Disusun Oleh:
Kelompok VII
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini,
serta tepat pada waktunya. Dan khususnya, kami sebagai “penyusun” dapat
menyelesaikan makalah Komunikasi interpersonal.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada
junjungan kita tercinta rasulullah SAW, serta seluruh umat muslimin yang tetap
teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa dalam proses membuat makalah ini terdapat
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya kepada dosen guna untuk menyempurnakan makalah ini
dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Mengekspresikan 3
Perasaan Secara Verbal
B. Arti Penting Mengekspresikan 8
Perasaan Secara Verbal
C. Mengekspresikan Perasaan Secara Verbal 12
D. Simulasi 18
A. Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari Mengekspresikan Perasaan Secara Verbal?
B. Apa arti penting dari Mengekspresikan Perasaan Secara Verbal
4
C. Apa yang dimaksud dengan Mengekspresikan Perasaan Secara Verbal?
D. Apa itu simulasi?
C. Tujuan Masalah
A. Untuk mengetahui pengertian dari Mengekspresikan Perasaan Secara
Verbal?
B. Untuk mengetahui arti penting dari Mengekspresikan Perasaan Secara
Verbal
C. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Mengekspresikan Perasaan
Secara Verbal?
D. Untuk mengetahui Apa itu simulasi?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yang digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal. Khoirul Muslimin
menyatakan bahwa komunikasi verbal (lisan) adalah proses komunikasi yang
melibatkan pengertian maklum balas menggunakan percakapan untuk
menyampaikan maklumat lengkap kepada penerima. Komunikasi verbal pada
dasarnya adalah sama dengan kemampuan berbahasa. Setiap kemampuan
berbahasa seseorang mempunyai empat unsur penting yang tidak dapat diabaikan
yaitu dengan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Selain itu, bahasa menjadi sarana untuk berkomunikasi, dan telah disebut
bahwa agar bahasa dapat dipahami pemakainya, maka pemberi dan penerima
pesan dalam penggunaan bahasa harus ada kesepakatan bersama dalam
menggunakan simbol-simbol dan dalam menginterpretasikan maknanya. Bahasa
sebagai suatu sistem simbol bahasa dapat dibayangkan sebagai kode atau sistem
7
simbol, yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal. Karakteristik
bahasa adalah :
1. Produktivitas
2. Pengalihan
3. Penyerapan cepat
4. Kebebasan makna
5. Transmisi Budaya.
Sedangkan Suranto dalam Alo liliweri menyebutkan empat fungsi bahasa yaitu :
8
3. Pembicaraan di depan umum (Public speaking), yaitu pembicaraan secara
formal diperdengarkan di depan khalayak ramai. Pembicaraan semacam
inilah yang banyak dipergunakan dalam kegiatan dakwah karena
dipandang paling efektif dan paling efisien.
1. Keterbatasan bahasa
2. Kerumitan makna
3. Nama sebagai symbol
4. Bahasa gaul
5. Bahasa wanita & pria
6. Komunikasi konteks tinggi dan rendah.
9
bahkan keputusan lebih mudah disampaikan dan diterima oleh komunikan.
Komunikasi verbal ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Ada dua cara mengungkapkan perasaan, yaitu secara verbal dan nonverbal.
Yang dimaksud secara verbal adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang
secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tidak.
Sedangkan yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan isyarat
lain secara kata-kata, misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan
sebagainya. Untuk mengungkapkan perasaan dengan baik, pertama kita harus
menyadarinya, lalu menerimanya, kemudian mengungkapkannya secara wajar dan
terkontrol. Menurut Johnson, kalau kita tidak menyadarinya atau sengaja kita
tolak perasaan-perasaan tersebut akan terungkap juga secara tidak langsung dalam
bentuk-bentuk seperti berikut :
10
5. Menyindir (sarkasme).
6. Memuji.
7. Mencela.
8. Memberikan sebutan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin timbul bila perasaan-
perasaan tidak kita sadari, tidak kita terima, atau tidak kita ungkapkan secara
konstruktif (Johnson, 1981) :
11
a. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah
dalam hubungan antar pribadi.
b. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan kita dalam
memahami dan mengatasi masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan
antar pribadi.
c. Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan kita untuk
melakukan perspeksi secara selektif.
d. Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam
penilaian kita.
e. Dalam mengungkapkan perasaan yang tidak lugas-efektif sering justru
tersirat tuntutan-tuntutan tertentu.
12
ini seseorang hanya mampu menggambarkan apa yang sedang terjadi,
bukan memaknai informasi tersebut. Contoh: Feby melihat ada anak
laki-laki sedang terbaring didepan sebuah mobil.
2. Tahap yang kedua ini dinamakan tahap interpreting, dimana seseorang
mulai memutuskan apa maksud dari informasi (yang diterima oleh
inderanya) dengan menginterpretasi maknanya. Contoh: Setelah Feby
melihat ada anak laki-laki terbaring didepan sebuah mobil, ia memaknai
bahwa anak laki-laki tersebut pingsan setelah tertabrak mobil.
3. Setelah menginterpretasi makna atau maksud dari informasi, seseorang
kemudian masuk ke tahap yang ketiga yaitu timbulnya perasaan atas
interpretasi tersebut. Tahap ketiga ini dinamakan tahap feeling. Contoh:
Setelah mengetahui bahwa ada anak laki-laki yang pingsan akibat
tertabrak mobil, dalam diri Feby timbul perasaan iba/ kasihan pada pada
anak tersebut.
4. Tahap berikutnya yang merupakan hasil dari feeling yaitu seseorang
memutuskan bagaimana niatan untuk mengekspresikan perasaan yang
timbul dalam dirinya, dan tahap ini disebut tahap intending. Contoh:
Karena kasihan melihat anak laki-laki tersebut, Feby kemudian berniat
atau ingin menolong anak laki-laki tersebut.
5. Yang terakhir adalah tahap expressing, dimana pada tahapan ini
seseorang memunculkan aksi dan mengekspresikan perasaannya.
Contoh: Feby terjun ke jalan, membawa anak laki-laki tersebut ke
rumah sakit.
13
emosi marah dan ingin berkelahi, karena interpretasi kita menganggap bahwa
celaan dapat menurunkan harga diri, untuk mengontrol emosi marah tersebut kita
dapat menganggap bahwa sebenarnya celaan mereka adalah bentuk perhatian.
Sehingga emosi marah tadi bisa dikendalikan. Perasaan (feeling) dapat
mengaktifkan reaksi fisiologis tertentu dalam tubuh, misalnya ketika sedang
marah, otot menjadi tegang, adrenalin dipompa ke aliran darah, jantung berdetak
lebih kencang, seakan mempersiapkan seseorang untuk berkelahi.
14
C. Mengekspresikan Perasaan Secara Verbal
15
masyarakat, interaksi seseorang akan meluas baik dengan teman akrab, teman
sepermainan, dan orang dewasa lainnya tergantung sejauh mana individu mampu
menempatkan diri. Bentuk mengekspresikan dapat terjadi baik dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Dalam bentuk verbal misalnya sekedar bertegur sapa,
diskusi, wawancara, debat. Bentuk non verbal dapat berupa gerakan dari anggota
tubuh, misalnya mendengarkan, mengangguk tanda setuju, sentuhan.
1. Komunikasi Verbal
16
Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui
bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi
transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi
yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. mengemukakan agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja
yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada
masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan
orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk
mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan
kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan
kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita,
kepercayaankepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
17
dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.Kata-kata
bersifat ambigu dan kontekstual, kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata
merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang
menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang
mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu
berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat
kepada mahasiswanya yang nyontek. Kata-kata mengandung bias budaya, bahasa
terikat konteks budaya.
18
Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk
mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila peker-
jaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca,
berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya. Ketika kita berkomunikasi,
kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau
nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandia (encoding). Bahasa adalah alat
penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas),
untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata
dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang
menyebabkan kerancuan dan kesalah- pahaman.
Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing
yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian,
atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri.
Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara
kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. Jenis
Komunikasi Verbal
Terdapat lima aspek reaksi internal menurut Miller, Nunnaly & Wachman, yaitu:
19
1. Pertama seseorang akan mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi
disekitarnya melalui panca indera (mata, hidung, mulut, telinga, dan
tangan). Tahapan ini dinamakan tahap sensing. Dalam tahap ini seseorang
hanya mampu menggambarkan apa yang sedang terjadi, bukan memaknai
informasi tersebut. Contoh: Feby melihat ada anak laki-laki sedang
terbaring didepan sebuah mobil.
2. Tahap yang kedua ini dinamakan tahap interpreting, dimana seseorang
mulai memutuskan apa maksud dari informasi (yang diterima oleh
inderanya) dengan menginterpretasi maknanya. Contoh: Setelah Feby
melihat ada anak laki-laki terbaring didepan sebuah mobil, ia memaknai
bahwa anak laki-laki tersebut pingsan setelah tertabrak mobil.
3. Setelah menginterpretasi makna atau maksud dari informasi, seseorang
kemudian masuk ke tahap yang ketiga yaitu timbulnya perasaan atas
interpretasi tersebut. Tahap ketiga ini dinamakan tahap feeling. Contoh:
Setelah mengetahui bahwa ada anak laki-laki yang pingsan akibat
tertabrak mobil, dalam diri Feby timbul perasaan iba/ kasihan pada pada
anak tersebut.
4. Tahap berikutnya yang merupakan hasil dari feeling yaitu seseorang
memutuskan bagaimana niatan untuk mengekspresikan perasaan yang
timbul dalam dirinya, dan tahap ini disebut tahap intending. Contoh:
Karena kasihan melihat anak laki-laki tersebut, Feby kemudian berniat
atau ingin menolong anak laki-laki tersebut.
5. Yang terakhir adalah tahap expressing, dimana pada tahapan ini seseorang
memunculkan aksi dan mengekspresikan perasaannya. Contoh: Feby
terjun ke jalan, membawa anak laki-laki tersebut ke rumah sakit.
20
D. Simulasi
Simulasi dari sebuah sistem adalah pengoperasian dari sebuah model suatu
sistem. Sebuah Model dapat dikonfigurasi dan dilakukan percobaan, biasanya hal
ini tidak mungkin terjadi. Karena mahalnya biaya dan tidak praktis untuk
dilakukan dalam sistem yang diwakilinya. Simulasi digunakan sebelum sebuah
sistem dibangun, untuk mengurangi kemungkinan kegagalan, untuk
menghilangkan kemacetan tak terduga, untuk mencegah under atau over-
pemanfaatansumber daya, dan untuk mengoptimalkan kinerja sistem.
21
Gambar 1 Mempelajari Sebuah Sistem
22
Simulasi diperlukan ketika
1. Model sangat rumit dengan banyak variabel dan komponen yang saling
berinteraksi.
2. Hubungan antar variabel tidak linear
3. Model memiliki variate acak
4. Output dari model akan divisualisasikan sebagai animasi komputer 3D.
Kelebihan simulasi
Kekurangan simulasi
23
Gambar 2 Langkah Dalam Studi Simulasi
Implementasi Model dan Simulasi pada studi kasus Fisika Teknik Listrik
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written)
atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena
kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara
verbal ketimbang nonverbal. Ada dua cara mengungkapkan perasaan, yaitu
secara verbal dan nonverbal. Yang dimaksud secara verbal adalah dengan
menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung mendeskripsikan perasaan
yang kita alami maupun tidak. Sedangkan yang dimaksud secara nonverbal adalah
dengan menggunakan isyarat lain secara kata-kata, misalnya sorot mata, raut
muka, kepalan tinju, dan sebagainya.
Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan orang lain.
Komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih. Tujuan komunikasi ini
biasanya adalah untuk sharing atau berbagi informasi, pendapat, gagasan,
mengajak, menawarkan sesuatu, dan lain lain. Dapat dilakukam baik secara
langsung (face to face) maupun dengan media. Interpersonal Skill yang baik
dapat dibangun antara lain dari kemampuan mengembangkan perilaku dan
komunikasi yang asertif . komunikasi yang dilakukan dengan orang lain sehingga
tindak balas dan evaluasinya memerlukan orang lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
26