Anda di halaman 1dari 89

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA


KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG
KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

MIRAWATI
105191104816

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mirawati

NIM : 105191104816

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Kelas :B

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, 12 Muharram 1442 H


31 Agustus 2020 M

Yang Membuat Pernyataan

MIRAWATI
NIM: 105191104816

vi
KATA PENGANTAR

ٌٞ‫ِب ۡس ِبٌ ِهَّللٱِب ى ِهَّللل ۡس َٰمَ ِبِ ى ِهَّللل ِب ِب‬

Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.

Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam

semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani

maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, peneliti dapat

menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah

kepada pimpinan Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah

membimbing umat kearah jalan yang benar.

Peneliti tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran dari

segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang diberikan

secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari

kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa peneliti ungkapkan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.

1. Kedua orang tua tercinta, Hasbi dan Norma, yang selalu memberikan cinta

dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasinya, setiap waktu bersujud

dan berdoa demi kelancaran penulisan peneliti ini hingga tercapainya cita-cita

penulis.

2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga

terselesainya skripsi ini.

vii
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Dr. Abd Aziz Muslimin M.Pd.I.,M.Pd. dan Ya’kub S.Pd.,M.Pd.I

pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini

dapat tersusun.

6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

7. Muhammad Rizal, S.Pd, M.Pd.I kepala sekolah SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian.

8. Bapak/Ibu guru SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa.

9. Teman-teman seangkatan, teman PPL, KKP-Plus dan yang kepada teman-

teman dari kelas B tahun 2016-2020 Prodi Pendidikan Agama Islam,

Makassar, 12 dzulhijah 1441 H


31 Agustus 2020 M

Peneliti

Mirawati
105191104816

viii
ABSTRAK

MIRAWATI, NIM: 105191104816 “Peran Guru Pendidikan Agama


Islam Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas Vlll Di SMP
Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa“. (Dibimbing
oleh Abd Azis Muslimin dan Ya’kub).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran guru
pendidikan agama islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa kelas
Vlll di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa,
untuk mengetahui bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa kelas Vlll
di SMP Muhammadiyah Limbung Kacamatan Bajeng Kabupaten Gowa, dan
untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama
islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP Muhammadiyah
Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber
data dalam penelitian adalah guru dan siswa, instrumen penelitian yang digunakan
yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dokumentasi. Tekhnik analisis
data yang digunakan yaitu tekhnik reduksi data, penyajian data, verifikasi data.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa adapun peran yang dilakukan guru
dalam pengembangan kecerdasan spiritual pada siswa Kelas Vlll SMP
Muhammadiya Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa terdiri dari
beberapa peran guru pendidikan agama islam sebagai motivator diantaranya
memberikan keteladanan, nasehat, motivasi belajar, memberikan contoh
berperilaku baik misalnya, siswa di biasakan menghargai guru, teman, dan
menjalin tali persaudaraan yang baik sesama siswa, sering memberikan
pertolongan, melaksanakan sholat berjamaah, dan gotong royong membersihkan
lingkungan sekolah. Adapun faktor pendukung dan penghambat serta dalam peran
guru dalam pengembangan kecerdasan sepiritual siswa yaitu faktor pendukung
terdiri dari adanya kerjasa sama anatara kepala sekolah dan guru pendidikan
agama islam, sarana dan prasarana yang memadai. Faktor penghambatnya
kurangnya kesadaran orang tua memberikan pengawasan dan bimbingan, tuntutan
nilai dari peran guru dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa yakni, siswa
dapat menghargai gurunya, kesadaran untuk salin memberikan pertolongan, serta
disiplin melaksanakan sholat berjamaah.
Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam Dan Pengembangan
Kecerdasa Spiritual

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................. i
HALAMAN JUDUL................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................... iii
BERITA MUNAGASYAH...................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

ABSTRAK.................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan


Kecerdasan Spiritual................................................................. 8
1. Pengertian Peran Guru ......................................................... 8
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam................................... 12
B. Pengembangkan Kecerdasan Spiritual ..................................... 19
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual.......................................... 19
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SQ .............................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 29

A. Jenis Penelitian .................................................................... 29


B. Lokasi Dan Objek Penelitian ............................................... 30

x
C. Fokus Penelitian ................................................................ 30
D. Deskripsi Penelitian ............................................................. 30
E. Sumber Data ........................................................................ 31
F. Instrumen Penelitian ............................................................ 32
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 32
H. Teknik Analisis Data ........................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................... 37

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penilitian.............................. 37


1. Sejarah Singkat SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan
Kebupaten gowa ............................................................. 37
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Muhammadiyah Limbung
Kecamatan Kebupaten gowa .......................................... 38
3. Keadaan Guru ................................................................ 39
4. Keadaan Tata Usaha ....................................................... 44
5. Keadaan Siswa ................................................................ 45
6. Keadaan Sarana dan Prasarana ....................................... 46
7. Ekstra Kurikuler ............................................................. 48
B. Pembahasan ......................................................................... 49
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pengembangan Kecerdasan Spritual Siswa Kecamatan.
Bajeng Kebupaten. Gowa .............................................. 49
2. Bagaimana Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa di
SMP Muhammadiyah Limbung
Kecamatan Bajeng Kebupaten gowa .............................. 52
3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat Pengembangan
kecerdasan spiritual siswa di SMP Muhammadiyah
Limbung.......................................................................... 55

xi
BAB V PENUTUP .................................................................................. 60

A. Kesimpulan ........................................................................... 60
B. Saran ..................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 63
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Keadaan Guru ........................................................................ 40


Tabel 2 Data Keadaan Tata Usaha .............................................................. 44
Tabel 3 Data Peserta Didik ........................................................................ 46
Tabel 4 Data Keadaan sarana dan prasarana ............................................... 47
Tabel 5 Data Ekstra Kurikuler .................................................................... 48

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus

di penuhi guna menunjang kehidupannya dimasa yang akan datang dalam

menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab 2

pasal 3 menjelaskan bahwa:

“Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak


serta peradaban bangsa yang martabatnya dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta bertanggung
jawab.”1

Pendidikan adalah usaha sadar seseorang untuk mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menghadapi tantangan-tantangan masa

depannya sehingga berguna bagi dirinya dan orang lain. Pendidikan merupakan

bagian penting dalam proses pembangunan yang menentukan pertumbuhan suatu

bangsa. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang cerdas, cakap, dan

kreatif. Karena pada dasarya pendidikan adalah salah satu proses untuk membantu

manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala

perubahan dan permasalahan yang dihadapinya. Namun perkembangan dan

1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), (Jakarta: Citra Umbara, 2003), h.5.
1
2

kemajuan seseorang tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan kecerdasan

intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata.

Setiap manusia yang lahir membawa potensi baik secara fisik,

psikologis, sosial, maupun moral. Salah satu potensi psikis yang ada pada manusia

adalah kecerdasan. Manusia dibekali akal atau kecerdasan oleh Allah SWT dalam

rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba dan wakil Allah di bumi.

Perubahan dilandasi dengan nilai-nilai islami. Jelaslah bahwa proses

kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi

hidup yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar,

sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk

individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia

hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan norma-

norma syariah dan akhlak al-karimah. Usaha mempengaruhi jiwa anak didik

melalui proses setingkat demi setingkat menujuh tujuan yang ditetapkan, yaitu

“menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga

terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran

islam”.2

Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah pada dasarnya

melakukan kegiatan pendidikan Islam, yaitu “upaya normatif untuk membantu

seseorang atau sekelompok orang (siswa) dalam mengembangkan pandangan

hidup islami (bagaimana akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupan

sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai islam), sikap hidup islami, yang

2
Muzayyin Arifin, Filsafat pendidikan islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15
3

menifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari. Dalam konteks pendidikan

di sekolah/madrasah, maka program pendidikan perlu dirancang dan diarahkan

untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan cara memfasilitasi,

memotivasi, membantu, membimbing, melatih, dan memberi inspirasi, serta

mengajar dan menciptakan suasana agar para peserta didik dapat mengembangkan

dan meningkatkan kualitas Intellingence quotient (IQ), Emotional quotient (EQ),

Spiritual quotient (SQ).

Bagi seorang guru, khususnya guru pendidikan agama islam, aspek

spiritualisme merupakan aspek yang harus dimiliki yang membedakannya dengan

guru bidang studi lainnya. Guru agama bukan sekedar sebagai “penyampai”

materi pelajaran, tetapi lebih dari itu, ia adalah sumber inspirasi “spiritual” dan

sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubungan pribadi antara guru

dengan adak didik yang cukup dekat dan mampu melahirkan keterpaduan

bimbingan rohani dan akhlak dengan materi pelajarannya.

Peran guru pendidikan agama islam sangat di butuhkan agar mampu

menumbuhkan kecerdasan spiritual pada siswanya. Selain memiliki kecerdasan

intelektual, siswa diharapkan memiliki kecerdasan secara spiritual,dengan inilah

siswa mampu membangun diri menjadi manusia seutuhnya dengan selalu berfikir

positif dengan menyikapi setiap kejadian.

Kecerdasan adalah sesuatu yang berdiam dalam diri manusia itu sendiri.

kecerdasan bisa saja diartikan semacam kemampuan, ketangkasan, keahlian, dan

kecerdikan. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna

spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan


4

kecerdasan intelektual atau dikenal juga dengan Intelektual Quotient (IQ),

kecerdasan emosional atau dikenal juga dengan Emotional Quotient (EQ), dan

kecerdasan spiritual atau dikenal juga dengan Intelektual Quotient atau dikenal

juga dengan Spiritual Quotient (SQ) secara komprehensif.3

Sebagaimana firman Allah SWT tentang kecerdasan dalam surah Al-

A’raaf ayat 175

‫َِٰم‬ٝٗ‫ َٰم ُُل َٰم َٰمن َُٰم ِبٍَِٰم ْتى َٰم ِب‬ٞ‫َٰم ِباَْٰم َٰم ْتّ َٰم يَٰم َٰم ِبٍ ْتَْٰٖم َٰم َٰم ْتا َٰم َٰم ُٔل ى ِهَّللل ْت‬ٝ ‫َْٰم ُٓل‬ٞ‫ اَٰم ْت‬ٛ ‫ ِبٖ ْتٌ َّٰم َٰم َٰم ىِهَّلل ِب‬ٞ‫َٰمٗ ْتا ُلو َٰم يَٰم ْت‬

Terjemahnya:

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-
orang yang sesat.”

Pada saat ini semua kecerdasan dapat dikaitkan dengan tiga kecerdasan.

ketiga kecerdasan itu adalah kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ),

dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan-kecerdasan tersebut memiliki fungsi

masing-masing yang dibutuhkan dalam hidup di dunia. Dalam rangka mencapai

pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara

serasi dan seimbang. Dengan terbinanya seluruh potensi secara sempurna

diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdian tersebut harus dibina

seluruh potensi yang dimiliki yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan, dan

kepekaan.

Hal itulah yang menarik untuk meneliti atau menelaah lebih lanjut

tentang hal-hal yang terkait dengan Pendidikan Agama Islam khususnya terhadap

3
Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangkitkan ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2007),
Cet. ke-41, h.13
5

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Siswa Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kebupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka permasalahan yang

di fokuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam dalam

pengembangan kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP

Muhammadiyah limbung kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual siswa di

SMP Muhammadiyah limbung kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.


6

3. Untuk mengetahui Apa faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan

Agama Islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa di SMP

Muhammadiyah limbung kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademis atau lembaga pendidikan, dapat memperoleh pengetahuan

mengenai peran guru yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan

kecerdasan spritual siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama islam.

b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi landasan teoritis

dalam pengembangan pendidikan agama islam, sehingga dapat menjadi

masukan dalam upaya mengakaji lebih luas tentang peran guru

pendidikan agama islam dalam pengembangan kecerdasan spritual siswa,

khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah motivasinya untuk belajar dan

berpartisipasi aktif dalam proses pengembangan kecerdasan spritual

siswa, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi guru, pelengkap teori inovasi digunakan dalam merangcang dan

melaksanakan pembelajaran inovatif, khususnya peran guru pendidikan

agama islam dalam pengembangan kecerdasan spritual siswa, khususnya

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


7

c. Bagi sekolah, sebagai data dan pengembangan kecerdasan spritual siswa

yang dihadapi guru dalam pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan

penentuan kebajikan untuk meningkatkan mutu guru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Kecerdasan

Spiritual

1. Pengertian Peran Guru

Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan guru dalam

pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam

pendidikan pada umumnya, memengang peran dalam proses pembelajaran,

dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan.

Proses pembelajaran merupakan salah satu mengamati serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam proses tersebut

terkandung multi peran dari guru.4

Banyak peran yang di perlukan dari guru sebagai pendidik, siapa saja

yang menerjunkan diri menjadi guru. Semua diharapkan dari guru seperti

diuraikan di bawah ini.

a. Guru sebagai pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing sangat dipentingkan kehadirannya di

sekolah. Karena gurulah yang membimbing anak didik menjadi manusia dewasa.

Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi

4
Ridwan Abdullah Sani, Strategi Belajar Mengajar, (PT. Raja Grafindo Persada
Depok Tahun 2019 ) h. 58.

8
9

perkembangan dirinya. Kekurangan mampuan anak menyebabkan lebih baik

tergantung pada guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik

semakin kurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan

pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

b. Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya dalam pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan

aspek dari lingkungan sekolah yang perlu organisasi. Lingkungan diatur dan di

awasi agar kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan mana lingkungan

tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang

bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman

dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan

merupakan alat komunikasi untuk lebih mengektifan proses belajar menagajar.

Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan

yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu

mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian

tujuan proses belajar mengajar, baik berupa nara sumber buku teks, majalah, atau

pun surat kabar.


10

d. Guru sebagai evaluator

Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu

tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi,

artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu

mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik

maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses belajar mengajar

guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini di maksudkan

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum,

dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut

akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. 5

Sedangakan menurut Syaiful Bahri Djamarah ada beberapa peran guru

yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:

1) Guru sebagai korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik

dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul

dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak

didik milik dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk

sekolah. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang

buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru

membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan perannya sebagai seorang

kerektor, yang menilai dengan mengoreksi semua sikap, tingka laku, dan

perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat

5
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Cet, I; Bandung, Tahun 2007),h. 9-
11.
11

anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah anak didik justru lebih

baik banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, sosial, dan dan

agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya

pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidapan menyebebkan anak

didik mudah larut di dalamnya.

2) Guru sebagai motivatir

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar

bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat

menganalisis motof-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan

menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai

motivator, karena dalam intereaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak

didik yang malas belajar dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang efektif bila

dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara

belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi

pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.6

Mengenai peran guru, para ahli pendidikan islam dan para ahli

pendidikan barat telah sepakat bahwa peran guru adalah mendidik. Mendidik

adalah peran yang sangat luas. Mendidik sebagian dilakukan dalam bentuk

mengajar, sebagian juga dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,

menghukum, memberi contoh, dan pembiasaan. Dalam pendidikan di sekolah,

peran guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar. Dalam literatur

yang ditulis oleh para ahli pendidikan agama islam, peran guru ternyata

6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif (Cet, II; Jakarta,
Tahun 2005), h. 44.
12

bercampur dengan syarat dan sifat guru. Ada beberapa tentang tugas guru yang

diambil dari uraian penulis muslim tentang syarat dan sifat guru, misalnya sebagai

berikut:

a) Guru harus mengetahui karakter siswa.

b) Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang

yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarjakannya.7

c) Guru harus mengerjakan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu

yang diajarkannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah

berkaitan dengan guru dalam pembelajaran dalam mengamati serangkaian

berbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam proses tersebut

terkandung multi peran guru seperti: guru sebagai pembimbing, guru sebagai

pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, guru sebagai evaluator.

1. Pergertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama islam adalah usaha yang dilakukan secara

sistematik dalam membimbing anak yang beragama islam, sehingga ajaran-ajaran

islam diketahui, dimiliki dan diamalkan oleh siswa baik tercermin dalam sikap,

tingkah laku maupun secara berfikirnya, melalui pendidikan islam terjadi peroses

mengembangkan aspek kepribadian anak yaitu kognitif dan aspek psikomorik dan

dapat memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada manusia agar dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan

7
Kamsinah, tugas dan tanggung jawab guru dalam pendidikan islam, (Bandung,
Tahun 2007).h. 21.
13

sehari-hari sehingga dapat mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa.

Sedangkan pengertian islam adalah yang diturunkan Allah kepada manusia

melalui rasul-rasulNya berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta.

Harum Nasition mengatakan Islam adalah: agama yang ajaran-ajarannya

diwahyukan tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi muhammad sebagai

rasul Harum Nasition dengan demikian, dapat diketahui bahwa hakikat Islam itu

sendiri adalah wahyu Yang menjadi tolak ukur setiap aktivitas kehidupan orang

muslim.8

Dapat kita pahami bahwa proses pendidikan tersebut mencakup bentuk-

bentuk belajar secara formal maupun informal, baik yang berlangsung dalam

lingkungan keluarga, kehidupan sekolah, pekerja, maupun kehidupan masyarakat.

Menurut Zakiah Daradjat dalam Aksara menyatakan bahwa:

Pendidikan agama islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran islam,


yaitu berupa bimbingan dan asuh terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan itu iya dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran islam sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dari kesejahteraan hidup di dunia di
akhirat.9

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

agama islam merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa atau

orang tua peserta didik dalam masa pertumbuhannya ia memiliki kepribadian

muslim yang sejati. Pendidikan agama islam merupakan bagian-bagian terpenting

8
Solilhah Titin Sumanti, M.Ag. Dasar-Dasar Materi Pendidikan Agama Islam (Cet.
Ke-I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Tahun 2015), h.38.
9
Zakiah Drajad, Ilmu pendidikan islam (Cet. I; Bandung; Bumi Aksara, Tahun 1996),
h.25.
14

yang berkenaan dengan aspek-aspek dan nilai-nilai yang antara lain adalah akhlak.

Karna pendidikan agama memberikan motivasi hidup. Peraturan yang bersumber

dari Allah Swt. Yang berfungsi dari kehidupan manusia, baik hubungan dengan

sang pencipta maupun hubungan antara sesamanya yang dilandasi dengan

mengharap ridha Allah Swt. Untuk menycapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

Dalam merumuskan landasan pendidikan islam, ada dua landasan

pendidikan agama islam yaitu landasan ideal dan landasan operasional. Landasan

ideal berkaitan dengan data autentik sember pendidikan islam, sedangkan

landasan operasional pendidikan islam berkaitan dengan perangkat pendidikan

islam.

Landasan ideal pendidikan islam menurut Zubaedi terdiri dari landasan

Al-qur’an, kata-kata sahabat (mazhab sahabi), kemasalahatan masyarakat (masa

lilhul mursalah), nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat (urf) dan hasil pemikiran

muslim (ijtihad).10

Pendapat tersebut di atas, maka peneliti dapat meyimpulkan bahwa

pendidikan merupakan bagian sangat penting dari kehidupan dan secara kodrati,

manusia adalah pedagodik, maka dasar pendidikan yang dimaksud tidak lain ialah

nilai-nilai pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa yang mengarahkan

kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai pondasi atau landasan untuk

berdirinya sesuatu.

10
Zubaedi, Isu-Isu Baru Dalam Diskursus filsafat Pendidkan Islam Dan KapitaSelekta
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Tahun 2012), h. 17-23.
15

a. Al-quran

Al-quran yang merupakan kitab suci umat islam, diyakini memiliki

seperangkat aturan yang mengatur dan menuntun manusia segala aspek

kehidupannya, salah satunya adalah persoalan pendidikan, sebagai kitab suci yang

dipercaya memiliki nilai-nilai absolut, konsep pendidikan yang ideal harus

dikembalikan kepada sumber kebenaran sebagai landasan pendidikan seperti

termasuk di dalam firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: [2] 185

ٌ‫ َٰمٗ ۡسىفُل ۡسلقَٰم ِۚ ِبُ َٰم َٰمَِ َٰمش ِبٖ َٰمد ِبٍْ ُلن ُل‬ٙ‫ت ٍَِِّٰم ۡسىُٖلدَٰم‬ ‫ۡس‬
‫ ىِّيِْهَّلل ِب‬ٙ‫ ِبٔ ىقُل ۡسل َٰمء ُُل ٕ ُٗلد‬ٞ‫ّز َٰمه ِب‬
ٖ ‫َِّْٰم‬ٞ‫س َٰمٗ َٰم‬ ‫ض َُٰم ىِهَّلل ِب ٓ ُل‬
‫ أ ِب‬ٛ ‫َٰمش ۡسٖ ُلل َٰمر َٰمٍ َٰم‬

‫ ُلد‬ٝ‫ ِبُلل‬ٝ ‫ُل ۡس َٰمل َٰمٗ َٰمَل‬ٞ‫ ُلد ِهَّللٱُل ِب ُلن ُلٌ ۡسى‬ٝ‫ ِبُلل‬ٝ ‫خَٰمل‬ ً ٝ‫َٰمصُلَۡس ُُۖٔل َٰمٗ َٰمٍِ َٰمم َُٰم َٰمٍ ِبل‬ٞ‫ى ِهَّللل ۡسٖ َٰمل َٰم ۡسي‬
‫ِهَّلل ًٍ أُل َۗ َٰم‬ٝ‫ة ٍِّ ۡسِ أَٰم‬ٞ ‫ َٰمسفَٰم ٖل َٰم ِب ِهَّللد‬ٚ‫ض أَٰم ۡسٗ َٰم يَٰم‬

‫ َٰمٍ َٰٕمدَٰمى ُلنٌۡس َٰمٗىَٰم َٰم يِهَّلل ُلنٌۡس ا ۡسَٰمل ُلنلُلَُٰٗم‬ٚ‫ِب ُلن ُلٌ ۡسى ُل ۡس َٰمل َٰمٗ ِبىتُل ۡسن ِبَيُل٘ ْت ۡسى ِب ِهَّللدةَٰم َٰمٗ ِبىتُل َٰمن ِّلُلٗ ْت ِهَّللٱَٰم َٰم يَٰم‬

Terjemahnya :

“Hari-hari tersebut adalah (bulan Ramadan yang padanya diturunkan


Alquran) yakni dari Lohmahfuz ke langit dunia di malam lailatulkadar
(sebagai petunjuk) menjadi 'hal', artinya yang menunjukkan dari
kesesatan (bagi manusia dan penjelasan-penjelasan) artinya keterangan-
keterangan yang nyata (mengenai petunjuk itu) yang menuntun pada
hukum-hukum yang hak (dan) sebagai (pemisah) yang memisahkan
antara yang hak dengan yang batil. (Maka barang siapa yang
menyaksikan) artinya hadir (di antara kamu di bulan itu, hendaklah ia
berpuasa dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka,
maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu
pada hari yang lain) sebagaimana telah diterangkan terdahulu. Diulang-
ulang agar jangan timbul dugaan adanya nasakh dengan diumumkannya
'menyaksikan bulan' (Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesempitan) sehingga oleh karenanya kamu
diperbolehkan-Nya berbuka di waktu sakit dan ketika dalam perjalanan.
Karena yang demikian itu merupakan `illat atau motif pula bagi
perintah berpuasa, maka diathafkan padanya. (Dan hendaklah kamu
cukupkan) ada yang membaca 'tukmiluu' dan ada pula 'tukammiluu'
(bilangan) maksudnya bilangan puasa Ramadan (hendaklah kamu
besarkan Allah) sewaktu menunaikannya (atas petunjuk yang diberikan-
16

Nya kepadamu) maksudnya petunjuk tentang pokok-pokok agamamu


(dan supaya kamu bersyukur).”
Fungsi Al-quran Menurut Abuddin Nata mengatakan bahwa:

Fungsi Al-qur’an sebagai sumber atau landasan pendidikan islam,


pertama karena Al-qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab
pendidikan. Al-qur’an secara bahasa saja berarti bacaan atau membaca.
Kedua, dari segi surat yang pertama kali turun berisi perintah membaca.
Ketiga, menyebut diri sebagai kitab petunjuk yang tidak memiliki
keraguan padanya, keempat, dari segi kandungannya Al-quran isyarat
tentang aspek pendidikan, dan kelima, dari segi sumbernya dari Allah
Swt.

Dalam konstitusi negara indonesia dikatakan bahwa, pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dan undang-undang.11

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, bangsa dan
Negara.

Pendidikan islam merupakan sekumpulan ide-ide dan konsep

intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan pengetahuan.

Sehingga ruang lingkup pendidikan islam sangat luas, tidak hanya menyangkut

landasan ideal dan dasar pendidikan islam, melainkan secara operasional. Ruang

lingkup pendidikan di dalam pandangan islam tidak hanya terbatas pendidikan

11
Op.cit.,
17

agama dan tidak pula terbatas pada pendidikan duniawi saja, tetapi setiap individu

dari umat islam supaya bekerja untuk agama dan dunia sekaligus.12

Menurut Dewas dan Linda Herdis (dalam Abdul Mujid dan Yusuf
Mudzakkir) ruang lingkup pendidikan mengatakan bahwa:

Ruang lingkup pendidikan yaitu: segi sifat, corak kajian (histories dan
filosofil), dan segi komponennya yang meliputi, tujuan, kurikulum, sara
dan pra sarana, biaya dan evaluasi. Adapun komponenen pendidikan
islam secara teoritas dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu tujuan
normatif, tujuan fungsional, dan tujuan operasional.13

Pendidikan agama islam bertujuan untuk mengubah remaja menjadi

lebih baik dan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pembukaan, pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang

agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karna itu pendidikan

islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui

latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera.

UU RI No 20 Tahun 2003 Bab 2 pasal 2 tentang fungsi pendidikan


nasional mengatakan bahwa :

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta serta peradaban bangsa dan martabat dalam
rangka dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, beakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab.14

12
M. AthiyahAl-abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang tahun 2012), h. 2.
13
Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, ilmu pendidikan islam, (Jakarta: Kencana
Pranada Media, Tahun 2006), h. 75-76.
14
Undang-Undang SISDIKNAS, UU RI NO.20 Th.2003; (Jakarta, Tahun 2014) h. 7.
18

Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua

aspeknya, baik aspek spiritual dan intelektual (secara perorangan maupun secara

berkelompok). Pendidikan ini mendorong semua aspek tersebut kearah utamaan

serta pencapaian kesempurnaan hidup.15

Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan

dan berkaitan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat

yang baru mengenai tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.16

Agama begitu ampuh dan besar dalam kehidupan manusia. Menurut

Zakiah Dardjat, agama memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Memberikan bimbingan dalam hidup

2. Menolong dalam menghadapi kesukaran

3. Menentramkan batin.17

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agama islam

berfungsi sebagai jalan menggapai kemasalahatan, ketenangan dan kedamaian

serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Tak satupun ajaran dari islam,

baik perintah maupun larangan, yang bertujuan untuk menciptakan kesukaran di

muka bumi ini atau kesengsaraan di akhirat nanti.

Pada hakikatnya manusia membutuhkan agama. Hal ini disebebkan

agama berfungsi sebagi pembimbing dan petunjuk arah. Dalam kehidupan remaja,

agama mempunyai peran yang penting karena agama dapat membantu para

15
M.ariffin, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. Ke-5, Jakarta: Bumi Aksara, Tahun 2000), h.
4.
16
Djumberansyah Indar, Filsafat pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, Tahun
1998), Cet, 1 h. 105.
17
Zakiah Derajat, Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Mental, (Bandung;
Bumi Aksara, Tahun 1996).Op. Cit., h. 56.
19

remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam

hidupnya.

B. Pengembangkan Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) ialah suatu intelingen

atau suatu kecerdasan di mana kita berusaha menyelesaikan masalah-masalah

hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama yang di yakini. Kecerdasan

spiritual ialah suatu kecerdasan di mana kita berusaha menempatkan tindakan-

tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih

kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu

untuk mendorong berfungsinya secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient

(IQ) maupun Emotional Intelligence (EI). Jadi, kecerdasan spiritual berkaitan

dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. ESQ kecedasan spiritual

(SQ) adalah kecerdasan yang bertempuh pada bagian dalam diri kita yang

berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain, bahwa

SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan tuhan.

Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa di

pastikan hubungan dengan sesama manusia pun akan baik pula.18

Pengerian SQ adalah merupakan kependekan dari spiritual qoutient

atau dalam bahasa indonesia disebut kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini disebut-

sebut sebagai kecerdasan terpenting dibandingkan kecerdasan-kecerdasan lainnya.

Sebab, SQ behubungan dengan kenyakinan atau agama. Walau demikian,

18
Dra. Rohmalina Wahab, M.Pd.I, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, Depok Tahun 2018), Cet, 3. h. 151.
20

sebenarnya SQ tidak selalu berhubungan dengan agama. Ada hal-hal di luar

agama yang juga menjadi wilayah kerja SQ, yaitu jiwa. Dalam hal ini, SQ juga

disebut sebagai kecerdasan jiwa. Fungsi dari kecerdasan ini ialah untuk membantu

kita membangun diri secara utuh. SQ berasal dari dalam hati atau yang lebih

tepatnya intrusi. SQ dapat menjadikan kita sebagai orang yang kreatif saat

berhadapan dengan masalah pribadi. Selain itu, dengan kecerdasan ini, kita juga

dapat menyelesaikan masalah secara baik agar memperoleh keterangan dan

kedamaian hati.

Dengan demikian, kecerdasan spiritual atau SQ niscaya menjadikan

setiap kegiatan atau tindakan hidup sebagai suatu ibadah. Oleh karna itu, SQ lebih

dikaitkan kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam hubungannya dengan

ibadah. Dari penjabaran definisi IQ, EQ, dan SQ tersebut, dapat disimpulkan

bahwa ketiganya merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Artinya,

seorang harus mampu menjalankan ketiganya secara bersamaan.

Pahamilah, apabila kita hanya memantingkan IQ, maka kita ibarat

tanaman pakis. Bagaimana tanaman pakis? Selain itu, ia tetap tegak berdiri.

Filosofi tanaman pakis ini jika dihubungkan dengan pembahasan kita memiliki

arti bahwa orang yang mengejar IQ, tanpa di berangi dengan EQ dan SQ, pasti

akan menjadi orang yang pintar, tetapi sombong dan angkuh.

Menurut halnya, islam mengatakan sifat sombong dan angkuh

merupakan seburuk-buruknya sifat manusia. Sebab, sombong menjadi biang dari

segala geburukan. Sombong merupakan penyakit yang dapat menghalangi seorang


21

hambah dan tuhan-nya. Atau, sombong akan menjadikan manusia limpah akan

kuasa-Nya Allah Swt. Berfirman dalam (QS. Luqman [31]: 18-19).

‫٘ر َٰمٗ ْتق ِب‬


‫ص ْتد‬ ‫ض َٰمٍ َٰمل ً ُۖ إِب ِهَّللُ ِهَّلل‬
ٍ ‫ ِبُلحبُّ ُلم ِهَّللو ُلٍ ْتختَٰم ٍه َٰم ُلخ‬ٝ ‫َّللاَٰم َٰمَل‬ ‫ ْتْلَٰمرْت ِب‬ٜ‫ش ِب‬ ‫ك ىِبيِْهَّلل ِب‬
‫س َٰمٗ َٰمَل اَٰم ْتَ ِب‬ ‫َٰمٗ َٰمَل اُل َٰم‬
‫ص ِّلْت َٰمخ ِهَّللد َٰم‬

‫ا ْتى َٰمح ِبَ ِب‬


‫ل‬ٞ ‫لَٰم َٰمٗ ْتاضُلطْت ِبٍِ َٰم ْ٘ت ِبا ِۚلَٰم إِب ِهَّللُ أَٰمّ َٰمن َٰمل ْتْلَٰم ْت َٰم٘ ِب‬ٞ‫ َٰمٍ ْتل ِب‬ٜ‫ِب‬
‫ا ىَٰم َٰم‬
‫صْ٘ت ُل‬

Terjemahanya
“ Dan, janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena
sombong). Dan, janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh.
Sensungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri. Dan, sederhanakanlah dalam perjalan. Dan,
lunakkanlah suarahmu. Sesungguhnya seburuk-buru suara ialah suara
kedelai.”

Ketahuilah, sombong merupakan sifat yang membinasakan, sifat ini

niscaya akan menjadi sebeb diri kita memperoleh azab yang pedih dari Allah Swt.

Ketika di akhirat. Bahkan, kesombongan boleh jadi akan merusak amal ibadah

kita.

Kemudian, tahukah kita penyebab seseorang memiliki sifat sombong?

Penyebab utama ialah rendahnya kecerdasan emosi dan spiritual kita, sombong,

merupakan penyakit hati. Dan, cara paling ampuh unruk mengendalikan penyakit

hati (seperti sombong, amarah, iri, dengki, dan lain sebagainya) ialah dengan

meningkatkan EQ dan SQ kita.

Apabila EQ dan SQ kita memiliki porsi yang sama dengan IQ, maka

kita akan menjadi makhluk yang sempurna di muka bumi. Kita tidak hanya pintar

dari segi intelektual, tetapi juga menjadi orang yang tawadhu, rendah hati, suka

menolong, dan sabar sehingga akan mudah disukai oleh banyak orang.

Daniel Goleman mengatakan bahwa EQ sangat berpengaruh terhadap

kesuksesan seseorang. Orang yang gagal dalam hidupnya bukan karna kecerdasan

intelektualnya rendah, melainkan karena ia kurang memiliki kecerdasan


22

emosional. Dengan kata lain, seseorang hanya mengejar IQ tanpa diberangi

dengan EQ, besar kemungkinan ia tidak akan sekses. Contohnya, seorang bos

yang ber-IQ tinggi, namun memiliki sifat dan perilaku terhadap bawahannya,

seperti suka marah, tidak perna menganggap orang lain penting, tidak menghargai

perasaan orang lain, egois, dan lain sebagainya. 19

Sederhanya, EQ memberikan kita rasa empati, cinta, motivasi, dan

kemampuan menanggapai kesedihan atau kegembiraan secara cepat dan tepat.

Semua perasaan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang sukses. Daniel

Golemon pun menyatakan bahwa EQ merupakan persyaratan dasar untuk

menggunakan IQ secara efektif.20 Jadi, IQ akan berjalan optimal bila diberangi

dengan EQ.

Lalu, bagaimana dengan SQ? Sekali lagi, SQ merupakan yang paling

utama. Sebab, SQ dibutuhkan untuk memecahkan persoalan makna dan nilai. SQ

merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam makna

yang lebih luas. Dengan kata lain, SQ berfungsi untuk menilai tindakan atau jalan

hidup seseorang. Atas dasar ini, SQ menjadi landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.21

Ada beberapa alasan SQ dan EQ dikatakan lebih penting atau utama

dari pada IQ dan EQ. Pertama, SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia.

Sebab, SQ berhubungan dengan keyakinan atau hal-hal yang bersifat teologis.

19
Ustadz Rizem Aizid, Cerdas Total melejidkan potensi multipleintellingencemelalui
dzikin-dzikin harian, (Bangutapan Yogyakarta Jl. Wonosari, BaturetnoNo 325 –B Tahun 2017), H.
16-19.
20
J.B. Suharjo B. Cahyono, Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang takterbatas,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2011), h. 223.
21
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia: Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih
Penting Dari Pada IQ dan EQ (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tahun 2004), h. 64.
23

Dengan SQ, manusia bisa mengungkap segi perenial (yang abadi, asasi, spiritual,

dan fitrah) dalam struktur kecerdasannya.

Segi perenial tersebut tidaklah bisa dijelaskan hanya dari sudut pandang

sains modern. Bahkan, IQ dan EQ pun tidak berkutik bila dihadapan persoalan-

persoalan perennial utama dan terpenting manusia.

Kedua, SQ merupakan jalan untuk meraih kedamaian spiritual yang

tidak bisa diraih oleh IQ dan EQ. Oleh karna itu, SQ lebih penting dari pada IQ

dan EQ. Apalagi, SQ akan menjadi sarana bagi kita untuk mendamaikan hati kita

di saat kita memperoleh banyak masalah pelik dalam kehidupan.

Ketiga, merupakan jalan untuk meraih kebahagiaan spiritual. Dalam

islam, kebahagiaan spiritual ialah berada dekat Allah Swt. Artinya, kita merasakan

kedekatan hubungan dengan Allah Swt. Dan mencapai keintiman berhubungan

dengan-Nya.22 Kebahagiaan inilah yang kemudian disebut kebahagian sejati atau

hakiki. Adapun dasar kebahagiaan spiritual ialah pengabdian kepada Allah Swt.

Dan nilai-nilai yang berkaitan dengan-Nya.

Jadi, kebahgiaan spiritual adalah kebahagiaan sejati dalam rangka

pengabdian di jalan-Nya.23 Dengan SQ niscaya hati dan jiwa kita menjadi

bahagia, tenteram, dan penuh kedamaian, di mana semua itu tidak dapat di capai

hanya dengan IQ dan EQ inilah alasan ketiga mengapa SQ dikatakan lebih utama

dari pada IQ dan EQ.

22
Muhammad Muhyidin, Hidup di Pusaran al-Fatihah (Bandung Mizan,Tahun 2008),
h. 34.
23
Wisnu Prayudha, The Secret of meaningful Life (Jakarta: Qultum media, Tahun
2007), h. 10.
24

Keempat, SQ akan membawa kita kepada kearifan spiritual yang jelas

didapat hanya dengan IQ dan EQ dengan kearifan spiritual, kita akan menjadi

orang yang rendah hati, suka menolong, peduli terhadap sesama, ikhlas, sabar, dan

menjauhi semua larangan agama. dengan kearifan spiritual pula, niscaya kita

menjadi pribadi yang jujur, adil, toleran, terbuka, dan penuh cinta serta kaish

terhadap sesama.

Dari beberapa alasan tersebut, sudah jelas bahwa SQ memiliki peran

jauh lebih penting dari pada IQ dan EQ. Sebab, SQ adalah kecerdasan yang

diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Oleh karna itu, untuk

menjadi mahkluk yang sempurna, kita harus memaduhkan ketiga kecerdasan

tersebut.

Dimensi spiritual adalah dimensi yang paling penting dan agung bagi

manusia. Bagi seorang anak, perkembangan dimensi ini akan menentukan, apakah

kelak dia menjadi pribadi yang bahagia atau menderita. Spiritualitas adalah dasar

bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan moralitas. Dia beri arah dan arti

kehidupan Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang

lebih besar dibandingka dengan kekuatan kita semua. Inilah kesadaran yang

menghubungkan kita dengan tuhan.24 Apabila dorongan naluri dan kebutuhan

jasmaninya sesuai perintah Allah dan larangannya, berarti ia telah melakukan

kebaikan dan berjalan pada jalan taqwa. Namun bila manusia memenuhi dorongan

dan naluri kebutuhan jasamaninya secara berpaling dari perintah Allah Swt dan

24
Mustamir Pedak dan Handoko Sudrajad, Saatnya Bersekolah (Yogyakarta: Bukun
Biru, Tahun 2009), h. 120.
25

larangannya. Berarti ia telah melakukan perbuatan buruk dan berjalan di atas jalan

kemaksiatan.

Definisi kecerdasaan adalah Karya Biner sangat memajukan ilmu

pengetahuan tentang penilaian kecerdasan, tetapi hal itu juga mulai melahirkan

gagasan bahwa hanya ada satu kecerdasan bahwa terdapat orang “pandai” yang

dapat diharapkan berkinerja baik pada berbagai jenis situasi pembelajaran.

Bahkan, sejak Biner, berdebatan telah berlangsung tentang permasalahan ini. Pada

tahun 1927, Charles Spermen mengatakan bahwa, tentu saja terdapat perbedaan

kemampuan seorang dari satu tugas ke tugas yang lain.25

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SQ

1. Faktor Internal

SQ dipengaruhi oleh faktor internal. Yaitu, faktor yang berasal dari

dalam diri kita sendiri, tepatnya ialah jiwa atau ruh. Dengan demikian, jiwa

kitalah yang mempengaruhi kecerdasan spiritual. Jiwa kita mesti selalu dijaga dari

beragam hal yang boleh jadi yang merusak kesuciannya. Di antaranya ialah dari

beragam penyakit hati, sombong, marah dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Selain faktor eksternal, faktor eksternal ternyata turut mempengaruhi

SQ. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi SQ ialah lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan fondasi dasar dari

kecerdasan spiritual seseorang, sebab, pendidikan pertama seseorang. Sebab,

pendidkan pertama seseorang diperoleh dalam keluarga. Dasar kecerdasan

25
Dra. Mariantosamosir, S.H. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek Jilid I (Jakarta
Barat : Permata Sari Media Jl. Topaz Raya C2 No. 16, Tahun 2019), h. 176.
26

spiritual yang diperoleh seseorang di rumah, kemudian dikembangkan di sekolah

dan masyarakat.

Danah Zohar dan Ian Marshall, penulis buku laris SQ; kecerdasan

spiritual, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi

kecerdasan spiritual seseorang. Di antaranya ialah sebagai berikut.26

a. Sel saraf otak

Sel saraf otak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kecerdasan spiritual (SQ). Meskipun SQ berhubungan dengan intrusi, tetapi SQ

juga memiliki dengan otak. Disini otak berperan sebagai jembatan antara

kehidupan batin dan lahiriah. Oleh karna itu sel saraf otak menjadi salah satu

faktor yang amat mempengaruhi perkembangan SQ.

b. Titik tuhan

Faktor yang mempengaruhi SQ ialah Titik Tuhan (God Spot). Titik

tuhan yang merupakan kesadaran spiritual yang hakiki. Ia merupakan ruh yang

tiupkan Allah Swt, ke diri kita. Ia merupakan nurani kita yang sesungguhnya.

Letaknya ialah di lobus temporalis otak. Ia adalah kesadaran ruh yang bersifat

holistik dan berfungsi pengendalian diri kita.27

3. Cara Meningkatkan IQ, EQ, dan SQ Secara islam

Ketahuilah, IQ, EQ, dan SQ tidaklah diperoleh dari pendidikan semata,

baik dalam lingkungan kelurga, sekolah, maupun masyarakat. Tiga kecerdasan ini

mestilah kita kembangkan sendiri secara otodidak agar berkembang secara

optimal. sesungguhnya setiap orang yang punya potensi dari tiga kecerdasan: IQ,

26
Danah Zohar, Ian Marshall. Kecerdasan Spiritual SQ., ( Mizan Pustaka: 2007) h. 49
27
Ateng Kusnadi, One-Way to Heaven (Jakarta: Gramedia Puataka Utama, Tahun
2009), h. 56.
27

EQ, dan SQ. Bahkan, setiap orang memiliki potensi kecerdasan yang sama.

Tetapi, ada orang pula yang tidak melakukan sesuatu pun. Hasil, potensi

kecerdasan setiap orang menjadi berbeda-beda. Mungkin kita pernah melihat

seseorang dengan kecerdasan yang luar biasa. Bahkan, ia pandai dalam bergaul,

ramah, jujur, sabar, ikhlas, santun, dan gemar menolong sesama. Orang yang

demikian ialah orang yang berhasil mengoptimalkan tiga kecerdasan di dalam

dirinya.

Perkembangan multi kecerdasan dalam pembelajaran adalah pendidikan

yang bertujuan membantu perkembangan peserta didik untuk mencapai tingkat

kedewasaan. Melalui pendidikan, diharapkan sebagai bertahap dan

berkesinambungan anak dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap, moral,

pengetahuan dan keterampilan semaksimal mungkin agar menjadi manusia

dewasa yang bertanggung jawab. Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan

atau arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi

dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang.

Menurut Peraturan pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Pendidikan membawa konsekwensi adanya perubahan dalam

pelaksanaan pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil

pembelajaran bahwa:

“Pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan kompetensi yang


dimiliki oleh peserta didik berupa hasil belajar yang dampak (outcome),
yang merupakan kebulatan pengetahuan, dan keterampilan yang dapat
di demostrasikan, ditunjukkan, dan di tampilkan siswa sebagai hasil
belajar.”28

28
Undang-undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 . Tentang Standar
Pendidikan Nasional. Jakarta Depdiknas.
28

Beragam kompetensi dapat dicapai jika para guru beralih dari

paradigma mengajar yang berpusat pada guru, ke paradigma pembelajaran aktif

yang berpusat pada siswa dengan memperhatikan perbedaan individu (individual

deferences). Hal ini berangkat dari asumsi berbagai segi, baik secara fisiologis

maupun psikologis, bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang

berbeda-beda yang perlu dioptimalkan melalui proses pembelajaran. Dengan

demikian peranan guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai pengajar yang

sekedar mentranformasikan ilmu kepada siswa, melainkan guru harus berperan

sebagai motivasi dan fasilitator yang mengarahkan dan mengkondisikan siswa

untuk belajar, agar siswa mampu menyerap pengetahuan dan keterampilan serta

mengembangkan secara mandiri ilmu yang mempelajarinya. Sedangkan sebagai

pendidik, guru berperan membentuk pribadi siswa dengan menanamkan nilai

moral, budi pekerti, etika, estetika, dan karakter.29

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa cara meningkatkan IQ, EQ, dan SQ yaitu dengan cara membimbing

kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif,

lebih bijaksana dari dalam. Sehingga membuat manusia dapat lebih benar, lebih

sempurna, lebih efektif, lebih bahagia, dan menyikapi sesuatu dengan lebih jernih

sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan kehidupannya

sehingga bagaimana diri kita harus terus dan menerus memotivasi diri kita dan

untuk melatih kecerdasan spiritual kita.

29
Prof. Dr, Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta , Jl. Sawo Raya No. 18
PT Bumi Aksara Tahun 2001), hlm. 151-152.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

(qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun kelompok. Beberapa

deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan menjelaskan yang

mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif, penelitian

membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka

untuk interpretasi. Data dihimpunan dengan pengamatan seksama, mencakup

deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara

yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan. Penelitian

kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yang pertama yaitu, mengembangkan dan

mengungkap (to describe and explore) dan kedua mengembangkan dan

menjelaskan (to describe and explaim).30

Dengan demikian peneliti akan menyimpulkan bahwa Penelitian

kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun kelompok yang

30
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda
Karya, 2012), h. 6.
29
30

bertujuan untuk mengembangkan dan mengungkap (to describe and explore) dan

mengembangkan dan menjelaskan (to describe and explaim)

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dan yang menjadi objek

penelitian dalam penelitian ini adalah Guru di SMP Muhammadiyah Limbung

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

C. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual

D. Deskripsi Penelitian

Adapun yang menjadi Deskripsi fokus penelitian adalah:

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Peran guru pendidikan agama islam yang penulis maksud disini adalah

bagaimana cara pengembangan nilai-nilai spiritual terhadap peserta didik. Adapun

peran atau fungsi guru pendidikan agama islam adalah sebagai berikut. Pekerjaan

jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-

kemampuan dan sikap-sikap yang dari murid sesuai dengan ajaran islam. Hal ini

berarti bahwa, perkembangan sikap dan pribadi tidak terbatas pelaksanaannya

mulai pembinaan di kelas saja. Dengan kata lain, peran atau fungsi guru dalam

membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Fungsi sentral

guru adalah mendidik (fungsi edukational).


31

2. Pengembangan kecerdasan spiritual (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi

persoalan makna yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup

manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,kecedasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih makna dibanding dengan yang

lain.31 Dari penjelasan di atas yang penulis maksud adalah pendekatan yang

berkaitan dengan nilai-nilai ajaran agama islam serta memiliki kekuatan spiritual

yang tinggi dalam hidup

E. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian pengamatan yang bertumpu pada

sumber data berdasarkan situasi yang terjadi atau social situation. Sumber data

penelitian yang penerapannya dilakukan pada jenis penelitian kualitatif. Jadi, yang

dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah semua guru pendidikan agama

islam yang ada di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa yang akan memberikan data yang valid terhadap objek penelitian ini yang

dijadikan sebagai sumber data.

Adapun penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu :

1. Data primer adalah data utama yang diambil langsung dari para informan

dengan menggunakan instrumen observasi. Informannya adalah dua guru

pendidikan agama islam di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa.

31
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecedasan Emosi dan Spiritual
ESQ, (jilid I; Jakarta; Arga, 2001), h. 14
32

2. Data sekunder adalah data bersifat pendukung yang bersumber dari dokumen-

dokumen serta hasil wawancara yang dilakukan untuk mendukung data utama

penelitian ini.

Sumber data ditentukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling, dengan menunjuk langsung informan yang dapat memberikan informasi

yang valid dan akurat. Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dua

guru pendidikan agama islam di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa yang dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian, sebagai alat bantu untuk mengumpulkan dan

memverifikasi data yang diperlukan, untuk menjawab rumusan masalah penelitian

diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini berupa : Pedoman wawancara yaitu alat yang digunakan pada saat di interview

atau informasi yang terkait untuk mengetahui pengembangan spiritual kecerdasan

siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang empiris digunakan teknik pengumpulan

data, maksud dari pengumpulan adalah segala usha yang dilakukan oleh peneliti

dalam rangka melengkapi data yang diperlikan.

a. Observasi

Metode ini biasanya yang diartikan, “pengamatan dan pencatatan yang

sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.32dalam hal ini peneliti

32
Gebriel Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Puataka Pelajar, 2004), h. 91
33

menggunakan metode observasi sistematik yaitu pengamatan yang dilakukan

dengan menggunkan pedoman sebagai instrumen pengamatan.33

Dalam hal ini, objek yang akan diamati oleh peneliti tentang peran guru

pendidikan agama islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa

kecamatan bajeng kabupaten gowa sehingga siswa lebih semangat dalam

mengikuti proses pembelajaran dan mudah memahami materi yang disampaikan.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang bagaimana

strategi seorang guru dalam perkembangan kecerdasan spiritual siswa pada

pelajaran pendidikan agama islam.

b. Wawancara

Teknik wawancara adalah suatu percakapan yaitu tanya jawab secara

lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan

diarahkan pada suatu masalah tertentu. Wawancara merupakan proseses interaksi

antara pewawancara dan responden. Walaupun bagi pewancara, proses tersebut

adalah salah satu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian atau katapun

pewawancara dan responden menggangap bahwa wawancara adalah bagian dari

penelitian, tetapi sukses tidaknya pelaksanaanx wawancara bergantung skaliki dari

proses interaksi yang terjadi suatu elemen yang paling penting dari interaksi yang

terjadi adalah wawancara dan pengertian (insignt).34

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang bagaimana peran

guru pendidikan agam islam dalam perkembangan kecerdasan spiritual siswa

bagaimana cara perkembangan siswa sehingga siswa lebih semangat dalam

33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung
Alfabeta, 2011), h. 308
34
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor Selatan : 2005), h. 194
34

mengikuti pembelajaran. Dan dalam hal ini, yang akan peneliti wawancarai adalah

Bapak Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Siswa di SMP

Muhammadiyah limbung serta informasi lain yang terkait dengan masalah

tersebut.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari dan mengenal hal-hal atau

variabel tang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,

agenda, dll”

Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,

dalil, hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungkan dengan masalah

penelitian.35

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini pada hakekatnya berwujud penelitian deskriptif

kualitatif. Maka teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisa deskriptif. Penerapan teknik analisa deskriptif dilakukan melalui 3 alur

kegiatan, yaitu:

1. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan pada

penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang memajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu untuk

35
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), h. 181.
35

menghasilkan data yang potensial untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian.

Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabdian, transformasi, data mentah atau data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, redaksi data berlangsung secara

terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung.

2. Data Display ( Penyajian Data)

Penyajian data display yaitu mendeskripsikan sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentu teks naratif.

Penyajian juga berbentuk matrik, diagram tabel dan bagan. Semua dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah

dipahami.

Sehubungan dengan data yang diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat-

kalimat, paragraph, maka penyajian data yang paling sering digunakan adalah

berbentuk uraian naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi bagian,

tersusun kurang baik, maka dari itu informasi yang bersifat kompleks, disusun ke

dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan selektif, sehingga mudah

dipahami.

3. Conclusion Drawing/ verification

Penarikan kesimpulan atau verification merupakan bagian akhir dari

analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yang

menemukan makna data yang telah disajikan. Cara yang digunakan bervariasi,
36

dapat menggunakan perbandingan kontras, menemukan pola dan tema,

pengelompokkan, dan menghubung-hubungkan satu sama lain. Makna yang

ditemukan peneliti harus diuji kebenarannya, kecocokan, dan kekokohannya.

Verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif membutuhkan verifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil

penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas tentang mengenai hasil ini,

terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang lokasi penelitian sebagai

berikut:

1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

SMP Muhammadiyah Limbung didirikan pada tahun 1950, sekolah ini

pada permulaan berdirinya diberi nama SMP Taruna, sebuah nama yang

diciptakan sendiri oleh pendirinya. SMP Taruna ini merupakan milik masyarakat

Limbung, tapi berhubung pada waktu itu keamanan tidak stabil maka keadaan

SMP Taruna sangat memprihatinkan.

Keadaan krisis itulah maka Syamsuddin Bali sebagai Kepala Sekolah

meminta kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Limbung, supaya sekolah ini

diambil alih oleh Muhammadiyah sebagai milik yayasan dan dilaporkan kepada

pimpinan pusat Muhammadiyah, akhirnya usul tersebut diterima dan berubahlah

nama SMP Taruna menjadi SMP Muhammadiyah dan itulah yang berlanjut

sampai sekarang. Berdasarkan keterangan tersebut mengungkapkan bahwa SMP

Muhammadiyah Limbung merupakan sekolah pertama berada di kecamatan

Bajeng Setelah sekian lama berdiri perkembangan SMP Muhammadiyah dari

tahun ke tahun cukup maju bila dibandingkan dengan SMP yang ada di Bajeng

bahkan pada dekade tahun delapan puluhan sekolah dibuka pada pagi dan sore
37
38

hari karena siswa yang mendaftar pada permulaan Tahun Ajaran melebihi

kapasitas ruangan belajar yang tersedia, sehubungan dengan perkembangan SMP

Muhammadiyah serta dengan usia yang relative cukup lama, maka sudah barang

tentu telah banyak menamatkan siswa dan siswi, olehnya itu SMP

Muhammadiyah Limbung ini sudah dikenal dan cukup diperhitungkan di

masyarakat khususnya kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

Terbentuknya Insan Beriman, Berilmu, Kreatif, Berdaya Saing dan

Berakhlak Mulia serta Peduli Lingkungan.

b. Misi

1) Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat, bersih, rindang dan asri

sebagai upaya mewujudkan sekolah adiwiyata.

2) Mewujudkan lingkungan sekolah yang memiliki pengelolaan sampah

yang baik sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

3) Menumbuhkan kesadaran guru, siswa dan seluruh stakeholder

sekolah terhadap lingkungan hidup.

4) Meningkatkan profesionalisme guru.

5) Menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

6) Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga

dan Seni Budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

7) Menigkatkan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah.

8) Menjalin hubungan Kerjasama dengan stakeholder.


39

9) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah dan nyaman

sebagai sumber belajar.

10) Membudayakan kebiasaan menjaga kebersihan dan melestarikan

lingkungan.

11) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan berprinsip hidup 5

R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, dan Replant).

c. Tujuan

1) Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat, bersih, rindang dan asri

sebagai upaya mewujudkan sekolah Adiwiyata.

2) Terwujudnya lingkungan sekolah yang memiliki pengelolaan sampah

yang baik sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

3) Tumbuhnya kesadaran guru, siswa dan seluruh stakeholder sekolah

terhadap lingkungan hidup.

4) Meningkatkan profesionalisme guru.

5) Mengoptimalkan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM.

6) Terciptanya lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

7) Meningkatkan pengetahuan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga dan

Seni Budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

3. Keadaan Guru

Posisi guru dalam suatu sekolah adalah sangat penting terhadap proses

belajar dan interaksi lainnya. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang

berbeda-beda dalam dirinya. Dengan keahlian guru dalam mendidik tentu dia tahu
40

bagaimana perkembangan anak didiknya dan mengetahui kesulitan-kesulitan

belajar anak didiknya.

Mengenai keberadaan guru di sekolah SMP Muhammadiyah Limbung,

peneliti memberi gambaran sebagaimana tercamtum dalam taber berikut ini:

Tabel 1
Keadaan Guru SMP Muhammadiyah Limbung
Tahun Ajaran 2019-2020

Pendidi
Jabatan/ Mata
No Nama kan Status Guru
pelajaran
sekolah

Muhammad Rizal,
1 S2 Kepala Sekolah PNS
S.Pd, M.Pd.I

Wakil Kepala
sekolah/
Muzakkir, S.Pd,
2 S2 Pembina Tk.I PNS
M.Pd.
dan Guru Bhs.
Indonesia

Muhammad Taslim, Pembina/ Guru


3 S2 PNS
S.Pd, M.M IPA Terpadu

Penata
4 Andriani, S.Pd S1 Tk.1/Guru IPA PNS
Terpadu

Penata Tk.1/
5 Mustari Dayu, S.Ag S1 PNS
Guru Pendais

GTY /Guru
6 Mawang Aprianto, SE S1 Kemuhammadiy PNS
ahan

Pembina Tk.I/
7 Marwiah, S.Pd. S1 Guru PNS
Bhs.Indonesia

Penata Muda /
8 Husniar, S.Pd. S1 Guru Seni PNS
Budaya
41

GTY/ Guru IPS


9 Dra. Jumasiah, S.Ag S1 PNS
Terpadu

GTY/ Guru
10 Musdalifah, S.Pd.I S1 Honorer
Pendais

GTY Guru
11 Idrus, S.Pd.I. S1 Honorer
Pendais

GTY/Guru
12 Fathullah, S.Pd.I S1 Pendais dan Honorer
Bahasa Arab

13 Hj.St.Palamuri, S.Pd. S1 GTY /Guru PKn Honorer

14 Siarmawati, S.Pd. S1 GTY/ Guru PKn Honorer

15 Irma, S.Pd. S1 GTY/ Guru PKn Honorer

Isnaeni Dian Imanina,


16 S1 GTY/ Guru PKn Honorer
S.Pd

17 Alfi Sahar, S.Pd S1 GTY/ Guru PKn Honorer

18 Nasrullah Rauf, S. TP S1 GTY / Prakarya Honorer

Pembina Tk.I/
19 Hj.Misbawati, S.Pd. S1 Guru Honorer
Bhs.Indonesia

GTY / Guru
20 Suhardi, S.Pd S1 Honorer
Bhs.Indonesia

GTY / Guru
21 Indrawati, S.Pd S1 Honorer
Bhs.Indonesia

Penata Muda/
22 Arni Arifin, S.Pd S1 Guru Honorer
Bhs.Indonesia

GTT/Guru
23 Irnasari, S.Pd S1 Honorer
Bhs.Indonesia

GTY/Guru
24 Syahruni, S.Pd. S1 Honorer
Bhs.Inggeris

GTY /Guru
25 Kartini Indasari, S.Pd. S1 Honorer
Bhs.Inggeris
42

Hj.Wahyuni Thahir, GTY /Guru


26 S1 Honorer
S.S. Bhs.Inggeris

GTY /Guru
27 Nurkhaeriah, S.Pd. S1 Honorer
Bhs.Inggeris

Pembina Tk.I/
28 Ariyani, S.Pd. S1 Guru Honorer
Matematika

GTT/ Guru
29 Rohana, S.Pd S1 Honorer
Matematika

Rismawati Hamid, GTY/ Guru


30 S1 Honorer
S.Pd Matematika

GTY/ Guru
31 NurIsnaini Sari, S.Pd. S1 Honorer
Matematika

GTY/ Guru
32 Junaedi, S.Pd S1 Honorer
Matematika

Tanri Disman, GTY /Guru


33 S2 Honorer
S.Pd.,M.Pd Bhs.Inggeris

GTY/ Guru
34 Nelly, S.Pd. S1 Honorer
Matematika

Nurfathanah Taslim, GTY/ Guru


35 S1 Honorer
S.Pd. Matematika

GTT/ Guru IPA


36 Hadasiah, S.Pd S1 Honorer
Terpadu

GTY / Guru IPA


37 Roslinah, S.Pd. S1 Honorer
Terpadu

S1 GTY / Guru IPA


38 Nursaiha, S.Pd. Honorer
Terpadu

Wahyu Andriani, S1 GTY / Guru IPA


39 Honorer
S.Pd. Terpadu

S1 GTY / Guru IPA


40 Nur Azmi, S.Pd. Honorer
Terpadu

Ridha Mustakim, S1 GTY / Guru IPA


41 Honorer
S.Pd. Terpadu
43

S1 Pembina Tk.I/
Dra.Hj.St.Jumariah,
43 Guru IPS Honorer
S.Pd
Terpadu

S1 GTY Guru
44 Hamdana, S,Pd Honorer
Pendais

Rahmawati Abbas, S1 GTT/ Guru IPS


45 Honorer
S.Pd. Terpadu

S1 GTT/ Guru IPS


46 Muh. Jafar, S.Pd Honorer
Terpadu

Irham Burhidayad, GTY/ Guru IPS


47 S2 Honor
S.Pd.,M.Pd Terpadu

Nur Ihsan Kamar, S1 GTY/ Guru IPS


48 Honor
S.Pd. Terpadu

S1 GTY/ Guru IPS


49 Jamaluddin, S.Pd Terpadu Honorer
Prakarya

S1 Pembina/ Guru
50 Juhriana, S.Pd Honorer
IPS Terpadu

Rasdar, S.Pd. S1 Honorer


GTY / Guru
51
Bhs. inggris

S1 GTY/ Guru IPS Honorer


52 Nurhikmah, S.Pd Terpadu
Prakarya

S1 GTY / Guru Honorer


53 Nawir Lalo, S.Pd
Seni Budaya

S1 GTY / Guru Honorer


54 Al Fisar Firdaus, S.Pd
Seni Budaya

S1 GTY/ Guru Honorer


55 Zulfikar, S.Pd
Prakarya

S1 Pembina Tk.I / Honorer


56 Firdaus, S.Pd
Guru Penjaskes

Nur Fadhly Mansyur, S1 GTY / Guru Honorer


57
S.Pd Penjaskes
44

Indri Julistyowati S1 GTY / Guru Honorer


58
S.Pd. Penjaskes

S1 GTY / Guru Honorer


59 Fadhli Zhahir, S.Pd
Penjaskes

S1 GTY / Guru Honorer


60 Hj. St.Nurbaya, S.Ag
Bhs. Daerah

S1 GTY / Guru Honorer


61 Muh. Ikhsan, S.Pd
Bhs. Daerah

Khalid Syaifullah, GTY / Guru / Honorer


62 S2
S.Pd.I., M.Pd. Bhs.Arab

S1 GTY / Honorer
63 Irwas Abdullah, S.Ag Kemuhammadiy
ahan

S1 GTY / Honorer
64 Mawang Aprianto, SE Kemuhammadiy
ahan

Sumber data, Guru Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng


Kebupaten Gowa 2019.36

4. Keadaan Tata Usaha

Tabel 2
Keadaan Tata Usaha SMP Muhammadiyah Limbung
Tahun 2019-2020

NO Nama Jabatan Status Guru

Kepala
1 Kamaruddin Rani Honorer
Tata Usaha

2 Rosmal Dewi Staf Tata Usaha Honorer

3 Muhajirah, S.Kom Staf Tata Usaha Honorer

36
Sumber data, Tata Usaha Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan
Bajeng Kebupaten Gowa 2019.
45

4 Nur Ihsan Kamar, S. Pd Guru MP / Staf TU Honorer

5 Saldi Amal Staf Pustakawan Honorer

Amiruddin Pembina HW / Staf Honorer


6
Kantin Kejujuran

7 Hanafi Cleaning Service Honorer

8 Rusdi Cleaning Service Honorer

9 Try Sutrisno Julianto F Security Honorer

Sumber data, Tata Usaha SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng


Kebupaten Gowa 2019.37

5. Keadaan Siswa

Siswa bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah

karena siswa merupkan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran.

Pendidik tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang

menerima pendidikan.

Dengan demikian sehingga menjadi sarana pokok dalam proses belajar

mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah

merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk

mengetahui keadaan siswa sekolah SMP Muhammdiyah Limbung.

37
Sumber data, Tata Usaha Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung kab. Gowa 2019.
46

Tabel 3
Keadaan Siswa SMP Muhammadiyah Limbung
Tahun Pelajaran 2019-2020

Jenis kelamin

No Siswa kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Vll 165 160 324

2 Vlll 172 176 348

3 Lx 161 129 290

Jumlah 497 465 962

Sumber data, Siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng


Kebupaten Gowa 2019.38
6. Keadaan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar,

disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan

materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa,

akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana

yang dapat menunjang keefektiifan belajar siswa selama proses belajar mengajar

berlangsung. SMP Muhammadiyah Limbung memiliki fasilitas yang dapat

dikategorikan memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran

yang kondusif, fasilitas tersebut meliputi

38
Sumber data, Siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kebupaten
38
Gowa 2019.
47

Tabel 4
Sarana Dan Praarana Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung
Tahun Pelajaran 2019-2020

No Fasilitas Jumlah Ket.

1 Ruang Kelas 29 Baik

2 Kantor 1 Baik

3 Ruang Pimpinan/Kasek 1 Baik

4 Ruang TU / TAS 1 Baik

5 Ruang guru 1 Baik

6 Perpustakaan 1 Baik

7 Tempat Ibadah/Masjid 1 Baik

8 Lab. Sains 1 Baik

9 Kantin 1 Baik

10 Ruang IPM 1 Baik

11 Tempat Galeri 1 Baik

12 Ruang kegiatan ekstra kurikuler 1 Baik

13 Ruang UKS 1 Baik

14 Ruang BK 1 Baik

15 Ruang Kesiswaan 1 Baik

16 Ruang Drum Band 1 Baik

17 Toilet 1 Baik

18 Fasilitas olahraga 1 Baik

Sumber Data: Sarana dan Prasarana Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung


2019.39

39
Sumber Data, Sarana dan Prasarana Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung 2019
48

Dari tabel keadaan sarana dan prasarana tersebut di atas maka, penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana yang di miliki oleh

sekolah SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kebupaten Gowa

sudah layak untuk melakukan proses belajar mengajar degan baik.

7. Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler di SMP Muhammadiyah Limbungini

meliputi:

a. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

b. Hizbul Wathan

c. Tapak Suci Putera Muhammadiyah

d. Paskibra

e. PMR

f. UKS

g. Spemul Soccer Team

h. Drum Band Gita Surya

Tabel 5
Kegiatan Ekstra Kurikuler SMP Muhammadiyah Limbung
Tahun 2018-2019

JENIS HARI
NO PUKUL PEMBINA
KEGIATAN LATIHAN

Ikatan Pelajar 15.00 -


1 Senin & Kamis Idrus, S.Pd.I
Muhammadiyah 17.00

15.00 -
2 Hizbul Wathan Kamis & Sabtu Amiruddin
17.00
49

Tapak Suci Putera 15.00 -


3 Rabu & Jumat Marwan Nompo
Muhammadiyah 17.00

Spemul Soccer 15.00 - Nur Fadhly


4 Rabu & Jum’at
Team 17.00 Mansyur, S.Pd.

Drum Band Gita 15.00 - Al Fishar


5 Senin & Rabu
Surya 17.00 Firdaus

Palang Merah 15.00 - Kartini Indasari,


6 Rabu
Remaja (PMR) 17.00 S.Pd.

Pasukan Pengibar 15.00 - Kartini Indasari,


7 Sabtu
Bendera (Paskibra) 17.00 S.Pd.

Sumber data, Kegiatan Ekstra Kurikuler Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung


Kecamatan Bajeng Kebupaten Gowa 2019.40
B. Pembahasan

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan

Kecerdasan Spritual Siswa Kecamatan Bajeng Kebupaten gowa.

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Fathulla S.Pd selaku guru

pendidikan pendidikan agama islam mengatakan bahwa:

“Khususnya guru pendidikan agama islam dalam kaitannya bagaimana


cara pengembangan kecerdasan spiritual siswa adalah memberikan
materi-materi keagamaan. Yang berkaitan dengan tata cara ibadah yang
benar dan adab-adab kepada sang pencipta yaitu Allah swt, kepada
alam dan juga sesama manusia. Dan tidak cukup hanya memberikan
materi saja tetapi hal yang penting adalah memberi keteladanan
terhadap materi-materi yang telah diajarkan dan ini yang paling tepat.
Adapaun hal lain yang bisa kita lakukan sebagai guru dalam kaitannya
dengan kecerdasan spiritual siswa yaitu menanamkan kepada siswa
tersebut kecintaan terhadap Al-quran Al Karim yaitu gemar membaca
dan menghafal Al Qur’an” peran kita sebagai guru pendidikan agama
islam dalam rangka menanamkan rasa persaudaraan antar siswa adalah
memehamkan kepada siswa sebagaimana dengan teman kelas yang lain

40
Sumber data, Kegiatan Ekstra Kurikuler Sekolah SMP Muhammadiyah Limbung
Kecamatan Bajeng Kebupaten Gowa 2019.40
50

adalah bersaudara menurut ajaran islam. Inamal Mu’minuna ihwah


(bahwa orang yang beriman itu adalah bersaudara). Kemudian
memberikan pemahaman kepada siswa bahwa manusia adalah mekhluk
sosial dimana setiap orang pasti membutuhkan orang lain. Sebagaimana
mereka tidak bisa hidup sendiri-sendiri maka jagalah hubungan kalian
dan bangunlah rasa persaudaraan antara sesama agar kelak kalian bisa
salin membantu dan tolong menolong”.41

Melalui pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa guru dapat berperan

sesuai yang dibutuhkan peserta didik, maksudnya adalah tidak selamanya guru

berperan sebagai pengajar atau fasilitator saja, adakalanya juga seorang guru

berperan sebagai motivator bagi peserta didik, dimana siswa yang melakukan

pembelajaran tidak selamanya lancar dalam belajarnya adakala mereka

mengalami hambatan-hambatan yang mempengaruhi proses belajarnya termasuk

masalah ibadah kepada Allah Swt serta menjalin hubungan persaudaraan yang

baik diantara mereka.

Menurut hasil analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru

pendidikan agama islam menegaskan bahwa pentingnya pelajaran agama bagi

murid sebagai bekal hidup masa depannya. Selain itu, guru pendidikan agama

islam tak luput memberi contoh dalam segi perbuatan dan atau hubungan sesama

manusia terutama saudara muslim yaitu habluminannas sebagai perekat tegaknya

ukhuwah islamiyah.

Dikuatkan oleh hasil Wawancara dengan ibu Hamdana, S.Ag selaku

guru pendidikan Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“Spiritual adalah hubungan dengan yang maha kuasa dan sang pencipta
sebagai guru pendidikan agama islam adalah sebagai motivator yang
memberikan keteladanan, nasehat untuk siswa motivasi belajar siswa

41
Fathulla,S.Pd (Pendidikan Agama Islam) Wawancara di SMP Muhammadiyah
Limbung Kemata. Bajeng Kabupaten Gowa 15-06- 2020
51

seperti contohnya baik menghargai guru, teman-teman dan orang lain


untuk mencerdaskan spiritual peserta didik, selanjutnya guru
pendidikan agama islam senantiasa mendidik siswa agar senantiasa
menanamkan persaudaraan yang pertama saya harus mendampingi
siswa terlebih dahulu dengan memberikan nasehat-nasehat baik
contohnya sebagai guru pendidikan agama islam harus menjalankan
bagaimana caranya supaya siswa tersebut tidak terpengaruh kepada
siswa yang lain terutama pergaulan siswa yang nakal selanjutnya yang
kedua mendidik siswa dengan cara mendekatkan diri kepada gurunya
supaya siswa tersebut mendapatkan rasa persaudaraan dengan siswa
yang lain contohnya seperti mendekatkan siswa dengan siswa lain
supaya tali persaudaraan semakin erat.42

Hasil wawancara di atas dapat diuraikan bahwa dengan adanya motivasi

yang diberikan guru pendidikan agama islam terhadap siswa dapat menumbuhkan

semangat belajar serta dapat memberikan nasehat-nasehat, dan contoh yang baik

seperti menghargai guru, teman-teman dan orang lain. Sebagaimana guru

pendidikan agama islam harus menjalankan perannya dalam mendidik siswa

dengan cara mendekatkan diri terhadap siswa yang lainnya supaya tali

persaudaraan semakin erat. Sehingga peran guru pendidikan agama islam dalam

pengembangan kecerdasan spiritual siswa di dasarkan karena Allah semata untuk

membentuk karakter siswa, dapat melaksanakan perintah ajaran agama islam, dan

membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru

pendidikan agama islam dalan pengembangan kecerdasan spiritual siswa adalah

berupaya untuk mendidik siswa dalam pengembangan kecerdasan spiritual

sehingga cara tersebut dilakukan dengan pembiasaan serta pengajaran baik yang

dapat membuat siswa untuk melakukan aktifitas, membuat siswa melaksanakan

42
Hamdana, S.Pd. (Pendidikan Agama Islam) Wawancara Daring di SMP
muhammadiyah Limbung Kecamatan. Bajeng Kabupaten. Gowa 05-07-2020.
52

apa yang perintahkan oleh guru baik proses belajar maupun disekolah atau supaya

siswa lebih mendekatkan diri kepada gurunya sehingga menjaga tali persaudaran

antar sesama siswa semakin erat.

2. Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa di SMP Muhammadiyah

Limbung Kecamatan Bajeng Kebupaten gowa.

Dalam pengembangan kecerdasan spiritual dapat diartikan dengan

segala usaha, langkah, dan kegiatan yang dilakukan baik secara sendiri mau pun

bantuan orang lain dalam rangka untuk menumbuhkembangkan kecerdasan

spiritual. Pengembangan kecerdasan spiritual tidak harus merupakan satu program

atau satu mata pelajaran secara khusus memberikan materi secara spiritual, akan

tetapi aspek spiritual ini dapat dikembangkan secara luas dan dapat digabungkan

dengan kegiatan apapun, namun jika sekadar memahami apa yang harus dilakukan

untuk mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa saja tidak cukup, seorang

harus melakukan praktik langsung agar siswa memahami dan ikut melakukannya.

Wawancara dengan bapak Fathulla S.Pd selaku guru pendidikan

pendidikan agama islam mengatakan bahwa:

“Sebagai guru Pendidikan Agama Islam, adapun kegiatan-kegiatan


yang kami lakukan dalam rangka menanamkan nilai kecerdasan
spiritual siswa. Yaitu pertama, membiasakan membaca do’a sebelum
belajar kemudian yang kedua diikuti dengan pembacaan susrat-surat
pendek dan surat-surat al-qur’an khususnya juz 30 sebagaimana ketua
kelas yang memimpin teman-tamannya untuk membacanya secara
bersama-sama, selanjutnya yang ketiga sebagai guru pendidikan agama
islam mempersyaratkan peserta didik minimal menghafalkan beberapa
surat yang agak panjang misalnya surat An-Naba sebagai bagian dari
pengambilan nilai, kemudian nilai bisa dibagikan atau diberikan kepada
peserta didik apabila terpenuhi dari hal tersebut. Sebagai guru
pendidikan agama islam saya melihat siswa-siswa antusias kerena itulah
yang menjadi kunci kecerdasan spiritual, adapun generasi yang paling
53

cerdas adalah para sahabat generasi para sahabat rasulullah saw dan
didasari dari kecintan mereka terhadap Al-qur’an”43
Hasil Wawancara di atas dapat diurakan bahwa sebelum memulai

pembelajaran pendidikan agama islam dapat menanamkan nilai-nilai kecerdasan

spritual siswa seperti membiasakan membaca doa sebelum belajar kemudian dari

salah satu siswa membaca surat-surat pendek serta di ikuti dengan seluruh siswa

dan dilanjutkan dengan membaca al-quran terkhusus juz 30 Q.S. An-Naba.

Selanjutnya guru pendidikan agama islam memberikan tugas terhadap siswa

dengan cara menghafal juz 30 yaitu Q.S. An-Naba.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai guru

pendidikan agama islam memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai

keagamaan, mengamalkannya, dengan membacakan surat Al-quran sebelum

memasuki pelajaran inti, selain itu jika hendak melakukan aktifitas belajar harus

di dahului dengan doa. Dengan berdoa, maka akan banyak sekali hikmah yang

akan diterima, serta membuat ilmu yang akan kita pelajari menjadi lebih berkah.

Pasalnya, kita melibatkan Allah dalam proses pencarian ilmu. Sehingga Allah

SWT akan ridho dan memberikan banyak berkah dan pahala kepada mereka yang

memulai belajar dengan berdoa terlebih dahulu. Adapun kegiatan-kegiatan seperti

itu sangat berkaitan dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa.

43
Fathulla,S.Pd (Pendidikan Agama Islam) Wawancara di SMP Muhammadiyah
Limbung Kemata. Bajeng Kabupaten Gowa 15-06- 2020
54

Dikuatkan oleh hasil Wawancara dengan ibu Hamdana, S.Ag selaku

guru pendidikan pendidikan agama islam mengatakan bahwa:

“Terkait dengan begaimana usaha saya dalam proses belajar mengajar


dalam rangka mengembangkan kecerdasan spiritual siswa adalah
mengadakan tanya jawab, kemudian saya bertanya kepada peserta didik
apakah sudah faham dengan materi yang sampaikan atau belum,
selanjutnya saya memberikan kuis dengan cara merebut menjawab
dengan berlombah-lombah siapa yang bisa menjawab kuis tersebut dan
akan di berikan nilai tambahan ”.44

Hasil Wawancara di atas dapat diuraikan bahwa dalam rangka

mengembangkan kecerdasan spiritual siswa proses belajar mengajar guru

pendidikan agama islam melakukan beberapa metode dalam proses pembelajaran

seperti tanya jawab, memberikan kuis, diskusi sehingga akan menumbuhkan

semangat belajar siswa terhadap materi yang diajarkan dan dapat di pahami oleh

siswa tersebut. Dan siswa juga ikut bersemangat serta berlombah-lombah dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya lalu, kemudian siswa diberi

nilai tambahan oleh guru tersebut. Sehingga guru pendidikan agama islam dapat

melihat siapa-siapa siswa yang mampu mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan pengembangan

kecerdasan spiritual siswa adalah upaya mengembangkan, mendorong serta

mengajak siswa lebih maju dalam hal yang berkaitan kejiwaan, rohani, mental,

moral, ataupun yang berkenaan dengan spirit atau jiwa serta bekerja dengan

usahanya ataupun nilai-nilai kecerdasan spiritual, berbagai usaha yang di lakukan

guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan spiritual siswa,

namun langkah tersebut juga bukan berarti membatasi pengembangan spiritual

44
Hamdana, S.Pd. (Pendidikan Agama Islam) Wawancara Daring di SMP
Muhammadiyah Limbung Kecamatan. Bajeng Kabupaten. Gowa 05-07-2020.
55

melalui langkah lain, karna pada hakikatnya setiap aktifitas dapat di gunakan

sebagai upaya pengembangan kecerdasan spiritual, tergantung bagaimana kita

memaknai aktifitas tersebut.

3. Faktor pendukung dan penghambat Pengembangan kecerdasan

spiritual siswa di SMP Muhammadiyah Limbung

a. Faktor Pendukung Pengembangan Kecerdasan Spiritual.

Dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP

Muhammadiyah limbung bajeng tentu ada beberapa faktor pendukung yang

mempengaruhi, sesuai wawancara dengan bapak Fathulla selaku guru pendidikan

pendidikan agama islam mengatakan bahwa dalam pengembangan kecerdasan

spiritual siswa sekolah harus menyusun kegiatan-kegiatan yang mendukung

perkembangan siswa, baik itu pengembangan IQ, EQ dan terutama SQ siswa itu

sangat penting untuk dikembangkan.

Adapun faktor pendukung pengembangan kecerdasan spiritual siswa di

SMP Muhammadiyah limbung sebagai berikut:

“Adanya perencanaan yang kami lakukan dalam setiap kegiatan, Siswa


mudah di arahkan dan di nasehati, Mayoritas siswa bertempat tinggal di
lingkungan islami, Adanya dukungan dari masyarakat, semua guru
SMP Muhammadiyah limbung bajeng gowa dan semua wali siswa,
Antusias dari para siswa yang mengikuti seluruh program kegiatan,
Semua guru menjadi tauladan bagi siswa.”45

Hasil Wawancara di atas dapat diuraikan bahwa guru pendidikan agama

islam adalah membimbing dan mengajarkan ajaran islam dalam setiap kegiatan

ekstra kurikuler, guru pendidikan agama islam menjadwalkan tiap-tiap kelas

45
Fathulla,S.Pd (Pendidikan Agama Islam) Wawancara di SMP Muhammadiyah
Limbung Kemata. Bajeng Kabupaten Gowa 15-06- 2020
56

dalam mengikuti kegiatan tersebut seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),

Hizbul Wathan (HW), tapak suci, drum band gita surya, dan lain-lain. Dalam

pengembngan kecerdasan spiritual siswa yaitu selain dari pihak keluarga dan

pihak sekolah juga berperan baik dari visi misi sekolah, dan tata tertib yang

dilakukan disekolah, dalam meningkatkan kecerdasan spiritual adalah terjalin

hubungan baik antara guru PAI dengan guru-guru umum yang beragama islam.

Dan Guru Pendidikan Agama Islam beserta guru-guru lain ikut berpartisipasi

dalam kegiatan tersebut dalam mengembangkan bakat dan minat siswa serta

mengembangkan pemahaman dan pengetahuan siswa.

Hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap guru

pendidikan agama islam merencanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang

sudah ada di sekolah untuk mengetahui pengembangan kecerdasan spiritual siswa

melalui kegiatan tersebut. Dengan Adanya dukungan dari masyarakat, semua guru

SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dan semua

wali siswa, Antusias dari para siswa yang mengikuti seluruh program kegiatan,

Semua guru menjadi tauladan bagi siswa.

Dipertegaskan pada hasil Wawancara dengan ibu Hamdana, S.Ag

selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“ Adanya perencanaan yang kamu lakukan dalam setiap kegiatan, Siswa


mudah di arahkan dan di nasehati, Adanya kegiatan ekstra kurikuler.”46

46
Hamdana, S.Pd. (Pendidikan Agama Islam) Wawancara Daring di SMP
Muhammadiyah Limbung Kecamatan. Bajeng Kabupaten. Gowa 05-07-2020.
57

Hasil Wawancara di atas dapat diuraikan bahwa dalam kegiatan ekstra

kurikuler yang rutin dilaksanakan di SMP Muhammadiya Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa yang membawahi semua Ekstra Kurikuler adalah Ikatan

Pelajar Muhammadiya (IPM), ekstra kurikuler yang wajib ada di sekolah

Muhammadiya yaitu Hizbul Wathan (HW), tapak suci, dan Ekstra Kurikuler

tambahan yaitu Palang Merah (PMR) dan lain-lain. Semtara yang menjadi

program yang rutin di sekolah yaitu setiap hari sebelum pembelajaran dimulai,

terlebih dahulu sholat dhuha sebelum jam istirahat, dan sholat dzuhur secara

berjamaah.

Hasil Wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan

adanya kegiatan tersebut sangat mendukung siswa terhadap pengembangan

kecerdasan spiritual dalam hal mengarahkan dan menasehati siswa terhadap bakat

dan minat siswa di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa.

b. Faktor Penghambat Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa,

Dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual siswa SMP

Muhammadiyah limbung bajeng tentu ada beberapa faktor pendukung yang

mempengaruhi, sesuai wawancara dengan bapak Fathulla selaku guru pendidikan

pendidikan agama islam mengatakan bahwa:

“Saran dan prasarana kurang mendukung, Pihak sekolah SMP


Muhammadiyah limbung kecamatan bajeng kabupaten gowa tidak bisa
memantau kegiatan sehari-hari siswa selama kegiatan di rumah, Asumsi
yang salah dari wali siswa, bahwa wali siswa menyerahkan sepenuhnya
58

kepada sekolah untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak


anaknya.47

Hasil wawancara di atas dapat diuraikan bahwa fasilitas di sekolah

belum memadai sepenuhnya dalam setiap kegiatan yang dilakukan siswa

kemudian terkadang juga ikut-ikutan dengan temannya, masalah waktu, orang tua

kurang mendukung, sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu faktor

kemalasan siswa yang cenderung cepat pulang setelah jam pelajaran, dan tidak

mengikuti kegiatan di sekolah, siswa juga tidak di dukung oleh keluarganya

mengikuti aturan-aturan di sekolah di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa. Dan kurangnya kerja sama guru dan orang tua terhadap

kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah dalam mengembangkan kecerdasan

spiritual .

Hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya kerja

sama antara guru dan orang tua siswa dalam mengontrol sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Kemudian sikap dan perilaku siswa yang kurang baik akan

mencerminkan tingkah laku siswa pada saat di sekolah.

Dikuatkan oleh hasil Wawancara dengan ibu Hamdana, S.Ag selaku

guru pendidikan pendidikan agama islam mengatakan bahwa:

“Kurangnya perhatian terhadap siswa, Siswa jarang diajak berfikir,


Siswa kecanduan dalam bermain game sehingga peserta didik dapat
menghambat proses belajar dimata pelajaran dimana pun terutama
pendidikan agama islam”48

47
Fathulla,S.Pd (Pendidikan Agama Islam) Wawancara di SMP Muhammadiyah
Limbung Kemata. Bajeng Kabupaten Gowa 15-06- 2020
48
Hamdana, S.Pd. (Pendidikan Agama Islam) Wawancara Daring di SMP
Muhammadiyah Limbung Kecamatan. Bajeng Kabupaten. Gowa 05-07-2020.
59

Sebagaimana di era modern ini dengan majunya pengetahuan teknologi

dan komunikasi banyak siswa yang cenderung malas mengikuti kegiatan

estrakurikuler diluar jam sekolah. Mereka cenderung langsung pulang ketika

kegiatan belajar mengajar berakhir, terkadang kebanyakan siswa tidak langsung

pulang kerumah terkadang singgah maiin game di warnet bahkan ada siswa yang

melakuakan hal-hal yang tidak sesuai seperti mabuk mabukan dan memakai obat

obatan terlarang. Dalam mengantisipasi hal yang tidak diinginkan terkadang

beberapa sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk mengikuti kegiatan

esrtrakurikuler di luar jam sekolah guna memanfaatkan waktu yang di miliki

siswa untuk menyalurkan bakat dan minatnya. Peran guru agama islam dalam

pengembangan kecerdasan spiritual ini menjadi menarik untuk ditelusuri lebih

dalam sehingga dibutuhkan pengembangan kecerdasan spiritual siswa yang

mencoba untuk mengungkap sisi lain dari peran guru agama islam dalam

pengembangan kecerdasan spiritual siswa yang tidak sempat diungkap dalam

penelitian ini. Pada penelitian ini sekiranya cukup bisa memberikan referensi

dalam melihat peran guru agama islam dalam pengembangan kecerdasan spiritual

siswa di sekolah SMP Muhammadiyah limbung, kecamatan bajeng kabupaten

gowa.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

penghambatnya yaitu kurangnya perhatian siswa kepada guru akibatnya siswa

susah untuk berfikir sehingga siswa berfokus untuk bermain saja, dengan adanya

pergaulan siswa di luar sekolah jarang masuk sekolah dan tidak menuruti visi misi

sekolah di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dengan Peran Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas VIII Di SMP

Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat

disimpulkan bahwa:

1. Peran guru pendidikan islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual

siswa dimana guru memiliki peran untuk mengajarkan pada siswa dalam

mengamalkan ajaran agama islam, kerena seorang guru pendidikan agama

islam memiliki suasatu tanggung jawab dalam upaya membina, membimbing

memotivasi, dan memberikan keteladanan kepada siswa Dengan demikian

peran guru dalam hal ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada

pengembangan kecerdasan spiritual siswa.

2. Sebagai guru pendidikan agama islam memiliki peran penting dalam

menanamkan nilai-nilai keagamaan, mengamalkannya, dengan membacakan

surat Al-quran sebelum memasuki pelajaran inti, selain itu jika hendak

melakukan aktifitas belajar harus di dahului dengan doa. Adapun kegiatan-

kegiatan seperti itu sangat berkaitan dalam pengembangan kecerdasan spiritual

siswa.

3. Faktor pendukung dalam pengembangan kecerdasan spiritual bahwa setiap

guru pendidikan agama islam merencanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler

yang sudah ada di sekolah untuk mengetahui pengembangan kecerdasan

60
61

spiritual siswa melalui kegiatan tersebut. Sedangkan yang mrnjadi faktor

penghambat yaitu kurangnya perhatian siswa kepada guru akibatnya siswa

susah untuk berfikir sehingga siswa berfokus untuk bermain saja, dengan

adanya pergaulan siswa di luar sekolah jarang masuk sekolah dan tidak

menuruti peraturan yang terapkan oleh sekolah

B. Saran

Adapun saran untuk perbaikan kedepannya mengenai Peran Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa

Kelas VIII Di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kebupaten

Gowa.

1. Bagi sekolah

Diharapkan dari penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan dapat meningkatkan

kualitas peran guru, khususnya peran guru pendidikan agama islam dalam

pengembangan kecerdasan spiritual siswa, yang telah diterapkan.

2. Bagi guru

Agar siswa tetap cerdas secara spiritual, maka sebaiknya guru meningkatkan

perannya sebagai motivator dengan cara memotivasi dan memberikan

keteladanan kepada siswa agar senantiasa berakhlak mulia.


62

3. Bagi siswa

Belajar disiplin, senantiasa mentaati aturan dan selalu mengikuti kegiatan-

kegiatan yang ada di sekolah, agar mampu mengembangkan kecerdasan

spiritual dan berakhlak baik sebagai pedoman penting dalam kehidupan yang

akan dating.

4. Bagi peneliti

Peneliti menyadari meskipun ini dilakukan dengan upaya yang maksimal dan

mencapai hasil yang terbaik. Namun, tidak lepas pula dari kekurangan dan

kelemahan, oleh karna itu, penulis sangat mengharapkan saran.


DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan Terjemahannya.


Agustian Ary Ginanjar, 2001 Rahasia Sukses Membangun Kecedasan Emosi dan
Spiritual ESQ, jilid I; Jakarta; Arga.

Aizid Rizem Ustadz, 2017 Cerdas Total melejidkan potensi multiple Intelingence
melalui dzikin-dzikin harian, (Bangutapan Yogyakarta Jl. Wonosari,
BaturetnoNo 325 –B

Al- abrasyi M. Athiyah, 2012 Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta:


Bulan Bintang.

Ariffin. M, 2000 Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-5, Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin Muzayyin, 2008 Filsafat pendidikan islam Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyono B. Suharjo J.B. 2011 Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang


takterbatas, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah Bahri Syaiful, 2005 Guru dan Anak Dalam Interaksi Edukatif Cet, II;
Jakarta.

Darajat Zakiah, 1996a Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Mental,


Bandung; Bumi Aksara.Op. Cit.

........................., 1996b Ilmu pendidikan islam Cet. I; Bandung; Bumi Aksara.

Ginanjar Ary, 2007 Rahasia sukses membangkitkan ESQ, Jakarta: Arga


Publishing, Cet. ke-41.

Hamalik Oemar, 2001 Proses Belajar Mengajar (Jakarta , Jl. Sawo Raya No. 18
PT Bumi Aksara.

Handoko Sudrajad dan Pedak Mustamir, 2009 Saatnya Bersekolah Yogyakarta:


Bukun Biru.

Indar Djumberansyah, 1998 Filsafat pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, Cet, 1.

Jusuf Mudzakkir dan Abdul Mujid, 2006 ilmu pendidikan islam, Jakarta: Kencana
Pranada Media.

Kamsinah, 2007 tugas dan tanggung jawab guru dalam pendidikan islam,
Bandung.

63
64

Kusnadi Ateng, 2009 One-WaytoHeaven Jakarta: Gramedia Puataka Utama.

Maleong J Lexy, 2012 Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : PT Remaja


Rosda Karya.

Margono, 2005 Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Muhyidin Muhammad, 2008 Hidup di Pusaran al-Fatihah Bandung Mizan.

Nazir Moh, Metode Penelitian, 2005 Bogor Selatan.

Prayudha Wisnu, 2007 The Secret of meaningful Life Jakarta: Qultum media.

Samosir Marianto, 2019 Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek Jilid I Jakarta
Barat : Permata Sari Media Jl. Topaz Raya C2 No. 16.

Sani Abdullah Ridwan, 2019 Strategi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo
Persada Depok.

Sukidi, 2004 Rahasia Sukses Hidup Bahagia: Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ


Lebih Penting Dari Pada IQ dan EQ Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumanti Titin Solilhah. 2015 Dasar-Dasar Materi Pendidikan Agama Islam Cet.
Ke-I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Jakarta: Citra Umbara, 2003).

Usman Uzer Moh. Uzer, 2007 Menjadi Guru Profesional Cet, I; Bandung.

Wahab Rohmalina, 2018 Psikologi Belajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,


Depok, Cet, 3.

Zubaedi, 2012 Isu-Isu Baru Dalam Diskursus filsafat Pendidkan Islam Dan
KapitaSelekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
L

N
65
66

PEDOMAN WAWANCARA (UNTUK GURU)

1. Bagaimana peran bapak dalam pengembangan spritual siswa?

2. Bagaimana peran bapak membimbing dan mendidik siswa agar senantiasa

menanamkan rasa persaudaraan siswa?

3. Kegiatan apa saja yang bapak lakukan dalam menanamkan nilai kecerdasan

spiritual pada siswa?

4. Bagaimana usaha bapak dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa

melalui proses belajar mengajar?

5. Faktor apa yang mendukung bapak dalam pelaksanaan pengembangan

kecerdasan spiritual siswa?

6. Faktor apa yang menghambat bapak dalam pelaksanaan pengembangan

kecerdasan spiritual siswa?


67

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Proses pengantaran surat penelitian di SMP Muhammadiyah


Limbung

Gambar 2 : Proses wawancara dengan guru pendidikan agama islam di SMP


Muhammadiyah Limbug
68

Gambar 3 : Proses wawancara daring dengan Ibu Hamdana selaku guru agama
islam di SMP Muhammadiyah
69

Gambar 4 : Daftar Penilaian Siswa Kelas Vlll – 10 Di SMP Muhammadiyah


Limbung

No No Nama Siswa Kelas Nilai


Induk
1. 10548 Muh Farlan Vlll - 10 90
2. 10549 Nurqolbi Vlll - 10 90
3. 10550 Putra Hidayat Vlll - 10 85
4. 10551 Rafli Abi Nuqly Vlll - 10 80
5. 10552 Rahmat Hidayat Vlll - 10 88
6. 10553 Rahmat Hidayat. M Vlll - 10 85
7. 10554 Muh Rahmat Hidayat Vlll - 10 85
8. 10555 Rahmatullah Vlll - 10 88
9. 10556 Rangga Nurul Hidayat Vlll - 10 80
10. 10557 Rehan Saputra Nurjaya Vlll - 10 85
11. 10558 Rendy Ramadan Vlll - 10 80
12. 10559 Syahrul Mubarak Vlll - 10 85
13. 10560 Syahrul Ramadhan Vlll - 10 85
14. 10561 Wahyu Hidayat Vlll - 10 80
15. 10562 Wahyudin Vlll - 10 85
16. 10563 Zalman Alfarizi Vlll - 10 85
17. 10564 Sumarni Vlll - 10 80
18. 10565 Susmitha Khaerani Ilyas Vlll - 10 81
19. 10566 Syafrisha Natasya Putri Vlll - 10 85
20. 10567 Syahruni Wulandari Vlll - 10 85
21. 10568 Syakila Syarif Vlll - 10 88
22. 10569 Tarisa Vlll - 10 85
23. 10570 Tiara Rahmadani Vlll - 10 85
24. 10571 Tri Nurul Almukarrama Vlll - 10 85
25. 10572 Wahdani Vlll - 10 85
26. 10573 Wahyuri Anggreani Vlll - 10 85
27. 10574 Widya Ayu Devina Syahrah Vlll - 10 85
28. 10575 Windi Ananda Vlll - 10 89
29. 10576 Yuliana Vlll - 10 80
30. 10577 Zahra Novia Wulandari Vlll - 10 89
31. 10578 Zahra Putri Zalzabila Vlll - 10 85
32. 10597 Putri Sakina Vlll - 10 85
33. 10256 Andy Muallim Vlll - 10 80
34. 10257 Reski Andini Vlll - 10 85
35. 10258 Ainun Fitri Vlll - 10 92
70

RIWAYAT HIDUP

Mirawati, Tamacinna, 14 Maret 1997 yang merupakan

anak kedua dari pasangan Hasbi dan Norma. Sebelum

masuk kejenjang perguruan tinggi, peneliti menempuh

pendidikan di SD Inpres Pakkingkingan Kecamatan

Bajeng Kabupaten Gowa kemudian masuk ke jenjang

pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bajeng dan melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bajeng Setelah menyelesaikan

pendidikan di SMA Negeri 1 Bajeng pada tahun 2015, Peneliti melanjutkan

Pendidikan Program S-1 di Universitas Muhammadiyah Makassar dan mengambil

jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam. Peneliti telah

menyelesaikan Skripsi dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa”.
71
72
73
74
75
76
77

Anda mungkin juga menyukai