Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS

MATA PELAJARAN
KETERAMPILAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
JAKARTA, 2006

PEDOMAN PENEGEMBANGAN SILABUS


1
MATA PELAJARAN KETERAMPILAN

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Karakteristik Mata Pelajaran ............................................................ 2
C. Karakteristik Peserta Didik ............................................................... 8

II. PENGERTIAN, PRINSIP, DAN TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN


SILABUS ................................................................................................. 12
1. Pengertian Silabus ............................................................................. 12
2. Pengembang Silabus ........................................................................ 12
3. Prinsip Pengembangan Silabus ........................................................ 13
4. Tahap-tahap Pengembangan Silabus ................................................
14

III. KOMPONEN DAN LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS ................ 15


A. Komponen Silabus ............................................................................ 15
B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus ........................................
17

IV. PENUTUP ............................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24


GLOSARIUM ................................................................................................
26
LAMPIRAN ..................................................................................................
29

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah
dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar.
Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam
penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik
menjadi lebih desentralistik.

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan


terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah, dan
kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah
memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.

Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar
kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan
silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi
yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 dan
Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas
No. 23 Tahun 2006

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan dijelaskan:
• Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung
jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta
Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
3
• Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak
yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi
penyelengaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan
daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan
pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau
sekolah tidak mengalami kesulitan.

B. Karakteristik Mata Pelajaran Keterampilan

Mata pelajaran Keterampilan berisi kumpulan bahan kajian yang


memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat suatu benda
kerajinan dan teknologi. Mata pelajaran keterampilan memiliki fungsi
mengembangkan kreativitas, mengembangkan sikap produktif, mandiri, dan
mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan/pekerjaan
dan hasil karya. Keterampilan diberikan kepada peserta didik berupa teori
tentang pengertian, jenis, fungsi, bahan, alat, dan teknik membuat benda.
Keterampilan kerajinan dan teknologi tersebut diajarkan melalui membuat
desain, membuat skema rangkaian, membuat resep, membuat benda,
membuat kemasan, dan cara menyajikan serta menjual benda kerajinan dan
teknologi. Keterampilan kerajinan dan teknologi mengembangkan sikap
kreatif dan mandiri melalui pembelajaran berbagai jenis keterampilan.
Keterampilan kerajinan meliputi kerajinan dari bahan lunak, keras baik alami
maupun buatan dengan berbagai teknik pembentukan. Keterampilan
teknologi meliputi rekayasa, budidaya, dan pengolahan, sehingga peserta
didik mampu menghargai berbagai jenis proses membuat keterampilan dan
hasil karya keterampilan kerajinan dan teknologi.

Berdasarkan substansinya, materi pembelajaran keterampilan meliputi


wawasan apresiasi tentang keterampilan dan ruang lingkupnya,
pengetahuan bahan dan alat, berkarya, dan penyajian karya, serta wawasan
kewirausahaan. Dalam pelaksanaan pembelajarannya materi-materi atau
kompetensi tersebut disampaikan berdasarkan bidang masing-masing atau
terpadu sesuai porsi yang ada. Pada hakikatnya, pelaksanaan pembelajaran
keterampilan ditekankan pada pembelajaran produktif, yaitu berkarya
keterampilan kerajinan dan teknologi, penyajian karya, dan wawasan
pemasaran karya untuk membentuk jiwa kewirausahaan peserta didik.

Pembelajaran keterampilan diarahkan agar peserta didk dapat


mengembangkan kecaapan hidup (life skill ) yang meliputi keterampilan
personal, social, pravokasional, dan akademik. Penekanan jenis ketrampilan

4
dipilih oleh satuan pendidikan dan perlu mempertimbangkan minat dan bakat
peserta didik serta potensi lokal, budaya, ekonomi, dan kebutuhan daerah.

Keterampilan personal dan social diperlukan untuk semua peserta didik,


keterampilan akademik mereka yang akan melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Keterampilan pravokasional diperlukan mereka yang akan
memasuki dunia kerja. Keterampilan pravokasional memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk terlibat diberbagai pengalaman apresiasi dan
kreasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi peserta didik.
Pembelajaran keterampilan memberikan bekal kepada peserta didik agar
memiliki sikap adaptif, kreatif, dan inovatif melalui pengalaman belajar yang
menekankan pada aspek fisik dan mental.
Pembelajaran keterampilan pravokasional adalah memfasilitasi pengalaman
emosi, intelektual, fisik, sosial, etika, estetika, dan kreativitas dalam apresiasi
dan kreasi berkarya keterampilan. Kegiatan keterampilan dimulai dari
mengidentifikasi potensi lingkungan peserta didik untuk diubah dan
dikembangkan untuk menjadi bermanfaat bagi kehidupan. Pembelajaran
keterampilan dirancang secara sistematis melalui tahapan meniru,
memodifikasi, mengubah, dan mencipta produk yang lebih bermanfaat.
Pembelajaran keterampilan terkait dengan pembelajaran bidang studi
lainnya dalam kurikulum. Sebagai contoh, keterampilan dengan seni rupa,
kerajinan dengan ekonomi, kerajinan dengan teknologi, teknologi dengan
biologi, dan sebagainya. Keterkaitan pembelajaran antar bidang pelajaran ini
memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif yang dapat
mengembangkan kecakapan hidup bagi lulusan.
Pembelajaran keterampilan kerajinan dan teknologi perlu dikaitkan dengan
kebutuhan kehidupan di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk, yang memiliki keragamaman seni dan budaya yang
perlu ditumbuhkembangkan oleh generasi berikutnya. Oleh karena itu,
pembelajaran keterampilan kerajinan dan teknologi perlu memperkenalkan
keanekaragaman hayati dan budaya Indonesia. Berkaitan dengan itu, perlu
digunakan strategi pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan
dan pelestarian budaya tradisi di seluruh wilayah Nusantara.

Kerajinan dapat dibedakan atau dikelompokan menjadi kerajinan bahan


alami dan buatan, kerajinan dari bahan lunak dan keras, dan kerajinan
alternatif (mixed media). Jenis karya kerajinan tersebut didasarkan pada
bahan dan teknik pembuatannya. Kerajinan menekankan pada keterampilan
teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya fungsional dan
nonfungsional/hias. Kerajinan menggunakan berbagai media tertentu,
misalnya kayu, bambu, logam, tanah liat, kertas, dan tekstil. Kerajinan
dibentuk dengan teknik tertentu seperti ukir, raut, batik, anyam, sulam,
tenun, makrame, jahit,dan sebagainya.

5
Keterampilan teknologi meliputi rekayasa membuat teknologi tepat guna
(lampu saign, bel, interkom, ampli, dan benda bergerak), budidaya hewani
dan nabati seperti buddidaya tanaman hias, ikan hias dan ikan air tawar,
pengolahan membuat makanan dengan cara pengawetan, pengeringan,
manisan, pengasinan basah dan kering. Keterampilan tersebut didasarkan
pada keterampilan proses berkarya agar memiliki wawasan pengetahuan
dan pengalaman berkarya teknologi.

Pembelajaran keterampilan perlu mengenalkan berbagai bentuk kerajinan


dan teknologi tradisional dan modern yang ada di sekitar dan yang
berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Pembelajaran keterampilan
kerajinan dan teknologi harus memfokuskan pada jenis kerajinan dan
teknologi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Dengan mempelajari jenis
keterampilan kerajinan dan teknologi yang ada di nusantara peserta didik
dapat memahami dan menghargai peranan keterampilan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Kerajinan sebagai salah satu bentuk mata
pencaharian atau bidang usaha yang memberikan kebanggaan tersendiri.
Hal ini terbukti banyaknya bidang usaha kerajinan dan ekspor kerajinan ke
berbagai negara. Devisa negara dari non migas yang cukup besar adalah
dari sektor kerajinan. Demikian juga produk karya rekayasa, budidaya
tanaman, budidaya hewan ternak, dan pengolahan makanan. Melihat
kenyataan itu, perlu sejak dini sekolah mengenalkan kenyataan tersebut
melalui pembelajaran di kelas dengan wawasan memberikan kecakapan
untuk bekal hidup. Kerajinan adalah warisan budaya bangsa yang memiliki
nilai luhur, nilai ekonomi, nilai simbolis yang memang perlu dilestarikan dan
dikembangkan. Pendidikan sekolah merupakan suatu institusi formal yang
harus ikut bertanggung jawab untuk mengembangkannya keterampilan
tersebut.

1. Rambu-Rambu Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan


Untuk melaksanakan pembelajaran keterampilan di SMP/MTs, perlu
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
a. Mata pelajaran keterampilan pada dasarnya adalah mata pelajaran praktik
yang disampaikan dalam bentuk pembelajaran sebagai berikut:
1). Mengapresiasi bertujuan untuk mengembangkan wawasan, pemahaman,
dan penghargaan terhadap karya kerajinan dan teknologi, yang dilakukan
melalui membaca, pengamatan karya, dan pameran. Wawasan
pengetahuan mengenai pengertian, latar belakang sejarah, jenis, fungsi,
bahan, alat, teknik, dan wawasan kewirausahaan/ pemasaran produk
kerajinan dan teknologi
2). Kegiatan mencipta/berkarya keterampilan bertujuan untuk menghasilkan
produk karya kerajinan dan teknologi. Pembelajaran proses berkarya
keterampilan dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan eksperimen
bahan dan teknik berdasarkan gagasan (konsep) perancangan dengan
6
mengambil unsur-unsur dari berbagai bentuk kerajinan dan teknologi
(tradisi maupun modern) di seluruh wilayah Nusantara menjadi karya
kerajinan dan teknologi yang layak digunakan.
3). Penyajian karya meliputi; penyajian dalam bentuk pameran, penyajian
lisan atau tulis, apresiasi, promosi dan penjualan hasil karya, baik dalam
lingkup kelas, sekolah, maupun masyarakat sebagai upaya membangun
jiwa kewirausahaan peserta didik.
b. Materi pembelajaran keterampilan kerajinan dan keterampilan teknologi
disesuaikan dengan minat dan kemampuan peserta didik serta kemampuan
sekolah atau keadaan daerah. Materi pembelajaran kerajinan dan teknologi
yang belum dapat dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk
apresiasi melalui pelajaran teori, melihat pameran, melihat produk teknologi,
gambar, foto, membaca buku, dan analisis benda kerajinan/teknologi.
c. Alternatif pelaksanaan pembelajaran keterampilan sebagai berikut: Sekolah
yang memiliki lebih dari satu guru bidang kerajinan dan teknologi, masing-
masing guru memberikan pembelajaran keterampilan sesuai dengan
bidangnya atau berkolaborasi dalamm bentuk team teaching. Setiap sekolah
harus melaksanakan pembelajaran keterampilan yang meliputi aspek
kerajinan dan teknologi, karena dalam laporan akhir hasil pembelajaran
(raport) dituntut kedua aspek tersebut. Oleh sebab itu, baik kerajinan
maupun teknologi harus diajarkan dalam setiap semester. Jika tidak
memungkinkan satu guru mengajar kedua aspek tersebut, maka dilakukan
dengan team teaching, sehingga kedua aspek tersebut terlaksana. Sekolah
yang hanya memiliki satu guru keterampilan diharuskan melaksanakan
pembelajaran keterampilan kedua aspek tersebut. Materi kompetensi aspek
kerajinan dan teknologi dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi sekolah,
daerah, dan kemampuan guru yang ada.
d. Materi pembelajaran yang bersifat teoretik tidak diberikan secara terpisah,
tetapi secara terpadu dengan materi kegiatan pembelajaran praktik
berkarya.
e. Pembelajaran yang bersifat praktik (berkarya) lebih berorientasi pada proses
dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha prosedur, membentuk,
dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada hasil. Proses pembelajaran
yang baik, dengan prosedur yang benar akan menghasilkan karya yang baik
pula. Membiasakan anak berproses dengan cara yang benar akan tanggung
jawab untuk dapat menghasilkan karya yang baik pula. Membiasakan anak
untuk disiplin, tekun, bekerja keras, akan mendidik anak tersebut memiliki
budaya kerja yang baik.
e. Pembelajaran keterampilan menekankan penguasaan pengalaman
keterampilan berkarya. Penguasaan keterampilan tersebut untuk
mendukung pengembangan sikap dan perilaku produktif dan apresiatif
terhadap proses dan hasil karya.
f. Untuk menunjang pembelajaran keterampilan kerajinan dan teknologi yang
mengarah pada penguasaan keahlian profesional, perlu ditunjang dengan
program ekstrakurikuler atau masuk dalam mata pelajaran Pendidikan

7
Teknologi Dasar (PDK) sebagai mata pelajaran mulok, sesuai dengan
kemampuan sekolah, daerah, bakat, dan minat Peserta didik.

2. Pembelajaran Keterampilan ( Kerajinan dan Teknologi )

Pembelajaran keterampilan pada dasarnya adalah pembelajaran praktik.


Pembelajaran keterampilan mengacu pada pembelajaran berbasis kompetensi
yaitu model pembelajaran di mana perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang
dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran kompetensi adalah (1) penguasaan
kompetensi oleh peserta didik, (2) penguasaan kompetensi peserta didik harus
memiliki kesepadanan dengan kompetensi tersebut dimana digunakan, (3)
aktivitas belajar Peserta didik bersifat perseorangan, dan (4) pembelajaran
kompetensi harus ada bahan pengayaan (enrichment) bagi Peserta didik yang
lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi Peserta didik yang lamban,
sehingga perbedaan irama belajar Peserta didik terlayani (Depdiknas.1999).
Mata pelajaran keterampilan meliputi kerajinan dan teknologi. Kerajinan
menncakup beberapa cabang kerajinan dengan menggunakan bahan lunak,
bahan keras baik alami maupun buatan, dan kerajinan alternatif (mixed media).
dengan berbagai teknik. Keterampilan teknologi mencakup teknologi rekayasa,
yang menghasilkan teknologi tepat guna, budidaya tanaman dan peternakan,
dan pengolahan bahan makanan. Setiap cabang keterampilan memiliki ciri-ciri
khusus berdasarkan pada bahan dan teknik pembuatanya. Pendidikan
keterampilan menganut pandangan bahwa anak dilibatkan dalam proses
kreatif, akan menghasilkan pengalaman nyata yang bermakna. Seseorang
harus melukis untuk belajar melukis, seseorang harus mengukir untuk belajar
ukir dan seterusnya. Oleh karena itu, pembelajaran yang melibatkan anak
dalam aktivitas berkarya (learning by doing) dapat dilakukan melalui berbagai
media dan teknik berkarya kerajinan dan teknologi.
Pembelajaran keterampilan dilaksanakan dengan bertolak dari pengetahuan,
bahan, alat, dan keteknikan berkarya yang meliputi kerajinan berbahan lunak,
keras, kerajinan alternatif (mixed media), baik alami maupun buatan.
Keterampilan teknologi rekayasa, budidaya, dan pengolahan, penyajian
kerajinan, dan wawasan pemasaran produk keterampilan.

Pembelajaran kerajinan dan teknologi di sekolah mengembangkan kemampuan


dan keterampilan Peserta didik dalam berkarya. Pembelajaran keterampilan
memberikan kemampuan bagi Peserta didik untuk membuat benda kerajinan
dan teknologi sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa
kebutuhan praktis maupun kebutuhan akan kepuasan terhadap hasil
ciptaannya.

8
Melalui pengalaman berkarya, peserta didik memperoleh pemahaman dan
keterampilan tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk berkarya
kerajinan dan teknologi. Dalam berkarya, peserta didik belajar menggunakan
berbagai teknik tradisional dan bantuan alat modern untuk mengeksploitasi
bahan menjadi karya kerajinan yang berkualitas. Melalui belajar keterampilan,
peserta didik belajar tekun, sabar, terampil, kreatif, dan bertanggung jawab
terhadap proses dan hasil karyanya.

Dalam pembelajaran keterampilan, proses dan prosedur kerja sangat penting


karena akan menghasilkan karya yang baik sesuai tuntutan konsep, fungsi,
desain, kebutuhan yang dirancang. Pembelajaran kerajinan dan teknologi di
sekolah dapat dilakukan dengan pendekatan di studio/laboratorium atau di kelas
dan di luar kelas sesuai karakteristik jenis kerajinan dan teknologi.
Materi pembelajaran keterampilan meliputi kegiatan mengapresiasi, mencipta
kerajinan dan teknologi, dan penyajian karya dalam bentuk pameran, apresiasi,
promosi, dan wawasan pemasaran produk. Mengapresiasi keterampilan berarti
mengenal, memahami, mengkomunikasikan, dan memberikan penghargaan
terhadap karya kerajinan dan teknologi. Materi pengetahuan keterampilan pada
dasarnya adalah pengenalan pengertian, latar belakang sejarah, jenis, fungsi,
karakteristik bahan, alat, teknik pembuatan, dan wawasan pemasaran produk.
Berkarya kerajinan dan teknologi pada dasarnya merupakan proses membuat
dan mengolah bahan dengan teknik tertentu untuk mewujudkan produk
kerajinan dan teknologi. Dalam proses membentuk karya, Peserta didik perlu
dilibatkan dalam berbagai pendekatan, seperti, mengobservasi, mencatat,
membuat sketsa, membuat desain/skema, membuat resep, dan sampai
membuat karya. Selain itu, melibatkan Peserta didik secara langsung dalam
aktivitas berkarya keterampilan akan memberikan pengalaman nyata dan
bermakna.

Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
membentuk benda kerajinan atau teknologi. Dalam membuat kerajinan, peserta
didik perlu diperkenalkan dengan berbagai teknik penggunaan berbagai alat dan
bahan, dengan memperhatikan keterbatasan maupun kelebihannya. Walapun
demikian dalam membuat kerajinan dan keterampilan teknologi, peserta didik
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kreasinya sehingga memberi
kesempatan untuk mengembangkan potensinya.

Selain berkarya kerajinan dan teknologi, materi pembelajaran keterampilan juga


mencakup penyajian karya. Materi penyajian karya kerajinan dan teknologi
meliputi pameran, penyajian lisan/tulis, apresiasi, promosi, dan penjualan karya
kerajinan dan teknologi. Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam kelas, sekolah,
bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah penataan ruang,
pemajangan karya, promosi, dan penjualan karya. Materi pameran mencakup
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran. Kegiatan penyajian
karya ini dalam kerangka untuk membentuk jiwa kewirausahaan peserta didik.

9
D. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Pesertta didik dalam pembelajaran dapat berperan sebagai subjek dan/atau


objek pembelajaran. Peserta didik sebagai subjek pembelajaran adalah Peserta
didik sebagai pelaku belajar. Peserta didik sebagai objek pembelajaran adalah
Peserta didik sebagai insan yang harus menerima materi ajar atau sasaran
pembelajaran. Peserta didik sebagai subjek dan objek belajar memiliki ciri
kepribadian yang dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu: (1) Watak, yang
dibawa sejak lahir hampir tak dapat diubah, (2) Kecerdasan, dapat sebagai
ramalan untuk menentukan keberhasilan, (3) Bakat, kemampuan tertentu yang
dibawa sejak lahir. Bakat ini akan membawa anak pada cita-cita tertentu jika
dilayani dalam pendidikan dengan baik, (4) Kepribadian, merupakan
performance seseorang yang dapat dilihat dari tanggung jawabnya, perilakunya,
motivasi dan sebagainya, dan (5) Latar belakang, ialah lingkungan di mana
mereka dibesarkan, dididik sangat menentukan kepribadian seseorang.

Peserta didik SMPMTs adalah Peserta didik berada dalam perkembangan fisik
dan psikologis usia remaja awal atau masa pubertas. Pribadi Peserta didik usia
remaja awal mencakup intelegensi, daya kreativitas, kemampuan berbahasa,
motivasi belajar, dan kondisi mental dan fisik. Pada masa ini Peserta didik
mengalami banyak perubahan fisik dan pengembangan metal. Masa remaja
dilihat dari aspek kognitif, anak sudah mulai dapat berpikir logis/rasional
terhadap permasalahan yang kongkrit sampai berpikir abstrak. Masa remaja
sudah dapat membentuk ide-ide, pemecahan masalah, dan menentukan masa
depannya secara realistis. Dilihat dari aspek afektif masa remaja awal mulai
mengembangkan berperilaku bertanggung jawab, mengenal nilai dan etika
sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan sosialnya. Dari aspek
psikomotorik usia remaja mulai dapat mengembangkan keterampilan dan
konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik.

Peserta didik usia SMP/MTs menurut Rouseau usia (11 – 15 tahun) disebut
sebagai masa pubertas yang ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk bertualang. Menurut Piaget, masa tersebut, disebutnya sebagai
periode operasi formal, karena masa ini anak sudah dapat berpikir logis
terhadap masalah yang kongkrit maupun yang abstrak. Mereka sudah dapat
membentuk ide dan masa depannya secara realistis (Pidarta,1997).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju masa dewasa, tetapi
belum dapat menunjukkan kedewasaannya. Pada masa ini, remaja memiliki ciri:
kegelisahan atau keadaan tidak tenang, pertentangan baik dalam diri maupun
orang lain, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui,
keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, mengkhayal dan
berfantasi, dan aktivitas berkelompok. Kebanyakan remaja menemukan jalan
keluar dari kesulitannya dengan melakukan kegiatan bersama atau kelompok.

10
Melihat ciri perkembangan anak usia tersebut, memberikan gambaran para
pendidik pada tiap jenjang atau tingkat pendidikan untuk menentukan arah
pembelajaran atau pendidikan, menentukan metode atau model pembelajaran,
meyiapkan materi pembelajaran yang tepat, dan menyiapkan pengalaman
belajar yang cocok dengan perkembangan usia tersebut.

Mencermati perkembangan anak usia tersebut dan hubungannya dengan teori


belajar sangat berguna untuk mempelajari materi-materi yang rumit butuh
pemahaman untuk pemecahan masalah dan pengembangan ide, sedangkan
jika dikaitkan dengan teori belajar behavioristik bermanfaat dalam
pengembangan perilaku-perilaku nyata seperti; rajin, mendapatkan nilai tinggi,
tidak berkelahi, disiplin, dan sebagainya. Belajar keterampilan perlu memahami
konsep, prinsip, dan prosedur dengan benar. Setelah pemahaman konsep
dikuasai dengan baik mulailah melakukan latihan keterampilan dengan baik.
Belajar keterampilan dengan cara diualang-ulang akan membentuk penguasaan
kompetensi profesional sesuai perkembangannya.

Dengan memahami perkembangan anak, memahami teori belajar, dan


memahami cara pembelajaran yang baik, proses pembelajaran perlu
merenungkan simpulan dari Baller dan Charles ( Pidarta. 1997) bahwa anak
yang berasal dari keluarga yang memberikan layanan baik, akan bersikap
ramah, luwes, bersahabat, dan mudah bergaul. Anak yang dilahirkan dalam
keluarga yang menolak kelahiran itu, akan cenderung menimbulkan masalah,
agresif, menentang orang tua, dan sulit diajak bicara. Anak yang diberikan pada
keluarga yang acuh tak acuh pada anak, cenderung bersikap pasif, dan kurang
populer di luar rumah.

Implikasi dari hal tersebut, sangat penting untuk dipahami oleh para pendidik
untuk diaplikasikan dalam pembelajaran secara aktual di kelas. Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan tulus, ramah, ikhlas akan dapat
membekas pada diri peserta didik berperilaku tulus, ihklas, dan dikuasainya
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Pembelajaran yang
dilakukan dengan sabar dan baik akan dapat memberikan penguasaan
kompetensi yang baik pada diri peserta didik. Sebaliknya, pembelajaran yang
dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak akan
menjadikan beban, yang akhirnya membuat anak frustasi dalam hidupnya.

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai


perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan
untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya).
Dalam tahap perkembangannya, Peserta didik SMP/MTs berada pada tahap
periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini

11
disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pengajaran
keterampilan, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

1. Perkembangan Aspek Kognitif


Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang
lebih kurang sama dengan usia Peserta didik SMP, merupakan ‘period of
formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada Peserta didik
adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu
secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau
bahkan objek yang visual. Peserta didik telah memahami hal-hal yang
bersifat imajinatif.
Implikasinya dalam pengajaran keterampilan adalah bahwa belajar akan
bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat
peserta didik. Pengajaran Keterampilan akan berhasil kalau penyusun
silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input
dengan harapan serta karakteristik Peserta didik sehingga motivasi belajar
mereka berada pada tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam
Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1)
kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional), (2)
kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut), (3) kecerdasan
musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama),
(4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang
realitas), (5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan
gerakan motorik yang halus), (6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan
untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri), kecerdasan
antarpribadi (kemampuan memahami orang lain). Ketujuh macam
kecerdasan ini berkembang pesat dan bila dapat dimanfaatkan oleh guru
Keterampilan, akan sangat membantu peserta didik dalam menguasai
kemampuan berkarya keterampilan.

2. Perkembangan Aspek Psikomotor


Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui
beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:
a. Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan
lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk
mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum
melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini Peserta didik sering membuat
kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.
b. Tahap asosiatif

12
Pada tahap ini, seorang Peserta didik membutuhkan waktu yang lebih
pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan
yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam
perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap
ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada
tahap ini, seorang Peserta didik masih menggunakan pikirannya untuk
melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir
lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan
karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-
gerakannya sudah mulai tidak kaku.
c. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang Peserta didik telah mencapai tingkat autonomi
yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap
dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini
disebut tahap autonomi karena Peserta didik sudah tidak memerlukan
kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini,
gerakan-gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya
gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar
untuk memikirkan tentang gerakannya.

3. Perkembangan Aspek Afektif


Keberhasilan proses pengajaran keterampilan juga ditentukan oleh
pemahaman tentang perkembangan aspek afektif Peserta didik. Ranah
afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap
peserta didik. Bloom (Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah
afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam
Peserta didik SMP lebih kurang sebagai berikut: (1) sadar akan situasi,
fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar; (2) responsif terhadap
stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka; (3) bisa menilai; (4)
sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan
menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada; (5) sudah mulai
memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk
sistem nilai.
Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang
diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
teori pemerolehan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pribadi yang lebih
spesifik dalam tingkah laku Peserta didik yang sangat penting dalam
penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada
dirinya sendiri.
b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
c. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang,
dsbnya.
13
d. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada
perasaan orang lain.

II. PENGERTIAN, PRINSIP, DAN TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN


SILABUS

A. Pengertian Silabus

Secara umum istilah silabus dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan
ikhtisar, atau pokok-pokok isi materi pembelajaran. Istilah silabus untuk
menyebut suatu produk pengembangan kurikulum yang berupa penjabaran
lebih lanjut standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan
pokok-pokok materi pembelajaran yang perlu dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai standar kompetnsi dan kompetensi dasar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan
Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator,
Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus
pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar).
2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru
sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar.
4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KD dan SK.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar
Isi tertentu.

B. Pengembang Silabus

Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Dinas Pendidikan.

14
1. Sekolah dan komite sekolah

Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk


menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah
dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan
lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas.

2. Kelompok Sekolah

Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum
dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak
sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas
atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
dipergunakan oleh sekolah tersebut

3. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat


bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah
dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan
penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat meminta
bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait
seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.

4 Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus


dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru
berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas
pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP,
atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional

C. Prinsip Pengembangan Silabus

Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain:

1. Ilmiah: Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam


silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.

2. Relevan: Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian


materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

15
3. Sistematis: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.

4. Konsisten: Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara


kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5. Memadai: Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan


pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk
menunjang pencapain kompetensi dasar.

6. Aktual dan Kontekstual: Cakupan indikator, materi


pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7. Fleksibel: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi


peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan
berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal
ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercerabut dari
lingkungannya.

8. Menyeluruh: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah


kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

D. Tahap-tahap Pengembangan Silabus

Pengembangan silabus dapat ditempuh melalui beberapa tahap antara lain:

1. Perencanaan: Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih


dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan
atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian
informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi
dan informasi seperti multi media dan internet.

2. Pelaksanaan: Dalam melaksanakan penyusunan silabus, penyusun


silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan
penyusunan silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata
pelajaran yang bersangkutan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

3. Perbaikan: Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam


kegiatan pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis
kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian,
psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional
dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
16
4. Pemantapan: Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi
kriteria rancangan silabus dapat segera disampaikan kepada Kepala
Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

5. Penilaian silabus: Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara


berkala dengan mengunakaan model-model penilaian kurikulum.

III. KOMPONEN DAN LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS

A. Komponen silabus

Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.


1. Identitas Silabus
2. Standar Kompentensi
3. Kompetensi Dasar
4. Materi Pokok/Pembelajaran
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Indikator
7. Penilaian
8. Alokasi Waktu
9. Sumber Belajar

Komponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam


contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.

17
Format 1: Horizontal

SILABUS

Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : ........
Kelas : ......
Semester : .......
Standar Kompetensi : 1...........
2............

Penilaian
Alokasi Sumber
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Teknik Bentuk Contoh
Waktu Belajar
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Instrumen Instrumen

Format 2: Vertikal
SILABUS

Nama Sekolah :....................................


Mata Pelajaran:....................................
Kelas/Semester :....................................

1. Standar Kompetensi : .......................

2. Kompetensi Dasar : .......................

3.Materi Pokok/Pembelajaran : .......................


18
4. Kegiatan Pembelajaran : .......................

5. Indikator : .......................

6. Penilaian : .......................

7. Alokasi Waktu : .......................

8. Sumber Belajar : .......................

Catatan:
* Kegiatan Pembelajaran: kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan
siswa untuk mencapai SK dan KD
* Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran (n x 40 menit)
* Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber,atau lainnya.

B. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

1. Mengisi identitas Silabus

Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.

2. Menuliskan Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang


menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar
Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu
mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
Standar Kompetensi dituliskan di atas matrik silabus di bawah tulisan
semester.
19
3. Menuliskan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus


dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran
tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih
dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam
mata pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antar mata
pelajaran.

4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus


dipertimbangkan:
a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
a. kedalaman dan keluasan materi;
b. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
dan
c. alokasi waktu.
Selain itu harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran
dan kesahihannya;
b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang
benar-benar diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat;
e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan
memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut.

5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar


yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta
20
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran
yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan
pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.

Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.


a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja
dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan
kompetensi dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru
harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa
memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.
e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang
harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi
KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu.
h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar.

Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai


berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata
pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana
yang tersedia;
d. bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa
seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-
ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa
yang bersangkutan.
21
6. Merumuskan Indikator

Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan


indikator. Indikator adalah suatu ciri atau tanda yang menunjukan bahwa
peserta didik telah menguasai kompetensi dasar yang dipelajari. Oleh
karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut
ini.

Kriteria indikator adalah sebagai berikut.


a. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
b. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life
skills).
d. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
e. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
f. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
g. Menggunakan kata kerja operasional.

7. Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan


berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga
komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk
instrumen, dan (c) contoh instrumen.

a. Teknik Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,


menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-
cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan
produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini,
yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan
teknik nontes.Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi
melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah,
sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi
melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
22
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator diujikan,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik.
5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan,
berupa program remedi. Apabila peserta didik belum menguasai
suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi,
dan bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas
pengayaan.
6) Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua
kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi
dasar berikutnya.
7) Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi
penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu
semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.
8) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek
pembelajaran: kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan
berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara
berkesinambungan.
9) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
10) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan
hasil belajar peserta didik.
11) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan
gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik, baik
sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant
effect) dari proses pembelajaran.
13) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan,
23
penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
14) Dalam mata pelajaran PAK, penilaian pada aspek afektif perlu
mendapatkan bobot yang paling besar karena aspek ini merupakan
tujuan utama dalam pembelajaran PAK. Selain dari guru, peserta
didik juga diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri dengan
lembar penilaian yang disediakan oleh guru.

b. Bentuk Instrumen

Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.


Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa
bentuk instrumen yang tergolong teknik:
1) Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian,
menjodohkan dan sebagainya.
2) Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.
3) Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji
petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja
prosedur dan produk.
4) Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
5) Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
6) Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara
7) Portofolio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau
prestasi peserta didik.
8) Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri

Sesudah penentuan instrumen tes telah dipandang tepat, selanjutnya


instrumen tes itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen
yang dapat digunakan.

Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya

Teknik Bentuk Instrumen


• Tes tulis • Tes isian
• Tes uraian
• Tes pilihan ganda
• Tes menjodohkan
• Dll.
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes unjuk kerja • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Uji petik kerja produk
• Uji petik kerja prosedur
• Uji petik kerja prosedur dan produk

24
• Penugasan • Tugas proyek
• Tugas rumah
• Observasi • Lembar observasi
• Wawancara • Pedoman wawancara
• Portofolio • Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
peserta didik
• Penilaian diri • Lembar penilaian diri

c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang
tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom
yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian
diletakkan di dalam lampiran.

7. Menentukan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian


suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran, dan
c. jumlah kompetensi per semester.

8. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam


kegiatan pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak,
media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan
sebagainya.

IV. PENUTUP

Contoh silabus yang terdapat di dalam Lampiran 3 bukan contoh satu-


satunya di dalam pengembangan silabus yang disusun berdasarkan Standar
Isi. Untuk itu, diharapkan sekolah atau daerah dapat mengembangkan
sendiri bentuk silabus yang lain.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, silabus harus dijabarkan lebih


operasional dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

25
DAFTAR PUSTAKA

Cleaver, Dale G. (1966). Art: An introduction. New York: Harcourt, Brace &
World, Inc.

Depdikbud. (1996). Kurikulum sekolah menengah kejuruan: landasan, program


dan pengembangan. Jakarta: Dirdikmenjur

_________. (1997). Kurikulum SMK: Pedoman pelaksanaan kurikulum pola


broad based Buku III. Jakarta: Dirdikmenjur

_________.(1999). Kurikulum SMK: Pedoman pelaksanaan. Jakarta:

Dirdikmenjur.

_________. (1997). Keterampilan menjelang 2020 untuk era global. Jakarta:

Depdikbud.

Depdiknas (2000) Standar pelayanan minimal SMK. Jakarta: Dikdasmen

________ (2001). Reposisi pendidikan kejuruan menjelang 2020. Jakarta:

Dirdikmenjur.

Depdiknas (2002). Pedoman umum penyusunan silabus. Jakarta: Dikdasmen.

Dewantara, Ki Hajar (1971). Pendidikan seni. Yogyakarta: Majelis Luhur.

Dimyati. (1999). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djojonegoro Wardiman.(1998). Pengembangan sumber daya manusia melalui


SMK. Jakarta: Depdikbud.

Dunn Stewart. (1990). Craft desain and technology. Singapore: Heinemann


Asia.

Eisner, Elliot W. (1972). Educating artistic vision. New York: Macmillan


Publishing Co.

26
Gie The Liang. (1996). Filsafat estetika. Yogyakarta: PUBIB.

Djohar. (1999). Reformasi dan masa depan pendidikan di Indonesia.


Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Gafur, Abdul (1986). Disain Instruksional; Langkah Sistematis Penyusunan Pola


Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Jefferson, Blanche.(1970). Teaching art to children. Boston: Allyn and Bacon.

Jones, Arthur F (19920. Introduction to art. New York: Harpercollins


Publications.

Larkin, Diarmuid. (1981). Art learning and teaching. Melbourne: Cassell.

Mattil, Edward. (1971). Meaning in craft. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice

Hall.

Monks. Knoers. Rahayu Siti. (2002). Psikologi perkembangan pengantar dalam


berbagai bagiaannya. Yogyakarta: UGM Press.

Mukminan Dkk. (2002). Pedoman umum pengembangan silabus berbasis


kompetensi Peserta didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

Pidarta Made. (1997). Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohidi Rohendi Tjetjep. (2000). Kesenian dalam pendekatan kebudayaan.


Bandung: STISI Press .

Soemarjadi, dkk. (1992). Pendidikan Ketrampilan. Jakarta: Depdikbud.

Sunarto, Hartono Agung. (1999). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Tilaar HAR. (1999). Pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat madani


Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Yarwood A, Dunn S. (1986). Desain and craft. London: Hodder and Stoughton.

Winkel WS. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.

27
GLOSARIUM

Aplikasi: Teknik membentuk kerajinan dengan cara menempel dari bahan


kertas, kain, vinel, dll yang sudah membentuk pola, objek, gambar/motif

Apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni


disertai disertai pemahaman.

Apresiatif: pembelajaran apresiatif, disebut juga pembelajaran teori,


pembelajaran yang berkenaan dengan aspek pengetahuan dan sikap.

Bentuk: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume,
dan ruang; juga menunjukkan gaya.

Ekspresi: ungkapan pikiran dan perasaan.

Estetika: pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan


dengan keindahan, objek estetika adalah keindahan.

Estetis : pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan


terhadap bentuk yang membentuk pengalaman seni; nilai estetis media, hasil
pengamatan terhadap sifat-sifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman
seni.

Finishing: penyelesaian akhir benda kerajinan sebagai pengawet, pelapis, dan


pemberi keindahan. Pelapisan akhir kerajinan dapat dengan cat, politur,
melamin, semir, dan sebagainya

Karya imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman


pribadi.

Kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh


kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya:
kemampuan berfikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun
kerjasama, melaksanakan peran sebagai warga negara yang bertanggung
jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.

Kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi


pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan kemampuan dasar
maupun standar kompetensi.

Kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus


dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau
ditampilkan oleh Peserta didik untuk standar kompetensi tertentu dari suatu
mata pelajaran.

28
Kerajinan: benda karya seni rupa yang diciptakan berorientasi pada kebutuhan
fungsional (baik fungsional praktis seperti asbak, tas, cermin maupun fungsional
pasif seperti hiasan) dikerjakan dengan tangan maupun bantuan mesin

Keterampilan: kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan, terampil


atau cekatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan
cepat dan benar

Kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan


lulusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.

Komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan


irama; karya cipta (misalnya untuk, lukisan, musik, dan tari).

Konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam


silabus (kemampuan dasar, materi pembelajaran dan pengalaman belajar).

Makrame: Teknik pembuatan kerajinan dari bahan tali/benang dengan teknik


simpul-simpul yang dirangkai membentuk hiasan atau benda pakai

Materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari Peserta didik
untuk menguasai kemampuan dasar

Media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi
menjadi dwimatra dan trimatra.

Pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan


dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau dikuasai
Peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pendekatan hierarkhis: strategi pengembangan materi pembelajaran


berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.

Pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran


berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran.

Pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan


atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan
Peserta didik menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.

Pengalaman belajar: menunjuk aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik


dalam berinteraksi dengan objek belajar untuk mencapai kompetensi dasar.
Pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya, dapat dicapai
di dalam kelas dan di luar kelas. Bentuknya dapat berupa kegiatan
mendemontrasikan, mempraktikan, mensimulasikan, mengadakan, eksperimen,
menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah

29
dll. Dan bukan interaksi guru murid seperti mendengarkan uraian guru,
berdiskusi di bawah bimbingan guru, dll.

Pendekatan Kontekstual: Contextual teaching and learning (CTL) adalah


konsep pembelajaran yang mengkaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi Peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

Promosi: Cara menawarkan atau mengenalkan produk pada masyarakat


melalui pameran, iklan, poster, brosur, mas media, orang, dan sebagainya

Ranah Afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, dan
perilaku

Ranah Kognitif: aspek yang berkaitan dengan kempuan berpikir untuk


memperoleh pengetahuan, pemahaman, konseptualisasi, dan penalaran

Ranah psikomotorik: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan


kegiatan yang melibatkan anggota badan, otot, dan gerak fisik

Teknik Raut: teknik membuat kerajinan kayu seperti topeng, patung


menggunakan pisau dengan cara dirautkan/disayatkan pada kayu.

30
LAMPIRAN

CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL

STANDAR KOMPETENSI
Contoh:
mendefinisikan mengidentifikasikan menyusun
menerapkan mendeskripsikan menyelesaikan
mengkonstruksikan mengenal

KOMPETENSI DASAR
Contoh:
mengidentifikasikan mendemonstrasikan membuat
menunjukkan menafsirkan menerjemahkan
membaca menerapkan merumuskan
menghitung menceritakan menyelesaikan
menggambarkan menggunakan menganalisis
menghitung menentukan mensintesis
mengucapkan menyusun mengevaluasi
membedakan menyimpulkan mendesain
memola menyeket mendeskripsikan
mengidentifikasi mempraktikan memperagakan
mengamati meneliti memamerkan

KETERANGAN:
1. Satu kata kerja tertentu, seperti mengidentifikasikan, dapat dipakai
baik pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar;
perbedaannya terletak bahwa pada standar kompetensi
cakupannya lebih luas daripada pada kompetensi dasar.
2. Satu butir standar kompetensi dapat dipecah menjadi beberapa
butir kompetensi dasar.
3. Satu butir kompetensi dasar, nantinya harus dipecah menjadi
minimal 2 indikator.
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar belum memuat atau
bukan merupakan indikator

31
32

Anda mungkin juga menyukai