Anda di halaman 1dari 7

KEARIFAN LOKAL BUDAYA MANDAILING SEBAGAI BASIS

MODEL KEPEMIMPINAN KEPERAWATAN

Rafika Nur Siregar


197046003
rafikanur47@gmail.com

Abstrak
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya secara arif. Masyarakat
yang ideal menurut mandailing adalah masyarakat yang didalam interaksi sosialnya
ditemukan holong (kasih sayang). Tujuan untuk memecahkan masalah yang
didapatkan pada kearifan lokal budaya mandailing sebagai basis model
kepemimpinan keperawatan. Metode yaitu literatur review dengan mencari semua
jurnal (compresehensive literatur search). dilakukan dengan membandingkan
literatur. Dilakukan dengan menganalisis, mensintesis, meringkas. Dengan
formulasi permasalah yakni kearifan lokal budaya mandailing sebagai basis model
kepemimpinan keperawatan. Dilakukan evaluasi data yakni mencari beberapa
referensi yang mendukung. Selanujtnyamelakukan analisa terhadap data, referensi
yang didapatkan dan mengipretasikannya. Hasil Dalam kepemimpinan keperawatan
memiliki sebagian besar interaksi dengan pasien. Banyaknya keluhan pasien
terhadap pelayanan keperawatan akibat kendala interferensi bahasa mandailing
kedalam bahasa indonesia. Pembahasan menurut tatanan adat setempat seorang raja
tidak boleh membiarkan seorang pun dari rakyatnya kelaparan. Hal ini sejalan
dengan kepemimpinan keperawatan, dimana seorang pemimpin mampu
menggerakkan, mempengaruhi, mengajak, mengarahkan, menasehati,
membimbing, memerintah, melarang dan serta membina bawahannya dengan
tujuan untuk mencapai tujuan bersama Begitu juga dengan kepemimpinan
keperawatan, dengan kearifan lokal budaya mandailing dengan bersama-sama akan
tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Rekomendasi dalam kepemimpinan
keperawatan harusnya dalam pelayanan tetap diterapkan bahasa daerah untuk
menjalin komunikasi terapeutik.

Kata kunci: Kearifan Lokal, Mandailing, Kepemimpinan Keperawatan


1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kaya akan keanekaragaman budaya, etnis, suku, dan
ras dengan lebih dari 389 suku bangsa yang memiliki adat istiadat, bahasa, tata nilai,
dan budaya berbeda-beda (Hilda, 2016). Kebudayaan, kata yang mungkin telah sering
kita dengar dalam kehidupan kira sehari-hari, kebudayaan sendiri berasal dari kata
“budhhayah” yaitu rasa, karsa, dan cinta yang ada dalam kehidupan masyarakat
(Iryani, 2018).
Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya secara arif. Masyarakat yang ideal
menurut mandailing adalah masyarakat yang didalam interaksi sosialnya ditemukan
holong (kasih sayang). Holong dijadikan sebagai sumber semua kehidupan, dengan
istilah holong do mula ni ugari (kasih sayang awal dari adat) (Hilda, 2016). Fungsi
dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan nasional. (Parera, 1984 dalam Harahap, TR., Ellisa, ET & Erni, RS,
2017) mengatakan bahwa penelitian diakronis terhadap bahasa-bahasa daerah di
indonesia tidak dilakukan secara serius dan bersifat kebetulan.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kolompok dan budayanya. Model kepemimpinan yang ditemui
sekarang ini berbasis pada model-model yang berasal dari amerika serikat, jepang dan
eropa. Hal ini membuktikan kesan bahwa masyarakat indonesia tidak mempunyai
model untuk menata atau memimpin suatu organisasi kelembagaan. Padahal jika
dikaji, kearifan lokal yang ada banyak mengajarkan mengenai model kepemimpinan.
Mandailing secara adat dan budayanya dipimpin oleh raja yang memerintah secara
turun temurun. “Raja” dalam masyarakat mandailing bukanlah raja yang bersifat
absolut, akan tetapi sebagai sesepuh yang didahulukan selangkah, ditinggikan
seranting. Berdasarkan uraian tersebut, kearifan lokal budaya mandailing sangat
penting bila dihubungkan dengan model kepemimpinan keperawatan. Hal ini terlihat
terlihat dari munculnya berbagai konflik yang terjadi di pelayanan kesehatan.
Berdasarkan pengamatan saat ini masih banyak ditemukan keluhan pasien terhadap
sikap perawat yang kurang ramah dalam melayani akibat interferensi bahasa
mandailing kedalam bahasa indonesia khususnya di pelayanan kesehatan daerah
mandailing yang terletak ditapanuli selatan (sayur matinggi) dan kabupaten
mandailing natal (siabu, panyabungan, kotanopan, huta pungkut). Kondisi-kondisi
tersebut menyebabkan tidak terbangunnya hubungan interpersonal yang baik antara
pasien dan perawat sehingga paradigma perawat yang berpusat pada pasien tidak
terwujud secara maksimal.

2. TUJUAN
Bertujuan untuk memecahkan masalah yang didapatkan pada kearifan lokal
budaya mandailing sebagai basis model kepemimpinan keperawatan dan
mengeksplorasi secara mendalam tentang interferensi bahasa mandailing kedalam
bahasa indonesia khususnya dalam pemberian pelayanan keperawatan.

3. METODE
Metode yang diterapkan yaitu literatur review dengan mencari semua jurnal
(compresehensive literatur search). dilakukan dengan membandingkan literatur.
Proses ini dilakukan dengan menganalisis, mensintesis, meringkas. Dengan
melakukan formulasi permasalah yakni kearifan lokal budaya mandailing sebagai
basis model kepemimpinan keperawatan. Dan dilakukan evaluasi data yakni
mencari beberapa referensi yang mendukung. Tahap berikutnya melakukan analisa
terhadap data dan referensi yang didapatkan dan mengipretasikannya.

4. HASIL
Kearifan lokal tidak hanya diberhenti pada etika, tetapi sampai norma,
tindakan dan tingkah laku. Menurut (sartini, 2009) salah satu wujud kearifan lokal
yang banyak dikenal adalah peribahasa. Peribahasa adalah perkataan atau
pernyataan yang dikenal luas dan sering dipakai. Peribahsa menggambarkan
kebenarannya yang berbasis pada akal sehat dan pengalaman yang praktis yang
bersifat manusiawi. Salah satunya adalah mengkaji dan memahami ungkapan
seperti dalihan natolu. Dalihan natolu adalah suatu sistem adat yang sangat
terbuka, demokratis dan berkembang (Hilda, 2016).
Dalihan natolu merupakan kearifan lokal yang patut dikembangkan dan
dilestarikan karena kebersamaan antara mora, kahanggi dan anak boru ibarat
tungku yang memiliki tugas yang sama supaya berdiri kokoh. Dengan ikatan yang
kuat akan membentuk masyarakat yang tahu fungsi dan tugasnya. Dalam suatu
kepemimpinan, ada pimpinan dan bawahan yang saling mengisi supaya suatu
pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik. Bila seseorang berada pada kedudukan
mora, maka dialah yang bertanggung jawab sebagai pemimpin/ketua dan anak
boru sebagai pekerja yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kearifan lokal dalihan na tolu pada masyarakat mandailing sangat erat
hubungannya dengan harmonisasi lingkungan yang harus dijaga dan dimanfaatkan
(Hilda, 2016).
Dalam kepemimpinan keperawatan memiliki sebagian besar interaksi dengan
pasien. Banyaknya keluhan pasien terhadap pelayanan keperawatan akibat kendala
interferensi bahasa mandailing kedalam bahasa indonesia dan biasanya dialami oleh
pasien lanjut usia yang susah untuk berbahasa indonesia. Untuk dapat
menggunakan dua bahasa tertentu kedwibahasaan ini terjadi karena adanya kontak
bahasa daerah dengan bahasa daerah dan antara bahasa daerah dengan bahasa
indonesia. Kontak bahasa daerah dengan bahasa indonesia tidak bisa dihindari
karena bahasa daerah dan bahasa indonesia hidup berdampingan. Hal ini sejalan
dengan (Rahima, Agustina, & Syahrul, 2015) menyatakan bahwa terdapat
interferensi bahasa mandailing kedalam bahasa indonesia. Dimana masalah tersebut
merupakan salah satu hambatan komunikasi terapeutik perawat dengan pasien.

5. PEMBAHASAN
Kearifan lokal merupakan pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan kebudayaan yang
berkenaan dengan model pemanfaatan dan pengelolahan sumber daya alam secara
lestari (Lubis, 2012). Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktikkan,
diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola
perilaku manusia terhadap sesama manusia (Hilda, 2016). Batak mandailing adalah
masyarakat yang menggunakan bahasa batak mandailing dan daerah yang ditempati
oleh suku batak mandailing terletak ditapanuli selatan (sayur matinggi) dan
kabupaten mandailing natal (siabu, panyabungan, kotanopan, huta pungkut).
Tujuan dan guna pelaksanaan dalihan natolu adalah apabila seseorang
mendirikan suatu pekerjaan maka kahanggi, anak boru, mora haraus diberitahukan
kepada ketiga ini karena dapat mempersatukan masyarakat dengan budaya adat
(Hilda, 2016). Begitu juga dengan kepemimpinan keperawatan, dengan kearifan
lokal budaya mandailing dengan bersama-sama akan tercapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam tradisi masyarakat mandailing dikenal dengan kolam ikan luas (tobat
bolak) dan areal saba (saba bolak) yang dipunyai oleh kerajaan. Keduanya
fungsional untuk menopang fungsi raja sebagai “talaga naso tola hiang” (tempat
persediaan makanan yang tidak boleh kering). Menurut tatanan adat setempat
seorang raja tidak boleh membiarkan seorang pun dari rakyatnya kelaparan (Lubis,
2005). Hal ini sejalan dengan kepemimpinan keperawatan, dimana seorang
pemimpin mampu menggerakkan, mempengaruhi, mengajak, mengarahkan,
menasehati, membimbing, memerintah, melarang dan serta membina bawahannya
dengan tujuan untuk mencapai tujuan bersama (Abdul Aziz, 2008).
Pelayanan kesehatan sudah menjadi hak yang paling mendasar bagi semua
orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan
upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang ada didalamnya
(Mugiarti, 2016). Interferensi adalah percampuran sistem bahasa kesistem bahasa
lainnya. (Rahima, A, Agustina, & Syahrul R. 2015) menyatakan faktor penyebab
inferensi yaitu terpengaruhnya bahasa yang lebih dulu dikuasainya, kesalahan
berbahasa karena bahasa ibu.

6. PENUTUP
Kearifan lokal budaya mandailing terhadap kepemimpinan keperawatan
memberikan pandangan baru terhadap pembelajaran kepemimnpinan.Bahwa
kepemimpinan keperawatan tidak terlepas dari budaya khususnya mandailing,
banyaknya keluhan masayarakat terhadap pelayanan keperawatan akibat inteferensi
bahasa mandailing ke bahasa indonesia khusunya pada pasien-pasein lanjut usia.
Kearifan lokal dalihan na tolu pada masyarakat mandailing sangat erat
hubungannya dengan harmonisasi lingkungan yang harus dijaga dan dimanfaatkan.
Dengan mengkombinasikan dalihan natolu dengan metodologi ilmiah model barat
akan menghasilkan kepemimpinan keperawatan yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Ari, & Rizal. A. F. (2017). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Transcultural


Nursing dengan Sikap Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada
Pasien yang Berbeda Budaya di RSUD I.A Moeis Samarinda. 1 (2).

Harahap, TR., Tambunan, EE, & Sibue, ER. (2017). Analisis Kekerabatan Bahasa
Batak Mandailing, Angkola, dan Padang Bolak. Jurnal LPPM UGN. 8 (1).

Hilda, Lelya. (2016). Revitalisasi Kearifan Lokal Dalihan Natolu Masyarakat Muslim
Mandailing Dalam Menjaga Harmonisasi Lingkungan Hidup, 11 (1).

Iryani, Eva. (2018). Akulturasi Agama Terhadap Badaya Indonesia. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 18 (2).

Lubis, Zainuddin Pangaduan. (2010). Asal Usul Marga-Marga Mandailing. Penerbit


Pusaka Widiasrama.

Lubis, Zulkifli, dkk. (2012). Kearifan Lokal Masyarakat Mandailing Dalam Tata
Kelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sosial. Balai Pelestarian Nilai
Budaya Banda Aceh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Lubis, Zulkifli B. (2005). Menumbuhkan (Kembali) Kearifan Lokal dalam Pengelola


Sumber Daya Alam di Tapanuli Selatan. Antropologi Indonesia. 29 ( 3).

Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

Oktaviana, Yetti. & Dwiantoro, Luky. (2018). Pengembangan Sikap Empati Perawat
dalam Patient Center Care Melalui Kepemimpinan Transformasional. 1 (2).
Rahima. A, Agustina, dan Syahrul.R. (2015). Intervensi Bahasa Mandailing dalam
Bahasa Indonesiatulis Siswa Kelas VIII MTs Baharuddin Kecamatan Batang
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. 3 (1).

Saifuddin, & Fedyani. A. (2011). Logika Kearifan Lokal dalam Catatan Reflektif
Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: Penerbit Institusi Antropologi Indonesia
(IAI).

Sidabutar, M.M & Mas’us, F. (2016). Peran Kepemimpinan Batak. 5 (2). 1-11.

Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat Di Rumah Sakit Ngesti Waluyo
Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2).

Sudariani, P.W., Utomo, Budi., & Fityasari, R. (2016). Model Kopetensi


Kepemimpinan Kepala Ruangan Meningkatkan Motivasi dan Kinerja Perawat
Pelaksana. 2 (2). 176-185.

Anda mungkin juga menyukai