PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pada masa sebelum datangnya islam (zaman jahiliyah), kedudukan
wanita sangatlah rendah. Terutama di lingkungan bangsa Arab, mereka
tidak menghendaki kelahiran wanita karena dianggap sebagai lambang
kelemahan dan kesialan. Diantara mereka ada yang mengubur bayi
perempuannya hidup-hidup, sementara yang lain membiarkannya tetap
hidup, namun dalam kehidupan yang hina tanpa dihargai eksistensinya.1
Di sebagian Eropa, wanita tidak mempunyai hak milik pribadi, di
Perancis misalnya terdapat suatu peraturan yang dituangkan dalam
lembaran Negara no. 217 ditetapkan bahwa seorang wanita yang sudah
menikah tidak memiliki hak penuh untuk mengatur hak miliknya meskipun
secara esensial hak milik suaminya tidak digabungkan dengan hak
miliknya. Untuk memperkokoh ketentuan tersebut, perkawinan di Negaranegara Barat pada umumnya menghilangkan nama keluarga bagi seorang
wanita dan digantikan dengan nama sang suami.2
Tatkala Islam datang, dihapuslah penindasan terhadap wanita dan
menempatkannya sebagai manusia mulia. Dalam Islam posisi wanita dan
pria sama. Keduanya berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam
dan Hawa, memiliki tanggung jawab terhadap agama yang sama baik
dalam segi pemberian pahala ataupun siksa serta ketentuan takdir yang
sama-sama dari Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Wanita Karir ?
2. Hukum Wanita Karir dan Kewajibannya sebagai Ibu rumah Tangga
?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wanita Karier
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) karir
berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan
dan
kemajuan
dalam
kehidupan,
pekerjaan
dan
3
jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.
Wanita karier adalah wanita yang mempunyai kesibukan selain
kesibukan rumah tangga, baik itu dilakukan di dalam rumah atau di
luar rumah, baik itu bersifat bisnis atau sosial. Hanya saja pada
umumnya wanita karier itu hanya dihubungkan dengan wanita yang
bekerja dan menghasilkan uang saja. Sebenarnya wanita karir
melakukan aktivitasnya karena didorong oleh keinginan untuk maju,
ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, ingin mendakwahkan ajaran
agamanya, ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain, atau karena
motivasi tertentu.
Sebagai wanita yang aktif diluar rumah tangga, seperti aktif di
organisasi, perusahaan, pegawai negeri dan lembaga-lembaga yang
ada dalam masyarakat, kurang memahami tugas pokoknya dan bahkan
ada yang melupakan sama sekali dengan alasan bahwa mengurus
dapur dan rumah tangga tidak begitu penting, karena dapat
ditanggulangi dan diatasi oleh pembantu.
Ada beberapa kondisi yang mendorong wanita berkarier, yaitu:
a.
Perkembangan di sektor industri. Karena kenaikan kegiatan di
sektor industri terjadi penyerapan besar-besaran terhadap tenaga
kerja. Karena kekurangan tenaga kerja, banyak tenaga kerja
diperbantukan terutama pada pekerjaan yang tidak membutuhkan
tenaga dan pikiran.
3 S.C. Utami Munandar, Wanita Karir Tantangan Dan Peluang, Wanita Dalam
Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan Dan Kesempatan, (Yogyakarta:
Sunan Kalijaga Press, 2001), h. 301
2
b.
Di dunia maju, kondisi kerja yang baik serta waktu kerja yang
baik/singkat memungkinkan para wanita pekerja dapat membagi
tanggung jawab pekerjaan dengan baik.
c.
Kemajuan wanita disektor pendidikan. Dengan semakin
luasnya kesempatan bagi wanita untuk menuntut ilmu, banyak
wanita terdidik tidak lagi merasa puas bila hanya menjalankan
peranannya di rumah saja.
d.
Perubahan yang terjadi di kehidupan masyarakat tani di desa
menjadi masyarakat kota modern. Keadaan sosial ekonomi yang
kurang baik di daerah pedesaan menjadi alasan utama masyarakat
mengadu nasib di kota.4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diutarakan di sini
tentang beberapa hukum wanita karier/istri bekerja:
1. Pendapat yang memperbolehkan
Sebagian ulama mengacu pada istri-istri rasulullah SAW seperti
Khadijah yang merupakan seorang wanita yang aktif dalam dunia
bisnis, dan juga Aisyah yang juga aktif dalam masyarakat umum. Yusuf
al-Qardhawi dalam bukunya Fiqih Wanita berpendapat bahwa wanita
bekerja dibolehkan karena tidak ada nash syara yang shahih
periwayatannya dan sharih (jelas) petunjuknya. Namun demikian, ada
syarat-syarat yang harus terpenuhi jika wanita bekerja, yaitu :
a)
Hendaklah pekerjaannya itu sendiri disyariatkan. artinya
pekerjaan itu tidak haram dan tidak mendatangkan sesuatu yang
haram.
b)
Memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar rumah,
dalam berpakaian, berjalan, berbicara dan melakukan gerak-gerik.
c)
Janganlah pekerjaan atau tugasnya itu mengabaikan
kewajiban-kewajiban lain, seperti kewajiban utamanya terhadap
suami dan anak-anaknya.5
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa wanita harus
mendapatkan izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya, keluar
bersama mahramnya, tidak bercampur baur dengan kaum laki-laki,
atau melakukan khalwat dengan laki-laki yang bukan mahramnya. 6
2. Pendapat yang melarang
4 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsahpada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 192-193
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Wanita karier adalah wanita yang mempunyai kesibukan selain
kesibukan rumah tangga, baik itu dilakukan di dalam rumah atau di
luar rumah, baik itu bersifat bisnis atau sosial. Tentang hukum
wanita karir para ulama berbeda pendapat, ada yang
memperbolehkan ada juga yang tidak memperbolehkan dengan
syarat-syarat tertentu.
Salah satu fungsi wanita yang penting adalah sebagai ibu. Hal ini
dapat dilihat bahwa peranan wanita sebagai ibu rumah tangga lebih
banyak penekanannya pada usaha membina dan menciptakan
keluarga bahagia. Beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan wanita di
dalam rumah seperti : Ibadah kepada Allah dan Wanita berperan
sebagai seorang istri bagi suami.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun agar lebih sempurna dalam pembuatan
makalah kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Syekh Shaleh bin Fauzan, Penerjemah: Rahmat al-Arifin, Sentuhan Nilai Kefikihan
untuk Wanita Beriman (Departemen Urusan Keislaman, wakaf, dakwah dan
pengarahan: 1423 H)
Masykur hakim dan Shalahuddin Hamid, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif
Islam(Jakarta: Amissco, 2000)
S.C. Utami Munandar, Wanita Karir Tantangan Dan Peluang, Wanita Dalam
Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan Dan Kesempatan, (Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press, 2001)
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsahpada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997)
Yusuf Al Qardhawi, Fiqih Wanita (Bandung : Jabal, 2007)
Syaikh Mutawalli As-Syarawi,Penerjemah;Yesi
Permpuan (Muslimah) (Jakarta : Amzah,2005)
Hm.Basyaruddin
Lc, Fiqih