Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“IMPLEMENTASI NILAI DEMOKRASI, KESAMAAN DERAJAT DAN NILAI


KETAATAN HUKUM DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN
BERMASYARAKATAN, BERBANGSA, DAN BERNEGARA.”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengajar : Dr. Agus Salim., M.M.Pd

Oleh:

Kelompok : 9

Desy Komala

Nadia

Refina Azzahra

Zuraida Emayanti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “implementasi nilai demokrasi, kesamaan derajat dan nilai ketaatan
hukum dapat meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakatan, berbangsa dan
bernegara.” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah yang telah
kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Banjarbaru, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Nilai Demokrasi............................................................................................3
B. Kesamaan derajat dan Nilai Ketaatan hukum.............................................6
C. Berbangsa dan Bernegara yang berhubungan dengan UUD 1945............9

BAB III. PENUTUP.................................................................................................17

A. Kesimpulan..................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, baik besar
maupun kecil. Keadaan geografis ini menyebabkan terjadinya heterogenitas
masyarakat yang hidup menyebar di pulau yang ada. Heterogenitas masyarakat
Indonesia secara horizontal, dapat dilihat dari keanekaragaman suku bangsa dengan
nilai serta adat istiadat yang dikandungnya. Sedang heterogenitas atau
kemajemukan masyarakat secara vertikal nampak pada adanya kelas-kelas atau
lapisan-lapisan dimasyarakat. Dengan heterogenitas masyarakat tersebut perlu
adanya suatu undangundang yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
secara menyeluruh. Dalam hal ini untuk menjamin hak-hak individu atau masyarakat
dalam keberagaman. Penempatan UUD sebagai peraturan tertinggi dalam
kehidupan bernegara merupakan pencerminan pelaksanaan negara hukum atau
rechastaat atau disebut pula sebagai rule of law. Unsur klasik rechsstaat yang pada
umumnya dimuat dalam UUD meliputi hak-hak manusia, pemisahan atau pembagian
kekuasaan untuk menjamin hak, pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan,
dan peradilan administrasi dalam perselisihan (Stahl dalam Budiardjo, 1986:57).

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dengan mengedepankan kedaulatan


rakyat. Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein”
atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-
cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara dengan sistem
pemerintahannya mengakui kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan bersama rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat (Rosyada, dkk., 2003:110). Demokrasi sebagai kekuasaan
pokoknya diakui dan berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang sebenarnya
menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan
kehidupan kenegaraan (Ashidiqqie, 2008:335)

B. Identifikasi Masalah
1. Jelaskan implementasi nilai demokrasi yang berhubungan dengan UUD 1945!
2. Jelaskan kesamaan derajat dan nilai kualitas kehidupan bermasyarakat yang
berhubungan dengan UUD 1945!
3. Jelaskan berbangsa dan bernegara yang berhubungan dengan UUD 1945!

C. Tujuan

1. Mengetahui implementasi nilai demokrasi yang berhubungan dengan UUD


1945
2. Mengetahui kesamaan derajat dan nilai ketaatan hukum dapat meningkatkan
kualitas kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan UUD 1945
3. Mengetahui berbangsa dan bernegara yang berhubungan dengan UUD 1945

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai Demokrasi

Implementasi Nilai-nilai Kebangsaan yang bersumber dari UUD NRI Tahun


1945 Terhadap Generasi Muda Dalam Era Demokrasi.

Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk “satu kesatuan


sebagai bangsa “nation” dan “membentuk negara yang merdeka” penuh dengan
dinamika dan pasang surut. Dimulai dari Perjuangan para pemuda, sejak 1908 yang
selalu kita peringati dengan Hari kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei 1908,
disitulah kita telah mengenal Kehidupan Berbangsa dan berpolitik; dan pada tanggal
20 Mei juga, pada tahun 1965 Presiden Sukarno, mendirikan Lemhannas RI. Setelah
itu dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda, para pemuda di seluruh Indonesia
berkumpul dari perwakilan pemuda di seluruh Indonesia. Dari berbagai peristiwa
perjalanan perjuangan tersebut ada suatu peristiwa yang perlu terus kita jadikan
sebagai catatan penting, karena pada saat-saat itulah sebuah komitmen atau
konsensus bangsa diletakkan, oleh para pemuda. Peristiwa dimaksud adalah
“Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian sehari
setelah itu dilanjutkan dengan pengesahan UUD NRI Tahun 1945 sebagai Konstitusi
Negara”. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945
merupakan konsensus nasional (semua warga bangsa) bahwa pengaturan
kehidupan berkebangsaan dan kehidupan bernegara dalam negara Indonesia yang
dibentuk disepakati dengan dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila,
dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI Tahun 1945,
disepakati mengenai konsepsi bentuk negaranya adalah negara kesatuan Republik
Indonesia, dan disepakati bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesia-an
yang terdiri dari berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma-norma
kehidupan yang mencerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Konsensus nasional tersebut menjadi panduan penting dalam menjaga


persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini.

3
Berbagai peristiwa penghianatan berupa pemberontakan, gerakan separatis,
coup d’Etat, bahkan perjuangan politik yang legal melalui Konstituante, yang
dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat untuk merubah atau mengganti
konsensus tersebut dapat diatasi, khususnya oleh para pemuda, yang kita kenal
dengan angkatan 66, dan diteruskan pada tahun 1998, bagaimana para pemuda
dengan semangat tanpa pamrih, memperjuangkan reformasi sampai saat ini.
Konsensus nasional yang selama ini nilai-nilai dasarnya menjadi dasar dalam
penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat
kebangsaan serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa
Indonesia melakukan perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata saat
ini, mengalami suatu kemunduran (degradasi). Degradasi rasa, jiwa dan semangat
kebangsaan. Indikasi dari degradasi tersebut terlihat semakin menipisnya kesadaran
dan kurang dihayatinya tata kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai ideologi
Pancasila dan Konstitusi, pada hampir semua generasi bangsa. Khusus pemuda,
menurut laporan dari Kemengpora RI saat ini, ada 10 (sepuluh) masalah karakter
bangsa pada generasi muda/pemuda, antara lain: masih maraknya tingkat
kekerasan dikalangan pemuda ,adanya kecendrungan sikap ketidak jujuran yg
semakin membudaya , berkembangnya rasa tdk hormat, kpd org tua, guru dan
pemimpin, sikap rasa curiga dan kebencian satu sama lain, penggunaan bahasa
Indonesia dg semakin memburuk, berkembangnya prilaku menyimpang dikalangan
pemuda (narkoba, pornografi, pornoaksi,dll), kecendrungan mengadopsi nilai2
budaya asing, melemahnya idealisme, patriotisme,serta mengendapnya spirit of
nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,serta semakin kabur
pedoman yg berlaku , dan sikap acu tak acu terhadap pedoman ajaran agama.

Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan


khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi
meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem
kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa
Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang
bersifat multidimensial.

4
Nilai-nilai Kebangsaan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945,
yaitu:

1) Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat,


setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaran pemerintahan.

2) Nilai kesamaan derajat, setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan
kedudukan yang sama di depan hukum.

3) Nilai ketaatan hukum, setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati
setiap hukum dan peraturan yang belaku.

Berdasarkan uraian nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal UUD


Negara RI Tahun 1945 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyusunan perumusan pasal-pasal UUD Negara RI Tahun 1945 telah
mengakomodasi segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang disesuai-kan dengan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia saat
itu. Nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut sampai dengan saat ini
masih sangat relevan dengan situasi dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia
walaupun adanya pengaruh globalisasi. Sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut
untuk dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Membangun Sistem Demokrasi sesuai dengan Konstitusi UUD NRI Tahun 1945 .

Proses reformasi yang bergulir pada penghujung tahun 1998, pada hakekatnya
merupakan proses demokratisasi yang dilakukan bangsa Indonesia secara gradual,
berkesinambungan dan sistematis serta menyeluruh. Proses ini akan merupakan “on
going process” mengingat agendanya yang berlanjut di samping interaksi pelbagai
fenomena sosial politik yang harus dihadapi karena lingkungan strategis yang
berubah dengan cepat, baik yang bersifat nasional, regional maupun internasional.

5
Nilai-nilai kebangsaan tersebut menjadi wujud sikap dan perilaku yang akan kita
lakukan dan tunjukkan sebagai warga negara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam bersikap, kita harus tahu
bagaimana kita bersikap dan berperilaku dalam kumpulan masyarakat dan
berperilaku sebagai warga negara Indonesia.

Dalam pandangan ideologi nasional, nilai-nilai kebangsaan menjadi


kesepakatan dalam membangun kebersamaan dan kerja sama. Dalam ideologi,
Nilai-nilai kebangsaan menjadi sebuah etika dalam kehidupan bermasyarakat dan
menjadi tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia.

B. Kesamaan Derajat dan Nilai Ketaatan Hukum

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia


dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai
anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun
terhadap pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan
dalam perundang-undangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua
orang tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat.
Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai
faktor kehidupan.

Pelapisan sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini
berkaitan satu sama lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas
dalam masyarakat yaitu antara kelas tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan
derajat adalah suatu yang membuat bagaimana semua masyarakat ada dalam kelas
yang sama tiada perbedaan kekuasaan dan memiliki hak yang sama sebagai warga
negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara kalangan atas dan kalangan
bawah. Pasal-Pasal di dalam UUD45 tentang persamaan hak

UUD 1945 menjamin hak atas persamaan kedudukan, hak atas kepastian hukum
yang adil, hak mendapat perlakuan yang sama di depan hukum dan hak atas
kesempatan yang sama dalam suatu pemerintahan.

6
Setiap masyarakat memiliki hak yang sama dan setara sesuai amanat UUD
1945, yaitu Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan,” setiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada pengecualiannya”. Pasal 28D
ayat (1) UUD 1945 menyatakan,” setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.”

Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyatakan,” setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di hadapan hukum”. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 menyatakan, ”Setiap
orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapat perlindungan ddari perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Norma-norma
konstitusional di atas, mencerminkan prinsip-prinsip hak azasi manusia yang berlaku
bagi seluruh manusia secara universal.

Nilai Ketaatan Hukum, yang menempatkan setiap warga Negara tanpa


pandang bulu wajib mentaati setiap hukum dan peraturan yang belaku. Seorang
warga masyarakat mentaati hukum karena pelbagain sebab. Pertama, Takut karena
sanksi negatif, apabila hukum dilanggar. Kedua, untuk menjaga hubungan baik
dengan penguasa. Ketiga, untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan
sesamanya. Keempat,

karena hukum tersebut sesuai dengan Nilai-Nilai yang dianut. Kelima,


kepentingan terjamin. Suatu norma hukum akan dihargai oleh warga masyarakat
apabila ia telah mengetahui, memahami, dan menaatinya. Artinya, dia benar-benar
dapat merasakan bahwa hukum tersebut menghasilkan ketertiban serta ketentraman
dalam dirinya. Berdasarkan uraian Nilai-Nilai yang terkandung dalam pasal-pasal

UUD NRI Tahun 1945 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyusunan perumusan pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 telah mengakomodasi
segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia saat itu.

7
Nilai-Nilai yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut sampai saat ini masih sangat
relevan dengan situasi dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia.

Sehingga diharapkan Nilai-Nilai tersebut untuk dapat dijadikan sebagai


pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah
NKRI.

Empat pokok hak-hak asasi dalam 4 pasal yang tercantum di UUD 1945 adalah
sebagai berikut :

• Pokok Pertama, mengenai kesamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di


dalam hukum dan di muka pemerintahan. Pasal 27 ayat 1 menetapkan bahwa
“Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan
Pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”

Di dalam perumusan ini dinyatakan adanya suatu kewajiban dasar di samping


hak asasi yang dimiliki oleh warga negara, yaitu kewajiban untuk menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dengan demikian perumusan ini
secara prinsipil telah membuka suatu sistem yang berlainan sekali daripada sistem
perumusan “Human Rights” itu secara Barat, hanya menyebutkan hak tanpa ada
kewajiban di sampingnya.

Kemudian yang ditetapkan dalam pasal 27 ayat 2, ialah hak setiap warga negara
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

• Pokok Kedua, ditetapkan dalam pasal 28 ditetapkan, bahwa “kemerdekaan


berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan oleh Undang-Undang”.

• Pokok Ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk
agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi sebagai berikut :
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

8
• Pokok Keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran
yang berbunyi : (1) “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran” dan (2)
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang”

C. Berbangsa dan Bernegara yang berhubungan dengan UUD 1945

Konstitusi menjadi dasar negara karena itu konstitusi memuat visi dan tujuan
bernegara serta juga mengemukakan prinsip dan aturan dasar yang mengatur tata
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Konstitusi adalah
seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat
dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka
konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara.

1. Konteks dan Peran Konstitusi

Di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah dikemukakan


secara tegas seperti tersebut pada Pasal 1 ayat (3) menyatakan “Negara Indonesia
adalah negara hukum”, dan Pasal 1 ayat (2) menyatakan “kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”.

Negara hukum yang didasarkan atas kedaulatan rakyat tersebut adalah dasar suatu
sistem dari Pemerintah Negara Republik Indonesia yang mempunyai tujuan
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan ... dan keadilan sosial ...” sesuai
dengan pembukaan konstitusi.

Uraian di atas hendak menegaskan, negara hukum harus didasarkan pada


kedaulatan rakyat dan ditujukan untuk kepentingan perlindungan segenap bangsa
serta mewujudkan kesejahteraan.

9
Konsep, kerangka teoritik, serta prinsip negara hukum yang antara lain meliputi: asas
legalitas, persamaan dalam hukum,

pembatasan kekuasaan, perlindungan hak asasi, peradilan yang bebas dan tidak
memihak seyogianya ditujukan untuk melindungi kepentingan rakyat.

Pada konteks itu, organ kekuasaan, termasuk kekuasaan kehakiman tidak hanya
dipersyaratkan harus merupakan kekuasaan yang bebas dan tidak memihak saja,
tetapi juga harus berpihak dan bertujuan untuk melindungi kepentingan dari rakyat
sang pemilik kedaulatan. Montesquieu sebagai French Jurist di dalam The Spirit of
the Laws (1748) mengemukakan ide constitutionalism yang dihubungkan the
separation of powers dalam kaitannya dengan kekuasaan kehakiman menyatakan
“... the judiciary should be independent of the legislature and executive ...”.

Konstitusi memegang peran yang sangat penting bagi Negara dalam kaitannya
dengan keberlangsungan proses penyelenggaraan Negara dalam rangka mencapai
tujuan Negara yang ingin diraih. Begitu pula dengan Negara yang menganut konsep
demokrasi.

Peran konstitusi dalam suatu Negara demokrasi:

1. Konstitusi berperan sebagai Dasar Pembentukan Negara

Secara istilah, konstitusi diartikan sebagai pembentukan. Asal muasal penggunaan


kata “pembentukan” sebagai makna dari istilah konstitusi berawal dari terjemahan
kata constituer (Perancis) yang memiliki arti membentuk dalam artian membentuk
suatu negara. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konstitusi mengandung arti
berawalnya segala aturan atau kaidah dasar mengenai hal-hal untuk membentuk
suatu Negara. Dalam ketatanegaraan, konstitusi diartikan sebagai aturan dasar
pembentukan suatu negara atau menyatakan sebuah negara.

Dalam konteks Indonesia, UUD 1945 sebagai dasar hukum tertulis tertinggi dapat
disebut sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia dan Dasar Pembentukan Negara.

10
Hal ini secara jelas tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang memuat
pernyataan kemerdekaan serta tujuan nasional yang berlandaskan Pancasila. UUD
1945 juga mengatur kerangka ketatanegaraan serta tugas dan wewenang lembaga
Negara.

2. Konstitusi berperan sebagai Perekat Bangsa

Konstitusi merupakan bentuk konsensus yang mencerminkan keanekaragaman yang


dibalut dalam suatu ikatan kebangsaan dan kenegaraan. Heterogenitas dalam
Negara demokrasi diakui dan dilindungi keberadaannya. Heterogenitas ini menuntut
adanya sikap saling menghargai dan menghormati di antara warga masyarakat.
Sikap ini dibutuhkan guna meraih cita-cita dan tujuan Negara yang telah disepakati.
Sikap saling menghargai dan menghormati inilah yang memicu tumbuh kembangnya
sikap toleransi dalam masyarakat.

Heterogenitas yang dimiliki Indonesia tidak lantas membuat Indonesia menjadi


bangsa yang tercabik-cabik. Namun, heterogenitas ini justru menguatkan Indonesia
sebagai satu bangsa yang besar. Heterogenitas menuntut setiap anak bangsa
Indonesia untuk dapat saling menghargai dan menghormati. Sikap seperti ini telah
menjadikan Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki toleransi yang tinggi.
Heterogenitas Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-
beda tetapi satu jua)

Heterogenitas Indonesia merupakan fakta yang harus diterima oleh setiap bangsa
Indonesia. Untuk itu, Negara menjamin heterogenitas Indonesia dalam UUD 1945
yang tersurat jelas dalam tujuan Negara Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945
dan berlandaskan falsafah negara.

Dengan dijaminnya heterogenitas di Indonesia, maka semangat rasa persatuan


dapat terjalin sejalan dengan fungsi toleransi yang diterapkan oleh setiap warga
negara.

11
3. Konstitusi berperan sebagai Hukum Dasar

Konstitusi dalam Negara demokrasi hanya memuat hal-hal atau aturan-aturan


kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersifat prinsip atau mendasar. Konstitusi
merupakan hukum dasar yang disusun untuk mengatur kedudukan dan fungsi
lembaga pemerintahan dan hubungan kerjasama antara Negara dengan rakyat.
(baca : Struktur Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah Amandemen)

UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis bagi Negara Indonesia. Di dalamnya
mengatur hal-hal mendasar mengenai tata cara penyelenggaraan Negara,
mekanisme pemberian kekuasaan serta tata cara penggunaan kekuasaan itu oleh
lembaga Negara.

4. Konstitusi berperan sebagai Hukum Paling Tinggi

Konstitusi disebut sebagai sumber hukum tertinggi dalam tata hukum suatu Negara.
Konstitusi merupakan acuan awal atau rujukan disusunnya peraturan perundangan
yang berada di bawah konstitusi. Dengan demikian, tidak boleh ada satu pun
peraturan perundangan yang bertentangan dengan konstitusi.

UUD 1945 adalah sumber hukum tertulis yang paling tinggi di Indonesia. Hal ini
berarti, sesuai dengan pernyataan di atas, UUD 1945 merupakan sumber hukum
tertulis tertinggi dan dasar bagi setiap pembentukan peraturan perundangan di
bawahnya agar tidak bertentangan dengan UUD 1945.

5. Konstitusi berperan sebagai Perangkat Kehidupan Yang Demokratis

Konstitusi dalam Negara demokrasi mengatur kehidupan kemasyarakatan,


kebangsaan, dan kenegaraan. Melalui konstitusi yang demokratis, suatu kekuasaan

12
dan pemerintahan yang demokratis dapat terwujud dengan menerapkan nilai-nilai
demokratis yang tersirat dalam konstitusi oleh setiap anak bangsa secara konsisten.

6. Konstitusi sebagai Penjaga Demokrasi

Melihat kembali perjalanan sejarah, cara-cara demokrasi yang diterapkan Negara-


negara pada masa lalu tidak serta merta melahirkan pemerintahan yang
kekuasaannya terbatas. Bahkan dalam beberapa kasus, kekuasaan yang otoriter
justru tumbuh dan berkembang melalui cara-cara demokrasi. Untuk itu, suatu Negara
yang menganut demokrasi sejatinya memaknai demokrasi tidak hanya sebagai suatu
proses pemilihan umum (wakil rakyat dan pemerintahan) semata. Demokrasi
hendaknya dimaknai secara substansial yaitu penghargaan dan perlindungan HAM,
pemerintahan yang terbatas, dan penyelenggaraan pemerintahan berkedaulatan
rakyat yang telah ditetapkan dalam konstitusi. Jika ada aturan hukum atau kebijakan
yang bertentangan dengan inti demokrasi maka harus dibatalkan.

Dalam Negara demokrasi, demokrasi diatur dan dibatasi oleh aturan hukum. Dengan
demikian, konstitusi sebagai hukum tertinggi dalam Negara demokrasi mengatur
prosedur demokrasi serta substansi pemerintahan yang demokratis. Hal ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga demokrasi dari penggunaan kekuasaan
yang membahayakan demokrasi itu sendiri.

7. Konstitusi sebagai Alat untuk Membatasi dan Memisahkan Kekuasaan Negara

Pada hakekatnya, konstitusi memuat batasan-batasan tentang kekuasaan Negara.


Karenanya, konstitusi tidak dapat dilepaskan dari paham konstitusionalisme.
Konstitusionalisme adalah paham yang menyatakan bahwa kekuasaan harus
dibatasi agar proses demokrasi dapat berjalan.

13
Jika kekuasaan tidak dibatasi dengan konstitusi dikhawatirkan kekuasaan akan
bertumpu pada satu orang dan dapat dijadikan legitimasi bagi siapapun yang
berkuasa. (baca : Penyebab Terjadinya Tindakan Penyalahgunaan Kewenangan)

Penyalahagunaan wewenang merupakan salah satu penyebab korupsi di


Indonesia.Sebagai pemerintahan yang berasal dari, oleh dan untuk rakyat sejatinya
demokrasi dijalankan tidak secara langsung. Proses demokrasi dilakukan melalui
sistem perwakilan. Maksudnya, rakyat memberikan mandat atau amanat kepada
penguasa serta lembaga Negara. Terkadang, kekuasaan yang diberikan kepada
penguasa tidak dijalankan sesuai dengan konstitusi. Untuk menghindarinya
diperlukan pembatasan-pembatasan melalui konstitusi.

Di Indonesia, pembatasan kekuasaan juga dilakukan melalui konstitusi. Dalam UUD


1945, secara jelas diatur tentang kedudukan dan wewenang dari setiap lembaga
Negara. Hal ini dimaksudkan agar tercipta pengawasan dan keseimbangan dalam
penyelenggaraan Negara. Selain itu, pembatasan wewenang ini dilakukan agar tidak
terjadi adanya intervensi atau gangguan lainnya yang dapat mengganggu jalannya
pemerintahan.

Sebagai Negara yang menganut demokrasi, penyelenggaraan negara dibagi ke


dalam tiga macam kekuasaan agar kekuasaan Negara tidak bertumpu pada satu
orang. Pendelegasian wewenang kekuasaan yang tercantum dalam UUD 1945
adalah :

1) Kekuasaan membentuk UU dilakukan oleh DPR; (baca : Fungsi DPR RI)


2) Kekuasaan mengadili pelanggaraan pelaksanaan UU oleh MA dan MK;
(baca : Tugas dan Fungsi Mahkamah Agung)
3) Kekuasaan melaksanakan UU oleh Presiden; (baca : Tugas, Fungsi, dan
Wewenang Presiden dan Wakil Presiden)

8. Konstitusi sebagai Pelindung HAM dan Hak-hak Warga Negara

14
Konstitusi pada hakekatnya disusun guna mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan Negara yang dapat berakibat pada adanya pelanggaran HAM dan hak
warga negara. Hal ini berdasarkan kilasan sejarah yang menunjukkan banyaknya
jenis-jenis pelanggaran hak-hak asasi manusia yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan penguasa.

Bentuk atau jenis pelanggaran HAM tidak hanya berupa penghilangan hak hidup
manusia saja. Namun, dapat juga karena akibat adanya penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan oleh penyelenggara Negara. Korupsi adalah contohnya. Doktrin
International Covenant Economic and Social Right menyatakan bahwa tindak pidana
korupsi yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran HAM berat. Hal ini karena
korupsi menghilangkan hak warga Negara untuk dapat menikmati pembangunan.
Untuk mencegah selalu berulangnya masalah pelanggaran hak-hak asasi manusia
yang dilakukan oleh Negara maka diperlukan pembatasan kekuasaan Negara
melalui konstitusi. Pembatasan ini diperlukan guna melindungi hak-hak asasi
manusia seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan.

Disebutkan sebelumnya bahwa unsur penting bagi Negara demokrasi adalah


konstitusi yang demokratis dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan
hak-hak warga negara. Sebagai negara yang menganut paham demokrasi,
Indonesia juga tidak terlepas dari dua unsur tadi. Hubungan demokrasi dan hak-hak
asasi manusia di Indonesia tersurat dengan jelas dalam UUD 1945. Dalam Dalam
UUD 1945 ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia serta hak dan kewajiban
warga Negara telah diatur dengan begitu jelas terutama setelah dilakukannya
Perubahan UUD 1945. Diaturnya hak-hak asasi manusia serta hak dan kewajiban
warga Negara dalam UUD 1945 sebagai bukti bahwa sebagai Negara demokrasi,
Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia serta hak dan kewajiban
warga Negara.

Perlindungan konstitusi ini dilakukan oleh lembaga Negara yang memegang


kekuasaan kehakiman. Untuk itu, dibentuk Mahkamah Konstitusi sebagai sebagai
garda konstitusi dan penafsir akhir konstitusi.

15
Di Indonesia, Mahkamah Konstitusi dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan
Undang-undang dasar dapat terjaga dan terjamin. Sebagai pengawal dan penafsir
akhir konstitusi, Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan dan kewajiban.

Kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 kepada Mahkamah


Konstitusi adalah :

 Melakukan pengujian atau pengecekan Undang-Undang terhadap Undang-


Undang Dasar 1945;
 Membuat keputusan tentang sengketa kewenangan yang terjadi antara satu
lembaga dengan lembaga lainnya yang wewenangnya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar 1945;
 Membuat keputusan tentang sengketa pemilihan umum; dan
 Membuat keputusan tentang pembubaran partai politik.

Adapun kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan mengenai


pendapat Dewan Perwakilan Rakyat yang menyatakan bahwa baik Presiden atau
Wakil Presiden atau keduanya telah secara nyata melakukan suatu pelanggaran
hukum. Atau, baik Presiden atau Wakil Presiden atau keduanya sudah tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai Presiden atau Wakil Presiden atau keduanya seperti
yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

• Nilai-nilai Kebangsaan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NKRI Tahun 1945,
yaitu:

1) Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat,


setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaran pemerintahan.

2) Nilai kesamaan derajat, setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan
kedudukan yang sama di depan hukum.

3) Nilai ketaatan hukum, setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati
setiap hukum dan peraturan yang belaku.

• Dalam pandangan ideologi nasional, nilai-nilai kebangsaan menjadi kesepakatan


dalam membangun kebersamaan dan kerja sama. Dalam ideologi, Nilai-nilai
kebangsaan menjadi sebuah etika dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi
tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia.

• Berdasarkan uraian Nilai-Nilai yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI Tahun
1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan perumusan pasal-pasal
UUD NRI Tahun 1945 telah

mengakomodasi segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya bangsa

Indonesia saat itu.

• Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia


dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai
anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun
terhadap pemerintah dan Negara.

17
• Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-undangan atau
Konstitusi. Undang-undang yang dibuat itu berlaku bagi semua orang tanpa
terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat.

B. Saran

1. Konsensus nasional yang selama ini nilai-nilai dasarnya menjadi dasar dalam
penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat
kebangsaan serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa
Indonesia saat ini, mengalami suatu kemunduran (degradasi). Oleh karena itulah kita
perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang
terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati
diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi
konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa Indonesia dapat tetap menjaga
keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial.

2 . Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam pasal UUD NKRI tahun 1945
diharapkan nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://willyluga.wordpress.com/2015/11/20/kesamaan-derajat/

http://eprints.ums.ac.id/36306/6/BAB%201.pdf

https://guruppkn-com.cdn.ampproject.org/v/s/guruppkn.com/peran-konstitusi-dalam-
negara-demokrasi/amp?usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D&amp_js_v=0.1#aoh=16014461580668&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fguruppkn.com%2Fperan-konstitusi-dalam-negara-demokrasi

http://makalainet.blogspot.com/2013/10/makalah-konstitusi-negara.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai