MIN ‘85 belum

menyertakan “pola pembinaan” pasca training. Oleh karena itu,

pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada masing-

51
masing pengurus baik pengurus wilayah, daerah mapun komisariat.

Masing-masing eselon kepengurusan tersebut tidak memungkinkan

menyusun program dan paket kegiatan continue dan baku. Sehingga

kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan sporadis tergantung dari

tingkat aktivitas masing-masing eselon kepengurusan.

Guna mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training

sekaligus menjadi faktor utama dalam mempertahankan eksistensi PII

yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB PII

segera membuat pola Ta’lim. Sementara itu untuk membuat konsep

pelatihan PB PII melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya

kemudian dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya, masing-masing

Lokakarya Ta’lim dan Semiloka Pelatihan. Kesepakatan yang diperoleh

dari Lokakarya tersebut adalah menindaklanjuti beberapa hal yang

menyangkut upaya penataan sistem dan pola kaderisasi PII yaitu dengan

melakukan kajian lanjutan tentang Profil Pelatihan PII, Silabus dan

kurikulum, rekonstruksi pelatihan PII dan merumuskan pokok-pokok

pikiran terhadap konsep Ta’dib (Ta’dib, Sejarah Kaderisasi PII).

B. Gambaran Umum PW PII Jateng

1. Visi dan Misi PW PII Jateng periode 2019-2021

a. Visi

PW PII Jateng memiliki visi sebagai berikut:

“PII Jawa Tengah yang Kuat, Sinergis, dan Harmonis dalam berbagai

aspek dan bidang.”

52
b. Misi

PW PII Jateng memiliki misi sebagai berikut:

1) Menciptakan kader-kader PII yang berkepribadian sesuai prinsip-

prinsip Islam dan berkarakter sesuai citra diri kader PII, yaitu

Muslim, Cendikia dan Pemimpin;

2) Optimalisasi implementasi sistem kaderisasi yang berorientasi

nilai yang lebih aplikatif untuk memaksimalkan peran kader PII

pada Bangsa dan Negara sehingga bisa mewujudkan cita-cita PII;

3) Penguatan basis sosial PII di masyarakat, sekolah, pesantren,

maupun remaja masjid;

4) Membangun basis pelajar melalui komunitas dan perkumpulan-

perkumpulan pelajar.

5) Penguatan jaringan eksternal sebagai optimalisasi peran PII

dalam pembinaan masyarakat pelajar dan melakukan advokasi

pelajar;

6) Optimalisasi penataan administrasi dan keuangan yang rapi,

sistematis, dan akuntable;

7) Membangun persahabatan antar personal untuk meningkatkan

ghiroh dalam bergerak dan berkontribusi dengan tetap menjaga

profesionalisme, progresifitas, dan konsistensi serta bersifat

kekeluargaan.

53
2. Struktur Organisasi PW PII Jateng 2019-2021

Struktur Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah Periode 2019-2021

Tabel 1

Badan Induk PW PII Jateng Periode 2019-2021

No. Nama Jabatan


1. Rizka Noor M. U., S.T. Ketua Umum
2. M. Abdul Hafizh Ketua I Bidang Kaderisasi
3. Khomsah Arifati Ketua II Bidang PPO
4. Thufail Langlang Tambosay Ketua III Bidang KU
5. Rizki Aulia Fajrin Sekretaris Umum
6. Nurul Laila Mayasari Sekretaris I
7. Rahmawati Gita Hayati Bendahara Umum
8. Dina Bella Ayu Noviana Bendahara I
9. Maulidya Yolanda Dep. Training & Kursus
10. Hafizh Alfuniam Dep. Ta’lim
11. Ahmad Mudhofar Dep. Pembinaan
12. Wildan Yusuf Albab Dep. Pembinaan
13. Bagus Rahma Aulia C. Dep. Pengembangan
14. Khoirun Nisa Dep. Media & Kastrat
15. Azizah Dep. Eksternal

Table 2

Badan Otonom PII Wati PW PII Jateng Periode 2019-2021

No. Nama Jabatan


1. Riska Ristiana Ketua Umum
2. Faiza Nur Arofah Sekretaris

54
3. Dina Bella Ayu N. Bendahara
4. Lisa Ayu Rohmatunnisa Ketua Div. KPKP
5. Minhatul Maulaya Ketua Div. KPPKT
6. Khomsah Arifati Ketua Div. PPK
7. Ferriana Diean Haq Div. PPK
8. Rifki Alfia Nuriska Ketua Div. KISKE

Tabel 3
Badan Otonom Brigade PW PII Jateng Periode 2019-2021

No. Nama Jabatan


1. Setio Budi Harsono Ketua Umum
2. Muhsin Alrasyid Zulfahmi Admilog
3. Reza Wahyu Setiawati Ketua Div. Diklat
4. Deddy Wahid Saputro Ketua Div. Teritorial
5. Muhammad Akhsanul K. Div. Teritorial
6. Nuhi risydan Al Anshori Ketua Div. PJKIS
7. Najih Akhyat Div. PJKIS

3. Pola Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng

a. Pokok-pokok Kebijakan Bidang Kaderisasi PW PII Jateng Periode

2019-2021 :

1. Percepatan pelaksanaan siklus kaderisasi secara menyeluruh,

sistematis dan seimbang

2. Meningkatkan frekwensi pelaksanaan LBT, LIT, Advan,dan PID

agar tidak terjadinya krisis kader dan krisis instruktur

55
3. Meningkatkan frekwensi pelaksanaan kursus baik di tataran PD

maupun PW untuk membentuk kader yang siap, mengerti akan

PII secara mendalam, militan, dan kreatif.

4. Pelaksanaan ta’lim secara sistematis tertib dan juga berkelanjutan

agar terbentuknya kader-kader PII yang sesuai dengan profil PII

sendiri yaitu (muslim, cendikia, pemimpin).

5. Menghidupkan pengajian serta tafsir Al-Quran dan Al-Hadist

Nabi Muhammad Sallallahu’alihiwasallam sebagai program

fundamental dan berkesimambungan PII Jawa Tengah.

6. Meningkatkan kepatuhan dari masing-masing institusi PII seperti

PK, PD, dan PW dalam menjalankan kaderisasi. Karena sering

kali terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalm pelaksanaan

kaderisasi.

7. Meningkatkan frekwensi pengiriman peserta Advant dan PID

keluar provinsi/keluar wilayah lain jika memang diperlukan,

untuk menjaga hubungan silaturrahmi dan juga meningkatkan

isntruktur agar tidak terjadinya krisis instruktur karena

sebagaimana kita ketahui instruktur sebagai garda terdepan dan

juga garda terakhir dalam pelaksanaan dan masa depan kaderisasi

PII.

8. Meningkatkan frekwensi kuantitas Pemandu untuk menjaga

stabilitas siklus kaderisasi

9. Melakukan evaluasi terhadap Kinerja Dewan Ta’dib Wilayah

56
10. Mendorong dan memonitor implementasi ta’dib dari tingkat

wilayah dan daerah secara periodik

11. Membuat dan memperbaharui database kaderisasi wilayah

dengan membuat pola komunikasi yang efektif dari tingkat PW-

PD secara periodik

12. Penguatan nilai-nilai keislaman dan kultur islami dalam tiga jalur

ta’dib dan aktifitas keorganisasian dengan Muadib sebagai profil

yang menjadi uswah.

13. Penguatan infrastruktur kaderisasi dengan pengkayaan referensi,

instrumen ta’dib dan percepatan peningkatan kualifikasi

instruktur.

14. Pengoptimalan peran pemandu sebagai salah satu bagan penting

dalam siklus kaderisasi.

b. Program Umum Bidang Kaderisasi

Tabel 4

Program Umum Bidang Kaderisasi Periode 2019-2021

No Kondisi
. Target Program
Objektif
1. Kebutuhan akan Terlaksananya  Sarasehan Instruktur
implementasi Implementasi Regional
ta’dib secara Kaderisasi PII  Sarasehan Pemandu
maksimal yang sesuai Regional
dengan Ta’dib  Sarasehan Mualim
Regional
 Sarasehan Mu’adib

57
 Memfungsikan
kembali Dewan
Ta’dib Regional
2. Kebutuhan Terciptanya  Training
terhadap peningkatan  Kursus
peningkatan kualitas dan  Ta’lim
kualitas dan peran kader  Buku saku kader
peran kader di daerah bagi  Sarasehan Pemandu
tingkat daerah kaderiasi PII dan Mu’alim Daerah
secara maksimal
3. Kebutuhan akan Terciptanya  Membentuk
pengembangan organisasi komunitaas keilmuan
program fleksibel dan  Kelompok-kelompok
perekrutan kader mampu kajian keilmuan
yang lebih menjawab
kreatif, efektif masalah-
dan efisien masalah yang
terus
berkembang
Kebutuhan akan Tersedianya 1. Pendataan Kader
4. informasi dan data akurat dan pasca kursus dan
data akurat komprehensif training
terkait kuantitas mengenai 2. Penelusuran data
dan kualitas kondisi kader. kader ke daerah
kader PII di 3. Monitoring kader
Jawa Tengah daerah Pasca
Training dan kursus.
4. Monitoring aktivitas
kaderisasi di daerah
5. Kebutuhan Terciptanya  Rapat bidang lintas
kesesuaian komunikasi badan
pengkaderan yang intens dan  Penyesuain jurnal
antar badan sejalan terkait aktivitas
induk dan badan kadersiasi
otonom
6. Kebutuhan Terciptanya  Ta’lim rutin
peningkatan kader PII Jateng  Bedah Buku
keislaman, yang  Kajian keilmuan
budaya mempunyai  Tugas dan Lomba
membaca dan akhlak yang menulis

58
menulis kader- Islami dan  Workshop
kader PII di mampu menjadi kepenulisan
Jawa Tengah teladan bagi
baik wilayah masyarakat
maupun daerah pelajar.

C. Paparan dan Analisis Data

1. Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui Sistem

Kaderisasi PW PII Jawa Tengah

Pelaksanaan proses pendidikan karakter kepemimpinan Pelajar

melalui sistem kaderisasi PW PII Jawa Tengah sudah dikatakan komplek

dan menyeluruh dengan Ta’dib sebagai pedoman penyelenggaraan

kaderisasi. Proses pra hingga pasca training memiliki capaian-capaian

(indikator) khusus dalam proses pendidikan dalam membentuk karakter

kader yang sesuai harapan dan cita-cita PII. Dengan tujuan membentuk

pribadi Muslim, Cendikia, Pemimpin (MCP) lihat (Falsafah Gerakan PII).

PII dengan usaha nyatanya menjalankan proses Kaderisasi secara

terstruktur dan berkala. Sosok ideal kader tersebut merupakan profil kader

yang merupakan konstruksi ideal sifat dan kinerja yang harus dimiliki oleh

seseorang setelah menempuh seluruh proses kaderisasi secara lengkap dan

paripurna.

Sifat kader Pelajar Islam Indonesia (PII) meliputi :

c. Muslim, dalam arti memiliki sikap ketundukan hanya kepada Allah

saja dalam arti konsepsi dan cara pandang, sikap dan aktualisasi

berada dalam garis bimbingan dan ridla Allah.

59
d. Cendekia, dalam arti upaya meneladani sifat fathonah Nabi SAW,

sehingga memiliki wawasan dan antisipasi yang luas serta kerangka

metodologi yang kuat sehingga dapat menangkap dan memahami

kebenran, mengkonseptualisikan dan mengaktualisasikannya

secara komprehensif. Cendekia juga berarti kader PII akan mampu

memahami Islam dan berbagai hal dengan dinamis.

a. Kepemimpinan, berarti memiliki sikap dan kemampuan sebagai

seorang pemimpin yang berani dan bertanggung jawab, yang mampu

mengambil keputusan secara tepat dan mengelola potensi lingkungan-

nya menjadi suatu bernilai dalam aktualisasi kekhalifahannya.

Adapun kinerja kader Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan

wujud kemampuan dan kesiapan untuk :

a. Merumuskan dan menyampaikan gagasan dan pemikiran secara

sistematis, baik lisan maupun tulisan

b. Berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dalam

memecahkan persoalan,

c. Bekerja sama dengan segala lapisan dengan tetap menjaga sikap

independen,

d. Mengaktualisasikan diri untuk mencapai prestasi terbaik dan siap

dengan segala resiko,

e. Menerima amanah dan mempertanggungjawabkannya tepat pada

waktunya,

60
f. Memelihara ibadah, amaliah dan akhlakul karimah dalam situasi

apapun,

g. Berfikir dan bervisi jauh ke depan,

h. Menjadi pelopor dan bekerja mandiri.

Sifat dan kinerja kader PII tersebut di atas merupakan usaha dalam

internalisasi karakter kepemimpinan melalui kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan pendidikan karakter keemimpinan tersebut yaitu

melalui jenjang training yang ada dalam sistem Ta’dib dan dilakukan

secara bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait proses pendidikan

karakter kepemimpinan pelajar dalam kaderisasi PW PII Jateng melalui

wawancara dengan berbagai sumber, di antaranya, Pengurus Wilayah PII

Jateng Periode 2019-2021 (sekretaris umum, kepala bidang kaderisasi

(Kabider) ketua koordinator wilayah PII wati), serta alumni PW PII Jateng.

Azmi selaku mantan Kepala Bidang Kaderisasi (Kabider) PW PII

Jateng Periode 2017-2019 mengatakan:

“Kalo di PII kan ada dua ya dalam sistem kaderisasi PII, yaitu
proses struktural dan training, keduanya tidak lepas dan saling
mempengaruhi. Struktural dari tingkat eselon paling bawah yaitu tunas,
sebagai ujung tobak perekrutan di PII yang dipimpin oleh komisariat,
struktural ditunjang dengan sebuah training yang bertahap dan
berkelanjutan guna proses ideologisasi. Struktural tanpa training,
teman-teman tidak bisa punya profil khusus, tidak punya gagasan
secara mendalam, karkater, dan skill, dsb. Sistem ta’dib (kaderisasi
PII) ada tiga yaitu, ta’lim, kursus, dan training. Masing-masing training
dari Basic Training (BATRA), Intermediate Training (INTRA) dan
Advanced Training memiliki grand design nya sendiri. Bagaimana
BATRA itu dilatih untuk leadership-nya yaitu dengan internalisasi,

61
kemudian INTRA yaitu tahapan sosialisasi dimana kader INTRA lebih
sering terjun ke masyarakat, kemudian di Advanced Training lebih
kepada konseptual sebuah isu atau permasalahan di masyarakat. Jika
hanya tahapan pertama BATRA, itu artinya hanya tahapan dasar saja,
belum secara kaffah (sempurna secara menyeluruh). Kemudian ada
kursus, yang menjadi penunjang dalam menggali dan membentuk
softskill. Jadi, antara struktural dan training perlu saling menunjang satu
sama lain. Pendidikan di PII sudah kompleks , kader digembeleng di
struktural, dan penanaman keilmuan di-training”.

Seorang kader PII berproses di PII tidak hanya sekedar aktif di

struktural (kepengurusan) namun perlu dibina dengan menguti pendidikan

secara bertahap guna menambah cakrawala pengetahuan. Atau pun

sebaliknya, seorang kader pun tidak cukup mengikuti jenjang pengakderan

hingga akhir namun tidak pernah aktif dan terjun langsung dalam strktural

(kepegurusan) sebagai bentuk nyata pendidikan karakter kepemimpinan

yaitu terjun langsung ke masyarakat. Keduanya perlu seimbang guna

mengoptimalkan proses pendidikan di PII sehingga secara benar-benar

membentuk karakter kader secara kaffah.

Lukman selaku alumni PW PII Jateng (Keluarga Besar/KB PII),

mengungkapkan:

Dalam sebuah training, konsep pendidikan menggunakan konsep


andragogi yaitu pendidikan orang dewasa, di mana seorang instruktur
merupakan vasilitartor dan motivator para peserta bukan hanya sekedar
men-transfer ilmu kepada peserta. Adian Husaini mengatakan dalam
bukunya bahwa seorang yang berumur 15 tahun sudah dikatakan
dewasa dalam pemikiran. Bahkan pemuda berumur 18 tahun pada
zaman Sahabat sudah memiliki jabatan di pemerintahan. Insruktur tidak
berhak untuk memerintah, namun menggali potensi yang ada di peserta.
Ibarat gelas yang berisi air, mau digunakan untuk apa air tersebut, diberi
warna apa air tersebut.”

62
Dalam Proses training PII, peserta tidak hanya menerima secara utuh

ilmu pengetahuan dari seorang Instruktur, namun peserta diarahkan untuk

berfikir dan mencari tahu sendiri dan mendiskusikan dengan peserta lain

sehingga dapat mengambil kesimpulan bersama. Asas pembinaan

(pembelajaran) dijelaskan dalam (Falsafah Gerakan PII) bahwa

pembalajaran di PII mengadobsi cara belajar orang dewasa, yaitu bahwa

prinsipnya setiap subjek kader memiliki potensi dan kompetensi masing-

masing. Pembinaan dilakukan dengan menciptkakan lingkungan yang

kondusif bagi terbentuknya mental dan karakter orang dewasa. Oleh

karena itu, pemberian tanggungjawab secara bertingkat –baik di tingkat

program maupun struktural, membangun pola interaksi yang kritis, serta

memberikan kesadaran pada setiap diri kader bahwa mereka adalah subjek

perubahan; menjadi siklus belajar yang terus-menerus akan berlangsung di

PII.

Kemudian Riska selaku Ketua Badan Otonom (BO) PII wati

menjelaskan:

Pendidikan karakter di PII melalui sistem training kepemimpinan


mulai dari tingkatan training dasar yaitu BATRA, kemudian INTRA,
dan ADVAN. Dalam proses training tersebut, peserta dilatih berfikir
kritis dalam menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan
pelajar pada khususnya, dan lingkungan masyarakat pada umumnya.
Training di PII memiliki jenjang antara satu sama lain saling berkaitan.
Pada jenjang BATRA, output dari training ini adalah peserta berani dan
mampu mengungkapkan gagasan atau ide di depan umum. Harapannya
dengan keberanian dalam mengugkapkan pendapat atau ide , peserta
akan bisa bertukar pikiran untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Keberanian berpendapat itu penting karena tidak semua orang bisa
melakukannya. Keberanian untuk berbicara di depan umum itu penting,

63
karena manusia adalah makhluk social dan memiliki tugas sebagai
pemimpin. Di BATRA, materi pokok yang diberikan berupa
penananman nilai-nilai ke-Islaman, kepelajaran, dan ke-Indonesiaan.
Nilai-nilai tersebut nantinya bisa menjadi bekal untuk peserta
mengembangkan dirinya selepas mengikuti training.
Training selanjutnya yaitu INTRA (Intermediate Training), yang
berfokus pada penyelesaian masalah yang ada di masyarakat. Kegiatan
ini diarahkan agar peserta yaitu pelajar SMP dan SMA memiliki
kepakaan sosial. Disini peserta diterjunkan langsung ke masyarakat
untuk mengamati lingkungan dan menyelesaikan permasalahan yang
ada atau dengan kata lain peserta bisa berkontribusi untuk masyarakat.
Training terakhir yaitu ADVANCE. Di sini peserta dilatih untuk
berfikir mengenai masalah Nasional dan Internasional namun bertindak
secara regional. Artinya peserta bisa memetakan masalah-masalah
Dunia namun bisa berkontribusi nyata di sekitar lingkungannya.
Training ini merupakan training paripurna PII. Materi-materi yang
disajikan adalah materi-materi yang sifatnya membekali peserta untuk
bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Di training ini peserta sudah
mampu membuat konsep-konsep dengan analisis yang dilakukan
terhadap sebuah permasalahan untuk dicari jalan keluarnya.

Proses kaderisasi PII paling dasar yaitu, Tunas, yang masuk di

dalamnya anak-anak usia balita hingga SD. Termasuk kategori tunas ini

menjadi binaan oleh PII terutam oleh PII wati dengan bentuk pendidikan

di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) atau kelompok bermain serta

bimbingan belajar. Hingga proses mereka mencapai pendidikan Menegah

Pertama sudah bisa mengikuti training tingkat pertama yang merupakan

gerbang masuk PII atau dikatakan telah sah menjadi Kader PII yaitu Basic

Training (BATRA) yang dilaksanakan oleh pelajar se-Jawa Tengah yaitu

terdiri dari berbagai perwakilan daerah di Jateng, kemudian tingat

selanjutnya yaitu intermediate Training (INTRA) dan terakhir Advance

Training. Dalam ta’dib dijelaskan Training adalah bentuk pembinaan

64
kader PII yang berorientasi pada pembinaan kepribadian dan mental

kepemimpinan. Training merupakan jalur utama dan menjadi pusat proses

Ta’dib. Tujuan Training adalah:

1. Menggugah dan menumbuhkan kesadaran diri dan internalisasi nilai-

nilai Islam.

2. Menumbuhkan dan membentuk ghirah dan komitmen perjuangan

Islam (ruhul jihad).

3. Menumbuhkan dan membentuk sikap mental aktualisasi jiwa

kepemimpinan.

Selain training yang masing-masing dilaksanakan dalam waktu satu

minggu, ada pula kursus dan ta’lim yang merupakan kegiatan pendukung

untuk mengasah skill kader dan pendalaman ke-Islaman (ta’lim) yang

dilaksanakan pra maupun pasca training. Dalam proses training PII, setiap

lokal terdiri dari satu instruktur dan satu observer yang keduanya saling

mendukung dalam proses training kepada peserta. Instruktur merupakan

fasilitator peserta dalam menggali pengetahuan, sedangkan Observer

merupakan pengamat dan penilai perkembangan peserta dari awal proses

training hingga akhir, yang setiap harinya melakukan evalusia bersama

dan memberi masukan kepada instruktur dalam memebrikan sikap atau

perlakukan yang tepat kepada setiap peserta yang memiliki perbedaan

pengetahuan, sikap, maupun karakter.

Setiap jenjang training di PII memiliki capaian-capaian yang

diharapakan dari setiap peserta (kader). Dalam pedoman Ta’dib terdapat

65
silabus-silabus setiap training serta indikator-indikator capian tertentu

dalam setiap training bahkan setiap materi yang diberikan, yang pada

intinya seorang kader kedepannya ketika terjun langusng di masyarakat

dapat memberikan kontribusi nyata dengan karakter kepemimpinan yang

telah didapatkan di PII. Contoh silabus Trainig dapat dilihat pada tabel 1.1.

2. Faktor Pendukung Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Pelajar melalui Sistem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah

Setiap aktivitas keorganisasian atau kegiatan pasti memiliki faktor-

faktor pendukung maupun penghambat. Harapannya setelah mengetahui

faktor-faktor tersebut menjadi sebuah bahan evaluasi kedepannya. Dalam

sistem kaderisasi berupa jenjang pentrainingan di PII memiliki faktor-

faktor pendukung dintaranya seperti jelaskan oleh Lukman selaku mantan

ketua umum PW PII Jateng periode 1992-1994, beliau menjelaskan:

Training PII termasuk training terpanjang yang memakan waktu


satu minggu setiap masing-masing training (BATRA, INTRA,
ADVANCED), sehingga lebih optimal dalam pembentukan karakter
dan pencapaian indikator keberhasilan setiap training. Beberapa faktor
pendukung training PII adalah audiensi kepada lembaga pemerintahan
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, dan lembaga-
lembaga yang lain terkait proses training maupun kursus, baik tingkat
daerah maupun wilayah se-Jateng, sehingga kegiatan training didukung
secara resmi oleh pemerintah daerah maupun wilayah. Dalam audiensi
tersebut pastinya akan diberi masukan oleh dinas terkait sehingga
kegiatan-kegiatan PII sejalan dengan program pemerintah. Seorang
Instruktur PII yang kompeten, dia tidak hanya memahami dasar-dasar
pendidikan saja, namun juga memahami perkembangan pendidikan
nasional, sehingga dapat mensinkronkan kebutuhan pelajar secara
akademik maupun sosio kultur.
Training PII yang dilaksanakan oleh PW PII Jateng yang

dinamakan Latihan Kepemimpinan Pelajar (LKP) di hadiri oleh

66
perwakilan pelajar berbagai kota dan kabupaten se-Jateng. Sebelum

melaksanakan kegiatan training tersebut, PW PII Jateng melakukan

audiensi ke pemerintah pusat dan daerah serta dinas-dinas terkait seperti

Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, serta Dinas Pariwisata

guna membahas permasalahan pelajar Jawa Tengah dan kegiatan LKP

serta meminta dukungan dan arahan guna mensukseskan kegiatan

tersebut.

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Riska selaku kepala Badan

Otonom (BO) PII Wati :

Proses training terdiri dari unsur-unsur yang saling mendukung


satu sama lain yaitu : tim instruktur, peserta, panitia, dan KB PII.
Semuanya menjadi bagian yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Selain itu faktor internal yaitu komitmen tim instruktur,
panitia dalam penyelenggaraan training yang mempunyai tanggung
jawab yang tinggi untuk mesukseskan kegiatan hingga akhir. Faktor
ekternal berupa dukungan dari lembaga-lembaga pemerintahan terkait
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olaraga, dll.

PII yang merupakan Organisasi pelajar Islam pertama di Indonesia

telah diakui pemerintah mengenai eksistensi dan perannya terhadap

negara. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan PII pun selau didukung oleh

pemerintah pusat, wilayah, maupun daerah. Kaitan interdependensi

dengan asas sebelumnya –independensi, dapat dijelaskan bahwa dalam

menjalankan fungsi independensinya, PII harus terbuka dengan pihak luar;

apakah itu terhadap pemerintah, organisasi lain yang sejenis ataupun

masyarakat. Dalam konteks kader, kader PII harus terbuka terhadap

67
perubahan tanpa mengorbankan independensi diri dan kelembagaannya

(Falsafah Gerakan).

Hal ini sejalan pula dengan yang di katakan oleh Azmi selaku mantan

Kabider periode 2017-2019, ia mengatakan:

Faktor pendukung kaderisasi PII diantaranya: stake holder, yaitu


dukungan dari Dinas Pendidikan, KB PII, hubungan yang baik terhadap
komunitas kepelajar lain seperti IPNU, IPM, dll. Selain itu
independensi PII, yang merupakan organisasi tidak terikat dengan
partai, aliran, atau golongan tertentu, sehingga gerak juangnya lebih
luas. Selain itu pelajar yang mau gabung di PII tidak dibatasi oleh faham
atau aliran Islam tertentu, semua pelajar yang yang termasuk pelajar
Islam dan Indonesia maka semua boleh masuk. Faktor pedukung lain
yaitu metode penyampaian dalam training menggunakan metode
belajar andragogik, dimana instruktur sebagai fasiliator peserta agar
mengembangkan pemikiran kritisnya, tidak hanya memberikan doktrin
kepada peserta.

Fleksibel adalah sifat lain dari bangun organisasi PII lihat (Falsafah

Gerakan) terdapat tiga alasan mengapa fleksibilitas perlu menjadi salah

satu asas penting, terkait dengan kondisi riil organisasi PII itu sendiri.

Pertama, PII merupakan organisasi yang mewadahi sekian banyak

keragaman (pluralitas). Sumberdaya manusia PII berasal dari berbagai

backround kebudayaan, ideologi politik, minat dan kompetensi yang

berbeda; jangkauan wilayah jaringan yang yang mencakup seluruh

wilayah Indonesia yang berbeda ragam budaya lokal. Kedua, luasnya

bidang dan subjek garap. PII sebagai organisasi yang berkiblat di gerakan

dakwah, pendidikan dan budaya, memiliki cakupan bidang garap yang

sangat luas. Demikian pula dengan subjek garapan, pelajar, dimana pelajar

merupakan entitas yang juga memiliki karakter yang beragam dan

68
dinamis. Ketiga, filosofi organisasi yang menggunakan manajemen

nirlaba. Manajemen nirlaba – sebagai pilihan bentuk manajemen dalam

pengelolaan organisasi, merupakan manajemen yang lebih berorientasi

pada proses daripada hasil.

Faktor Lain yaitu dalam metode pembelejaran di PII menggunakan

Pendekatan andragogi (pendidikan orang dewasa). Dalam pedoman

kaderisasi PII (Ta’dib), dijelaskan bahwa manusia bukanlah botol kosong,

dan manusia akan menjadi dewasa. Dalam pendekatan andragogi ini

proses pendewasaan merupakan kerangka metodologis proses

pembelajaran bagi raw input yang berada pada usia anak-anak dan remaja.

Dapat disimpulkan faktor pendukung dalam proses Pendidikan

Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi yaitu:

Pertama, PII merupak organisasi Independen, sehingga tidak terikat oleh

ormas, partai politik atau golongan tertentu. Sehingga arah gerak PII

lebih fleksibel. PII menerima semua kalangan Pelajar Muslim dan

merupakan warga negara Indonesia, apapun latar belakang faham

keagaannya. Kedua, PII didukung oleh Pemerintah, dimana setiap akan

melaksanakan kegiatan Training, PII melakukan audiensi dan

wawancara kepada pemerintah daerah maupun wilayah guna meminta

pandangan, masukan, dan izin dalam mlaksanakan kegiatan. PII yang

memiliki Alumni disebut dengan Keluarga Besar (KB), salah satunya

69
pendukung dari segi materi tau finansial PII dalam menyelenggarakan

setiap kegiatan. KB PII tidak sedikit berada di kursi Pemerintahan

menjadi salah satu faktor pendukung dalam mengenalkan eksistensi PII.

Ketiga, metode yang digunakan dalam training bervariasi susai kondisi

peserta, ditutut untuk kreatif dan inovatif.

3. Faktor Penghambat Proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Pelajar melalui Sitem Kaderisasi PW PII Jawa Tengah

Pendidikan Karakater Kepemimpian Pelajar di PII melalui sistem

kaderisasi memiliki beberapa faktor penghambat di dalamnya. Baik faktor

internal maupun eksternal. Pertama faktor internal, seperti yang dikatakan

oleh Rizka selaku ketua umum PW PII Jateng:

“faktor penghambatnya pertama, kuantitas intruktur yang masih


kurang memadai. kedua,sarana prasarana yang kadang kurang
memadai. Karena memang PII sendirin sumber dana itu pun sering
pas-pasan. Selain itu, loyalitas kader.

Salah satu faktor dilaksanakannya training PII yaitu LKP se-Jateng

yang terdiri dari berbagai daerah kota atau kabupaten adalah karena

keterbatasan Instruktur yang ketika dilakukan bersamaan dibeberapa

daerah seperti wilayah (provinsi) lain, maka akan tidak maksimal dalam

penyelenggaraannya . Oleh karena masih minimnya kuantitas instruktur di

PW PII Jateng menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan kegiatan

training tersebut yang perlu diinisiasi dengan melaksanakan kegiatan se-

Jateng.

70
Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh Riska selaku kepala

BO PII Wati:

faktor penghambat dalam proses kaderisasi khususnya dalam


kegiatan training di antaranya : pertama, sarana dan prasarana yang
kurang memadai, kualitas dan kuantitas instruktur yang masih belum
maksimal, peserta yang memiliki komitmen rendah, kurang maksimal
dalam menjaga hubungan baik antara PII dengan lembaga
pemerintahan yang terkait, dan kurang maksimal dalam
mempublikasikan kegiatan.

Faktor Internal lain yaitu dari segi kepesertaan seperti yang

dikatakan oleh Hafidz selaku Ketua Bidang Kaderisasi, dia

mengatakan:

“Saya lebih mengarah kepada peserta dalam proses training,


dimana ketika peserta yang memiliki pribadi atau karakter introvert
mereka lebih sulit terbuka dan membaur, namun ini menjadi PR untuk
intruktur dalam mencari alternatif pemberian sikap khusus. Selain itu
kegiatan training PII yang diikuti oleh berbagai umur dan tingkatan
sekolah dari SMP hingga SMA di satukan dalam satu lokal, sehingga
instruktur perlu kreatif dan cerdas dalam menyeimbagi kemampuan
masing-masing peserta.
Selin itu, terdapat faktor eksternal yang menjadi penghambat dalam

proses pendidikan karakter di PII, seperti yang dikatakan oleh mantan

Kepala Bidang Kaderisasi periode 2017-2019:

“Terlalu cepat periodesasi di PII, apalagi sekarang sedang


gencar-gencarkan full day school. Sehingga pelajar lebih sulit untuk
aktif berorganisasi di luar sekolah. Pelajar saat ini lebih pragmatis, lebih
suka yang instan, tidak suka ribet, dan mereka lebih memilih untuk aktif
di komunitas-komunitas yang lebih sesuai dengan hobi mereka masing-
masing. Hal ini meyebabkan secara kuantitas perekrutan kader pun
perlu lebih maksimal lagi dalam pendekatan ke pelajar.

Dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor penghambat dalam proses

Pendidikan Karakter Kepemimpinan Pelajar melalui sistem kaderisasi

71
yaitu: pertama, PII merupakan organisasi eksternal sekolah, di mana perlu

usaha maksimal untuk menarik pelajar mengikuti kegiatan-kegiatan di PII

karena akhir-akhir ini pelajar sudah disibukkan dengan tugas-tugas di

sekolah, dan program full day school di mana siswa telah full belajar di

sekolah dan waktu libur sabtu minggu kebanyakan mereka flebih memilih

untuk istirahat dan berlibur. Kedua, kuantitas dan kualitas instruktur

khususnya di Jawa Tengah yang masih dikatakan kurang saat ini, sehingga

instruktur pelu mengembangkan terus pengetahuan dan khasanah

keilmuan. Ketiga, sarana dan prasarana yang kurang memadai, karena

pemasukan secara materi yang didapatkan PII tidaklah besar seperti

organisasi pelajar yang lain yang memiliki organisasi induk di atasnya. PII

hanya mengandalkan dari KB dan usah dana yang dilakukan oleh

pengurus.

Adanya kelemahan serta faktor penghambat kaderisasi PW PII Jateng,

maka perlu adanya solusi dalam memperbaiki sistem yang kurang untuk

kemudian dievaluasi dan bergerak untuk lebih baik lagi melaksanakan

kinerja kaderisasi kedepannya.

Lukman selaku mantan ketua umum PW PII Jateng memberikan saran

kepada Penguru Wilayah, beliau mengatakan:

“Dalam sistem kaderisasi, di mana pun ada tiga elemen yang


mesti diperhatikan dan terus dikembangkan. Pertama, lembaga
pendidik (instruktur). Didalamnya adalah kualitas lembaga dan
kompetensi pendidik (instruktur). Kedua, sumber media
pembelajaran, di dalamnya kurikulum, materi, media, dan
perlengkapan pembelajaran. Dan ketiga, pengelolaan subjek belajar.
Dalam organisasi kader berarti mengelola proses pra training, sela
training, dan pascs training. Ketiganya adalah sebuah sistem yang

72
harus diperhatikan secara seimbang dan bekesinambungan. Karena
kaderisasi adalah sebuah ekosistem kehidupan. Kekuatan PII dan
juga organisasi mana pun juga bertumpu pada proses kaderisasinya.
Karena itu proses ini harus terus berjalan walaupun dalam situasi
paling buruk. Jadi, training harus tetap ada tanpa alasan apapun.
Sementara keberhasilan training tak lepas dari persipan, proses, dan
pasca training. Karena dibutuhkan manjemen sistem agar seluruh
kader yang telah melakukan proses kaderisasi bisa
mengaktualisasikan dalam segala peran dan fungsinya. Inilah ciri
organisasi mdern. Di mana orang ikut organisasi karena ingin
mengekspresikan tujuan hidupnya, juga eksistensi sosialnya.
Membicarakan kualitas dan kuantitas kaderisasi bisa sangat panjang.
Karena proses kadeisasi adalah proses pendidikan kehidupan. “

Dengan adanya evaluasi secara efektif dan efisien serta

menyeluruh dalam sistem kaderisasi, maka akan ditemukan solusi-

solusi yang tepat pula untuk perkembangan sistem kaderisasi PW PII

Jateng kedepannya, tentunya yang sesuai dengan perkembangan zaman

serta peran dan fungsi kaderisasi PII akan tetap teraktualisasi dengan

baik.

73
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dan penulis

mendeskripsikan analisis data secara menyeluruh dari bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pendidikan karakter kepemimpin pelajar melalui sistem kaderisasi

PW PII Jawa Tengah menggunakan pedoman kaderisasi disebut Ta’dib,

yang memuat sistem kaderisasi secara menyeluruh yaitu training, kursus,

dan ta’lim. Inti pokok kaderisasi terdapat di tiga tingkatan training yaitu

BATRA, INTRA, dan ADVANCE, sedangkan kursus dan ta’lim sebagai

pendukung dan pelengkap. Kegiatan-kegiatan dalam sistem kaderisasi

tersebutlah yang mendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan

pelajar di PII.

2. Faktor pendukung dalam proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jateng yaitu: 1) PII merupakan

organisasi independen, sehingga tidak terikat oleh ormas, partai politik

atau golongan tertentu. Sehingga arah gerak PII lebih fleksibel. PII

menerima semua kalangan pelajar muslim dan merupakan warga negara

Indonesia, apapun latar belakang faham keagaannya. 2) PII didukung oleh

Pemerintah, dimana setiap akan melaksanakan kegiatan Training, PII

melakukan audiensi dan wawancara kepada pemerintah daerah maupun

wilayah guna meminta pandangan, masukan, dan izin dalam

74
melaksanakan kegiatan. PII yang memiliki alumni disebut dengan

Keluarga Besar (KB), salah satunya pendukung dari segi materi tau

finansial PII dalam menyelenggarakan setiap kegiatan. KB PII tidak

sedikit berada di kursi Pemerintahan menjadi salah satu faktor pendukung

dalam mengenalkan eksistensi PII. 3) metode yang digunakan dalam

training bervariasi susai kondisi peserta, ditutut untuk kreatif dan inovatif.

3. Faktor penghambat dalam proses Pendidikan Karakter Kepemimpinan

Pelajar melalui sistem kaderisasi PW PII Jateng yaitu: 1) loyalitas kader

dalam berproses di PII belum maksimal, karena sudah terbagi dengan

aktifitas-aktifitas lain diluar PII 2) masih minimnya kuantitas dan kualitas

instruktur di PW PII Jateng, sehingga setiap PW PII Jateng perlu

mnyelesaikan jenjang training hingga tingkat paripurna, dan terus

mengasah pengetahuan dan khasanah keilmuan, serta. 3) sarana dan

prasarana yang kurang memadai, karena pemasukan secara materi yang

didapatkan PII tidaklah besar seperti organisasi pelajar yang lian yang

memiliki organisasi induk di atasnya. PII hanya mengandalkan dari KB

dan usah dana yang dilakukan oleh pengurus.

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian dia atas, maka saran

ditujuakan kepada:

1. Bagi PW PII Jateng Bidang Kaderisasi

Berusaha membangun kerja sama yang baik, sehingga dapat

menciptakan kreatifitas dan kinerja kaderisasi yang baik dan optimal,

75
terutama kegiatan-kegiatan yang membangun minat keder untuk dapat

berpartisipasi aktif secara loyalitas.

2. Bagi PW PII Jateng

Selalu membangun harmonisasi hubungan antar pengurus maupun

anggota, bekerja sama dalam menciptakan iklim kader yang selalu

memiliki semangat juang dalam mengemban amanah dan mencapai cita-

cita, menjalin koordinasi yang baik dengan berbagai pihak atau lembaga

pemerintahan dengan memberikan ide-ide kreatif sehingga menarik untuk

para pelajar aktif mengikuti pendidikan di PII.

76
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Al Barry, M.D.Y., dan L. Lya Sofyan Yacub. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah.
Surabaya: Target Press.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan, Jakarta: Kanisius

Hanan, Djayadi. 2006. Gerakan Pelajar Islam Indonesia Di Bawah Bayang-


Bayang Negara. Studi Kasus: Pelajar Islam Indonesia Tahun 1980-1997.
Yogyakarta: Uii Press

Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Idris, Zahra. 1987. Dasar-Dasar Kependidikan, Padang: Angkasa Raya.

Jogiyanto, H. M., 2005, Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kusuma, Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Lickona, Thomas. 2004. Character Matter (persoalan karakter); Bagaimana


Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan
Kebajikan Penting Lainnya.Terjemahan oleh Wamaungo Juma Abdu dan
Zien Jean Antunes Rudolf. 2016. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Moleong, J Lexy. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt Remaja


Rosdakarya.

Muhaimin, 2009. Rekontruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,


Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran,
Jakarta: Rajawali Pres.

Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

77
Putra, Nusa. Santi Lisnawati. 2013.Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.

Supranto. 2003. Metode Riset, Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutikno, Sobry. 2014. Pemimpin dan kepemimpinan. Lombok: Holistica.

Tirtarahardja, umar, Sulo S.L. La. 2008. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Yasin, Mahmudin. 2012. Membangun Organisasi Berbudaya. Bandung : Mizan


Media Utama.

Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Predana Media


Group.

Zuchdi, Darmiati, dkk. 2013. Pendidikan Karakter; Konsep Dasar dan


Implementasi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.

Jurnal

Yudiaatmaja, Fridayana. 2013. Kepemimpinan : Konsep, Teori dan Karakternya.


Media Komunikasi FIS. 12(2) : 29-30.

Skripsi

Ahmad Kasogi, 2017. Modernisasi Sistem Pengkaderan Pelajar Islam Indonesia.


Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Arsip PII

Falsafah Gerakan PII

Khitah Perjuangan PII

PB PII. Sistem Ta’dib.

Internet

Https://Bebas.Kompas.Id/Baca/Video/2019/04/11/Tiga-Tersangka-Kasus-
Kekerasan-Pelajar-Pontianak/ diakses pada tanggal 12 April 2019

78
https://news.detik.com/berita/d-4350420/kpk-tangani-178-kasus-korupsi-di-2018-
terbanyak-libatkan-legislatif diakses pada tanggal 12 April 2019

https://www.republika.co.id/tag/pelajar-islam-indonesia diakses pada tanggal 12


April 2019

79
LAMPIRAN-LAMPIRAN

SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Maulidya Yolanda Jurusan : Pendidikan Agama Islam


NIM : 23010-15-0034 Dosen P.A : Jaka Siswanta, M.Pd.
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
Seminar Nasional: Pemuda,
2 September
1 Peradaban Islam, dan Peserta 8
2015
Kemandirian
Seminar Nasional: Pembangunan
Karakter Bangsa Upaya
2 Mewujudkan Generasi Muda 9 April 2016 Peserta 8
yang Berbudaya untuk Indonesia
Bermartabat
Seminar Nasional: Esensi
3
Dakwah Kontemporer 21 Mei 2016 Panitia 8
Seminar Internasional: Petani 24 September
4 Peserta 8
untuk Negeri 2016
Nasional Achievement Motivation
1 Oktober
5 Training: Solusi Cerdas, Sukses Panitia 8
2016
Akademis dan Oeganisasi
Seminar Nasional: Ya Allah, I’m 26 November
6 Panitia 8
Falling in Love 2016
Pelantikan Pengurus Cabang dan
Kohati HMI Cabang Salatiga
Periode 2017/2018 dan 29 Agustus
7 Peserta 8
SEMINAR NASIONAL: 2017
Peneguhan Kembali Ikhtiar
Perjuangan HMI dalam Rangka

80
Mengawal Kemaslahatan Umat
dan Bangsa
Nasional Achivement Motivation
30 September
8 Training: Cerdas Akademik Panitia 8
2017
Militan dalam Organisasi
Seminar Nasional: Reaktualisasi
18 November
9 Cantik Dhohir dan Batin dalam Panitia 8
2017
Kacamata Islam
Seminar Nasional: Reaktualisasi
13 Oktober
10 Kesetaraan Gender di Era Moderator 8
2018
Millenial
22 Februari -10
11 UPTPB Bahasa Arab (SIBA) Peserta 6
Juni 2016

22 Februari -10
12 UPTPB Bahasa Inggris (SIBI) Peserta 6
Juni 2016
SURAT KEPUTUSAN Seminar
Nasional : Esensi Dakwah 18 Mei 2016 Panitia 6
13
Kontemporer
Talkshow: Percantik hati,
14 13 Juni 2016 Panitia 6
Perindah Diri di Bulan Suci
Tabligh Akbar : Surat Cinta dari
15 13 Juni 2016 Panitia 6
Surga
Piagam Penghargaan:
Pembimbing Pesantren Ramadhan
16 14 Juni 2016 Pemateri 6
SMPN 9 Salatiga tahun Pelajaran
2015/2016
IBTIDA’ LDK Fathir Ar-Rasyid 29-30 Oktober
17 Panitia 6
IAIN Salatiga 2016
Surat Keputusan: Pengangkatan 27 Februari
18 Pengurus 6
Pengurus Lembaga Dakwah 2017

81
Kampus (LDK) Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga Masa Bakti
2017/2018
Workshop Manajemen Dakwah
19 LDK FA IAIN Salatiga : 28 April 2017 Panitia 6
Fastabiqul Khairat
Piagam Penghargaan : Pemateri
29-30 Mei
20 Pesantren Kilat Ramadhan SMKN Pemateri 6
2017
1 Tengaran
Seminar Kemuslimahan: Wanita
21 3 Juni 2017 Panitia 6
yang Dirindukan Surga
Piagam : Pemateri Penigkatan
10-13 Juni
22 Karakter Iman dan Taqwa SMPN Pemateri 6
2017
8 Salatiga
Pengembangan Keagamaan dan
Penumbuhan Budi Pekerti dalam 14-15 Juni
23 Pemateri 6
Pembelajaran SMPN 10 Salatiga 2017
tahun Pelajaran 2016/2017
IBTIDA’ LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga : Kontekstualitas 4-5 November
24 Panitia 6
Ukhuwah Islamiyah dalam 2017
Bingkai Dakwah
TEKAD 2 LDK Fathir Ar Rasyid
IAIN Salatiga: Membentuk Kader 1-2 Desember
25 Panitia 6
Dakwah Cerdas, Berkarakter dan 2017
Siap Berkontribusi di Mayarakat
Peneriamaan Anggota Baru 23-24
26 Gerakan Jum’at Berbagi (GJB) Desember Panitia 6
FTIK IAIN Salatiga : Generasi 2017

82
Muda Pembangun Semangat
Bersedekah
Pengembangan Keagamaan dan
Penumbuhan Budi Pekerti dalam
27 4-6 Juni 2018 Pemateri 6
Pembelajaran SMPN 10 Salatiga
tahun Pelajaran 2016/2017
Ibtida’ LDK Fathir Ar Rasyid 26 Oktober
28 Peserta 4
IAIN Salatiga 2015
Training Kader (TEKAD) 1 LDK
29 Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga:
1-2 April 2016 Peserta 4
Peneguhan Karakter Dakwah
Mewujudkan Generasi Rabbani
Training Of Hypnoteaching
Method: Melejitkan Potensi Diri
30 2-3 Juni 2018 Peserta 4
menjadi Guru PAI Kreatif dan
Profesional
OPAK IAIN Salatiga: Penguatan
Nilai-nilai Islam Indonesia 14 Agustus
31 Peserta 3
Menuju Negara yang Aman dan 2015
Damai
OPAK Tarbiyah: Integrasi
Pendidikan Karakter Mahasiswa 16 Agustus
32 Peserta 3
Melalui Kampus Edukatif 2015
Humanis dan Religius
UPT PERPUSTAKAAN IAIN 21 Agustus
33 Peserta 3
Salatiga: Library User Education 2015
DISKUSI AKTIF: Peran
10 September
31 Perempuan dalam Dunia Peserta 3
2015
Pendidikan

83
84
85
86
87
88
TRANSKIP WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN PELAJAR


MELALUI SISTEM KADERISASI PENGURUS WILAYAH PELAJAR
ISLAM INDONESIA JAWA TENGAH

Narasumber : Lukman Hanafi, S. Pd


Jenis kelamin : Laki-laki
Asal : Jepara
Jabatan : Mantan Ketua Umum PW PII Jateng periode
Tempat : Sekretariat KB PII Jateng
Hari/tanggal : 19 Mei 2019
Waktu : 18.30-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawaban : karakter kepemimpinan pelajar bukan yang dimaksud
kepemimpinan secara luas. Namun yang utama terlebih dahulu memimpin diri
sendiri, membangun karakter diri sendiri.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: Dalam sebuah training, konsep pendidikan menggunakan konsep
andragogi yaitu pendidikan orang dewasa, dimana seorang instruktur
merupakan vasilitaror dan motivator para peserta bukan hanya sekedar men-
transfer ilmu kepada peserta. Adian Husaini mengatakan dalam bukunya
bahwa seorang yang berumur 15 tahun sudah dikatakan dewasa dalam
pemikiran. Bahkan pemuda berumur 18 tahun pada zaman Sahabat sudah
memiliki jabatan di pemerintahan. Insruktur tidak berhak untuk memerintah,
namun menggali potensi yang ada di peserta. Ibarat gelas yang berisi air, mau
di gunakan untuk apa air tersebut, diberi warna apa air tersebut.
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?

89
Jawab: Training PII termasuk training terpanjang yang memakan waktu satu
minggu setiap masing-masing training (BATRA, INTRA, ADVANCED),
sehingga lebih optimal dalam pembentukan karakter dan pencapaian indikator
keberhasilan setiap training. Beberapa faktor pendukung training PII adalah
audiensi kepada lembaga pemerintahan seperti Dinas Pendidikan, Dinas
Pemuda dan Olahraga, dan lembaga-lembaga yang lain terkait proses training
maupun kursus, baik tingkat daerah maupun wilayah se-Jateng, sehingga
kegiatan training di dukung secara resmi oleh pemerintah daerah maupun
wilayah. Dalam audiensi tersebut pastinya akan diberi masukan oleh dinas
terkait sehingga kegiatan-kegiatan PII sejalan dengan program pemerintah.
Seorang instruktur PII yang kompeten, dia tidak hanya memahami dasar-dasar
pendidikan saja, namun juga memahami perkembangan pendidikan Nasional,
sehingga dapat mensinkronkan kebutuhan pelajar secara akademik maupun
sosio kultur.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: salah satu faktor penghambat sistem kaderisasi di PII adalah, saat ini
Pelajar sudah disibukkan dengan aktivitas full day di sekolah, bahkan mereka
aktif di ektra-ekstra kurikuler, tak sedikti aktifis PII yang mereka selain aktif
di PII mereka juga aktif di organisasi sekolah seperti OSIS, Pramuka, dll.
Sehingga mereka terkadang sulit mengatur waktu untuk bisa optimal di PII.
Apalagi ketika ada orang tua yang melarang untuk terlalu sibuk aktivitas di
luar sekolah, ini salah satu faktor internal kader PII terutama untuk maksimal
dalam pengelolaan kaderisasi, bukan hanya pelajar di tingkat SMP atau SMA,
di tingkat Wilayah terutama yang notaben nya mahasiswa mereka perlu benar-
benar pintar memanagement waktu di kampus, di pekerjaan misalnya, dan
aktifitas-aktifitas lain, sehingga tetap terjaga loyalitas di PII.
5. Apa saran anda untuk kemajuan pengembangan sistem kaderisasi PW PII Jawa
Tengah?
Jawab: “dalam sistem kaderisasi, di mana pun ada tiga elemen yang mesti
diperhatikan dan terus dikembangkan. Pertama, lembaga pendidik

90
(instruktur). Didalamnya adalah kualitas lembaga dan kompetensi pendidik
(instruktur). Kedua, sumber media pembelajaran, di dalamnya kurikulum,
materi, media, dan perlengkapan pembelajaran. Dan ketiga, pengelolaan
subjek belajar. Dalam organisasi kader berarti mengelola proses pra training,
sela training, dan pascs training. Kedtiganya adalah sebuah sistem yang harus
diperhatikan secara seimbang dan bekesinambungan. Karena kaderisasi
adalah sebuah ekosistem kehidupan. Keuatan PII dan juga organisasi mana
pun juga bertumpu pada proses kaderisasinya. Karena itu proses ini harus
terus berjalan walaupun dalam situasi paling buruk. Jadi, training harus tetap
ada tanpa alasan apapun. Sementara keberhasilan training tak lepas dari
persipan, proses, dan pasca training. Karena dibutuhkan manjemen sistem
agar seluruh kader yang telah melakukan proses kaderisasi bisa
mengaktualisasikan dalam segala peran dan fungsinya. Inilah ciri organisasi
mdern. Di mana orang ikut organisasi karena ingin mengekspresikan tujuan
hidupnya, juga eksistensi sosialnya. Membicarakan kualitas dan kuantitas
kaderisasi bisa sangat panjang. Karena proses kadeisasi adalah proses
pendidikan kehidupan.

91
Narasumber : Azmi Al-amin
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Tegal
Jabatan : Mantan Ketua Bidang Kaderisasai PW PII Jateng periode
2017-2019
Tempat : SMP Ihsaniyah Tegal
Hari/tanggal : 4 Juli 2019
Waktu : 19.45-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpin itu ada dua sebenarnya, konsepsi
Islam dan secara umum. Kalau Islam kan ada empat karakter yaitu, jujur,
fathonah, tablik, kemudian amanah. Ini sebenarnya adalah karakter yang ada
dalam Rasulullah sendiri. Dalam kader PII kan ada profil idel yaitu muslim
cendikia, pemimpin. Kedua, karakter secara umum, yaitu karakter yang
kemudian saat ini sedang di gencar-gencarnya oleh beberapa komunitas atau
pendidikan secara Nasional yaitu pendidikan karakter kepemimpian yang
memang punya integritas, kejujuran, terus kemudian keteladanan. Ada 3 poin
ini saya fikir yang menjaadi tolak ukur komunitas dan pendidikan yang
sebenarnya landasannya adalah ini, yang landasannya adalah tokok-tokoh
founding father seperti Bung Karno yang di mana ide-idenya, apalagi
kemudian kondisi saat ini yang memang nilai-nilai itu sangat minim dimiliki
pemimpin-pemimpin saat ini. Karena mamang sudah ada degradasi
penurunan karakter kepemimpinan sehingga dengan apa namanya, karakter
kepemimpinan pemimpin itu kembali muncul ke ide-ide awal.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab : Kalo di PII kan ada dua ya dalam sistem kaderisasi, yaitu proses
struktural dan training, keduanya tidak lepas dan saling mempengaruhi.
Struktural dari tingkat eselon paling bawah yaitu tunas, sebagai ujung tobak
perekrutan di PII yang di pimpin oleh komisariat, struktural ditunjang dengan
sebuah training yang bertahap dan berkelanjutan guna proses ideologisasi.

92
Struktural tanpa training, teman-teman tidak bisa punya profil khusus, tidak
punya gagasan secara mendalam, karkater, dan skill, dsb. Sistem ta’dib
(kaderisasi PII) ada tiga yaitu, ta’lim, kursus, dan training. Masing-masing
training dari Basic Training (BATRA), Intermediate Training (INTRA) dan
Advanced Training memiliki grand design nya sendiri. Bagaimana BATRA itu
dilatih untuk leadership-nya yaitu dengan internalisasi, kemudian INTRA yaitu
tahapan sosialisasi dimana kader INTRA lebih sering terjun ke masyarakat,
kemudian di Advanced Training lebih kepada konseptual sebuah isu atau
permasalahan di masyarakat. Jika hanya tahapan pertama BATRA, itu artinya
hanya tahapan dasar saja, belum secara kaffah (sempurna secara
menyeluruh). Kemudian ada kursus, yang menjadi penunjang dalam menggali
dan membentuk softskill. Jadi antara struktural dan training perlu saling
menunjang satu sama lain. Pendidikan di PII sudah kompleks , kader di
gembeleng di struktural, dan penanaman keilmuan di training”.

3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar


melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Faktor pendukung kaderisasi PII diantaranya: stake holder, yaitu
dukungan dari Dinas Pendidikan, KB PII, hubungan yang baik terhadap
komunitas kepelajar lain seperti IPNU, IPM, dll. Selain itu independensi PII,
yang merupakan organisasi tidak terikat dengan partai, aliran, atau golongan
tertentu, sehingga gerak juangnya lebih luas. Selain itu pelajar yang mau
gabung di PII tidak dibatasi oleh faham atau aliran Islam tertentu, semua
pelajar yang yang termasuk pelajar Islam dan Indonesia maka semua boleh
masuk. Faktor pedukung lain yaitu metode penyampaian dalam training
menggunakan metode belajar pedagogik, dimana innstruktur sebagai
fasiliator peserta agar mengembangkan pemikiran kritisnya, tidak hanya
memberikan doktrin kepada peserta.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?

93
Jawab: “terlalu cepat periodesasi di PII, apalagi sekarang sedang gencar-
gencarkan full day school. Sehingga pelajar lebih sulit untuk aktif
berorganisasi di luar sekolah. Pelajar saai ini lebih pragmatis, lebih suka yang
instan, tidak suka ribet, dan mereka leibih memilih untuk aktif di komunitas-
komunitas yang lebih sesuai dengan hobi mereka masing-masing. Hal ini
meyebabkan secara kuantitas perekrutan kader pun perlu lebih maksimal lagi
dalam pendekatan ke pelajar.

94
Narasumber : Rizka Noor Miftakhul Ulum, S.T
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Kudus
Jabatan : Ketua Umum PW PII Jateng
Tempat : Sekretariat PW PII Jateng
Hari/tanggal : 9 Juli 2019
Waktu : 09.30-Selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: Pendidikan karakter kepemimpian pelajar ya, bagaimana seorang
pelajar memiliki sikap atau karakter yang dapat memimpin, dalam hal ini yang
pertama memimpin diri sendiri telebih dahulu, karena sebenarnya punya jiwa
atau karakter kepemimpinan, namun bagaimana kita manusia menggali
potensi-potensi itu sehingga terciptalah karakter atau jiwa kepemimpinan itu
dengan direalisasikan dalam kehidupan nyata. Dalam islam sendiri kan
Rasulullah yang yang menjadi teladan dalam kita membangun karakter
kepemimpian itu, yaitu siddiq, amanah, fathonah, dan tablik perlu ditanamkan.
Kalau secara pendidikan umum yang saat ini sering menjadi perbincangan di
kalangan ilmu pendidikan itu kan pendidikan karakter yang terdapat 18
karakter itu, nah menurut saya seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan juga
seharusnya meiliki 18 karakter tersebut.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: proses pendidikan karakter kepemimpinan di PII sendiri didapatkan
melalui berbagai jalur, terutama di proses training kepemimpinan, baik
BATRA, INTRA maupun ADVANCE. Mereka akan mendapatkan meteri
tentang kepemimpinan secara langsung dan juga menggali potensi
kepemimpian mereka dengan aktivitas mereka training. contohnya di training
Batra, mereka di pancing untuk bisa aktif berbicara di depan, dan dapat
menyelesaikan sebuah masalah. Makanya dalam training PII, Instruktur
merupakan fasilitator peserta, peserta yang dituntut aktif di lokal. Untuk
mengetahui secara baik perkembangan peserta dalam training satu minggu itu,

95
maka perlu adanya observer, sehingga nantinya observer dapat memberikan
laporan perkembangan dan evaluasi peserta kepada instruktur untuk kemudian
ada perlakuan yang sesuai pada masing-masing peserta.
Jawab:
3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor pendukung proses kaderisasi PII salah satunya, dukungan dari
pemerintah baik daerah maupun wilayah. Selain itu dukungan dari masyarakat
sekita tempat proses berlangsungnya kegiatan training. Sehingga tidak
dikatakan illegal, karena memang dalam perizinan dan sosialisasi kegiatan
pun perlu maksimal. Selain itu, proses pendidikan di PII itu benar-benar
melatih mental berjuang dan kepemimpinan, dengan budaya menjada adab
sesama kader terutama kepada yang lebih di ataskan.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor penghambatnya pertama, kuantitas intruktur yang masih kurang
memadai. kedua,sarana prasarana yang kadang kurang memadai. Karena
memang PII sendirin sumber dana itu pun sering pas-pasan. Selain itu,
loyalitas kader.

Narasumber : Muhammad Abdul Hafidz

96
Jenis kelamin :laki-laki
Asal : Semarang
Jabatan : Ketua Bidang Kaderisasi PW PII Jateng periode 2019-2021
Tempat : Sekretariat KB PII Jateng
Hari/tanggal : 19 Mei 2019
Waktu : 20.00-selesai
1. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpinan ya bagaimana seorang itu
membangun dirinya untuk membangun dirinya untuk mempunyai berapa
point-point seorang pemimpin gitu. Misalnya dia harus rela berkorban,
menjadi pionir dll. Karakter kepemimpinan sendiri bisa di dapat dari berbagai
banyak jalan. Tinggal bagaimana ia mendapatkannya, misalnya bagaimana
percontohan orang tuanya,contoh kaka kelasnya atau yang lebih dewasa dll.
2. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: kalo proses pendidikan karakter di PII yang pertama, kita menanamkan
pada diri mereka bahwa Allah SWT telah memberikan tugas dan fungsi serta
tujuan, ya tujuan manusia diciptakan adalah juga sebagai pemimpin. Di sisi
lain mereka diciptakan untuk beribadah adalah untuk memimpin, baik itu
memimpin diri sendiri, memimpin golongan mereka, maupun keluarga. Nah
selnjutnya adalah bagaimana kita menggali potensi-potensi kepemimpinan
mereka, bagaimana kita menggali karakter mereka dengan mengetahui tipe
kepribadian mereka. Dari hal tersebut dapat kita lihat dari keaktifan mereka
ketika di training.

3. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar


melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Ada banyak faktor, pertama dari keluarga. Karena tidak sedikit dari
mereka yang sudah dilatih untuk bertanggung jawab dikeluarganya artinya
sudah punya modal pendidikan di keluarga untuk kemudian di gali dan
dikembangkan karakternya oleh PII melalui training sehingga lebih optimal

97
dalam proses penerimaan materi untuk kemudian di implementasikan dengan
ciri khas karakater masing-masing.
4. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Saya lebih mengarah kepada peserta dalam proses training, dimana
ketika peserta yang memiliki pribadi atau karakter introvert mereka lebih sulit
terbuka dan membaur, namun ini menjadi PR untuk intruktur dalam mencari
alternatif pemberian sikap khusus. Selain itu kegiatan training PII yang diikuti
oleh berbagai umur dan tingkatan sekolah dari SMP hingga SMA di satukan
dalam satu lokal, sehingga instruktur perlu kreatif dan cerdas dalam
menyeimbagi kemampuan masing-masing peserta.

98
Narasumber : Riska Ristiana
Jenis kelamin : Perempuan
Asal : Pati
Jabatan : Ketua Badan Otonom PII Wati periode 2019-2021
Tempat : SMP Ihsaniyah Tegal
Hari/tanggal : 5 Juli 2019
Waktu : 08.30- selesai
6. Menurut anda karakter kepemimpinan pelajar itu seperti apa?
Jawab: pendidikan karakter kepemimpinan adalah sebuah proses di mana
penanaman karakter mengenai seorang pemimpin itu ditanamkan. Pemimpin
di sini mencakup memimpin untuk dirinya sendiri dan orang lain. Dengan
adanya pendidikan karakter pemimpin, seseorang bias memimpin orang lain,
minimal dirinya sendir sebagaimana tugas manusia di bumi yaitu sebagai
pemimpin seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah: 30.
7. Bagaimana proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar melalui sistem
kaderisasi PII?
Jawab: Pendidikan karakter di PII melalui sistem training kepemimpinan mulai
dari tingkatan training dasar yaitu BATRA, kemudian INTRA, dan ADVAN.
Dalam proses training tersebut, peserta dilatih berfikir kritis dalam
menerjemahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan pelajar pada
khususnya, dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Training di PII
memiliki jenjang antara satu sama lain saling berkaitan. Pada jenjang BATRA,
output dari training ini adalah peserta berani dan mampu mengungkapkan
gagasan atau ide di depan umum. Harapannya dengan keberanian dalam
mengugkapkan pendapat atau ide , peserta akan bisa bertukar pikiran untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan. Keberanian berpendapat itu penting
karena tidak semua orang bisa melakukannya. Keberanian untuk berbicara di
depan umum itu penting, karena manusia adalah makhluk social dan memiliki
tugas sebagai pemimpin. Di BATRA, materi pokok yang diberikan berupa
penananman nilai-nilai keislaman, kepelajaran, dan ke Indonesiaan. Nilai-
nilai tersebut nantinya bisa menjadi bekal untuk peserta mengembangkan

99
dirinya selepas mengikuti training. Training selanjutnya yaitu INTRA
(Intermediate Training), yang berfokus pada penyelesaian masalah yang ada
di masyarakat. Kegiatan ini diarahkan agar peserta yaitu pelajar SMP dan
SMA memiliki kepakaan sosial. Disini peserta diterjunkan langsung ke
masyarakat untuk mengamati lingkungan dan menyelesaikan permasalahan
yang ada atau dengan kata lain peserta bisa berkontribusi untuk masyarakat.
Training terakhir yaitu ADVANCE. Disini peserta dilatih untuk berfikir
mengenai masalah Nasional dan Internasional namun bertindak secara
regional. Artinya peserta bisa memetakan masalah-masalah Dunia namun
bisa berkontribusi nyata di sekitar lingkungannya. Training ini merupakan
training paripurna PII. Materi-materi yang disajikan adalah materi-materi
yang sifatnya membekali peserta untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
Di training ini peserta sudah mampu membuat konsep-konsep dengan analisis
yang dilakukan terhadap sebuah permasalahan untuk dicari jalan keluarnya.
8. Apa faktor pendukung proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: Proses training terdiri dari unsur-unsur yang saling mendukung satu
sama lain yaitu : tim instruktur, peserta, panitia, dan KB PII. Semuanya
menjadi bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Selain itu
faktor internal yaitu komitmen tim instruktur, panitia dalam penyelenggaraan
training yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk mesukseskan
kegiatan hingga akhir. Faktor ekternal berupa dukungan dari lembaga-
lembaga pemerintahan terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan
Olaraga, dll.
9. Apa faktor peghambat proses pendidikan karakter kepemimpinan pelajar
melalui sistem kaderisasi PII?
Jawab: faktor penghambat dalam proses kaderisasi khususnya dalam kegiatan
training di antaranya : pertama, sarana dan prasarana yang kurang memadai,
kualitas dan kuantitas instruktur yang masih belum maksimal, peserta yang
memiliki komitmen rendah, kurang maksimal dalam menjaga hubungan baik

100
antara PII dengan lembaga pemerintahan yang terkait, dan kurang maksimal
dalam mempublikasikan kegiatan.
10. Apa saran anda untuk kemajuan pengembangan sistem kaderisasi PW PII Jawa
Tengah?
Jawab: sarannya yaitu agar ada perubahan atau penyesuaian kurikulum
melihat dengan zaman yang sudah semakin berkembang dan semakin canggih.
Materi atau metode lebih tepat sasaran dan kreatif dalam membina generaasi
milenial seperti sekarang ini. Namun, perubahan itu tak sepenuhnya berubah
karena semua kurikulum harus sesuai dengan tujuan PII itu sendiri.

101
SILABUS BASIC TRAINING
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

NO MATERI POKOK BAHASAN TARGET INDIKATOR WAKTU METODE


1. Ekspektasi - Penggalian motivasi - Memahami perlunya kesamaan - Dapat mengungkapkan 180 menit GD
- Identifikasi tingkah motivasi dan tujuan dalam motivasi dan tujuan
laku kelompok mengikuti training mengikuti basic training
- Kesepakatan - Menyadari bahwa kekuatan - Bersikap terbuka, berani,
kelompok (lokal) kelompok merupakan syarat tidak malu-malu, kritis,
tercapainya tujuan training responsif, dan independen
- Menyadari bahwa potensi pribadi - Peserta mulai saling
peserta adalah bagian yang tidak mengenal
terpisahkan dari kekuatan - Peserta dapat
kelompok mengungkapkan secara garis
- Menyadari peran-peran positif besar materi pertrainingan
peserta demi kekuatan kelompok yang ingin ditrainingkan
- Menyepakati peraturan yang
harus ditaati bersama selama
training.

2. Aqidah - Hakikat - Menghayati bahwa hanya Allah - Dapat menyebutkan tuhan- 120 menit GD
Aqidah/Tauhid yang patut dipertuhankan, sebagai tuhan yang dipertuhankan Informatif
- Implikasi Tauhid sumber dan tujuan hidup oleh manusia selain Allah
terhadap pandangan - Menghayati implikasi tauhid - Dapat menjelaskan tujuan,
hidup muslim ( dalam tujuan, tugas, fungsi hidup tugas, dan fungsi hidup
muslim muslim

100
tujuan, tugas, fungsi - Mempunyai sikap dan
hidup muslim) pandangan hidup yang kuat
dan utuh yang ditunjukan
dengan sikap istiqomah
terhadap islam

3. Dinul - Pengertian dinul - Memahami hakikat ajaran islam - Dapat menjelaskan 150 menit GD
Islam islam dan totalitas pokok-pokok ajaran pengertian islam dengan Disko
- Pokok-pokok ajaran islam sebagi sistem benar
islam - Menyakini islam sebagai - Dapat menjelaskan dengan
- Sumber pokok ajaran pandangan hidup yang lengkap lengkap sitematika ajaran
islam dan universal islam
- Memahami ajaran islam sebagai - Dapat menjelaskan sumber
sistem nilai dan peningkatan pokok ajaran isalm
kualitas hidup - Dapat menunjukan
kesempurnaan ajaran islam
sebagai pedoman hidup yang
bersumber dari Allah.

4. Ibadah - Pengertian ibadah - Menyadari bahwa nilai hidup dan - Dapat menjelaskan 90 menit ID
Filosofis dalam islam segala aktivitasnya mempunyai pengertian ibadah secara GD
(kulsub - Kandungan filosofis nilai ibadah, berdasarkan niat, filosofis
sesama dalam ibadah tujuan, dan cara menjalankannya - Dapat menjelaskan cara-cara
peserta) - Makna dan fungsi - Memahami konsepsi ibadah yang untuk mencapai kekhususkan
ibadah dalam tidak bertentangan dengan fitrah dalam beribadah dan cara-
membentuk manusia

101
watak/karakter yang - Terdorong selalu berusaha cara untuk mengatasi
baik, kepribadian menggali hikmah ibadah hambatannya.
yang teguh
- Syarat utama ibadah:
ikhlas
- Makna ikhlas dan
ikhsan
- Hambatan-hambatan
(intern dan ekstern)
dalam ibadah

5. Akhlak - Pengertian akhlak - Menyadari bahwa maksud islam - Dapat menunjukan mana 180 menit GD
- Alasan manusia diturunkan adalah akhlak yang baik dan yang Studi
berakhlak menyempurnakan akhlak manusia buruk kasus
- Sumber-sumber - Memahami sumber-sumber - Mau meluruskan dan
akhlak dan cakupan akhlak yang dibenarkan islam dan meningkatkan pelaksanaan
objek akhlak cakupan objek ajaran akhlak akhlak karimah
- Akhlak karimah dan - Memahami pentingnya akhlak
akhlak mazmumah karimah dan mengaktualisasikan
bagi kader.

6. Sirah - Periode sebelum - Memahami prikehidupan dan - Dapat menjelaskan fase-fase 180 menit GD
Nabawiya kenabian perjuangan Rasulullah dalam kehidupan Rasulullah (masa Informatif
h - Peristiwa hijrah perspektif historis sebelum kenabian,
Rasulullah - Termotivasi untuk meneladani pengangkatan menjadi nabi,
- Periode kenabian kepribadian Rasulullah baik peristiwa hijrah, dan lahirnya
Rasulullah dalam kehidupan pribadi, piagam madinah)
- Piagam madinah keluarga, dan masyarakat

102
- Dapat menyebutkan sifat-
saifat rasul dan menerapkan
nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi, keluarga,
dan masayarakat

7. SPUII - Proses masuknya - Memahami sejarah masuknya - Dapat menjelaskan proses 150 menit Informatif
(Sejarah islam ke Indonesia islam ke Indonesia, cara-cara masuknya islam di Indonesia Dialog
Perjuangan - Sebab-sebab yang penyebaran/perluasan dakwah, - Dapat menjelaskan kekuatan
Umat mempercepat faktor-fakto yang mempercepat dan kelemahan dakwah dan
Islam tersebarnya islam dan menghambat perjuangan islam di
Indonesia) - Masa kesultanan - Memahami peranan organisasi Indonesia
Malikul Saleh islam dibidang sosial dan politik - Dapat mengajukan alternatif
(periode awal) di dalam rangka memperjungankan bagi perbaikan dakwah dan
Aceh tegaknya nilai-nilai islam di perjuangan islam untuk
- Masa Maulana Malik Indonesia serta kamajuan bangsa kemajuan islam dan bangsa
Ibrahim di Jawa dan Indonesia Indonesia
masa kerajaan- - Menyadari bahwa sebagai kader
kerajaan (kesultanan) harus dapat melaksanakan
- Masa wali songo dakwah dan perjungan islam
- Peran umat islam secara sistematis
dalam perjuangan
kemerdekaan (1905-
1945)
- Munculnya
organisasi-organisasi
islam masa

103
penjajahan jepang
hingga kemerdekaan
(perlawanan terhadap
jepang, penyiapan
kemerdekaan;
BPUPKI dan PPKI)

8. Backgroun - Kondisi politik, - Menghayati proses dan semangat - Dapat menjelaskan kondisi 90 menit ID
d pendidikan bangsa bangkitnya organisasi PII sosial politik dan pendidikan
berdirinya Indonesia pada masa - Mempunyai kemauan dan pendidikan bangsa Indonesia
PII menjelang termotivasi untuk mewujudkan pada masa-masa awal
kebangkitan PII tujuan PII dengan menjadi bangkitnya PII
- Kondisi masyarakat anggota atau pengurus PII. - Dapat menjelaskan adanya
Islam pada masa konflik kepentingan dan
menjelang ideologi di lingkungan
kebangkitan PII organisasi pelajar antara IPI
- Tantangan dari IPI ( dengan PII dan organisasi
organisasi pelajar non pelajar islam lainnya
Islam - Selesai mengikuti acara
- Proses berdirinya PII; pertrainingan, peserta aktif
tujuan dan Tokoh- mengikuti kegiatan PII
tokohnya
9. Self - Identitas dan data - Memiliki keterbukaan dalam - Mau mengungkapkan 120 menit
Introductio pribadi mengkomunikasikan pendirian masalah pribadinya
n - Personal interst (hobi, dengan orang lain - Meu menerima/ menampung
(pengantar cita-cita, pandangan - Memahami bahwa setiap orang pendapat orang lain
dan hidup, yang disukai, mempunyai latar belakang hidup - Mau mengubah pendapat/
umum) pendirian yang salah

104
yang dibenci, masalah yang berbeda yang - Selalu hadir dalam setiap
khusus, kesan dll) mempengaruhi kepribadiannya acara
- Memiliki kedisiplinan dalam - Datang tepat pada waktunya
mengikuti training - Keluar masuk lokal meminta
- Memiliki sikap yang serius dan izin
antusias dalam mengikuti trainig - Memperhatikan dengan
seksama jalannya setiap
acara
- Tidak melakukan hal-hal
yang tidak ada hubungannya
dengan acara yang sedang
berlangsung
10. SP-PII Tahap-tahap - Memahami pokoko-pokok - Dapat menjelaskan periode 150 menit ID
perkembangan PII perkembangan PII selama hampir perjuangana PII pada:
- PII pada masa lima puluh tahun dengan berbagai - PII pada masa revolusi
revolusi fisik tantangan, hambatan, dan ujian fisik
- PII dan PKI yang berat tokoh-tokohnya dalam - PII dan PKI Madiun
Madiun rangka tegaknya misi dan - PII dan pemilu 1955
- PII dan pemilu eksistensi PII - PII dan Orla
1955 - Menyadari PII sebagai mata - PII dan Orba
- PII dan Orla rantai perjuangan umat islam - Dapat menemukan letak
- PII dan Orba persoalan yang melemahkan/
menghambat perkembangan
PII

105
11. Khitthoh - Pengertian dan fungsi - Memahami fungsi Khittah - Dapat menunjukan posisi 120 menit ID
Perjuangan khittah perjuangan PII perjuangan dalam hubungannya khittah perjuangan dalam Studi
PII - Sejarah lahirnya dengan misi dan program- kerangka konstitusi PII kasus
Khittah perjuangan program PII - Dapat menunjukan kebijakan
PII atau perilaku berorganisasi
- Isi khittah perjuangan yang keluar dari Khittah
PII perjuangan

12. AD/ART - Pengertian dan fungsi - Menyakini bahwa PII bukan - Dapat menerangkan 120 menit ID
PII AD/ART PII untuk main-main tapi untuk pentingnya arti AD/ART
- Hubungan melatih dan mengembangkan diri badi suatu organisasi
muqaddimah dan isi untuk beraktualisasi di masa - Dapat menjelaskan
AD/ART depan kandungan dan hubungan
- Hubungan antara - Menyadari akan pentingnya diantara isi AD/ART
Dasar, Tujuan dan menaati kaidah-kaidah organisasi - Mengembangan sikap taat,
usaha patuh, dan berani
- Sikap kader terhadap menegakkan ketentuan-
AD/ART PII ketentuan organisasi yang
ada dalam AD/ART

13. Perbandin - Perbandingan sistem - Peserta dapat mengembangkan - Peserta tahu ajaran masing-
gan ajaran agama samawi sikap dan nilai-nilai istiqomah masing agama dan tahu
Agama dan ardhi dan sumuliyah (kamilah) dalam perbedaanya dengan islam
berislam serta mampu - Peserta dapat menjelaskan
mengembangkan toleransi dalam klasifikasi agama
kehidupan sosial masyarakat berdasarkan kriteria tertentu

106
- Peserta menyadari perlunya
menjaga kemurnian
pelaksanaan ajaran islam

14. TFR - Dasar-dasar analisis - Peserta memahami aspirasi - Peserta mengalami proses
(Topic, tingkah laku (pikiran dan perasaan) keadaan yang melatarbelakangi
Feeling , dirinya dan orang lain, terutama tingkah laku
and dilingkungan organisasi agar tahu - Peserta dapat menanggapi
Respond) kebutuhan-kebutuhan dan persoalan dengan cepat dan
problem yang sedangberlangsung tepat

15. Perbandin - Pengertian ideologi - Peserta memahami hakikat - Dapat menjelaskan 240 menit GD
gan - Unsur-unsur ideologi ideologi sebagai sumber pengertian ideologi ID
Ideologi - Islam dan ideologi- penggerak suatu masyarakat - Dapat menjelaskan
ideologi besar dunia - Memahami sistematika ideologi- sistematika ideologi-ideologi
ideologi besar dunia besar dunia (pandangan
- Menyakini bahwa islam sebagai hidup, sistem nilai,
ideologi akan memberikan pendukung/ pengikut,
pemecahan paripurna bagi perjuangan, pengalaman).
masalah-masalah kehidupan di - Dapat memberikan
dunia argumentasi secara logis
bahwa islam adalah sistem
ideologi yang cocok bagi
kehidupan manusia.

107
- Mempunyai kepekaan
terhadap ideologi dan
gerakan-gerakannya di dalam
masyarakat

16. PO - Pengertian organisasi - Memahami bentuk dan sifat - Dapat menunjukan ciri-ciri 120 menit GD
(Pengantar - Unsur-unsur organisasi organisasi independen
Organisasi organisasi - Memahami independensi - Dapat menyebutkan manfaat
) - Bentuk-tentuk dan organisasi PII aktif di PII
sifat-sifat organisasi - Memahami PII sebagai media - Dapat menjelaskan
- Independensi dan berlatih, sukses studi, berjuang pentingnya security bagi
catur bakti PII dan kader umat kelangsungan dan keamanan
- Security - Memahami pentingnya security PII
+ bagi kelangsungan dan stabilitas
PI - Catur bakti PII organisasi
(Personal - Dapat menjelaskan
Introductio - Pengantar aktivitas - Sadar akan pentingnya sukses pentingnya berorganisasi
n) PII secara personal studi bagi kader PII dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
perjuangan umat islam jangka pribadi
panjang sebagai manifestasi tugas - Dapat menerangkan
kekhalifahan pengertian dan fungsi catur
bakti PII
- Memahami manfaat organisasi: - Dapat mengatur waktu,
PII sebagai media berlatih. kegiatan berorganisasi dan
Sukses studi, alat perjuangan, dan studi secara teratur dan
pembentuk kader umat seimbang

108
17. Pengatar - Pengertian dan - Memahami pengertian dan syarat - Dapat menjelaskan 180 menit GD
Leadership syaarat pemimpin sebagai pemimpin pengertian, peran, dan fungsi Game
- Beberapa klasifikasi - Memahami identifikasi proses pemimpin
kepemimpinan dan sifat-sifat pemimpin - Dapat menjelaskan tiga gaya
- Karakter pokok - Memahami konsep pemimpin kepemimpinan dan
kepemimpinan yang ideal menurut al qur’an dan aplikasinya dalam kehidupan
Rasulullah sunah nabi saw. - Dapat menjelaskan konsep
dasar kepemimpinan
situasional dan efektivitasnya
- Dapat menjelaskan karakter
dasar kepemimpinan
Rasulullah
- Dapat mengembangkan sikap
dan perilaku kepemimpinan
yang dicontohkan Rasullah

18. Komunika - Asas komunikasi - Peserta memahami bahwa - Peserta dapat menjelaskan 90 menit ID
si efektif antar manusia komunikasi dua arah secara pentingnya komunikasi dua Praktek
- Komunikasi satu dan komunikatif dan seimbang akan arah lebih efektif dibanding
dua arah memperlancar penyampaian komunikasi satu arah
- Pembicara dan pesan - Peserta dapat menjelaskan
pendengar yang baik - Peserta memahami bahwa prinsip-prinsip dasar
komunikasi yang efektif komunikasi interpersonal
diperlukan persiapan yang baik - Peserta dapat dapat
dan pengembangan ketrampilan menjelaskan prinsip-prinsip
dasar komunikasi dasar komunikasi publik

109
19. Manajeme - Pengertian - Memahami prinsip, fungsi, dan - Dapat menjelaskan 210 menit GD
n manajemen unsur manajemen pengertian manajemen dan Praktek
- Fungsi-fungsi - Menyadari pentingnya fungsi-fungsinya dalam
manajemen penguasaan manajemen baik menyelenggarakan suatu
- Unsur-unsur secara teoritis maupun praktis kegiatan
manajemen - Dapat menjelaskan unsur-
unsur manajemen suatu
program sebagai suatu
jaringan sistem

20. Case moral - Problem solving - Peserta dapat memahami berbagai - Peserta dapat menganalisis
(Generasi generasi muda permasalahan yang dihadapinya suatu kasus aktual yang
muda) dan dapat memberikan solusi berkembang disekitarnya
dengan tepat - Peserta dapat memberikan
beberapa pendekatan
penyelesaian masalah yang
diangkat sebagai kasus

21. Lagu-lagu - Lagu-lagu PII - Menyadari pentingnya dan - Dapat melagukan mars PII 60 menit praktek
PII merasakan manfaat lagu dalam dan lagu-lagu wajib PII
mempengaruhi semangat serta lainnya.
tanggung jawab sebagai kader

22. Pengantar - Peseta mampu melakukan survei - Peserta memahami persoalan


Audiensi lapangan secara metodis dan dakwah secara kongkrit

110
dan praktis berdasarkan acuan - Peserta mampu mempraktek
Audiensi persoalan pengalaman belajar dengan
bentuk audensi

23. Penyusuna - Peserta dapat mengembangkan - Peserta mengalami langsung


n Laporan keterampilan menulis dengan pembuatan laporan audensi
Audiensi baik dan sistematis - Peserta mampu mengolah
data menjadi laporan dan
sadar akan perlunya kerja
sama yang harmonis

24. Diskusi - Peserta mampu mengembangkan - Peserta dapat menunjukan


Hasil pengetahuan, pemahaman, kelemahan dalam memimpin
Audiensi keterampilan, sikap, dan nilai audensi
yang telah diperoleh melalui - Peserta dapat menunjukan
pengalaman belajar kelemahan manajemen dalam
kegiatan audensi
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan-kelemahan
memelihara security selama
audensi
- Peserta dapat menunjukan
kelemahan-kelemahan
analisis penulisan audensi
- Peserta dapat menunjukan
akibat-akibat yang kurang
baik dan kurang adanya kerja

111
sama, ketelitian, dan
komunikasi selama acara
audensi berlangsung

25. Missi dan - Trikomitmen PII - Memahami problematika - Dapat mengidentifikasi 150 menit Brainstor
Eksistensi - Tafsir tujuan organisasi PII yang sedang terjadi persoalan kepelajaran umum ming
PII organisasi PII di tingkat komisariat dan daerah di tempat masing-masing
- Termotivasi untuk - Dapat mengidentifikasi
menggairahkan dan persolan PII di tingkat
meningkatkan aktivitas PII di komisariat dan daerah
tempatnya masing-masing - Dapat mengimplikasikan
- Termotivasi untuk meningkatkan konsep trikomitmen, tujuan,
kualitas diri di dalam wadah catur bakti dalam melihat
kaderasi PII persoalan PII

26. Islam dan - Pengertian dan fungsi - Memahami kedudukan dan - Dapat menjelaskan 150 menit GD
IPTEK ilmu pengetahuan pentingnya ilmu pengetahuan pengertian dan fungsi ilmu
- Kedudukan ilmu dalam islam pengetahuan
pengetahuan dalam - Menyadari pentingnya - Dapat menjelaskan
islam penguasaan ilmu pengetahuan kedudukan ilmu pengetahuan
- Landasan dan dan teknologi bagi seorang kader dalam islam (dalil naqli dan
orientasi mempelajari dengan meningkatkan prestasi aqli)
dan mengembangkan studi dan minat baca untuk - Dapat menjelaskan prestasi
ilmu dalam islam bagi kemanjuan islam islam dalam bidang ilmu dan
pengembangan pengetahuan beserta tokoh-
kualitas kehidupan tokohnya

112
- Prestasi sejarah islam - Meningkatnya minat baca
dalam bidang iptek dan belajar, motivasi
- Pentingnya berprestasi dalam studi serta
penguasaan ilmu penguasaan spesialisasi ilmu.
pengetahuan bagi
kader PII

27. Problem Studi kasus-kasus yang - Meluruskan, menetralisasi, - Intropeksi diri 120 menit GD
Solving terjadi dalam kelas membenahi problem perilaku - Saling memaafkan Interview
(medan training). pribadi yang terjadi selama Refleksi
interaksi training
- Memahami problem kepribadian
yang berkaitan dengan kemauan
dan kemampuan meningkatkan
kualitas diri dan upaya
mengatasinya
- Menumbuhkan kesadaran diri
tentang sifat atau perilaku yang
kurang baik menurut kaca mata
agama, dan selalu berusaha
memperbaikinya
- Solidaritas
- Keterbukaan

113
28. Jihad Dasar-dasar jihad - Memahami hakikat jihad dan - Dapat menjelaskan 120 menit ID
fisabilillah implikasinya dalam kehidupan pengertian jihad secara
sehari-hari leksikal maupun hakekatnya
- Dapat menjelaskan jenis-
jenis jihad
- Dapat menerangkan
pentingnya jihad dalam
menegakkan islam
- Terbentuknya sikap militansi
dan istiqomah terhadap islam
serta mampu
mewujudkannya dalam
semangat jihad sehari-hari
29. Evaluasi - Perkenalan instruktur - Memiliki keterbukaan, kritis dan - Peserta dapat 180 menit
Lokal dan dan tugas tulis independen mengungkapkan
Instruktur eveluasi - Memahami manfaat berorganisasi permasalahanyang terjadi
(Perkenala di PII selama trainig:
n dan - Termotivasi untuk mewujudkan - Peserta dengan peserta
tugas tulis catur bakti PII - Peserta dengan
evaluasi) - Meluruskan motivasi dan tujuan instruktur
menjadi anggota, oengurus, dan - Peserta dengan panitia
kader PII - Peserta dengan
lingkungan training
- Tumbuhnya sikap terbuka,
jujur, berani, kritis, dan
independen dalam
menyampaikan dan
menerima evaluasi

114
30. Perkenalan - Perkenalan dan - Memberikan masukan- - Mau memberikan evaluasi 90 menit
dan evaluasi panitia masukan/evaluasi bagi perbaikan bagi kerja panitia
Evaluasi kerja panitia berikutnya - Menjalin silaturahim dengan
Panitia - Peserta memiliki sikap terbuka, kader-kader PII lainnya
kritis, independen dan berani

31. Muhasaba - Muhasabah tentang - Sadar akan pentingnya sukses - Dapat menginternalisasikan 90 menit Refleksi
h keberadaan manusia studi dan penguasaan ilmu nilai-nilai yang diperoleh
sebagai khalifah fil pengetahuan bagi kader PII dalam selama training serta
ardi rangka perjuangan umat jangka merefleksikan pengalaman
- Muhasabah tentang panjang belajar yang telah
tugas sebagai - Termotivasi untuk meneladani diperolehnya dalam
pendakwah sifat-sifat Rasul dalam memimpin mengidentifikasi diri sendiri
- Muhasabah tentang umat dan peran yang akan
akhlak keseharian - Termotivasi untuk dimainkan dikemudian hari
- Muhasabah tentang menggairahkan dan
akhlak pergaulan meningkatkan aktivitas PII di
- Muhasabah tentang tempatnya masing-masing
akhlak kepada orang - Yakin bahwa islam adalah satu-
tua satunya yang benar sebagai way
- Muhasabah tentang of life yang akan memberikan
akhlak kepada guru kerahmatan di alam ini
- Esensi taubatan - Sadar akan tantangan ideologi
nasuhah lain bagi eksistensi islam dalam
masyarakat

115
- Menyadari bahwa perjuangan
penegakkan kalimah allah penuh
dengan tantangan

32. Kuliah - Prakter baca Al - Termotivasi untuk bisa membaca - Dapat membaca al qur’an 90 menit Praktek
subuh dan Qur’an Al qur’an secara baik dan benar dengan benar Diskusi
praktek - Ayat-ayat terpilih - Termotivasi untuk memperlajari - Menghafal ayat-ayat pilihan
baca Al dan mengenali kandungan ayat- - Mencatat dan menandai ayat-
Qur’an ayat al qur’an dihubungkan ayat yang berkaitan dengan
dengan kehidupan khususnya ilmu pengetahuan
menuntut ilmu

33. Kesehatan - Peserta menyadari perlunya - Peserta dapat menjelaskan


fisik, keseimbangan dalam menjaga elemen dasar yang
mental, kesehatan fisik, mental, dan menunjang kesehatan fisik,
dan lingkungan mental dan lingkungan
lingkungan
34. Kulsub - Berwudhu/thaharah - Memahami tata cara ibadah - Dapat mengerjakan ibadah 90 menit Praktek
ibadah - Shalat sendiri, khusus sesuai syarat dan khusus sesuai syarat dan Diskusi
praktis berjamaah rukunnya rukunnya
- Sholat lail - Memahami adanya perbedaan - Dapat dan mau mengerjakan
dalam tata cara sebagai masalah amalan sunah
khilafiah

35. Gizi dan - Ketahan tubuh dan - Memahami pentingnya menjaga - Kemampuan menjaga 90 menit Praktek
kebugaran faktor-faktor kesehatan dan ketahanan tubuh kesehatan tubuh tetap dalam
pendukungnya stamina prima

116
- Kegiatan fisik, - Kemampuan hidup secara
emosional, dan seimbang yang
makanan yang mempertimbangkan akan
menunjang ketahanan kebutuhan fisik, emosional,
tubuh spiritual, intelektual, dan
sosial
- Dapat memilih jenis-jenis
makanan yang sehat dan
bergizi

36. Zakat, - Pengertian ZIS - Memahi ZIS sebagai basis - Dapat menjelaskan 90 menit Praktek
Infaq, dan - Dasar disyariatkan ekonomi islam pengertian ZIS
Sadaqah ZIS - Menyadari pentingnya sosialisasi - Dapat menjelaskan dasar-
(ZIS) - ZIS sebagai dasar dan aplikasi ZIS dasar disyariatkanya ZIS
pengembangan - Dapat memberikan
ekonomi islam argumentasi peranan ZIS
- Kesadaran dan dalam sistem perekonomian
aplikasi ZIS bagi islam
kader - Dapat memberikan gambaran
kondisi pelaksanaan ZIS di
masyarakat dan inovasi-
inovasinya

117
37. Pembentuk - Pembentukan - Memahami pentingnya tindak - Adanya satu macam motivasi 60 menit GD
an members group lanjut training, baik dalam bentuk dan harapan peserta untuk
members kelompok, kerja ekstern, aktif di senantiasa berlatih dan
group daerah masing-masing, atau mengembangkan diri
membentuk komisariat baru semaksimal mungkin dalam
- Hasrat untuk mengikuti program- kerangka perjuangan umat
program kaderisasi berikutnya

118
DOKUMENTASI FOTO

Gedung Sekretariat PW PII Jawa Tengah Proses Training BATRA di Tegal

Wawancara dengan KB PII Wawancara dengan Kabider PW PII


(Mantan Ketua Umum periode 1992-1994) periode 2019-2021

Wawancara dengan Ketua BO PW PII Wawancara dengan Sekretaris Umum

119
Wati (periode 2019-2021) PW PII (periode 2019-2021)

Wawancara dengan Ketua Umum PW Wawancara dengan Mantan Kabider


PII (periode 2019-2021) PW PII (periode 2017-2019)

120
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Maulidya Yolanda

Tempat/Tanggal Lahir : Nanga Pinoh, 22 Juli 1997

Alamat : Desa Paal, RT 004/ RW 09, Kecamatan


Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat

No.Hp : 089614796426

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah :O

E-Mail : Maulidya.yld22@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita 2002-2003

2. SDN 9 Nanga Pinoh 2003-2009

3. SMPN 1 Nanga Pinoh 2009-2012

4. SMAN 1 Nanga Pinoh 2012-2015

5. IAIN Salatiga 2015-2019

Pengalaman organisasi :

1. Bendahara Bidang Nisa’ LDK Fathir Ar-


Rasyid IAIN Salatiga tahun 2016-2017

121
2. Sekretais bidang keagamaan Karang
Taruna Trimulya Desa Nogosari
Kelurahan Bugel, Sidorejo, Salatiga tahun
2016/2017

3. Seretaris Bidang PPPA HMI Cabang


Salatiga Komisariat Walisongo tahun
2017/2018
4. Bendahara Umum Gerakan Jum’at
Berbagi FTIK IAIN Salatiga tahun
2018/2019
5. Departemen Kursus dan Training
Pengurus Wilayah PII Jawa Tengah tahun
2019-2021

122

Anda mungkin juga menyukai