Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PEMBELAJARAN DEMOKRASI

DEMOKRASI

Dosen Pembimbing : Yusmawaty , M. Pd

Disusun Oleh :

Kelompok II

Wiwin Rahman ( 20021003 )


M. Ammar Rizki ( 200211009 )
M. Iqbal ( 200211011)
Sureski Zaelani ( 200211006 )
Ramadhani ( 200211008 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURAAN UIN AR-RANIRY BANDA ACEH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PKN) dengan judul “ Demokrasi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis juga bagi para pembaca. Terima
kasih.

Bener Meriah, 18 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................1
C. Manfaat Makalah....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................2
A. Makna Demokrasi.......................................................................2
a. Definisi Demokrasi Secara Etimologi.......................................2
b. Definisi Demokrasi Secara Umum............................................2
c. Menurut Para Ahli.....................................................................3
- Abraham Lincoln................................................................3
- Charles Costello..................................................................3
- Jhon L. Esposito..................................................................3
- Hans Kelsen........................................................................3
- Sidney Hook........................................................................3
- C.F Strong...........................................................................3
- Hannry B.Mayo...................................................................3
- Merriem...............................................................................4
- Samuel Huntington..............................................................4
B. Hakikat Demokrasi......................................................................4
a. Pemerintahan Dari Rakyat.................................................4
b. Pemerintahan Oleh Rakyat................................................5
c. Pemerintahan Untuk Rakyat..............................................5
C. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup......................................5
1. Kesadaran Akan Pluralisme.....................................................6
2. Musyawarah.............................................................................6
3. Cara Haruslah Sejalan Dengan Tujuan....................................6
4. Norma Kejujuran Dalam Permufakatan..................................6
5. Kebebasan Nurani,Persamaan Hak dan Kewajiban.................7
6. Trial And Error........................................................................7
D. Unsur-unsur Penegak Demokrasi..............................................7
1. Negara Hukum........................................................................7
2. Masyarakat Madani.................................................................7
3. Insfrastruktur Politik...............................................................8
4. Pers Yang Bebas Dan Bertanggung Jawab.............................8
E. Model-model Demokrasi.............................................................8
a. Menurut David Heid................................................................8
b. Menurut Sklar..........................................................................9
F. Prinsip Demokrasi.......................................................................9
a. Menurut Inun Kencana............................................................9

ii
G. Parameter Demokrasi.................................................................9
H. Perkembangan Demokrasi Di Barat..........................................10
I. Sejarah Perkembangan Demokrasi Dalam Islam....................12
a. Pendapat Ulama Tentang Demokrasi......................................12
1. Sadek, J Sulayman.............................................................12
2. Abu ‘Ala Al-Maududi........................................................13
3. Muhammad Iqbal...............................................................13
4. Muhammad Imarah............................................................13
5. Yusuf Al-Qardhawi...........................................................14
6. Salim Ali Al-Bahsanawi....................................................15
J. Perkembangan Demokrasi Di Indonesia...................................15
a. Demokrasi Pada Masa Ir. H. Soekarno....................................16
b. Demokrasi Di Era Mohammad Hatta......................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................20
A. Kesimpulan.............................................................................20
B. Saran.......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap


rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau
pemerintahan rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak
utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah melalui
Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat
baik di tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, serta untuk
membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan
rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang
diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara Indonesia
dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-
prinsip atau nilainilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita
masyarakat Indonesia yang demokratis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna dan hakikat demokrasi ?


2. Apa saja unsur penegak demokrasi ?
3. Apa saja model-model demokrasi ?
4. Apakah prinsip dan parameter demokrasi ?
5. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi di Barat ?
6. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi dalam Islam dan Indonesia ?

C. Manfaat Makalah

1. Untuk mengetahui makna dan hakikat demokrasi .


2. Untuk mengenal apa saja unsur penegak demokrasi .
3. Untuk mengenal apa saja model-model demokrasi .
4. Untuk mengetahui prinsip dan parameter demokrasi .
5. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi di barat .
6. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi dalam islam dan
indonesia .

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat


turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat.

a. Definisi Demokrasi Secara Etimologi

Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari
bahasa yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau kependudukan suatu
tempat “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos(demokrasi) adalah
keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahanya kedaulatan berada
ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat,
rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

b. Definisi Demokrasi Secara Umum

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan bentuk


pemerintahan di mana formulasi kebijakan, secara langsung atau tidak
langsung ditentukan oleh suara terbanyak dari warga masyarakat yang
memiliki hak memilih dan dipilih, melalui wadah pembentukan suaranya
dalam keadaan bebas dan tanpa paksaan.  artinya di laksanakan sesuai dengan
kehendak hati nurani rakyat sendiri tanpa ada paksaan dari arah manapun.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijksanaan Negara,
karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Dengan
demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dan dari sudut
organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh
rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan
rakyat.

2
c. Menurut para ahli

Adapun definisi Demokrasi menurut para ahli ada sembilan,yaitu :

 Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.

 Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk
melindungi hak-hak perorangan warga negara.

 John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh
karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun
mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja
lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara unsur
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

 Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di
mana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan
diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.

 Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

 C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan
yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakannya pada mayoritas tersebut.

 Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan
atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana
terjadi kebebasan politik.

3
 Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya,
oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat
dan dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah
sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu
bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk
mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese
berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.

 Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam
sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan
berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh
suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.

B. Hakekat Demokrasi

Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara


serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan
ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

Menurut Moh. Mahfud MD pemerintahan berada ditangan rakyat


mengandung makna atau hakekat 3 hal, yaitu:

a. Pemerintahan dari rakyat (government of the poeple)

Berhubungan dengan pemerintahan yang sah dan diakui


(legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan idak di akui
(unlegitimate government) dimata rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui
(legitimate government) berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan
dan dukungan yang diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintahan yang tidak
sah dan tidak diakui (unlegitimetegovernment) berarti suatu pemerintahan yang
sedang memegang kendali kekuasaan tidak mendapat pengkuan dan dukungan
dari rakyat. Legitimasi bagi suatu pemerintahan sangat penting karena dengan
legitimasi tersebut, pemerintahan dapat menjalankan roda birokrasi dan
program-programnya sebagai wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat
kepadanya. Pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran bahwa
pemerintah yang sedang memegang kekuasaan dituntut kesadaranya bahwa
pemerintahan tersebut diperoleh melalui pemilhan dari rakyat bukan dari
pemberian wangsit atau kekuatan supranatural. Jadi jika mereka sadar bahwa
terpilihnya mereka sebagai wakil rakyat, maka itulah yang akan menjadikan
karakteristik Negara yang demokrasi.

4
b.  Pemerintahan oleh rakyat (government by the poeple)

Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan


kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginanya sendiri.
Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan
kekuasaanya, pemerintahan berada dalam pengawasan rakyatnya. Karena itu
pemerintah harus tunduk kepada pengawasan rakyat (social control).
Pengawasan rakyat (social control) dapat dilakukan secara langsung oleh
rakyat maupun tidak langsung yaitu melalui perwakilannya di parlemen
(DPR). Dengan adanya pengawasan oleh rakyat (social control) akan
menghilangkan ambisi otoriterianisme para penyelenggara negara (pemerintah
dan DPR).

c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the poeple)

Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat


kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan
rakyat harus didahulukan dan diutamakan di atas segalanya. Untuk itu
pemerintah harus mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam
merumuskan dan menjalankan kebijakan dan program-programnya, bukan
sebaliknya hanya menjalankan aspirasi keinginan diri, keluarga dan
kelompoknya. Oleh karena itu pemerintah harus membuka kebebasan serta
menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam
menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.

C. Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup

Masyarakat harus menjadikan demokrasi sebagai filsafat hidup dalam


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demokrasi tidak akan datang tumbuh
dan berkembang dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Karena itu demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan
perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari
suatu kerangka berpikir dan rancangan masyarakat.

Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis serta teoritis


dari masyarakat yang telah maju dalam berdemokrasi. Menurut Nurcholish
Madjid, pandangan hidup demokratis dapat bersandar pada bahan-bahan yang
telah berkembang, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-
negeri yang demokrasinya sudah mapan.

Demokrasi sebagai sikap hidup berisi nilai-nilai yang dapat dimiliki, dihayati,
dan diamalkan oleh setiap orang. Bentuk pemerintahan demokrasi ataupun
sistem politik demokrasi suatu negara memerlukan sikap hidup warganya yang
demokratis. Demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang

5
harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk atura sosial
politik. Bentuk kehidupan yang berdemokrasi akan kokoh bila dikalangan
masyarakat tumbuh nilai-nilai demokrasi tersebut.

Ada 6 norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat
yang demokratis, yaitu:

1. Kesadaran akan pluralisme

Kesadaran akan kemajemukan tidak sekedar pengakuan pasif akan kenyataan


masyarakat yang majemuk. Kesadaran atas kemajemukan menghendaki
tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif.
Pengakuan akan kenyataan perbedaan harus diwujudkan dalam sikap dan
perilaku menghargai dan mengakomodasi beragam pandangan dan sikap orang
dan kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan negara
untuk menjaga dan melindungi hak orang lain untuk diakui keberadaannya.

2. Musyawarah                                                         

Makna dan semangat musyawarah ialah mengharuskan adanya keinsyafan


dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan untuk
melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai
dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Konsekuensi dari prinsip ini adalah
kesediaan setiap orang maupun kelompok untuk menerima pandangan yang
berada dari orang atau kelompok lain dalam bentuk-bentuk kompromi melalui
jalan musyawarah yang berjalan secara seimbang dan aman.

3. Cara haruslah sejalan dengan tujuan

Norma ini menekankan bahwa hidup demokratis mewajibkan adanya


kenyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan.Demokrasi pada
hakekatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur demokrasi
(pemilu, suksesi, dan aturan mainnya), tetapi harus dilakukan secara santun dan
beradab yakni melalui proses demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan,
dan saling menguntungkan. Sejalan dengan norma ini, demokrasi pada lahirnya
tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa akhlak terpuji (akhlaqul
karimah) warga negara.

4. Norma kejujuran dalam permufakatan

Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan


seni permusyasawaratan yang jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang
memberi keuntungan semua pihak. Musyawarah yang benar dan baik hanya
akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki
pandangan positif terhadap perbedaan pendapat dan orang lain.
5. Kebebasan nurani, persamaan hak, dan kewajiban.

Pengakuan akan kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban baik semua 6
merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap percaya
pada iktikad bagi orang dan kelompok lain. Norma ini akan berkembang dengan
baik jika di topang oleh pandangan positif dan optims terhadap manusia.
Sebaliknya, pandangan negatif dan pesimis terhadap manusia dengan mudah
akan melahirkan sikap dan perilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain.
Sikap dan perilaku ini akan sangat berpotensi melahirkan sikap enggan untuk
saling terbuka, saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau unuk melakukan
kompromi dengan pihak-pihak yang berbeda.

6. Trial and error (percobaan dan salah)

Demokrasi bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap saji, tetapi ia
merupakan sebuah proses tanpa henti. Dalam kerangka ini demokrasi
membutuhkan percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak untuk
menerima kemungkinan ketidak tepatan atau kesalahan dalam praktik
berdemokrasi. Sebagai negara yang minim pengalam berdemokrasi, Indonesia
masih membutuhkan percobaan-percobaan dan “jatuh bangun” dalam
berdemokrasi. Kesabaran semua pihak untuk melewati proses-proses demokrasi
akan sangat menentukan kemaangan demokrasi Indonesia.

D. Unsur-unsur Penegak Demokrasi

Demokrasi tidak akan berdiri menjadi sistem pemerintahan tanpa suatu


penegak yang menopangnya. Unsur penegak demokrasi meliputi antara lain:

1. Negara Hukum.
Istilah Negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui perlembagaan peradilan
yang bebas dan tidak memihak dan penjaminan hak asasi manusia. Sementara
itu, istilah Negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD
1945 yang berbunyi “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum
(Rechtsstaat) dan bukan berdasar kekuasaan belaka (Machsstaat)”. Penjelasan
tersebut merupakan gambaran sistem pemerintahan Indonesia.

2. Masyarakat Madani (Civil Society),


Dicirikan dengan masyarakat terbuka,yang bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan Negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi
aktif. Masyarakat madani merupakan salah satu pendiri pemerintahan
demokrasi, di mana masyarakat madani sendiri sebagai kotrol dari kinerja
lembaga eksekutif dan yudikatif, dan menjadi penting keberadaannya dalam
mewujudkan demokrasi. Masyarakat madani (Civil Society), mensyaratkan

7
adanya civic gagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi
sosial.
artinya bagi bangunan politk demokrasi. Masyarakat madani dan demokrasi,
bagi Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan.Demokrasi
dapat dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya
partisipasi.Selain itu, demokrasimerupakan pandangan mengenai masyarakat
dalam kaitan pengungkapan kehendak, adanya perbedan pandangan, adanya
keragaman konsesus.Tatanan nilai- nilai masyarakat tersebut ada dalam
masyarakat madani. Karena itu, demokrasi membutuhkan tatanan nilai-nilai
sosial yang ada pada masyarakat madani.

3. Insfrastruktur Politik
Yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan kelompok penekan.
Menurut Mirriam Budiardjo bahwa fungsi partai politik adalah: 1) Sebagai
sarana komunikasi politik; 2) Sebagai sarana sosialisasi politik; 3) Sebagai
sarana rekrutmen kader dan anggota politik; 4) Sebagai sarana pengatur
konflik.

4. Pers yang Bebas dan Bertanggungjawab


Peran pers dalam kehidupan demokrasi sangat penting, karena dari sinilah
berbagai ragaminformasi akan dipublikan. Di lain pihak juga pers
mengambil andil sebagai media penyampai aspirasi masyarakat
dalammengkritisi kinerja pemerintah. Selain itu,dewan pers juga sebagai
mediator, sebagai mediator antara penerbitan pers dan masyarakat, dewan
pers pun bersikap independen dan adil. Dewan pers menekankan pada
tercapainya penyelesaian informal, melalui musyawarah, antara pihak
pengadu dan pihak penerbitan pers bersangkutan. Penyelesaian yang bersifat
lebih formal hanya akan diambil jika upaya musyawarah tidak
membuahkan hasil.

E. Model-model Demokrasi 

a. Menurut David Heid, terdapat lima model demokrasi, yaitu sebagai berikut

1. Demokrasi klasik, adalah warga negara seharusnya menikmati kesetaraan


politik agar mereka bebas memerintah dan diperintah secara bergiliran.
2. Republika protektif, adalah partisipasi politik sebuah kondisi yang penting
bagi kebebasan pribadi. Jika para warga negara tidak bisa menguasai
mereka sendiri, mereka akan di dominasi oleh yang lain. 
3. Republikanisme dan perkembangan, adalah para warga harus menikmati
persamaan politik dan ekonomi agar tak seorang yang dapat menjadi
penguasa bagi yang lain dan semua yang dapat menikmati perkembangan
dan kebebasan yang sama dalam proses tekad diri bagi kebaikan bersama. 
4. Demokrasi protektif, yaitu para penduduk membutuhkan perlindungan
dari pemimpin, begitu pula dari sesamanya untuk memastikan bahwa
mereka yang dipimpin dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
sepadan dengan kepentingan-kepentingan secara keseluruhan.

5. Demokrasi developmental, yaitu partisipasi dalam kehidupan politik


penting tidak hanya bagi perlindungan individu, namun juga bagi
pembentukan rakyat yang tahu, mengabdi, dan berkembang. Keterlibatan
politik penting bagi peningkatan kapasitas individu yang tertinggi dan
harmonis.

b. Sedangkan menurut Sklar, demokrasi dapat dibagi menjadi lima model, yaitu 8

1. Demokrasi liberal, yaitu pemerintahan dibatasi oleh undang-undang dan


pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg. 
2. Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan
mereka di percaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing
sebagai kendaraan untuk menduduki kekuasaan.
3. Demokrasi sosial, adalah demokrasi yang meletakkan pada kepedulian
keadilan sosial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh
kepercayaan politik. 
4. Demokrasi partisipasi, yang menekankan hubungan timbal balik antara
penguasa dan yang dikuasai. 
5. Demokrasi constitusional, menekankan proteksi khusus bagi kelompok-
kelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat di antara elit yang
mewakilinya bagian budaya masyarakat utama

F. Prinsip Demokrasi

Suatu pemerintahan dikatakan demokratis, apabila mempunyai prinsip-


prinsip demokrasi. Menurut masykuri abdillah, prinsip demokrasi terdiri dari
tiga yaitu: persamaan, kebebasan, dan pluralisme.
a. Menurut Inu Kencana, prinsip demokrasi, yaitu:

1. Adanya pembagian kekuasaan


2. Adanya pemilihan umum yang bebas
3. Adanya manajemen yang terbuka
4. Adanya kebebasan individu
5. Adanya peradilan yang bebas
6. Adanya pengakuan pihak minoritas
7. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum
8. Adanya pers yang bebas
9. Adanya beberapa partai politik
10. Adanya musyawarah

G. Prameter Demokrasi

Untuk mengukur kinerja dalam menjalankan pemerintahannya secara


demoratis, dibutuhkan aspek-aspek pengukur sebagai parameter, yaitu:
1. Masalah pembentukan negara. Kita percaya bahwa proses pembentukan
kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas watak, dan pola
hubunganyang akan dibangun.
2. Dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep legimitasi
kekuasaan serta pertanggung jawabannya langsung kepada rakyat.
3. Masalah kontrol rakyat. Apakah berbagai koridor tersebut sudah dengan
sendirinya akan berjalan suatu proses yang memungkinkan terbangun
sebuah relasiyang baik, yakni suatu relasi kuasa yang simestris, memiliki
sambungan yang jelas,dan adanya mekanisme yang memungkinkan check 9
and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislatif.

Menurut tokoh reformasi Amin Rais, parameter demokrasi pada suatu Negara,
dapat dilihat dengan adanya:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
2. Distribusi pendapat secara adil
3. Kesempatan memperoleh pendidik
4. Ketersediaan dan kerterbukaan informasi
5. Kebebasan individu
6. Semangat kerjasama
Sedangkan menurut Fraat Magnis –Sujeno, parameter Negara demokrasi
adalah:
1. Negara terikat pada hukum
2. Control efektif terhadap pemerintahan oleh rakyat
3. Pemilu yang bebas
4. Prinsip mayoritas
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokrasi

H. Perkembangan Demokrasi Di Barat

Konsep demokrasi awalnya lahir dari pemikiran mengenai hubugan


Negara dan hukum Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara
abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. Demokrasi yang dipraktekkan pada masa
itu berbentuk demokrasi langsung ( direct democracy) artinya hak rakyt untuk
mrmembuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
Negara berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung itu berjalan secara
efektif karena Negara Kota Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi
sederhana dengan wilayah Negara yang hanya terbatas pada sebuah kota kecil
dengan jumlah penduduk sekitar 300.000 orang. Selian itu ketentuan-ketentuan
menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara yang resmi,
sedangkan warga Negara yang berstatus budak belian, pedagang asing,
perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.
Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan.
Dimana cirri masyarakat pertengahan, yaitu struktur masyarakat yang feodal,
kehidupan spiritual dikuasai oleh paus dan pejabat agama, sedangkan
kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan di antara para
bangsawan. Pada masa ini kehidupan social politik dan agama hanya
ditentukan oleh elit-elit masyarakat, seperti kaum bangsawan dan kaum
agamawan.
Namun, pada akhor abad pertengahan, tumbuh kembali keinginan
menghidupkan demokrasi. Lahirnya Magna Charta (Piagam Besar) sebagai
sutu piagam yang membuat perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja Jhon
di Inggris merupakan tonggak baru kemunculan demokrasi empirik.
Momentum lain yang menandai munculnya kembali demokrasi di dunia
barat adalah gerakan renaissance dan reformasi. Renaissance merupakan
gerakan yang menghidupkan kembali minat masyarakat pada sastra dan
budaya Yunani Kuno. Gerakan ini lahir di barat karena kontak dengan dunia
10
islam yang ketika itu sedang berada pada puncak kejayaan peradaban ilmu
pengetahuan. Dimana Siri, Spanyol dan Sisilia merupakan Negara Negara
yang menjadi arus penyebrangan ilmu pengetahuan dari dunia islam ke barat.
Dengan kata lain keilmuan islam telah mengilhami munculnya kembali
gerakan demokrasi. Pada masa raissance orang mematahkan semua ikatan
yang ada dan menggantikannya dengan kebebasan bertindak seluas-luasnya
sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan.
Sedangkan gerakan reformasi, yaitu suatu gerakan revolusi agama yang
terjadi di Eropa pada abad ke-16 dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan
dalam gereja katolik. Hasil dari gerakan reformasi tersebut adalah adanya
pninjauan terhadap gereja katolik yang berkembang menjadi protestanisme.
Diketahui bahwa sebelum gerakan reformasi ini muncul kekuasaan gereja
begitu domonan dalam menentukan tindakan warga Negara pada masa itu.
Dua filsuf besar,yaitu Jhon Locke dan Montesquieu yang masing-masing
dari inggris dan prancis telah memberikan sumbangan yang besar bagi gagasan
pemerintahan demokrasi. Jhon Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-
hak politik mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki (live,
liberal, property). Sedangkan Montesquieu (1689-1944) mengungkapkan
system pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politik melalui “trias
politica”-nya, yakni suatu sostem pemisahan kekuasaan dalam Negara menjadi
tiga bentuk kekuasaan, yaitu legislative, esekutf dan yudikatif yang masing-
masing harus dipegang oleh organ sendiri secara merdeka.
Pada kemunculannya kembali di Eropa, hak-hak politik rakyat dan HAM
secara individu merupakan tema dasar dalam pemikiran politik
(ketatanegaraan). Untuk itu, timbullah gagasan tentang cara membatasi
kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis .di atas konstitusi inilah bisa ditentukan batas –batas
kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat sehingga
kekuasaan pemerintahan di imbangi dengan kekuasaan parlemen dan
lembanga-lembanga hukum gagasan inilah yang kemudian di namakan
konstitusionalisme (demokrasi konstitusional) dalam katatenangaraan. dimana
salah satu ciri penting dari konstitusionalisme (demokrasi konstitusional), yang
hidup pada abad ke-19 ini adalah adlah sifat pemerintahan yang pasif, artinya
pemerintahan hanya menjadi pelaksana sebagai keinginan rakyat yang
dirumuskan oleh wakil rakyat di parlemen. Dengan kata lain Negara berperan
sebagai pelaksana yang tunduk kepada keinginan-keinginan rakyat yang
diperjuangkan secara liberal (individualisme) untuk menjadi keputusan
parlemen.
Dalam konsep konstitualisme atau demokrasi konstitusional abad ke-19
ini disebut Negara Hukum Formal (klasik). Dimana konsep ini mulai digugat
menjelang pertengahan abad ke-20 tepatnya setelah perang dunia. Factor yang
mendorong lahirnhya kecaman atas Negara Hukum Formal yang pluralis
liberal, seperti yang dikemukakan oleh Mariam Budiadjo, antara lain adalah
akses-akses dalam industrialisasi dan system kapitalis, tersebarnya paham
sosialisme yang menginginkan pembagian kekuasaan secara merata serta serta
beberapa kemenangan beberapa partai sosialis di Eropa.
Akibatnya, muncullah gagasan baru yang disebut gagasan dengan cirri-
ciri yang berbeda dengan dirumuskan dalam konsep Negara Hukum Formal
(klasik). Pemerintah Welfare State diberi tugas membangun kesejahteraan 11
umum dalam berbagai lapangan dengan konsekuensi pemberian kemerdekaan
kepada administrasi Negara dalam menjalankannya.
Dalam bidang legislagi, bahkan freies ermessen dalam Welfare State ini
mempunyai tiga macam implikasi yaitu adanya hak inisiatif (membuat
peraturan yang sederajat dengan UU tanpa persetujuan lebih dahulu dari
parlmen, kehidupan berlakunya dibatasi oleh waktu tertentu). Disamping itu
droit function (menafsirkan sendiri aturan-aturan yang masih bersifat
enunsiatif). Demokrasi ala Welfare State juga mulai ditinjau ulang. Konsep
demokasi di Barat pun masih terus berjalan dan mengalami perubahan-
perubahan signifikan.

I. Sejarah Dan Perkembangan Demokrasi Dalam Islam

Pada saat ini banyak Negara islam ataupun Negara yang mayoritasnya
adalah muslim turut mengadaptasi sistem demokrasi begitupun Negara
Indonesia, adapula Negara islam yang meninggalkan sistem pemerintahan
sebelumnya dan menggantinya dengan sistem demokrasi dengan anggapan
bahwa demokrasi adalah islam itu sendiri.

Demokrasi sendiri bermakna pemerintahan atau kekuatan rakyat (power of


strength of the people), atau pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat (government of the people, by the people, for the people).
Islam merupakan agama yang tidak hanya mengurusi urusan ibadah semata,
akan tetapi segala aspek termasuk menetapkan hukum dan pemerintahan islam
telah mengaturnya. Para sahabat telah melakukannya dengan adanya
kekhilafahan setelah Nabi SAW wafat menjadi bukti bahwa islam mengatur
segala aspek kehidupan termasuk pemerintahan.

a. Pendapat Para Ulama Tentang Demokrasi

Begitu banyak pendapat yang dinyatakan oleh para ulama mengenai


demokrasi baik yang membolehkan ataupun menolak, diantara pendapat
tersebut adalah:
1. Sadek, J.Sulayman Ia menyatakan dalam demokrasi ada sejumlah prinsip
…..yang menjadi standar baku, diantaranya:

a. Kebebasan berbicara setiap warga Negara.


b. Pelaksanaan pemilu untuk menilai pemerintahan.
c. Kekuasaaan dipegang oleh kekuasaan mayoritas tanpa mengabaikan …
minoritas.
d. Peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik
…rakyat.
e. Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
f. Supermasi hukum (semua harus tunduk pada hukum).
g. Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh diblenggu.

12

2. Abu ‘Ala Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, islam


tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada
rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia
sekaligus produk dari pertentangan barat terhadap agama sehingga cenderung
sekuler. Karenannya, Al-Maududi mengatakan demokrasi barat merupakan
seusuatu yang bersifat syirik. Menurutnya islam menganut paham theokrasi
(berdasarkan hukum tuhan). Tentu saja bukan theokrasi yang diterapkan di
barat pada abad pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas
pada pendeta.

3. Mohammad Iqbal Ulama atau intelek asal Pakistan juga turut berpendapat,
menurutnya demokrasi sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama,
demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spritualnya sehingga jauh dari
etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah
satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan
nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya, ia berpendapat
bahwa islam tidak bisa menerima demokrasi barat. Atas dasar itulah Iqbal
menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etika dan
moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasinya,
melainkan prakteknya yang berkembang di Barat. Lalu, Iqbal menawarkan
sebuah model demokrasi sebagai berikut:

a. Tauhid sebagai landasan asasi


b. Kepatuhan pada hukum
c. Toleansi sesama warga
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit
e. Penafsiran hukum melalui ijtihad

4. Muhammad Imarah Menurut beliau islam tidak menerima demokrasi secara


mutlak dan juga tidak menolak secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan
legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada ditangan
rakyat. Sementara dalam sistem syura (islam) kekuasaan tersebut merupakan
wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi, wewenang
manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan
prinsip yang digariskan tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur
oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai as-syar’i (legislator)
sementara mannusia berposisi sebagai Faqih (yang memahami dan
menjabarkan) hukum-Nya.

13

Demokrasi barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan


tuhan. Menurut Aristoteles setelah tuhan menciptakan alam, dia
membiarkannya. Dalam filsafat barat, manusia memiliki kewenangan legislatif
dan eksekutif. Sementara dalam pandangan islam, Allah-lah pemegang otoritas
tersebut, Allah berfirman:

ْ َ‫ش يُ ْغ ِشي اللَّ ْي َل النَّهَا َر ي‬


ُ‫طلُبُه‬ ِ ْ‫ض فِي ِستَّ ِة َأي ٍَّام ثُ َّم ا ْستَ َو ٰى َعلَى ْال َعر‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬َ َ‫ِإ َّن َربَّ ُك ُم هَّللا ُ الَّ ِذي َخل‬
َ ْ
َ‫ك ُ َربُّ ال َعال ِمين‬ ‫هَّللا‬ ‫َأْل‬ ْ ْ َ ‫َأ‬
ُ ‫ت بِ ْم ِر ِه ۗ اَل لهُ ال َخل‬
َ ‫ق َوا ْم ُر ۗ تَبَا َر‬ ‫َأ‬ َّ ُّ ْ
ٍ ‫س َوالقَ َم َر َوالنجُو َم ُم َسخ َرا‬ َ ‫َحثِيثًا َوال َّش ْم‬

“Ingatlah,menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah,


tuhan semesta alam”.(Al-‘Araf:54).

Inilah batas yang membedakan antara sistem syari’ah islam dan demokrasi
barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan ummat,
pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan sebagainya adalah
sejalan dengan islam.

5. Yusuf Al-Qardhawi Menurut beliau substansi demokrasi sejalan dengan islam,


hal ini dapat dilihat dari beberaa hal, misalnya:

a. Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk


mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan
mereka. Tentu saja mereka tidak akan memilih sesuatu yang mereka tidak
sukai, demikian juga islam, islam menolak seseorang menjadi imam shalat
yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.
b. Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan
dengan Islam, bahkan amar makruf nahyi munkar serta member nasihat
kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
c. Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa
tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang
sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk
memberikan kesaksian saat dibutuhkan.
d. Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan
dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam
Dewan Syura, mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah sekaligus
memilih salah seorang diantara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan
suara terbanyak. Sementara, yang lainnya yang tidak terpilih harus tunduk
dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih
seseorang yang diunggulkan diluar mereka, yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh
lainnya yaitu penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah,
Tentu saja suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan
dengan nash syari’at secara tegas.
e. Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas
pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan
Islam.

6. Salim Ali Al-Bahsanawi Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik


yang tidak bertentangan dengan islam dan memuat sisi negatif yang
bertentangan dengan Islam. Sisi baiknya adalah adanya kedaulatan rakyat 14
selama tidak bertentangan dengan islam. Sementara, sisi buruknya adalah
penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap
menghalalkan yang haram dan menghalalkann yang haram. Karena itu, ia
menawarkan adanya islamisai demokrasi sebagai berikut:

a. Menetapkan tanggung jawab setiap individu dihadapan Allah SWT


b. Wakil rakyat harus berakhlaq Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas.

Allah berfirman:

‫َ•اب َو ْال ِح ْك َم• ةَ َوآتَ ْينَ•اهُ ْم ُم ْل ًك•ا‬


َ ‫ض•لِ ِه ۖ فَقَ• ْد آتَ ْينَ•ا آ َل ِإبْ• َرا ِهي َم ْال ِكت‬ َ َّ‫َأ ْم يَحْ ُس• ُدونَ الن‬
ْ َ‫اس َعلَ ٰى َم•ا آتَ•اهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن ف‬
‫َع ِظي ًما‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”(An-Nisa:59)

َ ‫ْص هَّللا‬
ِ ‫•ر ِه ْم ۗ َو َم ْن يَع‬ِ •‫•رةُ ِم ْن َأ ْم‬ َ •َ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ ْمرًا َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخي‬
َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َواَل ُمْؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬
‫ضاَل اًل ُمبِينًا‬
َ َّ
‫ل‬ ‫ض‬
َ ‫د‬ْ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ُ ‫ه‬َ ‫ل‬ ‫ُو‬
‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬
َ َ

“dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka
sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.”(Al-Ahzab:36)

J. Perkembangan Demokrasi Di Indonesia

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, secara gamblang duet


pemimpin Dwitunggal, Soekarno dan Mohammad Hatta telah mendeklarasikan
Indonesia Merdeka sebagai sebuah negara yang demokratis karena pada
kalimat terakhirnya dikatakan dalam Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah
“atas nama bangsa Indonesia”, bila dikaitkan dengan definisi bangsa, maka
yang dimaksud adalah seluruh rakyat Indonesia. Jadi kemerdekaan Indonesia
adalah kemerdekaan yang diperuntukkan bagi rakyat Indonesia sendiri.
Meskipun telah mencapai konsensus kemerdekaan sebagai sebuah bangsa,
tetapi setiap tokoh pergerakan dan pelopor kemerdekaan Indonesia memiliki
konsepsi demokrasinya masing-masing, kebanyakan dari mereka berusaha
menengahi dualisme penafsiran demokrasi dari Negara
Barat yang liberalis dan kapitalis dengan Negara Timur yang komunis,
terutama dalam merumuskan tentang kebebasan politik yang diadopsi
dari demokrasi Barat dan kemerataan ekonomi yang ditiru dari demokrasi
Timur. Namun, terkadang beberapa tokoh kemudian memiliki kecenderungan
masing-masing, entah itu kecenderungan pada Barat ataupun Timur, yang
kemudian menjadi ciri khas dari perkembangan demokrasi di Indonesia. 15

a. Demokrasi pada masa Ir. H Soekarno

Dalam pandangan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno,


demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang lahir dari kehendak
memperjuangkan kemerdekaan, itu artinya adalah demokrasi Indonesia
menurut Soekarno meletakan embrionya pada perlawanan terhadap
imperialisme dan kolonialisme, hal itu ditulis oleh Soekarno dalam
bukunya, Indonesia Menggugat dan Di Bawah Bendera Revolusi, yang secara
eksplisit terinspirasi oleh pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di berbagai
belahan dunia, dari perjuangan seorang Muhammad, Yesus Kristus, William
de Oranje, Mahatma Gandhi, Mustafa Kemal Attaturk, dan tokoh-tokoh
kemerdekaan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Menurut Soekarno, demokrasi adalah suatu "pemerintahan rakyat". Lebih
lanjut lagi, bagi Soekarno, demokrasi adalah suatu cara dalam membentuk
pemerintahan yang memberikan hak kepada rakayat untuk ikut serta dalam
proses pemerintahan. Namun, demokrasi yang diinginkan dan dikonsepsikan
oleh Soekarno tidak ingin meniru demokrasi modern yang lahir dari Revolusi
Prancis, karena menurut Soekarno, demokrasi yang dihasilkan oleh Revolusi
Prancis, demokrasi yang hanya menguntungkan kaum borjuis dan menjadi
tempat tumbuhnya kapitalisme. Oleh karena itu, kemudian Soekarno
mengkonsepsikan sendiri demokrasi yang menurutnya cocok untuk Indonesia.

Lebih jelasnya, konsepsi Soekarno mengenai demokrasi tertuang dalam


konsep pemikirannya, yaitu marhaenisme. Marhaenisme yang merupakan buah
pikir Soekarno ketika masih belajar sebagai mahasiswa di Bandung.
Marhaenisme pada hakekatnya sering menjadi pisau analisis sosial, politik, dan
ekonomi di Indonesia. Marhaenisme itu terdiri dari tiga pokok atau yang
disebut sebagai “Trisila”, yaitu:

 Sosio-nasionalisme, yang berarti nasionalisme Indonesia yang diinginkan oleh


Soekarno adalah nasionalisme yang memiliki watak sosial dengan
menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di dalam nasionalisme itu sendiri, jadi
bukan nasionalisme yang chauvinis.
 Sosio-demokrasi, yang artinya bahwa demokrasi yang dikehendaki Soekarno
adalah bukan semata-mata demokrasi politik saja, tetapi juga demokrasi
ekonomi, dan demokrasi yang berangkat dari nilai-nilai kearifan lokal budaya
Indonesia, yaitu musyawarah mufakat.
 Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya bahwa Soekarno menginginkan
setiap rakyat Indonesia adalah manusia yang mengakui keberadaan Tuhan
(theis), apapun agamanya.
Di antara ketiga sila itu, pemikiran dan konsepsi Soekarno mengenai
demokrasi ada di sila kedua dalam Trisila Marhaenisme, yaitu sosio-
demokrasi. Sosio-demokrasi menurut Soekarno adalah suatu sistem demokrasi
yang mengakar pada nilai-nilai kemasyarakatan. Sosio-demokrasi yang
diinginkan oleh Soekarno adalah saat demokrasi itu sendiri mendasari nilai-
nilainya pada seluruh masyarakat, bukan hanya kepada sebagian masyarakat, 16
dalam hal ini Soekarno mengkritik demokrasi Prancis dan demokrasi Amerika
Serikat yang menurut Soekarno hanya mementingkan sebagian kelompok
orang saja, yaitu kelompok borjuis, atau sederhananya, Soekarno ingin
demokrasi Indonesia bukan hanya demokrasi politik, tetapi juga demokrasi
ekonomi.
Masih dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, Soekarno kemudian
menjabarkan lebih jauh tentang konsep sosio-demokrasinya itu, yaitu dengan
mengkonsepsikan nilai-nilai demokrasi politik dan juga demokrasi ekonomi.
Demokrasi politik menurut Soekarno adalah demokrasi yang berlaku
di Eropa pasca-Revolusi Prancis, yaitu demokrasi yang didalamnya adalah
suatu sistem demokrasi keterwakilan dalam sebuah lembaga parlemen, -
Soekarno menyebutnya parlementaire democratie dan politieke democratie
- Soekarno melihat bahwa nilai-nilai demokrasi itu memang diterapkan saat
pemilihan anggota parlemen, namun bagi Soekarno demokrasi politik Eropa
itu hanya berhenti sampai di parlemen saja, sementera dalam bidang ekonomi
tidak ada nilai-nilai demokrasinya, yang menyebabkan banyaknya kemiskinan
- dan untuk permasalahan ekonomi itu Soekarno menyalahkan demokrasi
politik yang justru mendukung berkembangnya kapitalisme.
Soekarno kemudian membuat suatu rumusan, agar demokrasi menjadi
lebih seimbang, artinya demokrasi yang Soekarno inginkan bukan hanya
demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi itu
menurut Soekarno adalah demokrasi yang menghendaki adanya pemberian
hak-hak ekonomi kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga tercipta suatu
kemerataan. Kemerataan yang dimaksudkan oleh Soekarno itu bukan
kemerataan ekonomi dalam sistem komunisme yang menghilangkan hak milik
pribadi, tetapi suatu kemerataan dimana semua hak kepemilikan pribadi -
Soekarno menyeburnya sebagai privaatbezit - seluruh rakyat dijamin oleh
negara, dalam hal ini parlemen yang merupakan hasil dari demokrasi politik
berperan untuk memberikan perlindungan bagi hak-hak kepemilikan pribadi
semua orang melalui suatu pembuatan peraturan atau hukum yang adil bagi
seluruh rakyat tanpa terkecuali, baik dari kelas borjuis ataupun proletar -
termasuk juga kelas masyarakat yang memiliki harta benda sedikit atau yang
disebut Soekarno sebagai marhaen
b. Demokrasi Menurut Mohammad Hatta

Seperti Soekarno, Wakil Presiden Pertama Republik


Indonesia, Mohammad Hatta juga merupakan salah satu tokoh pergerakan
yang menjadi pengeritik utama demokrasi liberal Barat. Kritik Hatta terhadap
demokrasi Barat yang dimaksud, bukanlah demokrasi Barat dalam arti politik,
yaitu demokrasi dalam kehidupan politik, atau liberalisme secara umum.
Dalam pamflet yang berjudul Ke Arah Indonesia Merdeka, Hatta
mengemukakan sebagai berikut:
"Jadinya, demokrasi Barat yang dilahirkan oleh Revolusi Prancis tiada
membawa kemerdekaan rakyat yang sebenarnya, melainkan menimbulkan
kekuasaan kapitalisme. Sebab itu demokrasi politik saja tidak cukup untuk
mencapai demokrasi yang sebenarnya, yaitu Kedaulatan Rakyat. Haruslah ada
pula demokrasi ekonomi.
Demokrasi Barat yang bersendikan pada liberalisme memiliki sisi politik 17
dan ekonomi, yaitu demokrasi politik dan sistem kapitalisme dalam
ekonominya. Secara spesifik dalam pandangan Hatta, sistem ekonomi
kapitalis lahir terlebih dulu (oleh kaum kelas borjuis yang menguasai parlemen
di masa itu) dan kemudian kelas borjuis yang kapitalis mendirikan sebuah
sistem demokrasi politik yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan
sistem kapitalisme itu sendiri. Hatta mengakui bahwa demokrasi Barat
memang menjamin kedaulatan rakyat di bidang politik, akan tetapi karena
kehidupan politik berkaitan dengan kehidupan ekonomi, sementara kehidupan
ekonomi dalam demokrasi Barat tidak mengandung kedaulatan rakyat, maka
bagi Hatta demokrasi politik dalam demokrasi Barat menjadi manipulatif, yaitu
“memutar satu asas yang baik seperti kedaulatan rakyat menjadi perkakas
pemakan rakyat
Demokrasi politik di Barat – seperti apa yang dikemukakan oleh William
Ebenstein dan Edwin Fogelman – bertumpu kepada “pementingan
individu dalam kehidupan politik. Maksudnya, individu dengan segenap hak-
hak dasarnya merupakan unit utama dalam kehidupan politik. Negara dan
kelompok-kelompok lain diadakan semata-mata untuk melayani kepentingan
individu-individu ini. Hatta berpendapat, semangat individualisme Barat dalam
politik harus ditolak. Sebaliknya, Hatta menginginkan sebuah sistem
demokrasi yang berdasarkan kebersamaan dan kekeluargaan yang
mencerminkan tradisi kehidupan bangsa Indonesia secara turun menurun.
Hatta menganggap individualisme sebagai penyakit, sehingga
individualism adalah sesuatu yang harus dihindari, Hatta selanjutnya berbicara
tentang demokrasi yang lebih sempurna bagi Indonesia – seperti Soekarno –
yaitu demokrasi di bidang politik dan ekonomi yang tidak mengandung paham
individualisme. Hatta bahkan amat yakin, demokrasi yang dibayangkannya itu
akan bisa terwujud karena kesesuaiannya dengan tradisi masyarakat Indonesia,
yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.
Sifat demokratis masyarakat asli Indonesia ini bersumber dari semangat
kebersamaan atau kolektivisme. Kolektivisme ini mewujud dalam sikap saling
tolong menolong, gotong royong, dan sebagainya. Kolektivisme
dalam masyarakat asli Indonesia juga berarti pengambilan keputusan melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat. Ini jelas berbeda dengan kebiasaan
yang berlaku dalam sistem demokrasi Barat yang individualistis.
Menurut Hatta, kebersamaan harus berarti, kepemilikan bersama atas
suatu alat produksi (tanah) tidak bisa dijalankan dengan pembagian, melainkan
harus diusahakan secara bersama-sama pula. Dengan kata lain, usaha
individual dengan bantuan orang lain yang mencirikan kebersamaan
masyarakat asli Indonesia masa kini, harus diganti dengan milik bersama yang
diusahakan secara bersama-sama pula. Inilah yang dimaksud oleh Hatta
dengan collectivisme baroe, yang seharusnya mewarnai kehidupan ekonomi
Indonesia merdeka. Pengertian inilah yang kemudian melekat pada koperasi
sebagai wujud kolektivisme baru.
Sejak masa pergerakan Indonesia, Hatta dalam pidatonya yang
berjudul Koperasi: Jembatan ke Demokrasi Ekonomi terus menyerukan
koperasi sebagai satu-satunya organisasi ekonomi yang bisa berhasil
meletakkan sendi yang kuat untuk membangun kembali ekonomi yang roboh.
Hatta meyakininya karena koperasi berupaya berjalan dengan semangat self-
help dan oto-activity. Artinya koperasi berusaha menumbuhkan rasa percaya
diri dan tolong menolong antar masyarakat sebagai pemandu kemauan yang 18
kuat. Semangat itulah yang sudah lama muncul yang sebetulnya membarengi
berkembangnya demokrasi sosial, politik dan ekonomi. Hal ini dapat dengan
mudah dikatakan karena bangunan demokrasi yang sangat kuat sebagian besar
dipupuk dengan semangat koperasi. Demokrasi dapat hidup dan kuat, kalau
ada rasa tanggung jawab pada rakyat. Dasar koperasi adalah menghidupkan
rasa tanggung jawab itu, sebab koperasi selain membela keperluan bersama,
membangun dalam jiwa tiap-tiap anggotanya manusia merdeka, sadar akan
harga dirinya.
Hatta melihat, demokrasi Indonesia dibawah kepemimpinan Soekarno,
lebih tepatnya setelah Dwitunggal bubar dan Soekarno menerbitkan Dekrit
Presiden pada Juli 1959 telah bergeser menjadi demokrasi yang meniru
kediktatoran komunisme di Timur, demokrasi yang menurut Hatta hanya
dijadikan alat oleh negara untuk melanggengkan kekuasaan semata. Oleh
karena itu, Hatta menyebut periode Orde Lama sebagai periode “krisis
demokrasi”. Pada 1966, tepatnya ketika rezim Soekarno mulai berubah
menjadi otoritarian dan Dwitunggal telah pecah, Hatta mulai mengoreksi,
bahkan mengkritik “demokrasi terpimpin” ataupun “demokrasi gotong
royong” yang digagas Soekarno. Hatta mengkritik demokrasi yang diterapkan
oleh Soekarno itu dalam artikelnya yang berjudul Demokrasi Kita yang dimuat
dalam majalah Pandji Masjarakat pada 1966 yang sempat dibredel oleh
pemerintah Orde Lama.
BAB III
PENUTUP
19

A. Kesimpulan

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat


turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
bagi semua warga negara. Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk mendukung
sistem politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan
dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat
maupun pemerintahan daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan
umum dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan
kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilainilai
demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif
dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.

B. Saran

Sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang telah mempelajari dan


memahami tentang Demokrasi kita seharusnya mampu mengubah cara
pandang dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dimana dalam
mengimplementasikannya kita harus mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional. Dengan
begitu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tetap satu dan kokoh.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ramoramo.com/2017/01/makna-dan-hakekat-demokrasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://mmi.manbaul-huda.com/2019/11/16/demokrasi-dalam-pandangan-islam/
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai