Kelas: B/02
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada Rasulullah
SAW, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus
menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu ilahi.
Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah psikologi pendidikan kepada bapak Dr. Ahmad, S.Ag., S.Psi., M.Si. dan ibu
Andi Halima, S.Psi., M.A yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Pendidikan
dalam Sekolah Akselerasi, Inklusi, Homeschooling, Sekolah Alam dan Sekolah
Internasional”
Demikian dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak kelemahan dan
kekurangannya, untuk itu kami meminta kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
2. Apakah kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dari Konsep
Pendidikan dalam Sekolah Akselerasi, Inklusi, Homeschooling,
Sekolah Alam dan Sekolah Internasional?
3. Bagaimana kurikulum yang diterapkan pada Konsep Pendidikan dalam
Sekolah Akselerasi, Inklusi, Homeschooling, Sekolah Alam dan
Sekolah Internasional?
C. TUJUAN MAKALAH
D. MANFAAT MAKALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekolah Akselerasi
1. Definisi
3
karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan waktu dan bantuan
dalam menyelesaikan percepatan kompetensi yang telah ditetapkan,
misalnya program remedial dan pengayaan dapat mengganggu
optimalisasi belajarnya (Lif Khoiru A, 2011).
2. Tujuan
Menurut Hawadi (2004) secara umum, penyelenggaraan program
akselerasi bertujuan:
1. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki
karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya
4
2. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pendidikan dirinya
3. Memenuhi minat intelektual dan prespektif masa depan peserta
didik
4. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.
5
banyak membebani biaya bagi orangtua dan pemerintah.
(Kolesnik: 1970).
b. Kekurangan
Kesempatan siswa untuk bersosialisasi dengan teman
sebayanya terusik yang disebabkan siswa loncat kelas, Muncul
problem sosial dan emosional, Beban tugas yang terlalu
banyak bisa menjadi tekanan bagi kesehatan mental, dan jika
siswa loncat kelas pada sekolah/ kelas reguler, maka
kesempatan latihan kepemimpinan berkurang karena masalah
fisik dan kematangan sosialnya belum sematang siswa lainnya.
6
Terdapat tiga bentuk atau model penyelenggaraan sekolah
akselerasi yaitu Kelas regular, peserta didik berada dalam kelas reguler
pada sekolah reguler namun memperoleh perlakuan akselerasi sehingga
dapat loncat kelas dan dapat menyelesaikan pendidikan di sekolah itu
lebih awal dibanding teman-temannya. Kelas khusus, beberapa peserta
didik dikelompokkan berada dalam kelas khusus pada sekolah reguler
namun memperoleh perlakuan akselerasi sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan di sekolah itu lebih awal dibanding kelas
reguler. dan Sekolah khusus, beberapa peserta didik masuk pada
sekolah khusus akselerasi memperoleh perlakuan akselerasi dengan
waktu pendidikan lebih singkat dibanding sekolah reguler (Depdiknas:
2003).
B. Pendidikan Inklusi
1. Definisi
7
keterlibatan dari tiap anak dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh.
Inklusi dapat berarti penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke
dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial, dan konsep dari (visi
misi) sekolah. Sementara itu, menurut Sapon-Shevin dan O‟Neil
(Tarmansyah, 2007: 83) menyatakan bahwa pendidikan inklusif
sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua
anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler
bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya
perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung
pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar
menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para
siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Maka dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan inklusif yaitu sekolah yang mengadopsi pendidikan untuk
semua (education for all) yaitu semua anak bisa belajar di lingkungan
yang sama baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK)
tanpa memandang kelainan fisik maupun mental, tanpa adanya
diskriminatif dari lingkungan belajar dan saling menghargai
keanekaragaman yang bertujuan untuk mewujudkan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus
memperoleh pendidikan yang bermutu untuk mengembangkan bakat
dan minatnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya, yaitu Tenaga
Pendidik, Sarana dan Prasarana, Kurikulum, dan sistem evaluasinya
pun harus dikemas sesuai dengan kebutuhan siswa baik yang normal
maupun anak berkebutuhan khusus.
Adapun model sekolah inklusi yang dapat dilakukan di
Indonesia (Ashman, 1994 dalam Emawati, 2008).
a. Kelas Reguler (Inklusi Penuh) Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak normal sepanjang hari di kelas regular
dengan menggunakan kurikulum yang sama.
8
b. Kelas regular dengan Cluster Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak normal di kelas regular dalam kelompok
khusus.
c. Kelas Reguler dengan Pull Out Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak normal di kelas regular namun dalam
waktuwaktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang lain
untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
d. Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Anak
berkebutuhan khusus belajar bersama anak norma di kelas
regular dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas regular ke kelas lain untuk belajar
dengan guru pembimbing khusus.
e. Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian Anak
berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada
sekolah regular, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat
belajar bersama anak normal di kelas regular.
f. Kelas Khusus Penuh Anak berkebutuhan khusus belajar di
dalam kelas khusus pada sekolah regular.
2. Tujuan
Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif di indonesia memiliki beberapa tujuan:
9
d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap
pembelajaran.
e. Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps.
32 ayat 1 yang berbunyi‟ setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan‟, dan ayat 2 yang berbunyi “setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. UU no.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, khususnya Ps. 5 ayat 1 yang berbunyi ‟setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”. UU no. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang berbunyi ‟anak
yang menyandang cacat fisik dan/mental diberikan kesempatan
yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa” (Direktorat PLB, 2007: 10).
10
4. Kurikulum
Bagi anak yang membutuhkan layanan pendidikan khusus,
disediakan dukungan yang berkesinambungan. Mulai dari bantuan
minimal dikelas reguler, hingga program pelajaran disekolah. Untuk
layanan ketrampilan khusus, perlu staf pendukung eksternal, antara
lain: speach therapist, dokter spesialis, okupasional therapist,
fisiotherapist, dan profesi lain yang terkait (Tarmansyah, 2007: 155).
Kurikulum menurut menurut Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta yaitu satuan pendidikan penyelenggaraan pendidikan
inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai
dengan bakat, dan minatnya.
C. Homeschooling
1. Definisi
Istilah Homeschooling merupakan berasal dari bahasa Inggris
yang terdiri dari kata home dan school. Dalam bahasa Indonesia,
terjemahan yang biasanya digunakan untuk Homeschooling adalah
“sekolah rumah”.
11
Martin mendefinisikan. “Homeschooling sebagai situasi
pembelajaran atau pengajaran di lingkungan rumah, sebagai pengganti
kehadiran atau waktu belajar yang dihabiskan di sekolah
konvensional”.
Saputra mengartikan bahwa, “Homeschooling adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar dan terarah yang dilakukan oleh orang tua
atau keluarga dengan proses belajar mengajar yang kondusif”.
Suryadi mengatakan bahwa, homeschooling adalah proses layanan
pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang
tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dengan penuh
tanggung jawab dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung
dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak
yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No, 129 tahun 2014, Sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan
yang secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di
rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan
komunitas dimana proses pembelajaran dapat berlangsung dalam
suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi peserta didik
yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa Homeschooling adalah suatu proses aktivitas belajar yang dapat
dilaksanakan di rumah maupun secara komunitas yang dimana orang
tua sangat berperan penting sebagai pengajar atau mendatangkan
pengajar dari luar (Tutor) yang dirancang sedemikian rupa agar anak
merasa senang, nyaman, tidak merasa dipaksa dan tidak merasa
terbebani dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
lebih optimal yang semuanya itu bertujuan untuk mengembangkan
kreatifitas, bakat, minat, kemampuan berfikir dan mengembangkan
kepribadian serta mengembangkan kecerdasan peserta didik. Para
orang tua menyebutkan tiga alasan utama melakukan home schooling
12
pada anak-anak mereka yaitu Ketidakpuasan terhadap sekolah setempat
dan minat untuk meningkatkan keterlibatan dalam pembelajaran dan
perkembangan anak-anak mereka, Untuk memberikan pengajaran
agama atau moral tertentu dan ketidak puasan terhadap lingkungan
sekolah yang tersedia dan Kurang puasnya orang tua terhadap kualitas
pengajaran akademis kurikulum.
2. Tujuan
Menurut John Holt (2004) menjelaskan tujuan dilaksanakan sekolah
rumah atau homeschooling adalah:
a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan
hidup
b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi
setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan
kecakapan hidup
c. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik
dan kecakapan secara fleksibel untuk meningkatkan mutu
kehidupannya
13
e. Mengatasi keterbatasan, kelemahan, dan hambatan emosional
anak didik sehingga anak didik tersebut berhasil belajar yang
optimal.
f. Mempersiapkan kemampuan peserta didik dalam aspek
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap untuk melanjutkan studi
pada jenjang yang lebih tinggi.
g. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan
masalah lingkungan sesuai tingkat perkembangannya demi
kelulusan hidupnya dimasa depan.
4. Kurikulum homeschooling
Konsep kurikulum homeschooling mengacu pada konsep
kurikulum humanistik. Kurikulum humanistik dikembangkan oleh
para ahli pendidikan humanistik. Aliran ini lebih memberikan tempat
utama kepada peserta didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta didik
(peserta didik/warga belajar) adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa anak mempunyai
potensi, yaitu suatu kemampuan, bakat, kekuatan dan segala apa yang
dimiliki oleh peserta didik untuk berkembang dan dikembangkan.
14
Pandangan ini berkembang sebagai reaksi terhadap
pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual dengan peran
utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan
peranan peserta didik. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk
menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Berkat situasi
tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong
peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
(Syaodih, 2005: 87).
D. Sekolah Alam
1. Definisi
Komunitas sekolah alam (2005) mendefinisikan bahwa
sekolah alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam
semesta yang menggunakan sumber daya alam di lingkungan sekitar
sekolah. Sekolah alam merupakan suatu bentuk pendidikan alternatif
tentang sistem pendidikan yang bebasis pada alam. Mencermati sekolah
alam, umumnya lingkungan terasa natural dengan bangunan sekolah
yang hanya berupa rumah panggung yang biasa disebut sebagai saung
yang dikelilingi oleh berbagai tanaman bahkan areal peternakan, bukan
suasana gedung yang megah sebagai ruang-ruang kelasnya. Di sekolah
alam, anak diberi kebebasan dalam bereksplorasi, bereksperimen dan
berekspresi tanpa dibatasi sekat-sekat dinding dan berbagai peraturan
15
yang dirasa dapat mengekang rasa ingin tahu anak. Anak dibiarkan
menjadi diri mereka sendiri dan mengembangkan potensi dirinya untuk
tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia dan
memiliki wawasan ilmu yang luas. Sehingga anak sejak dini dikenalkan
dengan lingkungan alam.
Konsep sekolah ini mengedepankan alam sebagai sumber
inspirasi bagi para peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk
perancangan tempat belajar yang terintegrasi dengan ruang luar
(Veronika, 2012: 1). Sekolah yang dibangun untuk upaya
pengembangan pendidikan yang dilakukan di alam terbuka agar
mengetahui pembelajaran dari semua makhluk hidup di alam ini secara
langsung. para siswa di sekolah alam dibebaskan waktunya untuk lebih
banyak berinteraksi di alam terbuka sehingga terbentuk pembelajaran
langsung pada materi dan pembelajaran yang bersifat pengalaman.
Proses belajar pada sekolah alam berlangsung dengan menyenakan di
alam terbuka.
2. Tujuan
Dalam buku pedoman Sekolah Alam (Dr. Ifa Khoiria Ningrum, SE,
MM dan Yuniarti Ita Purnama, S.Pd. M.Pd.) Sekolah ini bertujuan
untuk membantu mensukseskan amanat nasional yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa maka Sekolah Alam memiliki Tiga Pokok Materi
diantaranya:
a. Akhlakul Karimah Metode utama untuk membentuk Peserta
didik yang berakhlakul karimah adalah dengan memberikan
contoh keteladanan dari Guru dan Membiasakan kondisi belajar
yang mengedepankan akhlak.
b. Falsafah Ilmu Pengetahuan Metode yang dilakukan untuk
membantu peserta didik dalam bereksplorasi diantaranya
16
dengan menerapkan model pembelajaran Active Learning dan
Diskusi.
c. Latihan Kepemimpinan Untuk Melatih Jiwa Kepemimpinan
Peserta didik Sekolah Alam menyediakan Outbound Training
dan Dynamic Group selama proses pembelajaran.
Namun, secara khusus tujuan dari sekolah alam adalah agar tercipta
anak-anak yang mampu:
a. Berpikir kreatif
b. Mempunyai interaksi yang baik
c. Mampu berkomunikasi secara efektif
d. Dapat memotivasi dirinya sendiri maupun orang lain
e. Mempunyai kemampuan dalam pengelolaan diri
17
b. Kekurangan
Sulit dalam berkonsentrasi karena berada di alam ruang terbuka
dan minimnya lokasi, sarana, serta kesadaran masyarakat
tentang pentingnya eksplorasi di alam terbuka.
4. Kurikulum Homeschooling
Kurikulum yang diterapkan dalam sekolah alam merupakan
kurikulum Diknas yang diintegrasikan dengan kurikulum sekolah
alam. Dalam menerapkan kurikulum sekolah alam dan dirancang
menyenangkan. Metodologi pembelajaran yang diterapkan dalam
sekolah alam cenderung mengarah pada pencapaian logika berpikir
dan inovasi yang baik dalam bentuk praktik nyata. Artinya 40%
adalah teori dan 60% adalah praktik (Santoso. 2010). Sekolah alam
juga diwarnai dengan kegiatan beragam seperti. Outbond, berkebun,
outing, market day, dan open house.
5. Sekolah Internasional
1. Definisi
Pendidikan internasional dapat dilihat sebagai pengembangan 'pikiran
internasional', atau peningkatan sikap dan kesadaran internasional. Dari
sudut pandang ideologi, pendidikan internasional mempunyai fokus
pada pengembangan moral, dengan mempengaruhi terciptanya “sikap
18
positif terhadap perdamaian, pemahaman internasional dan
kewarganegaraan dunia yang bertanggung jawab”. Dari pendekatan
pragmatis, pendidikan internasional dapat berhubungan dengan
globalisasi ekonomi dan budaya. Misalnya, terdapat peningkatan
tuntutan agar kualifikasi pendidikan dapat dialihkan antara sekolah dan
sistem pendidikan. (Cambridge, James; Thompson, Jeff. 2004).
Sekolah yang masuk kategori Rintisan Sekolah Bertaraf Internasionl
RSBI adalah sekolah-sekolah yang dipersiapkan secara bertahap
melalui pembinaan oleh pemerintah dan stakeholders, dalam jangka
waktu tertentu yaitu empat tahun diharapkan sekolah tersebut mampu
dan memenuhi kriteria untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI). (syamsul Ma’arif, 2011)
2. Tujuan
Tujuan penyelenggaran SBI yang tertuang dalam Permendiknas
No.78/2009 yaitu untuk menghasilkan lulusan yang memiliki:
a. Kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang
dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu,
dan bentuk penghargaan internasional.
b. Kemampuan bersaing ke luar negeri terutama bagi lulusan
sekolah menengah kejuruan.
c. Kemampuan berbahasa Inggris atau berbahasa asing.
d. Kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif
ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup.
e. Kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi
komunikasi dan informasi secara internasional.
19
3. Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Internasional
Proses pembelajaran dalam SBI menerapkan pendekatan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif
kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. SBI juga dapat
menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan/atau bahasa asing
lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi mata pelajaran
tertentu. SBI menerapkan satuan kredit semester (SKS) untuk SMP,
SMA, dan SMK. Adapun kekurangan dan kelebihan dari sekolah
internasional adalah sebagai berikut:
a. Berkurang Masa Bermain Anak
b. Pemberlakuan Kelas Unggulan
c. Diadakan Masa Orientasi Diawal Masuk Sekolah
d. Hasil Evaluasi adalah segalanya
20
kebutuhan penting berbahasa Inggris anak-anak, penerapan
metode pendidikan modern dan peluang besar untuk
melanjutkan studi di universitas terbaik.
c. International Baccalaureate (IB)
Merupakan kurikulum yang berasal dari Jenewa, Swiss mulai
tahun 1960-an mengajarkan siswa untuk berpikir kreatif.
Menekankan kecerdasan emosional yang baik hingga
mengembangkan keterampilan intelektual dan sosial.
Kurikulum International Baccalaureate juga fokus pada
solidaritas serta empati untuk tetap peduli terhadap sesama
lingkungan.
d. International Primary Curriculum (IPC)
IPC menjadi kurikulum internasional yang secara umum dipakai
dan diterapkan sebagian besar sekolah internasional di
Indonesia. Keunggulan dari kurikulum ini adalah fokus terhadap
pengembangan karakter serta kepribadian siswa. Karena tidak
hanya mengajarkan betapa pentingnya kemampuan akademik,
tetapi juga kepribadian.
e. Singaporean Primary School Curriculum (SPC)
Kurikulum internasional ini berasal dari Singapura namun juga
menjadi salah satu sistem pendidikan Indonesia, fokusnya
menitikberatkan pada sistem pembelajaran yang fleksibel dan
sesuai dengan potensi serta minat para siswa. Tujuan kurikulum
Singaporean Primary School Curriculum ini adalah melahirkan
lulusan terbaik yang memiliki daya saing internasional.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23 September 2023.
2023
23