INDIKATOR
PENDIDIKAN INKLUSIF
Penulis:
Dr. IMAM YUWONO, M.Pd
Kata pengantar:
Prof.Dr.H.Wahyu, Ms
INDIKATOR PENDIDIKAN
INKLUSIF
Diterbitkan Oleh:
ISBN:
Hak
cipta
dilindungi
undang-‐undang.
Dilarang
memperbanyak
atau
memindah
sebagian
atau
seluruh
isi
buku
dalam
betuk
apapun,
secara
elektronis
maupun
mekanis,
termasuk
fotokopi,
merekam,
atau
dengan
teknik
perekaman
lainya,
tanpa
izin
tertulis
dari
penerbit.
Undang-‐Undang
Nomor
19
Tahun
2000
tentang
Hak
Cipta,
Bab
XII
Ketentuan
Pidana,
Pasal
72,
Ayat
(1),(2),
dan
(6)
KATA PENGANTAR
6. Pembiayaan Program
Data tentang pembiayaan sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif tingkat sekolah dasar di Banjarmasin
diperoleh melalui hasil wawancara dengan kepala
sekolah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh
informasi bahwa pembiayaan program ditanggung oleh
pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan sumbangan
dari orang tua. Berikut petikan wawancara dengan
beberapa informan mengenai pembiayaan program
inklusif:
Banua
Anyar 4 memiliki kompetensi tenaga pendidik yang sedang.
Prosentase rerata tertinggi ketujuh indikator kompetensi
wawancara
mendukung kesimpulan data kuantitatif di atas yang rerata
kelima indikator berada pada kategori tinggi sebesar 68,33
%. Responden A sebagai salah satu narasumber mengakui
proses
pembelajaran yang sesuai, prosentasenya sebesar
76,25%. Data kuantitatif di atas didukung pula oleh data
kualitatif hasil wawancara. Salah satu responden
mengatakan, “Sebenarnya aktifitasnya ngalir gitu aja, di
bantu juga oleh guru kelas, karena guru kelaskan lebih
tau. Kalau saya Cuma sekali-kali tanya, mengamati, itu
kan tidak seintens guru kelas dan guru pendamingnya,
jadi itu memang perlu
Banua
Anyar 4 dapat dideskripsikan antara lain sebagai berikut:
6 James
R.
Sunders
et
all.,
The
Program
Evaluation
Standards
(California:
Sage
Publication
Inc.,
2004),
h.
38.
7 Fish
Jhon,
Managing
Special
Education
(Buckingham:
Open
University
Pers,
2005),
h.
202.
a. Model Brinkerhoff
Setiap desain evaluasi terdiri atas elemen-elemen
yang sama, banyak cara untuk menggabungkan
elemen tersebut. Setiap ahli evaluator mempunyai
konsep yang berbeda dalam hal ini. Menurut
Brinkerhoff ada tiga golongan evaluasi yang berdasarkan
penggabungan elemen-elemen yang sama, yaitu
(1) Fixed vs Emergent Evaluation Design. Dapatkah
masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan?
b. Model UCLA
Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses
meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat,
mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga
dapat melaporkan ringkasan data yang berguna
bagi pembuat keputusan dalam memilih berbagai
alternatif. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi;
(1) Sistem assesment, yang memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi sistem, (2) Program
planing, membantu pemilihan program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program,
(3) Program implementation, menyiapkan apakah
18 Issac
and
Michael,
Handbook
in
Research
and
Evaluation
(San
Diego
California:
Edits
Publisher,
2008),
h.
12.
Adanya dokumen
ijin operasional
Kelayakan sekolah penyelenggaraan
menyelenggaraka pendidikan inklusif
n pendidikan
inklusif Adanya sistem
sekolah
menyesuaikan
dengan kondisi
peserta didik
Adanya dokumen tentang
dukungan warga sekolah
menerima pendidikan
inklusif
1 Boy
S.
Sabarguna,
Analisis
Data
Pada
Penelitian
Kualitatif
(Jakarta:
UI
Pers,
2008),
h.
27.
2 Stephen
Issac
dan
Wlliam
B
Michael,
Handbook
in
research
and
evaluation
(San
Diego
California:
Edits
Publiser,
2003),
h.
22.
b. Landasan
Landasan penyelenggaraan pendidikan Inklusif di
Kota Banjarmasin adalah UU No.20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional pengganti UU no.2 tahun
1989, yang merupakan payung hukum hak dan kewajiban
warga negara dalam memperoleh pendidikan semakin
signifikan. Landasan tersebut dikaji melalui UU No. 20
tahun 2003 pada Bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4
mengamanatkan bahwa “warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus“ Setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak
c. Pembinaan
Mekanisme pembinaan di tingkat pusat oleh Direktorat
PKLK Dikdas, tingkat propinsi oleh Kepala Dinas
Pendidikan Propinsi cq. Kepala bidang bina SD, pada
tingkat Kota/ kabupaten ditangani oleh Subdin Dikdas
Kota/Kabupaten seksi SD, dan pada tingkat sekolah dibina
langsung oleh kepala sekolah yang dibantu oleh wakil
kurikulum dan koordinator inklusif.
Secara struktural kelembagaan memang telah jelas
mekanisme atau alur pembinaan program pembinaan
pendidikan inklusif dari tingkat pusat, daerah hingga unit
sekolah. Berdasarkan hasil temuan di lapangan terdapat
indikasi adanya pembinaan yang longgar terutama pada
aspek-aspek monitoring, supervisi, dan evaluasi terhadap
sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif.
Secara
(1994).
The
Salamanca
Statement
and
Framework
for
Action
on
Special
Needs
Education.
Salamanca:
UNESCO
&
Ministry
Of
Education
And
Science,
Spain.
1. Masukan (input)
Evaluasi masukan (input) meliputi analisis persoalan
yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan
sumber-sumber yang tersedia. Alternatif-alternatif strategi
yang harus dikembangkan untuk mencapai suatu
program. Evaluasi masukan bermanfaat untuk
membimbing pemilihan strategi program dalam
menspesifikasikan rancangan prosedural. Evaluasi input
program pendidikan inklusif mencakup lima indikator yaitu
rekrutmen siswa, kondisi sosial ekonomi keluarga,
persyaratan rekrutmen guru, kurikulum pendidikan inklusif,
sarana dan prasarana belajar.
a. Rekrutmen Siswa
Proses rekrutmen siswa di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif (SD Banua Anyar 8, SD gadang 2, SD
Banua Anyar 4, dan SD Kuin Selatan 3) masih merasa
sulit
f. Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada
sekolah inklusif menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, Masyarakat dan Orang tua. Sumber dana
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Banjarmasin
(SD Banua Anyar 8, SD Gadang 2, SD Banua Anyar 4, dan
SD Kuin Selatan 3) pada umumnya mengandalkan BOS
Pusat dan BOS Daerah. Adapun honor GPK bersumber
dari komite sekolah dengan kisaran Rp100.000-
Rp800.000/bulan.
22 Marilyn
Friend
dan
William
D.
Bursuck,
Including
Students
with
Special
Needs:
A
Practical
Guide
for
Classroom
Teachers
(USA
:
Pearson
Education,
Inc.,
2012),
h.
6.
23 Mitchell,
Special
Education
Needs
and
Inclusive
Education:
Major
Themes
in
Education,
(New
York:
Publisher’s
Note,
2006),
h.
96.
3. Produk
Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan
catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk
perbaikan. Aktivitas evaluasi produk adalah upaya
mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai.
Dalam hal ini evaluasi produk memuat dua indikator yaitu
kognitif dan sikap sosial.
a. Kognitif (Hasil Rata-Rata Nilai UAN)
SD Banua SD Gadang Banua SD Kuin
Anyar 8 2 Anyar 4 Selatan
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
Ujian Nasional yang telah diselenggarakan
sekolah yang biasa disingkat UN / UNAS adalah
sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah
secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan
antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian
Pendidikan, Depdiknas berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, menyatakan
bahwa dalam rangka
4. Luaran (Outcome)
Evaluasi outcome dalam penelitian ini bertujuan untuk
melihat sebarapa banyak lulusan sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif di Kota Banjaramasin yang
melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktualisasi outcome di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif di Banjarmasin yaitu SD
Banua Anyar 8, SD Gadang 2, SD Banua Anyar 4, dan SD
Kuin Selatan tingkat aktualisasinya termasuk dalam
kategori tinggi. Dibuktikan melalui data yang diperoleh
bahwa sebanyak 99% lulusan melanjutkan pendidikan ke
sekolah penyelenggara
Miles, Susie and Nidhi Singal. The Education for All and inclu-
sive education debate: conflict, contradiction or opportu-
nity. 1999.