Anda di halaman 1dari 285

0

1
Konsep Dasar

PPKn
A2 (SA221)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar. Ta k
lupa juga mengucapkan salawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat
beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih
terang.

Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak -p ih a k


yang mendukung lancarnya buku ajar ini mulai dari proses
penulisan hingga proses cetak, yaitu rekan -rekan teman kelas A2
yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Adapun, buku ajar kami yang berjudul ‘Konsep Dasar PPKn ’ ini
telah selesai kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin a ga r
menjadi manfaat bagi pembaca yang membutuhkan in f o rm asi d a n
pengetahuan mengenai bagaimana sistem informasi manajemen.

Dalam buku ini, tertulis bagaimana pentingnya mempelajari


konsep-konsep dalam PPKn da n juga bagaimana materi yang
disajikan yang relevan dengan mata kuliah mengenai Konsep Da sa r
PPKn yang menjadi alternatif pegangan bagi mahasiswa dan do sen
yang menempuh studi tersebut

Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu sa j a


jauh dari sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon

ii
agar pembaca memberi kritik dan juga saran terhadap karya buku
ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas buku.

Demikian buku ajar ini kami buat, dengan harapan agar


pembaca dapat memahami informasi dan juga mendapatkan
wawasan mengenai Konsep Dasar PPKn serta dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam arti luas. Terima kasih.

Makassar,19 November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................. iv

BAB I PARADIGMA BARU PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN ........................................................ 1

A. Warga Negara Yang Demokratis .................................... 1


B. Model Pembelajaran PPKn Untuk Pengembangan
Warga Negara Yang Demokratis .................................. 8
C. Tujuan Dari Paradigma Baru Pembelajaran PPKn ...... 16
D. Dimensi Pembelajaran PPKn ........................................... 21

BAB II INDIVIDU SEBAGAI INSAN TUHAN YANG MAHA


ESA, MAKHLUK SOSIAL DAN WARGA NEGARA
INDONESIA ................................................................................ 27

A. Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa ........... 27


B. Individu Sebagai Makhluk Sosial ................................... 34
C. Individu Sebagai Warga Negara Indonesia ................... 47

BAB III SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA


DAN KEBANGGAAN SEBAGAI WARGA NEGARA .. 59

A. Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia .. 59


B. Kebanggaan Sebagai Bangsa Indonesia ........................ 67

iv
C. Pembelajaran Keberagaman Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia Dan Kebanggaan
Sebagai Bangsa Indonesia ............................................... 75

BAB IV MATERI PEMBELAJARAN


PACASILA DAN UUD 1945 ................................................... 85

A. Hakikat Dan Fungsi Pancasila ......................................... 85


B. UUD 1945 Dan Perubahannya ....................................... 93
C. Pembelajaran Materi Pancasila Dan UUD 1945 .......... 101

BAB V MATERI DAN PEMBELAJARAN HAM ............ 106

A. Pengertian dan Jenis HAM ............................................... 106


B. Perkembangan pemikiran HAM ...................................... 109
C. Landasan Hukum HAM Dunia Pendidikan
Indonesia ............................................................................. 112
D. Teori-teori tentang Hak Asasi Manusia ......................... 114
E. Pelanggaran Hak Asasi Manusia .................................... 123
F. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional ................ 123
G. Pembelajaran Berbasis HAM .......................................... 130
H. Hubungan antara Pendidikan dan HAM ........................ 130
I. Perjanjian Inti HAM tentang Hak atas Pendidikan ...... 130
J. Keuntungan Pendidikan berbasis HAM ......................... 131
K. Pembelajaran berbasis HAM ........................................... 131
L. Nilai dan Prinsip Mendasar ............................................. 132

v
BAB VI MATERI DAN PEMBELAJARAN
DEMOKRASI .............................................................................. 134

A. Hakikat dan Pilar-pilar demokrasi konstitusional ........ 134


B. Pembelajaran materi demokrasi ...................................... 153

BAB VII SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA ............................................................. 166

A. Masuknya Jepang Ke Indonesia ...................................... 166


B. Perjuangan Bangsa Indonesia Agar Lepas Dari
Penjajahan Kedatangan Sekutu Di Indonesia ............... 179
C. Pembelajaran Yang Bisa Di Ambil Dalam Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia ......................................... 190

BAB VIII HUKUM,PENEGAKAN HUKUM,HAKIKAT


KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DAN KARAKTER WARGA NEGARA
INDONESIA BARU ................................................................... 203

A. Pengertian Hukum dan Penegakan Hukum .................. 203


B. Hakikat Komunikasi Antar Sosial Budaya ................... 215
C. Membandingkan Karakter Warga
Negara Baru Indonesia ..................................................... 221

BAB IX MEMILIKI WAWASAN SERTA SIKAP


NASIONALISME ....................................................................... 226

A. Pengertian Wawasan serta Sikap Nasionalisme ........... 226

vi
B. Bentuk serta Contoh Wawasan dan
Sikap Nasionalisme ........................................................... 251
C. Wawasan dan Sikap Nasionalisme dalam Kehidupan
Sehari-hari ........................................................................... 258
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 263
PENULIS ...................................................................................... 274

vii
BAB I

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Warga Negara yang Demokratis

Secara etimologis atau pengertian kata, demokrasi berasal dari


kata dalam bahasa latin demos yang berarti rakyat dan kratos atau
kratein berarti kekuasaan atau berkuasa. Demokrasi dapat
diterjemahkan “rakyat berkuasa” atau rakyat turut memerintah a tau
government or rule by the people (pemerintahan oleh rakyat).
Dengan kata lain, demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan
oleh rakyat baik secara langsung atau tidak langsung, yakni mela lu i
perwakilan setelah adanya proses pemilihan umum secara langsun g,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, atau “luber dan jurdil”. Da la m
sistem pemerintahan demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat. Secara singkat, demokrasi oleh Abraham Lincoln,
diartikan “the government from the people, by the people and for the
people” (suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat).

Karakteristik Warga Negara yang Demokratis Seperti


dikemukakan di atas keunikan demokrasi Pancasila terletak:

1. Pada cakupannya tidak terbatas dalam arti demokrasi politik,


tetapi juga mencakup demokrasi ckonomi dan demokrasi sosial.
Indikator terwujudnya ketiga aspek yaitu demokrasi politik
terwujud bila dalam distribusi kekuasaan masyarakat bera d a d i

1
atas negara. Demokrasi sosial terjadi jika jaminan kesejahteraan
rakyat| warga negara mendapat lokasi memadai. Demokrasi
ekonomi terwujud bila kekuasaan produktif betada di tangan
bagian terbesar masyarakat.
2. Pada spirit yang dikandungnya yakni religius, humanis,
kolektivisme/ kekeluargaan (pola kehidupan desa). Atau
spiritualitas (relegius) (Sila I), keadilan (Sila II dan V), dan
kekeluargaan (Sila III dan IV) (lihat Slamet Sutrisno, 2006
:121).
3. Meskipun kelembagaan demokrasi modern yang digunakan
tetapi dalam pengambilan keputusan menggunakan mekanism e
dari pranata sosial budaya asli yakni sistem permusyawaratan.
Warga negara sebagai pemilik kedaulatan memiliki hak dan
kewajiban untuk mengambil bagian dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mencakup pada tahapan proses pembuatan atau
penyusunan kebijakan, implementasi, evaluasi serta
pemanfaatan hasil-hasilnya. Syarat utama warga negara disebu t
berpartisipasi kehidupan atau kegiatan berbangsa dan bernegara
dan berpemerintahan yaitu ada rasa kesukarelaan (tanpa
paksaan); ada keterlibatan secara emosional; memperolch
manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari
keterlibatannya ( Syamsudin Haris, 2005 : 57).

Dengan demikian karakter warga negara yang demokratis


dalam perspektif demoktrasi Pancasila, memiliki pola sikap dan

2
perilaku dalam berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara antara lain, sebagai berikut:

1. Religius, tidak sekular apalagi atheis; Memiliki toleransi;


2. Adil dalam arti tida k diskriminatif/humanistis;
3. Anti imperialisme dan kolonialisme;
4. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kemakmuran
bersama;
5. Memiliki solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi sebagai
sesama anak bangsa;
6. Menghargai plutalisme;
7. Menyerasikan antara kepentingan priba di dengan kepentingan
umum;
8. Menolak liberalisme, kapitalisme, dan neo-liberalisme;
9. Mengedepankan musyawatah untuk mufakat dalam
mengambil keputusan terhadap masalah yang menya ngkut
kepentingan bersama;
10. Komitmen terhadap konstitusi dan nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.

Untuk membangun suatu tatanan mas yarakat yang demokrat is


dan berkeadaban, maka setiap warga negara haruslah memiliki
karakter atau jiwa yang demokratis juga.

Ada beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut


sebagai warga yang demokrat. Yakni antara lain:

1. Rasa hormat dan tanggung jawab

3
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki
rasa hormat terhadap sesame warga negara terutama dalam
konteks adanya pluralitas masyarakat Indonesia yang terdiri
dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi
politik. Selain itu, sebagai warga negara yang demokrat,
seorang warganegara juga dituntut untuk turut bertanggung
jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta
keteraturan dan ketertiban negara yang berdiri diatas pluralitas
tersebut.
Contoh:
Kita sebagai warga negara harus memiliki rasa hormat kepada
sesama manusia Kita sebagai warga negara yang baik ha rus
memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas segala
perbuatan yang kita lakukan
2. Bersikap kritis
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap
kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas soaial,
budaya, dan politik) maupun terhadap kenyat aan supra
empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga
harus ditunjukkan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri
sendin itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang
berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap
yang bertanggung jawab terhadap apa yang harus dikritisi.
Contoh:

4
Sebagai warga negara yang baik harus memiliki sikap
keritis, karena sika keritis itu di dukung oleh tanggung
jawab terhadap apa yang telah kita lakukan
3. Membuka diskusi dan dialog
Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan
realitas empirik yang pa sti terjadi ditengah komunitas warga
negara, apalagi ditengah komunitas masyarakat yang plural
dan multi etnik. Untuk meminimalisasikan konfik yang
ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka membuka ruang
untuk berdikusi dan berdialog merupakan salah satu solusi
yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri
untuk berdialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap
warga negara yang demokrat.
Contoh:
Kita sebagai warga negara demokrasi hendaklah memiliki
sikap diskusi dan berdialog dengan sesama warga negara
sendiri maupun asing
4. Bersifat terbuka
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap
kebebasan sesama manusia, termasuk rasa menghargai
terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru serta pada hal-h a l
yang mungkin asing. Sikap terbuka ya ng didasarkan atas
kesadaran akan pluralisme dan keterbatasan diri akan
melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan tidak
secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.

5
Contoh:

Kita sebagai warga negara demokrasi ha rus memiliki sikap terbuka


demi ketentraman negara kita .

5. Rasional

Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk


mengambil keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal
yang harus dilakukan.Keputusan-keputusan yang diambil secara
rasional aka n mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan
oleh warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang diambil
secara tidak rasional akan membawa implikasi emosional dan
cenderung egois.Masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
warga negara, baik persoalan plitik,budaya, sosial, dan sebagainya,
sebaiknya dilakukan dengan keputusan-keputusan yang rasional.

Contoh:

Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki rasa rasional
demi kesejateraan negara kita

6. Jujur

Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi wa rga negara merupakan
sesuatu yang mutlak. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya
keselarasan dan keharmonisan hubungan antar warga negara. Sik a p
jujur bisa diterapkan disegala sektor, baik politik, sosial, dan
sebagainya. Kejujuran politik adalah ba hwa, kesejahteraan warga

6
negara merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu kesejahteraan
dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidak jujuran politik
adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau
mencari keuntunga n demi partainya , karena partai itu penting bagi
kedudukannya.

Contoh:

Kita sebagai warga negara yang baik harus mem iliki sikap jujur
kepada setiap masyarakat, karena kejujuran adalah kuci tercipt a n y a
keselarasan dan keharmonisan hubungan antar warga
negara.Beberapa karakteristik warga yang demokrat diatas,
merupakan sikap dan sifat yang seharusnya melekat pada scorang
warga negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga negara yang
otonom, yakni mampu mempengarui dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan ditingkat loka l secara mandiri. Sebagai
warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik lanjutan
sebagai berikut :

a) Memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah


dipengaruhi atau dimobilisasi,teguh pendirian, dan bersikap
kritis pada segenap keputusan publik.
b) Memiliki tanggung jawab pribadi, politik, dan ekonomi
sebagai warga negara,khususnya dilingkungan masyarakat
yang terkecil seperti RT, RW, Desa, dan seterusnya. Atau
juga dilingkungan sekolah dan perguruan tinggi.

7
c) Menghargai martabat manusia dan dan kehorm atan pribadi.
Menghargai berarti menghormati hak-hak asasi dan privasi
pribadi setiap orang tanpa membedakan ras,warna kulit,
golongan, ataupun warga negara yang lain.Berpartisipasi
dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap y a n g
santun.Warga negara yang otonom secara efektif mampu
mempengarui dan berpartisipasi dalam proses-proses
pengambilan kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan
lokal, misalnya dalam rapat kepanitiaan, pertemuanrukun
warta, termasuk juga mengawasi kinerja kebijakan parlemen
dan pemerintahan.
d) Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang
sehat. Tidak ada demokrasi tanpa aturan hukum dan
konstitusi. Tanpa konstitusi, demokrasi akan menjadi anarkhi.

B. Model Pembelajaran PPKN untuk Pengembangan Warga


Negara yang Demokratis

Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan


yang “berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam
prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak berpartisipasi
dari setiap warga negara, seperti hak untuk meningkatkan
kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak asasi manusia.
Hak berpartisipasi ini membebankan tanggung jawab tertentu
kepada setiap warga negara. Di antara tanggung jawab ini adalah
tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan

8
berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk
berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan
prinsipprinsip keadilan. Agar warga negara dapat berpartisipasi
secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan,
pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya
partisipasi warga negara. Menyiapkan warga negara yang
memiliki kualitas, seperti ini merupakan tugas pokok
kependidikan, baik pendidikan persekolahan maupun pendidikan
luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memegang pera nan ya n g
sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga negara
dengan kualitas.

Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian Anda sebagai


guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKN d i
kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode
atau pendekatan pembelaja ran. Hal terakhir ini merupakan titik
yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjad i
warga negara yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang
berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan alternatif
utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.

Menyadari betapa pentingnya proses pembudayaan


demokrasi dan pemberdayaan peserta didik sebagai warga n ega ra
demokratis sepanjang hayat, perlu diberi suasana pemberian
keteladanan, pembangunan kemauan dan pengembangan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran PKn. Oleh

9
karena itu, sekolah dasar sebagai satuan pendidikan yang dik elo la
dengan konsep Manajemen berbasis Sekolah (MBS) dengan
kewenangan mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) perlu dikembangkan sebagai pusat
pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan
berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan
demokrasi. Pendidikan persekola han seyogianya dikembangkan
sebagai wahana sosial kultural untuk membangun kehidupan yan g
demokratis. Hal ini dapat diartikan bahwa sekolah harus menjadi
wahana pendidikan untuk mempersiapkan kewarganegaraan y an g
demokratis melalui pengembangan kecerdasan spiritual, rasional,
emosional, dan sosial warga negara baik sebagai aktor sosial
maupun sebagai pemimpin/khalifah pada hari ini dan hari esok.

Namun demikian, sebelum membahas lebih jauh tentang


model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio Anda perlu pula
mengenali materi pembelajarannya.Materi PKn dengan paradigma
baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang
pelaksanaannya berprinsip pada implementasi ku rikulum
terdesentralisasi. Anda empat isi pokok pendidikan
kewarganegaraan, yakni:

a) Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan


sebagai sasaran pembentukan.
b) Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulu m
dan pembelajaran.

10
c) Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan
pencapaian kemampuan.
d) Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan
alternatif bagi para guru.

Model Pembelajaran yang diintroduksikan sebagai model


inovatif dan diterapkan secara terbatas di delapan provinsi pion ir
mulai tahun 2001 adalah suatu model belajar berbasis portofo lio
(MBBP) atau portfolio-based learning (PBL) yang telah
diadaptasikan dengan kondisi Indonesia melalui perintisan di
enam SLTP Negeri di Jawa Barat sejak tahun 2000. Model
tersebut diberi nama “Proyek-Belajar Kewarganegaraan: Kami
Bangsa Indonesia” yang disingkat menjadi model “PKKBI”.

Model PKKBI di adaptasi dari model “We the


People….Project Citizen” yang dikembangkan oleh Center for
Civic Education (CCE), dan dalam 15 tahun terakhir ini telah di
adaptasi di sekitar 50 negara di dunia, termasuk Ind onesia.
Model ini bersifat generikpedagogik, yang dapat dimuati konten/
materi yang relevan di masing-masing lingkungan. Sebagai
model dipilih masalah “Public Policy” (Kebijakan Publik), yang
memang berlaku di manapun. Misi dari model ini adalah
mendidik para siswa agar mampu untuk menganalisis berbagai
dimensi kebijakan publik dan dengan kapasitasnya sebagai
“young citizen” atau warga negara muda mencoba memberi
masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil

11
yang diharapkan adalah kualitas warga negara yang “cerdas,
kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab”.

Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini, pada


dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning,
problem solving learning, researchoriented learning” yang dikemas
dalam model “Project” ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan
langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam


Masyarakat.
b) Memilih suatu Masalah untuk dikaji oleh kelas.
c) Mengumpulkan Informasi yang terkait pada Masalah itu.
d) Mengembangkan Portofolio kelas.
e) Menyajikan Portofolio.
f) Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar.

Dalam setiap langkah siswa belajar seca ra mandiri dalam


kelompok kecil dengan fasilitasi dari guru da n menggunakan an ek a
ragam sumber belajar di sekolah dan di luar sekolah (manusia,
bahan tertulis, bahan tereka m, bahan tersiar, alam sekitar, artifak,
situs sejarah,). Di situlah berbagai keterampilan dikembangkan
seperti:membaca, mendengar pendapat orang lain , mencatat,
bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan, menimbang,
mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpina n ,
membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi.

12
Portofolio adalah tampilan visual dan audio yang disusun secara
sistematis yang melukiskan proses berpikir yang didukung oleh
seluruh data yang relevan, yang secara utuh melukiskan “integrated
learning experiences” atau pengalaman belajar yang terpadu yang
dialami oleh siswa dalam kelas sebagai sua tu kesatuan. Portofolio
terbagi dalam dua bagian yakni “Portofolio tampilan”, dan
“Portofolio dokumentasi”.Portofolio Tampilan berbentuk papan
empat muka berlipat yang secara berurutan menyajikan:

a) Rangkuman Permasalahan yang dikaji.


b) Berbagai Kebijakan Pemecahan Masalah.
c) Usulan Kebijakan untuk Memecahkan Masalah.
d) Pengembangan Rencana Kerja/Tindakan.

Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner


atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan
Portofolio Tampilan. Portofolio tampilan dan Dokumentasi
selanjutnya disajikan dalam suatu simulasi “Public Hearing” atau
dengar pendapat yang menghadirkan pejabat setem pat yang t erk a it
dengan masalah portofolio tersebut. Acara dengar pendapat dapat
dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara “Show
Case” atau “Gelar Kemampuan” bersama dalam suatu acara
sekolah, misalnya di akhir catur wulan. Bila dikehendaki arena
“Show case”tersebut dapat pula dijadikan arena “contest” atau
kompetisi untuk memilih kelas portofolio terbaik untuk selanjutnya
dikirim ke dalam “Show case and Contest” antar sekolah dalam
lingkungan Kabupaten/Kota madya atau malah untuk acara regional

13
propinsi atau nasional.

Tujuan semua itu antara lain untuk saling berbagi ide dan
pengalam belajar antar “young citizens” yang secara psiko-sosial
dan sosia l-kultural pada gilirannya akan dapat
menumbuhkembangkan “ethos” demokrasi dalam konteks
“harmony in diversity”. Setelah acara dengan pendapat, dengan
fasilitasi guru diadakan kegiatan “refleksi” yang bertujuan untuk
secara individual dan bersama merenungkan dan mengendapkan
dampak perjalanan panjang proses belajar bagi perkembangan
pribadi siswa sebagai warga negara. Namun demikia n, perlu Anda
ingat bahwa model pembelajaran ini perlu disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan kebutuhan siswa bahkan tingkat
perkembangannya. Guru dapat memodifikasi model ini dengan tidak
mengubah prinsip-prinsip pokok.

Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan


maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan -
panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini beragam tergantun g
pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Portofolio
dalam pembelajaran PKn merupakan kumpulan info rmasi yang
tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa
berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputusk a n
untuk dikaji mereka, baik da lam kelompok kecil maupun kelas
secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan -bahan seperti
pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, fotografi, dan karya seni
asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:

14
a) Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu
masalah yang telah mereka pilih
b) Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan
alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut
c) Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa
untuk mengatasi masalah tersebut
d) Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan
dalam mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan
yang mereka usulkan.

Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio m emperkenalka n


kepada para siswa dan mendidik mereka untuk menerapkan secara
kontekstual metode dan langkahlangkah yang digunakan dalam
proses politik, khususnya dalam pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan publik. Pembelajaran ini bertujuan untuk
mengembangkan civic committment atau komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya dengan cara:

a) Membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


untuk berpartisipasi secara efektif;
b) Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk
mengembangkan kompetensi dan efektivitas partisipasi;
c) Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi
warga Negara.

Pembelajaran ini akan memperluas wawasan dan


pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan memperdalam

15
pemahaman siswa tentang baga imana bangsa Indonesia, yakni kita
semua, dapat bekerja sama m ewujudkan masyarakat yang lebih
baik. Pembelajaran ini bertujuan untuk memban tu siswa belajar
bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara
menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah
manakah yang paling tepat da n layak untuk mengatasi masalah
yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara
mempengaruhi penetapanpenetapan kebijakan pada tingkat
pemerintahan tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa
untuk bekerja sama dengan teman-temannya di kelas dan, d en ga n
bantuan guru serta para relawan, agar tercapai tugas-tugas
pembelajaran.

C. Tujuan dari Paradigma Baru Pembelajaran PPKN

Perjalanan bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat


madani membutuhkan proses yang cukup panjang. Masyarakat
madani ada lah masyarakat suatu bangsa dan negara dalam
menjalani kehidupannya bersumber pada nilai-nilai Pancasila d a n
UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu
muatan kurikulum pendidikan dasar,menengah, dan tinggi perlu
menyesuaiakan diri secara adaptif dan koheren dengan kebutu han
dan tuntutan masyarakat yang selalu berubah, oleh sebab itu
Pendidikan Kewarganegaraan dengan Paradigma barunya
memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan demokrasi
secara psiko-pedagogis dan sosio-andragogis yang berfungsi
mengembangkan tiga karakteristik pokok warga negara yang

16
demokratis, yakni kecerdasan warga negara (civic intelligence), t
anggung jawab warga negara (civic responsibility), dan partisip a si
warga negara (civic participation), dengan kata lain bahwa
pendidikan kewarganegaraa n merupakan mata pelajaran yang
bertujuan untuk membentuk peserta didik menja di warga negara
demokratis yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional dan
sosial.

Adapun tiga karakteristik Paradigma baru Pendidikan


Kewarganegaraan, dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecerdasan warga negara (civic intelligence)


Kecerdasan warga negara yaitu kecerdasan dan daya nalar
yang harus dimiliki warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional maupun sosial.Dalam hal ini,
Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu memberikan
pengetahuan kepada warga negara. Adapun pengetahuan yang
harus diketahui oleh warga negara, yaitu berkaitan dengan hak
kewajiban, struktur dan sistem politik, pemerintahan dan
sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam
Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi
konvensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan
nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis dengan
tujuan untuk mewujudkan kemajuan bersa ma dan hidup
berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional.
2. Tanggung jawab warga negara (civic responsibility)

17
Civic Responsibility , yaitu kesadaran akan hak dan kewaj ib an
sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Oleh sebab itu,
sebagai warga negara yang bertanggung jawab harus memiliki
Sifat-sifat yang dapat menunjang karakter berpartisipasi d a la m
urusan-urusan kewarganegaraan (publik) antara lain, sebagai
berikut:
a) Keberadaban (civility), Seperti: menghormati orang lain;
menghormati, pendapat orang lain meskipun tidak
sepaham, mendengarkan pandangan orang lain,
menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang-
wenang,emosional dan tidak masuk akal.
b) Menghormati hak-hak orang lain, seperti: menghormati
hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang sama
dalam pemerintahan dan sama dimata hukum;
menghormati hak orang lain untuk memegang dan
menganjurkan gagasan yang bermacam dan bek erj asama
dalam suatu asosiasibuntuk memajukan pandangan-
pandangan mereka.
c) Menghormati hukum, seperti: berkemauan m ematuhi
hukum, bahkan ketika ia tidak menyepakatinya,
berkemauan melakukan tindakan dengan cara -cara d am ai
dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil.
d) Jujur, seperti, berkemauan untuk memelihara dan
mengekspresikan kebenaran.
e) Berpikiran terbuka, seperti: yaitu mempertimbangkan
pandangan orang lain.

18
f) Berpikir kritis, seperti: yaitu kehendak hati untuk
mempertanyakan keabsahan/kebenaran berb aga i m a cam
posisi termasuk posisi dirinya.
g) Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi, seperti:
bersedia untuk membuat kesepakatan dengan orang lain
meskipun terdapat perbedaan yang sangat
tajam/mendalam, sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya
pembenaran secara moral untuk melakukannya.
h) Ulet/tidak mudah putus asa, seperti: memiliki kemauan
untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih suatu tujuan.
i) Berpikiran kewarganegaraan, seperti: memiliki perhatian
dan kepedulian terhadap urusanurusan
publik/kemasyarakatan.
j) Keharuan/memiliki perasaan kasihan, seperti: memiliki
kepedulian agar orang lain hidupnya lebih baik, khususnya
terhadap mereka yang tidak beruntung.
k) Patriotisme, seperti: memiliki loyalitas terhadap nilai-nilai
demokrasi konstitusional.
l) Keteguhan hati, seperti: kuat untuk tetap pad a
pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya.
m) Toleran terhadap ketidak pastian, seperti: memiliki
kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang
muncul, karena ketidak cukupan pengetahuan atau
pemahaman tentang isu-isu yang komplek atau tentang
ketegangan antara nilai-nilai fondamental dengan prinsip
prinsip.

19
n) Bekerja dengan cara -cara damai dan legal dalam rangka
mengubah undangundang yang dianggap tidak adil dan
bijaksana, Seperti: Sadar informasi dan kepekaan terhadap
urusanurusan public, melakukan penelaahan terhadap
nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional, memonitor
keputusan para pemimpin politik dan lembaga -lembaga
publik dalam penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
konstitusional dan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan apabila terdapat kekurangannya.
3. Partisipai warga negara (civic participation)

Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warganegara


atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial maupun
sebagai pemimpin hari depan. Demokrasi merupakan sistem
pemerinta han Indonesia, oleh karena itu, partisipasi warga negara
terhadap sistem pemerintahan Indonesia yaitu demokrasi merupakan
kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia. Misi PKn dengan
paradigma barunya yaitu menciptakan ma syarakat yang demokratis,
perlu dikembangkan ke arah pengembangan kecerdasan spiritual,
emosional dan sosial.Dengan demikian paradigma baru PKn secara
konseptual dan programatik bersifat multidimensional. Berdasarka n
penelitian Cogan (1998) ada delapan karateristik yang perlu dimilik i
warga negara dengan semakin bera tnya tantangan yang harus
dihadapi di masa mendatang. Karakteristik warga negara tersebut
meliputi:

20
a) Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga
masyarakat global.
b) Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan
memikulta nggung jawab atas peran atau kewajibannya dala m
masyarakat.
c) Kemampuan untuk memahami, menerima, dan mengh o rm at i
perbedaan perbedaan budaya.
d) Kemampuan berpikir kritis dan sistematis.
e) Kemauan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa
kekerasan.
f) Kemauan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok
yang sudah biasa guna melindungi lingkungan.
g) Memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan h ak a sasi
manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnik, dan
sebagainya).
h) Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan
internasional. Atas dasar hasil penelitian ini, kita harus
memantapkan, mengaktualisasi dan mengkonsepsikan
kembali pendidikan kewarganegaraan dengan kerangka
berpikir yang baru.

D. Dimensi Pembelajaran PPKN

1. Pengertian dan Dimensi Mata Pelajaran PKn

21
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan terjemahan dari d u a
istilah teknis dalam kepustakaan asing, yakni civic education dan
citizenship education. Menurut Cogan (dalam Winarno, 2013:4)
istilah Civics Education sebagai “the foundational course work in
school designed to prepare young citizens for an active role in th ei r
communities in their adult lives”, atau suatu mata pelajaran dasar d i
sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara m u d a,
agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam
masyarakatnya. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan yang
disebut dengan istilah citizenship education atau education for
citizenship sebagai “...the more inclusive term and encompasses
both these in-school experiences as well as out-of-school or non-
formal/informal learning which takes place in the family, the
religious organization, community organizations, the media etc”
artinya, citizenship education atau education for citizenship
merupakan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti lua s
yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sek o la h ,
seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam organisasi
keagamaan, organisasi kemasyarakatan, dan da lam media.

Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan


bidang kajian yang bersifat multifaset yang bidang keilmuannya
bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensional.
Namun, menurut seorang hali ilmu politik yang bernama Chreshore
(1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik
khususnya dari konsep "political democracy" untuk aspek "duties

22
and rights of citizen " . Dari ontologi pokok inilah berkembang
konsep "Civics", yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin
"civicus" yang artinya warga nega ra pada jaman Yunani kuno, ya n g
kemudian diakui secara akademis sebagai em brionya "civic
education", yang selanjutnya Indonesia diadaptasi menjadi
"pendidikan kewarganegaraan " (PKn).

Dari sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan


Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan
pengembangan dari salah satu dari lima tradisi "social studies "
yakni "citizenship transmission" . Saat ini tradisi itu sudah
berkembang pesat menjadi suatu "body of knowledge". yang dikena l
dan memiliki paradigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga
domain "citizenship education" yakni: domain akademis, domain
kurikuler, dan domain sosial kultural" (Winataputra:2001) Ketiga
domain itu satu sama lain memiliki saling keterkaitan struktural da n
fungsional yang menurut Center for Civic Education (1998) di
Amerika Serikat diikat oleh konsepsi kebajikan dan budaya
kewarganegaraan (civic virtue and culture) yang mencakup
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), watak
kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan kewarganegaraan
(civic skills), kepercayaan kewarganegaraaz (civic confidence),
komitmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kompetensi
kewarganegaraan (civic competence). Oleh karena itu, ontologi PKn
saat ini sudah lebih luas dari pada embrionya sehingga kajian

23
keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas sosial- kultural
PKn saat ini benar-benar bersifat multifaset/multidimensional.

Sifat multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi


PKn dapat disikapi sebagai: pendidikan kewarganegaraan,
pendidika n politik, pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum dan
hak azasi manusia, dan pendidikan demokrasi.

Pedoman Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran


Kewarganegaraan dalam Kurikulum Tingkat Sa tuan Pendidikan
KTSP tahun 2006 SMA dijelaskan bahwa mata pelajaran
kewarganegaraan citizenship adalah mata pelajaran yang ingin
membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang
memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,
menguasai pengetahuan, keterampilan dan nilai- nilai sesuai denga n
konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sehubungan dengan
itu, dinyatakan bahwa mata pelajaran kewarganegaraan m en caku p
tiga dimensi yaitu:

a) Dimensi pengetahuan kewarganegaraan civics knowledge


yang mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi,
lembaga pemerintah dan 18 Pengetahuan kewarganegaraan
non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar
hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak,

24
konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara ,
hak asasi

manusia, hak sipil dan hak politik;

b) Dimensi keterampilan kewarganegaraan civics skill yang


meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Misalnya dalam mewujudkan masyarakat
madani civil society, keterampilan mempengaruhi dan
memonitoring jalannya pemerintahan, dan proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan
masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama,
dan mengelola konflik; dan
c) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan civics values yang
mencakup kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas nilai-
nilai religi, toleransi, kebebasan individual, kebebasan
berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan
berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas Depdiknas.

Ketiga dimensi kajian dimaksud akan berkait erat dengan


lingkup bahasan materi Pendidikan Kewarganegaraan.

Ruang Lingkup Kajian PPKn Ruang lingkup mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun d a la m


perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa

25
Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi
dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI.
b) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa
Indonesia,sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI.
c) Tata tertib, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma -norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernega ra, system hokum dan peradilan
nasional, hukum dan peradilan internasional.

26
BAB II

INDIVIDU SEBAGAI INSAN TUHAN YANG MAHA ESA,


MAKHLUK SOSIAL DAN WARGA NEGARA
INDONESIA

A. Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa

Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945. Negara berdasar atas


Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap -
tiap penduduk untuk memeluk agamnya masing- masing dan u n t u k
beribadah menurut agama dan kepercayaan itu Pengaturan
kehidupan bergama di Indonesia secara hukum diperkuat oleh Kita b
Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum
pada pasal 156 a, yaitu dipidana dengan pidana penjara selama -
lamunya lima tahun barang siapa dengan sengaja di mi muka umum
mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan. Pada po k o kn ya
bersifat permusuhan, penyalahgunaan penodaan terhadap suatu
agama yang dianut di Indonesia. Dengan maksud agar supaya orang
tidak menganut agama apa pun juga yang tidak bersendikan
Ketuhana n Yang Maha Esa.

Dalam pembahasan tentang materi individu sebagai insan


Tuhan Yang Maha Esa, difokuskankepada individu sebagai warga
negara yang menganut agama. Setiap ajaran agama menuntu t un t uk
berperilaku baik yang diaplikasikan dalam kehidupan secara
horizontal, disamping mengabdidalam bentuk ibadat ritual vertikal
sesuai dengan keyakinannya.Masing-masing agama memiliki

27
kewajiban ibadat yang ritual yang bersifat vertikal yaitu untuk
mengabdi kepada Tuhan sebagai pencipta misalnya umat islam
melaksanakan ibadat ritualnya diMesjid.

Nilai-nilai kerohanian yang luhur dan dibekali dengan nilai dan


pandangan hidup Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa
dan negara. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menurut
sumbu orientasi ke atas ialah pengembangan sebagai insan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman kepada-Nya sert a
mengajarkan ajaran- ajaran-Nya dalam segala aspek kehidupan d a n
berbudi pekerti luhur.

Kelangsungan Kehidupan Keagamaan di Indonesia

a) Pembukaan UUD 1945 a linea 2 “ atas berkat rahmat....”


b) Sila pertama Pancasila, tercantum pada alinea 4 pembukaan
UUD 1945
c) UUD 1945 ps. 29 (1 & 2) Dijabarkan dlm GBHN 1999-2004
d) KUHP ps. 156 a
e) KUHP ps. 175

Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 1) Negara berdasar atas


Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Negara menjamin kemerdekaan tia p -
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan unt u k
beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Pengaturan
kehidupan bergama di Indonesia secara hukum diperkuat oleh Kita b
Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum
pada pasal 156 a, yaitu dipidana dengan pidana penjara selama -

28
lamunya lima tahun barang siapa dengan sengaja di mi muka umum
mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan.

a) Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, pen yalahgu n aan


penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia
b) Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agam a a p a
pun juga yang tidak bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Agama Islam mengajar bahwa belum sempurna iman seseorang,


kalau kasih sayang kepada orang belum sama dengan kasih sa y an g
kepada dirinya. Bahkan agama Islam mengajarkan salah satu ciri
orang yang beriman adalah orang itu mencintai negaranya.

Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa , Manusia


sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau
perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi
merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa
Sesungguhnya Kami telah m enciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya “. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di
muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu
manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan
mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia
memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan
lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu,
sudah menjadi fitrah manusia jika manusia m empercayai adanya

29
Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di
muka bumi. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan
unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang
sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuh an. Hal
itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan u n t uk
beribadah kepada Tuhannya. Oleh karena fitrah manusia yang
diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu
tersebut diperoleh melalui pendidikan.

Pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Den ga n


pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara berib a d ah
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Melalui sebuah pendidikan yang
tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk
Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya u n t u k d a p at
mempelajari tanda -tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat
ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari. Jika kita
amati secara seksama benda -benda atau makhluk ciptaan Tuhan
yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat
padanya, yaitu unsur benda , hidup, naluri, dan akal budi.

a) Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu ben d a


atau materi saja. Misalnya, batu, kayu, dan meja.
b) Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda da n
hidup. Misalnya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.

30
c) Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup ,
dan naluri/ instink.Misalnya, bina tang, temak, kambing,
kerbau, sapi, dan ayarn.
d) Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda,
hidup, naluri/instink, dan akal budi. Misalnya, manusia
merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding
dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat
unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.


Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak,
dan kewajibannya.

a) Kodrat manusia: Kodrat manusia adalah keseluruhan sifa t-


sifat sah, kemampuan atau bakat-bakat alami yang melekat
pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi
antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemamp u ann y a,
dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
b) Harkat manusia: Harkat manusia artinya derajat manusia.
Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuh a n
Yang Maha Esa.
c) Martabat manusia: Martabat manusia artinya harga diri
manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia y a ng
terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang berakal budi sehingga. manusia mendapat tempat yang

31
tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan
martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggidan lebih
terhormat dibandingikan dengan makhluk lainnya.
d) HAM: Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh
setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa ,
seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau
kemerdekaan.
e) Kewajiban manusia: Kewajiban manusia artinya sesuatu yang
harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah
keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi
manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai h a k h ak
asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan
sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan
kewajiban hidupnya sehari-hari.

Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita


merupakan masyarakat yang religius, han ini terdapat pada UUD
1945 alinea kedua "...atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya". Selain itu sila pertama
pancasila yang tercantum pada alinea keempat pembukaan UUD
1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan


bangsa yang mengakui sebagai insan Tuhan yang menjamin
kebebasan warga negara untuk melaksanakan kewajiban sesuai

32
kewajiban dan kepercayaan karena masyarakat bangsa kita terdiri
dari unsur-unsur masyarakat yang memeluk agama.

Penjelasan pengkuan ini dijelaskan pada UUD 1945 pasal 29:

a) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa.


b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap.

Penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan


untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Bahasan tentang individu sebagai insan Tuhan yang Maha Esa,
implikasinya adalah menganut agama sesuai dengan keyakinan n ya.
Setiap agama menuntut umatnya untuk melakukan ibadah ritual da n
berbuat kebajikan antar manusia dengan melaksanakan perintah dan
menghindari larangan agamanya dalam kehidupan didunia ini.
Dalam konteks Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dan pengaunut
agama yang beragam maka individu yang mengakui sebagai insan
Tuhan Yang Maha Esa, sebagai umat yang beragama dan warga
negara perlu memiliki esensi nilai dan moral dan terkandung dalam
kehidupan antar umat beragama yaitu takwa, toleran, rukun,
kerjasama, dan saling menghormati.

Pendidikan Kewarganegeraan yang menjadikan Pancasila


sebagai dasar moral bangsa, menjadikan sila -sila dalam Pancasila
merupakan nilai-nilai dasar dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha
esa” berkonsekuensi bahwa setiap manusia Indonesia harus
mengakui adanya Tuhan, harus beragama, dan hal ini sebagai

33
perwujudan manusia sebagai makhluk religi.Sudah pasti, tak
seorang pun akan menolak pemikiran adanya suatu kek u atan y a n g
melingkupi, pencipta, sekaligus yang memelihara alam ini, yaitu
Tuhan yang maha kuasa, adil, dan maha pemurah dapat menjadi
pelipur lara, pemberi bantuan dan pembimbing manusia juga,
disebabkan sederhananya gagasan itu, ia dapat dipahami oleh o ra n g
yang pikirannya paling lemah sekalipun. Manusia memiliki potensi
untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan -
utusanNya, dan telah menggelar tanda -tanda di alam semesta un t u k
dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan
bertakwa kepadaNya. Manusia hidup beragama kerana agama
menyangkut masalah- masalah yang bersifat mutlak maka
pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesu a i
agama yang dianut masing-masing individu. Dalam kebera ga m an
ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia
memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup
dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula a pa
yang menjadi tujuan hidupnya

B. Individu Sebagai Makhluk Sosial

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat


menjalankan hidupnya sendiri. Bahkan dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia memerlukan manusia lain untuk
membantunya. Hal ini berlaku untuk semua manusia. Tidak
mengenal sebuah kedudukan bahkan sebuah kekayaan. Setiap

34
manusia selalu membutuhkan manusia lainnya. Setiap manusia
dalam bermasyarakat pasti melakukan komunikasi, sosialisasi dan
juga interaksi dengan masyarakat lainnya. Manusia sebagai makhluk
sosial sudah terjadi sejak ia lahir, Seorang manusia yang akan lahir
pun membutuhkan manusia lain untuk memberikan pertolongan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial, yang pada
dasarnya setiap kehidupannya tidak dapat. terlepas dari adanya
pengaruh interaksi, sosialisasi, dan komunikasi. Komunikasi
menjadi sangat penting karena dengan melakukan komunikasi
seseorang akan dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan
dan harapkan terhadap orang lain dalam aktivitasnya. Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain.
dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.
Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai
salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhk an
satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup. berkelompok


saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial dan
hidup berkelompok dalam kehidupan sehari- hari, tentu tidak luput
dari Namanya interaksi atau komunikasi. Komunikasi
mempermudah manusia dalam berinteraksi, sehingga maksud dan
tujuan yang mau disampaikan dapat terwujud. Dalam hal ini
manusia memiliki dan kepentingan yaitu kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama (masyarakat).

35
Manusia secara pribadi maupun sebagai makhluk sosial ingin
memenuhi kebutuhan secara umum, yaitu kebutuhan ekonomis,
kebutuhan biologis dan lain sebagainya. Untuk memenuhi
kebutuhan ini manusia tidak dapat berdiri sendiri, ia harus bekerja
sama dengan orang lain atau masyarakat. Tanpa mengadakan k erj a
sama dan hubungan keutuhan tersebut tidak akan dap at t erp en u hi,
oleh sebab itu manusia baik secara pribadi maupun secara b ersa m a
saling memerlukan dan saling melakukan hubungan. Selain
berinteraksi kesesama manusia, manusia pun saling berhubungan
dengan lingkungan dan tempat tinggalnya. Manusia bertindak sosia l
dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya dem i
kelangsungan hidup sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam d iri
manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar d i
tengahtengah. manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia harus
belajar dari manusia lainnya.

Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan ( civic


education) yang dilakukan oleh berbagai negara mengarah dan
bertujuan agar warga negara bangsa tersebut mendalami kembali
nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangku t a n
sesuai dengan nilai-nilai paling fondamental (dasar negara) yang
dianut bangsa yang bersangkutan. Sejalan dengan kenya t a an
tersebut pada hakekatnya PKn yang merupakan salah satu
bagian dari matapelajaran yang mengejawantahan (perwujudan)
dimensi manusia sebagai makhluk social.

36
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya
adalah kesadaran manusia tentang status dan posisidirinya d a la m
kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan dengan manusia lainnya d i
dalam masyarakat. Masyarakat yang paling kecil dalam
keluarganya, di kampungnya, sampai organisasi kemasyarakatan
yang besar

Religi sebagai negara. Dituntut keikutsertaan dan


sumbangan pemikirannya dalam mengembangkan kehidupan
bersama. Dalam hal tersebut nyatanyata pada materi Pendidikan
Kewarganegraan memuat tentang “Demokrasi, Prestasi dan
Keunggulan Bangsa, Civil Society (masyarakat madani),
multicultural” dan banyak materi yang lainnya untuk mendukung
dimensi manusia sebagai makhluk social.

Dalam era Globalisasi dan perubahan social yang sangat cepat


sekarang ini, civic education menjadi sangat penting agar
siswa atau mahasiswa tidak mengalami split personality.
Berbagai macam ideologidan gaya hidup telah masuk
menjadi tontonan dan bacaan masyara kat, sehingga
berpotensi mempengaruhi cara berpikirdan bertindak masyarakat,

37
untuk itu dibutuhkan Pendidikan Kewarganegraan dalam rangkah
menanamkan nilai-nilai Pancasila, agar tetap tumbuh
masyarakat Indonesia yang tetap menghormati ideology dan nila i-
nilai budaya bangsa.

Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu


dicari relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan
nyata dalam masyarakat, agar Pendidikan Kewarganegaraan
mampu memberikan kontribusi yang posiif bagi pemecahan
permasalahan kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi suatu
bangsa atau masyarakat. Oleh karena itu apapun bentuk
Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembanmgkan di berbagai
bangsa sangat perlu mengembangkan nilai-nilai fondamental
bangsa (masyarakat)tersebut sesuai dengan dinamika p eru b a h an
sosial, agar nilai-nilai fondamental tersebut menemukan
relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap masalah-masalah sosial dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh


orang lain. Ketika kamu pergi ke sekolah, tidak bisa dengan
seenaknya berpakaian menurut kehendak kamu sendiri. Kam u haru s
tunduk pada aturan menggunakan seragam. Ketika kamu m em ak ai
seragam, kamu berusaha untuk tampil yang menurut kamu akan
dinilai pantas, baik, modis, atau necis oleh orang lain.

38
Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh
masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih
besar manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu
manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yaitu mahluk yang
didalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia
lain.

Menurut kodratnya manusia adalah mahluk social atau


mahluk yang bermasyarakat, selain itu juga diberikan kelebihan
yaitu berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
mahluk social, manusia selalu hidup bersama diantara manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, oleh karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.

Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang


akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu
terkait dengan orang lain . Perilaku manusia dipengaruhi orang lain,
ia melakukan sesuatu dipengruhi faktor dari luar dirinya, seperti
tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan kein gin a n
mendapat respon posistif dari orang lain (pujian).

Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, juga dikarenakan


pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup

39
berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk
mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan
orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri atau
kepentingannya masing-masing. Misalnya, orang kaya cenderung
berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai
artis, cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi. Dengan
demikian, akan terbentuk kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat yang didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan.

Manusia dikatakan juga sebagai mahluk sosial, karena manusia


tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di t en ga h -
tengah manusia. Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan
manusia lainnya. Bayi sama sekali tidak berdaya ketika ia lahir, ia
tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa pertolongan orang la in .
Berbeda dengan hewan, jerapah misalnya, ketika binatang ini lahir
hanya dalam hitungan menit ia sudah bisa berdiri tegak dan berjalan
mengikuti induknya. Kena pa hewan bisa mempertahankan hidupnya
walaupun tanpa pertolongan hewan lainnya? Karena untuk
mempertahankan hidupnya hewan dibekali dengan insting. Insting
atau naluri adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang diperoleh
bukan melalui proses belajar.

Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertankan


hidupnya ia dibekali dengan akal. Insting yang dimiliki manusia
sangat terbatas, ketika bayi lahir misalnya, ia hanya memiliki instin g
menangis.

40
Bayi lapar maka ia menangis, kedinginan ia pun men angis, pipis
ia pun menangis. Manusia memiliki potensi akal untuk
mempertahankan hidupnya. Namun potensi yang ada dalam diri
manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar d i
tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja, manusia harus
belajar dari manusia lainnya.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa


berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
makan menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah


kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam
kehidupan bersama, serta bagaimana tanggung jawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan dengan manusia lainnya di
dalam masyarakat. Masyarakat yang paling kecil dalam
keluarganya, di kampungnya,sampai organisasi kemasyarakatan
yang besar Religi sebagai negara. Dituntut keikutsertaan dan
sumbangan pemikirannya dalam mengembangkan kehidupan
bersama. Dalam hal tersebut nyata-nyata pada materi Pendidikan
Kewarganegraan memuat tentang “Demokrasi, Prestasi dan
Keunggulan Bangsa, Civil Society (masyarakat madani),
multicultural” dan banyak materi yang lainnya untuk mendukung
dimensi manusia sebagai makhluk social. Dalam era Globalisasi dan
perubahan social yang sangat cepat sekarang ini, civic education
menjadi sanga penting agar siswa atau mahasiswa tidak menga la m i

41
split personality. Berbagai macam ideologi dan gaya hidup telah
masuk menjadi tontonan dan bacaan masyaraka t, sehingga
berpotensi mempengaruhi cara berpikir dan bertindak masyarakat,
untuk itu dibutuhkan Pendidikan Kewarganegraan dalam rangkah
menanamkan nilai-nilai Pancasila, agar tetap tumbuh masyarakat
Indonesia yang tetap menghormati ideology dan nilai-nilai budaya
bangsa.Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu
dicari relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan n y at a
dalam masyarakat, agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu
memberikan kontribusi yang posiif bagi pemecahan permasalahan
kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi suatu b a n gsa a t au
masyarakat. Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan
Kewarganegaraan yang dikembangkan di berbagai bangsa sangat
perlu mengembangkan nilai-nilai fondamental bangsa (masyarakat )
tersebut sesuai dengan dinamika perubahan sosial, agar nilai-nilai
fondamental tersebut menemukan relevansinya untuk memb erik a n
kontribusi yang signifikan terhadap masalah -masalah sosial dalam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai makhluk
individu berarti ma khluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat
dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya. Individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas, ya itu sebagai manusia perorangan.

Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti


makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa
tiap-tiap orang itu merupakan individu yang khas menurut corak

42
kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta k elem a h an -
kelemahannya. Ind ividu adalah seorang manusia yang tidak h a n ya
memiliki peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya,
melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Sebagai makhluk individu manusia memiliki
beberapa peran untuk mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

a) Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya


b) Mengupayakan terpenuhinya hak-hak dasarnya sebagai
manusia.
c) Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun
rohani.
d) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi
kesejahteraan hidupnya.
e) Peranan manusia sebagai makhluk social.

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagi makhluk


sosial yang sangat membutuhkan bantuan orang lain. Sebagai
makhluk sosial manusia berusaha untuk memenuhi keb u t u h ann ya,
termasuk kebutuhan sosialnya. Kehidupan manusia cukup beragam,
seperti kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, kebutuha n
keamanan, kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan kesehatan.
Interaksi tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Ada dua keinginan manusia sebagai makhluk sosial,
Yaitu:

43
a) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain
di sekelilingnya (masyarakat)
b) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekitarnya.

Berdasarkan keinginan tersebut dapat diketahui bahwa ciri-ciri


dari manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia tidak dapat
hidup sendiri karena manusia memiliki kebutuhan sosial seperti
berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap berguna jika
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya berdampingan
dengan manusia yang lain.

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadikan


manusia melakukan peran-peran sebagai berikut:

a) Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok


b) Membentuk kelompok-kelompok sosial
c) Menciptakan norma -norma sosial sebagai pengaturan tata
tertib kelompiok

Tindakan oleh Max Weber diartikan sebagai perilaku yang


mempunyai makna subjektif bagi pelakunya (the subjective meaning
of action). Maksudnya adalah bahwa makna yang seb en a rn y a d ari
suatu tinda kan hanya di ketahui dengan benar oleh pelakunya ( actor
) sendiri.

Manusia juga harus bermasyarakat ada beberapa hal yang haru s


diperhatikan antara kepentingan individu dan kepentingan

44
masyarakat adalah pertanyaan yang dihadapi oleh manu sia , d ik a la
manakah yang harus diutamakan. Ada beberapa pandangan ten t an g
peran manusia pada masyarkat, yaitu:

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal pada konsep dasar ontologis bahwa


manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas
Panda ngan invidualisme berpendapat bahwa kepentingan. invidula h
yang harus diutamakan. Beberapa prinsip yang dikembangkan
ideologi liberalisme yang dari kata liber adalah sebagai berikut:

a) Penjaminan hak milik perorangan, yaitu hak pribadi tida k


berlaku hak milik berfungsi sosial
b) Mementingkan diri sendiri, yaitu membiarkan orang lain
untuk melakukan aktivitas
c) Pemberian kebebasan pada individu di persaingan bebas
untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
2. Pandangan Sosialisme

Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarkatlah


yang diutamakan. Karena masyarakat merupakan entitas yang besa r
dan berdiri sendiri. dimana individuindividu itu berada. Sosialisme
merupakan mementingkan masyarakat keseluruhan dan merup akan
secara paham yang mengharapkan terbentuknya m asy arak at y an g
adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasa individu a t a s
hak milik dan alat-alat produksi.

45
Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi atau
kedudukan individu di dalam struktur sosial kelompok atau
masyarakat. Individu yang status sosialnya berbeda akan memiliki
hak-hak, tanggung jawab dan kewajiban kewajiban yang berbeda
pula.

Dalam hubungannya dengan tindakan dan interaksi sosial,


ternyata dijumpai cara -cara bertindak dan berinteraksi sosial yang
berbeda di antara orangorang yang kedudukan sosialnya berbeda.
Ada tiga macam peran sosial:

a) Peran ideal, yaitu peran yang digagas, dirumuskan atau


diharapkan oleh masyarakat terhadap orang-orang dengan
status tertentu.
b) Peran dipersepsikan, yaitu peran yang dilaksanakan dalam
situasi tertentu.
c) Peran dilaksanakan, yaitu peran yang secara nyata
dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang.

Dapat terjadi peran yang dilaksanakan tidak sama dengan peran


ideal. Dalam pelaksanaan peran-peran sosialnya, seseorang dapat
mengalami apa yang disebut sebagai konflik status dan konflik
peran. Konflik status adalah pertentangan di antara status-status
yang disandang oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial
berlangsung yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan di
antar status-status tersebut. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kenyataannya seseorang akan sekaligus menyandang berbagai

46
macam status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung,
terdapat status aktif, yaitu sta tus yang berfungsi ketika sebuah
interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten, yakni status yang
tidak berfungsi ketika sebuah interaksi sosial berlangsung.

C. Individu Sebagai Warga Negara Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah membawa misi


pendidikan moral bangsa, membentuk warga negara yang cerdas,
demokratis, dan berakhlak mulia, yang secara konsisten
melestarikan dan mengembangkan cita -cita demokrasi dan
membangun karakter bangsa. Sedangkan visi pendidikan
Kewarganegraan ada lah mewujudkan proses pendidikan yang
terarah pada pengembangan kemaampuan individu, sehingga
menjadi warga Negara yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung
jawab. Dengan demikian akan membentuk warga negara Indo n esia
yang didasarkan pada Pancasila dan ka rakter positif masyarakat
Indonesia.

Dimensi manusia sebagai makhluk individual, makhluk sosial,


makhluk susila, dan makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai
warga Negara Indonesia, hendaknya dikembangkan secara
seimbang. Dimensi manusia tersebut secara konsisten diperjelas dan
dipertajam di dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi d iri
pribadi, dan pengembangan kerjasama dengan orang lain untuk
membawa keunggulan bangsa dan Negara, serta kepatuhannya
untuk mematuhi norma -norma dalam masya rakat, dan aktualiasi

47
dirinya untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal itulah
merupakan beberapa materi Pendidikan Kewarganegraan Indonesia,
disamping materi-materi lainnya.

Di dalam negara, kita sebagai warga negara indonesia harus


menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila, dan adapun nilai-nilai yang
terkandung didalam pancasila mulai dari sila pertama hingga sila
kelima adalah sebagai berikut.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian ,


serta dasar moral bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Peraturan -peraturan yang
berlaku pada hakikatnya tidak boleh menyimpang dari dasar
kerohanian dan dasar moral tersebut. Tujuannya adalah untuk
mencapai kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia dan mencipt ak an
perdamaian dunia. Berkat adanya sila Ketuhanan Yang M a h a Esa ,
politik negara mendapatkan dasar moral yang kuat. Sila inilah y a n g
mengajak seluruh bangsa Indonesia menuju jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila pertama, di


antaranya sebagai berikut.

a) Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa yang tela h


menciptakan alam semesta beserta isinya.

48
b) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
c) Saling menghormati dan toleransi antarpemeluk agama.
d) Kebebasan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai


kemanusiaan, pengakuan terhadap martabat manusia, dan perlakuan
yang adil kepada sesama manusia. Penerapan sila kemanusiaan yang
adil dan beradab dapat ditunjukkan melalui beberapa sika p dan
perilaku, seperti saling mencintai sesama, saling menghormati
dengan sesama, bersikap tenggang rasa kepada orang lain, dan
senang melakukan kegiatan kemanusiaan. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sila kedua, di antaranya sebagai berikut.

a) Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.


b) Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling mulia.
c) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan perlakuan yang adil
terhadap sesama.
d) Mengembangkan sikap tenggang rasa denga n sesama agar
tidak berbuat semena -mena terhadap orang lain.
3. Sila Persatuan Indonesia

49
Makna sila persatuan Indonesia adalah kebulatan berbagai
aspek kehidupan yang melipuri ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan yang sem uanya terwuju d d a la m
suatu wadah, yakni Indonesia. Adapun nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sila ketiga, antara lain sebagai berikut.

a) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan


keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
b) Memiliki rasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara
c) Mengakui adanya keberagaman suku bangsa dan budaya.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyarawatan Perwakilan

Makna sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan adalah setiap
individu sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara Indo n esia
mempunyai hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam
pemerintahan. Oleh karena itu, setiap pengambilan keputusan y a n g
menyangkut kepentingan bersama melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat. Musyawarah tersebut dilakukan dengan
semangat kekeluargaan, Semangat kekeluargan merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sila keempa t, antara lain sebagai berikut.

a) Kedaulatan negara berada di tangan rakyat.

50
b) Setiap individu di Indonesia sebagai warga masyarakat dan
warga negara mempunyai kedudukan. hak, dan kewajiban
yang sama.
c) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat darip a da
kepentingan pribadi atau golongan.
d) Mengutamakan musyawarah dalam setiap mengambil
keputusan yang diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bermakna


bahwa keadilan merupakan salah satu tujuan negara Republik
Indonesia selaku negara hukum. Penegakan keadilan menjadikan
kehidupan setiap bangsa Indonesia, baik sebagai individu, anggota
masyarakat, maupun sebagai warga negara. merasa aman, tenteram ,
dan sejahtera. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencapai k e
arah tersebut.

Upaya-upaya tersebut memerlukan nilai keselarasan,


keserasian, dan keseimbangan yang menyangkut hak dan kewajiban
seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan keberagaman
yang ada di dalamnya. Setiap warga negara Indonesia harus
mendapatkan perlakuan yang adil sesuai dengan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila kelima, antara


lain sebagai berikut.

51
a) Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara meliputi bidang ideologi. politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
b) Keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta mengh o rm at i
hak-hak orang lain.
c) Bersikap adil dan suka memberikan pertolongan kepada orang
lain.
d) Mengembangkan perbuatan yang mencerminkan sikap
kekeluargaan dan gotong royong.
e) Bersikan terbuka terhadap kemajuan dan pembangunan
bangsa, baik materiel maupun spiritual.

Dalam membahas individu sebagai warga negara akan sangat


berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara, antar
warganegara dan antar negara dengan negaranya Beberapa
pendapat para Pakar sebagai berikut. Menurut Miriam Budiardjo,
negara ada lah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang ditaati oleh
rakyatnya Menurut Roger H. Soltau, negara adalah alat (agency)
atau wewenang (autority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang


diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa
dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok
yang meruapakan bagian dari masyarakat itu Menurut Ma x Web er,

52
negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopo li d a la m
penggunaan kekerasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

Menurut Robert M Mac Iver, negara adalah asosiasi yang


menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masy arakat dalam
suatu wilayh dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud terseb u t
diberi kekuasaan memaksa.

NEGARA :

a) Suatu organisasi suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan


tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat (Miriam Budiardjo)
b) Suatu masyarakat yg mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
(Max Weber) “suatu organisasi yg memiliki wewenang yg
bersifat memaksa, monopoli & mencakup semua untuk
mengendalikan persoalan bersamaan rakyatnya/ warga
negaranya”.

SIKAP & PERILAKU WARGA NEGARA ? Cogan, (1998)


kategori warga negara :

a) Harus memiliki identitas/ jati diri sesuai ideologi negaranya.


b) Memiliki hak tertentu yang dijamin oleh pemerintah
c) Memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan antara
kepentingan pribadi degan kepentingan publik & tanggung
jawab.

53
d) Memiliki tanggung jawab demi kepentingan umum
e) Memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar kemasyarakatan

Menghadapi abad 21, warga negara perlu memiliki


karakteristik, ketrampilan & kompetensi yaitu :

a) Kemampuan mengamati masalah & tantangan sebagai


anggota masyarakat global.
b) Kemampuan bekerja sama
c) Kemampuan memahami, menerima dan toleran terhadap
budaya
d) Kemampuan berfikir kritis & sistematis
e) Mampu menyelsaikan konflik tanpa kekerasan
f) Mampu mengubah gaya hidup
g) Peka terhadap HAM
h) Kesadaran & kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
politik

Konteks Individu Sebagai Warga Negara Indonesia

a) Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge)


b) Kecakapan kewarganegaraan (civic skills)
c) Watak kewarganegaraan (civic dispositions) Margaret (1999),

Komponen warga negara demokrasi di AS

a) Nilai kewarganegaraan (civic virtue) :


b) Karakter dan komitmen
c) Karakter warga negara yang konduktif

54
Partisipasi warga negara :

a) Memimpin dan mengelola kelompok


b) Memonitor kebijakan publik & mempengaruhi kebijakan
public
c) Pengetahuan kewarganegaraan ( civic knowledge)

Dalam membahas individu sebagai warga negara akan sangat


berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara, antar
warganegara dan antar negara dengan negaranya.

Beberapa pendapat para Pakar sebagai berikut :

a) Menurut Miriam Budiardjo, negara adalah suatu organisasi


dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya.
b) Menurut Roger H. Soltau, negara adalah alat (agency) atau
wewenang (autority) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
c) Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang meruapakan bagian dari
masyarakat itu.
d) Menurut Max Weber, negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasaan fisik
secara sah dalam suatu wilayah.

55
e) Menurut Robert M Mac Iver, negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat
dalam suatu wilayh dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan m emaksa.

Dalam membahas individu sebagai warga negara akan sangat


berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara, antar
warganegara dan antar negara dengan negaranya Beberapa pendapat
para Pakar sebagai berikut.:

a) Menurut Miriam Budiardjo, negara adalah suatu organisasi


dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya.
b) Menurut Roger H. Soltau, negara adalah alat (agency) atau
wewenang (autonty) yang mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat
c) Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yang meruapakan bagian dari
masyarakat itu
d) Manurut Max Weber. negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasaan fisik
secara sah dalam suatu wilayah
e) Menurut Robert M Mac Iver, negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat

56
dalam suatu wilayh dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan memaksa.

Warga negara yang cerdas erat kaitannya dengan kompetensi


warga negara, sebab warga negara yang cerdas mesti memenuhi
sejumlah kompetensi serta mampu mengaplikasikannya dalam
praktik kehidupan sehari-hari.

Menurut Ricey ada enam kompetensi desar warga negara yaitu

a) Kemampian memperoleh imformasidan menggunakan


informasi Warga negara yang cerdas dalam konteks
kehidupan era informasi dewasa ini tidak saja di tuntut u n t u k
mengetahui berbagai informasi yang berkenaan sebagai hal
baik dalam lingkup lokal, nasional, regional, maupun
internasional, melainkan di tuntutpula untuk selalu berupaya
mencari untuk memperoleh informasi bahkan mampu
menggunakan informasi tersebut secara efektif.
b) Membina ketertiban Warga negara yang cerdas adalah wa rga
negara yang mampu menjaga dan membina ketertiban.
c) Membuat keputusan Warga negara yang ceerdas adalah warga
negara yang mampu mengambil keputusan secara cerdsa,
dimana pengambilan keputusan itu tidak didasari dengan
sikap emosional, melainkan oleh sikap dan tindakan rasio n al,
logis dan sistematis.

57
d) Berkomunikasi Dalam berkomunikasi wujud komunikasi baik
lisan maupun tulisan yang di ekspresikan warga negara yang
cerdas bukan sekedar informasi yang hampa makna
(meaningless) melainkan berisikan pesan-pesan informasi
yang memiliki atau berbobot makna (meaningfull)
e) Menjalin kerjasama Warga negara yang cerdas mesti
menyadari bahwa keberadaa n atau eksistensinya tidak dpat
dilepaskan dengan keberadaan anggota masyarakat yang lain.
f) Melakukan berbagai macam kepentingan secara benar
Merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa setiap
individu warga negara memiliki kepentingan yang berbeda -
beda

58
BAB III

SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DAN


KEBANGGAAN SEBAGAI WARGA NEGARA

A. Keragaman sosial budaya masyarakat Indonesia

Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai


suku bangsa, ras, bahasa, adat istiadat, agama dan budaya.
Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural
karena anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang agama dan
budaya yang beragam.

Pendidikan multikultural juga dapat menanamkan nilai-nilai


patriotisme kepada generasi muda bangsa Indonesia. Nilai-nilai
patriotisme yang sekarang mulai pudar dengan adanya globalisasi
masuk kedalam bangsa Indonesia yang dimana masyarakat ba n gsa
Indonesai masih belum sepenuhnya siap untuk menerima berbagai
hal ya ng akan bisa memecah bela bangsa dengan adanya berbagai
masalah yang memicu pada sara. Bangsa Indonesia yang sangat
majemuk memperlukan pendidikan multukultural kepada semua
warga negara untuk memperkenalkan berbagai budaya, agama, ra s,
suku dan antar golongan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan sudah berupaya dalam


menanamkan sikap patriotisme terhadap warga negara, memang
terkadang dalam pendidikan tidak secara maksimal sehingga
menghasilkan warga negara yang kurang mem punyai rasa cinta

59
terhadap tanah air berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan dalam menanamkan sikap patriotisme hanya
dilakukan di sekolah sedangkan diluar sekolah biasanya dilakukan
oleh budaya yang ada.

Budaya multikultural yang terda pat di Indonesia sangatlah


beragam sehingga dapat mempengaruhi sikap patriotisme terhadap
generasi muda yang masih bisa dikatakan masih mudah untuk
dipengaruhi oleh budaya luar yang masuk ke Indonesia melalui
globalisasi sehingga generasi muda mudah untuk terpengaruh
dengan buyada luar, sehingga budaya dalam negeri atau yang serin g
disebut sebagai budaya lokal kalah bersaing dengan budaya luar
yang semakin menjamur di Indonesia.

Budaya multikultural yang terdapat di Indonesia sangatlah


beragam sehingga dapat mempengaruhi sikap patriotisme terhadap
generasi muda yang masih bisa dikatakan masih mudah untuk
dipengaruhi oleh budaya luar yang masuk ke Indonesia melalui
globalisasi sehingga generasi muda mudah untuk terpengaruh
dengan buyada luar, sehingga budaya dalam negeri atau yang serin g
disebut sebudaya lokal kalah bersaing dengan budaya luar yang
semakin menjamur di Indonesia. Budaya multikultural yang dimilik i
bangsa Indonesia sangat berpengaruh dalam menanamkan sikap
patroitisme dimana budaya tersebut memberikan sebuah pelajaran
yang berharga yaitu menanamkan rasa cinta terhadap suatu b an gsa
melalui sebuah budaya yang majemuk yang dimiliki oleh suatu
bangsa.

60
Menurut Kompasiana.com (2017) definisi cinta tanah air
adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seseorang
warga negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi,
dari segala ancaman dan gangguan. Rasa cinta tanah air yang
dimiliki oleh setiap induvidu pada negara dimana ia tinggal,
tercermin dari perilau membela tanah airnya, menjaga dan
melindungi tanah air, relab erkoran demi kepentinga bangsa dan
negara, mencintai adat dan budaya, yang ada di negaranya, dan
melestarikan alam dan lingkungan.

Menurut Wahyudi (2013), cinta tanah air dapat diwujudkan


dalam berbagai bentuk diantaranya memelihara persatuan dan
kesatuan, menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki untuk membangun bangsa dan negara. Kita harus
menyadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap
menghadapi rongrongan dan ancaman. Oleh karena itu kita harus
siap menghadapisegala bentuk rongrongan dan ancaman, demi
keutuhan NKRI.

Demi keutuhan NKRI.Semangat cinta tanah air perlu terus


dibina sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
tetap terjamin. Manfaat dari rasa cinta tanah air antara la in Nega ra
akan aman dan damai, pembangunan dapat berjalan lancar, dan
pendapatan Negara dapat meningkat.

Budaya bangsa Indonesia karena berbagai suku bangsa yang


ada. Kekayaan itu beragam bentuknya. Beberapa diantaranya

61
berbentuk bahasa daerah,rumah tradisional, pakaian adat, dan
kesenian daerah berupa tari-tarian, alat musik, lagu-lagu dan upacara
adat. Semua budaya tersebut menjadi ciri khas tiap -tiap daerah .
berikut contoh budaya daerah di Indonesia.

1. Bahasa Daerah

Setiap suku bangsa dalam berkomunikasi menggunakan ba hasa


daerah setempat. Dengan demikian, keragaman suku menghasilk a n
bahasa yang beragam. Keragaman bahasa daerah tidak
menimbulkan masalah antar suku bangsa. Hal ini karena dalam
komunikasi antar suku bangsa digunakan bahasa Indonesia yang
telah mampu mempersatukan perbedaan Bahasa daerah.

2. Rumah Adat

Rumah adat merupakan bangunan yang memiliki ciri khas


khusus, digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa
tertentu. Bangunan rumah setiap suku bangsa disesuaikan dengan
kondisi alam. Nama rumah adat setiap daerahpun berbeda. B erik u t
beberapa nama rumah adat di daerah masing-masing.

3. Pakaian Adat

Banyaknya suku-suku dan provinsi yang ada di wilayah nega ra


Indonesia maka banyak pula baju adat yang dimiliki oleh setiap
suku diseluruh provinsi di indonesia. Pakaian adat di Indonesia
memiliki ciri khusus dalam pembuatan atau dalam mengenakan
pakaian adat tersebut. Wanita India lebih bangga mengen a k an Sa ri

62
mereka dari pa da baju casual sehari-hari. Bahkan trend sari sem p a t
menjamur di Indonesia. Indonesia sebetulnya sudah memiliki batik
yang indah, dan kebaya yang feminis, tetapi kita sebagai orang
Indonesia kadang belum bisa secara total bengga dengan apa yang
kita miliki. Pakaian adat Indonesia hanyalah salah satu conto h , d a n
masih banyak contoh yang lain, misalnya tarian daerah, lagu -lagu
daerah, alat musi, upacara tradisional dan lain -lain.

4. Kesenian Daerah

Kesenian daerah adalah bagian dari budaya dan merupakan


sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan d a ri
dalam jiwa manusia. Kesenian daerah di wilayah Indonesia sangat
beragam. Setiap suu bangsa memiliki kesenian khas terdiri atas tari -
tarian dan lagu daerah.

Multikukturalisme merupakan kekayaan bangsa yang tak


ternilai harganya, sebagai potensi yang harus dikembangkan dan
dibina. Sebaliknya apabila keberagaman ini tidak dimanfaatkan da n
dibina secara benar akan berkembang menjadi suatu yang
menakutkan. Oleh karena itu pendidikan yang berbasis multikultural
merupakan suatu keharusan untuk membina keberagaman terseb u t .
Dulu keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling
dibanggakan, dibangun atas dasar tujuan dan kepentingan b ersa m a
yaitu kemerdekaan Indonesia.

Saat ini, keberagaman sering dipandang sebagai perbedaan,


perbedaan semakin dipertajaam dan sering dimanfaatkan seb aga in

63
orang untuk memenuhi ambisi dan kepentingan pribadi atau
golongannya. Ini menimbulkan konflik horizontal yang
menyebabkan terpuruknya bangsa Indonesia, kerusuhan terjadi
dimana -mana.

Indonesia sebagai negara yang sangat plural memiliki sejarah


konflik multicultural seperti Konlflik Poso yang terjadi sejak 1998,
Bom Bali tahun 2000, Konflik Sampit yang terjadi Tahun 2001, dan
Konflik Mesuji 2003. Tercatat dari tahun 2014 ada 74 kasus
intoleransi beragama, tahun 2015 tambah menjadi 87 kasus, dan
tahun 2016 lebih dari 87 kasus (Zulfikar, 2017), serta berbagai
konflik berdasar agama, suku, maupun ekonomi lainnya. Sementara,
akhir-akhir ini konflik tersebut mengalami perubahan yang cukup
signifikan, bukan semata terjadi karena perbedaan agama, etnik atau
budaya, tetapi karena perbedaan ideologi dan kepentingan.

Setiap manusia lahir di dunia selalu mempunyai perbedaan,


tidak ada dua orang yang sama persis di dunia ini, meskipun mereka
kembar identik sekalipun. Perbedaan ini meliputi beberapa aspek,
baik secara fisik, agama, suku, golongan sosial ekonomi, ataupun
perbedaan lain yang menyangkut gagasan, selera, keinginan dan
sebagainya. Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari
banyak pulau dan lautan yang sangat luas. Terdiri dari bermacam -
macam suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat, agama dan
kepercayan, ras, warna kulit, dan peradaban yang berbeda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa negara kita banyak perbedaan dan
keragaman.

64
Adanya perbedaan dan keragaman bangsa Indonesia akan
menjadi modal dasar pembangunan bangsa kita sendiri, apabila
masyarakat dapat saling menghormati perbedaan dan keragaman
tersebut. Sebaliknya jika masyarakat Indonesia tidak mau saling
menghargai dan menghormati adanya perbedaan dan keragaman
tersebut, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah.
Misalnya; perkelahian antar suku, kekerasan, pelecehan, penghinaan
dan sebagainya

(Afnan fuadi, 2020).

Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi


Indonesia. keragamanbudaya Indonesia adalah sesua t u y an g t id a k
dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam kontekspemahaman
masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa,
masyarakatIndonesia juga terdiri dari berbagai kebudaya an d aerah
bersifat kewilayahan yang merupakanpertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat


dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara
lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap da n
bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan
politikmasyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.

Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar


kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar

65
peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di
Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka
diriIndonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat
itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga
memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar
peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan -singgungan
peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas
bangsa Indonesia dalam berinteraksi denganperbedaan. Disisi yang
lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan
mengembangkanbudaya lokal ditengah-tengah singgungan antar
peradaban itu.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal


terbesar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam
wilayah dengan kondisi geografis yangbervariasi. Mulai dari
pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan,
hinggaperkotaan.

Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok -


kelompok sukubangsa danmasyarakat di Indonesia yang berbeda.
Pertemuan-pertemuan dengan budayaan luar jugamempengaruhi
proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian
jugaberkembang dan m eluasnya agama -agama besar di Indonesia
turut mendukungperkembangan kebudayaan Indonesia sehingga
mencerminkan kebudayaan agama tertentu.Bias di katakana b a h wa
Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat
keanekaragamanbudaya atau tingkat heterogenita snya y a ng t in ggi.

66
Tidak saja keanekaragamanbudayakelompok sukubangsa namun
juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,trad isio n a l
hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan


mempunyai keungulandi bandingkan dengan Negara lainnya.
Indonesia mempunyai potret kebudayaan yanglengkap dan
bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan
politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah d in a m ik a
interaksi antar kebudayaan yangdi rangkai sejak dulu.

Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi


antarkelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga meiliputi
antar peradaban yang ada di dunia.Labuhnya kapal-kapal portugis d i
banten pada abad pertengahan misalnya telah membukadiri
Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat it u .
Hubungan antarpedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan
arti yang penting dalam membanguninteraksi antar peradaban y a ng
ada di Indonesia. Singungan-singungan peradaban ini pada dasarnya
telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi
denganperbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu
menelisik dan mengembangkanbudaya local di tengah -tengah
singgunagn antar peradaban itu.

B. Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia

Indonesia adalah Negara kepulauan. Pulau -pulau di wilayah


Indonesia baik yang besar dan yang kecil mencapai sekitar 17.508

67
buah. Pulau-pulau tersebut terletak di antara dua samudera yaitu
samudera Pasifik dan samudera Hindia serta terletak diantara dua
benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Alangkah indahnya
Nusantara yang membujur di garis khatulistiwa bagaikan "Untaian
Ratna Mutu Manikam".

Meskipun wilayah Indonesia tersebar diantara beribu -ribu


pulau hal ini tidak menjadikan bangsa Indonesia bercerai berai,
justru menjadi perekat untuk semakin meningkatkan rasa persa t uan
dan kesatuan bangsa. Sebab secara yuridis formal bangsa Indonesia
telah mempunyai landasan yang kuat. Sebagai contoh, dalam
Pembukaan UUD 1945, alenia 2 menegaskan:"Dan perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur". Dengan
demikian maka jelas sudah setelah kita berhasil melaksanakan
perjuangan melepaskan diri dari belenggu penjajahan maka tujuan
yang akan dicapai bangsa Indonesia a dalah mewujudkan Negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Jadi negara yang hendak kita bentuk ini bukan negara serikat
atau federal tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mampu melindungi kepentingan seluruh warganya, term asuk
menjaga keselamatan bangsa dan tumpah darah Indonesia, seperti d i
tegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV. yang berbunyi,
"Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

68
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia". Selain itu, d alam
pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menyebutkan secara
tegas "Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik ".
Sekalipun bangsa Indonesia terdiri atas beranekaragam penduduk
dan budaya tidak menjadikan bangsa Indonesia bercerai berai
bahkan merupakan credit point yang menjadikan kita merasa bangga
sebagai bangsa Indonesia.

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia diwujudkan dalam sikap


dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai anggota
masyarakat, bangsa, maupun negara. Kita harus bangga sebagai
bangsa Indonesia dengan memiliki kebudayaan dan peradaban yan g
tinggi dan luhur yaitu adat istiadat, falsafah, karya seni dan
sebagainya yang menjadikan kita memiliki ciri atau kekhasan
tersendiri dengan bangsa lain.

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia juga diwujudkan dalam


kesatuan tanah air, kesatuan bangsa, kesatuan bahasa ya it u b a h asa
Indonesia, lagu kebangsaan "Indonesia Raya", serta lambang Negara
Garuda Pancasila yang merupakan identitas Indonesia sebagai
bangsa yang bernegara, bebas, merdeka dan berdaulat yang
menempatkan bangsa Indonesia sebagai negara dan bangsa yang
bermartabat sejajar dengan bangsa -bangsa lain di dunia.

Keanekaragaman suku, bahasa daerah, adat, budaya dan


agama serta jumlah penduduk yang besar dan berkembang seb a ga i
bangsa yang bersatu merupakan kebanggaan tersendiri. Kebanggaan

69
yang lebih mendalam lagi adalah Pancasila sebagai dasar negara
yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa
yang bersifat universal yang merupakan sumber dari segala sumber
tertib hukum dan falsafah bangsa Indonesia.

Sekalipun bangsa Indonesia beraneka ragam, tetapi karena


dukat oleh adanya kesamaan latar belakang sejarah, pengalaman,
perjuangan dalam mencapai kemerdekaan, adat istiadat, d an bahasa
yang diikat dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjadikan bangsa Indonesia bersatu padu dalam melaksanakan
pembangunan.

Keberhasilan bangsa Indonesia dalam sejarah perjuangan


menegakkan dan mengisi kemerdekaan yang diprok lamasikan p ad a
tanggal 17 Agustus 1945 tidak lepas dan tidak dapat dipungkiri
sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini secara gamblang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 3, "Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya". Selain itu juga secara lahiriah bangsa Indonesia
mempunyai Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang selalu menjadi
pedoman dalam melaksanakan berbagai perjuangan sehingga rasa
persatua n dan kesatuan bangsa sebagai salah satu sila dari Pancasila
selalu terjaga dan terpelihara dengan baik.

Berbagai krisis politik dan pengkhianatan terhadap bangsa


Indonesia baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri dapat

70
segera diatasi, terutama oleh adanya semangat persatuan dan
kesatuan bangsa. Untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa maka ditetapkan berbagai perangkat hukum, seperti
Pancasila, UUD 1945, Tap MPR, GBHN, UU Kewarganegaraan,
Wawasan Nusantara dan keputusankeputusan la innya.

Melihat dan mencermati kondisi yang demikian sudah


sepantasnyalah kita sebagai warga Negara Indonesia mempunyai
kebanggaan tersendiri. Bangga dalam arti merasa berbesar hati a t a u
merasa gagah karena mempunyai berbagai keunggulan dan
kelebiha n. Konsekuensinya kalau kita merasa bangga menjadi
bangsa Indonesia.

Penumbuhkembangan rasa bangga tersebut sangat penting


bagi generasi muda agar bahasa Indonesia dapat memenuhi syarat
sebagai bahasa internasional. Rasa bangga terhadap bahasa te rseb u t
dapat diamati dari sikap berbahasa pemakainya. Sikap bahasa adalah
sikap pemakai bahasa terhadap keanekaragaman bahasanya sen d iri
maupun bahasa orang lain. Sikap berbahasa pada generasi muda
perlu ditanamkan sejak usia dini. Oleh karena itu, peran o rang tua,
masyarakat dan guru sangat diperlukan.

Sikap berbahasa dari seorang pemakai bahasa atau masyarakat


bahasa baik yang dwibahasawan maupun yang multibahasawan
akan berwujud berupa perasaan bangga atau mengejek, menolak
atau sekaligus menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat

71
pemakai bahasa tertentu, baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh
setiap individu maupun oleh anggota masyarakat.

Sikap bahasa itu ditandai oleh tiga ciri,yaitu

a) Kesetiaan bahasa (language loyality),


b) Kebangga an bahasa (language pride), dan
c) Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm).

Ketiga ciri tersebut belum tampak/belum dimiliki oleh para


generasi muda sebagai pemakai bahasa Indonesia baik lisan mauoun
tulisan. hal itu tampak pada tuturan mereka baik pada kegiatan
formal maupun nonformal.

Bangga sebagai bangsa Indonesia merupakan cara berfikir,


bersikap, dan berbuat dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa.Cinta
tanah air merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan
Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di
keluarga, sekolah dan masyarakat. Kesadaran cinta tanah air itu
pada hakikatnya berba kti. Berikut ini adalah contoh sederhana
perwujudan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia

1. Bangga sebagai bangsa Indonesia

Bangga sebagai bangsa Indonesia, misalnya dengan berbahasa


Indonesia dengan baik dan benar. Mencintai kebudayaan Indon esia

72
seperti mengenakan batik dan pakaian adat saat perayaan juga
menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Indonesia adalah negara yang terkenal karena kekayaan dan


keindahan alamnya, serta keragaman budayanya, maka tidak h era n
jika banyak wisatawan manca negara yang berbondong-bondong
mengunjungi Indonesia. Sebagai warga negara kita harus bangga
dan ikut menjaga kekayaan, keindahan alam serta budaya yang k it a
miliki.

2. Bangga menggunakan dan mencintai produk buatan

Menggunakan produk buatan dalam negeri merupakan


pernyataan cinta tanah air. Dengan menggunakan produk dalam
negeri, turut pula membantu perekonomian negara dan membuka
lapangan kerja.

Mari kita galakkan penggunaan produk-produk dalam negeri ,


mulai dari ponsel, notebook, pakaian, sampai makanan, karena
sebetulnya banyak produk dalam negeri yang kualitasnya bagus.
Jika kita menggunakan produk dalam negeri kita bisa menbantu
perekonomian dan mengurangi pengangguran.

Oebaidiliah, 2018 menumbuhkan pemahaman dan kecintaan


budaya nasional dapat melalui berbagai kegiatan misalnya
pertunjukan atau lomba-lomba misalnya lagu-lagu daerah, p a k aian
adat atau pakaian daerah, tarian daerah, dan sebagainya sehingga
para pelajar bisa mengenal jati diri bangsa, serta dapat

73
menumbuhkan cinta tanah air. Selain itu, dengan kebersamaan di
kalangan pelajar juga bisa menumbuhkan sikap saling toleransi sa t u
sama lain, dan menghargai serta menghormati perbedaan sesama
mereka.

3. Mau dan mampu menjaga nama baik Indonesia

Apakah kamu pernah bepergian keluar negeri? Jika iya, jaga


nama baik Indonesia dengan mematuhi peraturan yang ada. Bila
tujuan ke luar negeri untuk berwisata, jangan mengotori tempat
wisata dan membuang sampah sembarangan.Mematuhi huku m d a n
peraturan

4. Yang berlaku Patuhilah hukum yang berlaku. Misal dengan


mematuhi peraturan lalu-lintas saat berkendara.
5. Menggunakan hak pilih saat pemilihan umum

Bila kamu sudah memiliki hak pilih, gunakan hak pilihmu saat
pemilihan umum untuk memilih kepala daerah, anggota DPR/DPRD
dan pemilihan presiden/wakil presiden.

6. Belajar dengan sungguh-sungguh

Belajar sungguh-sunggguh di sekolah dan di rumah adalah cara


untuk mencinta negeri ini. Mulailah dengan mempelajari hal hal
yang berguna untuk kemajuan dan pembangunan negeri
(Pasirabu,2022).

74
C. Pembelajaran Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat
Indonesia Dan Kebaggaang Sebagai Bangsa Indonesia

Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik


dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaramn
merupakan bantuan yang di berikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran a dalah proses untuk membantu
peserta didik agar belajar dengan baik.

Salah satu pengertian pembelajaran de jelaskan oleh Gagne


(1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa
eksternal yang di rancang untuk mendukung beberapa proses belajar
yang bersifat internal. Lebih lanjut gagne (1985) mengemukakan
teorinya lebih lengkpa dengan mengatakan bahwa pembelajaran
dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal ha ru s d i
rancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, d an
mempertahankan proses intenal yang terdapat dalam setiap peristiwa
belajar.

Sedang Keragaman sosial adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan keanekaragaman atau perbedaan dala m su a t u
masyarakat atau lingkup tertentu.Keragaman sosial terjadi karena
beribu-ribu jenis suku,agama yang ada di indonesia bercampur
menjadi satu.karena kita hidup dengan berbagai macam orang dari
beberapa daerah dan suku.

75
Budaya Indonesia adalah suatu kebiasaan ataupun
keanekaragaman yang telah dimiliki bangsa indonesia,baik b u d a y a
lokal,nasional maupun internasional.Budaya di Indonesia sangat
beragam sekali,mulai dari tarian daerah,musik daerah dan sek a ra ng
peran kita sebagai pemuda Indonesia adalah mempertahan k ann y a.
Olehnya itu pendidikan kewarganegaraan dalam konteks kuriku lu m
persekolahan mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis
dalam upaya membangun karakter bangsa.

Oleh karena itu dalam pengembangan model pembelajarannya


persekolahan harus dipikirkan dan dirancang secermat mungkin
sehingga mampu mengembangkan berbagai potensi yang ada dan
dimiliki siswa. Model-model pembelajaran yang daya kini mampu
mengembangkan ketiga potensi siswa adalah model-model
pembelajaran yang interaktif, dalam arti yang mampu mengaktifkan
berbagai potensi yang ada da n dimiliki siswa.Untuk pembelajaran
materi Keanekaragaman sosial budaya dan Kebanggaan sebagai
BangsaIndonesia " ada sejumlah alternatif model pembelajaran yang
dapat dikembangkan di kelas.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam kurikulum sangat


penting dan strategis, karena tugas dan peran PKn adalah
menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan
karakter bangsa (national and character building).

Secara khusus tujuan PKn adalah dapat mengmbangkan


berbagai kompetensi, diantaranya adalah :

76
a) Kemampuan berpikir rasional, kritis dan kreatif sehingga
memahami wacana kewarganegaraan
b) Keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara
demokrasi dan bertanggung jawab
c) Memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai norma yang
berlaku

Ruang lingkup PKn juga merupakan bidang kajian


multidisipliner yang mencakup berbagai aspek, yaitu :

a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa


b) Norma, hokum dan peraturan
c) Hak asasi manusia
d) Kebutuhan warga Negara
e) Konstitusi Negara
f) Kekuasaan dan politik
g) Pancasila
h) Globalisasi

Model-model pembelajaran yang daya kini mampu


mengembangkan ketiga potensi siswa adalah model-model
pembelajaran yang interaktif, dalam arti mampu mengaktifkan
berbagai potensi yang ada dan dimiliki siswa.Pembelajaran materi
Keanekaragaman sosial budaya dan Kebanggaan sebagai Bangsa
Indonesia “ada sejumlah alternatif model pembelajaran yan g d a p at
dikembangkan di kelas.

77
Dalam kegiatan belajar dicontohkan 2 model yaitu model
bermain peran (role playing) dan Analisis Kasus.Udin Saripudin
(1997) menyatakan bahwa bermain peran berarti memainkan satu
peran tertentu sehingga yang bermain peran tersebut harus mampu
berbuat seperti peran yang dimainkan. I.G.A.K. Wardani (1997)
Keterampilan Dasar yang harus dimiliki guru untuk melaksanakan
kegiatan bermain peran adalah keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya dan keterampilan mengelola kelompok kecil.

Rambu-rambu pelaksanaan bermain peran juga diungkapkan


oleh I.G.A.K. Wardani (1997) diantaranya :

a) Tiap siswa memerankan peran yang berbeda sehingga


penghayatan lebih mantap
b) Jika pemahaman siswa lambat, guru meminta siswa membua t
scenario sehingga permainan lebih mudah
c) Guru dapat memodelkan permainan peran, terutama peran
yang sukar dihayati
d) Peran yang dima inkan harus sesuai dengan tingkat berpikir
dan usia serta pengalaman siswa
e) Penghayatan yang berbeda terhadap peran yang dimainkan,
menghasilkan pemecahan masalah yang berbeda pula.

Selanjutnya Anda dipersilahkan mempelajari rangkuman materi


yang telah diuraikan di atas. Bangsa Indonesia adalah ban gsa y an g
berbhinneka dalam segala aspek kehidupan, baik
agama,kebudayaan, bahasa, suku bangsa maupun aspek -aspek

78
lainnya. Kebhinnekaan tersebut terutama terjadi karena jumlah suku
bangsa yang mendiami wilaya h Indonesia cukup banyak.
Kebhinnekaan yang ada di Indonesia selain merupakan potensi ju ga
merupakan tantangan yang harus diupayakan penyelesainnya.

Tantangan tersebut semakin terasa terutama dalam


menghadapi krisis multidimensional yang telah menjelma
menjadi krisis ekonomi yangberkepanjangan. Kondisi demikian
dirasakan sebagai tantangan, karena akan mudah menyulut
terjadinya berbagai tindakan kekerasan, kecemburuan sosial dan
tidak sedikit terjadinya upaya pengrusakan -pengrusakan terhadap
fasilitas umum. Kesemuanya itu dapat menimbulkan terjadinya
disintegrasi bangsa, oleh karena itu perlu dilakukan upaya -upaya
untuk mencari kesamaan isi dan misi dalam membangun masyarakat
Indonesia yang aman, sejahtera.

Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu


pulau, baik pulau besar atau pun pulau kecil yang jumlahnya
mencapai 17.508 buah, sehingga mendapat julukan Nusantara.
Indonesia adalah negara yang terletak di posisi silang dan di antara
dua buah Samudra dan duabuah Benua yang menyebabkan
Indonesia berada dalam posisi yang strategis.

Sekali pun wilayah Indonesia tersebar di antara pulau -pulau,


tidak menjadikan penduduknya bercerai. Hal ini karena bangsa
Indonesia telah mempunyai ikatan sejarah maupun juridis
formalyang dapat dibanggakan. Ikatan sejarah, misalnya karena

79
merasa berasal dari latar belakangperjuangan yang sama,
mempunyai pengalaman yang sama, merasa berasal dari
keturunan,bahasa dan adat istiadat yang sama dalam wadah Ban gsa
dan Negara Kesa tuan RepublikIndonesia. Sedangkan ikatan yu rid is
bisa kita simak dari berbagai rumusan yang tertuang dalam berbagai
bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti
Pembukaan UUD 1945; Batang TubuhUUD 1945; Ketetapatn MPR;
dan berbagai peraturan perundangan lainnya.

Kebanggaan akan bangsa Indonesia ini semakin lengkap,


karena kita mempunyai berbagai keunggulan yang tidak dimiliki
bangsa lain, seperti: jumlah dan potensi penduduk yang sangat
besar; keanekaragaman sosial budaya, keindahan al a m d a n f au n a,
konsep wawasan nusantaradalam pengembangan wilayahnya;
semangat Sumpah Pemuda; memiliki tata krama dan kesopanan
yang tidak dimiliki bangsa lain; letak wilayahnya yang sangat
strategis dan salah satukeajaiban dunia ada di Indonesia, yaitu Candi
Borobudur. Selain itu kita juga telah dipercaya menjadi tuan ru m a h
dari berbagai Konferensi Internasional, seperti Konferensi Asia
Afrika; KTTGerakan Non-Blok dan sebagainya. Pembelajaran
Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan Keb a n g ga an
Sebagai Bangsa Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks kurikulum


persekolahan mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis
dalam upaya membangun karakter bangsa. Oleh karena itu dalam
pengembangan model pembelajarannya persekolah an harus

80
dipikirkan dan dirancang secermat mungkin sehingga mampu
mengembangkan berbagai potensi yang ada dan dimiliki siswa.

Model-model pembelajaran yang daya kini mampu


mengembangkan ketiga potensi siswa adalah model-model
pembelajaran yang interaktif, dalam arti yang mampu mengaktifkan
berbagai potensi yang ada dan dimiliki siswa.Untuk pembelajaran
materi Keanekaragaman sosia l budaya dan Kebanggaan sebagai
BangsaIndonesia" ada sejumlah alternatif model pembelajaran yan g
dapat dikembangkan di kelas.

Dalam kegiatan belajar 3 di atas dicontohkan 2 model, yaitu


model Bermain Peran dan Model Analisis Kasus. Kedua model ini
hanyalah contoh belaka. Oleh karena itu pengembangannya dik ela s
sangat tergantung pada kreativitas, kemampuan dan daya dukung
sarana dan prasaranayang ada di sekolah masing-masing.

Rasa bangga terhadap Tanah Air merupakan wujud dari


kecintaan masya rakat Indonesia. Kesadaran keanggotaan dalam
suatu bangsa yang secara potensial menimbulkan adanya
kesamaan cita -cita, tujuan, hingga kolektivitas ingin
mempertahankan negara baik secara internal maupun eksternal,
adalah bentuk dari rasa bangga dalam berbangsa dan bernegara.
Karakteristik demikian seringkali dikenal dengan istilah
nasionalisme. Sikap dan perilaku nasionalisme harus dimiliki oleh
setiap warga negara.

81
Rasa bangga terhadap Tanah Air perlu diwujudkan dengan
pematuhan terhadap aturan yang berlaku, hukum negara, hingga
pelestarian sumber daya dan budaya yang telah berkembang
berabad-abad lamanya. Seiring dengan perkembangan zaman,
budaya serta kekayaan bangsa mulai terkikis akibat adanya
perubahan pada pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan
individualisme dibandingkan kepentingan bersama. Terlebih lagi,
banyaknya isu perpecahan bangsa dan oknum -oknum yang
menginginkan perubahan ideologi dan dasar negara.

Hal-hal seperti ini terjadi akibat adanya ketidaktahuan dari


sejarah bangsa maupun ketidaksadaran akan perjuangan pah lawa n
bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan dengan jiwa raga
yang mereka miliki. Belum lagi, masyarakat Indonesia
merupakan bagian dari masyarakat dunia ya ng tidak lepas d a ri
jejaring globalisasi. Sarana teknologi yang mudah dinikmati
masyarakat dan menjadi kian lekat dengan globalisasi dunia.

Rasa bangga terhadap Tanah Air bagi sebagian orang


mengasumsikannya menjadi konsep abstrak yang tida k lagi relev a n .
Belum lagi, masyarakat Indonesia merupakan bagian dari
masyarakat dunia yang tidak lepas dari jejaring globalisasi.
Sarana teknologi yang mudah dinikmati masyarakat dan menjadi
kian lekat dengan globalisasi dunia. Rasa bangga terhadap Tan ah
Air bagi sebagian orang mengasumsikannya menjadi konsep
abstrak yang tidak lagi relevan. Meskipun demikian, bukan berarti
bahwa kebanggaan nasionalis semacam ini sama sekali tidak

82
penting. Dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik p ada tahun
2015 lalu bahwa dari 100 orang, terdapat 18 orang diantaranya yang
tidak mengetahui lagu kebangsaan Repubik Indonesia, 24 orang
tidak hafal sila -sila yang terkandung pada Pancasila, serta 53 persen
juga tidak hafal dengan lirik lagu kebangsaan. M engapa hal tersebu t
dapat terjadi? Karena bagi sebagian orang, simbol akan rasa
bangga atau nasionalisme warga negara tidak seharusnya
dianggap dengan terlalu seremonial.

Di lain sisi, survei juga menunjukkan bahwa identifikasi


masyarakat kepada negara memang mengalami pengikisan.
Sehingga, rasa bangga terhadap Indonesia harus ditanamkan
kepada generasi muda Bangsa Indonesia dengan
memperkenalkan sejarah dan budaya bangsa kepada mereka.
Dengan begitu, rasa bangga terhadap bangsanya akan terus
bertambah dan memperkuat kesatuan dan persatuan Indonesia.
Implementasi tindakan untuk meningkatkan kesadaran j u ga p erlu
diterapkan secara holistik. Artinya, tidak hanya diajarkan di tem p a t
pendidikan formal seperti sekolah, tetapi juga harus digambarkan
dalam lingkungan informal seperti keluarga dan pertemanan.

Dalam pembangunan suatu negara, berbagai elemen bangsa


berperan penting untuk membangun satu aspek dengan aspek
yang lainnya. Tidak hanya masyarakat yang perlu menanamkan
kuat rasa bangga terhadap Tanah Air, namun, Pemerintah sebagai
wadah aspirasi dan implementasi kebijakan publik juga perlu u n t u k
memastikan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan kesejahteraan

83
dan keadilan dalam berbagai bentuk. Pem erintah perlu
memandang setara seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali.
Khususnya bagi pelayanan hukum, dimana setiap masyara kat h a ru
setara di mata hukum.

Layanan pemerintah yang mampu mewadahi seluruh


kebutuhan masyarakat akan secara tidak langsung berpengaruh
bagi kebanggaan masyarakat. kepuasan masyarakat pada
pemerintah hingga September 2020 mencapai 66 persen
Masyarakat akan bangga memiliki negara dan pemerintah yang
mampu memenuhi kebutuhan mereka dan terus mengarah pada
penciptaan kesejahteraan.

Disisi lain, pelayanan pemerintah yang tidak mampu


memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan berpenga ru h t erh ad ap
rasa bangga masyarakat. Secara umum, penelitian ini dilakukan
untuk mengukur seberapa besar rasa bangga masy arakat sebagai
masyarakat Indonesia, khususnya dalam lingkup mahasiswa Instit u t
Teknologi Bandung. Sehingga, dalam hal ini, objek penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa Institut Teknolo gi
Bandung.

84
BAB IV

MATERI PEMBELAJARAN PACASILA DAN UUD 1945

A. Hakikat dan Fungsi Pancasila


1. Hakikat Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara
Indonesia.Nama pancasila ini terdiri dari dua kata
sansekerta.Panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau
asas.Pancasila merupakan rumusan dan pedoman k eh id u p an
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
P
ancasila adalah ideologi bangsa dan dasar Negara Negara
Indonesia karena memiliki nilai-nilai sebagai pedoman
berbangsa dan negara. Pancasila sebagai ideologi digunakan
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan nasional dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai bekal
bagi warga negara Indonesia mengandung nilai-nilai yang
tersirat dalam sila dan, selanjutnya, gagasan dasar sila dalam
Pancasila diwujudkan dan selanjutnyadituangkan dalam sikap,
perilaku dan pandangan serta sikap kebangsaan kepribadian.
Pancasila sebagai ideologi adalah unik, yang berlaku
terhadap bangsa Indonesia yang akan tercermin dari
kehidupan. Berbicara tentang Pancasila sebagai ideologi
dalam kehidupan politik, tentu Tentu saja yang dimaksud
adalah bagaimana peran dan fungsi pancasila sebagai dasar
dan sekaligus tujuan negara kita. kehidupan politik.Relevansi

85
Pancasila sebagai ideologi dalam politik kehidupan
masyarakat Indonesia terletak pada kualitas nyata yang
terkandung dalam masyarakat itu sendiri dalam
mengaktualisasikan sila -sila Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, relevansi aktualisasi dalam kehidupan
sehari-hari hidup juga terletak pada posisi komparatif dari
ideologi-ideologi ini untuk ideologi lain seperti neo-
liberalisasi agar bangsa kita yang meyakini ideologi pancasila
dapat memahami dan menghayatinya, mengapa pancasila
merupakan ideologi yang paling baik untuk dijadikan sebaga i
landasan dan sekaligus berusaha untuk mengembangkan
masyarakat itu sendiri dalam berbagai bidang kehidupan di
masyarakat,berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan
politik dalam pembuatan kebijakan politik dan pemerintaha n .
Atas dasar itu, jika kita membahas Pancasila sebagai id eo lo gi
tidak dapat dilepaskan dari pandangan Pancasila sebagai
ideologi terbuka sesuai dengan tuntutan waktu. Karena
sejarah menunjukkan betapa kuatnya sebuah ideologi jika
tidak memiliki fleksibilitas atau keterbukaan, itu akan
mengalami kesulitan dan bahkan mungkin kehancuran
sebagai tanggapan atas tuntutan zaman, seperti ideologi
komunis.
Menurut Notonegoro pancasila adalah dasar falsafah
Negara Indonesia,sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology Negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia

86
sebagai pemersatu,lambang persatuan dan kesatuan serta
sebagai pertahanan bangsa dan Negara Indonesia. (Jagad A.D.
Dkk.2019)
P
ancasila sebagai keterbukaa n ideologi, di satu sisi, kita
dituntut untuk mempertajam kesadaran akan nilai-nilai
dasarnya yang bersifat abadi. Di samping itu, didorong untuk
mengembangkannya secara kreatif dan dinamis untuk
menjawab kebutuhan zaman. Selanjutnya, sains menjela sk an
fungsi dan peran ideologi sebagai pemersatu bangsa dan
pemberi arah, tujuan, dan cara mencapai cita -cita nasional
kehidupan. Ideologi juga berperan dalam membentuk dan
memberikan identitas kelompok atau bangsa, sehingga
membedakannya dari yang lain bangsa. Dalam pengertian in i,
ideologi berperan dalam mempersatukan suatu bangsa, yang
artinya berperan dalam mewujudkan integrasi nasional suatu
bangsa.Pentingnya peran ideologi adalah wajar, bahkan sua t u
keharusan. Hal ini karena, ideologi dapat muncul secara ala mi
dan dimiliki oleh setiap manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut Muhammad Yamin pancasila berasal dari kata
panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi,asas,dasar
atau pengaturan tingkah laku yang penting dan baik.Dengan
demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan
baik.

87
Menurut Ir.Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia yang turun temurun yang sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan barat.Dengan
demikian,pancasila tidak saja falsafah Negara,tetapi lebih lua s
lagi,yakni falsafah bangsa Indonesia.
Menurut panitia lima pancasila adalah lima asas yang
merupakan ideologi Negara.Kelima sila itu merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisah satu sama lain.Hubungan
antara lima asas erat sekali,berangkaian,dan tidak berdiri
sendiri.
Lima sendi utama penyusun pancasila merupakan
ketuhanan yang maha esa,kemanusiaan yang adil dan
beradap,persatuan Indonesia,kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebikjaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia,dan tercantum pada paragraf ke-4 pembukaan UUD
1945.
2. FUNGSI PANCASILA
1) Fungsi Umum
a. Pancasila sebagai panduan hidup bangsa Indonesia a rtinya
pancasila dapat digunakan sebagai panduan menata
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan nilai-
nilai kehidupan yang ada.
b. Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum artinya
pancasila dapat digunakan sebagai sumber hukum dari

88
segala sumber yang ada di Indonesia dalam men j alan k an
kehidupan berbegara.
c. Pancasila sebagai perjanjian luhur artinya pancasila
memiliki makna perjanjian yang luhur,karena pancasila
dibentuk sesuai kesepakatan bersama.
d. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia artin y a
pancasila mempunyai makna sebagai suatu asas yang
mengandung nilai- nilai lain (“Nalues”)dasar yang
berkewanangan yang telah kita yakini dan kita
patuhi,sehingga asas tadi kita jadikan arah pengembanga n
kehidupan sekarang atau masyarakat untuk menjawab
masalah-masalah yang tidak dapat secara teknis atau
praktis.Dalam arti ini,filsafat merupakan konotasi seb a ga i
sifat atau pandangan hidup.
2) Fungsi Pokok Pancasila
Pancasila memiliki 2 fungsi pokok yaitu sebagai
pandangan hidup dan dasar Negara.
a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
artinya pancasila adalah pemberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam
masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
Sebagai pandangan hidup pancasila mempunyai 3 fungsi
pokok dala m kehidupan bernegara,yaitu:
1. Mempererat bangsa Indonesia,memelihara dan
mengukuhkan persatuan dan kesatuan.Fungsi ini amat
penting bagi Indonesia karena pancasila tidak hanya

89
merupakan ide-ide atau perenungan dari seorang
saja,melainkan pancasila dari nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia pada hakikatnya dirumuskan untuk
seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa dan Negara
Indonesia.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya.Pancasila memberi cita -cita bangsa Indonesia
sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad perjuanga n
mencapai cita -cita menggerakkan bangsa melak sanak an
pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.
3. Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya
perwujudan cita -cita yang terkandung dalam
pancasila.Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan
kritik mengenai keadaan bangsa dan Negara Indonesia.
b. Pancasila sebagai dasar Negara atau dasar filsafat
Artinya pancasila merupakan sumber dari segala sumber
yang berlaku di Negara kita dan olehnya digunakan sebagai
dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sumber dari
segala hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia.
Dengan demikian,pancasila merupakan asas kerohanian
segala peraturan perundang-undangan di Indonesia y a n g
dalam pembukaan UUD RI Tahun 1945 yang dijabark an
lebih lanjut ke dalam 4 pokok pikiran yaitu:

90
a. Pokok pikiran pertama:Negara melindungi bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
(pokok pikiran persatuan).
b. Pokok pikiran kedua:Negara hendak mewujudkan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia (pokok
pikiran keadilan sosial).
c. Pokok pikiran ketiga:Negara berkedaulatan
rakyat,berdasarkan asas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan (pokok pikiran
kedaulatan rakyat).
d. Pokok pikiran keempat:Negara berdasarkan asas
ketuhanan yang maha esa,menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran
ketuhanan).
2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD NKRI 1945.
3. Mewujudkan cita -cita hukum bagi hukum dasar Negara
(baik hukum dasar tertulis atau tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan UUD NRI 194 5
dan peraturan perundang-undangan lainnya mengand un g
isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan
lain Negara (termasuk partai politik) memegang teguh
nilai-nilai pancasila.
5. Merupakan sumber semangat baik UUD 1945.
6. Fungsi pancasila sebagai dasar Negara

Pancasila sebagai dasar Negara memiliki fungsi, yaitu:

91
a. Pancasila sebagai pedoman hidup
Di sini pancasila berperan sebagai dasar dari setiap
pandangan di Indonesia.Pancasila haruslah menjadi
pedoman dalam mengambil keputusan dalam menghadapi
suatu masalah.
b. Pancasila sebagai jiwa bangsa
Pancasila haruslah menjadi jiwa bangsa
Indonesia.Pancasila merupakan jiwa bangsa harus
terwujud dalam setiap lembaga maupun organisasi dan
insan yang ada di Indonesia.
c. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah penting dan juga
sebagai identitas bangsa Indonesia.Oleh karena itu
pancasila harus diam dalam diri tiap pribadi bangsa
Indonesia agar bisa membuat pancasila sebagai
kepribadian bangsa.
d. Pancasila sebagai sumber hukum
Pancasila sebagai sumber hukum dari segala sumber
hukum yang berlaku di Indonesia.Dengan kata lain
pancasila sebagai dasar Negara tidak boleh ada satu
peraturan yang bertentangan dengan pancasila.
e. Pancasila sebagai cita -cita bangsa
Pancasila yang dibuat sebagai dasar Negara juga dibuat
untuk menjadi tujuan Negara dan cita -cita bangsa.Kita
sebagai bangsa Indonesia haruslah mengidamkan seb u a h
Negara yang punya punya Tuhan Yang Maha Esa p u n y a

92
rasa kemanusiaan yang tingi,bersatu serta solid,selalu
bermusyawarah dan juga munculnya keadilan social.

B. UUD 1945 DAN PERUBAHANNYA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


adalah nama resmi UUD 1945 yang telah diamandemen pada tahuan
1999-2002. Sungguhpun UUD ini belum berapa lama
diamandemen, namun akhir-akhir ini tepatnya pada tahun 2007,
suara untuk melakukan perubahan atas UUD 1945 mulai
mengemuka. Dipelopori oleh beberapa Anggota DPD yang
menuntut penambahan kewenangan agar DPD memeiliki otoritas
dalam memutus pembentukan undang-undang. Suara yang d iu su n g
oleh DPD inipun akhirnya kandas karena tidak mendapat dukungan
1/3 anggota MPR sebagai syarat pintu masuk perubahan UUD.
Kegagalan gerakan menuju perubahan UUD ini juga karena tidak
adanya momentum yang kuat sebagaimana momentum p eru b ah an
UUD tahun 1999-2002.

Pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden Negara RI pada 21


Mei 1998, yang diikuti runtuhnya sebuah mitos atau suatu
pandangan yang sengaja dibangun oleh Presiden Soeharto pada
waktu itu bahwa Undang Undang Dasar 1945 bernilai “keramat”,
merupakan titik awal memontum penggerak lokomotif perubahan
undang-undang dasar. Tanpa momen yang kuat wacana peru b ah an

93
undang-undang dasar akan tetap menjadi wacana, isu perubahan
undang-undang dasar hanya akan berjalan ditempat.

Bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki konstitutusi sejak


pra kemerdekaan, yaitu pada masa pendudukan tentara Jepang.
Konstitusi yang pertama adalah Hukum Dasar yang disahkan oleh
BPUPKI. Kemudian pada 18 Agustus 1945 satu hari setelah
pernyataan Kemerdekaan, PPKI membentuk undang-undang d a sa r,
yang diberi nama Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
(kemudian dikenal dengan sebutan UUD 1945). Pada tahun 1949,
UUD 1945 diganti dengan Konstitusi RIS, dan satu tahun kemudian
diganti oleh UUD Sementara 1950.

Beberapa tahun kemudian UUDS itu diganti oleh UUD 1945


melalui keputusan Presiden yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5
Juli 1959. Dengan demikian, konstitusi Indonseia yang berlaku
hingga sekarang ini adalah UUD 1945 atau dapat juga disebut
”UUD Dekrit 1959”. Konstitusi inilah yang mengalami amandemen.

1. Hasil Kuantitatif Amandemen


Amandemen UUD 1945 sebagai amanat reformasi pada
akhirnya dapat dituntaskan dalam Perubahan keempat dengan
nama resmi Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945).
Perubahan empat kali UUD 1945 itu dapat diperinci sebagai
berikut:

94
a. Perubahan Pertama UUD 1945 yang ditetapkan pad a
tanggal 19 Oktober tahun 1999, berhasil diamandemen
sebanyak 9 pasal.
b. Perubahan Kedua UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 2000 telah diamandemen sebayak 25 pasal.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
9 November tahun 1999 berhasil diamandemen sebanyak
23 pasal.
d. Perubahan Keempat UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 10 Agustus 2002 ini telah berhasil diamandemen
13 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal At u ra n
Tambahan.

Jadi jumlah total pasal UUD 1945 hasil perubahan pertama


sampai keempat itu adalah 75 pasal11, namun demikian jumlah
nomor pasalnya tetap sama yaitu 37 (tidak termasuk Aturan
Peralihan dan Aturan Tambahan). Hal ini karena cara penulisan
nomor pasal itu dilakukan dengan menambah huruf (A, B, C
dan seterusnya) setelah nomor angkanya. Kondisi semacam
inilah yang menjadikan sistematika amandemen UUD 1945
tidak teratur.

Dengan perubahan-perubahan tersebut maka jumlah


ketentuan atau ayat lama yang masih tetap dipertahankan sesuai
dengan naskah asli UUD 1945 tinggal 23 ayat dari jumlah
seluruhnya yaitu 71 ayat asli; atau dengan kata lain, prosen t a se
ayat yang masih tersisa adalah 16,33 %.

95
Ketentuan-ketentuan atau ayat-ayat yang masih tetap
dipertahankan sesuai naskah aslinya adala h: Pasal 1 Ayat (1);
Pasal 4 Ayat (1) dan (2); Pasal 5 Ayat (2); Pasal 6 Ayat (10);
Pasal 12; Pasal 13 (1); Pasal 21 Ayat (2); Pasal 22 Ayat (1), (2 ),
dan (3); Pasal 26 Ayat (1); Pasal 27 Ayat (1), dan (2); Pasal 2 8 ;
Pasal 29 Ayat (1) dan (2); Pasal 33 Aya t (1), (2) dan (3); Pasal
34 Ayat (1); Pasal 35; serta Pasal 36.

2. Pokok-pokok Ketentuan Hukum Hasil Amendemen


Apabila dilihat dari segi substansi materinya secara
keseluruhan, maka Perubahan UUD 1945 ini dapat
dikelompokan ke dalam tiga macam, yaitu:
a) Penghapusan atau pencabutan beberapa ketentuan;
b) Menambah ketentuan atau lembaga baru; dan
c) Modifikasi terhadap ketentuan atau lembaga lama.
a. Ketentuan yang dicabut
Beberapa ketentuan hukum yang dicabut oleh Perubahan
UUD 1945 antara lain:
1. Kekuasaan MPR sebagai lembaga tertinggi negara
dengan kewenangan meminta pertanggungjawaban
presiden dan penyusunan Garis Besar Haluan Negara.
Dengan pencabutan kekuasaan ini posisi MPR bukan la gi
sebagai lembaga tertinggi negara, tetapi sebagai lembaga
tinggi negara yang kedudukannya sejajar dengan lembaga
tinggi lainnya seperti Presiden, Mahkamah Agung, dan
Dewan Perwakilan Rakyat.

96
2. Kekuasaan Presiden yang menyangkut pembentukan
Undang-undang. Kekuasaan pembentukan undang-
undang ini berdasarkan Pasal 20 Perubahan pertama
UUD 1945, tidak lagi dipegang Presiden, melainkan
dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian juga
kewenangan Presiden dalam hal pengangkatan dan
penerimaan duta negara lain serta pemberian amnesti dan
abolisi.
3. Penjelasan UUD 1945. Sebenarnya secara eksplisit tidak
ada ketentuan yang mengatur tentang keberlakuan
Penjelasan dalam pasal-pasal UUD 1945. Namun secara
de fakto Penjelasan itu sudah ada setelah enam bulan
pengesahan Undang Undang Dasar tersebut oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 18 Agustus
1945 dan secara resmi dicantumkan dalam lampiran
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan
kembali UUD 1945. Oleh karena itu, Pasal yang
meniadakan Penjelasan itu juga tidak secara langsung
menyebutkan bahwa Penjelasan dicabut. Jadi rumusan
pasal itu sangat tepat.
b. Ketentuan dan lembaga baru
Ketentuan atau lembaga yang baru yang diatur dalam
Perubahan UUD 1945, dapat disebut di sini antara lain:
1. Dewan Perwakilan Daerah (DPD), diatur dalam Pasal
22C dan 22D UUD 1945 Perubahan ketiga.

97
2. Mahkamah Konstitusi16, diatur dalam Pasal 24C UUD
1945 Perubahan ketiga.
3. Komisi Yudisial, diatur dalam Pasal 24B UUD 1945
Perubahan ketiga.
4. Komisi pemilihan umum sebagai penyelenggaran
pemilihan umum diatur langsung dalam bab baru (VI IB)
UUD 1945 Pasal 22E, sebelumnya diatur dalam uandang-
undang.
5. Bank Sentral yang sebelumnya hanya diatur dalam
undang-undang, sekarang diatur dalam Pasal 23D UUD
1945 Perubahan kempat.
c. Ketentuan dan Lembaga yang telah Dimodifikasi
Ketentuan-ketentuan yang merupakan modifikasi atas
ketentuan atau lembaga lama yang diatur dalam Perubahan
UUD 1945, dapat disebut di sini antara lain :
1. Reposisi MPR yang merupakan modifikasi dari MPR
lama, diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945
Perubahan keempat17. Mengenai reposi Majelis ini akan
diuraikan di bawah.
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung
oleh rakyat, yang sebelumnya dipilih oloh MPR, diatur
dalam Pasal 6A UUD 1945 Perubahan ketiga.
3. Pemilihan Kepala Pemerintahan Daerah secara
demokratis, yang sebelumnya diusulkan oleh DPRD
kepada Presiden.

98
4. Ketentuan Hak Asasi Manusia sebagai penambahan d a ri
ketentuan hak asasi lama, diatur dalam Pasal 28A sampa i
dengan 28J UUD 1945 Perubahan kedua.
5. Usul Perubahan Undang Undang Dasar dan pembatasan
perubaha n atas negara kesatuan, merupakan penambahan
tata cara perubahan Undang Undang Dasar, diatur d a la m
Ayat (1) dan (5) Pasal 37 UUD 1945 Perubahan keempat.

UNDANG-UNDANG DASAR DALAM SATU NASKAH

UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DALAM SATU NASKAH

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA

TAHUN 1945

PEMBUKAAN

(Pr eambule)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa


dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.

99
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan


didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah


Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

100
C. PEMBELAJARAN MATERI PANCASILA DAN UUD
1945

Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran Pancasila dan


UUD 11945, sejumlah model pembelajaran dapat dijadikan
alternatif untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran PKn.
Penggunaan berbagai model pembelajaran tersebut, tentu saja haru s
disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, karakter/
kualifikasi butiran materi pembelajaran, situasi dan lingkungan
belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa ,
waktu yang tersedia, dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Hal ini mengandung arti bahwa Anda mengajar di kelas rendah


(kelas 1-3) alangkah tepatnya bila menggunakan metode yang
berbeda dengan ketika Anda megajar di kelas-kelas tinggi (kelas 4-
6). Mengapa demikian? Karena tingkat perkembangan dan
kemampuan siswa kelas renda h berbeda dengan kelas tinggi.

Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu model


VCT (Value Clarification Technique/ Teknik pengungkapannilai).
Menurut A. Kosasih Djahiri (1985), model pembelajaran VCT
meliputi:

a. Metoda percontohan;
b. Analisis nilai;
c. VCT Daftar matrik
d. VCT dengan kartu keyakinan;
e. VCT melalui teknik wawancara;

101
f. Teknik yurisprudensi; dan
g. Teknik inkuiri nilai.

Selain itu, dalam PKn dikenal pula model Permainan seperti


antara lain metode bermain peran (Role Playing). Metode atau
model pembelajaran tersebut di atas dianggap sangat cocok
diterapkan dalam pembelajaran PKn karena mata pelajaran PKn
mengemban misi untuk membina, nilai, moral, sikap dan perilaku
siswa di samping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.

Mengapa perlu pembelajaran VCT? Pola pembelajaran VCT


menurut A. Kosasih Djahiri (1992) dianggap unggul untuk
pembelajaran afektif karena: Pertama, mampu membina dan
mempribadikan (personalisasi) nilai-moral. Kedua, mampu
mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang
disampaikan. Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas
nilai-moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan ny ata.
Keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan
mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya.
Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai
kehidupan.

Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan


mensubversi berbagai nilai-moral naif yang ada dalam sistem nilai
dan moral yang ada dalam diri seseorang.

Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral


tinggi.

102
Yang menjadi pertanyaan kita adalah model pembelajaran apa
yang cocok untuk materi Pancasila dan UUD 1945? Untuk materi
Pancasila mungkin siswa Sekolah Dasar sudah mengenal berbagai
konsep dan nilai-nilai Pancasila beserta hakekat dan fungsi
Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia, sehingga Anda tidak
akan mengalami kesulitan da lam menentukan tema pembelajaran
Tetapi untuk materi UUD 1945, siswa Sekolah Dasar (terutama
kelas-kelas rendah) mungkin belum memahami apa isi-pesan,
muatan, fungsi, dan kedudukan UUD 1945 termasuk perubahan -
perubahannya.

Perlu Anda pahami bahwa “UUD 1945 merupakan peraturan


tertinggi dalam menyelenggarakan pemerintahan di negara
Indonesia”. Jadi intinya adalah peraturan. Sedangkan peraturan
bukan hanya terdapat dalam rangka menyelenggarakan
pemerintahan negara, tetapi ada dalam setiap pergaulan ma nusia
termasuk peraturan di sekolah yang dikenal dengan Tata Tertib
Sekolah. Oleh karena itu, Anda dapat mencari pokok -pokok bahasan
atau konsep-konsep mana yang tertera dalam GBPP PKn yang
relevan atau merupakan penyederhanaan dari materi UUD 1945 bagi
siswa Sekolah Dasar, seperti misalnya konsep ketertiban,
kedisiplinan, kepatuhan, dan sebagainya sesuai dengan tingkatan
kelas siswa Anda.

Dalam kaitannya dengan materi Pancasila dan UUD 1945


salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
dipertimbangkan adalah VCT percontohan (untuk kelas rendah) dan

103
VCT Analisis Nilai untuk kelas-kelas tinggi. Mengapa untuk kelas
rendah menggunakan metode percontohan? Anda sebagai guru SD
tentu lebih paham bagaiman karakteristik siswa kelas 1 -3 SD yang
masih kesulitan memahami hal-hal yang bersifat abstrak.

Oleh karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu


divisualisasikan melaui contoh-contoh dalam bentuk gambar, foto,
atau cerita.

Sebagai contoh, untuk menjelaskan arti Ketuhanan Yan g Maha


Esa (Sila ke-1), perlu pemberian contoh-contoh konkrit seperti
gambar tempat ibadah beserta orang yang sedang beribadah,
gambar/foto contoh orang yang toleran terhadap pemeluk agama
lain, dan sebagainya. Demikian pula tentang pokok bahasan
mengharga i orang lain atau persamaan derajat (Sila ke-2), Anda
dapat menampilkan contoh-contoh orang yang
menghormati/menghargai orang lain dan sekaligus memberi contoh
bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain. Selain it u
dapat pula Anda menampilakn contoh langsung orang yang selalu
menghormati/menghargai orang lain dan juga orang yang tidak
menghargai orang lain atau melalui cerita -cerita yang kontras nilai
yang merupakan realitas kehidupan di masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, model percontohan (examploritori)


tidak berdiri sendiri tetapi divariasikan dengan metode lain seperti
ceramah, ekspositori, dan tanya jawab nilai.

104
Baiklah! Mari kita kaji bagaimana langkah-langkah Pembelajaran
dengan model pembelajaran VCT percontohan sebagaimana
dikemuka kan A. Kosasih Djahiri (1985) sebagai berikut:

1. Membuat mencari media stimulus berupa contoh


keadaan/perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai
dengan topik atau tema target pelajaran.
2. Media stimulus yang akan Anda gunakan dalam ber-VCT
hendaknya mampu merangsang, mengundang dan m elib a t k an
potensi afektual siswa;terjangkau oleh pengetahuan dan potensi
afektual siswa (ada dalam lingkungan kehidupan
siswa);memuat sejumlah nilai-moral yang kontras.

Stimulus tersebut dapat berupa ceritera (bisa tertulis yang


dibagikan pada siswa atau ceritera yang diungkapkan guru) gambar,
foto, film, dan sebagainya. Untuk Stimulus yang berupa ceritera
rakyat atau kejadian/perbuatan yang tidak sesuai nilai-moral
Pancasila main hakim sendiri, tabrak lari, anak durh aka, lintah darat,
dan sebagainya yang sering terjadi atau dianggap rawan oleh siswa
Anda atau masyarakat sekitar.

Yang perlu Anda perhatikan adalah dalam ceritera tersebut


mengandung dilema atau kontras nilai supaya sikap atau nila i y a n g
dipilih siswa dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu
dan terjadi proses dialog dalam diri siswa Anda. Ceritera tersebut
dapat Anda buat sendiri atau mengutip dari media masa. Contoh
ceritera (fiktif) untuk stimulus. (Herlambang Agus.2019)

105
106
BAB V

MATERI DAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian dan Jenis Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) sering di sebut sebagai human.


HAM dapat di artikan sebagai hak dasar yang dibawa manusia
sejak lahir, sebagai Anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak
dapat di ganggu gugat atau di cabut oleh siapapun juga dan t a n p a
hak dasar itu ma nusia akan kehilangan harkat dan martabat
kemanusiannya sebagai manusia.

Hak Asasi Manusia adalah kristalisasi berbagai sistem nilai


dan filsafat tentang manusia dan seluruh aspek kehidupannya.
Fokus utama dari Hak Asasi Manusia (“HAM”) adalah kehidupan
dan martabat manusia Secara historis, akar filosofis dari
munculnya gagasan HAM adalah teori hak kodrati atau natural
rights theory yang dikembangkan para filsuf seperti John Locke,
Thomas Paine, dan Jean Jacques Rousseau. Inti dari hak kodrati
adalah semua individu dikarunai oleh alam hak yang melekat pada
dirinya, dengan demikian tidak dapat dicabut oleh negara. Berik u t
ini kami akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan hak asasi
manusia berdasarkan doktrin para ahli, hukum nasional, dan
hukum internasional.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.39 Tahun


2018 pasal 1 ayat (1): HAM adalah seperangkat hak yang melek a t

106
pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhlu k Tu h a n Ya n g
Maha Esa dan merupakan Anugerahnya yang wajib di horma t i, d i
junjung tinggi dan di lindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlidungan harkat dan
martabat manusia.

Berikut ini Pengertian HAM dari beberapa ahli :

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai


dengan kodratnya (Kaelan: 2018).

1. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB),


dalam Teaching Human Rights, UnitedNations sebagaimana
dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah
hak-hak yangmelekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
2. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan YangMaha Pencipta sebagai
hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,2019).

Dalam pelaksaannya, Hak Asasi Manusia (HAM) di bagi at a s


berbagai jenis. Berikut ini pembagian jenis Hak Asasi Manusia, di
antaranya :

1. Hak asasi pribadi / personal Right


a) Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah -
pndah tempat- Hak kebebasan mengeluarkan atau
menyatakan pendapat.

107
b) Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau
perkumpulan.
c) Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalan k an
agama dan kepercayaan yang diyakinimasing-masing.
d) Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan
agama, dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.
e) Hak untuk hidup, berperilaku, tumbuh dan berkembang
f) Hak untuk tidak dipaksa atau disiksa.
2. Hak asasi politik / Political Right
a) Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan - hak
ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
b) Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan
organisasi politik lainnya.
c) Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
d) Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
e) Hak diangkat dalam jabatan pemerintah.
3. Hak asasi hukum / Legal Equality Right
a) Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam h u k u m d a n
pemerintahan.
b) Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.
c) Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak asasi Ekonomi / Property Rigths
a) Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
b) Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
c) Hak kebebasan menyelenggarakan sewa -menyewa, hutan g-
piutang.

108
d) Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
e) Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
f) Hak untuk menikmati SDA.
g) Hak untuk meningkatkan kualitas hidup.
h) Hak untuk memeperoleh kehidupan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
a) Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
b) Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan dan penyelidikan di matahukum.
c) Hak memperoleh kepastian hukum.
d) Hak menolak digeledah tanpa surat adanya surat
penggeledahan.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
a) Hak menentukan, memilih dan mendapatkan Pendidikan
b) Hak mendapatkan pengajaran.
c) Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan
bakat dan minat.
d) Hak untuk mengembangkan hobi.
e) Hak untuk berkreasi.
f) Hak untuk memperoleh jaminan sosial.
g) Hak untuk berkomunikasi.

B. Perkembangan Pemikiran HAM

Perkembangan HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

109
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM
hanya berpusat pada bidang hukum danpolitik. Fokus
pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh totaliterisme dan adanya keinginan
Negara-negara yangbaru merdeka untuk menciptakan
sesuatu tertib hukum yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak
yuridis melainkan juga hak-hak sosial,ekonomi, politik dan
budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan
perluasanpengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia.
Pada masa generasi kedua, hak yuridiskurang mendapat
penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan h ak
sosial-budaya,hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi
kedua. Generasi ketiga menjanjikanadanya kesatuan a n tara
hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu
keranjangyang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasilpemikiran HAM
generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dima na
terjadi.
4. Penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangu n an
ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkanhak lainnya
terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena
banyak hak-hak rakyatlainnya yang dilanggar.
5. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang
sangat dominant dalam prosespembangunan yang t erf o k u s

110
pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negativeseperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.
Selain itu program pembangunan yangdijalankan tidak
berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhikebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM
generasi keempat dipelopori oleh Negara -negara dikawasan
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi
manusia yang disebutDeclaration of the basic Duties of Asia
People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari :

1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa
lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai denganlahirnya
magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja
yang tadinya memilikikekuasaan absolute (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terik at dengan
hukum yangdibuatnya), menjadi dibatasi kekua saan ny a d a n
mulai dapat diminta pertanggung jawabannya
dimukahukum(Mansyur Effendi,2018).
2. The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculny a
The American Declaration of Independence yang lahir dari
paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ib u n y a ,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.

111
3. The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration
(Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih
dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law ya n g
antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan
yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of
innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian
ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidakbersalah, sampai
ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan iabersalah.
4. The four freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat, hak kebebasan memeluk agama danberibadah
sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalamPengertian setiap bangsa
berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera ba gipenduduknya, hak kebebasan dari ketakutan,
yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehinggatidak
satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk
melakukan serangan terhadap Negara lain( Mansyur
Effendi,2019).
C. Landasan Hukum HAM di Dunia Pendidikan Indonesia

Hukum yang mengatur penegakan HAM didunia pendidikan di


indonesia antara lain :

112
1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5 tentang hak mendapatkan
pendidikan
a) Pasal 31 Ayat 1
“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Dari
bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa setiap anak harus
mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan. Jika ada
salah satu warga atau siswa yang sengaja di buat untuk tidak
dapat mendapatkan pendidikan karena alasan biaya yang
terlalu mahal, maka pemerintah wajib menerapkan kebij ak an
lain yang dapat di terima oleh semua warga agar dapat
bersekolah.
b) Pasal 31 Ayat 2
“ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.” Dari bunyi pasal tersebut
sudah jelas bahwa pemerintah wajib membiayai pendidikan
bagi siapapun tanpa adanya perbedaan ras, suku, agama, jen is
kelami, dll. Tentunya pihak sekolah tidak boleh sewenang-
wenangnya dalam membuat angggaran biaya masuk sek o la h
di setiap satuan pendidikan,
c) Pasal 31 Ayat
“ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang,yang di atur dengan undang-undang.”
Dengan adanya pendidikan dan setiap anak memperoleh
pendidika n di harapkan bunyi pasal 1 ayat 3 dapat terwujud.

113
d) Pasal 31 Ayat 4
“negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja nega ra
serta dari anggaran pedapatan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggara nasional.” Dengan adanya anggaran
pendidikan dari negara di harapkan dapat membantu dalam
memberikan pendidikan bagi setiap warga dan agar pihak
sekolah tidak sewenang-wenangnya dalam menetapkan bia y a
sekolah.
e) Pasal 31 Ayat 5
“ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban kesejahteraan umat
manusia.” Dengan pendidikan yang maju diharapkan semua
warga dapat mengikuti perkembangan zaman.
D. Teori-teori tentang Hak Asasi Manusia
1. Pandangan Penganut Hukum Alam Pandangan penganut
hukum alam terhadap hak asasi manusia sebagai hak kodrati
dapat dipahami dari ajaran John Locke tentang kehidupan
manusia. Menurut John Locke manusia sejak lahir memilik i
kebebasan penuh dan sempurna. Manusia bebas untuk
bertindak dengan tidak terikat oleh sesuatu apapun. Keadaan
manusia adalah keadaan yang sepenuhnya bebas m en ga t ur
tindakan yang dianggap pantas bagi dirinya sendiri
Pendidikan Hak Asasi Manusia 9 tanpa ha rus tergantung
pada kehendak atau kemuan orang lain. John Locke

114
berargumentasi bahwa semua individu dikaruniai oleh ala m
hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan dan harta ya ng
merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat
dipindahkan atau dicabut oleh negara.
Hak-hak tersebut sifatnya kodrati artinya:
a) Kodratlah yang menciptakan dan mengilhami akal budi
dan pendapat manusia.
b) Setiap orang dilahirkan dengan hak-hak kodrati tersebut.
c) Hak-hak kodrati itu dimiliki manusia dalam keadaan
alamiah dan kemudia n dibawanya dalam hidup
bermasyarakat.
2. Pandangan Penganut Positivisme Hukum Positivisme adalah
aliran filsafat yang mengatakan bahwa pengetahuan sejati
hanya berasal dari data -data
3. atau faktafakta dalam pengalaman indrawi. Positivisme
hukum mendapat pembenaran fundamentalnya d a ri a j a ran
John Austin dan Hans Kelsen. Hal ini terlihat dari adanya
tiga hal pokok ajaran John Austin tentang hukum. Pert a m a ,
hukum merupakan perintah penguasa (law is a command o f
the law gived), jadi hukum dipandang sebagai perinta h dari
pihak pemegang kekuasaan tertinggi (kedaulatan). Kedua,
hukum merupakan sistem logika yang tetap dan tertutup.
Pandangan ini mendapat pengaruh yang kuat dari cara
berpikir sains modern, dimana ilmu dianggap sebagai
bidang penyelidikan mandiri yang objeknya harus
dipisahkan dari nilai. Ketiga, hukum positif harus memenuhi

115
beberapa unsur, yaitu; perintah, sanksi, kewajiban, dan
kedaulatan.
4. Demikian pula dengan ajaran Hans Kelsen tentang hukum
yang pada pokoknya mencakup tiga hal. Pertama, hukum
sebaga i sistem tertutup atau sistem hukum murni.
Maksudnya hukum harus bersih dari anasir-anasir yang
bukan hukum, seperti etika, sosiologi, politik, ekonomi dan
sebagainya. Jadi hukum harus dibebaskan dari unsur mo ra l.
Kedua, hukum sebagai keharusan (sollens ka tegori), artin y a
orang mentaati hukum karena memang mereka harus
mentaatinya sebagai perintah negara, kelalaian terhadap
perintah itu akan menimbulkan sanksi.
5. Ketiga, 10 Pendidikan Hak Asasi Manusia hukum sebagai
kesatuan peringkat yang sistematis menurut keharusan
tertentu, dimana aturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Dari sudut
analisis ilmu hukum, perbedaan pokok antara penganut
mazhab hukum alam dengan positivisme hukum dalam
menyikapi hak-hak asasi manusia, terletak pada sumber
diperolehnya hak asasi tersebut. Jika penganut hukum a la m
mengemukakan gagasan mereka bahwa hak asasi berasal
dari Tuhan, penganut positivisme hukum berpendapat
bahwa eksistensi dan isi hak hanya dapat diberikan oleh
negara (Majda El-Muhtaj, 2020). 3. Pandangan Penganut
Sosialisme-Marxisme Konsep sosialis tentang hak-hak asasi
bersumber pada ajaran Karl Marx dan Frederick Engels

116
dalam bukunya yang terkenal “Das Capital” jilid I terbit
tahun 1867, jilid II tahun 1885 dan jilid III tahun 1894 yan g
diterbitkan oleh Frederick Engels setelah Karl Marx
meninggal (Nickel, James W,2022). Pandangan Marx
terhadap negara, ia menolak paham bahwa negara mewak ili
kepentingan seluruh masyarakat. Menurut Marx negara
dikuasai oleh dan berpihak pada kela s atas, tindakan nega ra
selalu akan menguntungkan kelas atas. Biarpun negara
mengatakan bahwa ia adalah milik semua golongan dan
kebijaksanaannya demi kepentingan seluruh masyarakat,
namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas
atas semata mata.
6. Pandangan sosialis yang dipelopori oleh Karl Marx dan
Engels tidak menekankan hak terhadap masyarakat, tetapi
menekankan kewajiban kepada masyarakat. Ata s d a sa r it u
konsep sosialisme Marx mendahulukan kemajuan ek o n o mi
daripada hak-hak politik dan hak-hak sipil, mendahulukan
kesejahteraan daripada kebebasan. Penganut sosialisme
Marx, melihat bahwa hak-hak asasi bukan bawaan kodrat
manusia seperti ajaran hukum kodrat, tetapi setiap hak
warga negara termasuk apa yang disebut dengan hak asasi
manusia bersumber dari negara. Pandangan Marxisme sama
dengan pandangan positivisme hukum yaitu negaralah yan g
menetapkan apa yang merupakan hak (Nickel, James W,
2021). Pendidikan Hak Asasi Manusia 11

117
7. Pandangan Bangsa Indonesia Bangsa Indonesia memandang
hak asasi manusia sebagai hak dasar seluruh umat
manusiatanpa ada perbedaan. Mengingat hak asasi
merupakan anugerah dari Tuhan YME, pengertian hak asasi
adalah hak sebagai anugerah Tuhan yang melekat pada diri
8. manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi serta berkaitan
dengan harkat dan martabat manusia, setiap manusia dia k u i
dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan,
agama, usia, pandangan politik, status sosial dan bahasa,
serta status lain. Pancasila sebagai dasar negara
mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan YME dengan menyandang dua aspek, yaitu aspek
individualitas (pribadi) dan aspek sosialitas (masyarakat),
oleh karena itu kebebasan setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak-hak asasi o ra n g
lain. Kewajiban ini juga berlaku bagi setiap organisasi pada
tataran manapun, terutama negara dan pemerintah. Den ga n
demikian, negara dan pemerintah bertanggungjawab untuk
menghormati, melindungi, membela dan menjamin hak
asasi setiap warga negara dan penduduknya tanpa
diskriminasi (Sudharmono, dkk, 2019). HAM menurut
bangsa Indonesia adalah pemberian Tuhan YME, negara
Indonesia mengakui bahwa sumber hak asasi manusia
adalah karunia Tuhan. Tegasnya HAM bukan pemberian
negara akan tetapi pemberian Tuhan YME, negara hanya

118
menetapkan norma-norma hukum yang mengikat wargan y a
untuk melindungi hak asasi dari tindakan sewenang-
wenang, dan eksistensi hak asasi manusia mendapat
pengakuan secara moral dan hukum (Sudharmono, dkk,
2022).
9. Konsep Hak-hak Kodrati Menurut Pandangan Penganut
Hukum Alam Mazhab modern hukum alam ditandai dengan
lahirnya tulisantulisan filsuf Kristiani yang dipelopori oleh
Thomas Aquinas (1225- 1274M). Menurutnya hukum alam
merupakan bagian dari hukum Tuhan yang dapat dik et ah u i
melalui penggunaan nalar manusia. 12 Pendidikan Hak
Asasi Manusia Manusia dengan kebebasan akal budinya
mampu mengambil sikap untuk mengikuti atau menolaknya.
Grotius mengemukakan ciri-ciri hukum alam sebagai
berikut.
a) Hukum alam berasal dari Tuhan yang kehendaknya
tertulis dalam benak dan jiwa manusi, jadi apa yang
diperlihatkan Tuhan sebagai kehendaknya itulah
hukum.
b) Hukum alam merupakan hukum tertinggi karena
hukum alam adalah perintah Tuhan yang berisi prinsip -
prinsip keadilan.
c) Hukum alam adalah struktur rasional, maksudnya
sebagai tuntutan akal budi sampai tingkat tertentu
hukum alam mencerminkan kodrat atau hakikat
manusia yang rasional (I Gede Yusa, 2018).

119
d) John Locke merupakan pendukung terkemuka hak-hak
kodrat, sebagaimana telah dikemukakan seb elu m n y a,
Locke berargumentasi bahwa semua individu
dikaruniai oleh alam hak yang inheren atas kehidupan ,
kebebasan dan harta yang merupakan milik mereka
sendiri, tidak dapat dipindahkan atau dicabut oleh
negara. Apabila penguasa memutuskan kontrak sosial
dengan melanggar hak-hak kodrat individu, mereka
yang menyerahkan itu, bebas untuk menyingkirkan
penguasa dan menggantinya dengan penguasa lain
yang dapat menjamin dan melindungi hak-hak
warganya. Walaupun mengikuti arah utama teori
kontrak sosial sebagaimana dikemukakan oleh John
Locke, Rousseau mengatakan bahwa hukum kodrati
tidak menciptakan hak-hak kodrati individu, melainkan
menganugerahi kedaulatan yang tidak bisa dicabut (I
Gede Yusa, 2022). Pandangan terhadap individu
sebagai makhluk yang otonom oleh Immanuel Kant
(1724-1804 M) da lam ajarannya tentang etika
danimperatif kategoris dalam bukunya “Grundlegung”,
bahwa pada hakikatnya manusia adalah merd ek a d an
sederajat sejak lahir. Oleh karena itu manusia tidak
boleh dilakukan sewenang-sewenang. Pada abad ke
depalan belas, hak-hak yang dirasionalkan melalui
kontrak sosial, dilengkapi dengan konsep etik dan
utilitarian. Pendidikan Hak Asasi Manusia 13 Konsep

120
atau ajaran filsafat utilitarianisme dipelopori oleh
Jeremy Bentham dan John Stuar Mild. Ide pokok
utilitarianisme adalah masyarakat harus diatur d en ga n
baik, kalau institusi-institusi yang berkepentingan
dibentuk sedemikian rupa, sehingga menghasilkan
kepuasaan sebesar mungkin bagi ba nyak orang. Prinsip
utilitarianisme, yaitu hak asasi manusia harus
dihormati dan dilindungi, karena hak tersebut melekat
pada manusia bukan karena diberikan oleh suatu
lembaga atau negara.
e) Rasionalisasi Hak-hak Kodrati ke dalam Hukum
Positif Tahap-tahap perkembangan hak asasi m a n u sia
dari hukum alam ke hukum positif, sebagaimana
dikemukakan oleh Nickel (1996: 62) merujuk pada
tataran-tataran moral dan politik. Tataran ya ng p a lin g
abstrak dan paling filosofis diantaranya adalah tahap
awal dimana hak tersebut dirumuskan dengan
mempertahankan prinsip-prinsip transhistoris tentang
moralitas dan keadilan. Tahap selanjutnya tahap
konstitusional dimana hak asasi dan kewajiban yang
sifatnya spesifik, dirumuskan dengan menerapkan
prinsip-prinsip abstrak ke negara -negara tertentu sesuai
dengan masalah, sumber daya dan institusinya. Pro ses
ini kemudian berlanjut pada tahap legislatif, dimana
pada akhirnya norma -norma konstitusional dan
legislatif itu diaplikasikan pada tahap yudisial. Secara

121
moral eksistensi hak dan kebebasan manusia sesuai
dengan kodratnya melekat pada harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Jadi, ada kewajiban
moral untuk menghormati hak asasi manusia bagi
setiap warga, sedang secara hukum eksistensinya
diakui dalam konstitusi dan perundang-undangan,
penegakannya secara hukum ditugaskan pada institusi -
institusi yang dibentuk untuk melindungi hak asasi
tersebut, antara lain komisi hak asasi manusia yang
bertugas melakukan investigasi dan arbitrase terha d a p
keluhan-keluhan masyarakat yang terkait den ga n h a k
asasi. Pandangan HAM yang bersumber dari pemikiran
barat dan pandangan Indonesia, menunjuk kan b a hwa
hak asasi manusia diakui eksistensinya sebagai hak
yang melekat pada diri manusia 14 Pendidikan Hak
Asasi Manusia sesuai dengan harkat dan martabat n ya.
Hak asasi manusia memperoleh justifikasi secara
moral dan mendapat jaminan dalam konstitusi. Pada
saat HAM belum dirumuskan dalam dokumen-
dokumen resmi hak asasi manusia, hak tersebut eksis
sebagai hak kodrat yang merupakan anugerah dari
Tuhan kepada manusia. Ketika diimplementasikan
dalam hukum internasional ia eksis sebagai hak asasi
yang melekat pada diri manusia, dan pada saat
diterapkan dalam hukum nasional ia eksis sebagai h a k
konstitusi atau hak dasar dari manusia. Jadi dalam

122
hubungannya dengan penga turan HAM bagi warga
negara eksistensinya ditegakkan melalui pengaturan
hukum (Nasution, B. J, 2022).
E. Pelanggaran Hak Asasi Manusia / HAM

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau


kelompok orang termasuk aparatnegara baik disengaja ataupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi,menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yangdijamin oleh Undang-Undang
ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akanmemperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM).Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yaitu :

1. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :


a) Pembunuhan massal (genosida)
b) Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan
pengadilan
c) Penyiksaan
d) Penghilangan orang secara paksa
e) Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara
sistematis.
F. Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional
1. Pengaturan HAM dalam UUD 1945
Semua hak-hak yang dilindungi dalam deklarasi hak-hak asasi
manusia sedunia, telah tercantum atau dapat ditafsirkan

123
menurut ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945, ba n gsa
Indonesia melalui Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998
melengkapi kekurangan tersebut dengan Piagam Hak Asasi
Manusia yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang
Nomor 39 tahun 2017 tentang HAM. Dasar pemikiran
dikeluarkannya undang-undang ini adalah sebagai berikut.
a) Tuhan YME adalah pencipta alam semesta dengan segala
isinya
b) Pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk
struktur, kemampuan, kema uan serta berbagai
kemudahan oleh Penciptanya untuk menjamin kelanjutan
hidupnya
c) Untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan
martabat manusia, karena tanpa hal tersebut manusia
akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat
mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia
lainnya (homo homini lupus)
d) Manusia merupakan makhluk sosial maka hak asasi
manusia yang satu dibatasi oleh hak asasi manusia yang
lain, sehingga kebebasan atau hak asasi manusia
bukanlah tanpa batas
e) Hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun
dan dalam keadaan apapun dan dalam situasi yang
bagaimanapun

124
f) Setiap hak asasi manusia menganung kewajiban untuk
menghormati hak asasi manusia orang lain sehingga di
dalam hak asasi manusia terdapat kewajiban dasar.
g) Hak asasi manusia harus benar-benar dihormati,
dilindungi, dan ditegakkan dan untuk itu pemerintah,
aparatur negara, pejabat publik lainnya mempunyai
kewajiban dan tanggungjawab menjamin
terselenggaranya penghormatan, perlindungan dan
penegakkan hak asasi manusia (R. Wiyono, 2019). Hal
ini sejalan dengan pandangan bangsa Indonesia sebagai
negara anggota PBB, yang melihat “The Universal
Declaration of Human Rights 2018” bukan hanya sebagai
“Statement of objective” semata -mata, akan tetapi
meyakininya sebagai “constitutes an obligation for the
members of the international community” yang harus
dijamin dan ditegakkan. h. Perubahan kedua Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 menyempurnakan ko m it m en
Indonesia terhadap upaya pemajuan dan perlindungan
hak asasi manusia dengan mengintegrasikan ketentuan-
ketentuan penting dari instrumen-instrumen inter-
nasional mengenai hak asasi manusia, sebagaimana
tercantum dalam Bab XA tentang HAM.

Perubahan tersebut dipertahankan sampai dengan perubahan


keempat UUD Tahun 1945, yang kemudian disebut sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

125
1945,yang mengamanatkan pemajuan dan perlindungan hak asasi
manusia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara
serta komitmen bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
internasional untuk memajukan dan melindungi hak asasi ma n u sia ,
Indonesia perlu menjunjung tinggi, melindungi dan menghormati
hak asasi manusia (R. Wiyono, 2019).

2. Pengaturan HAM dalam Peraturan Perundang-undangan


Pada tanggal 13 November 1998, MPR mengambil keputusan
yang sangat penting artinya bagi pemajuan, penghormatan d an
penegakkan hak asasi manusia yaitu dengan mengesahkan
Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM,
yang lampirannya memuat pandangan dan sikap bangsa
Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM. Konsideran
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tersebut menyatakan ,
antara lain, “bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
telah mengamanatkan pengakuan, penghormatan, dan kehendak
bagi pelaksanaan hak asasi manusia dalam menyelen gga ra kan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara” (huru f b )
dan “bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia
patut menghormati hak asasi manusia yang termaktub dalam
Deklarasi Universal HAM PBB serta instrumen internasional
lainnya mengenai hak asasi manusia” (huruf c). Selanjutnya,
Ketetapan MPR tersebut menyatakan “bahwa Bangsa Indonesia
sebagai anggota PBB mempunyai tanggungjawab untuk

126
menghormati Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration of
Human Rights) dan berbagai instrumen internasional lainnya
mengenai hak asasi manusia (Majda El-Muhtaj. 2022).

3. Perlindungan dan Penegakan Hukum terhadap HAM


Berdasarkan UU
Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana dirubah dengan UU No m o r
9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
perlindungan hukum akibat dikeluarkannya ketetapan
(beschiking) dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu melalui
banding administrasi atau upaya administrasi dan melalui
peradilan. Menurut Sjahran Basah (Mukhsin, 1998: 83),
perlindungan hukum yang diberikan merupakan qonditio sine
qua non dalam menegakkan hukum. Penegakkan hukum
merupakan qonditio sine qua non pula untuk merealisasikan
fungsi hukum itu sendiri, fungsi hukum yang dimaksud adalah,
sebagai berikut.
a) Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk
membentuk masyarakat yang hendak dicapai dengan tujua n
kehidupan bernegara.
b) Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa
c) Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara
dan bermasyarakat.
d) Perfektif, sebaga i penyempurna baik terhadap sikap tindak
administrasi negara maupun sikap tindak warga apabila

127
terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
e) Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik
administrasi negara maupun warga apabila terjadi
pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan
keadilan. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya
upaya tegaknya atau berfungsinya norma -norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas
atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
4. Pengadilan HAM
Perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia mencapai
kemajuan ketika pada tanggal 06 November 2000, DPR
mengesahkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, dan kemudian diundangkan tanggal 23
November 2000. UndangUndang ini mengatur tentang adanya
pengadilan HAM ad hoc yang berwenang untuk mengadili
pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu. Pengadilan
ini merupakan jenis pengadilan khusus untuk mengadili
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pengadilan ini dikatakan khusus karena dari segi penanaman
bentuk pengadilannya sudah secara spesifik menggunakan
istilah Pengadilan HAM dan kewenangan pengadilan ini juga
mengadili perkara -perkara pelanggaran HAM berat (Majda El-
Muhtaj. 2019).

128
Usaha untuk melindungi hak asasi manusia atau HAM sudah d i
perdebatkan sejak waktu menyusun rancangan UUD 195di
badan penyelidik usaha -usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)antara SUKARNO -SUPOMO di satu
pihak dan HATTA -MUH.YAMIN di lain pihak.Menurut
Sukarno -supomo negara yang hendak didirikan berdasar paham
kekeluargaan,sedang HAM adalah buah dari paham
individualisme,sehingga HAM tidak perlu di masukkan ke
dalam UUD .Tetapi menurut Hatta - Muh Yamin ,untuk
menjaga agar negara yang hendak didirikan dan tidak m en j a di
negara kekuasaan maka ham perlu di masukkan ke dalam UUD
.Terlepas dari penilaian hasil perdebatan tersebut,ketika
rancangan UUD 1845 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia,dalam batang
tubuh UUD 1945 ,HAM hanya di muat pada pasal 27,pasal
28,pasal 29,pasal 30,pasal 31, pasal 34 saja, sedang untuk
pelaksanaan dari pasal 28,pasal 30,dan pasal 31 masih h a ru s d i
tetap kan dengan undang -undang.HAM yang di muat dalam
UUD 1945 mendahului ham seperti yang di muat dalam
universal declaration of human right atau deklarasi hak asasi
manusia perserikatan bangsa-bangsa , karena deklarasi ini b a ru
tanggal 10 Desember 1948 ditetapkan oleh sidang umum PBB
di Paris.
Oleh karena itu tida k ada tempatnya jika sampai di
bandingkan kelengkapannya antara HAM yang dimuat dalam

129
batang tubuh dari UUD 1945dengan HAM yang di muat di
dalam deklarasi hak asasi manusia perserikatan bangsa -bangsa
G. Pembelajaran Berbasis Hak Asasi Manusia
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terenana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keragaman, pengendalian
diri.
2. Pengertian Pembelajaran
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Pasal 1 UU No.
20/2003 tentang sistem pendidikan nasional).
H. Hubungan Antara Pendidikan dan Hak Asasi Manusia
(HAM)
a) Pendidikan dan hak-hak sebagai proses yang berhubungan
satu sama lain, hal yang satu akan memperkuat hal yang lain.
b) Untuk dapat menjamin terekomodasinya minat utama dari
setiap anak, keberadaan hak-hak harus tercakup dalam sist em
pendidikan nasional maupun internasional.
c) Sekolah-sekolah dan kurikulum harus beriorientasi pada
upaya peerapan seluruh hak manusia oleh setiap anggota
masyarakat.
I. Perjanjian Inti HAM tentang Hak Atas Pendidikan
a) Kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik
(Internasional Covenant on Civil and Politica l Rights) – 2018

130
b) Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya (Internasioanl Covenant on Ekonomic, Social and
Cultural Rights) 2019
c) Konvesi internasional tentang penghapusan segala bentuk
deskriminasi rasial (Internasional Convention on the
Elimination of forms of racial dicrimination) –2022
d) Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan (Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination against women) – 2021
e) Konvensi tentang hak-hak anak ( convention on the rights of
the child) -2022
J. Keuntungan Pendidikan Berbasis HAM

Melalui Integrasi semua strategi pendidikan akan saling terkait


dengan seluruh HAM dan kebebasan-kebebasan yang bersifat
mendasar, seperti halnya hak untuk bekerja yang berperan penting
dalam upaya penuntasan kemiskinan, hak untuk menikah dan
membentuk suatu keluarga yang berdampak pada perubahan -
perubahan demografi, dan hak untuk berpartisipasi dalam politik
yang menyorot pentingnya pendidikan untuk membangun seluruh
masyarakat.

K. Pembelajaran Berbasis HAM


1. Larangan Dekriminasi
a) Bentuk-bentuk deskriminasi selama ini hanya sebatas suku,
warna kulit, jenis kelamin, agama,atau opini politik

131
b) Merajuk konvensi hak-hak anak; penting di perhatikan
anak-anak yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah/korban perkosaan, pengidap HIV/AIDS, kelompok
minoritas atau memiliki kelainan.
c) Terdapat caralain yang memungkinkan anak untuk
didiskriminasi, misalnya ketika mereka bukan berada
dalam kelompok umur yang secara hukum dilindungi; y ang
usianya terlalu muda kemungkinan akan di tolak untuk di
terima di sekolah, demikian halnya bagi mereka yang
terlalu tua juga akan di tolak.
2. Proses belajar mengajar
a) Hasil belajar yang di harapkan cenderung di refleksikan
dalam definisi-definisi berbasiskan mutu. Ditinjau dari
perspektifpendidikan berdasarkan hak asasi manusia
(HAM), bawaan (intake) dan dampak (impact) perlu di
masukkan kedalam kerangka kerja standar.
b) Perjanjian-perjanjian internasional HAM belum sampai
pada pendifinisian pendidikan bermutu; hal ini diserahkan
kepada setiap negara.
c) Indikator-indikator yang telah di kembangkan untuk
memantau pendidikan dari perpektif HAM dan kemajuan
yang di capai oleh berbagai negara berbeda.
L. Nilai dan Prinsip Mendasar
1. Persamaan (equality)
2. Keadilan (justice)
3. Kemerdekaan (reedom)

132
4. Martabat manusia (dignity)
5. Universalitas (universality)
6. Tak dapat di kecualikan (inalienability)
7. Tak dapat di pisahkan (indivisibility)
8. Tidak diskriminatif (non-disriminiative)

133
BAB VI
MATERI DAN PEMBELAJARAN DEMOKRASI
A. Hakikat dan Pilar-Pilar Demokrasi Konstitusional
1. Hakikat Demokrasi
Gagasan tentang demokrasi sering kali Nampak
dalam ungkpan, cerita atau mitos. Misalnya orang
minangkabau membanggakan tradisi demokrasi
mereka,yang dinyatakan dalam ungkapan: “bulat air di
pembuluh, bulat kata di mufakat”.Orang jawa secara
samar-samar menunjukkan tentang gagasan demokrasi
denganmengacu kebiasaan rakyat jawa untuk pepe
(berjemur) di muka keratin bila mereka ingin
mengungkapkan persoalan hidunya kepada raja. Ada j u ga
yang mencoba menjelaskan dari cerita wayang, bahwa
Bima atau Werkudara memakai mahkota yang dinamai
Gelung Mangkara unggul, artinya sanggul (dandanan
rambut) yang tinggi di belakang. Hal ini diberi makna
rakyat yang do belakang itu sebenarnya unggul atau
tinggi, artinya: berkuasa (Bintoro,2006).
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam b a hasa
yunani, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Sehingga
demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia demokrasi
merupakan istilah politik yang berarti pemerintahan
rakyat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam seb u a h

134
Negara demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat atau wakil-
wakil yang mereka pilih. Dalam pengertian yang lebih
kompleks demokrasi berarti suatu system pemerintahan
yang mengabdi kepada kepentingan rakyat tanpa
memandang partisipasi mereka dalam kehidupan politik,
sementara pengisian jabatan-jabatan public dilakukan
dengan dukungan suara rakyat dan mereka memiliki hak
untuk memilih dan dipilih.
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi
adalah suatu system pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Artinya, rakyat dengan serta merta
mempunyai kebebasan untuk melakukan semua a k tiv it a s
kehidupan termasuk aktivitas politik tanpa adanya tekanan
dari pihak manapun, karena pada hakikatnya yang
berkuasa adalah rakyat untuk kepentingan bersama.
Dengan demikian, sebagai sebuah konsep politi,
demokrasi adalah landasan dalam menata system
pemerintahan Negara yang terus berproses ke arah yang
lebih baik. Dalam proses tersebut, rakyat diberi peran
penting dalam menentukan arah memutuskan berbagai ha l
yang menyangkut kehidupan bersama sebagai sebuah
bangsa dan Negara.
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa kat a
demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan Negara atau
masyarakat dimana warga Negara dewasa turut

135
berpartisipasi dalam pemerintahan m elalui wakilnya y a n g
dipilih;pemerintahannya mendorong dan menjamin
kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,
berserikat, menegakkan “rule of law” adanya
pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak
kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga
nega ranya saling memberi perlakuan yang sama.
Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan
Abraham Lincoln mantan presiden Amerika seriktat, ya n g
menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau “ The
government from the people, by the people, and for the
people”.
Hampir semua Negara di dunia menyata kan dirinya
sebagai Negara yang demokratis, ini berarti pada setiap
Negara mengedepankan rakyat sebagai elemen utama
dalam pemerintahan, walaupun dalam kenyataan
pengertian demokrasi dapat diterjemahkan berbeda -beda
pada setiap Negara, tergantung pada ideologi, latar
belakang sejarah bangsa, kehidupan sosial dan ekonomi
maupun kultur atau budaya yang melatarbelakanginya.
Hampir sebagian besar Negara di dunia berupaya
menjadi Negara yang demokratis, dimana pemerintahan
dibangun berdasar kehendak rakyat, atau menjadikan
rakyat sebagai pusat dari kedaulatan Negara. Saat ini
peran masyarakat sipil cenderurng lebih kuat dalam

136
mengimbangi domina si Negara melalui sistem demokrasi.
Upaya Negara mewujudkan masyarakat sipil yang
responsive yaitu terus menanamkan nilai yang demokra t is
berdasarkan pancasila dan UUD Negara
2. Klarifikasi Demokrasi
Berikut ini beberapa macam bentuk demokrasi:
a) Berdasarkan titik berat perhatiannya
Dilihat dari titik berat yang menjadi perhatiannya,
demokrasi dapat dibedakan kedalam tiga bentuk.
1. Demokrasi formal, yaitu suatu demokrasi yang
menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, ta n p a
disertai upaya untuk mengurangi atau menghilanglkan
kesenjangan dalam bidang ekonomi. Bentuk demokrasi in i
dianut oleh Negara -negara liberal.
2. Demokrasi material, yaitu demokrasi yang dititik beratkan
pada upaya yang menghilangkan perbedaan dalam bid a ng
ekonomi, sedangkan persamaan dalam bidang politik
kurang diperhatikan bahkan kadang-kadang
dihilangkan.Bentuk demokrasi ini dianut oleh Negara -
negara komunis.
3. Demokrasi gabungan, yaitu bentuk demokra si yang
mengambil kebaikan serta membuang keburukan dari
bentuk demokrasi forma l dan material. Bentuk demok ra si
ini dianut oleh Negara -negara non-blok.
b) Berdasarkan ideologi

137
Berdasarkan ideologi yang menjadi landasannya, demokrasi
dapat dibedakan kedalam dua bentuk.
1. Demokrasi konstitusional/ liberal, yaitu demokrasi yang
didasarkan pada kebebasan atau individualism. Ciri khas
pemerintahan demokrasi konstitusional adalah k ek u asaan
pemerintahannya terbatas dan tidak di perkenankan banyak
melakukan campur tangan dan bertindak sewenangwenan g
terhadap rakyatnya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh
konstitusi.
2. Demokrasi rakyat atau proletar, yaitu demokrasi yang
didasarkan pada paham marxisme-komunisme. Demokra si
rakyat mencita -citakan kehidupan yang tidak mengenal
kelas sosial. Manusia dibebaskan dari keterikatannya
kepada pemilik pribadi tanpa ada penindasan serta paksaan.
Akan tetapi, untukmencapai masyarakat tersebut, apabila
diperlukan, dapat dilakukan dengan cara paksa atau
kekerasan. Menurut Mr. Kranenburg demokrasi rakyat
lebih mendewakan pimpinan. Sementara menurut
pandangan Miriam Budiardjo, komunisme tidak hanya
merupakan system politik, tetapi juga mencerminkan ga y a
hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu. Negara
merupakan alat untuk mencapai komuisme dan kek era sa n
dipandang sebagai alat yang sah.
c) Berdasarkan Proses Penyaluran kehendak rakyat
Menurut cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi dapat
dibedakan ke dalam dua bentuk.

138
1. Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang
mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam
permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum
Negara atau undang-undang secara langsung.
2. Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang
dilaksanakan melalui perwakilan. Penerapan demokrasi seperti
ini berkaitan dengan kenyatan suatu Negara yang jumlah
penduduknya semakin banya k, wilayahnya semakin luas,dan
permasalahan yang dihadapinya semakin rumit dan k o m p lek s.
Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan biasan y a
dilaksanakan melalui pemulihan umum.
3. Demokrasi Menurut Para Ahli
1) Robert A Dahl dalam studinya yang terkenal mengajukan
lima kriteria bagi demokrasi sebagai ide politik (Robert A.
Dahl, 1985:10-11) yaitu:
a) Persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan ko lek t if
yang mengikat.
b) Partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi sem u a
warga Negara dalam proses pembuatan keputusan secara
kolektif.
c) Pembebaran kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama
bagi setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap
jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis.
d) Kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan
ekslusif bagi masyarakat untuk menentukan agenda mana
yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses

139
pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada
orang lain atau lembaga yang mewakili masyarakat.
e) Pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencangkup
semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.
2) Pendefinisian demokrasi yang sejalan dengan Dahl dating dari
April Carter, William Ebenstein dan Edwin Folegman. Carter
mendefinisikan demokrasi secara ringkas, padat dan tepat
sebagai “membatasi kekuasaan” (April Carter, 1985:25).
Sementara Ebenstein dan Folegma (William Ebenstein dan
Edwin Folegma, 1987:185) lebih melihat demokrasi sebagai
penghargaan atas sejumlah kebebsan, yang kemudian dirinci
oleh mereka ke dalam kriteria -kriteria konseptual berikut:
a) Empirisme rasional
b) Kepentingan individu
c) Teori instrumental tentang Negara
d) Prinsip kesukarelaan
e) Hukum dibalik hukum
f) Penekanan pada soal cara
g) Musyawarah dan mufakat dalam hubungan antar manusia
h) Persamaan asasi semua manusia
3) Lyman Tower Sargent memberikan definisi terhadap
demokrasi yang berada salam nuansa yang sama. Menurut
Surgent demokrasi mensyaratkan adanya keterlibata n ra k yat
dalam pengambilan keputusan, adanya persamaan hak
diantara warga Negara, adanya kebebasan dan kem erd ekaan
yang diberikan kepada atau dipertahankan dan dimiliki oleh

140
warga Negara, adanya sistem perwakilan yang efektif dan
askhirnya adanya sistem pemilihan yang menjamin
dihormatinya prinsip ketentuan inayoritas (Lyman Tower
Sargent, 1987 :29).
4) Kriteria demokrasi, yang lebih menyeluruh diajukan oleh
Gwendolen M. Carter, John H. Herz dan Henry B. Mayo,
Carter dan Herz (Gwendolen M. Carter da John h, Herz, 1982
:86-87) mengkonseptualisasikan demokrasi yang diciri-
cirikan dengan prinsip:
a) Pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk
memberikan perlindungan bagi individu dan kelompok
dengan jalan menyusun pergantuan pimpinan secara
berkala, tertib dan damai, dan melalui alat-alat perwa k ila n
rakyat yang efektif.
b) Adanya sikap toleransi terhadap pendapat yang
berlawanan.
c) Persamaan di dalam hukum yang diwujudkan dengan sikap
tunduk pada Rule of law tanpa membedakan kedudukan
politik.Adanya pemilihan yang bebas dengan disertai
adanya model perwakilan yang efektif.
d) Diberikan kebebasan berpartisipasi dan beroposisi bagi
partai politik, organisasi kemasyarakatan, masyarakat d a n
perseorangan serta prasarana pendapat umum semacam
pers dan media massa.
e) Adanya penghormatan terhadap hak rakyat untuk
menyatakan pandangannya betapapun t a mp ak sa la h d an

141
tidak populernya pandangan itu. Dikembangkannya sikap
mengargai hak-hak minoritas dan perorangan dengan leb ih
mengutamakan penggunaan cara -cara persuasi dan disk u si
daripada koersi dan represi.
5) Selanjutnya, Henry B. Mayo (Miriam Budiardjo, 1995: 165)
menyebutkan nilai-nilai berikut ini sebagai nilai-nilai yang
harus dipenuhi untuk mendefinisikan demokrasi.
a) Menyelesaikan pertikaian-pertikaian secara damai dan
suka rela.
b) Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam
suatu masyarakat yang selalu berubah.
c) Pergantian penguasa dengan teratur.
d) Penggunaan paksaan sesedikit mungkin.
e) Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai
keanekaragaman.
f) Menegakkan keadilan
g) Memajukan ilmu pengetahuan.
h) Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.
4. Pilar-pilar demokrasi konstitusional
Bagi bangsa Indonesia pilihan yang tepat dalam
menerapkan paham demokrasi adalah dengan demikrasi
pancasila. Paham demokrasi pancasila sangat sesuai dengan
kepribadian bangsa yang digali dari tata nilai sosial budaya
sendiri. Hal itu telah dipraktikkan secara turun-temurun jauh
sebelum Indonesia merdeka. Kenyataan ini dapat kita lihat pada
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang

142
menerapkan “musyawarah mufakat” dan “gotong royong”
dalam menyelesaikan masalah-masalah bersama yang terjadi
disekitarnya.
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh
bangsa dan Negara Indonesia yang dijiwai diintegrasikan oleh
sila-sila pancasila atau nilai-nilai luhur pancasila. Secara luas
dmokrasi pancasila berarti kedaulatan ra kyat yang berdasark an
pada nilai-nilai pancasila pada bidang politik, ekonomi, dan
sosial. Secara sempit demokrasi pancasila berarti kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Menurut Darji Darmidiharjo,
S.H. dalam Budiyanto (2005:54), mengatakan bahwa
“demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang bersumb er
kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia , y a ng
perwujudannya adalah seperti termasuk dalam ketentuan-
ketentuan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkap nila i
yang dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa.
Sebagai ideology national, pancasila berfungsi sebagai:
1) Cita-cita masyarakat yang selanjutnya menjadi pedoman
dalam membuat dan menilai keputusan politik.
2) Alat pemersatu masyarakat yang mampu menj adi su m b er
nilai bagi prosedur penyelesaian konflik yang terjadi.

Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai pancasila


tersebut adalah sebagai berikut:

143
a) Negara berdasar kedaulatan rakyat.
b) Republik
c) Atas hukum
d) Pemerintay yang konstitusional
e) System perwakilan
f) Prinsip ketuhanan.

Baik dari sudut pandang ideologi maupun konstitusi, demokrasi


pancasila memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia.


b) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
c) Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara
normal kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan
orang lain.
d) Mewujudkan rasa keadilan sosial.
e) Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f) Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
g) Menjunjung tuinggi tujuan dan cita -cita nasional.

Pada hakikatnya demokrasi pancasila tercantum dalam sila


keempat pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Rumusan
tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian totalitas y a n g t erk a it
erat antara satu sila dan sila yang lainnya (bulat dan utuh). Hal
tersebut yang diungkapkan oleh Notonegoro yang menyatakan
demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dip impin oleh h ik m a t

144
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan
beradab, ya ng mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar dem okrasi konstitusio n a l


Indonesia menurut pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.

a) Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Seluk beluk


system serta perilaku dalam menyelenggarakan kenegaraan RI
harus taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Demokrasi dengan kecerdasan. Mengatur dan
menyelenggarakan demokrasi menurut Undang-Undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu bukan dengan
kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa
sematamata. Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih menuntu t
kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional,
dan kecerdasan emosional.
c) Demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Kekuasaan tertinggi
ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang
memiliki/memegang kedaulatan itu. Dalam batasan-batasan
tertentu kedaulatan rakat itu dipercayakan kepada wakil-wakil
rakyat di MPR (DPR/DPD) dan DPRD.
d) Demokrasi dengan rule of law. Hal ini mempuyai empat
makna penting. Pertama, kekuasan negara Republik Indonesia

145
harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan
kebenaran hokum (legal Truth) bukan demokrasi ugal-ugalan ,
demokrasi dagelan, atau demokrasi manipulatif. Kedua,
kekuasaa Negara memberikan keadilan hokum (legal justice)
bukan demokrasi yang terbatas dengan keadilan formal dan
pura-pura. Ketiga, kekuasaan Negara menjamin kepastian
hukum (legal security) bukan demokrasi yang membiarkan
kesemrawutan atau anarki. Keempat, kekuasaan Negara
mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal
interest), seperti kedamaian dan pembangunan bukan justru
demokrasi yang mempopulerkan fitnah dan hujatan atau
menciptakan perpecahan, permusuhan dan kerudakan.
e) Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan Negara. Demo k ra si
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bukan saja mengakui kekuasaan negara Republik
Indonesia yang tak terbatas secara hukum, melaikan juga
demokrasi itu dikuatkan dengan pembagian kekuasaan Negara
dan diserahkan kepada badan-badan negara yang bertanggun g
jawab. Jadi, demokrasi menurut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenal semacam
pembagian dan pemisahan kekuasaan (division and sep ra t io n
of power), dengan system pengawasan dan pertimbangan
(check and balances).
f) Demokrasi dengan hak asasi manusia. Demokrasi menurut
Undang-Undang Dasan Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan sa ja

146
menghormati hak-hak asasi manusia, melainkan terlebih-lebih
untuk meningkatka martabat dan derajat manusia seutuhnya.
g) Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka. Demorasi
menurut UndangUndang Dasan Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menghendak diberlakukannya system pengadilan
yang merdeka (indenpenden) yang memberikan peluang ya n g
seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentinagn
untuk mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya.
Di muka pengadilan yang erdeka penggugat dengan
pengacaranya, penuntut umum dan terdakwa dengan
pengacaranya yang mempunyai hak yang sama untuk
mengajukan konsederan (pertimbangan), dalil-dalil, fakta -
fakta, saksi, alat pembuktian dan petitum.
h) Demokrasi dengan otonomi daerah. Otonomi daerah
merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negarakhususny a
kekuasan legislative dan eksekutif ditingkat pusat, dan lebih
khusus lagi pembatasan atas kekuasaan presiden. Undang-
Undang Dasan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara
jelas memerintahkan dibetuknya daerah-daerah otonom p ad a
provinsi dan kabupaten/kota. Dengan peraturan pemerintah,
daerah-daerah otonom itu dibagngun dan disiapkan untuk
mampu dan menyelenggaraka urusan-urusan pemerintahan
sebagai urusan rumah tangganya sendiri yang diserahan oleh
pemerintah pusat kepda perintah daerah.
i) Demokrasi dengan kemakmuran. Demokrasi itu bukan ha n y a
soal kebebasan dan hak bukkan hanya sola kewajiban dan

147
tanggung jawab, bukan pula hanya soal mengorganisir
kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan kenegaraan.
Demokarsiitu bukan pula hanya soal otonomi daerah dan
keadilah hukum. Sebab bersamaan dengan itu semua,
demokrasi menurut UndangUndang Dasan Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 itu ternyata ditujukan untuk
membangun Negara kemakmuran (welfare state) oleh dan
untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
j) Demokrasi yang berkeadilan sosial. Demokrasi menurut
Undang-Undang Dasan Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menggariskan keadilan sosial diantara berbgai
kelompok, golongan dan lapisan masyrakat. Tidak ada
golongan, lapisan, kelompok, satuan atau organisasi yang jad i
anak emas yang diberi berbagai keistimewaan atau kah-hak
khususus.

Karakter utama demokrasi pancasila adalah sila keempat, yaitu


kerakyatan yang gipimpin oleh hikmat kebijaksanaan da lam
permusyawaratan/perwakilan. Dengan kata lain, demokrai pancasila
mengandung tiga karakter utama, yaitu kerakyatan,
permusyawaratan, dan hikmat kebijaksanaan.

Tiga karakter tersebut sekaligus berkedudukan sebagai cita -cita


luhur penerapan demokrasi di Indonesia. Cita -cita kerakyatan
merupakan bentuk penghormatan kepada rakyat Indonesi dengan
memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk berpera n a tau
terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

148
pemerintah. Cita -cita pemusyawa ratan memancarkan keingan untuk
mewujudkan Negara persatuan yang dapat mengatasi paham
perseorangan atau golongan. Adapun cita -cita hikmat
kebijakasa naan merupakan keinginan bangsa Indonesia bahawa
demokrasi yang diterapkan di Indonesia merupan demokrasi yang
didasaran pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan,
permusyawaratan dan keadilan.

5. Prinsip demokrasi
Prinsip-prinsip demokarasi dirincikan oleh sukarana yaitu:
a) Diberlakukannya pembagian kekuasaan; kekuasaan eksekutif,
legislative dan yudikatif, berada pada badan yang berbeda.
b) Pemerintah konstitusional.
c) Pemerintah berdasarkan hukum
d) Pemerintah dengan mayoritas.
e) Pemerintah dengan diskusi.
f) Pemilihan umum yang besar; partai politik lebih dari satu d a n
mampu melaksanakanfungsinya.
g) Manajemen yang terbuka.
h) Pers yang bebas.
i) Pengakuan atas hak-hak minoritas.
j) Perlindungan atas hak asasi manuasia.
k) Peradilan yang beabas dan tidak memihak.
l) Pengawasan terhadap admisnistrasi Negara.
m) Mekanisme politik yang berubah anatara kehidupan polituik
masyarakat dengan kehiduan politik pemeriintah.

149
n) Kebjaksanaan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan
politik tanpa paksaan dari manapun.
o) Penyelesaian secara damai bukan dengan kompromi.
p) Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas
tertentu.
q) Konstitusi/ Undang-Undang Dasan 1945.
r) Prinsip persetujuan.

Parlementer yang dapat dijadikan ukuran apakah suatu Nega ra


atau pemerintah dapat dikatakan demokratis atau sebaliknya.
Sedikitnya tiga aspek dapat dijadikan landasan untuk mengukur
sejauh mana demokrasi itu berjalan dalam suatu Negara. Ketiga
aspek tersebut adalah:

a) Pemilihan umum sebagai proses pembentukan pemerintah.


Pemilihan umum salah satu instrument penting dalam proses
pergantian pemerintahan.
b) Susunan kekuasaan Negara, yaitu kekuasaan Negara
dijalankan secara distributive untuk menghindari penumpukan
kekuasaan dalam satu tangan atau satu wilayah.
c) kontrol rakyat, yaitu suatu relasi kuasa yang berjalan secara
simetris, memiliki sambungan yang jelas, dan adanya
mekanisme yang memungkinkan kontrol dan keseimbangan
(cheks and balances). Terhadap kekuasaan yang dijalankan
secara eksekutif dan legislatif.
6. Asas Demokrasi

150
Dalam pemerintah yang demokratis diterapkan asas-asas
demokrasi.Adapun asas ada dua yaitu:

a) Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.


Adanya jaminan terhadap rakyat untuk dapat berpartisipasi d i
dalam menentukan kebijakan Negara dengan perlindungan
hukum berupa perundang-undangan yang berlaku. Jadi rakyat
dapat ikut berperan sesuai status dan kompetensi masing-
masing dengan batasan-batasan pera turan yang berlaku.
b) Pengakuan harkat dan martabat manusia
Jaminan hukum terhadap pelaksanaan hak asasi manusia ju ga
terdapat dikonstitusi, yaitu pasal 27 s/d 34 UUD 1945 dan
peraturan-peraturan pelaksana lainnya.

Selain asas kita juga dapat mengenali ciri-ciri pemerintahan


yang demokratis. Adapun ciri-ciri pokok pemerintahan yang
demokratis, yaitu:

1. Pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan umum


(rakyat) Berdasarkan ciri-ciri ini maka bisa diidentifikasikan
sebagai berikut:
a) Konstitusiona l
Prinsip kekuasaan, kehendak, dan kepentingan rakyat diatur
dalam konstitusi.
b) Perwakilan
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Artinya yang memiliki

151
kekuasaan tertinggi adalah rakyat walaupun kedaulatan
rakyat itu diwakilkan kepada anggota DPR.
c) Pemilu
Salah satu indicator yang dijadikan parlementer terhadap
demokratis atau tidsk demokratisnya suatu Negara adalah
adanya penyelenggaraan pemilu atau tidaknya di suatu
Negara. Jika Negara menyelenggarakan pemilu maka
Negara tersebut dikatakan demokratis dan demikian
sebaliknya.
d) Partai politik
Dijadikan penghunung antara rakyat dengan pemerintah
dikarenakan partai politik memiliki fungsi-fungsi yang dapat
dijadikan kunci bagi perkembangan demokrasi di suatu
Negara.
2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan
Paham pemindahan kekuasaan telah kita pelajari berdasark an
pemikiran John Locke dan Montesquieu dalam Trias Politica.
John Locke melakukan pemisahan kekuasaan Negara atas:
legislatif, eksekutif, dan federatif. Sedangkan Montesquieu
melakukan pemisahan kekuasaan Negara atas: legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Tujuan pemisahan kekuasaan Negara
ini adalah agar tidak ada satu lembaga Negara memiliki
kekuasaan yang lebih dibandingkan badan kekuasaan lain
yang pada akhirnya menimbulkan tindakan yang sewenang-
wenang. Konsep pembagian kekuasaan dianut oleh Indonesia

152
karena antar lembaga Negara masih diperlukan kerja sama
antar lembaga Negara.
3. Adanya pertanggungjawaban oleh pelaksana
pemerintah/eksekutif
Sebagai wujud akuntabilitas public pemerintah adalah dengan
mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang telah
diambil kepada rakyat.
B. Pembelajaran Materi Demokrasi
1. Penerapan Demokrasi Pendidikan Pada Pembelajaran
Siswa di Sekolah Dasar
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap individu.
Pemerintah juga mengatur wajib belajar atau dalam artian
wajib menempuh pendidikan selama 12 tahun bagi anak
Indonesia. Aristoteles mengungkapkan pendidikan adalah
salah satu fungsi dari suatu Negara, serta dilakukan terutama
setidaknya untuk kepentingan Negara itu sendiri. Negara yaitu
institusi sosial tertinggi yang mengamankan tujuan tertinggi
atau kebahagiaan manusia. Di Indonesia pendidikan diatur
sedemikian rupa oleh pemerintah dalam Undang-undang.
Misalnya UndangUndang No. 20 tahun 2003 yang membahas
tentang system pendidikan nasional.
Sejak berdirinya era reformasi, kehidupan masyarakat
Indonesia menjadi serba terbuka dan transparan. Berbeda pada
masa orde baru yang terkesan ditutuptutupi dan rakyat seo la h
terkekang atau kurang bebas dalam geraknya. Salah satu
tuntutan rakyat pada masa itu yaitu demokrasi. Sejak masa

153
reformasi, demokrasi kembali ditegakkan. Hal tersebut sanga t
mempengaruhi berbagai segi kehidupan salah satunya
pendidikan yaitu dengan adanya demokrasi pendidikan
Demokrasi pendidikan adalah suatu pandangan yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
tenaga pendidik yang sama dan adil kepada semua siswanya
tanpa membeda-bedakan dalam segala aspek dalam kegia t an
pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Demokrasi pendidikan memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap individu dalam bidang pendidikan tanpa
membeda -bedakan agama, suku, ras, dan juga status sosial
sehingga individu memiliki kesempatan untuk mengutarakan
pendapatnya, mengembangkan potensi yang dimilikinya
melalui pendidikan. Namun pada kenyataannya, metode
pendidikan dalam pembelajaran masih banyak disparitas a t au
jarak dalam pendidikan. Yang mana antara si kaya dan si
miskin mendapat perlakuan yang berbeda ketika di dalam
kelas. Tak terkecuali dalam pembelajaran siswa sekolah dasar,
dimana masih banyak pembedaan perlakuan tenaga pen d id ik
terhadap siswa yang pintar dan kurang pintar dan siswa kaya
dengan yang kurang mampu, sehingga masih banyak siswa
yang keberadaannya seakan tidak terlalu mencolok dalam
kelas (Zahrawati & Faraz, 2017).
Demokrasi pendidikan dimaknai sebagai pendidikan
yang bertumpu pada nilai-nilai demokratis dan pedagogy of
hope. Pendidikan demokratis adalah pembelajaran yang

154
dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis dan
aman, menghidupkan dialog, dan keikutsertaan seluruh pihak .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa demokrasi
pendidikan adalah pendidikan yang menerapkan nilai-nilai
demokrasi yaitu pendidikan dimana di dalamnya terdapat
proses pembelajaran yang tidak membeda-bedakan siswa baik
secara status sosial, suku, agama, ras, maupun membedakan
siswa dari aspek yang lainnya.
Paolo Fiere menyatakan bahwa demokrasi pendidikan
dapat dica pai dengan menciptakan kebebasan interaksi anta ra
pendidik dan siswa selama proses pembelajaran di dalam
kelas sehingga demokrasi pendidikan dapat menciptakan
timbulnya iklim egalitarian atau kesetaraan derajat dan
kebersamaan antara pendidik dan peserta didik atau siswa.
2. Implementasi Pembelajaran Demokratis
Pembelajaran demokratis adalah suatu strategi
pembelajaran yang mengoptimalkan peranan siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung dan adanya hubungan
timbal balik yang seimbang antara da n siswa di kelas.
Selanjutnya, diperlukan usaha dari para guru dalam proses
pembelajarannya, terutama menggunakan strategi
pembelajaran demokratis.
Pada proses pembelajaran sering terjadi ketimpangan
antara keinginan guru dengan siswa. Guru dan siswa pada
proses pembelajaran mempunyai keinginan yang saling
bertolak belakang.

155
Di satu sisi guru menginginkan tujuan belajar yang telah
digariskan oleh kurikulum dapat dicapai dengan cepat tanpa
mempertimbangkan kondisi nyata di kelas. Salah satu
alternatif untuk mencapai target belajar tersebut guru
melakukan proses belajar mengajar dengan pola ‘kejar materi’
atau melalui cara penerapan disiplin kelas yang salah untuk
menutupi berbagai kekurangan dalam menerapkan berbagai
strategi pembelajaran yang ada.
Pada sisi lain, siswa menginginkan proses belajar
berjalan menurut keinginan mereka, melalui kebebasan
bertanya, berdiskusi, tanpa pekerjaan rumah yang berlebih a n ,
tanpa banyak mencatat, harus banyak cerita, dan tidak ada
dominasi berlebih guru terhadap kegiatan belajarnya di kelas.
Untuk itu, siswa hendaknya diajak banyak bertanya serta
merefleksikan apa yang dipelajarinya untuk
mempertimbangkan dan merenungkan pelajaran dan berbaga i
hal yang terjadi di sekitarnya. Termasuk di dalam nya ad alah ,
sekolah harus mengembangkan rasa keadilan siswa. Guru
harus membuka mata siswa terhadap ketidak adilan yang
terjadi di sekitar kita, karena dengan demikian, perasaan
keadilan akan tumbuh di diri mereka. Para siswa juga perlu
dibantu untuk mengembangkan sikap keagamaan yang
dewasa, terbuka dan toleran. Juga menjadi manusia yang
pemberani, kreatif, mandiri dan tidak asal menurut apa yang
diucapkan oleh guru, teman, dan orang-orang di
sekelilingnya. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, yang

156
serba tidak puas dengan jawaban sementara. Lebih lanjut,
para siswa yang berkepribadian, diharapkan menjadi manusia
yang pembangun masyarakat modern. Yakni manusia yang
tahu dan menerima dengan baik keunggulan maupun
kelemahannya, tidak dihinggapi kerendahan ha ti palsu, karena
bangga dan sadar atas kepribadiannya yang berharga dan
penting bagi sesama.
3. Demokrasi Sebagai Suatu Nilai
Nilai-nilai demokrasi sesungguhnya merupakan nilai-nilai
yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan
demokratis. Berdasarkan nilai atau kondisi inilah, sebuah
demokratis pemerintahan dapat ditegakkan. Sebaliknya, tanpa
adanya kondisi ini, pemerintahan tersebut akan sulit
ditegakkan.
Adapun nilai-nilai demokrasi antara lain sebagai berikut:
a. Kebebasa n berpendapat
Kebebasan berpendapat adalah hak bagi warga Negara biasa
yang wajib dijamin dalam Undang-Undang dalam sebuah
system politik demokratis (Dahl, 1971). Kebebasan ini
diperlukan karena kebutuhan untuk menyatak an p en d apat
senantiasa muncul dari setiap warga Negara dalam era
pemerintahan terbuka saat ini.
b. Kebebasan berkelompok
Berkelompok dalam suatu organisasi merupakan nilai da sa r
demokrasi yang diperlukan bagi setiap warga. Kebebasan
berkelompok ini dibutuhkan untuk membentuk organisasi

157
mahasiswa, partai politik, organisasi massa, perusahaan, dan
kelompok-kelompok lain.
c. Kebebasan berpartisipasi
Kebebasan ini gabungan dari kebebasan berpendapat dan
berkelompok. Jenis yang pertama adalah pemberian suara
dalam pemilihan umum, baik pemilihan anggota DPR
maupun pemilihan presiden. Bentuk partisipasi kedua yang
belum berkembang luas di Negara demokrasi baru adalah
apa yang disebut sebagai kontak/hubungan dengan p ej ab at
pemerintah.
d. Kerjasama
Kerjasama untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam
tubuh masyarakat. Akan tetapi, kerjasama ha ny a m u n gk in
terjadi jika setiap orang atau kelompok bersedia untuk
mengorbankan sebagian dari apa yang diperoleh dari kerja
sama tersebut.
e. Kesetaraan antar warga
Kesetaraan atau egalitarisme merupakan salah satu nila i
fundamental yang diperlukan bagi pengembangan
demokrasi di Indonesia. Kesetaraan di sini diartikan sebaga i
adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara.
Kesetaraan memberikan tempat bagi setiap warga Negara
tanpa membedakan etnis, bahasa, daerah, maupun agama.
f. Kedaulatan rakyat
Hal ini berarti bahwa rakyat berdaulat dalam menentukan
pemerintahan. g. Rasa percaya Rasa percaya antar kelompok

158
masyarakat merupakan minyak pelumas untuk melancarkan
relasi-relasi sosial politik yang ada dalam masyarakat yang
sering terhalang oleh rasa ketakuta, kecurgaan, permusuhan,
yang berpotensi memendekkan proses demokrasi.
g. Kesetaraan gender
Kesetaraan gender adalah sebuah keniscayaan demokrasi,
dimana kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki hak
yang sama di depan umum, karena semuanya memiliki
kodrat yang sama. Oleh karena itu demokrasi tanpa
kesetaraan gender akan berdampak pada ketidak adilan
sosial.
4. Kontribusi Pendidikan Dalam Demokrasi\
Pendidikan demokratis bertujuan untuk mempersiapkan
warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktivitas menanamkan pada generasi baru yang
menyadari akan tiga hal. Pertama, demokrasi adalah bentuk
kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak -hak
warga Negara. Kedua, demokrasi adalah suatu learning proses
yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain.
Ketiga, kelangsungan demokrasi bergantung kepada
keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi
(kebebasan, persamaan, dan keadilan serta loyal kepada
system politik yang bersifat demokratis).
5. Sekolah Demokrasi
Memasuki abad ke-21, isu perbaikan di Indonesia
mencuat kepermukaan disuarakan olehsemua departemen

159
terkait sebagai otoritas pengelola jalur pendidikan, dan juga
para praktisi dan policy maker dalam pembangunan sector
pembinaan sumber daya manusia.
Ada beberapa pemikiran pengembangan konteks
pendidikan ke depan dalam memasuki abad ke-21 yang
membawa berbagai problem ekonomi, sossial dan politik.
Pemikiran tersebut adalah:
a. Perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan teknologi) serta
informasi membuat bahan ajar yang harus disampaikan
dalam pendidikan menjadi sangat banyak, dikhawatirk a n
akan membawa stagnasi pengembangan ilmu dan
peradaban khususnya pada level pendidikan tinggi. Oleh
karena itu struktur program pendidikan tinggi harus
memberikan jaminan pemberian reward dan insentif yang
memadai terhadap pengembangan ilmu dan teknologi.
b. Perkembangan teknologi yang terus-menerus dapat
terjadi dengan akselerasi tinggi yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi melalui industry dan jasa. Oleh
sebab itu pendidikan harus mampu menjembatani a n t ara
sektor kerja dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
c. Terjadinya perubahan demografis membawa implikasi
pada persebaran penduduk, Negara maju angka kelahiran
rendah dan di Negara berkembang angka kelahiran tinggi.
Di Negara maju akan berusaha meningkatkan\
pendapatannya namun mengalami angka angkatan kerj a ,
dan tergantung pada Negara yang berkembang untuk

160
memenuhi tenaga kerja. Oleh karena itu Negara
berkembang harus merancang pendidikannya untuk
memenuhi pasar global dan tenaga kerja.
d. Seriap Negara akan saling tergantung pada sektor
ekonomi, politik, dan IPTEK. Oleh sebab itu pendidikan
harus mampu membuka cakrawala global tersebut dan
mampu mengarahkan sika p multikulturalisme, ketika
memasuki pasar tenaga kerja. Kemajuan IPTEK
mendorong perkembangan sektor ekonomi kea rah p a sa r
global dan membawa implikasi terbentuknya masyarakat
baru. Maka pendidikan harus mampu mendesain
masyarakat baru tersebut, menjadi masyarakat h u m an is,
menjaga lingkungan dan ekosistem, antidrug/obat, dan
senantiasa hidup sehat.
6. Pemikiran tentang demokrasi Indonesia
Sebagai Negara demokrasi, demokrasi Indonesia
memiliki keunikan tersendiri. Menurut Budiardjo dalam buku
“fundamentals of political sciens“(2008), demokrasi yang
diadopsi di Indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan
pancasila, yang masih dalam pengembangan dan yang
karakteristik dan karakteristiknya mengandung interpretasi
dan pandangan yang berbeda.
7. Pentingnya demokrasi sebagai sistem politik kenegaraan
modern
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan awalnya dimula i
dalam sejarah yunani kuno. Akan tetapi, pada saat itu,

161
demokrasi hanya memberikan hak partisipasi politik kepada
sebagian kecil pria dewasa. Demokrasi bukanlah bentuk
pemerintahan yang ideal bagi para pemikir Yunani Kuno
seperti Plato dan Aristoteles. Mereka menghargai demokrasi
sebagai pemerintah kaum miskin atau sebagai pemerintah
kaum idiot. Demokrasi di Yunani Kuno semakin dikuasai oleh
munculnya model kekaisaran-kekaisaran romawi dan
pertumbuhan Negara -negara kerajaan di Eropa hingga abad
ke-17. Namun, pada akhir abad ke-17, lahirlah demokrasi
modern yang ditaburkan oleh para pemikir barat seperti
Thomas Hobbes, Montesquieu dan J.J Rosseau dengan
munculnya konsep Negara -negara di Eropa.
Perkembangan demokrasi lebih cepat dan lebih cepat
diterima oleh semua Negara, terutama setelah perang dunia
kedua. Sebuah studi UNESCO dari tahun 1949 menyatakan
adalah mungkin bahwa, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
demokrasi dinobatkan sebagai nama terbaik dan paling co co k
untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang
dipertahankan oleh para pendukung yang berpengaruh. Sejauh
ini demokrasi telah dipertimbangkan dan diterima sebagai
sistem politik yang baik untuk menjamin kesejahteraan
bangsa. Hamper semua Negara modern ingin disebut
demokrasi. Sebaliknya, ia dicegah untuk tidak disebutseba ga i
Negara “undemocracy”.
8. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pembelajaran
demokrasi bagi mahasiswa perguruan tinggi

162
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bentuk
pembelajaran demokrasi baik secara teoritis maupun praktis,
karena struktur keilmuannya sangat mendukung dalam
mendukung peserta didik yang demokratis dan berpancasila.
Sebagai pendidikan da n pembelajaran demokratis, pendidikan
kewarganegaraan berperan dalam menginternalisasikan n ila i -
nilai pancasila kepada peserta didik, sehingga pelaksanaan
demokrasi di Indonesia berdasarkan nilai-nilai pancasila, guna
menghindari fenomena elitis dan menghindari kekacauan.
Faktanya, demokrasi berusaha untuk mengakomodasi sem u a
kepentingan Negara, yang pelaksanaan idealnya penuh
dengan ketertiban dan kenikmatan, sebagai upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial di Indonesia.
Pendidikan kewarganegara an memiliki peran penting
dalam pendidikan tinggi dalam membentuk mentalitas peserta
didik pancasila, karena merupakan representasi dari warga
Negara Indonesia yang dicita -citakan. Pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang diprogramkan dalam
kurikulum pendidikan tinggi, merupakan upaya membekali
peserta didik agar kelak ketika kembali ke masyarakat dapat
memaknai proses demonstrasi yang terjadi di masyarakat,
bahkan memperbaikinya.
Sejalan dengan Undang-undang tesebut, bahwa
pendidikan kewarga negaraan berupaya membentuk man u sia
Indonesia yang demokratis, sehingga mengetahui hak dan
kewajibannya. Penanaman nilai dan karakter demokrasi p a d a

163
peserta didik melalui pendidikan kewarganegaraan sangat
penting dilakukan, dalam menjawab tantangan zaman.
Octavia dan Rube’I menegaskan proses pendidikan
berdasarkan pancasila, berperan dalam membentuk peserta
didik yang demokratis dan berkarakter, serta mampu menj ad i
warga Negara Indonesia seutuhnya karena secara sukarela
mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. (Octavia
& Rube’I, 2017). Tujuan pembelajaran demokrasi di
perguruan tinggi adalah untuk membentuk mahasiswa agar
memiliki loterasi, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran demokrasi di
perguruan tinggi melalui pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan, tentunya perlu mengoptimalkan konsep
pembelajaran konseptual dan hasil pengalaman dari
keikutsertaan mereka setelah menyelesaikan mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan secara tuntas.Pembela jaran
kewarganegaraan juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan warga Negara untuk menilai klaim penget a h u a n
dan untuk menilai ahli mana dan informasi apa yang dapat
dipercaya.
9. Belajar demokrasi dalam keterampilan bermain drama
karakter
Drama merupakan salah satu mata kuliah yang
ditawarkan di program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia untuk mengajarkan mahasiswa kompetensi dari
keterampilan ilmiah dalam drama.

164
Pelaksanaan pembelajaran demokrasi dalam pembelajaran
keterampilan bermain drama mengarahkan pada b en t u k d a n
konteks pembelajaran yang ciptakan oleh dosen dari awal
hingga akhir proses pembelajaran. Dalam konteks
pembelajaran di kelas yang melibatkan hubungan guru -m u rid
dan dosenmahasiswa, kebebasan berpikir mengarah pada
pengertian memberi kebebasan kepada siswa untuk
melakukan, mencari, membangun, dan menerapkan
pengetahuan atau kompetensi berdasarkan minatnya.
Demokrasi membutuhkan warga Negara yang
berpengetahuan, yang pada gilirannya mengharuskan merek a
untuk da pat mempelajari informais faktual secara efektif d a n
memahami bahwa mereka membutuhkan pembelaj aran d a ri
kesalahpahaman sebelumnya dan membuat revisi dan korek si
terus-menerus.

165
BAB VII

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Masuknya Jepang Ke Indonesia


Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki
Indonesia. Tentara Jepang ini masuk ke Indonesia melalui
Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun pasukan
KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger) dan pasukan
Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak
dapat dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur
kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balik p a p an
(12 Januari 1942). Jepang kemudian menyerang Sumatra
setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu
Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942).
(Sardiman AM, 2017). Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan
tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan
Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari
Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah daerah -
daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatianny a
untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia
Belanda.(Sardiman AM, 2017). Untuk menghadapi gerak invasi
tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri atas Belanda, Amerika
Serikat, Australia, dan Inggris membentuk Komando Gabungan
Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British
Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang.
Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat sebagai Pa nglima

166
ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM tidak mampu
menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara it u ,
Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah
mengungsi ke Bandung. (Sardiman AM, 2017).
Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan La ut Jepang
berhasil menghancurkan pasukan gabungan Belanda -Inggris
yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Sisa -sisa
pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus mela rik a n
diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan
pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942.
Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten 6
dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendarat an
di Eretan WetanIndramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori,
dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi oleh Mayjen
Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga oleh
Belanda jika ternyata digunakan pendaratan tentara Jepang.
Sementara itu Jepang tidak menyerang Jakarta, karena pada saat
itu Jakarta disiapkan oleh Belanda sebagai kota terbuka .
(Sardiman AM, 2017). Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu
pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Ma ret
1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus
bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor).
Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan
Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter
Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu
menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang

167
yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini
dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada
Jepang kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan
demikian, berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia.
Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan tentara
Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun, Belanda
segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di
Australia di bawah pimpinan H.J. Van Mook. (Sardiman AM,
2017). Jepang ingin menguasai Indonesia karena Indonesia
memiliki banyak kekayaan sumber daya alam yang dapat
digunakan untuk pengembangan industri bagi jepang.
Pada mulanya kedatangan jepang ke indonesia
mendapatkan sambutan baik oleh rakyat, jepang dianggap
sebagai saudara tua, yang dipandang dapat membebaskan
Indonesia dari penjajahan belanda. Di mana-mana terdengar
ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang).Pih a k
tentara Jepang terus melakukan propagandapropagan d a u n t u k
terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali
Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di
samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih
juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang
Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa
barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah hargan y a,
sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.
Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa 7
kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari

168
cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan
membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pa n -
Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan selu ru h ra k y a t
Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang
menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “sa u d ara
tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk
meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha
membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”,
yang memiliki arti sebagai, Nippon cahaya Asia, Nippon
pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. . (Sardiman AM,
2017). Di balik senyum manis dan propaganda yang
menjanjikan, ternyata Jepang bertindak kejam. Jepang telah
mengerahkan semua potensi dan kekuatan yang ada untuk
menopang perang yang sedang mereka hadapi untuk melawan
Sekutu. Jepang juga menguras aset kekayaan yang dimiliki
Indonesia untuk memenangkan perang dan melanjutkan industri
di negerinya. . (Sardiman AM, 2017) Jepang ingin menguasai
wilayah Indonesia dengan menggunakan berbagai pendekatan
terhadap masyarakat Indonesia, dalam rangka melakukan
propaganda terhadap Bangsa Indonesia, Jepang membentuk
sebuah departemen yang memiliki tujuan khusus mengatur,
mengontrol, dan mengawasi aktivitas propaganda yang diseb u t
dengan Sendenbu (departemen propaganda). Media komunikasi
seperti surat kabar, radio, dan lain sebagainya turut
dimanfaatkan oleh Jepang sebagai alat propaganda, dan tidak
luput dari pengawasan Sendenbu. Hal ini juga yang

169
menyebabkan penghapusan beberapa lembaga media, kontrol
secara ketat terhadap media yang masih beroperasi, serta
pengawasan terhadap penyebarannya, Selain itu, pergerakan
politik dan organisasi juga diawasi dengan ketat dan dibatasi
bahkan beberapa organisasi kemerdekaan dibubarkan dengan
tujuan Gerakan-gerakan kemerdekaan dapat dicegah, (Ha sh in a
Rosalini & Dwi Prianti, 2022). Jepang membentuk banyak
organisasi untuk kepentingannya sendiri, dengan memperalat
bangsa Indonesia, contoh organisasi yang dibentuk jepang
adalah:
1) Gerakan Tiga A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia,
Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang din a m ak an
Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini dibentuk 8 pada
tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya,
perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon
Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia , dan Nippon
Pemimpin Asia . Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A,
bagian propaganda Jepang ( Sedenbu ) telah menunjuk
bekas tokoh Parindra Jawa Barat yakni Mr. Syamsuddin
sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti
K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh. (Sardiman AM, 2017)
2) Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
“Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh Jepang.
Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan
nasional untuk meningkatkan kerja sama. Jepang kemudian

170
mendirikan organisasi putera, yang di bawah pimpinan
Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak men dapat
sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan
organisasi itu. (Sardiman AM, 2017) .
Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya
mulai memojokkan Jepang. Kekalahan Jepang di berb a ga i
medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak perca y a
dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera
memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama
dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain
Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan d i
Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera
dibebaskan oleh Jepang. Pada tanggal 9 Juli 1942 Sukarno
sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta.
(Sardiman AM, 2017).
Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak
seperti awal kedatangannya. Hal ini terjadi karena sikap
dan tinda kan Jepang yang berubah. Seperti telah
disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran
bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya
bendera Hinomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya
dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan
mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan
bakero (bodoh). Masyarakat mulai tidak simpati terhadap
Jepang.“Saudara tua” tidak seperti yang mereka janjikan,
(Sardiman AM, 2017).

171
3) Jawa Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai
berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepan g
di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan
Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh
karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kuma ikici
Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa
Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk mengh a d a pi
situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan
dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin.
Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya t erh ad ap
pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang
dimaksud memuat tiga hal: mengorbankan diri,
mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan suatu
tindakan dengan bukti. (Sardiman AM, 2017). Adapun
program-program kegiatan Jawa Hokokai sebaga i berikut:
1) melaksanakan segala tindakan dengan nyata da n ik h la s
demi pemerintah Jepang 2) memimpin rakyat untuk
mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat
persaudaraan, dan 3) memperkokoh pembelaan tanah air.
(Sardiman AM, 2017).
4) Organisasi Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para
pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya, an ggo t a
Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan

172
dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih
para pemuda agar dapat menjaga da n mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk
mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya,
perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh
karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja
melalui organisasi Seinendan. (Sardiman AM, 2017).
5) Keibodan
Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaan)
merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para
pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama
untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan
sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya,
para anggota 10 Keibodan sudah lebih matang dan siap
untuk membantu Jepang dalam keamanan dan ket ert ib an .
Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk
membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan
pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilat ih
kemiliteran. Pembina keibodan adalah Departemen
Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh
Bagian Kepolisian (Keisatsubu) . Di kalangan orang-orang
Cina juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo
Keibotai (Sardiman AM, 2017).
6) Barisan Pelopor

173
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Chuo -
Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu
keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk
menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang m en d a lam
di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan
membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam
rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.
Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu maka
pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk
organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”.
Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran raky at
untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jep a n g
dalam mempertahankan Indonesia.Organisasi semimiliter
“Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena pemimpinnya
adalah seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dib a n t u
oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo. (Sardiman AM, 2017).
7) Hizbullah
Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso
mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia .
Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami
berbagai kekalahan. Jepang mulai merasakan berbagai
kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk
menambah kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan
untuk membentuk pasukan cadangan khusus dan pem ud a -
pemuda Islam sebanyak 40.000 orang. (Sardiman AM,

174
2017). Rencana Jepang untuk membentuk pasukan kh u sus
Islam tersebut, cepat tersebar di tengah masyarakat.
Rencana ini segera mendapat sambutan positif dari
tokohtokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda.
Begitu pula para pemuda Islam lainnya, mereka
menyambut dengan penuh antusias. Bagi Jepang, pa su k a n
11 khusus Islam itu digunakan untuk membantu
memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu
digunakan untuk persiapan menuju cita -cita kemerd ek aan
Indonesia. Berkaitan dengan hal itu maka para pemimpin
Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk membentuk
pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda -
pemuda Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desem b er
1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang
dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah
Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti. (Sardiman
AM, 2017).
8) Heiho
Heiho (Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia
yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer
Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain: 1)
umur 18-25 tahun 2) berbadan sehat 3) berkelakuan baik,
dan 4) berpendidikan minimal sekolah dasar. Tujuan
pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang.
Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu

175
pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu pera n g
tentara Jepang di medan perang. Sebagai con toh, banyak
anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Amerik a
Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke
Birma (Sardiman AM, 2017).
9) Peta
Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan
akan adanya serangan Sekutu, Jepang beru saha agar
Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu. Heiho
sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang
masih dipandang belum memadai. Jepang masih beru sa h a
agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan
Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana membentuk
pasukan untuk mempertahankan tanah air Indon esia y a n g
disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Jepang
berupaya mempertahankan Indonesia dari serangan Seku t u
secara sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh
rasa was-was yang makin meningkat karena situasi di
medan perang yang bertambah sulit sehingga di samping
Heiho, Jepang juga membentuk organisasi Peta. (Sardim a n
AM, 2017).

Di balik senyum manis dan propaganda yang menjanjikan ,


ternyata Jepang bertindak kejam. Jepang telah mengerahkan
semua potensi dan kekuatan yang ada untuk menopang p era n g
yang sedang mereka hadapi untuk melawan Sekutu. Jepang juga

176
menguras aset kekayaan yang dimiliki Indonesia untuk
memenangkan perang dan 12 melanjutkan industri di negerinya.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan
konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi
di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. (Sardiman
AM, 2017). Pemerintahan Jepang juga membuat berbagai
kebijakan dalam bidang pertanian. Kebijakan itu diantaranya
yaitu kebijakan untuk “wajib serah padi”. Kebijakan ini
menjadikan Jawa sebagai “Lingkungan Kemakmuran Bersa ma
Asia Timur Raya”. Kebijakan ini melibatkan seluruh Asia
Tenggara serta Asia Timur. Juga kebijakan dalam penanaman
jenis-jenis tanaman baru, seperti kapas, yute-rosela, rami, dan
jarak. Keadaan ini semakin menambah beban bagi pem erin t a h
pendudukan Jepang di Indonesia. (Sardiman AM, 2017). Unt u k
mengatasi keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan
Jepang mengeluarkan beberapa ketentuan yang sangat ketat
yang terkait dengan produksi padi. Padi berada langsung di
bawah pengawasan pemerintah Jepang. Hanya pemerintah
Jepang yang berhak mengatur untuk produksi, pungutan dan
penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam kaitan ini
Jepang telah membentuk badan yang diberi nama Shokuryo
Konri Zimusyo (Kantor Pengelolaan Pangan).Penggiling dan
pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus diatur oleh
Kantor Pengelolaan Pangan. Para petani harus menjual hasil
produksi padinya kepada pemerintah sesuai dengan kuota y an g
telah ditentukan dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah

177
Jepang. Begitu juga padi harus diserahkan ke penggilingan pad i
yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal ini, berla k u
ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%,
kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilinga n
yang telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit
dengan disetor ke lumbung desa. (Sardiman AM, 2017).
Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan.
Jumlah sekolah juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah
dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah. Sekolah
lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan
perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid sekolah
dasar menurun 30% dan jumla h siswa sekolah lanjutan merosot
sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami
penurunan secara signifikan. Muatan kurikulum yang diajarka n
juga dibatasi. Mata pelajaran bahasa Indonesia dijadik an m a ta
pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa penga ntar.
Kemudian, bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di
sekolah. (Sardiman AM, 2017).

Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan


di atas telah membuat penderitaan rakyat. Rakyat pet an i t id a k
dapat berbuat banyak kecuali harus tunduk k epada praktik-
praktik tirani Jepang. Jepang yang mula -mula disambut denga n
senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat
bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada
pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak

178
sewenangwenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan,
dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi
militer Jepang). Pada masa pendudukan Jepang 13 banyak gadis
dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih
untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, ternyata
hanya dipaksa untuk melayani para kempetai. Para gadis dan
perempuan itu disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai
wanita penghibur. Kampkamp itu dapat kita temukan di Solo,
Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat. Kondisi itu men ambah
deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah Jepang.
Oleh karena itu, wajar kalau kemudian timbul berbagai
perlawanan terhadap pemerintah pendudukan Jepang di
Indonesia.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Agar Lepas Dari Penjajahan


1. Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yait u
perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengk u
Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan. Tengku Abdul Jalil
terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar
belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena -m en a
pasukan Jepang kepada umat Islam, seperti pembakaran masjid
dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat Su b u h .
Perlawanan rakyat Aceh selanjutnya terjadi di Sesa Meureu
pada November 1944 di bawah pimpinan Tengku Hamid.
Perlawanan rakyat Aceh di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil

179
dan Tengku Hamid ditumpas secara keji oleh tentara -tentara
Jepang. (Soepriyanto, n.d.)
2. Perlawanan Rakyat Sukamanah (Tasikmalaya)
Perlawanan rakyat Sukamanah terjadi pada 25 Febru ari
1945 di bawah pimpinan K.H. Zaenal Mustafa. Perlawanan
rakyat Sukamanah di akibatkan rakyat Sukamanah menolak
melaksanakan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar
Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah timur
(Tokyo). Akibat penolakan ini, tentara Jepang melakukan
pembantaian pada umat Islam yang melaksanankan shalat
Subuh. K.H.Zaenal Mustafa pimpinan pesantren di Sukamanah,
memimpin rakyat untuk melakukan perlawana pada tentara
Jepang. Perlawanan rakyat ini dapat dipadamkan oleh Jepang.
K.H.Zaenal Mustafa berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman
mati. (Soepriyanto, n.d.)
3. Pemberontakan PETA di Blitar
Pemberontaakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari
1945 di bawah pimpinan Suprijadi, seorang komandan pleton
PETA. Pemberontakan ini dikarenakan tidak tahan melihat
penderitaan rakyat akibat pelaksanaan romusha. Pemberontakan
PETA di Blitar merupakan pemberontakan terbesar yang
dihadapi Jepang, sehingga hal ini menyadarkan Jepang bahwa
sikap nasionalisme rakyat 14 Indonesia telah berkemba ng.
Pemberontakan PETA di Blitar dapat dipadamkan setelah
Jepang menggunakan berbagai cara. Anak buah Suprijadi
sebanyak 35 orang berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman.

180
Suprijadi sendiri nasibnya tidak diketahui hingga saat ini.
(Soepriyanto, n.d.).
4. Perlawanan Rakyat di Indramayu
Perlawanan rakyat Indramayu terjadi pada Juli 1944 di
bawah pimpinan H. Madriyas. Perlawanan ini dilatarbelakangi
oleh tindakan kejam tentara Jepang kepada rakyat. Perlawanan
ini juga dapat ditindas secara keji oleh tenta ra Jepang.
(Soepriyanto, n.d.) .
Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut
Amerika Serikat berhasil merebut kedudukan penting
Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju Jepang semakin
terbuka. Jenderal Hideki Tojo pun kemudian digantikan oleh
Jenderal Kuniaki Kaiso sebagai perdana menteri. Angkatan
udara Sekutu yang di Morotai pun mulai mengadakan
pengeboman atas kedudukan Jepang di Indonesia. Rakyat
mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Jepang dalam
melawan Sekutu. Sementara itu, Jenderal Kuniaki Kaiso
memberikan janji kemerdekaan (September 1944). Sejak itulah
Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia untuk
mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepa n g
Hinomaru. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah
lagu Kimigayo. Sejak itu pula Jepang mulai mengerahkan
tenaga rakyat Indonesia untuk pertahanan. Mereka d isia p k a n
untuk menghadapi musuh. Pada saat itu suasana kemerdekaan
terasa semakin dekat.

181
Selanjutnya, Letnan Jenderal Kumakici Harada
mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha -Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret
1945. Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan
mengumpulkan bahanbahan penting tentang ekonomi, po lit ik ,
dan tatanan pemerintahan sebagai persiapan kemerdekaan
Indonesia. Badan itu diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat, R.P Suroso sebagai wakil ketua merangkap
kepala Tata Usaha dan seorang Jepang sebagai wakilnya Ta t a
Usaha, yaitu Masuda Toyohiko dan Mr. R. M. Abdul Gafar
Pringgodigdo. Semua anggotanya terdiri dari 60 orang dari
tokohtokoh Indonesia, ditambah tujuh orang Jepang yang tidak
punya suara.
Sidang BPUPKI dilakukan dua tahap, tahap pertama
berlangsung pada 28 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Sidang
pertama tersebut dilakukan di Gedung Chou Shangi In di
Jakarta yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Pada
masa penjajahan Belanda gedung ini digunakan sebagai
gedung Volksraad. Meskipun badan itu dibentuk oleh
pemerintah militer Jepang, jalannya persidangan baik wakil 15
ketua maupun anggota istimewa dari kebangsaan Jepang tida k
pernah terlibat dalam pembicaraan persiapan kemerdekaan.
Semua hal yang berkaitan dengan masalahmasalah
kemerdekaan Indonesia merupakan urusan pemimpin dan
anggota dari Indonesia.

182
Pada pidato sidang BPUPKI, Radjiman menyampaikan
pokok persoalan mengenai Dasar Negara Indonesia yang aka n
dibentuk. Pada sidang taha p kedua yang berlangsung dari
tanggal 10-11 Juni 1945, dibahas dan dirumuskan tentang
Undang-Undang Dasar. Dalam kata pembukaannya R aj im an
Wedyodiningrat meminta pandangan kepada para anggota
mengenai dasar negara Indonesia. Orangorang yang membahas
mengenai dasar negara adalah Muhammad Yamin, Supomo,
dan Sukarno.
Dalam sidang pertama, Sukarno mendapat kesempatan
berbicara dua kali, yaitu tanggal 31 Mei dan 1 Juni 1945.
Namun pada saat itu, seperti apa yang disampaikan oleh
Radjiman, selama dua hari berlangsung rapat, belum ada ya n g
menyampaikan pidato tentang dasar negara. Menanggapi hal
itu, pada tanggal 1 Juni pukul 11.00 WIB, Sukarno
menyampaikan pidato pentingnya dasar negara dan la n d asan
filosofi dari suatu negara merdeka. Pada saat itu, Gedun g Chuo
Shangi In mendapat penjagaan ketat dari tentara Jepang.
Sidang saat itu dinyatakan tertutup, hanya beberapa wartawa n
dan orang tertentu yang diizinkan masuk. Dalam pidatonya,
Sukarno mengusulkan dasar-dasar negara. Pada mulanya
Sukarno mengusulkan Panca Dharma. Nama Panca Dharma
dianggap tidak tepat, karena Dharma berarti kewajiban,
sedangkan yang dimaksudkan adalah dasar. Sukarno kemudian
meminta saran pada seorang teman, yang mengerti bahasa,
sehingga dinamakan dengan Pancasila. Pancasila, sila art inya

183
azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itu didirikan Negara
Indonesia, supaya kekal dan abadi.
Pidato Sukarno itu mendapat sambutan sangat meriah,
tepukan tangan para peserta, suatu sambutan yang belum
pernah terjadi selama persidangan BPUPKI. Para wartawan
mencatat sambutan yang diucapkan Sukarno itu dengan
cermat. Cindy Adam, penulis buku autobiografi Sukarno,
menceritakan bahwa ketika ia diasingkan di Ende, Flores (saa t
ini menjadi Provinsi Nusa Tenggara Timur) pada tahun 1934 -
1937, Sukarno sering merenung tentang dasar negara
Indonesia Merdeka, di bawah pohon sukun.
Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi
pembicara kedua. Ia mengemukakan tentang lima dasar
negara. Lima dasar itu adalah (1) Kebangsaan Indonesia, (2)
Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, (3) Mufakat atau 16
Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, (5) Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila.
Sementara itu Muh.Yamin dalam pidatonya juga
mengemukakan Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Menurut Yamin ada lima azas, yaitu ( 1) Peri
Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian, (3) Peri Ketuhanan, (4) Peri
Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan rakyat. Selanjutnya,
sebelum sidang pertama berakhir BPUPKI membentuk panitia
kecil yang terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia
sembilan itu bertujuan untuk merumuskan tujuan dan mak su d
didirikannya Negara Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir.

184
Sukarno, Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A
Maramis, Abdul Kahar Muzakkar, Wahid Hasyim, H. Agus
Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia kecil itu
menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan
tujuan Indonesia Merdeka. Kemudian disusunlah rumusan
bersama dasar negara Indonesia Merdeka yang kita kenal
dengan Piagam Jakarta . Di dalam teks Piagam Jakarta itu j u ga
dimuat lima asas yang diharapkan akan menjadi dasar dan
landasan filosofi bagi Indonesia Merdeka
Pemerintah Jepang pada tanggl 7 Agustus 1945
membubarkan BPUPKI dengan alasan badan ini terlalu cepat
dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai
pengganti BPUPKI, maka dibentuklah Dokuritzu Junbi Inkai
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI
terdiri dari 21 orang yang merupakan wakil dari seluruh
Indonesia. Ir. Soekarno (ketua), dan Drs. Moh. Hatta (wakil
ketua). Selanjutnya, tanpa ijin dari pemerintah Jepang
keanggotaan PPKI ditambah 7 sehingga menjadi 28 orang.
Dengan demikian , PPKI secara tidak langsung telah diambil
alih oleh pimpinan bangsa Indonesia dari badan bentukan
Jepang menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia. PPKI
memiliki peranan yang sangat penting terutama setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada 9 Agustus 1945 t iga
tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr.
Rajiman Widiodiningrat berangkat ke Saigon untuk memenuhi
panggilan Panglima Tertinggi Jenderal Terauchi Hisaichi.

185
Dalam pertemuan di Dalat pada 11 Agustus 1945 disampaikan
keputusan Jenderal kepada tiga tokoh Indonesia, yaitu Jep a n g
menjanjikan kemerdekaan Indonesia, membentuk Dokuritzu
Junbi Inkai (PPKI), dan menentukan wilayah Indonesia adalah
bekas jajahan Hindia Belanda.Keadaan Jepang yang terus
terdesak mengakibatkan pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Menyerahnya Jepang
kepada Sekutu tidak disampaikan pada bangsa Indonesia,
sehingga penyerahaan ini tidak banyak diketahui oleh rakyat
Inonesia. Berita kekalahan Jepang yang terdengar oleh pemuda
Bandung melalui siaran berita BBC London disebarkan kepada
satuan pemuda dan anggota 17 PETA di Jakarta. Setelah
mendengar berita tersebut, para pemuda di Jakarta
mengadakan rapat di Laboraturium Mikrobiologi yang
dipimpin oleh Khaerul Saleh. Rapat tersebut memutuskan
bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia
sendiri, tidak dapat digantungkan pada bangsa lain ata u
kerajaan lain, terutama Jepang. Oleh sebab itu, mereka
mendesak agar Soekarno-Hatta memutuskan hubungan dengan
Jepang dan secepatnya memproklamasikan kemerdekaan. Para
pemuda mengutus Darwis dan Wikana untuk menyampaikan
usulannya pada Soekarno-Hatta. Usulan para pemuda
mengenai kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan
bangsa Indonesia sendiri disampaikan pada Soekarno -Hatta,
sebagai wakil golongan tua. Golongan pemuda mendesak agar
proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan diluar PPKI,

186
tetapi usula ini ditolak oleh Soekarno-Hatta. Menurut
Soekarno, apa yang diusulkan oleh para pemuda tidak bisa
dipertnggung jawabkan.Golongan tua berpendapat bahwa
kemerdekaan harus dibicarakan memalui sidang PPKI, bahkan
Moh. Hatta dalam dialognya dengan Ahmad Soebarjo
mengatakan “ Masalah kemerdekaan Indonesia datangnya dari
pemerintah Jepang atau atas perjuangan bangsa Indonesia
sendiri tidak menjadi masalah karena Jepang sudah kalah”.
Karena tidak terjadi kesepakatan antara golongan tua dan
golongan muda, golongan muda membawa Soekarno Hatta k e
Rengasdengklok, peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok.
Dalam peristiwa Rengasdengklok, Soekarno Hatta
dibawa oleh golongan muda yang terdiri dari Soekarni, Jusuf
Koento, dan Cudanco Singgih pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945 dengan alasan mengamankan Soekarno -Hatta
dari pengaruh Jepang. Di Rengasdengklok terjadi perdebatan
cukup sengit mengenai kemerdekaan Indonesia. Soekarno -
Hatta tetap tidak akan memproklamasikan kemerdekaan
sebelum Jepang membuat pernyataan tertulis mengenai
kekalahannya. Namun, sikap Soekarno Hatta berubah set ela h
Acmad Seobarjo datang dan menyakinkan bahwa Jepang
memang sudah menyerah kalah kepada sekutu. Soekarno -
Hatta akhirnya berjanji bahwa secepatnya akan memerdekakan
Indonesia tanpa menunggu izin dari pemerintah Jepang.
Setelah itu, dengan Achmad Soebarjo sebagai jaminannya,

187
Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945 menjelang mala m h a ri
dibawa pulang ke Jakarta untuk mempersiapkan proklamasi
kemerdekaan. Setibanya di Jakarta, Soekarno-Hatta dibawa ke
rumah Laksmana Muda Tadashi Maeda, seorang perwakilan
Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Di rumah Laksmana Ma ed a
sudah berkumpul anggota PPKI dan pemimpin Gerakan
Pemuda yang sudah siap membahas proklamasi kemerdek aan
Indonesia. Persiapa n proklamasi kemerdekaan diadakan di
rumah Laksmana Maeda karena untuk menghindari kecurigaan
tentara Jepang.
Setelah kembali dari Rengasdengklok, Soekarno segera
menemui Laksmana Maeda yang bersimpati terhadap
perjuangan bangsa Indonesia. Laksmana Maeda mengizin k a n
rumahnya untuk dijadikan tempat penyusunan naskah
proklamasi. Sebelum pertemuan diadakan, Soekarno -Hatta
menemui Mayjen Nisyimura untuk mengetahui sikap
pemerintah Jepang mengenai proklamasi kemerdekaan.
Setelah menyerah kepada Sekutu, ternyata Jepang bertugas
menjaga kekosongan (status quo) di Indonesia yang akan
diserahkan kepada Sekutu. Sikap itulah yang mengakibatkan
Soekarno-Hatta sepakat akan memproklamasikan
kemerdekaan, terlepas dari pengaruh Jepang. Penyusunan
naskah proklamasi selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 04.00
WIB, naskah tersebut ditulis tangan oleh Ir. Soekarno, setelah
itu dibacakan dihadapan para pemimpin bangsa Indonesia
yang hadir waktu itu. Setelah selesai pembacaan, seluruh

188
peserta yang hadir disarankan ikut menanda-tanganinya, tetapi
Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi hanya
ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Akhirnya, usul tersebut diterima oleh semua
pihak.
Naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir.soeka rno,
setelah diadakan beberapa perubahan, diketik oleh Sayuti
Melik. Perubahan diantaranya adalah tempoh menjadi t em p o ,
wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsaa Indonesia ,
dan Djakarta 17-0805 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8 tahoen
05. Kemudian na skah yang telah diketik oleh Sayuti Melik
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa
Indonesia, naskah tersebut dinamakan Naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang autentik.
Setelah selesai menyusun naskah proklamasi, pembicaraan
berikutnya adalah mengenai tempat dibacakannya naskah
proklamasi. Soekarni mengusulkan agar proklamasi dibacakan
di lapangan Ikada, tetapi usul ini ditolak dengan alasan
keamanan karena dikhawatirkan terjadi bentrok dengan tentara
Jepang. Atas usul dari Ir. Soekarno, proklamasi dibacakan di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta Pusat.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agust u s
1945 dilaksanakan di rumah Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta Pusat. Upacara ini dimulai pukul 10,00
WIB, disusun dengan sangat sederhana, tetapi dilaksanakan
dengan penuh khidmat. Setelah pembacaan proklamasi oleh Ir,

189
Soekarno, dikibarkan bendera pusaka yang dijahit Ibu
Fatmawati. Pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh Su h u d
dan Latief Hendraningrat. Pada saat pengibaran bendera,
peserta yang hadir serempak menyanyikan lagu Indonesia
Raya ciptaan W.R. Supratman.
Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno secara
tegas dan mantap. Dengan dibacakan naskah proklamasi,
berarti bangsa Indonesia yang selama 19 ratusan tahun dijajah
bangsa asing berubah menjadi bangsa merdeka, memiliki
derajat yang sama dengan bangsa -bangsa lain yang ada di
dunia. yang dijahit Ibu Fatmawati. Pengibaran bendera pusaka
dilakukan oleh Suhud dan Latief Hendra ningrat. Pada saat
pengibaran bendera, peserta yang hadir serempak
menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman.Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno
secara tegas dan mantap. Dengan dibacakan naskah
proklamasi, berarti bangsa Indonesia ya ng selama ratusan
tahun dijajah bangsa asing berubah menjadi bangsa m erd ek a,
memiliki derajat yang sama dengan bangsa -bangsa lain yang
ada di dunia .
C. Kedatangan Sekutu Ke Indonesia

Perjuangan bangsa Indonesia memiliki arti penting bagi


kemerdekaan Indonesia . Republik Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 1 7 Agu st u s
1945, sejak saat itu Indonesia menjadi sebuah negara yang

190
merdeka dan berdaulat. Kedaulatan Indonesia menjad i seb u a h
negara tetap tidak diakui oleh Belanda. Proklamasi
kemerdekaan Indonesia bagi Belanda merupakan suatu
pemberontakan. Sikap Belanda tersebut dikarenakan
kemerdekaan Indonesia hanya sebuah gerakan yang dibuat oleh
para pemimpin Indonesia yang bekerjasama dengan Jepang.
Sehingga bagi Belanda, kemerdekaan Indonesia belum
sepenuhnya mendapat dukungan dari Perjuangan bangsa
Indonesia memiliki arti penting bagi kemerdekaan Indonesia.
Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya p ad a
tanggal 17 Agustus 1945, sejak saat itu Indonesia menjadi
sebuah negara yang merdeka da n berdaulat. Kedaulatan
Indonesia menjadi sebuah negara tetap tidak diakui oleh
Belanda. Proklamasi kemerdekaan Indonesia bagi Belanda
merupakan suatu pemberontakan. Sikap Belanda tersebut
dikarenakan kemerdekaan Indonesia hanya sebuah gerakan
yang dibuat oleh para pemimpin Indonesia yang bekerjasama
dengan Jepang. Sehingga bagi Belanda, kemerdekaan Indonesia
belum sepenuhnya mendapat dukungan dari rakyat Indonesia
dan kedaulatan Indonesia masih berada di_tangan Belanda
(Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho,
2008: 8-9).(Susilo, 2018). Strategi Belanda mulai
dilancarkannya dengan wakil Belanda di Indonesia, yaitu Mook
kemudian mulai menerapkan strategi “Politik Jenderal”, yang
mendapatkan sambutan baik dari pemerintah Kerajaan Belanda.
Bangsa Indonesia dengan kemerdekaan yang telah diketahui

191
oleh seluruh rakyat Indonesia, namun harus tetap siap siaga
dalam menerima serangan bangsa Belanda dalam waktu yang
tidak terduga. Bangsa Belanda dan NICA sendiri selalu mencari
keuntungan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Beberapa kali setiap dilakukan gencatan senjata, Belanda selalu
melakukan kecurangan dengan dalil untuk
mempercepatpengembalian keamanan penguasa Belanda.
Bangsa Indonesia yang merupakan bangsa berdaulat, merasa
mempunyai kehormatan atas diri bangsa untuk tetap bangkit
dan bersatu dalam melawan penjajah Belanda melalui berb a ga i
perang Gelirya dan serangan umum terhadap kedududan
Belanda di wilayah Indonesia Sikap dan semangat bangsa
Indonesia yang tidak takut terhadap penjajah asin g ini,
membuktikan bahwa Belanda tidak mudah dalam
menghancurkan kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah
dikumandangkan sejak 17 Agustus 1945.

Menurut Pringgodigdo dalam (Susilo &Isbandiyah, 2018:


58), kedudukan bangsa Indonesia dimasa penjajahan B ela n d a
sangat menderita. Segala kekayaan alam bangsa Indonesia
banyak yang diambil dengan paksa oleh kaum penjajah.
Kebebasan seakan tidak ada. Bangsa Belanda hanya
mementingkan bangsanya sendiri, tanpa memberikan perhatian
kepada bangsa yang dijajahnya. Kekerasan yang sering
dilakukan bangsa penjajah telah membekas bagi rakyat
Indonesia untuk tidak terulang kembali. Perjuangan untuk

192
memperoleh kemerdekaan Indonesia adalah serangkaian
perjuangan yang sangat panjang yang harus mengorbankan
segalanya demi meraih mimpi kemerdekaan yang abadi.
Perjuangan bangsa Indonesia yang menuntut kemerdekaan telah
menimbulkan semangat nasionalisme yang mendalam bagi
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Rasa nasionalism e y a n g
tumbuh dalam semangat patriotisme telah membuat rakyat
Indonesia saling bekerjasama. Semangat bangsa Indonesia yang
meluap saat Jepang mengaku kalah perang dan Indonesia
mengalami kekosongan kekuasaan. Bangsa Indonesia yang
dipelopori kaum muda dan tua yang merupakan golongan
intektual, selalu berjuang dengan jalan perang ataupun
diplomasi. Semua hal tersebut dilakukan untuk mencapai
kemerdekaan yang abadi.

Pada tahun 1946 setelah beberapa pertikaian Bela n da d an


bangsa Indonesia, pihak Belanda menginginkan diadakan
Perjanjian. Perjanjian tersebut adalah Perjanj ian Linggarjati,
Perjanjian itu melibatkan pihak Indonesia dan Belanda, serta
Inggris sebagai penengah. Tokoh-tokoh dalam perundingan itu
adalah Letnan Jenderal Sir Philip Christison dari Inggris,
seorang diplomat senior serta mantan duta besar Inggris di Uni
Soviet, yang kemudian diangkat sebagai duta istimewa Inggris
untuk Indonesia. Wakil dari Belanda adalah Dr. H.J. Van
Mook. Indonesia diwakili Perdana Menteri Republik Indonesia
Sutan Sjahrir.

193
Sebelum perundingan Linggarjati, sudah dilakukan
beberapa kali perundingan baik di Jakarta maupun di B ela n d a .
Namun, usaha -usaha untuk mencapai kesepakatan belum
memenuhi harapan baik bagi pihak Indonesia maupun bagi
pihak Belanda. Usaha itu mengalami kegagalan karena masing -
masing pihak mempunyai pendapat yang berbeda.

Van Mook adalah orang Belanda yang lahir di Indonesia,


yaitu di Semarang. Ia juga seorang penganjur persekutuan sejak
tahun 1930-an. Ia termasuk kelompok pendorong gerakan orang
Belanda di tanah jajahan Hindia Belanda. Mereka bertujuan
untuk menjadikan Hindia Belanda sebagai tanah air mereka
dalam bentuk persemakmuran. Atas pandangan itu suatu saat
nanti Indonesia menjadi bagiannya sesuai dengan makna politik
dan sosialnya sendiri. Atas dasar pemikirannya itu Van Mook
berkeinginan keras untuk kembali ke Indonesia. Sebagai
seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Van Mook
lebih siap menghadapi perubahan situasi daripada pemerintahan
yang ada di Negeri Belanda. Namun, ia mendapatkan situasi
yang jauh dari perkiraannya. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia dengan segala konsekuensinya itu tidak mungkin
untuk ditarik kembali. Belanda hanya dapat menolak dan t id a k
mengakui negeri jajahannya sebagai negara yang berdaulat.

194
Pada awal kehadirannya di Jakarta, Van Mook mendapat
tekanan baik dari Sekutu maupun ancaman perlawanan dari
pihak revolusioner Indonesia. Oleh karena itu, pada awal
kehadirannya Van Mook bersedia untuk melakukan
perundingan, meskipun pemerintah Belanda melarangnya untuk
bertemu dengan Sukarno. Pada 14 Oktober 1945, Van Mook
bersedia bertemu dengan Sukarno dan “kelompok-kelompok
Indonesia”. Ia tidak mau menyebut sebagai Republik Indonesia,
karena pemerintah Belanda belum mengakui pemerintahan
Republik Indonesia. Dalam pokok pikiran Van Mook
menyatakan, bahwa NICA bersedia membangun hubungan
ketatanegaraan yang baru dan status Indonesia menjadi “negara
dominion” dalam persekutuan “persemakmuran Uni-Belanda”.

Demikianlah karena tidak ada titik temu antara Indonesia


dan Belanda, Cristison tetap berusaha mempertemukan mereka.
Pemerintah Belanda diwakili oleh Van Mook dan wakilnya,
Charles O. Van der Plas. Indonesia diwakili oleh Sukarno dan
Moh. Hatta yang didampingi oleh H. Agus Salim dan Ahmad
Subarjo. Dalam pertemuan itu tidak ada hasil yang memuask an
bagi pihak Indonesia. Pihak Belanda masih menginginkan
kebijakan politiknya yang lama.

Pada minggu-minggu terakhir Oktober 1945, berbagai


insiden dan konfrontasi dengan semakin banyaknya tentara
NICA yang datang ke Indonesia. Konfrontasi itu menyebabkan
pihak Sekutu ingin segera mengakhiri tugasnya di Indonesia,

195
terlebih ketika aksi-aksi kekerasan terjadi di kota besar di
Indonesia, terutama pertempuran sengit di Surabaya. Pihak
Sekutu ingin segera meninggalkan Indonesia, tetapi tidak
mungkin melepaskan tanggungjawab internasionalnya. Untuk
itulah satu-satunya jalan untuk menyelesaikan itu dengan
melakukan perundingan. Pada tanggal I Oktober 1945, telah
diadakan perundingan antara Christison (Inggris) dengan pih a k
Republik Indonesia. Dalam perundingan ini Christison
mengakui secara de facto terhadap Republik Indonesia. H a l in i
pula yang memperlancar gerak masuk Sekutu ke wilayah
Indonesia. Kemudian, pihak pemerintah RI pada tanggal 1
November 1945 mengeluarkan maklumat politik. Isinya bah wa
pemerintah RI menginginkan pengakuan terhadap negara dan
pemerintah RI, baik oleh Inggris maupun Belanda sebagaimana
yang dibuat sebelum PD II. Pemerintah RI juga berjanji akan
mengembalikan semua milik asing atau memberi ganti rugi atas
milik yang telah dikuasai oleh pemerintah RI.

Inggris yang ingin melepaskan diri dari kesulitan


pelaksanaan tugas-tugasnya di Indonesia, mendorong agar
segera diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Oleh karena itu, Inggris mengirim Sir Archibald Clark Kerr. Di
bawah pengawasan dan perantaraan Clark Kerr, pada tanggaI
10 Februari 1946 diadakan perundingan Indonesia dengan
Belanda di Jakarta. Dalam perundingan ini Van Mook selaku
wakil dari Belanda mengajukan usul-usul antara lain sebagai

196
berikut: 1) Indonesia akan dijadikan negara persemakmuran
berbentuk federasi, memiliki pemerintahan sendiri tetapi di
dalarn lingkungan Kerajaan Nederland (Belanda); 2) masalah
dalam negeri di urus oleh Indonesia, sedangkan urusan luar
negeri ditangani oleh pernerintah Belanda; 3) sebelum dibentu k
persemakmuran, akan dibentuk pemerintahan peralihan sela m a
sepuluh tahun; dan 4) Indonesia akan dimasukkan sebagai
anggota PBB.

Pihak Indonesia belum menanggapi dan mengajukan u su l -


usul balasannya. Kebetulan situasi Kabinet Syahrir mengalami
krisis, Persatuan Perjuangan (PP) pimpinan Tan Malaka
melakukan oposisi. PP mendesak pada pemerintahan bahwa
perundingan hanya dapat dilaksanakan atas dasar pengakuan
seratus persen terhadap RI. Ternyata mayoritas suara anggota
KNIP menentang kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh
Syahrir. Oleh karena itu, Kabinet Syahrir jatuh. Presiden
Sukarno kemudian menunjuknya kembali sebagai Perdana
Menteri. Kabinet Syahrir II terbentuk pada tanggal 13 Maret
1946. Kabinet Syahrir II mengajukan usul balasan dari usul-
usul Van Mook. Usul-usul Kabinet Syahrir II antara lain
sebagai berikut:1) RI harus diakui sebagai negara yang
berdaulat penuh atas wilayah Hindia Belanda. 2) Federasi
Indonesia Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu.
Mengenai urusan luar negeri dan pertahanan diserahkan kepada
suatu badan federasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang

197
Indonesia dan Belanda. 3) Tentara Belanda segera ditarik
kembali dari republik. 4) Pemerintah Belanda harus membantu
pemerintah Indonesia untuk menjadi anggota PBB. 5) Selama
perundingan sedang terjadi, semua aksi militer harus
dihentikan.

Usulan Syahrir tersebut ternyata ditolak oleh Van Mook.


Sebagai jalan keluarnya Van Mook mengajukan usul tentang
pengakuan Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk
mengadakan kerja sama dalam upaya pembentukan negara
federal yang bebas dalam lingkungan Kerajaan Belanda. Pada
tanggal 27 Maret 1946, Sutan Syahrir memberikan jawaban
disertai konsep persetujuan yang isi pokoknya antara lain
sebagai berikut: 1) supaya pemerintah Belanda mengakui
kedaulatan de facto RI atas Jawa dan Sumatra ; 2) supaya RI dan
Belanda bekerja sama membentuk RIS; dan 3) RIS bersama -
sama dengan Nederland, Suriname, dan Curacao, menjadi
peserta dalam ikatan kenegaraan Belanda.

Usulan tersebut ternyata sudah saling mendekati


kompromi. Oleh karena itu, usaha perundingan perlu
ditingkatkan. Perundingan dilanjutkan di negeri Belanda, di
kota Hooge Veluwe bulan April 1946. Pokok pembicaraan
dalam perundingan itu adalah memutus pembicaraan yang
dilakukan di Jakarta oleh Van Mook dan Syahrir. Sebagai
penengah dalam perundingan, Inggris mengirim Sir Archibald
Clark Kerr. Pada kesempatan itu Syahrir mengirim tiga orang

198
delegasi dari Jakarta, yaitu Mr. W. Suwandi, dr. Sudarsono, dan
A.K. Pringgodigdo. Mereka berangkat bersama Kerr pada 4
April 1946. Dari Belanda hadir lima orang yaitu Van Mook,
J.H. van Royen. J.H. Logeman, Willem Drees, dan Dr.
Schermerhorn. Perundingan tersebut untuk menyelesaikan
perundingan yang tidak tuntas saat di Jakarta. Perundingan
mengalami deadlock sejak hari pertama, karena masing-masin g
pihak sudah mempunyai harapan yang berbeda. Delegasi
Indonesia berharap ada langkah nyata dalam upaya penga ku an
kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Sementara pihak
Belanda menganggap pertemuan di Hooge Veluwe itu hanya
untuk sekedar pendahuluan saja.

Pada akhir pertemuan dihasilkan, draf Jakarta ya ng su d a h


disiapkan. Sebagian dapat diterima dan sebagian lagi tidak
dapat diterima. Usulan yang diterima antara lain adalah
pengakuan kekuasaan RI atas Jawa, sementara Sumatra tidak
diakui. Dari draf Jakarta, tidak ada satu pun yang disetuju
secara resmi, sehingga tidak dilakukan penandatanganan.
Alasan utama Belanda adalah Belanda tidak siap melakukan
pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia menolak bentuk perundingan di Hooge
Veluwe sebagai perjanjian internasional dua negara. Bagi
Indonesia, menerima delegasi Republik Indonesia sebagai mitra
sejajar berarti menganggap negeri bekas jajahannya sebagai
mitra sejajar yang mempunyai kedudukan yang sam a d i d u n ia

199
internasional. Sementara itu, Belanda masih belum mengakui
Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Kemudian
perundingan dilakukan lagi Pada awal November 1946,
perundingan diadakan di Indonesia, bertempat di Linggarjati.
Pelaksanaan sidang-sidangnya berlangsung pada tanggal 11 - 15
November 1946. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan
Syahrir, anggotanya Mr. Moh. Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo,
dan A.K. Gani. Sementara pihak Belanda dipimpin oleh Prof.
Schermerhorn dengan beberapa anggota, yakni Van Mook, F de
Boor, dan van Pool. Seba gai penengah dan pemimpin sidang
adalah Lord Killearn, juga ada saksi-saksi yakni Amir
Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, dan Ali Budiarjo.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta juga hadir di
dalam perundingan Linggarjati itu. Dalam perundingan itu
dihasilkan kesepakatan yang terdiri atas 17 pasal. Isi pokok
Perundingan Linggarjati antara lain sebagai berikut: 1)
Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan secara de facto
pemerintahan RI atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra.
Daerahdaerah yang diduduki Sekutu atau Belanda secara
berangsurangsur akan dikembalikan kepada RI; 2) Akan
dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) yang meliputi seluruh
wilayah Hindia Belanda (Indonesia) sebagai negara berdaulat;
3) Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia -
Belanda yang dipimpin oleh raja Belanda; 4) Pembentukan NIS
dan Uni Indonesia - Belanda diusahakan sudah selesai sebelum
1 Januari 1949; 5) Pemerintah RI mengakui dan akan

200
memulihkan serta melindungi hak milik asing; 6) Pemerintah
RI dan Belanda sepakat untuk mengadakan pengurangan jumlah
tentara; dan 7) Bila terjadi perselisihan dalam melaksanakan
perundingan ini, akan menyerahkan masalahnya kepada Komisi
Arbitrase. Naskah persetujuan kemudian diparaf oleh kedua
delegasi di Istana Rijswijk Jakarta (sekarang Istana Merdeka).
Isi perundingan itu harus disyahkan dahulu oleh parlemen
masing-masing (Indonesia oleh KNIP). Untuk meratifikasi dan
mensyahkan isi Perundingan Linggarjati, kedua parlemen masih
enggan dan belum puas. Pada bulan Desember 1946, Presiden
mengeluarkan Peraturan No. 6 tentang penambahan anggota
KNIP. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar suara yang pro
Perjanjian Linggarjati dalam KNIP. Tanggal 28 Februari 1947
Presiden melantik 232 anggota baru KNIP. Akhirnya isi
Perundingan Linggarjati disahkan oleh KNIP pada tanggal 25
Maret 1947, yang lebih dikenal sebagai tanggal Persetujuan
Linggarjati.

D. Pembelajaran Yang Bisa Diambil Dalam Sejarah


Perjuangan Bangsa Indonesia.

Pembelajaran sejarah dapat mengatasi permasalahan sosia l


bagi siswa di Indonesia karena sejarah Indonesia, khususnya
dalam penyusunan teks Pancasila (Ideologi nasional 25 yang
disusun dalam 1945 selama pergerakan nasional). Dalam proses
perumusan dasar negara ideologi, orang-orang dari berbagai
etnis dan agama bekerja sama untuk berkontribusi merumuskan

201
gagasan yang tepat sebagai dasar kemerdekaan Indonesia.
Sebagai negara yang memiliki keragaman dan terbentuk sejak
sebelum kemerdekaan (sebelum 17 Agustus 1945), Indonesia
memiliki kekayaan yang sangat besar potensi untuk
mengajarkan nilai toleransi kepada siswa. Ini akan menjadi
lebih aktual saat mengajar dilaksanakan di kelas yang diikuti
oleh siswa dari berbagai suku, budaya, dan agama.(Utomo &
Wasino, 2020.

202
BAB VIII

HUKUM, PENEGAKAN HUKUM, HAKIKAT


KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA INDONESIA DAN
KARAKTER WARGA NEGARA INDONESIA
A. Penegakan Hukum Dan Pengertian Hukum

Secara sosiologis, hukum merupakan suatu lembaga sosial


(social institution). Artinya, hukum merupakan kesatuan kaidah
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar m a n usia p a d a
segala tingkatan yang bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam
masyarakat. Meskipun kedudukan dan peranannya sangat penting,
akan tetapi hukum belum mendapat perhatian yang wajar dari
para peneliti yang berkecimpung di bidang sosiologi. Perhatian
lebih banyak tertuju pada masalah organisasi, hubungan
perburuhan, pemeliharaan kesejahteraan umum, pemerintahan,
dan lain sebagainya.

Sebagai suatu ilmu, ilmu hukum masuk kedalam bilangan


ilmu yang bersifat preskriptif, artinya ilmu yang membawa
syarat ilmu atau syaral nilai. Ilmu hukum bersifat menganjurk an
bukan hanya mengemukakan apa. Oleh karena itu, ilm u h u k u m
bukan termasuk kedalam bilangan ilmu empiris. Kebenaran yang
hendak diperoleh adalah kebenaran koherensi bukan keb en aran
korespondensif.

Dengan memahami karakteristik ilmu hukum ini adalah tidak


tepat kalau ilmu hukum dikategorikan sebagai bagian dari ilmu

203
sosial. Ilmu sosial masuk kedalam bilangan ilmu empiris yang
bersifat descriptif. Kebenaran yang diperoleh ilmu sosial sebagai
ilmu empiris adalah kebenaran kerespondensif.

Penegakan hukum merupakan permasalahan hampir di


setiap negara, khususnya bagi negara -nega ra berkembang. Di
Indonesia, permasalahan hukum sangat banyak dan beragam
baik kualifikasinya maupun modus operandinya. Begitu
banyaknya masalah hukum tersebut, maka banyak pula yang
belum atau mungkin tidak akan dapat diselesaikan. Penegakan
hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai,
ide, dan cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum.
Tujuan hukum atau cita hukum memuat nilai-nilai moral sep ert i
keadilan dan kebenaran, nilai-nilai tersebut harus mampu
diwujudkan dalam realita nyata. Oleh karena itulah Mahfud M D
memaparkan bahwa penggunaan istilah menegakkan keadilan
lebih disukai antara lain karena definisi hukum, terutama d a lam
bidang politik, seringkali hanya disempitkan kepada prosedur
yang tertuang dalam suatu ketentuan atau perat uran peru n d an g-
undangan. Padahal, rasa keadilan tidak hanya tegak bila penegak
hukum hanya menindak berlandaskan pasal dalam UU secara
kaku dan tidak mengenali nilai keadilan yang substantif.
penegakan hukum sebenarnya merupakan bagian atau perangkat
yang digunakan untuk meraih tujuan yang lebih mulia, yaitu
penegakan nilai keadilan.

204
Penegakan hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hukum, maka sudah semestinya seluruh tenaga dikerahkan a ga r
hukum mampu bekerja untuk mewujudkan nilai-nilai moral
dalam hukum. Kegagalan hukum untuk mewujudkan nilai
hukum tersebut merupakan ancaman berbahaya akan lem a h ny a
hukum yang ada. Hukum yang lemah implementasinya terhadap
nilai-nilai moral akan berjarak serta terisolasi dari
masyarakatnya. Keberhasilan penegaka n hukum akan
menentukan serta menjadi barometer legitimasi hukum di
tengah-tengah realitas sosial. Hukum dibuat untuk dilaksanakan,
oleh sebab itu hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat
sebagai basis bekerjanya hukum.

Praktik tebang pilih dalam penegakan hukum di Indonesia


merupakan salah satu contoh dari tidak ditegakkannya keadila n .
Begitu pula penanganan kasus “pencurian kecil” yang cepat
dibandingkan dengan kasus “pencurian besar” yang lamban d an
jalan di tempat, memberi kesan adanya diskriminasi dalam
penegakan hukum. Salah satu kasus yang sempat terekspose di
media massa misalnya kasus Mbok Minah yang terjadi pada
tahun 2012, seorang nenek renta berusia 55 tahun, yang ketahuan
oleh mandor Tarno “mengambil jatuhan” 3 (tiga) butir biji kakao
di PT. Rumpun Sari Antan (RSA) yang jika dijual hanya seharga
Rp 500, kemudian diputus dengan hukuman pidana percobaan 1
bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto. Sementara kasus-

205
kasus besar seperti ka sus Century, kasus wisma atlet, dan kasus
suap pemilihan DGS BI terkesan lambat dan ditutup-tutupi.

Proses penegakan hukum dapat dilihat melalui dua sudut


pandang. Dari sudut pandangan sosio-kultural, penegakan
hukum adalah upaya yang dilaksanakan oleh alat-alat sosial
kontrol (pengendalian sosial) resmi untuk memaksakan
internalisasi hukum pada warga negara, sedangkan dari sudut
pandangan struktural, proses penegakan hukum adalah
bekerjanya berbagai organisasi yang mewakili pola kepentingan
dan konstalasi nilai-nilai dominan untuk menciptakan
“keamanan dan ketertiban” sesuai dengan ideologi huk u m y a n g
berkuasa.

Pada suatu masyarakat yang menampilkan kondisi hukum


represif, terlihat bahwa dasar keabsahannya terutama terletak
pada social defense (ketahanan sosial) dengan ciri-ciri: pranata
hukum tunduk pada politik kekuasaan dalam arti kelestarian
kekuasaan adalah tugas penegakan hukum dengan sifat -sifat
paksaan yang meluas.

Dalam kondisi itu, seringkali terjadi apa yang disebut


“keadilan kelas” (class justice) dengan kecenderungan kuat ke
arah kriminalisasi tindakan golongan masyarakat yang
dipandang membahayakan pusat-pusat kekuasaan. Unsu r-u n su r
sistem peradilan pidana dalam hal ini misalnya, bekerja melalui

206
suatu proses sangat selektif dan melibatkan suatu jaringan
diskresi yang luas oleh aparat penegak hukum.

Hukum dalam konstalasi negara modern, dapat difungsika n


sebagai sarana rekayasa sosial (law as a tool of social
engineering).18 Pada tataran konteks keIndonesiaan, fungsi
hukum demikian itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja diartikan
sebagai sarana pendorong pembaharuan masyarakat.19 Seb a ga i
sarana untuk mendorong pembaharuan masyarakat,
penekanannya terletak pada pembentukan peraturan perun d an g -
undangan oleh lembaga legislatif yang dimaksudkan untuk
menggagas konstruksi masyarakat baru yang ingin diwujudkan
di masa depan melalui pemberlakuan peraturan perundang-
undangan itu.

Mewujudkan penegakan hukum yang bertanggung jawab


dapat diartikan sebagai upaya pelaksanaan penegakan hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Peraturan perundang-undangan sebagai sistem hukum
negara yang berlaku. Penegakan hukum juga terkait dengan
kemanfaatan hukum dan terwujudnya keadilan.

Penegakan hukum, sebagaimana dirumuskan secara


sederhana oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.
Keinginan-keinginan hukum yang dimaksudkan di sini adalah
merupakan pikiran-pikiran badan pembentuk undang-undang

207
yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu.
Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam
peraturan hukum, turut menentukan bagaimana penegakan
hukum itu dijalankan.

Secara konsepsional, menurut Soerjono Soekanto, inti dan


arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah
yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,
memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Sedangkan menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum


adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma -norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan -hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Jadi, penegakan hukum merupakan upaya yang dilakukan


untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit
maupun dalam arti material yang luas, sebagai pedoman perilaku
dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum
yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum
yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang
untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

208
Terkait dengan itu, Soerjono Soekanto mengatakan bahwa
ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum:

1) Faktor substansi hukum atau peraturan perundang-


undangan;
2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang terlibat
dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya
serta yang berkaitan dengan masalah mentalitas;
3) Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung proses
penegakan hukum;
4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana
hukum tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan
dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi
dalam perilaku masyarakat; dan,
5) Faktor budaya hukum. Melengkapi pandangan terseb u t ,
tampaknya perlu ditambahkan pula dengan faktor
keenam yakni faktor komitmen hakim.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk


tegaknya atau berfungsinya norma -norma hukum secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan -
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernega ra. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu
dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan
sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang
terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum
itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan

209
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti
dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu
untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tega k n ya
hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari


sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini,
pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit.
Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai -n ila i
keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal
maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkut penega kan peraturan yang formal dan tertulis sa j a .
Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam
bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan
hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit. Pembedaan antara
formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai
keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam
bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the

210
rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the
rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang
berarti ‘the rule of man by law’.

Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna


pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang
formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang
terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the ru l e
of just law’. Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya
pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan o leh
hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah 'the rule b y
law’ yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang y a n g
menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang


dimaksud dengan penegakan hukum itu kurang lebih
merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum,
baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti ma t eriel
yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan
hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan
maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi
tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin
berfungsinya norma -norma hukum yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertia n y a n g
luas itu, pembahasan kita tentang penegakan hukum dapat k it a
tentukan sendiri batas-batasnya.

211
Apakah kita akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi
penegakan hukum itu, baik dari segi subjeknya maupun objeknya
atau kita batasi hanya membahas hal-hal tertentu saja, misalnya,
hanya menelaah aspek-aspek subjektifnya saja. Makalah ini
memang sengaja dibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai
keseluruhan aspek yang terkait dengan tema penegakan hukum itu.

PENEGAKAN HUKUM OBJEKTIF

Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang


hendak ditegakkan mencakup pengertian hukum formal dan hu k u m
materiel. Hukum formal hanya bersangkutan dengan peraturan
perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum materiel
mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang
membedakan antara pengertian penegakan hukum d an p en ega k an
keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian ‘la w
enforcement’ dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam
arti luas, dalam arti hukum materiel, diistilahkan dengan penegaka n
keadilan. Dalam bahasa Inggeris juga terkadang dibedakan antara
konsepsi ‘court of law’ dalam arti pengadilan hukum dan ‘court of
justice’ atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yang
sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan
istilah ‘Supreme Court of Justice’.

Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum


yang harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu

212
sendiri, melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya.
Memang ada doktrin yang membedakan antara tugas hak im d a lam
proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata. Dalam
perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan
kebenaran formil belaka, seda ngkan dalam perkara pidan a b a ru lah
hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materiel
yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam
peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri
memang seharusnya mencari dan menemukan kebenaran materiel
untuk mewujudkan keadilan materiel. Kewajiban demikian berla k u ,
baik dalam bidang pidana maupun di lapangan hukum perdata.

Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya


berisi penegakan keadilan itu sendiri, sehingga istilah penegakan
hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mat a u a n g
yang sama. Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya
mengandung ketentuan tentang hak-hak dan kewajiban -k ewaj ib an
para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Norma -norm a h u k u m
yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak -hak dan kewajiban-
kewajiban yang juga dasar dan mendasar. Karena itu, secara
akademis, sebenarnya, persoalan hak dan kewajiban asasi m a n usia
memang menyangkut konsepsi yang niscaya ada dalam
keseimba ngan konsep hukum dan keadilan. Dalam setiap hubunga n
hukum terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiba n seca ra
paralel dan bersilang. Karena itu, secara akademis, hak asasi
manusia mestinya diimbangi dengan kewajiban asasi manusia. Akan

213
tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi manusia itu
sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul
dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah,
kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan melalui orga n -o rga n
negara, seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan.

Karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan


perlindungan dan penghormatan terhadap hak -hak asasi manusia.
Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini
bahkan diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan
kekuasaan yang kemudian dikenal dengan aliran konstitusionalisme.
Aliran konstitusionalime inilah yang memberi warna modern
terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum) dalam
sejarah, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi
manusia dianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap
negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) ataupu n
negara demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional
democracy).

Penegakan hukum adalah proses upaya untuk dapat


menegakkan atau berfungsinya nama-nama hukum yang berlaku dan
telah diatur sebagai pedoman perilaku dalam lalu atau hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karen a
itu ketentun-ketentuan yang telah mengaturnya tidak akan b erh en t i
dalam peraturan-peraturan yang tidak bergerak atau mati, tetapi
akan tetap berdiri tegap dan maju sebagaimana ditentukan oleh
lembaga -lembaga yang resmi dan diakui untuk mengaturnya.

214
B. Hakikat Komunikasi Antar Sosial Budaya

Komunikasi Antar budaya didefinisikan sebagai situasi


komunikasi antara individu-individu atau kelompok yang memiliki
asal-usul bahasa dan budaya yang berbeda. Ini berasal dari definisi
dasar berikut:

komunikasi adalah hubungan aktif yang dibangun antara o ra ng


melalui bahasa, dan sarana antarbudaya bahwa hubungan
komunikatif adalah antara orang-orang dari budaya yang berbeda, di
mana budaya merupakan manifestasi terstruktur perilaku manusia
dalam kehidupan sosial dalam nasional spesifik dan konteks lokal,
misalnya politik, linguistik, ekonomi, kelembagaan, dan profesional.

Defenisi komunikasi antarbudaya menurut Stella Ting-Toomey


adalah Komunikasi antarbudaya didefinisikan sebagai proses
pertukaran simbolis dimana individu dari dua (a tau lebih) komunitas
budaya yang berbeda menegosiasikan makna bersama dalam situa si
interaktif. Ada yang menarik dari defenisi Ting-Toomey di atas,
bahwa komunikasi antarbudaya memerlukan empat unsur yakni dua
orang (atau dua kelompok), dari budaya yang berbeda, dalam
interaksi, dan yang menegosiasikan makna umum. Unsur yang
keempat menggarisbawahi pentingnya tidak hanya mencoba
berkomunikasi tetapi juga untuk memahami, hal ini terasa lebih sulit
dan rumit

1. Pengertian Komunikasi Antar Budaya

215
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dim ilik i
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perk a k as,
pakaian, bangunan, dan karya seni.

Menurut Stewart sebagaimana dikutip oleh Suranto Aw


berpendapat bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi
yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya
perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai adat, kebiasaan.
Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni
komunikasi antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang
kebudayaannya berbeda. Ada beberapa istilah yang sering
disepadankan dengan istilah komunikasi antarbudaya, d ia n t aran ya
adalah komunikasi antar etnik, komunikasi antar ras, komunikasi
lintas budaya, dan komunikasi internasional.

a. Komunikasi Antar Etnik

Kelompok etnik merupakan sekumpulan orang yang


memiliki ciri kebudayaan yang relatif sama sehingga
kebudayaan itu menjadi panutan para anggota
kelompoknya. Pengertian etnik sepadan dengan kelo m p o k
agama, suku bangsa, organisasi sosial, dan politik. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi antarprib a di
atau komunikasi kelompok yang terjadi di antara
kelompok-kelompok agama (antara orang Protestan dengan

216
orang Katholik), suku (antara Flores dan Rote), ras (antara
Tionghoa dan Arab), dan golongan (antara pemilik
kekuasaan dan yang dikuasai) dapat dikategorikan pula
sebagai komunikasi antar etnik.

b. Komunikasi Antar Ras

Ras adalah aspek genetikal yang terlihat sebagai ciri


khas dari sekelompok orang, umumnya aspek genetikal it u
dikaitkan dengan ciri fisik/tubuh, warna kulit, warna
rambut, dll.

c. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya lebih menekankan


perbandingan pola -pola komunikasi antarpribadi di a n t a ra
peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada
awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif
antropologi sosial dan budaya sehingga dia lebih bersifat
depth description, yakni penggambaran yang mendalam
tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan
tertentu.

d. Komunikasi Internasional

Dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan


antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk
menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan
berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang

217
mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh
dukungan yang lebih luas.

2. Hakikat Komunikasi Antar Budaya

Menurut Devito, ada dua hakikat komunikasi antarbudaya


yaitu:

a. Enkulturasi

Mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan


dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagaimana
mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan
melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orangtua, kelompok
teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga
pemerintahan merupakan guru-guru utama di bidang kultur.
Enkulturasi terjadi melalui mereka.

b. Akulturasi
Mengacu pada proses dimana kultur seseorang
dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung
dengan kultur lain. Menurut Kim, penerimaan kultur baru
bergantung pada sejumlah faktor. Imigran yang datang dari
kultur yang mirip dengan kultur tuan rumah akan
terakulturasi lebih mudah. Demikian pula, mereka yang
lebih muda dan lebih terdidik lebih cepat terakulturasi
daripada mereka yang lebih tua dan kurang berpendidikan.

218
3. Konteks Sosial Komunikasi Antar Budaya

Kajian komunikasi antar budaya aka n menuntuk kita dan


megungkap aspek-aspek khas dari perilaku komunikasi kita. Asp ek -
aspek khas yang dimaksud meliputi jarak yang kita ambil dengan
lawan bicara ketika melakukan komunikasi, sikap atau penghargaan
kita terhadap waktu, hingga hal-hal detail seperti cara kita
menyampaikan pendapat.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan ketika kita hendak


melakukan kajian mengenai komunikasi antar budaya adalah:

1) Kita harus memahami bahwa individu yang datang drai


budaya yang berbeda berkomunikasi dengan budaya, gaya ,
natur, cara dan pendekatan yang berbeda;
2) Kita hendaknya belajar memandang pendekatan perilaku
masing-masing budaya sebagai suatu sistem ;
3) Kita harus berkomitmen untuk menanmbah pengetahuan
kita mengenai ciri-ciri atau kecenderungan berbagai buda ya
dalam berkomunikasi, sehingga membentuk pradikma
berpikir yang objektif dalam menyikapi perbedaan budaya.

Konteks komunikasi antarbudaya meliputi ko munikasi antar


personal, antarpribadi atau individu, komunikasi antara dua individu
(dyad), komunikasi antara tiga individu (triads), komunikasi dalam
konteks gender antar sesama gender atau lintas gender (contohnya
antara pria dengan wanita), komunikasi antar kelompok, komunikasi

219
dalam suatu organisasi, komunikasi massa yang meliputi antar
khalayak atau lintas khakayak yang berbeda b udaya.

a. Komunikasi antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi dapat dipahami sebagai suatu


wujud komunikasi dimana pribadi-pribadi atau individu yang
terlibat dalam proses komunikasi memosisikan individu lain
sebagai entitas pribadi (memiliki nilai identitas dan kepribadian
yang khas), bukan hanya sekedar sebagai objek.

b. Komunikasi gender

Komunikasi gender merupakan suatu hal penting


menempatkan tingkat pemahaman dan usaha meningkatkan
efektivitas komunikasi dalam prioritas utama sebagai syarat
minimum bagi terwujudnya keseimbangan dan keadilan antar
manusia, terutama yang berwawasan gender.

c. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok merupakan model komunikasi yang


dipraktekkan oleh sejumlah orang yang membentuk kelompo k -
kelompok sebagai partisipan komunikasi.

d. Komunikasi publik

Komunikasi publik merupakan model komunikasi yang


dipraktikkan oleh seorang kepada sejumlah orang atau
sekolompok orang dengan motivasi diseminasi suatu

220
pengetahuan dalam situasi pengumpulan massa yang
terkondisikan.

e. Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi adalah suatu bentuk komunikasi


antar pribadi atau komunikasi kelompok yang bersifat
inpersonal atau komunikasi yang berstruktur yang dilakukan
oleh pribadi atau kelompok dalam satu organisasi.

f. Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan


massa yang umumnya dilakuykan oleh media massa, seperti
surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi.

C. Membandingkan Karakter Warga Negara Baru Indonesia


1. Hakikat pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia

Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 memuat cita -


cita pendidikan bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dengan itu, harkat dan martabat seluruh warga negara ak a n
dapat terwujud. Salah satunya dengan adanya sekolah dan sistem
sekolah sebagai suatu lembaga sosial dan pendidikan dipilih dan
ditempatkan diantara sistem kelembagaan yang telah ada.

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimban gk an


ilmu pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama (imtak), sehingga
Individu memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau

221
unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Karakter ini sangat dihargai dan tentu berguna serta tidak
akan siasia. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Na sional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di In d o n esia .
Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaba n bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar men j a d i
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, d an
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila.


Kalau sudah dipahami, maka nilai-nilai pancasila mudah
dikembangkan. Perlu kita sadari bahwa pendidikan dalam
membangun umat, menempati posisi yang sangat strategis. Dan
perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan merupakan kunci masa
depan bangsa kita.

Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek


kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan
generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Persiapan dengan
mewariskan budaya dan karakter bangsa yang telah menjadi ciri
khas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, peserta didik akan selalu

222
bertindak, bersikap ya ng mencirikan budaya dan karakter bangsa.
Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan
dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat d ala m
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan berkarakter
merupakan inti dari suatu proses pendidikan. Dalam
mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan siapa dirin y a
dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa teramat
penting.

Pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter pada


dasarnya dapat dilihat dalam konteks makro maupun konteks mikro.
Dalam konteks makro strategi pengembangan karakter terbagi
menjadi tiga tahapan yaitu:

1. Pertama, tahapan perencanaan dilakukan dengan pengemban ga n


karakter yang digali, diwujudkan dan diim plementasikan dengan
menggunakan berbagai landasan, diantaranya: pertimbangan
filosofis, teoretis dan empiris.

2. Kedua, tahapan pelaksanaan atau implementasi pendidikan


karakter yang berlangsung dalam tiga pilar atau biasa disebut oleh
Ki Hajar Dewantara sebagai triologi pendidikan yaitu pendidikan,
keluarga dan Masyarakat. Pada tahap ini dikembangkan pengalaman
belajar dan proses belajar yang berpusat pada proses pemberdayaan
dan pembudayaan yang merupakan prinsip pendidikan nasional.

223
3. Ketiga,tahapan evaluasi hasil yang dilakukan dengan
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan program -
program dalam rangka melakukan perbaikan yang
berkesinambungan.

Perkembangan terakhir sebagai upaya agar pendidikan


karakter mudah dilaksanakan telah diidentifik asi nilai-nilai karakt er
untuk mata pelajaran PKn meliputi nilai karakter pokok dan nilai
karakter utama. Nilai karakter pokok yaitu: Kereligiusan, Kejujuran,
Kecerdasan, Ketangguhan, Kedemokratisan, dan Kepedulian.
Sedangkan nilai karakter utama mata pelajaran PKn yaitu:
Nasionalisme, Kepatuhan pada aturan sosial, Menghargai
keberagaman, Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan oranglain,
Bertanggung jawab, Kemandirian, Berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif.

Pendidkan karakter diabad -21 selanjutnya dapat dipahami


sebagai upaya menanamkan, melatih tentang praktik pemahaman
menghargai dan mengamalkan nilai-nilai yang berkaitan dengan
karakter bangsa, sehingga karakter menjadi jati diri, kepribadian,
pola pikir, cara pandang, jati diri, sekaligus kecintaan dan
kebanggaannya sebagai bangsa, serta meyakini nilai-nilai karakter
sebagai yang paling sesuai bagi kehidupan bangsa indonesia.

Untuk mewujudkan cita -cita menjadi negara maju pada t a hu n


2045, Indonesia perlu mengubah pola pikirnya. Artinya, beb erapa
program pembangunan yang berkaitan dengan sumber daya alam,

224
sumber daya manusia, produksi berkelanjutan harus dikelola dengan
baik untuk mendukung total kebutuhan dan konsumsinya. Hingga
tahun 2045 Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal sumb er
daya manusia yang disebut sebagai sumber daya manusia produktif .
Sumber daya manusia ini harus dikelola dengan baik agar dapat
mempercepat pembangunan negara. Sebaliknya, jika sumber daya
manusia tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi beban
negara. Pada titik ini, pendidikan memegang peranan penting dalam
menyiapkan sumber daya manusia Indonesia menjadi sumber d a y a
manusia yang berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan koefisien
korelasi pendidikan terhadap indeks pengembangan sumber daya
manusia sebesar 0,99. Artinya, pendidikan memiliki kontribusi yang
besar terhadap peningkatan indeks kemakmuran. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia harus dapat menjadikan momen t a hu n 2 0 4 5
sebagai momentum bagi Indonesia untuk memiliki sumber daya
manusia yang heba t.

225
BAB IX

MEMILIKI WAWASAN SERTA SIKAP NASIONALISME

A. Pengertian Wawasan dan Sikap Nasionalisme


1. Wawasan

Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang bera rt i


pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan a d a la h
pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti
pula cara pandang dan cara melihat. Setiap bangsa mempunyai
wawasan kebangsaan. Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari d u a
suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”.Dinyatak an b ah wa
secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas,
tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara
pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan
Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai
tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nu sa n t ara
sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan
keamanan “Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yan g m en u ru t
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat
yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, sert a
berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti
(1) ciri-ciri yang mena ndai golongan bangsa, (2) perihal bangsa;
mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara.

226
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri
sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gu b ern u r
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsa an a dala h
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
mengutamaka n kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan
tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan
ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan
ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan
kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta
pertahanan keamanan dalam mencapai cita -cita dan menja min
kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa
menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesa m a b a ngsa
dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional.
Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat
persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas
kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai
tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai
potensi bangsa. Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan seb aga i
sudut pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati

227
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingk a h
laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan.

Kehidupan berbangsa dalam suatu negara memerlukan suatu


konsep cara pandangan atau wawasan kebangsaan ya ng b ert u j u a n
untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan keutuhan bangsa d a n
wilayahnya serta jati diri bangsa itu. Bangsa yang dimaksudkan
adalah bangsa yang bernegara. Perkembangan pemikiran bangsa
Indonesia mengenai wawasan yang akan dianut dalam kehidupan
bernegara dapat diikuti dalam sejarah pergerakkan kemedekaan
sejak tahun 1908, yaitu sejak kita sadar akan rasa keban gsa an. I n t i
dari wawasan nasional yang disebut wawasan nusantara adalah
tekad untuk bersatu yang didasarkan pada cita -cita dan tujuan
nasional. Dengan demikian, wawasan nusantara berperan untuk
membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
kehidupannya serta sebagai ramburambu dalam perjuangan mengisi
kemerdekaannya. Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku
kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istila h
“wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan
dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan
sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang
bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang m en ca k u p
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.

228
Wawasan nusantara sebagai cara pandangan juga mengajarkan
bagaimana pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam
segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
dan cita -citanya. Secara keadaanya pun, isi nilai-nilai wawasan
nusantara telah tertuang dalam dasar negara yaitu Pancasila dan
pembukaan UUD tahun 1945. Dorongan yang melahirkan
kebangsaan Indonesia bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan. Wawasan nusantara Indonesia menola k
segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit,
kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Ya n g
Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan
kita bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan
kesatuan. Adapun nilai wawasan kebangsaan yang terwuju d d a la m
persatuan dan kesatuan bangsa memiliki enam dimensi manusia
yang bersifat mendasar dan fundamental yaitu:

a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai


makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa;

b. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas,


merdeka dan bersatu;

c. Cinta akan tanah air dan bangsa;

d. Demokrasi atau kedaulatan rakyat;

e. Kesetiakawanan sosial.

f. Masyarakat adil dan makmur.

229
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pergantian generasi adalah hal yang biasa
dalam proses kehidupan. Generasi muda akan menggantikan
generasi tua, dan muncul generasi baru sebagai generasi muda.
Perbedaan antar generasi akan menghasilkan gap berupa nilai-nilai
yang dianut oleh masing-masing generasi. Perbedaan yang
mencolok adalah generasi yang lebih muda berusaha mengekstrak
nilai-nilai generasi tua dan mengkonstruksi nilai baru yang dianut
dan dianggap memenuhi ruang ekspresi dan ekspektasi. Proses
imitasi yang digunakan adalah tokoh-tokoh milenial yang popular
dan sedang menjadi tranding topic di media sosial. Sementara itu
generasi tua, berusaha membangun konstruksi terhadap pengalaman
masa lalunya, dengan nilai-nilai yang dianggap penting untuk
mempertahankan eksistensi diri, komunitas maupun masa yang akan
datang. Bagi generasi babby boomer, nasionalisme nampak secara
jelas perwujudannya karena mereka dengan perjuangan
mempertahankan NKRI, namun bagi generasi Y dan Z, sangat j a u h
berbeda. Mereka adalah generasi yang banyak dipengaruhi oleh
teknologi informasi. Pertimbangan nasionalisme mereka adalah
pertimbangan pluralistik berlatar belakang situasi global.

230
Konsep wawasan nusantara (dalam Rahayu & Musdalifah
2021) merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan pancasila dan UUD Tahun 1945 serta
sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan
bangsa dalam mencapai tujuan atau cita -cita nasionalnya. Wawasa n
kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia u n t u k
proaktif mengantisipasi perkembangan lingkungan dengan memberi
contoh bagi bangsa lain dalam membina identitas, kemandirian d a n
menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi dengan
meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset
yangdiperlukan dalam mengembangkan nilai kemanusiaan y ang
beradab (Sumitro dalam Musdalifah 2021). Hakikat Wawasan
Nusantara yaitu kita memandang bangsa Indonesia dengan
Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan
Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Den ga n
kata lain, hakikat 9 Wawasan Nusantara adalah “persatu an b a ngsa
dan kesatuan wilayah. Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat
Wawasan Nusantara diwujudkan dengan menyatakan kepulauan
nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, social budaya, dan
pertahanan keamanan. Unsur dasar wawasan nusantara ada tiga
yaitu wadah, isi, dan tata laku. Wadah (content) bermakna bahwa
wawasan nusantara merupakan wadah kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki sifat serba nusantara denga n kekayaan alam dan penduduk
serta aneka ragam budaya. Sementara itu, isi (content) menandakan
bahwa wawasan nusantara adalah aspirasi bangsa yang berkemban g

231
di masyarakat dan citacita serta tujuan nasional yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945.

Selanjutnya, hasil interaksi antara wadah dan isiyang disebut


dengan tata laku (conduct) terdiri dari dua tata laku yaitu tata laku
bathiniah dan tata laku lahiriyah. Tata laku Bathiniah mencerminkan
jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia
sedangkan Tata laku Lahiriah tercermin dalam tindakan, perb u a tan
dan perilaku dari bangsa Indonesia. Kedua tata laku tersebut
mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta
terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa
nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional
(Menristekdikti dalam Musdalifah 2021). Arah pandang wawasan
nusantara terbagi menjadi dua bagian besar yaitu ke dalam dan ke
luar. Untuk arah pandang ke dalam, bangsa Indonesia harus peka
dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor
yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa dan mengupayakan
tetapterbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menjamin terwujudnya
persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik aspek
alamiah maupun aspek sosial. Untuk arah pandang ke luar, bangsa
Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus
berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional d a la m sem u a
aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan demi 10 tercapainya tujuan nasional. Tujuan dari arah

232
pandang ini adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia
yang serba berubah dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
(Menristekdikti dalam Musdalifah 2021). Para kaum muda adalah
penerus cita -cita dan perjuangan bangsa yang harus mampu menjadi
penggerak dari progress pembangunan nasional. Karena kaum muda
adalah penghubung masa lalu dan masa depan. Tempatnya dalam
sejarah untuk memaknai nilai-nilai dan kemajuan masyarak at y an g
telah dicapai sebagai warisan keberhasilan dari generasi
sebelumnya. Setiap generasi mempunyai tugas untuk menyiasati
tantangan-tantangan zaman yang akan terjadi untuk dilanjutkan
perjuangannya oleh generasi berikutnya. Tugas generasi muda
adalah menegakkan praktek dan keteladanan kemandirian yang bisa
dinilai dan teruji secara konkret oleh generasi yang lebih muda.
Keteladanan adalah realisasi dari semangat kepelopo ran. Dan
kepeloporan adalah karakteristik alami kaum muda dari segala
zaman yang mempunyai tugas pencerahan untuk masyarakat.
Karena pencerahannya mampu menetapkan pilihan prioritas aksi
yang tepat untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung
jawabgenera si berikutnya serta sebagai pengawas bagi
pemerintahan.

Perbedaan antar generasi dalam konsepsi pemahaman akan


wawasan kebangsaan melahirkan pola baru berfikir dan bertindak
bagi generasi. Setiap generasi melakukan klaim akan sikap terhadap
bangsa dan Negara ini. Setiap generasi menganggap memiliki
kemampuan mengekspresikan wawasan kebangsaan sehari-hari.

233
Generasi Z berbeda dengan generas lainnya. Generasi ini ekspresif
dan menggunakan media internet sebagai basis pengembangan
dirinya. Mereka meruapakan pasar konsumen potensial yang
memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk
membeli atau tidak membeli sesuatu. Konsumerisme terjadi, namu n
generasi ini lebih cerdas menggunakan media digitalisasi. Dalam
pembentukannya, wawasan nusantara terdiri dari beberapa asas.
Asas yang pertama yaitu kepentingan yang sama. Kepentingan yang
sama memiliki makna bahwa warga negara Indonesia harus
memiliki satu visi dan satu 11 orientasi dalam memahami wawa sa n
nusantara ini. Asas yang kedua adalah keadilan yang bermakna
distribusi sumber daya dan hasil yang proporsional. Asas
selanjutnya adalah yang memiliki makna bahwa terdapat kesesuaian
antara kata dengan tindakan. Asas yang ke empat adalah solida rit a s
yangbermaksudbahwa seluruh elemen negara dapat saling berempati
dan bersimpati dalam rangka menjaga kesatuan dan persatuan
negara Indonesia. Asas yang ke lima adalah kerjasama yang
memiliki definisi untuk harus bekerjasama secara strategis maupun
taktis untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan nasional. Asas
yang terakhir adalah kesetiaan yang memiliki makna arti sebagai
loyalitas dari warga negara dan unsur-unsur negara terhadap
kesepakatan-kesepakatan nasional yang telah dibuat semenjak
bangsa Indonesia berdiri. Jika enam asas tersebut tidak dijalankan
dengan baik, maka akan sangat sulit untukmencapai tujuan akhir
dari wawasan nusantara ini, yaitu perwujudan nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945 (Menristekdikti, 2016). Enam asas tersebut

234
berhubungan erat dengan landasan wawasan nusantara secara idiil
(pancasila) dan konstitusional (UUD 1945) yang lebih lanjut lagi
dituangkan dalam Keppres MPR No. IV/MPR/1973, tentang garis
besar haluan negara Bab II Sub E. Dengan ditetapkannya rumusan
wawasan nusantara sebagai ketetapan MPR, maka wawasan
nusantara memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua
penyelenggara negara, semua lembaga kenegaraan dan
kemasyarakatan, serta semua warga negara Indonesia. Hal ini berarti
bahwa setiap rumusankebijaksanaan dan perencanaan pembangunan
nasional harus mencerminkan hakikat rumusan wawa san nusantara .
Wawasan nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan
persepsi yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia. Dengan
persepsi yangsama diharapkan dapat membawa bangsa menuju
kesepahaman dan kesehatian dalam mewujudkan cita -cita nasiona l.

a. Fungsi Wawasan Nusantara


Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa
pandangan antara lain sebagai berikut.
1. Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan
nasional adalah sebagai konsep dalam
2. pembangunan, pertahanan keamanan dan kewilahayan
3. Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional
adalah mencakup kesatuan politik, sosial dan ekonomi, sosial
dan politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.

235
4. Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keaman an
adalah pandangan geopolitik Indonesia sebagai satu kesatuan
pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
5. Fungsi wawasan nusanta ra sebagai wawasan kewilayahan
adalah pembatasan negara untuk menghindari adanya sen gk et a
antarnegara tetangga.
b. Peran Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara dapat sepenuhnya diterapkan demi b a n gsa
yang semakin damai. Perdamaian adalah segalanya bagi suatu
negara yang berusaha maju mencapai cita -citanya (Nur et al.,
2022). Peranan Wawasan Nusantara Dalam kehidupan nasio n al,
Wawasan Nusantara dikembangkan peranannya untuk:
a. Lingkup Pertahanan dan Keamanan
1) Membentuk kedisiplinan diri dalam keikutsertaan bela negara.
2) Mengutuk tindakan kriminal dan melaporkannya pada b a dan
berwajib, dan.
3) Meningkatkan kerukunan dan kedamaian tanpa konflik dalam
bermasyarakat agar tidak timbul konflik bersenjata.
4) Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang
serasi dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.

b. Lingkup Politik
1) Meningkatkan kesadaran akan komitmen dalam berpolitik
untuk menjaga persatuan dan kesatuan.

236
2) Menghargai rekan anggota politik maupun oknum yang
berseberangan untuk dapat menyampaikan pendapatnya d en ga n
mudah.
3) Meningkatkan proporsi dalam keikutsertaan baik politik luar
negeri maupun dalam negeri, dan
4) Mempererat dan memperkuat diplomatik negara Indonesia
yang menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.
c. Lingkup Ekonomi
1) Memanfaatkan kekayaan alam secara bijak.
2) Mendukung neraca perekonomian yang dinahkodai oleh
pemerintah negara Indonesia, dan
3) Meningkatkan keikutsertaan dalam membangun dan
mendukung usaha mikro
d. Lingkup Sosial
1) Menghargai dan menghormati antar perbedaan di Indonesia,
2.)Mengikuti berbagai upaya pelestarian budaya yang
melibatkanmasyarakat luas, dan
3) Membangun dunia pariwisata demi memperkenalkan ragam
budaya Indonesia yang unik dengan tidak menimbulkan
perpecahan.
4) Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan
lingkungan-nya. Peranan ini berkaitan dengan adanya hubunga n
yang erat dan saling terkait dan ketergantungan antara bangsa
dengan ruang hidupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan
harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan menimbulkan

237
kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan
bangsa itu sendiri.
e. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan
nasional. Kepentingan nasional menjadi dasar hubungan antara
bangsa. Apabila satu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan
atau paralel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka
kedua bangsa itu akan mu-dah terjalin hubungan persa h ab at an.
Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut
menegakkan perdamaian.
2. Sikap Nasionalisme

Sikap dalam arti sederhana dapat diartikan sebagai satu


kesiapan mental atau kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu reaksi terhadap objek tertentu yang dipraktekkan dengan cara-
cara tertentu pula. Thomas (Ahmadi dalam Akhmad 2018)
memberikan batasan bahwa sikap merupakan suatu kesadaran
individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupu n
yang mungkin akan terjadi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap
seseorang selalu diarahkan terhadap objek tertentu. Tidak ada sik a p
tanpa objek atau tujuan yang jelas. Sikap dalam perkembangan n ya,
juga diartikan dalam berbagai versi oleh para ahli, namun pada
umumnya sikap dikelompokkan dalam tiga kerangka pemikiran.
Pertama, sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara -cara tertentu. Ketiga,
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif

238
dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan
dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar dalam Akhmad 2018).
Sedangkan Alport berpendapat bahwa sikap adalah: “An attitude is a
mental and neural state of readiness, organized through experience,
exerting a directive or dynamic influence upon the individual’s
response to all objects and situations with which it is related”.
Artinya sikap adalah suatu kondisi kesiapan mental dan syaraf, yang
diorganisasikan lewat pengalaman, yang memberikan arah atau
pengaruh yang dinamik terhadap tanggapan seseorang mengenai
segala objek dan situasi dengan mana sikap itu berhubungan. Jadi
disini sikap diartikan bukan sebagai tingkah laku akan tetapi suatu
kesiapan memberikan respon tertentu apabila orang itu berh a d a p an
dengan objek atau 15 keadaan tertentu. Oleh sebab itu sikap
sesungguhnya tidak dapat dilihat tapi dapat disimpulkan dari tan d a -
tanda yang dapat diamati.

Thurstone berpendapat bahwa sikap adalah suatu tindakan,


baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek-objek sosial psikologi. Afeksi positif yaitu senang,
menimbulkan sikap menerima atau setuju, sedangkan afeksi nega t if
adalah sebaliknya, yaitu afeksi tidak senang menimbulkan sikap
menolak atau tidak setuju, hal semacam ini merupakan sikap so sia l
yang dominan terjadi dalam interaksi. Sikap sosial terbentuk oleh
adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial itu individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang
dihadapinya (Zuchdi dalam Akhmad 2018). Terdapat berbagai

239
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap. Azwar
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga p endidikan
dan lembaga agama, serta faktor emosi dan diri individu. Beberapa
faktor tersebut saling berinteraksi dalam pikiran seseorang yang
menghasilkan sikap. Sikap merupakan dorongan untuk merespon
secara positif atau negatif terhadap objek, keadaan, ko nsep atau
orang tertentu. Pengertian nasionalisme hampir tidak ada bedanya
dengan patriotisme, keduanya mempunyai hubungan yang erat. Ad a
beberapa definisi tentang nasionalisme dan patriotisme; patriot ism e
diartikan semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang
bersedia mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran
tanah airnya. Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti
bangsa. Kata nation atau bangsa mempunyai arti sosiologis,
antropologis dan politik yang tidak sama. Dalam pengertian
sosiologis, nation berarti suatu kelompok teritorial dengan hak -hak
kewarganegaraan yang sama, yang mempunyai karakteristik sama
yang membedakannya dengan kelompok-kelompok lain yang sa m a
(Soekanto dalam Akhmad 2018). Nation dalam pengertian
antropologis merupakan suatu kolektif manusia dengan solidaritas
ditujukan kepada suatu identitas negara yang berdaulat. Selain itu
juga nation mempunyai arti kolektif 16 manusia, biasanya terikat
karena kesatuan bahasa, dan kebudayaan dalam arti umum dan
mempunyai wila yah tertentu (Suyono dalam Akhmad 2018) Na t io n
pada pengertian politik berbeda dengan bangsa, kata bangsa

240
mempunyai arti kesatuan orang-orang yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan saudaranya serta memiliki pemerin t a h
sendiri.

Nation dalam masyarakat yang memiliki wilayah, bahasa, da n


kebudayaan sama dengan pemerintahan yang tidak men gh id u p k an
praktik sistem dinasti (Krisna dalam Akhmad 2018). Dari konsep
nation di atas muncul beberapa definisi tentang nasionalisme; dalam
Ensiklopedia Indonesia, (1980) nasionalisme adalah sikap politik
dan sosial dari kelompok masyarakat yang mempunyai kesamaan
kebudayaan, bahasa, wilayah, serta cita -cita dan tujuan. Ini sering
dihubungkan dengan setiap hasrat untuk persatuan atau
kemerdekaan nasional. Kemudian dalam Encyclopedia of Sociology
disebutkan bahwa nasionalisme adalah kombinasi konsep guna
mengidentifikasi antara orang, ideologi dari sejarah nasibnya dan
gerakan sosial yang ditujukan untuk keikutsertaan yang objektif
(Borgotta dalam Akhmad 2018). Sedangkan menurut Sargent
nasionalisme adalah suatu ungkapan perasaan yang kuat dan
merupakan usaha pembelaan daerah atau bangsa melawan penguasa
luar. Identitas yang menjadi ciri khasnya adalah identitas masa la lu ,
suatu sejarah, nenek moyang, akar yang menempa tkan diri dalam
suatu tradisi (sebagai suatu proses peleburan, perpaduan) dari su a t u
daerah, sejarah, bahasa, dan agama. Kohn berpendapat bahwa
nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada nega ra kebangsaan.
Kebangsaan adalah cita -cita dan satu-satunya bentuk sah dari

241
organisasi politik dan bahwa bangsa adalah sumber dari pada semua
tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
Nasionalisme mempunyai prinsip kesatuan, kebebasan,
kesamarataan. Semua warga mempunyai hak yang sama, tid a k a d a
diskriminasi, kepribadian nasional, dan prestasi. Dengan demikian,
kesetiaan terhadap bangsa dan negara harus lebih dikedepankan
daripada kesetiaan terhadap kelompok dan golongan, seba ga im an a
yang diajarkan oleh para pejuang Indonesia terdahulu. Bung karno
misalnya, beliau selalu mengajarkan kepada rakyatnya untuk
mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi d a n
kelompok, Bung Karno bersemboyan Ia mengatakan “My loyality
for my party ends, when my loyality for my country begins?”.
Artinya kesetiaan saya bagi partai berakhir, dimana kesetiaan unt uk
negara mulai.

a. Pentingnya Sikap Nasionalisme

Nasionalisme sebagai suatu paham yang mengutamakan


persatuan dan kesatuan bangsa, serta menyerahkan kesetiannya pada
bangsa dan negaranya, Indonesia merupakan sebuah masyarakat
yang multi etnik. Suryadinata (2003) mengemukakan bahwa:
“Indonesia is a multi-ethnic society, with more than 1,000
ethnic/sub ethnic groups. Nevertheless, the size of most ethnic
groups is small, and only 15 groups have more than 1 million each”.
Maksudnya Indonesia adalah sebuah masyarakat yang multi etnik
yang mempunyai lebih dari 1000 etnik atau kelompok sub etnik
grup, dan masing-masing kelompok ada yang mempunyai grup yang

242
sangat kecil dan hanya 15 kelompok yang mempunyai kelompok
lebih dari 1 juta. Kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang
mempunyai etnisitas atau ras yang banyak, yang secara akademik
berasal dari keturunan nenek moyang, keberagaman membu t u hk an
suatu perha tian dalam mengakumulasi kepentingan dalam
kehidupannya sebagai masyarakat dan bangsa Indonesia.
Keberagaman etnisitas tidak jarang menumbuhkan polarisasi
kepentingan dan kelompok. Kasus aktual yang terjadi dala m k u ru n
terakhir di Indonesia yang kerap kali menimbulkan perpecahan
disebabkan kurangnya sikap nasionalisme yang dipicu oleh
kesenjangan sosial, politik, ekonomi antar masyarakat akibat
kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat mampu
menimbulkan benih sikap komunalisme. Arfa mengemukakan:
Komunalisme didefinisikan sebagai suatu paham yang menekankan
satu kelompok agama sebagai unit tersendiri secara politis, ekonom i
dan budaya. Paham tersebut cenderung bersifat antagonisme dan
membawa perpecahan dalam satu bangsa. Sejarah mencatat b a h wa
paham komunalisme telah berhasil mengantarkan Timor-Timur
lepas dari wilayah Republik Indonesia, meski hal ini dikatakan
sebagai pelaksanaan demokrasi yang paling real yang pernah terja d i
di Indonesia. Dan masyarakat Indonesia telah memberikan nilai
kredit terhada p pemerintahan Indonesia. Namun bagi sebagian
bangsa Indonesia masih bingung dengan makna demokrasi,
peristiwa ini diartikan sebagai suatu kekalahan yang memalukan
bagi bangsa Indonesia.

243
Gagasan nasionalisme kemudian manjadi sangat penting
dalam menciptakan diri, rasa solidaritas dan keutuhan negara,
ditambah lagi dengan perkembangan dunia yang mengglobal,
tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara semakin mudah
dipengaruhi oleh budaya luar yang semakin banyak menggerogoti
nasionalisme. Nasionalisme di Indonesia saat ini masih sangat
penting dan dibutuhkan dalam rangka membangun bangsa.
Nasionalisme dibutuhkan sebagai faktor pemicu dalam proses
konsolidasi orde sosial politik yang dikerangkai oleh negara. Jadi
upaya pelaksanaan sikap nasionalisme tidak d apat dilakukan dengan
mudah, memerlukan usaha yang kolektif secara terus menerus
karena masyarakat yang semakin beragam. Namun demikian, dalam
kehidupan berbangsa, pro kontra pentingnya dibangun paham
kebangsaan atau nasionalisme terus bergulir. Pada zaman Bung
Karno misalnya, banyak pihak-pihak yang menentang atau tidak
memerlukan paham kebangsaan atau nasionalisme atas dasar
Pancasila, sebagaimana dijelaskan dalam pidato Bung Karno ket ik a
memberikan kursus ketiga di Istana Negara tentang kebangsaan:
“Saudara-saudara, saja ulangi bahwa Pantjasila adalah dasar negara.
Hal ini saja tandaskan oleh karena kadang-kadang djustru mengena i
Kebangsaan ada fihak-fihak jang berkata: “Kami tidak memerluk a n
faham atau pendirian Kebangsaan”. Misalnja dikalangan kaum
internasionalis Marxis yang menurut anggapan saja yang kurang
mengerti betul tentang Marxisme. Saya 19 ulangi, dikalangan

244
internasionalis Marxis jang menurut anggapan saja kurang mengert i
betul akan Marxisme, ada yang berkata: “Kebangsa an a t au f ah am
kebangsaan adalah salah, adalah bertentangan dengan faham
internasionalism, betentangan dengan ide persaudaraan ummat
manusia sedunia. Kabangsaan, faham kebangsaan adalah satu faham
yang salah, faham yang telah membangunkan pertentangan -
pertentangan dalam dunia umma t manusia, faham jang kadang-
kadang sampai mendjadi sebab daripada peperangan-peperangan”.

Pentingnya nasionalisme atau kebangsaan oleh golongan -


golongan agama tersebut dilihat hanya dengan kacamata agama.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Pancasila
adalah dasar negara yang dijadikan sebagai dasar faham
kebangsaan, bukan agama karena Indonesia adalah negara kesatuan.
Jadi ada perbedaan yang tegas antara keperluan Pancasila sebagai
dasar negara dan urusan agama. Dalam ajaran Islam sebenarnya
faham kebangsaan tidak bertentangan, dimana dalam a j aran I sla m
terdapat konsep “chub-bul wathon, minal iman”. Artinya mencin t a i
tanah air ata u bangsa adalah bagian dari iman. Realisasi kecintaan
kepada bangsa diperlihatkan dengan faham kebangsaan, berupa
sikap tolong menolong, berbuat adil dan banyak hal positif lainnya
yang mendukung terjadinya keadilan dan kemakmuran dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemakmuran tidak akan
terwujud jika tidak ada kemauan untuk merubah diri. Pelaksanaan
sikap nasionalisme merupakan salah satu alternatif dalam perubahan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu juga dalam diri siswa,

245
sebagai generasi penerus dan tongkat estafet pemimpin masa depan,
sikap nasionalisme penting dibentuk dan ditanamkan sejak dini,
karena sikap nasionalisme akan memberikan kontribusi yang posit if
bagi siswa sebagai individu maupun sebagai bagian dari warga
negara dalam melakukan tindakan, sehingga dengan sikap it u a k a n
menumbuhkan rasa kecintaan yang besar kepada bangsa dan
sesamanya, sehingga mereka mampu membangun bangsa ini dengan
konsep sikap 20 kebersamaan tanpa ada polarisasi kepentingan ata u
kelompok. Pelaksanaan sikap nasionalisme sangat penting dan
diperlukan oleh bangsa indonesia dalam upaya untuk
mempertahankan integrasi nasional, namun mungkin yang perlu
diperhatikan dan dipikirkan dalam pengembangan pengertian dan
lingkup nasionalisme yang disesuaikan dengan perkemban gan
global dan etnisitas, sehingga nasionalisme yang muncul bukanlah
nasionalisme semu.

b. Sikap Nasionalisme dalam Kurikulum PPKn

Sebenarnya perkembangan Kurikulum PPKn (dahulu PMP)


sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan
bernegara, terutama berdasarkan ketentuan-ketentuan
yuridiskonstitusional (situasi nasional) dan situasi internasional.
Beberapa situasi yang mempengaruhi perkembangan Kurikulum
PMP/PPKn adalah situasi nasional yang antara lain meliputi (a)
ketetapan-ketetapan MPRS 1966 sampai 1968; (b) ketetapan-
ketetapan MPR 1973; (c) ketetapanketetapan MPR 1978, khususnya
sidang-sidang umum MPR(S) menghasilkan putusan-putusan unt u k

246
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen, Situasi Internasional pada tahun 1975 rezim k omunis d i
Vietnam Utara, Laos, dan Kamboja berhasil menguasai sebagian
besar wilayah daratan Asia Tenggara. Mereka telah keluar sebagai
pemenang, mungkin karena “fanatik” terhadap komunisme dan
“tahu” apa yang mereka perjuangkan. Kejadian ini tentu saja
menimbulkan “kejutan-kejutan” pada negara -negara tetangganya
termasuk Indonesia. Maka dengan dasar pemikiran tersebut perlu
penanaman Idiologi Negara, maka bagi bangsa Indonesia salah sa tu
jalur yang ditempuh dalam menanamkan Idiologi Negara -t eru t a m a
kepada anak didik atau generasi muda adalah melalui jalur
pendidikan. Maka diperkenalkanlah istilah Civics dalam dunia
pendidikan kita. Untuk menjelaskan sikap nasionalisme dalam
kurikulum PPkn maka perlu kiranya penjelasan tentang apa itu
Civics, Pengertian PPKn, fungsi dan ruang lingkup PPKn sebagai
bagian dari karakteristik PPKn dalam kurikulum.

1. Civics

Secara historis kurikulum sekolah di Indonesia terdapat mata


pelajaran yang secara khusus mengembang misi pendidikan
kebangsaan atau nasionalisme, diantaranya pelajaran Civics
(kurikulum 1957/1962); Pendidikan Kemasyarakatan yang
merupakan integrasi Sejara h, ilmu Bumi, dan Kewarganegaraan
(Kurikulum 1964); Pendidikan Kewargaan Negara merupakan
perpaduan Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics (kurikulum
1968/1969); Pendidikan Kewargaan Negara dan Civics Hukum

247
(1973); Pendidikan Moral Pancasila atau PMP (Kurikulum 1975 dan
1984); dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn
(Kurikulum 1994). Menurut Randal (Soemantri, 2001) Civics di
definisikan sebagai “the science of citizenship, the relation of man,
the individual, to man in organized collection s, the individual in his
relation to the state.” Artinya Civics atau ilmu kewarganegaraan
membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi dan hubungan
individu dengan negara.

Menurut Kirschenbaum dalam Akhmad 2018 nilai-nilai


fundamental dalam Civic education atau pendidikan
kewarganegaraan di Amerika yaitu kesejahteraan, hak -hak
individual, persamaan hak, kebhinekaan, kebenaran dan patriotisme.
Sedangkan aspek-aspek utama yang dibahas adalah pengetahuan
menjadi warga negara yang baik, mengerti sejarah, apresiasi
terhadap sistem demokrasi, HAM, tanggung jawab, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja
sama, dan keterampilan mengatasi konflik (Kirschenbaum, 1995).
Objek Civics dan Civics Education adalah warga negara dalam
hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ek o n o m i,
agama, sosial dan negara. Jadi Civics bukan semata -mata hanya
mengajarkan pasal-pasal UUD tetapi pelajaran Civics
mencerminkan juga hubungan perilaku warga negara dalam
kehidupannya sehari-hari dengan masyarakat lain dan alam
sekitarnya. Oleh karena itu, hendaknya materi pelajaran Civics

248
memasukkan unsur-unsur lingkungan, sosial, pendidikan, hukum,
politik pemerintahan, agama, etika dan ilmu pengetahuan teknologi.
Selanjutnya nasionalisme dalam kurikulum PPKn yang terbaru
sudah termuat dalam GBPP sebagai materi pelajaran PPKn.

2. Pengertian PPKn

Pengertian PPKn sebenarnya sama dengan Civics, PKN dan


PMP, karena PPKn merupakan nama mata pelajaran b aru dalam
kurikulum 1994 sebagai penyempurnaan dan pengganti mata
pelajaran PMP dalam kurikulum 1984. Perubahan ini diharapkan
dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan Nasional, terutam a
dalam membina pribadi manusia Indonesia yang memiliki tanggu n g
jawab, menyadari hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta terlaksanan ya sik a p
nasionalisme yang kokoh dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pengertian PPKn dapat ditinjau dari pengertian
Pendidikan Pancasila da n Pendidikan Kewarganegaraan. (Djahiri
dalam Akhmad 2018), memberikan batasan yang tegas bahwa
Pendidikan Pancasila merupakan perpaduan program yang t erp a d u
antara PMP kurikulum 1975 dan PSPB kurikulum 1984, sebagian
misi PSPB dan pendidikan kewarganegaraa n seperti yang tertuang
dalam sistem pendidikan nasional. Pengertian Pendidikan Pancasila
sebagaimana rumusan di atas, cenderung melihat arti dari sudut
pandang cakupan isi atau esensinya. Sedangkan dari sudut pan d an g
arah yang diinginkan 23 pada pasal 39 ayat 2 undang-undang nomer
2 tahun 1989, menyebutkan bahwa Pendidikan Pancasila adalah

249
program pendidikan yang mengarah pada moral yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang
dimaksud adalah: (a) Perilaku yang memancarkan im an d a n t a qwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri d a ri
berbagai golongan agama, (b) Perilaku yang bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradab, (c) Perilaku yang mendukung persatuan d a n
kesatuan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepent in ga n , (d )
Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mendukung kepentingan
bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan dapat d ia t asi
melalui musyawarah dan mufakat serta, (e) Perilaku ya ng
mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Sependapat dengan di atas, (Soedirjo dalam
Akhmad) mengemukakan bahwa Pendidikan Pancasila meru p a kan
program pendidikan yang mendukung tercapainya pribadi m a n usia
Indonesia yang berbudi pekerti luhur, mantap dan mandiri serta
mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan keban gsa an.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan Pendidikan
Pancasila merupakan program pendidikan yang mengarah pada
moral untuk mencapai pribadi manusia Indonesia yang berbudi
pekerti luhur, mantap, mandiri, dan mempunyai rasa tangung jawa b
kemasyrakatan dan kebangsaan atau nasionalis. Pendidikan
Pancasila ini sebagai program terpadu yang bulat, utuh dan
kesinambungan antara pendidikan nilai dan moral, pendidikan
politik dan kewarganegaraan yang harus dilihat sebagai sesuatu
yang bersifat komprehensif. Kemudian dalam rangkaian istilah yang

250
utuh, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
muncul sebagai istilah yang kemudian dikenal dengan sebutan
PPKn. Dalam GBPP PPKn (1994), dijelaskan bahwa: Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan program
pendidikan yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan maupun
sebagai anggota masyarakat, warga negara dan mahkluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian Kewarganegaraan di dalam
penjelasan pasal 39 UU No. 2/1989 adalah sebagai berikut:
“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha membekali peserta
didik dengan pengetahuan dasar dan kemampuan dasar b erk en a an
dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara
yang diandalkan oleh bangsa dan negaranya”. Berdasarkan
penjelasan tersebut, isi pokok dari pasal 39 UU No. 2/1989 adalah
pengetahuan dan kemampuan dasar bekenaan dengan (a) hubun ga n
warga negara dengan negara, dan (b) pendidikan pendahuluan bela
negara.

B. Bentuk Serta Contoh Wawasan dan Sikap Nasionalisme

Ada beragam bentuk nasionalisme yang diterapkan di suatu


negara. Berikut ini bebe- rapa bentuk nasionalisme. (Waidl Abdul,
dkk. 2021)

1. Nasionalisme Kewarganegaraan

251
Nasionalisme kewarganegaraan biasa juga disebut dengan
nasionalisme sipil. Nasio- nalisme kewarganegaraan ialah
bentuk nasionalisme di mana negara memiliki kebe- naran
politik dari keikutsertaan rakyatnya, kehendak rakyat, at au
perwakilan politik.
2. Nasionalisme Etnis
Nasionalisme etnis ialah berupa semangat kebangsaan di
mana negara memiliki ke- benaran politik dari budaya asal
atau etnis suatu masyarakat
3. Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas
Bentuk nasionalisme tersebut ialah negara memiliki
kebenaran politik secara orga - nik, yakni berupa hasil dari
suatu bangsa atau ras menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme Budaya
Bentuk nasionalisme budaya ialah negara memiliki
kebenaran politik yang berasal dari budaya bersama, dan
bukan dari sifat keturunan seperti ras, warna kulit, dan
lainnya.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Bentuk na sionalisme kenegaraan ialah masyarakatnya
memiliki perasaan nasionalis- tis yang kuat dan diberi
keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Nasio -
nalisme.
6. Nasionalisme Agama
Bentuk nasionalisme agama ialah negara memiliki
legitimasi politik dari a danya per- samaan agama.

252
Implementasi Wawasan Nusantara Implementasi Wawasan
Nusantara dalam Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan
Hankam. Penerapan atau Implementasi Wawasan Nusan t ara h aru s
tercermin di dalam sikap pola pikir, pola sikap, dan tindakan yang
senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa daripada kepentingan
pribadi. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi hal yang
mendasari cara berfikir, bersikap serta bertindak dalam menyikapi,
menangani masalah yang menyangkut kehidupan berma syarakat,
berbangsa dan bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara
berorientasi dalam kepentingan rakyat dan tanah air yang secara
utuh dan menyeluruh, seperti sebagai berikut:

1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan


Politik.

Dalam kehidupan politik ini akan menciptakan iklim


penyelenggaraan negara yang lebih sehat nan dinamis. Hal
tersebut tampak di dalam wujud pemerintahan yang aspiratif,
kuat serta terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat.

2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan


Ekonomi.

253
Dalam kehidupan ekonomi ini akan terciptanya tatanan
ekonomi yang menjamin pemenuhan dan meningkatnya
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dengan merata dan a d il.
Di lain sisi, Implementasi Wawasan Nusantara mencerminkan
sikap tanggung jawab pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)
yang selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat tiap d a erah
secara timbal balik dan kelestarian Sumber Daya Alam (SDA)
itu sendiri.

3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan


Sosial Budaya.

Dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap la h ir


dan batin yang mampu untuk menerima, mengakui dan
menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinnekaan
sebagai kenyataan hidup sekaligus menjadi karunia dari Sang
Pencipta. Implementasi Sosial Budaya ini juga akan
menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih
rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan agama, su k u , a sa l
daerah atau bahkan kepercayaan serta golongan berdasar sta t u s
sosialnya.

4. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan


HanKam.

254
Dalam kehidupan hankam akan menumbuhkembangk an ra sa
kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang nantinya apabila
diterapkan akan membentuk sikap Bela Negara dalam d iri t ia p
Warga Negara Indonesia. Kesadaran dan Sikap Cinta Tanah Air
dan bangsa serta Bela Negara ini akan menjadi salah satu modal
utama yang nantinya sebagai penggerak partisipasi Warga
Negara Indonesia di dalam menanggapi berbagi bentuk
datangnya ancaman, seberapapun kecilnya dan darimanapun
datangnya, atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan
bangsa dan kedaulatan negara.Di dalam Pembinaan seluruh
aspek kehidupan nasional, dijelaskan sebagaimana di atas
bahwa Implementasi Wawasan Nusantara harus menjadi nilai
yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di setiap strata seluruh Indonesia .

Namun, di samping itu juga Wawasan Nusantara


diimplementasikan dalam segenap pranata sosial yang berlaku di
masyarakat dalam nuansa kebhinnekaan sehingga akan menciptakan
kehidupan yang lebih akrab, peduli, hormat, toleran dan taat kepada
hukum.

wilayah Indonesia telah berkembang pesat dengan sejumlah


besar flora, fauna dan penduduk di wilayah tersebut. Gagasan
wawasan nusantara juga mengajak semua warga untuk
mempertimbangkan luasnya wilayah dan keanekaragamannya
secara keseluruhan. Kehidupan politik, ek onomi, sosial-budaya,

255
pertahanan dan keamanan dalam kehidupan negara adalah satu.
Wilayah Indonesia yang luas tentu saja merupakan tantangan bagi
rakyat Indonesia. Ini karena area tersebut merupakan ancaman
potensial dan, sebaliknya, memiliki potensi untuk kinerja yang
sangat baik dan kemudahan penggunaan(Ismail, 2020).
Implementasi Wawasan Nusantara Dewasa ini kita menyaksikan
bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sedang mengalamiperubahan. Dan kita juga menyadari
bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan
tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa oleh nega ra
maju dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita men en go k
sejarah kehidupanmanusia dan alam semesta, perubahan dalam
kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, alamiah. Dalam dunia
ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan dengan
wawasan nusantara yang syarat dengan nilainilai budaya bangsa
Indonesia dan di bentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan
bangsa, apaka h wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan
kesatuan itu akan terhanyut tanpa bekas atau akan tetap k o k o h d an
mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang
Wawasan Persatuan bangsa.Tantangan itu antara lain adalah
pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era baru
kapitalisme, dan kesadaran warga negara. Penerapan Wawasan
Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola
tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
negara.Implementasi dalam kehidupan politik, adalah mencip t ak an
iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan

256
pemerintahan yang kuat, aspiratif, dipercaya. Implementasi dalam
kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan ke sej ah tera an
dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.Implementasi dalam
kehidupan sosial budaya, adalah menciptakan sikap batiniah dan
lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala b en t u k
perbedaan sebagai kenyataan yang hidup di sekitarnya d an
merupakan karunia Sang Pencipta. Implementasi dalam keh id u p an
pertahanan dan keamanan, adalah menumbuhkan k esa dara n cin t a
tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.
Beberapa tantangan Implementasi Wawasan Nusantara:

1. Pemberdayaan Masyarakat.

(John Naisbit dalam bukunya GLOBAL PARADOX)


menyatakan: negara harus dapat memberikan peranan seb esa r -
besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarak at d a lam
arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipa si
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat
dilaksanakan oleh negaranegara maju dengan Buttom Up
Planning, sedang untuk negara berkembang dengan Top Down
Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya
manusia, sehingga diperlukan landasan operasional berupa
GBHN. Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata
mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman

257
bagi integritas.Pemberdayaan masyarakat diperlukan t eru t a ma
untuk daerahdaerah tertinggal.

2. Dunia Tanpa Batas dan Perkembangan IPTEK.

Mempengaruhi pola fikir, pola sikap dan pola tindak


masyarakat dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya
Manusia merupakan tantangan serius dalam menghadapi
tantangan global. Kenichi Omahe dalam bukunya “Borderless
Word” dan “The End of Nation State” menyatakan : da lam
perkembangan masyarakat global, batas-batas wila y a h n ega ra
dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, 29 namun
kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat m em b atasi
kekuatan global yang berupa informasi,investasi, industri dan
konsumen ya ng makin individual. Untuk dapat menghadapi
kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan
pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan kepada
pemerintah daerah dan masyarakat.Perkembangan Iptek dan
perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan d unia tanpa
batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara,
mengingat perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi
masyarakat Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola
tindak.

C. Wawasan dan Sikap Nasionalisme Dalam Kehidupan


Sehari-hari

258
Contoh cara pengiplementasian wawasan dan sikap
nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari

a. Rela Berkorban

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan akan


membantu temannya apabila terdapat teman yang sedang
membutuhkan bantuan. Siswa kelas tinggi hendak
meminjamkan alat tulis yang dimilikinya kepada siswa lain
yang tidak membawa alat tulis yang bersangkutan.

b. Cinta Tanah Air

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan lebih


menyukai produk dalam negeri. Adapun beberapa alasan siswa
menyukai produk dalam negeri adalah karena lebih bagus dan
enak, murah, serta me-rupakan perwujudan sikap cinta tanah
air. Siswa kelas tinggi merasa senang dan bangga ketika
mengenakan pakaian batik di sekolah. Para siswa tidak malu
mengenakan batik karena batik merupakan salah satu h asil
kebudayaan Indonesia. Siswa kelas tinggi selalu menjalankan
tugas piket di kelas sesuai dengan jadwal piket yang telah
dibentuk. Siswa kelas tinggi berteman baik dengan teman satu
kelasnya. Ketika istirahat, para siswa menghabiskan waktunya
untuk bermain, jajan di kantin, bercanda, bercerita, dan
berkunjung ke perpustakaan bersama. Siswa kelas tinggi akan

259
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru serta berusaha
memahaminya. Selain hal tersebut, siswa akan menanyakan
beberapa materi pembelajaran yang dirasa kurang jelas.

c. Menjunjung Tinggi Nama Bangsa Indonesia

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan pernah


mengikuti lomba yang diadakan di sekolah, yaitu lomba t a m a n
dan kebersihan kelas (lomba yang diadakan pada saat
memperingati HUT Kota Yogyakarta). Selain hal tersebut,
siswa juga pernah mengikuti lomba untuk mewakili sekolah
serta berhasil mendapatkan juara.

d. Bangga Sebagai Bangsa Indonesia

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan hafal


beberapa lagu nasional, seperti Indonesia Pusaka, Indonesia
Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Rayuan Pulau Kelapa, Bangun
Pemuda Pemudi, Ibu Kita Kartini, dan Mengheningkan Cipta.
Lagu Indonesia Raya atau lagu-lagu nasional selalu
dinyanyikan pada saat upacara bendera dan sebelu m k egia t a n
pembelajaran dimulai. Siswa kelas tinggi selalu mengikuti
kegiatan upacara bendera yang diselenggara -kan di sekolah
dengan khidmat. Selain mengikuti kegiatan upacara bendera
yang diadakan di sekolah, secara bergantian siswa kelas tinggi

260
juga berperan sebagai petugas upacara. Adapun lagu daerah
yang dihafal siswa kelas tinggi antara lain Gundulgundul Pacul,
Sue Ora Jamu, Yamko Rambe Yamko, Gambang Suling,
Cublak-cublak Suweng, Bubui Bulan, dan Kampuang Nan Jauh
di Mato.

e. Persatuan dan Kesatuan

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan lebih suka


belajar kelompok dari pada belajar mandiri serta akan
menghargai pendapat temannya walaupun pendapat tersebut
berbeda dengan pendapatnya.

f. Patuh terhadap Peraturan

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan


menggunakan seragam sekolah sesuai dengan peraturan
penggunaan seragam yang ada. Seragam yang dikenakan setia p
hari Senin dan Selasa adalah seragam putih merah, kalau hari
Rabu dan Kamis mengenakan seragam putih biru, hari Jumat
mengenakan seragam batik, sedangkan hari Sabtu mengenak an
seragam pramuka apabila pramuka, dan apabila tidak ada
pramuka mengenakan seragam batik.

g. Disiplin

261
Perwujudan dari sikap nasionalisme terkait dengan
kedisiplinan adalah kebiasaan siswa kelas tinggi SD Taman
Muda Ibu Pawiyatan yang lebih sering mengumpulkan tugas
yang diberikan guru tepat waktu. Siswa yang tidak
mengumpulkan tugas tepat waktu adalah siswa dalam k a t ego ri
berkebutuha n khusus yang tidak memiliki guru pendamping
sehingga terhambat dalam proses belajarnya. Selain hal
tersebut, mayoritas siswa kelas tinggi datang ke sekolah
sebelum bel masuk kelas berbunyi.

h. Berani

Keberanian yang dimiliki siswa kelas tinggi SD Taman Mu da


Ibu Pawiyatan adalah dengan sering maju ke depan kelas unt u k
mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa ada permintaan
dari guru. Siswa kelas tinggi akan meminta maaf kepada teman
atau guru ketika berbuat salah dan berani mewakili kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi.

i. Jujur

Siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan akan


memberi tahu bahwa dirinya tidak menyukai sikap temannya
dan menasehati temannya agar tidak bersikap yang tid a k b a ik .
Hal tersebut merupakan salah satu wujud sikap jujur yang

262
dimiliki siswa. Selain hal tersebut, siswa kelas tinggi akan
bertanya kepada guru ketika kesulitan dalam mengerjakan so a l
ulangan.

j. Bekerja Keras

Wujud sikap kerja keras yang dimiliki siswa kelas tinggi SD


Taman Muda Ibu Pawiyatan adalah selalu berusaha
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik agar
mendapatkan nilai bagus dan dapat naik kelas. Selain hal
tersebut, siswa kelas tinggi akan mencatat materi pembelajara n
yang dituliskan guru di papan tulis pada buku catatannya .

263
DAFTAR PUSTAKA

Lubis Yusnawan dan Mohammad Sodeli. (2017). Pendidikan


Pancasila Dan Kewarganegaraan. Jakarta: Balitbang.

Kurniawan Machful Indra. (2018). Buku Ajar Konsep Dasar


Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Sidoarjo:
Umsida Press.

Fauzi Ahmad Zain Dan Metroyadi. (2022). Konsep Dasr Pendidikan


Kewarganegaraan SD. Banjarmasin: Ausy Media.

Awira Dan Nur Latifah. (2019). Pembelajaran Pkn Sd. Yogyakarta:


Penerbit Samudra Biru.

Jamaludin Ujang, Dkk. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan


Untuk Perguruan Tinggi. Palembang: BKS PTN-BARAT.

AR Muchson. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma


Baru Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi , 1(1), 31-36.

Muchtarom Moh. (2017). Pendidikan Karakter Bagi Warga Nega ra


Sebagai Upaya Mengembangkan Good Citizen, 12(1), 549-
550.

Andayani Ni Putu Reni. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran


Jigsaw Berbasis Penilaian Portofolio Terhadap
Kompetensi Pengetahuan Pkn, 2(3), 327.

263
Iswandi Dede. (2019). Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan
Kulikuler Sebagai Program Pendidikan Di Sekolah Rendah
, 19(1), 4-5.

Prihastari Annisa. (2016). Dimensi Civic Skill Dan Civic Value


Dalam Pembelajaran Pkn Analisis Isi Buku Ajar Ppkn
Serta Pelaksanaannya Di Sma Muhammadiyah 1 Sragen.

Rehfeld Andrew. (2010). The Child As Democratic Citizen, 633(1).

Maiello carmine and fritz oser, at al. (2003). Civic Knowledge, Civic
Skills and Civic Engagement, 2(3).

Ma’arif mahmuda and zalik nuryana, at al. (2020). Character


Education in the New Paradigm of Pancasila Citizenship
Education, 8(12).

A.Galston william. (2007). Civic Knowledge, Civic Education, and


Civic Engagement: A Summary of Recent Research , 30(6-
7).

Carretero Mario And Helen Haste, At Al. (2015). Civic Education.

Fatmawati, (2022). Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Sosial


Dalam Pendidikan IPS SD,55.

Hantono, Dedi, dan Diananta Pramitasari, (2018). Nature:


National Academic Journal of Architecture 5 (2), 85-93.

264
Santoso, Meilanny Budiarti, (2017). Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat 4 (1), 104-109.

Azmi, Shofiyatul, (2016). Pendidikan Kewarganegaraan


Merupakan Salah Satu Pengejawantahan Dimensi
Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila, Dan
Makhluk Religi 1410-8771, 18, (1), 77-86.

Yusman, M.Khanif, (2015). Materi Dan Pembelajaran Individu


Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial,
Dan Warga Negara Indonesia.

Bakry Ms Noor, (2002). Pendidikan Kewarganegaraan (Kewiraan).


Jogyakarta: Liberty

Kansil, dan Kansil Kristina, (2003). Pendidikan Kewarganegaraan


di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Pradya Paramita

Djamari, (1997). Agam Dalam Perspektif Sosiologi, Jakarta,


Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi

Sukatin, dan M. Shoffa. Saifillah Al-Faruq, (2020). Pendidikan


Karakter. Slemen: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Abdulkarim, Aim, (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. PT


Grafindo Media Pratama

265
Welch, E.W., C.C Hinnant. (2003). Internet use, Transparency and
Interactivity Effects on Trust in Government. Proceeding of
the 36 th International Conference on Systems Sciences.

Beiter, Klaus Dieter. 2005. The Protection of the Right to Education


by International Law.Martinus Nijhoff Publisher.

Morais & Ogden. (2011). Initial Development and Validation of The


Global Citizen Ship Scale. Journal of Studiest in
International Education. Vol 15(5), Hlm 449. Carretero
Mario And Helen Haste, At Al. (2015). Civic Education.

Hawthorne, M., & Alabaster, T. (1999). Citizen 2000: Development


of a model of environmental citizenship. Global
Environmental Change, 9, 25-43

Abdullah ,politik bhinneka tunggal ika. dalam keragaman budaya


indonesia. jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 5 No. 2
Tahun 2017

Afnan faudi, 2020, ”Konsep Keragaman Dalam Dinamika Sosial


Budaya”: Cv Budi utama.

Agust ufie, Mengontruksi nilai-nilai kearifan loka dalam


pembelajaran muatan lokal sebagai upaya memperkokoh
kohesi sosial (study deskrptif budaya niolilieta masyaraka t
adat pulau wetang kabupaten maluku barat daya provinsi
maluku, jurnal pendidikan dan pembelajaran (jpp). vol 2 3 ,
no 2 (2016).

266
Antara dan Vairagya Yogantari, keragaman budaya indonesia
sumber inspirasi inovasi industri kreatif. Jurnal Aplikasi
Bisnis, Vol 4 No. 2, 2017

Banks, J. A. dan Banks, C. A. M. (2010). Multicultural education:


issues and perspectives. New York: Wiley.

Dwintari widya julita, 2020, Urgensi Pendidikan


Kewarganegaraan Berbasis Multikultural dalam
Pembinaan Keberagaman Masyarakat Indonesia . Jurnal
hal 69-81.

Garvin, P.L. Mathiot M. 1968. The Urbaization of Guarani


Language. Problem in Language and Culture, dalam
Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes Sosiology of Language,
Mounton. Paris–The Hague.

Khairiah K dan Walid A.,2020. pengelolaan keberagaman budaya


melalui multilingualisme di indonesia, jurnal kajian
agama, sosial dan budaya, Vol.. 5 No. 1

Likhitaprajna. 2019. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Jurnal Ilmiah. Volume. 18, Nomor 2, hal 20-25

Mazid, S., & Suharno, S. (2019). Implementasi nilai-nilai


multicultural dalam pembelajaran PKn. Harmoni social:
Jurnal Pendidikan IPS.

267
Waspodo M ,2018. peran ptk-pnf dalam menghadapi keragaman
sosial budaya (sebuah perenungan seabad kebangkitan
nasional) Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.1

Pasaribu eva, 2022,”Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan” Bandung, penerbit: P.T Indonesia m a s
grub.

Suzuki, B. (1979). Multicultural education: what's it all about?.


Integrated. Education. 17 (1-2), 47-48.

Werdiningsih, Endang. (2018). Menumbuhkan Rasa Bangga


Generasi Muda Terhadap Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Nasional dan Internasional. Jurnal Ilmiah
Likhitaprajna, Vol. 18, No. 2.

Willis, Blake, David. (2002). Citizenship Challenges for Japanese


Education for the 21st Century: “Pure” or
“Multicultural”? multicultural Citizenship Education in
Japan. Japan: Soai University, Osaka Journal Vol 3, No. 5.
Hal. 21.

Herlambang,Agus.(2019).The Rule Pancasila Ideologi in


Maintaining National Integration in Indonesia .Pasunda
University.

Jagad A.D.Dkk.(2019).Pancasila as Ideology and Characteristics


Civic Education in Indonesia.Suryakanca University.

268
I Gusti.N.S.2021.Problematika hasil perubahan UUD 1945 secara
konseptual,Global Aksara Pers.Jawa Timur.

Gesmi Imran dan Hendri Yun.2018.Pendidikan Pancasila.Uwais


Inspirasi Indonesia.Ponogoro.

Bmedia Redaksi.2018.UUD 1945 dan Perubahannya.Bmedia


Imprint Kawan Pustaka.Jakarta Selatan.

Gesmi Imran dan Hendri Yun,(Muhammad


Yamin).2018.Pendidikan Pancasila.Uwais Inspirasi
Indonesia.Ponogoro.

Zulkadri Anand.”Implikasi Perubahan Undang-Undang Dasar 1945


Terhadap Sistem Ketatanegaraan Indonesia”.Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No.3,Sept-Des,2018.

Gesmi Imran dan Hendri Yun,(Ir.Soekarno).2018.Pendidikan


Pancasila.Uwais Inspirasi Indonesia.Ponogoro.

Abdul Malik.”Membumikan Ideologi Pancasila melalui Pendidika n


Pancasila sebagai upaya membangkitkan
Nasionalisme”.Jurnal EduTach Volume 6 No.1,Maret
2020.

A Widiada Gunakaya, 2017, Hukum Hak Asasi Manusia, Penerbit


Andi, Yokyakarta.

269
Eko Riyadi, 2018, Hukum Hak Asasi Manusian Perspektif
Internasional, Regional dan Nasional, Grafindo Persada,
Jakarta.

Eko Riyadi, 2018, Hukum Hak Asasi Manusia Perspektif


Internasional, Regional dan Nasional, Grafindo Persada,
Jakarta.

Soerjowinoto, P dan tim. (2020). Metode Penulisan Karya Hukum.


Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.

A Widiada Gunakaya, 2017, Hukum Hak Asasi Manusia, Penerbit


Andi, Yokyakarta.

Kurniati, D. Penggunaan Peta Konsep Untuk Meningkatkan


Pemahaman Materi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam
Pembelajaran PKN. JURNAL CIVICUS, 8(2).

El Muhtaj, M., Siregar, M. F., Pa, R. B. B., & Rachman, F. (2020).


Literasi hak asasi manusia dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Jurnal Ham, 11(3 ),
369.

Melina, C. (2018). Kebebasan Berekspresi di Era Demokrasi:


Catatan Penegakan Hak Asasi Manusia. Lex Scientia Law
Review, 2(2), 189-198.

Marzuki, I., & Faridy, F. (2020). Relevansi Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Dengan Agenda Reformasi: Dimensi Nasional

270
Dan Internasional. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 5(2),
350-359.

Wiyono.R (2006) pengadilan hak asasi manusia di Indonesia

Triputra, Yuli Asmara., 2017, “Implementasi Nilai-nilai Hak Asasi


Manusia dalam Sistem Hukum Indonesia

Hidayat, Eko., 2018, “Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam


Negara Hukum Indonesia”

Rizanur. 2020. Modul pembelajaran SMA PPKn. Jakarta. Direktorat


SMA,Direktorat jendral PAUD, DIKDAS dan DISMEN.

Andana Tommy. Aminah siti. Setiawan, otto trenginas. Dukarno,


pradita devis. 2018. Kajian akademik penegasan demokrasi
pancasila. Padjajarang. Badan pengajian MPR RI.

Sodeli Mohammad&Lubis yusnawan. 2017. Pendidikan pancasila


dan kewarganegaraan kelas XI SMA. Jakarta. Pusat
kurikulum dan perbukuan, balitbang, kemendikbud.

Ismail & Hartati Sri. 2020. Pendidikan lewarganegaraan. Jawa


Timur. Qiara Media.

Sunarso. 2018. Membedah Demokrasi. Yogyakarta. UNY Press

Murdani. 2015. Implementasi pembelajaran demokratis. Jurnal


ilmiah. Vol. 14.No.2, februari 2015, 250-260.

271
Khuzaimah, Farid Pribadi. 2022. Penerapan demokrasi pendidikan
pada pembelajaran siswa di SD. Jurnal pendidikan. Vol 4,
No 1 2022.

Sihono Teguh. 2011. Upaya menuju demokratisasi pendidikan.


Jurnal ekonomi&pendidikan. Vol 8 no. 1

Winarno Roni. 2014. Penerapan sisitem demokrasi dalam menjaga


persatuan dan konstitusi serta penegakan hukumnya .
Jurnal sepientia et virtus. Vol 1 no 1.

Sudarsono,sahban nur. 2018. Implementasi pendidikan demokrasi


dalam pembelajaran IPS. Jurnar sosiologi. Vol 6 no 1.

Nanggala agil. 2020. Chitizeship Education as a Democracy


Learning for Students in Higher Education. IJECA
(International Journal of Education and
CuriculumAapplication), 3(1), 69-80

Sunaryo H. 2020. Learning democracy in learning the skill of


playing drama characters. In International Conference on
Community Defelopment (ICCD 2020) (pp.291-294).
Atlantis Press

Jennings,B.,Gusmano,M.K.,Kaebanick, G.E., Neuhaus, C. P., &


Solomon, M.Z. 2021. Recommendations for Better Civic
Learning: Building and Rebuilding Democracy. Hasting
Center Report, 51, S64-S75

272
Jama, Savernus R. 2021. The Essence of Civil Society In
Democracy. Vol 6 no 1

Badu, M. Nasir. 2015. Democracy and the United States of America.


Col 1 no 1

273
PENULIS
PGSD ANGKATAN 2021
KELAS: A2 (SA221)

Syalsanabila Nurdin 21082014025

Muhammad Yusril 21082014026

Nurul Fatimah Az-Zahra 21082014027

Wanda Lestari Tando’ 21082014028

Miftahul Hazizah 21082014030

Nur Hikmah 21082014031

Mantasia 21082014032

Istiana Ainun Tangalayuk 21082014033

Anitasari 21082014034

Putri Laela Sambas 21082014037

Supiarti 21082014042

Neliana 21082014044

Amelia Hardiwa 21082014045

Eka Stafani 21082014046

Sartika 21082014047

Muhammad Khazainul Ardhy Tenrilengka 21082014048

274

Anda mungkin juga menyukai