Anda di halaman 1dari 20

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN SERTA REALISASINYA DALAM

MEMBENTUK KELUARGA YANG HARMONIS

A. Wanita Karicr

Dewasa ini, kepandaian, keterampilan, kecakapan dan luwes dalam

bergaul mempunyai peranan yang sangat penting untuk menarik simprti orang

lain, hal ini berlaku bagi setiap la.ki-la.ki dan perernpuan yang punya posisi di

suatu perusahaan akan muncul egonya untuk tidak kalah bersaing dengan kaum

laki-laki.

Islam mengajarkan bahwa laki-laki adalah sebagai pelindung kaum wanita,

baik kcpada ibu, istri, mertua, saudara dan anak. Kaum wanita dalam pandangan

agama Islam, harus merasn aman berada dalam perlindungan suami, meskipun

wanita tersebut berpendidikan tinggi, dalam keluarga seorang istri harus selalu

berada dalam pengawasan suaminya, meskipun wanita tersebut dari kalangan

bangsawan, atau pejabat sekalipun, karena suami adalah sebagai kepala rumah

tangga.

Artinya: "Wanita adalahpakaian bagimu (laki-laki) dan kamu (laki-laki) adalahpakaian

haginya (wanita)

18
Sabda Rasulullah saw sesungguhnya wanita adalah tiada lain hanyalah

saudara bagi kaum bapak laki-laki (Abdullah AI-I)juwas, 1996 : 38).

Menurut Ibrahim Ammi (1996 : 112) memang benar bahwa mencari

nafkah bagi keluarga adalah tugas kaum pria, dan menurut hukum Islam tidak

bertanggung jawab atas pekerjaan ini. Narnun wanita juga harus mempunyai

pekerjaan. Dalam Islam bahwa pengangguri n dianggap tidak baik dan tercela, dan

pekerjaan yang paling baik untuk wanita yang sudah menikah adalah mengurus

rum ah tangga, mengurus rumah, merawat anak dan sebagainya adalah pekerjaan

yang paling mudah yang dapat dilakukan wanita.

Seorang ibu rumah tangga berbukat dan mau bekerja keras dapat

mengubah rumah menjadi surga baik anak anaknya dan suaminya, dan ini

merupakan pekerjaan yang berharga dan menjadi nilai tinggi. Ibu rumah tangga,

bila ia lidak sibuk dengan pekerjaannya di rumah, harus mencari sesuatu yang

dapat dikorjakannya, mereka dapat membacu buku-buku, mengadakan penelitian

tentang sesuatu yang bermanfaat atau menambah pengetahuan serta keterampilan,

merek; ciapat menckuni kegiatan-kegiatan yang positif bagi masyarakat dengan

mengh isilkan sesuatu yang ditemukannya.

Bekerja dapat menghind; rkan lerjadinya kekacauan mental. Beberapa

wanita lebih suka bekerja di luar rumah, pilihan itu mungkin berdasarkan sebab

ekonomis atau sebab yang lainnya. Dalam hal ini, pekerjaan yang paling baik

adalah menjadi perawat, sekolah perawat, baik tingkat dasar maupun tinggi adalah

tempat terbaik untuk melatih dan mengajar wanita. Rumali sakit adalah tempat

terbaik untuk wanita yang bekerja sebagai perawat maupun dokter. Pekerjaan itu
cocok lengan sifat-sifat kewanitaannya; dan juga di tempat-tempat itu wanita

yang hams berkumpul dengan laki-laki yang bukan muhrimnya (muhrim adalah

keluarga dekat dimana wanita itu tidak boleh menikah dengannya menumt

(Endang Saefudin) selaku Kepala Desa Caykurang Kulon (wawanttira 4 Mei

2008).

Mcnempatkan wanita untuk bekerja di dalam rumah mengundang pro dan

kontra di kalangan wanita sendiri, Suwarni Sulya menyatakan bahwa sejak

sepuluh tahun lalu di Indonesia terdapat keluarga konfensional baru, dalam

keluarga ini istri terlibat dalam tugas rumah tangga, tetapi mereka juga memiliki

tugas di luar rumah, kencerungan yang meningkat bagi wanita untuk bekerja

walaupun telah berun ah tangga menentukar. bentuk keluarga Indonesia.

Gerakan wanita yang mendorong untuk bekerja di luar rumah di dorong

oleh semangat fanatisme, yang memiliki pandangan baltwa semua orang yang ada

dieiptakan dengan hak yang sama, untuk menunjukkan dirinya, dengan bekerja

dirinya, wanita bedanya pada berbagai sektor kehidupan seperti pegawai negri,

buruh pabrik, dan karyawan sebuah perusahaan, wanita kini memilki peran ganda

(bagi yang berumah tangga) dan peran publik (bekerja mencari nafkah).

Prinsip ini belum sepenuhnya dibedakan kepada wanita dan sekarang


v

adalah waktu yang tepat untuk itu, dari dewasa ini banyak wanita di samping

melakukan pekerjaan rumah juga melakukan kerja mencari nafkah. Beberapa

alasan yang dikemukakan bagi wanita yang bekerja di luar rumah antara lain:

1. Menambah pendapatan keluarga (family income) terutama jika

penghasilan suami relatif kecil;


21

2. Memanfaatkan herhagai keunggulan (pendidikan, keterampilan, modal

dan relasi) yang dimilikinya yang diharapkan oleh keluarganya;

3. Menunjukkan eksistensi sebagai manusia (actualisasi diri) bahwa

mampu berprcslasi dalam kchidupan masyarakat;

4. IJntuk memperoleh status atau kekuasaan lebih bebas di dalam kehidupan

kcluarga.

Apabila suaminya tidak mampu menjalankan fungsinya yang sesuai peran

sosialnya akan terjadi disorganisasi keluarg;1, yakni hilangnya komunikasi antar

keluarga yang oleh Goode dinamakan empity sheel family. Ramdani Waliyu

(2000 : 174).

B. Konsep Ilak dan Kcwajiban Suami Ist/i Menurut Undang-Undang

Salah satu prinsip yang dianut undang-undang No. 1/1974 adalah prinsip

memperbaiki dengan kaum wanita, prinsip ini mengemukakan pengamatan

sejarah kemanusiaan sejak dahulu serta praktek-praktek masa kini, yaitu

pelecehan terhadap harkat kewanitaan. Banyak terjadi ketimpangan sehingga

wanita menjadi korban perbuatan sewenang-wenang dari pria. Hal ini disebabkan

karera v anita yang dianggap marjinal, wanita terlempar pada posisi yang bcrat

pada kewajiban ketimbang hak-haknya wanita yang paling banyak menerima

penderitaan (Rahmat Hakiem, 2000 : 103).

1 )i masa lain, hak eerai digunakan pria dengan seenaknya. Akibatnya

wanita 1 arus berjuang mencari natkah ur.tul' dirinya dan anak-anaknya, keadaan

itu seharusnya menjadi beban beiat bagi mantan suami. Sebetulnya sebagian

mereka mengetahui hanya kewajiban mantan suaminya, yang masih mendekat


22

padanya dan hak istrinya serta anak-anaknya. Namun, keadaan berbagai

pertimbangan, jarang sekali wanita yang menuntut keadilan terhadap situasi yang

tiinpang ini, kebanyakan dari mereka pasrah menunggu takdir walaupun

konsekwensinya adalah penderitaan yang entah kapan berakhir, akhimya kita

sampai pnda asumsi baiiwa wanita perlu perlindungan yang kongkrit melalui

undang-.indang, ekses-ekses negatif itulah yang hendak dihilangkan melalui

undang-.indang perkawina’ , walaupun sebenarnya, lebih empat belas abad yang

lampau subtansi yang sama dengan format yang berbeda, pria maupun wanita

memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia, usaha-usaha itu dalam

undang-undang dijalankan melalui pasal sebagai beirkut:

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMIISTRI

Pasal 30

Suami istri memiliki kewajiban yang Iiiltur untuk menegakkan rurnah tangga yang
menjadi sandi dasar dari susuna.i masyarakat.

Pasal 31

1. Hak dan kedudukan istri adulah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam keluarga.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32

1. Suami istri harus mempunyai kediaman yang tetap.


2. Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1) Pasal ini ditentukan oleh suami
istri.
23

C. Tugas-tugas Warita Karicr

Dalam kitab-kitab klusik dan masih bcrlaku sampai sekarang dengan

aturan bahwa tugas istri adalah melayani kebutuhan suami, mendamping’ dan

mengatur rnmah tangga suaminya, Nabi Saw menyatakan:

c j *»— •;! j

"Dan seorang istri adalah penonggung jawab (pemimpin) di dalam rumah

suaminya dan dia akan dimintai pertanggung jawabakannya alas tugas dan

kewajiban itu” (Riwayat Bukhri Muslim).

Tugas-tugas istri tersebut dinyatakan sebagai tugas, kewajiban utama, a

adalah Fardu’ain (kewajiban personal). Para ulama dalam hal ini sepakat, iman

Al-Gozali, ulama Mesir kontemporer yang seringkali secara progresif membela

hak-hak wanita, betapun juga, psinsip dasar yang harus kita ikuti atau kita

upayakan agar selalu dekat padanya ialah “'umah” nafas ibu memiliki pengaruh

yang amat luar biasa dalam memberlakukan dan memelihara prilaku dalam diri

anak-anaknya.

Seorang ibu adalali semilir angin sejuk yang menembuskan kenyamanan

dan kasih sayang ke seluruh ruang lingkup keluarganya, ia sangat berpengaruh

dalam pembentukan manusia yang baik dan sehat lahir batin (Husain Muhammad,

2001 : 126).

Meskipun demikian juga dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di

dalam atau di luar rumahnya, baik dalam rangka menghasilkan biaya tambahan

bagi dirinya sendiri atau keluarganya maupun utuk kepentingan sosial, pada

zaman dahulu juga istri Nabi Muhammad saw membuktikan adanya kenyataan
24

tersebut, mereka juga antara lain bekerja sebagai ibu yang menyusui dan

memelihara anak-anak orang lain (baby sitter) berdagang, memelihara temak,

bertani, home industri, juru rawat, guru, pembantu rumah tangga, dan berbagai

pekcrjaan profcsi lainnya yang ada pada saat itu menurut Bapak Komar

(wawaneara: 29 April 2008).

Sekarang pekcrjaan dan profesi lainnya semakin beragam dan sejalan

dengan \-erkembangan zamannya dapat dike'jakan oleh kaum perempuan, bahkan

pula pada pekerjaan yang ada pada masa sebelumnya dianggap sebagai pekerjaan

kaum hui-laki, Islam tidak pernah melaiang pekerjaan-pekerjaan itu sebelumnya

dianggap hanya sebagai pekerjaan kaum laki-laki, Islam tidak pernah melarang

pekerjaan-pekerjaan itu dih kukan oleh su papun,

Yang menjadi perhatian Islam adanya jaminan keamanan terhada]) mereka,

lebih-lebih jaminan terhadap pelecehan atas mereka baik atas norma agama

maupun sosial. Menurut para ahli fikih klasik, seorang laki-laki diperbolehkan

meninggalkan rumah, meksipun tanpa izin suaminya, jika keadaan benar-benar

darural (meinaksa), Ibu llajr Alhaitsani ketika dimintai latwanya mengenai istri

yang ingin belalar, bekerja dan sebagainya, apakah dia boleh keluar rumah tanpa

izin suaminya.

“Ya dia boleh keluar rumah tanpa izin suaminya untuk kondisi-kondisi

yang darurat seperti tnkur rumah roboh, kcbakaran, tenggelam, takut terhadap

musuh, atau untuk keperluan melayani nalkah karena suami tidak memberikan

dengan cukup atau karena keperluan keamanan seperti istifla (belajar, bertanya,

tentang kemungkinan agama dan sebagainya).


Pekerjaan rumah terdiri dari begitu banyak pekerjaan, bila seorang ibu

rumah tangga mau mengerjakan tugasn''a sccara scmpurna ia tak akan

mempunyai waktu lagi untuk mengerjakan hal itu lain pada hal benar terutama

bila ia juga harus merawat bebcrapa ana’.cnya. Tetapi kebanyakan ibu rumah

tangga mernang memiliki waktu luang.

Ibu yang baik akan menghasilkan sesuatu yang terbaik dengan

mcnggunakan menit-menit atau jam-jam anda yang terbuang, anda dapat

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah (Ibrahim Ammi, 2000 :

112).

Meskipun demikian, di luar tugas-tugas itu, seorang istri juga dapat

melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam atau di luar rumahnya, baik dalam

rangka menghasilkan bekerja tambahan bagi dirinya sendiri atau keluarganya

maupun untuk kepentingan sosial, sejarah Kehidupan kaum perempuan pada masa

Nabi SAW termasuk juga istri-istri beliau, membuktikan kegiatan tersebut,

mereka antara lain bekerja sebagai ibu yang menyusui dan memelihara anak orang

lain (baby sitter) berdagang, memelihara lernak, bcrtani, home industri, juru

rawat, guru pembantu rumah tangga dan berbagai profesi lain yang beragam dan

berkembang sejalan dengan perkembangan zamannya. Semuanya dapat

dikerjakan oleh kaum perempuan, bahkan juga pada pekerjaan-pekerjaan yang ada

pada masa sebelumnya dianggap hanya sebagai pekerjaan kaum laki laki Islam

tidak pemah melarang pekerjaan itu dilakukan oleh siapapun, yang menjadi

perhatian Islam adalah jaminan keamanan terhadap mereka, lebih-Iebih jaminan


terhadap pelechan atas mereka, baik atas nama norma agama maupun sosial (KH.

Husain Muhammad 2001 : 127);

“Apabila dia (istri) seorang bidan atau tukang memandikan mayat, atau dia

bermaksud menuntut hak atau memenuhi kewajiban terhadap orang lain, maka dia

diperbolehkan keluar baik dengan i/.in suaminya atau tidak, menurutnya, hal-hal

seperti itu termasuk fardhu kifayah, keluar rumah karena memenuhi kewajiban

kolektif dan dapat dibenarkan menurut hukum syara” (hukum agama).

Bahkan untuk kondisi-kondisi tertentu dia (istri) justru diwajibkan untuk

bekerja, misalrrya kalau menunjang kewajiban biaya hidupnya sendiri, seperti

keiuarganya, karena tidak ada lain yang membiayai dan menafkahinya, Jabir bin

Abdullah pernah menceritakan bahwa bibinya telah bercarai dengan suaminya.

Suatu hari dia memetik buah kurma, tiba-tiba seorang laki-laki menghardiknya

dan melarangnya keluar rumah, perempuan itu datang ke Rasulullah SAW, untuk

menanyakan kasus itu, beliau tidak menjawab: “Petiklah buah kurma itu,

barangl.ali kamu mau bersedekah atau mau berbuat baik” riwayat Imam Muslim

(K! I. Husain Muhammad 200: 128 - 129).

Menurut KH. Khairudin Ali selaku tokoh agama beliau menyatacan bahwa

peranan wanita di keluarga sangat menentukan kehormatan rumah tangga itu

sendiri, agak tidak salah kaprah dalam menentukan tugas masing-masing, baik

sebagai ibu, anak ataupun ayah, akan tetupi di zaman sekarang ini terkadang

mempertahankan egonya masing-masing, mentang-mentang gaji suami atau istri

sangat besar sehingga sesuatunya bisa dihargakan dengan uang, kewajiban suami

atau istri seharusnya memberikan kenyamanan baik kepada keiuarganya dan


27

ataupun masyarakat jangan sampai menjadi bumerang bagi yang lainrya, saling

horrnat menghormati dan kasih mengasihi antar sesama, bahwa Islam sendiri

memberikan anjuran agar kita saling menyayangi di dalam kebaikan dan

keburukan, jangan sampai lernoda dcngan adanya oknum-oknum yang akan

menghancurkan agama Islam dengan disebabkan wanita tidak patuh dan taat

kepada suami, sehingga lupa terhadap purwadaksi semula.

Sebagian kaum wanita, mudah-mudahan tidak banyak jumlahnya, ada

yang melatarbelakangi sikap pembangkangan mereka terhadap suami masing-

masing dengan alasan bahwa mereka adalah juga manusia yang punya harga diri,

mereka beranggapan bahwa mematuhi dengan segera keinginan suami mereka

pada waktu kepcmimpinan yang diinginkan. Oleh suami mereka tidak sesuai lagi,

bahkan bertentangan dengan norma kemanusiaan dan harga diri mereka, tidak

diragukan lagi bahwa persepsi seperti ini merupakan observasi yang sangat

berbahaya. (Muhammad Rasyid, 2005 : 22).

Dr. Howly Etkinsoi i, menyatakan seorang pakar wanita di bidang anatomi

tubuh, yang penyuluhan kesehalannya pernah disebutkan, telah menyatakan

bahwa sesungguhnya wanita masa sekararg benar-benar menanggung pekerjaan

yang sama dengan dia sebagai upah bahkan yang manusiai, ketika diberikan

kesempatan kepada mereka untulc mengemukakan keluhannya, maka sesungguhya

hal yang paling pertama dirasakan oleh mereka adalah kelelahan yang tak pernah

ada masa usainya. Selain kecemasan dan depresi mental yang mereka derita, dan

kaum wanita hal ini menyebutkan bahwa sekarang kaum wanita pekerja yang

harus menerima kedudukan pindah di berbagai lapangan keija merasakan bahwa


28

diri niereka adalah penduduk yang dinomo; duakan, meskipun mereka terpuruk

menghadapi kondisi seperti ini, mereka teroiasa harus menerima kenyataan ini

(Muhammad Rasyid, 2005 : 23).

D. Faktor Penyebab Para Wanita Bekerja

Islam membenarkan aktif dari berbagai aktivitas, para wanita boleh

bekerja dalam berbagai bidang, di dalam atau di luar rumahnya hak secara mandiri

atau bersnma orang lain, dengan lcmbaga pcmcrintah atau swasta. Semua

pekerjaan tersebut dilakukannya dalam sua.sana kehormalan, sopan sertti. selama

mereka dapat mcmelihara agamanya, seria dapta pula menghindari dtunpak

negatil'dari pekerjaan tersebul terliadap diri dun lingkungunnya (Quruislt Shihab,

1997 : 275).

Berkenaan dengan pekerjaan perempuan ini para ulama telah menetapkan

bahwa beberapa ketentuan yang telah disimpulkan dari dalil syara’ diantaranya:

1. Perempuan pada dasamya diperintahkan untuk tinggal di rumah, tidak

diperencanakan keluar rumah dengan tabasruy seperti orang jahiliyah.

2. la dibolehkan keluar rumah untuk suatu keperluan yang amat penting

yang dituntut kehidupan (Mansor Fulah, 1996 : 147).

Perempuan yang menikah kemudian bekerja di luar rumah menempatkan

dirinya dalam peran ganda yaitu saat dia berada di rumah yang berfungsi sebagai

ibu bagi anak-anaknya dai istri bagi suaminya, di luar rumah dia sebagai pekerja

yang harus melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Seorang perempuan dalam kaitannya dengan keluarga mempunyai peran

yang simgat penting perempuan harus pandai mengatur waktu, dan mengatur
29

suasana rumah dengan baik nyaman, dan tentram, pandai menyiapkan makanan

sehar'-hari yang bcrgizi dan bervariasi sebagai pendamping suami dan setiap

usaha ying baik serta memberikan masukan kepada suami akan hal-hal yang

berguna jadi berperan penting dalam mendidik anak-anaknya.

Ueberapa hasil pern litian tenlang pengaruh peran ganda istri yang bekerja

terhadap hubungan intern antar anggota keluarga diantaranya adalali, pekerjaan

sang istri dapat mengakibalkan pertentangan dalam perkawinan telapi tidak

mengurangi tingkat kebahagiaan umum dalam rumah tangga, seolah-olah ini

adalah menaklukan perlentangan-pertentangan internal yang meningkat dalam

keluarga dapat keperluaan yang diperoleh sang wanita dari pekerjaan itu sendiri.

Kesimpulan ini didukung oleh pernyataan bahun perbedaan yang kccil

akan makin kecil akan ke arah tingkat sosio-ekonomi yang lebih tinggi dimana

sang ibu memperoleh lebih banyak kepuasan pribadi dari kepuasan diri sendiri

dan hasilnya.

Selain itu sikap suami juga turut menentukan. Dalam keluarga dimana istri

bekerja, tetapi suami tidak menyetujuinya tiingkat keharmonisan keluarga telah

rendah, tetapi jika sang suami setuju istrinya bekeija tetapi ia tidak bekerja,

penyesuaian perkawinan rendah, jika istri ingin bekeija, tetapi tidak

melakukannya, tingkat penyesuaian perkawinannya pun rendahjfWiliamJ Goode,

1995:154).

Selain suami dan istri, anak merupakan bagian dari keluarga yang harus

mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya.


Untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga, perlu keseimbangan

berbagai aspek kehidupan, cinta kasih dan saling pengertian, walau bagaimanapun

keluarga merupakan unit terkecil dan sebagai inti masyarakat, mempunyai

peranan pcnting dalam menciptakan masyarakat yang baik, hal ini dijelaskan

dalam pasal 30 Undang-undang perkawinan No,l tahun 1974, bahwa “Suami istri

mcmikul kewajiban yang luhur untuk mcnegakkan rumah tangga yang menjadi

sandi dasardari susunan masyarakat. (Aricmious, i997 : 15).

Isteri akan bekerja dengan tenang ataupun tidak tenang apabila tidak

mendapatkan dukungan pcnuh dari suaminya, karena itu akan berpengaruh

terhadap keharmonisan keluarga, sebagaimuna dijelaskan dalam prinsip-prinsip

perkawinan. Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang kekal

abadi dan bahagia, untuk itu perlu saling mem bantu dan melengkapi, r.gar masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu kesejahteraan spiritual

dan material.

Setiap orang yang mcnggunakan waktunya untuk satu atau lain hal. Ada

juga wanita-wanita yang membuang-buang waktu luang mereka, mereka hanya

berjalan-jalan atau mendapatkan teman waiita untuk mengobrol, sering kali,

walau waktu luang mereka sesama beberapa jam tidak berharga satu sapun,

mereka akan mendengarkan cerita yang sudah diulang-ulang yang terbukti hanya

sekedar membuangnya waktu dan perasaan, obrolan penganggur semacam itu

selaku berakibat kerusakan moral, kaum wanita yang meyakini hidup semacam itu

pastilah termasuk orang-orang yang menuju di dunia dan didalam kehidupan

akhirat <elak. Adalah suatu perjanjian bila seorang kehilangan sejumlah uang,
31

mereku akan marah, tctapi juga ia kehilangnn waktu yang berharga dalam hidup

ini ia tidak menggubris sama sekali.

Orang yang bijaksana akan mengunakan waktunya yang berharga dalam

hidupnya, betapa besar minat yang didapat bila orang berhasil dalam suatu hal.

Menganggur ilu sangal berbahaya dan dapat mengakibatkan ketegangan

dan kerusakan mental, orang yang melanggar selalu berpikir dan menemukan

sesuatu yang membuatnya sedih, ia akan membuat pikirannya menjadi bingung,

orang yang selalu berbahaya adalah orang yang sibuk mengerjakan sesuatu orang

yang cukup lan,a dan hanya digunakan untuk memikirkan tidak menentunya

kehiduj ar nya, kesibukan ilu sangat mcnyenangkan, dan menganggur adalah

gambar depresi. Apakah tidak patut disayangkan bahwa orang akan membuang

sebagiai waktunya yang berharga atau n lenggunakannya tanpa mendapatkan

hasil? (wawancara, 18 April 2008)

Menurut Dr. Dorof>y Carnegi menyatakan, ibu yang baik hanya dapat

menghasilkan sesuatu yang terbaik dan menggunakan menit-menit atau jam-jam

anda yang tertuang, anda dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaa menit-menit atau

jam-jam anda yang terbuang, anda dapat membeli buku-buku yang berkaitan

dengan rumah tangga dan dengan bantuan suami anda, perluaslah pengetaliuan

anda, banyak pilihan yang memungkinkan banyak ilmu-ilmu lainnya. Anda akan

menyukainya dan mungkin pada suatu hari dapat mengembangkan pengetahuan

anda kepada masyarakat, anda dapat menggunakan waktu scbagian mungkin

menganggur asalkan ada keamanan untuk melakukan pembaharuan hidup

(Ibrahim, Qrn’mi, 1976 : 116).


32

Untuk dapat menciptakan rumah tangga yang harmonis, bukan hanya istri

saja, melainkan semua anggota rumah tangga yang terlibat di dalamnya, seperti

suami dan anak-anaknya, bahkan kadang-kadang anggota lanrnya seperti mertua,

kerabat, bahkan pembantu rumah tangga pur. ikut juga mengembangkan tugas di

dalamnya menciptakan rumah tangga yang harmonis, untuk menuju ke arah itu.

Menurut Mahpudi Sah’i (1995 : 195) ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh

seluruh keluarga yaitu:

1. Memiliki iman yang kuat

Kcimunan merupakan syarat utama bagi seseorang di dalam meinbentuk

rumah tangga yang harmonis. Rasa keimanan itu akan menuntun prilaku manusia

menuju kepada kebaikan, karena daripadanya akan timbul suatu keyakinan bahwa

apa yang dikerjakan itu pasti diridhali oleh Allah swt, perbuatan buruk diancam

siksa dan perbuatan yang baik dibalas dengun pahala, dengan demikian kuat dan

lemahnya iman seseorang tentu berpengaruh pula terhadap kadar kebahagiaan

hidupnya di dalam rumah tangga. Nabi Ayyub dan Siti Rahmah tetap merasa

bahagia kendatipun kediuuiya hidup dalam keadaan papa karena kadar keimanan

yang begitu kuat.

2. Memiliki si fat kedewasaan

Sifat kedewasaan merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki

seseorang selelah berumah tangga, dewasa dalam arti jasmaniah dan rohaniah,

mental dan emosional, orang yang memiliki sifat kedewasaan tentu dalam

menghadapi setiap persoalan rumah tangga selalu dihadapi dengan bijaksana, dia
mampu bekerja dan berfikir secara logis, dan pandai mempertimbangkan sesuatu

yang adil, sabar ketika tertimpa musibah dun mampu mengendalikan diri pendek

kata orang yang memiliki sifat kedewasaan mutlak di depan bahwa tindakannya,

baik yang bcrkenaan dengan dirinya sendiri rumah tangganya, kerabatnya atau

terhadap orang lain. Dan lagi ciri dari suatu kedewasaan emosional adalah

kemampuan untuk menanyakan saling cinta dan kasih sayang dalam usaha

melindungi dan merawat orang yang dikasihinya.

3. Punya rasa tanggung jawab

Sebetulnya perasaan mempunyai rusa tanggung jawab adalah salah satu

dari pada sifat kedewasaannya. Suami istri yang mempunyai rasa tanggung jawab

sudah barang tentu akan mclaksanakan tugasnya dengan baik. Suami akan

menepati janjinya sehari-hari terhadap keluarganya, begitu pula istri pun akan

melaksanakannya kewajiban scbagaimana lazimnya seorang istripun akan

melal sanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan didasari oleh rasa

tanggung jawab yang dalam.

4. Saling ndanya pengertian

Segala percekcokan yang timbul antara suatu istri atau dengan mertua

akan bisa diatasi secara baik-baik antara keduanya akan pengertian. Bahkan

semua iroses ibu rumah tangga yang bisa rnenimbulkan percekcokan akan dapat

diatasi ika keduanya salin ; mcnyadari dan yang menampakan pengertian.


5. Menerima kenyataan dengan ikhlas

Manusia diwajibkan untuk berikhtiar Tapi kalau ikhtiar telah dijalankan

naimm yang diharapkan berhasil maka gunakanlah kamu berputus asa, terimalah

semuanya dengan ikhlas, begitu pula dalam berumah tangga, setiap orang

menghcndaki hidup dengan baik, layak, percukupan segalanya, akan tetapi kalau

semuanya meleset, jangan salin> menyaiahkan antara satu dengan lainnya

cermatilah semuanya dengan ikhlas.

6. Saling memaalkan

Setiap perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga, jangan dibiarkan

terus berlarut-larut. Selesaikan dengan baik untuk kemudian saling memaafkan,

memang dalam hal ini harus ada salah satu yang mengarah. Anggaplah ada yang

baru terjadi itu sebagai batu ujian untuk meneapai kemuliaan, hingga tidak perlu

dibesar-besarkan apalagi sampai mengancam untuk kasus dendam, saling

memaafkan adalah langkah yang bagaimana. Hidup berumah tangga bukan untuk

mencari kesulitan hidup. Tetapi sebaliknya, yaitu mencari ketenangan dan

keadaan macam dalam rum all t.uigga antara suami dan istri yang diikat dengan

perasaan cinta.

Berbeda halnya menurut sebagian besar masyarakat Taman Cibaduyut

Indah Kecamatan Dayeuh Kolot Kota Bandung, bahwa untuk meneapai rumah

tangga yang harmonis, banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah

masalah peran ganda wanita karier untuk meneapai keluarga yang harmonis,

bahwa dalam aktivitas sehari-hari dalam bekeija banyak para wanita yang

berkarier di Perumahan Taman Cibaduyut Indah bahwa bagaimana cara untuk


menanggapi dampak pcran ganda wanita karier dalam membentuk keluarga yang

harmonis hidup bahagia, sakinal., mawadah warahmah.

7. Kodrat

Wanita mcmiliki kcsamaan dalam berbagai hak dengan pria. Namun

sebagai wanita ia memiliki kodrat dan berbagai keterbatasan dibanding laki-laki.

Yusuf Alqardhauy. Untuk mendukung tngas-tugas pebuatannya. Ada jabatan-

jabatan pcnting yang tidak diberikan kepada wanita oleh Allah seperti jabatan,

kenabian dan kerasulan, akan telapi, bukiuikah yang melahirkan para Nabi dan

para rasul adalah kaum wanita? Begitu terhormatnya Maryam ibunya Nabi Isa as,

sehingga disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai wanita yang sholehah dan

bertaqwa. Dcmikan pula Aisyah dan Masitah, di zaman Nabi muhamamd Saw ia

adalah figur-figur wanita.

Secara teologis Allah menciptakan wanita dari “unsur” pria, bahkan kitab

Injil menjelaskan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Karena

itulah pria pada dasarnya memiliki kelebihan tertentu dibanding istri, kelebihan itu

dimaksudkan agar para pria bisa membela dan melindungi kaum wanita seperti

firman Allah SWT.

Yj U 1 (Jo- (Jy.Sw>

(SjL~->-

Kaum le.aki adalah pemimpin hagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan

sebagian rnereka (pria) atas sebagian yang lain (QS. An-Nisa 4 43)
3b

Kadang kekurangan yang ada pada diri wanita tidak akan menghalangi

deraj atnya untuk meraih posisi dan jabatan penting seperti kaum pria, sebagai

penjelasan ayat di atas, wanita secara kodrati memliki kelemahan-kelemahan

terten'u sehingga ia liarus rela dipimpin oleli kauin pria, terutama dalam konteks

hubungan rumah tangga (Hasan M. Noer, 2004 : 8).

Unnah tangga adalah sebagai kerajran kecil dari suatu keluarga, memang

setidaknya wantia dipimpin oleh suami, namun demikian, dorongan

kepemi npinan pria atas wanita tentunya bukanlah dengan kemuliaan, melainkan

lebih h pada rumah tnagga. Dalam hal ini kepemimpinan ini kadangkala wanita

merindtikan pada kepemimpinan pria (: uaininya) dalam segala hal, pria secara

kodrati memang dituntut memiliki keunggu'an dan kelebihan dari wanita, agar ia

dianggap layak sebagai tempat sandaran wanita (istrinya).

Adapun fungsi dan tugas wanita sesuai dengan kodrat kewanitaannya

antara lain.

a. Sebagai kepala rumah tangga

Wanita adalah pemimpin dalam urusan rumah tangga, sedangkan suami

adalah pemimpin bagi keluarga, hal ini sesuai dengan sabda rasulullah saw;

“Setiap manusia keturunan Adam adalah kepala, maka seorang pria adalah

(kepala keluarga sedangkan wanita adalah kepala rumah tangga” (HR. Abu

Hurairah).

Dalam prakteknya, kepemimpinan dan tugas wanita itu lebih banyak

dilakukan oleh kaum ibu. Dengan kelembutannya, seorang wanita dan ibu rumah

tangga dapat berperan sebagai faktor pembimbing para pria dalam kehidupan
keluarga. Wanita dapat mengcrjakan apa yang tidak sempat ia kerjakan, seperti

mengatur urusan rumah tangga, memasak, mengasuh, dan mendidik anak,

menyiapkan keperluan suanii maupun anak-anaknya.

Fungsi dan tugas dalam urusan rumah tangga ini bisa saja didelegasikan

kepada orang lain (pembantu)? Namun berada dalam lindungan sang istri,

alangkah bahagianya sebuah rumah tangga saat suami istri dapat menyelesaikan

tugas berumah tangganya dengan penuh kasih sayang suami keluar rumah untuk

mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan rumah tangga sedangkan istri tinggal

di rumah merawat rumah tangga dengan setia seperti firman Allah SWT.

“Dan hendaklah karnu wanita tetapi dirumahkan dan janganlah kamu

berhias dan bertingkali laku sepeiti orang Jahiliyah dahulu, dirikanlah sholat dan

tunaikanlah zakat. Taatilah Allah dan Rasulnya (QS. Al-Ahzab [33]: 33).

Selain menunaikan hak untuk suami, seng istri juga diwajibkan untuk

menunaikan hak untuk Allah swt, yaitu dengan melaksanakan ibadah mahdhoh,

seperti shalat, puasa dan zakat, taat menjahnkan perintah agama, niscaya prilaku

seorang istri akan menuntut melalui akhlak al-karimah (prilaku terpuji). Hal ini

dimaksudkan agar setiap istri terhindar dari perasaan yang kurang baik, selama

suami istri di luar rumah karena sesuai kodratnya, wanita bertanggung jawab

imtuk mengatur rumah tangga, sedangkan suami keluar rumali untuk mencari

nafkah.

Anda mungkin juga menyukai