MATA PELAJARAN
KETERAMPILAN
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Karakteristik Mata Pelajaran ............................................................ 2
C. Karakteristik Peserta Didik ............................................................... 8
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar
kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan
silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi
yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 dan
Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas
No. 23 Tahun 2006
4
dipilih oleh satuan pendidikan dan perlu mempertimbangkan minat dan bakat
peserta didik serta potensi lokal, budaya, ekonomi, dan kebutuhan daerah.
5
Keterampilan teknologi meliputi rekayasa membuat teknologi tepat guna
(lampu saign, bel, interkom, ampli, dan benda bergerak), budidaya hewani
dan nabati seperti buddidaya tanaman hias, ikan hias dan ikan air tawar,
pengolahan membuat makanan dengan cara pengawetan, pengeringan,
manisan, pengasinan basah dan kering. Keterampilan tersebut didasarkan
pada keterampilan proses berkarya agar memiliki wawasan pengetahuan
dan pengalaman berkarya teknologi.
7
Teknologi Dasar (PDK) sebagai mata pelajaran mulok, sesuai dengan
kemampuan sekolah, daerah, bakat, dan minat Peserta didik.
8
Melalui pengalaman berkarya, peserta didik memperoleh pemahaman dan
keterampilan tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk berkarya
kerajinan dan teknologi. Dalam berkarya, peserta didik belajar menggunakan
berbagai teknik tradisional dan bantuan alat modern untuk mengeksploitasi
bahan menjadi karya kerajinan yang berkualitas. Melalui belajar keterampilan,
peserta didik belajar tekun, sabar, terampil, kreatif, dan bertanggung jawab
terhadap proses dan hasil karyanya.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
membentuk benda kerajinan atau teknologi. Dalam membuat kerajinan, peserta
didik perlu diperkenalkan dengan berbagai teknik penggunaan berbagai alat dan
bahan, dengan memperhatikan keterbatasan maupun kelebihannya. Walapun
demikian dalam membuat kerajinan dan keterampilan teknologi, peserta didik
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kreasinya sehingga memberi
kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
9
D. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Peserta didik SMPMTs adalah Peserta didik berada dalam perkembangan fisik
dan psikologis usia remaja awal atau masa pubertas. Pribadi Peserta didik usia
remaja awal mencakup intelegensi, daya kreativitas, kemampuan berbahasa,
motivasi belajar, dan kondisi mental dan fisik. Pada masa ini Peserta didik
mengalami banyak perubahan fisik dan pengembangan metal. Masa remaja
dilihat dari aspek kognitif, anak sudah mulai dapat berpikir logis/rasional
terhadap permasalahan yang kongkrit sampai berpikir abstrak. Masa remaja
sudah dapat membentuk ide-ide, pemecahan masalah, dan menentukan masa
depannya secara realistis. Dilihat dari aspek afektif masa remaja awal mulai
mengembangkan berperilaku bertanggung jawab, mengenal nilai dan etika
sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan sosialnya. Dari aspek
psikomotorik usia remaja mulai dapat mengembangkan keterampilan dan
konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik.
Peserta didik usia SMP/MTs menurut Rouseau usia (11 – 15 tahun) disebut
sebagai masa pubertas yang ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk bertualang. Menurut Piaget, masa tersebut, disebutnya sebagai
periode operasi formal, karena masa ini anak sudah dapat berpikir logis
terhadap masalah yang kongkrit maupun yang abstrak. Mereka sudah dapat
membentuk ide dan masa depannya secara realistis (Pidarta,1997).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju masa dewasa, tetapi
belum dapat menunjukkan kedewasaannya. Pada masa ini, remaja memiliki ciri:
kegelisahan atau keadaan tidak tenang, pertentangan baik dalam diri maupun
orang lain, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui,
keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, mengkhayal dan
berfantasi, dan aktivitas berkelompok. Kebanyakan remaja menemukan jalan
keluar dari kesulitannya dengan melakukan kegiatan bersama atau kelompok.
10
Melihat ciri perkembangan anak usia tersebut, memberikan gambaran para
pendidik pada tiap jenjang atau tingkat pendidikan untuk menentukan arah
pembelajaran atau pendidikan, menentukan metode atau model pembelajaran,
meyiapkan materi pembelajaran yang tepat, dan menyiapkan pengalaman
belajar yang cocok dengan perkembangan usia tersebut.
Implikasi dari hal tersebut, sangat penting untuk dipahami oleh para pendidik
untuk diaplikasikan dalam pembelajaran secara aktual di kelas. Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan tulus, ramah, ikhlas akan dapat
membekas pada diri peserta didik berperilaku tulus, ihklas, dan dikuasainya
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya. Pembelajaran yang
dilakukan dengan sabar dan baik akan dapat memberikan penguasaan
kompetensi yang baik pada diri peserta didik. Sebaliknya, pembelajaran yang
dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak akan
menjadikan beban, yang akhirnya membuat anak frustasi dalam hidupnya.
11
disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pengajaran
keterampilan, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
12
Pada tahap ini, seorang Peserta didik membutuhkan waktu yang lebih
pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan
yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam
perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap
ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada
tahap ini, seorang Peserta didik masih menggunakan pikirannya untuk
melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir
lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan
karena waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-
gerakannya sudah mulai tidak kaku.
c. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang Peserta didik telah mencapai tingkat autonomi
yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap
dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini
disebut tahap autonomi karena Peserta didik sudah tidak memerlukan
kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini,
gerakan-gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya
gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar
untuk memikirkan tentang gerakannya.
A. Pengertian Silabus
Secara umum istilah silabus dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan
ikhtisar, atau pokok-pokok isi materi pembelajaran. Istilah silabus untuk
menyebut suatu produk pengembangan kurikulum yang berupa penjabaran
lebih lanjut standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan
pokok-pokok materi pembelajaran yang perlu dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai standar kompetnsi dan kompetensi dasar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan
Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator,
Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus
pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar).
2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru
sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar.
4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KD dan SK.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar
Isi tertentu.
B. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Dinas Pendidikan.
14
1. Sekolah dan komite sekolah
2. Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum
dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak
sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas
atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan
dipergunakan oleh sekolah tersebut
4 Dinas Pendidikan
15
3. Sistematis: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
A. Komponen silabus
17
Format 1: Horizontal
SILABUS
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : ........
Kelas : ......
Semester : .......
Standar Kompetensi : 1...........
2............
Penilaian
Alokasi Sumber
Kompetensi Materi Pokok/ Kegiatan Indikator Teknik Bentuk Contoh
Waktu Belajar
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Instrumen Instrumen
Format 2: Vertikal
SILABUS
5. Indikator : .......................
6. Penilaian : .......................
Catatan:
* Kegiatan Pembelajaran: kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan
siswa untuk mencapai SK dan KD
* Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran (n x 40 menit)
* Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber,atau lainnya.
Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas, mata pelajaran, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
7. Penilaian
a. Teknik Penilaian
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini,
yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan
teknik nontes.Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi
melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah,
sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi
melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
22
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang
akan dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator diujikan,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik.
5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan,
berupa program remedi. Apabila peserta didik belum menguasai
suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi,
dan bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas
pengayaan.
6) Peserta didik yang telah menguasai semua atau hampir semua
kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi
dasar berikutnya.
7) Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi
penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu
semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.
8) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek
pembelajaran: kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan
berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara
berkesinambungan.
9) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik.
10) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan
hasil belajar peserta didik.
11) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan
gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
12) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan
dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik, baik
sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant
effect) dari proses pembelajaran.
13) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan,
23
penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
14) Dalam mata pelajaran PAK, penilaian pada aspek afektif perlu
mendapatkan bobot yang paling besar karena aspek ini merupakan
tujuan utama dalam pembelajaran PAK. Selain dari guru, peserta
didik juga diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri dengan
lembar penilaian yang disediakan oleh guru.
b. Bentuk Instrumen
24
• Penugasan • Tugas proyek
• Tugas rumah
• Observasi • Lembar observasi
• Wawancara • Pedoman wawancara
• Portofolio • Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
peserta didik
• Penilaian diri • Lembar penilaian diri
c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang
tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom
yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian
diletakkan di dalam lampiran.
IV. PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
Cleaver, Dale G. (1966). Art: An introduction. New York: Harcourt, Brace &
World, Inc.
Dirdikmenjur.
Depdikbud.
Dirdikmenjur.
26
Gie The Liang. (1996). Filsafat estetika. Yogyakarta: PUBIB.
Mattil, Edward. (1971). Meaning in craft. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall.
Yarwood A, Dunn S. (1986). Desain and craft. London: Hodder and Stoughton.
27
GLOSARIUM
Bentuk: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume,
dan ruang; juga menunjukkan gaya.
28
Kerajinan: benda karya seni rupa yang diciptakan berorientasi pada kebutuhan
fungsional (baik fungsional praktis seperti asbak, tas, cermin maupun fungsional
pasif seperti hiasan) dikerjakan dengan tangan maupun bantuan mesin
Materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari Peserta didik
untuk menguasai kemampuan dasar
Media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi
menjadi dwimatra dan trimatra.
29
dll. Dan bukan interaksi guru murid seperti mendengarkan uraian guru,
berdiskusi di bawah bimbingan guru, dll.
Ranah Afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, dan
perilaku
30
LAMPIRAN
STANDAR KOMPETENSI
Contoh:
mendefinisikan mengidentifikasikan menyusun
menerapkan mendeskripsikan menyelesaikan
mengkonstruksikan mengenal
KOMPETENSI DASAR
Contoh:
mengidentifikasikan mendemonstrasikan membuat
menunjukkan menafsirkan menerjemahkan
membaca menerapkan merumuskan
menghitung menceritakan menyelesaikan
menggambarkan menggunakan menganalisis
menghitung menentukan mensintesis
mengucapkan menyusun mengevaluasi
membedakan menyimpulkan mendesain
memola menyeket mendeskripsikan
mengidentifikasi mempraktikan memperagakan
mengamati meneliti memamerkan
KETERANGAN:
1. Satu kata kerja tertentu, seperti mengidentifikasikan, dapat dipakai
baik pada standar kompetensi maupun kompetensi dasar;
perbedaannya terletak bahwa pada standar kompetensi
cakupannya lebih luas daripada pada kompetensi dasar.
2. Satu butir standar kompetensi dapat dipecah menjadi beberapa
butir kompetensi dasar.
3. Satu butir kompetensi dasar, nantinya harus dipecah menjadi
minimal 2 indikator.
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar belum memuat atau
bukan merupakan indikator
31
32