Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Konsep Wanita Karir

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Masailul Fiqih


Dosen pengampu: Dra. Hj. Winarni, M.Pd.I

Disusun oleh

Suji Ashari : 2203805092224


Mutmainatul Qomariyah : 2103805092070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
November, 2023
KATA PENGANTAR

Terimakasih dan syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT


atas rahmat, hidayah, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami mampu
menyelesikan makalah ini dengan mengacu dari berbagai sumber yang telah
tersedia.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang sudah membawa kita kearah jalan yang benar dan memberikan begitu
banyak pengajaran dengan ahlak-ahlak mulia. Beliau juga telah membawa begitu
banyak perubahan sehingga kita dapat menikmatinya sampai sekarang baik dari
segi peradaban dan kebudayaan.
kami mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu
dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. dan juga
kepada dosen yang sudah sangat perhatian dalam memberikan kami tambahan
pengetahan. kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulisan
makalah ini.
Besar harapan kami semoga, makalah sederhana ini dapat membantu
melancarkan proses belajar dan mengajar antara mahasiswa dan dosen. Serta dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca yang budiman.

Jember, 10 November 2023

Penulis

Suji Ashari
& Mutmainnah Q

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................02


DAFTAR ISI ..........................................................................................................03
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................04
B. Rumusan Masalah ......................................................................................04
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanita karir..............................................................................05
B. Problematika Wanita Karier.. ....................................................................05
C. Berbagai pendapat hukum wanita karir......................................................06
D. Karir Wanita dalam perspektif islam .........................................................13
E. Solusi ..........................................................................................................16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................18
B. Daftar Pustaka ............................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dunia dan pengalaman menyajikan hal yang lain untuk
perempuan. Jaminan untuk sukses secara finansial, diakui eksistensi dan
menyandang predikat mandiri mengharuskan perempuan menjemput impian
dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan
yang prestise dan mendapat posisi yang tinggi dalam dunia pekerjaan. Hal ini
selanjutnya memberikan predikat kepada perempuan yang memiliki pekerjaan
dengan gelar “wanita karier”.

Segala jenis pekerjaan bisa ditempati oleh para kaum hawa dari pekerjaan
yang mengerahkan pemikiran sampai pekerjaan yang mendahulukan otot. Disisi
lain ada perempuan yang ingin menjadi ibu rumah tangga tapi ketika masalah
finansial menghadang keberlangsungan hidup berumah tangga dan
mengharuskan perempuan ikut mengais rezeki dengan segala upaya menjadikan
perempuan keluar rumah dan bekerja.

Permasalahan muncul ketika ibu rumah tangga tersebut memiliki waktu


yang lebih banyak untuk pekerjaan atau anak tidak dapat diperhatikan atau
memiliki penghasilan yang lebih tinggi yang akhirnya berdampak pada
perceraian yang dibenci oleh Allah. Melalui makalah ini saya ingin memberikan
sedikit gambaran mengenai wanita karier dalam pandangan Islam yang disertai
berbagai pendapat serta solusi terhadap wanita karier agar ketika wanita tersebut
memiliki keputusan akhir untuk tetap menjadi wanita karier maka akan tetap
memperdulikan keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi wanita karier?
2. Bagaimana gambaran mengenai wanita karier masa Rasulullah?
3. Bagaimana perempuan seharusnya menempatkan diri dalam karier?
4. Bagaimana menyeimbangkan diri antara karier dan keluarga sesuai dengan
tuntunan agama Islam?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanita Karir


Berikut ini adalah pengertian wanita karier dari berbagai sumber :

a. Seorang wanita yang menjadikan karir atau pekerjaannya secara serius.


b. Perempuan yang memiliki karier atau yang menganggap kehidupan
kerjanya secara serius (mengalahkan sisi kehidupan yang lain).1
c. Wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran,
dsb)2
d. Wanita karier adalah wanita yang mampu mengelola hidupnya secara
menyenangkan atau memuaskan, baik di dalam kehidupan profesional
(pekerjaan di kantor) maupun di dalam membina rumah tangganya.3

B. Problematika Wanita Karier


Pemandangan yang dapat terlihat pada pagi hari, para wanita dengan
pakaian rapi pergi menenteng tas untuk menuju ke tempat kerja mereka masing-
masing, sudah tidak asing lagi di segenap penjuru negri ini. “Wanita karier”
itulah istilah yang mereka sandang.
Pada dasarnya ada beberapa penyebab seorang wanita untuk berkarir
diantaranya:

a. Untuk mengisi waktu. Biasanya alasan ini dikemukakan oleh seorang


wanita yang suaminya bekerja kantor dan sudah mampu memenuhi nafkah
lahir.
b. Untuk menambah kebutuhan keluarga. Biasanya dilakukan oleh wanita
yang bersuami tetapi kebutuhan belum tercukupi baik untuk anak maupun
kebutuhan sehari-hari.
c. Untuk menafkahi keluarga. Biasanya dilakukan oleh seorang wanita yang
benar-benar tidak bersuami atau memiliki suami yang sedang sakit dan tidak
mampu menafkahi keluarga secara lahir.

2
http://bahtera.org/kateglo/?mod=dictionary&action=view&phrase=wanita%20karier
3
http://tarwhiteangel.blogspot.com/2009/11/sekretaris-sebagai-wanita-karier.html.

5
d. Perkembangan sektor industri. Karena kenaikan kegiatan di sektor industri
terjadi penyerapan besar-besaran terhadap tenaga kerja. Karena kekurangan,
banyak tenaga kerja diperbantukan, terutama pada pekerjaan yang tidak
membutuhkan dan pikiran terlalu berat.
e. Di dunia maju kondisi kerja yang baik serta waktu kerja yang singkat
memungkinkan para wanita pekerja dapat membagi tanggung jawab
pekerjaan dengan baik.
f. Kemajuan wanita di sektor pendidikan yang akibatnya banyak wanita
terdidik tidak lagi merasa puas bila hanya menjalankan peranannya di
rumah saja.4

Biasanya permasalahan muncul ketika istri memiliki penghasilan lebih


besar ada dua kemungkinan, kemungkinan yang pertama istri takabur dengan
apa yang dia dapatkan sehingga mengakibatkan perceraian ataupun
kemungkinan kedua yaitu istri seperti Siti Khadijah yang menyerahkan harta
yang ia miliki kepada Nabi Muhammad untuk perjuangan umat. Semuanya
kembali pada cara mendidik orang tua terhadap seorang anak dan kewibawaan
suami di hadapan istri.5

C. Berbagai Pendapat Hukum Wanita Karier


Ada berbagai pendapat mengenai wanita karier ini yang semuanya
berdasarkan alasan tersendiri, diantaranya:

1. Melarang wanita menjadi wanita karier


Menurut ulama yang berpendapat seperti ini, pada dasarnya hukum karier
wanita di luar rumah adalah terlarang, karena dengan bekerja diluar rumah
maka akan ada banyak kewajiban dia yang harus ditinggalkan.
Misalnya melayani keperluan suami, mengurusi dan mendidik anak serta
hal lainnya yang menjadi tugas dan kewajiban seorang istri dan ibu. Padahal
semua kewajiban ini sangat melelahkan yang membutuhkan perhatian
khusus. Semua kewajiban ini tidak mungkin terpenuhi kecuali kalau
seorang wanita tersebut memberi perhatian khusus padanya.

4
M. Hasan Ali, 1998: 193
5
http://gigin060141.blog.upi.edu/2009/06/29/materi-seminar

6
Larangan ini didasarkan bahwa suami diwajibkan untuk
membimbing istrinya pada jalan kebaikan sedang istri diwajibkan
mentaatinya. Begitu pula dengan hal dunia laki-laki dan wanita, maka islam
menjadikan laki-laki diluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya,
sebagaimana sabda Rasululloh :
‫ولهن عليكم رزقهن و كسوتهن بالمعروف‬

“Dan hak para istri atas kalian (suami) agar kalian memberi mereka
nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’ruf.” 6

Disisi lainnya, tempat wanita dijadikan di dalam rumah untuk mengurusi


anak, mendidiknya, mempersiapkan keperluan suami serta urusan rumah
tangga dan lainnya.
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam
sabdanya yang mulia :
‫والمرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها‬
“Dan wanita adalah pemimpin dirumah suaminya dan dia akan dimintai
pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.”7

Selain itu wanita karier memiliki berbagai efek negatif, diantaranya:

a. Pengaruhnya terhadap harga diri dan kepribadian wanita

Banyak perkerjaan saat ini yang apabila ditekuni oleh kaum wanita akan
mengeluarkanya dari kodrat kewanitaannya, menghilangkan rasa
malunya dan mencabutnya dari kefeminimannnya.

b. Pengaruhnya pada anak

Diantara pengaruh negatif bekerjanya wanita diluar rumah bagi anak adalah

✓ Anak tidak atau kurang menerima kasih sayang, lembut belaian dari
sang ibu, padahal anak sangat membutuhkannya untuk
pengembangan kejiwaannya.

6
HR. Muslim 1218
7
HR. Bukhori 1/304 Muslim 3/1459

7
✓ Seringnya wanita karier tidak bisa menyusui anaknya secara
sempurna, dan ini juga berbahaya bagi si anak
✓ Membiarkan anak dirumah tanpa ada yang mengawasi atau hanya
diawasi oleh baby sister akan berakibat buruk.
c. Pengaruhnya ada hak suami

Seorang istri yang pagi pergi kerja lalu sore pulang, maka sampai rumah
ia akan tinggal melepas lelah. Lalu tatkala suaminya pulang dari kerja
maka dia tidak akan bisa memenuhi tugasnya sebagai seorang istri.
Jarang atau bahkan tidak ada orang yang mampu memenuhi tugas
tersebut sekaligus.

d. Pengaruhnya pada masyarakat dan perekonomian nasional

Masuknya wanita dalam lapangan pekerjaan banyak mengambil bagian


laki-laki yang seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan, namun terpaksa
tidak menemukannya karena sudah diambil alih oleh kaum wanita. Hal
ini akan meningkatkan jumlah pengangguran yang akan berakibat pada
tindak kriminalitas.8

Disamping itu terdapat sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam


:

‫ فإذا‬, ‫ المرأة عورة‬: ‫عن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫خرجت استشرفها الشيطان‬

Dari Abdulloh bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Rosululloh shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda : “Wanita itu aurot, apabila dia keluar maka
akan dibanggakan oleh setan.”9
Mengenai polemik kesahihan hadis ini, dari segi matan memang
cukup jelas menyebutkan tentang keluarnya wanita akan menjadikan para
syetan beristisyraf. Sehingga secara sekilas di dalam kesan bahwa ketika

8
Fatwa Syaikh bin Baz sebagaimana dalam Ats Tsimat Al Yani;ah hal 322-321, Ekonomi rumah
tangga muslim DR. Husein Syahatah hal 153-163, Mas’uliyatul Mar’ah Al Muslimah hal : 80
dapat diakses di www.ahmadsabiq.com
9
HR. Turmudli 1173 berkata Hasan Shohih ghorib, Ibnu Khuzaimah 3/95, Thobroni dalam Al Kabir 10015

8
seorang wanita keluar rumah, maka syetan akan menaikinya dan akan
menjadi sumber masalah baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Karena itu banyak ulama yang ingin mengurung wanita di dalam
rumah yang menjadikan hadits ini sebagai hadits gacoan. Ke mana-mana
yang disebut-sebut adalah hadits ini. Nashiruddin Al-Albani jelas
menshahihkan hadits ini.10 Sebab isi hadits ini sejalan dengan pendapatnya
yang ingin mengurung para wanita di dalam rumah. Namun di sisi lain, tidak
sedikit dari para ulama hadits banyak yang mempersoalkan kedudukan
hadits ini. Alasannya ada beberapa hal, antara lain:
1. Sesungguhnya isnad hadits ini tidak tersambung kepada Rasululah
SAW, isnadnya munqathi (terputus). Karena Hubaib bin Abi Tsabit,
salah seorang di antara mata rantai perawinya dikenal sebagai mudallis.
Dia tidak mendengar langsung dari Ibnu Umar.
2. Dikatakan hadits ini shahih terdapat dalam Al-Ausath-nya At-Tabrani.
Padahal Mujam At-Thabrani Al-Awsath bukan kitab sunan. At-
Thabarani sendiri tidak meniatkannya sebagai kitab shahih. Beliau
justru hanya sekedar mengumpulkan hadits-hadits yang ma’lul
(bermasalah). Agar orang-orang tahu kemunkarannya. Sayangnya, ada
orang-orang yang datang kemudian, malah menshahihkan hadits-hadits
di dalamnya. Imam At-Thabarani pada dasarnya juga tidak
meriwayatkan hadits itu di dalam Al-Awsathnya.
3. Dikatakan bahwa Ibnu Khuzaemah juga menshahihkan hadits ini.
Padahal perkataan itu tidak lain adalah tadlis. Ibnu Khuzaemah tidak
pernah menshahihkan hadits ini. Bahkan beliau menjelaskan illatnya.
Beliau menuliskan sebuah judul: Babu Ikhtiyari Shalatil Mar ah fi
Baitiha ala Shalatiha fil Masjid, in tsabatal hadits.Kata penutup in
tsabatal hadits justru menunjukkan bahwa beliau belum memastikan
keshahihan hadits itu.Perdebatan antara para muhaddits tidak ada

10
kitab Silsilah Ahadits Shahihah nomor 2688. Juga terdapat dalam Shahih At-Targhib 246,
Shahih Tirmizy 936, Shahih Al-Jami 6690, Shahih Ibnu Khuzaemah 1685.

9
habisnya tentang keshahihan hadits ini. Sebagian mengatakan itu hadits
shahih tapi yang lain bilang itu hadits yang bermasalah.
Maka ketika ada sebagian kalangan yang ingin mengurung wanita
di dalam rumah dengan berdasarkan haditsi ini, tidak semua sepakat
membenarkannya.11

2. Memperbolehkan wanita berkarier di rumah


Jika memang ada sesuatu yang sangat mendesak untuk berkariernya
wanita diluar rumah maka hal ini diperbolehkan. Namun harus dipahami
bahwa sebuah kebutuhan yang mendesak ini harus ditentukan dengan
kadarnya yang sesuai sebagaimana sebuah kaidah fiqhiyah yang masyhur.
Dan kebutuhan yang mendesak ini misalnya :

a. Rumah tangga memerlukan kebutuhan pokok yang mengharuskan


wanita bekerja.

Misalnya karena suaminya atau orang tuanya meninggal dunia atau


keluarganya sudah tidak bisa memberi nafkah karena sakit atau lainnya,
sedangkan negara tidak memberikan jaminan pada keluarga semacam
mereka. Lihatlah kisah yang difirmankan Allah dalam surat Al Qoshosh
23 dan 24 :

“Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai


di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia
menjumpai dibelakang orang yang banyak itu dua orang wanita yang
sedang menambat ternaknya.

Musa berkata : “Apa maksud kalian berbuat demikian ?”

Kedua wanita itu menjawab : “Kami tidak dapat meminumkan ternak


kami sebelum penggembala-pengembala itu memulangkan ternaknya,
sedang bapak kami adalah orang tua yang telah berumur lanjut, Maka
Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya.

11
http://hbis.wordpress.com/2009/07/16/bagaimana-wanita-karir-menurut-islam/

10
Kemudian ia kembali ketempat yang teduh lalu berdo’a : “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku.

Kemudian datang kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu,
berjalan dengan penuh rasa malu, ia berkata : “Sesungguhnya bapakku
memanggil kamu untuk memberi balasan terhadap kebaikanmu
memberi minum ternak kami.”

Perhatikanlah perkataan kedua wanita tadi : “Sedang bapak kami


adalah orang tua yang telah berumur lanjut.” Ini menunjukkan bahwa
keduanya melakukan perbuatan tersebut karena terpaksa, disebabkan
orang tuanya sudah lanjut dan tidak bisa melaksanakan tugas tersebut.12

b. Tenaga wanita tersebut dibutuhkan oleh masyarakat, dan perkerjaan


tersebut tidak bisa dilakukan oleh laki-laki

Hal yang menunjukkan hal ini adalah bahwa di zaman Rosulullah


ada para wanita yang bertugas membantu kelahiran, semacam dukun
bayi atau bidan pada saat ini. Juga saat itu ada wanita yang mengkhitan
anak-anak wanita. Dan yang dhohir bahwa perkerjaan ini mereka
lakukan diluar rumah.13 Pada zaman ini bisa ditambahkan yaitu dokter
wanita spesialis kandungan, perawat saat bersalin, tenaga pengajar yang
khusus mengajar wanita dan yang sejenisnya.

Diantara pekerjaan wanita yang ada pada zaman Rosululloh adalah


apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam berperang bersama Ummu
Sulaim dan beberapa wanita anshor, maka mereka memberi minum dan
mengobati orang yang terluka.”14

12
Tafsir Al Alusi 20/59
13
Tafsir Al Mufashol 4/273
14
HR. Muslim 12/188 dapat diakses di www.ahmadsabiq.com

11
Disamping itu sejarah mencatat, beberapa wanita yang menjadi istri
Rasulullah saw juga menjadi wanita karier, diantaranya:

1. Siti Khadijah
Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya berdiam diri
serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya, dia adalah seorang
wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau
menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama bisnis ke negeri Syam.
Setelah menikahinya, tidak berarti isterinya itu berhenti dari
aktifitasnya.Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah ra itu amat
banyak menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu, belum ada
sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-
satunya adalah dari kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang
pebisnis kondang.
Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok
Khadijah adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab
bila demikian, bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan
baik, sementara dia tidak punya akses informasi sedikit pun di balik
tembok rumahnya. Di sini kita bisa paham bahwa seorang isteri nabi
sekalipun punya kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya.
Bahkan meski telah memiliki anak sekalipun, sebab sejarah mencatat
bahwa Khadijah ra. dikaruniai beberapa orang anak dari Rasulullah
SAW.
2. Siti Aisyah
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah beristrikan Aisyah radhiyallahu
anha, seorang wanita cerdas, muda dan cantik yang kiprahnya di tengah
masyarakat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang isteri tidak
menghalanginya dari aktif di tengah masyarakat. Semasa Rasulullah
masih hidup, beliau sering kali ikut keluar Madinah ikut berbagai
operasi peperangan. Dan sepeninggal Rasulullah SAW, Aisyah adalah
guru dari para shahabat yang memapu memberikan penjelasan dan
keterangan tentang ajaran Islam. Bahkan Aisyah ra. pun tidak mau
ketinggalan untuk ikut dalam peperangan. Sehingga perang itu disebut

12
dengan perang unta (jamal), karena saat itu Aisyah radhiyallahu anha
naik seekor unta.15

D. Karir Wanita dalam Perspektif Islam


Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi berbagai
bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan
dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang
dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam.16
Allah Ta’ala menciptakan laki-laki dan wanita dengan karakteristik yang
berbeda. Secara alami (sunnatullah), laki-laki memiliki otot-otot yang kekar,
kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang berat, pantang menyerah, sabar
dan lain-lain. Cocok dengan pekerjaan yang melelahkan dan sesuai dengan
tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara layak.
Sedangkan bentuk kesulitan yang dialami wanita yaitu: Mengandung,
melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak, serta menstruasi yang
mengakibatkan kondisinya labil, selera makan berkurang, pusing-pusing, rasa
sakit di perut serta melemahnya daya pikir, sebagaimana disitir di dalam Al-
Qur’an , “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapanya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.”17
Ketika dia melahirkan bayinya, dia harus beristirahat, menunggu hingga 40
hari atau 60 hari dalam kondisi sakit dan merasakan keluhan yang demikian
banyak, tetapi harus dia tanggung juga. Ditambah lagi masa menyusui dan
mengasuh yang menghabiskan waktu selama dua tahun. Selama masa tersebut,
si bayi menikmati makanan dan gizi yang dimakan oleh sang ibu, sehingga
mengurangi staminanya.
Oleh karena itu, Dienul Islam menghendaki agar wanita melakukan
pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaannya dan tidak
mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang dapat

15
http://hbis.wordpress.com/2009/07/16/bagaimana-wanita-karir-menurut-islam/
16
http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/PerananWanita.html.
17
QS. Luqman: 14

13
menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta
menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.
Dienul Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan damai bagi
wanita dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah dalam kondisi
normal. Islam membebankan ke atas pundak laki-laki untuk bekerja dengan giat
dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya.
Maka, selagi si wanita tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam masa
menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati, maka
nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya atau anak-anaknya yang lain,
berdasarkan perincian yang disebutkan oleh para ulama fiqih kita.
Bila si wanita ini menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih beban
dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Dan bila dia diceraikan, maka
selama masa ‘iddah (menunggu) sang suami masih berkewajiban memberikan
nafkah, membayar mahar yang tertunda, memberikan nafkah anak-anaknya serta
membayar biaya pengasuhan dan penyusuan mereka, sedangkan si wanita tadi
tidak sedikit pun dituntut dari hal tersebut.
Selain itu, bila si wanita tidak memiliki orang yang bertanggung jawab
terhadap kebutuhannya, maka negara Islam yang berkewajiban atas nafkahnya
dari Baitul Mal kaum Muslimin.18 Sebenarnya Islam tidak pernah mensyariatkan
untuk mengurung wanita di dalam rumah. Tidak seperti yang banyak dipahami
orang. Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW melarang orang yang melarang
wanita mau datang ke masjid.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Janganlah kamu mencegah perempuan-perempuan untuk
pergi ke Masjid, sedangkan rumah mereka itu lebih baik bagi mereka”.19
Dari Abdullah Bin Umar dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda: “Apabila salah seorang perempuan di antara kamu minta izin (untuk
berjama’ah di masjid) maka janganlah mencegahnya”. 20
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kamu mencegah kaum

18
Majalah “Al-Hikmah” vol VIII, edisi Syawwal 1416 H, hal. 123-140
19
HR Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dan lafadz ini dari Abu Dawud.
20
HR Al-Bukhari dan Muslim, lafadz ini dari Al-Bukhari.

14
wanita untuk pergi ke masjid, tetapi hendaklah mereka keluar tanpa wangi-
wangian.”. 21
Padahal di masjid sudah bisa dipastikan banyak orang laki-laki. Dan
perjalanan dari rumah ke masjid serta begitu juga kembalinya, pasti akan
bertemu dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Bahkan masjid Nabawi di masa Rasulullah SAW tidak ada hijabnya. Tidak
seperti masjid kita di zaman sekarang ini yang ada tabir penghalangnya. Di masa
kenabian, posisi jamaah laki-laki dan jamaah wanita hanya dipisahkan
tempatnya saja. Shaf laki-laki di bagian depan dan shaf wanita di bagian
belakang. Anak kecil yang laki di belakang shaf laki dan anak kecil perempuan
berada di shaf terdepan dari shaf perempuan. Dan tidak ada kain, tembok,
tanaman atau penghalang apapun di antara barisan laki dan perempuan.
Jadi kalau dikatakan bahwa wanita itu haram keluar rumah, harus lebih
banyak dikurung di dalamnya, rasanya tidak sesuai dengan apa yang terjadi di
masa Rasulullah SAW dan salafus-shalih. Boleh dibilang mengurung wanita di
dalam rumah adalah sebuah perkara bid’ah yang sesat.22
Dalam hal kepemimpinan dan politik, wanita tidak dibenarkan menjadi
pemimpin laki-laki. Para pendukung emansipasi wanita menuduh ketentuan ini
sebagai diskriminasi berdasarkan gender, dan oleh demokrasi barat dianggap
sebagai hal yang melanggar hak asasi manusia. Sekalipun mendapat kritikan
serta pelecehan dari kaum anti agama, ketetapan Ilahiyah seperti ini tidak boleh
diamandemen untuk kepentingan apapun jua, kecuali dengan alasan yang
dibenarkan oleh syari’ah. Hal ini disandarkan pada firman Allah yang artinya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki)atas bagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka.”23
Kaum laki-laki adalah qauwamuna ‘alan nisa’, pemimpin, pemelihara dan
pendidik bagi kaum wanita. Bukan sebaliknya laki-laki dipimpin, dikuasai dan
disantuni olah wanita yang mempunyai kekurangan akal dan ibadah. Sudah
selayaknya yang memiliki kelebihan dan kesempurnaan menyantuni dan

21
HR Abu Dawud
22
http://hbis.wordpress.com/2009/07/16/bagaimana-wanita-karir-menurut-islam/
23
QS. An-Nisa:34

15
menyayangi yang lemah dan kekurangan. Demikian pula yang kaya harus
menolong si miskin dan orang yang mampu membantu yang tidak mampu.
Dengan kelebihan ini tepatlah jika laki-laki sebagai pemimpin.24
E. Solusi
Wanita boleh saja keluar dan berkarier di luar rumah. Apabila ada keperluan
bagi seorang wanita untuk bekerja keluar rumah maka harus memenuhi beberapa
ketentuan syar’i agar kariernya tidak menjadi perkerjaan yang haram. Syarat-
syarat itu adalah :
1. Memenuhi adab keluarnya wanita dari rumahnya baik dalam hal pakaian
ataupun lainnya.
2. Mendapat izin dari suami atau walinya. Wajib hukumnya bagi seorang istri
untuk mentaati suaminya dalam hal kebaikan dan haram baginya
mendurhakai suami, termasuk keluar dari rumah tanpa izinnya.25
3. Pekerjaan tersebut tidak ada kholwat dan ikhtilat (Campur baur) antara laki-
laki dan wanita yang bukan mahram. Sebagaimana firman Allah:

“Dan apabila kalian meminta pada mereka sebuah keperluan, maka


mintalah dari balik hijab.”26 Juga sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa
sallam :

‫ال يخلون رجل بامرأة إال مع ذي محرم‬

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali


bersama mahramnya.”27

Seorang wanita muslimah agar terlihat istimewa dia harus dapat menjaga
kehormatan dalam pergaulannya. Harus membatasi diri dalam pergaulan.
Seorang wanita apalagi yang sudah mempunyai suami harus hati-hati
dengan sesuatu yang dapat mengakibatkan kemurkaan Allah, salah satunya
adalah adanya batasan pergaulan dengan non-muhrim.28

24
Abu Muhammad Jibril Abdurrahman, 1999:52-53
25
Abu Muhammad Asraf, 2009 : 93
26
QS. Al Ahzab : 53
27
HR. Bukhori Muslim
28
Muhammad Restu Sugiharto, 2008: 133

16
4. Tidak menimbulkan fitnah

Wanita yang berkarier di luar rumah tidak menimbulkan fitnah. Hal ini
dapat dilakukan dengn cara menutupi seluruh tubuhnya di hadapan laki-laki
asing dan menjauhi semua hal yang berindikasi fitnah, baik di dalam
berpakaian, berhias atau pun berwangi-wangian (menggunakan parfum).

5. Tetap bisa mengerjakan kewajibannya sebagai ibu dan istri bagi


keluarganya,karena itulah kewajibannya yang asasi.
6. Hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya seperti
dalam bidang pengajaran, kebidanan, menjahit dan lain-lain.29

Tips berkarier bagi wanita:

a) Pilihlah karier yang tidak mendekati mudharat, tidak membuat diri tergadai
kesuciannya. Artinya karier yang memungkinkan untuk tidak ber- khalwat
dengan rekan kerja pria, tidak berpakaian kecuali mengindahkan syari'at
Islam, tidak harus pulang larut malam atau dinihari, serta tak sering
berdomisili diluar kota, jauh dari suami dan anak-anaknya.

b) Tentukan alokasi waktu untuk menjalin hubungan baik dengan suami-


anak, serta punya jadwal rutin silaturrahim dengan orangtua, mertua,
maupun tetangga dekat.

c) Selalu mendahulukan kepentingan suami dan anak daripada prioritas-


prioritas lainnya.

d) Tak terlalu ambisius dalam karier, tapi juga tidak menahan atau
mengabaikan potensi diri yang dimiliki.30

29
www.ahmadsabiq.com

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berkarier bagi muslimah boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari koridor
Syariat Islam seperti tersurat dan tersirat dalam kisah nabi Musa dan kedua putri
Nabi Syuaib. Pertama, memenuhi tata cara pergaulan yang Islami, yaitu
menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti bercampur-baur dengan laki-
laki asing (ikhtilath), pamer aurat (tabarruj), melembutkan suara dengan maksud
memikat hati laki-laki, dan berdua-duaan (khalwat) dengan non-muhrim yang bisa
menimbulkan fitnah. Dan kedua, mendapat izin orang tua (kalau belum menikah)
atau suami, serta menjaga pandangannya (ghadhdh al-bashar) dan dengan alasan
yang tidak bertentangan dengan syariat islam.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Abu Muhammad Jibril. 1999. Karakteristik Lelaki Shalih. Yogyakarta:


Wihdah Press
Asraf, Abu Muhammad. 2009. Curhat Pernikahan. Bandung: Pustaka Rahmat
Hasan, M. Ali. 1998. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Departemen Agama RI. 2007. Al-Quran dan Terjemahannya Al-Jumanatul Ali. Bandung:
CV. J.Art
Majalah “Al-Hikmah” vol VIII, edisi Syawwal 1416 H
Sugiharto, Muhammad Restu. 2008. The Inner Power of Muslimah. Jakarta: PT Mizan
Publika

19
20

Anda mungkin juga menyukai