Anda di halaman 1dari 82

UPAYA MENINGKATKAN PENGAMALAN SHALAT MELALUI

METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQH


SISWA (STUDI KASUS PADA KELAS VII A
SMP ATTOYIBBAH SEMURUP)

SKRIPSI

OLEH :

NEZA DELPIA ZELLA


NIM : 02.2138.13

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
1438 H / 2017 M
UPAYA MENINGKATKAN PENGAMALAN SHALAT MELALUI
METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQH
SISWA (STUDI KASUS PADA KELAS VII A
SMP ATTOYIBBAH SEMURUP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu (S.Pd) Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

OLEH :

NEZA DELPIA ZELLA


NIM : 02.2138.13

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
1438 H / 2017 M
KATA PENGANTAR

  



‫ف اْالَ ْن ِبيَاء‬
ِ ‫علَى ا َ ش َْر‬ َّ ‫صالَ ةُ َو ال‬
َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫ب ال َعا لَمِ ْينَ َو ال‬ ِ ‫ا ُ ْل َح ْم ُد‬
ِِّ ‫هلل َر‬

‫ ا َ َّما َب ْع ُد‬. َ‫علَى ا َ ِل ِه َو اصَحْ ا ِب ِه اَجْ َم ِع ْين‬ َ ‫َو اْل ُم ْر‬


َ ‫س ِل ْينَ َو‬

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam akan selalu menjadi ucapan dan do’a umat Islam, semoga

dicurahkan oleh Allah kepada Khatimul Ambiyaaiwal Mursalin, yaitu Nabi Muhammad

SAW, yang telah memberikan penyegaran dan pencerahan terhadap jiwa manusia di

tengah kagalauan dan kemusyirikan, serta membenahi carut marutnya kehidupan

manusia menuju kehidupan yang lebih aman, tenteram dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini berjudul: “UPAYA MENINGKATKAN PENGAMALAN SHALAT

MELALUI METODE DEMONSTRASI MATA PELAJARAN FIQH SISWA (STUDI KASUS

PADA KELAS VII A SMP ATTOYIBBAH SEMURUP)” yang merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Kerinci.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat petunjuk dan bimbingan serta

dorongan yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak , untuk itu perkenankanlah

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta, yang selalu memberikan Do’a, kasih sayang dan semangat

kepada ku untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Y. Sonafist, M.Ag (Rektor Institut Agama Islam Negeri IAIN Kerinci),
3. Bapak Wakil Rektor I, II dan III Institut Agama Islam Negeri IAIN Kerinci

4. Bapak Dekan dan Wakil Dekan Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri IAIN

Kerinci

5. Ketua Jurusan PAI Institut Agama Islam Negeri IAIN Kerinci

6. Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang telah mentransfer ilmu serta memberikan

motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu karyawan beserta Staf Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci yang

telah membantu meminjamkan buku sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar.

8. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga bantuan, petunjuk, arahan serta bimbingan yang telah diberikan menjadi
amal ibadah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhir kata penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk pembelajaran serta
kesempurnaan skripsi ini semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam perkembangan pendidikan umumnya dan pengajaran Peniddikan Islam
khususnya serta dapat bermamfaat bagi penulis dan pembaca.

Akhirnya apa yang kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT, semoga kontribusi
yang sudah diberikan akan bernilai sebagai amal shaleh dan mendapat pahala yang
berlipat ganda hendaknya. Amin Ya Rabbal Alamin...

Sungai Penuh, Oktober 2017

Penulis

NEZA DELPIA ZELLA

NIM: 02.2138.13
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................. i

HALAMAN JUDUL................................................................................ ii

NOTA DINAS........................................................................................... iii

PENGESAHAN........................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................. v

PERSEMBAHAN DAN MOTTO............................................................ vi

KATA PENGANTAR............................................................................... vii

DAFTAR ISI............................................................................................... x

DAFTAR TABEL..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 10
C. Batasan Masalah.............................................................................. 10
D. Rumusan Masalah............................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian............................................................................... 11
F. Kegunaan Penelitian......................................................................... 12
G. Defenisi Operasional......................................................................... 12
H. Metodologi Penelitian...................................................................... 13

BAB II KERANGKA TEORI

A. Upaya Meningkatkan Pembelajaran Fiqh...................................... 20


B. Pengamalan Terhadap Siswa........................................................... 28
C. Ibadah.............................................................................................. 29
D. Shalat Wajib..................................................................................... 35
E. Metode Demonstrasi....................................................................... 46

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN ATTOYIBBAH

A. Histories............................................................................................ 50
B. Geografis.......................................................................................... 52
C. Keadaan Guru, Pegawai, Siswa...................................................... 53
D. Struktur Organisasi.......................................................................... 57
E. Sarana dan fasilitas......................................................................... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Tingkat pelaksanaan ibadah shalat wajib siswa kelas


VII A tentang pembelajaran fiqh di SMP Attoyibbah

Semurup dalam aspek ibadah shalat Khususnya

Shalat lima waktu...................................................................... 62

B. Metode pembelajaran fiqh ibadah shalat dalam


Meningkatkan pengamalan siswa kelas VII A di
SMP Attoyibbah Semurup......................................................... 64

C. upaya guru dalam meningkatkan pengamalan siswa pada


mata pelajaran fiqh tentang ibadah shalat wajib Kelas
VII A di SMP Attoyibbah Semurup.......................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 70
B. Saran-saran.................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat

pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang

dibebankan kepadanya, karena manusia yang dapat dididik dan mendidik.

Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional,

moral, serta keimanan dan ketaqwaan manusia.1

Pendidikan Agama Islam merupakan satu diantara sarana

pembudayaan masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana, pendidikan

dapat difungsikan untuk dapat mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial)

kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup

di dunia dan kebahagian hidup di akhirat. 2 Nabi Muhammad SAW diutus

oleh Allah SWT salah satu tujuannya untuk memperbaiki keadaan umat

dengan ajaran agama Islam, Rasulullah SAW sebagai pelaksana

pendidikan Islam secara umum menuntut umat dari kegelapan menuju

jalan yang terang.

1
Udin Syarifuddin Sa’ud, dkk, Perencanaan Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, h. 6
2
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-2, h. 14
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru adalah

pengetahuan dan pendidikan dalam pemilihan dan penggunaan metode

pendidikan dalam proses belajar mengajar di Sekolah. Guru seharusnya

menyadari tentang perlunya penguasaan berbagai metode yang dapat

digunakan di dalam kelas untuk mencapai berbagai jenis tujuan

pembelajaran. Cara belajar yang mempergunakan berbagai macam tekhnik

dan dilakukan secara tepat dan penuh pengertian oleh Guru, akan

memperbesar minat belajar siswa dan karena itulah akan mempertinggi

hasil pelajaran mereka.

Fungsi pokok dari seorang Guru dalam meningkatkan belajar

adalah sebagai Evaluator. Dari hari kehari Guru yang efektif akan tetap

memperhatikan apa yang telah dipelajari setiap siswa dan mencari cara

untuk sampai kepada simpulan yang valid yang berkenaan hasil-hasil

belajar. Dalam memainkan peran ini Guru merancang situasi-situasi yang

memungkinkan siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari.3

Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan

itu meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif meliputi perubahan dalam segi

penguasaan pengetahuan dan perkembangan yang dibutuhkan, aspek

afektif meliputi perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesadaran,

3
Robert. M. Gagne, Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran, Terjemahan Abdillah
Hanafi dan Abdul Manan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1988), h. 16-17
dan aspek psikomotorik meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk

tindakan motorik.

Strategi pembelajaran aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik

untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum ketika peserta didik

pasif ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan,

dengan itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi

yang diterima. Belajar aktif ialah salah satu cara untuk mengikat informasi

yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.

Pada dasarnya hubungan mata pelajaran fiqih merupakan salah satu

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fiqih

ibadah terutama pada ibadah shalat wajib yang menyangkut pengenalan

dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaannya dan pembiasaannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Agama Islam berfungsi mengarahkan perkembangan

hidup manusia, maka dari itu dalam hal ini dibutuhkan kegiatan yang

nyata seperti efektivitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri dalam aspek

ibadah. Efektivitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu

usaha dikatakan efektif apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.

Dengan kata lain terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki.


Dalam memasuki abad ke 21 dapat dikatakan Era Globalisasi,

manusia dalam kehidupan sehari-hari syarat dengan berbagai kesibukan

dan kebutuhan hidup semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan

persaingan hidup semakin tajam yang pada gilirannya dapat menimbulkan

ketidakpastian dan kecemasan.4

Keimanan dan ketaqwaan tidak lepas dari pendidikan shalat yang

sangat besar manfaatnya bagi kehidupan, shalat mencegah perbuatan keji

dan munkar, shalat meningkatkan disiplin hidup, shalat membuka hati

pada kebenaran dan masih banyak lagi manfaatnya bagi segi kejiwaan.

Namun yang perlu disadari bahwa keterampilan dalam penguasaan

teknologi itu harus diimbangi dengan imtaq atau keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah SWT. tanpa keimanan dan jiwa taqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, pengetahuan, pangkat, kedudukan dan kekayaan akan dapat

membahayakan, menyengsarakan dan mengganggu keamanan dan

ketentraman masyarakat.

Akan tetapi pada zaman sekarang banyak orang yang mengaku

Islam, tetapi melalaikan shalat dan meremehkannya. Mereka tetap

melakukan fahsya’ (segala perbuatan yang jahat) dan munkar. Mereka tak

4
Ahmad, Syafi’i Mufid, Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta
: Yudistira, 2002), h. 25
sadar bahwa siapa yang meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja

maka ia telah ingkar (kafir) dengan nyata-nyata.

Dengan demikian shalat adalah azas yang fundamental yang

menjadi ukuran kualitas Islam dalam diri seseorang. Oleh karena itu shalat

perlu dipelajari, diketahui secara tepat dan dilaksanakan secara teratur,

agar manfaatnya dapat dinikmati dan dirasakan dengan sungguh-sungguh.

Upaya untuk menanamkan sikap disiplin dalam pendidikan shalat

tidak terlepas dari motivasi seseorang guru kepada siswanya, yaitu upaya

seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa sejak dini untuk

tekun, bergairah dan tertib melaksanakan shalat secara ikhlas terhadap

Allah SWT. dalam sepanjang hidupnya. Pada prinsipnya mengajarkan

shalat terlebih dahulu di mulai dari orang tua dan guru untuk mengajarkan

teori disertai dengan memberikan contoh baik bacaan dan gerakannya.5

Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam

Pendidikan Agama Islam. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah

adalah ketaatan dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta kepada

yang disembah untuk mencapai keridhaan-Nya dan mengaharap imbalan

pahala di akhirat kelak. Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa

ibadah mencakup semua aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi

5
A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Anjah : Taskiyat An-Nafs, 2000),
h. 71
Allah dan meridhoinya, baik berupa perkataan atau perbuatan yang lahir

maupun yang batin.6

Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan

Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai

tanda syiar agama dan sebagai tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan

shalat berarti memutuskan tali penghubung dengan Allah, berakibat

tertutupnya rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya,

terhentinya ulur kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari keutamaan

dan kebesaran Allah.7

Kewajiban shalat termasuk kedalam salah satu rukun Islam,

diwajibkan ketika Rasulullah SAW mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang

merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting,

hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak

mengerjakan shalat.

Pemahaman materi pelajaran itu sangat penting agar berhasil dalam

pembelajaran, terutama pada pembelajaran Fiqh di mana pada materi ini

sebagai bimbingan untuk mengetahui syarat-syarat Islam. Dalam mata

6
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung :
Pustaka Setia, 2003), h. 145
7
Al-Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang :
Dina Utama, 1995), h. 12
pelajaran ini, siswa selain diharapkan menjadi paham juga harus dapat

mengamalkan syarat tersebut.

Dari permasalahan di atas sebagai tugas Guru adalah bagaimana

proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Dengan menerapkan

strategi pemahaman pembelajaran yang tepat maka akan terlaksananya

tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu, mempercepat proses

pembelajaran dengan hasil yang maksimal, meningkatkan kemampuan

dasar siswa, meningkatkan hasil belajar, dan meningkatkan masyarakat

belajar yang efektif.8

Pendidikan selama ini dihinggapi permasalahan yang sangat

mendesak untuk segera dipecahkan. Masalah tersebut masuk dalam proses

pembelajaran pendidikan. Proses pembelajaran yang ada dilembaga

pendidikan biasanya bertumpu pada kemampuan pendidik dan peran serta

peserta didik, sehingga kedua komponen harus seimbang, dengan begitu

proses pembelajaran dapat berjalan secara konsekuen.

Proses pembelajaran sangat mendesak sekali pelaksanaannya,

sebagai proses menjadikan peserta didik sebagai insan yang

berpengetahuan. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan mutu

lulusan yang baik pula. Selama ini, proses pembelajaran yang ada di

8
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Perss,
2005), h. 75
lembaga pendidikan khususnya pendidikan Islam masih sebatas

melanjutkan tradisi masa lalu dalam artian bahwa model pembelajaran

hanya bertumpu pada pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai

keagamaan dan tradisi masyarakatnya.

Dipilihnya beberapa metode tertentudalam suatu pembelajaran

bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan

dan kesuksesan operasional pembelajaran. Dalam hal ini metode bertujuan

untuk lebih memudahkan proses dan hasil dalam pembelajaran sehingga

apa yang direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin.

Dengan demikian, jelas bahwa metode sangat berfungsi dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan

bahwa ada materi yang berkenaan dengan demensi afektif dan

psikomotorik, yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode

yang berbeda-beda.

Pada dasarnya di SMP Attoyibbah Semurup masih banyak peserta

didik yang belum benar dalam tata cara shalat karena berbagai faktor cara

penyampaian pembelajaran yang masih bersifat tradisional dan menjadi

kebiasaan yang terjadi peserta didik hanya mendengarkan apa yang

disampaikan oleh pendidik tanpa adanya suatu praktek atau pemeragaan

dan faktor keluarga dimana bahwa dalam pelaksanaan dan pengamalan

tata cara ibadah shalat orang tua tidak meneliti dan mengontrol anaknya.
Pada proses pembelajaran guru dihadapkan keragaman

karakteristik dan dinamika perkembangan siswa yang berbeda-beda. Oleh

karena itu mengajar adalah ilmu sekaligus seni. Ada ilmu mengajar saja

belum cukup maka diperlukan seni dalam mengajar. Dalam proses belajar

mengajar seorang guru harus mampu menentukan metode pembelajaran

dengan tepat.9

Pemilihan metode harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan

kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran mempunyai peranan

yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode sebagai seni

dalam menstransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih

penting dibandungkan dengan materi itu sendiri. Dengan penyampaian

yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, meskipun materinya kurang

menarik karena penyampaian kurang menarik maka materi itu kuarang

dapat diterima oleh siswa

Dengan adanya pemahaman siswa tentang beribadah siswa

diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT dengan

melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.

9
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Ra
Sail Media Group, 2008), hal. 9
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya

melaksanakan ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis

tertarik untuk meneliti mengenai “UPAYA MENINGKATKAN

PENGAMALAN SHALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI

MATA PELAJARAN FIQH SISWA (STUDI KASUS PADA KELAS

VII A DI SMP ATTOYIBBAH SEMURUP)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu :

1. Siswa kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima

waktu secara tertib dan rutin.

2. Kurangnya kesadaran siswa dalam memahami ibadah shalat lima

waktu yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh

ditinggalkan.

3. Siswa kurang berdisiplin dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu

dalam kehidupan sehari-hari.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Membatasi untuk mengkaji guru Pendidikan Agama Islam pada hal-hal

yang berhubungan dengan keterampilan pengamalan siswa pada

pembelajaran fiqh.
2. Pada kesempatan ini peneliti membatasi masalah yang akan diteliti

hanya pada upaya meningkatkan keterampilan ibadah shalat wajib

melalui metode demonstrasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan ibadah shalat siswa kelas VII A tentang materi

pembelajaran fiqh di SMP Attoyibbah Semurup?

2. Bagaimana metode pembelajaran fiqh ibadah shalat dalam

meningkatkan pengamalan siswa pada kelas VII A di SMP Attoyibbah

Semurup?

3. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pengamalan siswa pada

mata pelajaran fiqh tentang ibadah shalat wajib Kelas VII A di SMP

Attoyibbah Semurup?

E. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ibadah shalat siswa kelas

VII A tentang materi pembelajaran fiqh di SMP Attoyibbah Semurup.

2. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran fiqh ibadah shalat

dalam meningkatkan pengamalan siswa pada kelas VII A di SMP

Attoyibbah Semurup
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan

pengamalan siswa pada mata pelajaran fiqh tentang ibadah shalat

wajib Kelas VII A di SMP Attoyibbah Semurup.

F. Kegunaan Penelitian

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran peneliti bagaimana

meningkatkan disiplin beribadah.

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

3. Bagi guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam

meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu)

G. Defenisi Operasional

1. Upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud.10

2. Meningkatkan adalah mempertinggi suatu ajaran yang hendak kita

ajarkan kepada peserta didik.

3. Pengamalan adalah perbuatan baik yang mendatangkan pahala,

sedangkan pengamalan itu sendiri mempunyai arti pelaksanaan dan

penerapan

4. Beribadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla,

yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa

mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka. 1984), hal. 1132
5. Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan

Tuhannya.

6. Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.11

7. Pembelajaran Fiqh adalah salah satu mata pelajaran PAI yang

mempelajari tentang Fiqh ibadah terutama menyangkut pengenalan

dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari .12

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis

penelitian ini adalah kualitatif yaitu jenis penelitian yang analisa

datanya tidak menggunakan angka. penelitian ini merupakan salah satu

unsur penting dalam penelitian deskriptif. Menurut Nana Sudjana,

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendiskripsikan

suatu gejala, peristiwa atau kejadian pada saat sekarang.13 Dengan

11
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang :
Rasail Media Group, 2008), hal. 20
12
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan dan Praktis, (Bandung : Remaja Karya, 1987),
h. 12
13
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2009), cet. Ke-5, h. 64
perkataan lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau

memusatkan masalah-masalah aktual pada saat penelitian

dilaksanakan.

Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriptif adalah data

yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Hal ini disebabkan adanya penerapan metode kualitatif.14

b. Pendekatan penelitian

Pendekatan kualitatif sangat kaya dan syarat dengan deskripsi, dan

ini dianggap cocok dan sesuai dengan penelitian yang bertujuan untuk

dapat mendeskripsikan fenomena secara menyeluruh guna

mengungkapkan suatu corak pemahaman pembelajaran fiqh siswa

tentang shalat wajib.

Adapun penelitian yang dilaksanakan penulis ini langsung

interview dan observasi di lapangan (Field Reseach)

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Menjelaskan bahwa data adalah jenis-jenis informasi yang

diperoleh peneliti. Adapun masalah yang berkenaan dengan data ini

adalah jenis dan sumber data. Jenis data mengarah kepada orang yang

14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2002), h. 6
akan memberikan informasi sesuai dengan data yang akan

dikumpulkan orang yang dimaksud responden dan informan.

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden

dengan melalui teknik observasi serta interview untuk mengetahui

apa saja yang dilakukan Guru Agama sebagai pendidik dalam

mengarahkan siswa untuk melaksanakan ibadah shalat.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data penunjang yang berasal dari

sumber-sumber dan dokumentasi-dokumentasi baik di peroleh dari

kantor data sekunder ini juga berasal dari beberapa buku yang

menjadi sumber data untuk mendapatkan teori-teori dari para ahli

sebagai referensi.

b. Sumber Data.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data-data yang berupa

dokumen, buku penghubung, program pembelajaran dan catatan-

catatan selama proses penelitian, fenomena pembelajaran Pendidikan

Agama Islam yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, Guru

pendidikan agama islam, dan peserta didik.


1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah siswa kelas VII A SMP

Attoyibbah Semurup.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah Kepala Sekolah dan salah

satu guru-guru yang mengajar di kelas VII A SMP Attoyibbah

Semurup.

3. Instrumen Penelitian

a. Subyek Penelitian

Adapun dalam penelitian ini maka sebagai subyek penelitian

yaitu :

1. Kepala sekolah SMP Attoyibbah Semurup adalah Bapak Drs.

Afrizal, M.Si yang nantinya sebagai sumber berkaitan dengan

profil sekolah, sejarah berdirinya pelaksanaan shalat wajib.

2. Majelis guru atau pada guru pendidikan agama Islam dan wali

kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup yang mengarahkan siswa

shalat wajib yang nantinya menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini.

3. Siswa-siswi kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup sebagai sumber

dari pihak siswa berkaitan dengan proses pelaksanaan kegiatan

shalat wajib.
b. Obyek Penelitian

Adapun dalam penelitian ini maka seluruh siswa yang menjadi

objek penelitian di dalam kelas VII A yang penulis teliti yaitunya di

SMP Attoyibbah Semurup.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan data-data ini menggunakan instrumen-instrumen sebagai

berikut :

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung kegiatan yang

terjadi di sekolah. Adapun observasi ini yang dilakukan untuk

mendapati data-data tentang penyelenggaraan kegiatan Pembelajaran

Fiqh Islam dalam meningkatkan pengamalan peserta didik dalam

beribadah khususnya ibadah shalat.

2. Wawancara

Wawancara adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan

cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab dengan lisan

pula.15 Jenis wawancara yang penulis pilih adalah bebas terpimpin,

15
Aminul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka
Setia, 1998), hal. 129
maksudnya adalah wawancara ini dilaksanakan dengan menggunakan

kerangka pertanyaan, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul

pertanyaan baru yang ada kaitannya dengan permasalahan.metode

wawancara peneliti gunakan untuk mewawancarai sumber informasi

yaitu kepala sekolah, wali kelas, beberapa guru mata pelajaran lain,

dan guru mata pelajaran fiqh.

Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi upaya

guru dalam meningkatkan pengamalan keterampilan siswa dalam

ibadah shalat.

5. Teknik Analisa Data

Menurut Potton dan Biklen dalam buku Moleong yang berjudul

penelitian kualitatif, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-

milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.16

Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau

pengolahan data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya

berdasarkan bukti nyata yang dikumpulkan oleh peneliti di lapangan

berdasarkan masalah yang diteliti.

16
Ibid, h. 248
Adapun analisa data yang dilakukan peneliti dalam penelitian

melalui beberapa langkah, yaitu :

1. Menganalisa dokumen-dokumen kegiatan pembelajaran

pendidikan agama Islam di sekolah, khususnya dalam hal

ibadah shalat.

2. Menganalisa hasil dari observasi dan wawancara yang

mengacu pada indikator upaya keterampilan pengamalan

pembelajaran fiqh pendidikan agama Islam dalam

meningkatkan ibadah shalat.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN FIQH

1. Pengertian Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam

keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses

pendidikan.

Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan

serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan sebagainya.17

b. Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses

pengembangan keseluruhan sikap kepribadian khususnya

mengenai aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai

interaksi dan pengalaman belajar.

Menurut E. Mulyasa, pembelajaran merupakan aktualisasi

kurikulum yang menuntut pendidik dalam menciptakan dan

menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang

17
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia), h. 21
telah diprogramkan.18 Pada hakekatnya pembelajaran adalah proses

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga

terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.19

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan interaksi belajar mengajar yang berlangsung sebagai

sebuah proses saling mempengaruhi dalam bentuk hubungan interkasi

antara guru dan siswa dalam setiap proses pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang sengaja diciptakan dengan tujuan untuk mengubah

sikap dan perilaku serta meningkatkan pengetahuan.

2. Tujuan dan fungsi pembelajaran

Menurut Ibn Sina sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata

bahwa tujuan pendidikan harus di arahkan pada pengembangan seluruh

potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna

yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti.20

Sesuai kesepakatan para ahli pada koferensi pendidikan Islam

pertama di Mekkah (1997) tujuan pendidikan Islam adalah untuk

membina insan yang beriman dan bertaqwa yang mengabdikan dirinya

kepada Allah SWT membina serta memelihara alam sesuai dengan

18
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung :
Pustaka Setia), Cet. Ke-1, h. 117
19
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi,
(Bandung : Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-3, h. 100
20
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 67
syariah serta memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak

Islam.21

Sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an, secara garis besar pendidikan

Islam di arahkan pada dua tujuan utama yaitu upaya untuk

memperoleh keselamatan hidup di dunia dan kesejahteraan hidup di

akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat

201 yaitu sebagai berikut :

   

   

   

  

Artinya :
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka"22 (Q.S. Al-Baqarah : 201)

dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang

dilalui dan dialami oleh peserta didik di Madrasah dimulai dari tahapan

kognisi yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran

Islam ke dalam diri peserta didik, melalui tahapan afeksi ini diharapkan

21
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2004), h. 182
22
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung :
Dipenegoro, 2006), Cet. Ke-10, h. 31
dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan bergerak untuk

mengamalkan ajaran Islam (tahapan psikomotorik).

Fungsi pembelajaran jika dilihat dari segi sosiologi dan

antropologi adalah untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan

menanamkan nilai-nilai yang baik karena itu tujuan akhir pendidikan

adalah mengembangkan kreativitas peserta didik agar menjadi manusia

yang baik menurut pandangan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.23

3. Pengertian Fiqh

Fiqh merupakan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai

perintah-perintah dan realitas Islam dan tidak memiliki relevansi khusus

dengan bagian ilmu tertentu. Akan tetapi, dalam terminologi agama, istilah

fiqh secara khusus diterapkan pada pemahaman yang mendalam atas

hukum-hukum Islam.24

Menurut bahasa fiqh berasal dari faqihah yafqahu-fiqhan yang

berarti mengerti atau paham. Paham yang dimaksud adalah upaya dalam

memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-

Sunnah.25

23
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),
h. 59
24
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung : Pustaka Setia, 2009),
Cet.Ke-1, h. 11
25
Beni Ahmad Saebani dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh, (Bandung : Pustaka Setia, 2008),
Cet. Ke-1, h. 13
Penggunaan istilah fiqh mengalami perkembangan dan perubahan

makna setelah Islam berkembang keberbagai belahan bumi dan

penganutnya semakin banyak. Akhirnya, ilmu fiqh itu pun menjadi konsep

ulama yang didefenisikan sebagai hukum-hukum syara’ yang dalam

pengambilan hukumnya memerlukan renungan yang mendalam,

pemahaman dan ijtihad, sehingga fiqh merupakan suatu tema yang

digunakan untuk sekelompok hukum yang bersifat amaliah . istilah fiqh

lebih luas dibandingkan dengan konsep syariat, karena fiqh melibatkan

berbagai metode dan pendekatan dalam memahami semua ajaran Islam.

Makna fiqh identik dengan hukum Islam atau syariat Islam yang

merupakan koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat

Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut pengertian fuqaha

(ahli hukum Islam), fiqh merupakan zhanni (sangkaan atau dugaan)

tentang hukum syariat yang berhubungan dengan tingkah laku manusia.

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa fiqh itu adalah

dugaan kuat yang dicapai seseorang mujtahid dalam usahanya menemukan

hukum Allah.

Perbedaan diantara ibadah dan muamalah dalam artian ini adalah

bahwa ibadah itu ditujukan secara langsung kepada Allah, sedangkan yang

mendapat keuntungan dari perbuatan manusia itu adalah manusia itu

sendiri. Muamalah meskipun ditujukan untuk manusia bagi kepentingan


manusia, namun perbuatan itu dilakukan dalam rangka memenuhi

kehendak Allah.

Ibadah dilakukan untuk memenuhi kehendak Allah sedangkan

bentuk dan pelaksanaannya sepenuhnya dilakukan sesuai dengan

kehendak dan petunjuk Allah dan penjelasan yang diberikan oleh Nabi

Muhammad SAW. Dan dalam muamalah petunjuk yang diberikan Allah

dan begitu pula penjelasannya dari Nabi hanya bersifat umum dan dan

secara garis besar pelaksanaannya pada umumnya diserahkann kepada

akal manusia.

Kajian fiqh atau hukum Islam yang menjadi panutan masyarakat

merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah berhenti dikejar sampai akhir

hayat. Cita-cita sosial dengan cara bersandar pada hukum, baik hukum

yang merupakan norma sosial maupun hukum dalam ajaran agama yang

dianut. Setiap keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan

harapan subjek hukum.

4. Pengertian Pembelajaran Fiqh

Pembelajaran fiqh adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang

macam-macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam aturan

hidup manusia, baik bersifat individu maupun yang bersifat masyarakat

sosial.26

26
Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), h. 7
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran

Islam. Jadi pembelajaran fiqh sangat penting untuk kehidupan khususnya

bagi yang beragama Islam. Mengingat bahwa pendidikan agama Islam

bertujuan untuk meningkatkan keimana, pemahaman, penghayatan dan

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan manfaat

mempelajari pendidikan agama Islam yaitu dapat memberikan

keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

“ Fiqh itu bukan syariat melainkan bagian kecil dari syariat,


hal ini terlihat dari cara syariat Islam dalam penetapan dan
pengelompokkan hukum, yakni pengelompokkan pada bagian
ibadah dan muamalah. Pembagian ini sesuai dengan tujuan
umum syariat Islam yakni untuk memenuhi kemaslahatan
umat manusia untuk mencapai tujuan tersebut ”.

5. Fungsi Pembelajaran Fiqh

a. Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah kepada Allah SWT

b. Membentuk kebiasaan melaksanakan syariat dengan ikhlas

c. Membentuk kebiasaan melaksanakan tuntunan akhlak yang mulia

d. Mendorong tumbuhnya kesadaran mensyukuri nikmat Allah SWT

dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan

hidup

e. Membentuk kebiasaan menerapkan disiplin dan tanggung jawab

sosial di madrasah dan masyarakat


f. Membentuk kebiasaan berbuat atau berprilaku yang sesuai dengan

peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat

6. Tujuan Pembelajaran Fiqh

a. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok syariat

Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqlil

maupun aqli pengetahuan dan pemahaman yang diharapkan

menjadi pedoman hidup dalam kehidupan beragama dan sosialnya.

b. Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan

syariat dengan benar. Pengalaman yang diharapkan menumbuhkan

ketaatan menjalankan syariat, disiplin dan tanggung jawab sosial

yang tinggi dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat

lingkungannya.

7. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

Siswa dibimbing untuk meyakini bahwa hubungan vertikal

kepada Allah SWT merupakan ibadah yang utama dan pertama.

Materinya meliputi : thaharah, shalat (shalat fardhu, shalat

berjamaah, shalat dalam keadaan khusus, shalat jenazah, dan shalat

sunnah), puasa, zakat, haji, dan umrah, qurban, aqiqah, shadaqah,

infak, dan waqaf.

b. Hubungan manusia dengan manusia


Siswa dibimbing dan dididik menjadi anggota masyarakat

sosial dengan berakhlak mulia dan berusaha menjadi tauladan

masyarakat.

Materinya meliputi : mu’amalat (jual beli, hutang piutang,

sewa menyewa, pinjam meminjam, dan riba), munakahat (nikah,

mahram, talak, iddah dan rujuk), penyelenggara jenazah dan

takziyah, warisan)

c. Hubungan manusia dengan alam

Siswa dibimbing dan dididik untuk peka dan cinta terhadap

lingkungan hidup

Materinya meliputi : memelihara kelestarian alam dan

lingkungannya, dampak kerusakan lingkungan alam terhadap

kehidupan, makanan dan minuman yang dihalalkan dan

diharamkan, binatang yang dihalalkan dan diharamkan, binatang

sembelihan dan ketentuannya.

B. PENGAMALAN TERHADAP SISWA

1. Pengertian Pengamalan

Pengamalan berasal dari kata dasar “amal”, yang mempunyai arti

perbuatan baik yang mendatangkan pahala, sedangkan pengamalan itu


sendiri mempunyai arti proses perbuatan dan pelaksanaan, pengamalan

berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa pengamalan

ibadah suatu proses uasaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengamalannya sendiri sehingga akan

mendatangkan pahala dan hasil belajar mata pelajaran fiqh sesuai

dengan tujuan pendidikan.

C. IBADAH

1. Pengertian Ibadah

Ibadah dapat diartikan sebagai ketaatan kepada Allah atau ketaatan

kepada Syaitan. Dengan demikian. Orientasi kehidupan manusia

sebagai hamba Allah, pada praktiknya tidak selalu ditujukan kepada

Allah yang semata-mata mengharapkan keridaan Allah tetapi dalam

jumlah yang cukup banyak, hamba yang perilakunya berorientasi

kepada Syaitan, pola kehidupan Syaitan yang cenderung merugikan

diri sendiri dan merugikan orang lain.

Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang

diyakini kebesaran dan kekuasaannya. Jika yang diyakini

kebesarannya adalah Allah artinya menghambakan diri kepada Allah,


sedangkan jika yang dimaksud yang Maha Besar itu Syaitan maka

ibadahnya adalah kepada Syaitan.

Menurut Yusuf Qardhawi ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu

yang Maha Besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca

indra. Di kalangan orang Arab ibadah diartikan sebagai puncak

ketundukan yang tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari

dalam rangka mengagungkan yang disembah.

Ibadah adalah kata masdar dari ‘abada yang berarti memuja,

menyembah mengabdi, berkhidmat. Dalam kamus Bahasa Arab-

Indonesia karangan Prof. DR. H. Mahmud Yunus ibadah diartikan

amal yang diridhai Allah SWT. jadi ibadah berarti pemujaan,

penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan secara lughawi . adapun

menurut istilah Agama Islam sebagai berikut :

a. Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan

disertai rasa kekhidmatan terhadap yang dipuja dengan segenap

jiwa raga yang diluputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-Nya

dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia-Nya

b. Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang

bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena memuliakan

keagungan Tuhannya.27

27
Moh Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta : Mitra Cahaya Utama,2008), h. 16-17
Al-Imam Ibn Kasir dalam kitabnya tafsir al-Qur’an al-Karim juz 1

surah al-Fatihah – al-baqarah menjelaskan bahwa al-‘ibadah menurut

istilah bahasa berasal dari makna az-zullah, artinya mudah dan taat.

Sedangkan menurut istilah syara’ yaitu suatu ungkapan yang

menunjukkan suatu sikap sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan

rasa cinta, tunduk dan takut.

Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesakan dan

mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan

menundukkan jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan

tauhid. Sedangkan menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan

segala bentuk ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan segala

syariat (hukum). Menurut mereka, akhlak dan segala tugas hidup

(kewajiban-kewajiban) yang dibebankan kepada setiap individu, baik

yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat,

termasuk dalam pengertian ibadah. Ahli tauhid, ahli tafsir, dan ahli

hadits mengartikan ibadah sebagai berikut :

1) Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan

sepenuh hati ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan

jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya).

2) Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam)

3) Segala lafaz ibadah dalam al-Qur’an diartikan dengan tauhid


4) Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, Tuhan yang disembah

(mengikuti keesaan-Nya) serta mengitikadkan pula keesaan-Nya

pada zat-Nya dan pada pekerjaan-Nya,

Secara istilah, ibadah memiliki beberapa pengertian

diantaranya :

a) Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang

diridhai-Nya, taat kepada-Nya

b) Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya,

baik perkataan, perbuatan, lahir dan batin.

c) Tafakur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,

memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini

d) Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah

SWT dalam syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (Rukun

Islam).28

Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti

melakukan ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta

menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan

yang berlaku.

2. Jenis-Jenis Ibadah

28
Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN, 2008), h.
26-27
Secara umum bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua,

yaitu sebagai berikut :

a. Ibadah Mahdhah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan

larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan

penambahan atau pengurangan. Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-

dalil yang kuat, misalnya perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji,

dan bersuci dari hadats kecil maupun besar.

b. Ibadah Ghair Mahdhah

Ibadah ghair mahdhah ialah ibadah yang cara

pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya

dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi subtansi

ibadahnya tetap terjaga, misalnya perintah melaksanakan

perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan

melakukan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan

dan sebagainya. Dalam praktik perdagangannya, baik bentuk

maupun objeknya dibebaskan, misalnya Rasul berdagang hasil

pertanian maka bukan berarti semua umat Islam wajib berdagang

hasil pertanian, tetapi merupakan bentuk kebolehan umat Islam

melakukan perdagangan, baik hasil pertanian, peternakan,

perikanan dan sebagainya.


3. Bentuk-Bentuk Ibadah

Bentuk-bentuk peribadatan dalam Islam bermacam-macam

tergantung corak, isi, alat dan gerak-geriknya. Tetapi saran dan

tujuannya hanya satu juga yaitu untuk berbakti kepada Allah. Diantara

macam-macam peribadatan itu menurut Prof. Dr. M. Ardani ada lima

ibadah pokok yang biasa disebut Arkanul Islam yaitu :

a. Ibadah lisan, ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain dengan

mengucapkan dua kalimat syahadat.

b. Ibadah badaniyah murni harian, ialah shalat yang bersifat harian

yang mesti dilakukan lima kali dalam sehari.

c. Ibadah badaniyah tahunan, ialah puasa yang dilakukan setahun

sekali selama satu bulan Ramadhan.

d. Ibadah harta bersifat sosial, ialah zakat mengeluarkan harta yang

ditujukan kepada Allah untuk kesejahteraan masyarakat.

e. Ibadah badaniyah antara bangsa, ialah haji yang merupakan ibadah

setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji

merupakan ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat

kelahiran Islam.29

Dari berbagai bentuk peribadatan, shalat merupakan kewajiban

utama bagi umat Islam yang sudah terkena hukum taklify. Semua

ibadah yang dilakukan oleh umat Islam bertujuan untuk mengharap

ridha Allah SWT.

29
Moh Ardani, Op. Cit., h. 18-19
D. SHALAT WAJIB

1. Pengertian Shalat

Semua umat Islam yang sudah baliqh diwajibkan melaksanakan

shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat lima waktu dimulai

dari shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, Shubuh.

Shalat adalah perintah dalam Islam sesudah pengucapan dua

kalimat syahadat atau dengan kata lain sebagai rukun Islam ke dua.

Pilar seluruh agama adalah shalat, yang merupakan konsekuensi dari

iman, karena iman yang sesungguhnya adalah meyakini dengan hati,

mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan dan

secara umum tidak ada satupun syariat samawi yang lepas dari ritual

ubudiyah yaitu hubungan dalam bentuk ibadah seorang hamba

terhadap Tuhannya.

Secara etimology, shalat berarti doa yaitu sebuah ungkapan

permohonan dan harapan yang diucapkan seseorang terhadap yang

dituju. Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar ketika shalat

memperhatikan beberapa hal yang harus dilaksanakan agar shalat itu


menjadi syah dan diterima oleh Allah SWT yakni syarat dan rukun-

rukunnya karena pelaksanaan ibadah ini tidak terlepas dari ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana telah dijelaskan dalam

kitab suci al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ maupun Qiyas.

2. Kedudukan Shalat

Dalam Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban yang

menduduki peringkat kedua dalam rukun Islam setelah syahadat.

Kewajiban shalat diberikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

perjalanan yang luar biasa yaitu isra’mi’raj. Sehingga shalat memiliki

kedudukan penting dalam Islam. Kedudukan shalat dalam syari’at

Islam sebagai berikut :

a. Shalat sebagai tiang agama

b. Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara

langsung melalui peristiwa isra’mi’raj

c. Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan

dihisab dihari kiamat

d. Shalat merupakan amalan paling utama diantara amalan-amalan

lain dalam Islam

e. Perbedaan antara kaum muslim dengan kafir terletak pada

shalatnya.

3. Hikmah dan Hukum Meninggalkan Shalat

a. Hikmah melaksanakan shalat


Diantara hikmah shalat ditinjau dari kaitannya dengan

akhlak, yaitu shalat dapat :

1) Membawa ketenangan dan kedamaian

2) Memperkuat rasa syukur kepada Allah SWT

3) Membersihkan fikiran dan perbuatan

4) Memupuk rasa persaudaraan

5) Menumbuhkan rasa persamaan dan persatuan

6) Menanamkan sikap disiplin

7) Menanamkan rasa toleransi.

b. Hukum meninggalkan shalat

Shalat adalah ibadah yang pertama-tama diwajibkan oleh

Allah SWT dan berada pada tingkat kedua pada rukun Islam.

Barang siapa yang menjauhi shalat, berarti ia menjauhi Islam

akan memperoleh kutukan Allah SWT. dia sesungguhnya telah

menyalahi perintah agamanya, berarti ia telah menghantarkan

dirinya kepada kehancuran. Dan dengan meninggalkan shalat

ini akan lebur semua kebaikan amalannya, karena ia telah

menyalahi ayat-ayat al-Qur’an yang sharih mengenai shalat.

Orang yang membuat kesalahan ini termasuk ke dalam hukum

orang yang ingkar.

4. Syarat, Rukun, dan Sunnah dalam Shalat

Sebelum shalat dilakukan perlu diperhatikan beberapa hal

agar shalat yang dilakukan menjadi sah, hal-hal tersebut terkumpul


dalam syarat-syarat sah shalat. Syarat-syarat sah shalat tersebut

yaitu :

1) Islam

2) Suci dari hadas, haid, nifas seluruh anggota badan, pakaian dan

tempat

3) Berakal dan baligh

4) Menutup aurat

5) Mengetahui masuknya waktu shalat

6) Menghadap kiblat

7) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah

Selain itu seseorang yang akan melaksanakan shalat harus

memperhatikan rukun-rukun dalam shalat yaitu :

a) Niat

b) Berdiri bagi orang yang kuasa

c) Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar)

d) Membaca surah Al-Fatihah

e) Rukuk serta tu’maninah

f) I’tidal serta tu’maninah

g) Sujud dua kali serta tu’maninah

h) Duduk diantara dua sujud serta tu’maninah

i) Duduk tasyahud akhir serta tu’maninah

j) Membaca tasyahud akhir serta tu’maninah

k) Membaca shalawat Nabi Muhammad ketika tasyahud akhir


l) Membaca salam yang pertama sambil berpaling kekanan

m) Menertibkan rukun.

Di dalam shalat terdapat beberap sunnah-sunnah, yaitu

sunnah sebelum shalat dan sunnah ketika shalat dilaksanakan.

(1) Sunnah sebelum shalat

(a) Azan, ialah memberitahukan bahwa shalat telah tiba

dengan lafaz yang telah ditentukan syara’

(b) Iqomah, ialah memberitahukan kepada hadirin supaya

siap berdiri untuk shalat.

(c) Membatasai tempat shalat maksudnya membatasi

tempat shalat dengan dinding, dengan tongkat, dengan

menghamparkan sajadah atau dengan garis supaya

orang tidak lalu lintas di depan orang yang sedang

shalat, sebab lalu lintas di depan orang shalat hukumnya

haram.

(2) Sunnah dalam pelaksanaan shalat

(a) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram

setentang tinggi ujung jari dengan telinga, dan telapak

tangan setinggi bahu serta keduanya dihadapkan ke

kiblat

(b) Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’, berdiri

dari ruku’, dan tatkala berdiri dari tasyahud awal


dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul

ihram

(c) Meletakkan telapak tangan kanan atas punggung tangan

kiri dan keduanya diletakkan di bawah dada

(d) Melihat ke arah tempat sujud

(e) Membaca do’a iftitah sesudah takbiratul ihram

(f) Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah

(g) Diam sebantar sebelum membaca al-Fatihah dan

sesudahnya

(h) Membaca amin sesudah membaca fatihah

(i) Membaca surah atau qur’an sesudah membaca fatihah

pada dua rakaat pertama

(j) Sunnah bagi ma’mmum mendengarkan bacaan

imamnya.

(k) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan dua rakaat

pertama pada shalat maghrib dan isya’

(l) Takbir dan tatkala turun dan bangkit, selain ketika

bangkit dari ruku’

(m) Membaca sami’allahu liman hamidah

(n) Membaca rabbana walakal hamdu

(o) Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku’

(p) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud

(q) Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud


(r) Duduk iftirasi pada semua duduk dalam shalat kecuali

duduk akhir duduk tawarruk diduduk akhir

(s) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri

(t) Bertelekan ke tanah tatkala hendak berdiri dari duduk

(u) Memberi salam yang kedua hendaklah menoleh

kesebalah kiri sampai kelihatan pipinya yang kiri dari

belakang

(v) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi

salam kepada yang disebelah kanan dan kiri.

(3) Sunnah yang lebih penting (sunnah muakad)

(a) Membaca tasyahud pertama sesudah sujud kedua dari

rakaat yang kedua

(b) Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada

tasyahud akhir

(c) Qunnut sesudah i’tidal pada akhir shalat subuh dan

shalat witir sejak malam ke enam belas smapai akhir

bulan Ramadhan.

5. Tata Cara Pelaksanaan Shalat

1) Berdiri tegak menghadap kiblat, kalau mampu. Jarak antara

kedua kaki kira-kira sekepal tangan. Kedua tangan beserta jari-

jari lepas dan berkembang ke bawah sejajar badan di samping

kiri kanan pinggul. Yang tidak sanggup berdiri boleh shalat

sambil duduk, yang tidak sanggup duduk boleh berbaring. Bila


shalat dalam kendaraan yang tidak menuju satu arah maka

pada permulaan shalat harus menghadap kiblat dan selanjutnya

arah kiblat tidak menjadi syarat walaupun ternyata berubah

dalam pertengahan dalam shalat.

2) Berniat dalam mengerjakan shalat dengan membaca dalam hati

3) Takbiratul ihram dengan membaca “Allahu Akbar” sambil

mengangkat kedua tangan beserta jari-jari berkembang serentak

masing-masing telinga ibu jari tangan mendekati daun telinga

bagian bawah, telapak tangan menghadap kiblat, kemudian

kedua tangan dilipat di atas perut, telapak tangan di atas

pergelangan tangan kiri atau di atas tangan kiri.

4) Membaca do’a iftitah dengan suara lemah.

5) Membaca surah al-fatihah pada shalat subuh dan doa rakaat

pertama pada shalat maghrib dan isya’, serta membaca lemah

pada shalat zhuhur, ashar, dan dua rakaat terakhir pada shalat

isya’ dan rakaat ketiga shalat maghrib.

6) Membaca surah pendek atau ayat qur’an pada rakaat satu dan

dua

7) Ruku’ dengan membaca “Allahu Akbar” sambil mengangkat

tangan seperti takbiratul ihram, terus membungkuk dengan

meletakkan kedua telapak tangan pada tulang masing-masing

lutut dengan jari-jari terkembang lurus ke bawah, punggung


dan kepala datar rata sejajar tempat berdiri. Dalam posisi ruku’

membaca do’a ketika ruku’

8) Bangkit dari ruku’

9) I’tidal

10) Susjud

11) Duduk bangkit dari sujud (duduk antara dua sujud) sambil

membaca “Allahu Akbar”

12) Sujud kembali (sujud kedua) sambil membaca “Allahu Akbar”

13) Bangkit dari sujud kedua sambil membaca “Allahu Akbar”

14) Duduk tahiyat akhir

15) Membaca tasyahud akhir

16) Membaca shalawat

17) Membaca do’a (sebelum salam)

18) Salam menoleh ke kanan, sehingga terlihat muka orang yang

berada di sebelah kanan seraya melepaskan jari kanan yang

tergenggam

19) Menoleh kekiri sambil memberi salam ke dua.

6. Khusuk Dalam Shalat

Dalam pelaksanaan shalat khusuk menjadi salah satu hal

penting mengingat shalat adalah ibadah batiniyah yang menuntut

kekhusukan dalam pelaksanaannya. Karena untuk meraih khusuk

dalam shalat bukanlah sesuatu yang mudah maka memerlukan


upaya dan kiat-kiat yang khusus untuk mencapainya. Diantara kiat-

kiat khusus tersebut antara lain :

1) Menjauhi hal-hal yang bisa merusak kekhusukan shalat

Hal-hal tersebut dapat berupa tempat yang tidak nyaman,

berisik, panas dan bau. Selain itu tidak melaksanakan shalat

dengan mengenakan atau di depan orang yang mengenakan

pakaian bergambar. Sebaiknya tidak shalat di depan atau di

belakang orang yang sedang bercakap-cakap, shalat juga sebaiknya

tidak dilakukan dengan mendongak ke atas, kiri dan kanan serta

tidak menguap, karena dengan mendongak dan menoleh ke suatu

arah akan menghilangkan kekhusukan, juga jika menguap akan

membuka pintu Syetan untuk masuk menggoda hati kita.

2) Menolak dan melenyapkan was-was dalam hati

Sesungguhnya ketika seseorang tengah berdiri dalam

shalat, maka Syetan akan berusaha memperdayainya agar ia tidak

mampu meraih kekhusukan dalam shalatnya. Oleh sebab itu untuk

mengawali shalatnya hendaknya memohon perlindungan kepada

Allah SWT agar dijauhkan dari godaan Syetan dan was-was yang

dihembuskan oleh Syetan. Hal itu dapat dengan membaca Q.S. An-

Nas ayat 1-6 dan Q.S. Al-Mu’minun ayat 97-98 :

    


    
   
   
   
  

Artinya :
“ 1. Katakanlah : “aku berlindung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia 2. Raja manusia 3.
Sembahan manusia 4. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa
bersembunyi, 5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia. Dari (golongan) jin dan manusia 6. Dari (golongan)jin
dan manusia” (Q.S. An-Nas : 1-6)30

     


   
   
Artinya :
“ 97. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada
Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. 98. Dan Aku berlindung
(pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka
kepadaku." (Q.S. Al-Mu’minuun : 97-98)31

3) Membayangkan bahwa shalat yang sedang kita kerjakan adalah

shalat yang terakhir

Hal ini bisa dilakukan para sufi yang membayangkan

malaikat Izrail seakan sedang mengawasi dan siap mencabut

nyawa kita ketika sedang shalat. Sehingga begitu rasa malu pun

akan muncul dan shalat pun akan dilakukan dengan baik dan penuh

kekhusukan.

30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : CV J-ART, 2004), h.
604
31
Ibid. h. 348
4) Meyakini bahwa Allah SWT. selalu melihat dan mengawasi kita

Ketika seseorang sedang melaksanakan shalat berarti ia

sedang mengahdap dan berdiri dihadapan-Nya. Maka tentu Allah

SWT. akan mengawasi dan memperhatikan orang yang berdiri dan

berhadapan dengan-Nya. Ia pun akan memberi ridho dan pahala

bagi yang mengerjakan shalatnya dengan khusuk dan murka-Nya

bagi yang mengerjakan shalat tidak khusuk dan penuh kemalasan

serta main-main.

5) Membayangkan nikmat dan indahnya kehidupan di Syurga

Keadaan Syurga yang indah dan penuh dengan kenikmatan

yang tiadatara, jika kita hadirkan di dalam hati dan pelupuk mata

kita kemudian kita mengerjakan shalat dengan bayangan keindahan

Syurga yang terus melekat dalam benak, maka insya Allah, kita

akan hidup meraih khusuk dalam shalat yang sedang kita kerjakan.

6) Membayangkan sakit dan pedihnya di Neraka

Keadaan Neraka yang penuh dengan kepedihan dan

siksaan, kita bayangkan dan hadirkan dalam hati, maka kitapun

akan memohon kepada Allah untuk dihindarkan dan dijauhkan dari

semuanya, sehingga kita pun akan sungguh-sungguh, konsentrasi

dan khusuk dalam melaksanakan shalat kita.

Dengan kiat-kiat tersebut di atas, akan membantu seseorang

yang hendak melaksanakan shalat sehingga shalatnya akan menjadi

khusuk.
E. METODE DEMONSTRASI

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang

menggunakan pemeragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau

untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak

didik.32

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup

efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban

dengan mengamati sesuatu proses atau peristiwa tertentu.33

Dari beberapa pengertia diatas disimpulkan bahwa metode

demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau

orang lain bahkan murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas

tentang suatu proses melakukan atau jalannya suatu proses perbuatan

tertentu.

2. Tujuan Metode Demonstrasi

Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses

belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan

32
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Ra
Sail Media Group, 2008), hal. 18
33
R. Ibrahim Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2003), hal. 106
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya

sesuatu.34

Demonstrasi memiliki makna penting bagi anak antara lain :

a. Dapat memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan

b. Dapat mengomukasikan gagasan, konsep, prinsip dengan

peragaan.

c. Membantu mengembangkan kemampuan megamati secara

teliti dan cermat.

Metode demonstrasi mempunyai pengaruh terhadap proses

belajar peserta didik bertujuan sebagai berikut :

a. Memberikan latihan keterampilan tertentu pada peserta

didik.

b. Memudah penjelasan dan peserta didik terampil

melakukannya.

c. Membantu peserta didik dalam memahami suatu proses

secara cermat dan teliti.

3. Aspek-Aspek Dalam Metode Demonstrasi

a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang

didemonstrasikan tidak dapat diamati oleh peserta didik.

34
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 208
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif jika tidak diikuti oleh aktivitas

peserta didik.

c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan

d. Hendaknya dilakukan dalam hal bersifat praktis

e. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.

4. Manfaat Metode Demonstrasi

a. Menambah aktivitas belajar karena ia turut kegiatan pemeragaan

b. Menghemat waktu belajar.

c. Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen

d. Memberikan pemahaman yang lebih jelas.

Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pembelajaran kepada

peserta didik, mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan.

Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada peserta didik yang

merupakan proses pembelajaran dilakukan guru disekolah dengan

menggunakan metode-metode tertentu.


BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdiri

Berdirinya Pondok Pesantren Hataska di awali dengan keinginan

Bapak Drs. H. Taher Ahmad (alm) dan Istri beliau Hj. Darnis Taher, sebelum

meningggal semasa hidup beliau pada tahun 1997 beliau sudah menanamkan

niat untuk mendirikan lembaga pendidikan yang bernuansa islami, dengan

latar belakang bahwa sekolah SMP banyak tapi tidak islami dan sekolah

Pesantren banyak tapi tidak menguasai IPTEK, melihat kondisi ril seperti ini

dan bahkan di Kabupaten Kerinci belum ada, Satu-satunya Pondok Pesantren

yang memiliki kurikulum DEPDIKBUD Plus Kurikulum Pesantren,

walaupun secara regional di Sumatra sudah ada yang memulai akan tetapi di

Kabupaten Kerinci hanya inilah satu-satunya lembaga yang memadukan

kurikulum Umum dengan Agama.

Berdasarkan kondisi di atas maka pada awal tahun 1998 beliau

mengumpulkan para Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Alim Ulama, dan Tokoh

Pendidikan di rumah beliau, pada pertemuan tersebut ternyata mendapatkan

tanggapan positif dari berbagai element dan komponen masyarakat setelah

mendengarkan gagasan dan cita-cita cemerlang beliau untuk mendirikan sebuah

lembaga pendidikan yang mempunyai dua nuansa ilmu pengetahuan Umum dan

Agama.
Dengan cita-cita yang begitu luhur dan agung yang diwujudkan beliau

ternyata menjadi kenyataan pada tahun pelajaran baru 1998/1999, barulah sekolah

ini sudah mulai secara perdana melaksanakan operasionalnya, 2 tahun kemudian

barulah resmi Pondok Pesantren Hataska mendapatkan persetujuan Izin

Operasional pendirian Pondok Pesantren Hataska dari Departemen Agama Kantor

Wilayah Provinsi Jambi Nomor : w.e / 6-e / PP.00.7 / 331 /2000 dengan Nomor

Statistik Pondok : 512150105012.

Tabel 3.1 : Nama Kepala Sekolah Smp Atthayyibah Semurup

No Nama Tahun Jabatan


1. Darmawan 1989
2. Amiryunus 2001-2014
3 Syafrial Arif 2014-2015
4 Azmiyati 2015-2016
5. Drs.Afrizal, M.Si 2017- Sekarang
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Athayyibah Semurup 2017

Dengan latar belakang pemikiran beliau adalah :

1) Pada umumnya sekolah umum begitu banyak belum tentu bermutu dan

agamis.

2) Sekolah Madrasah dibawah naungan Departemen Agama banyak hanya sedikit

sekali pendalaman di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

3) Untuk menjadi Insanul Kamil manusia yang sempurna apabila kedua hal

tersebut di atas terhimpun pada diri seseorang yakni IMTAQ dan IPTEK.
Dengan dasar itulah lahir cita-cita beliau ingin menciptakan peserta didik

yang berkualitas dengan tujuan sebagai berikut :

a) Ingin mewujudkan peserta didik sebagai ulama yang Intelektual.

b) Menciptakan peserta didik sebagai cendikia yang Agamawan.

c) Mampu untuk menjawab tantangan dan tuntutan zaman di era Globalisasi

dan Informasi.

d) Meningkatkan mutu dan kwalitas umat Islam untuk meraih keunggulan dan

kemenagan di Dunia melalui kifrah keilmuan dalam dunia pendidikan dan

teknologi (IPTEK) mencapai keunggulan dan kebahagiaan akhirat melalui

kifrah keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ).

e) Mempersiapkan kader pemimpin umat yang memiliki keterampilan ilmu

pengetahuan dibidangnya serta kekuatan iman yang kuat lahir dan bathin

serta menyadari fungsi hidupnya dimuka bumi sebagai khalifah (wakil) Allah.

B. Letak Geografis

Mengenai letak geografis Pondok Pesantren Hataska karena berlokasi di

Desa Wisata Air Panas Semurup Kecamatan Air Hangat kabupaten Kerinci.

Pesantren Hataska di Bangun di atas tanah seluas 25.000 m2 sesuai dengan Nomor

Sertifikat Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kerinci 06.05.02.47.1.00005

Untuk lebih jelasnya lokasi bangunan fisik Pondok Pesantren Hataska ini

dapat dilihat dari batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan tanah Juharmadi

- Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Puskesmas Pembantu

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Raya


- Sebelah selatan dengan Tanah Kepiai

C. Keadaan Guru, Tata Usaha, dan Santri

1. Keadaan Guru

Guru merupakan pelaksana atau motor penggerak kegiatan belajar

mengajar. Guru juga mempunyai tugas yang tetap dan mempunyai

hubungan timbal balik dengan wali murid dalam pengertian bahwa pihak

sekolah bertanggung jawab terhadap pendidikan anak secara formal,

sedangkan pihak wali atau orang tua tetap memang peranan yang sangat

penting terhadap pendidikan anak, terutama dalam lingkungan keluarga.

Guru mempunyai tugas mendidik sudah tentu harus sanggup menjadi

dirinya sebagai sarana pencapaian cita-cita pendidikan kepada anak didik

yang telah di amatkan kepadanya.

Bagi guru agama tentu mempunyai tugas yang sangat berat pula

jika dibandingkan dengan guru secara umum. Sebab guru agama di

samping bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, juga bertanggung

jawab kepada Allah SWT. Disamping itu guru agama harus menjadi

pendukung sebenar-benarnya akan kebenaran cita-cita agama sehingga

dirinya betul-betul merupakan personafikasi dari agam yang diajarkanya

kepada anak didik.

Mengenai tenaga pengajar/guru di SMPAthayyibah Semurup dapat

dilihat dalam tabel berikut :


Tabel 3.2 : Keadaan Guru SMP Athayyibah Semurup

Pend. Bdg.Studi yang


No Nama
Terakhir Diajar

1. Azmiyati, S.Pdi S.1 IPS

2. Dedi Iria Putra, S.Pdi S.1 PKn

3. Syafrial Arif, S.Hi S.1 BKI, Fiqih

4. Syarif, S.Pd S.1 Biologi

5. Alex Sander, S.Pdi S.1 Bahasa indonesia

6. Evni Karlinayenti, S.P S.1 IPA

7. Eva Futri Wenti, S.Pdi S.1 S. budaya, B. Arab

8. Mira Afrianis, S.Pd S.1 B. inggris

9. Reri Darman, A.Md D.III SKI

10. Siti Aisyah, S.Pd S.1 Bahasa indonesia

11. Nur Afdal Basuki, S.Pdi S.1 TIK, SKI

12. Megi Prawitama, S.Pd S.1 Bahasa inggris

13 Fahri Ade Putra S.1 Fiqih, mulok

14. Ariza Sartika, S.Pd S.1 IPA

15. Nelvia, S.Pdi S.1 Agama

16. Foni Efrido, S.Pd S.1 Penjaskes

17. Iril Admizal, Ma S.2 Agama

18. Dedi Miswar, S.Pdi S.1 IPS

19. Robi Idrianus, S.Pd S.1 Matematika

20. Wina Putri Mentari, S.Pd S.1 TIK


21. Tiara Noriska,S.Pd S.1 Matematika

22. Winda Fitria Sari, S.Pd S.1 Prakarya

23. Wanti Selpianti S.1 PKn, Prakarya

24. Domi Indrayodi, S.Pd S.1 Matematika

25 Tiara Noriska, S.Pd S.1 Matematika

26 Depi Arzalamin D.III TIK

Sumber: Dokumentasi SMP Athayyibah Semurup tahun 2017

Untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam proses belajar

mengajar, maka guru dituntut harus benar-benar dalam menjalankan

tugasnya. Selain itu guru juga dituntut harus benar-benar menguasai materi

pelajaran yang disajikan, jadi guru agama yang bersangkutan harus sesuai

dengan profesi dan keahliannya.

Demi kelancaran proses belajar mengajar di SMP Athayyibah Semurup

selain memberi tugas kepada guru, juga dibentuk wali kelas yang mempunyai

wewenang dan tanggung jawab terhadap tugas dan kelas binaannya.

Oleh karena itu peran guru sebagai wali kelas sangat berat. Disamping

mengajar wali kelas juga dapat memotivasi siswanya untuk meningkatkan

kelas binaannya. Secara rinci mengenai wali kelas tersebut dapat dilihat tabel

berikut :
Tabel 3. 3 : Daftar Wali Kelas SMP Athayyibah Semurup

NO KELAS WALI KELAS

1 VII A Dedi Miswar S.Pd

2 VIII A Winda Fitria Sari, S,Pd

3 VIII B Wina Putri Mentari, S.Pd

4 IX A Megi Prawitama, S.Pd

5 IX B Siti Aisyah, S.Pd

Sumber : Dokumentasi SMP Athayyibah Semurup tahun 2017

2. Keadaan Tata Usaha

Sebagaimana sekolah lainnya dalam membentuk kegiatan

administrasi sekolah yang berhubungan dengan administrasi-administrasi

sekolah. Sekolah ini juga memiliki tata usaha. Berikut rincian

kepengurusan tata usaha di SMP Athayyibah Semurup :

Tabel 3.4 : Keadaan Tata Usaha SMP Athayyibah Semurup

NO NAMA JABATAN
1. Drs. Afrizal, M.Si Kepala
2. Depi Arzalamin Kepala Tata Usaha
3. Dedi Miswar, S.Pdi Bendahara
4. Noni Maria, S.Pdi Staf
5. Domi Indrayodi, S.Pd Staf
Sumber : Dokumentasi SMP Athayyibah Semurup tahun 2017
3. Keadaan Siswa

Mengenai keadaan santri dan santriwati SMP Athayyibah Semurup

berasal dari beberapa desa yang ada di kabupaten kerinci, jumlah santri

dan santriwati pada tahun 2016/2017 adalah :

- Kelas VII bejumlah 19 orang santri

- Kelas VIII berjumlah 28 orang santri

- Kelas IX berjumlah 50 orang santri

Untuk lebih jelasnya, penrincian keadaan siswa siswi sebagaimana

rincian dalam tabel berikut :

Tabel 3. 5 : Keadaan Siswa SMP Athayyibah Semurup

Jumlah Siswa Jumlah Siswa


No Nama Kelas Laki-laki Perempuan Total

1 VII A 13 6 19

2 VIII A 12 2 14

4 VIII B 10 4 14

5 IX A 19 6 25

6 IX B 20 4 25

Sumber : Dokumentasi SMP Athayyibah Semurup tahun 2017


Mengenai orang tua dari pelajar SMP Athayyibah Semurup ini,

mempunyai mata pencarian yang beragam dan pada umumnya bermata

pencarian sebagai petani, pedagang, dan sebagian kecil yang berprofesi

sebagai pegawai negeri

D. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan kumpulan dari sejumlah orang yang

mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama dan mempunyai aturan dan

ketentuan yang di sepakati bersama organisasi ini berupa kepengurusan dalam

lembaga pendidikan yang terdiri dari tenaga struktural dan fungsional seperti

kepala sekolah/pimpinan pondok, majelis guru, karyawan , komite sekolah

dan siswa yang hal ini diwakili oleh OSIS.

Untuk memperlancarkan aktifitas pembelajaran personil yang di

amanatkan memegang jabatan tertentu baik fungsional maupun struktural

haruslah mmemiliki kompetensi dibidang serta memiliki loyalitas yang tinggi

terhadap organisasi tersebut agar dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh

tanggung jawab, Pondok Pesantren Hataska sejak berdiri tahun 1998 sampai

sekarang mempunyai struktur organisasi yang valid, hanya tinggal bagaimana

pengurus baru ini dapat sinergi dengan pengurus yayasan dalam memajukan

sekolah ini.
Sehubungan hal tersebut Organisasi Pondok Pesantren Hataska SMP

Atthayyibah tetap menanamkan peraturannya sesuai dengan wewenang dan

fungsi sesuai dengan pembagian tugas masing-masing.

Selanjutnya mengenai struktur organisasi di SMP Athayyibah

Semurup, lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.

Struktur Organisasi SMP Attoyibbah Semurup


Kepala Sekolah

Drs. Afrizal, M.Si

Komite Sekolah

Bag. Tata Usaha

Reri Darman, A.Md

W. Bid. Kurikulum W. Bid. Kesiswaan

Dedi Iria Putra, S.PdI Domi Indrayodi, S.Pd

Majelis guru Koordinator Wali Kelas

BP/BK

Siswa/Siswi

Sumber : Dokumentasi SMP Attoyibbah Semurup


E. Sarana dan Fasilitas

Prasarana dan sarana dalam menunjang pendidikan di SMP

Athayyibah Semurup adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 : Sarana dan Prasarana SMP Athayyibah Semurup


No Nama sarana Prasarana Jumlah Ket

1 Ruang Majelis Guru 1 Unit

2 Ruang Belajar 6 Unit

3 Asrama Putra 1 Unit

4 Asrama Putri 1 Unit

5 Ruang TU 1 Unit

6 Perpustakaan 1 Unit

7 Bola Takraw 1 Unit

8 Ruang Komputer 1 Unit

9 Kantin Sekolah 2 Unit

10 Wc. Putra 1 Unit

11 Wc. Putri 1 Unit

12 Mushalla 1 Unit

13 Ruang Kepsek 1 Unit

14 Rumah Penjaga Sekolah 1 Unit

15 Ruang OSIS 1 Unit


16 Kursi Tamu 2 Pasang

17 Meja Kepala Sekolah 1 Unit

18 Almari Kepala Sekolah 1 Unit

19 Almari Guru 2 Unit

20 Meja Guru 12 Unit

21 Kursi Guru 22 Unit

22 Struktur Komite 1 Unit

23 Bendera 1 Helai

24 Bola Volley 1 Buah

25 Net Volley 2 Buat

26 Bola Kaki 1 Buah

27 Lapangan Tenis Meja 1 Unit

28 Lapangan Volley 1 Area

29 Lapangan Bola Kaki 1 Area

30 Meja Siswa 138 Unit

31 Kursi Siswa 138 Unit

32 Net Takraw 1 Unit

33 Lapangan Takraw 1 Unit

Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Athayyibah Semurup 2017

Sarana dan fasilitas yang lengkap merupakan faktor yang terpenting

dalam menunjang pendidikan bagi siswa dalam suatu lembaga pendidikan,

karena dengan lengkapnya fasilitas yang tersedia pada sutu lembaga

pendidikan, akan menambah daya tarik bagi siswa untuk mengikuti pendidikan
pada sekolah tersebut. Fasilitas yang kurang memadai akan mengurangi daya

tarik bagi siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Tingkat Pelaksanaan Ibadah Shalat Siswa Kelas VII A Tentang

Materi Pembelajaran Fiqh Di SMP Attoyibbah Semurup

Pada awal proses belajar mengajar diadakan pre-test dan pada

akhir proses belajar mengajar diadakan post-test tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauhmana pengamalan siswa terhadap praktek ibadah shalat.

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai

belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui tujuan utamanya adalah

untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) yang dicapai siswa

setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat

keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf,

kata, angka, atau simbol.

Kegiatan shalat ibadah wajib sudah berjalan dengan baik dan

lancar. Kegiatan ini sangat menunjang aktivitas pembelajaran di dalam

kelas. Karena dengan shalat wajib siswa akan merasa lebih dan

konsentrasi dalam belajar. Di SMP Attoyibbah Semurup siswa yang


melaksanakan shalat wajib adalah seluruh siswa-siswi di SMP Attoyibbah

Semurup.35

Kesimpulan tersebut juga peneliti dari nilai hasil siswa serta

wawancara wali kelas VII A dan guru Matematika bahwa tingkat

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Fiqh dalam shalat lima

waktu adalah bagus.

Adapun indikator-indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam


mengetahui pemahaman-pemahaman siswa adalah sebagai berikut :
1. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi baik secara individual atau kelompok.
2. Penilaian yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. 36

Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran

dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat dicapai. Oleh

karena itu dilakukan tes, agar lebih cepat diketahui kemampuan

pengamalan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.37

35
Drs. Afrizal, M.Si, Kepala Sekolah SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 22
Februari 2017
36
Dedi Miswar, Wali Kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 22
Februari 2017
37
Domi Indrayodi, Guru Matematika SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 23
Februari 2017
B. Metode Pembelajaran fiqh dalam meningkatkan Pemahaman Siswa

terhadap Ibadah Shalat Wajib pada Siswa Kelas VII A di SMP

Attoyibbah Semurup

Salah satu komponen penting yang menghubungkan tindakan dengan

tujuan pendidikan adalah metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan

dapat di terima dengan baik kecuali disampaikan dengan metode yang

tepat. Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran Fiqh di SMP Attoyibbah

Semurup adalah Metode Diskusi yang selalu diarahkan kepada pemecahan

masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya

diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam

kelompok.38

Pada siswa kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup proses pembelajaran yang

berlangsung pada mata pelajaran Fiqh biasanya guru menerapkan metode ceramah tanya jawab

dan penugasan. Walaupun dalam proses belajar mengajar terutama bidang studi Fiqh cukup

disiplin terutama dalam masalah ketepatan waktu belajar. Selain itu, proses pembelajaran yan g

masih mengandalkan guru sebagai sumber segala informasi membuat sebagian siswa merasa

jenuh dalam belajar apalagi dengan mata pelajaran Fiqh yang keseluruhannya bersifat teori.

Siswa sangat jarang sekali dituntut untuk belajar mempraktekkan teori yang telah

dipelajarinya apalagi dalam menemukan suatu kesimpulan pada materi yang telah disampaikan

oleh guru.

38
Iril Admizal, Guru Agama SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 16 Februari
2017
Sebaiknya dalam pembelajaran Fiqh guru hendaknya memakai Metode

Demonstrasi dalam metode demonstrasi pada pembelajaran fiqh materi

shalat lima waktu siswa kelas VII A di SMP Attoyibbah Semurup

sangatlah mudah sehingga hal ini dapat dilihat dari persiapan-persiapan

yang telah dilakukan oleh guru sebelum memulai pembelajaran, mulai dari

persiapan materi, bahan-bahan serta media yang digunakan di dalamnya

pelaksanaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqh materi shalat

lima waktu siswa kelas VII A di SMP Attoyibbah Semurup bisa

dilaksanakan dengan baik

Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang

guru harus mengetahui berbagai metode agar peserta didik tertarik untuk

belajar, maka dengan itu semua hal yang menarik bagi seorang guru

adalah bagaimana ia menggunakan metode yang ada agar siswa

bersemangat dalam belajar.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam

menggunakan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan harus bisa membangkitkan motif,

minat atau gairah belajar siswa.

2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk

belajar lebih lanjut.


3. Metode yang diberikan harus dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian siswa.

5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik

belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan secara pribadi.

memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses

belajar mengajar yang menarik, ketepatan dalam penggunaan metode

mengajar tersebut sangat bergantung kepada tujuan, isi, proses belajar

mengajar dan kegiatan belajar mengajar.

Disinilah letak unsur seorang guru yang menarik bagi siswanya,

bagaiamana siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat

mencerna apa yang disampaikan oleh gurunya.

C. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Pengamalan Siswa Pada Mata

Pelajaran Fiqh Tentang Ibadah Shalat Wajib Kelas Vii A Di Smp

Attoyibbah Semurup

Proses belajar mengajar merupakan hal yang kompleks. Pada

kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek, yaitu

siswa dan guru. Keduanya merupakan faktor penting yang menentukan

berhasil tidaknya sebuah pembelajaran.


Untuk mengetahui tingkat pengamalan siswa shalat ibadah wajib,

guru dapat melihatnya dari minat belajar, motivasi belajar dan juga hasil

belajar peserta didik. Sementara untuk menentukan efektif atau tidaknya

pembelajaran Fiqh dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat wajib

maka sesuai dengan perangkat pengumpulan data yang melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi, maka penulis akan melakukan beberapa

langkah yang sesuai dengan kriteria efektivitas pembelajaran antara lain :

1. Menentukan Tujuan Tembelajaran Fiqh

Tahap awal yang harus diperhatikan oleh guru fiqh dalam langkah-

langkah pembelajaran yaitu menentukan tujuan pembelajaran fiqh bagi

peserta didik. Tujuan pembelajaran bagi siswa kelas VII A SMP

Attoyibbah Semurup yaitu untuk memberi bekal pengetahuan agama

tentang beribadah shalat wajib sesuai ajaran Islam.

Berikut ini hasil wawancara dengan Ustadz Fahri, guru Fiqh pada

Kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup :

Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif, maka terlebih


dahulu harus menentukan tujuan dari pembelajaran fiqh bagi siswa,
agar kelak harapan dan tujuan yang kita inginkan tercapai.39
Berikut hasil wawancara Bapak Afrizal, Kepala Sekolah SMP

Attoyibbah Semurup :

Saya selalu memberikan arahan kepada Ustadz Fahri untuk


menentukan tujuan pembelajaran fiqh dalam meningkatkan

39
Fahri Ade Saputra, Guru Fiqh SMP Attoyibbah Semurup, wawancara, Tanggal 16
Februari 2017
pemahaman siswa agar nantinya materi yang disampaikan kepada
siswa terbatas akan terhadap kemampuannya dan tercapainya
pembelajaran yang diharapkan.40
Dengan ustadz-ustadz yang menetap tinggal di Asrama serta mau
mendukung kami, dengan pembelajaran Fiqh yang diajarkan
kepada kami, maka dapat membantu kami mudah untuk
memahami materi yang diberikan.41
Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa kelas VII A SMP

Attoyibbah Semurup :

Ketika kami mengikuti proses pembelajaran fiqh dengan Ustadz


kami, kami memperhatikan cara dan tahap Ustadz kami
menyampaikan materi dengan jelas dan tidak melewati batas kajian
materi fiqh.42

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dapat

menguraikan bahwa guru fiqh dan kepala sekolah sangat antusias terhadap

menentukan tujuan pembelajaran fiqh, efektivitas pembelajaran fiqh dalam

meningkatkan pemahaman siswa terhadap shalat wajib sangat cenderung

pada penentuan tujuan pembelajaran, tahapan dalam penyampaian materi

kepada siswa akan terbatas terhadap kemampuan siswa.

Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan pengamalan

shalat wajib siswa kelas VII A bisa dikatakan berhasil. Shalat wajib

dijadikan upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar PAI siswa

40
Afrizal, Kepala Sekolah, SMP Attoyibbah Semurup, wawancara, 09 Maret 2017
41
Julianda, dkk, Siswa Kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 02
Maret 2017
42
Ahmad Affan, Siswa Kelas VII A SMP Attoyibbah Semurup, Wawancara, Tanggal 09
Maret 2017
karena dalam pengamalan shalat wajib terdapat manfaat yang sangat besar,

yaitu meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional.

2. Penetapan Jadwal Belajar dan Jam Belajar Fiqh

Berdasarkan hasil dari peneliti lakukan di SMP Attoyibbah

Semurup bahwa jam belajar untuk pelajaran fiqh pada siswa kelas VII A

sangat efektif, karena jumlah keseluruhan jam belajar fiqh dalam

seminggu 6 jam. Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Ustadz Fahri :

Walaupun jumlah belajar fiqh 6 jam, siswa secara tidak langsung


sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari tentang apa yang
diajarkan di kelas. Jika ada waktu kosong dalam aktivitasnya siswa
menggunakannya untuk mengulang belajar fiqh.43

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti dapat

menguraikan bahwa satu dari indikator efektivitas yaitu penempatan waktu

belajar bagi siswa.

Sebagai upaya mewujudkan pendidikan agama yang lebih baik

maka guru agama semestinya berupaya untuk melakukan usaha dalam

meningkatkan pengamalan siswa tentang shalat wajib.

43
Fahri Ade Saputra, Guru Fiqh SMP Attoyibbah Semurup, wawancara, Tanggal 16
Februari 2017
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis meneliti dan membahas secara seksama tentang

Keefektivitas Pembelajaran Fiqh dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa

tentang Ibadah Shalat Wajib sebagai salah satu motivasi siswa dalam

proses pembelajaran, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pengamalan shalat wajib siswa kelas VII A tentang materi

pembelajaran fiqh di SMP Attoyibbah Semurup dalam apek ibadah

shalat khususnya shalat lima waktu sudah berjalan dengan baik dan

bagus, karena siswa SMP Attoyibbah Semurup sudah bersungguh-

sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan penyampaian

materi yang menarik yang dapat memotivasi siswa untuk berkreasi

dan berprestasi di sekolah.

2. Metode pembelajaran fiqh dalam meningkatkan pemahaman siswa

terhadap ibadah shalat wajib pada siswa kelas VII A di SMP

Attoyibbah Semurup untuk melihat pembelajaran fiqh ialah metode

diskusi, pendidikan harus benar-benar memperhatikan apa saja yang

harus dipersiapkan. Setelah guru menerapkan penentuan tujuan

pembelajaran hasil belajar santri lebih meningkat. Hal ini dibuktikan

dengan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar terutama

dalam menyimpulkan informasi dari hasil diskusi kelompok dan


dalam proses belajar mengajar siswa lebih aktif dan juga siswa sangat

antusias dalam belajar fiqh serta mempraktekkan di luar kelas.

3. Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan pengamalan shalat

wajib siswa kelas VII A bisa dikatakan berhasil. Shalat wajib

dijadikan upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar PAI siswa

karena dalam pengamalan shalat wajib terdapat manfaat yang sangat

besar, yaitu meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional.

Ini ditandai peningkatan belajar PAI siswa kelas VII A setelah shalat

wajib adalah bahwa siswa lebih tekun dalam belajar, fokus dan aktif

dalam mengikuti pembelajaran serta memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi serta adanya perubahan sikap yaitu siswa lebih bertanggung

jawab dengan tugasnya sebagai orang siswa.

B. SARAN

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah penulis sebutkan diatas,

penulis menyampaikan saran-saran yang dianggap berguna bagi kita

semua, adapun saran dari penulis yaitu sebagai berikut :

1. Setiap tenaga pendidik dalam memberikan mata pelajaran supaya

adanya interaksi antara pendidik dengan terdidik, sehingga adanya

antara stimulus dengan respon siswa dalam menerima pelajaran

2. Bagi guru ada baiknya memakai metode pembelajaran yang disertkan

dengan penggunaan media pelajaran yang mendukung kelancaran

dalam proses belajar mengajar, sehingga apa yang disampaikan


menjadi hal yang menarik bagi siswa dan siswa termotivasi dengan apa

yang disampaikan oleh guru untuk terus berprestasi dalam bidang

pendidikan Agama Islam.

3. Bagi siswa terhadap mata pelajaran apa saja janganlah dijadikan suatu

beban atau memilah pelajaran, karena semua mata pelajaran adalah

sebagai pengetahuan dan ilmu bagi peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, (2006), Al-Hikmah Al-Qura’n dan Terjemahannya


: Bandung, Dipenegoro

Departemen Agama RI, (2004), Al-Qur’an dan Terjemahannya : Jakarta,


CV J-ART

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2008), Kamus Besar Bahasa


Indonesia Pusat Pembinaan dan Pembelajaran Bahasa : Jakarta, Balai Pustaka

Al-Shaf Mahmud Al-Syaikh Muhammad, (1995), Pengajaran Shalat


Lengkap : Semarang, Dina Utama

Aminuddin, dkk, (2008), Fiqh Ibadah : Jakarta, Lembaga Penelitian UIN

Ardani Moh, (2008), Fiqh Ibadah Praktis : Jakarta, Mitra Cahaya Utama

Ali Daud Muhammad, (2004), Pendidikan Agama Islam : Jakarta, Raja


Grafindo Persada

Bakti Nazar, (2003), Fiqh dan Ushul Fiqh : Jakarta, Raja Grafindo Persada

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar : Bandung, Pustaka Setia

Haryono dan Hadi Amirul, (1998), Metodologi Penelitian Pendidikan :


Bandung, Pustaka Setia

Gagne M. Robert, (1998), Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran


terjemahan Abdillah Hanafi dan Abdul Manan : Surabaya, Usaha Nasional

Ibrahim dan Nana Sudjana, (2009), Penelitian dan Penelitian Pendidikan :


Bandung, Sinar Baru Algasindo

Jaelani A.F, (2002), Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental : Bandung,


Taskiyat An-Nafs

Januri, dkk, (2008), Fiqh Ushul Fiqh : Bandung Pustaka Setia

Meleong J. Lexy, (2002), Metode Penelitian Kualitatif : Bandung, Remaja


Rosda Karya

Mufid Syafi’i Ahmad, (2002), Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan


Agama Islam : Jakarta, Yudistira
Mulyasa. E, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK :
Bandung, Pustaka Setia

_________, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,


Karakteristik, Implementasi : Bandung, Rosda Karya

Natta Abuddin, (2001), Pemikiran Para Tokoh Agama Islam : Jakarta,


Raja Grafindo Persada

Purwanto M. Ngalim, (1987), Ilmu Pendidikan Islam dan Praktis :


Bandung, Remaja Rosda Karya

Saebani Ahmad Beni, (2009), Fiqh Ibadah : Bandung, Pustaka Setia

SM Ismail, (2008), Pembelajaran Islam Berbasis PAIKEM : Semarang, Ra


Sail Media Group

Syaodih S. R. Ibrahim Nana, (2003), Perencanaan Pengajaran : Jakarta,


Rineka Cipta

Syarifuddin Uddin, (2005), Perencanaan Pendidikan : Bandung,


Rosdakarya

Syah Muhibbin, (2008), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru :


Bandung, Remaja Rosdakarya

Thoha Chabib, (1996), Kapita Selekta Pendidikan Islam : Yogyakarta,


Pustaka Pelajar

Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam : Bandung, Pustaka Setia

Wahid Abdul, (2003), Psikologi Pendidikan : Jakarta, Rineka Cipta

Yusuf Anwar Ali, (2003), Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum : Bandung, Pustaka Setia

Yamin Martinis, (2005), Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi :


Jakarta, Gaung Pers

Anda mungkin juga menyukai