Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MATA KULIAH PSIKOLOGI KELUARGA


TEORI TENTANG KELUARGA

Dosen Pengampu :
Ummi Masrufah Maulidya, S. Psi, M. Psi, Psikolog

Disusun Oleh :
Luqman Hakim Wicaksono (20201770008)
Nurul Izza Syafitri (20201770010)
Dwiki Zulfiqar Ramadhan (20201770032)
Dina Muliarti Sufiana (20201770035)
Aqilah Nathania (20201770014)
Naurah (20201770044)
Zahirah Zeth Basalamah (20201770052)
Amanda Putri Arianti (20201770062)
Nurul Alfia Mukarromah (20201770084)
Devita Rachmawati (20201770102)
Astria Istikhomah (20201770104)
Choirunisa F. K (20201770132)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajar Bu Ummi Masrufah Maulidya, dan teman-teman seperjuangan.

Makalah berjudul “Teori tentang Keluarga” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 6
mata kuliah Psikologi Keluarga. Pembahasan ini diberikan untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai teori yang ada pada mata kuliah Psikologi Keluarga dan memahami
tentang keluarga secara luas.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta
saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan
berikutnya.

Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat pada para pembaca dan dapat menambah
pengetahuan serta memberikan inspirasi bagi pembaca.

Surabaya, 9 April 2023

Penulis

P a g e 2 | 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................................4
A. Teori Sistem Keluarga..................................................................................................4
B. Teori Perubahan dan Perkembangan Keluarga........................................................5
C. Teori Konflik Sosial......................................................................................................6
D. Teori Interaksi Simbolik...............................................................................................7
E. Studi Kasus....................................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................9
PENUTUP..........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................9

P a g e 3 | 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan
pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri
utama lain dari sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu
sama lain. Keluarga menyumbangkan kelahiran pemeliharaan fisik anggota keluarga,
penempatan anak dalam masyarakat, pemasyarakatan, dan kontrol sosial (Goode,
2007: 7-8).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Dalam sebuah keluarga ada ayah,
ibu, anak-anak dan mereka semua memiliki tanggung jawab dan tugas masing-
masing.Ketika tanggung jawab dan tugas tidak dikelola dengan baik, timbul
ketidakseimbangan antara anggota keluarga, yang terkadang menimbulkan konflik.
Seorang anggota keluarga yang tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya,
bahkan tidak berhasil memenuhinya dengan baik, mengalami gangguan dalam
kehidupan keluarga. Keluarga memiliki berbagai masalah yang merusak hubungan
keluarga dan menjadikannya tidak sehat. Sebuah keluarga dapat dikatakan harmonis
apabila keluarga tersebut saling memahami dan memahami tugas, kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing.
Keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Anak adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga oleh keluarga. Keluarga memiliki
tanggung jawab yang besar untuk mengasuh anak hingga akhir hayatnya. Keluarga
merupakan lembaga awal dalam kehidupan anak karena keluarga bertahan lebih lama
dibandingkan dengan lembaga lainnya. Tentu saja, keluarga memainkan peran
penting dalam perkembangan anak. Untuk memahami keluarga lebih dalam, makalah
ini memberikan penjelasan tentang berbagai teori keluarga yang menurut para ahli
tersebar luas. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan yang
disusun sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan teori sistem keluarga?
b. Apa yang dimaksud dengan teori perubahan dan perkembangan keluarga?

P a g e 4 | 10
c. Apa yang dimaksud dengan teori konflik sosial dalam keluarga?
d. Apa yang dimaksud dengan teori interaksi simbolik dalam keluarga?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembaca tentang
keluarga dari berbagai aspek yang dilandasi dengan teori sehingga dapat mudah
dipahami oleh pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Sistem Keluarga


Teori sistem keluarga (Kerr dan Bowen, 1988) adalah teori perilaku manusia yang
mendefinisikan unit keluarga sebagai sistem sosial yang kompleks di mana anggota
berinteraksi untuk mempengaruhi perilaku satu sama lain. Menurut Bowen, keluarga
adalah sebuah sistem di mana setiap anggota memiliki peran dan aturan untuk
dihormati.
Anggota sistem diharapkan untuk saling menanggapi dengan cara tertentu sesuai
dengan peran mereka. Dalam batas-batas sistem, pola-pola berkembang karena
perilaku anggota keluarga menyebabkan perilaku anggota keluarga lainnya dengan
cara yang bisa diprediksi.
Dari sudut pandang sistem keluarga, fungsi individu ditentukan tidak begitu
banyak oleh faktor-faktor intrapsikis, tetapi oleh tempat orang tersebut dalam sistem
di mana dia berada, tergantung pada peran dorongan dan tarikan sistem ini termasuk
tuntutan emosional yang bersaing. Definisi dan ekspektasi, batasan dan masalah
hierarkis, koalisi dan kerja sama, konflik loyalitas, budaya dan sistem kepercayaan
keluarga dan kelembagaan, ikatan ganda, identifikasi proyektif, dan kecemasan
sistemik. Selain itu, umpan balik yang memperbaiki diri dan memperkuat diri sendiri
dalam sistem dapat meningkatkan atau mencegah patologi atau kesehatan, kerusakan,
atau kekebalan.
Teori sistem itu sendiri adalah bidang yang menginformasikan dan menginspirasi
para pendiri bidang terapi keluarga, dan di mana teori sistem keluarga dibangun
dalam beberapa cara penting. Sayangnya, seiring dengan berkembangnya bidang

P a g e 5 | 10
terapi keluarga, kontribusi penting dari teori sistem pada landasan teoretis bidang ini
terlalu sering diabaikan, diremehkan, atau kurang dipahami. Jadi, dapat dipahami
dalam Teori Sistem Keluarga bahwa sistem emosional mempengaruhi sebagian besar
aktivitas manusia dan merupakan kekuatan pendorong utama dalam perkembangan
masalah klinis. Pengetahuan tentang bagaimana sistem emosional (diantaranya ikatan
emosi) bekerja dalam keluarga, pekerjaan, dan sistem sosial seseorang menawarkan
pilihan baru yang lebih efektif untuk memecahkan masalah.

B. Teori Perubahan dan Perkembangan Keluarga


Teori perkembangan keluarga berfokus pada perubahan sistematis dan terpola yang
dialami oleh keluarga saat mereka menjalani perjalanan hidup mereka. Istilah
keluarga seperti yang digunakan di sini mewakili kelompok sosial yang mengandung
setidaknya satu hubungan orangtua-anak. Kelompok keluarga diatur oleh norma-
norma sosial.
Aldous (1990) percaya bahwa perbedaan utama antara perspektif perjalanan hidup
dan perkembangan keluarga adalah bahwa perspektif perjalanan hidup berfokus pada
individu, sedangkan pendekatan perkembangan keluarga berfokus pada keluarga
sebagai sebuah kelompok. Sedangkan James M. White (1991) mengemukakan bahwa
perkembangan keluarga merupakan teori ilmiah karena menawarkan proposisi umum
dan dapat dirumuskan sebagai model matematis yang menggambarkan proses
perkembangan keluarga.
Tahap keluarga didefinisikan sebagai periode waktu di mana struktur dan interaksi
hubungan antar peran terlihat berbeda dari periode lainnya. Tahapan tersebut biasanya
disimpulkan dari peristiwa yang menunjukkan perubahan dalam keanggotaan
keluarga atau cara anggota keluarga diatur secara spasial(ruang/tempat) dan
interaksional.
Penyimpangan oleh sejumlah besar keluarga dari urutan karir dipandang sebagai
sumber perubahan sosial. Perubahan sosial terjadi karena keluarga berusaha
menyelaraskan urutan tahapan mereka dengan urutan dan pengaturan waktu dari
lembaga nonkeluarga (misalnya, pendidikan dan pekerjaan). Misalnya, ketika waktu
yang dibutuhkan untuk pendidikan meningkat, usia seseorang menikah meningkat,
dan masa subur yang tersedia bagi pasangan berkurang. Norma lintas institusi, seperti
menyelesaikan pendidikan sebelum menikah, menciptakan kebutuhan akan
penyimpangan sistemik dalam karir keluarga dan, karenanya, perubahan sosial.
P a g e 6 | 10
C. Teori Konflik Sosial
Teori konflik lebih memfokuskan pada latar belakang adanya suatu tata tertib
sosual atau aturan. Teori ini tidak bertujuan untuk menganalisis asal usulnya
terjadinya pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang berperilaku
menyimpang.
Paradigma sosial konflik yang dikembangkan oleh Karl Marx dalam (Puspitawati,
2013) didasarkan pada dua asumsi, yaitu:
1. Kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan
masyarakat, dan
2. Melihat masyarakat manusia dari sudut konflik di sepanjang sejarahnya.
Karl Max dalam materialisme historisnya memasukkan determinisme ekonomi
sebagai basis struktur yang dalam proses relasi sosial di dalam masyarakat yang akan
menimbulkan konflik antara kelas atas dan kelas bawah. Dapat disimpulkan terdapat 4
hal yang penting untuk memahami sosila konflik antara lain:
1. Kompetisi, kompetisi ini disebabkan atas kelangkaan sumberdaya seperti
makanan, kesenangan, partner seksual, dan sebagainya. Dasar interaksi
manusia bukanlah konsensus seperti yang ditawarkan fungsionalisme,
namun lebih kepada kompetisi.
2. Terdapat ketidaksamaan struktural dalam hal kekuasaan.
3. Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan maksimal.
4. Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan
(interest) yang saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan
sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner.
Contoh konflik dalam keluarga:
1. Konflik peran suami dan istri dalam keluarga
2. Konflik komunikasi antara suami dan istri atau antara orangtua dan anak
3. Konflik kelas dalam keluarga (Kelas gender, kelas sosial ekonomi)
4. Konflik antara keluarga inti dan luasnya

D. Teori Interaksi Simbolik


Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory) yang popular dengan
“Mind, Self, and Society” (Pikiran, Diri, dan Masyarakat) mengenai hubungan antara
simbol dan interaksi. Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West

P a g e 7 | 10
&Turner 2008) mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah “pada intinya…sebuah
kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang
lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya,
membentuk perilaku manusia”. Dalam pernyataan ini, kita dapat melihat argumen
Mead mengenai saling ketergantungan antara individu dan masyarakat. Pada
kenyataannya, interaksi simbolik membentuk sebuah jembatan antara teori yang
berfokus pada individu-individu dan teori yang berfokus pada kekuatan sosial.
Kenneth L. Smith dan Linda Liska Belgrave berargumen bahwa masyarakat dibuat
menjadi “nyata” oleh interaksi individu-individu, yang “hidup dan bekerja untuk
membuat dunia sosial mereka bermakna”. Individu dilihat aktif dan reflektif dalam
suatu konteks sosial (West & Turner 2008).
Interaksionisme Simbolis (IS) fokus terhadap bagaimana percakapan dimaknai
dan disusun. Menurut Barbara Ballis Lal dasar-dasar pemikiran IS sebagai berikut
(Littlejohn 2009):
1. Penemuan diri manusia berasal dari keputusan dan tindakan.
2. Proses-proses interaksi berada di dalam kehidupan sosial.
3. Melaui makna-makna yang dipertukarkan suatu pengalaman dapat dipahami yang
juga ditemukan dalam simbol-simbol dan bahasa.
4. Dunia terbentuk dari obyek-obyek sosial yang memiliki nama dan makna yang
ditentukan secara sosial.
5. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka.
6. Interaksi sosial dengan orang lain sebagai pondasi dari diri seseorang.

E. Studi Kasus
Pasangan suami isteri yang masing-masing tiap hari lebih banyak berinteraksi
dengan orang lain melalui WA menciptakan hubungan simbol dan interaksi antara
keduanya. Diantaranya mereka berbagi makna, gambar atau photo, emoticon, dapat
melakukan free call, record suara, dan lain sebagainya tanpa adanya batasan waktu,
kecuali ketika ada pesan masuk di WhatsApp dan tidak ada feedback, maka tidak
terjadi suatu interaksi simbolik, karena tidak ada pemaknaan diantara keduanya.
Di dalam kehidupan pasangan suami-isteri adanya WA selain untuk membantu
berkomunikasi dengan orang lain dengan waktu yang cepat juga dapat menghasilkan
dampak negatif lainnya yaitu dapat memicu kecemburuan, konflik, kurangnya tatap
muka dengan pasangan, timbulnya prasangka, dan lain sebagainya.
P a g e 8 | 10
Dalam interaksi simbolik dengan lawan jenis, pada suatu waktu bisa saja isteri
menemukan foto suaminya dengan teman-teman masa lalunya (ada juga foto dengan
teman lawan jenis), tentu si isteri berprasangka buruk apakah maksud dari foto ini
tanpa ada komunikasi sebelumnya, sebaliknya suaminya pun tidak memberikan
informasi kepada isterinya foto tersebut dan hal apa saja yang dia lakukan dengan
gadget-nya. Dalam interaksi simbolik pasangan suami isteri memahami bagaimana
pasangannya bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik (melaui
emoticon, komunikasi nonverbal: feedback tertawa sendiri sambil menatap layar,
tersenyum, menerima dan mengirim foto, dan memainkan fitur lainnya pada WA) dan
bagaimana WhatsApp membentuk perilaku suami atau isteri. Suami atau isteri yang
sebelumnya berkomunikasi lebih sering berjalannya waktu intensitas komunikasinya
berkurang walaupun masih satu rumah. Suami sudah sibuk membaca pesan-pesan dari
WhatsApp dibandingkan untuk bertanya bagaimana keseharian yang telah dilakukan
isteri dan sebaliknya. Pengguna WA mempunyai rasa saling ketergantungan antar
inidividu WhatsApp dan masyarakat (kontak yang ada di WA). Dalam interaksi
simbolik melalui WA membentuk adanya rasa saling ketergantungan di dunia cyber
yang merasa bahwa berkomunikasi di dunia cyber jauh lebih penting dan asyik
dibandingkan dengan orang sekitarnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga sebagai sistem dapat dilihat sebagai konsep yang bersifat multidimensi.
Artinya keluarga sebagai sistem merupakan suatu pemahaman yang kompleks dan
bersifat luas dilihat dari perspektif definisi struktural fungsional dan transaksional
keluarga sebagai sistem memiliki pola.peran dan tujuan kearah perkembangan
anggotanya. Hierarki yang terbentuk dan sub-sistem anggotanya menjalin pola
interaksi primer bagi anggotanya, terutama anak untuk menghadapi
perkembangannya. Memiliki struktur tujuan keseimbangan, kelembaman, batas-batas.
subsistem serta mengikuti prinsip Equifinality dan equipotentiality yang menjadi

P a g e 9 | 10
karakteristik keluarga sebagai sistem. Pada intinya pendekatan keluarga sebagai
sistem mengedepankan fokus dalam menghadapi kenyataan proses dinamika yang
alami untuk dapat dihadapi anggota-anggotanya daripada menitik beratkan kausalitas
terjadinya.

B. Saran
Untuk orangtua ada beberapa poin penting dalam keluarga antara lain :

 orang tua harus bisa mengetahui secara terlebih dahulu keinginan atau
kemauan dari anak sebelum menerapkan metode yang akan digunakan untuk
mendidik anak dalam sebuah keluarga. Hal ini dilakukan dengan tujuan
supaya metode yang akan diterapkan oleh orang tua tidak bertentangan dengan
keiginan yang terdapat dalam pribadi anak. Apabila terdapat perbedaan antara
metode yang digunakan oleh orang tua dengan keinginan dari anak itu sendiri
maka pendidikan anak dalam keluarga tidak dapat berjalan dengan baik.
 menciptakan suasana yang kondusif atau harmonis dalam sebuah keluarga.
Tujuan dari tindakan ini adalah supaya anak merasa nyaman untuk tinggal
bersama dan belajar tentang segala sesuatu yang anak peroleh melalui cara
orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Apabila dalam sebuah kehidupan
keluarga tersebut orang tua seringkali bertengkar di hadapan anak, membuat
keributan dengan beradu pendapat tentang sesuatu hal, secara tidak langsung
dapat mengganggu kenyamanan anak untuk belajar dalam sebuah keluarga
dan hal ini tentu saja bisa menimbulkan inisiatif dari dalam pribadi anak untuk
segera pergi meninggalkan rumah.
 memberi kesempatan bagi anak untuk menyampaikan kendala- kendala yang
dihadapi oleh anak ketika sedang terjadinya proses pendidikan dalam sebuah
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/24785/2/2.%20BAB%20I.pdf
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/family-systems-theory

P a g e 10 | 10

Anda mungkin juga menyukai