Anda di halaman 1dari 112

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB N KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Lu’lu Ul’ Alawiyah

141201072

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA


(STAIBN) TEGAL
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan atas segala

karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Sholawat dan

Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan

umatNya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK

TUNARUNGU DI SLB N KOTA TEGAL”.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana di Sekolah Tinggi Agama Islam Bakti Negara Tegal.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Badrodin, MSI, selaku Ketua STAIBN Tegal.

2. Bapak Sepuddin, MSI, selaku PK I Bidang Akademik.

3. Bapak Drs. Hanip Afron, S.Pd, M.Ag, selaku PK II Bidang Administrasi

Keuangan.

4. Bapak Drs. H. Sururi, M.Hum, selaku PK III Bidang Kemahasiswaan.

5. Bapak Drs. Abdul Muslich, MSI, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Program

Studi Pendidikan Agama Islam dan selaku Pembimbing I.

6. Bapak H. Ahmad Hufron, Lc, MSI, selaku Pembimbing II.

7. Bapak Drs. Munawir Yusuf, MSI, selaku Penguji I dan Bapak Sunaryo,

SH, MSI, selaku Penguji II.

v
8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai STAIBN Tegal,

khususnya Dosen PAI yang telah membimbing dan memberikan

wawasannya studi ini dapat terselesaikan.

9. Ibu Dra. Sepholindarsih, selaku Kepala SLB Negeri Kota Tegal, yang

telah memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.

10. Kepada segenap Bapak/Ibu Guru serta orang tua dan peserta didik SLB

Negeri Kota Tegal yang telah memberi bantuan pada penulis selama

mengadakan penelitian.

11. Orang tua dan keluarga serta kerabat yang senantiasa berjuang dan tidak

pernah lelah mendo’akan demi keberhasilan dan kesuksesan penulis dalam

menuntut ilmu.

12. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang dengan ikhlas membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat menjadi

amal hasanah, maslahah dan mendapatkan ridlo dari Allah SWT dengan teriring

doa Alhamdulillah Jazakumulloh Khoiro Ahsana Jaza.

Sebagai penutup penulis menyadari bahwa masih banyak kekhilafan dan

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca

demi lebih sempurnnya skripsi yang penulis susun ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna, bermanfaat,

barokah, maslahah di Dunia dan di Akhirat. Amin.

Tegal, 6 Desember 2016

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala nikmat dan rahmat yang diberikan. Sholawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan segenap rasa cinta dan

sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

1. Abahku yang ku banggakan Abah Abdul Chalim dan Ibuku tercinta Ibu

Eny Herwanti yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang,

ketulusan, kesabaran, serta selalu memberi motivasi, mendo’akan dan

mendukungku serta telah membantu dalam proses sampai terselesaikannya

penelitian ini.

2. Kakek dan Nenekku tersayang Mbah Soegirwo (Alm) dan Mbah Kasriyah

yang telah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakanku.

3. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan kasih sayang

serta perhatiannya kepadaku.

4. Para Dosen STAIBN Slawi Tegal, khususnya Bapak Drs. Abdul Muslich,

MSI dan Bapak H. Ahmad Hufron, Lc, MSI yang selalu membimbingku

demi terselesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sepholindarsih, S.Pd selaku Kepala SLB Negeri Kota Tegal

beserta para guru khususnya Bapak Nur M. Biantoro, S.Pd.I dan Ibu

Malyinda Setyorini, S.Pd.I selaku Guru PAI di SLB Negeri Kota Tegal

yang telah memberikan bantuan besar terhadap proses penelitian yang

peneliti lakukan.

vii
6. Untuk sahabat pejuang skripsiku Farida Uly Zulfiana dan Fatikha yang

selalu menemaniku dalam melakukan penyusunan skripsi ini hingga

akhirnya selesai.

7. Sahabat-sahabatku PP. Al-Hikmah 2 terutama Iip, Ajeng, Miroh, Yeni,

Mbak Zulfa, Mbak Aat, Mbak Fi’at, Vina, Acil dan Arek-Arek Al-Maula

Angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya

kepadaku.

8. Teman seperjuangan sekaligus sahabat-sahabatku PAI STAIBN TA 2012,

yakni Inayah, Zemy, Hilya, Dini, Aeni, Melia, Zaenab, Kamilah, Mbak

Retno, Mbak Ade, Mbak Kiki, Mbak Eva, dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang selalu kompak serta telah berbagi canda tawa

dan pengalaman berharga kepadaku, semoga kita tetap menjadi satu.

9. Segenap dewan Asatidz-Asatidzah MDTA At-Taqwa Pekauman Tegal

yang selalu memberikan waktu kebijaksanaannya untukku agar skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

10. Teman-teman KKN Desa Kaliwungu Balapulang dan teman-teman PPL

MTs Mambaul Huda Pekauman Kulon, pengalaman bersama kalian tidak

akan pernah ku lupakan.

11. Sahabat-sahabatku yang tak bisa ku sebutkan satu per satu yang telah

memberiku perhatian dan dukungannya.

12. Almamaterku STAIBN Slawi Tegal, tempat aku berproses.

viii
MOTTO

﴾٤۰﴿ ‫﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَ ْوفَ يُرٰى‬٩٣﴿ ‫وَاَنْ لَّيْسَ لِ ْلإِنْسَانِ إِلَّامَاسَعٰى‬


Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat
(kepadanya).” QS. An-Najm: 39-401

“Untuk meraih hal hebat, kita tidak hanya harus bertindak, tetapi juga bermimpi.

Tidak hanya berencana, tetapi juga punya keyakinan.”2

1
Salim Bahreisy dan Abullah Bahreisy, Tarjamah Al-Qur’an Al-Hakim, (Surabaya: CV
Sahabat Ilmu, 2001), hal. 528
2 Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal.80

ix
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada
Anak Tunarungu Di SLB Negeri Kota Tegal” ini ditulis oleh Lu’lu Ul’ Alawiyah,
NIM.141201072, dibimbing oleh Drs. Abdul Muslich, MSI dan Ahmad Hufron,
Lc, MSI
Kata kunci : Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak Tunarungu
Setiap anak termasuk anak tunarungu khususnya di SLB Negeri Kota Tegal
berhak mendapatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang sama seperti anak
normal lainnya. Dengan begitu mereka dapat menambah wawasan mereka dan
mengembangkan kecakapan komunikasi dengan orang lain. Selain itu, pendidikan
agama juga sangat penting sebagai pondasi keagamaan agar dalam menjalani
kehidupan, anak didik termasuk juga anak tunarungu mempunyai benteng yang
kuat serta bisa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlakul karimah.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Metode apa yang
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunarungu di
SLB Negeri Kota Tegal? 2) Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunarungu di Sekolah
Luar Biasa Kota Tegal?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang penerapan
metode pembelajaran pendidikan Agama Islam serta faktor yang mendukung dan
menghambat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Kota
Tegal. Skripsi ini bermanfaat bagi siswa tunarungu untuk meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dan
mengaplikasikan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Bagi pembimbing, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk
memperbaiki kualitas pembinaan pembelajaran pendidikan agama Islam. Bagi
guru PAI dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik sehingga
pembelajaran menjadi efektif dan siswa tidak merasa bosan. Bagi lembaga dapat
memberi masukan dalam pengambilan kebijakan untuk pembinaan kepada guru
PAI.
Penelitian ini berdasarkan lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian
lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam penelitian
kualitatif, berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.
Analisis data dilakukan menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis.
Hasil penelitian: (1) Metode yang diterapkan dalam pembelajaran PAI pada anak
tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal hampir sama dengan sekolah umum lainnya
tapi dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
peserta didik. (2) Faktor pendukung dalam pendidikan agama Islam di SLB
Negeri Kota Tegal yaitu: dukungan dari orang tua serta kesabaran dan ketelatenan
guru dalam mengajar siswa. Sedangkan yang menjadi faktor pengambat adalah:
anak yang kadang tidak masuk sekolah karena kesibukan orang tua serta kesulitan
komunikasi yang dialami oleh guru PAI dalam menyampaiakan materi karena
memang kurangnya kemampuan dalam penggunaan bahasa isyarat.

x
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Halaman Persetujuan Pembimbing ................................................................. ii

Halaman Pengesahan ...................................................................................... iii

Halaman Pernyataan ........................................................................................ iv

Kata Pengantar ................................................................................................ v

Halaman Persembahan .................................................................................... vii

Halaman Moto ................................................................................................. ix

Abstrak ............................................................................................................ x

Daftar Isi .......................................................................................................... xi

Daftar Tabel .................................................................................................... xiv

Daftar Bagan ................................................................................................... xv

Daftar Gambar .................................................................................................. xvi

Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5

F. Metode Penelitian ............................................................................... 8

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Metode Pembelajaran ........................................................................... 13

xi
1. Pengertian Metode Pembelajaran .................................................... 13

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran ............................................ 16

B. Pendidikan Agama Islam .................................................................... 20

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................................. 20

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................................... 22

3. Dasar Pendidikan Agama Islam ..................................................... 23

C. Anak Tunarungu .................................................................................. 26

1. Pengertian Anak Tunarungu ........................................................... 26

2. Klasifikasi Anak Tunarungu ........................................................... 28

3. Karakteristik Anak Tunarungu ........................................................ 32

4. Metode Komunikasi Bagi Anak Tunarungu .................................... 34

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN SLB NEGERI KOTA

TEGAL

A. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Kota Tegal ......................................... 37

1. Kondisi Geografis ............................................................................ 37

2. Latar Belakang Berdirinya SLB Negeri Kota Tegal ...................... 37

3. Profil SLB Negeri Kota Tegal ......................................................... 40

4. Struktur Organisasi ......................................................................... 42

5. Keadaan Tenaga Pendidikan .......................................................... 44

6. Keadaan Peserta Didik..................................................................... 46

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di

SLB Negeri Kota Tegal ........................................................................ 49

1. Tujuan Pembelajaran ...................................................................... 52

xii
2. Materi Pelajaran ............................................................................. 53

3. Metode Pembelajaran ...................................................................... 55

4. Media Pembelajaran ........................................................................ 60

5. Evaluasi Pembelajaran .................................................................... 61

6. Kegiatan Keagamaan ...................................................................... 61

C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di Sekolah Luar Biasa

Kota Tegal ............................................................................................ 62

BAB IV : ANALISA DATA PENELITIAN TENTANG METODE

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK

TUNARUNGU DI SLB NEGERI KOTA TEGAL ....................... 66

A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang Diterapkan pada

Anak Tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal ....................................... 67

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Agama Islam

Pada Anak Tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal .............................. 73

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 78

B. Saran .................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Guru PNS .......................................................................................... 44

Tabel 2. Guru Honorer ..................................................................................... 45

Tabel 3. Penjaga Sekolah ................................................................................ 46

Tabel 4. Tingkat TKLB (Persiapan) ................................................................ 46

Tabel 5. Tingkat SDLB ................................................................................... 47

Tabel 6. Tingkat SMPLB ................................................................................ 48

Tabel 7. Tingkat SMALB ............................................................................... 49

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Sekolah ............................................................. 43

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembelajaran PAI Materi Fiqih Gerakan Sholat Menggunakan Metode

Ceramah dengan Media Visual Gambar Gerakan Sholat

Gambar 2. Pembelajaran PAI Materi Fiqih Gerakan Sholat Menggunakan Metode

Demonstrasi dengan Media Visual Gambar Gerakan Sholat

Gambar 3. Metode Latihan/Praktek Gerakan Wudhu

Gambar 4. Latihan/Praktek Gerakan Sholat

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup Penulis

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses dari penambahan ilmu, baik

secara langsung atau tidak. Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir hingga

dewasa bahkan meninggal, manusia harus senantiasa belajar tentang

lingkungan sekitarnya menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman

hingga pendidikan pun telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan

manusia agar bisa bersaing dalam masyarakat. Serta untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu untuk mempersiapkan

kehidupannya. Sedangkan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk

melahirkan manusia-manusia baru yang memiliki jati diri dan keyakinan

dengan kemampuannya, serta tidak tercabut dari akar budaya dimana ia

berasal. Tujuan pendidikan ini ditujukan kepada semua manusia, tidak

memandang orang tersebut normal maupun abnormal.

Pendidikan agama juga mempunyai peran yang dominan agar

hidupnya tetap stabil dan terarah pada jalan yang benar. Pendidikan

Agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan

membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan

beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu

melaksanakan syari’at Islam. Selain itu, pendidikan agama juga sangat

penting sebagai pondasi keagamaan agar dalam menjalankan kehidupan

1
2

semua manusia termasuk juga anak berkelainan (abnormal) harus

mempunyai benteng yang kuat serta bisa menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur.

Seorang pendidik yang berkecimpung dalam dunia pembelajaran,

supaya proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien maka

penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai

metode penyampaian yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pendidik

juga harus memperhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Para

pendidik harus pandai memilih dan menggunakan metode yang akan

digunakan. Terutama pada anak yang berkebutuhan khusus seperti anak

tunarungu.

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan

termasuk juga mereka yang memiliki kekurangan (tunarungu). Dengan

membiarkan mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar

dapat menambah wawasan mereka dan mengembangkan kecakapan

komunikasi dengan orang lain. Dengan mengamati setiap pembicaraan

orang lain, untuk anak tunarungu hal tersebut dijadikan bahan

pembelajarannya tentang berkomunikasi. Selain itu mereka juga belajar

mengenai emosi dan membangun kecakapan emosional mereka. Dengan

memasukkan anak ke sekolah itu akan meningkatkan kemampuan mereka

dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, khususnya

belajar membaca dan menulis, agar mereka dapat berkomunikasi dengan

orang yang tidak mengerti bahasa isyarat.


3

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu tempat untuk

anak bekebutuhan khusus memperoleh pendidikan formal. SLB

merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan dengan sistem

segregasiatau sistem pengajaran yang memisahkan penyelenggaraan

pendidikan dengan anak yang bisa mendengar atau normal. Anak-anak

penyandang tunarungu telah disiapkan materi-materi yang sesuai dengan

kondisi mereka melalui SLB B. SLB B merupakan sekolah luar biasa yang

diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus dengan kategori gangguan

pendengaran. Bentuk kurikulum, metode, media dan lain-lainnya dalam

pengajaran yang disediakan di sekolah ini tentu saja telah dikondisikan

sesuai dengan para siswa.

Berdasar latar belakang permasalahan di atas, menarik inisiatif

dari peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui metode dan

penerapan pembelajaran PAI pada anak tunarungu. Oleh karena itu penulis

mengangkat judul penelitian “METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA ANAK TUNARUNGU

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KOTA TEGAL”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat penulis

rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Metode apa yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada anak Tunarungu di SLBNegeri Kota Tegal?


4

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunarungu di SLB

Negeri Kota Tegal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada anak Tunarungua di SLB Negeri Kota Tegal.

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada anak Tunarungu di SLB Negeri Kota

Tegal.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi

dua yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Memberikan masukan dan informasi secara teoritik ilmu

pendidikan, khususnya bentuk metode pembelajaran yang dapat

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran PAI bagi anak tunarungu.

2. Secara Praktis

a) Bagi Siswa

Bagi siswa tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal, hasil

penelitian ini diharapkan dapat:

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pembelajaran

pendidikan agama Islam.


5

2) Mengaplikasikan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Bagi Pembimbing

Bagi Pembimbing, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan untuk memperbaiki kualitas pembinaan

pembelajaran pendidikan agama Islam.

c) Bagi Guru

Dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

menarik sehingga pembelajaran menjadi efektif dan siswa tidak

merasa bosan. Dan dapat juga memberikan dukungan terhadap

siswa penyandang tunarungu untuk semangat melaksanakan belajar

dan beribadah.

d) Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

dalam pengambilan kebijakan untuk pembinaan kepada guru PAI.

e) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan

dalam melakukan sebuah penelitian ilmiah dan dapat menambah

pengetahuan dibidang ilmu pendidikan bagi anak tunarungu.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merupakan kajian tentang metode pembelajaran

pendidikan agama Islam pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal.

Untuk menghindari adanya kesamaan dengan hasil penelitian terdahulu,


6

maka penulis memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

pembahasannya relevan dengan penulisan ini, diantaranya adalah:

Pertama, Nur Sa’idah (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009) dengan judul skripsi

Kesulitan Mengartikan Konsep Abstrak dalam Pembelajaran PAI pada

Anak Tunarungu di SLB Muhammadiyah Lamongan Jawa Timur (studi

kasus di SLB-B kelas 1).1Penelitian ini membahas tentang faktor yang

menyebabkan kesulitan mengartikan kata abstrak pada pembelajaran PAI,

upaya guru PAI dalam mengatasi siswa tunarungu yang kesulitan

mengartikan kata abstrak, serta hasil yang dicapai siswa tunarungu dalam

pembelajaran PAI.

Kedua, Ida Nurfarida (Jurusan Penyuluhan dan Bimbingan Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)

dengan judul skripsi Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Tunarungu di

Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta

Timur.2Peneliti ini menemukan banyak metode yang digunakan dalam

bimbingan agama pada anak tunarungu, yaitu metode meniru, metode

mengenal ciptaan Allah, metode sholat berjamaah, metlde buka puasa

bersama, metode nonton (visual), metode ceramah, metode demontrasi,

metode gambar, metode bertanya, dan metode simulasi.

1
Nur Sa’idah, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009
dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/BAB%20I%2C%20IV%2C%DAFTAR%20PUSTAKA_2.pdf
2
Ida Nurfarida, Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2009 dalam
http://Frepository.uinjkt.ac.id/%2Fbitstream%2F123456789%2F317%2F1%2FIDA%2520NURF
ARIDA-FDK.pdf
7

Ketiga, Jatmiko dengan judul “Efektivitas Pendidikan Agama

Islam dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Tunarungu di SLB

Negeri 4 Yogyakarta”.3 Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1)

Pembelajaran PAI di SLB tersebut secara umum sama dengan sekolah

umum lain, letak perbedaannya adalah di SLB materinya disederhanakan,

2) Prestasi belajar disekolah tersebut ada dalam kategori cukup baik, 3)

Interaksi siswa cukup baik, dan 4) PAI disekolah tersebut sudah cukup

efektif dalam meningkatkan interaksi siswanya.

Keempat, Arif Tri Nurcahyo (Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009) dengan judul

Skripsi Pembelajaran Al-Qur’an Terhadap Siswa Tunarungu Di SLB

Negeri 1 Wonosari Gunung Kidul.4Peneliti menyimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an bagi siswa tunarungu Di SLB Negeri

1 Wonosari, Gunung Kidul, guru PAI menggunakan multi metode

pembelajaran, yang penggunaannya disesuaikan dengan materi yang

diberikan dan disesuaikan dengan kondisi siswa. Metode yang diterapkan

antara lain menggunakan metode ceramah, metode tanya-jawab, metode

drill, metode abjad jari, metode taktil, metode resitasi. Keterbatasan guru

yang ada menyebabkan jumlah waktu untuk mengajar menjadi kurang

maksimal. Sehingga kegiatan pembelajarannya pun kurang maksimal.

3
Lihat Jatmiko, “Efektivitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Interaksi
Sosial Siswa Tunarungu di SLB Negeri 4 Yogyakarta”, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2006.
4
Arif Tri Nurcahyo, SkripsiFakultasTarbiyah UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2009
dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3217.pdf
8

Kelima, Nenda Martiasari (Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2015) dengan

judul skripsi Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-B

Ngudi Hayu Srengat Blitar.5Peneliti ini menyimpulkan bahwa proses

pendidikan agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-B Ngudi Hayu

Srengat Blitar hampir saja sama dengan sekolah reguler, materi yang

disampaikan yaitu tentang Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, dan Fiqih. Akan

tetapi dibuat lebih sederhana serta dalam pelaksanaannya disesuaikan

dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik, baik itu metode, media

serta evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran PAI.

Sedangkan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

“METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

PADA ANAK TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

NEGERI KOTA TEGAL”. Dari mengkaji beberapa karya ilmiah diatas,

yang membedakan penelitian saya yaitu berfokus pada penggunaan dan

penerapan metode yang bagaimana yang sesuai pada pembelajaran PAI

dengan kondisi anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

5
Nenda Martiasari, Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung
tahun 2015 dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/id/eprint/2110.pdf
9

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah.6

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Ditinjau

dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.

2. Sumber Data/Unit Analisis

Sumber data dalam penelitian adalah berasal dari data utama

(primer) dan data tambahan (sekunder). Data utama (primer) yaitu

sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi.

Dalam hal ini sumber data utamanya adalah kepala sekolah, guru PAI,

guru kelas, dan wali murid. Sumber data utama adalah digunakan

untuk mengetahui metode pembelajaran PAI dan penerapannya bagi

siswa tunarungu. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data

diluar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis. Sumber data

ini untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya SLB Negeri

6
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 6
10

Kota Tegal, visi misi SLB Negeri Kota Tegal, struktur organisasi SLB

Negeri Kota Tegal, data guru, staf dan data SLB Negeri Kota Tegal.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam pembahasan

empiris, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a) Observasi

Observasi adalah metode mengumpulkan data dengan cara

pengamatan langsung ke lapangan atau lokasi penelitian.7Dalam

kaitan ini, peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk

mengadakan pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data

yang diperlukan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data

tentang kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas

ketika penerapan metode pembelajaran PAI bagi anak tunarungu,

kegiatan siswa dalam penerapan metode pembelajaran PAI bagi

anak tunarungu, kondisi objektif lokasi penelitian dan lingkungan

sekitar di SLB Negeri Kota Tegal dan lain-lain yang berkaitan

dengan penelitian untuk mendapatkan gambaran umum.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode penelitain dengan cara

melihat surat atau tulisan, gambar atau media lain yang berkaitan

dengan data statistik.8Penggunaan metode dokumentasi

7
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002,
hlm. 23
8
Setya Yuwana Sudikan, Penelitian Penyusunan Karya Ilmiyah, Aneka Ilmu, Semarang,
2002, hlm. 24
11

dimaksudkan untuk memperoleh data tentang catatan yang

berkaitan dengan data yang penulis butuhkankan. Dengan

menggunakan metode ini akan diperoleh data-data yang akurat

mengenai keadaan umum di SLB Negeri Kota Tegal yang

meliputi: tinjuan historis, profil sekolah, struktur organisasi, data

guru dan siswa dan data-data yang dibutuhkan penulis dalam

penelitian. Dokumentasi yang peneiliti gunakan adalah dengan

mengumpulkan data yang ada dikantor SLB Negeri Kota Tegal,

tepatnya diperoleh dari bagian kepala sekolah, ruang guru, dan staf

tata usaha (TU), data ini penulis gunakan untuk mendapatkan data

sebagai pendukung dalam penelitian ini.

c) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada

responden, dan jawaban responden dicatat dan

direkam.9Wawancara mendalam merupakan sebuah percakapan

peneliti antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan

oleh peneliti pada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk

dijawab.10Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk

mengetahui tentang penerapan metode pembelajaran PAI bagi anak

tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal dari kepala sekolah, guru

PAI, guru kelas, dan wali murid. Wawancara yang peneliti lakukan

9
Setya Yuwana Sudikan, Op. Cit., Penelitian Penyusunan Karya Ilmiyah, hlm 39
10
Sudarwan Danim, MenjadiPenelitiKualitatif, (Bandung: PustakaSetia, 2002), hlm. 130
12

merupakan wawancara secara mendalam (indept interview)

terhadap penerapan metode pembelajaran PAI bagi anak tunarungu

di SLB Negeri Kota Tegal.

4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis

akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan

demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji

dan dikupas secara runtut. Karena data yang diperoleh itu merupakan

data kualitatif maka penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif

analisis. Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat

tentang metode pembelajaran, faktor penghambat, pendukung serta

solusi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunarungu di

SLB Negeri Kota Tegal. Karena struktur pendekatannya menggunakan

pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi, maka di lakukan

pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Setelah

itu, maka dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan

tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

diterapkan oleh para guru pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota

Tegal.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Istilah metode dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan

“thoriiqoh” bentuk jamak dari “thoraaiq” yang berarti jalan atau cara

yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.1Yaitu tujuan pendidikan

anak dalam Islam. Sedangkan istilah metode dengan pengertian jalan

atau cara dalam Al-Qur’an disebutkan sebagaimana firman Allah

SWT:

﴾٥٣﴿ َ‫ٰۤيٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ ٰامَنُوا َّالتقُوا الل َه وَابَْتغُوْا ِالَيْ ِه الْوَسِيْلَ َة َوجَا ِهدُوْا فِ ْي سَبِيْلِه َلعَلَّ ُكمْ ُتفِْلحُ ْون‬

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah. Dan


carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah
pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan.”(QS. Al-
Maidah : 35).2

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman :

﴾١١﴿ ‫وَاَنَّا مِنَّا الصَّاِلحُ ْو َن َومِنَّا دُ ْونَ ٰذلِكَ كُنَّا طَرَاٰۤئِقَ قِدَدًا‬

“Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan


di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adakah kami
menempuh jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al-Jin : 11).3
Pada ayat tersebut, pengertian metode digunakan dengan

istilah “thoraaiqoh” dan “al wasiilah” yang berarti jalan. Secara

1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah
dan Pentafsir Al-Qur’an, 2003), hlm. 236
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002),
hlm. 114
3
Ibid, hlm. 573

13
14

garis besar, pengertian metode adalah suatu jalan atau cara yang

ditempuh atau digunakan untuk menyampaikan suatu materi yang

disajikan supaya materi tersebut dapat diterima oleh seseorang,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Secara etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“methodos”.4Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang

berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau

cara.5Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai

tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna

mencapai apa yang telah ditentukan.”6Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan secara terminologis, Armai Arif mengutip

Mahmud Yunus mendefinisikan bahwa metode adalah “jalan yang

ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik

dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kupasan ilmu

pengetahuan dan lainnya”.7Dapat diketahui banyak metode mengajar

seperti metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, sosiodrama dan bermain

peran, pemberian tugas dan resitasi. Metode itu banyak sekali, dan

4
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). hlm. 61.
5
Ibid
6
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm. 652
7
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 87.
15

akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-

teori pengajaran.8

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan

efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan

dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,

serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan

metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran.9

Jadi yang dimaksud dengan metode dalam hal ini adalah jalan

atau cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada

anak didik sehingga tercapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain

metode dapat diartikan sebagai jalan atau cara yang digunakan untuk

menyampaikan dan menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik,

sehingga ia memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau untuk

mengembangkan sikap-sikap dan keterampilannya agar mampu

mandiri dan bertanggungjawab sesuai dengan norma, yang penulis

maksud ialah norma atau ajaran Islam.

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai

yang baru. Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk

8
Dr. H. Dindin Jamaluddin, Metode Pendidikan Anak (Teori dan Praktik), (Bandung:
Penerbit Pustaka Al-Fikriis, 2010), cet. I, hlm. 53 – 54.
9
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
menyenangkan, (Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008), Cet. VIII, hlm. 107
16

membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan

sumber belajar.10

Jadi, metode pembelajaran adalah suatu cara yang sistematis

dan dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu

kemampuan dan mencapai tujuan yang telah ditentukan yang secara

terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar

aktif.

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk

meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Berikut

dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih,

diantaranya sebagai berikut:

a) Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan

pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung

oleh guru kepada sekelompok siswa.11Metode yang boleh

dikatakan metode tradisional karena sejak dulu digunakan sebagai

alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses

pembelajaran. Metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru

dari pada anak didik, metode ini tidak dapat ditinggal dalam

kegiatan pengajaran.

Syaiful Sagala, “Konsep dan Makna Pembelajaran”, (Bandung: IKAPI, 2003), hlm.
10

61–62
11
Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan”,
(Jakarta: Kencana PRENADAMEDIA Group, 2006), hlm. 147
17

b) Metode Tanya Jawab

Suatu teknik mengajar untuk memberi motivasi pada

siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama

mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan

yang sesuai dengan pelajaran. Tujuannya agar siswa dapat

mengerti, mengingat tentang fakta yang dipelajari.12

c) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama

metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,

menjawab pertanyaan, menambah, memahami pengetahuan siswa,

serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah

debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat

bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara

bersama-sama.13

d) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa

tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya

atau hanya sekedar tiruan.14Metode ini dimana anak diminta

menirukan atau mencontoh gerakan dari guru seperti: menirukan

12
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta Jakarta 1998, hlm. 129
13
Wina Sanjaya, Op. Cit., Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, hlm. 154-155
14
Ibid, hlm. 152
18

katak melompat, burung, atau kupu-kupu terbang, petani

mencangkul, gerakan wudhu, gerakan sholat dan

sebagainya.15Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,

dari yang sekadar memberikan pengetahuan yang sudah diterima

begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik

dapat memecahkan suatu masalah.16

e) Metode Pemberian Tugas

Metode ini merupakan cara penyajian bahan pelajaran.

Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus

dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara

kelompok.17Metode pemberian tugas adalah suatu kegiatan

melakukan tugas atas petunjuk dari guru, dimana anak diberi

rangsangan yang perlu direspon dengan perbuatan tertentu seperti

melakukan gerak yang sudah ditentukan, bicara dan sebagainya.18

f) Metode Bermain

Belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sukar dipisahkan dari

masa kanak-kanak, maka dalam suasana bermain diharapkan anak

akan tumbuh rasa senang.19Metode bermain ini bertujuan untuk

meningkatkan perkembangan intelegensi, fisik, emosi dan cara

15
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, (Luxima Metro Media,
Jakarta Timur 2013), Cet. I, hlm. 122
16
E. Mulyasa, Loc. Cit.
17
Ibid, hlm 113
18
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 121 – 122
19
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 121
19

bersosialisasi setiap peserta didik. Metode ini biasanya diterapkan

di luar kelas sehingga dapat mengenal lingkungan sekitar.20

g) Metode Latihan (Treatment)

Metode latihan (drill), metode ini digunakan untuk

memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang

telah dipelajari.21Dalam pelajaran agama, metode latihan dapat

dilakukan misalnya: untuk melatih siswa dapat membaca huruf-

huruf hijaiyyah, latihan wudhu, ibadah sholat, latihan berpuasa

bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya.

Dari beberapa metode diatas, masing-masing metode

mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, kendatipun

demikian, tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat

untuk menciptakan proses belajar mengajar, ketepatan penggunaan

metode mengajar tersebut sangat bergantung pada tujuan, isi, proses

belajar mengajar, dan kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari segi

peranannya metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk

siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat digunakan untuk siswa

dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas dan

diluar kelas.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

20
Mumpuniarti, Penanganan Anak Tunagrahita Kajian Dari Segi Pendidikan, Sosial,
Psikologis dan Karyawisata, hlm.22
21
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000), hlm. 81-90
20

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal

di sekolah dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang

bertujuan optimalisasi. Pertimbangan kemampuan-kemampuan

individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup yang

tepat.22

Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir hingga dewasa

bahkan meninggal, manusia harus senantiasa belajar tentang

lingkungan sekitarnya. Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan

sebagai suatu proses pembelajaran pada peserta didik dalam upaya

mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik tersebut dengan

mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sebagai bekal

dalam kehidupan. Sedangkan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha

sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan

yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak

dicapai. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan

untuk meningkatkan kayakinan, pemahaman, penghayatan, dan

pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping

untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk

membentuk kesalehan sosial.23Dalam arti, kualitas atau kesalehan

pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan

22
Reda Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2001), hlm. 5
23
Reda Mudyaharjo, Op. Cit., Pengantar Pendidikan, hlm. 76
21

bermasyarakat, baik itu hubungan dengan sesama muslim atau

hubungan dengan non muslim, serta dalam berbangsa dan bernegara

sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan sesama manusia.

Islam memandang peserta didik sebagai makhluk Allah

dengan segala potensinya yang sempurna sebagai Khalifah fil ardh,

dan terbaik diantara makhluk lainnya. Kelebihan manusia tersebut

bukan hanya sekedar berbeda susunan fisik, tetapi lebih jauh dari itu,

manusia tersebut memiliki potensinya masing-masing yang sangat

mendukung bagi proses aktualisasi diri pada posisinya sebagai

makhluk yang mulia.24

Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 30:

‫جعَ ُل فِيْهَا مَ ْن ُيفْسِّ ُد فِيْهَا‬


ْ ‫ض خَلِْيفَة َقالُوْاٰۤ اََت‬
ِ ‫وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِ ْلمَلٰٰۤئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِى اْلأَ ْر‬

َ‫ك الدِّمَاٰۤءَّ وََنحْ ُن نُسَِّبحُ ِبحَمْدِ َك وَنُقَدِّسُ لَكَ قَا َل اِنِّيْٰۤ َأعْلَ ُم مَالَاتَ ْعلَمُ ْون‬
ُ ِ‫سف‬
ْ َ‫وَي‬

﴾٥۰﴿

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."25

24
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 1
25
Salim Bahreisy dan Abullah Bahreisy, Tarjamah Al-Qur’an Al-Hakim, (Surabaya: CV
Sahabat Ilmu, 2001), hlm. 7
22

Menurut Fuad Anshori “khalifah” adalah fungsi manusia

yang mengemban amanat dari Tuhan, amanat tersebut yaitu untuk

memberikan layanan terhadap sesama makhluk dengan cara

menyebarkan kasih sayang terhadap sesama (rahmatan lil-‘alamin)

dan ber-amar ma’ruf nahi munkar.”26Potensi yang dimiliki manusia

dapat diasah dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Dengan

belajar, manusia akan mengerti bagaimana selayaknya ia berperilaku

kepada sesama manusia dan bagaimana ia harus beribadah pada

Tuhannya.

Jadi, pendidikan agama islam adalah sebuah proses yang

dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya:

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan

eksistensinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan

kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka tujuan dari konteks ini

berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan

berakhir.27

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka

pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang

berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya

bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda

26
Fuad Anshori, Potensi-Potensi Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.33
27
Armai Arief, Op. Cit., Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam, hlm. 16
23

yang berbentuk tetap dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan

dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek

kehidupannya.28

Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah

menjadi tujuan-tujuan berikut ini:

a) Membentuk manusia muslim yang melaksanakan ibadah wajib.

b) Membentuk manusia muslim yang disamping dapat melaksanakan

ibadah wajib dapat juga melaksanakan ibadah mu’amalah dalam

kedudukannya sebagai orang perorang atau sebagai anggota

masyarakat dalam lingkungan tertentu.

c) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada

masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggungjawab

kepada Allah Penciptanya.

d) Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan

terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan

memasuki teknostruktur masyarakatnya.

e) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu

islami lainnya).29

3. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk

mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak

28
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cetakan ke 2,
hlm. 29
29
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Gema Insani Pess, Jakarta, 1995),
Cet. I, hlm. 96
24

yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu

usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua

kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu

dihubungkan. Menurut Zakiyah Daradjat,dkk landasan itu terdiri dari

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw yang dapat

dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah al mursalah, istihsan, qiyas,

dan sebagainya.30

a) Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan

oleh Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Di dalamnya terkandung

ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh

aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam

Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yang berhubungan

dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.

b) As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul

Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan adalah kejadian atau

perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau

membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah

merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia

muslim, karena Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah

selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah

30
Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011),
hlm.19
25

sebabnya mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya

termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.

c) Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at

Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam

dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-

Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini berkaitan dengan seluruh

aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap

berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan menurut

Zuhairini, selain tiga landasan diatas ada pula landasan pendidikan

Islam. Menurut beliau, Negara Indonesia secara formal memiliki

dasar/landasan yang cukup kuat yaitu Pancasila yang merupakan

dasar setiap tingkah laku dan kegiatan bangsa Indonesia, dengan

Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, berarti menjamin

setiap warga Negara untuk memeluk, beribadah, serta menjalankan

aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan agama,

termasuk melaksanakan pendidikan Agama. Di samping itu

mengingat bahwa tiap-tiap sila adalah merupakan kesatuan, berarti

sila-sila lain harus dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa.31

C. Anak Tunarungu

31
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 2004), hlm. 154
26

1. Pengertian Anak Tunarungu

Istilah tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna

artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan

tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu

mendengar suara.32Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat

menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

pendengaran.33

Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami

gangguan pendengaran, mulai dari yang ringan sampai dengan yang

berat. Gangguan ini dapat terjadi sejak lahir (merupakan bawaan),

dapat juga terjadi setelah kelahiran. Istilah lain yang sering digunakan

untuk menggambarkan anak yang mengalami gangguan pendengaran

adalah anak tuli. Namun, sebenarnya istilah anak tuli ini hanya

merupakan salah satu klasifikasi dari gangguan pendengaran. Dalam

bahasa Inggris sering disebut sebagai hearing impaired atau hearing

disorder. Oleh karena keluarbiasaan ini, anak tunarungu memerlukan

bantuan khusus, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

pendidikan.34

Definisi tunarungu menurut pendapat Brill, MacNeil, dan

Newman dalam Hallahan dan Kauffman, 1988 sebagaimana dikutip

32
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm. 53
33
T. Sutjihati Somantri, “Psikologi Anak Luar Biasa”, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2006), hlm. 93
34
IG.A.K. Wardani, dkk, Pengantar Pendidikan Luar Biasa, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2012), Cet. XIX, hlm. 1.7
27

dalam buku Rini Hildayani, dkk, Penanganan Anak Berkelainan (Anak

dengan Kebutuhan Khusus)35 yaitu sebagai berikut:

a) Kerusakan pendengaran (hearing impairment), merupakan istilah

umum yang menunjukkan gangguan pendengaran dengan rentang

keparahan dari ringan sampai dengan parah, meliputi ketulian dan

kesulitan mendengar.

b) Orang yang tuli (deaf person), adalah orang yang memiliki

gangguan pendengaran sehingga menghalangi keberhasilannya

untuk memproses informasi bahasa melalui indra pendengaran

dengan atau tanpa alat bantu pendengaran.

c) Kesulitan mendengar (hard of hearing), adalah orang yang secara

umum mempunyai sisa pendengaran yang cukup untuk dapat

memproses informasi bahasa melalui indra pendengaran dengan

menggunakan alat bantu pendengaran.

Kondisi ketunarunguan yang dialami oleh seseorang

mendorong yang bersangkutan harus mencari kompensasinya. Mata

sebagai sarana yang berfungsi sebagai indra penglihatan merupakan

alternatif utama sebelum yang lainnya. Peran penglihatan, selain

sebagai sarana memperoleh pengalaman persepsi visual, sekaligus

sebagai ganti persepsi auditif anak tunarungu. Dapat dikatakan

hilangnya ketajaman bagi anak tunarungu akan membuat dirinya

35
Rini Hildayani, dkk, Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus),
Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, 2013, Cet. XIV, hlm 8.19
28

sangat tergantung pada indra penglihatan.36Banyak sekali definisi dan

klasifikasi yang ada mengenai gangguan pendengaran. Dua yang

umum adalah tuli dan kesulitan mendengar (hard of hearing).37

2. Klasifikasi Anak Tunarungu

Untuk keperluan layanan pendidikan khusus, para ahli

berpendapat klasifikasi mutlak diperlukan. Hal ini sangat menentukan

dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan sisa

pendengarannya dan menunjang pembelajaran yang efektif. Dengan

menentukan tingkat kehilangan pendengaran dan pemilihan alat bantu

dengar serta layanan khusus yang tepat, akan menghasilkan akselerasi

secara optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.38

Perlu dipahami bahwa kelainan pendengaran dilihat dari

derajat ketajamannya untuk mendengar dapat dikelompokkan dalam

beberapa jenjang. Asumsinya, makin berat kalainan pendengaran

semakin besar intensitas kekurangan ketajaman pendengarannya

(hearing loss). Katajaman pendengaran seseorang diukur dan

dinyatakan dalam satuan bunyi deci-Bell (disingkat dB). Penggunaan

satuan tersebut untuk membantu dalam interpretasi hasil tes

pendengaran dan pengelompokkan dalam jenjangnya. Ditinjau dari

36
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), hlm. 74.
37
Rini Hildayani, dkk, Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus),
hlm 8.16.
38
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 56
29

kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak tunarungu dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok:39

Ketunarungunan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat

hal, yaitu tingkat kehilangan pendengaran, saat terjadinya

ketunarungunan, letak gangguan pendengaran secara anatomis, serta

etiologi.40

a) Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh

melalui tes dengan menggunakan audiometer, ketunarunguan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Tunarungu ringan (mild hearing loss)

Anak yang tergolong tunarungu ringan mengalami

kehilangan pendengaran antara 27-40 dB. Ia mempunyai

kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan

tempat duduk yang strategis letaknya, dan memerlukan terapi

bicara.41

2) Tunarungu sedang (moderate hearing loss)

Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami

kehilangan pendengaran antara 41-55 dB. Ia dapat mengerti

percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan (face to

face),tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia

membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.42

39
Mohammad Efendi, Op. Cit., Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, hlm 59
40
IG.A.K. Wardani, dkk, Op. Cit., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, hlm 5.6
41
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 57
42
IG.A.K. Wardani, dkk, Op. Cit., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, hlm 5.7
30

3) Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss)

Siswa yang tergolong tunarungu agak berat

mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB. Ia hanya

dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia perlu

menggunakan hearing aid.43

4) Tunarungu berat (severe hearing loss)

Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami

kehilangan pendengaran antara 71-90 dB. Sehingga ia hanya

dapat mendengar suara-suara yang keras dari jarak dekat.44

5) Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)

Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali

mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB. Mungkin

ia sadar akan adanya bunyi atau suara, dan getaran, banyak

bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk

proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap

tuli.45Dalam berkomunikasi melalui penggunaan bahasa isyarat

dan membaca ujaran.46

43
IG.A.K. Wardani, dkk, Loc. Cit.
44
Ibid
45
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 58
46
IG.A.K. Wardani, dkk, Loc. Cit.
31

b) Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut47:

1) Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu

kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan

bicara dan bahasa berkembang.

2) Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu

kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah

kemampuan bicara dan bahasa berkembang.

c) Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis,

ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut48:

1) Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang

disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar

dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar

getaran suara menuju telinga bagian dalam.

2) Tunarungu tipe sensorineural,yaitu tunarungu yang disebabkan

oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf

pendengaran (nervus chochlearis).

3) Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe

konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada

telinga luar/tengah dengan telinga dalam/saraf pendengaran.

47
IG.A.K. Wardani, dkk, Op. Cit., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, hlm 5.8
48
Ibid
32

d) Berdasarkan etiologi atau asal usulnya ketunarunguan,

ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut49:

1) Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh

faktor genetik (keturunan).

2) Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh

faktor nongenetik (bukan keturunan).

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Anak tunarungu apabila dilihat dari segi fisiknya tidak ada

perbedaan dengan anak pada umumnya, tetapi sebagai dampak dari

ketunarunguan mereka memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini

merupakan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi intelegensi,

bahasa dan bicara, serta emosi dan sosial.50

a) Karakteristik dalam Segi Intelegensi (Akademis)

Karakteristik dalam segi intelegensi secara potensial anak

tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak normal pada

umumnya, ada yang pandai, sedang, dan ada yang bodoh. Namun

demikian secara fungsional intelegensi mereka berada dibawah

anak normal, hal ini disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu

dalam memahami bahasa.51

Perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama

cepatnya dengan anak yang mendengar, karena anak yang

mendengar belajar banyak dari apa yang mereka dengar, dan hal

49
IG.A.K. Wardani, dkk, Loc. Cit.
50
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 66
51
Ibid
33

tersebut merupakan proses dari latihan berpikir. Keadaan tersebut

tidak terjadi pada anak tunarugu, karena anak tunarungu

memahami sesuatu lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan

dari apa yang mereka dengar. Oleh sebab itu sering kali anak

tunarungu disebut sebagai “Insan Pemata”. Dengan kondisi seperti

itu anak tunarungu lebih banyak memerlukan waktu dalam proses

belajarnya terutama untuk mata pelajaran yang verbalisasikan.52

b) Karakteristik dalam Segi Bahasa dan Bahasa

Kerusakan pendengaran membawa akibat dalam

perkembangan bahasa.53Anak tunarungu dalam segi bicara dan

bahasa mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan

yang erat antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran,

mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil proses peniruan

sehingga para anak tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri

yang khas, yaitu sangat terbatas dalam pemilihan kosa kata, sulit

mengartikan arti kiasan dan kata-kata yang bersifat abstrak.54

c) Karakteristik dalam Segi Emosi dan Sosial

Ketunarunguan dapat menyebabkan perasaan terasing dari

pergaulan sehari-hari. Kekurangan pemahaman terhadap bahasa

lisan dan tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu

52
Haenudin, Loc. Cit.
53
Rini Hildayani, dkk, Op. Cit., Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan
Khusus), hlm 8.19.
54
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 67
34

menafsirkan segala sesuatu itu negatif atau salah.55Anak tunarungu

mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk

memahami dan mengikutinya secara menyeluruh sehingga

menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan kurang

percaya diri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri

terutama dengan anak normal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan.56

1) Egosentrisme yang melebihi anak normal

2) Memiliki perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas

3) Ketergantungan terhadap orang lain

4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan

5) Umumnya anak tunarungu memiliki sifat polos, sederhana, dan

tidak banyak masalah

6) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

4. Metode Komunikasi Bagi Anak Tunarungu

Keterbatasan utama yang dialami anak tunarungu adalah

terhambatnya kemampuan berbicara dan berbahasa sehingga dalam

memberikan layanan pendidikan perlu memahami metode komunikasi

yang dimengerti anak tunarungu, agar layanan yang diberikan dapat

memenuhi kebutuhan pendidikannya. Ada beberapa metode yang

dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu, yaitu

diantaranya :

IG.A.K. Wardani, dkk, Op. Cit., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, hlm 5.7 – 5.19
55
56
Haenudin, Loc. Cit.
35

a) Metode Oral

Metode oral merupakan salah satu cara untuk melatih anak

tunarungu agar dapat berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan

lingkungan orang mendengar. Agar anak tunarungu mampu

berbicara dituntut adanya partisipasi dari orang-orang

disekelilingnya, yaitu dengan cara melibatkan anak tunarungu

berbicara secara lisan dalam setiap kesempatan. Dengan

diberikannya kesempatan berbicara lisan kepadanya, maka secara

tidak langsung anak termotivasinya untuk membiasakan berbicara

secara lisan.57

b) Metode Membaca Ujaran

Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam pengamatan

suara melalui pendengarannya, oleh karena itu harus menangkap

bunyi atau suara ataupun ungkapan seseorang melalui

penglihatannya. Dalam dunia pendidikan digunakan istilah

membaca ujaran atau membaca gerakan bibir (lip reading).

Membaca ujaran yaitu suatu kegiatan yang mencakup pengamatan

visual dari bentuk dan gerakan bibir lawan bicara sewaktu proses

bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian

makna pada apa yang diucapkan lawan bicara, dimana ekspresi

muka dan pengetahuan bahasa turut berperan.58

57
Haenudin, Op. Cit., Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, hlm 131
58
Ibid, hlm 133
36

c) Metode Manual (Isyarat)

Metode manual yaitu metode komunikasi dengan

menggunakan bahasa isyarat dan ejaan jari (finger spending).

Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau

gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu

bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual.59Bahasa isyarat

ini mempunyai komponen antara lain :

1) Abjad Jari

2) Ungkapan Badaniah

3) Bahasa Isyarat Lokal

4) Bahasa Isyarat Formal

d) Metode Komunikasi Total

Komunikasi total merupakan suatu falsafah yang

memungkinkan terciptanya iklim komunikasi yang harmonis,

dengan menerapkan berbagai metode dan media komunikasi,

seperti sistem isyarat, ejaan jari, bicara, membaca ujaran,

amplifikasi (pengerasan suara dengan menggunakan alat bantuan

dengar), gesti, pantomimik, menggambar, menulis, serta

pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan tunarungu secara perorangan.60

59
Ibid, hlm 139
60
IG.A.K. Wardani, dkk, Op. Cit., Pengantar Pendidikan Luar Biasa, hlm 5.39–5.40
BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

SLB NEGERI KOTA TEGAL

A. Sejarah Berdirinya SLB Negeri Kota Tegal

1. Kondisi Geografis

SLB Negeri Kota Tegal berada di Jalan Nakula Utara No. 1

Kelurahan Kejambon Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.

Keberadaannya sangat strategis dan sudah menempati gedung sendiri.

SLB Negeri Kota Tegal juga terletak ditengah-tengah pemukiman

warga sekitar dan mudah di jangkau dari seluruh penjuru karena

dilewati oleh berbagai kendaraan. SLB Negeri Kota Tegal memiliki

empat jenjang pendidikan yaitu TKLB (kelas persiapan), SDLB,

SMPLB dan SMALB.1

2. Latar Belakang Berdirinya SLB Negeri Kota Tegal

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional

harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pengelolaan manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga diperlukan

pembaharuan pendidikan secara berencana, terarah, dan

1
Wawancara dengan Ibu Dra. Sepholindarsih selaku Kepala SLB Negeri Kota Tegal
(26/09/2016)

37
38

berkesinambungan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,

pasal 127 yang berbunyi Pendidikan khusus merupakan pendidikan

bagi peserta didik yang memiiki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena keainan fisik, emosinal, mental, sosial,

dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Dewasa ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang

tumbuh kembang anak dalam berolah system maupun cara bergaul

dengan orang lain. Selain itu, lembaga pendidikan tidak hanya sebagai

wahana untuk sistem bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai

lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti

diharapkan dapat bermanfaat didalam masyarakat.

Sementara itu lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan

kepada anak yang memiiki kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak

yang memiiki keterbelakangan mental. Mereka dianggap sosok yang

tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani untuk mengatasi

permasalahan tersebut perlu disediakan berbagai bentuk layanan

pendidikan atau sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk

anak berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anak-anak pada

umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi

anak-anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga ditujukan kepada

anak-anak normal pada umumnya.


39

SLB Negeri Tegal yang terletak di Jalan Nakula Utara No. 1

Kejambon Kota Tegal merupakan sekolah yang melayani pendidikan

anak berkebutuhan khusus, yang terdiri dari Anak Tunarungu Wicara

(B), Tuna Grahita Ringan (C), Tuna Grahita Sedang (C1), Tuna Ganda

(G) dan Autis. Berkenanaan dengan hal tersebut, perlu adanya bantuan

operasional usaha kesehatan sekolah (UKS) untuk mendukung upaya

peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus di SLB Negeri Kota Tegal pada umumnya dan

peningkatan mutu kesehatan peserta didik pada khususnya.2

Melihat dari latar belakang tersebut maka Kota Tegal

mendirikan sebuah sekolah yang di khususkan untuk anak-anak yang

berkebutuhan khusus di daerah Tegal yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB)

yang kemudian di kenal dengan nama SLB Negeri Kota Tegal. SLB

Negeri Kota Tegal berdiri pada bulan Juli tahun 1983 dengan nama

SDLB Tegal dan diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1983 oleh

walikota Tegal Bapak Karsino dengan jumlah murid 17 anak. Perintis

berdirinya SLB Negeri Kota Tegal yaitu: Bapak Wawan, Ibu Siyem,

Bapak Mujianto, Bapak Bambang, dan Ibu Aminah.

Kemudian pada tahun 1984 mulai didirikanlah asrama atas

prakarsa dari Bapak Kasnam yang di latar belakangi karena pada saat

itu terjadi dua kasus kecelakaan siswa tunarungu pada saat pulang

sekolah seseorang siswa tunarungu SLB tidak mendengar suara kereta

2
Wawancara dengan Ibu Dra. Sepholindarsih selaku Kepala SLB Negeri Kota Tegal
(26/09/2016)
40

api yang kemudian mengalami kecelakaan. Jumlah murid pada waktu

itu mencapai 70 anak. Pada tahun 1985 jumlah murid yang menempati

asrama mencapai lebih dari 100 anak sehingga pihak sekolah

mengalami kesulitan dalam mengawasi murid, sehingga asrama

ditutup.

Pada tahun 2006, pada saat pemerintahan Walikota Bapak

Ikmal Jaya nama sekolah SDLB Negeri Kota Tegal berganti nama

menjadi SLB Negeri Kota Tegal dengan jenjang pendidikan dari TK

(Persiapan), SD, SMP dan SMA.3

3. Profil SLB Negeri Kota Tegal

a) Identitas SLB Negeri Kota Tegal

Nama : Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Tegal

NSS : 871036502053

NPSN : 20329773

Alamat Sekolah : Jl. Nakula Utara No. 1 Tegal Telp. (0283)

325512

Kelurahan : Kejambon

Kecamatan : Tegal Timur

Kota : Tegal

Tahun Berdiri : 1983

Status Sekolah : Negeri

Status Tanah : Tanah Milik Sekolah

3
Wawancara dengan Ibu Dra. Sepholindarsih selaku Kepala SLB Negeri Kota Tegal
(26/09/2016)
41

Kepala Sekolah :

1) Nama : Dra. SEPHOLINDARSIH

2) NIP : 19650918 199312 2 001

3) Tempat/Tgl Lahir : Tegal, 18 September 1965

4) Alamat : Jl. Kepodang No. 21 Randugunting Tegal

5) No. HP. : 08569009244

b) Visi Misi SLB Negeri Kota Tegal

1) Visi

Terwujudnya pelayanan yang optimal bagi anak

berkebutuhan khusus sehingga dapat mandiri.5

2) Misi

(a) Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi anak

berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan sesuai

dengan kemampuannya.

(b) Membekali pengetahuan dan keterampilan untuk

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi serta

hidup mandiri.

(c) Memperluas dalam upaya mensosialisasikan pendidikan

khusus.6

c) Tujuan SLB Negeri Kota Tegal

1) Mewujudkan tujuan pendidikan secara maksimal.

4
Dokumentasi dari SLB Negeri Kota Tegal (27/09/2016)
5
Ibid
6
Ibid
42

2) Memberikan pelayanan yang layak untuk kegiatan UKS sesuai

dengan kebutuhan siswa.

3) Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan lingkungan sehat.

4) Membantu pemerintah dalam upaya mencapai kebugaran dan

terapy serta pola sehat bagi ABK (Anak Berkebutuhan

Khusus).

5) Mempersiapkan peserta didik dengan membekali pengetahuan,

pengalaman dan ketrampilan dasar untuk melanjutkan sekolah

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mampu hidup

mandiri.7

4. Struktur Organisasi

Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur

segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui

adanya struktur organisasi. Adapun struktur organisasi SLB Negeri

Kota Tegal sebagai berikut:8

7
Dokumentasi dari SLB Negeri Kota Tegal (27/09/2016)
8
Ibid
43

Bagan 1. Struktur Organisasi Sekolah

DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI

Ketua Komite Kepala Sekolah


Achmad Sakuri, M.Pd Dra. Sepholindarsih

Bendahara Kepala Tata Usaha


Sri Wilujeng, S.Pd Dedi Gunawan

Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sarpras Waka Humas


Edy Priyono, S.Pd Septi Margiyanti, S.Pd Nur M. Biantoro, S.Pd.I Wahyono, S.Pd

Koordinator Koordinator SDLB Koordinator SMPLB Koordinator SMALB


Persiapan Eka Sari L.,S.Psi Eko Budiyanto, S.Pd Alief Prakas, S.Pd
Dra. Nuroniyah

Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas


Persiapan I, II, III, IV, V, VI VII, VIII, IX X, XI, XII

Pembelajaran Khusus Unit Perpustakaan


Ayu Intan Septiana, Fatoni Kurniawan,
S.Pd A.Md

PENDIDIK

PESERTA DIDIK
44

5. Keadaan Tenaga Pendidikan

a) Guru PNS

Tabel 1. Guru PNS

PLB NON PLB

NAMA PENDIDIKAN NAMA PENDIDIKAN

Dra. Sepholindarsih S1 PLB - -

Siyem, S. Pd S1 PLB - -

Wahyono, S. Pd S1 PLB - -

Suparjo, S. Pd S1 PLB - -

Sutini, S. Pd S1 PLB - -

Dra. Nuroniyah S1 PLB - -

Rini Widiyastuti, S. Pd S1 BK - -

Sri Wanti, S. Pd S1 PLB - -

Sri Wilujeng, S. Pd S1 PLB - -

Septi Margiyanti, S. Pd S1 PLB - -

Yanuar Hartanto, S. Pd S1 PLB - -

Eko Budiyanto, S. Pd S1 PLB - -

Ayu Intan Septiana, S. Pd S1 PLB - -

Reny Dwi Pusposari, S. Pd S1 PLB - -

Edy Priyono, S.Pd S1 PLB - -


45

b) Guru Honorer

Tabel 2. Guru Honorer

PLB NON PLB

NAMA PENDIDIKAN NAMA PENDIDIKAN

Novilah Rizqoni SGPLB (B) Vita Lely Anggraini, S1 (Sosial)

S.Sos

Nur M. S1 PAI + PLB Asri Wahyuningtyas, S1 (Psikologi)

Biantoro, S.Pd.I (B) S.Psi

Sri Purwati, S. S1 PLB Mustofa Kamal, S1 PGSD

Pd S.Pd

Alief Prakas Al S1 PLB Yudha Berlinujianto, S1 PGSD

Bihar, S.Pd S.Pd

- - Eka Sari Lukitawati, S1 (Psikologi)

S.Psi

- - Nely Rahmawati, S1 (Pend. Tata

S.Pd Busana)

- - Sulastri, S.Pd S1 (Matematika)

- - Maylinda Listyorini, S1 PAI

S.Pd.I

- - Fatoni Kurniawan, D2

A.Ma.Pust Perpustakaan

- - Dedi Gunawan SMK

- - Aji Sugiarto SMA


46

- - Geni Rangga S1 OR

- - Septias Kinasih SMA

c) Penjaga Sekolah

Tabel 3. Penjaga Sekolah

No. NAMA PENDIDIKAN

1. Supardi SMP

2. Mardianto SMP

Jumlah :

Guru PNS : 15

Guru Honorer : 17

Penjaga : 2

Jumlah Total : 34

6. Keadaan Peserta Didik

a) Tingkat TKLB (Persiapan)

Tabel 4. Tingkat TKLB (Persiapan)

JENIS KELAMIN

Jenjang No KELAS / ROMBEL L P JUMLAH

1 PERSIAPAN 1B 4 2 6

Persiapan 2 PERSIAPAN 1C 4 5 9

3 PERSIAPAN 2C 8 4 12

Jumlah 16 11 27
47

b) Tingkat SDLB

Tabel 5. Tingkat SDLB

JENIS KELAMIN

Jenjang No KELAS / ROMBEL L P JUMLAH

1 AD 1 1 - 1

2 AD 3 - 1 1

3 BD 1 1 2 3

4 BD 2 5 2 7

5 BD 3 4 5 9

6 BD 4 1 3 4

7 BD 5 4 1 5

8 BD 6 3 3 6

9 CD 1 10 3 13
SDLB 10 CD 2 8 5 13

11 CD 3a 11 2 13

CD 3b 5 4 9

12 AUTIS - 1 1

TUNA DAKSA 1 1 2

13 CD 4 5 7 12

AUTIS 1 1 2

CD 5 7 6 13

14 AUTIS 1 - 1
48

TUNA DAKSA 1 - 1

CD 6 6 4 10

15 AUTIS - 1 1

TUNA DAKSA 1 1 2

Jumlah 76 53 129

c) Tingkat SMPLB

Tabel 6. Tingkat SMPLB

JENIS KELAMIN

Jenjang No KELAS / ROMBEL L P JUMLAH

1 B7 1 2 3

2 B8 2 2 4

3 B9 3 - 3

SMPLB 4 C7 8 4 12

5 C8 5 5 10

AUTIS - 1 1

6 C9 7 3 10

Jumlah 26 17 43
49

d) Tingkat SMALB

Tabel 7. Tingkat SMALB

JENIS KELAMIN

Jenjang No KELAS / ROMBEL L P JUMLAH

1 B 10 - 1 1

2 B 11 1 - 1

3 B 12 1 - 1

SMALB 4 C 10 4 2 6

5 C 11 2 1 3

TUNA DAKSA 1 - 1

Jumlah 9 4 13

Jumlah :

PERSIAPAN : 27 anak

SDLB : 129 anak

SMPLB : 43 anak

SMALB : 13 anak

Jumlah Total : 212 anak

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak

Tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal

Hasil penelitian ini merupakan penyajian dan pembahasan data

penelitian yang di peroleh di lapangan berdasarkan wawancara, observasi

dan dokumentasi. Dalam bab ini di paparkan tentang: paparan data,


50

temuan penelitian, dan pembahasan. Berdasarkan hasil wawancara,

observasi, dan dokumentsi yang telah peneliti lakukan di SLB Negeri Kota

Tegal, akan peneliti paparkan beberapa temuan penelitian sebagaimana

berikut:

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan tempat untuk anak

bekebutuhan khusus memperoleh pendidikan formal. Dalam Kota Tegal

ada satu SLB yang terletak di kelurahan Kejambon kecamatan Tegal

Timur. Sekolah Luar Biasa yang akan peneliti gunakan sebagai tempat

penelitian adalah SLB Negeri Kota Tegal yang beralamatkan di Jl. Nakula

Utara No.1 Kelurahan Kejambon Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.

Satu lokasi SLB ini mencangkup jenjang pendidikan mulai dari TK

(persiapan), SDLB, SMPLB sampai SMALB. Siswa Tunarungu di SLB

Negeri Kota Tegal berjumlah 53 siswa yang terdiri dari 30 putra dan 23

putri mulai jenjang TK (persiapan) sampai SMPLB dengan karakteristik

tunarungu.9

Meskipun anak-anak tersebut memiliki kekurangan dalam

mendengar dan berbicara, tetapi mereka juga memiliki prestasi yang patut

dibanggakan, hal tersebut terbukti dari banyaknya piala yang telah

diperoleh dalam setiap perlombaan yang mereka ikuti, mulai dari lomba

tingkat daerah sampai lomba tingkat nasional. Pihak sekolah telah

memprogramkan beberapa kegiatan keterampilan dalam bidang olahraga

dan seni yang dipersiapkan dari pihak sekolah agar nantinya jika ada

9
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
51

lomba-lomba langsung dipilih mana yang lebih berbakat dan bagus. Selain

itu dalam bidang seni yang masuk pada pelajaran keterampilan, anak-anak

tunarungu tersebut diajari untuk menari, dengan menggunakan musik

suara yang keras untuk berlatih. Mereka juga diajari keterampilan yaitu

membuat sendal yang dikreasiakan, pot bunga, memasak makanan yang

ringan seperti membuat mie, bakso dan kemudian dijual kepada guru dan

orangtua murid yang ada di sekolah.10Kegiatan-kegiatan tersebut dapat

menjadi pembinaan mental para siswa, walaupun mereka memiliki

kekurangan tapi mereka dapat menunjukkan diri dengan prestasinya,

memunculkan rasa percaya diri dan bangga akan dirinya sendiri.

Proses pendidikan yang berjalan di SLB Negeri Kota Tegal

sekilas hampir sama seperti sekolah reguler dengan guru serta siswa yang

belajar di kelas pada umumnya, tapi saat diamati lebih dekat akan

ditemukan beberapa perbedaan. Sekolah masuk pukul 07.30, di mulai

dengan upacara ketika hari senin, baris-berbaris di hari biasa dan

kemudian pembelajaran dilaksanakan dikelas masing-masing. Terlihat

semangat mereka dalam belajar, meski sekolah baru di mulai pukul 07.30

tapi beberapa siswa ada yang datang lebih pagi yaitu pukul 06.30. Dalam

satu hari ada enam sampai tujuh jam pelajaran dan dilanjutkan dengan

sholat Dzuhur berjamaah. Untuk materi yang disampaikan melihat dan

menyesuaikan kondisi peserta didik.11

10
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
11
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
52

Dikarenakan SLB ini hanya ada satu sekolah di satu kota, maka

jarak rumah siswa dengan sekolah pun tidak semua dekat. Kebanyakan

dari mereka datang ke sekolah dengan diantarkan oleh orang tuanya, jadi

saat orang tua sibuk dan tidak sempat mengantar anaknya kesekolah, maka

anak tersebut tidak bersekolah. Meski begitu sebenarnya mereka memiliki

semangat untuk bersekolah, bahkan ada beberapa siswa yang datang

sendiri kesekolah dengan menggunakan sepeda.12

Pada awal peneliti datang ke SLB anak-anak hanya melihat

sambil tersenyum. Tapi dihari berikutnya ketika peneliti baru datang,

banyak anak yang menghampiri mengucap salam dan mengajak berjabat

tangan, anak-anak yang mengucap salam adalah anak tunagrahita sedang

anak tunarungu tersenyum sambil menjabat tangan peneliti. Di SLB

Negeri Kota Tegal hanya memiliki dua guru Agama untuk semua kelas

baik itu kelas anak tunagrahita, tunarungu, tunanetra, dan autis.

1. Tujuan Pembelajaran

Dalam dokumen KI-KD yang diberikan oleh guru pendidikan

Agama Islam di SLB Negeri Kota Tegal, telah tertulis tujuan

pendidikan agama Islam untuk anak tunarungu, tujuan tersebut

diantaranya:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,

dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

12
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
53

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

b) Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia

yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi

(tasammuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial.13

Dari tujuan-tujuan tersebut para peserta didik diharapkan

mampu meningkatkan pemahaman, keimanan, penghayatan,

pengamalan tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlah mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Materi Pelajaran

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang menjadi

dasar moral dan aqidah bagi pendidikan sekolah, khususnya sekolah

luar biasa. Namun secara umum kurikulum pendidikan agama Islam di

SLB sama dengan kurikulum sekolah regular diantaranya isi dan

muatan materi. Kurikulum yang diterapkan di SLB Negeri Kota Tegal

sebagian besar adalah Kurikulum 2013 (Kurtilas), hal tersebut

disampaikan oleh Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata

pelajaran PAI di SLB Negeri Kota Tegal saat wawancara dengan

peneliti:

“Kurikulum yang digunakan disini pada dasarnya sudah


menggunakan Kurikulum 2013 (Kurtilas), cuma karena kita mengajar

13
Dokumen KI-KD SDLB mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
54

untuk anak tunarungu, jadi kita dalam materi pelajaran mengambil inti-
intinya saja.”14

Kurikulum pendidikan agama Islam selalu menitik beratkan

pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yaitu pengetahuan,

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai aqidah, akhlak dan bentuk

kehidupan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan

yang dijelaskan dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak

Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB Negeri

Kota Tegal beliau berpendapat bahwa:

“Kalau masalah kurikulum untuk PAI sama saja dengan


sekolah umum. Biasanya untuk materi yang disampaikan yaitu tentang
kehidupan mereka sehari-hari, misalnya tentang sholat, wudlu, puasa,
do’a sehari-hari, makanan dan minuman yang haram dan halal, kalau
menyentuh lawan jenis itu batal, harus berbakti dengan orang tua,
harus menyayangi teman, tidak boleh berkelahi, dan lain-lain. Kalau
tentang menulis arab masih menyambung huruf saja, kalau kalimat
panjang atau satu ayat penuh ya belum bisa.”15

Dari pernyataan beliau dapat diambil kesimpulan bahwa materi

yang disampaikan disesuaikan dengan keadaan siswa, karena hal-hal

yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah

dipelajari dan dipraktekkan, jadi tingkat pemahaman siswa terhadap

pembelajaran pendidikan agama Islam sedikit lebih mudah. Materi

yang diajarkan pada anak-anak tunarungu tersebut adalah apa yang

biasa mereka lakukan sehari-hari, misalnya tentang wudlu, sholat,

puasa, zakat, yang halal dan haram, bagaimana bersikap kepada orang

14
Wawancara Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB
Negeri Kota Tegal (22/09/2016)
15
Wawancara Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB
Negeri Kota Tegal (22/09/2016)
55

lain. Pada saat guru menyampaikan materi siswa selalu memperhatikan

tapi belum tentu paham, maka guru perlu mengimbangi penyampaian

materi dengan contoh yang jelas dan dengan suara yang keras serta

dengan komunikasi total.

Untuk materi tentang sholat dan wudlu, dengan bantuan papan

tulis awalnya guru menjelaskan dikelas, memperlihatkan gambar-

gambar tentang gerakan wudlu dan sholat yang benar kemudian untuk

praktiknya guru mengajak para siswa ke mushola sekolah untuk

mempraktikkan tata cara wudlu serta gerakan sholat. Sedangkan untuk

materi yang berkaitan dengan menulis bacaan Al-Qur’an mereka

belum bisa menulis satu ayat secara penuh, tetapi masih

menggabungkan satu huruf dengan huruf lainnya hingga membentuk

sebuah kata.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dapat ditempuh

guru dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan dalam proses

belajar mengajar. Seorang guru dituntut untuk senantiasa memakai

berbagai macam metode pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar

siswa dalam kegiatan pembelajaran berjalan secara efektif dan tidak

membosankan dan menarik perhatian anak, sebaiknya guru

menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Nur

M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB Negeri


56

Kota Tegal berkaitan dengan metode dalam pembelajaran, seperti yang

beliau sampaikan yaitu guru seringkali menggunakan metode ceramah

dan demonstrasi, tapi juga terkadang menggunakan metode tanya

jawab dan latihan pada mater tertentu.

“Metode yang digunakan itu hampir sama dengan di sekolah


umum, yaitu ceramah dan demonstrasi, kalau metode demonstrasi kan
sudah jelas, karena anak-anak dapat langsung melihatnya ketika guru
memperagakan gerakannya langsung didepan kelas dan juga dapat
melalui media visual seperti film slide tentang tatacara dan gerakan
wudlu serta sholat, foto, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan
yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. Baik dalam
pembelajaran PAI menggunakan metode ceramah ataupun
demonstrasi, guru perlu menggunakan suara yang keras, tetapi lebih
banyak menggunakan komunikasi total yaitu baik menggunakan gestur
tubuh, bahasa isyarat, ejaan jari/abjad jari, pantomimic, membaca,
menulis agar anak mudah menerima materi pelajaran dengan mudah.
Kalau mau memakai metode Tanya jawab ya bagaimana… anak-anak
tidak bisa tanggap (langsung menjawab), jadi agak sulit kalau memakai
metode tanya jawab. “Terkadang ketika dalam pembelajaran PAI kita
juga menggunakan metode tanya jawab dan latihan. Metode tanya
jawab digunakan hanya sekedar untuk melatih daya ingat anak pada
pelajaran yang sudah diajarkan sebelumnya meskipun anak-anak susah
untuk mengingatnya. Sedangkan untuk metode latihan lebih sering
digunakan ketika materi Al-Qur’an, seperti menulis huruf-huruf
hijaiyah, kemudian siswa diminta untuk mewarnai huruf hijaiyah.
Siswa diminta untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa
ditekankan kepada latihan menulis, membaca, mewarnai, dan
menggambar). Meskipun metode dua ini tidak dipakai pada semua
mata pelajaran PAI, tetapi sekedar untuk mengektivitaskan suasana
pembelajaran lebih efektif dan agar tidak jenuh.”16

Metode yang digunakan dalam pembelajaran di SLB pun

hampir sama yaitu metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan

latihan. Dalam penyampaian materi seringkali guru menggunakan

media visual gambar dan komunikasi total, karena anak-anak

16
Wawancara Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB
Negeri Kota Tegal (22/09/2016)
57

tunarungu yang belajar disana dijadikan satu dari berbagai klasifikasi,

baik tunarungu ringan, sedang, maupun berat. Meski metode yang

digunakan guru adalah ceramah, penyampaiannya pun harus

menggunakan suara yang keras atau komunikasi total karena terkadang

anak-anak tidak mengerti sama sekali apa yang disampaikan guru

maka harus sering menggunakan komunikasi total. Begitu juga pada

metode tanya jawab hanya sekedar untuk mengingat kembali pada

pelajaran sebelumnya untuk melatih ingatan mereka. Untuk metode

demonstrasi jelas anak-anak akan lebih paham karena langsung melihat

contoh konkritnya baik melalui apa yang langsung di peragakan oleh

guru di depan kelas maupun melalui media visual. Sedangkan dalam

metode latihan digunakan tidak pada semua mata pelajaran PAI hanya

pada pelajaran tertentu seperti pada mata pelajaran fiqih tentang

gerakan wudhu dan sholat.

Ada beberapa metode pembelajaran pendidikan agama Islam

yang diterapkan pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal

sebagai berikut:

a) Metode Ceramah

Dalam penerapan metode ini, guru dalam menyampaikan

materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan baik

secara berulang-ulang agar siswa dapat memahami materi

tersebut.
58

2) Lalu guru berbicara dengan suara keras agar anak dapat

mendengarkan materi yang sedang di ajarkan dan untuk melatih

pendengaran anak.

3) Kemudian guru memberikan pertanyaan sesederhana mungkin

kepada anak didik guna mengetahui apakah mereka mendengar

dan memahami atau tidak. Biasanya metode ceramah ini

digunakan pada materi Aqidah, Al-Qur’an, dan Akhlak. Namun

dapat juga digunakan untuk materi lainnya dengan melihat

pendengaran mereka.17

b) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan

kepada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang

berpikir dan membimbing dalam mencapai kebenaran. Dalam

menerapkan metode ini pada anak tunarungu, memerlukan alat

bantu mengajar dan yang ditanya harus bersifat konkrit. Karena

kalau bersifat abstrak mereka sulit untuk menerima atau memahami

pertanyaan tersebut meskipun pelajaran tersebut mengurangi

pelajaran yang baru saja disampaikan. Misalnya: pada materi

tentang akhlak terpuji. Dalam menyampaikan materi tersebut

ketika memberitahukan tentang saling membantu sesama teman,

maka guru harus memberikan instruksi yang sesederhana yang

17
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
59

dapat dipahami oleh mereka. Metode tanya jawab bagi siswa

tunarungu digunakan pada beberapa materi pelajaran saja.

c) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dimaksudkan supaya anak didik

dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat

bantu atau benda seraya diperagakan, dengan harapan anak didik

menjadi jelas dan sekaligus dapat mempraktekkan materi yang

dimaksud. Di SLB Negeri Kota Tegal, materi yang disampaikan

dengan metode ini berjalan sangat efektif mengingat anak

tunarungu hanya bertumpu pada indra visual, misalnya: tentang

tata cara wudhu dan shalat. Dalam menyampaikan materi ini, guru

memberikan contoh secara langsung kepada peserta didik secara

berulang-ulang dan pelan-pelan dan harus menggunakan media

visual, baik guru mempraktekkan secara langsung di depan kelas

ataupun menggunakan gambar yang menggambarkan tentang

gerakan wudhu dan sholat dan juga lebih dititik beratkan pada

latihan gerakan dari wudhu dan sholat. Setelah guru memberi

gambaran, guru membimbing mereka dengan membetulkan

gerakan-gerakan wudhu dan sholat apabila terdapat kesalahan.

Setelah itu guru memberikan penilaian hasil dari kegiatan tersebut.

d) Metode Latihan

Metode latihan yang diterapkan di SLB Negeri Kota Tegal

berjalan cukup efektif, hal ini guru dalam menyampaikan materi


60

guru memberikan arahan kepada siswa, kemudian siswa diminta

untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan

kepada latihan menulis, membaca, mewarnai, dan menggambar).

Biasanya latihan menulis dipakai pada materi Al-Qur’an, seperti

menulis huruf-huruf hijaiyah, kemudian siswa diminta untuk

mewarnai huruf hijaiyah.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran Agama Islam adalah alat yang digunakan

dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru

dan siswa dalam proses pembelajaran PAI di sekolah. Media

pembelajaran juga merupakan hal yang penting untuk menunjang

proses pendidikan agama Islam. Untuk penggunaan media, guru PAI di

SLB Negeri Kota Tegal menggunakan media berupa papan tulis untuk

menuliskan materi, gambar-gambar dan mushola sebagai tempat

praktek sholat dan wudhu.18 Jam pertama dan kedua digunakan untuk

menulis dan menjelaskan materi, kemudian setelah Istirahat baru

dipraktekkan. Apabila tidak memungkinkan untuk praktek hari itu juga

maka dapat dipraktekkan dipertemuan selanjutnya, dengan sedikit

menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan sebelum

mempraktekkannya.

18
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
61

5. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses

pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam

pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran. Berdasarkan

wawancara dengan guru PAI di SLB Negeri Kota Tegal, untuk

evaluasi menggunakan tes tulis dan juga ujian praktek. Berikut

cuplikan wawacara dengan Bapak Nur M. Biantoro:

“Untuk evaluasi kami menggunakan ujian tulis dan praktek.


Untuk ujian tulis soalnya ya dari pemerintah kabupaten, sama saja
dengan soalnya SD regular, karena kurikulumnya juga hampir sama
untuk mata pelajaran PAI. Untuk penilaiannya selain dari tes tulis juga
memperhatikan perilaku keseharian siswa”19

Selain menggunakan tes tertulis penilaian juga dilakukan

dengan mengamati bagaimana perilaku keseharian peserta didik serta

bagaimana praktek ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian

dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik masing masing peserta didik, dalam penilaian tersebut

tentu ada standar khusus yang sedikit berbeda dengan anak-anak

normal.

6. Kegiatan Keagamaan

Selain sholat dzuhur berjamaah, ada banyak kegiatan lain yang

dapat meningkatkan kesadaran beribadah siswa, diantaranya kegiatan

pondok ramadhan, peringatan hari besar seperti maulid Nabi dan Isro’

Mi’roj Nabi Muhammad Saw., perigatan Idul Adha dengan

19
Wawancara Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB
Negeri Kota Tegal (22/09/2016)
62

menyembelih hewan qurban dan halal bi halal pada hari pertama

setelah liburan Idul Fitri, tetapi untuk sholat Ied tidak dilaksanakan di

sekolah. Untuk kegiatan peringatan hari besar dan pondok ramadhan

dilaksanakan di aula sekolah, dengan guru agama. Pada tanggal 14

September 2016, SLB Negeri Kota Tegal mengadakan peringatan

Iedul Adha yang mana anak-anak diajarkan bagaimana berkurban dan

memotong hewan kurban dengan cara yang diajarkan dalam Islam.

Kemudian anak-anak mendapatkan jatah satu kantong hewan kurban

yang pada dasarnya mengajarkan anak untuk saling berbagi sesama

teman. Acara tersebut dimulai pukul delapan pagi dan dilaksanakan

dilapangan sekolah dengan perseta seluruh siswa, guru, tenaga

kependidikan, serta orang tua siswa SLB Negeri Kota Tegal bahkan

dihadiri oleh Wali Kota Tegal.20

C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di

Sekolah Luar Biasa Kota Tegal

Setiap kegiatan pasti memiliki faktor pendukung dan penghambat.

Begitu pula di Sekolah Luar Biasa Kota Tegal dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam pada anak tunarungu. Faktor pendukung dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunarungu di SLB

Negeri Kota Tegal antara lain:

20
Observasi, di SLB Negeri Kota Tegal (25/09/2016)
63

a) Dukungan dari orang tua

Kesadaran para orang tua yang selalu memantau

perkembangan anak-anaknya. Selain belajar di sekolah beberapa

diantara anak tunarungu tersebut mendapat guru les privat (psikolog)

untuk membantu memahami pelajaran dan membantu perkembangan

jiwa anak. Perhatian serta motivasi dari orang tua juga sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Adanya usaha dari orang tua untuk dapat lebih mengerti

anaknya. Orang tua juga mengalami kesulitan saat berkomunikasi

dengan anak tunarungu, salah satunya adalah Ibu Eny yang belajar

bahasa isyarat pada guru kelas agar beliau bisa lebih memahami

anaknya dan dapat membantu anaknya belajar dirumah, seperti yang

beliau sampaikan:

“Agar saya bisa mengajari anak saya dirumah, membahas


kembali apa yang diajarkan sekolah itu kan perlu pakai bahasa isyarat,
abjad jari itu lo mbak, jadi saya belajar sama Pak Parjo, biar bisa
mengajari anak saya, saya juga dikasih foto copy gambar-gambar
bahasa isyarat ini.”21

b) Peran guru

Sikap sabar dan ketelatenan guru dalam menyampaikan materi

pelajaran, serta motivasi dan perhatian guru yang lebih fokus terhadap

perkembangan anak. Motivasi sangat berperan pada perkembangan

jiwa anak, dengan memberikan motivasi belajar maka siswa akan lebih

nyaman dan tekun dalam belajar.

21
Wawancara, Ibu Eny, orang tua dari salah satu siswa tunarung SLB Negeri Kota Tegal
(24/09/2016)
64

Materi yang disesuaikan dengan kemampuan siswa yaitu

materi yang diberikan harus secara berulang-ulang. Misalnya hari ini

sudah diberikan materi tentang akhlak terpuji, maka pada pertemuan

berikutnya harus diulang kembali materi tersebut, karena anak

tunarungu sama seperti anak pada umumnya terkadang sering lupa

pada pelajaran yang sudah diajarkan. Apalagi pada materi pelajaran

yang dilakukan sehari-hari seperti wudhu dan sholat itu harus selalu

diterangkan kembali disetiap pertemuan. Seperti hasil wawancara

dengan Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I berikut:

“Kalau di SLB itu pelajarannya lebih dipersingkat, maksudnya


dalam materi pelajaran diambil yang inti-intinya saja. Yang penting
materi tersebut sampai pada anak didik. Kalau kita menyamakan
dengan sekolah umum tidak bisa mba,,kasihan anak-anaknya. Setiap
ada jam PAI juga kita walaupun sudah memberikan materinya tapi
selalu di ulang-ulang untuk dibahas karena mereka sering lupa, apalagi
kita lebih menekankan pada materi ibadah seperti wudhu dan sholat
yang dilakukan setiap hari.”22

Jadi, di SLB Negeri Kota Tegal setiap pertemuan memberikan

materi yang berbeda-beda, tapi intinya dari guru PAI lebih sering

mengulang-ulang materi tentang wudhu dan sholat. Karena kedua

materi tersebut berkaitan dengan kewajiban kita sebagai orang muslim

untuk mengerjakan sholat setiap harinya.

Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran pedidikan

agama Islam pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal antara lain:

22
Wawancara Bapak Nur M.Biantoro, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran PAI di SLB
Negeri Kota Tegal (22/09/2016)
65

a) Anak tidak masuk sekolah, bisa dikarena kesibukan orang tua hingga

tidak bisa mengantar anaknya ke sekolah dan anak yang malas

berangkat sekolah.

b) Terkadang guru mengalami kesulitan saat mengajar, karena

kekurangan anak dalam mendengar membuat mereka kurang

memperhatikan saat diajar. Karena kekurangan anak tunarungu tak

hanya dalam mendengar saja, yaitu juga memiliki kekurangan dalam

berbicara, maka mereka pun sedikit sulit untuk diajak komunikasi.

Seperti hasil wawancara dengan Bapak Suparjo, S.Pd berikut:

“Hambatannya ya kan anak memiliki kekurangan dalam


mendengar jadi kadang tidak terlalu memperhatikan saat diajar,
mereka juga sulit untuk diajak komunikasi, ya harus sabar menghadapi
mereka, kadang saat akan mengajak berbicara perlu ada sentuhan
tangan.23

23
Wawancara Bapak Suparjo, S.Pd selaku guru kelas siswa tunarungu di SLB Negeri
Kota Tegal (23/09/2016)
BAB IV

ANALISA DATA PENELITIAN TENTANG METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB

NEGERI KOTA TEGAL

Berdasarkan pada data yang dipaparkan pada BAB III, selanjutnya

peneliti akan menganalisa hasil temuan dengan teori yang ada mengenai

pelaksanaan metode pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunarungu

serta faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Kota Tegal. Analisis ini

didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan

hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri

Kota Tegal.

Anak tunarungu merupakan anak yang memiliki kekurangan dalam

mendengar, sementara pendengaran merupakan salah satu komponen yang

penting dalam komunikasi. Peneliti menemukan ada satu guru PAI yang mengajar

di SLB Negeri Kota Tegal, dan guru tersebut merupakan lulusan jurusan

pendidikan agama Islam yang pada intinya tidak memiliki kemampuan khusus

untuk berkomunikasi dengan anak-anak yang memiliki kekurangan walaupun

secara keilmuan guru pendidikan agama Islam menguasai materi tentang PAI.

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam materi yang disampaikan

hampir sama dengan sekolah umum lainnya yaitu tentang Al-Qur’an, Aqidah,

Akhlaq, dan Fiqih akan tetapi dibuat lebih sederhana serta dalam pelaksanaannya

disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Untuk evaluasi,

SLB Negeri Kota Tegal juga melakukan ujian semester, ulangan harian, dan juga

66
67

mengikuti ujian nasional. Untuk mata pelajaran PAI bentuk ujiannya berupa soal

dan juga praktek.

Hal yang menarik di SLB Negeri Kota Tegal terkait pendidikan agama

Islam adalah adanya sholat jama’ah dzuhur berjamaah setiap hari (kecuali hari

jum’at) yang diikuti oleh seluruh siswa dan pendidik yang dilaksanakan di

mushola sekolah yang belum tentu dilaksanakan di sekolah lain yang bahkan juga

memiliki mushola sekolah. Selain usaha sekolah untuk membuat anak-anak

beribadah dengan mengajak mereka sholat berjamaah, tentu peran orang tua

sangat penting, maka bimbingan dirumah juga menentukan sikap dan perilaku

anak terutama ibadah mereka. Penjelasan lebih lanjut akan peneliti jabarkan pada

poin-poin berikut:

A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang Diterapkan

pada Anak Tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam

menekankan pada pengertian interaksi yaitu hubungan aktif dua arah

(timbal balik) antara guru dan murid yang didalamnya termasuk metode

yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Metode adalah salah satu

komponen yang tidak kalah peranannya dari komponen lainnya dalam

pendidikan agama Islam. Apa pun macam dan jenisnya semua metode

dapat dipergunakan dalam mendidik anak namun guru harus memilih dan

menetapkan metode dan sasaran yang paling tepat dan sesuai dalam

penyampaian bahan dengan mempertimbangkan faktor situasional serta


68

diperkirakan dapat memperlancar jalannya proses belajar mengajar

pendidikan agama Islam.

Peneliti menemukan beberapa metode yang dilaksanakan di SLB

Negeri Kota Tegal dalam pelaksaan pendidikan agama Islam. Metode-

metode tersebut hampir sama dengan metode yang digunakan di sekolah

regular tetapi dalam pelaksanaanya menyesuaikan dengan kebutuhan

siswa. Metode yang digunakan antara lain adalah metode ceramah, tanya

jawab, demonstrasi dan latihan. Berikut ini macam-macam metode yang

digunakan:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang digunakan dalam

menyampaikan materi pada semua mata pelajaran pendidikan agama

Islam seperti akidah, akhlak, al-qur’an, dan fiqih. Hasilnya dari proses

pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan

standarisasi yang telah ditemukan oleh guru walaupun dalam

penyampaian materi harus di dukung dengan menggunakan media

visual dan komunikasi total. Hal ini dapat dilihat dari hasil

pembelajaran dalam pelajaran akidah, dimana siswa dapat mengetahui

dan menunjukkan ciptaan Allah SWT. Dalam pelajaran akhlak,

mereka mengetahui mana yang termasuk akhlak baik (terpuji) dan

akhlak buruk (tercela). Dalam mata pelajaran al-qur’an, siswa dapat

mengenal dan menulis huruf-huruf hijaiyyah dan juga bagi siswa yang

berbakat ada pula yang dapat menuliskan kaligrafi. Berbeda dalam


69

mengenal surat-surat pendek, mereka harus didukung menggunakan

media audiovisual yaitu dari taperecord ataupun gambar gerak mimic

huruf hijaiyyah.

Dari metode ceramah yang digunakan dalam menyampaikan

materi pelajaran akidah, akhlak dan al-qur’an pada anak tunarungu di

SLB Negeri Kota Tegal belum bisa berjalan secara efektif. Karena

mereka terbatas dalam masalah pendengaran. Namun dalam

pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan

dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode ceramah dan

hafalan memiliki kelebihan diantaranya: guru dapat berinteraksi

langsung dengan siswa melalui suara dan siswa dapat langsung

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru meskipun guru harus

menggunakan suara yang keras, serta dapat melatih pendengaran

mereka.

Sedangkan kelemahan dari metode ceramah diantaranya:

siswa tidak memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan

guru dalam hal ini siswa bermain sendiri dan siswa banyak diam, serta

siswa tidak dapat dipaksakan untuk memahami materi yang sudah

diterangkan oleh guru, karena keterbatasan dalam pendengarannya.

2. Metode Tanya Jawab

Didalam metode ini, digunakan dalam semua materi

pendidikan agama Islam pada anak tunarungu kurang efektif

dikarenakan mereka kurang paham baik dari segi yang sedang


70

ditanyakan ataupun cara komunikasi kepada mereka. Mereka juga

seperti anak-anak normal yang lainnya, ada yang cerdas, sedang dan

ada yang kurang pintar (bodoh). Jadi terkadang yang menjawab hanya

anak yang pintar dan mengetahui apa yang dimaksudkan atau

ditanyakan oleh guru kepada mereka.

Kelebihan dalam metode ini adalah dapat melatih dan

merangsang memori ingatan mereka tentang pelajaran yang sudah

disampaikan dan harus dengan komunikasi yang dapat mereka pahami

dan melatih cara berkomunikasi mereka dengan sesama anak

tunarungu ataupun anak normal. Sedangkan kelemahannya adalah

mereka kurang cepat dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Guru harus sabar dan terus membimbing dan mengarahkan

kepada mereka apa yang sedang ditanyakan.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan

dalam menyampaikan materi fiqih, khususnya praktek wudhu dan

sholat dan harus didukung dengan media visual. Karena mereka hanya

bertumpu pada indra penglihatannya. Hasil dari proses pembelajaran

dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah

ditentukan oleh guru, dimana siswa mampu memperagakan gerakan

wudhu dan sholat secara benar dan teratur.

Dari hasil pembelajaran tersebut, maka metode demonstrasi

yang digunakan pada pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Kota


71

Tegal berjalan cukup efektif meskipun harus didukung dengan media

visual atau audio visual untuk membantu anak agar mudah memahami

materi yang sedang disampaikan. Meskipun belum semaksimal

mungkin karena anak tunarungu dalam memperagakan gerakan

wudhu dan sholat masih perlu mendapatkan bimbingan dari guru.

Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada

kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan begitu juga

pada metode demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat

melihat secara langsung peragaan baik dari guru, gambar ataupun hal

semacamnya melalui media visual, kemudian siswa dapat

mempraktekkan secara langsung gerakan wudhu dan sholat dengan

dibimbing guru agama Islam secara langsung.

Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi diantaranya:

kadangkala siswa ada yang tidak memperhatikan secara seksama dari

peragaan yang dicontohkan oleh guru, kemudian dalam peragaanya

siswa justru kadang dibuat main-main.

4. Metode Latihan

Metode latihan merupakan metode yang digunakan dalam

menyampaikan materi Al-Qur’an dan Fiqih. Hasil dari proses

pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan

standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pembelajaran, dimana siswa dapat kreatif dalam menyalurkan

bakat sesuai dengan kemampuannya, seperti: siswa mampu menulis,


72

menggambar, mewarnai dan membaca huruf hijaiyyah dan juga dapat

dilihat ketika mereka melakukan wudhu dan sholat dzuhur berjama’ah

dengan benar dan teratur. Maka metode latihan yang digunakan dalam

menyampaikan materi Al-Qur’an di SLB Negeri Kota Tegal berjalan

cukup efektif, sesuai dengan hasil pembelajaran yang dikemukakan

diatas.

Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada

kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga

pada metode latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

kreatifitas sesuai dengan daya-dayanya atau kemampuannya dalam

materi Al-Qur’an, sedangkan dalam materi fiqih mereka dapat

langsung mempraktikkan itu ketika mereka berada diluar sekolah.

Sedangkan kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadang kala

siswa diminta untuk latihan menulis atau kaligrafi, dan ketika latihan

wudhu dan sholat tetapi siswa justru menggunakan kesempatan itu

untuk bermain bersama-sama.

Berdasarkan teori pada bab dua, tentang metode pembelajaran

pada anak tunarungu, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode

demonstrasi/praktik, dan metode latihan pada hakikatnya sama dengan

metode yang digunakan di sekolah-sekolah umum lainnya dalam proses

pembelajaran namun pada anak tunarungu harus dibantu dalam hal

komunikasi untuk menyampaikan materi pelajaran tersebut.


73

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Agama

Islam Pada Anak Tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri

Kota Tegal tentunya tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan

penghambat yang akan membawa dampak bagi pelaksanaan proses belajar

mengajar di SLB Negeri Kota Tegal. Adapun faktor pendukung

pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunarungu di SLB

Negeri Kota Tegal, yaitu:

1. Dukungan dari orang tua

a) Kesadaran para orang tua yang selalu memantau perkembangan

anak-anaknya. Selain belajar di sekolah beberapa diantara anak

tunarungu tersebut mendapat guru les privat (psikolog) untuk

membantu memahami pelajaran dan membantu perkembangan

jiwa anak. Perhatian serta motivasi dari orang tua juga sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak.

b) Adanya usaha dari orang tua untuk dapat lebih mengerti anaknya.

Orang tua juga mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan

anak tunarungu, salah satunya adalah orang tua siswa tunarungu

yang belajar bahasa isyarat dan abjad jari pada guru kelas agar

beliau bisa lebih memahami anaknya dan dapat membantu anaknya

belajar dirumah.
74

2. Peran guru

a) Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh

rasa ikhlas dan sabar. Sikap sabar dan ketelatenan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran, serta motivasi dan perhatian guru

yang lebih fokus terhadap perkembangan anak. Motivasi sangat

berperan pada perkembangan jiwa anak, dengan memberikan

motivasi belajar maka siswa akan lebih nyaman dan tekun dalam

belajar.

b) Guru di SLB Negeri Kota Tegal mengajar sesuai dengan lulusan

kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Kota

Tegal sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB, begitu pula

guru Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Tegal dengan

lulusan pendidikan agama Islam dengan lulus pelatihan pendidik

PLB.

c) Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam mewujudkan visi

dan misi sekolah.

d) Guru di SLB Negeri Kota Tegal selalu menjunjung tinggi etos

kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab

sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah

umum lainnya yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di

SLB Negeri Kota Tegal guru menjadi tumpuan bagi para siswanya.

e) Guru di SLB Negeri Kota Tegal tersebut, selain menjadi tenaga

pendidik dalam mengajar juga berperan sebagai orang tua, karena


75

anak tunarungu perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Selain

berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai kakak, bermain

bersama didalam proses pembelajaran.

3. Lingkungan yang mendukung

Partisipasi lingkungan yang mendukung. Lingkungan memiliki

peran yang sangat penting dalam membangun proses pembelajaran di

sekolah, terutama dalam menciptakan suasana positif bagi kemajuan

siswa dan guru. Bagi kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang

siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-

perlombaan. Kemudian bagi guru, lingkungan selalu mengadakan

silaturahmi, sehingga terjalin kerja sama yang bagus dalam

meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu lingkungan juga ikut

berperan membantu sekolah untuk memenuhi kebutuhan financial,

ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.

Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran pedidikan

agama Islam pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal yaitu:

1. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah

Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak

tunarungu, terutama pada awal masuk sekolah. Banyak siswa anak

tunarungu datang tidak tepat waktu, dikarenakan anak seperti itu belum

bisa menjalankan kedisiplinan, kecuali yang memiiliki keluarga

menerapkan kedisiplinan.
76

2. Anak tidak masuk sekolah

Anak tidak masuk sekolah dikarenakan adanya beberapa

alasan diantaranya kesibukan orang tua hingga tidak bisa mengantar

anaknya ke sekolah dan anak yang malas berangkat sekolah.

3. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang

tunarungu.

Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa

menjadikan terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun

dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan

dan pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak

seimbang, dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah

dan wali murid. Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua

wali murid kurang memperhatikan anak tunarungu dalam segi

makanan dan pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah semata-mata

hanya dijadikan sebagai tempat penitipan bagi anaknya, karena

mereka masih merasa malu memiliki anak yang cacat.

4. Minimnya sarana dan prasarana

Minimnya sarana dan prasarana, berupa jumlah kelas dan alat

peraga dan fasilitas yang ada di SLB Negeri Kota Tegal. Dikarenakan

kebutuhan jumlah kelas yang banyak sedangkan jumlah kelas yang

ada tidak mencukupi sehingga dalam satu kelas dibagi dua dengan

penyekat berupa papan dan yang kemudian mempergunakan bekas

kamar asrama menjadi kelas. Hal ini membuat konsentrasi murid


77

menjadi kurang fokus dan membuat guru mengalami kesulitan dalam

menyampaikan materi, karena pada proses belajar mengajar

membutuhkan sarana tersebut untuk mendukung dan mempermudah

proses belajar.

5. Kurangnya guru agama Islam

Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Kota Tegal,

merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran.

Dikarenakan guru agama Islam hanya ada dua orang guru, yang satu

mengampu mata pelajaran agama Islam pada anak tunarungu,

tunanetra, dan autis sedangkan yang satunya lagi hanya mengampu

mata pelajaran agama Islam pada anak tunagrahita untuk semua

jenjang dari TK (persiapan) sampai SMA.

6. Kesulitan Komunikasi

Kesulitan komunikasi yang dialami oleh guru PAI dalam

menyampaikan materi karena terkadang ada anak yang kurang dalam

kemampuan menggunakan bahasa isyarat dan komunikasi total.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan memperhatikan rumusan masalah penelitian serta hasil

temuan dan analisis terhadap data yang diperoleh melalui data observasi,

dokumentasi dan wawancara, maka penelitian dengan judul “Metode

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Anak Tunarungu Di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Tegal” dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan pada

anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal pada dasarnya sama dengan

sekolah umum lainnya, antara lain: metode ceramah, tanya jawab,

metode demonstrasi, dan metode latihan. Akan tetapi metode dalam

penyampaiannya dibuat lebih sederhana serta dalam pelaksanaannya

disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik yang

digunakan dalam pembelajaran. Selama ini dengan menggunakan

metode tersebut dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah

berjalan cukup efektif. Sedangkan guru mengajar dengan rasa sabar,

mengulang-ulang materi, serta pemberian contoh-contoh yang

sederhana kepada siswa agar materi yang sedang diajarkan mudah

dipahami. Dalam hal ini guru didukung dengan menggunakan media

papan tulis, visual, dan komunikasi total dalam menyampaikan materi

pelajaran agar lebih mudah menerapkan metode tersebut.

78
79

2. Faktor pendukung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada

anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal antara lain adanya

dukungan dari orang tua seperti kesadaran para orang tua yang selalu

memantau perkembangan anak-anaknya, berusaha untuk dapat lebih

mengerti anaknya dengan belajar bahasa isyarat dan abjad jari,

sedangkan peran guru antara lain guru mengajar sesuai dengan

profesionalnya serta dengan penuh rasa ikhlas dan sabar, mengajar

sesuai dengan lulusan kependidikannya, selalu menjunjung tinggi etos

kerja dalam mewujudkan visi dan misi sekolah, ketaatan dan kesadaran

guru akan tanggung jawab sebagai pendidik, selain menjadi tenaga

pendidik dalam mengajar juga berperan sebagai orang tua serta adanya

lingkungan yang mendukung.

Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam pada anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal adalah

anak yang sering tidak masuk sekolah karena kurangnya perhatian dari

orang tua, kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah dan

terkadang anak tidak masuk sekolah, minimnya sarana dan prasarana

untuk menunjang pembelajaran, dan juga kurangnya guru agama Islam

serta kesulitan dalam komunikasi dengan anak tunarungu karena

minimnya kosakata bahasa isyarat dan komunikasi total yang mereka

pahami.
80

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian tentang

proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Kota Tegal,

peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga Pendidikan atau Kepala SLB Negeri Kota Tegal

Hendaknya pihak sekolah senantiasa mengupayakan

pendidikan Agama Islam yang lebih baik, hal tersebut dapat dilakukan

dengan menambah tenaga pendidik bidang studi pendidikan Agama

Islam, karena dua guru PAI belum cukup untuk mengisi semua kelas

yang ada di SLB Negeri Kota Tegal baik dari TK sampai SMA. Selain

itu juga mengadakan pelatihan (bahasa isyarat) bagi para orang tua

agar mereka dapat membantu anak-anaknya belajar dirumah, begitu

juga dengan guru PAI yang masih kurang menguasai bahasa isyarat

dan abjad jari sebagai media komunikasi dengan peserta didik yang

memiliki kekurangan dalam pendengaran.

Dan juga melengkapi sarana dan prasarana SLB Negeri Kota

Tegal agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan efektif,

pengklasifikasian dalam masing-masing anak tunarungu agar dalam

penyampaian materi sampai pada pemahaman siswa, kurangnya ruang

kelas sehingga dalam satu kelas terdapat dua jenjang sekolah, penataan

ruang kelas yang nyaman untuk siswa, meningkatkan kualitas personal

dalam memajukan sekolah dengan manajemen yang baik,


81

meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali

murid, dan meningkatkan administrasi sekolah.

2. Bagi Guru PAI di SLB Negeri Kota Tegal

Sebagai bahan masukan bagi para guru terutama guru bidang

studi pendidikan agama Islam (PAI). Kompetensi guru adalah

merupakan kunci dari keberhasilan pembelajaran, oleh karena itu guru

diharapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan lebih

memahami kebutuhan peserta didiknya. Membuat metode

pembelajaran lebih bervariasi agar anak merasa senang saat belajar,

tentu saja tetap disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta

didik. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai dengan keahlian atau

keterampilannya dengan ekstrakulikuler dengan mengikut sertakan

dalam perlombaan.

3. Bagi Orang Tua Siswa SLB Negeri Kota Tegal

Tetap sabar dan tabah menerima keadaan anak dan

memberikan motivasi padanya, bahwa ia mampu berprestasi walau

memiliki kekurangan. Dampingi anak saat melaksanakan ibadah

(sholat), karena pembiasaan sejak dini sangat penting. Sering

berkomunikasi dengan pihak sekolah, agar mengetahui apa saja yang

diajarkan di sekolah dan dapat membantu anak belajar dirumah.

4. Bagi Peneliti Bidang Sejenis

Hasil peneliti ini diharapkan bermanfaat sebagai petunjuk,

arahan, maupun acuhan serta bahan pertimbangan bagi peneliti yang


82

akan datang dalam menyusun rancangan penelitian yang lebih baik

lagi relevan dengan hasil penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Fuad. 2005. Potensi-Potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam.

Jakarta: Ciputat Pers.

Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Daradjat, Zakiyah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam cetakan II. Jakarta: Bumi

Aksara.

Daradjat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta: CV

Darus Sunnah.

Efendi, Mohammad. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Feisal, Amir, Jusuf. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam cetakan I. Jakarta:

Gema Insani Pess.

Haenudin. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu cetakan

I. Jakarta: Luxima Metro Media.

Hasan, Iqbal, M. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

IG.A.K Wardani, Astati, Tati Hernawati, Permanarian Somad. 2012.

Pengantar Pendidikan Luar Biasa cetakan XIX. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.
Jamaluddin, Dindin. 2010 Metode Pendidikan Anak (Teori dan Praktik)

cetakan I. Bandung: Penerbit Pustaka Al-Fikriis.

Jatmiko. 2006. “Efektivitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan

Interaksi Sosial Siswa Tunarungu di SLB Negeri 4 Yogyakarta” . dalam

Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Martiasari, Nenda. 2015. “Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Tulungagung”, dalam http://repo.iain-

tulungagung.ac.id/id/eprint/2110.pdf, diakses pada tanggal 12 Agustus

2016.

Meleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mudyaharjo, Reda. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan menyenangkan cetakan VIII. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mumpuniarti, Penanganan Anak Tunagrahita Kajian Dari Segi Pendidikan,

Sosial, Psikologis dan Karyawisata.

Naim, Ngainun. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Teras.

Nurcahyo, Tri, Arif. 2009. “Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta”, dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/3217.pdf,

diakses pada 12 Agustus 2016.

Nurfarida, Ida. 2009. “Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta”, dalam


http://Frepository.uinjkt.ac.id/%2Fbitstream%2F123456789%2F317%2

F1%2FIDA%2520NURFARIDA-FDK.pdf, diakses pada 12 Agustus

2016.

Poerwadarminta, W.J.S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Rini Hildayani, Sri Tatminingsih, Deni Setiawan, Dian Novita. 2013.

Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus)

cetakan XIV. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sa’idah, Nur. 2009. “Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta”, dalam http://digilib.uin-

suka.ac.id/BAB%20I%2C%20IV%2C%DAFTAR%20PUSTAKA2.pdf

, diakses pada tanggal 12 Agustus 2016.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: IKAPI.

Salim Bahreisy, Abullah Bahreisy. 2001. Tarjamah Al-Qur’an Al-Hakim.

Surabaya: Sahabat Ilmu.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana PRENADAMEDIA Group.

Somantri,Sutjihati, T. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika

Aditama.

Sudikan, Yuwana, Setya. 2002. Penelitian Penyusunan Karya Ilmiyah.

Semarang: Aneka Ilmu.


Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Susanto. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Yunus, Mahmud. 2003. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an.

Zuhairini. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


LAMPIRAN – LAMPIRAN
Pedoman Wawancara

A. Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah

1. Bagaimana sejarah berdirinya SLB Negeri Kota Tegal ?

2. Apa Visi dan Misi SLB Negeri Kota Tegal ?

3. Apa keunggulan SLB Negeri Kota Tegal ?

4. Dari mana pendanaan SLB Negeri Kota Tegal ?

5. Kurikulum apa yang diterapkan di SLB Negeri Kota Tegal ? Apakah

sama antara kurikulum sekolah umum dengan Sekolah Luar Biasa

(SLB) ?

6. Berapa jumlah murid di SLB Negeri Kota Tegal ?

7. Di SLB Negeri Kota Tegal apakah hanya khusus untuk anak tunarungu

atau untuk semua peserta didik yang berkebutuhan khusus ?

8. Berapa jumlah kelas yang ada di SLB Negeri Kota Tegal ?

9. Untuk anak tunarungu dibagi berapa kelas ?

10. Bagaimana hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya dengan

wali murid SLB Negeri Kota Tegal ?


B. Pedoman Wawancara untuk Guru Kelas Tunarungu

1. Berapa jumlah murid di SLB Negeri Kota Tegal ?

2. Berapa jumlah kelas untuk anak tunarungu di SLB Negeri Kota Tegal?

3. Kurikulum apa yang diterapkan pada siswa tunarungu di SLB Negeri

Kota Tegal tahun 2016 dalam pelajaran PAI ?

4. Apa yang membedakan pembelajaran pada anak tunarungu di Sekolah

Umum dengan SLB (Tujuan, Isi/Materi, Media, Strategi, dan Proses

belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai penutup) ?

5. Metode apa yang diterapkan guru untuk anak tunarungu pada semua

mata pelajaran ? Apakah sama seperti sekolah pada umumnya ?

6. Bagaimana komunikasi yang digunakan guru dengan murid baik

didalam penyampaian materi ataupun dalam keseharian ?

7. Pendekatan apa yang dilakukan guru kelas untuk memberikan motivasi

dan semangat kepada anak tunarungu agar rajin berangkat sekolah dan

belajar ?

8. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

kegiatan belajar mengajar ?

9. Bagaimana menangani hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran ?

10. Kegiatan ekstrakulikuler apa yang disediakan untuk siswa tunarungu di

SLB Negeri Kota Tegal ?

11. Sedekat apa guru kelas anak tunarungu dengan anak didiknya ?
C. Pedoman Wawancara untuk Guru Pendidikan Agama Islam

1. Kurikulum apa yang diterapkan pada siswa tunarungu di SLB Negeri

Kota Tegal tahun 2016 dalam pelajaran PAI ?

2. Apa yang membedakan pembelajaran PAI di Sekolah Umum dengan

SLB (Tujuan, Isi/Materi, Media, Strategi, dan Proses belajar mengajar

mulai dari perencanaan sampai penutup ?

3. Apa penerapan metode pembelajaran PAI untuk anak Tunarungu di

SLB Negeri Kota Tegal ?

4. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam pembelajaran PAI di SLB

Negeri Kota Tegal ?

5. Apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunarungu di SLB Negeri

Kota Tegal tahun 2016 ?

6. Bagaimanakah penggunaan sistem komunikasi siswa tunarungu dalam

pembelajaran di kelas ?

7. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dalam kegiatan belajar

mengajar pelajaran PAI di SLB Negeri Kota Tegal ?

8. Metode apakah yang dapat mendukung dalam pembelajaran PAI di

SLB Negeri Kota Tegal ?

9. Apa saja faktor yang menjadi penghambat dalam kegiatan belajar

mengajar pelajaran PAI di SLB Negeri Kota Tegal ?

10. Bagaimana menangani hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran PAI tersebut ?


11. Apakah ada bimbingan rutin khusus untuk siswa tunarungu di SLB

Negeri Kota Tegal ?


D. Pedoman Wawancara untuk Guru Wali Murid Tunarungu

1. Anak Bapak/Ibu kelas berapa ?

2. Bagaimana nilai mata pelajaran PAI pada anak Bapak/Ibu ?

3. Apakah anak Bapak/Ibu mau melakukan sholat dirumah ?

4. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajak anak agar mau melakukan

sholat?

5. Apakah anak Bapak/Ibu mau mengaji ?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajak anak agar mau mengaji ?

7. Apakah ada kendala dalam mengajari anak Bapak/Ibu agar mau

melakukan sholat ?

8. Kalau ada kendala, dengan cara apa Bapak/Ibu mengatasi kendala

tersebut ?

9. Setiap kali anak Bapak/Ibu mau melaksanakan sholat, apakah ada

hadiah yang diberikan untuk anak Bapak/Ibu ?

10. Hadiah seperti apa yang Bapak/Ibu berikan ?

11. Setelah mendapat hadiah, apa anak Bapak/Ibu akan mau mengulangi

melaksanakan sholat setiap harinya meskipun tanpa ada hadiah ?

12. Jika anak Bapak/Ibu tidak melakukan sholat, apakah Bapak/Ibu

memberikan hukuman pada anak ?


Gambar

Gambar 1. Pembelajaran PAI Materi Fiqih Gerakan Sholat Menggunakan Metode

Ceramah dengan Media Visual Gambar Gerakan Sholat

Gambar 2. Pembelajaran PAI Materi Fiqih Gerakan Sholat

Menggunakan Metode Demonstrasi dengan Media Visual Gambar Gerakan Sholat


Gambar 3. Metode Latihan/Praktek Gerakan Wudhu

Gambar 4. Latihan/Praktek Gerakan Sholat


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lulu Ul’ Alawiyah


Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 12 Agustus 2017
Alamat : Jl. Blimbing Gg. 5 Pekauman Tegal Barat Tegal
Nama Ayah : Juliantoro
Nama Ibu : Eny Herwanti
Tempat Tugas : SLB Negeri Kota Tegal
Alamat Tempat Tugas : Jalan Nakula Utara No.1 Kejambon Tegal Timur
Tegal
Pendidikan : 1. TK Al-Khaeriyyah Tegal, lulus tahun 2000
2. SD Al-Khaeriyyah Tegal, lulus tahun 2006
3. MMA Al-Hikmah 2 Brebes, lulus tahun 2012
4. STAIBN Tegal Jurusan PAI, lulus tahun 2016

Tegal, Desember 2016

Lulu Ul’ Alawiyah


NIM. 141201072

Anda mungkin juga menyukai