UAS Metopen MursalinAbdSyukur
UAS Metopen MursalinAbdSyukur
TAHUN 2022
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Alma Ata Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :
191200222
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul
“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KELAS INKLUSI DI SD NEGERI GIWANGAN”
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan skripsi pada Universitas Alma Ata Yogykarya dan untuk memperoleh gelar Sarjana
S1 jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Pada kesempatan ini, penulis hendak
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil sehingga skripsi ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penyusun,
Judul.................................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
Bab 1................................................................................................................. 1
Latar belakang.................................................................................................. 1
Fokus Penelitian................................................................................................ 8
Batasan Masalah............................................................................................... 8
Rumusan Masalah............................................................................................. 8
Tujuan Penelitian.............................................................................................. 9
Manfaat Penelitian............................................................................................ 9
Bab II................................................................................................................ 11
Kajian Teori...................................................................................................... 11
Pendidikan Inklusi............................................................................................ 11
Tujuan Pendidikan............................................................................................ 13
Penelitian Relevan............................................................................................ 26
Kerangka Berpikir............................................................................................ 28
Bab III............................................................................................................... 29
Latar Penelitian................................................................................................. 29
Metode Penelitian............................................................................................. 29
Analisis Data..................................................................................................... 32
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara awam diketahui bahwa mendidik adalah suatu kegiatan telah berlangsung
berlangsung sejak manusia masih dalam rangka mengenal diri sendiri dan dan
yang hanya ada pada manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia
pada setiap orang. Arif Rahman (2011:1). Menurut Plato, pendidikan adalah usaha untuk
membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dari sesuatu yang
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia juga sebagai
yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam
menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya agar mandiri dan bertanggung
jawab secara susila. Pendidikan ini yang dimaksud adalah pendidikan yang bisa
dijangkau oleh semua kalangan masyarakat tanpa memandang latar belakang masyarakat
tersebut. Prinsip ini sesuai dengan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 4
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”. Hal ini berarti bahwa pendidikan memberikan
tawaran untuk hidup berkeadilan, karena dalam pendidikan tidak membeda-bedakan kasta
Inklusi berasal dari bahasa Inggris “inclusion” yang berarti mengajak masuk atau
lingkungan yang mampu menerima berbagai keberagaman dan berbedaan yang meliputi
perbedaan agama, ras, suku, golongan serta perbedaan kemampuan fisik yang dikenal
dengan disabilitas. Sebagai manusia sosial, kita dituntut untuk berjiwa inklusi artinya
menjadi manusia yang ramah, terbuka, dan mau menerima perbedaan. Kelompok yang
mempunyai keterbatasan dalam berpikir karena memiliki kekurangan dari fisik atau tidak
dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan
ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari
segregatif ke integratif.
Pendidikan inklusi adalah sebuah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang
mempunyai kebutuhan pendidikan khusus di sekolah reguler (SD, SMP, SMA) yang
tergolong luar biasa baik dalam arti kelainan, lamban belajar maupun berkesulitan belajar
lainnya (Amos Neolaka: 2007)1. Menurut Permendiknas RI No. 70 tahun 2009 tentang
pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dengan rahmat tuhan yang maha esa menteri
semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak
normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat
anak berkebutuhan khusus. Keragaman ABK terkadang menyulitkan guru dalam upaya
menemukan jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru
telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat ABK maka mereka dapat
1
Prof. Dr. Ir. Amos Neolaka, M.Pd dkk. Isu-Isu Kritis Pendidikan: (Utama dan Tetap Penting Namun Terabaikan).
Kencana.
Pada awalnya ABK untuk mendapatkan hak pendidikannya di fasilitasi dengan
adanya sekolah luar biasa (SLB) sekolah dengan strategi dan metode pengajaran khusus
ini memiliki beberapa jenis. Pendidikan inklusi diberlakukan setelah ditetapkan peraturan
inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan
atau bakat istimewa dengan rahmat Tuhan Yang maha Esa. Dengan permendiknas ini,
siswa berkebutuhan khusus tidak hanya menempuh pendidikan di sekolah luar biasa
(SLB) tetapi mempunyai hak mengenyam pendidikan di sekolah formal seperti siswa
Permendiknas ini mengacu pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “setiap
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa
menerapkan kelas inklusi. Di SD Negeri Giwangan misalnya ada beberapa siswa dalam
kelas yang dikategorikan ABK digabungkan satu kelas dengan siswa normal lainnya,
namun menurut hasil penelitian yang ditemukan dilapangan terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan ABK kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru
sesuai dengan metode pengajaran inklusi. Sifat inklusi adalah pendekatan untuk
suku, kemampuan otak, suku dan lain-lain. Begitu juga dalam dunia pendidikan, ABK.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan hasil latar belakang diatas, maka penelitian akan fokus pada Penelitian
C. Batasan Masalah
Hasil yang diperoleh dari sebuah penelitian yang mengenai tentang Implementasi
tentang bagaimana Siswa ABK memahami materi yang disampaikan oleh guru pelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode untuk meneliti status
sekelompok manusia, manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran atau peristiwa
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan
2. Bagaimana penyampaian materi oleh guru agar terserap dengan baik oleh siswa
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan:
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sebagai rujukan dalam
proses pembelajaran kelas inklusi dan penerapan metode yang baik untuk
b. Bagi Sekolah
Giwangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Inklusi
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” merupakan salah satu butir dalam
pembukaan UUD 45, tafsiran dari keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengandung makna yang luas, yaitu berhak mendapatkan keadilan tanpa memandang
suku, agama, ras, golongan dan kesempurnaan fisik. Keadilan yang dimaksud dalam
pembukaan UUD 45 meliputi adil dalam dunia pendidikan. Setiap warga negara
dan potensi yang ada dalam dirinya. Setiap anak berhak untuk belajar dan diajar tanpa
memandang kesempurnaan fisik, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini
yamg menjadi latar belakang munculnya pendidikan inklusi. Pendidikan ini menjadi
solusi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mendapatkan pendidikan dengan
penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas
reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang
relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.2
Berit H. Johnsen dan Meriam D. Skorten (2003: 288) menyatakan, bahwa prinsip
yang disesuaikan dengan sekolah inklusi menyebabkan adanya tuntutan yang besar
terhadap guru reguler maupun pendidikan khusus. Ini menuntut pergeseran dari tradisi
2
Irdamurni,”Pendidikan Inklusif solusi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus”, ( Prenamedia group, Jakarta, 2019) hal. 7
“mengajarkan materi yang sama kepada semua siswa di kelas”, menjadi mengajar setiap
dengan Permendiknas Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru Pendidikan Khusus, bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi peserta didik berkebutuhan khusus karena kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik lain pada satuan pendidikan
umum dan satuan pendidikan kejuruan, dengan cara menyediakan sarana dan prasarana,
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
inklusi dalam dunia pendidikan semua anak disama ratakan dalam memperoleh
pendidikan baik anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak normal pada umumnya
disatukan dalam satu kelas, karena anak berkebutuhan khusus (ABK) juga bagian dari
masyarakat sekolah dimana mereka belajar dan guru dituntut mampu memberikan
3
Ibid
4
Ibid hal. 8
mendasar dari sekolah inklusi adalah bahwa selama memungkinkan, semua anak
mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusi harus mengenal dan merespons terhadap
kebutuhan yang berbedabeda dari para siswanya, dan menjamin diberikannya pendidikan
yang berkualitas kepada semua siswa melalui penyusunan kurikulum yang tepat,
masyarakat sekitarnya.5
Pemerintah melalui UU No. 23 tahun 2003 tentang pendidikan nasional pasal 5 ayat
(1) “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu” kemudian dilanjutkan dalam pasal 11 ayat (1) “pemerintah daerah wajib
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Undang-undang ini mempertegas
bahwa yang berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu tidak hanya berlaku untuk
siswa normal pada umumnya namun anak berkebutuhan khusus (ABK) Juga berhak
diskriminatif tidak hanya bicara terkait hak asasi dan hak untuk mendapatkan pendidikan
saja namun, Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga memiliki potensi yang bisa di
B. Tujuan Pendidikan
UUD 1945 namun lebih khusus tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003
Sisdiknas pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
5
Budiyanto, Pengantar pendidikan inklusif berbudaya lokal, (Prenamedia group, Jakarta, 2017) Hal. 26
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
Pendikan inklusi memiliki tujuan yang tetap mengacu pada tujuan pendidikan
umum, sesuai dengan Permendikbud RI No. 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi
bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik sebagaimana yang dimaksud pada
Inklusi berasal dari kata inclusion yang berarti penyatuan. Inklusi menyatukan
berkebutuhan khusus (ABK) digabungkan satu kelas bersama-sama anak normal pada
umumnya namun tetap ada guru pembimbing selama proses belajar mengajar dalam
kelas.
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua pesert didik dari berbagai
kondisi dan latar belakang untuk mengikuti pendidikan dalam satu lingkungan
semua anak dengan tidak menghiraukan kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional,
berkebutuhan khusus, anak-anak dengan latar bahasa dan etnik minoritas, anak-anak
jalanan, anak-anak yang bekerja, anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak
mampu, anak-anak di daerah terpencil atau anak-anak dari suku yang berpindah-pindah,
serta anak-anak yang berasal dari kondisi yang kurang beruntung lainnya perlu mendapat
Sekolah ramah anak merupakan wujud dari sekolah inklusi, itulah hubungan sekolah
ramah anak dengan sekolah insklusi. Sesuai dengan prinsip pendidikan inklusi, anak
perlindungan dan pelayanan pendidikan di sekolah yang sama dengan anak normal pada
6
Amka, “Manajemen sarana sekolah inklusi”, (Nizamia learning center, Sidoarjo: 2020) Hal. 45
umumnya. Selain pelayanan dalam bidang pendidikan yang mengakomodir berbagai
karakteristik anak dengan segala keunikannya, sekolah juga harus menciptakan suasana
diantaranya:
Dari beberapa peran guru di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru ramah dalam
mampu meberikan contoh yang baik, bersikap sabar dalam menyikapi karakteeristik
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan
7
Risal Septiyan Dwi Cahyono, “Peran guru dalam sekolah ramah anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta”, Hal.
5
8
Amka, “Manajemen sarana sekolah inklusi”, (Nizamia learning center, Sidoarjo: 2020) Hal. 71
Untuk mengembangkan kreativitas dan potensi anak, kerjasama yang erat antara
orangtua dan guru dapat menghasilkan solusi terbaik dalam melayani kebutuhan
belajar anak di sekolah. Keterlibatan orangtua secara aktif terhadap pendidikan anak
1. Landan Filosofis
sekaligus cita–cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yaitu
Bhineka Tunggal Ika. Selain itu landasan filosofi pendidikan inklusi lainnya adalah
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan lambang dan simbol pengakuan bahwa Indonesia
merupakan negara multibudaya, multietnik, dan multibahasa, adat istiadat, agama dan
Dari pendapat ahli diatas dapat diartikan bahwa Indonesia dengan beragam
perbedaan yang meliputi ras, suku, golongan, agama dll. Mampu di satukan dalam
semboyan bhineka tunggal ika tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya
jika di terapkan dalam dunia pendidikan, anak bekebutuhan khusus (ABK) dan anak-
9
Eka Sari Setianingsih, “Implementasi Pendidikan Inklusi: Manajemen Tenaga Kependidikan,” Malih Peddas 7, No.
2 (Desember 2017): 128
anak normal pada umumnya diberlakukan sama tanpa memandang kesempurnaan
fisik.
Dengan demikian pendidikan inklusi dengan landasan bhineka tunggal ika adalah
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan landasan yang dilihat dari sudut pandang hukum,
a. UUD 1945.
Pendidikan.
3. Landasan Pedagogis
Pada landasan ini, anak berkebutuhan khusus (ABK) dilatih untuk bertanggung
jawab dan mampu mengembangkan kreativitas serta potensi yang ada dalam dirinya
10
Wathoni, “Implementasi Pendidikan Inklusi Dalam Pendidikan Islam.”. 102.
4. Landasan Empiris Sekolah Inklusi Meliputi:
d) Resolusi PBB nomor 48/96 Tahun 1993 Tentang Persamaan Kesempatan Bagi
on Inclusive Education).
Inklusif”.11
1. Tunanetra
Tunanetra merupakan gabungan dari kata “tuna” yang berarti rusak dan “netra”
Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) Orang tunanetra adalah mereka yang
tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih
membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun
11
Ibid
dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Tunanetra di golongkan dalam beberapa
bidang membaca dan menulis. Sebagai contoh, ketika anda membaca atau menulis
anda tidak perlu memperhatikansecara rinci bentuk huruf atau kata, tetapi bagi
tunanetra hal tersebuttidak bisa dilakukan karena ada gangguan pada ketajaman
alternatif media atau alat untuk membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhannya
sesuai, anak tuna netra mampu bisa membaca dan menulis seperti teman-teman
2. Tuna rungu
Tuna rungu merupakan gabungan dari dua “tuna” yang berarti rusak dan
“rungu” yang berarti kurang dalam pendengaran. Tuli adalah kehilangan pendengaran
yang sangat berat sehingga indra pendengaran tidak berfungsi dan karenanya
yang walaupun rusak tetapi masih berfungsi, sehingga perkembangan bahasa bicara
tunarungu, faktor yang pertama terjadi saat sebelum dilahirkan dan sesudah
12
Ibid Hal. 20
13
Irdamurni, “Memahami anak berkebutuhan khusus”, (Kuningan, Goresan pena:2016) Hal. 20
dilahirkan. Menurut Sardjono mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan
1. Infeksi
kesusahan dalam memahami atau mengenali struktur kata (misalnya huruf atau suara
pristiwa, atau topik sebuah bacaan). Martini Jamaris, (2014: 139) mendefinisikan
dyslexia sebagai kondisi yang berkaitan dengan kemampuan membaca yang sangat
atas normal, akan tetapi memiliki kemampuan membaca satu atau satu setengah
Semasa usia dini, anak yang mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa
lisan. Selanjutnya ketika memasuki usia untuk sekolah, anak ini mengalami kesulitan
masalah dalam memahami maknanya. Metode fonik adalah cara yang paling
guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih fonik di rumah bersama orang tua
mereka.
a) Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang
diucapkannya.
teks.
d) Menambahkan kata-kata atau frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca.
huruf lain.
f) Salah melafalkan kata-kata yang sedang dia baca, walaupun kata-kata tersebut
sudah akrab.
g) Mengganti satu kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang diganti tidak
4. Down Syndrome
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya down syndrome pada manusia:
a. Faktor genetic
Faktor genetik merupakan faktor yang muncul dari keturunan nenek moyang
anak tersebut. Bukti yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil
bila dalam keluarga terdapat anak dengan Down Syndrom. Faktor genetik
15
Loeziana, “Urgensi Mengenal Ciri Disleksia,” Ar-Raniry III, no. 2 (July 2017): 42–56
diantaranya adalah ras, jenis kelamin dan faktor yang bersifat bawaan seperti
penyakit keturunan.
b. Faktor infeksi
a. Perencanaan
belajar mengajar maka setiap guru wajib membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan juga PPI (Program Pembelajaran Individual). PPI khusus untuk
anak berkebutuhan khusus yang di susun oleh guru pembimbing khusus. RPP
b. Proses pembelajaran
mata pelajaran yang bisa diikuti anak berkebutuhan khusus dengan siswa normal
lainnya. Namun ada juga beberapa mata pelajaran yang tidak bisa diikuti
ruangan inklusi dan menggunakan PPI yang telah dirancang khusus oleh guru
pembimbing.
16
Angga Saputra, “Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Inklusif”, Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini, Vol. 1, No. 3 (2016), P. 11
c) Memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan
inklusif.
H. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Novita (2020) mahasiswa dari Universitas
diatas membahas tentang pendidikan inklusi yang ada di kota Padang, sedangkan
berfokus pada sekolah, tidak mencakup semua sekolah yang ada di Yogyakarta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Supena, Ricka Tesi Muskania dengan judul
3. Penelitian yang dilakukan oleh Itsam Samrotul (2020) mahasiswa dari Institut Ilmu
sama yaitu metode deskripsi kualitatif. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian
mata pelajaran Bahasa Arab yang tepat bagi siswa berkebutuhan khusus, sedangkan
penelitian “Implementasi Pembelajaran Kelas Inklusi di SD Negeri Giwangan” tidak
I. Kerangka Berpikir
Pendidikan Inklusi
Landasan filosofis
Klasifikasi Siswa Inklusi dan
Kriterianya
Landasan yudiris Tunatera
Implementasi pendidikan
Inklusi
Landasan pedagogis Tuna rungu
Down syndrome
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara, dan
menggunakan bersifat deskriptif kualitatif, hal ini dikarenakan objek penelitian ini
B. Metode Penelitian
menghasilkan data berupa kata-kata atau tulisan yang diamati oleh peneliti. Moleong
(2007:11) mengatakan bahawa laporan penelitian kualitatif yaitu laporan yang berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran tentang laporan tersebut. Data yang
dimaksud mungkin data hasil berupa dari wawancara, hasil observasi, video, foto,
pendeskripsian secara rinci dan mendalam tentang potret kondisi tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya dilapangan studinya. Dengan demikian, dalam
penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran Implementasi pembelajaran
Waktu yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini dilaksanakan pada saat
PLP 1 bulan Januari. Setelah peneliti melakukan observasi selama 1 Minggu, peneliti
mengamati sekitar sekolah baik diluar kelas maupun di dalam ruangan kelas. Setelah
penelitian, karena telah di ketahui tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Wawancara
mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan
wawancara tidak hanya dilakukan dengan tatap muka saja, tetapi juga bisa melalui
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee)
memperoleh lebih banyak data yang sehingga peneliti dapat memahami bahasa
ekspresi atau bahasa hak yang dinterviewkan. Pada penelitian ini wawanacara
ditujukkan kepada kepala sekolah, guru kelas, wali murid dan siswa yang
2. Observasi
terhadap suatu keadaan atau prilaku objek sasaran. Menurut Widoyoko (2014:46)
Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam buku (Kristanto, 2018) observasi adalah
3. Dokumentasi
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat,
penelitian. Adapun dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah proses
melengkapi dan menguatkan data dalam penelitian, dan buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian.
E. Analisis Data
Analisis adalah sebuah aktivitas yang dilakukan terhadap sebuah objek guna
untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dari wawnacara, observasi dan
dokumentasi diolah sehingga data tersebut mudah dipahami dan dapat dijadikan
pengecekan terhadap data. Keabsahan data yang dimaksud ialah agar memperoleh
data yang akurat. Keabsahan data pada peneliti ini digunakan untuk mengetahui
keakuratan antara hasil penelitian yang dibuat. Harapannya, dengan hasil penelitian
yang akurat ini akan tercapainya absahan data dan dijadikan sebagai hasil penelitian.
1. Melakukan penelitian data sesuai dengan fakta yang ada dan sebenar-benarnya.
2. Peneliti melakukan pengamatan dan data yang sesuai dengan fakta yang ada.
akurat.
Amka. 2020. Manajemen sarana sekolah inklusi. Sidoarjo: Nizamia learning center
Angga Saputra. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Inklusif. Golden Age Jurnal
Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini. Vol. 1. No. 3 (2016) Hal. 11
Anggun Novitasari, Nur Ernawati, Warsyanti. Teori dan metode pengajaran pada anak
deleksia. Proseding Seminar Nasional PGSD UPY dengan Tema Strategi Mengatasi
Kesulitan Belajar ketika Murid Anda seorang Disleksia, Hal. 137
Asep Supena, Ricka Tesi Muskania “Implementasi Pembelajaran di Sekolah Dasar Inklusi
Bagi Tunarungu Selama covid-19” Vol.7, No. 2, 2020. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar
Islam.
Dian Novita. (2020) “Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Kota Padang” Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Andalas Padang.
Irdamurni. 2019. Pendidikan Inklusif solusi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.
Jakarta: Prenamedia group
Kadir, Abd. 2015. Penyelenggaraan sekolah inklusi di Indonesia. Jurnal Pendidikan
Agama Islam 03. No. 01 (Mei 2015): 2-22
Risal Septiyan Dwi Cahyono. Pendidikan Inklusi. Peran guru dalam sekolah ramah anak
di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. 2017. Hal. 5