MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI
SKRIPSI
Oleh: IRFATUL AINI NIM: 06130022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI
SKRIPSI Diajukan untuk Menyusun Skripsi pada Program Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Oleh: IRFATUL AINI NIM: 06130022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI
SKRIPSI
Oleh: Irfatul Aini NIM: 06130022
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing
Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002
Tanggal, 15 Juli 2010
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs. Muhammad Yunus, M. Si. NIP. 196903241996031 002
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI
SKRIPSI dipertahankan dan disusun oleh Irfatul Aini (06130022) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 Juli 2010 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd) pada tanggal : 30 Juli 2010
Panitia Penguji Tanda Tangan Ketua Sidang M. Walid. MA NIP.197308232000031 002
________________________ Sekertaris Sidang Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002
________________________
Pembimbing Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002
________________________ Penguji utama Drs. H. M. Padil M. Pdi NIP.196512051994031 003
________________________ Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang
Dr. H.M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001 MOTTO MOTTO MOTTO MOTTO
... !# %!# ## 3 %!# #?& =9# ;M_ 4 !# $/ =? 7z
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah (58): 11).
Dengan ketulusan dan kerendahan hati ku persembahkan karya ini Untuk sepasang mutiara hati yang memancarkan cinta kasih yang tak pernah usai, yang selalu mengasihiku setulus hati dan sesuci doa (ayahku Mianto dan Ibuku Ulwiyah) Restumu yang slalu menyertai setiap langkahku dari jerih payahmu kesuksesanku berasal, demi meniti masa depan.
Adik Q(Lailatul sikrillah) yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Mas Q (M. Zaenal Arifin) Yang selalu setia dan memberi motivasi
Bapak dan Ibu Dosen yang telah mencurahkan segenap ilmunya
Temen-temenku seangkatan Tarbiyah IPS 2006 thanks to All yang selama studi dalam suka & duka Sahabat-sahabat-Ku {Meca, Re2, Ria, Ina, Vida, Dwi, dan Nurul} Dr. H. Nur Ali, M. Pd Pembantu Dekan bidang Akademik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Irfatul Aini Malang, 15 Juli 2010 Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang Assalamu'alaikum Wr.Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini : Nama : Irfatil Aini NIM : 06130022 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII di SMPN 1 Singosari Malang . Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.19650403199803100
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain., kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 15 Juli 2010
Irfatul Aini 06130022
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf = a = z = q = b = s = k = t = sy = l = ts = Sh = m = j = dl = n = h = th = w = kh = zh = , = d = = y = dz = gh
= r = f
B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang = a = aw Vokal (i) panjang = = ay Vokal (u) panjang = = =
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Pujian berlimpah hanya diperuntukkan kepada-Mu, wahai Tuhan kami. Memang itulah yang layak bagi keagungan dan kebesaran kekuasaan-Mu. Ya Allah, senantiasa kami haturkan puji dan syukur kehadirat-Mu. Di sisi-Mu terdapat kunci-kunci rahasia ghaib dan takdir yang tiada mengetahuinya selain Engkau. Shalawat dan kesejahteraan dari-Mu, selalu penulis haturkan untuk Nabi Muhammad SAW, hamba, dan utusan-Mu. Engkau mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam dan penuntun jalan bagi manusia semuanya. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada keluarga beliau, para sahabatnya, serta semua pengikut setianya sampai pada hari kiamat tiba. Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Talking stick dalam Meningkatkan aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang. Dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan terselesainya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak Mianto dan Ibu Imroatul Ulwiyah beserta adikku tercinta L. Sikrillah, yang telah memberikan semangat dan dukungan dananya serta telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, motivasi, dorongan kepada penulis dalam menempuh kuliah dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Yunus, M. Si selaku Ketua Jurusan pendidikan IPS Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Bapak Dr. H. Nur Ali, M. Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan. 6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya dosen Fakutas Tarbiyah yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi di kampus tercinta ini. 7. Bapak Sapto Suparjatmo S. Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Singosari Malang yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Segenap dewan guru dan karyawan di SMPN 1 Singosari Malang yang turut membantu lancarnya skripsi. 9. Mas Zaenal tunanganku, yang setia serta dukungan dan motivasinya. 10. Seluruh keluarga besarku, Mbah Parda, Mbah Sun, P. Fauzan dan Ibu Imamah, Mas Apip, serta teman-teman ku Tony, Duja, Q-cem, Anam, Ana n Iwan terima kasih atas suportnya. 11. Seluruh siswa dan siswi SMPN 1 Singosari Malang terutama kelas VII H yang telah ikut membantu penulis dalam penelitian. 12. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya penulisan skripsi ini khususnya teman-teman Jurusan pendidikan IPS Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempunaan, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Malang, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... vii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ viii HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii ABSTRAK ..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 E. Batasan Masalah ........................................................................... 8 F. Penegasan Judul ........................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar ........................................................................ 10 1. Belajar ..................................................................................... 10 2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Belajar .......................................... 13 3. Teori belajar ........................................................................... 15 4. Tujuan belajar ......................................................................... 26 5. Tipe-tipe belajar ....................................................................... 28 6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................................ 31 B. Pengertian model pembelajaran Inovatif ....................................... 34 1. Prinsip pembelajaran Inovatif ................................................... 38 2. Keberanian guru dalam Berinovasi .......................................... 42 C. Metode Talking stick .................................................................... 44 1. Pengertian metode talking stick ................................................ 44 2. Langkah-langkah dalam pembelajaran metode talking stick ..... 44 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Talking stick ...................... 45 D. Pengertian aktivitas belajar siswa .................................................. 46 1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar siswa ..................................... 46 2. Jenis-jenis Aktivitas belajar ...................................................... 49 3. Azas Aktivitas Belajar .............................................................. 51 4. Belajar dalam Perspektif Islam ................................................. 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 55 B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 58 C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 59 D. Data dan Sumber data ................................................................... 59 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 60 F. Teknik Analisis Data .................................................................... 64 G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Objek ................................................................... 67 1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari Malang .................................................................................... 67 2. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Singosari .................................... 68 3. Visi, Misi SMPN 1 Singosari .................................................. 70 B. Penyajian dan Analisis Data.......................................................... 71 1. Paparan Data Sebelum Tindakan .............................................. 71 2. Siklus Pertama ......................................................................... 73 3. Siklus Kedua ............................................................................ 83 4. Siklus Ketiga ............................................................................ 89
BAB V PEMBAHASAN A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran ........... 101 B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran .............................. 103 C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick ................................... 103 D. Pemberian Tugas ......................................................................... 104
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 112 B. Saran ............................................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Proses pembelajaran Metode Talking Stick ................................. 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bukti Konsultasi Lampiran 2 : Surat izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian Dari SMPN 1 Singosari Malang Lampiran 4 : Pedoman Observasi dan Dokumentasi Lampiran 5 : Struktur organisasi, keadaan kurikulum. Keadaan keuangan, dan sarana prasarana Lampiran 6 : Nilai Proses Talking stick siklus I Lampiran 7 : Nilai Proses Talking stick siklus II Lampiran 8 : Nilai Proses Talking stick siklus III Lampiran 9 : Nilai Rata-Rata siswa Lampiran 10 : Data observasi aktivitas Lampiran 11 : Studi Dokumenter Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 13 : RPP
ABSTRAK
Aini, Irfatul 2010. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar sisiwa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMPN 1 Singosari Malang . Skripsi, Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M, Pd.
Kata Kunci : Pembelajaran Inovatif, Metode Talking Stick, Aktivitas Belajar,
Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilkukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Berangkat dari permasalahan di atas maka secara umum dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari? Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPSkelas VII SMPN 1 Singosari? Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari. Penelitian ini dilaksanakan di kota Malang, tepatnya di SMPN 1 Singosari. Penelitian ini merupakan PTK. Tahap penelitian berupa siklus yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi; pengukuran tes hasil belajar; dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa penerapan metode Talking stick dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa . Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.ini terbukti Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%.
ABSTRACT
Aini, Irfatul, 2010. Application of Innovative Instruction Model By Means Of the Talking Stick Method To Improve the Students Learning Activity On the Integrated Social Studies Subject Matter of VII th Grade of the State Junior High School 1 of Singosari Malang. Minithesis, Study Program of Economics, Department of Social Study Education, Faculty of Tarbiyah, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University (UIN) of Malang. Counselor: Dr. H. Nur Ali, M.Pd.
All this time, the instruction process, we saw that it still adhere the conventional instruction model, namely the instruction process concentrated on the teacher and during the time also the students abilities to be active in the instruction process and the independence in learning would not visible. The conventional instruction assumed that teacher is the only learning source regarded as knowledgeable. This case confirmed by the result of observation has been conducted by the researcher before made the research, and it was proven that when the lesson started many students chatted each other and it so looked that they felt bore with the method was performed by the Social Studies subject matter teacher. This case was presumed would influence the students learning activities in the classroom. Departed from the problems above then it was generally formulated in this research namely: Is the planning process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method on the Social Studies subject matter of VII th
grade of the State Junior High School 1 of Singosari? Is the implementation process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method to improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of VII th grade of the State Junior High School 1 of Singosari? The assessment process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method is to improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of VII th grade of the State Junior High School 1 of Singosari. This research was implemented in Malang city, exactly at the State Junior High School 1 of Singosari. This research was the PTK (class action research). The research phases were in the form of cycles involving: planning, implementation, observation, and reflection. Data gathering techniques used were observation, learning outcomes test measuring, and documentation. Based on the results of research has been implemented it could be concluded that the application of Talking Stick method can increase the students learning activities. From the results of this research it indicated that the Talking Stick method can increase the students learning activities particularly on the Social Studies subject matter. It was proven on cycle I that the student learning activities with the class average value of pretest as large as 24 increased to 25 or about 4.1%. While, on cycle II the students learning activities had the increase namely the class average value of pretest as large as 28 increased to 31 or about 10.71%, and while, on cycle III the students learning activities had the class average value increase of pretest as large as 31 increased to 36 or about 16.21%.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain. Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran, peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai. Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Rahmawati yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang, penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan Model Pembelajran Inovatif (innovatif Learning) Metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar siswa, berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 44.63% yang tergolong cukup dan Pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi sebesar 66.11% yang tergolong baik. Sedangkan dalam penelitian lain yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moch. Irwan, 2008, metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar mata pelajaran manajemen perkantoran pada siswa kelas x Apk SMK PGRI 6 Malang. berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan rata-rata sebesar 49.58% dengan kategori Cukup Baik, dari aspek yang diamati yakni aspek keaktifan siswa rata-rata sebesar 39.16%, aspek partisipasi siswa rata-rata sebesar 71.25%, dan aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas rata-rata sebesar 38.33% dan Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni sebesar 80.68% dengan kategori Sangat Baik, dari aspek yang diamati sama yakni aspek keaktifan siswa rata-rata sebesar 66.25%, aspek partisipasi siswa rata-rata sebesar 97.5%, dan aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas rata-rata sebesar 78.3%. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa pada siklus satu yakni dengan skor rata-rata 3.15 dengan kategori Baik, dan pada siklus II mengalami peningkatan yakni sebesar 4.6 dengan kategori Sangat Baik. Dari pernyataan di atas dapat di mengerti bahwa Fungsi dari penelitian terdahulu yang telah di paparkan di atas yakni untuk mmemperkuat judul serta sebagai bukti bahwasannya metode talking stik tepat untuk mengukur aktivitas belajar siswa.dan dalam kegiatan mengajar, untuk mencapai untuk mencapai shasil dan tujuan hasil yang diinginkan tanggung jawab yang di bebankan pada guru bagaimana harus mengatur dan mengelola kelas dan bagaimana memilih metode yang relevan dengan bahan materi yang di ajarkan. Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilkukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak dapat berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick sesuai dengan penerapan misi kurikulum tingkat satuan pandidikan (KTSP). Konsep pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick akan mendorong guru dan peserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran. Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Burton misalnya mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa teaching is the stimulation, guidance, direction and encouragement of learning. 1
SMPN 1 Singosari hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (Metode
1 Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, (Bandung : Alfabet, 2008) Hal. 6-7 Pembelajaran Konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitiandan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak menghafal maka peneliti menawarka diri untuk menerapkan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru mempunyai peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan sesuatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi. Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMPN 1 Singosari.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu : 1. Bagaimanakah Proses Perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari? 2. Bagaimanakah Proses Pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari? 3. Bagaimanakah Proses Penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN1 Singosari?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian khususnya adalah untuk Mendeskripsikan: 1. Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari. 2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPSkelas VII SMPN 1 Singosari. 3. Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan pemahaman dari hasil belajar pada seluruh mata pelajaran. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk: 1. Lembaga Dengan metode Talking stick ini akan menjadi bahan pertimbangan lembaga atau sekolah dalam menentukan yang lebih baik dalam proses belajar mengajar. 2. Guru Penggunaan metode Talking stick ini akan mempermudah para guru dalam mengaktifkan pembelajaran di kelas. 3. Siswa. Dengan metode Talking stick siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. 4. Peneliti Dengan metode Talking stick diharapkan menambah wawasan pengetahuan penulis, sebagai bahan untuk memperluas peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.
E. Batasan Masalah Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas serta dapat meng- arahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup sebagai berikut : 1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII-H pada Mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari Malang 2. Sasaran penelitian tindakan ini tertuju pada kegiatan penerapan model pembelajaran inovatif (innovatif Learning) metode Talking Stick 3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010 4. Penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII-H pada mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari Malang
F. Penegasan Judul Untuk menghindari keragu-raguan dalam penafsiran nyang berbeda maka penulis perlu memberikan penegasan istilah terkait dengan judul skripsi ini sebagai berikut : 1. Pembelajaran inovatif yaitu adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction) 2. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkatwajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. 2
3. Aktivitas berasal dari kata aktif yang berarti giat. Dalam bentuk kalimat, aktif diartikan sebagai suatu perbuatan. Jadi aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Proses aktivitas belajar harus melibatkan seluruh aspek psikifisis peseta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah dan benar.
2 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah .Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama Hal 134-135 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar 1. Belajar Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya belajar dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau sekurang- kurangnya ia terus belajar meskipun sudah lulus sekolah. Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan dan mengembangkan dirinya diera-globalisasi sekarang ini. Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Disini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada anak-anak diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. 3
Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswanya itu
3 Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, (Solo: C.V Aneka). Hal 20 sendiri, menurut Gagne (1948) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaaan- kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut rote learning. Kemudian jika yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri maka disebut overlearning. 4
Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi, sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri dalam membelajarkan peserta didiknya. 5 Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latiha baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiyah. Belajar bukanlah mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi didalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
4 Syaiful Sagala , Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003). Hal13 5 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,( Bandung:PT Refika Aditama, 2009), Hal. 5 perilaku. Aktivitas mental itu terjadi adanya interaksi individu dengan lingkungan yang didasari. 6
Menurut Skinner berpandangan bahwa Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gagne belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. 7 Sedangkan Winkel merumuskan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif, konstan dan berbekas. 8
Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman yang diulang-ulang yang bukan merupakan perkembangan respon pembawaan, bukan karena proses kematangan atau keadaan yang bersifat sementara. Dari beberapa definisi belajar di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang bisa dikatakan telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu:
6 Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group , 2008), Hal. 228-229 7 Dimyati dan Mudjiono.. Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal. 9-10 8 Winkel, W.S.. Psikologi Pengajaran., (Yogyakarta: Media Abadi, 2005.), Hal. 56 a. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya. b. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena kematangan dan kelelahan). c. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan. 2. Ciri-ciri dan Prinsip Belajar Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar antara lain: a. Pelaku: Siswa yang bertindak sebagai belajar dan pelajar b. Tujuan: Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup c. Proses: Internal pada diri pembelajar d. Tempat: Sembarang tempat e. Lama waktu: Sepanjang hayat f. Syarat terjadi: Motivasi belajar kuat g. Ukuran keberhasilan: Dapat memecahkan masalah h. Faedah: Bagi pelajar mempertinggi martabat pribadi i. Hasil: Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring. 9
Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai indivudu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut. Berbagai eksperiment dilakukan oleh beberapa ahli- ahli psikologi tentang proses belajar mengajar berhasil mengungkapkan serta menemukan sejumlah prinsip atau kaidah yang merupakan dasar-
9 Ibid. hal 2 dasar dalam melakukan proses dan mengajar atau pembelajaran, sehubungan dengan itu, ada berbagai prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli di bidang psikologi pendidikan, antara lain prinsip-prinsip belajar sebagai berikut ini: 10
a. Law of Effect yaitu bila hubungan stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka hubungan itu diperkua. sebaliknya jika hubungan itu diikuti dengan perasaan tidak menyenangkan, maka hubungan itu akan melamah. Jadi, hasil belajar akan diperkuat apabila menumbuhkan rasa senang atau puas (thorndike) b. Spread of Efeect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasaan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru c. Law of Exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latiha dan penguasaan. d. Law of Readiness yaitu bila dalam satu-satunya dalam sistem syaraf telah siap berkonsuksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubunganitu kan memuaskan. e. Law of Primacy yaitu hasil belajar yang di peroleh melalui kesan pertama, akan sulit digoyahkan f. Law of Intensity yaitu belajar memberi makana yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamais
10 Ibid. hal 53 g. Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah di ingat h. Fenomena kejenuhan yaitu suatu penyebab yang menjadi perhatian signifikan dalam pembelajaran i. Belongingness yaitu keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku. 11
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memilki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsipbelajar tersebut terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalamupaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip- prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu. 3. Teori Belajar Sejalan dengan perkembangan pola berfikir dan pengalaman manusia, aliran teori beajar mengalami perkembangan sehingga paradigma belajar ini mengalami pergeseran sudutpandang dari teori belajar ke teori belajar selanjutnya.
11 Saiful Sagala, op cit, hal 54-55 a. Teori Psikologi Daya (Formal Discipline) Teori ini memiliki beberapa pandangan dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1). Jiwa manusia terdiri atas berbagai daya, seperti daya ingat, pikir, mencipta, ingat, serta kemauan 2). Daya ini akan berfungsi jika telah terbentuk dan berkembang, oleh karena itu daya tersebut harus dilatih 3). Dalam teori ini yang terpenting adalah faktor pembentukannya. Oleh karena itu, psikologi daya bersifat normal. Maka, untuk mengembangkan daya ingat para siswa perlu diberi latihan menghafal fakta. Adapun untuk mengembangkan daya pikir maka siswa diberi hitungan yang sulit. b. Teori Psikologi Asosiasi Teori ini disebut juga S-R Bond Theory, yang memiliki pandangan sebagai berikut: 1). Hubungan Stimulus-Responde akan kuat jika di sertai dengan latihan. Latihan ini ditunjukkan untuk membentuk kebiasaan yang berjalan secara otomatis 2). Faktor materi ajar mendapat perhatian yang utama, oleh karena itu aliran ini disebut aliran matrealistis c. Teori Psikologi Organismic Teori ini memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu keseluruhan yang berstruktur yang saling berinteraksi. Adapun pandangan dari teori belajar ini sebagai berikut: 1). Prilaku individu timbul berkat interkasi antara individu dengan lingkungan 2). Individu berada dalam keseimbangan yang dinamis 3). Belajar lebih mengutamakan dari keseluruhan 4). Belajar di mulai dari keseluruhan 5). Belajar merupakan reorganisasi pengalaman Hasil belajar, meliputi semua aspek perilaku anak12 Berdasarkan dengan teori diatas maka dari itu, belajar merupakan prosses terbentukanya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya, melalui pengalaman pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Belajar sebagai proses akan terarah kepada tercapainya tujuan (gool oriented) dari pihak siswa maupun pihak guru. Secara garis besar ada tiga rumpun dari teori atau aliran-aliran teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori Disiplin Mental, teori Behaviorisme, dan teori Cognitive Gestalt-Filed . a. Teori Disiplin Mental Teori Disiplin Mental (Plato, Aris Toteles) menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Dalam mengajar siswa membaca misalnya, guru pengikut ini melatih, otot-otot mental siswa. Guru-guru ini mula-mula akan memberikan daftar kata-
12 Ibid. hal 7-8 kata yang diinginkannya dengan menggunakan kartu-kartu dimana tertulis tiap kata-kata itu. Selanjutnay mereka melatih siswa-siswi mereka, dan setiap hari diberi test, dan siswa-siswi yang belum pandai harus kembali sesudah jam sekolah untuk dilatih kembali. Menurut rumpun Psikologi teori Disiplin mental ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah mengembangakan diri dari kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi individu, proses pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran-aliran atau tiap teori mengemukakan pandangan yang berbeda. Jadi belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banayknya atau sejelas-jelasnya pada kesadaran individu. Hal ini berkaitan dengan tanggapan itu diperoleh melalui pemberian bahan sederhana tetapi penting dan juga menarik. Sesungguhnya seorang anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya sindiri. Artinya pendidik tidak perlu melakukan intervensi yang berlebihan atau terlalu banyak turut ikut campur mengatur anak, biarkan dia belajar sendiri, yang penting bagi guru adalah perlu diciptakan situasi belajar yang permissif (rileks), menarik dan bersifat alamiyah. Teori yang sangat berlawanan sekali dengan teori disiplin mental aialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah. Pengembangan-pengembangan teori ini adalah Jean J. Rousseau (1712-1778), ahli pendidik Swis Hainrich Pestalozzi (1746-1827), dan ahli filsafat, penemu pendidikan Kindergarten Friedrich Frobel (1782-1851). Para guru yang mengikuti teori ini, mula-mula akan menunggu hingga siswa-siswa menyatakan keinginannya untuk belajar menbaca misalnya, sebelum mereka mencoba mengajar siswa-siswa ini membaca. Guru-guru lebih mementingkan perkembangan kematangan dari pada menanamkan keterampilan-keterampilan tertentu. Dengan kata lain guru akan memberikan aturan-aturan pada siswa, lalu membicarakan benda-benda atau makhluk-makhluk hidup yang telah dikenal oleh para siswa, misalnya kucing, anjing, kuda, sapi dan lain-laninya. Kemudian guru menulis di papan KUDA dan menerangakan kepada siswa bahwa kata ini menerangkan kuda. Guru ini menginginkan terutama untuk membuat palajaran membaca itu menarik, dan berusaha agar para siswa memperoleh gagasan-gagasan yang benar dari membaca. Nama yang paling banyak dengan teori ini adalah Johan Friedrich Jerbat (1776-1841), yang pertama kali mengembangkan psikologi belajar secra sistematis dari teori tabularasa mengenai pikiran. 13
b. Teori Behaviorisme Rumpun teori ini disebut teori Behaviorisme karena sangat menerangkan prilaku atau tingkah laku yang dapat di amati atau di
13 Saiful Sagala, op cit, hal 39-42 ukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respon sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai stimulus-respon sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan stimulus-respon dilakukan melalui ulangan-ulangan. Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam cara mengajarnya dengan teori psikologis daya atau Herbatisme. Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah Trondike (1874-1949) , dengan eksperimennya belajar pada bintang yang juga berlaku bagi manusia yang disebut Trondike dengan trial and error . Trondike menghasilkan teori belajar connectionism karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Trondike menemukan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu: 1) Law of readines, belajar kan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untik melakukan perbuatan tersebut, 2) Law exsercise yaitu belajar akan banyak berhasil jika di adakan ulangan atau latihan dan 3) Law of effect yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik . teori pengkondisian , merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Teori ini di latar belakangi oleh percobaan Ivan Pavlov (1849-1936) dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov membunyikan bel sebelum sebelum memperlihatkan makanan pada anjing Setelah berulang-ulang kali ternyata air liur tetap keluar apabilabel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prilaku individu dapat dikondisikan. Artinya belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respon terhadap sesuatu. Ivan Pavlov menghasilkan teori belajar teori penguatan atau merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada pengkondisian yang di beri kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang di konsisi atau diperkuat adalah responnya. Jadi suatu respon di perkuat oleh penghargaan berupa nilai yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian. Pembirian nilai adalah penerapan teori penguapan yang disebut juga Operating Conditioning tokoh utamanya adalah skniner yang mengembangkan program pengajaran dengan berpegang pada teori penguatan tersebut. Program pembelajaran yang terkenal dan Skinner adalah Programmed Instruction dengan menggunakan media buku atau mesin pengajaran. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran tersusun dalam potongan bahan kecil-kecil, dan disajikan dalam bentuk informasi dan tanya jawab. Anak belajar dengan cara membaca informasi dan soal, lalu memberikan atau memilih jawaban yang tersedia. Jawaban anak segera dicocokkan dengan kunci jawaban, dan segera diketahui hasilnya yang dinyatakan dengan kualifikasi nilai tertentu. Nilai yang baik akan mendapatkan pujian, sedangkan nilai yang kurang baik akan mendapatkan peringatan. Pengajaran pemograman disajikan dalam berbagai bentuk media pengajaran yaitu dalam bentuk buku program, mesin pengajaran, kaset audio, kaset video, atau komputer melalui penggunaan pelajaran berprogram dimungkinkan anak belajar secara individual, guru dalam hal ini sebagai pengarah, pendorong dan pengolah belajar. Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus dengan respons. Psikologi penguatan atau operant conditioning merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme atau conditioning . Pada pertengahan 1950 dan 1960-an menurut Harley dan davis (1978) timbul kritik-kritik tajam terhadap prinsip-prinsip belajar yang diterapkan untuk sistem intruksional terutama menyangkut terutama menyangkut teori behaviorisme, kritik-kritik ini adalah: 1) Apakah hasil penelitian tentang proses belajar, terutama yang menyangkut hubungan S-R yang diperoleh dengan memakai binatang sebagai subjek, karakteristik ini sama atau dapat diterapkan pada manusia? Binatang yang berlainan species akan memberi respons yang berlainan apabila diberi bermacam-macam stimulus penguatan. 2) Apakah hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium akan relevan dengan situasi belajar sesungguhnya? Dalam laboratorium, peneliti dapat mengatur dan mengukur pengaruh variabel-variabel yang ingin di teliti hubungannya dengan hasil belajar, karena variabel lainnya dapat dikontrol. Eksperimen-eksperimen dalam laboratorium terlalu sederhana sifatnya, dan kompleksitas karakteristik pada manusia seakan-akan di abaikan disini. 3) Apakah faktor faktor sosial juga diperhatikan dalam penelitian- penelitian eksperimental di laboratorium? Seperti diketahui proses belajar manusia tidak merupakan suatu yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Lingkungan dapat merubah tingkah laku hewan dan manusia. 4) Kecuali faktor-faktor sosial, nampaknya penelitian di laboratorium juga mengesampingkan faktor pengembangan lainnya seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bagaimana seseorang belajar sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, merupakan pertanyaan penting, baik secara teori maupun dalam praktek. Perkembangan adalah pembentukan keterampilan baru dari keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana dan yang telah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian pada prinsipnya pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan pada proses belajar. 5) Kritik utama mengenai prinsip-prinsip tersebut ialah bahwa prinsip-prinsip lebih mengutamakan pertanyaan yang bersifat deskriptif dan tidak preskriptif. Semua pengajar mengetahui bahwa aktivitas siperlukan dalam proses belajar, tetapi mereka belum mengetahui dengan jelas aktivitas seperti apa, sejauh mana aktivitas tersebut diperlukan dan kapan aktivitas ini justru dapat merupakan penghambat proses belajar. Untuk menanggulangi kritik-kritik ini dalam pengembangan sistem instruksional diterapkan prinsip-prinsip teori psikologi seperti teori pengembangan dan psikologi sosial, hal ini dikarenakan: (1) belajar merupakan proses ilmiah dengan prosedur yang ilmiah pula; (2) sikap orang mempunyai kebutuhan dan tujuan yang merupakan keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain; (3) belajar akan lebih lancar apabila materi yang dipelajarinya relevan dengan pribadi orang yang belajar, dan ia diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri; (4) proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri; dan (5) proses belajar dengan pengikutsertaan emosi dan perasaan siswa akan memberikan hasil yang lebih baik. Artinya belajar benar-benar diperuntukkan untuk mengembangkan kemampuan pribadi siswa dengan mengembangkan potensinya melalui berbagai aktivitas belajar 14 . c. Teori Cognitive Gestalt-Filed Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli Psikolog kognitif, teori ini berbeda dengan teori Behaviorisme, bahwa yang utama dalam kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respon. Psikologi Gestalt dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme, gestalt kejiwaan manusia terkait kepada pengamatan yang berwujud kepada bentuk menyeluruh. Teori belajar Gestalt ini lahir di jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya dia menyesalkan penggunaan menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Kohler menyatakan bahwa belajar serta mencapai hasil adalah proses yang didasarkan insigt. Kecuali itu, pengamatan menurut psikologi elemen berlangsung dari bagian-bagian menuju keseluruhan. Gastelt berpendapat bahwa, pengamatan adalah bersifat totslitas, kesan pertama pengamatan adalah totalitas atau keseluruhan, bagian-bagian barulah muncul kemudian secara analitis. Kalau rumpun Psikologi Behaviorisme bersifat molekular atau menekankan unsur-unsur, maka rumpun kognitif Gestalt bersifat
14 Saiful Sagala, op cit, hal molar yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan prilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan. 15
Belajar Gestalt menekankan pemahaman dan pengamatan sebagai suatu alternatif, berkat pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Hal inidikemukakan berdasarkan kenyataan,belajar itu pada hakikatnya merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan, yaitu untuk mendapatkan respon yang tepat. Teori belajar sangat banyak ragamnya, setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar perumusan, bila ditinjau dari perumusan itu, teori belajar dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu: Assosiasi dan Gestalt, kedua macam teori inilah yang banyak berkemabang melalui berbagai penelitian maupun eksperimen para ahli, sehingga muncul berbagai macam teori yang beraneka ragam. 16
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli psikologi belajar, perlu diketahui bahwa setiap perbuatan belajar senantiasa memiliki aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Kedua saling bertalian dan dan saling mempengaruhi. 4. Tujuan Belajar Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan prilaku peserta didik secara
15 Saiful Sagala, op cit, hal 45-47 16 Muhammad Ali, Guru dalam Proses belajar Mengajar, (Bandung: C.V Sinar Baru) hal.15 konstruktif.hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak yang mulia serta ketrampilan yang diperlukan diinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 17
Secara umum, belajar dilakukan individu untuk mencapai sesuatu yang mempunyai arti baginya. Tujuan ini dapat di identifikasi dengan terjadinya perubahan pada individu dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu: a. Pengetahuan (knowledge); dalam hal ini sifat perubahannya adalah kognitif. Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. b. Keterampilan (skill); sifat perubahannya adalah psikomotorik. Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak bisa membuat, melakukan, membentuk dan sebagainya berubah bisa membuat, melakukan, membentuk sesuatu, dan sebagainya.
17 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit, hal 20 c. Sikap (attitude); sifat perubahannya adalah afektif. Perubahan yang diharapkan adalah dari sikap negatif menjadi sikap positif, dari sikap salah menjadi sikap baik dan sebagainya. 18
Maka tujuan belajar bisa dikatakan mengikuti teori Benyamin S. Bloom yang harus menyentuh tiga ranah, yaitu Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, belajar merupakan hal yangkompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan dari guru. Dari segi siswa , belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dan dari segi guru , proses belajr tersebut dapat dialami secara tidak langsung, artinya proses belajar merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru 5. Tipe-tipe Belajar Dalam praktek pengajaran , penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi meru[akan tindakan yang kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajarpun cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M Gagne mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu kebulatan yang saling melangkapi dan tidak bertentangan, menurut Gagne belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya.
18 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan (Bandung: Angkasa, Tt), hlm. 100. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupkan prinsip umun baik bagi belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Ke delapan tipe itu adalah: a. Belajar isyarat ( signal Learning) Belajar isyarat mirip dengan conditioned respon atau respon bersyarat.seperti menutup mulut dengan teluntuk, isyarat mengambil sikap tak bicar. Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespon atau berisyarat. b. Belajar stimulus-respon (Stimulus-respon learning) Berbeda dengan belajar isyarat, respon bersifat umun, kabur dan emosional. Tipe belajar S-R, respon bersifat spesifik 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sewdap keluar air liur itupun ikatan S-R. c. Belajar rangkaian (Chaining) Rangkaian adalah semacam rangkaian S-R yang bersifat segera, hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, merokok, atau gerakan selamat tinggal bapak- ibu d. Asosiasi Verbal (verbal Asosiaation) Suatu kalimat Piramid iti terbangun limas adalah contoh asosiasi verbal. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yamg lainnya.
e. Belajar Diskriminasi (Diskrimination Learning) Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh- tumbuhan. f. Belajar konsep (Concept Learning) Konsep merupakan symbol untuk berfikir, hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan terhadap berbagai fakta. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang bila orang dapat melakukan deskriminasi. g. Belajar aturan (Rule Learning) Tipe belajar ini sangat banyak ditemui dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai bila dipanaskan. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining, terutama bila aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya. h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving) Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Hal ini memerlukan pemikiran.upaya dalam pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikirn. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain. 19
19 Ibid. hal 25-27 6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Keberhasialan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh fungsinya secar integratif dari setiap faktor pendukungnya. Adapu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain: a. Peserta didik dengan sejumlah latarbelakangnya, yang mencakup: 1). Tingkat kecerdasan 2). Bakat 3). Sikap 4). Minat 5). Motivasi 6). Keyakinan 7). Kesadaran 8). Kedisiplinan dan 9). Tanggung jawab b. Pengajar yang profesional yang memiliki: 1). Kompetensi pedagogik 2). Kompetensi sosial 3). Kompetensi personal 4). Kompetensi profesional 5). Kualifikasi pendidikan yang memadai 6). Kesejahteraan yang memadai c. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif yang di manifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah, secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. d. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran sehingga peserta didik merasa betah dan bergairah untuk belajar. e. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus menganai prilaku peserta didik secara integral, baik berkaitan dengan kognitif, afektif, maupun psikomotorik f. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan tehnologi serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses belajar secar aktif, efektif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. g. Atmosfer kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipatif, demokratis dan situsioanal yang dapat membangun kebahagiaan intelektual, emosional, dan kebahagiaan dalam merekayasa ancaman sebagai peluang dan kebahagiaan spiritual. h. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin maupun biaya pembangunan yang datangnya dari pihak pemerintah, orang tua, maupun stekholder lainnya sehingga mampu maju dari sebagai pengguna dana menjadi penggali dana. 20
Faktor-faktor belajar yang mempunyai peranan belajar ini, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya fikiran siswa dalam
20 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit hal 8-10 hubungannya dengan bahan pelajaran, sehingga penguarsaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Ada enam faktor psikologis yang sangat mempengaruhi proses belajar, yaitu: a. Motivasi Keingnan untuk belajar. motivasi sebagian besar terjadi dari dua faktor yaitu: pengerttian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa mempelajarinyaitu penting. b. Konsentrasi Pemusatan segenap perhatian anda pada situasi belajar tertentu. Proses belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuaat. c. Reaksi Bila anda bangun, hidup dan berfikir, dalam situasi belajar, itulah reaksi. d. Organisasi Ialah menempatkan bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang berarti. e. Comprehension Merupakan langkah terakhir dalam proses belajar. Ia adalah persepsi (penglihatan) akan arti dan implikasi terhadap bahan yang dipelajari, dan pemahaman penggunaannya. Murid harus belajar untuk pemahaman, bukan sekedar untuk mengingat. f. Ulangan Adalah pengawetan yan terbesar dari proses belajar. Ulangan adalah pencegah kelupaan, tetapi ia harus disertai pemikiran dan bertujuan. 21
Mempersatukan dengan sadar keenam faktor psikologis dasar tersebut ke dalam setiap proses belajar, atau situasi mengajar menciptakan situasi yang lebih banyak memberi harapan sepanjang menyangkut pencapaian skill-skill, penciptaan sikap yang baik, dan pencapaian pengetahuan.
B. Model Pembelajaran Inovatif Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku pesrta didik secara adaptif maupun generatif, model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya belajar guru (teaching style) yang keduanya disingkat menjadi (Style of learning and teaching). 22
Saat ini, dikalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran inivatif. Dimana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk diketahui, dipelajari, dipraktekkan dikelas, seolah-olah, tanpa inovatif dunia guru tidak haru namanya. Bahkan, seminar, pelatihan dan lokakarya yang diselenggarakan untuk guru selalu disesaki oleh serta yang berlabel guru. Sebenarnya apakah pembelajaran inovati itu?
21 Thomas F. Station, Cara Mengajar dengan cara yang Baik, (Bandung, C.V Diponegoro) hal. 29 22 Syaiful Sagala, op cit, hal 41 Kata inovatif dimakanai sebagai beberapa gagasan dan tehnik yang baru. Adapun kata inovatif, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. 23
Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tekandung makan pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. 24
1. Pembelajaran, bukan pengajaran 2. Guru sebagai fasilitator, bukan intrukstur 3. Siswa sebagai subyek, bukan obyek 4. Multimedia, bukan monomedia 5. Sentuhan manusiawi, bukan hewani 6. Pembelajaran induktif, bukan deduktif 7. Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal
23 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo, Masmedia buana pustaka, 2009) hal 6 24 Ibid, hal 6-7 8. Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif. Pembelajaran inovatif lebih menyediakan proses yang mengarah pada penemuan hakikat siswa sesuai fitrahnya sebagai manusia berpotensi. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk menfasilitasi dan siapapun fasilitaator yang ajan menemani siswa belajar, seyogyanya berorientasi pada tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati. Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia kita. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar. 25
Belajar sering kali diidentikkan oleh para penimba ilmu yakni siswa sebagai sesuatu hal yang penuh tuntutan dan mutlak dilakukan karena melihat proses dan format tempat belajarnya sendiri cenderung sangat formal dan menjemukan. Karena itulah mengapa model pembelajaran yang cenderung membosankan tersebut harus dirubah menjadi sesuatu yang menyenangkan tetapi bisa memotivasi siswa untuk antusias mengikuti pelajaran dan partisipun akan terlahir dengan sendirinya. Serta dengan adanya berbagai macam perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah untuk
25 Suyatno, op. cit hal 8 meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka menuntut agar diimplementasikannya suatu model pembelajaran yang efektif, kreatif dan inovatif yakni dengan menggunakan model pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran Inovatif membantu siswa untuk menginternalisasi, mem- bentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas pembelajaran inovatif, para siswa bertanggung jawab terhadap pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri. Tujuh nilai utama dalam pembelajaran ini yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam. 1. Prinsip Pembelajaran Inovatif Berikut ini asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan dicapai berdasarkan mata pelajaran apapun. a. Berpuasat pada siswa Student centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategipedagogik yang mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontektual, dunia nyata dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah. Paradigma yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa sebagai objek, seharusnya diubah dengan menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar secara aktif membangun pemahamannya dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dijumpai. Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa bidang matematika, saint, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
b. Berbasis masalah Pembelajaran hendaknyadimulai dari masalah-masalah aktual, relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi aajar sering kali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan meteri ajar seringkali terlepas dari kejadia aktual di masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang dipelajari di dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapaai, yaitu jawaban tehadap suatu masalah, dan cara memecahkan suatu masalah. Kemamapuan tentang memecahkan masalah lebih dari sekedar akumulasi pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan fleksibilitas dan strategi kognitif yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan , Gagne mengatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil yang paling tinggi. c. Terintegrasi Seorang yang belajar seharusnya tidak menggunakan kaca mata kuda yang tahu secara mendalam disiplin ilmunya. Akan tetapi, sama sekali buta tentang kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin lain. Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan terkotak pada satu disiplin, sehingga tidak heran ketika guru ditanya: apa fungsi air? di malah bertanya balik air itu apa? Memangnya ada banyak macam ait? Grur tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu air IPS dan air IPA yang fungsinya berbeda. d. Berbasis masyarakat Masyarakat adalah sumber belajar yang paling kaya. Di masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial sampaipada ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin pembaharuan masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi, pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat. Mengajak siswa untuk mengimplementasikan yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk belajar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses pembelajaran yang bermakna. Siswa akan lebih cepat menyimpan meteri pembelajaran kedalam memorinya jika materi itu berbasis pengalaman nyata di masyarakat.
e. Memberikan pilihan Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa yang belajar juga demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian dan sebagainya. Menyamaratakan siswa selama proses belajar-mengajar mungkin akan berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi perhatian pada keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih pada apa yang diinginkan oleh siswa. Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih siswa. Proses belajar adalah proses akti yang harus dilakukan oleh siswa. Keharusan menyediakan juga berkait dengan karakteristik subtansi ilmu yang disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi siswa. Ketrampilan psikomotor , ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial serta ketrampilan memecahkan masalah serta sikap memilih strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk mencaoai tujuannya. f. Tersistem Seringkali hasil belajar bersifat hierarki, begitu pila substansi materi pelajarannya. Materi tertentu membutuhakan kebutuhan lain sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pula ketrampilan- ketrampilan tertentu terutama psikomotor bersifat prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah pengetahuan prosedural merupakan prasyarat bagi langkah selanjutnya. g. Berkelanjutan Berkelanjutan mengandung pengertian never ending process . setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnyaharus dirangkai secarakontinyu debgan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsepdidalam benak seseorang. 26
Belajar sebagai proses tentu tidak pernah sepotong-potong atau bagian dari penggalan saja. Belajar nerupakan rangkaian pemahaman terhadap sesuatu secara terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan keluasaan materi 2. Keberanian Guru dalam Berinovasi Suatu hari, dalam kesempatan memfasilitasi guru-guru di sebuah pelatihan, saya memunculakan pertanyaan, apakah bapak dan ibu yang ada di ruangan ini sebagaiguru? Mereka menjawab serentak bagaikan koor di stadion dengan menjawab iyaaaa benar! . pertanyaan tersebut selalu saya lanjutkan
26 Suyatno, op. cit hal 8-12 dengan pertanyaan, kalau memang guru, apakah bapak dan ibu benar- benar seorang guru? Dari ilustrasi tersebut, bahwa guru takut menyebut dirinya benar- benar seorang guru karena tidak yakin dan tidak percaya kalau dirinya adalah seorang guru. Mereka tidak percaya bahwa yang dilakukan sehari- hari di depan kelas merupakan wujud tindakan seorang guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Mereka tidak yakin yang dilakukan adalah sebuah model pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk berubah dan berkembang dari belum tahu menjadi tahu, dari sebelum mampu menjadi mampu, dan dari belum bermoral menjadi sosok yang penuh dengan tindakan moral. Banyak jalan menuju Roma. Aneka jalan ke Roma tersebut tentunya beragam kualitas dan fungsinya. Jika kita ke Roma dengan kapal akan lebih lambat di bandingkan dengan pesawat. Jika melewati jalan yang penuh lobang dan mendaki tentu akan lebih tidak efektif dari pda melewati jalan yang datar, lurus, dan halus. Begitu pula banyak cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang memuaskan siswa sehingga terjadi perubahan belajar dalam dirinya. Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang seirama dengan kondisi siswa, tujuan dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan. Untuk pembelajaran tertentu, kadang ada metode yang cocok dan adapula metode yang tidak cocok digunakan. 27
27 Suyatno, op. cit hal 13-14 Metode apapun sangat baik untuk pembelajaran asalakan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, misalnya metode dite, kooperatif, kontekstual, kolaboratif, partisipatori, komunikatif, akselerasi, maupun metode lainnya. Begitu pula, semua metode akan menjadi buruk dan tidak berguna apabila tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa yang belajar meskipun metode tersebut mempunyai katagori yang baru ditemukan oleh pakarnya.
C. Metode Talking Stick 1. Pengertian Metode Talking Stick Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. 28
2. Langkah-Langkah Metode Talking Stick Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran Inovatif model Talking Stick adalah : 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
28 Ibid. Hal 134-135 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi , Yaitu berupa tes lisan dan refleksi 7. Penutup 29
3. Kebihan Dan Kelemahan Metode Talking Stick Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, dan kekurangan antara lain: Kelebihan : a. Menguji kesiapan siswa b. Melatih siswa memahami materi dengan cepat c. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai) Kelemahan : a. Membuat senam jantung. 30
Selain kelemahan di atas metode ini mempunyai kelemahan antara lain: membuat sisiwa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang akan di berikan oleh guru
29 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136 30 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. ci,t hal 137 Berdasarkan penerapan metode diatas diharapkan siswa mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan gengan kelebihan serta kekurangan metode tersebut di harapakan siswa mampu pula menikmati proses belajar mengajarnya.
Gambar 1.1 Proses pembelajaran metode Talking Stick 31
D. Aktivitas Belajar Siswa 1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar Siswa Pribadi seutuhnya sebagai tujuan belajar menurut Sardiman AM. Di dalam kamus pendidikan islam dikenal dengan Insan Kamil atau pribadi muslim. Tujuan belajar dalam arti ini adalah luhur dan mulia dengan demikian aktivitas belajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu adalah mulia dan penting. Patut diakui bahwa pemerintah yang pertama kali turun adalah perintah mmebaca, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al- Alaq ayat 1-5
31 Posted on by Kiranawati,wikipedia.Com. Diakses 3 Januari 2010, (waktu 13.00-14.25) &%# $/ 7n/ %!# ,={ ,={ }# @,= &%# 7/ .{# %!# = =)9$/ = }# $ 9 >
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 32
Membaca yang disebutkan dalam surat tersebut merupakan aspek belajar yang terpenting di dalam proses pengambangan diri seseorang dan aktualisasinya sebagai kholifah di atas bumi ini. Anak dipandang sebgai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab itu tugas pembimbing (orang tua) adalah membantu dan menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan anak dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini anaklah yang beraktivitas sendiri, berbuat dan harus aktif belajar sendiri. Proses aktivitas pembelajran harus melibatkan seluruh aspek psikifisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 33
32 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Proyek dan Pengadaan kitab Suci Al-Quran, jakarta, 1993, hal 1079 33 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23 Dari pengrtian diatas dapat diaambila kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan belajar yang mengarah kepada perbuatan untuk meperoleh kecakapan baru dimana perubahan itu terjadi karena disebabkan dari hasil pengalaman dan latihan. Setelah kita mengetahui apa itu belajar, bentuk-bentuknya, tujuan, dan prinsip belajar, maka individu pembelajar harus mempunyai set belajar, yaitu arah atau sikap terhadap kegiatan. 34 Artinya ketika individu itu belajar, maka ia harus mempunyai arah kegiatan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya, baru kemudian melakukan aktifitas belajar. Aktifitas belajar bermacam-macam, terdiri dari a) mendengarkan secara aktif dan bertujuan, b) meraba, membau dan mencicipi/mencecap apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku, c) menulis atau mencatat, d) membaca, e) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi dapat membantunya mengingat atau mencari kembali materi yang diperlukan suatu saat, f) mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan, karena terdapat tipe individu yang lebih cepat belajarnya dalam bentuk visual, g) menyusun paper atau kertas kerja, h) mengingat yang didasari dengan set belajar, i) berpikir dikatakan sebagai aktifitas belajar tertinggi, karena dengan berpikir, individu akan menemukan sesuatu yang baru, dan j) latihan dan praktek karena individu yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya mempunyai dorongan untuk
34 Ibid., hlm. 124. mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan aspek yang ada dalam dirinya. Uraian di atas menjelaskan bahwa semua itu kegiatan yang tersebut di atas bisa dikatakan sebagai aktifitas belajar, apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Dengan demikian, walaupun aktifitas belajar dilakukan tetapi tidak ada set belajar, maka tidak disebut sebagai belajar karena tidak menjadikan terjadinya perubahan tingkah laku subyeknya. 2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Siswa Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, disekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut: a. Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan instruksi. c. Listenig Activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato. d. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. e. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, dan peta diagram f. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak g. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan h. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. 35
Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang berlangsung dengan melibatkan berbagai macam komponen yang saling berinteraksi guna mencapai tujuan. Perlu ditambahkan juga bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. 36 Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai proses, yaitu proses belajar sesuatu. 37 Menurut Rohani belajar yang berhasil tentu melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif de ngan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik
35 Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 101 36 Ibid, hal 99 37 Dimyati Dan Mudjiono, op. cit, Hal 236 memiliki aktivitas psikis atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. 38
Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi atau pengalaman. Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak terlepas dari peran guru di dalm kelas. Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital. Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa. 3. Azas Aktivitas Belajar Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar adalah azas aktivitas. Pengajaran yang diberikan kepada siswa janganlah bersifat verbalitas tetapi siswa harus dilatih dalam hal kerja sendiri. Oleh sebab itu, hendaknya hanya jangan guru yang aktif didalam kelas tetapi berilah kesempatan pada siswa untuk aktif didalam kelas. Dengan demikian guru dapat meningkatkan aktivitas siswa baik aktivitas jasmani/rohani. 39
Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila siswa sibuk bekerja seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model. Sedangkan keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila siswa
38 Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 6 39 Ibid, hal 13 sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan dan mengambil keputusan. 4. Belajar Dalam Perspektif Islam Yang dimaksud dengan metode belajar adalah tata cara memperoleh pemahaman, pengertian dan pengetahuan dari segala sesuatu dari sumber-sumbernya. Sumber itu dapat berasal dari sumber ketuhanan dan sumber keinsanan.yang berasal dari sumber ketuhanan adalah sejenis ilmu pengetahuan yang di datangkan kepada kita secara langsung dari Allah SWT. Melalui wahyu, ilham dan mimpi-mimpi yang benar. Sedangkan yang berasal dari manusia adalah sejenis ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh seseorang dari pengalaman-pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kemampuannya yang khas dalam melakukan penelitian, pengamatan (observasi), dan usaha untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. 40
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital. Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi
40 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian (Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon, 2007). Hal 469 yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi- potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. Namun Islam menekankan dalm signifikasi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar sangat jelas. Kata-kata kunci seperti yaqilun, yatafardkkarun, yubshirun, yasmaun dan sebagainya terdapat dalam Al-Quran merupakan bukti betapa pentingnya penggnaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu Islam menurut Yusuf Al- Qardhawi (1984) adalah akidah yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta.4 Hal tersebut terdapat dalam Al-Quran Surat Muhammad: 19 =$ & 9) ) !# ... Artinya: Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah (QS. Muhammad: 19) Terdapat banyak ayat di dalam al-Quran dan Hadits tentang perlunya belajar dan mengajar serta perlunya mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keselamatan di akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu : (1) Keteladanan (oleh Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat), dan (2) Metode pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal 41 . Dalam ajaran Islam, manusia memperoleh ilmu atau pengetahuan dari bebagai sumber yang sudah di kemukakan diatas, Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia.
41 http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5 mei 2010) pukul 13.00 WIB BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk. 42 Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara bersama. PTK merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas, PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindaka- riset-tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Pada umumnya PTK dibagi dalam dua jenis, yakni (1) PTK individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2)PTK kolaboratif, yakni guru bekerjasama dengan orang lain, orang lain sebagai peneliti dan sebagai pengamat 43 . Penelitian yang peneliti gunakan di sini adalah berupa PTK kolaboratif, dimata peneliti mengajak teman sebagai observer di belakang dan saat pembelajaran dilaksanakan. Sejalan dengan definisi tersebut, Mc Niff memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. PTK berangkat dari masalah yang timbul didalam kelas yang terjadi selama proses belajar
42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002) Hal 3 43 Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008), hal 41 mengajar berlangsung, sehingga perlu dicari cara pemecahan masalah tersebut. 44
Model Kurt Lewin menyatakan konsep pokok penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen yaitu: 1. Perencanaan Tindakan (Planning) 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) 3. Pengamatan (Observation) 4. Refleksi (Reflection) 45
Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas
44 Ibid, hal 102 45 Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008), hal 41 PERENCANAAN LAPORAN PENELITIAN PENGAMATAN
SIKLUS I PENGAMATAN PERENCANAAN SIKLUS II
PELAKSANAAN REFLEKSI
PELAKSANAAN
REFLEKSI Gambar 3.1 Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas 46
1. Perencanaaan Tindakan Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan kita dapat mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode talking stick dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi IPS bagi kelas VII Di SMPN 1 Singosari Sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka perlu dirumuskan skenario. Adapun perencanaan skenario tersebut adalah: a. Diskusi dengan guru pamong untuk memilih kelas yang akan diteliti. b. Observasi kondisi kelas VII SMPN 1 Singosari c. Identifikasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar. d. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. e. Menyusun materi yang akan disampaikan. f. Memformulasikan metode yang sesuai. g. Membuat alat observasi, untuk mengetahui keaktifan dan tingkat kreatifitas dalam proses belajar mengajar. h. Memakai metode yang digunakan yaitu Metode talking stick. i. Menyusun alat evaluasi. Kriteria indikator yang menjadi penanda untuk menentukan bahwa metode yang digunakan telah berhasil memecahkan masalah
46 Suharsi Arikunto, op. cit. hal 16 yang sedang di upayakan pemecahannya dilakukan secara kualitas ataupun kualitas. 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat berdasarkan rencana yang di buatnya, dalam tahap ini ada empat siklus yang akan diljalankan. Dari tiap siklus yang telah dilaksanakan, akan tampak kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut 3. Observasi dan Interpretasi Selama proses belajar-mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain : a. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung. b. Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di kelas, keaktifan siswa, dan nilai tugas- tugas. 4. Analisis dan Refleksi Analisis dan Refleksi dari kesesuaian antara pelaksanaan dan rencana pembelajaran yang telah diterakan, mengkaji dan mencari kelemahan-kelemahan model pembelajaran yang di gunakan serta berdiskusi dengan orang yang lebih ahli membuat kesimpulan. 47
47 Ibid, Hal. 97-102 B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument utama yang terlibat langsung dalam proses penelitian dari awal sampai akhir, maka kehadiran peneliti sangat diperlukan dilokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat atau instrument Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrument kunci dan pemberi tindakan, peneliti juga sebagai pengumpul data dan penganalisis data serta sebagai pelapor hasil penelitian. 48
C. Lokasi Penelitian Dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti dapat melihat fakta-fakta yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lokasi penelitian ini dilaksanakan SMPN 1 Singosari yang beralamatkan Di Jl. Raya No. I Singosari Tlp. (0431) 458059 yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk menerapkan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick Subyek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Singosari.
D. Data dan Sumber Data Data merupakan bukti atau fakta dari suatu peristiwa yang digunakan sebagai bahan untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata tindakan selebihnya data tambahan seperti dokumen. Data dan sumber data
48 Moleong.. Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 9 Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber Data Primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung, dan yang menjadi sumber data primer ini adalah guru-guru IPS terpadu di SMPN 1 Singosari Malang. Sumber Data Sekunder, dimana peneliti memperoleh data secara tidak langsung, data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang akan diteliti atau sumber data pelengkap. 49
Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan (post test). 2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas siswa. 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS terpadu berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan pembelajaran metode domonstrasi pada bidang studi IPS terpadu dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII H SMPN 1 Singosari Malang.
E. Teknik Pengumpulan Data Prosesdur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, pengamatan partisipan, dan dokumentasi.
49 Ibid, hlm 112 Adapun penjelasan masing-masing prosedur yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Metode Observasi disebut pula dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. 50 Adapun observasi yang dilakukan dengan observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh penulis dengan pedoman sebagai instrumen penelitian. 51
Adapun data yang ingin diperoleh penulis adalah: a. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang b. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang c. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Singosari Malang d. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu . 2. Metode Interview Metode Interview dikenal dengan metode wawancara yang merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan personal dengan responden atau informasi penelitian. Atau menurut pendapat lain mengenai wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan. 52
50 Suharsimi Arikunto, op. cit .hlm. 146 51 Ibid., hlm. 147 52 Cholid Narbuko , Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 83 Dalam proses mengambil data yang digunakan peneliti melalui metode interview dan jenisnya adalah interview terpimpin. Maksud dari Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci mengenai pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar pada Mata Pelajaran IPS Terpadu. Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data tentang: a. Program-program yang disusun oleh sekolah, bagian kurikulum dan Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata Pelajaran IPS Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar. b. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu di SMPN 1 Singosari. c. Data-data mengenai hasil belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang. 3. Pengamatan Partisipan Pengamatan partisipan melibatkan teman sejawat untuk mengamati kegiatan penelitian selama pelaksanaan penerapan pembelajaran inovatif dengan metode Talking Stick. Kegiatan pengamatan ini menggunakan pedoman pengama tan dalam bentuk lembar observasi. 4. Studi Dokumenter Adapun yang dimaksud untuk mencari data melalui metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar dan majalah lain. 53
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: a. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang b. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1 Singosari Malang c. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang d. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari e. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari f. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari Data-data program SMPN 1 Singosari Malang 5. Pengukuran Pre Test Hasil Belajar Pengukuran Pre tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa. Pre Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran Talking stick. Pre Tes yang dimaksud meliputi pre tes awal/tes pengetahuan pra syarat, yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya pre tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, disamping menggunakan nilai rapor selanjutnya skor pre tes awal ini juga akan
53 Ibid., hlm. 149 dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu siswa.
F. Teknik Analisis Data Untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka penulis melakukan analisis yang terkumpul dengan mengklasifikasikan menurut sifatnya dan kategori jenis data. Analisis data digunakan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik deskriptif dan interpretative berdasarkan teori pembelajaran yang digunakan. Data dikumpulkan selama tindakan kelas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan data dan penulis segera memberikan refleksi terhadap data sehingga proses pemberian makna dan kesimpulan diambil bisa lebih cepat. Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan mengaplikasikan pembelajaran metode Talking stick dapat meningkatkan aktivitas siswa. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Menurut FX Soedarsono mengatakan: jika yang dikumpulkan berupa data kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut dilakukan melalui tahap: menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. 54
54 Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. hlm 26 Menurut Milles dan Hubberman, teknik analisis data terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang relevan, penting, bermakna, dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis. 55
Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas. 56
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. 57
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan rumus: P = % 100 ratee Base rate Base - rate Post
Keterangan:
55 Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). Hlm 16 56 Soedarsono, op.cit., hlm.26 57 Soedarsono, op.cit., hlm.25 P = Presentase Peningkatan Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000). G. Pengecekan Keabsahan Data Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena perpanjangan keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji ketidakbenaran informasi. 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi kedalaman data. Ini berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. 3. Triangulasi Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu". 58 Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain yaitu hasil dokumentasi, observasi dan intereview atau wawancara. Hal ini dimaksudkan
58 Lexy. J. Moleong, op.cit. , hlm. 178 untuk memeriksa dan melihat kesesuaian data yang diperoleh dengan kegiatan sebenarnya Di SMPN 1 Singosari
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan keberadaan lokasi penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dari beberapa hal di atas tersebut, nantinya kita akan mengetahui apakah metode pengajaran dengan metode Talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 08 Februari 2010 sampai 31 Maret 2010 selama tiga siklus tiga kali pertemuan.
1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari Malang Nama Madrasah : SMPN 1 Singosari Malang Status : Negeri Jenis : Reguler dan RSBI Nomor Telp. : (0341)-458059 Alamat : Jl. Raya No. 1 Singosari Malang Kecamatan : Singosari Kabupaten : Malang Alamat Website : www.smpn1-sgs.sch.id E-mail : smpn1-singosari@yahoo.com Tahun Berdiri : 1 Januari 1965 Waktu Belajar : Senin Sabtu (Pukul .07.00 12.50) Kepala Madrasah : Sapto Suparjatmo, S. Pd 2. Sejarah Singkat Tentang SMPN 1 Singosari SMP Negeri 1 singosari didirikan pada tahun 1965 yang bertempat di jalan raya 1 singosari. Berdasarkan data yang di peroleh, pendiri SMP negeri 1 Singosari adalah bapak Imam Agung, beliau diizinkan untuk mendirikan bangunan SMP Negeri 1 Singosari dengan gedung berdinding tembok setengah batu beratap genting. Sekolah ini didirikan di atas tanah R.V.0 No. 2513 yang terletak di daerah pagentan di tepi jalan propinsi di dalam ibu kota asistenan Singosari, Malang. Tanah tersebut adalah tanah milik negara dengan luas 1.460m2 yang terletak di kelurahan Candirenggo kecamatan singosari. Pada waktu itu, Dekdikbud memohon hak pakai atas tanah ini untuk didirikan sekolah menengah pertama (SMP). Pada awal berdirinya, SMP Negeri 1 Singosari hanya memiliki 4 ruang dimana 1 ruang digunakan sebagai ruang guru, sedangkan 3 ruang lainnya digunakan sebagai kelas. Tekstur halaman sekolah pun tidak datar seperti sekarang, melainkan miring, kondisi itu memaksa siswa siswinya pada saat itu melakukan kerja bakti setiap hari minggu untuk meratakan halaman sekolah. Tidak hanya itu, pengajar juga rela menyisihkan sebagian gajinya untuk membangun ruang kelas tambahan agar proses belajar mengajar berjalan efektif. Dahulu, sekolah yang berada di kompleks SMP Negeri 1 Singosari adalah sekolah dasar. Sekolah tersebut menempati wilayah yang sekarang di gunakan sebagai ruang kelas dan mushollah. Kemudian sekolah dasar tersebut dipindah dan sekarang menjadi SDN Candirenggo I. Sejak pertama berdiri, SMP Negeri 1 Singosari tidak mempunyai kepala sekolah sendiri. Kemudian, ditunjukkan bapak Gunawan yang juga merupakan pendiri sekolah sebagai kepala sekolah. Tetapi tidak lama kemudian, ditunjuklah Bapak Jupiono sebagai kepala sekolah yang baru menggantikan Bapak Gunawan. Lalu bagaimana dengan proses belajar mengajar? Bapak gunawan yang pernah berjuang dengan tentara republik Indonesia pelajar ini menyebutkan, saat itu jumlah siswa tiap kelas tidak seperti sekarang, yang mencapai 48 siswa tiap kelas, dulu, setiap kelasnya hanya diisi 35 siswa. Terbatasnya buku pelajaran, membuat beberapa guru mengarang buku pelajaran sendiri. Namun halini tidak menyurutkan langkah mereka saat itu untuk mencerdaskan siswa-siswinya. Mata pelajaran yang diajarkan saat itu antara lain: Sejarah Indonesia, sejarah Internasional, Geofisika, Aljabar, Koprasi, Menyanyi, Idiologi Negara dan Ilmu Alam. Beberapa diantaranya masih diajarkan sampai sekarang hanya saja dengan nama yang berbeda. Salah satu prestasi yang membanggakan di awal berdirinya SMP Negeri 1 Singosari adalah, saat SMP Negeri 1 Singosari yang telah membuat 3 sendratari antara tahun 1968-1969, memeinkan kesenian tersebut di lapangan Tumapael. Sendratari yang di mainkan berjudul Kertanegara dan dimainkan aloh 144 putri dan 120 putra. Salah satu adegan yang sangat terkesan adalah saat raja Jayakatwang memotong telinga utusan Kubilai Khan. Bupati Malang yang pada saat itu menonton merasa was-was, kalau adegan itu menyinggung warga keturunan Cina. Meski begitu, SMP Negeri 1 Singosari mendapatkan penghargaan parasnya Punakarya Nugraha atas keberhasilan sendatari tersebut. 3. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 1 Singosari Malang Setiap program kerja yang diagendakan tentulah berdasarkan pada satu tujuan yang hendak dicapai agar terdapat persamaan persepsi dan mempermudah dalam melaksanakan program tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Visi, Misi SMPN 1 Singosari adalah: a. Visi : Berdaya saing global berpijak pada budaya bangsa berdasar Imtak b. Misi : 1) Mewujudkan lulusan dengan kompetensi BI 2) Mewujudkan KTSP bertarafinternasional (BI) 3) Mewujudkan PBM yg efektif,efesien dan BI 4) Mewujudkan standar tenaga PTK yang BI 5) Memenuhi std Sarpras Pend`kan yang relevan dan mutakhir serta BI 6) Mewujudkan std pengelolaan pend`kan BI 7) Mewujudkan std pembiayaan yang memadai 8) Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman, rindang,asri, dan bersih c. Tujuan Menyiapkan peserta didik yang berdaya saing global berpijak pada budaya bangsa dberdasar Iman dan Taqwa.
B. Penyajian dan Analisis Data Sebelum sampai pada proses analisis data maka perlu adanya penyajian data. Penyajian data yang dimaksudkan untuk memapaparkan atau menyajikan data yang diperoleh penulis dari hasil penelitian kemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran yang jelas dengan tujuan penulisan skripsi ini. Sedangkan data dibawah ini adalah data yang diperoleh dari hasil observasi kepada responden (siswa) yang didukung oleh data pendukung berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan pengukuran test hasil belajar. a. Paparan Data Sebelum Tindakan a. Observasi Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan pertemuan pada hari senin tanggal 10 Februari 2010, pada pukul 08.30-10.00 dengan kepala sekolah dan pada hari senin tanggal 12 Pebruari 2010 pada pukul 09.00-10.30 dengan guru mata pelajaran IPS terpadu SMPN 1 Singosari Malang. Dalam pertemuan itu peneliti menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kepala sekolah dan waka kurikulum serta guru IPS terpadu memberikan izin pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti dan guru IPS terpadu berdiskusi mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas VII-H yang dijadikan sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas VII-H termasuk kelas yang baik dalam disiplin dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang diamanatkan oleh setiap guru. b. Pre Test Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pre test. Pre test dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 2010 pada pukul 09.15-10.35 yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, kesiapan dalam belajar, dan mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran IPS terpadu. c. Hasil Pre Test Pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias terhadap pelajaran, mereka terlihat kurang dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Hal itu diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka terhadap materi yang akan diberikan. Kebanyakan dari mereka kelihatannya jenuh terhadap pelajaran. Karena aktivitas siswa terhadap pelajaran kurang, maka prestasi belajar mereka juga kurang maksimal. Dari hasil evaluasi pada saat pre test, didapatkan rata-rata kelas sebesar 77.5 (penilaian hasil evaluasi ini dapat di lihat pada lampiran 9) b. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan Siklus I Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan pada titik yang sebenarnya, penelitian ini memiliki rencana untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi kinerja proses belajar mengajar di dalam kelas, yang siswanya memiliki kemampuan yang hiterogen dengan latar belakang akademik yang berbeda. Pertama-tama peneliti menyiapkan bahan pertanyaan talking stick sebagai aplikasi dari metode Talking stick untuk meningkatkanaktivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Bahan pertanyaan talking stick diambil dari materi pelajaran sesuai dengan sub pokok bahasan dalam buku LKS tersebut. Siklus ini terdiri dari materi tentang kondisi georgafis pdan penduduk (2 x 40 menit dengan satu kali pertemuan). Sebelum pembelajaran dilaksanakan penelitian ini dimulai dari beberapa tahapan persiapan, yaitu: 1) Membuat perencanaan pembelajaran 2) Menyampaikan materi yang antara lain: a) Mengetahui pengertian kondisingeografis b) Mengetahui pengertian tentang penduduk 3) Guru menyiapkan tongkat sebagai alat dalam metode talking stick berlangsung 4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus I meliputi: 1). Pendahuluan: (10 menit) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa jumlah penduduk indonesia saat ini? Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk di sekitar kalian? Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang kondisi penduduk. Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa 2). Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3). Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru memberi tugas rumah. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran dan teknik yang akan dipakai maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan menggunakan teknik yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 18 Februari 2010 pukul 09.15-10.35. Pada siklus pertama diadakan satu kali pertemuan. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan sebagai berikut : Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang kondisi geografis dan penduduk. Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: Pertemuan I (kamis, 18 Februari 2010) 1). Pendahuluan: (10 menit) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa jumlah penduduk indonesia saat ini? Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk di sekitar kalian? Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang kondisi penduduk. Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa 2). Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3). Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru memberi tugas rumah. c. Pengamatan Tindakan Siklus I Selama kegiatan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada pedoman observasi. Hasil pengamatan pada siklus I, kegiatan siswa cukup baik dengan cukup antusias dan merespon positif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mulai adanya peningkatan aktivitas belajar dibandingkan pada saat pre test. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada saat mengerjakan pre test takut salah, pada siklus I ini mereka sudah mulai berani menjawab meskipun bobot jawaban rata-ratanya adalah 77.5 mereka masih belum mencapai seperti yang diharapkan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, para siswa tampak gembira dan senang, hal ini dapat dilihat dari roman muka mereka yang tampak memancarkan semangat dan antusias untuk belajar meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. Hasil pengamatan pada tahap pendahuluan, terdapat peningkatan aktivitas, hal ini dikarenakan siswa merasa mendapatkan penyegaran dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka berusaha memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung. Akan tetapi, memasuki kegiatan penjelasan materi secara global, aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa untuk menjawab pertanyaan secara langsung yang dapat membuat mereka merasa takut untuk menjawab. Memasuki kegiatan inti, Langkah yang dilakukan peneliti adalah menyampaikan kompetensi dasar dan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif yang menggunakan metode Talking Stick kepada peserta didik. Namun sebelum itu peneliti memberikan bahan ajar kepada peserta didik untuk pegangan karena hampir semua peserta didik tidak memiliki bahan ajar mereka lebih mengandalkan pada buku panduan LKS. Setelah peneliti memberikan gambaran tentang pembelajaran inovatif metode Talking Stick kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila belum mengerti tentang pembelajaran inovatif metode Talking Stick agar nantinya ketika pelaksanaanya semua peserta didik mampu mengikuti dengan baik. Dan selanjutnya guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi kondisi geografis dan penduduk, yaitu pengertian kondisi geografis dan penduduk. Supaya mereka mudah termotivasi keterangan guru, guru sebagai peneliti langsung menerapkan metode talking stick, guru pertama kali menjelaskan materi yang akan diajarkan, selanjutnya siswa diberi kesempatan dalam waktu 10 menit untuk mempelajari materi yang telah disampaikan oleh guru, pada tahap selanjutnya semua siswa diminta untuk menutup bukunya dan memberikan tongkat pada salah satu siswa untuk di lemparkan pada teman sebelahnya sambil menyanyikan lagu balon ku ada lima, sampai lagu habis dan tongkat dipegang oleh salah satu siswa dan siswa tersebutlah yang mendapat pertanyaan dari guru, Siswa pertama kali melaksanakan metode ini gugup karena siswa masih merasa takut dengan pertanyaan yang secara langsung di lemparkan kepada siswa, pada saat tongkat dilempar siswa semangat dengan bernyanyi lagu balon ku ada lima dan pada saat tongkat berhenti pada salah satu siswa kebanyakan siswa merasa takut jawabannya yang salah atau kurang tepat, dan guru selanjutnya memberi pertanyaan kepada masing-masing siswa sampai semua siswa mendapat giliran pertanyaan dan begitu seterusnya. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa aktivitas belajar siswa masih belum seperti yang diharapkan atau bisa dikatakan masih rendah. Ini dapat dilihat dari lembar observasi siswa yang menunjukkan bahwa aktivitas memperhatikan siswa belum mencapai apa yang diharapkan. Kegiatan ini masih di dominasi oleh para siswa yang aktif, sedangkan mereka yang pasif cenderung memperhatikan saja. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing- masing siswa. Mereka yang aktif adalah mayoritas yang memiliki prestasi di kelas, dan mereka yang pasif adalah yang berprestasi kurang atau sedang dan mereka cenderung kurang percaya diri pada kemampuannya. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa terhadap materi pelajaran IPS terpadu, guru melakukan feed back terhadap hasil yang dicapai siswa dan memberikan tugas untuk mencari sendiri dalam buku bacaanya tentang pengertian kondisi geografis dan penduduk dengan dibatasi waktu sekitar 15 menit, sehingga siswa bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang cepat dan tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan tugas seperti ini siswa cukup termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik- baiknya. Seluruh siswa cukup antusias dan tertarik untuk menyelesaikan tugas. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa tercermin dalam semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam KBM. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat sedikit peningkatan aktivitas siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran). d. Refleksi Siklus I Penggunaan penerapan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam mengikuti pelajaran dan kreatifitas siswa dalam kegiatan memperhatikan guru serta pelaksanaan dari tiap-tiap penerapan menganalisis materi kondisi geografis dan penduduk melalui pembelajaran yang melibatkn siswa secara aktif. Maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini penerapan pendidikan dengan metode Talking stick, mampu menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa namun hasil yang dapat diperoleh sangat minim sekali. Hal ini dapat dilihat dari: 1) Sebagian siswa mengandalkan kemampuan menjawab pertanyaan guru bukan pada kemampuan menyikapi atau memecahkan persoalan, sehingga aktivitas belajar siswa adalah untuk mempelajari materi secara keseluruhan (sebatas materi/bahan ajar) bukan untuk menghubungkan materi dengan kehidupan nyata, 2) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu hanya dimiliki mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam proses belajar yang dialami sebelumnya. 3) Kegiatan pada siklus I dengan lempar tongkat atau biasa disebut talking stick masih kurang bisa membawa siswa untuk aktif menjawab secara maksimal sebab siswa merasa kurang siap untuk menjawab pertanyaan dari guru karena hanya diberi kesempatan beberapa menit untuk mempelajari materi yang akan ditanyakan oleh guru di depan. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I, maka peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus II dengan menyikapi kenyataan di atas maka mengambil langkah-langkah sebagai berikut: 1) Lebih mengutamakan pada aktivitas siswa di kelas. 2) Memacu siswa untuk lebih banyak membaca buku-buku tentang materi IPS dan memberi mereka untuk berkonsultasi pada guru mata pelajaran di luar jam pelajaran. 3) Dalam mengerjakan LKS walaupun ada beberapa anak yang tidak mengumpulkan namun rata-rata dari hasil proses talking stick cukup memuasakan. 4) Guru lebih banyak memberikan dorongan tentang manfaat materi pelajaran yang dipelajari, terutama pada siswa yang pasif dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran. c. Siklus Kedua a. Perencanaan Tindakan Siklus II Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan metode Talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode Talking stick sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Sebelum siklus II dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara lain: 1) Membuat perencanaan pembelajaran 2) Membagi materi gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.menjadi dua bagian: a) Mengetahui pengertian Atmosfer b) Mengetahui Pengertian tentang Hidrosfer 3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatan aktivitas 4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi:
1). Pendahuluan: (10 menit) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa bagaimana cuaca saat ini? Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi? Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa 2). Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer. Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan Guru memberikan contoh-contohnya Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3). Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya. Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatanaktivitas. Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui, kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Sebagaimana dalam siklus I, pelaksanaan siklus II diadakan satu kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Februari 2010, pukul 09.45-11.05. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan sebagai berikut : Pada pertemuan ini materi yang disampaikan adalah tentang memahami Gejala-gejala di Atmosfer dan Hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: Pertemuan II (Jumat, 19 Februari 2010) 1). Pendahuluan: (10 menit) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa bagaimana cuaca saat ini? Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi? Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa 2). Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer. Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan Guru memberikan contoh-contohnya Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3). Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya. Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatan aktivitas. Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui, kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang.
c. Pengamatan Tindakan Siklus II Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalm aktivitas belajanyar yang cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa mulai terbiasa dengan pertanyaan yang diajukan guru secara langsung. Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan siswa begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar sesama siswa. Ketika guru memberi pertanyaan kepada siswa. Siswa menjawab pertanyaan tersebut tidak lagi dengan gugup mereka sudah siap akan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dengan senang hati dan atas anjuran guru mereka berusaha untuk memahami materi yang dibebankan pada masing-masing siswa. Sering kali guru mendengar jawaban-jawaban yang kurang berbobot dari siswa dan dalam siklus ini jawaban dari siswa tidak lagi seperti saat terlaksananya siklus I. Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik antara guru dan siswa, karena masing-masing siswa sudah mulai bisa menghilangkan beban rasa malu, gugup dan takut salah dalam menjawab pertanyaan. Mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang guru terapkan di kelas VII-H ini. Ditambah lagi pada siklus II ini, guru berusaha memberikan pujian pada beberapa siswa atas prestasi yang diraih, dengan itu maka akan menjadi penyemangat bagi siswa lain yang belum pernah mendapatkan pujian dari guru. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat cukup peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78.5 meningkat menjadi 81.4 atau sekitar 3.56 %. (secara rinci dapat dilihat pada lampiran) Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran). d. Siklus Ketiga a. Perencanaan Tindakan Siklus III Pada rencana tindakan siklus III peneliti tetap menerapkan metode talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus II, maka peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode talking stick sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan siklus sebelumnya, sebelum siklus III dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara lain: 1) Membuat perencanaan pembelajaran 2) Mengetahui perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan- peninggalannya. 3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatan aktivitas belajas siswa. 4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi: 1). Pendahuluan: (10 menit) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa bagaimana berapa jumlah agama yang ada di Indonesia? Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi? Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa
2). Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3). Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya. Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti peningkatana ktivitas. Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui, kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Maret 2010, pukul 09.15- 10.35. Pada siklus ketiga diadakan satu kali pertemuan. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan sebagai berikut : Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut Pertemuan III (kamis, 4 Maret 2010) 1) Pendahuluan: (10 menit) a) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa bagaimana berapa jumlah agama yang ada di Indonesia? b) Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi? c) Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa 2) Kegiatan Inti (60 menit) Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Guru menyiapkan sebuah tongkat Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru Guru memberikan kesimpulan 3) Penutup 10 (menit) Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru memberi tugas rumah. c. Pengamatan Tindakan Siklus III Pada siklus III ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar yang cukup menggembirakan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa sudah lebih terbiasa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada tahap pendahuluan, kegiatan siswa cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari: 1) Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2) Pada saat penjelasan materi secara global siswa sudah siap menjawab pertanyaan dari guru dan juga berani mengajukan pertanyaan dan pendapat. Memasuki kegiatan inti, ketika guru melaksanakan metode mereka sangat menikmatinya dan tidak ada lagi rasa takut, gugup dan malu. Mereka tampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. mereka saling membantu memahami materi yang diberikan. Mereka saling melontarkan pertanyaan demi tercapainya hasil belajar yang memuasakan. serta menampakkan rasa gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran. Tidak tampak rasa letih dari roman muka mereka, bahkan ketika peneliti memberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, dengan serentak para siswa berebut bertanya kepada guru, sehingga tidak sia-sia peneliti menggunakan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru. Peneliti menangkap komunikasi dan kerjasama yang sudah sangat baik bahkan dapat dikatakan begitu dinamis dan sempurna pada masing-masing siswa, karena masing-masing siswa merasa tidak ada beban rasa malu dan takut salah dalam menjawab dan mengajukan pendapat. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa tercermin dalam bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam KBM. Sedangkan indikator peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau sekitar 6.43%. Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus III dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode talking stick belajar antara siklus III dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau sekitar 6.43%. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran). d. Refleksi Siklus III Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini tetap sama dengan siklus II, yaitu bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Pada siklus III ini, siswa sudah mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan peneliti. Bahkan mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas VII-H ini. Dari hasil pengamatan peneliti di kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang ternyata tindakan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan harapan dan mendekati hasil yang optimal. Penggunaan penerapan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi pada siklus III berjalan dengan baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam mengikuti pelajaran dan kretifitas siswa dalam memperhatikan guru di depan. Hal ini dapat dilihat dari: 1) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu yang pada siklus I dan II hanya dimiliki sebagian siswa, sekarang sudah hampir 75% dimiliki siswa kelas VII-H. 2) Kegiatan belajar mengajar dengan metode talking stick yang sudah dapat membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan, 3) Sebagian siswa sudah dapat mengandalkan kemampuan menyikapi atau memecahkan persoalan, untuk mensinkronkan materi dengan kehidupan nyata,
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan metode talking stick sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu dimulai dari tanggal 8 februari sampai dengan 3 April 2010, selama 3 kali pertemuan. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas VII-H SMPN 1 singosari Malang. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti selama 3 kali pertemuan, menggunakan metode yang sama yaitu penerapan metode Talking stick. Dalam rangka peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu. Pada siklus I, materi diberikan selama satu kali pertemuan, dengan perincian pada pertemuan pertama diberikan materi tentang keadaan kondisi geografis dan penduduk. Pada siklus I ini sebelum siswa diberikan tugas-tugas, guru melakukan pembahasan materi tentang rencana pembelajaran dan mendiskusikan tentang topik pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini diasumsikan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru sebab semakin jelas apa yang ingin dicapai guru bersama siswa semakin mudah dia dapat mencapainya dan semakin mudah pula dia dapat menyimpulkan apakah ia sudah mencapai tujuan atau belum, dan tentunya juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan pertama, siswa terlihat kurang dapat mengikuti KBM dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka terhadap materi yang akan diberikan serta minimnya pertanyaan atau jawaban yang telah dilontarkan guru kepada siswa saat metode talking stick berlangsung. Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang akan mereka pertanyakan atau apakah yang harus mereka jawab karena kebanyakan mereka belum siap menjawab pertanyaan dari guru. Akan tetapi antusias mereka terhadap tugas yang diberikan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari semangat dan kegembiraan mereka selama mengikuti pembelajaran. Tetapi lama kelamaan siswa tampak mulai menunjukkan rasa ingin tahu yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari munculnya pertanyaan-pertanyaan dan beberapa jawaban dari siswa ketika guru membuka pertanyaan. Di awal pembelajaran siswa pun tampak bersemangat dalam mengerjakan tugas dan berusaha mengerjakannya dalam waktu yang ditentukan, meskipun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Model pembelajaran inovatif sudah mulai tampak bisa diterima oleh siswa meskipun masih ada beberapa siswa yang pasif dan lamban menerimanya. Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia kita. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar. 59
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, peserta didik kelas VII-H cenderung pasif dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS terpadu.
59 Suyatno, op. cit hal 8 Aktivitas belajar para peserta didik sangat tergantung pada guru, hal ini dikarenakan peserta didik kurang di libatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran Konvensional yakni metode ceramah, mencatat di papan tulis dan memberi tambahan nilai dengan memberikan pekerjaan rumah. Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikifisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 60
Dengan menggunakan model pembelajaran yang bersifat mengajak para siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan tidak membuat mereka merasa bosan. seperti seperti dengan menggunakan model pembelajaran inovatif melalui metode Talking Stick ini akan dapat merubah kebiasaan siswa yang cenderung pasif dan hanya terpusat pada guru akan menjadi suatu proses pembelajaran yang akan membuat siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah dan lebih bertahan lama, serta mereka juga akan merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi Tidak semua materi dalam kurikulum bisa menggunakan metode ini, seperti materi perhitungan, karena untuk meteri perhitungan siswa terlalu sulit untuk belajar sendiri, dan untuk tanya jawabnya siswa akan kesulitan. Materi-materi yang bisa menggunakan metode ini adalah materi-materi yang bersifat hafalan yang mudah dicerna dan dipahami oleh siswa.
60 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23 Pembelajaran mata pelajaran Ips terpadu yang dilaksanakan oleh peneliti menggunakan pembelajaran inovatif dengan metode Talking Stick. Dalam proses pembelajaran ini para siswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif sehingga dalam proses pembelajaran aktivitas siswa sangat tinggi, model pembelajaran ini mengajak para peserta didik untuk belajar sambil bermain sehingga mereka tidak merasa bosan ataupun tidak semangat ketika mengikuti proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode talking stick antara lain sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi 7. Penutup 61
Pelaksanaan penelitian ini menerapkan menggunakan pembelajaran inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick melalui beberapa kegiatan pembelajaran diantaranyan yaitu : A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran Peneliti menjelaskan tentang aturan main dalam proses pembelajaran inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick bahwa para siswa nantinya akan diajak bermain sambil belajar yakni dengan memegang tongkat
61 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136 secara bergiliran sambil bernyanyi, peserta didik harus dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru bagi yang memegang tongkat ketika nyanyian di hentikan sejenak, dan begitu seterusnya. Namun sebelum itu Peneliti membagikan modul atau bahan ajar kepada peserta didik dengan tujuan sebagai pegangan ataupun pedoman dalam belajar. Pada tahap awal setelah peneliti membagikan bahan ajar kepada para peserta didik, maka peneliti akan menjelaskan secara singkat tentang inti materi yang akan dipelajari serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai hal ataupun materi yang belum di mengerti dan sesekali peneliti juga memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai apa yang telah disampaikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan para peserta didik untuk belajar secara mandiri mengenai materi yang telah disampaikan sebelum proses pembelajaran inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick dilaksanakan, kemudian peneliti juga memberikan dorongan kepada peserta didik agar semangat dalam belajar sehingga nanti dalam proses permainan mereka dapat menjawab pertanyaan yang diajukan serta memberi penjelasan kepada mereka agar tidak takut ketika mendapat giliran memegang tongkat sehingga harus menjawab, karena juga disampaikan oleh peneliti bahwa mereka semua pasti akan mendapat giliran memegang tongkat dan menjawab pertanyaan.
B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran Penyajian materi dilakukan setelah tahap awal pelaksanaan pembelajaran diselesaikan. Penyajian materi bertujuan agar siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari, sehingga para siswa dapat belajar dengan acuan yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya. Penyajian materi dilakukan dengan cara guru hanya memberikan gambaran ataupun garis besar mengenai materi yang dipelajari selebihnya siswa dituntut agar lebih mandiri dalam belajar sehingga ketika dalam proses pembelajaran Talking Stick nantinya mereka tidak merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick Dalam proses pembelajaran ini para peserta didik akan mengalami proses pembelajaran yang mereka rasa sangat menyenangkan. Suasana belajar yang biasa mereka rasakan sehari-hari yang sangat membosankan akan berubah menjadi suasana belajar yang sangat berbeda dan menyenangkan. Karena semua peserta didik akan diajak bermain dan belajar yakni dengan bernyanyi dan menjawab pertanyaan. Akan tetapi dalam proses pembelajaran ini peserta didik harus dapat menguasai materi dengan baik agar tidak kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Setelah proses pembelajaran ini dilaksanakan dan jika semua siswa sudah menanamkan hal ini difikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif dikelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan dalam ulangan harian, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Semua akan menjadi menyenangkan sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
D. Pemberian Tugas Dalam proses pembelajaran ini penilaian dilakukan ketika peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang diberikan ketika mereka mendapat giliran memegang tongkat, Guru sudah dapat memberikan penilain ketika proses pembelajaran berlangsung. Disamping itu penilaian juga dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik yang diberikan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung meski tidak setiap pertemuan tugas yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil prestasi siswa dalam belajar dan seberapa jauh peserta didik dapat mengambil atau mengerti isi materi yang telah diberikakan. Pada siklus I ini aktivitas peserta didik dalam penerapan model pembelajaran dengan metode Talking Stick sudah cukup baik, meskipun masih ada beberapa kekurangan seperti keaktifan siswa dalam bertanya ketika diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya setelah guru menyampaikan inti materi, dan dalam ketika diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri sebelum metode Talking Stick dilaksanakan kebanyakan siswa masih ramai sendiri dan kurang mau untuk belajar padahal sudah diberikan bahan ajar, dan juga kitika proses metode Talking Stick dilaksanakan siswa aktif hanya sebatas bernyanyi saja sedangkan ketika menjawab pertanyaan mereka saling melempar satu sama lain. Untuk pekerjaan tugaspun peserta didik masih sangat malas dan banyak yang tidak mengerjakan, sehingga disini kemandirian belajar mereka sangat kurangg. Oleh karena itu, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu, guru melanjutkan siklus I dengan siklus II. Pada proses pembelajaran metode Talking Stick siklus II ini, aktivitas belajar siswa sudah mulai sangat meningkat, hal ini bisa dilihat ketika mereka memperhatikan secara seksama ketika guru menyampaikan materi serta mereka juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang belum dimengerti, pada saat mereka diberi waktu untuk belajar secara mandiri sebelum metode ini dilakukan merekapun sudah dapat tertib untuk belajar dan tidak ramai sendiri seperti pada siklus I, ketika proses pembelajaran metode Talking Stick dilaksanakan aktivitas merekapun sangat meningkat hal ini dapat dilihat dari mereka tidak takut lagi ketika mendapat giliran manjawab pertanyaan dan mereka sangat semangat dan antusias sekali ketika proses permaian berlangsung. Hal ini dapat dillihat pada permulaan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. perubahan pola pembelajaran yang dulunya hanya selalu bersifat konvensional yakni hanya berpusat pada guru saja, kini siswa mulai diajak untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat beraktivitas dan berpartisispasi secara aktif dalam proses pembelajaran. siswa berdiri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika mendapat giliran memegang tongkat, serta bagaimana mereka dapat secara mandiri untuk belajar dan tidak selalu tergantung pada apa yang diberikan oleh guru saja. hal ini dimaksudkan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. Pada dasarnya aktivitas belajar siswa pada siklus I ini tergolong kurang baik dengan prosentase rata-rata sebesar 4.16% dan pada siklus II ini tergolong cukup baik dengan prosentase rata-rata sebesar 10.71% dan dilanjutkan dengan siklus III dengan prosentase rata-rata sebesar 16.12% hal ini jauh dari yang diharapkan sebesar yakni dengan prosentase sebesar 100%. Dalam proses permainan siswa hanya semangat ketika bernyanyi meskipun masih ada beberapa siswa yang masih pasif, dan ketika nyanyian berhenti kebanyakan siswa saling ribut sendiri untuk saling melempar tongkat agar terhindar dari pertanyaan. Untuk itu setelah proses pembelajaran ini berlangsung meskipun kurang maksimal, guru memberikan tugas kepada siswa dengan tujuan agar mereka dapat belajar dirumah dan mengulangi materi yang telah diberikan pada pertemuan tadi, akan tetapi masih banyak sekali siswa yang tidak mengerjakaan. Dalam siklus I ini guru senantiasa memberikan stimulus untuk mendorong semangat siswa supaya mereka aktif dalam permainan dan tidak takut lagi ketika mendapat giliran menjawab serta mereka harus dapat mengerjakan tugas yang diberikan agar mereka tidak lupa dengan materi yang telah diajarkan. Kenyataan di atas dapat dimaklumi mengingat subyek belum pernah belajar dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini sebelumnya. Dan masih sangat terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran yang masih sangat terpusat pada apa yang diberikan oleh guru, hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam mengikuti pembelajaran ini pada siklus I sehingga kegiatan pembelajaran inovatif meteode Talking Stick berjalan kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari hasil pengamatan pada siklus I ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran ini, antara lain: 1. Siswa masih terbiasa belajar dengan model pembelajaran sebelumnya sebelum proses pembelajran inovatif metode Talking Stick dilaksanakan 2. Penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick ini masih baru pertama kali diterapkan 3. Siswa masih merasa takut untuk menjawab pertanyaan ketika mendapat giliran memegang tongkat 4. Siswa masih sangat malas untuk mengerjakan tugas dirumah 5. Sebelum siswa diberikan bahan ajar oleh peneliti mereka tidak memiliki pegangan atau panduan untuk beajar hanya tergantung dengan apa yang dicatatkan di papan tulis. Pada pelaksanaan siklus II ini, aktivitas belajar siswa mulai mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan peningkatan prosentase sebesar 10.71% dengan predikat kategori cukup baik. Sebagian besar siswa sudah mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti dan juga ketika proses pembelajaran metode Talking Stick dilaksanakan mereka tidak lagi merasa takut manjawab pertanyaan ketika mendapat giliran memegang tongkat, serta merekapun sudah mulai mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Peningkatan aktivitas tersebut dimungkinkan terjadi karena selama pelaksanaan tindakan siklus II telah dilakukan perubahan pada proses pembelajaran yang merupakan realisasi langkah perbaikan tindakan siklus I. Yaitu adanya motivasi yang diberikan oleh guru bahwa pertanyaan yang akan diberikan sudah tersaji pada bahan ajar yang telah diberikan sehingga siswa hanya perlu mempelajari dengan baik, ketika guru menjelaskan inti dari materi pelajaran, selain siswa bertanya guru juga memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang pertanyaan itu juga merupakan jenis pertanyaan yang akan diberikan pada waktu proses pembelajaran dengan metode Talking Stick sehingga siswa dapat memperdalam materi tersebut dan tidak kesulitan lagi menjawab pertanyaan ketika metode Talking Stick dilaksanakan. Pada pelaksanaan selanjutnya yakni siklus III ini, aktivitas belajar siswa mulai mengalami peningkatan yang cukup meningkat, hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan peningkatan prosentase sebesar 16.12% dengan predikat kategori baik. Sebagian besar siswa sudah mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti dan juga ketika proses pembelajaran metode Talking Stick dilaksanakan mereka tidak lagi merasa takut manjawab pertanyaan ketika mendapat giliran memegang tongkat, serta merekapun sudah mulai mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan diketahui juga bahwa pada saat permainan berlangsung dan ketika siswa yang mendapat giliran menjawab tidak bisa ataupun kurang tepat jawabanya, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk membetulkan atau melengkapi jawaban tersebut, sehingga siswa lainnya sangat antusias dan termotivasi untuk memberikan jawabannya. Serta guru juga akan memberikan tambahan poin penilaian kepada para siswa yang bisa menjawab dan membetulkan atau melengkapi jawaban yang salah, hal ini dimungkinkan supaya siswa mau aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran ini. Peningkatan aktivitas ini juga terjadi karena siswa benar- benar menyadari bahwa dengan metode seperti ini siswa sangat senang karena disamping belajar mereka juga bisa bermain, sehingga pikiran mereka tidak tegang dan selalu serius ketika belajar. Berdasarkan hasil pengamatan nampak bahwa siswa yang berkemampuan tinggi dan berani berbicra mengambil peran yang sangat besar dalam kegiatan pembelajaran ini, karena mereka selalu dapat menjawab dan membenarkan atau melengkapi jawaban yang salah sehingga semua siswa mengerti jawaban mana yang benar dan jawaban mana yang salah. Selain itu mereka juga akan mendapat keuntungan baik yang berkemampuan tinggi maupun rendah. Keuntungan yang diperoleh oleh siswa dengan memberikan bantuan kepada teman yang tidak bisa menjawab ataupun kurang tepat dalam menjawab mereka akan lebih baik lagi dalam menguasai isi materi yang diajarkan, sedangkan keuntungan yang diperoleh oleh siswa yang berkemampuan sadang atau rendah melalui kegiatan pembelajaran ini mereka akan tau jawaban yang benar dan akan mengingat jawaban tersebut hal ini disebabkan karena tutur kata teman sebaya yang dilakukan siswa dalam menjawab pertanyaan akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa jika dibandingkan dengan bahasa yang disampaikan oleh gurunya. Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran inovatif metode Talking Stick telah memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain dengan catatan bahwa proses permainan tersebut dapat membantu mereka dalam memahami isi materi yang telah disampai. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan data di depan dapat diketahui bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan nilai hasil aktivitas yang diperoleh. Selanjutnya dapat diambil ringkasan penjelasan di depan, sebagai berikut: 1. Perencanaan metode Talking Stick dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai pengetahuan yang ia dapat serta bisa dirangsang dengan beberapa metode pembelajaran yang menarik dan efisien seperti metodeTalking stick. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS terpadu perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai pengetahuan yang ia dapat. 2. Pelaksanaan metode Talking Stick dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan metode Talking Stick dalam pembelajaran IPS terpadu adalah sangat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran Anatara lain yakni: kondisi geografis dan penduduk, Atmosfer dan Hidrosfer serta perkembangan masyarakat, kebudayaan, Hindu-Budha pada masa kolonial Eropa Penerapan metode Talking Stick pada pembelajaran IPS terpadu adalah salah satu pendekatan dan teknik pembelajaran inovatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran Ips terpadu. 3. Penilaian metode Talking stick dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %, Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78,5 meningkat menjadi 81.4 atau sekitar 3.56 %, dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode talking stick belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau sekitar 6.43%.
B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi peserta didik a. Pada saat pembelajaran inovatif metode Talking Stick diterapkan, perlu meningkatkan keberanian mengajukan pertanyaan tentang materi maupun instruksi-instruksi yang belum dimengerti sehingga tidak merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran. b. Pada saat diberi kesempatan oleh guru untuk belajar secara mandiri hendaknya dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga dalam proses pembelajaran mereka dapat menjawab pertanyaan, dan agar para peserta didik yakin dengan dirinya sendiri mampu dan tidak merasa takut menjawab pertanyaan 2. Bagi Guru a. Diharapkan pada guru agar dapat menerapkan metode pembelajaran inovatif metode Talking Stick ini sebagai alternatif atau pilihan dalam praktik pembelajaran di kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang khususnya pada mata pelajaran IPS terpadu, dan guru juga bisa menerapkan metode ini pada pelajaran-pelajaran yang bersifat hafalan yang mudah dicernah dan dipahami oleh siswa, agar aktivitas belajar dapat meningkat, sehingga siswa terlihat semangat untuk mengikuti proses pembelajaran dan tidak merasa malas dalam belajar, serta siswa tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Guru hendaknya lebih meningkatkan motivasi pada siswa untuk belajar secara mandiri dalam arti mereka dapat mempergunakan pengetahuan dasar yang telah mereka miliki dalam belajar agar mereka bisa memperoleh pengetahuan secara cepat dan tepat, karena dengan hal ini akan mempermudah mereka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick. c. Bagi sekolah SMPN 1 Singosari Malang Bagi SMPN 1 Singosari Malangagar perlu menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung efektifitas penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick, seperti memperhatikan keadaan siswa dengan menyediakan bahan ajar, lembar kegiatan siswa (LKS), dan buku pegangan yang harus dimiliki siswa agar mereka dapat belajar dengan baik, tidak hanya mengandalkan catatan yang setiap kali pertemuan ditulis dipapan tulis. 3. Bagi peneliti selanjutnya Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk membahas lebih jelas tentang efektivitas penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick dalam mata pelajaran IPS terpadu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
115 DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. 2007. Psikologi Kenabian. Yaogyakarta: Pustaka Al Furqon.
Ahmadi Abu, 1993. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: C.V Aneka,
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. B. Uno Hamzah. 2007. Model pembelajaran, J akarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI. 1993. Al Quran dan Terjemahannya. Proyek dan Penggandaan Kitab Suci Al Quran. J akarta.
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. J akarta: Rineka Cipta. Hanafian Nanang dan Cucu Suhana, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama.
http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5 mei 2010) pukul 13.00 WIB Ilwan, Moch. 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemandirian Belajar Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran pada Siswa Kelas X APK SMK PGRI 6 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ekonomi. Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. J akarta: Remaja Rosdakarya. Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama. Posted on by kiranawati,wiki pedia.Com. Diakses 3 J anuari 2010 Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar. J akarta: Rajawali Press. Syaiful Sagala , 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo, Masmedia Buana Pustaka,
115 116 Station F. Thomas. 1978. Cara Belajar Dengan Hasil yang Baik, Bandung: C.V Diponegoro Thonthowi Ahmad,----- Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, Tt, Rahmawati, Ika, 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ekonomi. Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. J akarta: Rineka Cipta Wahab Abdul Aziz, Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung: 2008, Alfabeta.
Wahidmurni dan Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: UIN press. Winkel, W.S, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Wina Sanjaya, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. J akarta: Kencana prenada Media group.
Lampiran 1 BUKTI KONSULTASI
Nama : Irfatul Aini NIM / Jurusan : 0630022 / Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul Skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII di SMPN 1 Singosari Malang
Dosen Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M.Pd No Tanggal Hal Yang Dikonsultasikan Tanda Tangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 19Maret 2010 24 Maret 2010 7 Mei 2010 10 Mei 2010 20 Mei 2010 22 Mei 2010 2 Juni 2010 4 Juni 2010 18 Juni 2010 12 Juli 2010 16 Juli 2010 Konsultasi proposal Konsultasi Bab I, II dan III Revisi Bab I, II dan III Konsultasi Bab I, II, dan III Revisi Bab I, II, dan III Konsultasi Bab IV, V,dan VI Revisi Bab IV, V, dan VI Konsultasi Bab V, dan IV Revisi Bab V, dan IV Konsultasi Bab V, dan IV ACC keseluruhan 1.............. 2. .............. 3............... 4. .............. 5. .............. 6. .............. 7. ............ 8. .............. 9. ............ 10. ............ 11. ..........
Malang, 15 Juli 2010 Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr.H.M.Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001
Lampiran 4
PEDOMAN INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman intrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
A. Intrumen observasi 1. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang 2. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang 3. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Singosari Malang 4. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu B. Instrumen wawancara 1. Program-program yang disusun oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata Pelajaran IPS Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar. 2. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu kelas VII-H di SMPN 1 Singosari. 3. Data-data mengenai aktivitas siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang C. Instrumen dokumentasi 1. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang 2. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1 Singosari Malang 3. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang 120 4. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari 5. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari 6. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari 7. Data-data program SMPN 1 Singosari Malang
Lampiran 5 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi diadakan dengan maksud mengarahkan kegiatan para anggota organisasi untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan kewenangan, serta menghindari ketumpang tindihan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Adapun struktur organisasi pada SMPN 1 Singosari Malang tahun pelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada Gambar berikut ini : Adapun struktur organisasi SMPN 1 Singosari Malang adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi SMPN 1 Singosari Malang
Gambar 1. Struktur Organisasi SMPN 1 Singosari Malang (Sumber: SMPN 1 Singosari Malang Tahun 2010) Kepala sekolah Sapto Suparjatmo, S. Pd Komite Sekolah Drs, K. Hadisriono, SH
KORLAKBID Kesiswaan Arif Nurcahyo, SE, S, Pd KORLAK BID Sapras Drs. Trisno Djunaidi KORLAKBID Kurikilum Nanik Suliani, S. Pd Tim Pengembang Drs. A. Muzakkin, M. Ag Drs. Budi Irianto Kanti S, S. Pd KORLAK BID Humas Winarni Ds, S. Pd Peserta Didik Guru dan Karyawan Wakil Kepala sekolah Endik Yulianto, S. Pd K.A TAUS Aning Krisya W. 122 3. Keadaan kurikulum Membantu Kepala Sekolah dalam hal : a. Mengkoordinir penyusunan dan pelaksanaan kurikulum sekolah (KTSP) . Menyusun pembagian tugas mengajar dan jadwal pelajaran . b. Menyiapkan dan atau membuat kelengkapan administrasi pelaksanaan KTSP . c. Megkoordinir pelaksanaan kegiatan MGMPS . d. Menyusun program pelaksanaan evaluasi belajar (Ulng. Harian , UTS, UAS, UKK, ujian dan Remidial) e. Merencanakan kegiatan untuk pengembangan mutu akademis di sekolah . f. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan pengembangan SNP,khususnya : g. Standar : isi , proses , kompetensi lulusan , dan penilaian pendidikan . h. Mengadministrasikan /mengarsipkan semua pelaksanaan kegiatan kurikulum sekolah . i. Mengatur ketertiban / kelancaran pelaksanaan PBM . j. Mengkoordinir lain-lain kegiatan yang ada hubungannya dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. k. Menyusun laporan kegiatan kurikulum secara berkala .
4. Keadaan keuangan a. Sumber Pendanaan 2009 2010 Belanja Pegawai : Rp.1.907.842.800,- BOS (895 x 12 x RP.47.500,0) : Rp. 510.150.000,- Block Grant RSBI : Rp. 300.000.000,- Iuran Bulanan : Rp.1.000.750.000,- Iuran Insidentil Kl.7 : Rp. 336.000.000,- Jumlah : Rp.4.084.742.800,-
5. Sarana dan Prasarana Membantu Kepala Sekolah dalam : a. Mengkoordinir penyusunan kebutuhan sarpras sekolah menjelang awal tahun pelajaran . b. Mengkoordinir pendayagunaan sarana prasarana sekolah serta perijinan penggunaan sarana prasarana sekolah + c. Mongkoordinir pelaksanaan inventarisasi sarana prasarana sekolah . d. Mengkoordinir pelaksanaan perawatan , perbaikan , serta penghapusan barang inventaris sekolah . e. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan pengembangan SNP , khususnya standar pngmbng`an sarpras f. Menyusun laporan pelaksanaan urusan g. sarana prasarana secara berkala Tabel 2. Sarana dan Prasarana berdasarkan Lokasi dan Fungsinya No LOKASI ATAU RUANG FUNGSI 1 26 Ruang Kelas (Ruang Belajar) Untuk Proses Belajar Mengajar 2 2 Lokasi Kelas 1 untuk lab. IPA dan 1 untuk Ketrampilan 3 1 Ruang Kantor & 1 Ruang Kepala Sekolah Kegiatan Ketatausahaan & Kepala Madrasah 4 2 Ruang Guru 1 Ruang untuk guru Putri 1 Ruang untuk guru Putra 5 1 Ruang BP dan UKS Untuk Konsultasi/ Pelayanan Kesehatan Siswa 6 1 Ruang OSIS Untuk Kegiatan OSIS 7 1 Ruang Mushola Sholat untuk Bapak/ Ibu Guru 8 1 Ruang Kopsis Jual Beli Perlengakapan Sekolah 9 1 Ruang Olah Raga Penampungan alat Olah Raga 10 2 Gudang 1 alat dan 1 alat untuk alat pendidikan 11 1 Dapur Untuk masak air 12 1 Ruang Pentas Untuk Pentas/ untuk Pleno/ Ketrampilan 13 2 Tempat sepeda motor/ Mobil Untuk Guru 14 1 Petak tempat sepeda motor Untuk Sepeda motor 15 1 Ruang Komputer Untuk pelajaran TIK 16 1 Aula Untuk Pertemuan 17 1 Ruang Lab. Bahasa Untuk Praktek Bahasa 18 3 Kantin 1 gedung bangunan dan 2 petak kantin Sumber Data: Dokumentasi SMPN 1 Singosari, 2010 GURU DAN PEGAWAI SMPN 1 SINGOSARI TAHUN 2010 A. GURU No NAMA TUGAS 1 Dra. Hj. Istuti Mamik, M. Ag Bim. Konseling 2 Drs. Moh. Taufik Matematika 3 Winarto, S. Pd IPA Biologi 4 Minuril Hidyati, S.Pd Matematika 5 Masudi, M.Ed B.Inggris 6 Dwi Siwi Andari, S.Pd IPA Biologi 7 Drs. Supandri Penjaskes 8 Erna Murjanti, S.Pd Matematika 9 Drs. Sutrisno Matematika 10 Rimayanti, S.Pd Bahasa Indonesia 11 M. Syaifuddin, S.Pd Bahasa Inggris 12 Ratna Hidayati, M.Ed Bahasa Inggris 13 Sutirjo. M.Pd IPA Biologi 14 Ruchoyyati, BA Aqidah Akhlak 15 Emy Widayatsih, S.Pd Bahasa Indonesia 16 Drs. Mujtahid Matematika 17 Dra. Cahyowatin Matematika 18 Nuril Anwar, S.Pd Bahasa Indonesia 19 Dra. Hanik Fauziah Bahasa Inggris 20 Dra. Siti Hajar Matematika 21 Dra. Titin Sumartini Bahasa Inggris 22 Dra. Tri Sulasmi W Matematika 23 Fitri Hari Jatmiko, S.Ag Bahasa Inggris 24 Siti Fatimah IPA Fisika 25 Ahmad Budi Leksono, S.Pd Bahasa Inggris 26 Dra. Fonny Anawati, M.Pd Bim. Konseling 27 Dra. Hairiyah PAI 28 Ahmad Maksun, S.Pd Penjaskes 29 Handri Setiawan, S.Pd IPS 30 Mokh. Amin Thohari, S.Ag PAI 31 Yuyus Robentien, S.Pd Bahasa Indonesia 32 Ana Fikhrotus Zakiyah, SP IPA 33 Moch. Sholehudin, S.Pd Bahasa Arab 34 Lailatul Chusniah, S.Pd IPS
B. GURU TIDAK TETAP No NAMA TUGAS 1 M. Yusuf, S.Pd Penjaskes 2 Drs. Sarsono Bahasa Indonesia 3 Sumiati Sudjono, S.Pd IPS Ekop 4 Aries Yulianto, S.Pd IPS Geografi 5 Anna Tri Rusmianti PPKn 6 Mujiono Aqidah Akhlak 7 Indah Kurniawati, S.Ag Fiqh 8 M. Kholis Widodo IPA Fisika 9 Siti Nurul Fitriani, S.Ag Bahasa Arab 10 Munifatunnufus, S.Ag Bahasa Arab 11 Ira Kristina, S.Pd PPKn 12 Drs. M. Ibrahim Fiqh 13 Miftahurrohman, S.S Sejarah 14 Faruq Baharudin, S.S SKI 15 Lukman Hakim, S.Pd Bahasa Arab 16 Umargiono, S.Pd Sejarah 17 Luluk Huriroh, S.Pd IPA Fisika 18 Shohib, S.Pd IPA Fisika 19 Saiful Bahri A. S.Pd IPS Sejarah 20 Enita D. S.P Computer 21 Pariati Hidayat, S.Psi Bim. Koseling 22 Iip Rudi Ripai, M.Hum Kesenian 23 Zulfiki, S.Pd Bahasa Indonesia 24 Denok Purwaningsih, S.Pd Penjaskes
TATA USAHA No NAMA TUGAS 1 Dra. Uswatun Hasanah Ka. Tata Usaha 2 Suwardi Pengadministrasi Umum 3 Heru Cahyono Pengadministrasi Kepegawaian 4 Karmilawati Pengadministrasi Kesiswaan
PERPUSTAKAAN No NAMA TUGAS 1 Diah Muji Rahayu, S.Sos Perpustakaan
KEBERSIHAN NO NAMA TUGAS 1 Djoned Koor. Kebersihan 2 Hariyono Kebersihan 3 Rudianto Kebersihan 4 Nyoto Hadi Kebersihan 5 Hadi Wiyono Kebersihan 6 Prihantono Kebersihan 7 Sunarto Kebersihan 8 Misni Kebersihan 9 Cahyo Widodo Kebersihan
SATPAM NO NAMA TUGAS 1 Moh. Toha Satpam 2 Supratono Satpam 3 Suharno Satpam
KOPERASI NO NAMA TUGAS 1 Elis Mufida Staf Koperasi 2 Fatimatuzzahro Staf Koperasi 3 Endang Sulistiyani Staf Koperasi 4 Sri Lestari Staf Koperasi
Lampiran 6 Penilaian Proses SIKLUS 1 Hari /Tanggal : Jumat, 18 Februari 2010 Kelas : VII-H Sub Pokok Bahasan : kondisi geografis penduduk Observer : Sri Wahyuni TALKING STICK No NO. INDUK Nama Aspek penilaain Skor Nilai
keaktifan Menjawab A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 8 80 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 7 70 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 7 70 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 7 70 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 7 70 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 7 70 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 7 70 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 7 70 33 13887 Widiana tri astutik v v 8 80 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100
Keterangan skor dalam point keaktifan A. Sangat aktif skor 5 B. Cukup aktif skor 3 C. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab A. Tepat skor 5 B. Cukup tepat skor 3 C. Kurang tepat skor 2
Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:
NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100) Lampiran 7 PENILAIAN Proses SIKLUS 2 Hari /Tanggal : Jumat, 4 Maret 2010 Kelas : VII-H Sub Pokok Bahasan : Atmosfer dan hidrosfer Observer : Sri Wahyuni TALKING STICK No NO. INDUK Nama Aspek penilaain Skor Nilai
keaktifan Menjawab A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 7 70 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 7 70 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 8 80 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 10 100 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 7 70 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 7 70 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80 33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 7 70
Keterangan skor dalam point keaktifan D. Sangat aktif skor 5 E. Cukup aktif skor 3 F. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab D. Tepat skor 5 E. Cukup tepat skor 3 F. Kurang tepat skor 2 Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:
NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100) Lampiran 8 PENILAIAN Proses SIKLUS 3 Hari /Tanggal : Jumat, 11 Maret 2010 Kelas : VII-H Sub Pokok Bahasan : Perkmbngan masyrakat, kebudyaan masa Hindu-Budha Observer : Sri Wahyuni TALKING STICK No NO. INDUK Nama Aspek penilaain Skor Nilai
keaktifan Menjawab A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 10 100 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 10 100 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 10 100 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 10 100 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 10 100 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80 33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100 Keterangan skor dalam point keaktifan G. Sangat aktif skor 5 H. Cukup aktif skor 3 I. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab G. Tepat skor 5 H. Cukup tepat skor 3 I. Kurang tepat skor 2
Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu
NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100) Lampiran 9
REKAP NILAI KELAS VII-H TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Nomor Nama siswa L / P Penilaian Ur ut Induk Pre test Siklus I Siklus II Siklus III Rata- rata 1 13855 Achmad taufik .F L 89 80 70 100 59.75 2 13856 Agung Zainul Maliki L 89 80 80 80 62.25 3 13857 Anang Teguh Nuryadi L 86 70 70 100 56.5 4 13858 Aris Al Imron L 89 80 80 80 62.25 5 13859 Brian Aditya nur Moch L 88 80 80 80 82.66 6 13860 Fahrizal maulan L 82 80 70 80 77.33 7 13861 Galih Purwa Guntara L 81 100 100 100 93.66 8 13862 Imam Abdul Rchim L 84 80 80 80 81.33 9 13863 M. Moreno Kelana L 83 80 80 80 81 10 13864 Moch. Dicky firmansyah L 90 70 80 100 80 11 13865 Moch. An'im choiruddin L i 80 80 80 53.33 12 13866 Rahmat hamidi shaleh L 91 70 100 100 87 13 13867 Teo destario dwi anoraga L 94 80 80 80 84.66 14 13868 Yoga rhamadan L 94 100 100 100 98 15 13869 Almistika hasanah P 86 80 80 80 82 16 13870 Alvinda ayu kartika sari P 84 100 100 100 94.66 17 13871 ayunda zakiana rizanti P 80 70 70 100 73.33 18 13872 Choirum ayun P 85 80 80 80 81.66 19 13873 Devinta setyaningtyas A P 89 70 100 100 86.33 20 13874 Esti widianti P 80 80 80 80 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani P i 80 80 80 53.33 22 13876 Jannatul firdaus ahla P 80 100 100 100 93.33 23 13877 Katrin rengga resistyaning P 83 0 0 0 27.66 24 13878 Linda rahmawati P 73 70 100 100 81 25 13879 Meta novita P 86 80 80 80 82 26 13880 Meyliva ella radika P 87 100 70 100 85.66 27 13881 Michibbatul Mufidah P 66 80 80 80 75.33 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis P 87 70 100 100 85.66 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana P 81 70 100 100 83.66 30 13884 Octa fitri mu'azizah P 89 80 80 80 83 31 13885 Rifky anindita yusan P 84 80 70 80 78 32 13886 Silvia shinta irmawati P 88 70 80 80 79.33 33 13887 Widiana tri astutik P 87 80 100 100 89 34 13888 Zulfina fahrun nisa P i 100 70 100 56.66 Jumlah rata-rata 77.5 78.52 81.47 87.05 76.80
Lk :20 Pr :14 Jumlah :34 Singosari, 27 Maret 2010
Drs. H. Darsono Lampiran 10 DATA OBSERVASI AKTIVITAS PRE TEST NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR NILAI 4 3 2 1 1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan - Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan
2
2
- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya - Tergerak untuk selalu belajar
2 1 - Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan - Terangsang untuk mewujudkan keinginannya 2
1 - Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan - Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu - Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran
2
2 1 - Semangat - Mengikuti KBM dengan senang - Mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru - Tidak merasa jenuh dengan pelajaran 2
2
1 - Rasa ingin tahu - Bertanya untuk mencari tahu - Selalu merasa penasaran 2
2
Jumlah 20 4 Jumlah 24 Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLIS I NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR NILAI 4 3 2 1 1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan - Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan
2
2
- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya - Tergerak untuk selalu belajar
3
1 - Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan - Terangsang untuk mewujudkan keinginannya 2
1 - Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan - Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu - Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran 4
2
1 - Semangat - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan - Partisipasi siswa saat permainan berlangsung - Selalu Tidak kenal malas
2
1
1 - Rasa ingin tahu - Bertanya untuk mencari tahu - Selalu merasa penasaran 2
1 Jumlah 4 3 12 6 Jumlah 25 Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang
DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLUS II NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR NILAI 4 3 2 1 1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan - Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan
2
2
- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya - Tergerak untuk selalu belajar
2 1 - Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan - Terangsang untuk mewujudkan keinginannya 2
1 - Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan - Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu - Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran 4
4 2
- Semangat - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan - Partisipasi siswa saat permainan berlangsung - Selalu Tidak kenal malas 2
2
1 - Rasa ingin tahu - Bertanya untuk mencari tahu - Selalu merasa penasaran 3 2
Jumlah 8 3 16 3 Jumlah 31 Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang
DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLUS III NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR NILAI 4 3 2 1 1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan - Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan
4
2
- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya - Tergerak untuk selalu belajar 3
2
- Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan - Terangsang untuk mewujudkan keinginannya
3 2
- Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan - Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu - Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran
2
2 1 - Semangat - - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan - Partisipasi siswa saat permainan berlangsung - Selalu Tidak kenal malas 2
2
1 - Rasa ingin tahu - Bertanya untuk mencari tahu - Selalu merasa penasaran 4
4
Jumlah 16 6 12 2 Jumlah 36 Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang Data pehitungan dengan Rumus:
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
a. AKTIVITAS BELAJAR
1. Pada siklus I
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 25 24 x 100 24
= 4,1%
2. Pada siklus II
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 31 28 x 100 28
= 10,71%
3. Pada silkus III
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 36 31 x 100 31
= 16,12%
b. TALKING STICK
1. Pada siklus I
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 78,5 77,5 x 100 77,5
= 1,29%
2. Pada siklus II
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 81,4 78,5 x 100 78,5
= 3,69%
3. Pada siklus III
Post rate Base rate P = x 100 % Base rate
= 87 81.4 x 100 81,4
= 6,87%
Lampiran 11 Dokumentasi A. Proses belajar mengajar
Gambar 1. 1 Proses belajar mengajar
Gambar 1. 2 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 1. 3 Saat guru memberikan pengarahan pasa siswa
Gambar 1.4 siswa belajar kelompok
Gambar 1. 5 siswa menjawab pertanyaan dari guru
Gambar 1. 6 Saat pelemparan Talking stick
Gambar 1. 7 Saat sisiwa mendapat pertanyaan dari guru
Gambar 1. 8 Metode talking stick
Gambar 1. 9 Saat siswa presentasi depan kelas
Gambar 1.10 Foto bersama siswa-siswa VII-H SMPN 1 Singosari Malang
B. Bangunan sekolah
Gambar 2. 1 Bangunan dari luar
GAMBAR 2. 2 Kantin sekolah kantin kejujuran
Gambar 2. 3 Lapangan basket
Gambar 2. 3 Bangunan tampak dari dalam sekolah
Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Irfatul Aini Tempat Tanggal Lahir : Malang, 01Mei 1987 Alamat Rumah : Desa Sipring RT 01 RW 02 Pagelaran, Malang Alamat Malang : Jln. Sunan Drajat No. 9 Malang. Telp : Rumah (0341)877153 Hp. 085815188738
GRADUASI PENDIDIKAN 1. Taman Kanak-kanak (TK) Hidayatul Mubtadiin Sipring I Tahun 1993-1994 2. MI Hidayatul Mubtadiin Sipring Tahun 1994-2000 3. MTs.Khairuddin Gondanglegi 2000-2003 4. MA. Khairuddin Gondanglegi Tahun 2003-2006 5. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2006- 2010
Penerapan Cooperative Learning Metode Student Teams Achievement Divisions Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas Viii-B Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa-Laili-Masudah
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis