Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PEMBELAJARAN PADA KELAS INKLUSIF”

Disusun oleh :
1. KLARA
2. MERTI
3. YESKEL

KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH XI KALIMANTAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MELAWI-NANGA PINOH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas kehadirat Tuhan atas limpahan rahmatserta hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menuntaskan makalah ini untuk memenuhi tugas ini.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, masukan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
guna penyempurnaan makalah ini

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Inklusif..................................................................................3
B. Strategi Pembelajaran Kelas Inklusif.........................................................................5
C. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusif.................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................11
A. KESIMPULAN.........................................................................................................11
B. SARAN.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan seseuatu yang baru di dunia pendidikan Indonesia.
Istilah pendidikan inklusif atau inklusi, mulai mengemuka sejak tahun 1990, ketika
konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan
tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994. Pendidikan khusus merupakan pendidikan
yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong
kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik
tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah
pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Seiring dengan perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada
pandangan bahwa mereka anak-anak penyandang dissabilitas dianggap sebagai sosok
individu yang tidak berguna, bahkan perlu diasingkan. Namun, seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, pandangan tersebut mulai berbeda. Keberadaannya
mulai dihargai dan memiliki hak yang sama seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat
disimpulkan bahwa Negara memberikan jaminan sebenarnya kepada anak-anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan yang
sama dengan anak-anak normal lainnya dalam pendidikan. Hanya saja, jika ditinjau dari
sudut pandang pendidikan, karena karakteristiknya yang berbeda dengan anak normal
pada umumnya menyebabkan dalam proses pendidikannya mereka membutuhkan
layanan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pendekatan khusus
Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan pendidikan
mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan penyelenggaraan pendidikan
inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu kebijaksanaan pemerintah dalam
mengupayakan pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar
memperoleh pendidikan tanpa memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal
agar bisa bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa
depan hidupnya. Ruang lingkup media pendidikan inklusif sebaiknya mencakup semua
4
jenis media pendidikan untuk semua peserta didik termasuk didalamnya anak
berkebutuhan khusus, seperti: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras,
Tuna Wicara, Tunaganda, HIV/AIDS, Gifeted, Talented, Kesulitan Belajar, Lamban
Belajar, Autis, Korban Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Inklusif ?
2. Bagaimana Strategi Pembelajaran Kelas Inklusif?
3. Bagaiman Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusif?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Apa Pengertian Pendidikan Inklusif
2. Memahami Bagaimana Strategi Pembelajaran Kelas Inklusif
3. Memahami Bagaiman Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusif

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif lahir sebagai bentuk ketidak puasan penyelenggaran pendidikan
bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan sisitem segregasi. Sistem
segregasi adalah sistem penyelenggalan sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak yang
memiliki kelainan atau anak-anak berkebutuhan khusus. Sistem ini dipandang
bertentangan dengan tujuan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dimana
tujuaan penyelenggaran pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah untuk
mempersiapkan mereka untuk dapat berinteraksi dengan mandiri di lingkungan
masyarakat. Namun dalam proses penyelenggaran pendidikan, sistem segregasi justru di
pisahkan dengan lingkungan masyarakat, khususunya terjadi di masyarakat kita
berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah beberapa konsep pendidikan inklusif.
Menurut Budianto (2006), sistem segregasi tidak mampu lagi mengemban misi utama
pendidikan, yaitu memanusiakan manusia. Sistem segregasi cenderung diskriminatif,
esklusif, mahal, tidak efesien, serta outputnyapun belum menjanjikan sesuatu yang
positif. Disebut pula oleh Reynolds dan birch (1988), bahwa model segregasi tidak
menjamin kesempatan anak berkenalinan berkembang potensi secara optimal, karena
kurikulum dirancang berbeda dengan kurikulum sekolah biasa. Hal itu secara filosofis
model segregasi tidak logis, karena menyiapkan peserta didik untuk kelak dapat
berinteraksi dengan masyarakat normal, tetapi faktanya mereka dipisahkan dari
masyarakat normal.
Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaran pendidikan bagi anak-anak
yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak yang lainnya yang disatukan dengan tanpa
mempertimbangakan keterbatasan masing-masing. Menurutt dikrektorat pembinaan
SLB (2007), pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama. Di sekolah umum dengan
memerhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat
berkembang secara optimal. Semangat pendidikan inkuusif akan memberi akses yang
luas-luasnya kepada semua anak, termasuk anak berebutuhan khusus, untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu dan memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhanya.

6
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan direkterat pembinaan SLB ( 2007), sebagai
wadah yang ideal, pendidikan inklusif memiliki empat karateristik makna, yaitu :
1. Pendidikan inklusif yang berjalan terus dalam usaha menemukan cara-cara
merespon keragaman individu anak.
2. Pendidikan inklusif berarti memperleh cara-cara untuk mengatasi hambatan-
hambatan anak dalam belajar
3. Pendidikan inklusif berarti membawa makna anak mendapata kesempatan untuk
hadir di sekolah, berpartisipasi, dan mendaparkan hasil belajar yang bermakna dalam
hidupnya
4. Pendidikan inklusif di peruntukan bagi anak yang tergolong marginal, ekslusif, dan
membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.
Berdasarkan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 8 (2009), bahwa pembelajaran
pada pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa. Dalam kelas inklusif, pembelajaran yang
dirancang oleh guru dapat bersifat adaptif yang dirancang untuk memberikanProses
pembelajaran dalam kelas inklusif merupakan suatu pendekatan pendidikan yang
memadukan siswa-siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa normal dalam satu kelas.
Berikut adalah beberapa strategi dan faktor yang perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran kelas inklusif:
1. Strategi Pembelajaran
 Keterlibatan Orang Tua, Guru perlu mengajak orang tua terlibat langsung dalam
proses pembelajaran
 Adaptasi Fisik dan Waktu: Pengaturan tempat duduk dan penataan waktu belajar
perlu disesuaikan untuk murid yang memiliki kekurangan fisik dan daya
tangkap
 Mengenalkan Arti Keberagaman: Penting untuk mengadaptasi metode
pembelajaran yang mengenalkan arti dari keberagaman kepada setiap murid
 Teknik Pembelajaran, Guru dapat menggunakan teknik audio atau memberikan
tambahan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
 Faktor Pendukung, Diperlukan peran serta orang tua, pemahaman guru terhadap
kebutuhan khusus siswa, inovasi dalam penyampaian materi, dan penambahan
tenaga pendidik bagi peserta didik ABK di sekolah

7
 Faktor Penghambat, Kurangnya peran serta orang tua, kurang pemahaman guru
terhadap kebutuhan khusus siswa, kurangnya inovasi dalam penyampaian
materi, dan kurangnya tenaga pendidik bagi peserta didik ABK di sekolah
Dalam proses pembelajaran kelas inklusif, penting untuk memperhatikan strategi
pembelajaran yang inklusif, melibatkan orang tua, dan mengadaptasi metode
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, pemahaman terhadap faktor
pendukung dan penghambat juga akan membantu dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran kelas inklusif.

B. Strategi Pembelajaran Kelas Inklusif


Tujuan pembelajaran pada hakikatnya memberikan pemahaman kepada siswa agar
memiliki kompetensi yang dapat digunakan pada masa yang akan datang. Pembelajaran
dalam kelas inklusif merupakan kegiatan yang pelaksanaannya harus jelas dan sesuai
sehingga pembelajaran memberikan nilai dan manfaat bagi setiap siswa termasuk siswa
ABK. Guru harus memiliki semangat dan perhatian dalam mengajar yang dipraktikkan
dalam setiap pembelajaran, dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi,
media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini dapat membantu
siswa dalam memahami atau menerapkan materi pembelajaran atau relevan dengan
kehidupan sehari-hari siswa.
Strategi pembelajaran dalam kelas inklusif merupakan pendekatan yang
memungkinkan semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus, untuk belajar
bersama di lingkungan kelas biasa. Beberapa strategi pembelajaran inklusif yang dapat
diterapkan di kelas inklusif antara lain:
1) Mengenalkan arti dari keberagaman kepada setiap murid, serta tidak bertoleransi
terhadap tindakan diskriminasi
2) Mengadaptasi struktur fisik kelas, seperti meja dan bangku, untuk membantu murid
yang mempunyai kekurangan fisik
3) Pengaturan tempat duduk untuk murid yang mempunyai kekurangan dalam
pendengaran dan penataan waktu belajar terhadap murid yang kekurangan dalam
daya tangkap dan kelakuaan
4) Memberikan kuis atau ujian dengan teknik audio bagi murid yang lemah dalam
membaca dan menulis karena kekurangan
5) Menggunakan variasi media dalam proses pembelajaran
6) Menyampaikan materi pembelajaran yang diselingi dengan permainan
8
7) Memahami perilaku serta karakteristik peserta didik, khususnya peserta didik
berkebutuhan khusus, dan memberikan perhatian ekstra agar materi belajar dapat
disampaikan secara merata untuk semua peserta didik
Strategi pembelajaran inklusif harus memperhatikan kebutuhan peserta didik secara
baik agar tidak membatasi pemilihan strategi pembelajaran maupun implementasi
rancangan pembelajaran yang sudah disiapkan. Dengan menerapkan strategi
pembelajaran inklusif yang tepat, diharapkan semua siswa dapat belajar dengan nyaman
dan meraih potensi maksimal mereka.
Keefektifan pembelajaran dalam kelas inklusif sangat tergantung pada strategi
pembelajaran yang harus dirancang guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Strategi
pembelajaran merupakan bermacam bagian dalam memilih suatu sistem pelepasan atau
peluncuran, mengurutkan dan menyatukan materi pembelajaran, menjelaskan komponen
belajar yang akan diikutsertakan dalam pembelajaran, menentukan aturan membagi
siswa dalam pembelajaran, membuat kerangka pembelajaran dan memilih media
pembelajaran (Dick, Carey, dan Carey, 2014). Menurut Suparman (2012), strategi
pembelajaran merupakan suatu pendekatan dalam mengatur isi dan proses pembelajaran
secara menyeluruh untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Komponen strategi
pembelajaran terdiri dari:
1) tujuan pembelajaran, terdiri dari kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa pada akhir pembelajaran;
2) isi atau materi pelajaran dengan langkah yang sesuai;
3) pendekatan dalam mengelola pembelajaran yang berhubungan dengan penggunaan
metode, media dan alat, serta alokasi waktu belajar yang dibutuhkan.

C. Perencanaan Pembelajaran Kelas Inklusif


Perencanaan pembelajaran di sekolah inklusif harus disesuaikan dengan kebutuhan
individu peserta didik dan mengacu pada kurikulum yang berlaku serta pedoman yang
ada Perencanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif merupakan
tugas yang kompleks dan penting yang harus dilakukan sebelum melaksanakan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran di sekolah inklusif mencakup adaptasi tujuan,
identifikasi, asesmen, dan modifikasi kurikulum. Guru dan kepala sekolah harus
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan inklusif dan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus. Kegiatan pembelajaran dalam seting inklusi akan berbeda baik
dalam strategi, kegiatan, media, dan metode. Dalam seting inklusi, guru hendaknya dapat
9
mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelas yang bersangkutan termasuk membantu
mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing
Prinsip dalam perencanaan pembelajaran kelas inklusif harus mempertimbangkan
beberapa hal berikut.
1. Topik/tema yang akan diajarkan.
Topik atau tema pembelajaran merupakan isi pelajaran yang harus dipersiapkan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus mempersiapkan suatu tema yang
sesuai dengan tingkat/level semua siswa sesuai dengan umur dan kemampuannya.
Khusus siswa ABK dalam kelas inklusif,
2. Alasan diajarkannya tema tersebut
Guru harus dapat memberikan gambaran nyata kepada semua siswa, tentang
tujuan diberikannya tema pada suatu kegiatan pembelajaran. Guru dapat memberikan
contoh relevansi suatu tema siswa untuk mempunyai gambaran tentang masa depan
mereka. Guru harus dapat memilih dan melaksanakan pembelajaran dengan Cara
mengajarkannya
3. cara yang menarik, nyaman, dan ramah untuk semua siswa.
Dalam kelas inklusif, aspek kognitif bukan satu-satunya ukuran dalam menilai
keberhasilan siswa. Pembelajaran dalam kelas inklusif tidak hanya memberikan
manfaat atau meningkatkan aspek akademik tetapi juga non-akademis yang dapat
meningkatkan aspek sosial emosional siswa khususnya siswa ABK.
4. Kemampuan yang dimiliki siswa sebelum/setelah pembelajaran
Hasil identifikasi atau asesmen menjadi rujukan awal bagi guru dalam
memahami kemampuan awal siswa ABK, sehingga memudahkan dalam memberikan
intervensi atau remedial guru ketika target pembelajaran belum tercapai. Selain itu,
pengetahuan yang telah dimiliki siswa ABK dapat menjadi patokan bagi guru dalam
memahami dan mengetahui pengetahuan yang setelah mengikuti pelajaran pada
jenjang sebelumnya. 5
5. Cara mengelola kegiatan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran harus dapat menampilkan interaksi dan komunikasi
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Guru harus dapat melibatkan
semua siswa dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan keaktifan siswa sehingga
kemajuan pembelajaran siswa dapat diamati.
6. Kesesuaian kegiatan dan lingkungan pembelajaran dengan siswa

10
Lingkungan pembelajaran yang diatur dan dirancang dengan baik oleh guru
akan memberikan dampak positif dalam pembelajaran kepada semua siswa. Misalnya,
guru dapat menata tempat duduk berdasarkan persamaan hambatan yang dimiliki
siswa, akan memudahkan guru untuk dapat memberikan pelajaran atau tugas yang
sesuai dengan hambatan dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa.
7. Keterlibatan semua siswa dalam pembelajaran
Kesuksesan pembelajaran dalam kelas inklusif tidak hanya tergantung kepada
guru, tetapi semua anggota kelas. Keterlibatan semua siswa dalam pembelajaran
merupakan indikator dalam mencapai tujuan pembelajaran Untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran setiap siswa, guru perlu menetapkan nilai ketuntasan
minimal atau pencapaian yang harus dicapai pada setiap semester.
Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru merupakan pedoman dasar bagi
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, arah dan tujuan
pembelajaran dalam kelas inklusif dapat sepenuhnya dijalankan sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan oleh sekolah inklusif.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Modifikasi Terintegrasi (RPPMT)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Modifikasi Terintegrasi (RPPMT) adalah
rencana pembelajaran terpadu yang dimodifikasi yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan beragam peserta didik, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Hal
ini melibatkan penyesuaian kurikulum dan metode pengajaran untuk memastikan
inklusivitas dan pembelajaran yang efektif bagi semua siswa. Pelaksanaan RPPMT
berpedoman pada peraturan dan standar khusus yang ditetapkan oleh otoritas
pendidikan untuk menjamin efektivitas dan keselarasan dengan tujuan pendidikan
secara keseluruhan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) iyalah rencana
pembelajaran yang telah diatur dalam satu kegiatan tatap muka untuk satu kali
pertemuan atau lebih, yang dikembangkan berdasarkan silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. RPP
dirancang berdasarkan kurikulum yang dikembangkan melalui silabus yang
selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pengembangan RPP
harus sesuai dengan silabus yang merinci kemampuan awal siswa, gaya belajar,
minat, bakat, potensi, maupun kemampuan emosi dan sosial siswa. Selain itu, dalam
RPP juga harus memuat program umpan balik positif, penguatan, pengayaan,
remedial, maupun umpan balik kepada siswa.

11
Pengembangan dan penerapan RPPMT sangat penting untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung yang memenuhi beragam
kebutuhan siswa. Dengan mengintegrasikan modifikasi ke dalam rencana
pembelajaran, pendidik dapat mengakomodasi kebutuhan unik siswa berkebutuhan
khusus dengan lebih baik, yang pada akhirnya mendorong pengalaman pendidikan
yang lebih adil dan memperkaya bagi semua peserta didik. RPPMT dirancang sesuai
dengan kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan oleh kebijakan nasional
pemerintah dan diberlakukan sesuai dengan kondisi sekolah inklusif. Dalam
penyusunan silabus inklusif, terdapat beberapa komponen yang harus dimodifikasi
dan tidak memerlukan modifikasi.

2. Program Pembelajaran Individual (PPI)


Program Pembelajaran Individual (PPI) atau dalam istilah aslinya
Individualized Educational Program (IEP), merupakan program pembelajaran yang
dirancang untuk satu siswa ABK karena memiliki Bambatan yang tidak
memungkinkan baginya mengikuti pembelajaran secara klasikal atau bersama-sama
dengan siswa lainnya. Oleh karena it PPI harus dirancang sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik, hambatan, dan kemampuan siswa ABK berdasarkan hasil identifikasi
dan asesmen yang telah dilakukan sebelumnya. Program Pembelajaran Individual
(PPI) atau The Individualized Education Program (IEP) adalah suatu program
pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan, kemampuan, kecepatan, dan cara
belajar setiap anak. Program ini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK)
PPI memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai kecepatan
masing-masing dan mendorong siswa agar lebih termotivasi untuk belajar lebih giat
sehingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dalam waktu yang lebih cepat.
PPI juga bertujuan untuk menselaraskan antara kebutuhan siswa, tugas, dan
perkembangan belajar siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa secara
optimal. Setelah penyusunan PPI selesai, tim PPI melakukan diskusi lebih lanjut
dengan orang tua siswa mengenai hal-hal atau program yang ingin dicapai, serta
bagaimana cara mencapainya. Jika orang tua atau wali siswa sudah setuju, maka
barulah program pembelajaran individual ini disahkan dan dijalankan pada siswa
berkebutuhan khusus tersebut. PPI memiliki beberapa kelebihan, antara lain memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai kecepatan masing-masing,
12
mendorong siswa agar lebih termotivasi untuk belajar lebih giat, serta menselaraskan
antara kebutuhan siswa, tugas, dan perkembangan belajar siswa dalam upaya
mengembangkan potensi siswa secara optimal.PPI juga memberikan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus, fokus pada
kemampuan dan kelemahan kompetensi yang mereka miliki
Dalam penyusunannya, PPI berisi target atau capaian yang harus dipenuhi
oleh siswa berkebutuhan khusus dalam satu semester, media dan metode yang
digunakan untuk mencapai target pembelajaran, serta jadwal pelaksanaan program
selama satu semester. PPI juga berbeda dengan Rencana Program Pembelajaran
(RPP), yang dibuat oleh guru kelas dan ditujukan untuk seluruh siswa pada kelas
tertentu, sehingga PPI lebih bersifat individual dan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing siswa

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidkan
inklusif mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ
normal, diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan
istimewa dan atau yang memerlukan pendidkan layanan khusus.
2. Manfaat pendidikan inklusif antara lain: Membangun kesadaran dan konsensus
pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang
diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis
situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik
dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah, mengidentifikasi
hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses
dan pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan
monitoring mutu pendidikan bagi semua anak

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari
makalah ini dan tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan inklusif.
Semoga pembaca bisa terus menggali wawasanya dengan terus mencari referensi lain
selain dari makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://repo-dosen.ulm.ac.id/bitstream/handle/123456789/20718/Pendidikan
%20Inklusi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://etheses.iainkediri.ac.id/972/3/932108811-bab2.pdf
https://www.slideshare.net/IqbalNugraha24/strategi-pembelajaran-dalam-
setting-pendidikan-inklusifpptx-254213250

15

Anda mungkin juga menyukai