Anda di halaman 1dari 61

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN


APARATUR SIPIL NEGARA

OPTIMALISASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STAD


(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISON) PADA MATA KULIAH
BALAGAH MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA ARAB INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

Disusun Oleh :

Nama : Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I


NIP : 19860319 201903 1 006
Gol / Angkatan : III / IV
No. Presensi : 35
Jabatan : Dosen
Unit Kerja : IAIN Surakarta
Coach : Drs. Junaidi, M.Pd
Mentor : Dr. Yusup Rohmadi, M.Hum

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV


BALAI DIKLAT KEAGAMAAN SEMARANG
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI


NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN
APARATUR SIPIL NEGARA

OPTIMALISASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STAD (STUDENT


TEAM ACHIEVEMENT DIVISON) PADA MATA KULIAH BALAGAH MAHASISWA
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

Disusun oleh:

Nama : Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I

NIP : 19860319 201903 1 006

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:

Hari, tanggal : Senin, 16 September 2019

Tempat : Balai Diklat Keagamaan Semarang

Semarang, 16 September 2019

Mengetahui,

Coach Mentor

Drs. Junaidi, M.Pd Dr. Yusup Rohmadi, M.Hum


NIP. 19670712 198903 1 003 NIP. 19630202 199403 1 003

ii
PENGESAHAN
Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN STAD
(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISON) PADA MATA KULIAH
BALAGAH MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA ARAB INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
Nama : Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I
NIP : 19860319 201903 1 006
Unit Kerja : IAIN SURAKARTA

Telah diseminarkan
Di : Semarang
Hari, Tanggal : 16 September 2019
Peserta Pelatihan Dasar

Dr. Muhammad Nanang Qosim, M.Pd.I


NIP 198603192019031006

Coach Mentor

Drs. Junaidi, M.Pd Dr. Yusup Rohmadi, M.Hum


NIP. 19670712 198903 1 003 NIP. 19630202 199403 1 003

Penguji

H. Abdul Wahib Amsa, S.H


NIP. 19680207 199303 1 005

iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya penulisan rancangan aktualisasi ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Sebagai bagian penting dari Latihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan
IV Balai Diklat Keagamaan Semarang. Kegiatan yang ada dalam rancangan
aktualisasi ini diharapkan dapat mencerminkan nilai-nilai dasar profesi Aparatur
Sipil Negara (ASN) meliputi materi tentang Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA) yang dapat diterapkan di
tempat kerja.
Pembuatan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang beserta jajarannya yang telah


memfasilitasi penyelenggaraan Latihan Dasar CPNS Golongan III.
2. H. Abdul Wahib Amsa, S.H selaku penguji yang telah memberikan kritik dan

saran sehingga rancangan aktualisasi ini menjadi lebih baik.


3. Drs. Junaidi, M.Pd selaku coach yang telah memberikan inspirasi,
dukungan, masukan dan bimbingan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi ini.
4. Dr. Yusup Rohmadi, M.Hum selaku mentor yang telah memberikan arahan,
dukungan, masukan dan bimbingan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi ini.
5. Keluarga dan kedua orangtua atas doa, dukungan, dan motivasinya.
6. Keluarga besar Satker atas dukungan dan kerjasamanya.
7. Keluarga besar peserta Diklat Latsar Golongan III Angkatan IV tahun 2019.

Penulis sadar bahwa rancangan aktualisasi ini belum sempurna. Penulis


berharap adanya masukan yang membangun dari berbagai pihak guna membuat
rancangan laporan menjadi lebih baik. Sehingga, rancangan aktualisasi ini dapat
dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi nilai dasar ASN,
serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, September 2019
Penulis

iv
DAFTAR ISI

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 6 UU No 4 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara atau disingkat ASN
terdiri atas PNS dan PPPK. Selanjutnya pasal 7 ayat (1) menyatakan PNS
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a merupakan Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional, ayat (2) PPPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan Pegawai ASN yang diangkat
sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-undang.
PNS sebagai abdi negara harus menjalankan kewajibanya berdasarkan
dengan kompetensinya masing-masing secara profesional. Tugas yang
diemban oleh PNS harus memperhatikan nilai-nilai dasar PNS dalam bentuk
ANEKA. Nilai-nilai tersebut harus diaplikasian oleh PNS agar mereka mampu
melaksanakan tugasnya dengan berkarakter dan berintegritas. Saat ini
berbagai persoalan terhadap rendahnya dedikasi PNS dalam melaksanakan
tugas yang menjadikan tugas hanya penggugur kewajiban tanpa
memperhatikan nilai dari tugas yang diemban.
Dosen sebagai salah satu pendidik profesional menjalankan tugasnya
dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika, komitmen
dan anti korupsi agar menghasilkan peserta didik yang bakarakter.
Pelaksanaan profesi dosen harus memperhatikan tridarma perguruan tinggi
yakni (1) pengajaran, (2) penelitian, dan (3) pengabdian masyarakat.
Peningkatan kapasitas dosen sebaiknya perlu diperhatikan agar dapat
membangun peradaban yang lebih unggul dengan membuat inovasi yang
dapat menstimulus lingkunganya untuk berkembang. Pelaksanaan pengajaran
bagi dosen sebagai salah satu pelaksanaan tridarma perguruan tinggi
hendaknya dilaksanakan dengan memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai
ANEKA dan memanfaatkan teknologi agar dosen sebagai pelayan publik dapat
mengikuti perkembangan zaman.

vi
Fungsi pendidikan tinggi berdasarkan amanat UUD 1945 adalah
mengembangkan kemampuan civitas akademika, membentuk watak dan
peradaban bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan
IPTEK, jenis pendidikan di Indonesia dapat berupa akademi, institute,
politeknik, sekolah tinggi dan universitas. Perguruan tinggi tersebut dapat
menyelenggarakan pendidikan akademik (sarjana S1, magister S2, doktor S3),
profesi (spesialis) dan vokasi dengan pendidkan (D1, D2, D3, dan D4).
Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN Surakarta), merupakan
salah satu perguruan tinggi yang mengandung unsur ilmu umum juga ilmu
agama. IAIN Surakarta berada di bawah naungan Kementerian Agama
Republik Indonesia. Oleh karena itu, IAIN Surakarta mengusung visi “Menjadi
World Class Islamic University di level Asia dalam kajian sains yang
terintegrasi dengan kearifan lokal pada 2035”. Untuk meraih visi tersebut, IAIN
menciptakan misi “ (1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam
pengembangan sains yang terintegrasi dengan kearifan lokal; (2)
Mengembangkan tradisi penelitian transdisiplin dan publikasi ilmiah bagi
kemajuan peradaban; (3) Meningkatkan kontribusi kelembagaan bagi
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; (4) Meningkatkan kerja sama
internasional dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
publikasi ilmiah serta pengabdian masyarakat untuk menciptakan tatanan
dunia yang damai dan bermartabat.
IAIN Surakarta sebagai lembaga pendidikan berusaha mewujudkan
pelayanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. Peningkatan dan
pelayanan tentang pendidikan sebagai upaya untuk mewujudkan World Class
Islamic University di level Asia. Demi mewujudkan visi IAIN Surakarta menuju
World Class Islamic University di level Asia, penulis mengangkat tema
peningkatan pembelajaran bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab.

B. Identifikasi Isu
Rencana Aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa isu di
instansi tempat kerja. Isu-isu yang menjadi dasar rancangan aktualisasi ini
bersumber dari aspek whole of goverment, layanan publik, dan manajemen
ASN. Sumber kegiatan berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi),
inovasi dan inisiatif penulis yang disetujui mentor dan coach. Dalam proses

vii
perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta ditemukan beberapa
isu yang berkaitan dengan nilai-nilai Pelayanan Publik, Manajemen ASN
dan Whole of Government.
Daftar isu yang diperoleh di Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta yang
dikaitkan dengan agenda Pelatihan Dasar CPNS (Manajemen ASN, Whole
of Government (WoG), dan Pelayanan Publik) dapat ditampilkan pada tabel
berikut:

Tabel Identifikasi Isu 1.1

No Isu Sumber Isu Kondisi Saat ini Kondisi yang


diharapkan

1 2 3 4 5

1 Belum optimal Komitmen Belum maksimal Memaksimalkan


menerapkan Mutu menerapkan model model
Model pembelajaran di kelas pembelajaran yang
Pembelajaran yang beorientasi pada berorientasi pada
kepada teknologi. perkembangan
mahasiswa teknologi
belum
maksimal

2 Kurang Pelayanan Belum maksimal Memberikan


maksimalnya Publik dalam penggunaan pengajaran dengan
penggunaan metode dalam menggunakan
metode pembelajaran metode yang
pembelajaran bervariatif untuk
memudah
mahasiswa dalam
belajar

3 Kurangnya Pelayanan Kurangnya Terbentuknya


Strategi Publik pemahaman afektif mahasiswa yang
Pengajaran dan psikomotorik dapat menerapkan
yang berupaya (Perilaku) mahasiswa nilai-nilai
internalisasi dalam keindonesiaan
nilai-nilai mengimplementasikan melalui strategi
keindonesiaan materi dari dosen. pengajaran yang
inovatif

4 Kurangnya Pelayanan Kurangnya Meningkatnya

viii
kemandirian Publik kemandirian kemandirian
mahasiswa mahasiswa dalam mahasiswa dalam
dalam meningkatkan meningkatkan
pembelajaran kompetensi diri kompetensi diri dan
di luar kelas berinovasi

5 Kurangnya Pelayanan Kurangnya wawasan Meningkatnya


optimalisai Publik mahasiswa dalam wawasan
penggunaan penggunaan teknologi mahasiswa dalam
Teknologi informasi penggunaan
Informasi teknologi informasi

1. Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Metode APKL


Penetapan Isu dilakukan melalui analisis isu dengan menggunakan
alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Analisis isu ini bertujuan untuk
menetapkan kualitas isu dan menentukan prioritas isu yang perlu diangkat
untuk diselesaikan melalui gagasan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan. Analisis isu dilakukan dengan menggunakan alat bantu APKL
(Aktual, Problematik, Kelayakan, Kekhalayakan) dan USG (Urgency,
Seriousness, dan Growth).
Analisis APKL dilakukan dengan memberikan nilai dengan rentang
antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2
berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar, dan nilai 5 berarti
sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi merupakan isu prioritas yang
akan ditetapkan untuk diselesaikan dengan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan.
Tabel 1.2 Parameter APKL
No Indikator Keterangan

1 2 3

Isu yang sedang terjadi atau dalam


proses kejadian, sedang hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat,
1 Aktual (A) atau isu yang diperkirakan bakal terjadi
dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat
atau isu yang sudah basi.

2 Problematik (P) Isu yang menyimpang dari harapan

ix
standar, ketentutan yang menimbulkan
kegelisahan yang perlu segera dicari
penyebab dan pemecahannya.

Isu yang secara langsung menyangkut


hajat hidup orang banyak, masyarakat
3 Kekhalayakan (K) pelanggan pada umumnya, dan bukan
hanya untuk kepentingan seseorang atau
sekelompok kecil orang tertentu saja.

Isu yang masuk akal (logis), pantas,


realisitis dan dapat dibahas sesuai
4 Layak (L)
dengan tugas, hak, wewenang, dan
tanggung jawab.

Berikut beberapa isu yang ditetapkan menggunakan pendekatan


APKL:
Tabel 1.3 Analisis APKL Isu
No Isu Kriteria Total Peringkat

A P K L

Belum optimal 3 5 5 1 14 V
menerapkan
Model
1 Pembelajaran
kepada
mahasiswa
belum maksimal

Kurang 3 4 5 3 15 IV
maksimalnya
2 penggunaan
metode
pembelajaran

Kurangnya 5 5 4 5 19 I
Strategi
Pengajaran yang
3 berupaya untuk
menginternalisasi
nilai-nilai
keindonesiaan

x
Kurangnya 3 4 5 4 16 III
kemandirian
mahasiswa
4
dalam
pembelajaran di
luar kelas

Kurangnya 5 4 4 5 18 II
optimalisai
5 penggunaan
Teknologi
Informasi

2. Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Analisis USG


Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang akan
ditindaklanjuti adalah menggunakan Analisis USG (Urgency, Seriousness,
Growth). Adapun indikator analisis USG adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4 Penjelasan USG


No Komponen Keterangan
1 2 3
Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras
1 Urgency
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu.
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
2 Seriousness menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain).
Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
3 Growth
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.

BeBerdasarkan analisis APKL seperti tabel diatas, diperoleh empat


isu utama yang memenuhi syarat antara lain:
1. Kurang maksimalnya penggunaan fasilitas akses jurnal
2. Belum adanya kelompok diskusi dosen rumpun
3. Kurangnya kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran di luar kelas

xi
4. Kurangnya sinergi antara dosen dengan mahasiswa dalam penelitian
Dari hasil analisis APKL didapatkan isu yang dinyatakan memenuhi
kriteria, yang kemudian isu-isu tersebut dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan analisis USG. Analisis USG merupakan alat analisis yang
dilakukan untuk menentukan prioritas isu melalui tingkat kegawatan,
keseriusan, dan tingkat pertumbuhan suatu isu atau masalah. Urgency
artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti. Seriousness artinya seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth artinya
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
Analisis USG dilakukan dengan memberikan nilai dengan rentang
antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2
berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar, dan nilai 5 berarti
sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi merupakan isu prioritas yang
akan ditetapkan untuk diselesaikan dengan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan.

Tabel 1.5 Analisis USG Isu


No Isu U S G Total Peringkat

1 Belum optimal 4 3 4 11 IV
menerapkan
Model
Pembelajaran
kepada
mahasiswa belum
maksimal

2 Kurang 5 5 5 15 I
maksimalnya
penggunaan
metode
pembelajaran

3 Kurangnya 5 4 5 14 II

xii
Strategi
Pengajaran yang
berupaya untuk
menginternalisasi
nilai-nilai
keindonesiaan

4 Kurangnya 5 3 4 12 III
kemandirian
mahasiswa dalam
pembelajaran di
luar kelas

5 Kurangnya 5 2 3 10 V
optimalisai
penggunaan
Teknologi
Informasi

Dari hasil analisis USG diatas didapatkan isu “Kurang maksimalnya penggunaan
metode pembelajaran“ menjadi prioritas pertama untuk dapat ditindaklanjuti
dengan gagasan rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi isu
tersebut.

C. Dampak Jika Isu tidak Diselesaikan

Dampak isu “Kurang maksimalnya penggunaan metode pembelajaran“


apabila tidak segera di lakukan pemecahan masalahnya adalah :
a. Kurang terbentuknya model pembelajaran bahasa Arab yang memudahkan
mahasiswa IAIN Surakarta.
b. Kurangnya inovasi untuk mengembangkan metode dan model
pembelajaran bahasa Arab.

D. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan adalah bagaimana mengoptimalkan
penggunaan metode pembelajaran pada mata kuliah balagah mahasiswa
Pendidikan Bahasa Arab Institut Agama Islam Negeri Surakarta?

xiii
E. Tujuan
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini adalah
terwujudnya pembelajaran mata kuliah balaghah Fakultas Ilmu Tarbiyah
IAIN Surakarta yang mudah dipahami, dipelajari dan diimplementasikan
mahasiswa. Rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ini merupakan cara unt
uk internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS sehingga mampu mela
ksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, Akuntabel, Sinergis, Tra
nsparan dan inovasi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, p
erekat dan pemersatu bangsa.

F. Manfaat

Manfaat kegiatan dalam rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ini ad


alah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi peserta Latsar
a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan
perannya dalam lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan nilai-
nilai dasar ASN yang telah didapakan selama mengkuti inclass
Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasi keterkaitan
prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan whole of
Government.
2. Manfaat bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah
Rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pembelajaran mahasiswa dan dapat diimplementasikan para
pengampu mata kuliah.

3. Manfaat bagi mahasiswa


Kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa dalam peningkatan
pembelajaaran bahasa Arab dalam mata kuliah Balaghah.

xiv
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Kesadaran berbangsa dan bernegara berarti sikap dan tingkah
laku harus sesuaidengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dantujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan


negara Indonesia yangterdiri dari beberapa suku bangsa
yang mendiami banyak pulau yangmembentang dari
Sabang sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan
adatistiadat kebudayaan yang berbeda-beda.Kemajemukan itu
diikat dalam konsepwawasan nusantara yang merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diridan lingkungannya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan


patriotismeuntuk menjagakelangsungan hidup bangsa dan negara.
Sikap dan perilaku yang patriotik dimulaidari hal-hal yang
sederhana yaitu dengan saling tolong menolong,
menciptakankerukunan beragama dan toleransi dalam
menjalankan ibadah sesuai agamamasing-masing, saling
menghormati dengan sesama dan menjaga
keamananlingkungan.

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawabsebagai warga negara


Indonesia yangmenghormati lambang-lambang negara
danmentaati peraturanperundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan


bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan tanggungjawab kita semua.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara

xv
Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat
diwujudkan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 merupakan
sumber hukum bagipembentukanNegara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).Proklamasi kemerdekaan itutelah mewujudkan NKRI dari Sabang
hingga Merauke. Namun, negara yangdiproklamasikan kemerdekaannya
itu bukan merupakan tujuan semata-mata, melainkansebagai sarana untuk
mencapai cita-cita bangsa dan tujuan nasional.
A. Landasan Idiil : Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan padatanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalam artisebagai dasar ideologi maupun
filosofi bangsa.Kedudukan Pancasila ini dipertegasdalam UU No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangansebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya,
setiap materi muatankebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasila.
Rumusan nilai-nilai dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratanperwakilan;
5. Keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan ditetapkannya Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD


1945 sebagaidasar negara sebagaimana diuraikan terdahulu, dengan
demikian Pancasila menjadiidiologi negara. Artinya, Pancasila
merupakan etika sosial, yaitu seperangkat nilai yangsecara
terpaduharus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan

xvi
bernegara.Pancasila merupakan suatu sistem, karena keterkaitan antar
sila-silanya, menjadikanPancasila suatu kesatuan yang utuh.
Pengamalan yang baik dari satu sila, sekaligusjuga harus diamalkannya
dengan baik sila-sila yang lain. Karena posisi Pancasila sebagai idiologi
negara tersebut, maka berdasarkan Tap MPR No.VI/MPR/2001tentang
Etika Kehidupan Berbangsa yang masih dinyatakan berlaku
berdasarkan TapMPR No.I/MPR/2003, bersama ajaran agama
khususnya yang bersifat universal, nilai-nilai luhur budaya bangsa
sebagaimana tercermin dalam Pancasila itu menjadi “acuandasar dalam
berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa”.
Etika sosial dimaksud mencakup aspek sosial budaya, politik dan
pemerintahan,ekonomi dan bisnis, penegakkan hukum yang
berkeadilan, keilmuan, serta lingkungan.Secara terperinci, makna
masing-masing etika sosial ini dapat disimak dalam Tap
MPRNo.VI/MPR/2001.
B. UUD 1945: Landasan konstitusional
1. Kedudukan UUD 1945
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan
utama daripenjabaran lima norma dasar negara(ground
norms)Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi normahukum yang memberi
kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, ataukhususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan,aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia disebut UUD1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir
pada tahun 2002 (UUD 1945)merupakan hukum dasar tertulis dan
sumber hukum tertinggi dalam hierarkhiperaturan perundang-undangan
Republik Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Ground norms)
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di
bagian depan UUD1945, merupakan tempat dicanangkannya
berbagainorma dasaryang melatarbelakangi, kandungancita-cita

xvii
luhurdari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan17 Agustus 1945, dan
oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakandasar dan
sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau
mungkin dibuat.Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur
bagi Republik Indonesiadalam penyelenggaraan berbangsa dan
bernegara tersebut dapat ditelusur padaPembukaan UUD 1945 tersebut
yang terdiri dari empat (4) alinea :
Alinea Pertama : “Bahwa sesungguhya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsadan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidaksesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan” Alinea ini merupakan pernyataan yang menunjukkan
alasan utama bagi rakyat di wilayah Hindia Belanda bersatu sebagai
bangsa Indonesia untuk menyatakan hak kemerdekaannya dari
cengkeraman penjajahan Kerajaan Belanda. “Di mana adabangsa yang
dijajah, maka yang demikian itu bertentangan dengan kodrat
hakekatmanusia, sehingga ada kewajiban kodrati dan kewajiban moril,
bagi pihak penjajahpada khususnya untuk menjadikan merdekaatau
membiarkan menjadi bangsayang bersangkutan”.
Norma dasar berbangsa dan bernegara dari alinea pertamaini
adalah asas persatuan, artinya negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 modal utama dan
pertamanya adalah bersatunya seluruh rakyat di wilayah eks Hindia
Belanda, dari Sabanghingga ke Merauke, sebagai bangsa Indonesia
untuk memerdekakan diri daripenjajahan Belanda. Dengan demikian
alinea pertama Pembukaan UUD 1945tersebut tidaklah bermakna
sebagai pembenaranbagi upaya kapanpun sebagianbangsa Indonesia
yang telah bersatu tersebut untuk memisahkan diri dengan caraberpikir
bahwa negara Republik Indonesia sebagai pihak penjajah.
Alinea Kedua :“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telahsampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”

xviii
Alinea kedua ini memuat pernyataan tentang keinginan ataucita-cita
luhurbangsa Indonesia, tentang wujud negara Indonesia yang harus
didirikan. Cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut sebagai norma
dasar berbangsa dan bernegara pada dasarnya merupakanapa yang
dalam literatur kontemporer disebutvisi, merupakan cita-cita
sepanjangmasa yang harus selalu diupayakan atau digapai
pencapaiannya.
Alinea Ketiga :“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas,maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya”. Alinea inimerupakan formulasi formil pernyataan
kemerdekaan oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan sendiri, yang
diyakini (norma dasar berikutnya)kemerdekaanRepublik Indonesia
adalah sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dandidukung oleh
seluruh rakyat serta untuk kepentingan dan kebahagiaan seluruh rakyat.
Alinea Keempat :berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatuPemerintah yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darahIndonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaanIndonesia
itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
yangterbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatanrakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yangadil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkansuatu Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam alinea keempat
itulahdicanangkan beberapa norma dasar bagi bangunan dan substansi
kontrak sosialyang mengikat segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dalam kerangka berdirinya suatu negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia,yang dapat dirinci dalam 4
(empat) hal :

xix
a. Kalau alinea kedua dikategorikan norma dasar berupa cita-cita luhur
atau visibangsa Indonesia maka dari rumusan kalimat alinea
keempat “Kemudiandaripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yangmelindungi segenap bangsa Indonesia ... dan
ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilansosial”,ini mengemukakan norma
dasar bahwa dalam rangka mencapai visi negara Indonesia
perludibentuk suatu Pemerintahan NegaraIndonesia
denganmisipelayanan(a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darahIndonesia, (b) memajukan kesejahteraan
umum, (c) mencerdaskan kehidupanbangsa, dan (d) ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Pemerintahan Negaramisi
pelayanantersebut merupakan tugas negara atau tugas nasional,
artinyabukan hanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab
Preseiden atau lembagaeksekutif pemerintah saja; kata ‘Pemerintah’
dalam alinea ini harus diartikansecara luas, yaitu mencakup
keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahannegara beserta
lembaga negaranya;
b. Norma dasar perludibuat dan ditetapkan Undang Undang Dasar
(UUD),sebagaimana disimpulkan dari kalimat “... maka disusunlah
KemerdekaanKebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang
Undang Dasar NegaraIndonesia”;
c. Norma dasar tentangBentuk Negara yang demokratis, yang dapat
dilihat padakalimat “...yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat”;
d. Norma dasar berupaFalsafah Negara Pancasilasebagaimana
dirumuskandalam kalimat “... dengan berdasar pada Ketuhanan Yang
Maha Esa ...sertadengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.Pancasilayang mencakup lima Sila (1)
Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
(3) Persatuan Indonesia,(4) Kerakyatanyang dipimpin Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / perwakilan,(5) Keadilan

xx
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, merupakan norma-normadasar
filsafat negara bagi rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara
yangdigali dari pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita moralluhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak
dari bangsa Indonesia.Pancasila pada dasarnya merupakan
formulasi muara berbagai norma dasarberbangsa dan bernegara
yang termuat pada alinea pertama, kedua dan ketigasecara terpadu
yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa danbernegara,
artinya segenap norma hukum yang dibangun Indonesia dalamsistem
dan hierarkhi peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan,rujukan utamanya adalah lima sila dari Pancasila.
3. Batang Tubuh UUD 1945 sebagai Norma Hukum Dasar Negara
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran
pertama dan utamadari penjabaran 5 (lima) norma dasar
negara(ground norms)Pancasila besertanorma-norma dasar lainnya
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,menjadinorma hukum
yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi
negaraRepublik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraanpemerintahan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,dan aspek sumber daya
manusianya.
Batang Tubuh UUD 1945 hasil Amandemen I-IV pada tahun 2002
terdiri atas 21bab, 74 pasal, serta tiga pasal aturan peralihan dan
dua pasal aturan tambahan.Dalam UUD 1945 hasil Amandemen
2002 sebagaimana dipraktekkan di berbagai negara tidak ada
lagiPenjelasan Pasal-Pasal.Pasal-pasal UUD 1945 dimaksud
merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalamPembukaan. Rumusan pasal tersebut merupakan landasan
kebijakan yang paling mendasar bagi penyelenggaraan
pemerintahan negara.

xxi
2. Analisis Isu Kontemporer
Saat ini konsep negara,bangsa dan nasionalisme dalam konteks
Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik
nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis.
Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme
yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.Dengan
menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah
penduduk dunia akan mencapai 10 milyardan akan terus bertambah,
sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di
dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup”.Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi
dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban
dan bangsa.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme
dan radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena
pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk
atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu
lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah
kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money
laundring).Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang
memberi peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya
tanpa teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya bersifat masif.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai
Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal
juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham
radikalisme/ terorisme, money laundry,proxy war, dan kejahatan komunikasi
masal seperti cybercrime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.

xxii
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

B. Nilai- Nilai Dasar ASN


Untuk mencapai kompetensi PNS yang profesional, struktur kurikulum
Diklat Prajabatan menurut PerkaLANRI Nomor 38 Tahun 2014 meliputi
tahap internalisasi dan tahap aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS.
Tahap internalisasi nilai-nilai dasar profesi PNS untuk membekali peserta
dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan
profesi PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai
dasar tersebut meliputik Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika pubik,
Komitmen mutu dan Anti korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini diakronimkan
menjadi “ANEKA” Aktualisasi jenis ini diperuntukan bagi keseluruhan
peserta Diklat Prajabatan CPNS Golongan III, II, I yang dapat dilaksanakan
aktualisasi di tempat tugasanya. Selain itu peraturan perundangan yang
berlaku misalnya UU No 5 tahun 2014 tentang ASN juga harus dapat
diaktualisasikan di kehidupan keseharian dan pekerjaan kita.

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas PNS untuk membentuk nilai-nilai dasar akuntabilitas
melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan nilai dasar
akuntabilitas, konflik kepentingan dalam masyarakat, netralitas PNS,
keadilan dalam pelayanan publik, sikap serta perilaku konsisten, serta
analisis dampaknya.
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggungjawab yang menjadi
amanahnya, terutama PNS diharapkan menjamin pilihan terwujudnya
nilai-nilai publik, meliputi kemampuan mengambil pilihan yang tepat dan
benar ketika terjadi konflik kepentingan; memiliki pemahaman dan
kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam
politik praktis; memperlakukan warga negara secara sama dan adil
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik serta
menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

xxiii
 Tingkatan Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki beberapa tingkatan, antara lain yaitu:

1) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)


2) Akuntabilitas Individu
3) Akuntabilitas Kelompok
4) Akuntabilitas Organisasi
5) Akuntabilitas Stakeholder

 Indikator Nilai-Nilai Dasar Akuntabilitas

Adapun indikator nilai-nilai dasar akuntabilitas antara lain yaitu:

1) Kepemimpinan: Pimpinan memberi contoh pada orang lain,


adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
2) Transparansi: keterbukaan informasi akan mendorong
tercapainya akuntabilitas.
3) Integritas: mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
4) Responsibilitas: kewajiban bagi setiap individu dan lembaga,
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab
atas keputusan yang telah dibuat.
5) Keadilan: landasan utama dari akuntabilitas yang harus
dipelihara dan dipromosikan karena ketidakadilan dapat
menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang
mengakibatkan kinerja tidak optimal.
6) Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan
7) Keseimbangan: keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian yang yang dimiliki.
8) Kejelasan: mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan system pelaporan kinerja.

Konsistensi: menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang


akuntabel.

2. Nasionalisme
Nasionalisme PNS untuk membentuk nilai pancasila dalam
menumbuhkan nasionalisme ASN sebagai pembuat dan pelaksana

xxiv
kebijakan publik, pelayanan publik, dan sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa, beserta analisis dampaknya. Diharapkan kita mampu
mengaktualisasikan Pancasila sebagai nilai-nilai dasar nasionalisme
dalam pelaksanaan tugas jabatanya; memahami fungsi dan peran ASN
sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publik, memahami peran
ASN sebagai pelayanan publik dan memahami fungsi ASN sebagai
pemersatu bangsa.
Nasionalisme adalah pandangan atau paham kecintaan terhadap
bangsa dan tanah air Indonesia yang didasarkan pada Pancasila. Nilai-
nilai Nasionalisme sesuai dengan 5 (lima) sila Pancasila, yaitu:

a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan


ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

xxv
b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan


harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10)Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta


kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.

xxvi
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap


manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.

xxvii
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima: Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik.

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:


a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.

xxviii
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Indikator etika publik meliputi:
a. Adanya kode etik, yang merupakan aturan-aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
b. Keramahan dalam bersikap akan membuat orang lain merasa
dihargai dan dihormati.
c. Sopan santun, merupakan sikap yang berdasarkan pada
aspek nilai dan norma saat melayani publik sehingga
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
d. Empati dan simpati, sikap seakan merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Simpati akan berlangsung ketika ada
sikap saling pengertian dan saling percaya sehingga
memudahkan dalam berkomunikasi.
e. Netralitas, sikap yang tidak memihak atau ikut berkompetisi
dalam kegiatan yang memungkinkan terjadi pertikaian.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum
dalam undang undang ASN, yakni sebagai berikut:

a. Memegang teguh nilai nilai ideologi negara Pancasila


a. Setia dan mempertahankan Undang Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
b. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
c. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
e. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
f. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.

xxix
g. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
h. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdayaguna, berhasilguna dan santun.
i. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
j. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
k. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
l. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
Meningkatkan efektivitas system pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan
publik dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh
individu terhadap produk/ jasa berupa ukran baik/ buruk.Bidang apapun
yang menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada
stakeholder.
Pelayanan publik yang bermutu memainkan peran yang sangat
penting dalam menciptakan lingkungan dan masyarakat yang lebih
sejahtera, adil, dan inklusif (dapat dijangkau semua orang).Salah satu
tantangan dalam menciptakan pelayanan publik yang bermutu adalah
menentukan kelompok sasaran dari layanan publik itu sendiri.
Proses implementasi manajemen mutu diawali dengan
menganalisis masalah yang telah diidentifikasi, kemudian menyusun
rencana mutu, melaksanakan pekerjaan berbasis rencana mutu,
mengawal pelaksanaan, mengawasi ketercapaiannya, dan merancang
upaya peningkatannya agar dapat membangun kredibilitas lembaga
pemerintahan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa
memperbaiki mutu layanan dari PNS kepada publik. Tanggung jawab

xxx
mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level puncak bertanggung
jawa atas mutu layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun
citra kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic
business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan penetapan
diverisifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan target masing-
masing. Pada level fungsional bertanggungjawab atas mutu hasil setiap
layanan yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level
unit dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengan aktivitas/rencana
aksi yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja.
Faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong sekaligus
menghambat upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur yang kreatif,
inovatif, dan komitmen terhadap mutu, antara lain: perubahan pola pikir
(mindset) aparatur, pergeserran budaya kerja, perbaikan tata kelola
pemerintahan (good corporate governance).
a. Konsep Efektifitas, Efisiensi, Inovasi dan Orientasi Mutu
1) Efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
2) Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga
tidak terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyalahgunaan prosedur dan mekanisme yang keluar alur.
3) Karakteristik ideal dariefektif dan efisien antara lain:
penghematan, ketercapaian target secara tepat sesuai dengan
yang direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat
dan tepat serta terciptanya kepuasan semua pihak
4) Karakteristik ideal dari tindakan yangberorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan public antara lain
diarahkan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat sebagai
pelanggan
5) Implementasi pendekataninovatif dalam penyelenggaraan
layanan pemerintahan merupakan sebuah keniscayaan khususnya
dalam rangka meningkatkan kepuasan publik atas layanan
aparatur.
b. Nilai-nilai dasar Komitmen Mutu

xxxi
1) Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
2) Efektif adalah berhasil guna, menunjukkan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun
mutu hasil kerja.
3) Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat waktu
4) Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide kreatifitas
untuk meningkatkan mutu pelayanan

5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960 ).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi
secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.Kata kunci untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah
internalisasi integritas pada diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam
lingkungan yang menjalankan integritas dengan baik.

 Jenis-Jenis Korupsi

Ada tujuh jenis korupsi menurut Syed Husein Alatas:


1) Korupsi Transaktif yaitu korupsi yang menunjukkan adanya
kesepakatan timbal balik antara pemberi dan penerima demi
keuntungan bersama. Kedua pihak sama-sama aktif menjalankan
perbuatan tersebut.
2) Korupsi Ekstroaktif adalah korupsi yang menyertakan bentuk-
bentuk koersi (tekanan) tertentu di mana pihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang mengancam diri,
kepentingan, orang-orangnya, atau hal-hal yang dihargai.
3) Korupsi Investif yaitu korupsi yang melibatkan suatu penawaran
barang atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan

xxxii
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkanakan diperoleh di
masa yang akan datang.
4) Korupsi Nepotistik adalah korupsi berupa pemberian perlakuan
khusus kepada teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan
dalam rangka menduduki jabatan publik, di mana perilaku
pengutamaan dalam segala bentuk yagbetrentangan dengan norma
atau peraturan yang berlaku.
5) Korupsi Autogenik yaitu korupsi yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari
pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya
diketahui sendiri.
6) Korupsi Suportif adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan
suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan
keberadaan tindak korupsi yang lain.
7) Korupsi Defensif yaitu korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan.

Dapat disimpulkan bahwa istilah perilaku korupsi dan istilah tindak


pidana korupsi, bahwa setiap perilaku korupsi belum tentu merupakan
tindak pidana korupsi. Berdasarkan UU No 31/1999 jo No. UU 20/2001
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yaitu: kerugian keuangan
negara, suap menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan
dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Jenis-jenis tersebut diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU no
3/71).Dampak korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, namun
ada kaitannya dengan kerusakan kehidupan.

Pembangunan integritas perlu dimulai dari upaya membangun


integritas individu yang selaras dengan integritas organisasi dan bangsa
dengan konsep yang dikenal sebagai tunas integritas. Para tunas integritas
dihadapkan dapat menjalankan peran strategis dalam organisasi berupa:

1) Peran sebagai jembatan masa depan kesuksesan organisasi, mereka


menjadi kumpulan orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan
organisasi tercapai.

xxxiii
2) Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan
sistem integritas hingga semua peluang korupsi dan berbagai
penyimpangan lainnya dapat ditutupi.
3) Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas
tinggi.

Tunas integritas adalah individu yang terpilih untuk memastikan lebih


banyak lagi personil organisasi yang memiliki integritas tinggi serta
berkiprah nyata dalam membangun sistem integritas di organisasinya.
Menanamkan integritas dan membangun sistem integritas merupakan
suatu kerja yang simultan sampai terbentuk budaya integritas di organisasi.
Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai tujuannya
dan menjaga individu dalam organisasi, maka kematangan pelaksanaan
programnya dilaksanakan secara optimal lewat tahapan belum ada kinerja,
adhoc (sementara, reaktif, mendadak), planned (terencana dan terorganisir
dengan baik), menyatu dengan sistem organisasi, telah dapat dievaluasi,
dan dapat dioptimalkan.

Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu


organisasi mencapai tujuannya secara berintegritas diantaranya kebijakan
perekrutan dan promosi, pengukuran kinerja, sistem dan kebijakan
pengembangan SDM, pengadaan barang dan jasa, kode etik dan pedoman
perilaku, laporan harta kekayaan penyelenggara negara, program
pengendalian gratifikasi.

 Niliai-nilai Dasar Anti Korupsi

Ada sembilan nilai-nilai dasar terkait aktualisasi anti korupsi antara lain
yaitu:

1) Jujur
2) Peduli
3) Mandiri
4) Disiplin
5) Tanggung Jawab
6) Kerja Keras
7) Sederhana
8) Berani
9) Adil

xxxiv
Kesembilan nilai-nilai dasar tersebut selayaknya diselaraskan
dengan nilai-nilai organisasi.

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

1. Manajemen ASN
a. Kedudukan PNS

Manajemen ASN adalah pengelolaan PNS untuk menghasilkan PNS


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan
profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
Aparatur Sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.
PNS berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik.

b. Peran PNS

Untuk menjalankan kedudukannya, maka PNS berfungsi sebagai


berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya PNS bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas,
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan PNS dan
akuntabel, maka setiap PNS diberikan hak.Setelah mendapatkan haknya
maka PNS juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.

xxxv
PNS sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku.Kode etik dan kode perilaku PNS bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan PNS. Kode etik dan kode perilaku yang diatur
dalam UU ASN menjadi acuan bagi para PNS dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.
a. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan PNS

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan PNS mendukung


pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi
transparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa
langkah nyata dapat dilakukan untuk menerapkan sistem ini baik dari sisi
perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan
penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi.Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegasi untuk mencapai visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan
pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana
semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil
bagi pegawai.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan
menciptakan lingkungan kondusif untuk pembelajaran dan kinerja.
Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang
tinggi, di sisi lain bad permormers mengetahui dimana kelemahan dan
juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan
orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok and tatacara
yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada
penerima layanan.
a. Unsur-Unsur Pelayanan Publik
1) Organisasi penyelenggara pelayanan publik, meliputi setiap institusi
penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan

xxxvi
badan hokum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
2) Orang, masyarakat, organisasi yang berkepentingan, pada dasarnya
tidak memiliki daya tawar atau tidak dalam posisi yang setara untuk
menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan
pelayanan yang baik.
3) Kepuasan pelanggan, untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan
publik yang berorientasi untuk memuaskan pelanggan, dan dilakukan
melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen
pemerintahan.

b. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik


Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah:

1) Partisipatif, yaitu pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam


merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya
2) Transparan, yaitu pemerintah harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut
3) Responsif, yaitu pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan
kebutuhan warga negaranya
4) Tidak Diskriminatif, yaitu tidak boleh dibedakan antara satu warga
negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas
warga negara
5) Mudah dan Murah, yaitu persyaratan yang dibutuhkan masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi serta biaya layanan harus terjangkau oleh
seluruh warga negara
6) Efektif dan Efisien, yaitu mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja sedikit, dan
biaya yang murah
7) Aksesibel, yaitu dapat dijangkau dalam arti fisi dan non fisik
8) Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat.
9) Berkeadilan, yaitu pelayanan publik sebagai alat untuk melindungi
kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah.

xxxvii
c. Fundamen Pelayanan Publik
Ada 4 hal pokok yang mendasari pelaksanaan pelayanan publik,
yaitu:
1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara
2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh
warga negara
3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-
hal yang strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan dating
4) Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlidungan bagi warga negara (proteksi)
d. Bentuk-Bentuk Patologi Birokrasi
Dalam suatu birokrasi, seringkali terdapat beberapa masalah atau
seringkali disebut dengan patologi atau penyimpangan. Ada beberapa
bentuk patologi birokrasi, yaitu:
1) Penggelembungan organisasi
2) Duplikasi tugas dan fungsi
3) Red tape
4) Konflik kewenangan
5) Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
6) Enggan untuk melakukan perubahan

e. Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima


Terdapat limaprinsip dalam melakukan pelayanan prima agar publik
mencapai kepuasan, antara lain:
1) Responsif terhadap pelanggan/memahami pelanggan
2) Membangun visi dan misi pelayanan
3) Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai
dasar pemberian pelayanan
4) Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana
memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi
organisasi
5) Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas
pelayanannya dengan baik.

f. Sikap Pelayanan

xxxviii
Dalam pelayanan publik, terdapat tujuh sikap yang harus
dikembangkan dan diimplementasikan guna mencapai optimalnya
pelayanan publik. Tujuh sikap tersebut adalah:
1) Passionate (sangat bergairah = bersemangat, antusias)
2) Progressive (memakai cara yang terbaik = termaju)
3) Proaktive (antisipatif, proaktif dan tidak menunggu)
4) Prompt(positif = tanpa curiga dan kekhawatiran)
5) Patience(penuh rasa kesabaran)
6) Proporsional(tidak mengada-ada)
7) Punctional(tepat waktu)

3. Whole of Government
Whole of Government atau disingkat WoG adalah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkupkoordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi
pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai
tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu.
Ada 3 alasan utama mengapa WoG menjadi penting dan tumbuh
sebagai pedekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan
integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
b. Terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar
sektor dalam pembangunan.
c. Dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat
istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrasi bangsa.
Ada beberapa prinsip-prinsipdalam pelaksanaan WoG, antara lain
yaitu:
a. Kolaborasi
b. Kebersamaan
c. Kesatuan

xxxix
d. Tujuan bersama
e. Mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Kemudian dalam praktek WoG harus memenuhi beberapa aspek
berikut:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga
yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG.
c. Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen.
d. Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk
pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
Sedangkan tantangan dalam praktek WoG antara lain yaitu:
a. Kapasitas SDM dan institusi-institusi tidak sama.
b. Nilai dan budaya organisasi yang harus disatukan
c. Kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya
organisasi.

D. Tinjauan Umum tentang (Core Isue)


1. Isu Organisasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, isu memiliki arti
masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi dan sebagainya.
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa isu
atau problematika yang ditemukan penulis di instansi tempat kerja, yaitu
Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Sumber isu yang diangkat
berasal dari tugas pokok, inisiatif kegiatan yang disetujui mentor dan
coach, dan penugasan dari atasan. Penulis menemukan beberapa isu
yang menyangkut manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of
Government.
2. Isu terkait jabatan

xl
Isu Organisasi : ” Kurang maksimalnya penggunaan metode
pembelajaran Mata Kuliah Balagah Pendidikan Bahasa Arab IAIN
Surakarta”

Isu terkait tugas jabatan: ”Kurangnya capaian pembelajaran Balagah pada


mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab yang implementatif“

xli
BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

1. Sejarah Institut Agama Islam Negeri Surakarta


IAIN Surakarta yang disahkan melalui Peraturan Presiden No. 1 Tahun
2011 merupakan alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Surakarta. STAIN Surakarta yang berdiri sejak 30 Juni 1997 (25 Safar 1418
H) awalnya berasal dari IAIN Walisongo di Surakarta yang berdiri pada 12
September 1992. Berdirinya IAIN Walisongo di Surakarta ini merupakan
gagasan H. Munawir Sadzali, M.A., -pada waktu itu menjabat sebagai
Menteri Agama Republik Indonesia- sebagai pilot project untuk memperbaiki
mutu IAIN yang sudah ada dan dianggap belum ideal serta masih banyak
memerlukan pembenahan. Harapan H. Munawir Sadzali, M.A. agar IAIN
Walisongo di Surakarta mampu menampilkan diri sebagai IAIN unggulan
yang mencetak para lulusan berdaya saing tinggi dan memiliki prestasi-
prestasi akademik yang diakui oleh lembaga-lembaga yang kredibel.
Input mahasiswa IAIN Walisongo di Surakarta berasal dari para lulusan
MANPK (Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus dari seluruh Indonesia).
Ini merupakan input mahasiswa yang unggul dan pilihan serta diharapkan
menjadi pilot project. Selama lebih kurang 5 tahun IAIN Walisongo di
Surakarta berjalan, pada 30 Juni 1997 melalui kebijakan Menteri Agama
yang baru, Drs. Malik Fadjar, M.Sc., IAIN Walisongo di Surakarta ini diubah
menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Kebijakan
ini juga menetapkan seluruh fakultas filial (fakultas daerah), seperti Fakultas
Syari’ah di Pekalongan dan Fakultas Ushuludin di Kudus yang telah
direlokasi ke Surakarta menjadi STAIN Pekalongan dan STAIN Kudus.
Kebijakan Menteri Agama Drs. Malik Fadjar, M.Sc. di atas, bertujuan
untuk mengembalikan fakultas-fakultas filial, termasuk STAIN Surakarta,
dapat menjadi kebanggaan umat Islam di daerah dan dapat berkembang
sesuai dengan potensi lokal yang dimiliki. Kebijakan Menteri Agama tentang
pendirian fakultas-fakultas daerah menjadi STAIN, termasuk STAIN
Surakarta, memberikan semacam blessing in disguise (berkah tersembunyi).

xlii
Melalui kerja keras dan usaha terus-menerus ke arah peningkatan mutu
akademik selama 13 tahun, akhirnya pada 3 Januari 2011 STAIN Surakarta
bertransformasi menjadi IAIN Surakarta dengan tiga fakultas, yakni: Fakultas
Ushuludin dan Dakwah, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, serta Fakultas
Tarbiyah dan Bahasa. Peralihan ini, sungguh merupakan suatu kebahagiaan
dan kebanggaan bagi seluruh sivitas akademika dan seluruh masyarakat
Islam di Surakarta. Kebanggaan makin bertambah ketika pada 28 Juli 2011
IAIN Surakarta diresmikan oleh Menteri Agama Drs. H. Suryadharma Ali,
M.Si. sekaligus pelantikan Rektor yang pertama tanpa hambatan apapun.
Dengan demikian, peralihan ini merupakan amanah yang harus diemban
dengan penuh tanggung jawab dan harus terus dijadikan moment of truth
bagi IAIN Surakarta untuk memerankan diri sebagai agent of Islamization
dan agent of social change.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 84 Tahun 2013
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama RI Nomor 24 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
IAIN Surakarta memiliki empat fakultas dan pascasarjana, yaitu:
a. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
b. Fakultas Ushuluddin dan Dakwah,
c. Fakultas Syariah,
d. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan
e. Pascasarjana.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) memiliki 9 Jurusan, yaitu
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
(PBA), Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Jurusan Sastra Inggris
(SI), Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA),
Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) dan Jurusan Tadris Bahasa
Indonesia (TBI).
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) memiliki 7 Jurusan, yaitu
Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir
(IAT), Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi (TP), Jurusan Manajemen Dakwah

xliii
(MD), Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam (BKI), dan Jurusan Psikologi Islam (PI).
Fakultas Syariah (Fsy) memiliki 4 Jurusan, yaitu Jurusan Hukum
Keluarga Islam (HKI), Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (HES), Jurusan
Hukum Pidana Islam (HPI) dan Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) memiliki 3 Jurusan, yaitu
Jurusan Manajemen Bisnis Syariah (MBS), Jurusan Perbankan Syariah
(PBS) dan Jurusan Akutansi Syariah (AKS).
Pascasarjana memiliki 5 Program Studi, yaitu Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam (MPI) S3, Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
S2, Program Studi Pendidikan Agama Islam S2, Program Pendidikan
Bahasa Arab S2, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah S2.
2. Visi dan Misi Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Visi :

“Menjadi World Class Islamic University di level Asia dalam kajian sains yang
terintegrasi dengan kearifan lokal pada 2035”

Misi IAIN Surakarta :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan


sains yang terintegrasi dengan kearifan lokal;
2. Mengembangkan tradisi penelitian transdisiplin dan publikasi ilmiah bagi
kemajuan peradaban;

3. Meningkatkan kontribusi kelembagaan bagi pengembangan dan


pemberdayaan masyarakat;

4. Meningkatkan kerja sama internasional dalam bidang pendidikan dan


pengajaran, penelitian dan publikasi ilmiah serta pengabdian masyarakat
untuk menciptakan tatanan dunia yang damai dan bermartabat.

Tujuan IAIN Surakarta :

1. Menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi, profesional dalam


mengintegrasikan sains dan kearifan lokal yang berkarakter ibadurrahman;

xliv
2. Menghasilkan penelitian transdisiplin dan publikasi ilmiah untuk
transformasi sosial;

3. Mewujudkan kemitraan strategis bagi pengembangan dan pemberdayaan


masyarakat

4. Mewujudkan jalinan kerja sama internasional dalam bidang pendidikan dan


pengajaran, penelitian dan publikasi ilmiah serta pengabdian masyarakat.

5. Mewujudkan transformasi IAIN menjadi UIN Surakarta

3. Tata Nilai Institut Agama Islam Negeri Surakarta


IAIN Surakarta memiliki dua mandat pokok yang harus ditunaikan, yaitu
mandat sebagai lembaga dakwah dan mandat sebagai lembaga
pengembangan ilmu pengetahuan.
Pertama, sebagai lembaga dakwah, IAIN Surakarta harus memerankan
diri sebagai agent of Islamization, yakni: lembaga yang mampu
menyebarkan nilai-nilai universal Islam dalam kerangka penyelenggaraan
pendidikan, pengajaran, dan pengabdian pada masyarakat. Peran Dakwah
ini, tentu saja, kelanjutan dari peran sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam
yang terikat oleh visi dan misi agama Islam. Hanya saja, peran ini harus
diikatkan pada kerangka dakwah yang sejalan dengan kepentingan
kebangsaan dan kemanusiaan. Dalam dimensi ini, pengembangan ilmu-ilmu
Islam (islamic studies) diajarkan dalam perspektif-perspektif yang terbuka,
critical openness, tidak eksklusif, dan mendukung pada program-program
pembangunan bangsa.
Kedua, sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan, IAIN
Surakarta menyelenggaran pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat berdasarkan pada kebebasan akademik, berbasis riset, dan
terikat pada kaidah-kaidah ilmiah. Dimensi ini berjalan sebagaimana
kelaziman mandat yang diemban oleh perguruan tinggi pada umumnya.
Pada dimensi ini, IAIN Surakarta mempunyai peran sebagai agent of social
change, yakni mengarahkan transformasi-transformasi sosial menurut
kaidah-kaidah ilmiah yang benar dan positif-konstruktif. Namun berbeda

xlv
dengan perguruan tinggi umum, IAIN Surakarta mengintegrasikan dimensi
akhlak dengan dimensi profesional.
Selanjutnya, IAIN Surakarta di dalam melaksanakan dua mandat
tersebut diarahkan untuk mencapai tiga dimensi, yakni: religiousity, civility,
dan modernity.
Pertama, religiousity. IAIN harus tetap berpegang teguh pada prinsip-
prinsip agama, terutama agama Islam, baik dalam melaksanakan Tridharma
Perguruan Tinggi maupun dalam pandangan hidup sehari-hari.
Kedua, civility. Mengandung makna bahwa seluruh penyelenggaraan
pendidikan IAIN Surakarta didasarkan pada nilai-nilai keadaban yang diakui
secara universal oleh bangsa-bangsa beradab.
Ketiga, modernity. Hal ini berarti bahwa dua nilai di atas harus pula
memerhatikan dimensi-dimensi kemodernan, sehingga kelanjutan IAIN
Surakarta tetap relevan dengan gerak perubahan sosial baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
Tiga dimensi mandat tersebut diarahkan untuk mempertajam realisasi
IAIN Surakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang mampu
mencapai sekurang-kurangnya lima capaian nilai, yakni:
a. Mampu berperan sebagai perguruan tinggi Islam yang berdiri di atas
semua golongan,
b. Bersifat inklusif,
c. Mengintegrasikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya,
d. Memberi kecakapan dan atau membekali spirit kewirausahaan
(entrepreneurship), dan,
e. Memberi kecakapan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Selain itu, IAIN Surakarta yang berlokasi di pusat peradaban Jawa
Tengah mengembangkan hubungan harmoni antara nilai-nilai Islam dengan
nilai-nilai Jawa. Relasi yang harmoni antar keduanya bukan saja perlu
dirawat, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana harmoni tersebut
memiliki topangan akademik-ilmiah. Karena itu, Islam dan budaya Jawa
dikembangkan sebagai center of excellence. Hal ini disebabkan secara
historis antara peradaban Islam dan Jawa, memiliki titik taut nilai
universalitas dalam banyak hal. Di samping itu, kajian Islam dan budaya

xlvi
Jawa memiliki nilai sejarah yang sangat penting sebagaimana terlihat dari
kajian-kajian tersebut di berbagai universitas di Barat.
Sebagai pertimbangan juga, bahwa jumlah umat Islam di Indonesia
adalah terbesar di dunia dan sebagian besarnya di Pulau Jawa. Ini
menandai betapa pentingnya nilai Islam dan budaya Jawa bagi program
pengembangan moderasi yang berkontribusi pada perdamaian dunia.
Perdamaian dunia tak akan terwujud, tanpa perdamaian antar-agama,
selanjutnya perdamaian antar-agama tak akan tercipta tanpa dialog. Dengan
demikian, Islam dan budaya Jawa memiliki makna strategis bukan saja bagi
perdamaian antar-agama di Indonesia, tetapi juga perdamaian dunia.
Dengan argumen-argumen mendasar di atas, maka penyelenggaraan
Tri Dharma Perguruan Tinggi di IAIN Surakarta, pada dasarnya, ditujukan
untuk memperkokoh:
a. Aqidah Islamiah
Aqidah Islamiah adalah kepercayaan yang mantap kepada Allah, para
Malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang
baik dan yang buruk, serta seluruh muatan Al-Qur’an Al-Karim dan As-
Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan
berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush
Shalih (ijma’). Aqidah Islamiyah dalam konteks IAIN Surakarta juga
dikembangkan dalam kerangka implementasi nilai-nilai universal sebagai
perwujudan rahmatan lil-alamin. Dalam arti ini, nilai-nilai tradisi, kearifan
lokal, dan nilai-nilai keadaban bangsa juga dianggap bersinergi dengan nilai-
nilai aqidah islamiyah.
b. Science (Ilmu Pengetahuan)
Science yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang berpijak pada
1) Naqliyah, maksudnya ilmu pengetahuan yang
bersumber dari al Qur’an dan Sunnah, seperti: ilmu-ilmu al Qur’an,
aqidah, hadits, tafsir, kalam, tasawuf, dan lain-lain.
2) Aqliyah, maksudnya ilmu pengetahuan yang
bersumber dari penalaran akal manusia, seperti: matematika, fisika, teori-
teori sosial, astronomi, dan lain-lain.
3) Kawniyah, maksudnya ilmu pengetahuan yang
bersumber dari fenomena alam semesta. Dalam perspektif ini, membaca
ayat-ayat kawniyyah sama sucinya dengan membaca ayat-ayat-Nya yang

xlvii
bersifat qawliyyah (al-Qur’an). Pengejewantahan ayat-ayat kawniyyah
adalah kecakapan dalam teknologi dan hal-hal lain yang bersifat teknis.
Dalam kerangka argumen ini, IAIN Surakarta juga wajib mengembangkan
ilmu-ilmu umum sebagai perwujudan perintah membaca ayat-ayat
kawniyyah-Nya.
c. Life Skill (Kecakapan Hidup)
Life skill yang dimaksud meliputi general skills (keterampilan umum)
dan specific skill (keterampilan khusus). General skill terdiri atas: self
awareness (kesadaran diri), thinking skill (keterampilan berfikir), social skills
(keterampilan sosial). Sedangkan spesific skills, terdiri atas academic skills
(keterampilan akademik) dan vocational skill (keterampilan kejuruan atau
keterampilan tugas tertentu). Life skills ini harus dimunculkan dalam setiap
kegiatan di kampus. Adapun tujuan pengembangan kecakapan hidup ini bagi
mahasiwa, sebagai berikut :
a. Mengaktualisasi potensi mahasiswa sehingga dapat digunakan
untuk memecahkan problem yang dihadapi.
b. Memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karier.
c. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
d. Memiliki kecakapan mengatasi (cope-ability) dalam menghadapi
tantangan-tantangan hidup dan penuh daya saing.
Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup
bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan
memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang
mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Life skill dapat
dikembangkan pula dengan keterampilan bahasa Indonesia, bahasa asing
(Arab dan Inggris), Information Technology (IT) dan Entrepreneurship (jiwa
kewirausahaan).
Untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan arah kebijakan pengembangan
IAIN Surakarta di atas, pengembangan institusi ini diarahkan pada redesign
pendidikan yang lebih berorientasi pada kepuasan pengguna (customer
satisfaction). Jika demikian, rencana strategis IAIN Surakarta didasarkan
pada kondisi objektif kekinian, yang meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal, yaitu upaya peningkatan dan pengembangan

xlviii
terkait dengan input mahasiswa, proses pendidikan, dan pengajaran dan
faktor pendukungnya serta output kelulusan yang memiliki kompetensi dan
daya saing tinggi di dalam bursa kerja. Dengan kata lain, faktor internal
menekankan pada bagaimana IAIN Surakarta membentuk lulusan S1 dan
S2 yang memiliki nilai keunggulan dan kompetensi dalam pemahaman teori
yang luas, kemahiran praktis, dan nilai keunggulan ke-Islaman. Atas dasar
ini, proses pendidikan di IAIN Surakarta berupaya mengintegrasi antara
pendidikan akademik sebagai bentuk transfer of knowledge dengan
kurikulum yang terstruktur dengan ilmu pengetahuan ke-Islaman yang
mampu merespon isu-isu kontemporer dan lokalitas. Faktor eksternal, yaitu
kondisi objektif di luar IAIN Surakarta yang bersifat uncontrollable tetapi
menjadi tanggung jawab IAIN Surakarta untuk memberikan kepedulian dan
kontribusinya.

xlix
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai


ANEKA
Berdasarkan hasil analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan
Layak/ Kelayakan) serta USG (Urgensi, Seriousness, dan Growth), telah
ditentukan 1 (satu) isu yang dapat dikembangkan menjadi berbagai gagasan/
kegiatan untuk penyelesaian masalah dengan melibatkan komponen yang
ada.
Dalam rancangan aktualisasi ini terdiri atas tahapan: 1)
Pengidentifikasian, penyusunan dan penetapan isu atau permasalahan yang
terjadi dan harus segera dipecahkan; 2 ) Pengajuan gagasan pemecahan
isu/masalah dengan menyusunnya dalam daftar rencana kegiatan, tahapan
kegiatan, dan output kegiatan; 3 ) Pendeskripsian keterkaitan antara
kegiatan yang diusulkan dengan substansi mata pelatihan yaitu pelayanan
publik, Whole of Government, dan manajemen ASN yang mendasari
kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4 ) Pendeskripsian
rencana pelaksanaan kegiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar
PNS dan kontribusi hasil kegiatan; serta 5) Pendeskripsian hasil kegiatan
yang dilandasi oleh substansi mata pelatihan terhadap pencapaian visi,
misi, tujuan organisasi, dan penguatan terhadap nilai- nilai organisasi.
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana operasional
pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan diterapkan oleh penulis
selama 1 bulan di IAIN Surakarta. Rancangan kegiatan aktualisasi disajikan
secara rinci sebagai berikut:

l
li
Tabel 4.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

No Kegiatan Tahapan Output/ Keterkaitan Kontribusi Penguatan


Kegiatan Subtansi Mata terhadap Visi Nilai
Hasil
Pelatihan Misi Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Pembentukan a. Berkomunikasi a. Adanya persepsi -Manajemen Bagian dari misi Kegiatan ini
kelompok dengan yang sama antar ASN Menghasilkan memberikan penguatan
mahasiswa mahasiswa dosen dan -Etika Pubik lulusan yang nilai profesionalitas,
mahasiswa -Komitmen mutu
berdaya saing inovasi dan tanggung
b. Pembentukan b. Terbentuknya tim tinggi, jawab
tim inti kelompok profesional
kelompok mahasiswa PBA dalam
mahasiswa mengintegrasika
PBA per n sains dan
rombel c. Adanya hasil kearifan lokal
evaluasi kegiatan
yang
c.Evaluasi pembentukan
kegiatan kelompok berkarakter
pembentukan mahasiswa PBA ibadurrahman;
kelompok
mahasiswa
PBA
2 Penerapan a. Berkoordinasi a. Dukungan dari -Manajemen Bagian dari misi Kegiatan ini
Metode dengan kelompok ASN Menghasilkan memberikan
Pembelajaran kelompok mahasiswa -Nasionalisme lulusan yang penguatan nilai
52
Mahasiswa tentang (Pancasila Sila berdaya saing profesionalitas dan
pembelajaran 4) tinggi, inovasi
b. Anggota tim balagah -Etika publik profesional
inti Komitmen mutu
dalam
menyerahkan
beberapa b. Adanya mengintegrasika
rencana tema rancangan tema- n sains dan
diskusi tema diskusi yang kearifan lokal
diserahkan yang
c. Pembahasan berkarakter
tema yang ibadurrahman;
akan diangkat c. Adanya hasil
pembahasan tema
d. Evaluasi yang akan diangkat
kegiatan
penentuan d. Adanya
hasil
tema evaluasi kegiatan
penentuan tema
3 Pelaksanaan a. Penyampaian a. Terselenggaranya -Manajemen Bagian dari misi Kegiatan ini
Pemaparan materi ilmu perkuliahan dan ASN Menghasilkan memberikan
Materi Balagah pemaaparan -Nasionalisme lulusan yang penguatan nilai
balagah (Pancasila Sila
Perkulian berdaya saing profesionalitas dan
b. Evaluasi 4)
Balagah sosialisasi b. Terselenggaranya -Etika publik tinggi, tanggung jawab
program evaluasi -Komitmen mutu profesional
Perkuliahan dalam
Balagah mengintegrasika
n sains dan
kearifan lokal
yang
berkarakter
53
ibadurrahman;

4 Pelaksanaan a. Pembuatan a. Tersedianya -Manajemen Bagian dari misi Kegiatan ini


Diskusi materi materi presentasi ASN Menghasilkan memberikan
presentasi dalam bentuk -Nasionalisme lulusan yang penguatan nilai
power point (Pancasila Sila
berdaya saing integritas,
b. Penentuan 4)
tema materi b. Tempat dan -Etika publik tinggi, profesionalitas dan
perkuliahan waktu kegiatan -Komitmen mutu profesional tanggung jawab
balagah perkuliahan dan dalam
pemaparan mengintegrasika
c. Kegiatan perkuliahan n sains dan
improvisasi kearifan lokal
materi c. Terlaksananya
yang
perkuliahan kegiatan diskusi
mahasiswa berkarakter
d. Evaluasi ibadurrahman;
pelaksanaan d. Adanya hasil
kegiatan evaluasi
pelaksanaan
kegiatan
5 Penyusunan a. Perencanaan a. Adanya Manajemen Bagian dari misi Kegiatan ini
perkuliahan tentang perencanaan ASN Menghasilkan memberikan
yang perkuliahan tentang lulusan yang penguatan nilai
balagah perkuliahan Komitmen mutu
berkelanjutan berdaya saing profesionalitas,
balagah
b. Koordinasi tinggi, tanggung jawab dan
dengan b. Terlaksananya profesional keteladanan
mahasiswa koordinasi tim inti dalam
kelompok diskusi mengintegrasika
c. Penyusunan dosen rumpun n sains dan
54
program kearifan lokal
kelompok yang
mahasiswa c. Terwujudnya berkarakter
penyusunan
ibadurrahman;
program kelompok
d. Evaluasi diskusi secara
secara berkelanjutan
menyeluruh
d. Adanya identifikasi
dan evaluasi
kegiatan dari awal
sampai akhir

55
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Tabel 8.1 Matrix dan Jadwal kegiatan aktualisasi

No Kegiatan Minggu ke- Fortopolio


bukti kegiatan
September Oktober
IV I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penerapan metode 1. Presensi
pembelajaran yang 2. RPS
mengasyikan 3. Foto kegiatan

2 Memberikan tugas kepada 1. Presensi


mahasiswa 2. Foto kegiatan
3. Daftar pertanyaan
4. Identitas
narasumber
5. Hasil wawancara
3 Tracer and reporting materi 1. Presensi
balagah 2. Foto kegiatan

4 Membuat tugas tentang ilmu 1. Presensi


balagah 2. Foto kegiatan
3. Hardcopy tugas
5 Pemanfaatan media internet 1. Presensi
untuk pengembangan mata 2. Foto kegiatan
kuliah balagah

56
No Kegiatan Minggu ke- Fortopolio
bukti kegiatan
September Oktober
IV I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6 Melaksanakan seminar kelas 1. Presensi
2. Proposal kegiatan
3. Foto kegiatan
7 Melaksanakan publikasi karya 1. Presensi
ilmu balagah 2. Foto kegiatan

57
58
BAB V
PENUTUP

59
DAFTAR PUSTAKA

60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

61

Anda mungkin juga menyukai