Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Pernikahan merupakan suatu

jalan yang sangat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga sekaligus

sebagai jalan untuk mendapatkan keturunan. Tujuan pernikahan merupakan

suatu hal yang sangat penting, maka Islam memberi banyak peraturan untuk

melindungi keselamatan dari pernikahan sekaligus menjaga hak dan

kewajiban sebagai suami istri, dalam hal ini diharapkan bagi pasangan suami

istri agar dapat menyadari tentang pentingnya melaksanakan hak dan

kewajiban. Selain itu tujuan perkawinan adalah untuk membimbing keluarga

demi terwujudnya kebahagiaan yang abadi didunia dan akhirat. 1 Sehingga

bisa bekerja sama dalam mengapai sebuah keluarga sakinah, mawaddah,

warahmah.

Pada dasarnya di zaman sekarang ini marak terjadi pertukaran peran

antar anggota keluarga. Adanya kondisi dimana seorang suami yang

seharusnya bertanggung jawab atas segala kewajibannya menjadi seorang

kepala rumah tangga, namun dilakukan oleh seorang istri. . Tetapi karena

tuntutan zaman dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi

1
Muhammad Thahir Maloko, Arif Rahman. Mengatasi Kejenuhan Suami Istri Perspektif
Imam Mazhab. (Makassar: Mazahibuna, 2020), h. 230.

1
2

mengakibatkan istri berperan aktif tidak hanya bekerja membantu suami

mencari nafkah, tetapi sebagai pencari nafkah utama atau tulang punggung

bagi keluarganya. Hal ini dapat disebabkan suami memiliki keterbatasan

kemampuan atau keahlian yang mengakibatkan dirinya tidak mempunyai

pekerjaan tetap, sebagian dari mereka bahkan tidak mau bekerja mencari

nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Jika dilihat secara luas dari kacamata masyarakat, hal tersebut dianggap

menyimpang. Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman ini sudah banyak

wanita yang berkarir. Perbuatan tersebut memang tidak sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku dimasyarakat tentunya di Indonesia. Di tengah-

tengah masyarakat banyak perbedaan dari sudut pandang terhadap peran serta

posisi kaum perempuan, maka dari itu tidak sedikit kita melihat perempuan

yang bekerja di luar rumah, baik berkarir di kantor, bahkan ada berkarir di

kemiliteran dan kepolisian, sebagaimana yang dilakukan kaum laki-laki.

Karena kehidupan modern saat ini sudah tidak membatasi gerak kaum

perempuan.2

Banyak faktor yang menggeser peran-peran ideal anggota keluarga.

Seperti lingkungan alam yang memberikan peran berbeda dari kondisi

idealnya, budaya yang berbeda sampai kepada tuntutan ekonomi yang

membuat terjadinya pergeseran peran dalam keluarga. Hal ini juga memberi

dampak positif maupun negatif terhadap anggota keluarga yang mengalami

2
M Uzdalifah Muhammadun, Fiqh dan Permasalahan Perempuan Kontemporer, Jurnal
Al-Maiyah, 8 , 2015, h. 113.
3

pergeseran tersebut. Dampak positif dengan adanya istri bekerja, antara lain

sebagai berikut:3

1. Dengan bekerja, istri dapat membantu meringankan beban keluarga yang

tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi

kebutuhan, tetapi dengan adanya istri ikut berkiprah dalam mencari

nafkah, maka krisis ekonomi dapat ditanggulangi.

2. Dengan bekerja, istri dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada

keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan

yang diikutinya sehingga jika ia sukses dan berhasil dalam kerjanya, putra-

putrinya akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai

panutan dan suri tauladan bagi masa depannya. Hal ini sesuai dengan

pengakuan dan pernyataan dari salah seorang anak remaja dari ibu yang

bekerja ketika penulis mewawancarainya, bahkan menurutnya banyak hal

positif yang mereka temui bila ibunya bekerja, bahkan mereka gembira

dan bangga jika ibunya sukses dalam kerjanya.

3. Dalam memajukan serta mensejahterakan masyarakat dan bangsa

diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum perempuan karena dengan

segala potensinya, perempuan mampu, dalam hal ini, bahkan ada di antara

pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh laki-laki, dapat dilaksanakan

oleh perempuan, baik karena keahliannya maupun karena bakatnya.

4. Dengan bekerja, istri dalam mendidik anak-anaknya lebih bijaksana,

demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan pekerjaannya itu, ia bisa dan

3
Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer (Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2010) h. 63-64.
4

belajar memiliki pola pikir yang moderat. Jika ada problem dalam rumah

tangga yang harus diselesaikan, maka ia segera mencari jalan keluar secara

tepat dan benar.

5. Dengan bekerja, perempuan yang menghadapi kemelut dalam rumah

tangganya atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan

jiwanya akan menjadi sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah

Daradjat dalam bukunya Islam dan Peran Perempuan yaitu untuk

kepentingan kesehatan jiwanya, perempuan itu harus gesit bekerja.

Perempuan yang sudah memiliki suami dan telah memiliki anak,

keadaan semacam ini memaksa mereka untuk meninggalkan tanggung jawab

seorang istri sekaligus ibu yang seharusnya lebih banyak dirumah untuk

mengurus rumah tangga. Tak hanya itu, kurangnya tanggung jawab suami

dalam kewajiban memberikan nafkah membuat seorang istri turut dalam

menjadi pencari nafkah utama dalam rumah tangga, demi memenuhi

kebutuhan mereka. Akibat dari keaadan ini yang berlangsung lama akan

memburuknya hubungan antara suami dan istri dalam membina sebuah

keluarga dan menjadikan rumah tangga yang sejahtera itu akan menjadi sulit..

Ibu yang dominan dan optimal yaitu mencakup tugas pokok sebagai

pengurus rumah tangga, juga berperan untuk mengurus perekonomian pada

keluarga, serta pendidikan dan pengasuhan anak dapat mempengaruhi tingkat

kesejahteraan keluarga. Agar tercapainya kesejateraan dalam rumah tangga,

maka tingkat kesejahteraan ekonomi juga harus lebih ditingkatkan. Dilihat

dari berbagai macam kebutuhan dalam rumah tangga yang semakin


5

meningkat, hal ini membuat seorang suami tidak dapat memenuhi semua

kebutuhan dari penghasilannya, serta naiknya harga kebutuhan yang cukup

tinggi membuat istri juga harus ikut serta dalam mencari pekerjaan dan

menyebabkan banyaknya fenomena istri bekerja sebagai pencari nafkah

utama bagi keluarga. Fenomena para istri/ibu yang berprofesi sebagai pencari

nafkah utama dapat dijumpai di salah satu desa Pidoli Lombang Kecamatan

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Peneliti mendapati 10 pasangan suami istri yang istrinya sebagai tulang

punggung keluarga pada desa ini, pekerjaan mereka berbeda-beda di

antaranya ada yang bekerja sebagai petani, karyawan rumah makan,

pedagang, karyawan perusahaan dan buruh tukang sapu. Ada beberapa hal

yang menyebabkan mereka terpaksa mengambil alih peran sebagai tulang

punggung keluarga. Di antaranya kurangnya rasa tanggung jawab suami

untuk memenuhi nafkah keluarganya, kurangnya penghasilan suami sehingga

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ketidak mampuan

suami untuk mencari nafkah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Nita terkait faktor yang

melatarbelakangi istri sebagai tulung apunggung keluarga: “ Di keluarga saya

karena suami saya bekerja sebagai buruh bangunan dan tidak mempunyai

pekerjaan sampingan, sementara biaya hidup sudah semakin mahal, jika saya

hanya mengharapkan gaji suami saya belum cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga kami. Jadi saya sebagai istri terpaksa bekerja untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga kami”.4


4
Nita, Ibu Rumah Tangga, wawancara, Pidoli Lombang, 23 Maret 2023.
6

Adapun ungkapan dari ibu Saripah terkait faktor yang melatarbelakangi

dirinya sebagai tulang punggung kelurga yaitu: ’’Saya terpaksa bekerja

karena kondisi suami saya keterbatasan kemampuan dalam bekerja juga usia

suami saya sudah semakin tua dimana jarak umur saya dengan suami saya

selisih 10 tahun, oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan keluarga kami

terpaksa saya yang harus bekerja’’.5

Fenomena istri sebagai tulang punggung keluarga tentu sangat

bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, Undang-Undang dan Kompilasi

Hukum Islam.Dalam Undang-Undang Perkawinan Pasal 34 ayat 1 tahun 1974

disebutkan bahwa suami wajib melindungi istrinya dan memberikan

kebutuhan rumah tangga sesuai kemampuannya.6 Dan Pasal 34 ayat 2 UU

No. 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa istri wajib mengatur urusan rumah

tangga sebaik-baiknya. Dengan demikian, maka tanggung jawab memberikan

nafkah terhadap istri dan keluarganya adalah tanggung jawab suami. Unsur

yang termasuk biaya nafkah adalah biaya susuan, nafkah makan dan minum

(pangan), pakaian (sandang), tempat tinggal. Kewajiban suami memberi

nafkah pada istri hanya pada saat mereka masih terikat perkawinan yang sah.

Apabila sudah berpisah (cerai), maka kewajiban suami memberi nafkah

hanya pada selama masa iddah.

Disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 80 ayat 2

bahwa kewajiban suami memberikan perlindungan kepada istri dan

memenuhi kebutuhan rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.Selain itu

5
Saripah, Ibu Rumah Tangga, wawancara, Pidoli Lombang, 27 Maret 2023.
6
Undang-Undang RI No1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
7

dijelaskan pada Pasal 80 ayat 4 ada beberapa hal yang harus di tanggung oleh

suami sesuai dengan pendapatannya di antaranya :

1. Nafkah, Kiswah dan tempat tinggal.

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan anak dan istri.

3. Biaya pendidikan anak.7

Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa suami wajib memberi

nafkah kepada istrinya, hal ini sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 233

‫ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو ِكْس َو ُتُهَّن ِر ْز ُقُهّن َلٗه اْلَم ْو ُلْو ِد َو َع َلى‬

‘’Dan kewajiban ayah memberikan makanan dan pakaian kepada para

ibu dengan cara yang ma’ruf ’’

Memang Islam membolehkan perempuan bekerja tetapi bukan berarti ia

sebagai tulang punggung keluarga yang harus memenuhi kebutuhan rumah

tangga.Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas yang sudah dipaparkan

maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengkaji mengenai

“PRAKTIK ISTRI SEBAGAI TULANG PUNGGUNG KELUARGA

DAN AKIBATNYA TERHADAP PEMENUHAN KEWAJIBAN ISTRI

KEPADA SUAMI” (Studi Kasus Di Desa Pidoli Lombang).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana praktik istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa Pidoli

Lombang?

7
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
8

2. Bagaimana pengaruh budaya perempuan bekerja di Desa Pidoli Lombang?

3. Bagaimana kewajiban seorang istri yang menjadi tulang punggung

keluarga dalam memenuhi kewajibannya kepada suami di Desa Pidoli

Lombang?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai pada

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktik istri sebagai tulang punggung dalam keluarga di

Desa Pidoli Lombang.

2. Untuk mengetahui pengaruh budaya perempuan bekerja di Desa Pidoli

Lombang.

3. Untuk mengetahui seorang istri yang menjadi tulang punggung dalam

memenuhi kewajibannya kepada suami di Desa Pidoli Lombang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu memahami bagaimana Praktik

istri sebagai tulang punggung keluarga serta pengaruh budaya

perempuan bekerja dalam tradisi di Indonesia. Dan diharapkan

mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor-faktor pada permasalahan

tersebut.

b. Bagi Peneliti
9

Manfaat bagi peneliti agar nantinya dapat mengembangkan ilmu-

ilmu yang sudah dipelajari selama perkuliahan, serta diharapkan hasil

yang dicapai pada penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti teori dan

dapat dijadikan pijakan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang

sejenis.

c. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat agar nantinya dapat di realisasikan bagi

keluarga bahwa yang menjadi tulang punggung keluarga bukanlah

kewajiaban seorang istri melainkan kewajiban bagi seorang suami

2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Melalui penelitian ini mahasiswa diharapakan mampu memahami

lebih dalam mengenai istri sebagai tulang punggung keluarga dan

pengaruh budaya perempuan bekerja dalam tradisi di Indonesia serta

bagaimana istri yang menjadi tulang punggung keluarga dalam

memenuhi kewajibannya kepada suami.

Dan menjadikannya sebagai bekal ilmu dalam menghadapi dan

memberikan perlakuan yang khusus terhadap masalah ini secara bijak

dan sesuai kompetensi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadikan

penelitian ini sebagai pedoman nantinya untuk penelitian selanjutnya


10

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan istri sebagai tulang punggung

keluarga dan pengaruh budaya perempuan bekerja dalam tradisi di

Indonesia serta bagaimana kewajiban istri dalam memenuhi

kewajibannya kepada suami.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat mampu serta ikut mengambil peran

dalam menanggapi permasalahan istri sebagai tulang punggung

keluarga dan kewajiban istri kepada suami secara baik dengan

memanfaatkan penelitian ini. Masyarakat juga harus berperan aktif

dalam mengurangi dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang.

E. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan terkait dengan judul penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sajidin, pada Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Sultan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul

Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama dalam Keluarga di Desa

Danyang Kabupaten Ponorogo (Telaah Kompilasi Hukum Islam Dan

Counter Legal Draft-KHI). Tujuan pada penelitian ini adalah; pertama,

untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi istri sebagai

pencari nafkah utama dalam keluarga desa Danyang Kabupaten Ponorogo.

Kedua, untuk mengetahui kajian dari KHI maupun CLD KHI mengenai

peran istri sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga khususnya pada

desa Danyang Kabupaten Ponorogo. Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa
11

Kompilasi Hukum Islam membolehkan istri untuk bekerja di luar rumah

untuk mencari nafkah dengan syarat istri tersebut tidak boleh

meninggalkan kewajibannya mengurus rumah tangga sesuai peran sebagai

istri atau sebagai ibu rumah tangga

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tiffani Raihan Ramadhani, pada Skripsi

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, dengan judul

Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dan Dampaknya Bagi Keharmonisan

Rumah Tangga (Studi Kasus Desa Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo

Kota Depok). Tujuan pada penelitian adalah sebagai berikut; pertama,

untuk mengetahui secara jelas bagaimana seorang istri dalam mencari

nafkah untuk keluarga, kedua, menjelaskan apakah berpengaruh terhadap

keharmonisan rumah tangga. Hasil dari penelitian ini yaitu peneliti

menyimpulkan istri sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga dapat

mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Akan tetapi, menurut

penelitian bahwa suami kebanyakkan menerima apabila istri bekerja keluar

rumah untuk mencari nafkah, karena dalam Islam tidak adanya larangan

seorang istri untuk bekerja mencari nafkah. Persamaan pada penelitian ini

dengan yang peneliti lakukan yakni sama-sama menggunakan metodologi

pendekatan studi kasus dan untuk penulisan sama-sama menggunakan

metode penulisan kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Lusiana, pada Skripsi Program Studi

Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto, dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Istri Sebagai


12

Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga TKW

Di Desa Karangturi Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap).Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi istri

pencari nafkah utama.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa istri sebagai

pencari nafkah utama di sebabkan karena faktor masyarakat yang lemah,

faktor ekonomi muncul di karenakan suami tidak bekerja (tidak memiliki

pekerjaan sama sekali) dan suami tidak memiliki pekerjaan tetap, serta

faktor lain muncul di karenakan istri tidak memiliki pekerjaan. Pada ajaran

Islam mengungkapkan bahwa tanggung jawab ekonomi berada di pundak

suami sebagai kepala keluarga dan tidak tertutup kemungkinan tanggung

jawab tersebut beralih kepada istri yang membantu suaminya yang tidak

mampu melakanakan kewajiban.

F. Penjelasan Istilah

1. Praktik

Praktik adalah suatu perbuatan mempraktekan suatu teori, metode,

dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan

yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana

dan tersusun sebelumnya.Menurut Prawita, praktik atau tindakan

merupakan suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (Overt Behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktik diartikan

sebagai penerangan ilmu teori atau kerja nyata.8


8
Sulchan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:Amanah,1997), h. 380.
13

2. Istri

Istri merupakan satu kata bahasa Indonesia yang memiliki arti kawan

hidup, wanita yang dinikahi.9 Istri dalam kamus bahasa Arab

diterjemahkan dengan kata Al-Zawjah, Al-Qarinah10 dan Imra‟ah.11 Kata

Al-Zawjah atau Al-Qarinah di sepadankan dalam bahasa Inggris dengan

wife, spouse, mate, consort, sedangkan kata Imraah disepadankan dengan

woman, wife.12 Berdasarkan dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pengertian istri adalah perempuan (teman hidup) yang sudah

dinikahi suami. Keluarga merupakan suatu lembaga sosial yang paling

besar perannya bagi kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-

anggotanya terutama anak-anaknya. Keluarga merupakan lingkungan

sosial yang terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak.

3. Tulang Punggung Keluarga

Tulang Punggung Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

atau KBBI adalah seseorang ataupun sesuatu hal yag menjadi pokok

kekuatan. Pokok kekuatan dalam hal ini maknanya sebagai penopang

ekonomi, sebagai yang menanggung biaya kehidupan dan sebagainya.13

4. Kewajiban

9
Departemen Pendidikan Nasional. Taurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (t.t. Pusat
Bahasa, 2008), 208. Lihat juga Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (t.t.
Pusat Bahasa, 2008), h. 556.
10
A.W. Munawwir, Muhammad Fairuz. Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: pustaka
progresif,1984), h. 344.
11
Ibid, h. 1322.
12
Rohi Baalbaki. al-Maurid Qamus „Arabic English, ( Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayin,
1995), h. 169 dan 612.
13
Abdullah, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Sandoro, 2015), h. 35.
14

Kewajiban adalah suatu bentuk keharusan yang harus dilaksanakan

setiap insan yang sudah mukallaf (akil dan baligh).14 Dalam hubungan

perkawinan, antara pasangan satu sama lain memiliki suatu kewajiban

yang harus di tunaikan dan suatu hak yang harus didapatkan.

5. Suami

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Suami adalah pria yang

menjadi pasangan hidup resmi seorang perempuan (istri).15

G. Sistematika Pembahasan

BAB I. PENDAHULUAN: BAB ini berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian relevan,

penjelasan istilah dan sistematika pembahasan.

BAB II. LANDASAN TEORI: BAB ini mengemukakan tentang peran

istri, peran perempuan dalam Islam, tulang punggung keluarga, pengertian

nafkah, ketahanan rumah tangga juga membahas tentang hak dan kewajiban

istri dalam keluarga.

BAB III. METODE PENELITIAN: BAB ini memuat secara rinci

metode yang digunakan dalam penelitian ini seperti jenis penelitian, sifat

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, sumber data,

teknis dan alat pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV: BAB ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan

yang isinya menjawab seluruh rumusan masalah yang ada pada penelitian ini.

BAB V PENUTUP: BAB ini berisi kesimpulan dan saran-saran.


14
Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia (Tangerang: Yasmi, 2018), h. 86.
15
Sulchan Yasin, Op.Cit., h. 380.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. penelitian kualitatif, adalah penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan serta menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara inividual maupun

kelompok.16 Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu

permasalahan yang belum jelas, holistic, kompleks, dinamis dan penuh

makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial dijaring dengan

menggunakan metode yang lain. Selain itu, peneliti bermaksud memahami

situasi sosial secara mendalam, dan menemukan pola, hipotesis dan teori.

Metode penelitian studi kasus meneliti suatu fenomena tertentu yang

ada pada masyarakat yang dilakukan secara mendalam untuk mempelajari

latar belakang, keadaan, serta interaksi yang terjadi. Studi kasus dilakukan

pada kesatuan sistem yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa, maupun

sekelompok individu yang berada pada keadaan atau kondisi tertentu.

B. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang

artinya menggambarkan suatu objek tertentu dengan melihat sifat- sifat

populasi dan menjelaskan hal-hal yang melukiskan secara sistematis fakta-

fakta tanpa membandingkan variabel satu dengan variabel lainnya. Penulis

16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kuliatatif dan R&D,
Bandung, Alfabeta, 2019, h. 13.

29
30

menggunakan metode ini karena metode ini sesuai dengan data yang

akan diperoleh dari hasil wawancara.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan,

Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Objek pada penelitian

ini adalah wanita yang telah menjadi seorang istri dan menjadi pencari nafkah

utama di Desa Pidoli Lombang,Kecamatan Panyabunga,Kabupaten

Mandailing Natal. sebanyak 10 orang yang berstatus sebagai istri.

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan, yakni Februari

sampai April.

Tabel 3. 1

Rencana Penelitian

Kegiatan
No
Penelitian Januari Februari Maret April Mei Juni July

1 Pengajuan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Observasi
Lapangan
4 Pengelolaan
Data
5 Penyusunan
Laporan
31

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan

diteliti.Penelitian dapat dilakukan terhadap populasi yang terhingga atau

tidak terlalu banyak.Populasi pada penelitian ini adalah para istri pencari

nafkah di desa Pidoli Lombang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah yang diambil dari

populasi.Dalam penelitian ini peneliti tidak mungkin mengambil sampel

dari semua istri pencari nafkah utama.

Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan probably sampling

dan simple radom sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dari

populasi.Maka dari itu peneliti mengambil sampel sebanyak 10 orang.

E. Sumber Data

4. Sumber Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data primer bisa

didapatkan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi,

semua bersumber dari masyarakat Pidoli Lombang yang menjadi objek

penelitian.

5. Sumber Data Sekunder

Pada penelitian ini peneliti memperoleh data dari hasil observasi

awal, dokumentasi, dan literatur maupun objek lainnya. Dari proses dan

hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu pembaca memahami


32

pengetahuannya terhadap hak dan kewajiban antara suami dan istri dalam

berumah tangga.

6. Sumber Data Tersiar

yaitu data yang digunakan oleh peneliti berupa kamus, yang terdiri

dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, dan berbagai

macam kamus yang berk aitan dengan permasalahan yang diangkat oleh

peneliti.

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk pengumpulan data atau informasi pada penelitian ini. Peneliti

menggunakan beberapa metode yakni:

1. Teknik Observasi

Observasi sebagai pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti

mengamati kegiatan wanita yang berstatus sebagai istri yang juga menjadi

pencari nafkah utama dalam keluarga di kediaman mereka. Peneliti

menggunakan observasi lengkap dalam melakukan pengumpulan data

serta peneliti juga ikut terlibat terhadap yang dilakukan oleh sumber data.

Kegiatan ini merupakan keterlibatan peneliti pada aktifitas kehidupan yang

di teliti.17

17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kuliatatif dan R&D,
… h. 203.
33

2. Teknik Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data,

dimana peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalah yang harus diteliti, serta peneliti ingin mengetahui hal-hal yang

mandalam termasuk juga jumlah respondennya. 18 Wawancara yang

peneliti lakukan menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti

mengenai informasi yang diperoleh dari hasil wawancara Oleh sebab itu,

pengumpulan data telah menyiapkan intrumen penelitian berupa

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah di sediakan.19

Peneliti melakukan wawancara dengan:

a. Kepala Desa

b. Tokoh Masyarakat

c. Istri yang menjadi tulang punggung keluarga

3. Teknik Dokumentasi

Dari beberapa fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi, sebagian data yang tersedia adalah laporan, foto, video, dan

berbentuk surat. Hal utama pada data ini tidak terbatas ruang dan waktu

sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal

yang pernah terjadi di waktu silam.20

18
Ibid h. 194..
19
Ibid h. 194-195.
20
Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta, Kencana, 2012) h. 141.
34

G. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapagan yang jumlahnya cukup banyak,

maka perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Semaki lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data yang di dapat akan semakin banyak. 21 Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis taksonomi, ini

dilakukan sebagai bentuk mengumpulkan data dilapangan secara terus-

menerus melalui wawancara yang mendalam, dan dokumentasi, sehingga

data terkumpul dan lengkap. Data kemudian dijabarkan secara rinci dan

mendalam.

2. Penyajian Data

Melalui penyajian data ini, maka data menjadi terorganisasikan,

tersusun dengan pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. 22

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan penyajian data dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Hal ini

akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan

kerja selanjutnya dari apa yang telah dipahami tersebut.

3. Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kuliatatif dan R&D,
… h. 338.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kuliatatif dan R&D,
… h. 341.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Desa Pidoli Lombang

Dalam bab ini peneliti memaparkan hasil temuan dari penelitian langsung

yang telah peneliti lakukan di Desa Pidoli Lombang Kecamatan Panyabungan,

berupa hasil observasi yang peneliti temukan terhadap kehidupan keluarga yang

istrinya yang berperan sebagai tulang punggung keluarga, peneliti juga melakukan

wawancara dengan informan yang berhubungan dengan penelitian istri sebagai

tulang punggung keluarga.

Dalam bab ini juga peneliti memaparkan mengenai gambaran umum Desa

Pidoli Lombang Kecamatan Panyabungan, seperti dalam hal geografis, ekonomi,

potensi sumberdaya alam dan sebagainya. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai

peran istri sebagai tulang punggung keluarga, pengaruh budaya terhadap

perempuan bekerja di Desa Pidoli Lombang Kecamatan Panyabungan, serta

bagaimana pemenuhan kewajiban istri kepada suami.

1. Kondisi Geografis

Desa Pidoli Lombang merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Desa

Pidoli Lombang lebih tepatnya berada di Panyabungan Kota. Desa ini

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

35
36

a. Sebelah Utara : Kelurahan Sipolu-polu

b. Sebelah Timur : Kelurahan Pidoli Dolok

c. Sebelah Selatan : Kelurahan Dalan Lidang

d. Sebelah Barat : Huta Baringin

Luas wilayah Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan yaitu:

Tabel 4.1. Luas Wilayah Desa Pidoli Lombang

No Lahan Luas (Ha)

1 Tanah Sawah 36,00 Ha

2 Tanah Kering 333,00 Ha

3 Tanah Basah 2,00 Ha

4 Tanah Perkebunan 80,00 Ha

Luas wilayah keseluruhan Desa Pidoli Lombang adalah 451,00 Ha.

Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.780 jiwa dan jumlah

perempuan sebanyak 1,799 jiwa. Jadi total keseluruhan penduduk Desa Pidoli

Lombang adalah 3.579 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak

890 KK.23

23
Data Monografi Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan Tahun 2022.
37

2. Topografi

Wilayah Desa Pidoli Lombang merupakan dataran rendah dari arah

Utara ke arah Selatan. Perbukitan dan dataran tinggi dengan luas keseluruhan

1,00 Ha.

3. Iklim

Keadaan iklim berdasarkan penelitian yaitu ada berupa suhu rata-rata

harian dan jumlah bulan hujan. Temperature udara pada suhu rata-rata harian

mencapai 24,00OC, dan jumlah bulan hujan adalah 8,00 bulan.

4. Kebudayaan

Budaya yang berada di Desa Pidoli Lombang adalah Mandailing,

karena kebudayaan itu telah melekat di dalam masyarakat sejak berdirinya

Kabupaten ,Mandailing Natal, dan kebudayaan tersebut masih berjalan sampai

sekarang.

5. Potensi Sumber Daya Manusia

a. Jumlah Penduduk

Penduduk di Desa Pidoli Lombang mencapai 3.579 jiwa yang terdiri

dari laki-laki berjumlah 1.780 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 1.799

jiwa. Modal dasar sumber daya manusia dalam mendorong pergerakan

perekonomian yang ada di Desa Pidoli Lombang dengan mata pencaharian

penduduk yang beraneka ragam, diantaranya:


38

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Desa Pidoli Lombang

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 368 Orang

2 Pegawai Negeri Sipil 33 Orang

3 Bidan Swasta 4 Orang

4 Guru Swasta 21 Orang

5 Karyawan Perusahaan Swasta 4 Orang

6 Wiraswasta 191 Orang

7 Belum Bekerja 209 Orang

8 Pelajar 580 Orang

9 Ibu Rumah Tangga 120 Orang

b. Tingkat Pendidikan

Masyarakat di Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan

mayoritas lulusan SMP dan SMA sederajat, sehingga untuk menjadi

tenaga yang ahli dan berketerampilan sesuai dengan kebutuhan masih

belum bisa terpenuhi.24 Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa

Pidoli Lombang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Pidoli Lombang


24
M. Aslen Borotan, Wawancara, Kepala Desa Pidoli Lombang, 25 July 2023.
39

No Lulusan Jumlah

1 SD Sederajat 230 Orang

2 SMP Sederajat 342 Orang

3 SMA Sederajat 162 Orang

4 Sarjana 34 Orang

c. Sarana dan Prasarana

Kondisi sarana dan prasarana Desa Pidoli Lombang dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana Masyarakat Desa Pidoli Lombang

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Masjid 2 Buah

2 Lapangan Volly 1 Buah

3 Posyandu 1 Buah

d. Profil Informan

Tabel 4.5. Daftar Istri yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga

No Nama Umur Pekerjaan Pekerjaan Suami

1 Nita 40 Karyawan Rumah Buruh Bangunan

Makan
40

2 Risna 48 Petani Serabutan

3 Samsi 42 Pedagang Serabutan

4 Saripah 49 Karyawan Perusahaan Pengangguran

5 Sangkot 48 Pedagang Petani

6 Banun 47 Petani Tukang becak

7 Landong 50 Buruh Tukang Sapu Pengangguran

8 Nelly 52 Pedagang Serabutan

9 Niah 47 Buruh Tukang Sapu Serabutan

10 Samsidar 50 Pedagang Pengangguran

B. Praktek Istri Sebagai Tulang Punggung Keluarga di Desa Pidoli Lombang

Desa Pidoli Lombang adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Pada

umumnya masyarakat di Desa Pidoli Lombang tergolong masyarakat yang

ekonominya menengah ke bawah dengan penghasilan di bawah rata-rata.

Istri sebagai tulang punggung keluarga di Desa Pidoli Lombang memiliki

pekerjaan dan penghasilan tetap, namun dalam penelitian ini peneliti hanya

mengambil sampel sebanyak 10 orang saja, dimana pekerjaan yang mereka

kerjakan beragam jenis ada yang berperan sebagai karyawan rumah makan, petani,

pedagang, buruh tukang sapu, dan karyawan Perusahaan. Dalam penelitian ini,

peneliti menemukan bahwa di desa ini rata-rata istri mempunyai pekerjaan seperti

yang disampaikan oleh Ibu Risna, sebagai berikut :


41

“Pada masa sannari rata-rata adaboru pe harus dot karejo, arana pada
dasarna penghasilan ni alaklai inda cukup untuk mamenuhi kebutuhan
sehari-hari, bisama i dokon martukar peran antara suami dot istri, istri
karejo sedangkan suami mambantu mencukupi kebutuhan keluarga doma
songon au karejo sebagai petani, manombo karejo i saba ni alak gajina
minimal ma Rp.80.000 sadari. Karejo ni alaklaiku na manontu manombo
karejo manombo ngana karejo”.25

Terjemahan: “Memang pada masa sekarang rata-rata istri harus ikut bekerja,
karena pada dasarnya penghasilan suami tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Bahkan bisa dikatakan sudah berbalik peran, dimana
istri yang menjadi tulang punggung keluarga, sedangkan suami hanya
membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga. Seperti saya yang bekerja
sebagai petani, terkadang kerja di sawah orang yang gajinya sehari kadang 80
ribu. Sedangkan suami saya kerjanya serabutan, kadang kerja kadang tidak
kerja”.

Istri yang menjadi tulang punggung keluarga sudah menjadi hal yang lumrah

bahkan sudah menjadi hal yang biasa bagi pemahaman masyarakat setempat.

Dalam hal ini sebagian istri menganggap bahwa suami dan istri mempunyai

kewajiban yang sama untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya,

namun sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa yang berkewajiban untuk

memenuhi nafkah keluarga adalah suami, kalaupun istri ikut bekerja, itu hanyalah

sebagai pembantu perekonomian keluarga saja.

Suami dan istri yang mempunyai kesepakatan untuk bekerja sama dalam

memenuhi kebutuhan keluarga dan istri memahaminya maka kesepakatan sosial

ini menimbulkan kebiasaan kolektif yang sampai pada kesadaran dan pemahaman

yang diaplikasikan oleh perbuatan.


25
Risna, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
42

Sama seperti yang dialami oleh Ibu Nita (40) istri yang berperan sebagai

tulang punggung dalam keluarga di Desa Pidoli Lombang, seperti yang dijelaskan

oleh Ibu Nita berikut ini :

“au karejo sebagai karyawan rumah makan kurang lebih mandung 2 taon,
penghasilan ku perbulan Rp. 2.000.000, sebelum marbagas pe mandung biaso
ma au karejo jadi TKW di Malaysia, anak ku 2 dua-duana sikola SD dope.
Ami inda ngon keturunan ni alak nakayo, bagas name pen a mangontrak
dope. Suamiku karejo bangunan penghasilanna inda bisa mancukupi
kebutuhan nami sehari hari, bisama I dokon bahatan dope penghasilanku
pado suamiku”26
“Saya bekerja sebagai karyawan rumah makan kurang lebih 2 tahun,
penghasilan yang saya dapatkan perbulan Rp. 2.000.000, selain itu saya
juga sudah terbiasa bekerja sebelum saya menikah yaitu menjadi TKW di
Malaysia sampai sekarang saya sudah mempunyai 2 orang anak yang
keduanya masih sekolah di tingkat Sekolah Dasar. Kami bukan keturunan dari
orang yang kaya, rumah pun masih ngontrak. Suami saya berkerja sebagai
buruh bangunan yang penghasilannya tidak cukup untuk kebutuhan kami
sehari-hari bisa di bilang penghasilan saya lebih banyak daripada suami
saya.

Sama halnya dengan yang dialami oleh ibu Banun (47) seorang istri yang

menjadi tulang punggung keluarga. Pekerjaan ibu Banun adalah petani dan

mempunyai pekerjaan sampingan yaitu tukang cuci baju. Ibu Banun telah bekerja

sebagai petani selama kurang lebih 18 tahun. Sekarang penghasilan yang diperoleh

ibu Banun setiap bulannya adalah Rp 2.000.000. Alasan ibu Banun bekerja adalah

ingin membantu meringankan beban suaminya, setiap harinya ibu Banun bekerja

mencari nafkah dari pagi hingga sore hari. Adapun tugas rumah dilakukan

bergantian dengan anaknya, karena di pagi hari ibu Banun sudah bekerja mencuci
26
Nita, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombng, 15 Juli 2023.
43

baju orang. yang memakai jasanya. Sedangkan suaminya hanya bekerja sebagai

tukang becak yang penghasilannya tidak tetap. Seperti yang diungkapkan ibu

Banun :

“au karejo mulai ngon manyogot sampe potang, manombo magrib pen a
mulak dope. Manyogot usampatkon mambasu abit sampe torus tu kotu sakali
dua ari, pala ngadong abit get basuon kehe ma au tu saba i. Manombo au
karejo i saba ni alak gajina kurang lebih ma Rp 100.000 sadari. Pala nga
ubaen soni nga tarcukupi kebutuhan nami, anggo mangharopkon ngon suami
niba do inda cukup, anak ku 5 sikola dope sude, paling tidak ma non habis
Rp.80.000 perhari untuk epeng sikola nalai sajo, indape keperluan na lain
nai”.27

Terjemahan: “Saya bekerja dari pagi hingga sore bahkan sampai magrib baru
kembali ke rumah. Di pagi hari saya sempatkan pergi mencuci baju hingga
menjelang siang, pekerjaan ini saya lakukan sekali dua hari, kalau tidak ada
cucian yang mau dicuci, saya pergi ke sawah. Terkadang saya juga bekerja di
sawah orang yang digaji kurang lebih Rp 100.000 per harinya. Karena kalau
tidak seperti ini, saya tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga kami, kalau
hanya mengharapkan dari suami saya tidak akan cukup. Anak saya ada 5
oraang, semuanya masih sekolah, paling tidak habis Rp 80.000 per harinya
untuk biaya sekolah saja , belum lagi keperluan yang lainnya”.

Mencari nafkah pada dasarnya adalah suatu kewajiban, namun dalam

kenyataanya kewajiban tersebuat berubah menjadi pilihan. Bukan karena suami

tidak mampu secara fisik, namun rasa tanggung jawab suami masih kurang dan

peluang kerja yang lebih mendukung istri, hal itu menjadikannya bertukar peran

antara suami dan istri untuk mencari nafkah. Penghasilan suami yang tidak

27
Banun, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
44

seberapa mendorong istri untuk ikut bekerja serta terciptanya peluang kerja bagi

istri menjadikan penanggung jawab nafkah keluarga diemban oleh istri.

Berdasarkan data di lapangan ternyata banyak ditemukan keluarga yang dua-

duanya (suami-istri) yang mencari nafkah, namun walaupun keduanya sama-sama

bekerja, penghasilan istri lebih besar daripada penghasilan suami. Oleh karena itu,

hal ini sangat berpengaruh terhadap peran dalam keluarga. Apabila penghasilan

istri lebih besar dibandingkan suami maka kebutuhan dalam keluarga juga akan

lebih banyak ditanggung oleh istri dibanding suami. seperti yang diungkapkan ibu

Samsi berikut:

“Karejoku Marjagal baju dot marjagal i jolo bagas, alaklaiku karjona inda
manontu pala adong karejo, karejo ia songon bangunan dohot mambuat pasir
di aek an. Sannari alaklaiku mandung urang sehat jarang doam karejo. Pala
karejo pe ia manombo Rp 100.000 maia perminggu ilen ia ipe nga satiop
minggu, sedangkan pengeluaran name minimal Rp. 1.500.000 per bulan. Jadi
sannari au doma manjadi tulang punggung i keluarga ku. Aume sude
memenuhi keperluan i dapur, epeng sikola ni daganak, ongkos bagas, dot
biaya marubat ni suamiku”.28

Terjemahan: “Saya bekerja sebagai pedagang baju dan buka warung di depan
rumah. Suami saya bekerja serabutan, terkadang kalau ada pekerjaan dia
bekerja seperti buruh bangunan dan ngangkut pasir dari sungai. Sekarang
suami saya sudah sakit-sakitan dan sudah jarang bekerja. Kaulupun
bekerja, terkadang satu minggu saya cuma diberi Rp 100.000, itupun tidak
setiap minggunya. Sedangkan pengeluaran kami minimal Rp 1.500.000 per
bulannya. Jadi sekarang saya lah yang menjadi tulang punggung di
keluarga kami. Saya yang memenuhi kebutuhan dapur, sekolah anak, uang
kontrakan rumah, dan biaya berobat suami saya”.

28
Samsi, Wawancara, ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
45

Dari hasil wawancara dengan masyarakat Desa Pidoli Lombang mengenai

peran istri sebagai tulang punggung keluarga, ada beberapa pendapat yang

mengatakan bahwa yang sebenarnya berkewajiban memberi nafkah itu adalah

suami seperti yang dikatakan oleh ibu Nita berikut:

“Suami memang berkewajiban malen nafkah, tapi baen bahatna kebutuhan


na harus i penuhi, maka inda cukup pala mangharopkon ngon alaklai niba
sajo. Apalagi alaklaiku gajina ngana tetap, jadi tarpaksa harus dot iba
manolong alaklai niba untuk mamenuhi kebutuhan keluarga, lagian pe
ngadong salana istri mambantu suamina, arana nai caripe untuk diri niba dot
keluarga nibado jadi istripe bisa mandiri inda margantung tu suami sajo. Tapi
bope soni kewajiban suami harus tetap i dalankon”.29

Terjemahan: “Suami memang berkewajiban memberi nafkah kepada keluarga,


tetapi karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, maka tidak akan
cukup jika hanya mengharapkan dari suami saja. Apalagi suami saya gajinya
tidak tetap, ya terpaksa saya harus menolong suami saya untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga kami. Lagipula tidak ada salahnya istri membantu
suaminya karena yang dicari pun untuk diri sendiri dan keluarga, dan juga
istri bisa mandiri dan tidak bergantung pada penghasilan suami. meski
demikian kewajiban suami tetap harus dijalankan”.

Dari hasil wawancara di atas, walaupun istri ikut bekerja dalam memenuhi

kebutuhan keluarga tetap tidak menghilangkan kewajiban suami dalam memberi

nafkah. Seperti yang dikatakan ibu Nita seorang ibu rumah tangga yang

menyatakan bahwa istri harus menolong suaminya ketika dalam kesulitan

memberi nafkah untuk keluarga. Kebutuhan ekonomi tidak hanya dibebankan

kepada suami saja, tetapi urusan rumah tangga itu menjadi tanggung jawab suami

istri bersama. Walaupun sebenarnya dalam hukum islam yang berkewajiaban


29
Nita, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombng, 15 Juli 2023.
46

memberi nafkah kepada istri dan anaknya adalah suami, namun bukan berarti istri

tidak boleh membantu suaminya dalam mencari nafkah.

Seluruh informan dalam penelitian ini mengetahui dan juga memahami hak

dan kewajiban suami istri, tetapi menurut mereka bahwa hak dan kewajiban

tersebut pada dasarnya adalah untuk membangun keluarga sakinah, mawaddah wa

rahmah. Oleh karena itu, dalam hal perekonomian tidak masalah siapa saja yang

ingin bekerja asalkan mampu dan memiliki kesempatan untuk bekerja.

Berbeda dengan pendapat di atas yang mendukung istri ikut serta dalam

mencari nafkah untuk keluarga. Seharusnya seorang suami bertanggung jawab

terhadap kebutuhan rumah tangga, salah satunya mengenai biaya pendidikan anak.

Sedangkan yang diteliti oleh peneliti di Desa Pidoli Lombang tidak bisa

mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya, karena rata-rata penghasilan istri

lebih banyak daripada penghasilan suami. Penyebab suami yang tidak bisa

mencukupi kebutuhan rumah tangga adalah kurangnya keterampilan bekerja dan

bisa dikatakan tidak semangat untuk mencari pekerjaan tambahan seperti yang

dilakukan oleh istri yang tidak cukup dengan satu pekerjaan saja demi memenuhi

kebutuhan keluarganya.

Seorang istri seharusnya tidak dibebankan lagi untuk bekerja mencari nafkah

karena sudah banyak tugas yang sudah istri lakukan, seperti mengurus rumah dan

mengurus anak-anaknya. Oleh karena itu semestinya istri hanya diberi wewenang

untuk mengatur biaya penghasilan suaminya dan pengeluaran dalam keluarga dan

jikalaupun istri bekerja itupun hanya sampingan atau tambahan saja, bukan
47

sebagai tulang punggung keluarga yang harus memenuhi semua kebutuhan

keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Nelly berikut:

“Suami adalah kepala keluarga na memiliki kewajiban dohot tanggung jawab


na godang tu keluarga salah satuna ima malehen nafkah untuk keluarga.
Bope istri dohot karejo dan mempunyai penghasilan tetap satiop bulan inda
manjadi alasan bagi suami inda mangalehen nafkah dot malosok karejo
bahkan inda karejo. Pala semangat do alaklai i karejo untuk mancari nafkah
dot inda mangharopkon penghasilan ngon istri. Pasti suami bisade mamberi
nafkah na cukup untuk keluarga I, arana seorang istri sebenarna hanya
martugas mangurs rumah tangga dot mangurus anak mia. Jadi isri
mampunyai hak manarimo nafkah ngon suami bope istri karejo hanya sebatas
sampingan”.30

Terjemahan: “Suami adalah kepala keluarga dimana suami memiliki


kewajiban dan tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya, salah
satu kewajiban suami adalah memenuhi nafkah bagi keluarganya. Walaupun
istrinya juga ikut bekerja dan mempunyai penghasilan tetap setiap bulannya
akan tetapi hal itu tidak menjadi suatu alasan bagi suami untuk tidak
memberi nafkah dan bermalas-malasan atau sampai tidak bekerja. Kalau
suami semangat dalam bekerja mencari nafkah dan tidak mengharapkan
penghasilan istri, pasti suami bisa memberi nafkah yang cukup untuk
keluarganya. Karena seorang istri sebenarnya hanya bertugas mengurus
rumah dan anak-anaknya, jadi istri memiliki hak untuk menerima nafkah dari
suaminya walaupun istri bekerja itu cuma sampingan”.

Seorang istri dalam praktiknya pemimpin dalam urusan rumah tangga dan

semua tugas-tugaskeluarga itu lebih banyak dilakukan oleh istri. Istri mempunyai

sifat yang lemah lembut dan berperan sebagi penyeimbang kaum laki-laki tau

suami dalam kehidupan rumah tangga. Di antara kewajiban istri dalam mengurus

rumah tangga yaitu; memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak,


30
Nelly, Wawancara, ibu rumah tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
48

menyiapkan segala kebutuhan suami dan anaknya. Akan tetapi bukan berarti istri

tidak diperbolehkan untuk membantu suami dalam mencari nafkah. Sesuai dengan

penjelasan dari ayat Al Quran surat An-Nahl ayat 97 yang berbunyi :

‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِز َيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا‬

‫َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Dalam kehidupan rumah tangga, jelas diperlukan seorang pengatur yang

bertanggung jawab atas segenap hal yang berlangsung di dalamnya. Seorang istri

wajib menunaikan segala pekerjaan rumah tangganya yang telah menjadi tugas

seorang istri pada umumnya. Setiap tugas-tugas yang telah biasa dikerjakan

seorang istri, maka dianggap kebiasaan yang patut sebagaimana suatu persyaratan

apabila telah dianggap baik dan wajar oleh suatu masyarakat, maka persyaratan

tersebut harus dipenuhi.31

C. Pengaruh Budaya Perempuan Bekerja di Desa Pidoli Lombang

Hukum islam menjelaskan bahwa yang berkewajiban mencari nafkah untuk

menghidupi keluarganya adalah suami. Tetapi, pada kenyataannya ditengah

masyarakat banyak bermunculan fenomena yang bertolak belakang, seperti

31
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-syikh. Dkk, Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, (Jakarta:
Darul Haq, 2001), h. 107.
49

banyak perempuan yang bekerja dan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Fenomena ini bisa kita dapatkan di Desa Pidoli Lombang, Kecamatan

Panyabungan, dimana istri mempunyai peran sebagai pencari nafkah keluarga

yang sebabkan adanya pengaruh budaya dan tuntutan ekonomi.

Apabila istri ikut serta dalam mencari nafkah maka istri akan melakukan

peran ganda dalam keluarga. Disatu sisi istri mengerjakan pekerjaan rumah

tangganya serta mendidik anak dan disisi lain istri juga mencari nafkah untuk

keluarganya. Dari pernyataan di atas, penghasilan perempuan tetap dipandang

sebagai pelengkap atau mengisi kekurangan dari penghasilan suaminya, tetapi

pada kenyataannya pada masa sekarang ini banyak istri yang bekerja bahkan

penghasilan istri lebih banyak daripada penghasilan suaminya, seperti yang terjadi

di Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan. Beberapa faktor budaya yang

melatar belakangi istri menjadi tulang punggung keluarga yaitu :

1. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh jumlah barang dan jasa yang

diproduksi. Sadonon Sukirno mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan

kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat


50

dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang yang di

dalamnya mencakup masalah kemiskinan masyarakat.32

Masalah kemiskinan di pedesaan dipicu oleh beberapa hal, diantaranya

adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak

memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup, modal dan

keterampilan. Selain itu, pada umumnya mereka tidak mempunyai

kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

Pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan

ataupun modal usaha.33

Perekonomian keluarga yang kurang membuat istri ikut setra dalam

membantu suaminya bekerja mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Selain itu, faktor yang mengakibatkan istri ikut serta dalam

mencari nafkah yaitu :

a. Kurangnya pendapatan suami

b. Pekerjaan suami yang tidak menetap

c. Kurangnya tanggung jawab suami untuk mencari nafkah

d. Suami tidak bekerja

e. Kurangnya skill atau keterampilan suami untuk bekerja

Kondisi permasalahan ekonomi keluarga yang rendah mengakibatkan

istri dari Desa Pidoli Lombang ikut serta dalam mencari nafkah. Kebutuhan
32
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)
h. 10.
33
Hadi Prayitno dan Budi Santoso, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1996),
h. 205.
51

ekonomi yang setiap waktu bertambah mengakibatkan kemampuan suami

yang semakin melemah. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sangkot berikut

ini :

“alaklaiku karejo sebagai petani penghasilanna satiop panen sajo


maia. Jadi terpaksa harus dot au mancari nafkah demi memenuhi
kebutuhan name. karejo ku marjagal sayur i pajak pagi. Sedangkan
pengeluaran name satiop hari minimal Rp 100.000. Anakku 5 sikola
dope sude. Pala mangropkon penghasilan suami inda bakalan
cukup”34.

Terjemahan: “Suami saya bekerja sebagai petani yang penghasilannya


hanya setiap panen saja. Jadi saya terpaksa harus ikut mencari
nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga kami. Saya bekerja
sebagai pedagang sayur di pajak pagi. Sementara pengeluaran
kami setiap harinya minimal Rp 100.000 per hari. Anak saya
berjumlah 5 orang dan semuanya masih sekolah. Kalau hanya
mengharapkan dari penghasilan suami pasti tidak akan cukup”.

Dari penghasilan suami yang tidak dapat mencukupi kebutuhan

keluarga, hal lain yang menjadi pendorong bagi ibu Sangkot bekerja adalah

agar mempunyai penghasilan sendiri dan tidak bergantung pada suaminya

saja, juga untuk menghindari pertengkaran apabila ibu Sangkot meminta

uang pada suaminya saat suaminya tidak memiliki uang. Kurangnya

tanggung jawab suami untuk bekerja dan kurangnya keterampilan

menjadikan suami hanya bisa dengan satu pekerjaan saja. Sama seperti yang

diungkapkan oleh ibu Samsi sebagai berikut :

34
Sangkot, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
52

“Pala inda karejo au untuk mamenuhi kebutuhan keluarga nami,


sonjiame keluargaku bisa martahan hidup. Anakku 6, na paling menek
marumur 5 tahun. Dengan kondisi suamiku na karejona serabutan dot
penghasilanna inda manontu jadi pengahsilanna inda bisa I haropkon.
Alasan ku so karejo karena ekonomi dohot tuntutan biaya hidup na
murmagodang. Selain i so bisa memenuhi biaya sikola di daganakku
dohot mambayar biaya kontrakan ni bagas nami”.35

Terjemahan: “Kalau saya tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan


keluarga kami, bagaimana keluarga saya bisa bertahan hidup.
Saya mempunyai 6 orang anak, yang paling kecil berumur 5 tahun.
Dengan kondisi suami saya yang bekerja serabutan dan
penghasilannya tidak menentu, jadi penghasilan suami saya tidak
bisa diharapkan. Alasan saya untuk bekerja adalah karena faktor
ekonomi dan tuntutan biaya hidup yang semakin mahal. Selain itu
juga agar bisa memenuhi tanggungan biaya pendidikan anak-anak
saya. Saya juga harus membayar biaya kontrakan rumah”.

Faktor ekonomi, tanggungan biaya pendidikan anak dan tuntutan biaya

hidup yang semakin tinggi membuat ibu 6 orang anak ini ikut serta dalam

menafkahi keluarga, bukan karena ibu Samsi tidak paham bahwasanya

yang berkewajiban untuk mencari nafkah itu adalah kewajiaban suami.

Walaupun suami ibu Samsi belum bisa memenuhi kebutuhan keluarganya,

tetapi tidak melupakan kewajibannya sebagai suami, ini terbukti dengan

pemberian nafkah yang diberikan suami kepada ibu Samsi walaupun yang

diberikan hanya Rp 100.000 minimal per minggunya.

Berbeda dengan penjelasan di atas, ada sebagian suami yang memang

tidak bekerja, suami dalam kategori yang demikian adalah suami yang
35
Samsi, Wawancara, Ibu Rumah Tangga, Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
53

sehari-harinya berada di rumah dan melakukan pekerjaan rumah serta

menjaga anak saja. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran suami juga

kemauan untuk mencari nafkah serta faktor usia yang membuat suami

tidak mendapatkan pekerjaan lagi. Seperti ungkapan dari ibu Saripah

berikut ini :

“Au sebagai ibu rumah tangga karejo di salah satu perusahaan i


Mandailing Natal on, Anakku 3 na paling menek marumur 4 taon.
Beda ni umurku dot alaklaiku 10 taon. Karejo ni alaklaiku awal na
supir sannari inda karejo be karena faktor usia jadi inda i pake alakbe
jasa nia sebagai supir. Arani ima au dot suamiku martukar peran, au
na manjalaki nafkah sedangkan suamiku i bagas mangkarejoon
karejo bagas dot mangurus anak-anakku”.36

Terjemahan: “Saya ibu rumah tangga yang bekerja sebagai karyawan


di salah satu perusahaan di Mandailing Natal. Saya mempunyai 3
orang anak yang paling kecil masih berumur 4 tahun. Beda umur
saya dengan suami saya 10 tahun. Suami saya awalnya bekerja
sebagai supir dan sekarang sudah tidak bekerja lagi karena faktor
usia yang membuat orang tidak memakai jasanya lagi sebagai
supir. Oleh kareana itu, saya dengan suami saya bertukar peran, saya
yang mencari nafkah untuk keluarga kami, sedangkan suami saya
hanya berdiam diri di rumah mengerjakan pekerjaan rumah dan
mengurus anak-anak saya”

Suami yang keterampilan bekerjanya kurang dan hanya bisa dengan

satu perkerjaan saja mengakibatkan suami menjadi pengangguran dan

tidak berpenghasilan, maka istri terpaksa ambil alih untuk mencari nafkah

bagi keluarganya dan suami beralih peran mengurus rumah tangga dan

menjaga anak-anak di rumah.

36
Saripah, Wawancara, Ibu Rumah Tangga, Desa Pidoli Lombang, 27 Juli 2023.
54

2. Adanya jumlah tanggungan keluarga dan Pendidikan

Di era modern sekarang ini, tidak sedikit wanita muslimah yang aktif

dalam bidang politik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan dan bidang-bidang

lainnya. Pendidikan adalah suatu hal yang dapat mendorong wanita untuk

terjun ke dunia kerja, Karena pada dasarnya semua pekerjaan harus di dasari

oleh ilmu pengetahuan. Wanita karir merupakan salah satu cara untuk

mengaplikasiakan ilmu yang mereka dapatkan sewaktu berada di bangku

sekolah maupun kuliah.

Dalam fiqh sunnah dikatakan bahwa wanita karir atau istri yang

bekerja di luar rumah apabila pekerjaannya tidak menimbulkan dampak buruk

terhadap hak suami, maka tidak ada alasan untuk melarang istri bekerja.

Demikian pula suami tidak boleh melarang istrinya keluar jika istri memiliki

keahlian dalam pekerjaan tertentu yang termasuk dalam fardu kifayah khusus

bagi perempuan, seperti pekerjaan sebagai bidan.37

Salah satu alasan bagi seorang istri bekerja di luar rumah adalah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya dan demi masa depan pendidikan anak-

anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Nelly berikut ini:

“Anakku adong 9, na paling godang karejo adik-adikna adong na


kuliah, SMA, SMP dot SD. Sudena mambutuhkon uang sikola. Pasti
sude orang tua inda manginginkon anak-anakna sarupo dot orang
tuana, pasti harus lobi ngoni. Au karejo hanya semata-mata untuk
jalai dot masa depan nalai, lagian inda masalah ulala bope karejo au,
arana bisa au mandiri inda mangharopkon ngon alaklaiku sajo, bope

37
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, ( Jakarta: Tinta Abadi Gemilang), h. 478.
55

na karejo alaklaiku tapi inda bisa mambutuhi kebutuhan ni keluarga


nami”.38

Terjemahan: “ anak saya ada 9 orang, yang paling besar udah kerja
adik-adiknya ada yang kuliah, ada SMA,SMP dan SD. Semuanya
membutuhkan uang sekolah. Pasti semua orang tua tidak
menginginkan anak- anaknya sama seperti orang tuanya lagi pasti
harus lebih dari itu. Saya bekerja hanya semata-mata untuk mereka an
masa depan mereka. Lagi pula tidak ada masalah saya bekerja, kan
saya bisa mandiri tidak hanya mengharapkan dari suami saya saja,
meskipun suami saya bekerja tetapi tidak dapat membutuhi kebutuhan
keluarga kami. ”

Perempuan bekerja selain untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka

dapatkan juga untuk mempersiapkan pendidikan anak yang lebih baik.

Memberi pendidikan yang baik untuk anak adalah salah satu kewajiban bagi

orang tua.

3. Tingkat Pendapatan Suami

Tingkat pendapatan suami menjadi salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi istri ikut serta dalam mencari nafkah. Penghasilan suami yang

kurang dan tidak tetap mengakibatkan semua kebutuhan rumah tangga tidak

terpenuhi, terpaksa istri harus memutuskan untuk bekerja, dengan turut

sertanya istri dalam hal menacri nafkah maka akan membantu perekonomian

keluarga dan meminimalisir konflik yang terjadi dalam rumah tangga.

D. Kewajiban Seorang Istri yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga di Desa

Pidoli Lombang

38
Nelly, Wawancara, ibu rumah tangga Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
56

Apabila akad nikah telah melekat dan sah pada pasangan suami istri maka

akan menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya. Dengan adanya ikatan

hukum dan ikatan batin juga akan menimbulkan rasa kasih sayang atau timbulnya

rasa keseimbangan dan keserasihan anata hak dan kewajiban yang bertumpu

kepada ajaran agama.

Kewajiban istri adalah suatu hak suami yang harus di tunaikan oleh istri.

Dalam fiqh sunnah di antara hak suami yang harus di tunaikan istrinya adalah

hendaknya istri mematuhi suami di luar kemaksiatan, menjaga dirinya, menjaga

hartanya, dan tidak boleh melakukan apapun yang membuat suami kesal. Dengan

demikian, istri tidak boleh bermuka masam di hadapan suami dan tidak

menunjukkan penampilan yang tidak disukainya.39

Dalam pasal 34 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 ayat 1 dan 2

di katakana bahwa : Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala

sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri

wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Dari pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahawa istri berhak mendapatkan nafkah dari suaminya guna

untuk membelanjakan semua kebutuhan rumah tangga.40

Fenomena istri yang bekerja dan ikut mencari nafkah mengakibatkan

pergeseran terhadap hak istri untuk mendapatkan nafkah dari suaminya.

Meskipun istri bekerja dan mendapatkan nafkah dari hasil pekerjaannya tetapi

39
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, ( Jakarta: Tinta Abadi Gemilang), h. 467.
40
Undang-undang Perkawinan Tahun 1974.
57

seorang istri tetap menuntut haknya untuk di perlakukan baik oleh suaminya.

Seperti menghormati kedudukan istri, selalu di sayangi dan dicintai oleh

suaminya.

Meskipun istri bekerja, kewajiban istri yang menjadi hak bagi suami adalah

ketaatan dan kepatuhan yang dilakukan istri terhadap suami harus tetap dijalankan

dengan baik. Seperti ungkapan dari ibu Nita berikut ini :

“Kehe au karejo jam 8 manyogot, sebelum kehe karejo upasiap ma jolo sude
karejo i bagas songon marmasak, mangurus daganak, pasiap sarapan na
sampe kehe alai sikola baru dungi pasiap bekal ni suami ku doma pala karejo
ia pasip bontot na. Na jolo pe sebelum karejo au minta izin de au par
jolo sanga di patola suamiku do au karejo jadi karyawan rumah makan.
Alhamdulilah ipatola ia au karejo harana karejo pe au tong naget jami do
pala ngon pandapotan ni suamiku sajo ngana cukup”.41

Terjemahan : ” Saya pergi bekerja jam 8 pagi, sebelum saya pergi bekerja,
saya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Seperti memasak,
mengurus anak, dan menyiapkan sarapan mereka sebelum berangkat ke
sekolah. Setelah itu, saya menyiapkan bekal jika suami saya bekerja. Dulu
sebelum saya bekerja, saya meminta izin terlebih dahulu kepada suami saya
untuk bekerja sebagai karyawan di rumah makan. Dan Alhamdulillah suami
saya mengizinkan saya untuk bekerja karena dengan saya bekerja itu hanya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Jika hanya
mengharapkan dari penghasilan suami saja tidak akan cukup”.

Kewajiban seorang istri taat kepada suami adalah salah satu hal yang harus

dijalankan seorang istri, meskipun istri bekerja tetap harus mengurus rumah

tangganya dengan baik dan patuh terhadap apa yang dikatakan suami selagi tidak

bertentangan dengan agama, juga istri harus menjalankan hak suami yaitu

41
Nita, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 15 Juli 2023.
58

menjaga diri dan menjaga martabat suami. Sama seperti yang diungkapkan oleh

ibu Samsi berikut ini :

“Kewajibanku sebagai ibu rumah tangga tarpenuhi dope arana karejoku


marjagal baju dot marjagal i bagas, bisa dope au malayani suami dot pature
anak-anakku sebelum karejo au. Hubungan biologisku pe dot alaklai ku
denggando arana ia pe mangarti do keadaanku nakarejo, pala loja pe au ra
do ia manolongi karejoku i bagas, golarna na marumah tangga anggo
parbadaani les adong de, tapi les bisa dope i kontrol”.42

Terjemahan : “Kewajiban saya sebagai ibu rumah tangga masih terpenuhi


karena pekerjaan saya hanya jualan baju dan jualan di depan rumah, dan saya
masih bisa melayani suami dan anak-anak saya sebelum saya bekerja.
Hubungan biologis saya dengan suami saya masih terjalin dengan baik,
karena suami saya juga paham dengan keadaan saya yang bekerja, kalau saya
capek suami saya ikut membantu pekerjaan saya di rumah, namanya yang
berumah tangga pasti ada pertengkaran, tetapi kami masih bisa
mengontrolnya”.

Kewajiban istri dalam memenuhi kebutuhan bilogis suami masih tetap

dijalankan dengan baik, karena dengan bekerja tidak menghilangkan tugas

sebagai istri untuk menjalankan kewajibannya dalam memenuhi kebutuhan

biologis suaminya, karena kebutuhan biologis adalah suatu hal yang penting

dalam hubungan suami istri. Dalam hubungan ini, suami istri tidak lagi melihat

yang mana hak dan yang mana kewajiban, tetapi lebih mengutamakan

kepentingan kebeutuhan bersama antara suami dan istri.

42
Samsi, Wawancara, Ibu Rumah Tangga, Desa Pidoli Lombang, 20 Juli 2023.
59

Berbeda halnya dengan keterangan di atas bahwa tidak semua istri yang

menjadi tulang punggung keluarga dapat memenuhi semua kewajibannya dalam

rumah tangga. Karena keterpaksaan untuk bekerja dan harus meninggalkan

kewajiban tersebut. Pelaksanaan kewajiban istri untuk mengurus segala pekerjaan

rumah tangga diserahkan kepada anak-anaknya yang sudah dewasa dan sudah

sanggup untuk mengerjakannya. Seperti ungkapan ibu Landong berikut ini :

“Karejoku manyapu dalan raya (buruh), penghasilan per bulan bisa


mancapai Rp 1.500.000. alaklai ku sannari inda karejo be arana mandung
urang sehat, najolo karejona sebagai supir motor. Kewajibanku mangurus
rumah tangga sebagian inda tarpenuhi, arana au kehe karejo jam 8 manyogot
sampe jam 5 sore, sude karejo bagas anakku doma mangkarejoonna. Songon
marmasak, paias bagas, dohot pature adik nia ke sikola.”43

Terjemahan: “ saya bekerja sebagai buruh menyapu jalan raya, penghasilan


saya perbulannya Rp. 1.500.000, sumai saya sekarang sudah tidak bekerja lagi
karena sudah sakit-sakitan, dulu suami saya kerja sebagai supir. kewajiban
saya mengurus rumah tangga sebagian tidak terpenuhi, karena saya berangkat
bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore baru pulang, jadi semua pekerjaan
rumah anak saya yang mengerjakannya, seperti memasak, membersihkan
rumah dan mengurus adiknya sebelum berangkat ke sekolah”.

Agar rumah tangga menjadi teratur dan berjalan dengan baik, maka di

butuhkan kepandaian seorang istri untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya serta menjalankan kewajibannya karena baik atau tidaknya suatu

keluarga di lihat dari istri yang menjalankan kewajibannya dengan baik. Melihat

dari istri yang menjadi tulang punggung keluarga dan sekaligus menjadi seorang

43
Landong, Wawancara, Ibu Rumah Tangga Desa Pidoli Lombang, 17 July 2023.
60

tenaga pendidik bagi anak-anaknya sebagian tidak terpenuhi dengan baik. Seperti

ungkapan ibu Saripah berikut ini:

“au karejo satiop ari, anak ku na menek na marumur 4 tahun, mangurus anak
ku ayah nia doma dot kakak nia pala mandung mulak sikol. Pala adong
jadwal lembur ku manombo na mulak borngin doma, pala mulak au mandung
modom ma anak ku. Jadi inda dong waktu ku mangajak ia mangecek dot
marmayam be, manombo pala manyogot usampatkonme mangoban ia keliling
markareta sebelum berangkat au karejo, dohot sasakali uoban ia karejo soni
maia, anggo mandampingi ia sasadari dot maligi perkembangan nia inda
terpenuhi au”.44

Terjemahan: “ Saya bekerja setiap hari, anak saya yang paling kecil masih
berumur 4 tahun yang mengurusnya ayah dan kakaknya kalau sudah pulang
sekolah. Kalau ada jadwal lembur saya pulangnya malam, terkadang kalau
saya sudah pulang anak saya sudah tidur, jadi tidak ada waktuku untuk
mengajak dia ngobrol dan bermain, terkadang pagi sebelum saya berangkat
bekerja saya sempatkan untuk bawa dia keliling naik motor, sesekali saya
bawa dia bekerja, tetapi kalau mendampingi dia sehari hari dan melihat
pertumbuhan dia tidak dapat saya penuhi”.

Para istri menyadari bahwa anak lebih dekat kepada ibunya ketimbang pada

ayahnya , karena ibu memiliki sifat yang lemah lembut dan penuh kasih sayang

terhadap anak-anaknya. Dengan bekerjanya seorang ibu mencerminkan sifat

kemandirian kepada anak-anaknya. Dan anak-anak juga menyadari bahwa mereka

tidak mau memberatkan ibunya dengan hal-hal yang menambah beban ibunya.

44
Saripah, Wawancara, Ibu Rumah Tangga, Desa Pidoli Lombang, 27 Juli 2023 .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian praktik istri sebagai tulang

punggung keluarga dan akibatnya terhadapan pemenuhan kewajiban istri kepada

suami di Desa Pidoli Lombang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Praktik istri sebagai tulang punggung keluarga adalah sesuatu yang sudah

lumrah atau biasa ditemukan di Desa Pidoli Lombang. Bagi mereka adanya

peran istri yang mencari nafkah sangat membantu dalam perekonomian

keluarga, dimana kebutuhan dalam keluarga dapat terpenuhi dengan baik.

Kebiasaan seorang istri yang mencari nafkah untuk keluarga adalah suatu hal

yang wajar, karena sudah tugas seorang istri untuk membantu mencukupi

kebutuhan ekonomi keluarga, apabila suami tidak dapat memenuhinya.

Selain istri ikut serta dalam mencari nafkah. Ikut sertanya seorang istri dalam

mencari nafkah dapat terbukti bahwa penghasilan istri lebih banyak

dibandingkan penghasilan suami maka dari itulah perekonomian keluarga

semakin baik. Istri yang bekerja juga tidak serta-merta melupakan atau

meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga bagi suami

dan anak-anaknya.

62
63

2. Berdasarkan temuan hasil penelitian bahwa pengaruh budaya istri yang

menjadi tulang punggung keluarga di Desa Pidoli Lombang yaitu :

a. Ekonomi

Kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin bertambah

membuat kemampuan suami dalam mencari nafkah semakin melemah,

juga kondisi perekonomian keluarga yang rendah mengakibatkan istri

ikut serta dalam mencari nafkah guna untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga. Dengan ikut sertanya istri mencari nafkah maka perekonomian

keluarga dapat terpenuhi dengan baik.

b. Adanya jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan

Dalam keluarga memiliki jumlah tanggungan yang harus di penuhi,

seperti tanggungan biaya sekolah anak. Orang tua wajib memberikan

pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, oleh sebab itu inilah salah satu

alasan bagi seorang istri untuk ikut serta dalam mencari nafkah karena

mereka ingin anak-anaknya lebih baik dari mereka, juga alasan yang lain

bahwa dengan mereka bekerja dapat mengaplikasiakan ilmu yang mereka

dapatkan dan dapat mempersiapkan pendidikan anak yang lebih baik.

c. Tingkat pendapatan suami

Tingkat pendapatan suami adalah hal yang sangat mempengaruhi

istri ikut serta dalam mencari nafkah. Karena penghasilan suami tidakbisa

mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga memaksa istri

harus ikut serta dalam mencari nafkah agar terpenuhinya suatu kebutuhan
64

tersebut. Dalam penelitian ini di temukan bahwa yang lebih banyak

penghasilannya adalah istri, dikarenakan suami yang kurang tanggung

jawab atas kewajiban memberi nafkah dan kurangnya keterampilan untuk

bekerja.

3. Kewajiban istri merupakan suatu hak bagi suami yang harus di tunaikan oleh

seorang istri dimana dalam hal ini istri harus patuh dan taat kepada suami.

Dengan mereka bekerja mereka tidak melalaikan suatu kewajiban tersebut.

Selain patuh kepada suami istri juga berkewajiban untuk memenuhi

kebutuhan biologis suami, dimana istri yang bekerja setiap harinya tidak

melalaikan kewajiban tersebut agar rumah tangganya tetap terjaga dan selalu

harmonis, selain itu istri juga harus mengurus rumah tangga dengan baik,

walaupun mereka bekerja tidak semata-mata meninggalkan kewajiban

tersebut, seperti sebelum bekerja mereka harus melakukan pekerjaan rumah

seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah serta mengurus anak

dengan baik, walaupun ada sebagian ibu rumah tangga yang peneliti teliti

yang kewajibannya mengurus rumah dan mengasuh anak itu di bebankan

kepada suami dan anak mereka yang sudah dewasa tetapi kewajiban mereka

sesudah pulang bekerja tetap di jalankan.

B. Saran-Saran
65

Berdasarkan hasil kajian penelitian tentang praktik istri yang menjadi

tulang punggung keluarga dan akibatnya terhadap pemenuhan kewajiban istri

kepada suami di Desa Pidoli Lombang penulis memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Untuk Pembentukan Hukum

Dari penelitian ini diharapkan kepada aktivis-aktivis hukum dalam

membuat peraturan perundang-undangan tentang hak dan kebolehan seorang

istri untuk bekerja.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar penelitian selanjutnya

dapat meneliti tentang bagaimana relasi keluarga atau istri yang menjadi

tulang punggung keluarga dalam memenuhi kewajibannya kepada suami dan

juga bagaimana pendidikan dari anak-anaknya hingga keharmonisan keluarga

yang istrinya sebagai tulang punggung keluarga.

Anda mungkin juga menyukai