Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK RECORT

KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (TIM


DOSEN PG-PAUD UNIMED, 2019)
MODEL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Dr. ANITA YUS, M.Pd, 2014)

Dosen pengampuh : Raodah

Disusun oleh:

Nama : salma nur..jb(202125003)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga saya masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Critical Book
Report mata kuliah pendidikan sains PAUD ini. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu Ibu raodah atas bimbingannya.

Dan harapan saya semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi critical book report agar menjadi lebih baik lagi.

Saya menyadari bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.

Lhok seumawe,juni 2022

Salma nur.jb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR..................................................................................1


B. Tujuan CBR...............................................................................................................1
C. Manfaat CBR.............................................................................................................1
D. Identitas Buku............................................................................................................1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

Buku Utama

A. Bab 1 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini...............................................................3


B. Bab 2 Landasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini..............................................3
C. Bab 3 Karakteristik Anak Usia Dini..........................................................................4

Buku Pembanding

A. Bab 1 Para Filsuf Dalam Pendidikan Anak...............................................................8


B. Bab 2 Developmentally Appropriate Practice...........................................................9
C. Bab 3 Implementasi Model Pendidikan Anak Usia Dini...........................................11

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku.........................................................................................................14
B. Kekurangan Buku......................................................................................................14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................15
B. Rekomendasi..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iii

LAMPIRAN..........................................................................................................................
iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari
segi informasi yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi. Selain itu, salah satu faktor
yang melatarbelakangi penulis mereview buku ini adalah agar kita bisa berpikir kritis
dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.

B. Tujuan CBR
1. Untuk mengkritisi buku tentang Keterampilan Pendidikan Konsep PAUD.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Pendidikan Konsep PAUD.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tentang Keterampilan
Pendidikan Konsep PAUD.

C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah pengetahuan para pembaca.
2. Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku.
3. Menambah wawasan penulis.
4. Melatih penulis berpikir kritis.

D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul Buku : Keterampilan Penerapan Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini
2. Penulis : Tim Dosen PG PAUD Unimed
3. Penerbit : Universitas Negeri Medan
4. Kota Terbit : Medan
5. Tahun Terbit 2019
6. Tebal Buku : 94 Halaman
7. ISBN 9771234567003

Buku Pembanding

1. Judul Buku : Model Pendidikan Anak Usia Dini


2. Penulis : Dr. Anita Yus, M.Pd
3. Penerbit : Kencana Prenadamedia Group
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit 2014
6. Tebal Buku : 114 Halaman
7. ISBN : 978-602-8730-42-6

BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Buku Utama

A. Bab 1 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini


a. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena pendidikan
bagi anak usia dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia
secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur, pandai, dan
terampil.
Menurut UNESCO ada beberapa alasan perlunya Pendidikan Anak Usia Dini,
yaitu sebagai berikut :
 Dalam alasan pendidikan, PAUD adalah pondasi awal dalam
meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih
tinggi.
 Dalam alasan ekonomi, PAUD merupakan investasi yang menguntungkan
baik bagi keluarga maupun pemerintah.
 Dalam alasan sosial, PAUD merupakan salah satu upaya untuk
menghentikan roda kemiskinan.
 Dalam alasan hukum, PAUD merupakan hak setiap anak untuk
memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.
b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu bentuk pendidikan pada jenjang
pendidikan anak usia dini yang pada hakekatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan
seluruh aspek kepribadian anak.
Menurut Anwar dan Ahmad, pendidikan anak usia dini adalah “pendidikan
yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta
perkembangan kejiwaan peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar
lingkungan keluarganya.
c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum, tujuan PAUD adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Secara khusus, kegiatan pendidikan bertujuan agar :
 Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan
Tuhan dan mencintai sesama.
 Anak mampu mengelola keterampilan tubuh .
 Anak mampu menggunakan bahasa dan dapat berkomunikasi secara
efektif.
 Anak mampu berpikir logis dan kritis.
 Anak mampu mengenal lingkungan alam.
 Anak memiliki kepekaan terhadap nada dan irama.
d. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Salah satu fungsi dari pendidikan anak usia dini adalah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak Indonesia untuk mengkuti
pendidikan anak usia dini sesuai dengan potensi yang dimilikinya, bahkan secara
tidak langsung sejak anak masih dalam kandungan. Selain itu juga berfungsi untuk
membantu memperbaiki mutu dan relevansi pendidikan anak usia dini setara
dengan mutu pendidikan negara lain.
e. Pandangan Para Filsuf tentang Pendidikan Anak Usia Dini
 Pandangan Pestalozzi (1746-1827)
Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pendidikan adalah
berdasarkan pengaruh panca indera, dan melalui pengalaman-pengalaman
tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat
dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk
mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman
antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.
 Pandangan Maria Montessori (1870-1952)
Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah sebagai
suatu proses yang berkesinambungan. Menurut Montessori, persepsi anak
tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Untuk itu ia
merancang sejumlah materi yang memungkinkan indera seorang anak
dikembangkan. Montessori mengembangkan alat-alat belajar yang
memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan.
 Pandangan Froebel (1782-1852)
Froebel memandang pendidikan dapat membantu perkembangan anak
secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai simbol dari pendidikan anak.
Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, maka seperti halnya
tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti hukumnya
sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus mengikuti sifat dan
karakteristik anak. Oleh sebab itu, bermain dipandang sebagai metode
yang tepat untuk membelajarkan anak.
 Pandangan J. J. Rousseau
Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol
terhadap pendidikan pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial
dan melalui indera, tetapi kita tidak dapat mengontrol pertumbuhan yang
sifatnya alami. Untuk mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari
ilmu yang berkaitan dengan anak-anak. Tujuan pendidikan menurut
menurut gagasannya adalah membentuk anak menjadi manusia yang
bebas.
 Pandangan Konstruktivis
Pandangan ini dimotori oleh Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Menurut
paham ini, anak bukanlah individu yang pasif, yang hanya menerima
pengetahuan dari lain. Anak adalah makhluk belajar yang aktif yang dapat
mencipta dan membangun pengetahuan sendiri. Para ahli konstruktivis
meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami melibatkan
teman sebaya, orang dewasa dan lingkungan.
 Pandangan Ki Hajar Dewantara
Ki Hadjar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki
pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta
mengatur dirinya sendiri. Ia juga berpandangan bahwa pengajaran harus
memberi pengetahuan yang berfaedah lahir dan batin, serta dapat
memerdekakan diri. Ki Hadjar memandang bahwa anak sebagai idnivdu
yang memiliki potensi untuk berkembang, sehingga pemberian
kesempatan yang luas bagi anak untuk mencari dan menemukan
pengetahuan.

B. Bab 2 Landasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini


a. Landasan Filosofis
Anak sebagai makhluk individu yang sangat berhak untuk mendapatkan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan
pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi
yang dimilikinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa
pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu
menjadikan manusia Indonesia seutuhnya sehubungan dengan pandangan
filosofis tersebut, maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa
dalam proses pendidikan yang berlangsung.
b. Landasan Yuridis
Landasan hukum terkait dengan pentingnya PAUD tersirat dalam amandemen
UUD 1945 Pasal 28 b ayat 2, yaitu “negara menjamin kelangsungan hidup,
pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan.
Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, PP No.27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah, PP
No.39/1992 mengenal Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.
Sebagai bagian dan masyarakat internasional, pemerintah Indonesia juga telah
terkait komitmen dengan berbagai peraturan maupun konvensi internasional yang
terkait dengan hak asasi anak.
c. Landasan Keilmuan
Konsep keilmuwan PAUD bersifat isomorfosis, yaitu menjelaskan bahwa
kerangka keilmuan PAUD dibangun dari berbagai interdisiplin ilmu diantaranya
psikologi, fisiologi, ilmu pendidikan anak, sosiologi, antropologi, humaniora,
kesehatan, gizi, dan neuro sains.
Berdasarkan kajian psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupakan
masa peletak dasar dan pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa
yang diterima anak pada masa usia dini, memberikan kontribusi yang sangat besar
pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar
pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

d. Landasan Empirik
Dari Pusat Data Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, didapatkan informasi
bahwa rata-rata Angka Partisipasi Kasar penyelenggaraan PAUD di Indonesia
pada tahun 2015/2016 adalah 70,06%. Angka ini menunjukkan bahwa 30 % anak
usia dini 0-6 tahun masih belum mendapatkan layanan pendidikan, dan adanya
ketidakmerataan jumlah siswa yang terlayani oleh satuan pendidikan anak usia
dini dan sejenisnya.

C. Bab 3 Karakteristik Anak Usia Dini


a. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Susilo pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interseluler atau bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. Sedangkan perkembangan berarti maturasi organ tubuh terutama sistem
saraf. Pada tahap ini akan terjadi peningkatan kemampuan anak dalam melakukan
gerakan, bicara, berbahasa, sosialisasi, dan kemandirian.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,
yaitu faktor genetik. Melalui genetik yang berada dalam sel telur yang dibuahi
dapat ditentukan kualitas dan kuantitasnya. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
faktor lingkungan yang menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut: a)
perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu sama lain, b) perkembangan fisik, emosi, sosial,
bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relatif dapat
diramalkan, c) perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar
anak dan antar bidang pengembangan dari masing-masing fungsi, d) pengalaman
awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan
anak, e) perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus,
terorganisasi dan terinternalisasi.
b. Dimensi Perkembangan Anak Usia Dini dan Pengembangannya
Agama adalah suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh
perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan
nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai,
dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari sang pencipta, dan
berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata,
bersikap dan bertingkah laku. Sedangkan moral adalah suatu keyakinan tentang
benar salah, baik dan buruk yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang
mendasari tindakan atau pemikiran.
Tujuan pengembangan nilai agama diantaranya adalah : 1) mengembangkan
rasa iman dan cinta kepada Tuhan, 2) membiasakan anak-anak agar melakukan
ibadah kepada Tuhan, 3) membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari
dengan nilai agama, 4) membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Sementara, tujuan
pengembangan nilai moral adalah mengajarkan anak untuk dapat membuat
keputusan mana yang baik dan mana yang buruk.
Perkembangan motorik pada anak usia dini diartikan sebagai proses dan
perubahan keterampilan gerak manusia dari lahir sampai usia 8 tahun yang
melibatkan aspek perilaku. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak, dinataranya adalah faktor genetik, gizi, pengasuhan, serta perbedaan latar
belakang budaya, rendahnya berat badan lahir. Upaya untuk pengembangan
motorik anak usia dini adalah mengajak anak berjalan menjelajahi ruangan atau
halaman sekolah dengan berbagai cara.
Perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yang didasarkan kepada
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Bertambahnya usia seseorang
maka semakin komplekslah susunan sel syarafnya. Upaya pengembangan kognitif
anak usia dini adalah dengan mengarahkan pada kemampuan yang berhubungan
dengan bunyi atau indera pendengar anak. Selain itu juga bisa dengan kemampuan
yang berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, dan tanggapan
anak terhadap lingkungan di sekitarnya.
Perkembangan bahasa adalah urutan perkembangan yang dapat diprediksi,
perkembangan bahasa tidak terikat dengan usia kronologis. Upaya dalam
pengembangan kemampuan bahasa anak usia dini adalah seperti dengan cara
mengenalkan nama benda-benda di dalam an di luar kelas. Selain itu juga bisa
dengan pengenalan jenis kata-kata sederhana.
Orang tua sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak,
memiliki peran yang sangat penting terutama dalam mengasah kemampuan emosi
yang dimiliki oleh anak. Anak dalam mengekspresikan emosinya dihubungkan
pada perubahan kemampuan sosialnya dengan orang lain di lingkungan sosialnya.
Salah satu upaya dalam pengembangan sosial-emosional adalah dengan
mengenalkan pada anak tentang lingkungan dan menjaga kebersihan.
Pengembangan berbagai bidang pengembangan melalui seni dapat melatih
daya imajinasi, kreasi, apresiasi, serta untuk mengembangkan kepribadian dan
kehalusan budi.
Buku Pembanding

A. Bab 1 Para Filsuf Dalam Pendidikan Anak


a. Martin Luther
Martin Luther hidup pada 1483-1546. Ia yang pertama kali menunjukkan
perlunya sekolah. Ia menkankan bahwa sekolah digunakan sebagai sarana untuk
mengajar anak membaca. Ia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang
penting dalam hidup anak. Tanpa pendidikan, anak tidak akan mendapat bekal
bagi hidupnya kelak.
b. John Amos Comenius
Comenius percaya bahwa pendidikan harus dimulai sejak dini. Comenius
meyakini bahwa penggunaan buku yang ada ilustrasinya akan sangat membantu
mengembangkan kemampuan anak. Comenius juga menekankan pentingnya
bermain dalam pengembangan diri anak.
c. John Locke
John Locke terkenal dengan teori Tabula Rasa. Teori ini memandang bahwa
anak sebagai kertas putih. Teori ini memandang bahwa pada saat lahir anak tidak
berdaya dan tidak memiliki apa-apa. Anak berada dan hidup di dalam lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan dirinya. Lingkungan yang
membentuk dan memberi warna pada kertas putih. Warna atau isi ini sebagai
pengalaman.
d. Jean Jacques Rousseau
Rousseau meyakini bahwa orang dewasa berperan sebagai pendidik dengan
memberikan dukungan kepada anak untuk dapat berkembang secara alami. Orang
dewasa cukup mendukung dan memfasilitasi upaya anak untuk berkembang.
Rousseau mengemukakan juga bahwa kesiapan anak merupakan faktor penting
dalam proses pembelajaran.
e. Johann Pestalozzi
Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan perlu memperhatikan kematangan
anak. Pendidikan harus didasarkan pada pengaruh objek pembelajaran. Ia juga
menekankan pada pengembangan aspek sosial sehingga anak dapat beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Pendidikan sosial akan berkembang jika pendidikan dimulai dengan
dengan pendidikan keluarga yang baik.
f. Friederich Wilhem Frobel
Frobel memiliki prinsip bahwa pendidikan anak sebagai pengembangan
autoaktivitas. Autoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak
diberikan kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang
sesuai potensinya masing-masing.
g. John Dewey
John Dewey mengemukakan bahwa minat anak menjadi hal yang penting
dalam pembelajaran. Minat ini yang menjadi acuan dalam menentukan topik
pembahasan dalam pembelajaran. Anak perlu belajar dari kehidupan sehingga
memperoleh keterampilan sebagai bekal kehidupan.
h. Rudolf Steiner
Stainer berpendapat bahwa anak berkembang melalui pengalaman dan proses
berpikir. Perkembangan diri anak adalah perkembangan kesadaran. Anak perlu
banyak berhubungan dengan lingkungannya dan mengeksplorasi lingkungan
untuk memperoleh suatu pemahaman.
i. Maria Montessori
Ia meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak anak lahir. Tahun-tahun pertama
kehidupan anak merupakan masa-masa sangat formatif dan merupakan masa yang
paling penting baik fisik maupun mental. Maria montessori juga meyakini bahwa
dalam tahun-tahun awal kehidupan, seorang anak mempunyai masa peka. Masa
peka dapat digambarkan sebagai situasi atau waktu siap berkembangnya
pembawaan atau potensi yang dimiliki anak.
j. John Bowlby
Bowlby menekankan pada perkembangan aspek psikososial. Ia terkenal
dengan teori kedekatan. Menurutnya, secara genetis anak akan dekat dan nyaman
dengan ibunya. Anak juga dapat dekat dengan orang-orang yang dapat
membuatnya nyaman dan membantunya untuk bertahan hidup.
k. Ki Hajar Dewantoro
Ia berpendapat bahwa anak-anak ialah makhluk hidup yang memiliki
kodratnya masing-masing. Kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya
ini. Jika anak memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk
membantunya menjadi baik. Jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia
akan lebih baik lagi jika dibantu melalui pendidikan.
l. Howard Gardner
Gardner menyatakan bahwa pada hakekatnya setiap anak adalah anak yang
cerdas. Gardner melihat kecerdasan dari berbagai dimensi. Setiap kecerdasan yang
dimiliki akan dapat mengantarkan anak mencapai kesuksesan. Pendidik perlu
memfasilitasi setiap kecerdasan yang dimiliki anak dalam pembelajaran dan
kegiatan belajar.
B. Developmentally Appropriate Practice
a. Pengertian Developmentally Appropriate Practice (DAP)
Munculnya konsep DAP diawali dengan adanya kecenderungan peningkatan
kegiatan belajar secara formal dalam program pendidikan anak usia dini, yaitu
taman kanak-kanak, dan Raudatul Atfal. DAP semakin terasa penting untuk
dipahami dengan berkembangnya di tengah masyarakat lembaga pendidikan anak
usia dini di jalur nonformal, seperti kelompok bermain, taman penitipan anak, atau
satuan PAUD jenis lainnya.
Gestwicki mengemukakan bahwa DAP bukan kurikulum, bukan merupakan
suatu satuan standar yang kaku yang menentukan bagaimana praktik atau
melaksanakan PAUD. Melainkan, DAP merupakan suatu kerangka berpikir atau
framework, suatu filosofi, atau suatu pendekatan yang menunjukkan bagaimana
caranya bekerja sama dengan anak-anak. Batasan ini menunjukkan bahwa DAP
memiliki tiga fungsi, yaitu filosofi, pendekatan, dan kerangka bekerja.
DAP sebagai filosofi berkaitan dengan cara pandang terhadap anak-anak
belajar. DAP sebagai pendekatan menjadi alat yang dapat digunakan, bagaimana
memperlakukan anak-anak dalam kegiatan belajar di PAUD. DAP sebagai
kerangka bekerja berisi rambu-rambu berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
belajar dalam PAUD.
b. Prinsip Dasar Perkembangan Berdasarkan Developmentally Appropriate
Practice Prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak berdasarkan DAP.
 Wilayah perkembangan anak-fisik, moral, emosional, kognitif, dan
dimensi lainnya saling berkaitan erat. Perkembangan dalam satu wilayah
memengaruhi dan dipengaruhi oleh wilayah lainnya.
 Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur, dan kemampuan,
keterampilan, serta pengetahuan berikut terbentuk atas kemampuan
keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
 Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda antara anak
yang satu dengan yang lain maupun antara wilayah perkembangan satu
dengan yang lain pada individu anak yang sama.
 Pengalaman yang telah diperoleh anak memiliki dampak langsung maupun
tidak langsung terhadap perkembangan anak berikutnya.
 Perkembangan berproses pada arah yang dapat diprediksi menuju ke arah
kompleksitas, pengorganisasian, dan internalisasi yang lebih luas.
 Perkembangan dan pembelajaran berlangsung dalam dan dipengaruhi oleh
berbagai konteks sosial dan budaya dan anak belajar melalui interaksi
dengan teman sebaya dan orang dewasa serta semua yang ada di
lingkungannya.
 Anak adalah pembelajar yang aktif, yang belajar dengan menunjukkan
secara langsung pengalaman fisik dan sosial berkenaan dengan aspek-
aspek budaya yang deperlihatkan melalui pengetahuan dalam rangka
membangun pemahaman mereka tentang dunia sekitar mereka.
 Perkembangan dan belajar adalah hasil dari interaksi kematangan biologis
dan lingkungan, juga meliputi aspek fisik dan kehidupan sosial anak.
 Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan sosial, emosional,
kognitif, dan aspek perkembangan lainnya maupun bagi refleksi dan
deteksi ketercapaian perkembangan anak.
 Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberi kesempatan
untuk melatih keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan
baru melalui tantangan di atas zona kemampuan perkembangannya.
 Anak memiliki keragaman cara untuk belajar dan mencari tahu serta
memiliki berbagai cara untuk menunjukkan dan menyajikan apa yang
diketahuinya.
 Anak akan lebih mudah belajar jika kebutuhan fisik dan psikisnya
dipenuhi, anak merasa aman dan nyaman, motivasi belajar anak muncul
bila kegiatan sesuai dengan minat dan mendorong keinginantahuannya.
c. DAP Untuk Perencanaan Kurikulum Pengembangan Kurikulum
Mengembangkan kurikulum harus memerhatikan dua hal utama, yaitu aspek
perkembangan anak dan pendekatan yang sesuai digunakan untuk membelajarkan
anak. Aspek perkembangan anak terdiri dari cognitive development, spiritual,
emotional, sosial, moral dan physical. Untuk dapat menetapkan pendekatan apa
saja yang digunakan dalam pendidikan anak usia dini perlu dipahami teori apa
yang akan digunakan, apa filosofinya, dan bagaimana pendekatan.
d. DAP Untuk Bermain
Bermain adalah sarana paling tepat untuk menumbuhkan pola berpikir kritis
dan kreatif. Untuk itulah, guru patut mengetahui strategi bermain sebagai
pendekatan dan metode belajar termasuk belajar sains, matematika, dan lainnya.
Kaitannya dengan DAP, bermain dilakukan berdasarkan tahapan perkembangan
dan kebutuhan anak. Mildred Parten mengemukakan bermain dapat diidentifikasi
berdasarkan tahapan perkembangan anak, yaitu bermain tanpa terlibat, bermain
sendiri, bermain sebagai pengamat, bermain paralel, bermain asosiasi, dan
bermain bersama.

C. Bab 3 Implementasi Model Pendidikan Anak Usia Dini


a. Rasional
Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan
diberikan dalam rangka membantu individu untuk mengembangkan kecerdasan,
hidup berkualitas, dan memperoleh kesejahteraan hidup. Manusia lahir memiliki
potensi yang siap dikembangkan. Potensi yang dimiliki harus diterima apa adanya
sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.
Lembaga pendidikan anak usia dini DAHLIA INDAH merespons dengan
membuka kelompok bermain. Program belajar dirancang untuk membantu
perkembangan dan belajar anak. Melalui program belajar ini anak diharapkan
dapat memperoleh pengalaman belajar yang dapat mengembangkan semua potensi
yang dimiliki dan siap belajar di sekolah dasar.
b. Filosofi
Filosofi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini kelompok bermain
DAHLIA INDAH adalah percaya bahwa :
 Setiap anak memiliki multikemampuan yang bisa berkembang.
 Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan perkembangan.
 Setiap anak belajar melalui bergerak, bermain, melakukan untuk
memperoleh pengalaman.
 Setting lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak akan
menumbuhkembangkan semua potensi yang dimiliki.

c. Visi
Visi kelompok bermain DAHLIA INDAH yaitu menjadi lembaga pendidikan
anak usia dini yang inovatif dan kompatibel dalam membangun karakter anak
Indonesia yang cerdas, tangguh, ceria, dan berkepribadian luhur.
d. Misi
 Menyelenggarakan kegiatan belajar sesuai dengan prinsip pengembangan
dimensi kecerdasan jamak.
 Mengembangkan program dan bentuk kegiatan belajar berbasis
lingkungan bagi anak usia dini.
 Memfasilitasi orang tua dalam merealisasi fungsi dan peran sebagai
pendidik pertama dan utama.
e. Tujuan
 Diperoleh anak yang memiliki pengalaman belajar kepada anak usia dini
untuk dapat mengembangkan semua dimensi kecerdasannya.
 Menghasilkan anak usia enam tahun yang memiliki kesiapan belajar pada
jenjang sekolah dasar.
 Tersedia layanan edukasi, konsultasi, informasi, dan advokasi anak bagi
masyarakat.
f. Kompetensi Keluaran
Kompetensi utama yaitu memiliki pengalaman belajar melalui berbagai
aktivitas dan kegiatan dengan materi dan sumber bervariasi yang dapat
menumbuhkembangkan kecerdasan serta siap mengikuti pendidikan di sekolah
dasar. Sedangkan kompetensi pendukung yaitu orang tua dapat merencanakan
pengembangan potensi anak dan perolehan layanan pendidikan lanjut.
g. Prinsip dan Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran pada PAUD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip
berikut ini, yaitu :
 Berorientasi pada kebutuhan anak.
 Belajar melalui bermain.
 Kegiatan belajar mengembangkan dimensi kecerdasan secara terpadu.
 Menggunakan pendekatan klasikal, kelompok, dan individual.
 Lingkungan kondusif.
 Menggunakan berbagai model pembelajaran.
 Mengembangkan keterampilan hidup dan hidup beragama.
 Menggunakan media dan sumber belajar.
 Pembelajaran berorientasi kepada prinsip perkembangan dan belajar anak.

Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang diadopsi


dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan proses, pendekatan konkret, holistik dan
discovery.

h. Dimensi Pengembangan
 Linguistik/Bahasa
Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan menggunakan bahasa
untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain
untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
 Logika Matematis
Kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami
dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-
prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat dan
pengaruh.
 Visual spasial
Kecerdasan spasial merupakan kemampuan untuk membentuk suatu
gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan dunia mengenai
ruang secara internal di dalam pikirannya.
 Kinestesis Jasmani
 Musikal
 Intrapersonal
 Interpersonal
 Naturalis
i. Materi dan Tema Belajar
Materi belajar meliputi belajar bahasa, seni, musik, matematis, sains, dan
sosial. Belajar bahasa bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
mendengarkan, berbicara, persiapan menulis, dan membaca. Belajar seni
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kesadaran estetika,
perasaan, dan imajinasi.
Belajar musik meliputi komponen gerak, mendengarkan dan bernyanyi.
Belajar matematika berhubungan dengan angka dan perhitungan, geometri,
pengukuran, yang meliputi membandingkan, serta peluang dan grafik. Belajar
sains berkaitan dengan pemahaman konsep tumbuhan, hewan, dan kehidupan
manusia. Belajar sosial bertujuan membantu anak untuk mengembangkan
kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan tentang sejarah, geografi, dan
budaya.
Penentuan tema belajar berdasarkan karakteristik perkembangan dan belajar
anak dan materi belajar. Selain itu, kecenderungan minat anak juga menjadi dasar
penentuan tema.
j. Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar, yaitu tempat dan ruang belajar, waktu belajar, bentuk dan mode kegiatan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan
Buku Utama

1. Cover buku sangat menarik.


2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3. Materi yang disampaikan di buku tersebut sangat baik dan bermanfaat.
4. Di dalam buku banyak terdapat pendapat para ahli.
5. Terdapat gambar-gambar para filsuf.

Buku Pembanding

1. Cover buku yang menarik.


2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3. Banyak terdapat contoh-contoh gambar di setiap materi.

A. Kekurangan Buku
Buku Utama
1. Terdapat kata-kata yang sulit dimengerti.
2. Pembahasan suatu materi terlalu panjang.
3. Di setiap akhir bab tidak terdapat evaluasi atau latihan soal.
4. Dalam buku utama ini tidak terdapat rangkuman.
5. Masih terdapat kesalahan dalam tanda baca.

Buku Pembanding

1. Pembahasan setiap bab terlalu panjang sehingga membuat pembaca bosan.


2. Terdapat kata-kata yang sulit dimengerti.
3. Masih terdapat kesalahan dalam tanda baca.
4. Tidak terdapat rangkuman.
5. Tidak terdapat latihan soal di setiap akhir bab.
6. Penulisan huruf terlalu kecil sehingga bacaan tidak jelas.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan bagi anak usia dini sangat diperlukan sebab pendidikan bagi
anak usia dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara
utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur, pandai, dan terampil.
Perkembangan pada tahun-tahun pertama sangat penting dan
menentukan kualitas anak di masa depan. Selama tahun pertama otak bayi
berkembang pesat, kepesatan itu karena otak bayi menghasilkan triliunan
sambungan antara sel otak yang banyaknya melebihi kebutuhan.

B. Saran
Alangkah lebih baik lagi jika penulisan huruf di buku utama lebih
dibesarkan lagi agar pembaca mudah untuk membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

PG PAUD, Tim Dosen. 2019. Keterampilan Penerapan Konsep Dasar Pendidikan


Anak Usia Dini. Medan : Universitas Negeri Medan

Yus, Anita. 2014. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai