PENYUSUN :
BENNY WINDARTO (201510115100)
NAMIT (201510115028)
HAMDI MAULANA
RISYAD FALLAH
EGA AGUSTINA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga kami berhasil menyusun
dan menyelesaikan makalah mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Makalah ini berisikan tentang Peran Wanita sebagai Ibu Rumah
Tangga. Makalah ini merupakan tugas yang dapat dimanfaatkan untuk menambah
ilmu pengetahuan oleh orang yang membacanya, dan juga bisa dijadikan motivasi
untuk lebih menambah pengetahuan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
hukum Hukum Perlindungan Anak & Perempuan yaitu ibu Hesti Windyaningrum,
SH., MH. yang telah memberikan tugas dan membimbing kami, serta dukungan
dan saran dari teman-teman sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan sesuai aturan yang ditentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat
membangun, selalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ .i
DAFTAR ISI.............................................................................................. .ii
BAB I……………………………………………………………………...1
Pendahuluan…………………………….…………………………………1
BAB II………………………………………………………………..........4
Pembahasan…………………………………………………………..........4
A. Peran wanita dalam rumah tangga...…………………………………..4
B. Ibu rumah tangga dalam realistis……………………………………...6
BAB III………………………………………………………………......12
Penutup..………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
I. Pendahuluan
Perkembangan pesat yang terjadi pada era modernisasi ini membawa
pengaruh pada berbagai bidang. Setiap individu dituntut untuk mampu
mengimbangi perubahan tersebut, tak terkecuali pada wanita. Apabila pada
masalalu tugas wanita hanya untuk melayani suami dan anak sepenuhnya,
serta harus tunduk patuh pada semua perkataan suami tanpa mengindahkan
apa saja hak yang seharusnya menjadi hak wanita. Maka saat ini peran
wanita sudah banyak ‘naik kelas’ dibanding pada masa lampau (Ken,
2003:5). Saat ini sudah banyak wanita yang mampu dan berani untuk
memperjuangkan haknya, hak untuk mandiri, hak untuk
mengaktualisasikan diri, dan hak untuk ikut serta dalam mencari nafkah
serta terlibat ke sektor yang lebih luas. Banyak wanita yang sudah bekerja
diluar rumah, membiayai diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain,
dan turut mempunyai suara di ranah publik, baik pada sektor pendidikan,
politik maupun ekonomi.
1
itulah diperlukan sosok ibu yang dapat mencurahkan waktunya untuk
keluarga, dan hal tersebut lebih akan sering kita lihat pada sosok ibu
rumah tangga. Seorang ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui,
mengasuh, serta membesarkan anak mempunyai kedekatan yang intim
dengan anaknya. Dalam hal ini, ibu yang paling tahu mengenai keadaan
anak. Baik atau buruknya keadaan anak pada waktu dewasa nanti
tergantung pada pendidikan yang diterimanya sewaktu masih kecil,
terutama pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu. Selain untuk
penanaman dan pembentukan karakter bagi anak, peran ibu rumah tangga
sangat besar bagi kelangsungan keluarganya. Ibu ibarat manajer yang
mengurus segala hal dirumah, mulai dari pembelanjaan rumah tangga,
makanan, hingga berbagai kebutuhan lainnya diatur oleh seorang ibu.
Pilihan menjadi ibu rumah tangga pada era ini justru menjauhkan
dari streotipe miring tentang ibu rumah tangga. Karena pada kenyataannya
menjadi ibu rumah tangga tidak akan membuat wanita ketinggalan jaman,
namun justru akan dapat mengikuti tren yang ada dengan hal-hal baru
sebagai pembelajaran untuk keluarganya. Adanya wanita yang memilih
menjadi ibu rumah tangga kebanyakan justru mempunyai hubungan yang
baik dengan suaminya, pembagian peran dan kerja dalam rumah tangga
bisa didiskusikan dengan baik karena ibu rumah tangga lebih mempunyai
waktu yang luwes. Hal ini serupa seperti yang dikatakan Talcott Parsons
(1902-1979) dan Parsons dan Bales yang berpendapat bahwa
2
Teori yang turut mendukung pembagian peran antara suami istri
juga terdapat dalam Teori fungsionalis. Teori ini menggambarkan
masyarakat sebagai suatu sistem dengan banyak aspek seperti; agama,
pendidikan, struktur politik, sampai mengenai rumah tangga. Keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya sangat diperlukan agar sebuah sistem
masyarakat ini dapat berjalan sesuai fungsinya masing-masing. Teori ini
pun turut memandang pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki
sebagai cara untuk menjalankan sebuah sistem, dalam hal ini sebuah rumah
tangga. Dari pembagian kerja tersebut tentulah ada pembedaan peran
antara perempuan dan laki-laki. Talcott Parsons sebagai pencetus teori ini
menempatkan peran perempuan dan laki-laki pada bagian yang berbeda
dengan kesepakatan antara keduanya.
Hal ini tercermin dari sebuah keluarga, utamanya sosok ibu rumah
tangga dalam keluarga ini yang berhasil saya wawancarai. pilihannya
untuk menjadi sosok ibu rumah tangga tak membuatnya menjadi wanita
yang ketinggalan jaman, justru karena pengelolaan waktu yang beliau olah
sendiri, maka beliau dapat mengikuti berbagai kegiatan diluar rumah untuk
mengaktualisasikan dirinya tanpa harus mengesampingkan keluarga.
3
BAB II
II. Pembahasan
A. Peran wanita dalam rumah tangga
Rumah tangga atau keluarga merupakan lingkup terkecil dari
sebuah masyarakat yang merupakan pusat awal dari pembentukan tingkah
laku seseorang. Rumah tangga adalah bagian dari kehidupan masyarakat
yang di dalamnya terdapat anggota keluarga diantaranya terdapat ayah,
ibu, serta anak. Semua anggota keluarga mempunyai tugas dan fungsi
masing- masing, dimana wujud keluarga merupakan bentuk organisasi
yang masing- masing anggota keluarga sangat berperan. Tentunya semua
orang berkeinginan menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah, warahmah. Untuk mewujudkan keluarga yang tentram
tidak semudah membalik telapak tangan. Semua anggota keluarga harus
mengerti dan menempatkan tugas dan fungsinya masing masing secara
proporsional. Ketika dalam rumah tangga seorang suami yang bekerja
dengan susah payah membanting tulang, memeras keringat untuk mencari
nafkah mencukupi kebutuhan rumah tangga pasti akan membutuhkan
kehadiran seorang istri yang dapat menyenangkan, melegakan, melepaskan
rasa lelah di badan maupun penat dalam pikiran dan yang memberikan
inspirasi harapan serta motivasi baru untuk menunaikan tugas- tugasnya.
4
pelampiasan kejenuhan dan kebosanan diantara keduanya? Dan mungkin
masih banyak pertanyaan lain. Jika dalam keadaan rumah tangga yang
tidak dapat menempatkan tugas dan fungsinya baik suami atau istri akan
membawa dampak yang sangat buruk. Semua anggota keluarga memiliki
pandangan sendiri sendiri dikarenakan tidak adanya visi dan misi keluarga
yang jelas. Seorang suami memiliki rasa diktator karena sebagai kepala
rumah tangga yang menentukan kebijakan, seorang istri berpandangan
egois jika tidak ada dirinya di rumah tangga akan menjadi kacau sebab
yang mengetahui dalam rumah tangga adalah istri demikian juga anak
akan berpandangan bahwa di dalam rumah tidak ada ketenteraman karena
sibuk dengan kepentingannya sendiri- sendiri sehingga menjadi broken
home dan lain sebagainya. Sebagai salah satunya dapat kita lihat adalah
fungsi dan tugas seorang wanita sebagai istri dalam rumah tangga. Seorang
istri sebagai sosok wanita yang juga berat tugas dan tanggung jawabnya
ketika berhadapan dengan tugas rumah tangga mendampingi suaminya.
Pantaslah ketika Rasulullah menyebut seorang istri sekaligus sebagai
seorang ibu tiga tingkat derajatnya lebih tinggi dibandingkan ayah.
5
ketakutan nabi SAW. Karena Khadijah tahu betul bagaimana akhlaq mulia
suaminya sehingga menjadi kekasih Allah. Khadijah lah orang pertama
yang masuk Islam. Khadijah lah orang pertama di dunia yang
membenarkan Nabi SAW. Khadijah lah orang pertama yang menerima
pesan dakwah, pesan Islam. Khadijah saat itu juga menolong Rasulullah
SAW. Di sini kita lihat sosok seorang wanita sudah memainkan peranan.
Khadijah bukan perempuan yang bermalas malasan tinggal di rumah. Tapi
dia langsung berfikir bagaimana membantu dan memberi motivasi
suaminya. Khadijah juga ikut bersama mendampingi Rasulullah SAW
mengadakan dakwah di kala susah, duka serta bahagia dengan segala
potensi yang dimilikinya mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga
sampai akhir hayat. Uraian di atas memberikan gambaran kepada kita
betapa mulianya seorang wanita yang shalihah yang mampu berperan
bersama suami menjadikan rumah tangga ladang beramal shalih dan
beribadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini dengan tidak
mengesampingkan tugas dan fungsi suami dalam rumah tangga seorang
istri yang shalihah sangat membantu peranan suami tercinta dalam rumah
tangga.
6
tahun) ini tidak pernah merasa menyayangkan pendidikan yang berhasil ia
selesaikan dengan baik meski sekarang kesehariannya lebih banyak
dirumah dan merawat anak-anak.
“tidak ada yang perlu disayangkan. Saya justru punya kebanggan
tersendiri, karena menjadi ibu rumah tangga yang punya pendidikan akan
dapat membimbing anaknya dengan lebih baik”
7
sehingga membuat keduanya menjadi pasangan yang kompak dan jauh
dari adanya perasaan tidak setara.
Tanpa diminta, bapak Wahyu suami dari ibu Nina turut bergabung
dengan obrolan kami, ketika dimintai pendapatnya mengenai wanita yang
bekerja beliau menanggapi bahwa wanita tentu mempunyai haknya yang
tidak seharusnya dilarang, selama bisa membagi prioritas dengan baik
bapak Wahyu merasa tidak selalu wanita harus dirumah saja. Hal itu juga
yang dilakukan terhadap sang istri, beliau jarang mengeluh atau menegur
jika istrinya ingin pergi merawat diri, karena pak Wahyu sendiri mengerti
istri juga perlu waktu untuk dirinya sendiri setelah mengurus rumah
tangga. Namun bapak Wahyu juga tetap mempunyai aturan dalam
keluarganya yang tentu sudah disepakati bersama, sehingga jarang terlibat
dalam adu argumen apalagi perselisihan. Mengenai aktivitas ibu Nina pun
pak Wahyu secara gamblang menyatakan;
“kegiatannya Mama selama ini ngga pernah mengesampingkan
keluarga, jadi kenapa dilarang. Kalo saya lagi ngga ada kegiatan kadang saya
juga ikut”
8
Keputusan untuk menjadi ibu rumah tangga diakui ibu Nina tidak
membuatnya kehilangan akses untuk tetap mengaktualisasikan diri.
Kesehariannya sebagai ibu rumah tangga memang mengharuskan bu Nina
untuk mengurus semua keperluan baik untuk suami maupun anaknya.
Setiap pagi setelah menyiapkan semua keperluan untuk keempat anaknya
yang masih sekolah dan untuk suaminya, beliau mengantar 4 buah hatinya
bergiliran. Ibu Nina sudah biasa menyetir mobil untuk kesehariannya, hal
ini membuktikan bahwa wanita sudah seharusnya memiliki keahlian-
keahlian yang biasanya menjadi ranah lelaki, bukan untuk menyainginya,
tapi hal ini diperlukan sebagai ibu rumah tangga yang memang harus serba
bisa. Setelah mengantar anak sekolah maka itulah saat ibu Nina
mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Setiap 3 kali seminggu beliau
mempunyai jadwal rutin untuk yoga, hal ini merupakan salah satu aktivitas
bu Nina untuk tetap bisa memanjakan dirinya.
Wanita serba bisa satu ini juga tetap dapat berpartisipasi dalm
kegiatan-kegiatan diluar rumah. Ibu Nina sudah lama bergabung dalam
yayasan anak-anak berkebutuhan khusus dan masih ikut aktif dalam
pengajian ibu-ibu yang diikutinya. Menjadi ibu rumah tangga tidak lantas
menjauhkan ibu Nina dari kehidupan sosialnya. Beliau sangat bersyukutr
mempunyai suami setoleran bapak Wahyu yang tidak mengekang dirinya.
Berbagai kegiatan yang diikuti ibu Nina memberikan banyak pembelajaran
untuk dirinya sendiri, dengan bersosialisasi beliau mendapatkan pelajaran
dari kehidupan orang lain. ibu Nina sendiri mengaku bahwa dirinya adalah
orang yang suka bersosialisasi dan bergabung dalam kelompok-kelompok
yang berbeda. Karena hal itu akan semakin banyak membuat dirinya
paham akan lingkungan sekitar, yang bisa dijadikannya pelajaran untuk
kemudian diterapkan dalam keluarganya.
9
apapun akan mereka ceritakan kepada sang Ibu. Hal ini tentu membantu
pola asuh dan komunikasi kepada anak-anaknya, yang otomatis
menjauhkan dari sifat tertutup anak yang justru berbahaya. Kedekatan
seorang ibu pada anaknya bisa membentuk sang anak menjadi pribadi
yang lebih percaya diri, tidak heran ketika anak sulung ibu Nina berhasil
menjadi siswa yang terpilih mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri.
“jelas lebih seneng mama dirumahlah... Mama sih jarang marah
meski suka ngomel, tapi itu karna mama khawatir. Lintang pengen jadi kayak
mama, selalu dirumah. Jadi ngga bingung kalo ada apa-apa, soalnya ada
mama”
Perbedaan yang akan muncul antara ibu rumah tangga dan ibu yang
bekerja akan terlihat dalam diri si anak saat besar. Umumnya saat anak-
anak yang saat kecilnya merasakan perhatian sang ibu karena selalu berada
dirumah akan lebih percaya diri dan menjadikan sang ibu (untuk anak
perempuan) sebagai role model bagi dirinya, artinya si anak ingin seperti
sang ibu ketika dewasa nanti. Begitu pula apabila anak lelaki, ia akan
menjadikan ibunya patokan untuk pendampingnya kelak.
Menjadi ibu rumah tangga yang baik adalah apa yang wanita ini
impikan, dan hal itu pun dicontohkan dari orangtuanya, terutama ibu bu
10
Nina. Kesehariannya sebagai ibu rumah tangga kadang kala menimbulkan
kerinduan untuk kembali bekerja. Normalnya sebagai seorang manusia, bu
Nina juga kadang ingin kembali bekerja, namun bersamaan dengan itu
beliau sudah tidak mau jauh dari keluarganya. Inilah pilihan. Bukan
masalah apa yang ingin kita capai, tapi apa yang membuat kita nyaman dan
bahagia.
“saya sudah memilih untuk ada dirumah setiap anak-anak saya
pulang, selalu ada saat mereka butuhkan, dan kebahagiaan itu saya dapatkan
ketika saya menjadi ibu rumah tangga.”
Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas seorang ibu rumah tangga tidak
lah mudah, disinilah peran suami sebagai partner hidup istrinya sangat
dibutuhkan. Bapak Wahyu dan Ibu Nina terbiasa mengobrolkan semua
masalah, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Dalam mengurus rumah
tangga juga tetap ada pembagian kerja antara suami dan istri ini, misalnya
ketika ibu Nina memasak, yang tugas menjaga si bungsu adalah sang ayah.
Bapak Wahyu juga sering mengantarkan atau menjemput keempat
anaknya. Menidurkan anak juga menjadi agenda rutin bapak Wahyu setiap
malam. Karena dirumah sudah ada asisten rumah tangga yang membantu
ibu Nina dalam hal kebersihan rumah maka pembagian tugas dalam
keluarga ini biasanya tentang pengasuhan anak. Figur ayah juga harus
seimbang dengan kehadiran ibu. Kesibukan bapak Wahyu setiap harinya
tetap tidak membuatnya lupa akan tugasnya juga sebagai seorang ayah,
beliau tetap memantau anak-anak lewat istrinya, ketika sedang dirumah
sebisa mungkin beliau menghabiskan waktu dengan keluarga, salah
satunya seperti contoh sebelumnya.
11
C. Penutup
pendidikan yang tinggi walau hanya menjadi seorang ibu rumah
tangga tetap perlu dan penting karena akan mempengaruhi pola pikir dan
pola pengasuhan kepada anak-anak dan keluarganya. Tidak ada istilah
“sayang sekolah tinggi kalo cuma mau jadi ibu rumah tangga”, karena
pada dasarnya menjadi ibu rumah tangga tidak hanya berkutat di dapur dan
dalam hal mengurus anak. Lebih dari itu, menjadi ibu rumah tangga berarti
harus siap untuk mengatur semua hal dikeluarganya dan hal itu tidak dapat
dilakukan jika seorang wanita tidak mempunyai dasar pendidikan yang
baik. Pendidikan juga akan mempengaruhi pola pemikiran dalam
pengasuhan anak, mana yang dapat diajarkan sesuai dengan usianya dan
mana yang tidak, selain itu urusan rumah tangga juga memerlukan
kepandaian dalam pengaturan uang untuk pemenuhan kebutuhan keluarga,
ada skala prioritas yang harus ibu pahami. Pemikiran untuk menyelesaikan
masalah dan pengambilan keputusan dalam setiap problem dalam rumah
tangga pun membutuhkan bekal pendidikan yang baik. Jadi jelas bahwa
menjadi ibu rumah tangga tidak sesederhana yang dipikirkan. Setiap ibu
harus mempunyai bekal pendidikan yang baik karena akan sangat
berpengaruh pada pola pengasuhan dan pengaturan dalam rumah tangga.
12
ibu rumah tangga juga tidak lepas dari pendidikan yang harus dirasakan
oleh sang ibu. Bukan berarti menjadi ibu rumah tangga lantas tidak
mengerti apa-apa dan tidak mengikuti perkembangan jaman, justru ketika
menjadi ibu rumah tangga, wanita harus berpendidikan agar anak-anaknya
mendapat pola pengasuhan yang lebih baik dan pengelolaan rumah tangga
juga dapat terurus dengan bekal ilmu yang mumpuni.
13
Daftar Pustaka
Astuti, Asri Wahyu. 2013. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga. Semarang: Universitas Negeri Semarang.