Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PEMBELAJARAN

PKN DI SD

DOSEN PENGAMPU : DEDI KURNIAWAN

DISUSUN
OLEH :

NAMA : MISRIANA
NIM : 855883217

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “KONSEP DAN PRAKTIK DEMOKRASI SERTA PENDIDIKAN
DEMOKRASI”. Saya menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian
waktu dan tenaga demi membantu saya dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:
1. Segenap keluarga besar Universitas Terbuka yang telah memberikan kesempatan
bagikami untuk belajar dan menjadi bagian dari UPBJJ-UT Semarang
2. Bapak Dedy kurniawan. dosen mata kuliah Pendidikan IPS di SD yang telah
memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan makalah ini.
3. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupunmaterial sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
4. Teman-teman PGSD BI Tahun 2021 yang telah memberikan dukungan
serta bantuan.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.Kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangatlah saya harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang terkait pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

Kuala Simpang, 25 Mei 2021


Penyusun

MISRIANA

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................2
Daftar isi..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUANI.
I. Latar Belakang.......................................................................................................4
II. Rumusan Masalah.................................................................................................4
III. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Demokrasi...............................................................................................5
2.1.1 Konsep-konsep Demokrasi menurut para ahli.........................................5
2.1.2 CICED dan CCE tentang Konsep Demokrasi..........................................6
2.1.3 Proses Demokrasi yang diperlukan dalam sosial....................................6
2.2 Pendidikan Demokrasi Sebagai Esensi PKn........................................................6
2.2.1 Pengertian Pendidikan Demokrasi ..........................................................6
2.2.2 Tradisi Ilmu sosial....................................................................................7
2.3 Sekolah Sebagai Laboratorium Demokrasi..........................................................8
2.3.1 Straategi Umum Pengembangan Warga Negara yang Demokratis di
Lingkungan Sekolah..............................................................................8
2.3.2 Fungsi dan Peran Sekolah dalam Mengembangkan Warga Negara yang
Demokratis.............................................................................................10
2.3.3 Mekanisme Kerja dalam Konteks Kesisteman Sekolah........................11

BAB III PENUTUP.


III.1.............................................................................................................................Kes
impulan.................................................................................................................14
III.2.............................................................................................................................Sar
an..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep dan prinsip demokrasi bagi pendidik yang membelajarkan siswa lewat mata
pelajaran PKN yang tujuannya agar siswa bisa hidup berdemokrasi. Arah
pembelajaran PKN di kelas saat ini ditegakkan dan dilaksanakan tentang bagaimana
nilai-nilai demokrasi dapat ditegakkan dan dilaksanakan. Negara yang menerpakan
sistem demokrasi dimanapun berada, pada dasarnya untuk melindungi hak-hak warga
negaranya, dan secara tidak langsung menginginkan warga negaranya memiliki
wawasan, menyadari akan keharusannya serta menampakkan partisipasinya sesuai
dengan status dan perannya dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep demokrasi ?
1.2.2 Bagaimana Pendidikan Demokrasi sebagai Esensi PKn ?
1.2.3 Bagaimana Sekolah sebagai laboratatorium Demokrasi

1.3 Tujuan
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan pembaca
1.3.1 Mengidentifikasi konsep-konsep demokrasi menurut para ahli.
1.3.2 Mengidentifikasi mengidentfikasi pendidikan demokrasi sebagai Esensi PKn
1.3.3 Mengidentifikasi Sekolah sebagai Laboratoum Demokrasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DEMOKRASI


2.1.1 KONSEP-KONSEP DEMOKRASI MENURUT PARA AHLI
a. Demokrasi menurut Budiardjo, 1992:50
Demokrasi adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia yang berasal dari bahasa
inggris “Democracy” yang diserap dari dua kata bahasa yunani “demos” dan
“kartos” atau “kratein”. Demoss berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan,
jadi demokrasi berarti rakyat berkuasa atau “govermment or rule by the people’.
b. Demokrasi menurut Abraham Lincoln
Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa
demokrasi merupakan pelembagaan (constitution), kebebasan (freedom) dan nilai
persamaan (equal).
c. Demokrasi menurut Winataputra (2001)
Demokrasi dilihat sebagai konsep yang bersifat multidimensional, secara filosofis
demokrasi sebagai ide, norma, prinsip secara sosiologis sebagai sistem sosial dan
secara psikologis sebagai wawasan, sikap dan perilaku individu dalam hidup
bermasyarakat.
d. Demokrasi menurut Ahmad Sanusi (1998)
Ahmad sanusi mengidentifkasikan sepuluh pilar demokrasi konstitusional
menurut UUD 1945. Konsep demokrasi menurut Torres (1998:145-146) dalam
Winataputra, (2001:54) mengemukakan bahwa demokrasi dapat dilihat dari tiga
tradisi pemikiran politik yaitu Classical Aristotelian theory, medieval theory dan
contemporary theory. Namun demikian, Torres lebih condong melihat demokrasi
dalam dua aspek, yaitu aspek formal democracy dan aspek substantive
democracy, sedangkan substantive democracy menunjuk pada proses demokrasi
yang diidentifikasi dalam 4 bentuk yaitu :
a. protective democracy yaitu untuk memajukan kepentingan pasar dan
melindungi dari tirani negara.
b. developmental democracy yaitu bahwa manusia sebagai makhluk yang
mampu mengembangkan kekuasaan dan kemampuannya.

5
c. equilibrium democracy yaitu penyeimbangan nilai partisipasi dan pentingnya
apatisme karena partisipasi yang isentif sesungguhnya dipandang tidak
efisien bagi individu yang rasional.
d. participatory democracy yaitu bahwa kita tidak dapat mencapai partisipasi
yang demokratis tanpa perubahan terlebih dahulu dalam ketakseimbangan
sosial dan kesadaran sosial, tetapi juga tidak dapat mencapai perubahan
dalam ketidakseimabangan sosial dan kesadaran sosial tanpa peningkatan
partisipasi terlebih dahulu.
2.1.2 CICED DAN CCE TENTANG KONSEP DEMOKRASI
Center for Indonesian Civic Education (CICED) bekerja sama dengan Center for
Civik Education (CCE) calabasas USA memberikan penjelasan bahwa
Demokrasi dipandang sebagai kerangka berpikir dalam melakukan pengaturan
urusan umum atas dasar prinsip dari oleh dan untuk rakyat diterima baik sebagai
ide, norma, sistem sosial, maupun sebagai wawasan, sikap, perilaku individual
yang secara kontekstual diwujudkabn, dipelihara dan dikembangkan.
2.1.3 PROSES DEMOKRASI YANG DIPERLUKAN DALAM SOSIAL
1. Mengutamakan kepentingan khalayak (pasar)
2. Manusia sebagai makhluk memiliki potensi untuk mengembangkan
kekuasaan dan kemampuan.
3. Memperhatikan keseimbangan antara partisipasi dan apatisme
4. Untuk mencapai partisipasi perlu ada perubahan terlebih dahulu serta
perubahan itu sendiri akan terwujud jika adanya partisipasi.
2.2 PENDIDIKAN DEMOKRASI SEBAGAI ESENSI PKN
2.2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi dimanapun berada, pada
dasarnya untuk melindungi hak-hak warga negaranya dan mengiginkan warga
negaranya memiliki wawasan, menyadari akan keharusannya serta
menampakkan partisipasinya sesuai dengan status dan perannya dalam
masyarakat. Apabila suatu negara mengabaikan sistem politik dalam negara
demokrasi mengabaikan nilai-nilai demokrasi maka akan terjadi konflik, krisis
dan lemahnya pemahaman politik. Secara
Salah satu solusi strategis secara konseptual adalah dengan cara memperkuat
demokrasi dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Namun upaya tersebut
tidak semudah membalikan telapak tangan, dimana negaranya menganut sistem

6
demokrasi maka warga negaranya akan demokratis, tetapi memerlukan proses
pendidikan demokrasi.
Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa demokrasi tidak bisa mengajarkan
sendiri. Kalau kekuatan, kemanfaatan dan tanggung jawab demokrasi tidak
dipahami dan dihayati dengan baik oleh warga negara, sukar diharapkan mereka
mau berjuang untuk mempertahankannya.
Thomas Jefferson sebagai penulis Deklarasi kemerdekaan Amerika, dalam
Wahab (2001), menyatakan bahwa perilaku warga negara yang demokratis tidak
akan terjadi dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi penerus.
Winataputra (2001) menjelaskan bahwa pendidikan demokrasi adalah upaya
sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu
warga negara agar memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan
konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya dalam
masyarakat.
Dari pandangan di atas memberikan implikasi bahwa pendidikan demokrasi
sangat diperlukan, agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan dan
tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis.

Pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian dari pendidikan yang baik
secara umum. Berkenaan dengan hal tersebut disarankan Gandal dan Finn (1992)
perlu dikembangkan model “School Baced Democracy Education” ada 4
alternatif yaitu : (1) Perhatian yang cermat yaitu landasan dan bentuk-bentuk
demokrasi (2) Bagaimana ide demokrasi telah diterjemahkan ke dalam bentuk-
bentuk kelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dalam berbagai kurun
waktu. (3) Adanya kurikulum yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi
sejarah demokrasi di negaranya. (4) Tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
memahami kondisi demokrasi yang diterapkan di negara-negara di dunia untuk
memperluas wawasan siswa dalam aneka ragam sistem sosial demokrasi dalam
berbagai konteks.

2.2.2 TRADISI ILMU SOSIAL


1. Tradisi pertama yaitu tradisi Citizenship tranmission yaitu menekankan pada
esensi bahwa para siswa perlu mendapatkan pengetahuan sebagai kebenaran
yang diyakini sendiri. Tugas guru menurut tradisi ini yaitu menyampaikan

7
pengetahuan yang telah diyakini kebenarannya itu. Dengan cara ini
kelangsungan hidup masyarakat diyakini dapat dipertahankan. Al-Muchtar
(Civicus, 2001) menjelaskan bahwa “Implikasi masalah strategis pedagoginya
adalah bagaimana menstransformasikan demokrasi dalam pendidikan
kewarganegaraan. Kajian masalah ini akan berkaitan dengan bagaimana arah
pengembangan kurikulumnya dan bagaimana pola strategi pembelajarannya.
2. Tradisi kedua social studies as social science atau social studies sebagai ilmu
sosial. Tradisi ini merupakan tradisi yang dimotori oleh para sejarawan dan alhi
ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama mengembangkan para sisswa agar dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan dan metode dari disiplin ilmu-ilmu sosial
sebagai sarana untuk menjadi warga negara yang efektif. Pendukung tradisi ini
percaya bahwa setiap disiplin ilmu sosial memliki pendekatan khusus yang dapat
melatih siswa untuk berpikir dan melihat dunia sebagaimana adanya. Wahab
(Civicus, 2001) menjelaskan bahwa pada tradisi ini menekankan pentingnya
warga negara dipersipakan untuk menguasai konsep-konsep, proses dan
masalah-masalah ilmu sosial untuk pengambilan keputusan.
3. Tradisi ketiga adalah Social Studies as reflective inquiri atau socil studies
sebagai reflektif inkuiri. Wahab (2001) menjelaskan bahwa tradisi ini
menekankan pada process of inquiri melalui mana pengetahuan diperoleh dari
apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara untuk pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah. Shirley H.Engle dan Anna S.Ochoa (1988) dari Indiana
University dalam bukunya yang berjudul Education for Democratic Citizenship
dalam Al-Muchtar (2001) mngemukakan pengembangan kurikulum dalam
pembelajraan mengunggulkan pengambilan keputusan (decision making Process)
sebagai arah pengembangan pembelajaran. Oleh karena itu content harus
merupakan problem demokrasi yang aktual. Sedangkan tranformasinya dengan
menekankan kepada terciptanya proses pembelajran untuk mengembangkan
potensi bersikap dan berprilaku demokrasi. Untuk itu mereka mengembangkan
intellectual dimensions of reflective and democratic decision making.

2.3 SEKOLAH SEBAGAI LABORATORIUM DEMOKRASI


2.3.1 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN WARGA NEGARA YANG
DEMOKRATIS DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Winataputra (2005) menjelaskan karakteristik pokok untuk masing-masing,
strategi tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pertemuan Kelas Berita Baru merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan kelas guna membahas
berita aktual yang ada dimedia massa, seperti surat kabar, televisi, radio atau
internet. Contohnya berita tentang demontrasi yang berujung dengan
perusakan.

8
b. Cambuk Bersiklus yaitu strategi pengembangan sikap demokratis dan
bertanggung jawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara
giliran. Setiap orang harus mendengarkan pertanyaan siswa lain dan
menyiapkan pertanyaan untuk siswa lain.
c. Waktu Untuk Penghargaan merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk memberikan
penghargaan atau penghormatan terhadap ora merng lain.
d. Waktu untuk yang Terhormat merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui acara yang secara khusus diadakan
atas inisiatif siswa untuk memberikan penghargaan kepada orang yang sangat
dihormati.
e. Pertemuan Perumusan Tujuan merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan
atas inisiatif guru dan siswa untuk merumuskan visi atau tujuan sekolah.
f. Peretemuan Legislasi merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan
bertanggung jawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau menyusun
norma atau aturan yang akan berlaku di sekolah.
g. Pertemuan Evaluasi Aturan merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati dan berlaku disekolah.
h. Pertemuan Perumusan Langkah Kegiatan merupakan strategi pengembangan
sikap demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk
menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa
dibawah supervisi sekolah.
i. Pertemuan Refleksi Belajar merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan pengendapan dan
evaluasi terhadap proses dan/atau hasil belajar setelah selesai satu atau
beberapa pertemuan.
j. Pertemuan Pemecahan Masalah merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk
memecahkan masalah yang ada dilingkungan sekitar atau lingkungan daerah
atau nasional yang menyangkut kehidupan siswa.

9
k. Pertemuan Isu Akademis merupakan strategi pengembangan sikap demokratis
dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk membahas
masalah akademis.
l. Pertemuan Perbaikan Kelas merupakan strategi pengembangkan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan kelas untuk membahas
atau memecahkan masalah yang menyangkut kehhidupan siswa dikelasnya
atau di lingkungan sekolahnya.
m. Pertemuan Tindak Lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis
dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak
lanjut dari suatu kegiatan berseri dilingkungan sekolah.
n. Pertemuan Perencanaan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis
dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana
bersama.
o. Pertemuan Pengembangan Konsep merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan terencana untuk
menyusun suatu gagasan baru yang dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan
atau menyarankan pemecahan atas masalah yang cukup pelik.
p. Pembahasan Situasi Pelik merupakan Strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan untuk memecahkan
masalah yang terkait pada keadaan yang pelik atau dilemik
q. Kotak Saran merupakan strategi siakp demokratis dan bertanggung jawab
melalui pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk pemecahan
masalah yang ada dilingkungan sekolah atau lingkungan sekitar.
r. Pertemuan dalam Pertemuan merupakan strategi pengembangan sikap
demokratis dan bertanggung jawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam
konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar.

2.3.2 FUNGSI DAN PERAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN


WARGA NEGARA YANG DEMOKRATIS
Sekolah sebagai organisasi mempunyai Struktu Dan Kukltur sebagai bagian
dari struktur biografi pendidikan SD merupakan satuan pendidikan dalam
lingkungan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang pembinaannya langsung di
bawah Dinas Pendidikan. Karena sekolah merupakan satuan pendidikan maka di

10
dalam sekolah terdapat komunitas yang terdiri atas pendidik, peserta didik dan
tenaga kependidikan.
Secara sosial-kultural sekolah merupakan komunitas yang memiliki budaya,
yakni budaya sekolah atau school culture. Sistem manajemen dalam sekolah
yang dianut dalam rintisan adalah manajemen berbasis sekolah (MBS). Sistem
kurikulum yang mulai diperkenalkan adalah otonomi kurikulum. Otonomi
Kurikulum merupakan imperatif sebagaimana hal itu digariskan dalam pasal 38
ayat (2) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa :
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di
bawah koordinasi dan supervise.
2.3.3 MEKANISME KERJA DALAM KONTEKS KESISTEMAN SEKOLAH
Sebagai penyelenggara pendidikan sebagimana tertuang dalam PP RI nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 4 ayat (3)
dinyatakan bahwa : “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemerdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat”. Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (4) dinyatakan bahwa kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pemberdayaan”, dan
dalam apsal 4 ayat (6) dinyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan
memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”. Sekolah sebagai
lembaga penyelenggara pendidikan dan harus organisasi sekolah, yaitu sebagai
berikut :
a. Kepala Sekolah mewakili wewenang yang kluas dan tanggung jawab penuh
atas penyelenggaraan pendidikan di lingkungan sekolah, oleh karena itu
kepala sekolah harus memiliki berbagai kemampuan dalam menjalankan
tugasnya.
b. Wakil Kepala Sekolah, mempunyai kedudukan dan peranan sebagai berikut
membantu tugas-tugas kepala sekolah.
c. Tata usaha sebagai unsur tenaga kependidikan memiliki tugas antara lain
melaksanakan tugas-tuags administrasi sekolah.
d. Dewan guru merupakan suatu forum di lingkungan sekolah, sebagai tenaga
profesional gurun harus selalu meningkatkan diri dan menambahkan
wawasannya dalam mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan

11
dan teknologi melalui peningkatan kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi.
Guru sebagai unsur pendidikan yang menjunjung proinsip profesionalitas
perlu selalu berupaya untuk melakukan inovasi dan improvisasi diri untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
e. Unit Laboratorium
f. Unit perpustakaan
g. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yaitu satu-satunya wadah oragnisasi
siswa di sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah wajib membentuknya.
Organisasi ini merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan di sekolah
yang diatur dalam keputusan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan nomor
0461/U/1984 tentang pembinaan kesiswaan dan keputusan direktur Jendral
Pendidikan Dasar Dan Menegah nomor 266/C/KEP/O/1992.
h. Komite sekolah, bukanlah bagian dari struktur organisasi sekolah, tetapi
merupakan wadah resmi pemangku kepentingann pendidikan yang menjadi
mitra pimpinan sekolah.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Proses Demokrasi adalah “Protective democracy” yaitu untuk memajukan
kepentingan pasar dan melindungi dari tirani negara. Developmental democracy bahwa
manusia sebagai makhluk yang mampu mengembangkan kekuasaan dan kemampuannya.
Equilibrium democracy yaitu penyeimbangan nilai partisipasi dan pentingnya apatisme
karena partisipasi yang isentif sesungguhnya dipandang titik efisien bagi individu yang
rasional. Participatory democracy yaitu bahwa kita tidak dapat mencapai partisipasi yang
demokratis tanpa perubahan terlebih dahulu dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran
sosial tetapi tidak juga mencapai perubahan dalam ketiodakseimbangan sosial dan
kesadaran sosial tanpa peningkatan partisipasi terlebih dahulu.
Demokrasi tidak bisa mengajarkannya sendiri. Kalau kekuatan, kemanfaatan dan
tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan dihayati dengan baik oleh warga negara,
sukar diharapkan mereka mau berjuang untuk mempertahankannya.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan kurikuler termasuk dalam kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian diberikan melalui muatan dan/atau
kegiatan kewarganegaraan secara tersendiri dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, seni
dan budaya, pendidikan jasmani secara holistik.

3.2. SARAN

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

13
Daftar Pustaka

- Udin S. Winataputra, dkk. 2008. Pembelajaran PKn di SD. Banten :Universitas


Terbuka.

14

Anda mungkin juga menyukai