Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat, karunia, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.
Oleh karena itu, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif panduan
dan menambah wawasan kita semua.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
pendidikan inklusif sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan atas keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh sebab itu saran dan
kritik dari pembaca kami terima dengan hati terbuka.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
BAB I.......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................................................ 5
BAB II......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN......................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Pendidikan Inklusif.................................................................................................... 6
B. Tujuan Pendidikan Inlusif............................................................................................................ 8
C. Sasaran Pendidikan Inklusif............................................................................................................
D. Manfaat Pendidikan Inklusif........................................................................................................ 9
E. Tantangan Pendidikan Inklusif……………………………………………………………………….…………………………10
F. Landasan Pendidikan Inklusif………………………………………………………………………………………………………
BAB III..................................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta
mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustawan,
2012: 7). Menurut Smart (2010) pendidikan inklusi adalah pendidikan pada sekolah umum yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum
dalam satu kesatuan yang sistematik. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi juga
dapat dimaknai sebagai reformasi pendidikan tanpa diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan
kesempatan, pendidikan yang berkeadilan, dan perluasan akses pendidikan untuk semua,
peningkatan mutu pendidikan, serta merupakan upaya yang sangat strategis dalam
menuntaskan wajib belajar 9 tahun (Suriansyah, 2012: 1). Pendidikan inklusi dapat menjadi
jembatan untuk mewujudkan pendidikan untuk semua (EFA), tanpa ada seorangpun yang
tertinggal dari layanan pendidikan (Kemendikbud, 2012: 70). Upaya pembaharuan sistem
pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan hak setiap anak
untuk mendapatkan layanan pendidikan. Melalui
pernyataan dan kesepakatan dalam Deklarasi
Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri
pendidikan sedunia yaitu penegasan kembali atas
Deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan
Peraturan Standar PBB tahun 1993 yaitu
memberikan kesempatan yang sama bagi individu
berkelainan untuk memperoleh pendidikan secara
terpadu. Deklarasi Salamanca menekankan bahwa
selama memungkinkan, semua anak selayaknya
belajar bersama-sama tanpa melihat perbedaan
antara satu dan lainnya (Alfian, 2013: 73-74).
Di Indonesia, hak memperoleh pendidikan
tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5
ayat 1 sd 4 yang menegaskan bahwa: 1) Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu; 2) Warga
negara yang memiliki keterbatasan baik fisik, sosial,
emosional juga berhak memperoleh pendidikan
khusus; 3) Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhal memperoleh pendidikan layanan khusus; 4)
Warga negara yang memiliki potensial kecerdasan
3
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus (Sisdiknas, 2003: 20).
Sejalan dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Permendiknas Nomor
70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif adalah
sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua yang
memiliki kelainan, potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Bertujuan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Serta mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Inklusi berasal dari bahasa inggris yaitu
“inclusion” yang dapat berarti sebagai penerimaan
anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam
kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep
diri atau visi misi sekolah (Smith, 2009: 45).
4
Kustawan (2012) memberikan pengertian bahwa
pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang
terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi
semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-
masing individu. Oleh sebab itu, pendidikan inklusif
memungkinkan semua anak dapat belajar bersama-
sama, baik di kelas atau sekolah formal maupun
nonformal yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing anak.
Dieni (2015: 113) menyatakan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah
inklusif, peserta didiknya terdiri atas anak normal
dan ABK, selain guru kelas dan guru mata pelajaran,
perlu didukung oleh tenaga pendidik keahlian
khusus dalam proses pembelajaran dan pembinaan
ABK secara umum. Salah satu tenaga khusus yang
diperlukan adalah Guru Pembimbing Khusus (GPK)
yang bertugas sebagai pendamping guru kelas dan
guru mata pelajaran dalam melayani ABK agar
potensi yang dimiliki berkembang secara optimal.
Faktor tenaga pendidik memiliki peran yang sangat
besar dalam pencapaian kualitas pendidikan secara
umum. Standar kompetensi guru adalah suatu
ukuran yang dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan
fungsional
sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang
pendidikan. Serta mutu pendidikan inklusi secara
umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
kurikulum, kualitas tenaga pendidik, sarana-
prasarana, dana, manajemen, lingkungan dan proses
pembelajaran (Majid, 2008: 6).
B. Rumus masalah
c. Tujuan
PEMBAHASAN
Istilah Inklusi memiliki makna yang sangat luas. Pengertian inklusi digunakan sebagai sebuah
pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka,
mengajak masuk dan mengikut sertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang,
karakteristik, kemampuan,status, kondisi, etnik, budaya.Konsep inklusi muncul karena adanya
prilaku bersifat eksklusi atau peminggiran orang-orang tertentu oleh masyarakat atau Negara
yang diluar nalar kewarasan.
mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi yaitu Conventional on the Right of Person
with Disabilities and optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Yang mana pada pasal
24 dalam konvensi ini dijelaskan bahwa setiap Negara berkewajiban untuk menyelenggarakan
sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Pendidikan Inklusi adalah suatu
pendekatan pendidikan yang inovatif dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi
semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang cacat. Hermawan menjelaskan
bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menggunakan pendekatan yang berupaya
mengubah sistem pendidikan dengan menghilangkan hambatan yang dapat mencegah setiap
siswa untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam pendidikan. Pendidikan Inklusi adalah sebuah
dimensi dari pendidikan berkualitas berbasis hak yang menekankan kesetaraan dalam akses dan
partisipasi, dan secara positif merespon kebutuhan belajar individu serta kompetensi seluruh
anak.
Pendidikan inklusif berpusat pada anak dan menempatkan tanggung jawab adaptas pada sistem
pendidikan, bukan pada masing-masing anak. Bersama-sama sector lain dan masyarakat yang
lebih luas, ia bekerja secara aktif untuk memastikan bahwa setiap anak, apapun jenis kelamin,
bahasa, kemampuan, agama, kebangsaan, atau karakteristik lain yang dimilikinya, mendapat
dukungan untuk berpartisipasi secara berarti dan belajar bersama teman sebayanya, serta
berkembang mewujudkan potensi mereka. Pendidikan inklusi adalah proses yang berlangsung
secara terencana dan terarah dimana ruang lingkup penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) bersama dengan teman sebaya tidak hanya berfokus pada keterbatasan saja, akan tetapi
bagaimana memberikan layanan secara utuh pada pribadi manusia selain keterbatasan/
kekurangan sekaligus memaksimalkan potensi dan kelebihan yang dimiliki.
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara adalah anak yang mengalami hambatan
belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. misalnya anak
yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat
belajar titik pengalaman traumatis seperti ini bersifat sementara, tapi apabila anak ini tidak boleh
intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. seperti ini merupakan layanan
pendidikan berkebutuhan khusus yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang
dialaminya, tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. di sekolah banyak sekali anak-
anak yang punya kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka
memerlukan pendidikan yang disesuaikan, yang disebut pendidikan berkebutuhan khusus
Contoh lain anak baru masuk kelas 1 sekolah dasar yang mengalami kehidupan 2 bahasa titik di
sekolah anak pertama mereka sejarah bahasa indonesia sedangkan lelaki yang berbahasa bahasa
jawa, sunda, bali, madura. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam
belajar membaca permulaan bahasa indonesia titik saat seperti ini pun dapat dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus sementara atau temporer.
oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan atau pendidikan khusus.
apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi
anak ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus permanen. Anak berkebutuhan khusus
temporer mengalami karakteristik seperti: anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
akibat sering menerima kekerasan dalam rumah tangga, mengalami kesulitan konsentrasi karena
sering diperlakukan kasar oleh orang tua mengalami kesulitan kumulatif dalam membaca dan
berhitung akibat kekeliruan guru dalam mengajar, dan anak-anak yang mengalami trauma akibat
dari bencana alam yang mereka alami.
Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa pendidikan kebutuhan khusus tidak hanya
ditujukan kepada mereka yang betul-betul mengalami cacat secara fisik maupun mental tetapi
juga dikarenakan faktor-faktor eksternal. pendidikan kebutuhan khusus berlaku bagi setiap anak
yang memiliki masalah dalam tumbuh dan kembangnya. oleh karena itu pendidik orang tuaku
masyarakat harus mencermati keadaan ini agar tidak berlarut terlalu lama. anak berkebutuhan
temporer kebutuhan khusus temporer membutuhkan penanganan yang lebih spesifik dari anak
sama lainnya.
Pendidikan sekolah inklusif membantu anak-anak dengan dan tanpa hambatan tumbuh dan hidup
bersama. Menurut Garinda (2015), beberapa manfaat pendidikan inklusif adalah:
Meski memiliki beragam manfaat, namun pada kenyataannya pendidikan atau sekolah inklusi
Indonesia masih mengalami kendala yang menghambat proses belajar dalam sekolah inklusi.
Lantas apa saja tantangan bagi sekolah inklusi Indonesia?
Tak sedikit masyarakat yang masih belum memahami peran dan dan kehadiran pendidikan
inklusif sehingga mereka tidak bisa mengambil sikap yang tepat. Tentu ini menjadi hambatan,
karena alih-alih mendapatkan dukungan masyarakat, justru masyarakat sendiri tidak mengetahui
hal ini.
2. Keterbatasan Pengetahuan serta Keterampilan Guru
Seperti yang diketahui bahwa sekolah inklusi memang bukan dikhususkan untuk anak-anak
disabilitas, sehingga keterbatasan pengetahuan serta keterampilan guru akan kebutuhan anak-
anak disabilitas membuat mereka kesulitan untuk memberikan layanan terbaik kepada anak
disabilitas.
Lagi-lagi guru harus bisa belajar dan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik. Meskipun
tidak mudah dan membutuhkan tenaga lebih, namun jika dilakukan dengan baik maka hasilnya
bisa optimal. Guru harus lebih sabar dalam menyampaikan materi, menciptakan kelas yang
kondusif, serta memastikan setiap siswa mendapat perhatian yang sama.
Salah satu hal yang menghambat proses pembelajaran di sekolah inklusi bagi anak-anak
berkebutuhan khusus selanjutnya yaitu karena sarana dan prasarana sekolah yang belum lengkap
dan belum sepenuhnya fleksibel bagi anak disabilitas. Kekurangan sarana dan prasarana sekolah
membuat anak-anak berkebutuhan khusus merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh sebab itu, sekolah harus memastikan bahwa sarana dan prasarana terpenuhi
Berdasarkan kondisi ini maka dibutuhkan upaya yang sistematik untuk membudayakan
pendidikan inklusif dengan harapan pendidikan inklusif bisa berjalan lebih baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidkan inklusif
mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal,
diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan atau
yang memerlukan pendidkan layanan khusus.
2.Manfaat pendidikan inklusif antara lain: Membangun kesadaran dan konsensus
pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang
diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis
situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah, mengidentifikasi hambatan
berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan
pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring
mutu pendidikan bagi semua anak
B.Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari makalah ini dan
tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan inklusif. Semoga pembaca bisa
terus menggali wawasanya dengan terus mencari referensi lain selain dari makalah ini.
Daftar Pustaka
Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi.
https://media.neliti.com/media/publications/172016-ID-guru-pembimbing-khusus-gpk-
pilar-pendidi.pdf
pembimbing-khusus-dalam-inklusi#:~:text=penyelenggaraan%20sekolah%20inklusif.-
,Guru%20Pembimbing%20Khusus%20adalah%20guru%20yang%20memiliki%20kualifika
si%20%2Flatar%20belakang,dilakukan%20oleh%20guru%20pada%20umumnya.
http://eprints.umm.ac.id/38132/3/BAB%20II.pdf
https://repository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdf
http://eprints.ums.ac.id/58904/3/03.%20BAB%20I.pdf