PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN I
NKLUSI
F
DIMADRASAH
DIREKTORATJENDERALPENDI
DIKANISLAM
KEMENTERIANAGAMAREPUBLIKINDONESI
A
2017
i
PANDUAN
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
DI MADRASAH
Pengarah:
Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA
Penanggung Jawab:
Prof. Dr. Moh Isom, MA
Dr. A. Umar, MA
Tim Penyusun:
Lailil Qomariyah (MT Ar- Roihan Malang)
Erwan Hermawan (Master Trainer Kemenag Kab. Sukabumi)
Akmal (Master Traniner Kemenag Kab Bone)
Kulsum (Pengawas Kemenag Kab. Bandung Barat)
Maskanah (pengawas Kemenag Kab.Bogor)
Retno Dewi Utami (MTsN 19 Jakarta)
Iin Aulia (MTsN 19 Jakarta)
Nunu Nurdyana (Helen Keler Internasional- Indonesia)
Penyunting :
Dr. Ahmad Syahid (UIN Jakarta)
Tolhas Damanik, M.Ed (Wahana Inklusif)
Emilia Kristiyanti (Helen Keler Internasional – Indonesia)
Abdullah Faqih, MA. M.Ed (Kementerian Agama)
Papay Supriyatna, M.Pd (Kementerian Agama)
Penyelaras Aksara :
Maryunah
Diterbitkan oleh :
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Tahun 2017
iii
KATA PENGANTAR
ttd
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………….………… 1
B. Landasan Normatif, Filosofis, Empiris dan
Yuridis ……………………………………….…. 2
C. Ruang Lingkup …………………………………. 10
D. Sasaran ……………………………………………. 10
KONTRIBUTOR ……………………………..……………….. 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”
merupakan kata bijak yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan
Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Kata-kata tersebut sarat dengan
makna bahwa kita hendaknya dapat memastikan pendidikan
dapat dirasakan oleh semua orang tanpa hambatan.
Di dalam keluarga, pengasuhan seorang ibu adalah yang
utama, sebagaimana kalimat: “Al-ummu madrasat al-ula, iza
a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyib al-a’raq.” Maknanya: ibu
adalah sekolah utama [bagi putera-puterinya], bilamana engkau
mempersiapkannya [dengan baik sejak dini], maka engkau telah
mempersiapkan generasi terbaik.
Ungkapan di atas sejalan dengan pernyataan Undang-
Undang Dasar 1945 terkait dengan hak pendidikan bagi setiap
warga negara Indonesia. Dibutuhkan komitmen dan strategi yang
tepat untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
pendidikan.
Indonesia menganut dualisme sistem pendidikan,
pendidikan umum di sekolah diselenggarakan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan pendidikan keagamaan
seperti madrasah dan pesantren, diselenggarakan oleh
Kementerian Agama. Dengan sistem ini, Kementerian Agama
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan
keagamaan di madrasah memiliki komitmen guna memastikan
bahwa layanan pendidikannya dapat dirasakan oleh semua anak
tanpa kecuali. Penyelenggaraan sistem pendidikan inklusif di
madrasah diharapkan Kementerian Agama dapat menjangkau
dan menyentuh semua anak Indonesia.
Pendidikan inklusif merupakan penyelenggaraan
pendidikan yang membuka akses pendidikan bagi semua peserta
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
2
a. Landasan Normatif
Allah SWT berfirman dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5:
b. Landasan Filosofis
Islam dikenal sebagai agama “agama buku”, al-Qur’an
juga menyebut dirinya buku (kitab). Literasi sangat
ditekankan, bahkan merupakan kata pertama yang diucapkan
Malaikat Jibril pada sekitar 610 M kepada Nabi Muhammad
adalah iqra’!. Menurut Al-Attas (1979), pendidikan Islam
didasarkan pada basis ontologis bahwa dunia itu sendiri
tanpa nilai (valueless). Al-Qur’an memberi perspektif normatif
sedangkan Sunnah Nabi Muhammad SAW melalui pola dan
model menerapkan Islam rahmatan li al-‘alamin dalam
membaca dan mengelola kehidupan dunia yang sarat dengan
godaan setan. Untuk itu, tumbuh kembang anak memerlukan
pendidikan, pelatihan, dan pembiasaan terus menerus, sejak
dalam kandungan hingga ke liang lahat.
Dalam Islam, Al-Attas (1979) dan Gulen (1989)
menyebut, pendidikan ditujukan untuk mengembangkan tiga
dimensi individu dalam diri manusia, dimensi pikir (aqliah),
dimensi dzikir (qalb) dan dimensi tubuh (jasadiah).
Pembelajaran bukan hanya berupa transfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) tetapi agar anak didik memiliki
kekuatan kepribadian dan moralitas yang baik (al-akhlak al-
karimah).
Tantangan yang dihadapi pendidikan Islam bukan
hanya dunia modern dan wajah ilmu pengetahuan yang
sekuler, tetapi juga bagaimana madrasah menghasilkan
alumni setara dengan mutu alumni Timur Tengah guna
mencapai abad keemasan Islam (DeBellaigue, 2017). Oleh
karena itu, Subhan (2013) menulis bahwa sejak 1976
madrasah di bawah Kementerian Agama mengajarkan ilmu
agama dengan ilmu non agama, meracik antara dimensi iman
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
6
c. Landasan Empiris
Penyelenggaraan pendidikan inklusif di madrasah di
bawah Kementerian Agama berlangsung sejak 2008, namun
baru pada 2013, Kementerian Agama memulai
mengembangkan kebijakan penyelenggaraan pendidikan
inklusif di madrasah. Pada 2015-2016 tercatat 22 madrasah
dari provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan,
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Banten yang ditetapkan
sebagai penyelenggaraan
pendidikan inklusif.
Dari madrasah–madrasah yang ditunjuk sebagai
penyelenggara pendidikan inklusif diperoleh data bahwa
terdapat peserta didik berkebutuhan khusus, baik yang masuk
sebelum adanya penunjukan sebagai madrasah piloting
maupun yang mendaftarkan diri setelah adanya penunjukan.
d. Landasan Yuridis
International
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 (Declaration
of Human Rights);
Nasional
9. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
11. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlidungan Anak;
12. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
C. Ruang Lingkup
Panduan ini adalah acuan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan inklusif di madrasah dari mulai
tingkat RA, MI, MTs, MA.
D. Sasaran
Sasaran dari diterbitkannya panduan madrasah
penyelenggara pendidikan inklusif ini adalah:
1. Seluruh penyelenggara pendidikan madrasah dari tingkat RA
(PAUD), MI, MTs (Menengah), MA/K (Tingkat Atas), baik
pemerintah maupun masyarakat;
2. Seluruh kepala madrasah dari tingkat RA (PAUD), MI, MTs
(Menengah), MA/K (Tingkat Atas), sebagai satuan
pendidikan;
3. Pejabat pengambil kebijakan di Kementerian Agama RI,
Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
4. Guru dan Tenaga Kependidikan di Madrasah dari tingkat RA,
MI, MTs, MA/K;
5. Orang tua/wali;
6. Komite Madrasah;
7. Pengawas Madrasah;
8. Ulama dan tokoh masyarakat; dan
9. Masyarakat.
BAB II
PENDIDIKAN INKLUSIF DAN KEBERAGAMAN PESERTA DIDIK
(2) (3)
(1)
Kebutuhan
khusus yang
berasal dari
lingkungan
Berdasar-
kan
Penyebab
Kebutuhan
PDBK khusus yang
berasal dari
Peserta
diri sendiri
Didik
Berdasar-
Non kan Sifat
PDBK
Permanen Temporer
BAB III
MADRASAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF
Peserta
didik lainnya
Identifikasi
PDBK
Asesmen
Profil Peserta
Didik
Program
Identifikasi
a. Pengertian
Identifikasi merupakan proses untuk menemukan dan
mengenali keberagaman anak/peserta didik. Pada tahap
identifikasi, kita belum sampai menjawab hal-hal yang
terkait dengan tantangan dan potensi dari peserta didik.
Asesmen
a. Pengertian
Asesmen pendidikan adalah usaha atau proses untuk
mendapatkan informasi mengenai kelebihan, kekurangan,
dan kebutuhan peserta didik dengan berbagai alat dan
teknik.
b. Manfaat asesmen
1) Penentuan (determining eligibility);
2) Perencanaan pembelajaran (program planning);.
3) Memonitor kemajuan peserta didik (monitoring student
programme);
4) Evaluasi program (evaluation of program).
3) Faktor kesehatan;
4) Faktor sosial emosi;
5) Faktor keluarga.
B. Hasil Asesmen
1. Faktor akademik
• Mampu membaca gambar bangun datar
• Mampu menghitung perkalian dan pembagian
dengan baik
• Sering menghilangkan kata pada saat menjawab soal
cerita
• Tulisan sulit dibaca
• Ada kemauan untuk belajar
• Kemampuan diatas rata-rata (IQ:103)
2. Faktor kemandirian
• Bangun tidur masih dibangunkan
• Makan masih sering disuapi
• Menyiapkan kebutuhan sekolah masih perlu
dibantu
• Senang bermain dengan teman
• Bila ada PR anak mau mengerjakan, namun
harus selalu dibantu.
3. Faktor kesehatan
• Kelahiran normal, jarang sakit
• Kebersihan diri cukup, tidak berkaca mata
5. Faktor keluarga
• Tinggal bersama orang tua,kakek, nenek, 2 (dua)
bersaudara dalam satu rumah.
• Ayahnya bekerja di kontraktor.
• Orang tua sangat peduli dan perhatian terhadap
perkembangan anak
1. Manajemen Kelas
Akomodasi yang layak dan aksesibilitas yang dapat
diberikan oleh madrasah berdasarkan hasil identifikasi dan
asesmen peserta didik dengan disiblitas. Menurut Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas, akomodasi yang layak adalah modifikasi dan
penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin
penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas
berdasarkan kesetaraan, sedangkan aksesibilitas adalah
kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas
guna mewujudkan kesamaan kesempatan.
Catatan :
GP:
Ganggua
n
Jalan
Jalan menuju sekolah memiliki lebar minimal 1,6 m untuk
memudahkan pengguna jalan dari kedua arah yang
berbeda dilengkapi dengan kelandaian (curb cuts) di
setiap ujung jalan dan pemandu jalur taktil (guiding block)
atau disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
28
Jalur taktil
Halaman Madrasah
Halaman madrasah dengan pintu pagar yang mudah
dibuka dan ringan, jembatan sekolah yang tertutup tanpa
lubang-lubang di tengah, lantai yang rata atau dilengkapi
dengan kelandaian.
Pintu
semua ruangan menggunakan pintu dengan ukuran lebar
bukaan minimal 80cm, dengan pegangan tidak berbentuk
bulat dan mudah dijangkau khusus untuk pintu toilet
sebaiknya menggunakan pintu geser.
Perpustakaan
Ruang perpustakaan dengan ketinggian rak buku
yang mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik.
https://www.google.co.id/search?q=
Laboratorium
Laboratorium dengan ketinggian rak peralatan yang
mudah dijangkau oleh semua peserta didik, penempatan
zat-zat kimia yang berbahaya diletakan pada tempat yang
aman.
Arena Bermain
Arena bermain dan taman madrasah, lapangan yang rata,
letak pohon yang tidak mengganggu anak untuk gerak, di
sekeliling tiang bendera harus ada pembatas.
Ruang UKS
Ruang UKS, lantai yang rata dan tidak licin, penempatan
peralatan yang mudah dijangkau.
Toilet
Letak tombol penyiram air, letak kloset, ketinggian bak
pencuci tangan (max: 85 Cm, letak kran air mudah
dijangkau oleh semua peserta didik (kran air diupayakan
menggunakan system pengungkit/tidak diputar).
Tangga
Kemiringan tangga tidak curam kurang dari 600 , memiliki
pijakan yang sama besar serta memiliki pegangan dikedua
sisi, terdapat petunjuk taktil yang berwarna terang di mulut
tangga.
http://yogya.antaranews.com/berita/327751/
Penyebrangan jalan
Penyebrangan jalan menuju sekolah, sebaiknya dapat
mengeluarkan suara atau disesuaikan dengan kebutuhan
dan menggunakan rambu-rambu yang jelas guna
membantu peserta didik dengan hambatan pendengaran.
https://news.detik.com/jawabarat/2761043
Wastafel
Ketinggian wastafle disesuaikan dengan pengguna kursi
roda (max: 85 Cm)
Menggunakan kran dengan sistem pengungkit
Ruang Sumber
• Pintu harus terbuka keluar dan mudah dibuka dan
ditutup untuk pengguna kursi roda
• Material pintu ringan
• Arah bukaan pintu keluar
• Tinggi handle pintu max 90Cm
• Handle pintu tidak berbentuk bulat
• Ruangan harus mudah diakses oleh pengguna kursi
roda
• Lantai datar/tidak berundak
• Lebar pintu min 90Cm
a) Model duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan.
Duplikasi kurikulum adalah cara pengembangan
kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
37
b) Model modifikasi
Modifikasi artinya merubah untuk disesuaikan.
Modifikasi kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan
khusus dikembangkan dengan cara merubah kurikulum
standar nasional yang berlaku bagi peserta didik lainnya
untuk disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
berkebutuhan khusus. Dengan demikian, peserta didik
berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi terjadi
pada empat komponen utama pembelajaran, yaitu: tujuan,
materi, proses, dan evaluasi.
c) Model substitusi
Substitusi berarti mengganti. Substitusi kurikulum
bagi peserta didik berkebutuhan khusus berarti mengganti
isi kurikulum standar nasional dengan materi yang lain.
Penggantian dilakukan karena isi kurikulum nasional tidak
memungkinkan diberlakukan kepada anak berkebutuhan
khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang
kurang lebih sepadan (memiliki nilai sama). Substitusi bisa
terjadi pada tujuan pembelajaran, materi, proses, atau
evaluasi.
d) Model omisi
Omisi artinya menghilangkan. Model kurikulum
omisi berarti menghilangkan sebagian/ keseluruhan isi
kurikulum standar nasional karena tidak mungkin diberikan
kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata
lain omisi berarti isi sebagian/keseluruhan kurikulum
Penilaian
Penilaian hasil belajar bagi peserta didik berkebutuhan
khusus perlu adanya penyesuaian dengan jenis hambatan
peserta didik. Penyesuaian tersebut meliputi:
a) Penyesuaian waktu
Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik berkebutuhan khusus dalam
mengerjakan ulangan, ujian, tes, dan tugas lain yang
berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contohnya
peserta didik dengan hambatan penglihatan memerlukan
waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik dibacakan
oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan
menggunakan huruf braile. Bagi peserta didik dengan
hambatan motorik tangan akan memerlukan waktu yang lebih
lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes.
b) Penyesuaian cara
Penyesuaian cara adalah penyesuaian cara yang dilakukan
oleh pendidik dalam memberikan ulangan, ujian, tes, dan
tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar
bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Contohnya peserta
didik dengan hambatan motorik tangan, hampir tidak mungkin
mengerjakan soal-soal ujian yang jawabannya diminta secara
tertulis, maka ujian dapat dilakukan secara lisan. Bagi peserta
didik hambatan pendengaran, penilaian keterampilan
mendengarkan dapat dikompensasikan dengan keterampilan
membaca.
c) Penyesuaian isi
Penyesuaian isi adalah penyesuaian tingkat kesulitan bahan
dan penggunaan Bahasa dalam butir soal yang dilakukan
oleh pendidik dalam memberikan ulangan, ujian, tes, dan
tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar
bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Contohnya peserta
didik autis yang low function, sangat sulit untuk mengikuti
pelajaran yang tingkat kesulitannya sama seperti anak lainnya
pada tingkat kelas yang sama. Oleh karena itu tingkat
kesulitan materi ujian disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing peserta didik.
Jenis
No Peserta Didik Penilaian
Kurikulum
1 Kurikulum Peserta didik umum 1. Tanpa adaptasi
standar dan berkebutuhan 2. Modifikasi
nasional khusus yang sesuai dengan
memiliki potensi jenis hambatan
kecerdasan rerata peserta didik
dan diatas rerata
2 Kurikulum Peserta didik Disesuaikan
adaptif berkebutuhan dengan jenis dan
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
44
Pendidik
(Guru)
Tenaga
Peserta Kependidikan
Didik (Kepala
(PDBK dan Madrasah ,
Non-PDBK) Pengawas,
Madrasah TU dsb)
yang
Inklusif
Komite
Orangtua Madrasah
c) Peran guru
• Mengelola pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dalam kelas yang beragam;
• Menciptakan lingkungan kelas yang inklusif;
• Menangani kebutuhan pembelajaran peserta didik
secara akomodatif;
• Merencanakan, melaksanakan, dan menilai program
pembelajaran sejalan dengan landasan pendidikan
yang berasaskan demokrasi, berkeadilan, dan tanpa
diskriminasi.
e) Komite Madrasah
• Memberikan masukan guna meningkatkan mutu
pendidikan madrasah ;
• Membantu madrasah dalam penyediaan sarana dan
prasarana serta layanan pendukung pembelajaran.
Perguruan
tinggi
Pemerintah
Badan (Kab/kota,
International Provinsi,
Nasional )
Masyarakat/D
Organisasi Madrasah UDI (dunia
Masayarakat yang usaha dan
Sipil Inklusif dunia
indrustri)
Pemerintah Profesional
Pusat
Sumber
a) Pusat Sumber
• Memberikan konsultasi dan layanan pendukung bagi
madrasah penyelenggara pendidikan inklusif;
• Melakukan pelatihan dan pendampingan bagi guru dan
warga madrasah lainnya di madrasah penyelenggara
pendidikan inklusif;
• Menjadi sumber belajar.
c) Perguruan tinggi
• Merupakan mitra pemerintah dalam merancang
kebijakan;
• Menghasilkan tenaga pendidik yang berkualitas;
• Menyediakan layanan pendukung;
• Memberikan pelatihan dan pendampingan bagi
madrasah dan warga madrasah lainnya di madrasah
penyelenggara pendidikan inklusif;
• Menjadi sumber informasi dan sumber belajar.
e) Pemerintah
• Menentukan standar pelayanan minimal
• Mengambil kebijakan
Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Madrasah
50
• Melakukan pembiayaan
• Menerbitkan pedoman dan panduan
• Memberikan pelatihan dan sosialisasi
• Melakukan monitoring dan evaluasi
• Mengggunakan data pelaksanaan pendidikan inklusif
di madrasah sebagai dasar pengambilan keputusan.
g) Badan Internasional
• Advokasi kebijakan
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
• Kampanye publik
• Pertukaran pengetahuan
• Penelitian dan pengembangan
BAB IV
Perencanaan
Tindakan Perbaikan
Pelaksanaan
Umpan
Monitoring
Balik
dan Evaluasi
PROGRAM
PENGAWASA
TINDAK PENILAIAN
PENGAWAS
MADRASAH
LAPORAN PEMBINAAN
EVALUASI PEMANTAUAN
ANALISIS
HASIL
1. Kerangka dasar
Kerangka dasar adalah ide-ide bagaimana mengembangkan
pendidikan inklusif di madrasah. Ide-ide yang dimaksud
adalah “
a. Inklusivitas (inclusion)
b. Hambatan-hambatan terhadap pembelajaran dan partipasi
(barries to learning and participation)
c. Sumber-sumber daya yang mendukung pembelajaran dan
partisipasi (resources to support learning and participation)
d. Dukungan untuk keberagaman Peserta Didik (Support for
Diversity)
Dimensi Sub-dimensi
A.Menciptakan A.1. Membangun Komunitas
Budaya Inklusif
A.2. Membangun nilai-nilai inklusi
B. Membuat B.1. Mengembangkan sekolah untuk semua
Kebijakan Inklusif
B.2. Mengorganisasikan berbagai bentuk
dukungan atas keberagaman
3. Telaah Material
Proses telaah material adalah perumusan indikator dan
pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan tiga dimensi
yaitu dimensi budaya, kebijakan dan praktik inklusifitas. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu madrasah agar dapat
memahami kondisi inklusifitas pada semua aspek di
madrasah. Dan proses telaah ini dapat mengidentifikasi
prioritas pengembangan madrasah karena perumusan
indikator dan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi
madrasah. Contoh proses telaah terlampir.
4. Proses indeks
Tahap 1
Memulai Indeks
Tahap 2
Menyelidiki
Kondisi Madrasah
Tahap 5 Tahap 3
Membuat rencana
Telaah Proses pengembangan
Indeks Madrasah inklusif
Tahap 4
Melaksanakan
rencana prioritas
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
KONTRIBUTOR :
Terima kasih kepada para guru madrasah yang telah membantu kontribusi dalam
penyusunan Panduan ini :