Oleh:
Isyfina Kamilah
Kota Sukabumi
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
KURIKULUM MONTESSORI DAN KREATIF Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
D. Kurikulum Kreatif.....................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan akan memiliki arah, tujuan, dan pelaksanaan yang baik jika dari
awal telah direncanakan secara matang. Salah satu jenis pendidikan di Indonesia
adalah PAUD. Filosofi merupakan salah satu hal yang harus dijadikan pijakan ketika
akan menyelenggarakan pendidikan agar arah pelaksanaannya sistematis dan sesuai
dengan tuntutan lingkungan. Filosofi pendidikan mengacu pada aspek-aspek filosofi
dan pemikiran beberapa filsuf PAUD yang ada, baik Indonesia maupun dunia.
Melalui teori-teori tentang anak, maka pemahaman penyelenggara pendidikan anak
usia dini terhadap konsep dan pelaksananaan pembelajaran akan lebih sesuai dengan
karakteristik dan perkembangan psikologis anak.
Keberhasilan ataupun kegagalan dalam bidang pendidikan tidak terlepas dari
adanya peran kurikulum yang digunakan dalam proses pendidikan. Kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat
sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu
bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa
depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan.
Anak usia dini merupakan periode emas yang sangat menentukan periode-
periode berikutnya. Pentingnya memberikan pendekatan yang sesuai untuk AUD dan
berguna bagi masa depan anak. Kemandirian dan kreatifitas merupakan hal penting
yang perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Di era milenial yang serba instan ini, kemandirian merupakan hal yang langka
bagi anak. Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Sebagian anak sudah jarang sekali
bisa membantu orang tua di rumah, bahkan untuk kepentingan diri mereka sendiri
terkadang masih memerlukan bantuan orang dewasa. Hal ini dikarenakan kemampuan
mereka untuk terampil dan membentuk kemandirian tidak terasah dengan baik.
Selain kemandirian, kreatifitas pun perlu diasah sejak dini. TK maupun
lembaga PAUD yang bersifat monoton melemahkan kreatifitas anak untuk
bereksplorasi. Padahal, rentang usia dini merupakan usia emas yang menentukan
perkembangan-perkembangan pada tahap selanjutnya, sehingga rujukan
pendidikannya harus sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Perkembangan
intelektual, spriritual, dan sosial emosional seorang manusia merupakan hasil dari
perkembangan dimasa golden age.
Salah satu pendekatan yang bisa dikembangkan sebagai dasar penyusunan
kurikulum adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Montessori. Pendekatan
kurikulum Montessori memfokuskan pada tujuh hal seperti practical life, sensorik,
bahasa, matematika, artistik, musik, dan budaya. Ketujuh pembelajaran tersebut
mengasah kemandirian dan kreatifitas anak. Metode montessori ini menjadi metode
yang menarik perhatian orang tua dan guru karena kualitasnya mencetak anak yang
mandiri, teratur, disiplin, dan kreatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Umum Model Pembelajaran Montessori?
2. Bagaimana Pendekatan kurikulum Montessori?
3. Apa Prinsip Utama Pendekatan Kurikulum Montessori?
4. Bagaimana Konsep Umum dsri Kurikulum Kreatif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami Konsep Umum Model Pembelajaran Montessori
2. Untuk Memahami Pendekatan kurikulum Montessori
3. Mengetahui Prinsip Utama Pendekatan Kurikulum Montessori
4. Untuk Memahami Konsep Umum Kurikulum Kreatif
BAB II
PEMBAHASAN
D. Kurikulum Kreatif
Setiap anak memiliki perkembangan yang sangat individualis, yang sering
diistilahkan dengan “ the right man on the right competences “. Untuk itu, berikan
waktu yang berbeda untuk anak yang berbeda, berikan kesempatan bagi anak untuk
tumbuh, berkembang dan belajar sesuai dengan laju dan kecepatannya masing-
masing. Nah, ketika kita bicara tentang perkembangan anakyang sangat individualis
tersebut dan ketika kita menyadari bahwa setiap anak memang berbeda satu dengan
lain, maka layanan pendidikan yang diberikan pun haruslah sesuai dengan takaran
tumbuh kembang mereka masing-masing. Dalam dunia pendidikan layanan yang
diberikan padaanak ini dipersiapkan melalui pengembangan program kegiatan
bermain, yang selama ini kita kenal istilah kurikulum.
Selanjutnya, apakah kurikulum itu ?, Sujiono dan Sujiono (2010) berpendapat
bahwa kurikulum adalah semua pengalaman belajar melalui bermain yang diperoleh
anak, ketika mengikuti pembelajaran di suatu lingkungan pendidikan. Selayaknya,
sesuai dengan pendapat tersebut, makaseharusnya implementasi dari suatu kurikulum
ada dimana-mana, saat anak belajar melalui di kelas,bermain peran, bermain balok,
bermain kinestetik, atau di halaman sekolah, seperti melakukan percobaan sederhana,
menanam dan merawat tanaman, berkunjung ke kebun buah, ke peternakan, atau
berbelanja bersama guru dan teman-temannya.
Jadi, kurikulum bukanlah hanya terbatas pada pengertian yang selama ini
banyak dipahami oleh para guru, dimana ketika disebut kurikulum, guru langsung
teringat pada dokumen tertulis yang berisi program satu tahun (prosata), program
semesteran, bulanan, rencana kegiatan mingguan dan harian atau istilah kerennya
lesson plan atau daily activity. Tidak juga salah sih pemahaman sempit tersebut,
memang dalam pengembangan kurikulum ujung-ujungnya kita harus membuat
perencanaan tertulis. Namun, apabila kita ingin mewujudkan sebuah rangkaian
layanan pendidikan yang terintegrasi dan komprehensif, maka kurikulum perlu
dimaknai lebih dari sekedar dokumen tertulis saja, itu artinya ketika kita bicara
tentang sebuah kurikulum dari suatu lembaga pendidikan, maka kita harus
membayangkan program layanan dengan sentuhan pendidikan apa saja yang
akanditerima oleh anak, mulai dari depan pintu gerbang lembaga tersebut, dimana
anak merasa ‘seperti’ hendak masuk taman bermain bukan ke ‘sekolah’ yang penuh
dengan aturan dan beban belajar, apalagi ada embel-embel diberi PR pula.
Kurikulum juga tampak pada saat ibu guru menyambut dengan hangat
kedatangan anak dipagi hari dan mengantarkan mereka dengan senyum tulus ke
gerbang perpisahan pada saat pulang. Kurikulum tampak dari peran guru yang tidak
lagi hanya sebagai pentranfer ilmu semata, tetapi mampu menjadi fasilitator siap
melayani ketika anak membutuhkan bantuan saat bermain dan melakukan aktivitas
rutin lainnya, berupa kemampuan menolong diri sendiri (self help) seperti membuka
dan memakai sepatu dan kaos kaki, makan dan minum sendiri, meletakkan dan
merapikan kembali mainannya.
Subyek sekaligus obyek dari suatu kurikulum adalah anak. Jadi, karena anak
berbeda maka kurikulum yang diberikan pun harusnya berbeda pula. Penulis
menyebutnya dengan istilah “kurikulum berciri khas” atau “kurikulum bermain
kreatif”, mengapa ? karena seorang guru perlu memiliki kreatifitas yang tinggi untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan takaran tumbuh kembang anak.
Mengapa kurikulum bermain kreatif ? karena, kurikulum ini bertujuan untuk
memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak melalui pendekatan yang
kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan anak, serta tentunya aman,
nyaman dan menyenangkan.
Selain itu, melalui pendekatan kurikulum bermain kreatif terdapat beragam
kegiatan yang dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa
mereka hidup, serta lingkungan dimana mereka hidup.
Lebih jauh, Dodge dan Colker ( 2000: 5-10) menegaskan bahwa kurikulum
bermain kreatif haruslah didasarkan pada bagaimana anak membangun kemampuan
sosial dan emosional; bagaimana anak belajar untuk berpikir; dan bagaimana anak
dapat mengembangkan kemampuan fisik; serta ditambahkan oleh (Sujiono dan
Sujiono, 2010: 67) bahwa bagaimana anak dapat berkembang karakternya melalui
budaya dimana mereka hidup.
Setelah kita mampu memaknai kurikulum bermain kreatif, pertanyaan
selanjutnya yanglebih penting bagi seorang guru adalah bagaimanakah cara
mengembangkan kurikulum bermain?
Kurikulum bermain kreatif yang akan dipaparkan sangatlah sederhana dan
mudah dipraktekkan oleh guru di TK, Kelompok Bermain dan atau lembaga PAUD
lainnya, asalkan mereka mau berubah dan mengikuti alur perubahan tersebut ?
Dengan semangat “ Yes I Can”.
Secara garis besar prosesnya sama, seperti urutan kegiatan belajar yang
selama ini dilakukan, yaitu:
Pada saat Pembukaan: guru memulai dengan bercerita /Story Telling (sesuaitema),
lalu guru bersama anak membuat aturan sentra dan menjelaskan alat permainan
yang disediakan.
Pada saat Kegiatan Inti: anak main di sentra, beres-beres dan toileting
Pada saat Penutupan: kembali ke kelas besar dan berkumpul untuk melakukan
review kegiatan awal sampai akhir.
Lalu apa ciri khas dari kurikulum bermain kreatif ? Bagaimana cara agar kita
dapat melakukan perubahan dari kurikulum yang “biasa-biasa saja” menjadi
kurikulum bermain kreatif ?. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)
Penataan lingkungan didalam dan diluar kelas; Kegiatan bermain dan alat
permainan edukatif yang perlu disiapkan; (3) Interaksi edukatif yang ditunjukkan
oleh guru.
Dalam kurikulum bermain kreatif terdapat dua ciri khas, yaitu adanya gelaran
sentra / area bermain dan adanya tokoh pembuka sebagai motivator dalam belajar.
Mari kita cermati kedua ciri khas tersebut.
Apakah GELARAN SENTRA BERMAIN itu?
Gelaran sentra bermain merupakan istilah yang sengaja penulis ciptakan
sebagai sebutan lain dari suatu pusat kegiatan belajar dan bermain yang selama ini
dikenal dengans ebutan SENTRA (dikalangan pendidik di Kelompok Bermain) dan
AREA (dikalangan guru Taman Kanak-kanak dan Raudahtul Athfal) atau ada juga
yang masih menggunakan istilah SUDUT kegiatan.
Adapun yang dimaksud dengan GELARAN SENTRA BERMAIN dalam
bahasan ini adalah suatu wahana atau wadah atau tempat anak bermain atau
beraktivitas lainnya. Jadi gelaran sentra bermain adalah pusat kegiatan belajar yang
dapat menjadi sarana atau tempat yang dapat mengadaptasi perbedaan gaya belajar
yang dimiliki oleh anak, tingkat kematangan dan perkembangan anak, serta
mengantisipasi perbedaan dari latarbelakang yang berbeda. Prinsip pembelajaran
yang diterapkan pada gelaran sentra bermain, yaitu individualisasi pengalaman
belajar, dimana setiap anak diperkenankan untuk memilih gelaran sentra bermain
yang akan digunakan untuk bereksplorasi dan bermain.
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi tentang pendekatan kurikulum Montessori, maka dapat
disimpulkan bahwa: Konsep pendekatan kurikulum Montessori terdapat tujuh bidang
yaitu kehidupan sehari-hari (Practical Life), penginderaan, bahasa, matematika,
artistik, musik, dan subjek budaya yang meliputi geografi dan sains. Ketujuh bidang
tersebut dapat mengasah kemandirian dan kreatiftas anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Webster, A. A., & Carter, M. (2007). Social relationships and friendships of children
with developmental disabilities: Implications for inclusive settings. A systematic
review. Journal of Intellectual & Developmental Disability, 32(3), 200-213. doi:
10.1080/13668250701549443