Anda di halaman 1dari 168

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII
DI SMPN 1 SINGOSARI




SKRIPSI

Oleh:
IRFATUL AINI
NIM: 06130022








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII
DI SMPN 1 SINGOSARI


SKRIPSI
Diajukan untuk Menyusun Skripsi pada Program Strata Satu (S-1)
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang


Oleh:
IRFATUL AINI
NIM: 06130022








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010

HALAMAN PERSETUJUAN


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI
METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII
DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI

Oleh:
Irfatul Aini
NIM: 06130022


Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing




Dr. H. Nur Ali M.Pd
NIP.196504031998031 002

Tanggal, 15 Juli 2010




Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial




Drs. Muhammad Yunus, M. Si.
NIP. 196903241996031 002




HALAMAN PENGESAHAN


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI
METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII
DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI
dipertahankan dan disusun oleh
Irfatul Aini (06130022)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
27 Juli 2010
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd)
pada tanggal : 30 Juli 2010

Panitia Penguji Tanda Tangan
Ketua Sidang
M. Walid. MA
NIP.197308232000031 002

________________________
Sekertaris Sidang
Dr. H. Nur Ali M.Pd
NIP.196504031998031 002



________________________

Pembimbing
Dr. H. Nur Ali M.Pd
NIP.196504031998031 002



________________________
Penguji utama
Drs. H. M. Padil M. Pdi
NIP.196512051994031 003

________________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang



Dr. H.M. Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
MOTTO MOTTO MOTTO MOTTO







... !# %!# ## 3 %!# #?& =9# ;M_ 4 !# $/ =? 7z



niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Mujadilah (58): 11).




DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Bandung: CV PENERBIT
JUMANATUL 'ALI-ART, 2005), 543.











PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan dan kerendahan hati
ku persembahkan karya ini
Untuk sepasang mutiara hati yang
memancarkan cinta kasih
yang tak pernah usai, yang selalu
mengasihiku
setulus hati dan sesuci doa
(ayahku Mianto dan Ibuku Ulwiyah)
Restumu yang slalu menyertai setiap
langkahku dari jerih payahmu kesuksesanku
berasal, demi meniti masa depan.

Adik Q(Lailatul sikrillah)
yang selalu memberikan dorongan dan
semangat
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Mas Q (M. Zaenal Arifin)
Yang selalu setia dan memberi motivasi

Bapak dan Ibu Dosen yang telah
mencurahkan segenap ilmunya

Temen-temenku seangkatan
Tarbiyah IPS 2006 thanks to All yang
selama studi
dalam suka & duka
Sahabat-sahabat-Ku
{Meca, Re2, Ria, Ina, Vida, Dwi, dan
Nurul}
Dr. H. Nur Ali, M. Pd
Pembantu Dekan bidang Akademik
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Irfatul Aini Malang, 15 Juli 2010
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
di
Malang
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini :
Nama : Irfatil Aini
NIM : 06130022
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui metode
Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII di SMPN 1
Singosari Malang
.
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,


Dr. H. Nur Ali M.Pd
NIP.19650403199803100



SURAT PERNYATAAN



Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain., kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.


Malang, 15 Juli 2010



Irfatul Aini
06130022









PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN


Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan
pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri no. 158 tahun 1987 dan no. 0543
b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:


A. Huruf
= a = z = q
= b = s = k
= t = sy = l
= ts = Sh = m
= j = dl = n
= h = th = w
= kh = zh = ,
= d = = y
= dz = gh


= r = f




B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong

Vokal (a) panjang = a = aw
Vokal (i) panjang = = ay
Vokal (u) panjang = =
=






KATA PENGANTAR




Assalamualaikum Wr.Wb.
Pujian berlimpah hanya diperuntukkan kepada-Mu, wahai Tuhan kami.
Memang itulah yang layak bagi keagungan dan kebesaran kekuasaan-Mu. Ya
Allah, senantiasa kami haturkan puji dan syukur kehadirat-Mu. Di sisi-Mu
terdapat kunci-kunci rahasia ghaib dan takdir yang tiada mengetahuinya selain
Engkau.
Shalawat dan kesejahteraan dari-Mu, selalu penulis haturkan untuk Nabi
Muhammad SAW, hamba, dan utusan-Mu. Engkau mengutusnya sebagai rahmat
bagi semesta alam dan penuntun jalan bagi manusia semuanya. Shalawat dan
salam juga penulis sampaikan kepada keluarga beliau, para sahabatnya, serta
semua pengikut setianya sampai pada hari kiamat tiba.
Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Talking stick dalam
Meningkatkan aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang.
Dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Dengan terselesainya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis patut
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak Mianto dan Ibu Imroatul Ulwiyah
beserta adikku tercinta L. Sikrillah, yang telah memberikan semangat dan
dukungan dananya serta telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat,
motivasi, dorongan kepada penulis dalam menempuh kuliah dan
penyusunan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Yunus, M. Si selaku Ketua Jurusan pendidikan IPS
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Bapak Dr. H. Nur Ali, M. Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang
telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan.
6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang, khususnya dosen Fakutas Tarbiyah yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi di
kampus tercinta ini.
7. Bapak Sapto Suparjatmo S. Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Singosari
Malang yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Segenap dewan guru dan karyawan di SMPN 1 Singosari Malang yang
turut membantu lancarnya skripsi.
9. Mas Zaenal tunanganku, yang setia serta dukungan dan motivasinya.
10. Seluruh keluarga besarku, Mbah Parda, Mbah Sun, P. Fauzan dan Ibu
Imamah, Mas Apip, serta teman-teman ku Tony, Duja, Q-cem, Anam, Ana
n Iwan terima kasih atas suportnya.
11. Seluruh siswa dan siswi SMPN 1 Singosari Malang terutama kelas VII H
yang telah ikut membantu penulis dalam penelitian.
12. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya penulisan
skripsi ini khususnya teman-teman Jurusan pendidikan IPS Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah
SWT. Amin Ya Robbal Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempunaan, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari
pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, Juli 2010


Penulis




DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ viii
HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
ABSTRAK ..................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Batasan Masalah ........................................................................... 8
F. Penegasan Judul ........................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Belajar ........................................................................ 10
1. Belajar ..................................................................................... 10
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Belajar .......................................... 13
3. Teori belajar ........................................................................... 15
4. Tujuan belajar ......................................................................... 26
5. Tipe-tipe belajar ....................................................................... 28
6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................................ 31
B. Pengertian model pembelajaran Inovatif ....................................... 34
1. Prinsip pembelajaran Inovatif ................................................... 38
2. Keberanian guru dalam Berinovasi .......................................... 42
C. Metode Talking stick .................................................................... 44
1. Pengertian metode talking stick ................................................ 44
2. Langkah-langkah dalam pembelajaran metode talking stick ..... 44
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Talking stick ...................... 45
D. Pengertian aktivitas belajar siswa .................................................. 46
1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar siswa ..................................... 46
2. Jenis-jenis Aktivitas belajar ...................................................... 49
3. Azas Aktivitas Belajar .............................................................. 51
4. Belajar dalam Perspektif Islam ................................................. 52

BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 55
B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 58
C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 59
D. Data dan Sumber data ................................................................... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 60
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 64
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Objek ................................................................... 67
1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari
Malang .................................................................................... 67
2. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Singosari .................................... 68
3. Visi, Misi SMPN 1 Singosari .................................................. 70
B. Penyajian dan Analisis Data.......................................................... 71
1. Paparan Data Sebelum Tindakan .............................................. 71
2. Siklus Pertama ......................................................................... 73
3. Siklus Kedua ............................................................................ 83
4. Siklus Ketiga ............................................................................ 89

BAB V PEMBAHASAN
A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran ........... 101
B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran .............................. 103
C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick ................................... 103
D. Pemberian Tugas ......................................................................... 104

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 112
B. Saran ............................................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN














DAFTAR GAMBAR


Gambar 1 : Proses pembelajaran Metode Talking Stick ................................. 46




















DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Konsultasi
Lampiran 2 : Surat izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian Dari SMPN 1 Singosari Malang
Lampiran 4 : Pedoman Observasi dan Dokumentasi
Lampiran 5 : Struktur organisasi, keadaan kurikulum. Keadaan keuangan, dan
sarana prasarana
Lampiran 6 : Nilai Proses Talking stick siklus I
Lampiran 7 : Nilai Proses Talking stick siklus II
Lampiran 8 : Nilai Proses Talking stick siklus III
Lampiran 9 : Nilai Rata-Rata siswa
Lampiran 10 : Data observasi aktivitas
Lampiran 11 : Studi Dokumenter
Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 13 : RPP










ABSTRAK


Aini, Irfatul 2010. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode
Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar sisiwa mata pelajaran
IPS Terpadu kelas VII SMPN 1 Singosari Malang . Skripsi, Program
Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing :
Dr. H. Nur Ali M, Pd.

Kata Kunci : Pembelajaran Inovatif, Metode Talking Stick, Aktivitas Belajar,

Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model
pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru
dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan
kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional
menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu.
Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilkukan oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang
ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi
aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
Berangkat dari permasalahan di atas maka secara umum dirumuskan
dalam penelitian ini yaitu : Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif
melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1
Singosari? Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode
Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
IPSkelas VII SMPN 1 Singosari? Proses penilaian model pembelajaran Inovatif
melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Malang, tepatnya di SMPN 1 Singosari.
Penelitian ini merupakan PTK. Tahap penelitian berupa siklus yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik-teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu: observasi; pengukuran tes hasil belajar; dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disimpulkan
bahwa penerapan metode Talking stick dapat meningkatkan Aktivitas belajar
siswa .
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.ini
terbukti Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre
test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% Sedangkan pada siklus II
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre
test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan sedangkan pada
siklus III aktivitas belajar siswa mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari
pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%.

ABSTRACT

Aini, Irfatul, 2010. Application of Innovative Instruction Model By Means Of the
Talking Stick Method To Improve the Students Learning Activity On the
Integrated Social Studies Subject Matter of VII
th
Grade of the State Junior
High School 1 of Singosari Malang. Minithesis, Study Program of
Economics, Department of Social Study Education, Faculty of Tarbiyah,
Maulana Malik Ibrahim State Islamic University (UIN) of Malang.
Counselor: Dr. H. Nur Ali, M.Pd.

Key Words: Innovative Instruction, Talking Stick Method, Learning Activity.

All this time, the instruction process, we saw that it still adhere the
conventional instruction model, namely the instruction process concentrated on
the teacher and during the time also the students abilities to be active in the
instruction process and the independence in learning would not visible. The
conventional instruction assumed that teacher is the only learning source regarded
as knowledgeable. This case confirmed by the result of observation has been
conducted by the researcher before made the research, and it was proven that
when the lesson started many students chatted each other and it so looked that
they felt bore with the method was performed by the Social Studies subject matter
teacher. This case was presumed would influence the students learning activities
in the classroom.
Departed from the problems above then it was generally formulated in this
research namely: Is the planning process of innovative instruction model by
means of the Talking Stick method on the Social Studies subject matter of VII
th

grade of the State Junior High School 1 of Singosari? Is the implementation
process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method to
improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of
VII
th
grade of the State Junior High School 1 of Singosari? The assessment
process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method is
to improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of
VII
th
grade of the State Junior High School 1 of Singosari.
This research was implemented in Malang city, exactly at the State Junior
High School 1 of Singosari. This research was the PTK (class action research).
The research phases were in the form of cycles involving: planning,
implementation, observation, and reflection. Data gathering techniques used were
observation, learning outcomes test measuring, and documentation. Based on the
results of research has been implemented it could be concluded that the
application of Talking Stick method can increase the students learning activities.
From the results of this research it indicated that the Talking Stick method
can increase the students learning activities particularly on the Social Studies
subject matter. It was proven on cycle I that the student learning activities with the
class average value of pretest as large as 24 increased to 25 or about 4.1%. While,
on cycle II the students learning activities had the increase namely the class
average value of pretest as large as 28 increased to 31 or about 10.71%, and while,
on cycle III the students learning activities had the class average value increase of
pretest as large as 31 increased to 36 or about 16.21%.












































BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal
dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak
diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan
berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi
guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran,
peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang
memadai.
Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Rahmawati yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking
Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang, penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas (PTK), Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan
menggunakan Model Pembelajran Inovatif (innovatif Learning) Metode
Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar
siswa, berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan
peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 44.63%
yang tergolong cukup dan Pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi
sebesar 66.11% yang tergolong baik.
Sedangkan dalam penelitian lain yaitu dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Moch. Irwan, 2008, metode Talking Stick untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan kemandirian belajar mata pelajaran manajemen
perkantoran pada siswa kelas x Apk SMK PGRI 6 Malang. berikut ini hasil
dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu,
Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan rata-rata sebesar 49.58% dengan
kategori Cukup Baik, dari aspek yang diamati yakni aspek keaktifan siswa
rata-rata sebesar 39.16%, aspek partisipasi siswa rata-rata sebesar 71.25%, dan
aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas rata-rata sebesar 38.33% dan
Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni
sebesar 80.68% dengan kategori Sangat Baik, dari aspek yang diamati sama
yakni aspek keaktifan siswa rata-rata sebesar 66.25%, aspek partisipasi siswa
rata-rata sebesar 97.5%, dan aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas
rata-rata sebesar 78.3%. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa pada
siklus satu yakni dengan skor rata-rata 3.15 dengan kategori Baik, dan pada
siklus II mengalami peningkatan yakni sebesar 4.6 dengan kategori Sangat
Baik.
Dari pernyataan di atas dapat di mengerti bahwa Fungsi dari penelitian
terdahulu yang telah di paparkan di atas yakni untuk mmemperkuat judul serta
sebagai bukti bahwasannya metode talking stik tepat untuk mengukur aktivitas
belajar siswa.dan dalam kegiatan mengajar, untuk mencapai untuk mencapai
shasil dan tujuan hasil yang diinginkan tanggung jawab yang di bebankan
pada guru bagaimana harus mengatur dan mengelola kelas dan bagaimana
memilih metode yang relevan dengan bahan materi yang di ajarkan.
Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model
pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada
guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran
konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang
dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah
dilkukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat
pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali
mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam
kelas.
Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya
menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka proses belajar
akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini
diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode
ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan
tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa
merasa bosan, jenuh dan tidak dapat berperan aktif serta tidak bisa belajar
mandiri.
Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang
tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan
keaktifan proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan
pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick sesuai dengan penerapan
misi kurikulum tingkat satuan pandidikan (KTSP). Konsep pembelajaran
Inovatif dengan metode Talking Stick akan mendorong guru dan peserta didik
melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat
diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.
Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M
mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan
pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab
tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Burton misalnya
mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa teaching is the
stimulation, guidance, direction and encouragement of learning.
1

SMPN 1 Singosari hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran,
khususnya mata IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (Metode

1
Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, (Bandung : Alfabet, 2008)
Hal. 6-7
Pembelajaran Konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan
dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitiandan terbukti saat
pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali
mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran
IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam
kelas. Karena materi IPS banyak menghafal maka peneliti menawarka diri
untuk menerapkan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang
merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai
ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan
guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar dikelas
maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada
tujuan yang hendak dicapai. Guru mempunyai peranan yang sangat penting
sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus
mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sebagai pelaksana
utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus
dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan
Pandidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan sesuatu
kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan menggambarkan
langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul
Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode Talking Stick
untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas
VII SMPN 1 Singosari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang ada yaitu :
1. Bagaimanakah Proses Perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui
metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari?
2. Bagaimanakah Proses Pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui
metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari?
3. Bagaimanakah Proses Penilaian model pembelajaran Inovatif melalui
metode Talking Stick untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas VII SMPN1 Singosari?




C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian khususnya adalah untuk Mendeskripsikan:
1. Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking
Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari.
2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking
Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
IPSkelas VII SMPN 1 Singosari.
3. Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking
Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS
kelas VII SMPN 1 Singosari.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan pemahaman dari hasil belajar pada seluruh mata
pelajaran. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk:
1. Lembaga
Dengan metode Talking stick ini akan menjadi bahan pertimbangan
lembaga atau sekolah dalam menentukan yang lebih baik dalam proses
belajar mengajar.
2. Guru
Penggunaan metode Talking stick ini akan mempermudah para guru dalam
mengaktifkan pembelajaran di kelas.
3. Siswa.
Dengan metode Talking stick siswa diharapkan lebih aktif dalam
pembelajaran di kelas.
4. Peneliti
Dengan metode Talking stick diharapkan menambah wawasan
pengetahuan penulis, sebagai bahan untuk memperluas peneliti dalam
mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

E. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas serta dapat
meng- arahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup
sebagai berikut :
1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII-H pada Mata pelajaran
IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari Malang
2. Sasaran penelitian tindakan ini tertuju pada kegiatan penerapan model
pembelajaran inovatif (innovatif Learning) metode Talking Stick
3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010
4. Penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar siswa
kelas VII-H pada mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari
Malang




F. Penegasan Judul
Untuk menghindari keragu-raguan dalam penafsiran nyang berbeda
maka penulis perlu memberikan penegasan istilah terkait dengan judul skripsi
ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran inovatif yaitu adalah pembelajaran yang lebih bersifat
student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang
kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self
directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction)
2. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkatwajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya.
2

3. Aktivitas berasal dari kata aktif yang berarti giat. Dalam bentuk kalimat,
aktif diartikan sebagai suatu perbuatan. Jadi aktivitas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh yang bersangkutan. Proses aktivitas belajar harus
melibatkan seluruh aspek psikifisis peseta didik, baik jasmani maupun
rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara
cepat, tepat, mudah dan benar.






2
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah .Metode dan Tehnik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama Hal 134-135
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
1. Belajar
Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada
hakikatnya belajar dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau sekurang-
kurangnya ia terus belajar meskipun sudah lulus sekolah. Belajar
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya
untuk mempertahankan dan mengembangkan dirinya diera-globalisasi
sekarang ini.
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan. Disini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada
anak-anak diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah
pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.
3

Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun
implisit (tersembunyi). Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswanya itu

3
Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, (Solo: C.V Aneka). Hal 20
sendiri, menurut Gagne (1948) belajar adalah sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses
yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara
mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow
mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaaan-
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil
manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah
dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian
jika yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa
sendiri maka disebut overlearning.
4

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi,
sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para
ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai
filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri
dalam membelajarkan peserta didiknya.
5
Bagi Hilgard, belajar itu adalah
proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latiha baik latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiyah. Belajar bukanlah
mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi
didalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan

4
Syaiful Sagala , Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003). Hal13
5
Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,( Bandung:PT
Refika Aditama, 2009), Hal. 5
perilaku. Aktivitas mental itu terjadi adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang didasari.
6

Menurut Skinner berpandangan bahwa Belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gagne
belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas
baru.
7
Sedangkan Winkel merumuskan belajar sebagai suatu aktivitas
mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif, konstan dan berbekas.
8

Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang melalui
pengalaman yang diulang-ulang yang bukan merupakan perkembangan
respon pembawaan, bukan karena proses kematangan atau keadaan yang
bersifat sementara.
Dari beberapa definisi belajar di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak
seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan
bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang
bisa dikatakan telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu:

6
Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group ,
2008), Hal. 228-229
7
Dimyati dan Mudjiono.. Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal.
9-10
8
Winkel, W.S.. Psikologi Pengajaran., (Yogyakarta: Media Abadi, 2005.), Hal. 56
a. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya.
b. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena
kematangan dan kelelahan).
c. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan.
2. Ciri-ciri dan Prinsip Belajar
Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar antara lain:
a. Pelaku: Siswa yang bertindak sebagai belajar dan pelajar
b. Tujuan: Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
c. Proses: Internal pada diri pembelajar
d. Tempat: Sembarang tempat
e. Lama waktu: Sepanjang hayat
f. Syarat terjadi: Motivasi belajar kuat
g. Ukuran keberhasilan: Dapat memecahkan masalah
h. Faedah: Bagi pelajar mempertinggi martabat pribadi
i. Hasil: Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.
9

Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) adalah
proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang)
yang mengenai indivudu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang
diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat
hubungan tersebut. Berbagai eksperiment dilakukan oleh beberapa ahli-
ahli psikologi tentang proses belajar mengajar berhasil mengungkapkan
serta menemukan sejumlah prinsip atau kaidah yang merupakan dasar-

9
Ibid. hal 2
dasar dalam melakukan proses dan mengajar atau pembelajaran,
sehubungan dengan itu, ada berbagai prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli di bidang psikologi pendidikan, antara lain prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut ini:
10

a. Law of Effect yaitu bila hubungan stimulus dengan respon terjadi dan
diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka hubungan itu
diperkua. sebaliknya jika hubungan itu diikuti dengan perasaan tidak
menyenangkan, maka hubungan itu akan melamah. Jadi, hasil belajar
akan diperkuat apabila menumbuhkan rasa senang atau puas
(thorndike)
b. Spread of Efeect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasaan itu
tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan
mendapat pengetahuan baru
c. Law of Exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi
diperkuat dengan latiha dan penguasaan.
d. Law of Readiness yaitu bila dalam satu-satunya dalam sistem syaraf
telah siap berkonsuksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya
hubunganitu kan memuaskan.
e. Law of Primacy yaitu hasil belajar yang di peroleh melalui kesan
pertama, akan sulit digoyahkan
f. Law of Intensity yaitu belajar memberi makana yang dalam apabila
diupayakan melalui kegiatan yang dinamais

10
Ibid. hal 53
g. Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah di
ingat
h. Fenomena kejenuhan yaitu suatu penyebab yang menjadi perhatian
signifikan dalam pembelajaran
i. Belongingness yaitu keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi
belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
11

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
para ahli yang satu dengan yang lain memilki persamaan dan juga
perbedaan. Dari berbagai prinsipbelajar tersebut terdapat prinsip yang
relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya
maupun bagi guru dalamupaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-
prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individu.
3. Teori Belajar
Sejalan dengan perkembangan pola berfikir dan pengalaman
manusia, aliran teori beajar mengalami perkembangan sehingga paradigma
belajar ini mengalami pergeseran sudutpandang dari teori belajar ke teori
belajar selanjutnya.



11
Saiful Sagala, op cit, hal 54-55
a. Teori Psikologi Daya (Formal Discipline)
Teori ini memiliki beberapa pandangan dalam pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:
1). Jiwa manusia terdiri atas berbagai daya, seperti daya ingat, pikir,
mencipta, ingat, serta kemauan
2). Daya ini akan berfungsi jika telah terbentuk dan berkembang, oleh
karena itu daya tersebut harus dilatih
3). Dalam teori ini yang terpenting adalah faktor pembentukannya.
Oleh karena itu, psikologi daya bersifat normal. Maka, untuk
mengembangkan daya ingat para siswa perlu diberi latihan
menghafal fakta. Adapun untuk mengembangkan daya pikir maka
siswa diberi hitungan yang sulit.
b. Teori Psikologi Asosiasi
Teori ini disebut juga S-R Bond Theory, yang memiliki
pandangan sebagai berikut:
1). Hubungan Stimulus-Responde akan kuat jika di sertai dengan
latihan. Latihan ini ditunjukkan untuk membentuk kebiasaan yang
berjalan secara otomatis
2). Faktor materi ajar mendapat perhatian yang utama, oleh karena itu
aliran ini disebut aliran matrealistis
c. Teori Psikologi Organismic
Teori ini memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu
keseluruhan yang berstruktur yang saling berinteraksi. Adapun
pandangan dari teori belajar ini sebagai berikut:
1). Prilaku individu timbul berkat interkasi antara individu dengan
lingkungan
2). Individu berada dalam keseimbangan yang dinamis
3). Belajar lebih mengutamakan dari keseluruhan
4). Belajar di mulai dari keseluruhan
5). Belajar merupakan reorganisasi pengalaman
Hasil belajar, meliputi semua aspek perilaku anak12
Berdasarkan dengan teori diatas maka dari itu, belajar merupakan
prosses terbentukanya tingkah laku baru yang disebabkan individu
merespon lingkungannya, melalui pengalaman pribadi yang tidak
termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Belajar sebagai proses
akan terarah kepada tercapainya tujuan (gool oriented) dari pihak siswa
maupun pihak guru.
Secara garis besar ada tiga rumpun dari teori atau aliran-aliran teori
belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori Disiplin Mental, teori
Behaviorisme, dan teori Cognitive Gestalt-Filed .
a. Teori Disiplin Mental
Teori Disiplin Mental (Plato, Aris Toteles) menganggap bahwa
dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Dalam mengajar
siswa membaca misalnya, guru pengikut ini melatih, otot-otot
mental siswa. Guru-guru ini mula-mula akan memberikan daftar kata-

12
Ibid. hal 7-8
kata yang diinginkannya dengan menggunakan kartu-kartu dimana
tertulis tiap kata-kata itu.
Selanjutnay mereka melatih siswa-siswi mereka, dan setiap hari
diberi test, dan siswa-siswi yang belum pandai harus kembali sesudah
jam sekolah untuk dilatih kembali. Menurut rumpun Psikologi teori
Disiplin mental ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau
potensi-potensi tertentu. Belajar adalah mengembangakan diri dari
kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi individu, proses
pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran-aliran atau tiap
teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
Jadi belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan
sebanyak-banayknya atau sejelas-jelasnya pada kesadaran individu.
Hal ini berkaitan dengan tanggapan itu diperoleh melalui pemberian
bahan sederhana tetapi penting dan juga menarik.
Sesungguhnya seorang anak mempunyai kekuatan sendiri
untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya
sindiri. Artinya pendidik tidak perlu melakukan intervensi yang
berlebihan atau terlalu banyak turut ikut campur mengatur anak,
biarkan dia belajar sendiri, yang penting bagi guru adalah perlu
diciptakan situasi belajar yang permissif (rileks), menarik dan bersifat
alamiyah. Teori yang sangat berlawanan sekali dengan teori disiplin
mental aialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu
akan berkembang secara alamiah. Pengembangan-pengembangan teori
ini adalah Jean J. Rousseau (1712-1778), ahli pendidik Swis Hainrich
Pestalozzi (1746-1827), dan ahli filsafat, penemu pendidikan
Kindergarten Friedrich Frobel (1782-1851).
Para guru yang mengikuti teori ini, mula-mula akan menunggu
hingga siswa-siswa menyatakan keinginannya untuk belajar menbaca
misalnya, sebelum mereka mencoba mengajar siswa-siswa ini
membaca. Guru-guru lebih mementingkan perkembangan kematangan
dari pada menanamkan keterampilan-keterampilan tertentu.
Dengan kata lain guru akan memberikan aturan-aturan pada
siswa, lalu membicarakan benda-benda atau makhluk-makhluk hidup
yang telah dikenal oleh para siswa, misalnya kucing, anjing, kuda, sapi
dan lain-laninya. Kemudian guru menulis di papan KUDA dan
menerangakan kepada siswa bahwa kata ini menerangkan kuda. Guru
ini menginginkan terutama untuk membuat palajaran membaca itu
menarik, dan berusaha agar para siswa memperoleh gagasan-gagasan
yang benar dari membaca. Nama yang paling banyak dengan teori ini
adalah Johan Friedrich Jerbat (1776-1841), yang pertama kali
mengembangkan psikologi belajar secra sistematis dari teori tabularasa
mengenai pikiran.
13

b. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini disebut teori Behaviorisme karena sangat
menerangkan prilaku atau tingkah laku yang dapat di amati atau di

13
Saiful Sagala, op cit, hal 39-42
ukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya
molekul-molekul. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain
dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respon
sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai stimulus-respon
sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar.
Pembentukan stimulus-respon dilakukan melalui ulangan-ulangan.
Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam cara
mengajarnya dengan teori psikologis daya atau Herbatisme.
Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah
Trondike (1874-1949) , dengan eksperimennya belajar pada bintang
yang juga berlaku bagi manusia yang disebut Trondike dengan trial
and error . Trondike menghasilkan teori belajar connectionism
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon. Trondike menemukan tiga prinsip atau hukum
dalam belajar yaitu: 1) Law of readines, belajar kan berhasil apabila
individu memiliki kesiapan untik melakukan perbuatan tersebut, 2)
Law exsercise yaitu belajar akan banyak berhasil jika di adakan
ulangan atau latihan dan 3) Law of effect yaitu belajar akan
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik .
teori pengkondisian , merupakan perkembangan lebih lanjut dari
koneksionisme. Teori ini di latar belakangi oleh percobaan Ivan Pavlov
(1849-1936) dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila
anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov
membunyikan bel sebelum sebelum memperlihatkan makanan pada
anjing
Setelah berulang-ulang kali ternyata air liur tetap keluar
apabilabel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa prilaku individu dapat dikondisikan. Artinya
belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan
suatu prilaku atau respon terhadap sesuatu. Ivan Pavlov menghasilkan
teori belajar teori penguatan atau merupakan pengembangan lebih
lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada pengkondisian yang di beri
kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan
yang di konsisi atau diperkuat adalah responnya.
Jadi suatu respon di perkuat oleh penghargaan berupa nilai
yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian.
Pembirian nilai adalah penerapan teori penguapan yang disebut juga
Operating Conditioning tokoh utamanya adalah skniner yang
mengembangkan program pengajaran dengan berpegang pada teori
penguatan tersebut. Program pembelajaran yang terkenal dan Skinner
adalah Programmed Instruction dengan menggunakan media buku
atau mesin pengajaran. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran
tersusun dalam potongan bahan kecil-kecil, dan disajikan dalam bentuk
informasi dan tanya jawab.
Anak belajar dengan cara membaca informasi dan soal, lalu
memberikan atau memilih jawaban yang tersedia. Jawaban anak segera
dicocokkan dengan kunci jawaban, dan segera diketahui hasilnya yang
dinyatakan dengan kualifikasi nilai tertentu. Nilai yang baik akan
mendapatkan pujian, sedangkan nilai yang kurang baik akan
mendapatkan peringatan. Pengajaran pemograman disajikan dalam
berbagai bentuk media pengajaran yaitu dalam bentuk buku program,
mesin pengajaran, kaset audio, kaset video, atau komputer melalui
penggunaan pelajaran berprogram dimungkinkan anak belajar secara
individual, guru dalam hal ini sebagai pengarah, pendorong dan
pengolah belajar.
Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses
conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa
timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus
dengan respons. Psikologi penguatan atau operant conditioning
merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme atau
conditioning . Pada pertengahan 1950 dan 1960-an menurut Harley
dan davis (1978) timbul kritik-kritik tajam terhadap prinsip-prinsip
belajar yang diterapkan untuk sistem intruksional terutama
menyangkut terutama menyangkut teori behaviorisme, kritik-kritik ini
adalah:
1) Apakah hasil penelitian tentang proses belajar, terutama yang
menyangkut hubungan S-R yang diperoleh dengan memakai
binatang sebagai subjek, karakteristik ini sama atau dapat
diterapkan pada manusia? Binatang yang berlainan species akan
memberi respons yang berlainan apabila diberi bermacam-macam
stimulus penguatan.
2) Apakah hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium akan
relevan dengan situasi belajar sesungguhnya? Dalam laboratorium,
peneliti dapat mengatur dan mengukur pengaruh variabel-variabel
yang ingin di teliti hubungannya dengan hasil belajar, karena
variabel lainnya dapat dikontrol. Eksperimen-eksperimen dalam
laboratorium terlalu sederhana sifatnya, dan kompleksitas
karakteristik pada manusia seakan-akan di abaikan disini.
3) Apakah faktor faktor sosial juga diperhatikan dalam penelitian-
penelitian eksperimental di laboratorium? Seperti diketahui proses
belajar manusia tidak merupakan suatu yang berdiri sendiri tanpa
dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Lingkungan dapat
merubah tingkah laku hewan dan manusia.
4) Kecuali faktor-faktor sosial, nampaknya penelitian di laboratorium
juga mengesampingkan faktor pengembangan lainnya seperti
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bagaimana seseorang
belajar sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, merupakan
pertanyaan penting, baik secara teori maupun dalam praktek.
Perkembangan adalah pembentukan keterampilan baru dari
keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana dan yang telah
diperoleh sebelumnya. Dengan demikian pada prinsipnya
pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan pada proses belajar.
5) Kritik utama mengenai prinsip-prinsip tersebut ialah bahwa
prinsip-prinsip lebih mengutamakan pertanyaan yang bersifat
deskriptif dan tidak preskriptif. Semua pengajar mengetahui bahwa
aktivitas siperlukan dalam proses belajar, tetapi mereka belum
mengetahui dengan jelas aktivitas seperti apa, sejauh mana
aktivitas tersebut diperlukan dan kapan aktivitas ini justru dapat
merupakan penghambat proses belajar.
Untuk menanggulangi kritik-kritik ini dalam pengembangan
sistem instruksional diterapkan prinsip-prinsip teori psikologi seperti
teori pengembangan dan psikologi sosial, hal ini dikarenakan: (1)
belajar merupakan proses ilmiah dengan prosedur yang ilmiah pula; (2)
sikap orang mempunyai kebutuhan dan tujuan yang merupakan
keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain; (3)
belajar akan lebih lancar apabila materi yang dipelajarinya relevan
dengan pribadi orang yang belajar, dan ia diberi kesempatan untuk
bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri; (4) proses belajar
jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan
menyendiri; dan (5) proses belajar dengan pengikutsertaan emosi dan
perasaan siswa akan memberikan hasil yang lebih baik. Artinya belajar
benar-benar diperuntukkan untuk mengembangkan kemampuan
pribadi siswa dengan mengembangkan potensinya melalui berbagai
aktivitas belajar
14
.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli Psikolog kognitif,
teori ini berbeda dengan teori Behaviorisme, bahwa yang utama dalam
kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respon. Psikologi
Gestalt dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme, gestalt
kejiwaan manusia terkait kepada pengamatan yang berwujud kepada
bentuk menyeluruh.
Teori belajar Gestalt ini lahir di jerman tahun 1912 dipelopori
dan dikembangkan oleh Max wertheimer (1880-1943) yang meneliti
tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya dia
menyesalkan penggunaan menghafal di sekolah, dan menghendaki
agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Kohler menyatakan bahwa belajar serta mencapai hasil adalah
proses yang didasarkan insigt. Kecuali itu, pengamatan menurut
psikologi elemen berlangsung dari bagian-bagian menuju keseluruhan.
Gastelt berpendapat bahwa, pengamatan adalah bersifat totslitas, kesan
pertama pengamatan adalah totalitas atau keseluruhan, bagian-bagian
barulah muncul kemudian secara analitis.
Kalau rumpun Psikologi Behaviorisme bersifat molekular atau
menekankan unsur-unsur, maka rumpun kognitif Gestalt bersifat

14
Saiful Sagala, op cit, hal
molar yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan
manusia dan prilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan,
suatu keterpaduan.
15

Belajar Gestalt menekankan pemahaman dan pengamatan
sebagai suatu alternatif, berkat pengalaman seorang siswa akan mampu
mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai
pengertian. Hal inidikemukakan berdasarkan kenyataan,belajar itu
pada hakikatnya merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap
lingkungan, yaitu untuk mendapatkan respon yang tepat.
Teori belajar sangat banyak ragamnya, setiap teori mempunyai
landasan sebagai dasar perumusan, bila ditinjau dari perumusan itu,
teori belajar dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu: Assosiasi
dan Gestalt, kedua macam teori inilah yang banyak berkemabang
melalui berbagai penelitian maupun eksperimen para ahli, sehingga
muncul berbagai macam teori yang beraneka ragam.
16

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli
psikologi belajar, perlu diketahui bahwa setiap perbuatan belajar
senantiasa memiliki aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Kedua saling
bertalian dan dan saling mempengaruhi.
4. Tujuan Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan prilaku peserta didik secara

15
Saiful Sagala, op cit, hal 45-47
16
Muhammad Ali, Guru dalam Proses belajar Mengajar, (Bandung: C.V Sinar Baru)
hal.15
konstruktif.hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan
nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan akhlak yang mulia serta ketrampilan yang
diperlukan diinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
17

Secara umum, belajar dilakukan individu untuk mencapai sesuatu
yang mempunyai arti baginya. Tujuan ini dapat di identifikasi dengan
terjadinya perubahan pada individu dan dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge); dalam hal ini sifat perubahannya adalah
kognitif. Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak mengetahui
menjadi mengetahui, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
sebagainya.
b. Keterampilan (skill); sifat perubahannya adalah psikomotorik.
Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak bisa membuat,
melakukan, membentuk dan sebagainya berubah bisa membuat,
melakukan, membentuk sesuatu, dan sebagainya.

17
Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit, hal 20
c. Sikap (attitude); sifat perubahannya adalah afektif. Perubahan yang
diharapkan adalah dari sikap negatif menjadi sikap positif, dari sikap
salah menjadi sikap baik dan sebagainya.
18

Maka tujuan belajar bisa dikatakan mengikuti teori Benyamin S.
Bloom yang harus menyentuh tiga ranah, yaitu Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, belajar
merupakan hal yangkompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat
dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan dari guru. Dari segi siswa ,
belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental
dalam menghadapi bahan belajar. Dan dari segi guru , proses belajr
tersebut dapat dialami secara tidak langsung, artinya proses belajar
merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami
oleh guru
5. Tipe-tipe Belajar
Dalam praktek pengajaran , penggunaan suatu dasar teori untuk
segala situasi meru[akan tindakan yang kurang bijaksana. Tidak ada suatu
teori belajarpun cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing
mempunyai landasan berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M
Gagne mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu
kebulatan yang saling melangkapi dan tidak bertentangan, menurut Gagne
belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat ada hirarki
dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi
tipe belajar diatasnya.

18
Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan (Bandung: Angkasa, Tt), hlm. 100.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupkan
prinsip umun baik bagi belajar maupun mengajar. Artinya, dalam
mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tingkatan
sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Ke delapan tipe itu adalah:
a. Belajar isyarat ( signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respon atau respon
bersyarat.seperti menutup mulut dengan teluntuk, isyarat mengambil
sikap tak bicar. Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespon
atau berisyarat.
b. Belajar stimulus-respon (Stimulus-respon learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respon bersifat umun, kabur dan
emosional. Tipe belajar S-R, respon bersifat spesifik 2 x 3 = 6 adalah
bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sewdap keluar air
liur itupun ikatan S-R.
c. Belajar rangkaian (Chaining)
Rangkaian adalah semacam rangkaian S-R yang bersifat segera, hal ini
terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat
sepatu, makan, minum, merokok, atau gerakan selamat tinggal bapak-
ibu
d. Asosiasi Verbal (verbal Asosiaation)
Suatu kalimat Piramid iti terbangun limas adalah contoh asosiasi
verbal. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya
terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yamg lainnya.

e. Belajar Diskriminasi (Diskrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.
Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh-
tumbuhan.
f. Belajar konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan symbol untuk berfikir, hal ini diperoleh dari hasil
membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan terhadap
berbagai fakta. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang
bila orang dapat melakukan deskriminasi.
g. Belajar aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini sangat banyak ditemui dalam semua pelajaran di
sekolah, seperti benda memuai bila dipanaskan. Belajar aturan ternyata
mirip dengan verbal chaining, terutama bila aturan itu tidak diketahui
artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus
dipahami artinya.
h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Hal ini
memerlukan pemikiran.upaya dalam pemecahan masalah dilakukan
dengan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah
itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikirn. Kesanggupan
memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah lain.
19


19
Ibid. hal 25-27
6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasialan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh fungsinya
secar integratif dari setiap faktor pendukungnya. Adapu faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain:
a. Peserta didik dengan sejumlah latarbelakangnya, yang mencakup:
1). Tingkat kecerdasan
2). Bakat
3). Sikap
4). Minat
5). Motivasi
6). Keyakinan
7). Kesadaran
8). Kedisiplinan dan
9). Tanggung jawab
b. Pengajar yang profesional yang memiliki:
1). Kompetensi pedagogik
2). Kompetensi sosial
3). Kompetensi personal
4). Kompetensi profesional
5). Kualifikasi pendidikan yang memadai
6). Kesejahteraan yang memadai
c. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif yang di
manifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah,
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan.
d. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran sehingga
peserta didik merasa betah dan bergairah untuk belajar.
e. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus menganai
prilaku peserta didik secara integral, baik berkaitan dengan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik
f. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan
tehnologi serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung
terlaksananya proses belajar secar aktif, efektif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
g. Atmosfer kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipatif,
demokratis dan situsioanal yang dapat membangun kebahagiaan
intelektual, emosional, dan kebahagiaan dalam merekayasa ancaman
sebagai peluang dan kebahagiaan spiritual.
h. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin maupun biaya
pembangunan yang datangnya dari pihak pemerintah, orang tua,
maupun stekholder lainnya sehingga mampu maju dari sebagai
pengguna dana menjadi penggali dana.
20

Faktor-faktor belajar yang mempunyai peranan belajar ini, dapat
dipandang sebagai cara-cara berfungsinya fikiran siswa dalam

20
Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit hal 8-10
hubungannya dengan bahan pelajaran, sehingga penguarsaan terhadap
bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif.
Ada enam faktor psikologis yang sangat mempengaruhi proses
belajar, yaitu:
a. Motivasi
Keingnan untuk belajar. motivasi sebagian besar terjadi dari dua faktor
yaitu: pengerttian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan
pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa
mempelajarinyaitu penting.
b. Konsentrasi
Pemusatan segenap perhatian anda pada situasi belajar tertentu. Proses
belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuaat.
c. Reaksi
Bila anda bangun, hidup dan berfikir, dalam situasi belajar, itulah
reaksi.
d. Organisasi
Ialah menempatkan bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang
berarti.
e. Comprehension
Merupakan langkah terakhir dalam proses belajar. Ia adalah persepsi
(penglihatan) akan arti dan implikasi terhadap bahan yang dipelajari,
dan pemahaman penggunaannya. Murid harus belajar untuk
pemahaman, bukan sekedar untuk mengingat.
f. Ulangan
Adalah pengawetan yan terbesar dari proses belajar. Ulangan adalah
pencegah kelupaan, tetapi ia harus disertai pemikiran dan bertujuan.
21

Mempersatukan dengan sadar keenam faktor psikologis dasar
tersebut ke dalam setiap proses belajar, atau situasi mengajar menciptakan
situasi yang lebih banyak memberi harapan sepanjang menyangkut
pencapaian skill-skill, penciptaan sikap yang baik, dan pencapaian
pengetahuan.

B. Model Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka
mensiasati perubahan perilaku pesrta didik secara adaptif maupun generatif,
model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik
(learning style) dan gaya belajar guru (teaching style) yang keduanya
disingkat menjadi (Style of learning and teaching).
22

Saat ini, dikalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran
inivatif. Dimana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk
diketahui, dipelajari, dipraktekkan dikelas, seolah-olah, tanpa inovatif dunia
guru tidak haru namanya. Bahkan, seminar, pelatihan dan lokakarya yang
diselenggarakan untuk guru selalu disesaki oleh serta yang berlabel guru.
Sebenarnya apakah pembelajaran inovati itu?

21
Thomas F. Station, Cara Mengajar dengan cara yang Baik, (Bandung, C.V
Diponegoro) hal. 29
22
Syaiful Sagala, op cit, hal 41
Kata inovatif dimakanai sebagai beberapa gagasan dan tehnik yang
baru. Adapun kata inovatif, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakan
terjemahan dari learning yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk
melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga
memperoleh kemajuan hasil belajar.
23

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut,
tekandung makan pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat
pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan
masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini
mampu memecahkan masalah tersebut.
Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa
untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat.
Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
24

1. Pembelajaran, bukan pengajaran
2. Guru sebagai fasilitator, bukan intrukstur
3. Siswa sebagai subyek, bukan obyek
4. Multimedia, bukan monomedia
5. Sentuhan manusiawi, bukan hewani
6. Pembelajaran induktif, bukan deduktif
7. Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal

23
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo, Masmedia buana pustaka,
2009) hal 6
24
Ibid, hal 6-7
8. Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.
Pembelajaran inovatif lebih menyediakan proses yang mengarah pada
penemuan hakikat siswa sesuai fitrahnya sebagai manusia berpotensi. Oleh
sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk menfasilitasi dan siapapun
fasilitaator yang ajan menemani siswa belajar, seyogyanya berorientasi pada
tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati.
Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama
dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan
bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia
kita. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap
dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki
berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan
saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi
keberhasilan belajar.
25

Belajar sering kali diidentikkan oleh para penimba ilmu yakni siswa
sebagai sesuatu hal yang penuh tuntutan dan mutlak dilakukan karena melihat
proses dan format tempat belajarnya sendiri cenderung sangat formal dan
menjemukan. Karena itulah mengapa model pembelajaran yang cenderung
membosankan tersebut harus dirubah menjadi sesuatu yang menyenangkan
tetapi bisa memotivasi siswa untuk antusias mengikuti pelajaran dan
partisipun akan terlahir dengan sendirinya. Serta dengan adanya berbagai
macam perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah untuk

25
Suyatno, op. cit hal 8
meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
maka menuntut agar diimplementasikannya suatu model pembelajaran yang
efektif, kreatif dan inovatif yakni dengan menggunakan model pembelajaran
inovatif.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan
dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).
Pembelajaran Inovatif membantu siswa untuk menginternalisasi, mem-
bentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi
melalui kreasi pemahaman baru yang merupakan hasil dari munculnya
struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya
informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif
yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka
sebelumnya. Dalam seting kelas pembelajaran inovatif, para siswa
bertanggung jawab terhadap pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom,
mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang
menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri. Tujuh nilai utama
dalam pembelajaran ini yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas,
reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut
menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara
mendalam.
1. Prinsip Pembelajaran Inovatif
Berikut ini asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan
dicapai berdasarkan mata pelajaran apapun.
a. Berpuasat pada siswa
Student centered mengandung pengertian pembelajaran
menerapkan strategipedagogik yang mengorientasikan siswa kepada
situasi yang bermakna, kontektual, dunia nyata dan menyediakan
sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka
mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang
dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
Paradigma yang menempatkan guru sebagai pusat
pembelajaran dan siswa sebagai objek, seharusnya diubah dengan
menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar secara aktif
membangun pemahamannya dengan jalan merangkai pengalaman yang
telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dijumpai.
Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat
dan prestasi siswa bidang matematika, saint, dan bahasa meningkat
secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan
antara informasi baru dengan pengalaman yang telah mereka miliki
atau mereka kuasai.


b. Berbasis masalah
Pembelajaran hendaknyadimulai dari masalah-masalah aktual,
relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi
aajar sering kali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga
tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun
berdasarkan meteri ajar seringkali terlepas dari kejadia aktual di
masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang
dipelajari di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar
suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan
demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapaai,
yaitu jawaban tehadap suatu masalah, dan cara memecahkan suatu
masalah.
Kemamapuan tentang memecahkan masalah lebih dari sekedar
akumulasi pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan
fleksibilitas dan strategi kognitif yang membantu mereka menganalisis
situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna.
Bahkan , Gagne mengatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan hasil yang paling tinggi.
c. Terintegrasi
Seorang yang belajar seharusnya tidak menggunakan kaca
mata kuda yang tahu secara mendalam disiplin ilmunya. Akan tetapi,
sama sekali buta tentang kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin
lain.
Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih
diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan
disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan
terkotak pada satu disiplin, sehingga tidak heran ketika guru ditanya:
apa fungsi air? di malah bertanya balik air itu apa? Memangnya ada
banyak macam ait? Grur tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu
air IPS dan air IPA yang fungsinya berbeda.
d. Berbasis masyarakat
Masyarakat adalah sumber belajar yang paling kaya. Di
masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial
sampaipada ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin
pembaharuan masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi,
pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat.
Mengajak siswa untuk mengimplementasikan yang dipelajari
dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil
masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk
belajar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan
proses pembelajaran yang bermakna. Siswa akan lebih cepat
menyimpan meteri pembelajaran kedalam memorinya jika materi itu
berbasis pengalaman nyata di masyarakat.

e. Memberikan pilihan
Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa
yang belajar juga demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya
belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian dan sebagainya.
Menyamaratakan siswa selama proses belajar-mengajar mungkin akan
berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi
perhatian pada keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka
pembelajaran bukan dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru,
tetapi lebih pada apa yang diinginkan oleh siswa.
Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang
dipilih siswa. Proses belajar adalah proses akti yang harus dilakukan
oleh siswa. Keharusan menyediakan juga berkait dengan karakteristik
subtansi ilmu yang disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan
terhadap retensi siswa. Ketrampilan psikomotor , ketrampilan kognitif,
ketrampilan sosial serta ketrampilan memecahkan masalah serta sikap
memilih strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk mencaoai
tujuannya.
f. Tersistem
Seringkali hasil belajar bersifat hierarki, begitu pila substansi
materi pelajarannya. Materi tertentu membutuhakan kebutuhan lain
sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum
seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pula ketrampilan-
ketrampilan tertentu terutama psikomotor bersifat prosedural, memiliki
langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum
menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil
dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah
pengetahuan prosedural merupakan prasyarat bagi langkah selanjutnya.
g. Berkelanjutan
Berkelanjutan mengandung pengertian never ending process
. setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi
pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada
pembelajaran sebelumnyaharus dirangkai secarakontinyu debgan
konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan
konsepdidalam benak seseorang.
26

Belajar sebagai proses tentu tidak pernah sepotong-potong atau
bagian dari penggalan saja. Belajar nerupakan rangkaian pemahaman
terhadap sesuatu secara terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif
berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat
kedalaman dan keluasaan materi
2. Keberanian Guru dalam Berinovasi
Suatu hari, dalam kesempatan memfasilitasi guru-guru di sebuah
pelatihan, saya memunculakan pertanyaan, apakah bapak dan ibu yang
ada di ruangan ini sebagaiguru?
Mereka menjawab serentak bagaikan koor di stadion dengan
menjawab iyaaaa benar! . pertanyaan tersebut selalu saya lanjutkan

26
Suyatno, op. cit hal 8-12
dengan pertanyaan, kalau memang guru, apakah bapak dan ibu benar-
benar seorang guru?
Dari ilustrasi tersebut, bahwa guru takut menyebut dirinya benar-
benar seorang guru karena tidak yakin dan tidak percaya kalau dirinya
adalah seorang guru. Mereka tidak percaya bahwa yang dilakukan sehari-
hari di depan kelas merupakan wujud tindakan seorang guru dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Mereka tidak yakin yang dilakukan adalah
sebuah model pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk
berubah dan berkembang dari belum tahu menjadi tahu, dari sebelum
mampu menjadi mampu, dan dari belum bermoral menjadi sosok yang
penuh dengan tindakan moral.
Banyak jalan menuju Roma. Aneka jalan ke Roma tersebut
tentunya beragam kualitas dan fungsinya. Jika kita ke Roma dengan kapal
akan lebih lambat di bandingkan dengan pesawat. Jika melewati jalan yang
penuh lobang dan mendaki tentu akan lebih tidak efektif dari pda melewati
jalan yang datar, lurus, dan halus. Begitu pula banyak cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang memuaskan siswa sehingga terjadi perubahan
belajar dalam dirinya. Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang seirama dengan
kondisi siswa, tujuan dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan.
Untuk pembelajaran tertentu, kadang ada metode yang cocok dan adapula
metode yang tidak cocok digunakan.
27


27
Suyatno, op. cit hal 13-14
Metode apapun sangat baik untuk pembelajaran asalakan mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik, misalnya metode dite, kooperatif,
kontekstual, kolaboratif, partisipatori, komunikatif, akselerasi, maupun
metode lainnya. Begitu pula, semua metode akan menjadi buruk dan tidak
berguna apabila tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa
yang belajar meskipun metode tersebut mempunyai katagori yang baru
ditemukan oleh pakarnya.

C. Metode Talking Stick
1. Pengertian Metode Talking Stick
Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking
Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari meteri pokoknya.
28

2. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran Inovatif
model Talking Stick adalah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

28
Ibid. Hal 134-135
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan
siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari
guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi , Yaitu berupa tes lisan dan refleksi
7. Penutup
29

3. Kebihan Dan Kelemahan Metode Talking Stick
Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, dan kekurangan
antara lain:
Kelebihan :
a. Menguji kesiapan siswa
b. Melatih siswa memahami materi dengan cepat
c. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)
Kelemahan :
a. Membuat senam jantung.
30

Selain kelemahan di atas metode ini mempunyai kelemahan
antara lain: membuat sisiwa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang
akan di berikan oleh guru

29
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136
30
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. ci,t hal 137
Berdasarkan penerapan metode diatas diharapkan siswa mampu
melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan gengan kelebihan serta
kekurangan metode tersebut di harapakan siswa mampu pula
menikmati proses belajar mengajarnya.







Gambar 1.1 Proses pembelajaran metode Talking Stick
31


D. Aktivitas Belajar Siswa
1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar Siswa
Pribadi seutuhnya sebagai tujuan belajar menurut Sardiman AM.
Di dalam kamus pendidikan islam dikenal dengan Insan Kamil atau
pribadi muslim. Tujuan belajar dalam arti ini adalah luhur dan mulia
dengan demikian aktivitas belajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan
itu adalah mulia dan penting.
Patut diakui bahwa pemerintah yang pertama kali turun adalah
perintah mmebaca, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al- Alaq
ayat 1-5

31
Posted on by Kiranawati,wikipedia.Com. Diakses 3 Januari 2010, (waktu 13.00-14.25)
&%# $/ 7n/ %!# ,={ ,={ }# @,= &%# 7/
.{# %!# = =)9$/ = }# $ 9 >

Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
32

Membaca yang disebutkan dalam surat tersebut merupakan aspek
belajar yang terpenting di dalam proses pengambangan diri seseorang dan
aktualisasinya sebagai kholifah di atas bumi ini.
Anak dipandang sebgai organisme yang mempunyai potensi untuk
berkembang. Oleh sebab itu tugas pembimbing (orang tua) adalah
membantu dan menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan anak
dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini anaklah yang
beraktivitas sendiri, berbuat dan harus aktif belajar sendiri.
Proses aktivitas pembelajran harus melibatkan seluruh aspek
psikifisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi
perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar,
baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
33


32
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Proyek dan Pengadaan kitab
Suci Al-Quran, jakarta, 1993, hal 1079
33
Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23
Dari pengrtian diatas dapat diaambila kesimpulan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan belajar yang mengarah kepada perbuatan untuk
meperoleh kecakapan baru dimana perubahan itu terjadi karena
disebabkan dari hasil pengalaman dan latihan.
Setelah kita mengetahui apa itu belajar, bentuk-bentuknya, tujuan,
dan prinsip belajar, maka individu pembelajar harus mempunyai set
belajar, yaitu arah atau sikap terhadap kegiatan.
34
Artinya ketika individu
itu belajar, maka ia harus mempunyai arah kegiatan untuk mempermudah
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya, baru kemudian melakukan
aktifitas belajar. Aktifitas belajar bermacam-macam, terdiri dari a)
mendengarkan secara aktif dan bertujuan, b) meraba, membau dan
mencicipi/mencecap apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk
mencapai tujuan yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku, c)
menulis atau mencatat, d) membaca, e) membuat ikhtisar atau ringkasan
dan menggarisbawahi dapat membantunya mengingat atau mencari
kembali materi yang diperlukan suatu saat, f) mengamati tabel-tabel,
diagram-diagram dan bagan-bagan, karena terdapat tipe individu yang
lebih cepat belajarnya dalam bentuk visual, g) menyusun paper atau kertas
kerja, h) mengingat yang didasari dengan set belajar, i) berpikir dikatakan
sebagai aktifitas belajar tertinggi, karena dengan berpikir, individu akan
menemukan sesuatu yang baru, dan j) latihan dan praktek karena individu
yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya mempunyai dorongan untuk


34
Ibid., hlm. 124.
mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan aspek yang ada
dalam dirinya.
Uraian di atas menjelaskan bahwa semua itu kegiatan yang tersebut
di atas bisa dikatakan sebagai aktifitas belajar, apabila didorong oleh
kebutuhan dan motivasi untuk mencapai perubahan tingkah laku yang
diinginkan. Dengan demikian, walaupun aktifitas belajar dilakukan tetapi
tidak ada set belajar, maka tidak disebut sebagai belajar karena tidak
menjadikan terjadinya perubahan tingkah laku subyeknya.
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Siswa
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,
disekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak
cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di
sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang
berisi macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut:
a. Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, dan instruksi.
c. Listenig Activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, dan pidato.
d. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
dan menyalin.
e. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, dan peta
diagram
f. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak
g. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan
h. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
35

Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang
berlangsung dengan melibatkan berbagai macam komponen yang saling
berinteraksi guna mencapai tujuan. Perlu ditambahkan juga bahwa yang
dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik/jasmani
maupun mental/rohani.
36
Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai
proses, yaitu proses belajar sesuatu.
37
Menurut Rohani belajar yang
berhasil tentu melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif de
ngan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik

35
Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 101
36
Ibid, hal 99
37
Dimyati Dan Mudjiono, op. cit, Hal 236
memiliki aktivitas psikis atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.
38

Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif dan
menyenagkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi
atau pengalaman. Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung tidak terlepas dari peran guru di dalm kelas.
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital.
Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup
yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi
manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah
dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
3. Azas Aktivitas Belajar
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna
atau pemahaman. Salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar adalah azas
aktivitas. Pengajaran yang diberikan kepada siswa janganlah bersifat
verbalitas tetapi siswa harus dilatih dalam hal kerja sendiri. Oleh sebab itu,
hendaknya hanya jangan guru yang aktif didalam kelas tetapi berilah
kesempatan pada siswa untuk aktif didalam kelas. Dengan demikian guru
dapat meningkatkan aktivitas siswa baik aktivitas jasmani/rohani.
39

Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila siswa sibuk
bekerja seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model.
Sedangkan keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila siswa

38
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 6
39
Ibid, hal 13
sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan dan
mengambil keputusan.
4. Belajar Dalam Perspektif Islam
Yang dimaksud dengan metode belajar adalah tata cara
memperoleh pemahaman, pengertian dan pengetahuan dari segala sesuatu
dari sumber-sumbernya. Sumber itu dapat berasal dari sumber ketuhanan
dan sumber keinsanan.yang berasal dari sumber ketuhanan adalah sejenis
ilmu pengetahuan yang di datangkan kepada kita secara langsung dari
Allah SWT. Melalui wahyu, ilham dan mimpi-mimpi yang benar.
Sedangkan yang berasal dari manusia adalah sejenis ilmu pengetahuan
yang dapat dipelajari oleh seseorang dari pengalaman-pengalaman
pribadinya dalam kehidupan, kemampuannya yang khas dalam melakukan
penelitian, pengamatan (observasi), dan usaha untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya.
40

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital.
Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup
yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi
manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah
dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan
dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai
manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi

40
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian (Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon,
2007). Hal 469
yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-
potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan
operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori
akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia.
Namun Islam menekankan dalm signifikasi fungsi kognitif (akal) dan
fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar
sangat jelas. Kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafardkkarun, yubshirun,
yasmaun dan sebagainya terdapat dalam Al-Quran merupakan bukti
betapa pentingnya penggnaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam
belajar dan meraih ilmu
Islam menurut Yusuf Al- Qardhawi (1984) adalah akidah yang
berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara
membabi buta.4 Hal tersebut terdapat dalam Al-Quran Surat Muhammad:
19
=$ & 9) ) !# ...
Artinya: Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah
(sesembahan, Tuhan) selain Allah (QS. Muhammad: 19)
Terdapat banyak ayat di dalam al-Quran dan Hadits tentang
perlunya belajar dan mengajar serta perlunya mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keselamatan di
akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya didasarkan
atas dua prinsip utama, yaitu : (1) Keteladanan (oleh Pemerintah, guru,
orangtua, dan masyarakat), dan (2) Metode pengajaran yang didasarkan
atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal
41
.
Dalam ajaran Islam, manusia memperoleh ilmu atau pengetahuan
dari bebagai sumber yang sudah di kemukakan diatas, Dalam prespektif
Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses
belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya
pengetahuan dan ketrampilan manusia.



41
http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5 mei
2010) pukul 13.00 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk.
42
Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara
bersama. PTK merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru
didalam kelas, PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindaka-
riset-tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan
masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Pada umumnya PTK dibagi dalam
dua jenis, yakni (1) PTK individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2)PTK
kolaboratif, yakni guru bekerjasama dengan orang lain, orang lain sebagai
peneliti dan sebagai pengamat
43
. Penelitian yang peneliti gunakan di sini
adalah berupa PTK kolaboratif, dimata peneliti mengajak teman sebagai
observer di belakang dan saat pembelajaran dilaksanakan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Mc Niff memandang PTK sebagai
bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap
kurikulum, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. PTK berangkat
dari masalah yang timbul didalam kelas yang terjadi selama proses belajar

42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2002) Hal 3
43
Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008),
hal 41
mengajar berlangsung, sehingga perlu dicari cara pemecahan masalah
tersebut.
44

Model Kurt Lewin menyatakan konsep pokok penelitian tindakan
kelas terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
3. Pengamatan (Observation)
4. Refleksi (Reflection)
45

Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas























44
Ibid, hal 102
45
Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008),
hal 41
PERENCANAAN
LAPORAN PENELITIAN
PENGAMATAN

SIKLUS I
PENGAMATAN
PERENCANAAN
SIKLUS II

PELAKSANAAN
REFLEKSI

PELAKSANAAN

REFLEKSI
Gambar 3.1 Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas
46


1. Perencanaaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan kita dapat
mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode talking stick dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi IPS bagi
kelas VII Di SMPN 1 Singosari Sebagai upaya untuk mencapai hasil
yang maksimal dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka
perlu dirumuskan skenario. Adapun perencanaan skenario tersebut
adalah:
a. Diskusi dengan guru pamong untuk memilih kelas yang akan
diteliti.
b. Observasi kondisi kelas VII SMPN 1 Singosari
c. Identifikasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar.
d. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sistematis.
e. Menyusun materi yang akan disampaikan.
f. Memformulasikan metode yang sesuai.
g. Membuat alat observasi, untuk mengetahui keaktifan dan tingkat
kreatifitas dalam proses belajar mengajar.
h. Memakai metode yang digunakan yaitu Metode talking stick.
i. Menyusun alat evaluasi.
Kriteria indikator yang menjadi penanda untuk menentukan
bahwa metode yang digunakan telah berhasil memecahkan masalah

46
Suharsi Arikunto, op. cit. hal 16
yang sedang di upayakan pemecahannya dilakukan secara kualitas
ataupun kualitas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan rencana tindakan yang
telah dibuat berdasarkan rencana yang di buatnya, dalam tahap ini
ada empat siklus yang akan diljalankan. Dari tiap siklus yang telah
dilaksanakan, akan tampak kelebihan dan kelemahan dari metode
tersebut
3. Observasi dan Interpretasi
Selama proses belajar-mengajar berlangsung, peneliti
melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan dan hasil
belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan
dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain :
a. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.
b. Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di
kelas, keaktifan siswa, dan nilai tugas- tugas.
4. Analisis dan Refleksi
Analisis dan Refleksi dari kesesuaian antara pelaksanaan dan
rencana pembelajaran yang telah diterakan, mengkaji dan mencari
kelemahan-kelemahan model pembelajaran yang di gunakan serta
berdiskusi dengan orang yang lebih ahli membuat kesimpulan.
47



47
Ibid, Hal. 97-102
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument utama yang terlibat
langsung dalam proses penelitian dari awal sampai akhir, maka kehadiran
peneliti sangat diperlukan dilokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan salah satu
ciri penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat atau instrument
Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrument kunci dan pemberi
tindakan, peneliti juga sebagai pengumpul data dan penganalisis data serta
sebagai pelapor hasil penelitian.
48


C. Lokasi Penelitian Dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti dapat melihat fakta-fakta
yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan SMPN 1 Singosari yang beralamatkan Di Jl. Raya No. I
Singosari Tlp. (0431) 458059 yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk
menerapkan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick
Subyek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Singosari.

D. Data dan Sumber Data
Data merupakan bukti atau fakta dari suatu peristiwa yang digunakan
sebagai bahan untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Lofland
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata tindakan
selebihnya data tambahan seperti dokumen. Data dan sumber data

48
Moleong.. Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 9
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber Data Primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung,
dan yang menjadi sumber data primer ini adalah guru-guru IPS terpadu di
SMPN 1 Singosari Malang.
Sumber Data Sekunder, dimana peneliti memperoleh data secara tidak
langsung, data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai
hubungan dengan masalah yang akan diteliti atau sumber data pelengkap.
49

Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil
diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada
setiap akhir tindakan (post test).
2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas siswa.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas
siswa pada pembelajaran IPS terpadu berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan
lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan
pembelajaran metode domonstrasi pada bidang studi IPS terpadu dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII H SMPN 1 Singosari Malang.

E. Teknik Pengumpulan Data
Prosesdur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, pengamatan partisipan, dan dokumentasi.

49
Ibid, hlm 112
Adapun penjelasan masing-masing prosedur yang dilakukan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode Observasi disebut pula dengan pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indera.
50
Adapun observasi yang dilakukan dengan observasi
sistematis, yaitu dilakukan oleh penulis dengan pedoman sebagai
instrumen penelitian.
51

Adapun data yang ingin diperoleh penulis adalah:
a. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang
b. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang
c. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar
mengajar di SMPN 1 Singosari Malang
d. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu .
2. Metode Interview
Metode Interview dikenal dengan metode wawancara yang
merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan personal dengan
responden atau informasi penelitian. Atau menurut pendapat lain mengenai
wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan.
52


50
Suharsimi Arikunto, op. cit .hlm. 146
51
Ibid., hlm. 147
52
Cholid Narbuko , Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),
hal. 83
Dalam proses mengambil data yang digunakan peneliti melalui
metode interview dan jenisnya adalah interview terpimpin. Maksud dari
Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara
dengan membawa serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci mengenai
pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar
pada Mata Pelajaran IPS Terpadu.
Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data tentang:
a. Program-program yang disusun oleh sekolah, bagian kurikulum dan
Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan Metode Talking
Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata Pelajaran IPS
Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar.
b. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas
Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu di SMPN 1 Singosari.
c. Data-data mengenai hasil belajar siswa kelas VII-H SMPN 1
Singosari Malang.
3. Pengamatan Partisipan
Pengamatan partisipan melibatkan teman sejawat untuk mengamati
kegiatan penelitian selama pelaksanaan penerapan pembelajaran inovatif
dengan metode Talking Stick. Kegiatan pengamatan ini menggunakan
pedoman pengama tan dalam bentuk lembar observasi.
4. Studi Dokumenter
Adapun yang dimaksud untuk mencari data melalui metode
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip buku, surat kabar dan majalah lain.
53

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
a. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang
b. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1
Singosari Malang
c. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang
d. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari
e. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari
f. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari
Data-data program SMPN 1 Singosari Malang
5. Pengukuran Pre Test Hasil Belajar
Pengukuran Pre tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa. Pre Tes tersebut juga
sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran
Talking stick.
Pre Tes yang dimaksud meliputi pre tes awal/tes pengetahuan pra
syarat, yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi
pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya pre tes pengetahuan
pra syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam
mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, disamping
menggunakan nilai rapor selanjutnya skor pre tes awal ini juga akan

53
Ibid., hlm. 149
dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu
siswa.

F. Teknik Analisis Data
Untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka penulis melakukan
analisis yang terkumpul dengan mengklasifikasikan menurut sifatnya dan
kategori jenis data. Analisis data digunakan dengan menggunakan teknik
analisis kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik deskriptif dan
interpretative berdasarkan teori pembelajaran yang digunakan. Data
dikumpulkan selama tindakan kelas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penumpukan data dan penulis segera memberikan refleksi terhadap data
sehingga proses pemberian makna dan kesimpulan diambil bisa lebih cepat.
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa dengan mengaplikasikan pembelajaran metode Talking
stick dapat meningkatkan aktivitas siswa. Data yang bersifat kualitatif yang
terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif.
Menurut FX Soedarsono mengatakan: jika yang dikumpulkan berupa data
kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut
dilakukan melalui tahap: menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,
mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta
membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis.
54


54
Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. hlm 26
Menurut Milles dan Hubberman, teknik analisis data terdiri dari tiga
tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang relevan, penting,
bermakna, dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang
menjadi sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan
dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data
yang bermakna untuk dianalisis.
55

Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk
ditarik kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan
tentang dampak dari penelitian tindakan kelas.
56

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif,
cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian
tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah
yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
57

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat
kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan rumus:
P = % 100
ratee Base
rate Base - rate Post

Keterangan:

55
Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press). Hlm 16
56
Soedarsono, op.cit., hlm.26
57
Soedarsono, op.cit., hlm.25
P = Presentase Peningkatan
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000).
G. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam
penelitian ini yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan
memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena perpanjangan
keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji
ketidakbenaran informasi.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi kedalaman data. Ini
berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu".
58
Teknik Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain yaitu hasil
dokumentasi, observasi dan intereview atau wawancara. Hal ini dimaksudkan

58
Lexy. J. Moleong, op.cit. , hlm. 178
untuk memeriksa dan melihat kesesuaian data yang diperoleh dengan kegiatan
sebenarnya Di SMPN 1 Singosari


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek
Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan
keberadaan lokasi penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Dari beberapa hal di atas tersebut, nantinya kita akan
mengetahui apakah metode pengajaran dengan metode Talking stick dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian mulai dilaksanakan pada
tanggal 08 Februari 2010 sampai 31 Maret 2010 selama tiga siklus tiga kali
pertemuan.

1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari Malang
Nama Madrasah : SMPN 1 Singosari Malang
Status : Negeri
Jenis : Reguler dan RSBI
Nomor Telp. : (0341)-458059
Alamat : Jl. Raya No. 1 Singosari Malang
Kecamatan : Singosari
Kabupaten : Malang
Alamat Website : www.smpn1-sgs.sch.id
E-mail : smpn1-singosari@yahoo.com
Tahun Berdiri : 1 Januari 1965
Waktu Belajar : Senin Sabtu (Pukul .07.00 12.50)
Kepala Madrasah : Sapto Suparjatmo, S. Pd
2. Sejarah Singkat Tentang SMPN 1 Singosari
SMP Negeri 1 singosari didirikan pada tahun 1965 yang bertempat
di jalan raya 1 singosari. Berdasarkan data yang di peroleh, pendiri SMP
negeri 1 Singosari adalah bapak Imam Agung, beliau diizinkan untuk
mendirikan bangunan SMP Negeri 1 Singosari dengan gedung berdinding
tembok setengah batu beratap genting. Sekolah ini didirikan di atas tanah
R.V.0 No. 2513 yang terletak di daerah pagentan di tepi jalan propinsi di
dalam ibu kota asistenan Singosari, Malang. Tanah tersebut adalah tanah
milik negara dengan luas 1.460m2 yang terletak di kelurahan
Candirenggo kecamatan singosari. Pada waktu itu, Dekdikbud memohon
hak pakai atas tanah ini untuk didirikan sekolah menengah pertama
(SMP).
Pada awal berdirinya, SMP Negeri 1 Singosari hanya memiliki 4
ruang dimana 1 ruang digunakan sebagai ruang guru, sedangkan 3 ruang
lainnya digunakan sebagai kelas. Tekstur halaman sekolah pun tidak datar
seperti sekarang, melainkan miring, kondisi itu memaksa siswa siswinya
pada saat itu melakukan kerja bakti setiap hari minggu untuk meratakan
halaman sekolah. Tidak hanya itu, pengajar juga rela menyisihkan
sebagian gajinya untuk membangun ruang kelas tambahan agar proses
belajar mengajar berjalan efektif.
Dahulu, sekolah yang berada di kompleks SMP Negeri 1 Singosari
adalah sekolah dasar. Sekolah tersebut menempati wilayah yang sekarang
di gunakan sebagai ruang kelas dan mushollah. Kemudian sekolah dasar
tersebut dipindah dan sekarang menjadi SDN Candirenggo I.
Sejak pertama berdiri, SMP Negeri 1 Singosari tidak mempunyai
kepala sekolah sendiri. Kemudian, ditunjukkan bapak Gunawan yang juga
merupakan pendiri sekolah sebagai kepala sekolah. Tetapi tidak lama
kemudian, ditunjuklah Bapak Jupiono sebagai kepala sekolah yang baru
menggantikan Bapak Gunawan. Lalu bagaimana dengan proses belajar
mengajar? Bapak gunawan yang pernah berjuang dengan tentara republik
Indonesia pelajar ini menyebutkan, saat itu jumlah siswa tiap kelas tidak
seperti sekarang, yang mencapai 48 siswa tiap kelas, dulu, setiap kelasnya
hanya diisi 35 siswa. Terbatasnya buku pelajaran, membuat beberapa guru
mengarang buku pelajaran sendiri. Namun halini tidak menyurutkan
langkah mereka saat itu untuk mencerdaskan siswa-siswinya.
Mata pelajaran yang diajarkan saat itu antara lain: Sejarah
Indonesia, sejarah Internasional, Geofisika, Aljabar, Koprasi, Menyanyi,
Idiologi Negara dan Ilmu Alam. Beberapa diantaranya masih diajarkan
sampai sekarang hanya saja dengan nama yang berbeda.
Salah satu prestasi yang membanggakan di awal berdirinya SMP
Negeri 1 Singosari adalah, saat SMP Negeri 1 Singosari yang telah
membuat 3 sendratari antara tahun 1968-1969, memeinkan kesenian
tersebut di lapangan Tumapael. Sendratari yang di mainkan berjudul
Kertanegara dan dimainkan aloh 144 putri dan 120 putra. Salah satu
adegan yang sangat terkesan adalah saat raja Jayakatwang memotong
telinga utusan Kubilai Khan. Bupati Malang yang pada saat itu menonton
merasa was-was, kalau adegan itu menyinggung warga keturunan Cina.
Meski begitu, SMP Negeri 1 Singosari mendapatkan penghargaan
parasnya Punakarya Nugraha atas keberhasilan sendatari tersebut.
3. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 1 Singosari Malang
Setiap program kerja yang diagendakan tentulah berdasarkan pada
satu tujuan yang hendak dicapai agar terdapat persamaan persepsi dan
mempermudah dalam melaksanakan program tersebut. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka Visi, Misi SMPN 1 Singosari adalah:
a. Visi :
Berdaya saing global berpijak pada budaya bangsa berdasar Imtak
b. Misi :
1) Mewujudkan lulusan dengan kompetensi BI
2) Mewujudkan KTSP bertarafinternasional (BI)
3) Mewujudkan PBM yg efektif,efesien dan BI
4) Mewujudkan standar tenaga PTK yang BI
5) Memenuhi std Sarpras Pend`kan yang relevan dan mutakhir serta
BI
6) Mewujudkan std pengelolaan pend`kan BI
7) Mewujudkan std pembiayaan yang memadai
8) Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman,
rindang,asri, dan bersih
c. Tujuan
Menyiapkan peserta didik yang berdaya saing global berpijak pada
budaya bangsa dberdasar Iman dan Taqwa.

B. Penyajian dan Analisis Data
Sebelum sampai pada proses analisis data maka perlu adanya
penyajian data. Penyajian data yang dimaksudkan untuk memapaparkan atau
menyajikan data yang diperoleh penulis dari hasil penelitian kemudian
dianalisis untuk memperoleh gambaran yang jelas dengan tujuan penulisan
skripsi ini.
Sedangkan data dibawah ini adalah data yang diperoleh dari hasil
observasi kepada responden (siswa) yang didukung oleh data pendukung
berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan pengukuran test hasil
belajar.
a. Paparan Data Sebelum Tindakan
a. Observasi
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan
pertemuan pada hari senin tanggal 10 Februari 2010, pada pukul
08.30-10.00 dengan kepala sekolah dan pada hari senin tanggal 12
Pebruari 2010 pada pukul 09.00-10.30 dengan guru mata pelajaran IPS
terpadu SMPN 1 Singosari Malang. Dalam pertemuan itu peneliti
menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut. Kepala sekolah dan waka kurikulum serta guru IPS terpadu
memberikan izin pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti dan guru
IPS terpadu berdiskusi mengenai rencana penelitian yang akan
dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas VII-H yang dijadikan
sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas VII-H
termasuk kelas yang baik dalam disiplin dan mempunyai rasa
tanggung jawab yang besar terhadap apa yang diamanatkan oleh setiap
guru.
b. Pre Test
Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti
mengadakan pre test. Pre test dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16
2010 pada pukul 09.15-10.35 yang bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kesiapan dalam belajar, dan mengetahui
seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran IPS terpadu.
c. Hasil Pre Test
Pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias
terhadap pelajaran, mereka terlihat kurang dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan baik. Hal itu diketahui dari kurangnya rasa
ingin tahu mereka terhadap materi yang akan diberikan. Kebanyakan
dari mereka kelihatannya jenuh terhadap pelajaran. Karena aktivitas
siswa terhadap pelajaran kurang, maka prestasi belajar mereka juga
kurang maksimal. Dari hasil evaluasi pada saat pre test, didapatkan
rata-rata kelas sebesar 77.5 (penilaian hasil evaluasi ini dapat di lihat
pada lampiran 9)
b. Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan
pada titik yang sebenarnya, penelitian ini memiliki rencana untuk
memperbaiki efektifitas dan efisiensi kinerja proses belajar mengajar
di dalam kelas, yang siswanya memiliki kemampuan yang hiterogen
dengan latar belakang akademik yang berbeda.
Pertama-tama peneliti menyiapkan bahan pertanyaan talking
stick sebagai aplikasi dari metode Talking stick untuk
meningkatkanaktivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari
Malang terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Bahan pertanyaan talking
stick diambil dari materi pelajaran sesuai dengan sub pokok bahasan
dalam buku LKS tersebut.
Siklus ini terdiri dari materi tentang kondisi georgafis pdan
penduduk (2 x 40 menit dengan satu kali pertemuan). Sebelum
pembelajaran dilaksanakan penelitian ini dimulai dari beberapa
tahapan persiapan, yaitu:
1) Membuat perencanaan pembelajaran
2) Menyampaikan materi yang antara lain:
a) Mengetahui pengertian kondisingeografis
b) Mengetahui pengertian tentang penduduk
3) Guru menyiapkan tongkat sebagai alat dalam metode talking stick
berlangsung
4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus I meliputi:
1). Pendahuluan: (10 menit)
Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa
jumlah penduduk indonesia saat ini?
Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk
di sekitar kalian?
Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
kondisi penduduk.
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2). Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk
Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3). Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru memberi tugas rumah.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran dan teknik yang
akan dipakai maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai
dengan rencana pembelajaran dan menggunakan teknik yang telah
ditetapkan.
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 18 Februari 2010 pukul
09.15-10.35. Pada siklus pertama diadakan satu kali pertemuan.
Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan
kegiatan sebagai berikut :
Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang
kondisi geografis dan penduduk. Proses belajar mengajar ini meliputi
beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Pertemuan I (kamis, 18 Februari 2010)
1). Pendahuluan: (10 menit)
Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa jumlah
penduduk indonesia saat ini?
Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk
di sekitar kalian?
Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
kondisi penduduk.
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2). Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk
Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3). Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru memberi tugas rumah.
c. Pengamatan Tindakan Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru
dan teman sejawat sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan
pada pedoman observasi. Hasil pengamatan pada siklus I, kegiatan
siswa cukup baik dengan cukup antusias dan merespon positif
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mulai adanya peningkatan
aktivitas belajar dibandingkan pada saat pre test. Hal ini terlihat dari
aktivitas siswa pada saat mengerjakan pre test takut salah, pada siklus I
ini mereka sudah mulai berani menjawab meskipun bobot jawaban
rata-ratanya adalah 77.5 mereka masih belum mencapai seperti yang
diharapkan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, para
siswa tampak gembira dan senang, hal ini dapat dilihat dari roman
muka mereka yang tampak memancarkan semangat dan antusias untuk
belajar meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa
dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti.
Hasil pengamatan pada tahap pendahuluan, terdapat
peningkatan aktivitas, hal ini dikarenakan siswa merasa mendapatkan
penyegaran dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka
berusaha memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung.
Akan tetapi, memasuki kegiatan penjelasan materi secara global,
aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan masih kurang. Hal ini
dikarenakan siswa masih belum terbiasa untuk menjawab pertanyaan
secara langsung yang dapat membuat mereka merasa takut untuk
menjawab.
Memasuki kegiatan inti, Langkah yang dilakukan peneliti
adalah menyampaikan kompetensi dasar dan pengetahuan tentang
pembelajaran inovatif yang menggunakan metode Talking Stick kepada
peserta didik. Namun sebelum itu peneliti memberikan bahan ajar
kepada peserta didik untuk pegangan karena hampir semua peserta
didik tidak memiliki bahan ajar mereka lebih mengandalkan pada buku
panduan LKS.
Setelah peneliti memberikan gambaran tentang pembelajaran
inovatif metode Talking Stick kemudian peneliti memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila belum
mengerti tentang pembelajaran inovatif metode Talking Stick agar
nantinya ketika pelaksanaanya semua peserta didik mampu mengikuti
dengan baik. Dan selanjutnya guru melaksanakan proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode talking stick untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi kondisi geografis
dan penduduk, yaitu pengertian kondisi geografis dan penduduk.
Supaya mereka mudah termotivasi keterangan guru, guru sebagai
peneliti langsung menerapkan metode talking stick, guru pertama kali
menjelaskan materi yang akan diajarkan, selanjutnya siswa diberi
kesempatan dalam waktu 10 menit untuk mempelajari materi yang
telah disampaikan oleh guru, pada tahap selanjutnya semua siswa
diminta untuk menutup bukunya dan memberikan tongkat pada salah
satu siswa untuk di lemparkan pada teman sebelahnya sambil
menyanyikan lagu balon ku ada lima, sampai lagu habis dan tongkat
dipegang oleh salah satu siswa dan siswa tersebutlah yang mendapat
pertanyaan dari guru, Siswa pertama kali melaksanakan metode ini
gugup karena siswa masih merasa takut dengan pertanyaan yang secara
langsung di lemparkan kepada siswa, pada saat tongkat dilempar siswa
semangat dengan bernyanyi lagu balon ku ada lima dan pada saat
tongkat berhenti pada salah satu siswa kebanyakan siswa merasa takut
jawabannya yang salah atau kurang tepat, dan guru selanjutnya
memberi pertanyaan kepada masing-masing siswa sampai semua siswa
mendapat giliran pertanyaan dan begitu seterusnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa masih belum seperti yang diharapkan atau bisa dikatakan
masih rendah. Ini dapat dilihat dari lembar observasi siswa yang
menunjukkan bahwa aktivitas memperhatikan siswa belum mencapai
apa yang diharapkan. Kegiatan ini masih di dominasi oleh para siswa
yang aktif, sedangkan mereka yang pasif cenderung memperhatikan
saja. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-
masing siswa. Mereka yang aktif adalah mayoritas yang memiliki
prestasi di kelas, dan mereka yang pasif adalah yang berprestasi kurang
atau sedang dan mereka cenderung kurang percaya diri pada
kemampuannya.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa
terhadap materi pelajaran IPS terpadu, guru melakukan feed back
terhadap hasil yang dicapai siswa dan memberikan tugas untuk
mencari sendiri dalam buku bacaanya tentang pengertian kondisi
geografis dan penduduk dengan dibatasi waktu sekitar 15 menit,
sehingga siswa bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang cepat
dan tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan tugas seperti
ini siswa cukup termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-
baiknya. Seluruh siswa cukup antusias dan tertarik untuk
menyelesaikan tugas. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa
tercermin dalam semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam
KBM.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat
sedikit peningkatan aktivitas siswa yang semula nilai rata-rata kelas
dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1 % dan
peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas
dari pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %.
(secara terinci dapat dilihat pada lampiran).
d. Refleksi Siklus I
Penggunaan penerapan metode talking stick untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I berjalan dengan
cukup baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam mengikuti
pelajaran dan kreatifitas siswa dalam kegiatan memperhatikan guru
serta pelaksanaan dari tiap-tiap penerapan menganalisis materi kondisi
geografis dan penduduk melalui pembelajaran yang melibatkn siswa
secara aktif. Maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini
penerapan pendidikan dengan metode Talking stick, mampu
menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa namun hasil yang
dapat diperoleh sangat minim sekali.
Hal ini dapat dilihat dari:
1) Sebagian siswa mengandalkan kemampuan menjawab pertanyaan
guru bukan pada kemampuan menyikapi atau memecahkan
persoalan, sehingga aktivitas belajar siswa adalah untuk
mempelajari materi secara keseluruhan (sebatas materi/bahan ajar)
bukan untuk menghubungkan materi dengan kehidupan nyata,
2) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu hanya dimiliki
mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan
mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan
siswa dalam proses belajar yang dialami sebelumnya.
3) Kegiatan pada siklus I dengan lempar tongkat atau biasa disebut
talking stick masih kurang bisa membawa siswa untuk aktif
menjawab secara maksimal sebab siswa merasa kurang siap untuk
menjawab pertanyaan dari guru karena hanya diberi kesempatan
beberapa menit untuk mempelajari materi yang akan ditanyakan
oleh guru di depan.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I, maka
peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus II dengan
menyikapi kenyataan di atas maka mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Lebih mengutamakan pada aktivitas siswa di kelas.
2) Memacu siswa untuk lebih banyak membaca buku-buku tentang
materi IPS dan memberi mereka untuk berkonsultasi pada guru
mata pelajaran di luar jam pelajaran.
3) Dalam mengerjakan LKS walaupun ada beberapa anak yang tidak
mengumpulkan namun rata-rata dari hasil proses talking stick
cukup memuasakan.
4) Guru lebih banyak memberikan dorongan tentang manfaat materi
pelajaran yang dipelajari, terutama pada siswa yang pasif dan
kurang bersemangat dalam proses pembelajaran.
c. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan
metode Talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model
pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka
peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses
pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode Talking stick
sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari.
Sebelum siklus II dilaksanakan peneliti melakukan beberapa
tahap persiapaan, antara lain:
1) Membuat perencanaan pembelajaran
2) Membagi materi gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan
hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.menjadi dua bagian:
a) Mengetahui pengertian Atmosfer
b) Mengetahui Pengertian tentang Hidrosfer
3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti
peningkatan aktivitas
4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi:


1). Pendahuluan: (10 menit)
Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa
bagaimana cuaca saat ini?
Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi?
Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan
hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2). Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer.
Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan
Guru memberikan contoh-contohnya
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3). Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk
meneliti peningkatanaktivitas.
Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,
kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode
talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas
VII-H SMPN 1 Singosari Malang
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Sebagaimana dalam siklus I, pelaksanaan siklus II diadakan
satu kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Februari
2010, pukul 09.45-11.05. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam
waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan sebagai berikut :
Pada pertemuan ini materi yang disampaikan adalah tentang
memahami Gejala-gejala di Atmosfer dan Hidrosfer dan dampaknya
terhadap kehidupan Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa
tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
Pertemuan II (Jumat, 19 Februari 2010)
1). Pendahuluan: (10 menit)
Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa
bagaimana cuaca saat ini?
Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi?
Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan
hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2). Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer.
Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan
Guru memberikan contoh-contohnya
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3). Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk
meneliti peningkatan aktivitas.
Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,
kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode
talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas
VII-H SMPN 1 Singosari Malang.

c. Pengamatan Tindakan Siklus II
Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa
mengalami peningkatan dalm aktivitas belajanyar yang cukup tinggi
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa mulai terbiasa
dengan pertanyaan yang diajukan guru secara langsung.
Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan siswa
begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar
sesama siswa. Ketika guru memberi pertanyaan kepada siswa. Siswa
menjawab pertanyaan tersebut tidak lagi dengan gugup mereka sudah
siap akan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dengan senang hati
dan atas anjuran guru mereka berusaha untuk memahami materi yang
dibebankan pada masing-masing siswa. Sering kali guru mendengar
jawaban-jawaban yang kurang berbobot dari siswa dan dalam siklus
ini jawaban dari siswa tidak lagi seperti saat terlaksananya siklus I.
Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik antara
guru dan siswa, karena masing-masing siswa sudah mulai bisa
menghilangkan beban rasa malu, gugup dan takut salah dalam
menjawab pertanyaan. Mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa
dengan model pembelajaran yang guru terapkan di kelas VII-H ini.
Ditambah lagi pada siklus II ini, guru berusaha memberikan pujian
pada beberapa siswa atas prestasi yang diraih, dengan itu maka akan
menjadi penyemangat bagi siswa lain yang belum pernah mendapatkan
pujian dari guru.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat
cukup peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata
kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71
% dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata
kelas dari pre test sebesar 78.5 meningkat menjadi 81.4 atau sekitar
3.56 %. (secara rinci dapat dilihat pada lampiran)
Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus I
dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 24
meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan peningkatan aktivitas
belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai
rata-rata kelas sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27
%. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran).
d. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Pada rencana tindakan siklus III peneliti tetap menerapkan
metode talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model
pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus II, maka
peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses
pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode talking stick
sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari.
Sama halnya dengan siklus sebelumnya, sebelum siklus III
dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara
lain:
1) Membuat perencanaan pembelajaran
2) Mengetahui perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-
peninggalannya.
3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti
peningkatan aktivitas belajas siswa.
4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi:
1). Pendahuluan: (10 menit)
Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa
bagaimana berapa jumlah agama yang ada di
Indonesia?
Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi?
Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta
peninggalan-peninggalannya.
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa


2). Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta
peninggalan-peninggalannya.
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3). Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk
meneliti peningkatana ktivitas.
Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,
kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode
talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas
VII-H SMPN 1 Singosari Malang
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Maret 2010, pukul 09.15-
10.35. Pada siklus ketiga diadakan satu kali pertemuan. Adapun
pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan
sebagai berikut :
Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa
Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya.
Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa tahap dengan
skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai
berikut
Pertemuan III (kamis, 4 Maret 2010)
1) Pendahuluan: (10 menit)
a) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa
bagaimana berapa jumlah agama yang ada di
Indonesia?
b) Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi?
c) Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan
dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta
peninggalan-peninggalannya.
Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2) Kegiatan Inti (60 menit)
Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta
peninggalan-peninggalannya.
Guru menyiapkan sebuah tongkat
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru
Guru memberikan kesimpulan
3) Penutup 10 (menit)
Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah
dipelajari.
Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan
yang telah dipelajari.
Guru memberi tugas rumah.
c. Pengamatan Tindakan Siklus III
Pada siklus III ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa
siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar yang cukup
menggembirakan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa
sudah lebih terbiasa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Pada tahap pendahuluan, kegiatan siswa cukup bagus. Hal ini
dapat dilihat dari:
1) Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2) Pada saat penjelasan materi secara global siswa sudah siap
menjawab pertanyaan dari guru dan juga berani mengajukan
pertanyaan dan pendapat.
Memasuki kegiatan inti, ketika guru melaksanakan metode
mereka sangat menikmatinya dan tidak ada lagi rasa takut, gugup dan
malu.
Mereka tampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. mereka saling
membantu memahami materi yang diberikan. Mereka saling
melontarkan pertanyaan demi tercapainya hasil belajar yang
memuasakan. serta menampakkan rasa gembira dan senang selama
mengikuti pembelajaran. Tidak tampak rasa letih dari roman muka
mereka, bahkan ketika peneliti memberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, dengan serentak para siswa berebut bertanya
kepada guru, sehingga tidak sia-sia peneliti menggunakan metode
talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena siswa
sudah berani menjawab pertanyaan dari guru.
Peneliti menangkap komunikasi dan kerjasama yang sudah
sangat baik bahkan dapat dikatakan begitu dinamis dan sempurna pada
masing-masing siswa, karena masing-masing siswa merasa tidak ada
beban rasa malu dan takut salah dalam menjawab dan mengajukan
pendapat.
Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa tercermin dalam
bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam
KBM. Sedangkan indikator peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat
dari meningkatnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat
peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas
dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%.
Dan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas
yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat
menjadi 87 atau sekitar 6.43%.
Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus III
dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 31
meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode
talking stick belajar antara siklus III dengan siklus II adalah pada
siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau
sekitar 6.43%. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran).
d. Refleksi Siklus III
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini tetap sama dengan
siklus II, yaitu bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Pada siklus III ini, siswa sudah
mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan peneliti.
Bahkan mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model
pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas VII-H ini.
Dari hasil pengamatan peneliti di kelas VII-H SMPN 1
Singosari Malang ternyata tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sesuai dengan harapan dan mendekati hasil yang optimal.
Penggunaan penerapan metode talking stick untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi pada siklus
III berjalan dengan baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran dan kretifitas siswa dalam memperhatikan guru
di depan.
Hal ini dapat dilihat dari:
1) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu yang pada
siklus I dan II hanya dimiliki sebagian siswa, sekarang sudah
hampir 75% dimiliki siswa kelas VII-H.
2) Kegiatan belajar mengajar dengan metode talking stick yang sudah
dapat membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan
pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan,
3) Sebagian siswa sudah dapat mengandalkan kemampuan menyikapi
atau memecahkan persoalan, untuk mensinkronkan materi dengan
kehidupan nyata,














BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan
metode talking stick sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu dimulai dari tanggal 8 februari
sampai dengan 3 April 2010, selama 3 kali pertemuan.
Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas VII-H SMPN 1
singosari Malang. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan
peneliti selama 3 kali pertemuan, menggunakan metode yang sama yaitu
penerapan metode Talking stick. Dalam rangka peningkatan aktivitas belajar
siswa pada mata pelajaran IPS terpadu.
Pada siklus I, materi diberikan selama satu kali pertemuan, dengan
perincian pada pertemuan pertama diberikan materi tentang keadaan kondisi
geografis dan penduduk.
Pada siklus I ini sebelum siswa diberikan tugas-tugas, guru melakukan
pembahasan materi tentang rencana pembelajaran dan mendiskusikan tentang
topik pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Hal
ini diasumsikan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan
guru sebab semakin jelas apa yang ingin dicapai guru bersama siswa semakin
mudah dia dapat mencapainya dan semakin mudah pula dia dapat menyimpulkan
apakah ia sudah mencapai tujuan atau belum, dan tentunya juga diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Pada pertemuan pertama, siswa terlihat kurang dapat mengikuti KBM
dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka
terhadap materi yang akan diberikan serta minimnya pertanyaan atau jawaban
yang telah dilontarkan guru kepada siswa saat metode talking stick berlangsung.
Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang akan mereka pertanyakan atau
apakah yang harus mereka jawab karena kebanyakan mereka belum siap
menjawab pertanyaan dari guru. Akan tetapi antusias mereka terhadap tugas yang
diberikan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari semangat dan kegembiraan mereka
selama mengikuti pembelajaran. Tetapi lama kelamaan siswa tampak mulai
menunjukkan rasa ingin tahu yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari
munculnya pertanyaan-pertanyaan dan beberapa jawaban dari siswa ketika guru
membuka pertanyaan. Di awal pembelajaran siswa pun tampak bersemangat
dalam mengerjakan tugas dan berusaha mengerjakannya dalam waktu yang
ditentukan, meskipun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Model
pembelajaran inovatif sudah mulai tampak bisa diterima oleh siswa meskipun
masih ada beberapa siswa yang pasif dan lamban menerimanya.
Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan
karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan bawalah
dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia kita. Artinya,
guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa
sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan
pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan saling ketergantungan
anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar.
59


Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, peserta didik kelas
VII-H cenderung pasif dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS terpadu.

59
Suyatno, op. cit hal 8
Aktivitas belajar para peserta didik sangat tergantung pada guru, hal ini
dikarenakan peserta didik kurang di libatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran Konvensional
yakni metode ceramah, mencatat di papan tulis dan memberi tambahan nilai
dengan memberikan pekerjaan rumah.
Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikifisis
peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan
perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
60


Dengan menggunakan model pembelajaran yang bersifat mengajak para
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan tidak membuat mereka
merasa bosan. seperti seperti dengan menggunakan model pembelajaran inovatif
melalui metode Talking Stick ini akan dapat merubah kebiasaan siswa yang
cenderung pasif dan hanya terpusat pada guru akan menjadi suatu proses
pembelajaran yang akan membuat siswa dapat memahami materi pelajaran
dengan mudah dan lebih bertahan lama, serta mereka juga akan merasakan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi Tidak
semua materi dalam kurikulum bisa menggunakan metode ini, seperti materi
perhitungan, karena untuk meteri perhitungan siswa terlalu sulit untuk belajar
sendiri, dan untuk tanya jawabnya siswa akan kesulitan. Materi-materi yang bisa
menggunakan metode ini adalah materi-materi yang bersifat hafalan yang mudah
dicerna dan dipahami oleh siswa.

60
Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23
Pembelajaran mata pelajaran Ips terpadu yang dilaksanakan oleh peneliti
menggunakan pembelajaran inovatif dengan metode Talking Stick. Dalam proses
pembelajaran ini para siswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif sehingga
dalam proses pembelajaran aktivitas siswa sangat tinggi, model pembelajaran ini
mengajak para peserta didik untuk belajar sambil bermain sehingga mereka tidak
merasa bosan ataupun tidak semangat ketika mengikuti proses pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode talking stick antara lain
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa
untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup
61


Pelaksanaan penelitian ini menerapkan menggunakan pembelajaran
inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick melalui beberapa kegiatan
pembelajaran diantaranyan yaitu :
A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran
Peneliti menjelaskan tentang aturan main dalam proses pembelajaran
inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick bahwa para siswa
nantinya akan diajak bermain sambil belajar yakni dengan memegang tongkat

61
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136
secara bergiliran sambil bernyanyi, peserta didik harus dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru bagi yang memegang tongkat ketika
nyanyian di hentikan sejenak, dan begitu seterusnya. Namun sebelum itu
Peneliti membagikan modul atau bahan ajar kepada peserta didik dengan
tujuan sebagai pegangan ataupun pedoman dalam belajar. Pada tahap awal
setelah peneliti membagikan bahan ajar kepada para peserta didik, maka
peneliti akan menjelaskan secara singkat tentang inti materi yang akan
dipelajari serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai hal ataupun materi yang belum di mengerti dan sesekali peneliti
juga memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai apa yang telah
disampaikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan para peserta didik
untuk belajar secara mandiri mengenai materi yang telah disampaikan sebelum
proses pembelajaran inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick
dilaksanakan, kemudian peneliti juga memberikan dorongan kepada peserta
didik agar semangat dalam belajar sehingga nanti dalam proses permainan
mereka dapat menjawab pertanyaan yang diajukan serta memberi penjelasan
kepada mereka agar tidak takut ketika mendapat giliran memegang tongkat
sehingga harus menjawab, karena juga disampaikan oleh peneliti bahwa
mereka semua pasti akan mendapat giliran memegang tongkat dan menjawab
pertanyaan.



B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran
Penyajian materi dilakukan setelah tahap awal pelaksanaan
pembelajaran diselesaikan. Penyajian materi bertujuan agar siswa mempunyai
gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari, sehingga para siswa
dapat belajar dengan acuan yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya.
Penyajian materi dilakukan dengan cara guru hanya memberikan gambaran
ataupun garis besar mengenai materi yang dipelajari selebihnya siswa dituntut
agar lebih mandiri dalam belajar sehingga ketika dalam proses pembelajaran
Talking Stick nantinya mereka tidak merasa kesulitan dalam menjawab
pertanyaan.

C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick
Dalam proses pembelajaran ini para peserta didik akan mengalami
proses pembelajaran yang mereka rasa sangat menyenangkan. Suasana belajar
yang biasa mereka rasakan sehari-hari yang sangat membosankan akan
berubah menjadi suasana belajar yang sangat berbeda dan menyenangkan.
Karena semua peserta didik akan diajak bermain dan belajar yakni dengan
bernyanyi dan menjawab pertanyaan. Akan tetapi dalam proses pembelajaran
ini peserta didik harus dapat menguasai materi dengan baik agar tidak
kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Setelah proses pembelajaran ini
dilaksanakan dan jika semua siswa sudah menanamkan hal ini difikirannya
tidak akan ada lagi siswa yang pasif dikelas, perasaan tertekan, kemungkinan
kegagalan dalam ulangan harian, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa
bosan. Semua akan menjadi menyenangkan sehingga proses belajar mengajar
menjadi lebih baik.

D. Pemberian Tugas
Dalam proses pembelajaran ini penilaian dilakukan ketika peserta
didik dapat menjawab pertanyaan yang diberikan ketika mereka mendapat
giliran memegang tongkat, Guru sudah dapat memberikan penilain ketika
proses pembelajaran berlangsung. Disamping itu penilaian juga dilakukan
dengan memberikan tugas kepada peserta didik yang diberikan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung meski tidak setiap pertemuan tugas
yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan
untuk mengukur dan mengetahui hasil prestasi siswa dalam belajar dan
seberapa jauh peserta didik dapat mengambil atau mengerti isi materi yang
telah diberikakan.
Pada siklus I ini aktivitas peserta didik dalam penerapan model
pembelajaran dengan metode Talking Stick sudah cukup baik, meskipun masih
ada beberapa kekurangan seperti keaktifan siswa dalam bertanya ketika
diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya setelah guru menyampaikan
inti materi, dan dalam ketika diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri
sebelum metode Talking Stick dilaksanakan kebanyakan siswa masih ramai
sendiri dan kurang mau untuk belajar padahal sudah diberikan bahan ajar, dan
juga kitika proses metode Talking Stick dilaksanakan siswa aktif hanya sebatas
bernyanyi saja sedangkan ketika menjawab pertanyaan mereka saling
melempar satu sama lain. Untuk pekerjaan tugaspun peserta didik masih
sangat malas dan banyak yang tidak mengerjakan, sehingga disini
kemandirian belajar mereka sangat kurangg. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu, guru
melanjutkan siklus I dengan siklus II.
Pada proses pembelajaran metode Talking Stick siklus II ini, aktivitas
belajar siswa sudah mulai sangat meningkat, hal ini bisa dilihat ketika mereka
memperhatikan secara seksama ketika guru menyampaikan materi serta
mereka juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang
belum dimengerti, pada saat mereka diberi waktu untuk belajar secara mandiri
sebelum metode ini dilakukan merekapun sudah dapat tertib untuk belajar dan
tidak ramai sendiri seperti pada siklus I, ketika proses pembelajaran metode
Talking Stick dilaksanakan aktivitas merekapun sangat meningkat hal ini dapat
dilihat dari mereka tidak takut lagi ketika mendapat giliran manjawab
pertanyaan dan mereka sangat semangat dan antusias sekali ketika proses
permaian berlangsung.
Hal ini dapat dillihat pada permulaan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus I. perubahan pola pembelajaran yang dulunya hanya selalu bersifat
konvensional yakni hanya berpusat pada guru saja, kini siswa mulai diajak
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat
beraktivitas dan berpartisispasi secara aktif dalam proses pembelajaran. siswa
berdiri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika mendapat giliran
memegang tongkat, serta bagaimana mereka dapat secara mandiri untuk
belajar dan tidak selalu tergantung pada apa yang diberikan oleh guru saja. hal
ini dimaksudkan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih hidup.
Pada dasarnya aktivitas belajar siswa pada siklus I ini tergolong
kurang baik dengan prosentase rata-rata sebesar 4.16% dan pada siklus II ini
tergolong cukup baik dengan prosentase rata-rata sebesar 10.71% dan
dilanjutkan dengan siklus III dengan prosentase rata-rata sebesar 16.12% hal
ini jauh dari yang diharapkan sebesar yakni dengan prosentase sebesar 100%.
Dalam proses permainan siswa hanya semangat ketika bernyanyi meskipun
masih ada beberapa siswa yang masih pasif, dan ketika nyanyian berhenti
kebanyakan siswa saling ribut sendiri untuk saling melempar tongkat agar
terhindar dari pertanyaan. Untuk itu setelah proses pembelajaran ini
berlangsung meskipun kurang maksimal, guru memberikan tugas kepada
siswa dengan tujuan agar mereka dapat belajar dirumah dan mengulangi
materi yang telah diberikan pada pertemuan tadi, akan tetapi masih banyak
sekali siswa yang tidak mengerjakaan. Dalam siklus I ini guru senantiasa
memberikan stimulus untuk mendorong semangat siswa supaya mereka aktif
dalam permainan dan tidak takut lagi ketika mendapat giliran menjawab serta
mereka harus dapat mengerjakan tugas yang diberikan agar mereka tidak lupa
dengan materi yang telah diajarkan.
Kenyataan di atas dapat dimaklumi mengingat subyek belum pernah
belajar dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini sebelumnya. Dan
masih sangat terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran yang masih
sangat terpusat pada apa yang diberikan oleh guru, hal ini mengakibatkan
siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam mengikuti
pembelajaran ini pada siklus I sehingga kegiatan pembelajaran inovatif
meteode Talking Stick berjalan kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari hasil pengamatan pada siklus I ternyata ada beberapa faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran ini, antara
lain:
1. Siswa masih terbiasa belajar dengan model pembelajaran sebelumnya
sebelum proses pembelajran inovatif metode Talking Stick dilaksanakan
2. Penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick ini masih baru
pertama kali diterapkan
3. Siswa masih merasa takut untuk menjawab pertanyaan ketika mendapat
giliran memegang tongkat
4. Siswa masih sangat malas untuk mengerjakan tugas dirumah
5. Sebelum siswa diberikan bahan ajar oleh peneliti mereka tidak memiliki
pegangan atau panduan untuk beajar hanya tergantung dengan apa yang
dicatatkan di papan tulis.
Pada pelaksanaan siklus II ini, aktivitas belajar siswa mulai mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan
peningkatan prosentase sebesar 10.71% dengan predikat kategori cukup
baik. Sebagian besar siswa sudah mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya
kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti dan juga ketika proses
pembelajaran metode Talking Stick dilaksanakan mereka tidak lagi merasa
takut manjawab pertanyaan ketika mendapat giliran memegang tongkat, serta
merekapun sudah mulai mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Peningkatan aktivitas tersebut dimungkinkan terjadi karena selama
pelaksanaan tindakan siklus II telah dilakukan perubahan pada proses
pembelajaran yang merupakan realisasi langkah perbaikan tindakan siklus I.
Yaitu adanya motivasi yang diberikan oleh guru bahwa pertanyaan yang akan
diberikan sudah tersaji pada bahan ajar yang telah diberikan sehingga siswa
hanya perlu mempelajari dengan baik, ketika guru menjelaskan inti dari materi
pelajaran, selain siswa bertanya guru juga memberikan beberapa pertanyaan
kepada siswa yang pertanyaan itu juga merupakan jenis pertanyaan yang akan
diberikan pada waktu proses pembelajaran dengan metode Talking Stick
sehingga siswa dapat memperdalam materi tersebut dan tidak kesulitan lagi
menjawab pertanyaan ketika metode Talking Stick dilaksanakan.
Pada pelaksanaan selanjutnya yakni siklus III ini, aktivitas belajar
siswa mulai mengalami peningkatan yang cukup meningkat, hal ini terlihat
dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan peningkatan prosentase
sebesar 16.12% dengan predikat kategori baik. Sebagian besar siswa sudah
mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya kepada guru mengenai materi yang
belum dimengerti dan juga ketika proses pembelajaran metode Talking Stick
dilaksanakan mereka tidak lagi merasa takut manjawab pertanyaan ketika
mendapat giliran memegang tongkat, serta merekapun sudah mulai mau
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Dari hasil pengamatan diketahui juga bahwa pada saat permainan
berlangsung dan ketika siswa yang mendapat giliran menjawab tidak bisa
ataupun kurang tepat jawabanya, maka guru memberikan kesempatan kepada
siswa lainnya untuk membetulkan atau melengkapi jawaban tersebut, sehingga
siswa lainnya sangat antusias dan termotivasi untuk memberikan jawabannya.
Serta guru juga akan memberikan tambahan poin penilaian kepada para siswa
yang bisa menjawab dan membetulkan atau melengkapi jawaban yang salah,
hal ini dimungkinkan supaya siswa mau aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran ini. Peningkatan aktivitas ini juga terjadi karena siswa benar-
benar menyadari bahwa dengan metode seperti ini siswa sangat senang karena
disamping belajar mereka juga bisa bermain, sehingga pikiran mereka tidak
tegang dan selalu serius ketika belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan nampak bahwa siswa yang
berkemampuan tinggi dan berani berbicra mengambil peran yang sangat besar
dalam kegiatan pembelajaran ini, karena mereka selalu dapat menjawab dan
membenarkan atau melengkapi jawaban yang salah sehingga semua siswa
mengerti jawaban mana yang benar dan jawaban mana yang salah. Selain itu
mereka juga akan mendapat keuntungan baik yang berkemampuan tinggi
maupun rendah. Keuntungan yang diperoleh oleh siswa dengan memberikan
bantuan kepada teman yang tidak bisa menjawab ataupun kurang tepat dalam
menjawab mereka akan lebih baik lagi dalam menguasai isi materi yang
diajarkan, sedangkan keuntungan yang diperoleh oleh siswa yang
berkemampuan sadang atau rendah melalui kegiatan pembelajaran ini mereka
akan tau jawaban yang benar dan akan mengingat jawaban tersebut hal ini
disebabkan karena tutur kata teman sebaya yang dilakukan siswa dalam
menjawab pertanyaan akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa jika
dibandingkan dengan bahasa yang disampaikan oleh gurunya.
Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa peningkatan aktivitas belajar
siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran inovatif metode Talking Stick
telah memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain dengan catatan
bahwa proses permainan tersebut dapat membantu mereka dalam memahami
isi materi yang telah disampai.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan data di depan dapat diketahui bahwa penerapan metode
Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
IPS kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang. Hal ini dapat diketahui dengan
adanya peningkatan nilai hasil aktivitas yang diperoleh. Selanjutnya dapat
diambil ringkasan penjelasan di depan, sebagai berikut:
1. Perencanaan metode Talking Stick dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
Perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai
pengetahuan yang ia dapat serta bisa dirangsang dengan beberapa metode
pembelajaran yang menarik dan efisien seperti metodeTalking stick.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS
terpadu perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai
pengetahuan yang ia dapat.
2. Pelaksanaan metode Talking Stick dalam upaya meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
Pelaksanaan metode Talking Stick dalam pembelajaran IPS
terpadu adalah sangat memudahkan siswa dalam memahami materi
pelajaran Anatara lain yakni: kondisi geografis dan penduduk, Atmosfer
dan Hidrosfer serta perkembangan masyarakat, kebudayaan, Hindu-Budha
pada masa kolonial Eropa
Penerapan metode Talking Stick pada pembelajaran IPS terpadu
adalah salah satu pendekatan dan teknik pembelajaran inovatif yang dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran Ips
terpadu.
3. Penilaian metode Talking stick dalam upaya meningkatkan aktivitas
belajar siswa
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
IPS. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari
pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan
peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari
pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %,
Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan
yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31
atau sekitar 10.71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula
nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78,5 meningkat menjadi 81.4 atau
sekitar 3.56 %, dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa
mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31
meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode
talking stick belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula
nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau
sekitar 6.43%.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka saran yang dapat peneliti
berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Pada saat pembelajaran inovatif metode Talking Stick diterapkan, perlu
meningkatkan keberanian mengajukan pertanyaan tentang materi
maupun instruksi-instruksi yang belum dimengerti sehingga tidak
merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
b. Pada saat diberi kesempatan oleh guru untuk belajar secara mandiri
hendaknya dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar dengan
sungguh-sungguh sehingga dalam proses pembelajaran mereka dapat
menjawab pertanyaan, dan agar para peserta didik yakin dengan
dirinya sendiri mampu dan tidak merasa takut menjawab pertanyaan
2. Bagi Guru
a. Diharapkan pada guru agar dapat menerapkan metode pembelajaran
inovatif metode Talking Stick ini sebagai alternatif atau pilihan dalam
praktik pembelajaran di kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang
khususnya pada mata pelajaran IPS terpadu, dan guru juga bisa
menerapkan metode ini pada pelajaran-pelajaran yang bersifat hafalan
yang mudah dicernah dan dipahami oleh siswa, agar aktivitas belajar
dapat meningkat, sehingga siswa terlihat semangat untuk mengikuti
proses pembelajaran dan tidak merasa malas dalam belajar, serta siswa
tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Guru hendaknya lebih meningkatkan motivasi pada siswa untuk
belajar secara mandiri dalam arti mereka dapat mempergunakan
pengetahuan dasar yang telah mereka miliki dalam belajar agar mereka
bisa memperoleh pengetahuan secara cepat dan tepat, karena dengan
hal ini akan mempermudah mereka dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Talking Stick.
c. Bagi sekolah SMPN 1 Singosari Malang
Bagi SMPN 1 Singosari Malangagar perlu menyediakan sarana dan
prasarana yang lengkap untuk mendukung efektifitas penerapan
pembelajaran inovatif metode Talking Stick, seperti memperhatikan
keadaan siswa dengan menyediakan bahan ajar, lembar kegiatan siswa
(LKS), dan buku pegangan yang harus dimiliki siswa agar mereka
dapat belajar dengan baik, tidak hanya mengandalkan catatan yang
setiap kali pertemuan ditulis dipapan tulis.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka
diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk membahas lebih jelas
tentang efektivitas penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick
dalam mata pelajaran IPS terpadu untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa

115
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. 2007. Psikologi Kenabian. Yaogyakarta: Pustaka
Al Furqon.

Ahmadi Abu, 1993. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: C.V Aneka,

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
B. Uno Hamzah. 2007. Model pembelajaran, J akarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 1993. Al Quran dan Terjemahannya. Proyek dan
Penggandaan Kitab Suci Al Quran. J akarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. J akarta: Rineka Cipta.
Hanafian Nanang dan Cucu Suhana, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran,
Bandung: PT Refika Aditama.

http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5
mei 2010) pukul 13.00 WIB
Ilwan, Moch. 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif Lerning)
Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan
Kemandirian Belajar Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran
pada Siswa Kelas X APK SMK PGRI 6 Malang. Skripsi tidak
diterbitkan: Fakultas Ekonomi.
Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. J akarta: Remaja Rosdakarya.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode dan Tehnik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama.
Posted on by kiranawati,wiki pedia.Com. Diakses 3 J anuari 2010
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar. J akarta: Rajawali Press.
Syaiful Sagala , 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,
Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo, Masmedia Buana
Pustaka,

115
116
Station F. Thomas. 1978. Cara Belajar Dengan Hasil yang Baik, Bandung: C.V
Diponegoro
Thonthowi Ahmad,----- Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, Tt,
Rahmawati, Ika, 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif
Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ekonomi.
Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. J akarta: Rineka Cipta
Wahab Abdul Aziz, Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung: 2008,
Alfabeta.

Wahidmurni dan Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: UIN press.
Winkel, W.S, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wina Sanjaya, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. J akarta: Kencana prenada
Media group.









Lampiran 1
BUKTI KONSULTASI

Nama : Irfatul Aini
NIM / Jurusan : 0630022 / Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui
metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII di
SMPN 1 Singosari Malang

Dosen Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M.Pd
No Tanggal Hal Yang Dikonsultasikan Tanda Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
19Maret 2010
24 Maret 2010
7 Mei 2010
10 Mei 2010
20 Mei 2010
22 Mei 2010
2 Juni 2010
4 Juni 2010
18 Juni 2010
12 Juli 2010
16 Juli 2010
Konsultasi proposal
Konsultasi Bab I, II dan III
Revisi Bab I, II dan III
Konsultasi Bab I, II, dan III
Revisi Bab I, II, dan III
Konsultasi Bab IV, V,dan VI
Revisi Bab IV, V, dan VI
Konsultasi Bab V, dan IV
Revisi Bab V, dan IV
Konsultasi Bab V, dan IV
ACC keseluruhan
1..............
2. ..............
3...............
4. ..............
5. ..............
6. ..............
7. ............
8. ..............
9. ............
10. ............
11. ..........


Malang, 15 Juli 2010
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah




Dr.H.M.Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001


Lampiran 4

PEDOMAN INSTRUMEN PENELITIAN

Pedoman intrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

A. Intrumen observasi
1. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang
2. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang
3. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar
mengajar di SMPN 1 Singosari Malang
4. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu
B. Instrumen wawancara
1. Program-program yang disusun oleh wakil kepala sekolah bagian
kurikulum dan Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan
Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar.
2. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar
Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu kelas VII-H di SMPN 1 Singosari.
3. Data-data mengenai aktivitas siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari
Malang
C. Instrumen dokumentasi
1. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang
2. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1
Singosari Malang
3. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang
120
4. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari
5. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari
6. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari
7. Data-data program SMPN 1 Singosari Malang





















Lampiran 5
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi diadakan dengan maksud mengarahkan kegiatan para
anggota organisasi untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
kewenangan, serta menghindari ketumpang tindihan dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut. Adapun struktur organisasi pada SMPN 1 Singosari Malang tahun
pelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
Adapun struktur organisasi SMPN 1 Singosari Malang adalah sebagai
berikut:

Struktur Organisasi
SMPN 1 Singosari Malang













Gambar 1. Struktur Organisasi SMPN 1 Singosari Malang
(Sumber: SMPN 1 Singosari Malang Tahun 2010)
Kepala sekolah
Sapto Suparjatmo, S. Pd
Komite Sekolah
Drs, K. Hadisriono, SH

KORLAKBID
Kesiswaan
Arif Nurcahyo,
SE, S, Pd
KORLAK
BID Sapras
Drs. Trisno
Djunaidi
KORLAKBID
Kurikilum
Nanik Suliani,
S. Pd
Tim
Pengembang
Drs. A.
Muzakkin, M.
Ag
Drs. Budi
Irianto
Kanti S, S. Pd
KORLAK
BID
Humas
Winarni
Ds, S. Pd
Peserta Didik
Guru dan Karyawan
Wakil Kepala sekolah
Endik Yulianto, S. Pd
K.A TAUS
Aning Krisya W.
122
3. Keadaan kurikulum
Membantu Kepala Sekolah dalam hal :
a. Mengkoordinir penyusunan dan pelaksanaan kurikulum sekolah
(KTSP) . Menyusun pembagian tugas mengajar dan jadwal pelajaran .
b. Menyiapkan dan atau membuat kelengkapan administrasi pelaksanaan
KTSP .
c. Megkoordinir pelaksanaan kegiatan MGMPS .
d. Menyusun program pelaksanaan evaluasi belajar (Ulng. Harian , UTS,
UAS, UKK, ujian dan Remidial)
e. Merencanakan kegiatan untuk pengembangan mutu akademis di
sekolah .
f. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan
pengembangan SNP,khususnya :
g. Standar : isi , proses , kompetensi lulusan , dan penilaian pendidikan .
h. Mengadministrasikan /mengarsipkan semua pelaksanaan kegiatan
kurikulum sekolah .
i. Mengatur ketertiban / kelancaran pelaksanaan PBM .
j. Mengkoordinir lain-lain kegiatan yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah.
k. Menyusun laporan kegiatan kurikulum secara berkala .



4. Keadaan keuangan
a. Sumber Pendanaan 2009 2010
Belanja Pegawai : Rp.1.907.842.800,-
BOS (895 x 12 x RP.47.500,0) : Rp. 510.150.000,-
Block Grant RSBI : Rp. 300.000.000,-
Iuran Bulanan : Rp.1.000.750.000,-
Iuran Insidentil Kl.7 : Rp. 336.000.000,-
Jumlah : Rp.4.084.742.800,-

b. Biaya Operasional Sekolahyang Ideal
Sklh Potensial : Rp 2 Juta/Siswa/Thn
= Rp. 166.666,-/Siswa/Bln
Skl SSN : Rp.3 Juta/Siswa/Thn
= Rp.250.000,- / Siswa / Bln
Sklh RSBI : Rp.5 Juta / Siswa / Thn
= Rp. 416.666,- / Siswa / Bln
(* Buku Panduan Pelaksanaan RSBI SMP)

5. Sarana dan Prasarana
Membantu Kepala Sekolah dalam :
a. Mengkoordinir penyusunan kebutuhan sarpras sekolah menjelang awal
tahun pelajaran .
b. Mengkoordinir pendayagunaan sarana prasarana sekolah serta
perijinan penggunaan sarana prasarana sekolah
+
c. Mongkoordinir pelaksanaan inventarisasi sarana prasarana sekolah .
d. Mengkoordinir pelaksanaan perawatan , perbaikan , serta penghapusan
barang inventaris sekolah .
e. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan
pengembangan SNP , khususnya standar pngmbng`an sarpras
f. Menyusun laporan pelaksanaan urusan
g. sarana prasarana secara berkala
Tabel 2. Sarana dan Prasarana berdasarkan Lokasi dan Fungsinya
No LOKASI ATAU RUANG FUNGSI
1 26 Ruang Kelas (Ruang
Belajar)
Untuk Proses Belajar Mengajar
2 2 Lokasi Kelas 1 untuk lab. IPA dan 1 untuk Ketrampilan
3 1 Ruang Kantor & 1 Ruang
Kepala Sekolah
Kegiatan Ketatausahaan & Kepala Madrasah
4 2 Ruang Guru 1 Ruang untuk guru Putri
1 Ruang untuk guru Putra
5 1 Ruang BP dan UKS Untuk Konsultasi/ Pelayanan Kesehatan Siswa
6 1 Ruang OSIS Untuk Kegiatan OSIS
7 1 Ruang Mushola Sholat untuk Bapak/ Ibu Guru
8 1 Ruang Kopsis Jual Beli Perlengakapan Sekolah
9 1 Ruang Olah Raga Penampungan alat Olah Raga
10 2 Gudang 1 alat dan 1 alat untuk alat pendidikan
11 1 Dapur Untuk masak air
12 1 Ruang Pentas Untuk Pentas/ untuk Pleno/ Ketrampilan
13 2 Tempat sepeda motor/ Mobil Untuk Guru
14 1 Petak tempat sepeda motor Untuk Sepeda motor
15 1 Ruang Komputer Untuk pelajaran TIK
16 1 Aula Untuk Pertemuan
17 1 Ruang Lab. Bahasa Untuk Praktek Bahasa
18 3 Kantin 1 gedung bangunan dan 2 petak kantin
Sumber Data: Dokumentasi SMPN 1 Singosari, 2010
GURU DAN PEGAWAI SMPN 1 SINGOSARI
TAHUN 2010
A. GURU
No NAMA TUGAS
1 Dra. Hj. Istuti Mamik, M. Ag Bim. Konseling
2 Drs. Moh. Taufik Matematika
3 Winarto, S. Pd IPA Biologi
4 Minuril Hidyati, S.Pd Matematika
5 Masudi, M.Ed B.Inggris
6 Dwi Siwi Andari, S.Pd IPA Biologi
7 Drs. Supandri Penjaskes
8 Erna Murjanti, S.Pd Matematika
9 Drs. Sutrisno Matematika
10 Rimayanti, S.Pd Bahasa Indonesia
11 M. Syaifuddin, S.Pd Bahasa Inggris
12 Ratna Hidayati, M.Ed Bahasa Inggris
13 Sutirjo. M.Pd IPA Biologi
14 Ruchoyyati, BA Aqidah Akhlak
15 Emy Widayatsih, S.Pd Bahasa Indonesia
16 Drs. Mujtahid Matematika
17 Dra. Cahyowatin Matematika
18 Nuril Anwar, S.Pd Bahasa Indonesia
19 Dra. Hanik Fauziah Bahasa Inggris
20 Dra. Siti Hajar Matematika
21 Dra. Titin Sumartini Bahasa Inggris
22 Dra. Tri Sulasmi W Matematika
23 Fitri Hari Jatmiko, S.Ag Bahasa Inggris
24 Siti Fatimah IPA Fisika
25 Ahmad Budi Leksono, S.Pd Bahasa Inggris
26 Dra. Fonny Anawati, M.Pd Bim. Konseling
27 Dra. Hairiyah PAI
28 Ahmad Maksun, S.Pd Penjaskes
29 Handri Setiawan, S.Pd IPS
30 Mokh. Amin Thohari, S.Ag PAI
31 Yuyus Robentien, S.Pd Bahasa Indonesia
32 Ana Fikhrotus Zakiyah, SP IPA
33 Moch. Sholehudin, S.Pd Bahasa Arab
34 Lailatul Chusniah, S.Pd IPS



B. GURU TIDAK TETAP
No NAMA TUGAS
1 M. Yusuf, S.Pd Penjaskes
2 Drs. Sarsono Bahasa Indonesia
3 Sumiati Sudjono, S.Pd IPS Ekop
4 Aries Yulianto, S.Pd IPS Geografi
5 Anna Tri Rusmianti PPKn
6 Mujiono Aqidah Akhlak
7 Indah Kurniawati, S.Ag Fiqh
8 M. Kholis Widodo IPA Fisika
9 Siti Nurul Fitriani, S.Ag Bahasa Arab
10 Munifatunnufus, S.Ag Bahasa Arab
11 Ira Kristina, S.Pd PPKn
12 Drs. M. Ibrahim Fiqh
13 Miftahurrohman, S.S Sejarah
14 Faruq Baharudin, S.S SKI
15 Lukman Hakim, S.Pd Bahasa Arab
16 Umargiono, S.Pd Sejarah
17 Luluk Huriroh, S.Pd IPA Fisika
18 Shohib, S.Pd IPA Fisika
19 Saiful Bahri A. S.Pd IPS Sejarah
20 Enita D. S.P Computer
21 Pariati Hidayat, S.Psi Bim. Koseling
22 Iip Rudi Ripai, M.Hum Kesenian
23 Zulfiki, S.Pd Bahasa Indonesia
24 Denok Purwaningsih, S.Pd Penjaskes

TATA USAHA
No
NAMA
TUGAS
1 Dra. Uswatun Hasanah Ka. Tata Usaha
2 Suwardi Pengadministrasi Umum
3 Heru Cahyono Pengadministrasi Kepegawaian
4 Karmilawati Pengadministrasi Kesiswaan

PERPUSTAKAAN
No NAMA TUGAS
1 Diah Muji Rahayu, S.Sos Perpustakaan


KEBERSIHAN
NO NAMA TUGAS
1 Djoned Koor. Kebersihan
2 Hariyono Kebersihan
3 Rudianto Kebersihan
4 Nyoto Hadi Kebersihan
5 Hadi Wiyono Kebersihan
6 Prihantono Kebersihan
7 Sunarto Kebersihan
8 Misni Kebersihan
9 Cahyo Widodo Kebersihan

SATPAM
NO NAMA TUGAS
1 Moh. Toha Satpam
2 Supratono Satpam
3 Suharno Satpam

KOPERASI
NO
NAMA TUGAS
1 Elis Mufida Staf Koperasi
2 Fatimatuzzahro Staf Koperasi
3 Endang Sulistiyani Staf Koperasi
4 Sri Lestari Staf Koperasi
















Lampiran 6
Penilaian Proses SIKLUS 1
Hari /Tanggal : Jumat, 18 Februari 2010
Kelas : VII-H
Sub Pokok Bahasan : kondisi geografis penduduk
Observer : Sri Wahyuni
TALKING STICK
No
NO.
INDUK
Nama
Aspek penilaain
Skor
Nilai

keaktifan Menjawab
A B C A B C
1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 8 80
2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80
3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70
4 13858 Aris Al Imron v v 8 80
5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80
6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80
7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100
8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80
9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80
10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 7 70
11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80
12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 7 70
13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80
14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100
15 13869 Almistika hasanah v v 8 80
16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100
17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70
18 13872 Choirum ayun v v 8 80
19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 7 70
20 13874 Esti widianti v v 8 80
21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80
22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100
23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0
24 13878 Linda rahmawati v v 7 70
25 13879 Meta novita v v 8 80
26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100
27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80
28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 7 70
29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 7 70
30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80
31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80
32 13886 Silvia shinta irmawati v v 7 70
33 13887 Widiana tri astutik v v 8 80
34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100

Keterangan skor dalam point keaktifan
A. Sangat aktif skor 5
B. Cukup aktif skor 3
C. Kurang aktif skor 2
Keterangan skor dalam poin menjawab
A. Tepat skor 5
B. Cukup tepat skor 3
C. Kurang tepat skor 2

Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:




































NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)
Lampiran 7
PENILAIAN Proses SIKLUS 2
Hari /Tanggal : Jumat, 4 Maret 2010
Kelas : VII-H
Sub Pokok Bahasan : Atmosfer dan hidrosfer
Observer : Sri Wahyuni
TALKING STICK
No
NO.
INDUK
Nama
Aspek penilaain
Skor
Nilai

keaktifan Menjawab
A B C A B C
1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 7 70
2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80
3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70
4 13858 Aris Al Imron v v 8 80
5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80
6 13860 Fahrizal maulan v v 7 70
7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100
8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80
9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80
10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 8 80
11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80
12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100
13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80
14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100
15 13869 Almistika hasanah v v 8 80
16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100
17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70
18 13872 Choirum ayun v v 8 80
19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100
20 13874 Esti widianti v v 8 80
21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80
22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100
23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0
24 13878 Linda rahmawati v v 10 100
25 13879 Meta novita v v 8 80
26 13880 Meyliva ella radika v v 7 70
27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80
28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100
29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100
30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80
31 13885 Rifky anindita yusan v v 7 70
32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80
33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100
34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 7 70

Keterangan skor dalam point keaktifan
D. Sangat aktif skor 5
E. Cukup aktif skor 3
F. Kurang aktif skor 2
Keterangan skor dalam poin menjawab
D. Tepat skor 5
E. Cukup tepat skor 3
F. Kurang tepat skor 2
Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:





































NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)
Lampiran 8
PENILAIAN Proses SIKLUS 3
Hari /Tanggal : Jumat, 11 Maret 2010
Kelas : VII-H
Sub Pokok Bahasan : Perkmbngan masyrakat, kebudyaan masa
Hindu-Budha
Observer : Sri Wahyuni
TALKING STICK
No
NO.
INDUK
Nama
Aspek penilaain
Skor
Nilai

keaktifan Menjawab
A B C A B C
1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 10 100
2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80
3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 10 100
4 13858 Aris Al Imron v v 8 80
5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80
6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80
7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100
8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80
9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80
10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 10 100
11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80
12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100
13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80
14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100
15 13869 Almistika hasanah v v 8 80
16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100
17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 10 100
18 13872 Choirum ayun v v 8 80
19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100
20 13874 Esti widianti v v 8 80
21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80
22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100
23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0
24 13878 Linda rahmawati v v 10 100
25 13879 Meta novita v v 8 80
26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100
27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80
28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100
29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100
30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80
31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80
32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80
33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100
34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100
Keterangan skor dalam point keaktifan
G. Sangat aktif skor 5
H. Cukup aktif skor 3
I. Kurang aktif skor 2
Keterangan skor dalam poin menjawab
G. Tepat skor 5
H. Cukup tepat skor 3
I. Kurang tepat skor 2

Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu




































NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)
Lampiran 9

REKAP NILAI KELAS VII-H TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nomor
Nama siswa
L
/
P
Penilaian
Ur
ut
Induk
Pre
test
Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
Rata-
rata
1 13855 Achmad taufik .F L 89 80 70 100 59.75
2 13856 Agung Zainul Maliki L 89 80 80 80 62.25
3 13857 Anang Teguh Nuryadi L 86 70 70 100 56.5
4 13858 Aris Al Imron L 89 80 80 80 62.25
5 13859 Brian Aditya nur Moch L 88 80 80 80 82.66
6 13860 Fahrizal maulan L 82 80 70 80 77.33
7 13861 Galih Purwa Guntara L 81 100 100 100 93.66
8 13862 Imam Abdul Rchim L 84 80 80 80 81.33
9 13863 M. Moreno Kelana L 83 80 80 80 81
10 13864 Moch. Dicky firmansyah L 90 70 80 100 80
11 13865 Moch. An'im choiruddin L i 80 80 80 53.33
12 13866 Rahmat hamidi shaleh L 91 70 100 100 87
13 13867 Teo destario dwi anoraga L 94 80 80 80 84.66
14 13868 Yoga rhamadan L 94 100 100 100 98
15 13869 Almistika hasanah P 86 80 80 80 82
16 13870 Alvinda ayu kartika sari P 84 100 100 100 94.66
17 13871 ayunda zakiana rizanti P 80 70 70 100 73.33
18 13872 Choirum ayun P 85 80 80 80 81.66
19 13873 Devinta setyaningtyas A P 89 70 100 100 86.33
20 13874 Esti widianti P 80 80 80 80 80
21 13875 Imtias Nisa ramadhani P i 80 80 80 53.33
22 13876 Jannatul firdaus ahla P 80 100 100 100 93.33
23 13877 Katrin rengga resistyaning P 83 0 0 0 27.66
24 13878 Linda rahmawati P 73 70 100 100 81
25 13879 Meta novita P 86 80 80 80 82
26 13880 Meyliva ella radika P 87 100 70 100 85.66
27 13881 Michibbatul Mufidah P 66 80 80 80 75.33
28 13882 Nabilah Fairuz bilqis P 87 70 100 100 85.66
29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana P 81 70 100 100 83.66
30 13884 Octa fitri mu'azizah P 89 80 80 80 83
31 13885 Rifky anindita yusan P 84 80 70 80 78
32 13886 Silvia shinta irmawati P 88 70 80 80 79.33
33 13887 Widiana tri astutik P 87 80 100 100 89
34 13888 Zulfina fahrun nisa P i 100 70 100 56.66
Jumlah rata-rata 77.5 78.52 81.47 87.05 76.80



Lk :20
Pr :14
Jumlah :34
Singosari, 27 Maret 2010




Drs. H. Darsono
Lampiran 10
DATA OBSERVASI AKTIVITAS
PRE TEST
NO VARIABEL
SUB
VARIABEL
INDIKATOR
NILAI
4 3 2 1
1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk
melaksanakan tugas
yang diberikan
- Bersemangat terhadap
tugas yang dikerjakan

2


2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu
melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan
minatnya
- Tergerak untuk selalu
belajar



2
1
- Rangsangan - Melakukan sesuatu
karena ada rangsangan
- Terangsang untuk
mewujudkan
keinginannya
2







1
- Keinginan - Keinginan untuk selalu
menghilangkan
kemalasan
- Mempunyai keinginan
yang kuat terhadap
sesuatu
- Mempunyai rasa
senang terhadap
pelajaran



2


2
1
- Semangat - Mengikuti KBM
dengan senang
- Mengerjakan tugas sesuai
petunjuk guru
- Tidak merasa jenuh
dengan pelajaran
2



2



1
- Rasa ingin
tahu
- Bertanya untuk mencari
tahu
- Selalu merasa
penasaran
2

2

Jumlah 20 4
Jumlah 24
Keterangan : 4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
DATA OBSERVASI AKTIVITAS
SIKLIS I
NO VARIABEL
SUB
VARIABEL
INDIKATOR
NILAI
4 3 2 1
1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk
melaksanakan tugas
yang diberikan
- Bersemangat terhadap
tugas yang dikerjakan

2


2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu
melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan
minatnya
- Tergerak untuk selalu
belajar




3



1
- Rangsangan - Melakukan sesuatu
karena ada rangsangan
- Terangsang untuk
mewujudkan
keinginannya
2







1
- Keinginan - Keinginan untuk selalu
menghilangkan
kemalasan
- Mempunyai keinginan
yang kuat terhadap
sesuatu
- Mempunyai rasa
senang terhadap
pelajaran
4


2









1
- Semangat - Semangat siswa pada saat
permainan dilaksanakan
- Partisipasi siswa saat
permainan berlangsung
- Selalu Tidak kenal
malas




2

1

1
- Rasa ingin
tahu
- Bertanya untuk mencari
tahu
- Selalu merasa
penasaran
2



1
Jumlah 4 3 12 6
Jumlah 25
Keterangan : 4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang

DATA OBSERVASI AKTIVITAS
SIKLUS II
NO VARIABEL
SUB
VARIABEL
INDIKATOR
NILAI
4 3 2 1
1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk
melaksanakan tugas
yang diberikan
- Bersemangat terhadap
tugas yang dikerjakan

2


2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu
melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan
minatnya
- Tergerak untuk selalu
belajar



2
1
- Rangsangan - Melakukan sesuatu
karena ada rangsangan
- Terangsang untuk
mewujudkan
keinginannya
2







1
- Keinginan - Keinginan untuk selalu
menghilangkan
kemalasan
- Mempunyai keinginan
yang kuat terhadap
sesuatu
- Mempunyai rasa
senang terhadap
pelajaran
4


4
2






- Semangat - Semangat siswa pada saat
permainan dilaksanakan
- Partisipasi siswa saat
permainan berlangsung
- Selalu Tidak kenal
malas
2



2



1
- Rasa ingin
tahu
- Bertanya untuk mencari
tahu
- Selalu merasa
penasaran
3 2


Jumlah 8 3 16 3
Jumlah 31
Keterangan : 4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang

DATA OBSERVASI AKTIVITAS
SIKLUS III
NO VARIABEL
SUB
VARIABEL
INDIKATOR
NILAI
4 3 2 1
1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk
melaksanakan tugas
yang diberikan
- Bersemangat terhadap
tugas yang dikerjakan



4

2




- Penggerak - Tergerak untuk selalu
melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan
minatnya
- Tergerak untuk selalu
belajar
3


2

- Rangsangan - Melakukan sesuatu
karena ada rangsangan
- Terangsang untuk
mewujudkan
keinginannya




3
2








- Keinginan - Keinginan untuk selalu
menghilangkan
kemalasan
- Mempunyai keinginan
yang kuat terhadap
sesuatu
- Mempunyai rasa
senang terhadap
pelajaran



2


2
1
- Semangat - - Semangat siswa pada
saat permainan
dilaksanakan
- Partisipasi siswa saat
permainan berlangsung
- Selalu Tidak kenal
malas
2



2



1
- Rasa ingin
tahu
- Bertanya untuk mencari
tahu
- Selalu merasa
penasaran
4

4



Jumlah 16 6 12 2
Jumlah 36
Keterangan : 4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
Data pehitungan dengan Rumus:

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate


a. AKTIVITAS BELAJAR

1. Pada siklus I

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 25 24 x 100
24

= 4,1%


2. Pada siklus II

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 31 28 x 100
28

= 10,71%


3. Pada silkus III


Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 36 31 x 100
31

= 16,12%


b. TALKING STICK

1. Pada siklus I

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 78,5 77,5 x 100
77,5

= 1,29%

2. Pada siklus II

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 81,4 78,5 x 100
78,5

= 3,69%


3. Pada siklus III

Post rate Base rate
P = x 100 %
Base rate

= 87 81.4 x 100
81,4

= 6,87%











Lampiran 11
Dokumentasi
A. Proses belajar mengajar

Gambar 1. 1 Proses belajar mengajar

Gambar 1. 2 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 1. 3 Saat guru memberikan pengarahan pasa siswa

Gambar 1.4 siswa belajar kelompok

Gambar 1. 5 siswa menjawab pertanyaan dari guru


Gambar 1. 6 Saat pelemparan Talking stick



Gambar 1. 7 Saat sisiwa mendapat pertanyaan dari guru


Gambar 1. 8 Metode talking stick

Gambar 1. 9 Saat siswa presentasi depan kelas

Gambar 1.10 Foto bersama siswa-siswa VII-H SMPN 1 Singosari Malang




B. Bangunan sekolah

Gambar 2. 1 Bangunan dari luar

GAMBAR 2. 2 Kantin sekolah kantin kejujuran



Gambar 2. 3 Lapangan basket


Gambar 2. 3 Bangunan tampak dari dalam sekolah




Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irfatul Aini
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 01Mei 1987
Alamat Rumah : Desa Sipring RT 01
RW 02 Pagelaran,
Malang
Alamat Malang : Jln. Sunan Drajat No.
9 Malang.
Telp : Rumah (0341)877153
Hp. 085815188738

GRADUASI PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-kanak (TK) Hidayatul Mubtadiin Sipring I Tahun 1993-1994
2. MI Hidayatul Mubtadiin Sipring Tahun 1994-2000
3. MTs.Khairuddin Gondanglegi 2000-2003
4. MA. Khairuddin Gondanglegi Tahun 2003-2006
5. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2006-
2010

Anda mungkin juga menyukai