Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Guna memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Pendidikan Inklusi yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dasar tentang “ DINAMIKA PENDIDIKAN INKLUSI”.
Makalah ini disusun untuk dijadikan sebagai patokan pembelajaran dalam
mengetahui apa itu Dinamika pendidikan inklusi dengan kata lain, makalah ini
dapat mengarahkan dan memberikan manfaat yang nyata bagi kita semua. Kami
juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua.
Dengan selesainya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, karena berkat mereka
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Banjarmasin, Oktober 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN...................................................................................................2
1.4 MANFAAT................................................................................................2
BAB II DINAMIKA PENDIDIKAN INKLUSIF...................................................3
2.1 Inklusi Sebagai Sebuah Proses.......................................................................3
2.2 Inklusi Sebagai Identifikasi Dan Penghilang Hambatan................................4
2.3 Inklusi Sebagai Kehadiran, Partisipasi Dan Pencapaian Semua Siswa..........4
2.4 Inklusi Sebagai Pemberian Perhatian Khusus Kepada Kelompok Anak Yang
Rentan Marginalisasi/Diskriminasi......................................................................5
2.5 Inklusi Sebagai Implementasi Sekolah Terdekat Dan Belajar Dengan Teman
Sebaya..................................................................................................................5
2.6 Inklusi Sebagai Upaya Memprofesionalkan Guru.........................................9
2.7 Inklusi Sebagai Mengembalikan Sekolah Umum Sesuai Jalurnya..............10
2.8 Inklusi Sebagai Paradigma Layanan Pendidikan Bukan Label....................11
2.9 Inklusi Sebagai Bagian Dari “Inclusive Society”.........................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Dari makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan mengenai
bagaimana dinamika yang ada dalam pendidikan inklusif
BAB II
2
2.1 Inklusi Sebagai Sebuah Proses
3. Membangun komitmen
3
Komitmen adalah sebuah istilah yang mudah diucapkan, akan
tetapi perlu perjuangan untuk melaksanakan. Komitmen untuk memulai,
menjaga, dan mengembangkan agar sekolah tetap inklusif merupakan
keharusan agar pendidikan inklusif menjadi pilihan paradigma untuk
mendidik anak-anak bangsa menjadi lebih baik. Komitmen yang
dimaksud juga termasuk bagaimana mengatasi hambatan atau tantangan
serta bagaimana mencari solusinya bukan menghindar dari masalah.
4
2.4 Inklusi Sebagai Pemberian Perhatian Khusus Kepada Kelompok Anak Yang
Rentan Marginalisasi/Diskriminasi
Anak dari keluarga miskin Anak dari orang tua yang mempunyai
Anak Jalanan (Tuna wisma)
pekerjaan tidak lazim
Anak yg mempunyai
(pengemis,pekerja sex,pemulung,dll)
kekurangan/kelebihan fisik Anak yang melakukan pelanggaran
Anak Berkebutuhan khusus (ABK)
Anak minoritas hukum (napi anak)
Pekerjaan Anak Anak yang sakit/kelaparan
Anak perempuan (bias gender) Pelajar hamil
Anak dari keluarga yang mempunyai Korban
sikap negatif thd pendidikan kekerasan/perang/bencana/narkoba
Diskriminasi & stigmatisasi karena
HIV/Aids
2.5 Inklusi Sebagai Implementasi Sekolah Terdekat Dan Belajar Dengan Teman
Sebaya
5
(1998) yaitu “sistem layanan pendisikan khusus yang mempersyaratkan agar
semua anak berkebutuhan khusus dilayani disekolah-sekolah terdekat dikelas
biasa (sekolah reguler) bersama teman teman seusianya”.
6
Manfaat sekolah terdekat sangat banyak, diantaranya (1) sekolah akan
menjadi milik masyarakat, artinya hubungan sekolah dengan masyarakat akan
sinergis. (2) jalinan hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa untuk saling
komitmen terhadap pola mendidik anak akan lebih mudah dibangun. (3) sekolah
akan lebih mudah menkoordinasi dengan orang tua siswa jika ada siswa yang
mempunyai masalah. (4) mengurangi resiko kecelakaan dalam perjalanan menuju
atau pulang sekolah
Jika kita kaji lebih dalam , fenomena tinggal kelas dalam sebuah sistem
pendidikan banyak yang “mubazir”, mari kita kaji fenomena tinggal kelas.
Fenomena tinggal kelas lebih banyak disebabkan karena siswa tidak tuntas
(tidak memenuhi standar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah). Istilah
yang berkembang tidak memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Padahal
sebenarnya manusia tidak bisa di KKM-kan. Mengapa demikian ? manusia adalah
makhluk yang unik dan berbeda antara satu dengan lainnya
7
dikarenakan termasuk ABK. Layanan individual dan modifikasi
kurikulumsangat memungkinkan untuk mengatasi hambatan belajar yang
disebabkan karena peserta didik termasuk ABK
2. Setiap guru harus memahami kondisi dan karakteristik setiap peserta didik.
Memahami kondisi peserta didik merupakan keharusan sebagai seorang
guru. Bisa jadi anak-anak yang mengalami tinggal kelas karena peserta
didik tidak kemungkinan dapat mengikuti kurikulum yang ada. Contohnya
anak tunagrahita. Jika seperti itu anak harus dibuatkan kurikulum
tersendiri. Dalam dunia pendidikan khusus, pembuatan kurikulium
tersendiri tersebut dikenal dengan PPI (Program Pengajaran
Individual)/IEP (Individual Eucation Program). Guru dituntut untuk
mempunyai sikap “memaklumi” jika ada kondisi siswa yang memang
berbeda dan memerlukan penanganan khusus, termasuk khusus dalam
menentukan kriteria keberhasilan peserta didik.
3. Modifikasi kurikulum
Strategi modifikasi kurikulum cukup ampuh sebagai upaya meniadakan
fenomena tinggal kelas.
4. Tenaga pengajar harus memaksimalkan semua potensi yang dimiliki
Dedikasi diri sepenuhnya untuk profesi menjadi pendidik. Pendidik yang
baik adalah pendidikan yang “all out” dalam mendidik anak-anak bangsa
ini. Banyak istilah untuk menggambarkan menjadi pendidik yang
profesional , seperti disiplin (baik disiplin waktu maupun disiplin kinerja),
mendidik dengan hati, tidak putus asa, kreatif, inovatif, dll.
Perlu diakui bahwa profesi guru (terutama diindonesia) saat ini masih
banyak yang perlu diperbaiki. Faktor yang paling menentukan adalah SDM.
Semua permasalahan bersumber pada SDM tenaga pendidik. Saat ini
pemerintah telah menentukan batas minimal strata 1 (S1) dari berbagai
lulusan perguruan tinggi yang mencetak tenaga guru. Hal ini merupakan salah
satu persyaratan untuk memperkuat profesional guru, selain itu guru juga
dituntut untuk terus mengembangkan kompetensinjya seiring dengan
berjalannya menjalankan tugasnya mendidik anak-anak bangsa ini. Salah satu
pengembanganyang perlu dipertimbangkan oleh tenaga kependidikan adalah
menambah pengetahuan tentang paradigma pendidikan inklusi.
8
Dampak dari munculnya paradigma pendidikan inklusif ternyata
menambah poin untuk memprofesionalkan guru. Guru yang inklusif sangat
relefan dengan salah satu tuntutan yang ada pada persyaratan guru yang
profesional, terutama dalam kompetensi menangani peserta didik yang
beragam . paradigma pendidikan inklusif mengisyaratkan guru untuk bisa
menangani berbagai kondisi siswa, misalnya seorang guru mampu untuk
menangani siswa yang mempunyai kecerdasan luar biasa maupun siswa yang
mempunyai yang bekercedasan kurang, siswa dengan berbagai kondisi fisik,
psikis, latar belakang budaya yang berbeda-beda, dan kondisi-kondisi lainnya.
Berhasil menangani siswa yang biasa itu hal yang biasa, namun berhasil
menangani siswa yang luar biasa tentu juga luar biasa. Kaji lebih dalam
berbagai kompenen/ elemen paradigma pendidikan inklusif hubungannya
dengan profesionalisme guru.
9
Lembaga pendidikan dan perangkat lembaga yang menaunginya
jarang memikirkan mencukupi SDM yang bertujuan untuk melayani semua
masyarakat tanpa kecuali. Sekolah umum/reguler biasanya berorentasi
pemenuhan guru umum. Jarang terpikirkan memenuhu guru atau tenaga
lainya yang bisa melayani siswa-siswa yang mempunyai kebutuhan khusus
dan sejenisnya. Seharusnya pemenuhan SDM selain guru umum, perlu
dipenuhi. Saat ini biasanya hanya gurubimbingan konseling (BK) yang sudah
menjadi program pemerintah, itupun mulai sekolah menegah pertama, jenjang
sekolah dasar masih dirangkap oleh guru kelas.
Pemenuhan sarana dan prasarana yang akses untuk semua orang tentu
merupakan keharusan yang segera dipenuhi. Sebenarnya peraturan
perundang-undangan mengenai fasilitas umum ( termasuk lembaga
pendidikan) yang akses sudah adad, baik berupa undang-undang atau
peraturan Menteri Pkekerjaan Umum. Simak misalnya UU No. 28 tahun 2002
pasal 27 ayat 2 tentang ketentuan aksesibilitas pembangunana gedung.
10
mewujudkan SEKOLAH UNTUK SEMUA atau dalam istilah di PBB
merujuk EDUCATION FOR ALL.
Masyarakat
Masyarakat
Dihargainya
Dihargainya perbedaan:
perbedaan: suku,
suku, agama,
agama, jenis
jenis kelamin,
kelamin, usia,
usia, kecacatan,
kecacatan, bahasa
bahasa
Tidak
Tidak ada
ada diskriminasi
diskriminasi
2.9 Inklusi Sebagai Bagian Dari “Inclusive Society”
Semua
Semua berpartisipasi
berpartisipasi
11
Sistem
Sistem Pendukung
Pendukung
Pusat
Pusat sumber,
sumber, dari
dari imbas
imbas pusat
pusat sumber
sumber
Pendidkan
Pendidkan usia
usia dini
dini dan
dan pendidkan
pendidkan non-formal
non-formal
Keluarga,
Keluarga, LSM,
LSM, posyandu,
posyandu, puskesmas
puskesmas
Sekolah
Sekolah Inklusif
Inklusif
Pengajaran
Pengajaran fleksibel,
fleksibel, dan
dan
berpusat
berpusat pada
pada anak
anak
Semua
Semua siswa
siswa dihargai
dihargai
Menghargai
Menghargai keragaman
keragaman
Guru
Guru reguler
reguler dan
dan guru
guru
pembimbing
pembimbing khusus
khusus bekerja
bekerja
dalam
dalam tim
tim
Lingkungan
Lingkungan sekolah
sekolah aman,
aman,
nyaman dan sehat
nyaman dan sehat
12
Undang – undang tentang pendidikan inklusi dan bahkan uji coba pelaksanaan
pendidikan inklusinya pun konon telah dilakukan. Namun yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah sejauh mana keseriusan pemerintah untuk mendorong
terlaksananya sistem pendidikan inklusi bagi kelompok difabel.
Kondisi ini jelas menambah beban tugas yang harus diemban para guru
yang berhadapan langsung dengan persoalan teknis di lapangan. Di satu sisi para
guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk mencerdaskan
seluruh siswanya, sementara di sisi lain para guru tidak memiliki ketrampilan
yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang difabel.
Alih – alih situasi kelas yang seperti ini bukannya menciptakan sistem belajar
yang inklusi, justeru menciptakan kondisi eksklusifisme bagi siswa difabel dalam
lingkungan kelas reguler. Jelas ini menjadi dilema tersendiri bagi para guru yang
di dalam kelasnya ada siswa difabel.
13
(competitive learning) yang selama ini diterapkan di dunia pendidikan kita. Dalam
waktu yang bersamaan competitive learning dapat menjadi solusi efektif bagi
persoalan yang dihadapi oleh para guru dalam menjalankan pendidikan inklusi.
Pada akhirnya suasana belajar cooperative ini diharapkan bukan hanya
menciptakan kecerdasan otak secara individual, namun juga mengasah kecerdasan
dan kepekaan sosial para siswa.
Oleh karena itu, dalam masyarakat inklusi kita bertemu dan melakukan
interaksi sosial dengan pribadi-pribadi individu yang memiliki keunikan dan
perbedaan. Keunikan dan perbedaan dapat dilihat dari etnik, agama dan
kepercayaan, warna kulit, postur tubuh, status sosial-ekonomi, latar belakang
pendidikan, profesi dan jabatan, budaya seperti bahasa, tradisi, adat istiadat,
karakteristik dan masih banyak lagi perbedaan yang ditemukan.
Dalam masyarakat inklusi, yang terbuka bagi semua, kita tidak hanya
bertemu dan melakukan hubungan sosial dengan mereka yang memiliki keunikan
dan perbedaan pada umumnya. Kita tidak dapat menghindari pertemuan dengan
pribadi-pribadi individu yang memiliki ciri-ciri khusus dengan perbedaan yang
sangat menonjol. Mereka memiliki perbedaan dalam kemampuan berpikir, cara
melihat, mendengar, bicara, berjalan, dan ada yang berbeda kemampuan dalam
cara membaca, menulis dan berhitung, serta ada juga yang berbeda dalam
mengekspresikan emosi, melakukan interaksi sosial dan memusatkan
perhatiannya. Individu berciri-ciri khusus dengan perbedaan yang sangat
menonjol tersebut ialah orang-orang yang memiliki disabilitas, memiliki
gangguan tertentu, dan mempunyai kebutuhan khusus. Mereka ada di sekitar
kita, dan dalam masyarakat inklusi, kita dengan peran masing-masing
mengikutsertakan mereka dalam setiap kegiatan.
14
Jadi, masyarakat inklusi adalah masyarakat yang terbuka dan
universal serta ramah bagi semua, yang setiap anggotanya saling mengakui
keberadaan, menghargai dan mengikutsertakan perbedaan.
Pada intinya kita berada dalam lingkungan yang inklusif dan harus
mempunyai “sikap” yang inklusif, karena lingkungan inklusif adalah lingkungan
sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan
karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan
merangkul setiap perbedaan. Bahwa dalam suatu masyarakat inklusif yang terdiri
dari beberapa perbedaan; seperti agama, ras, suku dan budaya. Bagaimana kita
menerima dan menghargai perbedaan itu, sehingga kita mampu disebut
masyarakat inklusif.
15
perbedaan tersebut. Karena secara empiris di lapangan masih ada hak-hak yang
belum terakomodir secara baik dan juga perlindungan sosial yang belum optimal
dan maksimal yang mereka terima.
16
diharapkan tidak saja mampu melihat kekurangan, tetapi juga melihat potensi dan
kekuatan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas. Mewujudkan masyarakat
inklusif dalah sebuah upaya yang sangat baik dalam memberdayakan dan
mensejahterakan penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari, penyandang
disabilitas telah mengalami kesulitan baik dari segi penyediaan infrastruktur
maupun sikap masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
pada diri anak termasuk ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Bukan
hanya ranah kognitif saja.
3.2 Saran
18
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam pembuatan
Makalah ini kemudian kami mohon maaf jika ada kesalahan dan ketidak
benaran dari pembahasan kami serta penulisan kami yang kurang dapat di
mengetri, oleh sebab itu untuk memperbaiki dalam pembuatan. Makalah
ini selanjutnya kami meminta kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
https://dika96.wordpress.com/2010/11/29/pendidikan-inklusi/
https://www.kartunet.com/apa-dan-siapa-masyarakat-inklusif-1068/
http://dinsos.riau.go.id/web/index.php?
option=com_content&view=article&id=379:membangun-masyarakat-
inklusif-adil-dan-berkesinambungan-bagi-penyandang-disabilitas-untuk-
indonesia-yang-lebih-baik-oleh-dodi-ahmad-
kurtubi&catid=17&Itemid=117
19