PENDAHULUAN
yang dibentuk dan dipelihara secara sadar. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
menyebutkan: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri, yang tujuannya adalah untuk membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan keyakinan
kehidupan rumah tangga.2 Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral bagi
orang yang menjalaninya dan berkaitan dengan seluruh ciptaan-Nya, bahkan jalan
yang Allah SWT pilih untuk melahirkan dan memelihara kehidupan manusia. 3 Hal
sekedar peristiwa biologis, yang melibatkan hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan.
Sebuah keluarga terdiri dari sepasang suami istri yang memiliki peran
1
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan , Pasal 1
2
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 3
3
H.M.A. Tihami dan Soehari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 6.
bertanggung jawab mendidik, mengatur, melindungi dan memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga. Istri yang juga seorang ibu memiliki peran penting dalam
untuk melindungi istrinya dan mengurus segala kebutuhan hidup rumah tangga
memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak-hak suami yang harus
dilakukan oleh istri adalah mematuhi suami, memelihara kehormatan dan harta,
berhias, dan menjadi patner. 5 Sedangkan hak-hak istri harus dipenuhi oleh suami
antara lain mahar, pemberian karena berpisah (mut’ah), nafkah tempat tinggal dan
Pasangan adalah mitra dan rekan kerja dalam keluarga. Islam menyatakan
bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Seperti
dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 31(3) “Suami adalah kepala
keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga” Keduanya ingin mencapai kebahagiaan
duniawi dan ukhrawi dengan berkeluarga. Fakta sastra ini juga didukung oleh Pasal
79 (1) Kompendium Hukum Islam yang menyatakan bahwa “suami adalah kepala
keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga”. Hal yang sama juga dinyatakan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam Pasal 31(3) tentang Perkawinan. Hal
4
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 34
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 221-230.
6
Ibid, hlm. 174.
ini menunjukkan bahwa kedudukan laki-laki di Indonesia adalah sebagai kepala
keluarga yang juga dapat disebut sebagai kepala keluarga. Ketika kepala keluarga
adalah suami, laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang menjadi kewajibannya
untuk menafkahi keluarganya. Namun tidak hanya laki-laki, tetapi juga suami dan
istri memiliki tugas mulia untuk mengurus rumah tangga yang menjadi basis
masyarakat. Jadi menurut KHI dan UU Perkawinan, suami adalah pemimpin dan
kepala keluarga.
Saat ini, fakta teoretis ini tidak lagi berlaku untuk semua orang, karena ada
fakta sosial yang terkait dengan perempuan sebagai kepala keluarga, yaitu
perempuan yang mencari nafkah karena suaminya tidak dapat bekerja karena
kesehatan fisiknya. Kebanyakan wanita saat ini, seiring berjalannya waktu, banyak
wanita (istri) yang bekerja di luar rumah dan tetap mengurus rumah tangga,
sehingga wanita memiliki beban ganda. Berbeda dengan suami yang bekerja di luar
rumah, mereka hanya fokus pada kehidupan finansial keluarganya. Dalam hal ini
tidak sesuai dengan Pasal 80 (4) Kompilasi Hukum Islam, yaitu bahwa suami wajib
7
Kompilasi Hukum Islam Pasal 80 ayat 4
PEKKA di Kabupaten Asahan)” dijelaskan bahwa Rumah tangga mengacu pada
janda yang suaminya meninggal dalam konflik atau penyakit. Secara budaya, di
Indonesia, perempuan yang suaminya meninggal biasanya tidak menikah dan hidup
Selain janda, kelompok ini termasuk istri yang ditinggalkan suaminya untuk
bekerja di luar daerah. Secara hukum status mereka sebagai istri masih sah, tetapi
secara finansial mereka harus menjadi kepala keluarga karena penghasilan suami
tidak cukup untuk membiayai keluarga dan dihabiskan untuk kebutuhan kota
sendiri, sehingga perempuan bertanggung jawab penuh atas kegiatan, kegiatan dan
Kendal Kabupaten Ngawi terutama fokus peneliti yaitu Perempuan sebagai Kepala
Rumah Tangga dimana perempuan mengambil alih peran laki-laki dalam mengatur
keluarga meskipun status Kepala keluarga adalah suami terjadi di daerah tersebut
8
Andri Nurwandi, Nawir Yuslem, Sukiati, “ Kedudukan Perempuan Sebagai Kepala
Keluarga Menurut Hukum Islam ( Studi Terhadap Kelompok Pemberdaya Perempuan Kepala
Menurut hasil observasi penulis, di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa
berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga sehingga menurut penulis dapat
rumah tangganya. Bukti kongkrit perempuan atau istri yang menjadi pemimpin
rumah tangga dikarenakan faktor ekonomi seperti istri yang bekerja ke luar negeri
(TKW), hal tersebut diungkapkan oleh mantan (TKW) di Dukuh Krajan Desa
perkara keuangan rumah tangga dibandingkan suami. 9 Ada pula 2 perempuan yang
bisa dikatakan menjadi pemimpin dalam keluarganya karena dia yang bekerja
mencari nafkah dalam keluarganya dikarenakan sang suami yang sudah tidak
memungkinkan untuk bekerja lagi. Selain itu perempuan yang ditinggal suami kerja
diluar kota atau daerah yang mana mengakibatkan istri harus memenuhi segala
B. Rumusan Masalah
Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Ngawi.
Ngawi.
D. Manfaat Penelitian
Dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang ingin memahami sekilas
F. Manfaat praktis
review dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai pokok bahasan yang akan
dibahas. Sehingga para peneliti mengetahui bahwa dulu ada disertasi tentang
masalah aborsi. Ada beberapa studi pendahuluan yang memiliki relevan dengan
Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif, Hukum Islam dan
Desa Sambiresik meliputi: mencari nafkah, mengasuh dan mendidik anak, panutan
dalam keluarga, ikut serta sebagai faktor penentu dalam pembentukan kebijakan
keluarga. 2) Dari segi hukum positif, istri sebagai kepala keluarga secara tegas
dinyatakan dalam UU Perkawinan dan Ikhtisar Hukum Islam bahwa suami adalah
kepala keluarga. Namun, jika suami tidak dapat memenuhi semua kewajibannya
sebagai kepala keluarga, istri berhak memenuhi peran kepala keluarga sebagai
tanggung jawab dan tanggung jawab bersama. Menurut teori Mubada hukum Islam,
timbal balik (mufa'alah) dan kerjasama (musyarawah) antara kedua belah pihak,
yang berarti saling mengubah, mengubah. . satu sama lain satu sama lain atau
berganti peran. Sementara itu, peran istri sebagai kepala keluarga dalam teori
keseimbangan dan keharmonisan dalam hubungan suami istri. Peranan istri sebagai
kepala keluarga tidak perlu diragukan lagi, karena keduanya harus bekerjasama
sebagai kepala rumah tangga, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah ditinjau
Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga Perspektif Hukum Islam
Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Hasil penelitian ini
10
Oktavia Bela, “Peran Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif,
Hukum Islam Dan Gender (Studi Kasus di Desa Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten
Kediri)”,Skripsi, ( Tulungagung : IAIN Tulungagung, 2021)
keluarga secara positif dan negatif. Pengaruh positif perempuan sebagai pencari
nafkah utama adalah memperbaiki rumah tangga. Dampak negatifnya adalah tugas
ibu rumah tangga terabaikan, termasuk ketaatan istri kepada suaminya, dan tugas
ibu rumah tangga terabaikan. Dari sudut pandang hukum Islam, penting untuk
peran publik istri, sedangkan perbedaan peneilitian ini adalah hanya menggunakan
Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga (Studi Kasus Desa Plalangan
ditarik dua kesimpulan dari dua pertanyaan masalah di atas, pertama, rasio gender
antara laki-laki dan perempuan terkait dengan masalah perempuan sebagai ibu
rumah tangga dalam keluarga, dalil para suami. menurut para ahli fikih, tidak ada
perbedaan yang signifikan bagi wanita yang menyusu. Artinya, dari kelas pekerja
dan guru taman kanak-kanak dalam keluarga ini tidak ada kesetaraan gender dalam
pembagian peran antara suami dan istri, yang disebut pengasuhan (konstruksi
11
Robby El Baqy Saifu, “Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam
Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali)”, Skripsi, (Surakarta: IAIN Surakarta, 2016)
sosial). Kemudian dari kelompok pedagang keluarga ini adalah kesetaraan gender
peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada
Keempat, Skripsi Faradhila, Salma Dewi. 2018. Peran Istri Sebagai Pencari
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa keberadaan istri sebagai pencari nafkah utama merupakan
Joresan termasuk dalam kategori Maslahah Daruriyah. Dari segi maslaha, wajib
untuk menjaga kelestarian agama, jiwa, roh, keturunan dan harta benda..13
12
Munir Misbahul, “Analisis Gender Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga
(Studi Kasus Desa Plalangan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo)”, Srkipsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2018 )
13
Faradila Salma Dewi, “Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama dalam Perspektif
Maslahah (Studi Kasus di Desa Joresan Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)”, Skripsi (Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2018)
Adapun persamaan penelitian tersebut adalah sama sama menganalisis
peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada
H. Metode Penelitian
a. Jenis Pendekatan
jenis penelitian ini karena peneliti ingin menjelaskan fakta dan teori yang
14
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63.
15
Ismail Nurdin & Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), 75
dampak kepemimpinan Perempuan yang ada di Dukuh Krajan Dusun
b. Pendekatan Penelitian
studi kasus yaitu suatu penelitian yang menelaah suatu masalah dengan
menghasilkan data deskriptif berupa cerita dan opini tertulis serta perilaku
J. Kehadiran Peneliti
observasi peneliti hanya menjadi pengamat atas informan yang ada di Dukuh
tanpa terlibat dalam objek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara face to
face antara peneliti dengan para narasumber Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa
16
Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006 ), 315.
K. Lokasi Penelitian
dibawah kaki Gunung Lawu yang mana suasananya sangat kental dengan
lokasi penelitian karena sesuai data BPS Kabupaten Ngawi Tahun 2022 yang
mana diterbitkan dalam sebuah Buku yang berjudul “ Kecamatan Kendal dalam
berdasarkan jenis kelamin di Desa Majasem sesuai data tersebut adalah 4338
jiwa ( laki-laki ) dan 4529 jiwa ( perempuan ) artinya terdapat lebih banyak
peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai Perempuan yang
tangga dengan berbagai faktor seperti Perempuan yang ditinggal suami kerja
perempuan yang mencari nafkah dikarenakan sang suami tidak bekerja karena
kondisi fisik.
jumlah atau hal yang lainnya. Adapun data yang diperlukan oleh peneliti
N. Sumber Data
17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang peneliti
2) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah informasi dari aparat desa,
kepala desa setempat, buku referensi dan file PDF yang berkaitan
Sehingga metode yang digunakan harus sesuai dengan objek yang akan
a. Observasi
18
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat , (Bandung: Setia
Purna Inves, 2007), 79
19
Burhan bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga Uneversity Press, 2005), 128.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
b. Wawancara
disusun.21
20
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 70.
21
Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), 317.
Metode ini dipakai untuk memperoleh data mengenai pengetahuan
c. Dokumentasi
dalam artian jika ada kesalahan, sumber datanya masih sama, tidak
catatan lapangan dan bahan lain dengan cara yang mudah dipahami dan
22
Suharsimi Arikunto, PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
VI), (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), 231.
sistematis dan tidak menyimpang dari rumusan masalah .23 Adapun
23
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana,
2014), 400
sedemikian rupa sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami
laporan tersebut.
sumber.
8. Tahapan Penelitian
24
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta), 29
b. Tahap pekerjaan lapangan: Peneliti mulai menggali data-data yang
O. Sistematika Pembahasan
tentang gambaran umum arah penelitian. Dimulai dengan latar belakang masalah
yang mendasari penelitian ini. Secara khusus, menjelaskan masalah yang ingin
dibahas dalam penelitian ini. Kemudian tujuan penelitian dan manfaat penelitian
antara lain harapan agar penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
menjadi dasar atau alat untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan oleh
peneliti. Terakhir adalah sistematika pembahasan yang memuat rincian dari setiap
tentang landasan teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai alat
perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini memaparkan hasil penggalian
Ngawi tentang Pola kepemimpinan Perempuan sebagai kepala rumah tangga dan
dampak Perempuan sebagai kepala rumah tangga di Dukuh Krajan Deusun Krajan
perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini membahas data yang terkumpul
dan dianalisis dengan teori yang dijelaskan di bab sebelumnya. Pada bab ini aka
nada dua sub bab yakni akan memaparkan pola kepemimpinan perempuan dan
Ngawi.
Pada bab kelima yakni penutup, bab ini merupakan akhir dari skripsi yang
Ngawi?
Dalam bab ini, peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dengan
kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hal-hal yang akan
dapat melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu . Orang yang memiliki
yang memimpin keluarga, maka akan terjadi keseimbangan dalam suatu organisasi
keluarga karena istri focus pada kewajibannya. Namun tidak dengan yang terjadi
25
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis. Penulis membagi alasan
2. Kedua, Tartik juga memiliki kondisi yang serupa dengan Siti Alfiyah yakni
6. Keenam, Sumirah yang menjadi pemimpin karena suaminya sakit secara psikis.
kelompok atau kelompok untuk mencapai tujuan. Penulis akan menganalisa apakah
para informan memiliki atau tidak jiwa kepemimpinan dalam membimbing suatu
a) Siti Alfiyah
Ahli yakni Wexly dan Yuki, bahwa kepemimpinan adalah memengaruhi orang
26
Siti Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
lain agar berusaha mengerahkan tenaga dalam tugasnya atau merubah tingkah
lakunya. 27
Kesesuaian Siti Alfiyah dengan pendapat Wexly dan Yuki juga terletak
pada apa yang dikatakan oleh Siti Alfiyah harus dituruti oleh anggota keluarga,
mengatakan bahwa dalam mengurus anak harus sesuai dengan apa yang dirasa
baik dan apa yang dikatakan seharusnya dituruti. Dari pembahasan sebelumnya,
b) Ibu Tartik
baik. 28 Perpektif kepemimpinan Tartik juga sesuai dengan pendapat Jacobs dan
Jaques, bahwa Kepemimpinan adalah proses memberi arti pada upaya kolektif,
mencapai tujuan.29
Tartik yang memberikan contoh atau memberi arti terhadap usaha kolektif. Hal
27
Nogi, Hessel. Manajemen Publik.
28
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
29
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik , 47.
yang baik kepada anggota keluarganya seperti bekerja keras, bertanggung
jawab dan sabar. Menurut penulis, dapat disimpulkan bahwa Tartik memiliki
jiwa kepemimpinan
c) Sulasmi
pertengkaran perdebatan maka akan dibicarakan dengan baik, terbuka, dan juga
permasalahan.
d) Ibu Lutfi
mengatakan bahwa antara dia dan suami dalam memimpin keluarga tidak ada
yang di atas maupun di bawah menurutnya. Dalam hal ini, menurut penulis,
30
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 13 Januari 2023.
31
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik . 47.
e) Suparmi
f) Sumirah
istri merupakan seorang pemimpin keluarga. dalam hal ini, terdapat kesesuaian
32
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
mereka memiliki pola tersendiri dalam memimpin organisasinya, yakni
diterapkan oleh para informan. Agar kepenulisan pada penelitian ini lebih
informan.
anggota keluarga dan juga bersifat kepemimpinan lebih aktif, dinamis dan
dan sifat yang bertanggung jawab serta menghargai keinginan anak atau
anggota keluarganya. 34
33
Witarsa. Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Nilai Terhadap
Pengembangan Budaya Sekolah di Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia.
34
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
Selanjutnya adapula Sulasmi, ia tergolong masuk dalam pola
terlibat masalah kecil maupun masalah yang besar akan dibicarakan dengan
keluarganya dengan tanggung jawab dan kerja sama yang baik, terlihat juga
yang mana sebagai pengendali rumah tangga adalah beliau, mulai dari
mengalami sakit, Suparmi tetap menghargai suami dan tidak sering juga
35
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
36
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
37
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
tersebut sesuai dengan pola kepemimpinan demokratis, yang mana
berpartisipasi aktif. 38
disampaikan oleh informan bahwa apa yang Siti Alfiyah katakan harus
kepemimpinan oleh Wexly dan Yuki yang mana dia sebagai pemimpin
38
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
39
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
40
Nogi, Hessel. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
41
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 36-37.
3. Pola Kepemimpinan Kendali Bebas (Laissez Faire)
Salah satu dengan tipe kepemimpinan ini adalah Lutfi, terlihat dari
tidak ada yang di bawah maupun di atas, walau pada realitanya mayoritas
menurut penulis apa yang disampaikan oleh Lutfi sesuai dengan tipe
sebagai simbol.
tidak ada yang dimintai pendapat, hal tersebut disebabkan kondisi psikis
suami yang tidak memungkinkan dan hal ini bisa dibilang tipe
42
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 16 Januari 2023.
43
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228
berpendapat bahwa pemimpin tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau
Agar lebih mudah terbaca pada kesimpulan di atas penulis menulis kembali
44
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228.
Bagan 4. 1. Pola Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga
Kendali
Demokratis Otoriter
Bebas/Laissez Faire
Tartik, Sulasmi,
Siti Alfiyah Lutfi dan Sumirah
Suparmi
Tidak ada
Memberikan Kepemimpinan
Suka Kepemimpinan di Harus menurut kedudukan yang
Pengarahan dan hanya sebagai
Bermusyawarah satu orang arahannya lebih tinggi atau
contoh yang baik simbol
rendah
C. Dampak Negatif
dan kewajiban berjalan secara seimbang dan mengarah pada ajaran agama.
Menurut UU No. 1 Tahun 1974 kedudukan kepala rumah tangga atau disebut
tertentu atau tidak jarang pula, perempuan yang menjadi pemimpin dalam
rumah tangga, seperti halnya yang terjadi di Dukuh Krajan Desa Majasem.
Sesuai dengan yang penulis uraikan pada sub bab sebelumnya, mayoritas
terjadi dalam rumah tangga. Idealnya dalam rumah tangga menurut UU No. 1
Tahun 1974 suami sebagai kepala rumah tangga, namun suami para informan
pada penelitian ini, tidak sepenuhnya berperan (bekerja jauh/sakit) atau tidak
sama sekali berperan dalam rumah tangga (meninggal). Dampak negatif atau
yang mana beban tanggung jawab keluarga lebih banyak dipikul sang istri.
a. Beban Ganda
anak sebagai teman diskusi atau hanya menerima masalah itu sendiri. 1
Tartik juga merasakan hal yang sama dengan Siti Alfiyah. Tartik
petani, dan tidak melupakan kewajibannya sebagai istri atau ibu yakni
menyelesaikan masalah. 2
yang harus diatur, mulai dari urusan domestik, mengurus anak dan yang
1
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
2
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
63
b. Ketidakseimbangan Keluarga
terasa berat dan dituntut harus mandiri oleh keadaan. 5 Menurut penulis hal
informan ketika suami tidak dapat berperan sesuai perannya atau tidak
untuk bekerja karena sudah tua atau sedang sakit. Seperti halnya Suparmi,
sebagai istri dengan suami yang sakit, Suparmi merasakan keberatan dalam
3
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
4
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
5
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
64
D. Dampak Positif
Manusia yang hidup di dunia ini ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan,
dengan memiliki tanggung jawab yang sama dan juga dengan kedudukan yang
penelitian, penulis menemukan dua dampak positif secara umum dari tiga
6
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
65
a. Peran Domestik
suami. 71
b. Peran Publik
Dampak positif pada peran publik ini dirasakan oleh Ibu Sulasmi, ia
segala hal sendiri. 72 Dampak positif lainnya juga dirasakan oleh Ibu
tegar dan percaya diri akan kemampuannya dalam mengatur dan mengurusi
Walaupun dengan keadaan istri yang mengalami beban ganda, karena hak
71
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
72
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
73
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
66
Ketidakseimbangan
Beban ganda Keluarga Peran Domestik Peran Publik
Siti Alfiyah,
Sulasmi, dan Suparmi dan Lutfi
Sumirah Suparmi Sulasmi
Menekan anak
Mengasuh Anak dewasa
sebelumwaktunya Mampu Menjalankan
Segala Hal
67