Anda di halaman 1dari 24

CBR(CRITICAL BOOK RIVIEW)

ILMU PENDIDIKAN ANAK


Dosen Pengampu :Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd. & Salsabila Hasiana Tanjung, S.PD, M .PD

Disusun Oleh:
Miftahul Azra Aqin Siregar 1233313020

KELAS PGPAUD-A

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas "CRITICAL BOOK REVIEW" Adapun penulisan makalah
ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu pendidikan anak usia
dini . Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada ibu Prof. Anita Yus, M.Pd/Salsabila
Hasiana Tanjung S.Pd, M.PdSelaku dosen mata kuliah ilmu pendidikan anak usia
dini.Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu penulis menerima serta mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pengajar demi kesempurnaan penulisan tugas ini. Penulis berharap semoga
tugas ini bisa bermanfaat untuk kedepannya.

Medan,06 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ I


DAFTAR ISI. ..........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... III
1.1. Latar Belakang. ........................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................................... 1
1.3. Manfaat. .................................................................................................................... 1
1.4. Identitas Buku. .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN. ...................................................................................................... IV
a. BAB I.Para Filsuf Dalam Pendidikan Anak. ................................................................. 2
b. BAB II. Model Prasekolah Di Berbagai Negara ........................................................... 2
c. BAB III.Develomentally Appropriate Practice ............................................................. 3
d. BAB IV.Implementasi Model Pendidikan AUD. .......................................................... 4
e. BAB V.Implementasi Model Pembelajaran. ................................................................. 4
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 5
a.Kesimpulan.............................................................................................................................5
b.Daftar Pusrtaka. ...................................................................................................................... 5

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang CBR

Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkan nya dengan buku
lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat kesimpulan dari
buku tersebut.

1.2. Tujuan penulisan CBR


Menyimpulkan isi dari buku Model Pendidikan Anak Usia Dini

1.3. Manfaat CBR


• untuk menambah wawasan tentang anak usia dini
• Untuk mengetahui metode dan sifat-sifat seorang anak usia dini
• Untuk mengetahui prinsip apa yang ditanam dalam anak usia dini.

1.4. IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Model Pendidikan Anak Usia Dini

4
Penulis : Dr. Anita Yus, M.Pd.

Penerbit : Kencana

ISBN : 978-602-8730-42-6

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2011

5
BAB II
PEMBAHASAN

BAB I.PARA FILSUF DALAM PENDIDIKAN ANAK

a. MARTIN LUTHER
Martin luther hidup pada 1483-1546.ia yang pertama kali menunjukkan perlunya sekolah. Ia
menekankan bahwa sekolah digunakan sebagai sarana untuk mengajar anak membaca.
Iamenempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dalam hidup anak. Tanpa
pendidikan, anak tidak akan mendapat bekal bagi hidupnya kelak.
b. Jhon Amos Comenius
Comenius percaya bahwa pendidikan harus dimulai sejak dini. Comenius meyakini
bahwapenggunaan buku yang ada ilustrasinya akan sangat membantu mengembangkan
kemampuananak. Cemenius juga menekankan pentingnya bermain dalam pengembangan diri
anak.
c. Jhon Locke
Jhon Locke terkenal dengan teori Tabula Rasa. Teori ini memandang bahwa anak sebagai
kertas putih. Teori ini memandang bahwa pada saat lahir anak tidak berdaya dan tidak
memiliki
apa-apa. Anak berada dan hidup di dalam lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadapprosespembentukan dirinya. Lingkungan yang membentuk dan memberi warna pada
kertas putih. Warna atau isi ini sebagai pengalaman.
d. Jean Jacques Rousseau
Rousseau meyakini bahwa orang dewasa berperan sebagai pendidik dengan
memberikan dukungan kepada anak untuk dapat berkembang secara alami. Orang
dewasacukup mendukung dan memfasilitasi upaya anak untuk berkembang. Rousseues
mengemukakan juga bahwa kesiapan anak merupakan faktor penting dalamproses
pembelajaran
e. Johann Pestalozzi
Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan perlu memperhatikan kematangan anak.
Pendidikan harus didasarkan pada pengaruh objek pembelajaran. Ia juga menekankan
padapengembangan aspek sosial sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungan
sosialnyadan mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan sosial akan
berkembangjika pendidikan dimulai dengan pendidikan keluarga yang baik.

6
f. Friederich Wilhem Frobel
Frobel memiliki prinsip bahwa pendidikan anak sebagai pengembangan autoaktivitas.
Autoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan
kesempatandalamsuasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya
masing-masing
g. Jhon Dewey
Jhon Dewey mengemukakan bahwa niat anak menjadi hal yang penting dalampembelajaran.
Minat ini yang menjadi acuan dalam menentukan topik pembahasan dalampembelajaran.
Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan sebagai bekal
kehidupan.
h. Rodolf Steiner
Steiner berpendapat bahwa anak berkembang melalui pengalaman dan proses berpikir.
Perkembangan diri anak adalah perkembangan kesadaran. Anak perlu banyak
berhubungandengan lingkungannya dan mengeksplorasi lingkungan untuk memperoleh suatu
pemahaman.
i. Maria Montessori
Ia meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak anak lahir. Tahun-tahun pertama kehidupananak
merupakan masa-masa sangat formatif dan merupakan masa yang paling pentingbaikfisik
maupun mental. Maria montessori juga meyakini bahwa dalam tahun-tahun awal
kehidupan, seorang anak mempunyai masa peka. Masa peda dapat digambarkan sebagai
situasi atau waktu siap berkembangnya pembawaan atau potensi yang dimiliki anak.
j. Jhon Bowlby
Bowlby menekankan pada perkembangan aspek psikososial. Ia terkenal dengan teori
kedekatan. Menurutnya, secara genetis anak akan dekat dan nyaman dengan ibunya.
Anakjugadapat dekat dengan orang-orang yang dapat membuatnya nyaman dan
membantunya untukbertahan hidup.
k. Ki hajar Dewantara
Ia berpendapat bahwa anak-anak ialah makhluk hidup yang memiliki kodratnya masing-
masing. Kaum pendidik banya membantu menentukan kodratnya ini. Jika anak memiliki
kodrat
yang baik, maka ia akan lebih baik lagi jika dibantu melalui pendidikan.

l. Howard Gardner
Gardber menyatakan bahwa pada hakekatnya setiap anak adalah anak yang cerdas. Gardner
melihat kecerdasan dari berbagai dimensi. Setiap kecerdasan yang dimiliki akandapat

7
mengantarkan anak mencapai kesuksesan. Pendidik perlu memfasilitasi setiap
kecerdasanyang dimiliki anak dalam pembelajaran dan kegiatan belajar.

BAB II. MODEL PRASEKOLAH DI BERBAGAI NEGARA

A.MARIA MONTESSORI
Montessori adalah seorang tokoh yang sangat terkenal di dunia pendidikan anak dan ia juga
dikenal sebagai filsuf pendidikan anak. Montessori merupakan seorang dokter wanita Italia
pertama, reputasinya dibidang pendidikan anak dimulai setelah ia lulus dari sekolah
kedokteran.
Dasar pendidikan Montessori menekankan pada tiga hal, yaitu pendidikan sendiri, masa peka,
dan kebebasan.
1).Pendidikan Sendiri (pedosentris), menurut Montessori, anak-anak memiliki potensi atau
kekuatan dalam dirinya untuk berkembang sendiri. Anak memiliki hasrat alami untuk belajar
dan bekerja, untuk mendapatkan kesenangan. Selain itu, anak juga memiliki keinginan untuk
mandiri. Keinginan untuk mandiri muncul dari dalam diri anak sendiri. Keinginan ini tidak
hanya muncul dari rancangan pembelajaran di sekolah tetapi juga muncul secara spontan yang
merupakan dorongan batin.
2). Masa Peka, masa peka ialah masa yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak.
Ketika masa peka datang, anak harus segera difasilitasi dengan alat yang mendukung
aktualisasi potensi yang muncul. Guru harus dan berkewajiban memiliki kecakapan dalam
mengobservasi masa peka dalam diri anak, sehingga peristiwa-peristiwa ajaib yang datang
secara spontan dapat langsung digunakan oleh guru untuk mengambil tindakan dengan
memberi bantuan kepada anak dalam memilih alat permainan (pembelajaran) yang serasi dan
tepat waktunya.
3). Kebebasan, kebebasan menjadi hal yang penting dalam pembelajaran Montessori. Dalam
pembelajaran, anak memiliki kebebasan untuk berpikir, berkarya, dan berbuat sesuatu.
Kebebasan ini bertujuan agar ketika tiba masa peka terhadap suatu kemampuan yang
mendorong untuk melatih satu fungsi, anak akan dapat berlatih sesuka hatinya. Makna lain dari
prinsip kebebasan adalah bahwa pendidikan sudah selayaknya untuk tidak dibebankan kepada
anak. Lingkungan belajar harus di ciptakan dalam suasana yang kondusif yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk bertindak secara bebas dan mengembangkan dirinya sendiri
dalam garis mata batinnya sendiri. Montessori merasa bahwa kebebasan dalam lingkungan
yang telah di modifikasi ini sangatlah penting untuk perkembangan fisik, mental dan
spiritualnya
Ada beberapa alat permainan yang dapat digunakan untuk mengembangkan pancaindra.
Alat ini dikemukakan berikut ini:
1. Alat Permainan untuk indra penglihatan

2. Alat untuk indra peraba atau perasa

8
3. Alat untuk indra pendengar

4. Alat untuk indra pencium

Pembelajaran di sekolah Montessori dilakukan dalam tiga tahap yaitu, sebagai berikut
beserta contohnya:
• Langkah menunjukkan. Seperti memperlihatkan kertas berwarna merah, guru mengatakan
“ini merah!” begitu juga warna lainnya.
• Langkah mengenal. Guru mengacaukan kertas berwarna dan bekerja pada anak “ambilah
merah”
• Langkah mengingat. Dari kertas-kertas berwarna yang telah dikacaukan, guru mengambil
sehelai kertas dan bertanya, “ini warna apa?”

B.HIGH SCOPE
High/Scope adalah pendekatan pendidikan awal yang awalnya dikembangkan sebagai nama
kurikulum untuk anak usia 3-4 tahun, kemudian berubah menjadi suatu pendekatan.
Pendekatan ini muncul pada tahun 1960-an di Ypsilanti, Michigan, untuk anak-anak dari
lingkungan miskin. David P. Weikart, Direktur Pelayanan Khusus dari Ypsilanti Public School,
mengembangkan program Perry Preschool Project, yang kemudian dikenal sebagai
High/Scope Perry Preschool Project. High/Scope menggunakan kurikulum yang merujuk pada
teori Piaget, menekankan tahapan perkembangan anak, dan program disesuaikan dengan
karakteristik anak. Pendekatan ini memiliki dasar dan tujuan jangka panjang berdasarkan
Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Tujuan dari High/Scope adalah mengembangkan kemampuan anak dalam berbagai aspek,
seperti seni, bahasa, kemampuan berbicara, kerja sama, dan penerapan pemikiran baru.
Program ini berfokus pada membuat anak-anak menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan
percaya diri. Dalam pembelajaran High/Scope, anak-anak aktif terlibat dalam penggunaan
berbagai alat permainan, yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
bagi perkembangan mereka. Mereka juga belajar membuat perencanaan sendiri. Semua ini
bertujuan untuk membangun landasan yang kuat bagi perkembangan dan pembelajaran
selanjutnya. Kurikulum High/Scope memiliki tiga komponen utama:
1. Belajar Aktif: Anak-anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, membangun
pengetahuan mereka melalui pengalaman aktif. Guru memandu mereka berdasarkan
sepuluh kunci kategori, seperti representasi kreatif, bahasa, hubungan sosial, gerak,
musik, dan lainnya, yang memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan
kemampuan akademik anak.
2. Interaksi Anak dengan Orang Dewasa: Orang dewasa berinteraksi dengan anak-anak
untuk memahami bagaimana setiap anak berpikir dan mencari alasan. Mereka
mendukung motivasi anak, mengatur jadwal, dan menciptakan iklim sosial yang
mendukung.
3. Lingkungan Pembelajaran: Lingkungan pembelajaran dibagi menjadi pusat minat yang
mencakup area bermain dengan bahan dan alat yang beragam. Lingkungan ini harus

9
memenuhi kriteria tertentu, seperti menyediakan fasilitas yang mendukung
perkembangan anak, sesuai dengan latar belakang budaya, aman, dan atraktif.
Program High/Scope memiliki tujuan jangka panjang yang mencakup keseimbangan
akademik, sosial, emosional, dan fisik. Ini termasuk pengembangan kemampuan interpersonal
dan intrapersonal anak. Proses assesment penting dalam program ini, dengan guru mencatat
perilaku, pengalaman, dan minat anak. Catatan ini membantu memahami perkembangan anak
dan digunakan sebagai alat komunikasi dengan orang tua. Program High/Scope memberikan
anak-anak kebebasan dalam memilih aktivitas mereka berdasarkan minat, mengikuti rencana
mereka sendiri, dan menggambarkan pengalaman mereka. Proses ini berfokus pada
pengembangan anak melalui pengalaman aktif, interaksi dengan orang dewasa, dan lingkungan
pembelajaran yang kondusif.
C.BANK STREET
Bank Street merupakan salah satu institusi pendidikan yang di perkenalkan pada awal 1800-
an. Model ini terkenal setelah dikembangkan oleh Lacy Sprague Mitchell. Pengkajian terhadap
Bank Street terus dilakukan. Terdapat beberapa nama yang ikut terlibat dalam pengkajian. Di
antaranya yaitu Barbara Biber, Caroline, Patt, dan Harriet Johnson. Akhirnya, bersama rekan
kerjanya Harriet Johnson pada 1916 secara intensif mendeskripsi sekolah ini dan sejak ini Bank
Street semakin terkenal dan selanjutnya dikembangkan oleh Barbara Biber.
Sejak 1920 melalui Bank Street College of Education, Bank Street dikembangkan di
Cityland Country School New York. Bank Street College of Education meneliti dampak Bank
Street School. Hasil penelitian digunakan sebagai dasar pengembangan Bank Street. Bank
Street diselenggarakan dengan memadukan beberapa teori. Di antaranya, digunakan teori
kognitif seperti yang dikemuka kan Piaget, teori sosial yang melihat individu memiliki
kekuatan ego Lego strength), yaitu kemampuan untuk berurusan dengan lingkungan secara
efektif seperti yang dikemukakan Erikson. Bank Street memiliki komitmen yang tinggi untuk
membantu perkembangan anak dengan mengembangkan intelektual dan sosial emosional
secara bersamaan. Keduanya penting dalam perkembangan diri anak. Pengembangan
keterampilan berpikir juga pengembangan diri (self-esteem), identitas diri, kompetensi, kontrol
diri, kemandirian, dan hubungan dengan orang lain.
Bank Street memandang anak sebagai manusia kompleks dan unik. Pada diri anak terdapat
suatu kekuatan dan keinginan untuk belajar. Kekuatan dan keinginan inilah yang perlu
dikembangkan untuk menjadi bekal hidup anak. Para guru di Bank Street percaya
bahwa anak-anak akan belajar dengan baik di lingkungan yang baik. Dengan kondisi ini anak
akan belajar secara alami dan gembira melakukan berbagai aktivitas.
Melalui aktivitas ini anak memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Potensi-potensi yang
akan dikembangkan melalui pendidikan Bank Street antara lain:
• Kemampuan yang berkaitan dengan kelima pancaindra.
• Rasa keingintahuan yang mendorong anak untuk berani mencari tahu lebih
banyak dan tetap menjaganya agar menjadi seorang pembelajar.
• Sikap fleksibel ketika dihadapkan pada perubahan.
• Keberanian untuk berkarya, tidak gentar, dan efisien, dalam satu tatanan
kebutuhan dunia yang baru, masalah, atau gagasan yang baru.

10
• Kehalusan yang berkombinasi dengan keadilan dalam menentukan sebuah
keputusan ketika berhubungan dengan manusia lain.
• Kepekaan, tidak hanya kepada kebenaran formal yang bersifat eksternal tetapi
juga mampu mencarinya dalam standar nilai yang dimiliki dari dalam diri
(nurani).
• Sikap bekerja keras untuk hidup dalam iklim yang demokratis.
Prinsip utama pendidikan Bank Street ialah pendidikan yang berorientasi agar anak menjadi
seorang pembelajar abadi. Dengan demikian, mereka perlu saling berhubungan dengan
lingkungan mereka (orang-orang, tempat, dan berbagai hal) dan menginterpretasikan
pengalaman mereka. Oleh karena itu, anak perlu belajar dengan menggunakan permainan
balok, dramatis, laboratorium untuk bekerja, mengecat, dan darmawisata sebagai basis dasar
yang akan mereka alami untuk memperoleh pemahaman dari pengetahuan yang mereka
bangun.
Guru-guru Bank Street ketika menerapkan pembelajaran di kelas perlu memerhatikan
beberapa prinsip, yaitu:
• Guru harus bersedia menunjukkan kepedulian dan memiliki tanggung jawab
dalam lingkungan yang kondusif.
• Menggunakan pengetahuannya dalam perkembangan anak, menata kelas, dan
menyadari bahwa anak-anak yang datang untuk belajar memiliki gaya belajar
yang berbeda.
• Guru mengobservasi anak-anak dalam berbagai penataan dan suasana (setting)
agar mampu mempelajari karakter masing-masing anak. Dengan merekam hasil
observasi dan mencerminkan polanya, guru akan dapat menciptakan lingkungan
alamiah bagi seluruh anak dan selalu mendukung partisipasi aktif.
• Melalui kondisi yang terbuka, pendekatan yang mendukung (support) dalam
pemecahan masalah, guru perlu memiliki kepekaan yang fair dan menciptakan
lingkungan yang membantu anak untuk mencapai rasa kepercayaan diri.
• Dengan pengembangan pendekatan dinamis yang terintegrasi ke dalam
kurikulum, para guru menyediakan peluang yang konkret bagi anak-anak untuk
bermain, menyelidiki, mengadakan percobaan, dan merefleksikan pengulangan
pengalaman mereka.
• Mengacu kepada pengetahuan setiap anak yang diperoleh melalui observasi dan
kepedulian yang responsif akan memungkinkan para guru untuk melakukan
komunikasi yang efektif dengan orang tua anak.
Dalam kurikulum Bank Street, penilaian memiliki fungsi penting yaitu sebagai proses untuk
pengambilan keputusan dan tahapan pelaksanaan kurikulum. Guru menggunakan penilaian
untuk memonitor pertumbuhan dan kemajuan setiap anak dari waktu ke waktu dan berbagai
informasi ini akan dilaporkan kepada orang tua mereka. Guru menunjukkan perhatiannya
dalam pembelajaran yang dilakukan pada waktu khusus untuk kemampuan yang spesifik. Guru
akan memulai dengan menanyakan kepada anak apa yang mereka ketahui berkaitan dengan
subjek. Diskusi ini akan memberi kan informasi penting yang membantu untuk merencanakan
pembelajaran yang berbeda dan waktu pengalaman pembelajaran.
Pembelajaran pada Bank Street memungkinkan anak untuk menunjukkan apa yang sudah
mereka ketahui dan memperkayanya. Pengalaman pembelajaran yang telah diperoleh akan

11
membentuk pemahaman, keterampilan, dan kekeliruan yang telah dibuat oleh anak. Data-data
yang sudah dimiliki ini akan membantu guru untuk meninjau dan memikirkan kembali proses
pembelajaran yang terbaik bagi anak. Jadi, proses evaluasi dilakukan secara terus-menerus dan
menilai apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Assesment juga dilakukan untuk memonitor kemajuan perkembangan anak. Assesment
akan memonitor pertumbuhan yang terjadi dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh
anak. Proses assesment ini dilakukan secara berkesinambungan dengan cara melaku- kan
observasi, mendokumentasikan, menyimak, dan mempelajari apa yang anak pelajari. Dengan
pemberian tugas dari guru, maka akan dapat diketahui pengetahuan yang mendalam dan
mengenal bagaimana anak dari waktu ke waktu terutama ketika anak sedang memahami
konsep tertentu.
D.WALDROF
Pada 1919, Waldorf Astoria Cigarrete Company mendirikan Waldorf school di Stuttgat,
Jerman. Direktur menyediakan sekolah ini pada awalnya sebagai satu bentuk pendidikan
komprehensif bagi anak-anak para pekerja pabrik. Pendidikan ini membantu mereka menjadi
lebih kreatif dan memiliki keseimbangan rasa. Sejak 1928 sekolah mengalami pertumbuhan
pesat. Di beberapa tempat tumbuh sekolah Waldorf. Sekolah Waldorf di Stuttgat menjadi model
bagi seluruh sekolah Waldrof lainnya di Jerman, Switzerland, Holland, Inggris, dan Amerika
Serikat. Pandangan yang dianut sekolah Waldorf ialah sekolah melaksanakan pendidikan
dengan berusaha membantu anak agar anak memiliki kepercayaan diri, kreativitas,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini diharapkan diperoleh dari setiap kegiatan dan tantangan
yang diberikan dalam sekolah Waldorf.
Di sekolah Waldorf, kurikulum didesain untuk mempertemukan antara tahapan
perkembangan anak pada setiap aspek perkembangan, seperti intelektual, emosional, fisik, dan
spiritual dan materi sesuai dengan kebutuhan anak. Setiap anak melewati tahapan
perkembangan sendiri-sendiri. Guru menetapkan materi belajar dan cara mengajar
berhubungan dengan tahapan perkembangan anak. Satu hal yang unik dari sekolah Waldorf
adalah profil guru-gurunya. Guru harus berpartisipasi secara aktif dalam mengoperasikan
sekolah. Badan pengurus utama sekolah terdiri dari empat kelompok, yaitu fakultas, yayasan,
perguruan, dan Dewan Komite orang tua. Prinsip yang sangat terkenal di sekolah Waldorf
adalah accept the children with reverence (terima anak-anak dengan penghormatan), educate
them with love (didik anak dengan cinta) dan send them forth in freedom (beri kesempatan
kepada anak-anak untuk meraih kemajuan dengan bebas).
Standar kurikulum sekolah Waldorf didesain untuk memper- temukan seorang anak dalam
tingkat kesiapan untuk belajar dan memahami. Anak-anak diperkenalkan kepada objek
pembelajaran melalui berbagai kegiatan sehingga anak memperoleh pengalaman langsung
yang berkaitan dengan suatu konsep dan memperoleh pengetahuan tentang konsep tersebut.
Setelah pengalaman awal, anak- anak akan dibimbing untuk mengeksplorasi materi. Kemudian
barulah konsep ini didiskusikan. Anak melaporkan pengalaman yang mereka peroleh melalui
percobaan dan kesimpulan yang mereka buat dengan menggunakan rujukan buku pelajaran
utama yang dilengkapi dengan gambar dan lukisan setiap hari sebagai bentuk laporan yang
menerangkan aktivitas dan hasil dari kegiatan mereka. Guru dan orang tua dapat
mengkomplikasi banyak pelajaran yang aktual secara langsung dan menawarkan jaringan
untuk pusat pendidikan secara bebas.

12
Tujuan akhir seorang guru Waldorf adalah membantu anak agar mampu menghubungkan
antara kapasitas bawaan termasuk imitasi dan imajinasi anak dengan pengalaman pendidikan
yang diperoleh dalam kehidupan nyata yang akan mereka jalani secara sungguh-sungguh.
Seluruh guru sekolah Waldorf berbagi konsep, tanpa memandang tingkatan yang mereka
ajarkan. Beberapa prinsip/metode yang dikembangkan oleh Steiner antara lain:
• Irama yang seimbang setiap hari dan dalam setiap pelajaran, anak-anak akan selalu
berada dalam irama yang seimbang dalam menerima pengalaman dan
mengekspresikannya melalui ungkapan artistik.
• Konsep artistik dalam seluruh konsep yang diperkenalkan kepada anak dilakukan
dengan cara yang artistik, digunakan dalam cerita, dan menjadikan anak melalui seni,
seperti menggambar, melukis, memahat, menyanyi, seni gerak (eurhythmy), kerajinan
tangan, pidato, dan drama.
• Pembelajaran dengan pendekatan multisensoris. Hal ini diterapkan dalam sekolah
Waldorf dengan pengalaman yang alamiah yang diperkenalkan kepada anak agar
belajar dengan berbagai cara. Pendekatan ini akan mengizinkan mereka untuk mencoba
dengan berbagai kesempatan agar berhasil.
• Apresiasi. Anak-anak selalu disemangati untuk bekerja secara hati-hati dan
menyeluruh. Hasil yang alami dalam sikap ini merupakan satu apresiasi oleh anak untuk
keindahan dan penghormatan besar bagi pekerjaan-pekerjaan besar di dunia.
Evaluasi pembelajaran dalam kurikulum sekolah Waldorf menggunakan teknik portofolio.
Portofolio adalah proses pengumpulan data-data (hasil karya anak: sebagai bentuk laporan)
tentang pekerjaan anak yang dilakukan oleh guru. Data ini diperoleh dari aktivitas dan tugas-
tugas keseharian dan bersifat informal. Portofolio digunakan untuk mengevaluasi
perkembangan dan pembelajaran anak. Portofolio dapat disimpan dan diberikan kepada anak
atau orang tua pada waktu tertentu, misalnya: saat pengambilan rapor, di dalamnya memuat
laporan observasi, check list, dan contoh pekerjaan. Portofolio digunakan untuk:
• Pelaporan anak dan guru.
• Menafsirkan dan mengevaluasi anak, dan evaluasi guru.
Portofolio yang disusun anak-anak digunakan untuk:

• Laporan kemajuan kepada orang tua. Anak menunjukkan pekerjaan terbaiknya dan
dibawa pulang ke rumah untuk diperlihat- kan kepada orang tua.
• Mendemonstrasikan kemajuan anak secara umum dan untuk melaporkan kegiatan di
dalam kelas.

E.REGIO EMILIA
Model pendidikan Reggio Emilia merupakan contoh model pendidikan untuk periode
kanak-kanak yang dicetuskan oleh Loris Mallaguzzi. Pembelajaran Reggio berkeyakinan
bahwa anak memiliki kemampuan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, pembela- jaran
ditujukan untuk membantu anak-anak belajar dengan memba- konstruksi pembelajaran mereka
sendiri, di mana mereka dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya. Reggio Emilia
digunakan juga sebagai pendekatan dalam pendidikan awal atau masa kanak-kanak. Sebagai
pendekatan, Regio Emilia merupakan suatu tempat atau situasi dan kondisi bermain (city-

13
run).Pendekatan Reggio Emilia dapat dipandang sebagai suatu sumber daya dan inspirasi untuk
membantu pendidik, orang tua, dan anak-anak mereka agar dapat berkembang dalam program
bidang pendidikan mereka sendiri.
A.prinsip tan Reggio Emilia sebagai berikut:
1. Kurikulum Emergent (dibangun berdasarkan pada minat anak-anak).
2. Proyek (Pekerjaan) suatu studi mengenai konsep secara menyeluruh dan lebih mendalam
terhadap gagasan dan minat yang muncul didalam kelompok.
3. Representational Development (anak berkesempatan untuk bereksplorasi, bereksperimen
dengan melakukan coba dan coba lagi tanpa perlu disalahkan (trial and error)
4. Kerja sama/ kolaborasi, baik dalam kecil maupun besar. Berbagai perspektif mendukung
keseimbangan perasaan antara keanggotaan kelompok dan keunikan diri anak sendiri secara
bersama-sama.
5. Para Guru sebagai Peneliti. Selain aktif sebagai co-teachers, peran guru yang pertama dan
utama yaitu untuk menjadi pembelajar sejati bersama anak-anak, dan merupakan seorang
peneliti yang mendayagunakan semua sumber daya sebagaimana mereka meminjamkan
keahliannya untuk anak-anak.
6. Dokumentasi, serupa dengan pendekatan portofolio, dokumentasi mengenai proses, dan
pekerjaan anak dipandang sebagai suatu alat penting dalam proses belajar untuk anak, para
guru, dan orang tua.
7. Lingkungan, dipertimbangkan sebagai”guru yang ketiga”. Para guru secara hati hati menata
ruang untuk karya anak-anak dalam kelompok kecil dan besar, sekaligus ruang bagi masing-
masing anak secara individual.
Evaluasi pembelajaran disekolah Reggio Emillia dilakukan dengan menggunakan metode
evaluasi yaitu:
1. Observasi: guru melakukan observasi dengan memfokuskan pada keunikan masing-
masing individu anak.
2. Portofolio: hasil dokumentasi atau kumpulan hasil karya yang telah dikerjakan oleh
anak dan merupakan sebuah jenis laporan yang didasari oleh assessment secara periodik
oleh guru dengan contoh lengkap gambaran perkembangan mental anak.

BAB III. DEVELOPMENT APPROPRIATE PRACTICE

A. Pengertian Developementally Appropriate

Konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP) pertama kali dimunculkan oleh The
National Association for the Education of Young Childeran (NAEYC). Munculnya konsep
DAP diawali dengan adanya kecenderungan peningkatan kegiatan belajar (pembelajaran)
secara formal dalam program pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu taman kanak-kanak,
dan Raudhatul Atfal.

14
Gestwicki (2007) mengemukakan bahwa Developmentally Appropriate Practice bukan
kurikulum, bukan merupakan suatu satuan standar yang kaku yang menentukan bagaimana
praktik atau melaksanakan PAUD.
Batasan ini menunjukkan bahwa DAP memiliki tiga fungsi, yaitu filosofi (berkaitan dengan
cara pandang terhadap anak), pendekatan (berkaitan dengan cara memperlakukan anak-anak
dalam kegiatan belajar di PAUD), dan kerangka bekerja (berisi rambu-rambu berkenaan
dengan pelaksanaan kegiatan belajar dalam PAUD).
Menurut Sue Bredekemp (1992), konsep Developmentally Appropriateness memiliki dua
dimensi, yaitu: Age appropriateness adalah perkembangan manusia yang berdasarkan hasil
penelitian bersifat universal, memiliki urutan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat
diperkirakan yang terjadi pada anak selama delapan tahun awal kehidupan manusia.
Individual Appropriateness adalah bahwa setiap anak ialah pribadi yang unik dengan pola dan
waktu pertumbuhan individual seperti kepribadian individual, gaya belajar, dan latar
belakang keluarga.

B. Prinsip Dasar Perkembangan Berdasarkan Developmentally Appropriate Practice

Konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP) didasarkan pada pengetahuan tentang


bagaimana anak berkembang dan belajar. Perubahan perkembangan apa yang khas
berlangsung sejak usia lahir hingga delapan tahun dan selanjutnya, bagaimana variasi dalam
perkembangan akan berlangsung, dan upaya dilakukan untuk mendukung belajar dan
perkembangan anak pada kurun waktu perkembangan ini.
Prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak berdasarkan DAP yaitu:
1. Wilayah perkembangan anak-fisik, moral, emosional, kognitif, dan dimensi lainnya
saling berkaitan erat. Pengembangan dalam satu wilayah memengaruhi dan
dipengaruhi oleh wilayah lainnya.
2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur, dan kemampuan,
keterampilan, serta pengetahuan berikut terbentuk atas kemampuan keterampilan, dan
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
3. Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda antara anak satu dan yang
lain maupun antara wilayah perkembangan satu dengan yang lain pada individu anak
yang sama.
4. Pengalaman yang telah diperoleh anak memiliki dampak langsung maupun tidak
langsung terhadap perkembangan anak berikutnya.
5. Perkembangan berproses pada arah yang dapat diprediksi menuju ke arah
kompleksitas, pengorganisasian, dan internalisasi yang lebih luas.
6. Perkembangan dan pembelajaran berlangsung dalam dan dipengaruhi oleh berbagai
konteks sosial dan budaya dan anak belajar melalui interaksi dengan teman sebaya
dan orang dewasa serta semua yang ada lingkungannya.
7. Anak adalah pembelajar yang aktif, yang belajar dengan menunjukkan secara
berlangsung pengalaman fisik dan sosial berkenaan dengan aspek-aspek budaya yang
diperlihatkan melalui pengetahuan dalam rangka membangun pemahaman mereka
tentang dunia sekitar mereka.

15
8. Perkembangan dan belajar adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, juga meliputi aspek fisik dan kehidupan sosial anak.
9. Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan
aspek perkembangan lainnya maupun bagi refleksi dan deteksi ketercapaian
perkembangan anak.
10. Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberi kesempatan untuk melatih
keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan baru melalui tantangan di
atas zona kemampuan perkembangannya.
11. Anak memiliki keragaman cara untuk belajar dan mencari tahu serta memiliki
berbagai cara untuk menunjukkan dan menyajikan apa yang diketahuinya
12. Anak akan lebih mudah belajar jika kebutuhan fisik dan psikisnya dipenuhi, anak
merasa aman dan nyaman, motivasi belajar anak muncul bila kegiatan sesuai dengan
minat dan mendorong keingintahuannya.

C.DAP untuk Perencanaan Kurikulum Pengembangan Kurikulum.


Mengembangkan kurikulum harus memerhatikan dua hal utama, yaitu aspek perkembangan
anak (child development) dan pendekatan yang sesuai digunakan (approach) untuk
membelajarkan anak. Aspek perkembangan anak terdiri dari cognitive development, spritual,
emotional, social, moral, dan physical. Aspek approach berkaitan dengan teori dan filosofi
yang dipahami.

D.DAP dan Bermain


Elga menekankan pentingnya peran aktif dari si anak dalam proses belajarnya. Belajar
berdasarkan minat dan kemampuan anak akan mendorong anak berinisiatif dan bergerak aktif
untuk mengekplorasi kemampuan. Kaitannya dengan DAP, bermain dilakukan berdasarkan
tahapan perkembangan dan kebutuhan anak.

BAB IV. Implementasi Model Pendidikan Anak Usia Dini

A.Rasional
Manusia lahir memiliki potensi yang siap di kembangkan. Potensi yang dimiliki harus
diterima apa adanya, lingkungan yang dapat dimanipulasi (diubah) sesuai dengan minat an
kebutuhan perkembangan anak. Masa emas perkembangan dan manipulasi lingkungan
sebagai factor penentu perlu dipahami dan diterima setiap individu yang terlibat dalam
penyrlenggaraa pendidikan anak usia dini.
Lembaga pendidikan anak usia dini DAHLIA INDAH merespon dengan membuka kelompok
bermain. Program belajar dirancang untuk membantu perkembangan dan belajar anak.
Program belajar ditujukan untuk anak usia tiga sampai enam tahun.
B.Filosofi

16
Filosofi atau dasar pemikiran penyelenggaraan pendidikan anak usia dini- kelompok bermain
DAHLIA INDAH adalah kami percaya :
1. Setiap anak memiliki multikemampuan yang bisa berkembang
2. Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan perkembangan.
3. Setiap anak belajar melalui gerak (move), bermain (play), melakukan (do),
untuk memperoleh pengalaman (hans on learning).
4. Setting lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak akan
menumbuhkembangkan semua potessi yang dimiliki.
C. Visi
Visi kelompok bermain DAHLIA INDAH yaitu menjadi lembaga pendidikan anak usia dini
yang inovatif dan kompatibel dalam membangun karakter anak Indonesia yang cerdas,
tangguh, ceria, dan berkepribadian luhur.
D.Misi
Lembaga pendidikan anak usia dini DAHLIA INDAH mengemban tugas :
a. Menyelenggarakan kegiatan belajar sesuai dengan prinsip pengembangan dimensi
kecerdasan jamak.
b. Mengembangkan program dan bentuk kegiatan belajar bermasis lingkungan bagi
anak usia dini.
c. Memfasilitasi orang tua dalam merealisasikan fungsi dan peran sebagai pendidik
pertama dan utama.
E. Tujuan

Tujuan diselenggarakan PAUD kelompok bermain DAHLIA INDAH sebagai berikut:


d. Diperoleh anak yang memiliki pengalaman belajar pada anak usia dini untuk
dapat mengembangkan semua dimensi kecerdasannya.
e. Menghasilkan anak usia enam tahun yang memiliki kesiapan belajar pada jenjang
sekolah dasar.
f. Tersedia layanan edukasi. Konsultasi, informasi, dan advokasi bagi masyarakat.
F.Kompetensi Keluaran

g. Kompetensi Utama
i. Memiliki pengalaman belajar melalui berbagai aktivitas dan kegiatan
dengan materi dan sumber sumber bervariasi.
ii. Siap mengikuti pendidikan di sekolah dasar atau sederajat.
h. Kompetensi Pendukung
Orang dapat merencanakan pengembangan potensi anak dan perolehan layanan pendidikan
lanjut..
G. Prinsip dan Pendekatan Pembelajaran

i. Prinsip Pembelajaran

17
Pembelajar pada Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
i. Berorientasi pada kebutuhan anak
ii. Belajar melalui bermain
iii. Kegiatan belajar mengembangkan dimensi kecerdasan secara terpadu.
iv. Menggunakan pendekatan klasikal, kelompok dan individual.
v. Lingkungan kondusif.
vi. Menggunakan berbagai model pembelajaran.
vii. Mengembangkan keterampilan hidup dan hidup beragam.
viii. Menggunakan media dan sumber belajar.
ix. Pembelajaran berorientasi kepada prinsip perkembangan dan belajar anak.
j. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang diadopsi dari berbagai
pendekatan, yaitu:
i. Pendekatan proses, direalisasi antara lain dalam bentuk permainan
motivasi dan bantuan individual saat anak melakukan aktivitas belajar.
ii. Holistik, dilakukan dalam bentuk pembelajaran kontekstual
c. Discovery, dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar yang member peluang kepada
anak untyk mengemangkan kemampuan mengamati, mengidentifikasi, berekperimen,
bereksplorasi, memaknai,dan menyimpulkan hasil pengamatan.
H.Dimensi Pengembangan
Teori kecerdasan jamakn yang dikemukakan Gardner (1983) mengemukakan teori yang
dikenal dengan teori kecerdasan jamak (multiple intelligences). Dimensi kecerdasan yang
dikemukakan Gardner menjadi salah satu dimensi pengembangan yang banyak digunakan
lembaga pendidikan atau pendidikdalam membantu perkembangan anak. Dimensi
pengembangan terdiri dari :
1. Lingulistik atau Bahasa
Kecerdasan lingulistik merupakan kemampuan menggunakanbahasa untuk menyatakan
gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru
atau bahasa lain.
2. Logika Matematis
Kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar- dasar operasional
yang berhubungan dengan angka dan melihat pola dan hubungan sebab akibat dan pengaruh.
3. Visual Spasi
Kecerdasan spasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu gambaran mental tentang
tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai ruang secara internal dipikirannya (mind).
4. Kinestetis Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligences)

18
Kinestesis jasmani merupakan kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan komponennya
untuk memecahkan permasalahan, membuat sesuatu, dan koordinasi anggota tubuh dan
pikiran untuk menyempurnakan penampilan fisik.
5. Musikal
Kecerdasan musical merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengenali pola,
mengingat, dan bereaksi sesuai dengan musiknyang didengar, serta menghasilkan music
dengan intonasi suara, irama dan warna nada.
6. Intrapersonal
Intra personal merupakan kemampuan memahami hal-hal tang berkaitan dengan perasaan
yang ada pada diri sendiri, seperti persaan senang maupun sedih, apa yang ingin dilakukan
dan sebagainya.
7. Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood,
temperamen, motivasi, dan hasrat orang lain seperti peka terhadap ekspresi wajah dan suara.
8. Naturalis
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar, mengenali binatang
dan tumbuhan, sensitive terhadap corak alam.
1. Materi (Content), dan Tema Belajar
2. Pengembangan Materi Belajar
Materi belajar meliputi belajar bahasa (the language arts), seni (art), musik (music),
matematis (mathematics), sains (processesscience) dan sosial (the social studies).
3. Penentuan Tema Pembelajaran
Penentuan tema berdasarkan karakteristik perkembangan dan belajar anak dan materi belajar.
Tema dan kemampuan yang telah ditetapkan diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk
menerapkan dalam pembelajarn.
J. Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar dilakukan dengan bervariasi. Unsur bermain mendominasi kegiatan belajar
yang diselingi dengan bentuk kegiatan akademik.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar, antara lain:
1. Tempat dan ruang Belajar
Belajar dilaksanakan didalam dan diluar ruangan. Ruang di tata sesuai dengan bentuk dan
strategi belajar yang akan dilaksanakan dan disusun pada pagi hari ketika kegiatan belajar
akan dilaksanakan.
2. Waktu Belajar

19
Belajar dilaksanakan pada pagi hari dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 setiap hari
kerja. Waktu yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pembukaan,
inti dan penutup.
3. Bentuk dan Metode Kegiatan
Setiap hari kegiatan dimulai dengan bertuk klasikal. Selanjutnya kegiatan belajar dilakukan
dalam bentuk kelompok ataupun individu. Yang disesuaikan dengan kebutuhan
perkembangan dan belajar anak. Metode yang digunakan antara lain bercerita, bercakap-
cakap, bermain peran, tugas, unjuk performance, bercerita, bermain dan kunjungan ke
lapangan.

BAB V. Implementasi Model Pembelajaran


A.PENDAHULUAN
Pembelajaran untuk anak usia dini, misalnya pembelajaran di Taman kanak-kanak dapat
dilaksanakan dengan menggunakan ber- bagai model. Salah satu model yang dapat digunakan
adalah pembe- lajaran berbasis portofolio.
Pembelajaran berbasis portofolio dirancang dengan memerhati- kan prinsip pembelajaran
khususnya pembelajaran di Taman kanak- kanak dengan memasukkan langkah pembuatan
dan penggunaan portofolio sebagai assesment pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran
dikembangkan dengan memerhatikan karakteristik anak, terdiri dari berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan anak, menggunakan ber- bagai metode, dan media yang dapat memotivasi
anak melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan dengan menggunakan sistem penilaian
yang dapat menggambarkan keberhasilan anak dalam mengikuti kegiatan belajar.
Selain itu, pembelajaran berbasis portofolio dirancang dengan melibatkan anak sebagai
subjek belajar. Anak memperoleh kesempat- an untuk mengetahui tujuan belajar yang
dilakukannya, berpartisi- pasi dalam menentukan kriteria keberhasilan belajar dan menentu-
kan tingkat keberhasilan yang dicapainya

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembelajaran berbasis portofolio adalah memberi kesempatan kepada anak
untuk berpartisipasi aktif dalam pembela- jaran dengan berlatih dan memperoleh pengalaman
dari berbagai ke- giatan belajar serta merefleksi semua kegiatan dan hasil yang diper- oleh
pada satu kegiatan belajar berdasarkan kriteria yang ditetapkan bersama antara guru dan anak
sehingga terbentuk kemampuan se- suai dengan standard kompetensi perkembangan. Dalam
penelitian ini, kemampuan yang dibentuk dideskripsi berdasarkan kecerdasan jamak, yang
selanjutnya disebut dengan kecerdasan jamak. Dimensi kecerdasan jamak terdiri dari dimensi
bahasa (linguistik), kognitif (logika matematis), fisik motorik (kinestesis jasmani), seni rupa
(spasial), musik (musikal), emosional (intrapersonal), sosial (inter- personal), dan lingkungan
(naturalis)

20
2. Tujuan Khusus
Secara khusus pembelajaran berbasis portofolio bertujuan men- deskripsi dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan kegiatan belajar anak selama
pembelajaran ber- langsung untuk meningkatkan delapan dimensi kecerdasan jamak yang
terdiri dari kecerdasan bahasa (linguistic intelligence), kognitif- logika matematis (logical-
mathematical intelligence), fisik motorik (bodily-kinesthetic intelligence), seni rupa (spatial
intelligence), mu- sik (musical intelligence), emosional (intrapersonal intelligence), so- sial
(interpersonal feelings intelligence), dan lingkungan (naturalis)

C. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS


PORTOFOLIO
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis portofolio dilaku- kan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Sebelum Pembelajaran Dimulai
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan guru saat me- nyiapkan pembelajaran berbasis
portofolio, yaitu
a) Perhatikan program belajar taman kanak-kanak selama satu se- mester. Tema-tema apa saja
yang akan digunakan dalam pem- belajaran. Penentuan tema berkaitan dengan kompetensi
yang akan dikembangkan, isi (content) kegiatan belajar dan arah mi- nat anak.
b) Deskripsi setiap tema menjadi subtema. Hasil deskripsi akan menggambarkan tema secara
perinci sehingga memudahkan da- lam merancang kegiatan pembelajaran. Mendeskripsi tema
da- pat dilakukan dengan menggunakan matriks atau peta konsep.
c) Lakukan analisis untuk memperkirakan berapa lama tema terse- but digunakan dalam
pembelajaran, misalnya enam hari, dua minggu, atau yang lainnya. Berdasarkan hasil analisis
susun sa- tuan kegiatan mingguan. Di dalam satuan kegiatan mingguan dapat dituliskan
minggu ke berapa, pada bulan apa, tema itu digunakan misalnya tema keluarga minggu
pertama bulan Juli. Satuan kegiatan mingguan antara lain dapat berbentuk seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 1.
d) Perhatikan tema dan subtema. Tentukan kegiatan apa yang akan dilakukan sesuai dengan
tema. Misalnya, pada minggu kesembi- lan tema tanaman subtema buah-buah pada Rabu
direncanakan melakukan kegiatan membuat jus avokad. Susun kegiatan ha- rian yang dituang
dalam bentuk satuan kegiatan harian. Satuan Kegiatan Harian (SKH) berisi tujuan
pembelajaran, langkah kegiatan, yaitu pada tahap pembukaan, inti, dan penutup, me-
nentukan media dan evaluasi yang digunakan.

2. Saat Pembelajaran BerlangsungPembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang


telah disusun dalam satuan kegiatan harian. Di bawah ini, dikemukakan bagaimana

21
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan satuan kegiatan harian yang dikemukakan pada
tulisan ini.
a. Menyiapkan media yang digunakan dan kelas sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan, yaitu membuat jus avokad.

3. Sesudah Pembelajaran Berakhir


Guru menyempurnakan semua data yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung.

D. BERKAS (EVIDENCE) PORTOFOLIO


Pembelajaran dengan kegiatan membuat jus avokad dapat meng- hasilkan berkas (evidence)
portofolio antara lain dalam bentuk:
1. Tulisan anak dengan meniru kata yang diberikan dalam kartu kata
2.mewarnai daftar harg minuman dari buah (juice)

22
BAB III
PENUTUP

a.Kesimpulan

Anak Usia Dini anak merupakan manusia kompleks dan unik. Dalam pembelajaran Anak
Usia Dini memiliki kebebasan untuk berfikir, berkarya, dan berbuat sesuatu. Kebebasan
ini bertujuan agar ketika tiba masa peka terhadap suatu kemampuan yang mendorong
untuk melatih satu fungsi, anak akan dapat terlatih sesuka hatinya. Dimana pendidikan
berlangsung memperhatikan aspek kematangan pada anak dan memberi kesempatan
pada anak untuk menggunakan seluruh inderanya. Metode pembelajaran yang dapat
dilakukan untuk anak usia dini. Seperti dengan bermain dan berkreasi. Bermain bagi
anak usia dini sangatlah penting, sebab masa mereka merupakan usianya bermain.
Banyak juga manfaat yang didapatkan anak ketika mengulas pembelajaran dengan
permainan. Dalam hal ini peserta didik diajak bermain dengan menggunakan atau
melibatkan bahanbahan yang ada di sekitar lingkungan. Hal ini mendukung
perkembangan pada si anak

23
DAFTAR PUSTAKA

Yus Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

24

Anda mungkin juga menyukai