Anda di halaman 1dari 18

KREATIVITAS BELAJAR DAN MINAT BAKAT DALAM

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Muhammad Buchori Ibrahim, M.Psi

Kelompok : 4

1. Fauziah Mawaddah Harefa (0305223093)


2. Nur Halimah (0305223073)
3. Nazira Ananda (0305221027)
4. Bayhaqi Yasri (0305223071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Berbagai Perdebatan Dalam Psikologi Pendidikan” ini dengan baik, meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Muhammad Buchori Ibrahim, M.Psi selaku dosen pembimbing mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Berbagai Perdebatan Dalam Psikologi Pendidikan.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Medan, 2 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Kreativitas Individu Dalam Belajar ............................................................. 2
B. Definisi Bakat dan Minat ............................................................................. 4
C. Studi Kasus .................................................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran .......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental.
Psikologi pendidikan sebagai cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan
diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan, dipahami bahwa psikologi pendidikan ialah suatu kajian yang
sangat luas.1 Psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan
sesuatu, dan juga bagaimana makhluk berfikir dan berperasaan.2
Perdebatan dalam psikologi pendidikan adalah hal yang umum
terjadi di dunia akademis. Perdebatan ini sering kali menghasilkan
penelitian lebih lanjut dan inovasi dalam bidang psikologi pendidikan, yang
pada gilirannya dapat memajukan pemahaman kita tentang bagaimana
siswa belajar dan tumbuh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kreativitas individu dalam belajar?
2. Apa definisi dari bakat dan minat?
3. Apa saja studi kasus yang ada?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kreativitas individu dalam belajar.
2. Untuk mengetahui definisi dari bakat dan minat.
3. Untuk mengetahui apa saja studi kasus yang ada.

1
John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta : Prenada Media Group,
2015, hlm. 4.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, cet. ke-14, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2008. hlm. 8.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kreativitas Individu Dalam Belajar
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Defenisi kreativitas sangat
berkaitan dengan penekaan pendefenisian dan tergantung pada dasar teori
yang menjadi dasar acuannya. Kreativitas merupakan suatu ungkapan yang
tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi anak sekolah
yang selalu berusaha menciptakan sesuatu sesuai dengan fantasinya.3
Utami Munandar dalam M. Ali dan M. Asrori mendefinisikan
kreativitas sebagai kemampuan mencerminkan kenalaran, keluwesan dan
orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu
gagasan.4 Sedangkan Torrace pula menyatakan bahwa kreativitas adalah
proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan atau hambatan
dalam hidupnya, merupakan hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-
hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis yang
dirumuskan.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi
antara individu dan lingkungan. Proses dalam hal ini, merupakan urutan
kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan, bertahap, bergilir,
berkeseimbangan, terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan
memberikan karakteristik terhadap belajar-mengajar.5
Menurut Nana Sudjana, belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, baik pengetahuannya,

3
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak.
Jakarta: Grasindo, 2006, hal. 57
4
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Jakarta Bumi Aksara, 2006,
hal. 41-44
5
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Stategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
Bandung: Sinar Baru, Algesindo, 2010, hal. 4-6

2
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan
dan kemampuannya, daya reaksinya serta daya penerimanya.6
Menurut Moreno dalam Slameto, yang terpenting dalam kreativitas
belajar itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya melainkan produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru
bagi diri sendiri yang tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang
lain atau dunia pada umumnya. Misalnya, seorang siswa menciptakan untuk
dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan
untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problema-problema
dengan mengolaborasikan gagasan-gagasan dengan mempergunakan daya
khayal, fantasi tau imajinasi serta mampu menguji kebenaran akan gagasan
tersebut. Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk menemukan cara-
cara bagi pemecahan problema-problema yang dihadapi siswa dalam situasi
belajar yang didasarkan pada tingkah laku siswa guna menghadapi
perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari dalam perkembangan
proses belajar siswa.
Menurut Martini, aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas
adalah sebagai berikut:
1. Aspek Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah
satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang.
Kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah
kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan untuk
memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
2. Aspek Intuisi dan Imajinasi
Kreativitas berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh
sebab itu, intuitif dan imajinatif merupakan aspek lain yang
mempengaruhi munculnya kreativitas.

6
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesido
Offset, 2009,hal.28

3
3. Aspek penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan
penginderan, yaitu kemampuan menggunakan pancaindera secara peka.
Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan seseorang dapat
menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan oleh orang
lain.
4. Aspek kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan,
kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian dan
berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.7
B. Definisi Bakat dan Minat
1. Definisi bakat
Bakat merupakan potensi atau kemampuan yang dibawa
seseorang sejak lahir. Pada dasarnya, setiap individu memiliki bakat
yang berbeda-beda. Dalam hal ini, setiap individu juga memiliki potensi
alamiah yang berbeda sejak lahir. Ada individu yang memiliki bakat di
bidang tulis-menulis, kesenian, olahraga, dan bakat lainnya.
Perbedaan tersebut terletak pada jenis bakat. Anna Pavlova
misalnya, beliau sangat berbakat sebagai penari ballet. Lain halnya
dengan Rembrandt, Van Gogh, Leonardo da Vinci, Affandi, Basuki
Abdullah, S. Sudjojono, Barly, Popo Iskandar, dan Ahmad Sadali yang
sanggup membuat dunia terpesona dengan lukisan-lukisan mereka.
Bahkan, nama-nama lain seperti Mohammad Ali, Ken Norton, dan Mike
Tyson yang juga melegenda karena bakat tinju mereka, atau Anatoly
Karpov dan Garry Kasparov yang sangat terkenal di bidang olahraga
catur. Dari mana datangnya kejeniusan mereka dalam bidang-bidang
tersebut? Apakah berasal dari bakat pembawaan, nasib, insting, latihan
keras, mutu istimewa dari kepribadian, atau ilham?

7
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak,
Jakarta: Grasindo, 2006, h.66

4
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai
suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, seperti
kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama
dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat
menguasai keterampilan tersebut. Bakat harus ditunjang dengan minat,
latihan, pengetahuan, dan pengalaman agar bakat tersebut dapat
teraktualisasi dengan baik.
Crow dalam bukunya berjudul General Psychology menyatakan
bahwa bakat adalah suatu kualitas yang tampak pada tingkah laku
manusia pada suatu lapangan keahlian tertentu, seperti musik, seni
mengarang, kecakapan dalam matematika, keahlian dalam bidang
mesin, atau keahlian lainnya. Tidak jauh berbeda dengan pendapat
tersebut, Stamboel Muanandir dan Munandar (1987) menyatakan
bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan yang relatif bisa bersifat umum.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat
(apptitude) adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang terlihat dalam
bentuk periaku manusia pada suatu bidang keahlian tertentu.8
2. Definisi minat
Minat adalah suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian
pada sesuatu, yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui,
memiliki, mempelajari, dan membuktikan. Minat terbentuk setelah
diperoleh informasi tentang objek atau kemauan, disertai dengan
keterlibatan perasaan, terarah pada objek atau kegiatan tertentu, dan
terbentuk oleh lingkungan. Tidak jauh berbeda dengan pendapat
tersebut, Slameto (1988) menyatakan bahwa minat adalah suatu proses

8
Pupu Saeful Rahmat, Psikologi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara, 2018, hal 153-154.

5
yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu
yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
Minat merupakan suatu ketertarikan individu terhadap suatu
objek yang membuat individu merasa senang dengan objek
tersebut. Pendapat lain yang dikemukakan oleh John Holland
menyatakan bahwa minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang
membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi
kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari
kekuatan seseorang di area tertentu tempat ia akan termotivasi untuk
mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Mappiare (1982) yang
menjelaskan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri
dari campuran perasaan, harapan, pendidikan, rasa takut, atau
kecenderungan lain yang menggerakkan individu pada suatu pilihan
tertentu. Sukardi (1994) menambahkan bahwa minat merupakan salah
satu unsur kepribadian yang memegang peran penting dalam mengambil
keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu terhadap suatu
objek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan senang
atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Dalam hal ini, minat
seseorang dapat diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang
terhadap suatu objek.
Dalam hal ini, minat peserta didik dapat diartikan sebagai
kecenderungan peserta didik terhadap objek atau suatu kegiatan, baik
pelajaran maupun kegiatan lain di sekolah, yang digemari dan disertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian, serta keaktifan dalam
melaksanakannya. Dalam hal ini, seorang peserta didik pasti memiliki
kecenderungan untuk menyukai satu atau beberapa mata pelajaran dan
kegiatan sekolah lain seperti ekstrakurikuler.
Minat juga memiliki jenis-jenis tertentu. Guilford (1982)
menjabarkan jenis-jenis minat menjadi minat vokasional dan minat
avokasional. Minatvokasional merujuk pada bidang pekerjaan tertentu.

6
Minat vokasional ini terdiri dari (1) minat profesional berupa minat
keilmuan, seni, dan kesejahteraan sosial; (2) minat komersial berupa
minat pada dunia usaha, jual-beli, periklanan, akuntansi, dan
kesekretariatan; serta (3) minat kegiatan fisik berupa kegiatan luar dan
mekanik. Sementara itu, jenis minat kedua adalah minat avokasional
yaitu minat yang merujuk pada minat untuk memperoleh kepuasan dan
hobi. Minat avokasional ini dapat berupa petualangan, hiburan,
apresiasi, dan ketelitian.9
3. Perbedaan bakat dan minat
Terkadang, orang sulit membedakan antara bakat dengan minat.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa bakat merupakan
potensi atau kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir. Setiap
orang memiliki potensi alamiah yang berbeda sejak lahir. Bakat tidak
akan hilang dari diri seseorang. Pada beberapa kasus, bakat sering kali
tidak tersalurkan dengan baik oleh berbagai hambatan. Hal ini yang
biasa disebut dengan bakat terpendam.
Berbeda halnya dengan bakat. Minat dapat tumbuh dan
berkembang setelah mengalami suatu proses. Seseorang akan berminat
terhadap sesuatu karena merasa tertarik setelah mendapat gambaran
positif tentang sesuatu. Terlebih jika hal tersebut ternyata memberikan
banyak manfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Minat dapat tumbuh dalam diri seseorang secara alamiah
maupun mendapat pengaruh positif dari lingkungan. Minat ini juga
memiliki pengaruh besar terhadap bakat. Artinya, minat akan dapat
mengarahkan penyaluran bakat dalam diri seseorang. Orang yang
berminat terhadap suatu kegiatan seni misalnya, hal ini dapat membantu
dirinya dalam mengembangkan potensi bakat yang ia miliki di bidang
olah suara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bakat lebih spesifik
dibandingkan dengan minat.10

9
Ibid, hal 161-163
10
Ibid, hal 163

7
4. Mengembangkan bakat dan minat
Dalam melakukan pengembangan bakat dan minat tersebut,
terdapat beberapa faktor yang mendukung antara lain faktor internal dan
faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang terdiri dari faktor bawaan dan faktor kepribadian.
1) Faktor Bawaan (Genetik)
Faktor bawaan merupakan faktor yang mendukung
perkembangan individu dalam minat dan bakat sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak
dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sebagai pewarisan dari orang tuanya. Faktor hereditas
sebagai faktor pertama munculnya bakat (Yusuf, 2004: 31). Dari
segi biologi, bakat sangat berhubungan dengan fungsi otak. Bila
otak kiri dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual,
sekuensial, teratur rapi, dan logis. Sementara itu, otak kanan
berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik dan
artistik, serta atletis.
2) Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis ketika
perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak
itu sendiri. Hal ini akan membantu anak dalam membentuk
konsep, serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan
minat dan bakatnya (Asror, 1999: 93).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu seperti faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan
olahan dari berbagai hal untuk mendukung pengembangan minat
dan bakat. Faktor lingkungan dapat terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan sosial.

8
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan awal tempat
individu belajar dan latihan. Lingkungan keluarga juga
merupakan tempat individu memperoleh pengalaman karena
keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling penting
bagi individu.
2) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan suatu lingkungan yang dapat
memengaruhi proses belajar mengajar kondusif yang bersifat
formal. Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan
minat dan bakat karena di lingkungan ini minat dan bakat
individu dikembangkan secara intensif.
3) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan suatu lingkungan yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan
sosial inilah, individu akan mengaktua-lisasikan minat dan
bakatnya dalam masyarakat.11
C. Studi Kasus
Jakarta -Utas Twitter pengajar Bambang W Nugroho @bambangwn
viral sejak Senin (20/3/2023). Rangkaian cuitannya mengisahkan sang anak
yang mengundurkan diri dari pendidikan profesi dokter karena kemampuan
dan minat menjadi dokter sudah lenyap.
Bambang menuturkan, usai meraih gelar Sarjana Kedokteran, sang
anak mengalami masalah kejiwaan hingga menjalani pengobatan dan terapi
oleh psikiater dan menunda ikut program co-assistant (co-ass).
Berangkat dari terapi di akhir pendidikan, Bambang dan keluarga
mengetahui bahwa saat SMP, cita-cita sang anak menjadi penyanyi
dipertanyakan gurunya di kelas. Alhasil, anak tersebut memilih berganti
cita-cita menjadi dokter.

11
Ibid, hal 165-166

9
"Mbok cita-cita itu yang beneran, kayak teman-temanmu tadi
lho.. Mosok jadi penyanyi," kata Bambang menirukan guru tersebut, dikutip
dari cuitan dengan izin, Jumat (24/2/2023).
Mendengar perkataan guru dan tawa teman sekelas, anaknya
tertegun dan menjawab ulang dengan profesi lain. "Saya ingin jadi
dokter...," sambung Bambang menirukan anaknya.
Ia menuturkan, dirinya dan keluarga tidak mengetahui peristiwa
tersebut hingga diinformasikan saat sang anak terapi kejiwaan di tahun-
tahun terakhir kuliah.
"Maaf, kami baru tahu hal ini setelah anak kami bermasalah di
kuliahnya, dan di koasnya. Itu dari hasil terapi. Andai kami tahu sejak awal
pas dia di SMP, kami pasti sudah antisipasi," kisahnya yang juga seorang
pengajar selama 30 tahun terakhir.
Merespons kisah ini, pemikir Merdeka Belajar dan Ketua Yayasan
Guru Belajar Bukik Setiawan menuturkan, guru dan orang tua pada
dasarnya membimbing anak untuk menemukan minat dan bakatnya.
"Marahlah. Mangkel. Gimana ya, tugas guru, tugas orang tua, itu
kan membimbing anak untuk menemukan arahnya sendiri. Soal profesi
serius atau tidak, berprospek atau tidak, tidak datang dari orang-orang
dewasa, baik guru dan orang tua," kata Bukik kepada detikEdu.
"Tugas orang dewasa itu mengarahkan anak riset sendiri, dengan
data akurat, sesuai keinginannya, lalu menyimpulkan sendiri. Anaknya yang
menentukan, bukan orang tua atau guru," imbuhnya.
Bukik menuturkan, menuju kemandirian anak di usia lulus sekolah
hingga memulai karier, penting untuk tidak mengabaikan pengenalan minat
dan bakat sejak kecil.
"Proses untuk menemukan minat dan bakat untuk jadi karier
memang proses panjang. Kalau berharap anak mandiri di usia 19 tahun, saat
udah lulus SMA, bisa hidup mandiri, ada proses sepanjang hidup untuk
menuju ke sana. Tetapi kita sering abai karena hal yang sifatnya
administratif atau normatif," ucapnya.

10
Bukik menjabarkan sejumlah tahap dan cara mengenalkan anak
pada minat, bakat, dan cita-cita sebagai berikut:
1. Mengetahui Profesi Sejak Kelas 3-4 SD.
Idealnya, kata Bukik, siswa kelas 3-4 SD sudah harus dikenalkan
dengan beragam profesi dengan lingkungan sekitarnya.
"Tetapi hanya sejauh kenal, ya. Datang ke kantor media massa, datang
ke kantor polisi, tempat kerajinan, tempat budaya,tempat kesenian, juru
fotografi. Itu harus dikenalkan di kelas 3-4 SD, jadi mencocokkan
dengan profesi tersebut," tuturnya.
"Di SD itu dibentuk angannya ya, karena pada anak SD itu (fokusnya)
pada kemampuan belajar, menggunakan riset, dan pengambilan
keputusan," imbuhnya.
2. Mengenali Dunia Profesi di Masa SMP
Mengacu pada Ki Hajar Dewantara, sambungnya, siswa SMP dapat
mengenali dunia profesi lewat studi lapangan hingga magang.
"Jangan bayangkan magang harus di perusahaan besar, apakah di rumah
makan Padang, salon, fotokopi, kantor media. Peran mereka seperti
lebih lebih mengamati bagaimana sebenarnya yang terjadi pada suatu
profesi tersebut," tutur Bukik.
Ia menuturkan, siswa SMP sudah dapat menghasilkan karya yang
menunjukkan minat ke suatu bidang. Ia mencontohkan, dari kesenangan
pada konten, anaknya sudah dapat menyunting konten anak lainnya.
3. Hindari Mematahkan Cita-cita Anak
Bukik menekankan, secara prinsip, orang dewasa harus menghindari
untuk mematahkan cita-cita anak.
"Satu larangan utama dan guru untuk cita-cita anak-anak yaitu
mematahkannya, seaneh apapun itu. Bertanya dengan rasa ingin tahu
boleh, misalnya, 'apa yang kamu harapkan dari menjadi penyanyi,
penyanyi yang kayak gimana?' " katanya.
"Rasa ingin tahu boleh, mematahkan itu larangan terbesar. Kenapa?
karena anak punya kemauan sendiri itu sudah bagus. Sekalinya anak

11
tidak punya kemauan, lalu diam, itu jadi sangat susah bagi guru, orang
tua, dan siswa sendiri," imbuhnya.
4. Memberi Semangat yang Tepat
Memberi semangat atas pilihan cita-cita anak sangat dianjurkan menurut
Bukik sebagai dorongan untuk mewujudkannya alih-alih
membayangkannya saja.
"Setiap anak akan dapat feedback dari lingkungan. Misalnya, diri sudah
punya judgement bahwa anak itu tidak bagus suaranya. Tidak boleh
dipatahkan. Ditanya, didorong untuk mewujudkannya. Itu akan ada
feedback dari orang lain, protes misalnya," kata Bukik.
"Dari situ anak berpikir, bahwa kita sejak awal sudah ada di sisi
supporternya. Walau dapat umpan balik yang tidak sesuai harapannya,
ia akan balik ke orang tua dan gurunya, atas patah hati cita-citanya itu.
Dari situ justru dibantu, 'apa iya cita-cita ke situ'. Jadi larangan
utamanya adalah mematahkan (cita-cita anak)," imbuhnya.
Bukik menjelaskan, fasilitas ruang bagi anak menceritakan cita-
citanya sudah ada lewat guru BK, baik di kelas maupun di ruang BK.
"Dan memang sudah seharusnya, bahwa guru BK tugasnya
membantu murid menemukan minat bakat dan mengejar cita-cita mereka,"
tuturnya.
"Ada strategi kolektif dan individual. Kalau konteksnya anaknya
malu bicara di depan umum, perlu difasilitasi tata muka, 1-on-1, face to
face," sambung Bukik.
Bukik menekankan, adalah PR orang dewasa baik guru maupun
orang tua untuk mendukung minat, bakat, dan cita-cita anak, termasuk
secara psikologis maupun finansial.
"Masyarakat itu masih egosentris, arahnya mencapai cita-cita
sendiri, obsesi sendiri. Itu perlu dibongkar, tetapi itu PR besar, wacana
pendidikan mengarah ke sana," katanya.
"Agak menantang, satu pihak (guru atau orang tua) tidak berpihak,
masih mungkin, kalau dua-duanya? Sangat sulit buat anak," imbuhnya.

12
Bukik menjelaskan, ada beragam variasi sikap mendukung, mulai
dari fasilitas, uang, izin, maupun psikologis.
"Bukan mematahkan. Kala sampai semuanya itu tidak ada, akan
setengah mati buat anak. Setidaknya kalau membiarkan (anak dengan cita-
citanya), anak bisa cari celah, karena anak juga mencari tempat sendiri
mengembangkan minat bakat, seperti musik atau band, menyisihkan uang
saku untuk sewa studio, belajar desain grafis di laptop yang kapasitasnya
untuk sekolah. (Jangan) batasnya malah guru dan orang tua," jelasnya.
Ia mengingatkan, anak-anak merupakan pemimpin di masa depan,
sehingga perkembangan yang baik akan mendukungnya hidup saat dewasa.
"Orang tua salah satu peraih Nobel ditanya, bagaimana melahirkan
anak jadi peraih Nobel. Ia bilang, 'saya tidak mengikat, tidak memotong
sayap-sayapnya. Jika tidak bisa beri fasilitas dan uang, jangan patahkan
(cita-citanya), beri dukungan psikologis agar ia terus eksplorasi potensinya
dan mewujudkannya," kata Bukik.
"Orang dewasa, guru dan orang tua, ayo berpihak pada anak. Beri
dukungan semampunya agar anak bisa berkembang optimal," ucap dia.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan.
Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk menemukan cara-cara bagi
pemecahan problema-problema yang dihadapi siswa dalam situasi belajar
yang didasarkan pada tingkah laku siswa guna menghadapi
perubahanperubahan yang tidak dapat dihindari dalam perkembangan
proses belajar siswa. Aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas
pembelajaran, yaitu
1. Aspek Kemampuan Kognitif
2. Aspek Intuisi dan Imajinasi
3. Aspek penginderaan
4. Aspek kecerdasan emosi
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu
kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus, seperti kemampuan
berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Minat merupakan suatu
ketertarikan individu terhadap suatu objek yang membuat individu merasa
senang dengan objek tersebut.
B. Saran
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penulisan dan kata-kata yang ada didalam
makalah ini. Kami berharap para pembaca dapat memahami dan mengerti
semua pembahasan yang kami paparkan dalam makalah ini. Selain itu,
kritik dan saran kami perlukan untuk membangun dalam pembuatan
makalah kami untuk kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad., dan Mohammad, Asrori, 2006. Psikologi Remaja, Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar, 2010. Pendekatan Baru Stategi Belajar Mengajar Berdasarkan


CBSA, Sinar Baru, Algesindo.

Jamaris, Martini, 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman


Kanak-kanak. Grasindo.

Pupu, Saeful. Rahmat, 2018. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara.

Sudjana, Nana, 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesido
Offset.

Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, cet. ke-14.
Remaja Rosda Karya.

W, John. Santrock, 2015. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Prenada Media


Group.

15

Anda mungkin juga menyukai