Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah susunan kelembagaan berdasarkan hubungan perkawinan,

yang dibentuk dan dipelihara secara sadar. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

menyebutkan: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri, yang tujuannya adalah untuk membentuk

keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan keyakinan

berlandaskan pada Yang Maha Esa. Tuhan." .1 Perkawinan bukan tentang

memperoleh kebahagiaan dunia saja namun juga untuk tentang memperoleh

kebahagiaan di akhirat. Sakinah, mawadah dan warahmah merupakan tujuan dari

kehidupan rumah tangga.2 Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral bagi

orang yang menjalaninya dan berkaitan dengan seluruh ciptaan-Nya, bahkan jalan

yang Allah SWT pilih untuk melahirkan dan memelihara kehidupan manusia. 3 Hal

ini mendukung kenyataan bahwa perkawinan adalah peristiwa hukum, bukan

sekedar peristiwa biologis, yang melibatkan hubungan seksual antara laki-laki dan

perempuan.

Sebuah keluarga terdiri dari sepasang suami istri yang memiliki peran

masing-masing dalam menjalankan rumah tangga. Suami adalah kepala keluarga,

1
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan , Pasal 1
2
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 3
3
H.M.A. Tihami dan Soehari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 6.
bertanggung jawab mendidik, mengatur, melindungi dan memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga. Istri yang juga seorang ibu memiliki peran penting dalam

membesarkan anak dan dalam pelayanan keluarga. Suami mempunyai kewajiban

untuk melindungi istrinya dan mengurus segala kebutuhan hidup rumah tangga

dengan sebaik-baik kemampuannya. 4

Laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam bingkai rumah tangga

memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak-hak suami yang harus

dilakukan oleh istri adalah mematuhi suami, memelihara kehormatan dan harta,

berhias, dan menjadi patner. 5 Sedangkan hak-hak istri harus dipenuhi oleh suami

antara lain mahar, pemberian karena berpisah (mut’ah), nafkah tempat tinggal dan

pakaian, serta adil dalam pergaulan. 6

Pasangan adalah mitra dan rekan kerja dalam keluarga. Islam menyatakan

bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Seperti

dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 31(3) “Suami adalah kepala

keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga” Keduanya ingin mencapai kebahagiaan

duniawi dan ukhrawi dengan berkeluarga. Fakta sastra ini juga didukung oleh Pasal

79 (1) Kompendium Hukum Islam yang menyatakan bahwa “suami adalah kepala

keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga”. Hal yang sama juga dinyatakan dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam Pasal 31(3) tentang Perkawinan. Hal

4
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 34
5
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 221-230.
6
Ibid, hlm. 174.
ini menunjukkan bahwa kedudukan laki-laki di Indonesia adalah sebagai kepala

keluarga yang juga dapat disebut sebagai kepala keluarga. Ketika kepala keluarga

adalah suami, laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang menjadi kewajibannya

untuk menafkahi keluarganya. Namun tidak hanya laki-laki, tetapi juga suami dan

istri memiliki tugas mulia untuk mengurus rumah tangga yang menjadi basis

masyarakat. Jadi menurut KHI dan UU Perkawinan, suami adalah pemimpin dan

kepala keluarga.

Saat ini, fakta teoretis ini tidak lagi berlaku untuk semua orang, karena ada

fakta sosial yang terkait dengan perempuan sebagai kepala keluarga, yaitu

perempuan yang mencari nafkah karena suaminya tidak dapat bekerja karena

kesehatan fisiknya. Kebanyakan wanita saat ini, seiring berjalannya waktu, banyak

wanita (istri) yang bekerja di luar rumah dan tetap mengurus rumah tangga,

sehingga wanita memiliki beban ganda. Berbeda dengan suami yang bekerja di luar

rumah, mereka hanya fokus pada kehidupan finansial keluarganya. Dalam hal ini

tidak sesuai dengan Pasal 80 (4) Kompilasi Hukum Islam, yaitu bahwa suami wajib

mengurus nafkah isterinya dhohir maupun bathin. 7

Hal tersebut juga didukung dengan penelitian AT-TAFAHUM: Journal of

Islamic Law,Vol.2 No. 1 Januari-Juni 2018 yang berjudul “KEDUDUKAN DAN

PERAN PEREMPUAN SEBAGAI KEPALA KELUARGA MENURUT HUKUM

ISLAM (Studi terhadap Kelompok Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga-

7
Kompilasi Hukum Islam Pasal 80 ayat 4
PEKKA di Kabupaten Asahan)” dijelaskan bahwa Rumah tangga mengacu pada

janda yang suaminya meninggal dalam konflik atau penyakit. Secara budaya, di

Indonesia, perempuan yang suaminya meninggal biasanya tidak menikah dan hidup

sendiri untuk menghidupi anggota keluarga.

Selain janda, kelompok ini termasuk istri yang ditinggalkan suaminya untuk

bekerja di luar daerah. Secara hukum status mereka sebagai istri masih sah, tetapi

secara finansial mereka harus menjadi kepala keluarga karena penghasilan suami

tidak cukup untuk membiayai keluarga dan dihabiskan untuk kebutuhan kota

sendiri, sehingga perempuan bertanggung jawab penuh atas kegiatan, kegiatan dan

kebutuhan hidup sehari – hari di desa atau kampung.

Artinya tidak selalu dikatakan bawasannya kepala keluarga merupakan

seorang suami. Melihat fenomena di Dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi terutama fokus peneliti yaitu Perempuan sebagai Kepala

Rumah Tangga dimana perempuan mengambil alih peran laki-laki dalam mengatur

keluarga meskipun status Kepala keluarga adalah suami terjadi di daerah tersebut

dengan berbagai bentuk seperti perempuan mencari nafkah, perempuan

memutuskan keputusan urusan rumah tangga, perempuan membina rumah

tangganya, dan perempuan melindungi keluarganya akibatnya terlihat dominasi

dari peran perempuan lebih menonjol sehingga terkesan perempuan sebagai

pemimpin dalam keluarga.8

8
Andri Nurwandi, Nawir Yuslem, Sukiati, “ Kedudukan Perempuan Sebagai Kepala
Keluarga Menurut Hukum Islam ( Studi Terhadap Kelompok Pemberdaya Perempuan Kepala
Menurut hasil observasi penulis, di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa

Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi terlihat ada 3 perempuan yang

berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga sehingga menurut penulis dapat

disimpulkan bahwa perempuan tersebut memegang kendali kepemimpinan dalam

rumah tangganya. Bukti kongkrit perempuan atau istri yang menjadi pemimpin

rumah tangga dikarenakan faktor ekonomi seperti istri yang bekerja ke luar negeri

(TKW), hal tersebut diungkapkan oleh mantan (TKW) di Dukuh Krajan Desa

Majasem Kecamatan Kendal yang bernama Sriatun, ia merasa lebih mendominasi

perkara keuangan rumah tangga dibandingkan suami. 9 Ada pula 2 perempuan yang

bisa dikatakan menjadi pemimpin dalam keluarganya karena dia yang bekerja

mencari nafkah dalam keluarganya dikarenakan sang suami yang sudah tidak

mampu untuk bekerja dilatarbelakangi karena kondisi fisik yang tidak

memungkinkan untuk bekerja lagi. Selain itu perempuan yang ditinggal suami kerja

diluar kota atau daerah yang mana mengakibatkan istri harus memenuhi segala

urusan rumah tangganya.

Dominasi perempuan dalam fenomena diatas menjadikan istri sebagai

pemeran utama kendali dalam urusan keluarganya sehingga dapat ditarik

kesimpulan perempuan (istri) sebagai pemimpin dalam keluarganya yang berperan

penuh mengatur, membimbing, mencukupi dan mendidik anak-anaknya. Dalam hal

Keluarga-PEKKA di Kabupaten Asahan),”AT-TAFAHUM:Journal of islamic law, Vol.2 No. 1


Januari-Juni 2018, 70.
9
Hasil wawancara dengan narasumber
ini penulis ingin menganalisis bagaimana pola kepemimpinan dan dampak dari

perempuan sebagai kepala rumah tangga yang memimpin keluarganya. Penulis

menarik judul “Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai Kepala Rumah

Tangga (Studi Kasus di Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa Majasem

Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi)“.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di

Dukuh Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten

Ngawi?

2. Bagaiamana Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di

Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis rumusan masalah, yang dirangkum sebagai berikut:

1. Penelitian ini untuk mengetahui Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai

kepala Rumah Tangga di Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal,

Kabupaten Ngawi.

2. Untuk mengetahui Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah

Tangga di Dukuh Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten

Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat:


E. Manfaat ilmiah

Dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang ingin memahami sekilas

mengenai kepemimpinan Perempuan dalam rumah tangga serta bisa dijadikan

sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang.

F. Manfaat praktis

Bisa dijadikan sebagai wawasan ilmu pengetahuan akan untuk para


Perempuan.
G. Telaah Pustaka

Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, peneliti menyiapkan

review dari beberapa penelitian sebelumnya mengenai pokok bahasan yang akan

dibahas. Sehingga para peneliti mengetahui bahwa dulu ada disertasi tentang

masalah aborsi. Ada beberapa studi pendahuluan yang memiliki relevan dengan

tema yang diangkat adalah sebagai berikut:

Pertama, Skripsi Bella Oktavia, NIM: 12102173139, dengan judul “Peran

Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif, Hukum Islam dan

Gender (Studi Kasus di Desa Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten

Kediri)”, Jurusan Hukum Keluarga Islam, IAIN Tulungagung, 2021. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Peran perempuan sebagai kepala keluarga di

Desa Sambiresik meliputi: mencari nafkah, mengasuh dan mendidik anak, panutan

dalam keluarga, ikut serta sebagai faktor penentu dalam pembentukan kebijakan

keluarga. 2) Dari segi hukum positif, istri sebagai kepala keluarga secara tegas

dinyatakan dalam UU Perkawinan dan Ikhtisar Hukum Islam bahwa suami adalah
kepala keluarga. Namun, jika suami tidak dapat memenuhi semua kewajibannya

sebagai kepala keluarga, istri berhak memenuhi peran kepala keluarga sebagai

tanggung jawab dan tanggung jawab bersama. Menurut teori Mubada hukum Islam,

perempuan dapat bertindak sebagai kepala keluarga karena merupakan bentuk

timbal balik (mufa'alah) dan kerjasama (musyarawah) antara kedua belah pihak,

yang berarti saling mengubah, mengubah. . satu sama lain satu sama lain atau

berganti peran. Sementara itu, peran istri sebagai kepala keluarga dalam teori

keseimbangan dapat dipahami dari perspektif gender sebagai ekspresi

keseimbangan dan keharmonisan dalam hubungan suami istri. Peranan istri sebagai

kepala keluarga tidak perlu diragukan lagi, karena keduanya harus bekerjasama

dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan berbangsa. .10

Persamaan penelitian ini adalah membahas tentang peran perempuan

sebagai kepala rumah tangga, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah ditinjau

dari perspektif gender.

Kedua, Saifu Robby El Baqy, NIM: 12.21.2.1.034 “Kedudukan Seorang

Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga Perspektif Hukum Islam

(Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali)” Fakultas

Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa istri sebagai pencari nafkah utama mempengaruhi kehidupan

10
Oktavia Bela, “Peran Istri Sebagai Kepala Keluarga Dalam Perspektif Hukum Positif,
Hukum Islam Dan Gender (Studi Kasus di Desa Sambiresik Kecamatan Gampengrejo Kabupaten
Kediri)”,Skripsi, ( Tulungagung : IAIN Tulungagung, 2021)
keluarga secara positif dan negatif. Pengaruh positif perempuan sebagai pencari

nafkah utama adalah memperbaiki rumah tangga. Dampak negatifnya adalah tugas

ibu rumah tangga terabaikan, termasuk ketaatan istri kepada suaminya, dan tugas

ibu rumah tangga terabaikan. Dari sudut pandang hukum Islam, penting untuk

mempertimbangkan betapa bagus dan pentingnya menghindari melakukan sesuatu

yang dapat menyebabkan kerugian. 11

Adapun persamaan penilitian ini adalah membahas mengenai dampak dari

peran publik istri, sedangkan perbedaan peneilitian ini adalah hanya menggunakan

landasan dari hukum islam.

Ketiga, Skripsi Misbahul Munir, dengan judul Analisis Gender Terhadap

Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga (Studi Kasus Desa Plalangan

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo). Berdasarkan hasil analisis penelitian,

ditarik dua kesimpulan dari dua pertanyaan masalah di atas, pertama, rasio gender

antara laki-laki dan perempuan terkait dengan masalah perempuan sebagai ibu

rumah tangga dalam keluarga, dalil para suami. menurut para ahli fikih, tidak ada

perbedaan yang signifikan bagi wanita yang menyusu. Artinya, dari kelas pekerja

dan guru taman kanak-kanak dalam keluarga ini tidak ada kesetaraan gender dalam

pembagian peran antara suami dan istri, yang disebut pengasuhan (konstruksi

11
Robby El Baqy Saifu, “Kedudukan Seorang Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam
Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten
Boyolali)”, Skripsi, (Surakarta: IAIN Surakarta, 2016)
sosial). Kemudian dari kelompok pedagang keluarga ini adalah kesetaraan gender

yang disebut alam (tentunya) .12

Adapun persamaan penelitian tersebut adalah sama sama menganalisis

peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada

fokus pembahasaan yakni pada pembahasan gender.

Keempat, Skripsi Faradhila, Salma Dewi. 2018. Peran Istri Sebagai Pencari

Nafkah Utama dalam Perspektif Maslahah (Studi Kasus di Desa Joresan

Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo). Skripsi. Jurusan Ahwal Syakhshiyyah,

Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa keberadaan istri sebagai pencari nafkah utama merupakan

salah satu bentuk penanggulangan kerugian dari ketidakmampuan suami dalam

memenuhi kebutuhan keluarganya. Ditinjau dari segi manfaat dan

permasalahannya, perempuan yang bekerja sebagai pencari nafkah utama di Desa

Joresan termasuk dalam kategori Maslahah Daruriyah. Dari segi maslaha, wajib

untuk mempertimbangkan berapa banyak manfaat atau kerugian yang diperoleh

untuk menjaga kelestarian agama, jiwa, roh, keturunan dan harta benda..13

12
Munir Misbahul, “Analisis Gender Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Keluarga
(Studi Kasus Desa Plalangan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo)”, Srkipsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2018 )
13
Faradila Salma Dewi, “Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama dalam Perspektif
Maslahah (Studi Kasus di Desa Joresan Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)”, Skripsi (Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2018)
Adapun persamaan penelitian tersebut adalah sama sama menganalisis

peran istri yang mencari nafkah, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pada

fokus pembahasaan yang membahasa perspektif maslahah.

H. Metode Penelitian

I. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Pendekatan

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian yang akan peneliti

laksanakan tergolong penelitian kualitatif lapangan (field research), yakni

kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam objek yang sebenarnya,

penyelidikan empiris menggunakan data yang sebenarnya. 14 Metode

deskriptif adalah metode untuk mengkaji keadaan sebenarnya dari

sekelompok orang, objek, situasi dan keadaan, gagasan atau kategori

peristiwa. Datanya bersifat deskriptif (deskriptif research) sehingga

penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang ada di lokasi

subjek penelitian misalnya seperti tindakan, perilaku masyarakat, persepsi

secara menyeluruh dilanjutkan dengan mendeskripsikan berupa kata-kata

dan disajikan dengan metode yang alamiah. 15 Alasan peneliti menggunakan

jenis penelitian ini karena peneliti ingin menjelaskan fakta dan teori yang

terjadi di lapangan. Penelitian berfokus pada bentuk –bentuk pola dan

14
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63.
15
Ismail Nurdin & Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), 75
dampak kepemimpinan Perempuan yang ada di Dukuh Krajan Dusun

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan disini adalah pendekatan

studi kasus yaitu suatu penelitian yang menelaah suatu masalah dengan

menggunakan kendala-kendala yang terperinci, penggalian data yang

mendalam dan berbagai sumber data. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif. Metodologi kualitatif merupakan tahapan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa cerita dan opini tertulis serta perilaku

masyarakat lokal yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan memahami

permasalahan yang ada di lingkungan Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa

Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. 16

J. Kehadiran Peneliti

Eksistensi peneliti di lapangan menjadi kunci utama, karena dalam

penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai pengepul data. Dalam proses

observasi peneliti hanya menjadi pengamat atas informan yang ada di Dukuh

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi

tanpa terlibat dalam objek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara face to

face antara peneliti dengan para narasumber Dukuh Krajan Dusun Krajan Desa

Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

16
Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006 ), 315.
K. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi observasi tepatnya di Dukuh Krajan Dusun Krajan

Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Daerah tersebut berada

dibawah kaki Gunung Lawu yang mana suasananya sangat kental dengan

pedesaan secara tradisional. Alasan peneliti memilih tempat tersebut sebagai

lokasi penelitian karena sesuai data BPS Kabupaten Ngawi Tahun 2022 yang

mana diterbitkan dalam sebuah Buku yang berjudul “ Kecamatan Kendal dalam

angka tahun 2022 “ meemaparkan data bahwasanya Jumlah populasi penduduk

berdasarkan jenis kelamin di Desa Majasem sesuai data tersebut adalah 4338

jiwa ( laki-laki ) dan 4529 jiwa ( perempuan ) artinya terdapat lebih banyak

jumlah populasi Perempuan yang ada di Desa Majasem tersebut sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai Perempuan yang

kebetulan data dilapangan banyak ditemui perempuan sebagai kepala rumah

tangga dengan berbagai faktor seperti Perempuan yang ditinggal suami kerja

diluarkota atau daerah, perempuan yang ditinggal mati suaminya dan

perempuan yang mencari nafkah dikarenakan sang suami tidak bekerja karena

kondisi fisik.

L. Data dan Sumber Data Penelitian


M. Data

Data adalah bahan keterangan mengenai kondisi nyata atau fakta-fakta

yang ditentukan pada uraian tertentu yang runtut menunjukkan deskripsi,

jumlah atau hal yang lainnya. Adapun data yang diperlukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Data mengenai Perempuan sebagai kepala rumah tangga di Dukuh

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi dilatarbelakangi karena suami bekerja diluar kota atau daerah.

2. Data mengenai Perempuan sebagai kepala rumah tangga di Dukuh

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi dilatarbelakangi istri yang ditinggal mati suaminya.

3. Data mengenai Perempuan sebagai kepala rumah tangga di Dukuh

Krajan Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi dilatarbelakangi istri sebagai pencari nafkah sebab suami yang

tidak bekerja karena kondisi fisik.

N. Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang kepadanya data penelitian dapat

dilampirkan dan/atau diperoleh.17 Sumber data dalam penelitian ini ialah :

1) Sumber data primer

17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang peneliti

pelajari langsung dari informan di daerah setempat.18 Data primer digali

langsung dari lokasi lapangan dengan wawancara langsung dengan

Perempuan (istri) yang berperan sebagai kepala rumah tangga. Peneliti

melakukan wawancara untuk memperoleh informasi dari responden

dengan cara berbicara kepada informan secara lisan dan pribadi.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data lain setelah data primer.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah informasi dari aparat desa,

kepala desa setempat, buku referensi dan file PDF yang berkaitan

dengan pokok bahasan yang diteliti.19

5. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, diperlukan data yang akurat di lapangan.

Sehingga metode yang digunakan harus sesuai dengan objek yang akan

diteliti. Teknik pengolahan data lebih banyak pada observasi dan

wawancara. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

18
Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat , (Bandung: Setia
Purna Inves, 2007), 79
19
Burhan bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format 2 Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga Uneversity Press, 2005), 128.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

observasi yaitu dengan kondisi pemetaan di lapangan. Dalam hal ini,

peneliti berperan penting dalam mencatat gejala-gejala yang ada di

lokasi penelitian. Kemudian membuat catatan, setelah itu hasil

pengamatan akan dianalisis lebih lanjut.20 Dalam hal ini, peneliti

mencari bentuk dan dampak dari kepemimpinan perempuan terhadap

perempuan yang ada di dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi.

b. Wawancara

Wawancara ialah pertemuan dua orang atau lebih antara

peneliti dan narasumber untuk menggali informasi dan ide melalui

Tanya jawab, sehingga dapat menampung banyak data dalam suatu

topik tertentu. Selama penelitian ini peneliti menggali informasi

dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur ialah

wawancara yang dilakukan dengan perencanaan sebelumnya dan

berpedoman pada daftar pertanyaan yang sebelumnya sudah

disusun.21

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan

narasumber yaitu kepala dusun, ketua RT dan ibu rumah tangga.

20
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 70.
21
Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), 317.
Metode ini dipakai untuk memperoleh data mengenai pengetahuan

para perempuan (istri) akan perannya sebagai istrti di dukuh Krajan

Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi..

c. Dokumentasi

Dokumentasi melibatkan pencarian informasi yang relevan

dalam bentuk foto, catatan, transkrip, buku, artikel, dll.

Dibandingkan dengan metode lain, metode ini tidak begitu sulit

dalam artian jika ada kesalahan, sumber datanya masih sama, tidak

berubah. Metode dokumenter tidak merekam makhluk hidup,


22
melainkan benda mati. Dokumentasi penelitian ini berupa foto-

foto lokasi penelitian dan informasi mengenai lokasi penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses dimana informasi hasil

wawancara dicari dan disusun secara sistematis dari berbagai sumber,

catatan lapangan dan bahan lain dengan cara yang mudah dipahami dan

hasilnya dapat dibagikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan

dengan analisis kualitatif, yaitu. H. Investigasi yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan tentang orang-orang yang

diamati. Analisis data bertujuan untuk mengelola data secara lebih

22
Suharsimi Arikunto, PROSEDUR PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
VI), (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), 231.
sistematis dan tidak menyimpang dari rumusan masalah .23 Adapun

metode analisis data kualitatif menurut Miles-Huberman antara lain:

a. Data collection (pengumpulan data)

Seperti namanya, dalam proses ini peneliti mengumpulkan

informasi melalui wawancara dan studi lapangan.

b. Data reduction (reduksi data)

Dengan melakukan ini, peneliti meminimalkan sebagian

informasi dari sejumlah besar informasi yang masih bersifat umum

dan masih sulit untuk mengidentifikasi apa yang penting, membatasi

diri pada informasi yang paling mendesak dan mengurutkan

informasi dengan cara yang memungkinkan. memasukkannya ke

dalam hasil penelitian.

c. Data display (pemaparan data)

Penemuan data adalah penyusunan data sedemikian rupa

sehingga menjadi data yang dapat diuraikan secara utuh sebagai

bahan verifikasi data.

d. Conclusion (konklusi/ verifikasi)

Pada proses ini peneliti berusaha untuk lebih lebih

memahami informasi yang dikumpulkan dan menyelesaikannya

23
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana,
2014), 400
sedemikian rupa sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami

laporan tersebut.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian merupakan konsep penting

yang diperbaharui dari konsep kesahihan dan keandalan. Dalam proses

ini peneliti menggunakan ketekunan observasi atau penelitian .Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu peneliti

menguji akan menguji kriteria kredibilitas yang digunakan untuk

menjamin bahwa data yang telah dikumpulkan peneliti benar-benar

sahih.24 Teknik ini dapat dicapai salah satunya dengan membandingkan

data observasi dengan data wawancara. Terwujudnya proses ini

dibuktikan dengan cara peneliti mengkaji data yang berkaitan langsung

dengan perempuan (istri) di dukuh Krajan Desa Majasem Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi melalui suvei dan wawancara dari berbagai

sumber.

8. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pralapangan: Peneliti mempersiapkan rencana penelitian

yang akan dilakukan dan peralatan atau instrumen yang diperlukan.

24
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta), 29
b. Tahap pekerjaan lapangan: Peneliti mulai menggali data-data yang

dibutuhkan yang berhubungan dengan fokus penelitian, berupa

survei lapangan, wawancara dengan narasumber terkait dan mencari

dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan penelitian.

c. Tahap analisis data: Pada langkah selanjutnya, peneliti

mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh .

O. Sistematika Pembahasan

Pada bab pertama, yaitu. pendahuluan, pembahasan bab ini menjelaskan

tentang gambaran umum arah penelitian. Dimulai dengan latar belakang masalah

yang mendasari penelitian ini. Secara khusus, menjelaskan masalah yang ingin

dibahas dalam penelitian ini. Kemudian tujuan penelitian dan manfaat penelitian

antara lain harapan agar penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi penelitian

selanjutnya. Berikut adalah tinjauan pustaka yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya, teori penelitian dan metodologi penelitian yang

menjadi dasar atau alat untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan oleh

peneliti. Terakhir adalah sistematika pembahasan yang memuat rincian dari setiap

bab penelitian ini.

Pada bab kedua yakni konsep kepemimpinan dan kepemimpinan

perempuan serta aspek kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga, Membahas

tentang landasan teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai alat

analisa yaitu berkaitan kepemimpinan perempuan.


Pada bab ketiga yakni praktek kepemimpinan perempuan serta dampak

perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini memaparkan hasil penggalian

data di lapangan yang isinya meliputi: gambaran umum, pemahaman masyarakat

di Dukuh Krajan Deusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi tentang Pola kepemimpinan Perempuan sebagai kepala rumah tangga dan

dampak Perempuan sebagai kepala rumah tangga di Dukuh Krajan Deusun Krajan

Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

Pada bab keempat yakni pemaparan pola dan dampak kepemimpinan

perempuan sebagai kepala rumah tangga, bab ini membahas data yang terkumpul

dan dianalisis dengan teori yang dijelaskan di bab sebelumnya. Pada bab ini aka

nada dua sub bab yakni akan memaparkan pola kepemimpinan perempuan dan

aspek kpepemimpinan perempuan dalam rumah tangga di Dukuh Krajan Dusun

Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi dan dampaknya di

Dukuh Krajan Deusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi.

Pada bab kelima yakni penutup, bab ini merupakan akhir dari skripsi yang

berisi jawaban umum dari permasalahan dan kesimpulan.


BAB IV

PRAKTEK KEPEMIMPINAN PEREMPUAN SERTA DAMPAKNYA

SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA

A. Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten

Ngawi?

Dalam bab ini, peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dengan

kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hal-hal yang akan

dibahas yakni tentang Pola Kepemimpinan Perempuan sebagai kepala rumah

tangga di Dukuh Krajan, Dusun Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal,

Kabupaten Ngawi. Secara umum, Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang

untuk mempengaruhi, mendorong, menggerakkan orang lain sehingga mereka

dapat melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu . Orang yang memiliki

kemampuan kepemimpinan disebut pemimpin 25

Pada umumnya pemimpim dalam keluarga adalah suami. Ketika suami

yang memimpin keluarga, maka akan terjadi keseimbangan dalam suatu organisasi

keluarga karena istri focus pada kewajibannya. Namun tidak dengan yang terjadi

di Dusun Krajan Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi, peneliti

menemukan fenomena bahwa peran pemimpin diambil alih oleh istri.

25
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 47.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis. Penulis membagi alasan

kepemimpinan istri sebagai berikut:

1. Siti Alfiyah merupakan seorang janda cerai mati.

2. Kedua, Tartik juga memiliki kondisi yang serupa dengan Siti Alfiyah yakni

seorang janda cerai mati.

3. Ketiga, Sulasmi merupakan istri yang ditinggal suaminya merantau.

4. Yang keempat, Lutfi masih bersama suaminya.

5. Kelima, Suparmi yang menjadi pemimpin keluarga karena suaminya tidak

bekerja karena sakit.

6. Keenam, Sumirah yang menjadi pemimpin karena suaminya sakit secara psikis.

Dari beberapa alasan istri menjadi pemimpin keluarga, menurut Hendiyat

Soetopo dan Waty Soemanto Kepemimpinan adalah tindakan mengarahkan

kelompok atau kelompok untuk mencapai tujuan. Penulis akan menganalisa apakah

para informan memiliki atau tidak jiwa kepemimpinan dalam membimbing suatu

kelompok untuk mencapai tujuan.

a) Siti Alfiyah

Berdasarkan hasil wawancara, perspektif Siti Alfiyah tentang

kepemimpinan adalah ia merasa bahwa tugas mengarahkan dan membina anak-

anak merupakan tugasnya. 26 Perspektif di atas juga sesuai dengan pendapat

Ahli yakni Wexly dan Yuki, bahwa kepemimpinan adalah memengaruhi orang

26
Siti Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
lain agar berusaha mengerahkan tenaga dalam tugasnya atau merubah tingkah

lakunya. 27

Kesesuaian Siti Alfiyah dengan pendapat Wexly dan Yuki juga terletak

pada apa yang dikatakan oleh Siti Alfiyah harus dituruti oleh anggota keluarga,

hal tersebut merupakan usaha memengaruhi dan merubah perilaku anggota

keluarganya agar mencapai tujuan, dibuktikan dari hasil wawancara, ia

mengatakan bahwa dalam mengurus anak harus sesuai dengan apa yang dirasa

baik dan apa yang dikatakan seharusnya dituruti. Dari pembahasan sebelumnya,

penulis menyimpulkan Siti Alfiyah memiliki jiwa kepemimpinan.

b) Ibu Tartik

Berdasarkan hasil wawancara, Tartik memiliki pandangan tentang

kepemimpinan yakni mengarahkan dengan sabar dan memberikan contoh yang

baik. 28 Perpektif kepemimpinan Tartik juga sesuai dengan pendapat Jacobs dan

Jaques, bahwa Kepemimpinan adalah proses memberi arti pada upaya kolektif,

menghasilkan kemampuan untuk melakukan upaya yang diinginkan untuk

mencapai tujuan.29

Kesesuaian pandangan Tartik dengan Jacobs dan Jaques terletak pada

Tartik yang memberikan contoh atau memberi arti terhadap usaha kolektif. Hal

tersebut dibuktikan dari hasil wawancara, ia mengatakan memberikan contoh

27
Nogi, Hessel. Manajemen Publik.
28
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
29
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik , 47.
yang baik kepada anggota keluarganya seperti bekerja keras, bertanggung

jawab dan sabar. Menurut penulis, dapat disimpulkan bahwa Tartik memiliki

jiwa kepemimpinan

c) Sulasmi

Berdasarkan hasil wawancara, apa yang disampaikan Sulasmi tentang

kepemimpinan sesuai menurut ahli Stoner yakni kepemimpinan adalah proses

mengarahkan dan mencoba mempengaruhi tindakan anggota kelompok.

Kesesuaian pandangan Sulasmi dengan Stoner dibuktikan dengan

pernyataannya ketika ada masalah kecil maupun besar yang memicu

pertengkaran perdebatan maka akan dibicarakan dengan baik, terbuka, dan juga

bermusyawarah bersama dengan suami. 30 Menurut penulis dapat disimpulkan

Sulasmi memiliki jiwa kepemimpinan terlihat dari caranya memecahkan

permasalahan.

d) Ibu Lutfi

Berdasarkan hasil wawancara, yang disampaikan oleh Lutfi ia

mengatakan bahwa antara dia dan suami dalam memimpin keluarga tidak ada

yang di atas maupun di bawah menurutnya. Dalam hal ini, menurut penulis,

Lutfi kurang terlihat bahwa ia cenderung mengarahkan atau memimpin

keluarga karena seorang pemimpin cenderung sebagai orang yang terdepan

yang memiliki kemampuan managerial. 31

30
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 13 Januari 2023.
31
Bahruddin & Umairson. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik . 47.
e) Suparmi

Berdasarkan hasil wawancara, yang disampaikan Suparmi tentang

kepemimpinan yakni ia merasa sebagai pengendali dalam kepemimpinan di

keluarga dan juga pengendali urusan rumah tangga.32 Pandangan Suparmi

sesuai dengan pandangan Rauch dan Behling, yang mana kesesuaiannya

terletak pada proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang

diorganisasikan ke arah pencapaian. Menurut penulis, pandangan Suparmi

dengan Rauch dan Behling sama-sama sebagai pengendali atau mempengaruhi,

penulis menyimpulkan Sumirah memiliki jiwa kepemimpinan.

f) Sumirah

Berdasarkan hasil wawancara, yang disampaikan Sumirah tentang

kepemimpinan yakni Ia merasa menjadi peran suami sekaligus menjadi peran

istri merupakan seorang pemimpin keluarga. dalam hal ini, terdapat kesesuaian

pandangan Sumirah tentang kepemimpinan dengan pandangan George R Terry,

yang mana kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang untuk

diarahkan mencapai tujuan. Sumirah melaksanakan peran suami yang pada

umumnya sebagai pemimpin keluarga, menurut penulis Sumirah memiliki jiwa

kepemimpinan akan peran yang dijalaninya.

Dari analisis jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh para informan,

penulis menyimpulkan setiap informan memiliki jiwa kepemimpinan namun

32
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
mereka memiliki pola tersendiri dalam memimpin organisasinya, yakni

keluarga. Selanjutnya penulis akan menganalisis pola kpeemimpinan yang

diterapkan oleh para informan. Agar kepenulisan pada penelitian ini lebih

sistematis, penulis akan menganalisa berdasarkan pola kepemimpinan dari para

informan.

1. Pola Kepemimpinan Demokratis

Informan yang menerapkan pola demokratis salah satunya adalah

Tartik. Pola kepemimpinan Tartik ini sudah sesuai dengan pengertian

kepemimpinan demokratis yang dikemukakan pada jurnal penelitian oleh

Witarsa yakni kepemimpinan yang mengutamakan orientasi dengan

anggota keluarga dan juga bersifat kepemimpinan lebih aktif, dinamis dan

terarah. Tartik menerapkan pola kepemimpinannya pada anggota keluarga

didasari prinsip saling menghargai juga saling menghormati. 33 Menurut

penulis alasan Tartik masuk dalam pola kepemimpinan demokratis,

dibuktikan dengan penyataanya yaitu Tartik sebagai pemimpin keluarga

mengarahkan dengan sabar, memberikan contoh yang baik dari perilaku

dan sifat yang bertanggung jawab serta menghargai keinginan anak atau

anggota keluarganya. 34

33
Witarsa. Pengaruh Kinerja Kepemimpinan Pendidikan Berbasis Nilai Terhadap
Pengembangan Budaya Sekolah di Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia.
34
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
Selanjutnya adapula Sulasmi, ia tergolong masuk dalam pola

kepemimpinan demokratis, hal tersebut berdasarkan pernyataannya, ketika

terlibat masalah kecil maupun masalah yang besar akan dibicarakan dengan

baik-baik, dengan keterbukaan, dan dipertimbangkan dengan baik bersama

suaminya. 35 Pola kepemimpinan juga sesuai dengan literatur buku Kartini

Kartono, yang mana Sulasmi selalu berusaha memanfaatkan setiap orang

yang dipimpin untuk menyalurkan kemampuannya dan memutuskan

keputusan melalui proses musyawarah. 36 Menurut penulis Sulasmi

menerapkan pola kepemimpinan demokratis dibuktikan dengan caranya

mengkoordinasikan segala bentuk masalah pada suami dan anggota

keluarganya dengan tanggung jawab dan kerja sama yang baik, terlihat juga

suami dan anak yang berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah.

Tipe kepemimpinan demokratis juga diterapkan oleh Suparmi,

yang mana sebagai pengendali rumah tangga adalah beliau, mulai dari

menagemen rumah hingga perekonomian. Walaupun suami Suparmi

mengalami sakit, Suparmi tetap menghargai suami dan tidak sering juga

membicarakan urusan rumah tangga kepada suaminya. 37 Dalam kondisi

yang mendesak Suparmi masih membicarakan atau mendiskusikannya

dengan suaminya untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Hal

35
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
36
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
37
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 18 Januari 2023.
tersebut sesuai dengan pola kepemimpinan demokratis, yang mana

penekanan kepemimpinannya bukan hanya terletak pada Suparmi namun

juga suaminya, sehingga anggota keluarga ataupun pemimpin

berpartisipasi aktif. 38

2. Pola Kepemimpinan Otoriter

Berdasarkan pernyataan Siti Alfiyah, penulis menggolongan tipe

kepemimpinannya yakni pola otoriter. Terlihat sesuai dengan yang

disampaikan oleh informan bahwa apa yang Siti Alfiyah katakan harus

dituruti oleh anggota keluarganya karena yang bisa mengarahkan dan

membina hanya dia.39 Pernyataan Siti Alfiyah sesuai dengan pengertian

kepemimpinan oleh Wexly dan Yuki yang mana dia sebagai pemimpin

memengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan dan merubah

tingkah laku mereka. 40

Selain itu, tipe kepemimpinan Siti Alfiyah seusai dengan tipe

kepemimpinan otoriter yang terdapat dalam buku Kepemimpinan dan

perilaku oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi yang mengemukakan

bahwa menempatkan kepemimpinan ditangan satu orang. Pemimpin

bertindak sebagai penguasa tunggal, sedangkan kedudukan dan tugas anak

buahnya hanya sebagai pelaksana. 41

38
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, 73
39
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
40
Nogi, Hessel. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
41
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 36-37.
3. Pola Kepemimpinan Kendali Bebas (Laissez Faire)

Salah satu dengan tipe kepemimpinan ini adalah Lutfi, terlihat dari

pernyataannya yang mengatakan bahwa, dalam hal kepemimpinan bebas

tidak ada yang di bawah maupun di atas, walau pada realitanya mayoritas

keluarga kedudukannya seorang istri mengikuti suami. 42 Pola

kepemimpinan Lutfi sesuai dengan Laissez Faire yakni tipe kepemimpinan

kendali bebas, yang mana pemimpin hanya sebagai simbol, proses

kepemimpinan juga dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada

anggota keluarga lainnya tanpa pengarah dan kontrol kecuali diminta, 43

menurut penulis apa yang disampaikan oleh Lutfi sesuai dengan tipe

kepemimpinan kendali bebas ini, karena ia merasa bahwa pemimpin hanya

sebagai simbol.

Selanjutnya adapula Sumirah, pola kepemimpinan Sumirah

tergolong antara pola kepemimpinan kendali bebas, dikarenakan dalam

memutuskan sesuatu Sumirah tidak dapat meminta pendapat begitu juga

tidak ada yang dimintai pendapat, hal tersebut disebabkan kondisi psikis

suami yang tidak memungkinkan dan hal ini bisa dibilang tipe

kepemimpinannya adalah kendali bebas. Dengan keadaan tersebut penulis

42
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 16 Januari 2023.
43
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228
berpendapat bahwa pemimpin tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau

disebut juga pemimpin yang laissez faire cenderung pasif. 44

Berdasarkan data dan analisis di atas, penulis menyimpulkan bahwa

Siti Alfiyah mengimplementasikan pola kepemimpinan otoriter. Tartik

mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Ibu Sulasmi

mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Lutfi

mengimplementasikan pola kepemimpinan kendali bebas atau laissez faire.

Suparmi mengimplementasikan pola kepemimpinan demokratis. Dan

terakhir Sumirah mengimplementasikan pola kepemimpinan laissez faire.

Agar lebih mudah terbaca pada kesimpulan di atas penulis menulis kembali

dalam bentuk bagan sebagaimana berikut:

44
Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan, 228.
Bagan 4. 1. Pola Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga

Pola Kepemimpinan Perempuan Sebagai Kepala


Rumah tangga

Kendali
Demokratis Otoriter
Bebas/Laissez Faire

Tartik, Sulasmi,
Siti Alfiyah Lutfi dan Sumirah
Suparmi

Tidak ada
Memberikan Kepemimpinan
Suka Kepemimpinan di Harus menurut kedudukan yang
Pengarahan dan hanya sebagai
Bermusyawarah satu orang arahannya lebih tinggi atau
contoh yang baik simbol
rendah

Menghargai Tidak menerima


Keterbukaan Dalam
Pendapat Anggota ataudimintai
Rumah Tangga
Keluarga pendapat
B. Dampak dari peran perempuan sebagai kepala Rumah Tangga di Dukuh

Krajan, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi?

C. Dampak Negatif

Setiap keluarga menginginkan keluarga yang harmonis, yang mana hak

dan kewajiban berjalan secara seimbang dan mengarah pada ajaran agama.

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 kedudukan kepala rumah tangga atau disebut

sebagai pemimpin keluarga dibebankan kepada suami, namun dalam keadaan

tertentu atau tidak jarang pula, perempuan yang menjadi pemimpin dalam

rumah tangga, seperti halnya yang terjadi di Dukuh Krajan Desa Majasem.

Sesuai dengan yang penulis uraikan pada sub bab sebelumnya, mayoritas

perempuan menjadi pemimpin keluarga karena keadaan yang menuntutnya.

Akibat timbulnya fenomena tersebut, muncul dampak-dampak yang

terjadi dalam rumah tangga. Idealnya dalam rumah tangga menurut UU No. 1

Tahun 1974 suami sebagai kepala rumah tangga, namun suami para informan

pada penelitian ini, tidak sepenuhnya berperan (bekerja jauh/sakit) atau tidak

sama sekali berperan dalam rumah tangga (meninggal). Dampak negatif atau

hal yang menyimpang yakni menimbulkan ketidakseimbangan dalam keluarga,

yang mana beban tanggung jawab keluarga lebih banyak dipikul sang istri.

Menurut hasil penelitian, penulis menemukan beberapa dampak negatif yang

dirasakan oleh informan, yakni beban ganda dan ketidakseimbangan keluarga.


62

a. Beban Ganda

Menurut hasil wawancara, Siti Alfiyah mengatakan, ia menanggung

beban pekerjaan domestik dan menjadi tulang punggung keluarga sebagai

petani, juga merasa berat dalam mengambil keputusan yang seharusnya

dilakukan bersama suaminya, namun karena suami tiada mengharuskan

anak sebagai teman diskusi atau hanya menerima masalah itu sendiri. 1

Menurut pengamatan penulis, Siti Alfiyah mengalami beban ganda yakni

sebagai pencari nafkah, pemimpin keluarga dan pengurus rumah tangga.

Tartik juga merasakan hal yang sama dengan Siti Alfiyah. Tartik

mengatakan sebagai single parent, ia mengatur rumah tangga dengan

prioritas mendidik anak, disela-sela itu ia menjadi tulang punggung sebagai

petani, dan tidak melupakan kewajibannya sebagai istri atau ibu yakni

mengerjakan urusan domestik. Selain itu, timbul juga ketidakseimbangan

keluarga yakni dalam menyelesaikan suatu masalah, yang seharusnya

permasalahan dimusyawarahkan kepada suami ia bercerita kepada

saudaranya, tidak jarang pula anak sebagai teman diskusi untuk

menyelesaikan masalah. 2

Dampak beban ganda juga dirasakan oleh Sulasmi, ia mengatakan

sebagai pemimpin rumah tangga dia merasakan pusing dikarenakan banyak

yang harus diatur, mulai dari urusan domestik, mengurus anak dan yang

1
Alfiyah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
2
Tartik, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
63

paling berat menurut beliau adalah masalah perekonomian. Menurut

penulis, apa yang dirasakan oleh Sulasmi jelas beban ganda. 3

Beban ganda, kewalahan juga dirasakan kembali oleh Sumirah, ia

mengatakan beratnya menjadi istri sekaligus pemimpin keluarga adalah

sebuah ketidakberuntungan.4 Dari kalimat sebelumnya, penulis

berpendapat bahwa Sumirah mengalami dampak negatif akibat beban

ganda yang disangganya.

b. Ketidakseimbangan Keluarga

Adapula Lutfi, menurutnya suami sebagai pasangan/teman hidup

untuk menghindari adanya kesepian, namun semenjak ditinggal suami, dia

merasakan kesepian karena dalam mengatur urusan rumah tangga sendiri

terasa berat dan dituntut harus mandiri oleh keadaan. 5 Menurut penulis hal

yang dirasakan oleh Lutfi juga merupakan dampak negatif.

Selain ditinggal suami, dampak negatif yang dirasakan oleh para

informan ketika suami tidak dapat berperan sesuai perannya atau tidak

dapat melakukan perannya. Sebab kondisi fisik yang tidak memungkinkan

untuk bekerja karena sudah tua atau sedang sakit. Seperti halnya Suparmi,

sebagai istri dengan suami yang sakit, Suparmi merasakan keberatan dalam

3
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
4
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
5
Lutfi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
64

mengurus rumah tangga, menjadi tulang punggung keluarga dan mengurus

suami. 6 Menurut penulis, Suparmi mengalami beban ganda pula.

D. Dampak Positif

Manusia yang hidup di dunia ini ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan,

dengan memiliki tanggung jawab yang sama dan juga dengan kedudukan yang

sama di hadapan Allah SWT. Perbedaan laki-laki dan perempuan menurut

Djasmoredjo hanya sekadar perbedaan biologis. Walaupun perempuan lebih

identik dengan feminitas dan laki-laki lebih identik maskulinitas. Dengan

memiliki hak yang sama tidak menutup kemungkinan perempuan dapat

menjadi pemimpin sekalipun menjadi pemimpin dalam keluarga.

Sebagai pemimpin keluarga perempuan atau istri tentu akan mengambil

langkah positif dalam menjalani kehidupannya, karena perempuan sebagai

pemimpin keluarga juga menghendaki adanya kesejahteraan. Dari hasil

penelitian, penulis menemukan dua dampak positif secara umum dari tiga

informan yakni pada peran domestik dan peran publik.

6
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
65

a. Peran Domestik

Dampak positif menurut peran domestik ini yang dirasakan oleh

Suparmi yakni memiliki kesadaran untuk bekerja keras dan bertanggung

jawab mengurus urusan domestik, walaupun dengan kondisi yang

kewalahan, namun Suparmi masih semangat dengan hadirnya seorang

suami. 71

b. Peran Publik

Dampak positif pada peran publik ini dirasakan oleh Ibu Sulasmi, ia

mengatakan bahwa ia menjadi wanita mandiri, dan dapat mengerjakan

segala hal sendiri. 72 Dampak positif lainnya juga dirasakan oleh Ibu

Sumirah, ia mengatakan menjadi pemimpin keluarga membuatnya semakin

tegar dan percaya diri akan kemampuannya dalam mengatur dan mengurusi

segal hal di rumah.73

Berdasarkan penelitian ini, fenomena di Dukuh Krajan Desa

Majasem ini istri menjadi pemimpin keluarga merupakan hal wajar.

Walaupun dengan keadaan istri yang mengalami beban ganda, karena hak

yang seharusnya diperoleh dari suami tidak istri dapatkan. Beberapa

informan merasakan adanya dampak positif yang mereka rasakan.

71
Suparmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
72
Sulasmi, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
73
Sumirah, Hasil Wawancara, Ngawi, 20 Januari 2023.
66

Bagan 4. 2. Dampak dari Peran Perempuan sebagai Kepala Rumah Tangga

Dampak dari Peran Perempuan sebagai Kepala rumah tangga

Dampak negatif Dampak Positif

Ketidakseimbangan
Beban ganda Keluarga Peran Domestik Peran Publik

Siti Alfiyah,
Sulasmi, dan Suparmi dan Lutfi
Sumirah Suparmi Sulasmi

Tidak ada peran


Mengerjakan suami sehingga
Menanggung Nafkah Timbul Kesepian membuat keputiusan
Pekerjaan Rumah Bertanggung Jawab Menjadi Wanita
sendiri Atas Rumahnya Bekerja Keras Mandiri Percaya Diri

Menekan anak
Mengasuh Anak dewasa
sebelumwaktunya Mampu Menjalankan
Segala Hal
67

Anda mungkin juga menyukai