Anda di halaman 1dari 105

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS KARAKTER
PADA MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
ULFA ADILLA
NIM: 208011000016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

ii

iii

iv

ABSTRAK
Ulfa Adilla: Implementasi Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter di
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Keyword: Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter
Pembentukkan karakter diyakini perlu dan penting untuk siswa MTs untuk
dilakukan oleh sekolah dan steksholdersnya untuk menjadi pijakan dalam
menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pembentukkan
karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak yang baik dan
mempunyai karakter yang melekat pada diri peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah yang dapat ditarik
adalah Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang
meliputi aspek-aspek nilai Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin,
Peduli Lingkungan, Gemar Membaca yang merupakan programdi MTs
Pembangunan UIN Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan
teknik pengumpulan datanya terdiri dari Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan teknikanalisis data melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, penarikkan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter
yang meliputi Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli
Lingkungan, Gemar Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta cukup baik
karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan diimplementasi. Semua
implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai karakter yang
dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam kegiatan belajar
maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan program-program dari sekolah.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamualiakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan nikmatnya kepada
seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya
kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para
tabi tabiin.
Skripsi ini berjudul IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERBASIS KARAKTER di MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Penulis
menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan,
penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik
untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan
penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan
berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1.

Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bahrissalim, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah yang telah memberikan kemudahan secara administrasi bagi
penulis dalam menyusunan skripsi ini.

3.

Drs. H. Syapiuddin Shiddiq, MA. selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan


Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah dan penasehat akademik yang telah

vi

memberikan kemudahan secara administrasi bagi penulis dalam memberikan


saran dalam penyusunan skripsi ini.
4.

Ahmad Irfan Mufid, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam memberikan


saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan membekali
dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis.

6.

Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah atas
semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.

7.

Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Drs. H. Hasan dan Ibu Hj. Umi Nadra
serta Nenekku Hj. Asiyah yang tulus memberikan segalanya, baik cinta,
kasih, sayang, perhatian, pikiran, doa, motivasi, kritik dan saran, arahan,
senyum dan usaha untuk mencukupi segala kebutuhan penulis.

8.

Adikku tercinta Luthfan Adli (Jurusan Peradilan Agama UIN JAKARTA)


dan Nila Aulia (MTsN Pulau Batu-Jambi) terima kasih dengan caranya
masing-masing telah membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar
segera menyelesaikan skripsi ini.

9.

Teteh tercinta, Siti Khanifah S.Pd.I terimakasih atas dukungan yang telah
membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat-lipat.

10. Uni Rahmi Meldayati S.THI, Saudaraku Hafiz satria Putri, Uni Rosdalima
Dalmunte S.HI, Saudaraku tercinta Muktizon.
11. Nurlaili Fitrianingrum, Mochamad Ilwan, Vika Martahayu S.Pd.I, Siti
Masithoh, Ira Aniati S.Pd, Said Riadi S.Pd.I, Taufik al-Badar S.Pd.I,
NurAini S.Pd.I, Cholilah Pulungan, Zarikatun, Sri Handayanti S.Pd.I, Hurul
Ain, Indah Nur Ajizah, Nurul Adyati, Resti Hamerti, M.H. Nur Ramadhan
S.Pd.I, M. Samudin S.Pd.I, Hardiansyah S.Pd.I, Hasan Fatoni S.Pd.I, Syukur
Yakub terimakasih atas dukungan moral yang kalian berikan dalam
penyususnan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipatlipat.

vii

12. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di


jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat persaudaraan,
kekeluargaannya ini tetap eksis dan talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin
Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga
penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai doa dari lubuk hati yang dapat
penulis sampaikan Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum
wa salamatu fihayatikum, semoga Allah Taala membalas kebaikan mereka
semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti.
Amiin
Alhamdulillahi robbil alamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 04 Januari 2013 M.

Penulis
Ulfa Adilla

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

SURAT PERNYATAAN JURUSAN ...........................................................

ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ..............................................

iii

UJI REFERENSI............................................ ...............................................

iv

ABSTRAK...................... ................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vi

DAFTAR ISI.................................................................................... ...............

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

B. Identifikasi Masalah ................................................................

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ..........................

10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................

10

LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................

12

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ..............................

16

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.........................

18

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................

19

5. Materi Pendidikan Agama Islam .......................................

21

B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................

21

2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ................................

24

3. Tujuan Pendidikan Karakter .............................................

25

4. Prinsip Pendidikan Karakter .............................................

26

5. Metode Pendidikan Karakter.............................................

30

6. Landasan Pedagogis Pendidikan Karakter .......................

32

7. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .......................................

33

ix

8. Penelitian Yang Relevan ...................................................

BAB III

BAB VI

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................

38

B. Setting Penelitian ...................................................................

39

C. Metode Penelitian...................................................................

44

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ...............

44

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................

48

F. Analisis Data ..........................................................................

48

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ........................................................................

BAB V

36

51

1.

Deskripsi Sekolah ...........................................................

51

2.

Deskripsi Guru ................................................................

52

3.

Deskripsi Siswa ...............................................................

52

B. Pembahasan ............................................................................

53

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................

68

B. Implikasi .................................................................................

69

C. Saran..... ..................................................................................

69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap
dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan
nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan
perilaku sehari-hari.Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan,
kebersamaan, dan religius,sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing
yang cenderung hedonistik, materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai
karakter tersebut tidak lagidianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang
ingin diperoleh.1
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita
akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui
proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak
bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini
sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat
umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang
terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa
ini.

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal.


(Jakarta: Grasindo, 2007). Cet. I. h. 10

Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.


Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun
sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
Mengingat begitu urgennya karakter, maka insititusi pendidikan memiliki
tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.2
Sampai saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan dengan sejumlah
permasalahan, khususnya permasalahan yang berkaitan dengan moral. Kita sering
mendengar dan melihat dari pemberitaan baik lewat media elektronik seperti
televisi dan radio ataupun internet juga surat kabar, dimana terdapat banyak
kejadian yang semestinya akan mengusik para pendidik, seperti halnya kasus
korupsi, kolusi dan nepotisme di semua lapisan jabatan, perkelahian antar pelajar,
penyalahgunaan penggunaan narkoba.
Dan tentu juga masih ada deretan panjang persoalan pendidikan lainnya
dari bangsa ini yang belum dapat mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Dimana
dalam Pasal Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan
nasional menjadi rujukan dalam pengembangan pendidikan dan karakter bangsa.
Karakter yang mulia akan menjadikan mengangkat status derajat yang
tinggi dan mulia bagi dirinya. Kemuliaan seseorang terletak pada karakternya.
Karakter begitu penting karena dengan karakter yang baik membuat kita tahan
tabah menghadapi cobaan, dan dapat menjalani hidup dengan sempurna.3
Islam adalah agama Rahmatan lil Alamin (rahmat bagi semesta alam),
rahmatnya meliputi seluruh alam ini tidak terkecuali kepada manusia, sebagai
2

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 1


Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011) h.6
3

seorang khalifah4 yang diberi kelebihan akal, maka harus mampu memberi
sentuhan kasih sayang dan pemeliharaan itu kepada alam sekitar, sebuah konsepsi
yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai umat-Nya.
Seorang Muslim sejati harus mampu menciptakan kedamaian dalam
seluruh aspek kehidupan, baik dalam skala yang kecil sebagai individu ataupun
dalam skala yang besar yakni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal ini dapat dilihat dari hadis nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan dengan berbagai redaksinya:


Sesungguhnya aku diutus (kepada manusia) untuk menyempurnakan
akhlak mulia5
Character itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam
pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian itu komponennya tiga yaitu tahu
(pengetahuan), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah
bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama dengan perilaku. Kepribadian
pecah ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetapi tidak sama dengan
perilakunya atau pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan
perilaku. Dia tahu jujur itu baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya
sering tidak jujur, ini contoh kepribadian pecah (Split Personality).6
Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan
anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai
usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis
di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.7

Dalam bahasa arab seorang pemimpin disebut khalifah. Kala khalifah dalam kamus
bahasa al-Quran 2: 30 kata khalifah diartikan bahwa manusia diciptakan telah mepunyai
kemampuan memimpin, pewaris atau pengganti. Ibnu Khaldun dalam kitab Muqadimmah, bahwa
manusia mempunyai kecenderungan alami untuk mempin karena mereka diciptakan sebagai
khalifah.
5
Hadis ini diriwayatkan oleh Malik dalam Kitab al-Muwatta, secara muttasil dari Abu
Hurairah dan lain-lainnya, juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih secara marfu, dan
diriwayatkan dari al-Tabrani dalam kitab al-Awsath dengan sanad dhaif akan tetapi dengan makna
yang shahih, dan diriwayatkan juga oleh al-Daylami dengan sanad hasan.(Maktabah al-Syamilah)
6
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT
Remaja rosdakarya, 2011), h. iv
7
Ibid., h. iv

Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa
kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan
mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.8
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita
akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui
proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak
bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini
sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat
umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang
terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa
ini.
Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu melakukan
perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu, pendidikan kita perlu direkonstruksi
ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap
menghadapi dunia masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan
serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia. Dengan kata lain,
pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter (character
building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi
dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilainilai karakter mulia.9
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat indonesia
melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan
suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
anak-anak.10
8

http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/12/skripsi-pengaruh pelaksanaan pendidikan.


html, diakses pada 03 juli 2012
9
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal.
(Jakarta: Grasindo, 2007). Cet. I.
10
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011), h. 1.

Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter, para peserta


didik (siswa dan mahasiswa) harus dibekali dengan pendidikan khusus yang
membawa misi pokok dalam pembinaan karakter mulia. Pendidikan seperti ini
dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu
maupun pengetahuan dalam bidang studi (jurusan) masing-masing, sehingga
mereka dapat mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap
berpatokan pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal.
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak
diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat
dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu
antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas.11
Maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap
teman, pencurian remaja, kebiasan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan,
pornografi, pemerkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah
menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum diatasi secara tuntas. Perilaku
remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying disekolah,
dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap
sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakkan ini telah menjurus kepada
tindakkan kriminal. Perilaku orang dewasa juga setali tiga uang, senang dengan
konflik dan kekerasan atau tawuran, perilaku korupsi yang merajalela, dan
perselingkuhan.12

11

Menurut Kepala BKKBN, Sugiri Syarif, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan
telah melakukan seks pra nikah. Artinya dari 100 persen remaja. Misalnya saja disurabaya tercatat
54 persen, di Bandung 47 Persen, dan 5 persen di Medan. Dari kaus perzinaan yang dilakukan para
remaja putri tersebut, yang paling dahsyat terjadi di Yogyakarta. Pihaknya menemukan dari hasil
penelitian di Yogya kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37 persen dari 1.160 mahaiswi
di Kota Gudeg ini menerima gar MBA (MarriagebyAccident) alias menikah akibat hamil maupun
kehamilan di luar nikah. Didit Tri Kertapati, Kepala BKKBN: 51 dari 100 remaja di Jabodetabek
sudah Tak Perawan dalam detiknews.com, dipublikasikan pada Minggu, 28/11/2010,
http://www.detiknews.com/read/2010/11/28/094930/150
4117/10/kepala-bkkbn-51-dari-100remaja-di-jabodetabek-sudah-tak-perawan.
12
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.2

Kondisi krisis13 dan dekadensi moral ini menandakan bahwa seluruh


pengetahuan agama dan moral yang didapatkannya di bangku sekolah ternyata
tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang
terlihat adalah begitu banyaknya manusia Indonesia yang tidak konsisten, lain
yang dibicrakan, dan lain pula tindakannya.
Situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan telah
mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan
pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa dijadikan arus
utama pembangunan nasional. Hal ini mengandung arti bahwa setiap upaya
pembangunan harus selalu diupayakan untuk memberi dampak positif terhadap
pengembangan karakter.14
Banyak orang yang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga berawal
dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan demoralisasi terjadi karena proses
pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas
teks dan kurang memeprsiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi
kehidupan yang kontradiktif. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar
memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Dalam konteks pendidikan formal di
sekolah, bisa salah satu jadi penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih
menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan
aspek soft skils atau non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter
belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan.15
Bahkan merujuk hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), materi yang
diajarkan oleh pedidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak,
cenderung

terfokus

pada

pengayaan

pengetahuan

(kognitif),

sedangkan

pembentukkan sikap (afektif), dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.


Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan
agama

dan
13

lebih

banyak

bersifat

hafalan

tekstual,

sehingga

kurang

Menurut tinjauan ESQ, tujuh krisis moral yang terjadi ditengah tengah masyarakat
Indonesia antara lain krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berfikir jauh kedepan, krisis
disiplin, krisis kebersamaan dan krisis keadilan. Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: UNY Press, 2009), h.39-40
14
Zubaedi,op.cit., h.7
15
Zubaedi,op.cit., h.3

menyentuhaspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat


dan berbangsa.16
Kekhawatiran terbesar kita ialah tindakkan kekerasan yang dilakukan
anak-anak muda, dan itu sudah merupakan keadaan gawat yang perlu segera
diatasi. Kajian-kajian ilmiah tentang perilaku tidak terpuji (amoral) yang
dilakukan siswa dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Namun di
Negara-Negara maju seperti di Amerika sudah sangat berkembang, survei
nasional yang dilakukan oleh The Ethics of American Youth, dari Josephson
Institute of Ethics (2006), diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka waktu 12
bulan, yaitu:
a) 82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada orang tua.
b) 62% mengakui bahwa mereka berbohong kepada seorang guru tentang
sesuatu yang signifikan.
c) 33% menjiplak tugas dari internet.
d) 60% menipu selama pelaksaan ujian di sekolah.
e) 23% mencuri sesuatu dari orang tua atau kerabat lainnya.
f) 19% mencuri sesuatu dari seseorang teman.
g) 28% mencuri sesuatu dari tokoh.17
Indikator lain yang mengkhawatirkan juga terlihat pada sikap kasar anakanak yang lebih kecil, mereka semakin kurang hormat terhadap orang tua, guru,
dan sosok-sosok lain yang berwenang kebiadaban yang meningkat, kekerasan
yang bertambah, kecurangan yang meluas, dan kebohongan yang semakin lumrah.
Peristiwa ini sangat mencemaskan dan masyarakat pun waspada. Sebagian orang
tua mulai mengirim anaknya kesekolah khusus, sementara sebagian lain mendidik
anaknya dirumah.18
Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya
bila mengingat makin meningkatnya tawuran-tawuran antar pelajar, serta bentukbentuk kenakalan remaja lainnya terutama dikota-kota besar, pemerasan atau
kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, fenomena
suporter bonek, penggunaan narkoba, dan lain lain. Bahkan yang paling
memprihatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak-anak melalui
16

Ibid., .h.3
Ibid., h.4
18
Ibid.,. h.4
17

Kantin Kejujuran di sejumlah sekolah, banyak yang gagal, banyak Kantin


Kejujuran yang bangkrut karena belum bangkitnya sikap jujur pada anak-anak.
Sementara itu informasi dari Badan Narkotika menyatakan 3,6 juta pecandu
narkoba di Indonesia (Tempo Interaktif, 27/8/2009).19
Ilmu pengetahuan yang didapatkan disekolah belum tentu dapat diterapkan
dan diaplikasikan oleh seorang anak. Dalam hal perilaku seoran anak tidak akan
lepas dari pendidikan agama yang sedari kecil diajarkan oleh orang tua agar
seorang anak memahami bahwaanya segala macam perbuatan akan dipertanggung
jawabkan di akhirat sebagaimana dijelaskan Allah dala Al-Quran:


...Dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S: an-Nahl [16: 93]).
Maka dari itu pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah
dibutuhkan untuk menanamkan pemahaman pada anak, bahwasanya segala bentuk
perilaku baik itu yang terpuji ataupun tercela akan menjadi tanggungan seiap
manusia di akhirat.20
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran, memiliki peranan dan
cita-cita luhur untuk membentuk manusia yang mengenal, memahami,
menghayati

hingga

mengimani,

bertakwa

dan

berakhlak

mulia

dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Hadits,
melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati pemeluk agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan umat beragama dalam masyarakat
sehingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan Islam juga memiliki keunikan dan khasnya sendiri sesuai
dengan visi dan misinya. Adapun visi dari Pendidikan Agama Islam adalah
terwujudnya manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, berilmu,
19

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2
20
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak EdisiRevisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 72.

terampil dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.


Sedangkan misinya adalah menciptakan lembaga yang Islami dan berkualitas,
menjabarkan kurikulum yang mampu memahami kebutuhan anak didik dan
masyarakat, menyediakan tenaga kependidikan yang profesional dan memiliki
kompotensi dalam bidangnya dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang
menghasilkan lulusan yang berprestasi.21
Demi tujuan pembentukan karakter,22 maka pendidikan sebenarnya masih
dianggap sebagai instrumen penting. Sebab, pendidikan sampai sekarang masih
diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu
yang dididiknya, dan mampu menjadi sarana pembentukan sikap bagi generasi
muda penerus bangsa.
Di samping itu, pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata
laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan.23

B. Identifikasi Masalah
1.

Siswa Kurang menjalankan nilai-nilai keagamaan.

2.

Siswa kurang menunjukkan perilaku sopan santun.

3.

Siswa kurang berlaku jujur.

21

Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama
Berwawasan Multikultural di Sekolah Agama dan Madrasah, www.pendidikan networking,
dodownload tanggal 5 Januari 2009.
22
Marvin Berkowitz dari University of Missouri St. Louis, menunjukkan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter, kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukkan laporan yang diterbitkan National Assosiation of School Psychologist sebanyak 22
persen anak-anak kelas 4-8 di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar karena adanya
perilaku saling mengejek (bullying) antar kawan di sekolah. Dengan adanya pendidikan karakter di
sekolah dapat menurunkan perilaku saling mengejek di sekolah, dan juga menurunkan terjadinya
konflik antar pelajar, sehingga suasana belajar semakin nyaman, dan akhirnya dapat meningkatkan
prestasi akademik.
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), 10.

10

4.

Siswa kurang menunjukkan disiplin.

5.

Siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab.

6.

Siswa kurang memiliki rasa toleransi.

7.

Proses pembelajaran

8.

Keteladanan guru.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Mengingat luasnya bidang garapan, maka untuk lebih memperjelas dan
memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, maka disini perlu adanya
pembatasan

masalah

dalam

pembahasannya,

maka

penulis

membatasi

permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:Implementasi


Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang meliputi Religius, Jujur,
Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli Lingkungan, Gemar Membacadi
MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Adapun

rumusan

masalah

penelitian

ini

adalah

sebagai

berikut:Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter


Meliputi Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli
Lingkungan, Gemar Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam wacana Pendidikan Agama
Islam berbasis karakter adalah, meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis
maupun praktis kepada berbagai pihak.

11

1.

Bagi penulis, untuk menambah wawasan serta pengalaman penulis mengenai


penelitian ini, baik dalam merencanakan ataupun melaksanakan penelitian.

2.

Bagi guru, untuk mengetahui bagaimana penerepan Pendidikan Agama Islam


Berbasis Karakter di MP UIN Jakarta

3.

Bagi Universitas, menambah khazanah ilmiah di kalangan akademis


diharapkan menjadi sumbangsih gagasan dan sebuah tawaran solusi terhadap
tantangan globalisasi serta dapat dipraktekkan dalam pengembangan
Pendidikan Agama Islam ke depan.

4.

Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam rangka mensinergikan


Pendidikan Agama yang selama ini terabaikan, padahal PAI, memiliki
peranan yang besar dalam membentuk kualitas pendidikan yang lebih baik.
Kegunaan secara akademis adalah untuk memberikan sumber informasi

dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa atau
instansi serta dapat digunakan sebagai rujukan umtuk penelitian yang akan datang.
Sedangkan kegunaanpenelitian secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan
informasi yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Komponen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam


Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan

kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan


tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan
bukanlah hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan.1
Dalam Islam Al-Quran telah menerangkan bahwa pendidikan telah tercipta
sejak adanya makhluk (manusia) yang pertama. Hal itu dibuktikan dalam Surat alBaqarah ayat 31 sebagai berikut:



Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar! (QS. Al-Baqarah [2: 31]).

Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Krisis Multimedia Nasional, (Jakarta,


PT Bumi Aksara, 2011), h.23

12

13

Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat
mencapai kesempurnaan/ kematangan hidup tanpa melalui suatu proses, sedang
pendidikan sendiri adalah masalah hidup dan proses kehidupan manusia2
Sebelum penulis membahas tentang pendidikan karakter, terlebih dahulu
penulis akan membahas dan memaparkan tentang pendidikan istilah pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran kan,
mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani yaitu Pedagogie, yang berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan
ialah Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering
digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-Talim, al-Tarbiyah dan alTadib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam
menunjuk pada pengertian pendidikan.
Kata talim merupakan masdhar dari kata allama yang berarti pengajaran
yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penunjukkan kata al-talim pada pengertian pendidikan.
Adapun Kata al-Tarbiyah, merupakan masdhar dari kata rabba yang
berarti mengasuh, mendidik, memelihara.5Sedangkan kata al-Tadib, merupakan
masdhar dari kata addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang
lebih tertuju pada pembinanaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti
peserta didik.6
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.10


Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2002 ), h. 13
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1994),
Edisi Kedua, h. 232
5
Ibid., h. 87
6
Ibid., h.90
3

14

peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.7
Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.8
Menurut Abudin Nata dalam bukunya filsafat pendidikan Islam I, bahwa
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan adalah usaha yang dilakukan
dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan
manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering
merupakan perjuangan pula. pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah
kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin.
Sehingga pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni
memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.9
William Mc Guecken, S.J. seorang tokoh pendidikan Khatolik berpendapat
bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan
kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual,
maupun jasmananiah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan
individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan kegiatan yang baru bersatu
dengan penciptanya sebagai tujuan akhir.10
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa baik
sadar dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan menuju terciptanya kehidupan yang
lebih baik.
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu proses pengembangan potensi
kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan
bertkwa kepada Allah Swt,cerdas, terampil dan memiliki etos kerja yang tinggi,
berbudi pekerti luhur mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa

Ramayulis, op.cit., h. 13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Cet. XI, H. 13.
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I,
8

h. 9
10

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 14

15

dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah
kehidupan.11
Menurut Ahmad Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.12
Sedangkan menurut zakiah Darajat, pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang
telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselmatan dan kesejahteraan dunia dan di akhirat
kelak.13
Beni Ahmad Saebani, mengatakan bahwa kata Islam merupakan kata
kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas, dan memberi ciri kas pada kata
pendidikan. Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam berarti pendidikan
yang secara khas memiliki ciri Islami, yang dengan ciri itu, maka membedakan
dirinya dengan model pendidikan lainnya.14
Menurut Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam, bahwa Drs. Marimba mendefenisikan Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam.

Dengan

pengertian lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan


istilah kepribadian muslim. Yakni kerpibadian yang memiliki nilai-nilai agama

11

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta, Ciputat Pers,
2002), cet 1, h. 3
12
Ibid, h.4
13
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet, II, h. 86
14
Beni Ahmad Saebani, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet,
I, h. 40.

16

Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Islam.15

2.

Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam


Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka Pendidikan Islam memerlukan sebuah dasar yang dijadikan


landasan kerja. Dengan dasar tersebut ia akan memberikan arah bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini dasar yang menjadi
acuan Pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan.
Pendidikan Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang
bergerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna atau syumul
memerlukan suatu dasar yang kokoh, dalam artian kajian tentang Pendidikan
Islam tidak boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam itu
sendiri.
Landasan dasar Pendidikan Islam utamanya terdiri atas empat macam,
yaitu:
a. Al-Quran
Al-Quran sebagai kitab undang-undang, hujjah dan petunjuk. Di
dalamnya mengandung banyak hal menyangkut segenap kehidupan
manusia termasuk pendidikan16, sebagaimana surat an-Nahl ayat 89:



Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orangorang yang berserah diri. (QS. An-Nahl [16: 89]).

15

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia,
2001), cet ke 2, h. 15.
16
Syamsul, op.cit., h. 153

17

b. As-Sunnah
Dasar kedua pendidikan Islam adalah As-Sunnah. JumhurMuhadditsin
ngartikan Sunnah ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan
sebagainya.17
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amala baik kepada Nabi
istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan pula seperti yang dipraktekkan oleh Nabi dan
mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan atau perbuatan dan
ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits atau sunnah.18
Kalau Al-Quran dan As-Sunnah dijadikan dasar. Maka pendidikan Islam
merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat yang kemudian
akan mewarnai cork ke-Islaman dalam berbagai aspek kehidupan.
Rasulullah Saw bersabda:

Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka kedua
orang tualah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR.
Muslim).19
c. Ijtihad
Ijtihad adalah itilah para fuqoha, yaitu berpikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Ilam untuk menetapkan/
menentukan sesuatu hukum Syariat Islam dalam hal-hal yan ternyata
belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal
ini dapat juga meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah. Namun
demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para

17

Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung: Almaarif, 1974), h.20


Ramayulis, op.cit., h.56
19
Muslim, Shohih Muslim, (Baerut: Darul Fikr, t.th), h.556
18

18

mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-Quran dan sunnah


tersebut.20

3.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam maliputi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan antara lain sebagai berikut:


a. Hubungan manusia dengan Allah Swt
Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan vertical antara
makhluk dengan khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan
agama Islam.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Hubungan dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal anatara
manusia dengan manusia dalam kehidupan kesehariannya
c. Hubungan manusia dengan alam
Aspek hubungan manusia dengan alam sekurang-kurangnya memiliki tiga
arti bagi kehidupan anak didik, yaitu:
1) Mendorong anak didik mengenal dan memahami alam, sehingga ia
menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki akal dan
berbagai kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyaknya dari
alam sekitar. Dari pengenalan itu akan tumuh rasa cinta akan alam
yang melahirkan kekaguman yang baik karena keindahan, kekuatan
maupun bentuk keanekaragaman kehidupan yang terdapat di
dalamnya
2) Pengenalan, pemahaman dan cinta alam ini mendorong anak
melakukan penelitian dan ekrperimen dalam mengeksplorasi alam,
sehingga menyadarkan dirinya akan sunnatullah dan kemampuan
menciptakan suatu bentuk baru dan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya.21
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi
lima unsur pokok, yaitu:Al-Quran, Aqidah, Syariah, Akhlak, dan Tarikh.
Adapun pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada
empat unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Quran. sedangkan pada
Sekolah Lenjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas
20

Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Ilam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),

h. 91-92
21

Ibid., h. 177

19

(SMA) disamping keempat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah
semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang
pada setiap satuan pendidikan.22

4.

Tujuan Pendidikan Agama Islam


Segala usaha yang dilakukan tentu mempunyai tujuan, sebab tujuan

merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selsesai
dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan atau
usaha. Demikian pula dengan proses pendidikan, tanpa adanya tujuan akan
menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya.
Pendidikan agama Islam adalah bagian integral daro pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional adalah No.20 Tahun 2003 sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan berkemangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang deokratis serta bertanggung jawab.23


Adapun tujuan Pendidikan Islam, dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam
buku Ilmu Pendidikan Islam II, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya
menjadi insane kamil dengan pola takwa, Insan kamil artinya manusia utuh rohani
dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena
taqwanya kepada Allah swt. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu
diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya
serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat
yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia
kini dan di akhirat nanti.24
22

Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),


Cet.4,h. 22-23
23
Departmen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
24
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet 2, h.
41

20

Sedangkan Zuhairani Mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan agama


(Islam) adalah membimbing anak agar mereka menjadi seorang muslim sejati,
beriman teguh, beramal shaleh serta berakhlak mulia dan berguna bagi
masyarakat.25
Tujuan Pendidikan Madrasah Pembangunan UIN jakarta adalah sebagai
berikut :
a. Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan
lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan
keunggulan komparatif.
b. Terwujudnya peserta didik yang memiliki keseimbangan antara kekuatan
jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial.
c. Terwujudnya kuriklum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman,
sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan
tetap berpijak pada keribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak.
d. Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai bidang
keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta
memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill), berkepribadian
pedagogis, dan berakhlak mulia.
e. Tersedianya tenaga kependidikan profesional yang daa melaksanakan tugasnya
didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas,
dan dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia.
f. Tersedianya sarana dan prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat
memberikan kesepatan kepada para peserta didik untuk dapat belajar seluasluasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.
g. Terwujudnya peserta didik yang mendiri yang mampu melakukan team work
melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.
Dari rumusan tujuan pendidikan agama Islam yang telah dikemukakan di
atas terlihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam mempunyai cakupan yang lebi
luas, yang pada akhirnya bertumpu pada penyerahan diri secara total hanya
kepada Allah SWT dan terbentuknya kepribadian yang dilandasi oleh nilai-nilai
islam yang disebut kepribadian muslim atau terbentuknya insan kamil sebagi
tujuan akhir dari pendidikan Agama Islam.

25

Zuhairani, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offest Printing,
1981), h.43

21

5.

Materi Agama Islam


Materi pendidikan agama Islam pada sekolah dasar, sekolah lanjutan

tingkat pertama, sekolah lanjutan atas, merupakan bagian integral dari program
pengajaran setiap jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional,
pendidikan Agama Isam diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Adapun materi pokok pendidikan Agama Islam dapat diklasifikasikan
menjadi lima aspek kajian, yaitu:
a. Aspek Al-Quran dan Hadits
Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al-Quran dan sekaligus
juga menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid
dan juga menjelaskan beberapa hadits Nabi Muhammad Saw.
b. Aspek keimanan atau aqidah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam
rukun iman dalam Islam.
c. Aspek akhlak
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat-sifat terpuji (akhlak karimah) yang
harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus dijauhi.
d. Aspek hukum Islam atau Syariah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan
masalah ibadah dan muamalah.
e. Aspek tarikh Islam
Dalam Aspek ini menjelaska sejarah perkembbangan (peradaban) Islam yang
bisa diambil anfaatnya untuk diterapkan di masa sekarang.26
B. Komponen Pendidikan Karakter
1.

Pengertian Pendidikan Karakter


Adapun kata karakter berasal dari Bahasa Latin Karakter, Kharassein,

Kharax, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia Karakter, Yunani


character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam
kamus poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,
nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku,

26

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertama dan Menengah,


Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama,
(Jakarta: 2004), h. 18

22

kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilainilai, dan pola-pola pemikiran.27
Menurut Suryanto28 karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang
menjadi cirri khas tiap indifidu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah
indifidu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat, hal ini sebagaimana dituturkan oleh Yaumi.29
Kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang
mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku
dan kebiasaan yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan,
oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara30 karakter itu terjadi karena perkembangan
dasar yang telah terkena pengaruh ajar. Yang dinamakan dasar yaitu bekal hidup
atau bakat anak yang berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi
satu dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata ajar diartikan
segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam kandungan ibu hingga
akil baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi
oleh kematangan berpikir. Jiwa anak yang baru lahir diumpamakan sehelai kertas
yang sudah ditulis dengan tulisan yang agak suram. Padahal pendidikan itu wajib
dan harus cakap menebalkan dan menerangkan tulisan-tulisan yang suram
mengenai tabiat-tabiat yang baik, sehingga tabiat yang tidak baik dapat tertutup
dan tidak terlihat karena tidak tumbuh terus.
Adapun pendidikan karakter didefenisikan oleh Hornby dan Parnwell,
1972: 49) yang mengatakan karakter adalah kualitas mental atau moral, nama atau
reputasi. Hermawan Kertajaya (2010: 3) mendefenisikan karakter adalah Ciri
27

Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya


Offest, 2011), h. 11
28
Suryanto, Urgensi Pendidikan Karakter, 201,(http://waskitamandiribk.wordpress.com).
Diunduh pada 19 Sepetember 2012.
29
Muhammad Yaumi, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui
Transdisiplinaritas, 2012, (http://www.bharatbhasha.com /education.php/208471). Diunduh 19
September 2012
30
Ki Hadjar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka, (Yogyakarta: Leutika, 2009).

23

khas yang dimiliki oleh suatu benda atau indifidu. Ciri khas tersebut adalah
asli dan mengakar pada kepribadian benda atau indifidu tersebut dan merupakan
mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan
merespons sesuatu.31
Selain Hornby dan Parnwell Ratna Megawangi juga Pendapat yang dikutip
oleh Dharma Kesuma dkk, bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Defenisi lainnya
diekmukakan oleh Fakry Gaffar yang dikutip oleh Dharma Kesuma: Sebuah
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian seseoran sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Dalam defenisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi
nilai-nilai, 2) ditumbuh kembangkan dalam keribadian, dan 3) menjadi satu dalam
perilaku.32
Untuk melengkapi pengertian tentang karakter ini akan dikemukakan juga
pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.33Sedangkan secara terminologis,
akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan
dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu
Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang
tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,
dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.34 (Rahmat Djatnika, 1996: 27).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal

31

Abdul Majid, op.cit., h.11


Dharma Kesuma,dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.5
33
Hamzah Yaqub. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar).
(Bandung: CV Diponegoro, 1998). Cet. IV, h. 11
34
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). (Jakarta: PustakaPanjimas,
1996), h. 27
32

24

yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan
Tuhannya,

dengan

dirinya,

dengan

sesama

manusia,

maupun

dengan

lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan


perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat.

2.

Ruang Lingkup Pendidikan Karakter


Pengembangan pendidikan karakter harus memiliki peruntukkan yang

jelas dalam usaha membangun moral dan karakter anak bangsa melalui kegiatan
pendidikan. Ruang lingkup pendidikan karakter berupa nilai-nilaai dasar etika dan
bentuk-bentuk karakter yang positif, selanjutnya menuntut kejelasan identifikai
karakter sebagai perwujudan perilaku bermoral. Pendidikan karakter tanpa
identifikasi karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir,
pertualangan tanpa peta.
Indonesia Heritage Foundation35 merumuskan Sembilan karakter dasar
yang menjadi tujuan pendidikan dalam pembentukan karakter, yaitu: 1) cinta
kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasing sayang, peduli, kerjasama, 6)
percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, 7) keadilan dan
kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
Sementara Character Counts mengidentifikasi bahwa karakter-karakter
yang menjadi pilar pengembangannya dalam pendidikan adalah: 1) dapat
dipercaya (trustwortthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respecftable), 3)
tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)
kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), 8) berani (courage), 9)
tekun (dilegence), 10) integritas (integrity).
Sedangkan 30 pakar pendidikan karakter dunia melalui deklarai Alpen
merekomendasikan
35

enam

karakter

utama,

yaitu

yang

dapat

dipercaya

Indonesia Heritage Foundation adalahh sebuah yayasan yang mempunyai visi


membangun bangsa berkarakter. Sampai saat ini IHF telah membangun lebih dari 300 sekolah
taman kanak-kanak alternative dengan nama Semai Benih Bangsa yang menerapkan model
pendidikan holistic berbasis karakter di berbagai daerah tanah air.

25

(trustworthy), yang meliputi sifat jujur (honest) dan integritas (integriti),


memperlakukan orang lain dengan hormat (resfect), bertanggung jawab
(responsibility), adil (fair), kasih sayang (caring), dan warga Negara yang baik
(good citizen).36

3.

Tujuan Pendidikan Karakter


Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat

seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad
Saw, sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga mengaskan bahwa misi
utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukkan
karakter yang baik (good character).37
Adapun tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukkan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan
karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannnya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yag dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah
tersebut di mata masyarakat luas.38
Kemudian Ary Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan
pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifatsifat mulia Allah, yaitu alAsma al-Husna. Sifat-sifat da nama-nama mulia Tuhan
inilah sumber inspirasi setiap karakter posisitif yang dapat di teladani dari nama36

Chararter Counts, Six Pillars dalam http://charactercounts.org/sixpillar.html diakses


pada 03 juli 2012
37
Abdul dan Dian, op.cit., h. 30
38
E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2011), h.9

26

nama Allah itu beliau merangkum 7 karakter dasar yaitu: jujur, tanggung jawab,
disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama.39

4.

Prinsip Pendidikan Karakter


Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak

dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,


pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Silabus
dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa.
a. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai
nilaibudaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya,
proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung
paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikanbudaya dan karakter
bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.40
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
sekolah;
mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsadilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan
kurikuler

dan

ekstrakurikuler.

Gambar

berikut

ini

memperlihatkan

pengembangan nilai-nilai melalui jalur-jalur itu:

39

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual,
(Jakarta: Arga, 2007), h. 90
40
Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta, 2010.

27

Mata Pelajaran

Nilai

Pengembangan Diri

Budaya Sekolah
Gambar 1. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangs
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata
pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai
berikut ini.
MP 1
MP 2
MP 3

NIlai

MP 4
MP 5
MP 6
MP N

Gambar 2. Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui


Setiap Mata Pelajaran.
c .Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa
materinilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilainilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika
mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata
pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan

28

jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan. Materipelajaran biasa digunakan


sebagai bahan atau media untukmengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa.
Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada,
tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses
belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat
bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.41
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai
budaya dan karakterbangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru.
Guru menerapkanprinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan

pesertadidik.

pendidikan

dilakukan

Prinsip

ini

dalamsuasana

juga

menyatakan

belajar

yang

bahwa

menimbulkan

proses
rasa

senang dan tidak indoktrinatif.


Diawali

dengan

perkenalan

terhadap

pengertian

nilai

yang

dikembangkanmaka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal


ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka
harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan
peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi,
dan

mengumpulkan

informasi

dari

sumber,

mengolah

informasi

yang

sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil


rekonstruksi atau

proses

pengembangan nilai,

menumbuhkan

nilai-nilai

budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar
yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
Karakter itu tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instant),
tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan sistematis.
Berdasarkan persfektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia,
41

Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah Kementerian


Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta, 2010.

29

pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan sejak


usia dini sampai dewasa. Setidaknya, berdasarkan peimikiran psikolog kohlberg
(1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed (1990), terdapat empat tahap
pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Tahap pembiasaan sebagai awal perkembangan karakter anak.
b. Tahap pemahaman dan penelaran terhadap nilai, sikap, perilaku, karakter
siswa.
c. Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakkan siswa dalam kenyataan
sehari-hari.
d. Tahap pemakmanaan suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian
terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka fahami dan lakukan dan
bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya
maupun orang lain.42
Character Education Quality Standards, merekomendasikan 11 prisnsip
untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebegai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar dan etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komperhensip supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif, untuk membangun
karakter.
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka
untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang
sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif penididikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru guru karakter,
dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.43
Dalam pandangan Islam Rasulullah adalah figur keteladanan yang dapat
dijadikan pelajaran oleh tenaga pengajar dalam menanamkan rasa keimanan dan
akhlak terhadap anak, yaitu:

42

Abduldan Dian, op.cit., h. 108


Ibid., h. 109

43

30

a. Fokus: ucapannya ringkas, langsung pada inti pmebicaraan tanpa ada kata yang
memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.
b. Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu cukup
kepada anak untuk menguasainya.
c. Repetisi senantiasa melakukan tiga kai pengulangan pada kaimat-kalimay
supaya dapat diingat dan dihafal.
d. Analogi langsun seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan
pohon kurma,, sehingga dapat memberikan motifasi hasrat ingin tahu, memuji
dan mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau
timbul kesadaran untuk merenung terus belajar tanpa dihinggapi perasaan
jemu.
e. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik.
f. Memperhatikan pertumubuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis
ilmu/ ilmu jiwa).
g. Menumbuhkan kreatifitas anak, dengan cara mengajukan pertanyaan,
kemudian mendapat jawaban dari anak yang dapat diajak bicara.
h. Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan lain sebagainya, tidak ekslusif/
terpisah seperti makan bersama mereka, berjuang ersama mereka.
i. Aplikatif: Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang
berbakat. Misalnya,setelah Mahdzurah menjalani pelatihan adzan dengan
sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah at-tarbiyah.44
5.

Metode Pendidikan Karakter


Doni A. Koesoema, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Q-Anees

dan Adang Hambali, mengajukan lima metode pendidikan karakter (dalam


penerapan lembaga di lembaga sekolah), yaitu: Pertama, Mengajarkan.
Pemahaman konseptual telah dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep nilai yang
kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan karakter terterntu. Mengajarkan
karakter berarti memberikan pemahaman pada peserta didik tentanf struktur nilai
tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan), dan masalahnya (bila tidak dilaksanakan).
Mengajarkan nilai memiliki dua faedah, pertama memberikan pengertian
konseptual baru, kedua menjadi pembanding atas pengetahuan yang telah dimiliki
oleh peserta didik. Karena itu, maka proses mengajarkan tidaklah menolong,
melainkan melibatkan peran peserta didik.
Kedua, Keteladanan. Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka
lihat. Keteladanan menempati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih
dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Guru adalah yang digugu dan
44

Ibid., h. 111

31

ditiru, peserta didik akan meniru apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang
dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah pepatah kuno memberi peringatan pada
para guru bahwa peserta didik akan meniru karakter negatif secara lebih ekstrem
ketimbang gurunya, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Keteladanan
tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang ada di
lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan
siapa pun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini,
pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling
mengajarkan karakter.
Ketiga, Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus
ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter dapat
menjadi jelas. Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus dan
karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan karakter
menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan
realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki beberapa
kewajiban. Pertama, menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada
peserta didik; kedua, semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus
memahami secara jernih apa nilai yang ingin ditekankan dalam lembaga
pendidikan karakter; ketiga, jika lembaga ingin menetapkan perilaku standar yang
menjadi ciri khas lembaga maka karakter standar itu harus dipahami oleh anak
didik, orang tua, dan masyarakat.
Keempat, Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah
penentuan prioritas karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas karakter
tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana
prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkup
pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.
Kelima, Refleksi. Refleksi berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang
telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum
dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi dapat juga disebut

32

sebagai proses bercermin, mematut-matutkan diri pada peristiwa/konsep yang


telah teralami.45

6.

Landasan Pedagogis Pendidikan karakter


Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena
peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu
akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini
terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang asing dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing
yang kebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai
dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke
lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal
yang dianut oleh umat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya
terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan tidak mengenal
dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan
terhadap pengaruh budaya luar bahkan cenderung untuk menerima budaya luar
tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena tidak
memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk melakukan pertimbangan (valueing).
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula
kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat
makro dan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta
didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara
bberpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma
45

Doni, op.cit., h. 212-217.

33

dan nilai ciri ke Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan
yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar mengatur
pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan
landasanyang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri sesorang
sebagai anggota masyarakat bangsa.46

7. Nilai-nilai Pendidikan Karakter


Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh
deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain
pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. adapun 18 nilai-nilai
pendidikan karakter didiskripsikan adalah sebagai berikut:

No Nilai
1.

Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan


ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

2.

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan


dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.

Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan


agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya.

4.

Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan


patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.

46

Kementerian Pendidikan Nasioanal dan Pengembangan Pusat Pendidikan, Pengembangan


Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: 2010). H.5

34

5.

Kerja Keras

Perilaku

yang

menunjukkan

upaya

sungguh-

sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar


dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
6.

Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan


caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7.

Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada


orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8.

Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai


samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9.

Rasa Ingin Tahu

Sikap

dan

tindakan

yang

selalu

berupaya

untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari


sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan

Cara

berpikir,

bertindak,

dan

berwawasan

yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di


atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara

berfikir,

bersikap,

dan

berbuat

yang

menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan


yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Mengahargai
Prestasi

Sikap

dan

tindakan

untukmenghasilkan
masyarakat,

dan

yang

sesuatu
mengakui,

mendorong
yang
serta

berguna

dirinya
bagi

menghormati

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat

Tindakan

yang

memperlihatkan

rasa

senang

berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.


14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan


oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.

35

15. Gemar
Membaca

Kebiasaan

menyediakan

waktu

untuk

membaca

berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi


dirinya.

16. Peduli
Lingkungan

Sikap

dan

tindakan

mencegahkerusakan

pada

yang

selalu

lingkungan

berupaya
alam

di

sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk


memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi


bantuanpada

orang

lain

dan

masyarakat

yang

membutuhkan.
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.47

47

Zubaedi, op.cit., h.74

36

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan adalah kajian atau reviewdari laporan hasilhasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang
diajukan peneliti. Kajian penelitian relevan sangat penting karena dapat
membantu penulis. Adapun kajian penelitian yag akan dibahas adalah penelitian
yang ada di UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadipeniruan.
1.

Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan Islam


Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7079 PAI t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad
Nur Hidayat. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitia yang menitik
beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini
adalah implementasi pendidikan karakter kurang difokuskan dan gradual/
cakupannya luas. Selain itu, pendidikan Islam yang difokuskan pada kajian teori
terlalu melebar. Dan analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah, hal ini
terlihat dengan halaman analisis hanya satu lembar dari 93 halaman.
2.

Konsep pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam


Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7400 PAI. t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Rumiyati.
Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan
pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah konsep
tidak dijelaskan secara mendetail. Bagi penulis, konsep sangat penting dijelaskan
bagian dari judul skripsi ini yag seharusnya menjadi fokus dari skripsi tersebut.
Adapun kekurangan yang lain adalah judul skripsi terlalu luas apalagi konsep
pendidikan karakter luas bila dijelaskan tanpa fokus dan jauh dari rumusan
masalah. Tapi kelebihannya ini adalah penelitan kualitatif dengan menitik
beratkan pada mata pelajaran pendidikan Islam.
3.

Hubungan antara pendidikan akhlak dalam pembentukan karakter siswa di


SMK al-Hidayah Cinere-Depok.
Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7641 PAI t dan skripsi tersebut ditulis Neneng Sri Suryanti.

37

Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian yang menitikberatkan pada
bagaimana hubungan pendidikan akhlak dapat membentuk karakter siswa. Jenis
penelitian ini yakni kuantitatif dengan hasil pembentukan karakter siswa sedang
atau ada korelasi antara pendidikan akhlak dengan pembentukan karakter siswa.
Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah deskripsi data kurang lengkap
terutama tidak ada uji normalitas dan reabilitas. Selain itu, pendidikan akhlak
yang difokuskan pada kajian teori terlalu meluas.
4.

Komunikasi sekelompok dalam membentuk karakter anak pada kelas Free


School di Harapan Ibu.
Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 2427KPI d. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Nurul
Fauziyah. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitianlapangan yang menitik
beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini
adalah komunikasi sekelompok dalam pembentukan karakter kurang detail. Selain
itu analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.
5.

Pembentukan Karakter melalui pembelajaran akidah akhlak (Studi di SMP alFajar Kedaung).
Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7850 PAI t dan ditulis oleh Maratuj Zakiyah. Kelebihan dari
skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan pada
pembelajaran akidah akhlak. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah
pembentukan pendidikan karakter pada kajian teori terlalu meluas. Dan
analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1.

Tempat Penelitian
Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini, Penulis melakukan penelitian secara langsung di Madrasah


Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek Dosen
UIN Jakarta.
2.

Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2012 hingga selesai pada

semeter ganjil tahun ajaran 2012.


Tabel 3.1
Waktu dan Kegiatan
Waktu

Keterangan Kegiatan
Observasi tentang sekolah: keadaaan

September 2012

guru dan siswa, sarana dan prasarana


sekolah.
Wawancara dengan kepala sekolah,

Oktober 2012

guru dan siswa.


November-Januari 2012

Penyelesaian penulisan laporan/skripsi

38

39

B. Setting atau Latar Penelitian


1.

Sejarah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta


Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di

Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan
Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung
Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan
batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali
dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari
Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI
Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tahun 1974, pertama kali
Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58
orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang.
Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal
inilah yang kemudian ditetapkan sebagai

"Hari Kelahiran"

Madrasah

Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka
kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al
Hidayah sebagai penyedia lahan.Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah
Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan
Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah
Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.1

h. 1

Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,

40

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai Madrasah


Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan
Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan
tersebut, kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji
coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alquran
Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai
dengan tahun 1985.
Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan
pengelolaan

Madrasah

Pembangunan

dilipahkan

kepada

Yayasan

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai 'madrasah laboratorium' dilaksanakan


bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tahun
Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka tingkat Aliyah. Siswa
yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22
perempuan. setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah
dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran
1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun
1996/1997, sebanyak 31 orang siswa terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN
Jakarta.
Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002
Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.Tahun Pelajaran 2006/2007 atas
dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan
masyarakat, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat
Aliyan. Jumlah siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2
rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A kategori
Sangat Memuaskan.2
2

h. 2

Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,

41

Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Pembangunan


UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil
Departemen

Agama

Provinsi

DKI

Jakarta

dengan

nomor:

Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
Sebagai langkah awal, pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai
rintisan bilingual program secara intens dievaluasi dan disempurnakan. Pada aspek
manajemen Madarsah Pembangunan UIN Jakarta Mengimplementasikan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh Sertifikat ISO 9001 : 2008 No.
QSC: 00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidikan (MI, MTs
dan MA).3

2.

Profil Madrasah Pembangunan UIN Jakarta


a.

Visi
Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan
terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan,
dengan mengapresiasi potensi peserta didik serta perkembangan era
global.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan komparatif.
2) Melakukan
pembinaan
kesehatan
fisik
sehingga terbentuk
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan
jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas,
kuat dan sehat;
3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan
globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia;
4) Melakukan
pembinaan
tenaga
pendidik
sebagai
tenaga
professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar,
kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak
mulia;
5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional, yang
menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang
tinggi, serta kepribadaian yang Islami.
6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar
mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para peserta
3

Panduan peserta didik Tahun pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Madrasah Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah, 2012). h. 1

42

didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga


madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.
7) Melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui berbagai
aktifitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.4
3.

Kurikulum Madrasah Pembangunan UIN Jakarta


Kurikulum Madrasah Pembangunan UIN Jakarta adalah Kurikulum

Departemen Agama yang dipadukan dengan Kurikulum Departemen Pendidikan


Nasional dan dioleh sesuai dengan visi dan misi Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta. Dengan demikian, siswa MP UIN Jakarta akan mendapatkan porsi
pendidikan agama seperti siswa madrasah (Depag) dan mendapatkan pelajaran
umum seperti siswa sekolah umum (Depdiknas).
Dengan penerapan dua kurikulum yang dikombinasi dan dimodifikasi itulah
diharapkan lulusan MP UIN Jakarta akan mendapatkan ilmu pengetahuan umum
yang berimbang dengan keimanan dan ketaqwaan (menguasai ilmu pengetahuan
yang luas sekaligus dekat kepada Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa).Program
penanaman dan pemantapan nilai-nilai keagamaan sejak dini kepada siswa
senantiasa terus ditingkatkan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara-cara antara
lain: membaca do'a dan ayat-ayat suci Alquran pada awal jam pelajaran pertama,
shalat Dhuha, shalat berjama'ah, dan praktek-praktek ibadah lainnya. Diharapkan
anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan ibadah sehingga ibadah tidak
lagi menjadi beban, tetapi akan menjadi satu kebutuhan.
Dalam rangka pengembangan bakat dan minat serta mempersiapkan siswa
dalam menghadapi perkemabangan zaman yang santer dengan arus globalisasi,
maka

diadakan

kegiatan

ekstrakurikuler

sebagai

wadah

penyalurannya.

Keterampilan mengoperasikan komputer, penelitian, kepemimpinan, jurnalistik,


sosial kemasyarakatan, olah raga, seni, dan kegiatan positif lain yang dapat
dijadikan bekal dalam jenjang selanjutnya menjadi target terselenggaranya kegiatan
ekstrakurikuler. Siswa diberi kebebasan untuk memilih dan mengikuti sedikitnya
satu dari sekian banyak kegiatan ekstrakurikuler.5

Ibid., h. 4
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/134/128/

43

Sruktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta6


Jam Tatap Muka
Kelas VII

No Komponen

Depag
A

Mata Pelajaran

1.

Pendidikan Agama Islam

MP

Kelas VIII
Depag

MP

Kelas IX
Depag

MP

a. Quran Hadits

b. Aqidah Akhlak

c. Fiqih

d. Sejarah Keb. Islam

2.

Pend. Kewarnegaraan

3.

Bahasa Indonesia

4.

Bahasa Arab

5.

Bahasa Inggris

6.

Matematika

7.

Ilmu Pengetahuan Alam

8.

Ilmu Pengetahuan Sosial

9.

Seni Budaya

10. Penjaskes

11. Komputer

PKLJ

Pengembangan Diri

2*)

3*)

3*)

3*)

40

41

41

41

B.

C.

Muatan Lokal

Panduan Peserta Didik,. h.27

44

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangangkan metode kerja yang
paling efesien, maknanya peneliti mengadakan telaah secara mendalam tentang
suatu kasus, kesimpulan hanya berlaku atau terbatas pada kasus tertentu saja.7
Pendekatan

kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemhaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran komplit, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami.8
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat. Meotode deskriptif juga banyak dilakukan oleh
para peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengalaman empiris didapat
bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.
Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi
permasalahan yang berkaitan bidang pendidikan maupun tingkah laku
manusia.9

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data


Studi lapangan yaitu dengan melakukan penelistian langsung di lapangan
pada obyek yang diteliti, mengumpulkan, menyeleksi, dan menganalisis data yang
tersedia di lapangan, melalui:
Gambar 3.1

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: GP Press, 2009), h. 54.


Ibid., h. 11.
9
Ibid., h. 157.
8

45

1.

Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data
apabila: Pertama, sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, direncanakan dan dicatat
secara sistematis. Dan ketiga, dapat dikontrol keandalannya dan kesahihannya.10
Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut
pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi
ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucap, bagaimana teori
digunakan langsung dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil
lewat wawancara atau survai.11
Keuntungan cara observasi ini adalah
a) Dapat menjaring data secara intensif
b) Analisis dan pengujian kembali
c) Diperoleh gambaran data yang menyeluruh dan lebih akurat
d) Dapat dilakukan swsudah wancara dan angket
e) Objektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan.
Sedangkan kelemahan dari cara observasi ini adalah
a) Dalam kondisi tertentu
b) Observasi memerlukan biaya yang sangat besar
c) Sulit dijangkau
d) Serta bergantung pada tempat dan lokasi.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi.12
Adapun peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap 7 aspek
karakter yakni sebagai berikut:
10
11

Amirul Hadi dan Haryono, op.cit., h. 94.


A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Kiblat Buku Utama, 2003), Cet. II,

h. 154.
12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, (Jakarta: PT Asdi


Mahasatya, 2006), Cet. XIII, h. 229

46

Table 3.8
No
1
2
3
4
5
6
7

Aspek Penilaian
Aspek religius siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengucapkan salam,
membaca doa ketika mulai pelajaran.
Aspek jujur siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak menyontek ketika
ujian, berani mengakui kesalahan
Aspek tanggung Jawab siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengerjakan
PR di rumah, memakai atribut sekolah dengan lengkap.
Aspek toleransi siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak ribut pada saat
pembelajaran, menghargai pendapat teman.
Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi: masuk kelas tepat
waktu, tidak bolos ketika jam pelajaran.
Aspek peduli lingkungan siswa di lingkungan sekolah, meliputi:
membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak taman.
Aspek gemar membaca siswa di lingkungan sekolah, meliputi: membaca
buku diperpustakaan, membaca buku sebelum jam pelajarn dimulai.
Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi

lapangan, mengenai gambaran umum dan permasalahan yang ada sehingga


mempermudah dalam penelitian ini.
2.

Wawancara
Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua orang pihak, yaitu pewawancara yakni orang yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai, yakni yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13
Teknik wawancara banyak digunakan dalam penelitian karena mempunyai
beberapa keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh instrumen
penelitian lainnnya. Beberapa keunggualan itu termasuk: a. Penelitian
memperoleh rata-rata jawaban yang relatif tinggi dari responden. b. Peneliti
dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami
kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan pertanyaan. c. Peneliti
dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati
reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses
wawancara. d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat
diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi. Informasi tersebut
misalnya, jawaban yang sifatnya peribadi.14

13

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remja Rosda Karya,


2010), Cet. XXIX, h. 135.
14
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. VIII,
h. 79-80.

47

3.

Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau faribel

yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.15 Dokumen dilakukan untuk mengumpulkan
data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian
ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan
penelitian tersebut.16
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit,
dalam arti apabila ada kekliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah,
dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.17
Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang
dimaksud adalah dokumen pribadi resmi, referensi-referensi, foto-foto, rekaman
kaset, data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Dalam penelitian
kualitatif studi dokumentasi, peneliti dapat mencari dan mengumpulkan data-data
teks atau image.
Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau
informai dari berbagai sumber penulis atau dari dokumen yang ada pada informan.
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung teknik orservasi
dan wawancara. sudi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan
maalah yang diteliti untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung
menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.18
Adapun jenis dokumen yang berkenaan dengan studi dokumentasi adalah
sebagai berikut:
1. Dokumen peribadi dan buku harian
2. Surat pribadi
15
16

Suharsimi Arikunto, Loc.it., h. 231


Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

134.
17
18

134.

Ibid., h. 231
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

48

3. Autografi
4. Dokumen resmi
5. Fotografi
6. Data statistik.19
Dokumen yang relevan kemudian dianalisis isinya dengan memriksa
dokumen secara sistimatis dan objektif. Guba dam Lincoln (1981) menyatakan
beberapa prinsip kajian isi, sebagai berikut:
1). Kajian isi harus melalui proses mengikuti aturan
2). Kajian isi harus melalui proses sistimatis
3). Kajian isi merupakan proses mengarahkan untuk generalisasi
4). Kajian isi harus memperoleh isi yang termanifestasi kan
5). Kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif maupun kualitatif.20
Dalam hal ini dokumentasi yang peneliti mengambil kegiatan sisswa dan
siswi MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA. Data dokumentasi bisa berupa
foto, gambar, absensi, catatan keluar dan masuk sekolah,
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data
Dalam pemeriksaan atau pengecekan data ini peneliti menggunakan
triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yng
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triagulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.21 Pada penelitian ini, penulis
membandingkan data yang diperoleh dari observasi, hasil wawancara, dan
dokumentasi beberapa siswa dan guru dalam rangka membantu peneliti dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Melalui pengecekan
tersebut ternyata data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan
pernyataan beberapa sumber yang diwawancarai.

F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah milah data menjadi
19
20

Lexy, Loc.it., h. 216


Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

135.
21

Lexy, Loc.it., h. 3

49

satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan


pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain.22 Proses analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang
diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang
telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang
mudah difahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.
Adapun Miles dan Hubergman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus
samapai tuntas, sehingga datanya menjadi jenuh. Aktivitas dalam analisis data
yaitu reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Teknik analisi
data yang digunakan penelitian terdapat langkah-langkah analisis sebagi berikut:
Gambar 3.2
Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions:
drawing/verification
n

1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang ada yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan. Semua
data merupakan hasil data mentah yang diperoleh peneliti. Semua data merupakan
hasil data mentah yang di peroleh peneliti.
2. Reduksi Data
Proses analisi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah dipelajari
dan dicermati, peneliti memilih data yang paling penting, membuat kategori, dan
membuang yang tidak terpakai. Langkah ini merupakan proses penyeleksian,
penyerdahanaan dan mmfokuskan data yang diperoleh peneliti.

22

Ibid., h. 29

50

3. Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya mendisplaykan data.
Penyajiannya dengan uraian singkat, bagan, tabel, gambar yang ada hubungan
anatar kategori dengan naratif.
4. Penarikan Kesimpulan
Setelah reduksi dan data telah disajikan, maka langkah terakhir adalah
menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisis ini menggunakan ketiga komponen
yang tersedia observasi, wawancara dan dokumentasi.23

23

Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2009), h.247

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Sekolah
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta berlokasi di Jalan
Ibnu Tamia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah. MTs Pembangunan UIN adalah
sekolah respresentatif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Madrasah ini dibangun pada awa tahun 1977 dibawah nauangan
UIN Syarif Hiodayatullah Jakarta. Sedangkan pembangunan gedung Madrasah
dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Prof. H.M. Toha Yahya
Omar (alm). Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak
awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya
adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, MTs Pembangunan UIN Jakarta
ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
Adapun siswa MTs tingkatan pertama berjumlah 19 orang. Sedangkan jumlah
siswa tiap tahunnya bertambah, sehingga MTs Pembangunan menjadi sekolah favorit.
Gedungnya terdiri dari tiga lantai, yang terdiri dari 38 ruangan yakni 24 ruang kelas 1
ruang guru 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 2 ruang gudang, 1 ruang laboratorium
8 ruang kamar mandi dan wc. Ruang kelas berukuran 4x4 meter.
Jumlah siswa yang ada di MTS Pembangunan 762 yang terdiri dari kelas 1
berjumlah 259, kelas 253, kelas 3 berjumlah 250. Hampir semua siswa yang berada di
51

52

MTs adalah hasil dari seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya kompetitif (punya
daya saing yang tinggi). Rata-rata siswa yang masuk di MTs Pembangunan 30%
berasal dari MI Pembangunan dan 70% dari luar. Para siswa MTs adaah rata-rata siswa
yang mempunyai prestasi akademik yang bagus sehingga tidak mengherankan daya
saing mereka lebih tinggi. Hal ini dilihat dari nilai siswa satu dengan yang lainnya
tidak berbeda jauh. Sehingga membuat sekolah ini diminati oleh berbagai kalangan
dan orang tua.
Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal
September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya
adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Deskripsi Guru
Guru pengajar di Madrasah Pembangunan lulusan S1 dari jurusan ilmu
kependidikan keguruan/tarbiyah. Rata-rata guru-guru berasal dari tamatan UIN Jakarta
40%, dari UNJ 18%, sedangkan 52% berasal dari UHAMKA, UNAD, IKIP, UPI, IPB,
UNPAD, dan UNES. Dengan modal kependidikan keguruan, tidak mengherankan
mereka memiliki sifat-sifat pendidik yang mampu menggali potensi peserta didik
secara optimal. Adapun daya saing guru menjadi tinggi dilihat dari seleksi penerimaan
guru yang ketat dan keluaran dari Universitas yang mempunyai kredibilitas tingi.
Jumlah guru yang ada di MTs Pembangunan 40 orang. Adapun tugas wali
kelas dibebankan kepada guru yang terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan
Madrasah Pembangunan UIN. Tugas utama para guru adalah mendidik dan
mengarahkan siswa pada niai-nilai karakter yang ada pada tujuan pembelajaran.
Disamping itu guru pengajar siswa bertanggung jawab atas pengamalan-pengamalan
nilai-nilai karakter siswa yang ada disekolah.

3. Deskripsi Siswa-Siswa MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA


Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap kelas VIII. Adapun Rincian Siswa
kelas VIII di MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA yakni sebagai berikut:

53

Tabel 4.1
No

Kelas

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

VIII A

15

17

32

VIII B

16

16

32

VIII C

15

16

31

VIII D

16

15

31

VIII E

15

16

31

VIII F

16

16

32

VIII G

15

17

32

VIII H

14

18

32

B. PEMBAHASAN
Mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta. Hal itu relevan, apalagi menginggat Madrasah Pembangunan UIN (MP UIN)
adalah sekolah bercorak Islam dengan sejumlah mata pelajaran agama Islam seperti
aqidah akhlak, al-quran hadis, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, dsbnya.
Kurikulum yang menekankan pada karakter siswa sejalan dengan proses
pembelajaran PAI. Hal itu dapat dibuktikan dengan perilaku siswa yang baik dan
positif. Tentunya karakter yang ditonjolkan pada MTs Pembangunan UIN adalah
karakter Islam. Maka pendidikan karakter yang diterapkan mengaju pada nilai-nilai
Islam. Oleh karena itu, dalam menciptakan pendidikan karakter tentulah harus ada
program. Apalagi, pendidikan karekter secara teoritis masih dibilang baru dan
membutuhkan konsistensi dari guru sebagai pendidik. Para guru harus membuat
formula jelas agar hasil pendidikan karakter terlihat dan terimplementasi dengan baik.
Maka dalam pengukurannya pendidikan karakter dilihat dalam bentuk sikap mereka
sehari-hari ketika di Sekolah, pengamatan guru dan laporan orang tua murid.

54

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu


metode penelitian yang berusaha membuat deskriptif dari fenomena yang diselidiki
dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut
secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan.
Sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu teknik observasi, dokumentasi
dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII dan guru PAI
yakni guru akidah akhlak yang berjumlah 2 orang.
Pembinaan karakter harus dilakukan dengan orangorang yang terdekat dengan
sisswa yakni orang tua, guru yang di hormati, teman dekat, dan lainnya. Dalam
pergaulan siswa di sekolah siswa bisa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin baik dalam kelas
maupun organisasi. Sebagai pemimpindan guru yang diberi kepercayaan oleh orang
tua murid, maka guru perlu menghiasi dengan akhlak yang mulia. Karena itu,
pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia, seperti memiliki kemampuan, berilmu
pengetahuan agar urusan ditangani secara profesional, memiliki keberanian dan
kejujuran, lapang dada, penyantun, serta tekun dan sabar. Dari bekal sikap inilah
pemimpin akan dapat melaksanakan tugas dengan amanah dan adil, melayani dan
melindungi siswa, dan bertanggung jawab serta membelajarkan siswa dengan karakter
kuat. Sedangkan sebagai orang tua mempunyai berkewajiban patuh terhadap kebijakan
program-program sekolah yang dicanangkan oleh sekolah, memberi nasihat kepada
pemimpin jika ada tanda-tanda penyimpangan. Di samping itu, pembinaan akhlak juga
harus dilakukan masyarat atau teman dekat siswa atau lebih memberikan kepekaan
terhadap makhluk lain, seperti dengan binatang, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya.
Akhlak yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi,
yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan
fungsinya.
Adapun pembudayaan karakter mulia perlu dilakukan demi terwujudnya
karakter mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan. Budaya atau
kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain, berperan penting
dalam membangun karakter mulia di kalangan MTs dan para karyawannya. Karena itu,
lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan
karakter (pendidikan moral) bagi para peserta didik yang didukung dengan

55

membangun lingkungan yang kondusif baik di lingkungan kelas, sekolah, tempat


tinggal peserta didik, dan di tengah-tengah masyarakat. Untuk merealisasikan karakter
mulia sangat perlu dibangun budaya atau kultur yang dapat mempercepat terwujudnya
karakter yang diharapkan. Kultur merupakan budaya yang dapat dibentuk dan
dikembangkan oleh siapa pun dan di mana pun. Sehingga kultur sifatanya fleksibel
sesuai dengan kondisi masyarakat yang
Pemerintah

Indonesia,

melalui

Kementerian

Pendidikan

Nasional,

mencanangkan pendidikan karakter bangsa mulai tahun 2010 dengan bertitik tolak
pada empat nilai utama, yaitu kejujuran (jujur), ketangguhan (tangguh), kepedulian
(peduli), dan kecerdasan (cerdas). Dari empat nilai utama ini, masing-masing lembaga
pendidikan. Dari sekian banyak nilai-nilai yang dimunculkan, akhirnya terpilih 7 nilai
target, yang dicanangkan oleh MTs Pembangunan UIN Jakarta yaitu:
1.Ketaatan beribadah (religius), yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya.
2.Kejujuran, yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatannya.
3.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara, maupun Tuhan YME.
4.Kedisiplinan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban terhadap
berbagai ketentuan dan peraturan.
5.Kepedulian terhadap lingkungan, yakni sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan suatu perbuatan atas dasar cinta dan perhatian kepada orang lain maupun
kepada lingkungan dan proses yang terjadi di sekitarnya.
6.Toleransi yakni sikap yang berasal empati merupakan inti emosi moral yang
membantu anak memahami perasaanorang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi
peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang
yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih
sayang. Dengan toleransi, siswa akan memperlakukan orang lain dengan baik dan
penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai
orang-orang berdasarkan karakter mereka.

56

7.Gemar Membaca, yakni sikap dan perilaku yang mencintai ilmu pengetahuan dan
menghasilkan sikap dan perilaku yang berusaha untuk menemukan kesalahan atau
kelemahan maupun kelebihan dari suatu perbuatan.
Ketujuh nilai ini diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran
dan juga dibudayakan melalui pengembangan kultur madrasah. Adapun hasil dari
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur di
MTs Pembangunaan UIN Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Ada beberapa terdapat jawaban yang keliru, terlalu
singkat dan sederhana, dari setiap item pertanyaan yang penulis ajukan mulai dari
definisi, nilai-nilai karakter yang diterapkan, program sekolah serta respon orang tua
terhadap pendidikan agama Islam berbasis karakter. Akan tetapi jawaban tersebut tidak
mengurangi dari tujuan wawancara yakni mendapatkan implementasi pendidikan
agama Islam berbasis karakter terutama dalam pembelajaran akidah akhlak. Meskipun
secara essensial semua mata pelajaran mengandung nilai-nilai karakter yang ingin
diterapkan. Berikut deskripsi data pendidikan karakter yang peneliti bagi menjadi 7
aspek yakni sebagai berikut:
1. Aspek Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain1.
Aspek religius merupakan salah satu satu upaya yang bisa dilakukan adalah
pembinaan karakter siswa melalui proses pembelajaran di kelas dan juga membangun
lingkungan yang kondusif di luar kelas dalam pemahaman terhadap keagamaan
terutama terhadap keyakinan terhadap ajaran agama Islam. Religius disini adalah
dinilai dari bentuk ketaaatan beribadah dan sikap serta perilaku siswa yang
mencerminkan nilai religius.
Aspek religius siswa tidak hanya terlihat dari sikap yang seolah-olah hanya
diidentikkan dengan rajin beribadah. Meskipun rajin ibadah, bisa menjadi salah satu
indikator religius. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya cara mengukur religius
siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi dengan observasi yang ada,
1

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum,


Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah, (Jakarta: Kemendiknas,
2010), hal. 9.

57

kemudian di cek dengan wawancara kepada wali kelas atau guru agama Islam (akidah
akhlak, al-quran hadis, fikih, sejarah kebudayaan Islam dan sebagainya). Selain kedua
data tersebut diperkuat dengan dokumentasi yang ada sepperti buku kegiatan ibadah.
Dari pengamatan ada hari pertama sudah ada seperti hari senin-rabu ada shalat dhuha
jamaah, penghafalan doa an surat-surat al-quran, shalat jumat dan keputrian yakni
belajar dakwah. Dalam hal ini ada pengimplementasian karakter religius yang terlihat
dari program-program penamaman karakter yang dijadwalkan secara rutinitas.
Bapak Kepala Sekolah MTs. Pembangunan menuturkan bahwa setiap
pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari
jumat, kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru PAI menyalami
anak, lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan HC
(hibitual curiculum) yaitu hari senin sampai dengan hari rabu jam
07.00-07.40, isinya itu adalah baca Al-Quran sesuai dengan program
yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah baca alquran ada hafalan doa-doa, kultum, dan biasanya hari ntertentu
ditutup dengan asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa
diakhir belajar,bisa satu minggu sekali, dan doa-doa tadi, ada khusus
nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai dimana anak itu sudah
hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas 9 baru
diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek,
disamping HC, setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan
uang jajannya, jadi uang jajan itu semampu dia itu namanya TAS
(tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan untuk beasiswa
bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya
disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20
juta ke atas. disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada
shalat duha, shalat duha itu wajib, karna program sekolah, dan
disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar berjamaah, tidak boleh
pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkan keputrian,
artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa
dibahasakan oleh bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya
bapak-bapak sudah tau2.
Dari program yang dicanangkan sekolah, implementasi karakter religius siswa
terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari program-program peningkatan pemahaman
keagamaan dilakukan oleh siswa-siswi MTs dengan baik. Apalagi dipantau dengan
buku dan guru Agama Islam serta dijadwalkan secara rutin. Untuk mendukung data,
peneliti melakukan wawancara kepada siswa dan siswi yang terbilang cukup rajin
dalam melakukan aktifitas ibadah di sekolah.
2

Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013

58

Wawancara pertama yakni siswa lai-laki. Dia termasuk aggota Rohani Islam
(ROHIS) yang aktif dalam menyelengggarakan kegiatan dalam meningkatan
pemahaman terhadap keagamaan Islam. Peneliti menanyakan bagaimana dia Ketika
hal ini ditanyakan dengan sedikit malu-malu dan memberikan pengakuan bahwa itu
tidak terlepas dari tradisi. Sehingga akhirnya peneliti melakukan wawancara secara
tertulis. Namun dari hasil pengamatan subjek bisa dikatakan adalah selain dari
pembawaan anak itu pendiam, orang tua juga berperan dalam sikapnya. Menurut dia,
orangtua jarang mengajaknya berbicara banyak, mereka lebih mencontohkan atau
berperilaku. Ketika peneliti melihat dan mengamati hari pertama, karena dia duduk
dibelakang dia hanya duduk tenang dan tanpa aktifitas yang berarti. Sehinggga peneliti
kesulitan dalam menganalisis sika dia dalam pengimplemantasi pendidikan karakter.
Peneliti perlu melihat anak tersebut lebih dekat, karena dia tidak mau berbicara dan
menyukai menggunakan bahasa verbal. Namun ada hal yang menarik ketika istirahat
sekolah dia memilih untuk ke masjid sekolah dan melakukan shalat dhuha dan
sebelumnya melakukan shalat tahyatul masjid. Dia menghabiskan istirahatnya di
Masjid. Bahkan ketika peneliti melihat dari luar masjid, dia membaca al-Quran. Dari
segi penampilan yakni pakaian tidak ketat bahkan terlihat muslimah. Selain itu, guru
dan wali kelas juga memberikan pernyataan yang sama bahwa dia juga termasuk siswi
yang rajin ibadah. Selain itu tingkat religius terlihat dari sikap dia dikelas dengan
bertutur kata lembut, sabar, dan suka menolaong. Itu semua adalah indikator yang
dapat dikatakan memiliki tingkat religius yang tinggi. Dengan demikian peneliti
melihat bahwa anak ini memiliki tingkat religius yang baik.
Gambar 4.1 Religius

59

2. Aspek Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan3.
selama ini bagaimana peran guru pai dalam menanamkan nilai-nilai karakter
tentang kejujuran, ya memang selama disini kita sealalu menekankan pada anakanak. Pertama memberi dsamping itu kalau toh mereka menemukan uang itu harus
mengembalikan setidak-tidaknya diberikan kepada wali kelasnya, tapi biasanya
anak-anak disini kalau menemukan uang pasti dia memberikan pada guru-gurunya
karna disini tidak ada yang mencuri atau memeras temannya jarang terjadi, kalu
toh ada pasti itu suatu keanehan tapi kemungkinan tetap pasti ada, karna sesuatu itu
tidak mungkin 100%, tetap ada kekurangan kemungkinan 1%, itu biasanya
penyebabnya karna broken home, karna kalau dirumah tidak beres tidak mungkin
guru disekolah bisa membereskannya karna itu susah karna model itu ada dirumah,
contohnya: ibunya selingkuh lalu anaknya tinggal sama bapaknya itu susah itu,
karna tidak hanya menyangkut guru agama saja harus menyangkut psikologi juga
karna kita tidak bisa deteksi agama saja, harus kerjasama dengan guru BP dan guru
psikologi, baru kita anak itu bisa teratasi, itu yang saya bilang 1% tadi. Diantara
260 siswa ada satu atau dua siswa yang bermasalah.4

Dalam aspek kejujuran, peneliti mengobservasi sikap mereka ketika


menghadapi ujian. Ada sikap siswa yang kurang stabil dan percaya diri. Hal ini terlihat
dari sikap dia ketika ujian menoleh kanan dan kiri, bahkan terkadang tampak ketakutan
serta mengigit bibirnya. Meskipun demikian, anak ini tidak mencontek dari buku atau
lembar jawaban temannya. Peneliti melihat hal ini, dikarenakan kurang percaya diri
dengan jawaban yang ditulis. Namun sikapnya yang seperti itu, dianggap ingin
mencontek. Akan tetapi peneliti melihat dia tidak mencontek sampai ujian berakhir.
Selain itu, ketika di wawancara, dia mengakui tidak pintar, namun mau berusaha
dengan kemampuan yang dimiliki. Meskipun siswa tersebut mampu menyelesaikan
tugas dengan baik dan cepat. Namun, peneliti melihat dari karakter dan sikap dia
ketika ujian cukup baik. Dengan keterbatasannya ia tidak mencontek, hal ini perlu
diapresiasi. Dan ini sebuah karakter yang unik yakni tetap jujur, meskipun nilai dia
hanya terbatas pada KKM.
Namun dari pengamatan minggu berikutnya, peneliti sedang dilakukan ujian
harian untuk menghadapi ujian mid semester. Anak ini stabil dan berkepribadian teguh
pendirian dan tanggung jawab dengan tugasnya sebagai ketua kelas. Dia membagikan

Ibid., hal. 9
Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013
4

60

lembar kertas soal dan jawaban. Selain itu, peneliti melihat dia tidak tengok kanan dan
kiri atau melihat buku maupun contekan. Setelah selesai ujian, peneliti menanyakan
sikap dia dalam ujian. Jawaban dari anak tersebut cukup dewasa dengan mengatakan
tidak mencontek, karena apa arti nilai bagus yang didapat dari sebuah ketidak jujuran.
Semua tidak akan memberi manfaat apapun, sekalipun nilainya menjadi bagus.
Walaupun terkadang dia kesal melihat ada temanya yang berbuat curang mendapat
nilai yang bagus dan tidak ketahuan. Namun dia secara diam-diam memberikan
informasi yang diketahuinya. Hal itu, diakuinya bukan untuk mendapatkan pujian dari
guru, namun terlebih menurut dia kejujuran dalam bentuk apapun akan bermanfaat
baginya meskipun terkadang dia menerima perlakuan dari teman-teman dengan sikap
yang kurang baik. Hal ini bagi peneliti merupakan bagian ini dari implementasi
pendidikan karakter yang dibentuk dari keluarga dan diperkuat oleh sekolah.
Namun adapula sikap siswa lain ketika ujian harian yang sedang berlangsung.
Anak ini stabil dan penuh percaya diri. Hal ini terlihat dari sikap dia ketika ujian tidak
menoleh kanan dan kiri, bahkan terkadang tampak santai dalam pengerjaannya.
Meskipun demikian, anak ini tidak mencontek dari buku atau lembar jawaban
temannya. Peneliti melihat hal ini, dikarenakan percaya diri dengan jawaban yang
ditulis. Selain itu dia tampaknya tidak mau menujukan kecepatannya menjawab soal.
Akan tetapi peneliti meihat dia tidak mencontek sampai ujian berakhir. Selain itu, hal
itu juga dipercaya oleh dengan otak yang di atas rata-rata, dia mampu menyelesaikan
tugas dengan baik. Namun, peneliti melihat dari karakter dan sikap dia ketika ujian
cukup baik. Karena dia sempat menjaili temannya menyembunyikan alat-alat tulis
teman sampingnya. Dan ini sebuah karakter yang unik yakni tetap jujur, meskipun
demikian nilai dia tetap bagus.
Berdasarkan data dan observasi yang dikumpulkan peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat kejujuran siswa dalam kejujuran mendapat respon yang beragam.
Karena kejujuran adalah aspek yang sulit untuk diukur. Namun kejujuran akan nampak
pada perilaku mereka yang tidak di buat-buat. Secara alamiah kejujuran akan tampak,
meskipun sulit untuk dicari perbedaan anatara yang berkata jujur dan berbohong.
Namun, ada cara yang cukup bagus, yakni melihat raut wajah, seseorang yang berlaku
tidak jujur atau curang seperti mencontek, memanipulasi nilai, dan sebagainya. Secara
ekspresi muka meskipun dibuat secara setenang mungkin, akan terlihat ketidak

61

jujurannya. Apalagi bila siswa mendapatkan nilai bagus dari hasil tugas individu,
kelompok maupun ulangan. Namun ketika di uji secara lisan, akan terlihat sejauh mana
kemampuan siswa itu berada. Adapun siswa yang jujur, meskipun ketika ditanya
merasa takut, tetapi jika siswa tersebut jujur, akan terlihat dari sikap yang tidak
membenarkan segala cara untuk berbohong. Hal itu mungkin terjadi, karena kadang
keterbukaan dan kejujuran kepada orang tua, guru, teman sulit diterapkan karena faktor
kebiasaan. Atau juga bisa dikarenakan secara psikologis anak pendiam, takut dan
sebagainya. Tetapi karena pembahasan angket ini tidak masuk dalam ranah psikologi,
karena hanya ditekankan implementasi karakter yang dianalisis dari hasil angket.
Sehingga dari tabel di atas menunjukan rata-rata siswa berkata jujur masih setengahsetengah. Dengan kata lain masih perlu pembinaan dan pembiasaan kejujuran serta
dukungan untuk berkata jujur dalam keadaan apapaun. Adapun implementasi karakter
kejujuran dapat terlihat berjalan cukup baik dan perlu perbaikan.

3. Aspek Kedisplinan
Kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan5.
Di lihat dari hasil pengamatan dan observasi ada sebuah kasus siswa yang aktif
baik di dalam maupun diluar kelas. Interaksi dengan teman-temannya dilakukan
dimanapun, sehingga dia mempunyai teman yang banyak. Selain itu, siswi ini,
termasuk orang yang selalu konsisten dalam prestasinya yakni rangking 1 (satu).
Secara psikologis, dia terlihat lebih percaya diri. Setelah dilakukan observasi, peneliti
menganalisis bahwa keaktifan dia kadang-kadang berlebihan dan tidak terkontrol baik
dari segi ucapan maupun sikapnya. Sehingga kadang-kadang ada sedikit kegaduhan
yang tercipta. Semisal dia mudah melontarkan kata-kata yang berlebihan dan
menggunakan bahasa gaul, bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Meskipun
terkesan sepele, namun bagi peneliti hal ini menjadi kekurangan dia terhadap
kepedulian teman-teman yang kosentrasi pada mata pelajaran tersebut. Selain itu
pemikiran dan gagasan/ ide yang dilontarkan agak radikal, sehingga sangat riskan
dinterpretasi/ multi tafsir. Waktu dalam penelitian, anak ini melontarkan sebuah
pertanyaan yang cukup membuat agak riskan, kenapa butuh mengimani malaikat.
5

Ibid., hal. 9

62

Ternyata setelah diamati dan dilakukan wawancara anak ini, ternyata dia menerima
pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak diarahkan akan
membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut. Meskipun demikian
hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup keras dan demokratis
bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan karakter yang di
tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa dalam berakidah yang
sesuai al-Quran dan as-Sunnah.
Gambar 4.2 Disiplin

4. Aspek Tanggung Jawab


Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa6.
Dalam pendidikan karakter ada nilai-nilai menekankan tanggung jawab siswa.
Hal ini dikarenakan Selain itu, siswi ini, termasuk orang yang selalu konsisten dalam
prestasinya yakni rangking 1. Secara psikologis, dia terlihat lebih percaya diri.
dilakukan penelitian bahwa keaktifan dia kadang terlalu berlebihan sehingga kadangkadang ada sedikit kegaduhan yang tercipta. Semisal dia mudah melontarkan kata-kata
yang berlebihan dan menggunakan bahasa gaul, bukan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Meskipun terkesan sepele, namun bagi peneliti hal ini menjadi kekurangan dia
terhadap kepedulian teman-teman yang kosentrasi pada mata pelajaran tersebut. Selain
itu pemikiran dan gagasan/ ide yang dilontarkan agak radikal, sehingga sangat rentan
dinterpretasi/ banyak presepsi (tanggapan). Waktu dalam penelitian, anak ini
melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup membuat agak riskan, kenapa butuh
mengimani malaikat. Ternyata setelah diamati dan dilakukan wawancara anak ini,
6

Ibid., hal. 10

63

ternyata dia menerima pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak
diarahkan akan membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut.
Meskipun demikian hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup
keras dan demokratis bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan
karakter yang di tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa
dalam berakidah yang sesuai al-quran dan as-sunnah.

5. Aspek Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya7.
Aspek toleransi diperlukan dalam pembentukan karakter yang mampu
membuat orang/ siswa dengan perilaku yang memposisikan orang lain dengan baik
dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta
menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.
Dari pengamatan peneliti menemukan ada siswa yang aktif dan suka
ngebanyol. Namun ketika ada kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dia tidak
membuat gaduh. Namun ada sesekali dia membuat kelucuan, yang bagi siswa lain
sebagai hiburan. Padahal dia tidak bermaksud melucu, namun dia memahami hal
tersebut, karena logat yang dipakai yakni logat betawi yang terkenal ceplos-ceplos.
Ketika hal ini ditanyakan dari mana mendapatkan cara untuk kata-kata lucu.
Dijawabnya, dia sudah terbiasa dengan lingkungan yang suka bercanda, apalagi dia
berasal dari suku betawi yang kental dengan lawakan yang lucu. Namun di balik itu,
dia merupakan anak yang mempunyai tipe serius dan suka tantangan. Hal ini dilihat
dari dia selalu berprestasi di bidang akademik. Hasil pengamatan subjek bisa dikatakan
adalah selain dari pembawaan anak yang suka bercanda terkadang jail. Dia mempunyai
cita-cita yang cukup bagus yakni jadi pengacara yang mampu membela kaum yang
lemah. Toleransi tersebut terlihat dari cara dia melakukan yang terbaik kepada temantemannya. Ketika, peneliti mengadakan observasi, kebetulan ada teman yang sakit, dia
langsung mempunyai inisiatif untuk menggalang dana dan membuat rencana untuk
menjenguk. Dari pengamatan tersebut, peneliti meihat dia mempunyai solidaritas yang

Ibid., hal. 9

64

tinggi. Padahal, biasanya anak dengan tipe yang suka bercanda kadang kurang peka
dan toleran terhadap terhadap teman-temanya.

6. Aspek Kepedulian Lingkungan


Kepedulian linngkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi8.
Salah satu aspek karakter yang ditanamkan adalah kepedulian terhadap
lingkungan. Apalagi lingkungan sekolah masih terlihat kotor, dan penggunaan listrik,
lampu dan air secara berlebihan. Padahal, lingkungan perlu di lindungi, karena
musibah yang terjadi kebanyakan faktor pengrusakan lingkungan akibat ulah manuia
itu sendiri. Sehingga, wajar pemerintah dan sekolah berusaha untuk menumbuhkan
rasa kepedulian terhadap lingkungan. Program yang paling familiar dan sedang
dicanangkan adalah penghijauan (go green) yakni penanaman seribu pohon. Adapun
aspek kepedulian siswa terhadap lingkungan terlihat cukup baik, dengan siswa
mematikan lampu, lcd, komputer yang telah digunakan. Selain itu ada jadwal piket
yang telah dibagi secara adil.
Satu hal yang peneliti obervasi dalah kepedulian dia terhadap lingkungan di
sekitar sekolah. Ketika peneliti sedang observasi, ada siswa yang termasuk peduli,
bahkan pecinta lingkungan dengan cara yang unik. Kebetulan dia ngumpulin temantemanya diluar jam sekolah dengan memanfatkan sampah untuk di daur ulang. Pada
hari itu, peneliti melihat hasil kreatifitas membuat tempat pensil dan aksesoris kamar.
Apalagi menurut keterangan teman-temanya dia suka buang smapah di temaptnya.
Bahkan tempat bangku/ meja belajar sangat rapi, tas dan buku catatan juga rapi. Selain
itu, dia ada inisiatif untuk membersihkan ruang kelas yang kotor, meskipun bukan
jadwal piket. Meskipun biasanya anak laki-laki malas dan peduli terhadap lingkungan.
Sehingga dapat dikatakan anak ini telah megimplementasi pendidikan karakter tentang
kepedulian terhadap lingkungan cukup baik.
Peneliti juga menemukan ada siswa yang termasuk kurang peduli terhadap
lingkungan. Hal ini terlihat dia suka menyembunyikan sampah di bawah kolong
mejanya. Selain itu, peneliti melihat dia menginjak dan duduk ditaman sekolah.
8

Ibid., hal.10

65

Tempat bangku/ meja belajar kurang rapi, baik menaruh tas dan buku catatan. Selain
itu, dia ada inisiatif untuk membuat poster dan tulisan dengan tema menjaga
lingkungan. Sehingga dapat dikatakan anak ini kurang mengimplementasi pendidikan
karakter tentang kepedulian terhadap lingkungan. Namun dengan demikian,
kepedulian lingkungan bisa ditingkatkan dengan pemahaman pentingnya lingkungan di
jaga demi keberlangsungan ekosistem dan keseimbangan alam. Dengan demikian
implementasi kepedulian terhadap lingkungan , sisswa-siswi MTs terbilang hanya
cukup. Karena masih perlu ditingkatan kesadaran pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, memisahkan sampai organik dan non organik, tidak merusak taman, hemat
dalam penggunaan listrik.
Gambar 4.3 Peduli Lingkungan

7. Aspek Gemar Membaca


Gemar membaca adalah Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya9.
Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan menuturkan bahwa kegiatan
gemar membaca di laksanakan pada hari senin sama hari rabu hc, hari
kamis ada reading habbit, kelas 1 jam 07.00-07.40 membaca buku yang
mereka senang dilkoordinir oleh konsursium bahasa, disamping itu
kelompok ini nanti dia punya even memperingati hari bahasa juga jadi
anak-anak itu diarahkan untuk menulis, menulis apa yang mereka
senang, kita juga berdayakan mading yang ada dikelas, dikelas kita
disediakan tempat mading, disamping kita gunakan mading itu, untuk
kretatifitas anak, juga diperlombakan setiap ada even, 17 agustus atau
hari ulang tahun MP, setelah itu kita juga ada setiap konsursium itu
mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, setiap
memperingati hari baahsa, semua ini diperlombakan, setiap konsursium
mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, disaat
memringati hari bahasa semua diperlombakan misanya pidato, menulis.
Tetapi tiap-tiap konsursium misalnya konsursium umum/ tri okpu
9

Ibid., 10

66

tanggal 10 mempunyai acara sendiri, konsursium bahasa memperingati


10 oktober, agama juga punya hari bahasa, tapi umumnya kita
disamping mempunyai program harian kita juga ada secara masal, kita
juga memperingati hari bahsa dengan kita siapkan spanduk kira-kira
beberapa puluh meter, jadi tiap-tiap mengekspresikan kreatifitas
mereka, dan yang terbaik dikasih hadiah dan akan kita pamerkan
diwaktu HUT MP karya anak-anak itu10.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 2 bulan, peneliti melihat
implementasi karakter siswa untuk gemar membaca terlihat cukup baik. Padahal bila
dilihat dari koleksi buku di perpustakaan untuk keperluan pembelajaran sangat
lengkap, semua buku paket yang dijarkan di MTs tersedia. Selain itu ada koleksi yang
tidak termasuk buku paket, yakni ensklopedia Islam, kamus, dan karya-karya fiksi
seperti novel, cerpen dan sebagainya. Adapun proses peminjaman juga mudah dan
pelayanan serta sarana dan prasarana cukup baik. Sehingga seharusnya perpustakaan
menjadi tempat yang sangat baik untuk mendidik anak gemar membaca.
Namun ketika siswa diwawancara ada satu hal yang menjadi mereka malas ke
perpustakaan adalah mereka sudah terbiasa menggunakan aplikasi google untuk
mencari informasi yang dibutuhkan. Apalagi mereka bisa mengakses internet dengan
wifi, tanpa harus mengeluarkan biaya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilainilai pendidikan karakter gemar membaca, siswa perlu mendapatkan dorongan baik dari
dirinya sendiri, orangtua dan guru, agar gemar membaca menjadi karakter siswa. Karena buku
adalah informasi yang cukup terpercaya ketika kita menginginkan data yang ilmiah
berdasarkan fakta. Dan membaca berarti memberikan pemikiran yang demokratis, wawaan
luas dan ilmu yang terus bertambah. Dan gemar membaca tidak pernah menjadi kerugian bagi
yang mau melaksanakannya.

Gambar 4.4 Gemar Membaca

10

Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013

67

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa 7 aspek yang mengandung nilainilai pendidikan karakter yang di MTs. Pembangunan UIN Jakarta sudah berjalan baik
dan terencana. Hal ini terlihat dari RPP yang dibuat oleh para Guru PAI baik akdah
akhlaq, al-Quran hadis, Fiqih, SKI. Berdasarkan data yang dihasilkan menunjukan
guru dan siswa-siswa telah mengimplementasikan pendidikan agama Islam berbasis
karakter terutama pelajaran akidah akhlak.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bagaimana Implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter yang meliputi:
Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli Lingkungan, Gemar
Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta?
Dari semua implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai
karakter yang dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam
kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan programprogram dari sekolah.

B. Implikasi
Dengan adanya pendidikan karakter siswa Madrasah Pembangunan lebih
berkarakter dengan sikap-sikap yang Islami. Hal ini mempunyai implikasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang lebih kondusif. Selain itu pendidikan karakter
membawa mereka pada perilaku yang diharapkan oleh sekolah seperti: disiplin,
religius, tangggung jawab, jujur, tolerani/ saling menghargai. Apabila pendidikan
karakter ini bisa diterapkan ada lingkungan dan masyarakat maka pendidikan
karakter mempunyai pengaruh bagi masyarakat sebagai pengendali moral dan true
mode (teladan).

68

69

C. Saran-Saran
Dalam hal ini penulis melihat bahwa pendidikan Agama Islam masih
berbeda dengan pelajaran lain. Terutama dari segi keseriusan siswa dalam
mengikuti pelajaran PAI. Hal ini kita melihat bagi perlu ada ketegasan,
kewibawaan serta keteladanan bagi siswa. Sehingga karakter yang akan diberikan
kepada siswa dalam KBM.
Saran-saran yang pelu di perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:
1.

Bagi para kepala sekolah, guru, dan komunitas sekolah yang lain hendaknya
lebih menggalakkan pendidikan karakter pada tataran aplikatif. Perlu diadakan
perumusan kebijakan tentang nilai-nilai moral yang akan dikembangkan di
sekolah, sehingga penciptaan dan pembentukan karakter pada peserta didik
diharapkan bisa optimal sejalan dengan perumusan kebijakan pendidikan
karakter yang dilaksanakan secara berkelanjutan.

2.

Pendidikan karakter melalui sekolah perlu ditanamkan dan disampaikan secara


terpadu dengan seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Mata
pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dikaitkan dan dieksplisitkan dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan karakter ini
tidak berhenti pada tataran kognitif saja, melainkan pada tataran sikap dan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Jakarta: PT
Asdi Mahasatya, 2006
Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama
Berwawasan.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002.
Chararter Counts, Six Pillars dalam http://charactercounts.org/sixpillar.html
diakses pada 03 juli 2012.
Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pendidikan Agama Ilam, Jakarta: Bumi Aksara,
1995
DEPAG RI, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk MTs,
sesuai dengan perturan Menteri Agama RI No 20 Tahun 2008, Jakarta:
Nadia Media.
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Akidah Akhlak, Jakarta: 2004.
Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertama dan
Menengah, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi
Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: 2004.
Dewantara , Ki Hadjar, Menuju Manusia Merdeka, Yogyakarta: Leutika, 2009
Ginanjar Agustian, Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spritual, Jakarta: Arga, 2007.
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka
Setia, 2001.
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP Press, 2009
http://www.mpuinjkt.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=17&profil=sarana%
20&persen 20prasarana.
(http://waskitamandiribk.wordpress.com). Diunduh pada 19 Sepetember 2012.

70

71

Kesuma, Dharma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di


Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Mulyasa, E, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Sinar Grafika Offest,
2011.
Mubarok, Achmad, Panduan Akhlak Mulia, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara,
2001.
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remja Rosda
Karya, 2010.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Karakter Persfektif Islam,
Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2011.
Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab
Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011.

Tantangan

Krisis

Multikultural di Sekolah Agama dan Madrasah, www.pendidikan networking,


dodownload tanggal 5 Januari 2009.
Yaumi, Muhammad, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
melalui
Transdisiplinaritas,
2012,
(http://www.bharatbhasha.com
/education.php/208471). Diunduh 19 September 2012.
Muslim, Shohih Muslim, (Baerut: Darul Fikr, t.th).
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Rahman, Fatchur, Ikhtisar Musthalahul Hadits, Bandung: Almaarif, 1974.
Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R &D Bandung: Alfabeta, 2009
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010
Suryanto, Urgensi Pendidikan Karakter, 2011.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004.

72

Panduan peserta didik Tahun pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Madrasah


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, 2012
Taufik, Ahmad dan Rohmadi, Pendidikan Agama Islam Pendidikan Karakter
Berbasis Agama, Surakarta: Yuma Pressindo, 2010.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 1994.
Wasilah, Al Abdul Chaedar, Pokoknya Kualitatif, Jakarta: Kiblat Buku Utama,
2003, Cet. II, h. 154.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.
Zuhairani, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usana Offest
Printing, 1981.

HASIL WAWANCARA
Nama

: Kepala Sekolah MTs. Pembangunan UIN

Tanggal

: Selasa 30 april 2013.

Tiap bulan ada nilai-nilai yang akan kita kembangkan, nanti kalau mau tau apa saja
nilai-nilai itu kita bekerjasama dengan fidp bulan ini apa, bulan ini apa, disamping itu
wali kelas dalam pendidikan karakter ini wali kelas juga dibekali dengan cilent setting.
Setiap pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari jumat,
kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru pendidikan agama islam menyalami anak,
lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan hc (hibitual curiculum) yaitu
hari senin sampai dengan hari rabu jam 07.00-07.40,isinya itu adalah baca Al-Quran
sesuai dengan program yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah
baca al-quran ada hafalan doa-doa, kultum, dan biasanya hari ntertentu ditutup dengan
asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa diakhir belajar,bisa satu minggu
sekali, dan doa-doa tadi, ada khusus nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai
dimana anak itu sudah hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas
9 baru diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek, disamping hc,
setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan uang jajannya, jadi uang jajan itu
semampu dia itu namanya TAS (tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan
untuk beasiswa bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya
disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20 juta ke atas.
disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada shalat duha, shalat duha itu
wajib, karna program sekolah, dan disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar
berjamaah, tidak boleh pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkan
keputrian, artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa dibahasakan oleh
bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya bapak-bapak sudah tau.
bagaimana peran bapak
guru agama itu disamping kita punya breving tiap minggu yaitu pada hari jumat,
disamping itu juga guru agama ada di suatu konsursium agama dan kita juga ada
pertemuan rutin dengan konsursium dan sebulan sekali ada pertemuan rutin dengan
konsursium, dan kemaren kita ada pertemuan berbicara design buku yang kita evaluasi,
disitu ada buku hc dan tes praktek apa kekurangan kelebihan tes praktek, itu yang kita
evaluasi, jadi ada yang kita tambah dan ada yang kita kurang, bukan saya saja sbg
sekolah tapi juga ada leb ibadah atau leb ibadah kersama dengan saya, kita panggil/
kumpulin guru-guru agama, setiap hari kita bicarakan nilai agama disini, karna anak-anak
sekarang tiap tahun karakternya berubah-berubah dan termasuk bagaimana masuknya aiti
maju, internet, bb dan lain-lain, guru agama perannya harus lebih bisa, karna kalah
dengan alat-alat itu, karna program itu harus regulitas karna tidak instan, maka harus kita
evaluasikan karna progran itu berjalan dan selalu dipantau, tapi kita umumnya
persemester dievaluasi, disamping breving tadi. selama ini bagaimana peran guru pai

dalam menanamkan nilai-nilai karakter, ya memang selama disini kita sealalu


menekankan pada anak-anak. Pertama memberi dsamping itu kalau toh mereka
menemukan uang itu harus emngembalikan setidak-tidaknya diberikan kepada wali
kelasnya, tapi biasanya anak-anak disini kalau menemukan uang pasti dia memberikan
pada guru-gurunya karna disini tidak ada yang mencuri atau memeras temannya jarang
terjadi, kalu toh ada pasti itu suatu keanehan tapi kemungkinan tetap pasti ada, karna
sesuatu itu tidak mungkin 100%, tetap ada kekurangan kemungkinan 1%, itu biasanya
penyebabnya karna broken home, karna kalau dirumah tidak beres tidak mungkin guru
disekolah bisa membereskannya karna itu susah karna model itu ada dirumah, contohnya:
ibunya selingkuh lalu anaknya tinggal sama bapaknya itu susah itu, karna tidak hanya
menyangkut guru agama saja harus menyangkut psikologi juga karna kita tidak bisa
deteksi agama saja, harus kerjasama dengan guru BP dan guru psikologi, baru kita anak
itu bisa teratasi, itu yang saya bilang 1% tadi. Diantara 260 siswa ada satu atau dua siswa
yang bermasalah.
Program gemar membaca, hari senin sama hari rabu hc, hari kamis ada reading
habbit, kelas 1 jam 07.00-07.40 membaca buku yang mereka senang dilkoordinir oleh
konsursium bahasa, disamping itu kelompok ini nanti dia punya even memperingati hari
bahasa juga jadi anak-anak itu diarahkan untuk menulis, menulis apa yang mereka
senang, kita juga berdayakan mading yang ada dikelas, dikelas kita disediakan tempat
mading, disamping kita gunakan mading itu, untuk kretatifitas anak, juga diperlombakan
setiap ada even, 17 agustus atau hari ulang tahun MP, setelah itu kita juga ada setiap
konsursium itu mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, setiap
memperingati hari baahsa, semua ini diperlombakan, setiap konsursium mempunyai hari
kebahasaan memperingati hari bahasa, disaat memringati hari bahasa semua
diperlombakan misanya pidato, menulis. Tetapi tiap-tiap konsursium misalnya
konsursium umum/ tri okpu tanggal 10 mempunyai acara sendiri, konsursium bahasa
memperingati 10 oktober, agama juga punya hari bahasa, tapi umumnya kita disamping
mempunyai program harian kita juga ada secara masal, kita juga memperingati hari bahsa
dengan kita siapkan spanduk kira-kira beberapa puluh meter, jadi tiap-tiap
mengekspresikan kreatifitas mereka, dan yang terbaik dikasih hadiah dan akan kita
pamerkan diwaktu HUT MP karya anak-anak itu.

NAMA

: Drs. MISRO SHOLEH

GURU

: AKIDAH AKHLAK

1. Apa defenisi pendidikan karakter menurut bapak?


Jawab: menurut saya adaah pendidikan yang menciptakan karakter yang kuat
pada siswa
2. Apa saja pendidikan karaker yang di tanamkan pada sekolah MTs Pembangunan?
Jawab: Sesuai dengan sekolah yang bercirikan Islam. sudah tentu karakter Islami
terutama religious lebih ditonjolkan.
3. Bagaimana cara bapak dalam menerapkan pendidikan karakter?
Jawab: Dengan cara membuat program penyuluhan dari wali kelas dan guru
tentang penanaman nilai-nilai kebaikan agar menjadi karakter.
4. Apa saja yang dilakukan oleh guru, bila murid belum mampu menerapkan
karakter yang Jawab: telah menjadi tujuan pendidikan?
Kita memberi keyakinan kalau semua siswa dapat berubah menjadi baik. Jadi
tergantung usaha kita untuk berubah
5. Bagaimana upaya mengefektif kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam
mengiternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter?
Jawab: dengan cara membuat RPP yang disesuaikan nilai-nilai karakter yang akan
dicapai. Semisal saya sebagai guru akidah aklak maka kita membuat pelajaran
yang keimanan pada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat, dan Qadha &
Qadhar maka tingkat religious yang menjadi saran. Materi: menjaga lingkungan
maka nilai peduli terhadap lingkungan yang diterapkan.
6. Seberapa efektif program-program sekolah dalam mendukung pendidikan
karakter siswa?
Ya kira-kira 80% efektif dan anak-anak yang tadinya bandel dengan sendirinya
berubah meskipun tidak drastis.
7. Sejauh mana implikasi yang sudah dicapai terutama guru pendidikan agama Islam
dalam menciptakan karakter siswa seperti religious, jujur, adil dan sebagainya?
Ada beberapa siswa tadinya agak bandel menjadi lebih baik akhlaknya. Selain itu
ada laporan dari orang progres tentang anaknya yang menjadi lebih baik.

8. Apakah ada hubungan antara guru dengan keluarga yakni orang tua murid dalam
mendukung pendidikan karakter?
Jawab:: Jelas ada karena kita satu jam konseling terhadap anak-anak yang disana
kurang baik prestasi maupun sikapnya, biasanya ada keluhan keluhan yang
disampaikan oleh orang tua murid. Hal itu menunjukkan pendidikan karakter
memerlukan kerjasama antara sekolah, guru dan orang tua.
9. Sejauh mana ekspetasi orang tua terhadap guru agar mampu menanamkan
karakter pada siswa-siswanya?
Jawab: mendukung jika itu baik dan tidak memberatkan
10. Adakah keluhan orang tua tentang kebijakan dan program sekolah yang tidak
memberikan nilai-nilai pendidikan karakter?
Jawab: sejauh ini tidak ada, mudah-mudahan ini respon positif, bahwa program
yang ditawarkan kita tidak merugikan para orang tua dan anaknya. Kita juga
mempunyai kegiatan setiap jumat para wali kelas termasuk saya mendengarkan
keluhan-keluhan dari orang tua. Yang paling sering dikeluhkan adalah program
sekolah seperti shalat jamaah, di rumah mereka masih disuruh jadi kesadar belum
sepenuhnya.

Profil Sekolah

Profil Sekolah

Nama Sekolah

Madrasah Tsnawiyah Pembangunan UIN Jakarta

Nama Kepala Sekolah

Drs. Syukri A. Gani

Alamat

Jl. Ibnu Taimia IV Komplek Dosen UIN Jakarta

NSS/ NPN

121231740001

Status

Swasta (Terakreditasi A)

Tahun berdiri Madrasah

1977

Telepon

+6221740172, +62217401143

Fax

+62217421156

Kepala Madrasah

Drs. Syukri A. Gani

Wakabid Kurikulum

Drs. H. Agus Salim, M.Pd

Wakabid Kesiswaan

Drs Miran

STRUKTUR ORGANISASI MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Fak. Ilmu Tarbiyah


dan keguruan

YAYASAN

KOMITE
MADRASAH

DIREKTUR

WAKIL
DIREKTUR

KEPALA
MADRASAH
TSANIYAH

WAKA I
Bid. Kurikulum

WAKA II
Bid. Kemahasiswaan

KEPALA
LABORATORIUM

KEPALA PUSAT
Penelitian,
Pengembangan dan
Jaminan Mutu

KEPALA BAGIAN
TATA USAHA
KASUBAG
Keuangan dan
Kepegawaian

KASUBAG
Pendidikan dan
Pengajaran

KASUBAG
UMUM

KEPALA PUSAT
Sistem Informasi
Dokumentasi &
Publikasi

KEPALA
PERPUSTAKAAN

KEADAAN GURU MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

No

Nama

Pendidikan Akhir

Hj. Raswati Ramli, S.Ag

S1 STAI

Drs. M. Fuad Kasa

S1 IAIN

Dra. Hj. Rini Machdarini.

S1 IKIP

Dra. Retno RPL.

S1 UNAD

Ir. Hj. Eha Soriha

S1 IPB

Umi Prasatyaningsih P. ST

S1 UAY

Drs. Misro Sholeh

S1 IAIN

Momon Mujibburrohman, MA

S1 UHAMKA

Yayah Robiah, S.Pd

S1 UHAMKA

10

Romli, S.Ag

S1 IAIN

11

Herawati, S.Pd

S1 IAIN

12

Ali Ahmad, S.Pd

S1 IKIP

13

Mardi, MA

S1 UIN

14

Wiwin Wiwitri, S.Pd

S1 UIN

15

M. Fikri Yohanis, S.Pd

S1 UHAMKA

16

Wildah, S.Pd

S1 UHAMKA

17

Abdul Mutaqin, S.Ag

S1 UIN

18

Nia kurniawan, S.Pd

S1 UPI

19

Saroni, S.Pd

S1 UNJ

20

Muhtarom, ST

S1 UNJ

21

Aqsol Aziz, S.Pd.I

S1 UIN

22

Agus Wahyudi, ST

S1 Uwamang

23

Fitriyanti, ST

S1 ITI

24

Yayah Zakiah, S.Pd

S1 UIN

25

Mardiana, S.Pd

S1 UNJ

26

Ratih Nurul Annisa, S. Sos

S1 UNJ

27

Tajul Arif, S. Si

S1 UNPAD

28

Ahmad Sandy Rizani, S.Pd

S1 UIN

29

Purwaningsih, S.Pd

S1 UNJ

30

Dry Muharma, S.Pd

S1 UNJ

31

Maulidati Sabat, S.Pd

S1 UNES

32

Desy Ayu Ningrum, S.Psi

S1 UPI

33

Ana Ianah, S.Pd

S1 UIN

34

Nur Alfi Laili, S.Pd

S1 UIN

35

Jaenal Mutaqin, S.Pd.I

S1 UIN

36

Dwi Kurniawan, S.Pd.I

S1 UIN

37

Hikmah Lestari, S.Pd.I

S1 UIN

38

Sari Mubaroh, S.Pd.I

S1 UIN

39

Hana Syadzwika, S.Kom

S1 UIN

40

Nur Hudaeri, S.Pd.i

S1 UNJ

FASILITAS MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

No

Fasilitas

Ruang Kelas Ber-AC

2 Orang Guru Perkelas (Kelas I MI)

Bimbingan Membaca Al-Quran

Perpustakan

Laboratorium Komputer Dilengkapi Jaringan Internet

Laboratorium MIPA

Laboratorium IPS

Laboratorium Bahasa

Laboratorium Ketrampilan/Kitchen Lab

10

Masjid dan Aula

11

Sarana Audio Visual

12

UKS dan Perawat RS Syarif Hidayatullah

13

Ruang Bimbingan dan Konseling

14

Ruang Musik

15

Tabungan Aamal Shaleh (TAS)

16

Sarana Antar Jemput

17

Kantin

18

Satuan Pengama (Satpam)

19

Koperasi Sekolah

20

Sarana Olahraga (Futsal, Basket, Tenis Meja, dll)

21

Bank

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

No

Kegiatan Ekstrakurikuler

Palang Merah Remaja (PMR)

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Rohani Islam (Rohis)

Mawaris

Musikalisasi Puisi

Jouralist Student Community (JSC)

Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)

Pramuka

Bola Basket

10

Futsal

11

Taekwondo

12

Student Company

13

Tari Saman

14

Arabina

15

English Club

16

Science Club/Robotic

Anda mungkin juga menyukai