Anda di halaman 1dari 83

Critical Book Review

Pendidikan Prasekolah
Diajukan sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Pendidikan Prasekolah

Mata Kuliah
Pendidikan Prasekolah

Dosen Pengasuh
Eni Listiati, S.Ag., M.Pd

Disusun Oleh

Smstr VI/MPI 2

Dinda Zulaikha : (0307172096)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada saya sehingga CBR ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan CBR ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Pendidikan Prsekolah.

Dengan membuat CBR ini, kami serta pembaca diharapkan mampu untuk lebih mengenal
dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai tauhid sebagai landasan ilmu. Dalam
penyelesaian CBR ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya
ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya CBR ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan
berkonstribusi dalam pembuatan Laporan ini.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
CBR ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat positif, agar penulisan CBR ini ini kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Medan, 07 Juli 2020

Penulis

Dinda Zulaikha
BAB I

IDENTITAS BUKU

A. Identitas Buku Utama Prasekolah

Judul Buku : Pendidikan


Pra Sekolah Perspektif
Pendidikan Islam dan Umum
Penulis : Prof. Dr.
Syafaruddin, M.Pd,
Herdianto, MA, Hj. Ernawati,
MA.
Penerbit : Perdana Publishing
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2011
ISBN : 978-602-8935-15-9
Jumlah Halaman : 170 halaman
B. Identitas Buku Pembanding Prasekolah
Judul Buku : Pendidikan Pra Sekolah

Penulis :Dr. Hj. Khadijah. M.Ag

Penerbit : Perdana Publishing

Kota Terbit : Medan

Tahun Terbit : 2016

ISBN : 978-602-6970-75-6

Jumlah Halaman : 194 halaman

BAB II
RESUME ISI BUKU

 Resume Buku 1
 Judul: Pendidikan Prasekolah

Bab 1 Pendahuluan

A. Nilai Anak Dalam Islam


Anak dilahirkan dengan potensi dan bawaan sendiri yang antara satu dengan lain
relatifberbeda potensinya. Anak-anak di rumah dibantu oleh orang tua sejak baru
dilahirkan, yaitu dirawatdibimbing, dibantu untuk berdiri dan berjalan, dibantu dan
dilatih berbicara, dan diajar berteman dengan baik. Nilai anak bagi orang tua paling tidak
mengacu pada pandangan yaitu:
1. Anak sebagai rahmat Allah
2. Anak sebagai amanha Allah
3. Anak sebagai barang gadaian
4. Anak sebagai penguji iman
5. Anak sebagai media beramal
6. Anak sebagai bekal di akhirat
7. Anak sebagai unsur kebahagian
8. Anak sebagai tempat tumpuan di hari tua
9. Anak sebagai penyambung cita-cita
B. Perkembangan Anak Prasekolah
Allah SWT secara tegas menyatakan adanya fase pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Bukankah Allah menegaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10:

            
    

Artinya: Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu jalan kefasikan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya ( Asy-Syams:7-10)
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memiliki perkembangan jiwa dengan
beberapa tahapan. Itu artinya usia tahapan kanak-kanak prasekolah adalah tahapan
penyempurnaan penciptaan watak dan karakter manusia dengan interaksi antara bawaan
dan pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal
maupun lingkungan masyarakat. Pemahaman tentang proses pengembangan anak tidak
hanya untuk mengetahui perbedaan individu tetapi juga pengaruh atas perkembangan dan
hasil yang dicapai.
Hal yang harus diperhatikan bahwa di antara karakteristik fase anak, atau usia
prasekolah antara 3-6 mencakup:
1. Dapat mengontrol tindakannya
2. Selalu ingin bergerak adalah sesuatu yang alami
3. Berusaha mengenal lingkungan sekeliling
4. Perkembangan yang cepat dalam berbicara
5. Senantiasa ingin memiliki sesuatu dan egois dan mulai pertumbuhannya
6. Mulai membedakan antara yang benar dan salah, yang baik dan buruk
7. Anak pada fase ini mulai mempelajari dasar-dasar perilaku sosial yang
dibutuhkannya saat beradaptasi di sekolah
8. Pada fase ini adalah usia eksplorasi
C. Pendekatan Pendidikan Prasekolah
Program pendidikan Agama Islam di prasekolah Islam mencakup gagasan-
gagasan untuk perkembangan total pribadi anak. Setiap pendidik harus memerhatikan
pola pendidikan agama Islam bagi anak usia dini agar sejak dini anak-anak benar-benar
terarah perkembangan jiwanya. Karena anak dalam keadaan fitrah, psikologis dan
tabiatnya, maka anak siap menerima kebaikan dan kejahatan.
Keberadaan proses pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini bagi
setiap anak merupakan tahapan penting dalam mengarahkan perkembangan anak. Dalam
hal ini, setiap orang tua bertanggung jawab menentukan pola pendidikan anak pada usia
dini, baik pendidikan yang mengarahkan kemampuan sosial, emosional dan kognitif,
serta keagamaan anak menuju terbentuknya pribadi shaleh.

Bab II Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah


A. Pengertian Pendidikan Prasekolah
Dalam praktiknya diperkenalkan berbagai institusi, yaitu: Kelompok Bermain
(KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Tempat
Penitipan Anak (TPA), Raudhatul Athfal (RA), dan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).
Bagi Morrison program prasekolah disediakan bagi abak usia 3-5 tahunsebelum
mereka masuk tamakan kanak-kanak. Pendidikan prasekolah bertujuan mendorong
emosi, sosial, pisik, kreatifitas dan pengembangan intelektual anak. Dalam hal ini anak-
anak memiliki peluang untuk memainkan dan pengembangan sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain dan perkembangan rasa percaya diri dan harga diri. Karena itu,
kegiatan dalam pendidikan prasekolah direncanakan untuk mendorong minat dan
imajinasi serta membantu anak membuat perasaannya dalam situasi yang hidup. Itu
artinya, pendidikan prasekolah memberikan peluang bagi anak untuk menyatakan
gagasannya dan perasaannya dalam cara-cara yang berbeda.
Dalam perkembangan terkini, pendidikan anak usia dini diartikan sebagai upaya
pendidik dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai usia
enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang
bersifatmengembangkan, terpadu dan menyeluruh sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma kehidupan yang
dianut.
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Prasekolah
Dalam konteks pendidikan prasekolah, sesungguhnya tujuan pendidikan ini
adalah memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangananak secara komprehensif dan
maksimal. Tujuan pendidikan prasekolah menurut pasal 3 PP No.27 tahun 1990 adalah
untuk membantu meletakka dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Sedangkan fungsi pendidikan taman kanak-kanak dan Raudathul Athfal menurut
kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 adalah mengenalkan peraturan dan
menanamkan disiplin pada anak dengan dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan perilaku
yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak, dan
menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
C. Format Kegiatan Pendidikan Prasekolah
Ada berbagai alternatif program pendidikan untuk anak prasekolah baik yang
diselenggarakan di sekolah maupun di luar sekolah yaitu Taman Kanak-Kanak, Tempat
Penitipan Anak, Raudhatul Athfal, dan lainnya.
Dalam pendidikan formal seperti Kindergarten atau Taman Kanak-kanak,
pengajarnya adalah orang-orang yang telah mendapat pendidikan khusus, tetapi di dalam
pendidikan non-formal yang diselenggarakan masyarakat setempat, pengajarnya atau
pelatihnya bukanlah selalu yang mempunyai latar pendidikan guru.
Standar persiapan pendidikan anak usia dini yang professional:
1. Mempromosikan perkembangan anak dan pembelajaran
2. Membangun keluarga dan hubungan komunikasi
3. Mengamatui, pendokumentasian, dan penilaian untuk mendukung anak muda
dan keluarga
4. Pengajaran dan pembelajaran
5. Menjadi seorang profesinal.

Suatu pendidikan usia dini yang professional memiliki karakteristik professional,


pengetahuan dan keterampilan, yang diperlukan untuk mengajar dan melaksanakan
program sehingga menjadikan semua anak belajar sama halnyakemampuan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang persoalan anak-anak.

Pendidikan prasekolah menjadi pilar utama mempersiapkan anak untuk tumbuh


dan berkembang menjadi anak yang baik dalam eksistensi diri dan penerimaannya dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat untuk memasuki pendidikan formal.

D. Ciri Anak Prasekolah


Penampilan maupun gerak-gerik anak prasekolah mudah dibedakan dengan anak
yang berada dalam tahapan sebelumnya:
1. Anak prasekolah umumnya sangat aktif
2. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang
cukup
3. Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dan control terhadap
jari dan tangan
4. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya.
5. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak.
6. Walaupun anak lelaki lebih besar, dan anak perempuan lebih terampil dengan
tugas yang bersifat praktis. Khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi
sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil.

Adapun ciri sosial anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya:

1. Pada umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini mudah berganti
2. Kelompok bermainnya cenderung kecil
3. Anak lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
besar
4. Tingkah laku: anak bermain dengan sesungguhnya
5. Bermain soliter: anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya
6. Tingkah laku. Anak menghasilkan waktu dengan mengamati
7. Bermain paralel: anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain.
8. Bermain asosiatif: anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi
9. Bermain kooperatif: anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi.

Ciri emosional pada anak usia prasekolah,dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Anak taman kanak-kanak cenderung mengekspresikan emosinya dengan


bebas dan terbuka
2. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi.
E. Ciri Dan Tahapan Perkembangan Anak Prasekolah
Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada jenis yang jelas
berbeda antara anak usia bayi dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam
penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki.
Gerakan anak prasekolah lebih terkendali, dan terorganisasi dalam pola-pola
seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara santai, dan
mampu menggerakkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Terbentuknya pola-
pola tingkah laku ini, memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi.
Pada usia antara 4-5 tahun biasanya anak-anak sudah mampu membuat gambar,
atau gambar orang. Pada usia 2 tahun anak-anak sudah mampu membuat coretan-coretan
yang disebut ‘scibble’. Anak yang berusia tiga tahun sudah mulai menunjukkan
kemampuannya membentuk suatu bentuk seperti lingkaran. Tahap gambar menurut teori
Kellogg adalah periode perkembangan artistik, yang biasanya dicapai pada waktu anak
berusia 4 atau 5 tahun, di mana gambar yang dibuat anak sifatnya tidak lagi abstrak tetapi
lebih menunjukkan apa yang ada di sekitarannya. Pada usia 6 tahun diharapkan anak
sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda
dua.
Perkembangan kognitif pada anak- anak dijelaskan dengan berbagai teori dengan
berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku berpendapat bahwa pertumbuhan
kecerdasan melalui terhimpunnya informasi yang makin bertambah sedangkan aliran
‘interactionist’ atau ‘developmentalist’, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dan
interaksi anak dengan lingkungan anak. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan
kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif
dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari
penyelesaian masalah yang dihadapi.
Pada anak yang berusia 0-2 tahun mulai lebih mampu memebedakan hal-hal yang
diamati. Para peneliti menjumpai bahwa pada anak usia bayi telah menunjukkan adanya
derajat kesadaran penginderaan yang tinggi. Perkembangan kognitif anak prasekolah
termasuk dalam pertengahan tahapan dan Piaget, yaitu tahapan praoperasional adalah
fungsi simbolik. Dalam periode sensorimotor anak-anak belajar melalui indera dan
tindakannya. Meskipun telah sampai akhir dan tahapan dan keenam, mereka tetap belajar
melalui tindakan da belum berhenti.
Setelah masuk pada tahapan praoperasional anak-anak mulai dapat belajar dengan
menggunakan pemikirannya, tahapan bantuan kehadiran sesuatu di ingkungannya, anak
mampu mengingat kembali symbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak tampak
secara fisik.

BAB III PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam
kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Pada perubahan
fisik yang bersifat kuantitatif, sedangkan pada perkembangan yang bersifat kualitatif
berarti serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari proses pematangan dan
pengalaman.
Perkembangan anak pada usia tertentu meliputi beberapa aspek yakni:
pertumbuhan fisik, perkembangan motork, perkembangan bicara, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan bermain, perkembangan kreativitas, perkembangan
pengertian, perkembangan moral, perkembangan seks, perkembangan kepribadian.
Sementara aspek perkembangan anak usia dini menurut Sonawat dan Gogni meliputi
perkembangan holistik, bermain bebas, aktivitas kreatif, bermain di luar sepanjang hari,
bahkan juga mengarah kepada metode pembelajaran formal untuk mengajar anak
membaca, menulis, dan menghitung. Perkembangan anak usia dini meliputi aspek-aspek
fisik dan motorik, psikososial kognitif, dan bahasa.
Sesuai dengan tujuan pendidikan anak prasekolah, yaitu menyiapkan anak untuk
berkembang secara komprehensif dan menyeluruh, maka sudah barang tentu orientasi
pendidikan pada masa ini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan kecerdasan
semata, tetapi juga mencakup aspek-aspek perkembangan yang lebih luas.
B. Perkembangan Fisik dan Motorik
Sasaran perkembangan fisik dijelaskan oleh Nielsen yaitu:
1. Mengembangkan kemampuan berpindah tempat dengan berbagai cara dalam
sebuah kelompok tanpa menabrak teman dan jatuh
2. Memperlihatkan perbedaan yang jelas dengan gerakan cepat dan lambat
3. Memperlihatkan gerakan lon-lokomotor seperti melipat dan meregang
4. Mengembangkan kemampuan keseimbangan dengan berdiri satu kaki dengan
jangka waktu yang ditingkatkan
5. Menerapkan keterampilan mandiri
6. Menerapkan keterpaduan gerakan mata, tangan
7. Mengembangkan kemampuan berjalan ke depan, ke samping di atas tongkat
keseimbangan jatuh
8. Bergabung dalam permainan aktif, memperoleh keterampilan berkaitan
dengan kendali gerakan.
9. Mengembangkan kemampuan lempar dan tangkap bola
10. Memperlihatkan peningkatan keasadaran bagian tubuh tertentu.

Perkembangan aspek motorik erat kaitannya dengan masalah perkembangan fisik.


Pada anak usia dini pertumbuhan vertikal fisik anak umumnya tumbuh lebih menonjol
disbanding pertumbuhan horizontal. Pada anak usia dini otot-otot badan cenderung lebih
kokoh. Keterampilan-keterampilan yang menggunakan otot tangan dan kaki sudah mulai
berfungsi. Hal penting dalam pertumbuhan fisik anak usia dini adalah pertumbuhan otak
dan sistem sarafya. Pada usia tiga tahun otak anak mencapai tiga perempat ukuran orang
dewasa. Perkembangan fisik semacam itu memerlukan keterampilan motorik agar otot
saraf yang mulai tumbuh dapat berfungsi secara maksimal. Perkembangan motoric anak
usia dini mencakup motork kasar dan motoric halus.

Perkembangan motoric kasar diperlukan untuk keterampilan menggerakkan dan


menyeimbangkan tubuh. Sedangkan perkembangan motoric halus meliputi
perkembangan otot halus dan fungsinya. Ada beberapa hal tentang tahap awal pendidikan
pada usia nol sampai 1 tahun antara lain: Telungkup, Duduk, merangkak dan merayap
serta berdiri dan berjalan.

C. Perkembangan Kepribadian dan Kognitif


Sonawat dan Gogri menjelaskan bahwa perkembangan kecerdasan anak perlu
dipahami dari kecerdasan ganda/jamak, yang mencakup:
1. Kecerdasan linguistic
2. Kecerdasan logika matematika
3. Kecerdasan musikal
4. Kecerdasan kinestetik
5. Kecerdasan spasial-visual
6. Kecerdasan interpersonal
7. Kecerdasan intrapersonal
8. Kecerdasan natural
D. Perkembangan Emosi dan Sosial
Nielsen menjelaskan sasaran dan perkembangan sosial emosional yaitu:
1. Mengembangkan kapasitas yang terus bertambah pada perkembangan
kemandirian dan keterampilan membaca diri sendiri dalam lingkup aktifitas,
kegiatan rutin, dan tugas
2. Mengembangkan dan mengungkapkan kesadaran diri dalam hal perbedaan
jenis kelamin, anggota keluarga, kemampuan spesifik, karakteristik dan
kesukaan
3. Menunjukkan kebanggan pada pencapaian
4. Memperlihatkan kemampuan yang bertambah dalam mengungkapkan
perasaan, kebutuhan, dan pendapat dalam situasi sulit dan konflik tanpa
menyakiti diri sendiri, orang lain atau benda.
5. Memperlihatkan pengalaman mengenai pengaruh tindakan mereka pada orang
lain dan mulai menerima akibat dari tindakan mereka
6. Memperlihatkan kenyamanan yang bertambah dan berbicara serta menerima
petunjuk dan arah dari beberapa orang dewasa terdekat
7. Kemajuan dalam memberi reaksi, simpati pada teman membutuhkan sedang
sedih, terluka atau marah dan dalam mengungkapkan empati atau perhatian
pada orang lain.
8. Kemajuan dalam memahami persamaan dan menghormati perbedaan antara
manusia, seperti jenis kelamin, khas, kebutuhan khusus, budaya, bahasa dan
anggota keluarga
9. Mengembangkan kesadaran yang bertambah terhadap pekerjaan dan hal yang
dibutuhkan dalam mengerjakan berbagai tugas
10. Mulai mengungkapkan dan memahami konsep geografi dalam konteks rumah,
ruang kelas dan komunitas.

Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku


anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di
mana anak berada. Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari, bukan sekadar
hasil dan kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses
kematangan juga melalui kesempatan belajar juga respon terhadap tingkah laku anak.

Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia sekolah antara
lain:

1. Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan
kenyataan
2. Kecenderungan depresi, permulaan dan sikap apatis dari menghindar dan
orang-orang di lingkungannya
3. Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain
4. Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk
5. Gangguan makan, misalnya nafsu makan yang sangat turun
E. Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa lisan pada umumnya dibagi menjadi dua wilayah bahasa
pengungkapan dan bahasa penerimaan. Sebelum anak bisa belajar baca-tulis, mereka
harus bisa berbicara dan mendengarkan dengan efektif, kesadaran fonologis-kemampuan
mengenai bunyi bahasa penting dalam wilayah perkembangan ini.
Sasaran perkembangan bahasa lisan, pengungkapan sebagaimana dikemukakan
Nielsen, yaitu:
1. Berkomunikasi secara nonverbal, gerakan ekspresi
2. Menggunakan bahasa untuk mengungkapkan kebutuhan, ide, perasaan,
kegiatan rutin, dan naskah familiar
3. Bergabung dalam pembicaraan informal mengenai pengalaman dan mengikuti
peratura percakapan
4. Mulai mengenal sajak, bunyi bersajak dalam kosakata yang familiar, dan
bergabung dengan permainan sajak, dan menirukan lagu atau puisi bersajak
5. Mulai memaparkan cerita yang telah disimak
6. Menggunakan istilah yang berhubungan dengan arah dan letak
7. Mulai mencermati bunyi awal pada kosakata familiar dengan menyadari
bahwa pengucapan beberapa kata dimulai dengan cara yang sama
8. Mulai memilah kata menjadi suku kata atau bertepuk setiap pengucapan satu
suku kata
9. Mulai menciptakan dan menemukan kata dengan cara mengganti bunyi
10. Menunjukkan kemajuan tetap dalam kosakata percakapan.

Anak-anak berbahasa dalam lingkungan sosial berkomunikasi dengan orang lain,


pertama kali biasanya dengan ibu dan pengasuh lain. Banyak ahli teori berpendapat
bahwa secara garis besar ibulah yang membentuk lingkungan berbahasa secara dini.

F. Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama


Ada pendapat yang mengatakan bahwa anak dilahirkan bukanlah sebagai
makhluk yang religious, bayi sebagai manusia dipandang dari segi bentuk dan bukan
kejiwaan. Adapula pendapat yang menyatakan bahwa anak sejak lahir telah membawa
fitrah keagamaan.
Ada bebrapa teori tibulnya jiwa keagamaan anak yakni:
1. Rasa ketergantungan
Manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki 4 kebutuhan, yakni keinginan untuk
perlindungan, keinginan akan pengalaman baru, keinginan untuk mendapat
tanggapan, dan keinginan untuk di kenal. Berdasarkan kenyataan dan
kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam
ketergantungan
2. Insting keagamaan
Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa insting, di antaranya insting
keagamaan. Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada
anak jauh sebelum usia 7 tahun. Artinya jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai
agama perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini.

Perkembangan agama anak dapat melalui beberapa fase (tingkatan) yakni:


1. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
2. The realistic stage (tingkat kenyataan)
3. The individual stage (tingkat individu)
G. Perkembangan Sosio Emosional
Perkembangan sosio anak dimulai dari sifat egosentrik individual, ke arah
interaktif komunal. Pada mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang dari
satu sisi yaitu dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan
berbeda dengan dirinya, maka pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri.
Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting yaitu kompetensi sosial dan tanggung
jawab sosial.
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak
fisiologis dan perilaku yang terlihat. Kemampuan sosio-emosional yang harus dikuasai
anak usia 3-4 tahun adalah sebagai berikut: anak dapat menunjukkan ekspresi wajar saat
marah, sedih, takut dan sebagainya, bisa menjadi pendengar dan pembicara yang baik,
membereskan permainan setelah selesai bemain, sabar menunggu giliran dan terbiasa
antri, mengenal peraturan dan mengikuti peraturan, mengerti akibat jika melakukan
kesalahan memiliki kebiasaan yang teratur. Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek
perkembangan sosio-emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan alam,
lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keberagaman, sosial dan budaya,
serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, control diri dan
rasa memiliki.
H. Perkembangan Seni dan Kreativitas
Sangat penting untuk memperlihatkan keindahan kepada anak dan membantu
mereka mengembangkan penghargaan pada seni murni. Bagi sebagian anak, ekspresi seni
merupakan cara paling alami untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pemikiran
sambil menantang imajinasi mereka dan mengembangkan kemampuan merenung dan
memecahkan masalah dengan kreatif.
Kreativitas merupakan bahagian dari jiwa seorang anak manusia. Anak yang
kreatif biasanya ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan
aktivitas yang kreatif.

BAB IV BELAJAR ANAK PRASEKOLAH


A. Belajar Melalui Pengkondisian
1. Pengkondisian klasik
Kegiatan pengkondisian klasik sering disebut dengan istilah respondent
conditioning, yakni percobaan Pavlov yang bereksperimen dengan reaksi air liur pada
anjing. Seekor anjing dapat dibuat sedemikian rupa sehingga mengeluarkan air liur
dengan rangsangan bunyi bel. Hal itu tercapai dengan menggabungkan bunyi bel
dengan adanya makanan.
Dalam konteks ini para psikolog beranggapan bahwa bayi telah siap secara
biologis untuk menghubungkan beberapa kejadian tertentu dengan beberapa reaksi
internal tertentu atau reaksi yang terbuka. Dalam pengkondisian klasik itu bisa
diterapkan pada bayi yang menginginkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pengondisian Instrumental
Kegiatan pengkondisian instrumental sering juga disebut operant conditioning
atau pengkondisian operan. Dalam konteks ini seorang ilmuwan bernama Papouksek
memberi bayi berusia enam minggu suara bel atau dengung. Jika bel berbunyi, bayi
akan menerima susu dari buah dada yang sebelah kiri dan tidak akan menerima dari
kanan. Jika dengung berbunyi, susu hanya diberikan dari buah dada yang kanandan
tidak yang kiri. Setelah berpengalaman sekitar 30 hari, bayi belajar untuk menengok
ke kiri jika mereka mendengar suara bel dan ke kanan jika mendengar suara dengung.
Penguatan meningkatkan terjadinya tanggapan terhadap pengondisian instrumental
dalam konteks tertentu.
B. Kurikulum Baru Prasekolah
1. Perspektif pendidikan Islam
Lingkungan pendidikan menggunakan kurikulum dalam mempengaruhi
perkembangan anak kecil pada pendidikan prasekolah, terutama dalam kurikulum
terpadu. Dalam kurikulum ini anak dapat pengalaman luas, karena antara satu mata
pelajaran dengan pelajaran lain saling berkaitan. Dengan demikian seluruh mata
pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat.
Adapun pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak tiada lain
adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yakni; akidah, ibadah dan akhlak.
2. Orientasi Baru Kurikulum Prasekolah
Lima fokus strategi pembelajaran prasekolah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi tujuan dan sasaran pengajaran dan pembelajaran seperti
mengidentifikasikan arah tempat
b. Menseleksi metode-metode yang berguna untuk memutuskan bagaimana
bepergian menuju kota atau tempat dengan mobil, bus, kereta api dan pesawat
terbang
c. Memilih benda-benda yang diperlukan dalam melakukan perjalanan seperti
baju, kaos, tiket dan peta.
d. Memilih kegiatan khusus seperti memilih apa yang ingin dilakukan jika
menuju ibu kota ketika berjalan di taman kota, dan tempat- tempat terkenal
e. Mengevaluasi dan menilai ketika bermain, setelah mengajarkan pelajaran.

BAB V BERMAIN SEBAGAI CARA BELAJAR ANAK PRASEKOLAH

A. Bermain dan Belajar


Secara historis, proses belajar anak melalui bermain dimulai oleh Frobel yang
membangun sistem persekolahan nilai pendidikan dari bermain. Karena itu,
perkembangan anak sejak dini berlangsung melalui aktivitas bermain. Menurut Morrison
ada beberapa tujuan bermain yaitu:
1. Memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
2. Mempelajari konsep
3. Pengembangan keterampilan fisik
4. Penguasaan situasi hidup
5. Proses mempraktikkan bahasa
6. Pengembangan kemahiran keterampilan
7. Peningkatan harga diri
8. Mempersiapkan bagi kedewasaan hidp dan peran
B. Teori-Teori Modren
Adapun teori-teori yang dikemukakan para tokoh psikologi berkenaan dengan
bermain dalam kehidupan anak adalah sebagai berikut:
1. Teori psikoanalisa (Sigmun Fread)
Freud memandang bermain sama seperti fantasia tau lamunan. Melalui
bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan
maupun konflik pribadi.Dengan demikian Fread percaya bahwa bermain
memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak.
2. Teori kognitif
Adapun beberapa tokoh yang tergabung dalam teori kognitif antara lain
Jean Piaget, Vsygotsky, Bruner, Sutton Smith serta Singer, masing-masing
memberikan pandangannya mengenai bermain.
a. Jean Piaget
Menurut Piaget anak menjalani tahapan perkembangan kognisi
sampai akhirnya proses berfikir anak menyamai proses berfikir orang
dewasa. Dalam teori Piaget, bermain bukan hanya mencerminkan
tahap perkembangan kognisi anak, tetapi juga memberikan sumbangan
terhadap perkembangan kognisi itu sendiri. Menurut Piaget dalam
proses belajar perlu adaptasi, dan adaptasi membutuhkan
keseimbangan antara dua proses yang saling menunjung yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggabungan
informasi baru yang ditemui dalam realitas untuk disesuaikan dengan
struktur kognisi yang dimiliki anak. Akomodasi adalah mengubah
struktur kognisi seseorang untuk disesuaikan, diselaraskan atau dengan
meniru apa yang diamati dalam realitas.
b. Lev Vygotsky
Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang
meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi seorang anak. Menurut Vygosky anak kecil
tidak mampu berfikir abstrak karena bagi mereka, meaning (makna)
tidak objek berbaur menjadi satu. Akibatnya anak tidak dapat berfikir
tentang kuda tanpa melihat yang sesungguhnya. Saat anak terlibat
dalam bermain hayal dan menggunakan sebuah objek misalnya sebuah
kayu untuk mewakili benda lain yaitu kuda, meaning mulai terpisah
dari objek. Objek pengganti yaitu potongan kayu tadi digunakan
sebagai pemisah antara makna kuda dengan kuda sesungguhnya.
c. Jerome Bruner
Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai
sarana mengembangkan kreatifitas dan fleksibilitas. Dalam bermain,
yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil
akhirnya. Saat bermain, anak tidak memikirkan sasaran yang akan
dicapai, sehingga dia mampu bereksperimen dengan memadukan
berbagai perilaku baru serta tidak biasa. Sekali anak dapat memedukan
perilaku yang baru, mereka dapat menggunakan pengalaman tersebut
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebenarnya. Perilaku-
perilaku rutin yang dapat dipraktekkan dan dipelajari berulang-ulang
dalam situasi bermain akan terintegrasi dan bermanfaat untuk
memantapkan pola perilaku sehari-hari.
d. Sutton Smith
Dalam konteks ini, Smith percaya bahwa transformasi simbolik
yang muncul dalam kegiatan bermain hayal (misalnya pura-pura
menggunakan balok sebagai kue), memudahkan transformasi simbolik
kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas mental
mereka. Dengan demikian, anak dapat menggunakan ide-idenya
dengan cara baru serta tidak biasa dan menghasilkan ide kreatif yang
dapat diterapkan untuk tujuan adaptif.
Sutton Smith memperkenalkan teori baru tentang bermain
merupakan adaptive variability. Dalam teori ini dia melakukan
analogi antara bermain dengan evaluasi yang didasarkan pada
penelitian terakhir dalam bidang neuro science serta teori evaluasi dari
Stephen Jay Gould (1995). Dalam teorinya, Sutton Smith mengatakan
bahwa variabalitas bermain memang faktor kunci dalam
perkembangan manusia. Pentingnya bermain bagi perkembangan
manusia adalah untuk menunjukkan potensi adaptif dalam artian luas.
Hasil penelitian dalam bidang neurologi menunjukkan bahwa potensi
adaptif ini terbentuk dalam perkembangan otak manusia yang
berlangsung pada masa dini.
3. Teori Singer
Singer menganggap bermain, terutama bermain imajinatif sebagai
kekuatan positif untuk perkembangan manusia. Dia tidak setuju sebagai
mekanisme coping terhadap ketidak matangan emosi. Dia juga mengkritik
Piaget yang menganggap bermain sebagai dominasi asimilasi. Bagi Jerome
Singer bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan
maksudnya perangsangan (stimulasi), baik dunia luar maupun dari dalam
yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam
pengalaman-pengalaman. Memulai bermain anak dapat mengoptimalkan laju
stimulasi dari luar dan dari dalam, karena itu mengalami emosi yang
menyenangkan.
4. Teori-teori lain
a. Arrousal Mudalation Theory
Theory ini menekankan kepada anak yang bermain sendirian atau
anak yang suka menjelajah objek di lingkungannya.Menurut teori
Arrausal, bermain disebabkan adanya kebutuhan atau dorongan agar
sistem saraf pusat tetap berada dalam keadaan terjaga. Bila terlalu banyak
stimulasi, Arrausal akan meningkat sampai batas yang kurang sesuai dan
menyebabkan seseorang akan mengurangi aktifitas. Contoh, bila anak
mendapat mainan baru maka Arrausal meningkat dan dengan
mengeksplorasi benda asing itu Arrousal akan menurun sehingga anak
menjadi terbiasa dengan benda tersebut. Sebaliknya kalau kurang
stimulasi akan timbul rasa bosan sebab tngkat Arrousal menurun tajam.
Ellis menganggap bermain sebagai aktivitas mencari rangsangan
(stimulus) yang dapat meningkatkan Arrousol secara optimal.Bermain
menambah stimulasi dengan menggunakan objek dan tindakan baru serta
tidak biasa.
b. Teori Beteson
Menurut Beteson bermain bersifat paradoksial karena tindakan
yang dilakukan anak saat bermain tidak sama artinya dengan apa yang
mereka maksudkan dalam dunia nyata.
Teori Beteson merangsang minat dalam aspek komunikasi dari
kegiatan bermain.Saat bermain peran, anak bisa mengubah-ubah status
antara peran pura-pura dengan identitas sesungguhnya. Misalnya saat
bermain peran tiba-tiba anak yang berperan sebagai bayi berjalan-jalan
sendiri, maka anak lain segera akan memberi komentar bahwa bayi belum
bisa berjalan seperti itu.
Menurut Beteson bermain tidak akan muncul dalam keadaan
vakum. Play text, kegiatan bermain itu sendiri selalu dipengaruhi oleh
konteks, yaitu kegiatan sekitar di mana kegiatan itu sedang berlangsung.
C. Manfaat Mainan Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Secara umum, manfaat permainan bagi pertumbuhan dan perkembangan ank
dibedakan dalam lima karakter golongan yaitu: motoric, afektif, kognitif, spiritual dan
keseimbangan.
D. Klasifikasi Jenis Mainan Anak
Berdasarkan jenisnya, mainan anak dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
mainan aktif, mainan pasif, dan mainan interaktif. Berdasarkan manfaat dan nilai
fungsinya bagi tumbuh kembang anak secara umum mainan dibagi atas 3 kelompok
yaitu: mainan ekspresif, mainan komplomenter, dan mainan edukatif (mendidik).
E. Berbagai Bentuk Permainan
Berbagai bentuk perilaku bermain yang dilakukan oleh anak dapat memberikan
gambaran kepada guru mengenai perkembangan dan kemampuan umum anak kecil,
bentuk perilaku bermain tersebut adalah:
1. Bermain sosial; peran guru yang mengamati cara bermain anak, akan
memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan
teman-temannya masing-masing akan emnunjukkan derajat partisipasi yang
berbeda.
2. Bermain dengan benda, Piaget mengemukakan bahwa ada beberapa tipe
bermain dengan objek yang meliputi bermain praktis, bermain simbolik, dan
permainan dengan peraturan-peraturan
3. Bermain sosio-dramatik, Smilansky dalam Brewer mengamati bahwa bermain
sosio-dramatik memiliki beberapa elemen;
a. Bermain dengan melakukan imitasi
b. Bermain pura-pura menjadi suatu objek
c. Bermain dengan menirukan gerakan
d. Interaksi
e. Komunikasi verbal
F. Perkembangan Tingkah Laku Bermain
Bermain sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku anak
prasekolah. Berbagai macam bermain yang dilakukan anak masing-masing memiliki
dampak dirinya, apakah itu perkembangan motoric, afektif, maupun kognitifnya.
G. Peran Guru Dalam Bermain
Sebagai evaluator kegiatan bermain, guru bertugas sebagai pengamat dan
melakukan kegiatan sejauh mana kegiatan bermain dilakukan anak-anak yang akan
memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Dalam mengevaluasi kegiatan belajar
melalui bermain harus dikaitkan dengan materi, lingkungan dan kegiatan yang telah
dirancang dalam tujuan kurikulum.
H. Bermain Dalam Tatanan Sekolah
Bermain dalam tatanan sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu: bermain di dalam
ruangan dan bermain di luar ruangan:
1. Bermain di dalam ruangan
Seorang guru harus menata ruangan sedemikian rupa, sehingga dapat
digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Jika ruangan luas, maka
dipisahkan sama lain, hendaknya setiap ruangan memiliki alat-alatnya
tersendiri. Misalnya; ruangan bermain drama, ruangan bermain balok dan
ruangan bermain lainnya.
2. Bermain di luaar ruangan
Bermain di luar ruangan lokasinya lebih leluasa untuk menjadi tempat
bermain anak. Biasanya lebih banyak menimbukkan suara keras, dan lebih
banyak menimbulkan kekuatan dan lebih bersemangat.
I. Perbedaan Gender Dalam Bermain
Permainan anak perempuan berbeda dengan permainan anak laki-laki. Biasanya
juga orang tua membedakan pengasuhan antara anak perempuan dengan anak laki-laki
sejak anak itu dilahirkan. Orang tua biasanya membelikan bola untuk anak laki-laki, dan
menghadiahkan boneka untuk anak perempuan.

BAB VI PROSES MELATIH KEPEKAAN VISUAL

A. Keingintahuan Anak
Menurut Surya kepekaan dalam mengamati objek merupakan suatu proses
berpikir yang didasari oleh rasa ingin tahu. Keberadaan rasa ingin tahu ini merupakan
bagian yang mengawali kemauan terbentuknya kreativitas. Proses yang terjaid saat
berfikir dan pembentukan kreativitas ini melibatkan sistem saraf yang terkait.
B. Model-Model Latihan Permainan
Model-model latihan permainan atau berbagai bentuk stimulus yang diberikan
hendaknya merupakan perlakuan yang dapat dikontrol dan diarahkan. Stimulus yang
diberikan kepada anak harus mempeerhatikan usia. Anak yang berusia 0-3 tahun
kemampuan organnya masih sangat rentan sehingga bentuk stimulus harus lunak dan
tidak menimbulkan kejutan yang besar.
Untuk anak yang berumur 4-5 tahun, kemandirian bermian sudah terbentuk. Anak
suka bermain sendiri dengan berbagai benda yang dimiliki, perhatian dan bentuk
permainan yang dilakukan sudah mulai berpola.
C. Potongan Kertas Berwarna
Permainan ii dibuat dengan menggunakan karton berwarna yang jelas. Buatlah
potongan karton berwarna membentuk pola-pola bervariasi. Pola yang dibuat dapat
berupa bangun maupun gambar lain yang menarik.
D. Dasar Model Permainan
Menurut Marrison ada beberapa jenis bermain, yaitu:
1. Permainan sosial, permainan sosial ini terjadi ketika anak bermain bersama
yang lain dalam kelompoknya.
2. Permainan kognitif, sesungguhnya Montesseri, Frobel dan Piaget mengakui
nilai kognitif dalam bermain.

BAB VII MEMAKSIMALKAN KECERDASAN ANAK

A. Fungsi Sensorik dan Motorik


Nielsen menjelaskan bahwa bermain dengan material sensorik seperti pasir dan
air merupakan hal yang melegakan dan membuat anak nyaman, terutama bagi anak yang
memiliki kecerdasan tubuh/kinestetik yang tinggi. Perkembangan keterpaaduan gerak
mata-tangan dan otot halus didukung melalui permainan sensorik.
B. Rangsangan Pada Sistem Saraf
Sutan berpendapat bahwa konsep treatment sensorik, yaitu memberikan perlakuan
yang terarah dan teratur pada indera anak kecil yang meliputi perlakuan pada indera
penglihatan, pendengaran, pembau, perasa, dan peraba. Perlakuan latihan seimbang dan
tidak berlebihan akan melatih kerja saraf tepi dan saraf pusat anak kecil. Selanjutnya
diharapkan agar anak kecil memiliki kemampuan yang maksimal untuk memanfaatkan
semua sumber-sumber informasi melalui indera.
C. Arah Kecerdasan Anak
Dalam hal ini, tata hubungan antar individu dalam keluarga maupun dalam ruang
yang lebih luas berpengaruh pada pertumbuhan kecerdasan. Tingkat stress yang tinggi
akan memacu produksi hormon secara abnormal. Produksi hormone yang melebihi
kebutuhan dapat menghambat kerja organ lain dalam sistem tubuh manusia. Sekilas
tinjauan secara biologis di atas sebagai informasi mengenai konsep pertumbuhan.
Sebagai suatu pusat perilaku, terdapat tiga hukum umum sosial yang perlu
ditanamkan pada anak kecil yaitu:
1. Respek terhadap diri sendiri
2. Respek terhadap orang lain
3. Respek terhadap suatu obyek.

BAB VIII MANAJEMEN PENDIDIKAN PRASEKOLAH


A. Perencanaan Mendirikan Prasekolah
Pembahasan ini difokuskan pada 4 unsur mendasar yaitu masalah legalitas,
masalah lokasi, masalah pengelola, serta maslaah teknik dan strategi promosi lembaga
pendidikan.
1. Legalitas. Permasalahan legalitas adalah masalah awal yang harus segera
diselesaikan oleh setiap orang maupun lembaga. Hal ini karena legalitas
merupakan jaminan atau perlindungan hukum yang sangat berguna terhadap
eksisitensi lembaga pendidikan prasekolah untuk mengikuti standar-standart
kompetensi kurikulum pendidikan yang mengacu pada standart minimal
kurikulum yang ada.
2. Tempat dan lokasi kegiatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menetapkan sebuah tempat dan lokasi, yaitu; lokasi yang strategis dan mudah
dijangkau.
3. Tenaga pengelola. Berbicara masalah tenaga pengelola play group dan
RA/Tk, secara pokok terdiri dari 4 bagian; kepemimpinan, dministratif-
birokratif, tenaga pengajar dan staf ahli.
4. Promosi dan pemasaran. Fungsinya adalah untuk mengenalkan kepada
masyarakat keadaan lembaga pendidikan yang kita pimpin. Terlebih-lebih
untuk lembaga pendidika swasta, promosi sangat-sangat diharapkan untuk
mendapatkan muurid-murid baru.
B. Pentingnya Manajemen Pendidikan Prasekolah
Dalam hal ini tampak jelas, baik dari segi manajemen bisnis, maupun dari segi
pengembangan ilmu pendidikan maka manajemen pendidikan merupakan keharusan
ilmiah dan praktis dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pendidikan oleh
organisasi pemerintah, termasuk juga organisasi swasta yang menyelenggarakan
pendidikan.
Pentingnya manajemen pada pendidikan anak usia dini didsarkan pada
pertimbangan bahwa pelaksanaan pendidikan anak usia dini merupakan hal yang paling
fundamental dalam mempersiapkan anak menjalani pertumbuhan dan perkembangannya
secara maksimal.
C. Defenisi Manajemen Pendidikan
Manajemen berisikan unsur; struktur organisasi yang tertata, terarah kepada
tujuan dan sasaran, dilakukan melalui usaha orang-orang, dan menggunakan sistem dan
prosedur.
Dengan demikian manajemen lembaga pendidikan prasekolah di sini adalah suatu
aktivitas yang mengelola dan menjalankan pendidikan RA/Tk agar memperoleh hasil
yang maksimal. Oleh karena itu, fungsi-fungsi manajer yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. Manajemen bertujuan agar sesuatu
yang ingin direalisasikan, penggambaran ruang lingkup tertentu dan menyarankan
pengarahan kepada usaha-usaha seorang manajer.

 Resume Buku II
 Judul Buku: Pendidikan Pra Sekolah

BAB I PENDAHULUAN

Dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas maka pemerintah


menyelenggarakan beragam pelayanan pendidikan, baik dari jenisnya, jalur maupun jenjang
mulai dari tingkat terendah hingga tingkat tinggi. Hal ini dipahami dari konsepsi Islam bahwa
proses pendidikan itu berlangsung kapan dan dimana saja selama manusia hidup dimulai dari
buaian sampai keliang lahat. Menyahuti hal demikian itu pendidikan anak harus dimulai sejak
dini, agar anak mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Hal ini dikarenakan pada
masa usia dini adalah masa-masa keemasan yakni masa yang paling penting mengembangkan
semua aspek perkembangan. Dan pada masa ini pula otak anak mengalami perkembangan
dengan sangat pesat.

BAB II PENDIDIKAN PRASEKOLAH

A. Hakikat Pendidikan Prasekolah


1. Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:7). Usia dini merupakan usia dimana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut
sebagai usia emas (golden age).
Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri
pengetahuannya. Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak
dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka
merasa aman dan nyaman secara psikologis.
Sedangkan karakteristik anak pra sekolah secara umum, yaitu: 1) Suka meniru, 2)
Ingin mencoba, 3) Spontan, 4) Jujur, 5) Riang, 6) Suka bermain, 7) Ingin tahu (suka
bertanya), 8) Banyak gerak, 9) Suka menunjukkan Akunya, 10) Unik. (Santoso,
2002:53).
2. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekam dan
Coople (Siti Aisyah dkk, 2007:1.17-1.23) adalah sebagai berikut:
a) Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
b) Perkembangan fisik/motorik, emosi, social, bahasa, dan kognitif anak terjadi
dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.
c) Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan
antar bidang pengembangan dari masing-masing fungsi
d) Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
perkembangan anak
e) Perkembangan anak berlangsung ke arah yang mangkin kompleks, khusus,
terorganisasi dan terinternalisasi
f) Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks
sosial budaya yang majemuk
g) Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya
tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan
yang diperolehnya.
h) Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
i) Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan
kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak
j) Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk
memperaktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami
tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya
k) Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik atau
gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar
hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan halhal yang diketahuinya
l) Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar adalah dalam komunitas
yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik
dan fisiologis
3. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan prasekolah adalah segenap upaya pendidik dalam memfasilitasi
perkembangan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan
pengalaman dan menstimulasi segenap perkembangan secara terpadu dan
menyeluruh. Dengan demikian anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan
dapat mengembangkan semua aspek secara optimal sesuai dengan usia anak.
4. Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional)
Bab I Pasal 1 Ayat 14). Selanjutnya di dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau
bentuk lain yang sederajat.
Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini
yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun.
5. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Santoso (2002:25) fungsi dari pendidikan anak usia dini
yaitu: a) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak Indonesia untuk
mengikuti pendidikan anak usia dini sesuai dengan potensi yang dimilikinya, bahkan
secara tidak langsung sejak anak masih dalam kandungan, b) Membantu dan
memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh dilingkungan keluarga,
masyarakat (kelompok bermain, tempat penitipan anak), c) Membantu memperbaiki
mutu dan relevansi pendidikan anak usia dini setara dengan mutu pendidikan dari
negara lain, d) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks negara
kesatuan repuplik indonesia, e) Setiap instansi pemerintah, swasta, LSM, yayasan
atau lembaga pendidikan yang lain boleh melaksanakan program PAUD dengan
mengacu pada pedoman dari Direktorat PADU Depdiknas.
6. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini
pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip (Forum PAUD, 2007) sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak.
b. Belajar melalui bermain Bermain.
c. Menggunakan lingkungan yang kondusif
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
g. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
B. Pendidikan Prasekolah Di Indonesia
Ada berbagai macam pelayanan pendidikan prasekolah yang diselenggarakan di
Indonesia diantaranya Taman Kanak-kanak (TK), Tempat Penitipan Anak (TPA),
Kelompok Bermain, dan lain-lain.
BAB III KURIKULUM ANAK USIA DINI

A. Arti Kurikulum Bagi PAUD


Kurikulum, khususnya kurikulum untuk anak usia dini/TK harus direncanakan
untuk membantu setiap anak mengembangkan potensinya secara utuh. Konsep-konsep
dasar disajikan dalam suatu kegiatan yang dapat merangsang, menarik dan melibatkan
anak dan menyediakan pondasi untuk belajar secara baik. Kurikulum harus dirancang dan
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan
kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek intelektual atau kognitif, emosi dan fisik
anak, memberikan dorongan, serta mengembangkan hubungan sosial yang sehat.
Karakteristik yang dirancang untuk kurikulum 2013 pada pendidikan anak usia
dini, yaitu sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan
moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang
tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan
keterampilan.
b. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam
pemberian rangsangan pendidikan.
c. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak; dan
memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran. (Permendikbud
Nomor 146 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 PAUD)

Sedangkan ruang lingkup kurikulum PAUD 2013 meliputi perkembangan aspek


nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni, yang
bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan untuk
menempuh pendidikan selanjutnya.

B. Landasan Kurikulum 2013 PAUD


1. Landasan Filosofis
2. Landasan Sosiologis
3. Landasan Psiko-pedagogis
4. Landasan Teoritis
5. Landasan Yuridis
C. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Karakter
Di Taman Kanak-kanak TK/RA belum sepenuhnya melaksanakan pendidikan
karakter secara terprogram dalam pembelajaran. Dari fenomena yang terjadi di lapangan,
bahwa jumlah pendidikan prasekolah meningkat sangat pesat dalam kurun waktu singkat
ini, tetapi perlu diwaspadai terutama dalam hal kualitasnya.
Dari fakta lapangan juga menunjukan, bahwa banyak sekali guru yang masih
memberikan nilai pada hasil kerja anak, memberikan rapor dengan nilai angka atau huruf,
bahkan ranking. Padahal pada usia ini adalah periode yang sangat penting untuk
tumbuhnya rasa percaya diri yaitu sikap yang semangat untuk melakukan inisiatif, penuh
ide, dan berimaginasi. Artinya, pada usia ini anak harus dapat berkreasi, berimaginasi,
bereksperimen, berani mengambil resiko, dan berani untuk salah. Apabila gagal
membentuk sikap inisiatif, maka yang berkembang adalah rasa bersalah, dan takut untuk
mengambil inisiatif.
Berdasarkan fenomena di atas, hal ini adalah suatu yang umum dan sering
dilakukan di pendidikan prasekolah yang dapat membahayakan perkembangan karakter
anak. Dengan demikian, terlihat bahwa dunia pendidikan prasekolah dalam
pelaksanaannya kurang sesuai/sejalan dengan teori-teori yang ada serta tujuan yang
hendak dicapai dalam pendidikan Nasional. Khususnya dalam mengembangkan aspek-
aspek perkembangan yang diharapkan tercapai meliputi aspek moral dan nilai-nilai
agama, sosial, emosional, dan kemandirian, berbahasa, kognitif fisik/motorik.
(Depdiknas, 2005:14) dengan baik pada diri anak prasekolah tersebut. Tetapi jika aspek-
aspek ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan mudah mengarahkannya ketika
dewasa kelak. Dengan demikian, harus dimulai dengan membenahi kurikulumnya
terlebih dahulu.
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang membantu para guru dan praktisi
dalam proses penerapan pendidikan secara holistik dan berbasis kompetensi. Pendekatan
secara holistik (menyeluruh) pada pendidikan di kenal sebagai alternatif dan pendekatan
mekanistik dan pendekatan berbasis disiplin.
Kematangan sosial emosi anak usia dini adalah penentu keberhasilan anak di
sekolah lanjutannya”, oleh karena itu adapun kompetensi yang harus dicapai oleh anak-
anak usia TK/RA yang mencakup:
a. Percaya diri (confidence)
b. Rasa ingin tahu (curiosity)
c. Motivasi
d. Kemampuan kontrol diri (self-control)
e. Kemampuan bekerja sama (cooperation)
f. Mudah bergaul dengan sesamanya
g. Mampu berkonsentrasi
h. Rasa empati
i. Kemampuan berkomunikasi

BAB V MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

A. Model Pembelajaran Anak Usia Dini


Snelbecker menyatakan bahwa hampir semua cara pengembangan pembelajaran
dinyatakan dalam bentuk model dengan alasan;
1. Agar mudah dikomunikasikan kepada para calon pemakai
2. Dapat memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan dan arena itu
berguna sekali untuk keperluan pengelolaan
3. Memperlihatkan struktur semacam matriks dimana tujuan belajaran strategi
belajar dapat diperbandingkan dan disesuaikan.

Adapun model-model pembelajaran anak usia dini ialah:

1. Model kelas berpusat pada anak


2. Model keterampilan hidup
3. Model BCCT (Beyond Centre and Circile)
4. Model bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak
5. Model stimulasi OED
B. Model Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak
Anak Taman Kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada
umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan
penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu.
Model-model kurikulum terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1991:15)
menyajikan secara detail mulai dari model pembelajaran yang mengeksplorasi satu
disiplin ilmu (model fragmented, connected, dan Nested), kemudian model-model yang
mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu (model equenced, shared, webbed, threaded,
integrated, immersed, dan networked).
Prosedur pembelajaran tematik meliputi memilih tema, menentukan sub tema,
mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan tema, merancang rencana kegiatan
mingguan, memperhatikan hal-hal dalam memanajemen kelas, menyediakan media,
ciptakan suasana tematik, melaksanakan di luar perencanaan, Nilai tingkat pemahaman
dan minat anak melalui observasi, evaluasi pelaksanaan tema yang dilakukan, dan
menentukan perluasan tema bila minat anak-anak mengenai tema tersebut besar.

BAB V TEORI PERKEMBANGAN

A. Teori Aspek Perkembangan Anak Prasekolah


Pemahaman terhadap perkembangan anak adalah faktor yang sangat penting
diketahui oleh seorang guru dalam rangka meng’optimalisasikan potensi-potensi pada
diri anak. Pemahaman terhadap perkembangan anak meliputi fisik-motorik, emosi sosial,
kognitif/intelegtual, bahasa dan pemahaman nilai-nilai moral agama. Guru yang memiliki
pemahaman tentang perkembangan anak diharapkan dapat memberikan stimulasi yang
sesuai dengan karakteristik anak dan memiliki harapan yang realistis terhadap anak
didiknya.
Erikson membagi tahap perkembangan individu berdasarkan integrasi diri
perkembangan psikologis dan sosial. Teori perkembangan psikososial manusia di
dasarkan pada teori psikoanalisis yang membahas tentang perkembangan kepribadian
manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan
kepribadian
Masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan
tertentu. Karena: pertama. anak sedang mengulang-ngulang dan karenanya dengan
senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil melakukannya.
Kedua, anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut.
Yusuf memaparkan aspek-aspek yang ada dalam kecerdasan sosial emosi pada
anak dapat dibagi menjadi aspek :
a. Kesadaran diri; mengenal dan merasakan emosi sendiri.
b. Mengelola emosi; bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola
amarah secara lebih baik.
c. Memanfaatkan emosi secara produktif; memiliki rasa tanggung jawab, mampu
memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan.
d. Empati; mampu menerima sudut pandang orang lain, kepekaan terhadap
perasaan orang lain, mampu mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan; memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan
teman sebaya, senang menolong orang lain, senang berbagi rasa, dan bekerja
sama, dapat berkomunikasi dengan orang lain.
B. Implikasi Teori Perkembangan Dalam Pembelajaran AUD
Teori kognitif yang dikemukakan Piaget memiliki asumsi dasar yang berasal dari
konsepsi mengenai hakikat berpikir anak dan bagaimana pengetahuan dibentuk. Hakikat
pendidikan dalam pembelajaran berdasarkan teori Piaget menunjukkan pada saat anak
berinteraksi dengan dunia luar sebagai proses berpikir anak yang berbeda dengan orang
dewasa. Kemajuan anak berpikir menuju pikiran orang dewasa merupakan proses
panjang dan selama itu kecerdasan anak membangun struktur kognitif yang diperlukan
dan memakan waktu.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas dapat disusun satu rancang
pembelajaran untuk anak usia 5 tahun (tahap praoperasional) seperti contoh yang
dikemukakan berikut ini:
a. Ingin mencapai sasaran: anak dapat mengurutkan benda sesuai kriteria.
b. Mengelompokkan benda berdasarkan ukuran yang sama
c. Mengelompokkan benda berdasarkan jumlah
d. Mengkonversikan benda dengan angka

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini.
Karakteristik utama dari model pembelajaran Montessori ialah penekanan
terhadap aspek persiapan lingkungan. Dia percaya bahwa “lingkungan” tidak hanya
mencakup ruang yang digunakan oleh anakanak dan perabotan dan bahan-bahan yang
ada di dalam ruang itu, tetapi juga mencakup orang dewasa dan anak-anak yang berbagi
harihari mereka satu sama lain di sana.

Gardner menyatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Dengan
demikian, Ia berpendapat bahwa intellegence terdiri dari 9 macam. Meskipun demikian,
Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan
hanya satu kapasitas mental.

BAB VI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK PRASEKOLAH

A. Bermain Bagi Anak Prasekolah


Bagi anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena
bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Sedangkan departemen
pendidikan nasional mendefenisikan bermain ialah cara yang paling efektif untuk
mematangkan perkembangan anak.
Menurut Johnson ia bermain sama dengan fantasi atau lamunan. Melalui bermain
anak dapat memproyeksikan harapanharapan maupun konflik pribadi, mengeluarkan
semua perasaan negatif, seperti pengalaman yang tidak menyenangkan atau traumatic dan
harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realita (Johson, J.E; Christie, J.F. Jawkey,
1999:6). Sedangkan menurut Piaget, (dalam catronyang menganut teori kognitif ini
mengatakan bahwa bermain mengalami perubahan dari tahap sensori motorik, bermain
khayal, sampai kepada bermain sosial yang disertai aturan permainan. Jadi walaupun
bermain bukan penentu utama kognisi, tetapi memberi sumbangan penting terhadap
perkembangan kognisi.
Menurut Highes, seorang ahli perkembangan anak, bermain merupakan hal yang
berbeda dengan belajar dan bekerja, suatu kegiatan yang dikatakan bermain harus ada
lima unsur di dalamnya, yaitu:
a. Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan
b. Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuluh
ataupun memaksa
c. Menyenangkan dan dapat menikmati
d. Menghayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas
e. Melakukan secara aktif dan sadar

Adapun beberapa persyaratan dalam penyediaan alat bermain yaitu:

a. Tidak berbahaya
b. Gampang didapat
c. Sebaiknya dibuat sendiri
d. Berwarna dominan
e. Tidak mudah rusak
f. Ringan atau berat tetapi tidak dapat dipindahkan oleh anak

Adapun manfaat bermain, bermain dapat memberi manfaat bagi anak untuk
melatih kemampuannya sejak dini, yaitu:

a. Kemampuan berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam


dirinya.
b. Kemampuan mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki tentang dunia dan
kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua
dilakukan dengan cara yang mengembirakan hatinya.
c. Kemampuan merasakan ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya.
d. Kemampuan mengembangkan kreativitas anak dengan munculnya ide-ide dari
pikiran anak-anak, walaupun kadang-kadang abstrak bagi orang tua.
e. Kemampuan untuk menghadapi stres, karena dengan bermain sering
merasakan gagal atau dikalahkan teman
B. Permainan Anak Prasekolah
Permainan menurut Piaget ialah media yang meningkatkan perkembangan
kognitif anak. Permainan adalah suatu alat bagi anak untuk menjelajahi dan mencari
informasi baru secara aman, sesuatu yang mereka tidak lakukan bila tidak ada permainan.
Ciri-ciri permainan menurut Buytendijk sebagai berikut:
a. Permainan adalah selalu bermain dengan sesuatu
b. Dalam permainan selalu ada sifat timbal balik, sifat interaksi.
c. Permainan berkembang, tidak statis melainkan dinamis, merupakan proses
dialektik yaitu tese-antese-sintese. Karena proses yag berputar ini dapat
dicapai suatu klimaks dan mulailah prosesnya dari awal lagi.
d. Permainan juga ditandai oleh pergantian yang tak dapat diramalkan lebih
dahulu, setiap kali dipikirkan suatu cara yang lain atau dicoba untuk datang
pada suatu klimaks tertentu.
e. Orang bermain tidak hanya bermain dengan sesuatu atau dengan orang lain,
melainkan yang lain tadi juga bermain dengan orang yang bermain itu.
f. Bermain menuntut ruangan untuk bermain dan menuntut aturanaturan
permainan.
g. Aturan-aturan permainan membatasi bidang permainannya

Bentuk permainan anak sangat bervariasi. Dari berbagai jenis permainan itu pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis Sebagai berikut:

a. Permainaan fisik
b. Lagu anak-anak
c. Bermain teka-teki dan bermain logis matematika
d. Bermain dengan benda-benda
e. Bermain peran

Alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif), dan
dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak (Departemen pendidikan naional
direktorat jenderal pendidikan luar sekolah dan pemuda direktorat pendidikan anak usia
dini usia, 2003:5) Dengan demikian, alat permainan edukatif (APE) digunakan untuk
mendukung kegiatan main anak. APE disesuaikan dengan usia anak dan rencana kegiatan
belajar yang sudah disusun. APE tidak harus yang sudah jadi tapi dapat dibuat oleh kader
bersama orang tua. Jadi, APE tidak hanya yang sudah jadi, tetapi dapat juga dibuat
sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tidak dapat terpakai lagi dan
mudah didapat disekitar kita.
Permainan dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan
sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, belajar hidup
dalam masyarakat secara umum. Selain itu, permainan akan meningkatkan
perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus
keterampilan motor kasar dan halus. Permainan juga akan membantu anak-anak
memahami tubuhnya; fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-
anak bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan
kepuasan. Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena
anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan
diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memperhatikan peran orang lain.
Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak
orang lain.

C. Asumsi Bermain Bagi Anak Usia 3-5 Tahun


Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD.
Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan dengan menggunakan strategi yang tepat untuk
materi/bahan dan media yang menarik serta mudah dimengerti oleh anak.
Pada usia tiga tahun, umumnya anak dapat berjalan mengikuti garis yang lurus.
Pada waktu anak berusia 3 tahun umumnya mereka sudah mampu berjalan mundur,
berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan lari. Pada usia antara 4-5 tahun, biasanya mereka
sudah mampu membuat gambar, gambar orang.

BAB VII EVALUASI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

A. Hakikat Evaluasi
Adapun tujuan dari evaluasi siswa terdiri dari enam tujuan utama ialah sebagai
berikut:
1. Umpan balik bagi siswa
2. Umpan balik bagi guru
3. Informasi bagi orang tua
4. Informasi untuk pemilihan dan pemberian sertifikat
5. Informasi untuk akuntabilitas
6. Insentif guru meningkatkan upaya siswa
B. Pedoman Evaluasi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Repuplik Indonesia Nomor 146
tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini mengemukakan bahwa
pedoman evaluasi atau penilaian ini disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan
penilaian proses dan hasil belajar sesuai dengan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini.
C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Penilaian proses dan hasil belajar di PAUD bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak selama mengikuti pendidikan di PAUD;
2. Menggunakan informasi yang didapat sebagai umpan balik bagi pendidik
untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dan meningkatkan layanan pada
anak agar sikap, pengetahuan, dan keterampilan berkembang secara optimal;
3. Memberikan informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pengasuhan di
lingkungan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di
PAUD; dan
4. Memberikan bahan masukan kepada berbagai pihak yang relevan untuk turut
serta membantu pencapaian perkembangan anak secara optimal.

Sedangkan fungsi Penilaian kegiatan belajar anak ialah untuk memantau


kemajuan belajar, hasil belajar, dan perbaikan hasil kegiatan belajar anak secara
berkesinambungan.

D. Prinsip Evaluasi
Evaluasi/penilaian proses dan hasil belajar anak di PAUD berdasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Mendidik:
2. Berkesinambungan
3. Objektif
4. Akuntabel
5. Transfaran
6. Sistematis
7. Menyeluruh
8. Bermakna
E. Lingkup dan Mekanisme Evaluasi
Penilaian proses dan hasil kegiatan belajar anak mencakup semua aspek
perkembangan yang dirumuskan dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
F. Waktu dan Pengolahan Evaluasi
Evaluasi/penilaian dilakukan mulai dari anak datang di satuan PAUD, selama
proses pembelajaran, saat istirahat, sampai anak pulang. Hasil penilaian dapat dirangkum
dalam kurun waktu harian, mingguan atau bulanan.
G. Pelaporan Pencapaian Hasil Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak
1. Pelaporan adalah kegiatan mengomunikasikan hasil penilaian tentang tingkat
pencapaian perkembangan anak baik secara psikis maupun fisik yang dilakukan
secara berkala oleh pendidik. Apabila terdapat pertumbuhan dan perkembangan yang
tidak biasa pendidik dapat berkonsultasi ke ahli yang relevan.
2. Bentuk pelaporan berupa deskripsi pertumbuhan fisik dan perkembangan kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak yang dilaporkan kepada orang tua
dilengkapi dengan lampiran hasil portofolio.
3. Teknik pelaporan dilakukan dengan cara bertatap muka dengan orang tua untuk
menjelaskan hasil penilaian anak.
4. Pelaporan secara tertulis diberikan kepada orang tua minimal sekali untuk setiap 6
bulan, sedangkan pelaporan secara lisan dapat diberikan sesuai kebutuhan.
H. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar
Pada anak usia lahir-4 tahun dapat dilakukan secara lebih fleksibel dalam hal
lingkup yang dinilai, teknik dan instrumen, waktu, pengolahan, dan pelaporan penilaian
I. Pihak Yang Terlibat Dalam Evaluasi
Pihak-pihak yang terlibat dalam Evaluasi/penilaian antara lain :
1. Pendidik;
2. Kepala/pengelola satuan PAUD; dan
3. Pihak lain yang relevan.
BAB X PENUTUP

Pendidikan prasekolah di Indonesia merupakan subsistem dari Sistem Pendidikan


Nasional, dari itu pendidikan prasekolah adalah suatu instrument pendukung terhadap
tercapainya cita-cita Pendidikan Nasional di Indonesia.

Dalam hal menumbuhkembangkan potensi anak, khususnya bagi anak usia dini
hendaknya tetap memperlakukan anak sebagaimana tingkat perkembangannya, sehingga tidak
membuat anak merasa terbebani. Karena anak pada usia tersebut umumnya belum dapat belajar
dengan serius, mereka lebih cenderung belajar tentang suatu hal melalui bermain. Dengan
bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

Agar anak dapat berkembang dengan baik maka kurikulum perlu dirancang dengan
sebaik-baiknya sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kurikulum tersebut direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat
membantu anak dalam mengembangkan potensinya secara utuh.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A. Kelebihan Buku I
1. Buku ini sudah memiliki penerbit dan sudah memiliki ISBN sehingga mudah untuk
didapat dan dicari.
2. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti
3. Penjelasan tentang prasekolah yang lebih lengkap
4. Dalam penulisannya buku tersebut menggunakan sistematika penulisan yang

bagus.

5. Bahan ajar konsep pendidikan anak usia dini dapat membantu mahasiswa untuk
mengembangkan pengetahuan mengenai anak PAUD
6. Buku ini bisa menjadi acuan bagi calon guru PAUD untuk membangun dan belajar
tentang bagaimana memanajemen pendidikan anak usia dini yang berbasis akreditasi
lembaga.
B. Kelebihan Buku II
1. Mempunyai banyak refensi dari setiap pembahasannya
2. Memuat banyak pendapat para ahli
3. Pembahasan didalam buku juga sangat terstruktur sehingga pola pikir para pembaca
menjadi terarah.
C. Kekurangan Buku I
1. Memiliki beberapa tulisan yang typo baik itu kekurangan huruf ataupun berlebihan
2. Buku ini memiliki tebal 336 halaman yang membuat para pembaca merasa bosan
karena materi yang tidak ada habisnya
3. Buku ini lebih banyak menjelaskan teori dibandingkan dengan mengaplikasikan
teorinya
D. Kekurangan Buku II
1. Terdapat sedikit kesalahan pada penulisan Bab Penutup yang harusnya ditulis VIII
menjadi X
2. Ada sedikit kesalahan dalam penulisan
BAB I

IDENTITAS BUKU

1. Buku utama

Judul : Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini berbasis Akreditasi Lembaga

No. ISBN : 978-602-422-851-4

Pengarang : Dadan Suryana, Nelti Rizka.

Penerbit : Prenada Media Group

Tahun Terbit : 2019

Edisi : ke-1

Tebal buku : 336 hlm

2. Buku pembanding
Judul : Manajemen Paud Berdaya Saing

Pengarang : Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I

Penerbit : Gava Media

No. ISBN : 978-602-6948-69-4

Jumlah halaman: 216

BAB II
RINGKASAN BUKU

BUKU UTAMA

BAB I HAKIKAT MANEJEMEN

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN

Manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang
terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat,
yaitu penggunaan sumber daya organisasi (sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber
daya keuangan serta informasi), proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan, dan seni dalam
menyelesaikan pekerjaan (Emie Tisnawati Sule dan Kumiawan Saefuilah, 2006).

Manajemen mengandung berbagai aspek dan karakteristik, sebagai berikut (Silalahi dalam Iay
Kekeh Marthan)

a. Manajemen sebagai proses, yaitu rangkaian tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada seoptimal mungkin

b. Manajemen sebagai fulngsl, yaitu rangkaian kegiatan atas dasar fungsi-fungsi tertentu

c. Manajemen sebagai kolcktiuitas orang-orang, yaitu pejabat yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan aktivitas manajemen

d. Manajemen sebagai suatu sisterz, yaitu suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bidang
yang senantiasa berkaitan dan bergantung satu sama lain

e. Manajemen sebagai ilmu, yuttt yang bersifat interdisipliner dalam hal konsep-konsep, teori-
teori, metode-metode dan analisisnya menggunakan bantuan dari berbagai ilmu, seperti:
Ekonomi, sosiologi, matematika dan statistik

Fungsi manajamen
Terry (dalam Mukminin Amirul, 2011) mengenai fungsi-fungsi manajemen pendidikan
dalam perspektif persekolahan metiputi: (1) perencanaan (planning) (2) pengorganisasian
(organizing) 3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling)

B. FILSAFAT DAN ASAS-ASAS MANAJEMEN

Filsafat manajemen adalah kerja sama saling menguntungkan, bekerja efektif dan dengan
metode kerja yang baik unnrk mencapai hasil yang optimal. Berasal dari Perancis dan beke rja
pada Commantty Chambault Company (Perusahaan Tambang Batu Bara). Henry berhasil
mengembangkan beberapa asas yang praktis dan sederhana yang dapat digunakan dalam
pekerjaan manaier (POC3: Planning, organizing, coordinating, command.ing, dan controlling,

Asas (prinsip) adalah suatu pernyataan fundamentai atau kebenararr yang dapat dijadikan
pedoman pemikiran darr tindakan. Berikut asas asas umum manajemen menurut beberapa tokoh
manajemen. F.W.loylor Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. Pemilihan serta
pengembangan para pekerja. Usaha untuk menghubungkan dan mempersatukan metode kerja
yang terbaik dengan para pekerja yarrg terpilih dan terlatih. Kerja sama yang harmonis antara
manajer dan nonmanajer

C. PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

Perkembangan teori manajemen terjadi sangat pesat, oleh karena itu perlu diketahui
proses perkembangan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen. Ada tiga aliran pemikiran
manajemen, yaitu aliran klasik, aliran hubungan manusiawi, dan aliran manajemen modem,
Disebut zaman manajemen ilmiah (evolusi pada abad ke-19) yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan pendekatan manajemen yang sistematik Robert Owen (1771-1858), seorilng
manajer beberapa pabrik kapas di New Ianark, Skotlandia, menekankan pentingnya unsur
manusia dalam produksi. Charles Babbge (1792-l87f), seorang profesor matematika di Inggris,
menganjurkan Pertama kali prinsip pembagian kerja meialui spesialisasi dan juga menciptakan
alat perhitungan (kalkulator) mekanisme pertama, serta mengembangkan program-program
pertama bagi komputer.

Aliran-aliran perkembanagan manajemen: Aliran klasik, Aliran Hubungan Manusiawi , Aliran


manajemen modern
D. MANAJER DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI

Manajer pada dasarnya adalah subjek dalam kegiatan manajemen, artiriya manajer adalah
orang yang melakukan kegiatan manajemen. Lebih lengkap lagi manajer adalah individu yang
bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi
dijalankan bersama para anggota dari organisasi Lingkungan ekstemal adalah semua elemen di
luar suatu organisasi yang relevan untuk operasinya (elemen tidak langsung dan elemen
langsung). Elemen langsung (direct-action ebmenA adalah elemen dari Iingkungan yang secara
langsung memengaruhi aktivitas sebuah organisasi. Elemen tidak langsung (indirect-action
elemenD adalah elemen Iingkungan ekstemal yang memengaruhi iklim tempat aktivitas
organisasi berlangsung, tetapi tidak langsung memengaruhi organisasi.

E. ORGANISASI DAN LINGKUNGAN


Organisasi sebagai icumpulan orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan karena pada
dasamya organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu,
kegiatan manajemen yang akan dilakuk-an semestinya mempertimbangkan faktor lingkungan
yang terkait dengan organisasi, baik bersifat langsung maupun tidak langsung.

F. PERENCANAAN DAN MANAJEMEN STATEGI

G.R. Terrv mengatakan bahwa perencanaan adalah mernilih dan menghubungkan fakta
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan
menggambarkart dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

G. TIPE-TIPE PERENCANAAN DAN RENCANA

Ada dua tipe utama rencana, yaitu: rencana strategis dan rencana operasional.

BAB II

PENETAPAN TUJUAN ORGANISASI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN

A. MISI DAN TUJUAN ORGANISASI


Misi adalah suatu pemyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Adapun
Tujuan Organisasi adalah pemyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi
ingin merealisasikannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang,
yang ingin diwujudkan oleh organisasi sebagai kolektivitas. Berbagai fungsi tujuan
organisasi menurut waktu dan keadaan: memberikan pedoman bagi kegiatan; sebagai sumber
legitimasi; menyediakan standar pelaksanaan; sumber motivasi; dan memberikan dasar
rasional pengorganisasian; Adapun tipe-tipe tujuan adalah: Tujuan kemasyarakatan; tujuan
keluaran; tujuan sistem; tujuan produt tujuan turunan (derivasi)

B. MODEL RASIONAL DALAM PERSPEKTIF


Model rasional menimbulkan citra pembuat keputusan sebagai mesin hitung super. Ada
tiga konsep yang muncul untuk membantu manajer menempatkan keputusan dalam
perspektil yaitu: a. Rasionalitas terbatas dan memadai. b. Heuritis, c. Memutuskan siapa yang
membuat keputusan.

C. PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

Hasibuan menyatakan bahwa pengorganisasian adalah proses penentuan, pengelompokan


dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relatifdidelegasikan kepada setiap individu yang akan
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. secara selektif harus didasarkan pada asas asas
(prinsip-prinsip) organisasi, yaitu:
1. Principle of organizational objecnues (asas tujuan organisasi)
2. Principlc of unity of objectiue (asas kesatuan tujuan)
3. Principb of unity of command (asas kesatuan perintah)
4. Principb of the span of manugenlent (asas rentang kendali)
5. Pinciple of delegation of authority (asas pendelegasian wewenang)
6. Principle of parity of authority and respowibility (asas keseimbangan wewenang dan
tanggung jawab)
7. Principle of principle of responsibility (asas tanggung jawab)
8. Principle of departementation (principle of diuision of work Asas pembagian kerja)
9. Prirriple of pinciple of personnel placement (asas penempatan personalia)
10. Principle ofscalar chain (asas jenjang berangkai)
11. Principle of eficiency (asas efisiensi)
12. Principleofcontinutty(asaskeseimbangan)
13. Principb of coordirution (asas koordinasi)

Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah:


1. Strategi organisasi untuk mencapai rujuannya Struktur mengikuti strategi, sedangkan
strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat
disusun di antara Para manajer dan bawahan.
2. Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang atau jasa akau membedakan bentuk struktur organisasi.
3. Anggota knryawan) dan orang-orang yar,g terlibat dalam organisasi. Kemampuan dan
cara berpikir para imtgota, serta kebutuhan mereka untuk bekeda sama harus diperhatikan
dalam merancang struktur organisasi.
4. Ukuran organisasi. Besamya organisasi secara keseluruhan maupun satuan-satuan
kerjanya akan sangat memengaruhi strukfrrr organisasi.

D. WEWENANG, TANGGUNG JAWAB, DELEGASI SERTA SENTRALISASI DAN


DESENTRALISASI
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat irntuk menyrruh pihak lain
supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu. Tanggung jawab
(responsibility) adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas yang dibebankan
kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya. Delegasi
wewenirng adalah proses di mana manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada
orang-orang yang melapor kepadanya. Mengapa manajer gagal mendelegasikan? Delegasi
adalah faktor kritis bagi manajemen yang efektit tetapi manajer banyak gagal dalam delegasi,
alasan-alasan tersebut antara lain:
1. Manajer merasa lebih bila mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.
2. Manajer tidak bersediamenghadapi-menghadapi risiko bahwa bawahannya akan
melaksanakan wewenangnya dengan salah atau gagal.
3. Manajer kurang mempunyai kepercayaan akan kemampuan bawahannya.
4. Manajer takut bahwa bawahan akan melalsanakan tugasnya dengan efektif sehingga
posisinya sendiri terancam.

BAB III

KOORDINASI MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

A. ARTI DAN PENTINGNYA KOORDINASI MANAJEMEN


Koordinasi secara Umum adalah suatu kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan dan
mengoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan
dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi adalah untuk mencegah terjadinya
kekacauan, perselisihan, dan kekosongan pekerjaan; agar orang-orang dan pekerjaannya
selaras serta diarahkan untuk pencapaian tujuan; supaya semua tugas/kegiatan terintegasi
kepada sasaran yang diinginkan

B. MEKANISME PENGORGANISASIAN DASAR


1. Hierarki manajerial:Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal,
hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas, akan dapat menumbuhkan
integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang
tepat.
2. Aturan dan prosedur: aturan dan prosedur-prosedur adalah keputusan-keputusan
manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian- kejadian rutin, sehingga dapat
juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan tuiuan: Pengembangan rencana dan tujuan dapat
digunakan unnrk pengoordinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi
terhadap sasaran-sasaran yang sama.
C. MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
1. Sistem informasi vertikal: Yaitu peralatan untuk menyalurkan data melewati
tingkatan-tingkatan organisasi.
2. Hubungan-hubungan lateral (horizontal):

D. PENGURANGAN KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI


1. Penciptaan sumber daya tambahan: Memberikan kelonggaran bagi saruan kerja.
Penambahan tcnaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah
yang timbul berkurang.
2. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri: Teknik ini mengurangi kebutuhan
koordinasi dengan mengubah karakter satuansatuan organisasi.

E. PERSONALIA, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI


Penyusunan persornalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan penarikan,
penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan anggota-anggota organisasi.
Ada tiga perencanaan personalia, yaitu penentuan jabatan-jabatan yang harus diisi,
keurampuan yang dibutuhkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, dan
berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan.
Motivasi berasal dari kata latin mavere, yarrgberarti dorongan/daya penggerak,
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Teori-teori motivasi di antaranya:
a. Teori petunjuk (prescriptiue theories), yang mengemukakan bagaimana
memotivasi karyawan. Teori-teori ini berdasarkan pengalaman coba-coba.
b. Teori isi (content theories) atau disebut juga dengan teori kepuasan/ teori
kebutuhan (need theories), berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-
penyebab perilaku. Teori-teori yang termasuk kategori teori ini, yaitu: 1) teori
hierarki kebutuhan dalam psikologi; 2) teori motivasi menurut Frederick
Herzberg-pemeliharaan atau motivasi higienis; 3) teori prestasi dari penulis
dan peneliti David McClelland.
c. Teori proses (process theories), berkaitan dengan bagaimana perilaku dimutai
dan dilaksanakan berdasarkan motivasi. Teori-teori yang termasuk kategori
teori ini, yaitu: l) teori pengharapan;2) pembentukan perilaku; 3) teori Porter-
Lawler; 4) teori keadilan.

F. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi
orang-orang lairr agiu bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Mereka yang dalam posisi
ini antara lain manajer, kepala, ketua, direktur, dan presiden direktur Robert Tanembaum:
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi,
mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanSSung jawab, supaya semua
bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan organisasi.
Gaya-gaya kepemimpinan menurut Drs. S.P. Hasibuan adalah:
1. Kepemimpinan otoriter, yaitu jika seorang pemimpin menganggap dirinya yang
paling berkuasa, paling pintar dan mampu. Pengarahan bawahan dilakukan dengan
cara instruksi/perintah.
2. Kepemimpinan partisipatif, yaitu pemimpin menciptakan kerja sama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya.
3. Kepemimpinan delegatif, yaitu pemimpin mendelegasikan wewenang kepada
bawahannya dengan agak lengkap, sehingga bawahan itu dapat mengambil keputusan
dan kebijakan-kebijakan dengan agak bebas atau leluasa dalam melaksanakan tugas.

BAB IV
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan adalah wadah yang menghantarkan seseorang ke dalam alur
berpikiryang teratur dan sistematis' Dalam pengertiannya' pendidikan adalah "usaha sadar
dan direncanakan untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, :ikhlak mulia' serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara". Da-Iam pelaksanaannya, sebuah lembaga
pendidikan kerap kali dihadapkan pada problem-problem sistem pembelajaran, mulai dari
penyiapan sarana dan prasarana, materi, tuiuan bahkan sampai pada penyiapan proses.

B. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen pendidikan berkaitan erat dengan organisasi, administrasi, dan pengelolaan
pendidikan. Organisasi pendidikan terdiri dari sekelompok orang yang bersama-sama
mengelola lembaga pendidikan, yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita
pendidikan. Mereka mengintegrasikan sumber-sumber materi dan srkap para anggotanya di
bawah suatu manajemen dan kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan unruk mencapai
cita-cita pendidikan. Manajemen dan pelaksanaan kegiatan pendidikan disebut administrasi
pendidikan Manajemen pendidikan didefinisikan sebagai "proses merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dengan menggunakan sumber daya organisasi perrdidikan berdasarkan pada
standar yang ditetapkan oleh lembaga atau satuan pendidikan".
C. STUDI KASUS DIINDONESIA
Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat kompleks. Permasalahan yang besar
antara lain menyangkut persoalan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen
pendidikan. Mengenai mutu pendidikan menurut paul Supamo adalah masalah mengenai
kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana.
Termasuk pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak
dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang persoalan manajemen pendidikan
adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan,
birokrasi, dan transparansi agar kualitas dan pemerataan pendidikan dapat terselesaikan.
Inilah persoalan yang besar sebenarnya, karena bagaimanapun juga ketika sebuah
institusi pendidikan tidak mempunyai sistem manajemen pendidikan yang baik, maka dapat
dipastikan mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik oula. Sebagaimana yang dirasakan
dalam sistem manajemen pendidikan kita dewasa ini, dengan munculnya Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dimungkinkan akan sedikit menjawab persoalan ters ebut. Sekolah
merupakan kebersamaan, tempat hubungan personel autentik antara pengajar dan pelajar
dapat berkembang. Tanpa persahabatan itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran
akan menghilang. Hubungan saling percaya dan persahabatan autentik antara pengajar dan
pelajar merupakan syarat mutlak pernrmbuhan sejati dari komitrnen kepada nilai-nilai.
Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup manajemen yang baik,
dan ini menurut I. Drost, SI akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

D. KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN


Konsep administrasi dipandang sama dengan konsep manajemen. Manajemen pendidikan
terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan pendidikan. Secara sederhana, manajemen
pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang diterapkan dalam bidang pendidikan
dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu,
pemahaman tentang manajemen pendidikan menuntut pula pemahaman tentang manajemen
secara umum.
Fungsi administrasi pendidikan merupakan alat untuk mengintegrasikan peranan seluruh
sumber daya guna tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu konteks sosial tertentu. Ini
berarti bahwa bidang-bidang yang dikelola mempunyai kekhususan yang berbeda dari
manajemen dalam bidang lain.
Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan kerangka kelembagaan di
mana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

E. MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN KREATVITAS ANAK


Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas apabila proses kegiatan belajar
mengajar berjalan secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar
sebanyak dan sebaik mungkin melalu proses belaiar yang berkellanjutan. Proses pendidikan
yang bermutu akan menghasilkan hasil yang bermutu serta relevan dengan perkembangan
zaman. Untuk dapat mencapai pendidikan yang berkualitas, diperlukan tnanajemen
pendidikan yang mampu memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Di antaranya yaitu
manajemen peserta didik yang trerupa pengelolaan dan pelaksanaan. Masih banyak kita
temukan fakta-fakta di lapangan di mana sistem pengelolaan anak didik yang inasih
mengunakan cara-cara konvensional Can iebih menekankan pengembangan kecerdasan
daiam arti yang sempit, dan tentunya kurang roemberi perhatian kepada pengembangan bakat
kreatif peserta didik.
Padahal kreativitas bermanfaat untuk pengembangan riiri anak didik dan rnerupakan
kebutuhan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubahnya dan
mengujinya lagi sampai pada akhirnya menyampaikan hasilnya.

BAB V
MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan untuk anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan, untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut (uU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan
yang dilakukan oleh pendidik dan orangtua dalam proses perawatan, pengasuhan dan
pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan di mana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan
memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, hidup sehat, rasa ingin
tahu, kreatif, estetis, percaya diri, disiplin, sabar, mandiri, peduli, toleran, menyesuaikan diri,
bertanggung jawab, jujur, rendah hati, dan santun dalam berinteraksi.

B. JENIS LAYANAN PROGRAM STUDI PAUD


Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikan masing-
masing. Untuk junrlah hari dan jam layanan adalah sebagai berikut:
1. Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat
tahu sampai dengan enam tahun.
2. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal
yang menyelenggarakan prog.rm pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak
usia dua sampai dengan empat tahun
3. Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan
masyarakat bagi anak usia lahir - enam tahun yang orangtuanya bekerja. Peserta didik
pada TPA adalah anak usia lahir - enam tahun
4. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal yang hanya dilakukan l-2
kali/minggu, atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program
layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun

C. HAKIKAT MANAJEMEN PAUD


Manajemen PAUD adalah upaya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
penilaian yang dilakukan oleh seorang kepala PAUD dalam mengarahkan kineda pendidik
PAUD maupun staf PAUD untuk mencapai tujuan Lembaga PAUD dengan saling bekerja
sama dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya.
Manajemen PAUD adalah suatu proses pengelolaan yang dilakukan oleh kepala/pengelola
PAUD dengan melibatkan semua sumber daya yang ada di lembaga PAUD melalui tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar menghasilkan anak usia
dini (0-6 tahun) yang tumbuh kembang secara optimal dan memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan lebih lanjut.

D. KOMPONEN SUMBER DAYA PADA MANAJEMEN PAUD


Berdasarkan pengertian Manajemen PAUD di atas, dapat diketahui bahwa untuk
mencapai tujuan lembaga PAUD, yaitu menghasilkan anak usia dini agar dapat tumbuh
kembang secara optimal dan memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut,
maka Kepala/Pengelolan PAUD perlu melibatkan semua sumber daya yang ada di lembaga
PAUD.

BAB VI

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


A. HAKIKAT KURIKULUM PAUD
Kurikulum adalah seperangkat rencana dam pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No 20 Tahun 2003)
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I angka 19). Kurikulum PAUD
memuat tujuan, hasil belajar, proses dan konten yang sesuai dengan tingat
perkembangan anak untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk mendukung kesiapan anak belajar dijenjang pendidikan yang lebih
lanjut. Kurikulum PAUD memberi arahan pada proses stimulasi yang dilaksanakan
secara cermat, hati-hati sesuai dengan karakteristik anak dan nilai secara komprehensif
dari data yang autentik.

Kurikulum 2013 PAUD dikembangkan dengan berlandaskan pada berbagai kajian,


baik secara teoritis, empiris, yuridis maupun sosial budaya. Kurikulum 2013 pada
jenjang pendidikan diatasnya, kurikulum 2013 menetapkan struktur kurikulum yang
sama untuk semua jenjang pendidikan tanpa menghilangkan kekhasan program masing-
masing. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum nasional yang bersifat terbuka artinya
memberi peluang kepada daerah dan satuan pendidikan untuk memperkaya kurikulum
sesuai dengan karakteristik daerah atau satuannya. Provinsi berkewenangan
mengembangkan muatan lokal untuk kurikulum pendidikan menengah. Kabupaten/
kota berkewenangan mengembangkan muatan lokal untuk kurikulum SD dan SMP,
sedangkan satuan pendidikaan termasuk satuan PAUD mengembangkan KTSP.

Kurikulum 2013 PAUD bertujuan untuk mendorong berkembanganya potensi anak


agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya mencakup
kemampuan-kemampuaan yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak dalam
mengikuti pendidikan dijenjang lebih tinggi. Kemampuan tersebut terdiri atas
kemampuan sikap (yang meliputi sikap spiritual dan sosial), kemampuan pengetahuan
(yang meliputi pengetahuan kognitif), dan pengetahuan keterampilan (yang
dikembangakan melalui sikap dan pengetahuan).

B. KOMPONEN KURIKULUM PAUD


1. Anak
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yng berada pada rentang
usia 0-6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut: 0-1
tahun 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.

2. Pendidikan
Kompetensi PAUD memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya D IV atau
S1 dibidang PAUD, kependidikan lain, atau psikologi dan memiliki sertifikasi
profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan
pendidikan anak usia dini.
3. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh
pendidikan dengan menyiapkan materi (content), dan proses belajar. Materi belajar
bagi anak usia dini dibagidalam dua kelompok usia.

C. MATERI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


Materi untuk anak usia 3-6 tahun meliputi:
1. Keaksaraan mencakup peningkatan kosakata dan bahasa, kesadaran
fonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku dan
teks lainnya.
2. Konsep matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan
hubungan.
3. Pengetahuan alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan
lingkungan.
4. Pengetahuan sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi
dengan yang lain, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan.
5. Seni mencakup menari, musik, drama,
6. Teknologi mencakup alat-alat penggunaan operasi dasar, komponen
kesadaran teknologi membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan.
D. PENILAIAN/ ASSESSMENT
Penilaian/ assessment adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan
perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui observasi, konferensi dengan para
guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Penilaian
pada anak dilakukan saat anak melakukan kegiatan. Penilaian dapat dilakukan dalam
berbagai aktivitas anak, sejak anak datang, berbagai aktivitas anak.
Prinsip-prinsip penilaian meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Sistematis, penilaian harus dilakukan secara teratur dan terprogram sesuai
rencana yang telah disusun.
2. Menyeluruh, penilaian mencakup semua aspek perkembangan anak yang
meliputi enak aspek perkembangan yaitu; agama, moral, motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni.
3. Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Objektif, proses dan hasil-hasil penilaian dilakukan sesuai dengan kondisi
anak yang sebenarnya dan semata-mata untuk kepentingan pertumbuhan dan
pekembangan anak.
5. Mendidik, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
memotivasi, mengembangkan dan membina anak agar tumbuhdan
berkembang secara optimal.
6. Kebermaknaan, hasil penilaian harus memiliki arti dan bermanfaat bagi
peserta didik, orang tua, guru, dan pihak lain yang relevan.

E. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI


Adapun prinsip-prinsip pengembangan kurikulum anak usia dini, sebagai berikut,
yaitu:

1. Bersifat komprehensif, kurikulum harus menyediakan pengalaman


belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh.
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap,
kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang
tepat pada tahap perkembangan setiap anak.
3. Melibatkan orang tua, keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama
bagi anak.
4. Melayani kebutuhan individual anak, kurikulum dapat mewadahi
kemampuan, kebutuhan, minat setiap anak.
5. Mereflesikan kebutuhan dan nilai masyarakat, kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga
dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
6. Mengembangkan standar kompetensi anak, kurikulum yang
dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak.
7. Mewadahi layanan anak dan kebutuhan khusus, kurikulum yang
dikembangkan hendaknya memperhatikan semua kebutuhan khusus
anak.
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, kurikulum
hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinergi
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
9. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, krikulum yang
dibagun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan
anak saat berada di sekolah.
10. Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, kurikulum hendaknya
dapat menjelaskan prosedur manajemen pengelolaan lembaga
sebagai bentuk akuntabilitas.
F. PENGEMBANGAN KTSP
Kurikulum tingkat satuan (KTSP) untuk PAUD adalah kurikulum yang
dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik PAUD. KTSP diperlukan
sebagai acuan atau paduan lembaga untuk menyelenggarakan program, melaksanakan
proses pembelajaran dan melakukan evaluasi hasil belajar.
BAB VII

MANAJEMEN PENGASUH DAN PENDIDIK ANAK

A. PENGERTIAN MENGASUH DAN MENDIDIK ANAK


Secara istilah mendidik sering diartikan mengasuh, membimbing dan mengarahkan
serta mengembangkan potensi (kemampuan) anak didik. Pengertian ini mempunyai
makna seorang yang mendidik akan berusaha untuk memberikan asuhan, bimbingan,
arahan dalam upaya mengembangkan potensi anak, baik berupa kemampuan fisik,
mentas dan sosial anak. Dalam peristilahan budaya sunda, kegiatan mendidik sering
dihubungkan dengan kegiatan tiga A, yaitu “Asah”, “Asuh dan “Asih”
Pengertian menididk sering kali diputarkan maknanya dengan istilah mengajar dan
melatih. Mengajar atau memberikan ajaran sebenarnya merupakan bagian dri proses
mendidik terutama pada kegiatan “asah” atau mengasah. Mengajari anak melempar
dan menangkap bola, berenang, menulis, membaca dan berhitung merupakan
rangkaian kegiatan mendidik dalam rangka mempersiapkan fisik dan mental anak ke
arah kedewasaaan. Salah satu cara mengajari anak berbagai hal terutama berkaitan
dengan aspek fisik dan motorik dapat dilakukan dengan latihan (melatih), misalnya
melatih renang, melatih melompat, melatih memasang kancing baju dan diperluas lagi
dengan melatih pada aspek keterampilan kognitif.
B. TUJUAN MENDIDIK
Secara umum mendidik bertujuan membantu mempersiapkan anak ke arah
kedewasaan, tujuan ini mengandung arti bahwa pendidikan berusaha menyiapkan anak
untuk memiliki karakteristik seperti kepribadian orang dewasa. Tujuan utama lain
dalam proses mendidik adalah menanamkan dan mengembangkan keimanan dan
ketakwaan anak. Setiap keluarga sebagai pemeluk suatu agama biasanya mengidamkan
anaknya kelak menjadi anak yang saleh (baik), patuh pada agama, orang tua dan
masyarakat. Ada dua cara umum yang dapat ditempuh dalam menanamkan keimanan
dan keakwaan anak yaitu melalui pemberian khusus ajaran agama pad anak atau
memadukan ajaran agama pada setiap kesempatan melaksanakan suatu kegiatan. Cara
kedua pendidik dapat menyusun ajaraan agama pada cara berfikir, bersikap dan
perbuatan anak.
Tujuan khusus dalam pendidikan yaitu pertama kemandirian, pengasuh atau
pamong belajar sebagai salah satu unsur tenaga pendidik dalam kelompok bermain
perlu secara sabar merancang dan menumbuhkan berbagai aktivitas yang mendorong
kemndirian pada anak. Kedua kedisiplinan, kedisiplinan merupakan kesiapan mental
dan tindakan waktu untuk melaksanakan segala bentuk kegiatan dengan tepat waktu,
tepat guna dan tepat suanasan, tujuan ini dapat membantu anak untuk selalu hidup
teratur. Ketiga bertanggung jawab, bertanggung jawab yaitu suatu kesediaan untuk
menanggung segala bentuk resiko dari perbuatan yang telah dilakukannya. Keempat
kecakapaan, yaitu kesanggupan anak untuk menunjukkan sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan fisik dan mental, anak yang cakap adalah anak yang pandai
berfikir, bertutur kata, bersikap dan bertindak.
C. PRINSIP MENDIDIK
Dalam proses mendidik ada beberapa prinsip yaitu prinsip pertama adalah
karakteristik perkambangan anak, perkembngan anak merupakan haluan dalam
pendidikan dan kesanggupan untuk kemampuan anak didik bukan pendidik. Prisip
kedua menguasai model atu cara mendidik secara praktis dengan pemahaman teoritis,
prinsip ini mencakup pengamatan atau peragaan, aktivitas dan fungsional praktis,
pengamatan dan peragaaan merupakan bentuk upaya mendidik agar anak memahami
segala sesuatu secara kongkrit. Prinsip ketiga memberikan motivasi dan penguatan
terhadap tingkah laku yang telah ditunjukkan anak, pemberian motivasi menggerakkan
anak untuk menunjukan berbagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan. Prinsip
keempat pemberian cinta dan kasih sayang, dilema umum yang dihadapi anak-anak
dalam keluarga adalah kurangnya perhatian, cinta dan kasih sayang, kehadiran pamong
atau pengasuh dianggap sebagai pengganti orang tua yang dapat memberikan rasa
aman dan perasaan sayang kepada anak.
D. POLA ASUH (GAYA MENDIDIK)
Secara umum pola asuh terbagi tiga yaitu, Pertama gaya demokratis, merupakan
salah satu bentuk pola asuh yang ditunjukkan orang tua dengan cara memberikan
kebebasan dan bimbingan pada anak dalam mengambil berbagai keputusan. Kedua
gaya permisif, yaitu bersikap damai dan selalu menyerah pada anak, untuk mencegah
timbulnya persoalan atau konfrontasi. Ketiga pola asuh otoriter, orang tua yang
cenderung melaksanakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa,
menghendaki ketaatan yang mutlak.
Disamping 3 pola asuh secara umum diatas, ada beberapa sikap orang tua lainnya
dalam mendidik anak, yaitu:
1. Melindungi secara berlebihan (overproteksi)
2. Membiarkan anak berbuat sesuka hati (permisivitas)
3. Memanjakan anak berlebihan
4. Banyak menuntut ke anak
5. Perhatian besar dan kasih sayang kepada anak

BAB VIII

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PAUD

A. PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pembelajaran di PAUD harus dikelola dengan baik, karena pembelajaran akan
disampaikan kepada anak. Pengelolaan pembelajaran di PAUD perlu perencanaan,
pelaksanaan dan assesmen.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah memproyeksikan tindakan apa yang akan dilakukan
dalam suatu pembelajaran (PBM), dengan mengordinasikan (mengatur dan
menetapkan) komponen-komponen pengajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan),
isi kegiatan (materi), cara pencapaia kegiatan (metode dan teknik) serta
bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.

2. Pelaksanaan (Implementing)
Implementasi adalah melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan di taman
kanak-kanak dari mulai kegiatan awal, isi pembelajaran sampai penutup.
Keberhasilan tahap implementasi sangat bergantung pada tujuan-tujuan yang
jelas. Aktivitas pelaksanaan (implementing) adalah bagaimana guru akan
membantu anak merai tujuan. Memilih metode yang paling sesuai sangat
tergantung kepada tujuan, kebutuhan anak dan materi-materi yang tersedia.

3. Penilaian (Assesment)
Penilaian adalah suatu proses memilih, mengumpulkan dan menafsirkan
informasi untuk membuat keputusan. Dalam perencanaan pembelajaran,
penilaian yang dimaksud untuk mengukur apakah tujuan atau kemampuan yang
sudah ditetapkan dapat tercapai.

B. PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pengelolaan taman kanak-kanak merupakan usaha untuk optimalisasi belajar
melalui pengaturan anak, sarana, kegiatan dan waktu. Tujuannya adalah agar kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan efisisen. Manajemen atau pengelolaan kelas di taman
kanak-kanak adalah pengelolaaan prilaku kolektif anak agar mereka menggunakan
energi dan aktivitasnya untuk belajar. Lingkungan belajar merupakan guru ketiga bagi
anak. Lingkungan pada pendidikan anak usia dini harus direncanakan, ditata, dirawat
secara cermat agar agar mampu mendukung pencapaian hasil belajar yang telah
ditetapkan bersama.
Secara garis besar ada tiga aliran manajemen kelas yaitu; Behaviorisme,
memandang bahwa guru dapat mengatur apa saja yang terjadi dikelas dengan
menggunakan penguatan dan sanksi. Psikologis, didasarkan atas asumsi bahwa guru
dapat mengubah prilaku anak hanya jika guru memahami mengapaanak mau melakukan
perubahan, menurut Carl Roger hubungan antara guru dan anak merupakan dasar dari
proses pembelajaran. Kelompok (group managemen), kelas dipandang sebagai
kelompok yang penuh dengan interaksi sosial, guru dan anak dipandang sebagai bagian
dari jaringan sosial itu.
C. PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN FISIK TK
Lingkungan belajar baik di dalam maupun diluar mempengaruhi apa dan bagaimana
anak belajar. Lingkungan yang mengundang, mendorong dan membantu anak
berksplorasi, bereksperimen, dan alat main secara bermakna, menyenangkan daan
menantang kemampuan berfikir mereka membuat kegiatan pembelajaran menjadi
semakin menyenangkan. Lingkungan belajar tidak selalu identik dengan banyaknya alat
permainan tetapi bagaimana agar anak dapat terlibat aktif didalam lingkungan bela\jar
tersebut.
BAB IX

AKREDITASI LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


A. HAKIKAT AKREDITASI
Akreditsi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan akreditasi yaitu untuk pengendalian
dan penjaminan mutu pendidikan program dan satuan PAUD dan PNF di wilayah
Republik Indonesia .
Adapun manfaat akreditasi yaitu:
1. Membangun budaya mutu secara berkelanjutan, terencana, dan kompetitif
ditingkat kabupaten/ kota, provinsi, regional, nasional bahkan internasional.
2. Mendorong satuan PAUD dan PNF agar selalu berupayah meningkatkan
mutu program PAUD dan PNF.
3. Memanfaatkan semua informasi hasil akreditasi yang handal dan akurat
sebagai umpan balik dalam upaya meningkatkan kinerja satuan PAUD dan
PNF.
4. Sebagai peta mutu pendidikan di satu wilayah dan secara nasional.
5. Dapat mengakses sumber daya pendidikan dari pemerintah dan masyarakat.
B. DASAR HUKUM AKREDITASI
1. UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat (12), Pasal 1 ayat (13), Pasal 1 ayat (14), Pasal 1 ayat (22),
Pasal 26 ayat (1), Pasal 60 ayat (1), pasal 60 ayat (2), Pasal 60 ayat(3), Pasal
60 ayat (4), Pasal 61 ayat (3).
2. PP No. 13 Thun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 19 Tahun 2005
Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 1 ayat (23), Pasal 2 ayat (2), Pasal 86 ayat (1), Pasal 86 ayat (2), Pasal
86 ayat (3), Pasal 87 ayat (1) - (5), Pasal 89 ayat (5).
3. Permendikbud No. 52 Tahun 2015 tentang BAN PAUD dan PNF
4. Permendiknas No. 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
oleh satuan PNF.
5. Permendiknas No. 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi Program Paket A,
Paket B, Paket C.
C. MEKANISME AKREDITASI
1. Persyaratan Akreditasi
a. Persyaratan Umum PAUD
1) Mengajukan permohonan akreditsi kepada BAN PAUD PNF melalui
sistem penilaian Akreditasi (Sispena) PAUD dan PNF.
2) Lembaga harus memiliki NPSN dan mengisi Dapodik.
3) Memiliki izin penyelenggaraan/ izin operasional/ izin pendirian program
yang diajukan akreditasinya.
4) Program yang diajukan akreditasinya telah beroperasional minimal satu
tahun.
b. Persyaratan Khusus PAUD
1) Jumlah peserta didik minimal 10 anak pada tahun ajaran terakhir, komulatif
seluruh jenis program TK/RA/BA, KB, TPA dan SPS
2) Memiliki minimal satu pendidik berijzah SLTA dengan sertifikat diklat
PAUD untuk KB, TPA, SPS.

2. Tahapan Akreditasi
a. Mengajukan permohonan dan mengisi Evaluasi Diri Satuan (EDS) melalui
Sispena.
b. Pemeriksaan Kelayakan Permohonan Akreditasi (PKPA) Program dan atau
satuan.
c. Visitasi
d. Validasi dan Verifikasi
e. Pleno penetapan hasil akreditasi BAN PAUD dan PNF pembuatan SK
akreditasi dan sertifikasi akreditasi.
3. Masa Pemberlakuan Akreditasi
a. Akreditasi pada program dan satuan PAUD dan PNF berlaku selama lima
tahun.
b. Program dan satuan pendidikan wajib mengajukan permohonan untuk
diakreditasi kembali kepada BAN PAUD dan PNF paling lambat enam bulan.
c. Status Tidak Terakreditasi (TT) dapat mengajukan permohonan ditahun
berikutnya.
d. Status terakreditasi C bisa mengajukan kembali dua tahun berikutnya.
D. SISTEM PENILAIAN AKREDITASI (SisPenA) ONLINE
Mulai tahun 2018 sistem penilaian akreditasi dilakukan secara online menggunakan
aplikasi SisPenA PAUD PNF, yaitu aplikasi penilaian akreditasi yang berbasis web,
yang bisa diakses dimana saja, kapan saja asal terhubung ke interenet. Alasan penilaian
akreditasi secara online yaitu:
1. Data lebih akurat karena terkoneksi dengan Dapodik.
2. Memudahkan pendataan dan tindak lanjut pembinaan.
3. Memudahkan lembaga untuk pengajuan akreditasi.
4. Lembaga dapat melihat secara online proses akreditsi.
5. Ketercapaian lembaga terhadap pemenuhan delapan standdart nasional
pendidikan dapat diketahui secara terperinci.
6. Aktualisasi dari perwujudan masyarakat abad 21 (digital community).
7. Pelaksanaan tahapan akreditasi lebih efisien, transparan dan akuntabel.

BAB X

PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI PAUD

A. STANDAR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK (STPPA)


Standar Tingkat Pencapain Perkembangan Anak (STPPA) adalah kriteria tentang
kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan,
mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, serta seni. Adapun dokumen yang harus dipersiapkan lembaga PAUD untuk
memenuhi standar ini adalah:
a. Fotokopi dokumen Pencapaian Perkembangan Anak berdasarkan atas enam
aspek lingkungan perkembangan.
b. Fotokopi dokumen Pencapaian Perkembangan anak sesuai kelompok usia.
c. Fotokopi bentuk dokumentasi/ rekaman Pencapaian Perkembangan Anak
pada program PAUD.
B. STANDAR ISI
Standar Isis adalah kriteria tentang lingkup materi dan kompetensi menuju tingkat
pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
a. Fotokopi kurikulum operasional yang mencakup enak apek pengembangaan.
b. Fotokopi dokumen yang menggambarkan pelaksanaan aspek lingkup
perkembangan.
c. Fotokopi dokumen acuan standar kurikulum operasional yang digunakan.
d. Fotokopi dokumen peninjauan kurikulum yang dilakukan.
e. Fotokopi dokumen kegiatan layanan berdasarkan ataas kelompok usia anak.
f. Fotokopi dokumen alokasi waktu layanan harian.
g. Fotokopidokumen alokasi waktu layanan mingguan.
h. Fotoopi dokumentasi jumlah pendidik dan jumlh peserta didik menurut
kelompok usia.
i. Fotokopi dokumen Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang digunakan.
C. STANDAR PROSES
Standar proses adalah kriteria tentang pelaksanaan pembelajaran pada satuan atau
program PAUD dalam rangka membantu pemenuhan tingkat pencapaian perkembangan
yang sesuai dengan tingkat usia anak.
a. Fotokopi dokumen Rencana Kegiatan Semester (RKS).
b. Fotokopi dokumen Rencana Kegiatan Mingguan (RKM).
c. Fotokopi dokumen Rencana Kegitan Harian (RKH).
d. Fotokopi panduan pelaksanaan program holistik-integratif dan lain-
lain.
e. Fotokopi dokumen pelaksanaan program PAUD memuat unsur
holistik-integratif.
f. Foto dan dokumentasi pelaksanaan pembelajaran yang menunjukan
suasana bermain.
g. Fotokopi dokumen pembelajaran yang digunakan dilengkapi foto
pendukung.
h. Fotokopi dokumen RKH dan dokumentasi foto pelaksanaan kegiatan
lainnya.
i. Fotokopi dokumen panduan, jadwal, hasil dan pelaksanaan penilaian
pembelajaran.
D. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria tentang kualifikasi
akademik dan kompetensi yang disyaratkan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
PAUD.
a. Fotokopi dokumen kualifikasi akademik pendidik.
b. Fotokopi dokumen pendukung kompetensi pendidik.
c. Fotokopi dokumen kualifikasi akademik tenaga kependidikan.
d. Fotokopi dokumen kompetensi tenaga kependidikan.

E. STANDAR SARANA DAN PRASARANA


Standar sarana dan prasarana adalah kriteria tentang persyaratan pendukung
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini secara holistik dan
integratif yang memanfaatkan potensi lokal.
a. Fotokopi dokumen sarana pendidikan (foto, data inventaris menurut
jenis dan jumlahnya, dan lain-lain).
b. Fotokopi dokumen sarana pembelajaran (foto, data inventaris
menurut jenis dan jumlahnya, dan lain-lain).
c. Fotokopi dokumen lahan.
d. Denah yang menunjukkan ruang beserta ukuran.
e. Fotokopi dokumen status kepemilikan lahan.
f. Dokumentasi foto prasarana instansi
F. STANDAR PENGELOLAAN
Standar pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan atau program PAUD.
a. Fotokopi rumusan visi dan misi
b. Fotokopi rumusan tujuan
c. Fotokopi dokumen sosialisasi visi, misi dan tujuan
d. Fotokopi dokumen rencana kerja tahunan
e. Fotokopi dokumen rencana kerja lim tahunan
f. Dokumen struktur organisasi
g. Dokumen kerja sama/ kemitraan dengan pihak lain
h. Fotokopi buku panduan pelaksanaan
i. Fotokopi dokumen sistem informasi manajemen (SIM)
G. STANDAR PEMBIAYAAN
Standar pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan besaran biaya personal
serta operasional pada satuan atau program PAUD.
a. Fotokopi dokumen jenis pembiayaan yang dibuktikan dengan adanya
dokumen RAPBS
b. Fotokopi dokumen sumben pembiayaan pertahun satuan PAUD.
c. Fotokopi dokumen laporan keuangan
d. Fotokopi dokumen pengadministrasian

H. STANDAR PENILAIAN
Standar penilain adalah kriteria tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran
dalan rangka mengetahui tingkat pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak.
a. Bukti dokumen panduan penilaian yang memuat
b. Bukti dokumen pelaksanaan penilaian program PAUD
c. Bukti penyerahan laporan hasil penilaian kepada orang tua peserta
didik.
BUKU PEMBANDING

MANAJEMEN BERDAYA SAING PAUD

BAB 1

PENDAHULUAN

A.latar belakang

Dahulu masyarakat kita pada umumnya mengenal tiga jenjang pendidikan saja, yaitu
jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah, dan jenjang pendidikan tinggi. Namun
kini masyarakat mengenal satu jenjang pdnididkan lagi, yaitu jenjang pendidikan anak usia dini
atau PAUD.

Paud sebagai sebuah jenjang pendidikan terdiri dari berbagai lembaga paud yang ada
pada jalur formal maupun jalur non formal. Lembaga paud pada jalur formal seperti taman kanak
kanak (TK) dan Raudthul Athfal (RA). Sedangkan lembaga PAUD pada jalur non formal seperti
pos PAUD, Taman peniitipan anak (TPA), kelompok bermain (KB), playgroup (PG).

Kini partumbuhan lembaga PAUD tersebut bak rumput yang tumbuh begitu lebatnya
dimusim penghujan. Hampir dipastikan disuatu desa ddapat ditemukan setidaknya satu lembaga
PAUD. Sebagian lembaga PAUD tersebut didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat
melalui berbagai organisasi. Kemasyarakatan maupun yayasan swasta yang dikelola masyarakat.

BAB II

KONSEP MANAJEMEN

A. Pengertian Manajemen

Manajemen bisa diartikan sebagai kegiatan mengelola suatu organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Menurut lutther Gullick manajemen sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang
bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan. Manajemen pun telah memenuhi persyaraatan sebagai bidang ilmu
pengetahuan karena telah dipelajari dalam kurun waktu yang lama dan memiliki serangkaian
teori yang perlu diuji dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan manejemen disuatu
organiasi.

Unsur-unsur manajemen adalah terdiri dari:


1. Tujuan organisasi
2. Proses manajemen
3. Kelompok orang
4. Sarana dan prasarana
5. Kepemimpinan
6. Keahlian
B. Tujuan dan Manfaat Manajemen

Tujuan utama dari manajemen yaitu produktivitas dan kepuasan.


Ada beberapa manfaat yang bisa didapat oleh suatu organisasi yang melaksanakan
kegiatan manajemen antara lain:
- Organisasi memliki tujuan yang benar-benar jelas dan terarah
- Organisasi mengetahui dengan jelas mengenai bagaimana proses yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan
- Organisasi dapat mengetahui berbagai komponen yang terlibat dalam proses
pencapaian tujuan
- Organisasi dapat mengehtahui komponen mana paling vital dlm proses pencapaian
tujuan
C. Pendekatan-pendekatan dalam manajemen

Berbagai pendekatan dalam manajemen adalah antara lain:

1. Manajemen adalah kerjasama antar anggota organisasi


2. Manajemen merupakan suatu sistem
3. Manajemen adalah suatu proses
4. Manajemen sebagai pengaturan
5. Kepemimpinan dalam manajemen
6. Pengambilan keputusan dan kebijakan dalam manajemen
7. Komunikasi dalam manajemen
8. Ketatausahaan dalam manajemen

BAB III

KONSEP PAUD

A. Pengertian, tujuan dan fungsi paud

Paud merupakan singkatan dari pendidikan anak usia dini, istilah PAUD kini semakin
popular dimasyarakat kita. Kepopuleran tersebut bisa menjadi indikasi bahwa masyarakat
kita telah mengenal praktik pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini.
Pendidikan pada dasarnya memiliki arti atau makna yang luas dan sudah barang
tertentu pendidikan juga memiliki arti atau makna yang sempit pula.

Tujuan dari penyelenggaraan PAUD adalah untuk membentuk karakter serta


mengembangkan kecerdasan dan kecakapam hidup individu agar anak usia dini kelak
menjadi sosok manusia yg bermanfaat bagi diri sendiri dan oranglain, juga lingkungan.

Sementara itu fungsi PAUD adalah:


1. Fungsu progresif
2. Fungsi konservatif
B. Lembaga-lembaga PAUD
1. PAUD jalur non formal

Merupakan proses pendidikan bagi anak usia dini yang diselenggarakan secara
terstruktur dan berjenjang diluar jalur formal. Berbagai bentuk lembaga PAUD jalur
non formal misalnya:

- Pos PAUD
- Taman Penitipan Anak (TPA)
- PAUD berbasis TPQ
- Kelompok Bermain (KB)
2. PAUD jalur Formal

Taman kanak kanak (TK) ataupun Raudhatul Athfal (RA) merupakan bentuk
lembaga PAUD jalur formal. TK/RA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak
usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
usia empat sampai enam tahun.

C. Komponen- komponen Lembaga PAUD

Keempat komponen PAUD memiliki saling keterkaitan satu sama lain, yaitu

1. Pendidik
Guru dan dosen disebut pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan menengah.
2. Anak usia dini
Merupakan individu yang tengah mengalami proses tumbuh kembang yang sangat
pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
3. Kurikulum PAUD
Adalah seperangkat rencana yang disusun dan dikembangkan serta dilaksanakan
untuk menyelenggarakan layanan pendidikan anak usia dini pada jalur formal dan
non formal untuk mengotptimalkan tumbuh kembang anak usia dini.
4. Masyarakat
Merupakan sekelompok orang yang tinggal pada suatu tempat yang memiliki latar
belakang berbeda serta memiliki tujuan yang berbeda pula. Tetapi mereka
menyadari bahwa untuk mewujudukan tujuan tersebut anatara satu sama lain
harus saling bekerjasama.

BAB IV
KONSEP MANAJEMEN PAUD

A. Pengertian manajemen PAUD

Manajemen PAUD dapat diartikan sebagai kegiatan sistemik dan sistematis


yang dilaksanakan oleh kepala PAUD untuk menggerakan pendidik PAUD dalam
memberikan stimulasi edukasi bagi anak usia 0 hingga 6 tahun agar tumbuh
kembangnya berlansgung optimal dan memiliki kesiapan untuk belajar dijenjang
pendidikan berikutnya.

B. Tujuan dan Manfaat Manajemen PAUD

Tujuan utama manajemen PAUD adalah produktivitas pendidik PAUD dan


kepuasan peserta didik serta wali murid. Produktivitas pendidik PAUD memiliki
keterkaitan dengan hasil kerja yang diperolehnya setelah meyelenggarakan
layanan PAUD bagi anak usia dini. Hasil pekerjaan tersebut dipegaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pemberian layanan PAUD yang dilakukannya dalam rangka
optimalisasi tumbuh kembang anak.

Manfaat kegiatan manajemen PAUD :


- Lembaga PAUD memiliki tujuan PAUd yang benar-benar jelas dan terarah
- Lembaga PAUD mengetahui dengan jelas mengenai bagaimana proses yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan PAUD
C. Ruang Lingkup Manajemen PAUD
Keenam ruang lingkup manajemen PAUD yaitu
1. Manajemen Kurikulum PAUD
2. MAnajemen SDM
3. Manajemen Peserta Didik PAUD
4. Manajemen sarana dan prasarana PAUD
5. Manajemen Keuangan PAUD
6. Manajemen Humas PAUD

D. Kegiatan Manajemen PAUD


1. Perencanaan PAUD
2. Pengorganisasian PAUD
3. Penggerakan PAUD
4. Evaluasi PAUD

BAB V

HAKIKAT MANAJEMEN PAUD BERDAYA SAING

A. Pengertian dan karakteristik Manajemen PAUD Berdaya saing

PAUD berdaya saing adalah lembaga yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu.


Berbagai keunggulan itulah yang menjadikan lembaga PAUD tersebut berbeda dengan
lembaga paud lainnya. Suatu lembaga paud berdaya saing juga karena memiliki pendidik
PAUD yang produktif dan mampu menyelenggarakan layanan paud yang prima bagi
masyarakat.
Ada beberapa karakteristik dari manajemen PAUD berdaya saing yaitu:

1. Kepemimpinan kepala PAUD focus pada bagaimana mengelola lembaga PAUd yang
memiliki keunggulan tertentu
2. Keunggulan-keunggulan itu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dihasilkan dari
proses kajian yang dilakukan oleh kepala PAUd dan pendidik PAUD dengan
memperhatikan standar PAUD dan berbagai kebuutuhan masyarakat
3. Keunggulan-keunggulan pada lembaga PAUD berwujud berbagai program kegiatan
PAUD yang tidak memiliki oleh lembaga PAUD lainnya
4. Kinerja pendidik PAUD diarahkan dan ditingkatkan untuk melaksanakan berbagai
program kegiatan PAUD yang berbeda dengan program kegaiatan PAUD dilembaga
PAUD lainya
5. Program kegiatan PAUD tersebut sudah barang tertentu dilaksanakan untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia dini
B. Tujuan Dan Manfaat Implementasi

Ada 2 tujuan dari implementasi manajemen PAUD berdaya saing. Pertama, yaitu tujuan
umum. Secara umum tujuan dari implementasi manajmen PAUD berdaya saing adalah untuk
menghasilkan layanan PAud yang dilaksanakan secara efektif dan efesien. Layanan PAUD
dapat dikatakan dilaksanakan secara efektif jika sesuai dengan standar paud yang telah
ditetapkan serta keinginan dan kebutuhan masyarakat. Kedua, secara khusus tujuannya
adalah untuk menghasilkan berbagai program kegiatan PAUD unggulan yang dimiliki oleh
suatu lembaga PAUD lainnya.

Semetara itu manfaat dari implementasi adalah:


1. Medapatkan deskripsi tentang keinginan dan kebutuhan orangtua terkait denga
tumbuh kembang anaknya
2. Mendapatkan kepastian bahwa penyelenggaraan layanan PAUD dilaksanakan secara
terencana, terarah, dan terukur.
3. Mendapatkan berbagai program layanan PAUD yang unggul. Ini karena memang
manajemen PAUD berdaya saing dilaksanakan untuk mendapatkan berbagai program
kegiatan PAUD unggulan.
C. Unsur-unsur dalam Manajemen PAUD berdaya saing
Ada 6 unsur antara lain adalah:
- Manajemen Mutu
- Indikator Mutu
- Desain Pekerjaan
- Kreasi dan Inovasi
- Fasilitas Pendukung
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
D. Faktor Determinan dalam Manajemen PAUD Berdaya Saing
1. Lokasi
2. Biaya
3. SDM
4. Pelayanan

BAB VI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PAUD BERDAYA SAING

A. Melakukan Analisis Keinginan dan Kebutuhan Orangtua Terkait dengan Tumbuh


kembang Anaknya

Ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh suatu lembaga PAUD dalam implementasi
manajemen PAUD berdaya saing . tujuannya adalah agar nantinya berbagai program
unggulan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh lembaga tersebut benar-benar sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan orangtua terkait dengan tumbuh kembang anaknya.

B. Merumuskan visi dan Misi Lembaga PAUD

Visi merupakan tujuan puncak pada lembaga. Visi tersebut mendeskripsikan kondisi
ideal yang diharapkan bisa didapat setelah suatu lembaga melakukan berbagai program
kegiatan.

C. Menetapkan Profil Lulusan dan Motto Lembaga PAUD


Profil lulusan suatu lembaga PAUD ditetapkan berdasarkan visi yang telah
ditetapkannya. Profil lulusan lembaga PAUD medeskripsikan ataupun sosok anak usia dini
yang telah berhasil menempuh pendidikan dlembaga PAUD tsb.

Tujuan dari ditetapkannya profil lulusan lembaga PAUD adalah unutk menentukan
seperti apa sosok anak usia dini yang dihasilkan oleh suatu lembaga PAUD setelah ia
berhasil menyelesaikan proses belajarnya.

D. Menyusun Program Kerja Kegiatan PAUD

Program kegiatan PAUD disusun berdasarkan strategi pencapaian indicator keberhasilan


program kegiatan pau. Itulah sebab tujuan dari disusunnya program kegiatan PAUD adalah
untuk menentukan berbagai bentuk kegiatan bagi anak usia dini yang akan dilaksanakan agar
anak memiliki seperangkat kompetensi untuk memenuhiprofil lulusan suatu lembaga PAUD.

E. Menetapkan Pelaksana Program Kegiatan PAUD


F. Menyusun Program Kegiatan PAUD
G. Melaksanakan Program Kegiatan PAUD sesuai Dengan SOP
H. Mengevaluasi Program Kegiatan PAUD

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen PAUD berdaya saing dapat diartikan sebagai kegiatan sistemik dan
sistematis yang dilakukan oleh kepala PAUD untuk meningkatkan kinerja pendidik PAUD
dalam meyelenggarakan layanan PAUD melalui berbagai program kegiatan PAUD
unggulannya yang sesuai dengan standar PAUD dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
agar tumbuh kembang anak berlangsung optimal dan memiliki kesiapan untuk belajar di
jenjang pendidikan berikutnya.
BAB III

PEMBAHASAN ISI BUKU

1. PERBANDINGAN BUKU

Buku utama dan pembanding sama sama membahas tentang pendidikan paud, tetapi di
buku utama di jelaskan sangat detail dari pengertian pertama manajemen, manjemen
pendidikan, manajemen paud, sampai ke penjelasan terakhir yaitu penyusunan dokumen
akreditasi paud, Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan
tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orangtua dalam proses perawatan, pengasuhan
dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan di mana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan
memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, hidup sehat, rasa ingin
tahu, kreatif, estetis, percaya diri, disiplin, sabar, mandiri, peduli, toleran, menyesuaikan diri,
bertanggung jawab, jujur, rendah hati, dan santun dalam berinteraksi. Buku utama yang
sangat rinci dan detail membuat pembaca mengerti isi dan tujuan dari buku ini, sangat cocok
dibaca mahasiswa manajemen tentang mengelola lembaga paud, dan juga seorang pendidik
anak usia dini, dimana jaman sekarang pendidikan sangat berperan penting apalagi untuk
anak usia dini agar terciptanya karakter yang sesuai harapan orangtua dan agama.
Buku Pembanding juga sama seperti buku utama tetapi buku pembanding membhas lebih
ke bagaimana manajemen paud berdaya saing, dan di buku pembanding BAB nya lebih
sedikit dari buku Utama, tetapi penjelasannya juga sangat bagus dan rinci tentang anak usia
dini, bagaimana mengelola nya, dan di buku pembandig ini lebih menjelaskan bagaimana
membuat manajemen paud agar lebih berdaya saing, meningkatkan lembaga tersebut, dengan
mengajarkan bagaimana me manaje suatu pendidikan Paud agar lebih berkualitas dan maju.
Manajemen paud berdaya saing dapat diartikan sebagai kegiatan sistemik dan sistematis yang
dilakukan oleh kepala paud untuk meningkatkan kinerja pendidik paud dalam
meyelenggarakan layanan paud melalui berbagai program kegiatan paud unggulannya yang
sesuai dengan standar paud dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar tumbuh kembang
anak berlangsung optimal dan memiliki kesiapan untuk belajar di jenjang pendidikan
berikutnya.

Kelebihan Dan Kelemahan Buku

A. Kelebihan Buku I
 Penulisan judul cover buku menggunakan huruf kapital yang jelas, dan ada beberapa
gambar kemudian diramaikan dengan warna netral di desain bagus untuk menarik
perhatian para pembaca buku
 Menurut saya buku ini sangat bagus sekali karena materi-materi yang dibahas dibuatnya
dengant konsep-konsep dan kata kunci di setiap materinya yang dibahas.
 Isi buku dan penjelasan dalam buku ini sudah lengkap, karena mengupas tuntas
semuanya dan juga membahasnya semua satu per satu sehingga pembaca dapat
memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.
 Dari segi isi bukunya memiliki banyak bab dan sub bab pembahasan di dalamnya.

 Buku ini cocok digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman untuk
menambah pengetahuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini .

B. Kelebihan Buku II
 Bukunya memuat banyak referensi, banyak memuat pendapat-pendapat para ahli
sehingga wawasan para pembaca jauh lebih luas.
 Dalam setiap bab telah dibuat indicator yang diharapkan untuk dapat memahami dari
setiap pokok bahasan setiap bab.
 Definisi- definisi dalam setiap pokok pembahasan banyak di buat pengertian menurut
para ahli. Sehingga kita sebagai pembaca dapat lebih mudah memahami setiap pokok
pembahasan yang ada dalam buku ini.
 Kelebihan buku ini adalah penyajiannya lebih rinci dan sistematis, dan di lengakapi
dengan struktur-struktur yang mudah di pahami oleh pembaca.
A. Kelemahan buku I dan II :
 Cover buku kurang menarik, terlalu kalem sehingga kurang bisa menstimulus para
pemilik buku untuk membacanya. Alangkah lebih baiknya jika cover dibuat menarik
sehingga menjadikan para pemilik bahkan orang yang baru melihatnya tertarik untuk
membaca.
 Dalam penyajian, penulis tidak menggunakan jarak spasi yang sesuai sehingga membuat
pembaca menjadi cepat bosan karena tulisan terlalu rapat-rapat.
 Buku ini lebih banyak menjelaskan teori dibandingkan dengan mengaplikasikan

teorinya

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manajemen PAUD adalah upaya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
penilaian yang dilakukan oleh seorang kepala PAUD dalam mengarahkan kineda pendidik
PAUD maupun staf PAUD untuk mencapai tujuan Lembaga PAUD dengan saling bekerja
sama dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya.
Manajemen PAUD adalah suatu proses pengelolaan yang dilakukan oleh
kepala/pengelola PAUD dengan melibatkan semua sumber daya yang ada di lembaga PAUD
melalui tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar
menghasilkan anak usia dini (0-6 tahun) yang tumbuh kembang secara optimal dan memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD berdaya saing adalah lembaga yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu.
Berbagai keunggulan itulah yang menjadikan lembaga PAUD tersebut berbeda dengan
lembaga paud lainnya. Suatu lembaga paud berdaya saing juga karena memiliki pendidik
PAUD yang produktif dan mampu menyelenggarakan layanan paud yang prima bagi
masyarakat.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan Critical
Book Report ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam
penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya yang jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai