Anda di halaman 1dari 96

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB

TA’LIM MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN


PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

Sulih Karuniawati

( 932108819 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) KEDIRI

2023
ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB
TA’LIM MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada

Institut Agama Islam Negeri Kediri

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Dalam menyelesaikan program Sarjana

Oleh :

Sulih Karuniawati

( 932108819 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) KEDIRI

2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB


TA’LIM MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

Oleh :

Sulih Karuniawati

( 9.321.088.19 )

Telah diperiksa dan Disetujui untuk diuji:

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Dr. H.Ali Anwar , M.Ag. Muhammad Nabhani,MH


NIP. 196405031996031001 NIP. 199109222020121015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) KEDIRI

2023

HALAMAN PENGESAHAN

iii
ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB
TA’LIM MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN
PENDIDIKAN KARAKTER

Sulih Karuniawati

9.321.088.19

Telah diujikan di depan Sidang Munaqasah Institut Agama Islam Negeri


(IAIN) Kediri,pada tanggal 15 Juni 2023

Tim Penguji,

1. Penguji Utama
Dr.H.Muniron, M.Ag. (...............................)
NIP. 196611061994031007

2. Penguji II
Dr. H.Ali Anwar , M.Ag. (................................)
NIP. 196405031996031001

3. Penguji III
Muhammad Nabhani,MH (...............................)
NIP. 199109222020121015

Kediri,15 Juni 2023


Dekan Fakultas

Prof.Dr.Hj.Munifah.M,Pd.
NIP. 197004121994032006

HALAMAN MOTTO

iv
Teruslah menggapai mimpi dan gapailah impianmu
setinggi langit,karena nasib seorang manusia akan
bermartabat jika dirinya mau merubahnya sendiri

PENULIS

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Menyatakan bahwa yang bertanda tangan di bawah ini :

v
NAMA : SULIH KARUNIAWATI

NIM : 932108819

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Bahwa skripsi dengan judul dibawah ini :

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB TA’LIM


MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI INDONESIA

Secara keseluruhan dalam hasil penulisan atau penelitian karya tersebut adalah

benar benar karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Kediri, 15 Juni 2023

Pembuat Pernyataan

Sulih Karuniawati

NIM. 932108819

ABSTRAK

SULIH KARUNIAWATI, Dosen Pembimbing 1 Dr. H.Ali Anwar , M.Ag


dan Dosen Pembimbing 2 Muhammad Nabhani,MH , Analisis Nilai

vi
Pendidikan Islam Pada Kitab Ta’lim Muta’alim Melalui Metode
Pembentukan Pendidikan Karakter Dan Aktualisasi Dengan Pendidikan
Akhlak, Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, IAIN KEDIRI,2023
Kata Kunci : Pendidikan Islam, Pendidikan karakter , Pendidikan akhlak,
Kitab Ta’lim Muta’alim

Sistem sekularisasi perlahan menggerogoti nilai-nilai luhur kehidupan di


Nusantara. Itulah sebabnya pendidikan Islam sangat diperlukan. Pendidikan Islam
tidak hanya membentuk karakter seseorang. Melainkan mencakup pendidikan
agama, akal, kecerdasan ruh, yaitu pembentukan manusia seutuhnya menjadi
pribadi yang berakhlak mulia. Dengan latar belakang merosotnya pendidikan
akhlak di masyarakat, banyak muncul permasalahan yang berkaitan dengan
akhlak yang berujung pada merosotnya akhlak. Oleh karena itu, perlu adanya
penelitian tentang pendidikan akhlak yang diharapkan dapat memberikan dampak
positif bagi pendidikan di Indonesia. untuk menciptakan umur panjang baik secara
fisik maupun spiritual. Pendidikan karakter ini menarik perhatian besar dari
seorang ulama besar, yaitu Burhanuddin Al-Zarnuji, melalui karya
monumentalnya, kitab Ta'lim Muta'alim. Buku ini memuat nilai-nilai pendidikan
karakter yang mengandung pesan-pesan islami.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dengan bahan pokok
penelitian sastra dan sumber utamanya adalah kitab Ta'lim Muta'allim. Sumber
sekunder, di sisi lain, termasuk buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan
penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis isi.
Hasil penelitian yang dilakukan ,maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dalam kitab Ta’lim Muta’alim dijelaskan ada 11 pendidikan akhlak yang harus
dipelajari dan diterapkan dalam kegiatan sehari hari,yakni 1). Memiliki niat yang
baik, 2). Musyawarah, 3). Rasa hormat, 4). Sabar dan tabah, 5). Kerja keras, 6).
Menyantuni diri, 7). Bercita-cita tinggi, 8). Sederhana, 9). Saling menasihati, 10).
Istifadzah (mengambil pelajaran, 11). Tawakkal.Adapun relevansi konsep akhlak
dalam kitab Ta’lim Muta’allim dengan pendidikan akhlak di Indonesia antara
lain;) pendidikan akhlak tentang Tuhan (melibatkan niat baik dan iman), 2)
pendidikan akhlak tentang diri (melibatkan kesabaran, kerja keras, wara' (kehati-
hatian), istifazah (pelajaran)), 3) pendidikan akhlak tentang lingkungan
(melibatkan timbal balik) . Dan relevansi dengan pendidikan terdapat 18
karakter:religious,jujur,kerjakeras,mandiri,kreatif,Disiplin,toleransi,Demokratis,ra
sa ingin tahu

KATA PENGANTAR

vii
Bismillahhirrahmanirrahim, Puji syukur penulis ucapkan banyak ribuan

terimakasih kepada Allah SWT. Dengan segala limpahan Rahmat, Taufiq dan

hidayahnya, sehingga menjadikan penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

sebagai Mahasiswi dapat menyusun skripsi dengan lancar dan mudah. Tak lupa

penulis selalu setiap saat bersholawat atas Nabi Muhammad SAW, yang telah

membimbing umat manusi dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang,

yakni Islam.

Berkat ridho, pertolongan dan rahmat dari sang Maha Kuasa, serta

kegigihan dan semangat penulis untuk mengerjakan skripsi ini akhirnya bisa

terlaksana. Penulisan skripsi ini disusun dengan judul “ANALISIS NILAI

PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB TA’LIM MUTA’ALIM DAN

RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER “.Apalagi dengan penuh

kesadaran dan kerendahan hati. Dalam penulisan disertasi ini, penulis mendapat

banyak dorongan yang tak ternilai, baik yang berwujud maupun yang tidak

berwujud, dari berbagai kalangan, baik atas nama dirinya sendiri maupun jurusan.

Secara pribadi, penulis ingin menyampaikan ribuan terima kasih yang tulus:

1. Rektor IAIN KEDIRI, Dr.Wahidul Anam.M,Ag. Beserta staf dan jajarannya

2. Dekan Fakultas Tarbiyah, Dr. Munifah.M,Pd. Beserta staf dan jajarannya.Dan

tak lupa kepada Dekan prodi PAI, beserta staf dan jajarannya.

3. Dosen pembimbing 1 Dr. H.Ali Anwar , M.Ag. yang selalu membimbing

kami agar selalu berkarya dengan tulisan penelitian penulis sendiri, serta saya

ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing 2 Muhammad Nabhani,MH

selalu mengoreksi tulisan penulis agar menjadi laporan skipsi yang sesuai

dengan pedoman kampus IAIN KEDIRI.

viii
4. Segenap bapak/ibu dosen dan karyawan di lingkungan IAIN

KEDIRI ,terutama para dosen Tarbiyah yang telah memberikan berbagai

pengetahuan dan pengalaman selama di bangku perkuliahan, memberikan

pelayanan akademik kepada kepada penulis.

5. Terkhusus penulis ucapkan banyak ribuan terimakasih untuk kedua orang tua,

pak mak. Yang telah mengkuliahkan penulis hingga semester terakhir

ini,yang selalu memberi dorongan dan motivasi agar tidak malas menjadi

sukses. Yang membuat penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

Dan penulis mengucapkan terimakasih untuk kedua kakak laki-laki,adik serta

saudara ipar dan keponakkan.

6. Teman-teman dibangku perkuliahan yang selalu ada : Ulfa, Havivah, Mei,

Laili, Mayada, Miftah, Rofita, Erina, serta Ayu yang kadang membantu

membetulkan penulisan skripsi penulis. Dan semua teman penulis baik

sefakultas maupun satu kampus yang belum bisa penulis sebutkan.

7. Teman Seangkatan PAI 19 yang sekarang udah berada dimana diawal kita

melangkah menjadi manusia yang berakhlak yang mampu hidup dalam

bermasyarakat, buktikan bahwa ilmu yang kita dapat di bangku kuliah bisa

bermanfaat untuk sekitar.

8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

9. Penulis ucapkan beribu terima kasih juga untuk Abah dan Ibu nyai Pondok

Darussalam beserta keluarga, Bapak KH.Imam Hambali Haromain dan Ibu

Hj. Nurlaili Hidayah yang juga selalu membimbing dan mendoakan penulis

ix
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dukungan moril dan loyalitas yang tulus menjadi motivasi utama untuk

menyelesaikan karya ini. Untuk semuanya penulis hanya bisa memberikan pujian

dan doa. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan semua pihak

yang telah berkontribusi dalam terciptanya karya ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan dan karenanya

mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan hasil yang

diperoleh. Semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga diberkahi oleh Allah SWT,

Amiin yarabbal alamin.

Kediri, 15 Juni 2023

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii

x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
C. Kegunaan Penelitian.....................................................................................8
D. Telaah Pustaka..............................................................................................9
E. Kajian Teoritis.............................................................................................15
F. Metode Penelitian.......................................................................................18
G. Sistematika Pembahasan.............................................................................21
H. Definisi Istilah.............................................................................................22
BAB II Biografi Syekh Zarnuji dan Struktur Kitab Ta’lim Muta’alim.................28
A. Riwayat Hidup Syekh Zarnuji...................................................................28
B. Riwayat Pendidikan Syeikh Az-Zarnuji.....................................................29
C. Gambaran Umum Kitab Ta’lim Muta’alim................................................30
D. Struktur Kitab Ta’lim Muta’alim................................................................33
BAB III NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN
KARAKTER..........................................................................................................34
A. Konsep Pendidikan Akhlak.........................................................................34
1. Pengertian Nilai Akhlak.........................................................................35

2. Macam-Macam Pendidikan Akhlak.......................................................40

3. Tujuan Pendidikan Akhlak.....................................................................43

4. Metode Pendidikan Akhlak....................................................................44

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak...............................47

B. Pengertian Pendidikan Karakter..................................................................49


1. Pengertian Pendidikan Karakter.............................................................50

2. Fungsi dan Tujuan Karakrer...................................................................52

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..........................................................55

C. Teori Pendidikan Karakter.....................................................................57


1. Teori Pendidikan Karakter Munurut ahli...........................................57

2. Teori Pendidikan Karaktrer Menurut Imam Al-Ghazali.......................59

xi
BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB TA’LIM
MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI
INDONESIA..........................................................................................................61
A. Relevansi Nilai Pendidikan akhlak Pada Kitab Ta’lim Muta’alim dengan
Pendidikan Karakter di Indonesia………………............................................. 61
BAB V PENUTUP.................................................................................................77
A. Kesimpulan..............................................................................................77
B. Saran........................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................82

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dari zaman ke

zaman terlalu banyak perkembangan, karena pada dasarnya dalam aspek

kesesuaian antara ilmu dan perkembangan zaman. Ilmu akan tetap berubah

seiring berkembangnya zaman. Pendidikan diartikan sebagai langkah

perubahan diri untuk pedoman umat ,dan digunakan dalam bidang yang tidak

akan menurun untuk selanjutnya ditelaah.Karena,munculnya pendidikan

sebagai cara yang begitu berdampak terhadap pengembangan serta

pembentukan arakter sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Pendidikan sebagai cara sadar dan disusun untuk langkah membuat


kondisi pelaksanaan pembelajaran dan progres belajar agar peserta
didik bisa bertindak aktif dalam mengembangkan ketrampilan dalam
diri dan ,bisa memiliki kekuatan religius, hati-hati, kepandaian, sikap
yang santun, ketrampilan yang sedang digunakan dirinya, dalam
bersosialisasi. Secara global, pendidikan memiliki tujuan sebagai
pembentukan keahlian siswa supaya menjadikan manusia yang
beriman dan taat kepada Allah SWT, berperilaku santun, berilmu,
kreatif, mandiri, dan seorang masyarakat yang berbangsa serta
bertanggung jawab.1

Melihat perkembangan pengetahuan dan informasi saat ini begitu

dibutuhkan. Suatu progres pendidikan yang wajib sejalan sesuai tanggungan

perubahan masa. Tidak hanya yang mendahulukan serta memperhatikan

beberapa aspek dan berpengaruh negative maupun positif. Maka dari itu, hal

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2006), 5

1
2

ini yang membuat pendidikan sebagai kebutuhan yang sangat primer untuk

seserang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup dengan baik dan benar.

Lalu, munculnya perkembangan teknologi membuat perubahan

berkembang begitu pesat. Dalam hal ini pasti ,menjadi akibat bagi lingkungan

pendidikan, karena keseluruhan negara bersepakat tentang pendidikan sebagai

penentu untuk menjadikan program suatu negara. Pengaruh dari siklus

pendidikan yakni dampak positif dan negatif,serta diterapkan pada kegiatan

sehari-hari.

Akibat perkembangan yang baik, saat ini yang bisa kita rasakan
misalnya mudah mengakses dunia dengan alat digital saat ini dan
kemudahan mengaplikasikan komunikasi modern dan alat
transp0rtasi. Tetapi akan, dampak negatif dari perubahan itu susah
dibendung. Karena prinsip yang rasionalis, agresif, dan akan
membuat manusia masuk pada lingkungan hampa. Situasi sekarang
,menjadikan untuk merencanakan pondasi baru pendidikan yang tidak
akan saja mengedepankan untuk ilmu pengetahuan (knowledge
oriented) dan keterampilan (skill oriented), tetapi juga harus
berorientasi pada nilai (values oriented).2

Pendidikan keislaman mempunyai aspek serta bermacam nilai

spiritual sebagai kebutuhan hidup manusia diatas bumi, yang bermakna fakta

dan berfaedah dibandingkan untuk kegunaan individu dan langkah

pendidikan yang efektif serta terarah . Karena, program pendidikan Islam

yang dibutuhkan saat ini merupakan pinsip untuk dapat diterapkan pada

beberapa ilmu yang masih wajib ditelaah pada implikasi di lapangan. Konsep

kajian pendidikan Islam akan kuat dan tidak hancur dalam prinsip, cara

seseorang berpendapat yang berawal,serta dapat disusun oleh Allah yang

tertulis dalam Alquran.

2
Ahmad Busthomy MZ , Abdul Muhid, Methods Of Learning Perspective Of Alala Tanalul
'Ilma By Imam Al Zarnuji, Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 9 No. 1 2020,146-163
3

Nilai pendidikan dalam Islam adalah long life education, yang

dikemukakan oleh beberapa ulama yang diperuntukkan bagi pencari ilmu,

yang berbunyi “Carilah ilmu dimula dari gendongan ibu hingga ke liang

lahat.”3 Pada kalimat itu menyatakan mengenai fungsi Pendidikan Agama

Islam merupakan sebagai tujuan dari perubahan sepanjang hayat.

Sebenarnya perubahan bukan hanya menjadikan serta membentuk jati

diri manusia saja .Melainkan yang mempunyai ide cerdas dan luas pada

bidang wawasannya saja, namun bisa membuat sikap dan perbuatan yang

sopan serta santun bagi keseluruhannya. Akhlak merupakan sebagai aspek

pikiran pada konsep pendidikan Islam.

Maka dari ini tidak akan selalu perubahan tersebut hanya terfokus

tentang pemikiran atau langkah manusia mentransfer pengetahuan ilmu bagi

beberapa murid, namun untuk melakukan penyaluran perilaku dan perbuatan

yang bersikap memanusiakan secara global supaya bisa dijadikan pedoman

yang sesuai bagi murid, dan memahami arti kegiatan sehar-hari seseorang

dengan bersikap santun sebagai gambaran pada diri sendiri mulai umur dini

sampai kelak dewasa. Yang akan menjadi generasi yang berkarakteristik dan

berbudi santun.

Dari paparan diatas dan realitas yang ada, khususnya bagi dunia

pendidikan, saat ini muncul di lembaga pendidikan. Sebenarnya siswa masih

mencari karakter mereka terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi,

melainkan peserta didik bersikap dengan melaksanakan beberapa perilaku

3
Fahrudin, Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Taklim: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.
18 No. 1 , 2020, 24
4

yang tidak seharusnya dikerjakan bagi peserta didik tersebut. Contohnya

yakni perkelahian antar teman, berkata tidak sopan bahkan berucap kurang

baik terhadap guru, berperilaku tidak santun kepada orang dewasa. Maka dari

itu, menjelaskan bahwa turunnya krisis moral pada suatu pendidikan akhlak

yang diperoleh peserta didik.

Perbuatan tak kalah mengkhawatirkan lagi yakni juga tidak kalah

memprihatinkan adalah kurangnya sikap baik peserta didik , tetapi muncul

dilingkup instansi pendidikan. Sebenarnya dapat dilaksanakan bagi banyak

anak pada permasalahan tersebut sangat krisis,karena mereka masih tergolong

peserta didik. Misalnya perilaku anak zaman mileneal, tawuran, merokok,

hubungan seksual pranikah, pelecehan. Lebih parahnya lagi yang mengerikan

sebab perilaku kenakalan remaja yakni mencampurkan berbagai masyarakat

yang menjadi korban.

Kejadian tersebut menjadikan sebuah peristiwa yang membuat dunia

pendidikan di Indonesia cenderung menurun. Akibatnya muncul dampak

adanya diawali pada mula pendidikan yang sebelumnya ada dalam fenomena

informasi saja, tetapi universal.Selanjutnya adanya permasalahan yang ada di

Negara kita saat ini merupakan dampak awal krisis pendidikan moral atau

pendidikan akhlak yang dimiliki individu. Sebab, lebih kesesuaiannya butuh

langkah yang dilakukan sebagai implikasi pendidikan yang berpedoman

pendidikan moralitas dan karakter.

Faktanya, menjelaskan menurunnya aspek akhlak sebuah negara

adalah bertambahnya prinsip moral generasi, dan wajib untuk merancang

suatu pencegahan.Sepertihalnya, masalah yang bertambah meningkat,


5

munculnya misal, perkara banyak pengajar yang dilaporkan atau dipenjarakan

ke pihak hukum oleh wali siswa yang kurang terima cara guru langkah

mengajar anaknya.Sehingga membuat pendidik menjadi tertekan,karena

perbuatan muridnya sendiri yang tidak baik terhadap gurunya.

Maka akan menjadikan peningkatan krisis moral, selanjutnya kuasa

pendidik saat mengajar sebaliknya dibatasi oleh muncul UU Perlindungan

anak (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Lalu akan

berakibat pada krisis aspek rasa ketaatan, kepatuhan dan rendah hati kepada

guru yang membuat mereka pandai menjadi penerus umat manusia.

Selanjutnya, merosotnya moral yang semakin terjadi perubahan


bertambah pesat ,menjadi berdampak oleh turunnya akhlak para
penerus bangsa dimasa mendatang. Ketika mereka telah menjadi
generasi negara.Karena hanya mereka yang dikemudian akan menjadi
penentu runtuh atau utuhnya negara Indonesia. AsySyauqani
berpendapat pada liriknya yang berbunyi “Sebuah negara akan
bertahan hidup selama karakternya masih santun. Jika moral mereka
telah hancur, maka musnahlah suatu kaum tersebut.4

Ketidaksuksesan suatu perubahan akhlak yang muncul sekarang

diakibatkan, sebab moral yang diajarkan masih krisis aspek ketaatan serta

nilai perilaku. Yang menjadikan langkah pengembangan karakter terhambat,

bahkan hilang sama sekali. Agar membuat peserta didik dapat

berkarakteristik dan bersikap baik, oleh karena itu pendidikan Islam

seharusnya membimbing langkah perubahan ketika progres diri sendiri akan

paham dan mengerti mengenai jabatannya, misalnya pertanggung jawaban

didepan Allah, umat, dan maupun sendiri.

Bisa diartikan, pendidikan aslinya lebih baik bisa mengatur dan

merencanakan misi character building atau pembentukan karakter yang dapat

4
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm. 4.
6

para peserta didik dan para lulusan lembaga pendidikan bisa menyumbang

atau merencanakan perubahan yang pas dengan harapan ketika dibuat, dan

sukses tidak menghapus beberapa prinsip akhlak yang baik. Sebab salah satu

ahli menjelaskan yakni Manullang yang dikutip oleh Marzuki menyebutkan

konsep akhir dari pendidikan adalah individu atau karakteristik, maka sebab

itu kesemuanya pelaksanaan perubahan seharusnya berpedoman terhadap

pembentukan jati diri.5

Selanjutnya, pendidikan akan lama semakin memprihatinkan adanya

banyak penyimpangan akhlak contonya narkoba, hubungan seksual

bebas/pranikah, aborsi, perkelahian, dan kekerasan. Misalnya lebih parah lagi

dampak dari tawuran anak sekarang begitu menimbulkan korban berjatuhan,

bahkan jiwa pun melayang.

Di sisi lain, mengambarkan pada lingkup perubahan lebih utamanya

lagi lingkup keterkaitan antara pendidik dan peserta didik masih bertumpu

pada perilaku monoton. Diperlihatkan ketika peserta didik saat membentengi

dirinya dari murid lainnya sebab keprihatinan menjadi krisis kebijaksanaan

bagi siswa yang lain. Sebenarnya, kebijaksanaan seorang pengajar tidak

dicetuskan untuk keakrabannya dengan peserta didik, melainkan dilaksanakan

oleh kecerdasaannya memposisikan diri terhadap fungsi sebagai guru .

Demikian pula, Jika ada salah satu guru saat melakukan amanat menjadi guru

bersikap adil dan bijaksana ,maka pada segala prinsip yang berkaitan terhadap

langkah pembelajaran bisa memperoleh tujuan yang sesuai, dan peserta didik

tetap taat dan sopan kepada gurunya.

5
Ibid
7

Dari paparan analisis diatas, keadaan yang terjadi saat ini turunnya

akhlak yang dipunya peserta didik sekarang, membuat para pakar Islam lebih

menjelaskan mengenai pembentukan moral, salah satunya yakni Imam Syekh

Zarnuji yang memaparkan pada karyanya bertema Ta’limul wa Muta’allim.

Pada kitab tersebut mengatakan jika pengaruh besar pada suatu pendidikan

karakter diera saat ini, agar mengembangkan akhlak baik untuk anak. Sebab,

kondisi pendidikan yang seperti ini membuat ide perubahan yang

berpengaruh kuat bagi guru sebagai pemikiran aspek sikap yang baru pada

bidang pendidikan yaitu bukan untuk berorientasi terhadap ketrampilan dan

ilmu pengetahuan saja, namun berdampak pada aspek nilai.

Prinsip perubahan Islam tertuang dan tertulis pada kitab Ta’lim

Muta’allim ini memiliki aktualisasi serta implikasi yang membuat

direlevansikan dan diterapkan bagi lingkungan pendidikan agama Islam.

Karena melalui mengamati beberapa penjelasan tersebut, penulis

berkeinginan menjelaskan pemaparan dengan merinci mengenai bagaimana

nilai pendidikan Islam sesuai dan mendetail yang telah termuat pada sebuah

kitab Ta’lim Muta’allim. Sehingga peneliti mengambil penelitian dengan

judul“ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB

TA’LIM MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN

KARAKTER DI INDONESIA
8

A. Rumusan Masalah

Pada pemaparan latar permasalahan penelitian yang telah

digambarkan oleh peneliti di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis nilai-nilai pendidikan akhlak pada kitab Ta’lim

Muta’alim sebagai pendidikan karakter peserta didik saat ini?

2. Bagaimana relevansi nilai pendidikan akhlak dalam kitab muta'allim ta'lim

dengan pendidikan karakter di Indonesia

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini

diantaranya :

1. Untuk memahami analisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang

tercantum pada kitab ta’lim muta’allim dalam pembentukan akhlak

peserta didik sekarang ini

2. Untuk menjelaskan keterkaiatan nilai pendidikan islam pada kitab

Ta’lim Muta’alim sebagai pendidikan akhlak peserta didik saat ini.

C. Kegunaan Penelitian

Berikut kegunaan atau manfaat dalam hasil penelitian ini bisa dikaji

dari tujuannya secara teoritis dan praktis. Maka dengan ini, penelitian tersebut

diharapkan bisa memper0leh kegunaan dengan penjelasan dibawah ini:

1. Secara Teoritis

Penjelasan data pada penelitian ini digunakan supaya memberikan

konstribusi bagi khasanah dunia pendidikan, terkhusus tentang beberapa

nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam kitab ta’lim muta’allim,


9

dan sebagai contoh untuk memberikan kegunaaan yang signifikan, dan

dapat menghasilkan informasi baru serta, pengetahuan yang global bagi

keseluruhan pihak baik penulis maupun pembaca.

2. Secara Praktis

Berikut ini manfaat, penelitian ini diharapkan menjadi knstribusi

terhadap beberapa pihak:

a. Pihak yang sesuai dalam penelitian ini, sehingga dapat berguna dan

dibuat referensi, refleksi maupun sebagai pedoman dan pengetahuan.

Data juga bisa dipakai secara berkelanjutan pada lingkup

perkembangan pendidikan Islam.

b. Objek pendidikan,seperti pendidik, para orangtua, serta peserta didik

dalam mempelajari pembelajaran agama Islam. Yaitu tentang ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan islam

pada kitab ta’lim muta’allim yang bisa diterapkan sebagai sumber

pengetahuan untuk orang tua juga pendidik untuk mendidik akhlak

dan pembentukan karakter untuk murid, dan untuk siswa sendiri.

c. Instansi pendidikan Islam, sebagai sebuah acuan dan bahan

informasi sebagai kegiatan penyelenggaraan pelaksnaan belajar

mengajar.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan sebuah skripsi atau data tentang bahan

referensi yang berkaitan mengenai lingkup atau k0nsep tertentu. Dapat

dikatakan juga paparan literature views atau data.6 Untuk menghindari adanya

6
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,
2014), 84.
10

kesamaan dari hasil penelitian yang akan dibahas pada masalah sama baik

dalam wujud tesis dan skripsi, literatur dan, sumber informasi dalam bentuk

lainnya, maka peneliti akan menjelaskan beberapa karya yang sesuai dalam

penelitian ini:

1. Skripsi Mahasiswa Prodi PAI Universitas Islam Negeri KH.Achmad

Siddiq Jember, yang bernama Achmad Hidayat Al- Arif dengan judul

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AINUL YAQIN AJUNG-

JEMBER ( Tinjauan Sosio-Kultural)Tahun 2021. Dalam skripsinya berisi

tentang bagaimana pola pendidikan yang diajarkan di lingkungan pondok

serta pembiasaan untuk membentuk karakter santri di pondok pesantren

Ainul Yaqin Ajung-Jember.

Perbedaan dalam penelitian Achmad Hidayat Al- Arif dengan

penelitian yang peneliti lakukan yaitu penelitian Achmad Hidayat Al-

Arif lebih focus pada penelitian pembentukan karakter santri di

lingkungan pondok. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan tidak

hanya memfokuskan pada pembentukan karakter santri, namun juga

membahas mengenai Upaya Santri Dalam Mengimplementasikan Nilai-

nilai Pendidikan Islam Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Karya Syekh

Zarnuji.

Sedangkan persamaan dalam penelitian Achmad Hidayat Al- Arif

dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu Peneliti menganalisis

bagaimana isi dari tentang pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim

Muta’alim, lalu penelitian milik Achmad Hidayat Al- Arif membahasa


11

bagaimana penerapan pendidikan karakter sebagai ceriminan dalam

pendidikan Islam.

2. Skripsi Mahasiswa Prodi PAI Universitas Islam Negeri Walisongo

SEMARANG, dengan nama Imam Ahmad Taufiq dengan judul NILAI-

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TA’LIM

MUTA’ALLIM DAN AKTUALISASINYA TERHADAP

PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA.

Pada skripsinya Imam Ahmad Taufiq membahas mengenai

Aktualisasi dari nilai pendidikan akhlak dalam kitab ta’lim muta’allim

terhadap pendidikan karakter di Indonesia.Nilai pendidikan akhlak yang

disajikan dalam kitab ta’lim muta’allim masih sangatlah diperlukan

dalam pendidikan karakter di Indonesia. Seperti bersikap wara’ atau

sederhana yang mengandung nilai karakter religius.

Persamaan dalam penelitian dengan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu Memiliki kesamaan mengkaji mengenai pendidikan akhlak

dalam kitab Ta’lim Muta’alim dan aktualisasinya terhadap pendidikan

karakter dan pendidikan islam.

Perbedaan dalam penelitian dengan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu Pada penelitian Imam Ahmad Taufiq membahas mengenai

aktualisasi pendidikan karakter saja namun kurang mencakup mengenai

relevansinya terhadap dunia pendidikan Islam.

3. Jurnal An-Nuha: Jurnal Pendidikan Islam Volume 2 Number 3 Agustus

2022, hal. 479-491, dengan judul Metode Pendidikan Dalam Perspektif

Al-Zarnuji
12

Pada Kitab Ta’lim Al-Muta’alim yang di susun oleh Asnimar

dkk. Dalam Jurnalnya Asnimar dkk membahas mengenai beberapa

metode pendidikan pada kitab Ta’lim Muta’alim yang mencakup Metode

Ceramah, Metode Diskusi, Metode Hafalan, dan Metode Keteladanan,

serta Langkah- langkah dalam Belajar termasuk juga aspek teknik

pembelajaran dalam buku Ta’lim Muta’allim ialah tekun dalam belajar,

sabar dan tabah dalam belajar, tidak putus asa, rajin menghafal.

Perbedaan dalam penelitian oleh Asnimar dkk dengan penelitian

yang peneliti lakukan yakni pada penelitian Asnimar dkk hanya

membahas mengenai metode seorang guru dalam mendidik murid dalam

belajar, sedangkan dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai

bagaimana konsep pembentukan karakter peserta didik melalui

pendidikan akhlak pada kitab Ta’lim Muta’alim.

Persamaan dalam dalam penelitian oleh Asnimar dkk dengan

penelitian yang peneliti lakukan yakni sama sama mengkaji kitab Ta’lim

Muta’alim mengenai metode pembentukan akhlak peserta didik.

4. Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah : The Indonesian Journal of Islamic Studies

dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Burhanul

Islam Az-Zarnuji Dalam Kitab Ta’lim Muta’lim karya Amat Hidayat.

Pada jurnalnya berisi mengenai tentang etika belajar dimana berisikan

niat belajar yang sesuai diinginkan oleh para alim ulama, memilih guru,

ilmu, teman, dan memiliki ketabahan dalam belajar, menghormati ilmu

dan ulama.
13

Persamaan dalam penelitian oleh Amat Hidayat dengan penelitian

yang peneliti lakukan yakni memiliki kesamaan membahas Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Perspektif Imam Burhanul Islam Az-Zarnuji dan

relevansi terhadap pendidikan karakter dan pendidikan Islam.

Perbedaan dalam penelitian oleh Amat Hidayat dengan penelitian

yang peneliti lakukan yakni lebih memfokuskan pada pembentukan

akhlak saja, kurang memfokuskan pada pendidikan karakter. Sedangkan

pada penelitian yang peneliti lakukan adalah juga membahas lebih detail

konsep nilai akhlak dalam pembentukan karakter secara mendalam pada

kitab Ta’lim Muta’alim.

5. Jurnal Profesi Pendidikan dan Keguruan ALPHATEACH, Vol. 1 No. 2,

1 – 11, dengan judul Konsep Pendidikan Karakter Perspektif Syekh

Burhanudin Az-Zarnuji Dalam Kitab Ta’lim Muta’Alim Dan

Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam Saat ini , karya Fuad

Fatkhurrozi dkk. Dalam jurnalnya berisi konsep pendidikan karakter

yang dijelaskan dalam kitab Ta’līm alMuta’allim terdapat beberapa point

diantaranya: dasar utama pada suatu pendidikan menekan pada nilai

adabiyah baik secara lahiriyah mapun batiniyah.

Perbedaan dalam penelitian Fuad Fatkhurrozi dkk dengan

penelitian yang peneliti lakukan yaitu hanya membahas konsep

pendidikan karakter saja kurang mencakup mengenai pendidikan akhlak

secara mendetail dalam kitab ta’lim muta’alim. Sedangkan dalam

penelitian yang peneliti lakukan juga membahas tentang konsep


14

pendidikan akhlak dan relevansinya dengan pendidikan karakter terhadap

pendidikan Islam.

Persamaan dalam penelitian Fuad Fatkhurrozi dkk dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah memiliki kesamaan dalam

mengkaji kitab ta’alim muta’alim mengenai konsep pendidikan karakter.

6. Jurnal AL Maqashid : Journal of Economics and Islamic Business

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2022, dengan judul Implementasi Nilai-

Nilai Kitab Ta’lim Al-Muta’allim Dalam Pembentukan Akhlak Santri

Penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Huffadz Daarul Falah Dukuh

Sidomukti Salatiga, karya Nyarminingsih Nyarminingsih dkk. Dalam

jurnalnya berisi tentang penerapan nilai-nilai pembentukan akhlak bagi

santri yang tercantum pada kitab ta’lim muta’alim.

Perbedaan dari penelitian Nyarminingsih Nyarminingsih dkk

dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah membahas mengenai

Implementasi Nilai-Nilai Pembentukan Akhlak. Sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti membahas tentang konsep pembentukan karakter

melalui konsep pendidikan akhlak dalam kitab ta’lim muta’alim dengan

relevansi terhadap pendidikan islam.

Persamaan dalam penelitian ini adalah mempunyai kesamaan

membahas mengenai Nilai-Nilai Pembentukan Akhlak dalam kitab ta’lim

muta’alim.

7. Jurnal TARBAWI Volume 02 Nomor 02 Oktober 2018 dengan judul

PENERAPAN KARAKTER RELIGIUS PADA PESERTA DIDIK DI

MTs MUHAMMADIYAH 3 YANGGONG PONOROGO disusun oleh


15

Annur, Rido Kurnianto, Rohmadi. Dalam jurnalnya berisi mengenai

penerapan karakter religious peserta didik di jenjang MTs Muhamadiyah

3 Yanggong Ponorogo.

Perbedaan dalam penelitian dengan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu Annur, Rido Kurnianto, Rohmadi lebih memfokuskan pada

penelitian tentang penerapan atau implementasi karakter religious di

jenjang Mts. Sedangkan pada yang dilakukan peneliti mengkaji tentang

konsep pembentukan karakter melalui nilai-nilai pendidikan akhlak

dalam kitab ta’lim muta’alim.

Persamaan dalam penelitian dengan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu sama sama membahas tentang pembentukan karakter

religious dan pengaruhnya terhadap pendidikan islam.

E. Kajian Teoritis

1. Kitab Ta’lim Muta’alim

Kitab Ta’lim Mutta’alim ini memiliki banyak fashal atau bagian, kitab

ini berisi muqaddimah dan memiliki 13 fashal. Kitab ini juga sering

dijadikan panduan pembelajaran (belajar dan mengajar) terutama bagi

para murid.Berdasarkan pada umumnya kitab Ta’lim Muta’allim terdiri

dari 13 bab/fasal :

1. Bab tentang hakikat ilmu pengetahuan, fikih, dan keutamaannya

2. Bab Niat Belajar yang Bersungguh-sungguh

3. Bab Memilih Ilmu, Guru dan Teman.

4. Bab tentang cara mengagungkan ilmu dan para ahlinya

(guru/ulama)
16

5. Bab tentang bersungguh-sungguh, istikamah, dan cita-cita luhur

6. Bab tentang waktu permulaan belajar, batasan, dan aturan atau tata

tertibnya

7. Tawakkal (Berserah Diri kepada Allah).

8. Waktu yang dapat Menghasilkan Ilmu

9. Saling Mengasihi dan Saling Menasehati.

10.Mencari Tambahan Ilmu Pengetahuan.

11. Bersikap Wira’i.

12.Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Mudah Menghafal dan Mudah

Lupa.

13.Hal-Hal Yang Mempermudah Datangnya Rizqi Dan

Menjauhkannya, Yang Memperpanjang Umur dan Yang Mengurangi

Umur. .

Dalam hal ini tujuan atau harapan pengarangan ta'lim al-muta'allim,

perluasan al-Zarnuji dilatarbelakangi dari pengamatannya mengenai para

penuntut ilmu saat masa itu, mereka harus benar tekun ketika

mempelajari serta menimba ilmu. Namun, seseorang yang pernah gagal

(belum berhasil) dan berhasil tapi kurang sepenuhnya bisa menggunakan,

mengamalkan, menyebarkan dan mengajarkan buah ilmunya. 7

Al-Zarnuji mengarang kitab yang dinamai Ta’lim Muta’allim

Thoriqotta’allum, pada tahun 599 H/1203 M kitab ini mendapatkan

tempat yang besar bagi para penuntut ilmu dan para guru. Mereka

7
Asnimar, Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Zarnuji Pada Kitab Ta’lim Al-Muta’alim,
An-Nuha: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 Number 3 Agustus 2022, 479-491
mempelajari dan mengangkat pendapat-pendapat dan arahan-arahan yang

terkandung di dalamnya.8

Kitab Ta'lim Muta'allim dikenal dan digunakan untuk karya yang

populer dan memiliki pengaruh yang begitu besar bagi keberadaannya.

Buku ini juga banyak digunakan sebagai sumber penelitian dan

penyusunan makalah akademik, khususnya di lingkungan pendidikan.

Kitab Ta'lim Muta'alim ini bukan untuk para sarjana Islam saja, tetapi

juga digunakan oleh para pakar dan orientalis Barat.

Selain itu, tidak lepas dari nilai-nilai pendidikan moral yang

dikandungnya, seperti:1). Ada niat baik, 2). pertimbangan, 3). hormat, 4).

kesabaran dan kekuatan, 5). Kerja, 6). Saling menebak, 7). Istifadah

(Pembelajaran), 8) Konsep pendidikan akhlak ( tawakal) yang terangkum

pada kitab tersebut menyangkut moral terhadap Tuhan, perilaku terhadap

makhluk lain (guru,orangtua serta, sahabat), sikap untuk sendiri dan

perilaku untuk ilmu.

2. Imam Burhanuddin Az-Zarnuji

Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji dikenal salah satu ahli dalam

pendidikan Islam. Esainya Ta'lim Muta'allim adalah salah satu karya

paling dasar yang wajib dipelajari di semua pondok pesantren. Bahkan,

semua siswa harus mempelajari dan mempelajari buku ini sebelum

memahami esai atau buku lain.

Imam Az-Zarnuji mempunyai nama lengkap Burhan al-din Ibrahim

Al-Zarnuji AlHanafi. Nama lain yang disebut untuknya adalah Burhan Al

Islam dan Burhan Al-Din. Nama beliau berasal dari sebuah tempat
8
Ibid

17
bernama Zurnuj, sebuah tempat di Turki. Meskipun Al-Hanafi dikaitkan

dengan nama mazhab yang diikutinya, yaitu Mazhab Hanafi.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini merupakan tergolong penelitian kepustakaan dengan

bahan pokok penelitian sastra dan sumber utamanya adalah kitab Ta'lim

Muta'allim. Penelitian kepustakaan merupakan suatu langkah penelitian

yang mengumpulkan informasi dan pengetahuan dengan menggunakan

berbagai bahan pustaka.9

Penelitian kepustakaan adalah praktik yang berguna sebagai

pemahaman informasi ilmiah, untuk disajikan bagi para sarjana di masa

lalu dan oleh para sarjana saat ini, dalam bentuk dokumen tertentu atau

literatur lainnya. Metode ini digunakan untuk mengkaji nilai-nilai

pengembangan moral yang tertuang pada kitab ta’lim muta’allim,

didorong oleh bahan literatur lain seperti buku, majalah, jurnal dan lain-

lain.

Pendekatan dipakai ketika penelusan ini adalah filosofis.

Pendekatan filosofis merupakan mengkaji dengan global serta

mempelajari beberapa prinsip pendidikan islam pada kitab muta'allim

ta'lim dan implementasinya terhadap pengembangan tokoh dalam

pendidikan Islam.

Hal ini karena penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang

identik dengan analisis teks dan bertujuan untuk membangun sebuah

9
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rinekacipta,
2014),109.

18
konsep dimana gagasan pemikiran dikaitkan dengan beberapa tahapan

penerjemahan sebuah tulisan disebut ta'limul muta'allim.

2. Sumber Data Penelitian

Data adalah sekumpulan paparan yang memiliki kenyataan. Sebab

penulisan ini termasuk jenis penelitian (library research) yang bersifat

kualitatif. Sebaliknya penelitian dengan bahan kajian ini adalah literatur

Kitab Muta'allim Takalim dan lebih menitikberatkan pada tafsir Kitab

Muta'allim Takalim dan referensi lainnya .Berhubungan tentang nilai

pendidikan islam yang terg0l0ng pada kitab tersebut dan sumber

inf0rmasi lain yang membantu penelitian ini.

Bahan data dalam penelitian ini akan digolongkan kedalam dua

jenis, yakni:

a. Data primer, adalah bahan kajian yang berhubungan langsung

dengan penelitian. Sumber informasi utama penelitian ini adalah

kitab ta'limul muta'allim yang ditulis oleh Syekh az-Zarnuji.

b. Data sekunder, yaitu pemaparan data pendukung berbagai sumber

data dari data primer. Serta buku-buku, beberapa buku tentang

muta'allim ta'lim, pendidikan keluarga, pendidikan akhlak, serta

pemikirannya sendiri yang berhubungan dengan topik kajian ini.

Pada penelitian ini hal ini dapat membantu memecahkan

permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian ini. Konsep yang

digunakan untuk mengumpulkan informasi tersebut adalah metode

dokumenter, yaitu mencari informasi atau variabel berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, dll.

19
3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang sebagian besar

bahannya didapatkan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai

literatur. Bahan atau literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku atau

tulisan, namun dapat diperoleh dari berbagai sumber inf0rmasi

dokumenter, jurnal, majalah dan lain-lain.

Sebab itu, penelitian ini adalah kajian kepustakaan, maka

pengumpulan datanya adalah penelitian dan penelitian yang melibatkan

penelitian berupa data verbal berupa kata-kata bukan angka. Jadi, dalam

penelitian ini eksposisi dilakukan dengan cara menyunting, mereduksi,

menyajikan, dan kemudian menganalisis.

Kajian tersebut menekankan dari konsep, klaim, teori, pendapat

dan gagasan Syekh az-Zarnuji dapat dijabarkan pada sebuah esainya

yang berjudul ta'lim muta'allim yang isinya harus dipelajari. dan

menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji.

4. Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data merupakan pemikiran terhadap paparan

data jika sudah diperoleh dari hasil penelitian. 10 Pada hal ini, penelitian

ditelaah melalui informasi yang diperoleh dari data deskriptif (paparan

data). Oleh karena itu, lebih masuk akal untuk mempelajari apa yang

disebut analisis isi atau analisis isi secara umum, menurut peneliti dan

hanya berdasarkan materi.

10
Anas Sudjono, Teknik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, (Yogyakarta: UD Rama, 2016),
30

20
Analisis isi adalah teknik penelitian yang tujuannya adalah untuk

menarik kesimpulan dengan mengidentifikasi secara sistematis dan

objektif beberapa pesan dari data..11 Analisa ini dipakai, sebagai

pengungkapan isi suatu buku untuk memaparkan k0ndisi penulis dan

sekitarnya ketika buku tersebut ditulis. Karena keadaan dan k0ndisi itu

memiliki pengaruh yang sangat relevan bagi gagasan berpikir serta

hakikat amanat ketika dipelajari.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan sistematis merupakan langkah yang dilakukan agar

pembahasan skripsi tersusun dan tertata dengan baik, sehingga harus

direncanakan secara global dan kronologis karena setiap bab harus

berhubungan dari bab pertama sampai bab terakhir, agar teratur atau murni.

dalam Persiapan juga diperlukan. Kemudian disajikan dalam enam bab dalam

sistem pembahasannya sendiri, dan setiap bab dibagi menjadi sub-bab yang

disusun sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, dalam bab ini peneliti memulai dengan gambaran

umum dan menyeluruh tentang masalah yang dibahas dalam karya ini, yang

dimulai dengan latar belakang, definisi masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, tinjauan literatur, teori penelitian, metode penelitian, sistematika.

pembahasan, definisi istilah.

BAB II: Biografi Syekh Zarnuji dan Struktur Kitab Ta’lim Muta’alim

yang dibahas pada bab ini adalah pembahasan singkat mengenai riwayat

11
Ibid..

21
pendidikan, riwayat hidup Syekh Zarnuji, gambaran umum kitab Ta’lim

Muta’alim, dan Sistematika Kitab Ta’lim Muta’alim.

BAB III: Nilai Pendidikan AKHLAK dan Pendidikan KARAKTER

yang terdapat pada bab ini adalah Konsep pendidikan akhlak dan pengertian

pendidikan karakter.

BAB IV: Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kitab Ta’lim

Muta’alim Melalui Metode Pembentukan Pendidikan Akhlak dan Relevansi

Dengan Pendidikan Karakter yang meliputi pada bab ini menyangkut

mengenai Analisis Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’allim

berupa Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Allah, Nilai Pendidikan Akhlak

Kepada Diri Sendiri , Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Sesama Makhluk.

BAB V: Pada akhir bab terakhir ini, penulis menarik kesimpulan dari

pembahasan pada sub-bab tersebut, dilanjutkan dengan saran-saran.

H. Definisi Istilah

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum menjelaskan tentang pentingnya pendidikan akhlak,

akan dibahas sebelumnya dengan beberapa pendapat mengenai

pentingnya pendidikan. Pendidikan berasal dari kata santri, yaitu

menunjang dan memberikan pendidikan akhlak dan kecerdasan

intelektual.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan

adalah proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang agar menjadi dewasa melalui pengajaran dan latihan.

22
Pendidikan adalah proses yang membawa manusia dari kegelapan,

ketidaktahuan dan pencerahan menuju pengetahuan.

Pada arti yang lebih luas, pendidikan, baik formal maupun

informal, mencakup segala sesuatu yang meningkatkan pengetahuan

manusia tentang diri mereka sendiri dan dunia tempat mereka tinggal.

Berdasarkan caranya pendidikan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Tekanan, yaitu latihan yang berdasarkan paksaan (coercion).

b. Berlatih membentuk kebiasaan.

c. Tujuan pendidikan adalah pembentukan hati nurani yang baik.12

Ketika para ahli berpendapat disampaikan dengan baik, penulis

dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk

membantu dan membimbing peserta didik, melalui kepemimpinan,

bimbingan dan/atau pendidikan, agar berkepribadian tinggi menuju

kesempurnaan hidup dan mampu menunaikan keyakinan agamanya dan

menunaikan kewajiban agama negara.

Dalam Istilah Islam, Definisi pendidikan dikenal dengan berbagai

macam istilah, yaitu at-tarbiyah, at-ta'lim dan at-ta'dib. Masing-masing

istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Meskipun entah bagaimana

itu memiliki arti yang sama.13

a. al-Tarbiyah

Kata tarbiyah berasal dari kata ‫ ربي‬-‫ يربي‬-‫ة تربي‬yang berarti

untuk membesarkan, berkembang biak, merawat. Menurut Ibnu

12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013), 326.
13
Amin Zamroni, Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak, SAWWA, Volume 12, Nomor 2,
April 2017, 245

23
Abdillah, Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi

mengartikan bahwa rabbi adalah pemilik, yang paling benar, paling

dominan, paling berkembang, paling memenuhi. Pada saat yang

sama, menurut al-Jauhari, dikatakan memberi makan, memberi

makan, memberi makan. Dalam Al-Qur'an, kata rabba digunakan

untuk Tuhan karena Tuhan memelihara, memelihara, memelihara

dan mencipta.

b. al-Ta’lim

Kata ta’lim awal dari kata sub, artinya proses pemberian

ilmu, atau sama dengan pengajaran, yang sering disebut dengan

pemberian ilmu. Menurut Naquib al-Attas, itu adalah proses

pengajaran tanpa pengenalan dasar, yaitu. untuk memberikan

informasi atau mengajar siswa.

c. al-Ta’dib

Kata al-ta'dib berasal dari kata "adaba" yang berarti sopan

atau beradab. Orang yang mencari ilmu harus memiliki kebiasaan-

kebiasaan yang baik agar ilmu yang dipelajari bermanfaat dan

diberkahi oleh Tuhan. Menurut Naquib al Attas, ta'dib adalah proses

membawa pengetahuan kepada manusia secara bertahap dalam

tatanan penciptaan, kemudian menuntun dan membimbing mereka

untuk melihat dan menyadari kekuasaan dan keagungan Tuhan

dalam tatanan wujud dan wujud.

2.Pengertian Akhlak

24
Menurut Hamza Ya'qub, akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk

jamak dari kata "khuluqun", yang berarti perbuatan. Kata “khuluqun”

bersesuaian dengan kata “khalqun” dengan arti peristiwa dan kata

“khalikun”. Itu berarti pencipta dan kata "Makhluqun" berarti yang

diciptakan. Oleh karena itu, rumusan terminologi akhlak adalah

hubungan yang erat antara Khaliq dengan esensi dan antara esensi

dengan esensi..14

Dalam Ensiklopedia Islam, moralitas adalah keadaan yang

terhubung dengan jiwa manusia yang darinya tindakan dengan mudah

muncul tanpa memerlukan proses pemikiran, refleksi atau penyelidikan

apa pun. Ketika negara menghasilkan tindakan yang baik dan terpuji, itu

disebut akhlaq Mahmudah.

Maka, penulis berpendapat bahwa moralitas adalah sikap yang

wajar pada diri seseorang dan secara spontan terwujud dalam tingkah

laku atau perbuatan. Menurut nalar agama, jika perbuatan spontan itu

baik, maka perbuatan itu disebut akhlak yang baik (akhlaqul

karimah/akhlaqul mahmudah), dan sebaliknya, jika perbuatan spontan itu

jelek, maka disebut akhlaqul madzmumah.

Akhlak merupakan penerapan dari keimanan dan segala bentuk

sikap. Semakin kuat keimanan seseorang, makin luhur pula akhlaknya.

a.Akhlak Kepada Allah

Ayat tersebut menunjukkan bagaimana seharusnya orang tua

mendidik anaknya untuk mengakui Penciptanya dan berpegang pada

14
Beni Ahmad Saebani, Abdul Hamid,Ilmu Akhlak,(Bandung: Pustaka Setia, 2014), 14.

25
prinsip tauhid tanpa menyekutukan Tuhan. Bahwa pesannya berupa

larangan, tidak bergaul dengan Tuhan, harus meninggalkan sesuatu

yang buruk sebelum melakukan sesuatu yang baik, maka anak-anak

harus diajarkan untuk melakukannya. Sehingga membentuk karakter

yang senantiasa kontak dengan penciptanya.

b.Akhlak terhadap orang tua

Padahal, orang tua adalah orang yang paling menyayangi

anaknya, karena orang tua yang membesarkan dan mengasuhnya dari

kecil hingga dewasa menjadi murid dan menuntut ilmu keislaman.

Oleh karena itu, ikutilah nasihat dan nasihatnya, karena orang tua

lebih tahu apa yang ada di hadapan anaknya.

Pendidikan Islam mengajarkan anak untuk selalu berbuat

baik kepada orang tuanya sebagai rasa syukur atas perhatian, kasih

sayang dan segala yang telah dilakukannya untuk anaknya.

c.Akhlak kepada orang lain

Berbuat baik dan berbaik hati kepada orang-orang di sekitar

Anda yang dilarang untuk melihat ke arah lain karena penghinaan

dan kesombongan. Hubungannya dengan kehidupan sosial. 

Anak-anak harus dibesarkan untuk bersikap acuh tak acuh

terhadap orang lain, bangga pada mereka, dan berjalan di bumi

dengan angkuh. Karena Allah tidak menyukai perilaku ini dan

manusia membencinya. 

d.Akhlak kepada diri sendiri

26
Lanjutan dengan larangan berjalan dengan sombong. Allah

memerintahkan untuk berjalan dengan rendah hati, tidak membuang

energi dengan gaya, tidak memutar, tidak meregangkan leher karena

kesombongan, tetapi berjalan dengan langkah sederhana, sopan dan

tegas. 

Pendidikan akhlak sendiri dikatakan sebagai salah satu usaha sadar

yang membimbing terciptanya tingkah laku manusia, baik jasmani maupun

rohani, yang menjadikan manusia berkepribadian baik dan berbudi luhur

baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, mampu berbuat baik

selalu dan selalu. menjauhi kejahatan.

Buku Az-Zarnuji ini lebih menekankan nilai adab. Dengan

demikian, dapat dilihat bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu dan

keterampilan, tetapi yang terpenting adalah pembentukan karakter peserta

didik, memimpin pendidikan dalam rangka pembentukan nilai-nilai karakter

sehingga mampu. membentuk siswa. pada manusia yang berakhlak mulia

dan bermartabat.

27
BAB II

Biografi Syekh Zarnuji dan Struktur Kitab Ta’lim Muta’alim

A.Riwayat Hidup Syekh Zarnuji

Imam Az-Zarnuji dikenal sebagai ahli gubahan karya terkenal di

lingkungan pesantren, yaitu Ta'lim Muta'allim. Meskipun mereka

berbedaTa'limul Muta'allim ditulis oleh Syekh az-Zarnuji yang terkenal di

lingkungan pesantren bahkan menjadi pedoman bagi para santri. Namun,

reputasinya tidak setenar buku yang ditulisnya.

Hal ini karena identitasnya tidak diketahui secara pasti sehingga

menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama ketika diberikan nama

lengkap Syekh az-Zarnuji. Mengenai jalur pendidikan Az-Zarnuji, ia

menelaah pendapat Djuji bahwa Imam Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara

dan Samarkand yang menjadi fokus belajar mengajar, dan masjid juga

digunakan sebagai tempat pengajaran di bawah arahan beberapa profesor.

Selain itu, guru-guru Az-Zarnuj yang pendapatnya ditonjolkan dalam

karyanya Ta'lim Muta'allim Thariq At-Ta'allum, dan yang sering diulang-

ulang kepada umat Islam di belahan negara Muslim, termasuk Indonesia. .

Kelahiran Az-Zarnuj belum diketahui secara detail, tetapi ada


perbedaan pendapat mengenai tanggal kematiannya. Ada yang
berpendapat beliau meninggal pada tahun 591 H/1195 M. dan ada
yang mengatakan dia meninggal sementara yang lain mengatakan
dia meninggal pada tahun 610 H. Dia tinggal bersama Ridho al-Din
Naisabur antara tahun 500 dan 600 H.15
Kurang banyak mengetahui informasi yang jelas tentang tempat

kelahirannya. Secara implisit dalam kitabnya, Syekh azZarnuji tidak

menyebutkan tempat tinggalnya, tetapi umumnya beliau hidup pada akhir


15
Waris, “Pendidikan Dalam Perspektif Burhanuddin Al-Islam AzZarnuji”, Jurnal (Ponorogo:
Cendekia Vol. 13 No. 1, 2015), 70

28
29

masa Abbasiyah. Sebab khalifah Abbasiyah terakhir adalah al-Mu'tashim

(wafat 1258 M/656 H).16

Tetapi karena kekerabatannya, ia berasal dari Zarnuj, sebuah negara di

tepi sungai Tigris (ma wara'a alnahr) yang merupakan bagian dari wilayah

Irak. Namun ada juga orang yang mengatakan bahwa kota Zarnuj di peta

sekarang menjadi milik Turkistan (sekarang Afganistan) karena kota tersebut

dekat dengan kota Khoujanda.17

B.Riwayat Pendidikan Syeikh Az-Zarnuji

Syekh Burhanuddin al-Zarnuji, penulis Ta'lim al-Muta'allim yang

mengkaji aspek perilaku dan aspek tindakan internal dan eksternal selama

belajar. Karya tersebut memberikan pelajaran tentang pentingnya pendidikan,

bukan untuk menanamkan keterampilan dan pengetahuan, tetapi terutama

untuk menanamkan nilai-nilai peradaban.

Oleh karena itu, penanaman akhlak harus dilandasi oleh nilai-nilai

agama, bukan anti agama. Transformasi karakter merupakan konsep yang

dianut oleh sebagian besar guru dan merupakan pengembangan perilaku baik

yang meliputi sikap, perasaan dan tindakan, serta nilai-nilai agama. Istilah

pendidikan masih menjadi masalah. Imam Burhanuddin Az-Zarnuji juga

berguru dengan para ahli terkenal, misalnya:18

1.Burhanuddin Ali Bin Abu Bakar AlMaghinani, seorang ulama besar

dari mazhab Hanafi yang menulis kitab AlHidayah, salah satu referensi

terpentingnya tentang fikih.

16
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’allim, (Kediri: Santri Salaf Press, 2015), h
4
17
Zuharini, Sejarah Penddikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 7
18
Ibid….
30

2.Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar, biasa dikenal dengan

Khowahir Zadeh atau Imam Zadeh. Dia adalah seorang ahli hukum

besar, penyair dan penyair mazhab Hanafi, dia pernah menjadi mufti di

Bokhara dan sangat terkenal dengan fatwanya..

3.Syaikh Fakhruddin Al Kasyani, yakni Abu Bakar bin Masúd Al

Kasyani, ulama fikih bermazhab Hanafi penulis kitab Badai’us Shana’i.

4.Syaikh Fakhruddin Qadli Khan Al Ouzjandi, pakar terkenal yang

p0puler dengan mujtahid pada aliran Hanafi dan begitu banyak kitab

karangannya.

5.Syaikh Hammad bin Ibrahim, salah satu ahli fikih beraliran Hanafi,

sastrawan dan ulama kalam.

Para ulama yang dipelajari Syekh az-Zarnuji dalam periodisasi di atas

hidup pada akhir abad ke-12 dan awal abad ke-14 (591-640 M/1195-

1243 M). Dari periode ini dapat diketahui bahwa beliau hidup pada

periode keempat tumbuh kembangnya pembelajaran Islam.

Kondisi perkembangan dan pertumbuhan di atas sangat mendukung

terbentuknya pengetahuan AzZarnuji sebagai ilmuwan atau peneliti yang

berwawasan luas. Atas dasar itu, tidaklah mengesankan ketika Plessner,

seorang orientalis Barat, menyebutkan dalam ensiklopedianya bahwa az-

Zarnuji adalah seorang filosof Arab.

C.Gambaran Umum Kitab Ta’lim Muta’alim

Al-Zarnuji memilih nama kitabnya dengan judul “Ta’lim al-Muta’allim”

(mengajarkan metode belajar kepada para pelajar) dengan teks kitab

menggunakan bahasa arab, beliau mengawali karyanya dengan memuji


31

kepada Allah SWT, tuhan yang melebihkan manusia dengan ilmu dan amal,

shalawat, rahmat dan ampunan, semoga melimpahkan kepada nabi

Muhammad SAW, tokoh Arab dan Ajam (selain orang Arab keluarga dan

sahbat-sahbat yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.

Pentingnya belajar tidak dijelaskan secara definitif dalam Ta'lim

Muta'allim, namun az-Zarnuji menjelaskan bahwa pentingnya belajar

(mempelajari ilmu) ditentukan oleh agama dan Alquran. dan Hadits,

tingkatan-tingkatan ajaran yang pada hakekatnya Basyariah dan Ketuhanan.

Menurutnya, pembelajaran tidak dapat dirancang oleh para ahli psikologi

pendidikan karena pembelajaran merupakan proses bisnis yang menghasilkan

perubahan perilaku berdasarkan pengalaman.

Kandungan kitab Ta’lim al-Muta’allim, kitab ta’lim Muta’allim terdapat

pokok-pokok fikiran diantaranya19 :

1. Urgensi memahami dan keutamaan ilmu (Mahiyahal-ilmu wa alfiqh wa

fadhlihi)

2. Niat ketikabelajar (al-Niyyah Hal al-ta-allum)

3. Memilih guru, teman, dan relasiyang baik dengannya (ikhtiyar al-Mu’allim

wa al-ustadz wa al-syarik wa al- Tsabat alaihi)

4. Mengagungkan ilmu dan orang berilmu (Ta’zim al-Ilmu wa Ahlihi)

5. Giat, tekun dan berdidikasi dalam mencari ilmu ( al-jadid wa al-

muwazdabahwa al-Himmah )
19
Rini Rahman, Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Zarnuji Pada Kitab Ta’lim Al
Muta’alim, An-Nuha: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 Number 3 Agustus 2022, 479-491
32

6. Sistematika pembelajaran yang baik (Bidayah al-sabaq wa Qadruhu wa

tartibuhu)

7. Tawakal (al-Tawakkul)

8. Memperoleh pengajaran (Waqat al-tahzsil)

9. Simpati atau Empati dan nasehat (al-syafaqah wa al-Nasybah)

10. Mengambil manfaat (al-isifadah)

11. Bersikap wara’ ketika Belajar (al-wara’ fi Hal al Ta’allum)

12. Sesuatu yang menyebutkan hapal dan lupa (Fi ma yaritsu al-khifdzwa Ma

Yuritsu al-Nisyam)

13. Sesuatu yang bisa menarik dan menolak Rizky dan sesuatu yang bisa

memanjangkan dan memendekkan umur

Implementasi dan penggunaan ilmu ini harus sesuai dengan

kehendak Allah, metode pembelajaran dikembangkan dan dibahas, tetapi

sebenarnya buku ini adalah tentang tujuan pembelajaran, prinsip

pembelajaran dan strategi pembelajaran berdasarkan moralitas agama yang

mendukung ajaran Islam tentang pengurangan kecacatan. dan dalam diri

individu dan lingkungannya. Kaidah buah ilmu, yang menurut Syekh az-

Zarnuj membawa kenyamanan hidup di dunia dan akhirat.


33

D.Struktur Kitab Ta’lim Muta’alim

Kitab Ta’lim Muta’allim merupakan kitab yang berisi panduan belajar dan

mengajar bagi setiap guru dan peserta didik. Selain berisi tentang panduan

belajar dan mengajar, di dalam kitab tersebut juga terdapat nilai-nilai

pendidikan akhlak yang perlu dikaji dan diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari belajar dapat tercapai, yakni

menjadikan manusia semakin taat kepada Allah SWT, serta bermanfaat bagi

sesama. Sistematika kitab Ta’lim Muta’alim terdiri dari :20

1) Hakekat Ilmu, Hukum Menuntut Ilmu dan Keutamaannya.

2) Niat

3) Cara memilih ilmu, guru, teman belajar dan ketekunan dalam belajar

4) Cara menghormati ilmu dan ahlinya.

5) Kesungguhan dalam belajarr, ketekunan dan cita-cita.

6) Mulai mengaji, ukuran dan urutannya

7) Tawakkal

8) Waktu-waktu belajar ilmu

9) Saling mengasihi dan menasehati

10) Mencari tambahan ilmu pengetahuan

11) Bersikap Wara’

12) Hal-hal yang menguatkan hafalan dan yang melemahkan

13) Hal-hal yang mendatangkan rezeki dan yang mengurangi, dan hal yang

menambah umur dan mengurangi umur.

20
Hafidz Idri Purbajati, Relevansi Kitab Ta’lim Muta’allim dengan Pendidikan Masa
Kini(Tinjauan Faktor-faktor Pendidikan), Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran LPPM STIB
Banyuwangi,Volume. 1 No. 1 Februari 2019, 13
BAB III

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

A. Konsep Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Nilai Pendidikan AKHLAK

Nilai berawal dari bahasa Latin vale’re yang artinya bermanfaat,

bisa berguna, berdaya, berlaku21.Muhammad Ibrahim Kazhim berpendapat

tentang nilai adalah ukuran, tingkatan, atau standar yang kita gunakan

untuk perbuatan kita, apakah sikap itu kita sukai atau benci.22

Steeman mengemukakan mengenai nilai, bahwa sesuatu hal

memberikan arti untuk kehidupan, yang menjadi referensi,awal , serta

guna pada kehidupan. Nilai adalah sebuah sifat yang bertahan lama dan

bisa mencakup serta menghidupkan perilaku. Moral merupakan suatu

kepercayaan, nilai dapat berkaitan dengan cara bertindak dan berpikir,

sehingga sangat erat kaitannya antara nilai dan etika..23

Para ilmuan telah menterjemahkan nilai dengan beberapa arti.

Definisi antara yang lain dengan lainnya berbeda , sebab moral memiliki

kaitannya begitu kuat antara definisi. Selanjutnya tindakan manusia yang

kompleks dan sulit untuk didefinisikan. Milton Rokeach dan James Bank

mengusulkan sebenarnya nilai merupakan:“Semacam keyakinan yaitu

merupakan bagian dari sistem keyakinan pada diri seseorang bersikap dan

21
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter: Kontruksivisme dan VCT Sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 56
22
Muhammad Ali Mushafi, Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti, (Surakarta: Cinta,
2009), hlm. 95
23
Ibid…

34
menghindari sebuah perilaku, atau mengenai yang layak atau tidak

sesuai.24

Dari penjelasan di atas,dari banyak argumen dapat ditarik

kesimpulan, nilai mempunyai makna pokok dari sesuatu yang memberikan

arti, keyakinan untuk merasakan dan menjiwai perbuatan. Sesuatu hal bisa

didefinisikan mengesankan saat dapat dimanfaatkan. Nilai merupakan

sebuah kategori, standar atau titik acuan agar dapat membimbing perilaku

individu kepada sang pencipta ,serta terhadap masyarakat. Nilai belum

tentu bisa berdiri sendiri, namun juga wajib dilandasi dalam konsep

tertentu, seperti B. pengembangan akhlak, maka menjadikan nilai

perubahan moral

Arifin mengutip dari John Dewey berargumen pendidikan sebagai

proses pengembangan keahlian awal yang fundamental, baik dari segi

berpikir (intelektual) maupun perasaan (emosional), menuju ke arah

perilaku manusia yang dewasa.25 Menurut Suryad, pendidikan merupakan

langkah kesadaran serta, tersusun untuk menuntun dan mempelajari

manusia supaya berkembang atau tumbuh menjadi insan yang bertanggung

jawab, mandiri, berilmu, kreatif, inovatif dan sopan santun. Hal ini juga

sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003.26

Pendapat Nata Abudin, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan


secara mendalam tanpa berpikir, tetapi perbuatan itu sudah
tertanam dalam jiwa, sehingga tidak perlu refleksi dan renungan
saat melakukan perbuatan tersebut..27

24
Raden Ahmad Muhajir Ansori, Strategi Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada
Peserta Didik, Jurnal Pusaka, ISSN 2339-2215: 2016,hal 14-32
25
Agus Waluyo dan Mufid Rizal Sani, Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim Az-Zarnuji Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlak Di INDONESIA, Jurnal
Tawadhu : Vol. 3 no. 2, 2019,875
26
Ibid..

35
36

Membahas tentang pendidikan, Ghazali berpendapat yang dikutip

Abidin, sebagai proses memanusiakan individu mulai pengembangan

sampai akhir hayatnya dengan banyak pengetahuan yang diucapkan saat

pembentukan pembelajaran selangkah demi selangkah, yang dimana

sebuah pendidikan menjadikan tanggung jawabnya. dari masyarakat dan

orang tua. Yang dijadikan untuk mendekat terhadap Allah untuk membuat

manusia seutuhnya 28

Pengajaran agama Islam pada mulanya pembelajaran disampaikan

dengan istilah ta'dib. Kata ta'dib berpacu dalam arti yang lebih luas yang

mencakup segala aspek ilmu ('ilm), pengajaran (ta'lim) dan keperawatan

(tarbiyah). Melalui perkembangan kata ta'dib, definisi pendidikan musnah,

maka para ulama Islam mewujudkan istilah baru, yakni at-tarbiyah, sering

disebut tarbiah. Yang awal dahulu bermula dari kata “Rabba-Yurobbi-

Tarbiyatan” mempunyai arti berkembang dan tumbuh.

Definisi dari pendidikan sendiri sebagai langkah perubahan

keterampilan yang dasar meliputi dari keahlian berpikir (intelektual) dan

emosi diri sendiri. Pendidikan adalah hal penting pedoman memimpin dan

menujukkan individu menggapai yang lebih baik, maka karena itu

membuat satu jaminan supaya kehidupan manusia bisa lebih berakhlak

(bermoral).

Selanjutnya, ketika dalam dunia pendidikan semakin mengalami

perkembangan dan perubahan melalui hasil dan karya masing-masing

27
Endranul ‘Aliyah , Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Karangan
Imam Az-Zarnuji , TAMADDUN: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan, Vol.21. No. 2
Juli 2020,167
28
Ibid
37

penerus. Hal Ini membuat pendidikan suatu cara tersistematis untuk

menembus dimensi dan ruang yang berbeda dari permasalahan yang

dihadapi seseorang.29

Setelah menjelaskan mengenai definisi dan istilah pendidikan,

penulis memaparkan bahwa pengertian moralitas. Secara etimologis, kata

akhlak ‫ اخلق‬adalah bentukan kata jamak dari kata tunggal khuluq. ‫خلق‬

Khuluq atau akhlak sendiri digambarkan sesuatu yang diciptakan atau

dibentuk oleh sebuah proses, sebab berpendidikan, akhlak dapat disebut

budi pekerti.

Prinsip moralitas sebuah gambaran mulai perilaku percontohan

yang berada pada diri individu, yang bermula perilaku muncul dengan

mudah tanpa pemikiran dan konsep.Akhlak ada dari jiwa manusia yang

selanjutnya berbuah pada semua bagian tubuh, menanamkan sifat baik dan

membuahkan perilaku sopan di samping keseluruhan sikap kurang baik

dan jelek. Selain itu, moralitas memberikan asupan perbuatan

kemanusiaan dan keyakinan, yakni iman dan keimanan, sehingga

menjaganya agar membuahkan hasil yang maksimal.

Islam melihat akhlak untuk landasan berpengaruh sebagai

peraturan dalam kegiatan bermasyarakat. Dan dari beberapa penjabaran

tersebut bisa disimpulkan tentang akhlak adalah sebuah sikap yang ada

dari dalam individu itu sendiri, yang bisa dilakukan dengan sangat mudah

29
Muhammad Zamhari, ulfa Masamah, Relevansi Metode Pembentukan Pendidikan karakter
Dalam KitabTa’lim al-Muta’allim terhadaP Dunia Pendidikan Modern, Edukasia : Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 11, No. 2, Agustus 2016,22
38

tanpa berpikir, bukan dengan tujuan untuk menerima pujian, melainkan

hanya karena Allah. SWT..30

Definisi moral atau nilai merupakan pengertian yang selalu

digandengkan, nilai moral adalah hal prinsip yaitu konsep yang

berhubungan dengan baik buruknya perbuatan manusia. Akhlak selalu

dihubungkan melalui kaidah, tetapi tidak kesemuanya moral adalah nilai.

karena didalam kehidupan ini muncul nilai lain seperti nilai religi, nilai

ekonomi, nilai sosial, nilai budaya dan lainnya.

Linda & R. Eyre yang dikutip oleh Suburi mengatakan bahwa


nilai-nilai moral (moral) adalah pola perilaku yang diterima
banyak orang sebagai kebenaran dan orang lain sulit
melakukannya sebaliknya. orang lain merasa lebih mudah untuk
berinteraksi satu sama lain. Nilai moral adalah nilai yang
membuat seseorang bahagia. Pada saat yang sama, tindakan moral
adalah tindakan yang sekali dilakukan adalah pemeran Perbuatan
merasa baik dan tidak bermoral adalah perbuatan yang membuat
pelaku kejahatan merasa bersalah dan menyesal di kemudian
hari..31

Konsep moral Islam mempunyai besar akibatnya untuk pengembangan

identik anak, namun akhlak juga merupakan aspek yang butuh dalam

pengembangan sesuatu perubahan. Nabi Muhammad SAW menyampaikan

risalah, sebagai bentuk cara menanamkan nilai moral dalam individu

manusia. Munculnya pendidikan akhlak diharapakan bisa membuat situasi

pembelajaran yang kondusif dan aktif.

Lalu sebaikya dapat membangun ketrampilan profesional anak

pada kapasitas mental , pengendalian diri,pengendalian dan akhlak mulia.

Sebab, pendidikan moral begitu mempengaruhi sebagai ajaran terhadap

peserta didik tentang dirinya mempunyai tujuan untuk melangkah


30
Samsul Munir, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah,2016 ),45
31
Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), hlm. 57.
39

memperbaiki pendidikan supaya harapan tersebut dapat terlaksana.

Maka,hal ini agar menjadikan manusia berbuat santun dan sopan kepada

Allah SWT.

2. Macam-macam Nilai Pendidikan Akhlak

Muhaimin menggolongkan nilai terbagi dua landasan moral yang

dimanfaatkan pada kegiatan sehari-hari masyarakat,32 yang digunakan

untuk tuntunan umat manusia,yakni:

a. Nilai dengan sang Pencipta (Ilahi)

Nilai keesaan merupakan moral yang diturunkan oleh Allah

melalui lantaran beberapa utusan-Nya yang berfungsi untuk

kepercayaan, keyakinan, ketelatenan dan keadilan, yang diluruskan.

Nilai-nilai Tuhan masih tidak berubah selamanya. Karena unsur

ketuhanan, adalah aspek langsung dengan Sang Pencipta, yang harus

di laksanakan bagi hamba-Nya.

Nilai pokok mencakup keaslian hidup individu sebagai

manusia dan warga negara,serta belum dapat mengikuti trend,

kemampuan manusia dapat berubah sesuai dengan tuntutan

perubahan zaman,individu dan sosial.

b. Nilai kemanusiaan(insani)

Derajat seseorang merupakan moralitas yang berubah dengan

kehidupan dan kontrak manusia serta, berubah dari perkembangan

manusia. Dalam nilai kemanusiaan, fungsi pemetaan diartikan

sebagai pendapatan nilai dalam sifat seorang tersebut, dengan

32
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Trigenda, 2014), hlm.
111-112
40

menambah ide pokok, dan menggantinya dan mengintregasikan

melalui pikiran baru.

Prinsip sosial ini selanjutnya dikembangkan untuk pembiasaan

yang menurun mulai generasi awal ke penerus berikutnya serta

mengikat keanggotaan masyarakat yang memperhatikannya. Aspek

akhlak dibagi menjadi beberapa jenis nilai moral dalam lima

kelompok, yakni:33

1) Nilai Perseorangan (al-akhlaq al-fardiyah)

Dapat didefinisikan mengenai nilai individu merupakan

aspek yang tumbuh pada diri sendiri, atau masing-masing

menjadi berkarakter. Nilai-nilai yang ada harus dipelihara dan

diaktualisasikan dalam kegiatan sehari-hari. Serta, misalnya,

nilai individu; Jaga diri, jujur, sederhana, ikhlas, jangan bohong,

jangan curang, jangan sombong, konsisten dalam perkataan dan

perbuatan.

2) Nilai-nilai Keluarga (al-akhlaq al-asuriyah)

Nilai kekeluargaan adalah sesuatu pemikiran yang

diangkat oleh keluarga sebagai fungsi supaya digunakan untuk

pendidikan moral yang dituntun dalam keluarga. Contoh, nilai-

nilai keluarga: untuk mentaati kedua orang tua, untuk menjaga

kesejahteraan anak-anak, untuk memberikan pendidikan moral

terhadap anak.

3)Nilai-nilai Sosial (al-akhlaq al-ijtima’iyah)

33
Ibid…
41

Nilai sosial adalah unsur yang diperlukan untuk

bimbingan kompetensi didalam hubungan sosial masyarakat.

Konsep nilai diharapkan bisa ditanamkan dan dikembangkan

oleh setiap anggota masyarakat. Antara lain, nilai sosial; tidak

menipu, tidak mencuri, menghormati orang tua, menepati janji

orang lain, mengutamakan kepentingan bersama.

4)Nilai-nilai Kebangsaan (al-akhlaq al-daula)

Prinsip kebangsaan merupakan nilai yang direncanakan,

serta digunakan oleh setiap masyarakat negara, supaya

kenyamanan dan keamanan setiap warga terjaga dan bangsa

menjadi damai, sejahtera, dan aman. Misalnya nilai kebangsaan

sebagai berikut;menjaga perdamaian, menghindari bahaya dan

lain-lain.

5)Nilai-nilai Agama( al-akhlaq al-diniyah )

Nilai religi dapat diartikan untuk nilai yang diwahyukan

Allah terhadap setiap ciptaannya. Saat dalam hati dapat

dipercaya nilai-nilai yang bisa diterapkan dengan kegiatan

keagamaan yang berguna untuk kehidupan beragama supaya

tentram akhirat dan dunia. Seperti, nilai religi; taqwa terhadap

larangan dan perintah Allah, bersyukur atas segala kenikmatan

yang muncul pada setiap diri sendiri, dan senantiasa memuji-

Nya.

Berdasarkan paparan sumber nilai di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan tentang sumber nilai berasal dari Tuhan, berasal dari beberapa
42

dalil yang dipahami agama, dan berawal dari kreativitas manusia sebagai

pemimpin di bumi yang tujuannya untuk mengatur dan menguasai apa

yang Allah Swt miliki, ditugaskan untuk orang-orang.

3.Tujuan Pendidikan Akhlak

Manfaat latihan awalnya ditentukan oleh gaya hidup orang untuk

menyusun pendidikan. Sebab tersebut membuat adanya perbedaan pada

perencanaan pendidikan.34 Pada awalnya pembelajaran akhlak berfungsi

untuk merubah hubungan dan keterkaitan individu yang merusak manusia

dan mengembangkan keterikatan yang dalam serta menjadikan manusia

merasa terdorong untuk melakukan perbuatan baik dan perilaku kurang

terpuji dari sikap tidak baik

Adanya pendidikan akhlak, seorang bisa hidup di dalam masyarakat

tanpa harus melukai atau menyakiti orang lain. Moralitas membuat

manusia agar menambah kemajuan umat demi kebaikan yang lebih besar.
35
Mengenai jenis aplikasi pendidikan Islam, ada tujuan yang begitu dalam,

adalah tanggung jawab serta tugas insan kepada Allah, antara manusia,

alam semesta dan sumber ajaran Islam itu sendiri.

Lingkungan pendidikan Islam mencakup beberapa kegiatan

pendidikan, yang dilaksanakan secara berkala dan berkaitan pada berbagai

aspek perilaku manusia seperti aspek keluarga, aspek keagamaan, aspek

ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya.

34
Ahmad Tafsir, Filsafat pendidikan Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 75.
35
Basuki dan Ulum, Miftahul. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Ponorogo
Press, 2017), 40-41.
43

Oleh sebab itu, hal ini menjadikan penting dalam penyusunan

harapan pendidikan moral yang dijelaskan oleh Ibnu Miskawayh, yakni

mengembangkan perbuatan jiwa yang bisa mendorong manusia agar

secara langsung melahirkan berbagai amal kebajikan untuk menggapai

kebahagiaan dan kesempurnaan yang menyeluruh.Selanjutnya bisa

membuat hamba beribadah dengan taat, yang mana tujuan penciptaan

makhluk. 36

Berdasarkan pernyataan yang dipaparkan tentang tujuan

pendidikan akhlak merupakan agar seorang bisa menjadi pribadi yang

mampu dan baik mengenal jati dirinya, mempunyai perilaku yang mulia

baik dalam kehidupannya serta secara vertikal bisa berlaku horizontal.

Karena itu bisa menjadi hidup nyaman dan tentram, bahagia baik secara

mental maupun fisik. Serta membimbing manusia sebagai hamba Allah

yang taqwa saat beribadah dan beriman kepada Allah SWT.

4.Metode Pendidikan Akhlak

Metode pendidikan akhlak diartikan metode yang dipakai sebagai

tuntunan atau alat komunikasi pembelajaran yang bermanfaat untuk

pemembentukan Akhlak yang mulia. Berikutnya metode pendidikan

akhlak, Islam meliputi metode tersebut mendunia.

Namun metode ini mencakup nilai-nilai moral yang diimplikasikan

untuk menjadikan nilai-nilai idealisme yang searah dengan harapan

pendidikan Islam untuk anak. Metode pendidikan moral misalnya. 37:

a.Metode Keteladanan
36
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2014). 116
37
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: PT. Al-Maarif,
2014), 332
44

Langkah ini menjadi sebuah cara latihan yang mudah. Seseorang

peserta didik harus memperoleh ketauladanan dari orang tua dan

keluarganya mulai umur sekarang, maka kelak saat dewasa dia

mampu menerima standar Islam dan kehidupannya berdasarkan

kaidah-kaidah yang sesuai.

b.Metode Kisah atau Cerita

Sebuahnarasi akan butuh metode penceritaan yang diungkap

oleh M. Quraish Shihab sebagai berikut:

“Sebuah metode yang dilakukan Alquran sebagai bimbingan

makhluk ke jalan yang diinginkan merupakan satu salah

pedoman dengan melalui pemakaian cerita.

c.Metode Pembiasaan atau Latihan

Misalnya mengutip oleh pandangan sudut Zakiah Daradjat,

“Pembiasaan dan penerapan sebagai pembentukan sikap kepada

anak, yang sedikit atau kelamaan menjadikan kuat jelas dan,

akhirnya tidak menggoyahkan sebab mampu menjadikan bagian dari

kepribadiannya.”

d.Metode Demonstrasi atau ceramah

Metode ceramah atau demonstrasi adalah sebuah narasi lisan

dari materi pembelajaran. Guru mencontohkan penjelasan atau

deskripsi terhadap beberapa anak untuk mengajar pemahaman

mengenai persoalan.38 Penggunaan metode ceramah pendidik

dituntut harus mempunyai penguasaan materi yang banyak dan bisa

38
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: RaSAIL Media
Grup, 2014), 19.
45

menarik minat anak sehingga peserta didik tertarik untuk melihat

penjelasan guru yang menyampaikan materi belajar.

e..Pemberian Nasihat

Konseling merupakan pendeklarasian manfaat dan

kebenaran, yang untungnya adalah tentang yang menasehati

menghindar dari bahaya serta mampu mewujudkan arah yang

membawa kenyamanan dan tujuan.39 Lalu jika menggunakan dengan

benar, metode konseling ini bisa memberikan dampak positif untuk

batin.Pada saat yang sama, jenis konseling untuk peserta didik ragam

sifatnya, para ahli memaparkan ikhlas, dan indikator konselor

merupakan kerelaan, menjalankan bimbingan dengan mengutamakan

keuntungan materi diri sendiri.

f.Metode Hukuman

Implementasi metode pendidikan akhlak yang diterapkan

melalui beberapa metode di atas, saat muncul permasalahan,

dibutuhkan perilaku hukuman atau penegasan.

hukuman pada mulanya tidak butuh, namun yang mendasar

pada kenyataan tentang bukan kesemuanya peserta didik sama ikut

dalam hal yang berbeda. Oleh sebab itu, pada pendidikan dan

pengembangan moral, dalam praktiknya dibutuhkan sanksi untuk

mereka yang keras,tetapi tidak sekedar contoh dan nasehat.

Pendapat Athiyah al-Abrasy, hukuman terhadap murid harus

memenuhi tiga syarat sebelum dilaksanakan:Sebelum berusia 10

39
Musli, “Metode Pendidikan Akhlak bagi Anak”, Jurnal (Jambi: Media Akademika, Vol. 26,
No. 2, 2015), 227
46

tahun, anak tidak boleh dipukul, dipukul tidak lebih dari tiga kali,

dan anak diberi kesempatan untuk bertobat dari perbuatannya dan

memperbaiki kesalahannya tanpa dipukul..40

3.Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan Akhlak

Manusia merupakan makhluk multidimensi melalui berbagai

kemampuan baik secara biologis, namun juga ketidakmampuan dan

kelemahan dibanding dengan ciptaan lainnya. Mengenai sebuah hal yang

bisa dibedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, salah satunya

berkaitan dengan bahasa, akal dan kebudayaan, keahlian mengelola alam,

tanggung jawab dan pengetahuan.

Sebagai akhlak manusia, dia begitu berdampak dalam banyak hal,

misal memahami perilaku buruk dan baik. Perilaku individu pada konsep

sangat berakibat dari berbagai keadaan dan situasi. Banyak hal yang

mengarahkan pada pengembangan akhlak berikut ini:

a.Insting atau Naluri

Naluri adalah perbuatan yang bisa menumbuhkan sikap yang

dikomunikasikan tujuannya melalui berpikiran sebelum dilakukan

dari pada berlatih..41 Keseluruhan tingkah manusia ada dari kehendak

naluriah. Naluri merupakan karakteristik bawaan yang dimaknai

kecenderungan alami.

Psikolog berkemuka tentang insting, naluri atau fitrah


bertujuan untuk memotivasi faktor yang mendorong
munculnya perilaku, selalu menginginkan dan mendamba

40
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang,
2014), 153
41
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014),
20
47

kebenaran serta mengikuti ajaran Tuhan sebab sejatinya


hanya ada dengan Allah SWT sebagai sumber yang perlu
diperoleh. kualifikasi. 42

Dari sini keaslian seorang memunculkan ciri-ciri

karakteristik. Di antara mereka, watak Rububiyyah berarti karakter

yang penuh dengan sikap lillah dan berkeinginan untuk memelihara

semua tindakan demi sang pencipta. Sifat ini mencerminkan dalam,

Kecintaan, keikhlasan, suka menolong dan sikap baik lainnya yang

berfungsi mendekatkan diri kepada Allah SWT .

Adat atau Kebiasaan saat menterjemahkan pengertian

pembiasaan atau kebiasaan bisa dibedakan menjadi dua kelompok,

yakni kebiasaan hidup di masyarakat dan pembiasaan sendiri.

Awalnya, adat istiadat merupakan sebuah bentuk perilaku yang

muncul dari sebuah tataran sosial yang hidup pada masyarakat dan

mempengaruhi perbuatan manusia. 43

Adat mempunyai kekuatan kebiasaan sosial yang ada mulai

berpengaruh terhadap seseorang yang bergabung dalam masyarakat

di masa lalu, atau dari berdampak pada agama, dari pengaruh

geografis daerah. Maka dengan ini negara dan suku miliki ciri

karakteristik masing-masing.

Di kedua arah, perbuatan yang dilaksanakan berulang

mampu dengan mudah diterapkan dalam arti pembiasaan karya

manusia. Kebiasaan yang mengulang dan terus , walaupun dasarnya

42
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2016), 4
43
Arief Wibowo, “Berbagai Hal yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak”, Jurnal
(Surakarta: SUHUF, Vol. 28, No. 1, 2016), 96
48

susah,kelamaan bisa membuat sikap yang mudah diulang secara

langsung. Sebagai kebiasaan menjaga rahasia orang lain, menjaga

kehormatan orang lain, menjaga diri sendiri dan menunaikan tugas

yang diberikan kepadanya, biarlah seseorang amanah dan dia akan

menjadi orang yang amanah.

Faktor kebiasaan ini sangat berfungsi untuk pemebentukan

dan membangun akhlak terpuji. Kebiasaan berpacu pada perbuatan

yang mengulang, serta mampu dilaksanakan. Oleh karena itu,

seseorang wajib berkomitmen untuk berulang ulang berbuat baik,

membuat mereka bisa ,dan juga membentuk perilaku yang baik.

b.Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pembentukan karakter seseorang, baik buruknya bergantung pada

pendidikan. Informasi yang berbeda diperbolehkan agar setiap orang

dapat memahaminya dan mengembangkan dirinya dan orang lain..44

Pendidikan berperan mematangkan kepribadian seseorang

supaya tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang diterimanya.

Betapa berpengaruhnya aspek pendidikan ini karena naluri yang

terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah.

c.Lingkungan

Secara keseluruhan, lingkungan dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis, yaitu lingkungan geografis atau alam dan

lingkungan sosial. Lingkungan alam, yang memelihara manusia,

44
Sudarsono Shobron, Studi Islam 3, (Surakarta: LPID UMS, 2015), 268
49

merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tindakan

manusia.

Lingkungan merupakan sesuatu yang melingkupi tubuh


makhluk hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah,
udara dan masyarakat manusia yang hidup selalu
berhubungan dengan orang lain atau bahkan dengan alam.
Oleh karena itu, orang harus bergaul dan dalam masyarakat
ini saling mempengaruhi pikiran, sifat, dan perilaku. 45
Lingkungan hidup mengikuti dan membentuk moral orang-orang

yang tinggal di lingkungan tersebut, misalnya orang yang tinggal di desa

memiliki sikap lemah lembut dan perilaku yang sangat toleran

dibandingkan dengan orang yang tinggal di kota karena kondisi di kota

yang sangat keras, dan persaingan begitu terikat.

B. Konsep Pendidikan Karakter


1. Pengertian Pendidikan Karakter

Untuk memudahkan interpretasi pembentukan karakter. Pertama

kita harus memahami arti dari karakter itu sendiri dari berbagai pendapat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter mengacu pada sifat-sifat

kejiwaan, akhlak, dan adat istiadat yang membedakan seseorang dengan

orang lain. Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,

“Karaso”, yang memiliki arti cetak biru, format dasar, sidik.46

Moh berpendapat dikatakan, “Karakter adalah kualitas seseorang

yang menyebabkan perbedaan dari orang lain secara keseluruhan. Karakter

berarti sifat-sifat positif seperti kepedulian, keadilan, kejujuran, kepatuhan,

45
Ibid…
46
Moh. Said, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Surabaya: Jaring Pena, 2016), 1.
50

pengampunan, kesadaran hidup bermasyarakat, dll. Dapat dikatakan

bahwa ini semua adalah ciri-ciri karakter. 47

Seperti dikutip Thomas Lickona, karakter Michael Novak adalah

"perpaduan yang cocok dari semua kebaikan yang diakui oleh tradisi

agama, sejarah sastra, orang bijak, dan kumpulan akal sehat dalam

sejarah."48 Menurut Griek yang dikutip oleh Zubaed, “karakter dapat

diartikan sebagai gabungan dari semua kualitas manusia yang bertahan

lama, sehingga menjadi ciri khusus yang membedakan satu orang dengan

yang lainnya.49”

Dari pemaparan penjelasan dan istilah karakter, karakter bisa

diartikan sebagai inti nilai positif yang dimiliki seseorang yang

membedakan dirinya dengan orang lain dan diwujudkan dalam perilaku

sehari-hari.

Pendidikan karakter adalah proses mengubah nilai-nilai kehidupan

untuk diwujudkan dan dikembangkan dalam kepribadian seseorang

sehingga menjadi salah satu tindakan hidupnya.. 50 Dengan pemikiran ini,

ada tiga pemikiran penting, yaitu:proses mengubah nilai, pengembangan

pribadi dan menjadi satu dalam tindakan.

47
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
Grasindo, 2010),90.
48
Thomas Lickona, Educating for Character, Terj. Juma Abdu Wamaungo, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), 81.
49
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 9.
50
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.), 11.
51

Pembentukan karakter juga dapat diartikan sebagai pembentukan

karakter plus, yang meliputi aspek pengetahuan (kognisi), perasaan

(emosi), dan tindakan (aktivitas)..51 Karakter yang baik terdiri dari

memahami hal-hal yang baik, menginginkan hal-hal yang baik, dan

melakukan hal-hal yang baik, yaitu kebiasaan berpikir, kebiasaan hati, dan

kebiasaan berperilaku.

Ketiga hal ini diperlukan untuk menjalani kehidupan moral dan

mengembangkan kedewasaan moral. Tanpa ketiga aspek tersebut,

pendidikan karakter tidak dapat berjalan efektif. Pembentukan karakter

secara sistematis dan terus menerus digalakkan dan anak-anak menjadi

cerdas secara emosional.

Karena kecerdasan emosional merupakan syarat penting yang

berdampak besar terhadap harapan masa depan anak, maka dapat

disimpulkan bahwa pembentukan karakter merupakan kegiatan yang dapat

membentuk kepribadian yang baik dari siswa, guru, orang tua dan

lingkungan yang berpendidikan agama.Pendidikan karakter juga harus

mencakup tiga komponen penting yang saling berkaitan, yaitu

pengetahuan moral yang dilandasi oleh perasaan moral yang kuat dan

diwujudkan dalam perilaku moral yang baik.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Di seluruh dunia, manfaat pendidikan karakter sejalan dengan

fungsi pendidikan nasional sebagai alat untuk mengembangkan

keterampilan dan membentuk karakter serta transformasi bangsa yang


51
Ibid
52

layak sebagai upaya memajukan kehidupan bangsa. Secara lebih spesifik,

pelatihan karakter memiliki tiga fungsi utama yakni:52

a.Pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter bermanfaat untuk membentuk dan

mengembangkan keterampilan manusia atau warga negara

Indonesia agar memiliki pikiran yang baik, hati yang baik, dan

perilaku yang baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b.Perbaikan Penguatan

Pendidikan karakter meningkatkan karakter manusia

dan warga negara Indonesia yang bersikap negatif dan

memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat,

dan pemerintah untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab

atas pengembangan potensi manusia atau kewarganegaraan.

Menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

c.Penyaring

Pembentukan karakter bangsa berguna untuk memilih

nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai

budaya bangsa lain yang baik dan bermanfaat bagi fitrah

manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa

yang berharga.Tujuan pendidikan adalah untuk

mengembangkan kualitas manusia yang baik. Pendidikan

karakter menentukan pelaksanaan perilaku anak baik selama

52
Said Hamid Hasan, dkk., Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, 2014).
5
53

proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus),

mendorong perkembangan dan penguatan. . 53

Salah satu tujuan pendidikan karakter adalah menanamkan nilai-

nilai kepada peserta didik dan memperbaharui tatanan kehidupan bersama

yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan ini merupakan tujuan

jangka panjang, bukan sekedar cita-cita yang menunjukkan jalan menuju

sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya, melainkan pendekatan

dialektis yang mendekati hasil ideal yang dapat dievaluasi secara

objektif.54

Pendidikan karakter juga berfungsi untuk meningkatkan mutu dan

hasil pengelolaan sekolah, apabila tercapai perkembangan karakter dan

karakter peserta didik secara utuh dan seimbang secara menyeluruh dan

seimbang sesuai dengan persyaratan kualifikasi lulusan. dan menerapkan

pengetahuan mereka secara mandiri. Mencermati, menginternalisasi dan

mengaktualisasikan akhlak dan nilai-nilai luhur sehingga terwujud dalam

perilaku sehari-hari.

Dalam pendidikan karakter, fokusnya adalah pada pengembangan

individu lebih lanjut dalam pendidikan. Pendidikan merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mempromosikan nilai-nilai

kemahasiswaan dan reformasi mutu di lembaga pendidikan, yaitu:kognitif,

afektif dan psikomotorik.

53
Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 9
54
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anakdi Zaman Global, (Jakarta:
PT Gramedia, 2017) 135
54

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan pembentukan nilai moral yang

dirangkai dan diimplementasikan dalam kegiatan nyata. Nilai-nilai

tersebut merupakan nilai-nilai yang dapat meningkatkan interaksi dengan

orang lain. Nilai-nilai tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan, seperti

hubungan dengan sesama, dengan diri sendiri, dengan bangsa dan negara,

dengan lingkungan dan dengan Tuhan.

Tentunya transmisi nilai-nilai tersebut membutuhkan tiga aspek,

baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam kata-kata

Thomas Lickona.55 yang menekankan pada tiga komponen karakter yang

baik, yaitu pengetahuan moral (knowledge of morality), perasaan moral

(feeling about morality) dan tindakan moral (moral action). Dengan

bantuan komponen-komponen ini seseorang harus dapat memahami,

merasakan, dan bereaksi terhadapnya kebajikan.

Kemendikbud memaparkan nilai pendidikan karakter dalam buku

pembentukan dan pengembangan pendidikan budaya karakter bangsa yang

disusun oleh Puslitbang Pusat Kurikulum Kemendikbud RI. Buku ini

memuat 18 karakter pendidikan budaya bangsa, antara lain:56

a.Nilai Religius

55
Masnur Muslih, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) 75.
56
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014),
xi
55

Perbuatan dan perilaku taat dalam pemenuhan ajaran

agamanya, toleran dalam pemenuhan ibadah agama lain dan

rukun dengan pemeluk agama lain.

b.Nilai Jujur

Perilaku pada dasarnya adalah upaya untuk menjadikan

diri Anda sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, perbuatan, dan pekerjaan.

c.Nilai Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, pendapat suku, sikap dan tindakan orang lain daripada diri

sendiri.

d.Nilai Disiplin

Perbuatan yang menjelaskan sikap patuh dan pada

berbagai aturan dan peraturan.

e.Nilai Kerja Keras

Perilaku yang menggambarkan usaha yang sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

f.Nilai Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g.Nilai Mandiri

Sifat dan perbuatan yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.


56

h.Nilai Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i.Nilai Rasa Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

C. Teori Pendidikan Karakter

Dalam dunia pendidikan ketiga tersebut seharusnya dimiliki

oleh para siswa. Pilar-pilar pendidikan karakter menyentuh ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang ketiganya saling melengkapi

dan memberikan kesempurnaan potensi yang dimilliki oleh para siswa,

sehingga ketiga pilar tersebut berkaitan erat satu sama lain dan harus

dimiliki secara bersamaan setelah proses belajar mengajar dilakukan.

1. Teori pendidikan karakter menurut ahli.

Adapun menurut Mu’in,ada enam pilar utama (pilar karakter)

pada diri manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai

watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus. Keenam karakter ini

dapat dikatakan sebagai pilar-pilar karakter manusia diantaranya:57

a. Respect (penghormatan);

57
Hilda Ainissyifa, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, Vol. 08, No. 01 2014, 26
57

Esensi penghormatan (respect) adalah untuk menunjukan

bagaimana sikap kita secara seriusdan khidmat pada orang lain dan

diri sendiri. Rasa hormat biasanya ditunjukan dengan sikapsopan

dan juga membalas dengan kebaik hatian, baik berupa sikap

maupun pemberian.Sedangkan rasa hormat juga biasa berarti

bersikap toleran, terbuka, dan menerima perbedaan sekaligus

menghormati otonomi orang lain.

b. Responsibility (tanggung jawab);


Sikap tanggung jawab menunjukan apakah orang itu punya

karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung jawab

sering tidak disukai artinya itu adalah karakter yang buruk.

c. Citizenship- civic Duty (kesadaran berwarga-negara)


Karakter yang diperlukan untuk membangun kesadaran

berwarganegara ini meliputiberbagai tindakan untuk mewujudkan

terciptanya masyarakat sipil yang menghormati hakhak individu.

d. Fireness (keadilan dan kejujuran)


Keadilan bisa mengacu pada aspek kesamaan (sameness)

atau memberikan hak-hak oranglain secara sama. Bisa pula

berdasarkan apa yang telah diperbuatnya: orang yang bekerja keras

akan mendapatkan lebih baik dan lebih banyak artinya ada aspek-

aspek yang harusdilihat ketika kita memahami nilai keadilan.

e. Caring (kepedulian dan kemauan berbagi);


58

Kepedulian adalah perekat masyarakat. Kepedulian adalah

sifat yang membuat pelakunyamerasakan apa yang dirasakan orang

lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, kadang

ditunjukan dengan tindakan memberi atau terlibat dengan orang

lain tersebut.

f. Tristworhiness (kepercayaan).

Adapun kepercayaan menyangkut beberapa elemen

karakter antara lain; integritas,merupakan kepribadian dan sifat

yang menyatukan antara apa yang diucapkan dan dilakukan;

kejujuran, apa yang dikatakan adalah benar sesuai kenyataannya.

Menurut Koesoema,ada dua paradigma dasar pendidikan

karakter. Pertama, paradigma yang memandang pendidikan karakter

dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit (narrow

scope to moral education). Pada paradigma ini disepakati telah adanya

karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik.

Paradigma ini memandang pendidikan karakter sebagai sebuah

pedagogi, menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan

sebagai pelaku utama dalam pengembangan karakter. Paradigma kedua

memandang peserta didik sebagai agen tafsir,penghayat, sekaligus

pelaksana nilai melalui kebebasan yang dimilikinya.58

2. Teori Pendidikan Karakter Menurut Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghozali menjelaskan teorinya tentang pendidikan karakter

secara mendalam dalam kitabnya yang berjudul ihya’ ulum al-din dengan

58
Ibid
59

istilah tazkiyat alnafs. Konsep Tazkiyat al-Nafs dalam kitab Ihya’ ‘ulum

al-Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama Islam) mendapat

sanjungan dari para pakar pendidikan. Ditinjau dari kandungannya,

keistimewaan ihya’ berisikan ilmu-ilmu keislaman.59

Pembahasan mengenai keharmonisan hubungan manusia dengan

Allah terletak pada faktor ibadat. Pembahasan mengenai kehidupan sosial

dan kehidupan politik atau hubungan manusia dengan sesamanya dan

makhluk Allah lainnya diletakkan dalam rub’ al-‘adât. Adapun tujuan dari

rub’ini adalah pembinaan keharmonisan hubungan manusia dengan

sesamanya danlingkungannya. Rub’ al-muhlikât dan al-munjiyât berkaitan

erat dengan pembinaanhubungan baik manusia dengan dirinya sendiri.

59
Din Muhammad Zakariya, TEORI PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT AL-GHOZALI,
TADARUS: Jurnal Pendidikan Islam, Vo.9 No.1 2020, 98
BAB IV

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KITAB TA’LIM

MUTA’ALIM DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI

INDONESIA

A.Relevansi Nilai Pendidikan akhlak Pada Kitab Ta’lim Muta’alim

dengan Pendidikan Karakter di Indonesia

Syekh az-Zarnuji mengklaim bahwa pada masanya banyak murid

yang menuntut ilmu dengan begitu tekun namun tidak bisa mengambil

manfaat dari ilmu itu sendiri, yaitu mempelajari dan mengamalkannya.

Pendapatnya tersebut muncul dari faktor sendiri pihak-pihak yang melanggar

peraturan yang harus dipatuhi oleh para pencari informasi, berdasarkan

cakupan aspek-aspek pendidikan yang begitu berpengaruh dan terhubung

melalui pendidikan, yang tidak hanya transfer pengetahuan dan keahlian.

tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai.

Warisan spritual Islam ini sangat bermanfaat untuk direvisi berulang-

ulang, karena menurutnya gagasan-gagasan tersebut dapat diterapkan dalam

pendidikan masa kini,dengan memperhatikan aspek moral guru dan siswa.

Karya ini digunakan sebagai panduan karena artikel ini mungkin dikenal dan

bermanfaat di daerah sekitarnya, khususnya di bidang pendidikan. Belajar

dari para filosof adalah semangat pendidikan Islam.

Pendidikan moral dilakukan dengan cara mengenali karakter peserta

didik secara utuh, sehingga melalui tindakan, ucapan dan pemikiran dapat

mencapai hasil yang memuaskan. Kitab Ta'lim Al-Muta'allim berisi tentang

60
61

internalisasi nilai-nilai akhlak bagi para murid agar para murid memiliki

akhlak yang berbudi luhur dan mulia di hadapan Allah SWT.

Melalui internalisasi ini, jiwa belajar tentang nilai-nilai moral yang

erat hubungannya dengan prinsip-prinsip keimanan. Identik dengan akhlak

Peserta didik, kitab Ta'lim Al-Muta'allim mengandung nilai-nilai Islami yang

dapat diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Pendidikan moral dapat

digambarkan sebagai upaya sadar yang mengarah pada penciptaan tindakan

fisik dan mental. Seorang dapat menjadikan manusia yang berakhlak mulia,

mampu berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan, menjadi pribadi yang

sempurna, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain selain dirinya.

Dalam buku ini, az-Zarnuji memfokuskan pada aspek nilai adab, baik

eksternal maupun internal. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa pendidikan

tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan tetapi yang

terpenting juga pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan yang

membentuk karakter dan martabat peserta didik harus mengantarkan peserta

didik pada nilai-nilai pendidikan karakter yang harus dimiliki.

Adapun nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kitab ta’lim

muta’allim antara lain:yakni 1). Memiliki niat yang baik, 2). Musyawarah, 3).

Rasa hormat, 4). Sabar dan tabah, 5). Kerja keras, 6). Menyantuni diri, 7).

Bercita-cita tinggi, 8). Sederhana, 9). Saling menasihati, 10). Istifadzah

(mengambil pelajaran, 11). Tawakkal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam kitab Ta'lim Al-Muta'allim sangat kompleks, yaitu dalam

kaitannya dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia


62

dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. dan

orang. Allah. antara manusia dan lingkungan.

Dalam teori pendidikan moral mencakup akhlak terhadap Tuhan, akhlak

terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap lingkungan, serta terhadap

keluarga, dan interaksi sosial yang lebih luas. Berikut beberapa

penjelasannya:

1.Pendidikan Akhlak kepada Allah Swt.

Pendidikan akhlak karena Allah dalam akhlak peserta didik harus

memiliki niat yang baik ketika menuntut ilmu dan iman untuk selalu

mengingat Allah. Karena kedua nilai tersebut merupakan sikap atau

tindakan yang harus dipenuhi siswa. Menuntut ilmu adalah amalan yang

sangat mulia, maka sudah sepatutnya pengejaran yang mulia juga

memiliki cita-cita yang tinggi.

Jika pengejaran ilmu hanya bertujuan pada hal-hal tersebut, maka

pendidikan menjadi komoditas belaka. Lebih jelas lagi: tidak seorangpun

yang mencari ilmu atau yang ingin menuntut ilmu bisa salah dalam

mendefinisikan niat menuntut ilmu sebagai pencarian pengaruh,

popularitas, kekayaan atau kehormatan duniawi dan status tertentu.

Al-Zarnuji berpendapat bahwa seorang siswa harus menanamkan

kehandalan dalam memperoleh ilmu dan tidak selalu sibuk mencari hal-

hal duniawi. Karena bisa merusak hati, sulit mencapai akhlak mulia. Al-

Zarnuji juga mewajibkan semua orang untuk berbuat baik dan mengurus

urusan Ukhraw. Ini adalah perilaku akhlak yang harus diinternalisasikan

karena tawakal kepada Allah SWT mendekatkan Anda kepada-Nya


63

sehingga apapun hasil yang Anda capai akan diterima dengan ikhlas dan

sabar.

2.Pendidikan Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Moralitas terhadap diri sendiri adalah perilaku seseorang terhadap

dirinya sendiri akibat dari pengendalian nafsunya dan menerima apa yang

terjadi padanya, karena setiap orang memiliki kewajiban moral terhadap

dirinya sendiri, kegagalan kewajiban ini mengakibatkan kerugian dan

kesulitan.

Dalam mengumpulkan informasi, siswa harus mengikuti tata krama,

menghargai dirinya sendiri dan mencari informasi dengan sungguh-

sungguh. Pengorbanan berarti tidak membebani diri dengan belajar dan

tidak memaksakan diri. Jika kondisi fisik kurang sehat, sebaiknya siswa

mengistirahatkan badan agar badan dapat pulih dan belajar dapat lebih

konsentrasi.

Teori pendidikan moral menjelaskan bahwa moralitas terhadap diri

sendiri adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri yang timbul dari

pengendalian nafsunya dan menerima apa yang terjadi padanya. Karena

setiap orang memiliki kewajiban moral untuk dirinya sendiri, kerugian dan

kesulitan muncul ketika kewajiban tersebut tidak terpenuhi.

Belajarlah untuk bersabar dan tulus dalam pelajaran apa pun yang

mungkin Anda pelajari. Murid harus sabar dengan ilmu yang dipelajarinya

dan terus menerus mempelajarinya sampai menguasainya. Jika kondisi

fisik kurang baik, siswa harus menjaga tubuhnya, agar tubuh sehat dan

belajar lebih fokus pada pengajaran.


64

3.Pendidikan terhadap lingkungan

Dalam kompilasi pendidikan akhlak lingkungan Ta'lim karya Al-

Zarnuji, AlMuta'allim memuat beberapa uraian antara lain menghargai

ilmu, menghormati guru, refleksi, dan refleksi bersama.

Siswa juga harus memiliki rasa kasih sayang, menghormati orang

lain bukan iri hati, karena dengan kasih sayang dan rasa hormat ini dia

akan membawa berkah bagi dirinya sendiri. Tentang penghormatan

terhadap ilmu, Imam Al-Zarnuji menyatakan bahwa jika murid tidak

memuji ilmu dan ahli ilmu dan tidak menghormati dan memuji gurunya,

seorang murid yang berilmu tidak bisa benar-benar memperoleh ilmu dan

menggunakan ilmunya.

Selain mempertahankan pengetahuan, siswa harus selalu

mematuhi dan menghormati guru. Bagaimanapun, guru adalah orang tua

yang bertanggung jawab untuk mendidik siswa dan memberikan kepada

mereka pengetahuan yang nantinya akan meletakkan dasar bagi

kehidupan ini. Dari sudut pandang penulis, jelas bahwa nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam muta'allim ta'lim sangat kompleks, yaitu

dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah dan

antara manusia dengan sesamanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa nilai pendidikan akhlak disebutkan dalam kitab Ta'lim Al-

Muta'allim; 1) pendidikan akhlak tentang Tuhan (melibatkan niat baik

dan iman), 2) pendidikan akhlak tentang diri (melibatkan kesabaran,


65

kerja keras, wara' (kehati-hatian), istifazah (pelajaran)), 3) pendidikan

akhlak tentang lingkungan (melibatkan timbal balik) .

Pendidikan akhlak adalah proses pendidikan, pengasuhan, pembentukan

dan pelatihan kecerdasan moral dan intelektual, baik secara formal maupun

informal, berdasarkan ajaran Islam. Pendidikan merupakan prioritas utama

dalam sistem pendidikan Islam. Akhlak yang harus dimiliki seorang muslim

adalah kepribadian muslim. Pendidikan hanya bekal materi tanpa nilai-nilai

spiritual, sedangkan ilmu lebih berbahaya jika tidak dihias dengan akhlak

mulia.

Beberapa masalah yang muncul saat ini di Indonesia adalah kurangnya

moralitas dan kemanusiaan yang telah merasuki hampir semua lapisan

kehidupan dan lapisan masyarakat, termasuk bidang pendidikan dan kondisi

yang berlaku. Krisis yang paling terlihat adalah krisis pendidikan moral

Oleh karena itu, sangat penting menanamkan pendidikan moral pada

masa kanak-kanak agar anak dapat hidup di masa depan. Pendidikan moral

harus dipraktikkan sejak dini sebelum karakter dan kepribadian dihadapkan

pada lingkungan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Seorang anak

seperti kertas putih: jika ditulis dengan tinta merah menjadi merah, jika ditulis

dengan tinta hijau menjadi hijau.

Kitab Ta'lim Muta'alim sendiri memuat nilai-nilai pendidikan akhlak

yang komprehensif yang meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri

sendiri dan akhlak terhadap makhluk lain. Tentunya hal ini sangat berperan

penting dalam membangun kepribadian yang akan menjadi pribadi yang baik.
66

Dalam penelitian ini ditemukan 11 nilai pendidikan akhlak yang

terdapat dalam kitab muta'allim ta'lim. Berikut penjabaran realisasi nilai

pendidikan akhlak dalam kitab muta'allim ta'lim dengan pendidikan karakter

di Indonesia60:

1.Mempunyai niat yang baik.

Seorang siswa lebih baik ketika dia belajar dengan serius. Karena

niat merupakan dasar dari setiap perbuatan dan perbuatan. Oleh karena

itu, sebaiknya setiap siswa memiliki niat langsung dalam belajar dan

hanya mencari keridhoan Allah SWT.Agar memper0leh pahala kelak di

akhirat dan menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya dan orang

lain. dan niat untuk membangun kembali dan melestarikan Islam.

Sebagaimana yang disampaikan az-Zarnuji:

‫وينبغ اينوي املتعلم بطل العلم رضا اهلل والدار االخرة وازالة اجلهل عن نفس‬
‫وعن ساٸ ر اجلهل واحياء الدين وابق السالم فإن بقاءالسالم بلعلم‬
“Sebaiknya bagi penuntut ilmu dalam belajarnya berniat
mencari Ridlo Allah, mencari kebahagiaan akhirat,
menghilangkan kebodohan diri sendiri dan kebodohan orang lain,
mengembangkan agama dan mengabadikan Islam, sebab
keabadian Islam itu harus diwujudkan dengan ilmu.”61
Dalam hal ini juga sesuai dengan pendidikan karakter Indonesia yaitu

pendidikan yang mengandung unsur nilai-nilai agama, dimana siswa

diharapkan memiliki niat yang baik untuk mencari ilmu, karena dengan

niat yang baik maka siswa dapat ikhlas mencari ilmu dan mengejar cita-

cita yang benar. . bukan atau hanya status, agar siswa memiliki sikap

religius, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki hati yang

60
Achmad Busiri,ETIKA MURID DALAM MENUNTUT ILMU PERSPEKTIF SYAIKH
AZZARNUJI,Jurnal Manajemen Pendidikan islam : AKADEMIKA, Volume 2 Nomor 1 Juni
2020
61
Az-Zarnuji, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, Terj. Ali As’ad...,17
67

tulus dan ikhlas, untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan umum serta

agama.

2.Musyawarah

Musyawarah adalah sikap dimana seseorang bersedia berdiskusi

dengan orang lain untuk mengambil keputusan. Cara berpikir, bersikap

dan bertindak berdasarkan hak dan kewajiban antara diri sendiri dan

orang lain adalah sama

Dalam hal ini, para ahli menjelaskan: "Tiga kelompok orang

terlibat dalam musyawarah." Pertama, orang yang sempurna adalah orang

yang berpikir jernih dan mau mendengarkan. Kedua, orang setengah

sempurna, yaitu orang yang berpendapat benar tetapi tidak mau

berunding. Ketiga, orang yang tidak sempurna, yaitu orang yang tidak

punya pendapat tapi juga tidak mau mendengarkan.

Dengan bermusyawarah dan perhatian penuh sangat penting

untuk menyelesaikan semua masalah, baik dalam diri Anda maupun

orang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh az-Zarnuji yang mengutip

sebuah hadits:

‫ ايساور فكل أمر فأن اهلل تعلى امر رسو له صلى اهلل عليه‬9‫وهكذ ينبغى‬
‫وسلم بلمشورة ىف االمرومل يكن احدافطن ومع ذلك امر بلمشورة‬
9‫وكان يشاور اصحابه ىف مجيع اال امور حت حاو ئج البيت‬.
“Oleh karena itu dianjurkan untuk selalu bermusyawarah dalam
segala urusan, padahal Allah SWT menyuruh Rasulnya untuk
bermusyawarah dalam segala urusan walaupun tidak ada yang
lebih bijak darinya tetapi beliau tetap diperintahkan untuk
bermusyawarah. Maka dalam segala urusan beliau selalu
menasihati para sahabat urusan rumah tangga.”
68

Dari pernyataan di atas kita bisa melihat bahwa Nabi Muhammad juga

berkonsultasi dengan para sahabatnya tentang barang-barang rumah

tangga. Nilai pembentukan karakter ini tetap melekat pada siswa.

Karena melalui refleksi siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik

dan tidak akan menyesali keputusan yang diambilnya. Karena refleksi

termasuk pembentukan karakter, yaitu. sikap tenang, kerjasama, toleransi,

kepedulian sosial, kepedulian terhadap lingkungan.

3.Rasa Hormat

Saling menghargai adalah salah satu hal yang dapat menciptakan

keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana dalam

menuntut ilmu, sikap hormat adalah kewajiban setiap penuntut ilmu,

karena apakah ilmu yang diperoleh itu berkah atau tidak tergantung

apakah penuntut ilmu itu menghormati ahli ilmunya. Sebagaimana

dijelaskan az-Zarnuji:

‫اعلم طلب العم لينال العلم وليتفع به أال بتعظيم العلم واهله وتعظيم‬
9‫الستاذ وتقريه‬
“Ketahuilah bahwa penuntut ilmu tidak akan memper0leh ilmu
dan tidak juga memetik manfaatnya selain dengan menghargai
ilmu dan menghormati ahli ilmu, ta’dzim terhadap guru dan
memuliakannya.”

Ketika siswa menunjukkan akhlak yang terpuji kepada guru,

maka terbentuklah hubungan baik yang mengarah pada saling pengertian,

cinta damai dan kasih sayang. Sikap tersebut sesuai dengan pendidikan

karakter bangsa Indonesia yang meliputi nilai cinta damai, nilai

kepedulian sosial dan nilai menghargai prestasi.


69

4.Sabar dan tabah

Sabar adalah sikap menahan cobaan yang diberikan Allah

kepadanya atau hamba-hambanya. Kesabaran adalah tiang rejeki seorang

hamba. Dengan kesabaran hamba dibangunkan dari kemaksiatan,

senantiasa menunaikan ketaatan dan tabah dalam menghadapi berbagai

cobaan.

Dalam belajar kesabaran dan keteguhan hati sangat penting bagi

setiap guru dan siswa, ketika seorang siswa belajar berlatih suatu bidang

tertentu, ia harus berkonsentrasi sampai bidang itu dikuasai, tidak boleh

pindah ke bidang lain sampai bidang itu dikuasai. Sebagaimana yang

disampaikan oleh azZarnuji:

‫فينبغ لطلب العلم ايشبت ويصرب على استاذ وعلى كتاب حت اليرتكه‬
‫االول‬
ّ ‫بفن اخر قبل أن يتقن‬
ّ ‫فن حىّت ال يستغل‬
ّ 9‫ابرتوعلى‬
“Maka sebaiknya penuntut ilmu harus memiliki hatiyang tabah dan
sabar dalam berguru, dan dalam mempelajari suatu kitab jangan
ditinggalkan terbengkalai, dan dalam suatu bidang studi jangan
berpindah ke bidang lain sebelum yang pertama sempurna
dipelajari.”

Sikap sabar dan pantang menyerah inilah yang kemudian

melahirkan sikap kerja keras, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat

terwujud. Sikap tersebut sesuai dengan pendidikan karakter bangsa

Indonesia yang meliputi nilai religius, nilai kerja keras dan nilai tanggung

jawab.

5.Kerja Keras

Kerja keras merupakan sebagai kegiatan dengan bersungguh agar

mencapai sesuatu yang diinginkan atau dikejar. Kerja keras bisa


70

dilaksanakan dalam segala hal, mungkin bekerja mencari nafkah,

berkreasi, membantu orang lain atau kegiatan lainnya, bahkan belajar

ilmu.

Oleh karena itu, pencari ilmu harus bekerja keras saat mempelajari

ilmu supaya tujuan baik cita-cita dari penuntut ilmu dapat terpenuhi dan

terpenuhi. Sebagaimana yang dikatakan oleh azZarnuji dalam kitab ta’lim

muta’allim:

‫ واملال زمة لطلب العلم واليه السارةىف القرأن‬9‫مث ل بد من اجلد واملواظبت‬


‫بقوله تعلى والذن جهادوفينالنهدينهم سبلن‬
“Selanjutnya, pencari ilmu juga wajib bersungguh-sungguh dan
terus-menerus demikian, Sebagaimana petunjuk Allah dalam
firman-Nya: “Dan mereka yang berjuang untuk (mencari
keridloan) niscaya akan Kami tunjukkan mereka kepada jalan
Kami”.

Bekerja merupakan ajaran Islam yang harus dibiasakan oleh

manusia. Islam selalu mendorong manusia untuk bekerja keras untuk

mencapai keinginan dan tujuan mereka. Seperti yang dicontohkan Az-

Zarnuj, bentuk kerja kerasnya adalah terus belajar dan mengulang pelajaran

yang diberikan kepadanya, karena ilmu yang didapat dengan mengulang

pelajaran itu lebih baik dan mudah dipahami.

Hal ini terkait dengan nilai pembentukan karakter di Indonesia yang

menekankan pada nilai kedisiplinan, nilai kerja keras, nilai kemandirian,

nilai menghargai prestasi, nilai membaca, dan nilai tanggung jawab. ..

6.Menyantuni Diri

Pengorbanan berarti memahami batas-batas seseorang, jadi jika

kita berusaha sebaik mungkin, kita harus tahu bahwa kita manusia
71

memiliki batas-batas kita sendiri, yang berbeda dari Allah, Pencipta Yang

Maha Agung, Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana dijelaskan didalam

ta’lim muta’allim:

‫الرزق‬
ّ ‫حت ينقطع عن العمل بل يستعمل‬
ّ ‫وال جيهد نفسه جهدا واليضعف النفس‬
‫ىف ذلك‬
“Dan janganlah menguras diri sendiri, tidak membuat dirinya lelah
sehingga ia tidak kuat berbuat sesuatu akan tetapi hendaklah tetap
menyantuni diri sendiri.”
Pengorbanan adalah sesuatu yang terkadang dilupakan oleh

kebanyakan orang, atau bahkan dilebih-lebihkan dalam gaya hidup

mereka. Pengorbanan adalah yang tidak mengandung unsur-unsur yang

berlebihan yang memungkinkan penuntut ilmu melampaui batas-batas

belajarnya. Hal ini sejalan dengan sifat menghargai prestasi, yaitu

memahami dan tidak terlalu menyesal ketika sudah berusaha tetapi tidak

mendapatkan hasil yang maksimal.

7.Bercita-cita Tinggi

Cita-cita adalah keingintahuan, keinginan atau tujuan yang pasti

tertanam dalam pikiran. Tidak ada yang hidup tanpa cita-cita, tanpa

berbuat baik dan tanpa sikap hidup. Cita-cita adalah impian dan harapan

untuk masa depan, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup

dan bagi yang lain hanya angan-angan.

Bagi semua orang yang melihatnya sebagai tujuan hidup, cita-cita

adalah impian yang dapat membangkitkan semangat untuk melangkah

maju dalam hidup ini dengan langkah yang jelas dan konstan sehingga

menjadi akselerator perbaikan diri. Di sisi lain, hal ini tidak mendorong
72

mereka yang memandang cita-cita sebagai angan-angan untuk maju dan

berkembang. Sebagaimana dijelaskan az-Zarnuji sebagai berikut:

‫هبمته‬
ّ ‫اهلمة العالية يف العمل فإنّا املرء يطري‬
ّ ‫فال ب ّد لطلب العملم من‬
‫كالطري يطريجبان حيه‬.
“Pencari ilmu wajib bercita-cita tinggi saat beramal, sebab
manusia akan terbang dengan cita-citanya sebagaimana burung
terbang memakai sayapnya.”

Dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan keinginan dan cita-

cita. Bentuk kerja keras yang dicontohkan oleh az-Zarnuji adalah

memaksimalkan usaha untuk meraih kesuksesan dan bersungguh-

sungguh untuk mencapainya, senantiasa menghayati berbagai ilmu

unggulan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter di

Indonesia yaitu nilai disiplin dan kerja keras.

8.Wara’atau Sederhana

Wara' melindungi dari segala sesuatu yang tidak baik menurut agama,

baik yang halal, makruh maupun yang haram. Oleh karena itu,

mahasiswa harus selalu memperhatikan segala sesuatu yang berkaitan

dengan hukum halal dan haram

Al-Zarnuji juga menyatakan bahwa siswa dengan ilmu Wara

bermanfaat, lebih mudah belajar dan memiliki banyak keuntungan.

Dengan informasi yang berguna, siswa mendapatkan status dan diploma

yang tinggi. Selain itu, watak Wara juga mendekati Allah dengan banyak

beribadah.
73

Salah satu contoh perilaku wara’ adalah menghindari perut

kenyang, terlalu banyak tidur, dan banyak bicara. Sebagaimana dikatakan

oleh az-Zarnuji:

‫الشبع وكثرة النوم وكثرة الكالم فيما ال ينفع‬


ّ ‫يتحرز عن‬
ّ ‫ومن الورا أن‬
“Termasuk perbuatan wara’ adalah menghindari perut kenyang,
terlalu banyak tidur, dan banyak berbicara yang tidak berguna”

Wara' adalah sifat yang mencerminkan akhlak mulia, yaitu

kehati-hatian dalam pemilihan dan penataan segala sesuatu yang

berhubungan dengan sandang, pangan bahkan lingkungan. masalah

inijuga tetap mengacu pada fitrah religius dimana seseorang harus

menaati perintah Allah SWT untuk menghindari melakukan hal-hal yang

dilarang oleh Allah SWT.

9. Saling Menasehati

Nasehat memiliki banyak arti, pada dasarnya nasehat yang baik,

petunjuk, peringatan dan saran, serta niat yang baik. Saling menasihati

berarti saling mengucapkan hal-hal yang baik, saling mendoakan, dan

saling mengingatkan tentang hal-hal yang baik. Guru dan siswa harus

memiliki sikap ini saat belajar.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh az-Zarnuji:

‫وينبغى ايكن صا حب العلم مشفقاناصحاغريحاسد‬


“Dianjurkan kepada orang yang berilmu hendaklah bersikap
penyayang, suka menasehati, dan tidak memiliki sifat dengki.”

Saling konseling bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang

membutuhkan pengetahuan menerima bimbingan dan orientasi untuk

studi mereka. Sehingga tindakan mereka terbimbing dan sikap peduli


74

mereka terhadap orang lain tumbuh. Karena nilai-nilai pembentukan

karakter misalnya. nilai demokrasi, nilai komunikasi, nilai perdamaian

dan nilai kepedulian sosial dan nilai tanggung jawab, juga dalam diskusi

kolektif.

10.Istifadah (mengambil pelajaran)

Istifadah adalah perilaku yang wajib dipunya bagi setiap penuntut

ilmu saat belajar dari siapapun dan dimanapun dia berada. Seperti yang

sering kita dengar, “belajar seharusnya tidak hanya terjadi di sekolah”.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh az-Zarnuji dalam kitab ta’lim

muta’allim:

‫حت حيصل له الفضل‬


ّ ‫كل وقت‬
ّ ‫وينبغى ايكن لطلب العملم مستفيد ا يف‬
‫ ىف العلم‬9‫والكالم‬.
“Dan dianjurkan bagi penuntut ilmu agar dapat mengambil
pelajaran sepanjang waktu, sehingga mencapai keunggulan dan
kesuksesan ilmu”
Dengan belajar dimana saja, para pencari ilmu bertujuan untuk

mendapatkan lebih banyak ilmu dan pengalaman yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Az-Zarnuji sendiri mencontohkan hal ini

Alternatif yang baik untuk istifadah adalah membawa buku catatan dan

pulpen, yang nantinya akan mencatat informasi dan pengalaman orang

yang dicintai. Sikap Istifada ini memiliki nilai pembentukan karakter yaitu

kreativitas, kemandirian, minat baca dan nilai rasa ingin tahu.

11.Tawakal

Tawakkal adalah sikap spiritual seseorang yang merupakan hasil dari

keyakinannya yang bulat kepada Allah.Keyakinan ini membuatnya

menyerahkan semua masalahnya kepada Tuhan.Hati yang tenang dan


75

tenteram, tidak diragukan lagi karena Allah Maha Mengetahui dan Maha

Bijaksana. Meski ada orang, ada kesalahpahaman tentang melakukan

tawakkal. .

Dapat disimpulkan relevansi pendidikan akhlak dalam kitab ta’lim muta’alim

dengan pendidikan karakter di Indonesia antara lain :

NO Nilai-nilai Relevan dengan Nilai-nilai Relevan


Pendidikan Pendidikan Pendidikan dengan
Akhlak pada Karakter Akhlak Pendidikan
Kitab di Indonesia pada Kitab Karakter
Ta’lim Ta’lim di Indonesia
Muta’allim Muta’allim
1 Memiliki Nilai Religius 7 Bercita-cita
Nilai kerja
niat yang tinggi keras dan
baik kreatif
2 Musyawarah Nilai 8 Wara’ dan Nilai
demokratis,Nilai sederhana religious dan
Cinta tanah air, jujur
nilai toleransi
3 Rasa hormat Nilaicinta damai 9 Saling Nilai
serta , nilai peduli komunikatif
tawadhu’ sosial menasehati dan peduli
sosial
4 Sabar dan Nilai Religius 10 Istifadah Nilai gemar
tabah Nilai cinta membaca
damai dan rasa
ingin tahu
5 Kerja keras Nilai disiplin 11 Tawakal Nilai
dan nilai mandiri religious dan
mengahargai
prestasi
6 Menyantuni Nilai
diri menghargai
prestasi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melihat pemaparan dari kajian pustaka mengenai kitab Ta’lim

Muta’alim dengan memahami kandungan isinya melalui fasal yang ada pada

kitab Ta’lim Muta’alim tersebut. Maka penulis manarik kesimpulan:

1. Dari sudut pandang penulis, jelas bahwa nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam ta'lim muta'allim sangat kompleks, yaitu dalam

kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah dan antara

manusia dengan sesamanya. Realisasi nilai pendidikan akhlak disebutkan

dalam kitab Ta'lim Al-Muta'allim; 1) pendidikan akhlak tentang Tuhan

(melibatkan niat baik dan iman), 2) pendidikan akhlak tentang diri

(melibatkan kesabaran, kerja keras, wara' (kehati-hatian), istifazah

(pelajaran)), 3) pendidikan akhlak tentang lingkungan (melibatkan timbal

balik) .

2.Pentingnya nilai-nilai pendidikan akhlak yang tersaji dalam kitab

Muta'allim ta'lim dalam muta'allim ta'lim masih sangat penting dalam

pendidikan karakter di Indonesia. Seperti wara atau sekedar mengandung

nilai-nilai religi. Menjadi Wara selalu menggiring seseorang untuk hidup

sederhana dan jauh dari kemewahan, sehingga sikap antikorupsi tertanam

dalam diri mereka.Selain wawasan mewujudkan nilai pendidikan akhlak

dalam kitab Muta'allim ta'lim, penulis menyajikan tabel sebagai berikut:

NO Nilai-nilai Relevan dengan Nilai-nilai Relevan


Pendidikan Pendidikan Pendidikan dengan
Akhlak pada Karakter Akhlak Pendidikan

76
77

Kitab di Indonesia pada Kitab Karakter


Ta’lim Ta’lim di Indonesia
Muta’allim Muta’allim
1 Memiliki Nilai Religius 7 Bercita-cita
Nilai kerja
niat yang tinggi keras dan
baik kreatif
2 Musyawarah Nilai 8 Wara’ dan Nilai
demokratis,Nilai sederhana religious dan
Cinta tanah air, jujur
nilai toleransi
3 Rasa hormat Nilaicinta damai 9 Saling Nilai
serta , nilai peduli komunikatif
tawadhu’ sosial menasehati dan peduli
sosial
4 Sabar dan Nilai Religius 10 Istifadah Nilai gemar
tabah Nilai cinta membaca
damai dan rasa
ingin tahu
5 Kerja keras Nilai disiplin 11 Tawakal Nilai
dan nilai mandiri religious dan
mengahargai
prestasi
6 Menyantuni Nilai
diri menghargai
prestasi

B. Saran

1. Pelaksana Pendidikan

Mereka yang menyampaikan pelatihan (pendidik) harus dapat

memahami dan memperhatikan kondisi siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Pendidik harus memahami bahwa belajar tidak hanya tentang

aspek kognitif, karena belajar mengajar tidak hanya tentang menanamkan

pengetahuan, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai, yaitu. nilai-

nilai. mengajarkan nilai-nilai karakter kepada siswa.

2. Lembaga pendidikan
78

Lembaga pendidikan harus mampu menciptakan lingkungan pendidikan

yang kondusif dalam arti mendukung terbentuknya manusia yang

berkualitas, baik secara kognitif maupun pribadi, sehingga peserta didik

setelah lulus dapat diterima dan berpartisipasi dalam masyarakat.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Berdasarkan hasil penelitian terhadap konsep pembelajaran santri Syekh

Az Zarnuj, penelitian Ta'limul Muta'alim belum dapat dikatakan tuntas,

karena tidak menutup kemungkinan masih banyak kesenjangan. karena

keterbatasan waktu, sumber referensi, metode, data dan analisis. Oleh

karena itu, peneliti baru diharapkan dapat meninjau kembali hasil

penelitian ini untuk menyempurnakannya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Zuchri. Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. Syakir Media


Press, 2021.

Ahmad Bustomy MZ, Abdul Muhid. "METHODSOF LEARNING PERSPECTIVE OF


ALALA TANALUL ILMA BY IMAM AL ZARNUJI." Ta'dib : Jurnal Pendidikan
Islam, 2020: Vol.9 No.1.

Ansori, Raden Ahmad Muhajir. "STRATEGI PENANAMAN NILAI NILAI


PENDIDIKAN ISLAM PADA PESERTA DIDIK." Jurnal Pusaka, 2016: ISSN
2339-2215.

Arsyad, M. TEORI BELAJAR DAN PERAN GURU PADA PENDIDIKAN DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University
Press, 2021.

Asnimar. "Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al Zarnuji Pada Kitab Ta'lim


Muta'alim." Nuha : Jurnal Pendidikan Islam, 2022: Vol.2 No.3.

Auliya, Muhammad Fahmi Ridho. "Implementasi Implementasi Nilai-Nilai Kitab


Ta'lim Muta'alim Dalam Pembentukan AKhlak Santri Penghafal Al-
Qur'an Pondok Pesantern Huffadz Daarul Falah Dukuh Sidomukti
Salatiga." Al Maqashid : Journal Of Economic and Islamic Busines, 2022:
Vol. 2 No. 2.

Fahrudin. "Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim Dan Implikasinya


Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah." Taklim:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2020: Vol.18 No.1.

Fatkhurorrozi, Fuad. "KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF SYEKH


BURHANUDIN AZ ZARNUJI DALAM KITAB TA'LIM MUTA'ALIM DAN
RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN SAAT INI ." Jurnal Profesi
Pendidikan dan Keguruan ALPAHATEACH, 2021: Vol.1 No. 2.

Hidayat, Amat. "NILAI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF IMAM BURHANUL


ISLAM AZ ZARNUJI DALAM KITAB TA'LIM MUTA'ALIM." Jurnal Aksioma
Ad Diniyah : The Indonesian Journal Of Islamic Studies, 2021: Vol. 8 No.
1.

Indonesia, Undang-Undang Republik. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT.


Sinar Grafika, 2006.

79
80

Maghfiroh, Nurul. "INTERNALISASI NILAI SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN


KITAB ALALA DI MI AL IMAN BULUS." Jurnal Kajian Kritis Pendidikan
Islam Dan Manajemen Pendidikan Dasar, 2021: Vol. 4 No.2.

Minarti, Sri. ILMU PENDIDIKAN ISLAM : Antara Fakta Teoritis Filosofis dan
Aplikatif Normatif. Jakarta: AMZAH, 2014.

Muhammad Zamhari, Ulfa Masamah. "Relevansi Metode Pembentukan


Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim Terhadap Dunia
Pendidikan Modern." Edukasia : Jurnal Pendidikan Islam, 2016: Vol.11
No.2.

Mukromin. "RESENSI KITAB TA'LIM MUTA'ALIM." ISSN ( Online) :2615-4811,


2019: Vol.19 No.1.

Saihu. "ETIKA MENUNTUT ILMU MENURUT KITAB TA'LIM MUTA'ALIM." AL


Amin : Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam, 2020: Vol. 3 No.1.

Samsu. METODE PENELITIAN ( Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif Kuantitatif


Mixed Methods serta Research Development. Jambi: Pusaka Jambi,
2019.

Sidiq, Umar. METODE PENELITIAN KUALITATIF DI BIDANG PENDIDIKAN.


Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019.

Taqiyudin. "PERAN PESANTREN SEBAGAI BASIS PENANAMAN NILAI KARAKTER


RELIGIUS DAN KEMANDIRIAN DI PESANTREN AL ITTIHAD KABUPATEN
CIANJUR JAWABARAT." AL HADI : Jurnal Manajemen Pendidikan, 2021:
Vol.1 No.2.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

81
82
83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap

penulis adalah

Sulih

Karuniawati.

Penulis

kelahiran

Kediri,11 Juli

2000. Alamat penulis di Desa. Sumberagung

Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Penulis

merupakan putri ketiga dari 4 bersaudara dari

pasangan Bapak. Abdul Aziz dan Ibu Hindun

Zainab.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis yakni RA AL-HIDAYAH

lulus pada tahun 2006, SD NEGERI SUMBERAGUNG 1 lulus pada tahun

2013, SMP NEGERI 3 WATES lulus pada tahun 2016, MAN 2 KOTA

KEDIRI lulus pada tahun 2019 dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dan mulai tahun 2019 penulis memulai pendidikan S1 di IAIN ( Institut

Agama Islam Negeri ) Kediri dengan jurusan Pendidikan Agama Islam

hingga sekarang ini. Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih

terdaftar sebagai mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Agama Islam di

IAIN KEDIRI.
84

Anda mungkin juga menyukai