KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidyahNya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat menyelesaikan
dengan tepat pada waktunya. Walaupun saya sadar bahwa makalah masih jauh apa yang
menjadi harapan dari pembimbing. Namun sebagai awal pembelajaran dan agar
menambah spirit, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur..
Kesalahan dalam makalah ini jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja
melainkan karena kekhilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan tersebut kirannya
dapat dimaklumi.
Demikian, harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amien…!!!
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Wayang !
2. Mengetahui Sejarah Wayang !
3. Mengetahui Ciri-ciri Umum Wayang !
4. Mengetahui Jenis-Jenis Wayang !
5. Mengetahui Proses Pembuatan Wayang Secara Umum !
1.4. Manfaat
1. Mengenal dan mengapresiasi salah satu budaya tradisional, yaitu seni wayang.
2. Meningkatkan kecintaan terhadap kesenian tradisional, terutama yang berasal dari
daerah sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Wayang
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol
di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni
musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, wayang adalah boneka tiruan orang dan lain sebagainya yang
terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan lain sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk
memerankan tokoh di pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan lain sebagainya),
biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.
3
Wayang sebagai satu pergelaran dan tontonan sudah dimulai ada sejak zaman
pemerintahan raja Airlangga. Kata “wayang” diduga berasal dari kata “wewayangan” yang
artinya bayangan. Untuk lebih menjawakan budaya sejak awal jaman Kerajaan Majapahit
diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata.
Sejak itulah cerita-cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan
Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama
Islam, diantaranya para Wali Sanga.
Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga member pengaruh besar
pada budaya wayang, terutama konsep religi dari falsafah wayang itu. Sejak zaman Kartasura,
pengubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata semakin jauh dari
aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang,
termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam.
4
2.4. Jenis- Jenis Wayang
Di Indonesia, ada beragam jenis wayang. Wayang hadir dalam berbagai bentuk,
ukuran, dan medium, termasuk dalam bentuk gulungan gambar, kulit, kayu, dan topeng.
Namun, ada 5 jenis wayang yang paling populer yang akan saya sebutkan di bawah ini.
Mereka adalah:
1. Wayang beber
Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang
tertua di Indonesia. Dalam pertunjukan narasi ini,
lembaran gambar panjang dijelaskan oleh seorang
dalang. Wayang beber tertua dapat ditemukan di
Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Selain dari kisah-kisah
Mahabharata dan Ramayana, wayang beber juga
menggunakan kisah-kisah dari cerita rakyat, seperti
kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Dewi
Sekartaji.
2. Wayang kulit
Di Jawa Tengah dan Timur, jenis wayang yang paling
populer adalah wayang kulit atau wayang kulit purwa.
Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau
atau kambing. Lengan dan kakinya bisa digerakkan. Di
Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali
menggabungkan cerita-cerita Hindu dengan Budha dan
Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita rakyat
serta mitos sering digunakan.
5
wayang ini berasal dari kerajaan-kerajaan Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala , Kediri,
dan Majapahit. Cerita yang paling populer adalah tentang Damarwulan. Cerita ini
dipenuhi dengan kisah perseturan asmara dan sangat digemari oleh publik.
4. Wayang golek
5. Wayang wong
Jenis wayang ini adalah sebuah drama tari yang
menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokoh
yang didasarkan pada kisah-kisah wayang tradisional.
Cerita yang sering digunakan adalah Smaradahana.
Awalnya, wayang wong dipertunjukkan sebagai
hiburan para bangsawan, namun kini menyebar menjadi
bentuk kesenian populer.
Wayang terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan
mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan
menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini
menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting
karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa
digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu
India. Berdasarkan asal-usul wayang, ada dua pendapat, pertama bahwa wayang berasal dari
Pulau Jawa khususnya Jawa Timur, pendapat yang kedua bahwa wayang berasal dari India
dibawa ke Pulau jawa oleh agama Hindu. Wayang berasal dari cerita Ramayana dan
Mahabarata dn menjadi pertunjukkan dan tontonan, namun seiring dengan beiringan
masuknya Islam ke Jawa, sebagai bentuk dakwah Islam di Jawa wayang menjadi salah satu
bentuk akulturasinya.
Bentuk akulturasinya pada tokoh puntadewa, bima, arjuna, nakula-sadewa, dan yang
lain. Nilai pergelaran wayang diisyaratkan dengan nilai-nilai islam oleh para walisanga.
Adapun beberapa bentuk akulturasi Islam dengan kesenian wayang diantaranya; Kalimah-
Syahadah dipersonifikasikan dalam tokoh Puntadewa atau Samiaji sebagai saudara tua dari
Pandawa, shalat lima waktu dipersonifikasikan dalam tokoh Bima, zakat dipersonifiksikan
dengan tokoh ketiga dalam Pandawa yakni Arjuna. puasa Ramadhan dan Haji,
dipersonifikasikan dalam tokoh kembar Nakula-Sadewa.
Akulturasi yang dilakukan oleh walisanga dalam pagelaran wayang di daerah Jawa
tidak lepas dari misi dakwah yang diemban oleh Sunan Kalijaga, dengan melihat realitas
sosial pada saat itu yang menunjukan kentalnya kesenian wayang dalam kehidupan
masyarakat, mendorong sunan Kalijaga untuk menjadikan wayang sebagai salah satu metode
dalam dakwahnya, yaitu dengan memasukan ajaran-ajaran maupun nilai-nilai Islam seperti
aqidah, akhlak, dan ritual-ritual peribadatan dalam Islam.
7
DAFTAR PUSTAKA