Anda di halaman 1dari 54

CRITICAL BOOK REPORT

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU:
Siddiq Ali Azis Siregar, M.Pd.E

DISUSUN OLEH:
Nur Halimah 0305223073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini tepat pada
waktunya.Shalawat beserta salam kita hadiahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang
syafaatnya kita nantikan di akhirat kelak nanti. Adapun tujuan dari penulisan Critical Book
Report ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.

Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kami kepada bapak
Siddiq Ali Azis Siregar, M.Pd.E selaku dosen pengampu pada mata kuliah kewarganegaraan
yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah wawasan dan pengalaman
dalam membuat critical book review.

Saya menyadari bahwa penulisan Critical Book Report ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak sehingga Critical Book Report ini bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.

Medan, 1 April 2023

Nur halimah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2
C. Identitas Buku ............................................................................................................ 2
BAB II.................................................................................................................................. 3
RINGKASAN BUKU .......................................................................................................... 3
A. BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

B. BAB II :SEJARAH LAHIRNYA PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN ............................................................................................. 5

C. BAB III : TUJUAN PEMBELAJARAN PPKn ....................................................... 7

D. BAB IV : IMPLEMENTASI PPKn DI PERGURUAN TINGGI ............................. 9

E. BAB V : PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL ................................ 14

F. BAB VI : KONTRIBUSI PPKn DALAM SISTEM PERTAHANAN.................... 15

G. BAB VII : PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA............................................................................................... 16

H. BAB VIII : PANCASILA SEBAGAI PARDIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA ...................................... 19

I. BAB IX : KEHIDUPAN NASIONAL DAN KETAHANAN NASIONAL ........... 20

J. BAB X : NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM SISTEM KENEGARAAN


22

K. BAB XI : PANCASILA DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA .............. 23

L. BAB XII : KETERKAITAN PPKn DENGAN MATA PELAJARAN LAINNYA


DALAM FAKTA SEJARAH ....................................................................................... 25

M. BAB XIII :PPKn DALAM KONTEKS NKRI....................................................... 27

ii
N. BAB XIV : PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA............................................................................................... 28

O. BAB XV : TONGGAK-TONGGAK SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA ............................................................................................................... 30

P. BAB XVI : PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA ........................... 33

Q. BAB XVII : HAKIKAT PPKN SEBAGAI PENDIDIKAN BELA NEGARA ....... 34

R. BAB XVIII : WAWASAN NUSANTARA DALAM PERUDANG- UNDANGAN


NEGARA .................................................................................................................... 35

S. BAB XIX : KETAHANAN NASIONAL INDONESIA ........................................ 36

T. BAB XX : TATA CARA PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA ........................ 36

U. BAB XXI : WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN ...................................... 40

V. XXII : PPKN SEBAGAI IDENTITAS DAN KARAKTER BANGSA .................. 41

W. XXIII : PENDIDIKAN PANCASILA DALAM KONTEKS


KETATANEGARAAAN ............................................................................................. 42

X. XXIV : PANCASILA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA ........................ 43

BAB III .............................................................................................................................. 46


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.................................................................. 46
A. KELEBIHAN BUKU ........................................................................................ 46
B. KEKURANGAN BUKU ................................................................................... 46
BAB IV .............................................................................................................................. 48
PENUTUP ......................................................................................................................... 48
A. KESIMPULAN.............................................................................................. 48
B. SARAN ......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 50

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran


interdisipliner ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cakupan dari disiplinilmu
negara, disiplin ilmu hukum, disiplin ilmu pemerintah dan realita dari gejala –gejala
kehidupan sosial masyarakat yang secara kontenporer merupakan bagian cabang ilmu
filsafat yang membicarakan tentang pengembangan pendidikan nilai dan pendidikan
pembentukan kepribadian warga negara, bangsa dan negara.
Sebagaimana menurut pasal 6 (ayat 1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 yang menjelaskan bahwa: “Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian
merupakan materi pembelajaran yang memuat cakupan dari suatu mata pelajaran di
dalam pengembangan pembentuk kepribadian yang secara tujuan dan maksudnya
merupakan usaha sadar untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan
status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan yang dimaksud yaitu bagian yang termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi
manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatanmembayar pajak, dan
sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme”.
Sedangkan menurut Nu’man Sumantri (2001, hlm. 299) yang mengemukakan
pengertian Pendidikan Kewarganegaran sebagai berikut: “Pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang
diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari
pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna
melatih para siswa untuk berpikir kritis, analisis, bersikap dan bertindak demokratis
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945”. Pendidikan pada dewasa ini telah menjangkau disetiap sendi kehidupan
manusia, begitu juga maksud dan tujuan dari usaha pendidikan yang secara berlangsung
bertujuan untuk membangun potensi-potensi sumber daya yang ada dari dalam
kehidupan manusia dengan mutu tujuan untuk meningkatkan kualitas diri sebagai
hamba Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Individu, sosial, religius, dan estetika.

1
B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan critical book review ini ialah untuk menganalisa buku yang
berjudul “URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA dan KEWARGANEGARAAN di
PERGURUAN TINGGI” karya dari bapak Prof. Dr. Hamid Darmadi, M.Pd dan sebagai
pemenuhan tugas dalam mata kuliah kewarganegaaran serta pada dasarnya tujuan
penulisan critical book report ini bukan untuk merendahkan dan mencari kesalahan
penulis namun dapat dijadikan masukan kepada penulis berupa kritis dan saran terhadap
isi, substansi, dan cara penulisan buku.

C. Identitas Buku

Identitas buku yang di review


 Judul : Urgensi pendidikan
pancasila dan
kewarganegaraan di
perguruan tinggi
 Edisi : Cetakan kedua
 Penulis : Prof. Dr. Hamid Darmadi,
M.Pd
 Penerbit : ALFABETA,cv
 Kota terbit : Bandung
 Tahun terbit : 2014
 ISBN : 978-602-7825-76-5
 Jumlah Halaman : 450

2
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. BAB I : PENDAHULUAN

1. Pentingnya pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan sangat penting Dalam konteks Indonesia,
pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pluralisme yakni
sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas.
Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka
identitas nasional Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah
universitas, tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir
masyarakal egois Tanpa penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman
yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi sumber
konflik Pendidikan, lewat kunkulumnya, berperan penting dan itu terkait
dengan strategi kebudayaan.
Beliau menambahkan bahwa ada liga fenomena pasca perang dunia II. Yaitu:
1. Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-
building atau pembangunan institusi negara secara politik Di Indonesia,
itu diprakarsai mantan Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk
nasionalisasi
2. Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang
kemudian mendorong pendidikan sebagai bagian dan market-builder
atau penguatan pasar dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto,
3. Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah
menampakkan fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya
untuk mendorong risel, kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan
terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan negara Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi
ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa

3
serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan
dan kejayaan Indonesia.
2. Tujuan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
Tujuan utama Pendidikan Paricasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia,
memiliki sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa Pancasila Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

3. Tujuan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan di perguruan tinggi


Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003. Pendidikan Pancasia
dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi (Menurut Skep Dirjen Dikt No
38/DIKTI/Kep/ 2002 Agar mahasiswa:
 Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
 Mampu mengkalkan dan mengimplementasilan dalam peranan dan
kedudukan serta kepentingannya, sebagal individu, anggota
keluarga/masyarakat dan warganegara yang terdidik
 Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah kaidah nilai
berbangsa dan bernegara untuk menciptakan masyarakat madani.

4. Manfaat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Sebagai warga negara yang baik perlu mengetahui apa urgensi dan manfaat
dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sesungguhnya banyak manfaat yang
bisa diambil dan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pertama adalah untuk
mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara yang akhirnya dapat
menempal diri pada posisi yang tepat sebagai warga negara Setelah mengetahui dan
mengerti kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan, maka

4
sebagai warganegara yang bak dapat menjalankan perannya dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta
menuntut hak-hak yang mungkin belum terpenuhi sebagai warga negara. Setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama salu sama lainnya tanpa
terkecuali Persamaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari
berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan kehidupan
Manfaal yang kedua adalah dengan mempelajari pelajaran kewarganegaraan dapat
dijadikan motivasi untuk memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Artinya setelah mengerti peran dan keadaan negara, seharusnya menjadi warga
negara yang lebih cinta pada tanah air dan bangsa serta rela berkorban demi bangsa
dan negara Dengan mempelajan Pendidikan kewarganegaraan dapat memperkuat
keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan mengamalkan semua
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Disadari atau tidak, dasar negara Pancasila
mempunyai nilai nilai luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut
seharusnya menjadi pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku Nilai-
nilai tersebut berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia Kualitas SDM
yang rendah merupakan salah satu indikasi juga gagalnya pendidikan
kewarganegaraan. Manfaat selanjutnya adalah suatu hal yang masih berhubungan
dengan nasionalisme dan patriotisme yaitu sebagai warga negara diharapkan
memiliki kesadaran dan kemampuan dalam usaha bela negara. Berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulls bahwa "Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Syarat-syarat tentang
pembelaan negara diatur dengan undang- undang Sebagai warga negara yang baik
kita wajib ikut serta dalam usaha bela negara dan segala macam ancaman gangguan,
tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.

B. BAB II :SEJARAH LAHIRNYA PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

1. Latar Belakang Lahirnya PPKn


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Kurikulum 1994) yang dalam
kurikulum KTSP 2006 disebut Pendidikan Kewarganegaraan dan dalam Kurikulum
2013 kembali berganti nama menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berawal dari perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari

5
perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai pada mengisi kemerdekaan,
bahkan terus berlangsung hingga jaman reformasi saat ini. Kondisi perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan itu disikapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nilal perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang
Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat nasional
kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan yang
mampu mendorong proses lerwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang tangguh.

2. Civic Menjadi PKN, PMP, Kewiraan, PPKn, PKn, dan Kembali PPKn.
Civis mula-mula dipelajari AS 1790. Cicics digunakan oleh bangsa Amerika
Serikat untuk menyatukan bangsa Amerika Serikat yang terdiri dari berbagai suku
bangsa (imigran Asia, Eropa, Afrika, Australia dil) yang datang, hidup dan menetap
di Amerika Serikat. Istilah menyatukan bangsa Amerika Serikat tersebut dikenal
dengan Istilah "Theory of Americanization Civics diajarkan di Indonesia secara
resmi 1948 setelah Indonesia merdeka Tujuan pengajaran Civics untuk menyatukan
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan
bahasa yang berbeda-beda.
Tahun 1954 Civics digant dengan Kewarganegaraan. Tahun 1961
"Kewarganegaraan diganti dengan "Kewargaan Negara atas usul Prof. Dr.
Sahardjo, SH. sesuai pasal 26 UUD 1945. Karena Civic diganti dengan
"Kewarganegaraan", maka materi Civic tidak berlaku lagi sehingga maten Civic
diganti dengan materi Pancasila, UUD 1945, TAP MPRS, dan PBN ditambah
dengan Orde Baru, Sejarah indonesia dan Ilmu Bumi berdasarkan Instruksi
Mendikbud/Dirjendikdas No.31/tanggal 28 Juni 1967. Tahun 1972 Civic diganti
dengan Ilmu "Kewargaan Negara' Sedangkan Civic Education digantikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Kurikulum Tahun 1975 PKN diganti dengan
PMP, Kurikulum Tahun 1984 PMP tetap PMP, Kurikulum Tahun 1994 PMP
diganti PPKn, Kunkulum KBK Tahun 2004 sampai dengan Kurikulum KTSP
Tahun 2006, istilah PPKn diganti dengan PKn, muncul lagi Kurikulum 2013 PKn
kembali menjadi PPKn.

3. Pengertian Pancasila dan Kewarganegaraan

6
Kewarganegaraan dalam bahasa Latin disebut CIVIS selanjutnya dari kata
CIVIS ini dalam bahasa Inggris disebut "Civic artinya mengenai warga negara atau
kewarganegaraan Dan Kata Civic fahir kata 'Civics". Ilmu Kewarganegaraan dan
Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam memahami pengertian Kewarganegaraan, dikenal pula Istilah:
Kewarganegaraan Subnasional, Kewarganegaraan Supranasional.
Kewarganegaraan Kesalian Eropah Kewarganegaraan Komanwel,
Kewarganegaraan Kehormatan, dan Kewarganegaraan Sejarah Berbagai istilah
Kewarganegaraan tersebut dibicarakan berikut ini.
 Kewarganegaraan Subnasional
 Kewarganegaraan supranasional
 kewarganegaraan kehormatan
 Kewarganegaraan sejarah

C. BAB III : TUJUAN PEMBELAJARAN PPKn

1. Dasar fungsi dan tujuan pembelajaran PPKn


Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengem- bangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya polensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bertolak dan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Tujuan pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik mampu:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara bermutu, bertanggungjawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa- bangsa lain.

7
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. . Ruang Lingkup Pelajaran PPKn


Ruang lingkup pelajaran PPKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut Persatuan
dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan

3. Konsep Dasar Pembelajaran PPKn


Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Teritang Sisdiknas dikatakan
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia, ini berarti Pancasila
tidak saja hanya sebagai lambang negara ataupun dasar negara saja, melainkan juga
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pandangan hidup bangsa Indonesia
adalah Pancasila, yang dapat kita artikan bahwa "semua sandi kehidupan Indonesia
harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Karena Pancasila merupakan sandi kehidupan bangsa Indonesia, maka sudah
sepantasnya program pendidikan Pancasila yang sekarang lebih dikenal dengan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di masukan ke dalam
kurikulum pendidikan nasional.

4. Hakekat Pembelajaran PPKn


Hakekat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut
merupakan Pendidikan Pancasila dan unsur-unsur yang dapat mengembangkan jiwa
dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda Pancasila secara formal mendasari
8
kegiatan negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hakekatnya Pendidikan
mengandung tiga (3) unsur utama yaitu:
1. Mendidik; untuk "Membentuk kepribadian yang dapat mengerti memaharni
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945", menampakkan sikap pribadi kepada
seseorang yang dididik.
2. Mengajar, untuk menanamkan kemampuan berpengetahuan kepada
seseorang yang belajar untuk dapat mengerti dan memahami nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
3. Melatih; untuk memupuk keterampilan kepada seseorang yang dilatih
untuk dapat mengerti dan memahami nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
serta mempraktekkan kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

5. Ruang Lingkup Pembelajaran PPKn


Secara garis besarnya ruang lingkup pelajaran PPKn meliputi aspek-aspek
utama sebagai berikut
1. Persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Norma, hukum dan peratura.
3. Hak asasi manusia.
4. Kebutuhan warganegara.
5. Konstitusi negara.
6. Kekuasaan dan Politik.
7. Pancasila.

D. BAB IV : IMPLEMENTASI PPKn DI PERGURUAN TINGGI

1) Konsepsi PPKn diperguruan tinggi


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Nasional telah
mengukuhkan Visi Pendidikan Tinggi Nasional 2010 (Satryo S. Brodjonegoro,
2003) dengan asumsi tidak terlalu banyak perubahan dalam kebijakan dasar
pengembangan pendidikan tinggi nasional dalam peraturan pemerintah. Peraturan
Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi agaknya berkenaan dengan hal-hal teknis
penyelenggaraan pendidikan yaitu berupa kualitas Visi Pendidikan Tinggi Nasional
2010 adalah untuk:

9
1. Merigembangkan kemampuan intelektual mahasiswa untuk menjadi
warganegara yang bak dan bertanggung jawab bagi kemampuan bersaing
bangsa mencapai kehidupan yang bermakna.
2. Membangun suatu sistem pendidikan tinggi yang berkontribusi dalam
pembangunan, masyarakat yang demokratk, berkeadaban, dan inklusif,
menjaga kesatuan dan peraturan nasional Secara khusus pendidikan tinggi
berperan mempersiapkan pribadi, anggota masyarakat (warganegara)
sehingga mampu dan termotivasi serta berpartisipasi aktif dalam aktualisasi
dan institusionalisasi masyarakat madani.
Untuk itu perguruan tinggi harus mampu menghasilkan "Manusia yang
unggul secara intelektual, emosional, spiritual dan anggun secara moral,
kompeten dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta
memiliki komitmen tinggi untuk berbagai kegiatan serta pemenuhan amanat
sosial".

2) Kurikulum PPKn Dalam Struktur Pendidikan Tinggi


Sampai saat ini sebelum Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi yang
mengatur tentang muatan kurikulum wajib bagi setiap Pendidikan Tinggi, maka
keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/ U/2000, tentang pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
dan No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, dinyatakan masih
tetap berlaku. Keputusan keputusan Menteri Pendidikan Nasional tersebut di alas
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi terdiri atas:
1. Kurikulum inti dan kurikulum institusional
Kurikulum inti berbobot dalam rentangan 40% sampai 80% dari beban
studi program Sarjana dan Diploma tersebut harus memuat atau terdiri atas
kelompok matakuliah:
1. Pengembangan Kepribadian (MPK)
2. Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
3. Keahlian Berkarya (MKB)
4. Perilaku Berkarya (MPB), dan 5. Berkehidupan
Bermasyarakat (MBB)

3) Hubungan PKn dengan Civic Education dan Citizenship Education


10
Pendidikan Kewarganegaraan seperti yang dilakukan hampir oleh seluruh
bangsa di dunia, dengan berbasis nama seperti civic education, citizenship
education, dan democracy education, mempunyai peran strategis dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban
Rumusan Civics Internasional (1995) menyepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting bagi pertumbuhan civic culture" untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintah demokrasi (Azyumardi Azra, 20022). "Civic culture"
inilah satu tujuan penting pendidikan "civic" maupun "citizenship" untuk mengatasi
"political illacy dan "political apatism"
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi bertujuan
untuk membantu mahasiswa:
1. Mengembangkan polensinya untuk menguasai Ilmu pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap kewarganegaraan dan nilai-nilai yang
diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan keahlian serta
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dari komuniti
setempat, bangsa dan dunia.
2. Menjadi warganegara yang cerdas, demokratik berkeadaban, dan
bertanggung
jawab, menggalang kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi
Rumusan Civics International tentang "Civic Education (Azyumardi
Azra, 2002) yang efektif mencakup:
a. Pemahaman dasar tentang cara kerja demokrasi dan
lembaga-lembaganya
b. Pemahaman tentang "rule of law dan Hak Asasi Manusia
seperti tercermin dalam rumusan-rumusan perjanjian dan
kesepakatan internasional dan lokal.
c. Penguatan ketrampilan partisipasi yang akan
memperdayakan peserta didik untuk merespons dan
memecahkan masalah-masalah masyarakat secara
demokratis.
d. Pengembangan budaya demokrasi dan perdamaian pada
lembaga-lembaga pendidikan dan seluruh aspek kehidupan
masyarakat.
4) PPKn Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
11
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/ 2000
tersebut, dan No. 045/U/2002 tentang kurikulum inti telah ditetapkan bahwa
Pendidikan Agama,Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) termasuk
dalam kurikulum inti yang harus dirancang berbasis kompetensi dan berfungsi
sebagai dasar pembentukan kompetensi program studi Menindaklanju Kepmen
Nomor 232 dan 045 tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 38/DKT/Kep/2002 tanggal 18 Juli 2002 tantang Rambu-
rambu Pelaksanaan Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan
Tinggi.

5) Kompetensi PPKn Sebagai MPK


Bertujuan untuk menguasal kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan
dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual Kompetensi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan:
a. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan prilaku untuk cinta tanah
air Indonesia.
b. Menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran bernegara
sehingga terbentuk daya tangkal sebagai ketahanan nasional berbangsa.
c. Menumbuhkembangkan peserta didik untuk mempunyai pola sikap dan pola
pikir yang komprehensif, integral pada aspek kehidupan nasional.

6) PPKn Memperkokoh Ketahanan Nasional Indonesia


Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena
polensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam
yang banyak. Kenyataannya, ancaman datang tidak hanya dari luar tetapi dari
dalam, Terbukti setelah perjuangan republik Indonesia NKRI. Mesikpun demikian,
bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk tetap tegaknya NKRI.
Dorongan kesadaran bangsa dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan di
hadapan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi
dalam menciptakan suasana damal tertib dalam tatanan nasional dan hubungan
internasional yang serasi.
12
7) Pancasila memperkuat landasan ketahanan nasional Indonesia
1. Pancasila sebagai landasan idiil
2. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
3. Wawasan Nusantara sebagai landasan visional
4. Asas-asas ketahanan Nasional
5. kedudukan dan fungsi ketahanan nasional.

8) . PPKn Memperkokoh Pendidikan Bela Negara


Hak dan kewajiban tiap-tiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara harus dipahami dan dihayati dalam konteks pertahanan
keamanan, Karena itu pendidikan bela negara diarahkan pada terwujudnya
semangat seluruh warga negara untuk membela negara lerhadap seliap
kemungkinan ancaman.
Wujud akhir pembelaan negara adalah perlawanan rakyat semesta, yang
dilakukan baik dengan maupun tanpa senjata, Untuk membangun landasan moral
yang kokoh, diselenggarakan program-program Pendahuluan Bela Negara (PPBN)
bagi setiap warga negara, baik di lingkungan pendidikan formal, di lingkungan
pekerjaan maupun di lingkungan pemukiman.
Kata-kata kunci dalam pembelaan negara adalah kedaulatan, persatuan dan
kesatuan seta falsafah bangsa dan keutuhan wilayah negara. Kepahaman dan
kesadaran yang mendalam akan kata-kata tersebut merupakan landasan semangat
rakyat untuk melawan dengan segala cara setiap upaya yang membahayakan
keselamatan negara dan bangsa.

9) PPKn Memperkokoh Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa Indonesia dapat dilihat adanya rasa persatuan dan
kesatuan di lingkungan kita, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dan golongan, hilangnya fanatisme kesukuan/kedaerahan serta
mencintai budaya Indonesia Kesadaran bernegara Indonesia dapat terlihat pada
adanya rasa bertanah air satu yaitu Indonesia, menghormati Bendera Merah Putih,
Lagu Kebangsaan Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila dan lembaga
pemerintah serta mematuhi setiap Peraturan/Perundang-undangan yang berlaku.’

13
E. BAB V : PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk, yaitu Idea dan logus, yang
berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana, ideologi berarti suatu
gagasan yang berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran
filsafat. Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok
ota- cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi
sebaga pedoman normatif. Dalam artian ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti
sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak. Artinya ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga
dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup, dimana
teori-teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan
kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal itu,
ideologi diasosialisasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Suatu ideologi yang sama, dalam
perjalanan hidup yang cukup panjang, biasa berubah tipe. Ideologi komunis yang
pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa, menjadi sangat konservatif setelah
para pendukungnya berkuasa. Dalam perjalanan sejarah, Pancasila merupakan
ideologi yang mengandung sifat reformis dan revolusioner. Kita mengenal berbagai
istilah ideologi, seperti ideologi Negara, ideologi bangsa, dan ideologi nasional.
Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan penyelenggaraan
pemerintahan Negara. Sedangkan ideologi nasional merupakan idreologi Negara
dan ideologi yang berhubungan dengan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa
Indonesia, ideologi nasionalnya tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.

2. Makna Ideologi bagi Negara


Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami
dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia Sebagai dasar Negara,
Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi atau hukum
dasar serta UUD 1945. Pancasila bersifal integralistik, yaitu paham tentang hakikat

14
Negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara. Pancasila yang
melandasi kehidupan bernegara menurut Supomo adalah dalam kerangka Negara
integralistik, untuk membedakan paham-paham yang digunakan oleh pemikir
kenegaraan lain.

3. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Ciri khas ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral,dan budaya
masyarakat sendiri Dasamya dan konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh
Negara. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang
menyatakan, ... Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar
yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih
mudah cara membuatnya, mengubahnya, dan mencabutnya, "Selanjutnya
dinyatakan, Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya
bernegara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara, semangal para
pemimpin pemerintahan."

F. BAB VI : KONTRIBUSI PPKn DALAM SISTEM PERTAHANAN

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 sebagai pengganti UU Nomor 20 tahun


1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia, menganut sistem pertahanan negara bersifat semesta. Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tersebut mengindikasikan bahwa: "Pertahanan negara adalah
segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Lebih lanjut ditegaskan bahwa
hakikat pertahanan negara adalah. Segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri Kesemestaan pertahanan negara didasarkan
pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara yang melibatkan seluruh warga
negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini

15
oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala ancaman.

Arti pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan dalam kerangka ini adalah suatu


upaya untuk menumbuhkan sikap perilaku bela negara yang mencakup
pembangunan sikap moral dan watak bangsa serta pendidikan politik kebangsaan
Pembangunan sikap moral dan watak bangsa memberikan ikatan dasar yang dapat
mendukung ide kewarga- negaraan tersebut. Sikap moral dan watak bangsa
memberikan arah sikap dan prilaku, karena dapat memberikan kerangka orientasi
nilai Orientasi nilai yang dilandasi nilai- nilal komunal (nilai-nilai kebangsaan) yang
disepakati merupakan ikatan maya, yang ja tertanam dalam sanubari tiap warga
negara justru dapat mengikat kuat karena menjadi pedoman perilaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk sistem pertahanan negara, diselenggarakan usaha pembangunan dan
membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa serta mananggulangi setiap
ancaman yang diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini.
Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan
Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung Komponen cadangan terdiri atas
warga negara, sumber daya alam, sumber daya bualan, serta sarana dan prasarana
nasional yang telah disisipkan untuk dikerahkan melalui mobilitas guna
memperbesar dan memperkuat komponen utama. Komponen pendukung ferdin alas
warga negara. sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana
nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan
kemampuan komponen utama dan komponen cadangan Dalam rangka ancaman
militer ini, untuk kepentingan pertahanan negara sumber daya alam, sumber daya
buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang berada di dalam dan/atau di luar
pengelolaan Departemen yang membimbing pertahanan dimanfaatkan semaksimal
mungkin, baik sebagai komponen cadangan maupun sebagai komponen pendukung..

G. BAB VII : PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

16
Menurut sejarah, kira-kira pada abad VII-XII, bangsa Indonesia telah
mendirikan kerajaan Sriwijaya di Sumatera selatan dan kemudian pada abad XII-
XVI didirikan pula kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Kedua zaman itu merupakan
longgak sejarah bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia pada masa itu telah
memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara. Kedua
kerajaan itu telah merupakan negara-negara berdaulat, bersatu, serta mempunyai
wilayah yang meliputi seluruh nusantara. Pada zaman tersebut, kedua kerajaan itu
telah mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Menurut Mr. Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga
tahap.
Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syallendra (600-1400). Kedua, negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525). Ketiga, negara kebangsaan modem,
yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 (Sekteriat Negara RI.1995:11).
1. Masa Kerajaan Sriwijaya
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya
telah menunjukkan nilai-nilai Pacasila, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan
Hindu hidup berdampingan secara damai Pada kerajaan Sriwijaya
terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama
Budha.
b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan
India (Dinasti Harsha) Pengiriman pemuda untuk belajar di India.
Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah
menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi
wawasan nusantara. D
d. Nilai sila keempat, Sriwijaya lelah memiliki kedaulatan yang
sangat luas, meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung
Melayu.
e. Nilai sia kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan, sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

17
2. Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti, yaitu Kerajaan Kalingga
(abad VII) dan Sanjaya (abad VIII), sebagai refleksi puncak budaya dari
kerajaan tersebut adalah pembangunan Candi Borobudur (candi agama
budha pada abad IX) dan Candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad
X).
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah
rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia. Menyebabkan
bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia. Bangsa Eropa yang membutuhkan
rempah rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, Spanyol, Belanda
Bangsa Empa berlomba-lomba memperebutkan kemakmuran bumi Indonesia ini.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pembahasan pada subbagian ini meliputi proses perumusan pancasila dan UUD
1945, proklamasi kemerdekaan dan maknanya, dan proses pengesahan Pancasila
dasar negara dan UUD 1945.
1. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945 Sebagai tindak lanjut dari janji
jepang, maka tanggal 1 Maret 1945 jepang mengumumkan akan dibentuk badan
penyelidik usaha-usaha persiapan Zyunti Tyoosakai. Badan penyelidik ini kemudian
dibentuk tanggal 29 April 1945 dengan susunan keanggotannya, adalah sebagai
berikut:
Ketua : Dr. K. R.T Radiman Wedyoddningrat
Ketua Muda : Ichibangase Yosio
Ketua Muda : R. P. Suroso
Anggota :1. Abikoesono Tjokrosoejono
2. Hadji Ah, Sanoesi
3. K. H Absul Halim dll
Untuk lima dasar negara itu, beliau usulkan pula agar diberi nama pancasila,
yang menurut beliau diusulkan oleh kawan beliau seorang ahli bahasa, Lima prinsip
sebagai dasar negara itu selanjutnya dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu,
sosionasionalisme (kebangsaan), sosiodemokrasi (mufakat), dan ketuhanan.
Piagam Jakarta (22 Juni 1945) Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional
anggota badan penyelidik mengadakan pertemuan untuk membahas pidato-pidato
dan usul-usul mengenal dasar negara yang telah dikemukakan dalam sidang
18
penyidik. Setelah mengadakan pembahasan disusunlah sebuah piagam yang
kemudian dikenal Piagam Jakarta, dengan rumusan pancasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijakan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesembilan tokoh tersebut adalah Ir. Soekamo, Drs. Moh. Hatta, Mr. A. A
Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Moezakir, Haji Agus Salim, Mr.
Achmad Soebardjo, K. H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh. Yamin
Proses Pengesahan UUD 1945

Sehari selelah proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan


sidangnya pertama menyempurnakan dan mengesahkan UUD 1945, UUD 1945
terdiri atas dua bagian yaitu, bagian pembuka dan bagian balang tubuh.
Hasil sidang pertama menghasilkan sebagai berikut:
a. Mengesahkan undang-undang dasar 1945.
b. Memilih presiden dan wakil presiden pertama .
c. Menetapkan berdirinya komite nasional Indonesia pusat sebagai badan
musyawarah darurat.

H. BAB VIII : PANCASILA SEBAGAI PARDIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA

Istilah paradigma menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990)


memiliki pengertian, yaitu:
a. Daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperhatikan
konjugasi dan deklinasi kata tersebut.
b. Model dalam teori ilmu pengetahuan.
c. Kerangka berpikir

19
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai
ilmu pengetahuan terutama dalam kaitan nya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah
Thomas S.Khun. Pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi
yang umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri
(Kaelan 2000).

Pancasila dalam Masyarakat Madani mengandung arti bahwa masyarakat yang


sudah tersentuh peradaban maju, yaitu suatu masyarakat beradab yang membedakan
masyarakat sudah maju dengan masyarakat yang masih terbelakang. Masyarakat
madani terbentuk karena adanya kesediaan individu yang satu untuk menerima individu
yang lain yang memiliki berbagai pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda.

Pancasila dalam Konteks Globalisasi mengandung arti bahwa dimana


terbentuknya suatu proses kehidupan yang serba luas, terbentuknya dunia tanpa balas
yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti aspek politik, ideologi, ekonomi, sosial
dan budaya, yang dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia dalam satu ruang dan
waktu.

I. BAB IX : KEHIDUPAN NASIONAL DAN KETAHANAN NASIONAL

Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh rakyat


bangsa sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang
banyak. Kenyataannya, ancaman datang tidak hanya dari luar tetapi dari dalam Terbuk
setelah perjuangan republik Indonesia NKRI. Meskipun demikian, bangsa Indonesia
memegang satu komitmen bersama untuk tetap tegaknya NKRI. Dorongan kesadaran
bangsa dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan di hadapan pada lingkungan
dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dalam menciptakan suasana
damai tertib dalam tatanan nasional dan hubungan intemasional yang serasi.
Tujuan nasional bangsa menjadi pokok pikiran bagi perlunya ketahanan
nasional karena negara Indonesia sebagai suatu organisasi dalam rangka kegiatannya
untuk mencapal tujuan akan selalu menghadapi masalah, baik yang berasal dai dalam
maupun luar. Oleh karena itu negara yang mempunyai tujuan nasionalnya sendiri dalam
rangka aktivitas penyelenggaraan kegiatan kenegaraannya untuk mencapai tujuan,

20
memerlukan kondisi dinamis yang mampu memberikan fasilitas bagi tercapainya
tujuan. Falsafah pancasila sebagai hidup dan sebagai ideologi negara yang memandang
unsur cita-cita alam kerangka menunjang tercapainya tujuan nasional merupakan asas
koreksian yang mendasari gerak pencapaiannya. Hal itu tersurat dalam hak asasi untuk
merdeka tercantumnya tujuan negara yang harus dicapai kepercayaan adanya kuasa
Allah dan landasan falsafah pancasila yang termuat pada alinea keempat Beberapa hal
tersebut memberi dasar pemikiran perlunya kondisinya dinamis dalam mencapai tujuan
bangsa negara yang disebut ketahanan nasional.
Ideologi negara yang bersumber falsafah bangsa, pada hakikatnya falsafah
bangsa merupakan hasil filsafat yang sudah mengendap dalam sikap dan pendirian
hidup, sehingga menjadi pandangan hidup ya tu keyakinan tentang hakikal dan nilai-
nilai kehidupan yaitu keyakinan tentang dan menjadi pedoman nilai-nilai kehidupan
yang tertanam, berkembang dan menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat yang
terbentuk dengan perjalanan sejarah bangsa Filsafal adalah suatu renungan yang secara
sadar dan sistematis, semaksimal mungkin.
Ketahanan nasional (Indonesia) adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang
meliputi segenap kehidupan sosial yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar. Untuk menjamin identitas integritas dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional (Lemhanas 2000: 98).
Konsepsi ketahanan nasional (Indonesia) adalah konsep pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan negara
serta utuh dan menyeluruh terpadu berlandaskan falsafah bangsa, pancasila, ideologi
negara UUD 1945 konstitusi dan wawasan nusantara. (Lemhanas, 200: 99) konsepsi
ketahanan nasional merupakan pedoman sarana untuk meningkatkan dan mewujudkan
ketahanan nasional.
Kesadaran berbangsa Indonesia dapat dilihat adanya rasa persatuan dan
kesatuan di lingkungan kita, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi atau golongan, hilangnya fanatisme kesukuan/kedaerahan serta
mencintai budaya Indonesia. Kesadaran bernegara Indonesia dapat terlihat adanya rasa
bertanah air satu yaitu Indonesia, menghormati Bendera Merah Putih, Lagu
Kebangsaan Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila dan lembaga pemerintah
21
serta mematuhi setiap Peraturan/Perundang-undangan. Untuk mewujudkan hal-hal
tersebut diberikan materi-materi antara lain:
a. Kerukunan hidup.
b. Kelestarian dan pembinaan budaya bangsa.
c. Mencintai produksi dalam negeri.
d. Pengenalan ke-Bhineka Tunggal Ika-an
e. Pembaruan bangsa
f. Perlakuan terhadap Bendera Merah Putih,
g. Bahasa Indonesia.
h. Kesatuan dan persatuan Indonesia.
i. Sadar hukum.
j. Koperasi
Keyakinan akan kesaktian Pancasila terlihat pada sikap untuk mengamalkan
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara yang telah terbukti kesaktiannya dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bemegara.

J. BAB X : NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM SISTEM


KENEGARAAN

Yang dimaksud dengan negara adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan


kesepakatan sekelompok masyarakat yang kemudian dinamakan warga Negara, dengan
memiliki system atau tata kerja yang dibentuk oleh alat. Alat yang dimaksud adalah
adalah perlengkapan negara yang berwenang untuk mengatur warga Negara agar
mentaati segala peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh negara.
Negara merupakan organisasi yang dapat memaksakan kekuasaannya secara
sah terhadap semua kelompok masyarakat yang telah menyediakan diri untuk
mengikuti peraturan dan system yang berlaku. Untuk mencegah terjadinya kekuasaan
yang sewenang-wenang, maka Negara harus diberi batas-batas, sejauh mana kekuasaan
itu dapat diterapkan dalam kehidupan bersama, baik oleh Individu, golongan, maupun
kedaulatan ke luar.
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan undang-undang yang berlaku
diakui sebagai warga Negara atau melalui proses naturalisasi (pewarganegaraan).
Pada umumnya ada dua (2) kelompok warga Negara dalam suatu Negara, yakni warga
Negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelsel pasif atau dikenal

22
juga dengan warga Negara by operation law (berdasarkan hokum yang atau melalui
stelsel aktif atau yang lebih dikenal dengan by registration (menyediakan diri untuk
menjadi Negara).
Indonesia adalah salah satu Negara yang terbentuk karena kolaborasi antara
teori perjanjian dan teori ketuhanan. Oleh sebab itu, maka, keberadaan warga Negara
bagi Negara Indonesia merupakan suatu yang sangat penting, mengingat keputusas
keputusan serta kebijakan dari Negara harus sesuai dengan aspirasi warga negaranya,
karena perjanjian dari warga Negara itulah yang menyebabkan terbentuknya Negara.
Selain itu, ada beberapa tujuan didirikannya Negara Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu adalah sebagai berikut:
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social.
Hak dan Kewajiban Warganegara Menurut UUD 1945 Pasal-pasal UUD 1945
yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara mencakup pasal-pasal 27, 28, 29,
30, 31, 33, dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan.
b. Pasal 27 (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menetapkan hak dan
kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warganegara untuk berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan fisan dan tulisan.

K. BAB XI : PANCASILA DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia. Tanpa hak-hak itu,
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama
dengan kelahirannya alau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat (Tilaar, 2001).
HAM bersifat umum (universal), karena diyakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa

23
perbedaan alas bangsa, ras, atau jenis kelamin. HAM juga bersifat supra-legal, artinya
tidak tergantung pada adanya suatu negara atau undang-undang dasar, kekuasaan
pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi, karena berasal dari sumber
yang lebih tinggi (Tuhan). UU No. 39/ 1999 tentang HAM mendefinisikan HAM
sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
mahkluk Tuhan YME. Adapun ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain sebagainya.
b. Hak milik pribadi kelompok suatu sosial.
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Sejalan dengan amanat konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan


dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya
(Wirayuda, 2005). Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55 dan 56 plagam PBB upaya
pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerjasama
intemasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan
hubungan antarnegara serta hukum internasional yang berlaku.
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi, la lahir sejalan dengan
tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan
negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule
of law merupakan konsep tentang common law, dimana segenap lapisan masyarakat
dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun di alas prinsip keadilan dan egalitarian.
Penduduk menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945 ialah warga negara Indonesia
dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Sedangkan warganegara menurut
pasal 26 ayat 1 ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan menurut
undang-undang No. 62/ 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia menyatakan, bahwa
warganegara republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warganegara
republik Indonesia.
24
1. Wajib menjunjung hukum dan pemerintah
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
3. Wajib ikut serta dalam pembelaan Negara.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang uma menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain.
6. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
Negara
7. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Dalam rangka terpeliharanya hak dan kewajiban warga Negara Negra memiliki
tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut:
a. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk agamanya.
b. Negara atau pemerintah wajib membiayai pendidikan, khususnya pendidikan
dasar.
c. Pemerintah berkewajiban mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional.
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-sekurangnya 20% dari
anggaran belanja Negara dan belanja daerah .
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

L. BAB XII : KETERKAITAN PPKn DENGAN MATA PELAJARAN LAINNYA


DALAM FAKTA SEJARAH

PPKn tidak akan memutuskan peranan apalagi mendiskreditkan agama tertentu,


yang penting bagi PPKn, agar anak Indonesia ini sejak kecil tertanam suatu sikap saling
menghormati dan saling menghargai sesama pemeluk agama yang berbeda, sehingga
keluarga besar kesatuan Ri tetap bersatu dengan teguh dalam suatu wadah RI. Jelas
bahwa agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu maupun Budha tidak
perlu merasa khawatir akan menipis rasa keagamaannya dengan mendapatkan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ia tetap mendapatkan pendidikan agama

25
yang justru untuk mengembangkan dan serta mempertebalkan iman yang dipeluknya.
Pendidikan agama berpangkal tolak pada sumber pada ajaran agama yang
bersangkutan, seperti misalnya agama Islam pada Al-Qur'an dan Al-Hadits, agama
Kristen pada Injil, agama Hindu pada Tri Pilaka, Budha pada Weda dan sebagainya
Akan tetapi seorang muslim Indonesia akan berbeda wawasannya dengan seorang
muslim Malaysia, Arab atau Amerika, dalam hal wawasan kenegaraan, karena sistem
pemerintahan pada masing-masing negara itu berbeda.
Seorang muslim Indonesia dapat mempunyai sikap dan yang demikian karena
ia telah mendapatkan PPKn yang bersumber titik tolaknya ialah Pancasila sebagaimana
uraian yang ditegaskan dalam PPKn, UUD 1945 dan GBHN. Oleh karena itu guru
PPKn harus mempergunakan bahasa dan istilah-istilah yang dapat dipahami semua
murid Indonesia dengan kata-kata yang sudah lazim dipakai dalam pergaulan
masyarakat Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan moral pancasila mempunyai
hubungan yang erat, keduanya membentuk warga negara yang baik. Pendidikan moral
Pancasila mempunyai perbedaan yang sangat prinsip yaitu pendidikan moral pancasia
disamping membentuk warga negara yang baik juga membentuk warga negara yang
Pancasilais yaitu manusia Indonesia yang mempunyai jiwa pembangun yang rela dan
siap membangun bangsanya.
Pendidikan IPS di dalam struktur kurikulum (SD, SMP, SMA), bidang termasuk
kelompok pendidikan akademis. Namun Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran yang
disajikan secara akademis memiliki sikap yang berbeda dari mata pelajaran yang
bersikap akademis lainnya seperti matematika dan IPA Pokok-pokok persoalan yang
disajikan bahan pembahasan dalam proses belajar pada siswa adalah ma asalah
kemasyarakatan Indonesia yang aktual.
Fakta Sejarah Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara Adalah merupakan
fakta sejarah bahwa dalam periode demokrasi terpimpin yang juga dikenal dengan
sebutan Orde Lama, Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia telah mengalami
rongrongan yang hebat dari Ideologi Marxisme-Leninisme.
Hal itu kiranya tidak perlu diterangkan kepada mereka yang mengalami jaman
itu sebagai orang dewasa Tetapi dengan peralihan generasi sekarang ini, lambat-laun
mulai tampil ke muka suatu generasi yang tidak mengalami jaman itu. Dengan
demikian, generasi itu perlu diberitahu mengenai pengalaman sejarah tersebut, agar

26
mereka jangan sampal mengulangi salah langkah pada masa itu, semata-mata hanya
karena tidak tahu sejarahnya.
Uraian mengenai proses perumusan Pancasila dasar negara dimulai dengan
penegasan terhadap suatu persoalan semantik Bertolak dari kenyataan, bahwa satu kata
mungkin mempunyai lebih dari satu arti. Karena itulah perlu ditegaskan terlebih dulu
bahwa sebelum mulai dengan sesuatu diskusi, arti yang mana daripada sesuatu kata
yang ingin dipakai dalam pembahasan itu. Jika tidak, maka pembicaraan akan siur,
karena masing-masing pihak mengira bahwa yang diperbincangkan adalah salu hal,
padahal sesungguhnya yang dibahas adalah dua hal yang berbeda meskipun namanya
sama.

M. BAB XIII :PPKn DALAM KONTEKS NKRI

Geo-politik Indonesia merupakan wawasan nusantara sebagai cara pandang dan


sikap bangsa Indonesia mengenal diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bemilai strategis, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap
menghargai serta menghormati kebhinnekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.
Desentralisasi dan otonomi didefinisikan dalam bertragal pengertian Rondinell
(1981) mendefinisikan desentralisasi dengan "as a the transfer or delegation of legal
and political authority and its agencies to field organization of those agencies,
subordinate unit of govemment, semi autonomous publik corporations, are wide or
regional development authorities, functional authorities, autonomous local government,
or non- government organization" (suatu transfer atau delegasi kewenangan legal dan
poltik untuk merencanakan, membuat keputusan dan mengelola fungsi-fungsi publik
dar pemerintah pusat dan agen-agennya kepada petugas lapangan, korporas kopas
publik semi otonomi atau organisasi non pemerintah).
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa baik pada masa
lampau, kini, mendatang. Geostrategi menjadi sangat penting, karena setiap bangsa
yang telah menegara, membutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negaranya
sebagai ruang hidup nasional untuk menentukan kebijakan, sarana dan sarana
perwujudan kepentingan dan tujuan nasional melalui pembangunan, sehingga bangsa
itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya dan Hankam.

27
Pada awalnya, pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas oleh sekolah
staf dan komando angkatan Darat (SSKAD) Bandung pada tahun 1962 19 konsep
geostrategi Indonesia yang terumus adalah, pentingnya pengkajian terhadap
perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan
meluasnya pengaruh komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai sebaga
strategi untuk mengembangkan dan membangun kemampuan territorial dan
kemampuan gerilya untuk menghadapi ancaman komunis di Indo-Cina.
Akibat kemajuan teknologi informasi, hubungan antara belahan dunia ini
semakin dekat dan terbuka. Tidak ada sesuatu yang dapat dirahasiakan dalam hubungan
antara manusia dan manusia lain diberbagai dunia, khususnya dengan teknologi
internet. Suatu Negara dengan Negara lain saling mempengaruhi, baik secara langsung
maupun tidak langsung, terhadap kehidupan sosial budaya. Pengaruh Negara-negara
maju lebih memiliki kekuatan karena masih banyaknya kalangan generasi muda di
negara-negara berkembang menerima tanpa selektif terhadap budaya yang dalang dari
Negara maju, sehingga secara berangsur-angsur mengaburkan identitas budaya suatu
Negara.

N. BAB XIV : PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA.
a. Nilai-nilai Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sebelum disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 cleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
negara, yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai
religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup. sehingga materi pancasila yang
berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri,
sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialls Pancasila, Nilai- nilai
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri
negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Proses
perumusan materi pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama Sidang panitia 9" sidang BPUPKI kedua. Serta
akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia.
28
b. Zaman Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (liang batu). Berdasarkan prasasti
tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja
Aswawarman keturunan dari Kudungga Raja Mulawarman menurut prasasti
tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan
para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih raja yang
dermawan (Bambang Sumadio, dkk, 1977:33-32). Masyarakat kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai
sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah
kepada para Brahmana.

c. Zaman kerajaan Sriwijaya


Pada abad ke VII muncullah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan
Sriwijaya, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam
prasasti Kedukan bukit di kaki bukit Siguntang dekat Palembang yang bertarikh
605 Caka alau 683 M, dalam bahasa melayu kuno dan huruf Pallawa. Kerajaan
itu adalah kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci
lalu lintas laut di sebelah barat dikuasainya seperti Selat Sunda (686), kemudian
Selat Malaka (775). Pada zaman itu Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar
yang cukup disegani di kawasan Asia selatan.
Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan dengan pedagang
pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An valakvarah sebagai pengawas
dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan
barang dagangannya (Keneth R. Hall, 1976.75-77). Demikian pula dalam
sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerajaan,
rohaniwan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan
patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem
negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).

d. Zaman kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit


Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur
muncullah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke
29
X) Darmawangsa (abad ke X) demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke
IX. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini
memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan
adalah agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai (Toyibin 1997:26) Menurut prasast Kelagen, Raja
Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan berkerjasama dengan
Banggala, Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilal kemanusiaan.
Demikianlah pula Airlangga mengalami pengembangan lahir dan batin
di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi
raja, meneruskan tradisi Istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula
menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan
untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat yang
merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyibin 1997 28,29).

e. Zaman kerajaan Majapahit


Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai dalam suatu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagema (1365).
Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah "Pancasila Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional
yaitu "Bhinneka Tunggal Ika yang bunyi "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua", arinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab
tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan
adanya realitas kehidupan agama pada saat itu. Yaitu agama Hindu dan Budha.
Bahkan salah satu bawahan kekuasaannya yaitu Pasa justru telah memeluk
agama Islam. Toleransi positif dalam bidang agama dijunjung tinggi semenjak
bahari yang telah silam.

O. BAB XV : TONGGAK-TONGGAK SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

Tonggak-tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia sbb:


a. Jiwa Pancasila yang merupakan Jiwa Bangsa Indonesia mempunyai sifat statis
(tetap, tidak dapat diganti/ diubah), dan juga mempunyai sifat yang dinamis

30
(sebagal penggerak),sehingga menimbulkan keinginan, cita-cita sebagai cita-
cita luhur bangsa Indonesia. Cita-cita luhur bangsa Indonesia ini, yang dijiwai
Pancasila, oleh bangsa Indonesia diperjuangkan untuk menjadi suatu kenyataan.
b. Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut
berlangsung berabad-abad, bertahap dan menggunakan cara yang bermacam-
macam: fisik nonfisik, legal-ilegal, non-ko (tidak bekerja sama dan bekerja
sama).
c. Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi
(tertinggi) dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang berabad-abad yang
didorong oleh Amanat Penderitaan Rakyat dan dijiwai Pancasila.
d. Hubungan antar Proklamasi Kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945 eral
sekal, bahkan tidak dapat dipisahkan, karena Pembukaan UUD 1945 tidak lain
adalah penuangan Jiwa Proklamasi (Jiwa Pancasila), atau dengan kata lain UUD
1945 merupakan uraian terperinci dari Proklamasi kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945.
e. Menurut penjelasan resmi UUD 1945, dalam Pembukaan UUD 1945
mengandung eral pokok piluran yakni paham Negara Persatuan, Negara
bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Negara
berdasarkan kedaulatan rakyat. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
f. Dalam penjelasan resmi UUD 1945 ada ketentuan yang berbunyi sebagai
berikut: Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam "Pembukaan dalam pasal-pasalnya. Ini berarti, bahwa pasal-
pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 merupakan uraian terperinci daripada
pokok-pokok yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 yang berjiwa
Pancasila.
g. Dengan demikian, maka penafsiran sila-sila Pancasila harus bersumber,
berpedoman dan berdasar kepada Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

Hakikat Pengertian Sila-sila Pancasila


 Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kala Tuhan, ialah Allah, pencipta segala
yang ada dan semua makhluk.Yang Maha Esa berarti Yang Maha
Tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya,esa
31
dalam perbuatan-Nya, artinya bahwa Zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat
yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna-
sempumanya, baliwa perbuatan Tuhan tiada dapat disamai oleh siapa
pun Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta
beserta isinya.

 Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani
manusia dalam hubungan dengan nonna-norma dan kebudayaan
umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap
alam dan hewan.
 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari pada paham
kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa
serta Kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu, paham
kebangsaan Indonesia tidaklah sempit (chauvinistis), tetapi dalam arti
menghargai bangsa lain sesuai dengan sifat kehidupan bangsa itu
sendiri.
 Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan perwakilan.
Kerakyatan berasal dan kata "rakyat", yang berarti sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan dalam
huburigan sila keempat ini berarti bahwa "kekuasaan yang tertinggi
berada di tangan rakyat Kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat
(rakyal yang berdaula berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang
memerintah).
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio
yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati
nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian

32
Indonesia untuk merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal
berdasar- kan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang
berdasarkan kebulatan pendapat alau mufakat.
Perwakilan adalah, suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui Badan-
badan perwakilan. Jadi: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ perwakilan berarti, bahwa
rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan
keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang
dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab, baik
kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila "Keadilan Sosial adalah tujuan dari empat sila yang
mandahuluinya merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bemegara,
yang perwujudannya ialah tata- masyarakal adil-makmur berdasarkan
Pancasila.

P. BAB XVI : PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

Tujuan mempelajari Pancasila adalah ingin mempelajari Pancasila yang benar,


artinya yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara yuridis-konstitusional, maupun
secara objektif ilmiah. Secara Yuridis-konstitusional Pancasila adalah Dasar Negara
yang dipergunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Negara.
Oleh karena itu tidak setiap orang boleh memberikan pengertian atau penafsiran
menurut pendapatnya sendiri.
Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa sering disebut sebagai "Way Of
Life, Weltanschauung, Wreldebeschouwing, Wereld en levensbs-chouwing",
pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup. Sebagai
pandangan hidup Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari. Dengan
kata lain Pancasila sebagai penunjuk arah bagi semua kegiatan dalam aktivitas hidup
dan kehidupan. pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup
berarti bahwa semua tingkah-laku dan tindak-tanduk serta perbuatan setiap manusia
Indonesia harus dijiwal oleh sila-sila Pancasila.

33
Hak-hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi ini menjadi
dasar dari pada hak dan kewajiban lainnya.
Disamping hak-hak asasi ada kewajiban asasi yang dalam hidup
kemasyarakatan seharusnya mendapat perhatian terlebih dahulu baru menuntut hak.
Dalam masyarakat yang individualistis ada kecenderungan bahwa tuntutan
pelaksanaan hak asasi agak berlebihan.
Hak asasi tidak dapat dituntut pelaksanaannya secara mutlak, karena penuntutan
hak asasi secara mutlak berarti melanggar hak asasi yang sama dari orang lain.
Asal mula hak asasi manusia adalah dari Eropa barat, yaitu Inggris. Tonggak pertama
kemenangan hak asasi adalah tahun 1215 dengan lahimya MAGNA CHARTA, Dalam
Magna Charta itu tercantum kemenangan para bangsawan atas raja Inggris. Raja tidak
lagi boleh bertindak sewenang-wenang. Demokrasi Pancasila adalah suatu tatanan
kehidupan negara dan masyarakat berdasarkan kedaulatan rakyat yang dijiwai oleh
nilai-nilai Pancasila.

Q. BAB XVII : HAKIKAT PPKN SEBAGAI PENDIDIKAN BELA NEGARA

Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia (Tannas) Indonesia adalah konsepsi


pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan pancasila, UUD 1945
dan wawasan nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional Indonesia
merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
Sejumlah kalangan mengusulkan agar suatu pernyataan hak asası internasional
di PBB hendaknya tidak berhenti menjadi sekadar suatu deklarasi melainkan juga
tampil sebagai norma-norma yang didukung oleh prosedur penegakan yang mampu
mengerahkan tekanan internasional terhadap negara-negara yang melanggar hak asasi
manusia secara besar-besaran. Rencana yang muncul di PBB adalah meneruskan
Deklarasi Universal dengan perjanjian-perjanjian yang senada. Naskah Perjanjian
Internasional (International Covenants) diajukan ke Majelis Umun guna mendapatkan
persetujuan pada tahun 1953. Untuk menampung usulan mereka yang meyakini bahwa

34
hak ekonomi dan hak sosial bukan merupakan hak asasi manusia yang sejati atau bahwa
hak-hak tersebut tidak dapat diterapkan dalam cara yang sama dengan penerapan hak-
hak sipil dan politik, dua perjanjian dirancang, yaitu Perjanjian Hak-hak Sipil dan
Politik (Covenant on Civil and Political Rights) serta Perjanjian Hak hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya (Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights).
Gagasan bahwa hukum kodrat atau hukum dari Tuhan mengikat semua or dan
mengharuskan adanya perlakuan yang layak adalah soal kuno, dan gagasan ini terkait
dengan gagasan tentang hak kodrati di dalam tulisan-tulisan para teoritisi sep Locke
dan Jefferson maupun di dalam deklarasi hak seperti Deklarasi Hak Manusia Hak
Warga Negara (Declaration of the Rights of Man and the Citizen) di Perancis
Pernyataan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat (Bill of Rights), Gagasan bahwa
hak individu berhadapan dengan pemerintah bukanlah hal baru, dan orang da
mengatakan bahwa gagasan hak asasi manusia yang ada saat ini hanya merupal
pengembangan konsep ini.
Konsepsi ketahanan nasional (Tannas) Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan pancasila, UUD 1945
dan wawasan nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional Indonesia
merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.

R. BAB XVIII : WAWASAN NUSANTARA DALAM PERUDANG- UNDANGAN


NEGARA

Wawasan nusantara, ialah cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan idea Nasionalnya, yaitu Pancasila dan Undang-Undang
dasar 1945 sebagai aspirasi suatu bangsa yang merdeka, berdaulat dan bermartabal di
tengah-tengah lingkungannya, dan yang menjiwai dalam tindak kebijaksanaannya
dalam mencapai tujuan perjuangan nasionalnya.
Wawasan Nusantara merupakan suatu pandangan, sikap pendirian dianutnya.
dan bahkan telah mempunyai legalitas dalam kehidupan kita Sebagai Bangsa dan
Negara yang telah merdeka dan berdaulat, Hal ini dapat kita lihat dalam ketetapan

35
Majelis Permusyawaratan Rakyal Republik Indonesia, yaitu TAP MPR No
IV/MPR/1973 dan keyakinan Bangsa Indonesia yang telah lama dikenal dan tanggal 22
Maret 1973, lentang garis-garis besar haluan Negara (GBHN) Bab II sub E yang antara
lain berbunyi wawasan dalam mencapai tujuan.

S. BAB XIX : KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa


Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Tannas
berisi keuletan dan kelangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi lantangan,
ancaman, hamhatan, dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam dan
untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasionalnya.
Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah konsepsi pengembangan
kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara
utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan
Nusantara. Dengan kata lain, Konsepsi Ketahanan Nasional Pancasila merupakan
pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode) keuletan dan ketangguhan bangsa
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
Sifat-sifat ketahanan Nasional
a. Mandiri
b. Dinamis
c. Wibawa
d. Konsultasi dan kerjasama

T. BAB XX : TATA CARA PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Cara memilih wakil-wakil rakyat dapat di bedakan menjadi dua macam cara,
yaitu secara langsung dan secara bertingkal. Pemilihan wakil rakyat secara langsung
yaitu apabila wakil rakyat yang duduk dalam badan perwakilan langsung di pilih oleh
rakyat itu sendiri. Apabila rakyat hanya memilih wakil yang kemudian wakil-wakil ini

36
memilih lagi yang akan duduk di dalam badan perwakilan, sistem ini disebut pemilihan
secara bertingkat.
Untuk menyelenggarakan wakil-wakil rakyat, wilayah pada umumnya dbagi-
bagi menjadi daerah-daerah pemilihan (electoral area atau constituency). Dalam
pembagian wilayah Negara menjadi daerah-daerah pemilihan, tiap-tiap Negara tidak
mempergunakan cara sama dalam hal jumlah wakil rakyat yang merupakan utusan dari
pemilihan masing-masing. Oleh karena itu, dilihat dari cara menentukan jumlah utusan
ini dapat di bedakan dua sistem, yaitu:
1. Sistem seorang utusan untuk setiap daerah pemilihan.
2. Sistem lebih dari seorang utusan untuk setiap daerah pemilihan. Penentuan Jumlah
Kursi dalam Partai Politik Pada umumnya diseluruh dunia hampir sama untuk
menentukan jumlah kursi untuk satu partai politik.
1. Langkah Pertama:
𝑥
𝑛=
𝑦
Keterangan:
a. X adalah jumlah suara sah yang tersedia.
b. Y adalah jumlah kursi yang di tetapkan yang tersedia,
c. A adalah hasil bilangan pemilu,
Aturan pembulatan adalah satu di belakang koma. Jika angka maksimal
lima, berarti hasil bilangan pemilih tetap, sedangkan lebih dari lima, berarti
hasil bilangan pemilih tetap harus ditambah satu angka.

2. Langkah Kedua
𝑏
𝑧=
𝑛
Keterangan:
a. b adalah jumlah kursi yang diraih setiap partal
b. z adalah hasil bilangan pemilih untuk setiap partai,
Aturan pembulatan adalah satu di belakang koma, jika angka
maksimal lima, berarti ada jumlah tambahan kursi.

Cara Penghitungan Suara untuk Jatah Kursi


1. Pertama: 96 dibagi 20 adalah 4.8 sebagai hasil bilangan pemilu.

37
2. Kedua: 30 dibagi 4.8 adalah 6.25.
3. Ketiga pembulatan dilakukan sesuai dengan aturan partai politik
Pemilu sistem proporsional dilaksanakan untuk menghilangkan beberapa
kelemahan dari sistem distrik. Gagasan utamanya agar jumlah kursi yang diperoleh
suatu golongan atau partal sesuai dengan jumlah kursi yang diperolehnya dari
masyarakat. Untuk keperluan ini, ditentukan suatu perimbangan. Negara dianggap
sebagai satu daerah pemilihan yang besar, kemudian untuk keperluan teknis-
administratif, Negara dibagi pada beberapa daerah pemilihan yang di setiap daerah
pemilihan akan dipilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk
dalam daerah pemilihan itu. Jumlah wakil dalam setiap daerah pemilihan ditentukan
oleh jumlah pemilih dalam daerah pemilih itu.
Sistem proporsional mempunyai beberapa keuntungan berikut:
1. proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti lebih
egalitarian karena asas one man one vote dilaksanakan secara
penuh.
2. Tidak ada istilah suara yang mubazir, semua terjawabkan
keinginannya meraih keadilan dalam demokratis.
3. Suara rakyat pada hakikatnya suaranya sendiri, bukan suara partai.
Oleh Karena itu, sistem ini dianggap representatif karena jumlah
kursi partal dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara yang di
perolehnya dari masyarakat dalam pemilu
Kelemahan pemilu sistem proporsional adalah sebagai berikut:
1. Partal-partal mudah terpecah belah
2. Partal yang semula besar dan mengantongi suara mayoritas untuk parlemen, karena
ada konflik internal dengan mudah mendirikan partal baru, sedangkan para
pemilihnya masih anggota yang sama, akhirnya kekuatan partal semakin melemah.
Peserta pemilu adalah partal politik dan perseorangan calon anggota DPD.

Partai politik peserta pemilu adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan
sebagai peserta pemilu Penyelenggaraan pemilihan umum dilakukan secara bertahap di
mulai dari pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu, penetapan peserta pemilu
penetapan jumlah kursi, pencalonan anggota DPR,DPD,DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, penetapan hasil
pemilu, sampai dengan pengucapan sumpah/ janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi
38
dan DPRD kabupaten/kota partai politik dapat menjadi peserta pemilu apabila
memenuhi
Persyaratan-persyaratan dalam penyelenggaraan pemilu, dapat diadakan
kampanye pemilu yang dilakukan oleh peserta pemilu. Dalam kampanye, rakyat
mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye. Kegiatan kampanye dilakukan
oleh peserta pemilu selama 3 (tiga) minggu dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari
pemungutan suara, Maten kampanye pemilu berisi program peserta pemilu.
Penyampaian materi kampanye pemilu dilakukan dengan cara yang sopan, tertib, dan
bersifat edukatif. Pedoman dan jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPU
dengan memerhatikan usul dari peserta pemilu
Kampanye pemilu dilakukan melalui:
1. Pertemuan terbatas,
2. Tatap muka
3. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
4. Penyiaran melalui radio dan/atau televise
5. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
6. Pemasangan alat peraga di tempat umum
7. Rapat umum
8. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan
Pemungutan suara pemilu anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota diselenggarakan secara serentak. Hari, tanggal, dan waktu pemungutan
suara bagi pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
untuk semua daerah pemilihan ditetapkan oleh KPU. Untuk memberikan suara dalam
pemilu dibuat surat suara pemilu anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD
daerah/kota, dan surat suara pemilu anggota DPD Surat suara pemilu anggota DPR,
DPRD provinsi, dan DPRD daerah/kota, memuat nomor dan tanda gambar partai politik
peserta pemilu dan calon untuk setiap pemilih. Surat suara pemilu anggota DPD
memuat nama dan foto calon perseorangan anggota DPD untuk setiap daerah
pemilihan. Jumlah. jenis, bentuk, ukuran, dan warna surat suara ditetapkan oleh KPU.
Jumlah surat suara disediakan di setiap daerah pemilihan adalah sama dengan jumlah
pemilih terdaftar didaerah pemilih yang bersangkutan ditambah 2,5% (dua setengah
persen). Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
cadangan di setiap TPS. Pengguna tambahan surat suara dibuat berita acara. Fermat
berita acara ditetapkan oleh KPU
39
KPU/KPU provinsi/KPU kabupaten/kola sesuai dengan kewenangannya
menetapkan nama calon terpilih anggota DPR,DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada pasal 107. KPU menetapkan calon terpilih
anggota DPD peringkat pertama sampai dengan kedelapan di setiap daerah pemilihan.
Pemberitahuan calon terpilih anggota DPR, DPRD promosi, DPRD kabupaten/kola
disampaikan oleh KPU,KPU provinsi, KPU kabupaten/kota kepada partai politik
peserta pemilu sesuai dengan tingkatannya dengan tembusan kepada calon terpilih.
Pemberitahuan calon terpilih anggota DPD disampaikan oleh KPU kepada calon
terpilih anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan
keempat dengan tembusan kepada gubernur dan KPU provinsi yang bersangkutan.

U. BAB XXI : WAWASAN NASIONAL KEBANGSAAN

wawasan nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang lelah menegara
tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba ubung (melalui
interaksi dan interelasi) dan dalam pembangunannya di Ingkungan nasional termasuk
lokal dan propinsional), regional, serta global.
Wawasan nasional suatu bangsa dibentuk dan diwai oleh paham kekuasaan dan
geopolitik yang dianutnya. Beberapa teori paham kekuasaan dan teori geopolitik
tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Paham-paham Kekuasaan
b. Teori teori geopolitik
pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan
Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah "cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta
menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai
nasionalKonsepsi wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur: wadah (countour), isi
(content) Dan tata laku (conduct)
Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian cara
pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkungan nusantara demi kepentingan
nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa dan aparatur negara harus
berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus

40
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa
menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golorigan, dan orang
per orang.
Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut:
1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan
menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal
tersebut nampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan
dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata
dan adil. Di samping itu, implementasi Wawasan Nusantara
mencerminkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang
memperhatikan kebutuhan masyarakat antardaerah secara timbal balik
serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.

V. XXII : PPKN SEBAGAI IDENTITAS DAN KARAKTER BANGSA

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu identitas yang memiliki
pengertian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Dalam term antropologi, identitas adalah
sifat khas yang menerangkan dan dengan kesadaran din pribadi sendiri, golongan
sendiri, kelompok sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas
fidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada kelompok lain.
Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu-individu warga
bangsa yang berproses secara terus-menerus dan kemudian mengelompok Karakter
bangsa Indonesia merupakan kristalisasi nilai-nilainya kehidupan nyata bangsa
Indonesia yang merupakan perwujudan dan pengalaman pancasila. Nilai nilai
pembentukan karakter bangsa:
A. Keimanan dan ketakwaannya
B. kejujuran
C. Kedisiplinan

41
D. Keikhlasan
E. tanggung jawab
F. Persatuan
G. Saling menghormati
H. Toleransi
I. Gotong royong
J. Musyawarah
K. Kerja sama
L. Ramah tamah
M. Keserasian
N. Patriotisme
O. Kesederhanaan
P. Martabat dan harga diri
Q. Pantang menyerah
Pembangunan karakter dapat dilakukan dengan membentuk kebiasaan (habits forming)
khususnya penanaman kebiasaan baik. Pembangunan karakter sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, mulal dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang meluas
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

W. XXIII : PENDIDIKAN PANCASILA DALAM KONTEKS


KETATANEGARAAAN

Undang-undang dasar ialah kumpulan aturan dan ketentuan dalam kodifikasi


mengenal hal-hal yang mendasarkan, atau pokok ketatanegaraan suatu negara, sehingga
kepadanya diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan untuk mengubahnya diperlukan
cara yang istimewa serta lebih berat kalau dibandingkan dengan perbuatan peraturan
perundang-undangan sehari-hari.
Sistem pemerintahan negara Indonesia ditegaskan dalam undang-undang dasar
1945 sistem ini dikenal dengan 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara republik
Indonesia yaitu sebagai berikut a Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum
B sistem konstitusional c kekuasaan negara yang tertinggi di tangan majelis
permusyawaratan rakyat ( die gesamte Staat gewal like)
D presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah majelis
presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR menteri negara ialah pembantu presiden

42
menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR kekuasaan kepala negara tidak
terbatas.

X. XXIV : PANCASILA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis membentuk (constituer) yang berarti
Pemakaian istilah konstitusi yang di maksud ialah pembentukan suatu Negara alau
menyusun dan menyatakan suatu Negara. Sedangkan istilah undang-undang dasar
merupakan terjemahan istilah dari bahasa Belanda, yaitu gronwet. Perkataan wet di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi undang-undang dasar, dan gron berarti
lanah atau dasar. dapat disimpulkan bahwa, konstitusi meliputi peraturan tertulis dan
tidak tertulis. Undang-undang dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Dengan
demikian, konstitusi dapat diartikan sebagai berikut.

a. Suatu kumpulan kaidah yang member ikan pembatasan-pembatasan kekuasaan


kepada para penguasa
b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu
sistem politik
c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga Negara. d. Suatu gambaran yang
menyangkut hak-hak asasi manusia.

Dalam kenyataannya, selama 32 tahun pemerintah orde baru memberikan kekuasaan


yang maha dahsyat kepada presiden, baik sebagai kepala Negara maupun sebagal
kepala pemerintahan, sehingga hasilnya justru lebih parah dari pada masa orde lama
Kenyataan ini menurut Muchsan (1999.3-7) atas dasar indicator sebagai berikut.
 Adanya fusi antar partal politik sehingga hanya dua partai politik dan satu golkar
membangun sistem demokrasi
 Adanya single majority pada, sama dengan one party sister. • Secara material presiden
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
 Semua lembaga pengawasan terhadap pemerintah dibuat sedemikian tidak berdaya.
rupa sehingga ,MPR yang merupakan corong presiden menyatakan tidak akan merubah
UUD Secara material jabatan presiden tidak terbatas.
Lembaga-lembaga tinggi Negara yang lain melakukan politik "yes men"

43
Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan Negara yang berdaulat rakyat
berdasarkan kepada UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung di dalam semangat
reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945, maka pada awal
Globalisasi MPR telah mengeluarkan seperangkat ketetapan landasan secara landasan
konstitusional, yaitu:
a. a Pencabutan ketetapan MPR tentang Referendum (dengan Tap. No.
VIII/MPR/1998)
b. Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden (Tap No. XII/
MPR/1998)
c. Pernyataan hak asasi manusia (Tap. No. XVI/MPR/1998)
d. Pencabutan ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang P-4 dan penetapan
tentang penegasan pancasila sebagai dasar Negara (Tap No. XVIUMPR/1998)
e. Perubahan pertama UUD 1945 Pada tanggal 19 Oktober 1999
f. Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal Agustus 2000
g. Sumber hukum dan fata urutan perundang-undangan (Tap No IV/MPR/2000)
h. Perubahan ketiga pada tanggal 1-10 November 20001.
i. Perubahan terakhir UUD 1945 1-11 Agustus 2002
Arti pentingnya konstitusi bagi Negara, bahwa dalam Negara yang
mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang-undang dasar mempunyai
fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangg-wenang Dengan demikian,
diharapkan hak-hak warga Negara akan tetap terlindungi.
Politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan (policy) dan distribusi atau alokasi sumber daya.
Demokrasi berasal dari kata Yunani, yaitu demos dan kratos. Demos artinya rakyat,
Kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi artinya pemerintahan rakyat, yaitu
pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan. Di dalam
The Advanced Learn's Dictionary of Current English (Hornby, dkk.: 261)
dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan democracy adalah:
1) Country with principles of govemment in which all adult
citizens share through their elected representatives.
2) country with government which encourages and allows
rights of citizenship such as freedom of speech, religion,
opinion, and association, the assertion of rule of law,
44
majority rule, accompanied by respect for the rights of
minorities
3) society in which there is treatment of each other by
citizens as equals".

Terdapat dia cara atau sistem pemilihan umum:


1. Sistem distrik, single-member constituency (satu daerah pemilihan satu wakil.
2. sistem profesional, multi- member constituency (satu daerah pemilihan memilih
beberapa wakil).

45
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

A. KELEBIHAN BUKU

1. Penyajian materi sangat detail dan lengkap, sehingga mahasiswa dapat


mengetahui dan mempelajari materi secara lebih mendalam.
2. Pembahasannya mencakup berbagai persoalan ataupun permasalahan yang
berkaitan dengan Pancasila itu sendiri.
3. Materi yang disajikan dibagi kedalam beberapa sub-bab yang memudahkan
mahasiswa untuk memilah materi yang satu dengan yang lain.
4. Terdapat banyak referensi yang dapat dijadikan mahasiswa sebagai acuan
dalam mendalami pemahaman tentang Pendidikan Pancasila.
5. Pengertian ataupun definisi yang disajikan terbagi kedalam beberapa bagian
seperti berdasarkan etimologi, terminology, historis dan lainnya. Sehingga
mahasiswa dapat mengetahui definisi dari berbagai sisi.
6. Penggunaan bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami oleh mahasiswa.
7. Terdapat banyak pendapat menurut para ahli yang dapat dijadikan sebagai
referensi bacaan oleh mahasiswa
8. Cover dari bukunya sangat menarik dan sangat menujukkan lambang dari
Pancasila itu sendiri.

B. KEKURANGAN BUKU

1. Adanya pemborosan kalimat karena terdapat materi yang pembahasannya


diulangulang, alangkah lebih baik jika materi pembahasan disajikan dengan
lebih tertata dan tepat.
2. Materi yang disajikan cukup banyak dan tidak langsung menjelaskan pada inti
pembahasan.
3. Pada setiap bab tidak disertai dengan rangkuman yang mencakup seluruh inti
Dari materi perbabnya.
4. Terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun pengetikan kata di halaman 197,
dibuku tertulis jumlah keanggotaan 5, padahal yang disebutkan ada 6 anggota.

46
5. Terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun pengetikan kata di halaman 200,
dibuku tertulis tahun1946, yang seharusnya 1945
6. Terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun pengetikan kata di halaman 201,
pada teks proklamasi dibuku tertulis tahun 2605, yang seharusnya 1945
7. Terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun pengetikan kata di halaman 226.
8. Pembahasan materi sedikit membuat mahasiswa merasa bosan dalam membaca.
Sebab materi yang disajikan sedikit monoton atau tidak memiliki variasi gambar
yang dapat menyegarkan mata.
9. Lembaran pada buku mudah terlepas dan berhamburan karena tidak melekat
dengan baik pada perekat buku, akan lebih baik jika perekat buku jauh lebih
kuat.

47
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan kewarganegaraan itu adalah


untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta
tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan
nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan
akan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktf serta sehat
jasmani dan rohani.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana seseorang
menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena nilai-nilai Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus
dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang. Apalagi bagi negara sedang menuju
menjadi negara yang demokratis seperti Indonesia, maka secara tidak langsung warga
negaranya harus lebih aktif dan partisipatif untuk menjadi yang lebih baik. Mahasiswa
sebagai generasi penerus harus mempelajarinya, mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari agar bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi Negara bangsa.
Mahasiswa sebagai generasi penerus harus mempelajari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang kelak akan sangat penting manfaatnya sebagai bekal dalam
menjalani perubahan dalam membangun negara Indonesia yang demokratis dan
berdaulat
Jadi dalam menganalisa kelebihan dan kekurangan pada buku ini saya dapat
menarik kesimpulan bahwasannya buku ini menarik dan sangat bagus untuk anak
kuliah semester awal karena secara keseluruhan penjelasan dibuku ini mudah untuk
dimengerti hanya saja terdapat beberapa kesalahan penulisan kata dan menurut saya itu
wajar karena adanya kesalahan kan membuat kita untuk belajar lebih baik.
Akhir tulisan ini saya Nur halimah sebagai mahasiswi pmm4 meminta maaf dan
terimakasih kepada bapak Siddiq Ali Azis Siregar, M.Pd.E selaku dosen mata PPKn,
apabila terdapat kesalahan penulisan kata yang saya tulis di CBR ini.

48
B. SARAN

Dengan melakukan analisis terhadap sebuah buku, pembaca dapat menambah


wawasan juga mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap pemecahan
masalah dari setiap latihan soal yang di berikan pada buku tersebut. Pada buku ini
materi yang di jelaskan sangatlah bermanfaat. Critical Book Review ini masih jauh dari
kata baik dan sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan dari setiap pembaca agar Critical Book Review ini menjadi jauh lebih baik
lagi.

49
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, Hamid. (2014) urgensi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di perguruan
tinggi,(2th ed). bandung: alvabeta.

50

Anda mungkin juga menyukai