Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat, karunia, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.
Oleh karena itu, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif panduan
dan menambah wawasan kita semua.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
pendidikan inklusif sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan atas keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh sebab itu saran dan
kritik dari pembaca kami terima dengan hati terbuka.

Sengkang, 1 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
BAB I.......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................................................................ 5
BAB II......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN......................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Pendidikan Inklusif.................................................................................................... 6
B. Tujuan Pendidikan Inlusif............................................................................................................ 8
C. Sasaran Pendidikan Inklusif............................................................................................................
D. Manfaat Pendidikan Inklusif........................................................................................................ 9
E. Tantangan Pendidikan Inklusif……………………………………………………………………….…………………………10
F. Landasan Pendidikan Inklusif………………………………………………………………………………………………………
BAB III..................................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta
mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu (Kustawan,
2012: 7). Menurut Smart (2010) pendidikan inklusi adalah pendidikan pada sekolah umum yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus pada sekolah umum
dalam satu kesatuan yang sistematik. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi juga
dapat dimaknai sebagai reformasi pendidikan tanpa diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan
kesempatan, pendidikan yang berkeadilan, dan perluasan akses pendidikan untuk semua,
peningkatan mutu pendidikan, serta merupakan upaya yang sangat strategis dalam
menuntaskan wajib belajar 9 tahun (Suriansyah, 2012: 1). Pendidikan inklusi dapat menjadi
jembatan untuk mewujudkan pendidikan untuk semua (EFA), tanpa ada seorangpun yang
tertinggal dari layanan pendidikan (Kemendikbud, 2012: 70). Upaya pembaharuan sistem
pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan hak setiap anak
untuk mendapatkan layanan pendidikan. Melalui
pernyataan dan kesepakatan dalam Deklarasi
Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri
pendidikan sedunia yaitu penegasan kembali atas
Deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan
Peraturan Standar PBB tahun 1993 yaitu
memberikan kesempatan yang sama bagi individu
berkelainan untuk memperoleh pendidikan secara
terpadu. Deklarasi Salamanca menekankan bahwa
selama memungkinkan, semua anak selayaknya
belajar bersama-sama tanpa melihat perbedaan
antara satu dan lainnya (Alfian, 2013: 73-74).
Di Indonesia, hak memperoleh pendidikan
tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5
ayat 1 sd 4 yang menegaskan bahwa: 1) Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu; 2) Warga
negara yang memiliki keterbatasan baik fisik, sosial,
emosional juga berhak memperoleh pendidikan
khusus; 3) Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhal memperoleh pendidikan layanan khusus; 4)
Warga negara yang memiliki potensial kecerdasan

3
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus (Sisdiknas, 2003: 20).
Sejalan dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Permendiknas Nomor
70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif adalah
sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua yang
memiliki kelainan, potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Bertujuan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Serta mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Inklusi berasal dari bahasa inggris yaitu
“inclusion” yang dapat berarti sebagai penerimaan
anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam
kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep
diri atau visi misi sekolah (Smith, 2009: 45).
4
Kustawan (2012) memberikan pengertian bahwa
pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang
terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi
semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-
masing individu. Oleh sebab itu, pendidikan inklusif
memungkinkan semua anak dapat belajar bersama-
sama, baik di kelas atau sekolah formal maupun
nonformal yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing anak.
Dieni (2015: 113) menyatakan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah
inklusif, peserta didiknya terdiri atas anak normal
dan ABK, selain guru kelas dan guru mata pelajaran,
perlu didukung oleh tenaga pendidik keahlian
khusus dalam proses pembelajaran dan pembinaan
ABK secara umum. Salah satu tenaga khusus yang
diperlukan adalah Guru Pembimbing Khusus (GPK)
yang bertugas sebagai pendamping guru kelas dan
guru mata pelajaran dalam melayani ABK agar
potensi yang dimiliki berkembang secara optimal.
Faktor tenaga pendidik memiliki peran yang sangat
besar dalam pencapaian kualitas pendidikan secara
umum. Standar kompetensi guru adalah suatu
ukuran yang dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan
fungsional
sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang
pendidikan. Serta mutu pendidikan inklusi secara
umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
kurikulum, kualitas tenaga pendidik, sarana-
prasarana, dana, manajemen, lingkungan dan proses
pembelajaran (Majid, 2008: 6).

B. Rumus masalah

1.apa itu pendidikan inklusif

2.apa tujuan pendidikan inklusif

3.apa sasaran pendidikan inklusif

4.apa manfaat pendidikan inklusif

5.apa tantangan pendidikan inklusif

6.apa landasan pendidikan inklusif

c. Tujuan

1.memahami apa itu pendidikan inklusif

2.mengetahui tujuan pendidikan inklusif

3.mengetahui sasaran pendidikan inklusif

4.mengetahui manfaat pendidikan inklusif

5.mengetahui tantangan pendidkan inklusif

6.memahami landasan pendidikan inklusif


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendidikan Inklusif

Istilah Inklusi memiliki makna yang sangat luas. Pengertian inklusi digunakan sebagai sebuah
pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka,
mengajak masuk dan mengikut sertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang,
karakteristik, kemampuan,status, kondisi, etnik, budaya.Konsep inklusi muncul karena adanya
prilaku bersifat eksklusi atau peminggiran orang-orang tertentu oleh masyarakat atau Negara
yang diluar nalar kewarasan.

Peminggiran dan pemarginalan orang-orang tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan sosial


memunculkan perjuangan inklusi.Inklusi adalah sebuah proses (inclusion is process).Artinya
inklusi adalahsebagai proses yang berkelanjutan secara terus menerus untuk mencari dan
menemukan cara terbaik dalam keberagaman. Ini tentang bagaimana cara hidup dengan
perbedaan dan belajar dari perbedaan tersebut. Proses belajar yang dilakukan oleh individu
dengan berbagai karakteristik difasilitasi dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai
potensi yang dimiliki. Istilah inklusi mulai merambah ke dunia pendidikan juga berdasarkan
kesepakatan internasional yang

mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi yaitu Conventional on the Right of Person
with Disabilities and optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Yang mana pada pasal
24 dalam konvensi ini dijelaskan bahwa setiap Negara berkewajiban untuk menyelenggarakan
sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Pendidikan Inklusi adalah suatu
pendekatan pendidikan yang inovatif dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi
semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang cacat. Hermawan menjelaskan
bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menggunakan pendekatan yang berupaya
mengubah sistem pendidikan dengan menghilangkan hambatan yang dapat mencegah setiap
siswa untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam pendidikan. Pendidikan Inklusi adalah sebuah
dimensi dari pendidikan berkualitas berbasis hak yang menekankan kesetaraan dalam akses dan
partisipasi, dan secara positif merespon kebutuhan belajar individu serta kompetensi seluruh
anak.

Pendidikan inklusif berpusat pada anak dan menempatkan tanggung jawab adaptas pada sistem
pendidikan, bukan pada masing-masing anak. Bersama-sama sector lain dan masyarakat yang
lebih luas, ia bekerja secara aktif untuk memastikan bahwa setiap anak, apapun jenis kelamin,
bahasa, kemampuan, agama, kebangsaan, atau karakteristik lain yang dimilikinya, mendapat
dukungan untuk berpartisipasi secara berarti dan belajar bersama teman sebayanya, serta
berkembang mewujudkan potensi mereka. Pendidikan inklusi adalah proses yang berlangsung
secara terencana dan terarah dimana ruang lingkup penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) bersama dengan teman sebaya tidak hanya berfokus pada keterbatasan saja, akan tetapi
bagaimana memberikan layanan secara utuh pada pribadi manusia selain keterbatasan/
kekurangan sekaligus memaksimalkan potensi dan kelebihan yang dimiliki.

Penanganan diri Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sekaligus memperkenalkan dan


mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan lingkungan sekitar tentang keberadaan
mereka.Semakin awal pengakuan dan penerimaan masyarakat terhadap keberadaan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) maka ABK akan lebih cepat menyesuaikan diri dan fokus utama
terhadap kelebihan dibandingkan dengan kekurangan seperti tujuan pendidikan akan tercapai.

B.Tujuan Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan.
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak termasuk anak
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar
3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan
angka tinggal kelas dan putus sekolah.
4. Menciptakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 31 ayat 1 yang
berbunyi ‘setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyi setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. UU no
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. ‘UU No
23/2002 tentang perlindungan Anak, khususnya pasal 51 yang berbunyi anak yang menyandang
cacat fisik dan atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksessibilitas untuk
memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

C. Sasaran pendidikan inklusif

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara adalah anak yang mengalami hambatan
belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. misalnya anak
yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat
belajar titik pengalaman traumatis seperti ini bersifat sementara, tapi apabila anak ini tidak boleh
intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. seperti ini merupakan layanan
pendidikan berkebutuhan khusus yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang
dialaminya, tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. di sekolah banyak sekali anak-
anak yang punya kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena itu mereka
memerlukan pendidikan yang disesuaikan, yang disebut pendidikan berkebutuhan khusus

Contoh lain anak baru masuk kelas 1 sekolah dasar yang mengalami kehidupan 2 bahasa titik di
sekolah anak pertama mereka sejarah bahasa indonesia sedangkan lelaki yang berbahasa bahasa
jawa, sunda, bali, madura. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam
belajar membaca permulaan bahasa indonesia titik saat seperti ini pun dapat dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus sementara atau temporer.

oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan atau pendidikan khusus.
apabila hambatan belajar membaca seperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi
anak ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus permanen. Anak berkebutuhan khusus
temporer mengalami karakteristik seperti: anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
akibat sering menerima kekerasan dalam rumah tangga, mengalami kesulitan konsentrasi karena
sering diperlakukan kasar oleh orang tua mengalami kesulitan kumulatif dalam membaca dan
berhitung akibat kekeliruan guru dalam mengajar, dan anak-anak yang mengalami trauma akibat
dari bencana alam yang mereka alami.

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa pendidikan kebutuhan khusus tidak hanya
ditujukan kepada mereka yang betul-betul mengalami cacat secara fisik maupun mental tetapi
juga dikarenakan faktor-faktor eksternal. pendidikan kebutuhan khusus berlaku bagi setiap anak
yang memiliki masalah dalam tumbuh dan kembangnya. oleh karena itu pendidik orang tuaku
masyarakat harus mencermati keadaan ini agar tidak berlarut terlalu lama. anak berkebutuhan
temporer kebutuhan khusus temporer membutuhkan penanganan yang lebih spesifik dari anak
sama lainnya.

D.Manfaat pendidikan inklusif

Pendidikan sekolah inklusif membantu anak-anak dengan dan tanpa hambatan tumbuh dan hidup
bersama. Menurut Garinda (2015), beberapa manfaat pendidikan inklusif adalah:

Manfaat Bagi Siswa

 Anak-anak mengembangkan persahabatan, persaudaraan, dan belajar bagaimana bermain


dan berinteraksi satu sama lain.
 Anak-anak mempelajari bagaimana harus bersikap toleran terhadap orang lain.
 Anak-mengembangkan citra yang lebih positif dari diri mereka sendiri dan mempunyai
sikap yang sehat tentang keunikan yang ada pada orang lain.
 Melatih dan membiasakan untuk menghargai dan merangkul perbedaan dengan
menghilangkan budaya labeling atau memberi cap negatif pada orang lain.
 Anak-anak mempelajari model dari orang-orang yang berhasil, meskipun mereka
memiliki tantangan dan hambatan.
 Memunculkan rasa percaya diri melalui sikap penerimaan dan pelibatan di dalam kelas.
 Anak-anak dengan kebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan
baru dengan mengamati dan meniru anak-anak lain.
 Anak-anak didorong untuk menjadi lebih berakal, kreatif dan kooperatif.

Manfaat Bagi Guru

 Guru berkembang secara profesional dengan mengembangkan keterampilan baru dan


memperluas perspektif mereka tentang perkembangan anak.
 Guru memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mengembangkan kemitraan dengan
masyarakat lain.
 Guru belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dengan bekerja sebagai tim.
 Guru membangun hubungan yang kuat dengan orang tua.
 Guru berusaha meningkatkan kredibilitas mereka sebagai seorang profesional yang
berkualitas.
 Guru senantiasa mengembangkan kreativitas dalam mengelola pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas.
 Guru tertantang untuk terus menerus belajar melalui perbedaan yang dihadapi di kelas.
 Guru terlatih dan terbiasa untuk memiliki budaya kerja yang positif, kreatif, inovatif,
fleksibel, dan akomodatif terhadap semua anak didiknya dengan segala perbedaan.

Manfaat Bagi Orang Tua dan Keluarga

 Menjadi lebih mengetahui sistem belajar di sekolah.


 Meningkatkan kepercayaan terhadap guru dan sekolah.
 Memperkuat tanggung jawab pendidikan anak di sekolah dan di rumah.
 Mengetahui dan mengikuti perkembangan belajar anak.
 Semakin terbuka dan ramah bekerja sama dengan guru.
 Mempermudah mengajak anak belajar di sekolah.
 Semua keluarga harus belajar untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan
anak.
 Semua keluarga senang melihat anak-anak mereka berteman dengan kelompok yang
beragam anak-anak.
 Semua keluarga memiliki kesempatan untuk mengajar anak-anak mereka tentang
perbedaan-perbedaan individual dan keberagaman.

E.Tantangan Sekolah Inklusi

Meski memiliki beragam manfaat, namun pada kenyataannya pendidikan atau sekolah inklusi
Indonesia masih mengalami kendala yang menghambat proses belajar dalam sekolah inklusi.
Lantas apa saja tantangan bagi sekolah inklusi Indonesia?

1. Pemahaman Tentang Pendidikan Inklusif

Tak sedikit masyarakat yang masih belum memahami peran dan dan kehadiran pendidikan
inklusif sehingga mereka tidak bisa mengambil sikap yang tepat. Tentu ini menjadi hambatan,
karena alih-alih mendapatkan dukungan masyarakat, justru masyarakat sendiri tidak mengetahui
hal ini.
2. Keterbatasan Pengetahuan serta Keterampilan Guru

Seperti yang diketahui bahwa sekolah inklusi memang bukan dikhususkan untuk anak-anak
disabilitas, sehingga keterbatasan pengetahuan serta keterampilan guru akan kebutuhan anak-
anak disabilitas membuat mereka kesulitan untuk memberikan layanan terbaik kepada anak
disabilitas.

Lagi-lagi guru harus bisa belajar dan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik. Meskipun
tidak mudah dan membutuhkan tenaga lebih, namun jika dilakukan dengan baik maka hasilnya
bisa optimal. Guru harus lebih sabar dalam menyampaikan materi, menciptakan kelas yang
kondusif, serta memastikan setiap siswa mendapat perhatian yang sama.

3. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Belum Lengkap

Salah satu hal yang menghambat proses pembelajaran di sekolah inklusi bagi anak-anak
berkebutuhan khusus selanjutnya yaitu karena sarana dan prasarana sekolah yang belum lengkap
dan belum sepenuhnya fleksibel bagi anak disabilitas. Kekurangan sarana dan prasarana sekolah
membuat anak-anak berkebutuhan khusus merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh sebab itu, sekolah harus memastikan bahwa sarana dan prasarana terpenuhi

Berdasarkan kondisi ini maka dibutuhkan upaya yang sistematik untuk membudayakan
pendidikan inklusif dengan harapan pendidikan inklusif bisa berjalan lebih baik.

      F.Landasan Pendidikan Inklusi


Penerapan pendidikan inklusif di Indonesia dilandasi oleh:
1.        Landasan filosofis
Landasan filosofis bagi pendidikan Inklusif di Indonesia yaitu:
a.       Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang Negara burung Garuda yang
berarti “bhineka tunggal ika”. Keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi,
dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam
NKRI.
b.      Pandangan agama (khususnya islam): manusia dilahirkan dalam keadaan suci, kemuliaan
manusia di hadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi takwanya, allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri, manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling
silaturrahmi.
c.       Pandangan universal hak azasi manusia menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai hak
untuk hidup layak, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
d.      Pendidikan inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan multikulturalyang
dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda
suku, budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis.
2. Landasan pedagogis
Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Jadi melalui pendidikan, peserta
didika berkelaian dibentuk menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab,
yaitu individu yang mampu menghargai peerbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan
ini mustahil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-
sekolah khusus. Betapapun kecilnya, mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya
    Landasan yuridis
a.       Nasional
1)      UUD 1945 (amandemen) pasal 31
a)      Ayat(1): “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
b)      Ayat(2): “setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”
2)      UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 5
a)      Ayat(1): setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu
b)      Ayat(2): warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, intelektual, dan atau social
berhak memperoleh pendidikan khusus
c)      Ayat(3): warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
d)     Ayat(4): warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
3. Psikologis
Tujuan luhur pendidikan inklusif berdasarkan keunikan setiap individu termasuk dalam tahapan
perkembangan sejalan dengan faham ilmu psikologi yang referensinya menekankan bahwa setiap
individu akan tumbuh berdasarkan sesuai dengan ritme serta karakteristik khas masing-masing
.
4.Landasan yuridis
a.       Nasional
1)      UUD 1945 (amandemen) pasal 31
a)      Ayat(1): “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
b)      Ayat(2): “setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”
2)      UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 5
a)      Ayat(1): setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu
b)      Ayat(2): warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, intelektual, dan atau social
berhak memperoleh pendidikan khusus
c)      Ayat(3): warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
d)     Ayat(4): warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
5.Landasan empiris
Penelitian tentang inklusi telah banyak dilakukan di Negara-negara barat sejak 1980-an, namun
penelitian yang berskala besar yang dipelopori oleh the National Academy of Science (AS).
Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas
atau tempat khusus tidak effective dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan agar
pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang
tepat (Heller, Holtzman & Messick, 1982). Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa
sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepa, karena
karakteristik mereka yang sangat heterogen (Baker, Wang, dan Walberg, 1994/1995)
Prisoner (2003) yang melakukan survey pada kepala sekolah tentang sikap mereka terhadap
pendidikan inklusif menemukan bahwa hanya satu dari lima sekolah tersebut yang memiliki
sikap postif tentang penerapan pendidikan inklusif. Dalam suatu penelitian menemukan bahwa
guru-guru dalam sekolah inklusif lebih memiliki sikap positif terhadap peran guru inklusi dan
dampaknya daripada guru pada sekolah regular. Meyer (2001) mengatakan bahwa siswa yang
memiliki kecacatan yang cukup ditemukan untuk memiliki keberhasilan yang lebih besar
manakala mereka memperoleh pendidikan dalam lingkungan yang menerima mereka khususnya
yang berkaitan dengan hubungan social dan persahabatan mereka dengan masyarakatnya
• Religius
AL-Quran surah An-Nur ayat 61
Tidak ada halangan bagi orang buta,tidak(pula)bagi orang pincang,tidak pula bagi orang
sakit,dan dirimu sendiri,makan(Bersama-sama merka) dirumah kamu sendiri atau dirumah
bapak-bapakmu,dirumah ibu-ibumu,dirumah saudara-saudaramu
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan  bakat
istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidkan inklusif
mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal,
diperuntukan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan atau
yang memerlukan pendidkan layanan khusus.
2.Manfaat pendidikan inklusif antara lain: Membangun kesadaran dan konsensus
pentingnya pendidikan inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang
diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis
situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah, mengidentifikasi hambatan
berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan
pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan  perencanaan dan monitoring
mutu pendidikan bagi semua anak

B.Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari makalah ini dan
tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan inklusif. Semoga pembaca bisa
terus menggali wawasanya dengan terus mencari referensi lain selain dari makalah ini.

Daftar Pustaka

Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi.

https://media.neliti.com/media/publications/172016-ID-guru-pembimbing-khusus-gpk-

pilar-pendidi.pdf

Harianhaluan.com. (2015, 31 Desember). Guru Pembimbing Khusus dalam Inklusi. Diakses

pada 11 Desember 2020, dari https://www.harianhaluan.com/news/detail/46562/guru-

pembimbing-khusus-dalam-inklusi#:~:text=penyelenggaraan%20sekolah%20inklusif.-

,Guru%20Pembimbing%20Khusus%20adalah%20guru%20yang%20memiliki%20kualifika

si%20%2Flatar%20belakang,dilakukan%20oleh%20guru%20pada%20umumnya.
http://eprints.umm.ac.id/38132/3/BAB%20II.pdf

Intan Nawangwulan. 2019. Proses Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah

Inklusi: Studi Deskriptif [skripsi]. Universitas Sanata Dharma. Diakses dari

https://repository.usd.ac.id/35512/2/151134068_full.pdf

http://eprints.ums.ac.id/58904/3/03.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai