UJI KOMPREHENSIF
Disusun oleh :
2019.4.7.1.01151
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini
merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai
penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di
masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak
dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 halaman 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1, butir 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Arifudin et al. 2021).
Anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta
Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut:
1. Anak bersifat unik
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan
3. Anak bersifat aktif dan enerjik
4. Anak itu egosentris
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi
8. Anak masih mudah frustrasi
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah (Sujiono, 2009: 42 – 43):
1. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya.
2. Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan
motorik halus, serta mampu mener ima rangsangan sensorik.
3. Anak mampu menggunakan Bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi
secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
4. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan
hubungan sebab akibat.
5. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan
menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mngembangkan konsep diri yang positif
dan control diri.
6. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif
(Istiana 2014).
Berikut beberapa karakteristik anak usia dini :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada masa bayi, ketertarikan ini ditunjukkan dengan
meraih dan memasukkannya ke dalam mulut benda apa saja yang berada dalam
jangkauannya. Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar pasang segala sesuatu
untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa
yang masih sangat sederhana.
2. Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola umum perkembangan, setiap anak
meskipun kembar memiliki keunikan masing-masing, misalnya dalam hal gaya belajar,
minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan ini dapat berasal dari faktor genetis (misalnya
dalam hal ciri fisik) atau berasal dari lingkungan (misalnya dalam hal minat).
3. Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh
melampaui kondisi nyata. Anak dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat
meyakinkan seolah-olah dia melihat atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil
fantasi atau imajinasinya saja. Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Oleh karena itu, selain perlu diarahkan agar
secara perlahan anak mengetahui perbedaan khayalan dengan kenyataan; fantasi dan
imajinasi tersebut juga perlu dikembangkan melalui berbagai kegiatan misalnya bercerita
atau mendongeng.
4. Masa paling potensial untuk belajar
Anak usia dini sering juga disebut dengan istilah golden age atau usia emas, karena
pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
pada berbagai aspek. Oleh karena itu, usia dini terutama di bawah 2 tahun menjadi masa
yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu.
5. Menunjukkan sikap egosentris
Egosentris berasal dari kata ego dan sentris. Ego artinya aku, sentris artinya pusat. Jadi
egosentris artinya “berpusat pada aku”, artinya bahwa anak usia dini pada umumnya hanya
memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Anak
yang egosentrik lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dari pada tentang
orang lain dan tindakannya terutama bertujuan menguntungkan dirinya.
6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Seringkali kita saksikan bahwa anak usia dini cepat sekali berpindah dari suatu
kegiatan ke kegiatan yang lain. Anak usia ini memang mempunyai rentang perhatian yang
sangat pendek sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada kegiatan lain.
7. Sebagai bagian dari makhluk sosial
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai
belajar berbagi, mengalah, dan antri menunggu giliran saat bermain dengan teman-
temannya. Melalui interaksi sosial dengan teman sebaya ini, anak terbentuk konsep dirinya.
Anak juga belajar bersosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di lingkungannya. Jika dia
bertindak mau menang sendiri, teman-temannya akan segera menjauhinya. Dalam hal ini
anak akan belajar untuk berperilaku sesuai harapan sosialnya karena ia membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya (Amini 2014).
C. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK AUD DI ERA DIGITAL
D. PERENCANAAN DAN INOVASI PEMBELAJARAN PAUD
1. Perencanaan Pembelajaran PAUD
Kurikulum PAUD sesuai dengan Pedoman Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini
(Direktorat Pembinaan PAUD, 2014) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pengembangan serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pengembangan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum PAUD terdiri dari perencanaan program semester berupa pengembangan tema,
RPPM dan RPPH.
Perencanaan memberikan arah sasaran bagi organisasi dan mencerminkan prosedur
terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu, rencana memungkinkan:
a. Sekolah dapat memperoleh serta mengikat sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuannya
b. Anggota organisasi dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan secara konsisten dengan tujuan
dan prosedur yang telah dipilih.
c. Kemajuan ke arah tujuan dapat dipantau dan diukur, sehingga tindakan perbaikan dapat
diambil apabila kemajuan itu tidak memuaskan.
Fungsi perencanaan sering kali dinamakan sebagai fungsi utama dari kegiatan
manajemen, karena dalam perencanaan seluruh rangkaian aktivitas yang akan dilakukan,
mengapa dilakukan, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya disusun.
Dalam proses belajar mengajar, perencanaan program pembelajaran memegang
peranan yang sangat penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Dalam
proses belajar mengajar, perencanaan program pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Keterpaduan
pembelajaran sebagai suatu sistem bukan hanya antara komponen-komponen proses
belajar mengajar, tetapi juga antara langkah yang satu dengan langkah berikutnya dan guru
dalam melaksanakan program pembelajaran benar-benar harus sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam
merencanakan program. Hidayat mengemukakan bahwa perangkat yang harus
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
a. Memahami kurikulum
b. Menguasai bahan pengajaran
c. Menyusun program pengajaran
d. Melaksanakan program pengajaran
e. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Dengan dalam kontek perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan
metode pengajaran, dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu
semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Tujuan dalam
pembelajaran akan berhasil dicapai jika terdapat perencanaan secara tertulis (Primayana
2019).
2. Inovasi Pembelajaran PAUD
Kata inovasi berdasarkan etimologinya diambil dari Bahasa Latin “innovare”, berarti
“membuat sesuatu yang baru”. Inovasi dalam Bahasa Inggris adalah innovation, yaitu
degala sesuatu yang baru atau pembaharuan.
Perlunya optimalisasi keinovasian guru PAUD yang menunjukkan bahwa
keinovatifan guru PAUD masih rendah. Indikator rendahnya keinovatifan guru PAUD
sebagai berikut: (1) Guru tidak mengkaji ulang model pembelajaran baru setiap awal
semester; (2) Guru tidak menggunakan bentuk baru dalam penugasan yang bervariasi
kepada siswanya; (3) Guru tidak mensosialisasikan model pembelajaran baru kepada guru-
guru lainnya; (4) Guru tidak meningkatkan daya tarik media pembelajaran disesuaikan
dengan kompetensi siswa; (5) Guru tidak memiliki gagasan baru dalam menyusun RPP
sesuai dengan kebutuhan siswanya; (6) Guru tidak memperbaharui media pembelajaran
lama untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di kelas; dan (7) Guru tidak
memperagakan contoh desain kelas bervariasi yang baru kepada guru-guru lainnya.
Adapun faktor-faktor yang diduga menghambat dan menyebabkan rendahnya
keinovatifan guru diantaranya: manajemen dari lembaga paud itu sendiri seperti
perencanaan, pengelolalan, monitoring dan evaluasi terhadap guru-gurunya belum
diberlakukan maksimal. Ketidakjelasan visi dan norma-norma organisasi Paud yang
membuat guru tidak mampu mengembangkan ide baru dalam kegiatan pembelajaran.
Ketidakmampuan perencanaan dan pengelolaan organisasi memberikan fasilitas dan
peluang kepada guru dalam mengembangkan potensi pengetahuan dan ketrampilannya
dalam bentuk pelatihan dan magang.
Kepemimpinan kepala sekolah berperan penting dalam mengarahkan,
memberdayakan potensi guru dan memotivasi serta memberikan inspirasi kepada guru
dalam menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting dalam penerapan kurikulum dan
menggunakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan dan
lingkungan pembelajaran. Kurangnya perhatian kepala sekolah dalam memberikan
tantangan dan dukungan kepada guru dalam mengelola kelas secara efektif tanpa
mendominasi atau guru sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga semua waktu peserta
didik tidak termanfaatkan secara produktif (Primayana 2019).
1) Memperkuat pemahaman guru terhadap setiap anak sebagai suatu pola atau
munculnya profil anak.
2) Memunculkan situasi belajar yang lebih tepat untuk memunculkan kembali perilaku
yang diharapkan dan mencegah munculnya kembali perilaku yang kurang tepat.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Mukti. 2014. “Hakikat Anak Usia Dini.” Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan
Anak Usia Dini, 65. repository.ut.ac.id/4697/1/PAUD4107-M1.pdf.
Arifudin, Opan, Imanuddin Hasbi, Eka Setiawati, Anik Lestariningrum, Agus Suyatno, Yenda
Puspita, Agung Nugroho Catur Saputro, et al. 2021. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
www.penerbitwidina.com.
Bening, Tiara Permata, Hibana Yusuf, Rodhotul Islamiah, and Putri Wijayanti. 2022. “Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini Di Era Digital.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 4 (5): 6588–
96. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i5.3171.
Fatimah Zahro, Ifat. 2015. “Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini.” Tunas Siliwangi 1 (1):
92–111. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/view/95.
Istiana, Yuyun. 2014. “Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.” Didaktika 20 (2): 90–98.
Primayana, Kadek Hengki. 2019. “ Tantangan Dan Peluang Dunia Pendidikan Di Era 4.0.” Prosiding
Seminar Nasional Dharma Acarya 1: 321–28.
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/dharmaacarya.