Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“BAGAIMANA HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DALAM DEMOKRASI


YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN RAKYAT UNTUK MUSYAWARAH
MUFAKAT”
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

DOSEN PEMBIMBING:
BAPAK MAHA PUTRA S.Pd, M.Pd
DISUSUN OLEH:
Devi Ameliana ( 112211358 )
MA.22.C.16

UNIVERSITAS PELITA BANGSA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI MANAJEMEN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan 2endid, hidayah
dan inaya-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“BAGAIMANA HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DALAM DEMOKRASI
YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN RAKYAT UNTUK MUSYAWARAH
MUFAKAT” ini dengan baik. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
saya peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Maha Putra S.Pd , M.Pd, selaku pengajar mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini. Saya
harap, dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kebaikkan menuju arah yang lebih
baik.

Bekasi, 22 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN .................................................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ................................................................................................................................ 3
1.5 SISTEMATIKA ......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................
2.1 MENELUSURI KONSEP DAN URGENSI HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA
DAN WARGA NEGARA ............................................................................................................... 4
2.2 ALASAN MENGAPA DIPERLUKAN HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA
DAN WARGA NEGARA INDONESIA ........................................................................................ 11
2.3 MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK TENTANG HARMONI
KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA INDONESIA ........................... 13
2.4 MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN HARMONI
KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA .................................................. 18
2.5 MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK
NEGARA DAN WARGA NEGARA ............................................................................................. 24
2.6 KOMPARASI HAM, HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM PIAGAM
MADINAH, MAGNA CHARTA DAN UUD 1945 ....................................................................... 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 30
B. SARAN ....................................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Apakah kita memiliki dan kewajiban? Mana yang akan Anda dahulukan? Sebagai warga negara,
bentuk keterikatan kita terhadap negara adalah adanya hak dan kewajiban secara timbal balik
(resiprokalitas). Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula
negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara. Hak dan kewajiban warga negara
merupakan isi konstitusi negara perihal hubungan antara warga negara dengan negara. Di
Indonesia, pengaturan hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD NRI 1945. Bagaimana
pengaturan selanjutnya agar dapat diwujudkan dalam hubungan yang harmonis antara hak dan
kewajiban warga negara? Nah kita akan diajak mempelajari perihal harmoni antara hak dan
kewajiban warga negara di Indonesia yang berdasar pada ide kedaulatan rakyat yang bersumber
pada sila IV Pancasila. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif, dan diminta untuk
menelusuri, menanya, menggali, membangun argumentasi serta memdeskripsikan sendiri konsep
kewajiban dan hak warga negara serta bentuk hubungan keduanya baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan.
Setelah melakukan pembelajaran ini Anda sebagai calon sarjana dan pendidikan
diharapkan berdisiplin diri melaksanakan kewajiban dan hak warga negara dalam tatanan
kehidupan demokrasi Indonesia yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk
mufakat; mampu menerapkan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam tatanan
kehidupan demokrasi Indonesia yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk
mufakat; dan melaksanakan proyek belajar kewarganegaraan yang terfokus pada hakikat dan
urgensi kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam tatanan kehidupan demokrasi Indonesia
yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk mufakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Saat ini banyak generasi muda terutama kalangan para pelajar yang tidak peduli dengan
kewajiban dan hak negara, padahal hal ini sangat penting untuk bekal ilmu kehidupan. Berikut ini
adalah masalah-masalah yang sebenarnya terjadi saat ini.

1
1. Ketidaktahuan konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga
negara?
2. Bagaimana diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara
indonesia?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni kewajiban dan hak
negara dan warga negara indonesia?
4. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan harmoni kewajiban dan hak
negara dan warga negara?
5. Bagaimana esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara?
6. Bagaimana komparasi ham, hak dan kewajiban warga negara dalam piagam
madinah, magna charta dan uud 1945?

1.3 TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH


1. Mereka bisa mengenal konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan
warga negara
2. Mengetahui diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara
Indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni kewajiban dan hak
negara dan warga negara Indonesia
4. Mengetahui tentang dinamika dan tantangan harmoni kewajiban dan hak negara dan
warga negara
5. Mengetahui esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara
6. Mengetahui komparasi ham, hak dan kewajiban warga negara dalam piagam
madinah, magna charta dan uud 1945

2
1.4 MANFAAT PENYUSUNAN MAKALAH
Adapula manfaat dari peyusunan makalah ini, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Dapat menjadi bahan referensi untuk pelaku warga negara karena dapat mempelajari
bagaimana harmoni kewajiban dan hak negara dalam demokrasi yang bersumbu pada
kedaulatan rakyat untuk musyawarah mufakat

2. Kegunaan Praktis

Dapat menjadi acuan dari pedoman untuk para pelaku lingkungan, agar dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap dampaknya.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Adapun sistematika penulisan karya tulis ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENELUSURI KONSEP DAN URGENSI HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK


NEGARA DAN WARGA NEGARA
Hak secara umum merupakan sesuatu yang diperoleh setiap manusia sesuai kodratnya
sebagai individu dan makhluk ciptaan Tuhan. Adapun pengertian lain dari hak adalah kuasa untuk
menerima atau melakukan sesuatu yang diterima oleh individu dan tidak dapat dirampas oleh
siapapun. Menurut Notonegoro, hak merupakan sesuatu yang didapatkan seseorang sebagai warga
negara dan hak ini tidak bisa diintervensi oleh kekuasaan apapun. Hak yang dimiliki manusia dapat
disebut dengan hak asasi. Atas martabatnya sebagai manusia, hak asasi dimiliki oleh setiap
manusia. Hak-hak asasi ini selalu melekat dalam diri setiap manusia dimanapun ia berada terlepas
dari negara mana ia berasal. Hak tidak dapat diintervensi oleh siapapun bahkan negara sekalipun
tidak dapat menghilangkan hak yang dimiliki sebagai seorang manusia.

Berbicara tentang hak asasi manusia, terdapat sifat-sifat yang dimiliki hak asasi manusia.
Sifat yang pertama yaitu bersifat universal, berarti hak dimiliki oleh setiap manusia tanpa
memandang siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Sifat yang kedua yaitu bersifat hakiki,
berarti hak sudah dimiliki setiap manusia sejak ia lahir ke dunia ini sebagai makhluk yang
diciptakan Tuhan. Kemudian, hak asasi manusia juga bersifat utuh, berarti hak tidak dapat dibagi-
bagi sehingga setiap manusia memiliki hak-hak yang sama dan utuh. Contohnya, seseorang
memiliki hak politik tetapi di sisi lain, ia juga memiliki hak ekonomi dan bahkan hak-hak lainnya.
Sifat yang keempat yaitu tetap, berarti hak asasi akan selalu melekat pada setiap insan manusia
selama hidupnya. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau dihilangkan oleh siapapun, Hak asasi
manusia bersifat kodrati, berarti hak merupakan anugerah yang diberikan dari Tuhan kepada
manusia sesuai kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

Terdapat dua jenis hak yang dimiliki manusia. Pertama adalah hak-hak sipil-politik, jenis
hak ini merupakan hak yang diterima manusia dari lahir.

4
Selanjutnya, manusia juga memiliki hak-hak ekonomi-sosial dan budaya, jenis hak ini diterima
dan diperoleh manusia dari masyarakat tempat ia berada. Contohnya adalah hak untuk
mendapatkan pekerjaan, hak mendapatkan gaji atau upah yang layak, hak berkumpul dan
mengemukakan pendapat, hak memperoleh pendidikan yang layak, dan hak memperoleh
pelayanan pendidikan.

Di samping itu, hak warga negara berbeda dengan hak asasi manusia. Seperti yang sudah
kita ketahui bahwa hak asasi manusia sudah melekat pada diri manusia sejak ia lahir, hak warga
negara sedikit berbeda. Hak warga negara dibatasi oleh status kewarganegaraan person atau setiap
individu. Hak warga negara diperoleh oleh warga negara dan diberikan oleh negara tempat ia
secara legal sudah memiliki status kewarganegaraan yang ditetapkan oleh undang-undang yang
berlaku. Dalam hal kewarganegaraan, hak yang diterima oleh warga negara yaitu mendapatkan
penghidupan yang layak, rasa aman, mendapat perlindungan hukum, dan lain-lain. Hak asasi
manusia dan hak warga negara sama-sama penting karena hak asasi manusia menjadi bagian dari
hak yang diperoleh dari negara kepada warga negaranya.

Adapun hak-hak warga negara Indonesia yang diatur dalam UUD NRI Tahun 1945. Hak
yang pertama berkaitan dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Diatur dalam Pasal 27 ayat
(2). Selanjutnya yaitu hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, yang diatur dalam Pasal
28A. Kemudian, ada juga hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan dalam Pasal 28B ayat (1).
Adapun hak warga negara mengenai kelangsungan hidup, yang diatur pada Pasal 28B ayat (2).
Selain itu, Adapun pasal-pasal lainnya, seperti: Pasal 28C ayat (1), (2), Pasal 28D ayat (1), (2), (3),
(4), Pasal 29, dan Pasal 31 ayat (1).

Contoh hak yang pertama dari warga negara Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang
adalah hak untuk hidup. Hal ini berarti setiap manusia memiliki hak untuk hidup, mempertahankan
kehidupannya, serta menjalankan kehidupan. Sehingga membunuh, hukuman mati, perang, aborsi,
dan lain-lain merupakan pelanggaran terhadap hak untuk hidup. Hak hidup juga menjadi hak
universal yang berarti melekat pada semua manusia di dunia.

5
Sebagai pemerintah, hak hidup warga negara dapat terpenuhi melalui upaya mewujudkan
berbagai bantuan sosial, penyediaan fasilitas pendidikan, serta melalui perlindungan hukum.

Selanjutnya adalah pendidikan dan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Pasal 28C ayat (1),
yang mengungkapkan mengenai hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, seperti memperoleh pendidikan, ilmu, dan lainnya untuk peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan serta Pasal 31 ayat (1) tentang hak mendapat pendidikan Melalui pemenuhan hak
ini, dapat meningkatkan taraf hidup warga negara karena dengan memperoleh pendidikan yang
baik, masyarakat menjadi manusia terdidik dapat memperoleh pekerjaan yang lebih layak pula
sehingga adanya pemenuhan hak ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dengan begitu, hal ini juga berkaitan erat dengan kondisi ekonomi setiap warga negara yang mana
setiap orang dapat memperoleh pekerjaan yang layak, kegiatan ekonomi dapat berjalan baik.
Sebagai pemerintah, pemenuhan pendidikan dan pekerjaan warga negara dapat diupayakan
melalui pemberian subsidi untuk pendidikan dan menggelontorkan dana untuk pembangunan yang
menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Kemudian, hak berkeluarga dan meneruskan keturunan. Setiap warga negara Indonesia
diberi kebebasan untuk membangun keluarga dan memiliki keturunan tentunya melalui
perkawinan yang sah, hal ini sejalan dengan diakuinya hak keluarga oleh hukum yang berlaku di
negara Indonesia. Pemenuhan hak ini ditandai dengan dimilikinya Kartu Keluarga bagi setiap
keluarga yang sah secara hukum dan diberikannya akta kelahiran bagi warga negara Indonesia
yang baru lahir.

Hak diakui secara hukum. Warga negara Indonesia juga berhak diakui secara hukum,
mendapat jaminan dan perlindungan hukum seperti halnya dalam Pasal 28 D ayat (1). Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap warga negara Indonesia dipandang sama dalam hukum serta mempunyai
kesempatan yang sama pula untuk mendapatkan perlindungan hukum. Hukum tidak boleh tumpul
ke atas dan tajam ke bawah yang berarti siapapun orangnya, diperlakukan sama di mata hukum.

6
Dengan begitu, ini berarti setiap warga negara dan aparatur pemerintah harus mengedepankan
keadilan bagi setiap orang tanpa terkecuali agar hak diakui secara hukum dapat benar-benar
terpenuhi.

Kelima adalah hak kebebasan. Setiap warga negara Indonesia diberikan kebebasan yang
bertanggung jawab dan tentunya harus mematuhi hukum dan Undang-Undang yang berlaku. Hal
sesuai dengan UUD 1945 dalam Pasal 29 tentang kebebasan beragama, memiliki kepercayaan,
berserikat berkumpul dan mengemukakan pendapat. Contoh spesifik dari hak kebebasan yaitu
kebebasan warga negara dalam memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Hak ini diakui
oleh negara ditandai dengan Pancasila sila ke-1.

Contoh terakhir yaitu hak perlindungan dan keamanan. Melalui TNI, Polri, hingga tim
pemerintahan lainnya seperti tim SAR dan pemadam kebakaran merupakan bentuk perlindungan
dan keamanan yang dilakukan pemerintah bagi warga negara Indonesia. TNI bertugas dalam hal
pertahanan negara dan perlindungan negara dari berbagai ancaman eksternal. Sedangkan
kepolisian bertugas dalam penegakan undang-undang, tata tertib, serta keamanan internal. Dengan
demikian, diharapkan setiap warga negara dapat hidup tanpa diliputi ketakutan.

Setelah mengetahui uraian mengenai hak, jenis, hak sebagai warga negara, dan contoh-contoh hak,
dapat diketahui bahwa hak merupakan hal penting yang dimiliki oleh setiap orang. Pelanggaran
terhadap hak-hak orang lain menandakan bahwa tidak adanya pemenuhan terhadap kewajiban.
Sehingga, hal penting yang perlu diingat akan keberadaan hak ini adalah kenyataan bahwa
terciptanya hak yang dapat diperoleh setiap orang hanya terwujud apabila kewajiban sudah
dilaksanakan atau dipenuhi sehingga berlaku kausalitas atas hubungan hak dan
kewajiban. Kewajiban yaitu konsekuensi yang timbul atas adanya hak. Dengan kata lain, agar hak
setiap orang dapat terpenuhi maka setiap orang juga harus melaksanakan kewajibannya. Itulah
konsekuensi yang timbul. Kewajiban merupakan hal yang harus dilakukan, dikerjakan, dan ditaati
oleh setiap orang sebagai individu manusia.

7
Begitu juga di Indonesia, setiap penduduk Indonesia memperoleh haknya dari negara serta
memiliki kewajiban yang harus dipenuhi terhadap negara. Pendapat lain mengatakan bahwa
kewajiban adalah hal yang wajib dilakukan demi memperoleh wewenang. Dengan begitu,
kewajiban ini harus dilakukan sebagai wujud hubungan timbal balik atas hak yang sudah kita
dapatkan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Berhubungan dengan kewarganegaraan,
kewajiban kita sebagai warga negara diartikan sebagai hal-hal yang harus dipatuhi dan dilakukan
oleh seluruh warga negara secara bertanggung jawab serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara tersebut. Kewajiban sebagai warga negara berbeda dengan
kewajiban asasi yang merupakan kewajiban dasar dari setiap manusia. Kewajiban warga negara
ini searah dengan hak warga negara. Dalam kewajiban warga negara khususnya Indonesia,
kewajiban menjadi sebuah keharusan yang suka tidak suka harus dilakukan, dalam keadaan seperti
apapun.

Sebagai orang Indonesia, kita juga perlu menjalankan kewajibannya sebagai warga negara
Indonesia. Kewajiban warga negara Indonesia diatur dalam konstitusi yang berlaku sekarang, yaitu
UUD NRI Tahun 1945. Secara ringkas, terdapat 6 jenis kewajiban sebagai warga negara yang
diatur dalam UUD 1945. Jenis kewajiban yang pertama adalah wajib membela atau
mempertahankan keamanan negara, diatur dalam Pasal 27 (3) dan Pasal 30 (1). Selanjutnya adalah
kewajiban membayar pajak dan retribusi, diatur dalam Pasal 23A. Kewajiban yang ketiga yakni
menaati peraturan dan hukum yang berlaku, diatur dalam Pasal 27 (1). Selain itu, warga negara
Indonesia juga wajib untuk menghormati hak asasi manusia, diatur dalam Pasal 28J ayat (1).
Berikutnya yaitu tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-Undang, diatur dalam
Pasal 28J ayat (2). Terakhir, kewajiban mengikuti pendidikan dasar, diatur dalam Pasal 31 ayat
(2).

Menurut UUD 1945, contoh kewajiban sebagai warga negara Indonesia adalah menaati
hukum. Hukum dibuat untuk perlindungan hak-hak setiap orang namun sebagai warga negara,
hukum juga wajib ditaati dan dilaksanakan. Dengan terlaksananya kewajiban untuk taat hukum
ini, maka hak-hak orang lain dapat terpenuhi.

8
Sebagai contoh, peraturan lalu lintas diberlakukan untuk keberlangsungan hak hidup setiap
pengendara jalan dan pengguna jalan sehingga seseorang tidak melaksanakan kewajiban ini seperti
tidak menggunakan helm atau melanggar lampu lalu lintas, dapat membahayakan nyawanya
sendiri ataupun nyawa orang lain.

Selanjutnya adalah kewajiban bela negara. Bela negara merupakan sikap serta perilaku kita
sebagai warga negara untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara dengan berdasarkan
pada perasaan cinta tanah air dan bangsa. Sikap dan perilaku ini harus mencerminkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, semua warga negara juga harus berupaya dalam
mempertahankan pertahanan dan keamanan negara. Partisipasi bela negara ini dapat dilakukan
sesuai bidang profesi dan keahlian masing-masing maupun melalui wajib militer. Bela negara
diatur dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.

Kewajiban berikutnya adalah dengan menghormati hak asasi manusia. Hak yang diatur
dalam Pasal 27 hingga Pasal 34 UUD 1945 harus dipenuhi melalui pelaksanaan kewajiban
menjaga hak asasi manusia. Terdapat dua jenis pelanggaran HAM yaitu pelanggaran HAM dan
pelanggaran HAM berat. Pelanggaran terhadap HAM diatur dalam Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999. Terakhir, yakni kewajiban membayar pajak. Pajak merupakan kontribusi
warga negara untuk pembangunan nasional. Pajak bersifat wajib dan memaksa bagi warga negara
yang sudah memenuhi syarat perpajakan baik subjektif maupun objektif. Kewajiban membayar
pajak adalah hal yang penting karena menyumbang kontribusi yang besar bagi pendapatan negara.
Adapun manfaat dari pajak diterima secara tidak langsung oleh masyarakat.

Warga Negara
Menurut KBBI, pengertian warga negara adalah “penduduk sebuah negara atau bangsa
berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga dari negara itu”. Sedangkan, menurut Encyclopedia of the Social
Science, terdapat dua komponen konseptual yang mendasari arti warga negara. Komponen yang
pertama yaitu warga negara adalah bagian keanggotaan suatu negara.

9
Sedangkan, yang kedua adalah keanggotaan negara menimbulkan adanya kewajiban dan hak yang
saling timbal balik, tergantung waktu beserta tempatnya.

Berdasarkan rumusan naskah UUD 1945 asli sebelum dilakukan amandemen, memuat pengertian
tentang warga negara. Berikut ini adalah kutipannya:

• “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.”

• “Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-


undang.”

Adapun sering kali, sulit bagi masyarakat umum untuk membedakan maksud dari warga negara
dengan penduduk. Perlu diingat bahwa penduduk yakni mereka yang bertempat tinggal di
Indonesia, merupakan warga negara Indonesia maupun merupakan orang asing. Melalui kedua
penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa penduduk adalah mereka yang tinggal dan menetap di
wilayah negara sedangkan warga negara adalah mereka yang secara hukum sudah sah sebagai
bagian anggota dari suatu negara. Sehingga, warga negara secara otomatis juga termasuk sebagai
penduduk negara.

Harmonisasi hak dan kewajiban diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena hak
dan kewajiban merupakan wujud dari hubungan warga negara dengan negara, yang sifatnya timbal
balik. Aturan hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia juga diatur dalam UUD NRI
1945 pasal 27-34.

10
2.2 ALASAN MENGAPA DIPERLUKAN HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK
NEGARA DAN WARGA NEGARA INDONESIA

Harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sangat diperlukan. Karena merupakan bentuk hubungan warga negara dengan negara.
Hak dan kewajiban sendiri bersifat timbal balik, yaitu warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negara, begitupun sebaliknya negara juga memiliki hak dan kewajiban terhadap warga
negaranya. Hal ini sangatlah penting agar tidak menimbulkan konflik. Harmoni kewajiban dan hak
negara dan warga negara ini dapat terjadi apabila hak dan kewajiban sudah terpenuhi dengan
seimbang. Jika hak dan kewajiban sudah terpenuhi maka tidak ada perpecahan antar bangsa.
Mengapa hak dan kewajiban harus seimbang?

Berikut beberapa Alasan Hak dan kewajiban harus seimbang, Diantaranya yaitu :

1. Menciptakan Kerukunan dan Kehidupan yang Tertib

untuk terciptanya kerukunan yang tertib, kita harus saling menghormati serta menghargai hak dan
kewajiban antar individu. Jika hak dan kewajiban tidak dilaksanakan secara seimbang, maka bisa
menimbulkan masalah atau konflik baik secara sosial maupun individu. Hal ini tentu akan
menciptakan kehidupan yang tertib.

2. Mengatur Kehidupan di lingkungan masyarakat

Untuk mengatur kehidupan di lingkungan masyarakat, perlunya hak dan kewajiban sehingga
terjadi keseimbangan karena bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Artinya, hak dan kewajiban memberikan keleluasaan kepada semua orang dalam
melaksanakannya dan kewajiban juga berperan sebagai pembatasnya. Masyarakat harus mematuhi
peraturan maupun norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila seseorang
atau kelompok masyarakat bisa melaksanakan kewajiban dengan baik, juga bisa mendapatkan hak
yang sesuai.

11
3. Manusia harus melakukan sesuatu untuk memperoleh sesuatu

Untuk memperoleh sesuatu manusia harus melakukan sesuatu. Misal, seorang pekerja ingin
mendapat hak nya sebagai karyawan untuk menerima gaji atau upah, tentu pekerja tersebut harus
melaksakan kewajibannya terlebih dahulu dalam bekerja. Dalam hal ini, bisa saja hak seseorang
yang tidak diterima bisa mengakibatkan seseorang tidak melakukan kewajiban. Maka dari itulah
mengapa hak dan kewajiban harus seimbang.

4. Upaya mencegah kecemburuan sosial

Kecemburuan sosial adalah suatu kondisi dimana adanya perbedaan dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mengurangi dan mencegah kecemburuan sosial yang terjadi di masyarakat maka kita harus
melakukan beberapa cara yaitu, intropeksi pada diri sendiri, bersyukur untuk sesuatu yg dimiliki
dimulai dari hal yang kecil, memiliki rasa bangga pada diri sendiri, membangun mental yang kuat,
dan lain lain.

5. Hak dan kewajiban merupakan satu kesatuan

Alasan Mengapa hak dan kewajiban disebut sebagai satu kesatuan adalah karena hak dan
kewajiban merupakan hal yang sulit untuk dipisahkan. Pada umumnya, hak bisa didapatkan
apabila seseorang sudah menjalankan kewajiban.

12
2.3 MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK TENTANG HARMONI
KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA INDONESIA
“ Sumber Historis “

Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia Barat (Eropa). Adalah
John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang pertama kali merumuskan adanya hak
alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup,hak
kebebasan, dan hak milik.

a. Magna Charta (1215)


Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan. Isinya adalah pemberian
jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk
tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan
atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan
hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.

b. Revolusi Amerika (1276)


Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi
Amerika. Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat menjadi negara
merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.

c. Revolusi Prancis (1789)


Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI)
yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du
citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan
(fraternite). Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas. Sejak permulaan
abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam kebebasan (The Four Freedoms).
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.

13
Keempat macam kebebasan itu meliputi:

• Kebebasan untuk beragama (freedom of religion),


• Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech),
• Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan
• Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).

“ Sumber Sosiologis “

Akhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai gejolak dalam masyarakat yang sangat
memprihatinkan, yakni munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan sosial budaya
kita yang berubah sedemikian drastis dan fantastis. Bangsa yang sebelumnya dikenal penyabar,
ramah, penuh sopan santun, dan pandai berbasa-basi sekonyong-konyong menjadi pemarah, suka
mencaci, pendendam, perang antar kampung dan suku dengan tingkat kekejaman yang sangat
biadab. Bahkan yang lebih tragis, anakanak kita yang masih duduk di bangku sekolah pun sudah
dapat saling menyakiti. Situasi yang bergolak serupa ini dapat dijelaskan secara sosiologis karena
ini memiliki kaitan dengan struktur sosial dan sistem budaya yang telah terbangun pada masa yang
lalu. Mencoba membaca situasi pasca reformasi sekarang ini terdapat beberapa gejala sosiologis
fundamental yang menjadi sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita (Wirutomo,
2001).

Pertama, suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur


kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi yang kita
peroleh melainkan oligarki di mana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara
sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang,
hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya).

Kedua, sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini adalah akibat
munculnya kebencian sosial budaya terselubung (sociocultural animosity). Gejala ini muncul dan
semakin menjadi-jadi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil
dilengserkan, pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik
Orde Baru dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas menjadi konflik antarsuku,
antarumat beragama, kelas sosial, kampung, dan sebagainya.

14
Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas bawah tetapi justru lebih sering
horizontal, antarsesama rakyat kecil, sehingga konflik yang terjadi bukan konflik yang korektif
tetapi destruktif (bukan fungsional tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah bangsa
yang menghancurkan dirinya sendiri. Ciri lain dari konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan
hanya yang bersifat terbuka tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah konflik yang tersembunyi
(latent conflict) antara berbagai golongan.

Socio-cultural animosity adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari
perbedaan ciri budaya dan perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga
terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena terdapat
mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung di seluruh pranata sosial di masyarakat (mulai
dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi
politik, dan sebagainya).

Jika menengok pada proses integrasi bangsa Indonesia, persoalannya terletak pada
kurangnya mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah dan partisipatif (integrasi normatif)
dan lebih mengandalkan pendekatan kekuasaan (integrasi koersif). Atas dasar kenyataan demikian
maka cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara apa?
Bagaimana pandangan Anda tentang hal tersebut?

Ada satu pandangan bahwa Indonesia baru harus dibangun dari hasil perombakan terhadap
keseluruhan tatanan kehidupan masa lalu. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil
demokratis yang mampu mengharmonikan kewajiban dan hak negara dan warga negara. Entitas
negara persatuan dari bangsa multikultur seperti Indonesia hanya bisa bertahan lebih kokoh jika
bediri di atas landasan pengelolaan pemerintahan yang sanggup menjamin kesimbangan antara
pemenuhan prinsip kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan, yang berlaku bagi segenap warga
dan elemen kebangsaan.

Tuntutan bukan hanya tentang pemenuhan hak-hak individu (individual rights) dan
kelompok masyarakat (collective rights), melainkan juga kewajiban untuk mengembangkan
solidaritas sosial (gotong royong) dalam rangka kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa
secara keseluruhan (Latif, 2011).

15
“ Sumber Politik “

Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan warga negara
Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi pada era reformasi. Pada
awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di masyarakat.
Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan
pemuda.

Ada butir-butir yang menjadi tuntutan reformasi. Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:

1. Mengamandemen UUD NRI 1945,


2. Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI),
3. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
4. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
5. (otonomi daerah),
6. Mewujudkan kebebasan pers,
7. Mewujudkan kehidupan demokrasi.

Mari kita fokuskan perhatian pada tuntutan untuk mengamandemen UUD NRI 1945 karena
amat berkaitan dengan dinamika penghormatan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup
memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan
HAM.

Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan
penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang
menyebabkan timbulnya kemerosotan kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah
terjadinya krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensional).

16
Tuntutan perubahan UUD NRI 1945 merupakan suatu terobosan yang sangat besar. Dikatakan
terobosan yang sangat besar karena pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan
tersebut. Sikap politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak mengubah
UUD NRI 1945. Apabila muncul juga kehendak mengubah UUD NRI 1945, terlebih dahulu harus
dilakukan referendum (meminta pendapat rakyat) dengan persyaratan yang sangat ketat. Karena
persyaratannya yang sangat ketat itulah maka kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan
perubahan UUD NRI 1945.

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan bersama
bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya
yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan, yakni

1. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999;


2. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000;
3. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001; dan
4. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai aturan dasar yang baru, termasuk ihwal hak
dan kewajiban asasi manusia yang diatur dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J (Pasal 28 J UUD
NRI adalah pasal yang secara khusus yang menyatakan adanya kewajiban dasar manusia.).

17
2.4 MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA
Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warga negara setelah Perubahan UUD NRI 1945
mengalami dinamika yang luar biasa. Berikut disajikan bentuk-bentuk perubahan aturan dasar
dalam UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah Amandemen tersebut

1. Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ketentuan mengenai hak warga negara di bidang pendidikan semula diatur dalam Pasal 31 Ayat
(1) UUD NRI 1945. Setelah perubahan UUD NRI 1945, ketentuannya tetap diatur dalam Pasal 31
Ayat (1) UUD NRI 1945, namun dengan perubahan. Perhatikanlah rumusan naskah asli dan
rumusan perubahannya berikut ini. Rumusan naskah asli: Pasal 31, (1) Tiap-tiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran. Rumusan perubahan Pasal 31, (1) Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Perhatikanlah kedua rumusan tersebut. Apa yang mengalami perubahan
dari pasal tersebut? Perubahan pasal tersebut terletak pada penggantian kata tiap-tiap menjadi
setiap dan kata pengajaran menjadi pendidikan. Perubahan kata tiap-tiap menjadi setiap
merupakan penyesuaian terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Adapun perubahan kata pengajaran menjadi pendidikan dimaksudkan untuk memperluas


hak warga negara karena pengertian pengajaran lebih sempit dibandingkan dengan pengertian
pendidikan. Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai, sedangkan pengajaran adalah
proses mengalihkan pengetahuan. Nilai-nilai yang ditanamkan kepada peserta didik lebih dari
sekedar pengetahuan. Aspek lainnya meliputi keterampilan, nilai dan sikap.

Di samping itu, proses pendidikan juga dapat berlangsung di tiga lingkungan pendidikan,
yaitu di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedang pengajaran konotasinya hanya berlangsung di
sekolah (bahkan di kelas). Dengan demikian, perubahan kata pengajaran menjadi pendidikan
berakibat menjadi semakin luasnya hak warga negara. Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga
memasukkan ketentuan baru tentang upaya pemerintah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Rumusannya terdapat dalam Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945: “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.

18
Adanya rumusan tersebut dimaksudkan agar pemerintah berupaya memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
memperkukuh persatuan bangsa. Pencapaian bangsa di bidang iptek adalah akibat dihayatinya
nilai-nilai ilmiah. Namun, nilai-nilai ilmiah yang dihasilkan tetap harus menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan memperkukuh persatuan bangsa. Setujukah Anda dengan pernyataan tersebut?
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah budaya harus bersiap menyambut perkembangan
dan kemajuan IPTEK. Oleh karena budaya bangsa kita sebagian besar masih berdasarkan budaya
etnik tradisional, sedangkan IPTEK berasal dari perkembangan budaya asing yang lebih maju,
maka apabila pertumbuhan budaya bangsa kita tidak disiapkan akan dapat terjadi apa yang disebut
kesenjangan budaya (cultural lag), yakni keadaan kehidupan bangsa Indonesia yang bergumul
dengan budaya baru yang tidak dipahaminya.

Kesenjangan budaya sudah diprediksi oleh William F. Ogburn (seorang ahli sosiologi
ternama), bahwa perubahan kebudayaan material lebih cepat dibandingkan dengan perubahan
kebudayaan non material (sikap, perilaku, dan kebiasaan). Akibatnya akan terjadi kesenjangan
budaya seperti diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu, budaya bangsa dan setiap orang
Indonesia harus disiapkan untuk menyongsong era atau zaman kemajuan dan kecanggihan IPTEK
tersebut. Negara juga wajib memajukan kebudayaan nasional. Semula ketentuan mengenai
kebudayaan diatur dalam Pasal 32 UUD NRI 1945 tanpa ayat. Setelah perubahan UUD NRI 1945
ketentuan tersebut masih diatur dalam Pasal 32 UUD NRI 1945 namun dengan dua ayat.
Perhatikanlah perubahannya berikut ini. Rumusan naskah asli: Pasal 32: “Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia”.

Rumusan perubahan: Pasal 32,

(1) “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.

(2) “Negara menghormati dan memelihara Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional”. Perubahan ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk menempatkan kebudayaan
nasional pada derajat yang tinggi. Kebudayaan nasional merupakan identitas bangsa dan negara
yang harus dilestarikan, dikembangkan, dan diteguhkan di tengah perubahan dunia.

19
Benarkah demikian? Mengapa? Perubahan dunia itu pada kenyataannya berlangsung sangat cepat
serta dapat mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Kita menyadari pula bahwa budaya
kita bukan budaya yang tertutup, sehingga masih terbuka untuk dapat ditinjau kembali dan
dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemajuan zaman. Menutup diri pada era global berarti
menutup kesempatan berkembang.

Sebaliknya kita juga tidak boleh hanyut terbawa arus globalisasi. Karena jika hanyut dalam arus
globalisasi akan kehilangan jati diri kita. Jadi, strategi kebudayaan nasional Indonesia yang kita
pilih adalah sebagai berikut:

• Menerima sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa;
• Menolak sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa;
• Menerima secara selektif: unsur budaya asing yang belum jelas apakah sesuai atau
bertentangan dengan kepribadian bangsa.

2. Aturan Dasar Ihwal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Bagaimana Ketentuan Mengenai Perekonomian Nasional diatur dalam UUD NRI Tahun 1945?
Sebelum diubah, ketentuan ini diatur dalam Bab XIV dengan judul Kesejahteraan Sosial dan terdiri
atas 2 pasal, yaitu Pasal 33 dengan 3 ayat dan Pasal 34 tanpa ayat. Setelah perubahan UUD NRI
1945, judul bab menjadi Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, terdiri atas dua pasal,
yaitu Pasal 33 dengan 5 ayat dan Pasal 34 dengan 4 ayat.

Ambillah naskah UUD NRI 1945 dan bacalah dengan seksama pasal-pasal yang dimaksud
tersebut. Salah satu perubahan penting untuk Pasal 33 terutama dimaksudkan untuk melengkapi
aturan yang sudah diatur sebelum perubahan UUD NRI 1945, sebagai berikut:

• Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan;


• Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara;
• Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya harus dikuasai negara.

20
Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945
menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional yang perlu dicantumkan guna
melengkapi ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI 1945. Mari kita bicarakan
terlebih dahulu mengenai ketentuan-ketentuan mengenai perekonomian nasional yang sudah ada
sebelum perubahan UUD NRI 1945. Bagaimana masalah kesejahteraan rakyat diatur dalam UUD
NRI Tahun 1945? Sebelum diubah Pasal 34 UUD NRI 1945 ditetapkan tanpa ayat. Setelah
dilakukan perubahan UUD NRI 1945 maka Pasal 34 memiliki 4 ayat. Perubahan ini didasarkan
pada kebutuhan meningkatkan jaminan konstitusional yang mengatur kewajiban negara di bidang
kesejahteraan sosial. Adapun ketentuan mengenai kesejahteraan sosial yang jauh lebih lengkap
dibandingkan dengan sebelumnya merupakan bagian dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai
negara kesejahteraan (welfare state), sehingga rakyat dapat hidup sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaannya.

Dalam rumusan tersebut terkandung maksud untuk lebih mendekatkan gagasan negara
tentang kesejahteraan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 ke dalam realita kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, perihal tujuan negara
disebutkan: “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum,…”. Maka dalam Pasal 34 UUD NRI 1945 upaya
memajukan kesejahteraan umum lebih dijabarkan lagi, ke dalam fungsi-fungsi negara untuk:

• Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat;


• Memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu;
• Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak;
• Menyediakan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Dalam hal ini negara Indonesia, sebagai negara kesejahteraan, memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan kebijakan negara di berbagai bidang kesejahteraan serta meningkatkan kualitas
pelayanan umum yang baik.

21
3. Aturan Dasar Ihwal Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara

Semula ketentuan tentang pertahanan negara menggunakan konsep pembelaan terhadap negara
[Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945]. Namun setelah perubahan UUD NRI 1945 konsep pembelaan
negara dipindahkan menjadi Pasal 27 Ayat (3) dengan sedikit perubahan redaksional. Setelah
perubahan UUD NRI Tahun 1945, ketentuan mengenai hak dan kewajiban dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945] merupakan penerapan dari ketentuan
Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945. Mengapa demikian? Karena upaya membela negara
mengandung pengertian yang umum. Pertanyaannya adalah bagaimana penerapannya?
Penerapannya adalah dengan memberikan hak dan kewajiban kepada warga negara dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Bagaimana usaha pertahanan dan keamanan negara dilakukan? Pasal 30 Ayat (2) UUD
NRI 1945 menegaskan sebagai berikut: “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung”. Dipilihnya sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata)
dilatarbelakangi oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri. Pengalaman yang bagaimana
yang melatarbelakangi dipilihnya Sishankamrata itu?

Mari kita melakukan kilas balik sejarah (flash back) pada salah satu faktor penting
suksesnya revolusi kemerdekaan tahun 1945 dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang
terletak pada bersatu-padunya kekuatan rakyat, kekuatan militer, dan kepolisian. Dalam
perkembangannya kemudian, bersatu-padunya kekuatan itu dirumuskan dalam sebuah sistem
pertahanan dan keamanan negara yang disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Dengan dasar pengalaman sejarah tersebut maka sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
tersebut dimasukkan ke dalam ketentuan UUD NRI Tahun 1945. Tahukah Anda apa maksud upaya
tersebut? Jawabannya adalah untuk lebih mengukuhkan keberadaan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta tersebut. Di samping itu juga kedudukan rakyat dan TNI serta Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) dalam usaha pertahanan dan keamanan negara makin
dikukuhkan.

22
Dalam hal ini kedudukan rakyat adalah sebagai kekuatan pendukung, sedang TNI dan Polri
sebagai kekuatan utama. Sistem ini menjadi salah satu ciri khas sistem pertahanan dan keamanan
Indonesia yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh potensi rakyat warga negara, wilayah,
sumber daya nasional, secara aktif, terpadu, terarah, dan berkelanjutan. Selanjutnya timbul
pertanyaan, bagaimana upaya mewujudkan kekuatan pertahanan dan keamanan rakyat semesta
itu? Kekuatan pertahanan dan keamanan rakyat semesta dibangun dalam tiga susunan, yakni
perlawanan bersenjata, perlawanan tidak bersenjata, dan bagian pendukung perlawanan bersenjata
dan tidak bersenjata. Coba Anda jelaskan apa fungsi dari setiap susunan kekuatan pertahanan dan
keamanan rakyat semesta tersebut? Siapa saja pelaku dari setiap susunan tersebut?

4. Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Penghormatan terhadap hak asasi manusia pasca Amandemen UUD NRI 1945 mengalami
dinamika yang luar biasa. Jika sebelumnya perihal hakhak dasar warganegara yang diatur dalam
UUD NRI 1945 hanya berkutat pada pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34, setelah Amandemen
keempat UUD NRI 1945 aturan dasar mengenai hal tersebut diatur tersendiri di bawah judul Hak
Asasi Manusia (HAM). Di samping mengatur perihal hak asasi manusia, diatur juga ihwal
kewajiban asasi manusia. Aturan dasar perihal hak asasi manusia telah diatur secara detail dalam
UUD NRI Tahun 1945. Coba Anda analisis pasal-pasal tersebut di atas. Hakhak asasi apa saja
yang dijamin dalam UUD NRI Tahun 1945? Anda bandingkan dengan Deklarasi Hak Asasi
Manusia Sedunia (Universal Declaration of Human Rights).

23
2.5 MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI HARMONI KEWAJIBAN DAN
HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA
1. Dalam agama, keharmonisan hak dan kewajiban dapat menimbulkan terciptanya toleransi
beragama dan ketentraman di dalam agama.
2. Dalam pendidikan dan kebudayaan, keharmonisan hak dan kewajiban, dapat
mengakibatkan pendidikan dapat lebih merata serta fasilitas lebih memadai, sehingganya
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
3. Dalam ekonomi, keharmonisan hak dan kewajiban mengakibatkan ekonomi di negara ini
bisa terkendali.
4. Dalam kenegaraan, keharmonisan hak dan kewajiban, menimbulkan keharmonisan
terhadap rakyat.

24
2.6 KOMPARASI HAM, HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM
PIAGAM MADINAH, MAGNA CHARTA DAN UUD 1945
Piagam Madinah juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen
yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya
dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada
tahun 622 Masehi. Piagam Madinah berisi 47 pasal yang mengatur kehidupan semua kaum di
Yathrib.

Berdasarkan pasal-pasal yang terdapat dalam Piagam Madinah, dapat kita lihat HAM dan Hak dan
Kewajiban yang di atur di dalamnya seperti yang terdapat dalam:

✓ Pasal 2-10 yang mengatur tentang kewajiban warganegara yang bahu membahu membayar
diat diantara mereka. Hal ini dapat kita lihat dari bunyi pasalnya yaitu “sesuai dengan
keadaan (kebiasaan) mereka, bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti
semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara
mukminin”

Selain pasal 2-10 diatas, pasal 18 dan pasal 44 juga mengatur tentang kewajiban. Hal ini dapat
kita lihat dari pasalnya yang berbunyi:“Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu
membahu satu sama lain” dan “Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi
penyerang kota Yatsrib”

✓ Pasal 26-35 yang mengatur tentang persamaan perlakuan yang artinya menjunjung HAM
yang dimiliki oleh semua kaum yang di lindungi oleh Piagam Madinah. Hal ini dapat kita
lihat dari bunyi pasalnya yaitu: diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf ”

Selain pasal 26-35, pasal lain yang didalamnya terdapat aturan yang menghormati HAM adalah
pasal 14 dan pasal 21 yang berbunyi: “Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman
lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir
untuk (membunuh) orang beriman” dan “Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup
bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat).
Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya”

25
✓ Pasal 16 mengatur tentang hak suatu kaum, yang artinya juga menjamin hak warganegara.
Hal ini dapat kita lihat dari bunyi pasal yang mengaturnya yaitu: Sesungguhnya orang
Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin)
tidak terzalimi dan ditentang olehnya”

Selain pasal 16 diatas, hak dan kewajiban terlihat jelas dalam pasal 46 yang berbunyi: Kaum
Yahudi Al-‘Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain
pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini.
Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang
bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah palingmembenarkan dan memandang
baik isi piagam ini”.

Berbicara tentang HAM, hak dan kewajiban warganegara, kita tidak berhenti sampai disitu saja.
Artinya HAM ini adalah suatu yang universal yang harus di junjung dan di hormati oleh siapa saja.
Selain Piagam Madinah di negeri timur (Islam), HAM juga di atur dinegeri barat yaitu Inggris.
Konstitusi yang mengaturnya adalah Magna Charta yaitu sebuah aturan yang membatasi
kewenangan sang raja. Adapun isi dari Magna Charta yang dibuat pada tahun 1215 adalah sebagai
berikut:

✓ Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan
Gereja Inggris.
✓ Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak.
✓ Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
✓ Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
✓ Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa
perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
✓ Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan
mengoreksi kesalahannya.
✓ Kekuasaan raja harus dibatasi.
✓ Hak Asasi Manusia (HAM) lebih penting daripada kedaulatan, hukum atau kekuasaan.

26
Dari beberapa isi dari Magna Charta diatas kita bisa lihat beberapa ketentuan yang
menghormati HAM warga negara seperti yang berbunyi: “Hak Asasi Manusia (HAM) lebih
penting daripada kedaulatan, hukum atau kekuasaan”. Selain HAM, dalam isi Magna Charta ini
terdapat ketentuan yang mengatur tentang hak dari warga negara, seperti: “Raja berjanji kepada
penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak”. Dan “ Para petugas keamanan dan
pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk”. Serta “Polisi ataupun jaksa tidak dapat
menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah”.

Di Indonesia sendiri HAM mulai di atur dalam UUD 1945 ialah sejak amandemen ke-2
yaitu pada tanggal 18 Agustus tahun 2000. Adapun aturan tentang HAM terdapat dalam pasal 28A-
J. Sementara itu tentang hak dan kewajiban warganegara terdapat dalam butir-butir ayat dalam
pasal UUD 1945. Pasal-pasal yang mengatur tentang HAM ialah pasal 28A sebanyak 1 ayat, pasal
28B sebanyak 2 ayat, pasal 28C sebanyak 2 ayat, pasal 28D sebanyak 4 ayat, pasal 28E sebanyak
3 ayat, pasal 28F sebanyak 1 ayat, pasal 28G sebanyak 2 ayat, pasal 28H sebanyak 4 ayat, pasal
28I sebanyak 5 ayat, pasal 28J sebanyak 2 ayat. Sedangkan hak dan kewajiban warganegara dapat
kita lihat dari bunyi pasal 30 ayat (1) yaitu “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara” dan pasal 27 ayat (3) yang berbunyi: “setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Selain pasal 30, hak dan
kewajiban warganegara dapat kita temukan dalam pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: (1)
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” dan juga pasal 27 ayat (2) yang
berbunyi: “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.”

Komparasi (perbandingan) HAM, hak dan kewajiban warganegara dalam Piagam


Madinah, Magna Charta, dan UUD 1945. Melihat aturan tentang HAM, hak dan kewajiban
warganegara yang terdapat dalam Piagam Madinah, Magma Charta dan UUD 1945 terdapat
berbagai perbedaan dan juga persamaan diantara ketiganya. Ketiga konstitusi ini jelas memiliki
perbedaan yaitu dimensi waktu dan tempat berlakunya.

27
Seperti yang kita ketahui Piagam Madinah berlaku di negeri Madinah (Yathrib) pada tahun 622
Masehi dan Magma Charta berlaku di Inggris pada tahun 1215, sedangkan UUD 1945 berlaku
kembali di Indonesia sejak tanggal 5 Juli 1959 saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Ada beberapa persamaan antara Piagam Madinah dengan UUD 1945 dan Magna Charta mengenai
HAM, hak dan kewajiban warga negara yang dapat kita lihat sebagai berikut:

1. Piagam Madinah, Magna Charta dan UUD 1945 sama-sama menjunjung atau
menghormati dan menegakkan HAM terutama hak untuk hidup yang lebih jelas
dijabarkan dalam Piagam Madinah dan UUD 1945. Hal ini dapat kita lihat dari bunyi
pasal 14 Piagam Madinah dan pasal 28A UUD 1945 sebagai berikut: “Seorang mukmin
tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak
boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh) orang
beriman” dan “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
kehidupannya”. Serta isi Magna Charta yaitu: “Hak Asasi Manusia (HAM) lebih penting
daripada kedaulatan, hukum atau kekuasaan”.
2. Piagam Madinah dan UUD 1945 mempunyai kesamaan dalam hal kewajiban
warganegaranya. Hal ini dapat kita lihat dari bunyi pasal 18 dan 44 yang
berbunyi: “Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama
lain” dan “Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang
kota Yatsrib” dan pasal 30 ayat 1 UUD 1945 yaitu ““tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara” dan pasal 27 ayat (3)
yang berbunyi:“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.
3. Piagam Madinah dan UUD 1945 memiliki kesamaan dalam hal memberikan perlakuan
yang sama kepada warganegaranya. Ini dapat kita lihat dalam pasal 26-35 yang
berbunyi:“diperlakukan sama seperti Yahudi Bani ‘Awf ” dan pasal 28D ayat (1) yang
berbunyi: “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama didepan hukum”.

28
Selain memiliki kesamaan, ada juga beberapa perbedaan antara Piagam Madinah dengan UUD
1945 dan Magna Charta perihal HAM, hak dan kewajiban warga negara yang dapat kita lihat
sebagai berikut:

1. Dalam Piagam Madinah pasal 21 mengatakan “Barang siapa yang membunuh orang
beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh
rela (menerima diat)”. Artinya nyawa harus dibalas dengan nyawa, apabila seseorang
membunuh akan dihukum mati. Sementara di Indonesia ketentuan tentang hukuman bagi
yang melanggar HAM seperti pembunuhan di tentukan hukumannya dalam KUHP atau
UU yang terkait bukan di UUD 1945.
2. Dalam Piagam Madinah semua kaum di tuntut untuk saling bahu membahu membayar
diat (denda) diantara mereka. Ini dapat kita lihat dalam pasal 2-10 yang inti pasalnya
berbunyi: “sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka, bahu membahu membayar diat di
antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik
dan adil di antara mukminin”. Sementara di dalam UUD 1945 Republik Indonesia dan
Magna Charta tidak terdapat pasal yang mengatur tentang hal
tersebut.
3. Piagam Madinah dan UUD 1945 lebih spesifik membahas tentang HAM, sedangkan
dalam Magna Charta ketentuan tentang HAM masih umum tidak dibicarakan secara
spesifik seperti Piagam Madinah dan UUD 1945.
4. Dalam Piagam Madinah dan UUD 1945 aturan HAM di dalamnya terdapat hubungan
antara sesama warga negara dan pemerintah dengan warga negara. Sementara di Magna
Charta tidak ada ketentuan tentang sesama warga negara melainkan lebih banyak
hubungan antara pemerintah dengan warga negara.

Walaupun aturan ini memiliki beberapa perbedaan dalam mengatur tentang HAM dan hak serta
kewajiban warganegara, akan tetapi ketiga aturan ini memberi pandangan bahwa begitu
pentingnya HAM untuk di hormati dan dijunjung tinggi oleh umat manusia di dunia ini, mengingat
HAM adalah sesuatu yang dibawa manusia sejak lahir dan bersifat universal.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah ditulis, maka dapat disimpulkan :
1. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak
tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
paksa oleh yang berkepentingan. Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari
hubungan warga negara dengan negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa
warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara.
2. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam UUD NRI 1945
mulai pasal 27 sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak asasi manusia dan kewajiban
dasar manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar yang
penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-undang.
3. Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun
secara filosofis tetap mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak
asasi tidak dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia
menganut paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya harmoni antara
hak dan kewajiban.
4. Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika terbukti dari
adanya perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-pasal UUD NRI 1945 melalui proses
amandemen dan juga perubahan undang-undang yang menyertainya.
5. Jaminan akan hak dan kewajiban warga negara dan negara dengan segala dinamikanya
diupayakan berdampak pada terpenuhinya keseimbangan yang harmonis antara hak dan
kewajiban negara dan warga negara.
30
3.2 SARAN
Meskipun kelompok kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hutomo, M. S. (22 Januari 2021). Hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam UUD
1945. Indo Maritim. https://indomaritim.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia-dalam-
uud-1945/ Diakses pada Senin, 05 Juni 2023 pukul 09:09

Kelas Pintar. (10 Februari 2021). Hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Kelas
Pintar. https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/memahami-hak-dan-kewajiban-warga-negara-
indonesia-10680/ Diakses pada Senin, 05 Juni 2023 pukul 09:27

Khurin. (24 November 2020). Apa saja hak dan kewajiban warga negara
Indonesia? Konsultanku. https://konsultanku.co.id/blog/apa-saja-hak-dan-kewajiban-warga-
negara-indonesia- Diakses pada Senin, 05 Juni 2023 pukul 10:02

Zulfanova Sputri, Sabrina. (4 Januari 2023). Pentingnya Menjaga Keseimbangan Harmoni


Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/sabrina78574/63b55af408a8b53d720d3053/pentingnya-menjaga-
keseimbangan-harmoni-kewajiban-dan-hak-negara-dan-warga-negara Diakses pada Senin, 05
Juni 2023 pukul 10:27
Hermawanto, Irfan (Juli 2018). Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Harmoni Kewajiban
dan Hak Negara dan Warga Negara Indonesia
https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/07/sumber-historis-sosiologis-politik-Harmoni-
kewajiban-dan-hak.html Diakses pada Selasa, 06 Juni 02:10
Hermawanto, Irfan (Juli 2018). Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/07/membangun-argumen-tentang-dinamika-dan-
tantangan-harmoni.html Diakses pada Selasa, 06 Juni 2023 pukul 02:44
Hamudi, Muhammad (27 April 2017). Komparasi (perbandingan) HAM, hak dan kewajiban
warganegara dalam Piagam Madinah, Magna Charta, dan UUD 1945
http://muhammadhamudi.blogspot.com/2017/04/komparasi-perbandingan-ham-hak-dan.html
Diakses pada Selasa, 06 Juni 2023 pukul 03:00

Anda mungkin juga menyukai