Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA DAN UNDANG

UNDANG-UNDANG
UNDANG DASAR 1945
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK IV
KETUA : MATIUS OPUSUNGGU
NPM : 22.041.111.031
SEKRETARIS : AITCEN ZENDRATO
NPM : 20.041.111.031
ANGGOTA
1.. YERDIUS HALAWA (22.041.111.050)
2. LEVISMAN ZEBUA (22.041.111.014)
3. FEBRIANTO HAREFA (22.041.111.045)
4. IWAN TIORLAN WARUWU (22.041.111.047)
5. RISKI TARIGAN (22.041.111.016)
6. RIZKY ARISANDI HUTAPEA (20.041.111.034)

UNIVERSITAS DARMA AGUNG


FAKULTAS TEKNIK SIPIL
MEDAN
2022/2023
Daftar isi
DAFTAR ISI......................................................................................................................................i

KATA PENGATAR..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makna dan Kedudukan pembukaan UUD 1945............................................................4
2.2 Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945..............5
2.3 Indonesia Negara Hukum dan Negara Kesejahteraan...................................................6
2.4 Indonesia Negara Demokrasi Berke-Tuhanan...............................................................7
2.5 Indonesia Negara Kebangsaan, Kesatuan dan Kekeluargaan........................................8
2.6 Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.....................................................................9
2.7 Hubungan antara Lembaga Negara...............................................................................10
2.8 Hubungan antara Negara dan Warga Negara................................................................11
2.9 Hak Asasi Manusia........................................................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
3.2 Daftar Pustaka..............................................................................................................,14

i
KATA PENGATAR

Puji dan Syukur kita ucapkan atas Berkat Rahmat Tuhan yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Pancasila yang diberikan kepada kami sesuai waktu yang
kami Rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka salah satu syarat penilaian Mata
kuliah Pancasila. Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, nilai individu, dan nilai
keaktifan.
Penyusunan Makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. Namu,
hanya lebih pendekatan pada studi banding atau membandinggkan beberapa materi yang
sama dari berbagai referens. Yang semoga bisa member tambakhan pada hal yang terkait
dengan kepentingan pancasila dalam perkembangan Nengara Indonesia Di Era Reformasi
Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu menggumpulkan dan
mengkanji materi pancasila dari berbagai refrensi. Kami gunakan metodi penhhumpulan data
ini, agar makalah yg kami susun dapat memberi informasi yang akurat dan bisa di buktikan.
Penyampaian perbandingan materi dari refrensi yang satu dengan yang lainya akan menyatu
dalam satu makalah kami. Sehingga tidak ada perombakan total dari buku aslinya.
Kami sebagai penyusun pasti tidak pernah lepas dari kesalah. Begitu juga dalam penyusunan
makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas
kekuranganya.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak RAMLI TAMBUNAN, SH.,MH sebagai pengajar
mata kuliah Pancasila yang telah mengbimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak
lupa pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai
tempat pada waktunya.

ii
BAB II
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik’ didalam masyrakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya pancasila yang telah di terima dan di tetapkan sebagai seperti tercatur dalam
pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dari pandangan hidup bangsa yang telah di uji
keberana. Kemampuian dan kesaktianya tak ada satu kekuatan maupun juga yang mampu
memisahkan pancasilah dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesatian pancasila itu, perlu di
usahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengemamalan nilai-nilai lubur
yang terkandung didalamnya oleh setiap warga negara Indonesia setiap penyelenggaran
negara serta setiap lembaga ke negaraan dan lembaga ke masyarakata, baik dipusah maupun
di daerah
Pancasila sebagai dasar negara, maka megamalkan dan mengamankan pancasila sebagai
dasar negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Indonesia harus
tunduk dan taat kepadanya.
1,2 TUJUAN
Setelah selesai mempelajari bahasa ini di harapkan dapat;
1. Mengkajik {mengenalisis UUD kedalam bagian-bagian dan menjelaskan kaitan dari
bagian-bagian itu, serta mengsitesiska bagian-bagian UUD sehingga menjadi satu pengertian
yang padu} UUD;
2. mengghargai peranan UUD’45 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1,3 MANFAAT
1. Sebagai idiologi negara.
Dasar negara bermanfaat agar sebuah negara bisa mencampai tujuan dan cita-cita bangsa
secara bersama-sama.
2. Menggatur penyelenggaraan negara
Pancasila sebagai dasar negara mengatur penyelenggaraan pemerintah Indonesia dengan
tujuan agar mencampai cita-cita bangsa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) memberikan makna yang mendalam
bagi segenap Rakyat Indonesia sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pada hakikatnya, pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental mempunyai hakikat dan
kedudukan hukum yang tetap, maka secara hukum tidak dapat diubah. Lalu,
bagaimana kedudukan dan makna pembukaan UUD 1945?
Jika melihat dari ilmu hukum yang ada, maka pembukaan UUD 1945
mempunyai kedudukan tertinggi di atas Undang-undang lainnya. Hal ini
dikarenakan UUD 1945 merupakan hukum dasar berbentuk tertulis dan
menjadi dasar sumber hukum bagi seluruh peraturan-peraturan yang ada di
Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok dari tujuan kaidah negara yang
bersifat fundamental, dimana memuat prinsip Negara seperti bentuk negara,
dasar Negara dan tujuan Negara itu sendiri. Hal tersebut tergambar dalam
setiap alinea pembukaan UUD 1945 yang memiliki makna berkaitan dengan
kemerdekaan maupun usaha setelah kemerdekaan Indonesia.
Mengenai kedudukan dan makna pembukaan UUD 1945, berikut
penjelasannya.
Pada alinea pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Hal ini
bermakna bahwa Indonesia dan dunia harus menghapus dan melawan
penjajahan yang ada di dunia ini.
Pada Alinea kedua,
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Dalam alinea ini bermakna untuk
menunjukan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan kemerdekaan
Indonesia yang diraih dengan hasil kerja keras pada pejuang yang rela
mengorbankan harta, jiwa, dan nyawanya.
Pada aline ketiga,
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas , maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Hal ini bermakna bahwa
kemerdekaan Indonesia juga didapat atas bantuanTuhan yang masa esa dan
juga keinginan luhur bangsa untuk kehidupan yang bebas.

2
Pada Alinea terakhir atau keempat,
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang
berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang MasaEsa,
Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna yang terkandung pada alinea keempat dalam pembukaan UUD 1945 ini
yaitu prinsip-prinsip bangsa Indonesia yang akan menjadi penuntun bangsa
untuk meraih cita-citanya.
2.2 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 meliputi suasana kebatinan yang diwujudkan dalam pasal-pasal
dalam UUD. Dengan kata lain, suasana kebatinan UUD 1945 dijiwai dan bersumber dari
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Hubungan langsung antara pembukaan UUD 1945
dengan batang tubuhnya bersifat kausal organis karena isi dalam pembukaan dijabarkan ke
dalam pasal-pasal UUD 1945. Sehingga, pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat
negara dan UUD merupakan satu kesatuan. Meskipun dapat dipisahkan, tetapi tetap
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Pembukaan UUD 1945
mengandung pokok-pokok pikiran persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat,
berdasarkan atas permusyawaratan, perwakilan, dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Intisari dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
penjelmaan dari dasar Negara Pancasila. Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur
yang telah mampu memberikan semangat kepada UUD 1945. Dengan kata lain, UUD 1945
sebagai konstitusi Negara merupakan uraian rinci dan rangkaian makna dari nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945 yang bersumber dan dijiwai oleh Pancasila. Baca juga: Perubahan
dalam Amandemen Keempat UUD 1945 Rangakaian makna yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 adalah: Alinea I, II, dan III: Rangkaian peristiwa yang mendahului
terbentuknya Negara. Rumusan dasar pemikiran yang mendorong kemerdekaan kebangsaan
Indonesia hingga terbentuknya Negara Indonesia. Alinea IV: Ekspresi dari peristiwa dan
keadaan setelah Negara Indonesia terbentuk. Dilihat dari rangkaian makna dan peristiwa
dalam keempat alinea pembukaan UUD 1945 tersebut, dapat ditentukan sifat hubungan
antara masing-masing alinea pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945, yaitu: Alinea I,
II, dan III tidak memiliki hubungan kausal organis dengan Batang Tubuh UUD 1945. Alinea
IV memiliki hubungan yang bersifat kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945.
Hubungan kausal organis Alinea IV dengan batang tubuh UUD 1945 mencakup beberapa
segi, yaitu: Undang-Undang Dasar akan ditentukan. Yang diatur dalam UUD adalah
pembentukan pemerintahan Negara yang memenuhi syarat dan meliputi segala aspek
penyelenggaraan Negara. Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat.
Ditetapkannya dasar kerohanian Negara (dasar filsafat Negara Pancasila). Oleh karena itu,
dalam hubungannya dengan batang tubuh UUD 1945, pembukaan UUD 1945 alinea IV
ditempatkan pada kedudukan yang sangat penting.
3
2.3 Indonesia Negara Hukum dan Negara Kesejahteraan

Konstitusi mengamanatkan Negara mewujudkan kesejahteraan yang termaktub dalam 14


pasal UUD 1945, namun dalam realitas empirisnya seakan tidak memiliki kekuatan untuk
membentuk masyarakat yang sejahtera. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pandangan
dan upaya peneguhan ideology Negara kesejahteraan . Konsepsi negara hukum
kesejahteraan Indonesia mengharuskan setiap tindakan Negara atau pemerintah harus
berdasarkan Hukum, menjamin keamanan dan mendukung masyarakat, menjadikan Negara
kesejahteraan ideology sebagai landasan kedudukan dan fungsi pemerintah (fungsi terbaik )
dalam mengemban tugas, dan tanggung jawab yang lebih luas untuk mensejahterakan rakyat
serta menjadikan keadilan sosial sebagai rohnya pembangunan ekonomi.

2.4 Indonesia Negara Demokrasi Berke-Tuhanan

Salah satu pertanyaan mendasar yang telah dijawab pendiri Bangsa Indonesia terkait
hubungan Demokrasi dan Indonesia adalah bahwa Demokrasi Indonesia bukanlah demokrasi
liberal seperti yang dipraktekkan Negara-Negara Barat, tetapi demokrasi Indonesia adalah
Demokrasi yang diwarnai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana sila pertama
Pancasila, dasar Negara Indonesia.

Pilihan itu sekaligus menegaskan bahwa Indonesia tidak berkiblat secara membabi buta ke
Negara manapun terkait dengan demokrasi. Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang
diadaptasikan dengan nilai-nilai luhur yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat
Indonesia, sehingga melahirkan demokrasi unggul berperadaban Indonesia.

Salah satu yang didaptasikan dalam penerapan kehidupan demokrasi di Indonesia adalah
hubungan Demokrasi dan Agama, hubungan Negara dan Agama, dan hubungan proses
ketatanegaraan dengan agama. Demokrasi, negara, dan proses ketatanegaraan di Indonesia
tidak saja tidak bisa lepas dari Ketuhanan Yang Maha Esa, namun semuanya itu harus
diwarnai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa dalam segala aspeknya. Hal ini tidak lepas dari
posisi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dan utama dari Pancasila. Dan
Pancasila adalah dasar, pondasi, dan sumber dari segala sumber nilai dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Singkatnya, karena Pansacila adalah ideologi Negara-
Bangsa Indonesia. Pancasila menegaskan bahwa Negara – Bangsa Indonesia adalah religious
welfare state, Negara kesejahteraan berketuhanan. Tingkat kesejahteraan Bangsa Indonesia
diukur, salah satunya, dari kualitas penerapan nilai - nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
segala aspek kehidupan demokrasi, termasuk dalam proses kontestasi pemilu.

Pemilu sebagai pilar utama dalam demokrasi kontestasi di Indonesia tidak dibenarkan oleh
Pancasila kering dan jauh dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Seluruh aspek regulasi
yang terkait dengan kontestasi kepemiluan dan seluruh praktek kehidupan kontestasi
kepemiluan di Indonesia harus diwarnai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, sila
pertama Pancasila. Jika tidak demikian maka bukanlah demokrasi kontestasi kepemiluan
yang berperadaban Indonesia namanya. Jika tidak demikian maka demokrasi kontestasi
kepemiluan itu bisa disebut sebagai demokrasi kontestasi yang mengkhianati Pancasila,
menggkhianati proses pembangunan demokrasi unggul berperadaban Indonesia.

4
Terkait dengan proses perumusan Kitab Undang Undang Hukum Pemilihan Umum
(KUHPU), sementara sebut saja begitu, yang sedang dirumuskan pemerintah dan DPR
sebagai gabungan seluruh Undang-Undang terkait kepemiluan dalam satu naskah UU yang
akan mengatur seluruh aspek kontestasi kepemiluan di Indonesia, pertanyaannya adalah dari
sisi mana cara membacanya agar bisa merasakan kehadiran ruh Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Naskah Akademik dan rancangan Kitab Undang Undang Hukum Pemilihan Umum
(KUHPU) yang sedang dibahas pemerintah dan DPR itu?. Sungguh penulis kesulitan untuk
merasakan kehadiran ruh Ketuhanan Yang Maha Esa dalam setiap lembarannya.

2.5 Indonesia Negara Kebangsaan, Kesatuan dan Kekeluargaan

Secara garis besar, teori integralistik menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat
dengan penguasa Negara , sehingga membentuk satu kesatuan utuh yang didukung oleh rasa
kekeluargaan serta kebersamaan

Sebelum mengemukakan teori integralistik, Soepomo menjelaskan dua teori lainnya tentang
pengertian Negara , yakni teori individualistik atau teori perseorangan serta teori kelas atau
teori golongan.

Soepomo menjelaskan jika teori individualistik didasarkan pada adanya kontrak sosial yang
terjalin antar seluruh perseorangan dalam masyarakat.

Sedangkan teori kelas beranggapan jika Negara merupakan alat yang digunakan golongan
atau kelas tertentu untuk menindas golongan lainnya yang mungkin lebih lemah. Sehingga,
teori integralistik lebih menitikberatkan kepentingan golongan dari pada kepentingan
individu.

Setelah mengemukakan dua teori ini, Soepomo tidak setuju dengan konsep atau paham yang
dianut dalam teori individualistic dan teori kelas.

Maka dari itu, Soepomo mengemukakan teori ketiganya, yakni teori integralistik. Teori ini
memiliki enam poin penting , yakni:

1. Negara merupakan susunan masyarakat yang bersifat erat serta integral atau menyeluruh
antar semua golongan.
2. Seluruh anggota masyarakat merupakan satu kesatuan utuh yang bersifat organis.
3, Kepentingan yang berkaitan dengan satu kesatuan atau persatuan masyarakat menjadi hal
yang diutamakan.
4. Negara tidak memihak golongan tertentu. Negara tidak mengutamakan kepentingan
pribadi di atas kepentingan masyarakat. Negara mengutamakan keselamatan dan kehidupan
bangsa sebagai bentuk satu kesatuan yang harus diutamakan.
5. Negara dan Rakyat saling bersatu membentuk persatuan.
6. Negara mengatasi (memiliki posisi lebih tinggi) dibandingkan dengan seluruh golongan
dalam berbagai bidang.

5
2.6 Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 Alinea IV
menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasa l 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk Negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah Republik.
Selain bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan Republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala Negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensia
l. Pengertian Sistem Pemerintahan Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan
dua kata system dan pemerintahan. Kata system merupakan terjemahan dari kata
system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara.
Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata
perintah. kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan Negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam
rangka mencapai tujuan penyelenggaraan Negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai
suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja
saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi
pemerintahan.
Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau
kekuasaan menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan
membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili
terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintahan
Negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga Negara, hubungan antar lembaga
Negara, dan bekerjanya lembaga Negara dalam mencapai tujuan pemerintahan Negara
yang bersangkutan.

6
Tujuan pemerintahan Negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
Negara. Misalnya, tujuan pemerintahan Negara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu
system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk
terwujudnya tujuan dari pemerintahan di Negara Indonesia.
Dalam suatu Negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah kepala
negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan melaksakan
kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen akan dipimpin oleh
seorang menteri. Apabila semua menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana
menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial,
dan kabinet ministrial.3. Perbandingan Antara Indische Staatsregeling Dengan UUD
1945Secara umum telah diyakini bahwa sistem pemerintahan Indonesia menurut Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) itu adalah sistem presidensial. Keyakinan ini secara yuridis
samasekali tidak berdasar. Tidak ada dasar argumentasi yang jelas atas keyakinan
ini. Apabila diteliti kembali struktur dan sejarah penyusunan UUD 1945 maka tampaklah
bahwa sebenarnya sistem pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 itu adalah sistem
campuran.
Namun sistem campuran ini bukan campuran antara sistem presidensial model Amerika
Serikat dan sistem parlementer model Inggris. Sistem campuran yang dianut oleh UUD 1945
adalah sistem pemerintahan campuran modelIndische Staatsregeling (‘konstitusi’ kolonial
Hindia Belanda) dengan sistem pemerintahan sosialis model Uni Sovyet. Semua lembaga
negara kecuali Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), merupakan turunan langsung dari
lembaga-lembaga pemerintahan Hindia Belanda dahulu, yang berkembang melalui
pengalaman sejarahnya sendiri sejak zaman VOC. Sementara itu, sesuai dengan keterangan
Muhammad Yamin (1971) yang tidak lain adalah pengusulnya, MPR itu dibentuk dengan
mengikuti lembaga negara Uni Sovyet yang disebut Sovyet Tertinggi.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

7
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut
UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan
semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem
pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik
dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih
banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional
atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan
bahwa konstitusi negara itu berisi
1.adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau
amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah
diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen


Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan
yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah
dilakukannya Pemilu 2004.

8
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki
kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer
dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia
adalah sebagai berikut;
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi,
DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal
itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut,
antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and
balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran. Sebelum diadakan amandemen UUD 1945, sebagai
konstitusi tertulis UUD 1945 menyediakan satu pasal yang khusus mengatur tentang cara
perubahan UUD, yaitu pasal 37, yang berbunyi :a. Untuk mengubah UUD sekurang-
kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan diambil
dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir. Amandemen
UUD 1945 dilaksanakan secara bertahap, yaitu:1. Amandemen Pertama (19 Oktober 1999)
2. Amandemen Kedua (18 Agustus 2000) 3. Amandemen Ketiga (10 November 2001)
4. Amandemen Keempat (10 Agustus 2002).

9
1. Sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa
Secara garis besar sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu masa Orde lama, masa Orde
baru, dan masa reformasi.a) Sistem pemerintahan Indonesia masa orde lamaMasa
pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945 hingga tahun 1968 di bawah kepemimpinan
presiden Soekarno. Penyebutan masa “orde lama” merupakan istilah yang diciptakan pada
masa orde baru. Sebenarnya Soekarno tidak begitu menyukai istilah “orde lama” ini. Ia lebih
suka menyebut masa kepemimpinannya dengan istilah “orde revolusi”. Pada tanggal 18
agustus 1945, Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar Negara. Sebenarnya di
bawah UUD 1945 telah tercantum bahwa Indonesia menggunakan system pemerintahan
presidensial.namun setelah tiga bulan terjadi penyimpangan terhadap UUD
1945.Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan cabinet parlementer dengan Sultan
Syahrir sebagai perdana menteri. Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh Belanda,
Indonesia menggunakan system parlementer. Masa parlementer berakhir ketika
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.b) System pemerintahan masa orde baruIstilah
“orde baru” di pakai untuk memisahkan kekuasaan era Soekrno (orde lama) dengan masa
kekuasaan era Soeharto. Era orde baru juga digunakan untuk menandai setelah masa baru
setelah ditumpasnya pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa orde baru, awalnya
demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan. Namun, dalam perkembangannya kehidupan
demokrasi era orde baru tidak jauh berbeda dengan demokrasi terpimpin. System
pemerintahan presidential juga terlihat ditonjolkan.kemudian soeharto menetapkan demokrasi
pancasila sebagai system pemerintahan Indonesia. c) System pemeritahan masa reformasiEra
reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan soeharto pada tahun 1998 hingga sekarang.
Pada era reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi pancasila diterapkan sesuai
dengan asa demokrasi yang berlandaskan pancasila. Pada era ini, pemerintahan memberikan
ruang gerak kepada partai politik dan DPR untuk turut serta mengawasi pemerintahan secara
kritis.
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan
negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok,
yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau
unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Pembagian sistem pemerintahan
negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian
sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat
pengawasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar
pengawasan legislatif maka sistem pemerintahannya adalah presidensial.Dalam sistem
pemerintahan negara republik, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga itu
bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.

10
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di
negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antar sistem pemerintahan negara itu.
Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.Perubahan pemerintah di
negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan
dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999.
Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
2.7 Hubungan antara Lembaga Negara

Tugas dan wewenang lembaga negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
dan diatur lebih lanjut melalui Undang-Undang atau UU.

Lembaga tinggi negara sesudah amandemen adalah presiden dan wakil presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial
(KY), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen dalam kurun waktu
1999 - 2002. Perubahan ini secara otomatis juga memengaruhi hubungan kinerja
antarlembaga.

Hubungan antara MPR, Presiden, DPR, dan MK

Hubungan antara MPR, presiden, DPR, dan MK terlihat dalam proses pemberhentian
presiden dan wakil presiden.

Presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan MPR dalam masa jabatannya menurut UUD
atas usul DPR. Ini terjadi apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, tindakan pidana berat, atau terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

Kemudian MPR meminta kepada MK untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
DPR. Hasilnya dibawa ke rapat paripurna DPR untuk diteruskan ke MPR. MPR kemudian
menyelenggarakan sidang untuk mengambil keputusan, minimal dihadiri 3/4 jumlah anggota
dan disetujui minimal 2/3 anggota yang hadir.

Hubungan antara DPR dan Presiden

Hubungan antar DPR Dan presiden terlihat ketika Rancangan Undang-Undang atau RUU
dibahas bersama oleh DPR dan presiden. Jika tidak ada persetujuan bersama, maka RUU
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.

Presiden mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang atau UU. Dalam keadaan genting,
presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti UU dengan persetujuan DPR.

11
Hubungan antara DPR dan DPD

Hubungan antara DPR dan DPD dapat dilihat ketika DPD mengajuka RUU kepada DPR.
DPD mengajukan RUU yang berkaitan dengan oronomi daerah, hubungan pusat daerah, serta
yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

DPD ikut membahas RUU tersebut dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU
yang telah disahkan. DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas pajak,
pendidikan, dan agama.

Hubungan antara MPR dan DPD


Hubungan antara MPR dan DPD dilihat dari keanggotaannya, anggota DPD merupakan
bagian dari anggota MPR. Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengontrol pembuatan UU
yang berhubungan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah, serta perimbangan pusat
dan daerah agar tidak menyimpang dari UUD.

Hubungan antara BPK dan DPR


Hubungan antara BPK dan DPR tampak ketika BPK memeriksa tentang keuangan negara dan
hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR. BPK memiliki hak untuk meminta keterangan
yang wajib diberikan oleh setiap instansi pemerintah.

Hubungan antara MA, DPR, dan Presiden


Hubungan antara MA, DPR, dan presiden dapat dilihat dalam pengangkatan calon hakim
agung MA. Calon hakim agung MA diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR.

Hubungan antara MK, MA, dan DPR


Hubungan antara MK, MA, dan DPR terlihat dalam hal pemberian putusan atas pendapat
DPR terkait pelanggaran yang dilakukan oleh presiden dan wakil presiden. Anggota MK
terdiri dari sembilan orang dan ditetapkan oleh presiden, tiga orang diajukan oleh MA, tiga
orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang diajukan oleh presiden.

2.8 Hubungan antara Negara dan Warga Negara

Negara adalah sebuah badan atau organisasi yang memiliki wewenang guna mengatur hal
yang berhubungan dengan masyarakat luas, dan memiliki tanggung jawab untuk
mensejahterakan, melindungi, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, tujuan berdirinya Negara Indonesia adalah:

a. Melindungi segenap bangsa, dan tumpah darah Indonesia.


b. Memajukan kesejahteraan hukum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

12
Sebuah Negara harus memiliki tiga unsur pokok, yakni rakyat, wilayah dan pemerintah. Dari
ketiga unsur tersebut, dapat diartikan bahwasannya semua unsur yang ada harus berdaulat satu
sama lain.

Warga Negara adalah penduduk sebuah Negara yang sudah ditetapkan oleh undang-undang
Negara tersebut. Dimana, penduduk atau warga Negara ini termasuk unsur sebuah Negara dan
menjadi bagian didalamnya dan memiliki hak-hak penuh juga kewajiban yang bersifat timbal
balik terhadap negaranya.

kewarganegaraan adalah suatu korelasi antar warga Negara dan Negara yang menimbulkan
adanya kewajiban warga terhadap Negara maupun hak yang diterima warga Negara.

Negara, Warga Negara, dan kewarganegaraan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Karena ketiganya adalah unsur terpenting dari sebuah Negara.

Dapat disimpulkan bahwa hubunganantara warga Negara dan kewarganegaraan adalah


seorang penduduk dan legalitas resmi kependudukannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa hukum
atau aturan yang ada pada masing masing negara tentang berbagai hal yang terkait dengan
warga Negara dan kewargaannya baik itu berupa hak maupun kewajiban adalah suatu hal yang
harus dimengerti dan dipahami oleh semua penduduk Negara tersebut, guna
terselenggarakannya masyarakat yang madani.

2.9 Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada
setiap individu di bumi. Setiap orang wajib menjaga, melindungi serta menghormati haknya
setiap orang.
HAM juga telah diatur dalam undang-undang nomer 39 tahun 1999, menjelaskan bahwa hak
asasi manusia merupakan seperangkat haknya telah melekat pada setiap individu sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.
Hak-hak tersebut antara lain haknya untuk hidup, keamanan, tidak diganggu, kebebasan dari
perbudakan serta penyiksaan. Jika seseorang atau sekelompok orang tidak memberikan hak
semestinya terhadap seseorang atau sekelompok orang maka akan diberi hukum pidana
penjara sementara atau paling berat penjara seumur hidup.
Pengertian dari Hak Asasi Manusia dan Macamnya
Berikut ini macam-macam HAM yang tidak dapat dicabut oleh seseorang dari setiap
individu.
1. Personal Rights
Personal rights adalah setiap orang memiliki kebebasan untuk berpendapat, bebas
untuk memeluk agama apapun, dibebaskan untuk beribadah menurut keyakinannya
masing-masing dan diberikan kebebasan untuk berorganisasi atau berserikat.

13
2. Property Rights
Property rights (hak asasi ekonomi) merupakan pemberian kebebasan untuk memiliki
sesuatu, bebas untuk menjual serta membeli sesuatu barang atau jasa, serta bebas untuk
mengadakan suatu perjanjian kontrak dan memiliki pekerjaan.
3. Rights of Legal Equality
Rights of legal equality berkaitan dengan berhak untuk mendapatkan perlakuan atau
pengayoman sama sesuai dengan keadilan hukum. Semua akan dilihat sama pada mata
hukum.
4. Political rights
Political rights merupakan hak asasi manusia memberikan Anda kesempatan untuk bebas
berpolitik. Memiliki berhak sama untuk ikut serta dalam pemerintahan, pemilihan umum,
mendirikan partai politik dan mengajukan petisi kritis serta saran.
5. Social cultural rights
Hak asasi manusia social cultural rights berkaitan dengan dibebaskannya setiap orang untuk
memilih pendidikan yang diinginkannya, pemberian haknya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan serta mengembangkan kebudayaan.
6. Procedural rights
Terakhir, setiap individu berhak untuk mendapatkan perlakukan mengenai tata cara peradilan
serta perlindungan hukum oleh pemerintah. Setiap orang memiliki hak asasi manusia berhak
mendapatkan perlakuan adil dalam penggeledahan, penangkapan serta pembelaan hukum.
Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat dan Ringan
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan hak asasi manusia serta macam-macamnya.
Berikutnya kami akan memberikan contoh kasus pelanggaran HAM pernah terjadi di
Indonesia baik ringan maupun berat.
1. Kerusuhan tanjung priok tahun 1984
Contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia yang pertama terjasi pada tanggal 12 September
1984, korban tercatat pada peristiwa tersebut antara lain 24 orang teras, 26 luka berat dan 19
orang luka ringan. Saat itu majelis hakim menyatakan 14 terdakwa dinyatakan bebas atas
kasus ini.
2. Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998
Peristiwa ini juga dikenal dengan nama tragedi trisaksti yang terjadi pada tanggal 12 Mei
1998 terhadap mahasiswa sedang melakukan demonstrasi guna menuntut presiden Soeharto
turun dari jabatannya sebagai presiden.
Dari kejadian tragedi trisakti tersebut, terdapat empat mahasiswa trisakti tewas serta puluhan
orang mengalami luka berat dan ringan. Mahkamah militer melakukan sidang terhadap
beberapa terdakwa yang diduga telah menyebabkan adanya korban jiwa.

14
Tetapi, mahkamah militer pada saat itu hanya memvonis dua terdakwa dengan hukuman
pidana selama 4 bulan saja, empat terdakwa lainnya divonis 2-5 bulan pidana sedangkan
sembilan orang divonis 3-6 tahun penjara.
Saling menghormati dan menghargai setiap orang merupakan sikap harus dimiliki setiap
warga negara untuk menjaga HAM setiap individu. Selain itu, setiap negara juga wajib untuk
memberikan perlindungan dan menjaga hak asasi manusia setiap warganya

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman
bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-
nilai tersebut diwujudkan sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan
arus globalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah
masyarakat, sehingga Pancasila tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat
Indonesia, hal ini juga meliputi para generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai
generasi penerus bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini
dengan berpedoman pada Pancasila, akan tetapi para pemuda saat ini kian jauh dari
nilainilai Pancasila

16
3.2 Daftar Pustaka

2.1 https:///www.kelaspintar.id/blog/edutech/kedudukan-dan-makna-pembukaan-uud-1945-
7212/

2.2 https://nasional.kompas.com/read/2022/03/06/04000001/hubungan-pembukaan-dan-batang-
tubuh-uud-
1945#:~:text=Hubungan%20langsung%20antara%20pembukaan%20UUD,dan%20UUD%20merupak
an%20satu%20kesatuan.

2.3 https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/view/32986

2.4 https://politik.rmol.id/read/2017/05/05/290222/demokrasi-kontestasi-berketuhanan-yang-
maha-esa-demokrasi-unggul-berperadaban-indonesia

2.5 https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/23/143025669/teori-integralistik-menurut-
soepomo

2.6 https://pemerintahan.uma.ac.id/2020/10/sistem-pemerintahan-indonesia/

2.7 https://nasional.kompas.com/read/2022/02/22/01150001/hubungan-antarlembaga-negara-
menurut-uud-1945

2.8 https://www.gurusiana.id/read/chaidirwalis/article/hubungan-negara-warga-negara-
kewarganegaraan-1214609/

2.9 https://umsu.ac.id/hak-asasi-
manusia/#:~:text=Hak%20asasi%20manusia%20merupakan%20hak,serta%20menghormati%20hakn
ya%20setiap%20orang.

17

Anda mungkin juga menyukai