Anda di halaman 1dari 41

RANGKUMAN MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas


Pendidikan Pancasila dan KewargaNegaraan
Dosen Pengampuh : H.Djedjen Zaenuddin, Drs., SH, MH

DISUSUN OLEH :

SOPHAN JAMIL

FAKULTAS SYARI’AH
HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring pula
shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sebagai wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan


mahasiswa di Institut agama islam cipasung jurusan Hukum Keluarga Islam.

Penulis menyusun makalah ini berdasarkan pengetahuan yang Penulis dapat dari berbagai
sumber-sumber dan literature-literatur yang dijamin kebenarannya. Penulis sampaikan terima
kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah pendidikan pancasila.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat Penulis harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.

Demikian pentingnya mata kuliah Pendidikan pancasila bagi mahasiswa Hukum


Keluarga Islam, maka perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para
mahasiswa. Semoga kehadiran makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam
menjalankan aktivitas belajar mengajar.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................2

1. BAB I ...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN
2. BAB II ..........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN PENDAHULUAN PANACSILA
3. BAB III .........................................................................................................................................6
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA KAUSA MATERIALIS PANCASILA
4. BAB IV .........................................................................................................................................11
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
5. BAB V ..........................................................................................................................................16
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA
6. BAB VI .........................................................................................................................................19
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI DALAM BERBANGSA DAN
BERNEGARA ( SUATU TINJAUAN KUALITAS)
7. BAB VII ........................................................................................................................................23
REALISASI PANCASILA
8. BAB VIII........................................................................................................................................26
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
9. BAB IX..........................................................................................................................................30
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 (STAATFUNDAMENTAL NORM)
10. BAB X...........................................................................................................................................34
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 NILAI
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
11. BAB XI .........................................................................................................................................37
BHINEKA TUNGGAL IKA

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang resmi disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 September 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD1945, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah eksitensinsi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasan yang berlindung dibalik
legitimasi ideology Negara Pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan yang seperti
ini pancasila tidak lagi diletakan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa Negara
Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa
pada saat itu.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji Pancasila dianggap akan mengembangkan kewibawaan Orde Baru. Pandangan
yang sinis serta upaya melemahkan peranan idiologi Negara yang kemudian pada gilirannya
akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa indonesia yang telah lama dibina,
dipelihara serta didambakan bangsa Indonesia sejak dulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang telah
berjalan selama ini, belum menampakan hasil yaitu kesejahteraan yang dapat dinikmati
olehrakyat secara luas, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia
dipandang rendah dimasyarakat internasiaonal.
Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan system Negara ini pada demokrasi yang subsansial, demokrasi yang benar-
benar berbasis pada kedaulatan rakyat dan bukannya para penguasa politik, penguasa
Negara, serta kapitalis yang oligarkhi ini. Meminjam istilah Soekarno dewasa ini sebenernya
system demokrasi yang diterapkan di Negara kita adalah demokrasi tanpa demos, yaitu
demokrasi yang tidak berakar pada kedaulatan rakyat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN PANCASILA

A. Landasan Pendidikan Pancasila


1. Landasan Historis

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman
kerajaan kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya yang didalamnya tersimpul cirikhas, sifat, dan
karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri Negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip
(limasila) yang kemudian diberinama Pancasila.

2. Landasan Kultural

Setiap bangsa didunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup, Negara Komunisme dan Liberalisme meletakan dasar filsafat
negaranya pada suatu konsep ideology tertentu.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila dipendidikan tertinggi tertuang dalam


Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional. Berdasarkan ketentuan
tersebut makasecara material melalui Pendidikan kewarganegaraan.

4. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar Filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah bangsa yang berketuhanan
dan berperikemanusiaan.

2
B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dijelaskan bahwa tujuan materi pancasila dalam rambu-rambu pendidikan kepribadian


mengarahkan pada moral yang diharapkant erwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku
memancarkan iman dan taqwa kepadaTuhan yang Maha esa.

C. Pembahasan pancasila secara ilmiah

Suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagai dikemukan oleh I, R,
Poedjowijatno dalam bukunya‘ Tahu danPengetahuan’ yang merinci syarat-syarat ilmiah sebagai
berikut:

1. Berobjektif
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat Universal

Tingakatan Pengetahuan Ilmiah

Untuk mengetahui lingkup kajian Pancasila serta kompetensi pengetahuan dalam


membahas Pancasila secara ilmiah, maka perlu diketahui tingkatan pengetahuan ilmiah
sebagaimana halnya padap engkajian pengetahuan pengetahuan lainnya:

Pengetahuan deskriptif suatu pertanyaan "bagaimana"

Pengetahuan kausal suatu pertanyaan "mengapa"

Pengetahuan normatif suatu pertanyaan "kemana"

Pengetahuan essensial suatu pertanyaan "apa"

1. Pengetahuan Deskriptif. Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah ‘bagaimana’ maka akan
diperoleh suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat kriptif.

2. Pengetahuan kausal. Dalam suatu ilmu pengetahuan upaya untuk memberikan suatu jawaban
dari petanyaan ilmiah ‘mengapa' yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab dan akibat.

3
3.pengetahuan Normatif. Tingakatan pengetahuan ‘normatif’ adalah sebagai hasil dari
pertanyaan ilmiah‘ ke mana' pengetahuan normatif senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter, serta norma-norma.

4. Pengetahuan Essensial. Dalam ilmu pengetahuan upaya untuk memberikan suatu jawaban
atas pertanyaan ilmiah ‘apa'. Maka akan di peroleh suatu tingkatan pengetahuan yang ‘essensial’.

Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridia Kenegaraan

Pancasila sebagai objek pembubaran ilmiiah memiliki ruang lingkup yang sanga tluas,
tergantung pada objek forma alaii sudut pandang penbahasanya masing-masing Pancasila
dibahas darisudut pandang moral atau etika maka lingkup pembahasannya meliputi 'enka
Pancasila dibahas dari sudut ekonomi kita dapatkan bidang ekonomi Pancasila, dari sudut
pandang nilai aksiologi Pancasila.

D. Beberapa Pengertian Pancasila

1.Pengertian Pancasila secara Etimologis.

Secara etimologis istilah "Pancasila" berasal dari Sansekerta dari India (baha se kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam babesa Sangsekerta perkataan" Pancasila" memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu
"panca" artinya "lima" "syila" vokali pendek artinya "batusendi", "alas", atau "dasarsyilla" vokali
pendek artinya" batusendi", "alas", atau" dasar syilla" vokali panjang artinya" peraturan tingkah
laku yang baik, yang penting atau yang senonoh"."

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman
Widyodiningrat. Mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut,
Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicaranya itu Mohammad
Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 didalam sidang tersebut Ir. Soekamo
berpidato secara lisan (tanpa teka) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia.

4
a. Ir. Soekarno (1Juni1945) Pada tanggal 1Juni 1945 tersebut Soekarno mengucapkan
pidatonya dihadapan sidang Badan Penyelidik. Dalam pidato tersebut diajukan oleh Soekarno
secara lisan usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia yang akan dibentuknya, yang
rumusannya adalah sebagai berikut indonesia.

1. Internasionalisme atau Perikemanusiaan


2. Mufakat atau Demokrasi

3. Kesejahteraan sosial

4. Ketuhanan yang berkebudayaan

b. Piagam jakarta (22 juni 1945)

Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh Dokur itu Zyunbi
Tioosakay mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usul-usul mengenai dasar
negara yang telah dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara Republik Indonesia, yang disahkan
oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia mempertahankan Proklamasi dan eksistensi
negara dan bangsa Indonesia maka terdapat pula rumusan-rumusan Pancasila sebagai berikut:
a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat).
b. Dalam UUDS (Undang-undang Dasar Sementara1950).

c. Rumusan Pancasila diKalangan Masyarakat

5
BAB III
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA
KAUSA
MATERIALIS PANCASILA

A. Pengantar

Negara Indonesia perjuangan untuk terwujudnya negara modern diwarnai dengan


penjajahan bangsa asing selama 3,5 abad, serta akar budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Kemudian dalam mendirikan negara bangsa Indonesia menggali nilai nilai
yang dimiliki oleh bangsa itu, yang merupakan localwisdom bangsa Indonesia sendiri,
sebagai unsur materi Pancasila.

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

"Zaman Kutai, Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7yupu (tiangbatu).

ZamanSriwijaya. Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengankerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa
Indonesia.

Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit. Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai


suatu kerajaan yang memancangkan nilai-nilai nasional. animisme, telah muncul kerajaan-
kerajaan diJawa Tengah danbJawa Timur secara dan silih berganti.

KerajaanMajapahit. Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
didalam satu kerajaan. Empu Prapanca memalis Negara keri agama (1365) Dalam kita tersebut
telah terdapat istilah "Pancasila" Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku
itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu "Bhinneka Tunggal Ika".

6
Zaman Penjajahan Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka

berkembanglah agama Islam dengan pesatnya diIndonesia. Bersamaan dengan itu


berkembang pulalah kerajan-kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, dan mulailah berdatangan
orang-orang Eropa dinusantara.

C. Kebangkitan Nasional

Pada abad XX dipanggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia


Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Partai Konggres diIndia dengan tokoh
Tilak dan Gandhi, adapun diIndonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu
kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudiro busodo dengan Budi Utomonya.

Zaman Penjajahan Jepang

Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda "Jepang Pemimpin Asia, Jepang
saudara tua bangsa Indonesia ". Akan tetapi dalam perang melawan Sekutu Barat yaitu
(Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda dan negara Sekutu lainnya) nampaknya Jepang
semakin terdesak.

Ir.Soekarno (1Juni1945). Sebagaimana dijelaskan dalam sidang BPUPKI inudr. Radjiman


sebagai ketua, mengajukan suatu permintaan fundamental yaitu yang menyangkut dasar filsafat
negara (philosofische grondslag) Indonesia yang akan merdeka.

Sidang BPUPKI kedua (10 - 16 Jull 1945)


Selain tambahan anggota BPUPKI Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil melaporkan
hasil pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juli yang telahlalu.
Menurutlaporanitipadatanggal22Juni1945Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia
Kecil dengan anggota anggota badan Penyelidik.

D. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI

Kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia membawa hikmah bagi banggal 15 Jusa
Indonesia. Menurut pengumuman NanpooGun (Pemerintah Tentara Jepang untuk seluruh daerah

7
selatan), tanggal 7Agustus 1945 (Kan Poo No.72/2605 ah huku k 11), pada pertengahan bulan
Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokurinu
Zyunbilinkal".

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Setelah jepang menyerah kepada sekutu,bmaka kesempatan itu dipergunakan sebaik-
baiknya oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, namun terdapat perbedaan
pendapat dalam pelaksanaan serta waktu Proklamasi.

Sidang PPKI

Sehari setelah Proklamasi ke esokan harinya pada tanggal 18 Agustu 1945, PPKI mengadakan
sidangnya yang pertama Sebelum sidang resmi dimulai, kira-kira 20 menit dilakukan pertemuan
untuk membahas beberapa perubahan yang berkaitan dengan rancangan naskah Penitia
Pembukaan UUD 1945.

(1) Sidang Pertama (18Agustus1945).

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebaga


iberikut:
a.Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945byang meliputi:
b.MemilihbPresiden danbWakil Presiden yang pertama.

c.Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah darurat.

(2) Sidang Kedua (19 Agustus 1945).

Pada sidang kedua PPKI berhasil menentukan ketetapan berikut:

1. Tentang daerah Propinsi,


2. Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti sekarang.

3. Untuk sementa rawaktu kedudukan kota diteruskan seperti sekarang.

(3) Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

8
Pada sidang ketiga PPKI dilakukan perabahasan terhadap agenda tentang' Badan Penolong
Keluarga Korban Perang',badapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal.

(4) Sidang Keempat (22 Agustus 1945)

Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia, yang pusatnya berkedudukan diJakarta.

E. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia masih


menghadapi kekuatan Sekutu yang berupya untuk menanamkan kembali kekuasaan Belanda
diIndonesia, yaitu untuk mengakui pemerintah Nica (Netherlands Indies Civil Administration).

Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikatb(RIS)

Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) maka ditandatangani suatu persetujuan
(Manielresolus) oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wakil Pemerintah RI dikota Den Haag pada
tanggal 27 Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil
KMB lainnya dengan Konstitusi RIS.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950

Berdirinya negara RIS dalam sejarah ketata negaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik
secara politis. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk membentuk
negara kesatuanya itu dengan menggabungkan diri dengan negara Proklamasi RI yang berpusat
di Yogyakarta.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan
masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidak stabilan pada bidang politik, ekonomi, sosial
maupun hankam.

Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari organ tertinggi (kepala negara atau organ lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak.

9
a). Hukum Tata negara Darurat Subjektif
Suatu hukum tata negara dalara arti subjektif yaitu suatu keadaan hokum yangmemberi
wewenang kepada organ tertinggi tertinggi untuk bila perlu untuk mengambiltindakan-tindakan
hukum bahkan kalau perlu melanggar undang-undang hak-hak asasirakyat, bahkan kalau perlu
Undang-Undang Dasar.

Hukum Tata negara Darurat Objektif


Hukum Tata negara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberikan
wewenang kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakan-tindakan hukum, namun
tetap berlandaskan pada konstitusi yang berlaku, contohnya adalah SP 11 Maret 1966.
Masa OrdeBaru.

Suatu tatanan masyarakat serta pemerintah sampai saat meletusnya pemberontakan G30SPKI
dalam sejarah Indonesia disebut sebagaimasa 'Orde Lama".

10
BAB IV
PANCASIA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Dari segi Etimologis. Aebelum dibahsa pengertian filsafat secara material mak dipandang
perlu untuk membahas terlebih dahulu makna dan arti istilah “filsafat”. Pada umumnya para
filsuf maupum para ahli filsafat mempunyai tinjauan yang senada dalam mengertikan istilah
filsafat, walaupun secara harafiah mempunyai perbedaan.

Lingkup Pengertian Filsafat: Filsafat memiliki bidang bahasan yang sangat luas yaitu
segala sesuatu baik yang bersifat kongkrit maupun yang bersifat abstrak.
Objek material filsafat, yaitu objek pembahsa filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang
bersifat kongkrit seperti, manusia, alam,benda, binatang dan lain sebagainya.
Obkek formal filsafat, dalah cara memandang seorang peneliti terhadap objek materil
tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.

Cabang-cabang Filsat dan Aliran-aliran

Sebagaimana ilmu lainnya filsafat memiliki cabang-cabang yang berkembang sesuai


dengan persoalan filsafat yang dikekemukanya. Filsafat timbul karena adanya persoalan-
persoalan yang dihadapi manusia.

B. Rumusan kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Sebagai Suatu Sistem

Pancaila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu system filsafat.
Pengertian system adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh.

11
Kesataun sila-sila Pancasila
1. Susunan kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan kesatuan pakan suatu asas peradaban,
Namun demikian sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu
setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila.
2. Susunan kesatuan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal.
susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Pengertian
matematika piramidal digunanakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila
dari Pancasila dalam urutan-urutan luas (kwantitas) dalam hal sifat-sifatnya (kwnatitas).

Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal

1. Sila pertam: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permuyawaratan/perwakilan, keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila ke dua: kemanusiaan yang adil dan berdab adlah diliputi dan dijiwai sil ketuhanan
yang maha esa adalah menjiwai sila-sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, keadilan social bagi
seluruh Indonesia.
3. Sila ketiga: persatuan Indonesia adalah diliputi ketuhanan yang maha Esa adalah
meliputi dan menjiwai sila-sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat bejaksanaan dan
permusyawaratan/perakilan, keadlin social bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaratan/perwaiklan, adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhana Yang
Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, meliputi dan
menjiwai silakwdailan bagi seluruh rakyat Indonesia.

12
5. Sila kelima: keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah dilipiti dan dijiwai oleh sila-
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan
permusyawaran/perwakilan.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat


Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan makna, dasar antologis, dasar
epistimologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.

D. Dasar antropologis Pancasila (hakikat manusia) sila-sila Pancasila.


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut sila-
silanya saja melainkan jugameliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara filosofis
meliputi dasar ontologis (hakikat) sila-sila Pancasila.

Sila pertama, ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang
adil dan beradab,persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratn/perwakilan serta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan
yang maha esa serta mendasari dan mendasari jiwa persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan serta keadilan social
bagi seluruh rakyat indoneisa.
Sila ketiga, persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa dan
sila kemanusian yang adil dan beradab serta mendasari dan menjiwai serta kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sila keempat, adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, maka pokok sila keempat adalah kerakyatan yang kesesuanyaa
dengan hakikat rakyat.

13
Sila kelima, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki makna pokok keadilan yaitu
hakikatnya kesesuaian dengan hakikat adil.

1. Dasar efistimologis (pengetahuan) Sila-sila Pancasila.


Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya berupa suatu system pengetahuan.
Dalam kehidupan Sehari-hari Pancasila berupa pedoman atau dasar bangsa Indonesia dalam
memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsaa dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan Pancasila.
2. Dasar aksiologis (nilai) sila-sila Pancasila.
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki suatu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan.
E. Pancasila sebagai Nila Dasar Fundamental bagi bangsa dan Negara Republik
Indonesia.

1. Dasar Filosofis
Filosofis sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang berisfat sistematis, fundamental dan
menyeluruh.

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Fundamental Negara


Nilai-nilai pancsila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia.

3. Inti Isi Nilai-nilai Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai,
oleh karen itu sila-sila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

14
Sila ketuhanan yang maha ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainya.
Dalam sila ketuhanan yang maha esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa.

2. Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab


Sila kemanusia yang adil dan beradab secara sistematis didasri dan dijiwai oleh sila
ketuhanan yang esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya.

3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis.

4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratn/perwakilan didasari oleh sila ketuhaan yang maha esa.

5. Keadilam Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Hal ini mengandung bahwa negara Indonesia merupakan suatu negara yang bertujuan untuk
mewujudkan suatu kesejahteraan untuk seluruh warganya, untuk seluruh rakyatnya.

15
BAB V
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem silsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraam lainya. Dalam filsafat Pancasila terkandung di
dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersiafat kritis, mendasar, sistematis dan
konferhensif (menyeluruh) dan system pemikiran ini merupakan suatu nilai.

Pengertian Etika.
Sebagai suatu usaha ilmiah, fiksafat menjadi dibagi menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan bahasanya masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok
Bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis.

B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral


1. Pengertian Nilai

Nilai atau “evalue” (bhs, inggris)termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan


tentang nilai dibahas dan dipelajri salahsatu cabang filsafat yaitu Filsafat Nilai (Axiology,
Theory, of Value). Filsafat juga sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.

2. Kierarkhi Nilai

Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam merupakan menentukan tentang
pengertian serta hierarkhi nilai.

C. Nilai Dasar, Nilai Ntrumental dan Nilai Praksis

Dalam kaitanya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat


dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.

16
(A) . Nilai Dasar

Yang jnamun dalam realisasiya nilai berkaitan dengan tinkah laku atau segala aspek
kehidupan mansuia yang bersifat nyata (praksis) namun diberikan setiap nilai memiliki
nilai dasar (dalam dalam Bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis).

(B). Nilai Instrumental

Untuk dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan praksis maka nilai dasar tersebut diatas
harus memiliki formulasi serta para meter atau ukuran yang jelas.

(C). Nilai Praksis

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam suatu kehidupan yang nyata.

Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa nilai dalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia lahir mapun batin.

D. Etika Politik

Sebagaiamana dijelaskan di muka bahwa filsafat dibagi mejadi beberapa cabang,


terutama dalam hubungannya bidang yang dibahas.

1. Pengertian Politik

Telah dijelaskan bahwa etika politik termasuk lingkup etika social, yang secara harfiah
berkaitan dengan bidang politik.

2. Dimensi Politis Manusia


3. Manusia sebagai Makhluk Individu-Sosial

Berbagai paham antropologi filsafat mengandung hakikatsifat kodrat manusia, dari


kacamata yang berbeda-beda.

4. Dimensi Politis Kehidupan Manusia.

17
Dalam kehidupan manusia secara alamiah, jaminan atas kebebasan manusia naik sebagai
individu maupun makhluk social sulit untuk dapat dilaksanakan, karena terjadinya
perbenturan kepentingan diantra mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadunya
anarkhisme dalam masyarakat.

5. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan
perundangn-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam
anpelaksaan dan penyelenggaraan negara.

18
BAB VI
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN
IDEOLOGI DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA ( SUATU
TINJAUAN KAUSALITAS)

A. Pengantar
Terdapat berbagai macam pengertian kedudukan dan fungsi Pancasila yang
masing-masing dipahami sesuai dengan konteks kualistasnya, dalam pengertian proses
terbentuknya Pancasila secara kualitas.

B. Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai dasar filsafat s
Erta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan
hanya diciptakan oleh seseorang sebagai bagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi
lain di dunia , namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukuppanjang dalam
sejarah Indonesia.

1. Asal Mula yang Langsung


Asal mual secara ilmiah filsafat dibedakan atas empat macam yaitu; Kausa
Materialis, kausa formalis, Kausa Formalis, Kausa Efficient dan Kausa Finalis
(Notonagoro, 1975) (Bagus, 1996; 158).

Asal mula bahan (kausa Materialis). Bahasa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-
nilai Pancasila, sehingga Pancasila itu pada hakikatya nilai-nilai yang merupakan unsur-
unsur digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta
nilai-nilai religious yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Asal mula Bentuk (Kausa Foemasil). Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk
atau bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam pembukaan
UUD 1945.

19
Asal mula Karya (kaussa Efissien). Kausa efissien asal mula karya yaitu asal mula yang
menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara yang sah.

Asal mula tujuan (Kausa finalis). Pancasila dirumuskan dan dibhasa dalam siding-
sidang para pediri negara, tujuanya dalah untuk dijadikam sebagai negara, oleh karena itu
asal mula itu tujuan tersebut adalah para anggota BPUPKI dan panitia termasuk Soekarno
dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh
PPKI sebagai dasar negara yang sah.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung


Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah asal mula
sebelum proklamasi kemerdekaan. Berarti asal mula nilai-nilai Pancasila yang terdapat
dalam adat-istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama bangsa Indonesia,
sehingga dengan demikian Pancasila adalah terdapat pada kepribadian serta dalam
pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indonesia berpancasila dalam Tiga Asas

Berdasarkan tinjauan Pancasila secara kualitas tersebut di atasa maka pemberian


pemahaman perspektif pada kita proses terbentuknya Pancasila melalui suatu proses yang
cukup Panjang dalam sejarah kebangsaan Indonesia.

C. Pancasila sebaiagai Pandangan Hidup Bangsa


Pancasila sebagai objek pembahsan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat
luasa terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila.

D. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia


Negara modern yang melakukan pembahruan dalam menegakkan demokrasi
niscaya mengembangkan prinsip konstitualisme.

20
E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara (philisofische Grondslag)
Kedudukan pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia.

F. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pengertian ideologi. Istilah ideologi berasal dari kata “idea”yang berarti
“gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita” dan “logos” yang berarti “ilmu” kata
“idea” berasal dari kata bahasa Yunani “eidos” yang artinya “bentuk “.

Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup.


Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (System Ofthough), maka ideologi terbuka itu
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.

Hubungan antara Filsafat dan Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersiafat aktual, dinamis, antsipatip
dan senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan jaman.

Dimensi Idealistis
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis dan
rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan, maka dimensi idealistis Pancasila
bersumber pada nilai-nilai filosofis yaitu filsafat Pancasila.

Dimensi Normatif
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma,
sebaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan tertinggi
dalam tertib hukum Indonesia.

21
Dimensi Realistis
Suatu ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik
dalam kaitanya bermasyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.

G. Pancsila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Telah dijelaskan dimuka bahwa sebelum Pancasila ditentukan sebagai dasar filsafat
negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia seajak zaman dahulu
kala, yaitu sejak lahirnya bangsa Indonesia sebelum proklamasi 17 Agustus 1945.
H. Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Proses terjadinya Pancasila tidak seperti edeologi-ideologi lainnya yang hanya
merupakan hasil pemikiran seseorang saja namun melalui suatu proses kualitas yaitu
sebelum disahkan menjadi sebuah dasar negara nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari dalam pandangan hidup bangsa, dan sekaligus sebagai filsafat bangsa
indoneisa.

22
BAB VII
REALISASI PANCASILA

A. Pengantar

Pancasila sebagai Dfilsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa, sebagai Filsafat


Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dan fungsi lainya, dalam realisasi
(pengalamanya) memiliki konsekuesnsi yang berbeda-beda tergantung pada konyeksnya.
B. Realisasi Pancasila yang Objektif

Realisasi serta pengalaman Pancasila yang objektif yaitu realisasi serta inflementasi
nilai-nilai Pancasila dengan segala aspek penyelenggaran negara, terutama dalam
kaitanya dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam praksis penyelenggaraan negara
dan peraturan perundangan-undangan Indonesia.

C. Penjabaran Pancasila yang Objektif


Pengertian penjabaran Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dibidang legislative, eksekuitf
maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasisnya dalam bentuk
peraturan perundang-undangan Negara Indonesia.
D. Realisasi Pancasila yang Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi
seseorang, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan
setiap orang Indonesia.
E. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila
Realisasi nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia, perlu secara
berangsur-angsur dengan jalan Pendidikan baik di sekolah maupun dalam nasyarakat dan
keluarga seingga diperoleh hal-hal sebagi berikut:

23
Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek nilai,
Norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
dan kemampuan individu
Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri.
Ketaatan, yaitu selalu dalam kesedihan untuk memenuhi wajib lahir dan batin, lahir
berasal dari luar misalnya pemerintah, Adapun wajib batin dari sendiri.
Kemampuan kehendak,yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan perbuatan,
berdasar nilai-nilai Pancasila.
Watak dan hati nurani, agar orang-orang mawas diri.
F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila
Bilamana kita rinci pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas,
kepribadian dan ketahanan ideologis adalah sebagai berikut:
1) Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap,
dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila.
2) Kemudian ditingkatkan kedalam hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan, yaitu
suatu kesedihan yang haru senantiasa ada untuk merealisasikan.
3) Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukam
perbuatan mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
bidang kenegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan.
4) Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya
kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan mentalitas
ini melalui.
G. Sosialisai dan Pembudayaan Pancasila Epistimologi Realisasi Nilai-nilai
Pancasila
Dalam proses realisasi, sosialisasi dan pembudayaan Pancasila, pertama-tama harus
diletakkan adalah suatu pemahaman terhadap suatu sistem epistimologi yang benar.
Proses Sosialisasi dan Pemudayaan Pancasila
Sebagaimana dijelaskan didepan bahwa wujud kebudayaan manusia, maka dapat
berupa suatu kompleks gagasan, ide-ide, dan pikiran manusia, yang dalam hal ini yang
bersifat abstrak.

24
Pembudayaan Nilai-nilai Pancasila, yaitu proses pembudayaan pada domein values
(nilai). Realitas nilai adalah merupakan sesuatu yang hanya dapat dipahami dan
dimengerti oleh manusia.
Pembudayaan Pancasila pada kehidupan sosial, yaitu proses pembudayaan Pancasila
dalam kehidupan sosial-budaya secara kongkrit.
Pembudayaan Pancasila dalam Wujud Budaya Fisik, yaitu pembudayaan nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalam wujud kebudayaan fisik. Misalnya pada gambar symbol
nasionalisme, sembouan kebangsaan dan lain sebagainya.

25
BAB VIII
NEGARA KESATUAN REPUNLIK INDONESIA
(NKRI)

A. Pengantar
Pengertian Negara. Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan
martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

B. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara didunia memiliki
suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum
membentuk suatu negara modrn.
1. Hakikat Bentuk Neagara
Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam unsur yang
membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan kebudayaan, golongan serta agama yang
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan.
Bhineka Tunggal Ika: sebagaiamana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia terdiri
atas berbabagai macam atas suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-
istiadat yang beraneka ragam, namun keseluruhanya merupakan suatu kesatuan dan
persatuan negara dan bangsa Indonesia.
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan
Bangsa iindonesia Sebagian dari umat manusia didunia adalah sebagai makhluk
tuhan yang maha esa yag memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki
kebebasan dan juga makhluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain.
a. Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa pada hakikatnya memiliki sifat
kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
b. Teori Kebangsaan

26
Dalam tumbuh berkembangnya suatu bangsa suatu bangsa atau juga disebut
sebagai Nation; terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi
bagi proses pendirian negara Indonesia utnuk mewujudkan suatu bangsa yang ‘memiliki
sifat dan karakter tersendiri.
Tori Hans Kohn: Hans Kohn sebagai seorang ahli antropologi etnis mengemukakan
teorinya tentang bangsa, yang dikatakanya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena
peersamaan Bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah wilayah dan kewarganegaraan.
Teori Kebangsaan Enest Renan: Hakikat bangsa atau ‘Nation’ ditinjau seacara ilmiah
oleh seorang ahli dari Academmie Francaise, Prancis pada tahun 1982.
````````````````
C. Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suratu proses sejarah yang cukup Panjang,
pada zaman sejak zaman kerjaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa
asing selama tiga setengah abad.
D. Hakikat Ngara Integralistik
Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius.
 Hubungan antara Individu dan Negara: Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk jasmani rokhani, Makhluk pribadi dan sebagai makhluk tuhan yang
maha esa, serta manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial.
 Hubungan antara Masyarakat dan Negara: Negara adalah produk dari
masyarakat, karena negara merupakan Lembaga kemasyarakatan.
E. NKRI adalah Negara kebangsaan Yang berketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Dengan lain perkataan bahwa segala aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan
hakikat nilai-nilai Yang berasal dari tuhan baik material atau spiritual.
a. Hubungan Negara dengan Agama. Negara pada hakikatnya adalah merupakan
suatu persekutuan hidup sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
(1). Hubungan Negara dengan Menurut Pancasila. Menurut negara pacasila adalah
berdasar atau ketuhanan yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

27
(2). Hubungan Neagara dan Agama Menurut Paham Theokrasi. Hubungan negara
dan agama menurut paham Theokrasi bahwa antar negara dan agama tidak dapat
dipisahkan.
 Negara Theokrasi Langsung. Dalam system negara Theorasi langsung,
kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan.
 Negara Thokrasi Tidak Langsung. Berbeda dengan sistem negara Theokrasi
yang lansgung, negara theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang
memerintah dalam negara, melainkan Kepala atau Raja, yang memiliki otoritas
atas nama Tuhan.
 Hubungan Negara dengan Agama menurut Sekulerisme. Pagam sekulerisme
membedakan dan memisagkan antara agama dan negara. Adapun agama adalah
menjadi urusan umat masing-masing agama.
Paham Liberal
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah suatu revolusi di bidang
ilmu pengetahuan kemudian berkembang ke arah revolusi teknologi dan industri.
(4). Hubungan Neagara dengan Agama Menurut paham Liberalisme
Negara liberal hakikatnya berdasarkan pada kebebasan individu, Dan juga Negara
adalah merupakan salah suatu saran individu, suatu masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasan individu.
Paham Sosialisme Komunis
Berbagai macam Konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham
komunismelah sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paha mini adalah sebagai
bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis sebagai dari ideologi Liberal.
(5). Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama
F. NKRI Adalah Neagara Kebangsaan Yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk social serta manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang maha Esa.

28
G. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan
Negara Indonesia adalah Negara persatuan, dalam arti bahwa negara adalah
merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu
maupun masyarakat sebagai peanjelmaan sifat kodrat manusia.
Nilai Filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci
kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kuasa materialisnya berbagai etnis,
golongan, ras, agama serta primordial lainnya.
Bentuk-bentuk Demokrasi
Menurut terros demokrasidapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal democracy
dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu
itu dilakukan (Winataputra, 2005).
Demokrasi Perwakilam Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam system demokrasi ini
kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaa demokrasi.
Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis seperti, Rusia,
China, Vietnam dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal akan
menghasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, dan akhirnya
kapitalislah yang menguasai negara.
Demokrasi Deliberaitf. Istilah deliberatif dipinjam dari istilah Habermas, sehingga
penerapan dalam system demokrasi esensinya disebut sebagai demokrasi deliberatif.
Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat
Bagi Negara Indonesia, Tujuan Negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa
“Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” sebagai ciri
negara hukum formal dan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan
bangsa”, sebagai ciri negara hukum material.

29
BAB IX
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBUKAAM UUD 1945
(STAATFUNDAMENTALNORM)
A. Pengantar

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang dalam ilmu
kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat negara (Philosofiche Gronslag). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
dalam penyelenggaraan negara,termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik
Indonesia.

B. Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-


Undang Dasar 1945, disahkan Oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan
dalam berita Republuk Indonesia tahun II No. 7. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dalam ilmu hukum pempunyai kedudukan diatas pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.

1. Pembukaan UUd 1945 dalam Tertib Hukum Indonesia

Dalam system peraturan perundang-undangan di Indonesia, keseluruhan system norma


hukum Negara Republic Indonesia secara keseluruhan merupakan suatu system yang
hierarkhis (berjenjang).

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia

Dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945, termuat unsur-unsur yang menurut ilmu
hukum di syaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde), atau (legal
oeder), yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan-peraturan hukum.

 Adanya kesatuan subjek


 Adanya kesatuan asas kerokhanian
 Adanya kesatuan daerah
 Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Staatsfundamentalnorm

Istilah Staatsfundamentalnorm pertama kali dikembangkan oleh Hans Nawiasky dalam


bukunya Allegemeine als System der Rechtlichten (1940). Menurut Nawiasky dalam teorinya
yang dikenal dengan Dietheori vom stufenaufbau der Rechtsordung, dalam suatu negara yang
merupakan kesatuan tata hukum itu terdapat suatu norma dasar, atau norma yang tertinggi
(der oberste norm), yang kedudukanya lebih tinggi dari konstitusi atau Undan-Undang Dasar,

30
dan berdasarkan norma dasar atau norma atau norma tertinggi inilah maka Undang-Undang
Dasar dibentuk.

4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 bagi Kelangsungan Negara Rebulik Indonesia

Berdasarkan hakikat kedudukan berdasarkan UUD 1945 proklamasi yang sebagai naskah
terinci, sebagai penjelamaan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta dalam hukum
memenuhi syarat bagi adanya tartib hukum di Indonesia, dan sebagai pokok Kaidah Negara
yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm), Maka pembukaan UUD 1945 nenikikit hakikat
kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah, terlekat pada
kelangsungan hidup negara.

C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945


1. Alinea Pertama

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
peri keadilan”. ‘nilai hak kodrat’, yaitu yang tersimpul dengan kalimat “Bahwa kemerdekaan
adalah hak segala bangsa.

2. Alenia Kedua

“Dan perjuangan pergeraka kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat yang sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

3. Alenia ketiga

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha kuasa dan denagn di dorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
denagn ini kemerdekaanya”.

4. Alenia Keempat

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dari seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia dan yan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan kedilan sosial,
maka disusunlah kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatu-an Indonesia, Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

31
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu kea-dilan bagi seluruh
Indonesia”.

a. Tentang Tujuan Negara

Tujuan Khusus. Terkadang dalam anak kalimat “…’untuk membentuk suatu pemerintahan
negara republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
negara Indonesia untuk memajukan kesejahteraan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Tujuan Umum. Tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan sesama
bangsa di dunia. Yaitu diantara bangsa-bangsa dunia untuk melaksakan suatu ketertiban
dunia yang berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, peradamaian abadi serta keadialan sosial.

b. Tentang Ketentuan Diadakanya UUD Negara

Ketentuan ini terkandung dalam anak kalimat, “..maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia….”. Dalam
kalimat ini menunjukan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum.

D. Nilai-Nilai Hukum yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

Telah dijelaskan dimuka bahwa di antara alenia I, II, III dan IV terdapt hubungan
kesatuan, Alenia IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alenia I, II, dan III. Oleh karena
itu dalam pembukaan UUD 1945 alenia I, II dan III terkandung nilai-nilai hukum kodrat
alenia satu yang konsekuensinya direalisasikan dalam alenia II, Hukum Tuhan dan Hukum
Etis (alenia III), yang kemudian dijelmakan dalam alenia IV yang merupakan dasar dari
pelaksaan dan penjabaran hukum positif Indonesia.

Alenia 1 : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan”.

Alenia II : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, Bersatu, berdaulat, adil dan Makmur.

Alenia III : “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaanya”.

Alenia IV : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melinfungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

32
memajukan kesejaheteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

E. Pokok-pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar


1945

Menurut penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No. 7, dijelaskan bahwa pembukaan UUD 1945 mengandung
pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945 Negara Indonesia.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum
dasar negara baik hukum negara tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (convesi).

F. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 Dengan Pasal-Pasal Undang-Undang


Dasar 1945

Dalam sitem tertib hukum Indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bagwa pokok pikiran
itu meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia serta
mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UDD) dan hukum dasar
tidak tertulis (convensi) selanjutnya pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal UUD
1945.

G. Hubunugan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pembukaan UUD 1945 bersam dengan Undang-Undang Dasar 1945 diundangkan dalam
berita republik Indonesia tahun II No. 7, di tetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti
dari pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV.

Hubungan Secara Formal

Dengan di cantumkanya Pancasila secara formal di dalam pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif.

Hubungan Secara Material

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan diatas juga hubungan secara material sebagai berikut. Bilamana kita
tinjau Kembali peoses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945, maka secara
kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPK yang pertama-tama adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian pembukaan UUD 1945.

33
H. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Dengan priklamasi 17
Agustus 1945

Sebagaimana yang pernah ditentukan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa pembukaan UUD
1945merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17 Agustus 1945, oleh karena itu antara
pembukaan dan priklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan.

34
BAB X
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLUK INDONESIA
TAHUN 1945 NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG
DASAR NEGARA REPUBLIK INDOENSIA TAHUN 1945

A. Pengantar

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini, berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,
banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan suatu prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanap harus mengubah UUD-
nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan pelengkapan dan rincian yang dijadikan
lampiran otentik bagi UUD tersebut (Mahfud, 1999: 64).

B. Undang-Undang Dasar
Menurut E.C.S.Wade dalam bukunya Constitusional Law, Undang-Undang dasar menurut
sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang mempparkan kerangka dan tugas-tugas pokok
dan badan-badan peerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-
badan tersebut.

C. Konstitusi
Disamping pengertian Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lainya yaitu
“Konstitusi”. Istilah berasal dari bahasa Inggris “Consitution” atau dari bahasa Belanda
“Constitutie”. Terjemahan dari istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar, dasar dan hal
ini memang sesuai dengan kebiasaan orang belanda dan jerman, yang dalam percakapan
sehari-hari memakai kata “Grond wet” (grond = dasar, wet, = undang-undang) yang kedua-
duanya menunjukan naskah tertulis.

D. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarakan UUD 1945 Demokrasi Indonesia


Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar Negar Republik Indonesia
Tahun 1945
Demokraasi sebagai sistem pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal mula
kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan
suatu cita-citanya.
Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam system Ketatanegaraan Indonesia
Pasca Amandemen 2002
Berdasarkan ciri-ciri system demokrasi tersebut maka penjabaran demokrasi dalam
ketatanegaraan Indonesia dapat ditemukan dalam konsep demokrasi sebagaimana terdapat
dalam pembukaan UUD 1945 aebagai “staatsfundamentalnorm” yaitu: “suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat….”, dan kemudian dilanjutkan dalam
pasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Neagara Indonesia ialah
negara Kesatuan negara yang berbentuk Republik (Ayat 1).

E. Isi Pokok Pasal-Pasal UUD Neagara Republik Indonesia Tahun 1945

35
UUD 1945 hasil dari Amandemen 2002 tetap memuat 37 pasal akan tetapi dibagi menjadi
26 Bab, tiga pasal aturan peralihan dan dua pasal yang dikembangkan.

F. Hubungan Antar Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Hubungan Anatar MPR dan Pesiden
Majelis permusyawaratan Raakyat sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat
sesaui dengan UUD 1945 (Pasal 1 Ayat 2), disamping DPR dan Presiden.

G. Hak Asasi Manusia Menurut Undang-Undang Dasar 1945


1. Hak-Hak Asasi Manusia dan Permasalahnya
Hak-hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir
secara mendadak bagaimana kita lihat dalam “Universal Declaration Of Human Right” 10
Desember 1948 namun melalui suatu proses yang cukup pnjang dalam peradaban sejarah
manusia.

36
BAB XI
BHINEKA TUNGGAL IKA

A. Pengantar

Kekahiran suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri, khas serta keunikan sendiri-
sendiri, yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukun kelahiran bangsa tersebut.
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis yang terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, social dan
kultural bangsa Indonesia.

B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana terkandung dalam lambing negara Garuda Pancasila,
bersam-sama dengan Bendera Negara Merah Putih, Bahasa Negara Bahasa Indonesia dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, merupaan jati diri dan identits Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

C. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia


Dalam perjalanan seajarah bangsa Indonesia Lambang Neagara Republik Indonesia
Garuda Pancasila denagan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam Perarturan
Pemerintah No. 66 Tahun 1951, yang disusun oleh Panitia Negara yang diangkat oleh
pemerintah dan duduk didalamnya adalah Mr. Muhammad Yamin.

D. Makna Filosofis Bhinneka Tunggal Ika


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup Panjang, sejak
zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah olah bangsa asing selama tiga
setengah abad. Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan
suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu daya
penarik ke arah suatu Kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis dan sinergi yang
positif, sehingga keaneka ragaman itu justru terwujud dalam suatu Kerjasama yang luhur.

37
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, W.G., 1968, Constitutions and Constitutionalism, Van Nostrand Company, New
Jersey.

Asshiddiqie, J., 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta.

Asshiddiqie, J., 2006, Pengantar 11mu Hukum Tata Negara, Konstitusi Press, Jakarta.

Attamimi, A Hamid S., 1991, *'Pancasila Cita Hukum dalam Kehidupan Hu kum Bangsa
Indonesia", dalam Oetoyo Oesman dan Alfian, Pancasila sebagai Ideologi, BP 7 Pusat,
Jakarta.

Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa: Local Genius, Pustaka Jaya, Jakarta.

Abdulgani Ruslan, 1998, Pancasila dan Reformasi. Makalah Seminar nasional KAGAMA, 8
Juli 1998 di Yogyakarta.

Bambang Sumadio, dalam Sartono Kartodirdjo, 1971, Sejarah Nasional Indonesia Ill dan IV,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ja-

Baut Paul. S. & Beny Hartaman, 1988, Kompilasi Deklarasi Hak-håk Asasi Manusia,
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta.

Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Besar Abdulkadir, 1995, dalam, Cita Negara Persatuan Indonesia, BP-7 Pusat, Jakarta

Berger, P.L., 1988, The Capitalist Revolution. Fifty Propositions about Prosperity, Equality,
and Liberty, Basic Books, New York.

Bp-7 Pusat, 1988, Ketetapan-Ketetapan MPR Republik Indonesia, Jakarta.

Bp-7 Pusat, 1994, Bahan Penataran P-4, Pancasila/P-4, Jakarta.

Bp-7 Pusat, 1994, Bahan Penataran P-4, Undang-Undang Dasar 1945 Ja-

Budiardjo Miriam, 1981, Dasar-dasar 11mu Politik, Gramedia, Jakarta

38

Anda mungkin juga menyukai