SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Islam
Oleh:
SITI JANNATINNAIM
NIM. 053111014
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 Semarang 50185 Telp/Fax. (024) 7601291
PENGESAHAN
⌧
1
… ☯
1
Departemen Agama RI, Alquran Al Karim dan Terjemah, (Kudus : Menara Kudus,
2006), hlm. 248
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, simpul-simpul kata dalam jilidan kertas
ini penulis persembahkan kepada :
Ayahanda H.M Umar Faruq dan Ibunda HJ. Masniati Marhamah, beliau orang
tua yang arif dan bijaksana serta memiliki peran yang sangat penting dalam
hidupku, beliau yang selalu membimbing, memberikan kasih sayang serta perhatian
dan pengarahan kepadaku.
Suami Tercinta Moch Arifin, serta keluarga besar Bapak Suwondo dan Ibu
Mutmainnah yang selalu memberi motivasi kepadaku..
Kakak- kakaku (M Najmuddin, Nisfuatun, Sukrin, Syafa’, Nur, Anis , Natsir,
Zarkasi, Nurul, Ali, Tatik, Roudhoh, Yoko) serta keponakanku (Umam, Ayu,
Intan, Sony, Iva, Aldis, Tyta, Rafif, Zuzu) yang telah memberikan semangat
untukku membuat skripsi ini.
Teman-temanku PAI A 2005 tempat berbagi ceria yang selalu berjuang bersama.
Temen-temen Kost Amalia khususnya mbak soli yang selalu menghiburku dikala
suka dan duka.
Sahabatku Sundary, Mamy Ida, yang selalu memberikan semangat dan motivasi
dalam pembuatan skripsi ini.
Untuk semua : “Yang selalu memberi arti”
DEKLARASI
Siti Jannatinnaim
NIM : 053111014
ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Motivasi belajar SKI siswa
di kelas XI MAN Lasem (2) Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran SKI kelas XI MAN Lasem dengan metode diskusi dengan media komik.
Penelitian ini memakai studi tindakan (action research) pada siswa kelas XI
MAN Lasem. Dari hasil observasi secara langsung di kelas XI melalui pra siklus,
penelitian tindakan dapat diketahui metode yang digunakan oleh guru bidang studi
mata pelajaran SKI yang belum secara penuh mengedepankan pembelajaran aktif
dan cenderung terjadi komunikasi satu arah artinya siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran hal ini dapat dilihat dari kesiapan dan keaktifan pada saat
pembelajaran berlangsung. Kesiapan dalam pembelajaran dan keaktifan siswa
menggambarkan motivasi untuk mengikuti pembelajaran, dari jawaban nilai
angket pra siklus juga masih di bawah standar. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi dan angket.
Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan metode
diskusi dengan media komik, dengan menciptakan suasana pembelajaran aktif
maka suasana kelas menjadi hidup, siswa menjadi ter motivasi dalam belajar.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pra siklus, siklus 1 dan
siklus 2. Pada tahap pra siklus dari jawaban angket motivasi belajar siswa
mempunyai prosentase 61,2%, pada siklus 1 prosentase 70,8%, pada siklus 2
prosentase naik menjadi 72,47%.Sedangkan dari observasi prosentase pada pra
siklus adalah 52,5 %. Pada siklus 1 setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar
siswa meningkat meskipun belum melebihi standar menjadi 58,75%. Sedangkan
pada siklus 2 setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus 2
motivasi belajar mengalami peningkatan yaitu motivasi belajar siswa dapat
diprosentasekan menjadi 68,75% . Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada
peningkatan sesudah diterapkan metode diskusi dengan media komik dengan
sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa
ada peningkatan motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran dengan metode
diskusi dengan media komik. Motivasi ini dapat dilihat dari keaktifan dan
kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta dari hasil angket .
Hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua
pihak (siswa, guru, orang tua) untuk dapat meningkatkan motivasi belajar pada
mata pelajaran SKI memperkaya strategi dan metode pembelajaran.
KATA PENGANTAR
Siti Jannatinnaim
NIM : 053111014
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi benih
manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan
baik pasti menjadi pohon mangga bukan menjadi pohon jambu.1
Sebagai mata pelajaran yang dipastikan ada pada setiap lembaga
pendidikan Islam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam mengandung
kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena sejarah
menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme
dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam (Al-Qur’an)
mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung atau tidak
langsung mengandung makna yang besar pelajaran yang sangat tinggi bagi
pimpinan umat, khususnya bagi umat Islam maka Tarikh dan ilmu Tarikh
(sejarah) dalam Islam menduduki arti penting dan mempunyai kegunaan
dalam kajian tentang Islam. Umat Islam dapat meneladani proses pendidikan
Islam semenjak zaman Rasulullah SAW, zaman khulafaur Rasyidin, zaman
ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pendidikan Islam.2
Seperti yang diungkapkan oleh Munawar Cholil bahwa: “Sesungguhnya
pengetahuan Tarikh itu banyak gunanya, baik bagi urusan keduniaan maupun
bagi urusan keakhiratan”. Barang siapa hafal (mengerti benar) tentang Tarikh,
bertambahlah akal pikirannya. Tarikh itu bagi masa menjadi cermin.
Sesungguhnya Tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru.
Tarikh dan ilmu Tarikh itu pokok kemajuan suatu umat, manakala ada suatu
1
Umar Tirtaharja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
hlm. 1
2
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 4-5
1
2
umat tidak memperhatikan Tarikh dan ilmu Tarikh, maka umat itu tentulah
akan ketinggalan di belakang, dan manakala suatu umat sungguh-sungguh
memperhatikan Tarikh dan ilmu Tarikh, maka tentulah umat itu maju ke
muka.3
Berdasarkan kegunaan tersebut, maka semestinya pelajaran sejarah
kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting, menarik,
menyenangkan dan tidak membosankan. Kenyataan yang ada di sekolah-
sekolah tampaknya bukanlah demikian. Mata pelajaran sejarah kebudayaan
Islam bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan melainkan membosankan.
Selain itu juga kurang menarik dan cenderung membuat siswa gaduh dalam
mengikutinya.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelemahan dalam belajar SKI
tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya variasi dalam pembelajaran, yaitu
misalnya penggunaan metode dan media agar menarik perhatian siswa dan
merangsang siswa untuk belajar, karena sifatnya yang banyak cerita serta
merasa jenuh yang akan menumbuhkan kurangnya motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran sejarah kebudayaan islam tersebut. Hal ini bisa dilihat dari
kecenderungan siswa yang bersifat pasif dalam menerima pelajaran SKI.
Apalagi pada jam-jam siang. Untuk itu perlu adanya upaya untuk
menggairahkan kembali motivasi belajar siswa.
Teori Maslow menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil
harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu sendiri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi, kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan
akan harga diri dan kebutuhan untuk merealisasikan diri.4 Untuk itu seorang
guru harus belajar bagaimana cara-cara memotivasi belajar siswa.
Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan adalah komik. Komik merupakan bentuk
kartun dimana perwatakan sama membentuk suatu cerita dan urutan gambar-
3
Ibid, hlm. 6
4
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2007), hlm.176
3
☺
☺
☺
5
Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’i, Media Pengajaran (Bandung : CV. Sinar Baru, 1997),
hlm. 64
6
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),
hlm. 179
4
B. Penegasan Istilah
Untuk menjaga dan mengantisipasi timbulnya kesalahpahaman
pengertian makna, sekaligus memberikan arah penelitian ini, maka di bawah
ini perlu adanya penegasan istilah-istilah sebagai berikut:
a. Motivasi Belajar
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al Karim dan Terjemah, (Kudus: Menara Kudus,
2006), hlm. 281
8
Bahrun Abu Bakar, dkk, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1992),
hlm. 290
5
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 71
10
Hamzah B, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 15
11
http://citraudecasi.wordpress.com/2008/01/25/peradaban-3/
12
Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 78
13
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 11
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2005),
hlm.583
6
C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas XI MAN
Lasem?
2. Apakah dengan metode diskusi dengan media komik motivasi belajar SKI
siswa kelas XI MAN Lasem dapat ditingkatkan?
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.
101
16
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
97
17
Ibid, hlm. 108
8
18
Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 78
19
Asnawir dan Basyiruddin, Op.Cit hlm.10
20
Titin Mariyatin, Upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI
Melalui Bimbingan Belajar Kelas VII MTs Assalafiyah Brebes, (Semarang : IAIN Walisongo
Semarang)
9
komik dapat menarik perhatian dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 7 semester 2 SMP I Grobogan.21
3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik tersebut, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan: “melalui metode diskusi dengan
media komik, maka motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI dapat
ditingkatkan”.
F. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
kelas secara bersama.22
Senada dengan Ebbut Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.23
1. Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari
Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam
pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan
pada siklus sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat
tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan. pengamatan (observasi),
dan refleksi.
21
Noor Sasanti, Efektivitas Pembelajaran STAD Dengan Media Komik Terhadap Haisl
Belajar Siswa Kelas 7 Semester 2 SMP 1 Grobogan, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2007), hlm. 23
22
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2008), hlm. 13
23
Ebbut, dikutip dalam Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 12
10
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
? Dst.24
24
Rochiati Wiraatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung ; Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 66
11
d. Perasaan senang
e. Kebutuhan
4. Kolaborator
Kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
orang yang membantu mengumpulkan data-data tentang penelitian yang
sedang di garap bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam
penelitian ini adalah Guru SKI di MAN Lasem yaitu Ibu. Dra.Nadhiroh.
25
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), hlm.151
13
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid II, (Yogyakarta: And Offset, 2004), hlm151
14
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN
WA L I S O N G O
SEMARANG
Disusun Oleh :
SITI JANNATINNAIM
053111014
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
MELALUI METODE DISKUSI DENGAN MEDIA KOMIK
PADA MATA PELAJARAN SKI
A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas
demi tercapainya suatu tujuan.1
Istilah motif berasal dari akar kata bahasa latin “motive” yang
kemudian menjadi “motion”, artinya gerak atau dorongan untuk
bergerak.2 Menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.3
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar / tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.4
Dari pengertian motivasi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau
kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak
kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu, memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang
didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.
1
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 71
2
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm.
114
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 60
4
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 759
14
15
ﺇﻥ ﺍﻟﺘﻌﻠﻢ ﻫﻮ ﺗﻐﻴﲑ ﰲ ﺫﻫﻦ ﺍﳌﺘﻌﻠﻢ ﻳﻄﺮﺃ ﻋﻠﻰ ﺧﱪﺓ ﺳﺎﺑﻘﺔ ﻓﻴﺤﺪﺙ ﻓﻴﻬﺎ
7
ﺗﻐﻴﲑﺍﺟﺪﻳﺪﺍ
“Sesungguhnya belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada
hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki
menuju perubahan baru”
5
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hlm. 2
6
Clifort T, Morgan, Introduction To Psikologi, (Newyork : The Mc Graw Hill Book tt),
hlm. 63
7
Sholeh Abdul Aziz, At-Tarbiyatul wa Thurukut Tadris, (Mesir: Al Ma’arif, 1979), hlm.
169
8
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 92
16
b. Macam-Macam Motivasi
1) Motivasi di lihat dari dasar pembentukannya
a) Motif bawaan
Adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu
ada tanpa dipelajari. Contohnya, dorongan makan, minum.
b) Motif yang dipelajari.
Motif yang timbul karena dipelajari, contoh: dorongan
untuk belajar ilmu pengetahuan.
2) Motivasi menurut pembagian Wood Worth dan Marquis.
a) Motif Organis, contoh: kebutuhan untuk makan, minum,
bernafas, seksual dan beristirahat.
b) Motif darurat, atau rangsangan dari luar, antara lain :dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas.
c) Motif Objektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, manipulasi untuk menaruh minat. Muncul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
3) Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah.
Sebagian ahli menggolongkan jenis motivasi menjadi dua
jenis yakni: Motivasi jasmaniah dan motivasi Rohaniah. Motivasi
Jasmaniah misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu, sedangkan
Motivasi Rohaniah yakni kemauan.9
4) Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
10
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). misalnya murid
mungkin belajar menghadapi ujian karna dia senang dengan
mata pelajaran yang diujikan.
9
Sardiman, Op.Cit, hlm 84-86
10
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 514
17
11
Winkel Ws, Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm 30
12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
91
18
c. Fungsi Motivasi
1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Berfungsi
sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan tersebut. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang
akan ditempuh.
3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
itu.13
Jadi yang dimaksud motivasi belajar adalah kekuatan
penggerak dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
proses perubahan tingkah laku seseorang dalam masalah pengetahuan,
kecakapan dan ketrampilan serta tingkah laku baru yang lebih baik.
Dorongan disini berasal dari diri sendiri maupun dari luar dirinya.
13
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 77
14
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), hlm. 145
19
15
Zuhirini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usana Offset Printing,
1981), hlm. 89
16
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),
hlm. 179
17
Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta : Grasindo, 1992), hlm. 76
18
Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Ciputat Pers,
2002), hlm. 36
20
19
Ibid hlm. 40
20
Ibid
21
Ibid hlm. 41
21
e) Symposium.
Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa
makalah, penyangga, moderator, notulen, serta beberapa
peserta symposium. Pembawa makalah menyampaikan
makalah nya 10-15 menit, selanjutnya diikuti penyanggah dan
tanggapan dari para audien, kemudian disimpulkan dalam
bentuk rumusan hasil simposium.22
f) Panel
Pada diskusi panel di mana satu kelompok kecil 3-6
peserta mendiskusikan suatu subyek tertentu, duduk dalam
susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.23
g) Brain Stroming Group
Kelompok menyumbangkan ide-ide tanpa dinilai segera,
setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil
belajar yang diharapkan agar anggota kelompok belajar
menghargai pendapat orang lain, dan menumbuhkan rasa
percaya diri dalam mengembangkan ide-idenya.24
h) Informal Debate
Kelas dibagi menjadi dua tim dan mendiskusikan
subyek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan
peraturan perdebatan formal. Yang diperdebatkan bersifat
problematik bukan bersifat faktual.
i) Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber
menjawab pertanyaan dari audien. Dalam kegiatan belajar
mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber
tersebut.25
22
Ibid
23
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 1998), hlm. 9
24
J J Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung :Remaja Rosda Karya,
1995), hlm. 21
25
Ibid hlm. 22
22
j) Fish Bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua
mengadakan diskusi untuk mengambil suatu keputusan.
Tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga
kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar
duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan
berada dalam mangkuk (fish bowl) sedang kelompok diskusi
berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyampaikan
pendapatnya dapat masuk duduk di kursi kosong tersebut dan
meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a) Kelebihan Metode diskusi
1). Mempertinggi partisipasi siswa secara individual dan kelas
sebagai keseluruhan.26
2). Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung
dalam proses belajar.27
3). Memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan
dengan hasil dari metode ceramah.
4). Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan
penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
5). Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial
dan sikap demokratis para siswa.28
b) Kelemahan Metode Diskusi
1). Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa
partisipan yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa
lain untuk memberi kontribusi.
26
Winarno Surachmadi, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung :CV Jemmas, tt),
hlm. 84
27
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 49
28
Suryo Subroto, Op.Cit .hlm 185
23
29
Muhibin Syah, Op.Cit, hlm. 208
30
Usman Basyirudin, Op.Cit, hlm. 38
31
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 78
24
32
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai, Media Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru, 1997), hlm.
64
33
Maya Lestari, “Sejarah Tentang Komik”,
http://hansteru.wordpress.com./2007/12/05/jumat,21-11-2008
25
34
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op. Cit. hlm. 68
35
Arif Sardiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 28
36
Ibid, 29
37
Ahmad Rohani, Op.Cit . hlm. 79
26
38
http :// Teknologi Pendidikan. Wordpress. Com/2006/09/12/Buku Terlarang itu
Bernama Komik./jumat, 21-11-2008
27
39
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm
1011
40
Sarwono, “Sejati Belajar Sejarah”
http://sekolahfaforit.blogspot.com/2007/12/dialektika-sejarah.html 23 april 2009.
28
41
Permanag No 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama (Sejarah Kebudayaan Islam).
29
Kelas XI Semester II
d. Tujuan SKI
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
30
42
Peraturan Mentri Agama Indonesia Nomor 2 tahun 2008 Tujuan Mata Pelajaran SKI
31
b. Pemberian hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu
demikian karena hadiah tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak
senang dengan pekerjaan tersebut
c. Persaingan
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa.
d. Ego involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertahankan harga diri, merupakan bentuk motivasi yang
sangat penting.
e. Memberi ulangan mengetahui hasil
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan, oleh
karena itu memberi ulangan juga sebagai sarana motivasi.
f. Memberi pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang di selesaikan dengan baik
merupakan motivasi yang baik.
g. Hasrat untuk belajar
Siswa harus di tumbuhkan motivasi untuk belajar.
h. Minat tujuan yang diakui.
Motivasi selalu mempunyai tujuan, kalau tujuan itu berarti dan
berharga bagi siswa maka ia akan berusaha untuk menjaganya.43
Untuk menumbuhkan motivasi salah satunya adalah hasrat untuk
belajar berarti pada diri anak itu memang ada motivasi untuk belajar
sehingga hasilnya akan lebih baik misalnya dengan berbagai variasi KBM
dengan metode diskusi dengan media komik
Metode diskusi sebagai salah satu alternatif yang dipakai oleh
seorang guru di kelas, bertujuan memecahkan masalah dari para siswa,
sedangkan metode diskusi dalam proses pembelajaran sebagai cara yang
43
Sardiman Op,Cit, hlm. 91
32
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik tersebut, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan “Melalui metode diskusi dengan media komik,
maka motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan selama 1 bulan terhitung mulai izin
penelitian secara lisan dan tertulis. Sedangkan pelaksanaan penelitian atau
pengumpulan data mulai tanggal 13 Juli 2009 sampai dengan 13 Agustus
2009
B. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Siswa kelas XI IPA 2 MA Negeri Lasem semester I tahun ajaran 2009-
2010.
2. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan
pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik..
33
34
C. Prosedur Penelitian
Suharsini Arikunto menyatakan “Penelitian tindakan kelas adalah
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.
Penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi
harus mengandung suatu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan
berdasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam istilah Inggris adalah Classs Action
Research (CAR).1
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani
proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang
diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan
perhitungan statistik sederhana.
1. Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari
Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam
pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan
pada siklus sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat
tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi),
dan refleksi.
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
hlm3
35
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
? dst.2
2. Siklus Kegiatan
Siklus kegiatan dirancang dengan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Kegiatan diterapkan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran SKI melalui metode diskusi dengan media
komik. Metode diskusi dengan media komik ini mampu mengaktifkan
siswa dalam belajar khususnya mata pelajaran SKI yang ada di kelas XI
IA2 MA Negeri Lasem. Tahapan dalam penelitian ini disusun melalui
siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Penelitian dirancang dalam tiga tahap yaitu pra
siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pelaksanaan tiap tahap akan diambil 1 kelas
dengan kolaborator guru pengampu mata pelajaran SKI yaitu Ibu Dra.
Nadhiroh.
a. Pra Siklus
Tahap pra siklus ini peneliti akan melihat pembelajaran SKI secara
langsung di kelas XI IA2 MA Negeri Lasem. Dalam pembelajaran SKI
di kelas XI IA2 tersebut belum menggunakan model pembelajaran
2
Rochiati Wiraatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung ; Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 66
36
3
Hasil Pengamatan di kelas XI IA2 MA Negeri Lasem 23 juli 2009
37
1) Perencanaan
a) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
b) Meninjau kembali rencana pembelajaran yang disiapkan untuk
siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi siklus 1.
Penekanan pada siklus ini adalah motivasi dan keaktifan belajar
siswa.
c) Menyiapkan lembar kerja observasi yaitu pengamatan terhadap
kegiatan belajar peserta didik di kelas dengan metode diskusi
dengan media komik.
2) Pelaksanaan
Guru sekaligus peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti dan di revisi
berdasarkan evaluasi pada siklus 1.
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Memberikan gambaran konsep pembelajaran.
c) Melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan skenario dan
hasil refleksi.
d) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik
dalam pembelajaran SKI
e) Setelah pembelajaran selesai peneliti membagikan angket.
3) Pengamatan
a) Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan
menggunakan instrumen yang telah tersedia. Fokus
pengamatan adalah kegiatan siswa dalam berdiskusi sesuai
dengan skenario pembelajaran.
b) Peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran dan
dibandingkan dengan siklus 1
c) Guru bersama peneliti mengamati hasil observasi apakah
sudah mencapai standar
40
4
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), hlm.151
42
5
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid II, (Yogyakarta: And Offset, 2004), hlm151
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
43
44
Tabel 4.4
Skor Observasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran SKI
Pada Tahap Pra Siklus
Jumlah
Sub Indikator 1 Indikator 2
Skor
Indikator
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 8
2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 7
3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
5 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5
8 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
Jumlah Skor - - - 8 15 1 4 9 0 5 42
Keterangan :
Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran
Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran
Skor :
5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa siswa belum terlibat aktif secara penuh dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya motivasi
belajar dalam proses pembelajaran. Siswa yang kesiapan nya matang dalam
pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya motivasi atau
keinginan untuk bisa. Rendahnya motivasi belajar siswa pada kelas XI IA2
yang menjadi obyek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil
penilaian keaktifan dan kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
yaitu sebesar 52,5 % yang masih berada dibawah ketentuan yaitu 65 %.
Selama proses belajar berlangsung aspek yang menunjukkan adanya
belajar aktif belum secara maksimal terpenuhi, seperti penataan ruangan atau
tempat duduk masih model konvensional. Hal ini cenderung penguasaan kelas
yang belum maksimal, dan peneliti mengamati masih ada siswa yang tempat
duduk nya paling belakang masih melaksanakan aktivitas selain pembelajaran
seperti halnya bicara sendiri atau berbisik-bisik serta mengerjakan tugas pada
mata pelajaran selain pelajaran SKI. Berkaitan dengan hasil angket yang
dilakukan di akhir pembelajaran didapat bahwa rata-rata siswa XI IA2
mempunyai motivasi yang masih rendah dalam pembelajaran SKI.
Setelah mengamati secara langsung pada proses pembelajaran SKI
kelas XI IA2 pada tahap pra siklus, kemudian peneliti mendiskusikan dengan
guru mitra untuk tahap berikutnya yaitu pada tahap siklus 1.
Sebelum melaksanakan siklus berikutnya ada beberapa hal yang dapat
diidentifikasi untuk pelaksanaan tindakan pada siklus 1, yaitu:
a. Pelaksanaan pembelajaran masih pada komunikasi satu arah.
b. Pembelajaran yang ada di kelas berkaitan dengan sumber pembelajaran
masih bergantung pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
c. Belum adanya hubungan timbal balik antara guru dan murid yang
berkaitan dengan pembelajaran siswa.
d. Adanya penerapan satu metode yaitu ceramah, membuat peserta didik
menjadi jenuh dan perhatian siswa belum terfokus pada satu
permasalahan.
48
2 (rendah)
1 (kurang)
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan dan
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran SKI pada tahap siklus 1
dapat dipresentasikan bahwa kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran setelah diterapkan metode diskusi dengan media komik
yaitu:
Skor yang dicapai
Nilai : X 100 %
Skor maksimal
47
: X 100%
80
: 58,75 %
1
Hasil pengamatan di kelas XI IA2 MA Negeri Lasem tanggal 30 Juli 2009
53
Dari hasil angket siswa siklus I masih terdapat 9 siswa yang belum
mencapai kriteria yang ditentukan, berdasarkan indikator ketercapaian dan
kriteria ketuntasan minimum sebesar 65, maka untuk siklus 2 ini, hasil angket
menunjukkan 4 siswa, 2 siswa yaitu, Abid dan Sopyan, dan masih ada 2 siswa
yang menjawab netral yaitu, Baihaqi dan Zainuddin artinya mereka belum
mencapai indicator ketercapaian mampu bersikap positif dan belum mencapai
standar mata pelajaran SKI yaitu 65. Secara keseluruhan hasil rata-rata angket
siklus 2 ini kelas XI IA2 sebanyak 72,47% Artinya hasil tersebut telah
melebihi KKM 65 dengan baik.
Sedangkan dari hasil observasinya adalah:
Tabel 4.8
Skor Observasi Motivasi belajar dalam Mengikuti Pembelajaran
Pada Siklus 2
Jumlah
Sub Indikator 1 Indikator 2
Skor
Indikator
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9
2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10
5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
Jumlah 1
- - - 8 15 - - 6 16 55
Skor 0
Keterangan :
Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran
Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran
Skor :
5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
56
55
: %
80
: 68,75 %
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2 tersebut dapat disimpulkan
bahwa siswa hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa secara individu maupun kelompok hampir keseluruhan
terlibat aktif bertanya, menulis ketika ada keterangan atau informasi baru yang
diterima dari Ibu guru atau dari sumber lain, menyelesaikan tugas sesuai
dengan fungsinya pada kelompoknya dalam pembelajaran SKI di kelas.
Sehingga dalam proses pembelajaran tidak tergantung sepenuhnya pada guru
dan mereka berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk
didiskusikan dalam kelas atau permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi siap untuk ditanyakan kepada guru. Hal ini juga ditunjukkan hasil
observasi keaktifan dan kesiapan dalam pembelajaran pada siklus 2 Penelitian
Tindakan Kelas pada kelas XI IA2 MA Negeri Lasem dengan prosentase
68,75 % yang sudah berada diatas ketentuan yang ditetapkan yaitu 65 %.
Setelah observasi selesai dilaksanakan peneliti bersama guru mitra
sebagai kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IA2 MAN
Lasem kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan metode diskusi dengan media komik pada
tahap siklus 2. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari
tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yaitu: Terjadi peningkatan motivasi
57
belajar siswa dari tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yang dapat dilihat
pada table sebagai berikut:
Tabel 4.9
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Motivasi Belajar
Pada Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Dilihat dari tabel di atas perbandingan observasi dan hasil angket dari
pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari
tiap-tiap siklus.
Diagram 4.1
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Motivasi Belajar
Pada Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
80
70
Observasi
60
50 Angket
40
Prosentase (%)
30
20
10
0
42 47 55
Jumlah skor
Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan
motivasi belajar siswa dari tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II.
58
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang peneliti lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di MA Negeri Lasem
mencoba menerapkan model pembelajaran dengan metode diskusi dengan
media komik, sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar SKI.
Merupakan keterbatasan penelitian, diantaranya cara memperoleh data dari
penelitian tersebut, peneliti harus mengamati secara langsung dengan
cermat penerapan metode diskusi dengan media komik di kelas sebagai
upaya meningkatkan motivasi belajar, dengan mengamati secara langsung
maka peneliti yang dibantu oleh kolaborator harus benar-benar kerja keras
untuk memperoleh data dan mengetahui perkembangan yang dialami oleh
siswa selama metode pembelajaran tersebut diterapkan. Namun menjadi
sebuah kelebihan, dengan meneliti secara langsung di kelas, peneliti dapat
melihat secara langsung aktivitas pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi dengan media komik.
2. Penelitian di MA Negeri Lasem oleh peneliti yang dilaksanakan di kelas
XI IA2 yaitu menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi dengan media komik dalam pembelajaran SKI. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan kelas XI IA2 sebagai sampel
penelitian yang jumlahnya 44 siswa. Sehingga dalam penelitian ini yang
mencoba menerapkan model pembelajaran dengan metode diskusi dengan
media komik tidak dapat menyeluruh di semua kelas. Hal ini disebabkan
karena adanya keterbatasan peneliti untuk melakukan penelitian di semua
kelas di MA Negeri Lasem.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di MA Negeri Lasem tidak
lepas dari sumber-sumber pustaka sebagai landasan teori dari penelitian
ini. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
referensi, daftar pustaka atau hasil-hasil penelitian yang relefan dengan
59
A. Kesimpulan
Deskripsi data dan analisis penelitian tentang upaya peningkatan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI melalui metode diskusi
dengan media komik di MA Negeri Lasem dari bab I sampai IV maka pada
akhir skripsi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Sebelum dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu dengan metode
diskusi dengan media komik, motivasi belajar siswa kelas XI IA2 MAN
Lasem pada mata pelajaran SKI sangat rendah mereka merasa jenuh
dengan metode pembelajaran yang digunakan. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilaksanakan oleh peneliti di MA Negeri Lasem dengan
menerapkan pembelajaran dengan metode diskusi dengan media komik
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran SKI
2. Keberhasilan penerapan model pembelajaran melalui metode diskusi
dengan media komik sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa di MA Negeri Lasem ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam
proses pembelajaran yaitu kesiapan dan keaktifan pada saat proses
pembelajaran, Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang
dipresentasikan melalui pengamatan tentang motivasi belajar siswa dengan
indikator kesiapan dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Prosentase
peningkatan motivasi belajar dari hasil observasi pra siklus, siklus 1
sampai siklus 2 yaitu dari 52,5 % meningkat menjadi 68,75 % dan di atas
rata-rata yang ditentukan yaitu 65 %. Sedangkan dari hasil angket tiap
siklus juga menunjukkan peningkatan yaitu dari 61,2 meningkat menjadi
72,47 diatas rata-rata
60
61
B. Saran
Mengingat pentingnya metode pembelajaran secara kreatif untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, maka peneliti memberikan saran kepada
1. Guru SKI
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi
ter sampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya
variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami
oleh siswa. Dan selalu memantau perkembangannya terutama dari
perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
c. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi dengan media
komik pada mata pelajaran SKI agar dapat dilakukan tidak hanya
sampai pada selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan
dilaksanakan sebagai program untuk meningkatkan motivasi dan
mengurangi kejenuhan pada waktu melaksanakan pembelajaran
2. Stake holder Madrasah
a. Hendaknya kepala sekolah membuat kebijakan yang mendukung
pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pembelajaran seperti
media komik dan lain-lain.
b. Memberi fasilitas proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
c. Hendaknya para guru, meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi
profesional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas,
karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya akan
dapat menghasilkan siswa yang berprestasi, berbudi pekerti luhur, dan
berakhlaqul karimah yang mampu berdampak positif pada
perkembangan dan kemajuan sekolah.
62
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat, taufiq dan hidayah dari Allah
SWT, penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Meskipun dalam pembahasan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Saran yang membangun sangat penulis
harapkan . Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Armai, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat
Pers, 2002
Bakar, Bahrun Abu, dkk, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Toha Putra,
1992
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research jilid II, Yogyakarta: And Offset, 2002
http://citraudecasi.wordpress.com/2008/01/25/peradaban-3/
Mariyatin, Titin, Upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
SKI Melalui Bimbingan Belajar Kelas VII MTs Assalafiyah Brebes,
Semarang : IAIN Walisongo Semarang
Sardiman, Arif dkk, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Subroto, Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i, Media Pengajaran Bandung : CV. Sinar Baru,
1997
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Jenjang Pendidikan
1. TK Bina Putra Mrayun Sale Rembang, Lulus Tahun 1993
2. SD N 2 Bangun Rejo Pamotan Rembang, Lulus Tahun 1999
3. SLTP N 3 Pamotan Rembang, Lulus Tahun 2002
4. MA N Lasem Rembang, Lulus Tahun 2005
Siti Jannatinnaim
Lampiran 1
DAFTAR RESPONDEN
NO NAMA NO NAMA
1 Achmad Irwanto 23 Muhammad Ali Allaludiniah
2 Achmad Nur Cholik 24 Muhamad Arif Irfan
3 Aizzatin Nafisah 25 Nailil Ifa
4 Amirotus Sholihah 26 Nanik Andiyani
5 Anita Sari 27 Nanik Susi Wulandari
6 Aries Wibawo 28 Nurul Qomqriyqh
7 Aulia Maratussholihah 29 Nurul Zainuddin
8 Eka Nur’aini Liya R 30 Qurrota A’yunin
9 Feny Erlina Nur’aini 31 Reza Khoirunnisa
10 Heti Nurcahyanti 32 Robiatul Adawiyah
11 Himatul Ulya 33 Rofikoh Desika Candra
12 Kadar Nirma Sari 34 Shofiul Anam
13 Khafidzotuzzumairoh 35 Sholihatun Ma’rifah
14 Koriyah 36 Siti Nurjannah
15 Qurotul Ayun 37 Sopyan
16 Lida Finoria Fitriani 38 Sri Wahyuningsih
17 M.A. Sahal Baihaqi 39 Sri Winarti
18 Mariatun Qoniah 40 Syakur
19 Marlina Febriyanti 41 Tia Nurul Jayanti
20 Masniyyah 42 Ummi Fatimiyah
21 Moch. Abdul Ghofur 43 Ummi Luthfiyatun T
22 Muh Abid Muzakki 44 Umrotun Khasanah
Lampiran 2
JADWAL PENELITIAN
Kompetensi Tehnik
No Materi Pelajaran Indikator
Dasar Penilaia
1.1. Menceritakan Sejarah dakwah 1.1.1. Menjelaskan sejarah awal dakwah Rosul pada Tes tertu
sejarah dakwah Rosulullah periode Makkah dan Madinah
Rosul SAW pada Makkah dan 1.1.2. Mengidentifikasi sasaran awal dakwah
periode Makkah Madinah Rosulullah SAW pada periode Makkah dan
dan Madinah Madinah
1.2. Mendeskripsikan Substansi dan 1.2.1. Mengidentifikasi substansi dakwah Rosulullah Tes tertu
substansi dan strategi dakwah SAW pada periode Makkah dan Madinah
strategi dakwah Rasulullah SAW 1.2.2. Menjelaskan strategi dakwah Rosulullah SAW
Rasulullah SAW periode Makkah pada periode Makkah dan Madinah
periode Makkah dan Madinah 1.2.3. Mengidentifikasi substansi dakwah Rosulullah
dan Madinah SAW pada periode Makkah dan Madinah
1.2.4. Menunjukkan reaksi (negatif) masyarakat
terhadap strategi dakwah Rosulullah pada
periode Makkah dan Madinah
II. Materi Ajar : Sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Makkah dan
madinah Madinah
Pengorganisasian
No. Kegiatan Pembelajaran
Peserta Waktu
Kegiatan Awal
1. Menyampaikan tujuan, apersepsi dan motivasi
dengan cara bertanya bagaimanakah sejarah awal
K 3 menit
dakwah Rasulullah?dan siapa yang menjadi sasaran
dakwah Rasulullah SAW?
Kegiatan Inti
2. Guru memberi kesempatan membaca buku panduan
atau Lembar Kerja Siswa (LKS) terhadap pokok K 10 menit
bahasan yang akan dibahas.
3 Guru menjelaskan pokok bahasan satu persatu. K 30 menit
4 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terhadap
pokok bahasan yang telah diterangkan ketika ada I 10 menit
persoalan yang belum jelas.
5 Setelah guru selesai memberi penjelasan dan siswa
tidak ada pertanyaan sebagai akhir pelajaran
k 20 menit
dibagikan angket untuk mengetahui motivasi siswa
dalam pelajaran SKI
Penutup
6 Guru bersama peserta didik mengambil kesimpulan
K 7 menit
akhir sebagai penguat.
Keterangan : I = individual; K = klasikal
VI. Penilaian
1. Prosedur tes
Tes awal : Tidak ada
Tes Proses : Tidak ada
Tes akhir : ada
2. Jenis tes : tes tertulis
3. Alat tes : terlampir
3. Setiap kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam
buku panduan mata pelajaran yaitu berupa media komik.
4. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil diskusi.
5. Setiap kelompok menugaskan satu orang untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas.
6. Kembalikan seperti semula dalam kelompok besar dalam satu kelas untuk
penyampaian hasil diskusi mengulas permasalahan, seandainya ada masalah
yang belum terpecahkan.
7. Guru memberikan beberapa pertanyaan untuk penjajakan pemahaman materi.
8. Setelah selesai menyampaikan hasil diskusi, guru memberikan kesimpulan,
penekanan dan tindak lanjut.
9. Refleksi
10. Penilaian dengan lembar observasi yang telah disiapkan pada saat diskusi
berlangsung.
Nama :
Kelas :
No Absen :
Nama :
Kelas :
No Absen :
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1 Saya tidak perlu memahami tujuan
pelajaran SKI.
2 Pelajaran SKI harus menarik
perhatian saya
3 Menurut saya pelajaran SKI itu
membosankan.
4 Saya selalu belajar SKI di luar jam
pelajaran / di rumah.
5 Pelajaran SKI mudah dipahami bila
menggunakan metode diskusi
dengan media komik.
6 Dengan menggunakan metode
diskusi dengan media komik
membuat saya lebih semangat untuk
menyukai pelajaran SKI
7 Setelah menggunakan metode
diskusi dengan media komiksaya
merasakan bahwa pelajaran SKI itu
menyenangkan
8 Menggunakan metode diskusi
dengan media komik itu
membosankan
9 Dengan metode diskusi dengan
media komik menjadikan saya
malas belajar
10 Saya merasa tidak semangat
mengikuti pelajaran SKI
Lampiran 9
REKAPITULASI NILAI ANGKET
Skor Angket
No Nama
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1 Achmad Irwanto 68 70 74
2 Achmad Nur Cholik 50 50 70
3 Aizzatin Nafisah 40 68 72
4 Amirotus Sholihah 74 74 I
5 Anita Sari 46 72 74
6 Aries Wibawo 54 58 76
7 Aulia Maratussholihah 62 70 72
8 Eka Nur’aini Liya R 76 78 80
9 Feny Erlina Nur’aini 56 80 86
10 Heti Nurcahyanti 88 94 94
11 Himatul Ulya 60 74 76
12 Kadar Nirma Sari 82 96 94
13 Khafidzotuzzumairoh 58 68 70
14 Koriyah I 76 78
15 Qurotul Ayun 62 76 80
16 Lida Finoria Fitriani 56 82 84
17 M.A. Sahal Baihaqi 36 40 40
18 Mariatun Qoniah 56 82 84
19 Marlina Febriyanti 76 92 92
20 Masniyyah 52 56 82
21 Moch. Abdul Ghofur 72 84 86
22 Muh Abid Muzakki 58 62 64
23 Muhammad Ali Allaludiniah 48 74 76
24 Muhamad Arif Irfan 58 84 84
25 Nailil Ifa 84 82 84
26 Nanik Andiyani 64 92 94
27 Nanik Susi Wulandari 40 40 78
28 Nurul Qomqriyqh 56 68 70
29 Nurul Zainuddin 40 38 40
30 Qurrota A’yunin 70 80 82
31 Reza Khoirunnisa 56 74 80
32 Robiatul Adawiyah 58 60 74
33 Rofikoh Desika Candra 74 74 76
34 Shofiul Anam 64 62 78
35 Sholihatun Ma’rifah 64 64 I
36 Siti Nurjannah 38 40 84
37 Sopyan 58 62 64
38 Sri Wahyuningsih 68 80 82
39 Sri Winarti 74 76 78
40 Syakur 54 60 A
41 Tia Nurul Jayanti 48 60 84
42 Ummi Fatimiyah 76 78 80
43 Ummi Luthfiyatun T 96 92 96
44 Umrotun Khasanah 62 74 70
Rata-rata 61,2% 70,8 % 72,47%
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI
4. Keaktifan mengikuti
jalannya diskusi
5. Keaktifan dalam
mengunggapkan
pendapat
6. Kekompakan dalam
menyelesaikan tugas
individu
7. Kekompakan dalam
menyelesaikan tugas
kelompok
8. Ketrampilan siswa
dalam mengungkapkan
dan membuat
kesimpulan
Keterangan:
Jumlah maksimal skor =
Skor yang dicapai
Nilai = X 100 %
Skor maksimal
Lampiran 11
PROSES PEMBELAJARAN SKI KELAS XI IA2