Anda di halaman 1dari 200

IMPLEMENTASI KURIKULUM KULLIYATUL MU’ALLIMIN

AL-ISLAMIYYAH (KMI) TERHADAP PENINGKATAN


HASIL BELAJAR SANTRI DI PESANTREN PUTRA
ULUL ALBAB KOTO BARU
DHARMASRAYA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Program Studi Manajemen Pendidikan Islam ( MPI )

OLEH :
FIRDAUS
NIM : 1901004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDLATUL
ULAMA (STITNU) SAKINAH DHARMASRAYA
1445 H/2023 M
PERSETUJUAN MUNAQQASYAH

Pembimbing : Susi Puspita Sari M. Pd


Alamat : STITNU Sakinah Dharmasraya
Kepada Yth,
Bapak Ketua STITNU Sakinah Dharmasraya
di –
Koto Baru
Assalamu’alaikum, Wr.Wb.,
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya,
maka saya berpendapat bahwa skripsi atas nama Firdaus NIM
1901001 yang berjudul Implementasi kurikulum kulliyatul
mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap peningkatan
hasil belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru
Dharmasraya telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan guna
melengkapi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) pada STITNU Sakinah Dharmasraya.
Maka dengan ini saya ajukan skripsi tersebut semoga dapat
diterima dengan baik.
Demikianlah, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Semoga bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa, dan bangsa.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb

Disetujui oleh:
Ketua Prodi Pembimbing

Elvi Syoviana, MA Susi Puspita Sari M. Pd


NIY: 2013 01 12041986 008 NIY: 2017 01 18021992 052

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Firdaus
NIM : 1901001
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1982
Jurusan/Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
Alamat : Jorong Koto Baru, Koto Baru,Kecamatan Koto
Baru,Kabupaten Dharmasraya
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
Implementasi Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Santri Di Pesantren Putra Ulul Albab
Koto Baru Dharmasraya, adalah benar karya saya sendiri, kecuali kutipan-
kutipan yang telah saya sebut sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari ternyata saya tidak benar, maka saya sepenuhnya
bertanggung jawab sesuai hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan yang
berlaku di STITNU Sakinah Dharmasraya, termasuk pencabutan gelar yang saya
peroleh melalui skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Dharmasraya, 20 September 2023


Penulis

Firdaus
NIM 1901004

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH

Skripsi atas nama Firdaus NIM 1901004 Program Studi Manajemen Pendidikan

Islam telah dimunaqasyahkan oleh tim sidang munaqasyah STITNU Sakinah

Dharmasraya dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Tarbiyah.

Dharmasraya, 24 Oktober 2023


Ketua STITNU

LESIS ANDRE, S.Psi, M.Si


NIY. 2013 01 01051980 005
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Susi Puspita Sari M. Pd Engla Pautyara Deska, M.M


NIY: 2017 01 18021992 052 NIY: 2023 01 21121993 001

Penguji II, Penguji III,

Lesis Andre, S.Psi, M.Si Dr. Nidya Fitri, M. Hum


NIY. 2013 01 01051980 005 NIY. 2013 01 28061986 020

iv
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya
ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada
(pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,)
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup
kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami.
Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum
kafir.”
(Al Baqarah [2]: 286)

Usaha dan doa tergantung pada cita-cita. Manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.
- Jalaluddin Rumi-.

Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang, kadang manusia punya
mulut tapi belum tentu punya pikiran.
-Albert Einstein-

v
ABSTRAK

Firdaus.1901004. 2023. Implementasi Kurikulum Kulliyatul


Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Santri Di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Dharmasraya, Skripsi.
Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama
(STITNU) Sakinah Dharmasraya
Latar belakang permasalahan yaitu: ketertarikan terhadap
implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap
peningkatan hasil belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru
Dharmasraya, khususnya mapel mahfudzat. Rumusan masalah adalah
Bagaimanakah implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah
(KMI) dalam pembelajaran mahfuzhat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru
Kabupaten Dharmasraya di terapkan disana.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Data Primer:
Pimpinan Pondok, Direktur KMI, Ustad yang menyusun kurikulum KMI dan
para santri.dan 2. Data Sekunder: kepustakaan, referensi, dokumen dan observasi
. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi
Hasil penelitian Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-
islamiyyah (KMI). Terhadap peningktan hasil belajar santri putra ulul albab
adalah seperti berikut: 1. a. Perencanaan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-
islamiyyah (KMI) sama dengan perencanaan kemenag serta Diknas, seperti RPP
dan silabus.b. Pelaksanaan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah
(KMI) sesuai dengan perencanaan dan harus disertakan panca jiwa terdapat
pembelajaran mahfudzat. c. Evaluasi kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)
memiliki evaluasi yaitu ujian lisan dan ujian tulisan, ujian lisan hanya tiga materi
yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris dan praktek Ibadah, dan ujian tulis materi
kepondokan, kemenag dan Diknas. 2.. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap
peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya, tabel kedua saja dan mungkin tidak mencakup semua aspek yang
relevan. Hasil yang sangat positif ini bisa menjadi dorongan untuk terus
meningkatkan dan memperluas kualitas pendidikan di pesantren atau kelas 1B,
serta dapat menjadi contoh baik bagi kelas atau pesantren lainnya untuk
mencapai kesuksesan serupa. 3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-
islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar
di Pesantren Putra Ulul Albab yang mereka mempunyai konsep yaitu: a.
Pengembangan kekritisan intelektual. b. Menumbuhkan etika pengetahuan. c.
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta pengalaman yang terintegrasi
dengan panca jiwa Pondok Pesantren Putra Ulul Albab: 1) Keikhlasan. 2)
Kesederhanaan. 3) Kemandirian. 4) Ukhuwah Islamiyah dan 5) Kebebasan.

Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah,


Peningkatan hasil belajar

vi
ABSTRACT

Firdaus. 1901004. 2023. Implementation of the Kulliyatul Mu'allimin


Al-Islamiyyah (KMI) Curriculum for Improving Santri's Learning at the
Ulul Albab Islamic Boarding School Koto Baru Dharmasraya, Thesis.
Management of Islamic Education, Nahdlatul Ulama Tarbiyah College
(STITNU) Sakinah Dharmasraya.
The background to the problem is: interest in implementing the
kulliyatul mu'allimin al-islamiyyah (KMI) curriculum towards improving the
learning outcomes of students at the Putra Ulul Albab Koto Baru Dharmasraya
Islamic Boarding School, especially the mahfudzat subject. The formulation of
the problem is How is the implementation of the kulliyatul mu'allimin al-
Islamiyyah (KMI) curriculum in mahfuzhat learning at the Putra Ulul Albab
Koto Baru Islamic Boarding School, Dharmasraya Regency implemented there.
This research is a qualitative descriptive study using two sources of
data in this research, namely: 1. Primary Data: Boarding School Leaders, KMI
Director, Ustad who prepares the KMI curriculum and the students. and 2.
Secondary Data: literature, references, documents and observation. Data
collection techniques use observation, interviews and documentation. The data
validity technique uses triangulation
Results of research on the implementation of the kulliyatul
mu'allimin al-islamiyyah (KMI) curriculum. To improve the learning outcomes
of Ulul Albab male students are as follows: 1. a. Kulliyatul mu'allimin al-
islamiyyah (KMI) curriculum planning is the same as planning for the Ministry
of Religion and National Education, such as RPP and syllabus.b. The
implementation of the kulliyatul mu'allimin al-islamiyyah (KMI) curriculum is
in accordance with planning and must include the five souls and mahfudzat
learning. c. The kulliyatul mu'allimin al-islamiyyah (KMI) evaluation has an
evaluation, namely an oral exam and a written exam, an oral exam with only
three materials, namely Arabic, English and the practice of worship, and a
written exam on boarding school, Ministry of Religion and National Education
material. 2.. Results of mahfudzat learning towards improving student learning
at the Putra Ulul Albab Koto Baru Islamic Boarding School, Dharmasraya
Regency, second table only and may not cover all relevant aspects. These very
positive results can be an encouragement to continue to improve and expand the
quality of education in Islamic boarding schools or class 1B, and can be a good
example for other classes or Islamic boarding schools to achieve similar success.
3. The relationship between the kulliyatul mu'allimin al-islamiyyah (KMI)
curriculum in mahfudzat learning and improving learning at the Putra Ulul Albab
Islamic Boarding School which they have a concept of: a. Development of
intellectual criticality. b. Fostering an ethic of knowledge. c. Improving critical
thinking skills, as well as experiences that are integrated with the five souls of
the Putra Ulul Albab Islamic Boarding School: 1) Sincerity. 2) Simplicity. 3)
Independence. 4) Ukhuwah Islamiyah and 5) Freedom

Keywords: Curriculum Implementation, Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah,


Increasing learning outcomes

vii
PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT Atas cinta dan kasih
sayang-Nyatelah memberikan kekuatan, Membekali dengan ilmu serta
memperkenalkan dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang telah
diberikan-Nya akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Saya persembahkan karya sederhana ini untuk Ayahanda Syafrizal


dan Ibu Chatijah. kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang
telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada
terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dalam kata persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna ku sadar, selama
ini belum bisa berbuat yang lebih.

Kedua, karya sederhana ini saya persembahkan untuk diri sendiri


yang telah mampu bertahan, berjuang, berusaha sekuat yang saya bisa, tidak
menyerah walau banyak rasa dan godaan yang datang dari keluarga dekat dan
rekan-rekan berkata untuk berhenti, terima kasih Tetapi saya tetap berjuang dan
semangat sampai saat ini.

Terakhir, saya persembahkan untuk rekan-rekan seperjuangan yang


telah menjadi teman berbagi keluh kesah dalam perjuangan dan berbagai suka
cita dalam kebahagiaan, terkhusus untuk rekan yang selalu bertanya “Kapan
MUNAQOSAH?”, sehingga membakar semangat saya untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk itu semua.

By: Firdaus

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan

lahirdan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta

salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah

Muhammad SAW, yang merupakan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh

alam.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

sedikit menemui hambatan, rintangan, serta kesulitan yang dihadapi. Namun

berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai

pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak

terhingga kepada:

1 Ibu Leli Arni, S.Pd, M.Si sebagai Ketua Yayasan Sakinah Dharmasraya.

2 Bapak Lesis Andre, S.Psi, M.Si sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya.

3 Bapak Muhammad Amin, MA sebagai wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya.

4 Ibu Isnaini, M.Pd sebagai wakil Ketua II di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya.

5 Ibu Angel Sophia Intan, M.Pd sebagai Wakil Ketua III di Sekolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya


ix
6 Ibu Elvi Syoviana, MA sebagai Kepala Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah

Dharmasraya.

7 Bapak Alfadila Hasan, IPP, MM. sebagai sekretaris Program Studi

Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul

Ulama Sakinah Dharmasraya.

8 Ibu Susi Puspita Sari, M. Pd sebagai Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,

pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

9 Bapak dan Ibu dosen pengajar mata kuliah yang pernah penulis ikuti di

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya,

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam atas ilmu-ilmu yang telah

diberikan yang sangat berguna bagi penulis.

10 Ibu Melki Arsis, S.IP.,M.M sebagai Kepala Bagian Akademik Sekolah

Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya.

11 Ibu Avni Sagita sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu

Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya.

12 Ustadz Fauzar Candra, S. Ag sebagai Pimpinan Pesantren Putra Ulul Albab

Koto Baru

13 Ustadz Timmi, Fatih sebagai Direktur serta Staf KMI Pesantren Putra Ulul
Albab Koto Baru
14 Rekan-rekan kerja baik memotivasi dan juga meremehkan di Pesantren
Putra Ulul Albab Koto Baru

x
15 Orang tua tercinta Bapak Syafrizal dan Ibu Chatijah yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan, dan do‘a kepada penulis.

16 Kakak saya yaitu Anita, Lismawati, Alm. Abang saya Fadli Alamsyah,

kembaran saya Firmansyah serta Adik Rini yang telah banyak memberikan

dorongan dan bantuan do’a untuk penulis.

17 Feraindriani memotivasi dan mendukung, semangati agar bisa selesai


tulisan ini.
18 Alicia Margharetha memotivasi dan mendukung, semangati agar bisa
selesai tulisan ini.
19 Rekan-rekan seperjuangan MPI angkatan 2019 yang telah menjadi teman

berbagi keluh kesah dalam perjuangan dan berbagai suka cita dalam

kebahagiaan.

20 Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat penulis.

Hanya harapan dan do’a, semoga Allah SWT memberikan balasan yang

berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu

menyelesaikan Skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya dalam

mengharapkan keridhaan, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi agama, bangsa

dan Negara. Aamiin.

Dharmasraya, 20 September 2023


Penulis

FIRDAUS
NIM 1901004

xi
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i

PERSETUJUAN MUNAQQASYAH .................................................................. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH .......................................... iv

MOTTO ................................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 14

C. Batasan Masalah ........................................................................................ 14

D. Tujuan Penelitian....................................................................................... 15

E. Manfaat Penelitian..................................................................................... 15

F. Definisi Operasional .................................................................................. 16

G. Penelitian Relevan ..................................................................................... 19

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 22

xii
BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum ............................................................................... 25

1. Kurikulum Pendidikan ..................................................................... 27

2. Fungsi Kurikulum Pendidikan ......................................................... 31

3. Landasan Kurikulum........................................................................ 35

4. Sumber Kurikulum .......................................................................... 38

5. Implementasi Kurikulum ................................................................. 41

6. Evaluasi Kurikulum ......................................................................... 45

B. Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) ............................. 46

1. Sejarah Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah ................. 46

2. Landasan Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah .............. 50

3. Struktur Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah .............. 53

4. Implementasi Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah ........ 60

5. Evaluasi Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah ................ 62

C. Peningkatan Belajar ................................................................................... 64

1. Makna Belajar .................................................................................. 64

2. Pengertian Belajar ............................................................................ 65

3. Prinsip-Prinsip Belajar ..................................................................... 68

D. Santri ......................................................................................................... 70

1. Pengertian Santri .............................................................................. 70

2. Kelebihan Dan Kekurangan Santri .................................................. 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 73

B. Rencana dan Waktu Penelitian .................................................................. 73

xiii
B. Instrumen Penelitian .................................................................................. 74

D. Sumber Data .............................................................................................. 75

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 75

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 77

G. Teknik Keabsahan Data ............................................................................ 78

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian ..................................................................... 80

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Ulul Albab Koto Baru

Dharmasraya .................................................................................... 80

2. Visi dan Misi serta Tujuan Pesantren Putra Ulul Albab ................... 82

3. Profil Pesantren Putra Ulul Albab ................................................... 83

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 88

1. Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran Mahfuzhat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya ......................................................... 88

a. Perencanaan ...................................................................................... 88

b. Pelaksanaan ...................................................................................... 92

d. Evaluasi Implementasi Kurikulum .................................................. 94

2. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya ... 96

3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran Mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri

di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

....................................................................................................... 103

xiv
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 139

B. Saran ....................................................................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN- LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Siswa Pesantren Putra Ulul Albab ........................................... 7

Tabel 1.2 Daftar Siswa Rombel IB ................................................................ 12

Tabel 2.1 Jadwal Pelajaran Rombel 1 KMI ................................................... 55

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian............................................................................ 74

Tabel 4.1 Data Siswa Pesantren Putra Ulul Albab ......................................... 82

Tabel 4.2 Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab ................................. 83

Tabel 4.3 Profil Kiai, Guru dan Santri ........................................................... 84

Tabel 4.4 Ustad Jam Mengajar KMI .............................................................. 84

Tabel 4.5 Data Ustad KMI T/A 2022-2023 .................................................. 86

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Pesantren Putra Ulul Albab ......................... 87

Tabel 4.7 Rembol 1B Pra dan Pasca Mempelajari Mahfudzat ....................... 98

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Struktur KMI Pondok Pesantren Putra Ulul Albab............................86

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Dari Kampus Ke Pesantren Putra Ulul Albab

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian dari DPMPTSP

Lampiran 3. Pedoman Observasi Wawancara

a. Pedoman Observasi Wawancara Pimpinan Pesantren Putra Ulul

Albab

b. Pedoman Observasi Wawancara Direktur KMI

c. Pedoman Observasi Wawancara Staff KMI

d. Pedoman Observasi Wawancara Guru Mahfudzat

e. Pedoman Observasi Wawancara Santri

Lampiran 4. Blanko Hasil Wawancara

a. Blanko Hasil Wawancara Pimpinan Pesantren Putra Ulul Albab

b. Blanko Hasil Wawancara Wawancara Staff KMI

c. Blanko Hasil Wawancara Santri

Lampiran 5. Pendoman Wawancara

a. Pimpinan Pondok Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

b. Pendoman Wawancara Direktur KMI dan Staff KMI dan Guru

Mahfudzat

c. Pendoman Wawancara Santri Putra

Lampiran 6. RPP Mahfudzat Semester I dan II

Lampiran 7. Silabus Mahfudzat Semester I dan II

xviii
Lampiran 8. Foto Wawancara

a. Wawancara Pimpiman Pesantren Putra Ulul Albab

b. Wawancara Direktur KMI

c. Wawancara Staff KMI

d. Wawancara Guru Mahfudzat

Wawancara santri kelas 1b tentang Mahfudzat

Lampiran 9. Foto Suasana Belajar Mahfudzat

Lampiran 10. Foto Suasana Ujian lisan

a. Ujian Bahasa Arab

b. Ujian Bahasa Inggris

c. Ujian Praktek Ibadah

Suasana Belajar Saat Ujian Lisan dan Tulisan

Lampiran 11. Foto Kelas 1b melakukan panca jiwa yaitu jiwa berdikari

a. Proses pembuatan jus

b. Hasil jus yang sudah siap di pasarkan

c. Melakukan transaksi antara pembeli dan penjual

Lampiran 12. Surat balasan Penelitian Dari Pesantren Putra Ulul Albab

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Hidayat & Abdillah (2019:23-24) secara etimologi,

pendidikan berasal dari kata “pedagogi” dari bahasa Yunani, terdiri dari kata

“paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Romawi pendidikan

berasal dari kata “educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari

dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata “to

educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa

Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare,

yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau

potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah

(pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran,

kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak. Tujuan pendidikan yang

berlaku pada masa Orde Lama berbeda dengan tujuan pendidikan pada masa

Orde Baru. Sejak Orde Baru hingga sekarang rumusan mengenai tujuan

pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan pembangunan

dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Dan beliau juga

mengungkapkan bahwa sasaran pendidikan adalah aspek yang sangat-sangat

krusial dalam pendidikan, karena sasaran pendidikan tersebut adalah tujuan yang

perlu dicapai ataupun dituju bagi pendidikan, dan implementasi pendidikan tidak

terlepas dari suatu sasaran yang ingin dicapai, yang dapat diwujudkan. dicapai

1
2

melalui penyelenggaraan pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia untuk

membuktikan.

Pendidikan Islam menurut Azis (2019:3-4) menyatakan bahwa

pendidikan Islam seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di

zamannya Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi yang

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi

motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide

pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam

pengertian sekarang. Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan

pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut

dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai

agama Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pada

intinya pendidikan bagi manusia adalah menciptakan mereka menjadi makhluk

yang berkualitas dengan menggunakan pikiran, jiwa, emosi yang dimilikinya

menjadi suatu potensi yang dapat dikembangkan melalui teladan dari seseorang

terhadap orang lain. Orang tua sebagai pendidik di dalam rumah tangga lebih

mempunyai kesempatan yang banyak untuk membimbing, mengarahkan,

melatih, mengajar, menunjuk, dan menuntun anak-anak sejak dini dengan

kebiasaan dan contoh yang baik.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab I pasal 1 ayat 19


3

menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Sejalan dengan hal tersebut disebutkan juga dalam UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional kurikulum pada

semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik dan Bab X,

pasal 36 ayat (2) pengembangan kurikulum berdiversifikasi dimaksudkan untuk

penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan

kekhasan potensi yang ada di daerah. Bahkan bisa melihat di Negeri ini penguasa

perubahan “pasti ganti menteri ganti pula kurikulumnya”, kenyataan dalam

perjalanan sejarah sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, kurikulum

pendidikan Nasional benar telah berulang kali mengalami perubahan, dari tahun

1947, kurikulum 2013 dan sekarang ini kurikulum merdeka. Perubahan yang

diatas adalah merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem

politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara.

Menurut Zaini (2020:15), istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani

yang awalnya digunakan dalam bidang olahraga, yaitu “currere”yang berarti

“berlari”. Dari istilah dalam dunia olahraga, kurikulum kemudian dipergunakan

dalam dunia pendidikan. Pergeseran tersebut berimplikasi pula pada pergeseran

makna yang disandangnya. Sedangkan menurut (Juanda, 2014:31) landasan

filosofi kurikulum adalah pengembangan dan implementasi kurikulum sebagai


4

salah satu variabel pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terkait

dengan landasan sebagai tempat berpijak, yakni filsafat. Filsafat memberi

kejelasan arah pendidikan dan implementasi kurikulum terkait dengan cabang

filsafat seperti: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi berkontribusi

terhadap pendidikan dan implementasi kurikulum terkait dengan yang akan

dikaji. Epistemologi menuntun bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, dan

aksiologi membimbing bagaimana manusia mampu menempatkan nilai (value)

sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan.

Menurut Hidayat & Wijaya (2017:92-94), menyatakan bahwa di dalam

Al-quran ditemukan beberapa ayat yang dapat dijadikan kerangka dasar sebagai

pedoman operasional dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka

tersebut adalah tauhid, yang menjadi kurikulum inti (intra culiculer) pendidikan

Islam, dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tidak dapat diubah yang

seperti firman Allah SWT, diantaranya yang berbunyi :

ْۙ ٌۚ ٌۚ ّٰ
٤ ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَّه ُك ُف ًوا اَ َحد‬٣ ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُ ْولَ ْد‬٢ ‫الص َم ُد‬ ّٰ
َّ ُ َ ‫قُ ْل ُه َو اللهُ اَ َح‬
‫ه‬ ‫لل‬ ‫ا‬ ١ ‫د‬
Artinya : Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlâsh/112:
1-4)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. itu sendiri yang mengatakan

tentang adanya Zat-Nya. Umat Islam diperintah untuk melaksanakan shalat guna

mengingat-Nya. Dalam Tafsir al-Misbah disebutkan bahwa, jika seseorang telah

mengenal Allah SWT. dengan pengenalan yang sesungguhnya, maka otomatis

akal pikirannya, jiwa dan hatinya akan terpanggil untuk mendekat kepada-Nya
5

dengan bentuk ibadah dan ketundukan yang paling jelas yaitu melaksanakan

shalat.

Pendidikan tentang ulûhiyah Allah SWT. yaitu keyakinan tentang

keesaan Allah SWT. Dia-lah satu-satunya Pencipta alam ini dan Dia-lah satu-

satunya yang pantas untuk disembah. Dalil-dalil tentang uluhiyah Allah SWT.

Ini banyak dalam Al-qur’an, seperti firman Allah SWT, diantaranya yang

berbunyi

ِ ِ ٌۚ ِ ِ ِ
١٦٣ ࣖ ‫الرِحْي ُم‬
َّ ُ ّٰ ْ َّ َ ُ َ َ ‫َواّٰل ُه ُك ْم اّٰله َّواح‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫الر‬ ‫و‬ ‫ه‬ َّ
‫َل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ّٰ
‫ل‬ ‫ا‬ٓ‫َل‬ ‫د‬
Artinya : “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada
tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”.
(Q.S.Al-Baqarah/2:163)

Allah SWT adalah Tuhan semua manusia, baik mukmin, kafir atau

munafik. Hanya Dia yang berhak disembah. Siapa saja yang menyembah selain

Dia, atau menyembah-Nya disertai dengan penyembahan kepada tuhan yang

lain, maka ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah. Dia Maha Esa dalam

penyembahan makhluk-Nya. Pendidikan keimanan tentang asmâ’ dan sifat

Allah SWT. berarti bahwa kaum muslimin meyakini bahwa Allah SWT.

mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi serta tidak ada yang

syarikat bagi-Nya.

Berdasarkan uraian di atas, peran kurikulum yang sangat penting bagi

pendidikan Indonesia, tercatat sudah sebelas kali Indonesia mengganti dan

merevisi kurikulum terhitung sejak awal kemerdekaan ,mengembangkan dan

menyempurnakan kurikulum yang akan digunakan, kurikulum tidak bersifat

statis sehingga dapat berubah menyesuaikan zaman dan tuntutan kemajuan


6

kehidupan masyarakat, untuk itu perlu diupayakan dalam penyelarasan dengan

langkah-langkah yang sistematis, profesionalis dan melibatkan keseluruhan

aspek sehingga tercapai tujuan pendidikan Nasional. Oleh karena itu dalam

definisi kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar banyak sekali, yang

antara satu definisi dengan definisi yang lain tidak sama. Walaupun demikian,

terdapat satu hal yang sering disebut dalam kurikulum, yaitu bahwa kurikulum

berhubungan dengan perencanaan aktivitas siswa.

Yayasan pendidikan Ulul Albab didirikan pada tahun ajaran 2011-2012

memulai program pendidikan formal tingkat Tsanawiyah dan tingkat Aliyah

dengan sistem asrama 24 jam yang lebih dikenal dengan Modern Islamic

Boarding School dan berafiliasi ke Pondok Modern Gontor Jawa Timur. Sebagai

landasan hukum, akta pendirian yayasan dengan surat keputusan (SK) menteri

hukum dan hak asasi manusia Republik Indonesia (HAM) No. AHU-

6323AH.0104 tahun 2013 dan surat keputusan kantor kementerian agama

Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Dharmasraya tentang persetujuan izin

operasional, Madrasah Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren No:

Kw.03.4/2/PP.00/53/2013 No Kd: 03.17/1/KP.01.1/305/2011 No. Kd. 03/15-

c/PP.07/290/2013. Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab bukan hanya

membekali santrinya dengan ilmu agama atau umum tetapi dengan life skill atau

keterampilan menghadapi kehidupan berupa pengembangan bakat, minat yang

disukai seperti: pidato (Muhadharah), menjahit, seni kaligrafi, dan lain-lain.

Pada tahun 2021 Pesantren Modern Putra Ulul Albab didirikan untuk

menampung usulan dari masyarakat serta wali murid yang saudaranya sudah
7

belajar di Pesantren Modern Putri Ulul Albab. Pada pembukan Pesantren Putra

Ulul Albab yang mendaftar berjumlah 42 santri, akan tetapi yang masuk 40 santri

dan pada tahun ke-2 santri bertambah menjadi 66 santri dan dibagi 2 rombel

kelas 1, yaitu dua rombel. Sedangkan rombel kelas 2, satu rombel. Yang

sekarang total santri putranya 106 santri, akan tetapi sekarang jumlah santri

Pesantren Putra Ulul Albab sekarang adalah 93 santri diantaranya 89 santri MTs

dan 4 santri MA. Terdapat beberapa rombel sebagai berikut:

Tabel 1.1
Data Siswa Pesantren Putra Ulul Albab
No Kelas Tingkat Jumlah Siswa
1 I A Putra MTsS 29
2 I B Putra MTsS 32
3 II A Putra MTsS 28
4 VI Putra MAS 4
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023

Hasil pada observasi awal di Pondok Modern Putra Ulul Albab

Dharmasraya merupakan salah satu Pondok Pesantren yang terletak di

kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. di Pondok ini juga

menyediakan pembelajaran kurikulum kemenag, Diknas dan juga kurikulum

kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) Pesantren Modern Putra Ulul Albab

juga diakui oleh gontor sebagai Pondok Alumni yang dibawah naungan Gontor

di Provinsi Sumatera Barat. Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab

merupakan salah satu wadah untuk menawarkan program pendidikan

kepesantrenan. Dengan sistem pendidikan asrama 24 jam yang lebih dikenal

dengan Modern Islamic Boarding School yang menekankan pada penanaman

nilai-nilai ajaran islam, di segala aktivitas pendidikan dan berusaha setiap tahun
8

untuk meningkatkan kurikulum baik itu dari Kemenag, Diknas maupun

kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) yang khususnya kurikulum kulliyatul

mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) santri bisa mengambil pelajaran di semua

pelajaran kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI).

Kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) adalah sekolah pendidikan

para guru Islam yang caranya hampir sama dengan Sekolah biasa Islam di

Padang Panjang di mana bapak Zarkasyi menempuh jenjang pendidikan

menengahnya. Cara ini kemudian dipadukan dengan cara pendidikan Pondok

Pesantren. pelajaran Agama, seperti yang diajarkan di beberapa Pesantren

seperti umumnya, diajarkan di kelas-kelas. Oleh sebab itu saat yang sama para

santri yang tinggal di dalam asrama dengan mempertahankan suasana dan jiwa

kehidupan di asrama pesantren. Akan tetapi proses pendidikan berlangsung

selama 24 jam. Oleh karena itu pelajaran Agama dan umum diberikan secara

seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan keterampilan, kesenian, olahraga,

organisasi, dan lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri di

Pesantren.

Kekhasan pola pendidikan kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

di Pondok Ulul Albab bisa dijelaskan sebagai berikut: Bersifat

Integratif Memadukan intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler, dalam

satu kesatuan sistem pendidikan Pesantren yang mampu memadukan tri pusat

pendidikan; pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola seperti ini

memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan amal, antara

teori dan praktik dalam satu kesatuan. Hal ini didukung oleh keberadaan siswa
9

di dalam pesantren selama 24 jam. Bersifat Komprehensif pendidikan yang

komprehensif bersifat menyeluruh dan komplit, yang mengembangkan potensi

siswa menuju kesempurnaannya. Inti kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah (KMI) Pondok Ulul Albab adalah pengembangan dirosat islamiyah

di mana siswa tidak hanya belajar ilmu-ilmu keagamaan seperti Fiqh, Tafsir, dan

Hadits saja, akan tetapi siswa juga dikenalkan dengan berbagai bidang ilmu lain

yang bermanfaat dalam kehidupannya. Bersifat mandiri kurikulum Pendidikan

di kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) Pesantren Modern Putra Ulul

Albab bersifat mandiri, sebagaimana tertuang dalam panca jiwa Pondok.

Kemandirian kurikulum KMI Pondok Ulul Albab tercermin pada

independensi menentukan bahan ajar, proses pembelajaran, dan sistem penilaian

sejak mula didirikan hingga sekarang. Perwujudan dari sistem pendidikan

pesantren yang bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri dalam sebuah

interaksi positif antara siswa (santri), guru dan kyai dalam sebuah pola

kehidupan pesantren yang mana kyai menjadi sentral figur yang menjiwai dan

masjid sebagai pusat kegiatan, menghasilkan pola pendidikan khas pesantren

yang mengembangkan potensi siswa dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan

demikian di masa yang akan datang siswa dapat menekuni berbagai macam

profesi, meskipun sasaran utamanya adalah menjadi seorang guru. Pendidikan

dengan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) dilaksanakan

selama 24 jam, di mana proses belajar mengajar yang mengedepankan aspek

akademis dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai pukul 15:00, selain waktu
10

tersebut siswa mengalami proses pendidikan dengan sekian banyaknya kegiatan

yang mendukung intrakurikuler dan ekstrakurikuler (Timi Febian dan fatih).

Berdasarkan uraian di atas, kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

adalah sekolah pendidikan para guru Islam yang caranya hampir sama dengan

Sekolah biasa Islam di Padang Panjang dimana bapak Zarkasyi menempuh

jenjang pendidikan menengahnya. Cara ini kemudian dipadukan dengan cara

pendidikan Pondok Pesantren. pelajaran Agama, seperti yang diajarkan di

beberapa Pesantren seperti umumnya, diajarkan di kelas-kelas. Sedangkan

kekhasan pola pendidikan kulliyatul muallimin al-Islamiyyah (KMI) di Pondok

Ulul Albab bisa dijelaskan sebagai berikut: Bersifat Integratif Memadukan intra

kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler, dalam satu kesatuan sistem

pendidikan Pesantren yang mampu memadukan tri pusat pendidikan pendidikan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola seperti ini memungkinkan untuk

terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan amal, antara teori dan praktik dalam

satu kesatuan. Hal ini didukung oleh keberadaan siswa di dalam pesantren

selama 24 jam. Bersifat Komprehensif pendidikan yang komprehensif bersifat

menyeluruh dan komplit, yang mengembangkan potensi siswa menuju

kesempurnaannya.

Sejak lama, bahasa telah digunakan oleh makhluk hidup untuk

berkomunikasi satu sama lain, termasuk manusia yang menggunakan bahasa

untuk berkomunikasi. Salah satu bahasa yang sudah lama digunakan manusia

untuk berkomunikasi adalah bahasa Arab. Bahasa Arab telah digunakan oleh

manusia sebagai alat untuk berkomunikasi satu sama lain dan juga sebagai
11

bahasa Internasional, dalam bahasa Arab terdapat pelajaran yang mengandung

aturan agar bahasa Arab dapat dan mampu dilafalkan sesuai dengan aturan yang

berlaku seperti pelajaran nahwu dan shorof. Mahfudzat adalah istilah bahasa

Arab (Hafidzoh-yahfadzu) yang berarti dalam bahasa Indonesia yaitu menghafal,

artinya mahfudzat termasuk pelajaran yang di dalamnya terdapat kalimat-

kalimat thoyyibah atau kata-kata mutiara yang dihafalkan. Pelajaran mahfudzat

termasuk komponen dalam ruang lingkup pelajaran bahasa Arab. Dalam

pelajaran mahfudzat seorang guru harus memiliki sifat yang baik, karena seorang

guru adalah panutan, atau panutan yang baik karena pada hakikatnya seorang

guru adalah panutan atau idola bagi muridnya, demikian juga seorang guru

dalam pelajaran mahfudzat harus memiliki kriteria mengajar khusus untuk setiap

siswa.

Sedangkan pengertian mahfudzat istilah sebagai salah satu pelajaran

khusus di Pondok Pesantren Modern, Pondok Pesantren salaf dari salaf ditinjau

dari segi bahasa dan istilah serta kelebihan pengajaran dalam pendidikan kepada

santri dalam hal menguatkan ingatan dan mendidik di lapangan moral. Mata

pelajaran mahfudzat kurang familiar bagi masyarakat umum, terutama dalam

pendidikan di sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMA, bahkan di pendidikan

madrasah yang berada di bawah Kementerian Agama yang meliputi MI, MTs

dan MA serta non Pondok Pesantren. Pelajaran ini merupakan model hafalan

dan mengkaji tentang kandungan kata mutiara yang dapat disamakan dengan

peribahasa dalam bahasa Indonesia. Dalam tradisi pendidikan Pesantren,

mahfudzot merupakan mata pelajaran khusus yang sangat penting. Setiap hari
12

seorang santri diwajibkan untuk menghafalkan teks mahfuzhat sesuai dengan

tingkatan lokal, seperti pelajaran shorof dan nahwu akan tetapi pelajaran ini

hanya dari lokal kelas dua sampai ke atas. Pelajaran mahfuzhat tidak hanya

mengajarkan untuk dapat menghafal ayat-ayat dari setiap materi tetapi juga

membangun siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan di masa depan.

Karena santri sejak lokal satu sudah diajarkan untuk menghafal supaya

kedepannya tidak sulit untuk menghafal pelajaran dengan bahasa Arab.

Berdasarkan uraian di atas, mahfudzat yaitu berisi nilai-nilai moral yang

tinggi, seperti kejujuran, kesabaran, rendah hati, dan kasih sayang. Mempelajari

dan mengamalkan nilai-nilai ini dapat membantu seseorang meningkatkan

kualitas kepribadian dan akhlaknya. Serta memberikan motivasi bagi seseorang

untuk lebih tekun dalam beribadah, memperbaiki diri, dan berbuat kebaikan.

Dengan memahami dan mengamalkannya, seseorang dapat meningkatkan

hubungannya dengan Allah dan sesama manusia.

Berdasarkan observasi awal, santri lokal Ib di Pesantren Putra Ulul

Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, yang berjumlah 32 santri yang

mengikuti pelajaran mahfudzat, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2
Daftar Siswa Rombel IB

No NAMA ROMBEL

1 Abdul Hafizh Ib

2 Adi Kurniawan Ib

3 Agil Wahdan Ib

4 Ahmad Alfarizi Ib

5 Dava Putra Ib
13

Lanjutan Tabel 1.2

6 Dika Aditya Pratama Ib

7 Dzikri Busra Ib

8 Fadil Syifau Ib

9 Fadhlurrahman Dzaki Ib

10 Fahmi Sidiq Ib

11 Fairuz Naser Sati Ib

12 Fardan Arsy Ib

13 Fatir Karim Ib

14 Firdana Rasyid Ib

15 Haekel Lean Ib

16 M. Fajril Huda Ib

17 M. Faqih Ib

18 M. Ilham Ib

19 M. Kamil Ib

20 M. Alfino Ib

21 Najzil Muhaimin Ib

22 Putra Sustyan Ib

23 Raihan Mabruri Ib

24 Revan Junior Ib

25 Reza Saputra Ib

26 Riadus Solihin Ib

27 Ridho Putra Prayitno Ib

28 Rifky Oktaviandi Ib

29 Viko Efendi Ib

30 Viktor Aldi Ib

31 Yogi Okta Saputra Ib

32 Zikri Maulana Andrizon Ib

Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
14

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengambil judul “IMPLEMENTASI KURIKULUM KULLIYATUL

MU’ALLIMIN AL-ISLAMIYYAH (KMI) TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR SANTRI DI PESANTREN PUTRA ULUL ALBAB

KOTO BARU DHARMASRAYA”.

B. Rumusan Masalah
Didasarkan latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah pada

penelitian yang ingin diangkat sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfuzhat di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya?

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu jauh dan lebar dalam membahas objek

penelitiannya, maka perlu peneliti memberikan batasan terhadap masalah,

adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran mahfudzat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya.

2. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri

di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri

di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.


15

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini diambil dari batasan-batasan masalah

dalam penelitian ini, berikut tujuan penulisan penelitian:

1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin

al-Islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfudzat di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran mahfudzat belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

3. Untuk mengetahui adakah Hubungan kurikulum kulliyatul

mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfudzat

terhadap hasil pembelajaran mahfudzat pengingat belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

mengembangkan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah

(KMI), khususnya dalam implementasi kurikulum kulliyatul

mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfudzat

terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya.


16

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, oleh sebab itu peneliti dapat

mengetahui peran implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah (KMI), dalam pembelajaran mahfudzat terhadap

peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya.

b. Bagi Guru/Ustadz dan Pesantren

Meningkatkan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah

(KMI) dalam pembelajaran mahfuzhat, di Pesantren Putra Ulul Albab

Koto Baru Kab. Dharmasraya, sehingga guru/ustadz lebih dapat

memberikan ibrah saat memberikan pelajaran kepada santrinya.

c. Bagi Santri

Penelitian ini minimal dapat mengambil pelajaran dari pelajaran

yang sudah dipelajari kepada santri di asrama, di Pesantren Modern

Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya, serta maksimal di luar

Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya.

d. Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti

berikutnya.

F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas atau mempertajam agar mengetahui maksud dan

tujuan penelitian ini, penulis akan menjelaskan definisi operasional dalam

penelitian yang berjudul “Implementasi Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-


17

Islamiyyah (KMI) Terhadap Peningkatan Belajar Santri Di Pesantren Putra Ulul

Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya”: Adapun kata-kata yang penting

untuk mendapatkan pengertian antara lain:

1. Implementasi, dari kata benda yg dipakai untuk melakukan suatu

pekerjaan sedangkan Implementasi pelaksanan. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008:548).

2. Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI), kurikulum

kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) Pesantren Modern Putri

Ulul Albab didasarkan kepada aturan perundang-undangan yang

berlaku. Di Antara aturan dan peraturan yang menjadi dasar

penyusunan dan pengembangan kurikulum adalah undang-undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan Keagamaan, Peraturan Menteri Agama

Republik Indonesia nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagamaan Islam, Peraturan Menteri Agama nomor 18 tahun 2014

tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren, dan

Statuta kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) Pondok Ulul

Albab, menerangkan bahwa kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

(KMI) Pondok Ulul Albab menyelenggarakan kurikulum Dirasah

Islamiyah dengan Pola Muallimin, dan mempunyai kedudukan

sama sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dalam pendidikan

(Dokumen Kurikulum KMI Gontor, 2014).


18

3. Kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI), Kulliyatul mu’allimin

al-Islamiyyah (KMI) Gontor sebagai lembaga pendidikan pencetak

kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul ‘ilmi,

dan menjadi pusat pengetahuan Islam, bahasa Al Quran, dan ilmu

pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa Pesantren. Prinsip-

prinsip dasar seperti itulah yang menjadi acuan dalam penyusunan

dan pengembangan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

(KMI) di Pesantren Modern Putra Ulul Albab (Dokumen

Kurikulum KMI Gontor:2014, Staff KMI Ulul Albab).

4. Mahfudzat, dalam penelitian ini khusus pada salah satu mata

pelajaran mahfudzat di kelas Ib. Mata pelajaran mahfudzot adalah

mata pelajaran yang mudah dihafal bagi anak-anak berusia 12-13

tahun, serta pelajaran mahfudzat tidak hanya mengajarkan untuk

dapat menghafal ayat-ayat dari setiap materi tetapi juga

membangun siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan di

masa depan (Staf KMI Ulul Albab).

5. Peningkatan, adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dsb). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1712),

jadi peningkatan adalah lapisan dari sesuatu yang kemudian

membentuk susunan, peningkatan berarti kemajuan, penambahan

keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik.

6. Santri, adalah sebutan bagi peserta didik yang menimba ilmu

pengetahuan di pesantren. Santri menduduki elemen yang sangat


19

penting dalam sistem pendidikan pesantren. Tanpa ada santri tentu

saja pesantren tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai institusi

pendidikan keagamaan yang menjalankan proses pembelajaran.

Dalam sistem pendidikan pesantren, santri merupakan identitas

yang sarat nilai (Achmad Muchaddam Fahham 2020:14).

7. Hasil Belajar, adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah

proses belajar terjadi, yang dapat mengubah tingkah laku siswa

yang meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan,

sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. (Staff KMI Ulul

Albab)

8. Rombel Satu, rombel yang terdiri dari pelajar sekolah menengah

pertama umumnya berusia 13–15 tahun di Indonesia yang lulus dari

SD dan mereka melanjutkan di jenjang pendidikan menengah

pertama (SMP) tingkat awal, MTs dan Pesantren, di Pesantren Ulul

Albab lokal satu sekarang adalah angkatan ke dua semenjak dibuka

untuk santri Putra. Adapun rombel 1 di Pondok Pesantren Ulul

Albab ada dua lokal yaitu: rombel Ia dan rombel Ib yang berjumlah

satu lokalnya 32 per lokalnya (Staff KMI Ulul Albab)

G. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilihat dari penelitian judul lain dalam pembahasan

yang hampir sama yaitu:

1. Chafid Rosyidi, (Jurnal, 2012), Manajemen Implementasi

Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah Madrasah Aliyah

Pondok Pesantren Al Rosyid Bojonegoro Jawa Timur, hasil


20

penelitian jurnal ini mencakup tiga aspek, yaitu perencanaan

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI), pelaksanaan

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI), dan evaluasi

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI). Persamaan

dengan penelitian saya, menggunakan Penelitian kualitatif

deskriptif berupa observasi, wawancara dan melihat kegiatan

langsung, serta perbedaan dengan penelitian saya, penelitian ini

bersumber pembelajaran santri terhadap kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah (KMI). Sedangkan penelitian ini di lakukan di Pesantren

Putra Ulul Albab.

2. Hafid Hardoyo, (Jurnal, Sya’ban 1429), Kurikulum Tersembunyi

Pondok Modern Darussalam Gontor, hasil penelitian jurnal ini

Dengan sistem asrama, dimana santri selama 24 jam berada di

dalam pondok transformasi nilai, akhlak dan moral dapat terlaksana

secara maksimal persamaan dengan penelitian saya, sama

menganalisa sistem asrama, dimana santri selama 24 jam berada di

dalam pondok, serta perbedaan dengan penelitian saya, penelitian

ini hanya mengambil satu atau dua pelajaran dalam kurikulum KMI

saja yang sudah dipelajari oleh santri serta bisa dilaksanakan di

asrama diri sendiri atau ke sekitarnya. Penelitian ini lebih umum

3. Syarifah, (Jurnal, 2016), Manajemen kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah di Pondok Modern Darussalam Gontor, hasil penelitian

jurnal ini menemukan bahwa Pondok Modern Gontor menerapkan


21

integratif, menyeluruh dan mandiri sistem Pendidikan. Integratif

berarti keterpaduan kegiatan intra, ekstra, dan kokurikuler.

Sehingga konsisten mengintegrasikan Tiga pusat pendidikan.

Persamaan dengan penelitian saya. Keterpaduan kegiatan intra,

ekstra, dan kokurikuler. Sehingga konsisten mengintegrasikan tiga

pusat pendidikan, serta perbedaan dengan penelitian saya,

penelitian ini bukan hanya menerangkan kegiatan intra, ekstra, dan

kokurikuler saja melainkan meneliti guru pengampu yang

mengampuh kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

serta guru pembimbing di asrama.

4. Chusnul Chotimah, Bahrul Alam Syah, Muhammad Sulton, (Jurnal,

2021), hasil penelitian jurnal ini dinamai kulliyatul mu’allimin al-

Islamiyyah (KMI). KMI Sistem perjenjangan KMI karena

penerapan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah di

Pondok Modern Al Barokah Nganjuk proses berjalan selama 24 jam

dan semuanya dipantau oleh Kyai/ Pimpinan Pondok dibantu oleh

Pengasuhan Santri, Wakil Direktur KMI dan juga guru/Ustadz

pengabdian serta ada juga faktor penghambatnya yaitu Guru kurang

menguasai materi yang disampaikan persamaan dengan penelitian

saya, menggunakan penelitian menggunakan kualitatif deskriptif,

serta perbedaan dengan penelitian saya, serta perbedaan dengan

penelitian saya, hanya pelajaran mahfudzat saja di analisis dalam

penelitian.
22

5. Agus Sriwanto, (Skripsi S1, 2014), Implementasi Kurikulum

Terpadu Di Mts Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra Bantul

Yogyakarta, hasil Skripsi (1) penetapan kurikulum terpadu MTs

Ponpes Ibnul Qoyyim Putra berangkat dari kebutuhan konsep

pendidikan yang seimbang antara pelajaran umum dengan agama

dalam satuan pendidikan; (2) pelaksanaan kurikulum terpadu

mengacu pada kurikulum Kemendikbud dikenal dengan istilah

KTSP, Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai

landasan penyusunan materi dalam setiap mata pelajaran; dan (3)

evaluasi kurikulum terpadu dilaksanakan berdasarkan ketercapaian

siswa terhadap hasil nilai pembelajaran. Persamaan dengan

penelitian saya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,

serta perbedaan dengan penelitian saya, penelitian ini mencari

bagaimana implementasi kurikulum KMI terhadap peningkatan

belajar.

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran yang

jelas dari susunan proposal penelitian ini, maka perlu dikemukakan bab per bab

sehingga akan terlihat rangkuman dalam penelitian ini secara sistematis.

Adapun penulisan sistematik ini disusun dalam tiga bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian relevan dan sistematika

penulisan.
23

BAB II Landasan Teori, pada bab ini akan membuat kajian pustaka mengenai

tentang kurikulum, implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfudzot, peningkatan belajar santri.

BAB III Metodologi Penelitian, dalam bab ini menjelaskan terkait metode

penelitian yang akan digunakan meliputi: jenis penelitian, waktu penelitian,

instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data serta keabsahan data yang digunakan.

BAB IV Hasil Penelitian, pada bab ini sudah berisi, gambaran umum Pondok

Pesantren Modern Ulul Albab, visi dan misi serta tujuan Pesanten Putra Ulul

Albab, implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran mahfudzat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya, hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan

belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya,

dan hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

BAB V Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kurikulum
Menurut Subandijah (dalam Juanda, 2014:1) kurikulum memiliki

berbagai tafsiran yang berbeda- beda, antara pandangan yang satu dengan

pandangan yang lainnya sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar

bersangkutan. Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kurir yang artinya

“pelari” dan curere berarti “tempat berpacu”. Pada bagian selanjutnya, ia

menjelaskan asal usul kurikulum sebenarnya berasal dari dunia olahraga pada

zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang

harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai garis finish. Sedangkan

Hamalik (dalam Juanda, 2014:1), menyatakan bahwa istilah kurikulum berasal

dari bahasa latin yakni “Curriculae” artinya jarak yang harus ditempuh oleh

seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu

pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh

ijazah.

Menurut Hidayat (dalam Juanda, 2014:1-2), lambat laun memasuki

dunia pendidikan secara bertahap dan berangsur-angsur. Makna kurikulum yang

tadinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari (runner) mulai dari garis

start hingga garis finish kemudian digunakan dalam dunia pendidikan. Yaitu,

seorang siswa harus mampu menyelesaikan sejumlah mata pelajaran yang

diajarkan di sekolah mulai ia menjadi seorang siswa sampai akhir studinya untuk

mendapat ijazah. Kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan

25
26

dalam bidang olahraga. Secara etimologis curriculum berasal dari bahasa

Yunani yaitu curir “pelari” dan curere “ tempat berpacu”. Istilah kurikulum

dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah mata pelajaran

pada perguruan tinggi.

Menurut Mudlofir (dalam dalam Juanda 2014:2) menyatakan bahwa

dalam pandangan klasik kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu

sekolah atau madrasah. Kurikulum mempunyai tiga arti yaitu sebagai rencana

pengajaran, sebagai rencana belajar murid, sebagai pengalaman belajar yang

diperoleh murid dari sekolah atau madrasah. Dalam dunia pendidikan, istilah

kurikulum ditafsirkan dalam pengertian yang berbeda-beda oleh para ahli.

Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata Ronald C. Doll “Kurikulum

sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan

bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan

keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”.

Sedangkan Maurice Fulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai

pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar dibawah naungan

sekolah. Dengan demikian, berdasarkan pengertian diatas bahwa asal mula

kurikulum dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh

seorang pelari mulai dari garis start sampai garis finish, namun jika dalam

pendidikan, yaitu belajar yang harus ditempuh seorang siswa dari awal sampai

akhir pendidikannya.
27

1. Kurikulum Pendidikan

Menurut Badriah (2018:1-8) kurikulum mengandung Pengembangan

pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai

dengan finish. Saying that curriculum, as an idea, is rooted in the Latin word for

race-course, describes curriculum as a series of actions and experiences passed

through. children become the adults they are meant to be, to succeed in adult

society. Furthermore, the curriculum covers the entire scope of formative

actions and experiences that occur inside and outside of school, and not

experiences that occur in school; experiences that are unplanned and

undirected, and experiences that are deliberately directed towards the goal of

forming mature members of society (Mengatakan bahwa kurikulum, sebagai

sebuah ide, berakar pada kata Latin untuk race-course, menjelaskan kurikulum

sebagai rangkaian perbuatan dan pengalaman yang dilalui. Anak-anak menjadi

orang dewasa yang seharusnya, untuk sukses dalam masyarakat orang dewasa.

Selanjutnya, kurikulum mencakup seluruh ruang lingkup perbuatan formatif dan

pengalaman yang terjadi di dalam dan di luar sekolah, dan bukan pengalaman

yang terjadi di sekolah, pengalaman-pengalaman yang tidak terencana dan tidak

terarah, dan pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja diarahkan untuk

tujuan pembentukan anggota masyarakat yang dewasa).

Sedangkan secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan

dalam dunia pendidikan dengan pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau

mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu

tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti
28

bahwa seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang telah

ditetapkan adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat. Pengertian kurikulum

mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu

sendiri. Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia telah

merumuskan perkembangan pengertian kurikulum tersebut dengan

menggunakan formula sebagai berikut: K = -------------, artinya kurikulum

adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari, K = Σ MP, artinya kurikulum

adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. K = Σ

MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-

kegiatan yang telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh peserta

didik.

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada

pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti

bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi

manusia yang berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin

diwujudkan oleh pendidikan di indonesia. Undang-undang no. 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional merumuskan, “pendidikan Nasional

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
29

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 2 dan 3).

Rumusan tujuan tersebut merupakan keinginan luhur yang harus menjadi

inspirasi dari sumber bagi para pengelola pendidikan, antara lain: guru, kepala

sekolah, para pengawas pendidikan dan para pembuat kebijakan pendidikan agar

dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum

didasarkan pada nilai-nilai yang dikandung dalam falsafah bangsa yaitu

Pancasila dan perangkat-perangkat hukum yang ada di bawahnya seperti

undang-undang (Badriah, 2018:13-14). Dengan demikian Bagi pengelola

pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan, dan pembuat

kebijakan pendidikan, menciptakan cita-cita yang dijiwai oleh nilai-nilai dalam

falsafah bangsa, termasuk Pancasila dan undang-undang terkait, merupakan cita-

cita yang mulia. Tujuan ini membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengembangan kurikulum yang mencerminkan nilai-nilai bangsa.

Kurikulum Menurut Kamus Webster’s Third New International

Dictionary menyebutkan kata Kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu

“currere” berupa kata kerja to run yang berarti lari cepat, tergesa-gesa atau

menjalani. Kata Currere merupakan kata kerja (verb), kemudian dikata bendakan

menjadi “curriculum” yang memiliki beberapa pengertian (Hamdan, 2014:1-5)

yaitu:

a. Tempat perlombaan atau jarak yang harus ditempuh pelari, kereta lomba.

b. Jalan untuk pedati atau perlombaan.

c. Perjalanan berupa pengalaman tanpa berhenti.


30

d. Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari yang dimulai dari garis start

sampai kepada garis finish.

Dari beberapa arti secara etimologi di atas, nampak kata kurikulum

sebelumnya digunakan dalam bidang olahraga, khususnya bidang atletik, namun

perkembangan selanjutnya istilah tersebut lebih populer digunakan dalam

bidang pendidikan. Ada sebagian orang beranggapan bahwa arti ketiga

merupakan proses dari pembelajaran seseorang melalui pengalaman panjang

atau pendidikan seumur hidup (long life education). Akan tetapi kebanyakan

para ahli berpendapat bahwa arti kurikulum yang terakhir yakni perlombaan

yang dimulai dari start dan diakhiri dengan finish yang identik dengan proses

pembelajaran, yaitu proses pembelajaran yang dimulai dari perencanaan, proses

sampai kepada evaluasi yakni tercapainya target atau tujuan kurikulum.

Sehingga atas dasar tersebut kata kurikulum digunakan istilah dalam dunia

pendidikan. Kurikulum terminology secara Tradisional (Sempit) ada awalnya

kurikulum diartikan sebagai subject atau mata pelajaran atau al Mawaddah.

Menurut tim pembina mata kuliah didaktik metodik IKIP Surabaya (1981)

“kurikulum ialah pelajaran tertentu yang diberikan sekolah atau perguruan tinggi

yang ditujukan untuk mencapai satu tingkat atau ijazah”. Selain itu, para ahli

mengartikan kata kurikulum sebagai suatu rencana (plan) pembelajaran yang

berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar di

sekolah.

Kurikulum mengandung perencanaan kegiatan yang akan dilakukan

selama berlangsungnya proses belajar mengajar, kedudukan kurikulum seperti


31

dianggap sebagai instructional guidance, juga sebagai alat anticipatory, yaitu alat

yang dapat meramalkan target kurikulum yang akan dicapai diakhir

pembelajaran. Kurikulum terminology secara Modern (Luas) banyak sekali para

pendidik dan ahli kurikulum yang berusaha memberikan batasan (definisi)

pengertian kurikulum. Namun di dalamnya sering terjadi ketidaksamaan

pengertian dan konsepnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang

dan latar belakang keilmuan para pakar tersebut, karena itu secara semantik

definisi yang dirumuskan akan berbeda meskipun pada intinya terkandung

maksud yang sama

2. Fungsi Kurikulum Pendidikan

Menurut Zaini (2020:16-17), setiap lembaga pendidikan baik formal

maupun non formal dalam menyelenggarakan kegiatan sehari-harinya selalu

berlandaskan kurikulum. Kurikulum itu sendiri dalam hal ini dapat berupa:

a. rancangan kurikulum, yaitu buku kurikulum suatu lembaga pendidikan.

b. pelaksanaan kurikulum, yaitu proses pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan.

c. evaluasi kurikulum, yaitu penilaian atau penelitian hasil-hasil pendidikan.

Dalam lingkup pendidikan formal, kegiatan merancang, melaksanakan,

dan menilai kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan, dilaksanakan sebagai

program pengajaran. Berbicara masalah fungsi kurikulum kita dapat

meninjaunya dari tiga segi, yaitu fungsi bagi sekolah yang bersangkutan, bagi

sekolah pada tingkat di atasnya, dan fungsi kurikulum bagi masyarakat yaitu:
32

1) Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan Fungsi kurikulum

bagi sekolah yang bersangkutan paling tidak dapat diklasifikasikan menjadi dua

macam sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Manifestasi kurikulum pendidikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah

merupakan program pengajaran. Program pengajaran itu sendiri merupakan

suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang kesemuanya

dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan

pendidikan yang akan dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai dari

tujuan pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan pendidikan yang bersifat

instruksional. Jika tujuan instruksional tercapai maka pada gilirannya akan

tercapai pula tujuan pada jenjang di atasnya. Setiap kurikulum sekolah tercantum

di dalamnya tujuan tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai melalui

kegiatan pembelajaran.

2) Kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan

pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Dalam melaksanakan pengajaran

misalnya, telah ditentukan macam-macam bidang studi, sumber bahan, metode

atau cara pengajaran, alat dan media pengajaran yang diperlukan. Di samping

itu, kurikulum juga mengatur hal-hal yang berhubungan dengan jenis program,

strategi pelaksanaan, penanggung jawab, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fauzan (2017:73-75), fungsi kurikulum lebih

menitik beratkan pada sejauh mana keberadaan kurikulum berdampak pada

komponen lain dalam penyelenggaraan pendidikan. Misalnya, bagaimana fungsi

kurikulum terkait dengan guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran,
33

bagaimana kurikulum memberikan rambu-rambu penyelenggaraan pendidikan,

bagaimana kurikulum menunjukkan distingsi sekolah sehingga membedakan

dengan institusi pendidikan yang lain. Secara umum fungsi kurikulum sendiri

berarti alat yang digunakan semua komponen pendidikan pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dilihat dari fungsinya, kurikulum

akan memberikan nilai kemanfaatan secara langsung pada peserta didik,

pendidik, dan praktisi pendidikan. Bagi peserta didik, kurikulum memiliki fungsi

yang cukup signifikan, disamping sebagai pedoman proses kegiatan

pembelajaran, kurikulum juga memberikan manfaat bagi peserta didik untuk

melakukan proses penyesuaian dengan lingkungan/masyarakat, mendidik

pribadi-pribadi yang tidak split personality, menyiapkan peserta didik dengan

kemajuan teknologi informasi yang sarat dengan kemajuan. Ada empat fungsi

mendasar dalam kurikulum, yaitu:

a) Fungsi Penyesuaian Karena individu hidup dalam lingkungan, sementara

lingkungan senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus

mampu menyesuaikan diri secara dinamis.

b) Fungsi Integrasi Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang

terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian integral dari

masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu dapat memberikan

sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c) Fungsi Diferensiasi kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap

perbedaan perbedaan perorangan dalam masyarakat.


34

d) Fungsi persiapan kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

lanjut atau terjun ke masyarakat, mempersiapkan kemampuan sangat

perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang

diinginkan dan menarik minatnya.

e) Fungsi Diagnostik Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu

dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan

menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang

dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa, fungsi kurikulum dalam

mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi

siswa secara optimal.

Menurut Purnomo (2017:117-120) dalam buku manajemen pendidikan

pondok pesantren, kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar

yang terencana dan diorganisir untuk dilakukan dan dialami oleh anak didik agar

dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kurikulum juga dapat

diartikan perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga

penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan

perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap

jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Kurikulum

merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tanpa

kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan

sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan.


35

Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran

yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah

dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi setiap guru yang

berkutat dalam dunia pendidikan. Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri

tertentu.

3. Landasan Kurikulum

Menurut Fauzan (2017:77-89) proses pengembangan yang dilakukan

para pengembang kurikulum bertujuan agar diperoleh sebuah “model” atau

“desain” kurikulum yang nantinya dijadikan rujukan dalam pelaksanaan

pendidikan. Model kurikulum yang inginkan tersebut tentu saja akan sangat

bergantung pada acuan atau landasan yang menjadi pijakannya. Dalam

pengembangan kurikulum, dikenal ada empat landasan, yaitu:

a. Landasan Filosofis

Filsafat (Indonesia) atau philosophy (Inggris) berasal dari bahasa

Yunani Philosophia, yang terdiri dari akar kata philos (cinta) atau philia

(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,

pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensia). Kata “cinta”

dalam falsafah menunjukkan adanya usaha mendapatkan kebijaksanaan itu,

memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.

Selain itu, berusaha mencari hakikat sesuatu, menghubungkan sebab dan akibat,

serta menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Orang yang berfilsafat

disebut philosopher dalam bahasa Inggris dan failasuf dalam bahasa Arab yang

berarti orang yang mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaan filosof pada


36

pengetahuan itu tercermin dalam pengabdiannya secara total pada pengetahuan

dan usahanya yang tak kenal putus asa untuk mengungkap kebenaran, dengan

mengerahkan segenap kemampuan akal pikirannya.

b. Landasan Psikologis

Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu

antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-

orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi

psikologisnya. Manusia berbeda dengan benda atau tanaman, karena benda atau

tanaman tidak mempunyai aspek psikologis. Manusia juga lain dari binatang,

karena kondisi psikologis manusia jauh lebih tinggi tarafnya dan lebih kompleks

dibandingkan dengan binatang. Berkat kemampuan-kemampuan psikologis

yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya manusia menjadi lebih

maju, lebih banyak memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan

dibandingkan dengan binatang.

c. Landasan Sosiologis

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik

formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi

kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik

dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, tidak diharapkan muncul manusia-manusia yang menjadi

terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan

diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan

masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
37

disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan

perkembangan yang ada di masyarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-

masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan

dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam

sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan

dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari

agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan

perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga

turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan

perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di

sekitar masyarakat.

d. Landasan Iptek

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan

meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam

manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti,

ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan

kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Berbeda dengan

pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang

mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu

dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak

terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Kemajuan

cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa terakhir

telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran


38

manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial,

ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,

pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan local,

selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang

berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang

tinggi.

4. Sumber Kurikulum

a. Anak Didik

Menurut Juanda (2014:15-18) bahwa peserta didik berasal dari

masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam

lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula,

kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya

menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Anak didik mempunyai

aturan-aturan tersendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum yang formal seperti

tentang mencontek, menjadi juara kelas membuat pekerjaan rumah dan banyak

hal lainnya. Penetapan materi kurikulum juga dapat bersumber dari siswa itu

sendiri. Hal ini disebabkan tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk

mengembangkan seluruh potensi siswa. Maka tidak heran kalau kebutuhan anak

harus menjadi salah satu sumber materi. kurikulum. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum yaitu :


39

1) Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak.

2) Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan, pengetahuan dan

sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang

dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhan pada masa yang

akan datang.

3) Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri

dan tidak sekedar penerima pasif apa yang diberikan guru.

4) Materi yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan

keinginan siswa, dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar

adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu

kepada anak melainkan menumbuhkan potensi yang telah ada pada

anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran. Ada tiga

pendekatan anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa,

perkembangan siswa dan minat siswa.

b. Budaya (Kultur)

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.

Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil

pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan

peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya

untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan

serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di

masyarakat. Kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya

mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-


40

budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun

global. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan

budaya, ia harus mempelajari budaya maka budaya menjadi sumber utama isi

kurikulum.

Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan

dikembangkan para pakar, nilai adat istiadat, perilaku, benda dan lain-lain,

kebudayaan pada dasarnya merupakan pola kelakuan yang secara umum

terdapat dalam satu masyarakat. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat

dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan

karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga hal. Pertama, ide, konsep, gagasan,

nilai, norma, dan peraturan, kedua, kegiatan dan ketiga benda hasil karya

manusia. Sekolah mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman

kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut kurikulum. Kurikulum

pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita,

atau kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu

kurikulum guru perlu memahami kebudayaan.

c. Iptek

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia

masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami

perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus

berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin

berkembang. Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya

merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada zaman dahulu, mungkin orang
41

akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan,

tetapi berkat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada

pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil

Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua

dasawarsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi

jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada

pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan

baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada

konteks global dan lokal. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu

merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya

dapat mengakomodasi dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan

kelangsungan hidup manusia

5. Implementasi Kurikulum

Menurut Zaini (2020:57-59) bahwa tahap lanjutan dalam

pengembangan kurikulum setelah, tahap perencanaan adalah tahap

implementasi. Implementasi kurikulum meliputi kegiatan menerapkan semua

rancangan yang tercantum dalam kurikulum tertulis. Pada tahap ini, tujuan,

program pendidikan, dan program pembelajaran yang telah direncanakan


42

dilaksanakan dalam situasi pembelajaran, ada empat model implementasi

kurikulum yang dapat dipilih, yaitu:

a. program pendidikan berbasis individu (individual educational program).

b. pembelajaran berbasis modul (modularized instruction).

c. pendidikan berbasis kompetensi (competency-based-education).

d. kewirausahaan berbasis sekolah (school-based enterprise)

Keempat model implementasi kurikulum ini akan dibahas pada uraian-

uraian berikut:

1) Implementasi kurikulum dilakukan dengan model program pendidikan

berbasis individu (individual educational program). Model ini dipahami

sebagai program pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai

komponen utama, sementara hal lain di luar peserta didik hanya merupakan

komponen yang bersifat komplementer. Bila model ini yang dipilin untuk

implementasi kurikulum, maka guru harus menempatkan komponen buku

ajar, media, strategi, dan lingkungan pembelajaran yang telah direncanakan

sebagai komponen yang dapat memaksimalkan peserta didik di dalam proses

pembelajaran. Untuk itu, guru harus menguji secara seksama relevansi buku

ajar, media, strategi, dan lingkungan pembelajaran dengan kebutuhan

masing-masing peserta didik. Karena perhatiannya lebih pada individu, maka

model ini memberi peluang waktu yang berbeda-beda bagi setiap peserta

didik untuk pencapaian pengalaman belajarnya. Meski demikian, guru

dituntut untuk membantu masing-masing peserta didik dalam pencapaian

prestasi dan pengalaman belajar secara efisien. Memperhatikan ciri ciri model
43

ini, strategi pembelajaran yang relevan adalah strategi pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik belajar mandiri (independent study), tutorial,

serta pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction)

dan video interaktif. Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta

didik aktif.

2) Implementasi kurikulum dilakukan dengan pendidikan berbasis kompetensi

(competency-based education). Model ini dipahami sebagai program

pendidikan yang lebih menekankan kepada kompetensi (kemampuan) peserta

didik baik yang berupa pengetahuan (knowledge), tugas (task), keterampilan

(skills), sikap (attitudes), nilai (values) maupun penghargaan (appreciation)

untuk mencapai manajemen kurikulum terintegrasi keberhasilan dalam

hidupnya. Bila model ini dipilih untuk implementasi kurikulum, maka guru

harus memastikan buku ajarnya memuat materi-materi yang berbasis pada

kompetensi, yaitu materi-materi yang dapat mengembangkan kompetensi

peserta didik. Dalam proses pembelajarannya, guru harus menggunakan

beragam strategi pembelajaran seperti bermain peran (role play), simulasi

(simulation), dan portofolio agar dapat memberikan berbagai pengalaman

belajar bagi peserta didik, sehingga mereka memiliki kesempatan yang

banyak untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Untuk memastikan

mereka telah mencapai kompetensi yang diinginkan, guru harus membuat

kriteria tertentu dan kriteria ini ditunjukkan kepada peserta didik. Adapun alat

evaluasi yang lazim digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik adalah

kinerja (performance), praktik, proyek (project), dan portofolio (portfolio).


44

Yang dimaksud penilaian portofolio disini adalah penilaian kompetensi

berdasarkan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh peserta didik, kriteria

penilaiannya meliputi: kelengkapan, kejelasan, kualitas informasi,

keberadaan dukungan dan data grafis.

3) Implementasi kurikulum dilakukan dengan model kewirausahaan berbasis

sekolah (school-based enterprise). Model ini dipahami sebagai program

pendidikan yang membawa kegiatan kewirausahaan ke dalam sekolah, seperti

restoran, pertokoan, perusahaan, perbengkelan, dan lain-lain. Model ini

melibatkan peserta didik dalam pengelolaan kegiatan kewirausahaan tersebut,

sejak dari persiapan, pelaksanaan sampai pada pengembangannya.

4) kewirausahaan dengan strategi ceramah dan diskusi kelompok. Pada aspek

praktik, guru bekerja sama dengan organisasi, lembaga, dan para pelaku

bisnis profesional di sekitar sekolah untuk membimbing secara langsung

peserta didiknya. Dari merekalah peserta didik dapat belajar banyak tentang

perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan kegiatan kewirausahaan

dengan strategi belajar sambil bekerja (learning by doing). Dalam

evaluasinya, guru dapat menggunakan beberapa alat evaluasi. Untuk aspek

teoritis, guru dapat menggunakan alat evaluasi konvensional seperti tes

tertulis atau tes lisan. Sementara itu, untuk aspek praktisnya, guru dapat

menggunakan alat evaluasi kinerja (performance).

Oleh karena itu kurikulum merupakan suatu alat yang penting bagi

pendidikan karena pendidikan dan kurikulum saling berkaitan. Kurikulum

layaknya jantung dalam tubuh manusia. Jantung berfungsi dengan baik, tubuh
45

akan tetap hidup dan berfungsi dengan baik. Begitu pula dengan kurikulum dan

pendidikan. Apabila kurikulum berjalan dengan baik dan didukung dengan

komponen-komponen yang berjalan baik pula, maka proses pembelajaran akan

berjalan dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang baik pula. Kurikulum

akan berubah secara terus menerus dan berkelanjutan, perubahan kurikulum

yang terus menerus dan berkelanjutan, semestinya juga diikuti dengan kesiapan

untuk berubah dari seluruh pihak yang bersangkutan dengan pendidikan di

Indonesia karena kurikulum bersifat dinamis, bukan statis. Jika kurikulum

bersifat statis, maka kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang tidak baik

karena tidak menyesuaikan dengan perkembangan-perkembangan yang ada di

zamannya disinilah peran guru sangat diperlukan.

6. Evaluasi Kurikulum

Menurut Badriah (2018:108-109) evaluasi pelaksanaan kurikulum

bertujuan untuk mengukur seberapa jauh penerapan kurikulum berstandar

nasional dipakai sebagai pedoman pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

di daerah/sekolah, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat dimengerti, dipahami,

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dianalisa oleh peserta didik,

evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelaksanaan pengembangan kurikulum

sebagai upaya untuk mengkaji ulang pelaksanaan kurikulum pada setiap jenjang

pendidikan. Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di

daerah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian

pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup:


46

a. Indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum

b. Indikator keberhasilan penyusunan silabus

c. Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester

d. Indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran

e. Indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar

f. Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

Menyimak pembahasan diatas maka dapat dianalisa bahwa tujuan

evaluasi kurikulum untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan

tercapai atau tidak setelah kurikulum itu diimplementasikan, Selain itu, evaluasi

kurikulum dimaksud juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasaran

kurikulum itu sendiri, termasuk penilaian apakah kurikulum itu sesuai dengan

tingkat kecerdasan pelajar atau anak didik tertentu, apakah model instruksional

yang dipakai yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, apakah

materi yang direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan kurikuler atau

tujuan instruksional yang diinginkan.

B. Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

1. Sejarah Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

Lembaga ini didirikan pada tanggal 19 Desember 1936 ini merupakan

lembaga pendidikan guru Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian

dan sikap mental serta penanaman ilmu pengetahuan Islam. KMI merupakan

lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program akademis bagi

santri Gontor pada jenjang pendidikan menengah, dengan masa belajar 6 atau 4

tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang
47

Direktur KMI yaitu Masyhudi Subari, yang dibantu seorang wakil yaitu Nurhadi

Ihsan. (Ridwan Bukhori, Timi Febrian dan fathi), sebagai lembaga pendidikan

kader pemimpin yang mengutamakan pembentukan mental karakter anak

didiknya, Gontor menerapkan sistem pendidikan yang integral, komprehensif,

dan mandiri. Sarana utama dalam pendidikan Gontor adalah keteladanan,

pembelajaran, penugasan dengan berbagai macam kegiatan, pembiasaan dan

pelatihan, sehingga terciptalah yang kondusif, karena seluruh santri tinggal di

dalam asrama dengan disiplin yang tinggi. Setiap kegiatan dikawal dengan rapat,

disertai pengarahan, bimbingan dan evaluasi, serta diisi dengan pemahaman

terhadap manfaat, sasaran, latar belakang dan filosofinya. Dengan demikian

seluruh dinamika aktivitas tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan

hasil optimal. Orientasi pendidikan di KMI Pesantren Putra Ulul Albab Koto

Baru Kab. Dharmasraya mengikuti KMI Gontor meliputi keislaman, keilmuan,

dan kemasyarakatan yang diaplikasikan dalam sistem mu’allimin. Kekhasan

pola pendidikan mu’allimin bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Bersifat integratif memadukan intra kurikuler, ko kurikuler, dan

ekstra kurikuler, dalam satu kesatuan sistem pendidikan pesantren yang mampu

memadukan tri pusat pendidikan; pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pola seperti ini memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan

amal, antara teori dan praktik dalam satu kesatuan. Hal ini didukung oleh

keberadaan siswa di dalam pesantren selama 24 jam.

b. Bersifat komprehensif pendidikan yang komprehensif bersifat

menyeluruh dan komplit, yang mengembangkan potensi siswa menuju


48

kesempurnaannya. Inti kurikulum kmi gontor adalah pengembangan dirasat

islamiyah di mana siswa tidak hanya belajar ilmu-ilmu keagamaan seperti fiqh,

tafsir, dan hadits saja, akan tetapi siswa juga dikenalkan dengan berbagai bidang

ilmu lain yang bermanfaat dalam kehidupannya. Pendidikan dilaksanakan bukan

hanya di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas dengan berbagai

kegiatan yang padat dan mendidik. Pendidikan dengan pola seperti ini

memungkinkan untuk tidak mengenal dikotomi antara ilmu umum dan ilmu

agama.

c. Bersifat mandiri kurikulum pendidikan di KMI pondok modern

darussalam gontor bersifat mandiri, sebagaimana tertuang dalam panca jiwa

pondok. Kemandirian kurikulum kmi gontor tercermin pada independensi

menentukan bahan ajar, proses pembelajaran, dan sistem penilaian sejak mula

didirikan hingga sekarang. Perwujudan dari sistem pendidikan pesantren yang

bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri dalam sebuah interaksi positif

antara siswa (santri), guru dan kyai dalam sebuah pola kehidupan pesantren yang

mana kyai menjadi sentral figur yang menjiwai dan masjid sebagai pusat

kegiatan, menghasilkan pola pendidikan khas pesantren yang mengembangkan

potensi siswa dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian di masa yang

akan datang siswa dapat menekuni berbagai macam profesi, meskipun sasaran

utamanya adalah menjadi seorang guru.

Dalam sistem ini, ilmu-ilmu yang diajarkan tidak hanya terbatas pada

ilmu agama, tetapi juga mencakup ilmu umum. Kedua bidang ilmu ini

diintegrasikan sehingga membentuk bangunan keilmuan yang utuh dan tidak


49

dikotomis. Sebagai konsekuensinya, kedua disiplin ilmu mendapatkan perhatian

yang seimbang. Berkenaan dengan integrasi antara iman,ilmu dan amal, maka

hal ini menjadi ciri khas pendidikan di lingkungan pesantren. Iman menjadi

pondasi dari segala gerak yang kemudian mendorong seseorang untuk

menjadikan Ilmu sebagai dasar landasan bagi amal dan bahkan juga bagi iman

itu sendiri. Sedangkan Komprehensif maksudnya adalah bersifat menyeluruh

dan komplit, mengasah semua potensi kemanusiaan (intelektualitas,

spiritualitas, mentalitas, serta fisik) menuju kesempurnaan. Dalam kurikulum

pengajaran, menekankan pada keseimbangan antara ilmu agama dan umum,

mencakup semua ilmu yang bersifat metodologis maupun yang bersikap

material, dan tidak mengenal sistem dikotomi ilmu pengetahuan. Pendidikan

dalam sistem ini tidak hanya bertumpu pada ranah kognitif, tetapi juga

memberikan perhatian penuh pada ranah afektif dan psikomotorik. Begitu juga

komprehensifnya sistem ini terlihat dari bidang pendidikan yang

diselenggarakannya yang mencakup semua dimensi pengembangan pribadi anak

didik, yaitu spiritual, moral, intelektual, sosial dan fisik. Mandiri maksudnya

sebagai lembaga pendidikan Pondok Modern Gontor bersifat mandiri, demikian

pula dalam organisasi, pendanaan, sistem, kurikulum, hingga manusia-

manusianya semuanya mandiri. Secara kelembagaan sistem ini mandiri dan

tidak berada di bawah atau terikat dengan lembaga apapun baik swasta maupun

negeri. Seluruh santri dan guru dilatih untuk mengatur tata kehidupan Pondok

secara menyeluruh (self government) tanpa melibatkan orang lain. Hal ini juga

menjadi sarana pendidikan yang efektif bagi santri dan guru. Kemandirian ini
50

juga diterapkan dalam merekrut, membina dan mengelola sumber daya manusia,

sistem ini juga tidak terikat dengan apapun di luarnya. Kemandirian itu juga

dalam hal pendanaan dalam menunjang berjalannya pendidikan. Dalam sistem

ini, pendanaan digali dari sumber-sumber sendiri atau sumber manapun yang

halal dan tidak mengikat.

2. Landasan Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Secara yuridis,

kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam Gontor didasarkan kepada aturan

perundang-undangan yang berlaku. Di Antara aturan dan peraturan yang

menjadi dasar penyusunan dan pengembangan kurikulum adalah undang-

undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

Pemerintah RI nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun

2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Peraturan Menteri Agama nomor

18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren, dan

Statuta KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, menerangkan bahwa KMI

Pondok Modern Darussalam Gontor menyelenggarakan kurikulum Dirasah

Islamiyah dengan pola Muallimin,begitu juga Pesantren Modern Putra Ulul

Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya yang bernaung kepada Pondok Modern

Darussalam Gontor, mempunyai kedudukan sama sesuai dengan prinsip-prinsip


51

keadilan dalam pendidikan. Secara filosofis apa yang dilihat, didengar,

dirasakan, dan dialami oleh siswa (santri) sehari-hari dalam kehidupan di

pesantren adalah unsur yang mendidik.

Selanjutnya nilai-nilai dan falsafah pendidikan tersebut diwujudkan

dalam rumusan-rumusan visi KMI Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto

Baru Kab. Dharmasraya sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader

pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul ‘ilmi, dan menjadi pusat

pengetahuan Islam, bahasa Al Quran, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap

berjiwa pesantren. Prinsip-prinsip dasar seperti itulah yang menjadi acuan dalam

penyusunan dan pengembangan kurikulum KMI Gontor. Pada aspek teoritis,

kurikulum KMI Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab.

Dharmasraya dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan tradisi dan

budaya pesantren yang diwariskan oleh kyai secara berkesinambungan.

Karakteristik kurikulum KMI Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto Baru

Kab. Dharmasraya persis dengan Karakteristik kurikulum KMI Gontor

dikembangkan pada kompetensi inti yang merupakan gambaran secara

kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu

jenjang. Kurikulum ini membidik kompetensi siswa pada aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada upaya

menguasai kompetensi pada tingkat yang menekankan karakter siswa.

Dalam proses pendidikan di Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto

Baru Kab. Dharmasraya sama dengan Gontor melaksanakan selama 24 jam,

dimana proses belajar mengajar yang mengedepankan aspek akademis


52

dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00, selain waktu tersebut siswa

mengalami proses pendidikan dengan sekian banyaknya kegiatan yang

mendukung intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Secara prinsip metode

pendidikan di Gontor dilaksanakan dengan keteladanan, pengarahan, penugasan,

pembiasaan, dan penciptaan lingkungan (Dokumen Kurikulum KMI

Gontor:2014, Timi Febrian dan fathi) yaitu:

a. Keteladanan dicontohkan oleh kyai, guru, dan siswa (santri). Metode

ini sangat efektif dalam mendidik karakter, karena sebaik-baiknya

pendidikan adalah dengan perbuatan, bukan sekadar dipidatokan.

b. Pengarahan Setiap pekerjaan selalu diawali dengan pengarahan. Hal

itulah yang diterapkan dalam proses pendidikan, sehingga

memungkinkan siswa untuk memahami nilai-nilai filosofis dari

setiap apa yang dikerjakan, dan bukan hanya sekedar mengerjakan

tugas dan kewajibannya.

c. Penugasan Diantara metode yang benar dalam mendidik adalah

dengan penugasan. Siswa dapat menghayati nilai-nilai pendidikan

setelah mengerjakan tugas yang diberikan. di KMI Pesantren

Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya siswa diberi

tanggung jawab untuk mengerjakan tugas dalam jumlah yang

banyak, hal tersebut melatih siswa mampu memecahkan problem

yang dihadapinya.

d. Pembiasaan Metode pembiasaan yang diterapkan di Pesantren

Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya cukup


53

efektif di dalam melatih siswa untuk melakukan hal-hal yang positif,

karena siswa dibiasakan berdisiplin bahkan dengan sedikit paksaan.

e. Penciptaan Lingkungan Lingkungan yang kondusif mutlak ada

dalam sistem pendidikan asrama, karena kondisi tersebut

mendukung terciptanya miliu belajar yang sehat, segala apa yang

didengar, dilihat, dan dirasakan oleh siswa adalah merupakan unsur-

unsur yang mendidik.

3. Struktur Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah

Struktur Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah dari lokal 1

KMI sampai 6 KMI, itu sama terdiri dari Intra Kurikuler, Ko Kurikuler, dan

Ekstra Kurikuler. Disini peneliti hanya lokal 1 KMI saja. Sebagai berikut

(Dokumen Kurikulum KMI Gontor:2014, Timi Febrian dan fathi) :

a. Intra Kurikuler

1) Ulum Islamiyah

a) Al-Qur’an

b) Tajwid

c) Tafsir

d) Hadits

e) Fiqih

f) Ushul Fiqh

g) Faraid

h) Tauhid

i) Tarikh Islam
54

2) Ulum Lughah

a) Imla’

b) Muthala’ah

c) Nahwu

d) Sharaf

e) Mahfuzhat

f) Khat

g) English Lesson Grammar

h) Composition

i) Dictation

j) Conversation

k) Bahasa Indonesia

3) Ulum Al Ammah

a) Matematika

b) IPS

c) IPA

d) PKN

e) Fisika

f) Geografi

g) Sejarah

h) Sosiologi
55

Tabel 2.1
Jadwal Pelajaran Rombel 1 KMI
No Pelajaran Smt. I Smt. II
1 D. Lughoh 6 6
2 Matematika 3 3
3 English Lesson 4 4
4 Fiqh 4 4
5 Tarikh Islam 2 2
6 Imla' 2 2
7 Bahasa Indonesia 3 3
8 IPA 3 3
9 IPS 3 3
10 PKN 2 2
11 Hadits 2 2
12 Khat 2 2
13 Tafsir 2 2
14 Mahfudzat 2 2
15 Tauhid 2 2
16 Qur'an tajwid 4 4
Jumlah Jam Pelajaran 48 48
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
b. Ko Kurikuler

1) Praktik Ibadah Thaharah

a) Tujuan : Membiasakan untuk bersih dan suci, Melatih untuk mempraktekkan

ilmu yang didapat di kelas.

b) Sasaran :Siswa dapat melaksanakan wudhu, tayamum, mandi, dan istinja’

dengan benar, Siswa terbiasa dalam keadaan suci, Siswa dapat

mempraktikkan seluruh doa-doa dalam thaharah.

c) Pelaksanaan waktu dan tempat : Kegiatan bersuci dilaksanakan setiap saat

sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

d) Teknis Pelaksanaan : Siswa melaksanakan wudhu, tayamum, mandi, dan

istinja’, sesuai standar Fiqh dalam thaharah (bersuci).


56

2) Shalat

a) Tujuan : Membiasakan untuk dekat dengan Allah, Membiasakan untuk

melaksanakan shalat tepat waktu, membiasakan untuk melaksanakan shalat

fardhu berjama’ah, Membiasakan untuk melaksanakan shalat sunnah,

mendidik untuk menjadi imam, Meningkatkan spiritualitas, meningkatkan

hafalan surat pendek, bacaan shalat dan do’a, Menghayati makna bacaan

shalat, dzikir, wirid dan do’a.

b) Sasaran : Siswa dapat melaksanakan ibadah shalat dengan benar, Siswa

dapat melaksanakan shalat tepat waktu, Siswa dapat melaksanakan shalat

fardhu berjama’ah, siswa dapat membiasakan diri untuk melaksanakan

shalat sunnah, Siswa mampu menjadi imam, siswa memiliki bekal hafalan

surat pendek dan do’a, siswa dapat menghayati makna bacaan shalat, wirid,

dan do’a.

c) Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Shalat fardhu berjama’ah dilaksanakan

sesuai dengan waktu shalat kecuali shalat dzuhur dan isya’, dikarenakan

menyesuaikan dengan kegiatan siswa. Shalat berjama’ah bagi kelas 1

sampai 4 selalu dilaksanakan di asrama kecuali shalat maghrib sebagai

sarana latihan menjadi imam.

d) Teknis Pelaksanaan : Siswa melaksanakan shalat fardhu berjama’ah di

asrama atau di masjid dengan imam yang sudah dipersiapkan sesuai dengan

jadwal. Imam shalat berjama’ah di asrama dijadwalkan untuk semua siswa

secara bergilir dengan bimbingan pengurus asrama.


57

3) Membaca Al-Qur’an

a) Tujuan : Memperbaiki bacaan Al-Qur’an, mempraktikkan kaedah tajwid

dalam membaca Al- Qur’an, membiasakan untuk membaca Al-Qur’an,

memperbaiki kualitas bacaan Al-Qur’an, melatih pengurus asrama untuk

membimbing siswa dalam membaca Al-Qur’an,menambah hafalan surat

pilihan.

b) Sasaran : Siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, siswa

dapat menerapkan kaidah tajwid dalam bacaan Al-Qur’an, siswa terbiasa

membaca Al-Qur’an setiap hari, siswa dapat memperbaiki kualitas bacaan Al-

Qur’annya.

c) Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Membaca Al-Qur’an dilaksanakan sebelum

dan sesudah shalat subuh, setelah shalat ashar, sebelum dan sesudah shalat

maghrib. Sedangkan membaca Al-Qur’an di luar waktu tersebut dapat

dilaksanakan secara mandiri. Tempat membaca Al-qur’an di asrama kecuali

sebelum shalat maghrib diadakan di masjid.

d) Teknis Pelaksanaan : Siswa membaca Al-Qur’an di asrama dengan

bimbingan pengurusnya sebelum dan setelah shalat subuh, setelah shalat

ashar dan maghrib. Mereka duduk rapi berbaris menghadap kiblat di depan

asrama. Sedangkan di Masjid dilaksanakan sebelum maghrib dengan duduk

sesuai shaf shalat dengan pengawasan dari bagian ta’mir Masjid dan

keamanan.
58

4) Praktek Pengembangan Bahasa

a) Tujuan : Meningkatkan kemampuan berbahasa, sebagai wadah untuk

menyalurkan minat dalam berbahasa, membentuk komunitas teladan dalam

bahasa.

b) Sasaran : Siswa memiliki kemampuan berbahasa, siswa dapat menyalurkan

minat untuk meningkatkan bahasa, siswa dapat menjadi teladan berbahasa

bagi siswa lainnya.

c) Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi pada

pukul 05.00 WIB sampai dengan 05.45 WIB, bertempat di kelas- kelas dan

Language Course Department (LCD).

d) Teknis Pelaksanaan : Kegiatan ini diikuti oleh siswa dari kelas 1 sampai 4

yang berminat, dengan cara mendaftarkan diri kepada staf LCD. Seluruh

peserta kursus dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu kelompok Arab dan

Inggris. Kemudian, setiap kelompok akan dibagi lagi menjadi beberapa

kelompok kecil, yang dikenal dengan klub-klub bahasa.

5) Latihan pidato 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)

a) Tujuan : Melatih keberanian berbicara di depan umum, meningkatkan

kemampuan berbahasa, melatih kemampuan berbicara dengan sistematis,

melatih untuk membuat persiapan pidato secara tertulis sesuai tema,

meningkatkan kemampuan berpidato, melatih kemampuan untuk mengambil

intisari dari isi pidato, membiasakan menjadi pendengar yang baik.melatih

menjadi pembawa acara yang benar dan baik.


59

b) Sasaran : Siswa memiliki kemampuan berbahasa, siswa dapat menyalurkan

minat untuk meningkatkan bahasa, siswa dapat menjadi teladan berbahasa

bagi siswa lainnya.

c) Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Kegiatan ini dilaksanakan setiap sabtu pada

pukul 19.30 WIB sampai dengan 22.00 WIB, bertempat di kelas- kelas dan

Language Course Department (LCD).

d) Teknis Pelaksanaan : Kegiatan ini diikuti oleh siswa dari lokal 1 sampai 4.

c. Ekstra Kurikuler

1) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OSUA) dan Organisasi Asrama

a) Tujuan : Melatih berorganisasi, menumbuhkan jiwa siap memimpin dan siap

dipimpin, melatih keterampilan dalam menyusun, melaksanakan, mengontrol

dan mengevaluasi program kerja organisasi, menumbuhkan jiwa

amanah,membiasakan berpikir dan bekerja dengan sistematis

b) Sasaran : Siswa mampu berorganisasi dengan baik, siswa terampil, dan berani

menjadi pemimpin organisasi serta dapat menjadi anggota organisasi yang

baik, siswa terampil dalam menyusun, melaksanakan, mengontrol dan

mengevaluasi program kerja organisasi,siswa mampu berpikir dan bekerja

dengan sistematis,siswa terbiasa tertib administrasi.

c) Teknis, Waktu dan Tempat Pelaksanaan: OSUA, adalah santri senior kelas 6

yang dipilih dan disetujui oleh pimpinan pesantren setahun sekali. OSUA

dipilih dan dikukuhkan pada tahun ajaran kedua, dan bertugas selama 1 tahun.

Dalam menjalankan tugasnya organisasi ini dibagi dalam beberapa bagian

untukmengurus dan mengatur totalitas kehidupan siswa di bawahbimbingan


60

pengasuh pesantren dengan bantuan staf pengasuhan santri. Dan organisasi

asrama diurus oleh siswa kelas 5 dengan dibantu oleh santri-santri kelas

dibawahnya (kelas 4 dan kelas 3).

2) Kepramukaan

a) Tujuan : Menanamkan nilai-nilai kehidupan yang luhur, menumbuhkan rasa

cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, menambah pengetahuan dan

pengalaman, sebagai wadah pengembangan kemampuan berinteraksi antara

sesama anggota pramuka

b) Sasaran : Peserta didik memiliki wawasan yang luas tentang kegiatan

kepramukaan, peserta didik memiliki rasa cinta alam dan kasih sayang

sesama manusia, peserta didik dapat berlatih berinteraksi dengan anggota

pramuka lain.

c) Pelaksanaan Waktu dan Tempat : Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali

pada hari Sabtu dengan durasi latihan 120 menit di kampus pesantren.

d) Teknis Pelaksanaan : Latihan kepramukaan mingguan diikuti oleh seluruh

siswa pesantren dari kelas 1 sampai kelas 4 sebagai peserta didik, kelas 5

sebagai pembantu Pembina, kelas 6 sebagai Pembina dan pengurus

Koordinator Gerakan Pramuka, dan sebagian guru sebagai majelis

pembimbing Gugus Depan dan Majelis pembimbing koordinator.

4. Implementasi Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah berada

pada panca jiwa bagi pondok pesantren yang melaksanakan Kurikulum

kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah, adapun panca jiwa yaitu:


61

a. Keikhlasan

Jiwa yang pertama adalah keikhlasan. yakni berbuat sesuatu bukan

karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu,

melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Segala perbuatan dilakukan dengan

niat semata-mata untuk ibadah, Lillah. Kiai dan guru ikhlas dalam mendidik,

para pembantu Kiai ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan,

serta para santri yang ikhlas dididik.

b. Kesederhanaan

Kehidupan yang sederhana tentu sangat erat kaitannya dengan pondok

pesantren. Kehidupan santri yang tentram bersahaja tentu jauh dari kata

berlebihan, mubazir dan lain sebagainya. Sederhana tidak berarti pasif atau

menerima begitu saja, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa

kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan

penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.

c. Kemandirian

Kemandirian atau sering disebut juga dengan Berdikari (Berdiri di atas

kaki sendiri) adalah kesanggupan menolong diri sendiri. Jiwa tersebut

merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya.

Berdikari tidak saja berarti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus

segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai

lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah

menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.


62

d. Ukhuwah Islamiyyah

Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang

akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwah

Islamiyyah. Tidak ada dinding pemisah di antara mereka; apapun latar belakang

keluarga, suku, budaya, bahkan bangsa semua larut dalam jalinan ukhuwah

Islamiyyah. ukhuwah ini bukan saja selama mereka di Pondok, tetapi juga

mempengaruhi ke arah persatuan umat dalam masyarakat setelah mereka terjun

di masyarakat.

e. Kebebasan

Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa

depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai

pengaruh negatif dari luar dirinya. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa

besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan.

5. Evaluasi Kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah

Evaluasi kurikulum KMI diimplementasikan dalam pelaksanaan

evaluasi hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sampai dimana

ketercapaian kurikulum dan mengukur kemajuan Peserta didik/santri sehingga

bisa dievaluasi apa saja kekurangannya. Ada beberapa jenis evaluasi di KMI

Gontor dan Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya

mengikuti evaluasi tersebut seperti evaluasi mingguan, bulanan, semester, dan

ujian kelas akhir KMI. Ada dua sistem evaluasi yang digunakan yang diterapkan

di KMI Pesantren Modern Putra Ulul Albab, yaitu:


63

a. Ujian lisan (al-Imtihan as-Syafi'i) Sistem ujian lisan ini hanya

diperuntukkan Peserta didik/santri akhir yang akan lulus dan sebagai syarat

pengambilan ijazah pondok. Materi yang diujikan adalah seluruh mata pelajaran

yang diujikan dalam ujian tulis, termasuk di dalamnya ujian praktek. Materi-

materi tersebut dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: Bahasa Arab, Bahasa Inggris

dan Ibadah.

b. Ujian tulis (al-Imtihan at-Tahriri) Materi ujian yang diujikan adalah

semua pelajaran yang diajarkan di bangku kelas.

Tujuan ujian ini untuk mengetahui sejauh mana penyerapan Peserta

didik/santri terhadap ilmu yang diberikan. Segala aspek perkembangan Peserta

didik/santri dalam bidang kognitif dan afektif ditanyakan dalam bentuk

pertanyaan tertulis, menjadi motivasi dan stimulus bagi Peserta didik/santri

untuk belajar dengan giat karena tidak mau termasuk orang merugi bahkan hina.

Pesantren Modern Putra Ulul Albab Koto Baru Kab. Dharmasraya telah

merancang sistem evaluasi seefisien mungkin melalui rutinitas evaluasi

pembelajaran dengan berbagai bentuknya, mulai dari pre-test yang dilakukan

oleh tenaga pendidik pada awal pertemuan guna mengetahui sejauh mana

persiapan Peserta didik/santri dalam menerima materi yang akan disampaikan

dan dilanjutkan dengan pemberian tugas harian secara berkala, ujian madrasah

tengah semester, ujian madrasah tiap semester, hingga ujian lisan Peserta

didik/santri. Seluruh rangkaian evaluasi diatas adalah sebagai usaha pihak

madrasah untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Dokumen Kurikulum KMI

Gontor:2014, Ridwan Bukhori, Timi Febian dan fatih).


64

C. Peningkatan Belajar

1. Makna Belajar

Menurut Sardiman (2011:20-22), bahwa usaha pemahaman mengenai

belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang

belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in

behavior as result of experience (Belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman)

b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read,

to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Belajar

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,

mengikuti arahan).

c. Geoch, mengatakan: Learning is change in performance as result

of practice (Belajar adalah perubahan kinerja sebagai hasil dari latihan)

Dari ketiga definisi di atas , maka dapat diterangkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati mendengarkan,

meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek

belajar itu mengalami atau melakukan, jadi tidak bersifat verbalistik.

Selanjutnya ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini

yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar

akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan


65

tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,tetapi juga

berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku

pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu

sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,

rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara umum, belajar

boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara manusia dengan

lingkungan.

2. Pengertian Belajar

Peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dll). Peningkatan adalah proses, cara perbuatan untuk menaikkan

sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu, ke sesuatu yang lebih

baik lagi daripada sebelumnya. Peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan

oleh pembelajar (guru) untuk membantu siswa untuk meningkatkan hasil

pembelajaran, Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya suatu

perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan kualitas

pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas. Dalam (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2008). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) untuk

membantu pelajar (siswa) dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga

dapat lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila


66

adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan

kualitas pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas.

Menurut Fathurrohman & Sulistyorini (2012:8), Pada dasarnya belajar

merupakan suatu proses yang berakhir pada perubahan. Belajar tidak pernah

memandang siapa pengajarnya dimana tempatnya dan apa yang diajarkan.

Tetapi dalam hal ini lebih menekankan pada hasil dari pembelajaran tersebut.

Perubahan apa yang terjadi setelah melakukan pembelajaran. Seringkali kita

mendengar kata 'belajar" bahkan tidak jarang pula menyebutkannya tetapi kita

belum mengetahui secara detail makna apa yang sebenarnya terkandung dalam

belajar itu. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang aktif,

belajar adalah proses realisasi terhadap semua situasi yang ada di sekitar

individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses mengamati,

memahami,sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara

bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. Dari beberapa definisi belajar di

atas maka pembelajaran ini merupakan proses belajar. Dalam Proses

pembelajaran seorang individu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan dalam

belajar seorang individu harus mampu mengadakan perubahan tingkah laku.

Perubahan yang diharapkan dari pembelajaran adalah perubahan yang lebih baik

dari sebelumnya. Berdasarkan pengertian-pengertian belajar diatas, maka dapat

dikatakan bahwa sebenarnya ada tiga komponen dalam kegiatan belajar yakni :

sesuatu yang dipelajari, proses belajar dan hasil belajar. Rangkaian kegiatan

belajar di atas dapat diilustrasikan pada gambar berikut:


67

INPUT PROCESS OUTPUT

Menurut Hudojo (dalam Fathurrohman & Sulistyorini, 2012:12) tujuan

belajar dimaksudkan untuk memberikan landasan belajar, yaitu dari bekal

pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sampai ke pengetahuan

berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam benak peserta didik hr

konsentrasikan hasil belajar yang harus menerima materi pelajaran yang akan

disampaikan oleh guru. Menurut dalam buku Belajar Dan Pembelajaran, tujuan

belajar dapat diapresiasikan dengan mendeskripsikan:

a. Situasi yang dihadapi peserta didik. Misalnya memberi pertanyaan.

"Bentuk yang mana dari gambar-gambar berikut ini yang merupakan

bangun ruang balok?"

b. Menunjukkan tingkah laku yang dinyatakan dengan kata kerja yang

menunjukan kapabilitas yang dipelajari. Misalnya

mengklasifikasikan balok dengan definisi balok.

c. Tindakan yang dilakukan peserta didik. Menunjukkan hasil belajar.

Misalnya, memilah-milah bentuk bangun ruang yang berbentuk

balok. Pada intinya tujuan dari belajar dan pembelajaran adalah

terciptanya perubahan menuju keadaan yang lebih baik, misalnya

perubahan pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang positif.

Tujuan belajar dan pembelajaran tidak dapat dicapai dengan mudah

begitu saja tanpa adanya usaha yang serius dari semua orang yang
68

terlibat dalam proses tersebut baik dari orang yang belajar maupun

orang yang mengajar.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Soekamto dan Winataputra (dalam Fathurrohman &

Sulistyorini, 2012:17) bahwa prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus

diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar

sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Menurut dalam buku Belajar Dan

Pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam belajar yaitu:

a. Apapun yang dipelajari siswa dialah yang harus belajar, bukan orang

lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan

siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya

Sedangkan menurut (Djamaluddin & Wardana, 2019:12) setidaknya

ada delapan jenis belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun beberapa jenis

belajar adalah sebagai berikut:


69

1) Belajar rasional, yaitu proses belajar menggunakan kemampuan

berpikir sesuai dengan akal sehat (logis dan rasional) untuk

memecahkan masalah.

2) Belajar abstrak, yaitu proses belajar menggunakan berbagai cara

berpikir abstrak untuk memecahkan masalah yang tidak nyata.

3) Belajar keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan

kemampuan gerak motorik dengan otot dan urat syaraf untuk

menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

4) Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai masalah dan

cara penyelesaian masalah tersebut. Misalnya masalah keluarga,

persahabatan, organisasi, dan lainnya yang berhubungan dengan

masyarakat.

5) Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan

kebiasaan ke arah yang lebih baik agar individu memiliki sikap dan

kebiasaan yang lebih positif sesuai dengan kebutuhan (kontekstual).

6) .Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar berpikir sistematis,

teratur, dan teliti atau menggunakan berbagai metode ilmiah dalam

menyelesaikan suatu masalah.

7) Belajar apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam

mempertimbangkan arti atau nilai suatu objek sehingga individu

dapat menghargai berbagai objek tertentu.


70

8) Belajar pengetahuan, yaitu proses belajar berbagai pengetahuan baru

secara terencana untuk menguasai materi pelajaran melalui kegiatan

eksperimen dan investigasi.

D. Santri

1. Pengertian Santri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1266) kata santri

adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yg beribadat dengan

sungguh-sungguh; orang yang saleh, sedangkan menurut bahwa santri adalah

sebutan bagi peserta didik yang menimba ilmu pengetahuan di Pesantren. Santri

menduduki elemen yang sangat penting dalam sistem pendidikan Pesantren.

Tanpa ada santri tentu saja pesantren tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai

institusi pendidikan keagamaan yang menjalankan proses pembelajaran. Dalam

sistem pendidikan Pesantren, santri merupakan identitas yang sarat nilai. Di

masa lalu ciri utama yang melekat pada seorang santri adalah penampilannya

yang sangat sederhana: untuk putra memakai peci hitam, selalu memakai sarung,

dan sandal bakiak, untuk Putri selalu menggunakan kerudung atau jilbab.

Memiliki pengetahuan keagamaan yang mendalam, taat beribadah, selalu

hormat dan taat kepada kiai, sampai saat ini identitas demikian masih melekat

pada seorang santri. Namun saat ini seorang santri tidak selalu harus memakai

sarung dan sandal bakiak. Bisa jadi performa santri saat ini berbeda dengan santri

pada masa lalu. Dilihat dari sisi pakaian yang digunakan, seorang santri hampir

sama dengan seorang murid madrasah, mereka juga menggunakan celana

panjang. Pengetahuan yang dikuasai tidak terbatas hanya pada ilmu-ilmu


71

keagamaan tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti bahasa Inggris,

matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial (Fahham, 2020:14).

Di masa lalu, seorang santri yang masuk dalam sistem pendidikan

pesantren ingin menguasai ilmu-ilmu keislaman dan mengajarkan ilmu yang

mereka kuasai itu di tengah-tengah masyarakat. Kini motif seorang santri masuk

dunia pesantren bukan saja untuk menguasai ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga

menguasai berbagai bentuk skill yang diajarkan di pesantren. Di luar semua itu,

motif orang tua melepas anak ke pesantren adalah agar ia memiliki kepribadian

yang baik: religius, sederhana, mandiri, jujur, disiplin, sopan, taat dan hormat

kepada orang tua, dan kepribadian baik lainnya. Ada dua jenis santri dalam

sistem pendidikan pesantren, pertama santri mukim adalah santri yang tinggal di

pesantren dan mengikuti seluruh kegiatan pesantren selama 24 jam, kedua santri

kalong adalah mereka yang tidak tinggal di asrama pesantren dan hanya

mengikuti beberapa kegiatan Pesantren secara terbatas, misalnya kegiatan

pembelajaran dan kegiatan lainnya yang ditentukan oleh masing-masing

Pesantren.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Santri

Dalam melihat kelebihan serta kekurangan Pondok Pesantren pasti

berbeda-beda melihatnya ada pesantren tidak mau dibilang mempunyai

kekurangan karena ditakuti merusak Pesantren tersebut, menurut gurunya tidak

mau di kasih tahu namanya di Pesantren yang saya observasi dia menyatakan

bukan hanya kelebihanmu melainkan banyak kekurangan terhadap santri buat

belajar.
72

Kelebihan dari santri adalah:

a. Mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap pendidikan dan

belajar.

b. Mereka memiliki disiplin yang baik dalam belajar.

c. Mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi yang

baik dalam belajar.

d. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya

pendidikan dalam memperbaiki kualitas hidup.

Kekurangan dari Santri adalah:

1) Mereka seringkali terlalu fokus pada pendidikan dan belajar,

sehingga kurang memperhatikan aspek sosial.

2) Mereka seringkali mengalami tekanan yang tinggi dari orang tua dan

guru untuk selalu mencapai prestasi yang baik.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Disebut

penelitian kualitatif Disebut penelitian kualitatif karena permasalahan yang

dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara. Dalam penelitian kualitatif

jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel yang diteliti

(Sugiyono, 2015:295-296). Bisa artikan bahwa kualitatif metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah sebagai lawannya

adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan eksperimen kunci dengan

analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna

daripada generalisasi yaitu proses penalaran yang bertolak dari individu menuju

kumpulan umum. Kualitatif juga Proses penelitian yang dimaksud antara lain

adalah melakukan observasi atau pengamatan terhadap informan, berinteraksi

dengan subjek penelitian dan menggali informasi yang diketahui tentang

implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap

peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten

Dharmasraya.

B. Rencana dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya Jl. Simpang.Empat No.KM 1, Koto Baru, Kec. Koto

Baru, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Dengan waktu penelitian

73
74

selama empat bulan, yang sebelumnya peneliti observasi terlebih dahulu dari

bulan Desember 2022 sampai bulan Januari 2023.

2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agustus

1. Observasi Awal

2. Penyusunan Proposal

3 Seminar Proposal

4. Revisi Proposal

5. Penelitian

6. Laporan Skripsi

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Abdussamad (2021:141-142) bahwa

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus di validasi seberapa jauh peneliti siap melakukan

penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validitas terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki objek peneliti, baik secara akademik maupun logistiknya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian

kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya jelas, maka

dapat dikembangkan suatu instrumen. Oleh karena itu yang akan dipilih oleh
75

peneliti adalah adakah hubungan santri mengimplementasikan kurikulum

kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap peningkatan belajar santri.

D. Sumber Data

Menurut Ibnu Hadjar dalam buku (Rahmadi,2011:46) Pengantar

Metodologi data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Data Primer, yaitu data yang bersumber atau data yang bersumber atau data

yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara dan observasi

seperti, Pimpinan Pondok, Direktur KMI, Ustad yang menyusun kurikulum

KMI dan para santri.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,

referensi, dokumen dan observasi yang diperoleh dari lokasi penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian (Sugiyono, 2015:310-320) karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Adapun teknik yang digunakan untuk penelitian ini

adalah:

1. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan kegiatan mengamati, yang diikuti

pencatatan secara urut. Hal ini terdiri atas beberapa unsur yang muncul dalam

fenomena di dalam objek yang diteliti. Hasil dari proses tersebut dilaporkan

dengan laporan yang sistematis dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Metode

ini digunakan. Alasan penulis menggunakan teknik observasi ini karena

memungkinkan penulis untuk memahami implementasi kurikulum kulliyatul


76

mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap peningkatan belajar santri Di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan

informan atau subjek penelitian Tujuan dari wawancara adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka serta menggali data yang bersifat

subyektif dari informan. Wawancara mendalam dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui bagaimana implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

islamiyyah (KMI) terhadap peningkatan belajar santri Di Pesantren Putra Ulul

Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Adapun langkah-langkah dalam

wawancara antara lain: a. menyusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada responden, b. melakukan wawancara dengan responden dan, c.

menganalisis hasil wawancara. Informan yang diwawancarai dalam penelitian

ini adalah Pimpinan Pondok, Direktur KMI, Ustad yang menyusun kurikulum

KMI dan para santri. Untuk menjaga kredibilitas hasil wawancara tersebut, maka

perlu adanya alat untuk mencatat data, dalam hal ini peneliti menggunakan

handphone yang berfungsi untuk memotret kegiatan yang berhubungan dengan

penelitian ini, dan peneliti juga memerlukan buku sebagai alat tambahan, selain

itu juga berguna untuk membantu peneliti dalam merencanakan pertanyaan-

pertanyaan berikutnya.

3. Dokumentasi, seperti foto pembelajaran di rombel Ib, dan kegiatan

pembelajaran malam.
77

F. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat

kesimpulan:

1. Reduksi data (Data Reduction), Reduksi data adalah proses analisis untuk

memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan dan

mentransformasikan data mentah yang didapat dari catatan-catatan yang

muncul di lapangan”. Adapun proses reduksi data di dalam penelitian ini

adalah catatan tertulis di lapangan yang diperoleh peneliti dari hasil observasi

partisipatif dan wawancara secara mendalam dengan pemilik dan juga para

karyawan yang bekerja di tersebut. Reduksi data dilakukan oleh peneliti

dengan bersamaan dengan proses pengumpulan data

2. Penyajian data (Data Display), Penyajian data adalah pengumpulan data-data

atau informasi-informasi dari hasil observasi partisipatif dan wawancara

mendalam peneliti yang sudah direduksi. Penyajian data ini diarahkan agar data

hasil reduksi terorganisasikan, tersusun secara sistematis, komplek, dan

sederhana, sehingga semakin mudah dipahami. Dengan penyajian data akan

mempermudah peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan

kerja penelitian selanjutnya.

3. Verifikasi (Verification) Langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan

berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-
78

bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk

mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti

kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan

yang kredibel.

Penarikan kesimpulan ini dilakukan pada saat kegiatan analisis data

berlangsung secara terus-menerus selesai dikerjakan oleh peneliti, baik yang

berlangsung di lapangan, maupun setelah selesai di lapangan.

G. Teknik Keabsahan Data

Penelitian ini memakai teknik keabsahan data dengan triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di

luar itu untuk keperluan pengecekan atau suatu pembanding terhadap data itu.

Peneliti berusaha mengkaji data dengan mengkaji beberapa sumber dan

mengadakan pengecekan hasil penelitian. Secara garis besar triangulasi ada 3

yaitu triangulasi sumber, teknik, dan waktu (Sugiyono, 2015:373-374) artinya

adalah:

1 Triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas data, teknik

ini dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai

sumber.

2 Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan

teknik yang berbeda.


79

Triangulasi waktu adalah teknik untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang

berbeda.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian


1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Ulul Albab Koto Baru

Dharmasraya

.Berdasarkan SK Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik

Indonesia (HAM) N0. AHU-6323AH.0104 tahun 2013, Pondok Pesantren

Modern Ulul Albab dirintis pada 22 maret tahun 2011 oleh Al-Ustadz Fauzar

Chandra, S.Ag dan istrinya Hendrayani Hapsari, M.Pd, keduanya merupakan

alumni dari Pondok Darussalam Gontor, Ketua yayasan memberikan amanah

kepada ustad Fauzar Chandra, S.Ag untuk mendirikan dan mengelola Lembaga

Pendidikan yang diberi nama “PESANTREN”. Pimpinan juga menghubungi

beberapa alumni gontor yang berada di kabupaten Dharmasraya serta tokoh

masyarakat untuk berkolaborasi dan membentuk kepengurusan yayasan serta

mengumumkan bahwa akan didirikan pondok pesantren yang berbasis asrama di

Koto Baru Dharmasraya. Dibentengi nilai-nilai religius yang kuat dengan

semboyan kulkular adat basandi syara, syara basandi kitabullah. Al-Ustadz

Fauzar Chandra, S.Ag dan istrinya Hendrayani Hapsari, M.Pd memberikan

nama Pondok Pesantren Modern Putri Ulul Albab dengan tingkat satuan

pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MAS). Awal

berdirinya Pondok Pesantren Ulul Albab fokus kepada pendidikan asrama putri.

Pada tahun pelajaran tahun 2021-2022 mulai dibuka pendidikan asrama untuk

80
81

putra. Pendidikan asrama untuk putra dimulai pada tingkat satuan pendidikan

Madrasah Tsanawiyah (MTsS), Madrasah Aliyah (MAS)

Kurikulum yang digunakan oleh Pondok Pesantren merujuk kepada

kurikulum MTs dan MA yaitu berada dibawah kementerian agama yang

dipadukan dengan kurikulum pesantren yang digunakan oleh Pondok

Darussalam Gontor yaitu KMI yang mana salah satu program unggulannya

mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dibantu

dengan sistem asrama 24 jam dan di pantau oleh Pembina asrama sehingga

terciptalah lingkungan berbahasa sampai saat sekarang ini. Pondok Pesantren

Modern Ulul Albab terletak di Jl. Lintas Sumatera KM 1 Simpang 4 Koto Baru,

Dharmasraya, Sumatera Barat. Secara geografis, letak pondok Pesantren

Modern Ulul Albab sangat cukup strategis, dan juga berdekatan dengan

lingkungan sekolah lainnya. Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab

Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Jalan Lintas Sumatera

Sebelah Selatan : Pemukiman Masyarakat

Sebelah Timur : MAN 1 Dharmasraya

Sebelah Barat : Perkebunan

Landasan hukum akta pendirian Yayasan dituangkan dalam surat

keputusan (SK) Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia

(HAM) N0. AHU-6323AH.0104 tahun 2013 dan surat keputusan kantor

Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Dharmasraya

tentang persetujuan izin Operasional, Madrasah Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok


82

Pesantren No: Kw.03.4/2/PP.00/53/2013 No Kd: 03.17/1/KP.01.1/305/2011

No.Kd.03/15-c/PP.07/290/2013.

Pada tahun 2021 Pesantren Modern Putra Ulul Albab didirikan untuk

menampung usulan dari masyarakat serta wali murid yang saudaranya sudah

belajar di Pesantren Modern Putri Ulul Albab. Pada pembukan Pesantren Putra

Ulul Albab yang mendaftar berjumlah 42 santri, akan tetapi yang masuk 40 santri

dan pada tahun ke-2 santri bertambah menjadi 66 santri dan dibagi 2 rombel

kelas 1, yaitu dua rombel. Sedangkan rombel kelas 2, satu rombel yang sekarang

total santri putranya 106 santri, akan tetapi sekarang jumlah santri Pesantren

Putra Ulul Albab sekarang adalah 93 santri diantaranya 89 santri MTs dan 4

santri MA.

Tabel 4.1
Data Siswa Pesantren Putra Ulul Albab
Jumlah Total Semua
NO Tahun Santri
MTsS MAS
1 2021-2022 Putra 28 - 28
2 2022-2023 Putra 61 4 65
Total MTsS dan MAS 89 4 93
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
2. Visi dan Misi serta Tujuan Pesantren Putra Ulul Albab

a. Visi

“Membentuk Generasi Yang Cendikia, Rabbani dan Berakhlak Qur’ani’’

b. Misi

Pondok Pesantren Putri Ulul Albab menyelenggarakan

kegiatan pendidikan formal setingkat MTs dan MA sebagai bentuk

proses menjadikan sumber daya manusia beriman, bertaqwa, dan


83

berakhlak mulia serta mampu mensosialisasikan melalui dakwah bil

hal. Untuk itu diemban suatu misi “MEMBANGUN DAYA PIKIR

IPTEK DAN IMTAQ DALAM MASYARAKAT MADANI”.

c. Tujuan
Pondok Pesantren Putra Ulul Albab bertujuan menghasilkan

generasi muda berilmu, bertaqwa, mandiri dan berwawasan kedepan

untuk membangun masyarakat madani. Yang menjadi dasar

pendidikannya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al

Anbiya ayat 25 dan az zariyat ayat 56 yaitu menegakkan kalimat

tauhid dan beribadah hanya semata-mata kepada Allah SWT dimana

arah tujuannya mengacu kepada surat Al Baqarah ayat 22 dan An

Nur ayat 37-38 untuk membentuk pribadi-pribadi “Tafaqquh

Fiddin”, iqamatuddin serta memiliki keterampilan dikembangkan

berdasarkan rencana kurikulum terpadu antara nilai islam sains dan

teknologi.

3. Profil Pesantren Putra Ulul Albab


a. Profil Lembaga
Tabel 4.2
Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab
Nama Lembaga : Pondok Pesantren Modern Putra Ulul Albab
Nama Yayasan : Pendidikan Ulul Albab
Nomor Statistik Pondok Pesantren : 510013100015
Alamat Jln. Lintas Sumatera Km 1 Simpang empat,
: Koto Baru, Kec. Koto Baru, Kab.
Dharmasraya, Prov, Sumatera Barat
Jenjang Pendidikan : Aliyah, MTs dan KMI
Tahun Berdiri : 2011
84

Lanjutan Tabel 4.2


Kurikulum KMI : 70 % (persen)
Model : Putra
Status Tanah/ Luas Area : Wakaf/2,6 ha
Jumlah Kampus : 1 Lokasi
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
b. Profil Kiai, Guru dan Santri

Tabel 4.3
Profil Kiai, Guru dan Santri
Nama Pimpinan : Al Ustadz Fauzar Candra, S. Ag
Tempat Tinggal : Dalam Pondok
Status : Alumni Gontor Th : 1994
Posisi Pimpinan : Dibawah Yayasan
No. Kontak : +62 823 – 8146 - 4748
Jumlah Guru : 14 Orang
Alumni Gontor : 6 orang
Alumni Sendiri : 2 Orang
Alumni KMI : 2 Orang
Pengabdian : 4 Orang
Jumlah Santri : 93 Orang
Santri Tetap : 93 Orang
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
c. Data Ustad kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

Tabel 4.4
Ustad Jam Mengajar KMI
Tahun Ajaran: 2022-2023
KELAS TOTAL
NO NAMA MAPEL
7a 7b 7c 7d 7e 8a 8b 10 JAM
B. Arab
1
Minat
Ilmu Hadits 1
1 Timmi Febrin T, Lc.MA 2 4
Shorf
Muthola'ah
Tarbiyah
D. Lughoh
Nahwu 2
2 Ahmad Fatih, S.E.I 4
Shorf
Muthola'ah 2
85

Lanjutan Tabel 4.4


Ayatul
2 2 2
Ahkam
Nur Muhammad B, Lc, Nahwu 2
3 11
M.A Fiqh Syafi'i 2
Ulumul
1
Qur'an
D. Lughoh 6 6 4
Fiqh 2
4 Haekal Muhandi Hisyam 22
Nahwu 2
Shorf 2
D. Lughoh
5 Rendi Dwi Ananda Tauhid 2 2 2 12
Khot 2 2 2
Fiqh 4 4
6 Afrizal Rahmat Abdullah 14
Mahfudzot 2 2 2
7 Firdaus Tanjung Komputer 2 2 2 2 2 2 2 2 16
8 Hanif Naufal Zuhdi Hadits 2 2 2 6
Qurtaj 4
9 Wendi Ardiansyah 8
Imla' 2 2
English
10 Saddam Khadavi 4 4 2 10
Lesson
11 Imam Budi Jumhari Usul Fiqh 0
T. Islam 2 2 2
12 Udzul Amrullah B 8
Muthola'ah 2
Qurtaj 4
13 Iswahyudi Al-Fiqri 6
Imla' 2

Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
86

d. Struktur KMI Pondok Pesantren Putra Ulul Albab

Pembina Yayasan
Drs. Badrul Djamali Abdullah

Ketua Yayasan
Dr. H. M. Raffles

Pimpinan Pondok Pesantren


Al-Ustadz Fauzar Chandra, S.Ag

KMI
Bendahara Sekretaris
Timmi Febrin T, Lc.MA
Hendrayani Hapsari, M.Pd Wahyu Nurul Zhulaiha, S.Pd
Ahmad Fatih, S.Ei
Resmiyatul Fatni, S.Pd

Pengasuh Putra
Rendi Dwi Ananda

Bidang Kedisiplinan Bidang Bahasa


Rendi Dwi Ananda Bagian Bidang
Nur Muhammad B, Lc, M.A

Bidang Kesehatan Bidang Keagamaan Bidang Olahraga


Afrizal Rahmat Abdullah Haekal Muhandi Hisyam Hanif Naufal Zhudi

Bidang Swalayan
Tri Atika

Gambar 5.1
Struktur Kepengurusan KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru
Sumber: Pimpinan Pondok Pesantren Putra, Fauzar Chandra,
wawancara pada tanggal 11 Mei 2023
e. Struktur data guru Pesantren Putra Ulul Albab

Tabel 4.5
Data Ustad KMI T/A 2022-2023
No Nama Ustad Jabatan Masuk Dari - Sampai
1 Fauzar Chandra, S. Ag Pimpinan Pondok 2011- Sekarang
2 Timmi Febrin T, Lc.MA Direktur KMI 2022- Sekarang
3 Ahmad Fatih, S.E.I Staff KMI 2021- Sekarang
4 Nur Muhammad B, Lc, M.A Guru/ Bidang Bahasa 2022- Sekarang
5 Haekal Muhandi Hisyam Guru/ Keagamaan 2020- Sekarang
87

Lanjutan Tabel 4.5


6 Rendi Dwi Ananda Guru/ Pengasuhan 2021- Sekarang
7 Afrizal Rahmat Abdullah Guru/ Kesehatan 2021- Sekarang
8 Hanif Naufal Zuhdi Guru/ Olahraga 2021- Sekarang
9 Firdaus Tanjung Kepala Labor komputer 2013- Sekarang
10 Imam Budi Jumhari Guru 2011- Sekarang
11 Udzul Amrullah B Guru/ Pengabdian 2022- 2023
12 Iswahyudi Al-Fiqri Guru/ Pengabdian 2022- 2023
13 Wendi Ardiansyah Guru/ Pengabdian 2022- 2023
14 Saddam Khadavi Guru/ Pengabdian 2022- 2023
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
f. Sarana dan Prasarana Pesantren Putra Ulul Albab

Tabel 4.6
Sarana dan Prasarana Pesantren Putra Ulul Albab

Jawaban
NO Jenis Prasarana Deskripsi
Ada Tidak Ada
1 Ruang Guru √ -
2 Kantin Sekolah √ -
3 Ruang Tata Usaha √ -
4 Ruang Kantor √ -
5 Ruang Kepala Sekolah √ -
6 Tanah dan Jalan Menuju Sekolah √ -
7 Ruang Ibadah √ -
8 Ruang UKS √ -
9 Kamar Mandi/WC √ -
10 Tempat Parkir √ -
Sumber Data: KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto Baru Kecamatan
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya T/A 2022-2023
88

B. Hasil Penelitian
1. Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran Mahfuzhat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto

Baru Kabupaten Dharmasraya

a. Perencanaan

Kurikulum merupakan tahapan yang krusial dalam membangun

program pendidikan yang efektif dan relevan. Dalam perencanaan kurikulum,

beberapa aspek perlu diperhatikan secara holistik. Pertama, mengidentifikasi

visi dan misi pendidikan yang ingin dicapai. Visi dan misi akan menjadi

pedoman dalam mengarahkan tujuan pembelajaran yang diinginkan dan

memberikan arah bagi pengembangan kurikulum.

Perencanaan pembelajaran kurikulum KMI, oleh pimpinan

Pesantren Putra Ulul Albab (Fauzar Chandra, waktu wawancara : Rabu, 26

Juni 2023), menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran kurikulum KMI

sedikit berbeda dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah

serta pondok yang ada di Dharmasraya, yaitu:

“Semua sekolah baik yang bernaung di Kemenag ataupun tidak pasti


mempunyai perencanaan pembelajaran kurikulum termasuk
kurikulum KMI (kulliyatul mu'allimin al-Islamiyyah). Kami
merencanakan pembelajaran kurikulum KMI (kulliyatul mu'allimin
al-Islamiyyah), memiliki beberapa perbedaan dengan sistem
perencanaan pembelajaran yang digunakan oleh Kementerian
Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Diknas) serta pondok-pondok yang ada di sini. Kurikulum KMI
adalah program pendidikan khusus yang dikembangkan oleh
kulliyatul mu'allimin al-Islamiyyah ada langkah-langkah umum
dalam perencanaan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
konteks kurikulum KMI yang sama dengan perencanaan
pembelajaran Kemenag dan Diknas seperti: analisis kebutuhan,
penyusunan RPP dan silabus, penjadwalan pembelajaran,
pengembangan bahan ajar, metode pengajaran, penilaian,
89

monitoring dan evaluasi, dan adanya panca jiwa di setiap kurikulum


KMI, baik itu dalam pembelajaran menggunakan bahasa Arab,
Inggris serta Indonesia”.

Dari pernyataan Pimpinan Pesantren di atas dapat penulis simpulkan

bahwa kurikulum yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang

diterapkan oleh Kemenag ataupun Kementerian Pendidikan Nasional.

Perbedaannya terletak pada konteks yang diterapkan di pesantren dengan

menerapkan kurikulum KMI (kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyah) yang diatur

dari kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor yakni muatan

keagamaan, soft skill, dan hard skill. Kurikulum Kemenag dan Kurikulum

Kementerian pendidikan Nasional dipakai secara dominan, contoh soft skill

dominan yang dimaksudkan adalah penerapan langsung oleh siswa atau santri

dalam kehidupan sehari-hari. soft skill meliputi pengawasan langsung yang

dilakukan oleh para ustadz dan ustadzah, dengan menerapkan sistem asrama

sehingga hasilnya lebih maksimal. Hard skill yang dimaksudkan adalah

penerapan bahasa aktif baik bahasa arab ataupun bahasa inggris dalam

komunikasi santri keseharian mereka yang langsung diawasi oleh ustadz.

Selebihnya tidak jauh berbeda dengan sekolah lain, seperti persiapan

kalender akademik, jadwal belajar dan mengajar, metode pembelajaran,

media pembelajaran, RPP, merancang program tahunan, program semester

dan lain sebagainya, jadi pembedanya adalah seperti yang penulis jelaskan

diatas.
90

Peneliti juga mewawancarai direktur, staf KMI dan guru mahfudzat

berkenaan tentang rencana perencanaan kurikulum KMI (Timmi, Fatih,

Aprizal waktu wawancara : Rabu, 26 Juni 2023).

“Kami juga merencanakan pengembangan pembelajaran KMI di


PPM Ulul Albab Koto Baru agar para santri putra meningkat belajarnya
dengan sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran:
a. Meningkatkan pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan pemahaman santri terhadap Al-Qur'an dan
Hadis serta kemampuan untuk menerapkannya dalam konteks
kontemporer.
c. Mendorong santri untuk berpikir kritis, berdiskusi, dan
berdebat dengan landasan ajaran Islam.
2) Penyusunan Kurikulum:
a. Menyusun kurikulum yang mencakup aspek akademik,
keagamaan, dan keterampilan praktis.
b. Menyediakan mata pelajaran inti seperti tafsir Al-Qur'an,
hadits, fiqh, sejarah Islam, akidah, bahasa Arab, dan
matematika.
c. Menyediakan pilihan mata pelajaran tambahan seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu sosial, bahasa Inggris, dan seni.
3) Metode Pembelajaran:
a. Menggunakan pendekatan interaktif dan partisipatif untuk
melibatkan santri secara aktif dalam pembelajaran.
b. Mengadakan diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, dan
proyek berbasis tim untuk memperkuat pemahaman dan
keterampilan santri.
c. Mengintegrasikan teknologi pendidikan, seperti penggunaan
multimedia dan sumber daya online, untuk mendukung
pembelajaran interaktif.
4) Pembelajaran:
a. Menerapkan berbagai metode penilaian, termasuk ujian
tertulis, tugas proyek, presentasi, dan diskusi.
b. Menilai pemahaman konsep, kemampuan analisis, sintesis,
dan penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memberikan umpan balik yang konstruktif dan berorientasi
pada pengembangan kemampuan santri.
5) Pengembangan Sumber Daya:
a. Menyediakan perpustakaan dengan koleksi buku yang relevan
tentang agama, sejarah, dan pengetahuan umum.
91

b. Mengadakan seminar, lokakarya, dan kunjungan lapangan


untuk memperluas wawasan santri dan menghadirkan
narasumber yang kompeten.
c. Menyediakan akses ke teknologi dan sumber daya online yang
relevan untuk mendukung pembelajaran.
6) Pelatihan dan Pembinaan Guru:
a. Menyediakan pelatihan reguler bagi guru dalam hal
pendekatan pembelajaran yang efektif, penggunaan teknologi,
dan pemahaman mendalam tentang ajaran agama Islam.
b. Mengadakan forum diskusi dan pertukaran pengalaman antar
guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran.
7) Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:
b. Melakukan evaluasi periodik terhadap kurikulum dan proses
pembelajaran untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
yang ada.
c. Melibatkan santri, guru, dan orang tua dalam proses evaluasi

Dari pernyataan direktur, staf KMI dan guru mahfudzat di atas dapat

penulis simpulkan bahwa tujuan pembelajaran kurikulum harus memiliki

tujuan yang jelas untuk meningkatkan pemahaman santri terhadap ajaran

agama islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,

mengembangkan pemahaman terhadap al-quran dan hadis, serta mendorong

santri untuk berpikir kritis dan berdiskusi dengan landasan ajaran islam.

penyusunan kurikulum kurikulum harus mencakup aspek akademik,

keagamaan, dan keterampilan praktis, mata pelajaran inti disebut juga di

Pondok modern dengan dirosal islamiyah seperti tafsir al-quran, hadis, fiqh,

sejarah islam, akidah, bahasa arab, dan matematika harus disediakan, serta

pilihan mata pelajaran tambahan seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial,

bahasa inggris, dan seni. metode pembelajaran penggunaan pendekatan

interaktif dan partisipatif dalam pembelajaran, seperti diskusi kelompok,

studi kasus, simulasi, dan proyek berbasis tim, harus dilakukan untuk
92

melibatkan santri secara aktif. integrasi teknologi pendidikan juga dapat

mendukung pembelajaran interaktif. penilaian pembelajaran penilaian harus

mencakup berbagai metode, termasuk ujian tertulis, tugas proyek, presentasi,

dan diskusi. tujuan penilaian adalah untuk mengevaluasi pemahaman konsep,

kemampuan analisis, sintesis, dan penerapan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari. pengembangan sumber daya kurikulum harus memastikan

ketersediaan perpustakaan dengan koleksi buku yang relevan, mengadakan

seminar, lokakarya, dan kunjungan lapangan, serta menyediakan akses yang

relevan untuk mendukung pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum KMI, menurut pimpinan

Pesantren Putra Ulul Albab Fauzar Chandra, menyatakan bahwa pelaksanaan

pembelajaran kurikulum KMI sedikit berbeda dengan pelaksanaan yang

dilakukan oleh sekolah-sekolah serta pondok yang ada di Dharmasraya, yaitu:

1) Penekanan pada hafalan : mahfudzat memberikan penekanan yang


besar pada tajwid atau ilmu melafalkan huruf-huruf mahfudzat dengan
benar. Dengan demikian, para santri dapat menghafal Mahfudzat
dengan lancar dan tepat.
2) Pembagian Kelas Berdasarkan Kemampuan: Setiap santri ditempatkan
di kelas yang sesuai dengan kemampuan menghafal mahfudzat mereka.
Hal ini bertujuan agar para santri dapat belajar pada tingkat yang sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing. Kelas-kelas tersebut dapat
dibagi berdasarkan tingkat awal, menengah, dan lanjutan.
3) Pendekatan Individual: Guru memberikan perhatian yang lebih kepada
setiap santri secara individual. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa setiap santri memahami dengan baik materi yang diajarkan.
Guru akan memberikan bimbingan dan koreksi secara langsung
terhadap kesalahan santri dalam menghafal mahfudzat.
4) Penggunaan Metode Pembelajaran Interaktif: Metode pembelajaran
yang interaktif juga digunakan untuk membangun keterampilan
5) membaca dan pemahaman mahfuzhat. Santri diajak untuk berpartisipasi
dalam diskusi kelompok, membaca bersama, dan berlatih menghafal
93

Mahfudzat secara berkelompok. Dengan cara ini, para santri dapat


saling belajar dan memotivasi satu sama lain.
6) Penanaman Nilai-nilai Agama: Selain fokus pada aspek menghafal
Mahfudzat, pembelajaran mahfudzat juga berusaha menanamkan nilai-
nilai agama kepada para santri. Santri diajarkan tentang pentingnya
menjaga adab saat menghafal Mahfudzat, meningkatkan kecintaan
terhadap Mahfuzhat, serta menghayati dan mengamalkan isi kandungan
Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
7) Praktik Berulang dan Evaluasi: Santri akan diberikan waktu untuk
berlatih membaca.

Berdasarkan pernyataan Pimpinan Pesantren dan direktur KMI,

dapat peneliti analisa mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan yang

diterapkan yaitu: Pelaksanaan pembelajaran kurikulum KMI di pondok

pesantren ini memiliki beberapa perbedaan dengan pelaksanaan yang

dilakukan oleh sekolah lain dan pondok pesantren di Dharmasraya. Di

pesantren ini sangat ditekankan hafalan mahfudzat, yang meliputi pengajaran

tajwid dan pelafalan huruf mahfudzat yang benar. Santri ditempatkan dalam

kelas-kelas berdasarkan kemampuan mereka dalam menghafal mahfudzat,

sehingga mereka dapat belajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan

masing-masing. Pendekatan individual diterapkan dalam pembelajaran,

dimana guru lebih memperhatikan setiap siswa untuk memastikan

pemahaman yang baik terhadap materi yang diajarkan. Metode pembelajaran

interaktif juga digunakan untuk membangun keterampilan membaca dan

memahami mahfuzhat, dengan melibatkan diskusi kelompok, membaca

bersama, dan berlatih menghafal mahfudzat secara berkelompok. Selain

aspek hafalan mahfudzat, pembelajaran ini juga menanamkan nilai-nilai

agama kepada para siswa, seperti menjaga adab saat menghafal,

meningkatkan kecintaan terhadap mahfudzat, serta menghayati dan


94

mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Latihan berulang

dan evaluasi juga dilaksanakan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih membaca secara berulang-ulang hingga mahir dalam menghafal.

d. Evaluasi Implementasi Kurikulum

Evaluasi implementasi kurikulum adalah proses yang dilakukan

untuk mengevaluasi pelaksanaan dan keberhasilan implementasi kurikulum

dalam suatu sistem pendidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur sejauh

mana kurikulum yang telah dirancang dan disusun dapat diimplementasikan

secara efektif dalam proses pembelajaran. Evaluasi implementasi kurikulum

merupakan bagian penting dari siklus perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

yang berkesinambungan dalam pengembangan sistem pendidikan yang

bermutu.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang teknis evaluasi kurikulum

KMI kepada Pimpinan Pesantren Putra Ulul Albab (Fauzar, waktu

wawancara : Rabu, 26 Juni 2023) beliau menerangkan sebagai berikut:

“Bahwa evaluasi pembelajaran mahfudzat di PPM Ulul Albab Koto


Baru, hampir sama dengan evaluasi kemenag dan Diknas. Akan
tetapi ada perbedaan yaitu evaluasi ujian lisan (Al-Imtihan As-
Syafahy) Sistem ujian lisan ini hanya diperuntukkan Peserta
didik/santri akhir yang akan lulus dan sebagai syarat pengambilan
ijazah pondok. Materi yang diujikan adalah seluruh mata pelajaran
yang diujikan dalam ujian tulis, termasuk di dalamnya ujian praktek
ibadah. Materi-materi tersebut dibagi menjadi tiga ranah, yaitu:
Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Ibadah. Serta evaluasi ujian tulis
(Al-Imtihan Al-Tahrir) Materi ujian yang diujikan adalah semua
pelajaran yang diajarkan di bangku kelas, ya terkadang ujian tulis
dulu baru, ujian lisan, dalam ujian tulis kurikulum KMI hanya
memberlakukan essay yaitu soal ujian yang berbentuk pertanyaan
dengan membutuhkanku jawaban serinci mungkin berdasarkan
pertanyaan yang diajukan, dalam ujian tulis KMI tidak dibenarkan
95

adanya soal yang berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, sedangkan


soal yang berbentuk “lengkapilah titik-titik dalam soal,hanya
berlaku untuk pelajaran bahasa arab tertentu saja”.

Direktur KMI (Timmi, waktu wawancara : Rabu, 26 Juni 2023)

menambahkan terkait evaluasi kurikulum KMI dari Pimpinan, sebagai

berikut:

“Kurikulum KMI dalam implementasinya juga menerapkan adanya


ujian harian atau ulangan harian, mingguan dan ujian tengah
semester yang teknisnya diserahkan kepada guru, pihak kita hanya
menyesuaikan dengan kalender akademik yang sudah disusun dan
direncanakan, begitupun dengan pelajaran mahfudzot, teknis dan
sistem evaluasinya tidak jauh berbeda dengan bidang studi yang
lain”.

Berdasarkan pernyataan Pimpinan Pesantren dan direktur KMI,

dapat peneliti analisa, bahwasannya teknis evaluasi kurikulum KMI tidak

jauh berbeda dengan kurikulum yang ada, hanya saja perbedaannya ada pada

matan dan persentase pada bentuk soal ujian dan tata cara pelaksanaan ujian,

perbedaan yang mencolok adalah bahwa kurikulum KMI menerapkan ujian

lisan sebagai pembuka waktu pelaksanaan ujian akhir semester. Setelah ujian

lisan selesai maka akan dilanjutkan dengan ujian tulis.

Adapun ujian tulis yang diterapkan pada kurikulum KMI adalah

bentuk soal yang diharuskan dalam bentuk soal essay jadi tidak diperbolehkan

soal ujian tulis dalam bentuk soal pilihan berganda, jodohkan dan lain

sebagainya. Adapun soal “lengkapi” hanya berlaku untuk pelajaran bahasa

Arab untuk beberapa pelajaran tertentu.


96

2. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Hasil penerapan mahfudzat ini terlihat pada peningkatan belajar

siswa. Siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan baik, tetapi juga

mampu menerapkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, peduli terhadap

sesama, dan memiliki kesadaran moral yang kuat. Pendidikan yang

berlandaskan mahfudzat mampu membentuk peserta didik menjadi generasi

yang berakhlak mulia, berwawasan luas, dan siap menghadapi berbagai

tantangan di masa depan. Bahkan peneniti mewawancarai Pimpinan

Pesantren Putra Ulul Albab (Fauzar, waktu wawancara : Rabu, 26 Juni 2023),

tentang pembelajaran mahfudzat terhadap meningkatkan belajar santri, dan

beliau menerangkan bahwa santri bisa seperti sebagai berikut:

a. Intelektual:
1) Membantu siswa untuk memiliki sikap kritis terhadap informasi yang
mereka terima, termasuk interpretasi ayat-ayat Alquran dan makna
Alquran.
2) Mendidik siswa untuk tidak langsung mempercayai informasi yang
tidak diteliti atau diverifikasi.
b. Kemampuan berpikir kritis:
1) Melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
seperti analisis, sintesis, evaluasi dan penalaran logis.
2) Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan kritis dan
mempertanyakan pemahaman yang ada.
c. Etika Pengetahuan:
1) Ajarkan siswa tentang etika intelektual, termasuk referensi yang jujur
pada sumber, memberikan penghargaan, dan menghormati hak cipta.
2) Siswa didorong untuk menghargai pendapat dan sudut pandang orang
lain serta menunjukkan sikap toleransi dalam menyampaikan pendapat.
“Kurikulum Mahfuzhat dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum
kulliyatu-l-mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) sebagai bagian penting dari
pendidikan pesantren modern Ulul Albab Koto Baru, membekali santri
agar mampu berpikir kritis dan memperoleh pengetahuan yang benar”.
97

Beliau juga menerangkan bahwa santri juga harus bisa

mengimplementasi mahfudzat sebagai berikut:

“Mengamalkan panca jiwa karena itulah implementasi yang


sebenarnya dalam kurikulum KMI. Baik itu di dalam kelas, di
asrama maupun di luar Pondok. Dengan demikian, pondok ini
bertekad untuk memberikan lingkungan yang mendukung dan
mendorong santri putra dalam mengimplementasikan Kurikulum
KMI, terutama dalam aspek Mahfuzhat. Tujuan utamanya adalah
untuk mencetak santri putra yang memiliki kemampuan menghafal
Mahfudzat dengan baik dan memiliki pemahaman yang mendalam
tentang ajaran Islam yang terkandung di dalamnya”.

Peneliti juga wawancarai staf KMI (Fatih, waktu wawancara : Rabu,

26 Juni 2023) dan guru mahfudzat tentang intelektual, sebagai berikut:

“Untuk mengembangkan intelektualitas santri Putra penting untuk


menciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran dan
pengembangan diri. Siswa laki-laki dapat diberikan akses ke literatur
dan berbagai sumber pengetahuan, seperti buku, jurnal, dan sumber
digital. Selain itu, penting untuk mendorong mereka berpartisipasi
aktif dalam diskusi dan debat, baik di dalam maupun di luar
lingkungan pesantren. Selain itu, menggali potensi kreatif siswa laki-
laki juga penting dalam pengembangan intelektual. Mereka dapat
didorong untuk mengembangkan keterampilan artistik, menulis,
atau bahkan berpartisipasi dalam proyek penelitian ilmiah. Dengan
memberikan kesempatan kepada siswa laki-laki untuk
mengeksplorasi minat mereka, kami dapat membantu mereka
mengasah kreativitas dan berpikir di luar batasan konvensional.
Penting juga untuk menggabungkan pendekatan multidisiplin dalam
pendidikan siswa laki-laki. Dalam kurikulum, mata pelajaran yang
mencakup sains, matematika, bahasa asing, dan humaniora dapat
dimasukkan. Dengan memberikan pemahaman yang luas tentang
berbagai disiplin ilmu, siswa laki-laki akan memiliki wawasan yang
lebih kaya dan kemampuan yang lebih beragam untuk menghadapi
tantangan masa depan”.

Peneliti juga menanyakan ke direktur, staf KMI (Timmi dan Fatih,

waktu wawancara : Rabu, 26 Juni 2023) untuk mengetahui bahwa guru yang

dipilih menguasai pembelajaran mahfudzat dan bisa menerangkan di hadap


98

santri putra dan santri putra bisa paham, mahfudzat, dan mereka menjelaskan

sebagai berikut:

“Sangat penting guru mahfudzat menguasai pembelajaran


mahfudzat. Dalam ini konteks pendidikan agama Islam, peran
seorang guru sangatlah penting. Guru memiliki tanggung jawab
yang besar untuk membimbing dan mendidik santri agar memahami
dan mengamalkan ajaran agama dengan baik. Salah satu hal yang
menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran adalah kemampuan
guru untuk menguasai materi pembelajaran, terutama dalam hal
dalam kehidupan. mahfudzat adalah ilmu yang mempelajari kalimat-
kalimat baik dalam Islam. Guru yang memiliki penguasaan yang
baik dalam pembelajaran mahfudzat memiliki peran yang vital
dalam memastikan pemahaman yang tepat dan mendalam terhadap
ajaran agama. Ketika seorang guru mampu menjelaskan dan
menguraikan konsep-konsep falsafah agama dengan jelas dan lugas,
para santri putra akan mampu memahaminya dengan lebih baik.
Seorang guru yang mahir dalam mahfudzat juga mampu
membimbing santri putra dalam menerapkan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan penguasaan yang baik terhadap
pembelajaran mahfudzat, seorang guru dapat memberikan
penjelasan yang relevan dan memberikan contoh konkret yang
memungkinkan para santri putra untuk memahami dan
mengimplementasikan hukum-hukum agama secara praktis.
Keberadaan guru yang menguasai pembelajaran mahfudzat sangat
penting dalam menjaga kelangsungan dan keberlanjutan tradisi
keilmuan agama”.

Berdasarkan pernyataan Pimpinan Pesantren dan Direktur KMI, Staf

dan guru mahfudzat dapat peneliti analisis dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7
Rembol 1B Sebelum dan Sudah Mempelajari Mahfudzat
Pra Pasca
N0 Nama Siswa
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Abdul Hafizh 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
2 Adi Kurniawan 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
3 Agil Wahdan 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
4 Ahmad Alfarizi 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
5 Dava Putra 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
6 Dika Aditya Pratama 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
7 Dzikri Busra 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
8 Fadil Syifau 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
99

Lanjutan tabel 4.7


9 Fadhlurrahman Dzaki 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
10 Fahmi Sidiq 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
11 Fairuz Naser Sati 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
12 Fardan Arsy 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
13 Fatir Karim 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
14 Firdana Rasyid 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
15 Haekel Lean 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
16 M. Fajril Huda 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
17 M. Faqih 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
18 M. Ilham 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
19 M. Kamil 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
20 M. Alfino 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
21 Najzil Muhaimin 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
22 Putra Sustyan 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
23 Raihan Mabruri 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
24 Revan Junior 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
25 Reza Saputra 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
26 Riadus Solihin 2 1 3 2 3 4 4 4 4 4
27 Ridho Putra Prayitno 3 2 1 3 1 4 4 4 4 4
28 Rifky Oktaviandi 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
29 Viko Efendi 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
30 Viktor Aldi 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
31 Yogi Okta Saputra 3 2 1 2 1 4 4 4 4 4
Zikri Maulana
32 2 3 2 1 2 4 4 4 4 4
Andrizon
Jumlah 77 71 57 57 57 128 128 128 128 128
Rata-Rata 2,41 2,22 1,78 1,78 1,78 4 4 4 4 4

Jumlah Perndikator Panca Jiwa


No Panca Jiwa
4 3 2 1
1 Keikhlasan - 13 19 -
2 Kesederhanaan - 13 13 6
3 Kemandirian - 6 13 13
4 Ukhuwwah Islamiyyah - 6 13 13
5 Kebebasan - 6 13 13
100

Keterangan :
No Indikator Panca Jiwa
1 Keikhlasan 4 3 2 1
2 Kesederhanaan 4 3 2 1
3 Kemandirian 4 3 2 1
4 Ukhuwah Islamiyah 4 3 2 1
5 Kebebasan 4 3 2 1

No Point Indikator
1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
4 Sangat Baik
Sumber Data: Direktur, Staf KMI Pesantren Putra Ulul Albab, Koto
Baru Kecamatan Koto Baru Dharmasraya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap tabel

pertama hingga kelima dari lima indikator yang diangkat dalam bab 2,

terdapat kesimpulan bahwa dari semua indikator tersebut, hanya dua indikator

nilai tertinggi dari indikator yang lainnya. Dua indikator tersebut adalah

keikhlasan dan kesederhanaan yang dimiliki oleh santri Putra di Pesantren

Ulul Albab, sedangkan tiga indikator lainnya, yaitu kemandirian, Ukhuwah

Islamiyah, dan Kebebasan di bawan ke dua inikator yang ada diatas. Dari

kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa santri Putra di Pesantren Ulul

Albab mengalami kelemahan pada ketiga indikator tersebut. Kemungkinan

ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tersebut. Peneliti dapat

mempertimbangkan aspek-aspek berikut:

a) Faktor lingkungan:Kemungkinan ada beberapa aspek di rumah

santri tersebut sehingga membentuk sifat santri sebelum masuk

ke Pesantren.
101

b) Faktor individual: Setiap santri memiliki keunikan dan perbedaan

individu yang dapat mempengaruhi capaian pada setiap indikator.

Beberapa santri mungkin lebih mudah mencapai keikhlasan dan

kesederhanaan, sementara yang lain lebih fokus pada aspek lain.

Dalam analisa ini, peneliti dapat mengeksplorasi lebih lanjut faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil tersebut dan memberikan rekomendasi

untuk meningkatkan capaian indikator yang lemah. Rekomendasi dapat

berupa perubahan dalam pendekatan pengajaran, pengembangan program

khusus, atau peningkatan kesadaran tentang pentingnya aspek-aspek yang

masih lemah tersebut. Dengan demikian, diharapkan pesantren dapat

memberikan lingkungan yang lebih mendukung bagi perkembangan holistik

santri Putra.

Berdasarkan peneliti menganalisis dari tabel kedua yang mengacu

pada kelima indikator yang peneliti uraikan di bab 2, dapat disimpulkan

bahwa santri kelas 1B telah meningkat dalam pemahaman dan penerapan

terhadap semua indikator yang diukur dalam penelitian tersebut. Analisa dari

kesimpulan ini bisa mencakup beberapa faktor yang mungkin berkontribusi

terhadap hasil yang sangat positif ini:

(1) Efektivitas Pengajaran: Kemungkinan besar, metode pengajaran dan

pendekatan yang digunakan dalam pesantren atau kelas 1B sangat efektif

dalam membantu santri memahami dan menerapkan kelima indikator

tersebut. Mungkin ada kombinasi strategi pengajaran yang melibatkan


102

interaktifitas, pendekatan praktis, dan mendalam yang telah meningkatkan

tingkat pemahaman dan keterampilan implementasi santri.

(2) Dukungan Lingkungan: Pesantren atau kelas 1B mungkin memberikan

lingkungan yang mendukung bagi santri untuk berkembang dalam aspek-

aspek yang diukur. faktor-faktor seperti keterlibatan aktif guru, dukungan

keluarga, serta norma dan nilai-nilai yang mempromosikan indikator

tersebut bisa berkontribusi pada kesuksesan ini.

(3) Motivasi dan Komitmen Santri: Santri kelas 1B mungkin memiliki motivasi

dan komitmen yang tinggi untuk menguasai dan mengimplementasikan

indikator-indikator tersebut. Mereka mungkin menyadari pentingnya aspek-

aspek tersebut dalam kehidupan agama, sosial, dan pribadi mereka, yang

mendorong mereka untuk berusaha maksimal.

(4) Seleksi Santri: Ada kemungkinan bahwa proses seleksi penerimaan santri

ke kelas 1B telah memastikan bahwa mereka memiliki dasar pengetahuan

dan keterampilan awal yang baik, sehingga mereka lebih mampu memahami

dan menerapkan indikator tersebut.

Meskipun hasil ini sangat menggembirakan, penting untuk diingat

bahwa kesimpulan ini berdasarkan tabel kedua saja dan mungkin tidak

mencakup semua aspek yang relevan. Hasil yang sangat positif ini bisa

menjadi dorongan untuk terus meningkatkan dan memperluas kualitas

pendidikan di pesantren atau kelas 1B, serta dapat menjadi contoh baik bagi

kelas atau pesantren lainnya untuk mencapai kesuksesan serupa. Selain itu,

peneliti dan pengelola pesantren dapat menggunakan data ini untuk lebih
103

memahami faktor-faktor keberhasilan dan mencari cara untuk meningkatkan

kualitas pendidikan dan pembelajaran di masa depan.

Peneliti juga mewawancarai beberapa santri tentang hal apa saja

yang menarik dari pembelajaran mahfudzat, santri bernama Fairuz (waktu

wawancara : Rabu, 27 Juni 2023) mewakili kawan-kawannya menyatakan

bahwa

“Pembelajaran mahfudzat memiliki keunikan dan keistimewaan


tersendiri yang membuatnya menjadi pengalaman belajar yang
menarik.”

Peneliti berkesimpulan bahwah santri di Pesantren Putra Ulul Albab

sangat menyenangkan belajar mahfudzat kelas, terlihat pada data yang

peneliti buat saat sebelum mereka belajar mahfudzat dan setelah belajar

mahfudzat yang menanamkan panca jiwa di setiap pembelajarannya.

3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) dalam

pembelajaran Mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Setiap kurikulum dalam pembelajaran memiliki keterkaitan yang

sangat penting, begitu juga dengan kurikulum KMI di Pesantren Putra Ulul

Albab. Pendidikan adalah wadah yang disebut dengan lembaga yang

menampung dimana dalam sebuah institusi terdapat konsep desain, pengaruh

dan juga disebut dengan kurikulum. Pimpinan juga menjelaskan tentang

konsep serta pengaruh kurikulum KMI, sebagai berikut (Fauzar, waktu

wawancara : Rabu, 26 Juni 2023):


104

a. Pendidikan agama:
Pendidikan Agama di kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)
sudah sesuai dengan panca jiwa Pondok Pesantren Modern Putra Ulul
Albab yaitu: Keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Ukhuwah
Islamiyah , dan Kebebasan. Melalui penerapan lima nilai jiwa tersebut,
Pesantren Putra Ulul berupaya membentuk santri yang memiliki
kedalaman spiritual, ikhlas dalam beribadah, hidup sederhana dan tidak
bergantung pada materi, mampu mandiri dalam belajar dan kehidupan
sehari-hari, memiliki ukhuwah Islamiyah yang kuat dengan sesama santri,
serta menjunjung tinggi kebebasan beragama dan beribadah sesuai dengan
tauhid yang lurus.
b. Pendidikan umum:
Pendidikan umum di kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)
Pondok Pesantren Putra Ulul sudah sesuai dengan panca jiwa Pondok
Pesantren Modern Putra Ulul Albab, pendidikan umum seperti ilmu
umum, bahasa, matematika, dan bidang studi lain yang tidak secara khusus
berkaitan dengan ajaran agama. Sedangkan nilai-nilai lima jiwa seperti
keikhlasan (ibadah dan amal ikhlas), kesederhanaan (tidak berlebihan
dalam gaya hidup), kemandirian (mampu mandiri dalam belajar dan
kehidupan sehari-hari), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam),
dan kebebasan (kebebasan beragama dan beribadah) dapat ditanamkan
dalam pendidikan agama dan akhlak yang diberikan di pesantren.
Penanaman lima nilai jiwa dalam pendidikan umum bertujuan untuk
membentuk karakter yang baik dalam diri peserta didik yang meliputi
perkembangan intelektual, moral, dan spiritualnya. Dengan demikian,
pendidikan umum dapat menjadi sarana untuk menerapkan nilai-nilai
panca jiwa dalam kehidupan sehari-hari dan membantu siswa mencapai
keharmonisan batin.
c. Pengembangan kepribadian:
Pengembangan kepribadian di Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah
(KMI) sudah sesuai dengan panca jiwa Pondok Pesantren Putra Ulul
Albab, Pengembangan kepribadian panca jiwa bertujuan untuk
menciptakan generasi muda yang memiliki integritas, empati dan mampu
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan menginternalisasi
nilai-nilai panca jiwa, mahasiswa diharapkan memiliki landasan moral dan
spiritual yang kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan dan
mengambil peran dalam memajukan masyarakat sebagai berikut:

1) Keikhlasan: Santri diajarkan pentingnya beribadah dan beramal


dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan dari manusia,
melainkan semata-mata karena Allah SWT.
2) Kesederhanaan: Nilai-nilai sederhana diajarkan untuk mencegah
keserakahan dan kelebihan dalam gaya hidup, sehingga santri
belajar untuk hidup dengan penuh kesederhanaan.
3) Kemandirian: Santri didorong untuk mandiri dalam belajar dan
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka menjadi pribadi yang
105

tangguh dan mampu mengambil tanggung jawab atas tindakan


dan keputusan mereka sendiri.
4) Ukhuwah Islamiyah: Hubungan persaudaraan Islami ditekankan
dan dipupuk dalam lingkungan pesantren, sehingga tercipta
ikatan sosial yang kuat dan saling membantu antara sesama santri.
5) Kebebasan: Santri diberikan kebebasan untuk menjalankan
keyakinan dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam, dengan
menghormati kebebasan beragama satu sama lain.
Namun, penting untuk diingat bahwa kesimpulan ini didasarkan
pada pemahaman umum tentang nilai panca jiwa dan pendekatan pendidikan
di pesantren. Untuk memahami lebih dalam tentang implementasi nilai-nilai
tersebut di Pondok Pesantren Putra Ulul, disarankan untuk berbicara langsung
dengan pengurus pesantren atau mencari informasi lebih lanjut melalui
sumber-sumber resmi dan terpercaya mengenai pesantren tersebut.
d. Perkembangan Hafidz Quran:
Di Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) sudah sesuai dengan
panca jiwa Pondok Pesantren Putra Ulul Albab. Dalam proses perkembangan
Hafidz Quran, nilai-nilai panca jiwa menjadi hal yang sangat penting untuk
diajarkan dan diimplementasikan pada setiap santri yang menghafal Al-
Quran sebagai berikut:
a) Ikhlas Menghafal Al-Quran harus dilandasi dengan niat yang
tulus dan ikhlas, yaitu menghafal Al-Quran semata-mata karena
Allah SWT dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
b) Kesederhanaan: Meski menjadi Hafidz Quran merupakan
pencapaian yang luar biasa, namun nilai kesederhanaan tetap
dijunjung tinggi. Para Hafidz diharapkan tetap rendah hati dan
tidak sombong atas prestasi yang telah diraihnya.
c) Kemandirian: Proses menghafal Al-Quran membutuhkan
kemandirian yang tinggi, karena Hafidz harus berkomitmen
untuk belajar mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu dan
tenaga untuk mencapai tujuan tersebut.
d) Ukhuwah Islamiyah: Di lingkungan pesantren, Hafidz didorong
untuk membangun ukhuwah Islamiyah yang kuat
e) dengan sesama santri. Semangat ukhuwah Islamiyyah saling
mendukung dan mendorong mereka untuk terus semangat
menghafal Al-Quran.
f) Kebebasan: Hafidz diberikan kebebasan untuk mengembangkan
potensi dirinya dan menghafal Al-Quran sesuai kapasitasnya
masing-masing, dengan menghormati kebebasan beragama dan
saling beribadah. Dengan menginternalisasi kelima nilai jiwa
tersebut, para Hafidz di Pondok Pesantren Putra Ulul diharapkan
dapat menjadi panutan di masyarakat yang berakhlak baik dan
pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam Al-Quran.
106

Berdasarkan data wawancara diatas peneliti menganalisa bahwa

hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) dalam

pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, sudah berkaitan

dengan panca jiwa di kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) untuk

meningkatkan belajar santri terhadap pelajaran mahfudzat.

Dan beliau juga menjelaskan pengaruh kurikulum KMI terhadap

pelajaran mahfudzat, sebagai berikut:

(1) Pengembangan Kekritisan Intelektual: Melalui belajar mahfudzat, siswa


laki-laki akan diajarkan untuk menganalisis secara kritis informasi yang
mereka terima. Mereka akan diajak untuk tidak menerima pesan secara
langsung tanpa mempertanyakan dan memeriksa keasliannya. Ini akan
membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka dan
membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat.
(2) Menumbuhkan Etika Pengetahuan: Mempelajari mahfudzat akan
menanamkan kepada siswa laki-laki pentingnya etika pengetahuan,
termasuk integritas akademik. Mereka akan diajari untuk menghormati
sumber pengetahuan yang mereka gunakan, menghormati hak cipta, dan
memberikan kredit yang sesuai pada penulis atau sumber aslinya. Hal
ini akan membantu membentuk karakter siswa laki-laki yang jujur dan
bertanggung jawab dalam memperoleh dan menyebarluaskan ilmu.
(3) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: Dengan mempelajari
mahfudzat, siswa laki-laki akan mengembangkan kemampuan
(4) berpikir kritis seperti analisis, sintesis, evaluasi dan penalaran logis.
Mereka akan diajari untuk menganalisis argumen secara cerdas,
mempertanyakan asumsi, dan mencari bukti untuk mendukung atau
menyangkal klaim yang ada. Kemampuan berpikir kritis ini akan
membantu mereka memahami dan mempertimbangkan berbagai
perspektif dalam studi mereka dan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mengintegrasikan pembelajaran mahfudzat ke dalam

kurikulum Pesantren Modern Ulul Albab Koto Baru, santri putra akan

mengembangkan landasan yang kokoh dalam berpikir kritis, akses informasi

yang bijaksana dan menjunjung tinggi etika ilmu.


107

Beliau sebagai Pimpinan Pesantren juga menerangkan bahwa

hubungan Kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)

dalam pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya sudah jelas

yaitu dalam rangka seperti yang sudah dijelaskan diatas (1) Pengembangan

Kekritisan Intelektual. (2) Menumbuhkan Etika Pengetahuan. (3)

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta pengamalan yang terintegrasi

dengan Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern, yaitu: (a) Keikhlasan. (b)

Kesederhanaan. (c) Kemandirian. (d) Ukhuwah Islamiyah dan (e) Kebebasan.

Pelajaran mahfudzot sebagai pelajaran falsafah yang disampaikan

oleh guru mata pelajaran harus tersampaikan secara arti dan makna yang

terkandung dalam pelajaran, sehingga mampu menumbuhkan pemahaman

santri agar bisa terealisasi dan diaplikasikan dalam kehidupan santri di

berbagai aspek kehidupan khususnya dalam meningkatkan minat Belajar

santri di Pondok Pesantren Modern Ulul Albab Koto Baru Dharmasraya,

sehingga tujuan khususnya tidak keluar dari target yang ingin dicapai sesuai

dengan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) yang sudah

ditentukan oleh pesantren dan santri memahami bahwa Belajar itu tidak

sebatas menambah pengetahuan dan wawasan tetapi bagaimana ilmu

pengetahuan itu mampu membawa perubahan terhadap diri mereka untuk

menjadi lebih baik khususnya dalam meningkatkan kemauan Belajar mereka.

Dari penjelasan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI)


108

dalam pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Bahwa di dalam kurikulum pasti ada banyak kendala baik itu internal

maupun eksternal, begitu juga kurikulum KMI, peneliti menanyakan hal itu

kepada pimpinan, direktur, staf KMI dan guru mahfudzat mereka bersepakat

menjelaskan sebagai berikut:

“Kendala internal:latar belakang pendidikan yang berbeda satu sama


lain antara ustadz satu dengan ustadz yang lain, kurang memahami
tentang kurikulum KMI baik itu alumni gontor sendiri maupun
bukan alumni Gontor. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum:
Dalam pengembangan kurikulum KMI, mungkin timbul kendala
terkait kecukupan sumber daya dan waktu yang diperlukan untuk
menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
konteks PPM Ulul Albab Koto Baru. Materi Pembelajaran:
Kemungkinan adanya kendala dalam menemukan atau
menghasilkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
KMI dan konteks PPM Ulul Albab Koto Baru. Kurangnya bahan ajar
yang relevan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum KMI juga
dapat menjadi kendala. Kendala eksternal: Dukungan Masyarakat:
Kurangnya dukungan dan pemahaman masyarakat sekitar terhadap
kurikulum KMI dapat menjadi kendala. Masyarakat yang kurang
familiar dengan pendekatan dan nilai-nilai Islami yang diterapkan
dalam kurikulum ini mungkin menghadirkan resistensi atau
ketidakpercayaan terhadap perubahan tersebut. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya komunikasi dan sosialisasi kepada
masyarakat untuk mendapatkan dukungan mereka. Selanjutnya
ketersediaan Sumber Daya: Kendala dalam hal ketersediaan sumber
daya fisik dan finansial juga dapat mempengaruhi penerapan
kurikulum KMI. Kurikulum ini mungkin membutuhkan sumber
daya tambahan seperti buku-buku teks, peralatan laboratorium, atau
fasilitas olahraga yang sesuai dengan pendekatan Islami. PPM Ulul
Albab Koto Baru perlu mencari sumber daya dan dukungan dari
pihak eksternal, seperti pemerintah, organisasi, atau lembaga lain,
untuk memenuhi kebutuhan ini”.

Peneliti berkesimpulan bahwa dengan mengintegrasikan

pembelajaran mahfudzat ke dalam kurikulum Pesantren Modern Ulul Albab

Koto Baru, santri putra akan mengembangkan landasan yang kokoh dalam
109

berpikir kritis, akses informasi yang bijaksana dan menjunjung tinggi etika

ilmu. Berbeda dengan direktur, staf KMI dan guru mahfudzot tentang

intelektual, sebagai berikut: 1. Pengembangan Keterampilan Identifikasi

keterampilan yang perlu Anda kembangkan untuk mengajar mahfudzat secara

efektif. Misalnya, keterampilan berkomunikasi yang sensitif, kemampuan

mengelola diskusi yang kontroversial, atau keterampilan memfasilitasi

pemahaman siswa. Cari pelatihan atau kursus yang dapat membantu Anda

meningkatkan keterampilan ini. 2. Refleksi dan evaluasi diri lakukan refleksi

teratur tentang pengajaran Anda tentang mahfudzat. Evaluasi kekuatan dan

kelemahan Anda, serta identifikasi area yang perlu ditingkatkan.

C. Hasil Pembahasan
Kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) atau yang lebih dikenal

sebagai Kurikulum kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyyah adalah suatu program

pendidikan khusus yang ditawarkan oleh kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyyah.

Kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyyah sendiri adalah lembaga pendidikan tinggi

yang terletak di Indonesia. Kurikulum KMI didesain untuk mempersiapkan

lulusannya menjadi tenaga pendidik yang berkualitas dalam bidang

pendidikan Islam. Program ini mengintegrasikan pengetahuan agama Islam

dengan metode dan teknik pengajaran modern. Tujuan utama dari KMI

adalah mencetak para pendidik yang kompeten dalam mengajar dan mendidik

peserta didik dengan nilai-nilai Islam yang kokoh. Kurikulum KMI meliputi

berbagai mata pelajaran yang mencakup pemahaman tentang Al-Quran,

Hadis, Fiqh, Sejarah Islam, dan banyak lagi. Selain itu, program ini juga
110

memberikan penekanan pada pengembangan keterampilan mengajar,

manajemen pendidikan, dan pembinaan kepribadian Islami.

Lulusan Kurikulum kulliyatul mu'allimin Al-Islamiyyah diharapkan

memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, serta mampu

mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran dan

pendidikan. Mereka juga diharapkan memiliki keterampilan yang kuat dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang efektif

dan bermakna. Dengan demikian, kurikulum kulliyatul mu'allimin Al-

Islamiyyah bertujuan untuk mempersiapkan calon-calon pendidik yang

mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam memajukan pendidikan

Islam di masyarakat. Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

islamiyyah (KMI) dalam pembelajaran mahfuzhat di Pesantren Putra Ulul

Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

1. Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) dalam

pembelajaran Mahfuzhat di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten

Dharmasraya

Implementasi kurikulum adalah perencanaan pendidikan merupakan

tahapan kritis dalam menyusun program pendidikan yang efektif dan relevan.

Dalam perencanaan kurikulum, beberapa aspek perlu diperhatikan. Pertama,

memperjelas visi dan misi pendidikan yang ingin diwujudkan. visi dan misi

akan berfungsi sebagai panduan untuk tujuan pembelajaran yang diinginkan

dan memberikan arah untuk pengembangan pendidikan yang berkualitas.

Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum


111

tertulis (kurikulum tertulis) ke dalam bentuk pembelajaran, implementasi bisa

juga diartikan sebagai implementasi dan penerapan. Begitu juga

implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) yang

mana kurikulum KMI juga mempunyai tujuan, visi dan misi, di Pesantren

Putra Ulul Albab, juga merencanakan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-

Islamiyyah seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus agar

pendidikan yang efektif dan relevan.

Peneliti juga menemukan bahwa kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-

Islamiyyah juga tentang Pendidikan Karakter Peluang dalam Membangun

Karakter Bangsa, yang mana kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah

tersebut harus mengimplementasi dari panca jiwa yang sudah diterapkan oleh

Pondok Gontor sendiri maupun Pondok Alumni di seluruh Indonesia,

termasuk Pesantren Putra Ulul Albab. Seperti contohnya Kemandirian atau

sering disebut juga dengan Berdikari (Berdiri di atas kaki sendiri) adalah

kesanggupan menolong diri sendiri. Jiwa tersebut merupakan senjata ampuh

yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja berarti

bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya

harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya

kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.

Implementasi kurikulum di Pesantren Putra Ulul Albab yaitu panca

jiwa di antaranya :
112

1) Keikhlasan

Ikhlas secara bahasa berarti keikhlasan, sedangkan arti Ikhlas

secara singkat adalah dorongan batin untuk beribadah kepada

Allah dan membersihkan hati dari kecenderungan melakukan

perbuatan yang tidak mengarah kepada Allah. Jadi, dapat

dipahami dari pengertian singkat di atas bahwa keikhlasan jiwa

merupakan dorongan dari dalam diri kita untuk bertindak semata-

mata karena Allah, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari

selain Allah dalam bentuk apapun, baik berupa pujian, pengakuan

maupun materi. Semua yang kita lakukan hanya mengharap ridho

Allah SWT. Keikhlasan dalam al-quran sangat banyak sekali,

salah satunya dalam surat Al An’am ayat 162 yang berbunyi:

‫ب الْ ّٰعلَ ِمْي َْۙن‬


ِ ‫قُل اِ َّن ص ََلتِي ونُس ِكي وم ْحياي ومماتِي لِّٰل ِه ر‬
َ ْ َ ََ َ َ ََ ْ ُ َ ْ َ ْ
Artinya : Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. (Q.S. al-An’am/16: 162)
Ayat diatas merupakan perintah dari Allah SWT untuk

melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan imbalan atau

imbalan dari selain Allah. Itulah arti ketulusan. Segala sesuatu

kita lakukan, sekecil apapun, hanya untuk Allah SWT.

Semua lini di Pesantren Ulul Albab menjunjung tinggi nilai-nilai

Panca jiwa tertinggi ini, mulai dari Kyai, Guru, Santri. Trimurti,

pendiri Gontor, sejak dahulu kala telah mewariskan teladan

akhlak mulia ini. Trimurti ikhlas atas tanah warisan untuk

dihibahkan kepada rakyat dengan penuh keikhlasan. Nilai


113

keikhlasan inilah yang mengantarkan Ulul Albab menjadi salah

satu tujuan utamanya dalam menimba ilmu dan pendidikan. Guru

di Ulul Albab Ikhlas mendidik, mengajar, mengawasi,

mengarahkan, dan mengevaluasi siswa tanpa mengharapkan

imbalan apapun atas apa yang mereka berikan. Santri juga ikhlas

dalam belajar, menerima segala ilmu dan pendidikan. Santri dan

guru hidup bersama dalam satu lingkungan bergandengan tangan

membantu pondok pesantren secara bersama-sama tanpa

mengharapkan imbalan apapun selain ridha Allah SWT.

Jiwa ketulusan bagaimana kita menciptakan suasana kehidupan

pondok keharmonisan, antara seorang kyai atau pemimpin yang

dihormati dan santri yang taat, cinta dan hormat. Maka jiwa inilah

yang membuat para santri selalu siap sedia berjuang di jalan Allah

SWT, dimanapun dan kapanpun. Bahkan guru dan para siswa

disini dididik untuk ikhlas, ikhlas dalam bekerja, ikhlas dalam

amal, ikhlas dalam mencari ilmu, ikhlas dalam segala hal yang

berkaitan kegiatan di pondok ini. Yang kami siap diberi amanah,

siap diberi tanggung jawab, tanpa meminta apapun. Dan itulah

jiwa yang kami tanamkan pada siswa. Misalnya bagaimana

masing-masing hari ini kami mengajak para siswa, untuk

membersihkan halaman depan rayon,halaman depan kamarnya,

membersihkan kelasnya, membersihkan sampah di gubuk ini,


114

tanpa meminta apapun atau tanpa pembiayaan sedikit pun. Inilah

pada dasarnya yang membentuk jiwa keikhlasan Siswa.

2) Kesederhanaan

Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, Ulul Albab

menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Lima Ruh.

Dengan kata lain, Lima Roh adalah roh yang menjiwai semua lini

kehidupan di Ulul Albab. Dinamika kehidupan di Pondok

dipenuhi dengan gaya hidup yang sederhana, namun tetap luhur.

Pola kesederhanaan ini mencakup segala aspek, mulai dari cara

berpenampilan, cara makan, dan sebagainya. Namun, perlu

dicatat bahwa sederhana, di mata Ulul Albab, bukan berarti hidup

pasif (narimo). Itu juga tidak berarti hidup dalam kemiskinan dan

kemiskinan. Namun, hiduplah secara wajar, secukupnya, dan

tidak berlebihan.

Jiwa kesederhanaan, bagaimana menerapkan atau melaksanakan

atau memberikan pengarahan bagi semangat kesederhanaan

tinggal di rumah kost Ini. Kami pasti memberikan jiwa-jiwa ini

secara langsung dan tidak langsung. Tetapi kami juga

menerapkan beberapa praktiknya dalam hidup kami sehari-hari.

Contoh bagaimana kami menerapkannya pada siswa, yaitu jiwa

kesederhanaan, yaitu tentang bagaimana siswa tidak memegang

terlalu banyak lebih dari seratus ribu tunai, karena siswa dapat

memegang uang itu membuat para santri hidup mewah, serta lauk
115

pauk yang enak kami berikan kepada siswa itu juga tidak mewah

dan juga tidak sedikit sederhana. Sederhana artinya cukup,

sederhana artinya tidak miskin, sederhana itu berarti kita dapat

melakukan atau menggunakan sesuatu dengan sebaik mungkin.

3) Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan di

Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang

mandiri total dalam mewujudkan kemandirian dengan sistem full

day yang menyelenggarakan pendidikan selama 24 jam sehari.

Kemandirian lahir dari proses pembelajaran di pesantren, sistem

pembiasaan di Pesantren, keteladanan, dan nilai-nilai di

pesantren. Keempat hal tersebut menjadi hal yang paling

berkesan dalam pembentukan kemerdekaan. Kemudian ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian santri antara

lain kemauan beradaptasi di lingkungan baru, faktor lingkungan

Pondok Pesantren, dan yang terakhir adalah nilai ketuhanan yang

tertanam dalam diri santri. Nilai-nilai yang didapat dari Pondok

Pesantren tersebut menjadi modal alumni dalam menjalani

kehidupan dan lama kelamaan akan melahirkan nilai-nilai baru.

Diantaranya semangat, inisiatif, percaya diri, tanggung jawab dan

keseriusan dalam hidup.

Semangat mandiri, kemampuan untuk silahkan. Penerapannya di

Pesantren Ulul Albab kepada siswa, yang kita terapkan adalah


116

bagaimana kita mendidik siswa memiliki jiwa mandiri atau

berdiri di atas kaki sendiri. Disini Memiliki banyak bidang usaha,

kita memiliki banyak kekuatan ekonomi perlindungan. Misalnya,

memiliki tanaman atau buah-buahan atau sayuran ditanam

langsung oleh para santri dan nantinya akan dimanfaatkan oleh

pondok pesantren Sendiri. Dan jika ada sisa, kita bisa menjualnya

atau kita bisa menggunakan uangnya di masa depan untuk

menanam lebih banyak benih dan seterusnya. Inilah jiwa

kemandirian yang kita terapkan setiap hari dan kita amalkan. Itu

selalu kita melibatkan para guru bahkan para santri dan juga para

kyai yang ada di dalamnya.

4) Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah juga dapat dipahami dengan ikatan keimanan

yang dapat mempersatukan hati seluruh umat Islam meskipun

berasal dari latar belakang yang heterogen, sehingga setiap

individu muslim senantiasa terikat dalam suatu ikatan, sehingga

dapat membentuk bangunan umat yang kokoh. Jiwa ukhuwah

Islamiyyah merupakan salah satu jiwa pesantren, karena

pesantren didirikan atas dasar keimanan kepada Allah SWT.

Maka para pendiri pondok pesantren menanamkan keimanan

kepada santrinya melalui kehidupan sehari-hari dalam bentuk

ukhuwah, karena ciri seorang mukmin dapat dilihat darinya.


117

Dengan demikian, jelaslah bahwa ukhuwah Islamiyyah tidak

dapat diwujudkan kecuali dalam kerangka aqidah.

Jiwa ukhuwah Islamiyah, tentu jiwa ukhuwah Islamiyah ini kami

banyak menerapkan jiwa ini. Semangat ukhuwah Islamiyah

maksudnya di sini adalah jiwa di mana kehidupan dipenuhi

dengan keadaan yang akrab. Kami memiliki santri dari berbagai

daerah yang memiliki berbagai latar belakang. Tentu saja ini sulit

disatukan, karena mereka memiliki baground dan karakter yang

berbeda. Tapi disini kami selalu berusaha mendidik siswa untuk

memiliki persaudaraan Islam. Misalnya, bagaimana

penerapannya di pondok ini, kami satukan semua anak dalam satu

ruangan, yang dalam ruangan yang satu ini terdiri dari berbagai

macam area dan sebagainya.. Tapi kita bersatu satu kamar, ada

yang dari sekitar Dharmasraya, ada yang dari Lampung, ada yang

dari Jambi, beberapa dari Minggu Baru dan seterusnya. Sehingga

nantinya bisa membentuk jiwa ukhuwah Islamiyah dan semangat

kekompakan santri yang akan siap mandiri, siap berjuang dalam

kehidupan sosial selanjutnya.

5) Kebebasan

Kebebasan seseorang juga dibatasi oleh kebebasan orang lain

sehingga seseorang tidak dapat melakukan sesuatu sesuka hatinya

karena kebebasannya dalam melakukan sesuatu memiliki batasan

tersendiri bagi orang lain. Jadi interpretasi makna 'Free Spirit'


118

harus tentang hal-hal yang positif. Ikuti disiplin, norma, dan kode

etik di mana orang tersebut berdiri. Jangan menjadi terlalu bebas

sehingga Anda kehilangan arah, tujuan hidup, atau prinsip. Dan

selain itu ada juga yang terlalu bebas untuk dipengaruhi, mereka

berpegang teguh pada apa yang menurut mereka benar dan

menguntungkan pada waktunya, sehingga tidak mau melihat-lihat

dan tidak mempertimbangkan masa depan mereka lagi. Pada

akhirnya dia tidak lagi bebas, karena dia melekatkan diri pada apa

yang diketahui tanpa mencoba yang lain. Kebebasan untuk

dididik dan beretika sesuai dengan syariat Islam yang diajarkan

Pesantren Pesantren Ulul Albab kepada para santrinya. Sehingga

mereka berani mencoba hal baru, berani menghadapi tantangan,

dan berani membebaskan Islam dari belenggu kekufuran yang

selama ini terjadi, semangat kebebasan.

Peneliti melihat siswa memiliki kebebasan untuk memiliki klub

atau ekstrakurikuler yang ingin diikuti siswa harus mengikuti

ekstrakurikuler ini harus mengikuti ekstrakurikuler, tetapi setelah

santri mereka ingin mengikuti apa yang mereka inginkan, kami

memberikan segalanya ke mereka. Peneliti juga melihat siswa

melakukan ibadah yang sesuai dengan sekte ini atau itu. Seperti

semboyan Pesantren, “panca jiwa diatas semua golongan”.

Kemudian siswa diajak berpikir bebas dalam memahami ilmu dan

memahami amal dan syariat Islam secara umum dan juga


119

diterapkan kemudian di Pesantren Ulul Albab yang nantinya

ketika berada di luar agar santri tersebut tidak terkendala pada

satu pikiran.

2. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di

Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Peneliti juga menemukan bahwa hasil pembelajaran mahfudzat

terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya, harus berkaitan dengan panca jiwa yang

diterangkan di atas serta mempunyai intelektual yang harus ada pada setiap

santri Putra di Pesantren Putra Ulul Albab, Namun, hasil belajar tidak bisa

langsung dirasakan harus melalui proses kerjasama yang maksimal dari

semua pihak komponen dalam pembelajaran. Kurikulum kulliyatul

mu’allimin al-islamiyah (KMI) berkaitan dengan muatan keagamaan, soft

skill, dan hard skill memerlukan informasi yang lebih terperinci tentang

kurikulum tersebut. Namun, peneliti akan memberikan beberapa asumsi

berdasarkan umumnya karakteristik kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

islamiyah (KMI) yang ada pada panca jiwa sebagai berikut:

a. Muatan Keagamaan: Kurikulum KMI kemungkinan besar

memberikan perhatian besar pada aspek keagamaan. Muatan

keagamaan di dalamnya mungkin mencakup pendalaman

terhadap ajaran Islam, pemahaman Al-Quran, Hadits, fiqh

(hukum Islam), sejarah Islam, dan etika Islam. Tujuan utama dari

muatan keagamaan ini adalah untuk menciptakan lulusan yang


120

memiliki pemahaman mendalam tentang agama Islam dan

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta di

masyarakat.

b. Soft Skill: Kurikulum KMI juga dapat memberikan perhatian pada

pengembangan soft skill, yang merupakan keterampilan

interpersonal dan intrapersonal yang penting dalam berbagai

bidang kehidupan. Beberapa contoh soft skill yang mungkin

ditekankan dalam kurikulum ini adalah kepemimpinan,

komunikasi efektif, kerjasama tim, etika kerja, empati, dan

toleransi. soft skill ini bertujuan untuk membantu lulusan menjadi

individu yang lebih terampil secara sosial dan dapat berkontribusi

positif dalam masyarakat.

c. Hard Skill: Hard skill mengacu pada keterampilan teknis dan

akademis yang spesifik untuk bidang tertentu. Kurikulum KMI

mungkin juga menyediakan beberapa hard skill yang relevan,

seperti bahasa Arab yang baik, pengajaran dan pendidikan Islam,

penafsiran Al-Quran, dan pemahaman tentang metode dakwah.

Hard skill ini membantu lulusan untuk menjadi ahli dalam

bidang-bidang tertentu yang terkait dengan studi keagamaan.

Namun, perlu dicatat bahwa kesimpulan yang lebih tepat dan akurat

tentang kurikulum KMI akan memerlukan akses ke informasi yang lebih rinci

tentang struktur dan konten kurikulum, misi dan visi institusi, serta tujuan dan

sasaran pendidikan yang ingin dicapai. Seorang pendidik dan peserta didik
121

dituntut untuk mampu mengembangkan ketiganya model kecerdasan.

Berawal dari kecerdasan intelektual, hasilnya dari pembelajaran, yang

pertama dan utama adalah bagaimana kemampuan intelektual siswa, serta

pendidik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam memadukan

metode dan strategi dalam pembelajaran.

Peneliti menganalisis terkait muatan keagamaan, Soft skill dan Hard

skill dengan implementasi kurikulum KMI yang ada di panca jiwa sebagai

berikut:

Muatan keagamaan dalam implementasi panca jiwa bagi santri

Pesantren Ulul Albab adalah bahwa nilai-nilai keagamaan ini telah menjadi

landasan yang kuat dalam membentuk karakter dan spiritualitas para santri.

1) Keikhlasan: Muatan keikhlasan mengajarkan santri untuk

beribadah dan berbuat baik dengan tulus ikhlas tanpa

mengharapkan imbalan dunia. Nilai ini menjadi pijakan penting

dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, serta

memberikan tujuan yang lebih mendalam dalam menjalani

kehidupan.

2) Kesederhanaan: Muatan kesederhanaan membantu santri untuk

menghargai nikmat Allah dan hidup dalam keterbatasan dengan

rendah hati. Dengan nilai ini, para santri belajar untuk tidak

tergoda oleh godaan harta dan kesenangan dunia, sehingga tetap

fokus pada kehidupan yang sederhana dan penuh berkah.


122

3) Kemandirian: Muatan kemandirian memungkinkan para santri

untuk mengembangkan potensi dan kemampuan mereka secara

mandiri. Dengan nilai ini, mereka dapat mengambil inisiatif

dalam mencari ilmu dan menghadapi tantangan, serta memiliki

kepercayaan diri untuk mencapai tujuan hidup mereka.

4) Ukhuwah Islamiyah: Muatan ukhuwah Islamiyyah memperkuat

persaudaraan dan solidaritas di antara santri. Dengan nilai ini,

mereka belajar untuk saling mengasihi, membantu, dan

berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama, sehingga

menciptakan lingkungan harmonis di pesantren.

5) Kebebasan: Muatan kebebasan memberikan kesempatan bagi

para santri untuk mengembangkan potensi dan bakat mereka

secara bebas. Dengan tetap mengikuti nilai-nilai agama,

kebebasan tersebut diimbangi dengan tanggung jawab dan

kesadaran moral untuk menggunakan kebebasan tersebut secara

positif.

Dalam implementasi panca jiwa dengan muatan keagamaan di

Pesantren Ulul Albab, para santri tumbuh menjadi individu yang berakhlak

mulia dan memiliki komitmen kuat terhadap agama. Mereka dilatih untuk

menjadi muslim yang kritis, kreatif, mandiri, peduli terhadap sesama, dan

bertanggung jawab. Muatan keagamaan ini membantu mereka menjalani

kehidupan dengan penuh keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah


123

Islamiyah, dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran

agama Islam.

Dengan demikian, Pesantren Ulul Albab menciptakan lingkungan

pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan yang kokoh dan

bermakna bagi para santri. Muatan keagamaan Panca Jiwa memberikan

pondasi spiritual yang kuat untuk mengarahkan santri menjadi penerus agama

yang baik, pemimpin yang berintegritas, dan kontributor yang berarti bagi

masyarakat dan agama mereka.

Soft skill dalam implementasi panca jiwa bagi santri Pesantren Ulul

Albab adalah bahwa nilai-nilai tersebut telah menjadi pondasi yang kuat

dalam membentuk keterampilan sosial dan kepribadian santri yang

berkualitas.

1) Keikhlasan: Soft skill keikhlasan membantu santri untuk menjadi

individu yang tulus dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan

sikap ikhlas dan rendah hati, mereka dapat membina hubungan

yang baik dengan sesama dan menerima perbedaan dengan

lapang dada.

2) Kesederhanaan: Muatan kesederhanaan membantu

mengembangkan sifat rendah hati dan menghargai keberkahan

dalam kehidupan. Sikap sederhana ini membuat santri lebih

mudah berbaur dengan lingkungan sekitar dan menciptakan

hubungan yang harmonis.


124

3) Kemandirian: Soft skill kemandirian membekali para santri

dengan kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi

masalah, dan mencari solusi tanpa tergantung pada orang lain.

Kemandirian ini membantu santri menjadi pribadi yang mandiri

dan percaya diri dalam berbagai situasi.

4) Ukhuwah Islamiyah: Muatan ukhuwah Islamiyyah memperkuat

soft skill kerjasama dan kepemimpinan. Dengan nilai ini, para

santri belajar untuk saling mendukung, menghargai peran satu

sama lain, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

5) Kebebasan: Soft skill Kebebasan memberikan ruang bagi santri

untuk mengeksplorasi potensi dan bakat mereka. Kebebasan yang

diimbangi dengan tanggung jawab dan kesadaran moral

membantu santri untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi

dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam implementasi panca jiwa dengan muatan soft skill di

Pesantren Ulul Albab, para santri tumbuh menjadi individu yang memiliki

keterampilan sosial yang baik. Mereka dilatih untuk berkomunikasi dengan

baik, bekerja sama dengan orang lain, dan menghargai perbedaan. Soft skill

ini memperkuat pribadi mereka dan mempersiapkan mereka untuk menjadi

individu yang sukses dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Dengan demikian, Pesantren Ulul Albab menciptakan lingkungan

pendidikan yang berfokus pada pengembangan soft skill santri yang kokoh

dan bermakna. Soft skill ini menjadi komplementer dengan nilai-nilai panca
125

jiwa lainnya, membantu santri menjadi penerus agama yang baik, pemimpin

yang berintegritas, dan kontributor yang berarti bagi masyarakat dan agama

mereka.

Hard skill dalam implementasi panca jiwa bagi santri Pesantren Ulul

Albab adalah bahwa nilai-nilai tersebut telah menjadi dasar yang kuat dalam

mengembangkan keterampilan teknis dan akademis santri.

1) Keikhlasan: Hard skill keikhlasan membantu santri untuk

menjadi individu yang tekun dan berdedikasi dalam belajar.

Dengan keikhlasan dalam mengejar ilmu, mereka dapat

mengembangkan keterampilan akademis dengan lebih baik dan

mencapai prestasi yang lebih tinggi.

2) Kesederhanaan: Muatan kesederhanaan membantu santri untuk

memiliki pendekatan yang sederhana dan praktis dalam

memahami dan mengaplikasikan ilmu. Karakter sederhana ini

memudahkan santri dalam memahami konsep-konsep akademis

yang kompleks dengan lebih baik.

3) Kemandirian: Hard skill kemandirian membekali para santri

dengan kemampuan belajar mandiri dan mengatasi tantangan

akademis. Dengan kemampuan ini, santri dapat mencari sumber

informasi, menyelesaikan tugas-tugas akademis, dan

mengembangkan pengetahuan secara independen.

4) Ukhuwah Islamiyah: Muatan ukhuwah Islamiyyah membantu

membangun keterampilan kerjasama dan kolaborasi dalam


126

belajar. Dengan nilai ini, para santri belajar untuk saling

membantu, berdiskusi, dan belajar bersama, sehingga

meningkatkan pemahaman dan pencapaian akademis mereka.

5) Kebebasan: Hard skill kebebasan memberikan kesempatan bagi

para santri untuk mengembangkan keterampilan teknis sesuai

minat dan bakat mereka. Dengan kebebasan yang diimbangi

dengan tanggung jawab, santri dapat mengeksplorasi bidang studi

yang mereka minati dan mengasah kemampuan teknis dengan

lebih baik.

Dalam implementasi panca jiwa dengan muatan hard skill di

Pesantren Ulul Albab, para santri tumbuh menjadi individu yang memiliki

keterampilan akademis dan teknis yang handal. Mereka dilatih untuk berpikir

kritis, mengembangkan pengetahuan, dan mengasah keterampilan teknis

yang relevan. Hard skill ini memperkuat kemampuan akademis mereka dan

mempersiapkan mereka untuk menjadi profesional yang kompeten dan

berkualitas.

Dengan demikian, Pesantren Ulul Albab menciptakan lingkungan

pendidikan yang berfokus pada pengembangan hard skill santri yang kokoh

dan bermakna. Hard skill ini menjadi komplementer dengan nilai-nilai panca

jiwa lainnya, membantu santri menjadi penerus agama yang baik, pemimpin

yang berintegritas, dan kontributor yang berarti bagi masyarakat dan agama

mereka.
127

Peneliti juga menemukan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh guru-

gurunya sangat berpengaruh dalam peningkatan pembelajaran terhadap

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terkhusus mahfudzat.

Sebagai seorang guru, peran Anda dalam mempengaruhi hasil belajar siswa

sangatlah penting. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan

akademik, juga dapat membantu mahasiswa mengembangkan aspek

mahfudzotnya, seperti spiritualitas, etika, moral, dan nilai-nilai kemanusiaan.

Sebagai seorang guru, juga dapat menciptakan lingkungan belajar

yang menghargai nilai dan keyakinan siswa. Anda dapat mendorong siswa

untuk menggali dan memperdalam pemahaman mereka tentang nilai-nilai

kebaikan, kemurahan hati, kesopanan, dan kejujuran. Dengan memberikan

contoh dan melibatkan siswa dalam diskusi etis dan moral, Anda dapat

membantu mereka mengenali dan menghargai pentingnya bertindak dengan

benar dan bertanggung jawab.

Kesimpulannya, sebagai seorang guru, memiliki potensi besar untuk

mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan menciptakan lingkungan belajar

yang menghargai nilai-nilai dan memberikan kesempatan untuk refleksi

spiritual, etika, dan moral, Anda dapat membantu siswa mengembangkan

potensi batinnya, yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi

kehidupan mereka secara keseluruhan.

Sesuai Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, pada

ketentuan umum pasal 1 disebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar


128

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara. Untuk mewujudkannya, maka peran guru di sini, yang

sangat diharapkan.

3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) dalam

pembelajaran Mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Peneliti menganalisa bahwa semua kurikulum ada hubungan satu

sama lain termasuk kurikulum kulliyatul mu’allimin Al-Islamiyyah antara

lain:

1. Pembelajaran Aktif dan Interaktif

Pembelajaran yang efektif melibatkan santri secara aktif dalam

proses pembelajaran. Kami menggunakan berbagai metode

pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek berbasis penelitian,

permainan peran, dan eksperimen praktis, untuk merangsang

keterlibatan santri. Dengan pembelajaran yang aktif dan interaktif,

kami meningkatkan motivasi belajar dan pengalaman belajar yang

menyenangkan bagi santri.

2. Pengembangan Kemampuan Kritis dan Kreatif:

Kami mendorong santri untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Kami melibatkan mereka dalam

pemecahan masalah, proyek berbasis penelitian, dan situasi dunia


129

nyata yang menantang. Dengan demikian, kami merangsang

pemikiran kritis dan solusi inovatif yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Penguatan Karakter:

Selain pembelajaran akademik, kami juga mengintegrasikan nilai-

nilai Islam dalam setiap aspek pembelajaran. Kami menekankan

pada pembangunan karakter dan moral santri, termasuk etika,

tanggung jawab sosial, kepemimpinan, dan rasa empati. Dengan

demikian, kami membantu santri dalam mengembangkan diri secara

holistik.

Peneliti berkesimpulan bahwa, pembelajaran aktif dan interaktif,

pengembangan kemampuan kritis dan kreatif dan penguatan karakter dalam

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah harus memiliki kaitan dengan

panca jiwa yang antara lain:

1. Pembelajaran Aktif dan Interaktif

Penerapan pembelajaran aktif dan interaktif telah memberikan

berbagai manfaat bagi siswa dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai

Panca jiwa, yaitu:

1) Keikhlasan: Santri belajar bersikap ikhlas dan hanya

mengharapkan keridhaan Allah. Pembelajaran aktif dan interaktif

memberikan pemahaman yang mendalam tentang makna

keikhlasan dalam tindakan sehari-hari, memperkuat niat baik

dalam setiap perbuatan.


130

2) Kesederhanaan: Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan

sederhana, seperti bercocok tanam dan membersihkan

lingkungan, mereka belajar mensyukuri nikmat Tuhan dan tidak

sombong dengan apa yang dimiliki. Pembelajaran aktif dan

interaktif membantu menginternalisasi nilai kesederhanaan

dalam gaya hidup siswa.

3) Kemandirian: Pembelajaran aktif dan interaktif mendorong siswa

untuk mengandalkan diri mereka sendiri dan menemukan solusi

untuk tantangan. Ini membantu mereka tumbuh menjadi individu

yang mandiri dan bertanggung jawab atas diri mereka sendiri dan

tindakan mereka.

4) Ukhuwah Islamiyah: Melalui interaksi dan kegiatan bersama,

santri mempererat tali persaudaraan dan belajar saling

menghargai dan membantu. Pembelajaran aktif dan interaktif

membangun fondasi yang kuat bagi ukhuwah Islamiyah yang

harmonis dan suportif.

5) Kebebasan: Pembelajaran aktif dan interaktif membantu siswa

memahami arti kebebasan yang sebenarnya, yaitu bebas dari

nafsu negatif dan berkomitmen untuk membuat keputusan yang

bijak. Mereka belajar mengendalikan diri dan bertanggung jawab

atas tindakan mereka.

Secara keseluruhan, Pembelajaran Aktif dan Interaktif dalam

implementasi lima jiwa bagi santri Pondok Pesantren Ulul Albab telah
131

membentuk pribadi yang berakhlak mulia, rendah hati, mandiri, dan peduli

terhadap sesama. Santri menjadi cerminan nilai-nilai Panca Jiwa dalam

kehidupan sehari-hari, membawa dampak positif bagi diri sendiri, lingkungan

dan masyarakat sekitar. Metode ini telah membuktikan bahwa pendidikan

yang dilandasi nilai-nilai agama dan karakter dapat memberikan pencerahan

dan membawa perubahan positif dalam kehidupan para santri Putra.

2. Pengembangan Kemampuan Kritis dan Kreatif

Pengembangan kemampuan kritis dan kreatif dalam implementasi

lima jiwa bagi santri Pondok Pesantren Ulul Albab bahwa pendekatan ini

telah memberikan dampak positif dalam membentuk santri yang cerdas,

kreatif, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dan

karakter agama. kemampuan kritis dengan menerapkan pendekatan ini para

santri Pondok Pesantren Ulul Albab telah terlatih berpikir kritis. Mereka

diajak menganalisis informasi, bertanya, dan mencari pemahaman mendalam

tentang ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Kemampuan kritis ini membantu

mereka membuat keputusan yang bijak dan kritis dalam menghadapi berbagai

situasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut

1) Keikhlasan: Pengembangan kemampuan kritis dan kreatif

didasarkan pada keikhlasan dalam mencari ilmu dan

meningkatkan makna hidup. Santri belajar mengembangkan

keikhlasan dalam mencari ilmu dan kreatifitas, serta berbagi

manfaat dengan sesama tanpa mengharapkan imbalan duniawi.


132

2) Kesederhanaan: Dalam mengembangkan kemampuan kritis dan

kreatif, siswa tetap dibimbing oleh nilai kesederhanaan. Mereka

tidak terjebak dalam keinginan yang berlebihan atau kebanggaan

atas prestasi yang telah dicapai. Nilai kesederhanaan ini

membantu mereka tetap rendah hati dan mensyukuri segala

pencapaian yang telah mereka capai.

3) Kemandirian: Proses pengembangan kemampuan kritis dan

kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasah

kemandiriannya. Dengan memberikan kebebasan untuk

mengeksplorasi ide dan pemikiran, siswa belajar untuk

mengandalkan diri sendiri dalam mencari solusi dan inovasi.

Mereka belajar secara mandiri dan bertanggung jawab atas proses

pembelajaran dan pengembangan mereka sendiri.

4) Ukhuwah Islamiyah: Pengembangan kemampuan kritis dan

kreatif didukung oleh nilai-nilai ukhuwah Islamiyyah, yang

menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan saling

menghormati di antara peserta didik. Semangat persaudaraan ini

memperkuat kerjasama dan pertukaran ide yang bermanfaat

dalam proses pembelajaran.

5) Kebebasan: Kebebasan berpikir dan berekspresi merupakan

landasan bagi Santri untuk mengembangkan kemampuan

kritisnya. Dengan memiliki kebebasan bertanya, menyelidiki


133

informasi, dan menganalisis berbagai sudut pandang, siswa dapat

tumbuh menjadi pribadi yang berpikir kritis dan mendalam.

Secara keseluruhan, pengembangan kemampuan kritis dan kreatif

dalam implementasi panca jiwa bagi santri Pondok Pesantren Ulul Albab

merupakan pendekatan holistik yang menghasilkan santri yang tidak hanya

cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki landasan religius dan karakter

yang kuat. Para santri siap menghadapi tantangan dunia dengan keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan berpikir dan

bertindak, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan agamanya.

3. Penguatan Karakter

Penguatan karakter dalam implementasi Panca Jiwa bagi santri

Pondok Pesantren Ulul Albab adalah bahwa pendekatan ini berhasil

membentuk santri yang memiliki karakter unggul, tangguh, dan kokoh

berlandaskan nilai-nilai Ruh Lima sebagai berikut:

1) Keikhlasan: Penguatan karakter melalui nilai Ketulusan

membantu siswa memahami pentingnya bertindak ikhlas dan

ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari orang lain.

Karakter keikhlasan yang kuat membantu siswa tetap teguh

dalam keyakinan dan motivasi untuk berbuat baik, bahkan tanpa

pengakuan atau pujian dari lingkungannya.

2) Kesederhanaan: Melalui nilai kesederhanaan, siswa belajar

menghargai hidup sederhana dan tidak tergiur oleh materi dunia.

Karakter kesederhanaan membantu mengurangi keserakahan dan


134

menjadikan siswa lebih mensyukuri apa yang dimiliki, sehingga

dapat hidup bahagia dalam keterbatasan.

3) Kemandirian: Penguatan karakter melalui Kemandirian

mengajarkan siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab atas

tindakan dan keputusannya. Karakter kemandirian membantu

siswa menjadi lebih percaya diri, mengatasi tantangan, dan

berinisiatif dalam mencari pengetahuan dan pengalaman baru.

4) Ukhuwah Islamiyah: Melalui nilai-nilai ukhuwah Islamiyyah,

santri belajar membangun hubungan persaudaraan yang kuat dan

saling mendukung. Karakter ukhuwah Islamiyyah membantu

peserta didik untuk lebih peduli terhadap orang lain, berempati,

dan siap membantu orang lain ketika dibutuhkan.

5) Kebebasan: Karakter kebebasan memberikan ruang bagi siswa

untuk mengembangkan potensi dan bakatnya secara bebas.

Kebebasan ini disertai dengan tanggung jawab dan kesadaran

untuk menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung

jawab dan sesuai dengan nilai-nilai agama.

Dengan penguatan karakter melalui penerapan Lima Ruh, santri

Pesantren Ulul Albab tumbuh menjadi pribadi yang memiliki landasan moral

dan spiritual yang kokoh. Mereka menjadi pribadi yang cerdas, kritis, kreatif,

rendah hati, peduli sesama, mandiri, dan bertanggung jawab. Penguatan

karakter ini membantu siswa menjadi penerus agama yang baik, pemimpin

yang berintegritas, dan kontributor yang berarti bagi masyarakat. Selain itu,
135

karakter yang kuat juga membantu siswa untuk menghadapi berbagai

tantangan dan cobaan dalam hidup secara bijaksana dan sabar.

Berdasarkan kesimpulan peneliti bahwa Pimpinan Pondok

Pesantren menjelaskan bahwa keterkaitan Kurikulum KMI dengan

pembelajaran Mahfudzat bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran santri

dengan tiga fokus utama yaitu Mengembangkan Kritik Intelektual,

Menumbuhkan Etika Pengetahuan, dan Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis. Selain itu, pengajaran juga berupaya mengintegrasikan nilai-nilai lima

jiwa Pesantren Modern sebagai pendekatan holistik dalam proses belajar

mengajar. Panca jiwa Pondok Pesantren Modern mencakup lima nilai

penting, yaitu:

1) Ikhlas : Menanamkan nilai-nilai ikhlas dalam belajar dan mengamalkan,

dimana peserta didik belajar dan beramal dengan tujuan yang murni untuk

mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya motif pribadi atau materi.

2) Kesederhanaan: Mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak

berlebihan dalam segala aspek, termasuk memahami dan mengamalkan

ajaran agama.

3) Kemandirian: Mendorong peserta didik menjadi pribadi yang mandiri

dalam berpikir, bertindak dan belajar. Kemandirian ini akan membantu

siswa menjadi individu yang bertanggung jawab dalam pengembangan diri

dan masyarakat.
136

4) Ukhuwah Islamiyah: Menekankan pentingnya persaudaraan dalam

keimanan dalam kehidupan santri, menciptakan ikatan solidaritas dan

gotong royong antar sesama santri.

5) Kebebasan: Mengajarkan konsep kebebasan yang sejalan dengan nilai-

nilai Islam, yaitu kebebasan dalam bermuamalah (berinteraksi) dengan

orang lain, namun tetap dalam batas-batas syariat agama.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai panca jiwa Pesantren Modern

dalam proses pembelajaran mahfudzat dan kurikulum KMI, Pesantren Putra

Ulul Albab berharap dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang

berorientasi pada pengembangan pemikiran intelektual, etika, dan kritis.

kemampuan, serta membentuk peserta didik yang memiliki keikhlasan,

kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan

berdasarkan ajaran Islam. Kurikulum KMI di Pesantren Putra Ulul Albab

hanya tambahanan serta mempunyai ciri khas yang tidak sama di Pondok

Pesantren yang ada di sekitar Dharmasraya.

Setelah lulus dari Pondok Pesantren Putra Ulul Albab, mereka

memiliki pemahaman agama yang kuat dan juga memiliki kemampuan umum

dan praktis yang luas. Dia memutuskan untuk kembali ke desanya dan

membantu masyarakat setempat dalam meningkatkan kondisi kehidupan

mereka. Ia mendirikan kelompok belajar dan pelatihan untuk orang dewasa,

membantu warga memahami prinsip dasar pengelolaan keuangan, bahkan

membuka usaha kecil-kecilan di desanya yang memberikan lapangan kerja

bagi warga sekitar.


137

Kurikulum Mu’allimin Al-Islamiyyah di Pondok Pesantren Putra

Ulul Albab telah melahirkan generasi santri yang memiliki pemahaman

agama yang kuat dan keterampilan umum yang sangat relevan dengan

kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas pesantren

ini yang membedakannya dengan pesantren lain di sekitar Dharmasraya.

Pondok pesantren ini tidak hanya mendidik, namun juga membekali santrinya

dengan keterampilan praktis untuk membantu masyarakat dan memajukan

daerahnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai

Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) terhadap

peningkatan belajar santri di Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru

Dharmasraya. Peneliti disimpulkan sebagai berikut:

Hasil penelitian Implementasi kurikulum kulliyatul mu’allimin al-

islamiyyah (KMI). Terhadap peningktan hasil belajar santri putra ulul albab

adalah seperti berikut:

1. a. Perencanaan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) sama

dengan perencanaan kemenag serta Diknas, seperti RPP dan silabus.b.

Pelaksanaan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) sesuai

dengan perencanaan dan harus disertakan panca jiwa terdapat pada pembelajaran

mahfudzat. c. Evaluasi kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) memiliki

evaluasi yaitu ujian lisan dan ujian tulisan, ujian lisan hanya tiga materi yaitu

bahasa Arab, bahasa Inggris dan praktek Ibadah, dan ujian tulis materi

kepondokan, kemenag dan Diknas.

2.. Hasil pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar santri di Pesantren

Putra Ulul Albab Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, tabel kedua saja dan

mungkin tidak mencakup semua aspek yang relevan. Hasil yang sangat positif

ini bisa menjadi dorongan untuk terus meningkatkan dan memperluas kualitas

139
140

pendidikan di pesantren atau kelas 1B, serta dapat menjadi contoh baik bagi

kelas atau pesantren lainnya untuk mencapai kesuksesan serupa.

3. Hubungan kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) dalam

pembelajaran mahfudzat terhadap peningkatan belajar di Pesantren Putra Ulul

Albab yang mereka mempunyai konsep yaitu: a. Pengembangan kekritisan

intelektual. b. Menumbuhkan etika pengetahuan. c. Meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, serta pengalaman yang terintegrasi dengan panca jiwa Pondok

Pesantren Putra Ulul Albab: 1) Keikhlasan. 2) Kesederhanaan. 3) Kemandirian.

4) Ukhuwah Islamiyah dan 5) Kebebasan

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga :

1) Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas program

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) agar lebih matang

sehingga kualitas hasil pembelajaran lebih meningkat khususnya pada

mata pelajaran mahfudzat.

2) Hendaknya perencanaan, observasi dan evaluasi lebih di intenkan demi

pencapaian kualitas kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI)

dan pembelajaran yang lebih baik dari hari ini.

3) Sebaiknya dilakukan perbandingan-perbandingan dengan lembaga-

lembaga yang menggunakan kurikulum mandiri agar peningkatan kualitas

kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyyah (KMI) di masa depan akan

semakin lebih baik.


141

4) Ada baiknya metode pembelajaran mahfudzat lebih direlevansikan dengan

metode kekinian sesuai dengan perkembangan zaman dari metode-metode

yang biasa diterapkan agar pembelajaran lebih bervariatif dan

menyenangkan serta hasil lebih baik lagi.

5) Kepada Direktur KMI agar lebih selektif untuk menentukan guru pelajaran

mahfudzat, karena pelajaran ini membutuhkan guru yang mempunyai

wawasan dan keilmuan yang baik, serta kemampuan bahasa Arab yang

baik, khususnya di kelas VIII sampai kelas XI karena muatan materi

berbahasa Arab

2. Bagi Guru Mahfudzat

1) Guru selalu meningkatkan kualitas keilmuan serta wawasannya.

2) Guru selalu melakukan inovasi metode pembelajaran agar pembelajaran

yang dilakukan lebih menyenangkan dan menghasilkan target yang

memuaskan.

3) Untuk guru pelajaran mahfudzat di kelas VII sampai dengan kelas XI agar

selalu meningkatkan kemampuan bahasa Arab lebih baik dan lebih baik.

3. Bagi Pembaca

Mudah-mudahan karya tulis ini dapat dijadikan khazanah keilmuan

dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya bagi pembaca dari

para tokoh lembaga, perangkat KMI dan guru KMI yang memegang banyak

peranan, mudah-mudahan dapat menjadi tambahan ilmu untuk selanjutnya

serta dapat lebih mampu dalam memberikan kualitas pembelajaran yang lebih

baik dari waktu ke waktu.


142

4. Bagi Penulis

Bagi penulis, mudah-mudahan karya ini tidak sekedar hanya teks

belaka, namun penulis juga mampu mengaplikasikan dari hasil penelitian ini

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu yang didapatkan baik yang sudah

dituangkan dalam karya tulis ilmiah ini ataupun dari semua masukan yang

para dosen pembimbing dan dosen penguji berikan serta dari literatur-literatur

yang penulis baca lebih bermanfaat.

5. Bagi Penulis Selanjutnya

Bagi penulis selanjutnya yang akan meneliti dengan permasalahan

yang serupa, mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi salah satu

referensi yang sangat membantu.


DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. ( 2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. syakir Media

Press.

Aziz, R. (2019 ). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sibuku .

Badriah. (2018). Ajar Pengembangan Kurikulum. Palopo: Lembaga Penerbit

Kampus IAIN Palopo.

Chotimah, C., Syah, B. A., & Sulton, M. (2021). Jurnal Kurikulum, Vol.9 No.3, 65-

66.

Djamaluddin, A. (2019). Belajar Dan Pembelajar "4 Pilar Peningkatan

Kompetensi Pedagogis". Jakarta: CV. Kaaffah Learning Center.

Fahham, A. M. (2020). Pendidikan Pesantren "Pola Pengasuhan, Pembentukan

Karakter, dan Perlindungan Anak". Jakarta: Publica Institute.

Fathurrohman, M., & Sulistyorini. (2012). Belajar Dan Pembelajaran "Membantu

Meningkatkan Mutu Pembelajaran". Sleman Yogyakarta: Penerbit Teras.

Fauzan. (2017). Kurikulum Dan Pembelajaran. Ciputat Tangerang Selatan: GP

Press.

Hamdan. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)

"TEORI DAN PRAKTEK" . Banjarmasin: IAIN Antasari Press.

Hardoyo, H. (Sya’ban 1429). Kurikulum Tersembunyi Pondok Modern.

Darussalam Gontor, Vol.4 No.2, 195-196.

143
144

Hidayat, R., & Abdillah. ( 2019). Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan

Aplikasinya”. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan

Indonesia.

Hidayat, R., & Wijaya, C. (2017). Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen

Pendidikan Islam. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan

Indonesia (LPPPI).

Indonesia, T. R. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Juanda, A. (2014). Landasan Kurikulum dan Pembelajaran "Berorientasi

Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013". Bandung: CV.Confident.

Purnomo, H. (2017). Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren. Bantul

Yogyakarta: Bildung Nusantara.

Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press.

Rosyidi, C. (2012). Manajemen Implementasi Kurikulum. Implementasi

Kurikulum, 5-12.

Sardiman. (2011). Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Shulhan, M., & Soim. (2013). Manajemen Pendidikan Islam "Strategi Dasar

Menuju Peningkatan Mutu pendidikan Islam". Sleman Yogyakarta: Penerbit

Teras.

Sriwanto, A. (2014). Implementasi Kurikulum Terpadu. Skripsi, 15-59.

sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan "Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif dan R&D". Bandung: Alfabeta.


145

Syarifah. (2016). Manajemen Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah.

Manajemen Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah di Pondok

Modern Gontor, Vol. 11, No. 1, 55.

Zaini, M. ( 2020). Manajemen Kurikulum terintegrasi. Bantul Yogyakarta: Pustaka


LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Dari Kampus Ke Pesantren Putra Ulul
Albab
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian dari DPMPTSP
Lampiran 3. Pedoman Observasi Wawancara
a. Pedoman Observasi Wawancara Pimpinan Pesantren Putra
Ulul Albab
b. Pedoman Observasi Wawancara Direktur KMI
c. Pedoman Observasi Wawancara Staff KMI
d. Pedoman Observasi Wawancara Guru Mahfudzat
e. Pedoman Observasi Wawancara Santri
Lampiran 4. Blanko Hasil Wawancara
a. Blanko Hasil Wawancara Pimpinan Pesantren Putra Ulul
Albab
b. Blanko Hasil Wawancara Wawancara Staff KMI
c. Blanko Hasil Wawancara Santri
Lampiran 5. Pendoman Wawancara
a. Pimpinan Pondok Pesantren Putra Ulul Albab Koto Baru
b. Pendoman Wawancara Direktur KMI dan Staff KMI dan
Guru Mahfudzat
c. Pendoman Wawancara Santri Putra
Lampiran 6. RPP Mahfudzat Semester I dan II
Lampiran 7. Silabus Mahfudzat Semester I dan II
Lampiran 8. Foto Wawancara

Wawancara Pimpiman Pesantren Putra Ulul Albab

Wawancara Direktur KMI


Wawancara Staff KMI

Wawancara Guru Mahfudzat


Wawancara santri kelas 1b tentang Mahfudzat

Lampiran 9. Foto Suasana Belajar Mahfudzat


Lampiran 10. Foto Suasana Ujian lisan

Ujian Bahasa Arab

Ujian Bahasa Inggris


Ujian Praktek Ibadah

Suasana Belajar Saat Ujian Lisan dan Tulisan


Lampiran 11. Foto Kelas 1b melakukan panca jiwa yaitu jiwa berdikari

Proses pembuatan jus

Hasil jus yang sudah siap di pasarkan


Melakukan transaksi antara pembeli dan penjual
Lampiran 12. Surat balasan Penelitian Dari Pesantren Putra Ulul Albab
CURICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Firdaus
NIM : 1901004
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Agustus 1982
Prodi : Manajemen Pendindikan Islam (MPI)
Alamat : Jorong Koto Baru - Koto Baru, Kec. Koto Baru,
Kab.Dharmasraya

B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Tempat Tahun
Tamat
1. SDN PANCA MOTOR II Bekasi – Jawa Barat 1995
2. SLTP 01 BEKASI Bekasi – Jawa Barat 1998
3. PKBM BUNDA (PAKET C) Pulau Punjung- Dharmasraya 2018

C. Pengalaman Organisasi

No Jenis Pengalaman Tempat Tahun

1. LDK STITNU Dharmasraya 2019


2. KETUA LDK STITNU Dharmasraya 2021

Anda mungkin juga menyukai