Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS NILAI-NILAI TASAWWUF AKHLĀQĪ PADA BUKU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


KELAS X SMA

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Melanjutkan Pada Tahap Penelitian


pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SAPRIL
NIM. 18010101051

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2023
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Sultan Qaimuddin No. 17 Baruga-Kota Kendari
Tlp. (0401) 393710, fax. (0401) 393710.
Website: http//iainkendari.ac.id

PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian yang berjudul: “Analisis Nilai-nilai Tasawwuf Akhlāqī


pada Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA” yang ditulis
oleh saudara Sapril, NIM. 18010101051, Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Kendari, telah diuji dan dipertanggung jawabkan dalam Seminar Proposal
Penelitian yang diselenggarakan pada hari Rabu, 12 Juli 2023 dan telah
melakukan perbaikan sesuai dengan kritik dan saran Tim Penguji. Proposal
Penelitian tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat
disetujui untuk melanjutkan pada Tahap Penelitian.

TIM PENGUJI:

Ketua : Dr. H. Moh Yahya Obaid, M.Ag (.................................)

Sekretaris : Dr. Fatirawahidah, M.Ag (.................................)

Anggota 1 : Dr. H. Pairin M.A (.................................)

Anggota 2 : Dr. H. Muhammad Hasdin Has Lc, M.Th.I (.................................)

Kendari, Agustus 2023


Dekan,

Dr. Imelda Wahyuni, S.S., M.Pd.I


NIP. 198002272005012006

ii
KATA PENGANTAR

‫ َوعَىَل أهل َوَأحْص َا ِب ِه َو َم ْن تَ ِب َعهُ ْم ْح َس ٍان ىَل‬، َ ‫الس َال ُم عَىَل َأرْش َ ِف اَأْلنْ ِبيَا ِء َوالْ ُم ْر َس ِلنْي‬ َّ ‫ َو‬، َ ‫الْ َح ْمدُ هلل َر ِ ّب الْ َعال َ ِمنْي‬
َّ ‫الص َال ُة َو‬
‫ِإ‬ ‫ِإِب‬
ُ‫ َأ َّما ب َ ْعد‬،‫ي َ ْو ِم ّ ِادل ْي ِن‬
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhana wa

Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis Nilai-Nilai Tasawwuf

Akhlāqī Pada Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA”,

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program strata 1 di

Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,

Institut Agama Islam Negeri Kendari.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan sangat layak

penulis sampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya,

kepada ibunda tercinta saya Hamida dan ayahanda tercinta saya Mustamin, yang

telah membesarkan, mengasuh dan mendidik saya dengan penuh kesabaran sejak

kecil hingga saat ini.

Dengan segenap ketulusan hati penulis juga mengucapkan jazakumullahu

khairan wa barakallahu fiikum kepada:

1. Dr. Husain Insawan, M.Ag sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Kendari yang mendukung sarana dan fasilitas serta kebijakan yang

mendukung penyelesaian studi penulis.

iii
2. Dr. Imelda Wahyuni, S.S., M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang telah

memberikan dukungan.

3. Dra. St. Fatimah Kadir, M.A selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam, atas

nasehat, saran dan motivasinya.

4. Dosen pembimbing Dr. Moh Yahya Obaid, M.Ag dan Dr. Fatirawahidah,

M.Ag atas bimbingan, saran dan motivasi yang diberikan.

5. Dosen penguji Dr. H. Pairin M.A dan Dr. H. Muhammad Hasdin Has Lc,

M.Th.I atas saran dan nasehat yang diberikan.

6. Staf tata usaha Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari yang

ramah dan renponsif dalam memberikan pelayanan administrasi dalam

penyelesesaian skripsi ini.

7. Kepala UPT Perpustakaan IAIN Kendari dan seluruh staf yang telah

memfasilitasi penulis dalam mengakses sumber Pustaka dalam penyelesaian

proposal ini.

8. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Agama Islam, khususnya teman-

teman seperjuangan angkatan 2018, atas semua dukungan, saran, motivasi,

semangat dan kerjasamanya.

9. Sahabat saya Oging dan Basri yang selalu memberikan motivasi dan banyak

membantu penulis dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan dan perbaikan, sehingga rapannya proposal ini dapat memberikan

iv
manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa

dikembangkan lagi lebih lanjut.

Kendari, 19 Agustus 2023


Penulis,

Sapril
NIM.18010101051

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ....................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Fokus Penelitian ............................................................................ 4
1.3. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1.6. Definisi Operasional ....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Deskripsi Konseptual ..................................................................... 8
2.2. Penelitian Relevan ……………………………………………… 19
2.3. Kerangka Berpikir ……………………………………………… 25

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode/Teknik Penelitian ……………………………………… 26
3.2. Sumber Data Penelitian ………………………………………… 26
3.3. Proses Pengumpulan Data ……………………………………… 28
3.4. Analisis Data ………………………….……................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 32

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembinaan akhlak yang baik terhadap pengembangan akhlak peserta didik

sangat penting dilakukan. Hal ini akan berdampak positif bagi pengembangan

akhlak peserta didik di masa yang akan datang, adapun cara pembinaan atau solusi

dalam pengembangan akhlak bagi peserta didik diantaranya dengan memberikan

pengetahuan tentang pentingnya akhlak terhadap kehidupan, membentuk

pendidikan budi pekerti, adab, tingkah laku melalui buku ajar Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti.

Akhlak sangat penting dan menjadi bagian yang tidak biasa dipisahkan

dari kehidupan manusia. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan

mahluk manusia dengan mahluk lainnya. Jika manusia tanpa akhlak, maka akan

muncul adab atau prilaku yang tidak baik terhadap orang tua, guru atau yang lain,

dan Prilaku menyimpang akibat Akhlak yang kurang baik dan yang paling

mengkhawatirkan apabila tidak ada pendidikan akhlak adalah akan terciptanya

pribadi yang tidak memiliki budi pekerti yang baik, tingkah laku, dan adab yang

baik.

Pendidikan di Indonesia memang sedang mengalami usaha-usaha

perkembangan. Penyempurnaan kurikulum misalnya, terus diperbaiki dari masa

ke masa sebagai upaya membangun pengetahuan, keterampilan, dan keahlian

tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka.

Itulah sebabnya maka pendidikan itu selalu mengalami pekembangan atau


pembaharuan dari masa ke masa, baik dalam bentuk isi maupun caranya, yang

dilaksanakan dalam lembaga pendidikan formal, non formal maupun informal

agar sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Zuhairini, 2004, h. 93).

Salah satu aspek yang berkembang seiring dengan penyempurnaan

kurikulum adalah penyempurnaan buku ajar. Peranan buku ajar dalam

kepentingan pendidikan sangat besar sekali, sebab peserta didik bukan hanya

dapat memproduksi ingatan sebagaimana terdapat dalam bentuk penyampaian

secara lisan, tetapi dengan membaca buku-buku ajar ini memerlukan kecakapan,

menarik kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang diteliti membandingkan, dan

menilai isi secara kritis.

Buku pelajaran merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi peserta

didik di sekolah yang merupakan sarana yang sangat menunjang proses kegiatan

belajar mengajar. Buku pelajaran sangat menentukan keberhasilan pendidikan

peserta didik dalam menuntut pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, buku

pelajaran yang baik dan bermutu selain menjadi sumber pengetahuan yang dapat

menunjang keberhasilan belajar peserta didik juga dapat membimbing dan

mengarahkan proses belajar mengajar di kelas ke arah proses pembelajaran yang

bermutu pula (Jabrohim, dkk, 2009, h. 3).

Dalam pendidikan banyak hal yang menjadi penunjang keberhasilan suatu

pendidikan, salah satunya adalah adanya sarana yang bisa menjadi panduan dalam

proses pembelajaran di antaranya adalah buku teks. Menurut Prastowo buku teks

pelajaran pada umumnya merupakan bahan ajar hasil seorang pengarang atau tim

2
pengarang yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran kurikulum yang

berlaku. (Awwaludin, 2017, hal. 27).

Buku teks atau yang biasa disebut dengan buku pelajaran adalah salah satu

komponen terpenting dalam proses belajar mengajar, bahkan dapat dikatakan

sebagai kebutuhan primer bagi guru dan siswa. Buku teks berisi ilmu pengetahuan

yang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar pada kurikulum, dengan

adanya buku teks akan memudahkan guru dalam menyiapkan materi sebelum

proses pembelajaran di mulai, buku teks juga dapat digunakan oleh siswa untuk

belajar secara mandiri (Zain, 2006, hal. 49). Sedangkan menurut Permendiknas

No. 11 Tahun 2005, buku teks merupakan buku acuan wajib untuk digunakan di

sekolah yang menurut materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan

dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis potensi fisik dan

kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Meskipun banyak berita dan fenomena yang memberitakan kenakalan di

kalangan remaja namun namun hal ini sebenarnya tidak menunjukan kondisi

siswa secara keseluruhan. Masih banyak sekolah-sekolah yang memapu

menciptakan siswa yang memiliki akhlakul karimah. Namun yang tersorot media

dan menjadi bahan pemberitaan hanyalah terkait dengan siswa yang nakal.

Berdasarkan data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik, psikis

termasuk perundungan (kompas.com, 24 Juli 2022). Jumlah tersebut tentu tidak

sebanding jika dibandingkan dengan jumlah siswa secara keseluruhan yang

mencapai jutaan siswa.

3
Akhlakul karimah siswa tidak dapat dilepaskan dari peran buku ajar

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang di dalamnya terkandung nilai-

nilai tasawwuf akhlāqī yang mempu menjadi benteng bagi siswa untuk menangkal

pengaruh negatif lingkungan dan perkembangan Iptek. Tidak dapat dipungkiri

bahwa mata pelajaran yang berperan penting dan memegang tanggung jawab

utama dalam membina akhlak siswa adalah pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti. Peran buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti juga

tidak dapat dipandang sebelah mata, sebab didalamnya terkandung berbagai

materi dan nilai yang berperan dalam membentuk akhlak siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, serta dengan melihat begitu pentingnya

peran buku teks dalam menumbuhkan nilai-nilai tasawwuf akhlāqī kepada para

peserta didik maka peneliti merasa bahwa perlu adanya penelitian lebih mendalam

terhadap buku Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Untuk itu, inilah alasan

penulis melakukan penelitian ini dalam rangka mengetahui sejauh mana nilai-nilai

tasawwuf akhlāqī diajarkan pada siswa SMA kelas X melaui buku Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut

penulis tertarik mengangkat penelitian ini dengan judul “Analisis Nilai-Nilai

Tasawwuf Akhlāqī pada Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X

SMA”

1.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai nilai tasawwuf akhlāqī yang

terkandung di dalam buku teks pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas X

SMA. Hal ini didasarkan pada pentingnya pengajaran tentang tasawwuf, terutama

4
tasawwuf akhlāqī, sehingga perlu diketahui apakah buku yang digunakan dalam

pembelajaran di sekolah telah memuat nilai-nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī

atau belum.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

merumuskan masalah bagaimana nilai-nilai tasawwuf akhlāqī pada Buku Teks

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis

muatan nilai-nilai tasawwuf akhlāqī pada buku teks Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti kelas X SMA.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Secara Teoritik

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam memperoleh gambaran

mengenai analisis isi dan nilai-nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī yang

terkandung dalam buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam disiplin ilmu

Pendidikan Agama Islam, terutama analisis isi buku teks mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta nilai-nilai pendidikan

tasawwuf akhlāqī yang terkandung di dalamnya.

5
1.5.2. Secara Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan kesadaran bagi praktisi pendidikan

terutama pendidik agar lebih memperhatikan penanaman nilai-nilai tasawwuf

akhlāqī kepada peserta didik yang terkandung dalam bahan dan sumber

pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam.

2. Menjadi bahan studi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.

1.6. Definisi Operasional

1. Analisis adalah mengidentifikasi atau menyelidiki berdasarkan kriteria nilai-

nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī. Dalam penelitian ini fokus analisis

peneliti adalah pada muatan nilai-nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī dalam

buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X SMA.

2. Nilai-nilai tasawwuf akhlāqī yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah

sebuah standar perbuatan, sikap dan perasaan seorang hamba dalam mencapai

ridha Allah dengan mengacu pada pemikiran Imam Al Ghazali, mencakup

takhalli, tahalli dan tajalli.

3. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA merupakan

salah satu jenis bahan ajar berbentuk teks dokumen cetakan dan berisi materi

berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedur, sehingga merupakan

6
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta didik

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Buku yang

peneliti maksud di sini adalah buku Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti untuk Kelas X SMA yang diterbitkan oleh Kemendikbud.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Deskrisi Konseptual

2.1.1. Pengertian Nilai-Nilai

Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai

merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri

seseorang (Mulyana, 2004). Nilai berasal dari bahasa latin, valere yang berarti

berguna, mampu akan, berlaku, sehingga nilai dimaknai sebagai suatu hal yang

dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar berdasarkan keyakinan individu

atau kelompok. Menurut Sutarjo nilai adalah preferensi yang tercermin dari

perilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan sesuatu berdasarkan

sistem nilai yang diyakininya. Lebih lanjut pengertian nilai dijelaskan oleh

Steeman yang dikutip oleh Sutardjo, bahwa nilai adalah sesuatu yang memberi

makna pada hidup, titik tolak dan tujuan hidup yang memberi acuan, nilai adalah

sesuatu yang dijunjung tinggi yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan

manusia. Nilai bukan sekadar keyakinan, tetapi menyangkut pola pikir dan

tindakan, sehingga ada hubungan yang erat antara nilai dan etika (Adisusilo,

2017).

Senada dengan Steeman, Richard berpendapat bahwa nilai adalah standar

perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan

bagaimana kita memperlakukan orang lain. Nilai yang baik dapat menjadikan

8
seseorang berbuat baik kepada orang lain, menjadikan dirinya lebih baik, dan

hidup lebih baik lagi (Adisusilo, 2017). Kemudian Ali dan Asrori

menyederhanakan pengertian nilai, nilai adalah sesuatu yang diyakini

kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya (Ali dan Asrori,

2014).

2.1.2. Pengertian Tasawwuf Akhlāqī

Tasawwuf berasal dari bahsa Arab yang berarti bisa membersihkan atau

saling membersihkan. Kata membersihkan merupakan kata kerja transitif yang

membutuhkan objek. Objek dari tasawwuf ini adalah akhlak manusia. Kemudian

saling membersihkan merupakan kata kerja yang didalamnya harus terdapat dua

subjek yang aktif memberi dan menerima (Anwar, 2008, h. 229-230). Kemudian

akhlak juga berasal dari bahasa Arab yang bermakna perbuatan atau penciptaan.

Akan tetapi, dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai budi, tabiat, adab,

atau tingkah laku. Jika kata tasawwuf dengan kata akhlak disatukan, dua kata ini

akan menjadi sebuah frase, tasawwuf akhlāqī. Tasawwuf akhlāqī merupakan

bentuk tasawwuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur’an dan Al-Hadis secara

ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat (tingkatan rohaniah)

mereka kepada kedua sumber tersebut (Solihin dan Anwar, 2008, h. 111).

Secara etimologis, tasawwuf akhlāqī bermakna membersihkan tingkah

laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawwuf akhlāqī merupakan

gabungan antara ilmu tasawwuf dengan ilmu akhlak. Akhlak erat hubunganya

dengan perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan

tempat tinggalnya. Jadi, tasawwuf akhlaki dapat terealisasi secara utuh, jika

9
pengetahuan tasawwuf dan ibadah kepada kepada Allah SWT dibuktikan dalam

kehidupan sosial (Anwar, 2008, h. 230-231).

Tasawwuf akhlāqī adalah tasawwuf yang beriorentasi pada perbaikan

akhlak, mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat makrifat

kepada Allah dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawwuf

akhlāqī biasa juga disebut dengan tasawwuf sunni, yaitu tasawwuf yang memagari

dirinya dengan Al-Qur’an dan al-Hadits. (Abd. Rahman, 2002, h. 1).

Tasawwuf akhlāqī ini bisa dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk

menjaga akhlak manusia atau dalam bahasa sosialnya moralitas masyarakat.

Dalam tasawwuf akhlāqī, sistem pembinanaannya disusun sebagai berikut:

takhalli, mengosongkan diri dari perilku burukatau akhlak tercela. Tahalli, upaya

mengisi atau menghiasi diri dengan perilaku dan akhlak yang terpuji. Tajalli,

usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase

sebelumnya untuk mencapai kesucian jiwa. Pada fase tajalli inilah tersingkapnya

Nur Ilahi (cahaya Tuhan) seiring dengan sirnanya sifat-sifat kemanusiaan yang

negatif pada diri manusia setelah tahapan takhalli dan tajalli. (Abd. Rahman,

2020, h. 3)

2.1.3. Nilai-nilai Tasawwuf Akhlāqī

Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak

baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah. Itulah sebabnya, pada

tahap awal memasauki kehidupan tasawwuf, seseorang diharuskan melakukan

amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat. Tujuanya adalah menguasai

hawa nafsu, menekan hawa nafsu sampai ketitik terendah, dan bila mungkin

10
mematikan hawa nafsu sama sekali. Dalam penelitian ini nilai-nilai tasawwuf

akhlāqī mengacu pada pendapat imam Al Ghazali, sebagai berikut:

1. Takhalli

Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seorang sufi.

Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.

Salah satu akhlak tercela yang paling banyak membawa pengaruh terhadap

timbulnya akhlak jelek lainya adalah ketergantungan pada kelezatan duniawi.

Hal ini dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam

segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu (Solihin

dan Anwar, 2008, h. 113-114).

Takhalli, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan

terhadap kelezatan kehidupan duniawi. Dalam hal ini manusia tidak diminta

secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh

menghilangkan hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekedar

sebagai kebutuhannya dengan menekan dorongan nafsu yang dapat

mengganggu stabilitas akal dan perasaan. Ia tidak menyerah kepada setiap

keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak mematikannya. Ia

menempatkan segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, sehingga tidak

memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia. Jika hati telah

dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia harus diobati. Obatnya

adalah dengan melatih membersihkannya terlebih dahulu, yaitu melepaskan

diri dari sifat-sifat tercela agar dapat mengisinya dengan sifat-sifat yang

terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

11
Menurut kalangan sufi, kemaksiatan dapat dibagi dua: pertama,

maksiat lahir yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti

tangan, mulut dan mata. Sedangkan maksiat batin ialah segala sifat tercela

yang diperbuat anggota batin yaitu hati. Menurut al-Ghazali moral adalah

setiap hal yang mengangkat jiwa dan kehidupan menuju cahaya dan kesucian.

Sedangkan kejelekan adalah semua hal yang merusak tubuh jiwa serta akal

dan menjauhkan ruh dari cahaya dan kesucian. Al-Ghazali mengajak untuk

tidak menjilat dalam mencari rezeki, menghilangkan keinginan kuat untuk

meraih kenikmatan hidup dan membawa jiwa untuk menuju keindahan-

keindahan hidup. AlGhazali meremehkan harta, pangkat dan kedudukan jika

dalam membela sikap yang demikian terdapat sifat yang menggerogoti moral

yang lurus.

Al-Ghazali menyerukan untuk menahan jiwa, akal dan tangan dari

ketamakan-ketamakan hidup, kenikmatan-kenikmatan hina, kemuliaan palsu

dan pertarungan yang batil. Ada beberapa sifat yang perlu dibersihkan ketika

seorang salik ingin mempraktekkan tingkatan takhalli ini, yaitu:

a. Hasud : iri/dengki

b. Hiqd : benci/mendengus

c. Suudzan : buruk sangka

d. Takabbur : sombong/ pongah

e. Ujub : berbangga diri

f. Riya : suka pamer kemewahan

12
g. Sumah : mencari kemasyhuran

h. Bakhil : kikir

i. Hubb al-mal : materialistis

j. Tafakhur : bersaing dalam kebanggaan diri

k. Ghadab : marah

l. Namimah : menyebar fitnah

m.Kidzib : berbohong

n. Khianat : tidak jujur/ tidak amanah

o. Ghibah : membicarakan kejelekan orang lain

2. Tahalli

Sesudah tahap pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental

tidak baik dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ketahap kedua yang disebut

tahalli. Kata ini mengandung pengertian, menghiasai diri dengan jalan

membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha

agar dalam setiap gerak perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik

kewajiban yang bersifat luar maupun yang bersifat dalam (Siregar, 2002, h,

102).

Tahap tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah

dikosongkan tadi. Sebab, apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak

segera ada penggantinya maka kekosongan itu bisa menimbulkan prustasi.

Oleh karena itu, setiap satu kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi

dengan satu kebiasaan baru yang baik. Dari satu latihan akan menjadi

13
kebiasaan dan dari kebiasaan akan menghasilkan kepribadian. Jiwa manusia,

kata Al-Gazali, dapat dilatih, dapat dikuasai, bisa diubah dan dapat di bentuk

sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Sikap mental dan perbuatan

luhur yang sangat penting diisikan kedalam jiwa seseorang dan dibiasakan

dalam kehidupannya adalah taubah, sabar, kefakiran, zuhud, tawakkal, cinta,

ma’rifah, dan kerelaan. Apabila manusia mampu mengisi hatinya dengan

sifat-sifat terpuji, maka ia akan menjadi cerah dan terang.

Manusia yang mampu mengosongkan hatinya dari sifat-sifat yang

tercela (takhalli) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji (tahalli),

segala perbuatan dan tindakannya sehari-hari selalu berdasarkan niat yang

ikhlas. Seluruh hidup dan gerak kehidupannya diikhlaskan untuk mencari

keridhoan Allah semata. Karena itulah manusia yang seperti ini dapat

mendekatkan diri kepada-Nya. Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi

diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak

terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari

akhlak-akhlak tercela, dengan menjalankan ketentuan agama baik yang

bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar

adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji

dan lain-lain. Adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan

dan kecintaan kepada Tuhan, artinya membersihkan diri dari sifat-sifat

tercela, dari maksiat lahir dan batin. Diantara sifat-sifat tercela itu menurut

Imam al-Ghazali adalah pemarah, dendam, hasad, kikir, ria, takabbur, dan

lain-lain. Sifat-sifat yang menyinari hati atau jiwa, setelah manusia itu

14
melakukan pembersihan hati, harus dibarengi pula penyinaran hati agar hati

yang kotor dan gelap menjadi bersih dan terang. Karena hati yang demikian

itulah yang dapat menerima pancaran nur cahaya Tuhan.

Sifat-sifat yang menyinari hati itu oleh kaum sufi dinamakan sifat-

sifat terpuji (akhlaq mahmudah), di antaranya adalah :

a. Taubat : menyesali dari perbuatan tercela

b. Khauf/taqwa : perasaan takut kepada Allah

c. Ikhlas : niat dan amal yang tulus dan suci

d. Syukur : rasa terima kasih atas segala nikmah

e. Zuhud: hidup sederhana, apa adanya

f. Sabar : tahan dari segala kesukaran

g. Ridho : rela dalam menerima taqdir Allah

h. Tawakkal : berserah diri pada Allah

i. Mahabbah : perasaan cinta hanya kepada Allah

j. Dzikrul maut : selalu ingat akan mati.

Apabila manusia telah membersihkan hatinya dari sifat-sifat tercela

dan mengisi dengan sifat-sifat terpuji itu, maka hatinya menjadi cerah dan

terang dan hati itu dapat menerima cahaya dari sifat-sifat terpuji tadi. Hati

yang belum dibersihkan tak akan dapat menerima cahaya dari sifat-sifat

terpuji itu

3. Tajalli

15
Dalam rangka pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui

pada fase tahalli, maka rangkaian pendidikan itu di sempurnkan pada fase

tajalli. Kata ini berarti terungkapnya nur gaib bagi hati. Apabila jiwa telah

terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan organorgan tubuh sudah terbiasa

melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka agar hasil yang telah

diperoleh itu tidak berkurang, perlu penghayatan rasa ke-Tuhanan. Para sufi

sependapat bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan kesucian jiwa itu

hanya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa

kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk

mencapai Tuhan (Siregar, 2002, h, 105-106).

Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan

mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan

mendatangkan kedamaian. Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah

dari dalam hatinya. Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan

mengecewakan. Waktunya sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam

dzikir. Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdzikir

kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan

sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran

Allah yang tidak hentihentinya didengungkan setiap saat. Tangannya

berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki,

dan anggota tubuh yang lain.

Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan

lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang

16
tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada

syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi

hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap

detik.

2.1.4. Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Buku teks adalah buku yang berisi uraian tentang isi atau materi suatu

mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah

diseleksi berdasarkan orientasi pembelajaran, perkembangan siswa, untuk

diasimilasikan. Buku ini dapat dipakai untuk sarana belajar dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah. Pengertian yang diungkapkan oleh Direktorat

Pendidikan Menengah Umum buku teks merupakan sekumpulan tulisan yang

dibuat secara sistematis dan berisi tentang suatu materi pelajaran tertentu, yang

disampaikan oleh pengarangnya yang mengacu pada kurikulum yang berlaku

(Muchlis, 2010, h. 50)

Selain itu, dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 1 juga

menjelaskan bahwa “buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di

satuan pendidikan dasar dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak

mulia, kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, peningkatan

kepekaan, dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan

kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008).

17
Buku teks merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu peserta

didik dalam memahami materi pelajaran dan dapat di manfaatkan dalam proses

pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Buku teks sebagai sumber belajar

kedudukannya primer. Pendidik dan peserta didik menggunakan buku teks

sebagai sumber ilmu. Buku teks menyajikan banyak informasi untuk memahami

materi pembelajaran yang diberikan guru di dalam kelas. Buku teks juga dapat

membantu guru untuk menyajikan materi secara detail sehingga siswa mudah

mempelajarinya. (Supriyo, 2015, h. 86-87).

Buku teks sangat bermanfaat bagi siswa untuk belajar. Dengan adanya

buku teks, siswa akan memperoleh banyak informasi dan pelajaran, dapat belajar

mandiri, dan mengerjakan soal-soal yang ada di buku teks untuk melatih

kemampuannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku yang

berisi tentang uraian materi pelajaran tertentu, yang disusun secara sistematis

berdasarkan kurikulum tertentu dan telah melalui uji seleksi kelayakan

berdasarkan tujuan pembelajaran, orientasi pembelajaran serta mengacu pada

perkembangan peserta didik.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sumber belajar atau

referensi sangatlah diperlukan. Buku teks Pendidikan Agama Islam memuat

materi Al-Qur’an, Hadis, Fiqh, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam yang

harus dipahami dan diamalkan. Oleh sebab itu, kedudukan buku teks pendidikan

Agama Islam sangatlah penting dalam proses pembelajaran.

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam

18
mengamalkan ajaran Agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui

mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. (PP

No. 55 Tahun 2007 Tentang pendidikan Agama dan Keagamaan). Dalam konteks

ini, buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menggunakan kurikulum

2013 yang diterbitkan oleh Kemendikbud. Materi yang disajikan untuk satu tahun,

yaitu materi semester I (ganjil) dan materi semester II (genap).

2.2. Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran, penulis belum menemukan penelitian yang

sama dengan penelitian penulis. Namun terdapat beberapa penelitian sebelumnya

yang relevan dengan penelitian penulis, di antaranya:

1. Weti Melandari (2020) dengan judul penelitian Nilai-Nilai tasawwuf akhlāqī

dalam Kitab Nasaih Al-‘Ibad. Peneliti menjabarkan mengenai nilai-nilai

tasawwuf akhlāqī yang dimuat dalam kitab Nasaih Al-‘Ibad dan relevansi

nilai-nilai tasawwuf akhlāqī yang terdapat dalam kitab tersebut dengan

konteks kehidupan sekarang. Hasil penelitian ini adalah bahwa nilai-nilai

tasawwuf akhlāqī yang terdapat di dalam kitab Nasaih Al-‘Ibad adalah nilai

taubat, nilai ikhlas, nilai sabar, nilai wara’, nilai zuhud, nilai tawakal, nilai

mahabbah, dan nilai syukur. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa nilai

yang terdapat dalam kitab Nasaih Al-‘Ibad seperti nilai sabar, tawakal, ikhlas,

mahabbah, dan syukur dapat dijadikan benteng untuk membangun diri dari

dalam, terutama dalam menghadapi gemerlapnya materi dunia. Dengan

tasawwuf akhlāqī akan mencapai ketenangan hati yang merupakan pangkal

kebahagiaan seseorang, baik bahagia di dunia maupun bahagia di akhirat.

19
2. Hosen (2021) dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan tasawwuf akhlāqī (Studi

Analisis dalam Buku Kalam Hikmah RKH. Muhammad Syamsul Arifin).

Peneliti menjabarkan mengenai nilai-nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī pada

buku Kalam Hikmah karya RKH. Muhammad Syamsul Arifin, tentang

tipologi pemikiran keislaman RKH. Muhammad Syamsul Arifin yang

terdapat dalam buku tersebut, dan tentang relevansi nilai-nilai pendidikan

tasawwuf akhlāqī yang terklandung dalam buku tersebut dengan mata

pelajaran aqidah akhlak kurikulum 2013 di madrasah tsanawiyah. Hasil

penelitian ini adalah bahwa nilai-nilai pendidikan tasawwuf akhlāqī yang

terdapat dalam buku Kalam Hikmah karya RKH. Muhammad Syamsul Arifin

adalah nilai istiqomah, nilai sabar, nilai tawadhu’, nilai wara’, nilai qona’ah

dan nilai tawakal. Adapun tipologi pemikiran keislaman RKH. Muhammad

Syamsul Arifin dalam buku Kalam Hikmah adalah tipologi pemikiran Islam

tradisional karena lebih menekankan pemikiran-pemikiran keislaman yang

masih terikat kuat dengan pemikir-pemikir ulama ahli fiqih, hadits, tasawwuf

dan kehidupan-kehidupan ulama yang hidup di antara abad ke-7 Masehi

hingga abad ke-13 Masehi. Dalam buku Kalam Hikmah juga memiliki

relevansi dengan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 2013. Karena

buku Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum 2013 dan buku Kalam

Hikmah saling berkaitan mulai dari materi, tujuan dan ruang lingkupnya,

dalam hal ini untuk membentuk perilaku yang baik dari dalam maupun dari

luar hati dengan menekankan pada sistem olah hati dengan prosesnya berupa

takhalli, tahalli, dan tajalli.

20
3. Nesia Mu’asyarah (2017) dengan judul Nilai-Nilai Tasawwuf Dalam Novel

Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya Dalam

Pengembangan Akhlak Al Karimah. Peneliti menjabarkan mengenai nilai-

nilai tasawwuf yang terkandung dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy, karakteristik tasawwuf dan relevansi nilai-nilai

tasawwuf dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy

dalam pengembangan akhlak al Karimah. Hasil penelitian ini adalah bahwa

nilai-nilai tasawwuf dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy mengandung beberapa nilai tasawwuf yaitu, zikir, sabar, zuhud,

muhasabah, dan muraqabah serta hudhuri. Adapun karakteristik nilai

tasawwuf yakni sesuai dengan alur cerita dalam novel tersebut yang

menampilkan tokoh utamanya yang mencerminkan akhlak mulia. Di dalam

tasawwuf hal ini termasuk ke dalam tasawwuf akhlāqī yang beriorientasi

mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan budi pekerti yang

buruk dan tercela kemudian masuk kepada budi pekerti yang terpuji (akhlak

al karimah) yang berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun nilai-nilai

tasawwuf yang ditemukan pada novel tersebut memiliki relevansi yang sangat

tinggi dalam pengembangan akhlak al karimah.

4. Annisa Rizki Ananda (2017) dengan judul Nilai-nilai tasawwuf dalam novel

99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga

Almahendra. Peneliti menjabarkan mengenai nilai-nilai dan karakteristik

tasawwuf dalam novel 99 cahaya di langit eropa karya Hanum Salsabiela Rais

dan Rangga Almahendra. Hasil penilian ini adalah bahwa nilai-nilai yang

21
terkandung dalam novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela

Rais dan Rangga Almahendra yakni nilai taubat, syukur, wara’, sabar, zuhud,

shiddiq, dan mahabbah. Adapun karakteristik tasawwuf dalam novel 99

Cahaya di Langit Eropa menjurus kepada tasawwuf akhlāqī yaitu tasawwuf

yang beriorentasi pada latihan-latihan pengendalian hawa nafsu untuk

memperoleh tujuan akhir yaitu kedekatan kepada Allah SWT.

5. Linda Aliffianita (2022) dengan judul Nilai-Nilai Tasawwuf Dalam Novel

Habibie & Ainun Karya Bachruddin Jusuf Habibie. Peneliti menjabarkan

mengenai nilai-nilai tasawwuf yang terdapat pada buku novel Habibie &

Ainun. Hasil penelitian ini adalah bahwa nilai-nilai tasawwuf yang terdapat

pada novel Habibie & Ainun adalah nilai sabar, syukur, tawakkal, tawadhu,

dan mahabbah. Dan adapun karakteristiknya ialah termasuk tasawwuf

akhlāqī yaitu tasawwuf yang lebih mengajarkan kepada perbaikan akhlak,

perilaku, serta moral dalam kehidupan manusia.

Tabel 2.4. Kajian Persamaan dan Perbedaan Penelitian Penulis dengan

Penelitian Relevan

No Judul Penelitian Relevan Persamaan Perbedaan

1. Nilai-Nilai tasawwuf akhlāqī Dalam penelitian Pada penelitian


dalam Kitab Nasaih Al-‘Ibad, Weti ini sama-sama ini peneliti
Melandari (2020) menganalisis nilai- meneliti Kitab
nilai tasawwuf Nasaih Al-‘Ibad
akhlāqī, sama-sama sedangkan
menggunakan jenis penelitian kami
penelitian pustaka meneliti Buku
(library research), Teks Pendidikan
sama-sama Agama Islam dan
menggunakan Budi Pekerti

22
analisis data Kelas X SMA.
analisis isi (content
analysis).
2. Nilai-Nilai Pendidikan tasawwuf Dalam penelitian Pada penelitian
akhlāqī (Studi Analisis dalam ini sama-sama ini peneliti
Buku Kalam Hikmah RKH. menganalisis nilai- meneliti buku
Muhammad Syamsul Arifin), nilai tasawwuf Kalam Hikmah
hosen (2021). akhlāqī. sama- karya RKH.
sama menggunakan Muhammad
jenis penelitian Syamsul Arifin
pustaka (library sedangkan
research), sama- penelitian kami
sama menggunakan meneliti Buku
analisis data Teks Pendidikan
analisis isi (content Agama Islam dan
analysis). Budi Pekerti
Kelas X SMA.

3. Nilai-Nilai Tasawwuf Dalam Sama-sama Pada penelitian


Novel Ayat-Ayat Cinta Karya menggunakan jenis ini peneliti
Habiburrahman El Shirazy dan penelitian pustaka meneliti buku
Dalam Novel
Relevansinya Dalam (library research),
Ayat-Ayat Cinta
Pengembangan Akhlak Al sama-sama Karya
Karimah, Nesia Mu’asyarah menggunakan Habiburrahman
(2017). analisis data El Shirazy
analisis isi (content sedangkan
analysis). penelitian kami
meneliti Buku
Teks Pendidikan
Agama Islam dan
Budi Pekerti
Kelas X SMA.
Selain itu
penelitian ini
hanya meneliti
nilai tasawwuf
secara umum
sedangkan
penelitian kami
meneliti
tasawwuf secara
khusus pada

23
tasawwuf
akhlāqī.
4. Nilai-Nilai Tasawwuf Dalam Dalam penelitian Pada penelitian
Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ini sama-sama ini peneliti
Karya Hanum Salsabiela Rais dan menganalisis nilai- meneliti buku
Dalam Novel 99
Rangga Almahendra, Annisa Rizki nilai tasawwuf.
Cahaya Di Langit
Ananda (2017) sama-sama Eropa Karya
menggunakan jenis Hanum
penelitian pustaka Salsabiela Rais
(library research), dan Rangga
sama-sama Almahendra,
menggunakan sedangkan
penelitian kami
analisis data
meneliti Buku
analisis isi (content Teks Pendidikan
analysis). Agama Islam dan
Budi Pekerti
Kelas X SMA.
Selain itu
penelitian ini
hanya meneliti
nilai tasawwuf
secara umum
sedangkan
penelitian kami
meneliti
tasawwuf secara
khusus pada
tasawwuf
akhlāqī.
5. Nilai-Nilai Tasawwuf Dalam Sama-sama Penelitian ini
Novel Habibie & Ainun Karya merupakan fokus meneliti
Bachruddin Jusuf Habibie, Linda penelitian nilai-nilai
kepustakaan
Aliffianiata (2022). tasawwuf secara
(library research),
dan teknik analisis umum sedangkan
data yang penelitian kami
digunakan content fokus meneliti
analysis atau kajian nilai-nilai
isi. tasawwuf
akhlāqī.
Penelitian ini
meneliti novel
Habibie & Ainun

24
sedangkan
penelitian kami
meneliti buku
Teks Pendidikan
Agama Islam dan
Budi Pekerti
Kelas X SMA.

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini bertujuan untuk memudahkan

peneliti melakukan penelitian. Dengan menghubungkan setiap bagian yang ada di

dalam penelitian juga dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi penelitian

ini karena adanya gambaran dari alur penelitian.

Bagan 2.5 Kerangka Berpikir

Buku PAI-BP Nilai tasawwuf akhlāqī Al


Kelas X Ghazali:
1. Takhalli
2. Tahalli
3. Tajalli

Analisis isi menurut


Holsti dan Franken
dan Wallen

Hasil Penelitian

25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode/Teknik Penelitian

Ditinjau dari objeknya, penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

(library research) dikarenakan data yang diperlukan untuk menyusun karya ini

diperoleh dari kajian pustaka. Library research adalah penelitian dengan cara

mengadakan studi secara telitili literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok-

pokok permasalahan yang dibahas. Kegiatan mendalami, mencermati, menelaah

dan mengidentifikasi itulah yang biasa dikenal dengan mengkaji bahan pustaka

atau hanya disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka (literatur review).

(Hadi, 2002, h. 9)

Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan objek dari

penelitian yang akan ditelaah peneliti, oleh karena itu penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif adalah penelitian

yang menghasilkan “grounded theory’’ yakni teori yang muncul dari data yang

diperoleh dari lapangan bukan dari hipotesis seperti penelitian kuantitatif.

(Dimyati, 2020, h. 18).

3.2. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan peneliti dalam

melakukan pengumpulan data untuk memperoleh keterangan yang benar dan

26
nyata. Dikarenakan penelitian ini adalah jenis penelitian library research

(penelitian pustaka), maka data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka adalah

berupa sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun rincian sumber

data yakni:

3.2.1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data pokok yang berkaitan dengan

objek yang dikaji dan sangat dibutuhkan dalam penelitian. Data primer atau data

tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek sebagai sumber

informasi yang dicari. (Azwar, 2004, hal. 91). Sumber data primer pada penelitian

ini adalah buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X SMA. Buku

ini disusun oleh:

1. Penulis : Nelty Khairiyah dan Endi Syhendi Zen.

2. Penelaah : Muh. Saerozi, Yusuf A. Hasan, Nurhayati Djamas, dan Asep

Nursobah.

3. Penerbit : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

4. Cetakan : Ke-3, Tahun 2017 (Edisi Revisi).

3.2.2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah tangan kedua yang diperoleh lewat pihak

lain tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitian (Azwar, 2004, h. 91).

Sumber sekunder mencakup publikasi ilmiah berupa buku-buku, jurnal, artikel,

dan hasil penelitian lainnya yang mengkaji beberapa hal yang terdapat

relevansinya dengan penelitian yang diteliti. Adapun yang termasuk ke dalam

sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

27
1. Buku Akhlak Tasawwuf, Karya Abdul Kadir Riyadi, Dkk.

2. Buku Akhlak Tasawwuf, Karya Rosihon Anwar

3. Buku Ilmu Tasawwuf, Karya M. Solihin dan Rosihon Anwar

4. Buku Risalah Qusyairiyah, Sumber Kajian Ilmu Tasawwuf, Karya Al-

Qusyairy.

3.3. Proses Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan (library research).

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi.

Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai

hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, majalah dan benda-benda

tulis lainnya (Arikunto, 2006, h. 231)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

telaah dokumen atau biasa disebut dengan studi dokumentasi. Didalam

melaksanakan studi dokumentasi ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan

catatan harian. Dari macam benda-benda tersebut, peneliti memilih buku teks

siswa mata pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti (BP) kelas

X SMA terbitan Kemendikbud kurikulum 2013 sebagai bahan dalam

pengumpulan data.

Arikunto menyatakan bahwa metode dokumentasi menjadi metode utama

apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi dan dapat dilaksanakan dengan:

28
1. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis atau kategori yang akan

dicari datanya.

2. Check list terhadap daftar tabel variabel yang akan dikumpulkan datanya.

(Arikunto, 2006, h. 201-202)

Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini adalah langkah-langkah

peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu:

1. Menentukan kata kunci yang relevan dengan judul penelitian.

2. Mengumpulkan bahan pustaka yang relevan dengan judul penelitian.

3. Membaca dan menganalisis bahasan pustaka untuk ditentukan sebagai

sumber data primer dan sekunder.

Peneliti mengumpulkan data-data dari berbagai sumber dimana sumber

utama dari penelitian ini adalah buku teks siswa mata pelajaran pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X SMA terbitan Kemendikbud kurikulum

2013, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai buku yang relevan,

website, hasil penelitian dan lain sebagainya.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis yang merupakan

proses mencari dan mengatur secara sistematis sehingga data menjadi sederhana

dan dalam bentuk yang mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis (analisis isi). Menurut

Holsti adalah “bahwa analisis isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk

29
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan

secara objektif dan sistematis”. (Moleong L., 2014, h. 163)

Analisis isi atau dokumen ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin

perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat

dilakukan terhadap buku-buku teks, baik bersifat teoritis maupun empiris.

Kegiatan analisis ditujukan untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan

antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang ada, untuk

selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau dampak dari hal-hal tersebut.

(Sukmadinata, 2007, h. 82)

Langkah-langkah atau prosedur analisis isi menurut Fraenkel dan Wallen

sebagai berikut: (Fraenkel, 2007)

1. Peneliti memutuskan tujuan khusus yang ingin dicapai.

2. Mendefinisikan istilah-istilah yang penting harus dijelaskan secara rinci.

3. Mengkhususkan unit yang akan dianalisis.

4. Mencari data yang relevan.

5. Membangun rasional atau hubungan konseptual untuk menjelaskan

bagaimana sebuah data berkaitan dengan tujuan.

6. Merencanakan penarikan sampel.

7. Merumuskan pengkodean kategori.

Setelah peneliti menentukan serinci mungkin aspek dari isi yang akan

diteliti, ia perlu merumuskan kategori-kategori yang relevan untuk diteliti.

30
Analisis isi digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid dan dapat diteliti

ulang berdasarkan konteksnya. Dalam analisis ini dilakukan proses memilih,

membandingkan, menggabungkan dan memilah berbagai pengertian hingga

ditemukan data yang relevan.

Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat digambarkan alur analisis isi

tentang nilai-nilai tasawwuf akhlāqī sebagai berikut:

Langkah 1
Menelaah

Langkah 2
Menentukan sampel

Langkah 3
Mencari data yang
relevan

Langkah 4
Menyimpulkan

Temuan

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

31
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2017). Pembelajaran Nilai Karakter; Konstruktivisme dan VCT


Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Efektif. Jakarta: Rajawali Pers.

Al-Munajjid, Muhammad bin Shalih. (2017). Silsilah Amalan Hati. Yogyakarta:


Lontar Media.

An-Naisaburi, Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi. (2007). Risalah


Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawwuf. Jakarta: Pustaka Amani.

Anwar, S. (2010). Akhlak Tasawwuf. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, Rahmat. Dkk. (2013). Memperbaiki Gonjang-ganjing Akhlak Bangsa.


Bandung: Al-Fikris.

Fathurrahman, Muhammad. (2019). Tasawwuf Perkembangan dan Ajaran-


Ajarannya. Jogyakarta: Kali Media.

Farid, Ahmad. (2016). Zuhud dan Kelembutan Hati. Depok: Pustaka Khazanah
Fawa’id.

Frenkel, J. &. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education.


Singapure: Mc Graw Hill.s.

Hadi, S. (2002). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset

Hamka. (2015). Falsafah Hidup; Memecahkan Rahasia Hidup Berdasarkan Al-


Qur’an Dan As-Sunnah. Jakarta: Republika Penerbit.

32
Husaini. (2021). Pembelajaran Materi Pendidikan Akhlak. Medan: CV Pusdikra
Mitra Jaya.

Isa, Abdul Qadir. (2005). Hakekat Tasawwuf. Jakarta: Qisthi Press.

Jabrohim, Chairil Anwar, dan Suminto A. Sayuti, (2009). Cara Menulis Kreatif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir. (2005). Kamus Ilmu Tasawwuf. Jakarta:
Amzah.

M, Asad. (1995). Kamus Indonesia-Arab. Jakarta: Bulan Bintang.

Mukhlis, M. (2010). Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan dan Pemakaian Buku


Teks. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

MS, Asfari dan Cr, Otto Sukatno. (1999). Mahabbah Cinta Rabiah Al-Adawiyah.
Yogyakarta: Benteng Budaya.

Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muqit, Abdul. (2020). “Makna Zuhud Dalam Kehidupan Prspektif Tafsir Al-
Qur’an”. Jurnal Ilmu Al-Qur’an Tafsir dan Pemikiran Islam. Vol 1.No.2.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Mustafa, A. (2014). Akhlak Tasawwuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. (2006). Akhlak Tasawwuf. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Nur, Djama’an. (2004). Tasawwuf dan Tarekat Naqasabandiyah Pimpinan Prof.


Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya. Medan: Usu Press.

Solihin & Rosihon Anwar. (2018). Ilmu Tasawwuf. Bandung: Pustaka Setia.

Rahman, Abd. (2020). Tasawwuf Akhlaki; Tasawwuf yang Beriorentasi dalam


Perbaikan Akhlak. Sulawesi Selatan: Kaffah Learning Center.

Sukitman, T. (2016). “Internalisasi Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran (Upaya


Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Berkarakter)”. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar Ahmad Dahlan. Vol.2.No.2.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Supriyo. (2015). “Pengaruh Buku Teks Dan Cetak Terhadap Hasil Belajar di
SMA N 1 Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Pada Kelas XII. IPS

33
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, ISSN:
2442-9449 Vol.3.No.1.

Syukur, Amin. (1994) Rasionalisme dalam Tasawwuf. Semarang: IAIN Wali


Songo.

Tamrin, Dahlan. (2010). Tasawwuf Irfani; Tutup Nasut Buka Lahut. Malang:
Maliki Press.

Wahab, M. A. (2013). Selalu Ada Jawaban Selama Mengikuti Akhlak Rasulullah.


Jakarta: Kultum Media

Wati, Dian Chrisna, dan Dikdik Baehaqi Arif. (2017). “Penanaman Nilai-Nilai
Religius Di Sekolah Dasar Untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa.” 60.
Yogyakarta, Indonesia.

Yunus, Mahmud. (2007). Kamus Arab Indonesi. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzurriyah.

Zain, S. B. (2006). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Zuhairini dkk., (2004). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kerjasama Bina


Aksara dengan Departemen Agama Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam.

34

Anda mungkin juga menyukai