BERBASIS KARAKTER
PADA MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
ULFA ADILLA
NIM: 208011000016
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ulfa Adilla: Implementasi Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter di
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Keyword: Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter
Pembentukkan karakter diyakini perlu dan penting untuk siswa MTs untuk
dilakukan oleh sekolah dan steksholdersnya untuk menjadi pijakan dalam
menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pembentukkan
karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak yang baik dan
mempunyai karakter yang melekat pada diri peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah yang dapat ditarik
adalah Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang
meliputi aspek-aspek nilai Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin,
Peduli Lingkungan, Gemar Membaca yang merupakan programdi MTs
Pembangunan UIN Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan
teknik pengumpulan datanya terdiri dari Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan teknikanalisis data melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, penarikkan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter
yang meliputi Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli
Lingkungan, Gemar Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta cukup baik
karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan diimplementasi. Semua
implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai karakter yang
dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam kegiatan belajar
maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan program-program dari sekolah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamualiakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan nikmatnya kepada
seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya
kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para
tabi tabiin.
Skripsi ini berjudul IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERBASIS KARAKTER di MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Penulis
menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan,
penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik
untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan
penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan
berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1.
Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bahrissalim, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah yang telah memberikan kemudahan secara administrasi bagi
penulis dalam menyusunan skripsi ini.
3.
vi
5.
Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan membekali
dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis.
6.
7.
Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Drs. H. Hasan dan Ibu Hj. Umi Nadra
serta Nenekku Hj. Asiyah yang tulus memberikan segalanya, baik cinta,
kasih, sayang, perhatian, pikiran, doa, motivasi, kritik dan saran, arahan,
senyum dan usaha untuk mencukupi segala kebutuhan penulis.
8.
9.
Teteh tercinta, Siti Khanifah S.Pd.I terimakasih atas dukungan yang telah
membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat-lipat.
10. Uni Rahmi Meldayati S.THI, Saudaraku Hafiz satria Putri, Uni Rosdalima
Dalmunte S.HI, Saudaraku tercinta Muktizon.
11. Nurlaili Fitrianingrum, Mochamad Ilwan, Vika Martahayu S.Pd.I, Siti
Masithoh, Ira Aniati S.Pd, Said Riadi S.Pd.I, Taufik al-Badar S.Pd.I,
NurAini S.Pd.I, Cholilah Pulungan, Zarikatun, Sri Handayanti S.Pd.I, Hurul
Ain, Indah Nur Ajizah, Nurul Adyati, Resti Hamerti, M.H. Nur Ramadhan
S.Pd.I, M. Samudin S.Pd.I, Hardiansyah S.Pd.I, Hasan Fatoni S.Pd.I, Syukur
Yakub terimakasih atas dukungan moral yang kalian berikan dalam
penyususnan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipatlipat.
vii
Penulis
Ulfa Adilla
viii
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
ABSTRAK...................... ................................................................................
vi
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
10
10
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................
12
16
18
19
21
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................
21
24
25
26
30
32
33
ix
BAB III
BAB VI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
38
39
C. Metode Penelitian...................................................................
44
44
48
48
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ........................................................................
BAB V
36
51
1.
51
2.
52
3.
52
B. Pembahasan ............................................................................
53
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
68
B. Implikasi .................................................................................
69
C. Saran..... ..................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap
dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan
nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan
perilaku sehari-hari.Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan,
kebersamaan, dan religius,sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing
yang cenderung hedonistik, materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai
karakter tersebut tidak lagidianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang
ingin diperoleh.1
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita
akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui
proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak
bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini
sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat
umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang
terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa
ini.
seorang khalifah4 yang diberi kelebihan akal, maka harus mampu memberi
sentuhan kasih sayang dan pemeliharaan itu kepada alam sekitar, sebuah konsepsi
yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai umat-Nya.
Seorang Muslim sejati harus mampu menciptakan kedamaian dalam
seluruh aspek kehidupan, baik dalam skala yang kecil sebagai individu ataupun
dalam skala yang besar yakni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hal ini dapat dilihat dari hadis nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan dengan berbagai redaksinya:
Sesungguhnya aku diutus (kepada manusia) untuk menyempurnakan
akhlak mulia5
Character itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam
pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian itu komponennya tiga yaitu tahu
(pengetahuan), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah
bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama dengan perilaku. Kepribadian
pecah ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetapi tidak sama dengan
perilakunya atau pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan
perilaku. Dia tahu jujur itu baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya
sering tidak jujur, ini contoh kepribadian pecah (Split Personality).6
Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan
anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai
usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis
di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.7
Dalam bahasa arab seorang pemimpin disebut khalifah. Kala khalifah dalam kamus
bahasa al-Quran 2: 30 kata khalifah diartikan bahwa manusia diciptakan telah mepunyai
kemampuan memimpin, pewaris atau pengganti. Ibnu Khaldun dalam kitab Muqadimmah, bahwa
manusia mempunyai kecenderungan alami untuk mempin karena mereka diciptakan sebagai
khalifah.
5
Hadis ini diriwayatkan oleh Malik dalam Kitab al-Muwatta, secara muttasil dari Abu
Hurairah dan lain-lainnya, juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih secara marfu, dan
diriwayatkan dari al-Tabrani dalam kitab al-Awsath dengan sanad dhaif akan tetapi dengan makna
yang shahih, dan diriwayatkan juga oleh al-Daylami dengan sanad hasan.(Maktabah al-Syamilah)
6
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT
Remaja rosdakarya, 2011), h. iv
7
Ibid., h. iv
Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa
kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan
mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.8
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita
akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui
proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak
bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini
sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat
umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang
terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa
ini.
Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu melakukan
perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu, pendidikan kita perlu direkonstruksi
ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap
menghadapi dunia masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan
serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia. Dengan kata lain,
pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter (character
building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi
dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilainilai karakter mulia.9
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat indonesia
melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan
suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada
anak-anak.10
8
11
Menurut Kepala BKKBN, Sugiri Syarif, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan
telah melakukan seks pra nikah. Artinya dari 100 persen remaja. Misalnya saja disurabaya tercatat
54 persen, di Bandung 47 Persen, dan 5 persen di Medan. Dari kaus perzinaan yang dilakukan para
remaja putri tersebut, yang paling dahsyat terjadi di Yogyakarta. Pihaknya menemukan dari hasil
penelitian di Yogya kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37 persen dari 1.160 mahaiswi
di Kota Gudeg ini menerima gar MBA (MarriagebyAccident) alias menikah akibat hamil maupun
kehamilan di luar nikah. Didit Tri Kertapati, Kepala BKKBN: 51 dari 100 remaja di Jabodetabek
sudah Tak Perawan dalam detiknews.com, dipublikasikan pada Minggu, 28/11/2010,
http://www.detiknews.com/read/2010/11/28/094930/150
4117/10/kepala-bkkbn-51-dari-100remaja-di-jabodetabek-sudah-tak-perawan.
12
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.2
terfokus
pada
pengayaan
pengetahuan
(kognitif),
sedangkan
dan
13
lebih
banyak
bersifat
hafalan
tekstual,
sehingga
kurang
Menurut tinjauan ESQ, tujuh krisis moral yang terjadi ditengah tengah masyarakat
Indonesia antara lain krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berfikir jauh kedepan, krisis
disiplin, krisis kebersamaan dan krisis keadilan. Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: UNY Press, 2009), h.39-40
14
Zubaedi,op.cit., h.7
15
Zubaedi,op.cit., h.3
Ibid., .h.3
Ibid., h.4
18
Ibid.,. h.4
17
...Dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S: an-Nahl [16: 93]).
Maka dari itu pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah
dibutuhkan untuk menanamkan pemahaman pada anak, bahwasanya segala bentuk
perilaku baik itu yang terpuji ataupun tercela akan menjadi tanggungan seiap
manusia di akhirat.20
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran, memiliki peranan dan
cita-cita luhur untuk membentuk manusia yang mengenal, memahami,
menghayati
hingga
mengimani,
bertakwa
dan
berakhlak
mulia
dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Hadits,
melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman. Dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati pemeluk agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan umat beragama dalam masyarakat
sehingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan Islam juga memiliki keunikan dan khasnya sendiri sesuai
dengan visi dan misinya. Adapun visi dari Pendidikan Agama Islam adalah
terwujudnya manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, berilmu,
19
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2
20
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak EdisiRevisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 72.
B. Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
21
Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama
Berwawasan Multikultural di Sekolah Agama dan Madrasah, www.pendidikan networking,
dodownload tanggal 5 Januari 2009.
22
Marvin Berkowitz dari University of Missouri St. Louis, menunjukkan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter, kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukkan laporan yang diterbitkan National Assosiation of School Psychologist sebanyak 22
persen anak-anak kelas 4-8 di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar karena adanya
perilaku saling mengejek (bullying) antar kawan di sekolah. Dengan adanya pendidikan karakter di
sekolah dapat menurunkan perilaku saling mengejek di sekolah, dan juga menurunkan terjadinya
konflik antar pelajar, sehingga suasana belajar semakin nyaman, dan akhirnya dapat meningkatkan
prestasi akademik.
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), 10.
10
4.
5.
6.
7.
Proses pembelajaran
8.
Keteladanan guru.
masalah
dalam
pembahasannya,
maka
penulis
membatasi
rumusan
masalah
penelitian
ini
adalah
sebagai
11
1.
2.
3.
4.
dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa atau
instansi serta dapat digunakan sebagai rujukan umtuk penelitian yang akan datang.
Sedangkan kegunaanpenelitian secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan
informasi yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar! (QS. Al-Baqarah [2: 31]).
12
13
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat
mencapai kesempurnaan/ kematangan hidup tanpa melalui suatu proses, sedang
pendidikan sendiri adalah masalah hidup dan proses kehidupan manusia2
Sebelum penulis membahas tentang pendidikan karakter, terlebih dahulu
penulis akan membahas dan memaparkan tentang pendidikan istilah pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran kan,
mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani yaitu Pedagogie, yang berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan
ialah Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering
digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-Talim, al-Tarbiyah dan alTadib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam
menunjuk pada pengertian pendidikan.
Kata talim merupakan masdhar dari kata allama yang berarti pengajaran
yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penunjukkan kata al-talim pada pengertian pendidikan.
Adapun Kata al-Tarbiyah, merupakan masdhar dari kata rabba yang
berarti mengasuh, mendidik, memelihara.5Sedangkan kata al-Tadib, merupakan
masdhar dari kata addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang
lebih tertuju pada pembinanaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti
peserta didik.6
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
14
Ramayulis, op.cit., h. 13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Cet. XI, H. 13.
9
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I,
8
h. 9
10
15
dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah
kehidupan.11
Menurut Ahmad Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.12
Sedangkan menurut zakiah Darajat, pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang
telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselmatan dan kesejahteraan dunia dan di akhirat
kelak.13
Beni Ahmad Saebani, mengatakan bahwa kata Islam merupakan kata
kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas, dan memberi ciri kas pada kata
pendidikan. Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam berarti pendidikan
yang secara khas memiliki ciri Islami, yang dengan ciri itu, maka membedakan
dirinya dengan model pendidikan lainnya.14
Menurut Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam, bahwa Drs. Marimba mendefenisikan Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Dengan
11
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta, Ciputat Pers,
2002), cet 1, h. 3
12
Ibid, h.4
13
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet, II, h. 86
14
Beni Ahmad Saebani, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet,
I, h. 40.
16
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Islam.15
2.
Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orangorang yang berserah diri. (QS. An-Nahl [16: 89]).
15
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia,
2001), cet ke 2, h. 15.
16
Syamsul, op.cit., h. 153
17
b. As-Sunnah
Dasar kedua pendidikan Islam adalah As-Sunnah. JumhurMuhadditsin
ngartikan Sunnah ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan
sebagainya.17
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amala baik kepada Nabi
istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan pula seperti yang dipraktekkan oleh Nabi dan
mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan atau perbuatan dan
ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits atau sunnah.18
Kalau Al-Quran dan As-Sunnah dijadikan dasar. Maka pendidikan Islam
merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat yang kemudian
akan mewarnai cork ke-Islaman dalam berbagai aspek kehidupan.
Rasulullah Saw bersabda:
Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka kedua
orang tualah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR.
Muslim).19
c. Ijtihad
Ijtihad adalah itilah para fuqoha, yaitu berpikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Ilam untuk menetapkan/
menentukan sesuatu hukum Syariat Islam dalam hal-hal yan ternyata
belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal
ini dapat juga meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah. Namun
demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para
17
18
3.
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Ilam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 91-92
21
Ibid., h. 177
19
(SMA) disamping keempat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah
semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang
pada setiap satuan pendidikan.22
4.
merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selsesai
dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan atau
usaha. Demikian pula dengan proses pendidikan, tanpa adanya tujuan akan
menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya.
Pendidikan agama Islam adalah bagian integral daro pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional adalah No.20 Tahun 2003 sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan berkemangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak
20
25
Zuhairani, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offest Printing,
1981), h.43
21
5.
tingkat pertama, sekolah lanjutan atas, merupakan bagian integral dari program
pengajaran setiap jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional,
pendidikan Agama Isam diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Adapun materi pokok pendidikan Agama Islam dapat diklasifikasikan
menjadi lima aspek kajian, yaitu:
a. Aspek Al-Quran dan Hadits
Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al-Quran dan sekaligus
juga menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid
dan juga menjelaskan beberapa hadits Nabi Muhammad Saw.
b. Aspek keimanan atau aqidah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam
rukun iman dalam Islam.
c. Aspek akhlak
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat-sifat terpuji (akhlak karimah) yang
harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus dijauhi.
d. Aspek hukum Islam atau Syariah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan
masalah ibadah dan muamalah.
e. Aspek tarikh Islam
Dalam Aspek ini menjelaska sejarah perkembbangan (peradaban) Islam yang
bisa diambil anfaatnya untuk diterapkan di masa sekarang.26
B. Komponen Pendidikan Karakter
1.
26
22
kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilainilai, dan pola-pola pemikiran.27
Menurut Suryanto28 karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang
menjadi cirri khas tiap indifidu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah
indifidu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat, hal ini sebagaimana dituturkan oleh Yaumi.29
Kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang
mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku
dan kebiasaan yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan,
oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara30 karakter itu terjadi karena perkembangan
dasar yang telah terkena pengaruh ajar. Yang dinamakan dasar yaitu bekal hidup
atau bakat anak yang berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi
satu dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata ajar diartikan
segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam kandungan ibu hingga
akil baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi
oleh kematangan berpikir. Jiwa anak yang baru lahir diumpamakan sehelai kertas
yang sudah ditulis dengan tulisan yang agak suram. Padahal pendidikan itu wajib
dan harus cakap menebalkan dan menerangkan tulisan-tulisan yang suram
mengenai tabiat-tabiat yang baik, sehingga tabiat yang tidak baik dapat tertutup
dan tidak terlihat karena tidak tumbuh terus.
Adapun pendidikan karakter didefenisikan oleh Hornby dan Parnwell,
1972: 49) yang mengatakan karakter adalah kualitas mental atau moral, nama atau
reputasi. Hermawan Kertajaya (2010: 3) mendefenisikan karakter adalah Ciri
27
23
khas yang dimiliki oleh suatu benda atau indifidu. Ciri khas tersebut adalah
asli dan mengakar pada kepribadian benda atau indifidu tersebut dan merupakan
mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan
merespons sesuatu.31
Selain Hornby dan Parnwell Ratna Megawangi juga Pendapat yang dikutip
oleh Dharma Kesuma dkk, bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Defenisi lainnya
diekmukakan oleh Fakry Gaffar yang dikutip oleh Dharma Kesuma: Sebuah
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam
kepribadian seseoran sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Dalam defenisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi
nilai-nilai, 2) ditumbuh kembangkan dalam keribadian, dan 3) menjadi satu dalam
perilaku.32
Untuk melengkapi pengertian tentang karakter ini akan dikemukakan juga
pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.33Sedangkan secara terminologis,
akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan
dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu
Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang
tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,
dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.34 (Rahmat Djatnika, 1996: 27).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal
31
24
yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan
Tuhannya,
dengan
dirinya,
dengan
sesama
manusia,
maupun
dengan
2.
jelas dalam usaha membangun moral dan karakter anak bangsa melalui kegiatan
pendidikan. Ruang lingkup pendidikan karakter berupa nilai-nilaai dasar etika dan
bentuk-bentuk karakter yang positif, selanjutnya menuntut kejelasan identifikai
karakter sebagai perwujudan perilaku bermoral. Pendidikan karakter tanpa
identifikasi karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir,
pertualangan tanpa peta.
Indonesia Heritage Foundation35 merumuskan Sembilan karakter dasar
yang menjadi tujuan pendidikan dalam pembentukan karakter, yaitu: 1) cinta
kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasing sayang, peduli, kerjasama, 6)
percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah, 7) keadilan dan
kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
Sementara Character Counts mengidentifikasi bahwa karakter-karakter
yang menjadi pilar pengembangannya dalam pendidikan adalah: 1) dapat
dipercaya (trustwortthiness), 2) rasa hormat dan perhatian (respecftable), 3)
tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness), 5) peduli (caring), 6)
kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan (honesty), 8) berani (courage), 9)
tekun (dilegence), 10) integritas (integrity).
Sedangkan 30 pakar pendidikan karakter dunia melalui deklarai Alpen
merekomendasikan
35
enam
karakter
utama,
yaitu
yang
dapat
dipercaya
25
3.
seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad
Saw, sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga mengaskan bahwa misi
utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukkan
karakter yang baik (good character).37
Adapun tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukkan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan
karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannnya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yag dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah
tersebut di mata masyarakat luas.38
Kemudian Ary Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan
pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifatsifat mulia Allah, yaitu alAsma al-Husna. Sifat-sifat da nama-nama mulia Tuhan
inilah sumber inspirasi setiap karakter posisitif yang dapat di teladani dari nama36
26
nama Allah itu beliau merangkum 7 karakter dasar yaitu: jujur, tanggung jawab,
disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama.39
4.
dan
ekstrakurikuler.
Gambar
berikut
ini
memperlihatkan
39
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual,
(Jakarta: Arga, 2007), h. 90
40
Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah Kementerian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta, 2010.
27
Mata Pelajaran
Nilai
Pengembangan Diri
Budaya Sekolah
Gambar 1. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangs
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata
pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai
berikut ini.
MP 1
MP 2
MP 3
NIlai
MP 4
MP 5
MP 6
MP N
28
pesertadidik.
pendidikan
dilakukan
Prinsip
ini
dalamsuasana
juga
menyatakan
belajar
yang
bahwa
menimbulkan
proses
rasa
dengan
perkenalan
terhadap
pengertian
nilai
yang
mengumpulkan
informasi
dari
sumber,
mengolah
informasi
yang
proses
pengembangan nilai,
menumbuhkan
nilai-nilai
budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar
yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
Karakter itu tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instant),
tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan sistematis.
Berdasarkan persfektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia,
41
29
42
43
30
a. Fokus: ucapannya ringkas, langsung pada inti pmebicaraan tanpa ada kata yang
memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.
b. Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu cukup
kepada anak untuk menguasainya.
c. Repetisi senantiasa melakukan tiga kai pengulangan pada kaimat-kalimay
supaya dapat diingat dan dihafal.
d. Analogi langsun seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan
pohon kurma,, sehingga dapat memberikan motifasi hasrat ingin tahu, memuji
dan mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau
timbul kesadaran untuk merenung terus belajar tanpa dihinggapi perasaan
jemu.
e. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik.
f. Memperhatikan pertumubuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis
ilmu/ ilmu jiwa).
g. Menumbuhkan kreatifitas anak, dengan cara mengajukan pertanyaan,
kemudian mendapat jawaban dari anak yang dapat diajak bicara.
h. Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan lain sebagainya, tidak ekslusif/
terpisah seperti makan bersama mereka, berjuang ersama mereka.
i. Aplikatif: Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang
berbakat. Misalnya,setelah Mahdzurah menjalani pelatihan adzan dengan
sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah at-tarbiyah.44
5.
Ibid., h. 111
31
ditiru, peserta didik akan meniru apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang
dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah pepatah kuno memberi peringatan pada
para guru bahwa peserta didik akan meniru karakter negatif secara lebih ekstrem
ketimbang gurunya, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Keteladanan
tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang ada di
lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan
siapa pun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini,
pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling
mengajarkan karakter.
Ketiga, Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus
ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter dapat
menjadi jelas. Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus dan
karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan karakter
menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan
realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki beberapa
kewajiban. Pertama, menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada
peserta didik; kedua, semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus
memahami secara jernih apa nilai yang ingin ditekankan dalam lembaga
pendidikan karakter; ketiga, jika lembaga ingin menetapkan perilaku standar yang
menjadi ciri khas lembaga maka karakter standar itu harus dipahami oleh anak
didik, orang tua, dan masyarakat.
Keempat, Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah
penentuan prioritas karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas karakter
tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana
prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkup
pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.
Kelima, Refleksi. Refleksi berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang
telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum
dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi dapat juga disebut
32
6.
peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari
lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena
peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu
akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini
terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang asing dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing
yang kebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai
dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke
lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal
yang dianut oleh umat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya
terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan tidak mengenal
dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan
terhadap pengaruh budaya luar bahkan cenderung untuk menerima budaya luar
tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena tidak
memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk melakukan pertimbangan (valueing).
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula
kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat
makro dan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta
didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara
bberpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma
45
33
dan nilai ciri ke Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan
yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar mengatur
pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan
landasanyang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri sesorang
sebagai anggota masyarakat bangsa.46
No Nilai
1.
Religius
2.
Jujur
3.
Toleransi
4.
Disiplin
46
34
5.
Kerja Keras
Perilaku
yang
menunjukkan
upaya
sungguh-
Kreatif
7.
Mandiri
8.
Demokratis
9.
Sikap
dan
tindakan
yang
selalu
berupaya
Cara
berpikir,
bertindak,
dan
berwawasan
Cara
berfikir,
bersikap,
dan
berbuat
yang
Sikap
dan
tindakan
untukmenghasilkan
masyarakat,
dan
yang
sesuatu
mengakui,
mendorong
yang
serta
berguna
dirinya
bagi
menghormati
13. Bersahabat
Tindakan
yang
memperlihatkan
rasa
senang
35
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan
menyediakan
waktu
untuk
membaca
16. Peduli
Lingkungan
Sikap
dan
tindakan
mencegahkerusakan
pada
yang
selalu
lingkungan
berupaya
alam
di
orang
lain
dan
masyarakat
yang
membutuhkan.
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.47
47
36
dengan No. induk 7079 PAI t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad
Nur Hidayat. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitia yang menitik
beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini
adalah implementasi pendidikan karakter kurang difokuskan dan gradual/
cakupannya luas. Selain itu, pendidikan Islam yang difokuskan pada kajian teori
terlalu melebar. Dan analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah, hal ini
terlihat dengan halaman analisis hanya satu lembar dari 93 halaman.
2.
dengan No. induk 7400 PAI. t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Rumiyati.
Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan
pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah konsep
tidak dijelaskan secara mendetail. Bagi penulis, konsep sangat penting dijelaskan
bagian dari judul skripsi ini yag seharusnya menjadi fokus dari skripsi tersebut.
Adapun kekurangan yang lain adalah judul skripsi terlalu luas apalagi konsep
pendidikan karakter luas bila dijelaskan tanpa fokus dan jauh dari rumusan
masalah. Tapi kelebihannya ini adalah penelitan kualitatif dengan menitik
beratkan pada mata pelajaran pendidikan Islam.
3.
dengan No. induk 7641 PAI t dan skripsi tersebut ditulis Neneng Sri Suryanti.
37
Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian yang menitikberatkan pada
bagaimana hubungan pendidikan akhlak dapat membentuk karakter siswa. Jenis
penelitian ini yakni kuantitatif dengan hasil pembentukan karakter siswa sedang
atau ada korelasi antara pendidikan akhlak dengan pembentukan karakter siswa.
Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah deskripsi data kurang lengkap
terutama tidak ada uji normalitas dan reabilitas. Selain itu, pendidikan akhlak
yang difokuskan pada kajian teori terlalu meluas.
4.
dengan No. induk 2427KPI d. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Nurul
Fauziyah. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitianlapangan yang menitik
beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini
adalah komunikasi sekelompok dalam pembentukan karakter kurang detail. Selain
itu analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.
5.
Pembentukan Karakter melalui pembelajaran akidah akhlak (Studi di SMP alFajar Kedaung).
Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan No. induk 7850 PAI t dan ditulis oleh Maratuj Zakiyah. Kelebihan dari
skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan pada
pembelajaran akidah akhlak. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah
pembentukan pendidikan karakter pada kajian teori terlalu meluas. Dan
analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Penelitian
Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam
Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2012 hingga selesai pada
Keterangan Kegiatan
Observasi tentang sekolah: keadaaan
September 2012
Oktober 2012
38
39
Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan
Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung
Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan
batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali
dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari
Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI
Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tahun 1974, pertama kali
Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58
orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang.
Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal
inilah yang kemudian ditetapkan sebagai
"Hari Kelahiran"
Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka
kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al
Hidayah sebagai penyedia lahan.Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah
Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan
Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah
Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.1
h. 1
Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,
40
Madrasah
Pembangunan
dilipahkan
kepada
Yayasan
Syarif
h. 2
Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,
41
Agama
Provinsi
DKI
Jakarta
dengan
nomor:
Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
Sebagai langkah awal, pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai
rintisan bilingual program secara intens dievaluasi dan disempurnakan. Pada aspek
manajemen Madarsah Pembangunan UIN Jakarta Mengimplementasikan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh Sertifikat ISO 9001 : 2008 No.
QSC: 00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidikan (MI, MTs
dan MA).3
2.
Visi
Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan
terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan,
dengan mengapresiasi potensi peserta didik serta perkembangan era
global.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan
kompetitif dan keunggulan komparatif.
2) Melakukan
pembinaan
kesehatan
fisik
sehingga terbentuk
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan
jasmani peserta didik serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas,
kuat dan sehat;
3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan
keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan
globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia;
4) Melakukan
pembinaan
tenaga
pendidik
sebagai
tenaga
professional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar,
kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak
mulia;
5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional, yang
menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang
tinggi, serta kepribadaian yang Islami.
6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar
mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para peserta
3
Panduan peserta didik Tahun pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Madrasah Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah, 2012). h. 1
42
diadakan
kegiatan
ekstrakurikuler
sebagai
wadah
penyalurannya.
Ibid., h. 4
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/134/128/
43
No Komponen
Depag
A
Mata Pelajaran
1.
MP
Kelas VIII
Depag
MP
Kelas IX
Depag
MP
a. Quran Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
2.
Pend. Kewarnegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Bahasa Inggris
6.
Matematika
7.
8.
9.
Seni Budaya
10. Penjaskes
11. Komputer
PKLJ
Pengembangan Diri
2*)
3*)
3*)
3*)
40
41
41
41
B.
C.
Muatan Lokal
44
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangangkan metode kerja yang
paling efesien, maknanya peneliti mengadakan telaah secara mendalam tentang
suatu kasus, kesimpulan hanya berlaku atau terbatas pada kasus tertentu saja.7
Pendekatan
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran komplit, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang alami.8
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat. Meotode deskriptif juga banyak dilakukan oleh
para peneliti karena dua alasan. Pertama, dari pengalaman empiris didapat
bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.
Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi
permasalahan yang berkaitan bidang pendidikan maupun tingkah laku
manusia.9
45
1.
Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data
apabila: Pertama, sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, direncanakan dan dicatat
secara sistematis. Dan ketiga, dapat dikontrol keandalannya dan kesahihannya.10
Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut
pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi
ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucap, bagaimana teori
digunakan langsung dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil
lewat wawancara atau survai.11
Keuntungan cara observasi ini adalah
a) Dapat menjaring data secara intensif
b) Analisis dan pengujian kembali
c) Diperoleh gambaran data yang menyeluruh dan lebih akurat
d) Dapat dilakukan swsudah wancara dan angket
e) Objektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan.
Sedangkan kelemahan dari cara observasi ini adalah
a) Dalam kondisi tertentu
b) Observasi memerlukan biaya yang sangat besar
c) Sulit dijangkau
d) Serta bergantung pada tempat dan lokasi.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi.12
Adapun peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap 7 aspek
karakter yakni sebagai berikut:
10
11
h. 154.
12
46
Table 3.8
No
1
2
3
4
5
6
7
Aspek Penilaian
Aspek religius siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengucapkan salam,
membaca doa ketika mulai pelajaran.
Aspek jujur siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak menyontek ketika
ujian, berani mengakui kesalahan
Aspek tanggung Jawab siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengerjakan
PR di rumah, memakai atribut sekolah dengan lengkap.
Aspek toleransi siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak ribut pada saat
pembelajaran, menghargai pendapat teman.
Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi: masuk kelas tepat
waktu, tidak bolos ketika jam pelajaran.
Aspek peduli lingkungan siswa di lingkungan sekolah, meliputi:
membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak taman.
Aspek gemar membaca siswa di lingkungan sekolah, meliputi: membaca
buku diperpustakaan, membaca buku sebelum jam pelajarn dimulai.
Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi
Wawancara
Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua orang pihak, yaitu pewawancara yakni orang yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai, yakni yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13
Teknik wawancara banyak digunakan dalam penelitian karena mempunyai
beberapa keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh instrumen
penelitian lainnnya. Beberapa keunggualan itu termasuk: a. Penelitian
memperoleh rata-rata jawaban yang relatif tinggi dari responden. b. Peneliti
dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami
kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan pertanyaan. c. Peneliti
dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati
reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses
wawancara. d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat
diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi. Informasi tersebut
misalnya, jawaban yang sifatnya peribadi.14
13
47
3.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau faribel
yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.15 Dokumen dilakukan untuk mengumpulkan
data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian
ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan
penelitian tersebut.16
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit,
dalam arti apabila ada kekliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah,
dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.17
Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang
dimaksud adalah dokumen pribadi resmi, referensi-referensi, foto-foto, rekaman
kaset, data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Dalam penelitian
kualitatif studi dokumentasi, peneliti dapat mencari dan mengumpulkan data-data
teks atau image.
Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau
informai dari berbagai sumber penulis atau dari dokumen yang ada pada informan.
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung teknik orservasi
dan wawancara. sudi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui
pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan
maalah yang diteliti untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung
menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.18
Adapun jenis dokumen yang berkenaan dengan studi dokumentasi adalah
sebagai berikut:
1. Dokumen peribadi dan buku harian
2. Surat pribadi
15
16
134.
17
18
134.
Ibid., h. 231
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.
48
3. Autografi
4. Dokumen resmi
5. Fotografi
6. Data statistik.19
Dokumen yang relevan kemudian dianalisis isinya dengan memriksa
dokumen secara sistimatis dan objektif. Guba dam Lincoln (1981) menyatakan
beberapa prinsip kajian isi, sebagai berikut:
1). Kajian isi harus melalui proses mengikuti aturan
2). Kajian isi harus melalui proses sistimatis
3). Kajian isi merupakan proses mengarahkan untuk generalisasi
4). Kajian isi harus memperoleh isi yang termanifestasi kan
5). Kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif maupun kualitatif.20
Dalam hal ini dokumentasi yang peneliti mengambil kegiatan sisswa dan
siswi MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA. Data dokumentasi bisa berupa
foto, gambar, absensi, catatan keluar dan masuk sekolah,
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data
Dalam pemeriksaan atau pengecekan data ini peneliti menggunakan
triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yng
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triagulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.21 Pada penelitian ini, penulis
membandingkan data yang diperoleh dari observasi, hasil wawancara, dan
dokumentasi beberapa siswa dan guru dalam rangka membantu peneliti dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Melalui pengecekan
tersebut ternyata data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan
pernyataan beberapa sumber yang diwawancarai.
F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah milah data menjadi
19
20
135.
21
Lexy, Loc.it., h. 3
49
Data Reduction
Data Display
Conclusions:
drawing/verification
n
1. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang ada yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan. Semua
data merupakan hasil data mentah yang diperoleh peneliti. Semua data merupakan
hasil data mentah yang di peroleh peneliti.
2. Reduksi Data
Proses analisi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah dipelajari
dan dicermati, peneliti memilih data yang paling penting, membuat kategori, dan
membuang yang tidak terpakai. Langkah ini merupakan proses penyeleksian,
penyerdahanaan dan mmfokuskan data yang diperoleh peneliti.
22
Ibid., h. 29
50
3. Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya mendisplaykan data.
Penyajiannya dengan uraian singkat, bagan, tabel, gambar yang ada hubungan
anatar kategori dengan naratif.
4. Penarikan Kesimpulan
Setelah reduksi dan data telah disajikan, maka langkah terakhir adalah
menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisis ini menggunakan ketiga komponen
yang tersedia observasi, wawancara dan dokumentasi.23
23
Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2009), h.247
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Sekolah
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta berlokasi di Jalan
Ibnu Tamia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah. MTs Pembangunan UIN adalah
sekolah respresentatif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Madrasah ini dibangun pada awa tahun 1977 dibawah nauangan
UIN Syarif Hiodayatullah Jakarta. Sedangkan pembangunan gedung Madrasah
dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Prof. H.M. Toha Yahya
Omar (alm). Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak
awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya
adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, MTs Pembangunan UIN Jakarta
ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
Adapun siswa MTs tingkatan pertama berjumlah 19 orang. Sedangkan jumlah
siswa tiap tahunnya bertambah, sehingga MTs Pembangunan menjadi sekolah favorit.
Gedungnya terdiri dari tiga lantai, yang terdiri dari 38 ruangan yakni 24 ruang kelas 1
ruang guru 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 2 ruang gudang, 1 ruang laboratorium
8 ruang kamar mandi dan wc. Ruang kelas berukuran 4x4 meter.
Jumlah siswa yang ada di MTS Pembangunan 762 yang terdiri dari kelas 1
berjumlah 259, kelas 253, kelas 3 berjumlah 250. Hampir semua siswa yang berada di
51
52
MTs adalah hasil dari seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya kompetitif (punya
daya saing yang tinggi). Rata-rata siswa yang masuk di MTs Pembangunan 30%
berasal dari MI Pembangunan dan 70% dari luar. Para siswa MTs adaah rata-rata siswa
yang mempunyai prestasi akademik yang bagus sehingga tidak mengherankan daya
saing mereka lebih tinggi. Hal ini dilihat dari nilai siswa satu dengan yang lainnya
tidak berbeda jauh. Sehingga membuat sekolah ini diminati oleh berbagai kalangan
dan orang tua.
Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal
September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya
adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Deskripsi Guru
Guru pengajar di Madrasah Pembangunan lulusan S1 dari jurusan ilmu
kependidikan keguruan/tarbiyah. Rata-rata guru-guru berasal dari tamatan UIN Jakarta
40%, dari UNJ 18%, sedangkan 52% berasal dari UHAMKA, UNAD, IKIP, UPI, IPB,
UNPAD, dan UNES. Dengan modal kependidikan keguruan, tidak mengherankan
mereka memiliki sifat-sifat pendidik yang mampu menggali potensi peserta didik
secara optimal. Adapun daya saing guru menjadi tinggi dilihat dari seleksi penerimaan
guru yang ketat dan keluaran dari Universitas yang mempunyai kredibilitas tingi.
Jumlah guru yang ada di MTs Pembangunan 40 orang. Adapun tugas wali
kelas dibebankan kepada guru yang terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan
Madrasah Pembangunan UIN. Tugas utama para guru adalah mendidik dan
mengarahkan siswa pada niai-nilai karakter yang ada pada tujuan pembelajaran.
Disamping itu guru pengajar siswa bertanggung jawab atas pengamalan-pengamalan
nilai-nilai karakter siswa yang ada disekolah.
53
Tabel 4.1
No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
VIII A
15
17
32
VIII B
16
16
32
VIII C
15
16
31
VIII D
16
15
31
VIII E
15
16
31
VIII F
16
16
32
VIII G
15
17
32
VIII H
14
18
32
B. PEMBAHASAN
Mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta. Hal itu relevan, apalagi menginggat Madrasah Pembangunan UIN (MP UIN)
adalah sekolah bercorak Islam dengan sejumlah mata pelajaran agama Islam seperti
aqidah akhlak, al-quran hadis, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, dsbnya.
Kurikulum yang menekankan pada karakter siswa sejalan dengan proses
pembelajaran PAI. Hal itu dapat dibuktikan dengan perilaku siswa yang baik dan
positif. Tentunya karakter yang ditonjolkan pada MTs Pembangunan UIN adalah
karakter Islam. Maka pendidikan karakter yang diterapkan mengaju pada nilai-nilai
Islam. Oleh karena itu, dalam menciptakan pendidikan karakter tentulah harus ada
program. Apalagi, pendidikan karekter secara teoritis masih dibilang baru dan
membutuhkan konsistensi dari guru sebagai pendidik. Para guru harus membuat
formula jelas agar hasil pendidikan karakter terlihat dan terimplementasi dengan baik.
Maka dalam pengukurannya pendidikan karakter dilihat dalam bentuk sikap mereka
sehari-hari ketika di Sekolah, pengamatan guru dan laporan orang tua murid.
54
55
Indonesia,
melalui
Kementerian
Pendidikan
Nasional,
mencanangkan pendidikan karakter bangsa mulai tahun 2010 dengan bertitik tolak
pada empat nilai utama, yaitu kejujuran (jujur), ketangguhan (tangguh), kepedulian
(peduli), dan kecerdasan (cerdas). Dari empat nilai utama ini, masing-masing lembaga
pendidikan. Dari sekian banyak nilai-nilai yang dimunculkan, akhirnya terpilih 7 nilai
target, yang dicanangkan oleh MTs Pembangunan UIN Jakarta yaitu:
1.Ketaatan beribadah (religius), yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya.
2.Kejujuran, yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatannya.
3.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara, maupun Tuhan YME.
4.Kedisiplinan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban terhadap
berbagai ketentuan dan peraturan.
5.Kepedulian terhadap lingkungan, yakni sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan suatu perbuatan atas dasar cinta dan perhatian kepada orang lain maupun
kepada lingkungan dan proses yang terjadi di sekitarnya.
6.Toleransi yakni sikap yang berasal empati merupakan inti emosi moral yang
membantu anak memahami perasaanorang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi
peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang
yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih
sayang. Dengan toleransi, siswa akan memperlakukan orang lain dengan baik dan
penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai
orang-orang berdasarkan karakter mereka.
56
7.Gemar Membaca, yakni sikap dan perilaku yang mencintai ilmu pengetahuan dan
menghasilkan sikap dan perilaku yang berusaha untuk menemukan kesalahan atau
kelemahan maupun kelebihan dari suatu perbuatan.
Ketujuh nilai ini diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran
dan juga dibudayakan melalui pengembangan kultur madrasah. Adapun hasil dari
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur di
MTs Pembangunaan UIN Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Ada beberapa terdapat jawaban yang keliru, terlalu
singkat dan sederhana, dari setiap item pertanyaan yang penulis ajukan mulai dari
definisi, nilai-nilai karakter yang diterapkan, program sekolah serta respon orang tua
terhadap pendidikan agama Islam berbasis karakter. Akan tetapi jawaban tersebut tidak
mengurangi dari tujuan wawancara yakni mendapatkan implementasi pendidikan
agama Islam berbasis karakter terutama dalam pembelajaran akidah akhlak. Meskipun
secara essensial semua mata pelajaran mengandung nilai-nilai karakter yang ingin
diterapkan. Berikut deskripsi data pendidikan karakter yang peneliti bagi menjadi 7
aspek yakni sebagai berikut:
1. Aspek Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain1.
Aspek religius merupakan salah satu satu upaya yang bisa dilakukan adalah
pembinaan karakter siswa melalui proses pembelajaran di kelas dan juga membangun
lingkungan yang kondusif di luar kelas dalam pemahaman terhadap keagamaan
terutama terhadap keyakinan terhadap ajaran agama Islam. Religius disini adalah
dinilai dari bentuk ketaaatan beribadah dan sikap serta perilaku siswa yang
mencerminkan nilai religius.
Aspek religius siswa tidak hanya terlihat dari sikap yang seolah-olah hanya
diidentikkan dengan rajin beribadah. Meskipun rajin ibadah, bisa menjadi salah satu
indikator religius. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya cara mengukur religius
siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi dengan observasi yang ada,
1
57
kemudian di cek dengan wawancara kepada wali kelas atau guru agama Islam (akidah
akhlak, al-quran hadis, fikih, sejarah kebudayaan Islam dan sebagainya). Selain kedua
data tersebut diperkuat dengan dokumentasi yang ada sepperti buku kegiatan ibadah.
Dari pengamatan ada hari pertama sudah ada seperti hari senin-rabu ada shalat dhuha
jamaah, penghafalan doa an surat-surat al-quran, shalat jumat dan keputrian yakni
belajar dakwah. Dalam hal ini ada pengimplementasian karakter religius yang terlihat
dari program-program penamaman karakter yang dijadwalkan secara rutinitas.
Bapak Kepala Sekolah MTs. Pembangunan menuturkan bahwa setiap
pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari
jumat, kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru PAI menyalami
anak, lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan HC
(hibitual curiculum) yaitu hari senin sampai dengan hari rabu jam
07.00-07.40, isinya itu adalah baca Al-Quran sesuai dengan program
yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah baca alquran ada hafalan doa-doa, kultum, dan biasanya hari ntertentu
ditutup dengan asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa
diakhir belajar,bisa satu minggu sekali, dan doa-doa tadi, ada khusus
nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai dimana anak itu sudah
hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas 9 baru
diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek,
disamping HC, setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan
uang jajannya, jadi uang jajan itu semampu dia itu namanya TAS
(tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan untuk beasiswa
bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya
disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20
juta ke atas. disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada
shalat duha, shalat duha itu wajib, karna program sekolah, dan
disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar berjamaah, tidak boleh
pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkan keputrian,
artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa
dibahasakan oleh bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya
bapak-bapak sudah tau2.
Dari program yang dicanangkan sekolah, implementasi karakter religius siswa
terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari program-program peningkatan pemahaman
keagamaan dilakukan oleh siswa-siswi MTs dengan baik. Apalagi dipantau dengan
buku dan guru Agama Islam serta dijadwalkan secara rutin. Untuk mendukung data,
peneliti melakukan wawancara kepada siswa dan siswi yang terbilang cukup rajin
dalam melakukan aktifitas ibadah di sekolah.
2
Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013
58
Wawancara pertama yakni siswa lai-laki. Dia termasuk aggota Rohani Islam
(ROHIS) yang aktif dalam menyelengggarakan kegiatan dalam meningkatan
pemahaman terhadap keagamaan Islam. Peneliti menanyakan bagaimana dia Ketika
hal ini ditanyakan dengan sedikit malu-malu dan memberikan pengakuan bahwa itu
tidak terlepas dari tradisi. Sehingga akhirnya peneliti melakukan wawancara secara
tertulis. Namun dari hasil pengamatan subjek bisa dikatakan adalah selain dari
pembawaan anak itu pendiam, orang tua juga berperan dalam sikapnya. Menurut dia,
orangtua jarang mengajaknya berbicara banyak, mereka lebih mencontohkan atau
berperilaku. Ketika peneliti melihat dan mengamati hari pertama, karena dia duduk
dibelakang dia hanya duduk tenang dan tanpa aktifitas yang berarti. Sehinggga peneliti
kesulitan dalam menganalisis sika dia dalam pengimplemantasi pendidikan karakter.
Peneliti perlu melihat anak tersebut lebih dekat, karena dia tidak mau berbicara dan
menyukai menggunakan bahasa verbal. Namun ada hal yang menarik ketika istirahat
sekolah dia memilih untuk ke masjid sekolah dan melakukan shalat dhuha dan
sebelumnya melakukan shalat tahyatul masjid. Dia menghabiskan istirahatnya di
Masjid. Bahkan ketika peneliti melihat dari luar masjid, dia membaca al-Quran. Dari
segi penampilan yakni pakaian tidak ketat bahkan terlihat muslimah. Selain itu, guru
dan wali kelas juga memberikan pernyataan yang sama bahwa dia juga termasuk siswi
yang rajin ibadah. Selain itu tingkat religius terlihat dari sikap dia dikelas dengan
bertutur kata lembut, sabar, dan suka menolaong. Itu semua adalah indikator yang
dapat dikatakan memiliki tingkat religius yang tinggi. Dengan demikian peneliti
melihat bahwa anak ini memiliki tingkat religius yang baik.
Gambar 4.1 Religius
59
2. Aspek Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan3.
selama ini bagaimana peran guru pai dalam menanamkan nilai-nilai karakter
tentang kejujuran, ya memang selama disini kita sealalu menekankan pada anakanak. Pertama memberi dsamping itu kalau toh mereka menemukan uang itu harus
mengembalikan setidak-tidaknya diberikan kepada wali kelasnya, tapi biasanya
anak-anak disini kalau menemukan uang pasti dia memberikan pada guru-gurunya
karna disini tidak ada yang mencuri atau memeras temannya jarang terjadi, kalu
toh ada pasti itu suatu keanehan tapi kemungkinan tetap pasti ada, karna sesuatu itu
tidak mungkin 100%, tetap ada kekurangan kemungkinan 1%, itu biasanya
penyebabnya karna broken home, karna kalau dirumah tidak beres tidak mungkin
guru disekolah bisa membereskannya karna itu susah karna model itu ada dirumah,
contohnya: ibunya selingkuh lalu anaknya tinggal sama bapaknya itu susah itu,
karna tidak hanya menyangkut guru agama saja harus menyangkut psikologi juga
karna kita tidak bisa deteksi agama saja, harus kerjasama dengan guru BP dan guru
psikologi, baru kita anak itu bisa teratasi, itu yang saya bilang 1% tadi. Diantara
260 siswa ada satu atau dua siswa yang bermasalah.4
Ibid., hal. 9
Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013
4
60
lembar kertas soal dan jawaban. Selain itu, peneliti melihat dia tidak tengok kanan dan
kiri atau melihat buku maupun contekan. Setelah selesai ujian, peneliti menanyakan
sikap dia dalam ujian. Jawaban dari anak tersebut cukup dewasa dengan mengatakan
tidak mencontek, karena apa arti nilai bagus yang didapat dari sebuah ketidak jujuran.
Semua tidak akan memberi manfaat apapun, sekalipun nilainya menjadi bagus.
Walaupun terkadang dia kesal melihat ada temanya yang berbuat curang mendapat
nilai yang bagus dan tidak ketahuan. Namun dia secara diam-diam memberikan
informasi yang diketahuinya. Hal itu, diakuinya bukan untuk mendapatkan pujian dari
guru, namun terlebih menurut dia kejujuran dalam bentuk apapun akan bermanfaat
baginya meskipun terkadang dia menerima perlakuan dari teman-teman dengan sikap
yang kurang baik. Hal ini bagi peneliti merupakan bagian ini dari implementasi
pendidikan karakter yang dibentuk dari keluarga dan diperkuat oleh sekolah.
Namun adapula sikap siswa lain ketika ujian harian yang sedang berlangsung.
Anak ini stabil dan penuh percaya diri. Hal ini terlihat dari sikap dia ketika ujian tidak
menoleh kanan dan kiri, bahkan terkadang tampak santai dalam pengerjaannya.
Meskipun demikian, anak ini tidak mencontek dari buku atau lembar jawaban
temannya. Peneliti melihat hal ini, dikarenakan percaya diri dengan jawaban yang
ditulis. Selain itu dia tampaknya tidak mau menujukan kecepatannya menjawab soal.
Akan tetapi peneliti meihat dia tidak mencontek sampai ujian berakhir. Selain itu, hal
itu juga dipercaya oleh dengan otak yang di atas rata-rata, dia mampu menyelesaikan
tugas dengan baik. Namun, peneliti melihat dari karakter dan sikap dia ketika ujian
cukup baik. Karena dia sempat menjaili temannya menyembunyikan alat-alat tulis
teman sampingnya. Dan ini sebuah karakter yang unik yakni tetap jujur, meskipun
demikian nilai dia tetap bagus.
Berdasarkan data dan observasi yang dikumpulkan peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat kejujuran siswa dalam kejujuran mendapat respon yang beragam.
Karena kejujuran adalah aspek yang sulit untuk diukur. Namun kejujuran akan nampak
pada perilaku mereka yang tidak di buat-buat. Secara alamiah kejujuran akan tampak,
meskipun sulit untuk dicari perbedaan anatara yang berkata jujur dan berbohong.
Namun, ada cara yang cukup bagus, yakni melihat raut wajah, seseorang yang berlaku
tidak jujur atau curang seperti mencontek, memanipulasi nilai, dan sebagainya. Secara
ekspresi muka meskipun dibuat secara setenang mungkin, akan terlihat ketidak
61
jujurannya. Apalagi bila siswa mendapatkan nilai bagus dari hasil tugas individu,
kelompok maupun ulangan. Namun ketika di uji secara lisan, akan terlihat sejauh mana
kemampuan siswa itu berada. Adapun siswa yang jujur, meskipun ketika ditanya
merasa takut, tetapi jika siswa tersebut jujur, akan terlihat dari sikap yang tidak
membenarkan segala cara untuk berbohong. Hal itu mungkin terjadi, karena kadang
keterbukaan dan kejujuran kepada orang tua, guru, teman sulit diterapkan karena faktor
kebiasaan. Atau juga bisa dikarenakan secara psikologis anak pendiam, takut dan
sebagainya. Tetapi karena pembahasan angket ini tidak masuk dalam ranah psikologi,
karena hanya ditekankan implementasi karakter yang dianalisis dari hasil angket.
Sehingga dari tabel di atas menunjukan rata-rata siswa berkata jujur masih setengahsetengah. Dengan kata lain masih perlu pembinaan dan pembiasaan kejujuran serta
dukungan untuk berkata jujur dalam keadaan apapaun. Adapun implementasi karakter
kejujuran dapat terlihat berjalan cukup baik dan perlu perbaikan.
3. Aspek Kedisplinan
Kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan5.
Di lihat dari hasil pengamatan dan observasi ada sebuah kasus siswa yang aktif
baik di dalam maupun diluar kelas. Interaksi dengan teman-temannya dilakukan
dimanapun, sehingga dia mempunyai teman yang banyak. Selain itu, siswi ini,
termasuk orang yang selalu konsisten dalam prestasinya yakni rangking 1 (satu).
Secara psikologis, dia terlihat lebih percaya diri. Setelah dilakukan observasi, peneliti
menganalisis bahwa keaktifan dia kadang-kadang berlebihan dan tidak terkontrol baik
dari segi ucapan maupun sikapnya. Sehingga kadang-kadang ada sedikit kegaduhan
yang tercipta. Semisal dia mudah melontarkan kata-kata yang berlebihan dan
menggunakan bahasa gaul, bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Meskipun
terkesan sepele, namun bagi peneliti hal ini menjadi kekurangan dia terhadap
kepedulian teman-teman yang kosentrasi pada mata pelajaran tersebut. Selain itu
pemikiran dan gagasan/ ide yang dilontarkan agak radikal, sehingga sangat riskan
dinterpretasi/ multi tafsir. Waktu dalam penelitian, anak ini melontarkan sebuah
pertanyaan yang cukup membuat agak riskan, kenapa butuh mengimani malaikat.
5
Ibid., hal. 9
62
Ternyata setelah diamati dan dilakukan wawancara anak ini, ternyata dia menerima
pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak diarahkan akan
membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut. Meskipun demikian
hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup keras dan demokratis
bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan karakter yang di
tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa dalam berakidah yang
sesuai al-Quran dan as-Sunnah.
Gambar 4.2 Disiplin
Ibid., hal. 10
63
ternyata dia menerima pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak
diarahkan akan membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut.
Meskipun demikian hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup
keras dan demokratis bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan
karakter yang di tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa
dalam berakidah yang sesuai al-quran dan as-sunnah.
5. Aspek Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya7.
Aspek toleransi diperlukan dalam pembentukan karakter yang mampu
membuat orang/ siswa dengan perilaku yang memposisikan orang lain dengan baik
dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta
menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.
Dari pengamatan peneliti menemukan ada siswa yang aktif dan suka
ngebanyol. Namun ketika ada kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dia tidak
membuat gaduh. Namun ada sesekali dia membuat kelucuan, yang bagi siswa lain
sebagai hiburan. Padahal dia tidak bermaksud melucu, namun dia memahami hal
tersebut, karena logat yang dipakai yakni logat betawi yang terkenal ceplos-ceplos.
Ketika hal ini ditanyakan dari mana mendapatkan cara untuk kata-kata lucu.
Dijawabnya, dia sudah terbiasa dengan lingkungan yang suka bercanda, apalagi dia
berasal dari suku betawi yang kental dengan lawakan yang lucu. Namun di balik itu,
dia merupakan anak yang mempunyai tipe serius dan suka tantangan. Hal ini dilihat
dari dia selalu berprestasi di bidang akademik. Hasil pengamatan subjek bisa dikatakan
adalah selain dari pembawaan anak yang suka bercanda terkadang jail. Dia mempunyai
cita-cita yang cukup bagus yakni jadi pengacara yang mampu membela kaum yang
lemah. Toleransi tersebut terlihat dari cara dia melakukan yang terbaik kepada temantemannya. Ketika, peneliti mengadakan observasi, kebetulan ada teman yang sakit, dia
langsung mempunyai inisiatif untuk menggalang dana dan membuat rencana untuk
menjenguk. Dari pengamatan tersebut, peneliti meihat dia mempunyai solidaritas yang
Ibid., hal. 9
64
tinggi. Padahal, biasanya anak dengan tipe yang suka bercanda kadang kurang peka
dan toleran terhadap terhadap teman-temanya.
Ibid., hal.10
65
Tempat bangku/ meja belajar kurang rapi, baik menaruh tas dan buku catatan. Selain
itu, dia ada inisiatif untuk membuat poster dan tulisan dengan tema menjaga
lingkungan. Sehingga dapat dikatakan anak ini kurang mengimplementasi pendidikan
karakter tentang kepedulian terhadap lingkungan. Namun dengan demikian,
kepedulian lingkungan bisa ditingkatkan dengan pemahaman pentingnya lingkungan di
jaga demi keberlangsungan ekosistem dan keseimbangan alam. Dengan demikian
implementasi kepedulian terhadap lingkungan , sisswa-siswi MTs terbilang hanya
cukup. Karena masih perlu ditingkatan kesadaran pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, memisahkan sampai organik dan non organik, tidak merusak taman, hemat
dalam penggunaan listrik.
Gambar 4.3 Peduli Lingkungan
Ibid., 10
66
10
Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal
30 April 2013
67
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa 7 aspek yang mengandung nilainilai pendidikan karakter yang di MTs. Pembangunan UIN Jakarta sudah berjalan baik
dan terencana. Hal ini terlihat dari RPP yang dibuat oleh para Guru PAI baik akdah
akhlaq, al-Quran hadis, Fiqih, SKI. Berdasarkan data yang dihasilkan menunjukan
guru dan siswa-siswa telah mengimplementasikan pendidikan agama Islam berbasis
karakter terutama pelajaran akidah akhlak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagaimana Implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter yang meliputi:
Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli Lingkungan, Gemar
Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta?
Dari semua implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai
karakter yang dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam
kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan programprogram dari sekolah.
B. Implikasi
Dengan adanya pendidikan karakter siswa Madrasah Pembangunan lebih
berkarakter dengan sikap-sikap yang Islami. Hal ini mempunyai implikasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang lebih kondusif. Selain itu pendidikan karakter
membawa mereka pada perilaku yang diharapkan oleh sekolah seperti: disiplin,
religius, tangggung jawab, jujur, tolerani/ saling menghargai. Apabila pendidikan
karakter ini bisa diterapkan ada lingkungan dan masyarakat maka pendidikan
karakter mempunyai pengaruh bagi masyarakat sebagai pengendali moral dan true
mode (teladan).
68
69
C. Saran-Saran
Dalam hal ini penulis melihat bahwa pendidikan Agama Islam masih
berbeda dengan pelajaran lain. Terutama dari segi keseriusan siswa dalam
mengikuti pelajaran PAI. Hal ini kita melihat bagi perlu ada ketegasan,
kewibawaan serta keteladanan bagi siswa. Sehingga karakter yang akan diberikan
kepada siswa dalam KBM.
Saran-saran yang pelu di perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:
1.
Bagi para kepala sekolah, guru, dan komunitas sekolah yang lain hendaknya
lebih menggalakkan pendidikan karakter pada tataran aplikatif. Perlu diadakan
perumusan kebijakan tentang nilai-nilai moral yang akan dikembangkan di
sekolah, sehingga penciptaan dan pembentukan karakter pada peserta didik
diharapkan bisa optimal sejalan dengan perumusan kebijakan pendidikan
karakter yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Jakarta: PT
Asdi Mahasatya, 2006
Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama
Berwawasan.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002.
Chararter Counts, Six Pillars dalam http://charactercounts.org/sixpillar.html
diakses pada 03 juli 2012.
Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pendidikan Agama Ilam, Jakarta: Bumi Aksara,
1995
DEPAG RI, Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk MTs,
sesuai dengan perturan Menteri Agama RI No 20 Tahun 2008, Jakarta:
Nadia Media.
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Akidah Akhlak, Jakarta: 2004.
Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertama dan
Menengah, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi
Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: 2004.
Dewantara , Ki Hadjar, Menuju Manusia Merdeka, Yogyakarta: Leutika, 2009
Ginanjar Agustian, Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spritual, Jakarta: Arga, 2007.
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka
Setia, 2001.
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP Press, 2009
http://www.mpuinjkt.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=17&profil=sarana%
20&persen 20prasarana.
(http://waskitamandiribk.wordpress.com). Diunduh pada 19 Sepetember 2012.
70
71
Tantangan
Krisis
72
HASIL WAWANCARA
Nama
Tanggal
Tiap bulan ada nilai-nilai yang akan kita kembangkan, nanti kalau mau tau apa saja
nilai-nilai itu kita bekerjasama dengan fidp bulan ini apa, bulan ini apa, disamping itu
wali kelas dalam pendidikan karakter ini wali kelas juga dibekali dengan cilent setting.
Setiap pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari jumat,
kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru pendidikan agama islam menyalami anak,
lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan hc (hibitual curiculum) yaitu
hari senin sampai dengan hari rabu jam 07.00-07.40,isinya itu adalah baca Al-Quran
sesuai dengan program yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah
baca al-quran ada hafalan doa-doa, kultum, dan biasanya hari ntertentu ditutup dengan
asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa diakhir belajar,bisa satu minggu
sekali, dan doa-doa tadi, ada khusus nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai
dimana anak itu sudah hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas
9 baru diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek, disamping hc,
setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan uang jajannya, jadi uang jajan itu
semampu dia itu namanya TAS (tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan
untuk beasiswa bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya
disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20 juta ke atas.
disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada shalat duha, shalat duha itu
wajib, karna program sekolah, dan disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar
berjamaah, tidak boleh pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkan
keputrian, artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa dibahasakan oleh
bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya bapak-bapak sudah tau.
bagaimana peran bapak
guru agama itu disamping kita punya breving tiap minggu yaitu pada hari jumat,
disamping itu juga guru agama ada di suatu konsursium agama dan kita juga ada
pertemuan rutin dengan konsursium dan sebulan sekali ada pertemuan rutin dengan
konsursium, dan kemaren kita ada pertemuan berbicara design buku yang kita evaluasi,
disitu ada buku hc dan tes praktek apa kekurangan kelebihan tes praktek, itu yang kita
evaluasi, jadi ada yang kita tambah dan ada yang kita kurang, bukan saya saja sbg
sekolah tapi juga ada leb ibadah atau leb ibadah kersama dengan saya, kita panggil/
kumpulin guru-guru agama, setiap hari kita bicarakan nilai agama disini, karna anak-anak
sekarang tiap tahun karakternya berubah-berubah dan termasuk bagaimana masuknya aiti
maju, internet, bb dan lain-lain, guru agama perannya harus lebih bisa, karna kalah
dengan alat-alat itu, karna program itu harus regulitas karna tidak instan, maka harus kita
evaluasikan karna progran itu berjalan dan selalu dipantau, tapi kita umumnya
persemester dievaluasi, disamping breving tadi. selama ini bagaimana peran guru pai
NAMA
GURU
: AKIDAH AKHLAK
8. Apakah ada hubungan antara guru dengan keluarga yakni orang tua murid dalam
mendukung pendidikan karakter?
Jawab:: Jelas ada karena kita satu jam konseling terhadap anak-anak yang disana
kurang baik prestasi maupun sikapnya, biasanya ada keluhan keluhan yang
disampaikan oleh orang tua murid. Hal itu menunjukkan pendidikan karakter
memerlukan kerjasama antara sekolah, guru dan orang tua.
9. Sejauh mana ekspetasi orang tua terhadap guru agar mampu menanamkan
karakter pada siswa-siswanya?
Jawab: mendukung jika itu baik dan tidak memberatkan
10. Adakah keluhan orang tua tentang kebijakan dan program sekolah yang tidak
memberikan nilai-nilai pendidikan karakter?
Jawab: sejauh ini tidak ada, mudah-mudahan ini respon positif, bahwa program
yang ditawarkan kita tidak merugikan para orang tua dan anaknya. Kita juga
mempunyai kegiatan setiap jumat para wali kelas termasuk saya mendengarkan
keluhan-keluhan dari orang tua. Yang paling sering dikeluhkan adalah program
sekolah seperti shalat jamaah, di rumah mereka masih disuruh jadi kesadar belum
sepenuhnya.
Profil Sekolah
Profil Sekolah
Nama Sekolah
Alamat
NSS/ NPN
121231740001
Status
Swasta (Terakreditasi A)
1977
Telepon
+6221740172, +62217401143
Fax
+62217421156
Kepala Madrasah
Wakabid Kurikulum
Wakabid Kesiswaan
Drs Miran
YAYASAN
KOMITE
MADRASAH
DIREKTUR
WAKIL
DIREKTUR
KEPALA
MADRASAH
TSANIYAH
WAKA I
Bid. Kurikulum
WAKA II
Bid. Kemahasiswaan
KEPALA
LABORATORIUM
KEPALA PUSAT
Penelitian,
Pengembangan dan
Jaminan Mutu
KEPALA BAGIAN
TATA USAHA
KASUBAG
Keuangan dan
Kepegawaian
KASUBAG
Pendidikan dan
Pengajaran
KASUBAG
UMUM
KEPALA PUSAT
Sistem Informasi
Dokumentasi &
Publikasi
KEPALA
PERPUSTAKAAN
No
Nama
Pendidikan Akhir
S1 STAI
S1 IAIN
S1 IKIP
S1 UNAD
S1 IPB
Umi Prasatyaningsih P. ST
S1 UAY
S1 IAIN
Momon Mujibburrohman, MA
S1 UHAMKA
S1 UHAMKA
10
Romli, S.Ag
S1 IAIN
11
Herawati, S.Pd
S1 IAIN
12
S1 IKIP
13
Mardi, MA
S1 UIN
14
S1 UIN
15
S1 UHAMKA
16
Wildah, S.Pd
S1 UHAMKA
17
S1 UIN
18
S1 UPI
19
Saroni, S.Pd
S1 UNJ
20
Muhtarom, ST
S1 UNJ
21
S1 UIN
22
Agus Wahyudi, ST
S1 Uwamang
23
Fitriyanti, ST
S1 ITI
24
S1 UIN
25
Mardiana, S.Pd
S1 UNJ
26
S1 UNJ
27
Tajul Arif, S. Si
S1 UNPAD
28
S1 UIN
29
Purwaningsih, S.Pd
S1 UNJ
30
S1 UNJ
31
S1 UNES
32
S1 UPI
33
S1 UIN
34
S1 UIN
35
S1 UIN
36
S1 UIN
37
S1 UIN
38
S1 UIN
39
S1 UIN
40
S1 UNJ
No
Fasilitas
Perpustakan
Laboratorium MIPA
Laboratorium IPS
Laboratorium Bahasa
10
11
12
13
14
Ruang Musik
15
16
17
Kantin
18
19
Koperasi Sekolah
20
21
Bank
No
Kegiatan Ekstrakurikuler
Mawaris
Musikalisasi Puisi
Pramuka
Bola Basket
10
Futsal
11
Taekwondo
12
Student Company
13
Tari Saman
14
Arabina
15
English Club
16
Science Club/Robotic