PARLEMENTER (1950-1959)
DISUSUN OLEH :
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Semoga kita semua dalam keadaan perlindungan Allah SWT
dan dalam keadaan sehat wal afiat aamiin ya rabbal alamin. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Terima kasih saya ucapkan kepada Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini secara tepat waktu. Tak lupa terima kasih kepada bapak/ibu guru yang mendukung
pengerjaan tugas ini baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh bapak/ibu guru yang membantu
pengerjaan tugas ini. Semoga Allah yang membalas seluruh kebaikan bapak/ibu guru semua.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
penyusunan, bahasa, maupun tata penulisannya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dan semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang. Dengan adanya kritik dan saran maka kami dapat membuat
makalah dengan lebih baik lagi. terima kasih juga saya ucapkan kepada para pemberi kritik dan
saran.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas yang diberikan
namun juga untuk memberikan wawasan kepada pembaca. Kami akan sangat senang jika
bapak/ibu guru dapat menerima hasil tugas kami ini dengan sangat baik. Diharapkan para
pembaca juga dapat menerima berbagai kekurangan/kelebihan makalah ini.
Juga diharapkan para pembaca mendapatkan ilmu yang tertera didalam makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini,dan
kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASA DEMOKRASI PARLEMENTER...........................................4
B. MANFAAT PENGERJAAN......................................................................................................4
C. TUJUAN PENGERJAAN..........................................................................................................4
D. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................................6
A. PENGERTIAN SISTEM PARLEMENTER............................................................................6
B . KABINET KABINET PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER................................6
C. NEGARA YANG MENGANUT SISTEM PARLEMENTER................................................6
D. PENJELASAN TENTANG KABINET PARLEMENTER.....................................................6
E. PARTAI PADA DEMOKRASI PARLEMENTER..................................................................8
F. TAHAP PEMILU PADA TAHUN 1955...................................................................................9
G. GERAKAN PEMBERONTAKAN PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER....10
1. PEMBERONTAKAN APRA ( ANGKATAN PERANG RATU ADIL)................................10
2. PEMBERONTAKAN PRRI/PERMESTA.............................................................................11
3. PEMBERONTAKAN ANDI AZIS.......................................................................................13
4. PEMBERONTAKAN RMS.......................................................................................................15
H. TUJUAN PEMBERONTAKAN APRA..............................................................................17
I. PENYEBAB MUNCULNYA GERAKAN RMS....................................................................18
J. PERISTIWA YANG TERJADI PADA PERKEMBANGAN POLITIK PADA
DEMOKRASI PARLEMENTER...................................................................................................18
BAB III..................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................19
B. SARAN......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Keberlanjutan dari Maklumat Pemerintah itu adalah adanya pengumuman dari Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) tentang perubahan pertanggungjawaban
Menteri kepada Parlemen, dalam hal ini adalah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Usulan dari BPKNIP itu kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno pada 14 November 1945.
Dengan demikian, maka secara otomatis sistem pemerintahan di Indonesia saat itu bukan lagi
presidensial, tetapi menjadi parlementer
B. MANFAAT PENGERJAAN
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari bahasan ini adalah sebagai berikut :
a) Dapat mengetahu para Kabinet pada masa demokasi parlementer
b) Dapat Mengetahui sistem demokrasi parlementer
c) Dapat memahami negara negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer
d) Dapat mengetahui berbagai partai politik pada saat sistem pemerintahan parlementer
e) Dapat mengetahui tahap tahap pelaksanaan pemilu pada tahun 1955
f) Dapat mengetahui beberapa gerakan pemberontakan pada waktu itu
g) Dapat Mengetahui tujuan dari APRA
h) Dapat mengetahui penyebab munculnya gerakan RMS
i) Dapat Membedakan sistem pemerintahan parlemen dengan sistem pemerintahan
sebelumnya yakni presidensial.
j) Dapat mengetahui peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan politik pada waktu
itu.
C. TUJUAN PENGERJAAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat mengidentifikasi sistem pemerintahan
parlementer , serta mampu membedakan sistem parlementer dengan sistem pemerintahan yang
lainnya.
D. RUMUSAN MASALAH
Berikut merupakan rumusan masalah yang akan diselsaikan pada makalah kali ini :
a. Jelaskan apa itu Sistem Parlementer
b. Tuliskan Kabinet pada Masa Demokrasi Parlementer.
c. Tuliskan 6 negara yang menganut pemerintahan parlementer.
d. Tulislah tentang wawasan tentang Kabinet Parlementer
e. Tuliskan partai pada Sistem Demokrasi Parlementer.
f. Jelaskan 2 tahap pelaksanaan Pemilu 1955.dan berap Perolehan suara terbanyak
pada Pemilu tersebut.
g. Jelaskan beberapa Gerakan pemberontakan yang terjadi pada Demokrasi
Parlementer.
h. Tuliskan tujuan dari APRA
i. Apa penyebab munculnya Gerakan Republik Maluku Selatan.
j. Peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan politk pada masa Demokrasi
Parlementer..
BAB II
PEMBAHASAN
Parlemen memiliki peran yang fundamental dan kuat untuk mengangkat seorang perdana
menteri. Bahkan, parlemen memiliki legitimasi untuk menjatuhkan pemerintahan di suatu
negara.
Tentu hal ini sifatnya berbeda dengan demokrasi presidensial yang tonggak kekuasaan
tertingginya dipegang oleh presiden dan perdana menteri. Presiden adalah pucuk pimpinan
tertinggi yang bertanggung jawab dalam mengurus tugas-tugas pemerintahan (eksekutif).
Di Negara Indonesia , masa demokrasi parlementer adalah ketika masa pemerintah indonesia
menggunakan UUDS 1950 sebagai UU negara yang juga menerapkan prinsip prinsip liberal.
Ada beberapa kabinet yang melegitimasi pemerintahan di kurun waktu 9 tahun, yaitu:
1. Kabinet Natsir September 1950 – Maret 1951
2. Kabinet Sukiman April 1951 – Februari 1952
3. Kabinet Wilopo April 1952- Juni 1953
4. Kabinet Ali SastroAmidjojo Juli 1953 – Juli 1955
5. Kabinet Burhanuddin H Agustus 1955 – Maret 1956
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II Maret 1956 – Maret 1957
7. Kabinet Djuanda Maret 1957 – Juli 1959
Sejarah panjang Indonesia dengan demokrasi parlementer di mulai pada tahun 1950-1959.
UUD 1950 Sementara diterapkan yang secara eksplisit merepresentasikan sistem demokrasi
parlementer.
Teknisnya, perdana menteri yang menggawangi kabinet harus melaporkan tanggung jawabnya
kepada parlemen yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Karena hal ini, ada beberapa kabinet yang melegitimasi pemerintahan di kurun waktu 9 tahun,
yaitu:
1. Kabinet Natsir
Pertama, ada kabinet Natsir yang langsung dipimpin oleh Mohammad Natsir selaku perdana
menteri. Natsir adalah tokoh politik dari partai Masyumi - partai Islam terbesar pada saat itu.
Natsir menjabat mulai 6 September 1950 hingga 21 Maret 1951
2. Kabinet Sukiman-Suwirjo
Kedua, ada kabinet Sukiman-Suwirjo yang merupakan koalisi politik dari dua partai, yakni
partai Masyumi dan PNI. Di kabinet ini, Sukiman Wirjosandjojo bertindak sebagai kepala
pemerintahan dan Suwirjo sebagai wakil kepala pemerintahan. Kabinet ini mengudara mulai 27
April 2951 hingga 3 April 1952.
3. Kabinet Wilopo
Ketiga, ada kabinet Wilopo yang memimpin dari 3 April 1952 hingga 31 April 1953. Kabinet
ini sangat cepat demisioner karena berbagai dinamika politik yang menghantuinya.
Misalnya, muncul gerakan separatisme di Indonesia dan dianggap bersalah dalam kejadian
Tanjung Morawa di Sumatera Utara.
Keempat, ada kabinet Ali I yang memerintah sejak 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955. Salah satu
program kabinet yang cukup membekas adalah program persiapan pemilihan umum untuk
dewan konstituante dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kelima, ada kabinet Burhanuddin Harahap yang menjalankan pemerintah sejak 12 Agustus
1955 hingga 24 Maret 1956. Ini merupakan kabinet hasil dari koalisi yang besar, karena terjalin
dengan hampir seluruh partai yang ada parlemen.
Keenam, untuk kedua kalinya Ali sastromidjojo menjadi perdana menteri mulai 24 Maret 1956
hingga 14 Maret 1957. Kabinet Ali II ini adalah hasil dari koalisi politik dari tiga partai, yaitu
PNI, Masyumi, dan juga NU.
7. Kabinet Djuanda
Ketujuh dan terakhir, ada kabinet Djuanda yang dipimpin oleh Djuanda Kartawidjaja yang
memiliki 28 menteri. Kabinet terakhir dalam era demokrasi parlementer ini mulai memerintah
sejak 9 April 1957 hingga 6 Juli 1959 sebelum diubahnya sistem pemerintahan menjadi
demokrasi terpimpin oleh Soekarno.
Pergantian kabinet yang sering terjadi pada case di atas dikarenakan banyaknya partai politik
yang berebut pengaruh kekuasaan . Kabinet parlementer yang berlaku di negara yang menganut
sistem liberal yang memiliki ciri khas multi partaiParlemen dapat menjatuhkan pemerintah dan
Mosi tidak percaya, hal ini bisa terjadi karena perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab
pada parlemen.
Majelis Sjuro 7
Sukiman Islamisme, nasionali
1 Moeslimin Novembe
Wiryosanjoyo sme Islam
Indonesia (MASJUMI) r 1945
Mr. 7
Partai Komunis
2 Moehammad Novembe Komunisme
Indonesia (PKI)
Yoesoef r 1945
8
Partai Buruh Sosialisme, Kiri Nantinya bergabung
3 Nyono Novembe
Indonesia (PBI) Jauh dengan PKI
r 1945
8
Partai Rakyat Jelata Soetan
4 Novembe Sosialisme
(PRJ) Dewanis
r 1945
Partai Kristen 10
Ds. Protestanisme, Krist
5 Indonesia Novembe
Probowinoto en demokrat
(PARKINDO) r 1945
10
Partai Sosialis Amir Sosialisme, sosial-
6 Novembe
Indonesia (PSI) Sjarifoedin demokrat
r 1945
Partai Katholik 8
Katholikisme, Kriste
8 Republik Indonesia I. J. Kasimo Desembe
n demokrat
(PKRI) r 1945
Persatuan Rakyat 17
Marhaenisme, Nasio
9 Marhaen Indonesia J. B. Assa Desembe
nalisme
(PERMEI) r 1945
Pemilu tahup kedua adalah untuk memilih anggota Dewan Konstituante yang akan
bertugas untuk membuat Undang-undang Dasar yang tetap, untuk menggantikan UUD
Sementara 1950. Anggota DPR hasil Pemilu 1955 dilantik pada 20 Maret 1956, sedangkan
pelantikan anggota Konstituante dilaksanakan pada 10 November 1956.
G. GERAKAN PEMBERONTAKAN PADA MASA DEMOKRASI
PARLEMENTER
Pada pertengahan Bulan Npvember 1949 Kapten Paul “Truk” Westerling yang baru
saja didemobilisasi dari KNIL (Knonklijke Lager Nerderlandsch-Indiche Leger) mulai
mengorganisir sebuah kekuatan terutama dari serdadu KNIL yang sudah didemobilisasi.
Termasuk didalamnya sejumlah orang Belanda dan dua bekas Inspektur Polisi mauk kedalam
kelompoknya. Westerling dan para perwiranya mulai mengadakan hubungan dengan beberapa
pasukan KNIL dan KL (Koninklijke Leger) yang masih bertugas di Bandung dan menjadikan
Bandung sebagai Pusat Kegiatanya. Gerakan ini menggunakan nama Ratu Adil karena ingin
merebut simpati rakyat yang sebagian besar telah mendengar ramalan Jaya Baya. Dimana
dalam ramalan tersebut disebutkan akan ada seorang Ratu Adil yang akan membawa
masyarakat Indonesia kedalam kehidupan yang sejahtera. Angkatan Perang ini dapat dikatakan
sebagai kekuatan bersenjata pemecah belah yang di dalangi oleh pihak Belanda.
b. Jalanya Pemberontakan
Pasukan Westerling mendekati Bandung pada tangggal 22 Januari 1950 petang, dan
diperkuat oleh Resimen pasukan gerak cepat KL yang berpangkalan di Bandung. Pasukan yang
seluruhnya berjumlah 800 Orang bersenjata berat. Ditaksir 300 diantaranya adalah serdadu KL.
Pasukan pimpinan Westerling ini memasuki Bandung pada Pagi hari tanggal 23. Terjadilah
pertempuran sengit dimana 60 tentara dari kesatuan RIS yang bertugas disana terbunuh.
Setelah menduduki hampir semua tempat penting di kota dan Sebelum melakukan
tindakan yang lebih jauh Komisaris Tinggi Belanda dan komandan Garnisun Belanda Major
Jendral Engels yang masih Berada di Bandung mendesaknya Supaya Mundur pada hari itu
juga.
Pada 26 Januari pasukan Westerling mulai merembes masuk ke Jakarta dengan tujuan
ingin memulai suatu Kudeta besar-besaran. Namun sebelum mereka dapat diorganisir kembali
mereka sudah ketahuan dan setelah beberapa pertempuran singkat pemberontakan tersebut
berhasil di padamkan.
c. Akir Pemberontakan
Setelah Pemberontakan berhasil dipadamkan munculah sosok baru yang menurut
kesaksian beberapa sumber merupakan dalang Peristiwa tersebut. Orang itu adalah Sultan
Hamid II dari Kalimantan Barat yang merupakan seorang Federalis terkemuka dan anggota
Kabinet. Westeling dianggap sebagai senjata Militer saja.
d. Dampak Pemberontakan
1. Hubungan Indonesia Belanda Terganggu
Hubungan Indonesia dan Belanda yang sempat membaik seusai Konferensi Meja
Bundar dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Kembali memburuk Setelah
peristiwa Pemberontakan APRA. Bangsa Indonesia menjadi marah karena terlibatnya beberapa
perwira angkata bersenjata dalam pemberontakan tersebut. Bsangsa Indonesia merasa bahwa
Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata Belanda begitu bodoh dalam mempertahankan
pengawasan atas pasukan-pasukanya sendiri.
2. PEMBERONTAKAN PRRI/PERMESTA
4. Keterlibatan Australian
Keterlibatan Australia terhadap pemberontakan PRRI/PERMESTA nampaknya bukan
hanya seerdar memberikan simpati tetapi jua memberikan bantuan berupa perangkat luank
serta bantuan berupa peralatan perang dan fasilitas-fasilitas lainya hal ini dikarenakan
kecurugaan Amerika serikat terhadap Indonesia yang diikuti sekutunya Australia . Hal ini
menjadi faktor dominan Yang ikut menentukan mengapa Australia mendukung dan membantu
pemberontakan PRRI.
b. Jalanya Pemberontakan
Setelah diumumkan pembentukanya tanggal 15 Februari PRRI segera melakukan
konsolidasi dengan PERMESTA .Selain itu pembentukan ini mendapatkan sambutan dari
Negara Indonesia Timur. Dalam rapat raksasa yang digelar di beberapa tempat didaerah-daerah
Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah ( KDSMUT) Kolonel Sumba
mengeluarkan pernyataan nahwa tanggal 17 Februari 1958, daerah Sulawesi Utara dan Tengah
memutuskan hubungan dengan Pemerintahan Pusat dan mendukung Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Pernyataan ini merupakan pernyataan Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA).
c. Akir Pemberontakan
Walaupun sudah berhasil menyatukan banyak masa dari berbagai daerah PRRI belum
melakukan aksi yang nyata dan besar. Pada awal pemberontakan pihak PRRI telah mengalami
banyak kekurangan-kekurangan. Yang pertama karena Panglima Sumatera Selatan yang tidak
ikut bergabung dengan PRRI karena mereka merasa gelisah sebab letaknya dekat dengan Jawa
dan kawatir akan banyaknya orang Jawa yang menjadi buruh diladang-ladang minyak
merupakan anggota PKI. Yang kedua karena PRRI tidak mendapat dukungan yang berari di
Sumatra Utara atau Kalimantan. Para Pemberontak Darul Islam di Aceh, Jawa Barat dan
Sulawesi Selatan menempuh cara mereka sendiri.
Setelah penguasaan Bukit Tinggi Gerakan PRRI di Sumatra berubah menjadi gerakan
Gerilya Hingga ke Pedalaman. Pada pertengahan tahun 1958 pemberontakan PRRI boleh
dikatakan sudah gagal walaupun kehancuranya yang terakir masih terjadi tiga tahun kemudian.
d. Dampak Pemberontakan
1. Perbedaan Pendapat dikalangan Pemimpin Negara.
Perbedaan pendapat tentang penyelesaian dan sangksi untuk para pemberontak Terjadi
diantara Soekarno dan Hatta. Soekarno mendesak diberlakukannya sanksi yang tegas untuk
para pemberontak. Djuanda dan Nasution dan anggota PNI dan PKI juga mneghendaki
pemberontak harus ditumpas. Tetapi Hatta bersama-sama dengan para pemimpin Masyumi dan
PSI mendesak penyelesaian dengan perundingan, sehingga menempatkan diri mereka pada
posisi kompromis.
Andi Azis yang sebelumnya menjadi Letnan Ajudan Wali Negara “Negara Indonesia
Timur” beserta satu komisi anak buahnya bekas KNIL pada tanggal 20 Maret 1950 telah
diterima masuk APRIS dan diterima sebagai komandan kompi dengan pangkat Kapten.
Akan tetapi setelah beberapa hari setelah pelantikannya Kapten Andi Azis
mengerahkan pasukannya dengan didukung oleh Batalyon KNIL di Makasar yang tidak masuk
APRIS, menawan Pejabat Panglima Teritorium Indonesia Timur, Letnan Kolonel Achmad
Yunus Mokoginta beserta seluruh stafnya. Ketika itu Terintorium Indnesia Timur baru
merupakan organisasi kerangka dengan kekuatan hanya satu peleton Polisi Militer, satu kompi
rekrut dan staf terintorium.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan
kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini
bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi
Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.
jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :
1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab
pasukan bekas KNIL saja.
2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
b. Akhir Pemberontakan
Oprasi penumpasan RMS yang dilakukan olh Angkatan Prang Republik Indonesia Serikat
atau Apris diawali dengan pendaratan merebut pulau Buru setelah operasi militer disana
selesai, pasukan Gabungan kemudian Bergerak kearah timur dengan melakukan serangkaian
penyerbuan melalui pendaratan di Piru, Seram, Banda, Tanbar, dan akirnya dipulau geser.
Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8
April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia
harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia
lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan
yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati,
Presiden dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis
akhirnya ditangkap dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan
untuk pasukan TNI yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di
Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa
adanya perlawanan dari pihak pemberontak.
Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang
mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak
berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan
pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing
emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan
APRIS.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari
bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan
dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak
RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah
pihakpun setuju untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di
daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan
Makassar.
Beberapa Kendala yang dihadapi APRIS selain Luasnya wilayah operasi APRIS,
Beragam kendala ikut membatasi kiprah pasukan APRIS ketika mereka ditugaskan mernumpas
pasukan RMS. Pasukan pemerintah pusat harus bertempur terpisah ratusan kilometer dari
pangkalan induk mereka di Jawa. Kendala tersebut diperburuk dengan terjadinya keterbatasan
dana dan sarana, berikut keragaman pasukan.
c. Dampak Pemberontakan
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara
Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil
menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya,
Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang
sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal
21 April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT
bersedia untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
4. PEMBERONTAKAN RMS
Dalam rentetan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang
Indonesia bekas KNIL dan pro Belanda, peristiwa selanjutnya terjadi di Maluku. Di Ambon
pada tanggal 25 April 1950 dirumuskan berdirinya Republik Maluku Selatan yang terlepas dari
Negara Indonesia Timur dan RIS, dibawah pimpinan Dr. Soumokil, bekas jaksa Agung Negara
Indonesia Timur.
Proklamasi RMS itu sudah disiapkan secara matang oleh Soumukil dan kawan-
kawannya. Dalam tahap persiapannya, Soumukil berhasil memindahkan pasukan KNIL dan
pasukan Baret Hijau yang terlibat pemberontakan Andi Asis ke Ambon. Pasukan-pasukan
khusus itulah yang menjadi tulang punggung perlawanan RMS.
a. Latar Belakang Pemberontakan
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada
25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS
dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas
pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan,
Belanda.
b. Jalannya Pemberontakan
Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris diproklamasikan oleh orang-orang bekas
prajurit KNIL dan pro-Belanda yang di antaranya adalah Dr. Chr.R.S. Soumokil bekas jaksa
agung Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama
dan J.H. Manuhutu. Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim
tim yang diketuai Dr. J. Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Tapi kemudian, misi
yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal dan pemerintah pusat
memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah
pimpinan Kolonel A.E. Kawilarang.
Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting
RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga
menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal
pemerintah. Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950,
sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang
Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500
orang), mengungsi ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja.
c. Akhir Pemberontakan
Dalam upaya penumpasan pemberontakan RMS, pemerintah berusaha untuk
mengatasi masalah ini dengan cara berdamai. Cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu,
dengan mengirim misi perdamaian yang dipimpin oleh seorang tokoh asli Maluku, yakni Dr.
Leimena. Namun, misi yang diajukan tersebut ditolak oleh Soumokil. Selanjutnya misi
perdamaian yang dikirim oleh pemerintah terdiri atas para pendeta, politikus, dokter, wartawan
pun tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.
Karena upaya perdamaian yang diajukan oleh pemerintah tidak berhasil, akhirnya
pemerintah melakukan operasi militer untuk membersihkan gerakan RMS dengan
mengerahkan pasukan Gerakan Operasi Militer (GOM) III yang dipimpin oleh seorang kolonel
bernama A.E Kawilarang, yang menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia
Timur. Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi militer, penumpasan pemberontakan
RMS pun akhirnya dilakukan pada tanggal 14 Juli 1950, dan pada tanggal 15 Juli 1950,
pemerintahan RMS mengumumkan bahwa Negara Republik Maluku Selatan sedang dalam
bahaya.
Dengan jatuhnya pasukan RMS yang berada di daerah Ambon, maka hal ini membuat
perlawanan yang dilakukan oleh pasukan RMS dapat ditaklukan. Pada tanggal 4 sampai 5
Desember, melalui selat Haruku dan Saparua, pusat pemerintahan RMS beserta Angkatan
Perang RMS berpindah ke Pulau Seram. Pada tahun 1952, J.H Munhutu yang tadinya menjabat
sebagai presiden RMS tertangkap di pulau Seram, Sementara itu sebagian pimpinan RMS
lainnya melarikan diri ke Negara Belanda. Setelah itu, RMS kemudian mendirikan sebuah
organisasi di Belanda dengan pemerintahan di pengasingan (Government In Exile).
Pemberontakan Republik Maluku Selatan sudah berakhir tetapi masih ada beberapa
orang yang masih mengakui RMS dan sampai detik ini RMS masih tetap eksis dan mempunyai
presiden transisi bernama Simon Saiya.
d. Dampak Pemberontakan
Pada Tahun 1978 anggota RMS menyandera kurang lebih 70 warga sipil yang berada di
gedung pemerintahan Belanda di Assen-Wesseran. Teror tersebut juga dilakukan oleh beberapa
kelompok yang berada di bawah pimpinan RMS, seperti kelompok Bunuh Diri di Maluku
Selatan. Dan pada tahun 1975 kelompok ini pernah merampas kereta api dan menyandera 38
penumpang kereta api tersebut.
Pada tahun 2002, pada saat peringatan proklamasi RMS yang ke-15 dilakukan,
diadakan acara pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibat dari kejadian ini, 23 orang
ditangkap oleh aparat kepolisian. Setelah penangkapan aktivis tersebut dilakukan, mereka tidak
menerima penangkapan tersebut karena dianggap tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Selanjutnya mereka memperadilkan Gubernur Maluku beserta Kepala Kejaksaan Tinggi
Maluku karena melakukan penangkapan dan penahanan terhadap 15 orang yang diduga
sebagai propokator dan pelaksana pengibaran bendera RMS tersebut.
Aksi pengibaran bendera tersebut terus dilakukan, dan pada tahun 2004, ratusan
pendukung RMS mengibarkan bendera RMS di Kudamati. Akibat dari pengibaran bendera ini,
sejumlah aktivis yang berada di bawah naungan RMS ditangkap dan akibat dari penangkapan
tersebut, terjadilah sebuah konflik antara sejumlah aktivis RMS dengan Kelompok Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Tujuan dari adanya gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk Negara
Federal di Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada Negara Bagian Republik Indonesia
Serikat.
I. PENYEBAB MUNCULNYA GERAKAN RMS
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada
25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS
dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas
pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan,
Belanda.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demokrasi parlementer adalah demokrasi yang menggunakan sistem liberal sebagai
sistem pemerintahannya seperti yang ada pada Indonesia tahun 1950-1959 yang menggunakan
UUDS sebegai undang-undang negara. Cukup banyak pemberontakan dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa waktu itu.
B. SARAN
Saya harap dari pembuatan makalahini kita semua dapat mempelajari dan dapat
mengetahui dan mengambil ilmu pengetahuan pada masa demokrasi parlementer yang terjadi
di Indonesia pada tahun 1950-1959.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_di_Indonesia#Demokrasi_Parlementer
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_1955
http://lilianyratna.blogspot.com/2015/01/pemberontakan-di-indonesia-pada-masa.html