DOSEN PENGAMPU :
1. ELISA GUSTIANTI
2. NADIA DHINI RAMADHANI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana optimalisasi peran dan tugas Guru Pembimbing Khusus
(GPK) di sekolah inklusi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
luasnya kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan
yang bermutu untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi.
3
sekolah ini mengikutsertakan ABK belajar bersama dengan siswa reguler lainnya.
Hal tersebut dilakukan untuk melatih sosialisasi dan komunikasi ABK dengan
siswa reguler lainnya. Sarana dan prasarana di sekolah ini dapat terpenuhi 13 yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa reguler maupun ABK. Selain itu pihak
sekolah dituntut untuk bekerja sama dengan profesi atau sumber daya lainnya agar
pelaksanaan pendidikan inklusi mampu berjalan dengan baik.
4
didik, (3) melaksanakan pendampingan anak berkelainan pada kegiatan pem-
belajaran bersama-sama dengan guru kelas/guru mata pelajaran/guru bidang studi,
(4) memberikan bantuan layanan khusus bagi anak-anak berkelainan yang menga-
lami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa
remidi ataupun pengayaan, (5) memberikan bimbingan secara berkesinambungan
dan membuat catatan khusus kepada anak-anak berkelainan selama mengikuti
kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru, (6)
memberikan bantuan (berbagi pengalaman) pada guru kelas dan/atau guru mata
pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak
berkelainan.
Adanya kewajiban berupa tugas, tentunya juga harus dibarengi adanya hak
yang harus diperoleh oleh Guru Pembimbing Khusus (GPK) menyangkut pelak-
sanaan tugas-tugasnya. GPK perlu pengakuan atas tugas yang dilaksanakan, baik
berupa SK sebagai GPK dari dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan setempat.
Selanjutnya juga pengakuan atas jam mengajar di sekolah inklusi yang
berhubungan langsung dengan Angka Kredit sebagai bahan untuk kenaikan pang-
kat. Disisi lain, GPK disamping bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai
sekolah induknya, mereka juga harus datang ke sekolah inklusi yang menjadi tang-
gung jawabnya. Tidak jarang, jarak yang ditempuh tidaklah dekat, artinya tidak
bisa hanya dengan berjalan kaki. Berkaitan dengan hal tersebut tidak dipungkiri
mereka harus mengeluarkan biaya perjalanan, hal ini diharapkan menjadi perhatian,
khususnya dari pemangku tugas yang diberi wewenang dalam penyelenggaraan
sekolah inklusi.
Hal lain yang juga mesti jadi perhatian bagi penyelenggara sekolah inklusi
adalah, penerimaan dan pengakuan warga sekolah terhadap keberadaan Guru Pem-
bimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi. Kehadiran mereka dinantikan dan di-
butuhkan oleh warga sekolah khususnya guru kelas dan guru mata pelajaran.
Mereka dalam bertugas bukan berdiri sendiri, namun saling berkolaborasi dalam
menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Tidak jarang terjadi misunderstanding antara pihak sekolah inklusi mengenai
peran dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolahnya. Tanggung jawab ter-
hadap anak berkebutuhan khusus dikelasnya tetap dipegang oleh guru kelas, bukan
diserahkan sepenuhnya kepada GPK. Melainkan antara guru kelas dan GPK saling
bekerjasama dalam melayani anak berkebutuhan khusus, mulai dari
mengidentifikasi anak, mengasesmen anak, sampai kepada menyusun Program
Pembelajaran Individual (PPI) bagi anak tersebut. Program Pembelajaran Indi-
5
vidual (PPI) ini terkadang juga tidak semua anak berkebutuhan khusus membu-
tuhkannya. Disinilah GPK berperan yaitu sebagai tempat berbagi pengalaman bagi
guru kelas dan guru mata pelajaran, karena tidak semua guru di sekolah reguler
paham siapa dan bagaimana menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus serta apa
pembelajaran yang dibutuhkan mereka sesuai dengan kekhususan anak tersebut.
2.3 Isu
Peran dan tugas guru pembimbing khusus (GPK) dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi sangat penting dan berarti. Namun, pelaksanaan peran dan tugas
GPK masih belum optimal karena adanya penambahan peran dan tugas GPK sebagai
guru kelas, serta kesejahteraan dan keberlanjutan karier guru pembimbing khusus
(GPK) yang masih belum diperhatikan. Selain itu, di beberapa sekolah inklusi masih
ditemukan kekosongan guru pembimbing khusus (GPK) yang akan memberikan
pengaruh atau dampak yang berarti dalam keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
inklusi di sekolah tersebut.
Dampak terbesar dialami pada pembelajaran anak berkebutuhan khusus
karena dengan tidak tersedianya guru pembimbing khusus, kebutuhan ABK tidak
dapat terlayani dengan semestinya dan maksimal terutama kebutuhan akan
pengetahuan kompensatoris. ABK tidak mendapatkan fasilitator/mediator yang
sesuai untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka,
karena guru kelas mereka tidak memiliki kompetensi dan pemahaman tentang anak
berkebutuhan khusus. Selain dampak bagi ABK, juga berdampak bagi manajemen
sekolah inklusi. Dengan tidak adanya GPK, sekolah kehilangan satu komponen
penting dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Karena GPK merupakan satu-
satunya guru yang memiliki kompetensi untuk memahami kebutuhan dan cara
penanganan ABK dalam mengembangkan potensi diri ABK tersebut. Sehingga
pelaksanaan program kerja penyelenggaraan pendidikan inklusi pun tidak dapat
dilakukan dengan maksimal jika tanpa adanya GPK.
2.4 Solusi
Solusi atau usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut
ialah dengan melakukan perekrutan melalui kerjasama guru SLB terdekat, merekrut
guru dengan kualifikasi PLB dan guru reguler yang memperoleh pelatihan tentang
ABK dan dari klinik-klinik pendidikan atau pusat pengembangan anak. Hal ini
dikarenakan GPK merupakan satu-satunya guru yang memiliki pengetahuan,
kompetensi, kemampuan dan keterampilan dalam memahami karakteristik ABK,
menangani dan mengembangkan potensi ABK sesuai dengan karakteristik ABK
6
masing-masing. Guru yang tidak memiliki kompetensi dan keterampilan khusus
dalam pendidikan ABK akan mengalami kesulitan dalam membantu ABK di sekolah
regular. Demikian halnya dengan pengetahuan yang kurang memadai tentang ABK
akan menimbulkan persepsi yang kurang tepat yang akibatnya dapat memunculkan
sikap yang negatif terhadap ABK. Oleh karena itu adanya GPK sangat membantu
anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajarannya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa fungsi, peran dan tugas GPK dalam pendidikan inklusi sangat berarti.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa peran dan tugas guru pembimbing khusus (GPK) dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi sangat penting. Hanya saja pelaksanaan peran dan
tugas GPK masih belum optimal yang disebabkan karena adanya penambahan peran dan
tugas GPK sebagai guru kelas, serta keberlanjutan karier guru pembimbing khusus (GPK)
yang masih belum diperhatikan. Di beberapa sekolah inklusi masih ditemukan kekosongan
guru pembimbing khusus, sehingga dapat memberikan dampak dalam proses pembelajaran
anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat terlayani secara maksimal. Sehingga diperlukan
usaha untuk mengatasi dampak tersebut dengan melakukan perekrutan melalui kerjasama
guru SLB terdekat, merekrut guru dengan kualifikasi PLB dan guru reguler yang
memperoleh pelatihan tentang ABK dan dari klinik-klinik pendidikan atau pusat
pengembangan anak.
3.2 Saran
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penyusun mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penyusun dan umumnya untuk pembaca.
8
Daftar Pustaka
Zakia, Dieni Laylatul. 2015. Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi.
https://media.neliti.com/media/publications/172016-ID-guru-pembimbing-khusus-gpk-
pilar-pendidi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/38132/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/58904/3/03.%20BAB%20I.pdf