Anda di halaman 1dari 14

Makalah

KARAKTERISTIK KOMPETENSI GURU SEKOLAH INKLUSIF

(DI BUAT UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH


PENDIDIKAN INKLUSI)

Dosen Pengampu :

DELA DEVITA M.Pd

Disusun :

Sela Syapira Oktari 21862720007

Nurul Afifah Yuliana 21862720020

PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG

2022
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmatdan
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik
Kompetensi Guru Sekolah Inklusi”.

Atas terselesaikannya penulisan makalah ini kami mengucapkan banyak terima


kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah pemdidikan iklusif dan kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari ada kekurangan dalam makalah ini, oleh sebab itu saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan dikemudian hari. Kami juga
berharap semoga makalah ini mampu memberikan pencerahan dan pemahaman
tentang Guru Sekolah Inklusi yang mana memiliki karakteristik nya sendiri.

Bandar Lampung, 06 oktober 2022

Penulis

1
DAFTARA ISI

COVER………………………………………………………………………

KATA PNGHANTAR…………………………………………………….. 1

Daftar ISI…………………………………………………………………...2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………... 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….5

2.1 Teori Pendidikan Khusus……………………………………………….5

2.2 Konsep Pendidikan Inklusi……………………………………………..5

2.2.1 Pendidikan Inklusi……………………………………….................6

a. Pengertian Pendidikan Inklusi………………………………………7

b. Karakteristik Pendidikan Inklusi……………………………………8

c. Tujuan Pendidikan Inklusi…………………………………………...8

2.2.2 Guru Pembimbing Khusus…………………………………………9

a. Pengertian Guru Pembimbing Khusus…………………………….9

b. Peran dan Tugas Pembimbing Khusus……………………………9

2.3. Guru Sekolah Inklusi………………………………………………….10

2.4. Kompetensi Guru Inklusi……………………………………………..10

a. Kompetensi Kepribadian……………………………………………...10

b. Kompetensi Pedagogik………………………………………………...11

c. Kompetensi Sosial………………………………………………………11

d. Kompetensi Profesional………………………………………………..12

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………..13

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………13

3.2 Saran…………………………………………………………………...13
2
3.3DaftarPustaka………………………………………………………….14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem inklusif, kurikulum pendidikan harus bersifat fleksibel,


menyesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Sistem pendidikan
inklusif memungkinkan dilakukannya “diferensiasi pembelajaran”, baik
dari aspek metode maupun materi.Untuk merealisasikan itu semua,
sehingga keberadaan GPK sangat diperlukan.

GPK-lah yang bertugas membantu sekolah, dalam hal ini guru-guru


mata pelajaran dan guru kelas untuk melakukan differensiasi tersebut.
Ketika di sekolah inklusi tidak tersedia GPK, tentu akan timbul
permasalahan terutama untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah
tersebut. Dan diperlukan beberapa upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut yang kaitannya dengan ketersediaan GPK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas, rumusan


masalah pada makalah ini sebagai berikut “Bagaimana peran dan tugas Guru
Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi?”

1.3 Tujuan

Mengacu pada rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan bagaimana optimalisasi peran dan tugas Guru
Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Guru Pembimbing Khusus

Guru Pembimbing Khusus adalah guru yang memiliki kualifikasi /latar


belakang pendidikan luar biasa yang bertugas menjembatani kesulitan Anak
Berkesulitan Belajar (ABK) dan guru kelas/mapel dalam proses pembelajaran
serta melakukan tugas khusus yang tidak dilakukan oleh guru pada umumnya.
Subagya (2011). Dengan demikian, mengingat pentingnya peran dan tugas dari
Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam penyelenggaraan sekolah inklusi, yang
mencakup segala permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah. Maka
antara kewajiban dan hak mereka semestinyalah adanya keseimbangan. Sesuatu
yang telah seimbang, alhasilnya akan dipetik sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya anggaran tersendiri bagi Guru Pembimbing Khusus


(GPK) sesuai kapasitasnya sebagai GPK, maka sekolah inklusi yang sebenarnya
akan terwujud, bukan sekedar pelabelan dan formalitas semata.

2.2 Konsep Guru Pembimbing Khusus

2.2.1 Pendidikan Inklusi

a) Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang


memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama
dengan anak reguler di sekolah reguler. Tujuan pendidikan inklusi
adalah untuk menyertakan anak berkebutuhan khusus dengan anak
reguler tanpa perbedaan. Kustawan dan Hermawan (2013: 5)
mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi adalah suatu sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberi kesempatan pada seluruh
peserta didik yang memiliki kelainan dan mempunyai potensi
kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersamasama
dengan peserta didik lainnya. Sedangkan Ilahi (2013: 27) menekankan
bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di
sekolahsekolah terdekat, direguler bersama-sama dengan teman
seusianya. Dari pengertian tersebut, pendidikan inklusi adalah sekolah
yang mengadopsi pendidikan untuk semua anak bisa belajar

5
dilingkungan yang smaa tanpa adanya diskrimisatif untuk mewujudkan
kesempatan dan saling menghargai keanekaragaman yang bertujuan
untuk mewujudkan kesempatan yang seluas- 3 luasnya kepada peserta
didik yang berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang bermutu
untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi.

b) Karakteristik Pendidikan Inklusi

Terdapat beberapa karakteristik pendidikan inklusi (Ilahi, 2013: 43) yaitu:

a. Terbuka menerima anak yang berkeinginan kuat untuk


mengembangkankemampuan atau keterampilan anak dalam satu wadah
yang telah direncanakan dengan matang.

b. Sikap dan prespektif semangat tinggi pihak sekolah dalam penyediaan


sekolah inklusif bagi anak berkebutuhan khusus.

c. Keterbukaan tanpa batas yang memberikan kesempatan seluas-luasnya


bagi anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan layanan pendidikan
tanpa adanya diskriminasi.

d. Fleksibilitas pembelajaran pada penerapan pendidikan inklusi untuk


anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan
kemampuan intelektual anak.

Sukinah (2010: 45), pendidikan inklusi memiliki beberapa karakteristik


sebagai berikut:

a. Tidak adanya diskriminatif. Artinya sekolah inklusi harus memberikan


layanan pendidikan kepada semua anak tanpa terkecuali termasuk anak
berkebutuhan khusus.

b. Pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman individu anak. Artinya


sekolah inklusi menerima keanekaragaman dan menerima setiap
perbedaan anak, menciptakan kelas yang kondisif, menreapkan
kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual, sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan anak.

c. Fasilitas belajar dan lingkungan memberikan kemudahan dan rasa aman


kepada setiap anak, serta sarana fisik dapat dengan mudah digunakan
anak termasuk anak berkebutuhan khusus.

d. Guru bekerja dalam tim. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan


profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran.

6
Sekolah inklusi yang dijadikan penelitian sudah sesuai dengan
karakteristik pendidikan inklusi seperti pemaparan di atas. Sekolah tersebut
menerima ABK dengan terbuka. Pembelajaran yang dilaksanakan ABK di
ruang sumber, akan tetapi pada muatan PJOK dan agama maupun kegiatan
di luar kelas lainnya 4 sekolah ini mengikutsertakan ABK belajar bersama
dengan siswa reguler lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk melatih
sosialisasi dan komunikasi ABK dengan siswa reguler lainnya. Sarana dan
prasarana di sekolah ini dapat terpenuhi 13 yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa reguler maupun ABK.

Selain itu pihak sekolah dituntut untuk bekerja sama dengan profesi atau
sumber daya lainnya agar pelaksanaan pendidikan inklusi mampu berjalan
dengan baik.

c) Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan inklusi, antara lain:

1) Memberkan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta


didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai


keanekaragam, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Dari
beberapa tujuan diatas, tujuan inklusi adalah pendidikan yang memiliki
fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
atau bakat istimewa yang memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.

2.2.2Guru Pembimbing Khusus

a) Pengertian Guru Pembibing Khusus

(GPK) Guru Pembimbing Khusus adalah guru yang bertugas


mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar mengajar di
kelas reguler yang berkualifikasi Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau yang
pernah mendapatkan pelatihan tentang penyelenggaraan sekolah inklusi.
Guru Pembimbing Khusus adalah guru yang memiliki kualifikasi /latar
belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas menjembatani
kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan guru kelas/mapel dalam
proses pembelajaran serta melakukan tugas khusus yang tidak dilakukan
oleh guru pada umumnya.

7
b) Peran dan Tugas Guru Pembibing Khusus

(GPK) Guru Pembimbing Khusus (GPK) sebagai center of education


yang mempunyai tugas penting dalam pendampingan anak berkebutuhan
khusus, mempunyai tugas dan peran dalam penyelenggaraan sekolah inklusi
yang dijabarkan dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 yang meliputi: (1)
menyusun instrumen asesmen pendidikan bersama-sama dengan guru kelas
dan guru mata pelajaran, (2) membangun system koordinasi antara guru ,
pihak sekolah dan orang tua peserta 5 didik, (3) melaksanakan
pendampingan anak berkelainan pada kegiatan pembelajaran bersama-sama
dengan guru kelas/guru mata pelajaran/guru bidang studi, (4) memberikan
bantuan layanan khusus bagi anak-anak berkelainan yang mengalami
hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa
remidi ataupun pengayaan, (5) memberikan bimbingan secara
berkesinambungan dan membuat catatan khusus kepada anak-anak
berkelainan selama mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami
jika terjadi pergantian guru, (6) memberikan bantuan (berbagi pengalaman)
pada guru kelas dan/atau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan
pelayanan pendidikan kepada anak-anak berkelainan.

Adanya kewajiban berupa tugas, tentunya juga harus dibarengi adanya


hak yang harus diperoleh oleh Guru Pembimbing Khusus (GPK)
menyangkut pelaksanaan tugas-tugasnya. GPK perlu pengakuan atas tugas
yang dilaksanakan, baik berupa SK sebagai GPK dari dinas terkait dalam hal
ini Dinas Pendidikan setempat. Selanjutnya juga pengakuan atas jam
mengajar di sekolah inklusi yang berhubungan langsung dengan Angka
Kredit sebagai bahan untuk kenaikan pangkat. Disisi lain, GPK disamping
bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai sekolah induknya, mereka
juga harus datang ke sekolah inklusi yang menjadi tanggung jawabnya.
Tidak jarang, jarak yang ditempuh tidaklah dekat, artinya tidak bisa hanya
dengan berjalan kaki. Berkaitan dengan hal tersebut tidak dipungkiri mereka
harus mengeluarkan biaya perjalanan, hal ini diharapkan menjadi perhatian,
khususnya dari pemangku tugas yang diberi wewenang dalam
penyelenggaraan sekolah inklusi.

Hal lain yang juga mesti jadi perhatian bagi penyelenggara sekolah
inklusi adalah, penerimaan dan pengakuan warga sekolah terhadap
keberadaan Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi. Kehadiran
mereka dinantikan dan dibutuhkan oleh warga sekolah khususnya guru kelas
dan guru mata pelajaran. Mereka dalam bertugas bukan berdiri sendiri,
namun saling berkolaborasi dalam menangani Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).

8
Tidak jarang terjadi misunderstanding antara pihak sekolah inklusi
mengenai peran dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolahnya.
Tanggung jawab terhadap anak berkebutuhan khusus dikelasnya tetap
dipegang oleh guru kelas, bukan diserahkan sepenuhnya kepada GPK.
Melainkan antara guru kelas dan GPK saling bekerjasama dalam melayani
anak berkebutuhan khusus, mulai dari mengidentifikasi anak, mengasesmen
anak, sampai kepada menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI) bagi
anak tersebut. Program Pembelajaran Indi- 6 vidual (PPI) ini terkadang juga
tidak semua anak berkebutuhan khusus membutuhkannya. Disinilah GPK
berperan yaitu sebagai tempat berbagi pengalaman bagi guru kelas dan guru
mata pelajaran, karena tidak semua guru di sekolah reguler paham siapa dan
bagaimana menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus serta apa pembelajaran
yang dibutuhkan mereka sesuai dengan kekhususan anak tersebut.

2.3 Guru Sekolah Inlusi

Kompetensi guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta


didiknberkebutuhan khusus yang terdiri dari : (1) Pengetahuan (knowledge),
yaitu kesadaran dalam bidang kognitif pada guru seperti cara mengidentifikasi
kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta
didik berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan dan fase
perkembangannya. Guru perlu mengetahui latar belakang sosial ekonomi,
keluarga, tingkat intelegensi, hasil belajar, kesehatan, hubungan interpersonal,
kebutuhan emosional, sifat kepribadian peserta didik. (2) Pemahaman
(understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki guru dalam
melaksanakan pembelajaran seperti memiliki pemahaman tentang karakteristik
dan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus, agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Guru perlu memahami gangguan dan
kemampuan belajar peserta didik. (3) Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang
dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya seperti memodifikasi
kurikulum yang sesuai dengan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus,
memilih metode yang sesuai dalam menyampaikan materi, serta mampu
memilih atau membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan
belajar kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Didalamnya kemampuan
dalam manajemen perilaku dan kelas. (4) Nilai (value), yaitu suatu standar
perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang,
seperti standar perilaku jujur, terbuka, demokratis, dan penghargaan terhadap
perbedaan kondisi individual peserta didik berkebutuhan khusus. (5) Sikap
(attitude), yaitu perasaan (senang/tidak senang, suka/tidak suka) atau reaksi
terhadap pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus. Hal ini akan
mempengaruhi cara dan optimalisasi pembelajaran SBK. (6) Minat (interest),

9
yaitu kecenderungan guru untuk mempelajari atau melakukan pembelajaran
bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Disisi lain guru harus memiliki kemampuan umum (general ability) guru
juga harus memberikan pemahaman kepada peserta didik regular (normal)
tentang inklusif dan pemahmanan tentang anak berkebutuhan khusus sehingga
peserta didik regular dapat bisa menerima atau membangun empati dan bekerja
sama dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan kata lain, peserta
didik tidak akan menimbulkan sikap bullying dari peserta didik regular (normal)
kepada peserta didik berkebutuhan khusus (ABK). Guru harus memiliki
kompetensi dasar (Basic Ability) dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
pendidik di sekolah inklusi. Kemampuan dasar (Basic Ability) adalah
kemampuan tambahan untuk guru di sekolah regular mendidik peserta didik
berkebutuhan khusus. Kemampuan dasar (Basic Ability) yang meliputi
menciptakan iklim belajar yang kondusif, menyusun dan melaksanakan
assesmen dan menyusun pembelajaran dengan kurikulum modifikasi.

Karakteristik kompetensi kepribadian guru sekolah inklusi merupakan


personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhak mulia. Kompetensi
inti kepribadian seperti : menjadi teman belajar yang baik bagi siswa ABK,
sehingga siswa merasa senang dan termotivasi untuk belajar dengan baik
bersama guru dan siswa normal lainnya. Pembelajaran yang dapat memotivasi
siswa ABK belajar dan dapat memanfaatkan media pembelajaran, alat dan
bahan pembelajaran, dan sarana lainnya, dalam pembuatan persiapan mengajar
harus memperhatikan bebagai prinsip. Persiapan mengajar yang dibuat harus
menjelaskan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi siswa ABK,
karakteristik ABK, dan perkembangan psikologis siswa ABK.

2.4 Kompetensi Guru Sekolah Inklusi

a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat
mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa,
mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik. Kompetensi kepribadian dibagi menjadi beberapa
bagian, meliputi:

10
• Kepribadian yang stabil dan mantap. Seorang guru harus bertindak sesuai
dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, bangga menjadi
seorang guru, serta konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma yang
berlaku.
• Kepribadian yang dewasa. Seorang guru harus menampilkan sifat mandiri
dalam melakukan tindakan sebagai seorang pendidik dan memiliki etos
kerja yang tinggi sebagai guru.
• Kepribadian yang arif. Seorang pendidik harus menampilkan tindakan
berdasarkan manfaat bagi peserta didik, sekolah dan juga masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan melakukan tindakan.
• Kepribadian yang berwibawa. Seorang guru harus mempunyai perilaku
yang dapat memberikan pengaruh positif dan disegani oleh peserta didik.
• Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan. Seorang guru harus bertindak
sesuai dengan norma yang berlaku (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong) dan dapat diteladani oleh peserta didik.

b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam
memahamipeserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk
mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Kompetensi pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai
berikut:
• Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini,
seorang guru harus memahami peserta didik dengan cara memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian, perkembangan kognitif, dan mengidentifikasi
bekal untuk mengajar peserta didik.
• Melakukan rancangan pembelajaran. Guru harus memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, seperti menerapkan teori
belajar dan pembelajaran, memahami landasan pendidikan, menentukan
strategi pembelajaran didasarkan dari karakteristik peserta didik, materi
ajar, kompetensi yang ingin dicapai, serta menyusun rancangan
pembelajaran.
• Melaksanakan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menata latar
pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran secara kondusif.
• Merancang dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus mampu
merancang dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan dengan menggunakan metode, melakukan analisis
evaluasi proses dan hasil belajar agar dapat menentukan tingkat
ketuntasan belajar peserta didik, serta memanfaatkan hasil penilaian
untuk memperbaiki program pembelajaran.

11
• Mengembangkan peserta didik sebagai aktualisasi berbagai potensi
peserta didik. Seorang guru mampu memberikan fasilitas untuk peserta
didik agar dapat mengembangkan potensi akademik dan nonakademik
yang mereka miliki.

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial
yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan
bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik,
dan masyarakat di sekitar sekolah.
Kompetensi sosial meliputi:
• Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan
diskriminasi terhadap agama, jenis kelamin, kondisi fisik, ras, latar
belakang keluarga, dan status sosial
• Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif
terhadap sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat
sekitar
• Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah
Indonesia yang beragam kebudayaannya
• Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas
dan mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran
dan substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur
serta metodologi keilmuannya.
Kompetensi profesional meliputi:
• Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan
yang dapat mendukung pembelajaran yang dikuasai
• Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap
mata pelajaran atau bidang yang dikuasai
• Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan
kreatif
• Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan yang reflektif
• Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan
pengembangan diri.
Menurut Sudarmanto (2009:45), kompetensi adalah atribut untuk meletakkan
sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik dan unggul. Atribut tersebut
meliputi keterampilan, pengetahuan, dan keahlian atau karakteristik tertentu.
12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa guru merupakan sosok yang
menjadi salah saltu role model bagai para siswa siswi nya, oleh sebab itu penting bagi
seorang untuk memahami peranan dan tugas yang harus dijalankan olehnya. Kemudian
idealnya seorang guru yang baik ialah guru yang memiliki kompetensi, baik kompetensi
pedagogik, kompetensi sosial, maupun kompetensi profesional, sehingga terwujudnya
siswa siswa yang berkualitas dan memiliki pemahaman yang baik terhadap apa yang
disampaikan oleh guru.

3.2 Saran
Saran yang bisa kami berikan, ialah seorang guru dan tenaga didik haruslah
memiliki kompetensi yang harus di penuhi karna guru merupakan pengayom dam
membentuk karakter para murid

3.3 Daftar Pustaka


Hallahan, D. & Kauffman, J. 1978. Exceptional Children. Introduction Special
Education. New Jersey: Prentice Hall. Inc.
Hadiyanto, D. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus, (Online) (http://afik poenya
cerita.blogspot.com/2009/06/anak-berkebutuhan-khusus abk-children.html, diakses
02 Nopember 2011 Indiyanto. (2013).
Implementasi Pendidikan Inklusif. Surakarta: FKIP UNS. IP. Darma & B.
Rusyidi.(2003). Pelaksanaan Sekolah Inklusi di Indonesia. Jurnal Prosiding: Riset &
PKM (Vol. 2, No. 2, Hal. 147-300, ISSN 2442-4480). Mohammad Takdir Illahi. (2013).
Pendidikan Inklusif Konsep dan Apli kasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mukhtar. (2002). Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV. Ikapi.
Tarmansyah. (2007). Inklusif, Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Depar temen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
Titik, dkk. (2013).
Peraturan Perundangan dan Implementasi Pendi dikan Inklusif. Jurnal
Masyarakat Indonesia (SP-MI-Vol-39-No-1). Suryosubroto. (2004). Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineke Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai